Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TORQUE CONVERTER
ALIRAN FLUIDA PADA TRANSMISI
TUGAS MATA KULIAH : MEKANIKA FLUIDA
DOSEN : ADHETYA KURNIAWAN, M.PD.
NAMA MAHASISWA : ARIF DIMYATI
N I M : 142170117
TAHUN : 2014 / 2015
0
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJOFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIFAlamat : Jl. K.H.A Dahlan 3, Telp./Fax
(0275)321494 PurworejoHome page : Http://www.um-pwr.ac.id, email : info@um-
pwr.ac.id
Torque converterTorque converter adalah suatu komponen power train yang
bekerjanya secara hydrolis. Prinsip kerja dari torque
converter adalah merubah tenaga mekanis dari engine menjadi
energi kinetis (oil flow) dan merubahnya lagi menjadi tenaga
mekanis pada shaft outputnya.
Fungsi torque converter adalah sebagai berikut:
Sebagai kopling otomatis (automatic clutch) untuk meneruskan
engine torque ke input transmisi.
Meningkatkan (multiflies) torque yang dibangkitkan oleh
engine.
Meredam getaran puntir (torsional vibration) dari engine dan
drive train.
Meratakan (smoothes) putaran engine.
Komponen utama pada torque converter:
Pump (impeller)
Turbine (runner)
Stator (reactor)
1
Freewheel (one way clutch)
1. Fungsi Pump (impeller) adalah:
Pump yang dihubungkan dengan flywheel engine melalui drive
case menghasilkan energi kinetis berupa gaya sentrifugal pada
oli dengan cara melempar oli yang berada didalam sudu-sudu
pump kearah turbin.
2. Fungsi Turbin (runner) adalah:
Merubah energi kinetis dari oli yang diberikan oleh pump
menjadi tenaga mekanis pada output nya.
3. Fungsi Stator (reactor) adalah:
Mengarahkan oli flow dari turbin kembali ke pump agar arahnya
sesuai, sehingga oli yang masih mempunyai energi kinetis
membantu mendorong/ memperingan kerja pump.
4. Fungsi Freewheel (one way clutch) adalah:
Mengarahkan putaran stator ke satu arah saja sesuai yang di
inginkan dengan tujuan untuk menaikkan efisiensi dari torque
coverter.
Apabila stator tidak dilengkapi freewheel, jika turbin
berputar cepat hingga speed ratio nya mendekati satu, maka
arah aliran oli akan berubah, sehingga oli yang keluar dari
turbin akan memukul punggung sudu-sudu stator. Keadaan
demikian akan mengakibatkan aliran oli menjadi tidak beraturan
dan efiensi torque converter akan turun.
2
Prinsip Kerja Torque Converter Pada dasarnya antara kopling fluida dan torque converter
mempunyai prinsip kerja yang sama. Jika sebuah cawan ber-isi
air dan diputar, maka air yang terdapat dalam cawan akan
terlempar keluar.
Hal tersebut terjadi karena adanya gaya sentrifugal.
Selanjutnya jika bagian atas cawan tersebut ditutup dengan
cawan lain yang posisinya ter-gantung, dan cawan bagian bawah
diputar maka pada putaran tertentu cawan bagian atas akan
berputar pula.
Pada torque converter, cawan bagian bawah tersebut sama dengan
pump impeller, sedangkan cawan bagian atas disebut turbine
runner. Diantara pump impeller dan turbine runner dipasangkan
stator.
1. Pump Impeller
Pump Impeller disatukan dengan converter case dan converter
case dihubungkan ke poros engkol melalui drive plate, hal ini
berarti pump impeller akan berputar saat poros engkol
berputar. Pump impeller berfungsi untuk melemparkan fluida
(ATF) ke turbine runner agar turbine runner ikut berputar.
Pump impeller terdiri dari vane dan guide ring. Guide ring
berfungsi untuk memberikan celah yang memperlancar aliran
minyak.
3
2. Turbine Runner
Turbine runner dihubungkan dengan over drive input shaft
transmisi, hal ini berarti turbine runner berfungsi untuk
menerima lemparan fluida dari pump impeller dan menggerakkan
input shaft transmisi. Turbine runner terdiri dari vane dan
guide ring. Arah vane pada turbine runner berlawanan dengan
vane pump impeller.
4
3. Stator
Stator ditempatkan di tengah-tengah antara pump impeller dan
turbine runner. Dipasang pada poros stator yang diikatkan pada
transmission case melalui one way clutch. Stator berfungsi
untuk mengarahkan fluida dari turbine runner agar menabrak
bagian belakang vane pump impeller, sehingga memberikan
tambahan tenaga pada pump impeller.
5
One way clutch memungkinkan stator hanya berputar searah
dengan poros engkol. Oleh karena itu, stator akan berputar
atau terkunci tergantung dari arah dorongan minyak pada vane
stator.
6
Ada pun cara kerja dari outer race ialah sebagai berikut.
a. Saat outer race berputar searah putaran poros engkol
Saat outer race berputar searah putaran poros engkol, ia akan
bergerak miring mendekati bagian atas sprag. Karena panjang l1
lebih pendek dari l maka outer race berputar
b. Saat outer race berputar berlawanan arah putaran poros engkol
Bila outer race berputar berlawanan arah putaran poros engkol,
sprag tidak dapat miring karena panjang l2 lebih panjang dari
l. Akibatnya sprag berfungsi pengunci yang mengunci outer race
dan mencegahnya berputar. Retainer spring dipasang untuk
menjaga posisi sprag sedikit menghadap ke atas pada arah
hampir mengunci outer race.
Pada generasi sekarang, torque converter dilengkapi dengan
sebuah komponen yang bernama TCC (Torque Converter Clutch).
7
TCC berfungsi untuk menghubungkan langsung putaran dari mesin
ke transmisi tanpa melalui media fluida dan bekerja pada
kondisi tertentu.
PEMINDAHAN TENAGA PADA TORQUE CONVERTER
Seperti prinsip yang dapat kita lihat di sekeliling kita,
misalnya terdapat dua buah kipas angin, satunya dicolokkan ke
listrik lalu dinyalakan, dan satunya berada di hadapan kipas
yang dicolokkan ke listrik tersebut. Jika kipas yang kita
colokkan ke listrik kita hidupkan, maka kipas yang ada di
hadapannya itu ikut berputar. Dalam kasus seperti itu, pump
impeller bertindak sebagai kipas yang dicolokkan ke listrik,
sementara turbine runner bertindak sebagai kipas yang ada di
hadapannya.
Jika pump impeller diputar oleh crankshaft, ATF yang ada
didalamnya akan ikut berputar bersama dengan arah yang sama
pula. Semakin cepat putaran pump impeller, semakin besar gaya
sentrifugal yang berakibat ATF akan terpental keluar dari pump
impeller. ATF yang terpental tersebut akan membentur vane pada
turbine runner dan turbine runner tersebut akan berputar searah
dengan pump impeller. Pada saat ATF mengenai bagian dalam
8
permukaan turbine runner, maka ATF tersebut akan diarahkan
kembali ke pump impeller.
PEMBESARAN (PELIPATGANDAAN) MOMEN
Masih sama dengan prinsip kipas angin yang saling berhadapan
tersebut, namun sekarang ditambahkanlah air duct di belakang
kipas.
Dengan ditambahkannya air duct ini maka aliran yang mengalir ke
kipas B akan dialirkan kembali menuju kipas A sehingga putaran
kipas A semakin cepat. Dalam torque converter, stator berperan
sebagai air duct tersebut.
Pada torque converter, aliran ATF yang mengalir dari pump impeller
ke turbine runner dan melewati stator vane dan kembali ke pump
impeller merupakan proses pembesaran momennya. Dengan kata
lain, pump impeller dputarkan oleh mesin dan juga dibantu oleh
kembalinya ATF dari turbine runner yang melalui stator vane selaku
air duct sehingga putaran pump impeller semakin cepat dan
meperbesar momen yang ada padanya.
1. Bila vortex flow besar
Arah ATF yang mengalir dari turbine runner ke stator tergantung
perbedaan kecepatan putar pump impeller dengan turbine runner. Jika
perbedaannya besar, maka ATF yang mengalir dari turbine runner
akan mengenai bagian permukaan depan dari stator vane, sehingga
stator cenderung berputar berlawanan dengan pump impeller. Namun,
pada saat ini one-way clutch bekerja dengan cara menahan stator9
agar tidak berputar berlawanan dengan pump impeller. Dengan
kondisi seperti itu, aliran yang menuju ke pump impeller lagi
justru akan membantu putaran pump impeller itu menjadi lebih
cepat.
2. Bila vortex flow kecil
Bila kecepatan putar turbine runner hampir menyamai pump impeller,
maka kecepatan ATF yang berputar dengan turbine runner pada arah
yang sama akan semakin bertambah. Hal ini berakibat aliran ATF
tersebut sama seperti arah putaran pump impeller, sehingga ATF
mengenai bagian depan permukaan stator vane. Pada posisi ini, one-
way clutch tidak akan mengunci stator, karena stator sekarang
berputar searah dengan pump impeller.
Vortex flow: aliran ATF yang dipompakan oleh impeller saat ia
mengalirkan ATF ke turbine runner lalu ke stator dan kembali
kepadanya. Aliran semakin kuat bila perbandingan kecepatan
putar antara pump impeller dan turbine runner semakin besar.
Contohnya pada saat kendaraan di-start dari sebelumnya dalam
keadaan diam.
Rotary flow: aliran ATF di dalam torque converter searah dengan
putaran torque converter juga. Aliran ini besar jika perbedaan
putaran turbine runner dengan pump impeller kecil. Contohnya saat
kendaraan dibawa dengan kecepatan konstan. Aliran semakin
kecil sebanding dengan perbedaan kecepatan putar pump impeller
dengan turbine runner.
1. Torque Ratio
10
Pelipatgandaan momen oleh torque converter akan terjadi sebanding
dengan semakin tingginya vortex flow. Kerja torque converter terbagi
dalam dua bagian yaitu converter range di mana saat itu terjadi
pelipatgandaan momen dan coupling range yang pada saat itu tidak
terjadi pelipatgandaan momen. Clutch point adalah garis batas
dari kedua bagian itu.
Yang dimaksud dengan stall point adalah jika mesin hidup akan
tetapi turbine runner tidak berputar. Stall point terjadi saat stator
turbine runner tidak bergerak atau saat speed ratio (e) nol. Pada
posisi ini, momen yang dihasilkan oleh pump impeller paling
besar. Sedangkan clutch point adalah garis pembagi antara
converter range dan coupling range. Artinya bila speed ratio mencapai
tingkat tertentu, maka vortex flow mencapai maksimal, jadi torque
ratio mendekati 1:1. Hal ini akan membuat torque converter bekerja
sebagai kopling fluida pada clutch point untuk mencegah torque ratio
menurun di bawah 1.
2. Transmission Efficiency11
Maksud dari Transmission Efficiency ini adalah menunjukkan
keefektifan torque converter dalam menyalurkan energi yang
diberikan pump impeller ke turbine runner.
Pada stall point, pompa impeller berputar, namun turbine runner
berhenti. Efisiensi transmisi nol karena turbine tidak berputar.
Seiring speed ratio bertambah dan turbine runner mulai berputar,
efisiensi meningkat tajam hingga mendekati clutch point. Setelah
mencapai titik efisiensi maksimum itu perlahan efisiensinya
kembali turun karena ATF ada yang mengalir (mengenai) ke
bagian belakang permukaan stator vane. Pada clutch point, di mana
sebagian besar minyak dari turbine membentur permukaan bagian
belakang stator vane mulai berputar mencegah penurunan efisiensi
transmisi lebih jauh dan torque converter mulai berfungsi sebagai
kopling fluida. Momen dipindahkan pada perbandingan mendekati
1 : 1 dalam kopling fluida, efisiensi transmisi pada coupling
range meningkat berbanding lurus dengan speed ratio. Akibat
kerugian panas pada ATF, maka efisiensi yang ada pada torque
converter tidak dapat mencapai 100 % dan biasanya tidak lebih
dari 95 %.
Sirkulasi oli (ATF) pada Torque Converter
Karter / Bak Oli ⇒ Pompa Oli ⇒Valve Body ⇒ Pump Impeller ⇒ Turbine Runner ⇒Stator ⇒Oil Cooler ⇒Karter / Bak Oli
12
Gambar 1 – Sirkulasi Oli saat Posisi Diam (Stall)
STALL / Posisi Diam : Oli mengalir spiral mengelilingi Converter
dengan aliran vortex yang cepat.
Ketika turbin pada posisi diam, Oli memasuki pusat converter
menuju impeller dan terlempar ke sisi luar converter karena gaya
sentrifugal. Oli menabrak bilah turbin yang melengkung dan
oleh sebab turbin diam maka oli kembali ke pusat converter
dengan aliran berlawanan arah perputaran mesin. Oli menekan
stator yang terkunci oleh kopling searah (one-way clutch). Bilah
lengkung dari stator mengarahkan oli kembali ke sisi belakang
impeller untuk membantu putaran mesin. Aliran ini menghasilkan
pelipatan tenaga puntir (torsi/torque), di mana pelipatan
maksimal terjadi saat posisi diam (stall).
Gambar 2 – Sirkulasi Oli saat Akselerasi
Akselerasi : Aliran Oli bergerak spiral mengelilingi Converter.
13
Begitu turbin mulai bergerak, kekuatan aliran oli dari turbin
ke stator mulai menurun karena turbin mulai terimbas oleh gaya
sentrifugal saat aliran oli menuju stator. Pelipatan tenaga
puntir (torsi/torque) tertinggi saat stall (kira-kira 2.2:1) dan
menurun seiring putaran turbin meningkat. Ketika putaran
turbin melambat relatif terhadap impeller disebabkan baik oleh
peningkatan beban mesin atau oleh peningkatan rpm mesin, maka
pelipatan tenaga puntir (torsi/torque) semakin meningkat.
Gambar 3 – Sirkulasi Oli saat Titik Kopling
Coupling Point : Oli bergerak pada converter dalam aliran melingkar(rotary).
Coupling Point tercapai ketika putaran turbin mencapai sekitar
90% dari kecepatan impeller. Pada titik ini, tekanan oli dari
turbin belum mencukupi untuk mengunci stator pada one-way clutch
(kopling searah) sehingga stator berputar bersama-sama dengan
impeller dan turbin. Impeller dan turbin melemparkan oli ke bagian
luar converter disebabkan gaya sentrifugal sehingga oli memutar
converter dalam aliran melingkar (rotary flow).
14
Lock-up
Lock-up converter digunakan pada ECT (Electronically Controlled
Transmission) untuk menurunkan konsumsi BBM sewaktu cruising. ECT
memiliki konstruksi serupa dengan konvensional kecuali Lock-up
clutch yang terhubung ke turbin melalui pegas damper yang
menyerap getaran putaran (torsional vibration) dari mesin ketika
kopling mengunci (engage).
Gambar 4 – Sirkulasi Oli saat Lepas “Lock-Up” Torque Converter
Lock-up Release
Pada posisi Release (lepas Lock-up), tekanan Torque Converter dari
Valve Body diarahkan antara Lock-Up Clutch dan Housing untuk menahan
kopling menjauh dari Housing. Oli selanjutnya mengalir
mengitari Plat sehingga terjadi operasi Torque Converter secara
konvensional.
15
Gambar 5 – Sirkulasi saat Terjadi “Lock-Up” Torque Converter
Lock-up Applied
Ketika PCM/TCM/TCU (Transmission Control Module/Unit) memerintahkan
solenoid untuk menutup ventilasi pada Valve Body yang menuju Torque
Converter, dan melakukan tekanan lock-up untuk menahan plat
kopling terhadap housing. Pada kondisi ini putaran 1:1 tercapai
dan tidak ada pelipatan tenaga puntir (torque) dapat terjadi.
16