Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Provinsi Jambi
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KAJIAN FISKAL REGIONAL
Tahun 2018
Perekonomian Jambi
tumbuh 4,71% lebih
rendah dari growth
nasional sebesar
5,17%.
Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB
yang tumbuh sebesar 4,71% (yoy), meningkat
dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun
masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi
secara nasional yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy).
Menurut PDRB atas dasar harga berlaku, ekonomi
Provinsi Jambi menghasilkan output sebesar Rp208,37
triliun, sedangkan PDRB per kapita Jambi mencapai
Rp58,36 juta atau US$4,09 ribu.
Inflasi 2018 sebesar
3,34% (yoy), lebih
rendah dari tahun
sebelumnya 3,61
(yoy).
TPT Jambi 3,86% lebih
rendah dari TPT
Nasional 5,34%.
Inflasi 2018 terkendali pada level yang rendah dan berada
pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan pada kisaran
4,1%. Inflasi secara keseluruhan tahun 2018 mencapai
3,34% (yoy). Dengan perkembangan ini, inflasi dalam tiga
tahun terakhir secara konsisten berhasil dikendalikan
dalam kisaran sasaran.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018
sebesar 3,86%, turun dibandingkan pada Agustus 2017
(3,87%), dan masih lebih rendah dibandingkan TPT
nasional yang mencapai 5,34%. Meskipun jumlah TPT
ii
Jambi turun namun terdapat hal-hal yang perlu menjadi
perhatian, yaitu: (1) penyumbang tertinggi tingkat
pengangguran terdapat pada golongan dengan tingkat
pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah
menengah kejuruan (SMK).
Realisasi Pajak
mencapai Rp4,51
triliun.
Belanja terealisasi
sebesar Rp6,23 triliun
atau 92,8% dari
alokasi anggarannya.
Penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,51
triliun lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2017
sebesar Rp4,21 triliun. Realisasi penerimaan pajak
tersebut menyumbang 88,75% dari total penerimaan
APBN di Jambi. Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 6
(enam) tahun terakhir mengalami tren peningkatan yang
cukup signifikan yaitu sebesar 51,78% (rata-rata naik
10,29% per tahun).
Dari sisi spending, Belanja Pemerintah Pusat (K/L)
terealisasi sebesar Rp6,23 triliun. Realisasi belanja
tersebut, naik sebesar Rp528 miliar dibandingkan tahun
2017. Dari sisi penyerapan, tahun 2018 penyerapan
anggaran yang mencapai 92,8% lebih rendah
dibandingkan capaian tahun 2017 (94,7%). Realisasi
Belanja K/L masih jauh melebihi realisasi pendapatan,
sehingga terjadi defisit sebesar Rp1,15 triliun
(mengabaikan realisasi dana transfer).
Realisasi Pendapatan
Daerah mencapai
Rp16,55 triliun.
Realisasi pendapatan daerah tahun 2018 mencapai Rp
16,55 triliun dengan rincian: PAD sebesar Rp2,59 triliun,
Pendapatan Transfer sebesar Rp13,7 triliun, dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah sebesar Rp237,7miliyar.
Pada pos PAD hanya pajak daerah yang realisasinya
mencapai target penerimaan tahun 2018. Capaian
realisasinya bahkan mencapai 104,6% dari target pajak
daerah 2018, namun menurun dibandingkan dengan
capaian realisasi tahun 2017 sebesar 108,7% dari target.
Belanja APBD
terealisasi sebesar
Rp16,43 triliun atau
87,16% dari alokasi
anggarannya.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh
pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi sampai
dengan akhir tahun 2018 secara agregat belanja daerah
mencapai Rp16,43 triliun atau baru mencapai 87,16% dari
alokasi anggarannya. Realisasi belanja daerah tahun
2018 porsinya masih didominasi Belanja Operasi sebesar
64,96%. Utamanya belanja pegawai sebesar 39,4% (TA
2016 sebesar 37,6%) dan belanja barang 20,4%. Adapun
porsi belanja modal menurun (dibanding 2017) menjadi
20,9%. Kemudian, porsi belanja transfer meningkat
menjadi 14,1% dibanding tahun sebelumnya (13,6%).
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya Laporan Kajian Fiskal Regional Tahunan Provinsi Jambi Tahun 2018 dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka tugas Pembinaan Pelaksanaan
Anggaran Daerah sesuai dengan SE-61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Kajian Fiskal Regional.
Kami menyadari bahwa Laporan Kajian Fiskal Regional Tahunan Provinsi Jambi Tahun
2018 ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu tanggapan, saran, maupun kritik yang
membangun dari para pengguna laporan ini sangat diharapkan. Dan kepada semua
pihak baik Pemerintah Daerah dan SKPD lingkup Kabupaten/Kota/Provinsi Jambi, BPS
Provinsi Jambi, Perwakilan Bank Indonesia Jambi, KPPN dalam wilayah Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi Jambi, kantor vertikal di lingkup Kementerian Keuangan di
Provinsi Jambi dan Regional Economist Jambi yang telah memberikan dukungan,
sarana dan inspirasi dalam rangka penyusunan laporan ini, diucapkan terima kasih.
Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pihak
yang berkepentingan.
Kepala Kantor
Tiarta Sebayang
NIP 196111211988101001
v
DAFTAR ISI
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL .........................................- 1 - A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ..........................................................- 1 -
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...............................................................- 1 - 2. Suku bunga .......................................................................................................... - 10 - 3. Inflasi ................................................................................................................... - 11 - 4. Nilai tukar ............................................................................................................. - 11 -
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN .................................................................................. - 12 - 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) ............... - 12 - 2. Tingkat Kemiskinan .............................................................................................. - 13 - 3. Ketimpangan (Gini Ratio) ..................................................................................... - 15 - 4. Kondisi Ketenagakerjaan ...................................................................................... - 16 -
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... - 17 - BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL- 20 - A. APBN TINGKAT PROVINSI JAMBI ............................................................................. - 20 - B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ...................................... - 23 -
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ................................. - 23 - 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi................... - 26 -
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI .............................................. - 28 - 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/
Kementerian/ Lembaga) ....................................................................................... - 28 - 2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi ...................................... - 30 - 3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja ............................ - 32 -
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT .......................................................... - 34 - E. TRANSFER KE DAERAH ............................................................................................ - 35 - F. PENGELOLAAN BLU PUSAT...................................................................................... - 41 -
1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat ............................................................. - 41 - 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat ................................ - 43 - 3. Kemandirian BLU ................................................................................................. - 44 - 4. Profil dan jenis layanan satker PNBP.................................................................... - 44 -
G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ................................................... - 45 - 1. Penerusan pinjaman ............................................................................................ - 45 - 2. Kredit program ..................................................................................................... - 46 -
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD .................................... - 50 - A. APBD TINGKAT PROVINSI ......................................................................................... - 50 - B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD .......................................................................... - 52 - C. JENIS BELANJA DALAM APBD .................................................................................. - 54 -
1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan ....................................... - 54 - 2. Rincian Belanja Daerah menurut Jenis Belanja (sifat ekonomi) ............................. - 56 -
D. PENGELOLAAN BLU DAERAH ................................................................................... - 58 - 1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah ....................................................... - 58 - 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah ............................. - 58 - 3. Analisis legal ........................................................................................................ - 59 -
E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH ....................................................................... - 59 - 1. Bentuk Investasi Daerah ...................................................................................... - 59 - 2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah .......................................................... - 60 -
F. SILPA DAN PEMBIAYAAN .......................................................................................... - 60 - 1. Perkembangan surplus/defisit APBD .................................................................... - 60 - 2. Pembiayaan daerah ............................................................................................. - 63 -
G. ANALISIS LAINNYA .................................................................................................... - 64 - 1. Analisis Horizontal dan Vertikal ............................................................................ - 64 - 2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah .......................................................................... - 67 -
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)............................................................................................................. - 70 -
vi
BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL …………………………………………………………………………………………………………- 81 -
1. Pertambangan...................................................................................................... - 82 - 2. Pengadaan Air ..................................................................................................... - 83 -
BAB VI ANALISIS TEMATIK ............................................................................................... - 87 - BAB VII PENUTUP ............................................................................................................. - 98 - A. KESIMPULAN ............................................................................................................. - 98 - B. REKOMENDASI .......................................................................................................... - 99 - DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Jambi 2017-2018 .................................................................................................- 3 -
Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya (2017-2018) .........- 5 - Tabel 1.3 Realisasi PMA menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3)...........................................- 6 - Tabel 1.4 Realisasi PMDN menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) .......................................- 6 - Tabel 1.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi 2017-
2018 ...................................................................................................................- 9 - Tabel 1.6 PDRB Per Kapita Provinsi Jambi 2015-2018 ...................................................... - 10 - Tabel 1.7 Perkembangan BI Rate (7-day Repo Rate) dan Suku Bunga (Pinjaman Investasi)
Menurut Kelompok Bank Tahun 2018 ............................................................... - 10 - Tabel 1.8 Perkembangan Kurs Tengah Mata Uang Asing terhadap Rupiah 2018 .............. - 12 - Tabel 1.9 Perkembangan IPM per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ................................ - 13 - Tabel 1.10 Penduduk Miskin di Provinsi Jambi .................................................................... - 14 - Tabel 1.11 Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Jambi ........... - 14 - Tabel 1.12 Gini Rasio Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi ................................................... - 15 - Tabel 1.13 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama Provinsi Jambi ........................................................................................ - 16 - Tabel 1.14 Target dan Capaian Provinsi Jambi Terhadap 5 Indikator Ekonomi Makro ......... - 17 - Tabel 2.1 Perkembangan Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi
(2017-2018) ....................................................................................................... - 21 - Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi .................... - 23 - Tabel 2.3. Realisasi Penerimaaan Perpajakan per KPP dan per Jenis Pajak Provinsi Jambi
Tahun 2018 ....................................................................................................... - 24 - Tabel 2.4 Perkembangan Tax Ratio Provinsi Jambi ........................................................... - 25 - Tabel 2.5 Penerimaaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi .......................... - 26 - Tabel 2.6. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2017 – 2018 ...... - 27 - Tabel 2.7 Pagu & Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (K/L) di Provinsi Jambi ............ - 28 - Tabel 2.8 Pagu & Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi..................................... - 30 - Tabel 2.9 Pagu & Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi Jambi .......................... - 32 - Tabel 2.10 Pagu & Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa di Provinsi Jambi ............ - 36 - Tabel 2.11 Profil BLU Pusat di Provinsi Jambi ..................................................................... - 42 - Tabel 2.12 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Pusat di Provinsi Jambi ......................... - 43 - Tabel 2.13 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU di Provinsi Jambi........... - 43 - Tabel 2.14 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Jambi ............................................. - 44 - Tabel 2.15 Profil 10 Satker Pengelola PNBP dengan Pagu PNBP Terbesar ........................ - 45 - Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman/SLA di Provinsi Jambi per 30 Desember 2018 .................. - 46 - Tabel 2.17 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Bank ................................ - 48 - Tabel 2.18 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor Usaha ................... - 49 - Tabel 3.1 Profil APBD Provinsi Jambi Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi ............................ - 51 - Tabel 3.2 Pagu & Realisasi Pendapatan APBD se-Provinsi Jambi (2017-2018) ................. - 52 - Tabel 3.3 Profil Belanja APBD menurut Klasifikasi Urusan TA 2018 ................................... - 55 - Tabel 3.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Provinsi Jambi ................ - 57 - Tabel 3.5 Profil dan Layanan BLU Daerah di Provinsi Jambi Tahun 2018 .......................... - 58 - Tabel 3.6 Perkembangan Aset BLUD di Provinsi Jambi ..................................................... - 58 - Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi BLUD di Provinsi Jambi TA 2018 ................................ - 58 - Tabel 3.8 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLUD di Provinsi Jambi ................................ - 59 - Tabel 3.9 Bentuk Investasi Daerah di Provinsi Jambi ......................................................... - 60 - Tabel 3.10 Jenis dan Nilai Investasi pada BUMD di Provinsi Jambi ..................................... - 60 - Tabel 3.11 Rasio PAD di wilayah Provinsi Jambi ................................................................. - 66 - Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jambi s.d.
Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 ..................................................................... - 70 - Tabel 4.2 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018 ................... - 73 - Tabel 4.3 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah di
wilayah Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018 .................................................... - 74 -
viii
Tabel 4.4 Rasio Belanja Operasi Provinsi Jambi Tahun 2018 dan 2017 ............................. - 76 - Tabel 4.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi Jambi ........... - 77 - Tabel 4.6 Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Jambi 2018 ........................................ - 79 - Tabel 5.1 Hasil Analisis Sektor Unggulan (LQ + Shift Share) - Provinsi Jambi .................... - 81 - Tabel 5.2 Perkembangan Komoditas Tambang Provinsi Jambi 2011-2015 ........................ - 82 - Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 10 Provinsi – Sumatera .................................. - 84 - Tabel 6.1 Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD .................................................... - 90 - Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD ...................................................... - 90 - Tabel 6.3 Output Regresi DANA DESA, GROWTH, GINI dan IPM Tahun 2015-2017 (SPSS
Statistics 17.0) .................................................................................................. - 94 -
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Jambi dan Sekitarnya .................................- 2 - Grafik 1.2 Distribusi PDRB Provinsi Jambi ...........................................................................- 4 - Grafik 1.3 Realisasi Belanja APBN dan APBD 2017-2018 di Provinsi Jambi .........................- 7 - Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekpor dan Impor Non Migas Jambi ......................................- 8 - Grafik 1.5. Perbandingan Inflasi Kota Jambi, Bungo, dan Nasional (m to m) ............................... Tahun 2017-2018 ..............................................................................................- 11- Grafik 1.6 IPM se-Sumatera Tahun 2017 ........................................................................... - 12 - Grafik 1.7 Gini Ratio se-Sumatera ...................................................................................... - 15 - Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka Jambi dan Nasional Tahun 2012-2018 ............. - 17 - Grafik 1.9 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Jambi ........................................... - 18 - Grafik 1.10 Tingkat Kemiskinan ........................................................................................... - 18 - Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi APBN Provinsi Jambi 2012-2018 ................................ - 22 - Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat
Provinsi Jambi (2014 -2018) .............................................................................. - 24 - Grafik 2.3 Komposisi Penerimaan PPh dan PPN per KPP wilayah Jambi ........................... - 25 - Grafik 2.4 Capaian Realisasi 10 K/L dengan Pagu Terbesar Tahun 2018 ........................... - 29 - Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Belanja K/L berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi ............. - 31 - Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Provinsi Jambi Sepanjang 2018 ................................... - 33 - Grafik 2.7 Sebaran Capaian Penyerapan Belanja APBN 2018 per Kabupaten/kota ............ - 33 - Grafik 2.8 Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat (2017-2018) ................................. - 34 - Grafik 2.9 Perkembangan Dana Bagi Hasil (DBH) di Provinsi Jambi ................................... - 37 - Grafik 2.10 Perkembangan Dana Alokasi Umum di Provinsi Jambi ...................................... - 38 - Grafik 2.11 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Fisik di Provinsi Jambi ............................ - 38 - Grafik 2.12 DAK Non Fisik, DID, & Dana Desa di Provinsi Jambi ......................................... - 39 - Grafik 2.13 Perkembangan Transfer ke Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Jambi 2011-2017 .................................................................................. - 40 - Grafik 2.14 Perkembangan Transfer ke Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran,
dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi 2011-2018 ........................................ - 40 - Grafik 2.15 Tren Pertumbuhan BLU kurun waktu 2005 – 2018............................................. - 41 - Grafik 2.16 Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2018 ...................................... - 42 - Grafik 3.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi ............................ - 53 - Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi 2017-2018 ............ - 54 - Grafik 3.3 Komposisi Pagu Belanja APBD Tahun 2018 Provinsi Jambi – Berdasarkan
Klasifikasi Urusan .............................................................................................. - 56 - Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018 .............................................. - 57 - Grafik 3.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per Kabupaten/Kota .......... - 61 - Grafik 3.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer (Semester I) ................................ - 61 - Grafik 3.7 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB per Kabupaten/Kota ................................ - 62 - Grafik 3.8 Rasio SILPA terhadap alokasi belanja per Kabupaten/Kota ................................ - 62 - Grafik 3.9 Keseimbangan Primer per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi ................................ - 64 - Grafik 3.10 Capaian Realisasi PAD per Kabupaten/Kota ..................................................... - 65 - Grafik 3.11 Komposisi Realisasi PAD Per Kabupaten/Kota Tahun 2018 .............................. - 65 - Grafik 3.12 Komposisi Pendapatan Daerah Per Kabupaten/Kota 2018 ................................ - 66 - Grafik 3.13 Komposisi Realisasi Belanja Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2018 .............. - 67 - Grafik 3.14 Peta Kapasitas Fiskal Provinsi wilayah Sumatera 2015-2018 ............................ - 68 - Grafik 3.15 Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota Wilayah Jambi 2015-2018 ..................... - 69 - Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Jambi s.d. Triwulan
IV TA 2018 dan 2017 ..........................................................................................- 71- Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 ................................ - 72 - Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 .......................................................................................................................... - 72 -
x
Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Jambi 2018 ........... - 75 -
Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 .................................................................................................................. - 76 -
Grafik 4.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per Kabupaten/Kota .......... - 78 - Grafik 5.1 Kuadran Identifikasi Sektor Unggulan ................................................................ - 82 - Grafik 5.2 Presentase Air Baku yang Digunakan Menurut Sumbernya Tahun 2017 ............ - 83 - Grafik 5.3 Perkembangan Angka Buta Huruf Provinsi Jambi 2008-2017 ............................. - 84 - Grafik 6.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa Tahun 2015 – 2018 ..................................... - 88 - Grafik 6.2 Perkembangan Alokasi Dana Desa Per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun
2017-2018 ........................................................................................................ - 89 - Grafik 6.3 Perkembangan Alokasi Dana Desa, PDRB, Gini Ratio dan Tingkat Kemiskinan
Pedesaan Tahun 2015-2018 .............................................................................. - 93 -
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Poin-Poin Perubahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2018 ................................... - 47 -
- 1 -
BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan
oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupaten/kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender).
Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB yang tumbuh sebesar
4,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun
masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang
tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Menurut PDRB atas dasar harga berlaku, ekonomi
Provinsi Jambi menghasilkan output sebesar Rp208.378,55 miliar, sedangkan
PDRB per kapita Jambi mencapai Rp58,36 juta atau US$4,09 ribu. Struktur
ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 menurut lapangan usaha masih didominasi
oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (27,57%), pertambangan dan
penggalian (20,17%), dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor (11,77%). Menurut pengeluaran, struktur ekonomi Jambi
didominasi oleh komponen ekspor barang dan jasa (73,79%), impor (sebagai
pengurang ekspor) barang dan jasa (46,63%), konsumsi rumah tangga (42,84%)
dan Pembentukan modal tetap bruto (20,78%).
Tumbuhnya ekonomi Jambi tahun 2018 (4,71%) yang sedikit lebih baik
dibandingkan tahun 2017 (4,64%), penyebabnya dipengaruhi oleh beberapa
fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2018. Menurut data BPS jambi,
fenomena tersebut yaitu antara lain: (1) kondisi iklim yang cukup kondusif
sepanjang tahun mendorong peningkatan produksi pertanian terutama produksi
padi, jagung, (2) permintaan ekspor komoditas unggulan Jambi seperti kopi,
pinang dan pertambangan migas masih cukup tinggi sehingga memacu produksi
komoditas tersebut, (3) produksi migas dan batubara tumbuh sangat baik, (4)
angka penjualan sepeda motor dan mobil tumbuh positif dan meningkat
signifikan, (5) realisasi belanja APBN 2018 mencapai 93,64 % lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya (95.05%) dimana realisasi belanja modal APBN
mencapai 90,19% dari alokasi pagu, serta (5) laju inflasi cukup terkendali
sepanjang tahun 2018.
- 2 -
Secara umum, pergerakan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 masih
disebabkan oleh faktor yang berproses secara alami (by natural), bukan yang
diakibatkan oleh peran faktor yang sifatnya direncanakan (by planing). Hal ini
terlihat jelas bahwa pergerakan ekonomi Provinsi Jambi masih sangat masih
rentan terhadap faktor eksternal, terutama oleh pengaruh naik turunnya harga
komoditas pertambangan dan perkebunan. Kebijakan yang sifatnya (by planing)
menciptakan nilai tambah (value added) masih belum tersusun dan disinergikan
dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka meminimalkan dampak jika
terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi, sehingga outcome dari
kebijakan tersebut belum mampu meminimalisasi dampak perubahan harga
komoditas unggulan Provisi Jambi. Sedangkan dari sektor belanja pemerintah
melalui realisasi APBN dan APBD di Provinsi Jambi yang diharapkan menjadi
pendorong ekonomi yang memicu multiplier effect perekonomian Jambi,
diindikasikan hanya menyumbangkan porsi yang lebih rendah dibandingkan
komponen penyumbang PDRB Jambi lainnya. Mencermati kondisi tersebut,
sebenarnya perkembangan perekonomian Provinsi Jambi akan jauh lebih
optimal apabila benar-benar didorong oleh perencanaan yang disusun dan
dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi sumber daya yang ada di Provinsi
Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi (khususnya sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan
besar dan eceran) dan memastikan pengeluaran pemerintah digunakan pada
sektor-sektor produktif sehingga tercipta efektivitas penganggaran yang optimal.
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Jambi dan Sekitarnya
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
5,29
2,71
4,645,51
4,98
5,14
2,34
4,71
6,04
4,99
5,17
0
1
2
3
4
5
6
7
Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu
Provinsi - 2016 Provinsi - 2017 Provinsi - 2018 Nasional - 2018
- 3 -
Pada 2018, laju pertumbuhan ekonomi Jambi mampu tumbuh diatas Riau
(2,34%) namun masih lebih rendah dibanding wilayah provinsi di sekitarnya.
Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih baik dibandingkan
dengan Riau, namun nilai PDRB atas dasar harga berlaku Jambi Rp208,37
triliun sangat kecil jika dibandingkan dengan PDRB Riau yang mencapai
Rp755,27 triliun (PDRB Jambi hanya ¼ dari PDRB Riau). Share PDRB Jambi
(Rp208,37 triliun) terhadap ekonomi nasional yang mencapai Rp14.291,3
triliun “hanya” sebesar 1,46% dari total PDB Nasional. Hal ini tidak terlepas
dari struktur ekonomi Jambi yang masih berbasis pada sektor pertanian (agro
based) dengan nilai tambah komoditas yang rendah. Seyogyanya, struktur
ekonomi Jambi sudah harus ditransformasikan pada sektor agroindustri dan
industri hilir lainnya dalam rangka peningkatan nilai tambah komoditas yang
nilainya jauh lebih besar, sehingga kontribusinya menjadi lebih berarti dalam
membentuk ekonomi Jambi dan pada level nasional kontribusinya menjadi
lebih baik.
b. Nominal PDRB
Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari sisi permintaan (pengeluaran) maupun
sisi penawaran (lapangan usaha), dapat diuraikan sebagai berikut:
1) PDRB sisi permintaan
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran Provinsi Jambi 2017-2018
(dalam Miliar Rp)
Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Konsumsi Rumah Tangga 83.274,3 22.465,4 23.082,6 23.364,5 20.361,8 89.274,2 4.13 1,82
Konsumsi Lembaga Non Profit 950,4 259,2 279,6 285,5 300,4 1.124,7 14,41 0,07
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.936,6 2.300,9 3.334,0 4.093,7 7.157,8 16.886,4 4,47 0,33
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 41.131,9 10.751,9 10.927,5 11.626,5 9.998,2 43.304,1 2,12 0,47
Perubahan Inventori 988,6 461,0 561,3 1.044,4 (874,0) 1.192,6 16,03 0,09
Ekspor Barang dan Jasa 135.920,6 34.519,6 35.640,4 36.954,5 46.651,6 153.766,0 7,02 5,17
Impor Barang dan Jasa 88.334,4 20.693,2 21.897,0 24.339,3 30.240,0 97.169,5 -6,70 3,24
PDRB 189.868,0 50.064,7 51.928,2 53.029,7 53.355,9 208.378,5 4,71 4,71
KOMPONEN2017 2018 Growth
(%)
Andil
(%)
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Jambi, seluruh komponen PDRB
tumbuh secara positif. Komponen perubahan inventori menyumbang
pertumbuhan tertinggi sebesar 16,03% (c-to-c), diikuti pengeluaran
konsumsi LNPRT 14,41%, sedangkan konsumsi rumah tangga mampu
tumbuh 4,13% dan pengeluaran konsumsi pemerintah hanya tumbuh
4,47%. Pada sisi ini, sumber pertumbuhan (andil) ekonomi Jambi
disumbang oleh ekspor barang dan jasa (5,17%), diikuti impor barang dan
- 4 -
jasa (3,24%), dan konsumsi rumah tangga (1,82%). Pengeluaran konsumsi
pemerintah yang seharusnya menjadi trigger perekonomian malah hanya
menyumbang 0,33% terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi.
Grafik 1.2 Distribusi PDRB Provinsi Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Distribusi PDRB Jambi (Grafik
1.2) menggambarkan bahwa
konsumsi rumah tangga
memberikan persentase
distribusi terbesar ke pembentuk
angka PDRB di Provinsi Jambi
sebesar 43,66%. Sedangkan
konsumsi pemerintah hanya
menyumbang 8,10% atas angka
PDRB, artinya APBN dan APBD
yang diharapkan sebagai
pendorong ekonomi yang
memicu multiplier effect belum
berjalan optimal.
a) Konsumsi
Konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen terbesar
pembentuk PDRB Jambi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018,
konsumsi rumah tangga dan LNPRT membentuk PDRB Jambi
sebesar 43,38% atau hampir setengah dari pergerakan ekonomi
Jambi didominasi oleh konsumsi. Pertumbuhan dan pergerakan
ekonomi yang didominasi konsumsi, cenderung menghasilkan struktur
perekonomian yang rentan terhadap gejolak ekonomi (shock) dan
bersifat temporer serta kontraproduktif.
Berdasarkan hasil survei BPS, Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2018 pergerakan ITK cukup
fluktuatif. Pada triwulan I, pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi
naik menjadi 107,40 dibanding triwulan sebelumnya (106,20) dan
semakin membaik pada triwulan II naik menjadi 123,88 dan pada
triwulan III turun menjadi 95,61 dan pada triwulan IV kembali naik
menjadi 114,56. Pergerakan ini terutama disebabkan oleh
Konsumsi Rumah
Tangga ; 42,84%
Konsumsi Lembaga
Non Profit ; 0,54%Konsumsi
Pemerintah ; 8,10%
Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) ; 20,78%
Perubahan Inventori ;
0,57%
Net Ekspor
(Impor) ; 27,16%
- 5 -
kenaikan/penurunan konsumsi masyarakat dan pengaruh inflasi serta
pendapatan masyarakat.
Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya (2017-2018)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Pendapatan rumah tangga kini 100,52 108,76 105,16 105,02 108,71 126,55 96,98 119,14
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi 108,44 108,27 104,37 107,49 100,31 116,65 96,74 108,17
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan 113,02 109,29 101,38 107,38 113,25 129,79 90,91 111,72
Indeks Tendensi Konsumen 105,37 108,74 104,13 106,2 107,4 123,88 95,61 114,56
Variabel Pembentuk2017 2018
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Tingkat pendapatan masyarakat Jambi cenderung meningkat
menjelang akhir tahun yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
pendapatan pada pegawai baik swasta maupun pegawai negeri
berupa bonus akhir tahun dan rapelan tunjangan kinerja serta
kebijakan B-20 penggunaan biosolar yang meningkatkan harga
komoditas yang menjadi unggulan Provinsi Jambi seperti kelapa sawit.
Diprediksi untuk beberapa bulan kedepan meskipun harga komoditas
masih bergerak relatif positif dan cenderung mengalami kenaikan
namun memasuki awal tahun baru biasanya tidak ada peningkatan
pendapatan pada pegawai swasta maupun pegawai negeri sehingga
diperkirakan akan menekan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat
pada triwulan mendatang.
b) Investasi
Investasi juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya nilai
investasi akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian.
Menurut data BKPM, nilai investasi di Provinsi Jambi 2018 (sd.Q3)
mencapai U$D53,35 juta (Penanaman Modal Asing-PMA) dan
Rp2.643,30 miliar (Penanaman Modal Dalam Negeri-PMDN).
- 6 -
Tabel 1.3 Realisasi PMA menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) (dalam U$D juta)
P I P I P I
I SUMATERA / Sumatera 2.964 5.665,3 2.529 5.497 2.058 3.744,3
1 ACEH / Aceh 111 134,5 89 23,2 78 55,6
2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 688 1.014,7 564 1.514,9 429 824,0
3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 198 79,3 146 194,4 115 148,6
4 R I A U / Riau 394 869,1 285 1.061,1 232 929,3
5 JAMBI / Jambi 161 61,0 103 76,8 93 53,4
6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 251 2.793,5 261 1.182,9 216 936,4
7 BENGKULU / Bengkulu 59 55,7 50 138,7 36 130,4
8 LAMPUNG / Lampung 129 85,7 133 120,6 108 99,9
9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 93 52,7 86 153,1 74 37,5
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 880 519,1 812 1.031,5 677 529,3
INDONESIA 25.328 28.964,1 26.257 32.239,8 18.990 21.921,2
LOKASI / Location 2018 (s.d. Q3)
NO.20172016
Keterangan: P (Proyek), I (Investasi)
Sumber: BKPM (2018)
Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Jambi 2018 mencapai
U$D53,4 juta dengan total proyek sebanyak 93 yang terealisasi.
Selanjutnya, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) 2018 sebesar Rp2.643,3 miliar dengan 163 proyek terealisasi.
Namun nilai realisasi investasi Jambi tersebut hanya kisaran 7% dari
total investasi yang masuk di wilayah Sumatera (PMA U$D3.744,3 juta
dan PMDN Rp37,56 triliun). Hal ini menunjukkan masih rendahnya
minat investor untuk menanamkan investasinya di Jambi dibandingkan
di wilayah lain di Sumatera.
Tabel 1.4 Realisasi PMDN menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) (dalam miliar rupiah)
P I P I P I
I SUMATERA / Sumatera 1.415 39.823,6 1.693 46.464 1.926 37.559,3
1 ACEH / Aceh 135 2.456,1 154 782,8 203 676,3
2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 228 4.864,2 307 11.683,6 317 6.835,3
3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 197 3.795,6 192 1.517,0 194 2.001,4
4 R I A U / Riau 289 6.613,7 285 10.829,8 331 4.073,0
5 JAMBI / Jambi 108 3.884,4 152 3.006,6 163 2.643,3
6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 165 8.534,1 233 8.200,2 204 6.497,0
7 BENGKULU / Bengkulu 31 949,1 45 296,5 84 4.580,2
8 LAMPUNG / Lampung 72 6.031,8 69 7.014,8 78 4.301,4
9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 60 2.202,0 58 1.734,7 99 2.718,9
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 130 492,5 198 1.398,0 253 3.232,3
INDONESIA 7.514 216.306,1 8.838 262.350,5 9.014 241.673,8
NO. LOKASI / LOCATION20172016 2018 s.d. Q3
Keterangan: P (Proyek), I (Investasi)
Sumber: BKPM ( 2018)
- 7 -
Rendahnya minat investor untuk menanamkan investasinya di Jambi
bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah
masih minimnya sarana infrastuktur dan aksesibilitas pada sentra-
sentra produksi pertanian. Jambi kaya dengan sumber daya alam
(sawit, karet, dan pinang) tetapi minimnya infrastuktur mengakibatkan
biaya transportasi komoditas unggulan tersebut cukup tinggi sehingga
minat investor pada sektor unggulan juga rendah. Peran pemerintah
daerah dalam memberikan insentif berupa kebijakan terhadap
komoditas unggulan tersebut sehingga menarik minat investor juga
tergolong minim.
c) Pengeluaran Pemerintah
Grafik 1.3 Realisasi Belanja APBN dan APBD 2017-2018 di Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah)
Sumber: Data OMSPAN dan LRA Pemda (2018, data diolah)
Pada tahun 2018, konsumsi pemerintah mampu tumbuh 4,47%
dengan andil terhadap total PDRB sebesar 0,33%, jauh lebih baik
dibandingkan tahun 2017 (0,24%). Konsumsi pemerintah tersebut,
salah satunya berasal dari realisasi APBN 2018 di Provinsi Jambi
mencapai Rp8,25 triliun atau 93,64% dari total pagu Rp8,81 triliun
(termasuk DAK Fisik dan Dana Desa yang disalurkan oleh 5 KPPN di
Provinsi Jambi).
Masih lambatnya penyerapan belanja (pemerintah daerah) dan
menumpuknya realisasi pada triwulan III dan IV serta tidak optimalnya
efektivitas anggaran dalam memfokuskan pengeluaran di bidang yang
2.047
2.557
1.493 1.387
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2017 2018
APBN
Bel. Pegawai Bel. BarangBel. Modal Bantuan Sosial
-
2.000
4.000
6.000
8.000
2017 2018
APBD
Belanja Pegawai Belanja Barang
Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial
- 8 -
produktif masih menjadi masalah utama realisasi belanja sehingga
menyebabkan peran pengeluaran pemerintah (government
expenditure) dalam memberikan multiplier efek terhadap pertumbuhan
ekonomi Jambi menjadi tidak optimal. Berdasarkan reviu pelaksanaan
anggaran oleh Kanwil DJPb Provinsi Jambi, minimnya kontribusi
konsumsi pemerintah terhadap PDRB utamanya disebabkan masih
rendahnya kinerja pemerintah daerah dalam meng-eksekusi belanja
daerah meskipun Transfer ke Daerah (DAK Fisik dan Dana Desa) telah
disalurkan oleh KPPN serta efektivitas anggaran dalam memberikan
rangsangan belanja di sektor-sektor yang produktif.
d) Ekspor dan Impor
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Non Migas Jambi (dalam jutaan usd)
Sumber: BPS Provinsi Jambi dan Bank Indonesia (2018, data diolah)
Peningkatan kinerja ekspor non migas Jambi secara signifikan terjadi
pada triwulan I 2018 dengan nilai sebesar USD342,9 juta, lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya (USD350,3 juta). sedangkan Nilai
Impor non migas Jambi triwulan I justru mengalami kenaikan yang
cukup signifikan sebesar 71,32% dibanding triwulan IV 2017.
Sepanjang triwulan I-IV 2018 impor non migas hanya tercatat USD85,9
juta. Secara agregat, kontribusi ekspor (migas dan non migas) neto
terhadap PDRB Jambi mencapai 27,16%.
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 -2016
Q2 Q3 Q4 Q1 -2017
Q2 Q3 Q4 Q1 -2018
Q2 Q3 Q4
Ekspor Non Migas Impor Non Migas Net Ekspor
- 9 -
2) PDRB sisi penawaran
Tabel 1.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Jambi 2017-2018
(dalam Miliar Rp)
2017
Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Pertanian, Kehutanan dan, Perikanan 56.355,8 14.411,9 14.189,9 14.169,2 14.681,8 57.452,8 2,48
Pertambangan dan Penggalian 33.741,8 9.657,0 10.456,2 10.897,6 11.019,8 42.030,6 6,86
Industri Pengolahan 19.638,6 4.924,9 5.146,1 5.385,4 5.324,2 20.780,6 3,55
Pengadaan Listrik, Gas 121,1 31,9 32,8 33,7 34,7 133,1 5,61
Pengadaan Air 265,0 67,9 69,3 69,6 76,1 282,9 4,24
Konstruksi 13.308,0 3.384,5 3.466,0 3.747,3 4.135,0 14.732,8 5,22
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor22.064,5 6.001,3 6.404,0 6.546,7
5.564,9 24.516,9 6,17
Transportasi dan Pergudangan 6.231,2 1.589,8 1.678,5 1.651,8 1.728,2 6.648,3 4,70
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.293,9 592,7 597,4 619,9 673,4 2.483,4 6,69
Informasi dan Komunikasi 7.107,2 1.908,9 2.028,8 2.046,9 1.905,1 7.889,6 7,74
Jasa Keuangan 4.676,2 1.208,6 1.221,2 1.182,4 1.222,3 4.834,5 (0,14)
Real Estate 2.969,0 784,6 798,9 804,9 834,7 3.223,1 5,04
Jasa Perusahaan 2.297,0 589,5 616,2 621,9 662,1 2.489,7 4,67
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib8.563,1 2.209,6 2.395,8 2.397,0
2.585,8 9.588,2 4,80
Jasa Pendidikan 6.309,0 1.669,8 1.752,3 1.786,6 1.766,4 6.975,1 4,99
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.091,8 565,1 572,8 584,2 599,6 2.321,7 5,54
Jasa Lainnya 1.834,9 486,1 502,2 484,5 522,3 1.995,1 5,17
PDRB 189.868,1 50.084,0 51.928,4 53.029,6 53.336,4 208.378,4 4,71
Menurut Lapangan UsahaGrowth (%)
c to c
2018
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Berdasarkan PDRB sektoral pada tahun 2018 didominasi oleh sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan juga Pertambangan dan
Penggalian yang distribusinya lebih dari dari 47% total PDRB Provinsi
Jambi tahun 2018. Walaupun distribusi kedua sektor tersebut masih cukup
besar namun pertumbuhannya pada 2018 masing-masing hanya 2,48%
(lebih rendah dari tahun 2017 sebesar 5,43%) dan 6,86% (lebih tinggi dari
tahun 2017 sebesar 3,77%). Hal tersebut karena pada saat ini harga
komoditas dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di pasar
internasional mengalami penurunan dibandingkan dengan periode tahun
lalu. Berbanding terbalik dengan sektor Informasi dan Komunikasi yang
pertumbuhannya tertinggi dibandingkan sektor lainnya yakni sebesar
7,74% namun distribusinya ke PDRB hanya 3,79%.
- 10 -
c. PDRB per kapita
Tabel 1.6 PDRB Per Kapita Provinsi Jambi 2015-2018
PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 2015 2016 2017 2018
Nilai (juta rupiah) 45,58 49,63 54,37 58
Nilai (U$D) 3.305,78 3.719,40 4.035,80 4.096,80
PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2015 2016 2017 2018
Nilai (juta rupiah) 36,75 37,73 38,85 40,05
Nilai (U$D) 2.665,62 2.835,20 2.902,70 2.811,30 Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Pendapatan per kapita Provinsi Jambi dalam kurun waktu 2015-2018
mengalami kenaikan hingga 27,2% hingga tahun 2018 telah mencapai
Rp58,36 juta. Nilai tersebut tergolong cukup tinggi untuk ukuran daerah yang
hanya menyumbang 1,46% terhadap PDB nasional. Yang perlu menjadi
perhatian adalah bagaimana sebaran dari pendapatan tersebut, mengingat
gini ratio Jambi tergolong sedang (antara 0,334 - 0,335) meskipun masih
dibawah gini ratio nasional (0,384). Hal itu menunjukkan masih terdapat
ketimpangan kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah meskipun gap-nya
tidak terlalu besar.
2. Suku bunga
Tabel 1.7 Perkembangan BI Rate (7-day Repo Rate) dan Suku Bunga
(Pinjaman Investasi) Menurut Kelompok Bank Tahun 2018
Pinjaman Investasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
BI Rate / 7-day Repo Rate 4,25 4,25 4,25 4,25 4,75 5,25 5,25 5,50 5,75 5,75 6,00 6,00
Bank Persero 10,01 9,92 9,96 9,90 9,85 9,82 9,79 9,76 9,74 9,73 10,05 10,14
Bank Pemerintah Daerah 12,02 11,59 11,57 11,55 11,29 11,29 11,27 11,26 11,20 11,81 11,72 11,70
Bank Swasta Nasional 11,93 11,80 11,74 11,67 11,68 11,60 11,16 11,26 11,45 10,67 10,74 10,73
Bank Asing dan Campuran 10,18 10,14 10,04 9,83 9,78 9,77 9,77 9,98 9,97 9,97 10,20 10,20
Bank Umum 10,81 10,72 10,72 10,65 10,61 10,56 10,37 10,37 10,42 10,19 10,39 10,44 Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jambi (2018)
Dari gambar di atas terlihat bahwa suku bunga BI dari Januari 2018 sampai bulan
April 2018 berada pada level 4,25 dan terus bergerak naik hingga akhir
Desember 2018 berada di level 6,00. Bank Indonesia memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 6,00%, suku bunga
Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75.
Hal ini dilakukan dengan keyakinan bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut
masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam
batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik,
- 11 -
termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam
beberapa bulan ke depan.
3. Inflasi
Grafik 1.5 Perbandingan Inflasi Kota Jambi, Bungo, dan Nasional (m to m) Tahun
2017-2018
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diakses 02 Februari 2019, data diolah)
Secara y-on-y, inflasi di Provinsi Jambi dari tahun 2017 hingga 2018 sangat
berfluktuasi sama halnya dengan inflasi yang terjadi pada skala nasional.
Perkembangan harga berbagai komoditas di Kota Jambi menunjukkan inflasi tren
naik-turun yang cukup tajam dibandingkan Kabupaten Bungo yang relatif lebih
stabil. Dari grafik diatas jika dilihat dari IHK tahunan, tingkat inflasi tahun kalender
Kota Jambi dan Kota Muaro Bungo (Januari-Desember) 2018 masing-masing
sebesar 2,46% dan 3,02% dan tingkat inflasi Y-on-Y (Desember 2018 terhadap
Desember 2017) juga masing-masing sebesar 2,68% dan 2,46%. Berdasarkan
asesmen Perwakilan Bank Indonesia, sumber inflasi yang berasal dari komponen
volatile food berasal dari komoditas cabe merah, nila, daging ayam ras, telur
ayam ras dan bawang merah. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi dari
kelompok administered price diantaranya: angkutan udara, rokok kretek filter dan
bensin.
4. Nilai tukar
Berdasarkan hasil assesmen Bank Indonesia, nilai tukar rupiah selama tahun
2018 tercatat mengalami depresiasi, tetapi dengan volatilitas yang masih terjaga.
Rupiah pada Desember 2018 secara rerata menguat sebesar 1,16%, meskipun
secara point to point sedikit melemah sebesar 0,54%. Penguatan rupiah antara
lain dipengaruhi aliran masuk modal asing akibat perekenomian domestik yang
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
Inflasi Nasional Inflasi Jambi Inflasi Bungo
- 12 -
kondusif dan imbal hasil domestik yang tetap menarik serta ketidakpastian pasar
keuangan global yang sedikit mereda.
Tabel 1.8 Perkembangan Kurs Tengah Mata Uang Asing terhadap Rupiah 2018
Change
Average Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Average
1 AUD 10.290 10.631 10.705 10.685 10.616 10.587 10.536 10.672 10.676 10.713 10.792 10.636 10.415 10.639 3,4%
2 CAD 10.326 10.756 10.818 10.648 10.843 10.936 10.693 10.969 11.173 11.406 11.677 11.137 10.804 10.988 6,4%
3 CHF 13.619 13.902 14.542 14.536 14.272 14.098 14.206 14.495 14.728 15.370 15.288 14.672 14.611 14.560 6,9%
4 EUR 15.191 16.305 16.784 16.978 16.958 16.632 16.410 16.845 16.829 17.342 17.450 16.696 16.495 16.810 10,7%
5 GBP 17.355 18.465 18.998 19.219 19.444 18.950 18.668 18.983 18.766 19.405 19.765 18.940 18.363 18.997 9,5%
6 HKD 1.719 1.711 1.737 1.755 1.759 1.791 1.789 1.837 1.855 1.897 1.937 1.877 1.854 1.817 5,7%
7 JPY/1 11.976 12.049 12.586 12.979 12.838 12.819 12.774 12.937 13.105 13.283 13.453 12.964 12.897 12.890 7,6%
8 MYR 3.133 3.382 3.475 3.523 3.552 3.547 3.508 3.559 3.559 3.591 3.650 3.510 3.474 3.528 12,6%
9 SGD 9.741 10.119 10.298 10.462 10.496 10.503 10.409 10.572 10.641 10.845 11.008 10.680 10.578 10.551 8,3%
10 USD 13.398 13.380 13.590 13.758 13.803 14.060 14.036 14.415 14.560 14.869 15.179 14.697 14.497 14.237 6,3%
Currency2017 2018
Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jambi (2018)
Dengan perkembangan yang cenderung menguat menjelang akhir tahun 2018,
rupiah secara rerata keseluruhan tahun 2018 tercatat mengalami depresiasi
sebesar 6,05% atau secara point to point tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan depresiasi mata uang negara lain seperti Rupee India, Rand Afrika
Selatan, Real Brasil dan Lira Turki. Kedepan, Otoritas Moneter harus terus
mencermati risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap
melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya
dengan tetap mendorong berjalannnya mekanisme pasar dan mendukung
upaya-upaya pengembangan pasar keuangan
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)
Grafik 1.6 IPM se-Sumatera Tahun 2017
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
70,60 70,5771,24
71,79
69,99
68,8669,95
68,25
69,99
74,45
70,81
64
66
68
70
72
74
76
Aceh SumateraUtara
SumateraBarat
Riau Jambi SumateraSelatan
Bengkulu Lampung Kep,BangkaBelitung
Kep, Riau
IPM per Provinsi Nasional
- 13 -
Kualitas pembangunan manusia berdasarkan IPM di Jambi masih dibawah
kualitas pembangunan manusia secara nasional dimana tahun 2017 IPM
Nasional sudah mencapai 70,81 sedangkan Jambi masih 69,99. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di wilayah Provinsi Jambi
masih tertinggal jika dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Provinsi Sumsel, Bengkulu dan
Lampung.
Tabel 1.9 Perkembangan IPM per Kab/Kota di Provinsi Jambi
KABUPATEN/KOTA 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kerinci 65,85 66,71 67,49 67,96 68,89 69,68 70,03
Merangin 64,40 65,31 65,82 66,21 67,40 67,86 68,30
Sarolangun 65,20 66,16 67,13 67,67 68,10 68,73 69,03
Batanghari 66,32 66,97 67,24 67,68 68,05 68,70 68,92
Muaro Jambi 63,39 64,17 65,14 65,71 66,66 67,55 67,86
Tanjung Jabung Timur 57,77 58,63 59,41 59,88 61,12 61,88 62,61
Tanjung Jabung Barat 61,98 62,86 63,54 64,04 65,03 65,91 66,15
Tebo 64,45 65,23 65,91 66,63 67,29 68,05 68,16
Bungo 66,70 67,20 67,54 67,93 68,34 68,77 69,04
Kota Jambi 72,96 73,78 74,21 74,86 75,58 76,14 76,74
Kota Sungai Penuh 70,55 71,23 72,09 72,48 73,03 73,35 73,75
PROVINSI JAMBI 66,14 66,94 67,76 68,24 68,69 69,62 69,99
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Pembangunan manusia di Provinsi Jambi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir
terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya IPM
namun masih dibawah rata-rata IPM nasional. Pada periode 2016 hingga 2017
tercatat tiga kabupaten/kota dengan kemajuan IPM paling cepat, yaitu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur (1,18%), Kota Jambi (0,79%) dan Kabupaten
Merangin (0,65%). Sementara itu, kemajuan IPM di Kabupaten Tebo (0,16%),
Kabupaten Batanghari (0,32%) dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (0,36%)
tercatat paling lambat di Provinsi Jambi selama tahun 2016-2017.
2. Tingkat Kemiskinan
Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan
penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja,
tetapi juga terjadi perbaikan kualitas hidup penduduk miskin.
- 14 -
Tabel 1.10 Penduduk Miskin di Provinsi Jambi
Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18
Kota 11,60 12,11 10,86 10,73 10,94 10,53 10,41 10,08
Pedesaan 7,67 7,82 7,32 7,30 6,92 6,66 6,75 6,8
Kota + Pedesaan 8,86 9,12 8,41 8,37 8,19 7,90 7,92 7,85
Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18
Kota 119,54 125,60 115,35 116,33 120,62 118,49 118,62 116,50
Pedesaan 181,17 185,97 174,46 174,48 165,93 160,11 163,07 164,97
Kota + Pedesaan 300,71 311,56 289,81 290,81 286,55 278,61 281,69 281,47
Daerah
Daerah
Persentase Penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan)
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada September 2018 sebesar
281,47 ribu orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada
Maret 2018, maka selama enam bulan tersebut terjadi kenaikan jumlah
penduduk miskin sebesar 220 orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada
periode Maret-September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
mengalami penurunan sebesar 2,1 ribu orang dan daerah pedesaan kenaikan
sebesar 1,9 ribu orang. Sementara itu, persentase penduduk miskin di perkotaan
mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 10,41% menjadi 10,08%
dibandingkan dengan Maret 2018, sedangkan pedesaan justru mengalami
kenaikan dari 6,75% menjadi 6,80%.
Tabel 1.11 Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2)
Provinsi Jambi
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Kota 2,10 0,55 2,41 0,71 1,75 0,43 1,32 0,25 1,68 0,37 1,96 0,57
Pedesaan 1,19 0,29 0,97 0,21 1,07 0,23 0,84 0,16 1,12 0,30 0,92 0,19
Kota + Pedesaan 1,47 0,37 1,42 0,36 1,28 0,29 0,92 0,19 1,30 0,32 1,26 1,31
Mar-18 Sep-18
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
Sep-17Daerah Mar-17Mar-16 Sep-16
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari tingkat kemiskinan. Pada September 2018, Nilai indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah
pedesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan ditunjukkan dari nilai P1 untuk
perkotaan dan pedesaan masing-masing sebesar 1,963 dan 0,919 sedangkan
nilai P2 untuk perkotaan dan pedesaan masing-masing 0,566 dan 0,186 artinya
kemiskinan lebih banyak berada di daerah perkotaan.
- 15 -
3. Ketimpangan (Gini Ratio)
Grafik 1.7 Gini Ratio se-Sumatera
Sumber: BPS (2018, data diolah)
Tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat Jambi pada tahun 2018 yang di
ukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,335 yang berarti ketimpangan masih
berada di kategori sedang. Angka ini lebih baik dibandingkan Gini Rasio
Nasional sebesar 0,384 dan Provinsi Riau, Sumsel, Bengkulu serta Kepulauan
Riau untuk wilayah se-Sumatra. Pada September 2018, provinsi yang
mempunyai Gini Rasio tertinggi tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
yaitu sebesar 0,422 sementara yang terendah tercatat di Provinsi Bangka
Belitung dengan Gini Rasio sebesar 0,272.
Tabel 1.12 Gini Rasio Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kerinci 0.31 0.32 0.30 0.27 0.32 0.28 0.28 0.32
Merangin 0.32 0.31 0.33 0.33 0.36 0.33 0.30 0.35
Sarolangun 0.41 0.36 0.38 0.31 0.39 0.34 0.36 0.29
Batang Hari 0.32 0.30 0.29 0.29 0.26 0.30 0.25 0.30
Muaro Jambi 0.26 0.30 0.28 0.24 0.34 0.34 0.32 0.31
Tanjab Timur 0.30 0.28 0.28 0.36 0.29 0.26 0.28 0.29
Tanjab Barat 0.34 0.32 0.31 0.33 0.36 0.33 0.29 0.36
Tebo 0.29 0.30 0.30 0.29 0.37 0.32 0.27 0.31
Bungo 0.34 0.36 0.33 0.35 0.35 0.34 0.34 0.32
Kota Jambi 0.36 0.36 0.34 0.33 0.39 0.38 0.39 0.33
Sungai Penuh 0.30 0.32 0.32 0.34 0.33 0.33 0.32 0.30
Provinsi Jambi 0.348 0.359 0.327 0.342 0.344 0.346 0.334 0.335
Kabupaten/
Kota
GINI RATIO
Sumber : BPS Provinsi Jambi (2018) Bila dilihat keseluruhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi, maka dapat
dilihat bahwa tingkat ketimpangan kategori rendah ada di dua kabupaten/kota
0,318 0,311 0,3050,347 0,335 0,341 0,355 0,326
0,2720,339
0,384
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Kep.Babel
Kep. Riau
Provinsi - 2016 Provinsi - 2017 Provinsi - 2018 Nasional - 2018
- 16 -
yaitu Kabupaten Sarolangun (0,29) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
(0,29). Sedangkan Gini Ratio kabupaten/kota lainnya semuanya masuk kedalam
kategori sedang.
4. Kondisi Ketenagakerjaan
Pada Agustus 2018, sebanyak 1,790,437 ribu penduduk Jambi adalah angkatan
kerja, jumlahnya bertambah 65,8 ribu orang dari Agustus 2017. Komponen
pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Pada Agustus 2018, sebanyak 1,72 juta penduduk bekerja dan sebanyak 69,08
ribu orang menganggur.
Tabel 1.13 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Jambi
(dalam ribuan orang)
Agst Feb Agst
1 Pertanian 805,1 856,8 815,1
2 Pertambangan dan Penggal ian 34,5 54,1 44,4
3 Industri & Lis trik, Gas Air dan Daur Ulang Sampah88,7 101,9 93,5
4 Konstruks i & Real Estate 85,3 84,7 94,1
5 Perdagangan Besar & Eceran 243,7 246,8 265,6
6 Transportas i dan Pergudangan 55,9 53,2 51,9
7 Akomodas i & Makan Minum 65,0 76,9 64,5
8 Informas i & Komunikas i 7,8 5,5 6,5
9 Jasa Keuangan 13,9 16,4 14,7
10 Jasa Perusahaan 8,5 13,2 15,3
9 Jasa Kemasyarakatan & Jasa La innya 249,7 269,5 255,9
Jumlah 1.657,8 1.779,0 1.721,4
2018No Lapangan Pekerjaan Utama
2017
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja
terutama pada sektor perdagangan (0,73 poin), sektor pertambangan (0,5 poin)
dan jasa perusahaan (0,38 poin). Sementara itu, sektor-sektor yang mengalami
penurunan adalah sektor pertanian (1,21 poin), sektor transportasi (0,35 poin),
sektor akomodasi dan penyediaan makan minum (0,17 poin).
- 17 -
Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka Jambi dan Nasional
Tahun 2012-2018
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Jumlah pengangguran di Provinsi Jambi pada Agustus 2018 tercatat sebanyak
69,04 ribu orang. Jumlah ini lebih tinggi sebesar 2,26 ribu orang dibandingkan
periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 66,78 ribu orang. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018 sebesar 3,86%, turun
dibandingkan pada Agustus 2017 (3,87%) dan masih rendah dibandingkan TPT
nasional yang mencapai 5,34%. Meskipun jumlah TPT Provinsi Jambi turun
namun terdapat hal-hal yang perlu menjadi perhatian, yaitu: (1) penyumbang
tertinggi tingkat pengangguran terdapat pada golongan dengan tingkat
pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA), dapat diindikasikan bahwa keterampilan yang dihasilkan oleh jenjang
SMK dan SMA belum mampu memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang
tersedia, (2) tenaga kerja yang terserap lapangan kerja masih didominasi
(41,07%) oleh golongan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah
sebanyak 706,91 ribu orang.
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Tabel 1.14 Target dan Capaian Provinsi Jambi Terhadap 5 Indikator Ekonomi Makro
UraianTarget 2018
sesuai KUA
Capaian
2018
Capaian
Nasional
Pertumbuhan Ekonomi 5 4,71 5,17
Tingkat Kemiskinan 7,8 7,85 9,66
Tingkat Pengangguran 3,57 3,65 5,34
Inflasi 3,5 3 3,13
IPM (2017) 68,21 69,9 70,81
Sumber : BAPEDDA Provinsi Jambi, BPS (2018)
56,4 47,0 45,8 69,8 39,3 79,8 46,2 70,3 79,0 67,6 65,7 66,8 67,5 69,0
6,24 6,135,88
6,175,70
5,94 5,816,18
5,50 5,615,33 5,50
5,13 5,34
3,56 3,50
2,86
4,76
2,50
5,08
2,73
4,344,66
4,003,67 3,87 3,65 3,86
0
1
2
3
4
5
6
7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Feb -2012
Agust Feb -2013
Agust Feb -2014
Agust Feb -2015
Agust Feb -2016
Agust Feb -2017
Agust Feb -2018
Agust
Penganggur (ribu org) TPT Indonesia (%) TPT Jambi (%)
- 18 -
Target dan rencana pembangunan Provinsi Jambi tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025. Selanjutnya, RPJPD
tersebut dijabarkan dalam rencana pembangunan setiap 5 tahun atau lebih dikenal
sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Tiga target
pembangunan Jambi dalam RPJMD Tahap II (2011-2015) yaitu kualitas pelayanan
dasar, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kualitas pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup. Sedangkan RPJMD Tahap III (2016-2021) difokuskan
pada 3 hal yaitu: (1) pencapaian daya saing wilayah dan ekonomi rakyat, (2)
terwujudnya infrastruktur wilayah yang berkualitas dan (3) perkembangan penerapan
IPTEK.
Grafik 1.9 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Jambi
Sumber: BAPPEDA Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (2018)
Kemiskinan
Grafik 1.10 Tingkat Kemiskinan
Sumber: BAPPEDA Provinsi Jambi dan BPS (2018)
7,35
8,54
7,447,88 7,93
4,21 4,37 4,65
5,55,9
6,26,226,49
6,235,78
5,02 4,79
6,57
8,1
8,97,35
8,54
7,03 7,07
7,76
4,21 4,37 4,644,71
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Target Growth Jambi Growth Nasional dan Target RPJMN Realisasi
8,347,9
8,42 8,07 7,928,4 8,35 8,05 7,99 7,9
7,4 7,09
13,3312,49
11,9611,36
14,17
11,22
5,4 5 4,6 4,2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tingkat Kemiskinan Prov. Jambi (Maret)
Tingkat Kemiskinan Nasional (Maret) danTarget RPJMN
Target Pertumbuhan 2016-2021
Target RPJMD 2016-2021
- 19 -
Berdasarkan data diatas, jika dibandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi dan
ketenagakerjaan yang telah dirilis BPS, proyeksi yang telah tertuang dalam RPJMD
Provinsi Jambi dibutuhkan penyesuaian memperhatikan target yang telah ditetapkan
terlihat terlalu optimis dan ambisius. Penyesuaian tersebut dibutuhkan sebagai
bentuk evaluasi terhadap perencanaan daerah dan disesuaikan dengan kondisi
makroekonomi regional terkini.
- 20 -
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL
Pada bab ini berisi data dan analisis pelaksanaan APBN di Wilayah Provinsi Jambi yang
meliputi APBN Tingkat Provinsi, Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi,
Pengelolaan BLU Pusat, serta Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat di Provinsi
Jambi.
A. APBN Tingkat Provinsi Jambi
APBN tahun 2018 merupakan instrumen pelaksanaan strategi fiskal yang disusun
sebangun dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018, sebagai
penjabaran atas tahapan pembangunan tahunan keempat dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Sejalan dengan
itu, tema RKP tahun 2018 ditetapkan: “Memacu Investasi dan Infrastruktur untuk
Pertumbuhan dan Pemerataan”. Tema tersebut akan dijabarkan ke dalam dimensi
pembangunan manusia dan masyarakat, dimensi pembangunan sektor unggulan,
dimensi pemerataan dan kewilayahan, serta pembangunan politik, hukum,
pertahanan, keamanan, dan tata kelola birokrasi. Melalui APBN inilah pemerintah
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
ekonomi dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
- 21 -
Tabel 2.1 Perkembangan Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat
Tingkat Provinsi Jambi (2017-2018) (dalam miliar rupiah)
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA 4.910,6 4.777,3 5.790,9 5.077,8
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 4.910,6 4.777,3 5.790,9 5.077,8
1. Penerimaan Pajak 4.498,7 4.219,4 5.445,2 4.506,6
2. PNBP 411,9 557,8 345,7 571,2
II. HIBAH - - - -
B. BELANJA NEGARA 21.509,1 19.416,1 20.826,6 20.131,7
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 6.062,8 5.704,0 6.710,7 6.232,0
1. Belanja Pegawai 2.213,8 2.139,0 2.348,7 2.273,0
2. Belanja Barang 2.244,7 2.047,4 2.804,9 2.556,8
3. Belanja Modal 1.578,7 1.492,9 1.537,9 1.387,0
4. Belanja Bantuan Sosial 25,7 24,8 19,2 15,2
5. Belanja Lain-lain - - - -
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 15.446,3 13.712,1 14.115,9 13.899,6
1. Transfer ke Daerah 14.355,4 12.622,0 13.074,8 12.861,1
a. Dana Perimbangan 14.290,4 12.557,1 12.854,3 12.649,7
1) Dana Alokasi Umum 7.957,6 7.957,6 7.969,3 7.969,3
2) Dana Bagi Hasil 3.490,9 1.956,1 1.902,2 1.896,1
3) Dana Alokasi Khusus 2.841,9 2.643,4 2.982,8 2.784,4
b. Dana Otonomi Khusus - - - -
c. Dana Keistimewaan Yogyakarta - - - -
d. Dana Transfer Lainnya 65,0 65,0 220,5 211,4
2. Dana Desa 1.090,9 1.090,0 1.041,1 1.038,6
C. SURPLUS/DEFISIT (16.598,5) (14.638,8) (15.035,7) (15.053,9)
D. PEMBIAYAAN - - - -
1. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI - - - -
2. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - - -
UraianTahun 2017 Tahun 2018
Sumber: KPP, OMSPAN, SIMTRADA (2018, data diolah)
Target penerimaan pajak Provinsi Jambi mengalami kenaikan sekitar 21,2% dari
tahun anggaran 2017 sebesar Rp4,49 triliun menjadi Rp5,44 triliun pada TA 2018.
Selain itu, Provinsi jambi juga mendapatkan alokasi belanja pemerintah pusat
sebesar Rp6,709 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun
anggaran 2017 senilai Rp6,062 triliun. Berkebalikan dengan belanja dalam rangka
Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang mengalami penurunan besaran alokasi,
dari Rp15,44 triliun pada tahun anggaran 2017 menjadi Rp14,11 triliun di tahun
anggaran 2018 atau turun sebesar 8,6%.
Selanjutnya pengelolaan APBN Provinsi Jambi dikurun waktu tahun 2017-2018
menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari kinerja realisasi
pendapatan dan belanja tahun 2018 masing-masing sebesar 87% dan 96,6%. Dari
sisi pendapatan, meskipun dari persentase realisasi lebih rendah yang diindikasikan
- 22 -
akibat kenaikan target pajak dari tahun sebelumnya namun secara besaran rupiah
mengalami tren peningkatan mencapai 6,32%. Peningkatan penerimaan terjadi pada
penerimaan yang dikelola oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai sedangkan
realisasi penerimaan PNBP yang dikelola Kementerian/Lembaga juga mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya. Porsi terbesar penerimaan PNBP berasal dari
pendapatan satker BLU Pusat yang terdapat di Kota Jambi.
Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi APBN Provinsi Jambi 2012-2018 (dalam miliar rupiah)
Sumber: OMSPAN; KPP se-Provinsi Jambi; (2018, data diolah)
Dari sisi pengeluaran, Belanja Pemerintah Pusat (K/L) terealisasi sebesar Rp6,23
triliun. Realisasi belanja tersebut, naik sebesar Rp528 miliar dibandingkan tahun
2017. Dari sisi penyerapan, tahun 2018 penyerapan anggaran yang mencapai
92,89% lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2017 (94,7%). Realisasi Belanja
K/L masih jauh melebihi realisasi pendapatan, sehingga terjadi defisit sebesar
Rp1,15 triliun (mengabaikan realisasi dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa).
Defisit tersebut menunjukkan komitmen belanja pemerintah pusat untuk Provinsi
Jambi yang bersifat ekspansif dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Besarnya porsi Transfer ke Daerah dan dana Desa TA 2018 yang mencapai 67,7%
dari total alokasi belanja negara merupakan bentuk kebijakan Belanja di tahun 2018
dari Pemerintah Pusat dalam rangka memperkuat desentralisasi fiskal, yaitu
mendukung nawacita ke-3: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.”
Bila dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang hanya tumbuh
sebesar 4,21 % s.d 4,71% di kurun waktu tahun 2015 – 2018 (dibawah target RPJMD
tahun 2018 sebesar 5% dan pertumbuhan ekonomi nasional 5,02%), hal ini
mengindikasikan bahwa dana transfer pusat (belanja K/L dan TKDD) belum memiliki
efektifitas yang optimal dalam berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi regional.
4.877,2 4.994,2
5.941,8 5.308,4
5.704,0 6.232,0
285,9 302,2 243,4 251,6 557,9 571,2
2.785,1 2.899,9
3.849,8 3.758,0 4.219,4 4.506,0
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Belanja Pemerintah Pusat PNBP Pendapatan Perpajakan
- 23 -
Setiap kegiatan dan proyek yang dibiayai dana APBN seharusnya memberi daya
tumbuh terhadap perekonomian daerah. Inilah sebenarnya tujuan dari kebijakan
stimulus fiskal. Analisis lebih detil akan dibahas pada sub bab-sub bab di bawah.
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
Struktur pendapatan pemerintah pusat dibagi menjadi tiga komponen yang terdiri
dari (i) penerimaan perpajakan, (ii) pendapatan PNBP dan (iii) hibah. Khusus untuk
APBN tingkat Provinsi Jambi hanya terdapat dua komponen pendapatan yakni
penerimaan perpajakan dan PNBP.
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Untuk Provinsi Jambi, penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,50
triliun lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar Rp4,21 triliun.
Realisasi penerimaan pajak tersebut menyumbang 88,75% dari total
penerimaan APBN di Jambi.
Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Target Realisasi % Target Realisasi %
PPh 2.286.026 1.843.626 80,65% 2.801.277 2.272.227 81,11%
PPN 1.870.004 2.139.192 114,40% 2.350.926 1.983.651 84,38%
PBB 216.371 102.788 47,51% 213.854 107.089 50,08%
Pajak Lainnya 63.028 52.761 83,71% 79.127 52.234 66,01%
Bea Masuk 6.470 6.928 107,09% 14.700 18.323 124,64%
Bea Keluar 47.831 74.128 154,98% 56.823 72.486 127,56%
Total Realisasi
Perpajakan4.489.730 4.219.424 93,98% 5.516.707 4.506.009 81,68%
I. Pajak Dalam Negeri
II. Pajak Perdagangan Internasional
2017 Pendapatan
Perpajakan
2018
Sumber: OM SPAN (2018, data diolah)
Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 55,4% (rata-rata naik 10,2%
per tahun) kecuali tahun 2016 yang sedikit mengalami penurunan. Realisasi
perpajakan tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 6,86%, dengan capaian
realisasinya 81,7% dari target, namun lebih rendah dibandingkan capaian tahun
sebelumnya sebesar 93,9% dari target penerimaan pajak.
- 24 -
Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi (2014 -2018)
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: OMSPAN; KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Beberapa strategi yang telah dilakukan pemerintah pusat melalui Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dalam mendorong pertumbuhan penerimaan perpajakan
khususnya di wilayah Provinsi Jambi diantaranya yaitu: (1) strategi
pemeriksaan; (2) strategi ekstensifikasi dan intensifikasi Wajib Pajak Orang
Pribadi; (3) strategi ekstensifikasi dan intensifikasi Wajib Pajak Badan; serta (4)
strategi law enforcement. Kemudian, DJP juga mengupayakan (1) peningkatan
tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor
unggulan terutama di sektor pertanian dan pertambangan dan (2) penguatan
dan perluasan basis data perpajakan dalam rangka meningkatkan penerimaan
perpajakan dari sektor non migas sebagai antisipasi turunnya penerimaan pajak
dari sektor migas.
Tabel 2.3. Realisasi Penerimaaan Perpajakan per KPP dan per Jenis Pajak Provinsi Jambi Tahun 2018
(dalam jutaan rupiah)
KPP PPh PPN PBB Pajak Lainnya Porsi
KPP Telanaipura 1.334.043 703.488 126.100 32.504 47,8%
KPP Pelayangan 170.491 258.222 - 166 9,3%
KPP KualaTungkal 231.035 367.091 68.105 145 14,5%
KPP Bungo 315.850 334.942 30.645 14.872 15,2%
KPP Bangko 216.344 346.697 39.213 4.361 13,2%
Jumlah 2.267.764 2.010.439 264.063 52.047 100%
Porsi 49,4% 43,8% 5,7% 1,1% Sumber: KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
2014 2015 2016 2017 2018
PPh PPN PBB Pajak Lainnya
- 25 -
Berdasarkan wilayahnya, sebesar
57,1% penerimaan pajak berasal dari
wilayah KPP Jambi (Telanaipura dan
Pelayangan). Hal ini menandakan
bahwa domisili wajib pajak sebagian
besar masih berada di wilayah kerja
KPP Jambi, masih perlu dilakukan
peningkatan wajib pajak baru di KPP
lainnya sehingga penyebaran
penerimaan pajak dapat semakin
merata. Dari jenisnya, penerimaan
pajak didominasi oleh PPN (grafik 2.3).
Dominasi PPN di seluruh KPP wilayah
Jambi lebih disebabkan meningkatnya
transaksi perekonomian Jambi (sektor
ekspor dan impor barang dan jasa)
Grafik 2.3 Komposisi Penerimaan PPh dan PPN per KPP wilayah Jambi
Sumber: Data KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Rasio Pajak (Tax Ratio)
Tax Ratio atau rasio pajak adalah perbandingan antara jumlah penerimaan pajak
dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Target tax
ratio dalam APBN 2018 ditargetkan sebesar 11,6%. Tax ratio untuk wilayah
Provinsi Jambi 2018 sebesar 2,16%, capaiannya lebih rendah dari tahun 2017
(2,22%). Pada tahun ini, penurunan capaian realisasi penerimaan pajak
disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat membayar pajak dan
belum optimalnya kemampuan pemerintah untuk menggali sumber penerimaan
pajak dari berbagai sektor ekonomi meskipun di tahun 2018 terjadi kenaikan
kinerja perekonomian khususnya sektor ekspor dan impor barang dan jasa
sebagai dampak semakin membaiknya harga komoditas unggulan Provinsi
Jambi serta permintaan dipasar global yang relatif meningkat.
Tabel 2.4 Perkembangan Tax Ratio Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Uraian/Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Penerimaan Pajak Pusat 2.785 2.900 3.850 3.758 4.219 4.506
Nominal PDRB (ADHB) 132.020 153.857 155.110 171.711 189.868 208.379
Tax ratio 2,11% 1,88% 2,48% 2,19% 2,22% 2,16%
Sumber: BPS dan SPAN (2018, data diolah)
60,7%
39,8%
34,7%
45,4%
35,7%
32,0%
60,2%
55,1%
48,1%
57,2%
0% 50% 100%
KPP Telanaipura
KPP Pelayangan
KPP KualaTungkal
KPP Bungo
KPP Bangko
PPh PPN PBB & Pajak Lainnya
- 26 -
Namun demikian, bila dibandingkan dengan target tax ratio nasional sebesar
10,9% tax ratio di wilayah Provinsi Jambi tersebut masih sangat rendah,
sehingga mengindikasikan masih besarnya potensi pajak yang belum tergali.
Disamping itu juga capaian realisasi penerimaan pajak baru 81,68% dari target
perpajakan 2018 sehingga masih dibutuhkan extra effort untuk mencapai sisa
18,32% lagi untuk mencapai target tersebut. Kedepan dibutuhkan usaha ekstra
agar realisasi penerimaan negara bisa mencapai target yang telah dialokasikan
melalui strategi tax gap mencakup unregister, non filer, underpayment dan
underreported sehingga sasaran yang pasti adalah yang belum patuh atau di luar
sistem. Realisasi penerimaan dari sektor pajak harus bisa dimaksimalkan untuk
mencegah membengkaknya defisit anggaran.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Selain dari sektor perpajakan, pendapatan negara yang bersumber dari bukan
pajak saat ini telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam
memaksimalkan penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk
penerimaan dari sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP
lainnya serta pendapatan BLU. Selain penggolongan menurut jenisnya, dikenal
juga adanya PNBP Fungsional.
1. Perkembangan PNBP menurut Jenis
Tabel 2.5 Penerimaaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi
(per Jenis PNBP dalam jutaan rupiah)
Target Realisasi Target Realisasi
Sumber Daya Alam (SDA) 0 0 0 0
Bagian Pemerintah atas
Laba BUMN0 0 0 0
PNBP Lainnya 216.834 486.609 63.547 302.613
Pendapatan BLU 62.995 71.200 282.547 268.543
Jumlah 279.828 557.809 346.094 571.156
PENERIMAAN PNBP2017 2018
Sumber: SPAN; LKPP Kanwil; (2018, data diolah)
Realisasi penerimaan PNBP TA 2018 di Provinsi Jambi sebesar Rp571,1
miliar meningkat 2,39% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp557,8
miliar. Peningkatan penerimaan PNBP tersebut utamanya disumbang oleh
Pendapatan BLU yang meningkat signifikan (Rp268,5miliar) yang tumbuh
hingga 3,7x lipat dibanding realisasi tahun sebelumnya “hanya” sebesar
- 27 -
Rp71,2 miliar. Hal ini disebabkan adanya tambahan dua satker BLU yang
beroperasi secara penuh di tahun 2018 yakni RS Bhayangkara dan
Universitas Jambi.
2. Perkembangan PNBP Fungsional
Penerimaan PNBP Fungsional berasal dari hasil pungutan
kementerian/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas
pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada
masyarakat.
Tabel 2.6 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun
2017 – 2018 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga dalam miliar rupiah)
Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Jasa Pelayanan
Pendidikan27,09 29,75 242,10 224,93
Pendapatan dari BPJS Kesehatan
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan (FKTL)
- 63,79 - 60,56
Pendapatan Layanan Fasilitas
Kesehatan- 40,09 0,15 41,25
Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah
Sakit35,90 41,21 37,70 39,64
Pendapatan Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB)- 31,36 - 35,95
Pendapatan Penerbitan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)- 41,63 - 31,35
Pendapatan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor (TNKB)- 15,20 - 17,31
Pendapatan Jasa Kepelabuhanan 11,80 19,64 14,28 15,75
Pendapatan Penerbitan Surat Izin
Mengemudi (SIM)- 8,31 - 7,61
Pendapatan Biaya Pendidikan 170,29 168,32 15,05 14,01
Jumlah 245,08 459,30 309,28 488,37
Total Penerimaan PNBP 411,9 557,8 345,7 571,2
Persentase (%) 59,5% 82,3% 89,5% 85,5%
Penerimaan PNBP2017 2018
Sumber : OMSPAN (2018, data diolah)
Dari 106 jenis penerimaan PNBP pada tahun 2018, disajikan 10 jenis
penerimaan PNBP Fungsional tertinggi. Realisasi dari fungsi pendidikan
masih menjadi penerimaan tertinggi disusul kemudian dengan realisasi dari
fungsi kesehatan. Baik secara nominal maupun persentase, penerimaan
PNBP Fungsional terus menunjukkan peningkatan. Begitupula dari sisi
distribusi, realisasi penerimaan PNBP dibandingkan total penerimaan
PNBP mencapai lebih dari 85,5%. Kondisi ini ditunjang dengan kinerja
positif dari 3 satker BLU yang beroperasi di Provinsi Jambi yang bergerak
di bidang kesehatan (RS Bhayangkara) dan pendidikan (Universitas Jambi
dan UIN STS Jambi).
- 28 -
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
Belanja pemerintah merupakan salah satu instrumen bagi pemerintah untuk
melakukan stimulus fiskal, yaitu bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang
ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat yang selanjutnya diharapkan
akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek. Pengeluaran
(Belanja) pemerintah (government expenditures) berkontribusi sekitar 12,09%
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional 2018. Belanja pemerintah pusat meliputi
belanja pemerintah pusat menurut organisasi, belanja pemerintah pusat menurut
fungsi dan belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja.
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran/ Kementerian/ Lembaga)
Tabel 2.7 Pagu & Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (K/L)
di Provinsi Jambi (dalam jutaan Rp)
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Badan Pemeriksa Keuangan 18.116 17.828 18.576 18.273
Mahkamah Agung 129.274 122.667 126.196 125.475
Kejaksaan Republik Indonesia 75.122 71.109 106.747 90.985
Kementerian Dalam Negeri 610 581 984 923
Kementerian Pertahanan 353.545 337.407 385.731 377.015
Kementerian Hukum dan HAM 107.331 105.365 125.387 120.571
Kementerian Keuangan 94.758 89.107 99.636 93.237
Kementerian Pertanian 273.644 255.125 205.207 195.137
Kementerian Perindustrian 2.530 2.514 2.074 1.935
Kementerian Perhubungan 147.909 124.482 150.045 132.929
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 87.404 81.041 91.258 81.100
Kementerian Kesehatan 79.520 71.379 81.331 72.304
Kementerian Agama 1.237.165 1.159.193 1.210.749 1.120.789
Kementerian Ketenagakerjaan 5.085 5.002 4.887 4.849
Kementerian Sosial 20.701 19.889 27.378 23.101
Kementerian Lingk. Hidup & Kehutanan 132.283 118.163 179.976 164.291
Kementerian Kelautan dan Perikanan 33.616 32.279 48.876 34.959
Kementerian Pekerjaan Umum 1.622.856 1.604.052 1.673.144 1.555.024
Kementerian Pariwisata 1.247 1.223 2.326 2.268
Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti 303.055 275.176 363.677 330.029
Kementerian Koperasi & Pengusaha KM 4.087 3.994 3.498 3.362
Kementerian PPPA 1.131 1.100 1.131 1.110
Badan Pusat Statistik 64.310 60.703 79.317 76.356
Kementerian Perencanaan Pemb Nas 592 442 931 647
Kementerian Agraria dan Tata Ruang 111.277 83.812 147.496 116.611
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 961 939 891 875
Kementerian Komunikasi dan Informatika 8.287 7.845 7.357 7.271
Kepolisian Negara Republik Indonesia 768.629 767.518 864.348 871.213
Badan Pengawas Obat dan Makanan 23.700 22.831 29.792 26.227
Badan Koordinasi Penanaman Modal 450 448 607 456
Badan Narkotika Nasional 10.952 9.258 10.838 9.878
Kementerian Desa, PDT & Transmigrasi 36.923 29.406 51.403 49.102
BKKBN 41.289 31.236 106.252 77.765
BMKG 6.813 6.661 9.356 8.806
Komisi Pemilihan Umum 99.651 75.528 275.939 248.868
Arsip Nasional Republik Indonesia 296 257 152 147
BPKP 19.127 19.022 21.260 21.069
Kementerian Perdagangan 27.010 20.241 20.082 7.989
Kementerian Pemuda dan Olah Raga 3.750 2.890 3.355 3.219
Badan SAR Nasional 14.411 13.492 13.716 13.277
Badan Pengawas Pemilu 41.422 36.035 132.099 117.490
LPP-RRI 10.223 8.277 14.269 12.764
LPP-TVRI 9.972 9.845 12.566 12.303
Bendahara Umum Negara 2.144.856 2.066.693 2.105.749 2.024.224
Jumlah 8.175.891 7.772.054 8.816.588 8.256.225
TA 2017Kementerian/Lembaga
TA 2018
Sumber: Monev PA - DJPb (diakses 11 Februari 2019)
- 29 -
Alokasi belanja pemerintah pusat, dalam hal ini adalah belanja K/L, pada APBN
2018 di Provinsi Jambi adalah Rp6,71 triliun naik tipis 2,8% dibandingkan
alokasi tahun 2017. Dari sisi kinerja penyerapan, belanja K/L tahun 2018
terealisasi sebesar Rp6,23 triliun atau 92,8% dari alokasi anggarannya. Angka
penyerapan tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
94,7%.
Pada tahun 2018, belanja pemerintah pusat di Provinsi Jambi dialokasikan pada
43 Kementerian/Lembaga (K/L). Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) mendapat alokasi anggaran terbesar yaitu Rp1,67
triliun atau 26,7% dari total pagu K/L, lebih tinggi dibanding tahun 2017 sebesar
Rp1,62 triliun (26,7%). Selanjutnya disusul oleh Kementerian Agama dengan
pagu sebesar Rp1,21 triliun (18,04%), Kepolisian RI sebesar Rp864,3 miliar
(12,88%), Kementerian Pertahanan sebesar Rp385,7 miliar (5,75%),
Kemenristek & Dikti sebesar Rp363,6 miliar (5,42%), Kementerian Pertanian
sebesar Rp205,2 miliar (3,06%) dan Kementerian Perhubungan Rp150,0 miliar
(2,24%). Dengan demikian, total dari 7 (tujuh) K/L tersebut secara agregat porsi
anggarannya sebesar 74,19% sehingga sisanya yaitu 25,81% terbagi ke-36 K/L
lainnya (belum termasuk alokasi DAK Fisik dan Dana Desa sebesar Rp2,10
triliun).
Grafik 2.4 Capaian Realisasi 10 K/L dengan Pagu Terbesar Tahun 2018
(dalam jutaan Rp)
Sumber: Monev PA – DJPb 2018
Dari sisi penyerapan anggaran (grafik 2.4) untuk 3 dari 10 K/L dengan pagu
terbesar, Kementerian PU mampu menyerap belanja sebesar 92,96%. Disusul
selanjutnya oleh Kementerian Agama (92,6%) dan Kepolisian RI (100,86%).
Namun terdapat juga K/L 10 besar tersebut yang penyerapannya di bawah 80%,
yaitu: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN hanya terserap 79,08%.
92,96% 92,6%97,8%
90,8% 90,2%95,2%
91,9%88,7%
79,1%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-
400
800
1.200
1.600
2.000
PU Agama POLRI Pertahanan Ristek &Dikti
KPU Pertanian LHK Perhubungan ATR/BPN
Pagu Realisasi Capaian
- 30 -
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah setiap proyek yang didanai APBN
harus benar-benar diperhitungkan dan memberi dampak positif terhadap
perekonomian daerah. Hal itu perlu dilakukan agar sejalan dengan kebijakan
pemerintah pada belanja infrastuktur yang fokus belanjanya dapat memberikan
efek multiplier terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga laju pertumbuhan
ekonomi yang positif dapat memberikan dampak nyata terhadap penghasilan
masyarakat. Dengan demikian, tujuan pemerintah untuk mengurangi
kesenjangan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.
2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
khususnya Pasal 11 ayat (5) serta Putusan Mahkamah Konstitusi nomor:
35/PUU-XI/2013, diatur bahwa anggaran belanja pemerintah pusat dapat
dikelompokkan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Fungsi-fungsi tersebut
antara lain fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan
keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan
fasum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi
pendidikan dan fungsi perlindungan sosial.
Tabel 2.8 Pagu & Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Change Capaian
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu %
Pelayanan Umum 2.503.934 2.384.318 4.264.438 4.017.650 70,3% 94,2%
Pertahanan 353.545 337.407 385.731 377.015 9,1% 97,7%
Ketertiban Dan Keamanan 1.091.308 1.075.916 707.461 684.663 -35,2% 96,8%
Ekonomi 1.866.635 1.800.094 1.314.846 1.216.756 -29,6% 92,5%
Lingkungan Hidup 220.106 182.358 234.152 201.298 6,4% 86,0%
Perumahan dan Fasilitas Umum 338.051 322.674 346.599 328.070 2,5% 94,7%
Kesehatan 133.918 116.811 148.288 121.458 10,7% 81,9%
Pariwisata dan Budaya 1.247 1.223 1.626 1.611 30,4% 99,1%
Agama 176.957 158.906 101.392 98.511 -42,7% 97,2%
Pendidikan 1.468.357 1.371.357 1.284.678 1.186.093 -12,5% 92,3%
Perlindungan Sosial 21.832 20.989 27.378 23.101 25,4% 84,4%
Jumlah 8.175.891 7.772.054 8.816.588 8.256.225 7,8% 93,6%
FungsiTA 2018TA 2017
Sumber: Monev PA - DJPb (2018)
Dari sisi fungsi, terjadi pergeseran alokasi anggaran terutama fungsi pelayanan
umum dan fungsi ekonomi. Pada tahun 2017 fungsi pelayanan umum memiliki
alokasi terbesar dengan Rp2,5 triliun, diikuti fungsi ekonomi (Rp1,86 triliun),
pendidikan (Rp1,47 triliun) dan ketertiban dan keamanan (Rp1,13 triliun). Pada
2018, fungsi pelayanan umum kembali menjadi fungsi dengan alokasi terbesar
Rp4,2 triliun. Diikuti fungsi ekonomi (Rp1,21 triliun), pendidikan (Rp1,28 triliun)
- 31 -
dan ketertiban dan keamanan (Rp707,4 miliar). Meningkatnya alokasi fungsi
pelayanan umum lebih disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan
penyaluran TKDD (khususnya DAK Fisik dan Dana Desa) TA 2018 berupa
penambahan 8 (delapan) bidang baru yakni DAK Reguler Air Minum, Sanitasi,
Pasar, Jalan, DAK Penugasan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, DAK
Affirmasi Pendidikan, Air Minum dan Sanitasi sehingga alokasi fungsi pelayanan
umum untuk Provinsi Jambi seolah-olah bertambah cukup drastis.
Berdasarkan komposisi pada Grafik 2.5 terlihat bahwa kebijakan pemerintah
pusat untuk Provinsi Jambi masih difokuskan pada 3 (tiga) hal yaitu pelayanan
umum - DAK Fisik dan Dana Desa (48,7%) , ekonomi (14,7%) dan pendidikan
(14,4%). Arah kebijakan anggaran belanja pada 2018 masih difokuskan
terhadap penguatan program yang menjadi prioritas pemerintah untuk
melaksanakan percepatan pembangunan dari wilayah pinggiran (desa),
mempercepat dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi seperti
pembangunan infrastruktur, pembangunan pasar-pasar tradisional serta
meningkatkan kedaulatan pangan melalui kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan.
Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Belanja K/L berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi
Sumber: MonevPA – DJPb (diakses 11
Februari 2018)
Fungsi pelayanan umum
mengalami peningkatan sebagai
upaya pemerintah dalam rangka
pemerataan pembangunan yang
dimulai dari unit terkecil (desa).
Penggunaan (dana desa) tahun
2018 masih diprioritaskan untuk
bidang infrastruktur dasar dan
pemberdayaan masyarakat desa
untuk meningkatkan kualitas daya
saing sehingga mampu menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi.
Adapun meningkatnya alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut
juga diimbangi dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan peningkatan
efisiensi belanja, antara lain melalui berbagai upaya refocusing program
termasuk menekan pengeluaran yang tidak produktif dalam pelaksanaan
kepemerintahan (paket meeting/konsinyering dan perjalanan dinas). Dari sisi
Pelayanan Umum48,7%
Pertahanan4,6%
Ketertiban & Keamanan…
Ekonomi14,7%
Lingkungan Hidup2,4%
Perumahan & Fasilitas Umum
4,0%Kesehatan
1,5%
Agama1,2%
Pendidikan14,4%
- 32 -
penyerapan, seluruh fungsi tingkat penyerapannya di atas 90%. Kecuali 3 (tiga)
fungsi yaitu: kesehatan (81,9%), lingkungan hidup (86,0%) dan perlindungan
sosial (84,4%).
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Tabel 2.9 Pagu & Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Pagu Realisasi Pagu Realisasi %
Belanja Pegawai 2.214 2.139 2.349 2.273 96,78
Belanja Barang 2.245 2.047 2.805 2.557 91,16
Belanja Modal 1.579 1.493 1.538 1.387 90,19
Belanja Bantuan Sosial 26 25 19 15 79,40
DAK Fisik 1.054 977 1.065 986 92,58
Dana Desa 1.091 1.090 1.041 1.039 99,75
Jumlah 8.208 7.771 8.816 8.256 93,65
Jenis BelanjaTA 2017 TA 2018
Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 11 Februari 2019)
Pada tahun anggaran 2018, penurunan alokasi belanja terjadi pada belanja
modal sebesar Rp1,54 triliun atau turun 2,58% dibanding tahun 2017 (Rp1,58
triliun) diikuti oleh penurunan Belanja Bantuan Sosial dan alokasi Dana Desa
masing-masing sebesar 25,22% dan 4,57%. Sedangkan alokasi belanja
pegawai dan belanja barang malah sedikit naik sebesar 46,09% dan 24,96%.
Kenaikan belanja pegawai lebih disebabkan oleh penambahan alokasi belanja
pegawai untuk penerimaan pegawai baru pada K/L di wilayah kerja Provinsi
Jambi. Secara prinsip, kebijakan belanja pemerintah masih berfokus pada
peningkatan infrastruktur dan efisiensi pada belanja operasi (Belanja Pegawai
dan Belanja Modal). Belanja modal hanya difokuskan pada belanja yang
memiliki efek multiplier pada pertumbuhan ekonomi. Dari sisi penyerapan,
Belanja Pegawai memiliki capaian realisasi tertinggi sebesar 96,78% (selain
DAK Fisik dan Dana Desa). Disusul Belanja Barang (91,6%), Belanja Modal
(90,19%) dan Belanja Bantuan Sosial (79,4%).
- 33 -
Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Provinsi Jambi Sepanjang 2018
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 12 Februari 2019)
Untuk tahun 2018, Realisasi seluruh jenis belanja per bulan cenderung stabil
dan tetap terjadi penumpukan realisasi belanja pada akhir triwulan IV. Namun
besaran realisasi yang menumpuk di akhir tahun masih lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
perbaikan kebijakan atas langkah-langkah akhir tahun terus dilakukan.
Meskipun terdapat perbaikan signifikan dari tahun sebelumnya, realisasi belanja
pemerintah belum memberikan dampak optimal sebagai stimulus fiskal yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi mengingat realisasi
belanja daerah masih belum selaras dengan realisasi belanja pemerintah pusat.
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) per Kab/Kota
Grafik 2.7 Sebaran Capaian Penyerapan Belanja APBN 2018 per Kab/kota
(dalam miliar rupiah)
Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 12 Februari 2019)
-10
190
390
590
790
990
1.190
1.390
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des
DAK Fisik & Dana Desa Belanja Pegawai
Belanja Barang Belanja Modal
Belanja Sosial Total
93,4 95,1 97,2 94,3 95,7 96,5 96,5 94,8 95,990,0 92,1 92,6
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
0
0
0
0
0
0
0
ProvinsiJambi
Batanghari TanjabBarat
Bungo Sarolangun Kerinci Merangin TanjabTimur
Tebo MuaroJambi
Kota Jambi SungaiPenuh
Pagu Realisasi Capaian
- 34 -
Belanja APBN 2018 di Provinsi Jambi, disalurkan melalui 5 KPPN dengan porsi
alokasi APBN didominasi oleh KPPN Jambi sebesar Rp5,78 triliun atau 65,5%
dari total alokasi APBN 2018 Provinsi Jambi. Alokasi tersebut dialokasikan
terutama pada satker-satker di wilayah Kota Jambi (porsi 51,5%) dan satker
Provinsi Jambi (porsi 35,4%). Penyerapan anggaran menurut Kab/Kota berada
dalam kisaran angka capaian 90% (Kabupaten Muaro Jambi) sampai dengan
97,2% (Tanjung Jabung Barat) (grafik 2.7).
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT
Analisis cash flow Pemerintah Pusat menjelaskan mengenai kondisi arus kas masuk
(cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow) yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat pada suatu provinsi tertentu dan periode tertentu. Arus kas masuk Pemerintah
Pusat adalah semua penerimaan yang diterima oleh Pemerintah Pusat dari
pemerintah daerah provinsi tertentu sedangkan arus kas keluar adalah semua
pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah
provinsi tertentu. Yang termasuk dalam arus kas masuk bagi Pemerintah Pusat
adalah semua penerimaan negara yang diterima oleh Pemerintah Pusat melalui
pemerintah provinsi tertentu seperti penerimaan pajak, PNBP dan hibah. Yang
termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja
Pemerintah Pusat dalam APBN yang terdiri dari belanja KP/KD/DK/TP/UB dan dana
transfer untuk provinsi berkenaan.
Cash flow = cash in flow – cash out flow
Grafik 2.8 Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat (2017-2018)
(dalam miliar rupiah)
Sumber: OMSPAN, SIMTRADA (2018, data diolah)
PENERIMAAN BELANJA DEFISIT
2016 3.946,8 18.484,0 14.537,2
2017 4.777,3 19.416,1 14.638,8
2018 5.077,8 20.131,7 15.053,9
-
5.000,0
10.000,0
15.000,0
20.000,0
25.000,0
2016 2017 2018
- 35 -
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa cash flow
pemerintah pusat dari tahun 2016 – 2018 selalu mengalami kenaikan defisit atas
pendapatan dan belanja pemerintah pusat yang disalurkan di wilayah Provinsi
Jambi. Kondisi defisit tersebut mengindikasikan bahwa alokasi pembiayaan APBN
di daerah Jambi merupakan hasil subsidi silang dari daerah lain di Indonesia. Namun
jika merujuk pada kondisi perekonomian di Jambi dengan pertumbuhan ekonomi,
pembangunan infrastruktur dan komoditi unggulan sektor pertanian dan
pertambangan yang terus mengalami pertumbuhan positif seharusnya pendapatan
pajak maupun PNBP dapat lebih besar dibandingkan realisasi selama ini.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan antara lain sebagian besar pelaku ekonomi di
sektor unggulan Jambi terdaftar sebagai wajib pajak badan kategori besar di DKI
Jakarta sehingga mayoritas pendapatan dari aktivitas perekonomian tersebut
tercatat dan dibukukan oleh daerah lain khususnya DKI Jakarta. Padahal
pendapatan yang diperoleh Jambi dari aktivitas perekonomian tersebut hanya
berupa Pajak Penghasilan (PPH) orang pribadi yang nilainya kecil dibandingkan PPh
Badan yang dicatat oleh DKI Jakarta.
E. TRANSFER KE DAERAH
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus
dan dana penyesuaian.
Sinergi kebijakan difokuskan pada Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) 2018 yang porsinya meningkat signifikan, sejalan dengan program
pemerintah untuk memperkuat desentralisasi fiskal dan implementasi nawacita ke-
3. Kebijakan dan tantangan dalam pelaksanaan TKDD 2018, antara lain:
1. Pagu Dana Alokasi Umum (DAU) tidak final atau bersifat dinamis. Besaran
(pagu) dan realisasi penyaluran DAU per daerah akan mengikuti dinamika
perkembangan Pendapatan Negara neto.
2. Efektivitas belanja daerah masih rendah. SILPA APBD meningkat dan dalam
jumlah yang cukup besar.
3. Kemandirian fiskal belum optimal. Pajak daerah dan retribusi daerah rata-rata
10,9% ditahun 2018 sehingga APBD sangat tergantung dana transfer.
4. Penyerapan APBD belum optimal. Terlihat dari besarnya saldo pemerintah
daerah di perbankan sehingga kontraproduktif terhadap akselerasi
- 36 -
pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas layanan publik, pengentasan
kemiskinan dan kesenjangan.
APBN dan APBD sebagai insentif fiskal harus dijaga kredibilitasnya sehingga setiap
rupiah belanja negara dan daerah harus menghasilkan output/outcome yang
maksimal. Salah satu upayanya adalah penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa
berbasis kinerja pelaksanaan (penyerapan dan ketercapaian output) melalui KPPN
agar lebih efisien dan efektif. Untuk tahap pertama, realisasi DAK Fisik dan Dana
Desa disalurkan oleh KPPN setelah mendapatkan rekomendasi penyaluran dari
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Sedangkan untuk tahap selanjutnya,
mekanisme penyaluran oleh KPPN akan dilaksanakan berdasarkan pada capaian
penyerapan belanja dan capaian output per bidang (yang dikelola oleh SKPD
pemerintah daerah) untuk DAK Fisik dan masing-masing Desa (Dana Desa) sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah dengan PMK
nomor 121/PMK.07/2018.
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer
Belanja Dana Transfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dapat
dibedakan menjadi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
Fisik dan Non Fisik, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian (Dana Insentif
Daerah) dan Dana Desa.
Tabel 2.10 Pagu & Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa di Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Dana Bagi Hasil 3.491 1.956 1.902 1.896 (45,51) 99,68
Dana Alokasi Umum 7.958 7.958 7.969 7.969 0,15 100,00
DAK Fisik 1.054 979 1.065 986 1,02 92,58
DAK Non Fisik 1.788 1.664 1.918 1.799 7,29 93,77
Dana Insentif Daerah 65 65 221 211 239,45 95,86
Dana Desa 1.091 1.090 1.041 1.039 (4,57) 99,75
Jumlah 15.446 13.712 14.116 13.900 (8,61) 98,47
Capaian
(%)
Change
Pagu (%)
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
TA 2017 TA 2018
Sumber: aplikasi SIMTRADA – DJPK, OMSPAN (2018, data diolah)
Secara agregat terjadi penurunan alokasi dana transfer untuk wilayah Provinsi Jambi
pada tahun 2018 sebesar (10,05%) menjadi Rp12,85 triliun. Penurunan cukup tinggi
terdapat pada alokasi DBH dan Dana Desa. Turunnya porsi alokasi DBH disebabkan
adanya pengurangan alokasi DBH Pajak maupun DBH Sumber Daya Alam (SDA)
- 37 -
yang tahun sebelumnya meningkat secara signifikan akibat kurang bayar dari tahun
2016 (PMK Nomor 187/PMK.07/2017). Alokasi pagu DBH bersifat dinamis
menyesuaikan dengan penerimaan pendapatan neto APBN secara nasional yang
masih dibayangi melambatnya perekonomian nasional maupun global yang
berdampak pada rendahnya pencapaian target pajak maupun penerimaan SDA.
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari DBH
Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA).
Grafik 2.9 Perkembangan Dana Bagi Hasil (DBH) di Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)
Alokasi DBH di Provinsi Jambi pada 2018 secara agregat secara signifikan
mengalami pemangkasan sebesar 45,51% (berkurang Rp1,59 triliun). Pemerintah
daerah yang mengalami penurunan paling signifikan adalah Provinsi Jambi dan
Kabuapten Tanjung Jabung Barat. Secara umum, penurunan tersebut lebih
dikarenakan adanya pemangkasan alokasi DBH terkait pembayaran kurang bayar
DBH tahun sebelumnya oleh pemerintah pusat kepada daerah. Belum pulihnya
penerimaan perpajakan dan SDA disebabkan masih adanya perlambatan ekonomi
global dan harga komoditas yang masih fluktuatif.
ProvJambi
Batanghari
Bungo KerinciMeran
ginMuaroJambi
Sarolangun
TanjabBarat
TanjabTimur
TeboKota
Jambi
KotaSungaiPenuh
DBH 2016 489,99 202,54 91,86 60,43 85,91 184,84 145,93 501,65 209,77 134,88 133 56,37
DBH 2017 763,13 277,3 170 99,75 127,46 267,47 239,26 720,91 344,16 164,46 218,63 98,36
DBH 2018 407,4 140,27 86,61 58,49 64,01 133,94 124,9 447 168,35 93,6 118,63 56,87
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
- 38 -
Dana Alokasi Umum (DAU)
Alokasi kebutuhan DAU diperhitungkan menggunakan pendekatan celah fiskal
(fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan
kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji
PNS daerah. DAU bersifat block grant yang berarti penggunaannya diserahkan
kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah.
Grafik 2.10 Perkembangan Dana Alokasi Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)
Secara agregat alokasi DAU di Provinsi Jambi hanya mengalami peningkatan
sebesar 0,15% menjadi Rp7,96 triliun. Pemerintah Provinsi Jambi mendapatkan
alokasi terbesar yaitu Rp1,399 triliun, meningkat tipis 0,1% dari TA 2017 (Rp1,397
triliun). Diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Sungai Penuh yang
meningkat masing-masing 1,35% dan 0,72%. Sedangkan kabupaten/kota lainnya
tidak mengalami besaran alokasi DAU dari tahun sebelumnya.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Grafik 2.11 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Fisik di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)
1.399.367
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
Prov Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi SungaiPenuh
DAU 2017 DAU 2018 Realisasi 2018
-
50
100
150
200
250
Prov Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi SungaiPenuh
DAK Fisik 2017 DAK Fisik 2018 Realisasi
- 39 -
Pada 2018, DAK Fisik disalurkan melalui KPPN dengan berbasis kinerja
pelaksanaan (penyerapan dan ketercapaian output) agar lebih efisien dan efektif.
Secara agregat alokasi DAK Fisik TA 2018 di Provinsi Jambi sebesar Rp1,06 triliun
naik tipis (1,02%) dibandingkan tahun sebelumnya (Rp1,05 triliun). Penambahan
alokasi tersebut disesuaikan dengan fokus prioritas nasional di bidang infrastruktur
khususnya infrastruktur yang merupakan urusan daerah. Realisasi DAK hingga akhir
tahun 2018 mencapai Rp985,67 miliar atau 92,6% dari alokasi pagu DAK Fisik 2018.
Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik dan Dana Desa
Grafik 2.12 DAK Non Fisik, DID, & Dana Desa
di Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)
DAK Non Fisik dan Dana
Desa sebesar Rp3,17 triliun
terdiri dari: Tunjangan
Profesi Guru PNSD
(Rp979,7 miliar), Tambahan
Penghasilan Guru PNSD
(Rp21,6 miliar), Dana BOS
(Rp639,3 miliar), DID
(Rp220,5 miliar), Dana BOK
& BOKB (Rp206,3 miliar)
dan Dana Desa (Rp1,04
triliun).
DAK Non Fisik (sebelumnya Dana Penyesuaian) dan Dana Desa pada APBN 2018
Provinsi Jambi naik 8,02% (TA 2017 Rp2,94 triliun) menjadi Rp3,17 triliun. Kenaikan
terbesar terutama disebabkan oleh naiknya Dana Insentif Daerah Rp220,5 miliar
(tahun sebelumnya Rp64,9 miliar) atau sekitar 239,4%. Sedangkan, Dana
Tambahan Penghasilan Guru PNSD turun menjadi Rp21,6 miliar (sebelumnya
Rp26,04 miliar). Realisasi agregat hingga akhir tahun 2018 sebesar Rp3,04 triliun
atau 95,87% dari anggarannya.
Tujuan analisis Dana Transfer ke Daerah adalah untuk mengetahui kontribusi
belanja negara terhadap komponen pendapatan daerah dalam APBD ataupun
kontribusi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi regional.
1. Analisis komparatif/perbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana
transfer untuk daerah tersebut terhadap: Pertumbuhan ekonomi regional, PDRB,
954
26
622
65 -
128
13 45
1.091
980
22
639
221
-
206
14 57
1.041
DanaTPG
PNSD
DanaTamb.
PG-PNSDDanaBOS DID
DanaP2D2
DanaBOK &BOKB
Dana PK-Kop &UKM
DanaBOP
PAUDDanaDesa
2017 2018
- 40 -
Tingkat pengangguran, Tingkat kemiskinan, IPM (HDI), dan Indikator fiskal
lainnya pada daerah tersebut.
Grafik 2.13 Perkembangan Transfer ke Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Provinsi Jambi 2011-2017
Sumber: SIMTRADA - DJPK; BPS (data diolah)
Dalam kurun waktu 2011 – 2017, perkembangan besaran alokasi Transfer ke
Daerah dan Dana Desa menunjukkan tren naik dan berbanding lurus dengan
dampak positif peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam
indeks IPM yang juga menunjukkan tren naik. Keadaan ini dapat memberikan
gambaran bahwa Pemerintah dapat mengalokasikan dana transfer ke daerah
secara baik dan tepat sasaran terutama di sektor pendidikan, kesehatan dan
lapangan kerja, sehingga Indeks Pembangunan Manusia yang terdapat di Jambi
melalui TKDD berjalan sesuai arahan.
Grafik 2.14 Perkembangan Transfer ke Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat
Pengangguran, dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi 2011-2018
Sumber SIMTRADA - DJPK; BPS (2018, data diolah)
66,1466,94
67,76 68,24 68,6969,62 69,99
8.121 9.187
10.355 11.188
11.608 14.086 15.446
64
65
66
67
68
69
70
71
-
5.000
10.000
15.000
20.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
IPM Dana Transfer (dlm Miliar Rp)
8.121 9.187
10.355 11.188 11.608
14.086 15.446
14.116
7,867,03 7,07
7,36
4,204,37 4,64
4,714,023,50
4,765,08
4,34 4,003,873,86
7,908,28 8,42 8,39
8,868,41 8,19
7,92
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Dana Transfer (dlm Miliar Rp) Growth (%) TPT (%) Kemiskinan (%)
- 41 -
Kebijakan fiskal (dana transfer) pemerintah pusat lingkup Provinsi Jambi juga
sejalan dengan kebijakan money follow program untuk dapat memberi dampak
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tercermin juga dalam
persentase TPT dan Masyarakat Miskin yang menunjukkan tren menurun.
Selanjutnya, perbaikan kualitas SDM tersebut harus mampu meningkatkan
kinerja perekonomian sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional yang
diharapkan.
F. PENGELOLAAN BLU PUSAT
Definisi Badan Layanan Umum adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU mulai dibentuk pada tahun 2006 sebagai amanat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 23 tahun 2005.
Grafik 2.15 Tren Pertumbuhan BLU kurun waktu 2005 - 2018
Sumber : http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id (diakses 6 Februari 2018)
1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Dalam bagian ini, dapat diberikan gambaran terkait profil dan jenis layanan BLU
Pusat yang ada di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi.
Selanjutnya dapat dijabarkan jumlah BLU Pusat di Provinsi Jambi sampai
dengan tahun 2018 berjumlah tiga satker BLU yang berlokasi di Kota Jambi,
13 1737
53
81
105
126141 141 141
158
182
203217
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
- 42 -
antara lain UIN Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi. Kemudian ditambah
Rumah Sakit Bhayangkara Jambi yang telah ditetapkan menjadi BLU di bidang
pelayanan kesehatan (pertengahan triwulan II-2017) dan terakhir adalah
Universitas Jambi (akhir tahun 2017). Untuk RS Bhayangkara, saat ini sudah
BLU Kesehatan secara penuh. Tahapan masa transisi telah dilalui RS
Bhayangkara dengan memenuhi seluruh persyaratan sesuai standar pelayanan
minimal BLU di bidang kesehatan. Pembagian/ pengelompokannya
berdasarkan sektor atau bidang usahanya akan diuraikan tabel dibawah ini.
Tabel 2.11 Profil BLU Pusat di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
1 PendidikanUIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi 613.926 29.359 171.668 201.027
2 Pendidikan Universitas Jambi 1.033.819 215.078 148.597 363.676
3 KesehatanRS Bhayangkara
Jambi 97.894 44.636 48.703 93.339
Jumlah
PaguNo
Jenis
LayananSatker BLU Nilai Aset
Pagu
PNBPPagu RM
Sumber: Data Kanwil DJPb Prov Jambi (2018, data diolah)
Secara keseluruhan kinerja tahun 2018 satker UIN Sultan Thaha Saifuddin
menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Hal tersebut terlihat dari capaian
realisasi pendapatan BLU yang mampu melebihi target yang ditetapkan yaitu
147,05%. Sedangkan dua satker BLU lainnya yakni Universitas Jambi dan RS
Bhayangkara Jambi yang baru berstatus BLU mulai tahun 2017 juga
menunjukkan realisasi penerimaan masing-masing 86,38 % dan 105,15%.
Grafik 2.16 Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2018
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
UIN STS UNJA RS BHAYANGKARA
PAGU 2017 REALISASI 2017 PAGU 2018 REALISASI 2018
- 43 -
Ditahun 2017, capaian realisasi penerimaan ketiga satker BLU telah melebihi
estimasi penerimaan yang ditetapkan sedangkan pada tahun 2018 hanya satker
BLU Universitas Jambi yang tidak mencapai target penerimaan sebesar
Rp215,1 miliiar hanya terealisasi Rp186,7 miliar atau sekitar 86,7%.
2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat
Tabel 2.12 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Pusat di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
No Nama BLU Aset 2016 Aset 2017 Aset 2018
1 UIN STS Jambi 191.802 559.117 613.926
2 Universitas Jambi 357.717 357.286 1.033.819
3 RS Bhayangkara Jambi 16.273 39.950 97.894
Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)
Dalam kurun waktu tahun 2016-2018 semua BLU Pusat di Provinsi Jambi
menunjukkan peningkatan aset yang dimilliki. Aset tertinggi dimiliki oleh
Universitas Jambi yang baru berstatus BLU Pusat di tahun 2018 dengan nilai
aset Rp1,03 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 289% dari tahun 2016.
Adapun pertumbuhan aset tertinggi dari tahun 2015 adalah UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi sebesar 320,08%. Hal tersebut dikarenakan satker yang
bersangkutan telah menjadi BLU dari tahun 2016 sehingga penambahan aset
dari pengelolaan keuangan BLU telah optimal. Hal lainnya yang menyebabkan
penambahan nilai aset BLU meningkat secara signifikan adalah adanya
kebijakan revaluasi aset oleh pemerintah.
Tabel 2.13 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU
di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2017 2018 2017 2018
1 UIN STS Jambi 135.933 171.668 27.093 29.359
2 Universitas Jambi 144.389 148.597 158.665 215.078
3 RS Bhayangkara Jambi 6.537 48.703 37.635 44.636
PAGU PNBPNo Nama BLU
PAGU RM
Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)
Universitas Jambi yang merupakan BLU sektor Pendidikan mengalami
perkembangan cukup signifikan. Hal ini terlihat dari peningkatan pagu PNBP
dari Rp158,6 miliar (TA 2017) menjadi Rp215,07 miliar pada tahun 2018 (naik
- 44 -
35,6%). Pagu Rupiah Murni(RM) juga meningkat sebesar 2,91% (dibanding
tahun 2017 Rp144,3 miliar) menjadi Rp148,5 miliar. Demikian juga, untuk nilai
aset yang dikelola (Rp192,8 miliar) mengalami kenaikan yang signifikan
dibanding tahun sebelumnya Rp1,03 triliun. Salah satunya disebabkan oleh
kenaikan nilai aset tanah semula Rp85,9 miliar menjadi Rp558,8 miliar.
3. Kemandirian BLU
Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk
mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government). Oleh karena itu,
satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri.
Kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu RM.
Tabel 2.14 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Pagu
PNBP% Pagu RM %
Pagu
PNBP% Pagu RM %
1 Pendidikan UIN STS Jambi 613.926 27.093 16,6% 135.933 83,4% 29.359 14,6% 171.668 85,4%
2 Pendidikan Universitas Jambi 1.033.819 158.665 52,4% 144.389 47,6% 215.078 59,1% 148.597 40,9%
3 Kesehatan RS Bhayangkara 97.894 37.635 85,2% 6.537 14,8% 44.636 47,8% 48.703 52,2%
Tahun 2017 Tahun 2018
No.Jenis
LayananSatker BLU Nilai Aset
Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)
Berdasarkan data (tabel 2.14), tingkat kemandirian Universitas Jambi memiliki
rasio PNBP yang cukup tinggi sebesar 59,1% (meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 52,4%). sedangkan UIN STS dan Rumah Sakit
Bhayangkara mengalami penurunan rasio dengan porsi pagu PNBP masing -
masing dari 16,6% dan 85,2% (tahun 2017), turun pada tahun 2018 menjadi
14,6% dan 47,8%. Porsi pagu PNBP tersebut masih relatif kecil jika
dibandingkan porsi RM. Hal ini menggambarkan bahwa UIN STS dan Rumah
Sakit Bhayangkara masih belum mampu sepenuhnya lepas dari peran APBN
(RM). Agar dapat menjadi BLU yang mandiri maka dibutuhkan extra effort dari
sisi penerimaan sehingga persentase PNBP lebih besar dibandingkan RM atau
dari total pagu, dengan begitu BLU dapat disebut mandiri.
4. Profil dan jenis layanan satker PNBP
Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi terdapat 81
satuan kerja instansi vertikal yang mengelola dana PNBP namun belum menjadi
Satker BLU. Seluruh satker tersebut berasal dari 14 K/L dengan total alokasi
pagu PNBP TA 2018 yang dikelola seluruh satker tersebut sebesar Rp263,58
- 45 -
miliar dengan total capaian realisasi hingga periode 31 Desember 2018 sebesar
Rp235,3 miliar.
Tabel 2.15 Profil 10 Satker Pengelola PNBP dengan Pagu PNBP Terbesar
(dalam jutaan rupiah)
PNBP RM Jumlah
1 Kesehatan RS dr. Bratanata 108.992 7.031 116.023 93,9%
2 Pelayanan Umum Kanwil BPN Provinsi Jambi 9.362 16.956 26.317 35,6%
3 Pendidikan IAIN Kerinci 8.542 33.578 42.120 20,3%
4 Lingkungan Hidup BPHP WIL.IV Jambi 7.101 9.698 16.800 42,3%
5 Pendidikan Politeknik Kesehatan Jambi 7.030 37.228 44.258 15,9%
6 Lingkungan Hidup BPDAS Batanghari 6.903 30.684 37.587 18,4%
7 Pelayanan Umum Ditlantas Polda Jambi 6.426 14.234 20.660 31,1%
8 Pelayanan Umum Rolog Polda Jambi 5.361 22.802 28.163 19,0%
9 Pelayanan Umum BPN Muaro Jambi 4.703 11.920 16.624 28,3%
10 Pelayanan Umum BMSF RADIO KELAS II 4.071 3.285 7.357 55,3%
No Jenis Layanan Satker PNBPKomposisi Pagu % Porsi
PNBP
Sumber: OMSPAN (2018, data diolah)
Persyaratan teknis utama bagi satker untuk ditetapkan menjadi satker BLU
Penyedia Barang/Jasa yaitu mempunyai pendapatan PNBP paling sedikit
sebesar Rp15 miliar dan memenuhi ambang batas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data tahun 2018, terdapat 1 Satker pengelola PNBP yang
memenuhi syarat tersebut, yaitu RS dr. Bratanata yang mempunyai alokasi pagu
PNBP diatas Rp15 miliar yaitu sebesar Rp108,9 miliar dengan porsi pagu PNBP
mencapai 93,9%. Saat ini RS dr. Bratanata masih menunggu proses penetapan
status BLU dari Mabes TNI selaku satker induk.
G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Selain pengelolaan Badan Layanan Umum, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinisi
Jambi juga menatausahakan investasi pemerintah khususnya penerusan pinjaman
(Subsidiary Loan Agreement), kredit program dan investasi lainnya.
1. Penerusan pinjaman
Penerusan Pinjaman merupakan pinjaman yang sumber pembiayaannya
berasal dari Pinjaman Luar Negeri yang diteruskan kembali pemerintah kepada
pemerintah Daerah/BUMN/BUMD melalui Perjanjian Penerusan Pinjaman
(Subsidiary Loan Agreement/SLA) dan Rekening Dana Investasi. Berdasarkan
berita acara rekonsiliasi (BAR) outstanding Pinjaman pemerintah daerah /PDAM
per 30 Desember 2018, hanya tersisa 1 debitur yaitu PDAM Kota Jambi yang
masih menunggu proses penutupan perjanjian penerusan pinjaman.
- 46 -
Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman/SLA di Provinsi Jambi per 30 Desember 2018
1 PDAM Kota Jambi 2 - proses penutupan perjanjian
2 Pemkot Jambi 1 - telah dibayar & ditutup
Jumlah -
No Penerima SLA Keterangan Jumlah
Pinjaman
Hak Tagih
Pemerintah
Sumber: Aplikasi SLIM (2018, data diolah)
Berdasarkan monitoring dan evaluasi terhadap penyelesaian utang PDAM Kota
Jambi dan Pemerintah Kota Jambi, untuk penerusan pinjaman PDAM telah
dinyatakan lunas dengan mekanisme Penerimaan Hibah non-kas ke dalam
APBD-P dan Penambahan Penyertaan Modal (non-kas) kepada PDAM. Namun,
masih menunggu proses penetapan Menteri Keuangan untuk penutupan
penerusan pinjamannya. Sedangkan untuk Pemerintah Kota Jambi telah
diselesaikan dengan melunasi kekurangan perhitungan debt swap dan
penutupan penerusan pinjaman telah dilaksanakan dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 652/KMK.05/2018.
2. Kredit program
Kredit program adalah kredit yang disediakan pemerintah kepada pelaku usaha
dalam membiayai berbagai program sektor ekonomi dengan bunga yang
rendah. Pemerintah pada tahun 2018 menargetkan penyaluran KUR sebesar
Rp120 triliun dengan suku bunga 7% efektif per tahun dan target penyaluran
diupayakan untuk sektor produksi minimum sebesar 50% dari target total
penyaluran KUR nasional.
Skema KUR
Adanya perubahan skema penyaluran KUR di tahun 2018 sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 11 tahun
2017 ke dalam dua skema yakni (1) skema pertama, yaitu kelompok usaha
sebagai penerima KUR dimungkinkan sebagian anggota yang merupakan
pengusaha pemula dengan menggunakan mekanisme pembayaran kredit
berdasarkan sistem tanggung renteng dan (2) skema kedua adalah skema KUR
khusus yang diberikan kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam
bentuk cluster dengan menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan
rakyat, peternakan rakyat dan perikanan rakyat termasuk pengadaan kapal
nelayan. Penyaluran KUR tahun 2018 difokuskan pada sektor usaha produktif,
bukan lagi pada sektor usaha perdagangan.
- 47 -
Gambar 2.1 Poin-Poin Perubahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2018
Sumber: website http://kur.ekon.go.id/ (diakses 4 Februari 2019)
Perkembangan Penyaluran KUR di Provinsi Jambi
Di Provinsi Jambi, penyaluran KUR (Mikro, Ritel, dan TKI) tahun 2018
dilaksanakan oleh 15 (lima belas) lembaga keuangan perbankan, yaitu BRI, BRI
Syariah, Mandiri, BNI, Bank Artha Graha, BCA, Maybank, BPD Jambi, BPD
Sumatera Barat, Bank Sinarmas, Bank Bukopin, BTN, CTBC Bank, Internusa
Tribuana Citra Multifinance dan BRI AGRO dengan total nilai outstanding
Rp1,73 triliun. Berdasarkan data SIKP, nilai akad realisasi KUR 2018 mencapai
Rp2,22 triliun (atau 1,85% dari alokasi nasional sebesar Rp120 triliun) yang
disalurkan perbankan dan lembaga keuangan non bank (PT Buana Artha
Ventura, PT Pegadaian dan PNM-khusus kredit Ultra Mikro) di Provinsi Jambi.
Pada tahun 2018 juga terjadi perubahan distribusi jenis KUR yang disalurkan.
Penyaluran KUR Ritel dan KUR Mikro meningkat masing-masing sebesar
47,15% dan 44,51% dari tahun sebelumnya. Penyaluran KUR Mikro didominasi
oleh BRI dengan nilai outstanding Rp584,2 miliar sedangkan Bank Mandiri
dominan menyalurkan KUR Ritel (Rp725,26 miliar).
- 48 -
Tabel 2.17 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Bank
Akad
(dlm jutaan)
Outstanding
(dlm jutaan)Debitur
Rataan Kredit
(dlm jutaan)
Mikro - Bank Rakyat Indones ia 810.372 584.245 38.977 20,8
Mikro - Bank Mandiri 50.454 37.195 2.279 22,1
Mikro - Bank Negara Indones ia 491 383 23 21,3
Mikro - Bank Artha Graha 4.600 3.826 184 25,0
Mikro - BPD Jambi 709 626 37 19,2
Mikro - BRI Syariah 14.375 10.520 604 23,8
Jumlah - Mikro 881.000 636.796 42.104 20,9
Ritel - Bank Rakyat Indones ia 185.946 155.493 748 248,6
Ri tel - Bank Mandiri 846.421 725.265 8.767 96,5
Ri tel - Bank Negara Indones ia 267.420 183.044 1.310 204,1
Ri tel - Bank Centra l As ia 350 266 6 58,3
Ri tel - Bank Maybank 1.000 - 2 500,0
Ri tel - PT BPD Jambi 21.775 19.990 160 136,1
Ri tel - BPD Sumatera Barat 1.445 1.218 9 160,6
Ri tel - Bank Sinarmas 1.665 1.545 7 237,9
Ri tel - Bank Tabungan Negara 2.500 546 5 500,0
Ri tel - BRI Syariah 9.651 4.899 94 102,7
Ri tel - Bank Bukopin 2.650 2.415 7 378,6
Ri tel - PT BRI AGRO 930 892 5 186,0
Jumlah - Ritel 1.341.753 1.095.574 11.120 120,7
TKI - Bank Rakyat Indones ia 238 155 15 15,9
TKI - Bank Negara Indones ia 18 - 1 18,2
TKI - CTBC Bank 15 15 1 14,7
TKI - Internusa Tribuana Ci tra Multi finance 15 10 1 14,5
Jumlah - TKI 285 179 18 15,9
UMI - 990 5.262 708 1.874 2,8
Jumlah - UMI 5.262 708 1.874 2,8
Jumlah Total 2.228.300 1.733.256 55.116 40,4
Bank
Realisasi Penyaluran KUR 2018
Sumber: SIKP (diakses 04 Februari 2019)
Pergeseran jenis KUR Ritel lebih besar dari KUR Mikro yang diajukan oleh para
pelaku UMKM pada tahun 2018 berkorelasi dengan makro ekonomi di Provinsi
Jambi yang menunjukkan perkembangan positif. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan jenis usaha dari usaha kecil menjadi usaha menengah
sesuai dengan tujuan penyaluran KUR.
- 49 -
Tabel 2.18 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor Usaha
Akad
(dlm jutaan)
Outstanding
(dlm jutaan)Debitur
1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 1.311.818 1.047.820 29.402
2 Perikanan 25.511 17.210 555
3 Industri Pengolahan 47.375 35.681 1.326
4 Konstruksi 2.800 835 6
5 Perdagangan Besar & Eceran 711.710 534.121 20.393
6 Penyediaan Akomodasi & Makanan 24.910 18.426 422
7 Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 22.545 17.590 460
8 Real Estate, Persewaan & Jasa 6.338 5.037 86
9 Jasa Pendidikan 900 696 14
10 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 3.395 2.301 13
11 Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, & Hiburan 70.971 53.514 2.437
12 Jasa Perorangan Yang Melayani RT 15 10 1
13 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 15 15 1
Total 2.228.300 1.733.256 55.116
No Sektor UsahaRealisasi KUR 2018
Sumber: SIKP – Direktorat Sistem Manajemen Investasi (diakses 04 Februari 2019)
Sektor usaha yang paling besar menerima program KUR didominasi oleh sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan dengan nilai oustanding Rp1,04 triliun.
Diikuti oleh sektor perdagangan besar & eceran dengan nilai outstanding
Rp534,12 miliar dan sisanya (Rp151,3 miliar) terbagi ke 11 sektor lainnya. Hal
ini sejalan dengan sektor unggulan Provinsi Jambi yang memang terfokus pada
sektor pertanian (produksi sawit dan karet) dan pertambangan sebagai
komponen utama pembentuk angka PDRB.
- 50 -
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagaimana diatur didalam
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan dasar
pegelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan. APBD merupakan kerangka kebijakan publik
yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin
dalam pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan belanja daerah
merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu APBD juga
sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro
ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala permasalahan
pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang
sejahtera dan mandiri.
APBD Provinsi/Kabupaten/Kotamadya disusun berdasarkan 3 klasifikasi yaitu: Ekonomi,
Fungsi dan Urusan. Pada dasarnya APBD merupakan gambaran tentang ekonomi dan
kemajuan pembangunan dari suatu daerah terhadap penggunaan serta pemanfaatan
belanja daerah yang maksimal dan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya. Keberhasilan
APBD (perencanaan) yang tepat sasaran, dibutuhkan penggunaan anggaran sesuai
kebutuhan yang digunakan dengan efektif dan efisien. Dengan kata lain untuk menuju
sesuatu hasil yang maksimal dibutuhkan planning yang tepat dan terukur, sehingga pada
akhirnya sasaran pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicapai dan memberikan
dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
A. APBD TINGKAT PROVINSI
APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan
sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala
dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda
masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD selain dapat menunjukkan kebijakan
fiskal suatu daerah, juga sangat berguna untuk mengetahui komposisi anggaran dan
prioritas kegiatan suatu daerah. Untuk wilayah Provinsi Jambi, terdapat 12 (dua
belas) APBD pada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yaitu: Pemerintah
Provinsi Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci,
Kabupaten Merangin, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kota
- 51 -
Jambi dan Kota Sungai Penuh. Secara agregat (tabel 3.1), total APBD TA 2018 di
Provinsi Jambi nilainya cukup besar yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan masing-masing sebesar Rp17,58 triliun, Rp18,89 triliun, dan Rp1,33
triliun. Besarnya nilai APBD tersebut seharusnya mampu memberikan dampak
signifikan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.
Tabel 3.1 Profil APBD Provinsi Jambi Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam jutaan rupiah)
Uraian 2017 2018 Perubahan
(%)
Pendapatan 17.296.605 17.583.106 1,7
PAD 2.670.934 2.737.306 2,5
Pendapatan Transfer 14.376.148 14.443.524 0,5
Lain-lain Pend. Daerah yang Sah 249.523 402.275 61,2
Belanja 18.327.372 18.898.818 3,1
Belanja Operasi 11.736.112 12.216.127 4,1
Belanja Modal 4.249.362 4.154.894 (2,2)
Belanja Tidak Terduga 35.486 42.493 19,7
Transfer 2.306.413 2.485.304 7,8
Surplus/Defisit (1.030.767) (1.315.713) 27,6
Pembiayaan 1.069.163 1.330.710 24,5
Penerimaan Pembiayaan 1.149.865 1.424.508 23,9
Pengeluaran Pembiayaan 80.702 93.799 16,2 Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)
Secara agregat, rencana pendapatan daerah naik sebesar 1,7% menjadi Rp17,58
triliun, dan rencana belanja naik 3,1% menjadi Rp18,89 triliun. Dengan komposisi
tersebut, angka defisit meningkat hingga (27,6%) menjadi Rp1,32 triliun dibanding
tahun sebelumnya (Rp1,03 triliun). Dari profil APBD tersebut dapat diartikan bahwa
pemerintah daerah di Provinsi Jambi masih tetap berusaha ekspansif dengan
menjaga belanja daerah tetap lebih tinggi dibanding pendapatan daerah. Dari sisi
pendapatan, penerimaan dari Dana Transfer hanya naik 0,5% menjadi Rp14,4 triliun.
Sedangkan target PAD secara agregat naik hingga 2,5% (Rp2,73 triliun). Hal ini
mengindikasikan bahwa masing-masing Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
berupaya untuk mengurangi ketergantungan sumber penerimaan daerah dari dana
transfer.
Dari sisi belanja, alokasi belanja daerah naik sebesar 3,1% yang terdiri dari: belanja
operasi naik 4,1% menjadi Rp12,22 triliun (sebelumnya Rp11,74 triliun), belanja
modal turun hingga 2,2% dibandingkan tahun 2017 (Rp4,25 triliun) menjadi Rp4,15
triliun. Berikutnya, belanja tak terduga naik 19,7% dan belanja transfer naik 7,8%
menjadi Rp2,48 triliun (sebelumnya Rp2,3 triliun).
- 52 -
Dengan postur demikian (pagu belanja melebihi target pendapatannya), maka
secara agregat APBD di Provinsi Jambi menganut anggaran defisit dan harus ditutup
dengan pembiayaan yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
tahun anggaran sebelumnya. Anggaran yang bersifat ekspansif ini diharapkan
memberi efek daya tumbuh yang lebih besar dalam perekonomian. Namun demikian,
besarnya nilai SILPA tahun sebelumnya (2017) yang digunakan sebagai sumber
pembiayaan defisit tersebut secara implisit menunjukkan lemahnya kemampuan
pemerintah daerah dalam meng-eksekusi belanja daerah yang menyebabkan
besarnya nilai SILPA tahun sebelumnya.
B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah
hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah tersebut terdiri dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah,
yang dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pagu & Realisasi Pendapatan APBD se-Provinsi Jambi (2017-2018)
(dalam jutaan rupiah)
PAGU REALISASI PAGU REALISASI 2017 2018
PAD 2.670.934 2.700.378 2.737.306 2.589.886 101,1% 94,6%
Pajak daerah 1.608.793 1.748.036 1.718.133 1.797.614 108,7% 104,6%
Retribusi daerah 132.899 112.439 117.692 97.257 84,6% 82,6%
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan112.921 104.771 118.784 115.796 92,8% 97,5%
Lain-lain PAD yang sah 816.321 735.131 782.697 579.219 90,1% 74,0%
Pendapatan Transfer 14.376.148 14.208.329 14.443.524 13.720.939 98,8% 95,0%
Transfer Pempus - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil 1.364.216 1.836.495 1.251.514 1.266.765 134,6% 101,2%
Dana Alokasi Umum 8.410.592 7.957.603 8.289.433 8.166.975 94,6% 98,5%
Dana Alokasi Khusus 2.889.496 2.535.616 2.995.624 2.588.170 87,8% 86,4%
Transfer Pempus - Lainnya
Dana penyesuaian 1.065.376 1.221.151 1.249.177 1.119.316 114,6% 89,6%
Transfer Pemerintah Provinsi
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 543.269 518.112 573.150 501.787 95,4% 87,5%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 103.200 139.353 84.627 77.927 135,0% 0
Lain-lain Pendapatan yang sah 249.523 73.441 402.275 237.752 29,4% 59,1%
Pendapatan Hibah 99.084 56.905 384.055 237.597 57,4% 61,9%
Pendapatan Dana Darurat - - - - -
Pendapatan Lainnya 150.439 16.536 18.220 155 11,0% 0,9%
Total Pendapatan Daerah 17.296.605 16.982.148 17.583.106 16.548.577 98,2% 94,1%
URAIANTA 2017 TA 2018 Capaian
Sumber: LRA Pemda; DJPK (2018)
- 53 -
Pendapatan daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi
pemerintahan daerah adalah dari PAD, karena hal ini berarti pemerintah daerah
didorong untuk dapat meningkatkan kemandirian keuangannya. Realisasi
pendapatan daerah tahun 2018 mencapai Rp 16,55 triliun dengan rincian: PAD
sebesar Rp2,59 triliun, Pendapatan Transfer sebesar Rp13,7 triliun dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah sebesar Rp237,7miliyar.
Pada pos PAD hanya pajak daerah yang realisasinya mencapai target penerimaan
tahun 2018. Capaian realisasinya bahkan mencapai 104,6% dari target pajak daerah
2018, namun menurun dibandingkan dengan capaian realisasi tahun 2017 sebesar
108,7% dari target.
Grafik 3.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi
(dalam miliar rupiah)
Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)
Menilik realisasi pendapatan daerah 2011-2018, dominasi pendapatan daerah masih
bersumber dari pendapatan transfer (dana perimbangan). Realisasi pendapatan
transfer tahun 2011 naik hingga 2x lipat dibanding tahun 2018. Namun realisasi PAD
meningkat jauh lebih tinggi lagi, tahun 2011 sebesar Rp429 miliar menjadi Rp2,6
triliun pada tahun 2018 atau naik hampir 6x lipat. Fakta tersebut menunjukkan upaya
sungguh-sungguh pemerintah daerah untuk lebih mandiri dalam belanja daerahnya.
Upaya tersebut patut diapresiasi tinggi sebagai upaya pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan tingkat kemandirian daerahnya.
7.558
10.542
12.826 13.800 13.856
14.981 16.982 16.549
429 1.421 1.643 2.240 2.090 2.138 2.700 2.590
7.028
8.961
11.089 11.523 11.667 12.663
14.208 13.721
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Total Pendapatan PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yg Sah
- 54 -
Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi 2017-2018
Sumber: LRA Pemda (2018)
Komposisi sumber pendapatan daerah di Provinsi Jambi tahun 2018 tidak begitu
mengalami perubahan dibandingkan komposisi pada tahun sebelumnya. Secara
agregat, pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi masih tergantung pada
pendapatan dari Dana Perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Meskipun
begitu pemerintah daerah di Provinsi Jambi berusaha mengimbanginya dengan
meningkatkan pendapatan dari PAD sehingga secara fiskal, rasio ketergantungan
keuangan daerah di Provinsi Jambi turun menjadi 82% dari angka 83% di tahun 2017
atau dengan kata lain menjadi “sedikit” lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
C. JENIS BELANJA DALAM APBD
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja
Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat
ke Daerah.
1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan
Berdasarkan profil pagu belanja TA 2018 untuk urusan wajib (pelayanan dasar
dan non pelayanan dasar) porsinya mencapai 84,1% dari total pagu belanja
menurut urusan. Untuk urusan pilihan porsinya “hanya” 6,2% dari total alokasi dan
sisanya merupakan urusan penunjang dan lainnya. Berdasarkan porsi anggaran
terbesar menurut urusan berturut-turut yaitu: pendidikan (31,5%), pekerjaan
umum dan penataan ruang (28,9%) dan urusan kesehatan (18,0%). Besarnya
pagu anggaran urusan pendidikan dan urusan kesehatan telah memenuhi batas
minimal mandatory spending. Besarnya anggaran untuk administrasi
pemerintahan terkait dengan fungsi pemerintah daerah dalam pelayanan publik,
sedangkan besarnya alokasi untuk urusan pekerjaan umum dan penataan ruang
15,9%83,7%
PAD
Dana Transfer
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Tahun 2017
15,7%82,9%
1,4%
PAD
Dana Transfer
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Tahun 2018
- 55 -
mengindikasikan perhatian yang cukup tinggi untuk belanja infrastruktur dan
sarana umum.
Tabel 3.3 Profil Belanja APBD menurut Klasifikasi Urusan TA 2018
Belanja per Urusan TA 2017 TA 2018 Porsi (%)
Urusan Wajib Pelayanan Dasar 6.816.850.131.568 15.251.007.630.039 84,1%
Pendidikan 3.004.547.091.168 5.719.182.473.217 31,5%
Kesehatan 1.448.044.722.836 3.271.316.041.455 18,0%
Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 1.967.423.898.922 5.236.613.686.395 28,9%
Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 162.540.949.263 442.715.524.356 2,4%
Ketentraman & Ketertiban Umum, Perlind. Masyarakat 151.206.003.493 381.171.017.659 2,1%
Sosial 83.087.465.887 200.008.886.957 1,1%
Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar 819.076.332.939 1.768.622.984.004 9,7%
Tenaga Kerja 32.293.067.659 98.921.551.688 0,5%
Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak 37.488.295.738 94.675.698.619 0,5%
Pangan 65.278.202.368 87.694.434.851 0,5%
Pertanahan 3.989.162.000 347.577.320 0,0%
Lingkungan Hidup 121.789.653.283 294.813.473.430 1,6%
Kependudukan dan Catatan Sipil 57.680.914.432 92.261.884.009 0,5%
Pemberdayaan Masyarakat Desa 71.488.042.376 124.029.798.900 0,7%
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 55.887.008.272 99.528.382.734 0,5%
Perhubungan 85.958.293.773 192.168.838.595 1,1%
Komunikasi dan Informatika 59.957.039.773 105.409.656.796 0,6%
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 56.613.229.872 106.559.793.820 0,6%
Penanaman Modal 38.248.059.357 110.669.952.256 0,6%
Pemuda dan Olah Raga 89.958.232.836 205.201.774.647 1,1%
Statistik 510.497.960 0,0%
Persandian - 0,0%
Kebudayaan 18.249.628.761 67.579.739.152 0,4%
Perpustakaan 13.475.051.761 77.429.574.574 0,4%
Kearsipan 10.211.952.717 11.330.852.614 0,1%
Urusan Pil ihan 425.452.049.621 1.122.607.191.173 6,2%
Kelautan dan Perikanan 76.981.457.045 194.857.810.187 1,1%
Pariwisata 32.916.112.102 32.789.804.175 0,2%
Pertanian 249.522.914.265 584.460.133.819 3,2%
Perdagangan 38.574.563.797 63.010.795.222 0,3%
Kehutanan 7.577.472.100 118.590.781.706 0,7%
Energi dan Sumberdaya Mineral 65.000.000 38.626.359.940 0,2%
Perindustrian 18.340.565.211 89.600.063.504 0,5%
Transmigrasi 1.473.965.100 671.442.620 0,0%
Urusan Penunjang & Lainnya 9.387.404.851.092 756.580.685.922 4,2%
Total Belanja 17.448.783.365.220 18.142.237.805.216 Sumber: DJPK (2018; data sementara)
- 56 -
Grafik 3.3 Komposisi Pagu Belanja APBD Tahun 2018 Provinsi Jambi –
Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Sumber: SIKD (2018, data diolah)
Berdasarkan komposisi urusan wajib dan pilihan (grafik 3.3), porsi Pendidikan
merupakan porsi terbesar yaitu 33,6% selanjutnya diikuti oleh PUPR 30,8%.
Sedangkan pada urusan pilihan, porsi terbesar adalah urusan penunjang lainnya
hingga mencapai 40,3% dari total alokasi diikuti oleh pertanian dengan porsi
31,1%. Meskipun (pertanian) porsi dan nilainya masih kecil, namun sejalan
dengan potensi unggulan ekonomi Jambi yaitu di bidang pertanian dan
perkebunan. Hal yang perlu dicermati lebih lanjut dari profil belanja diatas adalah
besarnya porsi anggaran untuk urusan pendidikan (33,6%), namun fakta lain
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terdidik justru cukup tinggi. Porsi
urusan pertanian, perdagangan, dan industri sangat minim. Sehingga dengan
porsi anggaran yang tidak berbasis pada tujuan dan kompetensi daerah maka
resikonya adalah dampak belanja daerah tidak akan terlalu optimal dan bisa
diharapkan dalam memperbaiki indikator makro daerah.
2. Rincian Belanja Daerah menurut Jenis Belanja (sifat ekonomi)
Terdapat dua model klasifikasi ekonomi untuk belanja daerah, yaitu diatur dengan
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
daerah sebagaimana telah mengalami perubahan terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 tahun 2011 dan model yang diatur dengan Permendagri Nomor 64
tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah.
33,6%
19,2%
30,8%
2,6%
2,2%
1,2%
10,4%
Pendidikan
Kesehatan
Urusan Wajib
10,4%
1,7%
31,1%3,4%
6,3%
2,1%
4,8%0,0%
40,3%
Kelautan dan Perikanan Pariwisata
Pertanian Perdagangan
Kehutanan ESDM
Perindustrian Transmigrasi
Urusan Penunjang & Lainnya
Urusan Pilihan & Penunjang Lainnya
- 57 -
Tabel 3.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Provinsi Jambi
(Format Permendagri Nomor 64 tahun 2013 – SAP dalam jutaan rupiah)
PAGU REALISASI PAGU REALISASI 2017 2018
Belanja Operasi 10.992.133 10.362.771 12.216.127 10.700.630 94,27 87,59
Belanja Pegawai 7.073.858 6.186.082 7.199.487 6.482.895 87,45 90,05
Belanja Barang 3.536.247 3.137.415 4.083.775 3.362.769 88,72 82,34
Belanja Subsidi 14.907 14.571 18.882 17.488 97,74 92,62
Belanja Hibah 757.303 754.099 743.148 702.514 99,58 94,53
Belanja Bantuan Sosial 35.138 28.917 39.769 36.898 82,30 92,78
Belanja Bantuan Keuangan 318.658 241.688 131.067 98.067 75,85 74,82
Belanja Modal 4.249.362 3.848.110 4.154.894 3.435.449 90,56 82,68
Belanja Tidak Terduga 35.486 10.479 42.493 11.041 29,53 25,98
Transfer 1.427.824 1.602.867 2.485.304 2.325.680 112,26 93,58
Belanja Bagi hasil kpd
Prov/Kab/Kota dan Pemdes572.232 530.491 607.314 593.662 92,71 97,75
Belanja Bantuan keuangan kpd
Prov/Kab/Kota dan Pemdes855.593 1.072.376 1.877.990 1.732.017 125,34 92,23
Jumlah Belanja 17.448.783 15.824.227 18.898.818 16.472.799 90,69 87,16
URAIANTA 2017 TA 2018 Capaian (%)
Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)
Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018
Sumber: LRA Pemda 2018
Realisasi belanja daerah tahun 2018
(grafik 3.4) porsinya masih didominasi
Belanja Operasi sebesar 64,96%.
Utamanya belanja pegawai sebesar
39,4% (TA 2016 sebesar 37,6%) dan
belanja barang 20,4%. Adapun porsi
belanja modal menurun (dibanding
2017) menjadi 20,9%. Kemudian, porsi
belanja transfer meningkat menjadi
14,1% dibanding tahun sebelumnya
(13,6%).
Dengan komposisi tersebut dapat diartikan bahwa 39,4% dari realisasi belanja
daerah tahun 2018 digunakan untuk membayar belanja wajib, yaitu belanja
pegawai. Tingginya porsi belanja pegawai tersebut menyebabkan berkurangnya
fleksibilitas pemerintah daerah untuk mengalokasikan dananya pada belanja-
belanja (seperti infrastruktur) yang dapat membantu mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Belanja Pegawai
39,4%
Belanja Barang20,4%
Belanja Hibah4,3%
Belanja Bantuan
Keuangan 0,6%
Belanja Modal20,9%
Transfer14,1%
- 58 -
D. PENGELOLAAN BLU DAERAH
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah
Tabel 3.5 Profil dan Layanan BLU Daerah di Provinsi Jambi Tahun 2018
(dalam ribuan rupiah)
Pemda Induk Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM
UPTD Akademik Farmasi Pemprov Jambi 1.759.024.440 600.000.000 2.563.879.456
UPTD Akademik Analis
Kesehatan
Pemprov Jambi 802.767.794 1.533.812.500 3.796.856.928
UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan
Pemprov Jambi 1.576.060.664 1.050.000.000 4.452.846.716
Rumah Sakit Daerah Pemprov Jambi 393.651.511.382 110.000.000.000 371.614.274.917
Jenis Layanan/
Nama BLUD
Kesehatan
Sumber: Pemda, LK BLUD Jambi (2018)
Tata kelola BLUD di Provinsi Jambi masih dominan di sektor pelayanan
kesehatan. Dengan adanya tata kelola BLUD menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah.
2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah
Tabel 3.6 Perkembangan Aset BLUD di Provinsi Jambi (dalam ribuan rupiah)
2017 2018
1 UPTD Akademik Farmasi 605.559.556 1.759.024.440
2 UPTD Akademik Analis Kesehatan 53.712.453 802.767.794
3 UPTD Balai Laboratorium Kesehatan 1.763.673.116 1.576.060.664
4 Rumah Sakit Daerah 319.595.501.044 393.651.511.382
No Nama BLUDNilai Aset
Sumber: Neraca BLUD (2018)
Terlihat bahwa BLUD di Provinsi Jambi kebanyakan mengalami peningkatan
aset. Aset pada UPTD Akademik Farmasi meningkat 2,9x dibanding tahun
sebelumnya, UPTD Akademik Analis Kesehatan meningkat 15x dibanding
tahun sebelumnya, UPTD Balai Laboratorium Kesehatan menurun 0,8x dan
Rumah Sakit Daerah meningkat 1,2x dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi BLUD di Provinsi Jambi TA 2018 (dalam ribuan rupiah)
PNBP Sumber RM PNBP Sumber RM
1 UPTD Akademik Farmasi 1.333.808.856 2.075.436.729 1.489.269.908 1.484.227.133
2.
UPTD Akademik Analis
Kesehatan 1.312.578.881 2.629.603.204 1.502.724.976 2.533.943.624
3
UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan 1.029.501.208 5.639.235.111 1.409.476.647 3.554.434.474
4 Rumah Sakit Daerah 109.055.393.050 292.404.225.331 122.472.080.724 333.361.469.236
No Nama BLUD2017 2018
Sumber: LRA BLUD (2018)
- 59 -
Berdasarkan tabel 3.7 dapat terlihat bahwa pada tahun 2018 PNBP di Provinsi
Jambi mengalami peningkatan sedangkan pada sumber RM mayoritas
menurun. Hal ini menunjukan bahwa BLUD di Provinsi Jambi dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya dengan pendapatan layanannya.
3. Analisis legal
Peraturan induk pengelolaan BLU yaitu PP nomor 23/2005 jo PP nomor 74/2012
tentang Pengelolaan BLU dan Permendagri nomor 61/2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD. Secara umum, BLUD di Provinsi Jambi
telah memenuhi aspek legal sesuai peraturan dan ketentuan terkait. Namun,
yang perlu menjadi perhatian adalah masih adanya perbedaan cara pandang
dalam pengelolaan keuangan di beberapa pemerintah daerah yang dapat
menghambat kinerja dari BLUD dimaksud.
Tabel 3.8 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLUD di Provinsi Jambi
No Aspek PP Nomor 23/2005 jo
PP No.74/2012
Permendagri
No. 61/2007
Peraturan
Gubernur
Peraturan Bupati
/Walikota
1 Kelembagaan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
2 Tata Kerja Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
3 SDM Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
4 Pengendalian Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Sumber: Pemda & BLUD se-Provinsi Jambi (2018)
Berdasarkan tabel 3.8 dapat dijelaskan bahwa BLUD di Provinsi Jambi dalam
menjalankan pengelolaan BLUD telah memenuhi aspek legal sesuai dengan
ketentuan berlaku.
E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH
1. Bentuk Investasi Daerah
Sesuai Permendagri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelola
Investasi Pemerintah Daerah, Investasi Pemerintah adalah penempatan
sejumlah dana dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah daerah dalam
jangka Panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi
langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. Bentuk
investasi daerah tersebut dapat berupa investasi surat berharga dan/atau
investasi langsung.
- 60 -
Tabel 3.9 Bentuk Investasi Daerah di Provinsi Jambi
No Bentuk Investasi TA 2016 TA 2017
1. Surat Berharga 0 0
Pembelian Saham 0 0
Pembelian Surat Utang 0 0
2. Investasi Langsung 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699
Penyertaan Modal Pemda 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699
Pemberian Pinjaman 0 0
Jumlah Investasi 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699 Sumber: LKPD Pemda Audited (2017)
2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah
Tabel 3.10 Jenis dan Nilai Investasi pada BUMD di Provinsi Jambi
No BUMD TA 2016 TA 2017
1 PDAM Tirta Sakti 79.234.214.103 85.393.032.912
2 PT BPD Jambi 638.938.580.599 697.609.310.232
3 PT Riau Airlines 6.000.000.000 6.000.000.000
4 Bank Uncang Sakti 4.000.000.000
5 PDAM Tirta Muaro 114.859.299.464 117.035.882.038
6 THC 4.679.803.619 3.707.826.718
7 PD Muaro Jambi 4.000.000.000 4.000.000.000
8 PDAM Tirta Sako Batuah 31.020.478.891 41.658.060.890
9 PD Serumpun Pseko 71.330.182.484 91.967.764.483
10 PDAM Tirta Batang Hari 1.825.472.498 5.000.000.000
11 PT Jambi Indoguna Internasional 2.179.439.141 1.790.206.044
12 PT Asuransi ASKRIDA 1.190.000.000 1.190.000.000
13 PDAM Tirta Mayang 77.829.676.380 79.729.300.093
14 PD Jabung Barat Sakti 13.599.479.105 6.569.268.065
15 PD BPR Tanggo Rajo 28.049.559.790 33.932.555.012
16 PDAM Tirta Pengabuan 39.466.459.856 47.588.854.146
17 PDAM Tirta Merangin 20.835.661.877 21.008.508.065
Sumber: LKPD Pemda Audited (2017)
Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi dalam melakukan investasi pada BUMD
sebagian besar teralokasi pada sektor perbankan dan penyediaan air.
F. SILPA DAN PEMBIAYAAN
1. Perkembangan surplus/defisit APBD
a. Rasio surplus/defisit terhadap aggregat pendapatan, rasio ini untuk
mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap pendapatan,
yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam menghimpun
pendapatan untuk meng-cover belanja, atau penghematan belanja dengan
kondisi pendapatan tertentu.
Rasio surplus/defisit thd pendapatan
= Surplus atau Defisit
Total Pendapatan APBD
- 61 -
Grafik 3.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per
Kabupaten/Kota
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)
Pada tahun 2017 terlihat bahwa pemerintah daerah pada Provinsi Jambi
dominan yang memiliki rasio positif, artinya terjadi surplus dan realisasi
pendapatan lebih besar dibandingkan realisasi belanja daerah. Pada tahun
2018 masih terjadi hal serupa. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan
rendahnya capaian penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah
penyerapannya dibawah 90%. Terlebih lagi fakta menunjukkan bahwa
penyerapan anggaran hanya menumpuk di triwulan III-IV tahun 2018.
b. Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I), rasio ini
untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah
satu sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer. Hal
ini dapat menunjukkan ekses likuiditas pemerintah daerah pada semester I
akibat frontloading pencairan dana transfer.
Rasio surplus/ defisit thd Dana Transfer
= Surplus atau defisit Semester I
Total realisasi dana transfer
Grafik 3.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer (Semester I)
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)
(2,3)
3,0
(8,4)
4,2 1,4
9,9
(6,7)
5,4
(3,9)
3,9 3,3
(1,9)
-30
-20
-10
0
10
20
Prov.Jambi
Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi S. Penuh
2017 2018
0,22 0,190,54
0,370,00
0
1
2
3
4
5
Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi S. Penuh
2017 (Semester 1) 2018 (Semester 1)
- 62 -
Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk
mengevaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang
sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas.
c. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB, indikator ini menggambarkan
kesehatan ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut
mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk membiayai
hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah.
Rasio surplus/ defisit thd PDRB
= Surplus atau defisit APBD
PDRB
Batas maksimal defisit APBN adalah 3% dari PDB, dan defisit APBD dibatasi
maksimal 3% dari PDRB. Dalam rangka pengelolaan keuangan negara yang
prudent, defisit anggaran sebesar 3% merupakan kondisi “aman” dalam
menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).
Grafik 3.7 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB per Kabupaten/Kota
Sumber: BPS dan LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)
Rasio surplus/defisit terhadap PDRB Jambi berada pada kisaran normal.
bahkan beberapa daerah masih surplus. Hal ini menggambarkan bahwa
seluruh pemerintah daerah masih “aman” menjaga fiskalnya (fiscal
sustainability).
d. Rasio SILPA terhadap alokasi belanja, rasio ini menceriminkan proporsi
belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah
daerah
Rasio SILPA = Jumlah SILPA
Total belanja APBD
0,34
-0,83
0,830,21
0,85
-0,62
0,23
-0,24
0,43 0,46
-0,34
-11
-6
-1
5
Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun Tanjab Barat TanjabTimur
Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh
2017
2018
- 63 -
Grafik 3.8 Rasio SILPA terhadap alokasi belanja per Kabupaten/Kota
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja pada tahun 2018 semakin meningkat
hal ini membuktikan bahwa pemerintah daerah pada Provinsi Jambi belum
efektif dalam melakukan kegiatannya, dengan rasio terkecil 4,8%
(Kabupaten Batanghari) dan rasio terbesar 35,5% (Kabupaten Tanjung
Jabung Barat).
2. Pembiayaan daerah
a. Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total
pembiayaan, rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang
dilakukan daerah ataupun penerbitan obligasi daerah untuk membiayai
defisit APBD.
Rasio Pinjaman Daerah
= Realisasi pinjaman daerah atau obligasi
daerah
Total realisasi pembiayaan
Untuk wilayah Provinsi Jambi belum terdapat pemerintah daerah yang
melaksanakan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit APBD-
nya.
b. Keseimbangan primer, rasio ini mencerminkan indikasi likuiditas. Semakin
besar surplus keseimbangan primer, maka semakin baik kemampuan untuk
membiayai defisit.
Keseimbangan primer
= Total Pendapatan APBD – Total Belanja APBD – Belanja Bunga
22,1%
4,8%
16,7%14,0%
7,4%
23,5%
17,8%
35,5%
20,1%
15,6%
10,6%
19,7%
-5%
5%
15%
25%
35%
Prov.Jambi
Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi S. Penuh
2017 2018
- 64 -
Grafik 3.9 Keseimbangan Primer per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)
Dikarenakan tidak terdapat belanja bunga, maka angka keseimbangan
primer sama dengan angka keseimbangan umum atau surplus/defisit.
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dari penganggarannya,
pemerintah daerah di provinsi Jambi menganut anggaran defisit dengan
sumber utama pembiayaan dari SILPA tahun anggaran sebelumnya.
Selama tahun 2018 tidak ada penerimaan pembiayaan selain dari SILPA
tahun sebelumnya dan Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen
Lainnya.
G. ANALISIS LAINNYA
1. Analisis Horizontal dan Vertikal
Analisis horizontal dan vertikal digunakan untuk menginformasikan dan menilai
kinerja pelaksanaan APBD di suatu wilayah.
a. Analisis Horizontal
Capaian realisasi PAD se-Provinsi Jambi (agregat) mencapai 94,6% dari
target, terutama disumbang oleh Pemerintah Provinsi Jambi yang
mendominasi dengan porsi hampir 59,2% dari total PAD di Provinsi Jambi.
Terdapat 3 daerah yang melampaui target PAD-nya yaitu Provinsi Jambi,
Muaro Jambi dan Kota Jambi. Selain itu, capaian PAD berkisar antara
39,1% (Kabupaten Kerinci) sampai dengan 104,7% (Kabupaten Muaro
Jambi).
(50)
(25)
-
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh
2017 2018
- 65 -
Grafik 3.10 Capaian Realisasi PAD per Kabupaten/Kota (dalam miliar rupiah)
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)
Masih rendahnya capaian target PAD pada beberapa pemerintah daerah
menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah tersebut dalam
meningkatkan kemandirian fiskal daerahnya. Salah satu upaya pemerintah
pusat untuk membantu rendahnya kemandirian fiskal daerah yaitu
pemberian insentif tambahan dana transfer, bagi daerah yang memiliki
kemandirian fiskal yang rendah, namun berhasil meningkatkan angka
capaian indikator makro daerah.
Grafik 3.11 Komposisi Realisasi PAD Per Kabupaten/Kota Tahun 2018
Sumber: LRA Pemda unaudited & DJPK (2018; data diolah)
Komposisi PAD dari masing-masing daerah di Provinsi Jambi beragam
tergantung karakteristik dan potensi daerahnya. Pemerintah Provinsi Jambi
dan Pemerintah Kota Jambi mengandalkan sumber PAD dari pajak daerah
berturut-turut dengan porsi 85,1% dan 63,6%. Sedangkan beberapa daerah
sumber Lain-lain PAD yang sah lebih dominan dibanding Pajak ataupun
Retribusi Daerah.
102,9%
84,0% 82,1%
39,1%
90,7%
104,7%99,9%
71,5%80,0%
58,4%
100,9%
76,9%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh
Pagu Realisasi Capaian (%)
85,1%
37,0%
28,1%
36,1%
25,1%
61,1%
50,9%
32,0%
43,5%
50,0%
63,6%
25,6% 32,5%
11,6%
47,9%
64,8%
33,5%
63,4%
19,5%
39,6%
53,9%
34,9%
29,2%
21,9%
33,5%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Prov. Jambi
Batanghari
Bungo
Kerinci
Merangin
Muaro Jambi
Sarolangun
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Tebo
Kota Jambi
Kota S. Penuh
Pajak daerah Retribusi daerah
Hsl penglln kkyaan daerah yg dipisahkan Lain-lain PAD yang sah
- 66 -
b. Analisis Vertikal
Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan
Tabel 3.11 Rasio PAD di wilayah Provinsi Jambi
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PAD 1.643 2.240 2.090 2.138 2.700 2.590
Pendapatan Transfer 11.089 11.523 11.667 12.663 14.208 13.721
Pendapatan Daerah 12.826 13.800 13.833 14.981 14.981 16.311
Rasio PAD 12,81% 16,23% 15,11% 14,27% 18,02% 15,88%
Rasio Dana Transfer 86,46% 83,50% 84,34% 84,52% 94,84% 84,12%
PDRB (ADHB) 132.020 153.857 155.110 171.711 189.868 208.378
Rasio PAD thd PDRB 1,24% 1,46% 1,35% 1,25% 1,42% 1,24%
Sumber: LRA Pemda unaudited; BPS (2018; data diolah)
Rasio PAD tahun 2018 meningkat seiring dengan tercapainya sebagian
besar target PAD pemerintah daerah tahun 2018. Rasio PAD naik hingga
18,02% dari 14,27%, rasio Dana Transfer juga naik menjadi 94,84%
dibandingan tahun 2017 sebesar 84,52%. Meskipun rasio Dana
Perimbangan meningkat, namun pemerintah daerah di Provinsi Jambi
berusaha mengimbanginya dengan meningkatkan pendapatan dari PAD
sehingga secara rata-rata fiskal tingkat kemandirian daerah di Provinsi Jambi
juga naik. Tren rasio PAD terhadap PDRB di atas mencerminkan masih
terdapat potensi pajak dan retribusi daerah di Provinsi Jambi yang belum
digali optimal.
Grafik 3.12 Komposisi Pendapatan Daerah Per Kabupaten/Kota 2018
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)
Berdasarkan komposisinya masih terlihat bahwa tingkat ketergantungan
pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi terhadap pemerintah pusat
38,1%
8,2%
9,7%
3,3%
6,7%
6,2%
11,0%
7,7%
3,5%
4,3%
21,2%
4,7%
61,9%
91,1%
90,1%
96,2%
89,7%
93,7%
89,0%
92,3%
96,5%
83,5%
76,6%
93,7%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Prov. Jambi
Batanghari
Bungo
Kerinci
Merangin
Muaro Jambi
Sarolangun
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Tebo
Kota Jambi
Kota S. Penuh
PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang sah
- 67 -
masih sangat tinggi. Meskipun Pemerintah Provinsi Jambi mayoritas
pendapatannya masih berasal dari transfer dari pemerintah pusat, namun
dibandingkan dengan pemerintah daerah yang lain, rasio kemandiriannya
jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 38,1%. Diikuti Pemerintah Kota Jambi dengan
rasio PAD sebesar 21,2%. Selain itu, rasio PAD terendah tercatat 3,3%
(Kabupaten Kerinci) hingga 11,0% (Kabupaten Sarolangun).
Hal yang perlu dipahami dari tingginya ketergantungan anggaran terhadap
pemerintah pusat, akan sangat membatasi ruang gerak pemerintah daerah
di dalam menyusun program dan kegiatan. Secara akumulasi hal ini semakin
memperlebar ketimpangan pembangunan antar masyarakat dan antar
daerah.
Kontribusi Belanja Modal terhadap Total Belanja
Grafik 3.13 Komposisi Realisasi Belanja Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2018
Sumber: LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)
Kota Sungai Penuh memiliki rasio belanja pegawainya paling rendah yaitu 39,4%.
Sedangkan pemerintah daerah lainnya memiliki rasio belanja pegawai tercatat
antara 33,8% (Provinsi Jambi) hingga 46,2% (Kabupaten Muaro Jambi). Untuk
Belanja Modal, Kabupaten/Kota yang memiliki rasio belanja modal cukup besar
adalah Kota Jambi sebesar 28,4% dan rasio terkecil terdapat pada Kabupaten
Batanghari sebesar 12,7%
2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan Keuangan Daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum
33,85%
37,64%
41,94%
40,95%
43,41%
46,22%
45,00%
39,66%
37,83%
42,88%
43,14%
30,22%
18,97%
27,82%
23,54%
15,25%
19,31%
14,92%
20,44%
20,22%
19,03%
13,57%
25,76%
29,78%
18,84%
12,74%
15,46%
16,81%
15,76%
24,22%
20,69%
24,33%
28,31%
25,17%
28,36%
26,31%
28,34%
21,79%
19,06%
26,99%
21,52%
14,64%
13,87%
15,79%
14,83%
18,39%
2,74%
13,69%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Prov. Jambi
Batanghari
Bungo
Kerinci
Merangin
Muaro Jambi
Sarolangun
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Tebo
Kota Jambi
Kota S. Penuh
Pegawai Barang Modal Lainnya
- 68 -
APBD (tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, Dana Pinjaman
lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
pengeluaran tertentu) yang digunakan untuk membiayai tugas pemerintahan
daerah setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin, sebagaimana dimaksud dalam peraturan yang mengatur
tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. Formula peta kapasitas fiskal:
𝐾𝐹 =(𝑃𝐴𝐷 + 𝐷𝐵𝐻 + 𝐷𝐴𝑈 + 𝐿𝑃) − 𝐵𝑃
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛
KF = Kapasitas Fiskal PAD = Pendapatan Asli Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil DAU = Dana Alokasi Umum
LP = Lain-lain Pend. daerah yang sah BP = Belanja Pegawai
Grafik 3.14 Peta Kapasitas Fiskal Provinsi wilayah Sumatera 2015-2018
Sumber: PMK Nomor 33/PMK.07/2015; 37/PMK.07/2016; 119/PMK.07/2017; 107/PMK.07/2018
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.07/2018 tentang
Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Menteri Keuangan telah menetapkan indeks
Kapasitas Fiskal untuk masing-masing daerah di Indonesia. Berikut Peta
Kapasitas Fiskal Provinsi untuk wilayah Sumatra dan peta Kapasitas Fiskal
Kabupaten/Kota untuk wilayah Jambi:
Untuk wilayah Sumatera (grafik 3.15), Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera
Selatan tergolong dalam daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi (0,823 ≤
iKFD < 1,531). Berikutnya, Aceh, Sumatera Barat, dan Lampung daerah dengan
kapasitas fiskal sedang (0,530 ≤ iKFD < 0,823), sedangkan Jambi merupakan
daerah dengan kapasitas fiskal rendah (0,351 ≤ iKFD < 0,530). Serta Bengkulu,
satu-satunya daerah dengan kapasitas fiskal sangat rendah (iKFD ≤ 0,351).
1,02
0,79
0,53
1,06
0,46
1,16
0,31
0,56
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung
- 69 -
Grafik 3.15 Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota Wilayah Jambi 2015-2018
Sumber: PMK Nomor 33/PMK.07/2015; 37/PMK.07/2016; 119/PMK.07/2017; dan 107/PMK.07/2018
Untuk peta kapasitas fiskal kab/kota, Kota Jambi, termasuk daerah dengan
kemampuan kapasitas tinggi (iKFD). Kabupaten Sarolangun dan Tanjung
Jabung Barat termasuk daerah dengan kemampuan kapasitas fiskal sedang
(0,770 ≤ iKFD < 1,137). Untuk Kabupaten Bungo, Muaro Jambi, dan Tebo
merupakan daerah dengan kategori kapasitas fiskal rendah (0,548 ≤ iKFD <
0,770). Sedangkan Kabupaten Batanghari, Kerinci, Merangin, Tanjung Jabung
Timur dan Kota Sungai Penuh termasuk kategori daerah dengan kapasitas fiskal
sangat rendah (iKFD ≤ 0,548).
0,416
0,584 0,54
0,32
0,7560,874
1,102
0,4880,605
1,264
0,405
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi SungaiPenuh
- 70 -
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun
berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. Pada
tingkat wilayah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyusun LKPK Tingkat Wilayah
yang mengonsolidasikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah
dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian di wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jambi
s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 (dalam miliar rupiah)
2017
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 5.081,15 15.868,68 20.949,83 -1,1% 21.177,73
Pendapatan Perpajakan 4.509,99 1.797,61 6.307,61 5,7% 5.967,50
Pendapatan Bukan Pajak 571,16 14.071,07 14.642,22 -3,7% 15.210,23
Belanja Negara 20.131,74 15.795,90 22.028,01 -2,1% 22.490,17
Belanja Pemerintah 6.232,11 14.046,99 20.279,10 -1,5% 20.591,00
Transfer 13.899,64 1.748,91 1.748,91 -7,9% 1.899,17
Surplus/(Defisit) (15.051) 73 (1.078) -17,8% (1.312)
Pembiayaan - 1.153,64 1.153,64 7,2% 1.075,81
Penerimaan Pembiayaan Daerah - 1.243,80 1.243,80 8,1% 1.150,38
Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 90,16 90,16 20,9% 74,57
Sisa Lebih (Kurang)
Pembiayaan Anggaran (15.051) 1.226 75 -131,9% (237)
Uraian2018
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah) Catatan: *) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.
Pendapatan negara konsolidasi mengalami sedikit penurunan namun masih
terbantu dengan adanya perbaikan kinerja di sektor perpajakan. Sedangkan
pada realisasi belanja konsolidasi berkurang sebesar 2,1% mengakibatkan
defisit dan SILPA berkurang masing masing sebesar 17,8% dan 131,9%.
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
- 71 -
periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi).
Analisis terhadap Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government
Revenue) atau pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan atas:
1) Proporsi realisasi Pendapatan Perpajakan Konsolidasian dan PNBP
Konsolidasian terhadap total Pendapatan konsolidasian. Perbandingan
komposisi pendapatan, yaitu: antara Pendapatan Pemerintah Pusat dan
pemerintah daerah, antara Pendapatan Perpajakan dan PNBP, dan lain-lain.
2) Perubahan total Pendapatan Konsolidasian dibandingkan tahun sebelumnya,
dan elaborasi penyebab kenaikan atau penurunan tersebut, serta kemungkinan
rekomendasi yang diajukan dalam kaitan hubungan keuangan Pusat dan
Daerah.
3) Perhitungan rasio, seperti tax ratio, berdasarkan perhitungan Pendapatan
Perpajakan konsolidasian Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah. Analisis
dapat dilakukan dengan membandingan tax ratio antar pemkab/kota dalam
wilayah Provinsi.
Tax ratio dihitung dengan formula:
Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah
PDRB Provinsi
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan,
PNBP, hibah dan transfer dana bantuan ke desa.
Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian
di Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV TA 2018 dan 2017
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
Pada 2018 perbandingan PNBP konsolidasian terhadap total pendapatan
konsolidasian sebesar 69,89% atau sebesar Rp14,64 Triliun. Pendapatan pajak
2017 2018
Pendapatan Perpajakan 5.968 6.308
Pendapatan Bukan Pajak 15.210 14.642
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
MIL
IAR
RP
- 72 -
sebesar 30,11% dan terdiri dari 75,75% pererimaan perpajakan pemerintah
daerah. Pendapatan konsolidasian mengalami penurunan sebesar 1,08% bila
dibandingkan tahun sebelumnya.
Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Penerimaan Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018
(dalam miliar rupiah)
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
2. Analisis Perubahan
Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan
Daerah terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Jambi
s.d. Triwulan IV Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
Realisasi penerimaan perpajakan konsolidasian s.d. triwulan IV sebesar Rp6,21
triliun. Proporsi pajak dalam negeri pemerintah pusat (Rp4,4 triliun) dan
pemerintah daerah (Rp1,79 triliun) terhadap penerimaan perpajakan
konsolidasian masing-masing mencapai 70,06% dan 28,50%, sedangkan
sisanya disumbang pajak perdagangan internasional.
5.081 4.510
15.869
1.798 13.061
P E N D A P A T A N P E N D . P E R P A J A K A N
P E N D . B U K A N P A J A K
H I B A H T R A N S F E R
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
4.419
91
1.798
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
- 73 -
3. Rasio Pajak (Tax Ratio)
Rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu
daerah terhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan
jumlah pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga
menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan
baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.
a. Rasio pajak Konsolidasian Provinsi Jambi
Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Provinsi Jambi pada
tahun 2018 mencapai 3,02%, jauh lebih rendah dibanding target rasio pajak
nasional sebesar 10,9%. Rasio pajak di wilayah Provinsi Jambi tersebut
sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 2,26%.
Tabel 4.2 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018
Tahun 2017 Tahun 2018
Penerimaan Perpajakan Konsolidasian 4.300.479.717.439 6.307.607.770.638
PDRB Provinsi Jambi 189.868.100.000.000 208.378.600.000.000
Rasio Pajak 2,26 3,02%
Sumber: LKPK Kanwil DJPB, BPS (2018; data diolah)
Penurunan rasio pajak ini menunjukkan bahwa walaupun penerimaan pajak
di wilayah Jambi mengalami kenaikan, namun kenaikan tersebut lebih rendah
dari kenaikan potensi perpajakan yang dapat diterima oleh pemerintah.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah hendaknya dapat lebih
mengoptimalkan usaha intensifikasi penerimaan perpajakan sehingga dapat
meningkatkan penerimaan perpajakan.
4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan
Konsolidasian
Dengan tersedianya data realisasi pendapatan konsolidasian pemerintah pusat
dan daerah, maka pendapatan di suatu daerah dapat diperluas tidak hanya pada
PAD yang diterima Pemerintah Daerah namun mencakup seluruh penerimaan
pemerintah pusat dan daerah di wilayah tersebut yang terdiri:
1. Pendapatan pajak daerah,
2. Retribusi dearah,
3. Hasil pengelolaan kekayaan derah yang dipisahkan dan
4. Lain-lain PAD yang sah.
5. Penerimaan Perpajakan, PNBP dan Pendapatan BLU Pemerintah Pusat
- 74 -
Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah di wilayah Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018
Sumber: LKPK Kanwil DJPB; BPS (2018; data diolah)
Pada 2018, output ekonomi Jambi (atas dasar harga konstan) mencapai
Rp142,99 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71% (yoy). Sedangkan
pada periode yang sama, pendapatan yang diterima pemerintah daerah dan
pemerintah pusat terealisasi sebesar Rp6,59 triliun atau naik sebesar 5,69%.
Meningkatnya capaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk
menggali potensi penerimaan baik dari sektor perpajakan (tingkat kepatuhan
wajib pajak) maupun dari PNBP (optimalisasi pengelolaan aset idle pemerintah).
Berikutnya, masih rendahnya tax ratio dan besarnya selisih (gap) nilai
pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut, menunjukkan bahwa
sebenarnya masih terdapat potensi penerimaan dari aktivitas perekonomian
yang belum dioptimalkan pada penerimaan pemerintah daerah.
C. BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode
pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal
(berelasi).
Analisis terhadap Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending)
atau Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan atas:
1) Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal terhadap
total Belanja konsolidasian.
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial.
Uraian 2017 2018
Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan
Penerimaan
Perpajakan 5.967.501.217.447 14,14% 6.307.607.770.638 5,69%
PNBP 724.098.701.459 22,62% 742.587.988.254 2,55%
Total 6.691.599.918.906 15,93% 7.050.195.758.892 5,35%
PDRB/Pert. Ekonomi 136,56 T 4,76% 142,99 T 4,71%
- 75 -
Sedangka belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung
dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.
2) Perubahan realisasi Belanja Konsolidasian tahun pelaporan dibandingkan tahun
sebelumnya, dilengkapi dengan elaborasi penyebab kenaikan atau penurunan
tersebut, serta kemungkinan rekomendasi yang diajukan.
3) Perhitungan rasio, seperti rasio Belanja per kapita (spending per citizen). Rasio
ini merupakan perbandingan antara realisasi Belanja dibagi jumlah penduduk.
Analisis Belanja per kapita dapat digunakan sebagai analisis perbandingan
belanja antar pemkab/kota. Analisis dapat diperdalam hingga rasio belanja per
kapita berdasarkan fungsi dan dibandingkan dengan statistik terkait, misalnya
perbandingan antara Rasio Belanja Pendidikan per kapita dengan Indeks
Pembangunan Manusia antar pemkab/kota.
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Jambi 2018
(dalam miliar rupiah)
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah);
Berdasarkan jenis belanja, porsi belanja operasi masih didominasi oleh belanja
pegawai dan belanja barang masing-masing 34,09% dan 23,26% dari total
belanja dan transfer konsolidasian. Sedangkan porsi belanja modal hanya
sebesar 18,84% dari total belanja dan transfer konsolidasian. Masih kecilnya
porsi belanja modal dibanding belanja barang, maka belanja/pengeluaran yang
dilakukan harus difokuskan pada jenis program atau kegiatan yang mampu
memberikan dampak langsung terhadap perekonomian (stimulus ekonomi)
sehingga pertumbuhan ekonomi Jambi menjadi lebih optimal.
2.273 2.557 1.387
- - - 15 -
Pem. Pusat; 13.900
6.450
3.396 3.435
- 17 703
35 11
Pem. Daera…
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
PembayaranBunga Utang
Subsidi Hibah BelanjaBantuan
Sosial
Belanja Lain-lain
Transfer
- 76 -
36,5%
26,8%24,5%
3,5%
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
PembayaranUtangSubsidi
Hibah
Belanja BantuanSosialBelanja Lain-lain
2017
2. Analisis Perubahan
Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
Secara umum, komposisi belanja konsolidasian s.d. triwulan III 2017 tidak terlalu
berbeda jauh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Terbesar masih belanja pegawai 39,6% dari total belanja konsolidasian. Diikuti
belanja barang, belanja modal, transfer, dan belanja hibah masing-masing
sebesar 27,0%, 21,9%, 7,9% dan 3,2%. Peningkatan porsi belanja pegawai dan
barang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam hal peningkatan
kualitas pelaksanaan anggaran.
3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja
Konsolidasian.
Belanja operasi terdiri atas belanja pegawai konsolidasian dengan belanja
barang konsolidasian. Rasio belanja operasi terhadap total belanja konsolidasian
mengindikasikan porsi belanja pemerintah untuk mendukung operasional
pemerintahan. Pada tahun 2018 rasio belanja operasi terhadap total belanja
konsolidasian di Provinsi Jambi sebesar 91,6%. Sedangkan tahun 2017 sebesar
82,2%. Hal ini menunjukan bahwa alokasi anggaran pemerintah untuk kegiatan
operasi semakin meningkat.
Tabel 4.4 Rasio Belanja Operasi Provinsi Jambi Tahun 2018 dan 2017
Uraian
2018 2017
Konsolidasian Rasio Konsolidasian Rasio
Belanja Operasi 20.279.099.096.227 92,1% 20.591.003.388.532 91,6%
Total Belanja dan Transfer
22.028.010.639.915
22.490.170.923.982
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
39,6%
27,0%
21,9%
3,2%
7,9%
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Utang
Subsidi
Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
Transfer
2018
- 77 -
D. SURPLUS/DEFISIT
Keseimbangan umum atau Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan daerah dan belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama.
Surplus/defisit dalam LKPK-TW merupakan gabungan surplus defisit APBD
ditambah dengan surplus/defisit LKPP Tingkat Wilayah.
Analisis terhadap Surplus/Defisit Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan
atas:
1) Proporsi/komposisi realisasi surplus/defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah terhadap surplus/defisit konsolidasian. Analisis ini membandingkan nilai
surplus/defisit gabungan seluruh pemerintah derah dan pemerintah pusat
dengan surplus/defisit konsolidasian.
2) Perbandingan rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB antar Kabupaten/Kota. Rasio
ini menghitung perbandingan nilai surplus/defisit Kab/Kota dengan nilai PDRB
Kab/Kota.
Rasio Surplus/Defisit = Nilai Surplus/Defisit Konsolidaian Kab/Kota
Nilai PDRB Kab/Kota
1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio
Pada tahun 2018 Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Jambi
mencapai minus Rp14,98 Triliun. Sebagian besar (99,52%) defisit tersebut dari
Pemerintah Pusat di wilayah Provinsi Jambi dan sisanya (0,48%) dari Gabungan
Pemerintah Daerah Jambi. Pemerintah Pusat di wilayah Jambi menyumbang
minus Rp15,05 Triliun dan gabungan pemerintah daerah Jambi menyumbang
defisit sebesar minus Rp0,07 Triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit
konsolidasian Provinsi Jambi terhadap PDRB mencapai 10,47% yang terdiri dari
gabungan pemerintah daerah Jambi sebesar 0,05% dan Pemerintah Pusat
sebesar 10,52%.
Tabel 4.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi Jambi
Sumber: LKPK; BPS (2018; data diolah)
Surplus/Defisit Rasio terhadap
PDRB Realisasi Komposisi
Gabungan Pemda Jambi 72.777.592.136 0,48% 0,05%
Pempus di Wilayah Jambi (15.050.592.473.159) 99,52% 10,52%
Konsolidasian (14.977.814.881.023) 100% 10,47%
- 78 -
2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/Kota
Grafik 4.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per
Kabupaten/Kota
Sumber: LRA Pemda (2018)
Tahun 2017 lebih banyak pemerintah daerah dominan yang rasionya positif,
artinya terjadi surplus dimana realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan
realisasi belanja daerah. Tahun 2018 masih terjadi hal serupa, beberapa
pemerintah daerah rasionya positif. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan
rendahnya capaian penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah
penyerapannya dibawah 90% (grafik 4.6). Terlebih lagi fakta menunjukkan
bahwa penyerapan anggaran hanya menumpuk di triwulan III-IV tahun 2018.
Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan tahun 2018 tertinggi pada
Kabupaten Muaro Jambi sebesar 9,9%.
E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB)
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan
oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender).
Nilai PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran yaitu:
Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional, C = Konsumsi Rumah Tangga, I = Investasi,
G = Belanja Pemerintah, X = Ekspor, dan M = Impor
(2,3)
3,0
(8,4)
4,2 1,4
9,9
(6,7)
5,4
(3,9)
3,9 3,3
(1,9)
-30
-20
-10
0
10
20
Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi
Sarolangun TanjabBarat
TanjabTimur
Tebo Kota Jambi S. Penuh
2017 2018
- 79 -
Salah satu analisis data GFS adalah analisis kontribusi pemerintah pada PDRB.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data pada Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. Data yang digunakan untuk analisis
tersebut dapat diambil dari Laporan Operasional (Statement of Government
Operations). Laporan Operasional adalah ringkasan transaksi yang berasal dari
interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada suatu periode
akuntansi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan.
Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Jambi triwulan
III Tahun Pelaporan:
Tabel 4.6 Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Jambi 2018
A1 Pendapatan 41.761.469.171.362
a Pajak 6.306.887.946.856
b Kontribusi Sosial -
c Hibah 13.812.105.628.359
d Pendapatan Lainnya 21.642.475.596.147
A2 Beban 31.785.116.207.814
a Kompensasi Pegawai 8.772.205.814.578
b Penggunaan Barang dan Jasa 5.492.216.754.143
a Konsumsi Aset Tetap -
b Bunga -
a Subsidi 17.488.204.000
b Hibah 17.016.454.046.997
a Manfaat Sosial 50.086.517.070
b Beban Lainnya 436.664.871.027
GOB Keseimbangan Operasi Bruto/Neto (1-2+23+NOBz) 9.976.352.963.547
TRANSAKSI ASET NON KEUANGAN :
A31 Akuisisi Aset Non Keuangan Neto 4.822.425.470.968
a Aset Tetap 3.987.054.637.138
b Perubahan Persediaan -
c Barang Berharga -
d Aset Non Produksi 835.370.833.830
NLB Saldo Peminjaman/Pinjaman Neto (1-2+NOBz-31) 5.153.927.492.579
TRANSAKSI ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN (PEMBIAYAAN) : (5.153.927.492.579)
A32 Akuisisi Neto Aset Keuangan 5.127.900.409.319
a Dalam Negeri 5.127.900.409.319
b Luar Negeri -
c Emas Moneter dan Hak Tarik Khusus (SDRs) -
A33 Keterjadian Kewajiban Neto (26.027.083.260)
a Dalam Negeri (26.027.083.260)
b Luar Negeri -
TRANSAKSI YANG MEMPENGARUHI KEKAYAAN BERSIH :
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)
- 80 -
Perhitungan:
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah = Rp31,78 triliun, PMTB = Rp3,99 triliun dan
PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Jambi = Rp208,38 triliun, maka
didapatkan;
1. Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 31,78/208,38=
15,25%
2. Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 3,99/208,38= 1,92%
Berdasarkan data diatas, kontribusi belanja pemerintah terhadap output ekonomi
Jambi mencapai 15,25%. Namun dari jumlah tersebut, sebagian akan
terdistribusi ke dalam konsumsi rumah tangga jika dilihat dari struktur PDRB yang
dirilis BPS. Melihat kontribusinya menunjukkan belanja pemerintah memiliki
peran cukup signifikan terhadap perekonomian Jambi. Belanja pemerintah
(belanja pegawai dan belanja barang) cenderung bersifat jangka pendek dalam
mempengaruhi perekonomian, sehingga peran belanja pemerintah sebagai
stimulus ekonomi akan kurang optimal ketika realisasi belanja tidak terserap
secara teratur dan hanya menumpuk di akhir tahun. Lain halnya dengan investasi
pemerintah yang memiliki kontribusi 1,92% terhadap pertumbuhan ekonomi
Jambi. Meskipun nilainya tidak terlalu signifikan namun efeknya akan dirasakan
dan mempengaruhi perekonomian pada masa yang akan datang.
Ekonomi Jambi sangat bergantung terhadap sektor primer sehingga ketika
terjadi shock pada harga dan permintaan komoditas unggulan (batubara, karet,
dan CPO) akan langsung berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi
Jambi. Mempertimbangkan harga komoditas (sawit dan karet) yang masih
fluktuatif, peran government spending sangat dibutuhkan sebagai stimulus
perekonomian sehingga laju pertumbuhan ekonomi Jambi masih mampu tumbuh
meskipun ada resiko eksternal.
Untuk saat ini, realisasi belanja pemerintah perlu segera diakselerasi
penyerapannya (khususnya belanja daerah) untuk menghindari penumpukan
realisasi belanja pada akhir tahun anggaran. Realisasi belanja yang
terkonsentrasi hanya pada triwulan IV akan berdampak pada tidak optimalnya
kontribusi belanja pemerintah sebagai stimulus fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi Jambi.
- 81 -
BAB V
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL
Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai alokasi dan perkembangan
pelaksanaan anggaran pusat dan daerah berikut analisisnya masing-masing. Bab ini
menggambarkan kekhususan daerah terkait keunggulan, potensi dan tantangan fiskal
regional. Mengingat beragamnya karakteristik masing-masing daerah, baik dari segi
demografis, kondisi dan potensi ekonomi, maupun event-event tertentu yang berdampak
ekonomi.
Sektor unggulan di Provinsi Jambi dapat diketahui dengan analisis shift share dan
analisis sektor basis. Hal tersebut untuk melihat perubahan atau pergeseran struktur
ekonomi dan keunggulan kompetitif (daya saing) daerah, dan sektor basis (andalan)
yang terdapat di Provinsi Jambi. Analisis shift share digunakan untuk melihat kinerja dan
produktifitas sektor usaha dibandingkan dengan lingkup wilayah secara nasional
sehingga terlihat keunggulan sektor usaha tersebut. Sedangkan sektor basis – LQ untuk
mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dengan melihat sektor usaha yang
mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Hasil perhitungan
analisis shift share dan sektor basis terhadap 17 sektor usaha yang membentuk PDRB
Jambi dan Nasional dengan menggunakan data PDRB tahun 2010-2018 dapat diketahui
sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Analisis Sektor Unggulan (LQ + Shift Share) - Provinsi Jambi
Pertanian, Kehutanan ,dan Perikanan 2,10 LQ > 1 (3,06) PB < 0
Pertambangan dan Penggalian 3,14 LQ > 1 3,02 PB > 0
Industri Pengolahan 0,51 LQ < 1 0,47 PB > 0
Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 LQ < 1 3,88 PB > 0
Pengadaan Air, Pengeloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,65 LQ > 1 1,59 PB > 0
Konstruksi 0,72 LQ < 1 (2,14) PB < 0
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,74 LQ < 1 1,75 PB > 0
Transportasi dan Pergudangan 0,79 LQ < 1 (1,33) PB < 0
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,37 LQ < 1 (1,42) PB < 0
Informasi dan Komunikasi 0,72 LQ < 1 1,01 PB > 0
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,56 LQ < 1 (3,26) PB < 0
Real Estat 0,50 LQ < 1 0,34 PB > 0
Jasa Perusahaan 0,58 LQ < 1 0,26 PB > 0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,02 LQ > 1 2,23 PB > 0
Jasa Pendidikan 1,06 LQ > 1 0,67 PB > 0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,03 LQ > 1 (0,06) PB < 0
Jasa Lainnya 0,58 LQ < 1 0,54 PB > 0
MENURUT LAPANGAN USAHANilai
LQ
Pergeseran
PB
Sumber: BPS (2018; data diolah)
- 82 -
Dari hasil analisis sektor unggulan menggunakan LQ dan Shift Share maka dapat
dipetakan menjadi grafik di bawah:
Grafik 5.1 Kuadran Identifikasi Sektor Unggulan
PB > 0
Sektor Berkembang
Industri Pengolahan Sektor Unggulan
Pengadaan Listrik dan Gas Pertambangan dan Penggalian
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Pengadaan Air, Pengeloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Informasi dan Komunikasi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Real Estat Jasa Pendidikan
Jasa Perusahaan
Jasa Lainnya
LQ < 1 LQ ≥ 1
Sektor Terbelakang Sektor Potensial
Konstruksi Pertanian, Kehutanan ,dan Perikanan
Transportasi dan Pergudangan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Jasa Keuangan dan Asuransi
PB < 0 Sumber: BPS (2018; data diolah)
Sektor Unggulan pada Provinsi Jambi antara lain Pertambangan dan Penggalian;
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta Jasa Pendidikan.
1. Pertambangan
Selain sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan salah satu kontributor utama ekonomi Jambi sebesar
17,6%. Komoditas utamanya adalah minyak bumi dan gas bumi (dikelola oleh
Petrochina di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), serta
batubara yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarolangun, Merangin, dan Bungo.
Adapun tren sektor pertambangan di Jambi adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Perkembangan Komoditas Tambang Provinsi Jambi 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015
Minyak Bumi (000 barel) 6.403 6.246 4.326 8.574 7.622
Gas Bumi (MMBTU) 16.090 17.044 11.872 86.997.278 84.745.300
Batubara (ton) 7.224.490 9.667.160 4.012.600 - 4.604.967
Jenis Barang
Pertambangan
Produksi Pertambangan
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
- 83 -
2. Pengadaan Air
Air merupakan kebutuhan yang esensial bagi kehidupan manusia. Selain untuk
dikonsumsi begitu banyak kegunaan air bagi kehidupan seperti memasak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Dengan adanya perubahan lingkungan, rusaknya
daerah aliran sungai (DAS), pencemaran limbah serta sulitnya akses ke air bersih
akan menjadi masalah di masa datang mengingat sumber air baku di Provinsi
Jambi sebagian besar besar berasal dari sungai.
Grafik 5.2 Presentase Air Baku yang Digunakan Menurut Sumbernya
Tahun 2017
Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)
Sumber air baku yang paling banyak digunakan oleh perusahaan air bersih di
Provinsi Jambi adalah air sungai dengan volume 61 juta meter kubik atau 91
persen dari total air baku; penggunaan danau, mata air, air tanah dan lainnya
sebagai sumber air baku masing-masing dengan total volume 1,3 juta meter kubik
atau 1,9 persen, 1,5 juta meter kubik atau 2,2 persen dan 2,8 juta sungai 91,64%;
danau 1,99%; Mmata air 2,23%; Air tanah 4,10%; lainnya 0,04% 10 meter kubik
atau 4,1 persen serta lainnya 26,4 ribu meter kubik atau 0,04 dari total air baku.
3. Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh aksebilitas
masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Kemudahan akses dan ketersediaan
sarana prasana pendidikan akan meningkat tingkat partisipasi sekolah menjadi
lebih baik. Kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan tersebut dapat dilihat
Sungai92%
Danau2%
Mata Air 2%
Air Tanah4%
Lainnya0%
SUMBER AIR
- 84 -
dari perkembangan angka partisipasi sekolah dan presentase penduduk buta
huruf di daerah tersebut.
Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 10 Provinsi - Sumatera
7-12 13-15 16-18 19-24 7-12 13-15 16-18 19-24 7-12 13-15 16-18 19-24
ACEH 99,90 97,71 81,43 33,07 99,82 97,89 81,82 33,94 99,85 98,09 82,15 34,28
SUMATERA UTARA 99,35 96,34 76,23 25,16 99,42 96,48 76,43 26,62 99,49 96,60 76,76 26,80
SUMATERA BARAT 99,44 95,98 82,53 33,13 99,43 96,17 82,62 34,71 99,50 96,29 82,86 35,45
RIAU 98,79 94,48 75,57 24,85 98,87 94,62 75,68 26,18 98,98 94,73 76,52 27,28
JAMBI 99,55 95,06 70,75 22,22 99,57 95,35 71,20 23,86 99,59 95,89 71,54 24,12
SUMATERA SELATAN 99,53 93,52 68,40 17,00 99,61 93,68 68,67 18,07 99,63 94,01 69,05 19,17
BENGKULU 99,65 96,83 78,16 28,37 99,70 96,96 78,37 28,93 99,80 97,20 79,07 29,90
LAMPUNG 99,62 94,24 69,04 18,81 99,63 94,32 69,31 19,72 99,78 94,76 70,03 20,96
KEP. BANGKA BELITUNG 99,22 91,82 66,17 12,73 99,25 92,03 66,35 13,81 99,64 92,41 66,99 14,99
KEP. RIAU 99,34 98,67 81,84 17,69 99,33 98,78 82,04 18,58 99,32 99,08 82,80 19,13
INDONESIA 99,09 94,72 70,61 22,95 99,09 94,88 70,83 23,93 99,14 95,08 71,42 24,77
Provinsi2016 20172015
Sumber: BPS (2018; data diolah)
Menurut data yang dirilis BPS, angka partisipasi sekolah Provinsi Jambi pada 2017
menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 5.3). Pada 2017,
APS menurut kelompok umur 7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24 meningkat masing-
masing 99,59%, 95,89%, 71,54%, dan 24,22% dibandingkan tahun 2016 masing-
masing 98,57%, 85,35%, 71,20%, dan 23,86%. Nilai APS kelompok umur 7-12
tahun, APS Jambi hanya lebih baik dar Riau (98,98%), namun nilai APS lainnya
masih lebih rendah dibandingkan dengan APS Provinsi Riau, Sumatera Barat,
atau Bengkulu untuk daerah yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Jambi.
Grafik 5.3 Perkembangan Angka Buta Huruf Provinsi Jambi 2008-2017
Sumber: BPS (2018; data diolah)
Angka buta huruf di Provinsi Jambi juga menunjukkan perkembangan yang sangat
baik. Pada 2012 kelompok umur 15+ misalnya, persentase angka buta huruf
sebesar 4,03%, 2015 turun menjadi 2,16%, dan 2017 turun menjadi hanya 1,91%.
4,69 4,49 4,12 4,48 4,033,28
2,23 2,16 1,99 1,911,11 0,78 0,68
1,46 1,32 0,890,57 0,49 0,35 0,29
14,01 13,6612,67 12,82
11,41
9,29
6,34 6,06 5,66 5,49
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Umur 15+ Umur 15-45 Umur 45+
- 85 -
Itu menunjukkan program pemerintah daerah di bidang pendidikan berjalan
dengan sangat baik dan memberikan hasil yang cukup menggembirakan terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jambi. Tren positif Angka
Partisipasi Sekolah perlu di-manage dengan baik sehingga tercipta kualitas
sumber daya manusia Jambi yang kompetitif dalam menghadapi era perdagangan
bebas (free trade zone) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL
1. Tingkat Kemandirian Daerah Masih Rendah
Realisasi pendapatan daerah 2011-2018, dominasi pendapatan daerah masih
bersumber dari pendapatan transfer (dana perimbangan). Secara agregat terjadi
penurunan alokasi dana transfer untuk wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2018
sebesar (10,05%) menjadi Rp12,85 triliun. Penurunan cukup tinggi terdapat pada
alokasi DBH dan Dana Desa. Turunnya porsi alokasi DBH disebabkan adanya
pengurangan alokasi DBH Pajak maupun DBH Sumber Daya Alam (SDA) yang
tahun sebelumnya meningkat secara signifikan akibat kurang bayar dari tahun 2016
(PMK Nomor 187/PMK.07/2017). Alokasi pagu DBH bersifat dinamis menyesuaikan
dengan penerimaan pendapatan neto APBN secara nasional yang masih dibayangi
melambatnya perekonomian nasional maupun global yang berdampak pada
rendahnya pencapaian target pajak maupun penerimaan SDA.
2. Alokasi Belanja Daerah masih didominasi oleh Belanja Operasi
Berdasarkan komposisinya, besarnya pagu anggaran untuk urusan pendidikan dan
urusan kesehatan telah memenuhi mandatory spending minimum untuk alokasi
anggaran. Realisasi belanja daerah tahun 2018 porsinya masih didominasi Belanja
Operasi sebesar 64,96%. Utamanya belanja pegawai sebesar 39,4% (TA 2017
sebesar 37,6%) dan belanja barang 20,4%. Adapun porsi belanja modal menurun
(dibanding 2017) menjadi 20,9%. Kemudian, porsi belanja transfer meningkat
menjadi 14,1% dibanding tahun sebelumnya (13,6%). Tingginya porsi belanja
mandatory yang harus dipenuhi dalam APBD menyebabkan berkurangnya
fleksibilitas pemerintah daerah dalam mengalokasikan dananya untuk
program/kegiatan lainnya. Tantangan bagi pemerintah daerah adalah bagaimana
mengalokasikan anggarannya dengan fokus pada belanja-belanja yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
3. Penyerapan Anggaran Belanja Daerah Yang Belum Optimal
- 86 -
Realisasi belanja agregat di wilayah Provinsi Jambi hanya sebesar 87,16% dari total
pagu. Pada 2018, banyak pemerintah daerah dominan yang rasio surplus/defisit
positif, artinya terjadi surplus realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan
realisasi belanja daerah. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan rendahnya capaian
penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah penyerapannya dibawah 90%.
Terlebih lagi fakta menunjukkan bahwa penyerapan anggaran hanya menumpuk di
triwulan III-IV tahun 2018. Dengan begitu, realisasi belanja daerah tidak seimbang
dengan kucuran dana transfer dari pusat yang secara tunai ditransfer dari Kas
pemerintah pusat ke Kas Daerah sesuai jadwal yang teratur sehingga
mengakibatkan adanya idle money yang terlihat dari simpanan dana pemerintah
daerah di perbankan. Seharusnya dana transfer yang diterima di Kas Daerah dapat
segera dieksekusi sehingga belanja pemerintah dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah dapat berfungsi efektif sebagai multiplier efek terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut di atas memunculkan tantangan besar,
bagaimana mendorong pengelolaan APBD yang sehat dengan penyerapan yang
optimal dan tepat waktu sehingga benar-benar dapat menjadi salah satu faktor
pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
4. Perlunya restrukturisasi struktur perekonomian Provinsi Jambi
Mengingat potensi SDA di sektor pertanian yang sangat potensial. Perkembangan
perekonomian Provinsi Jambi akan jauh lebih optimal apabila benar-benar didorong
oleh perencanaan yang disusun dan dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi
sumber daya yang ada di Provinsi Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi
(khususnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan
penggalian, serta sektor perdagangan besar dan eceran). Kebijakan (by planing)
dalam menciptakan nilai tambah (value added) berupa strategi pengembangan
komoditas dalam bentuk industri hilirisasi (selain komoditas sawit dan karet) perlu
disusun dan disinergikan dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka
meminimalkan dampak jika terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi,
sehingga outcome dari kebijakan tersebut mampu meminimalisir dampak
perubahan harga komoditas unggulan Provisi Jambi.
- 87 -
BAB VI
ANALISIS TEMATIK
A. Kontribusi dan Tantangan Dana Desa dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan
dan Pemerataan di Daerah
Pada bab ini akan dibahas mengenai kontribusi dan tantangan Dana Desa dalam
upaya mendorong pertumbuhan dan pemerataan di Provinsi Jambi. Hadirnya UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan peluang dalam memposisikan desa
sebagai subjek pembangunan yang berasaskan rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan, dan
keberlanjutan. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan (PP No. 60 tahun 2014
tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, 2014). Pada era pemerintahan
Jokowi-JK, sebuah program bernama Nawa-Cita diluncurkan yang di dalamnya
terkandung program Dana Desa yang bertujuan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di pedesaan yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Dana Desa
mulai efektif berlaku pada 2015 yang diberikan dalam jumlah tertentu kepada tiap
desa di tiap kabupaten/kota untuk mengatasi kesenjangan antara penduduk desa
dan kota. Dana tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur dasar yang
padat karya dan desa tersebut diharapkan mampu menjadi pengungkit
pertumbuhan ekonomi desa.
Dana Desa merupakan kewajiban Pemerintah Pusat untuk mengalokasikan
anggaran transfer ke Desa di dalam APBN sebagai wujud pengakuan dan
penghargaan Negara kepada Desa. Prioritas penggunaan dana desa diatur melalui
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan Transmigrasi. Dana
Desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa. Dana Desa dalam APBN ditentukan 10% di luar
Dana Transfer Daerah secara bertahap. Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah
desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk (25%), angka
kemiskinan (35%), luas wilayah (10%) dan tingkat kesulitan geografis (30%) (DJPK
2017)
- 88 -
Grafik 6.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa Tahun 2015 – 2018 (dalam miliar rupiah)
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id (diakses 14 Februari 2019)
Undang-undang desa telah menempatkan desa sebagai ujung tombak
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan
kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang
dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan
kata lain, strategi pembangunan di Indonesia adalah peningkatan pemerataan
pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan sektoral
dan kinerja masyarakat terutama dipedesaan. Hal ini tercermin semenjak digulirkan
tahun 2015, besaran dana desa baik secara nasional maupun untuk Provinsi Jambi
selalu mengalami kenaikan dari 20,7 triliun hingga di tahun 2018 telah mencapai 60
triliun dan untuk provinsi Jambi dari hanya Rp382 miliar di tahun 2015 meningkat
signifikan hingga mencapai Rp1,041 triliun di tahun 2018.
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, maka mulai tahun 2017
telah dilakukan perubahan mekanisme penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa
melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu pada 171 Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) di seluruh Indonesia. Untuk Provinsi Jambi,
penyaluran Dana Desa dengan total jumlah desa sebanyak 1.399 desa disalurkan
melalui kantor vertikal Kanwil DJPb Provinsi Jambi, antara lain : KPPN Jambi
(Batanghari dan Muaro Jambi), KPPN Kuala Tungkal (Tanjung Jabung Barat dan
Tanjung Jabung Timur), KPPN Muara Bungo (Tebo dan Bungo), KPPN Bangko
(Merangin dan Sarolangun) dan KPPN Sungai Penuh (Kerinci dan Sungai Penuh).
Perubahan mekanisme penyaluran Dana Desa selain mendekatkan layanan
Kementerian Keuangan kepada Pemerintah Daerah, juga bertujuan : (1)
382 864 1.091 1.041
20.766
47.000
60.000 60.000
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
2015 2016 2017 2018
Alokasi DD Jambi Alokasi DD Nasional
- 89 -
Meningkatkan efisiensi koordinasi dan konsultasi antara Pemerintah Daerah
dengan Kementerian Keuangan dan (2) Meningkatkan efektivitas monitoring dan
evaluasi serta analisis kinerja pelaksanaan anggaran pusat dan daerah.
Grafik 6.2 Perkembangan Alokasi Dana Desa Per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun 2017-2018
(dalam miliar rupiah)
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id (diakses 14 Februari 2019)
Tahun 2018, alokasi Dana Desa untuk Provinsi Jambi secara agregat mengalami
penurunan dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,04 triliun atau turun sekitar 4,58%.
Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi Dana Desa terbesar adalah Kabupaten
Kerinci sebesar Rp189,8 miliar sedangkan kabupaten/kota yang mendapatkan
alokasi Dana Desa terkecil adalah Kota Sungai Penuh sebesar Rp47,3 miliar.
Meskipun secara agregat turun namun ada beberapa kabupaten/kota yang
mengalami kenaikan alokasi DD antara lain: Batanghari, Tebo dan Tanjung Jabung
Timur.
Penyaluran dan Pengunaan Dana Desa
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kemendesa Nomor 19 Tahun 2017
penggunaan dana desa diarahkan untuk membiayai pembangunan desa yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, meningkatkan
kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan. Terdapat 2 bidang
88,9
89,9
99,6
116,6
189,8
148,8
61,1
91,6107,5
47,3
87,8
90,3
109,9
117,2
213,3
157,6
60,2
85,8117,5
51,1
0
50
100
150
200
250
Batanghari Tanjabbar Bungo Sarolangun Kerinci Merangin Tanjabtim Tebo Muaro Jambi Sungai Penuh
DD 2018 DD 2017 DD 2016 DD 2015
- 90 -
prioritas yaitu Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam penggunaan
Dana Desa, maka sebagian besar atau hampir seluruh dana yang telah disalurkan
dan dipergunakan untuk membiayai pembangunan di desa. Secara lebih detil dalam
Bab 3 pasal 4 disebutkan ada 5 (lima) poin prioritas dalam penggunaan dana desa
antara lain:
1. Untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pembangunan
desa dan pemberdayaan masyarakat desa;
2. Diutamakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat
lintas bidang;
3. Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) antara lain
bidang kegiatan produk unggulan desa atau kawasan pedesaan, Badan Usaha
Milik Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga desa
sesuai dengan kewenangan desa;
4. Pembangunan sarana olahraga desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan unit usaha yang dikelola oleh BUMDesa atau BUM Desa Bersama;
5. Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dipublikasikan oleh Pemerintah Desa kepada masyarakat desa di ruang publik
yang dapat diakses masyarakat desa.
Selanjutnya pemerintah juga telah menetapkan arah kebijakan DD tahun 2018,
antara lain: (1) menyempurnakan formula pengalokasian DD, (2) fokus pada
pengentasan kemiskinan dan ketimpangan, (3) meningkatkan kualitas pengelolaan
DD dan (4) mempertajam prioritas penggunaan DD untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan montoring dan evaluasi yang dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa
pemanfaatan Dana Desa selama periode 2015-2018 lebih banyak digunakan untuk
prioritas pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, drainase, irigasi,
embung dan lainnya. Namun demikian, pemanfaatan Dana Desa untuk
pemberdayaan masyarakat desa masih belum optimal padahal banyak desa yang
mempunyai kegiatan ekonomi kreatif desa yang dapat didorong untuk menjadi
mata pencaharian bagi masyarakat desa, terutama dengan kebijakan Dana Desa
tahun 2018 terkait pelaksanaan swakelola dengan pola padat karya dalam setiap
aktivitas pembangunan infrastruktur di desa.
- 91 -
Tabel 6.1 Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD
PEMDA PAGU KAB / KOTA PENYALURAN RKUN
KE RKUD %
KAB. BATANGHARI 88.949.104.000 88.949.104.000 100,0%
KAB. TANJUNG JABUNG BARAT 89.944.914.000 89.944.914.000 100,0%
KAB. BUNGO 99.662.383.000 99.662.379.349 100,0%
KAB. SAROLANGUN 116.644.095.000 115.844.592.000 99,3%
KAB. KERINCI 189.579.503.000 187.861.330.200 99,1%
KAB. MERANGIN 148.823.813.000 148.823.812.977 100,0%
KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR 61.125.428.000 61.125.428.000 100,0%
KAB. T E B O 91.640.792.000 91.640.792.000 100,0%
KAB. MUARO JAMBI 107.496.108.000 107.496.108.000 100,0%
KOTA SUNGAI PENUH 47.271.346.000 47.204.703.200 99,9%
TOTAL 1.041.137.486.000 1.038.553.163.726 99,8% Sumber: OMSPAN (diakses 20 Januari 2019)
Penyaluran Dana Desa dapat dirinci dalam 2 tahapan yakni (1) penyaluran dari
RKUN ke RKUD dan (2) penyaluran dari RKUD ke RKD. Di tahun 2018, Penyaluran
Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum
Daerah (RKUD) tidak mencapai 100% dari alokasi Dana Desa sebesar Rp1,04
triliun dikarenakan masih adanya sisa Dana Desa tahun sebelumnya yang
mengendap di rekening RKUD Pemerintah Daerah yang diperhitungkan sebagai
pengurang nilai penyaluran Dana Desa di Tahap ke 2. Pemerintah Daerah yang
masih memiliki sisa DD tersebut antara lain Sarolangun, Kerinci dan Sungai Penuh.
Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD
(dalam jutaan rupiah)
RKUN - RKUD RKUD - RKD
Batanghari 88.949 88.949 88.949 47.529 41.420 53,4% 110
Tanjab Barat 89.945 89.945 89.945 44.807 45.138 49,8% 114
Bungo 99.662 99.662 98.986 50.809 48.177 51,3% 141
Sarolangun 116.644 115.845 115.556 55.964 59.592 48,4% 149
Kerinci 189.580 187.861 183.978 120.475 63.503 65,5% 285
Merangin 148.824 148.824 148.824 79.518 69.306 53,4% 205
Tanjab Timur 61.125 61.125 61.125 43.620 17.505 71,4% 73
Tebo 91.641 91.641 91.641 46.798 44.843 51,1% 107
Muaro Jambi 107.496 107.496 107.496 57.549 49.947 53,5% 150
Kota S. Penuh 47.271 47.205 47.205 25.094 22.111 53,2% 65
Total 1.041.137 1.038.553 1.033.705 572.163 461.542 55,1% 1.399
Jumlah
DesaPemda APBN
Realisasi Penyaluran Penyerapan
DesaSisa di RKD
Capaian
Output %
Sumber: OMSPAN (diakses 20 Januari 2019)
Begitu pula penyaluran DD dari RKUD ke RKD tidak mencapai 100% dari dana yang
telah disalurkan KPPN ke RKUD. Kemudian, angka capaian output secara rata-rata
masih menunjukkan 55,1% namun secara riil, besaran capaian output telah
menunjukkan angka yang lebih besar. Hal ini dikarenakan setiap pemerintah
kabupaten/kota belum meng-update data capaian output ke aplikasi OMSPAN
dikarenakan kendala penyampaian laporan realisasi dari desa.
- 92 -
Kontribusi terhadap Pertumbuhan dan Pemerataan
Sejalan dengan amanah Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,
kebijakan Dana Desa menjadi salah satu program unggulan Pemerintah dalam
rangka membangun perekonomian di tingkat desa maupun mengurangi
kesenjangan dan kemiskinan desa. Hal tersebut dapat dilihat dari keseriusan
Pemerintah dalam mengalokasikan Dana Desa yang meningkat signifikan tiap
tahun pada periode 2015 sampai dengan 2018. Dengan total alokasi Dana Desa
sebesar Rp187,75 triliun selama 4 tahun, diharapkan dapat memberi manfaat yang
optimal dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang dapat
mengurangi kesenjangan, mengentaskan kemiskinan, ketertinggalan geografis
serta meningkatkan perekonomian desa. Salah satunya melalui pemberian afirmasi
kepada desa tertinggal dengan jumlah penduduk miskin tinggi, penurunan porsi
alokasi yang dibagi merata dan pemberian bobot yang lebih besar kepada jumlah
penduduk miskin.
Menurut Soetomo (2014:47) kesejahteraan merupakan suatu kondisi yang
mengandung unsur atau komponen ketertiban-keamanan, keadilan, ketentraman,
kemakmuran dan kehidupan yang tertata mengandung makna yang luas bukan
hanya terciptanya ketertiban dan keamanan melainkan juga keadilan dalam
berbagai dimensi. Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan
kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini
dikarenakan pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa
menyertakan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan berakibat kesenjangan
dan ketimpangan kehidupan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu
kondisi memperlihatkan tentang keadaaan masyarakat yang dapat dilihat dari
standar kehidupan masyarakat (Badrudin 2012).
- 93 -
Grafik 6.3 Perkembangan Alokasi Dana Desa, PDRB, Gini Ratio dan Tingkat Kemiskinan Pedesaan Tahun 2015-2018
Sumber : OMSPAN; BPS Provinsi Jambi (2018)
Tren perkembangan alokasi Dana Desa dalam kurun waktu 2015-2018 terlihat
meningkat secara signifikan di tahun 2018 sebesar Rp1,04 triliun dari sebelumnya
hanya sebesar Rp382 miliar di tahun 2015. Tren yang sama juga terjadi pada tren
PDRB provinsi Jambi yang terus meningkat dari 2015 sebesar 4,21 menjadi 4,71 di
tahun 2018. Kemudian persentase penduduk miskin pedesaan dan tingkat
ketimpangan (Gini Rasio) dalam kurun 4 tahun terakhir mengalami penurunan
indeks. Hal ini menandakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi telah
berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hubungan antara Dana Desa dengan Tingkat Kemiskinan
Nadya (2018) pada penelitiannya yang berjudul Pengaruh Dana Desa dalam
Pengentasan Kemiskinan di Indonesia menganalisis tentang Keterkaitan antara
perkembangan dana desa dalam kurun waktu 2015-2017 dengan tingkat
kemiskinan di Indonesia. Penilitian ini menggunakan 5 variabel bebas yang terdiri
dari Dana Desa, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Indeks Gini, Tingkat
Pengangguran Terbuka serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan
variabel terikatnya adalah tingkat kemiskinan yaitu persentase penduduk miskin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi dana desa yang diberikan oleh
pemerintah signifikan berpengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan di
Indonesia. Dengan kata lain, penambahan alokasi Dana Desa telah menurunkan
tingkat angka kemiskinan di Indonesia.
Selanjutnya untuk menggambarkan hubungan tingkat kemiskinan dengan dana
desa di Provinsi Jambi, kajian ini akan mengadaptasi metodologi penelitian di atas.
0,3820,864 1,091 1,041
7,827,3
6,66 6,8
4,21 4,37 4,64 4,71
0,344 0,346 0,334 0,3350
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2015 2016 2017 2018
Pagu (dalam miliar rupiah) Persentase Penduduk Miskin Pedesaan
PDRB Gini Rasio
- 94 -
Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda
dengan data panel (kombinasi data time series dan data cross section) 9 kabupaten
1 kota di Provinsi Jambi yang mendapatkan Dana Desa selama kurun waktu 2015
– 2017 (beberapa variabel tidak tersedia data tahun 2018). Data diperoleh dari BPS
Provinsi Jambi, Ditjen Perbendaharaan serta Ditjen Perimbangan Keuangan.
Berikut adalah model yang digunakan dalam pengujian ini:
POVit = α + α1DANADESAit + α2GROWTHit + α3GINIit + α4IPMit +Ɛit
Keterangan :
α α1 – α5 POVit DANADESAit GROWTHit GINIit IPMit
Ɛit i t
: Intersep : Koefisien variabel bebas : Persentase penduduk miskin (%) : Dana Desa (dalam miliar rupiah) : Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku (%) : Ketimpangan pendapatan (indeks gini) : Indeks Pembangunan Manusia (indeks) : Error term : Data Cross Section 9 kabupaten 1 kota di Provinsi Jambi : Data Time Series tahun 2015-2017
Selanjutnya analisis regresi dilakukan menggunakan software Excel 365 dan SPSS
Statistics 17.0 dan keduanya menghasilkan output regresi yang sama, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 6.3 Output Regresi Dana Desa, Growth, Gini Ratio dan IPM Tahun 2015-2017 (SPSS Statistics 17.0)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 42.028 13.133 3.200 .004
X1(DANADESA) .010 .009 .139 1.094 .284
X2(GROWTH) -1.366* .518 -.542 -2.637 .014
X3(GINI) -11.790 10.689 -.134 -1.103 .281
X4(IPM) -.352 .223 -.315 -1.579 .127
Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 5% dilihat dari (p<0,05)
Sumber : OMSPAN, DJPK, BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)
Hasil estimasi pada tabel 6.4 menunjukkan bahwa hanya variabel Growth
(pertumbuhan ekonomi) yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% terhadap
tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatif dengan
tingkat kemiskinan, artinya setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan
- 95 -
menurunkan persentase penduduk miskin sebesar 1,366%. Sedangkan variabel
Dana Desa tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Penyebabnya
dapat diduga karena pemanfaatan Dana Desa selama periode 2015-2017 lebih
banyak digunakan untuk prioritas pembangunan infrastruktur dasar, belum
berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat dalam jangka waktu pendek.
Kemudian kebijakan padat karya juga baru diwajibkan pada pelaksanaan Dana
Desa di tahun 2018 sehingga belum menunjukkan hasil yang positif bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jambi secara langsung.
Tantangan dan Kendala
Memasuki tahun kedua pelaksanaan penyaluran Dana Desa melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi Jambi melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang
secara kontinu dilaksanakan tiap semester. Sejalan dengan pengelompokkan hasil
survei yang dilakukan Badan Kebijakan Fiskal (http://www.fiskal.kemenkeu.go.id),
maka dapat diidentifikasi beberapa aspek yang menjadi tantangan kebijakan
pengelolaan dan Penyaluran Dana Desa di Provinsi Jambi, antara lain:
1. Aspek Distribusi Alokasi dan Penyaluran
▪ Distribusi alokasi Dana Desa ditinjau dari jumlah penduduk miskin dan
tingkat kesulitan geografis menunjukkan adanya ketimpangan
antardaerah. Masih terdapat desa dengan tingkat kesulitan geografis
dan jumlah penduduk miskin tinggi namun memperoleh distribusi Dana
Desa yang relatif sama atau bahkan lebih kecil dibandingkan dengan
desa yang dimiliki jumlah penduduk dan tingkat kesulitan geografis lebih
rendah.
▪ Penyaluran Dana Desa hingga pertengahan tahun 2018 masih terjadi
keterlambatan yang disebabkan oleh keterlambatan desa dalam
menyampaikan prasyarat penyaluran Dana Desa pada tiap tahap
penyaluran. Prasyarat tersebut berupa dokumen perencanaan
(RKPDes) dan penganggaran (APBDes) serta laporan
pertanggungjawaban realisasi dan penggunaan Dana Desa tahap
sebelumnya
- 96 -
2. Aspek Penggunaan
▪ Penggunaan Dana Desa lebih dari 80% dimanfaatkan untuk bidang
pembangunan desa. Masih ditemukan penetapan pembangunan yang
tidak memiliki efek multiplier bagi perbaikan perekonomian desa
▪ Prioritas Penggunaan Dana Desa sebagian besar ditentukan melalui
forum masyarakat desa, namun di beberapa desa masih ada yang
ditentukan oleh Kepala Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota sehingga
masih ada penggunaan Dana Desa yang belum sesuai dengan
kebutuhan prioritas masyarakat desa.
▪ Beberapa desa masih belum mengarahkan penggunaan Dana Desa
untuk pembentukan BUMDesa sebagai wadah dalam mengembangkan
kegiatan unit usaha ekonomi di desa
3. Aspek Monitoring dan Evaluasi
▪ Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Dana Desa
oleh masing-masing K/L teknis masih belum berjalan sinergi, masing-
masing menjalankan sesuai dengan kewenangannya
▪ Pengawasan terhadap pelaksanaan Dana Desa belum sepenuhnya
berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari semakin banyak terjadi
penyalahgunaan/penyelewengan yang terkait dengan Dana Desa.
Pengawasan yang dilakukan berjenjang oleh mulai dari pemerintah
Provinsi hingga masyarakat desa masih belum berjalan optimal.
4. Aspek Pendamping Desa
▪ Peran pendamping desa masih belum efektif. Kuantitas dan kualitas
pendamping desa masih belum memadai karena masih ada
pendamping desa yang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik dan kehadirannya di desa hanya sebatas formalitas. Namun
demikian, pada tahun 2018 telah dilakukan perbaikan melalui
penambahan pendamping desa dan peningkatan kualitasnya
▪ Mekanisme rekrutmen pendamping desa dilakukan terpusat melalui
Kementerian Desa dan belum mengikutsertakan pemerintah daerah
dalam proses rekrutmen.
5. Aspek Pembinaan
▪ Permasalahan dualisme regulasi dari Kementerian Desa dan
Kementerian Dalam Negeri yang seringkali dimaknai sebagai
- 97 -
“diperbolehkan/sesuai aturan’ atau “tidak diperbolehkan/tidak sesuai
aturan” dapat berpotensi menjadi masalah hukum sehingga dalam
implementasi di tingkat desa sering membuat kegamangan dari
pemerintah desa maupun masyarakat desa untuk menentukan
penggunaan Dana Desa. Untuk menyamakan persepsi atas regulasi
tersebut, diperlukan pembinaan yang berkelanjutan untuk menjaga
konsistensi penggunaan Dana Desa
▪ Masih banyak Desa yang mengalamai kesulitan dalam penyusunan
dokumen perencanaan desa seperti RPJMDes, RKPDes, dan APBDes
sehingga diperlukan pembinaan yang lebih intensif untuk membantu
Desa. Selain itu, Desa masih sangat memerlukan pembinaan dalam
penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan Dana Desa dan
keuangan desa.
▪ Kegiatan sosialisasi kebijakan Dana Desa dan transparansi
penggunaannya kepada masyarakat desa masih belum optimal karena
masih ada sebagian masyarakat desa belum mengetahui program
kebijakan Dana Desa yang merupakan kebijakan pemerintah untuk
percepatan pembangunan dan pengentasan kemiskinan desa.
- 98 -
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB yang tumbuh sebesar
4,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun
masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang
tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Struktur ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 menurut
lapangan usaha masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,
pertambangan dan penggalian, dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor. Pergerakan ekonomi Provinsi Jambi masih sangat masih
rentan terhadap faktor eksternal. Menurut pengeluaran, struktur ekonomi Jambi di
dominasi oleh komponen ekspor barang dan jasa dan konsumsi rumah tangga.
sedangkan konsumsi pemerintah (APBN dan APBD) hanya menyumbang 8,10%
atas angka PDRB, artinya konsumsi pemerintah yang diharapkan sebagai
pendorong ekonomi yang memicu multiplier effect belum berjalan optimal.
2. Penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,50 triliun lebih tinggi
dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar Rp4,21 triliun. Realisasi penerimaan
pajak tersebut menyumbang 88,75% dari total penerimaan APBN di Jambi.
Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 55,4% (rata-rata naik 10,2% per
tahun). Realisasi perpajakan tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 6,86%, dengan
capaian realisasinya 81,7% dari target, namun lebih rendah dibandingkan capaian
tahun sebelumnya sebesar 93,9% dari target penerimaan pajak
3. Belanja daerah di Provinsi Jambi tahun 2018, porsinya masih didominasi Belanja
Operasi (Belanja Pegawai dan Belanja Barang). Penyerapan dari masing-masing
daerah di wilayah Provinsi Jambi belum maksimal (rata-rata dibawah 90%). Realisasi
belanja daerah tidak seimbang dengan kucuran dana transfer dari pusat yang secara
tunai ditransfer dari Kas pemerintah pusat ke Kas Daerah sesuai jadwal yang teratur
sehingga mengakibatkan adanya idle money yang terlihat dari simpanan dana
pemerintah daerah di perbankan.
- 99 -
4. Realisasi dana transfer (DAU, DBH, DAK) masih menjadi salah satu sumber utama
pendapatan daerah 2018 di wilayah Provinsi Jambi. Tingkat ketergantungan
terhadap dana perimbangan masih sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah di Provinsi Jambi belum mampu mengimbanginya dengan
meningkatkan pendapatan dari PAD sehingga secara rata-rata fiskal tingkat
kemandirian daerah di Provinsi Jambi masih sangat rendah
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan dan hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut
a. Perlunya restrukturisasi struktur perekonomian Provinsi Jambi mengingat potensi
SDA di sektor pertanian yang sangat potensial. Perkembangan perekonomian
Provinsi Jambi akan jauh lebih optimal apabila benar-benar didorong oleh
perencanaan yang disusun dan dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi
sumber daya yang ada di Provinsi Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi
(khususnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan
penggalian, serta sektor perdagangan besar dan eceran). Kebijakan (by planing)
dalam menciptakan nilai tambah (value added) berupa strategi pengembangan
komoditas dalam bentuk industri hilirisasi (selain komoditas sawit dan karet) perlu
disusun dan disinergikan dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka
meminimalkan dampak jika terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi,
sehingga outcome dari kebijakan tersebut mampu meminimalisasi dampak
perubahan harga komoditas unggulan Provinsi Jambi.
b. Postur belanja dalam APBD di wilayah Provinsi Jambi agar lebih diarahkan pada
sektor unggulan yang dapat memberikan kontribusi secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian. Dengan tetap
memperhatikan ruang fiskal untuk discretionary spending dan memberikan porsi
yang cukup untuk alokasi belanja (infrastruktur) sehingga dapat berperan sebagai
katalisator pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Jambi.
c. Pemerintah Daerah harus menciptakan iklim investasi daerah yang sehat dan
kondusif serta melakukan harmonisasi kebijakan prioritas pembangunan
infrastruktur sehingga pembangunan yang dilakukan dapat mengubungkan daerah-
daerah sentra industri strategis. Dalam hal ini terkait menjamin konsistensi arah
- 100 -
kebijakan pemerintah daerah terutama rencana pembangunan infrastruktur
strategis daerah.
d. Meningkatnya capaian target PAD 2018 menjadi modal penting bagi pemerintah
daerah di Provinsi Jambi untuk meningkatkan kemandirian fiskal daerahnya.
Namun, porsi PAD sebagian besar Kab/Kota masih berasal dari Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (pendapatan BLUD dan imbal jasa bunga). Hal
ini perlu menjadi perhatian serius dari masing-masing pemerintah daerah agar terus
melakukan langkah-langkah extraordinary dan inovatif untuk mengggali sumber
pendapatan dari PAD tanpa mengganggu iklim investasi daerah. Selain itu,
pemerintah daerah perlu melakukan efisiensi pada belanja tidak langsung dan
melakukan realokasi belanjanya pada program atau kegiatan yang difokuskan pada
sektor unggulan daerah dan dapat memberi dampak yang terukur terhadap
perekonomian daerah.
e. Perlunya diperluas tata kelola unit-unit layanan di Pemerintah Daerah terutama di
sektor layanan kesehatan dan pendidikan karena terbukti penerapan dengan pola
Badan Layanan Umum dapat memberikan peningkatan layanan ke masyarakat dan
peningkatan penerimaan bukan pajak.
f. Pemerintah Daerah perlu mengkaji ulang target dan rencana pembangunan
Provinsi Jambi yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Jambi 2016-2021
memperhatikan target yang telah ditetapkan terlalu optimis dan ambisius mengingat
stabilitas pertumbuhan ekonomi Jambi masih rendah dengan tren yang masih
sangat fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.
g. Pemerintah Daerah dapat mengoptimalkan peran dan fungsi kecamatan dalam
memberikan supervisi dan pendampingan mulai dari proses perencanaan sampai
pelaporan APBDes terutama pengelolaan dana desa. Salah satunya berupa peran
camat dalam memetakan dan melakukan re-grouping desa dalam bentuk ekosistem
ekonomi yang saling terkait. Re-grouping ini merupakan salah satu terobosan yang
aplikatif agar seluruh potensi beberapa desa baik potensi produksi, potensi pasar
serta potensi wisata dapat dikelola secara berintegrasi dan berkelanjutan.
Contohnya membuat komunitas desa yang memiliki produk unggulan yang sama
baik barang maupun jasa.
- 101 -
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UUP STIM YKPN.
Blanchard, O; Johnson, D, Macroeconomics, Pearson
Blöndal, J. R. 2001, 'Budgeting in Sweden', OECD Journal on Budgeting, vol. 1, no. 1,
pp. 27-57.
[BPS] Badan Pusat Statistik, 2018. Statistik Air Bersih Provinsi Jambi 2017. Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi.
Dong Fu, Lori L Taylor, Mine K. Yucel (2003). Fiscal Policy and Growth. Research
Departement Working Paper 0301.
[DJPK] Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2017. Buku Pintar Dana Desa.
Kementerian Keuangan Indonesia.
Hamang, Abdul. 2005. Metode Statistika. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Irawan, M.Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan Edisi ke 6. BFE-Yogyakarta:
Yogyakarta
Nadya Larasati Aghnia. 2018. “Pengaruh Dana Desa Dalam Pengentasan Kemiskinan
di Indonesia”. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Nilam Indah Susilowati, Dwi Susilowati, Syamsul Hadi. 2017. “Pengaruh Alokasi Dana
Desa, Dana Desa, Belanja Modal, dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap
Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Jawa Timur”. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 1 Jilid 4.2017
N. Gregory Mankiw (2009). “Macroeconomics” Seventh Edition. Harvard University.
Olivier Blanchard, David R. Johnson (2013). “Macroeconomics” Sixth Edition. Pearson
Education Inc. 2013.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-36/PB/2012 Tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan Satuan Kerja Badan Layanan Umum
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah
- 102 -
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indinesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2018
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2018 Tentang Peta
Kapasitas Fiskal
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2017 Tentang Peta
Kapasitas Fiskal
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2018 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50 Tahun 2017
Tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Peta
Kapasitas Fiskal
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 Tentang Peta
Kapasitas Fiskal
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 Tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman
Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013
Robert J. Barro and Xavier Sala-i-martin (2004). “Economic Growth”Second Edition. The
MIT Press Cambridge, Massachusett.
- 103 -
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, Richard (2011). “Macroeconomics” Eleventh
Edition. McGraw-Hill International Editions
Schick, A. 1996, 'The Spirit of Reform: managing the New Zealand state sector in a time
of change', Report prepared for the State Services Commission and the Treasury,
Wellington, New Zealand.
Schick, A. 1998, 'Why most developing countries should not try New Zealand's reforms',
The World Bank Research Observer, vol. 13, no. 1, pp. 123-131.
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 Tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional
Soetomo, 2014, Kesejahteraan dan Upaya Mewujudkannya dalam Perspektif
Masyarakat Lokal, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Todaro, M.P, 1977, Economics for a developing world : an introduction to principles,
problems and policies for development, Longman, London
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota Tahun Y (POV)X1(DANADESA)
dalam miliar rupiah)X2(GROWTH) X3(GINI) X4(IPM)
kerinci 2015 8,16 74,7 6,45 0,32 68,89
2016 7,48 167,6 6,7 0,28 69,68
2017 7,45 213,3 6,03 0,28 70,03
merangin 2015 9,8 55,1 5,48 0,36 67,4
2016 9,95 123,6 6,21 0,33 67,86
2017 9,43 157,6 5,55 0,3 68,3
sarolangun 2015 10,29 40,98 3,09 0,39 68,1
2016 9,33 91,9 4,26 0,34 68,73
2017 8,87 117,3 4,69 0,36 69,03
BH 2015 10,69 30,3 4,36 0,26 68,05
2016 10,79 68,96 4,55 0,3 68,7
2017 10,33 87,8 4,82 0,25 68,92
Muaro Jambi 2015 4,63 41 5,24 0,34 66,66
2016 4,3 92 5,43 0,34 67,55
2017 4,37 117,5 5,06 0,32 67,86
Tanjjantim 2015 14,17 21,04 1,87 0,29 61,12
2016 12,76 47,2 2,7 0,26 61,88
2017 12,58 60,2 3,13 0,28 62,61
tanjjabbar 2015 12,63 31,9 3,98 0,36 65,03
2016 11,81 71,4 3,14 0,33 65,91
2017 11,32 90,3 4,25 0,29 66,15
tebo 2015 7,12 30,02 5,28 0,37 67,29
2016 6,87 67,3 5,38 0,32 68,05
2017 6,79 85,8 5,6 0,27 68,16
bungo 2015 5,7 38,5 5,13 0,35 68,34
2016 5,99 86,38 5,2 0,34 68,77
2017 5,82 109,9 5,67 0,34 69,04
sungai penuh 2015 3,43 17,89 7,06 0,33 73,03
2016 3,13 40,16 6,51 0,33 73,35
2017 2,78 51,1 6,24 0,32 73,75
GET DATA
/TYPE=XLS
/FILE='C:\Users\Novianti\Documents\laporan KFR 2018\data kfr 2018\data b
ab VI\dataregresi.xls'
/SHEET=name 'kemiskinan sbg Y'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1pagu X2pdrb X3ginirasio X4IPM
/RESIDUALS DURBIN
/CASEWISE PLOT(ZRESID) ALL.
Regression
[DataSet1]
MethodVariables Removed
Variables Entered
1 Enter.X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)a
ModelModel
Variables Entered/Removed
a. All requested variables entered.
Durbin-Watson
Std. Error of the Estimate
Adjusted R SquareR SquareR
1 .8211.93397.628.679.824aModelModel
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)
b. Dependent Variable: Y
Sig.FMean SquaredfSum of Squares
Regression
Residual
Total
1
29291.691
3.7402593.506
.000a13.24749.5464198.185
ModelModel
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)
b. Dependent Variable: Y
Page 1
Std. ErrorB Beta Sig.t
Standardized CoefficientsUnstandardized Coefficients
(Constant)
X1(pagu)
X2(pdrb)
X3(gini rasio)
X4(IPM)
1
.127-1.579-.315.223-.352
.281-1.103-.13410.689-11.790
.014-2.637-.542.518-1.366
.2841.094.139.009.010
.0043.20013.13342.028
ModelModel
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Y
ResidualPredicted ValueYStd. Residual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 -1.455734.23572.78-.753
-.655303.78533.13-.339
.496292.93373.43.257
-1.181197.00125.82-.611
-1.522867.51295.99-.787
-1.483477.18355.70-.767
-1.211318.00136.79-.626
-.703817.57386.87-.364
.088387.03167.12.046
.9596310.360411.32.496
.5019111.308111.81.260
2.890909.739112.631.495
-.3867912.966812.58-.200
-1.1624913.922512.76-.601
-.5494414.719414.17-.284
-4.188568.55864.37-2.166
-3.382517.68254.30-1.749
-3.137107.76714.63-1.622
1.276439.053610.33.660
2.060148.729910.791.065
1.370359.319610.69.709
.691978.17808.87.358
.466578.86349.33.241
.684099.605910.29.354
1.075738.35439.43.556
3.021286.92879.951.562
2.722137.07799.801.408
-.408497.85857.45-.211
.850816.62927.48.440
2.272435.88768.161.175
Case NumberCase Number
Casewise Diagnosticsa
a. Dependent Variable: Y
Page 2
NStd. DeviationMeanMaximumMinimum
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual 30.928.0001.562-2.166
301.000.0002.459-2.050
301.79565.000003.02128-4.18856
302.614198.292314.71942.9337
Residuals Statisticsa
a. Dependent Variable: Y
Page 3
GET DATA
/TYPE=XLS
/FILE='C:\Users\Novianti\Documents\laporan KFR 2018\data kfr 2018\data b
ab VI\dataregresi.xls'
/SHEET=name 'kemiskinan sbg Y'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1pagu X2pdrb X3ginirasio X4IPM
/RESIDUALS DURBIN
/CASEWISE PLOT(ZRESID) ALL.
Regression
[DataSet1]
MethodVariables Removed
Variables Entered
1 Enter.X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)a
ModelModel
Variables Entered/Removed
a. All requested variables entered.
Durbin-Watson
Std. Error of the Estimate
Adjusted R SquareR SquareR
1 .8211.93397.628.679.824aModelModel
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)
b. Dependent Variable: Y
Sig.FMean SquaredfSum of Squares
Regression
Residual
Total
1
29291.691
3.7402593.506
.000a13.24749.5464198.185
ModelModel
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)
b. Dependent Variable: Y
Page 1
Std. ErrorB Beta Sig.t
Standardized CoefficientsUnstandardized Coefficients
(Constant)
X1(pagu)
X2(pdrb)
X3(gini rasio)
X4(IPM)
1
.127-1.579-.315.223-.352
.281-1.103-.13410.689-11.790
.014-2.637-.542.518-1.366
.2841.094.139.009.010
.0043.20013.13342.028
ModelModel
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Y
ResidualPredicted ValueYStd. Residual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 -1.455734.23572.78-.753
-.655303.78533.13-.339
.496292.93373.43.257
-1.181197.00125.82-.611
-1.522867.51295.99-.787
-1.483477.18355.70-.767
-1.211318.00136.79-.626
-.703817.57386.87-.364
.088387.03167.12.046
.9596310.360411.32.496
.5019111.308111.81.260
2.890909.739112.631.495
-.3867912.966812.58-.200
-1.1624913.922512.76-.601
-.5494414.719414.17-.284
-4.188568.55864.37-2.166
-3.382517.68254.30-1.749
-3.137107.76714.63-1.622
1.276439.053610.33.660
2.060148.729910.791.065
1.370359.319610.69.709
.691978.17808.87.358
.466578.86349.33.241
.684099.605910.29.354
1.075738.35439.43.556
3.021286.92879.951.562
2.722137.07799.801.408
-.408497.85857.45-.211
.850816.62927.48.440
2.272435.88768.161.175
Case NumberCase Number
Casewise Diagnosticsa
a. Dependent Variable: Y
Page 2
NStd. DeviationMeanMaximumMinimum
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual 30.928.0001.562-2.166
301.000.0002.459-2.050
301.79565.000003.02128-4.18856
302.614198.292314.71942.9337
Residuals Statisticsa
a. Dependent Variable: Y
Page 3
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,343317317
R Square 0,11786678
Adjusted R Square0,086362022
Standard Error1,203829132
Observations 30
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 5,421818 5,421818 3,741237445 0,063249489
Residual 28 40,57773 1,449205
Total 29 45,99955
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept 4,240957634 0,435722 9,733172 1,74261E-10 3,34842152 5,133494 3,348422 5,133493748
X1(pagu) 0,009374754 0,004847 1,934228 0,063249489 -0,0005534 0,019303 -0,00055 0,019302909
RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT
Observation Predicted Y ResidualsStandard Residuals Percentile Y
1 4,941251761 1,508748 1,275475 1,666666667 1,87
2 5,812166411 0,887834 0,750562 5 2,7
3 6,240592671 -0,21059 -0,17803 8,333333333 3,09
4 4,757506582 0,722493 0,610786 11,66666667 3,13
5 5,399677234 0,810323 0,685036 15 3,14
6 5,718418871 -0,16842 -0,14238 18,33333333 3,98
7 4,625135055 -1,53514 -1,29778 21,66666667 4,25
8 5,10249753 -0,8425 -0,71224 25 4,26
9 5,340616283 -0,65062 -0,55002 28,33333333 4,36
10 4,525012682 -0,16501 -0,1395 31,66666667 4,55
11 4,887440673 -0,33744 -0,28527 35 4,69
12 5,064061039 -0,24406 -0,20633 38,33333333 4,82
13 4,62532255 0,614677 0,51964 41,66666667 5,06
14 5,103435006 0,326565 0,276074 45 5,13
15 5,342491234 -0,28249 -0,23881 48,33333333 5,2
16 4,438202459 -2,5682 -2,17112 51,66666667 5,24
17 4,683446025 -1,98345 -1,67678 55 5,28
18 4,805317827 -1,67532 -1,41629 58,33333333 5,38
19 4,540012288 -0,56001 -0,47343 61,66666667 5,43
20 4,910315073 -1,77032 -1,4966 65 5,48
21 5,087497924 -0,8375 -0,70801 68,33333333 5,55
22 4,52238775 0,757612 0,640475 71,66666667 5,6
23 4,871878581 0,508121 0,429559 75 5,67
24 5,045311531 0,554688 0,468926 78,33333333 6,03
25 4,601885665 0,528114 0,446461 81,66666667 6,21
26 5,050748888 0,149251 0,126175 85 6,24
27 5,271243103 0,398757 0,337104 88,33333333 6,45
28 4,408671984 2,651328 2,241396 91,66666667 6,51
29 4,617447756 1,892552 1,599937 95 6,7
30 4,720007566 1,519992 1,284981 98,33333333 7,06
-4
-2
0
2
4
0 50 100 150 200 250Re
sid
ua
ls
X1(pagu)
X1(pagu) Residual Plot
0
2
4
6
8
0 50 100 150 200 250
Y
X1(pagu)
X1(pagu) Line Fit Plot
Y
Predicted Y
0
2
4
6
8
0 20 40 60 80 100 120
Y
Sample Percentile
Normal Probability Plot