Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
“PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN”
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ayyul Farid 1511021005
Eva Mayasari 1511021016
Wachid Yuli Laksono 1511021019
Indri Yuli Yanti 1511021027
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai
“Pemilihan Strategi Pembelajaran”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan dan pedoman bagi para pembaca dalam menentukan
Strategi Pembelajaran.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca atau
pendengar. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran, dan usulan yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah
yang penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesusatu yang
sempurna tanpa ada saran ynag membangun. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi penulis sendiri
atau pembaca. Terima kasih.
Singaraja, 3 April 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis Stategi Pembelajaran....................................................................3
2.2 Jenis Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran....................................8
2.3 Dasar dan Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran..................11
2.4 Prinsip Pemilihan Dan Penggunaan Strategi Pembelajaran..................18
2.5 Optimalisasi Belajar Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses............22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................45
3.2 Saran.....................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tugas utama guru adalah merancang dan melaksanakan pembelajaran
kepada siswa, sehingga siswa mencapai tujuan tertentu yaitu berupa
keterampilan atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah
dirumuskan di dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang menjadi
persoalan pokok adalah bagaimana memilih dan menggunakan Strategi
Pembelajaran. Strategi pembelajaran menentukan bagaimana pola interaksi
yang terjadi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa serta siswa
dengan materi pelajaran di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Dari penjelasan tujuan tersebut maka perlunya diketahui mengenai
apa pentingnya pemilihan strategi pembelajaran. Dimana secara umum
pentingnya pemilihan pembelajaran itu dapat mempermudah dalam memilih
ataupun menggunakan strategi yang akan digunakan secara tepat dalam
membangun, mendidik ,menciptakan anak didik yang memiliki potensi yang
baik dan positif . Sehingga dengan adanya pemilihan strategi yang tepat,
maka pembelajaran itu akan berjalan secara efektif dan efesien. Adapun dasar
pemilihan strategi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah prinsip
umum pemilihan strategi pembelajaran. Dimana prinsip ini menjelaskan
bahwasannya strategi pembelajaran tidak semuanya cocok digunakan untuk
mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Oleh karena itu, dalam
pemilihan strategi pembelajaran terdapat prinsip-prinsip penggunaan strategi
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pemilihan strategi pembelajaran.
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih strategi
pembelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan
1
mempergunakan satu atau dua metode dan menterjemahkan metode itu secara
sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca.
Metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan,
memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan
demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru
yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa
mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna
dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar
pengalamannya.
Maka dari itu, dari sedikit penjelasan mengenai pembelajaran tersebut
melalui makalah ini akan dijabarkan mengenai mengenai pemilihan strategi
pembelajaran. Sehingga nantinya strategi yang diterapkan bisa tepat terhadap
keadaan yang ada. Berdasarkan pemaparan diatas mengenai banyak hal yang
menyangkut pembahasan strategi pembelajaran maka disini penulis tertarik
untuk membuat sebuah karya tulis yang berjudul “Pemilihan Strategi
Pembelajaran”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis strategi pembelajaran?
2. Kriteria apa yang ada dalam pemilihan strategi pembelajaran?
3. Apa yang menjadi dasar dan pertimbangan pemilihan strategi
Pembelajaran?
4. Prinsip apa yang dijadikan pedoman pemilihan strategi pembelajaran?
5. Bagaimana mengoptimalkan pemilihan strategi yang ada?
C. TUJUAN
1. Mampu memanfaatkan atau memahami tentang adanya jenis-jenis strategi
2. Mampu memahami mengenai krieria dalam pemilihan strategi
pembelajaran
3. Dapat mengerti hal apa saja yang perlu menjadi dasar dan
dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran
4. Dapat mengetahui prinsip-prisnsip dalam memilih strategi pembelajaran
5. Dapat mengoptimalkan strategi pembelajran yang ada.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Strategi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal David (dalam Nelson
Crosthwait Jr, 1976). Jadi, strataegi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Selain itu ada beberapa tokoh lagi yang mendefinisikan mengenai strategi
pembelajaran, seperti halnya yaitu Wenden, O’Malley and Chamot, serta Oxford.
Yang pertama Wenden1987,p.6, (dalam Damiral dan Eguten,2015), strategi
pembelajaran adalah “the techniques actually used to manipulate the incoming
information, and later to retrieve what has been stored.”. Yang mana berarti teknik
benar-benar digunakan untuk memanipulasi informasi yang masuk, dan kemudian
untuk mengambil apa yang telah disimpan. Kemudian yang kedua O’Malley dan
Chamot (dalam Damiral dan Eguten,2015) juga mendefinisikan bahwa strategi
pembelajaran adalah “the special thoughts or behaviours that individuals used to
help them comprehend, learn, or retain new information.”Yang dapat diartikan
bahwa Strategi Pembelajaran adalah pikiran khusus atau perilaku yang individu
digunakan untuk membantu mereka memahami, belajar, atau menyimpan
informasi baru. Dan terakhir Oxford (dalam Damiral dan Eguten,2015)
berpendapat strategi pembelajaran ialah “specific actions taken by the learners to
make learning easier, faster, more enjoyable, more self-directed, more effective,
and more transferrable to new situations”. Dan diartikan bahwa strategi
pembelajaran ialah tindakan spesifik yang diambil oleh peserta didik untuk
membuat belajar lebih mudah, lebih cepat, lebih menyenangkan, lebih mandiri,
lebih efektif, dan lebih ditransfer ke situasi baru.
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian diatas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
3
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semua diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi
perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab
tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Shawn (dalam Sumantri, 2015) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan
pendapat diatas, Dick and Carrey,1985 (dalam Sumantri, 2015) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu materi dan prosedur
pembelajaran yang digunkan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa.
Ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan strategi pembelajaran yakni
pendekatan, metode, teknik, dan taktik. Kaitanya adalah strategi pembelajaran
yang diterapkan tergantung pada pendekatan yang digunakan. Kemudian dalam
menjalankan strategi dapat dilaksanakan dengan menerapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru perlu
menentukan teknik yang dianggap relevan. Sehingga setiap guru dapat memiliki
taktik yang tepat dalam pembelajaran.
Istilah lain yang belum disebutkan diatas berkaitan dengan strategi
pembelajaran adalah model pembelajaran. Menurut Soerjono (dalam Sumantri,
2015) model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Arends, 1997 (dalam Sumantri, 2015) menyatakan bahwa istilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model
pembelajaran mempuunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi,
metode, dan prosedur.
4
Menurut Chamot 2001, hal.25, (dalam Damiral dan Eguten,2015), "strategi
pembelajaran yang penting adalah dalam proses pembelajaran yaitu karena ada
dua alasan utama. Pertama jika strategi pembelajaran untuk peserta didik telah
ditemukan, maka proses pembelajaran bahasa termasuk kognitif, sosial, dan
proses afektif akan lebih mudah dipahami. Kedua, dengan mengidentifikasi profil
strategi pembelajaran maka akan memberikan wawasan yang berguna untuk
pelatihan peserta didik yang kurang berhasil ataupun kurangnya kesadaran
penggunaan strategi dalam proses pembelajaran. Oxford 1990, p.1 (dalam
Damiral dan Eguten,2015) juga menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang
penting dalam proses pembelajaran yaitu dengan mempertimbangkan strategi
pembelajaran sebagai alat yang memperkuat keterlibatan mandiri, dan ia
menyatakan bahwa Oxford 1990, p.22 (dalam Damiral dan Eguten,2015)
strategi pembelajaran membantu peserta didik menguasai pembelajaran mereka
dalam proses pembelajaran. Ini hanyalah sebuah prosedur langkah demi langkah
menuju otonomi. strategi belajar mengambil pelajar untuk kesadaran diri otonomi
terkemuka.
Bruce dan Marsha (dalam Sumantri, 2015) mengelompokkan model-model
pembelajaran menjadi empat model, yaitu : (1) model interaksi sosial, (2) model
pemrosesan informasi, (3) model personal (personal models), dan (4) model
modifikasi tingkah laku (behavioral). Sementara itu, strategi embelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu : (1) strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), (2) tak langsung (indirect instruction), (3) interaktif, (4)
mandiri, dan (5) melalui pengalaman (experimental). Penerapan strategi dapat
menggunakan metode, diantaranya metode cramah, diskusi, debat, inkuiri, studi
kasus, simulasi, bermain peran, dan masih banyak lagi. Sedangkan contoh
keterampilan antara lain keterampilan bertanya, demonstrasi, evaluasi,
perencanaan, ekspositori, dan pembelajaran langsung.
Rownree (1974 dalam Sumantri, 2015) mengelompokkan strategi
pembelajaran kedalam strategi penyampaian-penemuan (exposition-discivery
learning) dan strategi pembeljaran kelompok dan pembelajaran individual
(groups-individual learning).
5
Ditinjau dari segi isi/bahan belajar, ada strategi exposition dan strategi
discovery. Dalam strategi exposition bahan pelajaran disajikan kepada mereka
dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen
(dalam Sumantri, 2015) menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction). Mengapa dikatakan sebagai strategi pembelajaran langsung?
Sebab dalam strategi itu materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa
tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban mereka adalah menguasainya
secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai
pnyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery bahwa bahan pelajaran
dicari dan ditemukan sendiri oleh mereka melalui brbagai aktivitas sehingga tugas
guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing. Karena sifatnya yang
demikian, strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
Sedangkan ditinjau dari segi siswa, maka ada strategi belajar individual
dan stratgi belajar kelompok. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa
secara mandiri. Kecepatan, kelambataan, dan keberhasilan pembelajaran sangat
ditentukan oleh kemampuan indivdu yang bersangkutan. Bahan pelajaran dan
bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh strategi
pembelajaran adalah belajar melaui modul, atau belajar bahasa melalui kaset
audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, strategi belajar kelompok
itu dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa
guru. Bentuk kelompok itu bisa kelompok besar, klasikal, atau bisa juga belajar
dalam kelompok kecil seperti buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan
kecepatan individual. Setiap individu dianggap sarma. Oleh karena itu, belajar
dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan
terhambat dengan siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja;
sebaliknya siswa yang mempunyai kemampun kurang akan merasa tergusur oleh
siswa yang mempunai kemampuan tinggi. Namun, bisa pula justru siswa yang
memiliki kemampuan biasa saja dapat termotivasi oleh teman dalam
kelompoknya.
Ditinjau dari cara pertanyaan dan cara pengolahan pesan, strategi pembelajran
dapat dibedakan menjadi strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran
6
induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah stretegi pembelajaran yang
pengolahan pesan diawali dengan konsep-konsep terlebih dulu kemudian
kesimpulan. Atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal abstrak dan
umum, menuju hal yang konkret dan khusus. Stratergi ini disebut juga strategi
pembelajaran dari umum ke khusus. Sabaliknya dengan srategi induktif, yakni
pembelajaran dimulai dari hal-hal yang konkret dan khusus atau contoh-contoh
konkret yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan kepada materi yang
kompleks dan umum (rumit). Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran
dari khusus ke umum.
Berdasarkan beberapa tinjauan di atas, menurut Wina Sanjaya, 2006 strategi
pembelajaran dibedakan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran ekspositori, yaitu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa, dengan maksud agar mereka dapat
menguasai materi secara optimal. Strategi tersebut juga disebut dengan
(direct instruction).
2. Strategi pembelajaran inkuiri (strategi heuristic) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk menemukan jawabannya sendiri dari suatu masalah. Proses
ini biasanya dilakukan dengan tanyak jawab antara guru dan siswa.
3. Stategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas
pemebelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Ciri utama pembelajaran ini adalah berupa
rangkaian aktivitas dan penyelesaian masalah.
4. Strategi pembelajaran meningkatkan kemampuan berfikir merupakan
strategi pembelajaran bertujuan untuk menigkatkan kemampuan berfikir
siswa, sehingga agar mereka dapat berfikir mencari dan menemukan
materi pelejaran sendiri.
5. Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
7
6. Pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dapat dipelajari dan
dihubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.
7. Strategi pembelajaran afektif adalah proses belajar yang beorentasi pada
sikap atau nilai (Value) bukan kognitif dan keterampilan. Hal ini lebih
tepat dalam proses pendidikan bukan pembelajaran. Sejalan dengan
beberapa segi tinjauan tersebut di atas (isi, siswa, dan cara penyajian),
untuk keperluan pembelajaran, Reigeluth dan Merril, 1989 (dalam,
Sumantri) mengklasifikasikan menjadi 3 (tiga) strategi berikut.
8. Strategi pengorganisaian dimaksud untuk mengorganisasikan isi bidang
studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu
pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, pembuatan diagram, format, dan
sebagainya. Jika isi yang diorganisasi hanya satu konsep, prosedur, atau
prinsip, maka disebut dengan strategi mikro. Tetapi jika isi yang
diorganisasi melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip,
maka hal itu tersebut dengan strategi makro.
Strategi penyampaian isi pembelajaran sekuarang-kurangnya ada 2 (dua)
fungsi yakni : menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa dan menyediakan
bahan yang dibutuhkan siswa untuk menampilkan prilaku (misalnya latihan dan
tes). Penyampaian isi pembelajaran terkait dengan penggunaan media dan sumber
belajar.
Stategi pengelolaan pembelajaran yang berurusan dengan bagaimana menata
interaksi antara siswa dengan variabel metode pembelajaran lainnya.Paling tidak
ada 3 (tiga) hal penting di dalam strategi pengelolaan yakni penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan siswa, motivasi belajar, dan kontrol belajar.
B. Jenis Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Sulo Lipu La Sulo dkk, 2002: 9; Gerlach dan Ely, 1980:182-187
(dalam Abimanyu, 2008) mengungkapkan beberapa criteria yang dijadikan
acuan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu :
1. Relevansi
8
Merupakan derajat kaitan fungsional antar strategi pembelajaran
sebagai dimensi instrumental dengan tujuan atau sasaran belajar.
Adapun derajat relevansi dapat ditinjau dari tiga dimensi, antara lain :
a. Epistemologi, adalah relevansi dengan hakikat ilmu pengetahuan
sumber bhan ajar, baik sebagai kumpulan informasi ,cara
memperoleh informasi, dan wawasan yang menyertainya.
b. Psikologi, yakni pengalaman belajar saran pengembangan psikis,
khususnya kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah.
c. Sosial, yakni yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi sekolah
sebagai lembaga sosial baikdalam aspek sosialisasi maupun
kemampun pengembangan.
2. Efektifitas (Hasil Guna)
Merupakan tingkat instrumentalitas atau hubungan kausal linier atau
strategi pembelajran dengan tujuan yang ingi dicapai.
Adapun dampak yang terdapat dalam muara keberhasilan pembelajaran
yang diukur dari segi efektifitas, yaitu :
a. Dampak Intruksional, pada umumnya ditinjau dari segi
ketercapaian tujuan pembelajaran yakni terjadi perubagan perilaku
murid sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dampak ini biasa diukur
dengan ketercapaian evaluasi hasil belajar.
b. Dampak pengiring, yakni sesuatu yang ikut tercapai di dalam
pembelajaran meskipun diluar kawasan tujuan pembelajaran,
sesuatu yang ikut tercapai, utamanya melalui format belajar yang
terjadi dalam pembelajaran.
3. Efisiensi (Daya Guna)
Eisiensi merupakan sesuatu yang berkaitan dengan perbandingan
upaya (proses belajar) dengan hasil (pencpaian tujuan) khususnya
ditinjau dari prinsip ekonomis
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi,
karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses
9
pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan
teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak
semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Mager,1977 (dalam Sunhaji,2008) menyampaikan beberapa kriteria
yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan
analisis pembelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan
sesuai yang dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktik
langsung.
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai
memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode
yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis
kasus/pemecahan masalah ( problem solving ).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indra peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan
waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik
maupun psikis, misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan
suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP daripada hanya
berceramah, karena penggunaan OHP memungkinkan peserta didik
sekaligus dapat melihat dan mendengar penjelasan guru.
Selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembela jaran dapat
dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal
(serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari pes erta didik secara
individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
10
3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan
jalan praktik langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa
kehadiran guru?
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara
guru dan siswa?
Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas lima komponen yang
saling berinteraksi dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian
informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan
kriteria berikut: (1) orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan
dengan isi/materi pembelajaran, (3) metode dan teknik yang digunakan
difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan (4) media
pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik
secara simultan.
C. Dasar dan Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
1. Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih
strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti
berdasarkan pada penetapan (Dharma, 2008)
1) Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru
dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran
tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran (Dharma, 2008) adalah kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan
proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu
strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan
Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat
mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal
11
ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode
ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di
lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan
cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan
metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi kepeer,
kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat
bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif
dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif,
tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain
bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap
individu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil
yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil
belajar yaitu:
a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat
ditampilkan melalui peformnce siswa.
c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan
performancenya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran
(Dharma, 2008) dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung
unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki),
Condition (kondisi dan situ-asi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil
belajar)
2) Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran
harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
12
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi
pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi
pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk
mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya
jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru
dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada
siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga
pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan
awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita
ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki
pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan
metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan
ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran,
pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah
memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan
metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat
metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
3) Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja,
tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor.
Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh
aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat
pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok
(Dharma, 2008). Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program
pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas
dan Kesenian yang dikelompokkan menjadi satu ke dalam program
pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya
berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih
berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan
13
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam pokok
bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa
berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas
atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak
terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang
disampaikan kepada siswa.
Dalam Dharma, 2008 pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa
prinsip yang harus diketahui di antaranya :
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru
dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya.
Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang
memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan
siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab
pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh
setiap subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan.
Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata
ruangan yang baik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup
dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran,
media dan sumber - sumber belajar yang relevan
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara
mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba,
berpikir intuitif atau bereksplorasi.
e. Motivasi
14
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang
guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar
bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya
sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh
keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4) Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam
pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran,
perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-
ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Dharma, 2008 menyebutkan metode pembelajaran disesuaikan
dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan
adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan,
metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk
memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan
mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa
memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang
mereka hadapi
5) Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu
mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan
terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan (dalam Dharma, 2008) berpendapat bahwa
mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas,
sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil
cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini
bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita
membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan
15
mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat
ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal
40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli
pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan
sekolah lanjutan 24 orang
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode
ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah
memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam
pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat
melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan
metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan
perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi
6) Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa
mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di
lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar
selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah
boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah
mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-
beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama
dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan,
umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih
metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa,
mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar.
Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang
panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru
belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment),
pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan
menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service)
tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978
16
dalam Dharma, 2008). Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena
guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang
akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan
ditakuti oleh anak-anak didiknya. Sehingga kewibawaan yang ada pada orang
dewasa, tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, serta perlu dijaga dan
dirawat, kewibawaan mudah berubah oleh perbuatan-perbuatan yang tercela
pada masing-masing individu. Untuk itu jabatan seorang guru akan sangat
disegani dan dihormati apabila sikap atau perilaku yang terpuji serta
profesional kerja saling berkesinambungan satu sama lain. Jabatan guru
adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi,
meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi
semua lapisan masyarakat
2. Pertimbangan dalam Pemilihan Strategi Pembelajaran
Perkembangan pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan pada yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strtegi apa
yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapaisecara efektif dan efisien. Ini
penting dipahami sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara
mencapainya. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang
dapat digunakan, (dalam Sumantri, 2015) ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yakni yang berkaitan dengan tujuan, mteri, siswa, dan sebagainya
1) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
aspek kognitif, efektif, atau psikomotorik ?
b. Bagaimanakah kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
apakah tingkat tinggi atau rendah?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademis?
2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan/materi pembelajaran.
17
a. Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, prisip, atau
prosedur?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran memerlukan prasyarat
tertentu atau tidak?
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
3) Pertimbangan dari aspek siswa.
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan
siswa?
b. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan
kondisi?
c. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
4) Pertimbangan lainnya
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
b. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang
dapat digunakan?
c. Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiennya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam
menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang
berhubungan denan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang demikian juga
halnya untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta yang akan berbeda
dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.
D. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Strategi Pembelajaran
Yang dimaksud dengan prinsip dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum
penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan keadaan. Setiap
strategi memiliki kekhasan sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Roy
Killen, 1998 (dalam Sanjaya, 2006): “No teaching strategy is better than other in
all cirumtances, so you have to be use a variety of teaching strategies is likely to
most effective”.
18
Apa yang dikemukakan oleh kellen, 1998( dalam Sumantri, 2015) jelas bahwa
guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh
sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran sebagai berikut: berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas,
dan integritas.
1. Berorientasi pada Tujuan
Tujuan merupakan komponen utama dalam sistem pembelajaran. Segala
aktivitas guru dan siswa diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, keberhasilan strategi pembelajaran dapat ditentukan
oleh keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan
guru.Hal ini sering dilupakan oleh guru.Guru yang senang berceramah, hampir
setiap tujuan menggunakan strategi pembelajaran langsung dengan siswa? Metode
ceramah, seakan-akan ia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan
metode ceramah. Hal ini tentu saja tidak tepat.Jika kita menginginkan siswa
terampil menggunakan alat tertentu, katakanlah terampil menggunakan metode
ceramah.Untuk mencapai tujuan yang demikian siswa harus berpraktik secara
langsung atau menggunakan strategi eksperimental. Demikian juga halnya
manakala kita menginginkan agar siswa dapat menyebutkan hari dan tanggal
proklamasi kemerdekaan suatu Negara tidak efektif jika menggunakan strategi
pemecahan masalah dengan diskusi. Untuk mengajar tujuan yang demikian, guru
cukup menggunakan strategi pembelajaran secara langsung dengan menggunakan
metode ceramah.
2. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar itu harus
berbuat untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Maka strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa.
Aktivitas tidak hanya dibatasi aktvitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Guru
sering lupa sehingga banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura
aktif padahal sebenarnya tidak aktif. Demikian pula, aktivitas yang dirancang guru
hendaknya tidak menguntungkan atau mempermudah salah satu jenis kelamin,
misalnya laki-laki ataupun perempuan saja.
19
3. Individualitas
Mengajar merupakan upaya mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya
yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. Misalnya
seorang dokter dikatakan baik dan professional mankala ia menangani 50 orang
pasien seluruhnya sembuh, dan sebaliknya dikatakan dokter tidak baik manakala
ia menangani 50 orang pasien, yang 49 orang tambah parah sakitnya atau tambah
mati. Demikian halnya seorang guru dalam mengajar. Semakin tinggi
keberhasilan mencapai tujuan, maka semakin berkualitas proses pembelajaran itu.
4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif
saja tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan pskomotorik. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian, siswa secara terintegritasi
Misalnya pengguaan metode diskusi, guru harus dapat merancang strategi
pelaksnaan diskusi tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual
saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara
keseluruhan, misalnya mendorong siswa agar bisa menghargai pendapat orang
lain, mendorong siswa untuk berani mengeluarkan pendapat/gagasan atau ide-ide
orisinil,mendorong siswa untuk bersikap jujur, tenggang rasa, dan sebagainya.
Hal tersebut sesuai dengan PP No. 19 Pasal 19 Tahun 2005 yang menunjukan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemadirian sesuai dengan bakat/minat/perkembangan psikis dan fisik siswa.
Prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran sebagai berikut interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan motivasi.
1. Interaktif
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikam pengetahuan dari guru
kepada peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur
lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Dengan demikian,
20
proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan peserta didik.,
antara peserta didik dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan
lingkungannya. Melaui proses interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik
akan berkembang baik mental maupun intelektualnya.
2. Inspiratif
Pembelajaran yang inspiratif adalah pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Hal ini bisa dilakukan
dengan berbagai informasi dan proses pemecahan masalah. Guru diharapkan
membuka berbagai kemungkinan kegiatan yang dapat dikerjakan peserta didik.
Biarkan peserta didik berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri,
sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh
setiap peserta didik.
3. Menyenangkan
Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan
menata ruangan yang baik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur kesehatan,
misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi, dan sebagainya, serta memenuhi
unsur keindahan, misalnya cat tembok yang segar dan bersih bebas dari debu,
lukisan, dan karya-karya peserta didik yang tertata, vas bunga, dan lain-lain.
Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup bervariasi, yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang
relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar
peserta didik.
4. Menantang
Menantang artinya memotivasi peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berfikir , yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik melalui kegiatan mencoba-coba , berpikir secara instuitif atau bereksplorasi.
Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang peserta didik
untuk berpikir dan melakukan.
5. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik
untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul
21
dalam diri peserta didik manakala mereka merasa membutuhkan (need). Peserta
didik yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu, dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus
dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan
peserta didik, dengan demikian peserta didik akan belajar bukan hanya sekedar
memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut Sardiman, 2011 (dalam Sunaji, 2013) motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
dapat tercapai. Motivasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi
belajar. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mengakibatkan hasil
belajar yang baik.
Sama halnya menurut Dimyati dan Mujiono 2009, (dalam Sunaji, 2013) yang
menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk dalam kegiatan belajar motivasi
mendorong seseorang untuk belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Menurut Dimyati dan Mujiono, 2009 (dalam Sunaji, 2013) faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
(1) cita-cita atau aspirasi siswa,
(2) kemampuan belajar,
(3) kondisi jasmani dan rohani siswa,
(4) kondisi lingkungan kelas,
(5) unsur-unsur dinamis belajar, dan
(6) upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Menurut Sardiman,2011 (dalam Sunaji, 2013) fungsi motivasi belajar ada tiga
yaitu
(1) mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak siswa untuk melakukan kegiatan belajar
22
(2) menentukan arah perbuatan, dalam hal ini motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sehingga siswa tahu apa yang harus
dilakukannya
Motivasi mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar (dalam
Sunaji,):
1. Motivasi akan membangkitkan semangat dalam belajar.
2. Apabila motivasi siswa dalam belajar tinggi, maka hasil belajarnya akan
optimal dan sebaliknya jika motivasi belajar siswa rendah, maka hasil
belajar akan menjadi kurang maksimal.
3. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah agar siswa
merasa senang dan semangat untuk belajar.
Uno 2007 (dalam Sunaji, 2013) mengklasifikasikan indikator yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu bagai berikut:
(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,
(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,
(4) adanya penghargaan dalam, adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar,dan
(5) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
E. Optimalisasi Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam pengoptimalisasian pemilihan strategi pembelajaran, strategi yang
digunakan sangatlah mempengaruhi proses belajar mengajar. Oleh karena itu
perlu adanya upaya bagi para pendidik untuk mencapai visi dan misi pembelajaran
di dalam kelas. Berikut ini adalah upaya untuk megoptimalisasi pemilihan strategi
pembelajaran :
1. Strategi Harus Mengaktifkan Siswa Belajar
Siswa harus mampu aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena hal ini
akan sangat berpengaruh bagi kemampuan berpikir siswa kedepannya. Demi
menghasilkan hasil belajar siswa mampu memberikan hasil belajarnya secara
maksimal, bermutu dan berkualitas. Sehingga mutu pendidikan atau kualitas
pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor eksternal dan faktor
23
internal menurut Soekamto, 1992 (dalam Mularsih, 2010). Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam siswa yang meliputi kemampuan,
perhatian, motivasi, sikap, retensi, dan kepribadian siswa. Faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yang meliputi strategi mengajar,
alat evaluasi, lingkungan belajar, dan media pengajaran. Studi ini membatasi
diri pada salah satu faktor eksternal sebagai variabel bebas, yaitu ”strategi
pembelajaran” yang terdiri atas strategi pembelajaran kooperatif dan strategi
pembelajaran individual dengan modul. Salah satu faktor internal berfungsi
sebagai variabel atribut, yaitu ”tipe kepribadian” yang terdiri atas tipe
kepribadian ekstrover dan introver. Pilihan ini didasari oleh suatu dugaan
bahwa kedua faktor tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dengan demikian, permasalahannya adalah: pertama, apakah terdapat
perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa yang dibelajarkan
dengan strategi pembelajaran kooperatif dan individual. Di antara keduanya,
manakah yang memberikan hasil belajar lebih tinggi, strategi pembelajaran
kooperatif atau individual? Kedua, apakah terdapat perbedaan hasil belajar
bahasa Indonesia antara siswa yang berkepribadian ekstrover dengan siswa
yang berkepribadian introver? Ketiga, apakah terdapat pengaruh interaksi
antara strategi pembelajaran dengan tipe kepribadian terhadap hasil belajar
bahasa Indonesia siswa? Keempat, Apakah hasil belajar siswa yang
berkepribadian ekstrover lebih tinggi jika dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran kooperatif daripada dengan strategi pembelajaran individual?
Kelima, Apakah hasil belajar siswa yang berkepribadian introvert lebih tinggi
jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran individual daripada dengan
strategi pembelajaran individual?
Belajar dan Hasil Belajar menurut Hergenhahn dan Olson,1993
(dalam Mularsih, 2010) berpendapat bahwa belajar adalah sebagai perubahan
yang relatif tetap di dalam perilaku atau perilaku potensial sebagai hasil dari
proses pengalaman dan bukan atribut dari perubahan atau pertumbuhan
kondisi fisik yang diakibatkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan. Hasil
belajar adalah perolehan siswa setelah mengikuti proses belajar dan perolehan
tersebut meliputi tiga bidang kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan
24
psikomotor menurut Bloom, 1974 (dalam Mularsih, 2010). Hasil belajar
memiliki ciri (1) tingkah laku baru berupa kemampuan yang aktual, (2)
kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang lama, dan (3)
kemampuan baru tersebut diperoleh melalui suatu peristiwa belajar menurut
Snelbecker, 1974 (dalam Mularsih, 2010). Perbuatan dan hasil belajar itu
dapat dimanifestasikan dalam wujud (1) pertambahan materi pengetahuan
yang berupa fakta; informasi, prinsip atau hukum atau kaidah prosedur atau
pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya, (2) penguasaan pola-
pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir; mengingat atau
mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan
sebagainya); perilaku psikomotorik (keterampilan-keterampilan psikomotorik
termasuk yang bersifat ekspresif), dan (3) perubahan dalam sifatsifat
kepribadian baik yang tangiblemaupun intangible menurut Syamsudin, 2001
(dalam Mularsih, 2010).
Menurut Larsen 2000 (dalam Mularsih, 2010) berpendapat bahwa
guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif sebagai upaya untuk
membuat siswa termotivasi belajar dan mampu berinteraksi dengan teman
untuk bekerja sama. Esensi pembelajaran dengan strategi kooperatif
menekankan aktivitas belajar siswa dari siswa lain di dalam kelompok. Guru
membelajarkan bagaimana siswa dapat berkolaborasi dan terampil
bersosialisasi sehingga para siswa dapat bekerja bersama-sama secara efektif.
Strategi kooperatif, tidak hanya menekankan bagaimana cara belajar, tetapi
juga cara berkomunikasi untuk bekerja sama.
Strategi Pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam
pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan
metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan menurut Degeng, 1997 (dalam Mularsih, 2010). Metode
pembelajaran mengacu pada cara yang digunakan dalam kondisi tertentu
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan, sedangkan strategi
pembelajaran mengacu pada penataan cara-cara memilih, menetapkan, dan
25
mengembangkan strategi pembelajaran sehingga terwujud suatu urutan
langkah yang prosedural yang dapat dipakai
untuk mencapai hasil yang diinginkan menurut Degeng, 1997 (dalam
Mularsih, 2010).
Strategi pembelajaran adalah rencana dalam rangka membantu siswa
dalam usaha belajarnya untuk mencapai setiap tujuan belajarnya. Dalam hal
ini, guru dapat menggunakan bahan ajar atau satu unit produksi sebagai
media pembelajaran menurut Gagne, Briggs, & Warger, 1991 (dalam
Mularsih, 2010). Strategi Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif
adalah variasi metode pembelajaran di mana siswa bekerja pada kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu
pokok pembahasan/materi pembelajaran. Siswa diharapkan saling membantu,
berdiskusi, dan berargumen dengan yang lainnya sehingga dapat menekan
perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok
bahasa tersebut menurut Slavin, 1995 (dalam Mularsih, 2010). Pembelajaran
kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang berupa kelompok kecil yang
bersifat heterogen dan biasanya beranggotakan 4 atau 5 orang. Anggota
kelompok tersebut saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas dan
setiap anggota mempunyai tanggung jawab secara individu dalam
kelompoknya. Dengan kata lain antar anggota terjadi saling ketergantungan
yang positif menurut Dumas, 2007 (dalam Mularsih, 2010).
Kunci utama pembelajaran kooperatif adalah peran guru dalam
pengorganisasian kelas karena pembelajaran kooperatif berbeda dengan
pembelajaran kelompok konvensional. Hal ini ditandai dengan adanya
karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu (1) tujuan kelompok (group
goals), (2) tanggung jawab individu (individual accountability), (3)
kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan (equal opportunities for
success), (4) kompetisi tim (team competitional), (5) spesialisasi tugas (task
specialization), dan (6) adaptasi terhadap kebutuhan individual (adaptation to
individual need) menurut Slavin, 1995 (dalam Mularsih, 2010). Dalam
strategi pembelajaran kooperatif dikenal banyak macam teknik
pelaksanaannya, yaitu: (1) Team-GamesTournament(TGT), (2) Student
26
Teams-Achievement Division(STAD), (3) Group Investigation, (4) Team
Accelererated Instruction(TAI), dan (5) Jigsaw menurut Slavin, 1995 (dalam
Mularsih, 2010).
Tipe Kepribadian. Kepribadian adalah kesatuan organisasi yang
dinamis sifatnya dari sistem psikhofisis individu yang menentukan
kemampuan penyesuaian diri yang unik sifatnya terhadap lingkungannya
menurut Allport dalam Kartono, 1980 (dalam Mularsih, 2010). Jadi, setiap
individu itu mempunyai kepribadian yang khas yang tidak identik dengan
orang lain dan tidak dapat diganti atau disubstitusikan oleh orang lain. Jadi
ada ciri-ciri atau sifat-sifat individu pada aspek-aspek psikisnya yang bisa
membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian mencakup struktur dan
proses yang mencerminkan sifat-sifat bawaan dan pengalaman. Kepribadian
dipengaruhi oleh masa lalu dan saat ini menurut Pervin, 1996 (dalam
Mularsih, 2010).
Karakteristik Tipe Kepribadian Ekstrover dan Introver. Ekstrover
adalah suatu kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak
keluar dari pada kedalam dirinya. Karakteristik ekstrover adalah banyak
bicara, ramah, suka bertemu dengan orang-orang, suka mengunjungi tempat
baru, aktif, menuruti kata hati, suka berpetualang, mudah bosan, dan tidak
suka hal-hal yang rutin dan monoton menurut Larsen, 2002 (dalam Mularsih,
2010).
Menurut Hall dan Lindzey, 1998 (dalam Mularsih, 2010), orang
ekstrover itu mudah bersosialisasi, senang hura-hura, mempunyai banyak
teman, membutuhkan orang untuk diajak bicara, tidak suka membaca atau
belajar sendiri, butuh kegembiraan, berani ambil risiko, selalu
mempertahankan pendapatnya, bertindak tanpa dipikir dulu, menurutkan kata
hati (impulsif), suka melawak, selalu mempunyai jawaban yang segar dan
umumnya menyukai perubahan, periang, supel, optimis,dan senag tertawa.
Dia lebih suka bergerak dan melakukan kegiatan, cenderung agresif,
mudah kehilangan kesabaran. Secara keseluruhan, perasaanya sulit untuk
dijaga dan dia tidak selalu dapat dipercaya. Introver adalah suatu orientasi ke
dalam diri sendiri. Orang introver cenderung menarik diri dari kontak sosial.
27
Menurut Jung dalam Naisaban, perilaku introver sebagai orang yang
pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar, tidak mau terlibat
dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah kerumunan banyak
orang Naisaban, 2003 (dalam Mularsih, 2010). Menurut Hall dan Lindzey
1998 (dalam Mularsih, 2010) menambahkan bahwa karakteristik introver
adalah pemalu, introspektif, menyukai buku-buku daripada manusia, suka
menyendiri dan tidak ramah kecuali pada teman dekatnya. Dia cenderung
merencanakan segala sesuatu dengan berhati-hati sebelum melangkah dan
tidak mudah percaya kata hati. Dia tidak menyukai kegembiraan/keramaian,
menanggapi semua masalah dalam hidup dengan serius, dan menyukai
kehidupan yang teratur. Dia selalu menyembunyikan perasaannya, jarang
bertingkah agresif dan tidak mudah kehilangan kesabaran. Dia orang yang
dapat dipercaya, agak pesimis. Baik individu yang ekstrover maupun orang
introver tidak berbeda dalam tingkat aktivitas intelektualnya.
Tipe kepribadian ekstrover dan introver merupakan dua kelompok
sikap yang berbeda, yang dimiliki individu sehingga menjadi ciri khas
individu tersebut yang tampak dalam aktivitas (activity), kesukaan bergaul
(sociability), keberanian mengambil risiko (risk taking), penurutan dorongan
hati (impulsiveness), pernyataan perasaan (expressiveness), kedalaman
berpikir (reflectiveness), dan tanggung jawab (responsibitliy) menurut
Eysensk & Wilson, 1980 (dalam Mularsih, 2010).
Namun selain itu, dapat juga prinsip-prinsip pengaktifan siswa dalam
belajar demi menghasilkan hasil belajar siswa yang bermutu serta berkualitas.
a. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu. Ada dua jenis motivasi yaitu :
1. Motivasi dari dalam diri anak (instrinsik) dilakukan dengan
menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba,
dan hasrat untuk maju dalam belajar.
2. Motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik) dilakukan dengan memberikan
pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki
pekerjaan rumahnya.
28
b. Prinsip Latar atau Konteks
Para siswa yang mempelajarai sesuatu hal yang baru telah pula
mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tidak langsung
berkaitan.Para guru perlu menyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan,
keterampilan, sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa.
Dengan cara ini, para siswa akan lebih mudah menangkap dan memahami
bahan pelajaran yang baru.
c. Prinsip Keterarahan kepada Titik Pusat atau Fokus Tertentu
Titik pusat itu dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang
hendak dipecahkan,merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau
merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Titik pusat itu akan
membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta akan memberikan
arah kepada tujuan yang hendak dicapai.
d. Prinsip Hubungan Sosial atau Sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama degan rekan-
rekan sebayanya. Mereka dapat dibagi kedalam kelompok dan kepada
setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerjasama
sangatlah penting dalam proses pembetuan kepribadian anak.
e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Siswa pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan
aktivitasnya. Bekerja adalah tuntutan pernyataan diri anak. Karena itu,
siswa perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang
melibatkan otot dan pikirannya. Para siswa akan bergembira diberi
kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya.
f. Prinsip Perorangan atau Individualisasi
Setiap siswa tentu memiliki perbedaan perorangan. Jika perbedaan
perorangan siswa dipelajari dan dimanfaatkan dengan tepat, maka
kecepatan dan keberhasilan belajar siswa demi siswa dapatlah
ditumbuhkembangkan.
g. Prinsip Menemukan
Informasi yang disampaikan guru hendaknya hanya dibatasi pada
informasi yang benar-benar mendasar dan “memancing” siswa untuk
29
“mengali” informasi selajutnya. Jika kepada para sisa diberikan peluang
untuk mencari dan menemukan sendiri. Maka mereka akan merasakan
getaran pikiran dalam diri siswa yang akan membuat kegiatan belajar itu
tidak membosankan, malah menggairahkan.
h. Prinsip Pemecahan Masalah
Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan
kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Jika prinsip pemecahan
masalah ini diterapkan dalam proses belajar-mengajar nyata dikelas, maka
pintu ke arah Cara Belajar Siswa Aktif mulai terbuka.
Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas diatas, ada hal lain yang perlu
dilakukan untuk mengaktifkan belajar siswa. Sementara pembelajaran aktif tetap
menjadi topik yang cukup menarik dalam penelitian pendidikan kontemporer dan
reformasi, itu adalah sebuah pendekatan untuk mengajar dengan sejarah yang
kembali setidaknya sejauh menurut Rousseau 1762/1979 (dalam Soeherman, dkk,
2011) dan yang mendapat dukungan dalam karya teori pendidikan seperti menurut
John Dewey 1900 (dalam Soeherman, dkk, 2011).
Menurut Maria Montessori (Rusk dan Skotlandia 1979), Lev Vygotsky
(1978), dan Paulo Fr8`eire (1970/2001). Menurut Hannele Niemi 2002 (dalam
Soeherman, dkk, 2011). fitur umum dari pembelajaran aktif "adalah dampak aktif
pembelajar belajar dan keterlibatan pelajar dalam proses belajar" (764). Meskipun
ada variasi yang luas dari makna yang melekat pada aktif istilah belajar-dari
respon hanya lebih individu untuk pertanyaan untuk kelompok kerja untuk kontrol
siswa lebih besar dari karakteristik pembelajaran-kunci mereka sendiri dari belajar
aktif termasuk keterlibatan siswa di lebih dari mendengarkan, lebih menekankan
pada pengembangan keterampilan, keterlibatan siswa dalam kegiatan, dan
penekanan pada eksplorasi siswa dari sikap mereka sendiri dan nilai-nilai menurut
Keyser 2000; Farrell dan Mfum-Mensah 2002 (dalam Soeherman, dkk, 2011). Hal
ini sering didefinisikan berbeda dengan metode yang lebih tradisional pengajaran
di mana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang ditransmisikan dari guru ke
siswa menurut Bolhuis dan Voeten 2001(dalam Soeherman, dkk, 2011).
Mengajar untuk belajar aktif dianggap lebih menarik bagi peserta didik,
untuk memudahkan koneksi dari belajar dengan kebutuhan dan minat siswa, dan
30
untuk memungkinkan anak-anak untuk belajar cara belajar, keterampilan semakin
penting dalam dunia modern dengan apa yang sering digambarkan sebagai
ekonomi pengetahuan menurut Simons 1997 (dalam Soeherman, dkk, 2011).
Berbagai komponen strategi pembelajaran aktif telah menemukan dukungan
dalam beragam studi penelitian akan kembali hampir 90 tahun menurut Pangeran
2004 (dalam Soeherman, dkk, 2011), dengan penelitian yang menunjukkan
efektivitas dalam ilmu dan ilmu-ilmu sosial menurut Rumah 2008 (dalam
Soeherman, dkk, 2011) , dalam mempromosikan pemahaman lintas budaya
menurut Firlik, 2000 (dalam Soeherman, dkk, 2011) dan retensi siswa, menurut
Woolman 2002 (dalam Soeherman, dkk, 2011) dan dalam membina perilaku
sosial demokrasi di sekolah menurut de Baessa, Chesterfield, dan Ramos 2002
(dalam Soeherman, dkk, 2011). Tidak mengherankan, mengingat luas dipegang
konsensus tentang kemanjuran mengajar untuk belajar aktif, strategi fitur
menonjol dalam pre-service program persiapan guru menurut Aubusson, Ewing,
dan Hoban 2009; Olgun 2009 (dalam Soeherman, dkk, 2011).
2. Strategi Harus Mampu Menciptakan Siswa Berfikir Kritis
Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
materi yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan
mental yang digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep
yang digunakan dalam belajar.
Beberapa pengertian mengenai berpikir kritis diantaranya yaitu menurut
Beyer (dalam Afrizon, dkk, 2012) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir
disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu
(pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian). Kemudian menurut
Screven dan Paul serta Angelo (dalam Afrizon, dkk, 2012) memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau
dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi
sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. Yang selanjutnya
Rudinow dan Barry (dalam Afrizon, dkk, 2012) berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan
yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk
31
menganalisis, menguji dan mengevaluasi. Selain itu Halpern (dalam Afrizon, dkk,
2012) mendefinisikan critical thingking as „...the use of cognitive skills or
strategies that increase the probability of desirable outcome.‟ Dan yang terakhir
menurut Ennis 1996(dalam Afrizon, dkk, 2012) “Berpikir kritis adalah sebuah
proses yang dalam mengungkapkan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas
tentang suatu kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”
Keterampilan berpikir kritis tergantung pada perilaku berkarakter yang
dimiliki siswa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
Puskur, 2010: 3 (dalam Afrizon, dkk, 2012). Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
moral, dan norma seperti: religius, jujur, disiplin, dan lain sebagainya. Selain itu,
keterampilan berpikir kritis tergantung juga pada faktor nature dan nurture.
Faktor nature berdasarkan daya nalar, logika dan analisis, sedangkan faktor
nurture adalah berasal dari lingkungan yang memfasilitasi pengembangan dan
pengungkapan pikiran termasuk kemampuan mempertahankan dan menerima
argumen yang berbeda. Kalau kedua poin ini terpenuhi akan memberikan hasil
yang luar biasa. Berpikir kritis merupakan kemampuan dan kebiasaan yang sangat
perlu dilatih sedini dan sesering mungkin.
Berdasarkan pada definisi yang diungkapkan sebelumnya, terdapat
beberapa perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan
kegiatan dalam berpikir kritis. Cara yang paling relevan mengevaluasi proses
berpikir kritis sebagai suatu pemecahan masalah, menurut Garrison. D. R.,
Anderson, T. dan Archer, W 2001(dalam Afrizon, dkk, 2012) dapat dilakukan
melalui lima langkah:
1. Keterampilan identifikasi masalah (Elementary clarification), didasarkan pada
motivasi belajar, siswa mempelajari masalah kemudian mempelajari
keterkaitan sebagai dasar untuk memahamimya.
2. Keterampilan mendefinisikan masalah (In-depth clarification), siswa
menganalisa masalah untuk mendapatkan pemahaman yang jelas
tentang nilai, kekuatan dan asumsi yang mendasari perumusan masalah.
3. Keterampilan mengeksplorasi masalah (Inference), dimana diperlukan
32
pemahaman yang luas terhadap masalah sehingga dapat mengusulkan sebuah
ide sebagai dasar hipotesis. Disamping itu juga diperlukan keterampilan
kreatif untuk memperluas kemungkinan dalam mendapatkan pemecahan
masalah.
4. Keterampilan mengevaluasi masalah (Judgement), disini dibutuhkan
keterampilan membuat keputusan, pernyataan, perhargaan, evaluasi, dan kritik
dalam menghadapi masalah.
5. Keterampilan mengintegrasikan masalah (Strategy Formation), disini dituntut
keterampilan untuk bisa mengaplikasikan suatu solusi melalui kesepakatan
kelompok.
Ennis 1996(dalam Afrizon, dkk, 2012) mengungkapkan bahwa, ada 12
indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai
berikut:
1. Memberikan penjelasan sederhana yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau pernyataan.
2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi.
3. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan
hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, untuk
sampai pada kesimpulan.
4. Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri dari menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.Berdasarkan uraian sebelumnya dapat diketahui
bahwa bahwa evaluasi terhadap berpikir kritis secara umum dapat dilakukan
melalui tahap kerja ilmiah. Philips, Charles, Renae J. Chesnut dan Raylene M.
Rospond 2004(dalam Afrizon, dkk, 2012) menjabarkan alat ukur atau tes untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis dikembangkan dari lima subskala sebagai
berikut ini.
1. Analisis (analysis), subskala analisis mengukur apakah seseorang dapat
33
memahami dan menyatakan maksud atau arti dari suatu data yang bervariasi,
pengalaman, dan pertimbangan.
2. Evaluasi (evaluation), subskala evaluasi mengukur kemampuan seseorang
untuk melihat informasi dan kekuatan nyata atau relasi kesimpulan,
kemampuan untuk menyatakan hasil pemikiran seseorang.
3. Kesimpulan (inference), subskala kesimpulan mengukur kemampuan
seseorang untuk mengidentifikasi dan mengamankan informasi yang
diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan.
4. Pemikiran deduktif (deductive reasoning), subskala pemikiran deduktif
mengukur kemampuan seeorang dimulai dari hal yang bersifat umum atau
premis yang dianggap benar, sampai pada kesimpulan yang bersifat khusus.
5. Pemikiran induktif (inductive reasoning), subskala pemikiran induktif
mengukur kemampuan seseorang dimulai dari premis dan aplikasi yang terkait
dengan pengetahuan dan pengalaman, menjangkau kesimpulan yang umum.
Dalam suasana belajar-mengajar di lapangan dalam lingkungan sekolah-
sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa mendapatkan nilai-nilai
yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu
menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap,
kedalam situasi yang lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan,
namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan
mereka sendiri dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau
informasi itu. Akibatnya, pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan
sehari-hari.
Metode ceramah sebagai cara yang “ampuh” (yang berlaku sekarang)
dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Metode ceramah cukup mudah
dilakukan karena kurang menuntut usaha yang terlalu banyak, baik guru maupun
siswa, sambil kurang diperhatikan taraf perkembangan mental siswa secara umum
dan secara perseorangan. Fasilitas kurang, alat-alat pembelajaran terlambat
dibagikan oleh pusat, buku-buku bacaan sangat langka, materi pelajaran amat
banyak dan berat, waktu yang tersedia sangat kurang. Akibatnya, suasana kelas
terasa gersang oleh para siswa, terasa membosankan, terasa mengikat.
34
Satuan pelajaran merupakan bahan yang dirasakan oleh para guru karena
diperlakukan sebagai instruksi dari pusat. Akibatnya, satuan pelajaran dirasakan
sebagai momok oleh para guru. Satuan pelajaran menjadi harga mati, tak dapat
ditawar-tawar. Keadaan ini bertolak belakang dengan hakikat satuan pelajaran.
Satuan pelajaran adalah salah satu bentuk persiapan mengajar. Lalu, hal ini berarti
bahwa ada pula bentuk persiapan mengajar lain, tergantung dari kreativitas para
guru. Yang lebih penting adalah apakah satuan pelajaran itu dapat diterapkan
secara luwes dan kreaif dalam situasi belajar-mengajar yang nyata. Untuk
meningkatkan proses berfikir kritis siswa dapat melalui pendekatan ketrampilan
proses (PKP)
a. Pengertian PKP
Keterampilan proses adalah pembelajaran yang mengutamakan penerapan
berbagai keterampilan memproses perolehan dalam pembelajaran atau dalam
terminology Kurikulum 2013 dengan istilah pendekatan saintifik. Conny
Serniawan 1996 (dalam Sumantri, 2015) menekankan agar dalam pembelajaran
hendaknya para siswa dilatih keterampilan-keterampilan ynag mendasar yang
biasa digunakan para ilmuwan dalam menghasilkan penemuan besar dalam ilmu
pengetahuan seperti : “pemutarbalikan” Copernicus yang mengemukakan bahwa
bukan matahari yang mengitari bumi (seperti anggapan umum pada masa itu)
melainkan bumi yang mengitari matahari atau penemuan ketidaksadaran.
Keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri
siswa. Menurut Uzer (dalam Usman, 2008) keterampilan proses adalah
pendekatan pembelajaran yang memengaruhi kepada pengembangan kemampuan
mental, psiskis, dan sosial yangmendasar sebaagai penggerak kemampuan yang
lebih tinggi dalam diri idividu siswa.
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola
(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan,
menafsirkan, meramalkan,menerapkan, merencanakan penelitian,
mengomunikasikan hasil perolehan tersebut” Azhar 1993 (dalam Sumantri, 2015).
35
Sedangkan menurut Conny Serniawan 1996 (dalam Sumantri, 2015)
pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan system belajar yang
megefektifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses
perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam
tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan
dasar berupa mental fisik, dn sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun
pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah
mengaktifkan siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan
tertentu pada diri peserta didik.
Damiyati Modjiyono 2006 (dalam Sumantri, 2015) mengatakan bahwa
pendekatan keterapilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa adalah:
Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat
tentang hakikat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu
pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan,
mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa
bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengar
cerita tentang ilmu pengetahuan. Menggunakan keterampilan proses untuk
mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu
pengetahuan sekaligus.
Pendekatan keterampilan proses dan penerapannya secara langsung
memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai orang ilmuan
karena penerapan pendekatan keterampilan proses menekankan dalam
memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya menanamkan sikap dan nilai
sebagai seorang ilmuan.
Keterampilan proses (KP) adalah pendekatan pembelajaran yang
memberikan pengalaman belajar siswa untuk mengembangkan mental, fisik, dan
sosial yang mendasar yang telah terdapat dalam dari siswa untuk lebih
ditingkatkan dan dikembangkan ke tingkat yang lebih tinggi. Cony Semiawan dkk
36
1998 (dalam Sumantri, 2015) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan fisik
dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,
dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
b. Hal-hal dalam PKP
Menurut Cony (dalam Seniawan, 1996) terdapat empat alasan perlunya
penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar
sebagai berikut:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga guru tidak
perlu mengajar semua fakta dan konsep kepada siswa, karena keterbatasan
kemampuan yang dimiliki guru.
2. Siswa akan lebih mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak karena
disertai dengan contoh konkret dengan mempraktikkan langgsung.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak melainkan relative
sehingga dapat memunculkan teori baru dalam arti penemuan ilmiahnya
masih terbuka untuk dipersoalkan, diperdebatkan, dipertanyakan, dan
diperbaiki.
4. Dalam kegiatan belajarnya pengembangan konsep tidak lepas dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa (Taufik, 2010). Penggunaan
pendekatan keterampilan proses menuntut keterlibatan langsung peserta
didik dalam kegiatan belajar.
Ada, beberapa keuntungan atau kebaikan jka mengaplikasikan pendekatan
keterampilan proses antara lain:
a. Memberi bekal pada peserta didik bagaimana memperoleh pengetahuan
sehingga dapat menyiapkan peserta didik di masa yang akan datang.
b. Meningkatkan cara berfikir siswa karena terlibat dalam kegiatan ilmiah yang
kreatif dan membuat siswa aktif.
Pendekatan keterampilan proses juga memiliki beberapa kelemahan antara
lain:
a. Memerlukan banyak waktu
b. Memerlukan fasilitas atau media peraga yang cukup
c. Kesulitan dalam merumuskan masalah membuat hipotesis
37
Menurut Funk, dari moedjiono dan moh, dimyati (2006), terdapat beberapa
manfaat yang dicapai dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses
disekolah dasar antara lain:
a. Siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu
pengetahuan.
b. Siswa akan lebih aktif bekerja atau belajar dengan ilmu pengetahuan namun
tidak sekadar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu.
Secara tidak langsung dan serentak siswa akan belajar tentang proses dan
produk ilmu pengetahuan. Keterampilan proses terbagi menjadi keterapilan dasar
(basic skills). Menurut Funk (2006) keterampilan dasar terdiri dari enam
keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, menyimpilkan,
dan mengomunikasika. Sedangkan keterampilan Terintegrasi meliputi:
mengindentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafis, menggambarkan hubungan antara vaiabel, mengumpulkan dan mengolah
data, menganalisa penelitian, menysun hipotesis, mendefinisikan, dan
melaksanakan eksperimen.
Menurut Azhar 1993 (dalam Sumantri, 2015) dalam melaksanakan
pendekatan keterampilan proses perlu memeperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler , serta
pembelajaran yang berupa TPU dan TPK.
b. Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai
kemampuan (potensi) sesuai dengan kodratnya. Harus member kesempatan,
penghargaan dan motivasi kepada siswa untuk berpendapat, berfikir dan
mengungkap perasaan dan pikiran. Siswa pembinaan mengarah pada
kemampuan siswa untuk mengolah hasil temuannya. Harus berpegang pada
prinsip “Tut Wuri Handayani”. Memerhatikan asas-asas tersebut,
nampaknya yang menjadi titik penekanannya adalah siswa itu sendiri
sebagai subjek didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan
keterampilan proses benar-benar memperkirakan perbedaan masing-
masing siswa.
Pada kegiatan belajar mengajar pendekatan keterampilan proses yang
digunakan adalah keterampilan terintegrasi, yaitu meliputi:
38
a. Mengobservasi atau mengamati. Merupakan keterampilan untuk
mengumpulkan data atau informasi melalui hasil-hasil pengamatan seperti:
melihat, mendengar, meraba, membau, mencicipi, mengecap, menyimak,
membaca, menghitung, mengukur, mengklasifikasi dan memberikan nama
sifat-sifat dari objek/kejadian.
b. Mengklasifikasikan atau menggolongkan, yaitu keterampulan
menggolongkan benda, kenyataan konsep, nilai, atau kepentingan tertentu.
Kegiatan mengklasifikasikan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.
Yang mana pada kegiatan ini siswa mencari perbedaan dan persamaan dari
tiap benda yang dilihat di sekitarnya dan menggolongkan pada tiap jenis
energy seumpama matahari merupakan energi panas , kincir angin
merupakan nergi gerak dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Elser
mengklasifikasi merupakan keteramplan fisik benda. Sedangkan Abruscato
berpendapat bahwa mengklasifikasi merupakan proses yang dipakai para
ilmuan untuk menentukan golongan benda atau kegiatan.
c. Menginterpretasi atau menafsirkan data, yaitu keterampilan menafsirkan
suatu benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah
dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan. Kegiatan menginterprestasi
meliputi: menaksir, memberi arti, mengartikan, mencari hubungan, ruang
dan waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan, dan menggeneralisir.
d. Meramalkan (memprediksi) yaitu keterampilan mengantisipasi atau
menyimpulkan sesuatu hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang
melalui perkiraan atau kecenderungan, pola atau hubungan antara data/atau
informasi. Pembelajaran SD harus memberi peluang kepada siswa untuk
berlatih membuat peramalan yang didasarkan pada informasi atau data yang
telah tersedia, demikian pula dengan informasi/data lainnya yang tersedia
dapat dijadikan dasar untuk membuat peramalan.
e. Menerapkan (mengaplikasikan), yaitu menggunakan hasil belajar baik
berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, tepri dan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari. Agar hasil belajar yang telah diperoleh dapat
diterapkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati. Kegiatan
mengaplikasika meliputi menggunakan informasi, menarik kesimpulan,
39
konsep, hukum, teori, sikap, nilai, keterampilan dalam situasi menghitung,
menemukan variabel, menghubungkan konsep, pertanyyan penelitian.
Dalam pembelajaran di SD keterampilan ini melatih siswa untuk
menunjukan bukti disekitarnya seperti konsep yang menyatakan bahwa
udara mempunyai tekanan dapat diterapkan dengan memompa ban sepeda
agar dapat membawa beban yang lebih berat.
f. Merencanakan menyediakan, yaitu keterampilan untuk merancang dan
merencanakan penelitian. Kegiatan ini meliputi: menntukan, merumuskan
masalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian,
menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan langkah penelitian, atau
mengumpulkan data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan,
menentukan cara penelitian. Pembelajaran di SD dapat meningkatkan
kemampuan siswa yang biasa melakukan percobaan secara trial dan error
yang mengacu pada suatu hipotesis berlandaskan teiritis dan dilakukan
secara sistematis dan terarah. Melalui eksperimen siswa dibiasakan pula
melakukan berbagai penelitian sederhana.
g. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan untuk menyampaikan
apa yang ada di dalam pemikiran dan perasaan kepada orang lain,
baiksecara lisan maupun tertulis. Keterampilan mengkomunikasikan
pentingdikembangkan karena sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah.
Kegiatan ini meliputi: diskusi, mengarang, mendeklamasikan,
mendramakan, bertanya, merenungkan, memperagakan, mengungkapkan,
membuat laporan dalam bentuk lisan atau tulisan, gerak atau penampilan.
Dalam pembelajaran di SD siswa dapat perlu dibiasakan mengomunkasikan
gagasan. Hasil pengamatan, pengukuran, atau eksperimen sesuai dengan
kaidah proses kegiatan ilmiah. Dengan bimbingan guru siswa diminta
melengkapi laporannya dengan penyajian nyata yang relevan seperti
ganbaran, table, grafik, dan yang lainnya. Berdasarkan kesimpulan di atas
pendekatan keterampilan proses merupakan pembelajaran yang terarah
secara kelompok, yang berguna secara efektf, efisien, dan mengkaji suatu
ilmu melalui proses kerja sama dan saling membantu serta dapat
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh
40
melalui keterampilan terintegrasi, sehingga tercapai proses dan hasil belajar
yang produktif.
Menurut Setiawan 1996 dalam mengaktifkan pembelajaran siswa di kelas
perlu kompetensi guru SD dalam keterampilan bertanya, dengan teknik bertanya
siswa akan terstimulasi untu berfikir kritis dan kreatif.
Selanjutnya Semiawan, 1996 menjelaskan pertanyaan yang dirumuskan dan
digunakan dengan tepat merupakan suatu alat komunikasi. Yang ampuh antara
guru dan siswa. Karena itu, seyogianya guru menguasai berbagai teknik bertanya.
Penguasaan teknk bertanya harus disertai dengan keinginan dan kemanpua untuk
mendengarkan dengan baik, dilandasi sikap terbuka dan positif. Beberapa fungsi
pertanyaan dalam proses belajar mengajar adalah:
a. Memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa dalam berpikir untuk
memecahkan masalah
b. Memberikan latihan kepada siswa untuk menggunakan informasi dan
keterampilan mmproseskan perolehan dalam menjelaskan atau memecahkan
masalah.
c. Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berfikir dan memecahkan
masalah dengan kemampuannya semdiri.
d. Memperoleh umpan balik dari siswa mengenai:
1. Tingkat keberhasilan menyampaikan bahan pelajaran
2. Daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dibahas
3. Ketetapan bahan pelajaran yang telah dipilih untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan
4. Bagian-bagian dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit atau
belum dipahami
e. Merangsang rasa ingin tahu siswa
f. Merangsang penanaman nilai-nilai tertentu.
Pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dapat dikelompokkan dalam :
41
a. Pertanyyan tertutup: bila menghendaki jawaban tertentu dan menuju pada
suatu kesimpulan. Misal: apakah fungsi candi menurut ajaran agama budha
hindu?
b. Pertanyaan terbuka: bila menghendaki berbagi alternatif jawaban. Missal:
akibat-akibat apakah yang ditimbulkan oleh penerapan politik etis?
Dalam mengajukan pertanyaan dapat digunakan tekhnik sebagai berikut:
a. guru bertanya kepada seorang siswi
b. siswa memberikan jawaban yang tepat dan dapat mendorong siswa lainnya
untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan.
c. Setelah beberapa tanggapan dan jawaban siswa, guru mengemukakan
pertanyaan lagi dan akhirnya siswa bersama guru membuat kesimpulan
jawaban.
Interaksi bertanya: Guru siswa siswa
Siswa siswa siswa
Selain itu, dapat pula digunakan tekni sebagai berikut:
a. Semua siswa dalam kelas secara serentak memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
b. pertanyaan ditujukan kepada seluruh kelas kemudian beberapa siswa diminta
untuk menjawab.
c. Masing-masing siswa ditanyakan secara langsung.
d. Dengan cara berkompetisi secara sehat.
Teknik pertanyaan lainnya bertujuan :
1. Memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa untuk meningkatkan
kualitas jawaban, jika jawaban siswa kurang lengkap atau salah.
2. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam diskusi atau Tanya jawab.
3. Memperbaiki kebiasaan guru yang kurang dalam interaksi belajar
mengajar
Untuk mencegah mengulang jawaban sendiri :
a. Recanakan pertanyaan dengan cermat
b. Tunggu sebentar sesudah mengajukan pertanyaan, kemudian tunjuk
seseorang siswa untuk menjawabnya
42
c. Mengukangi atau merumuskan kembali pertanyaan itu, hanya bila jawaban
siswa menunjukan bahwa pernytaannya tdak jelas
Untuk mencegah menjawab pertanyaan sendiri :
a. Sipkan kriteria jawabannya, kemudian dengarkan jawaban siswa dengan
baik (ingat: guru yang baik bukanlah hanya penanya yang baik, tetapi
juga pendengar yang baik)
b. Gunakan pertanyaan “melacak”untu membantu siswa agar sampai pada
jawaban yang dikehendaki
c. Gunaka teknik bertanya “Menunjuk kembli” dan ajukan pertanyaan
“melacak”
d. Seiring meminta jawaban yang panjang dan kompleks (misalnya
penjelasan atau uraian tetpi sesuaikanlah dengan tingkt kemampuan
siswa)
c. Pelaksanaan PKP
Pembelajaran ketrampilan proses merupakan suatu pembelajaran
yang mana sswa menggunakan ketrampilan dasarnya untuk memperoses
dan memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
menjadikebutuhannya, yang tidak lepa dari kerja sam dalam kelompok.
Dalam aktivitas ini pembelajaran berpusat pada siswa.
Fase Kegiatan guru Kegiatan sisa
Penjelasan materi
pembelajaran
Guru menjelaskan materi
yang akan diajarkan pada
siswa yaitu tentang energy
dan perubahannya
Aiawa memperhatikan /
menyimak penjelasan guru
mengenai materi yang akan
dipelajari
Kerja Kelompok Guru membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok
Siswa berkelompok tiap
kelompk siswa berjumlah
5(lima) orang
Validasi oleh
guru
Guru membagi tugas pada
siswa dalam tiap klompok,
siswa ditugaskan untuk
mengamati, dan mencatat
misalnya pada topic “Jenis-
1. Masing-masing
kelompok melakukan
pengamatan objek yang
dipelajari misalnya:
jenis energy didalam
43
jeis energy yang ada
didalam atau luar kela”.
Setelah itu siswa diberikan
lembar kerja untuk
melakukan percobaan
atau diluar kelas.
2. Tiap kelompok langsung
mengklasifikasikan jenis
energy yang telah
diamati
3. Tiap kelompok brunding
dan langsung mencari
hubungan jenis energy
tersebut dengan kegiatan
manusia
seharinya.Masing-
masing siswadengan
kelompoknya
memperkirakan
perubahan apa yang
terjadi dari energy
gerak, panas, dan bunyi.
4. Tiap kelompok
melakukan eksperimen
dengan menggunakan
karet gelang yang
digetarkan, maka akan
menghasilkan bunyi
5. Perwakilan tiap
kelompok diberikan
kesempatan untuk
memaprkan hasil dari
pengamatan, percobaan
dan kesimpulannya.
Evaluasai Uru mengamati proses dan
hasil belajar yang
dipelajari dapat juaga
Siswa mengajarkan tugas LKS
baik secara individu atau
kelompok
44
terhadap presentasi hasil
kerja tiap kelompok
Menentukan nilai
siswa
Guru melihat siswa baik
secar idividu
maupunkelompok
berdasarkan hasil kerja
siswa
Siswa memperoleh nilai
berdasarkan evaluasi yang
dikerjakan secara individu atau
kelompok
Memberikan
penghargaan
Guru memberikan
penghargaan baik secara
individu maupun kelimpok
pada siswa yang
menunjukan kinerja atau
nilai belajarnya
Siswa menerima penghargaan
secara ndividu maupun
kelompok bagi siswa yang hasil
belajarnya baik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
45
1. Strataegi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan beberapa tinjauan di atas, menurut Wina
Sanjaya, 2006 strategi pembelajaran dibedakan sebagai berikut strategi
pembelajaran ekspositori,strategi penbelajaran inkuiri (strategi heuristic),
stategi pembelajaran berbasis, strategi pembelajaran meningkatkan
kemampuan berfikir, strategi pembelajaran kooperatif, pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh, strategi
pembelajaran afektif, strategi pengorganisaian
2. Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam me-
milih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut
mesti berdasarkan pada penetapan tujuan pembelajaran, aktivitas dan
pengetahuan awal siswa, integritas bidang studi/pokok bahasan, alokasi
waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa, pengalaman dan kewibawaan
pengajar
3. Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatika, yakni yang berkaitan
dengan pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin
dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan/materi
pembelajaran, prtimbangan dari aspek siswa, dan pertimbangan lainnya.
4. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua
tujuan dan keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri. Oleh sebab
itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran sebagai berikut: berorientasi pada tujuan, aktivitas,
individualitas, dan integritas.
5. Dalam pengoptimalisasian pemilihan strategi pembelajaran sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang ini sangat perlu
diterapkan oleh para pendidik untuk mencapai visi dan misi pembelajaran
di dalam kelas. Berikut ini adalah upaya untuk megoptimalisasi pemilihan
strategi pembelajaran mengatifkan siswa dalam menciptakan proses
46
berpikir dan menciptakan proses belajar dengan pemilhan strategi
pendekatan ketrampilan proses
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan, dan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
47
Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran 3 SKS. Singaraja : Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Afrizon, R., Ratnawulan, dan Fauzi, A., 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter
Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang
Pada Mata Pelajaran Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction. Padang: FMIPA Universitas Negeri Padang. Vol. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) 1-16. ISSN: 2252-3014
Demirel, Eda Ercan dan Eguten, Selma Durak. 2015. Using Learning Strategies to Foster Autonomy. Turkey: Cukurova International ELT Teachers Volume 3/4 Winter 2015 p. 92/98. ISSN: 2342-0251
Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta :
Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK. Kompetensi Supervisi
Akdemik 03-B5. http://www.teknologipendidikan.net/wp-conten/uploads
/2009/10/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan- Pemilihanya.pdf.
(diakses 30 April 2016 pukul 23:20 WITA)
Munarsih, Heni. 2010. Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian Dan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta : Universitas Tarumanagara. Vol. 14, No. 1, Juli 2010: 65-74
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group.
Suherman. A, Oediyani. S, Handayani. I, Uzliawati. L, Indriana. I, dan Nasution.
D. 2011. Active Learning to Improve Fifth Grade Mathematics
Achievement in Banten. Banten: Konsarsium Perguruan Tinggi
Indonesia- Pistburgh. Vol 2, No. 2, December 2011, pp. 103-108. ISSN
2153-9669
Sumantri, Mohammad syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT Raja
Grafind Persada.
Sunadi, Lukman. 2013. Pengaruh motivasi belajar dan pemanfaatan fasilitas
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
kelas xi ips di sma muhammadiyah 2 surabaya. Surabaya: Universitas
Pendidikan Surabaya. Vol. 1. No. 3. http://ejournal.unesa.ac.id/index .Php
/jupe/article/view/3628/baca-artikel. (diakses 10 Mei 2016 pukul 09:00
WITA).
48