86
PENERAPAN HUKUMAN DAN EFEKNYA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh MUSLIMAH WAHDINIAH NIM. 105191104216 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

penerapan hukuman dan efeknya terhadap kedisiplinan

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENERAPAN HUKUMAN DAN EFEKNYA TERHADAP KEDISIPLINAN

SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG KECAMATAN

BAJENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUSLIMAH WAHDINIAH

NIM. 105191104216

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1442 H / 2020 M

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muslimah Wahdiniah

NIM : 105191104216

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, 10 Muharram 1442 H

29 Agustus 2020 M

Yang Membuat Pernyataan

Muslimah Wahdiniah

NIM: 105191104216

v

ABSTRAK

MUSLIMAH WAHDINIAH, NIM: 105191104216 “Penerapan

Hukuman Dan Efeknya terhadap kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”. (Dibimbing oleh Amirah

Mawardi dan Rahman Bahctiar)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan hukuman dan

efeknya terhadap kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, dan untuk mengetahui bagaimana

penerapan hukuman, bagaimana penerapan kedisiplinan, serta bagaimana

penerapan hukuman dan efeknya terhadap kedisiplinan siswa.

Adapun jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif analisis deksriptif.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan

observasi,wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis datanya yaitu reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun sumber data pada

penelitian ini yaitu tiga guru dan dua siswa.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terkait penerapan hukuman dan

efeknya terhadap kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sudah tercipta dengan baik, dan ada dua

bentuk hukuman yang diterapkan, yaitu hukuman fisik dan non fisik. Faktor

pendukung untuk penerapan hukuman pada siswa SMP Muhammadiyah

Limbung: Peserta didik cenderung cepat merespon hukuman yang diberikan.

Adanya visi dan misi yang menjadi acuan dalam membina karakter islami peserta

didik. Adanya kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan para staff dalam

menerapkan hukuman yang menimbulkan efek terhadap kedisiplinan siswa.

Faktor penghambat diterapkannya hukuman dan kedisiplinan siswa SMP

Muhammadiyah Limbung yaitu kurangnya kesadaran pada pada siswa dan upaya

penanggulangan rendahnya kedisiplinan di SMP Muhammadiyah Limbung.

Sesuai dengan hasil penelitian di SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa maka implikasi atau saran dari peneliti

adalah guru harus memberikan hukuman kepada siswa yang melanngar aturan-

aturan tata tertib untuk mencapai pendidikan yang lebih baik.

Kata Kunci: Hukuman dan Efeknya Terhadap Kedisiplinan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil‟ alamin,atas segala nikma Iman, Islam, kesempatan,

serta kekuatan yang telah diberikan Allah SWT, yang telah menentukan segala

sesuatu ditangannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Muhammad saw nabi yang

di utus ke muka bumi ini sebagai suri tauladan untuk umat manusia

Penulis skripsi dengan judul “Penerapan Hukuman Dan Efeknya Terhadap

Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa” Dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam prodi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa

kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar

terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua tercinta yaitu Bapak Mustari dan Ibu Syamsiah yang selalu

memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus dari kecil hingga sampai pada

detik ini yang membimbing,mendidik, mengarahkan dan memotivasi saya

dalam menjalani roda kehidupan ini serta dukungan dari seluruh proses study

penulis yang penulis sadari tidak akan bisa terbalas dengan hal apapun

2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor universitas Muhammadiyah Makassar

vii

3. Suami tercinta, Muhammad Alwi yang selalu memberikan do‟a, motivasi,

serta dukungan yang tak hentinya selalu diberikan.

4. Kedua mertua tercinta yaitu Bapak H. Baharuddin dan Ibu Hj. Mulyati yang

juga tulus selalu memberikan semangat, dukungan, dan kasih sayang sampai

saat ini.

5. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar, beserta Wakil Dekan I, Dra. Mustahidang U.

M.Si., Wakil Dekan II, Drs. Samad T., Wakil Dekan III, Dr. Ferdinan

S.Pd.I.,M.Pd.i, Wakil Dekan IV, Ahmad Nasir S.Pd.i., M.Pd.I.

6. Dr. Amirah Mawardi,S.Ag,.M.Si., selaku ketua Prodi Pendikan Agama Islam

sebagai pembimbing pertama dan Dr. Abdul Rahman Bahtiar, S.Ag., M.A.

selaku pembimbing kedua penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen serta jajaran civitas akademik Fakultas Agama Islam

Universitas muhammadiyah Makassar.

8. Semua lembaga di Fakultas Agama Islam, yaitu ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah Fakultas Agama Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Agama Islam, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Agama Islam.

9. Semua sahabat dan seluruh teman kelas PAI.B, yang selalu memberikan

motivasi atas kesuksesan peneliti.

10. Terakhir ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada mereka yang tidak

penulis sebutkan satu-persatu tetapi telah banyak membantu baik dalam

viii

11. bentuk moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua

pihak yang telah membantu memperoleh balasan dari Allah SWT, Amin.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian skripsi

ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan

kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan kualitas

dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan. Akhirnya penulis

berharap bahwa apa yang telah penyusun curahkan dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Makassar, 14 Dzulhijjah 1441 H

Peneliti

Muslimah Wahdiniah

NIM:105191104216

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 6

A. Hukuman Dalam Pendidikan ....................................................................... 6

1. Pengertian Hukuman ............................................................................... 6

2. Hukuman Sebagai Alat Dalam Pendidikan ............................................ 8

3. Bentuk-Bentuk Pemberian Hukuman .................................................... 14

4. Dasar dan Fungsi Hukuman .................................................................. 15

B. Kedisiplinan Siswa ..................................................................................... 17

1. Pengertian Kedisiplinan ....................................................................... 17

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan ............................... 29

3. Ganjaran ............................................................................................... 30

4. Efek Pemberian Hukuman Terhadap Kedisiplinan Siswa ................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35

B. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian ..................................................... 36

C. Fokus Peneliitian ...................................................................................... 36

D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................ 36

E. Sumber Data ............................................................................................... 37

x

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38

H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39

BAB VI HASIL PENELITIAN ........................................................................... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 40

B. Penerapan Hukuman Terhadap Siswa Di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ......................................... 49

C. Penerapan kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah Limbung

kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ......................................................... 52

D. Penerapan Hukuman dan Efeknya Terhadap Kedisiplinan Siswa

SMP Muhammdiyah Limbung Kec Bajeng Kab Gowa. ............................ 56

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 60

A. Kesimpulan ................................................................................................ 60

B. Saran ........................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedisiplinan adalah sebuah kunci bagi sekolah untuk mengantarkan siswa-

siswinya menjadi pribadi yang mandiri. Karena dengan disiplin siswa akan

memiliki pola hidup yang tertata dan teratur. Dengan terbiasa disiplin siswa

mampu mengembangkan kepribadian yang positif dan mampu memperoleh

prestasi yang memuaskan.

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau

tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat yang berupa ketaatan kepada

peraturan di tetapkan etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat

untuk tujuan tertentu.1 pembentukan sikap kedisiplinan yang dibawa dari

lingkungan keluarga akan menjadi modal besar bagi pembentukan sikap

kedisiplinan di lingkungan sekolah.

Siswa yang terbiasa tidak disiplin akan mengalami kesulitan saat mereka

terjun dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam dunia kerja yang sangat

menuntut kedisiplinan. Padahal apabila suatu sekolah menerapkan suatu disiplin

yang semua siswanya melaksanakan dengan baik maka akan menjadi keuntungan

tersendiri bagi sekolah. Keuntungan ini diperoleh dari prestasi siswa yang unggul

karena terbiasa disiplin selama pembelajaran disekolah. Karena itu dalam

pendidikan perlu menggunakan beberapa metode sehingga tercipta suasana

1Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2014), H. 58.

2

pembelajaran yang nyaman, mudah dipahami oleh anak didik, dan dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Di antara metode pendidikan tersebut adalah hukuman.2

Allah SWT juga mengancam orang-orang yang mengingkari ayat-ayatnya

dalam Q.S. Al-Anfal/ 8:52

Terjemahannya :

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir‟aun dan pengikut-

pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka

mengingkari ayat-ayat Allah,maka Allah menyiksa mereka

disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah maha kuat lagi amat

keras siksaannya.3

Metode hukuman adalah cara mendidik dengan memberi hukuman kepada

anak didik karena telah melakukan pelanggaran terhadap aturan dan perintah yang

telah ditetapkan. Pada dasarnya metode hukuman sangat baik dan mempunyai

dampak positif terhadap keberhasilan pendidikan anak didik itu sendiri. Namun,

dalam proses pendidikan selama ini, metode hukuman yang diterapkan oleh

sebagian pendidik di sekolah kurang memahami substansi dan prinsip-prinsipnya

sehingga metode hukuman yang diterapkan kadang-kadang dapat membahayakan

dan mencederai fisik anak didik.

Memaknai hukuman yang cenderung negatif tentu sangat menggelisahkan

dunia pendidikan. Hukuman seharusnya sebagai salah satu metode atau alat untuk

mendisiplinkan anak didik yang dapat dimaknai secara positif, dan hukuman

2 Soegarda Poerwaktja,Ensiklpedia (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 56

3

seharusnya menjadi metode pendidikan yang menjamin kreativitas dan

kecerdasan anak sehingga berkembang menjadi lebih baik.

Hukuman bukanlah bentuk siksaan, baik fisik maupun rohani yang sesuka

hati diberikan pada anak didik. Sebaliknya, hukuman adalah suatu usaha sadar

yang dilakukan untuk mengembalikan anak ke arah yang lebih baik serta mampu

memberikan motivasi kepada mereka agar menjadi pribadi yang imajinatif,

kreatif, dan produktif.4 Hukuman adalah suatu tindakan kekerasan yang

bertentangan dengan makna esensial pemberian hukuman. Di samping itu,

menghukum peserta didik terutama dengan cara-cara yang keras dapat merusak

jiwa peserta didik dan akan melahirkan watak-watak pembangkang.

Dalam dunia pedagogis,hukuman merupakan hal yang wajar, apabila

derita yang ditimbulkan oleh hukuman itu memberi perkembangan moral bagi

anak didik. Hukuman dikatakan berhasil apabila dapat membangkitkan perasaan

penyesalan akan perbuatannya. Hukuman yang tidak dirasakan oleh anak didik

sebagai pelanggaran pribadinya, dan tidak menimbulkan keretakan hubungan

antara pendidik dan anak didik, akan diterima anak didik dengan senang

hati,merasa tidak ada paksaan.

Upaya memberikan hukuman bukan hanya untuk mencegah terulangnya

pelanggaran, melainkan bagaimana menghilangkannya, dalam arti bahwa dalam

diri anak didik hukuman harus mempunyai suatu nilai yang mengimbangi

kejahatan yang terdapat dalam pelanggaran. Hukuman bagi anak didik juga

menghasilkan kedisiplinan, pada taraf yang lebih tinggi akan menginsyafkan anak

4 Yanuar A, Jenis-Jenis Hukuman Edukatif (Banguntapan Yogyakarta: DIVA

Press 2012)

4

didik. Oleh karena itu, berbuat atau tidak berbuat bukan karena takut akan

hukuman, melainkan karena keinsyafan diri sendiri.

Pada intinya semua penerapan hukuman bertujuan untuk menciptakan

untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan teratur. Dengan demikian

akan nampak bahwa sekolah berusaha mendidik siswa untuk menjalankan tugas

dan kewajibannya,baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan sekitarnya.

Di SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa,siswa yang melanggar disiplin selalu diberi hukuman, tergantung dari

kesalahan apa yang dilanggar oleh siswa. Jika dilihat dari kesalahannya maka

hukuman yang diberikan itu sesuai dengan tahapannya, mulai pemberian

hukuman dari yang ringan sampai kepada hukuman yang berat. Sehingga

hukuman ini mampu memberikan efek jera terhadap siswa untuk tidak melakukan

kesalahan atau pelanggaran yang sama.

Selama observasi dan kegiatan wawancara yang dilakukan dengan guru,

ditemukan beberapa contoh pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,yaitu: 1) Siswa

terlambat ke sekolah saat upacara bendera hari senin, 2) berpakaian tidak rapi, 3)

Mengganggu teman, 4) Tidak melaksanakan tugas piket, 5) membuang sampah

sembarangan. Pelanggaran-pelanggaran tersebut seharusnya tidak dilakukan oleh

siswa, karena berdampak pada prestasi belajar dan pembentukan kepribadian

mereka.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini

untuk masing-masing variabel adalah:

1. Bagaimana penerapan hukuman bagi siswa di SMP Muhammadiah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana penerapan kedisiplininan siswa di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

3. Bagaimana penerapan hukuman dan efeknya terhadap kedisiplinan siswa di

SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan Hukuman siswa di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui penerapan kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

3. Untuk mengetahui penerapan hukuman dan efeknya terhadap kedisiplinan

siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa.

6

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademisi khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam,

sebagai informasi mengenai manfaat hukuman dalam kedisiplinan

belajar peserta didik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau

masukan kepada guru dalam memberikan pelajaran-pelajaran dan cara

mendidik yang dinilai sulit dilaksanakan oleh peserta didik dalam hal

kesisiplinan.

2. Manfaat Praktis

a. Peserta didik jadi lebih termotivasi untuk belajar dan lebih disiplin

karena menghindari hukuman yang diterima apabila melanggar.

b. Prestasi belajar peserta didik dapat meningkat dengan baik.

6

BAB II

KAJIAN TEORISTIS

A. Hukuman Dalam Pendidikan

1. Pengertian Hukuman

Dalam Islam hukuman disebut dengan ‘iqab,Abdurrahman An-Nahlawi

menyebut dengan tarhib yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman

karena melakukan sesuatu yang dilarang.5

Sementara Amir Daien Indra Kusuma,mendefinisikan bahwa hukuman

sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga

menimbulkan nestapa,sehingga anak menjadi sadar dan berjanji tidak akan

mengulanginya.6

Sedangkan hukuman menurut para ahli pendidikan Islam sangat

bermacam-macam, diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh:

a) Hukuman menurut Al-Ghazali

Sebaiknya bila seorang anak dipukul, jangan menimbulkan jeritan-

jeritan,dan keributan. Pada intina beliau tidak setuju bila seorang yang melanggar

aturan lantas diberi hukuman dengan segera, namun beliau menganjurkan untuk

5Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, terj. Herry

Noer Ali (Bandung: Diponegoro, 1989), h. 410. 6 Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Usaha Nasional,

1995), cet VIII, h.302.

7

menyelidiki terlebih dahulu apa kesalahan anak sebenarnya, dengan demikian

tidak menimbulkan dampak psikologis ataupun fisik terhadap anak. Malah

sebaliknya beliau sangat menganjurkan agar anak diberi ganjaran dan pujian.

b) Hukuman menurut Al-Abdari

Al-Abdari mengkritik juga cara-cara hukuman yang dilakukan dengan

pemukulan sebak efek yang ditimbulkannya adalah kurang baik, pemukulan

dengan tongkat menurut beliau boleh saja asalkan tidak melebihi sepuluh kali

c) Pendapat Ibnu Khaldun

Jika kedua ahli pendidikan di atas mencela cara-cara hukuman melalui

pukulan, namun mereka memberi toleransi boleh memukul dengan batasan

yang wajar, berbeda dengan Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip oleh „Athiyah

Al-Abrasyi mengatakan bahwa beliau sangat mengkritik keras tentang

hukuman secara fisik. Beliau menyatakan sebagai berikut:

“siapa yang biasa di didik dengan kekerasan di antara siswa-siswa dan

pelayan, ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa

sempit hati, akan kekurangan kegiatan bekerja dan bersifat pemalas,

akan menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk.”7

Secara etimologi, hukuman berarti siksa yang dikenakan kepada orang

yang melanggar undang-undang dan sebagainya. Sedangkan secara

terminologi hukuman adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan

7M. „Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1993) h. 158

8

sengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap seseorang yang menerima

hukuman sebagai akibat dari kesalahan yang dibuatnya.8

Berkaitan dengan hal itu,secara tegas Al-Qur‟an menyatakan dalam

QS. Al-Anfal/8 :13

Terjemahannya :

(ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka

menentang Allah dan rasulnya,dan barang siapa menentang Allah

dan rasulnya,maka sesungguhnya Allah amat keras siksaannya.9

2. Hukuman Sebagai Alat Dalam Pendidikan

Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan

sengaja sehingga menimbulkan nestapa,sehingga anak itu menjadi sadar akan

perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi kesalahan yang

sama. Sejak dahulu, hukuman dianggap sebagai alat pendidikan yang istimewa

kedudukannya,sehingga hukuman itu diterapkan tidak hanya dalam sidang

pengadilan saja tetapi diterapkan pada semua bidang,termasuk di bidang

pendidikan.

Di bidang pendidikan, hukuman berfungsi sebagai alat pendidikan dan

oleh karenanya hukuman diadakan karena ada Pelanggaran,adanya kesalahan

8Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (Bandung: Cipta Pustaka, 2008), h. 95.

9Alqur‟an dan terjemahan

9

yang diperbuat, dan hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi

pelanggaran.

Adapun syarat-syarat hukuman yang pedagogis, yaitu:

a. Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertaggungjawabkan

b. Hukuman itu bersifat memperbaiki kelakuan dan moral anak-anak.

c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang

bersifat perseorangan

Sebelum menerapkan hukuman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh pendidik:

a. Macam-macam hukuman dibagi menjadi dua macam,yaitu:

1) Hukuman preventif

Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi

pelanggaran. Hukuman itu bermaksud untuk mencegah jangan sampai

terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum

pelanggaran itu dilakukan.

2) Hukuman Refresif

Yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya pelanggaran oleh

adanya dosa yang diperbuat. Jadi hukuman ini dilakukan setelah

terjadinya pelanggaran atau kesalahan.

10

b. Teori mengenai hukuman

1) Teori menjerakan

Teori menjerakan ini diterapkan dengan tujuan agar si pelanggar

sesudah menjalani hukuman merasa jera tidak mau lagi dikenai

hukuman semacam itu lagi maka tidak mau melakukan kesalahan lagi.

2) Teori menakut-nakuti

Teori ini diterapkan dengan tujuan agar si pelanggar merasa takut

mengulangi pelanggaran. Bentu menakut-nakuti biasanya berupa

acaman dan kalanya ancaman bersamaan dengan tindakan.

3) Teori pembalasan

Teori ini sebagai pembalasan dendam terhadap pelanggaran yang telah

dilakukan seseorang.

4) Teori ganti rugi

Teori ini diterapkan karena sipelanggar merugikan seperti dalam

bermain-main, si anak merobek buku temannya, maka si anak

dikenakan hukuman mengganti buku yang dirobeknya dengan barang

yang semacam itu atau menggantinya dengan uang.

5) Teori perbaikan

Teori ini diterapkan agar si anak mau memperbaiki kesalahannya,

dimulai dari panggilan, diberi pengertian,dinasehati sehingga timbul

kesadaran untuk tidak mengulangi kesalahan, baik pada saat ada si

11

pendidik maupun diluar setahu pendidik. Sifat dari pada hukuman ini

adalah korektif.10

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa setiap

teori itu masih belum lengkap karena masing-masing hanya mencakup satu aspek

saja. Tiap-tiap teori tersebut saling membutuhkan kelengkapan dari teori yang

lain.

Dari sekian pembahasan mengenai hukuman dalam pendidikan maka dapat

diambil beberapa point atau kesimpulan, sehingga seorang guru dapat menerapkan

hukuman itu sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak atau sesuai

dengan pelanggaran yang telah diperbuatnya.

Adapun tujuan diberikannya hukuman kepada anak didik bukan untuk

pembalasan dendam, tetapi untuk memperbaiki anak-anak yang dihukum dan

melindungi murid-murid yang lain dari kesalahan yang sama.

Hal ini sejalan dengan yang tertuang dalam Al-Qur‟an, terwujudlah

pembalasan yang sempurna dan adil,supaya dia memberi balasan pada orang-

orang yang melakukan kejahatan. Pertimbangan dalam memberikan hukuman

adalah cobaan kepada umat manusia dalam kapasitasnya sebagai peserta

didik,apakah ia dapat melatih kesabarannya jika menemui kegagalan atau kendala

dalam proses pembelajaran.

10

Ibid. h. 156

12

Dengan demikian bisa disepakati bahwa kesalahan yang dilakukan oleh

anak didik memang pantas mendapat hukuman. Namun,jenis hukuman itulah

yang seharusnya disesuaikan dengan lingkungan sekolah sebagai sarana

pendidikan dan pembelajaran,bukan penghakiman. Dalam teori belajar yang

banyak dianut oleh para behavioris,hukuman adalah sebuah cara untuk

mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sedangkan menurut M. Arifin telah memberikan pengertian hukuman

yaitu sebagai pemberi rasa nestapa pada diri anak akibat dari kesalahan perbuatan

atau tingkaah laku anak menjadi sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam

lingkungannya.

Penggunaan hukuman dalam pendidikan Islam kelihatannya mudah,asal

menimbulkan penderitaan pada anak, tapi sebenarnya tidak semudah itu, tidak

hanya sekedar menghukum,dalam hal ini hendaknya pendidik bertindak bijaksana

dan tegas.11

Penerapan hukuman ditujukan untuk memperbaiki peserta didik yang

melakukan kesalahan sekaligus memelihara ketertiban dan disiplin peserta didik

lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan yang sama. Karenanya dapat

dikatakan bahwa hukuman adalah alternatif terakhir setelah metode nasehat dan

peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik. Karena tujuan utama

11

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 45

13

pemberian hukuman ini adalah merubah dari perbuatan jelek menjadi perbuatan

baik.

Ibnu Khaldun mengemukakan bagaimana diperlakukannya prinsip kehati-

hatian dalam penerapan metode hukuman ini terutama bagi peserta didik yang

termasuk kategori anak didik. Menurutnya,kesalahan dalam penerapan metode

tersebut merupakan bentuk pengajaran yang merusak hadirnya rasa rendah diri

pada diri peserta didik, menumbuhkan kemalasan dan kebencian tanpa disadari

serta menyebabkan anak didik tidak mengemukakan hal yang benar. Berdasarkan

hal itu, Ibnu Khaldun menggagas pendidik tidak boleh memberikan hukuman fisik

lebih dari tiga kali. Hanya saja tidak dijelaskan batasan tiga kali, apakah dalam

satu tahun atau selama anak berada di bawah didikan guru tersebut.12

Senada

dengan Ibnu Khaldun, Al-Ghazali pun menegaskan bahwa saran dan nasehat akan

lebih baik dari pada peringatan keras, sikap positif lebih efektif dari pada caci

maki. Sebab saran dan kebaikan akan mendorong peserta didik memikirkan

tingkah lakunya serta merenungkan nasehat pendidik, sebaliknya kritik yang kasar

justru mempertipis rasa malu, mengundang perlawanan yang menyebabkan

peserta didik menjadi keras hati.13

12

Abdurrahman Ibnu Khaldun, Al-Muqaddimah, terj. Masturi Irham (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2011), h. 1009 13

Al-Ghazali,Ihya, h. 68

14

3. Bentuk-Bentuk Pemberian Hukuman

Secara umum, hukuman diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu

bentuk fisik dan non fisik. Dalam konteks pendidikan Islam,bentuk hukuman juga

dapat diklasifikasikan kedalam dua macam, yaitu:

a. Hukuman fisik

Yaitu perlakuan kurang atau tidak menyenangkan yang diterima

seseorang dalam bentuk fisik atau material sebagai konsekuensi logis dari

perbuatan tidak baik (‘amal Al-syai’at) atau prestasi buruk yang ditampilkan

atau diraihnya.

b. Hukuman non fisik

Yaitu perlakuan yang kurang atau tidak menyenangkan yang diterima

seseorang dalam bentuk non fisik sebagai konsekuensi logis dari perbuatan

tidak baik (‘amal Al-syai’at) atau prestasi buruk yang ditampilkan atau

diraihnya. Misalnya,dalam bentuk memarahinya,memberikan peringatan

disertai ancaman, dan lain-lain. Prinsip pokok dalam mengapliksikan

pemberian hukuman, yaitu bahwa hukuman adalah jalan terakhir dan harus

dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari

pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-

kesalahan yang ia lakukan.

15

Karena itu,agar pendekatan ini tidak terjalankan dengan leluasa, maka

setiap pendidik hendaknya memperhatikan syarat-syarat dalam pemberian

hukuman, yaitu:

a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan kasih sayang.

b. Harus didasarkan pada alasan keharusan.

c. Harus menimbulkan kesan di hati anak.

d. Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik.

e. Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.14

4. Dasar dan Fungsi Hukuman

Berkaitan dengan konsep hukuman maupun pahala, sesuai dengan Allah

SWT dalam QS. Al-Baqarah/2: 178

Terjemahannya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan

orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka

barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah

(yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah

(yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan

cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas

sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.15

14

Al Rasyidin,Falsafah, h. 99. 15

Al-Quran dan Terjemahannya

16

Ayat di atas menjelaskan, Allah mengajarkan kepada manusia bahwa

setiap manusia akan menerima konsekuensi dari perbuatannya. Baik atau buruk

yang dia terima tentunya akan berbanding searah dengan apa yang telah

dilakukannya. Sedangkan dalam QS. Ali-„Imran:56-57 Allah SWT menjelaskan

Terjemahannya:

Adapun orang-orang yang kafir, maka akan kusiksa mereka dengan siksa

yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh

penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-

amalan yang shaleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka

dengan sempurna amalan-amalan mereka, dan Allah tidak menyukai

orang-orang yang dhzolim.16

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa setiap perbuatan pasti ada

konsekuensinya, baik itu positif ataupun negatif. Baik atau buruk perbuatan

seseorang akan mengenai dirinya sendiri. Oleh karena itu, hukuman pada

dasarnya merupakan akibat dari perbuatan manusia sendiri, dan Allah sama sekali

tidak berbuat aniaya kepada manusia.

Hal ini sesuai dengan prinsip hukuman dalam islam, yaitu ketika Allah

berbicara tentang keindahan surga sebagai balasan perilaku baik manusia, seiring

dengan ancaman azab neraka sebagai hukuman atas perilaku yang buruk yang

16

Al-Quran dan Terjemahannya

17

dilakukan manusia. Dengan demikian dapat dipersepsikan bahwa neraka adalah

bentuk hukuman bentuk hukuman atas puncak kesalahan yang lama dan beulang-

ulang dilakukan.17

Hukuman berfungsi sebagai konsekuensi bagi anak yang melanggar atau

tidak disiplin sehingga dengan memunculkan hukuman perilaku melanggar

tersebut tidak terulang lagi karena pendidik atau orang tua memberikan hukuman

yang membuat peserta didik tidak nyaman dengan perilaku melanggarnya.

B. Kedisiplinan Siswa

a. Pengertian Disiplin

Kata disiplin sering dikaitkan dengan tata tertib yang harus dipatuhi dan

dilaksanakan. Di sisi lain banyak orang menafsirkan bahwa disiplin berkenaan

dengan usaha pembentukan watak dan kepribadian sehingga menciptakan

kebiasaan hidup yang teratur. Poerwadarminta berpendapat bahwa disiplin adalah

latihan batin dan watak dengan maksud segala perbuatan yang mentaati tata

tertib.18

Disiplin juga berarti sanggup melakukan apa yang tidak disetujui, baik

persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan.19

Sedangkan Soedjono mengemukakan bahwa disiplin itu biasanya dikaitkan

17

Mamiq Gaza, Bijak Menghukum, h. 132. 18

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 112 19

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Gunung Agung, 2001), h.47

18

dengan kehidupan sehari-hari.20

Selanjutnya, Hadari Nawawi mengatakan disiplin

adalah usaha melaksanakan semua pekerjaan.21

Disiplin sejatinya adalah proses latihan agar si anak belajar memenangkan

energi tuhani dalam dirinya, misalnya cinta kebaikan, cinta berbuat baik pada

sesama, menghindari hal-hal yang merugikan dan membahayakan dirinya untuk

jangka pendek dan jangka panjang dan seterusnya.22

Sebagaiman yang telah dijelaskan dalam QS An-Nisa:59:

Terjemahannya:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan

Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.

Orang yang sukses dalam bidang adalah orang yang disiplin dalam

mengejar kesuksesannya. Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa, Allah

20

Soedjono, Pengantar Psikologi Untuk Studi Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan

(Bandung: Tarsito, 2003), h. 33 21

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1983), h. 104. 22

AN. Ubaedy, Human Learning Specialist, terj. Heri Sucipto (Jakarta: KonzaBooks,

2009), h. 109

19

memerintahkan hambanya untuk melakukan sesuatu yang memang menjadi

kemampuan dan keahliannya.

Hal ini dapat pula di lihat dapat QS. Ali Imran:139:

Terjemahannya:

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih

hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika

kamu orang-orang yang beriman.

Kedisplinan akan melatih seseorang menjadi pribadi yang jauh lebih

mandiri. Displin menuntut seseorang harus terus berjuang dalam mencapai

kesuksesannya.

Dari beberapa pengertian tentang disiplin di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa disiplin adalah suatu unsur moralitas seseorang yang menekankan pada

peraturan dan tata tertib dalam prinsip-prinsip keteraturan, pemberian perintah

larangan, pujian dan hukuman dengan otoritas atau paksaan untuk mencapai

kondisi yang baik.

1) Pentingnya Kedisiplinan

Guru harus mampu menumbuhkan dalam diri peserta didik terutama

kedisiplinan. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-

hal sebagai berikut:

a) Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.

20

b) Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

c) Menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat untuk

menegakkan kedisiplinan.23

Dengan disiplin, anak didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti

peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Fungsi utama disiplin

adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan

mematuhi otoritas. Disiplin perlu dalam mendidik anak agar dengan mudah

dapat:

a) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam

dalam dirinya.

b) Mengerti dan dapat membedakan tingkah laku yang baik dan tingkah

laku yang buruk.

c) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya

peringatan dari orang lain.

d) Mengerti dengan segara menurut untuk menjalankan apa yang

menjadi kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan-

larangan yang harus di tinggalkan.

23

E. Mulyasa, Kurikulum Bebasis Kompotensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 109

21

2) Latar Belakang Pelanggaran Kedisiplinan

Di sekolah di tinjau dari konteks terjadinya perilaku siswa tersebut

dapat disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar diri siswa. Faktor dari dalam

diri siswa antara lain karena mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar

atau mengerjakan tugas-tugas sekolah, sulit menangkap pelajaran, malas

belajar, bosan dalam mengikuti pelajaran, sulit memahami pelajaran,

kesulitan belajar sendiri di rumah,dan merasa kesulitan dalam mengatur

waktu.

Faktor dari luar antara lain faktor dari sekolah dan keluarga. Faktor

dari sekolah antara lain takut dimarahi oleh guru piket, wali kelas, dan kepala

sekolah karena terlambat datang ke sekolah. Sedangkan faktor dari rumah

atau keluarga antara lain kurang perhatian orang tua, suasana yang tidak

menyenangkan.24

3) Mendidik Kedisiplinan

Latihan untuk mendisiplinkan diri sebetulnya harus dilakukan secara

terus menerus kepada anak didik. Upaya ini benar-benar merupakan suatu

cara yang efektif agar anak mudah mengerti arti penting kedisiplinan dalam

hidup. Anak diajari dengan konsekuensi logis konsekuensi alami dari

24

Heru Sutrisno,‟‟Perilaku Kejahatan Disiplin Siswa di Sekolah Ditinjau dari Kerangka

Teori Sosiologi Fungsialisme‟‟, Jurnal Pembelajaran Inovatif, Vol IV, Nomor 2, Maret 2009,

h. 61

22

perbuatannya. Berbagai umpan balik layak diberikan kepada anak, baik

secara lisan maupun tindakan.25

Salah satu fenomena yang sekarang sedang berkembang yang kita

hadapi adalah menipisnya disiplin moral di kalangan generasi muda. Ada

beberapa hal yang mempengaruhi disiplin moral,antara lain:

a) Melemahnya sanksi terhadap pelanggaran, baik yang berupa sanksi

moral, sanksi sosial maupun sanksi judisial

b) Pengaruh jelek dari kebiasaan dan kebudayaan luar yang leluasa

masuk di negara kita tanpa ada penyaringan.

4) Fungsi Disiplin

Disiplin perlu untuk perkembangan anak didik, karena kedisipilinan

memenuhi kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar

kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Beberapa fungsi

kedisiplinan, yaitu:

a) Disiplin berfungsi sebagai motivasi pendorong untuk mencapai

prestasi terbaik.

b) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang

boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

25

Y. Singgih D. Ganursa, Psikologi Untuk Membimbing (Jakarta: BPK Gunung Mulya,

1995), h. 136

23

c) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam

pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.

5) Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin adalah untuk menjamin adanya pengendalian dan

penyatuan tekad, sikap, dan tingkah laku demi kelancaran dalam

melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan kepada peserta

didik. Selain itu, tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan

dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Hal ini yang dapat

keberhasilan dari dalam diri siswa. Jika tidak dapat menguasai dan

mengendalikan dirinya sendiri, maka peserta didik tidak akan dapat

menentukan jalan mana yang akan ditempuh dalam hidupnya, serta tidak

mempunyai pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya

pada saat diperlukan ketegasan bertindak.

Demikian pula pada peserta didik, mereka perlu memiliki kemampuan

untuk mengarahkan kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun

sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sehingga mereka dapat mengetahui

dengan sadar akan kesalahan yang mungkin pernah dilakukannya, untuk

kemudian tidak mungulangi kesalahan yang sama.

Elizabet B. Hurlock menyatakan bahwa:

“tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia

akn sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya,

tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya

24

tunggal, tidak pula falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk

menanamkan disiplin. 26

6) Ciri-Ciri Disiplin

Ciri-ciri orang disiplin adalah sebagai berikut:

a) Tertib dan teratur

b) Selalu menepati janji

c) Mempunyai jadwal kegiatan

d) Mematuhi peraturan

e) Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian, diharapkan kedisiplinan yang ada disekolah akan

membentuk kedisiplinan diri tanpa aturan tertulis. Sehingga kapanpun dan

dimanapun peserta didik berada disiplin akan selalu tertanam pada pribadi

anak, karena dengan kesadaran yang tibul dari diri sendirilah disiplin yang

sebenarnya.

Sujono SK. Membagi disiplin menjadi dua sesuai dengan keadaan

yaitu sebagai berikut:

a) Disiplin pribadi yakni perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan

atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

b) Disiplin kelompok yang perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat,

patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku

pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

26

Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1978), Jilid 2, h. 82.

25

Baik disiplin kelompok maupun disiplin nasional keduanya terlahir

dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi yang tertanam dalam diri seseorang,

akan menjadikan disiplin sebagai bagian dari dirinya sehingga kapanpun dan

dimanapun anak didik berada disiplin akan diterapkan dalam hidupnya. Sikap

dan perilaku disiplin dapat tercipta melalui proses binaan keluarga,

pendidikan, pengalaman dan pengenalan dari keteladanan lingkungannya.

Oleh karena itu ditegaskan bahwa peserta didik akan diajarkan

berdisiplin seperti menghormati aturan. Peserta didik akan belajar

melaksanakannya, karena merasa wajib berbuat demikian sekalipun itu sulit.

Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang harus dibabankan pada

lembaga pendidikan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kedisiplinan

hingga melekat dalam dirinya menjadi rutinitas sehari-hari.

7) Pentingnya disiplin

Disiplin merupakan kegiatan yang didasari dengan kesadaran dan

keikhlasan terhadap perintah. Perintah dan keharusan yang berlaku dalam

ligkungan sekolah ataupun organisasi. Disiplin sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam lembaga pendidikan, disiplin menjadi syarat

untuk pembentukan sikap dan perilaku peserta didik.

Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan,

dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Guru harus

26

mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin

diri. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan beberapa hal

sebagai berikut:

a) Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.

b) Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

c) Menggunakan pelaksanaan-pelaksanaan aturan-aturang sebagai alat

untuk menegakkan disiplin.

d) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil

dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap melanggar ketentuan

sekolah pada umumnya terhadap optimalisasi potensi dan prestasinya.

e) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi

kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin

memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses

pembelajaran.

f) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak disbiasakan

dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian,

anak-anak dapat menjadi pribadi yang teratur dan disiplin.

27

g) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan

kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan,

dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan peseta didik. 27

Brown mengemukakan tentang pentingnya disiplin dalam proses

pendidikan untuk mengajarkan peserta didik hal-hal sebagai berikut:28

1) Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan. disiplin akan

menyadarkan setiap peserta didik tentang kedudukannya, baik di kelas

maupun di luar kelas, contoh kedudukannya sebagai peserta didik

yang harus hormat terhadap guru di sekolah.

2) Upaya untuk menanamkan kerjasama. Disiplin dalam proses belajar

mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan

kerjasama.

3) Kebutuhan untuk berorganisasi. Disiplin dapat dijadikan sebagai

upaya untuk menanamkan dalam diri setiap peserta didik mengenai

kebutuhan berorganisasi.

4) Rasa hormat terhadap orang lain. Dengan adanya dan dijunjung tinggi

disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tau dan

memahami tentang hak dan kewajiban orang lain.

5) Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan. Dalam

kehidupan selalu dijumpai hal-hal yang meneyenangkan dan tidak

menyenangkan. Melalui disiplin peserta didik dipersiapkan untuk

mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan

dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar

pada khususnya.

6) Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin. Dengan memerikan

contoh yang tidak disiplin diharapkan peserta didik menghindarinya

atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dn yang tidak disiplin.

Dengan demikian disiplin menjadi pendamping anak didik yang dapat

mengantarkannya membentuk kepribadian, mengembangkan potensi, meraih

27

Mulyasa. E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Cet. 1:Bandung: PT

ROSDAKARYA, 2007), h. 123. 28

Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah, h. 2.

28

apa yang diinginkan dan menjadikannya mandiri serta bertanggungjawab

tanpa ada rasa minder, takut, dan pesimis dengan apa yang dilakukannya

karena peserta didik memahmi betul disiplin sebagai suatu yang

menyenangkan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Disiplin

juga akan membiasakan peserta didik untuk bisa hidup secara teratur, dengan

adanya keteraturan dalam hidup mampu mengendalikan diri. Dengan

memiliki pengendalian diri tersebut maka peserta didik tidak akan melakukan

pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan.

Menurut Elizabet B Hurlock dalam buku perkembangan anak

mengemukakan bahwa disiplin penting utnuk perkembangan anak, karena

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:29

a) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang

boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

b) Dengan disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah rasa

malu akibat perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan

rasa tidak bahagia dan penyesuain yang buruk. Disiplin

memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok

sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

c) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang

mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih

sayang dan penerimaan. Hal ini penting bagi penyesuaian yang

berhasil dan kebahagiaan.

d) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai

motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang

dicapai darinya.

e) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, pembimbing

dalam pengambilan keputusan dan pengedalian perilaku.

29

Elizabet B Hurlock, Perkembangan Anak, h. 83.

29

Apabila disiplin sudah tertanam sejak dini maka mempermudah dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepada peserta didik, karena disiplin dapat

membentuk kepribadian yang kokoh dan dapat diharapkan bagi semua pihak.

a. Macam-macam Disiplin

1. Disiplin dalam menggunakan waktu

2. Disiplin dalam beribadah

3. Disiplin sikap

4. Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa

a. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat berasal dari keluarga,sekolah,dan

masyarakat. Faktor yang berasal dari keluarga misalnya situasi rumah yang

tidak mendukung,kekacauan dalam rumah tangga, kurangnya perhatian orang

tua.

Faktor yang berasaal dari sekolah yaitu pendidikan dan bimbingan

dari sekolah, hal ini bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap anak

didiknya.30

Faktor dari masyarakat adalah sikap dan lingkungan yang kurang

mendukung munculnya kedisiplinan, intensitas pergaulan dengan oraang

30

Muhammad Tolhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta:

Lantabora Press, 2003), h. 154

30

sekitar yang membawa pengaruh negatif akan menjadikan anak kurang

memiliki rasa tanggung jawab.

b. Suasana Emosional Sekolah

Suasana emosional sekolah dipengaruhi oleh sikap guru dan jenis

disiplin yang digunakan oleh para guru yang mempunyai hubungan baik

dengan muridnya dengan menggunakan disiplin yang mendorong munculnya

sikap positif pada muridnya.

c. Sikap Terhadap Pelajaran

Anak yang dibesarkan orang tua yang berpendapat bahwa masa anak-

anak harus bahagia dan bebas,biasanya mengembangkan sikap negatif

terhadap setiap kegiatan belajar.

c. Ganjaran (Reward)

a. Pengertian ganjaran

Menurut Durkheim, ganjaran ekslusif berupa ucapan penghargaan dan

pujian secara terbuka,sehingga ungkapan rasa hormat dan kepercayaan

bagi seseorang yang telah berbuat sesuatu yang baik secara istimewa.

Namun,Durkheim mengingatkan bahwa sangat kecil peran yang ada dalam

ganjaran terhadap kesadaran moral,karena ganjaran adalah instrumen

budaya intelektual bukan budaya moral. Di samping itu ketika anak sering

mendapatkan ganjaran (khususnya dalam lingkungan sekolah) kemudian

dia hidup dalam suatu lingkungan masyarakat yang tidak mengenal

mengganjar perilaku yang terpuji secepat dan secermat masa sekolah.

Maka akibat yang ditimbulkan ia harus berusaha membangun bagian hidup

moralnya sendiri dan mengalami adanya ketidak kepedulian yang tidak

dipelajarinya di sekolah dulu.31

31

Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi

Pendidikan,ter. Lukas Ginting (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 148

31

Pada dasarnya ganjaran digunakan dalam arti luas dan fleksibel, tidak

terbatas pada sesuatu pemberian yang bersifat materi semata, akan tetapi inti

darinya menimbulkan efek rasa senang, kepuasan batin,dan simpati atas apa

yang telah diperbuat. Sehinga timbul sesuatu yang bersifat positif.

b. Syarat-Syarat Pemberian Ganjaran (reward)

Pemberian ganjaran atas perbuatan peserta didik perlu memperhatikan

beberapa hal berikut:

1) Berikan ganjaran atas perbuatan atau prestasi yang dicapai peserta

didik,bukan atas dasar pribadinya.

2) Berikan penghargaan yang sesuia atas proporsional dengan perilaku

atau prestasi yang diraih peserta didik.

3) Sampaikan penghargaan untuk hal-hal yang positif, tetapi jangan

terlalu sering.

4) Jangan berikan penghargaan disertai dengan ungkapan membanding-

bandingkan seorang peserta didik dengan anak didik yang lain.

5) Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik.32

c. Bentuk Ganjaran (Reward)

Dalam konteks pendidikan Islam, bentuk ganjaran dibedakan menjadi:

32

Al Rasyidin, Falsafah, h. 96

32

1) Dalam bentuk fisik yaitu perlakuan menyenangkan yang diterima

seseorang dalam bentuk fisik atau material sebagai konsekuensi logis

dan perbuatan baik.(‘amal sholih) atau prestasi terbaik yang berhasil

ditampilkan atau diraihnya. Misalnya, pemberian hadiah, cendramata,

atau pemberian penghargaan baik berupa piala, beasiswa dan lain

sebagainya.

2) Dalam bentuk non fisik, yaitu perlakuan menyenangkan yang

diterima seseorang dalam bentuk non fisik sebagai konsekuensi logis

dan perbuatan baik (‘amal al- sholih) atau prestasi terbaik yang

berhasil ditampilkan atau diraihnya.

Pemberian reward ini selain akan berdampak positif juga akan

berdampak negatif. Memang apabila anak dijanjikan sebuah reward berupa

materi, anak akan merasa termotivasi, tapi setelah reward tidak diberikan lagi,

maka si anak akan kehilangan semangatnya.

Tujuan utama pemberian reward yaitu agar anak merasa tertantang

atau termotivasi untuk mendapatkan suatu hadiah. Banyak manfaat yang

apabila reward tersebut diberikan secara efektif, di antaranya yaitu:

1) Memberikan kegembiraan kepada peserta didik sebelum memulai

pelajaran.

2) Memotivasi peserta didik untuk bergairah dan bersemangat.

33

d. Efek Pemberian Hukuman Terhadap Kedisisiplinan Siswa

Dampak dari pemberian hukuman di sekolah yang dilakukan guru kepada

siswa adalah untuk membentuk karakter siswa,agar memiliki sikap dan perilaku

yang baik di sekolah. Adapun hal-hal yang berpengaruh dengan kedisiplinan

siswa di sekolah akibat dari pemberian hukuman adalah sebagai berikut:

a. Ketaatan dalam mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Kedisiplinan

dapat mewujudkan keberhasilan siswa dalam meraih prestasi, di mana

kedisiplinan ini membentuk sikap dan perilaku yang taat dan patuh

terhadap norma-norma yang ada

b. Ketertiban siswa dalam belajar yang di sekolah. Ketertiban dalam belajar

merupakan kedisiplinan yang disadari oleh siswa untuk menerima

pelajaran dengan baik, karena ketertiban adalah salah satu dari bagian

dari norma hukum yang berlaku, di mana tata tertib dibuat oleh sekolah

berbentuk peraturan-peraturan yang diberlakukan di lingkungan sekolah.

c. Ketaatan siswa dalam mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Taat

dan patuh adalah suatu sikap menerima serta melaksanakan suatu yang

dibebankan kepada seseorang dengan rasa ikhlas dan penuh tanggung

jawab tanpa ada paksaan dari siapapun.33

33

Mulyasa E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), h. 256

34

Peneerapan kedisiplinan peserta didik merupakan tugas tenaga pengajar

(guru). Untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik harus dimulai dari dalam

diri pendidik, dengan memberikan contoh teladan yang baik, sehingga peserta

didik tetap termotivasi untuk bersikap disiplin dan selalu mengarahkan peserta

didik kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta

didik.

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif karena berdasarkan pada tujuan penelitian serta hasil yang ingin dicapai

yang cenderung untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang hal yang

dikaji, menggambarkan teori, dan bagaimana menggambarkan realitas terhadap

sasaran yang dikaji.

Penelitian deskriptif berarti memecahkan masalah yang aktual dengan

mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasikannya, menganalisa dan

menginterpretasikannya.34

Penelitian kualitatif boleh juga diartikan sebagai suatu penelitian yang

mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, temuan lapangan yang dikemukakan

dengan berpegang pada prinsip etnis dan memahami realitas, penulis tidak bersifat

penafsiran atau evaluasi.

34

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Penelitian Ilmuah, Bandung: Tarsito, h. 147

36

B. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa. Alasan yang melatarbelakangi penulis memilih lokasi

ini karena penulis adalah alumni dari sekolah tersebut sehingga akan

memudahkan akses dalam melakukan penelitian, peneliti akan lebih mudah

memahami kondisi sosial dan adat kebiasaan pada sekolah tersebut serta peneliti

merasa bahwa pembinaan kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa masih perlu ditingkatkan.

C. Fokus Penelitian

1. Penerapan Hukuman

2. Kedisiplinan siswa

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan persepsi,

maka terlebih dahulu penulis mengemukakan deskripsi fokus penelitian yang akan

dikaji:

1. Penerapan hukuman yang penulis maksud adalah tindakan yang dijatuhkan

kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,

sehingga anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam

hatinya untuk tidak mengulangi kealahan yang sama.

2. Kedisiplinan siswa yang penulis maksud adalah latihan batin dan watak

dengan maksud segala perbuatan yang mentaati tata tertib.

37

E. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh Lngsung dari lapangan

atau sebagai tempat penelitian yang ingin kita teliti. Sedangkan sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari

lapangan dengan mewawancarai langsung satu guru Pendidikan Agama Islam dan

mengamati peserta didik yang terpilih sebagai infoorman. Peneliti menggunakan

data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Penerapan Hukuman Dan

Efeknya Terhadap Kedisiplinan Siswa SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.35

Data

sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, hasil survey, studi historis, dan

sebagainya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai pengumpul

data utama, hal ini dilakukan karena peneliti memahami kaitan kenyataan-

kenyataan di lapangan seperti interaksi antar objek dan subjek. Peneliti sebagai

perencana, pelaksana, menganalisis, menafsirkan hingga pelaporan hasil

penelitian. Penelitian juga menggunakan instrumen bantuan seperti kamera, daftar

catatan dan alat tulis.

35

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Cet. 27; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 225.

38

1. Pedoman Observasi

Yaitu berupa teknik yang digunakan sebagai pencatat dalam melaksanakan

observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan keterangan

di atas teknik observasi sangat sederhana tidak membutuhkan biaya yang terlalu

besar. Berhubungan dengan penelitian penulis, observasi ini merupakan langkah

awal untuk mendapatkan informasi tentang apa yang akan diteliti. Dalam

observasi ini peneliti menggunakan kamera hp untuk merekam kejadian yang

penting suatu peristiwa baik dalam bentuk foto ataupun video.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila

ingin mengetahui hal-hal yang responden secara lebih mendalam serta jumlah

responden sedikit. Adapun wawancara yang akan digunnkan dalam penelitian ini

adalah wawancara bebas terpimpin. Dalam pelaksanaanya pewawancara

membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

dinyatakan.

Merupakan satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

melalui tanya jawab secara lisan dengan narasumber. Peneliti melakukan

wawancara dengan guru pendidikan agama Isam, informan diberikan beberapa

pertanyaan terkait dengan Penerapan Hukuman Dan Efeknya Terhadap

Kedisiplinan Siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa , dengan menggunakan alat pendukung dalam wawancara

berupa buku catatan, kamera, tape recorder, kemudian mencatat hasil wawancara.

39

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada

tahap ini peneliti meminta beberapa dari staf di SMP Muhammadiyah Limbung,

tentunya berkait dengan kegiatan yang akan diteliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

Riset lapangan, yaitu cara pengumpulan data dengan penulis turun langsung ke

lapangan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian

dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan

data, sebagai berikut;

1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki.

2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi

yang membahas tentang objek peneliitian.36

36Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121.

40

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data merupakan

rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan

ferifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.

Analisis data ini dilakukan setelah data yang diperoleh dari sample melalui

instrumen yang dipilih dan akan digunakan untuk menjawab masalah dalam

penelitian atau untuk menguji hipotesa yang diajukan melalui penyajian data.

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi disusun

dengan berkelompok dengan berkelompok sesuai dengan rumusan masalah, baru

kemudian dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif. Analisa ini dilakukan

dengan tehnik analisis induktif.

Analisis induktif adalah pengambilan kesimpulan dimulai dari analisis

berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah

pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu.37

Oleh karena itu, tehnik analisis induktif ini dimulai dari pekerjaan

klasifikasi data. Dalam konteks ini penulis berusaha menggali data-data dari

lapangan yang selanjutnya dipaparkan dalam suatu paparan data kemudian

dianalisi dengan tehnik induktif ini.

37

Burhan Bungin, 2001, Metodologi Penelitian Sosial Surabaya: Airlangga Universitas

Press, h. 290

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian,

namun sebelum terlalu jauh membahas tentang mengenai hasil ini, terlebih dahulu

peneliti memberikan gambaran tentang lokasi penelitian sebagai berikut:

a. Sejarah singkat lokasi penelitian

SMP Muhammadiyah Limbung didirikan pada tahun 1950, sekolah ini

pada permulaan berdirinya diberi nama SMP Taruna, sebuah nama yang

diciptakan sendiri oleh pendirinya. SMP Taruna ini merupakan milik masyarakat

Limbung, tapi berhubung pada waktu itu keamanan tidak stabil maka keadaan

SMP Taruna sangat memprihatinkan.

keadaan krisis itulah maka Syamsuddin Bali sebagai Kepala Sekolah

meminta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Limbung, supaya sekolah ini

diambil alih oleh Muhammadiyah sebagai milik yayasan dan dilaporkan kepada

pimpinan pusat Muhammadiyah, akhirnya usul tersebut diterima dan berubahlah

nama SMP Taruna menjadi SMP Muhammadiyah dan itulah yang berlanjut

sampai sekarang. Berdasarkan keterangan tersebut mengungkapkan bahwa SMP

Muhammadiyah Limbung merupakan sekolah pertama berada di kecamatan

Bajeng Setelah sekian lama berdiri perkembangan SMP Muhammadiyah dari

tahun ke tahun cukup maju bila dibandingkan dengan SMP yang ada di Bajeng

bahkan pada dekade tahun delapan puluhan sekolah dibuka pada pagi dan sore

hari karena siswa yang mendaftar pada permulaan Tahun Ajaran melebihi

41

kapasitas ruangan belajar yang tersedia, sehubungan dengan perkembangan SMP

Muhammadiyah serta dengan usia yang relative cukup lama, maka sudah barang

tentu telah banyak menamatkan siswa dan siswi, olehnya itu SMP

Muhammadiyah Limbung ini sudah dikenal dan cukup diperhitungkan di

masyarakat khususnya kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

b. Visi, Misi dan Tujuan

1) Visi

Terbentuknya Insan Beriman, Berilmu, Kreatif, Berdaya Saing dan

Berakhlak Mulia serta Peduli Lingkungan.

2) Misi

a) Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat, bersih, rindang dan asri

sebagai upaya mewujudkan sekolah adiwiyata.

b) Mewujudkan lingkungan sekolah yang memiliki pengelolaan sampah

yang baik sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

c) Menumbuhkan kesadaran guru, siswa dan seluruh stakeholder sekolah

terhadap lingkungan hidup.

d) Meningkatkan profesionalisme guru.

e) Menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

f) Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga

dan Seni Budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

g) Menigkatkan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah.

h) Menjalin hubungan Kerjasama dengan stakeholder.

42

i) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah dan nyaman

sebagai sumber belajar.

j) Membudayakan kebiasaan menjaga kebersihan dan melestarikan

lingkungan.

k) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan berprinsip hidup 5

R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, dan Replant).

3) Tujuan

a) Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat, bersih, rindang dan asri

sebagai upaya mewujudkan sekolah Adiwiyata.

b) Terwujudnya lingkungan sekolah yang memiliki pengelolaan sampah

yang baik sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

c) Tumbuhnya kesadaran guru, siswa dan seluruh stakeholder sekolah

terhadap lingkungan hidup.

d) Meningkatkan profesionalisme guru.

e) Mengoptimalkan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM.

f) Terciptanya lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

g) Meningkatkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga dan

Seni Budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

4) Keadaan Guru

Posisi guru dalam suatu sekolah adalah sangat penting terhadap proses

belajar dan interaksi lainnya. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang

berbeda-beda dalam dirinya. Dengan keahlian guru dalam mendidik tentu dia tahu

43

bagaimana perkembangan anak didiknya dan mengetahui kesulitan-kesulitan

belajar anak didiknya.

Mengenai keberadaan guru di sekolah SMP Muhammadiyah Limbung,

peneliti memberi gambaran sebagaimana tercamtum dalam taber berikut ini:

Tabel 1

Keadaan Guru SMP Muhammadiyah Limbung

Tahun Ajaran 2018-2019

No Nama Jabatan Status Guru

1 Muhammad Rizal, S.Pd, M.Pd.I Kepala Sekolah PNS

2 Muhammad Taslim, S.Pd.MM Guru PNS

3 Ariyani, S.Pd Guru PNS

4 Rabuddin Abdy, .S.Pd Guru PNS

5 Firdaus Guru PNS

6 Hj. Nursyarkiah, S.Pd Guru PNS

7 Dra. Hj. Nadimah Guru PNS

8 Dra. Hj. St. Jumariah Guru PNS

9 Marwiah, S.Pd Guru PNS

10 Hj. Misbawati, S.Pd Guru PNS

11 Husniar, S.Pd Guru PNS

12 Andriani, S.Pd Guru PNS

13 Syafaruddin K. Guru PNS

14 Mustari, S.Ag Guru PNS

15 Muzakkir, S.Pd, M.Pd Guru PNS

16 Sitti Palamuri S,S.Pd Guru Honor

17 Hj. St. Nurbaya Guru Honor

18 Dra. Jumasiah Guru Honor

19 Nasrullah Rauf, S.TP Guru Honor

20 Nelly, S.Pd Guru Honor

21 Aziza Aliyah, S.Ag Guru Honor

22 Roslinah, S.Pd Guru Honor

23 Hamdana, S.Ag Guru Honor

24 Suhardi, S.Pd Guru Honor

25 Mawang Afrianto, Guru Honor

26 Hj. Wahyuni Thahir, SS Guru Honor

44

27 Irwas Abdullah, S.Ag Guru Honor

28 Rasdar, S.Pd Guru Honor

29 Syahruni, S.Pd Guru Honor

30 Nurwahidah, S.Pd, M.Pd Guru Honor

31 Nawir Lalo Guru Honor

32 Nur Fadhly Mansyur, S.Pd Guru Honor

33 Udin, S.Pd. Guru Honor

34 Jamaluddin, S.Pd Guru Honor

35 Siarmawati, S.Pd Guru Honor

36 Kamaruddin , S.Pd.I Guru Honor

37 Masse katutu, S.Pd Guru Honor

38 Musdalifah, S.Pd.I Guru Honor

39 Indrawati,S.Pd Guru Honor

40 Nursaihah, S.Pd Guru Honor

41 Rahmawati Abbas S.Pd. Guru Honor

42 Satriani Segar, S.Pd Guru Honor

43 Kasmawati, S.Pd Guru Honor

44 Suharmia Sulaiman, S.Pd Guru Honor

45 Wahyu Andriani, S.Pd Guru Honor

46 Sri Wilyana, S.Pd Guru Honor

47 Muh. Jafar, S.Pd Guru Honor

48 Irma, S.Pd Guru Honor

49 Nurkhaeriah, S. Pd. Guru Honor

50 Idrus, S.Pd.I Guru Honor

51 Kartini Indasari, S.Pd Guru Honor

52 Nur Azmi, S.Pd Guru Honor

53 Al Fishar Firdaus Guru Honor

54 Khalid Saifullah S.Pd.I Guru Honor

55 Fathullah, S.Pd.I Guru Honor

56 Hastuti, S.Pd Guru Honor

45

5) Keadaan Tata Usaha

Tabel 2

Keadaan Tata Usaha SMP Muhammadiyah Limbung

Tahun 2018-2019

NO Nama Jabatan Status Guru

1 Kamaruddin Rani Kepala

Tata Usaha Honor

2 Rosmal Dewi Staf Tata Usaha Honor

3 Muhajirah, S.Kom Staf Tata Usaha Honor

4 Nur Ihsan Kamar, S. Pd Guru MP / Staf TU Honor

5 Saldi Amal Staf Pustakawan Honor

6 Amiruddin

Pembina HW / Staf

Kantin Kejujuran Honor

7 Hanafi Cleaning Service Honor

8 Rusdi Cleaning Service Honor

9 Try Sutrisno Julianto F Security Honor

6) Keadaan Siswa

Siswa bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah

karena siswa merupkan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran.

Pendidik tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang

menerima pendidikan.

Dengan demikian sehingga menjadi sarana pokok dalam proses belajar

mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah

merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk

mengetahui keadaan siswa sekolah SMP Muhammdiyah Limbung.

46

Tabel 3

Peserta Didik

Tahun Pelajaran 2018-2019

NO KELAS JUMLAH

TOTAL L P

1 VII.1 17 16 33

2 VII.2 11 19 30

3 VII.3 15 17 32

4 VII.4 15 18 33

5 VII.5 16 17 33

6 VII.6 16 16 32

7 VII.7 17 16 33

8 VII.8 17 16 33

9 VII.9 14 18 32

10 VII.10 17 16 33

11 VIII.1 16 16 32

12 VIII.2 13 17 30

13 VIII.3 13 17 30

14 VIII.4 15 17 32

15 VIII.5 16 16 32

16 VIII.6 16 16 32

17 VIII.7 17 16 33

18 VIII.8 17 16 33

19 VIII.9 14 15 29

20 VIII.10 15 17 32

21 IX.1 15 20 35

22 IX.2 14 20 34

23 IX.3 17 19 36

24 IX.4 15 19 34

25 IX.5 15 15 30

26 IX.6 15 19 34

27 IX.7 17 19 36

28 IX.8 16 19 35

29 IX.9 17 17 34

TOTAL JUMLAH 454 496 950

47

7) Keadaan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar,

disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan

materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa,

akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana

yang dapat menunjang keefektiifan belajar siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung. SMP Muhammadiyah Limbung memiliki fasilitas yang dapat

dikategorikan memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran

yang kondusif, fasilitas tersebut meliputi

Tabel 4

Keadaan Sarana dan Prasarana

Tahun 2018-2019

No Fasilitas Jumlah Ket.

1 Ruang Kelas 29 Baik

2 Kantor 1 Baik

3 Ruang Pimpinan/Kasek 1 Baik

4 Ruang TU / TAS 1 Baik

5 Ruang guru 1 Baik

6 Perpustakaan 1 Baik

7 Tempat Ibadah/Masjid 1 Baik

8 Lab. Sains 1 Baik

9 Kantin 1 Baik

10 Ruang IPM 1 Baik

11 Tempat Galeri 1 Baik

12 Ruang kegiatan ekstra kurikuler 1 Baik

13 Ruang UKS 1 Baik

14 Ruang BK 1 Baik

15 Ruang Kesiswaan 1 Baik

16 Ruang Drum Band 1 Baik

17 Toilet 1 Baik

18 Fasilitas olahraga 1 Baik

48

c. Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler di SMP Muhammadiyah Limbungini meliputi:

1) Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2) Hizbul Wathan

3) Tapak Suci Putera Muhammadiyah

4) Paskibra

5) PMR

6) UKS

7) Spemul Soccer Team

8) Drum Band Gita Surya.

Tabel 5

Ekstra Kurikuler

Tahun 2018-2019

NO JENIS

KEGIATAN

HARI

LATIHAN PUKUL PEMBINA

1 Ikatan Pelajar

Muhammadiyah Senin & Kamis

15.00 -

17.00 Idrus, S.Pd.I

2 Hizbul Wathan Kamis & Sabtu 15.00 -

17.00 Amiruddin

3 Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Rabu & Jumat

15.00 -

17.00 Marwan Nompo

4 Spemul Soccer

Team Rabu & Jum‟at

15.00 -

17.00

Nur Fadhly

Mansyur, S.Pd.

5 Drum Band Gita

Surya Senin & Rabu

15.00 -

17.00

Al Fishar

Firdaus

6 Palang Merah

Remaja (PMR) Rabu

15.00 -

17.00

Kartini Indasari,

S.Pd.

7 Pasukan Pengibar

Bendera (Paskibra) Sabtu

15.00 -

17.00

Kartini Indasari,

S.Pd.

49

B. Penerapan Hukuman Terhadap Kedisiplinan Siswa Di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Hukuman berfungsi sebagai konsekuensi bagi siswa yang melanggar atau

tidak disiplin sehingga dengan memunculkan hukuman perilaku melanggar

tersebut tidak terulang lagi karena pendidik memberikan hukuman yang membuat

siswa tidak nyaman akan perilaku melanggarnya.

Dalam pendidikan fungsi hukuman hendaknya meliputi tiga peran penting

dalam perkembangan moral anak: pertama, menghalangi. Hukuman menghalangi

pengulangan yang tidak baik yang tidak diinginkan; kedua, mendidik. Sebelum

anak mengerti peraturan, maka dengan mendapatkan hukuman dari kesalahan

yang dilakukan, siswa dapat mengambil pelajaran bahwa tindakan tertentu benar

dan yang lain salah; ketiga, memberi motivasi untuk menghindarkan diri dari

perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat. Di samping itu, siswa juga akan

belajar dari pengalaman bahwa jika mereka tidak mematuhi peraturan sudah

barang tentu mereka akan menerima hukuman. Selaku kepala sekolah

Muhammad Rizal. Mengatakan:

“bahwa hukuman merupakan salah satu hal yang harus ditegakkan di

sekolah karena kedisiplinan adalah kunci sukses sekolah. Dengan adanya

kedisiplinan yang tinggi dapat menjadi modal bagi sekolah untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. oleh karenanya hukuman tidak dapat

dilakukan sewenang-wenang menurut kehendak guru, tetapi menghukum

adalah suatu perbuatan yang tidak bebas yang selalu mendapat

pengawasan dari masyarakat dan negara. Oleh karenanya, kami selaku

pihak guru selalu memberikan hukuman yang sifatnya mendidik, selain

itu tujuan dari pemberian hukuman agar peserta didik menyadari kesalahan

yang telah dilakukannya dan tidak mengulanginya lagi.”38

38Muhammad

Rizal, S. Pd, M. Pd.I (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung),

Wawancara, di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29

Juli 2020

50

Hukuman dapat dilaksanakan apabila sudah ditetapkannya peraturan-

peraturan yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Tetapi peraturan dan

hukuman tersebut tidak akan berjalan apabila tidak adanya kesadaran

melaksanakan kewajiban dan kerjasama antara pihak sekolah dan siswa.

Syahruni. Mengatakan:

Pemberian hukuman hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, sehingga

tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang. Hukuman yang diberikan

harus diperhitungkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu.39

Selain itu, Hamdana mengatakan:

“hukuman harus dapat memperbaiki dan moral peserta didik dan juga

hukuman tidak sampai merusak hubungan antara pendidik dan peserta

didik”.40

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, adapun pelanggaran yang

dilakukan peserta didik di sekolah, misalnya siswa terlambat ke sekolah saat

upacara bendera hari senin, berpakaian tidak rapi, mengganggu teman, tidak

melaksanakan tugas piket, dan membuang sampah sembarangan.

Ada peserta didik yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah diantaranya,

Rahman, Yusuf, dan Saleh. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta

didik tersebut kebanyakan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,

dan tidak membuat pekerjaan rumah.

39

Syahruni, S. Pd (Guru Bahasa Inggris SMP Muhammadiyah Limbung),Wawancara, di

SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020 40

Hamdana, S. Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam), Wawancara, di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020

51

Secara etimologi, hukuman berarti siksa yang dikenakan kepada orang

yang melanggar undang-undang dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi

hukuman adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang

menyebabkan penderitaan terhadap seseorang yang menerima hukuman sebagai

akibat dari kesalahan yang dibuatnya.41

Dalam pendidika, fungsi hukuman hendaknya meliputi tiga peran penting

dalam perkembangan moral anak: pertama, menghalangi. Hukuman menghalangi

pengulangan tindakan yang yang tidak diinginkan oleh masyarakat; kedua,

mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, maka dengan mendapatkan

hukuman dari kesalahan yang dilakukan, peserta didik dapat mengambil pelajaran

bahwa tindakan benar dan yang lain salah. Dengan demikian bertambahnya usia,

mereka mempelajari peraturan; ,ketiga, memberi motivasi untuk menghindarkan

diri dari perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat.

Salah satu bentuk tindakan yang tegas di sekolah dalam rangka penegakan

disiplin adalah metode pemberian hukuman (punishment). Penerapan hukuman

ditujukan untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan sekaligus

memelihara ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan

melakukan kesalahan yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa hukuman

adalah alternatif terakhir setelah metode nasehatdan peringatan tidak berhasil

memperbaiki disiplin peserta didik. Karena tujuan utama pemberian hukuman

adalah merubah dari perbuatan yang tidak baik menjadi baik. Namun, jenis

41

Ibid

52

pemberian hukuman hukuman itulah yang seharusnya disesuaikan dengan

lingkungan sekolah sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran, bukan

penghakiman.

Hukuman merupakan upaya mendisiplinkan peserta didik terhadap

peraturan yang berlaku di sekolah. Sebab dengan sadar pendidik memegang

prinsip bahwa disiplin merupakan kunci sukses suatu sekolah. Seorang pendidik

harus memiliki “keteladanan yang baik”. Dengan adanya keteladanan yang baik,

maka akan menimbulkan dampak bagi peserta didik untuk meniru dan

mengikutinya. Di samping itu perlu adanya nasehat-nasehat dari pendidik kepada

peserta didik agar peserta didik membiasakan perilaku disiplin. Hukuman

diharapkan dapat membangkitkan sikap rendah hati dan kesediaan untuk

mengakui kesalahan sendiri, lalu memperbaiki tingkah laku. Karena hukuman

harus membangun nilai-nilai moral peserta didik.

C. Penerapan kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah Limbung

kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Limbung

maka peneliti menggunakan beberapa metode di antaranya metode wawancara.

Salah satu aspek penting yang menjadi perhatian adalah bagaimana menciptakan

budaya disiplin di kalangan siswa. Selama berada di lingkungan sekolah siswa

hendaknya menampakkan nilai-nilai kedisiplinan yang tercermin melalui perilaku

siswa yang sesuai dengan norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku di

sekolah. Perhatian guru yang begitu besar terhadap kedisiplinan siswa tidak lain

tujuannya adalah agar siswa mampu belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan

53

yang baik dan bermanfaat. Sehingga di lingkungan sekolah secara khusus dapat

tercipta keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama dalam kelas.

Syahruni. Mengatakan:

Tingkat kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Limbung sangat

bagus,karena didukung oleh semua unsur kerjasama dengan baik dan

untuk meningkatkan kedisiplinan di sekolah”.42

Hamdana. Mengatakan:

Tingkat kedisiplinan setiap siswa ternyata berbeda-beda, perlu usaha yang

lebih serius dari pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kesadaran

siswa terhadap kedisiplinan. Bukan hanya dengan peraturan yang terkesan

mengikat siswa, kedisiplinan bisa tumbuh bila siswa sering diberikan

penyuluhan dan pengarahan dari berbagai pihak, terutama lingkungan

sekolah.”43

Menanamkan kedisiplinan peserta didik merupakan tugas pendidik. Untuk

menanamkan kedisiplinan peserta didik harus dimulai dari diri sendiri sebagai

pendidik, berulah pendidik dapat mendisplinkan anak didik sehingga akan tercipta

kerjasama yang baik. Sehubungan dengan pernyataan di atas,maka hasil

wawancara peneliti dengan Azizah. Mengatakan:

“bahwa untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik yaitu dengan

contoh teladan, pemberian nasehat serta hukuman, dan adapun hukuman

yang diterapkan seperti berdiri di depan kelas, berjemur di lapangan, dan

memberikan tugas membersihkan kamar mandi atau ruang belajar.”44

Muhammad Rizal. Mengatakan:

“masalah disiplin adalah hal yang patut untuk diterapkan secara lebih

mendalam. Hal ini dikarenakan disiplin merupakan sikap terpuji yang

kemudian dapat berkembang menjadi nilai kepribadian seseoranh. Tidak

semua orang mampu menjadi orang yang konsisten pada kedisiplinan.

42

Syahruni, S. Pd (G Hamdana, S. Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam), Wawancara, di

SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020 43Hamdana

, S. Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam), Wawancara, di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020 44

Azizah, S. Pd (Guru Bimbingan Konseling), Wawancara, di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020

54

Selain itu, masalah disiplin merupakan hal sangat menentukan terhadap

sukses dan lancarnya suatu kegiatan. Kegiatan akan berhasil jika

dijalankan sesuai disiplin yang telah ditetapkan menurut aturan yang

berlaku.”45

Dari hasil wawancara tersebut maka dapat dipahami bahwa pemberian

hukuman merupakan upaya mendisiplinkan peserta didik terhadap peraturan yang

berlaku di sekolah. Sebab dengan sadar pendidik memegang prinsip bahwa

disiplin merupakan kunci sukses suatu sekolah. Seorang pendidik harus memiliki

“keteladanan yang baik”. Dengan adanya keteladanan yang baik, maka akan

menimbulkan dampak bagi peserta didik untuk meniru dan mengikutinya. Di

samping itu perlu adanya nasehat-nasehat dari pendidik kepada peserta didik agar

peserta didik membiasakan perilaku disiplin. Hukuman diharapkan dapat

membangkitkan sikap rendah hati dan kesediaan untuk mengakui kesalahan

sendiri, lalu memperbaiki tingkah laku. Karena hukuman harus membangun nilai-

nilai moral peserta didik. Muhammad Rizal, Mengatakan:

“fungsi dari disiplin yaitu dapat mengatur pergaulan di sekolah menjadi

tidak ada yang berkelakuan dan bersikap semaunya. Oleh karena itu,

pelaksanaan tata tertib kedisiplinan dapat berjalan baik apabila tata tertib

tersebut disosialisasikan kepada peserta didik, ada pengawasan dan apabila

terjadi pelanggaran harus ada tindakan. Dalam hal ini pemberian hukuman

sesuai dengan pelanggaran yang di lakukan.”46

Dengan demikian disiplin menjadi pendamping anak didik yang dapat

mengantarkannya membentuk kepribadian, mengembangkan potensi, meraih apa

yang diinginkan dan menjadikannya mandiri serta bertanggung jawab tanpa

45

Muhammad Rizal, S. Pd, M. Pd.I (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung),

Wawancara, di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29

Juli 2020 46

Muhammad Rizal, S. Pd, M. Pd.I (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung),

Wawancara, di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29

Juli 2020

55

adanya rasa minder, takut, pesimis dengan apa yang dilakukannya karena peserta

didik memahami betul disiplin sebagai suatu yang menyenangkan bukan sesuatu

yang harus ditakuti atau dihindari. Disiplin juga akan membiasakan peserta didik

untuk bisa hidup secara teratur, dengan adanya keteraturan dalamm hidup

diharapkan mampu mengendalikan diri dengan memiliki pengendalian diri

tersebut maka peserta didik akan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang

telah ditetapkan.

Kata disiplin sering dikaitkan dengan tata tertib yang harus dipatuhi dan

dilaksanakan. Di sisi lain banyak orang menafsirkan bahwa disiplin berkenaan

dengan usaha pembentukan watak dan kepribadian sehingga menciptakan

kebiasaan hidup yang teratur. Disiplin adalah unsur moralitas seseorang yang

menekankan pada peraturan dan tata tertib dalam prinsip-prinsip keteraturan,

pemberian perintah larangan, pujian dan hukuman dengan otoritas atau paksaann

untuk mencapai kondisi yang baik. Hamdana, mengungkapkan bahwa:

“Seseorang yang disiplin tentu akan melaksanakan segala aktivitas dalam

hidupnya dengan tertib, teratur dan terencana. Dari pribadi dewasa yang

disiplin akan terlahir kepribadian yang teratur pula baik dalam ibadah,

pengaturan waktu dan kegiatan yang akan dilaksankan maupun target yang

akan diraih dalam kehidupan. Selain itu, dari pribadi yang berdisiplin

tentulah akan mampu memilih mana jalan yang membawa kebaikan dan

mana jalan yang membawa pada keburukan. Yang intinya, disiplin

membuat kepribadian menjadi teratur.”47

Selain itu, selaku kepala sekolah. Muhammad Rizal, mengatakan

“upaya menumbuhkan dan mengembangkan budaya disiplin disekolah

bukanlah hal yang mudah. Diperlukan waktu, mental yang tangguh dan

semangat yang kuat selama dalam proses pembentukan dan pembinaan

terhadap kedisiplinan siswa. Hasil nyata dari penerapan hukuman adalah

47

Hamdana, S. Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam), Wawancara, di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020

56

kedisiplinan dan kepatuhan. Dengan adanya kepatuhan, siswa akan

menjalankan semua aturan tata tertib itu atas dasar kesadaran dirinya,

bukan karena keterpaksaan, yang pada akhirnya hal ini akan berpengaruh

terhadap kualitas prestasi belajarnya.”48

Masalah disiplin adalah suatu hal yang patut untuk dikaji secara lebih

mendalam. Hal ini dikarenakan disiplin merupakan sikap terpuji yang kemudian

dapat berkembang menjadi nilai kepribadian seseorang. Tidak semua orang

mampu menjadi orang yang konsisten pada kedisiplinan. Selain itu, masalah

disiplin merupakan hal sangat menetukan terhadap sukses dan lancarnya suatu

aktivitas. Di setiap aktivitas selalu dituntut untuk disiplin yang tinggi. Untuk

menegakan disiplin siswa di sekolah, diperlukan adanya peraturan atau tata tertib

sekolah sebagai pendukung terciptanya proses pembelajaran yang tinggi dan

lancar sehingga terciptalah suasana sekolah yang kondusif sepertti yang

diinginkan. Penegakan hukuman dapat menjadi alat bantu untuk penegakan

disiplin bagi siswa.

D. Penerapan Hukuman dan Efeknya Terhadap Kedisiplinan Siswa SMP

Muhammdiyah Limbung Kec Bajeng Kab Gowa.

Hukuman merupakan salah satu alat dari sekian banyak alat lainnya yang

digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi

perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman akan berpengaruh positif, apabila

pendidik menghukum berhati-hati dalam menerapkan hukuman dengan

memperhatikan tujuan, syarat, dan langkah-langkah pemberian hukuman. Suatu

48

Muhammad Rizal, S. Pd, M. Pd.I (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung),

Wawancara, di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29

Juli 2020

57

hukuman jangan sampai menyinggung harga diri dari seorang anak, karena setiap

anak mempunyai kepribadian yang harus diperhatikan dan rasa harga diri yang

harus dipelihara.49

Penerapan hukuman dapat diberikan apabila dapat menimbulkan

kesadaran moral. Hukuman juga dapat dilaksanakan apabila sudah ditetapkannya

peraturan-peraturan yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Muhammad

Rizal. Mengatakan:

“permasalahan yang sering terjadi di instansi sekolah pada umumnya

berkaitan dengan kedisiplinan siswa saat berada di lingkungan sekolah.

Banyaknya siswa yang melanggar peraturan baik secara sadar maupun

tidak sadar sering di jumpai di lingkungan sekolah SMP Muhammadiyah

Limbung. penerapan hukuman tentu akan juga akan berdampak pada

kedisiplinan siswa untuk membentuk siswa yang berkepribadian yang

tercermin dalam hasil belajar mereka. Kedisiplinan memiliki tujuan, yaitu

tumbuh dan terpeliharanya perilaku yang baik, bertanggung jawab dari

dalam anak untuk mentaati peraturan dan tata tertib sekolah, serta efektif

dan efisien saat proses pembelajaran sehingga anak memiliki prestasi yang

baik dan dapat dibanggakan.”50

Azizah, mengatakan:

“ketika peserta didik dihukum sesuai dengan pelanggaran yang

dilakukannya maka akan ada perubahan pada peseta didik, mereka tidak

akan mengulangi pelanggaran yang telah mereka lakukan.”51

Dampak dari pemberian hukuman di sekolah yang dilakukan guru kepada

siswa adalah untuk membentuk karakter siswa, agar memiliki sikap dan perilaku

yang baik di sekolah. Azizah, mengatakan:

49

M. „Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan, h. 153. 50

Muhammad Rizal, S. Pd, M. Pd.I (Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung),

Wawancara, di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29

Juli 2020 51

Azizah, S. Pd (Guru Bimbingan Konseling), Wawancara, di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020

58

“hukuman merupakan aspek penting dalam dunia pendidikan khususnya sekolah

dalam meningkatkan suatu kedisiplinan. Hukuman mampu menjadi guidance bagi

setiap siswa dalam berperilaku diligkungan sekolah, sehingga awalnya mereka

akan takut terkena hukuman jika mereka melakukan perbuatan melanggar

kedisiplinan, dan lama-lama hal tersebut akan menjadi suatu kebiasaan yang baik

dan menjadi budaya dilingkungan tersebut untuk selalu tertib dalam kedisiplinan.

Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan bagi siswa untuk

mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman, dorongan ketaatan dan

kepatuhan dapat melemah,selain itu motivasi untuk mengikuti aturan yang berlaku

menjadi ikut melemah. Hukuman menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

sebuah kedisiplinan, maka kuatnya ancaman hukuman akan berbanding lurus

dengan kedisiplinan dilingkungan sekolah.”52

1. Penerapan hukuman sebagai alat pendidikan dalam menanamkan

kedisiplinan pada peserta didik, dilakukan dengan memberikan contoh teladan,

pemberian nasehat memberikan hukuman yang sesuai dengan pelanggaran peserta

didik. Dalam pelaksanaan tata tertib, tata tertib disosialisasikan kepada peserta

didik, ada pengawasan dan apabila terjadi pelanggaran diberikan tindakan dalam

hal ini pemberian hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

2. Peneerapan kedisiplinan peserta didik merupakan tugas tenaga pengajar

(guru). Untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik harus dimulai dari dalam

diri pendidik, dengan memberikan contoh teladan yang baik, sehingga peserta

didik tetap termotivasi untuk bersikap disiplin dan selalu mengarahkan peserta

52

Azizah, S. Pd (Guru Bimbingan Konseling), Wawancara, di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,. Sabtu 29 Juli 2020

59

didik kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta

didik.

3. Efek penerapan hukuman terhadap kedisiplinan siswa ketika peserta didik

dihukum sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya akan memberikan

perubahan pada peserta didik. Efek dari penerapan hukuman terhadap peserta

didik adalah

a. Tidak ada siswa yang terlambat lagi datang ke sekolah

b. Kelas menjadi lebih tertib

c. Siswa menjadi lebih rajin mengerjakan tugas sekolah

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam pembahasan

skripsi ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:

1. Penerapan hukuman sebagai alat pendidikan dalam menanamkan kedisiplinan

pada peserta didik SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa, dilakukan dengan memberikan contoh teladan, pemberian

nasehat memberikan hukuman yang sesuai dengan pelanggaran peserta didik.

Dalam pelaksanaan tata tertib, tata tertib disosialisasikan kepada peserta

didik, ada pengawasan dan apabila terjadi pelanggaran diberikan tindakan

dalam hal ini pemberian hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Hukuman non fisik diterapkan agar si anak mau memperbaiki kesalahannya,

dimulai dari panggilan, diberi pengertian,dinasehati sehingga timbul

kesadaran untuk tidak mengulangi kesalahan. Sedangkan hukuman fisik

bentuknya seperti berdiri depan kelas, menyapu dll.

2. Penerapan kedisiplinan peserta didik merupakan tugas tenaga pengajar (guru).

Untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik harus dimulai dari dalam diri

pendidik, dengan memberikan contoh teladan yang baik, sehingga peserta

didik tetap termotivasi untuk bersikap disiplin dan selalu mengarahkan

peserta didik kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada

peserta didik.

61

3. Efek penerapan hukumun terhadap kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah

Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa adalah:

a. Tidak ada siswa yang terlambat lagi datang ke sekolah

b. Kelas menjadi lebih tertib

c. Siswa menjadi lebih rajin mengerjakan tugas sekolah

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka peneliti

menyarankan:

1. Penerapan hukuman itu hanya dapat diberikan apabila dapat menimbulkan

kesadaran moral. Hukuman juga dapat dilaksanakan apabila sudah ditetapkannya

peraturan-peraturan yang sebelumnya sudah di sepakati bersama. Hukuman

sifatnya tidak boleh memperhinakan peserta didik, tidak merendahkan martabat

dirinya. Hukuman diharapkan dapat membangkitkan rasa rendah hati dan

kesediaan untuk mengakui kesalahan dan kelemahan diri sendiri, lalu

memperbaiki tingkah laku. Karena hukuman harus membangun nilai-nilai moral

peserta didik. Pemberian hukuman harus sesuai dengan pelanggaran yang

dilakukan.

2. Menanamkan kedisiplinan peserta didik merupakan tugas tenaga pengajar

(guru). Untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik harus dimulai dari dalam

diri pendidik, dengan memberikan contoh teladan yang baik, sehingga peserta

didik kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada peserta

didik.

62

3. Dalam upaya menanamkan kedisiplinan, guru mengajarkan peserta didik

mengetahui konsekuensi yang muncul sebagai suatu akibat dari pilihan mereka

terhadap sikap sehingga pada akhirnya mereka akan belajar dari kesalahan peserta

didik.

4. Kedisiplinan harus lebih ditingkatkan kepada peserta didik demi

terciptanya ketertiban dan rasa nyaman di dalam sekolah. Sehingga harus

diciptakannya peraturan yang berisi hukuman yang tegas, masuk akal dan tidak

melanggar hak asasi manusia.

63

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Al-Abrasyi M ‘Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1993, H. 158

An-Nahlawi, Abrurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode pendidikan Islam terj.

Herry Noer Ali, Bandung: Diponegoro,1989

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

A, Yanuar, Jenis-jenis Hukuman Edukatif, cet. Pertama , Yogyakarta: 2012

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010

Djamarah , Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Durkheim, Emile, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi

Pendidikan, Terj. Lukas Ginting, Jakarta: Erlangga, 1990

Gunarsa, Y. Singgih D, Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung

Mulya, 1995

Hasan, Muhammad Tolhah, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Lantabora Press, 2003

Hurlok Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1978

Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Asy-Syifa‟ 1979

Khaldun, Abdur Rahman Ibnu, Al-Muqaddimah, terj. Masturi Irham, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2011

Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2014, H. 58

Kusuma, Amir Daien Indra, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Usaha Nasional,

1995

Manullang, Dasar-Dasar Manajement, Jakarta: Gunung Agung, 2011

Mulyasa, E, Manajement Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1983

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1985

64

Poerwaktja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung ,

1982

Soedjono, Pengantar Psikologi Untuk Studi Ilmu Hukum dan

Kemasyarakatan, Bandung: Tarsito, 2003

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Alfabeta, 2013

Sutrisno, Heru, “ Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah di Tinjau dari

Kerangka Teori Sosiologi Fungsionalisme”, Jurnal Pembelajaran Inovatif,

Vol IV, Nomor 2, Maret 2009

Ubaedy, AN, Human Learning Specialist, Jakarta: KinzaBooks, 2009

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2015

Muhammad Rizal

Jamaluddin, Guru SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa

Fatahullah, Guru BK SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa

Syahruni, Guru SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa.

Hamdana, Guru PAI SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa

Nasrullah Rauf, Guru SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa

65

RIWAYAT HIDUP

Muslimah Wahdiniah, 22 November 1998 yang merupakan

anak keenam dari pasangan Mustari dan Syamsiah. Sebelum

masuk kejenjang perguruan tinggi, peneliti menempuh

pendidikan di SD Negeri Bontocinde Kecamatan Pallangga

Kabupaten Gowa kemudian masuk ke jenjang pendidikan menengah pertama di

SMP Muhammadiyah Limbung dan melanjutkan pendidikan menengah atas di

DDI Nurussalam Lassa-Lassa Setelah menyelesaikan pendidikan pada tahun

2015, Peneliti melanjutkan Pendidikan Program S-1 di Universitas

Muhammadiyah Makassar dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam. Peneliti telah menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Penerapan Hukuman Dan Efeknya terhadap kedisiplinan siswa di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

66

LAMPIRAN

67

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Kepala Sekolah

1. Bagaimana gambaran kedisiplinan siswa?

2. Apa penyebab terjadinya pelanggaran kedisiplinan pada siswa?

3. Bagaimana pendapat kepala sekolah dalam pemberian hukuman kepada

siswa guna menerapkan kedisiplinan di sekolah ?

4. Bagaimana efek yang ditimbulkan dalam penerapan hukuman ? dalam hal

kedisiplinan?

Untuk Guru

1. Bagaimana gambaran umum Kedisiplinan siswa ?

2. Apakah perlu dilakukan penerapan hukuman dalam membentuk

kedisiplinan siswa?

3. Bagaimana penerapan hukuman kepada siswa ?

4. Bagaimana bentuk penerapan hukuman yang dilakukan pada siswa ?

5. Bagaimana bentuk penerapan kedisiplinan pada siswa ?

6. Bagaimana metode yang dilakukan dalam menanamkan kedisiplinan

siswa?

7. Bagaiamana pendekatan yang dilakukan dalam menerapkan kedisiplinan?

8. Apa kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan dalam menerapkan kedisiplinan

?

9. Apakah dalam penerapakan hukuman dapat mengubah siswa menjadi

disiplin?

10. Bagaimana efek yang timbulkan dalam penerapan hukuman? Dalam hal

kedisiplinan?

68

1. Suasana SMP Muhammadiyah Limbung Kec.Bajeng Kab. Gowa

69

2. Wawancara dengan Bapak Fatahullah guru pendidikan Agama Islam SMP

Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa

70

3. Wawancara bersama dengan Ibu Syahruni,S.Pd Selaku wali kelas dan guru

kelas SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa

4. Wawancara Bersama Dengan Bapak Irwas Abdullah, S.Ag Selaku Guru

Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab.

Gowa

71

5. Wawancara dengan Ibu Hamdana, S.Ag Selaku Guru Pendidikan Agama

Islam SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa

6. Wawancara Dengan Bapak Nasrullah Rauf Selaku Guru dan Bidang

Kesiswaan SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa

72

7. Wawancara dengan Bapak Jamaluddin via Telpon Seluler Selaku Guru

Kelas SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa

8. Wawancara dengan Bapak Muhammad Rizal via WhatsApp selaku Kepala

sekolah SMP Muhammadiyah Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa