Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
TINJAUAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED
CONSENT) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
WULANDARI PUTRI
18.03.155
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2021
ii
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
TINJAUAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED
CONSENT) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Disusun dan diajukan oleh
WULANDARI PUTRI
NIM. 18.03.155
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2021
vi
ABSTRAK
Wulandari Putri : “LITERATURE REVIEW TINJAUAN KELENGKAPAN PENGISIAN
LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT) RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT
Pembimbing: Lilik Meilany dan Agustina (xvii + 51 halaman + 7 Tabel + 1 gambar + 1 Lampiran)
Dalam rekam medis rawat inap terdapat banyak formulir dianggap penting salah satunya merupakan
informed consent. Kelengkapan informed consent sangat penting karena dapat mempengaruhi aspek
hukum rekam medis dan mutu rekam medis sehingga dibutukan pelaksaan yang maksimal. Tujuan:
Diketahui kelengkapan pengisian lembar informed consent rawat inap di Rumah Sakit. Metode:
penelitian ini menggunakan desain literature review dengan metode contrast (perbedaan) dan
menggunakan sumber data sekunder melalui artikel ilmiah. Hasil: Pada penelitian di Rumah Sakit
umum pusat persahabatan pengisian identifikasi sebesar 83,92 %, laporan penting 67,45 %,
autentifikasi 60,26%,pencatatan yang baik 67,85%. Penelitian di Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy
Margoluwih Seyegan Sleman pengisian identifikasi sebesar 91,43%,laporan penting
71,43%,autentifikasi 95,71%, pencatatan yang baik 70%, Penelitian di Rumah Sakit Setia Mitra
identifikasi sebesar 81,23%, laporan penting lengkap 100%, autentikasi 70%, dan pencatatan yang baik
71,77%. Penelitian di Rumah Sakit Yadika Kebayoran Lama pengisian identifikasi sebesar 100 %,
laporan penting 99,67 %,autentifikasi 79,2 %, pencatatan yang baik 75%. Penelitian di Ramelan
Surabaya identifikasi sebesar 90%, laporan penting 80%, autentikasi 90%, dan pencatatan yang baik
85%. Kesimpulan: Bahwa kelengkapan pengisian informed consent belum sesuai standar pelayanan
minimal rekam medis di Rumah Sakit.
Kata kunci: informed consent,kelengkapan dokumen,rawat inap
vii
ABSTRACT
Wulandari Putri : “LITERATURE REVIEW REVIEW OF COMPLETENESS FILLING IN
MEDICAL ACTION APPROVAL SHEET (INFORMED CONSENT) IN HOSPITAL
Supervisor: Lilik Meilany and Agustina (xvii + 51 pages + 7 tables + 1 pictures + 1 Attachments)
In inpatient medical records, there are many forms that are considered important, one of which is
informed consent. Completeness of informed consent is very important because it can affect the legal
aspects of medical records and the quality of medical records so that maximum implementation is
needed. Objective: To know the completeness of filling out the informed consent form in hospital.
Methods: this study uses a literature review design with the contrast method (differences) and uses
secondary data sources through scientific articles. Results: In the study at the Friendship Center
General Hospital, filling in identification was 83.92%, important reports 67.45%, authentication
60.26%, good records 67.85%. Research at At-Turots Al-Islamy Hospital Margoluwih Seyegan Sleman
filling in identification of 91.43%, important reports 71.43%, authentication 95.71%, good recording
70%, Research at Setia Mitra Hospital identification of 81, 23%, 100% complete important reports,
70% authentication, and good record keeping 71.77%. Research at Yadika Hospital Kebayoran The
duration of filling in identification is 100%, important reports are 99.67%, authentication is 79.2%,
good records are 75%. Research in Ramelan Surabaya identified 90%, important reports 80%,
authentication 90%, and good record keeping 85%. Conclusion: That the completeness of filling out
the informed consent has not reached the minimum service standard of medical records in hospitals.
Keywords: informed consent, completeness of documentst, hospitalization
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
Literature review “Tinjauan Kelengkapan Pengisian Informed Consent Rawat Inap Di
Rumah Sakit”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
STIKes Panakkukang Makassar. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan
dalam penulisan ini,namun dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan bahwa
inilah hasil yang penulis dapat persembahkan sebagai wujud dari kemampuan yang
penulis miliki.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan,masukan, dan saran. Pada kesempatan ini
dengan hati yang tulus dan penuh rasa hormat penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya untuk orang tua tercinta Ayahanda Sudirman dan Ibunda
Helmiyanti yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang
dan perhatian serta selalu tulus mendoakan dan memberikan dukungan moral maupun
material. Dengan rasa hormat, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. H. Sumardin Makka, SKM.M.Kes, selaku ketua Yayasan Perawat Sulawesi
Selatan.
ix
2. Dr. Ns. Makkasau, M.Kes, selaku ketua STIKES Panakkukang Makassar.
3. Syamsuddin, A.Md., PK., SKM., M.Kes, selaku ketua program studi D3 Rekam
Medis Dan Informasi Kesehatan sekolah tinggi ilmu kesehatan panakkukang
Makassar.
4. Lilik Meilany, SSt, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta membimbing dalam proses peyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Agustina, A.Md.PK, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pikiran serta membimbing dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
6. Hj. Hamsiah Hamsah, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan saran
dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
STIKES Panakkukang Makassar.
8. Terima kasih untuk sahabat-sahabat tercinta Nur Santi Damayanti, Wilda Asfirah,
Sri Wahyuni, A.Mardatillah dan Zulfiana yang telah menemani, memberikan
motivasi dan selalu siap membantu serta mendukung dalam penyusunan Karya
tulis Ilmiah ini.
9. Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan kelas C 2018 yang senantiasa saling
memberi semangat satu sama lain.
x
Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan kepada orang-orang yang telah
memberikan pertolongan, perhatian serta simpati kepada penulis. Penulis berharap
penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri dan
menjadi amal baik bagi pihak yang telah membantu penulis serta bernilai ibadah di sisi
Allah SWT,Aamiin.
Makassar, 25 Mei 2021
Wulandari Putri
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN JUDUL .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v
HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT (Bahasa Inggris) ....................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 7
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Tinjauan Tentang Rekam Medis ........................................................ 8
B. Tinjauan Tentang Informed consent .................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 18
A. Desain Penelitian ................................................................................ 18
B. Sumber Data ....................................................................................... 18
C. Kata Kunci (keywords) ....................................................................... 19
D. Database Pencarian Literature (Journal Database) ............................. 19
E. Strategi Pencarian Literature .............................................................. 19
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 20
G. Sintesis Hasil Literature ..................................................................... 21
1. Hasil Pencarian Literature ............................................................. 21
2. Daftar Artikel Yang Memenuhi Kriteria ....................................... 23
H. Ekstraksi Data .................................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 25
A. Hasil Literature Review ...................................................................... 25
B. Pembahasan ........................................................................................ 33
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 42
A. Kesimpulan......................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................... 43
xiii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44
LAMPIRAN ......................................................................................................... 47
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria PICO .......................................................................................... 6
Tabel 2. Strategi Pencarian Jurnal ......................................................................... 20
Tabel 3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................................... 20
Tabel 4. Daftar Artikel yang Memenuhi Kriteria.................................................. 23
Tabel 5. Ekstraksi Data ......................................................................................... 24
Tabel 6. Hasil Literature Review Tentang Presentase kelengkapan pengisian
persetujuan tindakan kedokteran (informed Consent) ............................ 25
Tabel 7. Hasil Literature Review Tentang Faktor Penyebab Persetujuan
Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Tidak Terisi Dengan
Lengkap................................................................................................... 28
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Pencarian Literature Review..........................................................22
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A.Md.,PK : Ahli Madya Perekam dan Informasi Kesehatan
MENKES : Mentri Kesehatan
M.KES : Magister Kesehatan
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
RI : Republik Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPO : Standar Prosedur Operasional
SSt : Sarjana Sains Terapan
SWT : Subhanahu Wata’ala
UU : Undang Undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit. Menurut
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit harus
mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan,
salah satunya yaitu rekam medis yang bermutu, (Hayatuddin et al., 2017).
Menurut Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 Pasal 6 Rumah Sakit
mempunyai kewajiban menyelenggarakan rekam medis. Rekam medis adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
(Permenkes RI Nomor 269 tahun 2008). Dalam rekam medis rawat inap terdapat
banyak formulir-formulir yang dianggap penting salah satunya adalah lembar
persetujuan tindakann kedokteran (informed consent). menurut permenkes
290/Menkes/Per/III/2008 Persetujuan tindakan kedokteran (Informed consent)
adalah persetujuan yang diberikan kepada dokter oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
2
kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan terhadap pasien di Rumah Sakit,
(Wati et al., 2021).
Formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) diperlukan
untuk memastikan bahwa pasien telah mengerti semua informasi yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan. Untuk tindakan medis yang lebih besar atau beresiko,
persetujuan dilakukan dengan menandatangani formulir persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent). Dalam proses tersebut pasien berhak mendapat
informasi yang cukup mengenai rencana tindakan medis yang akan
diterimanya. Informasi tersebut akan diberikan oleh dokter yang akan
melakukan tindakan atau petugas medis lain yang diberi wewenang (Simanjuntak
& Wismona, 2018).
Kelengkapan persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) sangat
penting karena mempengaruhi aspek hukum rekam medis dan mutu rekam medis
sehingga diperlukan pelaksanaan yang maksimal untuk pengisian perstujuan
tindakan kedokteran (informed consent) serta mengetahui faktor penyebab
ketidakmaksimalan dalam pengisian persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent). Kelengkapan informed consent dapat digunakan dalam berbagai
keperluan. Keperluan tersebut diantaranya yaitu sebagai bahan pembuktian untuk
masalah hukum, bahan pendidikan dan peneltian serta dapat digunakan sebagai
alat untuk analisis dan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan Rumah
Sakit, (Dewi Oktavia et al., 2020). Faktor pengisian informed consent yang tidak
terisi lengkap disebabkan karena dokter yang mengisi informed consent sangat
3
sibuk dalam memberikan pelayanan kepada pasien lain dan pasien yang ditangani
tidak sedikit, jumlah pasien tidak seimbang dengan jumlah dokter sehingga dokter
mengisi formulir informed consent setelah tindakan medis dilakukan, selain itu
juga belum diberikannya pelatihan ataupun seminar terkait dengan pengisian
informed consent, (Ningsih et al., 2021).
Pada akhir tahun 2013 terdapat kasus yang menimpa seorang dokter obgyn
dipidana karena dalam melakukan tindakan medis tidak mengisi formulir
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) secara lengkap. Jika syarat
informed consent tidak terpenuhi, maka tindakan medis tidak sah atau tidak legal
untuk dilakukan. Formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
lupa dimintakan tanda tangan pasien atau keluarga pasien berarti pasien dan atau
keluarga pasien tidak diberitahukan terlebih dahulu tindakan medis yang akan
dilakukan. Persetujuan tertulis dalam bentuk informed consent mutlak dibutuhkan,
dengan mengingat bahwa ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan
tindakan kedokteran bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berbeda-beda dari satu kasus ke kasus lainnya (Wulandari et
al., 2019).
Berdasarkan kebijakan yang ada di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
membuktikan bahwa belum adanya kebijakan mengenai kelengkapan pengisian
formulir informed consent yang harus dicapai, hal tersebut juga membuat
kelengkapan pengisian formulir informed consent belum dapat dilakukan dengan
baik sehingga masih banyak ketidaklengkapan pada pengisian formulir informed
4
consent di RUMTIKAL Dr. Rumelan Surabaya. Salah satu saran yang diusulkan
dalam memperbaiki pengisian formulir informed consent adalah perbaikan SPO
informed consent dan SPO kelengkapan pengisian berkas rekam medis adalah 24
jam setelah selesai pelayanan dengan menambahkan standar kelengkapan
pengisian yang harus dicapai yaitu 100%, standar tersebut di sesuaikan dengan
peraturan mentri kesehatan RI No. 129 Tahun 2008 tentang standar pelayanan
minimal Rumah Sakit, yang didalamnya menyebutkan bahwa standar kelengkapan
pengisian formulir informed consent setelah mendapatkan informasi yang jelas
adalah harus lengkap 100% (Arimbi et al., 2021).
Menurut hasil penelitian (Samosir, 2017) terkait ke-4 komponen analisis
kuantitatif menyimpulkan bahwa Presentase kelengkapan identifikasi pemberi
persetujuan 92,28% dan yang tidak lengkap 7,72%. Komponen kelengkapan
laporan yang penting 84,89% yang tidak lengkap 15,11%. Komponen autentifikasi
pemberi persetujuan 69,99% dan yang tidak lengkap adalah 30,01%. Komponen
kelengkapan pencatatan yang baik 53,80% yang tidak lengkap 46,2%. Sedangkan
hasil penelitian (Wulandari et al., 2019) menyimpulkan serta menyatakan bahwa
kelengkapan pengisian informed consent diperoleh rata-rata presentase
kelengkapan identifikasi pasien 53,5% presentase yang tidak lengkap 46,5%,
laporan penting 68,5% presentase tidak lengkap sebesar 31,5%, autentikasi penulis
74,8% yang tidak lengkap 25,2%, dan presentase kelengkapan pencatatan yang
baik 77 % tidak lengkap sebesar 22%.
5
Dampak bagi Rumah Sakit jika formulir persetujuan tindakan kedokteran
tidak terisi lengkap 100%, pertama dari aspek hukum jika suatu saat ada masalah
setelah dilakukan tindakan medis bisa jadi celah hukum bagi pasien untuk
menuntut rumah sakit, kemudian dampak selanjutnya yaitu dengan tingginya
angka ketidaklengkapan informed consent maka berpengaruh terhadap mutu
rekam medis seperti catatan pasien yang kurang lengkap, riwayat perjalanan pasien
terputus, khususnya pada rekam medis formulir persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) karena dalam kelengkapan pengisian informed consent yang
termasuk salah satu indikator mutu dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
dalam memberikan tindakan medis, (Ningsih et al., 2021).
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Literature review Tinjauan Kelengkapan Pengisian Lembar
persetujuan tindakan kedokteran (Informed Consent) Rawat Inap Di Rumah
Sakit”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini disusun menggunanakan format
PICO adalah “Bagaimana kelengkapan pengisian lembar persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent) rawat inap di Rumah Sakit?”
6
Tabel 1
Kriteria PICO
Kriteria Uraian
P Formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent)
I -
C -
O Kelengkapan informed consent
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diketahui kelengkapan pengisian lembar persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent) rawat inap di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Diidentifikasi presentase kelengkapan pengisian lembar persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent) berdasarkan komponen identitas
b. Diidentifikasi presentase kelengkapan pengisian lembar persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent) berdasarkan komponen laporan
penting
c. Diidentifikasi presentase kelengkapan pengisian lembar persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent) berdasarkan komponen
autentifikasi.
7
d. Diidentifikasi presentase kelengkapan pengisian lembar persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent) berdasarkan komponen pencatatan
yang baik
e. Diidentifikasi faktor penyebab lembar persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) rawat inap tidak terisi dengan lengkap
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan dalam
membuat penelitian di bidang rekam medis dan informasi kesehatan
b. Bagi institusi Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai bahan referensi bagi institusi pendidikan STIKES Panakkukang
Makassar khususnya program studi D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan
kinerja petugas rekam medis yang akan datang di Rumah Sakit.
b. Bagi tenaga rekam medis dan informasi kesehatan, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan kinerja di unit
rekam medis dan informasi kesehatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Menurut Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan,serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah di berikan kepada pasien. Rekam medis bertujuan untuk
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Tanpa dukungan suatu sistem
pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib administrasi di Rumah Sakit
tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menetukan upaya pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit, (Hetty Ismainar 2018).
2. Aspek Rekam Medis
a. Administratif, suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administratif
karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan.
b. Legal atau Hukum, Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di
pengadilan.
9
c. Financial atau Keuangan, suatu rekam medis mempunyai nilai uang,
karena isinya menyangkut informasi mengenai tindakan pengobatan
terhadap pasien yang dapat digunakan sebagai rincian biaya oleh pasien.
d. Research atau Penelitian, Suatu berkas rekam medis nilai penilaian, karena
isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kesehatan.
e. Education atau Pendidikan, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
pendidikan,karena isinya menyangkut data/informasi tentang
perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan
kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau
referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan kesehatan.
f. Documentation atau Dokumentasi, Suatu berkas rekam medis mempunyai
nilai dokumentasi, karna isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan pakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan
laporan Rumah Sakit, (JohanaTomasoa, 2018).
Rekam medis dapat sebagai alat informasi kesehatan pasien, sehingga
tindakan yang diberikan oleh dokter kepada pasien atas persetujuan pasien
maupun keluarga dapat tercatat dalam berkas rekam medis sebagai persetujuan
atas dasar informasi yang biasa di sebut informed consent , (Ulfa, 2018).
10
B. Tinjauan Tentang Informed consent
1. Pengertian Persetujuan Tindakan Kedokteran (informed consent)
Persetujuan tindakan kedokteran menurut Permenkes
No.290/Menkes/per/III/2008 Persetujuan Tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat atas dasar
penjelasan mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang artinya
informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi pengertian Informed Consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang
diberikan oleh seseorang pasien kepada dokter atas suatu tindakan medik yang
akan dilakukan, setelah mendapat informasi yang jelas akan tindakan tersebut.
Persetujuan tindakan kedokteran merupakan pernyataan sepihak pasien atau
yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi,
setelah mendapat informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau
penolakan,(Wahyudi et al, 2020).
2. Tujuan Persetujuan Tindakan Kedokteran (informed consent)
Tujuan dari persetujuan Tindakan Kedokteran Menurut Permenkes
RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008,yaitu :
11
a. Memberikan perlindungan pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan
dan bersifat negative, karena prosedur medik modern tanpa resiko dan
tindakan medik ada melekat suatu resiko.
3. Fungsi Persetujuan Tindakan Kedokteran (informed consent)
a. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
b. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
c. Untuk mendorong dokter dalam melakukan kehati-hatian dalam mengobati
pasien
d. Menghindari penipuan dan menyesatkan oleh dokter
e. Mendorong mengambil keputusan yang lebih nasional
f. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
g. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bisang kedokteran dan
kesehatan, (Wahyudi et al, 2020).
4. Manfaat persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
a. Membantu kelancaran tindakan medis
b. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi
c. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit
d. Meningkatkan mutu pelayanan
12
e. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum (Wahyudi et al,
2020).
5. Pihak yang berhak memberikan persetujuan tindakan kedokteran
Berdasarkan PERMENKES RI No.290 Tahun 2008. Tentang
persetujuan tindakan kedokteran menyatakan bahwa pihak yang berhak
memberikan persetujuan tindakan kedokteran terdapat pada pasal 12 ayat 1
yaitu Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten, atau oleh wali, atau
keluarga terdekat. Kompeten adalah cakap untuk menerima informasi,
memahami, menganalisisnya dan menggunakannya dalam membuat
persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi. Adapun
pihak yang berhak memberikan persetujuan dijelaskan pada pasal 13 ayat (1),
(2), (3), dan (4).
a. Dalam ayat 1 dijelaskan bahwa pasien yang dianggap kompeten
berdasarkan usianya apabila:
1). Pasien dewasa, yaitu telah berusia 21 tahun atau telah pernah menikah.
2). Pasien telah berusia18 tahun, tidak termasuk anak berdasarkan
peraturan perundang-undagan
b. Dalam ayat 2 dijelaskan bahwa pasien yang dianggap kompeten
Berdasarkan Kesadarannya:
13
1). Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak terganggu
kesadaran fisiknya, sehingga mampu berkomunikasi secara wajar
dan mampu membuat keputusan.
2). Pasien dapat kehilangan kompetensinya untuk sementara waktu
apabila ia mengalami syok, nyeri yang sangat atau kelemahan lain
akibat keadaan sakitnya.
c. Dalam ayat 3 dijelaskan bahwa pasien yang dianggap kompoten
berdasarkan kesehatan mental:
1). Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak mengalami
kemunduran perkembanagan (retardasi mental) dan tidak
meengalami penyakit mental yang membuatnya tidak mampu
membuat keputusan secara bebas.
2). Pasien dengan gangguan jiwa (mental) dapat dianggap kompeten,
apabila dia masih mampu memahami informasi, mempercayainya,
mempertahankannya, dan untuk kemudian menggunakannya dalam
membuat keputusan yang bebas.
d. Dalam ayat 4 dijelaskan bahwa kompetensi pasien harus dinilai oleh
dokter pada saat diperlukan persetujuannya dan apabila meragukan maka
harus di tentukan oleh tim dokter yang kompeten.
6. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien
Pasal 45 UU praktik kedokterann memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan terhadap pasien yaitu:
14
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternaterik tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
7. Kelengkapan formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
Kelengkapan pengisian pada lembar informed consent di berkas rekam
medis rawat inap sangatlah penting karena akan memenuhi aspek hukum
rekam medis dan mutu rekam medis (Samosir, 2017).Berdasarkan keputusan
Mentri Kesehatan No. 129/MENKES/SK/2008 tentang standar pelayanan
minimal Rumah Sakit Menyatakan bahwa pengisian persetujuan tindakan
kedokteran setelah mendapat informasi yang jelas wajib lengkap 100%.
sehingga kelengkapan pengisian data dalam lembar persetujuan tindakan
kedokteran perlu dilakukan dengan pelaksanaan yang maksimal, (Samosir,
2017). Oleh karena itu kelengkapan pengisian informed consent harus
dilakukan dalam setiap pemberian pelayanan terhadap pasien. Jika formulir
informed consent tidak diisi dengan lengkap, maka dapat mengakibatkan
informasi yang ada di dalam persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent) menjadi tidak tepat, tidak akurat dan tidak sah atau tidak legal bila
dikaitkan dengan kemungkinan adanya perselisihan antara pasien dengan
dokter atau Rumah Sakit dikemudian hari, (Nugraha et al., 2019).
15
Komponen kelengkapan persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent) berdasarkan analisis kuantitatif adalah:
a. Identitas pasien
Setiap lembar rekam medis harus ada identitas pasien (nomor rekam
medis, nama). Hal ini untuk menghindari apabila formulir lepas dari folder
sehingga mudah untuk digabungkan kembali dari satu folder (Daryanti &
Sugiarsi, 2016). Kelengkapan pengisian identitas pada lembar rekam
medis sangat penting untuk menentukan milik siapa lembaran tersebut.
Lembar identitas pasien dapat menjadi alat untuk identifikasi pasien
secara spesifik (Swari et al., 2019) .
b. Laporan Penting
Dalam prosedur tentang pemberian informed consent menjelaskan bahwa
harus menuliskan nama tindakan, nama dokter pelaksana tindakan, nama
pemberi informasi atau pemberi persetujuan, tanggal atau jam pelaksana
serta menuliskan isi informasi sesuai dengan Permenkes nomor 290 tahun
2008 pasal 7 ayat 3 (Daryanti & Sugiarsi, 2016). Undang-undang No.29
Tahun 2004 penjelasan pada proses pengisian informed consent
setidaknya harus meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis tujuan
tindakan medis, alternative tindakan lain dan resikonya, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
16
c. Autentifikasi
Pada komponen ini, setiap isian harus jelas penanggung jawabnya.
Kejelasan penanggung jawab ini diwujudkan dengan pencantuman nama
terang (lengkap) dan tanda tangan. Pengisian autentifikasi digunakan
untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap perawatan yang
dilakukan kepada pasien. Apabila dalam melaksanakan tindakan medis
tidak ada persetujuan dari pihak pasien atau keluarga pasien dan terjadi
sesuatu kepada pasien maka pihak pasien berhak memberikan tuntutan
(Daryanti & Sugiarsi, 2016).
d. Pencatatan yang baik
Pada komponen ini, jika terjadi salah tulis maka untuk memperbaikinya
tidak boleh menyebabkan tulisan yang salah tersebut hilang atau tidak
dapat terbaca lagi. Secara umum dianjurkan untuk mencoret satu kali pada
tulisan yang salah, dan mencantumkan tanggal serta tanda tangan yang
memperbaiki tulisan tersebut (Daryanti & Sugiarsi, 2016).
8. Faktor penyebab informed consent tidak terisi dengan lengkap
Faktor pengisian informed consent yang tidak terisi lengkap disebabkan
karena dokter yang mengisi informed consent sangat sibuk dalam memberikan
pelayanan kepada pasien lain dan pasien yang ditangani tidak sedikit, jumlah
pasien tidak seimbang dengan jumlah dokter sehingga dokter mengisi
formulir informed consent setelah tindakan medis dilakukan, selain itu juga
17
belum diberikannya pelatihan ataupun seminar terkait dengan pengisian
informed consent, (Ningsih et al., 2021).
a. Pemahaman dokter tentang persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent) dan pentingnya informed consent
b. Keterbatasan waktu praktek dokter
c. Kesibukan dokter
d. Ketergantungan dokter terhadap perawat
e. Kurangnya perhatian dokter terhadap pengisian persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent). Kebijakan organisasi Rumah Sakit terkait
informed consent
f. Belum adanya pemberlakuan Punishment dan Reward (Meyyulinar, 2019)
Menurut Komalawati (2002), akibat kelalaian dokter untuk memberikan
pertolongan tepat pada saat yang dibutuhkan dapat menimbulkan kerugian
pada pasien. Berlakunya asas ini harus diperhatikan dokter, karena hukumnya
tidak dapat menerima alas an apapun dalam hal kesalahan nyawa pasien yang
terancam yang disebabkan karena keterlambatan dokter dalam menangani
pasiennya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan narrative review atau literature review
yaitu dengan mengumpulkan, mengidentifikasi, mengevaluasi dan
menginterpretasikan beberapa data yang berkaitan dengan topik tertentu dari
berbagai sumber seperti jurnal dan artikel ilmiah dengan menggunakan metode
contras yaitu dengan mencari perbedaan dari lima jurnal kemudian diambil
kesimpulannya.
Dari 5 jurnal yang di review masing-masing jurnal terdapat desain
penelitian deskriptif dengan metode observasi dan wawancara, deskriptif dengan
teknik pengumpulan data, deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, deskriptif yaitu
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, deskriptif
kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan retrospektif study, dan deskriptif
dengan pendekatan crossectional untuk mengidentifikasi kelengkapan pengisian
formulir informed consent.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Menurut Wardiyanta (dalam Sugiarto,2017) data sekunder merupakan
data atau informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber
19
melainkan diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu.
C. Kata Kunci (keywords)
Dalam pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci (keywords)
yang digunakan agar pencarian lebih spesifik sehingga akan mempermudah dalam
penentuan artikel atau jurnal yang akan di review. Kata kunci yang digunakan
dalam penyusunan literature review ini adalah “Kelengkapan Pengisian AND
Informed Consent AND Rawat Inap”.
D. Database Pencarian Literature (Journal Database)
Adapun database pencarian literature yang digunakan yaitu database
jurnal nasional yang diperoleh pada Google Scholar.
E. Strategi Pencarian Literature
Strategi dalam pencarian literature ini adalah penggunaan bolean system
yaitu perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti penggunaan kata
AND, OR, NOT pada kata kunci untuk memunculkan artikel.
20
Tabel 2
Strategi Pencarian Jurnal
DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL
Google Scholar Kelengkapan pengisian lembar AND informed
consent AND rawat inap
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau syarat yang perlu dipenuhi artikel agar
bisa diambil sebagai sampel dan di jadikan data untuk dilakukan literature review.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah indikator yang ditemukan pada artikel tetapi
tidak dapat diambil sebagai sampel dalam proses literature review
(Notoatmodjo,2018). Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada literature
review Tinjauan Kelengkapan Pengisian Lembar Persetujuan Tindakan
Kedokteran (Informed Consent) Rawat Inap di Rumah Sakit yaitu:
Tabel 3.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Artikel tahun 2017-2021 Artikel yang ditampilkan hanya
abstract atau tidak full text
Angka kelengkapan informed consent Kelengkapan rekam medis
Faktor penyebab pengisian informed
consent berdasarkan SDM dan SOP
Evaluasi kelengkapan informed
consent
21
G. Sintesis Hasil Literature
1. Hasil Pencarian Literature
Berdasarkan hasil pencarian artikel/jurnal yang bereputasi tingkat
Nasional dengan menggunakan identifikasi database (Google Scholar), di
dapatkan sebanyak 2.280 artikel/jurnal, kemudian dilakukan screening artikel
di bawah rentang waktu sebanyak 680, dan artikel sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi 1.600. Selanjutnya dilakukan proses identifikasi pada
database pencarian literature berdasarkan artikel yang sesuai dengan kriteria
inklusi 19 jurnal, dan 1.581 jurnal dikeluarkan karena Artikel sesuai dengan
kriteria eksklusi. Kemudian dilakukan kembali proses identifikasi dan di
temukan artikel yang dikeluarkan sebanyak 14 jurnal karena artikel yang
berupa abstrak dan tidak dapat di akses. Sehingga jumlah jurnal yang tersisa
akan di review 5 jurnal dan memenuhi kriteria inklusi dan semuanya full text.
22
Hasil pencarian literature yang akan digunakan menggunakan Metode
PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis).
Gambar 1
Bagan Pencarian Literature Review
Artikel yang berupa abstrak
dan tidak dapat di akses
n(=14)
Pilih database pencarian
literature review
Identifikasi artikel
berdasarkan database
Google Scholar
(n=2.280)
Screening Artikel di
bawah rentang waktu
2017 (n=680)
Artikel sesuai kriteria inklusi
(n=19)
Artikel sesuai dengan
kriteria eksklusi (n=1.581)
Artikel yang akan di review
(n=5)
Artikel sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi
(n= 1.600)
23
2. Daftar Artikel Yang Memenuhi Kriteria
a. Tinjauan kelengkapan pengisian persetujuan tindakan kedokteran rawat
inap di Rumah Sakit umum Pusat Persahabatan Tahun 2017
b. Kelengkapan pengisian informed consent pasien rawat inap kasus bedah di
Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy Margoluwih Seyegan Sleman Tahun
2017
c. Tinjauan kelengkapan pengisian persetujuan tindakan kedokteran pasien
rawat inap di Rumah Sakit Setia Mitra Tahun 2017
d. Tinjauan kelengkapan pengisian persetujuan tindakan kedokteran pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Yadika Kebayoran Lama Tahun 2018
e. Analisis kuantitatif kelengkapan pengisian formul ir informed consent
Rumtikal Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2021
24
H. Ekstraksi Data
Proses atau tindakan dimana data yang diambil atau diekstrak dari berbagai sumber data. Data ekstraksi dibuatkan
dalam tabel yang berisikan no, judul artikel, nama peneliti, tahun, desain penelitian, populasi sampel dan komponen
tujuan yang disesuaikan dengan tujuan dari penelitian.
Tabel 5
Ekstraksi Data
No Judul,Nama
Peneliti,Tahun
Desain
Peelitian
Populasi
Sampel
presentase kelengkapan
pengisian informed
consent rawat inap
Faktor penyebab informed consent
rawat inap tidak terisi dengan
lengkap
1.
2.
3.
4.
5.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Literature Review
1. Karakteristik Data Literature Review
a. Presentase kelengkapan pengisian persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
Tabel 6
Hasil Literature Review Tentang Presentase kelengkapan
pengisian persetujuan tindakan kedokteran (informed Consent)
N
o
Nama
peneliti,
Tahun
Nama
jurnal (Vol,
No)
Judul Metode
(Design,populasi
variabel)
Hasil penelitian Sumber
databas
e
1
.
(Rusdiana
et al.,
2017) [1]
Medicordhi
f
Vol.4/Okto
ber 2017
Tinjauan
kelengkapan
pengisian persetujuan
tindakan kedokteran
pasien bedah rawat
inap di Rumah Sakit
umum pusat
persahabatan
Metode
Deskriptif,
Populasi 56
berkas rekam
medis rawat inap
Identifikasi sebesar 83,92 %,
Laporan penting sebesar 67,45
%,
Autentifikasi sebesar 60,26%,
Pencatatan yang baik sebesar
67,85%.
Scholar
26
2
.
(Anggrain
i, 2017)
[2]
Rekam
medis dan
informasi
kesehatan
Kelengkapan
pengisian informed
consent pasien rawat
inap kasus bedah di
Rumah Sakit At-
Turots Al-Islamy
Margoluwih Seyegan
Sleman 2017
Metode
Deskriptif,
Populasi 70
formulir
informed consent
Identifikasi sebesar 91,43%,
Laporan penting sebesar
71,43%,
Autentifikasi sebesar 95,71%,
pencatatan yang baik sebesar
70%
scholar
3
.
( Hudiyati
Agustini
et al.,
2017) [3]
Medicordhi
f
Vol.4/Okto
ber 2017
Tinjauan
kelengkapan
pengisian persetujuan
tinddakan kedokteran
pasien rawat inap di
Rumah Sakit Setia
Mitra
Metode
Deskriptif,
Populasi 65
formulir
informed consent
Identifikasi sebesar 81,23%,
Laporan penting lengkap
100%,
Autentikasi sebesar 70%,
Pencatatan yang baik sebesar
71,77%.
scholar
4
.
(Indah
Kristina et
al., 2018)
[4]
Medichord
hif Vol 5 /
No
01/2018
Tinjauan
Kelengkapan
pengisian persetujuan
tindakan kedokteran
pada pasien rawat
inap di Rumah Sakit
Yadika Kebayoran
Lama
Metode
Deskriptif,
Populasi 128
formulir
persetujuan
tindakan
kedokteran
Identifikasi sebesar 100 %,
Laporan penting sebesar
99,67 %,
Autentifikasi sebesar 79,2 %,
Pencatatan yang baik sebesar
75%.
scholar
5
.
(Arimbi et
al., 2021)
[5]
Jurnal
Rekam
Medis dan
Analisis kuantitatif
kelengkapan
pengisian formulir
Deskriptif
dengan
pendekatan
Identifikasi sebesar 90%,
Laporan penting sebesar 80%,
Autentikasi sebesar 90%,
scholar
27
Informasi
Kesehatan
Vol.2 No.2
Maret 2021
informed consent
Rumtikal Dr.
Ramelan Surabaya
crossectional,
Populasi Berkas
rekam medis
yaitu informed
consent
Pencatatan yang baik sebesar
85%.
28
b. Faktor penyebab persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) tidak terisi dengan lengkap
Tabel 7
Hasil Literature Review Tentang Faktor Penyebab Persetujuan Tindakan
Kedokteran (Informed Consent) Tidak Terisi Dengan Lengkap
N
o
Nama
peneliti,
Tahun
Nama
jurnal
(Vol, No)
Judul Metode
(Design,populas
i variabel)
Hasil penelitian Sumber
Database
1. (Rusdiana
et al.,
2017) [1]
Medicord
hif
Vol.4/Okt
ober 2017
Tinjauan
kelengkapan
pengisian
persetujuan
tindakan
kedokteran pasien
bedah rawat inap
di Rumah Sakit
umum pusat
persahabatan
Metode
Deskriptif,
Populasi 56
berkas rekam
medis rawat
inap
Belum melakukan sosialisasi ke
instalasi rawat inap sehingga
petugas rawat inap belum paham
dalam pengisian formulir
persetujuan tindakan kedokteran
Scholar
2. (Anggrain
i, 2017)
[2]
Kelengkapan
pengisian informed
consent pasien
rawat inap kasus
bedah di Rumah
Sakit At-Turots
Al-Islamy
Margoluwih
Metode
Deskriptif,
Populasi 70
formulir
informed
consent
Dokter terburu-buru (Man),
belum ada instruksi pengisian
informed
consent (Material), pengisian
informed consent masih manual
(Machines), belum ada standar
prosedur operasional pengisian
informed consent (Methode)
Scholar
29
Seyegan Sleman
2017
3. ( Hudiyati
Agustini
et al.,
2017) [3]
Medicord
hif
Vol.4/Okt
ober 2017
Tinjauan
kelengkapan
pengisian
persetujuan
tinddakan
kedokteran pasien
rawat inap di
Rumah Sakit Setia
Mitra
Metode
Deskriptif,
Populasi 65
formulir
informed
consent
Dokter sibuk untuk memeriksa
pasien lain sehingga tidak punya
waktu untuk melengkapi item-
item formulir persetujuan
tindakan kedokteran.
Scholar
4. (Indah
Kristina et
al., 2018)
[4]
Medichor
dhif Vol 5
/ No
01/2018
Tinjauan
Kelengkapan
pengisian
persetujuan
tindakan
kedokteran pada
pasien rawat inap
di Rumah Sakit
Yadika Kebayoran
Lama
Metode
Deskriptif,
Populasi 128
formulir
persetujuan
tindakan
kedokteran
SPO pengisian formulir
persetujuan tindakan
kedokterannya masih belum jelas
prosedur pengisiannya sehingga
Kurang pahamnya petugas
diruang rawat inap dalam
pengisian formulir persetujuan
tindakan kedokteran dan tidak ada
peraturan Rumah Sakit atau
sangsi bagi petugas yang tidak
melengkapi formulir persetujuan
tindakan kedokteran.
Scholar
5. (Arimbi et
al., 2021)
[5]
Jurnal
Rekam
Medis dan
Informasi
Analisis kuantitatif
kelengkapan
pengisian formulir
informed consent
Deskriptif
dengan
pendekatan
crossectional,
Belum adanya kebijakan
mengenai kelengkapan pengisian
formulir informed consent yang
harus dicapai. Kebijakan SOP
Scholar
30
Kesehatan
Vol.2
No.2
Maret
2021
Rumtikal Dr.
Ramelan Surabaya
Populasi Berkas
rekam medis
yaitu informed
consent
pada bagian rekam medis,
kurangnya sosialisasi mengenai
SOP rekam medis, tidak adanya
monitoring dan evaluasi dibagian
rekam medis alur rekam medis
tidak sesuai standar.
31
31
2. Interpertasi Hasil Penyajian Literature Review
Berdasarkan pada tabel 6 tentang presentase kelengkapan pengisian
formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
a. Presentase kelengkapan pengisian identifikasi pasien pada penelitian [1]
ditemukan sebesar 83,92 %, penelitian [2] sebesar 91,43 %, penelitian [3]
sebesar 81,23%, penelitian [4] sebesar 100%, dan penelitian [5] sebesar 90%.
b. Presentase kelengkapan laporan penting pada penelitian [1] sebesar 67,45 %,
penelitian [2] sebesar 71,43%, penelitian [3] sebesar 100%, penelitian [4]
sebesar 99,67%, dan pada penelitian [5] sebesar 80%.
c. Presentase kelengkapan komponen autentikasi pada penelitian [1] ditemukan
sebesar 60,26%, penelitian [2] sebesar 95,71% , penelitian [3] sebesar 70%,
penelitian [4] sebesar 79,2, dan pada penelitian [5] sebesar 90%.
d. Presentase kelengkapan pengisian pencatatan yang baik pada penelitian [1]
sebesar 67,85% penelitian [2] sebesar 70, penelitian [3] sebesar 71,77%,
penelitian [4] 75%, penelitian [5] sebesar 85%.
e. Penelitian [1] ditemukan Faktor penyebab persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) tidak terisi lengkap yaitu Belum melakukan sosialisasi ke
instalasi rawat inap sehingga petugas rawat inap belum paham dalam
pengisian informed consent. Pada penelitian [2] yaitu dokter terburu-buru
(Man),Belum ada instruksi pengisian informed consent (Material), Pengisian
informed consent masih manual (Machines), Belum ada standar prosedur
operasional pengisian informed consent (Methode). Dokter sibuk untuk
32
memeriksa pasien lain sehingga tidak punya waktu untuk melengkapi item-
item formulir persetujuan tindakan kedokteran ditemukan pada penelitian [3].
Pada penelitian [4] yaitu SPO pengisian formulir persetujuan tindakan
kedokterannya masih belum jelas prosedur pengisiannya sehingga kurang
pahamnya petugas diruang rawat inap dalam pengisian formulir persetujuan
tindakan kedokteran dan tidak ada peraturan Rumah Sakit atau sangsi bagi
petugas yang tidak melengkapi formulir persetujuan tindakan kedokteran.
Belum adanya kebijakan mengenai kelengkapan pengisian formulir informed
consent yang harus dicapai. Kebijakan SOP pada bagian rekam medis,
kurangnya sosialisasi mengenai SOP rekam medis, tidak adanya monitoring
dan evaluasi dibagian rekam medis alur rekam medis tidak sesuai standar
ditemukan pada penelitian [5].
33
B. Pembahasan
1. Kelengkapan pengisian identifikasi pasien pada formulir persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent)
Identitas merupakan salah satu aspek kelengkapan pengisian informed
consent, dimana identitas merupakan data demografi yang berisi informasi
yang berhubungan dengan pasien.
Berdasarkan pada hasil penelitian [4] menunjukkan bahwa presentase
kelengkapan pengisian identifikasi pasien sebesar 100% terisi lengkap. Setiap
lembar rekam medis harus ada identitas pasien (nomor rekam medis, nama).
Hal ini untuk menghindari apabila formulir lepas dari folder sehingga mudah
untuk digabungkan kembali dari satu folder (Daryanti & Sugiarsi, 2016).
Sesuai dengan Permenkes RI No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal rekam medis di Rumah Sakit menyatakan bahwa kelengkapan
pengisian persetujuan tindakan kedokteran kelengkapan pengisian 24 jam
setelah selesai pelayanan mempunyai standar pengisian 100%.
Berdasarkan penelitian [1], [2], [3] dan [5] menunjukkan bahwa belum
mencapai Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah Sakit dengan
presentase (<100%). Dikarenakan banyaknya formulir rekam medis yang harus
dilengkapi dimana setiap formulir harus diisi dengan identitas sehingga masih
ada yang terlewatkan. Hal tersebut belum sesuai dengan teori (Swari et al.,
2019) Kelengkapan pengisian identitas pada lembar rekam medis sangat
34
penting untuk menentukan milik siapa lembaran tersebut. Lembar identitas
pasien dapat menjadi alat untuk identifikasi pasien secara spesifik.
Dari 5 artikel dimana 1 artikel yang memenuhi standar presentase
kelengkapan 100% dan 4 artikel dengan presentase (<100%), maka peneliti
dapat mengemukakan pendapat bahwa kelengkapan pengisian identifikasi
pasien belum mencapai Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah
Sakit dimana rata-rata presentase kelengkapannya 86,64%. Sehingga bisa
terjadi kemungkinan tertukarnya informasi medis pasien, maka diharapkan
kesadaran bagi petugas yang melakukan pengisian identifikasi pasien agar
mengisi identitas dengan lengkap.
2. Kelengkapan pengisian laporan penting pada formulir persetujuan tindakan
kedoteran (informed consent)
Laporan penting merupakan suatu kelengkapan laporan yang harus
wajib di isi dalam menjalankan pelayanan mutu di Rumah Sakit (Ima Rusdiana
et al.,2017).
Berdasarkan hasil penelitian [3] presentase kelengkapan laporan
penting sudah mencapai standar kelengkapan 100%. Sesuai dengan Permenkes
nomor 290 tahun 2008 pasal 7 ayat 3 dalam prosedur tentang pemberian
informed consent menjelaskan bahwa harus menuliskan nama tindakan, nama
dokter pelaksana tindakan, nama pemberi informasi atau pemberi persetujuan,
tanggal atau jam pelaksana serta menuliskan isi informasi.
35
Berdasarkan hasil penelitian [1], [2], [4], dan [5] belum mencapai
Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah Sakit dengan presentase
(<100%). Hal ini tidak sesuai dengan undang-undang No.29 Tahun 2004
penjelasan pada proses pengisian informed consent setidaknya harus meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medis tujuan tindakan medis, alternative
tindakan lain dan resikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Dari 5 artikel dimana 1 artikel yang memenuhi standar kelengkapan
pengisian 100% dan 4 artikel dengan presentase (<100%), maka peneliti dapat
mengemukakan pendapat bahwa kelengkapan pengisian laporan penting pada
formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai
standar pelayanan minimal rekam medis di Rumah Sakit dimana rata-rata
presentase kelengkapannya 79,63%. Dimana yang dapat mempengaruhi
rendahnya presentase pengisian komponen laporan penting karena formulir
rekam medis terdiri dari beberapa formulir, sehingga sering terlewatkan
beberapa lembar dan item yang tidak terisi oleh dokter yang bertanggung
jawab. Sehingga berdampak dapat merugikan pasien, karena pasien dan
keluarga pasien tidak diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien. Hal ini juga dapat menyebabkan kerugian pada Rumah Sakit
dan bahkan bisa menjadi seseorang di pidanakan.
3. Kelengkapan Pengisian Autentifikasi pada formulir persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent)
36
Autentifikasi yaitu suatu proses yang merupakan sebuah tindakan
pembuktian (validasi) terhadap identitas seseorang, dalam hal ini yaitu dokter
atau perawat yang memiliki kewenangan untuk mengisi berkas rekam medis
pasien. (Swari et al., 2019).
Berdasarkan hasil penelitian [1],[2], [3], [4], dan [5] menunjukkan
bahwa belum mencapai Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah
Sakit dengan presentase (<100%). Faktor yang mempengaruhi rendahnya
presentase tersebut dimana pada variable nama dokter, tanda tangan dokter dan
saksi belum diisi dengan lengkap karena kesibukan dokter atau perawat untuk
menulis autentifikasi, sehingga lupa untuk mengisi lengkap dan memintakan
tanda tangan. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori Sudra, 2013 dalam
(Daryanti & Sugiarsi., 2016) berlaku prinsip bahwa setiap isian harus jelas
penanggung jawabnya. Kejelasan penanggung jawab ini diwujudkan dengan
pencantuman nama terang (lengkap) dan tanda tangan. Pengisian autentifikasi
digunakan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap
perawatan yang dilakukan kepada pasien. Apabila dalam melaksanakan
tindakan medis tidak ada persetujuan dari pihak pasien atau keluarga pasien
dan terjadi sesuatu kepada pasien maka pihak pasien berhak memberikan
tuntutan.
Berdasarkan 5 artikel dengan presentase (<100%), maka peneliti dapat
mengemukakan pendapat bahwa kelengkapan pengisian autentifikasi pada
formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai
37
Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah Sakit dimana rata-rata
presentase kelengkapannya 79,03%. Hal ini dapat mengakibatkan
pemeriksaan, perawatan maupun pengobatan yang telah dilakukan tidak bisa
dipertanggung jawabkan. Seharusnya dokter dan petugas kesehatan lainnya
bekerja sama agar autentifikasi pada formulir rekam medis terisi dengan
lengkap.
4. Kelengkapan Pengisian Pencatatan yang baik pada formulir persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent)
Pencatatan yang baik merupakan dimana suatu pernyataan tulisan tidak
ada coretan, tidak ada tip-ex, dan tidak ada yang kosong dalam pengisian
formulir rekam medis tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian [1], [2], [3], [4], dan [5] belum mencapai
Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah Sakit dengan presentase
(<100%). Penelitian ini tidak sesuai dengan teori (Sudra, 2013) dalam
(Daryanti & Sugiarsi., 2016) jika terjadi salah tulis maka untuk
memperbaikinya tidak boleh menyebabkan tulisan yang salah tersebut hilang
atau tidak dapat terbaca lagi. Secara umum dianjurkan untuk mencoret satu
kali pada tulisan yang salah, dan mencantumkan tanggal serta tanda tangan
yang memperbaiki tulisan tersebut.
Berdasarkan 5 artikel yang telah di review, peneliti dapat
mengemukakan pendapat bahwa kelengkapan pengisian pencatatan yang baik
pada formulir persetujuan tindakan kedokeran (informed consent) belum
38
mencapai Standar Pelayanan Minimal rekam medis di Rumah Sakit dimana
rata-rata presentase kelengkapannya 73,92%. Sehingga dapat membuat data
yang ditulis menjadi tidak sah atau tidak benar untuk dijadikan bukti tindakan
yang telah dokter lakukan kepada pasien. Jika terjadi salah tulis maka
seharusnya untuk memperbaikinya tidak boleh menyebabkan tulisan yang
salah tersebut hilang atau tidak dapat terbaca lagi, dibolehkan untuk mencoret
satu kali pada tulisan yang salah, dan mencantumkan tanggal serta tanda tangan
yang memperbaiki tulisan.
5. Faktor penyebab informed consent rawat inap tidak terisi dengan lengkap di
Rumah Sakit
Adapun faktor penyebab pengisian formulir persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent) tidak terisi lengkap sebagai berikut:
a. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Faktor penyebab pengisian formulir persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent) tidak terisi lengkap yaitu SPO ditemukan
pada penelitian [1], dan [5] yaitu kurangnya sosialisasi mengenai SPO
kepada dokter dan perawat di instalasi rawat inap. Pada penelitian [2] yaitu
belum ada instruksi pengisian informed consent, pengisian informed
consent masih manual belum ada standar prosedur operasional pengisian
informed consent. Penelitian [4] yaitu dalam pengisian formulir
persetujuan tindakan kedokteran belum jelas prosedur pengisiannya
sehingga petugas diruang rawat inap dalam pengisian informed consent dan
39
tidak ada peraturan Rumah Sakit atau sangsi bagi petugas yang tidak
melengkapi formulir informed consent. Menurut (Indah Puji., 2014) SPO
yaitu sebagai dokumen yang memperjelas serta menilai jalannya proses
kerja jika terjadi suatu kesalahan atau dugaan administrasi dan malpraktek,
sehingga bisa dijadikan sebagai perlindungan Rumah Sakit dan petugas
kesehatan.
Menurut penulis SPO harus jelas karena digunakan sebagai acuan
dalam menjalankan wewenang dan tanggungjawab dari petugas kesehatan,
dan terhindar dari kesalahan, keraguan, dan pemborosan dalam proses
pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia kesehatan merupakan semua orang yang
bekerja secara aktif dibidang kesehatan, baik untuk jenis tertentu yang
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Faktor penyebab tidak terisi lengkap yaitu dokter terburu-buru
(Man) ditemukan pada penelitian [2], Dokter sibuk untuk memeriksa
pasien lain sehingga tidak punya waktu untuk melengkapi item-item
formulir persetujuan tindakan kedokteran terdapat pada penelitian [3].
Tidak adanya monitoring dan evaluasi dibagian rekam medis alur rekam
medis tidak sesuai standar serta tidak adanya reward dan punishment
terdapat pada penelitian [5].
Menurut (Siwayana et al., 2020) faktor man penyebab
40
ketidaklengkapan pengisian rekam medis dapat dilihat dari segi
pengetahuan dan motivasi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang.
Dilihat dari pengetahuan, masih ada petugas kesehatan yang
belum mengetahui bahwa rekam medis harus segera dilengkapi 24 jam
saat pasien telah dinyatakan pulang. Pengetahuan akan kelengkapan
rekam medis sangat penting bagi petugas kesehatan baik itu dokter,
perawat terutama petugas rekam medis. Pengetahuan yang tinggi
terhadap kegunaan dan manfaat dari rekam medis akan membuat
petugas lebih memperhatikan kelengkapan rekam medis.
b. Motivasi
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari
segi motivasi ternyata masih banyak petugas yang memiliki motivasi
yang rendah dalam pengisian dokumen reka medis.
Menurut penulis ketidaklengkapan pengisian persetujuan tindakan
kedokteran karena dokter terburu-buru dan seharusnya dihindari karena
pengisian kelengkapan formulir persetujuan tindakan kedokteran wajib diisi
lengkap oleh petugas yang bertanggung jawab. Karena hal tersebut dapat
berdampak pada mutu pelayanan pada Rumah Sakit.
41
Aspek hukum persetujuan tindakan kedokteran telah diatur dalam pasal
45 Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran, dinyatakan
bahwa setiap tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang akan dilakukan
tindakan terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan. Persetujuan yang
dimaksud adalah persetujuan yang diberikan setelah pasien menerima
penjelasan secara lengkap, sekurang kurangnya mencakup diagnosis dan tata
cara tindakan medis, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Persetujuan tersebut diberikan
secara tertulis maupun lisan, dan setiap tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang berisiko tinggi harus diberikan persetujuan tindakan secara tertulis
yang ditandatangani oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan.
Persetujuan tindakan kedokteran berperan penting dalam perlindungan hukum
baik dari pihak pasien maupun dokter atau tenaga kesehatan dari tuntutan tidak
profesionalisme dari pihak pasien.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari 5 artikel yang direview bahwa presentase kelengkapan pengisian
komponen identifikasi pasien pada formulir persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) belum mencapai standar pelayanan minimal rekam medis
dimana 1 penelitian dengan presentase kelengkapan 100% sedangkan 4
penelitian lainnya memiliki rata-rata presentase kelengkapan 86,64%.
2. Presentase kelengkapan pengisian komponen laporan penting pada formulir
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai standar
pelayanan minimal rekam medis dimana 1 penelitian dengan presentase
kelengkapan 100% sedangkan 4 penelitian lainnya memiliki rata-rata
presentase kelengkapan 79,63%.
3. Presentase kelengkapan pengisian komponen autentifikasi pada formulir
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai standar
pelayanan minimal rekam medis dimana rata-rata memiliki presentase
kelengkapannya 79,03%.
4. Presentase kelengkapan pengisian komponen pencatatan yang baik pada
formulir persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) belum mencapai
standar pelayanan minimal rekam medis dimana rata-rata memiliki presentase
kelengkapannya 73,92%.
5. Adapun faktor yang mempengaruhi pengisian persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent) tidak terisi dengan lengkap oleh tenaga medis dan dokter
serta kebijakan Rumah Sakit yang belum maksimal dalam pengisian lembar
persetujuan tindakan kedokteran serta standar operasional prosedur belum
terlaksana dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Sebaiknya mengikut sertakan tenaga medis dalam melakukan sosialisasi serta
mengadakan rapat rutin mengenai pentingnya kelengkapan pengisian lembar
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) agar terisi lengkap dan
akurat.
2. Bagi petugas medis
Sebaiknya petugas Kesehatan perawat dan dokter menjelaskan isi persetujuan
Tindakan kedokteran (informed consent) secara keseluruhan serta meminta
tanda tangan pasien atau keluarga pasien.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan lebih luas lagi oleh peneliti
selanjutnya yang mengkaji tentang kelengkapan pengisian lembar persetujuan
Tindakan kedokteran (informed consent).
44
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, H., & Kanaf, L. (2017). Tinjauan Kelengkapan Pengisian Persetujuan
Tindakan Kedokteran Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Setia Mitra.
Medicordhif, 4, 11–20.
Anggraini, L. S. (2017). Kelengkapan Pengisian Informed Consent Pasien Rawat Inap
Pada Kasus Bedah Di Rumah Sakit At-Turots Al-Ismlamy Margoluwih Seyegan
Sleman. 1–52.
Arimbi, A. D., Muflihatin, I., & Muna, N. (2021). J-Remi : Jurnal Rekam Medik Dan
Informasi Kesehatan Analisis Kuantitatif Kelengkapan Pengisian Formulir
Informed Consent Rumkital Dr . Ramelan Surabaya J-Remi : Jurnal Rekam
Medik Dan Informasi Kesehatan. 2(2), 221–229.
Daryanti, & Sugiarsi, S. (2016). Analisis Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan
Tindakan Kedokteran Kasus Bedah Mayor Di Rsud Ambarawa Daryanti1.
Analisis Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan Tindakan, 6.
Dhita, A., & Wahyudi. (2020). Analisis Informed Consent Terhadap Perlindungan
Hukum Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
Wahyudi , Dhita Annisa Issn 2656-7261 Berkembang Di Kota Bandung . Dari
Rumah Sakit Pada Dasarnya Menyelenggarakan Pelayanan Tersebut Dapat Beru.
Res Nulliius, 2(1), 62–75.
Hermaestri, M. (2017). Analisis Kelengkapan Pengisian Lembar Informed Consent
Pada Kasus Bedah Mayor Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Rekam
Medis Dan Informasi Kesehatan.
Huzaima, H. (2017). Kelengkapan Pengisian Informed Consent Rekam Medis Rawat
Inapa Kasus Bedah Orthopedi Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.
Http://Repository.Stikesayaniyk.Ac.Id/2481/
Johanatomasoa. (2018). Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan Tentang Aspek-
Aspek Rekam Medis Dengan Pengisian Lembar Ringkasan Masuk Dan Keluar
Pasien Rawat Inap Di Bangsal Yordan Rs Griya Waluya Ponorogo. Global
Health Science, 3(4), 339–345.
Kristina, I., Maulina, R., & Agnesia, R. (2018). Tinjauan Kelengkapan Pengisian
Persetujuan Tindakan Kedokteran Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Yadika Kebayoran Lama. Medichordhif, 5(01), 17–25.
Meyyulinar, H. (2019). Analisis Faktor- Faktor Penyebab Ketidaklengkapan
45
Informed Consent Pada Kasus Bedah Di Rumah Sakit Al Marinir Cilandak. 3(1),
34–45.
Ningsih, E. R., Abdurrahman, R., Hakim, A., Putra, S., & Al, H. A. (2021). Tinjauan
Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Formulir Informed Consent Di
Rsud Dr . H . Moch Ansari Saleh Banjarmasin. 6(1), 91–105.
Nugraha, M., Fauzan, A., Masyarakat, K., Masyarakat, F. K., Kalimantan, U. I.,
Arysad, M., & Banjari, A. (2019). Kelengkapan Pengisian Lembar Informed
Consent Di Rsud H Boejasin Pelaihari Tahun 2019. 2019.
Oktavia, D., Hardisman, & Erkadius. (2020). Analisis Ketidaklengkapan Pengisian
Lembar Informed Consent. Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(1),
15–24.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/Sk/Ii/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/Iii/2008
Tentang Rekam Medis.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
Rusdiana, I., & Ahyar. (2017). Umum Pusat Persahabatan Ima Rusdiana , Ahyar
Akademi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan Bhumi Husada Jakarta. 4,
21–38.
Samosir, F. A. (2017). Tinjauan Kelengkapan Pengisian Informed Consent Rawat
Inap Di Rsud Prambanan. 11. Http://Repository.Unjaya.Ac.Id/2471/
Simanjuntak, E., & Wismona, S. A. (2018). Analisis Kelengkapan Informed Consent
Pasien Pra Operasi Katarak Di Rs. Khusus Mata Smec Medan Tahun 2018. Jurnal
Ilmiah Dan Informasi Kesehatan, 3(2), 444–446.
Swari, S. J., Alfiansyah, G., Wijayanti, R. A., & Kurniawati, R. D. (2019). Analisis
Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rsup Dr.
Kariadi Semarang. Arteri : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 50–56.
Https://Doi.Org/10.37148/Arteri.V1i1.20
Ulfa, H. M. (2018). Analisa Kelengkapan Informed Consent Tindakan Operasi Di
Rumah Sakit Sansani Pekanbaru. Jurnal Inohim, 6(1), 21–26.
Undang-Undang Ri Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Ri Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
46
Wati, E., Rekam, D., Kesehatan, I., Dharma, S., & Padang, L. (2021). Gambaran
Kelengkapan Pengisian Informed Consent Rawat Inap Di Beberapa Rumah
Sakit. 2(1), 36–42.
Wulandari, M., Wasono, H. A., Lestari, S. M. P., & Maitsya, A. N. (2019). Analisis
Kelengkapan Pengisian Informed Consent Tindakan Bedah Di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan,
6(2), 98–104.
Lampiran 1 : Hasil Ekstraksi Data
No Judul,Nama
Peneliti,Tahun
Desain
Peelitian
Populasi
Sampel
presentase kelengkapan
pengisian informed
consent rawat inap
Faktor penyebab informed consent
rawat inap tidak terisi dengan
lengkap
1 Tinjauan
kelengkapan
pengisian
persetujuan
tindakan
kedokteran pasien
bedah rawat inap
di Rumah Sakit
umum pusat
persahabatan
Rusdiana et al.,
(2017)
Deskriptif 56 berkas
rekam medis
rawat inap
Presentase kelengkapan
pengisian identitas
pasien sebesar 83,92 %,
laporan penting sebesar
67,45 %, autentifikasi
sebesar 60,26%, dan
pencaatan yang baik
sebesar 67,85%
Belum melakukan sosialisasi ke
instalasi rawat inap sehingga
petugas rawat inap belum paham
dalam pengisian formulir
persetujuan tindakan kedokteran
2 Kelengkapan
pengisian
informed consent
pasien rawat inap
kasus bedah di
Rumah Sakit At-
Turots Al-Islamy
Margoluwih
Seyegan Sleman
2017
Anggraini, (2017)
Deskriptif 70 formulir
informed
consent
Komponen identifikasi
sebesar 91,43,
Komponen laporan
yang penting 71,43%.
Komponen
Autentifikasi 95,71%
dengan 49 formulir.
Komponen
pendokumentasian
yang benar 70% .
Dokter terburu-buru (Man),belum
ada instruksi pengisian informed
consent (Material), pengisian
informed consent masih manual
(Machines), belum ada standar
prosedur operasional pengisian
informed consent (Methode)
3 Tinjauan
kelengkapan
pengisian
persetujuan
tinddakan
kedokteran pasien
rawat inap di
Rumah Sakit Setia
Mitra
Hudiyati Agustini
et al., (2017)
Deskriptif 65 formulir
informed
consent
Presentase kelengkapan
komponen identifikasi
sebesar 81,23%,
komponen catatan
penting lengkap 100%
di isi jenis tindakan
medis, komponen
autentikasi
kelengkapan sebesar
70% , komponen
pencatatan yang baik
sebesar 71,77%.
Dokter sibuk untuk memeriksa
pasien lain sehingga tidak punya
waktu untuk melengkapi item-item
formulir persetujuan tindakan
kedokteran.
4 Tinjauan
Kelengkapan
pengisian
persetujuan
tindakan
kedokteran pada
pasien rawat inap
di Rumah Sakit
Yadika Kebayoran
Lama
Indah Kristina et
al., (2018)
Deskriptif Populasi :
Rekam Medis
Pasien rawat
inap, Sampel :
128 Rekam
Medis Rawat
Inap
Presentase kelengkapan
pengisian identifikasi
pasien sebesar 100 %,
laporan penting sebesar
99,67 %, autentifikasi
sebesar 79,2 %, dan
pencatatan yang baik
sebesar 75%
Faktor menyebabkan informed
consent rawat inap tidak terisi
dengan lengkap yaitu SPO
pengisian formulir persetujuan
tindakan kedokterannya masih
belum jelas prosedur pengisiannya
sehingga Kurang pahamnya
petugas diruang rawat inap dalam
pengisian formulir persetujuan
tindakan kedokteran dan tidak ada
peraturan Rumah Sakit atau sangsi
bagi petugas yang tidak
melengkapi formulir persetujuan
tindakan kedokteran.
5 Analisis kuantitatif
kelengkapan
pengisian formulir
informed consent
Rumtikal Dr.
Ramelan Surabaya
2021
Arimbi et al.,
(2021)
Deskriptif
dengan
pendekatan
crossectional
Berkas
rekam
medis yaitu
informed
consent
Presentase kelengkapan
komponen identifikasi
sebesar 90%,
komponen pelaporan
penting sebesar 80%,
komponen autentikasi
sebesar 90%,
komponen
pendokumentasian
yang benar sebesar
85%.
Belum adanya kebijakan mengenai
kelengkapan pengisian formulir
informed consent yang harus
dicapai. Kebijakan SPO pada
bagian rekam medis, kurangnya
sosialisasi mengenai SOP rekam
medis.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Wulandari Putri, lahir di Kondo Kabupaten Luwu provinsi
Sulawesi Selatan pada tanggal 07 September 2000 yang
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Sudirman dan Helmiyanti. Adapun nama saudara penulis yaitu
Muh. Rasya Aditya. Penulis berasal dari kabupaten Luwu,
bertempat tinggal di Dusun Kondo Desa To’Pongo Kecamatan Lamasi. Penulis selama
perjalanan hidupnya telah menempuh Pendidikan pada tahun 2006 penulis bersekolah
di SDN 297 Kondo dan lulus pada tahun 2012, kemudian pada tahun yang sama
penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Satap Pongsamelung
dan lulus pada tahun 2015, kemudian setelah lulus pada tahun yang sama penulis
melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Luwu dan lulus pada tahun
2018. Dan selanjutnya pada tahun 2018 penulis mengambil perkuliahan Swasta di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar di program studi D3 Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan sampai selesai pada tahun 2021.