49
PENGERTIAN KURIKULUM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI Dosen Pengampu AFIFUL IKHWAN, M.Pd.I Kelompok 1 Disusun : 1. Bahroji (2014471991) 2. Sulistiani (2014471987) 3. Maratul Khasanah (2014471980) 4. Khoirul Anam SEMESTER III PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2015 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Embed Size (px)

Citation preview

PENGERTIAN KURIKULUM

MAKALAHDisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Dosen Pengampu

AFIFUL IKHWAN, M.Pd.I

Kelompok 1Disusun :

1. Bahroji (2014471991)

2. Sulistiani (2014471987)

3. Maratul Khasanah (2014471980)

4. Khoirul Anam

SEMESTER III

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)

TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2015

1

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini Bpk. Afiful Ikhwan M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah ini .

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat

berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka

menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... iKata Pengantar ....................................................................................................... iiDaftar Isi .............................................................................................................. .. iii

BAB I PENDAHULUANA.    Latar Belakang ……….…………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum ……………………………………. 3

B. Fungsi Kurikulum ………………………………….……… 6

C. Konsep Kurikulum ………………………….…………….. 7

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan ………………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 10

iii

3

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pembentukan suatu organisasi yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Begitu pula dengan salah satu organisasi yang sangat besar seperti dunia

persekolahan dalam tingkat nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka

harus dibuat rancangan untuk mencapai tujuan tersebut agar dalam

pelaksanaannya terorganisir dan terarah. Oleh karena itulah kita mengenal yang

namanya kurikulum.

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan

pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait. Selain sebagai pedoman,

bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi

pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan

fungsi diagnostik.

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di

masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan

saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai

atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan

harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan

kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian dalam

sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di

dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi

juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa serta bagaimana

mengorganisasi pengalaman itu sendiri.

Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan

pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan

dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum

tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Pada

dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

4

komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat

diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.

Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari

kurikulum ini, maka penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah

makalah yang khusus mengungkap mengenai hal tersebut. Kiranya kehadiran

makalah ini dapat sedikit membuka wawasan para pembaca semua.

B.   Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah pengertian dari kurikulum ?

2. Apakah Fungsi Kurikulum ?

3.   Apa saja Konsep Kurikulum dalam Pendidikan?

C.  Tujuan Masalah

Mengacu dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian dari kurikulum.

2. Mengetahui Fungsi Kurikulum.

3.  Mengetahui konsep kurikulum dalam Pendidikan.

5

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurikulum

Kata Kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi

seseorang dalam system pendidikan . Sebagai contoh, seorang pembuat kurikulum

akan melihatnya sebagai suatu rencana untuk pengalaman kurikulum di sekolah

( yang ideal); seorang guru akan melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang

biasanya berada di luar ruang kelas yang mengatakan padanya unutk mengajar

(mempraktekkan); seorang siswa akan melihatnya sebagai apa yang harus saya

pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan) dan orang tua melihatnya

sebagai apa yang sebenarnya telah dipelajari oleh anak saya di sekolah (prestasi).

Pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi unutk guru dan

siswa.

Istilah kurikulum di gunakan pertama kali pada olahraga pada zaman

Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curer, yang artinya jarak yang harus

ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu itu , orang mengistilahkan dengan tempat

berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.

(Wina(Sanjaya,200:1)1 Istilah Kurikulum kemudian digunakan dalam

dunia pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, para ahli memiliki pandangan yang beragam

tentang kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan

perkembangan praktik dan teori pendidikan.

Pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang :

1.  Pengertian Kurikulum Secara Tradisional

Dalam pandangan lama kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata

pelajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa.

Pelajaran-pelajaran materi apa yang harus ditempuh di sekolah madrasah,

itulah kurikulum.

Kurikulum dalam arti sejumlah mata pelajaran ya hams ditempuh oleh murid,

menurut Oemar Hamalik, mempunyai implikasi bahwa mata pelajaran pada 1 Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” Surabaya: kopertaisIV Press, 2014) hlm.27

6

hakekatnya adalah pengalaman masa lampau dan tujuan mempelajarinya

adalah untuk memperoleh ijazah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada

pergeseran fungsi sekolah. Seiring dengan perkembangan informasi dan

teknologi sekolah tidak saja dituntut untuk rnembekalai berbagai macam ilmu

pengetahuan yang sangat cepat berkembang, tetapi juga dituntut untuk dapat

mengembangkan minat bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan

berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenhuni dunia kerja.

Pergeseran fungsi sekolah tersebut berdampak pada pergeseran makna

kurikulum, dimana kurikulum tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran

akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar siswa. dijelaskan oleh

William F. Pinar da bukunya What is Curriculum Theory, yang menjelas

bahwa kurikulum pada saat mi adalah dimaknai sebagai pengalaman belajar.

Pergeseran makna ini disebab pengaruh humanisme, seni, dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.   Pengertian Kurikulum Secara Modern :

       Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya

“Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha

sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman

maupun diluar sekolah”. 2

        Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah

semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”.

      Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan

belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau

mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi

suatu lembaga pendidikan”.

Selain itu, kurikulum dalam pandangan modern juga berarti pada

methodology. Misalnya, Hilda Taba dalam bukunyanya Curriculum

Development, menuliskan Currikulum is, after all, a way of preparing young

people to participate as productive members of our culturer”. Artinya,

2 http://mhadhicahyadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-dan.html

7

kurikulum adalah cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai

anggota yang produktif dan suatu budaya.3

Sesuai penjelasan David Pratt bahwa: “A curriculum is anorganized

set of formal educational and or training intentions “. Artinya, kurikulum

adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat latihan.

Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa

kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana

dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa

dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai

suatu tujuan.

Menurut S.Nasution kurikulum dapat ditinjau sebagai berikut :

1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yakni sebagai hasil karya para

pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya

dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya

berisisejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program,yakni alat yang

dilakukan oleh sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya. ini

dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga

meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi

perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah atau madrasah,

pertandingan,pramuka, warung sekolah atau madrasah dan lain-lain.

3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan

dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa

yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang

benar-benar dipelajari.

4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas

berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini

mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa.

3 .Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” (Surabaya: kopertaisIV Press, 2014) hlm.29

8

Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda

dengan apa yang diharapkan menurut rencana

Dan beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas

bisa diambil kesimpulan, bahwa kurikulum merupakan pengalaman

peserta didik baik di sekolah atau madrasah maupun di luar sekolah di

bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata

pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi

perkembangan peserta didik, dan bisa menentukan arah atau

mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata lain kurikulum

haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh

peserta didik.

B. Fungsi Kurikulum

Menurut Sutopo dan Soemanto sebagaimana dikuti oleh Muhammad Joko

Susilo kurikulum berfungsi:4

1. Kurikulum dalam rangka mencapai tujuan. Bila tujuan pendidikan yang

diinginkan tidak tercapai orang cenderung meninjau kembali alat yang

digunaka untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai organisasi belajar yang harus dikuasai

dan dikembangka seirama perkembangan siswa.

3. Bagi guru, kurikulum berfungsi

a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman

belajar siswa.

b) sebagai alat untuk mengadakan evaluasi perkembangan siswa

c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan.

4. Bagi kepala sekolah dan pembiña sekolah kurikulum berfungsi

a) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki

situasi belajar.

4.Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” (Surabaya: kopertaisIV Press, 2014) hlm30.

9

b) sebagai pedoman untuk fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk

menunjang situasi belajar.

c) sebagai pedoman dalam fungsi supervisi untuk membantu guru dalam

memperbaiki situasi belajar.

d) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

5. Bagi orang tua murid, kurikulum. berfungsi sebagai panduan untuk membantu

anak.

6. Bagi sekolah pada tingkatan di atasnya, kurikulum berfungsi sebagai

pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

7. Bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah, kurikulum berfungsi dalam

memberikan bantuan guru dalam memperlancar pelaksanaan program

pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua/masyarakat

untuk menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi

dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

C. Konsep Kurikulum

Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum

adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai

substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.5

a.       Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana :

Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar

bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin

dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang

berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal,

dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen

tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum

dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu

kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu

kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem

5 Suratmanskaters.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-konsep-fungsi-dan-peranan.html

10

Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem

pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup

struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu

kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil

dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi

dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap

dinamis.

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:

Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli

kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai

bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem

kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-

konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai

kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang

dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga

dituntut untuk :

1.    mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah

teknis

2.  mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam

pengetahuan-pengetahuan baru

3.   melakukan penelitian inferensial dan prediktif

4.    mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan

model-model kurikulum.

Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum.

Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi,sebagai sistem,

maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

11

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Awal mulanya kata curriculum digunakan dalam bidang olahraga karena

memiliki arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis

start sampai dengan finish. Namun pada tahun 1995 istilah kurikulum

digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana

dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari

peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Berdasarkan seluruh pandangan dari berbagai sudut mengenai pengertian

kurikulum, maka dapat disimpulkan pengertian kurikulum adalah sederet

rancangan peraturan pembelajaran yang dibuat oleh institusi pendidikan

untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Fungsi Kurikulum

kurikulum berfungsi sebagai organisasi belajar yang harus dikuasai dan

dikembangka seirama perkembangan siswa.

3. Konsep Kurikulum

a.       Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana :

b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:

12

DAFTAR PUSTAKA

Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum,

kopertaisIV Press, Surabaya 2014

http://mhadhicahyadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-

dan.html

Suratmanskaters.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-konsep-fungsi-dan-

peranan.html

13

4.      Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli

Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Curriculum Development; Theory

and Practice”, sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, kurikulum diartikan

sebagai sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak didik. Dalam

pengertian yang lain, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pengertian ini

menggarisbawahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu

tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi.

Menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalah “Sejumlah pengalaman

pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh

sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud

menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah

tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”. Pengertian ini

menggambarkan segala bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek

bagi pengembangan peserta didik, dan bukan hanya terbatas pada kegiatan belajar

mengajar saja.

Pengertian lain yang senada dengan Hasan Langgulung adalah apa yang

disampaikan oleh J. Galen Saylor, William M. Alexander, serta Artur J. Lewis,

dalam “Curriculum Planning for Better Teaching and Learning” menjelaskan arti

kurikulum sebagai berikut: “The curriculum is the sum total of school’s effort to

influence learning, weither in the classroom, on the playgroup, or out school.”

14

Jadi, segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak itu belajar, apakah

dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah, dapat

dikategorikan sebagai kurikulum. Dengan demikian, kurikulum meliputi segala

pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang

diinginkan. Hal demikian dikarenakan suatu tujuan tidak akan tercapai dengan

suatu pengalaman saja, akan tetapi melalui berbagai pengalaman dalam

bermacam-macam situasi, di dalam maupun di luar sekolah.

Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para

ahli lainnya, yakni:

a)       Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua

pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara

kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

b)       Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha

menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid

memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.

c)       Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah

semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.

d)       Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah

dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta

didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

e)       Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah

kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam

implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum

dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 7 Nasional

pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa

15

kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

   Peningkatan iman dan takwa;

   Peningkatan akhlak mulia;

   Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

   Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

   Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

   Tuntutan dunia kerja;

   Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

   Agama;

   Dinamika perkembangan global;

   Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian

peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan

bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan

kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini

dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada

kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

B.     Dimensi Kurikulum

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian kurikulum

terus berkembang sejalam dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan.

Namun berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian

kurikulum sebagai berikut :

R. Ibrahim (2005) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi,

yaitu:

1.      Kurikulum Sebagai Substansi

Dimensi ini memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi

siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu

kurikulum dapat juga menunjuk pada suati dokumen yang berisi rumusan tentang

tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi.

16

2.      Kurikulum Sebagai Sistem

Dimensi ini memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem

prsekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem

kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara

menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.

Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya kurikulum.

3.      Kurikulum Sebagai Bidang Studi

Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidang

study kurikulum. Hal ini merupakan ahli kajian para ahli kurikulum dann ahli

pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum

mempelajari konsep – konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan

dan kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga menemukan hal – hal baru, yang

dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Sedangkan Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep

kurikulummemiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan

dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi tersebut, yaitu:

1.      Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,

khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2.      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum

sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-

alat, dan waktu.

3.      Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum

sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4.      Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum

sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni

tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

17

Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi

enam bagian, yaitu :

1.      Kurikulum sebagai ide.

2.      Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan

panduan dalam melaksanakan kurikulum.

3.      Kurikulum menurut persepsi pengajar.

4.      Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar

di kelas.

5.      Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik.

6.      Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

C.    Fungsi Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi

guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai

pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua,

kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar

dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk

memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.

Sedangkan bagi siswa, sisiwa kurikulum berfungsi sebagi suatu belajar.

Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu

sendiri yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi

kurikulum memiliki arti sebagai berikut:

a. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted 11

yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial.

b. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada

18

dasarnya merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang

lebih tinggi.

c. Fungsi Diferensiasi

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu memberikan layanan terhadap perbedaan individusiswa. Setiap siswa

memiliki perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.

d. Fungsi persiapan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih.

e. Fungsi pemilihan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar

yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat

kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan

individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk

memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Fungsi diagnostik

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu

membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi

dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat

mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-

kelemahannya.

D.    Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki

peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan.

Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu:

a.       Peranan Konservatif

19

Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga

pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi

muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan

pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat

mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma

tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya

sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya

pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam

kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya,

kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak

nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan

tetap terpelihara dengan baik. Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat

dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang

dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini

para siswa.

b.      Peranan Kreatif

Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan

nilai-nilai lama? Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam

mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada

kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu

mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.

Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran

kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu

siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat

berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju

secara dinamis. Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab, manakala

kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan

tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang

20

bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial

masyarakat.

Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus

berjalan secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran

konservatifnya cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan

zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat

membuat hilangnya nilai-nila budaya masyarakat.

Sesuai dengan peran yang harus ”dimainkan” kurikulum sebagai alat dan

pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan

itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan

pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari

cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat

fungsi, yaitu 1) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2)

Suplementasi (Supplementation), 3) Eksplorasi (Esploration) dan 4). Keahlian

(Specialization). Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu

mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.

c.       Peranan Kritis dan Evaluatif

Apakah setiap nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak

didik? Apakah setiap nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman

juga harus dimiliki oleh setiap anak didik ? Tentu tidak. Tidak setiap nilai dan

budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya

lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; demikian

juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai

lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian

kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu

dipertahankan, dan nilai atau buadaya baru yang mana yang harus dimiliki anak

didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan.

Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu

yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Peranan ini

dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup

21

dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-

nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang

terjadi pada masa sekarang.

22

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Awal mulanya kata curriculum digunakan dalam bidang olahraga karena

memiliki arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start

sampai dengan finish. Namun pada tahun 1995 istilah kurikulum digunakan

dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan

tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam

menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan seluruh pandangan

dari berbagai sudut mengenai pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan

pengertian kurikulum adalah sederet rancangan peraturan pembelajaran yang

dibuat oleh institusi pendidikan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Pengertian kurikulum terus berkembang sejalan dengan perkembangan

teori dan praktik pendidikan. Namun dalam pengkajiannya bisa ditinjau melalui

sudut pandang dimensi yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya : R.

Ibrahim (2005) yang mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu:

kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai

bidang studi. Ada pula Hamid Hasan (1988) yang mengelompokan kurikulum

menjadi empat dimensi dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling

berhubungan. Kemudian Purwadi (2003) yang memilah pengertian kurikulum

menjadi enam bagian.

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki

fungsi sebagai acuan atau pedoman dalam kegiatan pendidikan. Selain itu

memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan

pendidikan diantaranya ada peranan konservatif, kreatif serta kritis dan evaluatif.

23

DAFTAR PUSTAKAAji, Wisnu. (tanpa tahun). Apa itu Kurikulum. [Online]. Tersedia:

http://wisnuajiku.wordpress.com/apa-itu-kurikulum/ [16 September 2014]Anonim. (2013). Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:

http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli.html [16 September 2014]

Asyharbeni. (2013). Peran dan Fungsi Kurikulum. [Online]. Tersedia : https://asyharbeni.files.wordpress.com/2013/09/peran-dan-fungsi-kurikulum.pdf [17 September 2014]

Kurnia, Wawan Haris. (2012). Pengertian, Fungsi, Dimensi, dan Peranan Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/pengertian-fungsi-dimensi-peranan.html [17 September 2014]Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

24

pengertian, konsep, fungsi dan peranan kurikulum.Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian KurikulumPengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini adalah beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang.Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.

a.       Pengertian Kurikulum Secara TradisionalPertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti “sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah”. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini lebih ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.

b.      Pengertian Kurikulum Secara ModernMenurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”.Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”. Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.

c.       Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli

25

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan.Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Latin “curriculum” yang berarti bahan pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa kata kurikulum berasal dari bahasa Perancis “courier” yang berarti berlari. Di samping itu, dijelasakan juga sebagai rel pacuan kuda ditengah lapangan yang harus dilewati dan tidak boleh dilangggar.Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.Adapun secara terminologis, kurikulum adalah a plan for learning yang disiapkan dan direncanakan oleh para ahli pendidikan untuk pelajaran anak didik baik berlangsung didalam kelas maupun diluar kelas.Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school. Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:

1. kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

26

3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian :

a.    kurikulum sebagai ideb.    kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan

dalam melaksanakan kurikulumc.    kurikulum menurut persepsi pengajard.   kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di

kelase.    kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik danf.     kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

  Peningkatan iman dan takwa;  Peningkatan akhlak mulia  Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik  Keragaman potensi daerah dan lingkungan  Tuntutan pembangunan daerah dan nasional  Tuntutan dunia kerja  Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni  Agama  Dinamika perkembangan global  Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini

27

dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.Perubahan Paradigma pengembangan kurikulum di indonesia diawali dengan lahirnya peraturan No.19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kopetansi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Khususna pada pasal 17 ayat 2 dinyatakan bahwa “Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.Adanya kebijakan tersebut mengimplikasi bahwa kurikulum tidak lagi disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada penyusunan kurikulum terdahulu. Akan tetapi kurikulum dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

B.     Konsep KurikulumKonsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

a.       Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana : Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistemSistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi: Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum

dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi

adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka

yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang

28

kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan

percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan

memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk :

1.    mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis

2.    mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru

3.    melakukan penelitian inferensial dan prediktif4.    mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan

model-model kurikulum. Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi,sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

C.    Peran dan Fungsi Kurikuluma.      Peranan Kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peranan sebagai berikut :

1.      Peranan Konservatif Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian , sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.

2.      Peranan Kritis / EvaluatifKebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Nilai –nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Dalam rangka inilah peran kritis dan

29

evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

3.      Peran KreatifKurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat membantu siswa berperan aktif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

b.      Fungsi Kurikulum.Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum yaitu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.Sesuai dengan peran yang harus “dimainkan” kurikulum sebagai alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri.

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi,yaitu :

1)      Fungsi pendidikan umum (common and general education)Fungsi pendidikan umum, yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan mahluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan mana pun.

2)      Suplementasi (suplementation)Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedan bakat. Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.

3)      Suplementasi (supplementation)Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini siswa

30

diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang tua, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya karena alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak rasional. Oleh karena itu para pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang tersembunyi.

4)      Keahlian (spesialization)Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahlian yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau disiplin akademik. Yang bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisnya. Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan bidang keahliannya.Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.Alexander Inglis(dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa yang meliputi :

1.      Fungsi Penyesuaian, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat mengantar siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan soaial masyarakat. karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.

2.      Fungsi Integrasi, dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Baik itu kemampuan kognitif,afektif, dan psikomotor. Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka membentuk sikaf sesuai dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakatnya.

3.      Fungsi Deferensiasi, yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala keunikannya. kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada

31

dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.

4.      Fungsi Persiapan, mengandung makna, bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak. kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, maka kurikulum harus membekali mereka dengan berbagai pengetahuan yang diperlukan agar dapat mengikuti pelajaran pada level pendidikan di atasnya juga agar dapat belajar di masyarakat.

5.      Fungsi Pemilihan, adalah fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada etiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.

6.      Fungsi Diagnostik, adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa. salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

BAB IIIPENUTUP

A.       Kesimpulan1.        Pengertian Kurikulum diorganisis menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah

rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk insitusi pendidikan yang isinya berupa proses dan kompetensi yang harus dimiliki. Selanjutnya kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan arahan dari insitusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.

2.        Konsep kurikulum meliputi sebagai subtansi yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai, sebagai sistem yang merupakan bagian dari system persekolahan, pendidikan, bahkan masyarakat, dan sebagai bidang studi yang merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan system kurikulum.

3.        Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan

32

bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

4.        Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran konservatif, kreatif, kritis dan evaluatif

B.       Rekomendasi

33

BAB IPENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANGKurikulum sering diartikan sebagai wadah seperangkat konsep tentang

praktik pendidikan. Seperangkat konsep tersebut dibuat sebagai acuan dari

pelaksanaan praktik pendidikan. Kurikulum berusaha menerjemahkan tujuan

pendidikan sekaligus tujuan dari pengembangan manusia suatu bangsa ke dalam

konsep-konsep yang sistematis. Dengan harapan agar pendidikan bisa

dilaksanakan lebih terarah sehingga bisa efektif dan efisien. Jadi sedikit banyak

kurikulum merupakan gambaran orientasi suatu bangsa.

Dari cuplikan di atas, akan sangat menarik mengetahui sejarah dari

perkembangan kurikulum di Indonesia. Kami dalam makalah ini berusaha

membahas tentang sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia. Tetapi sebelum

masuk ke pembahasan tentang sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia,

kami merasa perlu untuk menyelipkan sedikit tentang kurikulum.

B.  RUMUSAN MASALAH1.        Apa pengertian kurikulum?2.        Bagaimana peranan kurikulum dalam ilmu pendidikan?3.        Bagaimana fungsi kurikulum dalam ilmu pendidikan?4.        Apa saja prinsip dalam pengembangan kurikulum?5.        Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?

C.  TUJUAN1.        Untuk mengetahui apa itu kurikulum.2.        Untuk mengetahui bagaimana peranan kurikulum dalam ilmu pendidikan.3.        Untuk mengetahui bagaimana fungsi kurikulum dalam ilmu pendidikan.4.        Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.5.        Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum.

34

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengantar Tentang Kurikulum

1.             Pengantar Dasar Kurikulum

1.1         DEFINISI KURIKULUM

Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin “curir”

yang artinya pelari, dan “currere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal

kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis

start sampai garis finish. Dengan demikian, istilah awal kurikulum diadopsi dari

bidang olahraga pada zaman romawi kuno di Yunani, baru kemudian diadopsi ke

dalam dunia pendidikan. Yang diartikan sebagai rencana dan pengaturan tentang

belajar peserta didik di suatu lembaga pendidikan.6[1] Sedangkan dalam bahasa

Arab diterjemahkan dengan kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang

terang yang dilalui manusia di berbagai bidang kehidupannya.7[2]

Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut:

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu”

Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia

pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata

pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan

pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.8[3]

Secara operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

6[1] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. hal 347[2]Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Hal:1848[3] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 37

35

1.      Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah

yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2.      Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan

pengajaran untuk siswa-siswanya.

3.      Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana

pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di

sekolah.

4.      Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara

penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5.      Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.9[4]

1.2         KOMPONEN KURIKULUM

Komponen kurikulum adalah bagian-bagian penting dan penunjang yang

dapat menunjang tercapainya tujuan dari kurikulum. Diantara komponen tersebut

adalah:

      Komponen Tujuan

Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan.

      Komponen Isi/Materi

Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

      Komponen Media

Komponen media atau sarana prasarana merupakan perantara untuk menjabarkan

isi kurikulum.

      Komponen Strategi

Komponen strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan

pengajaran agar efektif dan efisien.

      Komponen Proses Belajar-Mengajar

Pengkondisian suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif yang mendorong

peserta didik mengembangkan kreatifitasnya.

9[4] Pengembangan dan inovasi kurikulum hal:2

36

1.3         PERANAN KURIKULUM

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan

mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis

secara sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai

sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan

evaluative.

a.             Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat diajadikan sebagai

sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap

masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus.

Dengan demikian kurikulum bisa dikatakan konservatif karena

mentransmisikan dan menafsirkan warisan social kepada anak didik atau generasi

muda. Pada hakekatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara

siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu proses

pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini

kurikulum menjadi sangat penting, serta turut membantu dalam proses tersebut.

b.             Peranan kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi

setiap saat. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,

dalam arti menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu

yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus

mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua

potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,

serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c.              Peranan Kritis dan Evaluative

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa niali-nilai dan

budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga

pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada anak didik perlu disesuaikan

dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selai itu perkembangan yang

37

terjadi masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang

dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan

budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,

melainkan juga memiliki peranan untul menilai dan memilih nilai dan budaya

serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini kurikulum

harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social

yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan dan

diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

1.4         FUNGSI KURIKULUM

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik,

terdapat enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis

dalam bukunya Principle of secondary Education (1981)10[5], yaitu:

a.             Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well

adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan social.11[6]

Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program

pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sebagai khalifah fil

ardhi, anak didik diharapkan mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan

yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.

b.             Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Dalam hal ini,

orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai

pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian

10[5] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 21111[6] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 9

38

integral dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu akan memberikan sumbangan

dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c.              Fungsi Perbedaan (the differentiating function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu

anak didik. Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang

berbeda-beda dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi

yang ada, sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa

beraneka ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut12[7].

Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram

kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses

belajar-mengajar yang mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir

kreatif, kritis dan berorientasi kedepan.

d.             Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan

studi lebih lanjut untuk suatu jangkau yang lebih jauh, baik itu melanjutkan ke

sekolah yang lebih tinggi maupun untukl belajar di masyarakat seandainya ia tidak

mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

e.              Fungsi Pemilihan (the selective function)

Dalam fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik dalam

memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemempuan dan minatnya.

f.              Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)

Salah satu aspek pelayanana pendidikan adalah membantu dan mengarahkan

anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat

mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.

12[7] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 214

39

Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat

pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat

memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila anak

didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya,

maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang

dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya.

2.             PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

2.1 Hakikat Pengembangan Kurikulum

Menurut Hasan Lunggulung, bahwa kurikulum merupakan sejumlah

pengalaman pendidikan, kebudayaan,social, olahraga, dan kesenian yang

disediakan sekolah untuk anak didiknnya baik di dalam maupun di luar sekolah

dengan maksud menolongnya agar dapat berkembang secara menyeluruh di

semua aspeknya dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan

pendidikan.13[8]

Dari sana dapat di tarik garis terang tentang hakikat perkembangan

kurikulum. Bahwasannya kurikulum pendidikan itu harus sesuai dengan dinamika

zaman, dimana implikasi dari pengembangan kurikulum terhadap peserta didik

adalah mereka akan semakin aktual serta mampu membawa dirinya sesuai dengan

hakikatnya dan hakikat lingkungannya.

2.2         Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

      Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini dibagi menjadi dua

jenis yaitu;

a.              Relevansi eksternal

Artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat.

Dimana kurikulum seharusnya menyiapkan peserta didik agar bisa beradaptasi di

masyarakat.

13[8] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 186

40

b.             Relevansi internal

Relevansi internal yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.14[9]

      Prinsip Fleksibilitas

Prinsip Fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur atau tidak kaku dan ada

semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan untuk bertindak.

      Prinsip Kontinuitas

Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambuangan

yang meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang

pendidikan.

      Prinsip Praktis atau Efesiensi

Prinsip Praktis atau Efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

prinsip praktis yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Salah satu kriteria

praktis itu adalah efisien artinya tidak mahal alias murah. Murah disini merujuk

pada pengertian bahwa kurikulum harus dikembangkan secara efisien tidak boros

dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.

      Prinsip Efektifitas

Prinsip Efektifitas, ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum

selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.

B.     Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

1.      Rencana pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah

“leer plan”. Dalam bahasa belanda , artinya rencana pelajaran, lebih populer

ketimbang Curriculum (Bahasa ingris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih

bersifat politis: dari orientasi pendidikan belanda ke kepentingan nasional. Asas

pendidikan ditetapkan pancasila.

Rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.

Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari

14[9] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 68

41

kurikulum 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum

diawali dari kurikulum 1950. Bentuknya memuat 2 hal pokok: daftar mata

pelajaran dan dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengejaran. Rencana

pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan

watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan

dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap keseniaan dan pendidikan

jasmani.

2.      Rencana pelajaran terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana

pelajaran terurai 1952. “silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru

mengajar satu mata pelajaran,” kata djuzak ahmad, direktur pendidikan dasar

depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, diusia 16 tahun Djuzak adalah guru SD

Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.

Dipenghujung era presiden Soekarno, muncul rencana pendidikan 1964 atau

kurikulm 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan

moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok

bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah.

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional

praktis.

3.      Kurikulum 1968

Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan

1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. Tujuannya pada pembentukan

manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi

materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan

kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.

Djauzak menyebut kuurikulum 1968 sebagai sebagai kurikulum bulat.

“Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran

bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik

beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa disetiap jenjang

pendidikan.

42

4.      Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan

efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengeruh konsep dibidang manajemen,

yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs Mudjito,

Ak, Msi, direktur pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Metode, materi, dan tujuan pelajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pendidikan”, yaitu

rencana in etiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk

umum, tujuan khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar

mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk

menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5.      Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach meski mengutamakan

pendekatan proses tapi paktor tujuan tetap penting. Kurikuylum ini juga sering

disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai

sabjek belajar dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusiakn hingga

melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).

Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah

suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana sini ada tempelan

gambar dan yang menyolok guru tak lagi model berceramah.

6.      Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-

kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan abtara kurikulum 1975

dan 1984 antara pendekatan proses.

Sayangnya perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Materi muatan

local disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing, misalnya bahasa daerah,

kesenian,keterampilan daerah dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok

masyaraka juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.

Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan

rezim Suharto pada 1998 diikuti kehadiran suplemen kurikulum 1999. Tapi

perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.

43

7.      Kurikulum 2004

Bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) setiap pelajaran

diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya

kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni ujian.

Uijian akhir nasional masih berupa pilihan ganda. Bila target kompetensi yang

ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau uraian yang

mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru

diuji cobakan di sejumlah sekolah kota-kota di pulau Jawa dan kota besar di luar

pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Gugu-gurupun tak

paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum

(sumber: Depdiknas.co.id)

8.      KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan muncullah kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses

pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah

banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol

adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai

dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini

disebabkan kerangka dasar (KD), setandar kompetensi lulusan( SKL), standar

kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk satuan

pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional. Jadi

pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus dan system penilaian

merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan

supervisi pemerintah kabupaten/kota.

9.      Kurikulum 2013

Kurikumlum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik

dan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.15[10]

1. Mewujudkan pendidikan berkarakter Pendidkan berkarakter sebenarnya

merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya.

15[10] http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistik-kurikulum-2013.html

44

Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta

didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki budi

pekerti yang baik. Namun pada implementasi kkurikulum ini masih

terdapat berbagai kekuragan sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga

kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem

pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan

bangsa.

2. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Wawasan lokal merupakan

satu hal yang sangat penting. NAmun pada kenyataan yang terjadi selama

ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus oleh tingginya

pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat

untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang

dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendoronggg bagaimana

penanaman budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini

akan diterapkan dalam konsep sintem pendidikan kurikulum 2013. Sistem

yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal yang selamaa ini dilupakan

dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem pendidkan kurikulum

2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi inspirasi dan

implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan budaya lokal

dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak

punah ditelan zaman.

3. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat Pendidikan tidak

hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya pendidikan

merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya itu,

dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya

akan diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik

restasi akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada

kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih

menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten. Sehingga dengan

cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta inovasi

peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.

45

46

BAB III

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum mempunyai komponen-komponen penting yang saling berkaitan

dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum. Komponen tersebut

diantaranya: komponen tujuan, komponen isi, komponen media, komponen

strategi dan komponen proses belajar mengajar.

Kurikulum dalam pendidikan formal memiliki peranan yang strategis dan

menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Bentuk-bentuk peranan tersebut

adalah peran konservatif, peran kreatif, peran kritis dan evaluative.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat

enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis yaitu

Fungsi Penyesuaian, Fungsi Pengintegrasian, Fungsi Perbedaan, Fungsi

Persiapan, Fungsi Pemilihan, Fungsi Diagnostik

47

DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz

Media, 2007.

Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara

Loeloek Endah Poerwanti, Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013

(Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Pendidikan Masa Depan).

Jakarta: Prestasi Pustaka Raya. 2013

http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistik-kurikulum-

2013.html diakses tanggal 28-04-2014 jam 19:30 WIB16[1] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. hal 3417[2]Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Hal:18418[3] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 3719[4] Pengembangan dan inovasi kurikulum hal:220[5] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 21121[6] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 922[7] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 214

23[8] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hal 186

1617181920212223

48

24[9] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran. 2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 6825[10] http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistik-kurikulum-2013.html

2425

49