202
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN MENJAHIT DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA PROVINSI BANTEN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh SITI RAHALA NISWAH 11160540000011 PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1442 H

pemberdayaan masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN MENJAHIT

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA

PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

SITI RAHALA NISWAH

11160540000011

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/1442 H

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN MENJAHIT

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) LATIHAN KERJA

PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Siti Rahala Niswah

11160540000011

Pembimbing

Drs. Yusra Kilun, M.Pd

NIP. 195706051991031004

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/1442 H

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PELATIHAN MENJAHIT DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH

(UPTD) LATIHAN KERJA PROVINSI BANTEN” telah diuji dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 5 April 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi

Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 5 April 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Muhtadi, M.Si WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si

NIP. 197506012014111001 NIP.197602102003122202

Penguji I Penguji II

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag

NIP.197606172005011006 NIP.196007201991031001

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Yusra Kilun, M.Pd

NIP. 195706051991031004

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Rahala Niswah

NIM : 11160540000011

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja

Provinsi Banten”, merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1

(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Maret 2021

Siti Rahala Niswah

i

ABSTRAK

Siti Rahala Niswah

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja

Provinsi Banten

Provinsi Banten merupakan daerah dengan jumlah

pengangguran terbanyak se-Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

kualitas angkatan kerja yang rendah, yang tidak mampu

memenuhi target kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Salah

satu strategi untuk menyelesaikannya adalah dengan program

pemberdayaan melalui pelatihan kerja (pelatihan menjahit) yang

dilaksanakan oleh lembaga Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) Bagaimana

proses pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. (b) Apa kendala dalam

pelaksanaan pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten. (c) Apa hasil yang dicapai alumni pelatihan menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Pendekatan penelitian yang digunanakan adalah pendektan

kualitatif. Pengumpulan data dilakukanmelalui survey,

wawancara,danstudipustaka. Adapun teori yag digunakan adalah

teori pemberdayaan, teori kemiskinan, dan teori pelatihan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan menjahit dilaksanakan berdasarkan

permintaan dunia usaha dan potensi wilayah. Adapun kendala

utama dalam pelaksanaan pelatihan adalah jumlah tenaga pelatih

yang tidak sesuai dengan pedoman penyelenggaraan.

Pemberdayaan melalui pelatihan menjahit berhasil memberikan

perubahan terhadap peserta, yaitu: meningkatnya pengetahuan

dan keterampilan menjahit, mendapat pekerjaan, dan

meningkatkan penghasilan.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

telah memberikan berbagai nikmat yang luas nan melimpah. Atas

ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan proses skripsi ini dengan

baik yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelatihan Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Latihan Kerja Provinsi Banten”. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu

‘Alaihi wa Sallam, dan kepada keluarga serta sahabatnya.

Semoga kita termasuk umat beliau yang dirindukan surga Allah

Subhanahu wa Ta’ala.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat

kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang pembaca. Maka dari itu penulis menerima

masukan dari berbagai kalangan tentang isi skripsi ini. Penulisan

skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses

pengumpulan data, penulis mendapatkan banyak pengetahuan

dari berbagai sumber, maka penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

iii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., M.A.,

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan I

Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sihabudin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program

Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Drs. Yusra Kilun, M.Pd., selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan wawasan pengetahuan yang luar biasa,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

iv

9. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan, Prof. Dr. Asep

Usman Ismail, M.Ag., Dicky Andika, M.Si., Dra. Nurul

Hidayati, M.A., Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.,

Wati Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos, S.Ag., M.A.,

M.ComDev., PhD., beserta seluruh Dosen Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selalu memberikan ilmu yang bermanfaat

selama perkuliahan.

10. Kedua orang tua H. Muhammad Zamroni dan Hj. Hanifah

yang telah memberikan segala perhatian, kasih sayang,

motivasi, serta doa yang tak pernah putus.

11. Dimas Firli Maulana, yang selalu meluangkan waktunya

untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data,

sekaligus menjadi teman diskusi selama proses penulisan.

12. Pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, yang

telah memberikan banyak informasi tentang pelaksanaan

pelatihan menjahit.

13. Alumni pelatihan menjahit tahun 2018-2019, yang telah

memberi waktu luangnya untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan penulis.

14. Teman-teman Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan

Tahun 2016 yang medukung dan mendoakan satu sama

lain.

v

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini mendapat balasan baik dari Allah

Subhanahu wa Ta’ala. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, pembaca, mahasiswa Program Studi

Pengembangan Masyarakat Islam, lembaga pelatihan kerja

terutama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja

Provinsi Banten, serta menjadi referensi bagi peneliti lainnya.

Jakarta, 31 Maret 2021

Penulis

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... i

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR TABEL ...................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah............................................................. 8

C. Batasan Masalah .................................................................. 9

D. Rumusan Masalah ................................................................ 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 11

G. Metode Penelitian .............................................................. 15

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 25

A. Landasan Teori .................................................................. 25

1. Teori Pemberdayaan ..................................................... 25

2. Teori Kemiskinan.......................................................... 35

3. Teori Pelatihan .............................................................. 44

B. Kerangka Berpikir ............................................................. 52

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ....... 53

A. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .................. 54

B. Tugas dan Fungsi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .. 56

vii

C. Visi dan Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ........ 56

D. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten ................................................................................ 57

E. Program Kerja UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ...... 59

F. Alamat UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .................. 63

BAB IV TEMUAN PENELITIAN .......................................... 64

A. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten .................................................................. 66

1. Tahap Perencanaan ....................................................... 66

2. Tahap Pelaksanaan ........................................................ 82

3. Tahap Evaluasi ............................................................ 101

B. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 102

1. Jumlah Tenaga Pelatih (Instruktur) ............................. 102

2. Perawatan Peralatan Pelatihan dan Kebersihan

Ruangan (Kelas).......................................................... 103

3. Seleksi Calon Peserta .................................................. 104

4. Fasiltas Asrama ........................................................... 106

C. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 107

1. Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan

Menjahit ...................................................................... 108

2. Mendapatkan Pekerjaan .............................................. 110

3. Meningkatkan Penghasilan ......................................... 115

viii

BAB V ANALISIS ................................................................... 119

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 119

B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.......... 122

C. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 123

D. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten ............................. 124

BAB VI KESIMPULAN ......................................................... 130

A. Kesimpulan ...................................................................... 130

B. Saran ................................................................................ 132

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 133

LAMPIRAN ............................................................................. 135

A. Lampiran 1: Dokumentasi Proses Wawancara ................ 135

B. Lampiran 2: Transkip Wawancara ................................... 136

C. Lampiran 3: Surat-Surat .................................................. 184

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Angkatan Kerja Indonesia ............................... 2

Tabel 2. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 69

Tabel 3. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 77

Tabel 4. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja ...................... 78

Tabel 5. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I

Tahun 2018 ................................................................................. 85

Tabel 6. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II

Tahun 2018 ................................................................................. 86

Tabel 7. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I

Tahun 2019 ................................................................................. 88

Tabel 8. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II

Tahun 2019 ................................................................................. 89

Tabel 9. Kurikulum Pelatihan Menjahit UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten ........................................................................... 91

Tabel 10. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten Tahun 2018 ........................................... 111

Tabel 11. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten Tahun 2019 ........................................... 113

Tabel 12. Hasil Wawancara Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Tahun 2018-2019 ......... 116

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Indokator Angkatan Kerja Provinsi Banten Periode

Agustus 2019 ................................................................................ 3

Gambar 2. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan........................... 42

Gambar 3. Kerangka Berpikir ..................................................... 52

Gambar 4. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten .......... 55

Gambar 5. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten ......................................................................................... 57

Gambar 6. Pelatihan Berbasis Masyarakat ................................. 64

Gambar 7. Persyaratan Pelatihan ................................................ 79

Gambar 8. Tes Tertulis di Aula ................................................... 80

Gambar 9. Pelatihan Menjahit di Dalam Ruangan (Kelas) ......... 83

Gambar 10. Apel Pagi ................................................................. 84

Gambar 11. Ruangan Pelatihan Menjahit ................................... 93

Gambar 12. Kegiatan Outbound Management Training ............. 95

Gambar 13. Kegiatan Fisik Mental Disiplin ............................... 96

Gambar 14. Hasil Karya Peserta Pelatihan Menjahit ................ 109

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini

masih menjadi pembahasan yang tak pernah basi untuk

diperdebatkan secara serius di berbagai negara, tak terkecuali

negara Indonesia. Tidak sedikit perusahaan yang

memperkerjakan tenaga asing dalam usahanya, karena mereka

mengeluh bahwa banyak sumber daya manusia pribumi yang

tidak kompeten. Hal ini menyebabkan pribumi kehilangan

peluang kerja, sehingga mereka menjadi pengangguran. Masalah

ini merupakan satu sakesatuan yang saling bertentangan.

Tingginya angka pengangguran dapat menjadi masalah

utama untuk masalah-masalah sosial lainnya. Jika masalah

pengangguran ini tidak ditangani dengan efektif maka akan

memberikan efek buruk, seperti menurunkan sistem

perekonomian negara, menurunkan produktivitas tenaga kerja,

menurunkan tingkat keterampilan, melebarnya kawasan kumuh,

menimbulkan kegiatan urbanisasi, memicu tindakan kriminalitas,

dan meningkatkan angka kemiskinan.

Semakin banyak penduduk pengangguran, maka semakin

banyak penduduk yang miskin. Pengangguran dan kemiskinan

merupakan fenomena yang berkaitan satu sama lain, mengingat

orang yang menganggur adalah orang yang tidak memiliki

pendapatan sehingga menjadi miskin.

2

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir dari

media berita, mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada

Agustus 2019 naik mencapai 7,05 juta orang. Pada bulan Agustus

2019 tercatat jumlah angkatan kerja sebanyak 133,56 juta orang,

yang terdiri dari 126,51 juta orang bekerja dan 7,05 juta orang

menganggur, oleh karenanya persentase tingkat pengangguran

terbuka (TPT) menjadi 5,28%. Sedangkan pada bulan Agustus

2018 tercatat jumlah angkatan kerja sebanyak 131,01 juta orang,

yang terdiri dari 124,01 juta orang bekerja dan 7 juta orang

menganggur, oleh karenanya persentase tingkat pengangguran

terbuka (TPT) menjadi 5,34% (Purnomo dan Julita S, 2019).

Tabel 1. Indikator Angkatan Kerja Indonesia

Periode Agustus 2018-2019

Indikator Agustus 2018 Agustus 2019

Angkatan Kerja (Juta) 131.010.000 133.560.000

Orang Bekerja (Juta) 124.010.000 126.510.000

Orang Menganggur (Juta) 7.000.000 7.050.000

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,34% 5,28%

Dapat disimpulkan bahwa TPT dari Agustus 2018 ke

Agustus 2019 mengalami penurunan, yaitu dari 5,34% menjadi

5,28%. Namun, jika dilihat dari jumlah orang yang menganggur

justru mengalami kenaikan, yaitu dari 7 juta orang menjadi 7,05

juta orang.

3

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir

oleh media berita, bahwa angka pengangguran di provinsi Banten

pada periode Agustus 2019 paling tinggi se-Indonesia, dengan

tigkat pengangguran terbuka sebesar 8,11%. Pada periode

Agustus 2019, Provinsi Banten memiliki angkatan kerja sebanyak

6,05 juta orang, dengan jumlah orang bekerja sebanyak 5,56 juta

dan jumlah orang menganggur sebanyak 490,8 ribu. Kemudian,

pengangguran di Provinsi Banten didominasi oleh lulusan SMK

dibandingkan jengjang pendidikan lain. (Rifa’i, 2019).

Gambar 1. Indokator Angkatan Kerja Provinsi Banten

Periode Agustus 2019

Umumnya faktor penyebab pengangguran adalah

ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan lapangan

kerja. Semakin tinggi jumlah penduduk usia kerja di suatu

daerah, maka semakin banyak penduduk yang mencari pekerjaan.

Adanya keterbatasan lapangan pakerjaan yang diiringi dengan

besarnya angka pencari kerja membuat masyarakat semakin sulit

Angkatan Kerja

6,05 Juta

Orang Menganggur

490,8 Ribu

Orang Bekerja

5,56 Juta

TPT

8,11%

4

mendapatkan pekerjaan, terutama bagi mereka yang hanya

memiliki keahlian minim.

Faktor penyebab lainnya adalah kemampuan para pencari

kerja yang belum memenuhi standar kompetensi suatu

perusahaan. Kompetensi biasanya diukur melalui tes ketika

seseorang melamar kerja, namun tidak sedikit perusahaan juga

mengukur kompetensi mereka dengan melihat latar belakang

pendidikannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan

merupakan hal yang cukup relevan untuk mengukur kompetensi

seseorang. Hal itu sejalan dengan konsep Siagian (2008: 127),

bahwa tingkat pendidikan adalah alat pengukur kemampuan yang

paling dikenal, informasi tentang latar belakang pendidikan

seseorang selalu terdapat dalam formulir lamaran.

Apabila lapangan pekerjaan tersedia, namun manusianya

tidak memiliki kemampuan, maka kesulitan dalam mencari atau

mendapat pekerjaan akan tetap terjadi, karena setiap lapangan

usaha atau perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang

kompeten, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di

bidang yang dibutuhkan.

Maka dari itu, perlu suatu tindakan untuk

menyelesaikannya, salah satunya dengan pemberdayaan

masyarakat, di mana upaya yang dilakukan adalah membantu

sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuannya

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja) agar mereka mampu

mengisi lapangan pekerjaan ataupun membangun lapangan

pekerjaan untuk masyarakat lainnya.

5

Makna pemberdayaan menurut Nasdian (2014: 51) adalah

“membantu” komunitas dengan sumber daya, kesempatan,

keahlian dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat

sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan

warga komunitas. Dengan adanya penyelenggaraan program

pemberdayaan masyarakat, maka hasil dari pemberdayaan nanti

akan berdampak langsung pada masyarakat dan juga pada

perekonomian negara.

Orang yang menganggur memiliki peluang besar untuk

menjadi orang miskin, terutama bagi mereka yang berada di kelas

menengah ke bawah. Dalam hal ini, untuk mengurangi angka

pengangguran dan mencegah timbulnya kemiskinan, maka

sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat pengangguran,

di mana mereka termasuk golongan penduduk usia kerja, namun

tidak bekerja.

Mulyono (2017: 87) berpendapat bahwa orang miskin yang

menganggur dan berusia produktif berpotensi menjadi garapan

utama dalam pemberdayaan masyarakat, mengingat

ketidakberdayaan mereka akan menentukan masa depan atau

masa tuanya. Bila mereka dalam usia produktif berdaya maka di

hari tuanya kelak akan senantiasa memiliki kehidupan yang lebih

baik. Begitupun sebaliknya, bila pada usia produktif mereka tidak

berdaya, tentu saja masa depan mereka akan suram (walaupun

masih ada sebagian kecil masyarakat yang barangkali tidak

relevan dengan kondisi tersebut).

6

Oleh karena itu, sebagai bagian dari usaha mengurangi

angka pengangguran, pemerintah menetapkan kebijaksanaan di

bidang ketenagakerjaan, salah satunya dengan menyelanggarakan

program pelatihan kerja. Pelatihan kerja yang dimaksud adalah

program pelatihan berbasis kompetensi (PBK). Program pelatihan

berbasis kompetensi merupakan program kerja nasional milik

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang

diselenggarakan langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat

(UPTP) Latihan Kerja yang bertanggungjawab langsung kepada

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, atau Unit Pelaksana

Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja yang bertanggung jawab

langsung kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

PBK ditujukan kepada penduduk usia kerja (penduduk

berumur 15 tahun dan lebih). PBK berorientasi pada kompetensi

yaitu untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja

dalam berbagai keahlian dan keterampilan sesuai kejuruan

masing-masing. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah untuk

menekan angka pengangguran melalui pelatihan kerja.

PBK dilaksanakan tidak hanya untuk meningkatkan

kualitas SDM perusahaan saja, tetapi juga dibutuhkan oleh

masyarakat pada umumnya untuk mendorong masyarakat kurang

berdaya menuju kemandirian. Pelatihan yang dilaksanakan di

masyarakat umum sebagai bentuk pemberdayaan bagi mereka

yang kurang beruntung, baik dalam pendidikan maupun ekonomi.

7

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 9 berbunyi:

“Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk

membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi

kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan

kesejahteraan”. Pelatihan ini juga diperbolehkan untuk para

karyawan atau tenaga kerja perusahaan yang ingin meningkatkan

kemampuannya. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 pasal 11

berbunyi: “Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan untuk

mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya melalui pelatihan kerja”.

Program pelatihan kerja inidiharapkan mampu

mempersiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten sesuai

kebutuhan industri, agar mampu mengisi lowongan kerja di dunia

usaha atau membuka lapangan pekerjaan baru maupun usaha

mandiri. Dengan begitu pemerintah dapat mengoptimalisasi

masyarakat agar mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan

dibekali keterampilan, sehingga dapat menurunkan angka

pengangguran.

Hal di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian

pada program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang di

laksanakan di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. Penulis

memilih lokasi lembaga pelatihan tersebut karena Provinsi

Banten merupakan daerah dengan angka pengangguran terbanyak

di Indonesia dan Provinsi Banten juga merupakan daerah yang

masih dapat dijangkau oleh penulis. UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten memiliki 8 kejuruan pelatihan dan salah satu

8

pelatihan yang penulis pilih adalah pelatihan menjahit. Judul

skripsi ini adalah “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan Kerja

Provinsi Banten”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ditemukan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Indonesia masih menghadapi masalah pengangguran, yang

umumnya diakibatkan oleh kualitas sumber daya manusia

yang rendah.

2. Pengangguran memberikan dampak buruk, yaitu

menurunkan sistem perekonomian negara, menurunkan

produktivitas tenaga kerja, menurunkan tingkat

keterampilan, meningkatkan angka kemiskinan, melebarnya

kawasan kumuh, menimbulkan kegiatan urbanisasi,

memicu tindakan kriminalitas dan lain sebagainya.

3. Jumlah pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan

pada periode Agustus 2018-2019, yaitu dari 7 juta orang di

tahun 2018 menjadi 7,05 juta orang di tahun 2019.

Kemudian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) paling

tinggi se-Indonesia adalah Provinsi Banten.

4. Pengangguran disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah

lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk (usia kerja)

yang mencari pekerjaan. Kemudian, kemampuan pencari

kerja yang tidak memenuhi standar kompetensi suatu pasar

atau lapangan usaha.

9

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, kemampuan, dan dana

peneliti, maka tidak semua pelatihan yang dilaksanakan di UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten akan dikaji dan diteliti dalam

penelitian ini. Agar penelitian lebih mendalam, maka penelitian

ini dibatasai pada masalah “Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelatihan Menjahit di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Latihan Kerja Provinsi Banten”, khusunya tahun 2018 dan 2019.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten?

2. Apa kendala dalam proses pemberdayaan melalui pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

3. Apa dampak yang diperoleh peserta pelatihan menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten.

b. Untuk mengetahui kendala dalam proses pemberdayaan

melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten.

10

c. Untuk mengetahui dampak yang diperoleh peserta

setelah mengikuti pelatihan menjahit di UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Penelitian ini sebagai tugas akhir sekaligus

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti

khususnya menyangkut pemberdayaan masyarakat

melalui pelatihan kerja, yaitu pelatihan menjahit yang

dilaksanakan di UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten.

3) Untuk memperkaya model-model pemberdayaan

masyarakat, khususnya pada pemberdayaan

masyarakat di bidang ketenagakerjaan dalam upaya

meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan

mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber

informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas, serta

dapat menjadi contoh bagi lembaga lainnya dengan

melihat dan memahami pemberdayaan masyarakat

melalui pelatihan kerja (pelatihan menjahit) dalam upaya

meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan mengurangi

angka pengangguran.

11

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebelum peneliti melaksanakan penelitian, peneliti

melakukan survey atau meninjau skripsi terdahulu yang memiliki

persamaan dan perbedaan dengan kajian skripsi yang akan

diangkat, sehingga tidak terjadi duplikasi. Berikut adalah

beberapa kajian penelitian terdahulu:

1. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelatihan Keterampilan Membatik di

Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul

Penulis : Aditya Arie (Pendidikan Luar Sekolah,

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta)

Skripsi ini membahas tentang pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di

Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul, serta faktor pendukung

dan faktor penghambat pelaksanaan pelatihan keterampilan

membatik. Terdapat perbedaan isi skripsi, pertama lokasi

penelitian Aditya adalah Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul

dan lokasi penelitian penulis adalah Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan

kedua, Aditya meneliti pelatihan membatik sedangkan

penulis meneliti pelatihan menjahit.

2. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Program Pelatihan IT/Komputer Hardware

dan Software di Institut Kemandirian

Dompet Dhuafa Kota Tangerang

12

Penulis : Diqu Zarobi Alfadia (Pengembangan

Masyarakat Islam, Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi ini membahas tentang proses serta hasil dari

pemberdayaan masyarakat pada program pelatihan

IT/Komputer Hardware dan Software oleh Institut

Kemandirian Dompet Dhuafa Kota Tangerang. Terdapat

persamaan isi skripsi, yaitu pembahasan skripsi Diqu dan

penulis adalah proses dan hasil dari pemberdayaan suatu

program pelatihan. Adapun perbedaan isi skripsi, pertama

lokasi penelitian Diqu adalah Institut Kemandirian Dompet

Dhuafa Kota Tangerang dan lokasi penelitian penulis

adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Latihan

Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua, Diqu meneliti

pelatihan IT/komputer hardware dan software sedangkan

penulis meneliti pelatihan menjahit.

3. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelaksanaan Pelatihan Teknik Sepeda

Motor Unit Balai Latihan Kerja Provinsi

Jawa Barat

Penulis : Muhammad Iqbal Maulana (Kesejahteraan

Sosial, Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta)

13

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pelatihan,

faktor pendorong dan penghambat, dan target keberhasilan

dari tujuan pelatihan teknik sepeda motor di Balai Latihan

Kerja Provinsi Jawa Barat. Terdapat perbedaan isi skripsi,

pertama lokasi penelitian Muhammad Iqbal adalah Balai

Latihan Kerja Provinsi Jawa Barat dan lokasi penelitian

penulis adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua,

Muhammad Iqbal meneliti pelatihan teknik sepeda motor

dan penulis meneliti pelatihan menjahit.

4. Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Program Pelatihan Montir Motor di Balai

Latihan Kerja Kota Tangerang

Penulis : Arif Rahman (Pengembangan Masyarakat

Islam, Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta)

Skripsi ini membahas tentang menanggulangi

hambatan pelaksanaan program pelatihan, ketepatan tujuan

terhadap sasaran program pelatihan, kepuasan dari

penerima manfaat program pelatihan, dan keberhasilan

dalam mencapai tujuan program pelatihan montir motor di

Balai Latihan Kerja Kota Tangerang. Terdapat perbedaan

isi skripsi, pertama lokasi penelitian Arif Rahman adalah

Balai Latihan Kerja Kota Tangerang dan lokasi penelitian

penulis adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

14

Latihan Kerja Provinsi Banten. Perbedaan kedua,

Muhammad Iqbal meneliti pelatihan montir motor dan

penulis meneliti pelatihan menjahit.

5. Judul Skripsi : Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Menjahit

Khusus Perempuan di Balai Latihan Kerja

(BLK) Provinsi Bengkulu Tahun 2012

Penulis : Ninda Maria (Pendidikan Luar Sekolah,

Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Bengkulu)

Skripsi ini membahas tentang efektivitas pelaksanaan

pelatihan menjahit khusus perempuan di Balai Latihan

Kerja Provinsi Bengkulu Tahun 2012 yang dilihat dari segi

input, proses, dan output. Terdapat persamaan isi skripsi,

Ninda Maria dan penulis meneliti pelatihan menjahit,

namun Ninda Maria membahas efektivitas pelatihan

menjahit khusus perempuan dari segi input, proses dan

output, sedangkan penulis membahas proses, kendala, dan

hasil pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan menjahit.

Adapun perbedaan lainnya, yaitu lokasi penelitian Ninda

Maria adalah Balai Latihan Kerja Provinsi Bengkulu dan

lokasi penelitian penulis adalah Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banten.

15

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono (2010: 2-3) bahwa metode kualitatif

digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam. Kriteria

data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data

yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana

adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data

yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap

tersebut.

Penelitian kualitatif menganggap bahwa realitas adalah

bentukan pikiran manusia. segala sesuatu yang melibatkan

manusia akan bersifat kompleks dan multi dimensi, apalagi

jika melibatkan sekelompok manusia dan interaksinya.

Penelitian kualitatif berusaha memahami kompleksitas

fenomena yang diteliti. Peneliti berusaha menginterpretasikan

dan kemudian melaporkan suatu fenomena. Peneliti juga

berusaha memahami suatu fenomena dari sudut pandang sang

pelaku di dalamnya. Pemahaman sang peneliti sendiri dan para

pelaku diharapkan akan saling melengkapi dan mampu

menjelaskan kompleksitas fenomena yang diamati. Peneliti

kualitatif adalah instrumen utama penelitian, maka keterlibatan

peneliti merupakan kunci penting untuk memahami

kompleksitas suatu fenomena (Sarosa, 2012: 9-10).

16

Peneliti menggali data secara mendalam dengan

mengedepankan interaksi komunikasi kepada informan

maupun fenomena yang diteliti, kemudian menguraikan fakta

tersebut dalam bentuk kata dan tulisan. Dengan itu peneliti

dapat menyajikan data dan menganalisis data mengenai proses,

kendala dan hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

2. Macam Data dan Sumber Data

Data penelitian terdiri dari dua macam data, yang diperoleh

dari sumber yang berbeda, yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer

dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau

kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), dan

kejadian atau kegiatan. Data primer yang dikumpulkan

berupa hasil wawancara kepada pengurus atau pelaksana

pelatihan menjahit dan alumni pelatihan menjahit UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang

diperoleh secara tidak langsung dengan kata lain melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Umumnya data sekunder berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

17

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data

sekunder yang dikumpulkan berupa data dokumen tertulis

seperti arsip, database, surat-surat, gambar atau foto, dan

video yang berkaitan dengan pelaksanaan program PBK.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode

pengumpulan data di mana peneliti melihat dan mengamati

secara visual. Observasi sebagai teknik pengambilan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan

teknik lain. Observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga

pada objek-objek alam yang lain. Melalui observasi,

deskripsi objektif dari individu-individu dalam

hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan

mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh (Basrowi

dan Suwandi, 2008: 94-95).

Menurut Idrus (2009: 101), observasi atau

pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang

dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan

secara terlibat (secara partisipatif) ataupun non partisipatif.

Maksudnya pengamatan terlibat merupakan jenis

pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang

yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan

perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan

dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya

selaku peneliti.

18

Pada teknik ini peneliti mengalami kesulitan untuk

mengamati situasi dari proses pelaksanakaan pelatihan

menjahit secara langsung, dikarenakan situasi dan kondisi

pandemi Covid-19 yang sedang, sehingga tidak

memungkinkan pihak UPTD melaksanakan kegiatan

pelatihan selama pandami Covid-19. Maka, peneliti melihat

dan mengamati proses pelaksanaan pelatihan menjahit

melalui gambar dan video, serta mengamati kondisi tempat

pelaksanaan pelatihan menjahit dan lingkungan sekitarnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas

pertanyaan itu (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden atau

narasumber yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010: 72).

Peneliti melakukan wawancara kepada Akhmad

Subhan Syafa’at, S.H, Juniati, ST, Yogie Noegraha, SE.

M.Si, Mega Putri, SKM, Nana Murdiana, ST,Eki Almas

Oktaviani, Sahroni, Deri Rahmana, Irham Mahfud,

Cahyaning Maslakhah, Putri Arni, Selawati, Dinda

Kornelia Vinadani, Nur Alfiatullailah, dan Kavivah Sifaur.

19

c. Studi Dokumen

Studi Dokumen adalah salah satu medote

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi

dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran

dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan

dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh

subjek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2012: 143).

Dokumen berguna jika peneliti ingin mendapatkan

informasi mengenai suatu peristiwa tetapi mengalami

kesulitan untuk mewawancarai langsung para pelaku.

Teknik pengumpulan data (dokumentasi) merupakan suatu

cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan

penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,

sehingga diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan

berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 158).

Peneliti mengumpulkan beberapa dokumen mengenai

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, dokumen tersebut

diantaranya adalah: profil UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten, kurikulum pelatihan menjahit, nominatif peserta

pelatihan menjahit, rencana pelatihan berbasis kompetensi,

dan dokumentasi pelatihan menjahit (gambar dan video).

20

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan

berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi

secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan

apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan

data yang terkumpul. Bila data yang dapat dikumpulkan secara

berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis

diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori

(Sugiyono, 2017: 245).

Menurut pandangan Nasution seperti yang dikutip oleh

Sugiyono (2017: 245-246), analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian

selanjutnya. Pertama analisis sebelum di lapangan, dilakukan

terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder,

yang digunakan untuk menentukan fokus penelitia. Namun

demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan

berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan.

Kedua adalah analisis selama di lapangan, analisis dilakukan

pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai

21

setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh

data yang dianggap kredibel.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis

data model Miles dan Huberman, yaitu analisis data kualitatif

yang dilakukan secara interaktif dan berlangusung secara terus

menerus sampai tuntas, sampai data sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification.

Langkah pertama adalah reduksi data, berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Langkah kedua

adalah penyajian data, berarti menyajikan data dalam bentuk

uraian singkat. Kemudian langkah ketiga adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi.

5. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi

pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 119). Validitas data

berarti bahwa data yang telah terkumpul dapat

menggambarkan realitas yang ingin diungkapkan oleh peneliti.

Persoalaan validitas data dalam penelitian kualitatif harus

ditekankan pula pada validitas tipologi atau klasifikasi.

Validitas tipologi adalah ketepatan tipologi yang telah dibuat

untuk menggambarkan suatu realitas.

22

Salah satu teknik pengujian keabsahan data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan dan triangulasi waktu. Namun,

pada skripsi ini penulis hanya menggunakan triangulasi

sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “SK

Rektor Nomer 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta” dan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Ce’Qda”.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Serpong, Tangerang

Selatan, Provinsi Banten. Lokasi ini dipilih sebagai tempat

penelitian karena Provinsi Banten merupakan daerah dengan

pengangguran terbanyak di Indonesia. Di sisi lain, Provinsi

Banten merupakan daerah tempat tinggal peneliti, sehingga

masih dapat dijangkau. Waktu penelitian dimulai dari bulan

Oktober 2020 sampai dengan selesai, dengan perizinan

penelitian ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi

Banten pada bulan Januari.

23

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri

dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II merupakan bagian yang membahas Kajian

Pustaka, yang terdiri dari: landasan teori (teori

pemberdayaan, teori kemiskinan, dan teori pelatihan),

dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bab III merupakan bagian yang membahas Gambaran

Umum Latar Penelitian, yang terdiri dari: profil

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

Bab IV merupakan bagian yang membahas Temuan

Penelitian, yang terdiri dari: pelaksanaan pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten,

kendala dalam pelaksanaan pelatihan menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, dan dampak

yang diperoleh peserta pelatihan menjahit UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten.

24

BAB V PEMBAHASAN

Bab V merupakan bagian yang membahas Analisis

Data, yaitu mengaitkan temuan penelitian dengan

teori.

BAB VI KESIMPULAN

Bab VI merupakan bagian yang memaparkan

kesimpulan dan saran.

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Mengutip pandangan Keban dan Lele yang

menyatakan bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal

dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau

kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,

pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju

berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, ataupun

sebagai proses pemberian daya dari pihak yang memiliki

daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya

(Mulyono, 2017: 38).

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya,

dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk

mengembangkannya. Di samping itu, pemberdayaan

hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam perangkap

ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus

mengantarkan kepada proses kemandirian. Kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan

mengandalkan apa yang mereka lakukan tersebut

(Mulyono, 2017: 40-41).

26

Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas

dengan sumber daya, kesempatan, keahian, dan

pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga

dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga

komunitas. Proses pemberdayaan tersebut tidak cukup

hanya dengan retorika bahwa “masyarakat pasti bisa

melakukannya sendiri”. Hal seperti itu memang penting

untuk memberikan motivasi, tetapi itu tidak cukup

(Nasdian, 2014: 51).

Menurut teori ilmu jiwa seperti yang dikutip oleh

Gitosaputro dan Rangga (2015: 27-29),manusia memiliki

berbagai daya, yakni daya atau kekuatan berfikir, bersikap,

dan bertindak. Daya-daya itulah yang harus

ditumbuhkembangkan pada manusia dan kelompok secara

optimal untuk mengubah diri dan lingkungannya.

Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah sama

dengan pembangunan masyarakat. Pendekatan

pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam

pembangunan secara partisipatif sangat sesuai dan dapat

dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-

perubahan dalam masyarakat beserta lingkungan

strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan

partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas

dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga

masyarakat mampu berkembang dan mengatasai

permasalahannya secara mandiri, berkesinambungan dan

berkelanjutan.

27

Menurut Usman seperti yang dikutip oleh Mulyono

(2017: 31), pemberdayaan sebagai suatu proses

pembelajaran masyarakat untuk megembangkan seluruh

potensi agar dapat berperan serta dalam pembangunan.

Sebagai suatu proses pembelajaran, ia adalah suatu proses

peningkatan kemampuan pada seseorang atau kelompok

orang agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan-

kekuatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga dapat

memperbaiki kedudukannya di tengah-tengah masyarakat.

Pemberdayaan juga merupakan sebuah proses dan

tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai

tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau

hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,

maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian pemberdayaan

sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator

keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses

(Suharto, 2005: 59-60).

28

Pemberdayaan masyarakat menurut Vitayala seperti

yang dikutip oleh Zubaedi (2013: 79) adalah upaya

membangun kemampuan (capacity building) masyarakat

dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang

ada melalui pengembangan kelembagaan, sarana dan

prasarana serta pengembangan tiga-P (pendampingan,

penyuluhan, dan pelayanan). Pendampingan dapat

menggerakkan partisipasi total masyarakat, Penyuluhan

dapat merespons dan memantau perubahan-perubahan yang

terjadi di masyarakat. Pelayanan berfungsi sebagai unsur

pengendali ketepatan distribusi aset sumber daya fisik dan

nonfisik yang diperlukan masyarakat.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat

dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan

ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan,

dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut

dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:

‘kekuasaaan di dalam’ (power within), ‘kekuasan untuk’

(power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan

dengan’ (power with) (Suharto 2005: 63-64).

Dari berbagai konsep pemberdayaan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya

untuk membantu masyarakat lapisan bawah (belum

berdaya) menjadi masyarakat yang berdaya. Bentuk

bantuan yang diberikan berupa (daya atau potensi atau

pengetahuan atau keterampilan). Proses pemberdayaan

29

dapat dilakukan dengan sikap membangkitkan kesadaran,

memotivasi, mendorong, mentrasfer daya. Dengan itu,

masyarakat sadar akan potensi yang dimiliki dan berupaya

untuk mengembangkannya.

Upaya dalam pemberdayaan dilakukan untuk

melahirkan masyarakat yang berdaya serta mandiri, yang

mampu menyelesaikan masalah dan memutuskan masa

depannya dengan mengaplikasikan potensi yang dimiliki.

Kemandirian masyarakat tidak hanya dilihat dari hasil akhir

yang menunjukkan masyarakat itu sudah sejahtera atau

belum, namun kemandirian pun dilihat dari hasil

transformasi daya atau kemampuan selama proses

pemberdayaan, yaitu berupa kemandirian berpikir,

kemandirian bertindak, kemandirian memutuskan masa

depan, dan kemandirian menyelesaikan masalah. Maka

upaya untuk mewujudkan pertumbuhan yang sangat

potensial dalam meningkatkan kesejahteraan, masyarakat

harus berperan langsung dalam proses pemberdayaan,

bukan semata-mata hanya menerima bantuan tanpa adanya

aksi dari mereka untuk memberdayakan diri sendiri).

b. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat berorientasi kesejahteraan

apabila ia dirancang dan dilaksanakan dengan fokus untuk

meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan

bukannya meningkatkan produksi. Ini mengubah prinsip-

prinsip yang dianut selama ini, yaitu bahwa pencapaian

30

pembangunan lebih diarahkan pemenuhan target-target

variabel ekonomi makro. Upaya yang dilakukan untuk

mewujudkan tujuan ini, antara lain berupa pembentukan

usaha kemitraan yang mutualistis antara orang lokal (orang

miskin) dengan orang yang lebih mampu. Kemitraan akan

membuka akses orang miskin terhadap teknologi, pasar,

pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik serta

pergaulan bisnis yang lebih luas (Nasdian, 2014: 76).

Dalam konsep Suharto seperti yang dikutip oleh

Hermansah (2016: 44), tujuan pemberdayaan menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebagian

perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya.

Sedangkan menurut Sulistiyani dan Teguh seperti

yang dikutip oleh Hermansah (2016: 18), tujuan

pemberdayaan adalah membentuk individu dan masyarakat

menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa

yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan

suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai

31

dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta

melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai

pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan

daya atau kemampuan yang dimiliki.

c. Strategi Pemberdayaan

Strategi sering diartikan sebagai langkah-langkah

tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu

tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki. Adapun

strategi pemberdayaan masyarakat miskin menurut

Mulyono (2017: 87) antara lain:

1) Memetakan karakteristik orang miskin.

2) Mencari sasaran pemberdayaan yang sesuai dengan

kelompok target potensial.

3) Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui

pendidikan dan pelatihan; sesuai dengan kebutuhan

pasar baik dunia industri maupun dunia usaha.

4) Mempertemukan antara kelompok target potensial

dengan kebutuhan pasar .

5) Masyarakat menjadi berdaya.

6) Peningkatan ekonomi masyarakat dan memiliki mata

pencaharian.

Menurut Adi seperti yang dikutip oleh Hermansah

(2016: 41-42), salah satu strategi pemberdayaan adalah

melalui instrumen pendidikan. Karena dalam pendidikan

masyarakat dibekali ilmu pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperlukan. Sebab dengan ilmu

32

pengetahuan tersebut masyarakat menjadi mengetahui,

mengerti dan bahkan dapat melakukan dan mau melakukan

sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup.

Sedangkan menurut pandangan Ife dan Tesoriero

(2014:130), strategi untuk mencapai pemberdayaan dari

kelompok-kelompok yang dirugikan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga model, yaitu:

1) Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan,

dicapai dengan mengembangkan atau mengubah

struktur-struktur dan lembaga-lembaga untuk

mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber

daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

2) Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik,

menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan

politik dalam meningkatkan kekuasaan yang efektif.

3) Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadar-

tahuan, menekankan pentingnya suatu proses edukatif

(dalam pengertian luas) dalam melengkapi

masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan.

d. Tahapan Pemberdayaan

Dalam proses pemberdayaan ada empat tahapan yang

wajib dilalui menurut Hermansah (2016: 47) antara lain:

1) Perencanaan: partisipasi masyarakat dapat dilihat

pada keikutsertaan masyarakat dalam musyawarah

33

penentu program, identifikasi dan masalah, ataupun

pembuatan formula kegiatan atau program

kemasyarakatan tersebut.

2) Tahap Pelaksanaan: anggota masyarakat ikut serta

dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan

sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan

diikuti secara seksama dan cermat. Warga masyarakat

aktif sebagai pelaksana maupun pemanfaat program.

Masyarakat sebagai pelaksana, mereka misalnya

berpartisipasi dalam perumusan prosedur, aturan main

dan mekanisme pelaksanaan program serta aktif

dalam pelaksanaan itu sendiri.

3) Tahap Pelembagaan Program: partisipasi anggota

masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau

pelembagaan program. Langkah partisipasinya,

masyarakat ikut serta dalam merumuskan dan

membuat model-model pendanaan program,

penguatan lembaga-lembaga pengelola program dan

melakukan pengkaderan anggota masyarakat sebagai

penguatan SDM bagi program tersebut.

4) Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat ikut serta

mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini

menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut

dapat memiliki kinerja yang baik secara administratif

maupun subtantif. Kinerja administratif artinya tata

pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dengan

dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya

34

berlaku atau sesuai dengan perundang-undangan.

Kinerja subtantif berarti bahwa program dapat

memberikan perubahan nyata baik kemaslahatan

publik.

Menurut Sumodiningrat seperti dikutip oleh Mulyono

(2017: 44), proses belajar dalam rangka pemberdayaan

masyarakat akan berlangsung secara bertahap, yaitu:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju

perilaku sadar dan peduli sehingga merasa

membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan

pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar terbuka

wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam

pembangunan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan

kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada

kemandirian.

Menurut Slamet seperti yang dikutip oleh Hermansah

(2016: 38), tahapan dalam pemberdayaan adalah:

1) Analisis Situasi Masyarakat

2) Identifikasi Masalah

3) Menentukan Tujuan Kerja Secara Spesifik

4) Rencana Pemecahan Masalah

5) Pelaksanaan Kegiatan

6) Evaluasi Kegiatan dan Hasil

35

2. Teori Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Mengutip pandangan Poerwadarminta yang

menyatakan bahwa secara harfiah kemiskinan berasal dari

kata miskin yang artinya “tidak berharta-benda”. Dalam

pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan

sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara

individu, kelompok, maupun keluarga sehingga kodisi ini

rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain

(Rustanto, 2015: 1).

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa fenomena

kemiskinan yang terjadi di Indonesia dapat diartikan

sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang dialami

individu, kelompok, dan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan standar hidup minimum. Contohnya seperti

pendidikan yang rendah, sehingga banyak yang

menganggur dan tidak bekerja, serta banyak warga yang

belum mampu mengakses program maupun pelayanan

pemerintah, sehingga sulit memenuhi kebutuhannya

(Rustanto, 2015: 2).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen

Sosial (Depsos), kemiskinan merupakan sebuah kondisi

yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan

minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang

disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas

kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah

36

sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk

dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilogram

kalori per orang per hari, serta kebutuhan non-makanan

yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,

pendidikan, transportasi serta aneka barang dan jasa.

Menurut Suparman seperti yang dikutip oleh Santosa

(2018: 6), kemiskinan merupakan kondisi yang

menunjukkan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada

sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan

standar kehidupan yang umum berlaku pada masyarakat

yang bersangkutan. Ia menambahkan standar kehidupan

yang rendah secara langsung tampak berpengaruh terhadap

tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga

diri. Selain itu, kemiskinan berpengaruh juga terhadap

persoalan kecukupan gizi dan pangan, pendidikan, lokasi

mukim, produktivitas, kreativitas kerja, daya saing,

pasrtisipasi dan sebagainya.

Istilah miskin menurut Thohir seperti yang dikutip

oleh Mulyono (2017:6) adalah kondisi yang secara umum

menggambarkan suatu rumah tangga, komunitas, atau

seseorang yang ada dalam serba kekurangan, terutama

dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan yang paling

dasar, akibat hal tersebut, yang bersangkutan mengalami

berbagai keterbatasan baik terhadap peran-peran yang

secara sosial, ekonomi, politik maupun budaya yang harus

dilakukan. Keterbatasan-keterbatasan seperti itu dapat

37

terjadi karena akibat dari internal individu atau rumah

tangga yang gagal beradaptasi terhadap lingkungan, atau di

dalam merespons perubahan. Pada saat yang sama, dapat

juga terjadi sebaliknya, yaitu lingkunganlah yang

melahirkan seseorang menjadi miskin.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian miskin

adalah tidak berharta-benda atau tidak memiliki uang.

Kemiskinan adalah suatu keadaan ketidakmampuan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar, dengan kata

lain kondisi individu atau kelompok yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan pokok yaitu kebutuhan sandang,

pangan, dan papan. Kemiskinan juga dapat digambarkan

dengan kondisi manusia yang hidup dengan tingkat

minimum pendapatan yang rendah, dan jauh dari standar

hidup yang layak. Dengan begitu orang miskin adalah

orang yang berkehidupan serba kekurangan, yang memiliki

rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis

kemiskinan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), garis

kemiskinan pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp454.652,-

perkapita perbulan dengan komposisi garis kemiskinan

makanan sebesar Rp335.793,- dan garis kemiskinan bukan

makanan sebesar Rp118.859,-. Dengan begitu, garis

kemikinan Indonesia perkapita perhari adalah Rp15.115,-.

38

b. Karakteristik atau Ciri-Ciri Orang Miskin

Berdasarkan kosep Mulyono (2017: 12) dan pakar

kemiskinan lainnya terdapat empat karakteristik orang

miskin. Karakteristik tersebut didasarkan pada diri setiap

individu manusia yang memiliki karakteristik yang unik

dan bervariasi. Empat tipe karakteristik orang miskin

tersebut adalah:

1) Seseorang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki

kemauan, tipe karakteristik ini menggambarkan

seseorang/individu pada dasarnya memiliki

kemampuan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan

dalam rangka menunjang kehidupan, akan tetapi ia

tidak memiliki kemauan untuk melakukan kegiatan

dengan berbagai alasan. Diantaranya alasan tersebut

adalah hasilnya tidak cukup untuk kehidupan sehari-

hari, pekerjaan yang dilakukan terlalu berat, dianggap

kasar atau dianggap memalukan. Maka tipe

karakteristik ini sebenarnya adalah orang yang malas

untuk maju dan berkembang, atau dengan kata lain

cenderung suka “enak-enakan”.

2) Seseorang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki

kemampuan, tipe karakteristik ini menggambarkan

seseorang yang memiliki semangat, kemauan untuk

melakukan kegiatan atau aktivitas dalam rangka

menunjang kehidupannya, tetapi ia tidak memiliki

kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh

39

pasar baik dunia industri maupun dunia usaha.

Sebenarnya tipe ini cukup mudah untuk diberdayakan

karena sudah memiliki kemauan yang kuat, tinggal

memberikan keterampilan sesuai dengan yang

diinginkan, sekaligus disesuaikan dengan kebutuhan

pasar, baik dunia usaha maupun dunia industri

(DUDI).

3) Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki

kemauan, tetapi merasa dirinya sudah cukup, tipe

karakteristik ini adalah seseorang yang memiliki

kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan

kegiatan atau aktivitas, tetapi karena merasa sudah

cukup untuk kehidupan sehari-hari sehingga tidak

mau berusaha keras lebih keras atau berjuang untuk

lebih maju dan berkembang. Dengan kata lain, apa

yang dimiliki (mensyukuri apapun yang telah dicapai)

atau dengan istilah Jawa “nrimo”.

4) Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki

kemauan akan tetapi tidak memiliki peluang kerja.

Tipe karakteristik ini pada dasarnya adalah seseorang

yang sudah memiliki kemampuan serta kemauan,

akan tetapi kemampuan dan kemauan yang dimilki

tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan pasar

tempat orang tersebut berada, sehingga mereka

menjadi pengangguran dan sekaligus miskin.

40

Adapaun ciri-ciri penduduk miskin menurut Suharto seperti

yang dikutip oleh Mulyono (2017: 11), sebagai berikut:

1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi

dasar (pangan, sandang, dan papan).

2) Ketiadaaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar

lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih,

dan transportasi).

3) Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya

investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat

individual maupun massal.

5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan

keterbatasan sumber alam.

6) Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik

maupun mental.

8) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial

(anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan

rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan

terpencil).

c. Penyebab Kemiskinan

Dalam konsep Mas’oed seperti yang dikutip oleh

Mulyono (2017: 17) menyatakan bahwa penyebab

kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

41

1) Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan ini timbul akibat kelangkaan sumber-

sumber daya alam, kondisi tanah yang tandus, tidak

ada perairan dan kelangkaan prasarana.

2) Kemiskinan Buatan

Kemiskinan ini timbul akibat munculnya

kelembagaan (sering kali akibat modernisasi atau

pembangunan itu sendiri) yang membuat anggota

masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,

sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata

(atau disebut juga dengan kemiskinan struktural).

Menurut Sharp seperti yang dikutip oleh Mulyono

(2017: 18) mencoba mengidentifikasikan penyebab

kemisinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara

mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan

pola kepemilikan sumber daya yang menimbukan distribusi

pendapatan yang timpang. Kedua, kemiskinan muncul

akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. kualitas

sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas

rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya

kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan,

nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau

karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat

perbedaan akses dalam modal.

42

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori

lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).

Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan

kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.

Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya

pendapatan yang mereka terima. Logika berpikir ini

dikemukakan oleh Ragnar Nurkse yang dikutip oleh

Mulyono (2017: 18), mengatakan; “negara miskin itu

miskin karena dia miskin”, seperti gambar berikut:

Gambar 2. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan

d. Pengentasan Kemiskinan

Program-program pengentasan kemiskinan yang

dilakukan pada masa pemerintahan presiden Susilo

Bambang Yudoyono dan presiden Joko Widodo ada tiga

(Rustanto, 2015: 116-120), yaitu:

Kekurangan Modal

Investasi Rendah

Produktivitas Rendah

Tabungan Rendah

Pendapatan Rendah

Ketidaksempurnaan pasar,

Keterbelakangan,

Ketertinggalan

43

1) Program Berbasis Bantuan Sosial: Karakteristik

klaster satu berupa program bantuan sosial, yaitu

bersifat pemenuhan hak dasar untuk individu dan

rumah tangga miskin yang meliputi bantuan pangan,

pendidikan, kesehatan, papan, sanitasi, dan air bersih.

Ciri lain dari kelompok program ini adalah

mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat

langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung

oleh penerima manfaat.

2) Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat:

Karakteristik klaster dua berupa pemberdayaan

masyarakat, yaitu menitikberatkan pada penguatan

kapasitas masyarakat dengan mengembangkan

berbagai skema program berdasarkan sektor tertentu

yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu daerah

baik di pedesaan maupun perkotaan.

3) Program Berbasis Usaha Kecil Mikro: Karakteristik

klaster tiga ini memberikan akses yang luas dalam

usaha kecil dan mikro, memperluas produksi dan

pemasaran hasil produksi rumah tangga dan industri

kecil dengan pemberian kredit usaha rakyat (KUR).

Selain memberikan modal usaha bagi usaha kecil,

program ini juga memberikan pelatihan dan

pendampingan untuk meningkatkan keterampilan dan

manajemen usaha kepada pelaku usaha kecil dan

mikro.

44

3. Teori Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Menurut Oemar Hamalik (2005: 10), pelatihan adalah

suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang

dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian

bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga

profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam

bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas

dan produktivitas dalam suatu organisasi.

Pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan,

di mana konsep pemberian bantuan mengandung makna

yang luas. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan,

bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan

keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan belajar;

yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan

pengalaman, motivasi untuk melakukan sendiri kegiatan

latihan dan memperbaiki dirinya sendiri, sehingga dia

mampu membantu dirinya sendiri. Istilah pemberian

bantuan lebih bersifat humanistik (manusiawi) dan tidak

memperlakukan peserta sebagai mesin (mekanistik)

(Hamalik, 2005: 11).

Pelatihan juga didefinisikan sebagai suatu cara yang

digunakan untuk memberikan atau meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pekerjaannya sekarang (Panagabean, 2004: 41). Sedangkan

45

menurut Mangkunegara seperti yang dikutip oleh

Sugiharto, etc., (2015: 3), pelatihan merupakan istilah yang

berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang

diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill,

pengetahuan dan sikap-sikap pengawas atau anggota

organisasi.

Kemudian program pelatihan merupakan suatu

pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu

kegiatan pelatihan. Program tidak hanya memberikan

acuan, melainkan juga menjadi patokan untuk mengukur

keberhasilan kegiatan pelatihan. Itu sebabnya, desain dan

perencanaan suatu program pelatihan sebaiknya dilakukan

oleh ahli dalam bidangnya dan bertitik tolak dari kebijakan

yang telah digariskan oleh pimpinan yang berwenang dalam

bidang ketenagaan. Maka ada lima unsur dalam program

pelatihan (Hamalik, 2005: 34-37), yaitu:

1) Peserta Latihan: penetapan calon peserta pelatihan

erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan,

yang pada gilirannya turut menentukan efektivitas

pekerjaan. Karena itu perlu dilakukan seleksi yang

teliti untuk memperoleh peserta yang baik,

berdasarkan kriteria.

2) Pelatih (Instruktur): pelatih-pelatih memegang peran

yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan

program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih

yang ahli, yang berkualifikasi profesional.

46

3) Lamanya Pelatihan: lamanya masa pelaksanaan

pelatihan berdasarkan pertimbangan tentang:

a) Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak

dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih banyak

dan lebih tinggi bermutu, kemampuan yang ingin

diperoleh mengakibatkan lebih lama diperlukan

latihan.

b) Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti

kegiatan pelatihan. Kelompok peserta yang

ternyata kurang mampu belajar tentu memerlukan

waktu latihan yang lebih lama.

c) Media pengajaran, yang menjadi alat bantu bagi

peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi

dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan

dan dapat mengurangi lamanya pelatihan tersebut.

4) Bahan Latihan: bahan latihan seyogianya disiapkan

secara tertulis agar mudah dipelajari oleh para

peserta. Penulisan bahan dalam bentuk buku paket

materi pelatihan hendaknya memperhatikan faktor-

faktor tujuan pelatihan, tingkatan peserta latihan,

harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan

lamanya latihan.

5) Bentuk Pelatihan: bentuk-bentuk yang digunakan

untuk mengembangkan kemampuan ketenagaan,

seperti: belajar sambil bekerja, penyuluhan,

pengajaran dengan mesin, kepanitiaan, kegiatan-

kegiatan kemasyarakatan, dan lain sebagainya.

47

Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah

suatu cara atau upaya memberikan bantuan seseorang atau

kelompok untuk mengembangkan keahlian, untuk

mengembangkan pengetahuan, dan untuk mengembangkan

sikap yang dilakukan oleh tenaga pelatih profesional.

Bantuan yang diberikan dapat berupa pengarahan,

bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan

keterampilan, dan lain sebagainya. Dengan tujuan agar

manusia atau kelompok tersebut mengalami perubahan,

baik perubahan dari segi kemampuan maupun segi

kehidupan sosialnya dari yang sebelumnya tidak mampu

menjadi mampu atau dari yang sebelumnya lemah menjadi

kuat.

b. Tujuan Pelatihan

Menurut Hamalik (2005: 12) tujuan pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta yang menimbulkan

perubahan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampian dan

sikap. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan tersebut:

1) Kemampuan membentuk dan membina hubungan

antar perorangan (personal) dalam organisasi.

2) Kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan

lingkungan kerja.

3) Pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu

pekerjaan tertentu.

4) Kebiasaan, pikiran dan tindakan serta sikap dalam

pekerjaan.

48

Hamalik (2005:14-17) juga berpandangan bahwa

tujuan pelatihan dapat dilihat dari segi kelembagaan

pendidikan dan pelatihan, lembaga diklat itu sendiri

bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang berkualitas

yang mampu mendukung pelaksanaan program departemen

atau non departemen bersangkutan. Tujuan diklat adalah

mengusahakan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap tenaga program. Kemudian dari segi jenis pekerjaan

dan jenis pelatihan, berdasarkan jenis pekerjaan maka dapat

ditentukan jenis pelatihannya dan masing-masing memiliki

tujuan tertentu. Misalnya tujuan pelatihan pada beberapa

jenis pelatihan di bawah ini:

1) Pelatihan Induksi: bertujuan untuk membantu tenaga

kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya;

kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang

seluk beluk organisasi bersangkutan.

2) Pelatihan Kerja: bertujuan untuk memberikan

instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-

tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjannya.

3) Pelatihan Pengawas: bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan dan

pelatihan tenaga lainnya.

4) Pelatihan Manajemen: bertujuan untuk memberikan

latihan yang diperlukan dalam jabatan menajemen

puncak (Top management).

49

Menurut Moekijat seperti yang dikutip oleh

Sugiharto, etc., (2015: 6) mengemukakan bahwa tujuan

umum pelatihan ialah: untuk mengembangkan keahlian,

untuk mengembangkan pengetahuan, dan untuk

mengembangkan sikap. Sedangkan menurut Sudjana seperti

yang dikutip oleh Sugiharto, etc., (2015: 7) menjelaskan

bahwa pengaruh (outcome atau impact) merupakan tujuan

akhir pendidikan non formal (di dalamnya termasuk

pelatihan), yang antara lain meliputi perubahan taraf hidup

dan kemampuan untuk membelajarkan orang lain

berdasarkan hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan

manfaatnya oleh peserta pelatihan, maka manfaat dapat

diidentikkan dengan pengaruh tersebut. Lebih jauh Sudjana

menguraikan bahwa perubahan taraf hidup lulusan ditandai

antara lain dengan perolehan pekerjaan, perolehan atau

peningkatan pendapatan dan penampilan diri.

c. Model Pelatihan

Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan

pelatihan yang di dalamnya terdapat program pelatihan dan

tata cara pelaksanaannya. Masing-masing model memiliki

tujuan dan prosedur penyelenggaraan yang berbeda-beda.

Maka model-model pelatihan tersebut adalah sebagai

berikut (Hamalik, 2005: 20-22):

1) Public Vocational Training (Refreshing Course):

Tujuannya adalah memberikan latihan kepada calon

tenaga kerja. Pelatihan dikaitkan dengan kebutuhan

50

organisasi, dan diselenggrakan di luar organisasi atau

perusahaan.

2) Apprentice Training: Latihan ini bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan arus pegawai baru yang tetap

dan serba bisa. Prosedur latihan dalam kelas. Praktik

kerja lapangan berlangsung dalam jangka waktu

lama, dengan pengawasan terus-menerus.

3) Vestibule Training (Off The Job Training): Latihan

diselenggarakan dalam suatu ruangan khusus yang

berada di luar tempat kerja biasa, yang meniru

kondisi-kondisi kerja sesungguhnya. Tujuannya untuk

melatih tenaga kerja secara tepat, misalnya karena

perluasan pekerjaan. Materi latihan dititikberatkan

pada metode kerja teknik produksi dan kebiasaan

kerja.

4) On The Job Training (Latihan sambil Bekerja):

Tujuannya untuk memberikan kecapakan yang

diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan

tuntutan kemampuan bagi pekerjaan tersebut, dan

sebagai alat untuk kenaikan jabatan. Kegiatannya

terdiri dari membaca materi, praktek rotasi, kursus

khusus, penugasan, dan lain-lain. Diperlukan

pelatihan yang cakap untuk memberikan instruksi,

menggunakan situasi pekerjaan sebagai tempat

memberikan pelajaran.

5) Pre Employment Training (Pelatihan sebelum

Penempatan): Bertujuan mempersiapkan tenaga kerja

51

sebelum ditempatkan atau ditugaskan pada suatu

organisasi untuk memberikan latar belakang

intelektual, mengembangkan seni berpikir dan

menggunakan akal. Materi lebih luas dan bersifat

teoritik. Pelatihan diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan di luar organisasi perusahaan.

6) Induction Training (Latihan Penempatan): Bertujuan

untuk melengkapi tenaga baru dengan keterangan-

keterangan yang diperlukan agar memiliki

pengetahuan, tentang praktek dan prosedur yang

berlaku di lingkungan organsasi/perusahaan tersebut,

seperti: kebijakan, peraturan, kesejahteraan sosial,

dan hal-hal yang diberikan oleh atasan dan rekan

sekerja.

7) Supervisory Training (Latihan Pengawas): Bertujuan

untuk mengembangkan keterampilan sebagai

pengawas. Kepada peserta diberikan informasi

tentang teori dan penerapan praktis mengenai teknik-

teknik pengawasan serta latihan tenaga kerja lainnya.

8) Understudy Training: Pelatihan ini bertujuan untuk

menyiapkan tenaga kerja yang cakap dalam jenis

pekerjaan tertentu dengan cara bekerja langsung

dalam pekerjaan bersangkutan, memberikan

pelayanan sebagai seorang asisten/pembantu.

9) Sistem Kemagangan (Internship Training): Sistem ini

bertujuan menyiapkan tenaga yang terdidik dan

terlatih dengan cara menempatkan tenaga yang

52

sedang disiapkan itu sebagai tenaga kerja pada suatu

lembaga/perusahaan selama jangka waktu tertentu

dengan bimbingan tenaga ahli dari Balai Latihan dan

staf para organisasi atau perusahaan tersebut. Peserta

seyogianya telah menempuh pendidikan di kampus.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 3. Kerangka Berpikir

Masalah

Provinsi Banten Merupakan

Daerah Dengan Pengangguran

Terbanyak di Indonesia

Solusi

Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pelatihan Menjahit di UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten

Tujuan

Meningkatkan kualitas dan kompetensi

masyarakat dalam keahlian dan keterampilan

menjahit serta menekan angka pengangguran

melalui pelatihan menjahit.

1. Strategi pemberdayaan: melalui pelatihan kerja yang

berdasarkan permintaan dunia usaha.

2. Pemberdayaan diutamakan untuk masyarakat pengangguran

3. Tahap Evaluasi

Meningkatkan Pengetahuan

dan Keterampilan Dasar

Perjahitan

Meningkatkan Penghasilan Mendapatkan

Pekerjaan

53

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Penelitian berlatarkan di Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Latihan Kerja Provinsi Banteh, UPTD Latihan Kerja

adalah lembaga pelatihan kerja milik pemerintah daerah Provinsi

atau Kabupaten/Kota. UPTD Latihan Kerja memiliki program

utama atau program unggulan yaitu program Pelatihan Berbasis

Kompetensi atau yang disingkat dengan PBK. Pelatihan Berbasis

Kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada

penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan

dan persyaratan di tempat kerja.

Di dalam PBK terdiri dari berbagai jenis kejuruan dan sub

kejuruan pelatihan. UPTD Latihan Kerja di setiap daerah

memiliki kejuruan yang berbeda, hal itu disesuaikan dengan

kebutuhan pasar yang ada di daerah tersebut. Kemudian PBK

yang dilaksanakan seluruhnya mengacu kepada Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). UPTD Latihan

Kerja akan menjadi sarana Pengembangan ilmu Teknologi Tinggi

dan terapan bagi masyarakat Banten guna mendapatkan

keterampilan untuk meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas

dan produktivitas, sehingga dapat memperluas kesempatan kerja

ditingkat nasional maupun internasionalguna mengurangi tingkat

pengangguran di Provinsi Banten.

54

A. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

UPTD Latihan Kerja Provinsi Bantensudah berdiri selama

36 tahun dengan perubahan nama lembaga sebanyak 7 kali, yaitu:

Tahun 1985, Unit Pelaksana Teknis Daerah atau yang dikenal

oleh masyarakat Indonesia dengan nama UPTD, didirikan pada

tahun 1985 berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor

181 Tahun 1984 dengan nomenklatur Kursus Latihan Kerja

(KLK). Tahun 1997, peningkatan kualitas KLK Tangerang, dari

tipe KLK menjadi Tipe Balai Latihan Kerja Industri pada tahun

1997 dengan Kementrian Tenaga Kerja Nomor 88 tahun 1997,

sehingga dikenal secara nasional dengan nama BLKI Tangerang.

Tahun 2001, sejalan dengan perubahan pada tata

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dari sentralisasi

menjadi desentralisasi, maka berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2001 menjadi UPT Diklat Kerja Kabupaten

Tangerang. Tahun 2004, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor

16 Tahun 2004 dan Surat Keputusan Bupati Nomor 25 Tahun

2004 menjadi Bidang Diklat Kerja dan Badan Pendidikan

Pelatihan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tangerang.

Tahun 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8

Tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Nomor 55 Tahun 2008

menjadi UPT Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Tangerang. Tahun 2009, berdasarkan

Peraturan Gubernur Banten Nomor 35 Tahun 2009 tanggal 11

November 2009 menjadi Balai Latihan Kerja Industri Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten. Tahun 2019,

55

berdasarkan Peraturan Gubernur Banten Nomor 19 Tahun 2018

menjadi UPTD Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Banten.

Gambar 4. Sejarah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Sejarah UPTD

Latihan Kerja

Provinsi Banten

Tahun 1997

BLKI (Balai Latihan Kerja Industri)

Kementerian Tenaga Kerja

Tahun 2001

UPTDiklat Kerja Kabupaten Tangerang

Tahun 2004

Bidang Diklat Kerja BadanPendidikan Pelatihan

Penelitiandan Pengembangan Kabupaten Tangerang

Tahun 2008

UPT Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang

Tahun 2009

Balai Latihan Kerja Industri Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Banten

Tahun 2019

UPTD Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Provinsi Banten

Tahun 1985

KLK (Kursus Latihan Kerja)

Kementerian Tenaga Kerja

56

B. Tugas dan Fungsi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

UPTD Latihan Kerja memiliki tugas pokok untuk

melaksanakan pelatihan kerja, peningkatan keterampilan dan uji

kompetensi. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun

2018 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Cabang

Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Banten, tugas pokok UPTD Latihan Kerja

terdiri dari:

1. Penyusunan rencana program UPTD Latihan Kerja.

2. Penyusunan dan Pengembangan kurikulum pelatihan kerja.

3. Pelaksanaan pelatihan kerja dan uji kompetensi.

4. Promosi program dan pemasaran lulusan.

5. Pelaksanaan On The Job Training peserta latihan kerja di

perusahaan.

C. Visi dan Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Visi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:

"Menjadikan UPTD Latihan Kerja Unggul dalam bidang

Keahlian dan Keterampilan".

Misi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:

1. Menghasilkan dan mengembangkan sumber daya manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sebagai Institusi pelatihan yang berperan aktif dalam

meningkatkan keahlian dan keterampilan yang berbasis

kompetensi.

57

3. Menghasilkan tenaga kerja terampil berkualitas, berjiwa

wirausaha, mandiri, berbudaya, bermaterialitas dan beretika

serta berwawasan lingkungan dan mampu bersaing

ditingkat nasional.

4. Meningkatkan kemampuan dibidang teknologi terapan yang

berdayaguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

D. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Gambar 5. Struktur Organisasi UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Adapun tupoksi dan uraian tugas para pengurus UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten terdiri dari:

1. Kepala UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten:mempunyai

tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan

perumusan rencana program dan kegiatan,

mengkoordinasikan, monitoring, urusan administrasi

KEPALA SEKSI

PENGEMBANGAN

DAN PEMASARAN

KEPALA SUB. BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA

SEKSI PELATIHAN

KEPALA UPTD LATIHAN

KERJA

JABATAN

FUNGSIONAL

INSTRUKTUR

58

umum, dan kepegawaian, keuangan, evaluasi, dan

pelaporan di UPTD Latihan Kerja.

2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten: mempunyai tugas pokok membantu

Kepala UPTD Latihan Kerja dalam melaksanakan

penyiapan administrasi surat menyurat, kearsipan,

perlengkapan, rumah tangga, kepustakaan, kehumasan,

administrasi kepegawaian, dan pengelolaan inventaris

barang dan aset UPTD Latihan Kerja.

3. Kepala Seksi Pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten: mempunyai tugas pokok membantu Kepala UPTD

Latihan Kerja dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi,

evaluasi dan perumusan kebijakan teknis operasional di

UPTD Latihan Kerja.

4. Kepala Seksi Pengembangan dan Pemasaran UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten: mempunyai tugas pokok membantu

Kepala UPTD Balai Latihan Kerja dalam melaksanakan

penyiapan perumusan program dan kegiatan, evaluasi,

pelaporan dan pengembangan

5. Jabatan Fungsional Instruktur UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten:

a. Menyusun rencana pengajaran atau kurikulum sebagai

acuan pembelajaran (kurikulum, silabus).

b. Membuat atau mempersiapkan perangkat pelatihan.

59

c. Mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan dengan bertanggungjawab pada satu bidang

spesialisasi di jurusan kejuruan dengan memperhatikan

serta mengedepankan keselamatan kerja.

d. Memberikan konsultasi dan nasihat atau motivasi, serta

rekomendasi karir kepada peserta pelatihan.

e. Membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan

pelatihan.

f. Merencanakan pelaksanaan uji kompetensi kerja.

g. Melaksanakan uji kompetensi kerja.

h. Melaksanakan kegiatan evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan uji kompetensi kerja.

E. Program Kerja UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

1. Program Pelatihan Berbasis Masyarakat

Program pelatihan ini dilaksanakan di daerah pedesaan

atas permintaan masyarakat desa sesuai potensi daerahnya.

Dalam hal ini semua sarana dan prasarana maupun

instrukturnya disiapkan dan dikirim ke lokasi pelatihan dengan

menggunakan mobil MTU (Mobile Training Unit), adapun

pesertanya direkrut oleh daerah atau desa bersama-sama

dengan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

2. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Program pelatihan ini dipersiapkan dengan kurikulum

berbasis kompetensi dengan tujuan untuk meningkatkan

kompetensi tenaga kerja yang bersertifikasi sesuai bidangnya

60

di dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta

kualitas produktivitas agar mampu bersaing di dunia kerja

guna meningkatkan kesejahteraannya. Adapun kebutuhannya

dipersiapkan untuk mengisi kebutuhan lapangan kerja yang

tersedia atau usaha mandiri.

a. Tujuan Pelatihan Berbasis Kompetensi

Tujuan penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang

berbasis kompetensi berorientasi meningkatkan kualitas

SDM, dengan ditunjang sarana dan prasarana pelatihan

yang memadai untuk mendukung upaya peningkatan

kualitas pelayanan pelatihan yang diberikan kepada

masyarakat.

Adapun tujuan pelatihan adalah:

1) Memberikan kompetensi pengetahuan, keterampilan

dan sikap kepada peserta pelatihan di berbagai

jurusan yang dilaksanakan, agar setiap akhir pelatihan

peserta dapat dinyatakan kompeten untuk mengisi

lowongan kerja sesuai pasar kerja.

2) Diharapkan peserta mampu menciptakan lapangan

kerja secara mandiri.

3) Menciptakan perluasan kesempatan kerja dan

mengurangi pengangguran.

4) Program pelatihan UPTD Latihan Kerja yang dibiayai

oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten, dapat

dilaksanakan secara intusional dan non intusional

serta OJT di perusahaan.

61

5) Program Pelatihan Mandiri/Swadana/Kerja Sama,

yakni pelatihan atas permintaan masyarakat yang

biayanya ditanggung secara mandiri oleh peserta

pelatihan atau pihak ke III melalui perjanjian.

b. Program Pelatihan

1) LAS

a) Las SMAW

b) Las GMAW

c) Las GTAW

2) Manufacture

a) Mesin Produksi

b) CNC (Computer Numeric Control)

c) Autocad Manufacture

3) Otomotif

a) Sepeda Motor

b) Mobil Bensin

4) Furniture

a) Autocad Gambar Bangunan

5) Teknik Informasi Komunikasi (TIK)

a) Operator Komputer

b) Design Grafis

c) Animasi

6) Listrik

a) Instalasi Tenaga

b) Instalasi Penerangan

c) Otomasi Industri

d) Teknisi Audio Video/Elektronikas

62

7) Kecantikan

a) Kecantikan Rambut

b) Kecantikan Kulit

8) Menjahit

a) Menjahit

c. Alur Pelatihan

1) Daftar ke UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Jl.

Raya Serpong Km.12 Kota Tengerang Selatan atau

daftar online melalui website UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten.

2) Tes seleksi pelatihan (tes tulis dan tes wawancara).

3) Pengumuman kelulusan melalui akun media sosial

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

4) Pelatihan dengan instruktur.

5) Mendapatkan sertifikat.

d. Persyaratan Pelatihan

1) Memiliki ijazah minimal SMP sederajat.

2) Berusia minimal 17 tahun maksimal 35 tahun.

3) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi

Banten.

e. Waktu Pelatihan

Masa pelatihan 30 Hari/240 JP (1 Tahun 5 Angkatan),

waktu pelatihan hari Senin s/d Jum’at (07.30–15.15),

dan jumlah peserta 16 orang/kelas.

63

f. Fasilitas Pelatihan

1) Modul Pelatihan

2) Alat Tulis Kantor

3) Seragam Pelatihan

4) Makan Siang

5) Sertifikat

6) Info Loker

F. Alamat UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Jl. Raya Serpong Km.12 BSD – Tangerang Selatan

Telp : (021) 5383042

Fax : (021) 5387484

Website : www.bantenprov.go.id

Email : [email protected]

Gmail : [email protected]

Facebook : UPTD latihan kerja banten

Youtube : Info Pelatihan Kerja

Instagram : latihankerjadinaskerbanten

64

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa pengurus

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten, di antaranya adalah: Ketua

UPTD, Ketua Seksi Pelatihan, Anggota Seksi Pengembangan dan

Pemasaran, Ketua Instruktur Pelatihan, Instruktur Pelatihan

Menjahit, dan Alumni Program Pelatihan Menjahit. Berdasarkan

hasil wawancara, diketahui bahwa UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten memiliki dua program kerja, yaiu program pelatihan

berbasis masyarakat dan program pelatihan berbasis kompetensi.

Program pelatihan berbasis masyarakat dilaksanakan di

daerah pedesaan atas permintaan masyarakat desa sesuai potensi

daerahnya. Dalam hal ini semua sarana dan prasarana maupun

instrukturnya disiapkan dan dikirim ke lokasi pelatihan dengan

menggunakan mobil MTU (Mobile Training Unit), adapun

pesertanya direkrut oleh aparatur daerah atau desa bersama-sama

dengan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Gambar 6. Pelatihan Berbasis Masyarakat

di Desa Situ Gadung Tahun 2016

65

Sedangkan program pelatihan berbasis kompetensi

dilaksanakan di lembaga latihan kerja dengan kurikulum berbasis

kompetensi, untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang

bersertifikasi sesuai bidangnya agar mampu bersaing di dunia

kerja dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Adapun

kebutuhannya dipersiapkan untuk mengisi kebutuhan lapangan

kerja yang tersedia atau usaha mandiri. Namun pada tahun 2019

program pelatihan berbasis masyarakat ditiadakan, sehingga saat

ini program unggulan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten fokus

pada program pelatihan berbasis kompetensi.

“...tahun lalu itu kita ada programnya dua, ada PBK dan ada

pelatihan berbasis masyarakat...tidak dianggarkan, artinya

tidak kita programkan untuk tahun ini, tahun depan juga

karena dulu kenapa kita lakukan berbasis masyarakat, karena

antusias masyarakat dulu kurang untuk datang ke sini...kalo di

BLK yang lain lain masih, kalo di kita udah g ada, 2019 udah

g ada” (wawancara dengan Akhmad Subhan Syafa’at, 2020).

Pelatihan berbasis kompetensi atau yang biasa disingkat

dengan PBK adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada

penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan

dan persyaratan di tempat kerja. Program PBK merupakan

program kerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang

di selenggarakan oleh UPTP atau UPTD Latihan Kerja. UPTP

merupakan lembaga pelatihan kerja milik Kementrian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, sedangkan UPTD merupakan lembaga

pelatihan kerja milik pemerintah daerah Provinsi atau

Kabupaten/Kota.

66

“Pada dasarnya program PBK adalah program kerja

nasional dalam membangun SDM Indonesia yang berdaya

saing, dilaksanakan baik oleh Kemenakertrans melalui Balai

Besar Pengembangan Latihan Kerja/Balai Latihan Kerja (di

bawah kewanangan kemenakertrans RI) atau oleh daerah

(provinsi/kota/kabupaten)...dan disesuaikan dengan potensi

wilayah masing-masing” (wawancara dengan Yogie

Noegraha, 2020).

Program pelatihan yang di laksanakan UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten terdiri dari berbagai macam pelatihan, namun

pelatihan yang diteliti dalam skripsi ini adalah pelatihan menjahit.

A. Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten

1. Tahap Perencanaan

a. Melakukan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Dalam hal ini bagian pengembangan dan pemasaran

mengumpulkan data dan menganalisis bidang-bidang

keterampilan apa saja yang perlu ditingkatkan atau

diperbaiki atau bahkan perlu ditambah. Caranya dengan

mengundang beberapa pemilik perusahaan (pelaku usaha)

yang ada di Banten untuk datang ke forum komunikasi

industri yang diadakan dua kali dalam satu tahun, yaitu di

awal tahun dan di akhir tahun.

Agendanya adalah perkenalan program pelatihan

yang dilaksanakan UPTD Latihan Kerja, penyampaian

respon atau saran oleh para pelaku usaha, dan penyampaian

67

kebutuhan perusahaan oleh pelaku usaha. Kebutuhan yang

dimaksud adalah kebutuhan dalam keahlian atau

keterampilan karyawan perusahaan. Dengan itu pengurus

UPTD dapat menyusun pelatihan-pelatihan sesuai

kebutuhan pasar (dunia usaha), sehingga nanti para alumni

punya tujuan untuk bekerja di beberapa perusahaan Banten.

“Pengembangan pemasaran punya peran sebagai

katakanlah kehumasan, kita memperkenalkan program

apa saja yang ada di BLK kemudian sekaligus kita

menangkap peluang atau kesepakatan apa saja yang

mungkin kita lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan

itu melalui forum, namanya forum komunikasi industri”

(wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

Seluruh pelatihan yang akan dilaksanakan dibekali

dengan kurikulum berstandar nasional, disebut dengan

SKKNI (standar kompetensi kerja nasional Indonesia).

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup

aspek pengetahuan, keterampilan atau keahlian, serta sikap

kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan

persyaratan pekerjaan yang ditetapkan. Kurikulum

disiapkan langsung oleh Kementrian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi. Kurikulum yang digunakan juga disesuaikan

dengan tingkatan atau jengjang kualifikasi yang diinginkan

dari suatu bidang pelatihan.

Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan tidak

selamanya harus direspon dengan kebutuhan pelatihan,

tetapi dapat juga hanya menghasilkan respon, sebagai

68

bahan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelatihan

yang ada ataupun kurikulumnya. Oleh sebab itu jumlah

pelatihan yang dibuka setiap tahun berbeda-beda karena ada

beberapa pelatihan yang tidak dilaksanakan untuk

sementara waktu, tidak dilaksanakan bukan berarti

pelatihan tersebut dihapuskan. Misalnya, apabila dalam

forum komunikasi industri tidak ada permintaan atau

kurangnya minat pelaku usaha pada bidang pelatihan

menjahit, maka target peserta pelatihan menjahit hanya

sedikit (sesuai dengan permintaan pelaku usaha).

b. Menyusun Program Pelatihan

Program pelatihan disusun berdasarkan hasil

identifikasi kebutuhan pelatihan. Menurut data yang

didapat, program pelatihan berbasis kompetensi UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten membuka 8 kejuruan dan 19

program pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan sudah di

rancang dengan baik, menyesuaikan kebutuhan pasar dan

potensi wilayah Banten, menyesuaikan tenaga pelatih, serta

menyesuaikan tempat dan peralatan pelatihan yang tersedia.

“Fix 7 kejuruan, turunan setiap tahun bisa berubah-

ubah tergantung kemampuan daerah membiayai dan

permintaan pasar kerja. 8 tambah kecantikan,

kecantikan semula adittional jadi tetap, tadinya hanya

sampai menjahit” (wawancara dengan Yogie Noegraha,

2020).

69

Tabel 2. Program Pelatihan UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten

No Kejuruan Program Pelatihan

1 LAS

Las SMAW

Las GMAW

Las GTAW

2 Manufacture

Mesin Produksi

CNC (Computer Numeric Control)

Autocad Manufacture

3 Otomotif Sepeda Motor

Mobil Mesin

4 Furniture Autocad Gambar Bangunan

5 Teknik Informasi

Kommunikasi (TIK)

Operator Komputer

Design Grafis

Animasi

6 Listrik

Instalasi Tenaga

Instalasi Penerangan

Otomasi Industri

Teknisi Audio Video/Elektronika

7 Kecantikan Kecantikan Rambut

Kecantikan Kulit

8 Menjahit Menjahit

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut data yang didapat bahwa pelatihan menjahit

merupakan salah satu pelatihan yang mempunyai sasaran

atau target peserta yang tidak banyak. Ini disebabkan

karena beberapa hal; pertama, instruktur pelatihan menjahit

hanya satu. Kedua, kurangnya permintaan pasar, mengingat

bahwa tidak banyak perusahaan di wilayah Banten yang

70

bergerak dibidang tekstil. Ketiga, kurangnya minat alumni

untuk bekerja di perusahaan, biasanya mereka lebih

memilih buka usaha di rumah. Kembali lagi pada konsep

dasar latihan kerja yang diselenggarakan, yaitu memenuhi

kebutuhan pasar (dunia usaha) dan potensi wilayah Banten.

“Gak banyak dibuka, pertama instrukturnya gak ada,

artinya gak ada itu gak ada yang PNSnya. Instruktur

pelatihan menjahit pegawai sini, cuman di lapangan

realisasinya dia sebagai pengajar, anggaplah pengajar

dari luar...trus permintaan pasarnya memang agak

kurang...peminat usernya atau perusahannya gitu..kita

lihat dari seginya bagian penempatan kerja jarang, itu

tadi karna mereka targetnya mungkin bukan kerja di

pabrik tapi mereka home industri mandiri di rumah”.

(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

Walaupun begitu, masyarakat yang berminat untuk

mengikuti pelatihan menjahit cukup banyak, tidak pernah

kurang dari 16 orang yang mendaftar dalam 1 angkatan

(gelombang). Sebagai informasi, bahwa jumlah peserta

pelatihan dalam satu kelas adalah 16 peserta, di mana

peraturan ini sudah ditetapkan oleh Kementrian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi.

Biasanya masyarakat yang mendaftar lebih dari 50

orang, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berlatar

belakang sarjana. Sebagian besar masyarakat yang ingin

mengikuti pelatihan menjahit karena alasan ingin membuka

usaha mandiri seperti buka jasa menjahit di rumah ataupun

membuka bisnis online, meskipun ada beberapa masyarakat

71

dengan tujuan ingin bekerja di pabrik tekstil. Ada juga yang

hanya ingin atau menambah pengetahuan dan keterampilan

menjahit saja.

“...tapi sebenernya menjahit juga kita gak kalah sih ya,

kalo dibuka itu kita gak pernah kekurangan siswa selalu

lebih dari 16 yang daftar. Kita buka 1 kelas yang daftar

itu bisa 50 bahkan 50 ke atas 80-an...tapi mereka yang

punya pemikiran mau kursus menjahit itu antara dua,

mereka pengen berwirausaha mencari penghasilan

sendiri tanpa terikat dengan perusahaan, kedua mereka

mempersiapkan diri buat bersaing, bersaingnya di

industri.” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten berencana akan

menambah program pelatihan baru yaitu perhotelan (room

service) dan tata boga. Mengingat dahulu pada mulanya

kejuruan dan program pelatihan yang dibuka UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten diselaraskan dengan perusahaan

bidang industri yang ada di Banten. Padahal perusahaan-

perusahaan di wilayah Banten tidak hanya perusahaan

industri saja, masih banyak potensi atau perusahaan Banten

selain itu. Maka untuk kedepannya UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten akan mengembangkan pelatihan-pelatihan

di bidang non industri.

Perlu diketahui bahwa ketetapan jumlah pelatihan

atau target peserta pelatihan juga disesuaikan dengan

anggaran APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah),

namun terkadang juga mendapat dana bantuan dari APBN

(anggaran pendapatan dan belanja nasional).

72

c. Menyiapkan Tenaga Pelatih

Tenaga pelatih juga disebut sebagai Instruktur,

instruktur adalah ASN (aparatur sipil negara) yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh

oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan

pelatihan dan pembelajaran kepada peserta pelatihan di

bidang atau kejuruan tertentu. Instruktur memegang peran

penting untuk kelancaran dan keberhasilan kegiatan

pelatihan. Tugas pokok instruktur adalah melaksanakan

kegiatan pelatihan dan pembelajaran serta pengembangan

pelatihan.

Sebenarnya dari segi standar pelaksanaan pelatihan,

jumlah minimal instruktur dalam satu program pelatihan

adalah 2 instruktur pelatihan (instruktur ASN), dan

instruktur tersebut dipersiapkan langsung oleh Kementrian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, bilamana suatu

program pelatihan memiliki jumlah instruktur kurang dari

standar ketentuan, maka pihak lembaga penyelenggara

pelatihan boleh merekrut instruktur pelatihan dari luar

(swasta) dan harus sesuai dengan persyarakat yang sudah

ditentukan.

“Satu instruktur itu paling bisa mengawasi sebenarnya

itu maksimal 8 orang untuk menghasilkan peserta anak

didiknya untuk kompeten, sehingga kita melatih paling

banyak 16 orang, 2 instruktur...Instruktur itu kita kan

memang ada instruktur yang diangkat oleh pegawai

negeri, jadi memang formasi dari provinsi memang dia

73

adalah pegawai negeri di sini, kecuali instrukturnya,

kejuruannya ada beberapa juga yang gak ada

instrukturnya kita ambil dari luar” (wawancara dengan

Juniati, 2020).

Perekrutan instruktur dari luar (swasta) dilakukan

langsung oleh pihak UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten,

dengan mengikuti standar kompetensi yang ditentukan.

Biasanya juga UPTD mencari instruktur melalui UPTP atau

UPTD daerah lain, atau perusahaan-perusahaan yang

memiliki program pelatihan. Berbeda dengan perekrutan

instruktur ASN yang hanya dapat dilakukan oleh

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui BKD

(badan kepegawaian daerah) atau BKN (badan

kepegawaian negara), jadi pihak UPTD hanya dapat

mengajukan permintaan instruktur kejuruan tertentu ke

BKD atau BKN, karena UPTD tidak memiliki wewenang

atas perekrutan instruktur ASN.

“...yang bisa mengadakan instruktur harus BKD atau

BKN. Nah itu kalo instruktur yang PNS, kita hanya

sekedar mengajukan ke BKD, kalo instruktur swasta kita

yang merekrut” (wawancara dengan Nana Murdiana,

2021).

Program pelatihan menjahit merupakan salah satu

program yang hanya memiliki satu instruktur dan termasuk

golongan instruktur non ASN. Instruktur tersebut bernama

Mega Putri, beliau adalah seorang asesor menjahit, beliau

juga menjadi instruktur di LPK (lembaga pelatihan kerja)

74

miliknya sebelum direkrut menjadi instruktur menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Ada juga beberapa program pelatihan yang memiliki

2 instruktur dan 1 toolman. Toolman dapat diartikan

sebagai asisten instruktur, di mana tugasnya membantu

instruktur secara teknis, seperti membantu instruktur pada

materi praktek dalam kelas atau bengkel. Biasanya toolman

yang direkrut adalah alumni UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten, artinya mereka yang dahulu pernah mengikuti

pelatihan di UPTD serta memiliki kompetensi metodologi

dan teknis cukup baik.

“Toolman itu asisten saja, asistennya, yang pertama

kerjaannya merapikan peralatan, menyiapkan ruang

kelas, kaya gitu-gitu kan toolman. Kemudian membantu

instruktur kan anggaplah asdos nyiapin infokus atau

apalah gitu. Ada juga toolman itu kadang, kalo si

toolmannya sudah bagus sudah dipercaya, sudah dinilai

oleh instruktur tersebut mampu mengajar, bahkan

mereka dikasih kesempatan buat ngajar juga”

(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

d. Menyiapkan Fasilitas Pelatihan

a. Peralatan pelatihan: peralatan yang dibutuhkan dalam

rangka pencapaian kompetensi sebagaimana yang

ditetapkan dalam kurikulum pelatihan menjahit.

Peralatan terdiri dari; mesin (mesin jahit), peralatan

tangan (handtools), alat tulis, peralatan dan fasilitas

pendukung lainnya serta alat-alat keselamatan kerja.

75

Sebelum digunakan dalam pelatihan, semua peralatan

dipastikan lengkap dan berfungsi dengan baik.

b. Bahan pelatihan: bahan pelatihan disediakan dalam

jumlah yang cukup dan disesuaikan dengan tujuan

kompetensi yang akan ditempuh, yang terdiri dari

bahan pelatihan untuk teori dan praktek (seperti kain,

benang, dan lain sebagainya). Sebelum digunakan,

bahan pelatihan dipastikan memenuhi syarat untuk

digunakan saat pelatihan menjahit.

c. Tempat pelatihan: tempat pelatihan disediakan

berdasarkan kebutuhan dari setiap bidang pelatihan.

Pelatihan menjahit memiliki 3 ruang, yaitu ruang

teori, ruang praktek, dan ruang inventaris atau

pajangan karya peserta pelatihan.

d. Modul: modul atau materi pelatihan merupakan bahan

pembelajaran yang disusun berdasarkan standar

kompetensi kerja. Modul PBK terdiri atas buku

informasi, buku kerja dan buku penilaian.

e. Menyusun Rencana dan Jadwal Pelatihan

Jadwal pelatihan disusun oleh ketua UPTD, dan

dikordinasikan dengan tenaga pelatih. Namun sebelumnya,

pengurus UPTD merumuskan rencana pelatihan

berdasarkan jumlah sasaran atau target peserta pelatihan.

Merumuskan jumlah target peserta pada masing-masing

program pelatihan untuk periode satu tahun. Pada tahun

76

2019 program pelatihan menjahit memiliki target peserta

sebanyak 32 orang dalam satu tahun, kemudian 32 orang

tersebut dibagi 16 orang, karena peserta dalam satu kelas

hanya16 orang, sehingga hasilnya adalah 2. Artinya

pelatihan menjahit membuka 2 paket pada tahun 2019.

Kemudian jadwal pelatihan disusun secara fleksibel,

melihat kondisi instruktur dan pendaftar pelatihan. Jadwal

pelatihan dapat berubah secara mendadak apabila

masyarakat pendaftar pada satu gelombang tertentu kurang

dari 16 orang, dengan begitu jadwal pelatihan akan

berubah, biasanya diundur ke gelombang selanjutnya.

“...misalkan gini ada contoh kasus lagi, kita udah

targetkan 12 paket, udah mengadakan seleksi, tapi

ternyata yang bisa dilaksanakan 10 paket, 2 paketnya

tuh dipending nanti diadakan lagi gelombang

selanjutnya gitu, dipending itu karna siswanya gak ada,

peminatnya gak ada, gak ada pendaftar. Kita tunggu

sampe batas akhir pendaftaran ternyata gak ada yang

daftar, trus minimal itu kan boleh kita buka 12 orang, di

bawah 12 orang itu kita pending” (wawancara dengan

Nana Murdiana, 2020).

Misalnya, dalam satu tahun UPTD membuka 5

gelombang pelatihan, kemudian rencana pelatihan menjahit

di tahun 2019 adalah 2 paket (kelas) yang dibuka di

gelombang 3 dan 4, dan ternyata pendaftar di gelombang 4

tidak mencapai jumlah peserta satu kelas, maka

pelaksanaan pelatihan menjahit bisa di undur ke gelombang

ke 5.

77

Tabel 3. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten Tahun 2018

No Nama Kejuruan Jumlah

Siswa Paket

Waktu

Pelaksanaan

1 Kejuruan Mesin Produksi 96 Orang 6 Paket 40 Hari

2 Kejuruan Computer Numeric Control 64 Orang 4 Paket 40 Hari

3 Kejuruan Autocad Manufaktur 48 Orang 3 Paket 30 Hari

4 Kejuruan LAS CO2 – MIG 48 Orang 3 Paket 40 Hari

5 Kejuruan LAS ARGON – TIG 48 Orang 3 Paket 40 Hari

6 Kejuruan LAS Listrik – SMAW 64 Orang 4 Paket 40 Hari

7 Kejuruan Otomasi Industri 64 Orang 4 Paket 40 Hari

8 Kejuruan Instalasi Penerangan 48 Orang 3 Paket 40 Hari

9 Kejuruan Instalasi Tenaga 48 Orang 3 Paket 40 Hari

10 Kejuruan Teknik Pendingin 32 Orang 2 Paket 40 Hari

11 Kejuruan Furniture 32 Orang 2 Paket 40 Hari

12 Kejuruan Autocad Gambar Bangunan 96 Orang 6 Paket 30 Hari

13 Kejuruan Menjahit 32 Orang 2 Paket 30 Hari

14 Kejuruan Kecantikan Kulit 32 Orang 2 Paket 30 Hari

15 Kejuruan Kecantikan Rambut 32 Orang 2 Paket 30 Hari

16 Kejuruan TIK - Operator Komputer 64 Orang 4 Paket 40 Hari

17 Kejuruan TIK – Multimedia 64 Orang 4 Paket 40 Hari

18 Kejuruan Teknik Sepeda Motor 32 Orang 2 Paket 40 Hari

19 Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan 32 Orang 2 Paket 40 Hari

TOTAL 976

Orang 61 Paket

20 UJI KOMPETENSI 400 Orang 20 Paket

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

78

Tabel 4. Rencana Pelatihan UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten Tahun 2019

No Nama Kejuruan Jumlah

Siswa Paket

Waktu

Pelaksanaan

1 Kejuruan Pengoperasian Mesin

Bubut dan Mesin Freis 80 Orang 5 Paket 30 Hari

2 Kejuruan Pengoperasian Mesin CNC 48 Orang 3 Paket 30 Hari

3 Kejuruan Autocad Manufaktur 48 Orang 3 Paket 25 Hari

4 Kejuruan Otomasi Industri 48 Orang 3 Paket 30 Hari

5 Kejuruan Instalasi Penerangan 48 Orang 3 Paket 30 Hari

6 Kejuruan Instalasi Tenaga 48 Orang 3 Paket 30 Hari

7 Kejuruan Teknisi Audio Video 48 Orang 3 Paket 30 Hari

8 Kejuruan Juru Las 1 GMAW 80 Orang 5 Paket 30 Hari

9 Kejuruan Juru Las 1 GTAW 32 Orang 2 Paket 30 Hari

10 Kejuruan Juru Las 1 SMAW 80 Orang 5 Paket 30 Hari

11 Kejuruan Autocad Gambar Bangunan 96 Orang 6 Paket 25 Hari

12 Kejuruan Furniture 32 Orang 2 Paket 30 Hari

13 Kejuruan Menjahit 32 Orang 2 Paket 25 Hari

14 Kejuruan Kecantikan Rambut 32 Orang 2 Paket 25 Hari

15 Kejuruan Kecantikan Kulit 32 Orang 2 Paket 25 Hari

16 Kejuruan TIK - Program Advance

Office Operator 48 Orang 3 Paket 30 Hari

17 Kejuruan TIK - Program Desain

Grafis 48 Orang 3 Paket 30 Hari

18 Kejuruan TIK - Program Animasi 48 Orang 3 Paket 30 Hari

19 Kejuruan Teknik Sepeda Motor 32 Orang 2 Paket 30 Hari

20 Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan 32 Orang 2 Paket 30 Hari

TOTAL 992

Orang 62 Paket

21 UJI KOMPETENSI (10 paket x 16 160 Orang 10 Paket 3 Hari

79

orang )

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

f. Melaksanakan Rekruitmen dan Seleksi

Rekruitmen dan seleksi merupakan proses

penyaringan awal untuk mendapatkan calon peserta

pelatihan yang memenuhi syarat normatif. Jadi, setelah

penetapan kejuruan dan program pelatihan yang akan

dilaksanakan, bagian pelatihan UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten melakukan penyebarluasan informasi

pelatihan yang akan dilaksanakan beserta persyaratan-

persyaratannya.

Informasi disebarluaskan melalui media sosial seperti

facebook dan instagram UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten. Sasaran dalam PBK adalah masyarakat wilayah

Banten, artinya masyarakat yang memiliki KTP (kartu

tanda penduduk) Provinsi Banten. Masyarakat dapat

mendaftarkan diri melalui website maupun datang langsung

ke kantor UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

Memiliki Ijazah Minimal SMP Sederajat

Berusia 17-35 Tahun Ber-KTP Provinsi Banten

Gambar 7. Persyaratan Pelatihan

Persyaratan Pelatihan

80

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan

metode seleksi. Metode seleksi yang digunakan adalah tes

tertulis dan tes wawancara. Seleksi dilakukan untuk

mengetahui ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan

mereka tentang kejuruan yang dipilih serta mengetahui

maksud dan tujuan mereka mengikuti pelatihan. Dengan

begitu, program pelatihan akan terlaksana tepat pada

sasaran, artinya tepat pada calon peserta yang lebih

membutuhkan pemberdayaan melalui pelatihan ini.

“Mau sedikit orang mau banyak orang kita harus tes

dulu, tes tertulis, yang banyak tes wawancaranya. Ya

nanti tu tes tertulis, setelah tes tertulis mereka langsung

diwawancarai oleh instrukturnya, nah di situlah dilihat

bagaimana motivasinya dia, bagaimana keinginannya

untuk belajar, bagaimana keinginannya untuk mengikuti

keahlian yang dia pilih” (wawancara dengan Juniati,

2020).

Gambar 8. Tes Tertulis di Aula

Tes tertulis dilaksanakan di aula UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten secara bersama-sama. Aula diisi dengan

81

seluruh calon peserta pelatihan dari berbagai program

pelatihan dalam satu angkatan. Setelah tes tulis selesai,

calon peserta diarahkan ke workshop sesuai program

pelatihan yang dipilih untuk menjalani tes wawancara.

Tes wawancara dilaksanakan langsung oleh tenaga

pelatih (instuktur) menjahit, wawancara tidak dilakukan

secara bersama-sama seperti tes tertulis, akan tetapi secara

individu. Calon peserta di panggil satu persatu ke dalam

workshop menjahit untuk menerima beberapa pertanyaan

dari instruktur.

Tes wawancara sebagai metode seleksi paling efektif

dalam penerimaan peserta pelatihan, karena dengan

wawancara instruktur lebih mengetahui motivasi calon

peserta mengikuti pelatihan. Jadi, porsi penerimaan calon

peserta melalui tes wawancara lebih banyak dibandingkan

dengan tes tertulis, yang mana persentase penerimaan

peserta melalui tes wawancara adalah 70% sedangkan

melalui tes tertulis 30%. Seleksi berlangsung dalam satu

hari, namun jika jumlah pendaftar cukup banyak maka

seleksi dapat dilaksanakan lebih dari satu hari.

“Di sini, tertulis mereka di aula dibantu dengan staf

kantor yang mengawasi, setelah tertulis selesai mereka

diarahkan ke workshop masing-masing gitu, jadi one by

one, jadi kita tau fisiklinya motivasinya apa gitu...jadi

bisa dibilang tes tertulis 30%, 70%nya itu penerimaan

dari interview, dan rata-rata semua instruktur kita pake

strategi yang sama” (wawancara dengan Mega Putri,

2020).

82

Selesai, selanjutnya adalah menetapkan hasil seleksi,

di mana pihak UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

mengadakan rapat terlebih dahulu untuk menilai hasil tes

tertulis dan wawancara, agar dapat menentukan pendaftar

yang masuk kualifikasi. Peserta yang diikutsertakan untuk

mengikuti pelatihan sebanyak 16 peserta untuk satu paket,

namun biasanya pengurus menyimpan 4 sampai 5 nama

peserta lainnya untuk dijadikan cadangan. Peserta cadangan

dapat berkesempatan mengikuti pelatihan apabila salah satu

atau beberapa dari 16 peserta pelatihan ada yang tidak dapat

mengikuti pelatihan atau berhenti mengikuti pelatihan.

Kemudian jika hasil seleksi sudah ditetapkan, maka hasil

seleksi diumumkan melalui website dan media sosial UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten.

“Nah biasanya kami dari 16 anak yang dicalonkan

untuk masuk itu, kita akan cadangkan 4 atau sampe 5

mungkin, karna jaga-jaga ada yang gitu diperjalan tuh”

(wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelatihan di Dalam Ruangan (Off The Job Training)

Masa kegiatan pelatihan menjahit adalah 240 jam (30

hari), dengan jadwal pelatihan setiap hari Senin sampai

Jum’at, dimulai pukul 07.30 WIB sampai 15.15 WIB. Hari

pertama pelatihan di dalam kelas digunakan untuk

perkenalan dan brieifing. Biasanya isi briefing berupa

informasi peraturan-peraturan dan jadwal piket.

83

Materi belajar dalam kelas mulai disampaikan di hari

kedua sampai akhir. Materi praktek lebih banyak daripada

materi teori, dengan persentase 30% teori dan 70% praktek.

Instruktur juga memberikan motivasi dan mengajarkan

kedisiplinan pada peserta. Materi yang disampikan

instruktur mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan

sesuai dengan kualifikasi yang ingin di capai. Seperti yang

sudah disampaikan bahwa kurikulum yang digunakan

adalah kurikulum berstandar nasional atau disebut dengan

SKKNI.

“Hari pertama kita masih briefing, perkenalan. Hari

kedua sudah mulai masuk materi, materi itu biasa

disampaikan kurang lebih 3 minggu, setelah itu sampe

dengan akhir kita lebih banyak praktek kalo menjahit.

Praktek 70%, materi hanya 30%, kita lebih banyak

prakteknya” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

Gambar 9. Pelatihan Menjahit di Dalam Ruangan (Kelas)

Adapun apel pagi yang dilaksanakan setiap hari Senin

dan Jum’at pukul 07.15 WIB sampai 07.30 WIB. Peserta

apel terdiri dari seluruh peserta pelatihan, instruktur, dan

pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten. Agenda di

dalam apel kurang lebih sama seperti apel pada umumnya.

84

Petugas apel dipilih oleh ketua instruktur UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten secara bergantian. Pembina upacara

dan pembaca do’a dari pihak instruktur, sedangkan

pemimpin upacara, komandan barisan kejuruan, dan

pembacaan janji siswa dari pihak peserta. Kegiatan apel

sebagai sarana penyampaian motivasi dan pengetahuan

ketenagakerjaan, sekaligus sebagai media untuk

mendisiplinkan peserta pelatihan.

“...07.15 apel dulu kan bareng-bareng semua kejuruan

selama satu gelombang itu...ngasih pengarahan ke

anak-anak memberikan motivasi memberikan

pengetahuan umum tentang bagaimana berperilaku

karena itu yang agak susah membentuk orang gitu”

(wawancara dengan Juniati, 2020).

Gambar 10. Apel Pagi

Kemudian, setelah apel seluruh peserta beranjak ke

kelas atau workshop masing-masing guna melakukan

kegiatan belajar bersama instruktur. Namun, untuk hari

Jum’at ada kegiatan senam setelah apel pagi dengan

instruktur senam dari luar yang berkeahlian di bidang

senam.

85

Tabel 5. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I Tahun 2018

NO NAMA PESERTA TEMPAT/

TGL.LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT

1 Deri Rahmana Tasikmalaya, 23 Desember 1997 SMA / 2016 Poris gaga RT. -4/-1 Kel. Poris Gaga Kec. Batu

Ceper Kota Tangerang

2 Eka Dewi Miranti Aprilia Magetan, 12 April 1998 SMA / 2016 Kp. Pabuaran RT. 03/01 Kel. Manis Jaya Kec.

Jatiuwung Kota Tangerang

3 Eky Almas Oktaviani Tangerang, 28 Oktober 1995 S1 / 2017 Cilenggang RT. 07/03 Kel. Cilenggang Kec.

Serpong Kota Tangerang Selatan

4 Fadillah Hayati Tangerang, 08 November 1998 SMK / 2017 Kp. Tugu No. 28 RT. 02/13 Kel. Bugel Kec.

Karawaci Kota Tangerang

5 Fitri Andini Tangerang, 10 Januari 1999 SMK / 2017 Griya Asri Blok B-8 / 18 RT. 53/07 Kel. Jelupang

Kec. Serpong Utara Kota Tangerang Selatan

6 Kurniawati Tangerang, 20 Agustus 1994 SMA / 2013 Kp. Sepatan Masjid RT. 03/02 Kel. Pondok Jaya

Kec. Sepatan Kabupaten Tangerang

7 Maya Sari Cirebon, 12 Desember 1995 SMK / 2013 Warung mangga RT. 02/02 Kel. Panunggangan

Kec. Pinang Kota Tangerang

8 Muhammad Fazri Tangerang, 19 Februari 1999 SMA / 2017 Kp. Setu RT. 15/04 Kel. Setu Kec. Setu Kota

Tangerang Selatan

9 Nafisatul Khairiyah Tangerang, 06 September 1995 SMA / 2013 Jl. Kavling Pemda I No. 5 RT. 06/05 Kel.

Panunggangan Barat Kec. Cibodas kota Tangerang

10 Nuning Aristawidyastuti Wirasaba, 15 Januari 1979 SMA / 1997 Pondok Pakulonan RT. 02/04 Kel. Pakualam Kec.

Serpong Utara Kota Tangerang Selatan

11 Rini Ambarwati Tangerang, 14 Februari 1998 SMK / 2015 Prm. Daon Indah Prima BLK.A-5/16 RT.04/06 Kel.

Daon Kec. Rajeg Kabupaten Tangerang

86

12 Sahroni Tangerang, 20 November 1994 SMK / 2012 Jl. Masjid RT. 06/05 Kel. Pondok Kacang Barat

Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

13 Siti Munawaroh Tangerang, 01 April 1998 SMK / 2016 Kp. Pasirandu RT. 03/03 Kel. Kadu Kec. Curug

Kabupaten Tangerang

14 Siti Salsabila Jakarta, 25 Agustus 1997 SMK / 2015 Kp. Pabuaran RT. 02/01 Kel. Paku jaya Kec.

Serpong Utara Kota Tangerang Selatan

15 Suadah Serang, 17 Oktober 1995 SMK / 2014 Link. Nancang Masjid RT. 05/03 Kel. Karundang

Kec. Cipocok Jaya Kota Serang

16 Uswah Ulya Tangerang, 02 November 1999 SMK / 2017 Jl. Delima II Blok D-1/15 Bumi Asri RT. 01/17

Kel. Kutabumi Kec. Pasar Kemis Kota Tangerang

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 6. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II Tahun 2018

NO NAMA PESERTA TEMPAT/

TGL.LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT

1 Ahmad Junaidi Tangerang,02 Oktober 1989 SMK / 2005 Kp. Cirarab Curug RT. 02/04 Kel. Palasari Kec.

Legok Kabupaten Tangerang

2 Edi Setiawan Serang,17 November 1992 SMK / 2010 Kp. Katapura RT. 06/03 Kel. Tambiluk Kec. Petir

Kabupaten Tangerang

3 Ega Rizki Ananda Tangerang,09 Oktober 1997 SMA / 2015 Cimone RT. 05/09 Kel. Cimone Kec. Karawaci

Kota Tangerang

4 Haerul Anwar Tangerang,12 Maret 1989 SMK / 2009 Kp. Rancagong RT. 02/01 Kel. Rancagong Kec.

Legok Kabupaten Tangerang

5 Hijja A’Biyani Jakarta,24 Mei 1995 SMA / 2014 Taman Adiyasa Blok P . 13/13 RT. 06/07 Kel.

Cikuya Kec. Solear Kabupaten Tangerang

87

6 Irham Mahfud Tangerang,02 Januari 1994 SMK / 2012 Kp. Sepatan Sulang RT. 05/04 Kel. Sepatan Kec.

Sepatan Kabupaten Tangerang

7 Moh. Rijal Lebak,23 April 2000 SMK / 2018 Kp. Lebak Sawo RT. 12/05 Kel. Sindanglaya Kec.

Cinangka Kabupaten Serang

8 Riri Apriliyanti Tangerang,04 April 1999 SMK / 2018 Jl. MH Thamrin RT. 06/02 Kel. Cikokol Kec.

Tangerang Kota Tangerang

9 Rizal Syaiful Akbar Tangerang,16 Januari 2000 SMK / 2017 Kp. Ciledug RT. 01/03 Kel. Perigi Baru Kec.

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

10 Samsiyah Tangerang,09 September 1995 SMK / 2015 Kp. Pos Bitung RT. 02/04 Kel. Kadu Kec. Curug

Kabupaten Tangerang

11 Septiansyah Tangerang,09 September 1998 SMK / 2017 Kp. Ciledug RT. 02/03 Kel. Perigi Baru Kec.

Pondok Aren Kota Tangerang Selatan

12 Sigit Nur Alfian Tangerang,03 Oktober 1994 SMK / 2013 Kp. Dumpit RT. 03/07 Kel. Gandasari Kec.

Jatiuwung Kota Tangerang

13 Siti Nurlita Tangerang,06 Januari 1983 SMK / 1999 Kamurang Atas RT. 05/01 Kel. Pakualam Kec.

Serpong Utara Kota Tangerang Selatan

14 Sri Wahyuni Serang,22 Maret 1995 S1 / 2017 Kp. Wadas RT. 04/01 Kel. Sindangsari Kec. Petir

Kabupaten Serang

15 Suci Magfiroh Jakarta,02 Mei 1997 SMK / 2015 Perum Rajeg Asri Blok E – 07 / 18 RT. 15/02

Kel. Rajeg Kac. Rajeg Kabupaten Tangerang

16 Weni Amiroh Rohmah Tangerang,16 November 1985 SMK / 2004 Kp. Babakan RT. 04/03 Kel. Babakan Kec. Setu

Kota Tangerang Selatan

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

88

Tabel 7. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan I Tahun 2019

NO NAMA PESERTA TEMPAT/

TGL.LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT

1 Ade Yulia Tangerang, 06 Juli 1999 MAN / 2017 Poris Gaga Baru RT. 004/001 Kel. Poris Gaga

Baru Kec. Batu Ceper Kota Tangerang

2 Ayu Wulandari Pemalang, 13 September 2001 SMK / 2019 Kp. Buaran RT. 003/001 Kel. Pakujaya Kec.

Serpong Utara Kota Tangerang Selatan

3 Cahyaning Maslakhah Malang, 25 Juni 1998 SMK / 2016 Kp. Lebak RT. 004/002 Kel. Karet Kec. Sepatan

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

4 Dinda Kornelia Vinadani Purworejo, 09 Desember 1999 SMA / 2018 Ciujung Damai Blok D1 No.15 RT.003/002 Kel.

Kendayakan Kec. Kragilan Kab Serang

5 Hentina Awalia Fitriani Lampung, 11 Februari 2006 S1 / 2018 Griya Merpati Mas Blok C37 No.16 RT.007/005

Kel. Gembor Kec. Periuk Kota Tangerang

6 Iva Puspita Banda Aceh, 14 Maret 1983 S1 / 2009 Komp. Puspitek Blok 1 A4 RT.012/006 Kel. Setu

Kec. Setu Kota Tangerang Selatan

7 Lusi Maharani Tangerang, 15 Desember 1999 SMP / 2016 Kp. Ranca Buaya RT. 005/002 Kel. Ancol Pasir

Kota Tangerang

8 Muhammad Rafi Ruslan Tangerang, 29 Oktober 1999 MAN / 2017 Kp. Ledug RT.001/006 Kel. Keroncong Kec.

Jatiuwung Kota Tangerang

9 Putri Arni Jakarta, 07 September 1995 SMK / 2013 Link Kaliwadas RT005/006 Kel. Lopang Kec.

Serang Kota Serang

10 Reni Apriyani Lebak, 16 April 1996 SMK / 2014 Kp. Babakan Sepur RT001/004 Kel. Jatimulya

Kec. Rangkabitung Kota Tangerang

11 Rizka Fitriani Bekasi, 8 Oktober 1999 SMK / 2017 Jl. GN. Tambora Raya K. 39 C / 8 RT. 004/002

Kunciran Indah Kec. Pinang Kota TangeranG

89

12 Sarwiti Karbui Tangerang, 21 Januari 1995 SMK / 2013 Kp. Baru Babakan RT.007/003 Kel. Babakan Kec.

Tangerang Kota Tangerang

13 Selawati Serang, 22 Desember 2000 SMK / 2019 Kp. Cigoer Timur RT.003/003 Kel. Nyapah Kec.

Walantaka Kota Tangerang

14 Yani Ananda Tangerang, 30 Nopember 1996 SMA / 2015 Komplek Sitanala RT.001/013 Kel. Karang Sari

Kec. Neglasari Kota Tangerang

15 Yoga Parsaulian

Tampubolon Tangerang, 26 Maret 1996 SMA / 2013

Kp. Gardu RT003/001 Kel. Buaran Kec. Serpong

Kota Tangerang Selatan

16 Yuyun Ernawati Bogor, 18 Juli 1979 SMK Kp. Ciater Barat RT.001/001 Kel. Ciater

Kec.Serpong Kota Tangerang Selatan

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 8. Nominatif Peserta Pelatihan Menjahit Angkatan II Tahun 2019

NO NAMA PESERTA TEMPAT/

TGL.LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT

1 Ardian Saputra Tangerang, 30 September 1999 SMK / 2018 Kp. Pagedangan RT. 04/01 Kel. Cicalengka Kec.

Pagedangan Kabupaten Tangerang

2 Elis Safitri Cilegon, 01 Desember 2000 SMK / 2019 Kp. Silabu tegal RT.04/02 Kel. Silabu Kec.

Kragilan Kabupaten Serang

3 Fisonia Grendys Tangerang, 04 Januari 2002 SMK / 2019 Kp. Situ Gadung RT. 001/002 Kel. Situ gadung

Kec. Pagedangan Kabupaten Tangerang

4 Indit Yuliani Tangerang, 21 Juli 1998 SMK / 2016 Rajeg asri C-08/13 RT.03/01 Kel. Rajeg Kec.

Rajeg kabupaten Tangerang

5 Kavivah Sivaur Rahmah Tangerang, 10 Maret 2001 MA / 2018 Persada raya blok I.3 No. 25 RT.08/08 Kel.

Gembor Kec. Periuk Kota Tangerang

90

6 Lina Hartati Cilegon, 15 November 2001 MA / 2019 Link. Rumanuju baru RT.02/09 Kel. Citangkil

Kec. Citangkil Kota Cilegon

7 Nining Nurafriyani Tasikmalaya, 10 Juli 1992 MTS / 2008 Jl. Suka mulya RT. 01/08 Kel. Serua Indah Kec.

Ciputat Kota Tangerang Selatan

8 Nur Alfiyatullailah Serang, 29 April 1998 D3 / 2019 Bukit permai blok J No. 18 RT.03/15 Kel. Serang

Kec. Serang Kota Serang

9 Purwanti Tappilina, 03 Agustus 2000 SMK / 2018 Jl. Parkit 6 E-12/18 RT.10/10 Kel.Kuta baru Kec.

Pasarkemis Kabupaten Tangerang

10 Putri Intan Sukmawati Bojonegoro, 27 Januari 2000 SMA / 2017 Jl. Pinang No. 12 RT.02/02 Kel. Pamulang Timur

Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan

11 Ristian Utami Tangerang, 01 November 1989 D3 / 2011 Jl. Panglima polim RT.01/02 Kel. Poris Plawad

Utara Kec. Cipondoh Kota Tangerang

12 Siti Nur Khodijah Tangerang, 14 November 2001 SMK / 2019 Wrung Manggah RT.02/01 Kel. Panunggangan

Kec. Pinang Kota Tangerang

13 Syihabuddin Lebak, 26 April 1996 SMK / 2015 Kp. Cisonggom RT.04/01 Kel. Parungsari Kec.

Sajira Kabupaten Lebak

14 Tatang Sutarya Lebak, 25 Maret 1997 SMA / 2016 Kp. Panyandungan RT.07/01 Kel. Binong Kec.

Maja Kabupaten Lebak

15 Tedi Hardiansyah Tangerang, 11 September 1999 SMK / 2017 Kp. Kebon RT.02/01 Kel. Rancaiyuh Kec.

Panongan Kabupetan Tangerang

16 Zaenal Firdaus Pandeglang, 02 Februari 2001 SMK / 2019 Kp. Cipicung RT.01/05 Kel. Kariyasari Kec.

Cikedal Kabupaten Tangerang

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

91

Tabel 9. Kurikulum Pelatihan Menjahit UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten

NO UNIT KOMPETENSI KODE UNIT JAM PELATIHAN

PENGE

TAHUAN KETE

RAMPILAN JUMLAH

I

KELOMPOK UNIT KOMPETENSI UMUM

1 Outbound Management

Training (OMT) 8 0 8

2 Peraturan Baris Berbaris (PBB) 0 8 8

3

Mengikuti Prosedur Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di

Tempat Kerja

TBS.MP01.001.01 5 3 8

4 Melaksanakan Pelayanan Prima TBS.MP01.002.01 5 3 8

5 Membaca Sketsa Mode/Paham

Gambar TBS.MP01.003.01 12 8 20

Jumlah II 30 22 52

II

KELOMPOK UNIT KOMPETENSI INTI

1 Mengukur Tubuh TBS.MP02.005.01 8 18 26

2 Membuat Pola Pakaian I TBS.MP02.006.01 8 18 26

3 Membuat Pola Pakaian II TBS.MP02.007.01 8 18 26

4 Merancang Kebutuhan Bahan

Pakaian TBS.MP02.008.01 8 18 26

5 Memotong Bahan Pakaian TBS.MP02.009.01 8 18 26

6 Menjahit Dengan Mesin II TBS.MP02.010.01 8 18 26

Jumlah II 48 108 156

III

KELOMPOK UNIT KOMPETENSI KHUSUS

1 Mengoperasikan Beberapa

Mesin Jahit TBS.MP03.001.01 8 12 20

Jumlah III 8 12 20

IV

EVALUASI PROGRAM PELATIHAN

1 TEST - 4 4 8

2 Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan - 4 0 4

Jumlah IV 8 4 12

JUMLAH I s/d IV 240

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

92

Program pelatihan menjahit memiliki 3 ruang (kelas)

dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu; ruang pertama

adalah ruangan untuk materi, ruang kedua adalah ruangan

untuk praktek, dan ruang ketiga adalah ruangan untuk

penyimpanan inventaris mesin sekaligus penyimpanan hasil

karya jahitan para peserta.

Setiap ruangan sudah dilengkapi dengan fasilitas

sesuai kebutuhan dan fungsi dari ruangan tersebut, karena

proses belajar mengajar ilmu pengetahuan menjahit lebih

intens di lakukan di dalam ruangan. Namun, biasanya

instruktur juga memberi tugas pekerjaan rumah (PR)

kepada peserta untuk membuat makalah tentang fashion

yang lagi trending. Hal tersebut dapat dibilang proses

belajar di luar ruangan dan tanpa melibatkan instruktur, ini

dilakukan guna memperluas pengetahuan peserta seputar

pengetahuan jahit-menjahit, fashion atau model desain, dan

tekstil.

“Menjahit punya 3 ruang, ini ruang materi, sebelah

ruang praktek, sebelah lagi ruang pajangan kita sama

ruang naro alat..kadang saya suka kasih PR bikin

makalah seputar fashion terbaru saya bilang gitu, ya itu

paling itu bahan yang mereka searching di luar. Jadi

saya suka minta ‘trendingnya fashion sekarang siapa

desainer yang kamu suka siapa, tolong bikin makalah

itu, kumpulkan’ gitu. Jadi biar wawasan mereka juga

terbuka gitu” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

93

Gambar 11. Ruangan Pelatihan Menjahit

Keterangan: ruang teori, ruang praktek, ruang penyimpanan

Peserta pelatihan terdiri dari berbagai macam latar

belakang, ada yang dari SMA, SMK, Sarjana Tingkat 1,

kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Begitupun

dengan kemampuan atau daya tangkap belajar mereka yang

berbeda-beda, ada yang mudah memahami materi yang

diberikan, dan ada juga yang sulit untuk memahami materi.

Oleh karena itu, apabila ada peserta yang mengalami

kesulitan memahami pelajaran menjahit, maka instruktur

memberikan motivasi lebih serta memberikan pelatihan

privat di waktu istirahat. Jadi, ketika waktu istirahat kurang

lebih selama satu jam, peserta mendapat jam pelajaran

tambahan dari instruktur, guna membantu pemahaman

peserta atas materi yang belum dipahami.

94

“ada yang begitu, dari orang yang gak mampu. Pernah

kejadian nih, dia ke sini ya karna emang pengen

pelatihan tapi memang daya tangkapnya lemah banget,

lulusan SMA, tapi ya dia daya tangkap yah. Mau kita

ajarin cara yang mudah cara yang pelan-pelan tapi

tetep gak ngudeng anaknya, itu ada yang kaya gitu.

Lebih saya kasih privat kalo saya, jadi ketika anak-anak

istirahat dia saya panggil, dia saya ajarin khusus”

(wawancara dengan Mega Putri, 2020).

Sebelum peserta menerima materi dari instruktur di

dalam kelas ataupun bengkel, mereka juga menerima

pelatihan-pelatihan di luar ruangan, berupa pelatihan fisik

dan mental guna membentuk peserta menjadi tenaga kerja

yang kompeten. Kegiatan tersebut adalah:

1) Kegiatan Outbound Management Training (OMT):

merupakan kagiatan outbound untuk seluruh peserta

pelatihan satu angkatan, yangdilaksanakan di hari

kedua masa pelatihan, di lingkungan UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten selama satu hari penuh.

Kegiatan ini dipimpin oleh instruktur bidang

outbound yang didatangkan langsung dari Badan

Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten.

Outbound yang dilakukan seperti kegiatan outbound

pada umumnya, hanya saja dilakukan di UPTD bukan

di hutan atau gunung. Tujuan kegiatan ini adalah

untuk membangun karakter peserta dalam kerja sama

tim, agar mereka mampu berkomunikasi baik sesama

95

rekan kerja dan berani mengutarakan ide atau

gagasannya dalam berkelompok.

“Apa sih fungsinya, pertama mereka mengenal

lingkungan mengenal rekan orang-orang di

sebelahnya kan, trus mereka berani meluapkan

gagasan idenya, kurang lebih seperti outbound lah

cuma bedanya kita di sini. Full satu hari, itu

instrukturnya langsung dari Badan Diklat Provinsi

yang spesialis outbound” (wawancara dengan

Nana Murdiana. 2020).

Gambar 12. Kegiatan Outbound Management Training

2) Kegiatan Fisik Mental Disiplin (FMD): merupakan

kegiatan untuk melatih fisik, mental, dan disiplin

para peserta pelatihan dari seluruh program

pelatihan dalam satu angkatan. Kegiatan ini

dilakukan di hari pertama masa pelatihan, selama

satu hari penuh. Pelatih atau instruktur untuk

kegiatan ini bukanlah instruktur UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten, tetapi instruktur dari luar

yaitu dari TNI (tentara nasional Indonesia).

Biasanya kegiatan yang dilakukan seperti baris-

berbaris, penyuluhan dan motivasi bagaimana

96

menjadi tenaga kerja yang disiplin, dan berakhlak

baik pada pimpinan maupun sesama pekerja.

Semua ini dilatih langsung oleh TNI, di

lingkungan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten.

“Nah kita juga makanya, pelatihan kita di sini

sebelum masuk ke bengkel itu kita ada pelatihan

fisik mental disiplin, FMD dulu namanya, kita

pake istilah FMD (fisik mental disiplin)..pelatihan

baris-berbaris dari TNI kita ambil untuk merubah

disiplin dulu ini biar punya fisik bagus dulu nih

mentalnya bagus dulu, keterampilan ngikut nanti.

Gak lama, Cuma satu hari full dari pagi sampe

sore, hari pertama” (wawancara dengan Juniati,

2020).

Gambar 13. Kegiatan Fisik Mental Disiplin

Jadi, peserta tidak hanya mengikuti pelatihan di

dalam rungan (kelas) saja. Peserta juga mengikuti kegiatan

lain yang dilaksanakan di luar kelas, sebelum pelatihan di

dalam kelas, yaitu; FMD yang dilaksanakan di hari pertama

dan OMT yang dilaksanakan di hari kedua. Dua hal ini

dapat dikatakan sebagai bentuk pelatihan, pelatihan untuk

fisik, mental, disiplin, dan sikap terhadap rekan kerja.

97

b. Penilaian

Penilaian berbasis kompetensi yang dilaksanakan

pada saat pelatihan di dalam kelas (off the job training),

merupakan rangkaian kegiatan tenaga pelatih untuk menilai

atau memutuskan pencapaian kompetensi dari peserta

pelatihan. Dalam proses tersebut tenaga pelatih melakukan

pengumpulan informasi atau pengujian selama proses

pelatihan berlangsung, sehingga tenaga pelatih akan

memperoleh potret atau profil kemampuan setiap peserta

dalam mencapai indikator kompetensi yang telah

dirumuskan, sebagai informasi untuk menilai atau

memutuskan “kompeten atau belum kompeten”.

Metode penilaian yang digunakan untuk mengukur

capaian kompetensi peserta adalah dengan melakukan

pengujian, walaupun sebenarnya penilaian sudah dilakukan

instruktur selama proses pembelajaran di dalam kelas.

Pengujian dilakukan di minggu akhir masa pelatihan, yaitu

pengujian teori dan praktek. Biasanya ujian praktek

pelatihan menjahit adalah membuat suatu pakaian dengan

batas waktu yang telah ditetapkan. Penilaian kemampuan

peserta dilakukan langsung oleh instruktur, sehingga

penerbitan sertifikat berdasarkan laporan hasil nilai dari

instruktur juga.

“Kalo menjahit, saya ada ujiannya. Jadi misal di

minggu terakhir pelatihan itu ujian membuat kemeja

durasi saya kasih 3 jam, itu mereka harus selesai.

Cuman, kembali lagi banyak faktor pendukung kan,

98

misal ujian dia gak lulus dalam 3 jam tapi penguasaan

materi dia selama 1 bulan cukup 70%, ya berarti kan

bisa dinyatakan lulus” (wawancara dengan Mega Putri,

2020).

c. Penerbitan Sertifikat

Pada prinsipnya, sertifikat pelatihan diterbitkan atas

penilaian yang sudah ditetapkan oleh instruktur, dan akan

diberikan kepada peserta pelatihan yang telah

menyelesaiakan pelatihan dan dinyatakan mencapai

kualifikasi bidang pelatihan yang diikuti.

Ada dua sertifikat yang dikeluarkan, yaitu sertifikat

pelatihan dan sertifikat kompetensi. Sertifikat pelatihan

adalah tanda bukti resmi bahwa peserta telah berhasil

menyelesaikan pelatihan menjahit, dan sertifikat diberikan

oleh lembaga pelatihan kerja (UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten). Sedangkan sertifikat kompetensi adalah tanda

bukti bahwa seseorang telah menguasai kompetensi

menjahit, dan sertifikat diterbitkan oleh lembaga sertifikasi

profesi (LSP) yang telah mendapat lisensi dari badan

nasional sertifikasi profesi (BNSP).

“Yang pasti begini, sertifikat ada dua, sertifikat

pertama menyebutkan bahwa mereka atau yang

bersangkutan pernah mengikuti kegiatan pelatihan

gituloh...dan kalo emang kalo bener-bener kebangetan

banget gak bisanya gituloh itu kita bisa tidak

mengeluarkan sertifikat...yang satu lagi sertifikat BNSP

kompetensi” (wawancara dengan Nana Murdiana,

2020).

99

Adapun peserta yang tidak mendapat sertifikat

pelatihan adalah peserta yang berhenti saat pelatihan

berlangsung, peserta yang tidak disiplin (jarang masuk dan

tidak serius dalam belajar), dan peserta dengan nilai ujian

rendah atau kualifikasi kompetensi rendah (tidak mencapai

target rencana dalam kurikulum).Sertifikat diterbitkan

setelah masa pelatihan selesai, selain itu peserta juga

diberikan uang saku sebesar Rp 300.000, sebagai bantuan

untuk modal usaha atau kerja.

“...kalo udah selesai itu nanti kita kasih uang saku, uang

sakunya itu 300...biasanya diberikannya ketika waktu

ngambil sertifikat kita kasih, anggaplah uang untuk cari

peluang kerja gitu yah ke sana ke sini” (wawancara

dengan Yogie Noegraha, 2020).

Jika peserta sudah mendapat sertifikat pelatihan dari

UPTD, maka peserta diperbolehkan mengikuti uji

kompetensi (sertifikasi) yang dinilai langsung oleh LSP

(lembaga sertifikasi profesi). Cara untuk mendapatkan

sertifikasi, peserta harus mengikuti uji kompetensi (UJK)

yang dinilai langsung oleh LSP. Namun, perlu dicatat

bahwa tidak semua peserta dapat mengikuti UJK sertifikasi

kompetensi, mengingat bahwa biaya uji kompetensi ini

cukup mahal, sedangkan anggaran UPTD terbatas. Jadi,

dalam setahun kuota peserta yang dapat mengikuti UJK

yang disediakan oleh UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

tidak banyak, artinya kurang dari jumlah seluruh peserta

pelatihan dalam satu tahun.

100

Prinsip dari uji kompetensi tidak semata-mata hanya

pemberian sertifikat kompetensi, tetapi lebih jauh dari itu.

Sertifikasi kompetensi merupakan penjaminan dan

pemeliharaan kompetensi kerja yang tunduk pada kaidah-

kaidah sistem penjaminan mutu yang berlaku secara

internasional. Biasanya peserta yang lebih diutamakan

mengikuti UJK adalah peserta dengan bidang pelatihan atau

keahlian yang sering dibutuhkan perusahaan-perusahaan,

mengingat tidak sedikit perusahaan yang mempunyai

standar kompetensi kepegawaian atau ketenagakerjaan

cukup tinggi dan mengakui sertifikat kompetensi sebagai

jaminan mutu kompetensi.

Program pelatihan menjahit merupakan pelatihan

yang jarang mendapat kuota UJK, dikarenakan menurut

analisis pengurus UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

bahwa alumni peserta pelatihan menjahit tidak lebih banyak

terserap atau bekerja ke perusahaan dibandingkan dengan

mereka yang berwirausaha atau usaha mandiri.

“Biasanya yang diUJKkan itu yang bener-bener nanti

sering dipanggil perusahaan karna legalitasnya mereka

lebih diminta lebih diutamakan...diadakan UJK

misalkan contoh menjahit tapi dia kerjanya hanya

mandiri di rumah, UJK itu setifikat itu tidak berguna

gituloh makanya kita perjelas yang mana sih yang

berguna gituloh UJK nya. UJK kan mahal ini...kalo

yang ini tuh free dibiayain sama Provinsi Banten”

(wawancara dengan Nana Murdiana, 2020).

101

3. Tahap Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mendapatkan masukan

berdasarkan temuan hasil monitoring guna penyempurnaan

penyelenggaraan pelatihan di masa mendatang. Sedangkan

monitoring dilakukan selama berlangsungnya kegiatan, mulai

dari persiapan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan hasil

pelatihan. Evaluasi dilaksanakan di akhir tahun, secara internal

dan external.

Evaluasi internal berisi laporan capaian kinerja, mulai

dari perencanaan sampai pelaksanaan pelatihan, kepada

pimpinan UPTD dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Banten (sebagai bahan laporan kepada

pimpinna tertinggi daerah: Gubernur Provinsi Banten).

Sedangkan evaluasi external dilakukan bersama mitra

kerja (pemilik perusahaan) melalui forum komunikasi industri,

di mana pihak UPTD menerima saran tentang sarana prasarana

pelatihan, kualitas alumni yang dilatih serta kebutuhan akan

bidang pelatihan yang dilatih. Evaluasi ini sebagai penilaian

dan bahan koreksi untuk kualitas pelaksanaan pelatihan.

Sebenarnya alumni yang telah usaha mandiri

(berwirausaha) atau bekerja di luar perusahaan mitra kerja

UPTD tidak tercatat oleh UPTD, karena tidak ada monitoring

antara pengurus UPTD dengan alumni setelah pelatihan

selesai. Oleh karena itu, pihak UPTD tidak memiliki data dan

tidak mendapat evaluasi dari peristiwa-peristiwa yang dialami

ataupun hasil yang dicapai alumni tersebut. Berbeda dengan

102

alumni yang hasilnya bekerja di perusahaan mitra, pengurus

UPTD memiliki data mereka karena pihak perusahaan dan

UPTD masih menjalin komunikasi perkembangan kinerja

alumni. Hal seperti ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

kualitas alumni, baik dari segi kinerja maupun sikap mereka.

“Contoh, ada pelatihan menjahit, selesai menjahit mereka

bisa buka praktek sendiri di rumah, terima jahit atau

vermak seperti itu. Itu yang sebenarnya tepat sasaran

sepertinya di situ. Iya, mereka berpikirnya mindset nya

salah, pasti di perusahaan, ga juga. Banyak yang seperti

itu sebenarnya, cuma kita tidak terrecord tidak terdaftar.

Kalo dari perusahaan kita biasanya kita ada monitoring ke

perusahaan kan, di mana alumni kita nih berapa orang

yang kerja gini gini” (wawancara dengan Akhmad Subhan

Syafa’at, 2020).

B. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten

1. Jumlah Tenaga Pelatih (Instruktur)

Kendala utama datang dari sumber daya manusia UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten, yaitu kurangnya instruktur

untuk beberapa pelatihan. Beberapa pelatihan masih ada yang

hanya memiliki satu instruktur. Salah satunya adalah program

pelatihan menjahit yang hanya memiliki satu instruktur, dan

bukan termasuk instruktur ASN. Hal ini tidak sesuai dengan

standar pelaksanaan progam PBK yang sudah ditetapkan oleh

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

103

Perlu diingat bahwa UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten merupakan lembaga pelatihan warisan dari Kementrian

Tenaga Kerja dan Transmigasi, yang kemudian diserahkan ke

Provinsi, di mana sumber daya manusianya pun warisan dari

Kemnakertrans yang masa baktinya akan habis di tahun 2022.

Oleh karena itu, sudah ada beberapa instruktur yang pensiun,

namun belum ada penggantinya. Keterbatasan instruktur di

pelatihan menjahit menjadi salah satu alasan mengapa target

sasaran (masyarakat) untuk pelatihan ini tidak banyak,

sehingga biasanya dalam satu tahun UPTD hanya membuka

dua paket pelatihan.

“...kendala yang dihadapai SDM, SDM kami sendiri. Saya

review, BLK ini adalah warisan dari kementrian...isinya

adalah orang-orang warisan dari kementrian juga yang

masa baktinya di tahun 2022 ini habis, jadi mesin bagus

tempat udah enak yang ngelatihnya gak ada. Bukan tanpa

usaha, per-2012 kita sudah majukan untuk ada regenerasi,

baru dipenuhi satu kali tahun 2015 ada 8 instruktur baru.

Dan tapi memang ada peraturan lain, peraturan Mentri

Ketenagakerjaan Nomer 8 Tahun 2017 boleh dari swasta,

boleh” (wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

2. Perawatan Peralatan Pelatihan dan Kebersihan

Ruangan (Kelas)

Alat pelatihan merupakan sarana pendukung untuk

mencapai keberhasilan pelatihan. Sehubung instruktur

pelatihan menjahit adalah instruktur non ASN, dan menurut

data yang didapat bahwa instruktur non ASN kurang

memperhatikan pemeliharaan alat-alat pelatihan, begitupun

104

dengan kerapihan dan kebersihan ruangan (kelas). Hal ini

dikuatkan dengan kehadiran instruktur non ASN ke workshop

hanya pada saat ada jadwal pelatihan saja, mengingatinstruktur

non ASN merupakan pegawai swasta yang tidak punya

tanggung jawab untuk masuk kantor setiap hari kerja seperti

pegawai negeri (ASN) pada umumnya.

“...memang dia tidak lebih tau, mereka taunya tuh datang

seleksi, ngajar, udah pulang kalo instruktur dari luar

taunya seperti itu aja. Itu yang kita keluhkan biasanya

instruktur yang dari luar, untuk perawatannya kan tidak

ada karna kan dia tidak stay loh dia datang ke sini cuma

pada saat ngajar pelatihan aja kan, kalo kita kan pegawai

sini kan ada gak ada pelatihan harus masuk, ada

jadwalnya ada kewajibannya tiap hari masuk beres-beres

workshop lah atau apalah gitu loh...makanya kadang

workshopnya berantakan tidak terawat gitu” (wawancara

dengan Nana Murdiana, 2020).

3. Seleksi Calon Peserta

Menurut data yang didapat, biasanya pendaftar pelatihan

menjahit dalam satu gelombang sebanyak 50 orang atau

bahkan lebih. Hal ini membuat instruktur menjahit kesulitan

dalam wawancara calon peserta, dikarenakan instruktur

menjahit hanya satu. Instruktur juga kesulitan dalam

menyeleksi calon peserta, mengingat ketetapan yang ada

bahwa jumlah peserta pelatihan dalam satu program pelatihan

adalah 16 orang saja, dengan tambahan 4 orang sebagai

cadangan jika ada peserta yang keluar atau dikeluarkan pada

saat mengikuti pelatihan. Sebanyak itu masyarakat yang

105

mendaftar dan dengan berbagai macam motivasi mereka,

instruktur harus lebih pintar memilih mana yang lebih

membutuhkan dan harus diprioritaskan.

Keputusan instruktur untuk menyeleksi harus mengacu

pada tujuan pelatihan, yaitu memberdayakan masyarakat dan

mengurangi pengangguran. Jadi pelatihan ini bukan sekedar

untuk mereka yang hanya iseng saja, pelatihan ini lebih

dikhususkan bagi mereka yang berada di strata ekonomi kelas

menengah ke bawah dan berkeinginan memperbaiki taraf

ekonomi mereka dengan memanfaatkan potensi yang mereka

miliki (keterampilan menjahit) nanti. Begitupun untuk

masyarakat yang ingin mengembangkan keterampilan

menjahit yang sudah dimiliki guna meningkatkan kinerja di

tempat kerja mereka.

“...makanya gunanya interview dari awal, kita tau nih anak

motivasinya sungguh-sungguh apa cuman iseng masuk

BLK. Klo iseng lebih baik gak usah diterima dari awal,

yang datang ke aula daftar itu sampe ngantri loh mba. Kita

hanya boleh satu kelas 16 orang, yang datang 50 ke atas,

kadang kita nginterview mulut juga ampe berbusah, kita

bingung gitu ya, maksudnya yang mana yang serius, yang

mana yang engga. Makanya saya kadang bilang ama orang

kantor ‘pak kalo menjahit cuma dibuka satu kelas, kalo

udah 80 100 close dong pak, saya capek nginterviewnya’”

(wawancara dengan Mega Putri, 2020).

106

4. Fasiltas Asrama

Beberapa peserta ada yang berhenti atau diberhentikan

saat masa pelatihan masih berlangsung. Biasanya peserta yang

berhenti karena keinginan diri sendiri, yang disebabkan oleh

jarak tempuh tempat tinggal dengan lokasi UPTD cukup jauh.

Oleh sebab itu mereka tidak sanggup untuk pulang pergi setiap

harinya, terutama bagi mereka mengalami kesulitan untuk

mengeluarkan biaya transportasi setiap harinya.

Pihak UPTD memang menyiapkan asrama untuk para

peserta yang bertempat tinggal cukup jauh dari lokasi UPTD.

Namun asrama yang ada pun masih belum layak untuk

dikategorikan sebagai asrama, karena masih banyak

kekurangan. Sehingga ada beberapa peserta yang tidak

mendapatkan kesempatan untuk tinggal di asrama, dan bagi

mereka yang tidak sanggup pulang pergi karena jarak tempuh

tempat tinggal yang jauh, justru memutuskan untuk berhenti

mengikuti pelatihan.

Antisipasi agar hal tersebut tidak terjadi adalah dengan

melihat tempat tinggal atau domisili mereka ketika tes

wawancara dengan instruktur. Mengingat saat itu asrama yang

ada hanya berupa gedung sederhana dengan keterbatasan

ruang tidur, dan diisi dengan fasilitas yang belum lengkap.

Maka, instruktur tidak banyak memilih calon peserta yang

berdomisili jauh dari wilayah Tangerang Selatan, untuk

mengurangi resiko berhentinya peserta di masa pelatihan.

107

“Cuma ya itu kembali lagi, kita ngeliat jarak. Kalo dia

datang dari Cilegon mau kursusnya di sini, kejauhan gak.

Kalo yang sebelumnya jauh-jauh itu mereka nginep di sini,

di sini asrama ada tapi kan, maksudnya itu dadakan

sebenernya belom pantas lah jadi asrama...karena apa, di

pertengahan dia gak bisa dateng lagi ke sini gituloh, karna

jauh...sama kadang nerima siswa juga liat-liat

asramannya, asrama ceweknya kapasitas berapa, jurusan

kan gak cuma menjait.” (wawancara dengan Mega Putri,

2020).

C. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Narasumber yang diwawancara untuk mengumpulkan data

bagian ini adalah alumni pelatihan menjahit, yang dipilih secara

random karena penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan

data kontak para alumni menjahit. Penulis mendapat data alumni

dari kantor UPTD hanya berupa data nama, tempat tanggal lahir,

pendidikan, dan alamat saja. Sedangkan data berupa kontak

mereka tidak tertera, hal ini yang membuat penulis kesulitan

untuk menghubungi alumni pelatihan menjahit. Sebenarnya

bagian pengembangan dan pemasaran mempunyai grup di

telegram yang berisikan para alumni UPTD, dan penulis sudah

beberapa kali meminta kontak alumni kepada bagian tersebut,

namun tak kunjung diberi.

Sehingga, selama ini penulis mencari kontak alumni secara

mandiri, yaitu dengan cara melakukan pencarian kontak atau

akun alumni di media sosial instagram. Di sisi lain penulis juga

mendapat kontak alumni dari instruktur menjahit, meskipun

108

hanya satu kontak. Penulis juga berusaha untuk meminta kontak

alumni pelatihan menjahit lainnya kepada narasumber (alumni)

yang sudah diwawancara. Kesulitan lain pun dialami, yaitu ada

beberapa alumni yang tidak berkenan untuk diwawancara karena

suatu alasan. Dengan keterbatasan dan kendala yang dihadapai,

akhirnya penulis dapat mengumpulkan data dari hasil wawancara

beberapa alumni pelatihan menjahit tahun 2018 dan 2019.

1. Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan

Menjahit

Dengan waktu pelatihan kurang lebih satu bulan peserta

merasakan adanya dampak transformasi pengetahuan dan

keterampilan menjahit dari instruktur kepada mereka, di mana

sebelumnya mereka tidak memiliki keterampilan sampai

akhirnya memiliki keterampilan. Kemudian, bagi mereka yang

sudah mampu menjahit mengalami peningkatan kemampuan

dalam menjahit. Keterampilan yang diperoleh peserta

merupakan keterampilan dasar, karena memang pelatihan yang

diberikan adalah pelatihan basic. Walaupun yang diperoleh

adalah keterampilan dasar, sebagian mereka ada yang berhasil

mengembangkan keteampilannya di dunia usaha.

“Perubahan apa nih, skill otomatis ada dari mereka gak

bisa jait mereka bisa bikin suatu baju, itu dari skill yah

kemampuan. Dari segi skill ya mereka dari gak bisa

masukin jarum sampe bisa jait baju. Outputnya bagus-

bagus semua tapi kadang ada juga beberapa yang masih

lemot” (wawancara dengan Mega Putri, 2020).

109

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mereka

dapatkan seperti: mengetahui jenis-jenis mesin jahit,

mengetahui peralatan menjahit dan fungsinya, mengetahui

jenis bahan, mampu mengukur badan, mampu memotong

bahan dengan benar, mampu membuat pola pakaian ataupun

tas, mampu mengoperasikan beberapa mesin jahit, sampai

akhirnya mereka mampu menjahit suatu pakaian. Banyak dari

mereka yang merasakan adanya peningkatan pengetahuan dan

keterampilan, dari yang sebelumnya tidak mampu menjahit

sampai mampu menjahit.

“Mampu praktekkan apa yang sudah saya pelajari, jadi di

rumah kan ada mesin jahit jadi saya bisa membuat kaya

masker, kaya pouch atau membuat keset, atau bisa

menjahit baju-baju yang sobek atau baju-baju yang sudah

kegedean dikecilkan” (wawancara dengan Sahroni, 2021).

“Hasil atau perubahan, yang tadinya tidak bisa menjadi

bisa menjahit dan Alhamdulillah sekarang bekerja di

bidang menjahit” (wawancara dengan Putri Arni, 2021).

Gambar 14. Hasil Karya Peserta Pelatihan Menjahit

110

2. Mendapatkan Pekerjaan

Berkat keterampilan yang diperoleh dari pelatihan

menjahit di UPTD, peserta dapat mempergunakan

keterampilannya di dunia pekerjaan. Pengurus pun

mengatakan bahwa program pelatihan kerja ini dapat

dikatakan berhasil, dengan bukti ada alumni yang berhasil

mendapat pekerjaan setelah mengikuti pelatihan menjahit, dan

hal ini sebagai capaian tujuan dari PBK, yaitu mengurangi

angka pengangguran.

“Berhasil atau tidak sebenernya jawaban yang relatif yah.

Tapi gini deh, perbandingannya kan sekarang jumlah

penganggur dengan jumlah pekerja jauh, tetapi ukurannya

mungkin begini kalo kami bisa agak sedikit bangganya.

Lulusan alumni BLK ini misal satu angkatan dari 2019 lalu

yah, dari 900 yang dilatih 600 ini berhasil ditempatkan

hampir 78%lah kita berhasil, ya cukup bangga juga lah

kita” (wawancara dengan Yogie Noegraha, 2020).

Setelah mengikuti pelatihan menjahit, beberapa peserta

mendapat pekerjaan di perusahaan sepatu, konfeksi, tempat

perjahitan kecil, dan ada juga yang bekerja dengan membuka

jasa menjahit di rumah sendiri. Namun, ada juga beberapa dari

mereka yang bekerja bukan di bidang perjahitan. Dari 10

alumni yang diwawancara terdapat 5 alumni yang berhasil

mendapat pekerjaan di bidang perjahitan, yaitu Sahroni, Irham

Mahfud, Putri Arni, Selawati dan Kavivah Sifaur Rahmah.

111

“Kalo saya sebelum mengikuti pelatihan ini saya sebagai

mahasiswi. Sekarang di konveksi ka, kerjanya menjahit

samping celana, kofeksi baju baby namanya Mery

Konveks” (wawancara dengan Putri Arni, 2021).

Tidak semua dari mereka menjadikan pekerjaannya

sebagai mata pencaharian utama, tetapi juga sebagai mata

pencaharian sampingan. Seperti Sahroni dan Kavivah yang

memiliki pekerjaan utama diluar bidang perjahitan dan

menganggap bekerja menjahit sebagai pekerjaan tambahan.

“Paling sih bantu ibu untuk membuat keset dan dijual.

Blom ada waktu untuk kerja sifting gitu blom lulus kuliah”

(wawancara dengan Sahroni, 2021).

“...sekarang operator produksi di PT. Dynaplast Jatake,

soalnya aku kerja sama latihan beda, ga sama. Contohnya

sih masih bisa bantu bude kerja jahit ya kalo emang

pesanannya banyak, tempat sendiri enggak gede cuma

beberapa orang aja biasanya” (wawancara dengan

Kavivah Sifaur Rahmah, 2021).

Tabel 10. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten Tahun 2018

No Nama Perusahaan Yang

Tes

Yang

Lulus Tes Kejuruan

1 PT. Dharma Polyplast 117 44 Semua Jurusan

2 PT. Dharma Polymetal 61 32 Semua Jurusan

3 PT. Hema Medhajaya 35 19 Semua Jurusan

4 PT. Putra Mustika Prima 15 9 Teknik Sepeda Motor

5 PT. Selindo Sejahtera 14 7 Mesin, Las, Listrik

6 PT. Softex Indonesia 144 65 Semua Jurusan

112

7 PT. Indonesia Teijin Film

Solutions 126 43 Listrik, Otomasi Industri

8 PT. Roda Prima Lancar 210 121 Mesin, Las, CNC

9 PT. Azet Surya Lestari 17 11 Listrik, Las, Mesin

10 PT. Sarana Bangun Prima 4 2 Manufacture, Las, Tenaga

11 PT. H&K Manufacturing 15 1 Las, Mesin

12 PT. Trisinar Indophatama 28 12 Mesin, CNC

13 PT. Pacinesia Chemical 29 8 Mesin, Listrik

14 PT. Nihon Pandu Dayatama 12 4 Listrik, Mesin

15 PT. Indo Taichen Tex 5 2 Las

16 PT. Indonesia Polyurethane 7 3 Mesin

17 PT. Indo Tirta Abadi 122 42 Semua Jurusan

18 PT. Multi Unggul Teknik 4 2 Las

19 PT. Alam Lestari Unggul 35 12 Las, Mesin

20 PT. Darta Prima Sinergi 50 23 Semua Jurusan

21 PT. Genindo Berkat Utama 22 5 Komputer dan Listrik

22 PT. Pacinesia Chemical

Industry 29 11

Teknik Pendingin, Las,

Tekmek

23 PT. Indonesia Teijin Film

Solutions 17 5 Mesin CNC

24 PT. Indo Tirta Abadi 15 12 Semua Kejuruan

25 PT. Tifico 19 5 Mesin Produksi

26 PT. Sierad Produce 33 5 Otomasi Industri dan Listrik

27 PT. Seelindo Sejahtera 11 2 TIK dan Autocad Civil

28 PT. Presindo Central 21 9 CNC, Otomasi Industri

29 PT. Kukdong Perdana Mulia 28 14 Las dan Mesin Produksi

30 PT. Belina Tbk 37 23 CNC, Autocad Manufacture,

Mesin Produksi

31 PT. Ines 4 1 Las Argon

32 PT. Ace Hardware Indonesia

Tbk (Kawan Lama Group) 32 6

Autocad civil, Listrik &

Furniture

33 PT. HTP Metal Works 55 30 Las, Mesin, CNC dan

Listrik

113

34 PT. Indofood Sukses

Makmur 11 4 Las, Listrik, Mesin

35 PT. Sumber Daya dan

Mandiri 9 2 Las Listrik

36 PT. Chinta Baskara 15 2 Mesin Produksi

37 PT. Galih Sekar Sakti 17 4 Mesin Produksi dan

Komputer

38 PT. Arlinda Putra 16 10 Semua Jurusan

39 PT. Urecel Indonesia 29 8 Menjahit, Listrik dan Mesin

Jumlah 1470 620

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Tabel 11. Data Penempatan Tenaga Kerja UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten Tahun 2019

No Nama Perusahaan Yang

Tes

Yang

Lulus Tes Kejuruan

1 PT. Arlinda Putra 30 15 Semua Jurusan

2 PT. ACE Hardware

Indonesia 18 8 Listrik dan Las

3 PT. Serasi Maharaya 8 4 Listrik

4 PT. JS Utama 18 10 Mesin Produksi, CNC,

Otomasi

5 PT. Urecel Indonesia 4 2 CNC

6 PT. Softex Indonesia 82 44 Semua Kejuruan

7 PT. Indonesia Teijin Film

Indonesia 35 8

Mesin Produksi dan

Listrik

8 PT. HTP Metal Works 55 30 Mesin Produksi, Las,

Listrik

9 PT. Roda Prima Lancar 255 200 Mesin, Las, CNC,

Otomotif

10 PT. Galih Sekar Sakti 17 4 Listrik dan Mesin

Produksi

11 PT. Bika Parama Cipta 17 8 Menjahit dan Furnitur

114

12 PT. Talkindo Selaksa

Anugrah 6 3 Otomasi dan Listrik

13 PT. Sinar Quality

Internusa 13 7 Las, Mesin, Otomotif

14 PT. Genindo Berkat

Utama 8 4 Listrik dan Komputer

15 PT. Mentari Metal

Pratama 20 10 Las

16 PT. Premiera Nusantara 10 5 Las dan Mesin

17 PT. Cenerico Sukses

Sentosa 8 4 Las, CNC, Mesin

18 PT. Kohlerindo Prima 4 2 Mesin, Listrik, Otomotif

19 PT. Panelindo Graha

Nusantara 10 6 Las, Mesin

20 PT. Yontomo Sukses

Abadi 8 5 Las, Mesin, Listrik

21 PT. Supra Teratai Metal 6 2 Las dan Listrik

22 PT. Multi Hidrachrome

Industri 15 8 CNC dan Komputer

23 PT. Indo Tirta Abadi 20 10 Semua Kejuruan

24 PT. Suma Global

Teknindo 10 5 Mesin, Listrik

25 PT. Phooje Corner 10 4 Kecantikan

26 PT. Modena Indonesia 20 10 Listrik

27 PT. Prakarsa Langgeng 9 6 Las dan Autocad

28 PT. Star Jaya Lestari 12 8 Las

29 PT. Guna Diesel 6 3 Mesin

30 PT. Presindo Central 15 6 Multimedia

31 PT. Andala Valvo

Flokontrol 10 5 CNC

32 PT. Mega Ligterindo

Internusa 46 15 Las dan Komputer

33 PT. Kobe Boga Utama 24 12 Las dan Mesin

34 PT. Wahana Makmur

Sejati 61 40 Otomotif

35 PT. Keramindo Megah

Pertiwi 18 4 Listrik dan Otomasi

115

36 SS Solution 10 6 Listrik

37 PT. Cipta Cahaya

Nusantara 29 15 Listrik dan Otomasi

38 PT. Sinar Masanda

Industri 10 6 Mesin dan Autocad

39 PT. Hema Medhajaya 12 2 Autocad

40 PT. Aneka Komkar Utama 15 2 Autocad

41 PT. Heksa Mandiri Utama 8 1 Las

42 PT. Loka Ganda Artha 15 6 Las dan Komputer

43 PT. Bina Sahabat Sejati 20 6 Las dan Mesin

44 PT. Multi Welindo 14 6 Las

Jumlah 1040 563

Sumber: Dokumen UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut data di atas, ada beberapa alumni pelatihan

menjahit yang berhasil bekerja di perusahaan yang telah

bekerjasama dengan UPTD, namun tidak sebanyak kejuruan lain.

Hal ini dikarenakan memang tidak banyak perusahan bidang

perjahitan, dan kurangnya minat pelaku usaha pada bidang

perjahitan.

3. Meningkatkan Penghasilan

Menurut data hasil wawancara terdapat dampak dari

pekerjaan yang peserta dapatkan setelah mengikuti pelatihan,

yaitu mereka mendapatkan penghasilan, sebelumnnya tidak

mempunyai penghasilan karena tidak bekerja, sampai akhirnya

dapat memiliki penghasilan dari pekerjaannya. Adapun data

lain dari sebagian mereka yang sebelumnya memang

mempunyai pekerjaan, mereka menyatakan bahwa penghasilan

mereka sekarang lebih besar dibandingkan dengan penghasilan

sebelum mereka mengikuti pelatihan menjahit di UPTD.

116

Dengan begitu, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari baik kebutuhan untuk diri sendiri maupun

kebutuhan keluarga.

“Pekerja home industri. Sekarang kerja di PT Agung Pelita

Industrindo Serpong, bagian desain untuk sepatu

aja...sebelum 1,5 juta, sekarang 6 juta” (wawancara

dengan Irham Mahfud, 2021).

“Melatih exkul. Sekarang kerja di PT Nikomas Gemilang,

jahit sepatu tapi bagian finishing...sebelum 200 ribu,

sesudah kerja 4,2 juta” (wawancara dengan Selawati,

2021).

Tabel 12. Hasil Wawancara Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten Tahun 2018-2019

No Biodata (Nama,

Usia/Status, Pekerjaan)

Pekerjaan & Penghasilan

Sebelum Ikut Pelatihan

Pekerjaan & Penghasilan

Sesudah Ikut Pelatihan

1. • Eky Almas Oktaviani

(Angkatan 1 2018)

• 25 Tahun/Lajang

• Karyawan Hush Puppies

(admin e-commerce)

• Kerja di bank • Kerja di Hush Puppies

(admin e-commerce)

• Lebih besar setelah

mengikuti pelatihan

2. • Sahroni (Angkatan 1

2018)

• 26 Tahun/Lajang

• Barberman, kuliah

• Barberman

• Rp2.000.000,- s/d

Rp3.000.000,-

• Barberman, menjahit

keset di rumah bantu

orang tua (tambahan),

kuliah

• Barberman:

Rp2.000.000,- s/d

Rp3.000.000,- dan

Menjahit keset:

Rp500.000,-

3. • Deri Rahmana (Angkatan

1 2018)

• 23 Tahun/Lajang

• Pekerja Seni (Ngamen)

• Pekerja seni

• Rp3.000.000,-

• Pekerja seni

• Rp3.000.000,-

117

4. • Irham Mahfud (Angkatan

2 2018)

• 27 Tahun/Menikah: 1

anak

• Karyawan PT. Agung

Pelita Industrindo

(designer sepatu)

• Pekerja home industry

• Rp1.500.000,-

• Karyawan PT. Agung

Pelita Industrindo

(designer sepatu)

• Rp6.000.000,-

5. • Cahyaning Maslakhah

(Angkatan 1 2019)

• 21 Tahun/Lajang

• Guru privat, kuliah

• Buruh pabrik

• Rp4.000.000,-

• Guru (mengajar privat),

kuliah

• Rp1.000.000,-

6. • Putri Arni (Angkatan 1

2019)

• 25 Tahun/Lajang

• Karyawan Mery

Konveksi (menjahit),

kuliah

• Tidak bekerja (kuliah)

• Tidak ada penghasilan

• Karyawan Mery

Konveksi (menjahit),

kuliah

• Rp2.200.000,- (50% gaji

pokok)

7. • Selawati (Angkatan 1

2019)

• 20 Tahun/Lajang

• Karyawan PT. Nikomas

Gemilang (menjahit

sepatu)

• Pelatih Extrakurikuler

• Rp200.000,-

• Karyawan PT Nikomas

Gemilang (menjahit)

• Rp4.200.000,-

8. • Dinda Kornelia Vinadani

(Angkatan 2019)

• 21 Tahun/ Lajang

• Guru TPA (mengajar)

• Guru TPA

• -tidak ada jawaban

• Guru Ngaji

• -tidak ada jawaban

9. • Nur Alfiyatullailah

(Angkatan 2 Tahun 2019)

• 22 Tahun/Lajang

• Konsultan di PUPR

(Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat)

• Tidak bekerja (kuliah)

• Tidak ada penghasilan

• Konsultasn di PUPR

(Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat)

• Rp2.500.000,-

10. • Kavivah Sifaur Rahmah

(Angkatan 2 2019)

• 19 Tahun/Lajang

• Karyawan PT. Dynaplast

Jatake (operator produksi)

• Tidak bekerja (baru lulus

sekolah)

• Tidak ada penghasilan

• Karyawan PT. Dynaplast

Jatake (operator

produksi), karyawan

menjahit (tambahan)

• Operator produksi:

118

Rp 3.000.000

Menjahit: Rp 300.000 s/d

Rp 400.000 (tidak penuh

gaji pokok)

Keterangan: Penghasilan dihitung per-bulan

Sumber: Hasil wawancara penulis

119

BAB V

ANALISIS

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Menjahit di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Program pelatihan menjahit yang dilaksanakan UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten adalah pelatihan kerja yang

berorientasi pada kompetensi. Kegiatan ini untuk para pencari

kerja guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta

kualitas produktivitas agar mampu bersaing di dunia kerja.

Adapun tujuan jangka panjangnya adalah untuk menekan angka

pengangguran di Provinsi Banten.

Secara teori pelatihan menjahit merupakan suatu kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah,

dalam bentuk pemberian bantuan yang berupa pengetahuan dan

keterampilan. Hal ini sejalan dengan konsep Nasdian (2014: 51),

bahwa makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas

dengan sumber daya, kesempatan, keahian, dan pengetahuan agar

kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi

untuk menentukan masa depan warga komunitas.

Masyarakat yang dimaksud dalam pemberdayaan ini adalah

masyarakat usia kerja tetapi tidak bekerja, atau bisa disebut

dengan ‘pengangguran’. Target utama pelatihan ini adalah

pencari kerja dan pengangguran yang minim keahlian, terutama

bagi mereka yang berpendidikan rendah dan termasuk kategori

masyarakat kelas menengah ke bawah.

120

Hal ini sejalan dengan konsep Mulyono (2017: 87), bahwa

orang miskin yang menganggur dan berusia produktif berpotensi

menjadi garapan utama dalam pemberdayaan masyarakat,

mengingat ketidakberdayaan mereka akan menentukan masa

depan atau masa tuanya. Bila mereka dalam usia produktif

berdaya maka di hari tuanya kelak akan senantiasa memiliki

kehidupan yang lebih baik. Begitupun sebaliknya bila di usia

produktif mereka tidak berdaya, tentu saja masa depan mereka

akan suram (walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat yang

barangkali tidak relevan dengan kondisi tersebut).

Namun, dalam proses pelaksanaanya pelatihan ini juga

untuk masyarakat yang sudah bekerja, yang ingin

mengembangkan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan

kinerja di tempat kerjanya. Hal ini seperti konsep Panagabean

(2004: 41), bahwa pelatihan juga sebagai suatu cara yang

digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan

yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang.

Metode belajar yang digunakan memang lebih

mengutamakan materi praktik daripada teori. Materi disusun

berdasarkan rencana kualifikasi yang diinginkan dan mengacu

pada kurikulum berstandar nasional. Hal ini dilakukan karena

UPTD ingin membentuk seseorang yang terampil, yang

kompeten serta siap mengisi lapangan kerja ataupun membangun

lapangan pekerjaan untuk masyarakat lain, dengan bekal

pengetahuan dan keterampilan menjahit yang mumpuni.

121

Pelatihan atau pembelajaran menjahit dilakukan di dalam

ruangan (kelas), sehingga pelatihan ini merupakan model

pelatihan off the job training. Menurut konsep Hamalik (2005:

20-22) bahwa Vestibule Training (Off The Job Training)

merupakan latihan yang diselenggarakan dalam suatu ruangan

khusus yang berada di luar tempat kerja biasa, yang meniru

kondisi-kondisi kerja sesungguhnya.

Di samping itu, proses belajar juga disempurnakan dengan

penilaian potensi kepada para peserta, dengan mengadakan ujian

sebelum masa pelatihan berakhir. Penilaian merupakan bagian

dari proses pelatihan dan bukan untuk ‘menghakimi’ atau

menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi

penilaian menjadi dasar untuk memotivasi, peningkatan kualitas

instruktur dan kualitas proses pelatihan.

UPTD juga mengadakan evaluasi untuk program pelatihan

berbasis kompetensi yang telah dilaksanakan tepatnya di akhir

tahun, yaitu evaluasi internal yang dilaksanakan bersama ketua

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten dan kepala Disnakertrans

Provinsi Banten. Kemudian evaluasi external, yang dilaksanakan

bersama mitra kerja (pelaku usaha) melalui forum komunikasi

industri. Evaluasi yang diterima sebagai catatan untuk

memperbaiki kualitas pelatihan yang telah dilaksanakan, maupun

kualitas alumni. Evaluasi ini merupakan hal penting agar program

pemberdayaan selanjutnya dapat berjalan lebih baik, mulai dari

tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan.

122

B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Strategi pemberdayaan yang dilakukan UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten adalah melalui pelatihan kerja yang sesuai

dengan kebutuhan dunia usaha, di mana mereka

menyelenggarakan program pelatihan berdasarkan potensi

wilayah dan berdasarkan supply and demand (penawaran dan

permintaan), artinya pelatihan yang dilaksanakan atas permintaan

dan kebutuhan dunia usaha provinsi Banten. Strategi tersebut

sejalan dengan konsep Mulyono (2017: 87), bahwa salah satu

strategi pemberdayaan agar tercapai tujuan yang diharapkan

adalah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan

dan pelatihan; sesuai dengan kebutuhan pasar baik dunia industri

maupun dunia usaha lainnya.

Oleh karena itu, UPTD melibatkan para pelaku usaha

wilayah Banten guna melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan

melalui forum komunikasi industri, yang diadakan di awal tahun

sebagai tahap perencanaan dan di akhir tahun sebagai tahap

evaluasi. Keterlibatan perusahaan bukan semata-mata untuk

penempatan kerja para alumi, tetapi untuk menjalin kerja sama

agar pemberdayaan yang dilakukan tepat sasaran serta sesuai

dengan potensi wilayah Banten, dan juga dapat mengisi lapangan

pekerjaan dengan tanaga kerja yang kompeten. Dalam arti lain

UPTD hanya sebagai jembatan atau wadah untuk berbagi

informasi tenaga kerja dan lowongan kerja.

123

C. Kendala dalam Pelaksanaan Pelatihan Menjahit di UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut analisis peneliti, sebagian besar narasumber dari

pengurus UPTD menyatakan bahwa kendala utama dalam

pelaksanaan pelatihan menjahit adalah tenaga pelatih (instruktur),

di mana jumlah instruktur pelatihan menjahit masih di bawah

standar penyelenggaraan program pelatihan berbasis kompetensi.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa jumlah instruktur dalam

satu bidang pelatihan adalah 2 instruktur; ASN (aparatur sipil

negara), sedangkan instruktur pelatihan menjahit hanya satu dan

bukan golongan ASN, melainkan instruktur swasta. Dengan

keterbatasan ini menimbulkan resiko dan masalah-masalah

lainnya, yaitu pengajaran dan pengontrolan peserta di dalam kelas

kurang efektif, terutama pada materi praktek. Kemudian,

kurangnya perhatian instruktur swasta dalam merawat peralatan

dan kebersihan kelas, karena hanya bertugas sebagai pengajar

jahit saja.

Selain itu, proses seleksi calon peserta juga terbilang sulit,

hal ini dirasakan karena tidak ada rekan kerja (sesama instruktur

pelatihan menjahit) yang dapat berdiskusi dan membuat

keputusan secara bersama. Mengingat banyaknya peminat

pelatihan menjahit dengan berbagai macam motivasi dan latar

belakang. Seleksi calon peserta dapat lebih maksimal dengan

adanya diskusi bersama rekan kerja, sehingga sasaran pelatihan

sesuai dengan konsep pemberdayaan, yang mengutamakan

masyarakat kelas bawah dan pengangguran.

124

➢ Evaluasi untuk UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Peneliti menganalisis bahwa pengurus UPTD kurang

terbuka atau transparansi dalam memberikan data dokumen

atau arsip. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya peneliti dalam

meminta data-data, yaitu:

1. Silabus

2. Modul

3. Kontak para alumni

D. Dampak yang Diperoleh Peserta Pelatihan Menjahit

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

Menurut analisis penulis, dampak yang peroleh peserta

adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan

dasar perjahhitan. Mereka merasakan adanya perubahan yang

terjadi dari sebelum mengikuti pelatihan sampai selesai, hingga

mendapatkan sertifikat pelatihan. Perubahan yang sebelumnya

mereka tidak mampu menjahit sampai mampu menjahit, bahkan

ada yang sudah mendapat pekerjaan berkat keterampilan menjahit

yang mereka miliki. Begitupun dengan penghasilan yang didapat,

beberapa dari mereka mengalami peningkatan penghasilan. Hal

tersebut dibuktikan dengan upah kerja sekarang lebih besar

dibandingkan dengan upah kerja sebelum mengikuti pelatihan.

Contohnya seperti alumni yang bernama Irham Mahfud,

usia 27 tahun, berstatus sudah menikah dan memiliki satu anak,

sebelumnya bekerja sebagai pengelola home industry dan

berpenghasilan Rp1.500.000,- kemudian setelah mengikuti

125

pelatihan mendapat pekerjaan di perusahaan sepatu dengan

penghasilan Rp6.000.000,-. Jika melihat garis kemiskinan pada

Maret 2020 sebesar Rp454.652,- perkapita perbulan, maka

keluarga Irham Mahfud bukan termasuk kategori keluarga

miskin, karena penghasilannya perbulan di atas garis kemiskinan.

Tidak semua alumni yang bekerja bermula dari informasi

lowongan kerja yang dibagikan oleh pihak UPTD, melainkan

juga dari usaha mereka mencari pekerjaan sendiri. Seperti yang

tertera pada brosur pendaftaran bahwa peserta pelatihan juga akan

mendapat info lowongan kerja setelah penerbitan sertifikat,

artinya UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten memberikan

informasi lowongan kerja dari perusahaan yang bekerjasama

dengan UPTD. Namun, info lowongan kerja bukanlah sebagai

tahap pelaksanaan pelatihan, tetapi hanya sebagai bentuk bantuan

saja, di mana posisi UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten sebagai

jembatan atau perantara antara alumni dan perusahaan yang

membutuhkan tenaga kerja.

Tidak ada wewenang UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

untuk menempatkan alumni ke perusahaan. Begitu juga dengan

alumni, yang tidak dapat memaksakan pengurus UPTD untuk

menempatkan atau mempekerjakan mereka ke perusahaan-

perusahaan Banten. Kembali pada fungsi UPTD Latihan Kerja,

yaitu menjembatani masyarakat untuk memperoleh kesempatan

kerja, bukan menempatkan masyarakat ke perusahaan untuk

bekerja. Upaya ini dilakukan agar alumni tidak

berketergantungan dengan lembaga pelatihan kerja dalam

126

mencari pekerjaan, sehingga mereka dapat mandiri, baik mandiri

dalam berpikir, bertindak, memutuskan keputusan, dan

menyelesaikan masalah.

Hal ini sejalan dengan konsep Mulyono (2017, 40-41),

bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya,

dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk

mengembangkannya. Di samping itu, pemberdayaan hendaknya

jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan

(charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan kepada

proses kemandirian. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian

berpikir, bertindak, dan mengandalkan apa yang mereka lakukan

tersebut.

Begitupun dengan konsep Sulistiyani dan Teguh yang

dikutip oleh Hermansah (2016: 18), tujuan pemberdayaan adalah

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak

dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian

masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat

yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan

serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai

pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya

atau kemampuan yang dimiliki.

Setiap alumni memiliki keinginan dan tujuan masing-

masing, mereka berhak memilih dan memutuskaan masa

depannya. Pengurus lembaga hanya bertugas untuk membantu,

127

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan kemampuan

yang dimiliki agar mereka berupaya untuk mengembangkannya,

sehingga kemampuan tersebut dapat membawa dan merubah

mereka kepada kondisi yang lebih baik. Salah satu upaya terakhir

yang diberikan UPTD adalah memberikan bantuan uang sebesar

Rp300.000,- pada saat pemberian sertifikat pelatihan, sebagai

bentuk dorongan (motivasi) supaya mereka semangat untuk

mencari pekerjaan atau membangun usaha mandiri dengan sedikit

modal yang diberikan tersebut.

Tidak ada pemantauan dari pihak UPTD untuk alumni yang

berhasil usaha mandiri atau bekerja di perusahaan yang tidak

bekerjasama dengan UPTD. Oleh karena itu, beberapa alumni

tidak tercatat keberhasilannya setelah mengikuti pelatihan.

Menurut data yang dikumpulkan, tidak banyak alumni pelatihan

menjahit yang terserap di perusahaan-perusahaan, oleh karena itu

peneliti menganalisis bahwa salah satu penyebabnya adalah

peminat (user atau perusahaan) textil daerah Banten tidak

sebanyak perusahaan bidang industri. Oleh sebab itu, ada alumni

yang bekerja bukan di bidang perjahitan.

Tidak semua alumni berhasil mendapatkan pekerjaan

setelah mengikuti pelatihan, dikarenakan tujuan awal mereka ikut

pelatihan hanya untuk meningkatkan keterampilan saja bukan

untuk bekerja, juga ada yang menyatakan bahwa mereka masih

menjalani kuliah sehingga tidak bisa bekerja dengan waktu yang

panjang atau full time.

128

Mendapat pekerjaan berkat keterampilan yang dimiliki

merupakan sebuah tujuan dari pelatihan yang dilaksanakan

UPTD, namun bila hal itu tidak terjadi bukanlah sebuah

kegagalan untuk UPTD. Apabila ada alumni yang tidak bekerja

setelah mengikuti pelatihan, bukan berarti pelatihan yang selama

ini diikuti dan keterampilan yang dimiliki tidaklah berguna. Perlu

dicatat bahwa mungkin keterampilan menjahit yang mereka

miliki belum membawa mereka ke dunia pekerjaan, tetapi paling

tidak keterampilan tersebut berguna untuk kebutuhan internal

mereka.

Memang benar, seharusnya dengan bekal keterampilan

yang dimiliki, mereka dapat bekerja, walaupun pekerjaan tersebut

sebagai pekerjaan sampingan. Namun, sebenarnya pekerjaan

sampingan juga dapat menambah penghasilan utama mereka.

Secara tidak langsung hal tersebut merupakan upaya untuk

menjaga dan mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki,

agar bermanfaat dan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah

untuk menambah biaya kebutuhan hidup. Artinya dengan bekal

keterampilan yang mereka dapat dari UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten memberikan dampak baik untuk perekonomian

mereka, baik untuk menambah ataupun meningkatkan

penghasilan. Begitupun dengan keberhasilan mereka mendapat

pekerjaan juga dapat mengurangi angka pengangguran.

Keberhasilan program pemberdayaan tidak sepenuhnya

dapat dilihat dari keberdayaan yang menyangkut kemampuan

ekonomi, baik dalam mendapatkan pekerjaan atau mencapai

129

kesejahteraan. Keberhasilan pemberdayaan juga dilihat mulai dari

hasil transformasi daya atau kemampuan selama proses

pemberdayaan berlangsung, yaitu berupa kemampuan metodologi

dan praktik menjahit.

Kesimpulannya adalah UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten berhasil melatih masyarakat dengan keterampilan

menjahit, dampaknya masyarakat mendapat keterampilan dasar

bidang perjahitan serta mendapat pekerjaan dan penghasilan.

Keberhasilan dalam mendapat pekerjaan inilah yang dapat

mengurangi angka pengangguran di Provinsi Banten. Pelatihan

kerja ini penting untuk memberdayakan masyarakat, khusunya

masyarakat pengangguran yang miskin keterampilan. Oleh sebab

itu skripsi pemberdayaan ini cukup pada hasil pengurangan angka

pengangguran saja, tidak membahas kesejahteraan alumni lebih

dalam.

130

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Keberadaan program pelatihan kerja yang dilaksanakan di

UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten cukup berpengaruh dalam

meningkatkan produktifitas kerja dengan mempersiapkan sumber

daya manusia yang kompeten, sehingga dapat mengisi lapangan

kerja dan mengurangi pengangguran di Provinsi Banten.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan menjahit di UPTD Latihan Kerja

Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan

menjahit dilaksanakan cukup baik, mulai dari perencanaan

yang di dalamnya terdapat strategi identifikasi kebutuhan

pelatihan dengan berdasarkan permintaan lapangan usaha

dan potensi wilayah. Kemudian pelaksanaan pelatihan di

dalam kelas juga menggunakan instruktur yang

berkompetensi dengan materi atau kurikulum berstandar

nasional (SKKNI). Serta evaluasi yang menyertakan pelaku

usaha (mitra) sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas

pelatihan yang telah dilaksanakan.

2. Kendala utama dalam pelaksanaan pelatihan adalah

instruktur pelatihan menjahit hanya satu orang dan bukan

golongan ASN. Dengan kekurangan instruktur dapat

menyebabkan kendala-kendala lainnya, seperti: perawatan

131

peralatan pelatihan dan kebersihan kelas kurang baik akibat

kurangnya rasa memiliki peralatan dari instruktur non ASN,

apalagi kehadirannya ke tempat pelatihan jarang hanya di

masa pelatihan saja.

3. Kesulitan dalam menyeleksi calon peserta karena tidak ada

teman kerja untuk mendiskusikan segala pekerjaan.

Kendala lain adalah asrama yang kurang memadai untuk

menampung para peserta yang tempat tinggalnya jauh dari

lokasi UPTD, akibatnya terkadang ada peserta yang

berhenti di masa pelatihan karena tidak mampu untuk

pulang pergi ke lokasi pelatihan, terutama bagi mereka

yang kesulitan untuk mengeluarkan biaya transportasi

setiap harinya.

4. Hasil yang didapat alumni pelatihan adalah adanya

peningkatan pengetahuan dan keterampilan menjahit

(keterampilan dasar), bahkan sebagian mereka mendapat

pekerjaan baik dibidang menjahit maupun non menjahit.

5. Ada yang menjadikan pekerjaan menjahit sebagai mata

pencaharian utama dan ada juga yang menjadikannya

sebagai mata pencaharian sampingan. Kemudian, beberapa

dari mereka mendapat upah lebih besar daripada upah

pekerjaan sebelum mengikuti pelatihan.

132

B. Saran

Adapun saran dari peneliti untuk pemberdayaan yang

dilakukan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten adalah:

1. Pemberdayaan ini memang diutamakan untuk pencari kerja,

diharapkan penyeleksian calon peserta juga

memprioritaskan masyarakat pengangguran yang berada di

golongan kelas menengah ke bawah dan tidak memiliki

kemampuan yang mumpuni. Alangah lebih baik

mengutamakan pendaftar yang bertujuan ingin bekerja dan

mendapat penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup.

2. Demi keutuhan jumlah peserta pelatihan dalam satu kelas,

alangkah lebih baiknya UPTD membangun asrama yang

layak dan cukup untuk menampung peserta yang bertempat

tinggal jauh dari UPTD, ataupun peserta yang kurang

mampu mengeluarkan biaya transportasi untuk pulang pergi

dari tempat tinggal ke lokasi UPTD.

3. Tenaga pelatih merupakan unsur penting dalam setiap

program pelatihan. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika

instruktur pelatihan menjahit di tambah sesuai dengan

standar yang sudah ditetapkan, guna meningkatkan kualitas

pengajaran dan penguasaan karakter peserta.

4. Pendampingan setelah pelatihan mungkin dapat dijadikan

sebagai upaya motivasi kepada alumni, agar mereka

semangat untuk mengembangkan potensinya di dunia

usaha.

133

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gitosaputro, Sumaryo dan Kardiyana K. Rangga. (2015).

Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat; Konsep,

Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hamalik, Oemar. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia:

Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan: Pendekatan

Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif:

untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hermansah, Tantan. (2016). Memberdayakan Masyarakat dengan

Mengaplikasikan Pendekatan Transformasi-Komunitas-

Institusionalisasi. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. (2014). Community Development:

Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.

(Edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial:

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. (Edisi Kedua).

Yogyakarta: Erlangga.

Mulyono, Sungkowo Edi. (2017). Kemiskinan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Ombak.

Nasdian, Fredian Tony. (2014). Pengembangan Masyarakat.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Panagabean, Mutiara. (2004). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rustanto, Bambang. (2015). Menangani Kemiskinan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

134

Santosa, Imam. (2018). Pengembangan Masyarakat Berbasis

Sumber Daya Lokal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar.

Jakarta: Indeks.

Siagian, Sondang P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan

Masyarakat. Bandung: Refika Aditama.

Sugiharto, etc,. (2015). Manajemen Pelatihan Penyuluhan.

Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat: Wacana dan

Praktik. (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana.

Purnomo, Herdaru dan Lidya Julita S. (2019). Di Agustus 2019,

Jumlah Orang Menganggur Naik Jadi 7,05 Juta. Jakarta:

CNBC Indonesia.

Berita Online:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20191105121442-4-

112741/di-agustus-2019-jumlah-orang-menganggur-naik-

jadi-705-juta

Rifa’i, Bahtiar. (2019), Pengangguran di Banten Tertinggi se-

Indonesia, Ini Sebabnya. Serang: detikfinance.

Berita Online:

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-

4772807/pengangguran-di-banten-tertinggi-se-indonesia-

ini-sebabnya

135

LAMPIRAN

A. Lampiran 1: Dokumentasi Proses Wawancara

136

B. Lampiran 2: Transkip Wawancara

Informan : Akhmad Subhan Syafa’at, S.H (Kepala UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten)

Waktu : 8 Desember 2020 (13.15 s/d selesai)

1. Apa yang dimaksud dengan UPTD Latihan Kerja?

UPTD ini Unit Pelaksana Teknis Daerah, awalnya kan kita

bukan UPTD Latihan Kerja, awalnya itu Balai Latihan Kerja

Industri, awalnya. Karena kita gabung ke sini tuh ikut provinsi

itu 2009 ya, dulu kan Jawa Barat, Jawa Barat dalam arti

Tangerang, karena ada bentuk Provinsi Banten makanya baru.

Padahal Provinsi Banten itu terbentuk tahun 2000, tetapi

penggabungan atau pengelolaan UPT sekarang ini, BLKI dulu

ya, BLKI itu baru 2009 dikelola oleh provinsi sampe sekarang.

Kemarin 2018, itu keluar peraturan gubernur yang menyatakan

bahwa ada perubahan nama platur daripada nama lembaga ini,

yang tadinya Balai Latihan Kerja Industri menjadi UPTD

Latihan Kerja gitu, di mana fungsinya sama aja.

2. Bagaimana sejarah terbentuknya UPTD Latihan Kerja di

Provinsi Banten?

Jadi sejarahnya itu, sudah ada dari tahun 1985 dulu namanya

masih KLK (Kursus Latihan Kerja). Kemudian 2001, otonomi

daerah, di kita dulu tuh punya kementrian langsung, langsung

di bawah naungan Kementrian Ketenagakerjaan. Nah 2001 itu

diserahkan ke masing-masing daerah, waktu itu belum ada

Tangsel belum ada Provinsi Banten, akhirnya kita diserahkan

ke Kabupaten Tangerang, ini dulu Kabupaten Tangerang.

137

Kemudian 2008 itu ada pemekaran, pemekaran Tangerang

Selatan, waktu itu kronologisnya kurang lebih Tangsel itu

tidak, pada saat itu tidak membutuhkan BLK. Akhirnya kita

diminta pergi dari sini ke Kabupaten karena ini, ini wilayah

Tangsel. Akhirnya BLKI sini, manajemen sini mengajukan ke

provinsi agar BLK tetep ada di sini dan wilayah yang lebih

tinggi adalah provinsi kan, makanya kita mengajukan ke

provinsi, bahwa ambilah BLK ini jadi provinsi agar kami tetap

ada di sini. Akhirnya dengan surat menyurat dan secara

administrasi, akhirnya jadilah, waktu itu masih BLKI Provinsi

Banten, nah itu 2008 sampai sekarang.

3. Apa yang dilakukan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

sebagai upaya pemberdayaan masyarakat?

Ya itu tadi, sesuai dengan tupoksi lembaga kita, bahwa kita

ingin mencerdaskan putra putri Banten dengan keterampilan

kerja atau namanya skill mereka gitu kan, karena tantangan ke

depan kan lebih kompetitif, karena memang ingin bekerja,

melamar kerja ke perusahaan gitu kan, kan harus punya dasar.

Putra putri kita itu harus punya dasar untuk bersaing di dunia

kerja, makanya itu diadain pelatihan kerja.

4. Menurut bapak, apakah PBK merupakan salah satu

bentuk upaya pemberdayaan masyarakat?

Iyah termasuk itu justru itu lebih ini lagi, karena dia fokusnya,

kita apalagi nanti kompetensi ya. Sampai sekarang kan,

perusahaan itu pekerja-pekerjanya itu harus bersertifikasi,

tidak hanya punya ijazah SMP atau SMA lah SMK atau

Sarjana. Maka di sini juga ada kegiatan-kegiatan pelatihan

138

yang endingnya nanti diuji, uji kompetensi. Ada lembaga yang

berwenang lah, LSP di bawah naungan BNSP.

Tahun lalu itu kita ada programnya dua, ada PBK dan ada

pelatihan berbasis masyarakat. Dulu saya pernah

melaksanakan waktu itu di Balaraja, pelatihan berbasis

masyarakat itu kita langsung terjun ke masyarakatnya, ya

jemput bola kita datang ke masyarakatnya kita tanya

kelurahannya atau ketua pemudanya atau karang tarunanya,

mereka nanti yang mencarikan peserta, nanti mereka yang

menentukannya. Nanti kita datang tinggal ke sana bawa

peralatan yang mobile, artinya yang bisa kita bawa kita latih di

sana. Kita instrukturnya, itu namanya berbasis masyarakat,

atau bahasa biasanya masyarakat butuh apasih di situ.

5. Sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat, apa

tujuan dari PBK?

Jadi kita untuk melatih putra putri Banten yang memang dia

mempunyai keinginan, minat dalam rangka keterampilan kerja

gitu, karena disini kan banyak beberapa kejuruan. Jadi intinya

bahwa maksud didirikannya ada balai latihan kerja untuk

memberdayakan masyarakat provinsi Banten, terutama

alumni-alumni SMK, SMA yang memang dia tidak ada

kesempatan, belum punya kesempatan untuk kuliah atau apa,

atau mereka ingin langsung kerja mereka dilatih di sini.

6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan PBK?

Kendalanya itu kita, karena ini apa namanya, antusiasme dari

masyarakat yang cukup tinggi sedangkan kuota yang ada di

kita terbatas seterbentuk anggaran. Kalo masalah peralatan,

139

kan kita membuat program itu kan sesuai dengan peralatan

yang ada di kita yah, terutama dari anggaran, anggaran dalam

arti apa namanya, untuk peserta. Peserta kita hanya, misalnya

dari ribuan yang mendaftar, satu tahun itu eh satu angkatan itu

kan kita 250-an.

7. Menurut bapak, apakah pemberdayaan masyarakat

melalui PBK dapat mengurangi angka pengangguran?

Itu pasti, apa namanya merubah ya, merubah taraf hidup

masyarakat yang tadinya misalnya orang itu misalnya tidak

punya keahlian, terus dilatih ya bisa ahli lah, bisa untuk

mengerjakan sesuatu. Seperti di kita kan ada seperti

perbengkelan, las segala macam, nah mereka walaupun

mereka tidak apa namanya, tidak di perusahaan mereka bisa

berwirausaha mandiri. Nah berarti kan dia bisa mendapatkan

income ya.

Contoh, ada pelatihan menjahit, selesai menjahit mereka bisa

buka praktek sendiri di rumah, terima jahit atau vermak seperti

itu. Itu yang sebenarnya tepat sasaran sepertinya di situ. Iya,

mereka berpikirnya mindset nya salah, pasti di perusahaan, ga

juga. Banyak yang seperti itu sebenarnya, cuma kita terrecord

tidak terdaftar. Kalo dari perusahaan kita biasanya kita ada

monitoring ke perusahaan kan, di mana alumni kita nih berapa

orang yang kerja gini gini.

140

Informan : Juniati, ST (Kepala Seksi Pelatihan UPTD

Latihan Kerja Provinsi Banten)

Waktu : 8 Desember 2020 (14.08 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan menjahit?

Kalo kita udah tentuin kejuruannya, kita rapat dulu

menyamakan persepsi, program-program yang rencana

dilaksanakan. Nanti setelah selesai itu kita sosialisasikan ke

masyarakat melalui media masa, kita punya facebook kita

punya instagram kita punya website untuk pendaftaran online,

pendaftaran manual juga begitu. Peserta yang ada di kami itu

satu kejuruannya satu paketnya itu 16 orang. Nah dari

pendaftaran itu kita tentuin jadwal tesnya, kita tesnya ada dua,

tes tertulis dan tes wawancara.

Mau sedikit orang mau banyak orang kita harus tes dulu, tes

tertulis yang banyak tes wawancaranya. Ya nanti itu tes

tertulis, setelah tes tertulis mereka langsung diwawancarai oleh

instrukturnya, nah di situlah dilihat bagaimana motivasinya

dia, bagaimana keinginannya untuk belajar, bagaimana

keinginannya untuk mengikuti keahlian yang dia pilih, karena

kan belom tentu nih bayangannya ‘ah aku ikut komputer aja

lah, saya mau ikut komputer’ padahal dia ngerti komputer aja

ngga.

Nah nanti setelah dites biasanya 2 3 hari itu kita pelaksanaan

tesnya. Baru kita rapat lagi, kita rapat pleno untuk menentukan

peserta latihan, rangkingya seperti apa, berapa pendaftar,

berapa ini. nah nanti kalau kita udah tau pesertanya yang udah

ikut tes yang masuk kualifikasi kita bikin pengumuman,

141

pengumumannya melalui website juga, melalui mading kita

lewat sosial media kita. Nah nanti setelah pengumuman ya

baru kita penyelenggaraan.

2. Siapa dan berapa jumlah tenaga pelatih dalam satu

pelatihan?

Kita tiap angkatan itu kita cuma satu kejuruan itu cuma 16

orang, satu kelas itu. Instrukturnya kadang satu kadang dua

tergantung gitu, tetapi kita tidak melebihi dari 16 orang karena

itu standar yang ditetapkan oleh Kemnaker kita, tetapi itu

standar itu ko dari jamanan kalo saya gak salah ya. Satu

instruktur itu paling bisa mengawasi sebenarnya itu maksimal

8 orang untuk menghasilkan peserta anak didiknya untuk

kompeten, sehingga kita melatih paling banyak 16 orang, 2

instruktur.

3. Bagaimana cara mendapatkan instruktur pelatihan yang

kompeten?

Instruktur itu kita kan memang ada instruktur yang diangkat

oleh pegawai negeri, jadi memang formasi dari provinsi

memang dia adalah pegawai negeri di sini, kecuali

instrukturnya kejuruannya ada beberapa juga yang gak ada

instrukturnya kita ambil dari luar. Kita ngerekrutnya mereka

yang memang udah pernah ngajar punya keahlian

keterampilan sesuai dengan bidangnya, terus dia punya

kompetensi punya sertifikasi gitu-gitu harus ada standarnya

juga. Rata-rata kita ngambil dengan BLK-BLK yang udah ada

juga, oh dia udah pernah ngajar di sana atau manager-manager

perusahaan yang punya training. Mereka instruktur juga itu

142

dilatih gak langsung pegawai negeri, seperti pegawai langsung

diangkat jadi instruktur, tidak.

4. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelatihan?

Kita kurikulum itu udah standar berdasarkan standar SKKNI,

Standar Kompetensi Kerja Nasional. Iya dari Kementrian

Tenaga Kerja kan udah ada tuh standar kurikulum pelatihan,

kejuruan apa aja ada. Udah ada dari sana nanti kita salur,

seperti apa nih yang kita butuhkan kan di sini fleksibel juga.

Paket kita cuma untuk 200 jam ya kita, duduk bersama

instruktur standar seperti apa yang mau bentuk untuk anak-

anak, oh iya kita sampe di keahlian ini aja gitu, kan masing-

masing kejuruan ada tingkatannya, nah tingkatan mana yang

mau kita ambil. Dan disesuaikan dengan peralatan yang ada di

kita, kita tidak bisa salur juga ke seluruh standar di sana kan

alat kita gak ada, gak bisa juga kan jadi ada beberapa yang kita

saring.

5. Apakah ada materi soft skill?

Ada, 07.15 apel dulu kan bareng-bareng semua kejuruan

selama satu gelombang itu. Tiap hari dari senin sampe hari

jum’at. Kenapa kita bikin tiap hari, karena kita mau merubah

perilaku anak, soft skill nya. Mereka punya mental pekerja

dulu, yang dari biasanya mungkin bangun jam 8 atau 9 nah

kalo ikut pelatihan jam 7 harus udah siap, ikut pelatihan dulu

eh ikut apel dulu 07.15 mereka belajar baris berbaris.

Tujuannya untuk apa, ya untuk disiplinnya itu, karena yang

dibutuhkan industri itu bukan keahliannya aja tapi disiplinnya

dulu mentalnya dulu kita siapkan. Tiap hari kita apel, ngasih

143

pengarahan ke anak-anak memberikan motivasi memberikan

pengetahuan-pengetahuan umum tentang bagaimana

berperilaku karena itu yang agak susah membentuk orang gitu.

Nah kita juga makanya, pelatihan kita di sini sebelum masuk

ke bengkel itu kita ada pelatihan fisik mental disiplin, FMD

dulu namanya, kita pake istilah FMD (Fisik Mental Disiplin).

Pelatihan baris-berbaris dari TNI kita ambil untuk merubah

disiplin dulu ini biar punya fisik bagus dulu nih mentalnya

bagus dulu, keterampilan ngikut nanti. Gak lama, Cuma satu

hari full dari pagi sampe sore, hari pertama.

Nah hari keduanya kita outbound di sini di sekitar sini. Di

sekitar aula, kita kan ada yang indoor ada yang outdoor, ya

outdoornya seputar sini aja cukup. Jangan bayangan, eh jangan

bayangkan bahwa outbound itu harus suatu lapangan yang

punya itu, ya engga. Outputnya apa yang kita inginkan dari

outbound itu, nah output kita yang pertama adalah bukan

kepemimpinannya yang kita itu, yang kita bangun adalah kerja

samanya dulu. Jadi outbound yang kita ambil outbound yang

standar untuk kerja sama tim bukan leadershipnya. Jadi ada

memang tim khusus untuk outbound gitu.

6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan pelatihan

menjahit?

Kendalanya yang pasti kita dianaknya itu yah, di pesertanya

disiplinnya. Yang kedua itu instruktur kita makin kurang,

kendala paling besar. Ya itu tadi saya bilang, disiplin anaknya

terus yang kendala yang kedua ya instruktur kita makin

berkurang, yang ketiga apa yah fasilitas sih cukup banyak.

144

Misalnya nih peserta yang daftar kemarin misalnya udah

seribu, kita butuh cuma 200. Kita udah saring bagus-bagus

nerima 200, kan dia gratis yah. Ada 600 orang 800 orang yang

tidak kita terima ngantri, terus dia ikut latihan di sini cuma

sekedar, waduh kan gedek gak, nah itu yang paling kita gedek.

Ada aja, ada aja yang bikin kendala gitu. Itu kalo dia milih

kejuruannya gak pas, kita udah wanti-wanti tau-tau dia ngotot,

tau-tau dia di situ bukan fashionnya gitu. Tapi ya

Alhamdulillah sih di sini dari awal kita udah push mereka, dan

hampir tiap hari dikasih nasehat. Itu apel itu kan instruktur

pejabat tiap hari gantian, memberikan pengarahan ke mereka,

ya itu tadi kita memotivasi.

Ya paling repot mereka yang jauh paling yah, misalnya dia di

serang dia itu, biaya hidup mereka susah terus diasramahkan

ke sini, terus pulang dulu, misalnya cari ongkos susah, pulang,

hari senin belum datang, hari selasa belum datang. Nah gitu

tuh yang paling kadang, tinggal udah jauh gitu. Kan makan

malem tetep dia harus makan pagi dia harus sarapan, walaupun

siang ya dia dapat makan kan dari sini.

7. Apakah UPTD sudah berhasil mencapai tujuan?

Kalo keberhasilan dari pihak BLK ya berhasil dong, kita

Alhamdulillah berometernya apa. Peserta latihannya ikut uji

kompetensi, Alhamdulillah rata-rata disertifikasi oleh LSP,

kan baromaternya gitu. 80% atau dari 1000 orang dilatih tahun

2019 kemarin 700 orang diterima, berarti 70% kan

keberhasilannya, jadi itu tergantung anaknya aja.

145

Informan : Yogie Noegraha, SE. M.Si (Seksi Pengembangan

dan Pemasaran UPTD Latihan Kerja Provinsi

Banten)

Waktu : 12 Oktober 2020 (13.43 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan menjahit?

Yang pertama mungkin dalam perencanaannya biasanya

begini, sosialisasi. Pengembangan pemasaran punya peran

sebagai katakanlah kehumasan, kita memperkenalkan program

apa saja yang ada di BLK kemudian sekaligus kita menangkap

peluang atau kesempatan apa saja yang mungkin kita lakukan

untuk bisa memenuhi kebutuhan itu melalui forum, namanya

forum komunikasi industri. Kita akan undang beberapa

industri perwakilan saja memang yang ada di Banten, yang

pertama kita akan undang mereka suka menggunakan alumni

kita dulu kan ada datanya.

Nah dari situ nanti kita akan tangkap, kita ada quesioner

mereka suruh isi, misalnya di insutri manufaktur yang lagi

rame itu misalnya industri, atau otomotif yah, otomotif

misalnya sparepart gitu kan. Nah nanti kita akan kontra dengan

kurikulum yang ada di kita apa saja sih yang dibutuhkan untuk

masuk ke dunia industri itu.

2. Berapa jenis pelatihan yang dilaksanakan? Dan mengapa

pelatihan tersebut yang dilaksanakan?

Fix 7 kejuruan, turunan setiap tahun bisa berubah-ubah

tergantung kemampuan daerah membiayai dan permintaan

pasar kerja. 8 tambah kecantikan, kecantikan semula adittional

jadi tetap tadinya hanya sampai menjahit. Kalo angkatan,

146

setiap angkatan paling dipenuhi itu desain grafis, TIK itu ada

terus, tapi kita bicarakan permintaan pasar. Secara gak

langsung merangkap kebutuhan masyarakat, tapi yang paling

utama sih sebetulnya karna basis supply and demand,

menangkap kebutuhan pasar kerja yang utama, kita harus tau

dulu nih. Kalo pelatihan mah, masyarakat pelatihan apa aja

mao kan masyarakat gitu yah, mao aja kan yang penting gratis

apalagi ada uang saku, siapa yang gak mao gitu.

3. Bagaiman proses kerja sama dengan perusahaan di

wilayah Banten?

Dari tahun sebelumnya. Jadi pertama kali tahun 80-an, ini kan

program nasional. Jadi kita dulu malahan kerja samanya gak di

dalam negri, jadi beberapa mesin yang peninggalan tahun 80

ini adalah bantuan dari Austria. Nah dari sana, ini mulut ke

mulut sempat keputus di era ketika kerja sama luar negri ini

selesai, bahkan pernah ngalamin katanya BLK itu sampe nyari

siswa, itu sampe 2015 katanya jemput bola lah istilahnya.

Nah Alhamdulillah 2016 mulai terbuka melalui media sosial

bahkan kita punya web sendiri, daftar dulu melalui online bisa,

itu kita pake. Nah begitupun perusahaan-perusahaan mungkin

tadinya mulut ke mulut, sekarang kan sudah dibuka tuh kita di

medsos, di youtube ada kemudian kita juga punya instagram,

nah itu juga menstimulan lumayan Alhamdulillah banyak

perusahaan yang kepo. Nah yang luar biasanya lagi bahkan

banyak alumni-alumni sini yang sudah punya perusahaan

sendiri, gitu yang bikin kita seneng.

147

4. Apakah UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten

bekerjasama dengan pihak lain selain perusahaan?

Dengan Kabupaten Kota, contoh dengan Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan sampai saat ini belum punya BLK, program

latihan kerjanya sudah ada jadi numpang latihan di kita

istilahnya, biaya dari mereka hanya fasilitas tempat di kita.

Kita sediakan ruang buat mereka, misal dia minta pelatihan

motor, nanti kita carikan dari 5 angkatan ini waktunya kapan

yang kosong, bulan puasa bulan puasa itu anak-anak mao,

kerjasama dengan Kabupaten Kota ya. Buat pelatihan

masyarakat di situ gitu di Kabupaten Kota melalui Dinas atau

penanggung jawab terkait di daerah masing-masing.

5. Bagaimana tindakan yang dilakukan jika ada alumni yang

belum mendapat kesempatan kerja?

Sebetulnya mereka bisa usaha mandiri, saya beberapa kali juga

kasih stimulan ke mereka memang tapi opset yah karna untuk

mendanai itu gak di dinas tenaga kerja. Contoh, orang Cikupa,

yang satu juruan mesin yang, satu juruan LAS, yang satu

jurusan motor, tiga tiganya ikut tes Dharma Polimetal ada

yang keterima ada yang gak kerterima. ‘pak ada lagi gak kita

gak keterima’ ‘kenapa gak gini gini gini’ saya bilang, balik

lagi ke sini ‘pak kita buka service motor’ di Cikupa. Jadi gini,

pelatihan di sini itu untuk bekerja, padahal yang bener itu

pelatihan di sini itu untuk memiliki ilmu mau dipake bekerja

silahkan mau buka usaha sendiri ya silahkan, gitu point is nya

kan sebetulnya.

148

6. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan pelatihan

menjahit?

Sampai saat ini sih kami ini terus terang target kami

sebetulnya di UPTD ini hanya melatih manusia, kendala yang

dihadapai SDM, SDM kami sendiri. Saya review, BLK ini

adalah warisan dari kementrian, waktu era otonomi diserahkan

ke kabupaten kota kemudian kita kelola di kabupaten kota,

kabupaten kota ternyata merasa tidak mampu diserahkan ke

provinsi. Isinya adalah orang-orang warisan dari kementrian

juga yang masa baktinya di tahun 2022 ini habis, jadi mesin

bagus tempat udah enak yang ngelatihnya gak ada. Bukan

tanpa usaha, per-2012 kita sudah majukan untuk ada

regenerasi, baru dipenuhi satu kali tahun 2015 ada 8 instruktur

baru. Dan tapi memang ada peraturan lain, peraturan Mentri

Ketenagakerjaan Nomer 8 Tahun 2017 boleh dari swasta,

boleh. Ada 2 kejuruan kita dari swasta, tapi statusnya jadi

narasumber, itu kecantikan rambut kulit sama menjahit dari

swasta. Ada bedanya, kalo kita angkat jadi pegawai di sini

perawatan mesinnya dia merasa memiliki itu lebih fokus

memelihara peralatan sarana prasarana, lain dengan yang kita

ambil dari luar.

Perusahaan itu sering komplain kaya begini ‘gini gini’, ada nih

gini saya sampaikan, mungkin yah karna ini udah adat betawi

gitu yah cara ngejawab ke orang tua kan kadang-kadang beda-

beda kan, ke temen itu kadang-kadang disamain. Nah hal-hal

seperti ini menurut saya memang harus ditanamkan bukan

hanya di sini, mereka kan sekolah sebelumnya pasti atau

149

lingkungan sekitar juga harusnya mendukung ya kan, tapi kita

akan terima juga lah itu jadi PR buat kita gimana caranya gitu.

7. Menurut bapak, apakah pemberdayaan masyarakat ini

berhasil?

Berhasil atau tidak sebenernya jawaban yang relatif yah. Tapi

gini deh, perbandingannya kan sekarang jumlah penganggur

dengan jumlah pekerja jauh, tetapi ukurannya mungkin begini

kalo kami bisa agak sedikit bangganya. Lulusan alumni BLK

ini misal satu angkatan dari 2019 lalu yah, dari 900 yang

dilatih 600 ini berhasil ditempatkan hampir 78%lah kita

berhasil, ya cukup bangga juga lah kita.

150

Informan : Mega Putri, SKM (Instruktur Pelatihan

Menjahit UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten)

Waktu : 18 Desember 2020 (12.10 s/d selesai)

1. Sudah berapa lama ibu menjadi instruktur pelatihan

menjahit? Dan bagaimana awal mulanya?

Kurang lebih 5 tahun, saya masuk 2016-an. Saya asisten

instruktur awalnya, kemudian asisten instruktur itu setahun

kalo gak salah sampe ke 2017, 2017 mulai mengajar juga di

sini.

Improvisasi: Di mana instruktur utama?

Sudah gak ada, sudah pensiun, almarhum yah sudah

meninggal. Awalnya dulu bu Suprapti di sini, yang di mana bu

Suprapti itu ibu saya instrukturnya, jadi saya ini anaknya.

Selama ibu saya ngajar waktu itu riwayatnya sakit yah, karena

beliau sakit jadi saya yang mendampingi beliau mengajar

sebagai asisten instruktur. Nah beliau sudah tidak ada, saya

dipercaya sama kantor untuk meneruskan mengajar di UPTD.

Jadi asalnya gitu, cuman yah dipercaya mengajar juga bukan

karena background ibu saya, memang saya juga punya

sertifikasi di bidang itu. Jadi saya juga asesor di bidang

menjahit, jadi bukan karena faktor keturunan ya, bukan karena

asal meneruskan aja. Status non ASN, saya bukan pegawai

negeri, bisa dibilang kalo untuk mengajar saya instruktur dari

swasta tapi saya juga pegawai di sini. Saya ngajar di luar, saya

punya LPK dulunya LPK kursus menjahit di luar, dulunya

sebelum di sini yah.

151

2. Berapa jumlah instruktur di pelatihan menjahit?

Di kejuruan menjahit yah, hanya satu.

3. Berapa lama masa pelatihan menjahit? Dengan masa

pelatihan tersebut, apakah cukup untuk melahirkan

manusia yang berkompetensi?

240 JP, Jam Pelajaran, 1 bulan setengah. Ada juga yang 3

bulan, 3 bulan berarti 360 JP. Kalo menjahit sih idealnya 240,

kalo menjahit yah.

Sebenernya kurang lama ya mba, kita kan di sini pelatihan

hanya 240 JP, hanya 1 bulan setengah. Kalo menurut saya

pribadi itu sebenernya masih kurang buat mereka, tapi kalo

untuk basicnya aja mereka bisa jait, mereka bisa berani

berspekulasi buka jaitan di rumah terima obras. Sebenernya

sudah cukup, tergantung penerimaan si siswa juga dengan 240

JP ini, kalo orangnya sigap daya tangkapnya cerdas itu cukup,

tapi kalo bagi yang daya tangkapnya lemah itu kurang. Tapi

bisa dibilang hanya sedikit lah, dari 16 orang itu paling yah

yang lemot-lemot satu dua tiga, satu dua lah.

4. Apa saja materi yang diberikan kepada peserta?

Hari pertama kita masih briefing, perkenalan. Hari kedua

sudah mulai masuk materi, materi itu biasa disampaikan

kurang lebih 3 minggu, setelah itu sampe dengan akhir kita

lebih banyak praktek kalo menjahit. Praktek 70%, materi

hanya 30%, kita lebih banyak prakteknya.

5. Apakah ada materi soft skill?

Motivasi di kelas, secara gak langsung aja. Motivasi kadang

kita liat yah mana anak yang pede menjahit, mana anak yang

152

takut, mana anak yang merasa pede banget kan itu beda-beda

yah sifat di kelas. Kalo motivasi kita secara gak langsung aja,

mana yang kira-kira pendekatan kita yang butuh kita motivasi,

mana yang engga, mana yang udah pinter, mana yang belom

gitu. Kalo soft skill lebih ke itu yah, kalo saya lebih

pengenalan aja.

6. Apa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan pelatihan menjahit?

Mesin lah pasti, alat-alat, ruangan yang nyaman, meja yang

besar yang panjang-panjang, banyak, perintilan. Lebih banyak

intensnya di dalam kelas, kalo di luar saya paling cuman

nyuruh mereka cari referensi model sekarang. Jadi misal

kadang saya suka kasih PR bikin makalah seputar fashion

terbaru saya bilang gitu, ya itu paling itu bahan yang mereka

searching di luar. Jadi saya suka minta ‘trendingnya fashion

sekarang siapa desainer yang kamu suka siapa, tolong bikin

makalah itu, kumpulkan’ gitu. Jadi biar wawasan mereka juga

terbuka gitu jangan hanya taunya kita tukang jait, tapi kita gak

tau fashion di luar trendingnya lagi apa, gitu sih paling. Berati

kan itu prasarana yang mereka harus googling di luar, di luar

jam belajarnya.

7. Apa kendala yang dialami dalam proses pelatihan?

Gak ada kendala besar, kendala karakteristik siswa aja yang

musti kita kuasain, terus teknik kita mengajar yang jangan

monoton kita juga harus cari terbaru, terus kita juga harus rajin

walaupun kita udah instruktur kita punya pengalaman. Kalo

ngajar ya outputnya ya instruktur siswa, instruktur siswa gitu,

153

siswanya bisa nangkep kita nyampeinnya mudah dia juga

mudah nerimanya.

Kadang PR yah, buat saya dia awal rajin nih, tapi ketika dia

punya problem rumah yang bikin dia gak konsen ngejait, yang

tadinya jaitannya bagus jadi miring-miring. Akhirnya kita kan

musti pendekatan, ‘kamu lagi ada masalah apa? ko tumben

kamu jaitannya lagi gak rapi?’ gitu ya, nanti akhirnya ‘oh iyah

bu, soalnya saya ada panggilan interview kerja’ bla bla bla.

Kan itu membuat pecah mood dia lagi belajar di kita, karna dia

ada interview nih, sementara dia terikat sama kita harus satu

bulan setengah di sini. Itu buat kita PR sebagai instruktur yah,

kita bisa mempertahankan dia gak, atau harus kita. Dari awal

kita udah bilang ‘kalo ada panggilan kerja pada saat kamu

pelatihan di BLK berarti kamu siap gak harus memilih di sini’

gitu, itu dari awal kita. Kalo kendala sih pasti kalo ngajar ada

aja, dari siswa, ada aja.

8. Bagaimana proses pemberian sertifikat?

Kalo dinyataan lulus ikut pelatihan di sini terima sertifikat dari

UPTD. Itu instruktur yang nilai, kita kan ada nilai kaya bagi

rapot. Jadi selama pelatihan dia 240 JP kita bikin nilai untuk

laporan ke kantor, nilai prakteknya berapa, nilai teorinya

berapa, terus kemampuan skillnya berapa itu kita laporkan.

Daftar nilai itu yang menjadi pacuan lulusnya atau tidaknya

selama si siswa melakukan pelatihan di sini.

Kalo menjahit, saya ada ujiannya. Jadi misal di minggu

terakhir pelatihan itu ujian membuat kemeja durasi saya kasih

3 jam, itu mereka harus selesai. Cuman, kembali lagi banyak

154

faktor pendukung kan, misal ujian dia gak lulus dalam 3 jam,

tapi penguasaan materi dia selama 1 bulan cukup 70%, ya

berarti kan bisa dinyatakan lulus. Kalo udah dinyatakan lulus

dapat sertifikat dari UPTD, itu biasa dari instruktur, si A nilai

poinnya 170 misal, nah itu dinyatakan dia lulus ujian.

Kalo yang SKKNI itu dari UJK (uji kompetensi), itu yang

manggil asesor BNSP itu. Dan tergantung paket, nah paket

yang mengatur kantor, jadi ada paket UJK nya gak, ‘angkatan

ini ada paket UJK gak’, bisa ada bisa enggak. Kalo gak ada

berarti hanya dapet sertifikat pelatihan. Biasanya 1 minggu

setelah belajar BLK selesai, baru UJK. Selangnya 1 minggu, 1

minggu itu dipersiapkan buat mempersiapkan alat bahan

latihan mereka, pra UJK disebutnya. Jadi kita udah latihan

sebelumnya, bahkan kadang kalo saya 2 minggu sebelumnya

saya mantepin latihannya.

9. Menurut ibu, apakah pemberdayaan masyarakat ini dapat

memperbaiki ekonomi?

Mereka yang punya pemikiran mau kursus menjahit itu antara

dua, mereka pengen berwirausaha mencari penghasilan sendiri

tanpa terikat dengan perusahaan, kedua mereka

mempersiapkan diri buat bersaing, bersaingnya di industri.

Kalo dibilang meningkatkan taraf hidup, tergantung si anaknya

setelah diberikan pelatihan ini dia berani gak di luar buka

jaitan, kalo yang mau berwirausaha. Kalo dia berani spekulasi

buka jaitan otomatis ekonomi masuk dong, tapi kalo si anak

gak berani spekulasi dia bisa cari jalan lain, jalan lain apa, dia

ikut tes di pabrik, pabrik garmen.

155

Improvisasi: Berapa banyak alumni yang bekerja di

perusahaan mitra dengan alumni yang membuka usaha

mandiri?

Karna survey kualifikasi mereka setelah lulus di sini itu

adanya di pemasaran, pemasaran kantor bagian pemasaran,

saya gak tau detailnya berapa banyak mereka yang diarahkan

ke pabrik karna kan yang mengurusi rekrutmen ada bagiannya

sendiri, kalo kita kan di sini hanya mengajar yah. Tapi kalo

saya lihat dari garis besar aja fifty fifty sih, ada yang

berwirausaha, ada yang dia kerja di butik, ada juga yang

mereka larinya ke garman PT, fifty fifty sih.

156

Informan : Nana Murdiana, ST (Ketua Instruktur

Pelatihan UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten)

Waktu : 28 Desember 2020 (12.37 s/d selesai)

1. Bagaimana proses pendaftaran pelatihan menjahit?

Pertama, sebelum kita mulai pengumuman di share di medsos.

Kita tentukan dulu, kaya gini sekarang nih kita lagi persiapan

untuk perencanaan tahun depan, berapa jumlah paketnya dari

masing-masing setiap jurusan. Mungkin kalo di bangku kuliah

nyebutnya SKS, kalo kami nyebutnya SKP (Sasaran Kerja

Pegawai) buat 2021 itu apa sih yang mau akan kita kerjakan,

nah ini baru saya dapet tadi semua jurusan. Untuk 2021 apa aja

sih paketnya, contoh di sini ada nih kita nanti buka 20 jurusan

pelatihan sama UJK, nah pelatihannya totalnya di sini untuk

tahun depan.

Contoh aja nih bayangin 656 target kita rencana kita dalam

satu tahun, ini baru separo tahun 2020 tuh 1200 target kita

dalam satu tahun. Contohnya kejuruan mesin bubut yah 48

orang dibagi 16 berarti 3 paket gituloh. Nah ini untuk satu

tahun dibagi 5 gelombang maksudnya begini, contohnya ini

kan 20 (program pelatihan), anggaplah 1 sampe 3: gelombang

pertama, 4 sampe 7: gelombang kedua, sampe lima

gelombang, itu biasa kita yah di luar pandemi. Jadi 656 ini

nanti dibagi 5 gelombang, gelombang itu nanti berapa paket,

jurusannya apa aja gitu. Jadi misalnya saya kan di autocad

gambar bangunan 3 paket, jadwal ini fleksibel, misalkan dari 5

gelombang saya gelombang pertama, ketiga, kelima,

contohnya begitu.

157

Yang membuat fleksibel itu sesuai jadwal pimpinan, karna

yang mengatur jadwal itu pimpinan, dia banyak pertimbangan

lah instruktur ada apa engga, instruktur nanti lagi ada kegiatan

apa engga gitu kan. Kalo misalkan gini ada contoh kasus lagi,

kita udah targetkan 12 paket udah mengadakan seleksi, tapi

ternyata yang bisa dilaksanakan 10 paket, 2 paketnya tuh

dipending nanti diadakan lagi gelombang selanjutnya gitu.

Dipending itu karna siswanya, gak ada peminatnya, gak ada,

gak ada pendaftar. Kita tunggu sampe batas akhir pendaftaran

ternyata gak ada yang daftar, trus minimal itu kan boleh kita

buka 12 orang, di bawah 12 orang itu kita pending.

2. Mengapa pelatihan menjahit tidak membuka banyak

paket (kelas) dalam setahun?

Gak banyak dibuka, pertama instrukturnya gak ada, artinya

gak ada itu gak ada yang PNSnya. Instruktur pelatihan

menjahit pegawai sini, di sini tercatatnya sebagai toolman,

cuman di lapangan realisasinya dia sebagai pengajar,

anggaplah pengajar dari luar. Memang dia tidak lebih tau,

mereka taunya tuh datang seleksi, ngajar udah pulang kalo

instruktur dari luar taunya seperti itu aja. Itu yang kita

keluhkan biasanya instruktur yang dari luar, untuk

perawatannya kan tidak ada karna kan dia tidak stay loh dia

datang ke sini cuma pada saat ngajar pelatihan aja kan. Kalo

kita kan pegawai sini kan ada gak ada pelatihan harus masuk,

ada jadwalnya ada kewajibannya tiap hari masuk beres-beres

workshop lah atau apalah gitu loh. Kalo yang mereka engga,

ada ke sini tuh pada saat ada pelatihannya aja, makanya

158

kadang workshopnya berantakan tidak terawat gitu. Karna

mereka kan sistemnya honor, kalo gak ada pelatihan ya

mereka gak dapet honor.

Trus permintaan pasarnya memang agak kurang, peminatnya

sebenernya sih kalo saya coba asumsi yah kalo 4 paket pun

dibuka dalam satu tahun peminatnya cukup, ada nanti terisi

gituloh. Cuma sekarang itu anggaran kita dipangkas, contoh

sekarang ini kan kita tahun 2020 sebelum ada corona kan

hampir 1.200 paket kita dalam satu tahun, karna kita tuh bagi-

bagi, bagi-bagi itu artinya kita banyak pertimbangan.

Contohnya kenapa ada yang banyak ada yang sedikit, dilihat

dari peminat pesertanya, kedua peminat usernya atau

perusahannya gitu. Dari menjahit ini emang dari segi, kita lihat

dari seginya bagian penempatan kerja jarang, itu tadi karna

mereka targetnya mungkin bukan kerja di pabrik tapi mereka

home industri mandiri di rumah. Kalo saya logikanya di sini

kan, tekstil sedikit yah maksudnya yang indeks tekstilnya gitu

yah, jadi dilihat dari lingkungan kerja, targetnya nih di daerah

Banten ada gak sih, makanya sedikit.

3. Bagaimana proses pelaksanaan apel pagi?

Dulunya setiap hari, setiap pagi jam 7, bareng-bareng semua.

Awalnya terpisah dulu sempet terpisah, pegawai-pegawai

karna kan ada sesuatu yang siswa gak perlu tau siswa-siswa.

Nanti dibagi jadwalnya nanti, satu instruktur untuk jaga siswa

jadi pembinanya, siswa nanti kita bikin jadwal piketnya gitu.

Nah kemaren-kemaren sebelum 2019 itu saya kasih saran ‘ok

kita gabung aja yuk, apelnya bersama-sama, nanti Senin sama

159

Jum’at saja’ gitu. Senin itu semuanya si pegawai juga ikut

gabung sama kita, Jum’at juga Jum’at biasanya abis apel ada

senam. Apel dulu kemudian senam, kita pake instruktur senam

juga dari luar.

Berarti apel itu yang dari 2019 dua hari, tahun sebelumnya tiap

hari. yang jadi pembinanya instruktur, saya buatkan jadwalnya

misalkan hari ini instruktur otomotif namanya si ini, kemudian

petugasnya siapa, peserta otomotif. Apelnya biasanya baris,

kemudian ada petugasnya kan, ada komandannya, ada

pembaca do’a, ada pembaca janji siswa.

4. Bagaimana proses pelaksanaan outbound management

training (OMT) ?

Misalnya 200 jam pelatihan itu 25 hari efektif, 2 harinya tuh

diambil untuk itu. Pertama outbound, tapi outboundnya

mungkin di situ kita nyebutnya bukan outbound yah, karakter

yah character building. Jadi outboundnya, outbound internal

kita aja di dalem gak mesti ke gunung, jadi cuma mereka harus

berani berlatih, nanti itu dari luar juga instrukturnya. Digabung

semua jurusan satu gelombang, seru-seruan ngegame. Apa sih

fungsinya, pertama mereka mengenal lingkungan mengenal

rekan orang-orang di sebelahnya kan, trus mereka berani

meluapkan gagasan idenya, kurang lebih seperti outbound lah

cuma bedanya kita di sini. Full satu hari, itu instrukturnya

langsung dari Badan Diklat Provinsi yang spesialis outbound.

Kemudian ada dua, kalo kita nyebutnya OMT (outbound

management training) kalo di silabus kita yah OMT,

kemudian ada satu lagi FMD (fisik mental disiplin) itu yang

160

ngelatih bapak TNI. OMT itu kekompakan, keberanian

gitukan, percaya diri. Tapi kalo FMD itu disiplin, tepat waktu,

bagaimana sih kamu disiplin di dunia kerja nanti seperti apa,

nant itu bapak TNI yang ngelatih fisik mental disiplinkan,

bagaimana fisiknya mereka nanti dilatih lari-lari gitukan.

5. Apakah semua peserta dapat mengikuti UJK?

Tidak, tidak semua. Ini contohnya ini yang diUJKkan sekitar

272 dari 656 yang kita latih, emang gak mesti diUJKkan,

sebenernya sih gak wajib karna kan ada menyangkut anggaran.

Biasanya tahun lalu itu 240 jam pelatihan dan gak mesti, nanti

itu tergantung pimpinan jurusan apa aja. Biasanya yang

diUJKkan itu yang bener-bener nanti sering dipanggil

perusahaan karna legalitasnya mereka lebih diminta, lebih

diutamakan. Contoh kalo misalkan kecantikan jarang ya, kan

biasanya perusahaan itu karna mereka udah punya standar, dan

standar mereka mengakui sertifikat UJK, mengakui

maksudnya diakui ada harganyalah. Tapi kan ngapain kita

diadakan UJK misalkan contoh menjahit, tapi dia kerjanya

hanya mandiri di rumah, UJK itu setifikat itu tidak berguna

gituloh makanya kita perjelas yang mana sih yang berguna

gituloh UJK nya. UJK kan mahal ini, UJK ini mahal kalo kita

pribadi pake uang sendiri bisa sampe 7 juta, 5 juta, kalo yang

ini tuh free dibiayain sama Provinsi Banten.

6. Bagaimana proses penempatan alumni UPTD Latihan

Kerja Provinsi Banten ke perusahaan?

Kita lihat dulu, sebenernya tupoksi penempatan itu bukan di

Balai lagi bukan di Latker lagi, itu di Dinas ada divisi

161

tersendiri sebenernya. Cuma karna terbiasa dulu itu BLK

sepaket, dilatih ditempatkan, dilatih ditempatkan, seperti itu di

mana-mana BLK di seluruh Indonesia biasanya sepaket itu.

Nah namanya kalo di balai besar atau yang di BLK-BLK

daerah yang menerapkan dilatih ditempatkan sepaket namanya

Kios 3in1, contohnya BBPLK Serang yang kita terdekat saja

di sini, itu punya kementiran punya dan dia itu melatih seluruh

Indonesia, ada sistemnya boarding di sana. Jadi mereka itu

sepaket, maksudnya instansinya itu BLK itu sepaket dilatih

ditempatkan, tapi kalo di sini tidak.

Karna kita gak enak kasihan, kemudian sudah terbiasa BLK

seperti itu. Akhirnya di telegram kita punya grup. Contohnya

pak Otong ngasih linknya grup telegram, saya share ke grup

alumni saya WA ‘hey kalian yang udah pernah mengikuti

seleksi pelatihan ini gabung di grup ini untuk info loker’ gitu.

Sistemnya seperti apa, biasanya perusahaan datang ke sini

secara resmi bersurat bahwa kami perusahaan A bergerak di

bidang ini di bidang ini membutuhkan karyawan untuk jabatan

ini-ini kualifikasi ini dan ini, nanti besurat ke pak Otong.

Kemudian di pak Otong dipoto dishare ke grup telegram ‘ini

ada perusahaan mencari calon tenaga kerja kualifikasi ini

jurusan ini ini, background pendidikannya ini umurya ini,

syarat-syaratnya jelas ‘yang berminat silahkan email ke sini

silahkan datang ke sini’ gitu loh. Jadi kita hanya fasilitator aja,

kita tidak menekankan ke perusahaan, karna kewenangan itu

perusahaan yang punya, kita hanya merekomendasikan.

162

Informan : Eky Almas Oktaviani (Angkatan 1, 2018)

Usia/Status : 25 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Karyawan Hush Puppies (admin ecommerce)

Waktu : 8 Februari 2021 (19.28 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Waktu tahun 2017 pernah mengikuti BLKI juga jurusan TIK,

jadi sudah kenal dengan trainer di sana. Kami ada grup alumni

BLKI Banten, informasinya dari grup tersebut.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Karena biaya les menjahit mahal, jadi cari yang gratis. Salah

satunya di BLKI Banten, tujuannya sih karena dulu mau buka

usaha di bidang fashion.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Karena aku gak ada basic menjahit sama sekali, bahkan bener-

bener gak pernah menjahit sebelumnya, jadi ya awalnya susah.

Cuma setelah dipelajari ternyata seru ko, kuncinya menjahit

itu harus sabar dan nikmati prosesnya.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Waduh lupa, banyak banget semua basic dipelajari di sana.

Awalnya kita diberi pelatihan pembuatan pola baju, sampai

bisa jahit kebaya brukat, keren kan.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Banyak sih, cuma karena pelatihnya sabar dan teman-

temannya seru dan saling dukung ya jadi dinikmati aja.

163

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Jadi bisa menjahit, jelas lah ya, cuma happy aja bisa menjahit.

Ternyata jahit itu gak semudah yang dibayangkan, jadi bisa

lebih menghargai para penjahit sih.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Sebelum masuk BLKI aku kerja di bank dan sekarang aku

kerja di Retail Fashio bagian penjualan online e-commerce,

kamu tau brand Hush Puppies gak, aku kerja di brand itu divisi

e-commerce, mencakup admin juga.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Mungkin kalo memang niat tujuannya mendapatkan pekerjaan

di bidang menjahit sih iya banget, karena rata-rata perusahaan

melihat dari sertifikat juga sih.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Waduh sensitive nih, lebih besar setelah mengikuti pelatihan

sih, atau kamu kira-kira aja, maaf ya. Pastinya karena kita

nambah skill dan lebih pede untuk melamar pekerjaan.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Sangat membantu sih, alesannya ya sama seperti pertanyaan

sebelumnya.

164

Informan : Sahroni (Angkatan 1, 2018)

Usia/Status : 26 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Barberman, menjahit

Waktu : 10 Februari 2021 (21.03 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Waktu itu dapet informasinya dari temen yang ngeshare ke

grup-grup, teman kampung.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Alesannya adalah ingin mengembangkan keterampilan yang

ada pada diri saya terutama pada keterampilan menjhait.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Awal dari pagi masuk jam 7 itu sudah mengikuti apel bersama

semua peserta pelatihan, lalu setelah itu dapet teori dari guru

menjahit, lalu mempraktekan langsung apa yang sudah dikasih

teori sama guru dan langsung mendapatkan ujian lisan maupun

tulisan.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Bagaimana cara menjadi seseorang yang disiplin terhadap

waktu, lalu mendapatkan materi praktek cara menjahit mesin

jahit modern, dan praktek menggunakan mesin obras. Lalu

teorinya cara menggunting, lalu rumus-rumus untuk membuat

baju, celana, kemeja, tas dan lain-lain.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Oh waktu itu tidak ada kendala, itu lancar sampe akhir dan

mendapatkan sertifikat.

165

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Mampu praktekkan apa yang sudah saya pelajari, jadi di

rumah kan ada mesin jahit jadi saya bisa membuat kaya

masker, kaya pouch atau membuat keset, atau bisa menjahit

baju-baju yang sobek atau baju-baju yang sudah kegedean

dikecilkan.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Saya ini usaha bergerak di bidang jasa, jadi saya mendapatkan

uang, mendapatkan pekerjaan, yaitu waktu itu saya ini menjadi

seorang barberman di barbershop. Sekarang profesi saya ini

saya masih menjadi freeance barberman. Paling sih bantu ibu

untuk membuat keset dan dijual. Blom ada waktu untuk kerja

sifting gitu blom lulus kuliah.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Pasti ka, soalnya kan keterampilan sangat dibutuhkan

diperusahaan konveksi, tapi saya blom pernah coba ngelamar

di konveksi.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Saya blom bisa menjawab karena memang saya belum

mengikuti pekerjaan yang memang itu pekerjaannya sebagai

penjahit. Nah kalo pendapatan perbulan dari hasil jahit bantu

ibu yang tau ibu yah kira-kira 500 ribuan, buat tambahan saja

ka. Kalo yang perbulan 2 jutaan sampe 3 juta.

166

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Membantu sekali karena menambah wawasan saya tentang

menjahit dan mampu mempraktekan di rumah maupun di

tempat konveksi bila saya melamar di konveksi.

167

Informan : Deri Rahmana (Angkatan 1, 2018)

Usia/Status : 23 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Pekerja Seni (ngamen)

Waktu : 10 Februari 2021 (09.08 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Dari media sosial.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Gak ada alesan.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Menyenangkan.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Banyak.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Gak ada.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Jadi ngerti.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Sebelum dan sesudah sama aja, masih jadi pekerja seni.

sekarang ngamen, di mana aja ngamennya.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Biasa aja.

168

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

9 dari 10. Gaji mah gak tentu, tapi bisa lah DP motor mah. 3

jutaan lah perbulan. Tapi gak nentu juga sih, tergantung

jobnya di mana.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Gak juga, gak tertarik kerja jahit.

169

Informan : Irham Mahfud (Angkatan 2, 2018)

Usia/Status : 27 Tahun/Menikah

Pekerjaan : Karyawan PT Agung Pelita Industrindo

(Designer sepatu)

Waktu : 30 Januari 2021 (11.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Akun instagram UPTD Latker Provinsi Banten

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Untuk menambah skill atau kemampuan dalam bidang

menjahit.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Proses pelatihan menjahit sangat baik, dari mulai pengenalan

dan sampai tahap finishing produk yang disiptakan dalam

menjahit semua baik dan disiplin.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Materi yang didapat pengoperasian mesin jahit, jenis alat-alat

kerja dan pendukung lainnya, cara potong bahan, membuat

pola, membuat baju, celana, blazer dan lain-lain.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Alhamdulillah selama pelatihan tidak ada kendala apapun.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Bisa mengoperasikan mesin jahit dengan baik.

170

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Pekerja home industri. Sekarang kerja di PT Agung Pelita

Industrindo Serpong, bagian desain untuk sepatu aja.

Improvisasi: Kapan dan dari mana mendapat info

lowongan kerja di PT Agung Pelita Industrindo?

Kerja di sini setelah dari pelatihan di UPTD. Kalo untuk yang

sekarang dari rekan pelatihan.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Alhmadulillah lebih mudah dan lebih percaya diri.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Sebelum 1,5 juta, sekarang 6 juta.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Sangat membantu karna pelatihan ini menggali dan menambah

kemampuan atau skill baru dalam diri kita, dan juga pelatihan

menjahit ini selain bisa bekerja di industri atau perusahaan-

perusahaan tekstil, bisa juga membuka usaha sendiri di rumah

dan itu lebih menjamin.

171

Informan : Cahyaning Maslakhah (Angkatan 1, 2019)

Usia/Status : 21 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Guru (mengajar privat)

Waktu : 30 Januari 2021 (11.08 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Dari sosial media Instagram.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Ingin menambah skill dan menjahit adalah salah satu hobi

saya.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Menyenangkan dan sangat banyak akan ilmu. Dilatih oleh

orang yang profesional dan bersertifikat pada bidangnya.

Pelatihan yang dilakukan berupa materi dan praktek.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Mengoperasikan mesin jahit, mengukur badan, membuat pola

dan menjahit beberapa model pakaian.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Tidak ada.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Menambah skill baru dan menambah pertemanan. Skill

menjahit udah menghasilkan baju, misalnya buat kaka tolong

kecilkan atau pendekkan baju.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Buruh pabrik. Sekarang kuliah dan mengajar les privat.

172

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Mungkin saja, tapi setelah dari pelatihan saya tidak bekerja

dalam bidang menjahit. Saya tidak membuka jasa hanya untuk

diri sendiri dan kerabat, mungkin sesudah lulus kuliah baru

bisa membuka jasa.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Pendapatan sebelumnya sekitar 4 juta, sekarang sekitar 1 juta.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Mungkin bisa begitu nanti, tapi tidak untuk saat ini.

173

Informan : Putri Arni (Angkatan 1, 2019)

Usia/Status : 25 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Karyawan Mery Konfeksi (menjahit)

Waktu : 29 Januari 2021 (20.58 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Dari media sosial instagram.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Alasan saya untuk menambah skill dalam diri saya terutama

untuk bekerja di bidang menjahit.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Yang awalnya tidak bisa menjahit menjadi bisa.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Materi yang saya dapatkan dari ikut pelatihan, satu membuat

pola atasan dan bawahan kebaya, dua pola kemeja, tiga pola

celana, empat pola baju blouse.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Kendala yang saya alami tentunya ada, dari membuat pola

hingga menjahit pola tersebut, tapi Alhamdulillah semua

berjalan lancar.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Hasil atau perubahan, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa

menjahit dan Alhamdulillah sekarang bekerja di bidang

menjahit.

174

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Kalo saya sebelum mengikuti pelatihan ini saya sebagai

mahasiswi. Sekarang di konveksi ka, kerjanya menjahit

samping celana, kofeksi baju baby namanya Mery Konveksi.

Improvisasi: Dari mana mendapat info lowongan kerja di

konveksi?

Dari grup loker angkatan kami ka.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Tentu saja.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Sebelumnya saya masih kuliah, sekarang kuliah sambil kerja

dikarnakan tidak full hanya 50% dari gaji pokok, sebulan 2,2

juta.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Tentu daja membantu dan memperbaiki ekonomi saya.

175

Informan : Selawati (Angkatan 1, 2019)

Usia/Status : 20 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Karyawan PT Nikomas Gemilang (menjahit

sepatu)

Waktu : 30 Januari 2021 (11.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Sekolah

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Ingin belajar pengetahuan yang belum dijamak dan ingin

mengenal dunia pekerjaan.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Menyenangkan.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Materi yang didapatkan banyak sekali, mulai dari pengenalan

mesin, cara mengoperasikan mesin, pengenalan jenis bahan,

benang, dan cara menjahitnya.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Kendalanya jauh dari tempat tinggal dan harus pulang pergi.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Perubahannya yang awalnya belum bisa menjahit sekarang

bisa menjahit

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Melatih exkul. Sekarang kerja di PT Nikomas Gemilang, jahit

sepatu tapi bagian finishing.

176

Pertanyaan Improvisasi: Kapan mulai kerja di PT

Nikomas Gemilang? Dan dari mana info lowongan kerja

tersebut?

Tahun 2019, lulus UPTD langsung kerja. Dapat info loker di

luar info loker UPTD.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Iya lebih mudah karena kita mempunyai atau keterampilan

menjahit.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Sebelum 200 ribu, sesudah kerja 4,2 juta.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Iyah betul sekali sangat membantu.

177

Informan : Dinda Kornelia Vinadani(Angkatan 1, 2019)

Usia/Status : 21 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Guru TPA (mengajar)

Waktu : 31 Januari 2021 (10.28 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Dari instagram

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Dapet ilmu baru.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Lumayan agak sulit.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Cara buat pola baju, celana, rok dan lain sebagainya.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Ada mungkin sedikit imsonia.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Bisa menjahit baju.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Mengajar di TPA. Sebelumnya ngajar ka, ngajar ngaji ka.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Iya.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

-Tidak ada jawaban.

178

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

-Tidak ada jawaban.

179

Informan : Nur Alfiyatullailah ( Angkatan 2, 2019)

Usia/Status : 22 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Konsultan di PUPR (Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat)

Waktu : 29 Januari 2021 (20.26 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Kebetulan kemarin tahun 2019 kaka tuh baru lulus kuliah, jadi

pas nyari-nyari kerjaan gitu, trus tiba-tiba ngeliat poster dari

IG apa namanya, pelatihan menjahit ini. Trus karna emang

pengen tau gitu yah jadi gak ada salahnya kaka ikut-ikut

pelatihan sambil nunggu wisuda saat itu.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Ya itu pengen bisa jait gitu.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Prosesnya kondusif, seru, fun gak begitu apa yah, gak begitu

fokus banget. Maksudnya kita gak terlalu kaku sama yang

ngelatihnya juga asik masih muda.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Banyak, kita belajar dari pertama mendesain, trus mengenal

mesin jaitnya. Trus kita pertama-tama banget tuh belajar jait

lurus, trus gimana caranya ngunci dari ujung ke ujung kaya

gitu, sampe finalnya. Final examnya kita dapet bikin, suruh

bikin baju gitu.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Sejauh ini sih Alhamdulillah lancar-lancar aja, sampe bajunya

jadi itu kita waktu itu ngerjain dalam waktu berapa, cuma

180

berapa minggu gitukan. Karna awal-awal kan kita belajar

dasar teknik dasarnya, trus sampe suruh bikin pola belajar

pola. Trus dikasih waktu bikin baju itu cuma kalo gak salah 10

hari apa 2 minggu yah aku lupa.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Ya hasilnya kita dapat mengenal mesin jahit itu kaya gimana,

trus bisa bisalah untuk dasar menjahit itu, bisa. Trus bikin pola

badan kita sendiri itu gimana, bikin pola orang lain itu gimana.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Saya mahasiswa, jadi kerjaannya masih ya masih kuliah gitu.

Kalo sekarang di konsultan di program PUPR. Kalo saya

emang dari awal ikut pelatihan itu pengen punya skill tapi

untuk diri saya sendiri gitu, tidak untuk sengaja-sengaja untuk

mencari uang gitu.

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Kebetulan saya ikut menjahit itu tujuannya tujuan awal bukan

untuk bekerja menjait jujur, karna saya kuliah jurusan elektro

sangat jauh untuk menjait, kecuali kalo saya kuliah di jurusan

desain atau gimana gitu yah yang mengenai fashion juga.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Pendapatan sebelum mengikuti pelatihan kan ya masih

tanggungan orang tua, tapi untuk saat ini Alhamdulillah udah

181

kerja jadi, tapi tidak berkaitan dengan menjait itu

pekerjaannya, gaji pokok 2,5 juta.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Tidak, karna emang dari awal saya tidak, tujuan awal saya

tidak untuk mencari uang dari pelatihan ini, tapi karna saya

pengen bisa, saya pengen punya skill. Jadi kalo misalkan ada

apa-apa dalam lingkungan saya mengenai baju, misal kaya

orang tua saya pengen potong baju apa gimana setidaknya

saya bisa.

182

Informan : Kavivah Sivaur Rahmah(Angkatan 2, 2019)

Usia/Status : 19 Tahun/Lajang

Pekerjaan : Karyawan PT. Dynaplast Jatake (operator

produksi)

Waktu : 29 Januari 2021 (16.20 s/d selesai)

1. Dari mana/siapa Anda mendapatkan informasi pelatihan

menjahit di UPTD Latihan Kerja Provinsi Banten?

Sosial media.

2. Apa alasan Anda mengikuti pelatihan menjahit?

Untuk menambah skill.

3. Bagaimana proses pelatihan yang telah Anda ikuti?

Sangat menyenangkan, lancar, alat praktek yang memadai.

4. Apa saja materi yang Anda dapatkan?

Pola dasar jait, finishing, obras, menghitung ukuran, pola,

teknik, dan cara menjahit dan lain-lain.

5. Selama mengikuti pelatihan, apakah ada kendala?

Kurang cepat dan lues dalam menjahit.

6. Apa hasil/perubahan yang Anda dapat setelah mengikuti

pelatihan?

Makin nambahnya wawasan tentang jahit, cara dan skill.

7. Apa pekerjaan Anda sebelum mengikuti pelatihan? Dan

apa pekerjaan Anda saat ini?

Tidak ada karena pas lulus sekolah masih di bawah umur,

sekarang operator produksi di PT. Dynaplast Jatake, soalnya

aku kerja sama latihan beda, ga sama. Contohnya sih masih

bisa bantu bude kerja jahit ya kalo emang pesanannya banyak,

tempat sendiri enggak gede cuma beberapa orang aja biasanya.

183

8. Dengan bekal keterampilan menjahit yang Anda miliki,

apakah lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan?

Agak terlalu susah untuk mencarinya, sekalinya dapat

terkendala jam kerja yang panjang.

9. Berapa pendapatan Anda sebelum mengikuti pelatihan?

Dan berapa pendapatan Anda saat ini?

Tidak ada sebelum mengikuti pelatihan, sesudah pelatihan 3

juta. Kalo jait mah aku paling 300 400 ribu karna kan ga full,

selagi adawaktu senggang aja.

10. Menurut Anda, apakah program pelatihan kerja ini

membantu dan memperbaiki perekonomian Anda?

Alhamdulillah sedikit terbantu dengan skill jahit yang saya

punya.

184

C. Lampiran 3: Surat-Surat

185

186

187

188