Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Page 1
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Valuasi Kelayakan Rencana PembangunanPembangkit Listrik Tenaga Biomasa Bambu di
Kab. Kayong UtaraOleh: Herry Purwanto, S.IP
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister IlmuLingkungan
Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2014/2015(PNS Kab. Kayong Utara, Kalimantan Barat/email:
BAB IPENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Sejalan dengan upaya pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan
listrik akan terus meningkat. Dibeberapa daerah di
pulau Jawa, kebutuhan listrik masyarakat masih
terkendala defisit daya mampu dari pembangkit
listrik yang memasok daya ke wilayah tersebut.
Sesuai kebijakan Pemerintah tentang Bauran Energi
(Energy Mix) untuk meningkatkan persentase penggunaan
energi baru dan terbarukan serta mengurangi
penggunaan energi fosil terutama BBM maka
penambahan pasokan daya mampu dengan membangun
pembangkit listrik baru diupayakan menggunakan
sumber energi baru dan terbarukan yang cocok dan
layak sesuai potensi wilayah setempat.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 2
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Kebutuhan listrik semakin bertambah sejalan
dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kayong Utara. Saat ini masih terdapat
kendala defisit daya mampu dari pembangkit listrik
yang memasok daya ke wilayah tersebut, dan mahalnya
biaya produksi listrik karena pembangkit yang ada
masih mengandalkan bahan bakar minyak, sehingga
perlu alternatif solusi berupa pembangkit listrik
yang menggunakan sumber energi baru dan terbarukan
sesuai potensi di Kabupaten Kayong Utara.
I. 2. Kondisi Geografis Kabupaten Kayong Utara
Kabupaten Kayong Utara (KKU) berada pada garis
koordinat 00o45 sampai dengan 18’ lintang selatan
(LS) dan 108o05’ sampai dengan 110o15’ bujur timur
(BT). Secara geografis letak batas-batas wilayahnya
adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Pontianak.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Ketapang.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa.
KKU merupakan pemekaran dari Kabupaten Ketapang
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 6 tahun 2007
tentang Pembentukan Kabupaten Kayong Utara, tanggal
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 3
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
2 Januari 2007. Luas wilayah keseluruhannya adalah
4.089Km2, terdiri dari 6 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Sukadana.
2. Kecamatan Simpang Hilir.
3. Kecamatan Teluk Batang.
4. Kecamatan Pulau Maya.
5. Kecamatan Seponti.
6. Kecamatan Kepualauan Karimata.
Dari enam wilayah tersebut, Kecamatan Simpang
Hilir memiliki wilayah terluas yaitu 1.552 Km2 atau
33,69%, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan
Seponti dengan luas 146 Km2 atau 3,46%.
Selain memiliki akses ke wilayah perhuluan, karena
berbatasan langsung dengan wilayah pedalaman, serta
ke wilayah pesisir, yaitu Kabupaten Ketapang dan
sekitarnya, KKU juga memiliki akses ke laut dan
memiliki banyak pulau yang tersebar di Kecamatan
Kepulauan Karimata, Kecamatan Pulau Maya dan
Kecamatan Sukadana.
I. 3. Visi dan Misi Kabupaten Kayong Utara
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJMD) Kabupaten Kayong Utara tahun 3008-
2025 pada Peraturan Daerah Kabupaten Kayong Utara
Nomor 5 Tahun 2009, Visi Pembangunan Kabupaten
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 4
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Kayong Utara adalah: “Kabupaten Kayong Utara
Mandiri dan Sejahtera Tahun 2025”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut, Kabupaten Kayong
Utara mempunyai delapan Misi Pembangunan, yaitu:
1. Mewujudkan perekonomian yang maju dengan
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan investasi, yang berorientasi pada
peningkatan kemampuan produksi pertanian,
perikanan, kelautan, dan perkebunan serta
pengolahan hasil akhir produk, dalam upaya
memperluas kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
2. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas,
produktif dan inovatif untuk meningkatkan daya
saing serta penguasaan dan penggunaan IPTEK.
3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai
untuk membuka kawasan terisolir dan tertinggal
sekaligus untuk mengembangkan kegiatan investasi.
4. Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan
menjaga fungsi lingkungan hidup secara
berkelanjutan, berkeadilan, dan berkesinambungan,
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan
berkeadilan dalam rangka mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 5
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
kesenjangan antar wilayah, penataan ruang dan
pertanahan, dan percepatan pembangunan wilayah
tertinggal/miskin.
6. Mewujudkan masyarakat yang bermoral, berbudaya,
dan religius, serta memiliki kultur produktif-
inovatif dan mandiri berlandaskan kepada nilai-
nilai luhur Pncasila, budaya bangsa, dan agama.
7. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat
berbasis supremasi hukum dan tata pemerintahan
yang baik.
8. Mewujudkan budaya politik yang demoktratis dan
menghargai heterogenitas sosialn dan politik dalam
masyarakat.
BAB IIKONDISI KELISTRIKAN DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT
II.1.Sistem Kelistrikan
Berdasarkan Data dari Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2013-
2022, Sistem Kelistrikan di Kalimantan Barat
terdiri atas satu sistem interkoneksi 150 kV dan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 6
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
beberapa sistem isolated. Sistem interkoneksi
meliputi sekitar Pontianak hungga Singkawang.
Sistem isolated terdiri dari sistem Sambas,
Bengkayang, Ngabang, Sanggau, Sekadau, Sintang,
Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang dan sistem
tersebar.
II.2.Beban Puncak, Daya Terpasang dan Daya Mampu
Beban puncak di Sistem kelistrikan Kalimantan
Barat sampai dengan bulan September 2013 adalah 343
MW dengan kapasitas daya terpasang pembangkit
sebesar 449,6 MW serta daya mampu 369,1 MW yang
menghasilkan produksi listrik 1.756 GWh. Sistem
interkoneksi Pontianak-Singkawang merupakan yang
terbesar dimana sekitar 67% produksi listrik di
Kalimantan Barat berada di sistem ini. Sampai bulan
September 2013 sebanyak 98,94% produksi listrik di
Kalimantan Barat bersumber dari pembangkit listrik
berbahan bakar minyak. Kecukupan dan keandalan
pasokan listrik masih relatif rendah karena umur
beberapa mesin diesel sudah tua dan cadangan
pembangkitan masih kurang memadai.
Pasokan listrik di Kalimantan Barat terdiri dari
PLTD Sewa 207 MW (56,1%), PLTD/PLTG Sendiri 157
MW(42,6%), dan sisanya (1,3%) berasal dari PLTMH
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 7
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
dan rencana pembelian listrik dari excess power dan
dari Malaysia.
Sistem isolated Ketapang masih mengandalkan
pasokan listrik dari PLTD milik PLN dan PLTD Sewa
dengan beban puncak sebesar 27,5 MW, daya terpasang
sebesar 28,9 MW dan daya mampu sebesar 28,9 MW.
Profil konsumen pengguna listrik di Propinsi
Kalimantan Barat masih didominasi oleh konsumen
rmah tangga dan sosial (62,9%), sektor
publik/sarana umum (8,63%) dan konsumen industri
(5,35%).
Dari hasil survey yang dilakukan Tim Lembaga
Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia
pada awal bulan april 2014 lalu ke bagian jaringan
di PLN Ketapang, didapatkan informasi bahwa saat
ini Sitem Isolated Ketapang memasok listrik untuk
kebutuhan wilayah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten
Kayong Utara.
Rasio elektrifikasi di Kabupaten Ketapang
mencapai 62% dan di Kabupaten Kayong Utara baru
mencapai 52% dari target tahun 2013 sebesar 70%.
Beban puncak untuk sistem ini sebesar 24,2 MW
dengan daya mampu sebesar 24 MW, dimana 22 MW
mengandalkan PLTD berbahab bakar solar milik PLN
dan pembangkit sewa ditambah 2 MW pembelian excees
power dari pembangkit listrik milik perusahaan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 8
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
swasta (PT. Sukajaya Makmur). Dengan adanya
kekurangan daya mampu sebesar 0,2 MW tersebut maka
permintaan penyambungan baru di wilayah Kabupaten
Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara yang mengalami
penundaan, terutama permintaan sambungan daya yang
cukup besar untuk industri.
II.3.Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik 2013-2022
Pada tahun 2007-2012 dari data pada RUPTL PLN,
kebutuhan tenaga listrik di Propinsi Kalimantan
Barat mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu
sekitar 10% per tahun. Dalam kurun waktu yang sama,
pertumbuhan ekonomi Propinsi Kalimantan Barat per
tahun rata-rata mencapai 5,5%. Sementara Rasio
Elektrifikasi di Propinsi Kalimantan Barat saat ini
mencapai 67,5%.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan Rasio
Elektrifikasi maka proyeksi kebutuhan daya listrik
dan beban puncak di Propinsi Kalimantan Barat untuk
tahun 2013-2022 akan semakin besar pada beban
puncak dibandingkan pertumbuhan ekonomi Propinsi
Kalimantan Barat, hal ini harus diantisipasi dengan
menyiapkan cadangan daya mampu dari pengembangan
pembangkit listrik dan kesiapan pengembangan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 9
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
jaringan transmisinya. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Propinsi Kalbar
2013-2022
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi(%)
Penjualan
(GWh)
Produksi (GWh)
BebanPuncak(MW)
Pelanggan
2013 6,2 1.788 2.046 371 834.1472014 6,5 1.997 2.289 402 874.1562015 6,6 2.230 2.541 457 918.6022016 6,6 2.486 2.850 512 964.400
2017 6,6 2.767 3.172 5691.012.07
0
2018 6,6 3.075 3.528 6321.061.36
2
2019 6,6 3.415 3.917 7011.112.43
2
2020 6,6 3.788 4.344 7771.165.89
6
2021 6,6 4.200 4.815 8601.221.55
1
2022 6,6 6.653 5.325 9511.279.86
4Growt
h6,6 11,2% 11,2% 11.0% 4,9%
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 10
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Sumber: Lembaga Teknologi Fak.Teknik Universitas Indonesia, Maret
2014.
Dari informasi RUPLT PLN per September 2013,
Biaya Pokok Produksi Listrik per KWh di Propinsi
Kalimantan Barat mencapai Rp. 3.177. Hal tersebut
terjadi karena masih mengandalkan pembangkit-
pembangkit listrik berbahan bakar BBM. Untuk
menurunkan Biaya Pokok Produksi tersebut, maka
diperlukan pengembangan pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar lain.
BAB IIIRENCANA PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BIOMASA BAMBU
III. 1. Permasalahan
Dari realita kondisi kelistrikan yang ada,
dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Ketapang dan
Kabupaten Kayong Utara saat ini masih mengalami
defisit daya mampu PLN untuk melayani beban
puncak, kendala itu akan diatasi dengan PLTU IPP
2x6 MW dan PLTU milik PLN 2x10 MW berbahan bakan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 11
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
batubara yang akan beroperasi pada tahun 2014-
2015.
Namun demikian, masih terdapat resiko
kontinuitas dan kepastian pasokan bahan bakar
terhadap kedua pembangkit tersebut mengingat
kebutuhan batubaranya masih harus didatangkan dari
wilayah Kalimantan Selatan ditambah harga solar
non subsidi yang semakin mahal sebagai bahan bakar
PLTD eksisting.
III. 2. Mencari Solusi
Untuk meningkatkan pasokan daya mampu di
wilayah Kabupaten Kayong Utara, Pemerintah
Kabupaten Kayong Utara merencanakan membangun
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar
energi baru dan terbarukan (EBT) yang berasal dari
potensi lokal di Kabupaten Kayong Utara yaitu
potensi bambu, yang banyak dan dapat dikembangkan
dilahan jenis apapun di Kabupaten Kayong Utara.
Terkait kondisi kelistrikan, Pemerintah
Kabupaten Kayong Utara akan bekerjasama dengan
pihak perusahaan yang bernaung dibawah negara Cina
dan Jepang. Rencana ini sesuai misi ke-3, ke-4 dan
ke-5 dari Misi Pembangunan Kabupaten Kayong Utara,
yaitu:
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 12
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
3.Mewujudkan infrastruktur dasar yang memadai
untuk membuka kawasan terisolir dan tertinggal
sekaligus untuk mengembangkan kegiatan
investasi.
4.Mewujudkan kemampuan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan
dan menjaga fungsi lingkungan hidup secara
berkelanjutan, berkeadilan, dan
berkesinambungan, untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
5. Mewujudkan pembangunan wilayah yang merata dan
berkeadilan dalam rangka mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui pengurangan
kesenjangan antar wilayah, penataan ruang dan
pertanahan, dan percepatan pembangunan wilayah
tertinggal/miskin.
III. 3. Tanah Tanam
Kontinuitas pasokan bahan bakar bambu sangatlah
penting dalam pembangunan pembangkit listrik, oleh
sebab itu diperlukan luasan area minimum untuk
penanaman bahan bakunya.
Bambu sebagai bahan bakar dapat diperoleh
dengan mengembangkan perkebunan inti-plasma dengan
memberdayakan masyarakat setempat sehingga antara
pihak perusahaan sebagai pengelola dan masyarakat
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 13
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
sama-sama mendapatkan keuntungan (lapangan kerja
baru bagi masyarakat).
Tanaman bambu pada umumnya sangat menyukai
jenis tanah asam, namun hanya beberapa jenis bambu
yang bisa tumbuh ditanah yang tegenang air hingga
berbulan-bulan. Oleh sebab itu lokasi penanaman
bambu sebaiknya ditanah yang relatif kering/tidak
tergenang air.
Bila tanah tersebut adalah jenis tanah gambut,
maka diperlukan drainase yang baik sehingga air
dapat mengalir dan akar tidak tergenang. Paling
tidak permukaan tanah yang ditanami bambu harus
berada 1 meter dari dasar drainase untuk
menghindari permukaan tanah selalu basah.
Tanah lempung tidak disukai oleh bambu karena
bambu memerlukan aerasi di dalam tanah. Oleh sebab
itu di tanah lempung perlu ditambahkan pasir untuk
membentuk aerasi dalam tanah. Tanah latosol,
alluvial merupakan tanah yang disukai oleh bambu.
Untuk mendapatkan bambu dengan dinding yang
lebih tebal, diperlukan tanah yang kurang baik,
sehingga pemadatan sel-sel akan terjadi yang
menyebabkan bambu akan lebih tebal sehingga secara
otomatis bambu menjadi lebih berat. Sebagai akibat
penanaman bambu pada lahan yang tidak cocok
keadaan tanahnya, maka pertumbuhan bambu akan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 14
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
lebih lambat sehingga produksi batang berkurang
dibandingkan bambu tumbuh di tanah yang subur
dengan diameter batang mungkin lebih besar dan
ketebalan dinding yang lebih tipis.
Berdasarkan data lahan Kabupaten Kayong Utara
yang ada, secara keseluruhan terdapat luas
2.072,14 Ha dapat digunakan sebagai perkebunan
bambu.
III. 4. Budidaya Bambu Untuk Pembangkit Listrik
(Pasokan Bambu)
Pemanfaatan bambu untuk pembangkit tenaga
listrik dan biofuel sudah digunakan digunakan
dibanyak negara, contohnya Afrika Selatan, India,
bahkan Malaysia. Jenis bambu yang akan
dikembangkan di Kabupaten Kayong Utara adalah
Bambu Balku (Bambusa balcooa). Karena memiliki
ketebalan ketebalan dinding yang relatif paling
tebal dibandingkan jenis bambu lain, dan mempunya
berat per batang yang lebih besar, sehingga lebih
cocok digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik biomasa.
Dari 1 Ha lahan dengan jarak tanam 5 x 5 m
diperkirakan didapatkan 400 rumpun bambu/Ha. Pada
tahun ke-3 diperoleh 30 batang per rumpun, jadi
total batang 12.000 batang dalam waktu 3 tahun
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 15
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
setelah tanam. Panen dapat dilakukan setiap tahun
minimum 10 batang/rumpun dangan perkiraan berat
basah 40 kg/batang. Setelah dikeringkan untuk
mencapai moisture content 30-40%, berat bambu
menyusut menjadi sekitar 24 kg/batang. Sehingga
dalam 1 Ha diperoleh 4.000 batang yang equivalent
dengan 96 ton/Ha bambu kering.
Kebutuhan bambu kering untuk bahan bakar
pembangkit listrik dengan kapasitas 10 MW
diperkirakan 12-15 ton/jam dengan moisture content
30-40%, sehingga dalam 1 hari jika pembangkit
tersebut menyala selama 24 jam diperlukan bambu
kering dengan jumlah berkisar 288-360 ton/hari;
berdasarkan hasil perhitungan tersebut ,
produktivitas bambu yang dihasilkan adalah 96
ton/Ha dengan demikian diperlukan lahan seluas
3,00 - 3,75 Ha untuk memenuhi kebutuhan bambu
dalam 1 hari.
Bila produksi listrik dalam 1 tahun adalah
sekitar 300 hari, maka jumlah lahan yang
diperlukan untuk memasok kebutuhan bambu adalah
sekitar 900 - 1.125 Ha. Untuk menjaga keamanan dan
kontinuitas bahan bakar bambu, salah satu
alternatif yang bisa dipilih adalah dengan
menggunakan sistem panen bergantian tiap tahun,
sehingga secara keseluruhan diperlukan lahan
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 16
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
seluas 900 s.d 1.125 Ha dikalikan 3 tahun (karena
batang bambu dipanen 3 tahun sekali pada 1
lokasi), yaitu menjadi seluas 2.700 - 3.375 Ha.
III. 5. Manfaat (Eksternalitas Positif)
Ada beberapa manfaat dari kegiatan pembangunan
pembangkit listrik tenaga biomasa bambu,
diantaranya;
1) Mewujudkan kemampuan Pengelolaan / Pemanfaatan
potensi SDA lokal sebagai penopang kehidupan
(Life Support System).
2) Mengembangkan kegiatan Investasi.
3) Sumber Ilmu pengetahuan baru.
4) Mensejahterakan Rakyat;
- Lapangan Kerja Baru.
- Membuka daerah terisolir (kelistrikannya).
5) Penerapan "INTI PLASMA" → Masyarakat + Pemda +
Swasta.
6) Menopang kekurangan pasokan Listrik.
7) Kebun bambu bermanfaat bagi ekosistem hayati.
III. 6. Isu Lingkungan (Eksternalitas Negatif)
Adapun isu lingkungan yang berpotensi
berkembang dari pembangunan ini adalah;
1) Kemungkinan EMISI POLUSI asap.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 17
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
2) Gangguan kesehatan manusia (Kesehatan yang
terganggu akan berakibat pada produktivitas
tanaga kerja).
3) Polusi Suara / Kebisingan.
4) Mobilitas → Kemacetan (bongkar muat).
5) Musim hujan → hilangnya hasil tanaman sebagai
akibat erosi tanah.
6) Musin kemarau → menyebabkan kontaminasi tanah.
7) Mesin Biosmasa bambu memerlukan stok air yang
banyak.
8) Perubahan kawasan resapan air.
9) Kriminalitas → ex. pencurian rebung (bakal
bambu), dsb.
10)Limbah bambu (Sisa potongan, Daun, Ranting dan
Debu pemotongan).
11)Limbah pembangkit (pembuangan air dari
pembakaran, dsb.).
12)Perilaku anti-sosial.
III. 7. Internalisasikan Ekternalitas
Ada dua jenis cara untuk menginternalisasikan
eksternalitas, yaitu;
1) Pajak Korektif merupakan alat utama yang
digunakan untuk internalisasi
eksternalitas negatif.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 18
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Akan menimbulkan masalah baru (peluang konfik
jika pajak dibebankan pula pada
konsumen melalui tarif listrik dengan jumlah
tinggi/mahal).
2) Subsidi Korektif merupakan alat utama yang
digunakan untuk internalisasi
eksternalitas positif.
Subsidi korektif adalah pembayaran yang
dilakukan oleh pemerintah baik pembeli
atau penjual barang sehingga harga yang dibayar
oleh konsumen menjadi berkurang.
III. 8. Penerapan "INTI PLASMA"
Kerja sama pola kemitraan inti-plasma dalam
mengelola suatu usaha budidaya tanaman perkebunan
adalah model kemitraan yang dirancang untuk memacu
perkembangan suatu usaha berskala besar dengan
melibatkan masyarakat sekitar yang memenuhi
kriteria sebagai plasma dan bermitra dangan
perusahaan sebagai inti. Tujuannya agar inti dan
plasma dapat bekerjasama dengan baik agar usaha
yang dikembangkan dapat berhasil.
Beberapa keunggulan pola kemitraan inti plasma:
1. Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan
terciptanya lapangan kerja
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 19
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
2. Memanfaatkan sumber daya alam dan sumber
daya manusia dengan lebih bijak
3. Sarana berbagi pengetahuan perihal
perkebunan kepada masyarakat
4. Optimasi kapasitas pabrik inti
5. Mengurangi gangguan produksi inti
6. Menjaga citra kebun inti
7. Tanggung jawab sosial perusahaan inti
terhadap masyarakat sekitar
8. Keuntungan/benefit jangka panjang bagi petani
plasma berupa kepastian pembelian hasil
kebun.
Beberaapa critical point dalam pola kemitraan
seperti ini antara lain dalam hal pembuatan
dan sistem kontrak perjanjian kerjasama yang
dapat diterima kedua belah pihak, pengelolaan
lahan dan dalam hal menciptakan kondisi saling
percaya antara inti dan plasma.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 20
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Gambar. Pola Kemitraan inti Plasma
KomunikasiSosialisasi
Sumber : Bagan dibuat sendiri, berdasarkan model PenelitianFak.TeknikUniversitas Indonesia, April 2014.
III. 9. Jenis bambu yang potensial ditanam di
Kabupaten Kayong Utara
Pada dasarnya semua jenis bambu dapat dijadikan
sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik,
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
PERUSAHAAN INTI KEBIJAKAN MANAJEMEN Tanggung jawab sosial
PETANI PLASMA POTENSI LINGKUNGAN
(Lahan, tenaga kerja, dll)
PEMDA
KEBIJAKAN PEMERINTAH (Dukungan Program, Perijinan, Payung
Hukum)
KEMITRAAN Membutuhkan Memperkuat
Menguntungkan
Page 21
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
akan tetapi jenis bambusa balcooa lebih memiliki
ketebalan yang sangat baik jika dibanding dengan
jenis bambu lainnya.
Adapun jenis-jenis bambu yang potensial ditanam
di Kabupaten Kayong Utara adalah sebagai berikut
(gambar) :
1. Bambu Balku (Bambusa balcooa)
Sumber : Istemewa
Tingginya mencapai 17,5 m (dinding batang
setebal lebih dari 2 cm dengan bulu batang tebal
berwarna coklat kehitaman); diameter 2,5-10 cm
(jarak buku 20-45 cm); warna batang coklat
kehijauan.
2. Bambu Ori (Bambusa bambos (L) Vass)
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 22
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
Sumber: Istimewa
Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat
tebal dan batang berbulu tebal); 15-18 cm (jarak
buku 20-40 cm); hijau muda.
3. Bambu Ampel Hijau (Bambusa vulgaris)
Sumber : Dok. Pribadi / Istimewa
Bambu Ampel Hijau rumpunnya tegak, tinggi 10
– 20 m, diameter 4 – 10 cm, permukaan batang
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 23
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
hijau mengkilap, kuning, atau kuning bergaris-
garis hijau; internodus berjarak 20-45 cm,
permukaan batang berambut hitam dan dilapisi
lilin putih ketika muda dan berangsur-angsur
menjadi halus tak berambut dan mengkilap; nodus
tenggelam. Cabang-cabang muncul dari nodus
tengah dan atas dari rumpun. Selubung rumpun
berbentuk segitiga lebar; daun lurus, berbentuk
segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-5
cm dan lebar 5-6 cm, ujung daun meruncing,
berambut pada kedua permukaan daun dan di tepi-
tepi daun; panjang ligula 3 mm, bergerigi.
4.Bambu Kuning (Bambusa vulgaris var vittata)
Sumber: Dok. Pribadi / Istimewa
Bentuknya ruasnya longgar dan batangnya tidak
memiliki duri. Warna batangnya seperti kuning
lemon dengan garis-garis hijau dan daun hijau
gelap. Tingginya10-20 meter (30-70 kaki) dengan
diameter 4-10 cm. Dinding batannya tebal.
Ruasnya bisa mencapai 20-45 cm (7,9-17,7 cm).
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 24
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
5.Bambu Lemang (Schizostachyum brachycladum Kurz)
Sumber: Dok. Pribadi
Buluh tegak, tinggi 7—15 m, diameter 7—10 cm,
warna hijau, hijau kebiruan atau kuning keemasan
biasanya dengan garis-garis hijau yang dangkal,
licin, biasanya ketika muda ditutupi dengan
rambut-rambut putih yang menyebar, kemudian
menjadi gundul ketika dewasa. Cabang muncul dari
buku pada buluh tengah menuju keatas, pada tiap
- tiap nodus dengan 25—30 cabang yang agak sama
besar. Pelepah buluh kaku, tidak mudah gugur,
tertutup dengan rambut berwarna coklat muda
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 25
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
hingga coklat, daun pelepah buluh menyegitiga,
tegak, kaku, biasanya gundul, kuping pelepah
daun kecil, dengan bristle 4—5 mm panjangnya.
Daun melanset, berbulu di bagian bawah,
diatasnya gundul, kuping pelepah daun sangat
kecil, dengan bristle panjang.
6.Bambu Lampar (Schizostachyum zollingeri Steudel)
Sumber: Dok. Pribadi
Bambu ini hampir mirip dengan bambu lemang,
namun lebih tebal jika dibandingkan dengan buluh
lemang.
III. 10. Idendifikasi Kegiatan
1) Sosialisasi → Masyarakat + Stakeholders →
Evaluasi ( Thn : 0)
2) Pembelian / Pembebasan Lahan → Lokasi (Kebun
dan Pembangkit) (Thn : 0)
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 26
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
3) Pembibitan (Thn 1)
4) Pengerjaan Lahan Tanam (Thn 1)
5) Proses Penanaman Bambu (Thn 2)
6) Pembangunan Gedung + Mesin Pembangkit (Thn 2)
7) Rekrutmen tenaga kerja (Thn 1)
8) Bahan / Alat / Material (Thn 0 - 1)
9) Pengadaan Pupuk (Thn 1)
10) Pemupukan masa tanam (Thn 1)
11) Prosedur / Administrasi : AMDAL, dsb (Thn
0-1)
12) Musin kemarau → Ancaman tanaman mati /
tidak subur (Ketersediaan stok bahan bakar
bambu) → Ketersediaan air..?
13) Keamanan (Security) Lahan dan Mesin
Pembangkit.
14) Panen (Thn 3-4)
15) Operasional ( Thn 4-5)
BAB IVPENUTUP
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 27
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
IV. 1. Kesimpulan
Dari uraian yang penulis paparkan diatas,
didapat kesimpulan sebagai berikut:
1.Kabupaten Kayong masih mengandalkan pasokan
listrik dari PLTD di wilayah Ketapang dengan
sistem isolated menggunakan jaringan transmisi 20
KV. Saat ini sistem tersebut mengalami defisit
daya mampu. Sehingga memang diperlukan membangun
pembangkit listrik energi baru dan terbarukan
dengan bahan baakar yang berasal dari potensi
lokal Kabupaten Kayong Utara untuk memenuhi
kebutuhan listrik, menutupi defisit daya mampu
pembangkit dan mengurangi ketergantungan
penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit
listrik di Propinsi Kalimantan Barat, yaitu
direncanakan menggunakan Pembangkit Listrik
Biomasa Bambu.
2.Pembangkit listrik tenaga biomasa bambu ini akan
menggunakan teknologi berbasis tenaga uap dengan
sistem pembakaran CFBC (Circulating Fluidize Bed
Combustion).
3.Kebutuhan bambu kering untuk bahan bakar
pembangkit listrik dengan kapasitas 10 MW
diperkirakan 12-15 ton/jam dengan moisture content
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 28
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
30-40%, sehingga untuk menjamin keamanan dan
kontinuitas pasokan bahan bakar diperlukan lahan
seluas 2.700 - 3.375 Ha.
4.Bentuk kerjasama pemberdayaan masyarakat sekitar
dalam penyediaan pasokan bahan bakar yaitu
melalui pola kemitraan inti-plasma perkebunan
bambu yang saling menguntungkan.
IV. 2. Saran
Kebutuhan listrik semakin bertambah sejalan
dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kayong Utara. Saat ini masih terdapat
kendala defisit daya mampu dari pembangkit listrik
yang memasok daya ke wilayah tersebut, dan
mahalnya biaya produksi listrik karena pembangkit
yang ada masih mengandalkan bahan bakar minyak,
sehingga perlu alternatif solusi berupa pembangkit
listrik yang menggunakan sumber energi baru dan
terbarukan sesuai potensi di Kabupaten Kayong
Utara, yaitu potensi bambu.
Namun perlu diperhatikan juga agar pembangkit
listrik tersebut dibangun dengan memperhatikan
lingkungan, agar limbah dan asap dari pembakaran
tidak berdampak buruk pada masyarakat sekitar.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014
Page 29
Valuasi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Biomasa Bambu di Kab. Kayong Utara
≈ ≈ ≈
Daftar Pustaka
Dransfield, S. & Widjaja, E. A. (Editors). 1995. Plant Resources of South-East Asia No.7. Bamboos. Backhuys Publisher, Leiden. 189 pp.
Sastrapradja, S. Widjaja, E. A. Prawiroatmodjo, S. Soenarko, S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Proyek SumberDaya Ekonomi, Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor
Widjaja, E. A. Utami, N.W., Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor
Daftar Laman
Anonim. Bamboo Faq. http://www.bamboo-oz.com.au/FAQ.html. Diakses padatanggal 7 Oktober 2014 pukul 14.30 wib.
Herry Purwanto, S. IP_Magister Ilmu Lingkungan UNTAN_2014