Upload
universitasnegerimalang
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI BAHAN MAKANAN
BERDASARKAN ALT (ANGKA LEMPENG TOTAL)
KOLONI KAPANG
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikologi
yang Dibina Oleh Ibu Utami Sri Hastuti dan Bapak Agung
Witjoro
Disusun Oleh Kelompok 1
Cinthia Martiana (100341400708)
Fikhi Masjida Nugraha (100341404629)
Irma Dwi Jayanti (100341400712)
Lailil Maulidia (100341404628)
Rahmawati N.S.E.T.P. (100341404412)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
APRIL 2014
Uji Kualitas Mikrobiologi Bahan Makanan
Berdasarkan ALT
(Angka Lempeng Total) Koloni Kapang
TOPIK
Menghitung ALT (Angka Lempeng Total) Koloni Kapang
untuk Menguji Kualitas Mikrobiologi Bahan Makanan
HARI / TANGGAL
1. Senin/ 24 Maret 2014 (pembuatan medium)
2. Selasa/ 25 Maret 2014 (inokulasi bahan makanan
pada medium)
3. Selasa/ 1 April 2014 (menghitung ALT koloni kapang
pada medium yang telah dinokulasikan dengan bahan
makanan)
TUJUAN
Menguji kualitas mikrobiologi bahan makanan berdasarkan
ALT koloni kapang
DASAR TEORI
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar
bagi manusia, sehingga ketersediaan pangan perlu
mendapat perhatian yang serius baik kuantitas maupun
kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan
pangan diimplementasikan melalui program ketahanan
pangan, agar masyarakat memperoleh pangan dalam jumlah
yang cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal untuk
dikonsumsi (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2004).Sifat kimia, biologis, dan fisik bahan pangan
sangat memungkinkan berbagai macam microorganism dapat
tumbuh dengan baik dan pada bahan pangan yang biasanya
bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung jenis
bahan serta kondisi tertentu dari penyimpanannya
(Pratiwi dan Anjarsari, 2002).
Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan
pangan sangat berpengaruh pada kualitas produknya.
Secara spesifik dikatakan bahwa tepung terigu yang
terkontaminasi fungi akan berpengaruh terhadap kualitas
produk olahannya seperti roti dan pastry. Hal tersebut
akan menyebabkan penurunan kualitas (Pratiwi dan
Anjarsari, 2002). Lebih lanjut, cemaran fungi pada
tepung terigu sangat memungkinkan mengeluarkan
mikotoksin pada kondisi tertentu atau selama
penyimpanan. Mikotoksin merupakan bagian dari metebolit
sekunder pada fungi yang dapat mengkontaminasi makanan
dan dapat menyebabkan keracunan pada manusia (Moss,
1992). Selain contoh yang disebutkan di atas, contoh
kapang yang lain adalah Rhizopus sp.Mikroorganisme ini
memproduksi enzim a-amilase (Mien, tanpa tahun).
Kapang yang sering menyerang tepung terigu adalah
jenis kapang amilolitik yakni kapang yang mampu
menghidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi
molekul yang lebih sederhana. Contoh kapang amilolitik
antara lain Fusarium dan Penicilium (Fardiaz, 1992).
Jumlah koloni kapang dalam bahan makanan atau
makanan tersebut dapat dinyatakan dengan AngkaLempeng
Total (ALT) koloni kapang dalam makanan yang tercemar
oleh kapang. Kualitas mikrobiologi makanan ditentukan
berdasarkan beberapa macam aspek, salah satu
diantaranya berdasarkan ALT koloni kapang dengan
mengacu pada ketentuan dari DIRJEN POM pada gambar 1.1,
sehingga dapat ditentukan kelayakan konsumsi bahan
makanan atau makanan yang diperiksa.
Gambar 1.1Standarjumlahkolonikapangpadabahanmakanantepung
ALAT & BAHAN
1. 6 Medium lempeng CA
(A, B, C, D, E, dan
F)
2. Bahan makanan
(tepung terigu)
3. Pepton
4. Vortex
5. Mikropipet
6. Neraca digital
7. Pembakar spiritus
8. Korek Api
9. Inkubator
10.LAF (Laminar Air Flow)
11.Koloni counter
12.5 Tabung reaksi A,
B, C, D, dan E
13.Rak tabung reaksi
14.kertas label
15.Alat tulis
LANGKAH KERJA
Menimbang bahan makanan yang akan diuji sebanyak 10gr
Memasukkan bahan makanan yang telah ditimbang ke dalam
labu Erlenmeyer dan menambahkan pepton sebanyak 90 ml
untuk melarutkan bahan makanan
Menghomogenkan bahan makanan yang telah diberi pepton
dengan menggunakan vortex
Mengambil 1 mL suspensi dalam labu Erlenmeyer kemudian
memasukkannya ke dalam tabung reaksi A yang telah
berisi pepton
Menghomogenkan suspensi dengan menggunakan vortex
Mengambil 1 mL suspensi dari tabung reaksi A dan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi B
Menghomogenkannya dengan menggunakan vortex
Melakukan langkah yang sama sampai tabung reaksi E
Memberi label 10-1 pada labu Erlenmeyer, dan memberi
label tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6
secara berurutan pada
tabung reaksi A, B, C, D, dan E
Mengambil suspensi dari labu Erlenmeyer (tingkat
pengenceran 10-1) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (A)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-1 pada cawan petri A
Mengambil suspensi dari tabung reaksi A (tingkat
pengenceran 10-2) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (B)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-2 pada cawan petri B
Mengambil suspensi dari tabung reaksi B (tingkat
pengenceran 10-3) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (C)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-3 pada cawan petri C
Mengambil suspensi dari tabung reaksi C (tingkat
pengenceran 10-4) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (D)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-4 pada cawan petri D
Mengambil suspensi dari tabung reaksi D (tingkat
pengenceran 10-5) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (E)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-5 pada cawan petri E
Mengambil suspensi dari tabung reaksi E (tingkat
pengenceran 10-6) sebanyak 1 mL dan memercikannya pada
medium lempeng CA (F)
Memutar-mutar cawan petri berisi medium yang telah
diberi suspensi agar merata
Memberi label 10-6 pada cawan petri F
Memasukkan cawan petri A-F (tingkat pengenceran 10-1 -
10-6) ke dalam inkubator selama ± 1 minggu
Setelah 1 minggu menghitung jumlah koloni kapang pada
masing-masing tingkat pengenceran dengan menggunakan
koloni counter
Mencatat hasilnya
catatan:semua langkah dilakukan
DATA
Tabel 1 Jumlah Koloni Kapang pada Masing-masing TingkatPengenceranNo.
Tingkat Pengenceran Jumlah KoloniKapang
1 10-1 -2 10-2 -3 10-3 124 10-4 55 10-5 456 10-6 20
Foto medium pada tingat pengenceran a) 10-1 dan b) 10-2
tidak nampak adanya koloni kapang
Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-3
a b
Foto koloni kapang pada tingkat tengenceran 10-4
Foto koloni kapang pada tingkat pengenceran 10-5
Foto koloni kapang pada tingkat tengenceran 10-6
Foto koloni kapang yang terdapat pada bahan makanan tepung terigu
ANALISIS DATA
ALT koloni kapang pada masing-masing tingkat
pengenceran dihitung dengan menggunakan rumus:
ALT = Jumlah koloni kapang x 1tingkatpengenceran x 10
Selanjutnya ALT pada masing-masing tingkat pengenceran
dijumlah dan dibagi banyaknya pengenceran yang
dilakukan untuk mengetahui rata-rata ALT koloni kapang
pada bahan makanan yang diuji.
Tabel 2 ALT Koloni Kapang pada Tepung TeriguNo.
TingkatPengenceran
Jumlah KoloniKapang
ALT
1 10-1 - -2 10-2 - -3 10-3 12 1.2 x 105
4 10-4 5 5 x 105
5 10-5 45 4.5 x 107
6 10-6 20 2 x 108
Rata-rata 4.1 x107
Berdasarkan pehitungan yang dilakukan diperoleh
hasil bahwa ALT kapang pada tepung terigu yang diuji
memiliki rata-rata 4.1 x 10 7 yang berdasarkan BPOM,
tepung terigu ini tidak layak digunakan karena batas
maksimal kapang dalam kategori masih layak digunakan
adalah 1 x 104.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui bahwa
ALT koloni kapang pada tepung terigu yang diuji sebesar
4,1 x107 melebihi dari ALT koloni kapang maksimal
tepung terigu sebesar 1x104. ALT tepung terigu yang
diuji menunjukkan bahwa tepung terigu tersebut tidak
layak untuk dikonsumsi karena jumlah koloni kapang yang
ditemukan pada tepung terigu yang diuji melebihi dari
batas maksimal ALT koloni kapang yang masih layak
konsumsi. Tepung terigu yang diuji memiliki ALT koloni
kapang yang tinggi karena ada faktor-faktor yang mendu-
kung pertumbuhan kapang pada tepung terigu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kerusakan pangan oleh
mikroorganisme seperti yang diungkapkan Mossel (Olivia,
2012) sebagai berikut.
1. Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu
sendiri.
Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of
water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi
(redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan antimi-
kroba dan struktur bahan makanan (Yudhabuntara,
2003). Tepung terigu memiliki kandungan makanan
berupa protein, karbohidrat dan lemak yang diperlukan
oleh kapang untuk pertumbuhannya sehingga tepung
terigu yang tidak disimpan dengan baik maka dapat
ditumbuhi oleh kapang.
2. Pengolahan. Pada uji ini, tepung terigu didapatkan
dari pabrik sehingga tidak perlu ada pengolahan
kembali selama uji ALT.
3. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari
penanganan dan penyimpanan bahan pangan. Faktor
ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor
luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan
pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan
gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar
ultraviolet (Yudhabuntara, 2003). Tepung terigu dapat
ditumbuhi kapang karena adanya faktor penyimpanan
yang kurang baik. Tepung terigu yang disimpan di
tempat yang lembab akan mendukung pertumbuhan kapang
karena kapang dapat tumbuh pada tempat yang bersuhu
250-300C dengan kelembaban yang tinggi. Kelembaban
yang tinggi menunjukkan bahwa kadar air di tempat
tersebut juga tinggi sehingga memungkinkan tumbuhnya
kapang pada tepung terigu yang diuji. Hal ini sangat
sesuai dengan keadaan penyimpanan pada tepung terigu
yang diuji. Tepung tersebut disimpan di dalam toples.
Kita ketahui bahwa keadaan di dalam toples adalah
lembab, sehingga memungkinkan tumbuhnya kapang pada
tepung terigu yang disimpan. Selain itu, tepung yang
diuji juga telah disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama, sehingga dapat dijumpai jumlah
pertumbuhan kapang yang banyak. Dengan demikian,
tumbuhnya kapang pada tepung terigu yang menyebabkan
tepung terigu yang diuji tidak layak konsumsi karena
penyimpanan yang kurang baik dan waktu penyimpanan
yang lama.
4. Implisit sifat-sifat organisme itu sendiri.
KESIMPULAN
Tepung terigu yang diuji tidak layak dikonsumsi
karena memiliki ALT koloni kapang 4,1x107 melebihi ALT
maksimal yang telah ditentukan yaitu 1x104. Hal ini
disebabkan lama dan cara penyimpanan yang kurang baik
sehingga tepung terigu ditumbuhi kapang dalam jumlah
banyak.
DISKUSI
1. Berapakah jumlah total koloni kapang dalam tiap
gram bahan makanan yang diperiksa?
Jawab: total koloni kapang rata-rata pada tiap gram
bahan makanan yang diperiksa (berupa tepung terigu)
adalah sebesar 4.1 x107
2. Bagaimanakah kualitas mikrobiologi bahan makanan
berdasarkan jumlah total koloni kapang dalam tiap
gram sampel bahan makanan?
Jawab:Kualitas mikrobiologi bahan makanan berdasarkan
jumlah total koloni kapang dalam tiap gram sampel
makanan yang diperiksa adalah tidak layak. Hal ini
dikarenakan perbandingan jumlah ALT pada hasil amatan
yakni sebesar 4.1 x107 lebih besar dibandingkan yang
tercantum pada tabel BPOM yakni sebesar 1 x104
3. Mengapa perlu dilakukan pengenceran suspense
bahanmakanan yang akan diperiksa?
Jawab:Pengenceran berfungsi untuk menggiatkan kembali
sel-selbakteri yang mungkin kehilangan vitalitasnya
kerena kondisis ampel yang kurang
menguntungkan.pengenceran suspense sampel dilakukan
untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah
dan dapat dihitung dengan mudah, hal ini akan sangat
membantu terutama untuk sampel dengan cemaran yang
sangat tinggi
DAFTAR RUJUKAN
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004.Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Bandung.
Fardiaz, S. 1992. MikrobiologiPangan I. GramediaPustakaUtama: Jakarta.
Karmini, Mien dkk.Tanpatahun.AktivitasEnzimHidrolitikKapangRhizopus sp. pada Proses Fermentasi Tempe.(online) (http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/viewFile/2302/2392), diaksestanggal 13 Maret 2014.
Moss, M. O. 1992.Microbial Food Poisoning.Chapman & Hall. London.
Olivia, OD. 2012. Pemeriksaan Cemaran Mikroba Pada Biskuit Pop Corn Crackers .(Online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34631/4/Chapter%20II.pdf), diakses 11 April 2014.
Pratiwi, Rika danAnjarsari.2002. DeteksiErgosterolsebagaiIndikatorKontaminasiCendawanpadaTepungTerigu.Jurnal, Teknol, danIndustriPangan. 13 (3), 254.
Yudhabuntara, D. 2003. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan Makanan asal Hewan, (Online), (http://www.geocities.ws/kesmavetugm/PENGENDALIAN.doc), diakses 11 April 2014.