29
Page 1 Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara Oleh: Herry Purwanto, S.IP Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2014/2015 (PNS Kab. Kayong Utara, Kalimantan Barat/email: [email protected]) BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Sejalan dengan upaya pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan listrik akan terus meningkat. Dibeberapa daerah di pulau Jawa, kebutuhan listrik masyarakat masih terkendala defisit daya mampu dari pembangkit listrik yang memasok daya ke wilayah tersebut. Sesuai kebijakan Pemerintah tentang Bauran Energi (Energy Mix) untuk meningkatkan persentase penggunaan energi baru dan terbarukan serta mengurangi penggunaan energi fosil terutama BBM maka penambahan pasokan daya mampu dengan membangun pembangkit listrik baru diupayakan menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang cocok dan layak sesuai potensi wilayah setempat. Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Valuasi Kelayakan Rencana PembangunanPembangkit Listrik Tenaga Biomasa Bambu di

Kab. Kayong UtaraOleh: Herry Purwanto, S.IP

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister IlmuLingkungan

Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2014/2015(PNS Kab. Kayong Utara, Kalimantan Barat/email:

[email protected])

BAB IPENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Sejalan dengan upaya pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan

listrik akan terus meningkat. Dibeberapa daerah di

pulau Jawa, kebutuhan listrik masyarakat masih

terkendala defisit daya mampu dari pembangkit

listrik yang memasok daya ke wilayah tersebut.

Sesuai kebijakan Pemerintah tentang Bauran Energi

(Energy Mix) untuk meningkatkan persentase penggunaan

energi baru dan terbarukan serta mengurangi

penggunaan energi fosil terutama BBM maka

penambahan pasokan daya mampu dengan membangun

pembangkit listrik baru diupayakan menggunakan

sumber energi baru dan terbarukan yang cocok dan

layak sesuai potensi wilayah setempat.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 2

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Kebutuhan listrik semakin bertambah sejalan

dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kayong Utara. Saat ini masih terdapat

kendala defisit daya mampu dari pembangkit listrik

yang memasok daya ke wilayah tersebut, dan mahalnya

biaya produksi listrik karena pembangkit yang ada

masih mengandalkan bahan bakar minyak, sehingga

perlu alternatif solusi berupa pembangkit listrik

yang menggunakan sumber energi baru dan terbarukan

sesuai potensi di Kabupaten Kayong Utara.

I. 2. Kondisi Geografis Kabupaten Kayong Utara

Kabupaten Kayong Utara (KKU) berada pada garis

koordinat 00o45 sampai dengan 18’ lintang selatan

(LS) dan 108o05’ sampai dengan 110o15’ bujur timur

(BT). Secara geografis letak batas-batas wilayahnya

adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Pontianak.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Ketapang.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa.

KKU merupakan pemekaran dari Kabupaten Ketapang

berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 6 tahun 2007

tentang Pembentukan Kabupaten Kayong Utara, tanggal

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 3

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

2 Januari 2007. Luas wilayah keseluruhannya adalah

4.089Km2, terdiri dari 6 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Sukadana.

2. Kecamatan Simpang Hilir.

3. Kecamatan Teluk Batang.

4. Kecamatan Pulau Maya.

5. Kecamatan Seponti.

6. Kecamatan Kepualauan Karimata.

Dari enam wilayah tersebut, Kecamatan Simpang

Hilir memiliki wilayah terluas yaitu 1.552 Km2 atau

33,69%, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan

Seponti dengan luas 146 Km2 atau 3,46%.

Selain memiliki akses ke wilayah perhuluan, karena

berbatasan langsung dengan wilayah pedalaman, serta

ke wilayah pesisir, yaitu Kabupaten Ketapang dan

sekitarnya, KKU juga memiliki akses ke laut dan

memiliki banyak pulau yang tersebar di Kecamatan

Kepulauan Karimata, Kecamatan Pulau Maya dan

Kecamatan Sukadana.

I. 3. Visi dan Misi Kabupaten Kayong Utara

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJMD) Kabupaten Kayong Utara tahun 3008-

2025 pada Peraturan Daerah Kabupaten Kayong Utara

Nomor 5 Tahun 2009, Visi Pembangunan Kabupaten

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 4

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Kayong Utara adalah: “Kabupaten Kayong Utara

Mandiri dan Sejahtera Tahun 2025”.

Untuk mewujudkan Visi tersebut, Kabupaten Kayong

Utara mempunyai delapan Misi Pembangunan, yaitu:

1. Mewujudkan perekonomian yang maju dengan

mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui

peningkatan investasi, yang berorientasi pada

peningkatan kemampuan produksi pertanian,

perikanan, kelautan, dan perkebunan serta

pengolahan hasil akhir produk, dalam upaya

memperluas kesempatan kerja dan peningkatan

pendapatan masyarakat.

2. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas,

produktif dan inovatif untuk meningkatkan daya

saing serta penguasaan dan penggunaan IPTEK.

3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai

untuk membuka kawasan terisolir dan tertinggal

sekaligus untuk mengembangkan kegiatan investasi.

4. Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan

menjaga fungsi lingkungan hidup secara

berkelanjutan, berkeadilan, dan berkesinambungan,

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan

berkeadilan dalam rangka mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 5

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

kesenjangan antar wilayah, penataan ruang dan

pertanahan, dan percepatan pembangunan wilayah

tertinggal/miskin.

6. Mewujudkan masyarakat yang bermoral, berbudaya,

dan religius, serta memiliki kultur produktif-

inovatif dan mandiri berlandaskan kepada nilai-

nilai luhur Pncasila, budaya bangsa, dan agama.

7. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat

berbasis supremasi hukum dan tata pemerintahan

yang baik.

8. Mewujudkan budaya politik yang demoktratis dan

menghargai heterogenitas sosialn dan politik dalam

masyarakat.

BAB IIKONDISI KELISTRIKAN DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

II.1.Sistem Kelistrikan

Berdasarkan Data dari Rencana Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2013-

2022, Sistem Kelistrikan di Kalimantan Barat

terdiri atas satu sistem interkoneksi 150 kV dan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 6

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

beberapa sistem isolated. Sistem interkoneksi

meliputi sekitar Pontianak hungga Singkawang.

Sistem isolated terdiri dari sistem Sambas,

Bengkayang, Ngabang, Sanggau, Sekadau, Sintang,

Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang dan sistem

tersebar.

II.2.Beban Puncak, Daya Terpasang dan Daya Mampu

Beban puncak di Sistem kelistrikan Kalimantan

Barat sampai dengan bulan September 2013 adalah 343

MW dengan kapasitas daya terpasang pembangkit

sebesar 449,6 MW serta daya mampu 369,1 MW yang

menghasilkan produksi listrik 1.756 GWh. Sistem

interkoneksi Pontianak-Singkawang merupakan yang

terbesar dimana sekitar 67% produksi listrik di

Kalimantan Barat berada di sistem ini. Sampai bulan

September 2013 sebanyak 98,94% produksi listrik di

Kalimantan Barat bersumber dari pembangkit listrik

berbahan bakar minyak. Kecukupan dan keandalan

pasokan listrik masih relatif rendah karena umur

beberapa mesin diesel sudah tua dan cadangan

pembangkitan masih kurang memadai.

Pasokan listrik di Kalimantan Barat terdiri dari

PLTD Sewa 207 MW (56,1%), PLTD/PLTG Sendiri 157

MW(42,6%), dan sisanya (1,3%) berasal dari PLTMH

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 7

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

dan rencana pembelian listrik dari excess power dan

dari Malaysia.

Sistem isolated Ketapang masih mengandalkan

pasokan listrik dari PLTD milik PLN dan PLTD Sewa

dengan beban puncak sebesar 27,5 MW, daya terpasang

sebesar 28,9 MW dan daya mampu sebesar 28,9 MW.

Profil konsumen pengguna listrik di Propinsi

Kalimantan Barat masih didominasi oleh konsumen

rmah tangga dan sosial (62,9%), sektor

publik/sarana umum (8,63%) dan konsumen industri

(5,35%).

Dari hasil survey yang dilakukan Tim Lembaga

Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia

pada awal bulan april 2014 lalu ke bagian jaringan

di PLN Ketapang, didapatkan informasi bahwa saat

ini Sitem Isolated Ketapang memasok listrik untuk

kebutuhan wilayah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten

Kayong Utara.

Rasio elektrifikasi di Kabupaten Ketapang

mencapai 62% dan di Kabupaten Kayong Utara baru

mencapai 52% dari target tahun 2013 sebesar 70%.

Beban puncak untuk sistem ini sebesar 24,2 MW

dengan daya mampu sebesar 24 MW, dimana 22 MW

mengandalkan PLTD berbahab bakar solar milik PLN

dan pembangkit sewa ditambah 2 MW pembelian excees

power dari pembangkit listrik milik perusahaan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 8

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

swasta (PT. Sukajaya Makmur). Dengan adanya

kekurangan daya mampu sebesar 0,2 MW tersebut maka

permintaan penyambungan baru di wilayah Kabupaten

Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara yang mengalami

penundaan, terutama permintaan sambungan daya yang

cukup besar untuk industri.

II.3.Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 2013-2022

Pada tahun 2007-2012 dari data pada RUPTL PLN,

kebutuhan tenaga listrik di Propinsi Kalimantan

Barat mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu

sekitar 10% per tahun. Dalam kurun waktu yang sama,

pertumbuhan ekonomi Propinsi Kalimantan Barat per

tahun rata-rata mencapai 5,5%. Sementara Rasio

Elektrifikasi di Propinsi Kalimantan Barat saat ini

mencapai 67,5%.

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan Rasio

Elektrifikasi maka proyeksi kebutuhan daya listrik

dan beban puncak di Propinsi Kalimantan Barat untuk

tahun 2013-2022 akan semakin besar pada beban

puncak dibandingkan pertumbuhan ekonomi Propinsi

Kalimantan Barat, hal ini harus diantisipasi dengan

menyiapkan cadangan daya mampu dari pengembangan

pembangkit listrik dan kesiapan pengembangan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 9

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

jaringan transmisinya. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Propinsi Kalbar

2013-2022

Tahun

Pertumbuhan

Ekonomi(%)

Penjualan

(GWh)

Produksi (GWh)

BebanPuncak(MW)

Pelanggan

2013 6,2 1.788 2.046 371 834.1472014 6,5 1.997 2.289 402 874.1562015 6,6 2.230 2.541 457 918.6022016 6,6 2.486 2.850 512 964.400

2017 6,6 2.767 3.172 5691.012.07

0

2018 6,6 3.075 3.528 6321.061.36

2

2019 6,6 3.415 3.917 7011.112.43

2

2020 6,6 3.788 4.344 7771.165.89

6

2021 6,6 4.200 4.815 8601.221.55

1

2022 6,6 6.653 5.325 9511.279.86

4Growt

h6,6 11,2% 11,2% 11.0% 4,9%

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 10

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Sumber: Lembaga Teknologi Fak.Teknik Universitas Indonesia, Maret

2014.

Dari informasi RUPLT PLN per September 2013,

Biaya Pokok Produksi Listrik per KWh di Propinsi

Kalimantan Barat mencapai Rp. 3.177. Hal tersebut

terjadi karena masih mengandalkan pembangkit-

pembangkit listrik berbahan bakar BBM. Untuk

menurunkan Biaya Pokok Produksi tersebut, maka

diperlukan pengembangan pembangkit listrik yang

menggunakan bahan bakar lain.

BAB IIIRENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA BIOMASA BAMBU

III. 1. Permasalahan

Dari realita kondisi kelistrikan yang ada,

dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Ketapang dan

Kabupaten Kayong Utara saat ini masih mengalami

defisit daya mampu PLN untuk melayani beban

puncak, kendala itu akan diatasi dengan PLTU IPP

2x6 MW dan PLTU milik PLN 2x10 MW berbahan bakan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 11

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

batubara yang akan beroperasi pada tahun 2014-

2015.

Namun demikian, masih terdapat resiko

kontinuitas dan kepastian pasokan bahan bakar

terhadap kedua pembangkit tersebut mengingat

kebutuhan batubaranya masih harus didatangkan dari

wilayah Kalimantan Selatan ditambah harga solar

non subsidi yang semakin mahal sebagai bahan bakar

PLTD eksisting.

III. 2. Mencari Solusi

Untuk meningkatkan pasokan daya mampu di

wilayah Kabupaten Kayong Utara, Pemerintah

Kabupaten Kayong Utara merencanakan membangun

pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar

energi baru dan terbarukan (EBT) yang berasal dari

potensi lokal di Kabupaten Kayong Utara yaitu

potensi bambu, yang banyak dan dapat dikembangkan

dilahan jenis apapun di Kabupaten Kayong Utara.

Terkait kondisi kelistrikan, Pemerintah

Kabupaten Kayong Utara akan bekerjasama dengan

pihak perusahaan yang bernaung dibawah negara Cina

dan Jepang. Rencana ini sesuai misi ke-3, ke-4 dan

ke-5 dari Misi Pembangunan Kabupaten Kayong Utara,

yaitu:

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 12

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

3.Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai

untuk membuka kawasan terisolir dan tertinggal

sekaligus untuk mengembangkan kegiatan

investasi.

4.Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan

dan menjaga fungsi lingkungan hidup secara

berkelanjutan, berkeadilan, dan

berkesinambungan, untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.

5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan

berkeadilan dalam rangka mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan

kesenjangan antar wilayah, penataan ruang dan

pertanahan, dan percepatan pembangunan wilayah

tertinggal/miskin.

III. 3. Tanah Tanam

Kontinuitas pasokan bahan bakar bambu sangatlah

penting dalam pembangunan pembangkit listrik, oleh

sebab itu diperlukan luasan area minimum untuk

penanaman bahan bakunya.

Bambu sebagai bahan bakar dapat diperoleh

dengan mengembangkan perkebunan inti-plasma dengan

memberdayakan masyarakat setempat sehingga antara

pihak perusahaan sebagai pengelola dan masyarakat

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 13

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

sama-sama mendapatkan keuntungan (lapangan kerja

baru bagi masyarakat).

Tanaman bambu pada umumnya sangat menyukai

jenis tanah asam, namun hanya beberapa jenis bambu

yang bisa tumbuh ditanah yang tegenang air hingga

berbulan-bulan. Oleh sebab itu lokasi penanaman

bambu sebaiknya ditanah yang relatif kering/tidak

tergenang air.

Bila tanah tersebut adalah jenis tanah gambut,

maka diperlukan drainase yang baik sehingga air

dapat mengalir dan akar tidak tergenang. Paling

tidak permukaan tanah yang ditanami bambu harus

berada 1 meter dari dasar drainase untuk

menghindari permukaan tanah selalu basah.

Tanah lempung tidak disukai oleh bambu karena

bambu memerlukan aerasi di dalam tanah. Oleh sebab

itu di tanah lempung perlu ditambahkan pasir untuk

membentuk aerasi dalam tanah. Tanah latosol,

alluvial merupakan tanah yang disukai oleh bambu.

Untuk mendapatkan bambu dengan dinding yang

lebih tebal, diperlukan tanah yang kurang baik,

sehingga pemadatan sel-sel akan terjadi yang

menyebabkan bambu akan lebih tebal sehingga secara

otomatis bambu menjadi lebih berat. Sebagai akibat

penanaman bambu pada lahan yang tidak cocok

keadaan tanahnya, maka pertumbuhan bambu akan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 14

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

lebih lambat sehingga produksi batang berkurang

dibandingkan bambu tumbuh di tanah yang subur

dengan diameter batang mungkin lebih besar dan

ketebalan dinding yang lebih tipis.

Berdasarkan data lahan Kabupaten Kayong Utara

yang ada, secara keseluruhan terdapat luas

2.072,14 Ha dapat digunakan sebagai perkebunan

bambu.

III. 4. Budidaya Bambu Untuk Pembangkit Listrik

(Pasokan Bambu)

Pemanfaatan bambu untuk pembangkit tenaga

listrik dan biofuel sudah digunakan digunakan

dibanyak negara, contohnya Afrika Selatan, India,

bahkan Malaysia. Jenis bambu yang akan

dikembangkan di Kabupaten Kayong Utara adalah

Bambu Balku (Bambusa balcooa). Karena memiliki

ketebalan ketebalan dinding yang relatif paling

tebal dibandingkan jenis bambu lain, dan mempunya

berat per batang yang lebih besar, sehingga lebih

cocok digunakan sebagai bahan bakar pembangkit

listrik biomasa.

Dari 1 Ha lahan dengan jarak tanam 5 x 5 m

diperkirakan didapatkan 400 rumpun bambu/Ha. Pada

tahun ke-3 diperoleh 30 batang per rumpun, jadi

total batang 12.000 batang dalam waktu 3 tahun

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 15

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

setelah tanam. Panen dapat dilakukan setiap tahun

minimum 10 batang/rumpun dangan perkiraan berat

basah 40 kg/batang. Setelah dikeringkan untuk

mencapai moisture content 30-40%, berat bambu

menyusut menjadi sekitar 24 kg/batang. Sehingga

dalam 1 Ha diperoleh 4.000 batang yang equivalent

dengan 96 ton/Ha bambu kering.

Kebutuhan bambu kering untuk bahan bakar

pembangkit listrik dengan kapasitas 10 MW

diperkirakan 12-15 ton/jam dengan moisture content

30-40%, sehingga dalam 1 hari jika pembangkit

tersebut menyala selama 24 jam diperlukan bambu

kering dengan jumlah berkisar 288-360 ton/hari;

berdasarkan hasil perhitungan tersebut ,

produktivitas bambu yang dihasilkan adalah 96

ton/Ha dengan demikian diperlukan lahan seluas

3,00 - 3,75 Ha untuk memenuhi kebutuhan bambu

dalam 1 hari.

Bila produksi listrik dalam 1 tahun adalah

sekitar 300 hari, maka jumlah lahan yang

diperlukan untuk memasok kebutuhan bambu adalah

sekitar 900 - 1.125 Ha. Untuk menjaga keamanan dan

kontinuitas bahan bakar bambu, salah satu

alternatif yang bisa dipilih adalah dengan

menggunakan sistem panen bergantian tiap tahun,

sehingga secara keseluruhan diperlukan lahan

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 16

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

seluas 900 s.d 1.125 Ha dikalikan 3 tahun (karena

batang bambu dipanen 3 tahun sekali pada 1

lokasi), yaitu menjadi seluas 2.700 - 3.375 Ha.

III. 5. Manfaat (Eksternalitas Positif)

Ada beberapa manfaat dari kegiatan pembangunan

pembangkit listrik tenaga biomasa bambu,

diantaranya;

1) Mewujudkan kemampuan Pengelolaan / Pemanfaatan

potensi SDA lokal sebagai penopang kehidupan

(Life Support System).

2) Mengembangkan kegiatan Investasi.

3) Sumber Ilmu pengetahuan baru.

4) Mensejahterakan Rakyat;

- Lapangan Kerja Baru.

- Membuka daerah terisolir (kelistrikannya).

5) Penerapan "INTI PLASMA" → Masyarakat + Pemda +

Swasta.

6) Menopang kekurangan pasokan Listrik.

7) Kebun bambu bermanfaat bagi ekosistem hayati.

III. 6. Isu Lingkungan (Eksternalitas Negatif)

Adapun isu lingkungan yang berpotensi

berkembang dari pembangunan ini adalah;

1) Kemungkinan EMISI POLUSI asap.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 17

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

2) Gangguan kesehatan manusia (Kesehatan yang

terganggu akan berakibat pada produktivitas

tanaga kerja).

3) Polusi Suara / Kebisingan.

4) Mobilitas → Kemacetan (bongkar muat).

5) Musim hujan → hilangnya hasil tanaman sebagai

akibat erosi tanah.

6) Musin kemarau → menyebabkan kontaminasi tanah.

7) Mesin Biosmasa bambu memerlukan stok air yang

banyak.

8) Perubahan kawasan resapan air.

9) Kriminalitas → ex. pencurian rebung (bakal

bambu), dsb.

10)Limbah bambu (Sisa potongan, Daun, Ranting dan

Debu pemotongan).

11)Limbah pembangkit (pembuangan air dari

pembakaran, dsb.).

12)Perilaku anti-sosial.

III. 7. Internalisasikan Ekternalitas

Ada dua jenis cara untuk menginternalisasikan

eksternalitas, yaitu;

1) Pajak Korektif merupakan alat utama yang

digunakan untuk internalisasi

eksternalitas negatif.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 18

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Akan menimbulkan masalah baru (peluang konfik

jika pajak dibebankan pula pada

konsumen melalui tarif listrik dengan jumlah

tinggi/mahal).

2) Subsidi Korektif merupakan alat utama yang

digunakan untuk internalisasi

eksternalitas positif.

Subsidi korektif adalah pembayaran yang

dilakukan oleh pemerintah baik pembeli

atau penjual barang sehingga harga yang dibayar

oleh konsumen menjadi berkurang.

III. 8. Penerapan "INTI PLASMA"

Kerja sama pola kemitraan inti-plasma dalam

mengelola suatu usaha budidaya tanaman perkebunan

adalah model kemitraan yang dirancang untuk memacu

perkembangan suatu usaha berskala besar dengan

melibatkan masyarakat sekitar yang memenuhi

kriteria sebagai plasma dan bermitra dangan

perusahaan sebagai inti. Tujuannya agar inti dan

plasma dapat bekerjasama dengan baik agar usaha

yang dikembangkan dapat berhasil.

Beberapa keunggulan pola kemitraan inti plasma:

1. Memberdayakan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar dengan

terciptanya lapangan kerja

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 19

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

2. Memanfaatkan sumber daya alam dan sumber

daya manusia dengan lebih bijak

3. Sarana berbagi pengetahuan perihal

perkebunan kepada masyarakat

4. Optimasi kapasitas pabrik inti

5. Mengurangi gangguan produksi inti

6. Menjaga citra kebun inti

7. Tanggung jawab sosial perusahaan inti

terhadap masyarakat sekitar

8. Keuntungan/benefit jangka panjang bagi petani

plasma berupa kepastian pembelian hasil

kebun.

Beberaapa critical point dalam pola kemitraan

seperti ini antara lain dalam hal pembuatan

dan sistem kontrak perjanjian kerjasama yang

dapat diterima kedua belah pihak, pengelolaan

lahan dan dalam hal menciptakan kondisi saling

percaya antara inti dan plasma.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 20

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Gambar. Pola Kemitraan inti Plasma

KomunikasiSosialisasi

Sumber : Bagan dibuat sendiri, berdasarkan model PenelitianFak.TeknikUniversitas Indonesia, April 2014.

III. 9. Jenis bambu yang potensial ditanam di

Kabupaten Kayong Utara

Pada dasarnya semua jenis bambu dapat dijadikan

sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik,

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

PERUSAHAAN INTI KEBIJAKAN MANAJEMEN Tanggung jawab sosial

PETANI PLASMA POTENSI LINGKUNGAN

(Lahan, tenaga kerja, dll)

PEMDA

KEBIJAKAN PEMERINTAH (Dukungan Program, Perijinan, Payung

Hukum)

KEMITRAAN Membutuhkan Memperkuat

Menguntungkan

Page 21

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

akan tetapi jenis bambusa balcooa lebih memiliki

ketebalan yang sangat baik jika dibanding dengan

jenis bambu lainnya.

Adapun jenis-jenis bambu yang potensial ditanam

di Kabupaten Kayong Utara adalah sebagai berikut

(gambar) :

1. Bambu Balku (Bambusa balcooa)

Sumber : Istemewa

Tingginya mencapai 17,5 m (dinding batang

setebal lebih dari 2 cm dengan bulu batang tebal

berwarna coklat kehitaman); diameter 2,5-10 cm

(jarak buku 20-45 cm); warna batang coklat

kehijauan.

2. Bambu Ori (Bambusa bambos (L) Vass)

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 22

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

Sumber: Istimewa

Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat

tebal dan batang berbulu tebal); 15-18 cm (jarak

buku 20-40 cm); hijau muda.

3. Bambu Ampel Hijau (Bambusa vulgaris)

Sumber : Dok. Pribadi / Istimewa

Bambu Ampel Hijau rumpunnya tegak, tinggi 10

– 20 m, diameter 4 – 10 cm, permukaan batang

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 23

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

hijau mengkilap, kuning, atau kuning bergaris-

garis hijau; internodus berjarak 20-45 cm,

permukaan batang berambut hitam dan dilapisi

lilin putih ketika muda dan berangsur-angsur

menjadi halus tak berambut dan mengkilap; nodus

tenggelam. Cabang-cabang muncul dari nodus

tengah dan atas dari rumpun. Selubung rumpun

berbentuk segitiga lebar; daun lurus, berbentuk

segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-5

cm dan lebar 5-6 cm, ujung daun meruncing,

berambut pada kedua permukaan daun dan di tepi-

tepi daun; panjang ligula 3 mm, bergerigi.

4.Bambu Kuning (Bambusa vulgaris var vittata)

Sumber: Dok. Pribadi / Istimewa

Bentuknya ruasnya longgar dan batangnya tidak

memiliki duri. Warna batangnya seperti kuning

lemon dengan garis-garis hijau dan daun hijau

gelap. Tingginya10-20 meter (30-70 kaki) dengan

diameter 4-10 cm. Dinding batannya tebal.

Ruasnya bisa mencapai 20-45 cm (7,9-17,7 cm).

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 24

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

5.Bambu Lemang (Schizostachyum brachycladum Kurz)

Sumber: Dok. Pribadi

Buluh tegak, tinggi 7—15 m, diameter 7—10 cm,

warna hijau, hijau kebiruan atau kuning keemasan

biasanya dengan garis-garis hijau yang dangkal,

licin, biasanya ketika muda ditutupi dengan

rambut-rambut putih yang menyebar, kemudian

menjadi gundul ketika dewasa. Cabang muncul dari

buku pada buluh tengah menuju keatas, pada tiap

- tiap nodus dengan 25—30 cabang yang agak sama

besar. Pelepah buluh kaku, tidak mudah gugur,

tertutup dengan rambut berwarna coklat muda

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 25

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

hingga coklat, daun pelepah buluh menyegitiga,

tegak, kaku, biasanya gundul, kuping pelepah

daun kecil, dengan bristle 4—5 mm panjangnya.

Daun melanset, berbulu di bagian bawah,

diatasnya gundul, kuping pelepah daun sangat

kecil, dengan bristle panjang.

6.Bambu Lampar (Schizostachyum zollingeri Steudel)

Sumber: Dok. Pribadi

Bambu ini hampir mirip dengan bambu lemang,

namun lebih tebal jika dibandingkan dengan buluh

lemang.

III. 10. Idendifikasi Kegiatan

1) Sosialisasi → Masyarakat + Stakeholders →

Evaluasi ( Thn : 0)

2) Pembelian / Pembebasan Lahan → Lokasi (Kebun

dan Pembangkit) (Thn : 0)

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 26

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

3) Pembibitan (Thn 1)

4) Pengerjaan Lahan Tanam (Thn 1)

5) Proses Penanaman Bambu (Thn 2)

6) Pembangunan Gedung + Mesin Pembangkit (Thn 2)

7) Rekrutmen tenaga kerja (Thn 1)

8) Bahan / Alat / Material (Thn 0 - 1)

9) Pengadaan Pupuk (Thn 1)

10) Pemupukan masa tanam (Thn 1)

11) Prosedur / Administrasi : AMDAL, dsb (Thn

0-1)

12) Musin kemarau → Ancaman tanaman mati /

tidak subur (Ketersediaan stok bahan bakar

bambu) → Ketersediaan air..?

13) Keamanan (Security) Lahan dan Mesin

Pembangkit.

14) Panen (Thn 3-4)

15) Operasional ( Thn 4-5)

BAB IVPENUTUP

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 27

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

IV. 1. Kesimpulan

Dari uraian yang penulis paparkan diatas,

didapat kesimpulan sebagai berikut:

1.Kabupaten Kayong masih mengandalkan pasokan

listrik dari PLTD di wilayah Ketapang dengan

sistem isolated menggunakan jaringan transmisi 20

KV. Saat ini sistem tersebut mengalami defisit

daya mampu. Sehingga memang diperlukan membangun

pembangkit listrik energi baru dan terbarukan

dengan bahan baakar yang berasal dari potensi

lokal Kabupaten Kayong Utara untuk memenuhi

kebutuhan listrik, menutupi defisit daya mampu

pembangkit dan mengurangi ketergantungan

penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit

listrik di Propinsi Kalimantan Barat, yaitu

direncanakan menggunakan Pembangkit Listrik

Biomasa Bambu.

2.Pembangkit listrik tenaga biomasa bambu ini akan

menggunakan teknologi berbasis tenaga uap dengan

sistem pembakaran CFBC (Circulating Fluidize Bed

Combustion).

3.Kebutuhan bambu kering untuk bahan bakar

pembangkit listrik dengan kapasitas 10 MW

diperkirakan 12-15 ton/jam dengan moisture content

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 28

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

30-40%, sehingga untuk menjamin keamanan dan

kontinuitas pasokan bahan bakar diperlukan lahan

seluas 2.700 - 3.375 Ha.

4.Bentuk kerjasama pemberdayaan masyarakat sekitar

dalam penyediaan pasokan bahan bakar yaitu

melalui pola kemitraan inti-plasma perkebunan

bambu yang saling menguntungkan.

IV. 2. Saran

Kebutuhan listrik semakin bertambah sejalan

dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kayong Utara. Saat ini masih terdapat

kendala defisit daya mampu dari pembangkit listrik

yang memasok daya ke wilayah tersebut, dan

mahalnya biaya produksi listrik karena pembangkit

yang ada masih mengandalkan bahan bakar minyak,

sehingga perlu alternatif solusi berupa pembangkit

listrik yang menggunakan sumber energi baru dan

terbarukan sesuai potensi di Kabupaten Kayong

Utara, yaitu potensi bambu.

Namun perlu diperhatikan juga agar pembangkit

listrik tersebut dibangun dengan memperhatikan

lingkungan, agar limbah dan asap dari pembakaran

tidak berdampak buruk pada masyarakat sekitar.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014

Page 29

Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara

≈ ≈ ≈

Daftar Pustaka

Dransfield, S. & Widjaja, E. A. (Editors). 1995. Plant Resources of South-East Asia No.7. Bamboos. Backhuys Publisher, Leiden. 189 pp.

Sastrapradja, S. Widjaja, E. A. Prawiroatmodjo, S. Soenarko, S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Proyek SumberDaya Ekonomi, Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor

Widjaja, E. A. Utami, N.W., Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor

Daftar Laman

Anonim. Bamboo Faq. http://www.bamboo-oz.com.au/FAQ.html. Diakses padatanggal 7 Oktober 2014 pukul 14.30 wib.

Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014