Upload
parahyanganuniversity
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang
memegang peranan cukup vital dalam semua aktifitas ekonomi.
Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah akan berdampak terhadap
masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Begitupun dengan
kebijakan kenaikan harga BBM per 22 Juni 2013, yakni harga premium
yang sebelumnya Rp4.500,- naik menjadi Rp6.500,- dan solar menjadi
Rp5.500,- (harga sebelumnya Rp4.500,-). Hal ini terjadi karena Indonesia
masih mengimpor minyak mentah dari dunia, sehingga kenaikan harga
minyak dunia memicu kenaikan harga BBM. Karena pemerintah
memberikan subsidi yang besar pada masyarakat terhadap bahan bakar
minyak, pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi subsidi
tersebut dan menaikan harga bahan bakar minyak.
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat kenaikan harga
BBM tersebut lebih didominasi oleh dampak negatif daripada positifnya.
Dalam menyikapi kebijakan kenaikan harga BBM, masyarakat merespon
kebijakan tersebut dengan menaikkan harga beberapa barang komoditas.
Karena berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, kenaikan harga
BBM akan meningkatkan biaya transportasi sehingga akhirnya harga
produk/komoditas akan meningkat.
1
Saat ini banyak pedagang di Indonesia yang bergerak dalam bidang
penjualan motor bekas dan masing-masing pedagang berusaha untuk
meningkatkan penjualan motor bekas mereka. Seperti contohnya di Jalan
Ciateul Bandung, di setiap sisi jalannya dipenuhi dengan pedagang-
pedagang yang menjual motor-motor bekas. Kenaikkan BBM berpengaruh
terhadap penjualan motor bekas karena meningkatnya harga BBM dan
juga kebutuhan pokok. Tidak hanya kebutuhan pokok tetapi harga tarif
transportasi umum juga ikut naik. Apabila dihitung-hitung jumlah uang
yang dikeluarkan untuk membayar transportasi umum perhari misalnya 15
ribu rupiah, jika dikalkulasikan perbulannya akan terkumpul uang
sejumlah 390 ribu rupiah, jumlah sekian cukup untuk mencicil motor
bekas sekitar 280 ribu rupiah hingga 350 ribu rupiah. Oleh karena itu,
banyak orang yang lebih memilih menggunakan uang transportasi
umumnya untuk mencicil motor bekas. Karena terdesaknya perekonomian
masyarakat, banyak masyarakat yang mengalihkan kendaraan
transportasinya dari mobil menjadi motor (detik.com,2008). Ada juga
masyarakat yang mempunyai motor tetapi penghasilannya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena naiknya BBM
dan mengambil keputusan untuk menjual motornya dan membeli lagi
motor bekas yang sisa dari penjualan motornya tersebut untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal itu tentu berpengaruh terhadap penjualan motor-
motor bekas. Merk motor yang penjualannya paling laku bulan Mei 2013
menurut AISI adalah Honda, dengan perolehan penjualannya sebesar
2
362.903 unit motor terjual,sedangkan pesaing lain yaitu Yamaha dengan
penjualan 238.200 unit motor terjual, Suzuki 27.500 unit motor terjual,
Kawasaki 15.203 unit motor terjual,dan TVS 2.102 unit motor terjual
(aisi.or.id,2013).
Jalan Ciateul sejak dahulu dikenal sebagai sentra motor bekas
(mokas), ada puluhan showroom berjejer, baik yang berupa bangunan atau
sengaja mereka yang berjualan di pinggir jalan. Disini pembaca dapat
membeli motor bekas ataupun menjual motor pembaca. Banyaknya
konsumen yang membeli motor di daerah ini ditunjang pula dengan daerah
sekitar Ciateul yang menjadi primadona bagi pembaca yang ingin membeli
aksesoris atau onderdil kendaraan. Di Jalan Pungkur dekat Ciateul ini
berjejer bengkel dan juga penjual kebutuhan aksesoris dan onderdil motor
juga mobil. Untuk kawasan ini, aksesoris dan onderdilnya baru (informasi-
bandung.com,2013). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Penjualan Motor Bekas
Merk Honda di Jalan Ciateul Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kenaikan BBM mempengaruhi penjualan motor bekas merk
Honda di Jalan Ciateul Bandung?
2. Berapa besarkah penjualan motor bekas merk Honda sesudah kenaikan
BBM ?
3
3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penjualan motor bekas
merk Honda?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Penulis ingin mengetahui pengaruh kenaikkan BBM terhadap
penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.
2. Penulis ingin mengetahui besar penjualan motor bekas sesudah
kenaikan BBM.
3. Penulis ingin mengetahui Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
penjualan motor bekas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Pedagang:
a. Penulis ingin menyumbangkan hasil analisis yang dapat dibuat
rekomendasi untuk diambil kebijaksanaan untuk lebih
meningkatkan penjualan dan strategi apa yang dilakukan.
2. Untuk Penulis:
a. Penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dalam
melakukan penelitian.
b. Penulis belajar banyak hal selama proses pembuatan karya tulis ini.
4
3. Untuk Pembaca:
a. Pembaca dapat mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap
penjualan motor bekas.
b. Pembaca dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya penjualan motor bekas.
c. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan
penelitian lanjutan.
E. Hipotesis
Penulis menggunakan hipotesis kerja/alternative (Ha) : Kenaikan
harga suatu barang berpengaruh negatif terhadap permintaan suatu barang
tertentu.
F. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan
eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah
kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul
Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
penjualan motor bekas merk Honda.
Teknik pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan data yang
diperlukan, penulis memilih teknik wawancara karena penulis dapat
mengetahui lebih leluasa tentang pendapat narasumber dan mampu
mendapatkan jawaban yang berkualitas.
5
Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang
mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di
Jalan Ciateul Bandung.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
secara kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa wawancara.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian dalam menulis karya tulis dimulai dari bab I
Pendahuluan adalah bab ke-1 yang menjelaskan gambaran dari karya tulis
secara umum yang terbagi dalam Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis, Metodologi
Penelitian , dan Sistematika Penelitian. Lalu bab II Landasan Teori adalah
bab ke -2 yang berisikan dasar dari penelitian diantaranya: Pengertian
BBM, Teori Penjualan, Hukum Permintaan. Setelah itu yaitu bab III
tentang Metodologi Penelitian adalah bab ke-3 yang berisikan Jenis
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data. Dilanjutkan
dengan bab IV Analisis Data adalah bab ke-4 yang berisikan pengolahan
data dan analisis data. Dan yang terakhir adalah bab V Kesimpulan Dan
Saran adalah bab ke-5 yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang
telah dibuat dan meminta saran dari pembaca untuk menyempurnakan isi
karya tulis yang telah dibuat.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bahan Bakar Minyak
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam
yang dimiliki oleh Indonesia, yang dalam pengolahan dan penyalurannya
dikuasai oleh negara. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945
yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
BBM adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, yang berasal
dari endapan sisa-sisa jasad hidup yang halus dan mengandung minyak.
BBM merupakan energi sekunder yang dihasilkan dari proses transformasi
minyak bumi. Menurut pasal 3 Undang-undang No. 4 Perpu tahun 1960,
bahan galian minyak dan gas bumi adalah kekayaan nasional, dikuasai
oleh negara sedangkan usaha pertambangan dilaksanakan oleh perusahaan
negara. Pasal tersebut menjelaskan dalam pengolahan minyak mentah dan
BBM dikuasai sepenuhnya oleh negara yang penguasaannya diwakili oleh
pemerintah. Penguasaan yang dilakukan tersebut dijalankan oleh
Pertamina, selaku Badan Usaha Milik Negara. Menurut Undang-undang
No.8 tahun 1971 Pertamina mempunyai tugas meliputi kegiatan ekplorasi,
eksploitasi, pemurnian, dan pengolahan.
7
B. Harga
Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi
sebagai informasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi
disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif,
maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran
pasar.
Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan
penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan
pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi
kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan
tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu
menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya
dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual
menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh
keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan
tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan
sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar
disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium).
Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan
permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam
keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan
jumlah yang ditawarkan.
8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini.
a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.
b. Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama
dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil
interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli
(demand, D) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan
harga, sementara dari sisi penjual (supply, S) semakin banyak barang yang
akan dijual akan menurunkan harga.
C. Elastisitas Permintaan
Elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau
ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi
permintaan atau penawaran (Arsyad, 1991:47).
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah
unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (cateris paribus).
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut
elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang
dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross
elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas
9
pendapatan (income elasticity) (Rahardja dkk, 2004:55).
D. Jenis – Jenis Elastisitas
1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas harga (Ep) adalah persentase perubahan kuantitas yang
diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar
1 (satu) persen.
Atau
Angka elastisitas harga (Eh)
a. Permintaan Elastis (Ed > 1)
Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang
yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.
Gambar 2.1Permintaan Elastis
10
b. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)
Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih
kecil dari persentase perubahan harga.
Gambar 2.2 Permintaan Inelastis
c. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)
Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan
permintaan sama dengan persentase perubahan harga.
Gambar 2.3 Permintaan Elastis Kesatuan
d. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)
Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang
diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya
suatu barang akan habis dibeli (terjual).
11
Gambar 2.4 Permintaan Elastis Sempurna
e. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)
Pada keadaan ini orang/ konsumen tidak akan merubah permintaannya pada
tingkat harga berapa pun.
Gambar 2.5 Permintaan In-Elastis Sempurna
2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang (Ec) adalah persentase perubahan jumlah barang
yang diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga barang lain (yang
memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling menggantikan)
sebesar 1%.
12
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila
Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga
relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika
nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X
hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan harga Y menyebabkan
permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap
X ikut menurun.
3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang
yang diminta sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (income) riil
konsumen sebesar 1%.
13
Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan
meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya
makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei
antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang
dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0.
Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan
nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior
E. Pengertian Penjualan
Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan
karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan
baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat
disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan
pendapatan pun akan berkurang.
14
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu
sendiri adalah sebagai berikut:
Pengertian penjualan menurut Henry Simamora dalam buku
“Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa:
“Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan
merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas
barang dan jasa”.
(Simamora, 2000;24)
Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku “Sistem
Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa :
“Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha
pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.
(Marom, 2002:28)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan
pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan
pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk
tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.
F. Dokumen-Dokumen Penjualan
Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan dalam bukunya
yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi 1” antara lain sebagai berikut:
“1. Order Penjualan Barang (Sales Order) 2. Nota Penjualan Barang 3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
15
4. Faktur Penjualan (Invoice) 5. Surat pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)”.
(Midjan, 2001:183)
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk
memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.
2. Nota Penjualan Barang
Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah
dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.
3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada
pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.
4. Faktur Penjualan (Invoice)
Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada
pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah
tagihannya.
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari:
Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan
Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan Jurnal Penjualan.
16
G. Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang
penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan
terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut
Basu Swastha dalam bukunya “Manajemen Penjualan”, yaitu:
“1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Mendapat laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
(Swastha, 2005:404)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum
perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume
penjualan, mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya,
dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan.
H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang
dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer
penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu
Swastha dalam buku “Manajemen Penjualan” antara lain sebagai berikut:
“1. Kondisi dan Kemampuan Penjual 2. Kondisi Pasar3. Modal4. Kondisi Organisasi Perusahaan5. Faktor-Faktor Lain”. (Swastha, 2005:406)
17
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah
penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari
tenaga penjual adalah:
a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
b. Harga produk atau jasa
c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman
2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
3. Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut
barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh
bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang
yang ahli dibidang penjualan.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian
hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya
faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama
18
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan
kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi
perusahaan, dan faktor-faktor lain.
I. Proses Penjualan
Menurut Basu Swastha dalam buku “Manajemen Penjualan”
menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu:
“1. Persiapan Sebelum Penjualan 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial 3. Pendekatan Pendahuluan 4. Melakukan Penjualan 5. Pelayanan Sesudah Penjualan”.
(Swastha, 2005:410)
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Sebelum Penjualan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga
penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya,
pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.
2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial
Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau
perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk
yang ditawarkan.
3. Pendekatan Pendahuluan
Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung
penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan
19
pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai
pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan Penjualan
Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian
calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka.
Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.
5. Pelayanan Sesudah Penjualan
Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam
keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan
penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli
bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-
betul bermanfaat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan
proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan
lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan,
dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan
eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah
kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul
Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
penjualan motor bekas merk Honda.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan data yang
diperlukan, penulis memilih teknik studi lapangan dalam bentuk
wawancara karena penulis dapat mengetahui lebih leluasa tentang
pendapat narasumber dan mampu mendapatkan jawaban yang berkualitas.
Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang
mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di
Jalan Ciateul Bandung
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data sesuai penelitian yang dilakukan penulis
adalah teknik analisis data secara kualitatif. Karena penulis menggunakan
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara.
21
D. Unit Analisis Data
Unit Analisis yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah
pedagang motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.
E. Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi bahan penelitian penulis yaitu seluruh
pedagang motor bekas di Bandung.
Sampel yang diambil penulis adalah pedagang motor bekas di
Jalan Ciateul Bandung. Penulis mengambil sample pedagang motor bekas
di Jalan Ciateul Bandung karena Jalan Ciateul Bandung sudah menjadi ciri
khas dalam hal penjualan motor bekas baik yang berupa pedagang yang di
pinggiran jalan maupun yang berupa showroom.
F. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan pembuatan karya tulis ini, dimulai sejak akhir
Juli 2013 dan diperkirakan berakhir pada akhir Oktober 2013. Lokasi yang
penulis teliti yaitu di Jalan Ciateul Bandung.
22
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Kawasan Ciateul Sebagai Sentra Penjualan Motor Bekas
Jalan Ciateul atau yang disebut Jalan Inggit Garnasih, sejak dahulu
sudah dikenal sebagai pusat penjualan motor bekas. Di Jalan Ciateul
terdapat puluhan showroom motor bekas yang berjejer di sekitar Jalan
Ciateul, ada yang berupa bangunan ataupun mereka yang sengaja
berjualan di pinggiran jalan.
Banyak ragam motor yang ditawarkan oleh showroom motor bekas
maupun pedagang motor bekas di Jalan Ciateul, baik merk Honda,
Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Tidak hanya merk saja, tetapi banyak
juga jenis - jenis motor, seperti motor bebek, trail, matic, dan lain – lain.
Kondisi motor yang dijual di showroom juga relatif bagus karena biasanya
motor yang mau dijual sudah diperbaiki terlebih dahulu oleh para penjual.
Selain menjual motor, penjual juga menerima pembelian motor
bekas bagi orang – orang yang ingin menjual motornya. Jika ada yang
ingin menukar tambahkan motornya pun bisa. Karena banyaknya
konsumen yang membeli motor di daerah ini ditunjang pula dengan daerah
sekitar Ciateul yang menjadi primadona bagi konsumen yang ingin
membeli accessory dan onderdil motor.
23
B. Pengolahan Data
Pengolahan data dibagi menjadi dua cara, yaitu: cara statistik dan
non statistik. Penulis menggunakan cara non statistik, karena penulis
mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara sehingga cara ini
memudahkan penulis untuk mengolah data.
1. Narasumber
Penulis mengambil narasumber yaitu, showroom di sepanjang
Jalan Ciateul Bandung yang berjumlah 10 showroom motor bekas.
2. Hasil Wawancara
2.1 Penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang penjualan motor bekas
merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu
sebagai berikut :
1. Showroom 1 dalam penjualan motor bekas merk Honda
mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk
Honda sebesar 15 unit motor dengan penjualan sebelum
kenaikan BBM sebesar 35 unit motor dan penjualan sesudah
kenaikan BBM sebesar 20 unit motor.
2. Showroom 2 dalam penjualan motor bekas merk Honda
mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk
Honda sebesar 52 unit motor dengan penjualan sebelum
24
kenaikan BBM sebesar 227 unit motor dan penjualan sesudah
kenaikan BBM sebesar 175 unit motor.
3. Showroom 3 dalam penjualan motor bekas merk Honda
mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk
Honda sebesar 10 unit motor dengan penjualan sebelum
kenaikan BBM sebesar 25 unit motor dan penjualan sesudah
kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.
4. Showroom 4 dalam penjualan motor bekas merk Honda
mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk
Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum
kenaikan BBM sebesar 15 unit motor dan penjualan sesudah
kenaikan BBM sebesar 10 unit motor.
5. Showroom 5 dalam penjualan motor bekas merk Honda
mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk
Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum
kenaikan BBM sebesar 20 unit motor dan penjualan sesudah
kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan
bahwa sebesar 5 showroom motor bekas mengalami penurunan
penjualan terhadap motor bekas merk Honda.
25
2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan
motor bekas merk Honda
Hasil wawancara penulis tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda
yaitu sebagai berikut :
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari
raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan
motor bekasnya hanya bersifat sesaat.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari
raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan
motor bekasnya hanya bersifat sesaat, kenaikan kelas siswa –
siswi, suku bunga bank yang naik sejak September dari 28%
menjadi 31% yang akan mempengaruhi harga DP motor bekas,
dan bunga cicilan leasing yang naik dari 20% menjadi 25%
yang mempengaruhi harga cicilan motor bekas.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari
raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan
motor bekasnya hanya bersifat sesaat.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu bunga
26
cicilan leasing yang naik / turun yang akan mempengaruhi
harga cicilan motor bekas.
5. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu
peralihan orang – orang dari yang memakai mobil ke motor
untuk menghemat pemakaian BBM.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan
bahwa faktor yang paling mempengaruhi naik / turunnya
penjualan motor yaitu hari raya tertentu seperti lebaran,
kenaikan kelas siswa dengan perolehan 3 jawaban dari 5
narasumber. Faktor lain yang mempengaruhi juga yaitu bunga
cicilan leasing dan juga suku bunga Bank Indonesia, dan
peralihan orang – orang dari yang menggunakan mobil ke
motor untuk menhemat pemakaian BBM.
2.3 Target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan
sesudah kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang target penjualan motor
bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM
yaitu sebagai berikut :
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target
penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM.
27
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target
penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target
penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa terjadi penurunan target
penjualan motor bekas merk Honda dari 60 unit motor per
bulan menjadi 40 unit motor per bulan.
5. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target
penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM yaitu sebesar 25 unit motor per bulan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan
bahwa 4 dari showroom motor bekas tidak mengalami
perubahan target sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.
Akan tetapi ada 1 showroom yang menurunkan target
penjualannya yaitu showroom 4 yang menurunkan targetnya
dari 60 unit motor menjadi 40 unit motor.
28
2.4 Harga motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang harga motor bekas merk
Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu sebagai
berikut :
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan
maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum
maupun sesudah kenaikan harga BBM.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan
maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum
maupun sesudah kenaikan harga BBM.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan
maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum
maupun sesudah kenaikan harga BBM.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan
maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum
maupun sesudah kenaikan harga BBM.
5. Showroom 5 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan
maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum
maupun sesudah kenaikan harga BBM.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan
bahwa tidak ada kenaikan harga motor bekas merk Honda
29
sesudah maupun sebelum kenaikan harga BBM dengan 5
narasumber yang menjawab.
2.5 Strategi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda
Hasil wawancara penulis tentang strategi yang digunakan
untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu sebagai
berikut:
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda yaitu dengan cara mopping dan juga
memasukan iklan di koran – koran.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda yaitu dengan juga memasukan iklan di koran
– koran dan juga promosi atau memberikan hadiah – hadiah menarik
bagi yang membeli motor di showroom 2.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –
koran dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –
koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi
yang membeli motor bekas di showroom 4.
5. Showroom 5 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan
motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –
30
koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi
yang membeli motor bekas di showroom 5.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan bahwa
strategi terbaik yaitu dengan memasukan iklan untuk motor bekas yang
mereka jual ke koran – koran. Ada juga yang memberikan hadiah –
hadiah menarik atau promo untuk mendatangkan minat dari konsumen,
mopping, dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.
C. Analisis Data
Tabel 4.1 : Penjualan Motor Bekas Merk Honda Rata-Rata Perbulan
Showroom
Sebelum
kenaikan
harga BBM
Sesudah
kenaikan
harga BBM
%
(penurunan)
Showroom 1 35 20 14,28%
Showroom 2 227 175 22,90%
Showroom 3 25 15 40%
Showroom 4 15 10 33,3%
Showroom 5 20 15 25%
Total 322 235 27,01%
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Berdasarkan tabel penjualan motor bekas merk Honda diatas, Showroom 1
dapat menjual motor sebelum kenaikan harga BBM sebesar 35 unit motor merk
Honda, namun sesudah kenaikan harga BBM Showroom 1 hanya bisa menjual
motor merk Honda sebesar 20 unit. Tidak hanya showroom 1 tetapi Showroom 2
31
juga mengalami penurunan penjualan yaitu sebelum BBM penjualan Showroom 2
mencapai 227 unit, namun sesudah kenaikan harga BBM Showroom 2 hanya
dapat menjual 175 motor. Showroom 3 pun mengalami penurunan penjualan dari
25 unit menjadi 15 unit. Dari data tersebut penulis menyimpulkan bahwa kenaikan
harga BBM mempengaruhi penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung yang
ditandai dengan penurunan penjualan motor bekas merk Honda. Showroom 4 pun
mengalami penurunan penjualan motor bekas merk Honda dari 15 unit motor
menjadi 10 unit motor. Sedangkan showroom 5 pun mengalami penurunan dari 20
unit motor menjadi 15 unit motor. Hal tersebut sesuai dengan teori elastisitas
silang yang mengatakan bahwa jika terdapat perubahasuatu barang persentase
perubahan jumlah barang yang diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga
barang lain (yang memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling
menggantikan) sebesar 1%.
32
Tabel 4.2 : Faktor – Faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekasShowroom Faktor yang mempengaruhi
Showroom 1Hari raya tertentu (lebaran)
Showroom 2 Hari raya tertentu(lebaran, kenaikan
kelas siswa), Suku bunga Bank
Indonesia, Cicilan bunga leasing
Showroom 3 Hari raya tertentu(lebaran)
Showroom 4 Cicilan bunga leasing
Showroom 5 Peralihan mobil ke motor
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Berdasarkan tabel diatas, dari 3 Showroom yang penulis teliti
setiap showroom menjawab hari raya tertentu (lebaran) untuk faktor yang
mempengaruhi naik turunnya penjualan. Dari data tersebut penulis
menyimpulkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi naik turunnya
penjualan yaitu faktor hari raya tertentu seperti contohnya lebaran,
kenaikan kelas walaupun mempunyai efek yang bersifat sesaat. Ada juga
faktor lain yang menyebabkan naik turunnya penjualan motor bekas, yaitu
tingkat suku bunga Bank Indonesia yang mempengaruhi kepada harga DP
motor bekas dan juga bunga cicilan leasing motor bekas yang
mempengaruhi kepada besarnya harga cicilan motor per bulannya.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitan ini, penulis menyimpulkan
bahwa, kenaikan harga BBM bepengaruh negatif tingkat penjualan motor
bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung yang menimbulkan
penurunan penjualan motor bekas merk Honda sebesar 27,01% dari
penjualan biasanya.
Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan juga faktor lain.
Faktor lain tersebut yaitu meningkatnya suku bunga Bank Indonesia yang
mempengaruhi harga DP motor bekas merk Honda dan juga naiknya
bunga leasing sehingga bunga cicilan motor pun menjadi naik.
B. Saran
Dari penelitian ini penulis ingin menyarankan kepada pemilik showroom,
untuk sering – sering mengadakan suatu promosi atau hadiah – hadiah
menarik untuk konsumen yang membeli motor bekas di showroom
tersebut.
Demikian saran dari penulis. Terima Kasih.
34