Upload
ugm
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA
(Cervus timorensis russa)
DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I
MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956)
Prodi. Konservasi Sumberdaya Hutan Fak.Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : [email protected]
INTISARI
Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang
dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern
menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas
pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa
Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan
334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak
setuju.
Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi, Restorasi, Rusa Jawa, Sosial.
I. PENDAHULUAN
Restorasi adalah tindakan untuk
membawa ekosistem yang telah
terdegradasi kembali menjadi semirip
mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha
(1992) mengugkapkan bahwa restorasi
merupakan salah satu upaya untuk
memperbaiki atau memulihkan kondisi
lahan yang rusak dengan membentuk
struktur dan fungsinya sesuai (mendekati)
kondisi awal.
Rusa dapat hidup di hutan primer
maupun sekunder, menyukai daerah
dengan pohon-pohon rindang, mencari
makan di areal terbuka seperti padang
penggembalaan dan pinggiran sungai yang
secara umum biasanya rusa membutuhkan
makanan 10% dari berat badannya
(Syarief, 1974). Menurut Hoogerwerf
tahun 1970 rusa menjadikan hutan dan
semak belukar sebagai tempat istirahat
dan tempat kaya akan air dengan topografi
landai dan tumbuhan bawah yang rapat
sebagai tempat beranak. Home range
(daerah jelajah) adalah wilayah yang
dikunjungi satwa liar secara tetap karena
menyuplai makanan, minuman, serta
mempunyai fungsi utama sebagai tempat
brelindung atau bersembunyi, tempat tidur
dan kawin (Boughers dalam Alikodra,
1990).
Hutan Pendidikan Wanagama I
merupakan kawasan restorasi rusa (Cervus
timorensis russa). Dilakukan restorasi rusa
(Cervus timorensis russa) di Wanagama
karena rusa (Cervus timorensis russa)
merupakan salah satu satwa liar asli
Indonesia yang dewasa ini banyak
dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang
tidak terkendali menimbulkan
kekhawatiran akan punahnya satwa ini
serta tingginya tingkat perburuan secara
modern menyebabkan jumlah populasi
Rusa Jawa di alam menurun, hal ini di
akui oleh IUCN pada tahun 2011 bahwa
Rusa Jawa(Cervus timorensis russa, Mull
& Schl) merupakan hewan mamalia yang
berstatus vulnerable. Sedangkan menurut
UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,
di Indonesia rusa termasuk kriteria satwa
dilindungi. Wanagama 1 merupakan
bentuk reboisasi yang berhasil,
keberhasilan tersebut menjadi motivasi
diadakannya restorasi rusa Jawa di hutan
pendidikan Wanagama 1. Kegiatan
restorasi diawali dengan adanya
penangkaran rusa di daerah Bunder,
Gading, Gunung Kidul.
Keadaan tersebut yang menjadi
latar belakang dari penelitian ini, yaitu
untuk mengetahui layak atau tidak layak
restorasi Rusa Jawa dilakukan pada Hutan
Pendidikan Wanagama I.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan
Pendidikan Wanagama I Gunungkidul.
Waktu pengambilan data dilaksanakan
tanggal 15 Desember 2013 dan 29
Desember 2013. Untuk pengambilan data
estimsi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa
Jawa, dan faecal dilaksanakan tanggal 15
Desember 2013, sedangkan pengambilan
data persepsi masyarakat dilaksanakan
tanggal 29 Desember 2013.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Dalam penelitian di lapangan,
diperlukan bahan antara lain Vegetasi
penyusun Hutan PendidikanWanagama I,
Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis)
Hutan Pendidikan di Wanagama I,
Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan
Wanagama I.
2. Bahan analisis laboratorium
Bahan untuk analisis laboratorium
yang digunakan yaitu Alkohol analisis 70-
90% dan Xynol, Larutan asam nitrat
(HNO3) 10%, Safranin, Potasium Kromat
10%, Larutan gliserin, Aquades, Kotoran
rusa, Canadian Balsam, Kotoran beberapa
jenis daun dari lokasi penelitian
3. Alat Penelitian
Alat-alat yang diperlukan di lapangan
yaitu Protraktor, Kompas, Clinometer,
Patok kayu, Roll meter, Alat tulis,
Tallysheet, Pita diameter, Tabung okuler,
Density board, GPS, Hagameter,
Stopwatch/jam, Termohigrometer, Peta
kawasan Wanagama I skala 1 : 25.000
Dan untuk peralatan laboratorium
yang diperlukan yaitu Kaca preparat,
Cover dip, Pipet ukur, Pinset, Gelas
bekker, Mikroskop stereokopis, Kamera
mikroskop, Petridish, Timbangan,
Penumbuk, Ayakan, Oven dried, Obyek
micrometer
C. Prosedur Pengambilan Data
1. Estimasi Populasi Rusa Jawa
Pembuatan plot sampel (Pellet Count)
minimal sebanyak 3 plot dengan ukuran
20 x 100 m (Gambar 1). Penetuan tempat
plot secara purposive sampling.Dimana
pellet count diletakkan mewakili semua
kawasan tetapi yang memiliki tanda –
tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran).
Kotoran yang terdapat didalam plot
dihitung jumlah onggokannya. Setelah
selesai dihitung, plot dibersihkan dari
kotoran. Setelah 2 minggu dihitung lagi
jumlah kotoran baru, yang terdapat di
dalam plot.
Gambar 4.1.Pellet Count
2. Habitat Rusa Jawa
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
Metode pengambilan data
produktivitas pakan dilakukan dengan
membuat 5 petak ukur permanen (PUP)
berukuran 1m x 1m untuk pengambilan
data produktivitas rumput dan 2m x2m
untuk produktivitas tumbuhan bawah
(Gambar 2). Penempatan tersebar
mewakili kondisi petak.Data yang diambil
adalah jenis tumbuhan / individu rumput
dan tumbuhan bawah. Jenis dipisahkan
dan dihitung per jenis. Rumput dan
tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan
dibiarkan selama kurang lebih dua
minggu untuk diketahui pertumbuhan
(produktivitasnya). Setelah dipanen,
dilakukan penimbangan tiap spesies untuk
memperoleh berat basahnya. Kemudian
dioven sampai diperoleh berat kering
konstan dan ditimbang untuk memperoleh
berat keringnya. Berat kering inilah yang
digunakan untuk menghitung INP dari tiap
jenis yang ada.
Gambar 2. Petak Ukur Produktivitas Pakan
Rusa
Produksi biomasa diperoleh dari
hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu
pada PUP yang sama. Kemudian
ditimbang beratnya untuk mendapatkan
berat basahnya dan hasil panenan dioven
sampai diperoleh berat keringnya.
Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah
dilakukan dengan perhitungan matematis.
b. Cover (Pelindung)
Untuk mengetahui struktur vegetasi
(pelindung) habitat Rusa Jawa, maka
dibuat plot kuadran. Plot kuadran
diletakkan secara sistematik seperti
protokol plot. Plot kuadran adalah plot
lingkaran memiliki diameter 22,6 meter.
Plot kuadran dilettakkan secara sistematik.
Dalam kuadran dibagi menjadi empat
kuadran untuk mengukur jenis vegetasi
terdekat dari titik tengah. Jenis vegetasi
tersebut diambil sedekat mungkin tiap
kuadran dan tidak ada penghitungan ulang
(double counting). Data yang diambil
adalah jenis, jumlah, jarak, dbh, tinggi, dan
ttbc. Masing – masing jenis vegetasi
digolongkan ke dalam kelas (kelas S s.d.
H) yang didasarkan pada besarnya dbh.
Kelas – kelas tersebut yaitu:
1. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm)
2. A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm)
3. B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm)
4. C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm)
5. D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm)
6. E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm)
Gambar 3. Kuadran sampling
7. F = (69 ≤ dbh < 84 cm)
8. G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm)
9. H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon,
1981).
c. Lingkungan Fisik
Mengukur faktor fisik yaitu suhu,
kelembaban, kelerengan (slope), kepadatan
vegetasi, penutupan tajuk, dan penutupan
tumbuhan bawah) dengan menggunakan
Metode protokol plot (Gambar 4.3.)
berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r)
11,3 m atau dengan luasan 0,04 Ha. Di
dalam lingkaran tersebut dibuat jalur
sepanjang garis Utara-Selatan dan Timur-
Barat. Penempatan protokol ini dilakukan
secara sistematik.
Gambar 4. Petak contoh teknik protokol
plot
1 3
2 4
2 4
Penutupan tajuk pohon dan penutupan
tumbuhan bawah dihitung dengan
menggunakan tabung okuler, pengamat
berjalan di sepanjang kedua garis/jalur
Utara-Selatan dan Timur-Barat sambil
melihat ke atas secara tegak lurus dengan
tabung okuler. Dalam protokol sampling
terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis
Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol
plus dan minus menunjukkan ada atau
tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi
dengan titik silang tabung okuler. Hal yang
sama dilakukan untuk penutupan semak
dan tumbuhan bawah, hanya saja
pengamat mengarahkan pendangan
kebawah dengan ketinggian ± 1 m.
Gambar 5. Density board
Kepadatan daun semak dan
tumbuhan bawah dihitung dengan bantuan
papan kerapatan (density board) (Gambar
5.). Papan diletakkan di ujung jalur atau di
batas plot, pengamat berdiri di pusat plot
yang berjarak ± 11,3 m. Pengamat
mencatat jumlah kotak tiap interval yang
tertutup oleh daun dengan luasan minimal
penutupan sebesar 50% dari luasan kotak.
Ketebalan semak (shurb density),
menggunkan plot lingkaran dengan jari –
jari dan diameter yang sama seperti
protokol plot dan plot kuadran (Gambar 6).
Teknik pengambilan data dengan membagi
lingkaran menjadi empat bagian. Dari
utara – selatan menggunakan tongkat
sepanjang 1 meter, semak yang terkena
tongkat tersebut dicatat jenis dan
jumlahnya. Tumbuhan bawah atau semak
dicatat dan disesuaikan dengan dbh (3 cm).
Demikian untuk hal yang sama yaitu untuk
arah barat ke timur.
1 meter
Gambar 6. Plot Shrub Density
d. Air
Pengambilan data air untuk habitat
Rusa Jawa menggunakan pengukuran
jarak dari sumber air terdekat dari plot
pengamatan yang diletakkan secara
sistematik. Keberadaannya sumber air
ditandai dengan GPS kemudian titik
koordinat dimasukkan dalam peta dengan
protraktor.Dari sini dapat diketahui jarak
dari sumber air terdekat dari plot
pengamatan.
e. Ruang
Ruang yang digunakan oleh
Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama I merupakan hasil dari luas
Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi
populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari
hasil analisis.
3. Persepsi Masyarakat Terhadap
Keberadaan Rusa Jawa di Hutan
Pendidikan Wanagama I
Untuk mengetahui persepsi
masyarakat sekitar terhadap keberadaan
rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I,
diperoleh dengan melakukan wawancara
terstruktur kepada masyarakat yang
dijumpai di sekitar Hutan Pendidikan
Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk menggambarkan
persepsi masyarakat terhadap keberadaan
Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama I.
D. Analisis Data
1. Estimasi populasi Rusa Jawa
Estimasi populasi dilakukan dari
hasil pengamatan onggokan kotoran rusa
yang diperoleh dari Pellet Count. Rumus
yang digunakan yaitu :
adt
pAP
..
.
Keterangan :
a = luas seluruh plot sampel
A = luas wilayah pengamatan
t = waktu yang digunakan untuk
pengamatan
d = rerata defakasi setiap hari
p = jumlah onggokan baru yang
ada dalam plot
P = jumlah individu
Estimasi populasi dilakukan untuk
menaksir jumlah individu rusa yang
terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama I
dan hasilnya akan digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kesukaan rusa
terhadap suatu kawasan yang menyediakan
komponen habitat yang dibutuhkan rusa.
2. Habitat Rusa Jawa
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
Komposisi jenis rumput dan semak
(Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus:
INP = Wa / Wt x 100%
Keterangan:
Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis
tumbuhan bawah
Wt: Berat kering pemanenan semua jenis
tumbuhan bawah.
Produksi biomassa rumput dan
semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan
rumus :
Keterangan:
P : Produksi biomassa di suatu kawasan
L : Luas seluruh kawasan
p : Produksi biomassa seluruh plot sampel
l : Luas seluruh plot sampel
Jenis Pakan Rusa Jawa
Kotoran rusa yang didapatkan di
lapangan dengan menggunakan pellet
count (Gambar1.) harus dijemur di bawah
terik matahari untuk menghindari
pertumbuhan cendawan atau jamur
sehingga tidak membusuk dan rusak.
Demikian juga dengan penyimpanan
kotoran rusa harus diperhatikan, jangan
sampai rusak atau wadahnya lembab.
Langkah kerja analisis kotoran
adalah sebagai berikut:
a. Kotoran dipanaskan dalam oven
dengan suhu 70° C selama 2 x 24 jam
sehingga kering dan bebas dari
cendawan.
b. Kotoran yang telah kering diblender
sampai halus.
c. Kotoran yang telah halus ditimbang
sebanyak 1,5 gram kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi campuran 10 ml asam
nitrat 10%, 1 gram potasium kromat
10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20
ml.
d. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
atas spiritus yang sudah disulut api
selama 10-15 menit sampai kutikula
mengelupas dari sel epidermis.
e. Setelah pemanasan tabung reaksi
kemudian didinginkan.
f. Unit sampel dipindahkan di atas
deckglass sebanyak 10 kali ulangan
dengan menggunakan pipet sebanyak 1
tetes, lalu ditetesi dengan gliserin
sebanyak 1 tetes kemudian di
sekelilingnya diolesi dengan cairan
kuteks lalu ditutup dengan kaca
preparat yang kecil.
g. Preparat diberi label dan siap diamati
di bawah mikroskop binokuler dan
didokumentasikan hasilnya.
Pembuatan preparat dari tumbuhan
koleksi sebagai epidermis referensi
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Daun dipotong dengan ukuran 1 x 1
cm atau menyesuaikan dengan luas
permukaan daun.
b. Potongan daun dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi campuran 10
ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium
kromat 10%, dan 90 ml aquades
sebanyak 20 ml.
c. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
atas spiritus yang sudah disulut api
selama 10-15 menit sampai kutikula
mengelupas dari sel epidermis.
d. Setelah pemanasan tabung reaksi
kemudian didinginkan.
e. Diambil daunnya kemudian dengan
bantuan aquades daun tersebut diserut
menggunakan jarum pentul hingga
daunnya tampak transparan (tampak
epidermisnya).
f. Daun yang tinggal bagian
epidermisnya tersebut dipindahkan
diatas deckglass.
g. Preparat diberi label dan siap diamati
di bawah mikroskop binokuler dan
didokumentasikan hasilnya.
b.Cover (Pelindung)
Analisis data untuk mengetahui faktor-
faktor habitat yang berpengaruh terhadap
restorasi Rusa Jawa yaitu menggunakan
analisis statistik dengan bantuan software
R Statistic.
c. Ruang
Ruang = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑠𝑎 𝐽𝑎𝑤𝑎
Analisis kebutuhan ruang untuk
populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama I menggunakan pembagian
luas kawasan Hutan Pendidikan
Wanagama I (600 ha) dengan estimasi
populasi Rusa Jawa.
d. Air
Analisis data jarak sumber air
menggunakan hasil dari pengukuran jarak
sumber air terdekat dengan plot
pengamatan
3. Analisis sosial.
Analisis menggunakan metode
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Estimasi populasi
Table 1. Jumlah onggokan minggu
ke-2
Penelitian yang dilaksanakan di
Hutan Wanagama 1 ini menggunakan 7
petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16 dan petak
18. Dari ketuju petak tersebut, terdapat
sejumlah 11 onggokan yang
diketemukan pada minggu kedua ketika
pengecekan ulang di masing – masing
pellet count. Estimasi populasi dapat
diketahui dengan cara mengalikan
luasan area pengamatan (600 Ha)
dengan jumlah onggokan kotoran rusa
yang ditemukan pada minggu kedua.
Kemudian, dibagi interval pengamatan
yang dikali defakasi rata-rata rusa
Petak Pellet Onggokan
5 1 1
6 2 6
7 3 1
13 1 0
14 2 0
16 3 1
18 1 2
Total Onggokan 11
perhari dan luasan plot sample (4,2 Ha).
Dari hasil penghitungan tersebut maka
didapat estimasi hasil populasi Rusa
Jawa sejumlah 9 individu.
individuxxtda
ApP 963422292,8
2,41314
11600x
Keterangan:
P = Estimasi populasi
t = Waktu
A = Luas area pengamatan
d = Rerata devikasi (13 kali
per hari)
P = Jumlah plot use
a = Luas plot sampe
2. Habitat Rusa Jawa
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
Produksi biomasa atau produktivitas
pakan yang berupa rumput dan semak
dihitung dengan formula sebagai berikut :
P =
p
L l
Dengan :
P = Produksi biomasa seluruh
kawasan
L = Luas seluruh kawasan
p = Produksi biomasa seluruh
plot sampel
l = Luas seluruh plot sampel
Produktifitas pakan berupa rumput dan
semak di Hutan Wanagama 1 adalah
558,1845238 Kg/Ha/Hari.
Pakan yang dimakan oleh rusa adalah
334.4940476 Kg/Ha/Hari.
Indeks Nilai Penting (INP) jenis
rumput dan semak diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
INP = Wa
X 100% Wt
Dengan :
Wa = Berat kering pemanenan
setiap jenis tumbuhan
bawah
Wt = Berat kering pemanenan
semua jenis tumbuhan
bawah
Indeks nilai penting diantara semua
rumput dan tumbuhan bawah adalah
Alang-alang dengan INP 19,67475 %,
kemudian sekopan 10,85577 % dan
rumput teki sebesar 9,970674 . Sedangkan
dari hasil uji epidermis di laboratorium,
jenis pakan yang cocok dengan epidermis
kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu
sekopan, krinyu, rumput teki, grinting,
kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput
jarum, keriting, kangkung-kangkungan,
gamal, rondo moprol, putihan, alang-
alang, jarong.
b. Pelindung (cover)
Komponen pelindung juga
merupakan komponen penting bagi
keberlangsungan hidup Rusa Jawa.
Komponen pelindung ini dapat melindungi
Rusa Jawa dari beberapa gangguan
misalkan cuaca buruk dan kondisi habitat
yang kurang sesuai dengan kebutuhannya.
Data rata – rata struktur vegetasi
(pelindung) dihutan Wanagama 1
didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Rata-rata cover dihutan Wanagama 1 dari kuadran sampling.
S A B C D E F G H
2,349057 1,923077 1,114286 0,669811 0,150943 0,103774 0 0,028302 0,018868
Tabel 3. Regresi faktor struktur vegetasi (pelindung).
Estimate Std.Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) -0.2248 0.5244 -0.429 0.686
S 0.4027 0.2149 1.874 0.120
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
AIC: 11.016
Y = (0.4027 ± 0.2149)S
Tabel 4. Rata-rata cover di Wanagama 1
Tipe Tutupan
tajuk
Kepadatan
Semak
Kepadatan
belukar
Nilai 61,208 % 54,69% 46,53%
c. Ruang
Luas Hutan Wanagama 1 adalah 600 Ha. Jumlah estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 adalah 9
individu.
Ruang = Luas Area/Estimasi Populasi
= 600/9 = 66,67 ha/individu.
d. Air (water)
Beberapa wilayah di Hutan Wanagama 1 dialiri oleh Sungai Oyo.
Sungai Oyo ini mempunyai peran yang
penting dalam upaya restorasi Rusa
Jawa (Cervus timorensis) karena merupakan sumber air utama bagi
Rusa Jawa. Dapat dilihat bahwa Sungai Oyo mengalir pada sebagian wilayah tiap petak penelitian. Maka
dapat diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi
kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.
3. Sosial
Pengambilan data sosial adalah dengan cara wawancara. Hasil dari
wawancara ini adalaha Hutan Wanagama 1 layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena dari
87%
3% 10%
Yang dilakukan ketika melihat
Rusa ? Membiarkan
29%
71%
Apakah tahu batas-batas Wanagama?
Ya
66%
34%
Punya Lahan Pertanian di Wanagama?
Ya
Tidak
92%
8%
Tahu Keberadaan
Rusa ?
Ya
Tidak
11%
89%
Penyuluhan tentang Rusa
di …
Ada
Tidak
18%
82%
Pernah melihat Rusa
keluar …
Pernah
Tidak
85%
10%
3%
2%
Yang dilakukan saat melihat Rusa keluar …
Membiarkan
Dikembal
ikan
43%
57%
Rusa mengganggu/merugikan …
Ya
Tidak
6%
88%
6%
Hal dilakukan jika lahan
dirusak Rusa ?
Laporpengelol
a
80%
20%
Apakah tahu jenis tanaman
yang …
Ya
Tidak
2%
49%
49%
Apa manfaat keberadaan
Rusa ? Konsumsi
Wisata/Pendidikan
Tidak tahu
68%
32%
Apakah tahu keberadaan
Rusa di …
Tahu
Tidaktahu
1%
99%
Apakah pernah
berburu Rusa ?
Ya
Tidak
25%
62%
1% 12%
Hal yang dilakukan saat
melihat … Menegur
Membiarkan
Ikut berburu
Melaporkan
9%
32%
39%
20%
Siapa yang wajib
melestarikan …
Pemerintah
Pengelola
Semuanya
Tidak tahu
56%
31%
13%
Bagaimana pengelolaan
Rusa ke … Dibiarkan/Diliarkan
Diberipagar
pembatas Lainnya 76%
12% 12%
Jika Rusa bertambah
banyak ?
Dibiarkan
65%
24% 11%
Jika dibuat kelompok
masyarakat …
Setuju
Tidak
REKAP DATA KESELURUHAN SOSIAL
Dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di
wanagama 1 sedangkan 16% tidak setuju.
59%
31% 10%
Bersedia bekerjasama
dalam pengelolaan …
Bersedia
Tidak84%
16%
Rekap Data Sosial
mendukungrestorasi
tidakmendukung
restorasi
B. Pembahasan
Seiring dengan perkembangannya, Hutan Wanagama 1 telah menjadi tempat restorasi Rusa Jawa. Hal tersebut diawali
dengan program penangkaran dan pelepasliaran Rusa Jawa oleh pihak
Wanagama 1, adanya upaya restorasi di Wanagama ini berkaitan dengan tujuan melestarikan Rusa Jawa untuk
menghindari kepunahan. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengangkat judul
Studi Kelayakan Hutan Wanagama 1 sebagai tempat restorasi Rusa Jawa, dengan melihat aspek kelayakan tersebut
dari 3 komponen yaitu populasi, habitat dan masyarakat disekitar (sosial). Untuk
teknis pengambilan datanya, dilakukan di 7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16, dan petak
18. Studi kelayakan pertama dilihat
dari segi populasi, dengan metode pengambilan data menggunakan pellet count. Waktu pelaksanakan dengan
rentang waktu pengambilan pellet yaitu 14 hari. Dari hasil pengamatan, total
onggokan kotoran yang diketemukan adalah 11 onggokan. Petak 6 merupakan petak terbanyak dalam menemukan
kotoran rusa, maka dapat diperkirakan bahwa Rusa Jawa banyak beraktifitas dan
hidup pada petak 6. Berdasarkan kondisi habitatnya dengan lokasi berbukit dan kerapatan tiang yang rapat, diperkirakan
kondisi tempat tersebut disukai oleh Rusa Jawa, karena kemungkinan adanya
interaksi dengan manusia sangatlah sedikit. Setelah diketahui terdapat total 11 onggokan tersebut maka kita kemudian
dapat mengestimasi berapa jumlah populasi Rusa Jawa, estimasi hasil
populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu. Hasil dari estimasi populasi rusa ini menurun dibandingakan tahun-tahun yang
lalu karena menurut Janiawati (2012), berdasarkan hasil riset pada tahun 2011
jumlah estimasi populasi Rusa Jawa terdapat 19 pasang. Penurunan ini mungkin saja karena penempatan pellet
count yang kurang sesuai dengan habitat
rusa, sehingga onggokan yang di temukan sedikit dan persebaran Rusa Jawa yang
menyebar. Sehingga dari hasil tersebut, Wanagama 1 masih layak, karena masih
ditemukan keberadaan Rusa Jawa. Komponen pengelolaan habitat. Habitat satwa yang ideal adalah yang
mencakup kebutuhan biologis (makan, minum, berlindung, bermain, dan
berkembang biak) dan ekologis satwa yang bersangkutan (Anderson dan Gutzwiller, 1996) . Berdasarkan komponen air (water),
pada tiap petak penelitian di Hutan Wanagama 1 sebagian wilayahnya dialiri
oleh Sungai Oyo. Sungai ini mengalir sepanjang tahun sehingga dapat dijadikan sumber air untuk rusa. Maka dapat
diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi kebutuhan air minum
bagi Rusa Jawa. Komponen berikutnya adalah sebagai pelindung (cover). Pelindung yang
dimaksud disini adalah bagaimana habitat tersebut dapat mendukung kelestarian
hidup Rusa Jawa dari gangguan yang ada. Gangguan tersebut dapat berupa cuaca buruk, kerusakan habitat, dan juga dari
manusia (perburuan). Adanya gangguan dapat mempengaruhi kondisi dan sifat rusa
tersebut. Dari hasil kuadran sampling, kelas struktur vegetasi rata-rata di Hutan Wanagama 1 yang paling dominasi adalah
kelas struktur S (3≤dbh<8) dengan nilai rata-rata 2,349057 dan dari hasil uji R-
statistic, berdasarkan kelas struktur vegetasi kelas S memiliki pengaruh terhadap kehadiran Rusa Jawa, walaupun
hasil kurang signifikan. Di Hutan Wanagama 1 terdapat kelas struktur
vegetasi dari S-H, dan yang tidak ada hanya dari kelas struktur F dengan kelas diameter (69 ≤ dbh < 84 cm). Sehingga di
Hutan Wanagama 1 struktur vegetasinya beranekaragam. Berdasarkan analisis data
kelas struktur vegetasi S mempengaruhi keberadaan rusa dikarenakan kelas struktur S yang hanya berkisar (3≤dbh<8)
mempengaruhi pergerakan rusa, dengan diameter pohon yang kecil maka
pergerakan rusa lebih luas dan lebih
leluasa baik dalam melindungi diri dari predator dan lain sebagainya. Sehingga
pelindung bagi rusa di Hutan Wanagma 1 layak. Dan rata – rata tutupan tajuk di
hutan Wangama 1 sebesar 61,208%, sehingga mampu mendukung kegiatan Rusa Jawa berupa berteduh dari panasnya
sinar matahari. Pelindung bawah yang mendominasi berupa kepadatan semak
sebesar 54,69 %, sedangkan rata – rata kepadatan belukar adalah 46,529%, kondisi ini cukup sebagai tempat
persembunyian rusa sehingga dari sisi pelindung Wanagama 1 layak menjadi
tempat restorasi rusa. Untuk komponen ruang (space), hutan Wanagama 1 memiliki luasan
wilayah total yaitu 600 Ha dengan jumlah estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan
Wanagama 1 adalah 9 individu. Masing – masing rusa apabila dihitung akan mendapatkan daya jelajah dan ruang
sebesar 66,67 ha/individu. Nilai estimasi ruang yang didaptakan sangat cukup untuk
rusa karena Alikodra (1990) menyatakan bahwa daya jelajah untuk satu ekor Rusa Jawa kurang lebih adalah 6 ha dan
menurut Trippensee (1948) bahwa daya jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres
(0,02-1,05 Ha), sehingga Wanagama masih layak menjadi kawasan restorasi sebab kawasannya Wanagama 1
menyiapkan ruang yang cukup bagi Rusa Jawa.
Komponen yang terakhir adalah pakan (food). Untuk mengetahui produktivitas pakan yang cocok untuk
Rusa Jawa maka kita perlu mengetahui seberapa besar indeks nilai penting tiap
pakan. Pakan Rusa Jawa disini terbagi menjadi 2 yaitu rumput dan tumbuhan bawah. Untuk memperoleh indeks nilai
penting tersebut, maka produktivitas pakan dihitung dari biomassa atau berat kering
dari setiap jenis rumput dan tumbuhan bawah. Dari penghitungan, Produktifitas pakan berupa rumput dan semak di Hutan
Wanagama 1 adalah 558,1845238 kg/ha/hari dan pakan yang dimakan oleh
rusa adalah 334.4940476 kg/ha/hari, nilai
ini diasumsikan cukup karena menurut Menurut Garsetiadi (2007) rusa
membutuhkan pakan sekitar 6 kg/individu/hari dan menurut (syarif,1974)
menyatakan bahwa kebutuhan rumput segar rusa 5kg/individu/hari sehingga karena estimasi populasi rusa 9 ekor maka
rumput yang dibutuhkan hanya berkisar antara 48kg/hari- 54 kg/hari. Oleh karena
itu, Hutan Wanagama 1 mampu mendukung kebutuhan Rusa Jawa dari segi pakan, karena produktivitas jenis vegetasi
pakan Rusa Jawa yang di peroleh sebesar 334,4940476 kg/ha/hari dan kebutuhan
pakan rusa berkisar antara 48-54 kg/hari. Indeks nilai penting diantara semua rumput dan tumbuhan bawah adalah
Alang-alang 19,67475 %. Sedangkan dari hasil uji epidermis di laboratorium, jenis
pakan yang cocok dengan epidermis kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu sekopan, krinyu, rumput teki, grinting,
kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput jarum, keriting, kangkung-kangkungan,
gamal, rondo moprol, putihan, alang-alang, jarong dan jenis tersebut banyak tersedia di Wanagama 1.
Studi kelayakan dari segi sosial sekitar sangatlah penting bagi
keberlangsungan pengelolaan, karena masyarakat sekitar dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan Rusa Jawa
itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung,dapat memberikan
pengaruh terhadap habitat, bahkan dapat berpengaruh terhadap pengelolaannya. Ketergantungan masyarakat terhadap
kawasan Wanagama sebagai sumber mata pencaharian memungkinkan adanya
interaksi antara manusia dengan Rusa Jawa. Dalam pengambilan data sosial ini
digunakan metode wawancara yang dibantu dengan kuisioner dan dilakukan
terhadap masyarakat sekitar hutan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif.
Pada metode deskriptif, cara menganalisisnya adalah dengan membuat
persentase pada masing-masing pertanyaan
tersebut. Responden yang di wawancara 66% memiliki lahan dan yang mengetahui
batasan hutan Wanagama sebanyak 71%. Tidak semua masyarakat sekitar kawasan
Wanagama mengetahui adanya keberadaan rusa, terdapat 92% masyarakat yang mengetahui adanya rusa dan 50%
diantaranya pernah melihat keberadaan rusa secara langsung. Lokasi responden
bertemu dengan Rusa Jawa yaitu di hutan, dekat sungai oyo, di lahan pribadi, di kebun singkong, dan di lapangan dekat
hutan dimana pada saat itu responden kebanyakan sedang melaksanakan
kegiatan mencari pakan untuk ternak. Kegiatan mencari pakan ternak oleh masyarakat tersebut dilaksanakan dalam
jangka waktu harian. Yang masyarakat lakukan jika melihat rusa secara langsung
87% responden mengaku hanya bisa membiarkannya dan 3% memilih untuk menangkapnya dan 10 % memeliharanya.
Masyarakat sekitar Wanagama tahu bahwa rusa memakan jagung, kacang, ketela,
palawija, singkong, tales, ubi, kolonjono, dan pepaya. Ketika masyarakat mengetahui secara langsung Rusa Jawa
merusak lahan pertanian dengan memakan tumbuhan ataupun tanamannya, 88%
responden lebih memilih membiarkannya, 6% memilih menangkapnya, dan 6% memilih melaporkan pada pengelola.
Masyarakat membiarkan rusa tersebut karena ada beberapa masyarakat yang
takut akan kehadiran rusa, selain itu jika rusa bertemu dengan masyarakat rusa langsung melarikan diri, dan masyarakat
juga merasa takut terhadap pengelola kawasan Wanagama hal tersebut
dikarenakan masyarakat di berikan kawasan untuk di kelola tersebut berasal dari pengelola Wanagama. Namun, dengan
adanya pelepasliaran rusa, 57% responden beranggapan bahwa keberadaan rusa tidak
mengganggu, anggapan tersebut dapat dikarenakan kehadiran rusa dalam merusak lahan tersebut tidak terlalu sering, bahkan
daya jelajah rusa yang luas menyebabkan masyarakat juga tidak begitu sering
melihat rusa di lahan masyarakat dan 43%
masyarakat beranggapan bahwa keberadaan rusa mengganggu. Hal tersebut
dikarenakan rusa memakan bahkan merusak lahan perkebunan warga.
Masyarakat yang pernah melihat rusa keluar dari kawasan Wanagama sebanyak 18% dan 82% tidak pernah
melihat rusa keluar kawasan. Terdapat 85% responden lebih memilih membiarkan
rusa yang keluar kawasan tersebut, 10% responden memilih mengembalikan rusa tersebut ke kawasan hutan, 3% memilih
memelihara rusa tersebut, dan 2% memilih mengkonsumsinya. Beberapa masyarakat
juga mengaku lebih baik rusa - rusa tersebut dibuatkan kandang atau di beri pagar agar tidak liar merusak lahan
pertanian. Masyarakat yang menjadi
responden 99 % mengaku tidak pernah berburu namun, 1% diantaranya pernah melakukan perburuan rusa di Wanagama.
Yang menjadi penyebab masyarakat tersebut berburu dikarenakan masyarakat
tersebut tidak mengetahui jika rusa tersebut statusnya dilindungi, selain itu rusa tersebut merusak lahan perkebunan
warga. Jika masyarakat melihat pemburu 62% masyarakat membiarkan pemburu
tersebut melakukan perburuan, 25% menegurnya, 12% melaporkan kepada pengelola, dan 1% memilih untuk ikut
berburu rusa tersebut. Dalam restorasi rusa jawa mengoptimalkan agar habitat dan
kelestarian rusa tetap terjaga. Jika keberadaan rusa di kawasan Wanagama semakin banyak 12% responden memilih
membiarkannya, 12% memilih untuk berburu rusa tersebut, dan 76% responden
memilih membiarkannya. Hal ini berkaitan dengan masyarakat yang beranggapan memiliki kewajiban mengelola adanya
rusa yaitu 32% oleh pengelola, 9% oleh pemerintah, 39% oleh semua pihak
(pemerintah, masyarakat, dan pengelola) dan adapula responden yang tidak tahu siapa yang memiliki kewajiban untuk
melestarikan rusa sebanyak 20%. Terdapat 65% setuju dan 24% tidak setuju jika di
bentuk kelompok masyarakat untuk
pengelolaan rusa tersebut, dan terdapat 59% bersedia dan 31% tidak bersedia
dalam memberikan atau ikut berkontribusi dalam kelompok masyarakat tersebut. Ada
beberapa alasan mengapa masyarakat tidak mau ikut berkontribusi dalam pengelolaan rusa, diantaranya yaitu masyarakat tidak
mengetahui bagaimana cara merawat rusa karena rusa lebih liar dibandingkan hewan
ternak lain (ayam, bebek, kambing, sapi), selain itu nilai ekonomisnya belum diketahui, namun adapula masyarakat yang
mau berkontribusi jika diberi upah. Pengetahuan masyarakat mengenai
adanya restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 ini masih kurang, terbukti bahwa 89% responden mengaku tidak
pernah dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang restorasi Rusa Jawa di Hutan
Wanagama 1. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat terhadap status perlindungan rusa, dari seluruh
responden hanya terdapat 32 % responden yang tahu jika rusa merupakan hewan yang
dilindungi. Saat ditanya mengenai persepsi setuju atau tidak dengan adanya Rusa Jawa
di Hutan Wanagama, 84% responden mengaku setuju dengan adanya restorasi.
Hal tersebut berkaitan dengan pengakuan dari 49% responden manfaat adanya Rusa Jawa di Hutan Wanagama tersebut sebagai
obyek pendidikan dan rekreasi. Adapula anggapan bahwa agar jika rusa semakin
banyak maka anak - anak yang berada di sekitar Wanagama tidak usah jauh - jauh untuk melihat rusa.
Didalam suatu pengelolaan satwa liar, terdapat 3 komponen pengelolaan
yaitu populasi, habitat dan masyarakat (sosial). Dari ketiga komponen tersebut saling berhubungan antara satu sama lain.
Dari penelitian ini, pada komponen populasi, Hutan Wanagama 1 sudah bisa
dinyatakan layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena luasan wilayah sudah dapat memenuhi estimasi jumlah Rusa
Jawa. Sedangkan dari komponen habitat, sudah dapat dikatakan layak karena
kebutuhan akan air dan pakan memenuhi.
Selain itu, dibeberapa petak juga telah menyediakan pelindung yang dibutuhkan
oleh Rusa Jawa. Perlindungan tersebut dapat berupa penutupan tajuk untuk
emlindungi rusa dari sinar matahari dan lain-lain. Pada komponen ruang sudah pasti layak, karena dengan penghitungan
estimasi tesebut dan dengan sesuai penuturan Trippensee(1948) bahwa daya
jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres (0,02-1,05 Ha) dan ruang untuk rusa estimasinya adalah 66,67 ha, maka ruang
memang layak. Sedangkan dari segi masyarakat (sosial) menyatakan bahwa
Hutan Wanagama 1 layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima
ketika dilakukan restorasi di Wanagama 1. Sehingga secara keseluruhan, Hutan
Wanagama 1 ini layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan
pengujian laboratorium dapat diambil kesimpulan bahwa Hutan Wanagama I
layak sebagai kawasan restorasi rusa jawa karena dari Luasan area Hutan Wanagama 1 sebesar 600 Ha mampu memenuhi
jumlah estimasi populasi Rusa Jawa sebanyak 9 individu. Komponen habitat di
Hutan Wanagama 1 dengan adanya tutupan tajuk yang bepengaruh signifikan terhadap kehadiran rusa maka memenuhi.
Kebutuhan akan air dan pakan memenuhi. Dan masyarakat sekitar Wanagama I
setuju terhadap adanya restorasi rusa jawa. Sehingga dari tiga aspek jumlah populasi, habitat dan sosial Hutan Wanagama 1
layak dijadikan tempat restorasi rusa.
B. Saran
1. Diharapkan pengelola dapat melaksanakan monitoring berkala
untuk mengetahui perkembangan populasi Rusa Jawa.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai habitat yang sesuai bagi Rusa Jawa
sehingga pihak pengelola bisa mengetahui habitat seperti apa yang
dibutuhkan oleh Rusa Jawa. 3. Berdasarkan hasil penelitian maka
perlu dilakukan sosialisasi pada
masyarakat mengenai restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 sehingga
masyarakat dapat peduli dengan keberadaan Rusa Jawa dan ikut menjaga kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA
Giles, Robert H., Jr. 1978. Wildlife Management. Virginia Polytechnic
Institute and State University : United States of America.
Kidul.Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan
UGM.
Purnomo, Danang Wahyu. 2003. Studi
Jenis Pakan dan Tegakan Tingkat
Kesukaannya pada Rusa Jawa(Cervus timorensis) di Wanagama I I
Kabupaten Gunung Kidul. Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta :
Fakultas Kehutanan UGM. Semiadi G. Dan Nugraha RTP.2004.
Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pulsit Biologi LIPI. Bogor
Suratini.2004. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Keberadaan Rusa
Jawa (Cervus timorensis russa, Mull & Schl) di Hutan Wanagama I. Fakultas
KehutananUGM. Yogyakarta.
Suripto, Bambang Agus. 1999. Diktat
Kuliah Mammalogi. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.
Wadu, Marchiano. 2006. Produktivitas
Tumbuhan Bawah sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis)
di Wanagama I. Skripsi S-1: Yogyakarta