11
MAKALAH METODE PENELITIAN “TEKNIK SAMPLING” Pembimbing : Wiwit Denny Fitriana, S.Si, M.Si Disusun oleh: M. Ismail Marzuki (5113001) Nila Mustaghfiroh (5113005) Adhellia Rizqi D. (5113007) PRODI MATEMATIKA SAINS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG 2015

Teknik Sampling-Metode Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH METODE PENELITIAN

“TEKNIK SAMPLING”

Pembimbing :

Wiwit Denny Fitriana, S.Si, M.Si

Disusun oleh:

M. Ismail Marzuki (5113001)

Nila Mustaghfiroh (5113005)

Adhellia Rizqi D. (5113007)

PRODI MATEMATIKA SAINS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti

aturan-aturan metodologi ilmiah misalnya observasi secar sistematis, dikontrol, dan ikut

mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi; 2007).

Macam-macam penelitian bedasarkan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan

kualitatif, berdasarkan fungsi, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian

evaluatif, serta macam-macam penelitian berdasarkan tujuan, yaitu penelitian deskriptif,

prediktif, improftif dan eksplanatif.

Dalam setiap penelitian berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut

populasi dan sampel. Pemilihan dan penentuan sumber data tergantung pada

permasalahan yang akan diselidiki dan hipotesa yang hendak diuji. Sumber data yang

tidak tepat mengakibatkan data yang terkumpul menjadi tidak relevan yang dapat

menimbulkan kekeliruan (bised) dalam menarik kesimpulan. Dalam pembahasan

makalah ini akan disampaikan secara singkat mengenai populasi dan sampel dan akan

dijelaskan lebih lanjut mengenai cara untuk menentukan jumlah sampel sehingga akan

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data atau dapat disebut dengan

teknik sampling. Pada suatu peneltian yang berdasarkan pendekatan yakni pendekatan

kuantitatif dan kualitatif berbeda. Pada penelitian kuantitatif menggunakan sampel

statistik yakni menggunakan perhitungan dalam memperoleh sampel, sedangkan pada

penelitian kualitatif menggunakan sampel teoritis yang mana dengan cara

menggeneralisasikan sampel (Darmadi, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana cara menentukan sampling dalam penelitian?

b. Bagaimana proses teknik sampling pada penelitian kuantitatif?

c. Bagaimana proses teknik sampling pada penelitian kualitatif?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditarik tujuan dari perumusan makalah ini

adalah peneliti dapat mengetahui cara dalam menentukan sampling pada penelian

kuantitatif dan penelitian kualitatif yang representatif yang dapat menghasilkan sampel

yang tepat dalam penelitian.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Populasi dan Sampel

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan

sumber data. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh. Dalam buku Arikunto, 2006 menjelaskan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sugiyono (2010) Populasi adalah suatu

kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelelitiannya

merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin

melihat semua liku-liku yang ada didalam populasi, dan subyeknya meliputi semua yang

terdapat didalam populasi yang disebut juga dengan sensus.

Menurut Nawawi, 2003, dilihat dari jumlahnya populasi diklasifikasikan menjadi

2, yaitu :

1. Populasi terbatas atau terhingga, yakni sumber data yang jelas batas-batasnya

secara kuantitatif karena memiliki karakteristik yang terbatas. Contohnya :

terdapat 200.000 orang narapidana di Indonesia pada awala tahun 1981.

2. Populasi tak terbatas atau tak terhingga, yakni sumber data yang tidak akan dapat

ditentukanbatas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah

secara kuantitatif. Contohnya : jumlah narapidana di Indonesia dari masa awal

sampai yang akan datang.

Secara ideal kita harus menyelidiki keseluruhan populasi. Namun, jika populasi

terlampau besar atau tak terhingga batasnya, kita dapat mengambil sejumlah sampel.

Menurut Notoatmojo (2005) Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi

yang akan diteliti, sementara memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi

disebut sampling. Menurut Nursalam (2008) Sampling adalah suatu cara yang ditempuh

dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek

penelitian. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel ini disebut dengan penelitian

sampel, kesimpulan yang didapat dalam penelitian sampel akan digeneralisasikan

terhadap populasi. Namun, generalisasi-generalisasi dari sampel ke populasi

mengandung resiko terjadinya kekeliruan atau ketidak akuratan karena sampel belum

tentu mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Karena dari itu, untuk dapat

membuat generalisasi yang meyakinkan, maka sampel yang diambil dari populasi

tersebut harus yang representatif yaitu yang mewakili keseluruhan populasi termasuk

dalam unsur-unsur yang mewakili seluruh sifat-sifat populasi walaupun jumlahnya jauh

lebih sedikit. Untuk memperkecil kekeliruan dalam melakukan generalisasi dari sampel

ke populasi dan untuk memperoleh sampel yang paling mencerminkan populasi

dibutuhkan teknik sampling.

B. Teknik Sampling

Teknik sampling ini menurut Purwanto (2009) merupakan kegiatan mengambil

sebagian dari populasi yanga akan diteliti degnan cara tertentu yang dapat

dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang diambil mewakili populasinya. Dalam

garis besarnya ada dua macam sampling, yaitu (a) yang memberi kemungkinan yang

sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut probability sampling dan (b)

yang tidak memberi kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih yang

disebut dengan non probability sampling (Nasution, 2012).

1. Probability Sampling (Sampling probabilitas): pada saat memilih unit

sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih

kedalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan nol. Sampel tipe ini

bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian terhadap populasi

walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel. Teknik sampling ini

biasanya digunakan pada penelitian kuantitatif.

Beberapa metode menurut Nasution (2012) yang termasuk dalam

Sampling Probabilitas, antara lain :

a) Simple Random Sampling

Satuan sampling dipilih secara acak dan bahwa semua anggota

populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sample serta

kesempatan itu harus independen artinya kesempatan bagi suatu individu

untuk dipilih tidak mempengaruhi individu lain untuk dipilih.

Misalnya ada sebuah penelitian mengenai “Model Pembiayaan Pendidikan

Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang ada di

Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP tersebut dilakukan pemilihan

secara random tanpa melakukan pengelompokkan terlebih dahulu, dengan

demikian peluang masing-masing SD maupun SMP untuk terpilih sebagai

sampel sama.

Sampling acakan ini dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan

tabel, (3) menggunakan komputer.

Secara undian : tiap unsur diberi masing-masing satu nomor secara berturut,

misalnya pada secarik kertas, dimasukkan kedalam kotak, lalu dikocok agar

bercamput, kemudian peneliti mengambil satu per satu kertas sampai pada

jumlah yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan tanpa pengembalian atau

dengan pengembalian.

Secara ordinal : dilakukan dengan membuat daftar secara berurutan dari

unit sampling yang pertama sampai yang terakhir, kemudian secara

berurutan dari atas ke bawah ditetapkan satu persatu sampel, sampai

mencapai jumlah atau ukuran sampel yang diperlukan dengan pola tertentu.

Pola itu antara lain dengan mengambil unit sampling bernomor genap, atau

bernomor ganjil saja, mungkin pula dengan mengambil unit sampling

degnan nomor urut kelipatan tiga, kelipatan empat, tergantung dengan pola

yang ditentukan oleh peneliti. Cara ini tidak terdapat pengembalian.

Secara randomisasi : dengan mempergunakan bilangan random yang

sifatnya lebih obyektif, dilakukan dengan cara menyusun daftar unit

sampling secara berurutan lengkap dengan nomor urutnya masing-masing.

Kemudian dilakukan randomisasi nomor urut dengan menjatuhkan ujung

pensil diatas tabel bilangan random. Angka yang terdekat dengan ujung

pensil merupakan nomor urut unit sampling dan diambil sebagai sampel.

b) Stratified Random Sampling

Populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan

membentuk sub populasi yang didalamnya membentuk satuan-satuan

sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif

homogen). Selanjutnya dari setiap stratum dipilih sampel melalui proses

simple random sampling. Misalnya penelitian mempergunakan kepala

keluarga sebagai unit sampling dengan ukuran sampel sebanyak 150 kepala

keluarga dalam sebuah propinsi. Tahap pertama dilakukan penartikan

terhadap kabupaten atau kotamadya dengan teknik simple random

sampling. Kemudian dilakukan penarikan kecamatan dipilih secara random

dari kabupaten yang telah dipilih sebelumnya, begitu seterusnya sampai

mendapatkan sampel yang dituju.

c) Cluster Random Sampling

Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang besar, disebut

Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada

dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Pemilihan dilakukan beberapa

tingkat: (1 ) Memilih kluster dengan cara simple random sampling. (2)

Memilih satuan sampling dalam kluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari

2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling. Misalnya dalam penelitian

yang sama seperti di atas, karena Jawa Barat sangat luas, dipilihlah

kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1 secara random. Dari

tiap kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu kecamatan-

kecamatan tertentu dengan cara random sebagai sampel klaster ke-2.

Selanjutnya dari masing-masing kecamatan dilakukan pemilihan sekolah

yang juga dilakukan secara random.

2. Sampling Non Probabilitas : Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling

tidak dilibatkan unsur peluang, sehingga tidak diketahui besarnya peluang

sesuatu unit sampling terpilih ke dalam sampel. Sampling tipe ini tidak boleh

dipakai untuk menggeneralisasi hasil penelitian terhadap populasi, karena dalam

penarikan sampel sama sekali tidak ada unsur probabilitas. Teknik sampling ini

biasanya digunakan pada penelitian kualitatif.

Beberapa sampel yang termasuk dalam Sampling Non Probabilitas

menurut Nasution (2012), antara lain :

a) Systematic Sampling

Satuan sampling dipilih dengan jalan mengambil setiap kasus yang

kesekian dari daftar populasi. Mula-mula ditetapkan terlebih dahulu berapa

jumlah subyek yang dikehendaki didalam sample (n). Karena jumlah

seluruh anggota populasi (N) sudah diketahui, maka N dibagi degnan n

untuk memperoleh interval penaikan sampel (k) yang akan digunakan

dalam daftar populasi. Anggota sampel yang pertama diilih secara acak dari

interval yang pertama, dan kemudian secara sistematis setiap anggota yang

ke-k dari populasi tersebut diambil sebagi sampel. Misalnya, kita andaikan

suatu populasi terdiri atas 400 subyek, sedang besar sampel yang kita

inginkan adalah 20, jadi k= N/n = 400/20= 20. Kemudian dari 20 kasus

(orang) diambil kasus pertama yang akan dijadikan sampel, dapat diambil

secara acak. Selanjutnya setiap kasus ke 20 berikutnya akan dipilih sebagai

anggota sampel. Misalnya, pilihan pertama itu adalah nama atau nomor 3.

Kemudian peneliti menambahkan interbal penarikan sampel k yaitu 20 pada

angka 3 itu, dengan demikian orang ke 23 akan masuk ke dalam sampel,

demikian pula orang ke 43, 63 dan seterusnya sampai akhir daftar itu.

b) Snowball Sampling

Satuan sampling dipilih atau ditentukan mulai dengan kelompok kecil

yang diminta untuk menunjuk kawan masing-masing, kemudian kawan

kawan ini diminta pula menunjukkan kawan masingmasing pula, begitu

seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besarnya, bagaikan

bola salju yang kian bertambah besar bila meluncur dari puncak bukit ke

bawah.

Sampling ini dipilih bila kita ingin menyelidiki hubungan antar

manusia dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara informasi

tersebar dikalangan tertentu, misalnya kalangan berprofesi tertentu seperti

bagaimana doktor mengetahui tentang pemakaian obat, atau bagaimana

orang menanamkan modal, dan sebagainya.

c) Purposive Sampling

Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling

yang memiliki karakteristik yang dikehendaki, misalnya orang yang

mempunya tingkat pendidikan tertentu, jabatan terteu, usia tertentu yang

pernah aktif dalam kegiatan masyarakat tertentu. Sampel ini adalah sampel

yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian.

Sebagai contoh : untuk menilai mutu pendidikan, peneliti dapat memilih

dari pegawai kantor departemen pendidikan, guru, orang tua, mutid,

pengusaha-pengusaha sebagai konsumen produk pendidikan, kemudian

peneliti menentukan siapa-siap yang dianggapnya representatif dari tiap

golongan. Keuntungan : sampel itu dipilih sedemikian rupa, sehingga relean

dengan desai penelitian dan relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan.

Kelemahan: tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sampel itu representatif

seperti halnya degnan sampel random.

C. Menentukan Jumlah Sampel

Untuk dapat menentukan dengan tepat banyaknya jumlah subyek penelitian yang

harus diambil, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi unit analisis

dari penelitian. Unit analisis atau subyek yang dianalisis sangat tergantung pada siapa

yang diteliti. Besarnya jumlah sampel atau ukuran sampel yang mewakili 100% populasi

adalah sama dengan jumlah populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati jumlah

populasi maka peluang kesalahan dalam melakukan generalisasi akan semakin kecil,

begitu pula sebaliknya makin kecil jumlah sampel penelitian maka diduga akan semakin

besar kemungkinan kesalahan dalam melakukan generalisasi.

Menurut Darmadi (2013) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menentukan besarnya sampel adalah sebagai berikut a) Unit analisis, b) Pendekatan atau

model penelitian, c) Banyaknya karakteristik khusus yang ada pada populasi, dan d)

Keterbatasan penelitian. Dalam bukunya Darmadi juga menjelaskan bahwasanya untuk

jumlah subyek dalam populasi sebanyak 100 sampai 150 subyek, maka jumlah sampel

yang diambil sebanyak ± 25-30%. Dapat juga diambil dengan menggunakan rumus

Cohran :

No= t 2 . p . qd2 , Rumus Koreksi n= No

1+ NoN

Keterangan :

- No = besar sampel tahap pertama

- t2 = besearnya z sesuai dengan tarif signifikansi = 0,05 ; z = 1,96

- d = besarnya kekeliruan sampel yang diperkirikan dalam hal ini adalah 10 %

- p = besar populasi klasifikasi

- q = 1-p

- N = besarnya populasi

- n = besanya sampel

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut Sugiyono (2010) Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Secara ideal kita harus menyelidiki keseluruhan populasi. Namun, jika populasi terlampau

besar atau tak terhingga batasnya, kita dapat mengambil sejumlah sampel. Menurut

Notoatmojo (2005) Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan

diteliti, sementara memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi disebut sampling.

Menurut Nursalam (2008) Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian. Penelitian yang

dilakukan terhadap sampel ini disebut dengan penelitian sampel, kesimpulan yang didapat

dalam penelitian sampel akan digeneralisasikan terhadap populasi. Untuk memperkecil

kekeliruan dalam melakukan generalisasi dari sampel ke populasi dan untuk memperoleh

sampel yang paling mencerminkan populasi dibutuhkan teknik sampling.

Teknik sampling ini menurut Purwanto (2009) merupakan kegiatan mengambil sebagian

dari populasi yanga akan diteliti degnan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan

supaya sebagian yang diambil mewakili populasinya. Dalam garis besarnya ada dua macam

sampling, yaitu (a) yang memeberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi

untuk dipilih yang disebut probability sampling dan (b) yang tidak memberi kemungkinan

yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut dengan non probability

sampling (Nasution, 2012).

Pada penelitian kuantitatif menggunakan sampel statistik yakni menggunakan

perhitungan dalam memperoleh sampel. Sedangkan pada penelitian kualitatif

menggunakan sampel teoritis yang mana dengan cara menggeneralisasikan sampel.

Probability Sampling biasa digunakan pada penelitian kuantitatif, dibagi menjadi 3 :

a) Simple Random Sampling

b) Stratified Random Sampling

c) Cluster Random Sampling

Non Probabilitu Sampling biasa digunakan pada penelitian kualitatif, dibagi menjadi 3:

a) Systematic Sampling

b) Snowball Sampling

c) Purposive Sampling

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi

Mahasatya

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung : Alfabeta

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nasution, S. 2012. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada