40
PROPOSAL PENELITIAN FENOMENA BERTAHANNYA TRADISI GOTONG ROYONG (Suatu Penelitian Diskriptif Kualitatif di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y) Disusun Oleh MUHAMAD ARDI NIM 11510058 PROGRAM ILMU SOSIATRI SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2015

Proposal Penelitian Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL PENELITIANFENOMENA BERTAHANNYA TRADISI GOTONG ROYONG

(Suatu Penelitian Diskriptif Kualitatif

di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y)

Disusun Oleh

MUHAMAD ARDI

NIM 11510058

PROGRAM ILMU SOSIATRISEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA2015

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dikatakan makhluk sosial untuk hidup

berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan

untuk mencari kawan atau teman dengan orang lain ,sering

didasarkan atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-

masing. Cenderung untuk hidup berkelompok saling berhubungan

atau berkomunikasi dengan orang lain, saling mempengaruhi

dan hidup dalam satu ruang sosial atau medan sosial. Di

dalam ruang sosial atau medan sosial akan tercipta

kesamaan,toleransi,solidaritas dan gotong-royong antar satu

dengan yang lain.

Sejak individu-individu membentuk sebuah komunitas

sosial, agaknya kesadaran untuk menciptakan keselarasan

bersama sudah menjadi keniscayaan. Perkembangan selanjutnya

dengan adanya semangat kebersamaan itu tumbuhlah bibit-bibit

keharmonisan yang terwujud modal sosial (social capital). Modal

sosial kemudian menjadi potensi local yang secara interen

ada terkait persemaian yang intens dan kontinu atas

interaksi yang berkembang secara sehat. (Mudiyono,dkk,2005 :

254)

Selama ini wacana yang berkembang pada masyarakat kita

bahwa maju tidaknya masyarakat kita diukur dari kepemilikan

modal, modal itu secara sempit hanya mencakup modal

uang,modal alam dan modal manusia. Wacana seperti itu, maka

sering kali kita melupakan bahwa sebenarnya masyarakat kita

juga memiliki modal sosial.

Pengalaman senantiasa mengajarkan bahwa hidup

bermasyarakat jauh lebih menari, menguntungkan, efesien, dan

efektif bila dibandingkan dengan hidup seseorang diri.

Semenjak itu pula, setiap orang sudah mulai belajar memiliki

tanggung jawab sosial dan bersikap toleran terhadap orang

lain. Oleh karna itu, semua kenyataan yang kini dihadapi

diterimanya sebagai suatu konsekuensi logis bahwa untuk

menjaga kelangsungan hidupnya kita membutuhkan kerja sama

dengan orang banyak yang kemudian mengikat diri dalam suatu

kontinuitas pola kerjasama yang terdapat dalam hubungan

antar anggota masyarakat tersebut.

(Mudiyono, dkk, 2005 : 259)Didalam masyarakat terdapat berbagai bentuk ikatan

sosial yang berfungsi dengan baik. Baik itu ikatan antar

orang dalam berbagai bentuknya maupun ikatan antar kelompok.

ikatan ini membentuk suatu jaringan yang didasarkan pada

berbagai prinsip.

Hubungan ke-tetangga yang baik didalam masyarakat dapat

menjadi basis yang kuat di dalam menggalang kekuatan serta

mobilisasi dana dan tenaga kerja, ikatan semacam itu bisa

mendasari adanya kohesi sosial dan solidaritas dalam

masyarakat, sebagai ikatan yang kuat untuk menghadapi

berbagai persoalan.

Selanjutnya kemampuan masyarakat untuk bekerja sama

demi mencapai tujuan bersama didalam berbagai komunitas

disebut modal sosial. kemampuan bekerjasama muncul dari

kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian

paling kecil dalam masyarakat. modal sosial bisa

dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling

kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti Negara.

Selaras dengan laju percepatan modernisasi dan

urbanisasi yang mengakibatkan terbukanya desa secara fisik

dan kultur, ternyata lahir pula dampak pada struktur

sosialnya, sehingga memperlemah pola relasi dan sendi-sendi

kehidupan masyarakat tradisional-pedesaan.

Dewasa ini, pembangunan desa bergerak cepat kedalam

sistem ekonomi yang tidak lagi bersifat subsisten.

Kenyataannya, desa telah bergeser dan meninggalkan corak

moral ekonomi yang menekankan prinsip-prinsip subsisten,

keamanan, kebersamaan bekerja, atau safety firt dan komunal.

Sebagaimana ditegaskan James C.Scott,(1979: 267) bahwa

ketika budaya industrial atau teknologi pertanian masuk, tak

bisa dielakkan bahwa desa turut mengalami pergeseran ke arah

proses individualisasi dan corak hubungan kontaktual,

komersial, dan kapitalistik.

Selain pola itu, terjadi pula disorganisasi pada

sejumlah pranata sosial dan kelembagaan di pedesaan yang

dapat menganggu pola hubungan kekerabatan dan harmonitas

sosial karena tidak berfungsinya lagi struktur dan lembaga-

lembaga sosial yang ada pada akhirnya ,perubahan ini

mendorong transformasi struktural disertai dengan

pergeseran-pergeseran peran kepemimpinan dan hubungan kerja

patron dan klien, karena timbulnya pola kepemimpinan dan

hubungan-hubungan kerja baru Djokosuryo,(dalam sumarjono

dkk,1994: 268)

Sejak budaya industri dan tehnologi masuk ke indonesia kehidupan masyarakat mengalami pergeseran, kehidupan yang individual. disaat ada kerja bakti maupun pembangunan didesamasih ada sebagian masyarakat tidak mengikuti kegiatan bergotong-royong di lingkungan.

Secara sederhana soal rembug desa yang biasa mengawali adanya hajatan warga, yaitu dalam membangun rumah, selokan atau jalan desa, sekarang telah tergantikan, sebab jalan desa, pembuatan saluran irigasi telah menjadi paket-paket proyek anggaran yang dikerjakan oleh pemborong. gotong royong membangun rumah Sudah jarang ditemui ada warga tanpa pamrih bekerjasama membangun rumah salah satu warganya. Sekarang, untuk bekerja, setidaknya si pemilik rumah harus menyediakan dana untuk memberi upah.

Nilai-nilai telah terkomersialisasikan, dari kerja

dengan penuh kerelaan menjadi kerja dengan motivasi

memperoleh upah (uang). (http://fathuraljufri.blogspot.com )

Namun, yang perlu dipertanyakan selama kehidupan

masyarakat bergeser menjadi individualisme mengapa masih ada

nilai gotong royong dalam masyarakat, sedangkan kehidupan

masyarakat sekarang sudah modern, tidak memiliki nilai kerja

sama, solidaritas sosial terhadap pembangunan

dilingkungannya. Oleh karna itu, penulis tertarik untuk

mengetahui “Fenomena Bertahannya Tradisi Gotong-Royong “di

Dusun Kliripan.

B. Rumusan masalah

Untuk mengadakan suatu penelitian perlu dikemukakan

masalah terlebih dahulu agar penelitiannya nanti akan

menjurus pada pokok permasalahan atau sasaran yang ditemukan

. sebelum penyusun menarik suatu rumusan permasalahan atau

terlebih dahulu perlu diketahui maksud dari masalah itu

sendiri menurut Winarno Surakhmad (1990 : 34)

“Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya”Sedangkan menurut Lincold dan Guba (dalam Maxy J. Moleong 1994: 62) “Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan”.

Dari pendapat tersebut, masalah adalah kesulitan atau

keadaan yang harus dihadapi dan perlu dicari jalan pemecahan

atau jalan untuk mengatasinya. Sesuai dengan latar belakang

masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

a. Mengapa tradisi gotong royong “sambatan “ masih

bertahan di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap

Kab. Kulon Progo ?

b. Apa faktor –faktor yang mendukung bertahannya tradisi

gotong –royong “sambatan” di Dusun Kliripan Desa

Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan penelitian

Setiap sesuatu yang dilakukan tentu saja memilki

tujuan, begitupun suatu penelitian yang kami lakukan

mempunyai tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui fonemena bertahanya tradisi gotong

royong “sambatan” di Dusun Kliripan Desa Hargorejo

Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.

b. Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi

bertahannya tradisi gotong royong di Dusun Kliripan

Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.

2. Manfaat penelitian

Tiap penelitian harus diyakini kegunaannya bagi

pemecahan masalah yang diselidiki. Untuk itu perlu

dirumuskan secara jelas tujuan penelitian yang bertitik

tolak dari permasalahan yang diungkap. Suatu penelitian

hendaknya harus mampu memberikan manfaat praktis pada

kehidupan masyarakat.

Melalui penelitian ini penulis sangat berharap dapat

memberikan berbagai manfaat :

a. Manfaat penulis

Untuk menambah wawasan dilapangan dan menambah ilmu

pengetahuan

b. Manfaat akademik

1) Mengetahui keadaan nyata didalam masyarakat yang

berhubungan dengan pengembangan teori –teori yang

digunakan agar tetap konsisten.

2) Mengusahakan agar dapt menambah hal- hal yang baru

dalam bidang ilmu pengetahuan.

3) Meningkatkan kualitas dan efesien dari ilmu

pengetahuan melalui penelitian.

c. Bagi masyarakat

1) Terjadi Kegiatan gotong royong (kerja bakti)

2) Diharapkan terbentuknya pikiran bagi pemuda untuk

ikut serta dalam kegiatan tersebut.

D. Kerangka teori

Dalam suatu penelitian teori merupakan hal yang sangat

penting sehingga masalah yang diteliti tidak menyimpang dari

tujuan yang ditemukan. Dengan demikian teori berfungsi

sebagai landasan dalam penelitian. Sebelum membahas lebih

lanjut tentang teori ini baiknya lebih dahulu memahami apa

maksud teori itu.

Masri singarimbun dan sofian effendi (1989: 37) berpendapat

bahwa :

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi

untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep.

Pertanyaan tersebut diatas menunjukkan bahwa teori

merupakan saran informasi ilmiah yang sangat umum dan paling

luas cakupannya. Dengan teori dapat diperoleh pertanyaan

hubungan sistematis suatu fenomena dengan teori maka suatu

tujuan akan dicapai.

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau perencanaan,

perhitungan –perhitungan dan perkiraan diperlukan landasan

teori yang sangat agar permasalahan ataupun sasaran yang

akan dicapai dapat terwujud, maka penyusun menguraikan

beberapa hal yang berkaitan dengan obyek penelitian yaitu :

1. Fenomena

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan

pancaindra dan dapat diterangkan dan di nilai secara

ilmiah. (Meity Taqdir Qodratilah,2011: 123)

Adapun beberapa Fenomena diartikan sebagai berikut :

a. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan

keajaiban.

b. Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan.

Kata fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang

sebenarnya dari suatu urusan atau perkara,keadaan atau

kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau

suatu hal, soal dan perkara.

(http://www.artikata.fenomena.com/arti-333239-

kasus.html)

2. Solidaritas sosial

Solidaritas sosial secara umum merupakan berpaut

bersama-sama,setiakawan, rasa bersatu dalam kepentingan,

kehendak dan perbuatan. (Y.B. Suparlan,1983: 142)

Solidaritas adalah kesetiaan atau perasaan

sepenanggungan.(Meity Taqdir Qodratilah,2011: 505)

Menurut E.Durkheim(dalam Rahardjo, 2002: 32)bahwa

solidaritas yang menjadi dasar integrasi kelompok

masyarakat semacam ini adalah solidaritas yang didasarkan

atas kesamaan di antara anggota-anggotanya. Bila

masyarakat berubah, dan perubahan itu mengakibatkan

hilangnya properti yang mengkondisikan eksistensinya

kerja sama langsung, dengan sandiri sifat atau bentuk

kerja sama langsung itupun akan semakin mengabur atau

bahkan menghilang.

Selain itu, Solodaritas mempunyai dua tipe ,perbedaan keduanya bersifat evolusionistis dalam arti bahwa yang kedua adalah perkembangan dari yang pertama. Corak yang pertama yaitu : a) Solidaritas mekanisme

Didalam solidaritas mekanisme masyarakat

tradisional bersifat “mekanis” dan dipersatukan oleh

kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan

karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara

sesamanya. Dalam masyarakat tradisional , kata

Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup

kesadaran individual norma –norma sosial kuat dan

perilaku sosial diatur dengan rapi. Dalam masyarakat

yang “mekanis”. Misalnya para petani gurem hidup dalam

masyarakat yang swa-sembada dan terjalinnya oleh

warisan bersama serta pekerjaan yang sama. Selain itu,

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu

masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu system

hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki

solidaritas mekanis hukum sering kali bersifat

represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku

penyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan

membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh

kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk

mempertahankan keutuhan kesadaran. (Abdullah dan

leeden,1986: 13-14)

b) Solidaritas organik

Didalam masyarakat modern, demikian pendapatnya,

ataupun pembagian kerja yang sangat kompleks dapat

menghasilkan solidaritas ‘organik’. Spesialisasi yang

berbeda- beda dalam bidang pekerjaan maupun peranan

sosial dapat menciptakan ketergantungan yang mengikat

orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat

memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat

modern yang ‘organik’, para pekerja memperoleh gaji dan

harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri

dalam produk-produk tertentu (bahan

makanan ,pakaian ,dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik,

hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk

menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal

dari suatu masyarakat yang kompleks. ( Abdullah dan

Leeden,1986: 13- 14)

3. Modal sosial

Istilah Modal sosial sebenarnya memilki makna yang tersendirinya khusunya berkaitan dengan Modal sosial dimasyarakat. Maka berikut pengertian Modal sosial yang telah diluncurkan lebih dari 80 tahun. menurut(Lyda Judson Hanifan,1920: 8) dalam community center. Ia mendefenisikan modal sosial sebagai kenyataan yang memiliki warga, dapat berupa kehendak baik,simpati,persehabatan ,hubungan sosial antar individudan antar keluarga yang dapat membantu-mengatasi persoalan warga masyarakat. Dengan konteks demikian ,hubungan sosial yang baik antar anggota masyarakat menciptakan jejaring yang bersifat mutualis, dan bahkan mengalahkan individualitas yang biasanya melengkapi kerakteristik budaya barat.

Kemudian makna Modal Sosial menurut Hanifan C,Grootaert,(1977: 8) bahwa Modal sosial dimaknai sebagaikemampuan sesorang untuk memanfaatkan berbagai keunggulanjaringan sosial atau struktur sosial dimana ia menjadi anggotanya.

Dengan demikian ia membagi menjadi tiga tataran yaitu :

1. Makro (Negara)

Pada tataran Modal sosial Makro meliputi

institusi-institusi seperti pemerintah,aturan hukum,

kebebasan sipil dan politik.

2. Mikro (individu dan keluarga)

Pada tataran Mikro Modal sosial berkenaan dengan

norma-nilai yang mengatur interaksi diantara individu

dan keluarga.

3. Meso (komunitas)

Pada tataran Meso (komunitas), Modal sosial yang

dapat mengejawantah dalam berbagai tradisi, kebiasaan

dengan rasionalitasnya masing-masing.

Selanjutnya pemahaman menurut Coleman,(1988-1990: 8)

bahwa aspek Modal sosial tidak saja bersifat horizontal,

melainkan asosiasi vertical dengan kerakteristik relasi

hirarkhis dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang

diantara anggotanya.

Modal social merupakan kekuatan yang mampu membanguncivil community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal social adalah trust, ideology dan religi. modal social dapat dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas . dampak dari kerelaan ini akan menumbuhkan interaksi komulatif yang menghasilkan kinerjayang mengandung : nilai social, menurut francis fukuyama,(1995: 9) mengilustrasikan modal social dam trust, believe andvertrawen artinya bahwa pentingya kepercayan yang mengakar dalam faktor cultural, etika dan moral. Trust muncul maka komunitas membagikan sekumpulan nilai- nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan penghargaan umum dan kejujuran , ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan local sungguh mempunyai dampak positif bagi

peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan local serta memainkan peran penting dalam manajemen lingkungan.

Dalam buku ini menggugah kesadaran kita untuk menciptakan basis ekonomi yang kuat dan tahan lama. Dalamkonteks ini Negara tidak saja mengandalkan sumber daya alam dan modal uang (financial capital) melainkan modal sosial(social capital). Elemen modal sosial saat ini haruslah digalidan dikembangkan secara berkesinambungan, baik sikap, sifat saling percaya dan dipercaya, baik dalam bentuk relasi vertikal/horizontal, sehingga bangsa tersebut layak dipredikati high trust society.

Menurut James S. Colemen,(1998: 9) menegaskan modal social sebagai alat untuk memahami aksi social secara teorotis yang mengkombinasikan perspektif sosiologis dan ekonomi. Ia bertujuan untuk mengintrodusir pemikiran ekonomi tentang prinsip-prinsip tindakan rasional dan diaplikasikan dalam analisis system social. Modal social terdiri dari 3 bentuk :1. Kewajiban dan pengharapan yang bergantung pada

lingkungan social yang layak dipercaya (trustworthiness).

2. Kapabilitas informasi yang mengalir dalam struktur

social supaya menyediakan media/sarana untuk

bertindak.

3. Kehadiran norma-norma social yang disertai dengan

sanksi efektif.

Sedikit berbeda dengan Ismail Sarageldin (dalam PaulCollier,1998: 9) dalam social capital and poverty menyatakan bahwa modal social disebut “social” karena modalsosial selalu melibatkan masyarakat dan menjadikan bermasyarakat dan juga karena modal sosial muncul bukan dari interaksi pasar meskipun mempunyai efek ekonomis. Mereka memberikan klafikasi modal sosial , misalnya

interaksi sosial yang tahan lama (tetapi hubungan searah): pengajaran ,perdagangan, tetapi ada juga yang pola hubungan resiprokal/timbale balik : yaitu jaringan sosial /asosiasi ,dan ada juga modal sosial yang mempunyai efek tahan lama (tapi hubungan yang searah), yaitu : kepercayaan,rasa hormat,imitasi : sedangkan yang berpola hubungan timbal balik adalah gosip ,reputasi, pooling ,norma sosial,peranan sosial dan koordinasi.

Kemudian menurut Heri Sangkot Marisi Lubis,(2002:19)bahwa Modal social sebagai intitusi social ( jaringan social dan kelembagaan) pola hubungan antar masyarakat , norma-norma yang disepakati sejak kelompok masyarakat ituada, berkembang serta pembagian peran dan kekuasaan diantara warga masyarakat dan pada prinsipnya dibuat dan dilaksanakan secara konsisten yang diorentasikan bagi mereka sendiri.

Modal social sebagimana yang dirumuskan oleh tim peneliti Fisipol UGM (Eddy Mahati,2002: 38),bahwa modal social terdiri atas tiga level yaitu : 1. Level nilai kultur dan persepsi

Pada level ini modal social bisa berbentuk

simpati, rasa memiliki, kewajiban ,percaya ,pertukaran

dan pengakuan serta penerimaan timbale balik.

2. Level institusi

Pada level institusi modal social dapat berupa

keterangan yang mapan (civil agreement) kebiasaan yang

melembaga, asosiasi jaringan social.

3. Level mekanisme

Pada level mekanisme modal social bisa berupa

perilaku kerjasama atau institusi yang sinergi satu

samal lain.

Dari ketiga pendapat mengenai defenisi modal

social maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa

modal social adalah :

1. Sebuah proses interaksi dalam masyarakat yang timbul

berdasarkan kesepakatan bersama.

2. Kepentingan bersama

3. Mengandung sanksi

4. Hubungan timbal balik

5. Kesadaran kritis masyarakat dengan intervensi

pemerintah yang minimal.

6. Mencapai kesejahteraan bersama.

Dalam pengertian diatas dapat ketahui bahwa seluruh

masyarakat memiliki modal social : perbedaan-perbedaan

yang nyata diantara mereka berkaitan dengan apa yang

mungkin disebut sebagai radius kepercayaan yaitu norma-

norma kooperatif seperti kejujuran dan kesedian untuk

menolong yang bisa dibagi diantara kelompok-kelompok

tertentu didalam masyarakat dan bukan dengan kelompok

yang lainnya dalam masyarakat yang sama .

Seperti yang di katakan Putman(dalam Sutoro

Eko,2004:154) tentang modal sosial ,maka berbagai bentuk

kerakteristik nilai-nilia serta norma yang ada dalam

suatu komunitas dapat digolongkan sebagai modal sosial.

modal sosial mengacu pada nilai-nilai kolektifitas

komunitas seperti kemampuan, kebersamaan, keberdayaan,

saling percaya (trust), saling tergantung, kerjasama,

kekeluargaan, persaudaraan, rasa aman dalam mencari

rezeki, rasa memiliki tanah dan kampung sendiri.

4. Gotong royong

Menurut Sartono Kartodirjo, (dalam Nat J. Coletta

dan Umar Kayam, 1987: 254) bahwa gotong royong

merupakan suatu bentuk saling menolong yang berlaku di

desa Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan

bentuk solidaritas masyarakat agraris tradisional. yaitu

masyarakat yang terikat dengan satu sama lain berdasarkan

relasi sosial yang disebut ikatan primordial,yaitu lewat

ikatan keluarga.

Spirit awal gotong –royong adalah suatu etos

masyarakat untuk melakukan kerja sama untuk tujuan

menyelesaian persoalan bersama dengan pola kerja saling

meringankan beban demi mencapai kesejahteraan bersama,

munculnya gotong royong atau sambatan ditengah- tengah

kehidupan masyarakat karena didasarkan atas suatu sudut

pandang bersama sehingga gotong –royong merupakan hal

yang vital dikehidupan masyarakat Indonesia hingga

merupakan hal yang sangat penting. (Sartono

Kartodirjo,1987:44)

Didalam sosiologi, fenomena gotong royong

sebagaimana yang umum terdapat dikalangan petani Jawa

dapat dikatagorikan sebagai suatu bentuk kerja sama,

yakni jenis kerja sama langsung(direct cooperation). Dalam

kerja sama langsung ini tidak dikenal upah dalam bentuk

uang, tidak dikenal harga tenaga kerja dalam artian

ekonomik. imbalan yang dikenal adalah dalam bentuk balas

jasa berupa tenaga.

Menurut Soedtijo Sosrodiharjo(dalam

Rahardjo,2002:32) menyebutkan bahwa gotong rotong

merupakan system barter tenaga. System tenaga barter ini

umum terdapat dikalangan petani yang belum terkena

pengaruh ekonomi uang.

Selain itu, dalam analisis Boeke(dalam

Rahardjo,2002:32) menyatakan bahwa masyarakat petani

belum mengenal ekonomi uang (kapitalisme) semacam itu

digolongkan sebagai masyarakat petani prakapitalistik.

Ini berarti bentuk kerja sama seperti gotong royong itu

memang terdapat hampir di semua daerah di Indonesia,

khususnya daerah-daerah dengan latar belakang agraris

subsisten-tradisonal yang kuat. Kenyataan semacam inilah

yang menjadi dasar pemahaman bahwa gotong-royong

merupakan kepribadian bangsa indoensia.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif

bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau

untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala

atau frekuensi adanya hubungan tertentu anatar suatu

gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

(Koentjaraningrat, 1989 : 29).

Penelitian ini hanya pada usaha mengungkapkan suatu

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya

sehingga brsifat sekedar untuk mengungkapkan. (Hadari

Nawawi, 1993 : 31)

Hasil penelitian ditekankan pada usaha memberikan

gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya

dari obyek yang diteliti. Akan tetapi untuk mendapat

manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini. Sering kali

disamping pengungkapan fakta juga dilakukan pemberian

interpretasi yang lebih kuat.

Melalui uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri metode deskriptif adalah :

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada

saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau

masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang

diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan

interpretasi rasional yang ade-quet (Hadari Nawawi,

1993 : 63-64).

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Pada penelitian, obyek penelitian sangat penting

untuk menyusun dan menyampaikan rencana kegiatan

sehingga dapat berjalan dengan baik, teratur dan

sistematis dengan demikian akan memudahkan dalam

melakukan segala aktivifitas untuk membatasi ruang

lingkup pembahasan obyek penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian

adalah Fenomena bertahannya Tradisi Gotong –royong di

Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap kab. Kulon

Progo Provinsi D.I.Y.

b. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989

: 33) :

Konsep yakni istilah definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak : kejadian, keadaan,

kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial.

Ada dua jenis konsep ; pertama, konsep-konsep yang

jelas hubungannya dengan fakta atau realitas yang

mereka wakili; dan kedua, konsep-konsep yang lebih

abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau

realitas.

Jadi Definisi konsep dalam penelitian ini, yaitu:

1. Fonemena adalah suatu bentuk keadaan dan peristiwa

yang dapat diamati.

2. Solidaritas adalah bentuk kerja sama yang memiliki

nilai moral terhadap masyarakat.

3. Modal social adalah suatu bentuk modal sosial yang

dimiliki oleh masyarakat untuk dapat terjalinnya

kerjasama.

4. Gotong –royong adalah suatu bentuk kerja sama dan

saling tolong menolong yang secara langsung tidak

mengenal upah dalam bentuk uang.

5. Sambatan adalah istilah tradisi jawa yang berarti

sebuah gotong royong bersama masyarakt dalam

pembangunan.

c. Definisi Operasional

Definisi Operasional, yaitu definisi yang

menunjukkan indikator-indikator suatu gejala sehingga

memudahkan pengukurannya (Tatang M. Amirin, 1995: 63).

Agar varibel yang masih bersifat abstarak dapat

diteliti maka perlu dihubungkan dengan kejadian nyata

agar dapat diobservasi. Sehingga pada pebelitian ini

definisi operasionalnya adalah :

1. Bentuk tradisi gotong royong “sambatan”.

2. Keterlibatan masyarakat dalam bergotong royong.

3. Bentuk reward atau penghargaan dalam kegiatan

gotongroyong.

4. Panismen atau sanksi yang tidak mengikuti gotong

royong.

5. Kendala –kendala didalam bergotong royong.

6. Upaya mempertahankan gotong-royong.

3. Subyek Penelitian

Subyek Penelitian adalah narasumber yang dijadikan

sebagai informan atau responden untuk mendapatkan

informasi serta data yang diperlukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini ada 10 informan yang

dijadikan sebagai penelitian yaitu Perangkat Desa,

Kepala Dusun, Rw, RT dan Masyarakat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik

pengumpulan data untuk yang sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, yaitu:

1) Observasi

James A. Black dan Dean J. Champion (2001:

286) menjelaskan pengertian observasi secara

sempit, ialah mengamati (watching) dan mendengar

(listening) perilaku seseorang selam beberapa waktu

tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian, serta

mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi

syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran

analisis.

Dalam Observasi tersebut, penelitian yang

digunakan yaitu dengan meninjau secara langsung

objek penelitian, pengamatan dan pencacatan dari

hasil data yang diteliti, nyata serta untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

(Deddy Mulyana, 2002 : 180).

Dalam melakukan wawancara minimal dilakukan

oleh dua pihak yaitu pihak pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan pihak

yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan.Wawancara ini berfungsi untuk memperoleh

data secara langsung dari responden mengenai

masalah yang diteliti.

3) Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis

ataupun film, lain dari record, yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan dari

penyidik. (Maxy J. Moleong, 1994: 161).

Melalui pengertian tersebut, dokumnentasi

dapat dipahami sebagai pengumpulan data dengan

membaca, dan mengamati bahan-bahan tertulis yang

sudah ada mengenai hal-hal yang terdapat pada obyek

peneliti.

5. Teknik Analisi Data

Menurut Noeng Muhadjir (1990:183) Analisis data

adalah upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkankan pemahaman peneliti tntang kasus yang

diteliti dan menyajikannya sebagi temuan bagi orang

lain.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis data yang bersifat kualitatif. Penelitian

Kualitatif menurtut Bogdan dan Taylor (dalam Laxy J.

Moeloeng 1994: 3) “sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati”.

Interview GuidePERANGKAT DESA

Nama :

Pekerjaan :Jabatan : Agama : Tempat Tinggal : Tingkat Pendidikan :Tanggal : Jam :

1. Sejak kapan bapak menjabat perangkat desa? 1984-2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di desa

hargerejo? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah

masih rutin dilaksanakan gotong royong.5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –

royong?6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong

royong?7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ? 9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam

bergotong royong?10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya?

Berupa apa!!11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan

tersebut?seperti apa sanksinya!!12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana

anggaran gotong –royong?13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-

royong?14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat

sendiri?15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan

gotong –royong?

16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankangotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarangsudah cukup relevan dilaksanakan?

18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankangotong royong?

19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetapbertahan gotong-royong?

Interview GuideKEPALA DUSUN

Nama : :Pekerjaan : Umur : Agama :Tempat Tinggal :Tingkat Pendidikan :Tanggal : Jam :

1. Sejak kapan bapak menjabat Kepala Dusun ?2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun

Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan

apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.

5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?

6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotongroyong?

7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam

bergotong royong?10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya?

Berupa apa!!11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan

tersebut?seperti apa sanksinya!!12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana

anggaran gotong –royong?13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-

royong?14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat

sendiri?15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan

gotong –royong?16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan

gotong-royong?17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang

sudah cukup relevan dilaksanakan?18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan

gotong royong? 19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap

bertahan gotong-royong?

Interview GuideKEPALA RW 20

Nama Responden :Umur :Pekerjaan :Agama :Tempat Tinggal : Tingkat Pendidikan :Tanggal :Jam :

1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RW? 20102. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun

Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong? Gotong fisik 4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong?dan

apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –

royong?6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong

royong?7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam

bergotong royong?10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya?

Berupa apa!!11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan

tersebut?seperti apa sanksinya!!12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana

anggaran gotong –royong?

13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?

14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakatsendiri?

15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankangotong –royong?

16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankangotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarangsudah cukup relevan dilaksanakan?

18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankangotong royong?

19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetapbertahan gotong-royong?

Interview GuideKEPALA RT

Nama Responden :Umur :Pekerjaan :Agama :Tempat Tinggal :Tingkat pendidikan :Tanggal :Jam :

1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RT?2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun

Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan

apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –

royong?6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong

royong?7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam

bergotong royong?10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya?

Berupa apa!!11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan

tersebut?seperti apa sanksinya!!12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana

anggaran gotong –royong?13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-

royong?14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat

sendiri?15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan

gotong –royong?16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan

gotong-royong?17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang

sudah cukup relevan dilaksanakan?18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan

gotong royong?

19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetapbertahan gotong-royong?

Interview GuideMASYARAKAT

Nama Responden :Umur :Pekerjaan :Agama :Tempat Tinggal :Tingkat Pendidikan : Tanggal :Jam :

1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang adadiusun tersebut? Seperti apa bentuknya, hari apa saja danapakah masih rutin dilaksanakannya.

2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong?Gotong royong apa yang anda ikuti!

3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat

kapan dan kenapa!5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam

gotong royong ?

6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalambergotong royong?

7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidakmengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!

8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotongroyong?sumbangan seperti apa!

9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatangotong rotong?

10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong inimasih ada?

11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-royong semakin erat silaturahmi ?

Interview GuideMASYARAKAT

Nama Responden :Umur :Pekerjaan :Agama :Tempat Tinggal :Tingkat Pendidikan : Tanggal :Jam :

1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang adadiusun tersebut? Seperti apa bentuknya, hari apa saja danapakah masih rutin dilaksanakannya.

2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong?Gotong royong apa yang anda ikuti!

3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat

kapan dan kenapa!5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam

gotong royong ? 6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam

bergotong royong?7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak

mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong

royong?sumbangan seperti apa!9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan

gotong rotong?10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini

masih ada? 11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-

royong semakin erat silaturahmi ?