132
Provinsi Jambi KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2018

Tahun 2018 - KAJIAN FISKAL REGIONAL

Embed Size (px)

Citation preview

Provinsi Jambi

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Tahun 2018

Perekonomian Jambi

tumbuh 4,71% lebih

rendah dari growth

nasional sebesar

5,17%.

Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB

yang tumbuh sebesar 4,71% (yoy), meningkat

dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun

masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi

secara nasional yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy).

Menurut PDRB atas dasar harga berlaku, ekonomi

Provinsi Jambi menghasilkan output sebesar Rp208,37

triliun, sedangkan PDRB per kapita Jambi mencapai

Rp58,36 juta atau US$4,09 ribu.

Inflasi 2018 sebesar

3,34% (yoy), lebih

rendah dari tahun

sebelumnya 3,61

(yoy).

TPT Jambi 3,86% lebih

rendah dari TPT

Nasional 5,34%.

Inflasi 2018 terkendali pada level yang rendah dan berada

pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan pada kisaran

4,1%. Inflasi secara keseluruhan tahun 2018 mencapai

3,34% (yoy). Dengan perkembangan ini, inflasi dalam tiga

tahun terakhir secara konsisten berhasil dikendalikan

dalam kisaran sasaran.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018

sebesar 3,86%, turun dibandingkan pada Agustus 2017

(3,87%), dan masih lebih rendah dibandingkan TPT

nasional yang mencapai 5,34%. Meskipun jumlah TPT

ii

Jambi turun namun terdapat hal-hal yang perlu menjadi

perhatian, yaitu: (1) penyumbang tertinggi tingkat

pengangguran terdapat pada golongan dengan tingkat

pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah

menengah kejuruan (SMK).

Realisasi Pajak

mencapai Rp4,51

triliun.

Belanja terealisasi

sebesar Rp6,23 triliun

atau 92,8% dari

alokasi anggarannya.

Penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,51

triliun lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2017

sebesar Rp4,21 triliun. Realisasi penerimaan pajak

tersebut menyumbang 88,75% dari total penerimaan

APBN di Jambi. Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 6

(enam) tahun terakhir mengalami tren peningkatan yang

cukup signifikan yaitu sebesar 51,78% (rata-rata naik

10,29% per tahun).

Dari sisi spending, Belanja Pemerintah Pusat (K/L)

terealisasi sebesar Rp6,23 triliun. Realisasi belanja

tersebut, naik sebesar Rp528 miliar dibandingkan tahun

2017. Dari sisi penyerapan, tahun 2018 penyerapan

anggaran yang mencapai 92,8% lebih rendah

dibandingkan capaian tahun 2017 (94,7%). Realisasi

Belanja K/L masih jauh melebihi realisasi pendapatan,

sehingga terjadi defisit sebesar Rp1,15 triliun

(mengabaikan realisasi dana transfer).

Realisasi Pendapatan

Daerah mencapai

Rp16,55 triliun.

Realisasi pendapatan daerah tahun 2018 mencapai Rp

16,55 triliun dengan rincian: PAD sebesar Rp2,59 triliun,

Pendapatan Transfer sebesar Rp13,7 triliun, dan Lain-lain

Pendapatan yang Sah sebesar Rp237,7miliyar.

Pada pos PAD hanya pajak daerah yang realisasinya

mencapai target penerimaan tahun 2018. Capaian

realisasinya bahkan mencapai 104,6% dari target pajak

daerah 2018, namun menurun dibandingkan dengan

capaian realisasi tahun 2017 sebesar 108,7% dari target.

Belanja APBD

terealisasi sebesar

Rp16,43 triliun atau

87,16% dari alokasi

anggarannya.

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh

pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi sampai

dengan akhir tahun 2018 secara agregat belanja daerah

mencapai Rp16,43 triliun atau baru mencapai 87,16% dari

alokasi anggarannya. Realisasi belanja daerah tahun

2018 porsinya masih didominasi Belanja Operasi sebesar

64,96%. Utamanya belanja pegawai sebesar 39,4% (TA

2016 sebesar 37,6%) dan belanja barang 20,4%. Adapun

porsi belanja modal menurun (dibanding 2017) menjadi

20,9%. Kemudian, porsi belanja transfer meningkat

menjadi 14,1% dibanding tahun sebelumnya (13,6%).

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

karunia-Nya Laporan Kajian Fiskal Regional Tahunan Provinsi Jambi Tahun 2018 dapat

diselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka tugas Pembinaan Pelaksanaan

Anggaran Daerah sesuai dengan SE-61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan

Kajian Fiskal Regional.

Kami menyadari bahwa Laporan Kajian Fiskal Regional Tahunan Provinsi Jambi Tahun

2018 ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu tanggapan, saran, maupun kritik yang

membangun dari para pengguna laporan ini sangat diharapkan. Dan kepada semua

pihak baik Pemerintah Daerah dan SKPD lingkup Kabupaten/Kota/Provinsi Jambi, BPS

Provinsi Jambi, Perwakilan Bank Indonesia Jambi, KPPN dalam wilayah Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Jambi, kantor vertikal di lingkup Kementerian Keuangan di

Provinsi Jambi dan Regional Economist Jambi yang telah memberikan dukungan,

sarana dan inspirasi dalam rangka penyusunan laporan ini, diucapkan terima kasih.

Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pihak

yang berkepentingan.

Kepala Kantor

Tiarta Sebayang

NIP 196111211988101001

v

DAFTAR ISI

BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL .........................................- 1 - A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ..........................................................- 1 -

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...............................................................- 1 - 2. Suku bunga .......................................................................................................... - 10 - 3. Inflasi ................................................................................................................... - 11 - 4. Nilai tukar ............................................................................................................. - 11 -

B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN .................................................................................. - 12 - 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) ............... - 12 - 2. Tingkat Kemiskinan .............................................................................................. - 13 - 3. Ketimpangan (Gini Ratio) ..................................................................................... - 15 - 4. Kondisi Ketenagakerjaan ...................................................................................... - 16 -

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... - 17 - BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL- 20 - A. APBN TINGKAT PROVINSI JAMBI ............................................................................. - 20 - B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ...................................... - 23 -

1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ................................. - 23 - 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi................... - 26 -

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI .............................................. - 28 - 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/

Kementerian/ Lembaga) ....................................................................................... - 28 - 2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi ...................................... - 30 - 3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja ............................ - 32 -

D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT .......................................................... - 34 - E. TRANSFER KE DAERAH ............................................................................................ - 35 - F. PENGELOLAAN BLU PUSAT...................................................................................... - 41 -

1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat ............................................................. - 41 - 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat ................................ - 43 - 3. Kemandirian BLU ................................................................................................. - 44 - 4. Profil dan jenis layanan satker PNBP.................................................................... - 44 -

G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ................................................... - 45 - 1. Penerusan pinjaman ............................................................................................ - 45 - 2. Kredit program ..................................................................................................... - 46 -

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD .................................... - 50 - A. APBD TINGKAT PROVINSI ......................................................................................... - 50 - B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD .......................................................................... - 52 - C. JENIS BELANJA DALAM APBD .................................................................................. - 54 -

1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan ....................................... - 54 - 2. Rincian Belanja Daerah menurut Jenis Belanja (sifat ekonomi) ............................. - 56 -

D. PENGELOLAAN BLU DAERAH ................................................................................... - 58 - 1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah ....................................................... - 58 - 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah ............................. - 58 - 3. Analisis legal ........................................................................................................ - 59 -

E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH ....................................................................... - 59 - 1. Bentuk Investasi Daerah ...................................................................................... - 59 - 2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah .......................................................... - 60 -

F. SILPA DAN PEMBIAYAAN .......................................................................................... - 60 - 1. Perkembangan surplus/defisit APBD .................................................................... - 60 - 2. Pembiayaan daerah ............................................................................................. - 63 -

G. ANALISIS LAINNYA .................................................................................................... - 64 - 1. Analisis Horizontal dan Vertikal ............................................................................ - 64 - 2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah .......................................................................... - 67 -

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)............................................................................................................. - 70 -

vi

BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL …………………………………………………………………………………………………………- 81 -

1. Pertambangan...................................................................................................... - 82 - 2. Pengadaan Air ..................................................................................................... - 83 -

BAB VI ANALISIS TEMATIK ............................................................................................... - 87 - BAB VII PENUTUP ............................................................................................................. - 98 - A. KESIMPULAN ............................................................................................................. - 98 - B. REKOMENDASI .......................................................................................................... - 99 - DAFTAR PUSTAKA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Jambi 2017-2018 .................................................................................................- 3 -

Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya (2017-2018) .........- 5 - Tabel 1.3 Realisasi PMA menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3)...........................................- 6 - Tabel 1.4 Realisasi PMDN menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) .......................................- 6 - Tabel 1.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi 2017-

2018 ...................................................................................................................- 9 - Tabel 1.6 PDRB Per Kapita Provinsi Jambi 2015-2018 ...................................................... - 10 - Tabel 1.7 Perkembangan BI Rate (7-day Repo Rate) dan Suku Bunga (Pinjaman Investasi)

Menurut Kelompok Bank Tahun 2018 ............................................................... - 10 - Tabel 1.8 Perkembangan Kurs Tengah Mata Uang Asing terhadap Rupiah 2018 .............. - 12 - Tabel 1.9 Perkembangan IPM per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ................................ - 13 - Tabel 1.10 Penduduk Miskin di Provinsi Jambi .................................................................... - 14 - Tabel 1.11 Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Jambi ........... - 14 - Tabel 1.12 Gini Rasio Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi ................................................... - 15 - Tabel 1.13 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama Provinsi Jambi ........................................................................................ - 16 - Tabel 1.14 Target dan Capaian Provinsi Jambi Terhadap 5 Indikator Ekonomi Makro ......... - 17 - Tabel 2.1 Perkembangan Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi

(2017-2018) ....................................................................................................... - 21 - Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi .................... - 23 - Tabel 2.3. Realisasi Penerimaaan Perpajakan per KPP dan per Jenis Pajak Provinsi Jambi

Tahun 2018 ....................................................................................................... - 24 - Tabel 2.4 Perkembangan Tax Ratio Provinsi Jambi ........................................................... - 25 - Tabel 2.5 Penerimaaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi .......................... - 26 - Tabel 2.6. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2017 – 2018 ...... - 27 - Tabel 2.7 Pagu & Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (K/L) di Provinsi Jambi ............ - 28 - Tabel 2.8 Pagu & Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi..................................... - 30 - Tabel 2.9 Pagu & Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi Jambi .......................... - 32 - Tabel 2.10 Pagu & Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa di Provinsi Jambi ............ - 36 - Tabel 2.11 Profil BLU Pusat di Provinsi Jambi ..................................................................... - 42 - Tabel 2.12 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Pusat di Provinsi Jambi ......................... - 43 - Tabel 2.13 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU di Provinsi Jambi........... - 43 - Tabel 2.14 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Jambi ............................................. - 44 - Tabel 2.15 Profil 10 Satker Pengelola PNBP dengan Pagu PNBP Terbesar ........................ - 45 - Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman/SLA di Provinsi Jambi per 30 Desember 2018 .................. - 46 - Tabel 2.17 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Bank ................................ - 48 - Tabel 2.18 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor Usaha ................... - 49 - Tabel 3.1 Profil APBD Provinsi Jambi Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi ............................ - 51 - Tabel 3.2 Pagu & Realisasi Pendapatan APBD se-Provinsi Jambi (2017-2018) ................. - 52 - Tabel 3.3 Profil Belanja APBD menurut Klasifikasi Urusan TA 2018 ................................... - 55 - Tabel 3.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Provinsi Jambi ................ - 57 - Tabel 3.5 Profil dan Layanan BLU Daerah di Provinsi Jambi Tahun 2018 .......................... - 58 - Tabel 3.6 Perkembangan Aset BLUD di Provinsi Jambi ..................................................... - 58 - Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi BLUD di Provinsi Jambi TA 2018 ................................ - 58 - Tabel 3.8 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLUD di Provinsi Jambi ................................ - 59 - Tabel 3.9 Bentuk Investasi Daerah di Provinsi Jambi ......................................................... - 60 - Tabel 3.10 Jenis dan Nilai Investasi pada BUMD di Provinsi Jambi ..................................... - 60 - Tabel 3.11 Rasio PAD di wilayah Provinsi Jambi ................................................................. - 66 - Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jambi s.d.

Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 ..................................................................... - 70 - Tabel 4.2 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018 ................... - 73 - Tabel 4.3 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah di

wilayah Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018 .................................................... - 74 -

viii

Tabel 4.4 Rasio Belanja Operasi Provinsi Jambi Tahun 2018 dan 2017 ............................. - 76 - Tabel 4.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi Jambi ........... - 77 - Tabel 4.6 Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Jambi 2018 ........................................ - 79 - Tabel 5.1 Hasil Analisis Sektor Unggulan (LQ + Shift Share) - Provinsi Jambi .................... - 81 - Tabel 5.2 Perkembangan Komoditas Tambang Provinsi Jambi 2011-2015 ........................ - 82 - Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 10 Provinsi – Sumatera .................................. - 84 - Tabel 6.1 Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD .................................................... - 90 - Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD ...................................................... - 90 - Tabel 6.3 Output Regresi DANA DESA, GROWTH, GINI dan IPM Tahun 2015-2017 (SPSS

Statistics 17.0) .................................................................................................. - 94 -

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Jambi dan Sekitarnya .................................- 2 - Grafik 1.2 Distribusi PDRB Provinsi Jambi ...........................................................................- 4 - Grafik 1.3 Realisasi Belanja APBN dan APBD 2017-2018 di Provinsi Jambi .........................- 7 - Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekpor dan Impor Non Migas Jambi ......................................- 8 - Grafik 1.5. Perbandingan Inflasi Kota Jambi, Bungo, dan Nasional (m to m) ............................... Tahun 2017-2018 ..............................................................................................- 11- Grafik 1.6 IPM se-Sumatera Tahun 2017 ........................................................................... - 12 - Grafik 1.7 Gini Ratio se-Sumatera ...................................................................................... - 15 - Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka Jambi dan Nasional Tahun 2012-2018 ............. - 17 - Grafik 1.9 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Jambi ........................................... - 18 - Grafik 1.10 Tingkat Kemiskinan ........................................................................................... - 18 - Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi APBN Provinsi Jambi 2012-2018 ................................ - 22 - Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat

Provinsi Jambi (2014 -2018) .............................................................................. - 24 - Grafik 2.3 Komposisi Penerimaan PPh dan PPN per KPP wilayah Jambi ........................... - 25 - Grafik 2.4 Capaian Realisasi 10 K/L dengan Pagu Terbesar Tahun 2018 ........................... - 29 - Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Belanja K/L berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi ............. - 31 - Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Provinsi Jambi Sepanjang 2018 ................................... - 33 - Grafik 2.7 Sebaran Capaian Penyerapan Belanja APBN 2018 per Kabupaten/kota ............ - 33 - Grafik 2.8 Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat (2017-2018) ................................. - 34 - Grafik 2.9 Perkembangan Dana Bagi Hasil (DBH) di Provinsi Jambi ................................... - 37 - Grafik 2.10 Perkembangan Dana Alokasi Umum di Provinsi Jambi ...................................... - 38 - Grafik 2.11 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Fisik di Provinsi Jambi ............................ - 38 - Grafik 2.12 DAK Non Fisik, DID, & Dana Desa di Provinsi Jambi ......................................... - 39 - Grafik 2.13 Perkembangan Transfer ke Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Jambi 2011-2017 .................................................................................. - 40 - Grafik 2.14 Perkembangan Transfer ke Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran,

dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi 2011-2018 ........................................ - 40 - Grafik 2.15 Tren Pertumbuhan BLU kurun waktu 2005 – 2018............................................. - 41 - Grafik 2.16 Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2018 ...................................... - 42 - Grafik 3.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi ............................ - 53 - Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi 2017-2018 ............ - 54 - Grafik 3.3 Komposisi Pagu Belanja APBD Tahun 2018 Provinsi Jambi – Berdasarkan

Klasifikasi Urusan .............................................................................................. - 56 - Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018 .............................................. - 57 - Grafik 3.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per Kabupaten/Kota .......... - 61 - Grafik 3.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer (Semester I) ................................ - 61 - Grafik 3.7 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB per Kabupaten/Kota ................................ - 62 - Grafik 3.8 Rasio SILPA terhadap alokasi belanja per Kabupaten/Kota ................................ - 62 - Grafik 3.9 Keseimbangan Primer per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi ................................ - 64 - Grafik 3.10 Capaian Realisasi PAD per Kabupaten/Kota ..................................................... - 65 - Grafik 3.11 Komposisi Realisasi PAD Per Kabupaten/Kota Tahun 2018 .............................. - 65 - Grafik 3.12 Komposisi Pendapatan Daerah Per Kabupaten/Kota 2018 ................................ - 66 - Grafik 3.13 Komposisi Realisasi Belanja Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2018 .............. - 67 - Grafik 3.14 Peta Kapasitas Fiskal Provinsi wilayah Sumatera 2015-2018 ............................ - 68 - Grafik 3.15 Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota Wilayah Jambi 2015-2018 ..................... - 69 - Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Jambi s.d. Triwulan

IV TA 2018 dan 2017 ..........................................................................................- 71- Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan

Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 ................................ - 72 - Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap

Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 .......................................................................................................................... - 72 -

x

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Jambi 2018 ........... - 75 -

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 .................................................................................................................. - 76 -

Grafik 4.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per Kabupaten/Kota .......... - 78 - Grafik 5.1 Kuadran Identifikasi Sektor Unggulan ................................................................ - 82 - Grafik 5.2 Presentase Air Baku yang Digunakan Menurut Sumbernya Tahun 2017 ............ - 83 - Grafik 5.3 Perkembangan Angka Buta Huruf Provinsi Jambi 2008-2017 ............................. - 84 - Grafik 6.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa Tahun 2015 – 2018 ..................................... - 88 - Grafik 6.2 Perkembangan Alokasi Dana Desa Per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun

2017-2018 ........................................................................................................ - 89 - Grafik 6.3 Perkembangan Alokasi Dana Desa, PDRB, Gini Ratio dan Tingkat Kemiskinan

Pedesaan Tahun 2015-2018 .............................................................................. - 93 -

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Poin-Poin Perubahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2018 ................................... - 47 -

xii

- 1 -

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan

oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupaten/kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender).

Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB yang tumbuh sebesar

4,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun

masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang

tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Menurut PDRB atas dasar harga berlaku, ekonomi

Provinsi Jambi menghasilkan output sebesar Rp208.378,55 miliar, sedangkan

PDRB per kapita Jambi mencapai Rp58,36 juta atau US$4,09 ribu. Struktur

ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 menurut lapangan usaha masih didominasi

oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (27,57%), pertambangan dan

penggalian (20,17%), dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil

dan sepeda motor (11,77%). Menurut pengeluaran, struktur ekonomi Jambi

didominasi oleh komponen ekspor barang dan jasa (73,79%), impor (sebagai

pengurang ekspor) barang dan jasa (46,63%), konsumsi rumah tangga (42,84%)

dan Pembentukan modal tetap bruto (20,78%).

Tumbuhnya ekonomi Jambi tahun 2018 (4,71%) yang sedikit lebih baik

dibandingkan tahun 2017 (4,64%), penyebabnya dipengaruhi oleh beberapa

fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2018. Menurut data BPS jambi,

fenomena tersebut yaitu antara lain: (1) kondisi iklim yang cukup kondusif

sepanjang tahun mendorong peningkatan produksi pertanian terutama produksi

padi, jagung, (2) permintaan ekspor komoditas unggulan Jambi seperti kopi,

pinang dan pertambangan migas masih cukup tinggi sehingga memacu produksi

komoditas tersebut, (3) produksi migas dan batubara tumbuh sangat baik, (4)

angka penjualan sepeda motor dan mobil tumbuh positif dan meningkat

signifikan, (5) realisasi belanja APBN 2018 mencapai 93,64 % lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya (95.05%) dimana realisasi belanja modal APBN

mencapai 90,19% dari alokasi pagu, serta (5) laju inflasi cukup terkendali

sepanjang tahun 2018.

- 2 -

Secara umum, pergerakan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 masih

disebabkan oleh faktor yang berproses secara alami (by natural), bukan yang

diakibatkan oleh peran faktor yang sifatnya direncanakan (by planing). Hal ini

terlihat jelas bahwa pergerakan ekonomi Provinsi Jambi masih sangat masih

rentan terhadap faktor eksternal, terutama oleh pengaruh naik turunnya harga

komoditas pertambangan dan perkebunan. Kebijakan yang sifatnya (by planing)

menciptakan nilai tambah (value added) masih belum tersusun dan disinergikan

dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka meminimalkan dampak jika

terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi, sehingga outcome dari

kebijakan tersebut belum mampu meminimalisasi dampak perubahan harga

komoditas unggulan Provisi Jambi. Sedangkan dari sektor belanja pemerintah

melalui realisasi APBN dan APBD di Provinsi Jambi yang diharapkan menjadi

pendorong ekonomi yang memicu multiplier effect perekonomian Jambi,

diindikasikan hanya menyumbangkan porsi yang lebih rendah dibandingkan

komponen penyumbang PDRB Jambi lainnya. Mencermati kondisi tersebut,

sebenarnya perkembangan perekonomian Provinsi Jambi akan jauh lebih

optimal apabila benar-benar didorong oleh perencanaan yang disusun dan

dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi sumber daya yang ada di Provinsi

Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi (khususnya sektor pertanian,

kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan

besar dan eceran) dan memastikan pengeluaran pemerintah digunakan pada

sektor-sektor produktif sehingga tercipta efektivitas penganggaran yang optimal.

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Jambi dan Sekitarnya

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

5,29

2,71

4,645,51

4,98

5,14

2,34

4,71

6,04

4,99

5,17

0

1

2

3

4

5

6

7

Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu

Provinsi - 2016 Provinsi - 2017 Provinsi - 2018 Nasional - 2018

- 3 -

Pada 2018, laju pertumbuhan ekonomi Jambi mampu tumbuh diatas Riau

(2,34%) namun masih lebih rendah dibanding wilayah provinsi di sekitarnya.

Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Jambi masih lebih baik dibandingkan

dengan Riau, namun nilai PDRB atas dasar harga berlaku Jambi Rp208,37

triliun sangat kecil jika dibandingkan dengan PDRB Riau yang mencapai

Rp755,27 triliun (PDRB Jambi hanya ¼ dari PDRB Riau). Share PDRB Jambi

(Rp208,37 triliun) terhadap ekonomi nasional yang mencapai Rp14.291,3

triliun “hanya” sebesar 1,46% dari total PDB Nasional. Hal ini tidak terlepas

dari struktur ekonomi Jambi yang masih berbasis pada sektor pertanian (agro

based) dengan nilai tambah komoditas yang rendah. Seyogyanya, struktur

ekonomi Jambi sudah harus ditransformasikan pada sektor agroindustri dan

industri hilir lainnya dalam rangka peningkatan nilai tambah komoditas yang

nilainya jauh lebih besar, sehingga kontribusinya menjadi lebih berarti dalam

membentuk ekonomi Jambi dan pada level nasional kontribusinya menjadi

lebih baik.

b. Nominal PDRB

Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari sisi permintaan (pengeluaran) maupun

sisi penawaran (lapangan usaha), dapat diuraikan sebagai berikut:

1) PDRB sisi permintaan

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Pengeluaran Provinsi Jambi 2017-2018

(dalam Miliar Rp)

Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total

Konsumsi Rumah Tangga 83.274,3 22.465,4 23.082,6 23.364,5 20.361,8 89.274,2 4.13 1,82

Konsumsi Lembaga Non Profit 950,4 259,2 279,6 285,5 300,4 1.124,7 14,41 0,07

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.936,6 2.300,9 3.334,0 4.093,7 7.157,8 16.886,4 4,47 0,33

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 41.131,9 10.751,9 10.927,5 11.626,5 9.998,2 43.304,1 2,12 0,47

Perubahan Inventori 988,6 461,0 561,3 1.044,4 (874,0) 1.192,6 16,03 0,09

Ekspor Barang dan Jasa 135.920,6 34.519,6 35.640,4 36.954,5 46.651,6 153.766,0 7,02 5,17

Impor Barang dan Jasa 88.334,4 20.693,2 21.897,0 24.339,3 30.240,0 97.169,5 -6,70 3,24

PDRB 189.868,0 50.064,7 51.928,2 53.029,7 53.355,9 208.378,5 4,71 4,71

KOMPONEN2017 2018 Growth

(%)

Andil

(%)

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Jambi, seluruh komponen PDRB

tumbuh secara positif. Komponen perubahan inventori menyumbang

pertumbuhan tertinggi sebesar 16,03% (c-to-c), diikuti pengeluaran

konsumsi LNPRT 14,41%, sedangkan konsumsi rumah tangga mampu

tumbuh 4,13% dan pengeluaran konsumsi pemerintah hanya tumbuh

4,47%. Pada sisi ini, sumber pertumbuhan (andil) ekonomi Jambi

disumbang oleh ekspor barang dan jasa (5,17%), diikuti impor barang dan

- 4 -

jasa (3,24%), dan konsumsi rumah tangga (1,82%). Pengeluaran konsumsi

pemerintah yang seharusnya menjadi trigger perekonomian malah hanya

menyumbang 0,33% terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi.

Grafik 1.2 Distribusi PDRB Provinsi Jambi

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Distribusi PDRB Jambi (Grafik

1.2) menggambarkan bahwa

konsumsi rumah tangga

memberikan persentase

distribusi terbesar ke pembentuk

angka PDRB di Provinsi Jambi

sebesar 43,66%. Sedangkan

konsumsi pemerintah hanya

menyumbang 8,10% atas angka

PDRB, artinya APBN dan APBD

yang diharapkan sebagai

pendorong ekonomi yang

memicu multiplier effect belum

berjalan optimal.

a) Konsumsi

Konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen terbesar

pembentuk PDRB Jambi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018,

konsumsi rumah tangga dan LNPRT membentuk PDRB Jambi

sebesar 43,38% atau hampir setengah dari pergerakan ekonomi

Jambi didominasi oleh konsumsi. Pertumbuhan dan pergerakan

ekonomi yang didominasi konsumsi, cenderung menghasilkan struktur

perekonomian yang rentan terhadap gejolak ekonomi (shock) dan

bersifat temporer serta kontraproduktif.

Berdasarkan hasil survei BPS, Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2018 pergerakan ITK cukup

fluktuatif. Pada triwulan I, pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi

naik menjadi 107,40 dibanding triwulan sebelumnya (106,20) dan

semakin membaik pada triwulan II naik menjadi 123,88 dan pada

triwulan III turun menjadi 95,61 dan pada triwulan IV kembali naik

menjadi 114,56. Pergerakan ini terutama disebabkan oleh

Konsumsi Rumah

Tangga ; 42,84%

Konsumsi Lembaga

Non Profit ; 0,54%Konsumsi

Pemerintah ; 8,10%

Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) ; 20,78%

Perubahan Inventori ;

0,57%

Net Ekspor

(Impor) ; 27,16%

- 5 -

kenaikan/penurunan konsumsi masyarakat dan pengaruh inflasi serta

pendapatan masyarakat.

Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya (2017-2018)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pendapatan rumah tangga kini 100,52 108,76 105,16 105,02 108,71 126,55 96,98 119,14

Pengaruh inflasi terhadap tingkat

konsumsi 108,44 108,27 104,37 107,49 100,31 116,65 96,74 108,17

Tingkat konsumsi beberapa komoditi

makanan dan bukan makanan 113,02 109,29 101,38 107,38 113,25 129,79 90,91 111,72

Indeks Tendensi Konsumen 105,37 108,74 104,13 106,2 107,4 123,88 95,61 114,56

Variabel Pembentuk2017 2018

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Tingkat pendapatan masyarakat Jambi cenderung meningkat

menjelang akhir tahun yang diakibatkan oleh adanya peningkatan

pendapatan pada pegawai baik swasta maupun pegawai negeri

berupa bonus akhir tahun dan rapelan tunjangan kinerja serta

kebijakan B-20 penggunaan biosolar yang meningkatkan harga

komoditas yang menjadi unggulan Provinsi Jambi seperti kelapa sawit.

Diprediksi untuk beberapa bulan kedepan meskipun harga komoditas

masih bergerak relatif positif dan cenderung mengalami kenaikan

namun memasuki awal tahun baru biasanya tidak ada peningkatan

pendapatan pada pegawai swasta maupun pegawai negeri sehingga

diperkirakan akan menekan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat

pada triwulan mendatang.

b) Investasi

Investasi juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya nilai

investasi akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian.

Menurut data BKPM, nilai investasi di Provinsi Jambi 2018 (sd.Q3)

mencapai U$D53,35 juta (Penanaman Modal Asing-PMA) dan

Rp2.643,30 miliar (Penanaman Modal Dalam Negeri-PMDN).

- 6 -

Tabel 1.3 Realisasi PMA menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) (dalam U$D juta)

P I P I P I

I SUMATERA / Sumatera 2.964 5.665,3 2.529 5.497 2.058 3.744,3

1 ACEH / Aceh 111 134,5 89 23,2 78 55,6

2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 688 1.014,7 564 1.514,9 429 824,0

3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 198 79,3 146 194,4 115 148,6

4 R I A U / Riau 394 869,1 285 1.061,1 232 929,3

5 JAMBI / Jambi 161 61,0 103 76,8 93 53,4

6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 251 2.793,5 261 1.182,9 216 936,4

7 BENGKULU / Bengkulu 59 55,7 50 138,7 36 130,4

8 LAMPUNG / Lampung 129 85,7 133 120,6 108 99,9

9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 93 52,7 86 153,1 74 37,5

10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 880 519,1 812 1.031,5 677 529,3

INDONESIA 25.328 28.964,1 26.257 32.239,8 18.990 21.921,2

LOKASI / Location 2018 (s.d. Q3)

NO.20172016

Keterangan: P (Proyek), I (Investasi)

Sumber: BKPM (2018)

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Jambi 2018 mencapai

U$D53,4 juta dengan total proyek sebanyak 93 yang terealisasi.

Selanjutnya, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) 2018 sebesar Rp2.643,3 miliar dengan 163 proyek terealisasi.

Namun nilai realisasi investasi Jambi tersebut hanya kisaran 7% dari

total investasi yang masuk di wilayah Sumatera (PMA U$D3.744,3 juta

dan PMDN Rp37,56 triliun). Hal ini menunjukkan masih rendahnya

minat investor untuk menanamkan investasinya di Jambi dibandingkan

di wilayah lain di Sumatera.

Tabel 1.4 Realisasi PMDN menurut Lokasi 2016 - 2018 (s.d. Q3) (dalam miliar rupiah)

P I P I P I

I SUMATERA / Sumatera 1.415 39.823,6 1.693 46.464 1.926 37.559,3

1 ACEH / Aceh 135 2.456,1 154 782,8 203 676,3

2 SUMATERA UTARA / North Sumatera 228 4.864,2 307 11.683,6 317 6.835,3

3 SUMATERA BARAT / West Sumatera 197 3.795,6 192 1.517,0 194 2.001,4

4 R I A U / Riau 289 6.613,7 285 10.829,8 331 4.073,0

5 JAMBI / Jambi 108 3.884,4 152 3.006,6 163 2.643,3

6 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 165 8.534,1 233 8.200,2 204 6.497,0

7 BENGKULU / Bengkulu 31 949,1 45 296,5 84 4.580,2

8 LAMPUNG / Lampung 72 6.031,8 69 7.014,8 78 4.301,4

9 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 60 2.202,0 58 1.734,7 99 2.718,9

10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 130 492,5 198 1.398,0 253 3.232,3

INDONESIA 7.514 216.306,1 8.838 262.350,5 9.014 241.673,8

NO. LOKASI / LOCATION20172016 2018 s.d. Q3

Keterangan: P (Proyek), I (Investasi)

Sumber: BKPM ( 2018)

- 7 -

Rendahnya minat investor untuk menanamkan investasinya di Jambi

bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah

masih minimnya sarana infrastuktur dan aksesibilitas pada sentra-

sentra produksi pertanian. Jambi kaya dengan sumber daya alam

(sawit, karet, dan pinang) tetapi minimnya infrastuktur mengakibatkan

biaya transportasi komoditas unggulan tersebut cukup tinggi sehingga

minat investor pada sektor unggulan juga rendah. Peran pemerintah

daerah dalam memberikan insentif berupa kebijakan terhadap

komoditas unggulan tersebut sehingga menarik minat investor juga

tergolong minim.

c) Pengeluaran Pemerintah

Grafik 1.3 Realisasi Belanja APBN dan APBD 2017-2018 di Provinsi Jambi (dalam miliar rupiah)

Sumber: Data OMSPAN dan LRA Pemda (2018, data diolah)

Pada tahun 2018, konsumsi pemerintah mampu tumbuh 4,47%

dengan andil terhadap total PDRB sebesar 0,33%, jauh lebih baik

dibandingkan tahun 2017 (0,24%). Konsumsi pemerintah tersebut,

salah satunya berasal dari realisasi APBN 2018 di Provinsi Jambi

mencapai Rp8,25 triliun atau 93,64% dari total pagu Rp8,81 triliun

(termasuk DAK Fisik dan Dana Desa yang disalurkan oleh 5 KPPN di

Provinsi Jambi).

Masih lambatnya penyerapan belanja (pemerintah daerah) dan

menumpuknya realisasi pada triwulan III dan IV serta tidak optimalnya

efektivitas anggaran dalam memfokuskan pengeluaran di bidang yang

2.047

2.557

1.493 1.387

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

2017 2018

APBN

Bel. Pegawai Bel. BarangBel. Modal Bantuan Sosial

-

2.000

4.000

6.000

8.000

2017 2018

APBD

Belanja Pegawai Belanja Barang

Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial

- 8 -

produktif masih menjadi masalah utama realisasi belanja sehingga

menyebabkan peran pengeluaran pemerintah (government

expenditure) dalam memberikan multiplier efek terhadap pertumbuhan

ekonomi Jambi menjadi tidak optimal. Berdasarkan reviu pelaksanaan

anggaran oleh Kanwil DJPb Provinsi Jambi, minimnya kontribusi

konsumsi pemerintah terhadap PDRB utamanya disebabkan masih

rendahnya kinerja pemerintah daerah dalam meng-eksekusi belanja

daerah meskipun Transfer ke Daerah (DAK Fisik dan Dana Desa) telah

disalurkan oleh KPPN serta efektivitas anggaran dalam memberikan

rangsangan belanja di sektor-sektor yang produktif.

d) Ekspor dan Impor

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Non Migas Jambi (dalam jutaan usd)

Sumber: BPS Provinsi Jambi dan Bank Indonesia (2018, data diolah)

Peningkatan kinerja ekspor non migas Jambi secara signifikan terjadi

pada triwulan I 2018 dengan nilai sebesar USD342,9 juta, lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya (USD350,3 juta). sedangkan Nilai

Impor non migas Jambi triwulan I justru mengalami kenaikan yang

cukup signifikan sebesar 71,32% dibanding triwulan IV 2017.

Sepanjang triwulan I-IV 2018 impor non migas hanya tercatat USD85,9

juta. Secara agregat, kontribusi ekspor (migas dan non migas) neto

terhadap PDRB Jambi mencapai 27,16%.

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 -2016

Q2 Q3 Q4 Q1 -2017

Q2 Q3 Q4 Q1 -2018

Q2 Q3 Q4

Ekspor Non Migas Impor Non Migas Net Ekspor

- 9 -

2) PDRB sisi penawaran

Tabel 1.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Jambi 2017-2018

(dalam Miliar Rp)

2017

Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total

Pertanian, Kehutanan dan, Perikanan 56.355,8 14.411,9 14.189,9 14.169,2 14.681,8 57.452,8 2,48

Pertambangan dan Penggalian 33.741,8 9.657,0 10.456,2 10.897,6 11.019,8 42.030,6 6,86

Industri Pengolahan 19.638,6 4.924,9 5.146,1 5.385,4 5.324,2 20.780,6 3,55

Pengadaan Listrik, Gas 121,1 31,9 32,8 33,7 34,7 133,1 5,61

Pengadaan Air 265,0 67,9 69,3 69,6 76,1 282,9 4,24

Konstruksi 13.308,0 3.384,5 3.466,0 3.747,3 4.135,0 14.732,8 5,22

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor22.064,5 6.001,3 6.404,0 6.546,7

5.564,9 24.516,9 6,17

Transportasi dan Pergudangan 6.231,2 1.589,8 1.678,5 1.651,8 1.728,2 6.648,3 4,70

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.293,9 592,7 597,4 619,9 673,4 2.483,4 6,69

Informasi dan Komunikasi 7.107,2 1.908,9 2.028,8 2.046,9 1.905,1 7.889,6 7,74

Jasa Keuangan 4.676,2 1.208,6 1.221,2 1.182,4 1.222,3 4.834,5 (0,14)

Real Estate 2.969,0 784,6 798,9 804,9 834,7 3.223,1 5,04

Jasa Perusahaan 2.297,0 589,5 616,2 621,9 662,1 2.489,7 4,67

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib8.563,1 2.209,6 2.395,8 2.397,0

2.585,8 9.588,2 4,80

Jasa Pendidikan 6.309,0 1.669,8 1.752,3 1.786,6 1.766,4 6.975,1 4,99

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.091,8 565,1 572,8 584,2 599,6 2.321,7 5,54

Jasa Lainnya 1.834,9 486,1 502,2 484,5 522,3 1.995,1 5,17

PDRB 189.868,1 50.084,0 51.928,4 53.029,6 53.336,4 208.378,4 4,71

Menurut Lapangan UsahaGrowth (%)

c to c

2018

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Berdasarkan PDRB sektoral pada tahun 2018 didominasi oleh sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan juga Pertambangan dan

Penggalian yang distribusinya lebih dari dari 47% total PDRB Provinsi

Jambi tahun 2018. Walaupun distribusi kedua sektor tersebut masih cukup

besar namun pertumbuhannya pada 2018 masing-masing hanya 2,48%

(lebih rendah dari tahun 2017 sebesar 5,43%) dan 6,86% (lebih tinggi dari

tahun 2017 sebesar 3,77%). Hal tersebut karena pada saat ini harga

komoditas dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di pasar

internasional mengalami penurunan dibandingkan dengan periode tahun

lalu. Berbanding terbalik dengan sektor Informasi dan Komunikasi yang

pertumbuhannya tertinggi dibandingkan sektor lainnya yakni sebesar

7,74% namun distribusinya ke PDRB hanya 3,79%.

- 10 -

c. PDRB per kapita

Tabel 1.6 PDRB Per Kapita Provinsi Jambi 2015-2018

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 2015 2016 2017 2018

Nilai (juta rupiah) 45,58 49,63 54,37 58

Nilai (U$D) 3.305,78 3.719,40 4.035,80 4.096,80

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2015 2016 2017 2018

Nilai (juta rupiah) 36,75 37,73 38,85 40,05

Nilai (U$D) 2.665,62 2.835,20 2.902,70 2.811,30 Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Pendapatan per kapita Provinsi Jambi dalam kurun waktu 2015-2018

mengalami kenaikan hingga 27,2% hingga tahun 2018 telah mencapai

Rp58,36 juta. Nilai tersebut tergolong cukup tinggi untuk ukuran daerah yang

hanya menyumbang 1,46% terhadap PDB nasional. Yang perlu menjadi

perhatian adalah bagaimana sebaran dari pendapatan tersebut, mengingat

gini ratio Jambi tergolong sedang (antara 0,334 - 0,335) meskipun masih

dibawah gini ratio nasional (0,384). Hal itu menunjukkan masih terdapat

ketimpangan kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah meskipun gap-nya

tidak terlalu besar.

2. Suku bunga

Tabel 1.7 Perkembangan BI Rate (7-day Repo Rate) dan Suku Bunga

(Pinjaman Investasi) Menurut Kelompok Bank Tahun 2018

Pinjaman Investasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

BI Rate / 7-day Repo Rate 4,25 4,25 4,25 4,25 4,75 5,25 5,25 5,50 5,75 5,75 6,00 6,00

Bank Persero 10,01 9,92 9,96 9,90 9,85 9,82 9,79 9,76 9,74 9,73 10,05 10,14

Bank Pemerintah Daerah 12,02 11,59 11,57 11,55 11,29 11,29 11,27 11,26 11,20 11,81 11,72 11,70

Bank Swasta Nasional 11,93 11,80 11,74 11,67 11,68 11,60 11,16 11,26 11,45 10,67 10,74 10,73

Bank Asing dan Campuran 10,18 10,14 10,04 9,83 9,78 9,77 9,77 9,98 9,97 9,97 10,20 10,20

Bank Umum 10,81 10,72 10,72 10,65 10,61 10,56 10,37 10,37 10,42 10,19 10,39 10,44 Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jambi (2018)

Dari gambar di atas terlihat bahwa suku bunga BI dari Januari 2018 sampai bulan

April 2018 berada pada level 4,25 dan terus bergerak naik hingga akhir

Desember 2018 berada di level 6,00. Bank Indonesia memutuskan untuk

mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 6,00%, suku bunga

Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75.

Hal ini dilakukan dengan keyakinan bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut

masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam

batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik,

- 11 -

termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam

beberapa bulan ke depan.

3. Inflasi

Grafik 1.5 Perbandingan Inflasi Kota Jambi, Bungo, dan Nasional (m to m) Tahun

2017-2018

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diakses 02 Februari 2019, data diolah)

Secara y-on-y, inflasi di Provinsi Jambi dari tahun 2017 hingga 2018 sangat

berfluktuasi sama halnya dengan inflasi yang terjadi pada skala nasional.

Perkembangan harga berbagai komoditas di Kota Jambi menunjukkan inflasi tren

naik-turun yang cukup tajam dibandingkan Kabupaten Bungo yang relatif lebih

stabil. Dari grafik diatas jika dilihat dari IHK tahunan, tingkat inflasi tahun kalender

Kota Jambi dan Kota Muaro Bungo (Januari-Desember) 2018 masing-masing

sebesar 2,46% dan 3,02% dan tingkat inflasi Y-on-Y (Desember 2018 terhadap

Desember 2017) juga masing-masing sebesar 2,68% dan 2,46%. Berdasarkan

asesmen Perwakilan Bank Indonesia, sumber inflasi yang berasal dari komponen

volatile food berasal dari komoditas cabe merah, nila, daging ayam ras, telur

ayam ras dan bawang merah. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi dari

kelompok administered price diantaranya: angkutan udara, rokok kretek filter dan

bensin.

4. Nilai tukar

Berdasarkan hasil assesmen Bank Indonesia, nilai tukar rupiah selama tahun

2018 tercatat mengalami depresiasi, tetapi dengan volatilitas yang masih terjaga.

Rupiah pada Desember 2018 secara rerata menguat sebesar 1,16%, meskipun

secara point to point sedikit melemah sebesar 0,54%. Penguatan rupiah antara

lain dipengaruhi aliran masuk modal asing akibat perekenomian domestik yang

-2

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

Inflasi Nasional Inflasi Jambi Inflasi Bungo

- 12 -

kondusif dan imbal hasil domestik yang tetap menarik serta ketidakpastian pasar

keuangan global yang sedikit mereda.

Tabel 1.8 Perkembangan Kurs Tengah Mata Uang Asing terhadap Rupiah 2018

Change

Average Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Average

1 AUD 10.290 10.631 10.705 10.685 10.616 10.587 10.536 10.672 10.676 10.713 10.792 10.636 10.415 10.639 3,4%

2 CAD 10.326 10.756 10.818 10.648 10.843 10.936 10.693 10.969 11.173 11.406 11.677 11.137 10.804 10.988 6,4%

3 CHF 13.619 13.902 14.542 14.536 14.272 14.098 14.206 14.495 14.728 15.370 15.288 14.672 14.611 14.560 6,9%

4 EUR 15.191 16.305 16.784 16.978 16.958 16.632 16.410 16.845 16.829 17.342 17.450 16.696 16.495 16.810 10,7%

5 GBP 17.355 18.465 18.998 19.219 19.444 18.950 18.668 18.983 18.766 19.405 19.765 18.940 18.363 18.997 9,5%

6 HKD 1.719 1.711 1.737 1.755 1.759 1.791 1.789 1.837 1.855 1.897 1.937 1.877 1.854 1.817 5,7%

7 JPY/1 11.976 12.049 12.586 12.979 12.838 12.819 12.774 12.937 13.105 13.283 13.453 12.964 12.897 12.890 7,6%

8 MYR 3.133 3.382 3.475 3.523 3.552 3.547 3.508 3.559 3.559 3.591 3.650 3.510 3.474 3.528 12,6%

9 SGD 9.741 10.119 10.298 10.462 10.496 10.503 10.409 10.572 10.641 10.845 11.008 10.680 10.578 10.551 8,3%

10 USD 13.398 13.380 13.590 13.758 13.803 14.060 14.036 14.415 14.560 14.869 15.179 14.697 14.497 14.237 6,3%

Currency2017 2018

Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jambi (2018)

Dengan perkembangan yang cenderung menguat menjelang akhir tahun 2018,

rupiah secara rerata keseluruhan tahun 2018 tercatat mengalami depresiasi

sebesar 6,05% atau secara point to point tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan depresiasi mata uang negara lain seperti Rupee India, Rand Afrika

Selatan, Real Brasil dan Lira Turki. Kedepan, Otoritas Moneter harus terus

mencermati risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap

melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya

dengan tetap mendorong berjalannnya mekanisme pasar dan mendukung

upaya-upaya pengembangan pasar keuangan

B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)

Grafik 1.6 IPM se-Sumatera Tahun 2017

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

70,60 70,5771,24

71,79

69,99

68,8669,95

68,25

69,99

74,45

70,81

64

66

68

70

72

74

76

Aceh SumateraUtara

SumateraBarat

Riau Jambi SumateraSelatan

Bengkulu Lampung Kep,BangkaBelitung

Kep, Riau

IPM per Provinsi Nasional

- 13 -

Kualitas pembangunan manusia berdasarkan IPM di Jambi masih dibawah

kualitas pembangunan manusia secara nasional dimana tahun 2017 IPM

Nasional sudah mencapai 70,81 sedangkan Jambi masih 69,99. Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di wilayah Provinsi Jambi

masih tertinggal jika dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun

masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Provinsi Sumsel, Bengkulu dan

Lampung.

Tabel 1.9 Perkembangan IPM per Kab/Kota di Provinsi Jambi

KABUPATEN/KOTA 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kerinci   65,85 66,71 67,49 67,96 68,89 69,68 70,03

Merangin   64,40 65,31 65,82 66,21 67,40 67,86 68,30

Sarolangun   65,20 66,16 67,13 67,67 68,10 68,73 69,03

Batanghari   66,32 66,97 67,24 67,68 68,05 68,70 68,92

Muaro Jambi   63,39 64,17 65,14 65,71 66,66 67,55 67,86

Tanjung Jabung Timur   57,77 58,63 59,41 59,88 61,12 61,88 62,61

Tanjung Jabung Barat   61,98 62,86 63,54 64,04 65,03 65,91 66,15

Tebo   64,45 65,23 65,91 66,63 67,29 68,05 68,16

Bungo   66,70 67,20 67,54 67,93 68,34 68,77 69,04

Kota Jambi   72,96 73,78 74,21 74,86 75,58 76,14 76,74

Kota Sungai Penuh   70,55 71,23 72,09 72,48 73,03 73,35 73,75

PROVINSI JAMBI   66,14 66,94 67,76 68,24 68,69 69,62 69,99

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Pembangunan manusia di Provinsi Jambi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir

terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya IPM

namun masih dibawah rata-rata IPM nasional. Pada periode 2016 hingga 2017

tercatat tiga kabupaten/kota dengan kemajuan IPM paling cepat, yaitu

Kabupaten Tanjung Jabung Timur (1,18%), Kota Jambi (0,79%) dan Kabupaten

Merangin (0,65%). Sementara itu, kemajuan IPM di Kabupaten Tebo (0,16%),

Kabupaten Batanghari (0,32%) dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (0,36%)

tercatat paling lambat di Provinsi Jambi selama tahun 2016-2017.

2. Tingkat Kemiskinan

Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan

penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja,

tetapi juga terjadi perbaikan kualitas hidup penduduk miskin.

- 14 -

Tabel 1.10 Penduduk Miskin di Provinsi Jambi

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18

Kota 11,60 12,11 10,86 10,73 10,94 10,53 10,41 10,08

Pedesaan 7,67 7,82 7,32 7,30 6,92 6,66 6,75 6,8

Kota + Pedesaan 8,86 9,12 8,41 8,37 8,19 7,90 7,92 7,85

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18

Kota 119,54 125,60 115,35 116,33 120,62 118,49 118,62 116,50

Pedesaan 181,17 185,97 174,46 174,48 165,93 160,11 163,07 164,97

Kota + Pedesaan 300,71 311,56 289,81 290,81 286,55 278,61 281,69 281,47

Daerah

Daerah

Persentase Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan)

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada September 2018 sebesar

281,47 ribu orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada

Maret 2018, maka selama enam bulan tersebut terjadi kenaikan jumlah

penduduk miskin sebesar 220 orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada

periode Maret-September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan

mengalami penurunan sebesar 2,1 ribu orang dan daerah pedesaan kenaikan

sebesar 1,9 ribu orang. Sementara itu, persentase penduduk miskin di perkotaan

mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 10,41% menjadi 10,08%

dibandingkan dengan Maret 2018, sedangkan pedesaan justru mengalami

kenaikan dari 6,75% menjadi 6,80%.

Tabel 1.11 Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2)

Provinsi Jambi

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

Kota 2,10 0,55 2,41 0,71 1,75 0,43 1,32 0,25 1,68 0,37 1,96 0,57

Pedesaan 1,19 0,29 0,97 0,21 1,07 0,23 0,84 0,16 1,12 0,30 0,92 0,19

Kota + Pedesaan 1,47 0,37 1,42 0,36 1,28 0,29 0,92 0,19 1,30 0,32 1,26 1,31

Mar-18 Sep-18

Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan

Sep-17Daerah Mar-17Mar-16 Sep-16

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase

penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman

dan keparahan dari tingkat kemiskinan. Pada September 2018, Nilai indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah

pedesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan ditunjukkan dari nilai P1 untuk

perkotaan dan pedesaan masing-masing sebesar 1,963 dan 0,919 sedangkan

nilai P2 untuk perkotaan dan pedesaan masing-masing 0,566 dan 0,186 artinya

kemiskinan lebih banyak berada di daerah perkotaan.

- 15 -

3. Ketimpangan (Gini Ratio)

Grafik 1.7 Gini Ratio se-Sumatera

Sumber: BPS (2018, data diolah)

Tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat Jambi pada tahun 2018 yang di

ukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,335 yang berarti ketimpangan masih

berada di kategori sedang. Angka ini lebih baik dibandingkan Gini Rasio

Nasional sebesar 0,384 dan Provinsi Riau, Sumsel, Bengkulu serta Kepulauan

Riau untuk wilayah se-Sumatra. Pada September 2018, provinsi yang

mempunyai Gini Rasio tertinggi tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu sebesar 0,422 sementara yang terendah tercatat di Provinsi Bangka

Belitung dengan Gini Rasio sebesar 0,272.

Tabel 1.12 Gini Rasio Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kerinci 0.31 0.32 0.30 0.27 0.32 0.28 0.28 0.32

Merangin 0.32 0.31 0.33 0.33 0.36 0.33 0.30 0.35

Sarolangun 0.41 0.36 0.38 0.31 0.39 0.34 0.36 0.29

Batang Hari 0.32 0.30 0.29 0.29 0.26 0.30 0.25 0.30

Muaro Jambi 0.26 0.30 0.28 0.24 0.34 0.34 0.32 0.31

Tanjab Timur 0.30 0.28 0.28 0.36 0.29 0.26 0.28 0.29

Tanjab Barat 0.34 0.32 0.31 0.33 0.36 0.33 0.29 0.36

Tebo 0.29 0.30 0.30 0.29 0.37 0.32 0.27 0.31

Bungo 0.34 0.36 0.33 0.35 0.35 0.34 0.34 0.32

Kota Jambi 0.36 0.36 0.34 0.33 0.39 0.38 0.39 0.33

Sungai Penuh 0.30 0.32 0.32 0.34 0.33 0.33 0.32 0.30

Provinsi Jambi 0.348 0.359 0.327 0.342 0.344 0.346 0.334 0.335

Kabupaten/

Kota

GINI RATIO

Sumber : BPS Provinsi Jambi (2018) Bila dilihat keseluruhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi, maka dapat

dilihat bahwa tingkat ketimpangan kategori rendah ada di dua kabupaten/kota

0,318 0,311 0,3050,347 0,335 0,341 0,355 0,326

0,2720,339

0,384

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

0,450

Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Kep.Babel

Kep. Riau

Provinsi - 2016 Provinsi - 2017 Provinsi - 2018 Nasional - 2018

- 16 -

yaitu Kabupaten Sarolangun (0,29) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

(0,29). Sedangkan Gini Ratio kabupaten/kota lainnya semuanya masuk kedalam

kategori sedang.

4. Kondisi Ketenagakerjaan

Pada Agustus 2018, sebanyak 1,790,437 ribu penduduk Jambi adalah angkatan

kerja, jumlahnya bertambah 65,8 ribu orang dari Agustus 2017. Komponen

pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.

Pada Agustus 2018, sebanyak 1,72 juta penduduk bekerja dan sebanyak 69,08

ribu orang menganggur.

Tabel 1.13 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Jambi

(dalam ribuan orang)

Agst Feb Agst

1 Pertanian 805,1 856,8 815,1

2 Pertambangan dan Penggal ian 34,5 54,1 44,4

3 Industri & Lis trik, Gas Air dan Daur Ulang Sampah88,7 101,9 93,5

4 Konstruks i & Real Estate 85,3 84,7 94,1

5 Perdagangan Besar & Eceran 243,7 246,8 265,6

6 Transportas i dan Pergudangan 55,9 53,2 51,9

7 Akomodas i & Makan Minum 65,0 76,9 64,5

8 Informas i & Komunikas i 7,8 5,5 6,5

9 Jasa Keuangan 13,9 16,4 14,7

10 Jasa Perusahaan 8,5 13,2 15,3

9 Jasa Kemasyarakatan & Jasa La innya 249,7 269,5 255,9

Jumlah 1.657,8 1.779,0 1.721,4

2018No Lapangan Pekerjaan Utama

2017

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja

terutama pada sektor perdagangan (0,73 poin), sektor pertambangan (0,5 poin)

dan jasa perusahaan (0,38 poin). Sementara itu, sektor-sektor yang mengalami

penurunan adalah sektor pertanian (1,21 poin), sektor transportasi (0,35 poin),

sektor akomodasi dan penyediaan makan minum (0,17 poin).

- 17 -

Grafik 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka Jambi dan Nasional

Tahun 2012-2018

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Jumlah pengangguran di Provinsi Jambi pada Agustus 2018 tercatat sebanyak

69,04 ribu orang. Jumlah ini lebih tinggi sebesar 2,26 ribu orang dibandingkan

periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 66,78 ribu orang. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018 sebesar 3,86%, turun

dibandingkan pada Agustus 2017 (3,87%) dan masih rendah dibandingkan TPT

nasional yang mencapai 5,34%. Meskipun jumlah TPT Provinsi Jambi turun

namun terdapat hal-hal yang perlu menjadi perhatian, yaitu: (1) penyumbang

tertinggi tingkat pengangguran terdapat pada golongan dengan tingkat

pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas

(SMA), dapat diindikasikan bahwa keterampilan yang dihasilkan oleh jenjang

SMK dan SMA belum mampu memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang

tersedia, (2) tenaga kerja yang terserap lapangan kerja masih didominasi

(41,07%) oleh golongan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD kebawah

sebanyak 706,91 ribu orang.

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Tabel 1.14 Target dan Capaian Provinsi Jambi Terhadap 5 Indikator Ekonomi Makro

UraianTarget 2018

sesuai KUA

Capaian

2018

Capaian

Nasional

Pertumbuhan Ekonomi 5 4,71 5,17

Tingkat Kemiskinan 7,8 7,85 9,66

Tingkat Pengangguran 3,57 3,65 5,34

Inflasi 3,5 3 3,13

IPM (2017) 68,21 69,9 70,81

Sumber : BAPEDDA Provinsi Jambi, BPS (2018)

56,4 47,0 45,8 69,8 39,3 79,8 46,2 70,3 79,0 67,6 65,7 66,8 67,5 69,0

6,24 6,135,88

6,175,70

5,94 5,816,18

5,50 5,615,33 5,50

5,13 5,34

3,56 3,50

2,86

4,76

2,50

5,08

2,73

4,344,66

4,003,67 3,87 3,65 3,86

0

1

2

3

4

5

6

7

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Feb -2012

Agust Feb -2013

Agust Feb -2014

Agust Feb -2015

Agust Feb -2016

Agust Feb -2017

Agust Feb -2018

Agust

Penganggur (ribu org) TPT Indonesia (%) TPT Jambi (%)

- 18 -

Target dan rencana pembangunan Provinsi Jambi tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025. Selanjutnya, RPJPD

tersebut dijabarkan dalam rencana pembangunan setiap 5 tahun atau lebih dikenal

sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Tiga target

pembangunan Jambi dalam RPJMD Tahap II (2011-2015) yaitu kualitas pelayanan

dasar, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kualitas pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan hidup. Sedangkan RPJMD Tahap III (2016-2021) difokuskan

pada 3 hal yaitu: (1) pencapaian daya saing wilayah dan ekonomi rakyat, (2)

terwujudnya infrastruktur wilayah yang berkualitas dan (3) perkembangan penerapan

IPTEK.

Grafik 1.9 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Jambi

Sumber: BAPPEDA Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (2018)

Kemiskinan

Grafik 1.10 Tingkat Kemiskinan

Sumber: BAPPEDA Provinsi Jambi dan BPS (2018)

7,35

8,54

7,447,88 7,93

4,21 4,37 4,65

5,55,9

6,26,226,49

6,235,78

5,02 4,79

6,57

8,1

8,97,35

8,54

7,03 7,07

7,76

4,21 4,37 4,644,71

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Target Growth Jambi Growth Nasional dan Target RPJMN Realisasi

8,347,9

8,42 8,07 7,928,4 8,35 8,05 7,99 7,9

7,4 7,09

13,3312,49

11,9611,36

14,17

11,22

5,4 5 4,6 4,2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Tingkat Kemiskinan Prov. Jambi (Maret)

Tingkat Kemiskinan Nasional (Maret) danTarget RPJMN

Target Pertumbuhan 2016-2021

Target RPJMD 2016-2021

- 19 -

Berdasarkan data diatas, jika dibandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi dan

ketenagakerjaan yang telah dirilis BPS, proyeksi yang telah tertuang dalam RPJMD

Provinsi Jambi dibutuhkan penyesuaian memperhatikan target yang telah ditetapkan

terlihat terlalu optimis dan ambisius. Penyesuaian tersebut dibutuhkan sebagai

bentuk evaluasi terhadap perencanaan daerah dan disesuaikan dengan kondisi

makroekonomi regional terkini.

- 1 -

- 20 -

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL

Pada bab ini berisi data dan analisis pelaksanaan APBN di Wilayah Provinsi Jambi yang

meliputi APBN Tingkat Provinsi, Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi,

Pengelolaan BLU Pusat, serta Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat di Provinsi

Jambi.

A. APBN Tingkat Provinsi Jambi

APBN tahun 2018 merupakan instrumen pelaksanaan strategi fiskal yang disusun

sebangun dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018, sebagai

penjabaran atas tahapan pembangunan tahunan keempat dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Sejalan dengan

itu, tema RKP tahun 2018 ditetapkan: “Memacu Investasi dan Infrastruktur untuk

Pertumbuhan dan Pemerataan”. Tema tersebut akan dijabarkan ke dalam dimensi

pembangunan manusia dan masyarakat, dimensi pembangunan sektor unggulan,

dimensi pemerataan dan kewilayahan, serta pembangunan politik, hukum,

pertahanan, keamanan, dan tata kelola birokrasi. Melalui APBN inilah pemerintah

membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas

ekonomi dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

- 21 -

Tabel 2.1 Perkembangan Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat

Tingkat Provinsi Jambi (2017-2018) (dalam miliar rupiah)

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A.   PENDAPATAN NEGARA 4.910,6 4.777,3 5.790,9 5.077,8

I.    PENERIMAAN DALAM NEGERI 4.910,6 4.777,3 5.790,9 5.077,8

1.   Penerimaan Pajak 4.498,7 4.219,4 5.445,2 4.506,6

2.   PNBP 411,9 557,8 345,7 571,2

II.   HIBAH - - - -

B.   BELANJA NEGARA 21.509,1 19.416,1 20.826,6 20.131,7

I.    BELANJA PEMERINTAH PUSAT 6.062,8 5.704,0 6.710,7 6.232,0

1.   Belanja Pegawai 2.213,8 2.139,0 2.348,7 2.273,0

2.   Belanja Barang 2.244,7 2.047,4 2.804,9 2.556,8

3.   Belanja Modal 1.578,7 1.492,9 1.537,9 1.387,0

4.   Belanja Bantuan Sosial 25,7 24,8 19,2 15,2

5.   Belanja Lain-lain - - - -

II.   TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 15.446,3 13.712,1 14.115,9 13.899,6

1.   Transfer ke Daerah 14.355,4 12.622,0 13.074,8 12.861,1

a.  Dana Perimbangan 14.290,4 12.557,1 12.854,3 12.649,7

1)  Dana Alokasi Umum 7.957,6 7.957,6 7.969,3 7.969,3

2)  Dana Bagi Hasil 3.490,9 1.956,1 1.902,2 1.896,1

3)  Dana Alokasi Khusus 2.841,9 2.643,4 2.982,8 2.784,4

b.  Dana Otonomi Khusus - - - -

c.  Dana Keistimewaan Yogyakarta - - - -

d.  Dana Transfer Lainnya 65,0 65,0 220,5 211,4

2.   Dana Desa 1.090,9 1.090,0 1.041,1 1.038,6

C.   SURPLUS/DEFISIT (16.598,5) (14.638,8) (15.035,7) (15.053,9)

D. PEMBIAYAAN - - - -

1. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI - - - -

2. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - - -

UraianTahun 2017 Tahun 2018

Sumber: KPP, OMSPAN, SIMTRADA (2018, data diolah)

Target penerimaan pajak Provinsi Jambi mengalami kenaikan sekitar 21,2% dari

tahun anggaran 2017 sebesar Rp4,49 triliun menjadi Rp5,44 triliun pada TA 2018.

Selain itu, Provinsi jambi juga mendapatkan alokasi belanja pemerintah pusat

sebesar Rp6,709 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun

anggaran 2017 senilai Rp6,062 triliun. Berkebalikan dengan belanja dalam rangka

Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang mengalami penurunan besaran alokasi,

dari Rp15,44 triliun pada tahun anggaran 2017 menjadi Rp14,11 triliun di tahun

anggaran 2018 atau turun sebesar 8,6%.

Selanjutnya pengelolaan APBN Provinsi Jambi dikurun waktu tahun 2017-2018

menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari kinerja realisasi

pendapatan dan belanja tahun 2018 masing-masing sebesar 87% dan 96,6%. Dari

sisi pendapatan, meskipun dari persentase realisasi lebih rendah yang diindikasikan

- 22 -

akibat kenaikan target pajak dari tahun sebelumnya namun secara besaran rupiah

mengalami tren peningkatan mencapai 6,32%. Peningkatan penerimaan terjadi pada

penerimaan yang dikelola oleh Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai sedangkan

realisasi penerimaan PNBP yang dikelola Kementerian/Lembaga juga mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya. Porsi terbesar penerimaan PNBP berasal dari

pendapatan satker BLU Pusat yang terdapat di Kota Jambi.

Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi APBN Provinsi Jambi 2012-2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: OMSPAN; KPP se-Provinsi Jambi; (2018, data diolah)

Dari sisi pengeluaran, Belanja Pemerintah Pusat (K/L) terealisasi sebesar Rp6,23

triliun. Realisasi belanja tersebut, naik sebesar Rp528 miliar dibandingkan tahun

2017. Dari sisi penyerapan, tahun 2018 penyerapan anggaran yang mencapai

92,89% lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2017 (94,7%). Realisasi Belanja

K/L masih jauh melebihi realisasi pendapatan, sehingga terjadi defisit sebesar

Rp1,15 triliun (mengabaikan realisasi dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa).

Defisit tersebut menunjukkan komitmen belanja pemerintah pusat untuk Provinsi

Jambi yang bersifat ekspansif dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Besarnya porsi Transfer ke Daerah dan dana Desa TA 2018 yang mencapai 67,7%

dari total alokasi belanja negara merupakan bentuk kebijakan Belanja di tahun 2018

dari Pemerintah Pusat dalam rangka memperkuat desentralisasi fiskal, yaitu

mendukung nawacita ke-3: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.”

Bila dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang hanya tumbuh

sebesar 4,21 % s.d 4,71% di kurun waktu tahun 2015 – 2018 (dibawah target RPJMD

tahun 2018 sebesar 5% dan pertumbuhan ekonomi nasional 5,02%), hal ini

mengindikasikan bahwa dana transfer pusat (belanja K/L dan TKDD) belum memiliki

efektifitas yang optimal dalam berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi regional.

4.877,2 4.994,2

5.941,8 5.308,4

5.704,0 6.232,0

285,9 302,2 243,4 251,6 557,9 571,2

2.785,1 2.899,9

3.849,8 3.758,0 4.219,4 4.506,0

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Belanja Pemerintah Pusat PNBP Pendapatan Perpajakan

- 23 -

Setiap kegiatan dan proyek yang dibiayai dana APBN seharusnya memberi daya

tumbuh terhadap perekonomian daerah. Inilah sebenarnya tujuan dari kebijakan

stimulus fiskal. Analisis lebih detil akan dibahas pada sub bab-sub bab di bawah.

B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Struktur pendapatan pemerintah pusat dibagi menjadi tiga komponen yang terdiri

dari (i) penerimaan perpajakan, (ii) pendapatan PNBP dan (iii) hibah. Khusus untuk

APBN tingkat Provinsi Jambi hanya terdapat dua komponen pendapatan yakni

penerimaan perpajakan dan PNBP.

1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Untuk Provinsi Jambi, penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,50

triliun lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar Rp4,21 triliun.

Realisasi penerimaan pajak tersebut menyumbang 88,75% dari total

penerimaan APBN di Jambi.

Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Target Realisasi % Target Realisasi %

PPh 2.286.026 1.843.626 80,65% 2.801.277 2.272.227 81,11%

PPN 1.870.004 2.139.192 114,40% 2.350.926 1.983.651 84,38%

PBB 216.371 102.788 47,51% 213.854 107.089 50,08%

Pajak Lainnya 63.028 52.761 83,71% 79.127 52.234 66,01%

Bea Masuk 6.470 6.928 107,09% 14.700 18.323 124,64%

Bea Keluar 47.831 74.128 154,98% 56.823 72.486 127,56%

Total Realisasi

Perpajakan4.489.730 4.219.424 93,98% 5.516.707 4.506.009 81,68%

I. Pajak Dalam Negeri

II. Pajak Perdagangan Internasional

2017 Pendapatan

Perpajakan

2018

Sumber: OM SPAN (2018, data diolah)

Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren

peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 55,4% (rata-rata naik 10,2%

per tahun) kecuali tahun 2016 yang sedikit mengalami penurunan. Realisasi

perpajakan tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 6,86%, dengan capaian

realisasinya 81,7% dari target, namun lebih rendah dibandingkan capaian tahun

sebelumnya sebesar 93,9% dari target penerimaan pajak.

- 24 -

Grafik 2.2 Perkembangan Realisasi Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi (2014 -2018)

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: OMSPAN; KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Beberapa strategi yang telah dilakukan pemerintah pusat melalui Direktorat

Jenderal Pajak (DJP) dalam mendorong pertumbuhan penerimaan perpajakan

khususnya di wilayah Provinsi Jambi diantaranya yaitu: (1) strategi

pemeriksaan; (2) strategi ekstensifikasi dan intensifikasi Wajib Pajak Orang

Pribadi; (3) strategi ekstensifikasi dan intensifikasi Wajib Pajak Badan; serta (4)

strategi law enforcement. Kemudian, DJP juga mengupayakan (1) peningkatan

tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor

unggulan terutama di sektor pertanian dan pertambangan dan (2) penguatan

dan perluasan basis data perpajakan dalam rangka meningkatkan penerimaan

perpajakan dari sektor non migas sebagai antisipasi turunnya penerimaan pajak

dari sektor migas.

Tabel 2.3. Realisasi Penerimaaan Perpajakan per KPP dan per Jenis Pajak Provinsi Jambi Tahun 2018

(dalam jutaan rupiah)

KPP PPh PPN PBB Pajak Lainnya Porsi

KPP Telanaipura 1.334.043 703.488 126.100 32.504 47,8%

KPP Pelayangan 170.491 258.222 - 166 9,3%

KPP KualaTungkal 231.035 367.091 68.105 145 14,5%

KPP Bungo 315.850 334.942 30.645 14.872 15,2%

KPP Bangko 216.344 346.697 39.213 4.361 13,2%

Jumlah 2.267.764 2.010.439 264.063 52.047 100%

Porsi 49,4% 43,8% 5,7% 1,1% Sumber: KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

2014 2015 2016 2017 2018

PPh PPN PBB Pajak Lainnya

- 25 -

Berdasarkan wilayahnya, sebesar

57,1% penerimaan pajak berasal dari

wilayah KPP Jambi (Telanaipura dan

Pelayangan). Hal ini menandakan

bahwa domisili wajib pajak sebagian

besar masih berada di wilayah kerja

KPP Jambi, masih perlu dilakukan

peningkatan wajib pajak baru di KPP

lainnya sehingga penyebaran

penerimaan pajak dapat semakin

merata. Dari jenisnya, penerimaan

pajak didominasi oleh PPN (grafik 2.3).

Dominasi PPN di seluruh KPP wilayah

Jambi lebih disebabkan meningkatnya

transaksi perekonomian Jambi (sektor

ekspor dan impor barang dan jasa)

Grafik 2.3 Komposisi Penerimaan PPh dan PPN per KPP wilayah Jambi

Sumber: Data KPP se-Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Rasio Pajak (Tax Ratio)

Tax Ratio atau rasio pajak adalah perbandingan antara jumlah penerimaan pajak

dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Target tax

ratio dalam APBN 2018 ditargetkan sebesar 11,6%. Tax ratio untuk wilayah

Provinsi Jambi 2018 sebesar 2,16%, capaiannya lebih rendah dari tahun 2017

(2,22%). Pada tahun ini, penurunan capaian realisasi penerimaan pajak

disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat membayar pajak dan

belum optimalnya kemampuan pemerintah untuk menggali sumber penerimaan

pajak dari berbagai sektor ekonomi meskipun di tahun 2018 terjadi kenaikan

kinerja perekonomian khususnya sektor ekspor dan impor barang dan jasa

sebagai dampak semakin membaiknya harga komoditas unggulan Provinsi

Jambi serta permintaan dipasar global yang relatif meningkat.

Tabel 2.4 Perkembangan Tax Ratio Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Uraian/Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Penerimaan Pajak Pusat 2.785 2.900 3.850 3.758 4.219 4.506

Nominal PDRB (ADHB) 132.020 153.857 155.110 171.711 189.868 208.379

Tax ratio 2,11% 1,88% 2,48% 2,19% 2,22% 2,16%

Sumber: BPS dan SPAN (2018, data diolah)

60,7%

39,8%

34,7%

45,4%

35,7%

32,0%

60,2%

55,1%

48,1%

57,2%

0% 50% 100%

KPP Telanaipura

KPP Pelayangan

KPP KualaTungkal

KPP Bungo

KPP Bangko

PPh PPN PBB & Pajak Lainnya

- 26 -

Namun demikian, bila dibandingkan dengan target tax ratio nasional sebesar

10,9% tax ratio di wilayah Provinsi Jambi tersebut masih sangat rendah,

sehingga mengindikasikan masih besarnya potensi pajak yang belum tergali.

Disamping itu juga capaian realisasi penerimaan pajak baru 81,68% dari target

perpajakan 2018 sehingga masih dibutuhkan extra effort untuk mencapai sisa

18,32% lagi untuk mencapai target tersebut. Kedepan dibutuhkan usaha ekstra

agar realisasi penerimaan negara bisa mencapai target yang telah dialokasikan

melalui strategi tax gap mencakup unregister, non filer, underpayment dan

underreported sehingga sasaran yang pasti adalah yang belum patuh atau di luar

sistem. Realisasi penerimaan dari sektor pajak harus bisa dimaksimalkan untuk

mencegah membengkaknya defisit anggaran.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Selain dari sektor perpajakan, pendapatan negara yang bersumber dari bukan

pajak saat ini telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam

memaksimalkan penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk

penerimaan dari sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP

lainnya serta pendapatan BLU. Selain penggolongan menurut jenisnya, dikenal

juga adanya PNBP Fungsional.

1. Perkembangan PNBP menurut Jenis

Tabel 2.5 Penerimaaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jambi

(per Jenis PNBP dalam jutaan rupiah)

Target Realisasi Target Realisasi

Sumber Daya Alam (SDA) 0 0 0 0

Bagian Pemerintah atas

Laba BUMN0 0 0 0

PNBP Lainnya 216.834 486.609 63.547 302.613

Pendapatan BLU 62.995 71.200 282.547 268.543

Jumlah 279.828 557.809 346.094 571.156

PENERIMAAN PNBP2017 2018

Sumber: SPAN; LKPP Kanwil; (2018, data diolah)

Realisasi penerimaan PNBP TA 2018 di Provinsi Jambi sebesar Rp571,1

miliar meningkat 2,39% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp557,8

miliar. Peningkatan penerimaan PNBP tersebut utamanya disumbang oleh

Pendapatan BLU yang meningkat signifikan (Rp268,5miliar) yang tumbuh

hingga 3,7x lipat dibanding realisasi tahun sebelumnya “hanya” sebesar

- 27 -

Rp71,2 miliar. Hal ini disebabkan adanya tambahan dua satker BLU yang

beroperasi secara penuh di tahun 2018 yakni RS Bhayangkara dan

Universitas Jambi.

2. Perkembangan PNBP Fungsional

Penerimaan PNBP Fungsional berasal dari hasil pungutan

kementerian/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas

pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada

masyarakat.

Tabel 2.6 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Tahun

2017 – 2018 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga dalam miliar rupiah)

Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Jasa Pelayanan

Pendidikan27,09 29,75 242,10 224,93

Pendapatan dari BPJS Kesehatan

pada Fasilitas Kesehatan Tingkat

Lanjutan (FKTL)

- 63,79 - 60,56

Pendapatan Layanan Fasilitas

Kesehatan- 40,09 0,15 41,25

Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah

Sakit35,90 41,21 37,70 39,64

Pendapatan Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB)- 31,36 - 35,95

Pendapatan Penerbitan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)- 41,63 - 31,35

Pendapatan Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor (TNKB)- 15,20 - 17,31

Pendapatan Jasa Kepelabuhanan 11,80 19,64 14,28 15,75

Pendapatan Penerbitan Surat Izin

Mengemudi (SIM)- 8,31 - 7,61

Pendapatan Biaya Pendidikan 170,29 168,32 15,05 14,01

Jumlah 245,08 459,30 309,28 488,37

Total Penerimaan PNBP 411,9 557,8 345,7 571,2

Persentase (%) 59,5% 82,3% 89,5% 85,5%

Penerimaan PNBP2017 2018

Sumber : OMSPAN (2018, data diolah)

Dari 106 jenis penerimaan PNBP pada tahun 2018, disajikan 10 jenis

penerimaan PNBP Fungsional tertinggi. Realisasi dari fungsi pendidikan

masih menjadi penerimaan tertinggi disusul kemudian dengan realisasi dari

fungsi kesehatan. Baik secara nominal maupun persentase, penerimaan

PNBP Fungsional terus menunjukkan peningkatan. Begitupula dari sisi

distribusi, realisasi penerimaan PNBP dibandingkan total penerimaan

PNBP mencapai lebih dari 85,5%. Kondisi ini ditunjang dengan kinerja

positif dari 3 satker BLU yang beroperasi di Provinsi Jambi yang bergerak

di bidang kesehatan (RS Bhayangkara) dan pendidikan (Universitas Jambi

dan UIN STS Jambi).

- 28 -

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Belanja pemerintah merupakan salah satu instrumen bagi pemerintah untuk

melakukan stimulus fiskal, yaitu bagian dari kebijakan fiskal pemerintah yang

ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat yang selanjutnya diharapkan

akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek. Pengeluaran

(Belanja) pemerintah (government expenditures) berkontribusi sekitar 12,09%

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional 2018. Belanja pemerintah pusat meliputi

belanja pemerintah pusat menurut organisasi, belanja pemerintah pusat menurut

fungsi dan belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja.

1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

Anggaran/ Kementerian/ Lembaga)

Tabel 2.7 Pagu & Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (K/L)

di Provinsi Jambi (dalam jutaan Rp)

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Badan Pemeriksa Keuangan 18.116 17.828 18.576 18.273

Mahkamah Agung 129.274 122.667 126.196 125.475

Kejaksaan Republik Indonesia 75.122 71.109 106.747 90.985

Kementerian Dalam Negeri 610 581 984 923

Kementerian Pertahanan 353.545 337.407 385.731 377.015

Kementerian Hukum dan HAM 107.331 105.365 125.387 120.571

Kementerian Keuangan 94.758 89.107 99.636 93.237

Kementerian Pertanian 273.644 255.125 205.207 195.137

Kementerian Perindustrian 2.530 2.514 2.074 1.935

Kementerian Perhubungan 147.909 124.482 150.045 132.929

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 87.404 81.041 91.258 81.100

Kementerian Kesehatan 79.520 71.379 81.331 72.304

Kementerian Agama 1.237.165 1.159.193 1.210.749 1.120.789

Kementerian Ketenagakerjaan 5.085 5.002 4.887 4.849

Kementerian Sosial 20.701 19.889 27.378 23.101

Kementerian Lingk. Hidup & Kehutanan 132.283 118.163 179.976 164.291

Kementerian Kelautan dan Perikanan 33.616 32.279 48.876 34.959

Kementerian Pekerjaan Umum 1.622.856 1.604.052 1.673.144 1.555.024

Kementerian Pariwisata 1.247 1.223 2.326 2.268

Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti 303.055 275.176 363.677 330.029

Kementerian Koperasi & Pengusaha KM 4.087 3.994 3.498 3.362

Kementerian PPPA 1.131 1.100 1.131 1.110

Badan Pusat Statistik 64.310 60.703 79.317 76.356

Kementerian Perencanaan Pemb Nas 592 442 931 647

Kementerian Agraria dan Tata Ruang 111.277 83.812 147.496 116.611

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 961 939 891 875

Kementerian Komunikasi dan Informatika 8.287 7.845 7.357 7.271

Kepolisian Negara Republik Indonesia 768.629 767.518 864.348 871.213

Badan Pengawas Obat dan Makanan 23.700 22.831 29.792 26.227

Badan Koordinasi Penanaman Modal 450 448 607 456

Badan Narkotika Nasional 10.952 9.258 10.838 9.878

Kementerian Desa, PDT & Transmigrasi 36.923 29.406 51.403 49.102

BKKBN 41.289 31.236 106.252 77.765

BMKG 6.813 6.661 9.356 8.806

Komisi Pemilihan Umum 99.651 75.528 275.939 248.868

Arsip Nasional Republik Indonesia 296 257 152 147

BPKP 19.127 19.022 21.260 21.069

Kementerian Perdagangan 27.010 20.241 20.082 7.989

Kementerian Pemuda dan Olah Raga 3.750 2.890 3.355 3.219

Badan SAR Nasional 14.411 13.492 13.716 13.277

Badan Pengawas Pemilu 41.422 36.035 132.099 117.490

LPP-RRI 10.223 8.277 14.269 12.764

LPP-TVRI 9.972 9.845 12.566 12.303

Bendahara Umum Negara 2.144.856 2.066.693 2.105.749 2.024.224

Jumlah 8.175.891 7.772.054 8.816.588 8.256.225

TA 2017Kementerian/Lembaga

TA 2018

Sumber: Monev PA - DJPb (diakses 11 Februari 2019)

- 29 -

Alokasi belanja pemerintah pusat, dalam hal ini adalah belanja K/L, pada APBN

2018 di Provinsi Jambi adalah Rp6,71 triliun naik tipis 2,8% dibandingkan

alokasi tahun 2017. Dari sisi kinerja penyerapan, belanja K/L tahun 2018

terealisasi sebesar Rp6,23 triliun atau 92,8% dari alokasi anggarannya. Angka

penyerapan tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

94,7%.

Pada tahun 2018, belanja pemerintah pusat di Provinsi Jambi dialokasikan pada

43 Kementerian/Lembaga (K/L). Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR) mendapat alokasi anggaran terbesar yaitu Rp1,67

triliun atau 26,7% dari total pagu K/L, lebih tinggi dibanding tahun 2017 sebesar

Rp1,62 triliun (26,7%). Selanjutnya disusul oleh Kementerian Agama dengan

pagu sebesar Rp1,21 triliun (18,04%), Kepolisian RI sebesar Rp864,3 miliar

(12,88%), Kementerian Pertahanan sebesar Rp385,7 miliar (5,75%),

Kemenristek & Dikti sebesar Rp363,6 miliar (5,42%), Kementerian Pertanian

sebesar Rp205,2 miliar (3,06%) dan Kementerian Perhubungan Rp150,0 miliar

(2,24%). Dengan demikian, total dari 7 (tujuh) K/L tersebut secara agregat porsi

anggarannya sebesar 74,19% sehingga sisanya yaitu 25,81% terbagi ke-36 K/L

lainnya (belum termasuk alokasi DAK Fisik dan Dana Desa sebesar Rp2,10

triliun).

Grafik 2.4 Capaian Realisasi 10 K/L dengan Pagu Terbesar Tahun 2018

(dalam jutaan Rp)

Sumber: Monev PA – DJPb 2018

Dari sisi penyerapan anggaran (grafik 2.4) untuk 3 dari 10 K/L dengan pagu

terbesar, Kementerian PU mampu menyerap belanja sebesar 92,96%. Disusul

selanjutnya oleh Kementerian Agama (92,6%) dan Kepolisian RI (100,86%).

Namun terdapat juga K/L 10 besar tersebut yang penyerapannya di bawah 80%,

yaitu: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN hanya terserap 79,08%.

92,96% 92,6%97,8%

90,8% 90,2%95,2%

91,9%88,7%

79,1%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

400

800

1.200

1.600

2.000

PU Agama POLRI Pertahanan Ristek &Dikti

KPU Pertanian LHK Perhubungan ATR/BPN

Pagu Realisasi Capaian

- 30 -

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah setiap proyek yang didanai APBN

harus benar-benar diperhitungkan dan memberi dampak positif terhadap

perekonomian daerah. Hal itu perlu dilakukan agar sejalan dengan kebijakan

pemerintah pada belanja infrastuktur yang fokus belanjanya dapat memberikan

efek multiplier terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga laju pertumbuhan

ekonomi yang positif dapat memberikan dampak nyata terhadap penghasilan

masyarakat. Dengan demikian, tujuan pemerintah untuk mengurangi

kesenjangan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.

2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

khususnya Pasal 11 ayat (5) serta Putusan Mahkamah Konstitusi nomor:

35/PUU-XI/2013, diatur bahwa anggaran belanja pemerintah pusat dapat

dikelompokkan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Fungsi-fungsi tersebut

antara lain fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan

keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan

fasum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi

pendidikan dan fungsi perlindungan sosial.

Tabel 2.8 Pagu & Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Change Capaian

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu %

Pelayanan Umum 2.503.934 2.384.318 4.264.438 4.017.650 70,3% 94,2%

Pertahanan 353.545 337.407 385.731 377.015 9,1% 97,7%

Ketertiban Dan Keamanan 1.091.308 1.075.916 707.461 684.663 -35,2% 96,8%

Ekonomi 1.866.635 1.800.094 1.314.846 1.216.756 -29,6% 92,5%

Lingkungan Hidup 220.106 182.358 234.152 201.298 6,4% 86,0%

Perumahan dan Fasilitas Umum 338.051 322.674 346.599 328.070 2,5% 94,7%

Kesehatan 133.918 116.811 148.288 121.458 10,7% 81,9%

Pariwisata dan Budaya 1.247 1.223 1.626 1.611 30,4% 99,1%

Agama 176.957 158.906 101.392 98.511 -42,7% 97,2%

Pendidikan 1.468.357 1.371.357 1.284.678 1.186.093 -12,5% 92,3%

Perlindungan Sosial 21.832 20.989 27.378 23.101 25,4% 84,4%

Jumlah 8.175.891 7.772.054 8.816.588 8.256.225 7,8% 93,6%

FungsiTA 2018TA 2017

Sumber: Monev PA - DJPb (2018)

Dari sisi fungsi, terjadi pergeseran alokasi anggaran terutama fungsi pelayanan

umum dan fungsi ekonomi. Pada tahun 2017 fungsi pelayanan umum memiliki

alokasi terbesar dengan Rp2,5 triliun, diikuti fungsi ekonomi (Rp1,86 triliun),

pendidikan (Rp1,47 triliun) dan ketertiban dan keamanan (Rp1,13 triliun). Pada

2018, fungsi pelayanan umum kembali menjadi fungsi dengan alokasi terbesar

Rp4,2 triliun. Diikuti fungsi ekonomi (Rp1,21 triliun), pendidikan (Rp1,28 triliun)

- 31 -

dan ketertiban dan keamanan (Rp707,4 miliar). Meningkatnya alokasi fungsi

pelayanan umum lebih disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan

penyaluran TKDD (khususnya DAK Fisik dan Dana Desa) TA 2018 berupa

penambahan 8 (delapan) bidang baru yakni DAK Reguler Air Minum, Sanitasi,

Pasar, Jalan, DAK Penugasan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, DAK

Affirmasi Pendidikan, Air Minum dan Sanitasi sehingga alokasi fungsi pelayanan

umum untuk Provinsi Jambi seolah-olah bertambah cukup drastis.

Berdasarkan komposisi pada Grafik 2.5 terlihat bahwa kebijakan pemerintah

pusat untuk Provinsi Jambi masih difokuskan pada 3 (tiga) hal yaitu pelayanan

umum - DAK Fisik dan Dana Desa (48,7%) , ekonomi (14,7%) dan pendidikan

(14,4%). Arah kebijakan anggaran belanja pada 2018 masih difokuskan

terhadap penguatan program yang menjadi prioritas pemerintah untuk

melaksanakan percepatan pembangunan dari wilayah pinggiran (desa),

mempercepat dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi seperti

pembangunan infrastruktur, pembangunan pasar-pasar tradisional serta

meningkatkan kedaulatan pangan melalui kegiatan-kegiatan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan.

Grafik 2.5 Komposisi Realisasi Belanja K/L berdasarkan Fungsi di Provinsi Jambi

Sumber: MonevPA – DJPb (diakses 11

Februari 2018)

Fungsi pelayanan umum

mengalami peningkatan sebagai

upaya pemerintah dalam rangka

pemerataan pembangunan yang

dimulai dari unit terkecil (desa).

Penggunaan (dana desa) tahun

2018 masih diprioritaskan untuk

bidang infrastruktur dasar dan

pemberdayaan masyarakat desa

untuk meningkatkan kualitas daya

saing sehingga mampu menjadi

penggerak pertumbuhan ekonomi.

Adapun meningkatnya alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut

juga diimbangi dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan peningkatan

efisiensi belanja, antara lain melalui berbagai upaya refocusing program

termasuk menekan pengeluaran yang tidak produktif dalam pelaksanaan

kepemerintahan (paket meeting/konsinyering dan perjalanan dinas). Dari sisi

Pelayanan Umum48,7%

Pertahanan4,6%

Ketertiban & Keamanan…

Ekonomi14,7%

Lingkungan Hidup2,4%

Perumahan & Fasilitas Umum

4,0%Kesehatan

1,5%

Agama1,2%

Pendidikan14,4%

- 32 -

penyerapan, seluruh fungsi tingkat penyerapannya di atas 90%. Kecuali 3 (tiga)

fungsi yaitu: kesehatan (81,9%), lingkungan hidup (86,0%) dan perlindungan

sosial (84,4%).

3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Tabel 2.9 Pagu & Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Pagu Realisasi Pagu Realisasi %

Belanja Pegawai 2.214 2.139 2.349 2.273 96,78

Belanja Barang 2.245 2.047 2.805 2.557 91,16

Belanja Modal 1.579 1.493 1.538 1.387 90,19

Belanja Bantuan Sosial 26 25 19 15 79,40

DAK Fisik 1.054 977 1.065 986 92,58

Dana Desa 1.091 1.090 1.041 1.039 99,75

Jumlah 8.208 7.771 8.816 8.256 93,65

Jenis BelanjaTA 2017 TA 2018

Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 11 Februari 2019)

Pada tahun anggaran 2018, penurunan alokasi belanja terjadi pada belanja

modal sebesar Rp1,54 triliun atau turun 2,58% dibanding tahun 2017 (Rp1,58

triliun) diikuti oleh penurunan Belanja Bantuan Sosial dan alokasi Dana Desa

masing-masing sebesar 25,22% dan 4,57%. Sedangkan alokasi belanja

pegawai dan belanja barang malah sedikit naik sebesar 46,09% dan 24,96%.

Kenaikan belanja pegawai lebih disebabkan oleh penambahan alokasi belanja

pegawai untuk penerimaan pegawai baru pada K/L di wilayah kerja Provinsi

Jambi. Secara prinsip, kebijakan belanja pemerintah masih berfokus pada

peningkatan infrastruktur dan efisiensi pada belanja operasi (Belanja Pegawai

dan Belanja Modal). Belanja modal hanya difokuskan pada belanja yang

memiliki efek multiplier pada pertumbuhan ekonomi. Dari sisi penyerapan,

Belanja Pegawai memiliki capaian realisasi tertinggi sebesar 96,78% (selain

DAK Fisik dan Dana Desa). Disusul Belanja Barang (91,6%), Belanja Modal

(90,19%) dan Belanja Bantuan Sosial (79,4%).

- 33 -

Grafik 2.6 Realisasi Belanja APBN Provinsi Jambi Sepanjang 2018

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 12 Februari 2019)

Untuk tahun 2018, Realisasi seluruh jenis belanja per bulan cenderung stabil

dan tetap terjadi penumpukan realisasi belanja pada akhir triwulan IV. Namun

besaran realisasi yang menumpuk di akhir tahun masih lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

perbaikan kebijakan atas langkah-langkah akhir tahun terus dilakukan.

Meskipun terdapat perbaikan signifikan dari tahun sebelumnya, realisasi belanja

pemerintah belum memberikan dampak optimal sebagai stimulus fiskal yang

diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi mengingat realisasi

belanja daerah masih belum selaras dengan realisasi belanja pemerintah pusat.

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) per Kab/Kota

Grafik 2.7 Sebaran Capaian Penyerapan Belanja APBN 2018 per Kab/kota

(dalam miliar rupiah)

Sumber: MonevPA - DJPb 2018 (diakses 12 Februari 2019)

-10

190

390

590

790

990

1.190

1.390

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agust Sept Okt Nov Des

DAK Fisik & Dana Desa Belanja Pegawai

Belanja Barang Belanja Modal

Belanja Sosial Total

93,4 95,1 97,2 94,3 95,7 96,5 96,5 94,8 95,990,0 92,1 92,6

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

0

0

0

0

0

0

0

ProvinsiJambi

Batanghari TanjabBarat

Bungo Sarolangun Kerinci Merangin TanjabTimur

Tebo MuaroJambi

Kota Jambi SungaiPenuh

Pagu Realisasi Capaian

- 34 -

Belanja APBN 2018 di Provinsi Jambi, disalurkan melalui 5 KPPN dengan porsi

alokasi APBN didominasi oleh KPPN Jambi sebesar Rp5,78 triliun atau 65,5%

dari total alokasi APBN 2018 Provinsi Jambi. Alokasi tersebut dialokasikan

terutama pada satker-satker di wilayah Kota Jambi (porsi 51,5%) dan satker

Provinsi Jambi (porsi 35,4%). Penyerapan anggaran menurut Kab/Kota berada

dalam kisaran angka capaian 90% (Kabupaten Muaro Jambi) sampai dengan

97,2% (Tanjung Jabung Barat) (grafik 2.7).

D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT

Analisis cash flow Pemerintah Pusat menjelaskan mengenai kondisi arus kas masuk

(cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow) yang dilakukan oleh Pemerintah

Pusat pada suatu provinsi tertentu dan periode tertentu. Arus kas masuk Pemerintah

Pusat adalah semua penerimaan yang diterima oleh Pemerintah Pusat dari

pemerintah daerah provinsi tertentu sedangkan arus kas keluar adalah semua

pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah

provinsi tertentu. Yang termasuk dalam arus kas masuk bagi Pemerintah Pusat

adalah semua penerimaan negara yang diterima oleh Pemerintah Pusat melalui

pemerintah provinsi tertentu seperti penerimaan pajak, PNBP dan hibah. Yang

termasuk dalam arus kas keluar Pemerintah Pusat adalah semua belanja

Pemerintah Pusat dalam APBN yang terdiri dari belanja KP/KD/DK/TP/UB dan dana

transfer untuk provinsi berkenaan.

Cash flow = cash in flow – cash out flow

Grafik 2.8 Penerimaaan dan Belanja Pemerintah Pusat (2017-2018)

(dalam miliar rupiah)

Sumber: OMSPAN, SIMTRADA (2018, data diolah)

PENERIMAAN BELANJA DEFISIT

2016 3.946,8 18.484,0 14.537,2

2017 4.777,3 19.416,1 14.638,8

2018 5.077,8 20.131,7 15.053,9

-

5.000,0

10.000,0

15.000,0

20.000,0

25.000,0

2016 2017 2018

- 35 -

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa cash flow

pemerintah pusat dari tahun 2016 – 2018 selalu mengalami kenaikan defisit atas

pendapatan dan belanja pemerintah pusat yang disalurkan di wilayah Provinsi

Jambi. Kondisi defisit tersebut mengindikasikan bahwa alokasi pembiayaan APBN

di daerah Jambi merupakan hasil subsidi silang dari daerah lain di Indonesia. Namun

jika merujuk pada kondisi perekonomian di Jambi dengan pertumbuhan ekonomi,

pembangunan infrastruktur dan komoditi unggulan sektor pertanian dan

pertambangan yang terus mengalami pertumbuhan positif seharusnya pendapatan

pajak maupun PNBP dapat lebih besar dibandingkan realisasi selama ini.

Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan antara lain sebagian besar pelaku ekonomi di

sektor unggulan Jambi terdaftar sebagai wajib pajak badan kategori besar di DKI

Jakarta sehingga mayoritas pendapatan dari aktivitas perekonomian tersebut

tercatat dan dibukukan oleh daerah lain khususnya DKI Jakarta. Padahal

pendapatan yang diperoleh Jambi dari aktivitas perekonomian tersebut hanya

berupa Pajak Penghasilan (PPH) orang pribadi yang nilainya kecil dibandingkan PPh

Badan yang dicatat oleh DKI Jakarta.

E. TRANSFER KE DAERAH

Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai

pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus

dan dana penyesuaian.

Sinergi kebijakan difokuskan pada Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

(TKDD) 2018 yang porsinya meningkat signifikan, sejalan dengan program

pemerintah untuk memperkuat desentralisasi fiskal dan implementasi nawacita ke-

3. Kebijakan dan tantangan dalam pelaksanaan TKDD 2018, antara lain:

1. Pagu Dana Alokasi Umum (DAU) tidak final atau bersifat dinamis. Besaran

(pagu) dan realisasi penyaluran DAU per daerah akan mengikuti dinamika

perkembangan Pendapatan Negara neto.

2. Efektivitas belanja daerah masih rendah. SILPA APBD meningkat dan dalam

jumlah yang cukup besar.

3. Kemandirian fiskal belum optimal. Pajak daerah dan retribusi daerah rata-rata

10,9% ditahun 2018 sehingga APBD sangat tergantung dana transfer.

4. Penyerapan APBD belum optimal. Terlihat dari besarnya saldo pemerintah

daerah di perbankan sehingga kontraproduktif terhadap akselerasi

- 36 -

pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas layanan publik, pengentasan

kemiskinan dan kesenjangan.

APBN dan APBD sebagai insentif fiskal harus dijaga kredibilitasnya sehingga setiap

rupiah belanja negara dan daerah harus menghasilkan output/outcome yang

maksimal. Salah satu upayanya adalah penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa

berbasis kinerja pelaksanaan (penyerapan dan ketercapaian output) melalui KPPN

agar lebih efisien dan efektif. Untuk tahap pertama, realisasi DAK Fisik dan Dana

Desa disalurkan oleh KPPN setelah mendapatkan rekomendasi penyaluran dari

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Sedangkan untuk tahap selanjutnya,

mekanisme penyaluran oleh KPPN akan dilaksanakan berdasarkan pada capaian

penyerapan belanja dan capaian output per bidang (yang dikelola oleh SKPD

pemerintah daerah) untuk DAK Fisik dan masing-masing Desa (Dana Desa) sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah dengan PMK

nomor 121/PMK.07/2018.

Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer

Belanja Dana Transfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dapat

dibedakan menjadi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus

Fisik dan Non Fisik, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian (Dana Insentif

Daerah) dan Dana Desa.

Tabel 2.10 Pagu & Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa di Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Dana Bagi Hasil 3.491 1.956 1.902 1.896 (45,51) 99,68

Dana Alokasi Umum 7.958 7.958 7.969 7.969 0,15 100,00

DAK Fisik 1.054 979 1.065 986 1,02 92,58

DAK Non Fisik 1.788 1.664 1.918 1.799 7,29 93,77

Dana Insentif Daerah 65 65 221 211 239,45 95,86

Dana Desa 1.091 1.090 1.041 1.039 (4,57) 99,75

Jumlah 15.446 13.712 14.116 13.900 (8,61) 98,47

Capaian

(%)

Change

Pagu (%)

Transfer ke Daerah

dan Dana Desa

TA 2017 TA 2018

Sumber: aplikasi SIMTRADA – DJPK, OMSPAN (2018, data diolah)

Secara agregat terjadi penurunan alokasi dana transfer untuk wilayah Provinsi Jambi

pada tahun 2018 sebesar (10,05%) menjadi Rp12,85 triliun. Penurunan cukup tinggi

terdapat pada alokasi DBH dan Dana Desa. Turunnya porsi alokasi DBH disebabkan

adanya pengurangan alokasi DBH Pajak maupun DBH Sumber Daya Alam (SDA)

- 37 -

yang tahun sebelumnya meningkat secara signifikan akibat kurang bayar dari tahun

2016 (PMK Nomor 187/PMK.07/2017). Alokasi pagu DBH bersifat dinamis

menyesuaikan dengan penerimaan pendapatan neto APBN secara nasional yang

masih dibayangi melambatnya perekonomian nasional maupun global yang

berdampak pada rendahnya pencapaian target pajak maupun penerimaan SDA.

Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari DBH

Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA).

Grafik 2.9 Perkembangan Dana Bagi Hasil (DBH) di Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)

Alokasi DBH di Provinsi Jambi pada 2018 secara agregat secara signifikan

mengalami pemangkasan sebesar 45,51% (berkurang Rp1,59 triliun). Pemerintah

daerah yang mengalami penurunan paling signifikan adalah Provinsi Jambi dan

Kabuapten Tanjung Jabung Barat. Secara umum, penurunan tersebut lebih

dikarenakan adanya pemangkasan alokasi DBH terkait pembayaran kurang bayar

DBH tahun sebelumnya oleh pemerintah pusat kepada daerah. Belum pulihnya

penerimaan perpajakan dan SDA disebabkan masih adanya perlambatan ekonomi

global dan harga komoditas yang masih fluktuatif.

ProvJambi

Batanghari

Bungo KerinciMeran

ginMuaroJambi

Sarolangun

TanjabBarat

TanjabTimur

TeboKota

Jambi

KotaSungaiPenuh

DBH 2016 489,99 202,54 91,86 60,43 85,91 184,84 145,93 501,65 209,77 134,88 133 56,37

DBH 2017 763,13 277,3 170 99,75 127,46 267,47 239,26 720,91 344,16 164,46 218,63 98,36

DBH 2018 407,4 140,27 86,61 58,49 64,01 133,94 124,9 447 168,35 93,6 118,63 56,87

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

- 38 -

Dana Alokasi Umum (DAU)

Alokasi kebutuhan DAU diperhitungkan menggunakan pendekatan celah fiskal

(fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan

kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji

PNS daerah. DAU bersifat block grant yang berarti penggunaannya diserahkan

kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah.

Grafik 2.10 Perkembangan Dana Alokasi Umum di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)

Secara agregat alokasi DAU di Provinsi Jambi hanya mengalami peningkatan

sebesar 0,15% menjadi Rp7,96 triliun. Pemerintah Provinsi Jambi mendapatkan

alokasi terbesar yaitu Rp1,399 triliun, meningkat tipis 0,1% dari TA 2017 (Rp1,397

triliun). Diikuti Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Sungai Penuh yang

meningkat masing-masing 1,35% dan 0,72%. Sedangkan kabupaten/kota lainnya

tidak mengalami besaran alokasi DAU dari tahun sebelumnya.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

Grafik 2.11 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Fisik di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)

1.399.367

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

Prov Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi SungaiPenuh

DAU 2017 DAU 2018 Realisasi 2018

-

50

100

150

200

250

Prov Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi SungaiPenuh

DAK Fisik 2017 DAK Fisik 2018 Realisasi

- 39 -

Pada 2018, DAK Fisik disalurkan melalui KPPN dengan berbasis kinerja

pelaksanaan (penyerapan dan ketercapaian output) agar lebih efisien dan efektif.

Secara agregat alokasi DAK Fisik TA 2018 di Provinsi Jambi sebesar Rp1,06 triliun

naik tipis (1,02%) dibandingkan tahun sebelumnya (Rp1,05 triliun). Penambahan

alokasi tersebut disesuaikan dengan fokus prioritas nasional di bidang infrastruktur

khususnya infrastruktur yang merupakan urusan daerah. Realisasi DAK hingga akhir

tahun 2018 mencapai Rp985,67 miliar atau 92,6% dari alokasi pagu DAK Fisik 2018.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik dan Dana Desa

Grafik 2.12 DAK Non Fisik, DID, & Dana Desa

di Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Sumber: SIMTRADA - DJPK (2018, data diolah)

DAK Non Fisik dan Dana

Desa sebesar Rp3,17 triliun

terdiri dari: Tunjangan

Profesi Guru PNSD

(Rp979,7 miliar), Tambahan

Penghasilan Guru PNSD

(Rp21,6 miliar), Dana BOS

(Rp639,3 miliar), DID

(Rp220,5 miliar), Dana BOK

& BOKB (Rp206,3 miliar)

dan Dana Desa (Rp1,04

triliun).

DAK Non Fisik (sebelumnya Dana Penyesuaian) dan Dana Desa pada APBN 2018

Provinsi Jambi naik 8,02% (TA 2017 Rp2,94 triliun) menjadi Rp3,17 triliun. Kenaikan

terbesar terutama disebabkan oleh naiknya Dana Insentif Daerah Rp220,5 miliar

(tahun sebelumnya Rp64,9 miliar) atau sekitar 239,4%. Sedangkan, Dana

Tambahan Penghasilan Guru PNSD turun menjadi Rp21,6 miliar (sebelumnya

Rp26,04 miliar). Realisasi agregat hingga akhir tahun 2018 sebesar Rp3,04 triliun

atau 95,87% dari anggarannya.

Tujuan analisis Dana Transfer ke Daerah adalah untuk mengetahui kontribusi

belanja negara terhadap komponen pendapatan daerah dalam APBD ataupun

kontribusi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi regional.

1. Analisis komparatif/perbandingan year on year (yoy) antara trend alokasi dana

transfer untuk daerah tersebut terhadap: Pertumbuhan ekonomi regional, PDRB,

954

26

622

65 -

128

13 45

1.091

980

22

639

221

-

206

14 57

1.041

DanaTPG

PNSD

DanaTamb.

PG-PNSDDanaBOS DID

DanaP2D2

DanaBOK &BOKB

Dana PK-Kop &UKM

DanaBOP

PAUDDanaDesa

2017 2018

- 40 -

Tingkat pengangguran, Tingkat kemiskinan, IPM (HDI), dan Indikator fiskal

lainnya pada daerah tersebut.

Grafik 2.13 Perkembangan Transfer ke Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Provinsi Jambi 2011-2017

Sumber: SIMTRADA - DJPK; BPS (data diolah)

Dalam kurun waktu 2011 – 2017, perkembangan besaran alokasi Transfer ke

Daerah dan Dana Desa menunjukkan tren naik dan berbanding lurus dengan

dampak positif peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam

indeks IPM yang juga menunjukkan tren naik. Keadaan ini dapat memberikan

gambaran bahwa Pemerintah dapat mengalokasikan dana transfer ke daerah

secara baik dan tepat sasaran terutama di sektor pendidikan, kesehatan dan

lapangan kerja, sehingga Indeks Pembangunan Manusia yang terdapat di Jambi

melalui TKDD berjalan sesuai arahan.

Grafik 2.14 Perkembangan Transfer ke Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat

Pengangguran, dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi 2011-2018

Sumber SIMTRADA - DJPK; BPS (2018, data diolah)

66,1466,94

67,76 68,24 68,6969,62 69,99

8.121 9.187

10.355 11.188

11.608 14.086 15.446

64

65

66

67

68

69

70

71

-

5.000

10.000

15.000

20.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

IPM Dana Transfer (dlm Miliar Rp)

8.121 9.187

10.355 11.188 11.608

14.086 15.446

14.116

7,867,03 7,07

7,36

4,204,37 4,64

4,714,023,50

4,765,08

4,34 4,003,873,86

7,908,28 8,42 8,39

8,868,41 8,19

7,92

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Dana Transfer (dlm Miliar Rp) Growth (%) TPT (%) Kemiskinan (%)

- 41 -

Kebijakan fiskal (dana transfer) pemerintah pusat lingkup Provinsi Jambi juga

sejalan dengan kebijakan money follow program untuk dapat memberi dampak

terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tercermin juga dalam

persentase TPT dan Masyarakat Miskin yang menunjukkan tren menurun.

Selanjutnya, perbaikan kualitas SDM tersebut harus mampu meningkatkan

kinerja perekonomian sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional yang

diharapkan.

F. PENGELOLAAN BLU PUSAT

Definisi Badan Layanan Umum adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

BLU mulai dibentuk pada tahun 2006 sebagai amanat dari Peraturan Pemerintah

Nomor 23 tahun 2005.

Grafik 2.15 Tren Pertumbuhan BLU kurun waktu 2005 - 2018

Sumber : http://blu.djpbn.kemenkeu.go.id (diakses 6 Februari 2018)

1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat

Dalam bagian ini, dapat diberikan gambaran terkait profil dan jenis layanan BLU

Pusat yang ada di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi.

Selanjutnya dapat dijabarkan jumlah BLU Pusat di Provinsi Jambi sampai

dengan tahun 2018 berjumlah tiga satker BLU yang berlokasi di Kota Jambi,

13 1737

53

81

105

126141 141 141

158

182

203217

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

- 42 -

antara lain UIN Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi. Kemudian ditambah

Rumah Sakit Bhayangkara Jambi yang telah ditetapkan menjadi BLU di bidang

pelayanan kesehatan (pertengahan triwulan II-2017) dan terakhir adalah

Universitas Jambi (akhir tahun 2017). Untuk RS Bhayangkara, saat ini sudah

BLU Kesehatan secara penuh. Tahapan masa transisi telah dilalui RS

Bhayangkara dengan memenuhi seluruh persyaratan sesuai standar pelayanan

minimal BLU di bidang kesehatan. Pembagian/ pengelompokannya

berdasarkan sektor atau bidang usahanya akan diuraikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.11 Profil BLU Pusat di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

1 PendidikanUIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi 613.926 29.359 171.668 201.027

2 Pendidikan Universitas Jambi 1.033.819 215.078 148.597 363.676

3 KesehatanRS Bhayangkara

Jambi 97.894 44.636 48.703 93.339

Jumlah

PaguNo

Jenis

LayananSatker BLU Nilai Aset

Pagu

PNBPPagu RM

Sumber: Data Kanwil DJPb Prov Jambi (2018, data diolah)

Secara keseluruhan kinerja tahun 2018 satker UIN Sultan Thaha Saifuddin

menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Hal tersebut terlihat dari capaian

realisasi pendapatan BLU yang mampu melebihi target yang ditetapkan yaitu

147,05%. Sedangkan dua satker BLU lainnya yakni Universitas Jambi dan RS

Bhayangkara Jambi yang baru berstatus BLU mulai tahun 2017 juga

menunjukkan realisasi penerimaan masing-masing 86,38 % dan 105,15%.

Grafik 2.16 Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Jambi Tahun 2018

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

UIN STS UNJA RS BHAYANGKARA

PAGU 2017 REALISASI 2017 PAGU 2018 REALISASI 2018

- 43 -

Ditahun 2017, capaian realisasi penerimaan ketiga satker BLU telah melebihi

estimasi penerimaan yang ditetapkan sedangkan pada tahun 2018 hanya satker

BLU Universitas Jambi yang tidak mencapai target penerimaan sebesar

Rp215,1 miliiar hanya terealisasi Rp186,7 miliar atau sekitar 86,7%.

2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat

Tabel 2.12 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Pusat di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

No Nama BLU Aset 2016 Aset 2017 Aset 2018

1 UIN STS Jambi 191.802 559.117 613.926

2 Universitas Jambi 357.717 357.286 1.033.819

3 RS Bhayangkara Jambi 16.273 39.950 97.894

Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)

Dalam kurun waktu tahun 2016-2018 semua BLU Pusat di Provinsi Jambi

menunjukkan peningkatan aset yang dimilliki. Aset tertinggi dimiliki oleh

Universitas Jambi yang baru berstatus BLU Pusat di tahun 2018 dengan nilai

aset Rp1,03 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 289% dari tahun 2016.

Adapun pertumbuhan aset tertinggi dari tahun 2015 adalah UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi sebesar 320,08%. Hal tersebut dikarenakan satker yang

bersangkutan telah menjadi BLU dari tahun 2016 sehingga penambahan aset

dari pengelolaan keuangan BLU telah optimal. Hal lainnya yang menyebabkan

penambahan nilai aset BLU meningkat secara signifikan adalah adanya

kebijakan revaluasi aset oleh pemerintah.

Tabel 2.13 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker BLU

di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2017 2018 2017 2018

1 UIN STS Jambi 135.933 171.668 27.093 29.359

2 Universitas Jambi 144.389 148.597 158.665 215.078

3 RS Bhayangkara Jambi 6.537 48.703 37.635 44.636

PAGU PNBPNo Nama BLU

PAGU RM

Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)

Universitas Jambi yang merupakan BLU sektor Pendidikan mengalami

perkembangan cukup signifikan. Hal ini terlihat dari peningkatan pagu PNBP

dari Rp158,6 miliar (TA 2017) menjadi Rp215,07 miliar pada tahun 2018 (naik

- 44 -

35,6%). Pagu Rupiah Murni(RM) juga meningkat sebesar 2,91% (dibanding

tahun 2017 Rp144,3 miliar) menjadi Rp148,5 miliar. Demikian juga, untuk nilai

aset yang dikelola (Rp192,8 miliar) mengalami kenaikan yang signifikan

dibanding tahun sebelumnya Rp1,03 triliun. Salah satunya disebabkan oleh

kenaikan nilai aset tanah semula Rp85,9 miliar menjadi Rp558,8 miliar.

3. Kemandirian BLU

Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk

mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government). Oleh karena itu,

satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri.

Kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu RM.

Tabel 2.14 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Pagu

PNBP% Pagu RM %

Pagu

PNBP% Pagu RM %

1 Pendidikan UIN STS Jambi 613.926 27.093 16,6% 135.933 83,4% 29.359 14,6% 171.668 85,4%

2 Pendidikan Universitas Jambi 1.033.819 158.665 52,4% 144.389 47,6% 215.078 59,1% 148.597 40,9%

3 Kesehatan RS Bhayangkara 97.894 37.635 85,2% 6.537 14,8% 44.636 47,8% 48.703 52,2%

Tahun 2017 Tahun 2018

No.Jenis

LayananSatker BLU Nilai Aset

Sumber: E-Rekon LK (diakses 6 Februari 2019)

Berdasarkan data (tabel 2.14), tingkat kemandirian Universitas Jambi memiliki

rasio PNBP yang cukup tinggi sebesar 59,1% (meningkat dari tahun

sebelumnya sebesar 52,4%). sedangkan UIN STS dan Rumah Sakit

Bhayangkara mengalami penurunan rasio dengan porsi pagu PNBP masing -

masing dari 16,6% dan 85,2% (tahun 2017), turun pada tahun 2018 menjadi

14,6% dan 47,8%. Porsi pagu PNBP tersebut masih relatif kecil jika

dibandingkan porsi RM. Hal ini menggambarkan bahwa UIN STS dan Rumah

Sakit Bhayangkara masih belum mampu sepenuhnya lepas dari peran APBN

(RM). Agar dapat menjadi BLU yang mandiri maka dibutuhkan extra effort dari

sisi penerimaan sehingga persentase PNBP lebih besar dibandingkan RM atau

dari total pagu, dengan begitu BLU dapat disebut mandiri.

4. Profil dan jenis layanan satker PNBP

Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jambi terdapat 81

satuan kerja instansi vertikal yang mengelola dana PNBP namun belum menjadi

Satker BLU. Seluruh satker tersebut berasal dari 14 K/L dengan total alokasi

pagu PNBP TA 2018 yang dikelola seluruh satker tersebut sebesar Rp263,58

- 45 -

miliar dengan total capaian realisasi hingga periode 31 Desember 2018 sebesar

Rp235,3 miliar.

Tabel 2.15 Profil 10 Satker Pengelola PNBP dengan Pagu PNBP Terbesar

(dalam jutaan rupiah)

PNBP RM Jumlah

1 Kesehatan RS dr. Bratanata 108.992 7.031 116.023 93,9%

2 Pelayanan Umum Kanwil BPN Provinsi Jambi 9.362 16.956 26.317 35,6%

3 Pendidikan IAIN Kerinci 8.542 33.578 42.120 20,3%

4 Lingkungan Hidup BPHP WIL.IV Jambi 7.101 9.698 16.800 42,3%

5 Pendidikan Politeknik Kesehatan Jambi 7.030 37.228 44.258 15,9%

6 Lingkungan Hidup BPDAS Batanghari 6.903 30.684 37.587 18,4%

7 Pelayanan Umum Ditlantas Polda Jambi 6.426 14.234 20.660 31,1%

8 Pelayanan Umum Rolog Polda Jambi 5.361 22.802 28.163 19,0%

9 Pelayanan Umum BPN Muaro Jambi 4.703 11.920 16.624 28,3%

10 Pelayanan Umum BMSF RADIO KELAS II 4.071 3.285 7.357 55,3%

No Jenis Layanan Satker PNBPKomposisi Pagu % Porsi

PNBP

Sumber: OMSPAN (2018, data diolah)

Persyaratan teknis utama bagi satker untuk ditetapkan menjadi satker BLU

Penyedia Barang/Jasa yaitu mempunyai pendapatan PNBP paling sedikit

sebesar Rp15 miliar dan memenuhi ambang batas yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data tahun 2018, terdapat 1 Satker pengelola PNBP yang

memenuhi syarat tersebut, yaitu RS dr. Bratanata yang mempunyai alokasi pagu

PNBP diatas Rp15 miliar yaitu sebesar Rp108,9 miliar dengan porsi pagu PNBP

mencapai 93,9%. Saat ini RS dr. Bratanata masih menunggu proses penetapan

status BLU dari Mabes TNI selaku satker induk.

G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Selain pengelolaan Badan Layanan Umum, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinisi

Jambi juga menatausahakan investasi pemerintah khususnya penerusan pinjaman

(Subsidiary Loan Agreement), kredit program dan investasi lainnya.

1. Penerusan pinjaman

Penerusan Pinjaman merupakan pinjaman yang sumber pembiayaannya

berasal dari Pinjaman Luar Negeri yang diteruskan kembali pemerintah kepada

pemerintah Daerah/BUMN/BUMD melalui Perjanjian Penerusan Pinjaman

(Subsidiary Loan Agreement/SLA) dan Rekening Dana Investasi. Berdasarkan

berita acara rekonsiliasi (BAR) outstanding Pinjaman pemerintah daerah /PDAM

per 30 Desember 2018, hanya tersisa 1 debitur yaitu PDAM Kota Jambi yang

masih menunggu proses penutupan perjanjian penerusan pinjaman.

- 46 -

Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman/SLA di Provinsi Jambi per 30 Desember 2018

1 PDAM Kota Jambi 2 - proses penutupan perjanjian

2 Pemkot Jambi 1 - telah dibayar & ditutup

Jumlah -

No Penerima SLA Keterangan Jumlah

Pinjaman

Hak Tagih

Pemerintah

Sumber: Aplikasi SLIM (2018, data diolah)

Berdasarkan monitoring dan evaluasi terhadap penyelesaian utang PDAM Kota

Jambi dan Pemerintah Kota Jambi, untuk penerusan pinjaman PDAM telah

dinyatakan lunas dengan mekanisme Penerimaan Hibah non-kas ke dalam

APBD-P dan Penambahan Penyertaan Modal (non-kas) kepada PDAM. Namun,

masih menunggu proses penetapan Menteri Keuangan untuk penutupan

penerusan pinjamannya. Sedangkan untuk Pemerintah Kota Jambi telah

diselesaikan dengan melunasi kekurangan perhitungan debt swap dan

penutupan penerusan pinjaman telah dilaksanakan dengan diterbitkannya

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 652/KMK.05/2018.

2. Kredit program

Kredit program adalah kredit yang disediakan pemerintah kepada pelaku usaha

dalam membiayai berbagai program sektor ekonomi dengan bunga yang

rendah. Pemerintah pada tahun 2018 menargetkan penyaluran KUR sebesar

Rp120 triliun dengan suku bunga 7% efektif per tahun dan target penyaluran

diupayakan untuk sektor produksi minimum sebesar 50% dari target total

penyaluran KUR nasional.

Skema KUR

Adanya perubahan skema penyaluran KUR di tahun 2018 sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 11 tahun

2017 ke dalam dua skema yakni (1) skema pertama, yaitu kelompok usaha

sebagai penerima KUR dimungkinkan sebagian anggota yang merupakan

pengusaha pemula dengan menggunakan mekanisme pembayaran kredit

berdasarkan sistem tanggung renteng dan (2) skema kedua adalah skema KUR

khusus yang diberikan kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam

bentuk cluster dengan menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan

rakyat, peternakan rakyat dan perikanan rakyat termasuk pengadaan kapal

nelayan. Penyaluran KUR tahun 2018 difokuskan pada sektor usaha produktif,

bukan lagi pada sektor usaha perdagangan.

- 47 -

Gambar 2.1 Poin-Poin Perubahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2018

Sumber: website http://kur.ekon.go.id/ (diakses 4 Februari 2019)

Perkembangan Penyaluran KUR di Provinsi Jambi

Di Provinsi Jambi, penyaluran KUR (Mikro, Ritel, dan TKI) tahun 2018

dilaksanakan oleh 15 (lima belas) lembaga keuangan perbankan, yaitu BRI, BRI

Syariah, Mandiri, BNI, Bank Artha Graha, BCA, Maybank, BPD Jambi, BPD

Sumatera Barat, Bank Sinarmas, Bank Bukopin, BTN, CTBC Bank, Internusa

Tribuana Citra Multifinance dan BRI AGRO dengan total nilai outstanding

Rp1,73 triliun. Berdasarkan data SIKP, nilai akad realisasi KUR 2018 mencapai

Rp2,22 triliun (atau 1,85% dari alokasi nasional sebesar Rp120 triliun) yang

disalurkan perbankan dan lembaga keuangan non bank (PT Buana Artha

Ventura, PT Pegadaian dan PNM-khusus kredit Ultra Mikro) di Provinsi Jambi.

Pada tahun 2018 juga terjadi perubahan distribusi jenis KUR yang disalurkan.

Penyaluran KUR Ritel dan KUR Mikro meningkat masing-masing sebesar

47,15% dan 44,51% dari tahun sebelumnya. Penyaluran KUR Mikro didominasi

oleh BRI dengan nilai outstanding Rp584,2 miliar sedangkan Bank Mandiri

dominan menyalurkan KUR Ritel (Rp725,26 miliar).

- 48 -

Tabel 2.17 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Bank

Akad

(dlm jutaan)

Outstanding

(dlm jutaan)Debitur

Rataan Kredit

(dlm jutaan)

Mikro - Bank Rakyat Indones ia 810.372 584.245 38.977 20,8

Mikro - Bank Mandiri 50.454 37.195 2.279 22,1

Mikro - Bank Negara Indones ia 491 383 23 21,3

Mikro - Bank Artha Graha 4.600 3.826 184 25,0

Mikro - BPD Jambi 709 626 37 19,2

Mikro - BRI Syariah 14.375 10.520 604 23,8

Jumlah - Mikro 881.000 636.796 42.104 20,9

Ritel - Bank Rakyat Indones ia 185.946 155.493 748 248,6

Ri tel - Bank Mandiri 846.421 725.265 8.767 96,5

Ri tel - Bank Negara Indones ia 267.420 183.044 1.310 204,1

Ri tel - Bank Centra l As ia 350 266 6 58,3

Ri tel - Bank Maybank 1.000 - 2 500,0

Ri tel - PT BPD Jambi 21.775 19.990 160 136,1

Ri tel - BPD Sumatera Barat 1.445 1.218 9 160,6

Ri tel - Bank Sinarmas 1.665 1.545 7 237,9

Ri tel - Bank Tabungan Negara 2.500 546 5 500,0

Ri tel - BRI Syariah 9.651 4.899 94 102,7

Ri tel - Bank Bukopin 2.650 2.415 7 378,6

Ri tel - PT BRI AGRO 930 892 5 186,0

Jumlah - Ritel 1.341.753 1.095.574 11.120 120,7

TKI - Bank Rakyat Indones ia 238 155 15 15,9

TKI - Bank Negara Indones ia 18 - 1 18,2

TKI - CTBC Bank 15 15 1 14,7

TKI - Internusa Tribuana Ci tra Multi finance 15 10 1 14,5

Jumlah - TKI 285 179 18 15,9

UMI - 990 5.262 708 1.874 2,8

Jumlah - UMI 5.262 708 1.874 2,8

Jumlah Total 2.228.300 1.733.256 55.116 40,4

Bank

Realisasi Penyaluran KUR 2018

Sumber: SIKP (diakses 04 Februari 2019)

Pergeseran jenis KUR Ritel lebih besar dari KUR Mikro yang diajukan oleh para

pelaku UMKM pada tahun 2018 berkorelasi dengan makro ekonomi di Provinsi

Jambi yang menunjukkan perkembangan positif. Hal ini mengindikasikan

adanya peningkatan jenis usaha dari usaha kecil menjadi usaha menengah

sesuai dengan tujuan penyaluran KUR.

- 49 -

Tabel 2.18 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor Usaha

Akad

(dlm jutaan)

Outstanding

(dlm jutaan)Debitur

1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 1.311.818 1.047.820 29.402

2 Perikanan 25.511 17.210 555

3 Industri Pengolahan 47.375 35.681 1.326

4 Konstruksi 2.800 835 6

5 Perdagangan Besar & Eceran 711.710 534.121 20.393

6 Penyediaan Akomodasi & Makanan 24.910 18.426 422

7 Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 22.545 17.590 460

8 Real Estate, Persewaan & Jasa 6.338 5.037 86

9 Jasa Pendidikan 900 696 14

10 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 3.395 2.301 13

11 Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, & Hiburan 70.971 53.514 2.437

12 Jasa Perorangan Yang Melayani RT 15 10 1

13 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 15 15 1

Total 2.228.300 1.733.256 55.116

No Sektor UsahaRealisasi KUR 2018

Sumber: SIKP – Direktorat Sistem Manajemen Investasi (diakses 04 Februari 2019)

Sektor usaha yang paling besar menerima program KUR didominasi oleh sektor

pertanian, perburuan dan kehutanan dengan nilai oustanding Rp1,04 triliun.

Diikuti oleh sektor perdagangan besar & eceran dengan nilai outstanding

Rp534,12 miliar dan sisanya (Rp151,3 miliar) terbagi ke 11 sektor lainnya. Hal

ini sejalan dengan sektor unggulan Provinsi Jambi yang memang terfokus pada

sektor pertanian (produksi sawit dan karet) dan pertambangan sebagai

komponen utama pembentuk angka PDRB.

- 21 -

- 50 -

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagaimana diatur didalam

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan dasar

pegelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran, yang terdiri atas

Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan. APBD merupakan kerangka kebijakan publik

yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat yang tercermin

dalam pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan belanja daerah

merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu APBD juga

sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro

ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala permasalahan

pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang

sejahtera dan mandiri.

APBD Provinsi/Kabupaten/Kotamadya disusun berdasarkan 3 klasifikasi yaitu: Ekonomi,

Fungsi dan Urusan. Pada dasarnya APBD merupakan gambaran tentang ekonomi dan

kemajuan pembangunan dari suatu daerah terhadap penggunaan serta pemanfaatan

belanja daerah yang maksimal dan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya. Keberhasilan

APBD (perencanaan) yang tepat sasaran, dibutuhkan penggunaan anggaran sesuai

kebutuhan yang digunakan dengan efektif dan efisien. Dengan kata lain untuk menuju

sesuatu hasil yang maksimal dibutuhkan planning yang tepat dan terukur, sehingga pada

akhirnya sasaran pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicapai dan memberikan

dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

A. APBD TINGKAT PROVINSI

APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan

sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala

dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda

masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD selain dapat menunjukkan kebijakan

fiskal suatu daerah, juga sangat berguna untuk mengetahui komposisi anggaran dan

prioritas kegiatan suatu daerah. Untuk wilayah Provinsi Jambi, terdapat 12 (dua

belas) APBD pada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yaitu: Pemerintah

Provinsi Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci,

Kabupaten Merangin, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kota

- 51 -

Jambi dan Kota Sungai Penuh. Secara agregat (tabel 3.1), total APBD TA 2018 di

Provinsi Jambi nilainya cukup besar yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan

Pembiayaan masing-masing sebesar Rp17,58 triliun, Rp18,89 triliun, dan Rp1,33

triliun. Besarnya nilai APBD tersebut seharusnya mampu memberikan dampak

signifikan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi.

Tabel 3.1 Profil APBD Provinsi Jambi Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam jutaan rupiah)

Uraian 2017 2018 Perubahan

(%)

Pendapatan 17.296.605 17.583.106 1,7

PAD 2.670.934 2.737.306 2,5

Pendapatan Transfer 14.376.148 14.443.524 0,5

Lain-lain Pend. Daerah yang Sah 249.523 402.275 61,2

Belanja 18.327.372 18.898.818 3,1

Belanja Operasi 11.736.112 12.216.127 4,1

Belanja Modal 4.249.362 4.154.894 (2,2)

Belanja Tidak Terduga 35.486 42.493 19,7

Transfer 2.306.413 2.485.304 7,8

Surplus/Defisit (1.030.767) (1.315.713) 27,6

Pembiayaan 1.069.163 1.330.710 24,5

Penerimaan Pembiayaan 1.149.865 1.424.508 23,9

Pengeluaran Pembiayaan 80.702 93.799 16,2 Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)

Secara agregat, rencana pendapatan daerah naik sebesar 1,7% menjadi Rp17,58

triliun, dan rencana belanja naik 3,1% menjadi Rp18,89 triliun. Dengan komposisi

tersebut, angka defisit meningkat hingga (27,6%) menjadi Rp1,32 triliun dibanding

tahun sebelumnya (Rp1,03 triliun). Dari profil APBD tersebut dapat diartikan bahwa

pemerintah daerah di Provinsi Jambi masih tetap berusaha ekspansif dengan

menjaga belanja daerah tetap lebih tinggi dibanding pendapatan daerah. Dari sisi

pendapatan, penerimaan dari Dana Transfer hanya naik 0,5% menjadi Rp14,4 triliun.

Sedangkan target PAD secara agregat naik hingga 2,5% (Rp2,73 triliun). Hal ini

mengindikasikan bahwa masing-masing Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

berupaya untuk mengurangi ketergantungan sumber penerimaan daerah dari dana

transfer.

Dari sisi belanja, alokasi belanja daerah naik sebesar 3,1% yang terdiri dari: belanja

operasi naik 4,1% menjadi Rp12,22 triliun (sebelumnya Rp11,74 triliun), belanja

modal turun hingga 2,2% dibandingkan tahun 2017 (Rp4,25 triliun) menjadi Rp4,15

triliun. Berikutnya, belanja tak terduga naik 19,7% dan belanja transfer naik 7,8%

menjadi Rp2,48 triliun (sebelumnya Rp2,3 triliun).

- 52 -

Dengan postur demikian (pagu belanja melebihi target pendapatannya), maka

secara agregat APBD di Provinsi Jambi menganut anggaran defisit dan harus ditutup

dengan pembiayaan yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

tahun anggaran sebelumnya. Anggaran yang bersifat ekspansif ini diharapkan

memberi efek daya tumbuh yang lebih besar dalam perekonomian. Namun demikian,

besarnya nilai SILPA tahun sebelumnya (2017) yang digunakan sebagai sumber

pembiayaan defisit tersebut secara implisit menunjukkan lemahnya kemampuan

pemerintah daerah dalam meng-eksekusi belanja daerah yang menyebabkan

besarnya nilai SILPA tahun sebelumnya.

B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah

hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah tersebut terdiri dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah,

yang dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pagu & Realisasi Pendapatan APBD se-Provinsi Jambi (2017-2018)

(dalam jutaan rupiah)

PAGU REALISASI PAGU REALISASI 2017 2018

PAD 2.670.934 2.700.378 2.737.306 2.589.886 101,1% 94,6%

Pajak daerah 1.608.793 1.748.036 1.718.133 1.797.614 108,7% 104,6%

Retribusi daerah 132.899 112.439 117.692 97.257 84,6% 82,6%

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan112.921 104.771 118.784 115.796 92,8% 97,5%

Lain-lain PAD yang sah 816.321 735.131 782.697 579.219 90,1% 74,0%

Pendapatan Transfer 14.376.148 14.208.329 14.443.524 13.720.939 98,8% 95,0%

Transfer Pempus - Dana Perimbangan

Dana Bagi Hasil 1.364.216 1.836.495 1.251.514 1.266.765 134,6% 101,2%

Dana Alokasi Umum 8.410.592 7.957.603 8.289.433 8.166.975 94,6% 98,5%

Dana Alokasi Khusus 2.889.496 2.535.616 2.995.624 2.588.170 87,8% 86,4%

Transfer Pempus - Lainnya

Dana penyesuaian 1.065.376 1.221.151 1.249.177 1.119.316 114,6% 89,6%

Transfer Pemerintah Provinsi

Pendapatan Bagi Hasil Pajak 543.269 518.112 573.150 501.787 95,4% 87,5%

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 103.200 139.353 84.627 77.927 135,0% 0

Lain-lain Pendapatan yang sah 249.523 73.441 402.275 237.752 29,4% 59,1%

Pendapatan Hibah 99.084 56.905 384.055 237.597 57,4% 61,9%

Pendapatan Dana Darurat - - - - -

Pendapatan Lainnya 150.439 16.536 18.220 155 11,0% 0,9%

Total Pendapatan Daerah 17.296.605 16.982.148 17.583.106 16.548.577 98,2% 94,1%

URAIANTA 2017 TA 2018 Capaian

Sumber: LRA Pemda; DJPK (2018)

- 53 -

Pendapatan daerah diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama bagi

pemerintahan daerah adalah dari PAD, karena hal ini berarti pemerintah daerah

didorong untuk dapat meningkatkan kemandirian keuangannya. Realisasi

pendapatan daerah tahun 2018 mencapai Rp 16,55 triliun dengan rincian: PAD

sebesar Rp2,59 triliun, Pendapatan Transfer sebesar Rp13,7 triliun dan Lain-lain

Pendapatan yang Sah sebesar Rp237,7miliyar.

Pada pos PAD hanya pajak daerah yang realisasinya mencapai target penerimaan

tahun 2018. Capaian realisasinya bahkan mencapai 104,6% dari target pajak daerah

2018, namun menurun dibandingkan dengan capaian realisasi tahun 2017 sebesar

108,7% dari target.

Grafik 3.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi

(dalam miliar rupiah)

Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)

Menilik realisasi pendapatan daerah 2011-2018, dominasi pendapatan daerah masih

bersumber dari pendapatan transfer (dana perimbangan). Realisasi pendapatan

transfer tahun 2011 naik hingga 2x lipat dibanding tahun 2018. Namun realisasi PAD

meningkat jauh lebih tinggi lagi, tahun 2011 sebesar Rp429 miliar menjadi Rp2,6

triliun pada tahun 2018 atau naik hampir 6x lipat. Fakta tersebut menunjukkan upaya

sungguh-sungguh pemerintah daerah untuk lebih mandiri dalam belanja daerahnya.

Upaya tersebut patut diapresiasi tinggi sebagai upaya pemerintah daerah dalam

rangka meningkatkan tingkat kemandirian daerahnya.

7.558

10.542

12.826 13.800 13.856

14.981 16.982 16.549

429 1.421 1.643 2.240 2.090 2.138 2.700 2.590

7.028

8.961

11.089 11.523 11.667 12.663

14.208 13.721

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Total Pendapatan PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yg Sah

- 54 -

Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jambi 2017-2018

Sumber: LRA Pemda (2018)

Komposisi sumber pendapatan daerah di Provinsi Jambi tahun 2018 tidak begitu

mengalami perubahan dibandingkan komposisi pada tahun sebelumnya. Secara

agregat, pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi masih tergantung pada

pendapatan dari Dana Perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Meskipun

begitu pemerintah daerah di Provinsi Jambi berusaha mengimbanginya dengan

meningkatkan pendapatan dari PAD sehingga secara fiskal, rasio ketergantungan

keuangan daerah di Provinsi Jambi turun menjadi 82% dari angka 83% di tahun 2017

atau dengan kata lain menjadi “sedikit” lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

C. JENIS BELANJA DALAM APBD

Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja

Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) + Dana Transfer dari Pusat

ke Daerah.

1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan

Berdasarkan profil pagu belanja TA 2018 untuk urusan wajib (pelayanan dasar

dan non pelayanan dasar) porsinya mencapai 84,1% dari total pagu belanja

menurut urusan. Untuk urusan pilihan porsinya “hanya” 6,2% dari total alokasi dan

sisanya merupakan urusan penunjang dan lainnya. Berdasarkan porsi anggaran

terbesar menurut urusan berturut-turut yaitu: pendidikan (31,5%), pekerjaan

umum dan penataan ruang (28,9%) dan urusan kesehatan (18,0%). Besarnya

pagu anggaran urusan pendidikan dan urusan kesehatan telah memenuhi batas

minimal mandatory spending. Besarnya anggaran untuk administrasi

pemerintahan terkait dengan fungsi pemerintah daerah dalam pelayanan publik,

sedangkan besarnya alokasi untuk urusan pekerjaan umum dan penataan ruang

15,9%83,7%

PAD

Dana Transfer

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Tahun 2017

15,7%82,9%

1,4%

PAD

Dana Transfer

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Tahun 2018

- 55 -

mengindikasikan perhatian yang cukup tinggi untuk belanja infrastruktur dan

sarana umum.

Tabel 3.3 Profil Belanja APBD menurut Klasifikasi Urusan TA 2018

Belanja per Urusan TA 2017 TA 2018 Porsi (%)

Urusan Wajib Pelayanan Dasar 6.816.850.131.568 15.251.007.630.039 84,1%

Pendidikan 3.004.547.091.168 5.719.182.473.217 31,5%

Kesehatan 1.448.044.722.836 3.271.316.041.455 18,0%

Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 1.967.423.898.922 5.236.613.686.395 28,9%

Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 162.540.949.263 442.715.524.356 2,4%

Ketentraman & Ketertiban Umum, Perlind. Masyarakat 151.206.003.493 381.171.017.659 2,1%

Sosial 83.087.465.887 200.008.886.957 1,1%

Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar 819.076.332.939 1.768.622.984.004 9,7%

Tenaga Kerja 32.293.067.659 98.921.551.688 0,5%

Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak 37.488.295.738 94.675.698.619 0,5%

Pangan 65.278.202.368 87.694.434.851 0,5%

Pertanahan 3.989.162.000 347.577.320 0,0%

Lingkungan Hidup 121.789.653.283 294.813.473.430 1,6%

Kependudukan dan Catatan Sipil 57.680.914.432 92.261.884.009 0,5%

Pemberdayaan Masyarakat Desa 71.488.042.376 124.029.798.900 0,7%

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 55.887.008.272 99.528.382.734 0,5%

Perhubungan 85.958.293.773 192.168.838.595 1,1%

Komunikasi dan Informatika 59.957.039.773 105.409.656.796 0,6%

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 56.613.229.872 106.559.793.820 0,6%

Penanaman Modal 38.248.059.357 110.669.952.256 0,6%

Pemuda dan Olah Raga 89.958.232.836 205.201.774.647 1,1%

Statistik 510.497.960 0,0%

Persandian - 0,0%

Kebudayaan 18.249.628.761 67.579.739.152 0,4%

Perpustakaan 13.475.051.761 77.429.574.574 0,4%

Kearsipan 10.211.952.717 11.330.852.614 0,1%

Urusan Pil ihan 425.452.049.621 1.122.607.191.173 6,2%

Kelautan dan Perikanan 76.981.457.045 194.857.810.187 1,1%

Pariwisata 32.916.112.102 32.789.804.175 0,2%

Pertanian 249.522.914.265 584.460.133.819 3,2%

Perdagangan 38.574.563.797 63.010.795.222 0,3%

Kehutanan 7.577.472.100 118.590.781.706 0,7%

Energi dan Sumberdaya Mineral 65.000.000 38.626.359.940 0,2%

Perindustrian 18.340.565.211 89.600.063.504 0,5%

Transmigrasi 1.473.965.100 671.442.620 0,0%

Urusan Penunjang & Lainnya 9.387.404.851.092 756.580.685.922 4,2%

Total Belanja 17.448.783.365.220 18.142.237.805.216 Sumber: DJPK (2018; data sementara)

- 56 -

Grafik 3.3 Komposisi Pagu Belanja APBD Tahun 2018 Provinsi Jambi –

Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Sumber: SIKD (2018, data diolah)

Berdasarkan komposisi urusan wajib dan pilihan (grafik 3.3), porsi Pendidikan

merupakan porsi terbesar yaitu 33,6% selanjutnya diikuti oleh PUPR 30,8%.

Sedangkan pada urusan pilihan, porsi terbesar adalah urusan penunjang lainnya

hingga mencapai 40,3% dari total alokasi diikuti oleh pertanian dengan porsi

31,1%. Meskipun (pertanian) porsi dan nilainya masih kecil, namun sejalan

dengan potensi unggulan ekonomi Jambi yaitu di bidang pertanian dan

perkebunan. Hal yang perlu dicermati lebih lanjut dari profil belanja diatas adalah

besarnya porsi anggaran untuk urusan pendidikan (33,6%), namun fakta lain

menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terdidik justru cukup tinggi. Porsi

urusan pertanian, perdagangan, dan industri sangat minim. Sehingga dengan

porsi anggaran yang tidak berbasis pada tujuan dan kompetensi daerah maka

resikonya adalah dampak belanja daerah tidak akan terlalu optimal dan bisa

diharapkan dalam memperbaiki indikator makro daerah.

2. Rincian Belanja Daerah menurut Jenis Belanja (sifat ekonomi)

Terdapat dua model klasifikasi ekonomi untuk belanja daerah, yaitu diatur dengan

Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

daerah sebagaimana telah mengalami perubahan terakhir dengan Permendagri

Nomor 21 tahun 2011 dan model yang diatur dengan Permendagri Nomor 64

tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis

Akrual pada Pemerintah Daerah.

33,6%

19,2%

30,8%

2,6%

2,2%

1,2%

10,4%

Pendidikan

Kesehatan

Urusan Wajib

10,4%

1,7%

31,1%3,4%

6,3%

2,1%

4,8%0,0%

40,3%

Kelautan dan Perikanan Pariwisata

Pertanian Perdagangan

Kehutanan ESDM

Perindustrian Transmigrasi

Urusan Penunjang & Lainnya

Urusan Pilihan & Penunjang Lainnya

- 57 -

Tabel 3.4 Profil Belanja APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Provinsi Jambi

(Format Permendagri Nomor 64 tahun 2013 – SAP dalam jutaan rupiah)

PAGU REALISASI PAGU REALISASI 2017 2018

Belanja Operasi 10.992.133 10.362.771 12.216.127 10.700.630 94,27 87,59

Belanja Pegawai 7.073.858 6.186.082 7.199.487 6.482.895 87,45 90,05

Belanja Barang 3.536.247 3.137.415 4.083.775 3.362.769 88,72 82,34

Belanja Subsidi 14.907 14.571 18.882 17.488 97,74 92,62

Belanja Hibah 757.303 754.099 743.148 702.514 99,58 94,53

Belanja Bantuan Sosial 35.138 28.917 39.769 36.898 82,30 92,78

Belanja Bantuan Keuangan 318.658 241.688 131.067 98.067 75,85 74,82

Belanja Modal 4.249.362 3.848.110 4.154.894 3.435.449 90,56 82,68

Belanja Tidak Terduga 35.486 10.479 42.493 11.041 29,53 25,98

Transfer 1.427.824 1.602.867 2.485.304 2.325.680 112,26 93,58

Belanja Bagi hasil kpd

Prov/Kab/Kota dan Pemdes572.232 530.491 607.314 593.662 92,71 97,75

Belanja Bantuan keuangan kpd

Prov/Kab/Kota dan Pemdes855.593 1.072.376 1.877.990 1.732.017 125,34 92,23

Jumlah Belanja 17.448.783 15.824.227 18.898.818 16.472.799 90,69 87,16

URAIANTA 2017 TA 2018 Capaian (%)

Sumber: LRA Pemda & DJPK (2018)

Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018

Sumber: LRA Pemda 2018

Realisasi belanja daerah tahun 2018

(grafik 3.4) porsinya masih didominasi

Belanja Operasi sebesar 64,96%.

Utamanya belanja pegawai sebesar

39,4% (TA 2016 sebesar 37,6%) dan

belanja barang 20,4%. Adapun porsi

belanja modal menurun (dibanding

2017) menjadi 20,9%. Kemudian, porsi

belanja transfer meningkat menjadi

14,1% dibanding tahun sebelumnya

(13,6%).

Dengan komposisi tersebut dapat diartikan bahwa 39,4% dari realisasi belanja

daerah tahun 2018 digunakan untuk membayar belanja wajib, yaitu belanja

pegawai. Tingginya porsi belanja pegawai tersebut menyebabkan berkurangnya

fleksibilitas pemerintah daerah untuk mengalokasikan dananya pada belanja-

belanja (seperti infrastruktur) yang dapat membantu mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Belanja Pegawai

39,4%

Belanja Barang20,4%

Belanja Hibah4,3%

Belanja Bantuan

Keuangan 0,6%

Belanja Modal20,9%

Transfer14,1%

- 58 -

D. PENGELOLAAN BLU DAERAH

1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah

Tabel 3.5 Profil dan Layanan BLU Daerah di Provinsi Jambi Tahun 2018

(dalam ribuan rupiah)

Pemda Induk Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM

UPTD Akademik Farmasi Pemprov Jambi 1.759.024.440 600.000.000 2.563.879.456

UPTD Akademik Analis

Kesehatan

Pemprov Jambi 802.767.794 1.533.812.500 3.796.856.928

UPTD Balai Laboratorium

Kesehatan

Pemprov Jambi 1.576.060.664 1.050.000.000 4.452.846.716

Rumah Sakit Daerah Pemprov Jambi 393.651.511.382 110.000.000.000 371.614.274.917

Jenis Layanan/

Nama BLUD

Kesehatan

Sumber: Pemda, LK BLUD Jambi (2018)

Tata kelola BLUD di Provinsi Jambi masih dominan di sektor pelayanan

kesehatan. Dengan adanya tata kelola BLUD menjadi salah satu sumber

pendapatan asli daerah.

2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah

Tabel 3.6 Perkembangan Aset BLUD di Provinsi Jambi (dalam ribuan rupiah)

2017 2018

1 UPTD Akademik Farmasi 605.559.556 1.759.024.440

2 UPTD Akademik Analis Kesehatan 53.712.453 802.767.794

3 UPTD Balai Laboratorium Kesehatan 1.763.673.116 1.576.060.664

4 Rumah Sakit Daerah 319.595.501.044 393.651.511.382

No Nama BLUDNilai Aset

Sumber: Neraca BLUD (2018)

Terlihat bahwa BLUD di Provinsi Jambi kebanyakan mengalami peningkatan

aset. Aset pada UPTD Akademik Farmasi meningkat 2,9x dibanding tahun

sebelumnya, UPTD Akademik Analis Kesehatan meningkat 15x dibanding

tahun sebelumnya, UPTD Balai Laboratorium Kesehatan menurun 0,8x dan

Rumah Sakit Daerah meningkat 1,2x dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi BLUD di Provinsi Jambi TA 2018 (dalam ribuan rupiah)

PNBP Sumber RM PNBP Sumber RM

1 UPTD Akademik Farmasi 1.333.808.856 2.075.436.729 1.489.269.908 1.484.227.133

2.

UPTD Akademik Analis

Kesehatan 1.312.578.881 2.629.603.204 1.502.724.976 2.533.943.624

3

UPTD Balai Laboratorium

Kesehatan 1.029.501.208 5.639.235.111 1.409.476.647 3.554.434.474

4 Rumah Sakit Daerah 109.055.393.050 292.404.225.331 122.472.080.724 333.361.469.236

No Nama BLUD2017 2018

Sumber: LRA BLUD (2018)

- 59 -

Berdasarkan tabel 3.7 dapat terlihat bahwa pada tahun 2018 PNBP di Provinsi

Jambi mengalami peningkatan sedangkan pada sumber RM mayoritas

menurun. Hal ini menunjukan bahwa BLUD di Provinsi Jambi dapat

menjalankan kegiatan operasionalnya dengan pendapatan layanannya.

3. Analisis legal

Peraturan induk pengelolaan BLU yaitu PP nomor 23/2005 jo PP nomor 74/2012

tentang Pengelolaan BLU dan Permendagri nomor 61/2007 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD. Secara umum, BLUD di Provinsi Jambi

telah memenuhi aspek legal sesuai peraturan dan ketentuan terkait. Namun,

yang perlu menjadi perhatian adalah masih adanya perbedaan cara pandang

dalam pengelolaan keuangan di beberapa pemerintah daerah yang dapat

menghambat kinerja dari BLUD dimaksud.

Tabel 3.8 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLUD di Provinsi Jambi

No Aspek PP Nomor 23/2005 jo

PP No.74/2012

Permendagri

No. 61/2007

Peraturan

Gubernur

Peraturan Bupati

/Walikota

1 Kelembagaan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

2 Tata Kerja Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

3 SDM Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

4 Pengendalian Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Sumber: Pemda & BLUD se-Provinsi Jambi (2018)

Berdasarkan tabel 3.8 dapat dijelaskan bahwa BLUD di Provinsi Jambi dalam

menjalankan pengelolaan BLUD telah memenuhi aspek legal sesuai dengan

ketentuan berlaku.

E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH

1. Bentuk Investasi Daerah

Sesuai Permendagri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelola

Investasi Pemerintah Daerah, Investasi Pemerintah adalah penempatan

sejumlah dana dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah daerah dalam

jangka Panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi

langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat

ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. Bentuk

investasi daerah tersebut dapat berupa investasi surat berharga dan/atau

investasi langsung.

- 60 -

Tabel 3.9 Bentuk Investasi Daerah di Provinsi Jambi

No Bentuk Investasi TA 2016 TA 2017

1. Surat Berharga 0 0

Pembelian Saham 0 0

Pembelian Surat Utang 0 0

2. Investasi Langsung 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699

Penyertaan Modal Pemda 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699

Pemberian Pinjaman 0 0

Jumlah Investasi 1.135.038.307.807 1.248.180.568.699 Sumber: LKPD Pemda Audited (2017)

2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah

Tabel 3.10 Jenis dan Nilai Investasi pada BUMD di Provinsi Jambi

No BUMD TA 2016 TA 2017

1 PDAM Tirta Sakti 79.234.214.103 85.393.032.912

2 PT BPD Jambi 638.938.580.599 697.609.310.232

3 PT Riau Airlines 6.000.000.000 6.000.000.000

4 Bank Uncang Sakti 4.000.000.000

5 PDAM Tirta Muaro 114.859.299.464 117.035.882.038

6 THC 4.679.803.619 3.707.826.718

7 PD Muaro Jambi 4.000.000.000 4.000.000.000

8 PDAM Tirta Sako Batuah 31.020.478.891 41.658.060.890

9 PD Serumpun Pseko 71.330.182.484 91.967.764.483

10 PDAM Tirta Batang Hari 1.825.472.498 5.000.000.000

11 PT Jambi Indoguna Internasional 2.179.439.141 1.790.206.044

12 PT Asuransi ASKRIDA 1.190.000.000 1.190.000.000

13 PDAM Tirta Mayang 77.829.676.380 79.729.300.093

14 PD Jabung Barat Sakti 13.599.479.105 6.569.268.065

15 PD BPR Tanggo Rajo 28.049.559.790 33.932.555.012

16 PDAM Tirta Pengabuan 39.466.459.856 47.588.854.146

17 PDAM Tirta Merangin 20.835.661.877 21.008.508.065

Sumber: LKPD Pemda Audited (2017)

Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi dalam melakukan investasi pada BUMD

sebagian besar teralokasi pada sektor perbankan dan penyediaan air.

F. SILPA DAN PEMBIAYAAN

1. Perkembangan surplus/defisit APBD

a. Rasio surplus/defisit terhadap aggregat pendapatan, rasio ini untuk

mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap pendapatan,

yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam menghimpun

pendapatan untuk meng-cover belanja, atau penghematan belanja dengan

kondisi pendapatan tertentu.

Rasio surplus/defisit thd pendapatan

= Surplus atau Defisit

Total Pendapatan APBD

- 61 -

Grafik 3.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per

Kabupaten/Kota

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)

Pada tahun 2017 terlihat bahwa pemerintah daerah pada Provinsi Jambi

dominan yang memiliki rasio positif, artinya terjadi surplus dan realisasi

pendapatan lebih besar dibandingkan realisasi belanja daerah. Pada tahun

2018 masih terjadi hal serupa. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan

rendahnya capaian penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah

penyerapannya dibawah 90%. Terlebih lagi fakta menunjukkan bahwa

penyerapan anggaran hanya menumpuk di triwulan III-IV tahun 2018.

b. Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer (Semester I), rasio ini

untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah

satu sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer. Hal

ini dapat menunjukkan ekses likuiditas pemerintah daerah pada semester I

akibat frontloading pencairan dana transfer.

Rasio surplus/ defisit thd Dana Transfer

= Surplus atau defisit Semester I

Total realisasi dana transfer

Grafik 3.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer (Semester I)

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)

(2,3)

3,0

(8,4)

4,2 1,4

9,9

(6,7)

5,4

(3,9)

3,9 3,3

(1,9)

-30

-20

-10

0

10

20

Prov.Jambi

Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi S. Penuh

2017 2018

0,22 0,190,54

0,370,00

0

1

2

3

4

5

Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi S. Penuh

2017 (Semester 1) 2018 (Semester 1)

- 62 -

Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk

mengevaluasi timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang

sangat bergantung pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas.

c. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB, indikator ini menggambarkan

kesehatan ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut

mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk membiayai

hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah.

Rasio surplus/ defisit thd PDRB

= Surplus atau defisit APBD

PDRB

Batas maksimal defisit APBN adalah 3% dari PDB, dan defisit APBD dibatasi

maksimal 3% dari PDRB. Dalam rangka pengelolaan keuangan negara yang

prudent, defisit anggaran sebesar 3% merupakan kondisi “aman” dalam

menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).

Grafik 3.7 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB per Kabupaten/Kota

Sumber: BPS dan LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)

Rasio surplus/defisit terhadap PDRB Jambi berada pada kisaran normal.

bahkan beberapa daerah masih surplus. Hal ini menggambarkan bahwa

seluruh pemerintah daerah masih “aman” menjaga fiskalnya (fiscal

sustainability).

d. Rasio SILPA terhadap alokasi belanja, rasio ini menceriminkan proporsi

belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah

daerah

Rasio SILPA = Jumlah SILPA

Total belanja APBD

0,34

-0,83

0,830,21

0,85

-0,62

0,23

-0,24

0,43 0,46

-0,34

-11

-6

-1

5

Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun Tanjab Barat TanjabTimur

Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh

2017

2018

- 63 -

Grafik 3.8 Rasio SILPA terhadap alokasi belanja per Kabupaten/Kota

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja pada tahun 2018 semakin meningkat

hal ini membuktikan bahwa pemerintah daerah pada Provinsi Jambi belum

efektif dalam melakukan kegiatannya, dengan rasio terkecil 4,8%

(Kabupaten Batanghari) dan rasio terbesar 35,5% (Kabupaten Tanjung

Jabung Barat).

2. Pembiayaan daerah

a. Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total

pembiayaan, rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang

dilakukan daerah ataupun penerbitan obligasi daerah untuk membiayai

defisit APBD.

Rasio Pinjaman Daerah

= Realisasi pinjaman daerah atau obligasi

daerah

Total realisasi pembiayaan

Untuk wilayah Provinsi Jambi belum terdapat pemerintah daerah yang

melaksanakan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit APBD-

nya.

b. Keseimbangan primer, rasio ini mencerminkan indikasi likuiditas. Semakin

besar surplus keseimbangan primer, maka semakin baik kemampuan untuk

membiayai defisit.

Keseimbangan primer

= Total Pendapatan APBD – Total Belanja APBD – Belanja Bunga

22,1%

4,8%

16,7%14,0%

7,4%

23,5%

17,8%

35,5%

20,1%

15,6%

10,6%

19,7%

-5%

5%

15%

25%

35%

Prov.Jambi

Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi S. Penuh

2017 2018

- 64 -

Grafik 3.9 Keseimbangan Primer per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)

Dikarenakan tidak terdapat belanja bunga, maka angka keseimbangan

primer sama dengan angka keseimbangan umum atau surplus/defisit.

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dari penganggarannya,

pemerintah daerah di provinsi Jambi menganut anggaran defisit dengan

sumber utama pembiayaan dari SILPA tahun anggaran sebelumnya.

Selama tahun 2018 tidak ada penerimaan pembiayaan selain dari SILPA

tahun sebelumnya dan Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen

Lainnya.

G. ANALISIS LAINNYA

1. Analisis Horizontal dan Vertikal

Analisis horizontal dan vertikal digunakan untuk menginformasikan dan menilai

kinerja pelaksanaan APBD di suatu wilayah.

a. Analisis Horizontal

Capaian realisasi PAD se-Provinsi Jambi (agregat) mencapai 94,6% dari

target, terutama disumbang oleh Pemerintah Provinsi Jambi yang

mendominasi dengan porsi hampir 59,2% dari total PAD di Provinsi Jambi.

Terdapat 3 daerah yang melampaui target PAD-nya yaitu Provinsi Jambi,

Muaro Jambi dan Kota Jambi. Selain itu, capaian PAD berkisar antara

39,1% (Kabupaten Kerinci) sampai dengan 104,7% (Kabupaten Muaro

Jambi).

(50)

(25)

-

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh

2017 2018

- 65 -

Grafik 3.10 Capaian Realisasi PAD per Kabupaten/Kota (dalam miliar rupiah)

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018)

Masih rendahnya capaian target PAD pada beberapa pemerintah daerah

menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah tersebut dalam

meningkatkan kemandirian fiskal daerahnya. Salah satu upaya pemerintah

pusat untuk membantu rendahnya kemandirian fiskal daerah yaitu

pemberian insentif tambahan dana transfer, bagi daerah yang memiliki

kemandirian fiskal yang rendah, namun berhasil meningkatkan angka

capaian indikator makro daerah.

Grafik 3.11 Komposisi Realisasi PAD Per Kabupaten/Kota Tahun 2018

Sumber: LRA Pemda unaudited & DJPK (2018; data diolah)

Komposisi PAD dari masing-masing daerah di Provinsi Jambi beragam

tergantung karakteristik dan potensi daerahnya. Pemerintah Provinsi Jambi

dan Pemerintah Kota Jambi mengandalkan sumber PAD dari pajak daerah

berturut-turut dengan porsi 85,1% dan 63,6%. Sedangkan beberapa daerah

sumber Lain-lain PAD yang sah lebih dominan dibanding Pajak ataupun

Retribusi Daerah.

102,9%

84,0% 82,1%

39,1%

90,7%

104,7%99,9%

71,5%80,0%

58,4%

100,9%

76,9%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi Kota S.Penuh

Pagu Realisasi Capaian (%)

85,1%

37,0%

28,1%

36,1%

25,1%

61,1%

50,9%

32,0%

43,5%

50,0%

63,6%

25,6% 32,5%

11,6%

47,9%

64,8%

33,5%

63,4%

19,5%

39,6%

53,9%

34,9%

29,2%

21,9%

33,5%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Prov. Jambi

Batanghari

Bungo

Kerinci

Merangin

Muaro Jambi

Sarolangun

Tanjab Barat

Tanjab Timur

Tebo

Kota Jambi

Kota S. Penuh

Pajak daerah Retribusi daerah

Hsl penglln kkyaan daerah yg dipisahkan Lain-lain PAD yang sah

- 66 -

b. Analisis Vertikal

Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan

Tabel 3.11 Rasio PAD di wilayah Provinsi Jambi

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PAD 1.643 2.240 2.090 2.138 2.700 2.590

Pendapatan Transfer 11.089 11.523 11.667 12.663 14.208 13.721

Pendapatan Daerah 12.826 13.800 13.833 14.981 14.981 16.311

Rasio PAD 12,81% 16,23% 15,11% 14,27% 18,02% 15,88%

Rasio Dana Transfer 86,46% 83,50% 84,34% 84,52% 94,84% 84,12%

PDRB (ADHB) 132.020 153.857 155.110 171.711 189.868 208.378

Rasio PAD thd PDRB 1,24% 1,46% 1,35% 1,25% 1,42% 1,24%

Sumber: LRA Pemda unaudited; BPS (2018; data diolah)

Rasio PAD tahun 2018 meningkat seiring dengan tercapainya sebagian

besar target PAD pemerintah daerah tahun 2018. Rasio PAD naik hingga

18,02% dari 14,27%, rasio Dana Transfer juga naik menjadi 94,84%

dibandingan tahun 2017 sebesar 84,52%. Meskipun rasio Dana

Perimbangan meningkat, namun pemerintah daerah di Provinsi Jambi

berusaha mengimbanginya dengan meningkatkan pendapatan dari PAD

sehingga secara rata-rata fiskal tingkat kemandirian daerah di Provinsi Jambi

juga naik. Tren rasio PAD terhadap PDRB di atas mencerminkan masih

terdapat potensi pajak dan retribusi daerah di Provinsi Jambi yang belum

digali optimal.

Grafik 3.12 Komposisi Pendapatan Daerah Per Kabupaten/Kota 2018

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)

Berdasarkan komposisinya masih terlihat bahwa tingkat ketergantungan

pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jambi terhadap pemerintah pusat

38,1%

8,2%

9,7%

3,3%

6,7%

6,2%

11,0%

7,7%

3,5%

4,3%

21,2%

4,7%

61,9%

91,1%

90,1%

96,2%

89,7%

93,7%

89,0%

92,3%

96,5%

83,5%

76,6%

93,7%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Prov. Jambi

Batanghari

Bungo

Kerinci

Merangin

Muaro Jambi

Sarolangun

Tanjab Barat

Tanjab Timur

Tebo

Kota Jambi

Kota S. Penuh

PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang sah

- 67 -

masih sangat tinggi. Meskipun Pemerintah Provinsi Jambi mayoritas

pendapatannya masih berasal dari transfer dari pemerintah pusat, namun

dibandingkan dengan pemerintah daerah yang lain, rasio kemandiriannya

jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 38,1%. Diikuti Pemerintah Kota Jambi dengan

rasio PAD sebesar 21,2%. Selain itu, rasio PAD terendah tercatat 3,3%

(Kabupaten Kerinci) hingga 11,0% (Kabupaten Sarolangun).

Hal yang perlu dipahami dari tingginya ketergantungan anggaran terhadap

pemerintah pusat, akan sangat membatasi ruang gerak pemerintah daerah

di dalam menyusun program dan kegiatan. Secara akumulasi hal ini semakin

memperlebar ketimpangan pembangunan antar masyarakat dan antar

daerah.

Kontribusi Belanja Modal terhadap Total Belanja

Grafik 3.13 Komposisi Realisasi Belanja Daerah per Kabupaten/Kota Tahun 2018

Sumber: LRA Pemda unaudited (2018; data diolah)

Kota Sungai Penuh memiliki rasio belanja pegawainya paling rendah yaitu 39,4%.

Sedangkan pemerintah daerah lainnya memiliki rasio belanja pegawai tercatat

antara 33,8% (Provinsi Jambi) hingga 46,2% (Kabupaten Muaro Jambi). Untuk

Belanja Modal, Kabupaten/Kota yang memiliki rasio belanja modal cukup besar

adalah Kota Jambi sebesar 28,4% dan rasio terkecil terdapat pada Kabupaten

Batanghari sebesar 12,7%

2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Analisis kapasitas fiskal daerah adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan Keuangan Daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum

33,85%

37,64%

41,94%

40,95%

43,41%

46,22%

45,00%

39,66%

37,83%

42,88%

43,14%

30,22%

18,97%

27,82%

23,54%

15,25%

19,31%

14,92%

20,44%

20,22%

19,03%

13,57%

25,76%

29,78%

18,84%

12,74%

15,46%

16,81%

15,76%

24,22%

20,69%

24,33%

28,31%

25,17%

28,36%

26,31%

28,34%

21,79%

19,06%

26,99%

21,52%

14,64%

13,87%

15,79%

14,83%

18,39%

2,74%

13,69%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Prov. Jambi

Batanghari

Bungo

Kerinci

Merangin

Muaro Jambi

Sarolangun

Tanjab Barat

Tanjab Timur

Tebo

Kota Jambi

Kota S. Penuh

Pegawai Barang Modal Lainnya

- 68 -

APBD (tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, Dana Pinjaman

lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai

pengeluaran tertentu) yang digunakan untuk membiayai tugas pemerintahan

daerah setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

penduduk miskin, sebagaimana dimaksud dalam peraturan yang mengatur

tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. Formula peta kapasitas fiskal:

𝐾𝐹 =(𝑃𝐴𝐷 + 𝐷𝐵𝐻 + 𝐷𝐴𝑈 + 𝐿𝑃) − 𝐵𝑃

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛

KF = Kapasitas Fiskal PAD = Pendapatan Asli Daerah

DBH = Dana Bagi Hasil DAU = Dana Alokasi Umum

LP = Lain-lain Pend. daerah yang sah BP = Belanja Pegawai

Grafik 3.14 Peta Kapasitas Fiskal Provinsi wilayah Sumatera 2015-2018

Sumber: PMK Nomor 33/PMK.07/2015; 37/PMK.07/2016; 119/PMK.07/2017; 107/PMK.07/2018

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.07/2018 tentang

Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Menteri Keuangan telah menetapkan indeks

Kapasitas Fiskal untuk masing-masing daerah di Indonesia. Berikut Peta

Kapasitas Fiskal Provinsi untuk wilayah Sumatra dan peta Kapasitas Fiskal

Kabupaten/Kota untuk wilayah Jambi:

Untuk wilayah Sumatera (grafik 3.15), Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera

Selatan tergolong dalam daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi (0,823 ≤

iKFD < 1,531). Berikutnya, Aceh, Sumatera Barat, dan Lampung daerah dengan

kapasitas fiskal sedang (0,530 ≤ iKFD < 0,823), sedangkan Jambi merupakan

daerah dengan kapasitas fiskal rendah (0,351 ≤ iKFD < 0,530). Serta Bengkulu,

satu-satunya daerah dengan kapasitas fiskal sangat rendah (iKFD ≤ 0,351).

1,02

0,79

0,53

1,06

0,46

1,16

0,31

0,56

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung

- 69 -

Grafik 3.15 Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota Wilayah Jambi 2015-2018

Sumber: PMK Nomor 33/PMK.07/2015; 37/PMK.07/2016; 119/PMK.07/2017; dan 107/PMK.07/2018

Untuk peta kapasitas fiskal kab/kota, Kota Jambi, termasuk daerah dengan

kemampuan kapasitas tinggi (iKFD). Kabupaten Sarolangun dan Tanjung

Jabung Barat termasuk daerah dengan kemampuan kapasitas fiskal sedang

(0,770 ≤ iKFD < 1,137). Untuk Kabupaten Bungo, Muaro Jambi, dan Tebo

merupakan daerah dengan kategori kapasitas fiskal rendah (0,548 ≤ iKFD <

0,770). Sedangkan Kabupaten Batanghari, Kerinci, Merangin, Tanjung Jabung

Timur dan Kota Sungai Penuh termasuk kategori daerah dengan kapasitas fiskal

sangat rendah (iKFD ≤ 0,548).

0,416

0,584 0,54

0,32

0,7560,874

1,102

0,4880,605

1,264

0,405

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi SungaiPenuh

- 70 -

- 70 -

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun

berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. Pada

tingkat wilayah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyusun LKPK Tingkat Wilayah

yang mengonsolidasikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah

dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian di wilayah kerja Kanwil

Ditjen Perbendaharaan.

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jambi

s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017 (dalam miliar rupiah)

2017

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 5.081,15 15.868,68 20.949,83 -1,1% 21.177,73

Pendapatan Perpajakan 4.509,99 1.797,61 6.307,61 5,7% 5.967,50

Pendapatan Bukan Pajak 571,16 14.071,07 14.642,22 -3,7% 15.210,23

Belanja Negara 20.131,74 15.795,90 22.028,01 -2,1% 22.490,17

Belanja Pemerintah 6.232,11 14.046,99 20.279,10 -1,5% 20.591,00

Transfer 13.899,64 1.748,91 1.748,91 -7,9% 1.899,17

Surplus/(Defisit) (15.051) 73 (1.078) -17,8% (1.312)

Pembiayaan - 1.153,64 1.153,64 7,2% 1.075,81

Penerimaan Pembiayaan Daerah - 1.243,80 1.243,80 8,1% 1.150,38

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 90,16 90,16 20,9% 74,57

Sisa Lebih (Kurang)

Pembiayaan Anggaran (15.051) 1.226 75 -131,9% (237)

Uraian2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah) Catatan: *) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.

Pendapatan negara konsolidasi mengalami sedikit penurunan namun masih

terbantu dengan adanya perbaikan kinerja di sektor perpajakan. Sedangkan

pada realisasi belanja konsolidasi berkurang sebesar 2,1% mengakibatkan

defisit dan SILPA berkurang masing masing sebesar 17,8% dan 131,9%.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu

- 71 -

periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun

resiprokal (berelasi).

Analisis terhadap Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government

Revenue) atau pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan atas:

1) Proporsi realisasi Pendapatan Perpajakan Konsolidasian dan PNBP

Konsolidasian terhadap total Pendapatan konsolidasian. Perbandingan

komposisi pendapatan, yaitu: antara Pendapatan Pemerintah Pusat dan

pemerintah daerah, antara Pendapatan Perpajakan dan PNBP, dan lain-lain.

2) Perubahan total Pendapatan Konsolidasian dibandingkan tahun sebelumnya,

dan elaborasi penyebab kenaikan atau penurunan tersebut, serta kemungkinan

rekomendasi yang diajukan dalam kaitan hubungan keuangan Pusat dan

Daerah.

3) Perhitungan rasio, seperti tax ratio, berdasarkan perhitungan Pendapatan

Perpajakan konsolidasian Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah. Analisis

dapat dilakukan dengan membandingan tax ratio antar pemkab/kota dalam

wilayah Provinsi.

Tax ratio dihitung dengan formula:

Tax Ratio = Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Tingkat Wilayah

PDRB Provinsi

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan,

PNBP, hibah dan transfer dana bantuan ke desa.

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian

di Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV TA 2018 dan 2017

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

Pada 2018 perbandingan PNBP konsolidasian terhadap total pendapatan

konsolidasian sebesar 69,89% atau sebesar Rp14,64 Triliun. Pendapatan pajak

2017 2018

Pendapatan Perpajakan 5.968 6.308

Pendapatan Bukan Pajak 15.210 14.642

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

MIL

IAR

RP

- 72 -

sebesar 30,11% dan terdiri dari 75,75% pererimaan perpajakan pemerintah

daerah. Pendapatan konsolidasian mengalami penurunan sebesar 1,08% bila

dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap

Penerimaan Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018

(dalam miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

2. Analisis Perubahan

Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan

Daerah terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Jambi

s.d. Triwulan IV Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

Realisasi penerimaan perpajakan konsolidasian s.d. triwulan IV sebesar Rp6,21

triliun. Proporsi pajak dalam negeri pemerintah pusat (Rp4,4 triliun) dan

pemerintah daerah (Rp1,79 triliun) terhadap penerimaan perpajakan

konsolidasian masing-masing mencapai 70,06% dan 28,50%, sedangkan

sisanya disumbang pajak perdagangan internasional.

5.081 4.510

15.869

1.798 13.061

P E N D A P A T A N P E N D . P E R P A J A K A N

P E N D . B U K A N P A J A K

H I B A H T R A N S F E R

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

4.419

91

1.798

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

- 73 -

3. Rasio Pajak (Tax Ratio)

Rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu

daerah terhadap pendapatan suatu output perekonomian atau produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan

jumlah pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga

menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan

baik merupakan potensi yang baik bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.

a. Rasio pajak Konsolidasian Provinsi Jambi

Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Provinsi Jambi pada

tahun 2018 mencapai 3,02%, jauh lebih rendah dibanding target rasio pajak

nasional sebesar 10,9%. Rasio pajak di wilayah Provinsi Jambi tersebut

sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

mencapai 2,26%.

Tabel 4.2 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018

Tahun 2017 Tahun 2018

Penerimaan Perpajakan Konsolidasian 4.300.479.717.439 6.307.607.770.638

PDRB Provinsi Jambi 189.868.100.000.000 208.378.600.000.000

Rasio Pajak 2,26 3,02%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB, BPS (2018; data diolah)

Penurunan rasio pajak ini menunjukkan bahwa walaupun penerimaan pajak

di wilayah Jambi mengalami kenaikan, namun kenaikan tersebut lebih rendah

dari kenaikan potensi perpajakan yang dapat diterima oleh pemerintah.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah hendaknya dapat lebih

mengoptimalkan usaha intensifikasi penerimaan perpajakan sehingga dapat

meningkatkan penerimaan perpajakan.

4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan

Konsolidasian

Dengan tersedianya data realisasi pendapatan konsolidasian pemerintah pusat

dan daerah, maka pendapatan di suatu daerah dapat diperluas tidak hanya pada

PAD yang diterima Pemerintah Daerah namun mencakup seluruh penerimaan

pemerintah pusat dan daerah di wilayah tersebut yang terdiri:

1. Pendapatan pajak daerah,

2. Retribusi dearah,

3. Hasil pengelolaan kekayaan derah yang dipisahkan dan

4. Lain-lain PAD yang sah.

5. Penerimaan Perpajakan, PNBP dan Pendapatan BLU Pemerintah Pusat

- 74 -

Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah di wilayah Provinsi Jambi Tahun 2017 dan 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB; BPS (2018; data diolah)

Pada 2018, output ekonomi Jambi (atas dasar harga konstan) mencapai

Rp142,99 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71% (yoy). Sedangkan

pada periode yang sama, pendapatan yang diterima pemerintah daerah dan

pemerintah pusat terealisasi sebesar Rp6,59 triliun atau naik sebesar 5,69%.

Meningkatnya capaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk

menggali potensi penerimaan baik dari sektor perpajakan (tingkat kepatuhan

wajib pajak) maupun dari PNBP (optimalisasi pengelolaan aset idle pemerintah).

Berikutnya, masih rendahnya tax ratio dan besarnya selisih (gap) nilai

pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut, menunjukkan bahwa

sebenarnya masih terdapat potensi penerimaan dari aktivitas perekonomian

yang belum dioptimalkan pada penerimaan pemerintah daerah.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja

Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja

Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode

pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal

(berelasi).

Analisis terhadap Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending)

atau Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan atas:

1) Proporsi dan komposisi realisasi berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja),

atau perbandingan antara realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal terhadap

total Belanja konsolidasian.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari

pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi

antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial.

Uraian 2017 2018

Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan

Penerimaan

Perpajakan 5.967.501.217.447 14,14% 6.307.607.770.638 5,69%

PNBP 724.098.701.459 22,62% 742.587.988.254 2,55%

Total 6.691.599.918.906 15,93% 7.050.195.758.892 5,35%

PDRB/Pert. Ekonomi 136,56 T 4,76% 142,99 T 4,71%

- 75 -

Sedangka belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset

tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung

dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

2) Perubahan realisasi Belanja Konsolidasian tahun pelaporan dibandingkan tahun

sebelumnya, dilengkapi dengan elaborasi penyebab kenaikan atau penurunan

tersebut, serta kemungkinan rekomendasi yang diajukan.

3) Perhitungan rasio, seperti rasio Belanja per kapita (spending per citizen). Rasio

ini merupakan perbandingan antara realisasi Belanja dibagi jumlah penduduk.

Analisis Belanja per kapita dapat digunakan sebagai analisis perbandingan

belanja antar pemkab/kota. Analisis dapat diperdalam hingga rasio belanja per

kapita berdasarkan fungsi dan dibandingkan dengan statistik terkait, misalnya

perbandingan antara Rasio Belanja Pendidikan per kapita dengan Indeks

Pembangunan Manusia antar pemkab/kota.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Jambi 2018

(dalam miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah);

Berdasarkan jenis belanja, porsi belanja operasi masih didominasi oleh belanja

pegawai dan belanja barang masing-masing 34,09% dan 23,26% dari total

belanja dan transfer konsolidasian. Sedangkan porsi belanja modal hanya

sebesar 18,84% dari total belanja dan transfer konsolidasian. Masih kecilnya

porsi belanja modal dibanding belanja barang, maka belanja/pengeluaran yang

dilakukan harus difokuskan pada jenis program atau kegiatan yang mampu

memberikan dampak langsung terhadap perekonomian (stimulus ekonomi)

sehingga pertumbuhan ekonomi Jambi menjadi lebih optimal.

2.273 2.557 1.387

- - - 15 -

Pem. Pusat; 13.900

6.450

3.396 3.435

- 17 703

35 11

Pem. Daera…

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

BelanjaModal

PembayaranBunga Utang

Subsidi Hibah BelanjaBantuan

Sosial

Belanja Lain-lain

Transfer

- 76 -

36,5%

26,8%24,5%

3,5%

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

PembayaranUtangSubsidi

Hibah

Belanja BantuanSosialBelanja Lain-lain

2017

2. Analisis Perubahan

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Jambi s.d. Triwulan IV Tahun 2018 dan 2017

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

Secara umum, komposisi belanja konsolidasian s.d. triwulan III 2017 tidak terlalu

berbeda jauh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Terbesar masih belanja pegawai 39,6% dari total belanja konsolidasian. Diikuti

belanja barang, belanja modal, transfer, dan belanja hibah masing-masing

sebesar 27,0%, 21,9%, 7,9% dan 3,2%. Peningkatan porsi belanja pegawai dan

barang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam hal peningkatan

kualitas pelaksanaan anggaran.

3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja

Konsolidasian.

Belanja operasi terdiri atas belanja pegawai konsolidasian dengan belanja

barang konsolidasian. Rasio belanja operasi terhadap total belanja konsolidasian

mengindikasikan porsi belanja pemerintah untuk mendukung operasional

pemerintahan. Pada tahun 2018 rasio belanja operasi terhadap total belanja

konsolidasian di Provinsi Jambi sebesar 91,6%. Sedangkan tahun 2017 sebesar

82,2%. Hal ini menunjukan bahwa alokasi anggaran pemerintah untuk kegiatan

operasi semakin meningkat.

Tabel 4.4 Rasio Belanja Operasi Provinsi Jambi Tahun 2018 dan 2017

Uraian

2018 2017

Konsolidasian Rasio Konsolidasian Rasio

Belanja Operasi 20.279.099.096.227 92,1% 20.591.003.388.532 91,6%

Total Belanja dan Transfer

22.028.010.639.915

22.490.170.923.982

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

39,6%

27,0%

21,9%

3,2%

7,9%

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Pembayaran Utang

Subsidi

Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lain-lain

Transfer

2018

- 77 -

D. SURPLUS/DEFISIT

Keseimbangan umum atau Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara

pendapatan daerah dan belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama.

Surplus/defisit dalam LKPK-TW merupakan gabungan surplus defisit APBD

ditambah dengan surplus/defisit LKPP Tingkat Wilayah.

Analisis terhadap Surplus/Defisit Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan

atas:

1) Proporsi/komposisi realisasi surplus/defisit Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah terhadap surplus/defisit konsolidasian. Analisis ini membandingkan nilai

surplus/defisit gabungan seluruh pemerintah derah dan pemerintah pusat

dengan surplus/defisit konsolidasian.

2) Perbandingan rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB antar Kabupaten/Kota. Rasio

ini menghitung perbandingan nilai surplus/defisit Kab/Kota dengan nilai PDRB

Kab/Kota.

Rasio Surplus/Defisit = Nilai Surplus/Defisit Konsolidaian Kab/Kota

Nilai PDRB Kab/Kota

1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio

Pada tahun 2018 Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Jambi

mencapai minus Rp14,98 Triliun. Sebagian besar (99,52%) defisit tersebut dari

Pemerintah Pusat di wilayah Provinsi Jambi dan sisanya (0,48%) dari Gabungan

Pemerintah Daerah Jambi. Pemerintah Pusat di wilayah Jambi menyumbang

minus Rp15,05 Triliun dan gabungan pemerintah daerah Jambi menyumbang

defisit sebesar minus Rp0,07 Triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit

konsolidasian Provinsi Jambi terhadap PDRB mencapai 10,47% yang terdiri dari

gabungan pemerintah daerah Jambi sebesar 0,05% dan Pemerintah Pusat

sebesar 10,52%.

Tabel 4.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi Jambi

Sumber: LKPK; BPS (2018; data diolah)

Surplus/Defisit Rasio terhadap

PDRB Realisasi Komposisi

Gabungan Pemda Jambi 72.777.592.136 0,48% 0,05%

Pempus di Wilayah Jambi (15.050.592.473.159) 99,52% 10,52%

Konsolidasian (14.977.814.881.023) 100% 10,47%

- 78 -

2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/Kota

Grafik 4.6 Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan per

Kabupaten/Kota

Sumber: LRA Pemda (2018)

Tahun 2017 lebih banyak pemerintah daerah dominan yang rasionya positif,

artinya terjadi surplus dimana realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan

realisasi belanja daerah. Tahun 2018 masih terjadi hal serupa, beberapa

pemerintah daerah rasionya positif. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan

rendahnya capaian penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah

penyerapannya dibawah 90% (grafik 4.6). Terlebih lagi fakta menunjukkan

bahwa penyerapan anggaran hanya menumpuk di triwulan III-IV tahun 2018.

Rasio Surplus/Defisit terhadap Agregat Pendapatan tahun 2018 tertinggi pada

Kabupaten Muaro Jambi sebesar 9,9%.

E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO (PDRB)

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan

oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender).

Nilai PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan

pengeluaran yaitu:

Y = C + I + G + (X-M)

Keterangan:

Y = Pendapatan Nasional, C = Konsumsi Rumah Tangga, I = Investasi,

G = Belanja Pemerintah, X = Ekspor, dan M = Impor

(2,3)

3,0

(8,4)

4,2 1,4

9,9

(6,7)

5,4

(3,9)

3,9 3,3

(1,9)

-30

-20

-10

0

10

20

Prov. Jambi Batanghari Bungo Kerinci Merangin MuaroJambi

Sarolangun TanjabBarat

TanjabTimur

Tebo Kota Jambi S. Penuh

2017 2018

- 79 -

Salah satu analisis data GFS adalah analisis kontribusi pemerintah pada PDRB.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data pada Laporan Statistik

Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. Data yang digunakan untuk analisis

tersebut dapat diambil dari Laporan Operasional (Statement of Government

Operations). Laporan Operasional adalah ringkasan transaksi yang berasal dari

interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada suatu periode

akuntansi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan.

Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen

Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Jambi triwulan

III Tahun Pelaporan:

Tabel 4.6 Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Jambi 2018

A1 Pendapatan 41.761.469.171.362

a Pajak 6.306.887.946.856

b Kontribusi Sosial -

c Hibah 13.812.105.628.359

d Pendapatan Lainnya 21.642.475.596.147

A2 Beban 31.785.116.207.814

a Kompensasi Pegawai 8.772.205.814.578

b Penggunaan Barang dan Jasa 5.492.216.754.143

a Konsumsi Aset Tetap -

b Bunga -

a Subsidi 17.488.204.000

b Hibah 17.016.454.046.997

a Manfaat Sosial 50.086.517.070

b Beban Lainnya 436.664.871.027

GOB Keseimbangan Operasi Bruto/Neto (1-2+23+NOBz) 9.976.352.963.547

TRANSAKSI ASET NON KEUANGAN :

A31 Akuisisi Aset Non Keuangan Neto 4.822.425.470.968

a Aset Tetap 3.987.054.637.138

b Perubahan Persediaan -

c Barang Berharga -

d Aset Non Produksi 835.370.833.830

NLB Saldo Peminjaman/Pinjaman Neto (1-2+NOBz-31) 5.153.927.492.579

TRANSAKSI ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN (PEMBIAYAAN) : (5.153.927.492.579)

A32 Akuisisi Neto Aset Keuangan 5.127.900.409.319

a Dalam Negeri 5.127.900.409.319

b Luar Negeri -

c Emas Moneter dan Hak Tarik Khusus (SDRs) -

A33 Keterjadian Kewajiban Neto (26.027.083.260)

a Dalam Negeri (26.027.083.260)

b Luar Negeri -

TRANSAKSI YANG MEMPENGARUHI KEKAYAAN BERSIH :

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (2018; data diolah)

- 80 -

Perhitungan:

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah = Rp31,78 triliun, PMTB = Rp3,99 triliun dan

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Jambi = Rp208,38 triliun, maka

didapatkan;

1. Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 31,78/208,38=

15,25%

2. Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB adalah 3,99/208,38= 1,92%

Berdasarkan data diatas, kontribusi belanja pemerintah terhadap output ekonomi

Jambi mencapai 15,25%. Namun dari jumlah tersebut, sebagian akan

terdistribusi ke dalam konsumsi rumah tangga jika dilihat dari struktur PDRB yang

dirilis BPS. Melihat kontribusinya menunjukkan belanja pemerintah memiliki

peran cukup signifikan terhadap perekonomian Jambi. Belanja pemerintah

(belanja pegawai dan belanja barang) cenderung bersifat jangka pendek dalam

mempengaruhi perekonomian, sehingga peran belanja pemerintah sebagai

stimulus ekonomi akan kurang optimal ketika realisasi belanja tidak terserap

secara teratur dan hanya menumpuk di akhir tahun. Lain halnya dengan investasi

pemerintah yang memiliki kontribusi 1,92% terhadap pertumbuhan ekonomi

Jambi. Meskipun nilainya tidak terlalu signifikan namun efeknya akan dirasakan

dan mempengaruhi perekonomian pada masa yang akan datang.

Ekonomi Jambi sangat bergantung terhadap sektor primer sehingga ketika

terjadi shock pada harga dan permintaan komoditas unggulan (batubara, karet,

dan CPO) akan langsung berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi

Jambi. Mempertimbangkan harga komoditas (sawit dan karet) yang masih

fluktuatif, peran government spending sangat dibutuhkan sebagai stimulus

perekonomian sehingga laju pertumbuhan ekonomi Jambi masih mampu tumbuh

meskipun ada resiko eksternal.

Untuk saat ini, realisasi belanja pemerintah perlu segera diakselerasi

penyerapannya (khususnya belanja daerah) untuk menghindari penumpukan

realisasi belanja pada akhir tahun anggaran. Realisasi belanja yang

terkonsentrasi hanya pada triwulan IV akan berdampak pada tidak optimalnya

kontribusi belanja pemerintah sebagai stimulus fiskal terhadap pertumbuhan

ekonomi Jambi.

- 81 -

- 81 -

BAB V

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL

A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL

Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai alokasi dan perkembangan

pelaksanaan anggaran pusat dan daerah berikut analisisnya masing-masing. Bab ini

menggambarkan kekhususan daerah terkait keunggulan, potensi dan tantangan fiskal

regional. Mengingat beragamnya karakteristik masing-masing daerah, baik dari segi

demografis, kondisi dan potensi ekonomi, maupun event-event tertentu yang berdampak

ekonomi.

Sektor unggulan di Provinsi Jambi dapat diketahui dengan analisis shift share dan

analisis sektor basis. Hal tersebut untuk melihat perubahan atau pergeseran struktur

ekonomi dan keunggulan kompetitif (daya saing) daerah, dan sektor basis (andalan)

yang terdapat di Provinsi Jambi. Analisis shift share digunakan untuk melihat kinerja dan

produktifitas sektor usaha dibandingkan dengan lingkup wilayah secara nasional

sehingga terlihat keunggulan sektor usaha tersebut. Sedangkan sektor basis – LQ untuk

mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dengan melihat sektor usaha yang

mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Hasil perhitungan

analisis shift share dan sektor basis terhadap 17 sektor usaha yang membentuk PDRB

Jambi dan Nasional dengan menggunakan data PDRB tahun 2010-2018 dapat diketahui

sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Analisis Sektor Unggulan (LQ + Shift Share) - Provinsi Jambi

Pertanian, Kehutanan ,dan Perikanan 2,10 LQ > 1 (3,06) PB < 0

Pertambangan dan Penggalian 3,14 LQ > 1 3,02 PB > 0

Industri Pengolahan 0,51 LQ < 1 0,47 PB > 0

Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 LQ < 1 3,88 PB > 0

Pengadaan Air, Pengeloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,65 LQ > 1 1,59 PB > 0

Konstruksi 0,72 LQ < 1 (2,14) PB < 0

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,74 LQ < 1 1,75 PB > 0

Transportasi dan Pergudangan 0,79 LQ < 1 (1,33) PB < 0

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,37 LQ < 1 (1,42) PB < 0

Informasi dan Komunikasi 0,72 LQ < 1 1,01 PB > 0

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,56 LQ < 1 (3,26) PB < 0

Real Estat 0,50 LQ < 1 0,34 PB > 0

Jasa Perusahaan 0,58 LQ < 1 0,26 PB > 0

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,02 LQ > 1 2,23 PB > 0

Jasa Pendidikan 1,06 LQ > 1 0,67 PB > 0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,03 LQ > 1 (0,06) PB < 0

Jasa Lainnya 0,58 LQ < 1 0,54 PB > 0

MENURUT LAPANGAN USAHANilai

LQ

Pergeseran

PB

Sumber: BPS (2018; data diolah)

- 82 -

Dari hasil analisis sektor unggulan menggunakan LQ dan Shift Share maka dapat

dipetakan menjadi grafik di bawah:

Grafik 5.1 Kuadran Identifikasi Sektor Unggulan

PB > 0

Sektor Berkembang

Industri Pengolahan Sektor Unggulan

Pengadaan Listrik dan Gas Pertambangan dan Penggalian

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Pengadaan Air, Pengeloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Informasi dan Komunikasi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Real Estat Jasa Pendidikan

Jasa Perusahaan

Jasa Lainnya

LQ < 1 LQ ≥ 1

Sektor Terbelakang Sektor Potensial

Konstruksi Pertanian, Kehutanan ,dan Perikanan

Transportasi dan Pergudangan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Jasa Keuangan dan Asuransi

PB < 0 Sumber: BPS (2018; data diolah)

Sektor Unggulan pada Provinsi Jambi antara lain Pertambangan dan Penggalian;

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta Jasa Pendidikan.

1. Pertambangan

Selain sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor Pertambangan dan

Penggalian merupakan salah satu kontributor utama ekonomi Jambi sebesar

17,6%. Komoditas utamanya adalah minyak bumi dan gas bumi (dikelola oleh

Petrochina di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), serta

batubara yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarolangun, Merangin, dan Bungo.

Adapun tren sektor pertambangan di Jambi adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Perkembangan Komoditas Tambang Provinsi Jambi 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015

Minyak Bumi (000 barel) 6.403 6.246 4.326 8.574 7.622

Gas Bumi (MMBTU) 16.090 17.044 11.872 86.997.278 84.745.300

Batubara (ton) 7.224.490 9.667.160 4.012.600 - 4.604.967

Jenis Barang

Pertambangan

Produksi Pertambangan

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

- 83 -

2. Pengadaan Air

Air merupakan kebutuhan yang esensial bagi kehidupan manusia. Selain untuk

dikonsumsi begitu banyak kegunaan air bagi kehidupan seperti memasak, mandi,

mencuci dan sebagainya. Dengan adanya perubahan lingkungan, rusaknya

daerah aliran sungai (DAS), pencemaran limbah serta sulitnya akses ke air bersih

akan menjadi masalah di masa datang mengingat sumber air baku di Provinsi

Jambi sebagian besar besar berasal dari sungai.

Grafik 5.2 Presentase Air Baku yang Digunakan Menurut Sumbernya

Tahun 2017

Sumber: BPS Provinsi Jambi (2018)

Sumber air baku yang paling banyak digunakan oleh perusahaan air bersih di

Provinsi Jambi adalah air sungai dengan volume 61 juta meter kubik atau 91

persen dari total air baku; penggunaan danau, mata air, air tanah dan lainnya

sebagai sumber air baku masing-masing dengan total volume 1,3 juta meter kubik

atau 1,9 persen, 1,5 juta meter kubik atau 2,2 persen dan 2,8 juta sungai 91,64%;

danau 1,99%; Mmata air 2,23%; Air tanah 4,10%; lainnya 0,04% 10 meter kubik

atau 4,1 persen serta lainnya 26,4 ribu meter kubik atau 0,04 dari total air baku.

3. Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh aksebilitas

masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Kemudahan akses dan ketersediaan

sarana prasana pendidikan akan meningkat tingkat partisipasi sekolah menjadi

lebih baik. Kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan tersebut dapat dilihat

Sungai92%

Danau2%

Mata Air 2%

Air Tanah4%

Lainnya0%

SUMBER AIR

- 84 -

dari perkembangan angka partisipasi sekolah dan presentase penduduk buta

huruf di daerah tersebut.

Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 10 Provinsi - Sumatera

7-12 13-15 16-18 19-24 7-12 13-15 16-18 19-24 7-12 13-15 16-18 19-24

ACEH 99,90 97,71 81,43 33,07 99,82 97,89 81,82 33,94 99,85 98,09 82,15 34,28

SUMATERA UTARA 99,35 96,34 76,23 25,16 99,42 96,48 76,43 26,62 99,49 96,60 76,76 26,80

SUMATERA BARAT 99,44 95,98 82,53 33,13 99,43 96,17 82,62 34,71 99,50 96,29 82,86 35,45

RIAU 98,79 94,48 75,57 24,85 98,87 94,62 75,68 26,18 98,98 94,73 76,52 27,28

JAMBI 99,55 95,06 70,75 22,22 99,57 95,35 71,20 23,86 99,59 95,89 71,54 24,12

SUMATERA SELATAN 99,53 93,52 68,40 17,00 99,61 93,68 68,67 18,07 99,63 94,01 69,05 19,17

BENGKULU 99,65 96,83 78,16 28,37 99,70 96,96 78,37 28,93 99,80 97,20 79,07 29,90

LAMPUNG 99,62 94,24 69,04 18,81 99,63 94,32 69,31 19,72 99,78 94,76 70,03 20,96

KEP. BANGKA BELITUNG 99,22 91,82 66,17 12,73 99,25 92,03 66,35 13,81 99,64 92,41 66,99 14,99

KEP. RIAU 99,34 98,67 81,84 17,69 99,33 98,78 82,04 18,58 99,32 99,08 82,80 19,13

INDONESIA 99,09 94,72 70,61 22,95 99,09 94,88 70,83 23,93 99,14 95,08 71,42 24,77

Provinsi2016 20172015

Sumber: BPS (2018; data diolah)

Menurut data yang dirilis BPS, angka partisipasi sekolah Provinsi Jambi pada 2017

menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 5.3). Pada 2017,

APS menurut kelompok umur 7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24 meningkat masing-

masing 99,59%, 95,89%, 71,54%, dan 24,22% dibandingkan tahun 2016 masing-

masing 98,57%, 85,35%, 71,20%, dan 23,86%. Nilai APS kelompok umur 7-12

tahun, APS Jambi hanya lebih baik dar Riau (98,98%), namun nilai APS lainnya

masih lebih rendah dibandingkan dengan APS Provinsi Riau, Sumatera Barat,

atau Bengkulu untuk daerah yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Jambi.

Grafik 5.3 Perkembangan Angka Buta Huruf Provinsi Jambi 2008-2017

Sumber: BPS (2018; data diolah)

Angka buta huruf di Provinsi Jambi juga menunjukkan perkembangan yang sangat

baik. Pada 2012 kelompok umur 15+ misalnya, persentase angka buta huruf

sebesar 4,03%, 2015 turun menjadi 2,16%, dan 2017 turun menjadi hanya 1,91%.

4,69 4,49 4,12 4,48 4,033,28

2,23 2,16 1,99 1,911,11 0,78 0,68

1,46 1,32 0,890,57 0,49 0,35 0,29

14,01 13,6612,67 12,82

11,41

9,29

6,34 6,06 5,66 5,49

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Umur 15+ Umur 15-45 Umur 45+

- 85 -

Itu menunjukkan program pemerintah daerah di bidang pendidikan berjalan

dengan sangat baik dan memberikan hasil yang cukup menggembirakan terhadap

peningkatan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jambi. Tren positif Angka

Partisipasi Sekolah perlu di-manage dengan baik sehingga tercipta kualitas

sumber daya manusia Jambi yang kompetitif dalam menghadapi era perdagangan

bebas (free trade zone) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL

1. Tingkat Kemandirian Daerah Masih Rendah

Realisasi pendapatan daerah 2011-2018, dominasi pendapatan daerah masih

bersumber dari pendapatan transfer (dana perimbangan). Secara agregat terjadi

penurunan alokasi dana transfer untuk wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2018

sebesar (10,05%) menjadi Rp12,85 triliun. Penurunan cukup tinggi terdapat pada

alokasi DBH dan Dana Desa. Turunnya porsi alokasi DBH disebabkan adanya

pengurangan alokasi DBH Pajak maupun DBH Sumber Daya Alam (SDA) yang

tahun sebelumnya meningkat secara signifikan akibat kurang bayar dari tahun 2016

(PMK Nomor 187/PMK.07/2017). Alokasi pagu DBH bersifat dinamis menyesuaikan

dengan penerimaan pendapatan neto APBN secara nasional yang masih dibayangi

melambatnya perekonomian nasional maupun global yang berdampak pada

rendahnya pencapaian target pajak maupun penerimaan SDA.

2. Alokasi Belanja Daerah masih didominasi oleh Belanja Operasi

Berdasarkan komposisinya, besarnya pagu anggaran untuk urusan pendidikan dan

urusan kesehatan telah memenuhi mandatory spending minimum untuk alokasi

anggaran. Realisasi belanja daerah tahun 2018 porsinya masih didominasi Belanja

Operasi sebesar 64,96%. Utamanya belanja pegawai sebesar 39,4% (TA 2017

sebesar 37,6%) dan belanja barang 20,4%. Adapun porsi belanja modal menurun

(dibanding 2017) menjadi 20,9%. Kemudian, porsi belanja transfer meningkat

menjadi 14,1% dibanding tahun sebelumnya (13,6%). Tingginya porsi belanja

mandatory yang harus dipenuhi dalam APBD menyebabkan berkurangnya

fleksibilitas pemerintah daerah dalam mengalokasikan dananya untuk

program/kegiatan lainnya. Tantangan bagi pemerintah daerah adalah bagaimana

mengalokasikan anggarannya dengan fokus pada belanja-belanja yang dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

3. Penyerapan Anggaran Belanja Daerah Yang Belum Optimal

- 86 -

Realisasi belanja agregat di wilayah Provinsi Jambi hanya sebesar 87,16% dari total

pagu. Pada 2018, banyak pemerintah daerah dominan yang rasio surplus/defisit

positif, artinya terjadi surplus realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan

realisasi belanja daerah. Belanja sebagai stimulus fiskal dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi tidak berjalan optimal memperhatikan rendahnya capaian

penyerapan belanja daerah, mayoritas daerah penyerapannya dibawah 90%.

Terlebih lagi fakta menunjukkan bahwa penyerapan anggaran hanya menumpuk di

triwulan III-IV tahun 2018. Dengan begitu, realisasi belanja daerah tidak seimbang

dengan kucuran dana transfer dari pusat yang secara tunai ditransfer dari Kas

pemerintah pusat ke Kas Daerah sesuai jadwal yang teratur sehingga

mengakibatkan adanya idle money yang terlihat dari simpanan dana pemerintah

daerah di perbankan. Seharusnya dana transfer yang diterima di Kas Daerah dapat

segera dieksekusi sehingga belanja pemerintah dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah dapat berfungsi efektif sebagai multiplier efek terhadap

pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut di atas memunculkan tantangan besar,

bagaimana mendorong pengelolaan APBD yang sehat dengan penyerapan yang

optimal dan tepat waktu sehingga benar-benar dapat menjadi salah satu faktor

pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

4. Perlunya restrukturisasi struktur perekonomian Provinsi Jambi

Mengingat potensi SDA di sektor pertanian yang sangat potensial. Perkembangan

perekonomian Provinsi Jambi akan jauh lebih optimal apabila benar-benar didorong

oleh perencanaan yang disusun dan dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi

sumber daya yang ada di Provinsi Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi

(khususnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

penggalian, serta sektor perdagangan besar dan eceran). Kebijakan (by planing)

dalam menciptakan nilai tambah (value added) berupa strategi pengembangan

komoditas dalam bentuk industri hilirisasi (selain komoditas sawit dan karet) perlu

disusun dan disinergikan dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka

meminimalkan dampak jika terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi,

sehingga outcome dari kebijakan tersebut mampu meminimalisir dampak

perubahan harga komoditas unggulan Provisi Jambi.

- 87 -

- 87 -

BAB VI

ANALISIS TEMATIK

A. Kontribusi dan Tantangan Dana Desa dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan

dan Pemerataan di Daerah

Pada bab ini akan dibahas mengenai kontribusi dan tantangan Dana Desa dalam

upaya mendorong pertumbuhan dan pemerataan di Provinsi Jambi. Hadirnya UU

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan peluang dalam memposisikan desa

sebagai subjek pembangunan yang berasaskan rekognisi, subsidiaritas,

keberagaman, kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, musyawarah,

demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan, dan

keberlanjutan. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan (PP No. 60 tahun 2014

tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, 2014). Pada era pemerintahan

Jokowi-JK, sebuah program bernama Nawa-Cita diluncurkan yang di dalamnya

terkandung program Dana Desa yang bertujuan untuk mengurangi tingkat

kemiskinan di pedesaan yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Dana Desa

mulai efektif berlaku pada 2015 yang diberikan dalam jumlah tertentu kepada tiap

desa di tiap kabupaten/kota untuk mengatasi kesenjangan antara penduduk desa

dan kota. Dana tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur dasar yang

padat karya dan desa tersebut diharapkan mampu menjadi pengungkit

pertumbuhan ekonomi desa.

Dana Desa merupakan kewajiban Pemerintah Pusat untuk mengalokasikan

anggaran transfer ke Desa di dalam APBN sebagai wujud pengakuan dan

penghargaan Negara kepada Desa. Prioritas penggunaan dana desa diatur melalui

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan Transmigrasi. Dana

Desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui

APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa. Dana Desa dalam APBN ditentukan 10% di luar

Dana Transfer Daerah secara bertahap. Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah

desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk (25%), angka

kemiskinan (35%), luas wilayah (10%) dan tingkat kesulitan geografis (30%) (DJPK

2017)

- 88 -

Grafik 6.1 Perkembangan Alokasi Dana Desa Tahun 2015 – 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id (diakses 14 Februari 2019)

Undang-undang desa telah menempatkan desa sebagai ujung tombak

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan

kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang

dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan

kata lain, strategi pembangunan di Indonesia adalah peningkatan pemerataan

pembangunan beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan sektoral

dan kinerja masyarakat terutama dipedesaan. Hal ini tercermin semenjak digulirkan

tahun 2015, besaran dana desa baik secara nasional maupun untuk Provinsi Jambi

selalu mengalami kenaikan dari 20,7 triliun hingga di tahun 2018 telah mencapai 60

triliun dan untuk provinsi Jambi dari hanya Rp382 miliar di tahun 2015 meningkat

signifikan hingga mencapai Rp1,041 triliun di tahun 2018.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017

tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, maka mulai tahun 2017

telah dilakukan perubahan mekanisme penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa

melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu pada 171 Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) di seluruh Indonesia. Untuk Provinsi Jambi,

penyaluran Dana Desa dengan total jumlah desa sebanyak 1.399 desa disalurkan

melalui kantor vertikal Kanwil DJPb Provinsi Jambi, antara lain : KPPN Jambi

(Batanghari dan Muaro Jambi), KPPN Kuala Tungkal (Tanjung Jabung Barat dan

Tanjung Jabung Timur), KPPN Muara Bungo (Tebo dan Bungo), KPPN Bangko

(Merangin dan Sarolangun) dan KPPN Sungai Penuh (Kerinci dan Sungai Penuh).

Perubahan mekanisme penyaluran Dana Desa selain mendekatkan layanan

Kementerian Keuangan kepada Pemerintah Daerah, juga bertujuan : (1)

382 864 1.091 1.041

20.766

47.000

60.000 60.000

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

2015 2016 2017 2018

Alokasi DD Jambi Alokasi DD Nasional

- 89 -

Meningkatkan efisiensi koordinasi dan konsultasi antara Pemerintah Daerah

dengan Kementerian Keuangan dan (2) Meningkatkan efektivitas monitoring dan

evaluasi serta analisis kinerja pelaksanaan anggaran pusat dan daerah.

Grafik 6.2 Perkembangan Alokasi Dana Desa Per Kabupaten/Kota Provinsi Jambi Tahun 2017-2018

(dalam miliar rupiah)

Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id (diakses 14 Februari 2019)

Tahun 2018, alokasi Dana Desa untuk Provinsi Jambi secara agregat mengalami

penurunan dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,04 triliun atau turun sekitar 4,58%.

Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi Dana Desa terbesar adalah Kabupaten

Kerinci sebesar Rp189,8 miliar sedangkan kabupaten/kota yang mendapatkan

alokasi Dana Desa terkecil adalah Kota Sungai Penuh sebesar Rp47,3 miliar.

Meskipun secara agregat turun namun ada beberapa kabupaten/kota yang

mengalami kenaikan alokasi DD antara lain: Batanghari, Tebo dan Tanjung Jabung

Timur.

Penyaluran dan Pengunaan Dana Desa

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kemendesa Nomor 19 Tahun 2017

penggunaan dana desa diarahkan untuk membiayai pembangunan desa yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, meningkatkan

kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan. Terdapat 2 bidang

88,9

89,9

99,6

116,6

189,8

148,8

61,1

91,6107,5

47,3

87,8

90,3

109,9

117,2

213,3

157,6

60,2

85,8117,5

51,1

0

50

100

150

200

250

Batanghari Tanjabbar Bungo Sarolangun Kerinci Merangin Tanjabtim Tebo Muaro Jambi Sungai Penuh

DD 2018 DD 2017 DD 2016 DD 2015

- 90 -

prioritas yaitu Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam penggunaan

Dana Desa, maka sebagian besar atau hampir seluruh dana yang telah disalurkan

dan dipergunakan untuk membiayai pembangunan di desa. Secara lebih detil dalam

Bab 3 pasal 4 disebutkan ada 5 (lima) poin prioritas dalam penggunaan dana desa

antara lain:

1. Untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pembangunan

desa dan pemberdayaan masyarakat desa;

2. Diutamakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat

lintas bidang;

3. Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) antara lain

bidang kegiatan produk unggulan desa atau kawasan pedesaan, Badan Usaha

Milik Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga desa

sesuai dengan kewenangan desa;

4. Pembangunan sarana olahraga desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

merupakan unit usaha yang dikelola oleh BUMDesa atau BUM Desa Bersama;

5. Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

dipublikasikan oleh Pemerintah Desa kepada masyarakat desa di ruang publik

yang dapat diakses masyarakat desa.

Selanjutnya pemerintah juga telah menetapkan arah kebijakan DD tahun 2018,

antara lain: (1) menyempurnakan formula pengalokasian DD, (2) fokus pada

pengentasan kemiskinan dan ketimpangan, (3) meningkatkan kualitas pengelolaan

DD dan (4) mempertajam prioritas penggunaan DD untuk pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan montoring dan evaluasi yang dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa

pemanfaatan Dana Desa selama periode 2015-2018 lebih banyak digunakan untuk

prioritas pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, drainase, irigasi,

embung dan lainnya. Namun demikian, pemanfaatan Dana Desa untuk

pemberdayaan masyarakat desa masih belum optimal padahal banyak desa yang

mempunyai kegiatan ekonomi kreatif desa yang dapat didorong untuk menjadi

mata pencaharian bagi masyarakat desa, terutama dengan kebijakan Dana Desa

tahun 2018 terkait pelaksanaan swakelola dengan pola padat karya dalam setiap

aktivitas pembangunan infrastruktur di desa.

- 91 -

Tabel 6.1 Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD

PEMDA PAGU KAB / KOTA PENYALURAN RKUN

KE RKUD %

KAB. BATANGHARI 88.949.104.000 88.949.104.000 100,0%

KAB. TANJUNG JABUNG BARAT 89.944.914.000 89.944.914.000 100,0%

KAB. BUNGO 99.662.383.000 99.662.379.349 100,0%

KAB. SAROLANGUN 116.644.095.000 115.844.592.000 99,3%

KAB. KERINCI 189.579.503.000 187.861.330.200 99,1%

KAB. MERANGIN 148.823.813.000 148.823.812.977 100,0%

KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR 61.125.428.000 61.125.428.000 100,0%

KAB. T E B O 91.640.792.000 91.640.792.000 100,0%

KAB. MUARO JAMBI 107.496.108.000 107.496.108.000 100,0%

KOTA SUNGAI PENUH 47.271.346.000 47.204.703.200 99,9%

TOTAL 1.041.137.486.000 1.038.553.163.726 99,8% Sumber: OMSPAN (diakses 20 Januari 2019)

Penyaluran Dana Desa dapat dirinci dalam 2 tahapan yakni (1) penyaluran dari

RKUN ke RKUD dan (2) penyaluran dari RKUD ke RKD. Di tahun 2018, Penyaluran

Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum

Daerah (RKUD) tidak mencapai 100% dari alokasi Dana Desa sebesar Rp1,04

triliun dikarenakan masih adanya sisa Dana Desa tahun sebelumnya yang

mengendap di rekening RKUD Pemerintah Daerah yang diperhitungkan sebagai

pengurang nilai penyaluran Dana Desa di Tahap ke 2. Pemerintah Daerah yang

masih memiliki sisa DD tersebut antara lain Sarolangun, Kerinci dan Sungai Penuh.

Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD

(dalam jutaan rupiah)

RKUN - RKUD RKUD - RKD

Batanghari 88.949 88.949 88.949 47.529 41.420 53,4% 110

Tanjab Barat 89.945 89.945 89.945 44.807 45.138 49,8% 114

Bungo 99.662 99.662 98.986 50.809 48.177 51,3% 141

Sarolangun 116.644 115.845 115.556 55.964 59.592 48,4% 149

Kerinci 189.580 187.861 183.978 120.475 63.503 65,5% 285

Merangin 148.824 148.824 148.824 79.518 69.306 53,4% 205

Tanjab Timur 61.125 61.125 61.125 43.620 17.505 71,4% 73

Tebo 91.641 91.641 91.641 46.798 44.843 51,1% 107

Muaro Jambi 107.496 107.496 107.496 57.549 49.947 53,5% 150

Kota S. Penuh 47.271 47.205 47.205 25.094 22.111 53,2% 65

Total 1.041.137 1.038.553 1.033.705 572.163 461.542 55,1% 1.399

Jumlah

DesaPemda APBN

Realisasi Penyaluran Penyerapan

DesaSisa di RKD

Capaian

Output %

Sumber: OMSPAN (diakses 20 Januari 2019)

Begitu pula penyaluran DD dari RKUD ke RKD tidak mencapai 100% dari dana yang

telah disalurkan KPPN ke RKUD. Kemudian, angka capaian output secara rata-rata

masih menunjukkan 55,1% namun secara riil, besaran capaian output telah

menunjukkan angka yang lebih besar. Hal ini dikarenakan setiap pemerintah

kabupaten/kota belum meng-update data capaian output ke aplikasi OMSPAN

dikarenakan kendala penyampaian laporan realisasi dari desa.

- 92 -

Kontribusi terhadap Pertumbuhan dan Pemerataan

Sejalan dengan amanah Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,

kebijakan Dana Desa menjadi salah satu program unggulan Pemerintah dalam

rangka membangun perekonomian di tingkat desa maupun mengurangi

kesenjangan dan kemiskinan desa. Hal tersebut dapat dilihat dari keseriusan

Pemerintah dalam mengalokasikan Dana Desa yang meningkat signifikan tiap

tahun pada periode 2015 sampai dengan 2018. Dengan total alokasi Dana Desa

sebesar Rp187,75 triliun selama 4 tahun, diharapkan dapat memberi manfaat yang

optimal dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang dapat

mengurangi kesenjangan, mengentaskan kemiskinan, ketertinggalan geografis

serta meningkatkan perekonomian desa. Salah satunya melalui pemberian afirmasi

kepada desa tertinggal dengan jumlah penduduk miskin tinggi, penurunan porsi

alokasi yang dibagi merata dan pemberian bobot yang lebih besar kepada jumlah

penduduk miskin.

Menurut Soetomo (2014:47) kesejahteraan merupakan suatu kondisi yang

mengandung unsur atau komponen ketertiban-keamanan, keadilan, ketentraman,

kemakmuran dan kehidupan yang tertata mengandung makna yang luas bukan

hanya terciptanya ketertiban dan keamanan melainkan juga keadilan dalam

berbagai dimensi. Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan

kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini

dikarenakan pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan

masyarakat semakin baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa

menyertakan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan berakibat kesenjangan

dan ketimpangan kehidupan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu

kondisi memperlihatkan tentang keadaaan masyarakat yang dapat dilihat dari

standar kehidupan masyarakat (Badrudin 2012).

- 93 -

Grafik 6.3 Perkembangan Alokasi Dana Desa, PDRB, Gini Ratio dan Tingkat Kemiskinan Pedesaan Tahun 2015-2018

Sumber : OMSPAN; BPS Provinsi Jambi (2018)

Tren perkembangan alokasi Dana Desa dalam kurun waktu 2015-2018 terlihat

meningkat secara signifikan di tahun 2018 sebesar Rp1,04 triliun dari sebelumnya

hanya sebesar Rp382 miliar di tahun 2015. Tren yang sama juga terjadi pada tren

PDRB provinsi Jambi yang terus meningkat dari 2015 sebesar 4,21 menjadi 4,71 di

tahun 2018. Kemudian persentase penduduk miskin pedesaan dan tingkat

ketimpangan (Gini Rasio) dalam kurun 4 tahun terakhir mengalami penurunan

indeks. Hal ini menandakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi telah

berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hubungan antara Dana Desa dengan Tingkat Kemiskinan

Nadya (2018) pada penelitiannya yang berjudul Pengaruh Dana Desa dalam

Pengentasan Kemiskinan di Indonesia menganalisis tentang Keterkaitan antara

perkembangan dana desa dalam kurun waktu 2015-2017 dengan tingkat

kemiskinan di Indonesia. Penilitian ini menggunakan 5 variabel bebas yang terdiri

dari Dana Desa, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Indeks Gini, Tingkat

Pengangguran Terbuka serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan

variabel terikatnya adalah tingkat kemiskinan yaitu persentase penduduk miskin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi dana desa yang diberikan oleh

pemerintah signifikan berpengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan di

Indonesia. Dengan kata lain, penambahan alokasi Dana Desa telah menurunkan

tingkat angka kemiskinan di Indonesia.

Selanjutnya untuk menggambarkan hubungan tingkat kemiskinan dengan dana

desa di Provinsi Jambi, kajian ini akan mengadaptasi metodologi penelitian di atas.

0,3820,864 1,091 1,041

7,827,3

6,66 6,8

4,21 4,37 4,64 4,71

0,344 0,346 0,334 0,3350

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2015 2016 2017 2018

Pagu (dalam miliar rupiah) Persentase Penduduk Miskin Pedesaan

PDRB Gini Rasio

- 94 -

Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda

dengan data panel (kombinasi data time series dan data cross section) 9 kabupaten

1 kota di Provinsi Jambi yang mendapatkan Dana Desa selama kurun waktu 2015

– 2017 (beberapa variabel tidak tersedia data tahun 2018). Data diperoleh dari BPS

Provinsi Jambi, Ditjen Perbendaharaan serta Ditjen Perimbangan Keuangan.

Berikut adalah model yang digunakan dalam pengujian ini:

POVit = α + α1DANADESAit + α2GROWTHit + α3GINIit + α4IPMit +Ɛit

Keterangan :

α α1 – α5 POVit DANADESAit GROWTHit GINIit IPMit

Ɛit i t

: Intersep : Koefisien variabel bebas : Persentase penduduk miskin (%) : Dana Desa (dalam miliar rupiah) : Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku (%) : Ketimpangan pendapatan (indeks gini) : Indeks Pembangunan Manusia (indeks) : Error term : Data Cross Section 9 kabupaten 1 kota di Provinsi Jambi : Data Time Series tahun 2015-2017

Selanjutnya analisis regresi dilakukan menggunakan software Excel 365 dan SPSS

Statistics 17.0 dan keduanya menghasilkan output regresi yang sama, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 6.3 Output Regresi Dana Desa, Growth, Gini Ratio dan IPM Tahun 2015-2017 (SPSS Statistics 17.0)

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 42.028 13.133 3.200 .004

X1(DANADESA) .010 .009 .139 1.094 .284

X2(GROWTH) -1.366* .518 -.542 -2.637 .014

X3(GINI) -11.790 10.689 -.134 -1.103 .281

X4(IPM) -.352 .223 -.315 -1.579 .127

Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 5% dilihat dari (p<0,05)

Sumber : OMSPAN, DJPK, BPS Provinsi Jambi (2018, data diolah)

Hasil estimasi pada tabel 6.4 menunjukkan bahwa hanya variabel Growth

(pertumbuhan ekonomi) yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% terhadap

tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatif dengan

tingkat kemiskinan, artinya setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan

- 95 -

menurunkan persentase penduduk miskin sebesar 1,366%. Sedangkan variabel

Dana Desa tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Penyebabnya

dapat diduga karena pemanfaatan Dana Desa selama periode 2015-2017 lebih

banyak digunakan untuk prioritas pembangunan infrastruktur dasar, belum

berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat dalam jangka waktu pendek.

Kemudian kebijakan padat karya juga baru diwajibkan pada pelaksanaan Dana

Desa di tahun 2018 sehingga belum menunjukkan hasil yang positif bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Jambi secara langsung.

Tantangan dan Kendala

Memasuki tahun kedua pelaksanaan penyaluran Dana Desa melalui Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Provinsi Jambi melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang

secara kontinu dilaksanakan tiap semester. Sejalan dengan pengelompokkan hasil

survei yang dilakukan Badan Kebijakan Fiskal (http://www.fiskal.kemenkeu.go.id),

maka dapat diidentifikasi beberapa aspek yang menjadi tantangan kebijakan

pengelolaan dan Penyaluran Dana Desa di Provinsi Jambi, antara lain:

1. Aspek Distribusi Alokasi dan Penyaluran

▪ Distribusi alokasi Dana Desa ditinjau dari jumlah penduduk miskin dan

tingkat kesulitan geografis menunjukkan adanya ketimpangan

antardaerah. Masih terdapat desa dengan tingkat kesulitan geografis

dan jumlah penduduk miskin tinggi namun memperoleh distribusi Dana

Desa yang relatif sama atau bahkan lebih kecil dibandingkan dengan

desa yang dimiliki jumlah penduduk dan tingkat kesulitan geografis lebih

rendah.

▪ Penyaluran Dana Desa hingga pertengahan tahun 2018 masih terjadi

keterlambatan yang disebabkan oleh keterlambatan desa dalam

menyampaikan prasyarat penyaluran Dana Desa pada tiap tahap

penyaluran. Prasyarat tersebut berupa dokumen perencanaan

(RKPDes) dan penganggaran (APBDes) serta laporan

pertanggungjawaban realisasi dan penggunaan Dana Desa tahap

sebelumnya

- 96 -

2. Aspek Penggunaan

▪ Penggunaan Dana Desa lebih dari 80% dimanfaatkan untuk bidang

pembangunan desa. Masih ditemukan penetapan pembangunan yang

tidak memiliki efek multiplier bagi perbaikan perekonomian desa

▪ Prioritas Penggunaan Dana Desa sebagian besar ditentukan melalui

forum masyarakat desa, namun di beberapa desa masih ada yang

ditentukan oleh Kepala Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota sehingga

masih ada penggunaan Dana Desa yang belum sesuai dengan

kebutuhan prioritas masyarakat desa.

▪ Beberapa desa masih belum mengarahkan penggunaan Dana Desa

untuk pembentukan BUMDesa sebagai wadah dalam mengembangkan

kegiatan unit usaha ekonomi di desa

3. Aspek Monitoring dan Evaluasi

▪ Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Dana Desa

oleh masing-masing K/L teknis masih belum berjalan sinergi, masing-

masing menjalankan sesuai dengan kewenangannya

▪ Pengawasan terhadap pelaksanaan Dana Desa belum sepenuhnya

berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari semakin banyak terjadi

penyalahgunaan/penyelewengan yang terkait dengan Dana Desa.

Pengawasan yang dilakukan berjenjang oleh mulai dari pemerintah

Provinsi hingga masyarakat desa masih belum berjalan optimal.

4. Aspek Pendamping Desa

▪ Peran pendamping desa masih belum efektif. Kuantitas dan kualitas

pendamping desa masih belum memadai karena masih ada

pendamping desa yang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik dan kehadirannya di desa hanya sebatas formalitas. Namun

demikian, pada tahun 2018 telah dilakukan perbaikan melalui

penambahan pendamping desa dan peningkatan kualitasnya

▪ Mekanisme rekrutmen pendamping desa dilakukan terpusat melalui

Kementerian Desa dan belum mengikutsertakan pemerintah daerah

dalam proses rekrutmen.

5. Aspek Pembinaan

▪ Permasalahan dualisme regulasi dari Kementerian Desa dan

Kementerian Dalam Negeri yang seringkali dimaknai sebagai

- 97 -

“diperbolehkan/sesuai aturan’ atau “tidak diperbolehkan/tidak sesuai

aturan” dapat berpotensi menjadi masalah hukum sehingga dalam

implementasi di tingkat desa sering membuat kegamangan dari

pemerintah desa maupun masyarakat desa untuk menentukan

penggunaan Dana Desa. Untuk menyamakan persepsi atas regulasi

tersebut, diperlukan pembinaan yang berkelanjutan untuk menjaga

konsistensi penggunaan Dana Desa

▪ Masih banyak Desa yang mengalamai kesulitan dalam penyusunan

dokumen perencanaan desa seperti RPJMDes, RKPDes, dan APBDes

sehingga diperlukan pembinaan yang lebih intensif untuk membantu

Desa. Selain itu, Desa masih sangat memerlukan pembinaan dalam

penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan Dana Desa dan

keuangan desa.

▪ Kegiatan sosialisasi kebijakan Dana Desa dan transparansi

penggunaannya kepada masyarakat desa masih belum optimal karena

masih ada sebagian masyarakat desa belum mengetahui program

kebijakan Dana Desa yang merupakan kebijakan pemerintah untuk

percepatan pembangunan dan pengentasan kemiskinan desa.

- 98 -

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page intentionally left blank

- 98 -

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekonomi Provinsi Jambi pada 2018 tercermin dari PDRB yang tumbuh sebesar

4,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64% (yoy), namun

masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang

tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Struktur ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 menurut

lapangan usaha masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan,

pertambangan dan penggalian, dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor. Pergerakan ekonomi Provinsi Jambi masih sangat masih

rentan terhadap faktor eksternal. Menurut pengeluaran, struktur ekonomi Jambi di

dominasi oleh komponen ekspor barang dan jasa dan konsumsi rumah tangga.

sedangkan konsumsi pemerintah (APBN dan APBD) hanya menyumbang 8,10%

atas angka PDRB, artinya konsumsi pemerintah yang diharapkan sebagai

pendorong ekonomi yang memicu multiplier effect belum berjalan optimal.

2. Penerimaan pajak tahun 2018 terealisasi sebesar Rp4,50 triliun lebih tinggi

dibandingkan realisasi tahun 2017 sebesar Rp4,21 triliun. Realisasi penerimaan

pajak tersebut menyumbang 88,75% dari total penerimaan APBN di Jambi.

Penerimaan perpajakan di Jambi dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren

peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 55,4% (rata-rata naik 10,2% per

tahun). Realisasi perpajakan tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 6,86%, dengan

capaian realisasinya 81,7% dari target, namun lebih rendah dibandingkan capaian

tahun sebelumnya sebesar 93,9% dari target penerimaan pajak

3. Belanja daerah di Provinsi Jambi tahun 2018, porsinya masih didominasi Belanja

Operasi (Belanja Pegawai dan Belanja Barang). Penyerapan dari masing-masing

daerah di wilayah Provinsi Jambi belum maksimal (rata-rata dibawah 90%). Realisasi

belanja daerah tidak seimbang dengan kucuran dana transfer dari pusat yang secara

tunai ditransfer dari Kas pemerintah pusat ke Kas Daerah sesuai jadwal yang teratur

sehingga mengakibatkan adanya idle money yang terlihat dari simpanan dana

pemerintah daerah di perbankan.

- 99 -

4. Realisasi dana transfer (DAU, DBH, DAK) masih menjadi salah satu sumber utama

pendapatan daerah 2018 di wilayah Provinsi Jambi. Tingkat ketergantungan

terhadap dana perimbangan masih sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa

pemerintah daerah di Provinsi Jambi belum mampu mengimbanginya dengan

meningkatkan pendapatan dari PAD sehingga secara rata-rata fiskal tingkat

kemandirian daerah di Provinsi Jambi masih sangat rendah

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan dan hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut

a. Perlunya restrukturisasi struktur perekonomian Provinsi Jambi mengingat potensi

SDA di sektor pertanian yang sangat potensial. Perkembangan perekonomian

Provinsi Jambi akan jauh lebih optimal apabila benar-benar didorong oleh

perencanaan yang disusun dan dieksekusi dengan baik berdasarkan potensi

sumber daya yang ada di Provinsi Jambi dalam membentuk ekonomi Jambi

(khususnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

penggalian, serta sektor perdagangan besar dan eceran). Kebijakan (by planing)

dalam menciptakan nilai tambah (value added) berupa strategi pengembangan

komoditas dalam bentuk industri hilirisasi (selain komoditas sawit dan karet) perlu

disusun dan disinergikan dengan baik pada level satuan kerja dalam rangka

meminimalkan dampak jika terjadi guncangan (shock) pada ekonomi Jambi,

sehingga outcome dari kebijakan tersebut mampu meminimalisasi dampak

perubahan harga komoditas unggulan Provinsi Jambi.

b. Postur belanja dalam APBD di wilayah Provinsi Jambi agar lebih diarahkan pada

sektor unggulan yang dapat memberikan kontribusi secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi, yaitu sektor pertanian. Dengan tetap

memperhatikan ruang fiskal untuk discretionary spending dan memberikan porsi

yang cukup untuk alokasi belanja (infrastruktur) sehingga dapat berperan sebagai

katalisator pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Jambi.

c. Pemerintah Daerah harus menciptakan iklim investasi daerah yang sehat dan

kondusif serta melakukan harmonisasi kebijakan prioritas pembangunan

infrastruktur sehingga pembangunan yang dilakukan dapat mengubungkan daerah-

daerah sentra industri strategis. Dalam hal ini terkait menjamin konsistensi arah

- 100 -

kebijakan pemerintah daerah terutama rencana pembangunan infrastruktur

strategis daerah.

d. Meningkatnya capaian target PAD 2018 menjadi modal penting bagi pemerintah

daerah di Provinsi Jambi untuk meningkatkan kemandirian fiskal daerahnya.

Namun, porsi PAD sebagian besar Kab/Kota masih berasal dari Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (pendapatan BLUD dan imbal jasa bunga). Hal

ini perlu menjadi perhatian serius dari masing-masing pemerintah daerah agar terus

melakukan langkah-langkah extraordinary dan inovatif untuk mengggali sumber

pendapatan dari PAD tanpa mengganggu iklim investasi daerah. Selain itu,

pemerintah daerah perlu melakukan efisiensi pada belanja tidak langsung dan

melakukan realokasi belanjanya pada program atau kegiatan yang difokuskan pada

sektor unggulan daerah dan dapat memberi dampak yang terukur terhadap

perekonomian daerah.

e. Perlunya diperluas tata kelola unit-unit layanan di Pemerintah Daerah terutama di

sektor layanan kesehatan dan pendidikan karena terbukti penerapan dengan pola

Badan Layanan Umum dapat memberikan peningkatan layanan ke masyarakat dan

peningkatan penerimaan bukan pajak.

f. Pemerintah Daerah perlu mengkaji ulang target dan rencana pembangunan

Provinsi Jambi yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Jambi 2016-2021

memperhatikan target yang telah ditetapkan terlalu optimis dan ambisius mengingat

stabilitas pertumbuhan ekonomi Jambi masih rendah dengan tren yang masih

sangat fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir.

g. Pemerintah Daerah dapat mengoptimalkan peran dan fungsi kecamatan dalam

memberikan supervisi dan pendampingan mulai dari proses perencanaan sampai

pelaporan APBDes terutama pengelolaan dana desa. Salah satunya berupa peran

camat dalam memetakan dan melakukan re-grouping desa dalam bentuk ekosistem

ekonomi yang saling terkait. Re-grouping ini merupakan salah satu terobosan yang

aplikatif agar seluruh potensi beberapa desa baik potensi produksi, potensi pasar

serta potensi wisata dapat dikelola secara berintegrasi dan berkelanjutan.

Contohnya membuat komunitas desa yang memiliki produk unggulan yang sama

baik barang maupun jasa.

- 101 -

DAFTAR PUSTAKA

Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UUP STIM YKPN.

Blanchard, O; Johnson, D, Macroeconomics, Pearson

Blöndal, J. R. 2001, 'Budgeting in Sweden', OECD Journal on Budgeting, vol. 1, no. 1,

pp. 27-57.

[BPS] Badan Pusat Statistik, 2018. Statistik Air Bersih Provinsi Jambi 2017. Badan Pusat

Statistik Provinsi Jambi.

Dong Fu, Lori L Taylor, Mine K. Yucel (2003). Fiscal Policy and Growth. Research

Departement Working Paper 0301.

[DJPK] Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2017. Buku Pintar Dana Desa.

Kementerian Keuangan Indonesia.

Hamang, Abdul. 2005. Metode Statistika. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Irawan, M.Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan Edisi ke 6. BFE-Yogyakarta:

Yogyakarta

Nadya Larasati Aghnia. 2018. “Pengaruh Dana Desa Dalam Pengentasan Kemiskinan

di Indonesia”. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Nilam Indah Susilowati, Dwi Susilowati, Syamsul Hadi. 2017. “Pengaruh Alokasi Dana

Desa, Dana Desa, Belanja Modal, dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap

Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Jawa Timur”. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 1 Jilid 4.2017

N. Gregory Mankiw (2009). “Macroeconomics” Seventh Edition. Harvard University.

Olivier Blanchard, David R. Johnson (2013). “Macroeconomics” Sixth Edition. Pearson

Education Inc. 2013.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-36/PB/2012 Tentang

Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan Satuan Kerja Badan Layanan Umum

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah

- 102 -

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah

Daerah

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik

Indinesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana

Desa Tahun 2018

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2018 Tentang Peta

Kapasitas Fiskal

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2017 Tentang Peta

Kapasitas Fiskal

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2018 Tentang

Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50 Tahun 2017

Tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Peta

Kapasitas Fiskal

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 Tentang Peta

Kapasitas Fiskal

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 Tentang

Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman

Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013

Robert J. Barro and Xavier Sala-i-martin (2004). “Economic Growth”Second Edition. The

MIT Press Cambridge, Massachusett.

- 103 -

Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, Richard (2011). “Macroeconomics” Eleventh

Edition. McGraw-Hill International Editions

Schick, A. 1996, 'The Spirit of Reform: managing the New Zealand state sector in a time

of change', Report prepared for the State Services Commission and the Treasury,

Wellington, New Zealand.

Schick, A. 1998, 'Why most developing countries should not try New Zealand's reforms',

The World Bank Research Observer, vol. 13, no. 1, pp. 123-131.

Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 Tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional

Soetomo, 2014, Kesejahteraan dan Upaya Mewujudkannya dalam Perspektif

Masyarakat Lokal, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Todaro, M.P, 1977, Economics for a developing world : an introduction to principles,

problems and policies for development, Longman, London

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota Tahun Y (POV)X1(DANADESA)

dalam miliar rupiah)X2(GROWTH) X3(GINI) X4(IPM)

kerinci 2015 8,16 74,7 6,45 0,32 68,89

2016 7,48 167,6 6,7 0,28 69,68

2017 7,45 213,3 6,03 0,28 70,03

merangin 2015 9,8 55,1 5,48 0,36 67,4

2016 9,95 123,6 6,21 0,33 67,86

2017 9,43 157,6 5,55 0,3 68,3

sarolangun 2015 10,29 40,98 3,09 0,39 68,1

2016 9,33 91,9 4,26 0,34 68,73

2017 8,87 117,3 4,69 0,36 69,03

BH 2015 10,69 30,3 4,36 0,26 68,05

2016 10,79 68,96 4,55 0,3 68,7

2017 10,33 87,8 4,82 0,25 68,92

Muaro Jambi 2015 4,63 41 5,24 0,34 66,66

2016 4,3 92 5,43 0,34 67,55

2017 4,37 117,5 5,06 0,32 67,86

Tanjjantim 2015 14,17 21,04 1,87 0,29 61,12

2016 12,76 47,2 2,7 0,26 61,88

2017 12,58 60,2 3,13 0,28 62,61

tanjjabbar 2015 12,63 31,9 3,98 0,36 65,03

2016 11,81 71,4 3,14 0,33 65,91

2017 11,32 90,3 4,25 0,29 66,15

tebo 2015 7,12 30,02 5,28 0,37 67,29

2016 6,87 67,3 5,38 0,32 68,05

2017 6,79 85,8 5,6 0,27 68,16

bungo 2015 5,7 38,5 5,13 0,35 68,34

2016 5,99 86,38 5,2 0,34 68,77

2017 5,82 109,9 5,67 0,34 69,04

sungai penuh 2015 3,43 17,89 7,06 0,33 73,03

2016 3,13 40,16 6,51 0,33 73,35

2017 2,78 51,1 6,24 0,32 73,75

GET DATA

/TYPE=XLS

/FILE='C:\Users\Novianti\Documents\laporan KFR 2018\data kfr 2018\data b

ab VI\dataregresi.xls'

/SHEET=name 'kemiskinan sbg Y'

/CELLRANGE=full

/READNAMES=on

/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y

/METHOD=ENTER X1pagu X2pdrb X3ginirasio X4IPM

/RESIDUALS DURBIN

/CASEWISE PLOT(ZRESID) ALL.

Regression

[DataSet1]

MethodVariables Removed

Variables Entered

1 Enter.X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)a

ModelModel

Variables Entered/Removed

a. All requested variables entered.

Durbin-Watson

Std. Error of the Estimate

Adjusted R SquareR SquareR

1 .8211.93397.628.679.824aModelModel

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)

b. Dependent Variable: Y

Sig.FMean SquaredfSum of Squares

Regression

Residual

Total

1

29291.691

3.7402593.506

.000a13.24749.5464198.185

ModelModel

ANOVAb

a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)

b. Dependent Variable: Y

Page 1

Std. ErrorB Beta Sig.t

Standardized CoefficientsUnstandardized Coefficients

(Constant)

X1(pagu)

X2(pdrb)

X3(gini rasio)

X4(IPM)

1

.127-1.579-.315.223-.352

.281-1.103-.13410.689-11.790

.014-2.637-.542.518-1.366

.2841.094.139.009.010

.0043.20013.13342.028

ModelModel

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Y

ResidualPredicted ValueYStd. Residual

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30 -1.455734.23572.78-.753

-.655303.78533.13-.339

.496292.93373.43.257

-1.181197.00125.82-.611

-1.522867.51295.99-.787

-1.483477.18355.70-.767

-1.211318.00136.79-.626

-.703817.57386.87-.364

.088387.03167.12.046

.9596310.360411.32.496

.5019111.308111.81.260

2.890909.739112.631.495

-.3867912.966812.58-.200

-1.1624913.922512.76-.601

-.5494414.719414.17-.284

-4.188568.55864.37-2.166

-3.382517.68254.30-1.749

-3.137107.76714.63-1.622

1.276439.053610.33.660

2.060148.729910.791.065

1.370359.319610.69.709

.691978.17808.87.358

.466578.86349.33.241

.684099.605910.29.354

1.075738.35439.43.556

3.021286.92879.951.562

2.722137.07799.801.408

-.408497.85857.45-.211

.850816.62927.48.440

2.272435.88768.161.175

Case NumberCase Number

Casewise Diagnosticsa

a. Dependent Variable: Y

Page 2

NStd. DeviationMeanMaximumMinimum

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual 30.928.0001.562-2.166

301.000.0002.459-2.050

301.79565.000003.02128-4.18856

302.614198.292314.71942.9337

Residuals Statisticsa

a. Dependent Variable: Y

Page 3

GET DATA

/TYPE=XLS

/FILE='C:\Users\Novianti\Documents\laporan KFR 2018\data kfr 2018\data b

ab VI\dataregresi.xls'

/SHEET=name 'kemiskinan sbg Y'

/CELLRANGE=full

/READNAMES=on

/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Y

/METHOD=ENTER X1pagu X2pdrb X3ginirasio X4IPM

/RESIDUALS DURBIN

/CASEWISE PLOT(ZRESID) ALL.

Regression

[DataSet1]

MethodVariables Removed

Variables Entered

1 Enter.X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)a

ModelModel

Variables Entered/Removed

a. All requested variables entered.

Durbin-Watson

Std. Error of the Estimate

Adjusted R SquareR SquareR

1 .8211.93397.628.679.824aModelModel

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)

b. Dependent Variable: Y

Sig.FMean SquaredfSum of Squares

Regression

Residual

Total

1

29291.691

3.7402593.506

.000a13.24749.5464198.185

ModelModel

ANOVAb

a. Predictors: (Constant), X4(IPM), X3(gini rasio), X1(pagu), X2(pdrb)

b. Dependent Variable: Y

Page 1

Std. ErrorB Beta Sig.t

Standardized CoefficientsUnstandardized Coefficients

(Constant)

X1(pagu)

X2(pdrb)

X3(gini rasio)

X4(IPM)

1

.127-1.579-.315.223-.352

.281-1.103-.13410.689-11.790

.014-2.637-.542.518-1.366

.2841.094.139.009.010

.0043.20013.13342.028

ModelModel

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Y

ResidualPredicted ValueYStd. Residual

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30 -1.455734.23572.78-.753

-.655303.78533.13-.339

.496292.93373.43.257

-1.181197.00125.82-.611

-1.522867.51295.99-.787

-1.483477.18355.70-.767

-1.211318.00136.79-.626

-.703817.57386.87-.364

.088387.03167.12.046

.9596310.360411.32.496

.5019111.308111.81.260

2.890909.739112.631.495

-.3867912.966812.58-.200

-1.1624913.922512.76-.601

-.5494414.719414.17-.284

-4.188568.55864.37-2.166

-3.382517.68254.30-1.749

-3.137107.76714.63-1.622

1.276439.053610.33.660

2.060148.729910.791.065

1.370359.319610.69.709

.691978.17808.87.358

.466578.86349.33.241

.684099.605910.29.354

1.075738.35439.43.556

3.021286.92879.951.562

2.722137.07799.801.408

-.408497.85857.45-.211

.850816.62927.48.440

2.272435.88768.161.175

Case NumberCase Number

Casewise Diagnosticsa

a. Dependent Variable: Y

Page 2

NStd. DeviationMeanMaximumMinimum

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual 30.928.0001.562-2.166

301.000.0002.459-2.050

301.79565.000003.02128-4.18856

302.614198.292314.71942.9337

Residuals Statisticsa

a. Dependent Variable: Y

Page 3

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,343317317

R Square 0,11786678

Adjusted R Square0,086362022

Standard Error1,203829132

Observations 30

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 5,421818 5,421818 3,741237445 0,063249489

Residual 28 40,57773 1,449205

Total 29 45,99955

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%Lower 95,0% Upper 95,0%

Intercept 4,240957634 0,435722 9,733172 1,74261E-10 3,34842152 5,133494 3,348422 5,133493748

X1(pagu) 0,009374754 0,004847 1,934228 0,063249489 -0,0005534 0,019303 -0,00055 0,019302909

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT

Observation Predicted Y ResidualsStandard Residuals Percentile Y

1 4,941251761 1,508748 1,275475 1,666666667 1,87

2 5,812166411 0,887834 0,750562 5 2,7

3 6,240592671 -0,21059 -0,17803 8,333333333 3,09

4 4,757506582 0,722493 0,610786 11,66666667 3,13

5 5,399677234 0,810323 0,685036 15 3,14

6 5,718418871 -0,16842 -0,14238 18,33333333 3,98

7 4,625135055 -1,53514 -1,29778 21,66666667 4,25

8 5,10249753 -0,8425 -0,71224 25 4,26

9 5,340616283 -0,65062 -0,55002 28,33333333 4,36

10 4,525012682 -0,16501 -0,1395 31,66666667 4,55

11 4,887440673 -0,33744 -0,28527 35 4,69

12 5,064061039 -0,24406 -0,20633 38,33333333 4,82

13 4,62532255 0,614677 0,51964 41,66666667 5,06

14 5,103435006 0,326565 0,276074 45 5,13

15 5,342491234 -0,28249 -0,23881 48,33333333 5,2

16 4,438202459 -2,5682 -2,17112 51,66666667 5,24

17 4,683446025 -1,98345 -1,67678 55 5,28

18 4,805317827 -1,67532 -1,41629 58,33333333 5,38

19 4,540012288 -0,56001 -0,47343 61,66666667 5,43

20 4,910315073 -1,77032 -1,4966 65 5,48

21 5,087497924 -0,8375 -0,70801 68,33333333 5,55

22 4,52238775 0,757612 0,640475 71,66666667 5,6

23 4,871878581 0,508121 0,429559 75 5,67

24 5,045311531 0,554688 0,468926 78,33333333 6,03

25 4,601885665 0,528114 0,446461 81,66666667 6,21

26 5,050748888 0,149251 0,126175 85 6,24

27 5,271243103 0,398757 0,337104 88,33333333 6,45

28 4,408671984 2,651328 2,241396 91,66666667 6,51

29 4,617447756 1,892552 1,599937 95 6,7

30 4,720007566 1,519992 1,284981 98,33333333 7,06

-4

-2

0

2

4

0 50 100 150 200 250Re

sid

ua

ls

X1(pagu)

X1(pagu) Residual Plot

0

2

4

6

8

0 50 100 150 200 250

Y

X1(pagu)

X1(pagu) Line Fit Plot

Y

Predicted Y

0

2

4

6

8

0 20 40 60 80 100 120

Y

Sample Percentile

Normal Probability Plot