34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan cukup vital dalam semua aktifitas ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah akan berdampak terhadap masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Begitupun dengan kebijakan kenaikan harga BBM per 22 Juni 2013, yakni harga premium yang sebelumnya Rp4.500,- naik menjadi Rp6.500,- dan solar menjadi Rp5.500,- (harga sebelumnya Rp4.500,-). Hal ini terjadi karena Indonesia masih mengimpor minyak mentah dari dunia, sehingga kenaikan harga minyak dunia memicu kenaikan harga BBM. Karena pemerintah memberikan subsidi yang besar pada masyarakat terhadap bahan bakar minyak, pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi subsidi tersebut dan menaikan harga bahan bakar minyak. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat kenaikan harga BBM tersebut lebih didominasi oleh dampak negatif daripada positifnya. Dalam menyikapi kebijakan kenaikan harga BBM, masyarakat merespon kebijakan tersebut dengan menaikkan harga beberapa barang komoditas. Karena berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya transportasi sehingga akhirnya harga produk/komoditas akan meningkat. 1

Pengaruh Kenaikan BBM Terhadap Penjualan Motor Paper

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang

memegang peranan cukup vital dalam semua aktifitas ekonomi.

Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah akan berdampak terhadap

masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Begitupun dengan

kebijakan kenaikan harga BBM per 22 Juni 2013, yakni harga premium

yang sebelumnya Rp4.500,- naik menjadi Rp6.500,- dan solar menjadi

Rp5.500,- (harga sebelumnya Rp4.500,-). Hal ini terjadi karena Indonesia

masih mengimpor minyak mentah dari dunia, sehingga kenaikan harga

minyak dunia memicu kenaikan harga BBM. Karena pemerintah

memberikan subsidi yang besar pada masyarakat terhadap bahan bakar

minyak, pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi subsidi

tersebut dan menaikan harga bahan bakar minyak.

Dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat kenaikan harga

BBM tersebut lebih didominasi oleh dampak negatif daripada positifnya.

Dalam menyikapi kebijakan kenaikan harga BBM, masyarakat merespon

kebijakan tersebut dengan menaikkan harga beberapa barang komoditas.

Karena berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, kenaikan harga

BBM akan meningkatkan biaya transportasi sehingga akhirnya harga

produk/komoditas akan meningkat.

1

Saat ini banyak pedagang di Indonesia yang bergerak dalam bidang

penjualan motor bekas dan masing-masing pedagang berusaha untuk

meningkatkan penjualan motor bekas mereka. Seperti contohnya di Jalan

Ciateul Bandung, di setiap sisi jalannya dipenuhi dengan pedagang-

pedagang yang menjual motor-motor bekas. Kenaikkan BBM berpengaruh

terhadap penjualan motor bekas karena meningkatnya harga BBM dan

juga kebutuhan pokok. Tidak hanya kebutuhan pokok tetapi harga tarif

transportasi umum juga ikut naik. Apabila dihitung-hitung jumlah uang

yang dikeluarkan untuk membayar transportasi umum perhari misalnya 15

ribu rupiah, jika dikalkulasikan perbulannya akan terkumpul uang

sejumlah 390 ribu rupiah, jumlah sekian cukup untuk mencicil motor

bekas sekitar 280 ribu rupiah hingga 350 ribu rupiah. Oleh karena itu,

banyak orang yang lebih memilih menggunakan uang transportasi

umumnya untuk mencicil motor bekas. Karena terdesaknya perekonomian

masyarakat, banyak masyarakat yang mengalihkan kendaraan

transportasinya dari mobil menjadi motor (detik.com,2008). Ada juga

masyarakat yang mempunyai motor tetapi penghasilannya tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena naiknya BBM

dan mengambil keputusan untuk menjual motornya dan membeli lagi

motor bekas yang sisa dari penjualan motornya tersebut untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Hal itu tentu berpengaruh terhadap penjualan motor-

motor bekas. Merk motor yang penjualannya paling laku bulan Mei 2013

menurut AISI adalah Honda, dengan perolehan penjualannya sebesar

2

362.903 unit motor terjual,sedangkan pesaing lain yaitu Yamaha dengan

penjualan 238.200 unit motor terjual, Suzuki 27.500 unit motor terjual,

Kawasaki 15.203 unit motor terjual,dan TVS 2.102 unit motor terjual

(aisi.or.id,2013).

Jalan Ciateul sejak dahulu dikenal sebagai sentra motor bekas

(mokas), ada puluhan showroom berjejer, baik yang berupa bangunan atau

sengaja mereka yang berjualan di pinggir jalan. Disini pembaca dapat

membeli motor bekas ataupun menjual motor pembaca. Banyaknya

konsumen yang membeli motor di daerah ini ditunjang pula dengan daerah

sekitar Ciateul yang menjadi primadona bagi pembaca yang ingin membeli

aksesoris atau onderdil kendaraan. Di Jalan Pungkur dekat Ciateul ini

berjejer bengkel dan juga penjual kebutuhan aksesoris dan onderdil motor

juga mobil. Untuk kawasan ini, aksesoris dan onderdilnya baru (informasi-

bandung.com,2013). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Penjualan Motor Bekas

Merk Honda di Jalan Ciateul Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kenaikan BBM mempengaruhi penjualan motor bekas merk

Honda di Jalan Ciateul Bandung?

2. Berapa besarkah penjualan motor bekas merk Honda sesudah kenaikan

BBM ?

3

3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penjualan motor bekas

merk Honda?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penulis ingin mengetahui pengaruh kenaikkan BBM terhadap

penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.

2. Penulis ingin mengetahui besar penjualan motor bekas sesudah

kenaikan BBM.

3. Penulis ingin mengetahui Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

penjualan motor bekas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Pedagang:

a. Penulis ingin menyumbangkan hasil analisis yang dapat dibuat

rekomendasi untuk diambil kebijaksanaan untuk lebih

meningkatkan penjualan dan strategi apa yang dilakukan.

2. Untuk Penulis:

a. Penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dalam

melakukan penelitian.

b. Penulis belajar banyak hal selama proses pembuatan karya tulis ini.

4

3. Untuk Pembaca:

a. Pembaca dapat mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap

penjualan motor bekas.

b. Pembaca dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya penjualan motor bekas.

c. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian lanjutan.

E. Hipotesis

Penulis menggunakan hipotesis kerja/alternative (Ha) : Kenaikan

harga suatu barang berpengaruh negatif terhadap permintaan suatu barang

tertentu.

F. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan

eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah

kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul

Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi

penjualan motor bekas merk Honda.

Teknik pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan data yang

diperlukan, penulis memilih teknik wawancara karena penulis dapat

mengetahui lebih leluasa tentang pendapat narasumber dan mampu

mendapatkan jawaban yang berkualitas.

5

Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang

mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di

Jalan Ciateul Bandung.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data

secara kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa wawancara.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian dalam menulis karya tulis dimulai dari bab I

Pendahuluan adalah bab ke-1 yang menjelaskan gambaran dari karya tulis

secara umum yang terbagi dalam Latar Belakang Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis, Metodologi

Penelitian , dan Sistematika Penelitian. Lalu bab II Landasan Teori adalah

bab ke -2 yang berisikan dasar dari penelitian diantaranya: Pengertian

BBM, Teori Penjualan, Hukum Permintaan. Setelah itu yaitu bab III

tentang Metodologi Penelitian adalah bab ke-3 yang berisikan Jenis

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data. Dilanjutkan

dengan bab IV Analisis Data adalah bab ke-4 yang berisikan pengolahan

data dan analisis data. Dan yang terakhir adalah bab V Kesimpulan Dan

Saran adalah bab ke-5 yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang

telah dibuat dan meminta saran dari pembaca untuk menyempurnakan isi

karya tulis yang telah dibuat.

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bahan Bakar Minyak

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam

yang dimiliki oleh Indonesia, yang dalam pengolahan dan penyalurannya

dikuasai oleh negara. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945

yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi

negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

BBM adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, yang berasal

dari endapan sisa-sisa jasad hidup yang halus dan mengandung minyak.

BBM merupakan energi sekunder yang dihasilkan dari proses transformasi

minyak bumi. Menurut pasal 3 Undang-undang No. 4 Perpu tahun 1960,

bahan galian minyak dan gas bumi adalah kekayaan nasional, dikuasai

oleh negara sedangkan usaha pertambangan dilaksanakan oleh perusahaan

negara. Pasal tersebut menjelaskan dalam pengolahan minyak mentah dan

BBM dikuasai sepenuhnya oleh negara yang penguasaannya diwakili oleh

pemerintah. Penguasaan yang dilakukan tersebut dijalankan oleh

Pertamina, selaku Badan Usaha Milik Negara. Menurut Undang-undang

No.8 tahun 1971 Pertamina mempunyai tugas meliputi kegiatan ekplorasi,

eksploitasi, pemurnian, dan pengolahan.

7

B. Harga

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi

sebagai informasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi

disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif,

maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran

pasar.

Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan

penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan

pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi

kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan

tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu

menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya

dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual

menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh

keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan

tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak

disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan

sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar

disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium).

Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan

permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam

keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan

jumlah yang ditawarkan.

8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses

terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini.

a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.

b. Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama

dengan jumlah barang yang ditawarkan.

Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil

interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat

dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli

(demand, D) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan

harga, sementara dari sisi penjual (supply, S) semakin banyak barang yang

akan dijual akan menurunkan harga.

C. Elastisitas Permintaan

Elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau

ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi

permintaan atau penawaran (Arsyad, 1991:47).

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah

unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya (cateris paribus).

Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut

elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang

dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross

elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas

9

pendapatan (income elasticity) (Rahardja dkk, 2004:55).

D. Jenis – Jenis Elastisitas

1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)

Elastisitas harga (Ep) adalah persentase perubahan kuantitas yang

diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar

1 (satu) persen.

Atau

Angka elastisitas harga (Eh)

a. Permintaan Elastis (Ed > 1)

Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang

yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.

Gambar 2.1Permintaan Elastis

10

b. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)

Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih

kecil dari persentase perubahan harga.

Gambar 2.2 Permintaan Inelastis

c. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)

Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan

permintaan sama dengan persentase perubahan harga.

Gambar 2.3 Permintaan Elastis Kesatuan

d. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)

Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang

diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya

suatu barang akan habis dibeli (terjual).

11

Gambar 2.4 Permintaan Elastis Sempurna

e. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)

Pada keadaan ini orang/ konsumen tidak akan merubah permintaannya pada

tingkat harga berapa pun.

Gambar 2.5 Permintaan In-Elastis Sempurna

2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) adalah persentase perubahan jumlah barang

yang diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga barang lain (yang

memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling menggantikan)

sebesar 1%.

12

Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila

Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga

relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika

nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X

hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan harga Y menyebabkan

permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap

X ikut menurun.

3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang

yang diminta sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (income) riil

konsumen sebesar 1%.

13

Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan

meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya

makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei

antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang

dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0.

Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan

nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior

E. Pengertian Penjualan

Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan

karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan

baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat

disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan

pendapatan pun akan berkurang.

14

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu

sendiri adalah sebagai berikut:

Pengertian penjualan menurut Henry Simamora dalam buku

“Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa:

“Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan

merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas

barang dan jasa”.

(Simamora, 2000;24)

Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku “Sistem

Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa :

“Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha

pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.

(Marom, 2002:28)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan

pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan

pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk

tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

F. Dokumen-Dokumen Penjualan

Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan dalam bukunya

yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi 1” antara lain sebagai berikut:

“1. Order Penjualan Barang (Sales Order) 2. Nota Penjualan Barang 3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

15

4. Faktur Penjualan (Invoice) 5. Surat pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)”.

(Midjan, 2001:183)

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk

memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.

2. Nota Penjualan Barang

Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah

dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.

3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada

pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.

4. Faktur Penjualan (Invoice)

Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada

pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah

tagihannya.

5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari:

Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan

Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan Jurnal Penjualan.

16

G. Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang

penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan

terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut

Basu Swastha dalam bukunya “Manajemen Penjualan”, yaitu:

“1. Mencapai volume penjualan tertentu.

2. Mendapat laba tertentu.

3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.

(Swastha, 2005:404)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum

perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume

penjualan, mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya,

dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan.

H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang

dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer

penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu

Swastha dalam buku “Manajemen Penjualan” antara lain sebagai berikut:

“1. Kondisi dan Kemampuan Penjual 2. Kondisi Pasar3. Modal4. Kondisi Organisasi Perusahaan5. Faktor-Faktor Lain”. (Swastha, 2005:406)

17

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual

Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah

penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari

tenaga penjual adalah:

a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

b. Harga produk atau jasa

c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman

2. Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam

penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.

3. Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut

barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh

bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang

yang ahli dibidang penjualan.

5. Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian

hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya

faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama

18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan

kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi

perusahaan, dan faktor-faktor lain.

I. Proses Penjualan

Menurut Basu Swastha dalam buku “Manajemen Penjualan”

menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu:

“1. Persiapan Sebelum Penjualan 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial 3. Pendekatan Pendahuluan 4. Melakukan Penjualan 5. Pelayanan Sesudah Penjualan”.

(Swastha, 2005:410)

Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan Sebelum Penjualan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga

penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya,

pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.

2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial

Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau

perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk

yang ditawarkan.

3. Pendekatan Pendahuluan

Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung

penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan

19

pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai

pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

4. Melakukan Penjualan

Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian

calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka.

Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.

5. Pelayanan Sesudah Penjualan

Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam

keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan

penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli

bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-

betul bermanfaat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan

proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan

lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan,

dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan

eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah

kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul

Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi

penjualan motor bekas merk Honda.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan data yang

diperlukan, penulis memilih teknik studi lapangan dalam bentuk

wawancara karena penulis dapat mengetahui lebih leluasa tentang

pendapat narasumber dan mampu mendapatkan jawaban yang berkualitas.

Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang

mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di

Jalan Ciateul Bandung

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data sesuai penelitian yang dilakukan penulis

adalah teknik analisis data secara kualitatif. Karena penulis menggunakan

pengumpulan data menggunakan teknik wawancara.

21

D. Unit Analisis Data

Unit Analisis yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah

pedagang motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.

E. Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi bahan penelitian penulis yaitu seluruh

pedagang motor bekas di Bandung.

Sampel yang diambil penulis adalah pedagang motor bekas di

Jalan Ciateul Bandung. Penulis mengambil sample pedagang motor bekas

di Jalan Ciateul Bandung karena Jalan Ciateul Bandung sudah menjadi ciri

khas dalam hal penjualan motor bekas baik yang berupa pedagang yang di

pinggiran jalan maupun yang berupa showroom.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan pembuatan karya tulis ini, dimulai sejak akhir

Juli 2013 dan diperkirakan berakhir pada akhir Oktober 2013. Lokasi yang

penulis teliti yaitu di Jalan Ciateul Bandung.

22

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Deskripsi Kawasan Ciateul Sebagai Sentra Penjualan Motor Bekas

Jalan Ciateul atau yang disebut Jalan Inggit Garnasih, sejak dahulu

sudah dikenal sebagai pusat penjualan motor bekas. Di Jalan Ciateul

terdapat puluhan showroom motor bekas yang berjejer di sekitar Jalan

Ciateul, ada yang berupa bangunan ataupun mereka yang sengaja

berjualan di pinggiran jalan.

Banyak ragam motor yang ditawarkan oleh showroom motor bekas

maupun pedagang motor bekas di Jalan Ciateul, baik merk Honda,

Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Tidak hanya merk saja, tetapi banyak

juga jenis - jenis motor, seperti motor bebek, trail, matic, dan lain – lain.

Kondisi motor yang dijual di showroom juga relatif bagus karena biasanya

motor yang mau dijual sudah diperbaiki terlebih dahulu oleh para penjual.

Selain menjual motor, penjual juga menerima pembelian motor

bekas bagi orang – orang yang ingin menjual motornya. Jika ada yang

ingin menukar tambahkan motornya pun bisa. Karena banyaknya

konsumen yang membeli motor di daerah ini ditunjang pula dengan daerah

sekitar Ciateul yang menjadi primadona bagi konsumen yang ingin

membeli accessory dan onderdil motor.

23

B. Pengolahan Data

Pengolahan data dibagi menjadi dua cara, yaitu: cara statistik dan

non statistik. Penulis menggunakan cara non statistik, karena penulis

mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara sehingga cara ini

memudahkan penulis untuk mengolah data.

1. Narasumber

Penulis mengambil narasumber yaitu, showroom di sepanjang

Jalan Ciateul Bandung yang berjumlah 10 showroom motor bekas.

2. Hasil Wawancara

2.1 Penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM

Hasil wawancara penulis tentang penjualan motor bekas

merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu

sebagai berikut :

1. Showroom 1 dalam penjualan motor bekas merk Honda

mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk

Honda sebesar 15 unit motor dengan penjualan sebelum

kenaikan BBM sebesar 35 unit motor dan penjualan sesudah

kenaikan BBM sebesar 20 unit motor.

2. Showroom 2 dalam penjualan motor bekas merk Honda

mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk

Honda sebesar 52 unit motor dengan penjualan sebelum

24

kenaikan BBM sebesar 227 unit motor dan penjualan sesudah

kenaikan BBM sebesar 175 unit motor.

3. Showroom 3 dalam penjualan motor bekas merk Honda

mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk

Honda sebesar 10 unit motor dengan penjualan sebelum

kenaikan BBM sebesar 25 unit motor dan penjualan sesudah

kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.

4. Showroom 4 dalam penjualan motor bekas merk Honda

mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk

Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum

kenaikan BBM sebesar 15 unit motor dan penjualan sesudah

kenaikan BBM sebesar 10 unit motor.

5. Showroom 5 dalam penjualan motor bekas merk Honda

mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk

Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum

kenaikan BBM sebesar 20 unit motor dan penjualan sesudah

kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan

bahwa sebesar 5 showroom motor bekas mengalami penurunan

penjualan terhadap motor bekas merk Honda.

25

2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan

motor bekas merk Honda

Hasil wawancara penulis tentang faktor – faktor yang

mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda

yaitu sebagai berikut :

1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari

raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan

motor bekasnya hanya bersifat sesaat.

2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari

raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan

motor bekasnya hanya bersifat sesaat, kenaikan kelas siswa –

siswi, suku bunga bank yang naik sejak September dari 28%

menjadi 31% yang akan mempengaruhi harga DP motor bekas,

dan bunga cicilan leasing yang naik dari 20% menjadi 25%

yang mempengaruhi harga cicilan motor bekas.

3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari

raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan

motor bekasnya hanya bersifat sesaat.

4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu bunga

26

cicilan leasing yang naik / turun yang akan mempengaruhi

harga cicilan motor bekas.

5. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu

peralihan orang – orang dari yang memakai mobil ke motor

untuk menghemat pemakaian BBM.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan

bahwa faktor yang paling mempengaruhi naik / turunnya

penjualan motor yaitu hari raya tertentu seperti lebaran,

kenaikan kelas siswa dengan perolehan 3 jawaban dari 5

narasumber. Faktor lain yang mempengaruhi juga yaitu bunga

cicilan leasing dan juga suku bunga Bank Indonesia, dan

peralihan orang – orang dari yang menggunakan mobil ke

motor untuk menhemat pemakaian BBM.

2.3 Target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan

sesudah kenaikan harga BBM

Hasil wawancara penulis tentang target penjualan motor

bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

yaitu sebagai berikut :

1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target

penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM.

27

2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target

penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM.

3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target

penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM.

4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa terjadi penurunan target

penjualan motor bekas merk Honda dari 60 unit motor per

bulan menjadi 40 unit motor per bulan.

5. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target

penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM yaitu sebesar 25 unit motor per bulan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan

bahwa 4 dari showroom motor bekas tidak mengalami

perubahan target sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

Akan tetapi ada 1 showroom yang menurunkan target

penjualannya yaitu showroom 4 yang menurunkan targetnya

dari 60 unit motor menjadi 40 unit motor.

28

2.4 Harga motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah

kenaikan harga BBM

Hasil wawancara penulis tentang harga motor bekas merk

Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu sebagai

berikut :

1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan

maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum

maupun sesudah kenaikan harga BBM.

2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan

maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum

maupun sesudah kenaikan harga BBM.

3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan

maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum

maupun sesudah kenaikan harga BBM.

4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan

maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum

maupun sesudah kenaikan harga BBM.

5. Showroom 5 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan

maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum

maupun sesudah kenaikan harga BBM.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan

bahwa tidak ada kenaikan harga motor bekas merk Honda

29

sesudah maupun sebelum kenaikan harga BBM dengan 5

narasumber yang menjawab.

2.5 Strategi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda

Hasil wawancara penulis tentang strategi yang digunakan

untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu sebagai

berikut:

1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda yaitu dengan cara mopping dan juga

memasukan iklan di koran – koran.

2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda yaitu dengan juga memasukan iklan di koran

– koran dan juga promosi atau memberikan hadiah – hadiah menarik

bagi yang membeli motor di showroom 2.

3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –

koran dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.

4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –

koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi

yang membeli motor bekas di showroom 4.

5. Showroom 5 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan

motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran –

30

koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi

yang membeli motor bekas di showroom 5.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan bahwa

strategi terbaik yaitu dengan memasukan iklan untuk motor bekas yang

mereka jual ke koran – koran. Ada juga yang memberikan hadiah –

hadiah menarik atau promo untuk mendatangkan minat dari konsumen,

mopping, dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.

C. Analisis Data

Tabel 4.1 : Penjualan Motor Bekas Merk Honda Rata-Rata Perbulan

Showroom

Sebelum

kenaikan

harga BBM

Sesudah

kenaikan

harga BBM

%

(penurunan)

Showroom 1 35 20 14,28%

Showroom 2 227 175 22,90%

Showroom 3 25 15 40%

Showroom 4 15 10 33,3%

Showroom 5 20 15 25%

Total 322 235 27,01%

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan tabel penjualan motor bekas merk Honda diatas, Showroom 1

dapat menjual motor sebelum kenaikan harga BBM sebesar 35 unit motor merk

Honda, namun sesudah kenaikan harga BBM Showroom 1 hanya bisa menjual

motor merk Honda sebesar 20 unit. Tidak hanya showroom 1 tetapi Showroom 2

31

juga mengalami penurunan penjualan yaitu sebelum BBM penjualan Showroom 2

mencapai 227 unit, namun sesudah kenaikan harga BBM Showroom 2 hanya

dapat menjual 175 motor. Showroom 3 pun mengalami penurunan penjualan dari

25 unit menjadi 15 unit. Dari data tersebut penulis menyimpulkan bahwa kenaikan

harga BBM mempengaruhi penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung yang

ditandai dengan penurunan penjualan motor bekas merk Honda. Showroom 4 pun

mengalami penurunan penjualan motor bekas merk Honda dari 15 unit motor

menjadi 10 unit motor. Sedangkan showroom 5 pun mengalami penurunan dari 20

unit motor menjadi 15 unit motor. Hal tersebut sesuai dengan teori elastisitas

silang yang mengatakan bahwa jika terdapat perubahasuatu barang persentase

perubahan jumlah barang yang diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga

barang lain (yang memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling

menggantikan) sebesar 1%.

32

Tabel 4.2 : Faktor – Faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekasShowroom Faktor yang mempengaruhi

Showroom 1Hari raya tertentu (lebaran)

Showroom 2 Hari raya tertentu(lebaran, kenaikan

kelas siswa), Suku bunga Bank

Indonesia, Cicilan bunga leasing

Showroom 3 Hari raya tertentu(lebaran)

Showroom 4 Cicilan bunga leasing

Showroom 5 Peralihan mobil ke motor

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan tabel diatas, dari 3 Showroom yang penulis teliti

setiap showroom menjawab hari raya tertentu (lebaran) untuk faktor yang

mempengaruhi naik turunnya penjualan. Dari data tersebut penulis

menyimpulkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi naik turunnya

penjualan yaitu faktor hari raya tertentu seperti contohnya lebaran,

kenaikan kelas walaupun mempunyai efek yang bersifat sesaat. Ada juga

faktor lain yang menyebabkan naik turunnya penjualan motor bekas, yaitu

tingkat suku bunga Bank Indonesia yang mempengaruhi kepada harga DP

motor bekas dan juga bunga cicilan leasing motor bekas yang

mempengaruhi kepada besarnya harga cicilan motor per bulannya.

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitan ini, penulis menyimpulkan

bahwa, kenaikan harga BBM bepengaruh negatif tingkat penjualan motor

bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung yang menimbulkan

penurunan penjualan motor bekas merk Honda sebesar 27,01% dari

penjualan biasanya.

Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan juga faktor lain.

Faktor lain tersebut yaitu meningkatnya suku bunga Bank Indonesia yang

mempengaruhi harga DP motor bekas merk Honda dan juga naiknya

bunga leasing sehingga bunga cicilan motor pun menjadi naik.

B. Saran

Dari penelitian ini penulis ingin menyarankan kepada pemilik showroom,

untuk sering – sering mengadakan suatu promosi atau hadiah – hadiah

menarik untuk konsumen yang membeli motor bekas di showroom

tersebut.

Demikian saran dari penulis. Terima Kasih.

34