19
STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis russa) DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956) Prodi. Konservasi Sumberdaya Hutan Fak.Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : [email protected] INTISARI Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan 334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak setuju. Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi , Restorasi, Rusa Jawa, Sosial. I. PENDAHULUAN Restorasi adalah tindakan untuk membawa ekosistem yang telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha (1992) mengugkapkan bahwa restorasi merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki atau memulihkan kondisi lahan yang rusak dengan membentuk struktur dan fungsinya sesuai (mendekati) kondisi awal. Rusa dapat hidup di hutan primer maupun sekunder, menyukai daerah dengan pohon-pohon rindang, mencari makan di areal terbuka seperti padang penggembalaan dan pinggiran sungai yang secara umum biasanya rusa membutuhkan makanan 10% dari berat badannya (Syarief, 1974). Menurut Hoogerwerf tahun 1970 rusa menjadikan hutan dan semak belukar sebagai tempat istirahat dan tempat kaya akan air dengan topografi landai dan tumbuhan bawah yang rapat sebagai tempat beranak. Home range

STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA (Cervus timorensis russa) DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I

  • Upload
    ugm

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA

(Cervus timorensis russa)

DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I

MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956)

Prodi. Konservasi Sumberdaya Hutan Fak.Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Email : [email protected]

INTISARI

Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang

dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern

menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan

Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas

pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa

Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan

334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak

setuju.

Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi, Restorasi, Rusa Jawa, Sosial.

I. PENDAHULUAN

Restorasi adalah tindakan untuk

membawa ekosistem yang telah

terdegradasi kembali menjadi semirip

mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha

(1992) mengugkapkan bahwa restorasi

merupakan salah satu upaya untuk

memperbaiki atau memulihkan kondisi

lahan yang rusak dengan membentuk

struktur dan fungsinya sesuai (mendekati)

kondisi awal.

Rusa dapat hidup di hutan primer

maupun sekunder, menyukai daerah

dengan pohon-pohon rindang, mencari

makan di areal terbuka seperti padang

penggembalaan dan pinggiran sungai yang

secara umum biasanya rusa membutuhkan

makanan 10% dari berat badannya

(Syarief, 1974). Menurut Hoogerwerf

tahun 1970 rusa menjadikan hutan dan

semak belukar sebagai tempat istirahat

dan tempat kaya akan air dengan topografi

landai dan tumbuhan bawah yang rapat

sebagai tempat beranak. Home range

(daerah jelajah) adalah wilayah yang

dikunjungi satwa liar secara tetap karena

menyuplai makanan, minuman, serta

mempunyai fungsi utama sebagai tempat

brelindung atau bersembunyi, tempat tidur

dan kawin (Boughers dalam Alikodra,

1990).

Hutan Pendidikan Wanagama I

merupakan kawasan restorasi rusa (Cervus

timorensis russa). Dilakukan restorasi rusa

(Cervus timorensis russa) di Wanagama

karena rusa (Cervus timorensis russa)

merupakan salah satu satwa liar asli

Indonesia yang dewasa ini banyak

dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang

tidak terkendali menimbulkan

kekhawatiran akan punahnya satwa ini

serta tingginya tingkat perburuan secara

modern menyebabkan jumlah populasi

Rusa Jawa di alam menurun, hal ini di

akui oleh IUCN pada tahun 2011 bahwa

Rusa Jawa(Cervus timorensis russa, Mull

& Schl) merupakan hewan mamalia yang

berstatus vulnerable. Sedangkan menurut

UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,

di Indonesia rusa termasuk kriteria satwa

dilindungi. Wanagama 1 merupakan

bentuk reboisasi yang berhasil,

keberhasilan tersebut menjadi motivasi

diadakannya restorasi rusa Jawa di hutan

pendidikan Wanagama 1. Kegiatan

restorasi diawali dengan adanya

penangkaran rusa di daerah Bunder,

Gading, Gunung Kidul.

Keadaan tersebut yang menjadi

latar belakang dari penelitian ini, yaitu

untuk mengetahui layak atau tidak layak

restorasi Rusa Jawa dilakukan pada Hutan

Pendidikan Wanagama I.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan

Pendidikan Wanagama I Gunungkidul.

Waktu pengambilan data dilaksanakan

tanggal 15 Desember 2013 dan 29

Desember 2013. Untuk pengambilan data

estimsi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa

Jawa, dan faecal dilaksanakan tanggal 15

Desember 2013, sedangkan pengambilan

data persepsi masyarakat dilaksanakan

tanggal 29 Desember 2013.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Dalam penelitian di lapangan,

diperlukan bahan antara lain Vegetasi

penyusun Hutan PendidikanWanagama I,

Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis)

Hutan Pendidikan di Wanagama I,

Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan

Wanagama I.

2. Bahan analisis laboratorium

Bahan untuk analisis laboratorium

yang digunakan yaitu Alkohol analisis 70-

90% dan Xynol, Larutan asam nitrat

(HNO3) 10%, Safranin, Potasium Kromat

10%, Larutan gliserin, Aquades, Kotoran

rusa, Canadian Balsam, Kotoran beberapa

jenis daun dari lokasi penelitian

3. Alat Penelitian

Alat-alat yang diperlukan di lapangan

yaitu Protraktor, Kompas, Clinometer,

Patok kayu, Roll meter, Alat tulis,

Tallysheet, Pita diameter, Tabung okuler,

Density board, GPS, Hagameter,

Stopwatch/jam, Termohigrometer, Peta

kawasan Wanagama I skala 1 : 25.000

Dan untuk peralatan laboratorium

yang diperlukan yaitu Kaca preparat,

Cover dip, Pipet ukur, Pinset, Gelas

bekker, Mikroskop stereokopis, Kamera

mikroskop, Petridish, Timbangan,

Penumbuk, Ayakan, Oven dried, Obyek

micrometer

C. Prosedur Pengambilan Data

1. Estimasi Populasi Rusa Jawa

Pembuatan plot sampel (Pellet Count)

minimal sebanyak 3 plot dengan ukuran

20 x 100 m (Gambar 1). Penetuan tempat

plot secara purposive sampling.Dimana

pellet count diletakkan mewakili semua

kawasan tetapi yang memiliki tanda –

tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran).

Kotoran yang terdapat didalam plot

dihitung jumlah onggokannya. Setelah

selesai dihitung, plot dibersihkan dari

kotoran. Setelah 2 minggu dihitung lagi

jumlah kotoran baru, yang terdapat di

dalam plot.

Gambar 4.1.Pellet Count

2. Habitat Rusa Jawa

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Metode pengambilan data

produktivitas pakan dilakukan dengan

membuat 5 petak ukur permanen (PUP)

berukuran 1m x 1m untuk pengambilan

data produktivitas rumput dan 2m x2m

untuk produktivitas tumbuhan bawah

(Gambar 2). Penempatan tersebar

mewakili kondisi petak.Data yang diambil

adalah jenis tumbuhan / individu rumput

dan tumbuhan bawah. Jenis dipisahkan

dan dihitung per jenis. Rumput dan

tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan

dibiarkan selama kurang lebih dua

minggu untuk diketahui pertumbuhan

(produktivitasnya). Setelah dipanen,

dilakukan penimbangan tiap spesies untuk

memperoleh berat basahnya. Kemudian

dioven sampai diperoleh berat kering

konstan dan ditimbang untuk memperoleh

berat keringnya. Berat kering inilah yang

digunakan untuk menghitung INP dari tiap

jenis yang ada.

Gambar 2. Petak Ukur Produktivitas Pakan

Rusa

Produksi biomasa diperoleh dari

hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu

pada PUP yang sama. Kemudian

ditimbang beratnya untuk mendapatkan

berat basahnya dan hasil panenan dioven

sampai diperoleh berat keringnya.

Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah

dilakukan dengan perhitungan matematis.

b. Cover (Pelindung)

Untuk mengetahui struktur vegetasi

(pelindung) habitat Rusa Jawa, maka

dibuat plot kuadran. Plot kuadran

diletakkan secara sistematik seperti

protokol plot. Plot kuadran adalah plot

lingkaran memiliki diameter 22,6 meter.

Plot kuadran dilettakkan secara sistematik.

Dalam kuadran dibagi menjadi empat

kuadran untuk mengukur jenis vegetasi

terdekat dari titik tengah. Jenis vegetasi

tersebut diambil sedekat mungkin tiap

kuadran dan tidak ada penghitungan ulang

(double counting). Data yang diambil

adalah jenis, jumlah, jarak, dbh, tinggi, dan

ttbc. Masing – masing jenis vegetasi

digolongkan ke dalam kelas (kelas S s.d.

H) yang didasarkan pada besarnya dbh.

Kelas – kelas tersebut yaitu:

1. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm)

2. A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm)

3. B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm)

4. C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm)

5. D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm)

6. E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm)

Gambar 3. Kuadran sampling

7. F = (69 ≤ dbh < 84 cm)

8. G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm)

9. H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon,

1981).

c. Lingkungan Fisik

Mengukur faktor fisik yaitu suhu,

kelembaban, kelerengan (slope), kepadatan

vegetasi, penutupan tajuk, dan penutupan

tumbuhan bawah) dengan menggunakan

Metode protokol plot (Gambar 4.3.)

berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r)

11,3 m atau dengan luasan 0,04 Ha. Di

dalam lingkaran tersebut dibuat jalur

sepanjang garis Utara-Selatan dan Timur-

Barat. Penempatan protokol ini dilakukan

secara sistematik.

Gambar 4. Petak contoh teknik protokol

plot

1 3

2 4

2 4

Penutupan tajuk pohon dan penutupan

tumbuhan bawah dihitung dengan

menggunakan tabung okuler, pengamat

berjalan di sepanjang kedua garis/jalur

Utara-Selatan dan Timur-Barat sambil

melihat ke atas secara tegak lurus dengan

tabung okuler. Dalam protokol sampling

terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis

Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol

plus dan minus menunjukkan ada atau

tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi

dengan titik silang tabung okuler. Hal yang

sama dilakukan untuk penutupan semak

dan tumbuhan bawah, hanya saja

pengamat mengarahkan pendangan

kebawah dengan ketinggian ± 1 m.

Gambar 5. Density board

Kepadatan daun semak dan

tumbuhan bawah dihitung dengan bantuan

papan kerapatan (density board) (Gambar

5.). Papan diletakkan di ujung jalur atau di

batas plot, pengamat berdiri di pusat plot

yang berjarak ± 11,3 m. Pengamat

mencatat jumlah kotak tiap interval yang

tertutup oleh daun dengan luasan minimal

penutupan sebesar 50% dari luasan kotak.

Ketebalan semak (shurb density),

menggunkan plot lingkaran dengan jari –

jari dan diameter yang sama seperti

protokol plot dan plot kuadran (Gambar 6).

Teknik pengambilan data dengan membagi

lingkaran menjadi empat bagian. Dari

utara – selatan menggunakan tongkat

sepanjang 1 meter, semak yang terkena

tongkat tersebut dicatat jenis dan

jumlahnya. Tumbuhan bawah atau semak

dicatat dan disesuaikan dengan dbh (3 cm).

Demikian untuk hal yang sama yaitu untuk

arah barat ke timur.

1 meter

Gambar 6. Plot Shrub Density

d. Air

Pengambilan data air untuk habitat

Rusa Jawa menggunakan pengukuran

jarak dari sumber air terdekat dari plot

pengamatan yang diletakkan secara

sistematik. Keberadaannya sumber air

ditandai dengan GPS kemudian titik

koordinat dimasukkan dalam peta dengan

protraktor.Dari sini dapat diketahui jarak

dari sumber air terdekat dari plot

pengamatan.

e. Ruang

Ruang yang digunakan oleh

Rusa Jawa di Hutan Pendidikan

Wanagama I merupakan hasil dari luas

Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi

populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari

hasil analisis.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap

Keberadaan Rusa Jawa di Hutan

Pendidikan Wanagama I

Untuk mengetahui persepsi

masyarakat sekitar terhadap keberadaan

rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I,

diperoleh dengan melakukan wawancara

terstruktur kepada masyarakat yang

dijumpai di sekitar Hutan Pendidikan

Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis

secara deskriptif untuk menggambarkan

persepsi masyarakat terhadap keberadaan

Rusa Jawa di Hutan Pendidikan

Wanagama I.

D. Analisis Data

1. Estimasi populasi Rusa Jawa

Estimasi populasi dilakukan dari

hasil pengamatan onggokan kotoran rusa

yang diperoleh dari Pellet Count. Rumus

yang digunakan yaitu :

adt

pAP

..

.

Keterangan :

a = luas seluruh plot sampel

A = luas wilayah pengamatan

t = waktu yang digunakan untuk

pengamatan

d = rerata defakasi setiap hari

p = jumlah onggokan baru yang

ada dalam plot

P = jumlah individu

Estimasi populasi dilakukan untuk

menaksir jumlah individu rusa yang

terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama I

dan hasilnya akan digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kesukaan rusa

terhadap suatu kawasan yang menyediakan

komponen habitat yang dibutuhkan rusa.

2. Habitat Rusa Jawa

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Komposisi jenis rumput dan semak

(Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus:

INP = Wa / Wt x 100%

Keterangan:

Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis

tumbuhan bawah

Wt: Berat kering pemanenan semua jenis

tumbuhan bawah.

Produksi biomassa rumput dan

semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan

rumus :

Keterangan:

P : Produksi biomassa di suatu kawasan

L : Luas seluruh kawasan

p : Produksi biomassa seluruh plot sampel

l : Luas seluruh plot sampel

Jenis Pakan Rusa Jawa

Kotoran rusa yang didapatkan di

lapangan dengan menggunakan pellet

count (Gambar1.) harus dijemur di bawah

terik matahari untuk menghindari

pertumbuhan cendawan atau jamur

sehingga tidak membusuk dan rusak.

Demikian juga dengan penyimpanan

kotoran rusa harus diperhatikan, jangan

sampai rusak atau wadahnya lembab.

Langkah kerja analisis kotoran

adalah sebagai berikut:

a. Kotoran dipanaskan dalam oven

dengan suhu 70° C selama 2 x 24 jam

sehingga kering dan bebas dari

cendawan.

b. Kotoran yang telah kering diblender

sampai halus.

c. Kotoran yang telah halus ditimbang

sebanyak 1,5 gram kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang berisi campuran 10 ml asam

nitrat 10%, 1 gram potasium kromat

10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20

ml.

d. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di

atas spiritus yang sudah disulut api

selama 10-15 menit sampai kutikula

mengelupas dari sel epidermis.

e. Setelah pemanasan tabung reaksi

kemudian didinginkan.

f. Unit sampel dipindahkan di atas

deckglass sebanyak 10 kali ulangan

dengan menggunakan pipet sebanyak 1

tetes, lalu ditetesi dengan gliserin

sebanyak 1 tetes kemudian di

sekelilingnya diolesi dengan cairan

kuteks lalu ditutup dengan kaca

preparat yang kecil.

g. Preparat diberi label dan siap diamati

di bawah mikroskop binokuler dan

didokumentasikan hasilnya.

Pembuatan preparat dari tumbuhan

koleksi sebagai epidermis referensi

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Daun dipotong dengan ukuran 1 x 1

cm atau menyesuaikan dengan luas

permukaan daun.

b. Potongan daun dimasukkan ke dalam

tabung reaksi yang berisi campuran 10

ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium

kromat 10%, dan 90 ml aquades

sebanyak 20 ml.

c. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di

atas spiritus yang sudah disulut api

selama 10-15 menit sampai kutikula

mengelupas dari sel epidermis.

d. Setelah pemanasan tabung reaksi

kemudian didinginkan.

e. Diambil daunnya kemudian dengan

bantuan aquades daun tersebut diserut

menggunakan jarum pentul hingga

daunnya tampak transparan (tampak

epidermisnya).

f. Daun yang tinggal bagian

epidermisnya tersebut dipindahkan

diatas deckglass.

g. Preparat diberi label dan siap diamati

di bawah mikroskop binokuler dan

didokumentasikan hasilnya.

b.Cover (Pelindung)

Analisis data untuk mengetahui faktor-

faktor habitat yang berpengaruh terhadap

restorasi Rusa Jawa yaitu menggunakan

analisis statistik dengan bantuan software

R Statistic.

c. Ruang

Ruang = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛

𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑠𝑎 𝐽𝑎𝑤𝑎

Analisis kebutuhan ruang untuk

populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan

Wanagama I menggunakan pembagian

luas kawasan Hutan Pendidikan

Wanagama I (600 ha) dengan estimasi

populasi Rusa Jawa.

d. Air

Analisis data jarak sumber air

menggunakan hasil dari pengukuran jarak

sumber air terdekat dengan plot

pengamatan

3. Analisis sosial.

Analisis menggunakan metode

deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Estimasi populasi

Table 1. Jumlah onggokan minggu

ke-2

Penelitian yang dilaksanakan di

Hutan Wanagama 1 ini menggunakan 7

petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,

petak 13, petak 14, petak 16 dan petak

18. Dari ketuju petak tersebut, terdapat

sejumlah 11 onggokan yang

diketemukan pada minggu kedua ketika

pengecekan ulang di masing – masing

pellet count. Estimasi populasi dapat

diketahui dengan cara mengalikan

luasan area pengamatan (600 Ha)

dengan jumlah onggokan kotoran rusa

yang ditemukan pada minggu kedua.

Kemudian, dibagi interval pengamatan

yang dikali defakasi rata-rata rusa

Petak Pellet Onggokan

5 1 1

6 2 6

7 3 1

13 1 0

14 2 0

16 3 1

18 1 2

Total Onggokan 11

perhari dan luasan plot sample (4,2 Ha).

Dari hasil penghitungan tersebut maka

didapat estimasi hasil populasi Rusa

Jawa sejumlah 9 individu.

individuxxtda

ApP 963422292,8

2,41314

11600x

Keterangan:

P = Estimasi populasi

t = Waktu

A = Luas area pengamatan

d = Rerata devikasi (13 kali

per hari)

P = Jumlah plot use

a = Luas plot sampe

2. Habitat Rusa Jawa

a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa

Produksi biomasa atau produktivitas

pakan yang berupa rumput dan semak

dihitung dengan formula sebagai berikut :

P =

p

L l

Dengan :

P = Produksi biomasa seluruh

kawasan

L = Luas seluruh kawasan

p = Produksi biomasa seluruh

plot sampel

l = Luas seluruh plot sampel

Produktifitas pakan berupa rumput dan

semak di Hutan Wanagama 1 adalah

558,1845238 Kg/Ha/Hari.

Pakan yang dimakan oleh rusa adalah

334.4940476 Kg/Ha/Hari.

Indeks Nilai Penting (INP) jenis

rumput dan semak diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

INP = Wa

X 100% Wt

Dengan :

Wa = Berat kering pemanenan

setiap jenis tumbuhan

bawah

Wt = Berat kering pemanenan

semua jenis tumbuhan

bawah

Indeks nilai penting diantara semua

rumput dan tumbuhan bawah adalah

Alang-alang dengan INP 19,67475 %,

kemudian sekopan 10,85577 % dan

rumput teki sebesar 9,970674 . Sedangkan

dari hasil uji epidermis di laboratorium,

jenis pakan yang cocok dengan epidermis

kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu

sekopan, krinyu, rumput teki, grinting,

kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput

jarum, keriting, kangkung-kangkungan,

gamal, rondo moprol, putihan, alang-

alang, jarong.

b. Pelindung (cover)

Komponen pelindung juga

merupakan komponen penting bagi

keberlangsungan hidup Rusa Jawa.

Komponen pelindung ini dapat melindungi

Rusa Jawa dari beberapa gangguan

misalkan cuaca buruk dan kondisi habitat

yang kurang sesuai dengan kebutuhannya.

Data rata – rata struktur vegetasi

(pelindung) dihutan Wanagama 1

didapatkan sebagai berikut :

Tabel 2. Rata-rata cover dihutan Wanagama 1 dari kuadran sampling.

S A B C D E F G H

2,349057 1,923077 1,114286 0,669811 0,150943 0,103774 0 0,028302 0,018868

Tabel 3. Regresi faktor struktur vegetasi (pelindung).

Estimate Std.Error t value Pr(>|t|)

(Intercept) -0.2248 0.5244 -0.429 0.686

S 0.4027 0.2149 1.874 0.120

Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

AIC: 11.016

Y = (0.4027 ± 0.2149)S

Tabel 4. Rata-rata cover di Wanagama 1

Tipe Tutupan

tajuk

Kepadatan

Semak

Kepadatan

belukar

Nilai 61,208 % 54,69% 46,53%

c. Ruang

Luas Hutan Wanagama 1 adalah 600 Ha. Jumlah estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 adalah 9

individu.

Ruang = Luas Area/Estimasi Populasi

= 600/9 = 66,67 ha/individu.

d. Air (water)

Beberapa wilayah di Hutan Wanagama 1 dialiri oleh Sungai Oyo.

Sungai Oyo ini mempunyai peran yang

penting dalam upaya restorasi Rusa

Jawa (Cervus timorensis) karena merupakan sumber air utama bagi

Rusa Jawa. Dapat dilihat bahwa Sungai Oyo mengalir pada sebagian wilayah tiap petak penelitian. Maka

dapat diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi

kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.

3. Sosial

Pengambilan data sosial adalah dengan cara wawancara. Hasil dari

wawancara ini adalaha Hutan Wanagama 1 layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena dari

87%

3% 10%

Yang dilakukan ketika melihat

Rusa ? Membiarkan

29%

71%

Apakah tahu batas-batas Wanagama?

Ya

66%

34%

Punya Lahan Pertanian di Wanagama?

Ya

Tidak

92%

8%

Tahu Keberadaan

Rusa ?

Ya

Tidak

11%

89%

Penyuluhan tentang Rusa

di …

Ada

Tidak

18%

82%

Pernah melihat Rusa

keluar …

Pernah

Tidak

85%

10%

3%

2%

Yang dilakukan saat melihat Rusa keluar …

Membiarkan

Dikembal

ikan

43%

57%

Rusa mengganggu/merugikan …

Ya

Tidak

6%

88%

6%

Hal dilakukan jika lahan

dirusak Rusa ?

Laporpengelol

a

80%

20%

Apakah tahu jenis tanaman

yang …

Ya

Tidak

2%

49%

49%

Apa manfaat keberadaan

Rusa ? Konsumsi

Wisata/Pendidikan

Tidak tahu

68%

32%

Apakah tahu keberadaan

Rusa di …

Tahu

Tidaktahu

1%

99%

Apakah pernah

berburu Rusa ?

Ya

Tidak

25%

62%

1% 12%

Hal yang dilakukan saat

melihat … Menegur

Membiarkan

Ikut berburu

Melaporkan

9%

32%

39%

20%

Siapa yang wajib

melestarikan …

Pemerintah

Pengelola

Semuanya

Tidak tahu

56%

31%

13%

Bagaimana pengelolaan

Rusa ke … Dibiarkan/Diliarkan

Diberipagar

pembatas Lainnya 76%

12% 12%

Jika Rusa bertambah

banyak ?

Dibiarkan

65%

24% 11%

Jika dibuat kelompok

masyarakat …

Setuju

Tidak

REKAP DATA KESELURUHAN SOSIAL

Dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di

wanagama 1 sedangkan 16% tidak setuju.

59%

31% 10%

Bersedia bekerjasama

dalam pengelolaan …

Bersedia

Tidak84%

16%

Rekap Data Sosial

mendukungrestorasi

tidakmendukung

restorasi

B. Pembahasan

Seiring dengan perkembangannya, Hutan Wanagama 1 telah menjadi tempat restorasi Rusa Jawa. Hal tersebut diawali

dengan program penangkaran dan pelepasliaran Rusa Jawa oleh pihak

Wanagama 1, adanya upaya restorasi di Wanagama ini berkaitan dengan tujuan melestarikan Rusa Jawa untuk

menghindari kepunahan. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengangkat judul

Studi Kelayakan Hutan Wanagama 1 sebagai tempat restorasi Rusa Jawa, dengan melihat aspek kelayakan tersebut

dari 3 komponen yaitu populasi, habitat dan masyarakat disekitar (sosial). Untuk

teknis pengambilan datanya, dilakukan di 7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16, dan petak

18. Studi kelayakan pertama dilihat

dari segi populasi, dengan metode pengambilan data menggunakan pellet count. Waktu pelaksanakan dengan

rentang waktu pengambilan pellet yaitu 14 hari. Dari hasil pengamatan, total

onggokan kotoran yang diketemukan adalah 11 onggokan. Petak 6 merupakan petak terbanyak dalam menemukan

kotoran rusa, maka dapat diperkirakan bahwa Rusa Jawa banyak beraktifitas dan

hidup pada petak 6. Berdasarkan kondisi habitatnya dengan lokasi berbukit dan kerapatan tiang yang rapat, diperkirakan

kondisi tempat tersebut disukai oleh Rusa Jawa, karena kemungkinan adanya

interaksi dengan manusia sangatlah sedikit. Setelah diketahui terdapat total 11 onggokan tersebut maka kita kemudian

dapat mengestimasi berapa jumlah populasi Rusa Jawa, estimasi hasil

populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu. Hasil dari estimasi populasi rusa ini menurun dibandingakan tahun-tahun yang

lalu karena menurut Janiawati (2012), berdasarkan hasil riset pada tahun 2011

jumlah estimasi populasi Rusa Jawa terdapat 19 pasang. Penurunan ini mungkin saja karena penempatan pellet

count yang kurang sesuai dengan habitat

rusa, sehingga onggokan yang di temukan sedikit dan persebaran Rusa Jawa yang

menyebar. Sehingga dari hasil tersebut, Wanagama 1 masih layak, karena masih

ditemukan keberadaan Rusa Jawa. Komponen pengelolaan habitat. Habitat satwa yang ideal adalah yang

mencakup kebutuhan biologis (makan, minum, berlindung, bermain, dan

berkembang biak) dan ekologis satwa yang bersangkutan (Anderson dan Gutzwiller, 1996) . Berdasarkan komponen air (water),

pada tiap petak penelitian di Hutan Wanagama 1 sebagian wilayahnya dialiri

oleh Sungai Oyo. Sungai ini mengalir sepanjang tahun sehingga dapat dijadikan sumber air untuk rusa. Maka dapat

diartikan habitat di Hutan Wanagama 1 mampu memenuhi kebutuhan air minum

bagi Rusa Jawa. Komponen berikutnya adalah sebagai pelindung (cover). Pelindung yang

dimaksud disini adalah bagaimana habitat tersebut dapat mendukung kelestarian

hidup Rusa Jawa dari gangguan yang ada. Gangguan tersebut dapat berupa cuaca buruk, kerusakan habitat, dan juga dari

manusia (perburuan). Adanya gangguan dapat mempengaruhi kondisi dan sifat rusa

tersebut. Dari hasil kuadran sampling, kelas struktur vegetasi rata-rata di Hutan Wanagama 1 yang paling dominasi adalah

kelas struktur S (3≤dbh<8) dengan nilai rata-rata 2,349057 dan dari hasil uji R-

statistic, berdasarkan kelas struktur vegetasi kelas S memiliki pengaruh terhadap kehadiran Rusa Jawa, walaupun

hasil kurang signifikan. Di Hutan Wanagama 1 terdapat kelas struktur

vegetasi dari S-H, dan yang tidak ada hanya dari kelas struktur F dengan kelas diameter (69 ≤ dbh < 84 cm). Sehingga di

Hutan Wanagama 1 struktur vegetasinya beranekaragam. Berdasarkan analisis data

kelas struktur vegetasi S mempengaruhi keberadaan rusa dikarenakan kelas struktur S yang hanya berkisar (3≤dbh<8)

mempengaruhi pergerakan rusa, dengan diameter pohon yang kecil maka

pergerakan rusa lebih luas dan lebih

leluasa baik dalam melindungi diri dari predator dan lain sebagainya. Sehingga

pelindung bagi rusa di Hutan Wanagma 1 layak. Dan rata – rata tutupan tajuk di

hutan Wangama 1 sebesar 61,208%, sehingga mampu mendukung kegiatan Rusa Jawa berupa berteduh dari panasnya

sinar matahari. Pelindung bawah yang mendominasi berupa kepadatan semak

sebesar 54,69 %, sedangkan rata – rata kepadatan belukar adalah 46,529%, kondisi ini cukup sebagai tempat

persembunyian rusa sehingga dari sisi pelindung Wanagama 1 layak menjadi

tempat restorasi rusa. Untuk komponen ruang (space), hutan Wanagama 1 memiliki luasan

wilayah total yaitu 600 Ha dengan jumlah estimasi populasi Rusa Jawa di Hutan

Wanagama 1 adalah 9 individu. Masing – masing rusa apabila dihitung akan mendapatkan daya jelajah dan ruang

sebesar 66,67 ha/individu. Nilai estimasi ruang yang didaptakan sangat cukup untuk

rusa karena Alikodra (1990) menyatakan bahwa daya jelajah untuk satu ekor Rusa Jawa kurang lebih adalah 6 ha dan

menurut Trippensee (1948) bahwa daya jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres

(0,02-1,05 Ha), sehingga Wanagama masih layak menjadi kawasan restorasi sebab kawasannya Wanagama 1

menyiapkan ruang yang cukup bagi Rusa Jawa.

Komponen yang terakhir adalah pakan (food). Untuk mengetahui produktivitas pakan yang cocok untuk

Rusa Jawa maka kita perlu mengetahui seberapa besar indeks nilai penting tiap

pakan. Pakan Rusa Jawa disini terbagi menjadi 2 yaitu rumput dan tumbuhan bawah. Untuk memperoleh indeks nilai

penting tersebut, maka produktivitas pakan dihitung dari biomassa atau berat kering

dari setiap jenis rumput dan tumbuhan bawah. Dari penghitungan, Produktifitas pakan berupa rumput dan semak di Hutan

Wanagama 1 adalah 558,1845238 kg/ha/hari dan pakan yang dimakan oleh

rusa adalah 334.4940476 kg/ha/hari, nilai

ini diasumsikan cukup karena menurut Menurut Garsetiadi (2007) rusa

membutuhkan pakan sekitar 6 kg/individu/hari dan menurut (syarif,1974)

menyatakan bahwa kebutuhan rumput segar rusa 5kg/individu/hari sehingga karena estimasi populasi rusa 9 ekor maka

rumput yang dibutuhkan hanya berkisar antara 48kg/hari- 54 kg/hari. Oleh karena

itu, Hutan Wanagama 1 mampu mendukung kebutuhan Rusa Jawa dari segi pakan, karena produktivitas jenis vegetasi

pakan Rusa Jawa yang di peroleh sebesar 334,4940476 kg/ha/hari dan kebutuhan

pakan rusa berkisar antara 48-54 kg/hari. Indeks nilai penting diantara semua rumput dan tumbuhan bawah adalah

Alang-alang 19,67475 %. Sedangkan dari hasil uji epidermis di laboratorium, jenis

pakan yang cocok dengan epidermis kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu sekopan, krinyu, rumput teki, grinting,

kolonjono, rumput x13, jenis Z5, rumput jarum, keriting, kangkung-kangkungan,

gamal, rondo moprol, putihan, alang-alang, jarong dan jenis tersebut banyak tersedia di Wanagama 1.

Studi kelayakan dari segi sosial sekitar sangatlah penting bagi

keberlangsungan pengelolaan, karena masyarakat sekitar dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan Rusa Jawa

itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung,dapat memberikan

pengaruh terhadap habitat, bahkan dapat berpengaruh terhadap pengelolaannya. Ketergantungan masyarakat terhadap

kawasan Wanagama sebagai sumber mata pencaharian memungkinkan adanya

interaksi antara manusia dengan Rusa Jawa. Dalam pengambilan data sosial ini

digunakan metode wawancara yang dibantu dengan kuisioner dan dilakukan

terhadap masyarakat sekitar hutan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Pada metode deskriptif, cara menganalisisnya adalah dengan membuat

persentase pada masing-masing pertanyaan

tersebut. Responden yang di wawancara 66% memiliki lahan dan yang mengetahui

batasan hutan Wanagama sebanyak 71%. Tidak semua masyarakat sekitar kawasan

Wanagama mengetahui adanya keberadaan rusa, terdapat 92% masyarakat yang mengetahui adanya rusa dan 50%

diantaranya pernah melihat keberadaan rusa secara langsung. Lokasi responden

bertemu dengan Rusa Jawa yaitu di hutan, dekat sungai oyo, di lahan pribadi, di kebun singkong, dan di lapangan dekat

hutan dimana pada saat itu responden kebanyakan sedang melaksanakan

kegiatan mencari pakan untuk ternak. Kegiatan mencari pakan ternak oleh masyarakat tersebut dilaksanakan dalam

jangka waktu harian. Yang masyarakat lakukan jika melihat rusa secara langsung

87% responden mengaku hanya bisa membiarkannya dan 3% memilih untuk menangkapnya dan 10 % memeliharanya.

Masyarakat sekitar Wanagama tahu bahwa rusa memakan jagung, kacang, ketela,

palawija, singkong, tales, ubi, kolonjono, dan pepaya. Ketika masyarakat mengetahui secara langsung Rusa Jawa

merusak lahan pertanian dengan memakan tumbuhan ataupun tanamannya, 88%

responden lebih memilih membiarkannya, 6% memilih menangkapnya, dan 6% memilih melaporkan pada pengelola.

Masyarakat membiarkan rusa tersebut karena ada beberapa masyarakat yang

takut akan kehadiran rusa, selain itu jika rusa bertemu dengan masyarakat rusa langsung melarikan diri, dan masyarakat

juga merasa takut terhadap pengelola kawasan Wanagama hal tersebut

dikarenakan masyarakat di berikan kawasan untuk di kelola tersebut berasal dari pengelola Wanagama. Namun, dengan

adanya pelepasliaran rusa, 57% responden beranggapan bahwa keberadaan rusa tidak

mengganggu, anggapan tersebut dapat dikarenakan kehadiran rusa dalam merusak lahan tersebut tidak terlalu sering, bahkan

daya jelajah rusa yang luas menyebabkan masyarakat juga tidak begitu sering

melihat rusa di lahan masyarakat dan 43%

masyarakat beranggapan bahwa keberadaan rusa mengganggu. Hal tersebut

dikarenakan rusa memakan bahkan merusak lahan perkebunan warga.

Masyarakat yang pernah melihat rusa keluar dari kawasan Wanagama sebanyak 18% dan 82% tidak pernah

melihat rusa keluar kawasan. Terdapat 85% responden lebih memilih membiarkan

rusa yang keluar kawasan tersebut, 10% responden memilih mengembalikan rusa tersebut ke kawasan hutan, 3% memilih

memelihara rusa tersebut, dan 2% memilih mengkonsumsinya. Beberapa masyarakat

juga mengaku lebih baik rusa - rusa tersebut dibuatkan kandang atau di beri pagar agar tidak liar merusak lahan

pertanian. Masyarakat yang menjadi

responden 99 % mengaku tidak pernah berburu namun, 1% diantaranya pernah melakukan perburuan rusa di Wanagama.

Yang menjadi penyebab masyarakat tersebut berburu dikarenakan masyarakat

tersebut tidak mengetahui jika rusa tersebut statusnya dilindungi, selain itu rusa tersebut merusak lahan perkebunan

warga. Jika masyarakat melihat pemburu 62% masyarakat membiarkan pemburu

tersebut melakukan perburuan, 25% menegurnya, 12% melaporkan kepada pengelola, dan 1% memilih untuk ikut

berburu rusa tersebut. Dalam restorasi rusa jawa mengoptimalkan agar habitat dan

kelestarian rusa tetap terjaga. Jika keberadaan rusa di kawasan Wanagama semakin banyak 12% responden memilih

membiarkannya, 12% memilih untuk berburu rusa tersebut, dan 76% responden

memilih membiarkannya. Hal ini berkaitan dengan masyarakat yang beranggapan memiliki kewajiban mengelola adanya

rusa yaitu 32% oleh pengelola, 9% oleh pemerintah, 39% oleh semua pihak

(pemerintah, masyarakat, dan pengelola) dan adapula responden yang tidak tahu siapa yang memiliki kewajiban untuk

melestarikan rusa sebanyak 20%. Terdapat 65% setuju dan 24% tidak setuju jika di

bentuk kelompok masyarakat untuk

pengelolaan rusa tersebut, dan terdapat 59% bersedia dan 31% tidak bersedia

dalam memberikan atau ikut berkontribusi dalam kelompok masyarakat tersebut. Ada

beberapa alasan mengapa masyarakat tidak mau ikut berkontribusi dalam pengelolaan rusa, diantaranya yaitu masyarakat tidak

mengetahui bagaimana cara merawat rusa karena rusa lebih liar dibandingkan hewan

ternak lain (ayam, bebek, kambing, sapi), selain itu nilai ekonomisnya belum diketahui, namun adapula masyarakat yang

mau berkontribusi jika diberi upah. Pengetahuan masyarakat mengenai

adanya restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 ini masih kurang, terbukti bahwa 89% responden mengaku tidak

pernah dilaksanakan kegiatan penyuluhan tentang restorasi Rusa Jawa di Hutan

Wanagama 1. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat terhadap status perlindungan rusa, dari seluruh

responden hanya terdapat 32 % responden yang tahu jika rusa merupakan hewan yang

dilindungi. Saat ditanya mengenai persepsi setuju atau tidak dengan adanya Rusa Jawa

di Hutan Wanagama, 84% responden mengaku setuju dengan adanya restorasi.

Hal tersebut berkaitan dengan pengakuan dari 49% responden manfaat adanya Rusa Jawa di Hutan Wanagama tersebut sebagai

obyek pendidikan dan rekreasi. Adapula anggapan bahwa agar jika rusa semakin

banyak maka anak - anak yang berada di sekitar Wanagama tidak usah jauh - jauh untuk melihat rusa.

Didalam suatu pengelolaan satwa liar, terdapat 3 komponen pengelolaan

yaitu populasi, habitat dan masyarakat (sosial). Dari ketiga komponen tersebut saling berhubungan antara satu sama lain.

Dari penelitian ini, pada komponen populasi, Hutan Wanagama 1 sudah bisa

dinyatakan layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena luasan wilayah sudah dapat memenuhi estimasi jumlah Rusa

Jawa. Sedangkan dari komponen habitat, sudah dapat dikatakan layak karena

kebutuhan akan air dan pakan memenuhi.

Selain itu, dibeberapa petak juga telah menyediakan pelindung yang dibutuhkan

oleh Rusa Jawa. Perlindungan tersebut dapat berupa penutupan tajuk untuk

emlindungi rusa dari sinar matahari dan lain-lain. Pada komponen ruang sudah pasti layak, karena dengan penghitungan

estimasi tesebut dan dengan sesuai penuturan Trippensee(1948) bahwa daya

jelajah atau homerange rusa 50-2600 acres (0,02-1,05 Ha) dan ruang untuk rusa estimasinya adalah 66,67 ha, maka ruang

memang layak. Sedangkan dari segi masyarakat (sosial) menyatakan bahwa

Hutan Wanagama 1 layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa karena dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima

ketika dilakukan restorasi di Wanagama 1. Sehingga secara keseluruhan, Hutan

Wanagama 1 ini layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan

pengujian laboratorium dapat diambil kesimpulan bahwa Hutan Wanagama I

layak sebagai kawasan restorasi rusa jawa karena dari Luasan area Hutan Wanagama 1 sebesar 600 Ha mampu memenuhi

jumlah estimasi populasi Rusa Jawa sebanyak 9 individu. Komponen habitat di

Hutan Wanagama 1 dengan adanya tutupan tajuk yang bepengaruh signifikan terhadap kehadiran rusa maka memenuhi.

Kebutuhan akan air dan pakan memenuhi. Dan masyarakat sekitar Wanagama I

setuju terhadap adanya restorasi rusa jawa. Sehingga dari tiga aspek jumlah populasi, habitat dan sosial Hutan Wanagama 1

layak dijadikan tempat restorasi rusa.

B. Saran

1. Diharapkan pengelola dapat melaksanakan monitoring berkala

untuk mengetahui perkembangan populasi Rusa Jawa.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai habitat yang sesuai bagi Rusa Jawa

sehingga pihak pengelola bisa mengetahui habitat seperti apa yang

dibutuhkan oleh Rusa Jawa. 3. Berdasarkan hasil penelitian maka

perlu dilakukan sosialisasi pada

masyarakat mengenai restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama 1 sehingga

masyarakat dapat peduli dengan keberadaan Rusa Jawa dan ikut menjaga kelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Giles, Robert H., Jr. 1978. Wildlife Management. Virginia Polytechnic

Institute and State University : United States of America.

Kidul.Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan

UGM.

Purnomo, Danang Wahyu. 2003. Studi

Jenis Pakan dan Tegakan Tingkat

Kesukaannya pada Rusa Jawa(Cervus timorensis) di Wanagama I I

Kabupaten Gunung Kidul. Skirpsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta :

Fakultas Kehutanan UGM. Semiadi G. Dan Nugraha RTP.2004.

Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pulsit Biologi LIPI. Bogor

Suratini.2004. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Keberadaan Rusa

Jawa (Cervus timorensis russa, Mull & Schl) di Hutan Wanagama I. Fakultas

KehutananUGM. Yogyakarta.

Suripto, Bambang Agus. 1999. Diktat

Kuliah Mammalogi. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada :

Yogyakarta.

Wadu, Marchiano. 2006. Produktivitas

Tumbuhan Bawah sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis)

di Wanagama I. Skripsi S-1: Yogyakarta