90
i PEMBACAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI ZIKIR MANAKIB SAMMAN DI DESA KUBU KANDANG KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh : NOPA MUSTAKIMAH NIM. 301171159 PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

pembacaan ayat al-qur'an dalam tradisi zikir

Embed Size (px)

Citation preview

i

PEMBACAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI ZIKIR

MANAKIB SAMMAN DI DESA KUBU KANDANG

KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI

JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN)

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) Dalam Jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh :

NOPA MUSTAKIMAH

NIM. 301171159

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

2021

ii

Ermawati, M.A Jambi, 14 Juli 2021

Sajida Putri, S.Ud., M.Hum

Alamat: Fak. Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth.

UIN STS Jambi Bapak Dekan

Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak. Ushuluddin

Simp. Sungai Duren di-

Muaro Jambi JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan

persayaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi, maka kami

berpendapat bahwa skripsi saudara Nopa Mustakimah dengan judul “Pembacaan

Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman di Desa Kubu

Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi (Studi Living

Qur’an)” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan (Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir) pada fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, semoga

bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa, atas perhatiannya kami

ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Ermawati, M.A Sajida Putri, S.Ud., M.Hum

NIP. 197612162005012004 NIP. 2028019101

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nopa Mustakimah

NIM : 301171159

TTL : Sridadi, 10 November 1999

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas : Ushuluddin Dan Studi Agama

Alamat : Desa Mendalo Darat

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini dengan judul

“Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman di Desa

Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi (Studi

Living Qur’an)” adalah merupakan karya tulis saya sendiri kecuali semua kutipan

dan semua sumber yang telah disebutkan dalam karya ini.

Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya

sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia

dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi,

termasuk pencabutan Gelar yang saya peroleh melalui skripsi ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

iv

v

MOTTO

سلا أنباءا منا عليكا نقص ا وكلا ذها فى وجاءكا فؤادكا بهۦ نثب تا ما ٱلر ٱلحق ا ه

للمؤمنينا وذكرىا وموعظة ا

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar

dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan

kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang

beriman.”(Q.S. Hud 11:120)1

1Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 235.

vi

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan awal kesuksesan ku ini kepada :

Ayahanda tercinta Hipni Rohim (Abdul Rahim Pulungan), ayah terhebat

dengan segala ketegasannya, tipikal pria yang pendiam namun amat sayang

dengan keluarganya, aku banyak belajar dari engkau Ayah!.

Ibunda tersayang Salnida, Ibu terhebat dengan seluruh celoteh renyahnya, ibu

yang amat tanggap terhadap segala urusan anaknya, ibu yang bersedia

mengorbankan segalanya, sungguh terimakasih banyak Tuhan atas berkah kedua

orang tua seperti ini. Akan ku usahakan dengan selalu berjuang dan bersungguh

sungguh untuk menjadi anak yang selalu membuat mereka tersenyum dan

bangga…

Teruntuk abang-abang ku, Idwan Syah Dani, Reno Akta Putra dan Muslim,

semenyebalkan apapun kalian, kalian tetaplah keluargaku, terimakasih untuk

telah bersedia menjadi salah satu bagian hidup ku. Dan terakhir terimakasih

telah menjadi “Malaikat Kecil ku” aku bahagia memilikinya.

Teruntuk Almamaterku tercinta UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Dan terakhir teruntuk semua teman yang mempunyai peran selama aku kuliah,

maaaf tak dapat menyebutkan kalian satu persatu, tapi terimakasih selalu ada

dalam suka maupun duka, yang selalu memberiku kekuatan ketika aku patah

semangat dalam menuntut ilmu. Doakan, semoga kita dapat bertemu di titik

tertinggi cita-cita kita, karena mimpi ini baru saja dimulai bukan???

Semoga kesuksesan ini adalah awal dari langkahku untuk menapak masa

depan yamg masih panjang dalam mewujudkan Cita-citaku menjadi

manusia yang berguna bagi Keluarga, Agama dan Bangsa Aamiin.

vii

ABSTRAK

Skripsi ini adalah studi tentang Living Qur’an pada pembacaan ayat Al-

Qur’an dalam tradisi zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang, Kec.

Pemayung, Kab. Batanghari, Jambi. penelitian ini dilatar belakangi oleh

perbedaan bentuk penyelenggaraan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat, yang

mana dalam hal ini adalah tradisi pembacaan Manakib Samman. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan pemaknaan tradisi rutin keagamaan

masyarakat, yang mana masyarakat menjadikan tradisi pembacaan Manakib

Samman di Desa Kubu Kandang ini sebagai berbagai macam bentuk sarana dalam

melakukan kegiatan keagamaan baik berupa niat maupun perbuatannya. Tradisi

pembacaan Manakib ini mendapat perhatian khusus dan menjadi daya tarik

tersendiri bagi masyarakat Desa Kubu Kandang sebagai motif dan pandangan

mereka dengan latar sosial keagamaan serta budaya yang memiliki pemaknaan

dan pemahaman tertentu.

Penelitian ini berfokus pada perspektif masyarakat terhadap ayat-ayat Al-

Qur’an yang digunakan dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa Kubu

Kandang Kec. Pemayung Kab. Batanghari. Penelitian ini bersifat kualitatif

deskriptif, objek penelitiannya adalah tradisi pembacaan Manakib Samman Desa

Kubu Kandang, metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tiga macam

yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil dari keseluruhan penelitian yang telah penulis lakukan

maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai berikut: masyarakat Desa Kubu

Kandang mengamalkan tradisi pembacaan Manakib ini sebagai bentuk untuk

meningkatkan ketaatan terhadap Allah SWT. dan Rasulullah SAW. dengan

menjadikan Syaikh Samman sebagai perantara ibadahnya, hal itu juga ditunjang

dengan adanya pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam prosesi pelaksanaan

tradisi Manakiban ini yang memiliki makna tertentu dan khusus bagi para

individual yang melaksanakannya. Selain untuk meningkatkan ketaatan,

masyarakat juga menjadikannya sebagai sarana pelepas berbagai hajat duniawi

yang dipercaya dapat mempermudah urusan-urusan masyarakat. Akhirnya penulis

merekomendasikan kepada warga Desa Kubu Kandang untuk dapat memahami

makna mendalam dari tradisi pembacaan Manakib Samman dan makna bacaan

ayat Al-Qur’an yang terdapat pada prosesi tradisi ini.

Key word: Living Qur’an, Tradisi, Manakib Samman

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

berjudul “Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman

di Desa Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi

(Studi Living Qur’an)”

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Agama pada Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari

bahwa di dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan,

baik penyajian maupun isinya. Hal ini disebabkan masih terbatasnya

kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifat membangun dan mengarah pada

peningkatan mutu penulisan skripsi ini di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, baik itu

berupa dorongan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu

pada kesempatan ini, dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Ermawati, M.A. dan Ibu Sajida Putri, S.Ud., M.Hum. selaku

pembimbing I dan pembimbing II penulis yang dengan ikhlas

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal

hingga akhir.

2. Bapak Bambang Husni Nugroho, S. Th., I. M.H.I dan Ibu

Ermawati, S.Ag., M.Ag selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Ilmu Hadist bersama sekretarisnya atas segala ilmu, petunjuk dan

arahannya selama menempuh jenjang perkuliahan di Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama.

3. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M,Ag Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama, Bapak Dr. Masiyan, M. Ag,

Bapak Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil, dan Bapak Dr. M. Ied Al-

Munir, S.Ag., M.Ag., M.Hum selaku wakil Dekan I, II, dan III

yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh

perkuliahan.

4. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor

UIN STS Jambi yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk menimba ilmu di kampus ini. Ibu Dr. Rofiqoh

Ferawati, SE.,M.EI, Bapak Dr As’ad Isma, M.Pd. dan Bapak

Bahrul Ulum, S. Ag., MA. Selaku wakil Rektor I, II, dan III

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi yang telah berjasa mengajar dan

mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di UIN STS Jambi

ix

serta Staf Akademik yang dengan sabarnya melayani penulis

dalam menyelesaikan prosedur akademik yang harus dijalani

hingga ketahap penyelesaian.

6. Bapak dan Ibu kepala Perpustakaan UIN STS Jambi beserta Staf-

stafnya yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Harun sebagai Kepala Desa Kubu Kandang, serta

masyarakat Desa Kubu Kandang yang banyak memberikan

bimbingan dan telah membatu dalam pengumpulan data saat

bimbingan skripsi.

8. Kanda Dinda seperjuangan, Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir khusus teman-teman sekelas dan seangkatan yang

senantiasa memotivasi, memberikan kritik dan semangat kepada

penulis yang senantiasa menemani penulis baik dalam keadaan

suka maupun duka.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis

mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga, semoga Allah SWT.

membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Jambi, 14 Juli 2021

Penulis

Nopa Mustakimah

301171159

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

NOTA DINAS ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iii

PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

PEDOMAN TRANSLITERASI xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 3

C. Batasan Masalah 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4

E. Kerangka Teori 4

F. Metode Penelitian 8

G. Studi Relevan 12

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Kubu Kandang 15

B. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kubu Kandang

17

BAB III PELAKSANAAN TRADISI PEMBACAAN MANAKIB SAMMAN

A. Pengertian Manakib Secara Umum 23

B. Sejarah Masuk dan Perkembangan Manakib 25

xi

C. Jenis-jenis Manakib yang Berkembang di Indonesia 28

D. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi 35

E. Waktu Pelaksanaan 38

F. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan 39

G. Tempat Pelaksanaan 39

H. Ayat yang Digunakan dalam Pelaksanaan 41

BAB IV PEMAHAMAN MASYARAKAT

A. Landasan Tradisi Manakib 48

B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Tradisi Manakib 52

C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Bacaan Ayat dalam Tradisi Manakib 57

1. Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah 57

2. Qur’an Surah Al-Ikhla>s 59

3. Qur’an Surah Al-Falaq 61

4. Qur’an Surah An-Na>s 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 64

B. Saran 66

DATAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ` ا

ẓ ظ B ب

‘ ع T ت

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dh ذ

N ن R ر

H ه Z ز

W و S س

, ء Sh ش

Y ي ṣ ص

ḍ ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indone

sia

ا A اا Ī اى ā ا

Aw او ả اى U اا

Ay اى ū او I اا

C. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk ta’ marbuthah ini ada tiga macam, yaitu:

1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah: /h/.

xiii

Arab Indonesia

Ṣalāh صلة

Mir’āh مراة

2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah,

dhammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

Wizārat al-Tarbiyah وزارةاالتربية

Mir’āt al-zaman مراةاالزمن

3. Tā’ Marbūṭah yang berharakat tanwin transliterasinya adalah

/tan/tin/tun/.

Arab Indonesia

Rauḍatun روضةا

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya ajaran Islam tanpa sadar banyak yang tercampur

dengan kebudayaan masyarakat setempat, alhasil terdapat beberapa kegiatan

masyarakat yang merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun namun

dianggap juga sebagai ritual keagamaan karena dikaitkan atau digabungkan

dengan beberapa aspek yang ada dalam kitab suci umat Islam itu sendiri, yaitu Al-

Qur’an. Teori persepsian Al-Qur’an dalam kajian Living Qur’an berhubungan

dengan suatu kegiatan atau tradisi yang berkembang dalam sebuah kegiatan

masyarakat, tradisi sendiri merupakan segala sesuatu yang seperti adat,

kepercayaan, kebiasaan.2

Secara garis besar tradisi memiliki makna keterkaitan antara masa lalu

dengan masa kini berupa pengetahuan, doktrin dan bentuk praktik yang

ditransmisikan dari generasi kegenarasi. Secara terminologis tradisi dapat

dimaknai sesuatu yang diciptakan, dipraktikkan atau diyakini.3 Salah satu tradisi

yang sering dilakukan oleh umat Islam ialah zikir. Tujuan utama dari zikir itu

sendiri adalah untuk mengingat Allah SWT. hingga tercapai perasaan akan

kehadiran Tuhan secara lebih langsung di dalam hati.4 Zikir Manakib merupakan

salah satu wujud kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Muslim,5 dan

dalam hal ini zikir merupakan suatu kegiatan yang juga amat disarankan untuk

dikerjakan, seperti yang tertuang pula didalam Al-Qur'an yaitu dalam Q.S. Al-

Ahzab ayat 41:

ثي نوا اذكروا اللا ذكرا كا ا الذينا آما اايا أاي ها

2M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:

Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 465. 3 Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan Tradisi Zikir

Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa Bungah Kecamatan Bungah

Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya: Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 61 4Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi, (Jambi: Sulthan Thaha Press), 170. 5Fahmi Achmad Al Ahwani, "Manajemen Dakwah: Penyelenggaraan Kegiatan Manakib

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di Pondok Pesantren Nuururrohman di Desa Sirau Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas",Skripsi (Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo, 2018), 2.

2

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”6

Islam sendiri memiliki berbagai tradisi atau upacara keagamaan yang

sering dilakukan oleh para penganutnya. Biasanya, upacara ini dilakukan untuk

memperingati seseorang yang dikultuskan atau dianggap keramat. Seiring

bergeraknya waktu, upacara-upacara keagamaan yang dilakukan, pada akhirnya

menjadi sebuah rutinitas ritual pada momen-momen tertentu yang merupakan

proses akulturasi antara budaya lokal dengan Islam. Hal inilah yang terlihat pada

upacara Manakiban di berbagai pelosok negeri ini. Dengan demikian, upacara

Manakib yang berkembang di berbagai daerah, yang sampai detik ini masih

dilestarikan oleh masyarakat Muslim di wilayah-wilayah tertentu negeri

merupakan produk dari akulturasi budaya tersebut.

Manakib adalah kisah kekeramatan para wali, seperti Manakib Syaikh

Abdul Qadir Jailani.7 Sementara menurut istilah, kata “Manakib” diartikan

sebagai cerita-cerita mengenai kekeramatan para wali yang biasanya dapat

didengar para juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca dalam

sejarah-sejarah hidupnya. Kegiatan Manakiban merupakan kegiatan membaca

kitab Manakib secara berjama’ah dan dilagukan seperti membaca sya’ir.8

Berbeda dengan prosesi upacara Manakiban pada umumnya (sebagaimana

dipaparkan di atas), prosesi pembacaan Manakib Samman yang dilaksanakan di

Desa Kubu Kandang ini terlihat amat berbeda, karena Manakib yang dibacakan

tidak seperti Manakib pada umumnya yang menggunakan bahasa Arab seperti

Manakib Syaikh Abdul Qadir Jailani, karena bentuk dari Manakib Saman ini

bertuliskan arab melayu dengan menggunakan bahasa daerah atau lebih tepatnya

menggunakan bahasa Jambi lama.

6Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakara:

Departemen Agama RI., 2011), 337. 7M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:

Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 295. 8Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani dalam

Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-Fithrah Meteseh", Skripsi,

(Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo Semarang, 2018), 3- 4.

3

Prosesi pembacaan Manakib Samman ini diawali dengan pembacaan

tawasul atau wasilah9 yang disertakan dengan Salawat Nabi sebagai bentuk

tersambungnya doa kepada Allah dan diharapkan agar langsung diijabah, setelah

itu dilanjutkan dengan pembacaan Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s

Kemudian sebagai inti penggenapan prosesi tradisi barulah dilanjutkan dengan

pembacaan Manakib Samman dan ditutup dengan doa.

Dalam tradisi ini terdapat penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai awal dari

prosesi tradisi pembacaan Manakib seperti Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan

An-Na>s. Surah-surah ini dipercaya bisa menjadi keberkahan, menjadi salah satu

bentuk ungkapan rasa syukur, sebagai bentuk hajat yang tersampaikan dan dirasa

dapat membuat doa-doa yang dipanjatkan bisa diijabah oleh Allah SWT. Dilihat

dari permasalahan di atas di mana peneliti melihat adanya perbedaan bentuk

pelaksanaan tradisi inilah maka penulis merasa tertarik untuk mengambil tradisi

ini sebagai bahan penelitian Living Qur’an tentang bagaimana bentuk pemahaman

masyarakat terhadap pembacaan ayat Al-Qur’an dalam tradisi pembacaan

Manakib Samman yang hidup di lingkungan masyrakat di atas dalam karya ilmiah

berbentuk skripsi yang berjudul (Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi

Zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari Jambi).

B. Permasalahan.

1. Bagaimana bentuk penyelenggaraan lengkap kegiatan pembacaan

Manakib Samman di Desa Kubu Kandang ?

2. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap tradisi pembacaan Manakib

Samman?

3. Bagaimana bentuk pemahaman masyarakat terhadap pembacaan ayat Al-

Qur’an yang terdapat dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa

Kubu Kandang?

9 Tawasul atau Wasilah adalah sebuah aktivitas untuk mengambil sarana atau wasilah

agar doa atau ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT.

4

C. Batasan Masalah.

Agar penelitian ini lebih fokus kepada permasalahan yang dibahas dan

untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan dalam penyelesaian masalah, serta

keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas

pada penelitian di Desa Kubu Kandang, dan objek penelitiannya terfokus pada

pemahaman masyarakat terhadap penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an yang di pakai

dalam prosesi tradisi pembacaan Manakib Samman, yaitu pembacaan Surah Al-

Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s. Dan dalam hal ini penulis memberikan

batasan-batasan secara tegas terhadap permasalahan.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitan.

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui bagaimana bentuk dari prosesi lengkap penyelenggaraan

tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa Kubu Kandang.

b. Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap tradisi pembacaan

Manakib Samman.

c. Mengetahui bentuk pemahaman masyarakat terhadap pembacaan ayat

Al-Quran yang terdapat dalam tradisi pembacaan Manakib Samman.

2. Kegunaan Penelitian

a. Memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khasanah

keilmuan Islam tentang I'jaz Al-Qur'an dalam segi sedekah bagi dunia

akademik.

b. Menjadikan kontribusi keilmuan penulisan terhadap UIN STS Jambi

yang tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan

global dalam bentuk Universitas Islam.

E. Kerangka Teori.

Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat abstrak

tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai,

norma-norma, pranata-pranata sosial, peristiwa-peristiwa dan perilaku manusia.

5

1. Living Qur’an

Istilah Living Qur’an adalah istilah yang digunakan untuk

menunjukkan keilmuan tentang penggunaan dan pengamalan Al-Qur’an.10

Ada beberapa sisi Al-Qur’an yang diresepsi yakni, tulisannya, bacaannya,

dan sisi bahasanya. Selama ini memang orientasi kajian Al-Qur’an banyak

diarahkan kepada kajian teks. Ranah kajian Al-Qur’an ini tidak lagi

terfokus pada dua hal yakni ma fi Al-Qur’an dan ma haula Al-Qur’an saja,

akan tetapi sudah berkembang pada wilayah hubungan antara Al-Qur’an

dan masyarakat Islam serta bagaimana Al-Qur’an itu disikapi secara

teoristik maupun dipraktekkan secara memadai dalam kehidupan sehari-

hari (Living Qur’an).

Dengan kata lain, kajian ini tidak lagi berangkat dari eksistensi

tekstualnya, melainkan pada fenomena sosial yang berkembang dalam

merespon kehadiran Al-Qur’an dalam wilayah geografis tertentu dan

waktu tertentu pula.11 Kemudian belakangan ini mulai berkembang kajian

yang lebih menekankan pada aspek respon masyarakat terhadap kehadiran

Al-Qur’an yang kemudian disebut living Qur’an (Al-Qur’an al hayy) atau

Al-Qur’an every day life.12

Living Qur’an yang sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an Every

Day Life, yakni makna dan fungsi Al-Qur’an yang Real dipahami dan

dialami masyarakat Muslim belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu Al-

Qur’an yang konvensional (klasik). Tampaknya studi Qur’an yang lahir

dari latar belakang paradigma ilmiah murni, diawali oleh para pemerhati

studi Qur’an non-Muslim. Bagi mereka banyak hal yang menarik di sekitar

Qur’an di tengah kaum Muslim yang berwujud berbagai fenomena sosial.

Misalnya fenomena sosial terkait dengan pelajaran membaca Al-Qur’an di

lokasi tertentu, fenomena penulisan bagian-bagian tertentu dari Al-Qur’an

10Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan

Aksiologi, (Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019), 20. 11Muhammad yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Pendekatan living Qur’an: dalam

Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 39. 12Ibid, 106.

6

yang kemudian menjadi formula pengobatan, doa-doa dan sebagainya

yang ada dalam masyarakat Muslim tertentu tapi tidak masyarakat Muslim

lainnya.

Dalam beberapa kajian teoritis beberapa pakar mengungkapkan

tentang kajian teori Living Qur’an dan Hadis, dimana kajian ini

didefinisikan sebagai sebuah ilmu yang mengkaji tentang praktik Al-

Qur’an dan Hadis, atau mengkaji tentang Al-Qur’an dan Hadis dari sebuah

realita bukan dari idea yang muncul dari penafsiran teks Al-Qur’an dan

Hadis. Kajiannya bersifat dari praktis ke teks, bukan sebaliknya dari teks

ke praktik. Pada saat yang sama, ilmu ini juga dapat didefinisikan sebagai

cabang ilmu Al-Qur’an atau ilmu Hadis yang mengkaji gejala-gejala Al-

Qur’an atau Hadis, bukan teks Al-Qur’an atau teks Hadis. Ia tetap

mengkaji Al-Qur’an dan Hadis, namun dari sisi gejalanya, bukan teksnya.

Gejala tersebut dapat berupa benda, perilaku, nilai, budaya, tradisi, dan

rasa. Dengan demikian, kajian Living Qur’an dan Hadis dapat diartikan

sebagai suattu upaya untuk memperoleh pengetahuan yang kokoh dan

meyakinkan dari suatu budaya, praktik, tradisi, ritual, pemikiran, atau

perilaku hidup masyarakatyang diinspirasi dari sebuah ayat Al-Qur’an atau

Hadis Nabi. Kajian Living Qur’an dan Hadis memang seringkali diartikan

sebagai kajian tentang budaya yang disarikan dari Al-Qur’an dan Hadis.13

Model studi yang menjadikan fenomena yang hidup di tengah

masyarakat Muslim terkait dengan Al-Qur’an ini sebagai objek studinya,

pada dasarnya tidak lebih dari studi sosial dengan keragamannya. Hanya

karena fenomena sosial ini muncul disebabkan oleh Al-Qur’an, maka

kemudian di inisiasikan kedalam wilayah studi Qur’an. Pada

perkembangannya, kajian ini dikenal dengan istilah studi Living Qur’an.14

13 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan

Aksiologi, (Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019), 22-23. 14Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

TH-press, 2007), 6-7.

7

2. Antropologi

Dalam penelitian living Qur’an yaitu pembacaan ayat Al-Qur’an

dalam tradisi pembacaan Manakib Samman, penulis menggunakan teori

yang di tawarkan oleh Geertz mengenai Antropologi Interpretatif yaitu

merupakan cara untuk melihat sistem makna dan nilai dalam masyarakat

yang di pakai dalam menjalani hidupnya, maka Antropologi Interpretatfif

ini ketika menelaah kebudayaan manapun akan selalu tertarik pada

masalah agama.15

Dengan memandang kajian Living Qur’an secara antropologis sama

halnya dengan memandang fenomena ini sebagai fenomena sosial budaya.

Dalam artian fenomena tersebut sebagai contoh gejala yang berupa pola-

pola perilaku individu atau kelompok orang yang muncul dari dasar

pemahaman mereka yang terkait dengan Al-Qur’an. Antropologi berasal

dari bahasa Yunani anthropos (manusia) dan logos (ilmu), Sehingga secara

sederhana antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia,

baik dari sisi manusia sebagai makhluk biologis maupun manusia sebagai

makhluk sosial.16

Budaya merupakan sebuah sistem yang mempunyai koherensi bentuk-

bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan,

nyanyian, musik, dan lain sebagainya. Kepercayaan mempunyai kaitan

erat dengan konsep-konsep epistimologis dari sistem pengetahuan

masyarakat. Kebudayaan dapat dipahami sebagai keseluruhan aktivitas

manusia dalam sebuah struktur sosial, baik yang terjadi pada masa lampau,

kini, maupun masa depan. Adapun Sulasman dalam bukunya yang

berjudul teori-teori kebudayaan berpendapat bahwa secara teoritis,

kebudayaan, sebagai objek pengamatan dan penelitian, memiliki

karakteristik berikut17:

15Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir dan M. Syukri

(Yogyakarta: IRCIS, 2011), 437. 16Nur Falikhah, “Santet dan Antropologi Agama”, Jurnal Ilmu Dakwah, XI, No.22

(2012), 130. 17Bani Sudardi dan Afiliasi Ilafi, “Hegemoni Budaya dalam Tradisi Manakiban”, Jurnal

Madaniyah, XII, Vol.1 (2017), 193.

9

1. Dapat dipelajari dan diperoleh melalui belajar,

2. Berasal dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen

sejarah eksistensi manusia,

3. Berstruktur, bersistem, dan bersifat simbolis,

4. Sebagai struktur, kebudayaan mempunyai variable yang dapat

dipercaya menyatu ke dalam berbagai aspek,

5. Bersifat relatif dan universal,

6. Bersifat dinamis, adaptif dan adakalanya maladaptif,18

7. Memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode

ilmiah,

8. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk

mengatur keadaan totalnya dan menambah arti kesan kreatif.

F. Metode Penelitian.

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian yang

menggunakan metode deskriptif kualitatif dan masuk kedalam kategori

penelitian lapangan(field research).19 Penelitian deskriptif adalah suatu

prosedur pemecahan terhadap masalah dengan mendeskripsikan keadaaan

dari objek yang diteliti dengan menggunakan fakta-fakta yang tampak atau

gejala-gejala yang terjadi sesuai dengan realitanya,20 sedangkan penelitian

kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori

substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dalam

penelitian kualitatif peneliti merasa “tidak tahu apa yang diketahui”, sehingga

desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang

18 Maladaptif adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa

kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial kepribadian pada masa dewasa yang

harmonis, atau simpelnya masih bersifat kekanak-kanakan meski sudah dewasa. 19Winarno Surakhmad, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar dan Metode tehnik,

(Bandung: Tarsio, 1990), 182. 20Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: University Press,

1998), 63.

10

terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi

yang ada di lapangan pengamatannya.21

Selain menggunakan metode deskriptif kualitatif penelitian ini juga

menggunakan pendekatan Fenomenologis untuk mendeskripsikan

pengalaman masyarakat Kubu Kandang dalam kontek tradisi pembacaan

Manakib Samman yang berhubungan dengan kehidupan.22 Fenomenologi

berasal dari bahasa Yunani, Phaenesthai, berarti menunjukkan dirinya

sendiri, menampilkan. Atau dengan kata lain ilmu tentang sesuatu yang

tampak. Dalam hal ini, Fenomenologi merupakan suatu pendekatan filsafat

yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran

manusia.

Fenomenologi juga berupaya mengungkapkan tentang makna dari

pengalaman seseorang, makna tentang sesuatu yang dialami seseorang akan

sangat tergantung bagaimana orang berhubungan dengan sesuatu tersebut.

Fenomenologi berkaitan dengan penampakan suatu objek, peristiwa, atau

suatu kondisi dalam persepsi kita. Pengetahuan berasal dari pengalaman yang

disadari, dalam persepsi kita. Dalam hal ini, Fenomenologi berarti

membiarkan sesuatu datang mewujudkan dirinya sebagaimana adanya.

Dengan demikian, di satu sisi, makna itu muncul dengan cara membiarkan

realitas/fenomena/pegalaman itu membuka dirinya. Di sisi lain, makna itu

muncul sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang

dialaminya.23

Dengan berbagai keterangan di atas, diharapkan penelitian ini mampu

memahami makna dari sebuah pengalaman atau peristwa tradisi yang

dilakukan dari perspektif subjek itu sendiri.

21Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2009), 91 22 Moh Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (yogyakarta:

SUKA-press UIN Sunan Kalijaga, 2012 ), 121. 23 O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu

Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, IX, No.1 (2008), 166.

10

2. Setting dan Subjek Penelitian.

Setting penelitian ini dilakukan di Desa Kubu Kandang. Pemilihan

setting didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa masyarakat Desa Kubu

Kandang mayoritas mengimplementasikan tradisi pembacaan Manakib

Samman dalam kehidupan mereka. Subjek penelitian berpusat pada

pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an yaitu pada surah Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-

Falaq,} serta An-Na>s dalam prosesi lengkap tradisi pembacaan Manakib

Samman yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat Desa Kubu Kandang.

3. Sumber dan Jenis Data.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat

diambil yaitu dua jenis, yaitu data primer dan sekunder.

a. Data Primer merupakan hasil data yang diperoleh dari sumber-sumber

asli dari hasil penelitian lapangan dan data lain yang memiliki keterkaitan

dengan topik pembahasan penelitian. Data tersebut merupakan

dokumentasi serta peristiwa yang berbicara tentang implementasi ayat-

ayat Al-Qur’an dalam tradisi Manakiban baik lisan ataupun tulisan.

b. Data sekunder merupakan data yang memiliki keterkaitan dengan pokok

bahasan dalam penelitian,24 data tersebut umumnya merupakan karya-

karya yang berbicara tentang problematika agama, terutama persoalan

universalisme Islam dan relevansinya terhadap kosmopiolisme

kebudayaan.

Dari kedua sumber di atas, penulis juga menyandarkan data Qur’ani

dalam membangun penelitian ini, sehingga hasilnya diharapkan relative

dapat diterima oleh semua kalangan, yaitu kalangan akademik dan kalangan

umum pemerhati masalah keislaman dan sejarah tokoh.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu penulis terjun langsung ke lokasi penelitian yang

mana hal tersebut dilakukan sebagai penjajakan awal dalam

24Tim penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

Sultan Thaha Saipuddin Jambi,(Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 45.

pelaksanaan penelitian. Dengan melihat dan mengetahui bagaimana

realita yang ada

11

di wilayah Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten

Batanghari, Jambi.

b. Wawancara yaitu penulis langsung meninjau lokasi yang akan diteliti

dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisis penelitian yang akan

diteliti lebih lanjut yaitu di Desa Kubu Kandang, wawancara sebagai

cara pengumpulan data yang cukup efektif serta efisien bagi penelitian

dan kualitas sumbernya termasuk dalam data primer. Agar data-data

yang diperoleh oleh peneliti tersebut jawabannya valid dan akurat,

maka diharapkan peneliti menetukan key person (tokoh-tokoh kunci)

seperti tokoh-tokoh agama yang ada di Desa Kubu Kandang yaitu pak

da’i, atau pak imam, serta beberapa warga yang akan dimintai

keterangan sesuai interview guide, sehingga data yang diperoleh

seorang peneliti bisa didapat secara reliable dan orisinal.25

c. Dokumentasi yaitu yang bisa didapat dari rutinitas suatu kelompok

dengan dilengkapi dokumentasi dengan baik dalam bentuk foto,

rekaman atau bahkan cetakan. Dengan metode ini seorang peneliti

leluasa bisa mendeskripsikan seluruh rekaman aktivitas sehari-hari,

hingga bisa ditafsirkan dan dianalisis secara hati-hati dan mendalam26.

5. Metode Analisis Data

Dalam hal ini, penulis menganalisis data dengan beberapa teknik yaitu.

a. Reduksi data (data reduction), merupakan analisa yang melalui proses

pemilihan, dan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan data mentah atau data dasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis dari lapangan.27

b. Penyajian data (Data display), merupakan penyusunan informasi yang

kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya, yang paling sering digunakan

25Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

TH- press, 2007), 60. 26Ibid. 60-61. 27Ibid. 60.

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.28 Sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana

serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data

dan pengambilan tindakan.

c. Kesimpulan (conclusion drawing), merupakan sebuah gagasan yang

tercapai pada akhir pembahasan, kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible.29

G. Studi Relevan

Berdasarkan studi relevan yang telah penulis lakukan penulis menentukan

tema kajian yang sama dengan tema yang akan penulis bahas antaranya sebagai

berikut:

1. Skripsi yang disusun oleh Eka Rahayuni membahas tentang pemaknaan

dari pada tradisi pembacaan wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul

Ibad yang berkeyakinan bahwa santri yang mengamalkan wirid tersebut

dengan tujuan agar santrinnya merasa aman dari gangguan jin dan

manusia yang ingin berbuat jahat kepadanya. Skripsi tersebut berjudul

“Tradisi Pembacaan Wirid Sakran: Kajian Living Qur’an di Pondok

Pesantren Irsyadul ‘Ibad Pemayung Batanghari Jambi.

Meski tak membahas Manakib, penelitian di atas sama-sama membahas

tentang zikir dan dengan tujuan pengaplikasian yang sama. Penelitian ini

lebih berfokus kepada bentuk pemahaman masyarakat terhadap ayat Al-

Qur’an yang digunakan masyarakat dalam tradisi pembacaan Manakib.

2. Rizem Aizid dalam skripsi berjudul “Tanda-Tanda dalam Dzikir

Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Pondok Pesantren al-Qadiri

28Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2013), 95. 29Ibid, 99

Jember” dalam penelitiannya menekankan pada tinjauan semiotik, yaitu

dengan terjadinya akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal sehingga

menghasilkan makna dari tanda-tanda dan simbol apa saja yang

digunakan dalam perayaan upacara Manakib. Hal ini membuat para

pelakunya secara khusus, dan masyarakat luas secara umum, semakin

khusyuk dan mengerti tentang maksud dan tujan dari upacara yang

dipraktekkannya.

Sedangkan penelitian ini lebih kepada bentuk pemahaman masyarakat

terhadap ayat Al-Qur’an dalam Manakib, meski sama-sama meneliti

tentang Manakib namun penelitian di atas meneliti tentang Manakib

Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani dan penulis meneliti tentang Manakib

Syaikh Samman.

3. Arif Budianto, dalam skripsi yang berjudul “Resepsi Terhadap Ayat-Ayat

Al-Qur’an pada Manakib Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani dalam Kitab

Al-Nur al-Burhani fi Tarjamati al-Lujjani al-Dani” penelitian ini

membahas tentang pemahaman masyarakat terhadap fadhilah ayat-ayat

yang dibaca pada saat amalan Manakib Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah pembahasan tentang pemahaman masyarakat terhadap

ayat Al-Qur’an dalam Manakib, namun bedanya penulis menggunakan

Manakib Samman sebagai bahan peneitian, serta perbedaan lokasi

penelitiannya.

4. Fahmi Achmad Alwani, dalam skripsi yang berjudul “Penyelenggaraan

Kegiatan Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di Pondok Pesantren

Nuurrohman di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten

Banyumas” poin masalah penelitian ini adalah menjelaskan tentang

faktor pendukung dan penghambat tradisi pembacaan Manakib di pondok

pesantren Nurorrohman Desa Sirau. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Meski menggunakan metode penelitian yang sama, tapi fokus

penelitiannya berbeda karena penelitian ini membahas tentang

pemahaman ayat Al-Qur’an dalam tadisi oleh masyarakat setempat.

5. Saiful Amri, dalam skripsi yang berjudul “Peran Manakib Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani Dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok

Pesantren Assalafi al-Fitrah Meteseh” poin masalah penelitian ini adalah

bagaimana bentuk penyelenggaraan pembacaan Manakib serta

mengungkapkan dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh Manakib

atas tingkat spiritualisasi para santri, dengan menggunakan jenis

penelitian kualitatif dimana penelitian tidak melalui prosedur statistik.

Meski sama-sama membahas tentang bentuk penyelenggaraan serta

seberapa besar pengaruh Manakib yang dibacakan, namun penelitian di

atas hanya terbatas sampai disana. Sedangkan penelitian ini dilengkapi

informasi tambahan yakni lebih menekankan pada pemahaman ayat Al-

Qur’an oleh masyarakat(Living Qur’an) dalam pelaksanaan tradisi

Manakib.

15

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Desa Kubu Kandang adalah salah satu dusun yang masih mempertahankan

berbagai nilai-nilai budaya leluhur tanpa mengabaikan perubahan-perubahan

untuk mencapai kemajuan. Seperti sektor budaya, pertanian dan tanpa terkecuali

keagamaan. Berbagai kegiatan diadakan dalam mempertahankan nilai-nilai

budaya maupun keagamaan. Kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan sosial,

tradisi budaya maupun keagamaan. Kegiatan yang masih melekat di Desa Kubu

Kandang adalah upacara perkawinan, selamatan, kendurian dan lain sebagainya,

sedangkan kegitan keagamaan seperti yasinan, tahlilan, pengajian dan lain

sebagainya. Desa Kubu Kandang juga tidak ketinggalan dalam sektor pertanian

dan sebagian besar masyarakat di desa itu adalah petani.30

A. Sejarah Desa Kubu Kandang.

Sebelum menjadi desa yang dedikatif Desa Kubu Kandang adalah desa

tertua dari Simp. Kubu Kandang sebelum dimekarkan dan disahkan, desa ini

dahulu Bernama Muaro Sebo terus hilang berubah Menjadi Desa Tanjung dan

dikokohkan adat pada masanya, nama Desa Tanjung kembali mendapat

perubahan karena pergeseran budaya dan lingkungan kehidupan, sehingga

Desa Tanjung berubah menjadi Desa Kubu Kandang pada tahun 1987 dan

pemekaran menjadi 2 (dua), yaitu Desa Kubu Kandang dan Simp. Kubu

Kandang.31

Penamaan menjadi desa Kubu Kandang dikarenakan alkisah, pada masa

kerajaan hiduplah seorang Putri kerajaan yang terkenal karena kecantikan

parasnya, oleh karena itu banyak orang yang berebut untuk meminang putri

itu. Maka alkisahnya, seorang Raja ketua Kubu yang buruk rupa namun

memiliki kekuatan yang besar juga jatuh cinta terhadap sang Putri, maka

datanglah lamaran terhadap sang Putri dari si Raja Kubu tadi, namun karena

terkenal kasar dan prilaku buruknya maka Raja menolaknya dengan berkata

30 Hasil observasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021 31 Harun, Kepala Desa Kubu Kandang periode 2019-2024, Wawancara dengan penulis,

24 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

16

bahwa ia akan menikahkan putrinya jika Raja Kubu tersebut dapat

memenangkan pertarungan dengan tentara dan panglima Raja. Maka

bertarunglah para tentara dan pasukan kubu, namun karena Raja tahu bahwa

Raja Kubu tersebut punya banyak ilmu maka sebelumya Raja telah mencari

tahu lebih dulu tentang kelemahan Raja Kubu tersebut. Maka dengan

kecerdasan Raja itu, dapat dikalahkanlah sang Raja Kubu tersebut. Oleh

sebab kisah inilah, maka desa tempat kejadian itu terjadi dimana sang Kepala

Suku Kubu mati yang memperebutkan seorang Putri Raja sehingga karena

kejadian pada masa itu jugalah Desa yang bernama Tanjung diresmikan

menjadi Desa Kubu Kandang.32

Awal mula pemerintahan Desa Kubu Kandang dipimpin oleh Penghulu

Usman Saman pada masa era Belanda Tahun 1952 – 1987 sampai masa

Jabatan beliau berakhir Usman Saman terkenal dengan kedermawanannya

dengan masyarakat yang ada. Seterusnya habis masa jabatan beliau Desa

Kubu Kandang Kembali Memiliki Penghulu Baru yang dipimpin oleh Ismail

B. yang merupakan sosok seorang nan gagah berani penuh kewibawaan pada

masa Ismail B. beliau Juga disegani masyarakat karena kehalusan bahasa dan

kepribadiannya, beliau memimpin Desa Kubu Kandang Pada Tahun 1987 –

1995, bahkan hingga beliau wafat pun masih terkenal dengan kepribadiannya

yang dekat dengan masyarakat. Di tahun 1995 - 2003 Desa Kubu Kandang

yang dahulunya di pimpin oleh penghulu menjadi kepala desa, kepala desa

pertama kali bernama Anang Hamzah, watak dan sifat beliau tidak ubah

seperti para penghulu-penghulu yang telah lalu namun dibalik sikap dan

prilaku dermawan beliau, selalu ada sikap relegius yang mengarahkan para

tokoh masyarakat untuk ingat akan Masjid, sampai pada saat ini Desa Kubu

Kandang dikenal dengan adat dan istiadat yang kental.

Sepeninggal beliau masa kepemimpinan Desa Kubu Kandang di pimpin

oleh PJS. Ansori dengan masa kepemimpinan dari tahun 2003 – 2005

disinilah letak dimana berkembangnya Desa Kubu Kandang dengan keadaan

32Ami Bawi, Pak Imam dan Ketua Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis,

21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

17

penduduk yang buta huruf berkurang, dengan pendidikan yang mulai

membaik kerukunan, ekonomi dan lain-lain yang mulai berkembang seiring

dengan perubahan zaman dan teknologi yang ada. Sepanjang masa

kepemimpinan beliau masyarakat Kubu Kandang terkenal dengan keramahan

dan sifat gotong royong serta solidaritas terhadap sesama baik dengan

Muslim maupun non-Muslim.

Selanjutnya Desa Kubu Kandang beralih kepemimpinan oleh kepala

desa Musa yang memimpin Desa Kubu Kandang dari tahun 2006 - 2012

kemudian dilanjutkan periode ke-2 dari tahun 2012 - 2018 melanjuti

perjuangan dari penghulu dan kepemimpinan desa masa sebelumnya dengan

arahan dan bimbingan beliau dengan sangat penuh rasa tanggung jawab dan

membimbing baik perangkat desa dan masyarakat pada umumnya kepala desa

Musa dapat membawa Desa Kubu Kandang menjadi desa yang lebih di kenal

oleh orang banyak dengan visi misi serta program yang beliau kerjakan

terbukti telah nampak hasil yang dapat di nikmati sampai saat sekarang ini

perubahan demi perubahan dapat di lihat dengan sarana prasarana yang ada,

sampai pada saat ini.33

B. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kubu Kandang.

1. Jumlah Penduduk Desa Tahun 2016-2018.

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Tahun 2016-2018

No Desa

Jumlah Penduduk

2016 2017 2018

P L JL P L JL P L JL

1 Kubu

Kandang 355 378 733 354 379 733 359 405 764

Jumlah 733 733 764

Jumlah penduduk yang banyak biasa menjadi modal dasar

pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah

penduduk Desa Kubu Kandang tahun 2018 adalah 764 jiwa dengan

33 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) desa Kubu Kandang, 7-8

18

jumlah kepala keluarga 218 agar dapat menjadi dasar pembangunan

maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas SDM yang

tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang

dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan, khususnya

pembangunan Desa Kubu Kandang berkaitan dengan kependudukan,

aspek yang penting antara lain perkembangan jumlah penduduk,

kepadatan dan persebaran serta strukturnya.

Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan

sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan

manusia, sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu

pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada

saat ini SDM di Desa Kubu Kandang cukup baik dibandingkan pada

masa-masa sebelumnya.34

a. Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Desa Kubu Kandang Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari. Sesuai dengan kodratnya, manusia

diciptakan hidup bersama dengan orang lain yang berbeda agama, warna

kulit, bahasa dan lain sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak

bisa hidup sendiri dalam melaksanakan aktifitasnya. Selain berada di

antara orang lain, seorang manusia juga berada diantara makhluk lain

dalam makrokosmos35, ia merasakan dirinya hanyalah sebagai suatu

unsur kecil saja yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta.

Tradisi hubungan sosial antara individu, tercermin lewat gotong

royong yang masih terjalin kuat.36 Sifat gotong royong merupakan ciri

khas kehidupan warga desa. Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat desa

secara umum adalah masyarakat berhubungan langsung dengan alam.

34 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 9-11. 35Makrokosmos dan Mikrokosmos adalah skema neo-platonik Yunani kuno yang melihat

pengulangan pola yang sama di setiap tingkatan kosmos, mulai dari ukuran terbesar sampai ukuran

terecil. 36 Hasil Obervasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021

19

Alam adalah karunia Tuhan dan berkaitan dengan mata pencaharian

mayoritas warga. Tingkat kependudukan rendah, masyarakat bersifat

homogen, lapisan sosialnya tidak begitu nampak, kontrol sosialnya cukup

tinggi. Sebagai masyarakat desa, warga Kubu kandang masih terikat

antara satu dengan lainnya. Mereka beranggapan bahwa seseorang tidak

mungkin hidup sendiri tanpa kerjasama dengan orang lain. Kehidupan di

Desa Kubu Kandang terlihat rukun dan harmonis. Keharmonisan tersebut

tergambar dari budaya tolong menolong dan kepedulian yang tinggi

antara satu dengan yang lain.

Kegiatan-kegiatan gotong royong dalam berbagai kesempatan

kerap kali diadakan oleh masyarakat setempat. Terlihat dari kehidupan

masyarakatnya yang religus, hal inilah yang membuat rasa solidaritasnya

tinggi, berbagai kegiatan-kegiatan bersifat gotong royong, maupun

berorganisasi merupakan bagian dalam kehidupan masyarakat. Karena

mayoritas penduduknya beragama Muslim, maka wajar apabila budaya

dan tradisi yang ada banyak yang bercorak Islam.

Masyarakat Desa Kubu Kandang adalah masyarakat beretnis

Melayu yang masih sangat kental akan segala macam bentuk budayanya,

hal ini menjadikan adanya akulturasi budaya anatara Islam dan budaya

Melayu. Tampak dari kegiatan-kegiatan ritual masih membudaya dan

masih dilestarikan di tengah masyarakat desa seperti upacara perkawinan

adalah upacara ijab kabul sebagai pengikat janji pernikahan. Tujuannya

adalah untuk meresmikan ikatan perkawinan dua orang, laki-laki dan

perempuan secara norma agama, norma hukum dan norma sosial.

Sebelum upacara perkawinan berlangsung terlebh dahulu diadakan

upacara pinangan. Acara ini merupakan permintaan dari utusan calon

mempelai laki-laki atau orang tuanya sendiri terhadap calon mempelai

perempuan. 37

b. Pendidikan

37 Hasil Obsevsi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021

20

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat

kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya,

dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat

kecakapan. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah

untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran.

Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir

atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih

maju. Pada tahun 90-an pendidikan formal yang ditempuh oleh

masyarakat Desa Kubu Kandang masih sangat kurang, hal ini terjadi

dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa pendidikan hanya

diperuntukkan bagi orang kaya, hal tersebut berdampak pada banyaknya

dari anak-anak muda yang tidak melanjutkan jenjang pendidikannya ke

tingat yang lebih tinggi atau bahkan tidak bersekolah sama sekali. Saat

tahun 2015 mulai banyak pendatang yang berdatangan dan menetap di

Desa Kubu Kandang, hal ini berpengaruh besar terhadap beberapa hal

salah satunya dalam pendidikan. Mulai meningkatnya kesadaran para

masyarakat terhadap pentingnya mengenyam pendidikan formal dan

menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dalam mencari bekal

kehidupan. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat pendidikan

warga Desa Kubu Kandang.

Tabel 3.4 Jumlah Tingkat Pendidikan dan Presentase38

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH

PENDUDUK PERSENTASE KETERANGAN

1 Belum Sekolah 19,20

2 Paud/TK 25 1,91

3 SD 76 5,80

4 SLTP 54 4,10

5 SLTA 131 10,00

38 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 11

21

6 D.II - -

7 D.III 4 0,3

8 S-1 9 0,6

9 S-2 1

JUMLAH 764 100

c. Agama

Kehidupan Beragama penduduk Desa Kubu Kandang adalah kehidupan

yang masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Dalam kehidupan

beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama

Islam sangat berkembang dengan baik. Meski belum terbilang sempurna

(tahap berkembang), tapi masyarakat sekitar merespon dengan baik segala

kegiatan pengajian yang diadakan baik dalam lingkupan desa maupun per-

RT. Kegiatan ini banyak macamnya, ada yang berupa pengajian Majelis

Taklim, peringatan hari-hari besar Islam, sampai rutinitas-rutinitas tradisi

yang amat lekat dalam kehidupan warga Desa Kubu Kandang.

d. Pekerjaan

Kehidupan di desa dengan segala kekayaan alamnya menjadikan para

masyarakat desa kebanyakan bekerja sebagai peani. Sistem pertanian

dengan hasil melimpah menjadi suatu alasan kenapa praktik tradisi zikir

Mankib dibacakan, sistem pertanian dengan hasil melimpah menjadi alasan

masyarakat untuk membacakan Manakib sebagai ungkapan rasa syukur atas

rezeki berlimpah yang telah diberikan Allah SWT.

Tabel 2.5 Pekerjaan39

NO. PEKERJAAN JUMLAH

PENDUDUK PERSENTASE KETERANGAN

1 TANI 102

2 BURUH 7

3 PEDAGANG 13

4 PNS 4

39 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 12

22

6 KARYAWAN 49

7 TNI/POLRI -

8 PETERNAK 9

JUMLAH 184

e. Kesehatan.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Kubu Kandang

antara lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola penyakit. Status

kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator

kesehatan seperti meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka

kematian bayi, angka dan status anak gizi buruk. Seperti halnya tradisi

Manakiban yang melatar belakang tingkat kesehatan penduduk, karena

Manakib ini sendiri membawa sugesti akan adanya keberkahan berupa

kesehatan kepada masyarakat yang menggunakannya.

f. Budaya.

Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Kubu Kandang menjaga dan

menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para leluhur,

hal ini terbukti dengan masih berlakunya tatanan budaya serta kearifan lokal

pada setiap prosesi pernikahan, khitanan, prosesi cuci kampung jika salah

seorang dari warga masyarakat melanggar ketentuan hukum adat dan lain

sebagainya. Lembaga yang paling berperan dalam melestarikan dan

menjaga tatanan adat istiadat dan budaya lokal ini adalah Lembaga Adat

Desa Kubu Kandang, lembaga ini baru dibentuk setelah menjadi Desa Kubu

Kandang, baik dalam kepengurusan maupun dalam melaksanakan tugas-

tugasnya.

23

BAB III

PELAKSANAAN TRADISI PEMBACAAN MANAKIB SAMMAN

Pembacaan Manakib adalah fenomena sosial yang keberadaannya sudah

menjadi tradisi berabad-abad lamanya. Keberadaan tradisi ini tentunya tidak ada

dengan sendirinya, akan tetapi bersinggungan erat dengan konsepsi-konsepsi

khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan menuju kepada

perubahan yang melalui proses-proses diantaranya: internalisasi, sosialisasi,

akulturasi, evolusi, difusi, asimilasi, hingga pembaruan atau inovasi. Tradisi

pembacaan Manakib juga keberadaannya menyejarah dengan budaya dan

psikologi masyarakat dari waktu ke waktu yang kemudian keberadaanya tentunya

berpengaruh pada perubahan tingkah laku masyarakat disebagian atau disemua

aspek kehidupan masyarakat pelakunya. Selain merupakan aspek seremonial,

Manakiban juga memiliki aspek mistikal.40

A. Pengertian Manakib Secara Umum

Kata Manakib sinonim dengan sejarah, tarikh, hikayah, kisah, dan biografi.

Semuanya mempunyai pengertian yang sama meski lafadz dan ungkapannya

berbeda.41 Pengertian Manakib menurut bahasa adalah kisah kekeramatan para

wali, seperti Manakib Syaikh Abdul Qadir Jailani,42 dan Manakib dalam bahasa

Arab, berasal dari lafadz “naqaba, naqabu, naqban”, yang berarti menyelidiki,

melubangi, memeriksa, dan menggali.43 Sementara menurut istilah, kata Manakib

diartikan sebagai cerita-cerita mengenai kekeramatan para wali yang biasanya

dapat didengar para juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca

dalam sejarah-sejarah hidupnya.44

40 Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut

Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya, XVIII, No.1 (2020), 16. 41 M. Musyafa’ bin Mudzakir, Apakah Manakib itu? (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,

2010), 9. 42 M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:

Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 295. 43 H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah,

2015), 464. 44 Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani

dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-Fithrah Meteseh", Skripsi,

(Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo Semarang, 2018), 3-4.

Manakib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang

berupa perilaku dan perbuatan yang terpuji di sisi Allah SWT. sifat-sifat yang

manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang baik lagi indah, kepribadian yang

bersih, suci lagi luhur, kesempurnaan yang tinggi lagi agung, serta karomah-

karomah yang agung di sisi Allah SWT. Banyak dan besar sekali manfaat,

keberkahan dan hikmah serta kebaikan-kebaikan yang terdapat di dalamnya.

Bahkan Manakib akan menarik perhatian orang yang mendengarkannya,

menguatkan dan mengokohkan hati para Murid45 serta akan membangkitkan

semangat orang yang telah sampai dan disampaikan bersimpuh kehadirat Allah

SWT.46 Kegiatan Manakiban merupakan kegiatan membaca kitab Manakib

secara berjamaah dan dilagukan seperti membaca syair.47

Dzikir Manakib pada esensinya untuk menggali dan meneliti sejarah

kehidupan seseorang dengan tujuan untuk di teladani dan berdo’a untuk

mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Dzikir Manakib sebagai sistem latihan

jiwa, membersihkannya dari sifat-sifat madzumamah dan mengisinya dengan

sifat-sifat yang mahmudah dengan cara memperbanyak membaca kalimat yang

baik-baik melalui tawassul (perantara) orang-orang yang diyakini sebagai

waliyullah (kekasih Allah).48

Isi kandungan kitab Manakib itu meliputi silsilah nasab, sejarah hidupnya,

akhlak dan karomah-karomahnya, disamping itu juga doa-doa bersajak (Nadham)

yang bermuatan pujian dan tawassul (berdoa kepada Allah SWT. melalui

perantara). Harapan para pengamal Manakib untuk mendapat keberkahan dari

pembacaan Manakib ini didasarkan atas adanya keyakinan bahwa para Auliya’

yang dituju memiiki keistimewaan yang banyak, yang dapat mendatangkan

berkah dalam kehidupan seseorang. Jadi dengan mengikuti pembacaan Manakib

45Murid adalah orang yang ingin sampai dan disampaikan bersimpuh kehadiran Allah

SWT. di bawah bimbingan dan tuntunan seorang Guru Mursyid. 46 M. Musyafa’ bin Mudzakir, Apakah Manakib itu? (Surabaya: Al-Wafa Surabaya, 2010),

9. 47 Ibid.4 48 Musa Al-Kadzim, Memahami Kecendrungan Sufi Kota (Bandung: Topika Jaya Press,

2004), 16.

diharapkan menjadi salah satu jalan tempuh untu memperoleh rahmat dan karunia

Allah dengan cepat. Karena dengan Manakib kita dapat mengenal, memahami,

serta menyelami karakter serta sifat-sifat Wali Allah yang tujuan akhirnya adalah

untuk diteladani. Diantara para pembaca Manakib ada yang mengamalkan

pembacaan Manakib ini secara berkala atau mingguan, bulanan, tahunan, atau

kapan saja jika dikehendaki, atau dalam momen-momen berkumpul seperti dalam

acara syukuran lahir anak atau acara walimah. Tentu saja harapannya adalah agar

memperoleh keberkahan dalam kehidupan jasmani dan rohani, dunia dan

akhirat.49

Manakib Samman bermula dari lahirnya Tarekat Sammaniyah yang

didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim, semula Syaikh Samman

belajar Tarekat Khalwathiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan beliau mulai

membuka pengajian yang berisi teknik zkir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya.50

Sebagai sebuah ajaran tarekat atau agama yang dianut oleh masyarakatnya (yang

mana agama adalah merupakan sumber moral penganutnya) Manakib Samman

tentunya mempunyai peranan dalam membentuk moralitas atau akhlak

masyarakat atau umat Islam.51 Dalam perkembangannya seorang penganut

amalan tarekat diperbolehkan tanpa adanya baiatan, dengan kata lain tidak ada

persyaratan secara ketat dalam menerima suatu ajaran tarekat. Seperti halnya

Tarekat Sammaniyah yang tersiar luas di Aceh, awal mulanya dalam bentuk

tarekat yang murni dan zikirnya terkenal dengan Ratib Samman. Ratib Samman

sendiri merupakan suatu amalan yang lazim diwiridkan oleh para ulama shaleh,

waliyullah, jemaah majelis zikir dan juga bagi kaum muslimin pada umumnya,

karena Ratib ini selain menadi adat juga memiliki keistimewaan yang luar biasa.52

49 Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut

Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya, XVIII, No.1 (2020), 16-17. 50 Helmina, “Eksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal dalam Mempengaruhi

Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanung Pauh Pada Era Modern”, Jurnal Islamika, XVI,

No.1 (2016), 5. 51 Ibid. 25 52 Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan Tradisi

Zikir Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa Bungah Kecamatan Bungah

Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya: Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 45.

B. Sejarah Masuk dan Perkembangan Manakib

1. Munculnya Manakib di Indonesia.

Munculnya Manakib di Indonesia erat sekali kaitannya dengan sejarah

tersebarnya tasawuf di Indonesia.53 Setelah abad ke-2 Hijriyah muncullah

golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian

jiwa untuk taqarrub kepada Allah, atau dengan kata lain suatu cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin bahkan menyatu dengan

Allah (Tasawuf)54. Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian

syariah, tarekat, hakikat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk

memperbaiki amalan-amalan lahir, tarekat untuk memperbaiki amalan-

amalan batin (hati), hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib,

sedang makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat,

sifat maupun perbuatan-Nya.55 Sebab ajaran-ajaran tasawuf inilah muncul

berbagai macam amalan dalam Islam. Ajaran Islam berkembang sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran penganutnya. Perkembangan

ini mengarah pada keluasan dan kerincian substansi ajarannya, sehingga

terasa lebih spesifik dan lebih mudah diterima serta diamalkan. Hal ini terjadi

hampir pada semua aspek ajarannya, termasuk dalam kehidupan kerohanian

yang terkenal dengan tarekat. Jalan kerohanian dalam dunia tarekat meliputi

zikir yang terus menerus dan menghindarkan diri dari sesuatu yang

melupakan Tuhan.

Berbicara mengenai perkembangan tarekat di Indonesia, maka hal

tersebut tidak bisa dilepaskan dari persoalan tasawuf yang telah lebih dulu

hadir di bumi Nusantara-Indonesia. Ketika orang pribumi Nusantara mulai

menganut Islam, corak pemikiran Islam diwarnai oleh tasawuf, pemikiran

para sufi besar seperti Ibn Al-‘Arabi dan Abu al-Hamid Al-Ghazali sangat

53 Siti Rochman dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di

Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri” Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,

(2020), 36. 54 Awaliah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam (Makassar: Alauddin University

Press, 2013), 10. 55 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di Indonesia

(Jakarta: Prenada Media, 2015), 6.

berpengaruh terhadap pengamalan-pengamalan umat Islam pada waktu itu.

Justru karena tasawuf itulah penduduk Nusantara mudah memeluk agama

Islam, apalagi ulama tersebut mengikuti sebuah tarekat atau lebih. Secara

relatif corak pemikiran Islam yang pernah dipengaruhi oleh tasawuf

selanjutnya berkembang menjadi tarekat. Justru ketika abad ke-13 Masehi

ketika masyarakat Nusantara mulai memantapkan diri memeluk Islam, corak

pemikiran Islam sedang dalam puncak kejayaan tarekat.56

Tarekat adalah bukti kepatuhan manusia kepada-Nya. Tarekat

merupakan jalan spiritual bagi seseorang yang di dalamnya berisi amalan

ibadah dan lainya dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya disertai

dengan penghayatan yang mendalam. Ketika berbicara tentang tarekat maka

persoalan mengenai tasawuf akan ikut dibahas, hal ini dikarenakan antara

tarekat dan tasawuf saling berhubungan satu sama lain secara substansial dan

fungsional. Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan

tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya

mendekatkan diri kepada Allah yang melembaga dan inilah yang

menghubungkan antara tarekat dan tasawuf.57

Seperti Tarekat yang mana dalam bahasa berarti jalan menuju

kebenaran(dalam tasawuf)58 kemudian berkembang menjadi amalan yang lain

seperti halnya Manakib. Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia tercatat

sejak masuknya ajaran Islam di negeri ini. Ketika para pedagang muslim

mengislamkan orang-orang indonesia, tidak hanya dengan menggunakan

pendekatan bisnis akan tetapi juga menggunakan pendekatan tasawuf, karena

tasawuf mempunyai sifat spesifik yang sudah diterima oleh masyarakat yang

bukan Islam kepada lingkungannya, dan memang terbukti bahwa tersebarnya

ajaran Islam di seluruh Indonesia sebagian besar disebabkan oleh jasa para

sufi, baik yang tergabung dalam tarekat maupun yang lepas dari tarekat.

56 Ibid , 8 57 Zulkarnain Yani, “Tarekat Sammaniyah di Palembang”, Artikel (Jakarta), 20-21. 58 Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasoinal

Jakarta, [2008]), 1632.

Demikian halnya dengan munculnya Manakib yang sudah menjadi

tradisi yang terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam di

Indonesia. Dalam permulaan awal penyebaran Islam terutama di jawa, para

ulama Islam yang dipimpin oleh Wali Songo telah mengajarkan kepada

masyarakat Islam tentang ilmu tarekat, Manakib, dan amalan-amalan lain

yang selaras dengan itu. Praktek-praktek tersebut ternyata berjalan dan

berkembang terus sampai sekarang, bahkan oleh masyarakat Islam hal itu

dijadikan sebagai sarana dakwah Islamiyah, sehingga dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa timbulnya Manakib di Indonesia ini adalah sejak para

ulama Islam yang dipimpin oleh para sufi mengajarkan Islam di Indonesia.59

2. Manakib di Desa Kubu Kandang

Kubu Kandang menjadi salah satu desa yang masih memegang ajaran

para sufi dengan kental, dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah

Manakib, meski dalam pengamalannya tradisi ini telah terlepas dari tarekat

yang biasanya beriringan dengan pelaksanaan zikir ini (Tarekat

Sammaniyyah). Tradisi zikir yang telah dilakukan sejak zaman dulu ini telah

dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat, tradisi ini seperti

telah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Kubu

Kandang, karena masyarakatnya merasakan dampak kerohanian serta sebagai

sarana peningkatan religiositas.60 Tak ada informasi yang jelas tentang

sejarah awal kedatangan atau penggunaan tradisi ini, hanya saja tradisi ini

merupakan tradisi yang disinyalir berasal dari Palembang dan dibawa oleh

orang tua terdahulu yang diperkirakan tradisi ini sudah ada sejak tahun 60-an

atau saat para leluhur mulai menempati desa ini.61

Meski tradisi ini merupakan tradisi yang sama yang digunakan di

Palembang, namun tradisi ini tidaklah berkaitan dengan Tarekat Sammaniyah

yang dianut oleh mayoritas masyarakat Palembang sebagaimana tempat

59 Siti Rochman dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di

Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri” Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,

(2020), 36-37. 60 Religiositas : Pengabdian terhadap agama, atau kesalehan. 61 Ami Bawi, Imam dan Ketua Adat Desa Kubu Kandang, Hasil wawancara dengan

penulis, 21 Maret 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

tradisi ini berasal, tarekat tersebut digunakan sebagai bentuk mengagungkan

Syaikh Muhammad Ibn ‘Abd Al-Karim Al-Samman karena karomah beliau

yang amat luar biasa. Masyarakat Desa Kubu Kandang hanya menjadikan

tradisi ini sebagai suatu kegiatan amalan atau kegiatan ibadah yang dijadikan

sebagai rutinitas zikir dalam meningkatkan spiritualitas masyarakat serta

perwujudan atas rasa syukur dan sarana penebus nazar yang telah diucapkan

atas nama Allah SWT, masyarakat Desa Kubu Kandang hanya memahami ini

sebagai tradisi turun temurun dan telah menjadi suatu kebiasaan yang melekat

dalam keseharian masyarakat setempat.

C. Jenis-Jenis Manakib Yang Berkembang di Indonesia.

Abad-abad pertama islamisasi berbarengan dengan masa merebaknya

tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat. Dalam abad-abad ini

bermunculan tokoh-tokoh sufi yang terkenal seperti Abu Hamid Al-Ghazali

dengan konsep tasawuf yang diterima oleh para fuqaha, Ibnu Al-Arabi yang

memengaruhi hampir semua sufi yang muncul belakangan, Abdul Qadir Al-

Jaelani yang ajarannya menjadi dasar tarekat Qadiriyyah, dan masih banyak

lagi yang lainnya. Sejarawan mengemukakan bahwa karena faktor tasawuf

dan tarekatlah islamisasi Asia Tenggara, termasuk Indonesia dapat

berlangsung dengan damai. Di antara naskah-naskah Islam paling tua dari

Jawa dan Sumatera yang masih ada sampai sekarang terdapat risalah-risalah

tasawuf dan cerita-cerita keajaiban yang berasal dari Persia dan India. Di

dalam tulisan-tulisan Jawa masa belakangan dapat ditemukan adanya ajaran

tasawuf yang lebih kental sedangkan perihal tarekat mendapatkan banyak

pengikut sekitr abad ke-18 dan 19 Masehi.62

Sekitar abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah lahirlah kelompok-kelompok

(umumnya terdiri dari golongan fuqara wal masakin) dengan metode latihan

(riyadhoh), berintikan ajaran Dzikrullah. Sumber pegangan tidak lepas dari

ajaran Rasulullah SAW kelompok-kelompok ini menamakan dirinya dengan

62 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di

Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2015), 12-13.

nama tarekat yang berpredikat masing-masing sesuai dengan nama pembawa

ajaran itu. Ada beberapa nama antara lain :

- Thariqat Qodiriyah, Pembawa ajarannya Syekh Abdul Qadir Jaelani

Qs (Qaddassallahu Sirrahu) (471-561 H.).

- Thariqat Syadziliyah, Pembawa ajarannya Syekh Abu Hasan As-

Syadzili Qs (591-615 H).

- Thariqat Naqsyabandiyah, Pembawa ajarannya Syekh Baha’uddin

An-Naqsyabandi Qs (717-791 H).

- Thariqat Rifa’iyah, Pembawa ajaran: Syekh Ahmad bin Abil-Hasan

Ar-Rifa’i Qs (W.578 H).

- Thariqat Sammaniyah, Pembawa ajarannya Muhammad Samman

Qs (W. 1720 M.).63

Berikut akan dibahas mengenai beberapa jenis tarekat yang berkembang

di Indonesia :

1. Tarekat Qadiriyyah.

Qadiriyyah adalah nama tarekat yaang diambil dari nama pendirinya,

yaitu Abdul Qadir Al-Jaelani yang terkenal dengan sebutan Syaikh Abdul

Qadir Al-Jaelani Al-Ghawsts atau Qutub Al-Aliya’. Tarekat ini menempati

posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja

sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal

munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kendati sruktur

organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya, semasa

hidup sang Syaikh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada

pemikiran dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam

keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun generasi selanjutnya

mengembangkan sekian banyak legenda yang berkisar pada aktivitas

spiritualnya, sehingga muncul berbagai kisah ajaib tentang dirinya.

Qadiriyyah adalah tarekat pertama yang disebut dalam sumber-sumber

pribumi. Di Jawa juga terdapat pengaruh tarekat Qadiriyyah, terutama di

Cirebon dan Banten. Menurut tradisi masyarakat setempat, Syaikh Abdul

63Badrudin, “Akhlak tasawuf” (Serang: Iaib Press, 2015), 96-98.

Qadir Jaelani pernah datang ke Jawa, bahkan mereka masih dapat

menunjukkan kuburannya. Indikasi lain mengenai pengaruh Qadiriyyah di

Banten adalah pembacaan kitab Manakib Abdul Qadir Al-Jaelani pada

kesempatan tertentu di kehidupan beragama di sana.64

Syaikh Abdul Qadir lahir di desa Naif kota Gilan tahun 470/1077,

yaitu wilayah yang terletak 150 KM Timur Baghdad. Ia meninggal di

Baghdad pada tahun 561/1166. Makamnya sejak dulu hingga sekrang tetap

diziarahi khalayak ramai, dari segala penjuru dunia Islam. Di kalangan

kaum sufi Syaikh Abdul Qadir diakui sebagai sosok yang menempati

hierarki mistik yang tertinggi yang menduduki tingkat kewalian yang

tertinggi. Dalam kepercayaan rakyat, Syaikh Abdul Qadir adalah wali

terbesar, yang diberikan wewenang untuk menolong manusia lain dalam

bahaya. Lebih dari pada itu semua wali lain, Syaikh Abdul Qadir dikagumi

dan dicintai rakyat, dimana-mana orang tua menceritakan riwayat tentang

kekeramatannya kepada anak-anak mereka dan hampir setiap upacara

keagamaan tradisional orang menghadiahkan pembacaan Al-Fa>tih}ah

kepadanya.

Memang cukup sulit untuk membedakan antara fakta sejarah dengan

legenda dalam mengkaji Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani karena sejarah dan

ajarannya ditulis beberapa puluh tahun setelah dia wafat dan yang

menulisnya adalah para pengikut yang amat setia. Disamping itu,

penghormatan yang sangat tinggi kepadanya menimbulkan cerita-cerita

tentang kekeramatn yang luar biasa. Karena itu ketika membaca riwayat

hidup beliau, perlu pemahaman yang menyeluruh tentang cerita-cerita

tersebut. Sebab dalam perspektif tarekat kehebatan yang adi kodrati adalah

suatu yang wajar, terutama untuk memperkuat keyakinan dan loyalitas para

pengikut para pengikut tarekat dan mempererat hubungan antara murid

dengan sang guru.65

64 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di

Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2015), 14-26. 65 Ibid, 26-33.

2. Tarekat Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepas hubungannya dengan pendirinya

yakni Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat ini dinisbahkan

kepada namanya Syadziliyah yang mempunya ciri khusus yang berbeda

dengan tarekat-tarekat yang lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah

Ali bin Abdullah bin Abdul Al-Jabbar Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Dia

dilahirkan di desa Ghumara, dekat Ceuta saat ini di utara Maroko pada

tahun 573 H. Tarekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir,

Aljazair, Sudan, Suriah dan Semenanjung Arabia, Juga di Indonesia

khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hampir semua sufi

Maghrib terpengaruh olehnya dan mempunyai jalur silsilah kepadanya.

Tarekat syadziliyah adalah salah satu tarekat yang besar disamping Tarekat

Qadiriyah, dan layak disejajarkan dengan Tarekat Qadiriyah dalam hal

penyebarannya. Ibn At-Thaillah mengemukakan bahwa As-Syadzili adalah

orang yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pewaris Nabi Muhammad

SAW. Allah Telah menjelaskan peranan As-Syadzili melalui karamah-

karamahnya yang selanjutnya akan menunjukkan posisinya sebagai poros

spiritul alam semesta.

Namun demikin Al-Syadzili tidak menuliskan ajaran-ajarannya dalam

sebuah kitab karya tulis, diantara sebab-sebabnya adalah karena

kesibukannya melakukan pengajaran-pengajaran terhadap murid-muridnya

yang sangat banyak dan sesungguhnya ilmu-ilmu tarekat itu adalah ilmu

hakikat, oleh karena itulah akal manusia tidak mampu menerimanya.

Adapun pemikiran-pemikiran tarekat Al-Syadziliyah adalah tidak

menganjurkan murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka,

tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam, zuhud, tidak ada

larangan bagi kaum salik untuk menjadi kaya raya, berusaha merespon apa

yang sedang mengancam kehidupan umat, kedalaman tasawuf, dan

pengamalan makrifah.66

3. Tarekat Naqsyabandiyah

Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf

terkenal yakni Muhammad bin Muhammad Baha’ Al-Din Al-Uwaisi Al-

Bukhari Naqsyabandi (717 H/1318 M – 791 H/1389 M) dilahirkan di Desa

Qashrul Arfah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari.

Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki,

Suriah, Afganistan, dan India. Penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah

kemudian memasuki wilayah India yang kemudian berpengaruh ke wilayah

Indonesia, sektar abad 10/16 M atau tepatnya pada tahun1526.

Ciri menonjol tarekat Naqsyabandiyah adalah pertama diikutinya

syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan

penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam

hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan

pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan negara pada agama.

Berbeda dengan tarekat lainnya tarekat Naqsyabandiyah tidak menganut

kebijaksanaan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan yang sedang

berkuasa saat itu. Dilihat dari aspek spiritual, hal yang menonjol dari tarekat

Naqsyabandiyah adalah mampu membentuk alam perkembangan spiritual

dengan menunjukkan berbagai tahapan dan kedudukan yang harus dilalui

oleh seorang sufi. Berdasarkan pengalaman dan petualangan spiritual. Ciri

khas lain yang tidak boleh dilupakan adalah para Syaikh Naqsyabandiyah

memiliki kesadaran akan misi. Mereka meyakini bahwa mereka ditakdirkan

untuk memainkan peranan dalam sejarah.

Terdapat keunikan lain dari Tarekat Naqsyabandiyah Mazhariyah di

Madura, yang tidak dijumpai di antara penganut Naqsyabandiyah di

Indonesia dan negeri-negeri lain, yakni beberapa mursyidnya adalah

66 Ibid, 57-75.

perempuan. Mereka tidak hanya bertindak sebagai asisten dari para suami

yang lebih dominan, tetapi mereka benar-benar mandiri.67

4. Tarekat Sammaniyah

Tarekat Sammaniyah adalah tarekat pertama yang mendapat pengikut

massal di Nusantara. Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad bin

Abdul Al-Karim Al-Madani Al-Syafi’i Al-Samman (1130-1189/1718-

1775). Ia lahir di Madinah, dari keluarga Quraisy. Syaikh Samman

meninggal pada hari Rabu, 2 Zulhijjah 1189 H/ 1775 M dalam usia 57

Tahun setelah sakit selama 17 hari. Ia dimakamkan di Baqi, Madinah,

tempat istri-istri Nabi Muhammad dan para sahabatnya dimakamkan.

Syaikh Samman terkenal sebagai tokoh tarekat yang zuhud, saleh, keramat,

dan dengan segala keanehan yang dimilikinya. Kepribadian yang luar biasa

itu dapat ditelusuri sejak ia belum baligh. Dengan kata lain, sejak masa

anak-anak, Syaikh Samman sudah memperlihatkan hal-hal yang ganjil

dalam perilakunya.

Dari ajaran berbagai tarekat, Samman lalu menggabungkannya dengan

memadukan teknik-teknik zikir, bacaan-bacaan lain, dan ajaran mistis

semua tarekat tersebut dengan tambahan seperti qashidah dan bacaan lain

yang ia susun sendiri. Racikan berbagai tarekat ini lalu menjadi satu nama,

yaitu Tarekat Sammaniyah.68 Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Syaikh

Samman, antara lain, adalah: memperbanyak salat dan zikir, berlemah-

lembut kepada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukarkan akal

bashariah dengan akal rabbaniyah, dan tauhid kepada Allah dalam zat, sifat

dan af’al-Nya.

Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu tarekat yang mu’tabarah

di Indonesia. Tarekat ini mempunyai sanad (mata rantai) yang tidak terputus

atau bersambung kepada Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk

diamalkan. Tarekat Sammaniyah mulai menyebar ke Indonesia pada

penghujung abad ke-18. Tarekat ini sangat merakyat di daerah Sumatera

67 Ibid, 89-100. 68 Ibid, 181-184.

Selatan dan Kalimantan Selatan serta telah berperan dalam perlawanan anti

penjajah di sana. Di Indonesia, Tarekat Sammaniyah pertama kali tersebar

dan memberikan pengaruh yang luas di Aceh, Kalimantan serta mempunyai

pengaruh yang dalam di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera.

Demikian pula di Jakarta, tarekat ini berpengaruh besar di kalangan

penduduk dan daerah-daerah sekitar ibukota.

Di Palembang, tarekat Sammaniyah juga mendapat tempat tersendiri.

Diketahui bahwa tiga orang Indonesia asal Palembang pernah belajar

Tarekat Sammaniyah yang sebagiannya langsung menjadi murid Syaikh

Samman. Ketiga orang itu adalah Syaikh Abd Al-Shamad, Tuan Haji

Ahmad, dan Muhyidin bin Syihabudin. Dari literatur yang ada, tampaknya

di antara ketiganya yang paling berpengaruh adalah Syaikh Abd Al-Shamad

Al-Palembani. Ritual pembacaan Ratib Samman sesungguhnya telah

menjadi bagian yang lazim setiap ada hajatan di daerah Palembang dan

Manakib Samman (yang dipopulerkan oleh Abd Shamad) sering dibacakan

dengan tujuan istighatsah, memohon pertolongan kepada Syekh Samman.

Ajaran inilah yang kemudian menyebar luas hingga kemudian dibawa

para leluhur masuk ke Desa Kubu Kandang, ajaran ini kemudian diadopsi

sesuai dengan keadaan kultur dan keadaan budaya masyarakat setempat

sehingga ajaran ini memiliki versi yang baru dari ajaran yang diamalkan

oleh masyarakat di daerah Palembang.

Kegiatan pengamalan pembacaan zikir Manakib ini merupakan buah dari

adanya ajaran tarekat-tarekat yang telah dijelaskan sebelumnya, tarekat ini

berkembang luas dan menyatu dengan kebudayan setempat. Hal ini menjadikan

adanya berbagai bentuk pengamalan yang berbeda terhadap pelaksanaan dan hal

ini juga dipengaruhi oleh ajaran yang dibawa oleh para penganut suatu tarekat

tersebut, seperti yang dilakukan di Desa Kubu Kandang, masyarakatnya hanya

mengamalkan pembacaan Manakibnya saja tanpa diiringi degan Ratib yang

biasanya selalu dilakukan atau dibacakan bersamaan saat pembacaan Manakib

Samman.

Dari keterangan beberapa tarekat yang telah dijelaskan sebelumnya,

diketahui bahwa ajaran inti dari semua tarekat itu adalah mendekatkan diri kepada

Allah dengan ketentuan untuk meningkatkan tingkat keimanan seseorang. Namun,

pengamalannya jelas tidak semua sama, karena pembacaan Manakib ini hanya

berlaku pada Tarekat Qadiriyyah dan Tarekat Sammaniyah. Sedangkan tarekat-

tarekat yang lainnya hanya terfokus kepada ajaran-ajaran seperti Zikrullah dan

amalan-amalan tertentu lainnya.

D. Tata cara pelaksanaan Tradisi.

Seperti yang telah dijelaskan, masyarakat Desa Kubu Kandang seluruhnya

menganut agama Islam, sehingga kegiatan masyarakat sehari-hari mengacu pada

nilai ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Masyarakat Desa Kubu Kandang

juga masih kental akan tradisi-tradisi warisan dari nenek moyang, yang dianggap

sakral dan harus dilestarikan oleh budaya-budaya yang ada tersebut. Adapun

beberapa macam tradisi yang dilakukan masyarakat Desa Kubu Kandang seperti :

Maulidan, Isra’ Mi’raj, Rajaban, Yasinan, dan Manakiban.

Tradisi pembacaan Manakib ini dilaksanakan oleh seluruh warga Desa

Kubu Kandang Khususnya para remaja dan orang tua yang laki-laki, Adapun

kehadiran anak-anak, perempuan atau ibu-ibu mereka ada yang terlibat langsung

dalam prosesi dan ada juga sebagai peserta yang ikut memeriahkan tradisi

tersebut. Keterlibatan anak-anak tidak hanya sebagai penggembira saja, tetapi

secara tidak langsung anak-anak diperkenalkan dengan tradisi yang sudah ada

sejak dulu yakni Manakiban. Dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa

Kubu Kandang ini memerlukan beberapa tahap atau proses yang biasanya

dilakukan saat pelaksanaan tradisi pembacaan Manakib, adapun proses

pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan.

Adapun rangkaian kegiatan acara pembacaan Manakib di Desa Kubu

Kandang antara lain:

a. Mengundang orang

Kegiatan ini dimulai dengan mengundang atau mengajak orang,

yaitu mengajak warga atau masyarakat sekitar, tetangga dekat rumah

dan juga keluarga untuk menghadiri proses pelaksanaan tradisi yang

akan dilaksanaan di rumah warga yang memiliki hajat.

b. Kata Sambutan

Sebelum dimulainya acara, biasanya tuan rumah memiliki

permintaan kepada Imam atau orang yang akan memimpin pembacaan

(orang yang telah ditunjuk atau dipercaya) dan do’a nanti agar

dibacakan dan dihadiahi pahalanya kepada orang-orang tertentu. Tuan

rumah biasanya meminta agar “hadiah” dikirimkan kepada para

leluhur atau tetua kampung yang telah meninggal dan diyakini

mempunyai kekuatan suprnatural yang dapat menjaga ketentraman

dan keamanan serta kenyamanan penduduk daerah setempat,

kemudian akan disebutkan alasan tuan rumah mengadakan hajat atau

lain sebagainya tergantungan kebutuhan tuan rumah yang menjadikan

pembacaan Manakib sebagai perantaranya.

c. Pembacaan Tawashul

Prosesi dimulai dengan pembacaan tawashul kepada Nabi

Muhammad SAW. kepada para sahabat, kepada para Ahlul bait,

kepada Syaikh Samman, dan Syaikh Abd Shamad. Selanjutnya

biasanya tuan rumah juga meminta untuk “menghadiahkan” kepada

para orang tua atau keluarga tuan rumah yang telah mendahului, serta

tak lupa pula untuk kesejahteraan umat Islam seluruh diseluruh dunia.

Setelah beberapa permintaan yang telah disebutkan, maka tibalah

permintaan tuan rumah kepada niat utama mengadakan zikir ini, yaitu

biasanya berupa ungkapan rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT,

penunaian nazar atau janji, meminta kelancaran atas segala urusan,

penolak bala, dan berbagai macam do’a baik lainnya

d. Pembacaan Ayat-Ayat Al-Qur’an

Setelah selesai bertawashul maka akan dibacakan ayat-ayat Al-

Quran seperti Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s

Pembacaan ayat Al-Qur’an ini dilakukan secara bersama-sama yang

menjadi awal prosesi inti pelaksanaan pembacaan zikir Manakib

Samman.

e. Pembacaan Manakib Samman

Setelah selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur’ana maka

kemudian masyarakat akan diam khusyuk mendengarkan pembacaan

Manakib Samman yang mana berisi tentang riwayat kehidupan,

karomah atau keutamaan-keutamaan Syaikh Samman, serta kejadian-

kejadian mistik dan keanehan yang terjadi saat beliau masih hidup.

Bacaan ini dibacakan oleh tetua kampung (biasanya dibacakan oleh

Pak Imam) yang membawa kitab khusus69 yang di dalamnya tertulis

segala sesuatu mulai dari biografi Syaikh Samman hingga wafatnya

serta kisah-kisah menarik kehidupannya, semua itu tertuang secara

ringkas dan jelas dalam kitab Manakib Samman.

f. Pembacaan Do’a

Setelah pembacaan Manakib selesai maka prosesi akan ditutup

dengan pembacaan do’a khusus Manakib yang dibacakan oleh ketua

adat atau orang-orang tertentu yang telah ditentukan dan dipercaya

seperti tetua kampung yang dianggap mampu dan benar dalam

memimpin pembacaan do’a tersebut. Setelah usainya pembacaan do’a

tadi, maka secara tidak lansung berarakhir pulalah prosesi pembacaan

zikir Manakib tadi.

Keterangan tentang bentuk pelaksanaan juga penulis dapatkan

dalam bentuk informasi wawancara penulis dengan ketua Syara’ Desa

Kubu Kandang yang mengatakan bahwa:

“Sebelum mengadakan acara Manakiban orang-orang harus

diundang terlebih dahulu, kemudian saat pelaksanaannya diawali

dengan pembacaan tawashul, pembacaan Al-Fa>tih}ah dan Qulhu

69 Bentuk Kitab Manakib Samman terlampir di lampiran sebagai keterangan tambahan.

kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manakib, dan diakhiri

dengan do’a. Setelah itu barulah boleh hidangan dikeluarkan.”70

g. Menyiapkan Sajian

Setelah itu warga yang mempunyai hajat akan menyiapkan suatu

hidangan atau sajian yang nantinya akan menjadi santapan para warga

setelah prosesi tradisi usai, hidangan ini biasanya dikeluarkan setelah

prosesi pembacaan usai (dikeluarkan belakangan). Hidangan yang

disajikan bisa berupa beragam makanan, atau dengan kata lain

makananya tidak dipatok harus menyajikan sesuatu yang khusus atau

tertentu, Makanan yang disajikan tergantung dengan kondisi ekonomi

warga yang melaksakannya. Hidangan tersebut juga merupakan suatu

lambang dimana dimaksudkan oleh masyarakat setempat sebagai

ungkapan rasa syukur atas nikmat dan rezeki yang melimpah yang

telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

Penulis memperhatikan bahwa proses pelaksanaan pembacaan zikir

Manakib Samman ini tidak memberatkan bagi masyarakat yang

melaksanakannya karena tradisi ini telah menjadi kebiasaan karena telah ada

sejak dahulu dan dibawa oleh para nenek moyang masyarakat setempat,

pelaksanaanya pun sama seperti yang diajarkan oleh orang tua dahulu mulai dari

beberapa proses tahapan awal hingga akhir dan tidak berjalan asal-asalan.

Tradisi ini juga menjadi sarana peningkatan spiritualitas masyarakat.

E. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan membaca Manakib ini merupakan kegiatan yang sering

dilakukan masyarakat, terutama jika masyarakat itu memiliki hajat. Pelaksanaan

tradisi ini biasanya dilakukan di malam hari, hal ini berhubungan dengan alasan

sosial karena masyarakat biasanya ada di kebun atau sedang bekerja pada siang

harinya.

Tradisi ini terbilang tidak memiliki aturan yang jelas kapan biasanya

dilaksanakan, tidak menuntut dalam satu bulan harus dilaksanakan, hal itu

dikarenakan tergantung dengan ada atau tidaknya hajat, nazar, atau niat-niat

70 Sufyan, Tokoh Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 15 Maret 2021,

Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

masyarakat setempat untuk mengadakan kendurian dalam bentuk pembacaan

Manakib Samman. Namun Tradisi pembacaan Zikir Manakib Samman tidak

hanya dilakukan sebagai bentuk tradisi keagamaan, namun juga menjadi

rutinitas berbagai kegiatan yang ada di Desa Kubu Kandang contohnya

dibacakan sebagai pendamping (dibacakan sebelum) acara yasinan rutin warga.

“Upacara adat zikir Manakib Samman ini dilakukan tidak hanya terpaku jika

ada nadzar ataupun hajat, namun juga menjadi kegiatan rutinitas misalnya,

dibawakan bersamaan dengan acara rutin yasinan mingguan kecuali

peringatan kematian.”71

F. Tempat Pelaksanaan

Adapun tempat pelaksanaan tradisi pembacaan zikir Manakib ini biasanya

di rumah masing-masing warga yang mempunyai hajat. Namun tidak selamanya

dilakukan di rumah, kadangkala tradisi ini juga dilakukan di rumah orang tua

mereka, karena masyarakat menganggap hal itu lebih baik karena diharapkan

“hadiah”nya bisa tersampaikan secara langsung. Kemudian tradisi ini juga bisa

dilakukan di Masjid, biasanya hal ini terjadi jika ada nazar atau hajat yang

berhubungan dengan desa yang artinya mencakup seluruh masyarakat Desa

Kubu Kandang.

G. Ayat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan

a. Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah

ااااا حيم ناالر حم ااااااالر لمين االع ارب حيمااااااالحمدالله ناالر حم االر بسماللاه

راطاالمستقيما اااااهدنااالص ينا اياكانعبداواياكانستعين لكايوماالد م

ال يناا غيراالمغضوباعليهماولاالض صراطاالذيناانعمتاعليهماا

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi

Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha penyayang. Pemilik

hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya

kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan

(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang

sesat.”(Q.S Al-Fa>tih}ah /1:1-7)72

71 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang . Wawancara dengan

penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 72 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 1

b. Qur’an Surah Al-Ikhla>s

حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل

ااحد ا مد اااااقلاهواللاه االص ولمايكنالهاكفواااحد ااااااااالمايلداولمايولداااااللاه

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah

(Muhammad)”Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala

sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada

sesuatu yang setara dengan Dia” (Q.S. Al-Ikhla>s/112:1-4)73

c. Qur’an Surah Al-Falaq

حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل

اغاسقااذااوقبا امااخلقا ومناشر االفلقا مناشر قلااعوذابرب

احاسدااذااحسدا تافىاا ومناشر االنفهث لعقداومناشر

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh

(fajar). Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, Dan dari

kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan

(perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul

(talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia

dengki.”(Q.S. Al-Falaq/113:1-5)74

d. Qur’an Surah An-Na>s

حيما ناالر حم االر بسماللاه

االوسواساالخنا امناشر اس ا هاالناس اال ا ا ملكاالناس االناس قلااعوذابرب

ا مناالجنةاوالناسا الذيايوسوسافياصدوراالناس

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja

manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang

bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

Dari (golongan) jin dan manusia.”(Q.S. An-Na>s /114:1-6)75

H. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan

73 Ibid, 604. 74 Ibid, 604. 75 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604.

Secara umum, Manakib dapat melestarikan budaya dari para leluhur

selama tidak bertentangan dengan Nash al-Qur’an dan Hadits, masyarakat

mengharapkan limpahan berkah dari ulama’ tertentu yang mereka percayai.

Masyarakat sering bertawasul melalui pembacaan Manakib, misalnya ketika

mereka hendak berangkat ketanah suci, khitanan, pernikahan, serta hajat-hajat

yang lainnya. Hal itu dilakukan karena tergolong orang-orang yang cinta

kepada waliyullah. Manakib mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak

karena pada acara Manakib juga diceritakan tentang kesalehan,

spiritualitasnya, dan keluhuran akhlaknya, sehingga diharapkan para jama’ah

meneladani dalam kehidupan sehari-hari

a. Tujuan Pelaksanaan Tradisi.

Masyarakat Desa Kubu Kandang mengenali berbagai macam upacara

tradisional, tradisi leluhur ini dilestarikan dan menjadi rutinitas keagamaan.

Tradisi ini merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dari

leluhur masyarakat yang kemudian mendarah daging atau dengan kata lain

berada dalam alam bawah sadar pikiran sederhana yang berpengaruh pada

perilaku berpikirnya. Adapun tujuan dari pelaksanaan pembacaan Manakib

di Desa Kubu Kandang ialah antara lain :

1. Pengubah Sudut Pandang masyarakat.

Berbagai aktifitas manusia sejak zaman dahulu sering kali

didahului oleh situs-situs tertentu dengan beragam cara dan tujuan agar

aktifitas lancar daan kehidupan mereka penuh berkah dan selamat.

Dalam berbagai fase atau siklus kehidupan manusia misalnya, dalam

beberapa catatan antropolog76 dan para pelancong77, sering kita dapati

bahwa manusia-manusia primitif hampir selalu meakukan ritual-ritual

sakral dalam setiap melakukan aktifitas mereka, baik itu aktifitas

ekonomi maupun aktifitas sosial keagamaan lainnya.78

76 Antropologi: Ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, perkembangan, adat

istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. (KBBI, 78). 77Pelancong adalah orang yang pergi berwisata, turis, perjalanan untuk bersenang-senang,

melihat-lihat, wisatawan. (KBBI online) 78Ayatullah Humami, “Ritul Magi dalam Budaya Masyarakat Muslim Banten”

Kebudayaan Islam, Jurnal Penelitian, XIII, No.2 (2015), 223.

Upacara merupakan suatu adat atau kebiasaan yang diadakan

secara tepat menurut waktu dan tempat, peristiwa atau keperluan

tertentu.79 Selanjutnya, upacara merupakan bentuk kegiatan simbolis

yang memulihkan tata alam dengan menempatkan manusia dalam tata

alam tersebut.80

Upacara tradisional adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

perbuatan yang bersifat turun-temurun, antara lain pandangan hidup,

kepercayaan, kesenian, upacara yang semuanya dilakukan menurut adat

atau aturan agama dan keyakinan yang dianut manusia pendukungnnya.

Upacara itu juga merupakan kegiatan sosial yang meliputi warga

masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama dan

menjadi bagian integral dari kebudayaan masyarakat. Tradisi

memperingati atau merayakan peristiwa penting dalam perjalanan hidup

manusia dengan melaksanakan upacara merupakan bagian dari

kebudayaan masyarakat sekaligus upaya manusia untuk mendapatkan

ketenangan rohani, yang masih kuat berakar sampai sekarang.81

2. Upaya Dalam Pembentuan Akhlak.

Praktik Manakib menjadi salah satu bagian penting dari budaya

masyarakat Indonesia secara umum, tidak terkecuali masyarakat Desa

Kubu Kandang. Dalam berbagai dimensi kehidupan, hampir selalu

muncul praktek Manakiban dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Selamatan yang menjadi wahana perantara praktik Manakib. Melalui

sistem selamatan, ritual adat ini mendapatkan jalan lurus menuju

sasarannya yaitu, Tuhan. Selamatan menjadi sebuah permohonan

simbolik.

Maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembacaan Manakib di

Desa Kubu Kandang ini adalah sebagai upaya dalam pembentukan

79Clifford Geertz, Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta:

Pustaka Jaya, 1983), 23. 80Rahmat Subagya, Kepercayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 9. 81 Isce Veralidiana, "Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah: Implementasi Tradisi "Sedekah Bumi",

Skripsi (Malang: Program Strata-1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010), 68.

akhlak mulia masyarakat dengan menjadikan pengagungan terhadap

guru (Wali) sebagai sarana perwujudan penghormatan kepadanya, maka

diharapkan dengan pembacaan karomah-karomah tersebut dapat

dijadikan sebagai contoh atau pedoman dalam menjalankan kehidupan

sehari-hari saat bermasyarakat.

3. Penyelesai Permasalahan

Manakib juga menjadi penyelesaian dalam setiap persoalan

kehidupan masyarakat seperti perasaan hina karena merasa banyak

dosa, masyarakat merasa bahwa dirinya tidak suci sehingga dengan

pembacaan Manakib diharapkan dapat menggugurkan dosa-dosa. dan

menjadikan kisah mereka sebagai penguat tingkat keimanan dan

ketakwaan para penganutnya.

4. Sebagai Bentuk Penghormatan.

Penyelenggaraan kegiatan Manakib juga bertujuan untuk mencintai

dan menghormati keluarga dan keturunan Nabi SAW. mencintai para

orang sholeh dan auliya, mencari keberkahan atas karomah para

Waliyullah tersebut, dalam hal ini yaitu Syaikh Samman.82

Hal di atas juga sesuai seperti firman Allah SWT. yang

memerintahkan manusia untuk menjadikan kisah para waliyullah

sebagai pedoman dalam menjalankan aktifitas sehari hari, Berikut

firman Allah SWT:

باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه

ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu

(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di

dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan

peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)83

5. Sarana Pengabul Do’a Atau Hajat

82 Ami Bawi, Ketua Adat dan Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21

Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 83Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 235.

Masyarakat percaya dengan menyertakan seorang waliyullah

sebagai perantara dalam do’a atau hajat, dalam hal ini masyarakat

menggunakan perantara Syaikh Samman dengan segala karomah dan

keutamaan beliau agar mudahnya terkabul segala doa yang diharapkan.

Maka dengan hal itu segala urusan itu diharapkan akan dipermudah dan

dikabulkan oleh Allah SWT. dimana yang menjadi tujuan utama dari

pelaksanaan tradisi ini ialah sebagai pelancar segala urusan kehidupn

yang tengah dijalani manusia.

b. Manfaat Pelaksanaan Tradisi

Adapun manfaat dari proses pembacaan Manakib bagi masyarakat desa

Kubu Kandang adalah sebagai berikut :

1. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

tradisi ini juga sering dimanfaatkan sebagai bentuk syukur masyarakat

atas nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Seperti ungkapan

syukur atas penempatan rumah baru, dan lain sebagainya.

2. Kegiatan ini juga berpengaruh besar terhadap ketenangan jiwa, terutama

saat upacara pembacaan sedang berlangsung, dengan perasaan lega

setelah usainya prosesi acara. Karena secara tidak langsung kegiatan ini

berdampak pada meningkatnya rasa spiritualisme masyarakat serta

konsistensi keyakinan masyarakat.

3. Merasakan keamanan dan ketentraman hati, hal ini biasa dirasakan

masyarakat setelah tradisi dilaksanakan karna sugesti yang terbentuk

begitu dalam oleh kebiasaan serta ajaran orang tua dahulu. Ketenteraman

Rohaniah ini biasanya didapatkan karena telah lepasnya hajat atau doa

yang dipanjatkan.

4. Sarana pengenalan adat dan budaya bagi para kaum muda, kaum muda

merupakan tonggak penerus semua hal yang dapat diwariskan dan

ditinggalkan, tak terkecuali dengan adat istiadat zaman dulu yang dibawa

para leluhur dan dilestrikan hingga saat ini. Itu sebabnya hal ini menjadi

sebuah keharusan bagi generasi muda untuk mengenali dan terus

melestarikan berbagai tradisi yang dilakukan oleh warga biasanya.

5. Menjadi tempat mempererat tali silaturahmi, pengadaan tradisi

pembacaan Manakib adalah untuk menumbuhkan kuatnya tali

persaudaraan sesama masyarakat dan umumnya dengan seluruh umat

Islam, karena tradisi mengundang banyak orang, tradisi ini dilakukan

secara bersama-sama yang menyebabkan terjalinnya silatrahmi antar

masyarakat. Dalam hal ini, penyajian hidangan secara tidak langsung

menjadi penghubung tali silaturahmi warga, karena saat menyantap

hidangan itu, sesama warga akan berbincang atau bersenda gurau

bertukar cerita tentang kegiatan sehari-hari.

48

BAB IV

PEMAHAMAN MASYARAKAT

A. Landasan Tradisi Manakib

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau adat kebiasaan turun-

temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat,84 dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak

lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya

dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling

mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke

generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu

tradisi dapat punah.

Secara terminologi perkataan tradisi mengandung suatu pengertian

tersembunyi tentang adanya kaitan antara manusia masa lalu dan masa kini. Ia

menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud

dan berfungsi pada masa sekarang. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota

masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun

terhadap hal-hal yang bersifat ghaib atau keagamaan. Di dalam tradisi diatur

bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain atau satu kelompok

manusia dengan kelompok manusia yang lain, bagaimana manusia bertindak

terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang

lain. Ia berkembang menjadi satu sistem, memiliki pola dan norma yang sekaligus

juga mengatur penggunaan saksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan

penyimpangan.85

Selain itu Islam juga merupakan Agama Allah Swt, dengan

mengesakannnya dalam beribadah mensyukuri nikmat-nikmatNya dengan

melakukan amal saleh serta beriman kepada hari ke bangkitan, hisab, dan balasan

atas amal, setelah kehidupan di dunia ini. Melalui risalah-risalah para rasul, serta,

84 Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasoinal

Jakarta, [2008]), 1727. 85 Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa

Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2019), 3.

49

tradisi, budaya, serta tingkatan kemajuannya, maka terjadilah banyak agama dan

syari’at, yang merupakan jalan petunjuk serta metode yang ditempuh oleh seluruh

pemilik risalah dan pemeluknya.86

Pada era modern ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara

turun temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat.87

Demikian juga yang terjadi di Desa Kubu Kandang kecamatan Pemayung

kabupaten Batanghari. Di antara tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat

Desa Kubu Kandang adalah Tradisi Manakiban. Sebagaimana yang kita ketahui

bahwa Manakib merupakan salah satu tradisi keagamaan yang telah mengakar

kuat dalam diri masyarakat Indonesia, dalam hal ini masyarakat Desa Kubu

Kandang. Tradisi ini secara keseluruhan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT. dengan menjadikan para waliyullah sebagai perantara dan

menumbuhkan sikap mencintai dan meneladani orang-orang shalih seperti

waliyullah. Adapun Allah SWT telah berfirman dalam kitab-Nya :

باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه

ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu

(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di

dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan

peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)88

Meskipun ayat ini secara tekstual hanya menyebutkan kisah teladan para

Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. namun bukan berarti Al-Qur’an hanya

memuat kisah para Rasul saja akan tetapi Al-Qur’an juga memuat kisah para

Mukminin dan Shalihin seperti kisah Maryam yang melahirkan Nabi Isa a.s. tanpa

seorang ayah. Manakiban mengandung kebenaran, pengingat yang bermanfaat

bagi orang yang beriman selaras dengan semangat ayat tersebut.

86 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas perbedaan dan Kemajuan dalam Bingkai

Persatuan (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 73. 87 Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa

Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2019), 4. 88Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul dan

Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 235.

50

Menjelang hari kiamat tiba Allah SWT. akan mengangkat ilmu dengan

mencabut nyawa para ulama’ Al-Arif billah, sedangkan karya-karya mereka yang

muktabar (dianggap sah/autentik), mu’tamad (dijadikan pegangan), dan yang

mutawatir (akurat) masih tetap terjaga. Allah akan menghilangkan orang-orang

shalih secara bertahap, sedangkan yang tersisa dan bertambah adalah orang-orang

yang hina dan rendah sebagaimana gandum dan kurma yang hina, dan Allah

SWT. tidak akan memperdulikan mereka, sebagaimana penjelasan dalam Hadis

Shohih.

Asy-Syaikh Abu Ali Al-Jurjanjy berkata “Walli Allah adalah orang yang

sirna sifat kemanusiaannya dan senantiasa menyaksikan Allah yang Maha

Haq. Dan Allah selalu mengatur siasat Wali-Nya, sehingga nur-cahaya

kewalian terus menerus terpancar darinya. Ia tidak pernah memberitakan

dirinya sebagai wali Allah, dan hanya kepada Allah-lah ia tunduk, patuh,

pasrah, tenang , dan sejuk.”

Maka Wali Allah bisa diketahui dengan tiga kriteria:

1. Mendahulukan Allah SWT Yang Maha Haq

2. Berpaling dari makhluk

3. Selalu berpegang teguh pada sunnah Rasul secara sempurna.

Hakikat setiap keutamaan, keagungan dan kemuliaan yang diraih oleh

seseorang dari umat Muhammad adalah diisap dan diambil dari keutamaan,

keagungan dan kemuliaan serta mukjizat Baginda Nabi Muhammad.89

Ayat ini menujukkan bahwa sesungguhnya Allah SWT. mencintai

hambanya dengan kecintaan yang sangat luhur dengan perantara Wali-Nya.

Dengan lantaran wali tersebut manusia sungguh-sungguh mendekatkan diri taat

kepada Allah SWT. dan mengikuti ajaran Rasulullah.

Hal itu juga dikuatkan dengan pernyataan Sholih bin Fauzan bahwa :

“Seburuk-buruk manusia adalah yang menyakiti Rasulullah, sahabat-

sahabatnya, dan kaum Rasulullah.90

89 M. Musyafa’ bin Mudzakir “Apakah Manakib itu?” (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,

2010), 42-44.

51

Melihat hal tersebut sangat diutamakan bagi kaum Muslim untuk selalu

mencintai dan meneladani wali-wali Allah karena dengan mencintai wali

menambah ketaatan kepada Allah SWT.

Landasan tradisi ini juga diperjelas dalam firman Allah SWT :

ضىااو نار جريناوٱلنصاراوٱلذيناٱتبعوهمابإحس لونامناٱلمه بقوناٱلو ٱلس

تاتجا اعنهماورضوااعنهاوأعدالهماجن لدينافيهااأبداا اٱلل راخ رىاتحتهااٱلنه

لكاٱلفوزاٱلعظيما اذ

"Dan orang-orang yang terdahuu lagi yang pertama-tama (masuk

Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang

yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan

mereka pun ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-

surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di

dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”

(Q.S. T-Taubah 9:100)91

Allah SWT. memberitahukan keridhaan-Nya terhadap tingkat paling tinggi

bagi kaum Muslimin dan keutamaan mereka dibandingkan yang lainnya. Mereka

adalah orang-orang yang terdahulu dan yang pertama masuk Islam. Allah ridha

kepada mereka dengan menerima ketaatan mereka dan Allah ridha dengan

perbuatan mereka. Mereka pun ridha kepada-Nya dengan apa yang mereka terima

dan rasakan dari nikmat diniyah maupun duniawiyah. Dia pun menyelamatkan

mereka dari kemusyrikan dari kesesatan, menuntun mereka ke jalan yang baik,

dan menunjukkan kepada mereka kebenaran. Allah memuliakan dan mengangkat

derajat mereka, memuliakan mereka dengan Islam, dan menyiapkan untuk mereka

surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai. Mereka akan kekal selamanya

di dalamnya, itulah kemenangan yang besar yang tidak ada kemenangan lain yang

90 Siti Rochmah dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di

Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri”, Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,

(2020), 38. 91 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul

dan Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 203.

52

dapat menandinginya dan merupakan kemenangan yang komprehensif

sebagaimana kenikmatan surga yang mencakup jiwa dan badan.92

B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Tradisi Manakib

Adapun tanggapan masyarakat tentang tradisi pembacaan Manakib dalam

berbagai aspek pandangan sebagai berikut:

1. Subjek Spiritualisasi

Berkaitan dengan tradisi pembacaan Manakib Samman ini lekat

dengan faktor sosial-keagamaan, karena tujuan kegiatan ini adalah untuk

peneladanan nilai kehidupan dalam karomah para wali dan menumbuhkan

iman dan takwa dalam hati masyarakat yang mengaplikasikannya. Dimensi

ini berisi pengharapan-pengharapan dimana individu yang religius

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran

doktrin-doktrin yang meliputi isi dan cakupan keimanan, tipe keimanan tata

nilai serta dalil yang membuat individu setia terhadap agama. Bagian ini

menjadi bagian dasar dalam aspek keagamaan yang meliputi keyakinan

ajaran agama yang berkenaan dengan pandangan hidup muslim.

Seperti firman Allah swt :

باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه

ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu

(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di

dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan

peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)93

Hikayat tentang keagunggan dan kemuliaan yang dianugerahkan

Allah SWT serta ilmu-ilmu makrifat ketuhanan dan membangkitkan

Hhimmah (keinginan kuat atau obsesi) untuk mecapai dan meraih martabat

kedudukan mulia lagi tinggi disisi Allah dan akan mengangkat dari

kehinaan serta kenistaan yan memaku seseorang dalam lembah kemaksiatan

92Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 6”, (Jakarta:

Gema Insani, 2013), 44-45. 93Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul

dan Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 235

53

menuju martabat kesucian yang dijangkau dan diraih oleh para ulama

salafus shalih pada masa silam.

Ketika seseorang mendengarkan suatu ilmu hakikat berupa sesuatu

yang tidak bisa terjangkau oleh akal, lalu ia percaya, memperhatikan,

menerima dan mau mengambil dengan kedua belah tangannya, sehingga ia

menemukan ketenangan dan kesejukan sebagaimana orang yang

menerimanya secara langsung dari Allah SWT. niscaya tidak ada perbedaan

antara keduanya di sisi Allah, yakni sama-sama disaksikan dan diakui si

sisi-Nya. Hanya saja seorang ahli hakikat itu menerima langsung dari Allah

SWT. dengan tanpa perantara, adapun dia menerimanya dari Allah dengan

perantara ahli hakikat dalam masalah tersebut, dengan catatan dia paham

sebagaimana kepahaman ahli hakikat. Jika tidak maka keduanya akan

sama.94

Ayat ini juga dimaksudkan menjadi cakupan dari tingkatan sejauh

mana individu mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agama, perilaku

pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan individu untuk menunjukkan

komitmen individu terhadap agama yang dianutnya, seperti pengamalan

rutin terhadap pembacaan Manakib Samman.

“Pembacaan Manakib ini merupakan suatu perantara, saat

pelaksanaannya tidak boleh hanya bernadzar kepada Syaikh Samman

langsung, melainkan harus menyebutkan atas nama Allah kemudian

Rasulullah setelah itu barulah disebutkan nama Syaikh Samman.

Karena Syaikh Samman itu sendiri tidak ubahnya juga merupakan

seorang manusia biasa”.95

Dalam agama Islam dimensi ritualistik ini menyangkut ibadah dalam

arti sempit yang berarti hubungan ritual langsung antara hamba dengan

tuhannya seperti shalat, puasa, zakat, zikir dan lain sebagainya. Dimensi ini

berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dan dirasakan individu selama

menjalankan ajaran agama yang diyakini, pengalaman spiritual akan

94M. Musyafa’ bin Mudzakir “Apakah Manakib itu?” (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,

2010), 18-19. 95Ami Bawi, Ketua Adat dan Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21

Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

54

memperkaya batin seseorang sehingga mampu menguatkan diri ketika

menghadapi berbagai macam cobaan kehidupan.

Jadi, dari keterangan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa,

penggunaan tradisi zikir Manakib Samman ini hanya merupakan perantara

atau subjek dari kegiatan pengamalan suatu bentuk ibadah yang menjadi

tradisi turun-temurun masyarakat Desa Kubu Kandang, yang mana tujuan

utama dari pelaksanaannya adalah kepada Allah SWT. dan Rasulullah

SAW. penyebab adanya perantara itu sendiri adalah karena kepercayaan

masyarakat terhadap karomah Syaikh Samman yang terkenal luar biasa.

2. Melestarikan Tradisi

Sebelum Islam masuk di kepulauan Nusantara telah hidup

berkembang agama Hindu dan Budha, supaya agama Islam mudah diterima

masyarakat, maka Wali Songo membiarkan tradisi-tradisi itu tetap

dilaksanakan akan tetapi tradisi-tradisi ini dimasuki nilai-nilai keislaman.

Hal inilah kemudian yang membuat banyak berkembangnya tradisi yang

masih kental nuansa animisme namun beriringan dengan bacaan ayat Al-

Qur’an yang menjadi landasan atau malah dibacakan langsung dalam

pelaksanaan tradisi. Dari berbagai teori yang menjelaskan mengenai awal

masuknya Islam di Indonesia tercapai kata sepakat jika penyebarannya

banyak dilakukan oleh para pemimpin tarekat. Sehingga tidak dapat

disangkal bahwa Islam di Indonesia adalah Islam versi sufisme atau

tasawuf.96

Begitu juga di Desa Kubu Kandang, masyarakat menjalankan

berbagai macam bentuk tradisi keagamaan yang salah satunya adalah

Manakib. Manakib sendiri memang bukan suatu tradisi yang berasal dari

adat atau kebudayaan Hindu-Budha, karena Manakib sendiri berisi sejarah

dan karomah para Waliyullah yang merupakan para penyebar ajaran Islam

di Indonesia. Namun, sebagian besar warga meyakini efek supranatural

96 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Islam di Indonesia abad ke-19 (Jakarta, Bulan

Bintang. 1984), 173

55

yang besar dari pelaksanaan pembacaan Manakib ini, terutama amat

berpengaruh dalam hal kerohanian masyarakat.

“Kami melaksanakan tradisi ini karena hal itu sudah ada sejak zaman

dahulu dan dibawa oleh para tetua dahulu, kami juga merasa dampak

dari pelaksanaan tradisi ini amat mengena di hati kami. Makanya kami

rutin menggunakannya”97

“Tradisi ini merupakan tradisi bawaan dari orang tua terdahulu, jadi

kami sebagai anak cucu penerusnya terbiasa melakukan ini sebagai

tradisi rutin turun temurun masyarakat desa setempat. Karena rata-rata

masyarakat sini pun menggunakan tradisi ini.”98

Dari hasil wawancara, hal inilah yang membuat tradisi ini masih

langgeng sampai sekarang karena dilaksanakan secara dominan dan

terbilang menjadi suatu tradisi keagamaan rutin para masyarakat, lantaran

masyarakat Kubu Kandang cenderung melakukan tradisi ini dalam

peringatan-peringatan tertentu yang dilakukan. Faktor lainnya adalah karena

warga Desa Kubu Kandang amat menghargai berbagai bentuk warisan

nenek moyang mereka, mulai dari benda (kuburan, pepohonan dll) sampai

segala macam bentuk tradisi yang telah diamalkan sejak dahulu, tak

terkecuali dengan Manakib. Oleh karena itu, pengaplikasiannya dalam

kegiatan keagamaan harian masyarakat masih amat sering digunakan, itu

adalah bentuk atau cara masyarakat menghargai warisan leluhur yang telah

ada dan diwariskan secara turun-temurun.

3. Bentuk Rasa Syukur

Zikir upacara pembacaan Manakib yang dilakukan masyaraka Desa

Kubu Kandang juga merupakan suatu bentuk dalam menunjukkan rasa

syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan Allah. Karena,

masyarakat telah dilimpahkan begitu banyak rezeki, dari rezeki

kesejahteraan atau kenyamanan, rezeki kesehatan, hingga rezeki harta yang

mencukupi kebutuhan keseharian masyarakat.

“Tradisi ini biasa kami jadikan sebagai bentuk dari ungkapan rasa

syukur kami atas rezeki yang berlimpah dari Allah SWT, karena tradisi

97 Haliyah, Warga desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21 Mei 2021,

Pemayung 98 Haliyah, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21 April

2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

56

ini sering menjadi suatu bentuk acara selamatan yang dilakukan para

orang tua zaman dahulu juga. Kalau kami pribadi, biasanya sering

menggunakannya saat acara selamatan rumah baru, nazar terlepas dari

sakit, nazar akan terlepasnya hajat dan masih banyak lagi bentuk niat

yang lainnya.”99

Dari wawancara di atas diketahui bahwa warga Desa Kubu Kandang

amat lekat dengan penggunaan tradisi ini, mereka percaya bahwa tradisi ini

dapat menjadi suatu perantara yang mumpuni terhadap keinginan mereka

agar lebih mudah tersampaikan kepada Allah SWT. salah satunya adalah

sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap banyaknya rezeki yang

diberikan tuhan dari segi apapun.

4. Wawasan Baru

Adapun segala bentuk kegiatan yang kita lakukan pasti akan

menyebabkan bertambahnya wawasan dan pengalaman baru yang didapat

baik itu dalam bentuk sosial maupun keagamaan. Dimensi ini menunjukkan

tingkat pengetahuan dan pemahaman individu akan agama yang dianutnya.

Serta adanya keinginan untuk menambah pemahamannya dalam hal

keagamaan yang berkaitan dengan agamanya. Karena pasti disetiap daerah

memiliki keberagaman adat tradisi dan kebudayaan yang dipraktekkan

dengan cara yang berbeda pula.

Adapun Pak Bawi, Imam sekaligus ketua adat Desa Kubu Kandang

menjelaskan:

“Banyak ilmu yang bisa diambil dari kegiatan ini, mulai dari

pengeahuan tentang waliyullah dalam hal ini terkhusus kepada Syaikh

Samman, pengetahuan dalam peningkatan pemahaman spiritual

terhadap penggunaan tradisi, hingga pemahaman pengetahuan baru

terutama untuk kaum muda dalam bentuk kebiasaan atau adat istiadat

masyarakat tempat mereka tinggal.”100

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak ilmu atau

pelajaran yang bisa diambil dari pengamalan pembacaan Manakib ini

terutama bagi kaum muda yang merupakan penerus generasi. Tradisi ini

baik juga dipelajari karena mempelajari kehidupan dan karomah para wali

99 Yanti, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21 April

2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 100 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung

dengan penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

57

yang dapat menimbulkan perasaan dekat kepada Allah selaku Tuhan

semesta alam.

C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Bacaan Ayat dalam Tradisi

Manakib

Wahyu adalah pernyataan seluruh nilai-nilai kehidupan, ia mengandung

pranata nilai-nilai dan prinsip-prinsip pengenalan, kedudukannya satu sama lain

atau tingkatan-tingkatannya, dan hubungan deontologisnya101 terhadap

kemanusiaan.102 Masyarakat Kubu kandang dari dulu sampai saat ini masih

meyakini bahwa amalan-amalan yang diwarisi oleh orang tua mereka dahulu

sangat berarti dan mempunyai nilai-nilai yang besar. Mereka sangat yakin bahwa

semua itu mempunyai tujuan yang baik untuk kehidupan mereka. Berikut penulis

paparkan mengenai pemaknaan dari ayat-ayat yang dibacakan pada tradisi

pembacaan Manakib Samman Desa Kubu Kandang:

1. Al-Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah

Surah Al-Fa>tih}ah memang banyak memiliki kelebihan dan

keistimewaan, surah Al-Fa>tih}ah adalah surat yang berisi tujuh ayat yang

diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW. hijrah yang disebut juga

dengan Ummul Qur'an atau induk Al-Qur’an. Disebut Ummul Qur'an

karena ketujuh ayat tersebut kandungannya merupakan intisari dari Al-

Qur’an secara keseluruhan. Dalam wawancara dengan penulis, Sufyan

selaku pegawai syara’ Desa Kubu Kandang mengatakan:

“Surah Al-Fa>tih}ah merupakan surah yang wajib dibaca didalam tiap

pelaksanaan tradisi, karena kita percaya bahwa Al-Fa>tih}ah mempunyai

banyak kelebihan dan manfaat. Karena Al-Fa>tih}ah merupakan surah

pembuka, diharapkan hal itu juga berlaku dalam membuka pintu rezeki

dan berkah dari Allah SWT.”103

101 Etika deontologis atau deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai

moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan kepada peraturan. Etika ini kadang-kadang

disebut etika berbasis kewajiban atau obligasi karena peraturan memberikan kewajiban kepada

seseorang. 102 Ismail R. Al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, diterjemakan dari buku Islam dan Culture

(Bandung: Penerbit Mizan, 1993), 39. 103 Sufyan, Tokoh Adat Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan Penulis, 15 Maret

2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

58

Dari wawancara diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan surah Al-

Fa>tih}ah sangat penting untuk dibaca sebagai awal mula suatu tradisi

berlangsung. Surah ini mempunyai banyak nama, Surah Al-Fa>tih}ah

diturunkan di Mekah, jumlah ayatnya ada tujuh berikut basmallah, menurut

pendapat yang menganggapnya sebagai salah satu ayat daripadanya,

sedangkan ayat yang ketujuh menurutnya ialah mulai dari siratal lazina

sampai dengan akhir surah.

لما االع ارب حيمااااااالحمدالله ناالر حم االر ااااابسماللاه حيم ناالر حم ااااااالر ين

راطاالمستقيماا اااااهدنااالص ينا اياكانعبداواياكانستعين لكايوماالد م

ال يناا غيراالمغضوباعليهماولاالض صراطاالذيناانعمتاعليهماا

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala

puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha

penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami

menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah

Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai,

dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(Q.S Al-Fatihah/1:1-7)104

Salah satu surat yang terdapat keistimewaan yang dijelaskan di dalam

banyak hadis adalah surat Al-Fa>tih}ah, hadis-hadis fadha’il yang berkenaan

dengan surat Al-Fa>tih}ah adalah Hanya Kepada Muhammad SAW.

Diturunkan seperti berikut:

اا اس و اج ن اب د م ح أ او يع ب االر ن اب ن س ااح ن ث د بوااح ااأ ن ث د اح ال اق ي ف ن ح ال

اا ن ب ا يد ع س ا ن ع ىا يس ع ا ن ب ا للا ا د ب ع ا ن ع ا ق ي ز ر ا ن ب ا ار م ع ا ن ع صا و ح ال

اا للا لىا ص ا ي ب الن ا د ن ع د ا اع ق ا يل ر ب ج اا م ن ي ب ا ال ق ا اس ب ع ا ن اب ا ن ع ا ر ي ب ج

يضا ق ن ا ع م س ا م ل س و ا ه ي ل ااع ن م ا اب ب اا ذ ه ا ال ق ف ا ه س أ ر ا ع ف ر ف ا ه ق و ف ا ن م اا

اا لك اام ذ اه ال ق اف لك هام ن ام ل ز ن اف م و ي اال ل اإ اقط ح ت ف اي م ال م و ي ل اا ح ت اف اء م الس

با ا ر ش ب أ ا ال ق و ا م ل س ف ا م و ي ال ا ل إ ا قط ا ل ز ن ي ا م ل ضا ر ال لىا إ ا ل ز اان ن ي نور

104Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 1.

59

اا ة ر ق ب ال ا ة ور س ا يم ات و خ و ا اب ت ك ال ا ة ح ات ف ا ك ل ب ق ا ي ب ن اا م ه ت ؤ ي ا م ل اا م ه يت وت أ

نا ا ل ل ااإ م ه ن ام ف ر ح اب أ ر ق هت يت ط ع أ

“Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Rabi' dan Ahmad bin

Jawwas Al Hanfi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami

Abul Ahwash dari Ammar bin Ruzaiq dari Abdullah bin Isa dari Sa'id

bin Jubair dari Ibnu Abbas ia berkata; Ketika malaikat Jibril sedang

duduk di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba ia

mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu malaikat

Jibril berkata: "Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka,

sebelumnya ia belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini."

Lalu keluarlah dari padanya malaikat Jibril berkata: "Ini adalah

malaikat yang hendak turun ke bumi, sebelumnya ia belum pernah

turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja." Lalu ia memberi

salam dan berkata: "Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan

kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun

sebelummu, yaitu pembuka Al Kitab (surat Al-Fa>tih}ah) dan penutup

surat Al Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua surat

itu kecuali pasti akan diberikan kepadamu."105

2. Al-Qur’an Surah Al-Ikhla>s} Surah ini mempunyai banyak nama, yang paling masyhur adalah surah

Al-Ikhlas karena ia berbicara tentang tauhid murni hanya kepada Allah

SWT, yang mensucikan-Nya dari segala kekurangan dan membebaskan-Nya

dari segala kesyirikan, atau dari neraka. Penyesuaian surah ini dengan surah

sebelumnya sangat jelas, surah Al-Kafirun bertujuan untuk membebaskan

hamba dari segala macam kekufuran dan kesyirikan, sedangkan surah ini

untuk menetapkan tauhid kepada Allah SWT. yang memiliki sifat-sifat

sempurna dan senantiasa menjadi tujuan serta tidak mempunyai sekutu dan

tandingan. Oleh karena itu, kedua surah sering dibaca bersamaan dalam

beberapa shalat fajar dan thawaf, dhuha, sunnah maghrib, dan shalat

musafir.

Surah ini berisi rukun-rukun aqidah dan syari’at Islam yang paling

penting, yaitu mentauhidkan dan menyucikan Allah serta menyifati Allah

dengan sifat-sifat sempurna dan menafikan sekutu bagi-Nya. Ini merupakan

105Abi Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisabury, Shahih Muslim Juz I,

(“Darul Fikr, Beirut), 357.

60

bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang berkeyakinan trinitas dan

terhadap kaum musyirikin yang menyembah banyak Tuhan selain Allah.

Pahala membaca surah ini sama dengan pahala membaca sepertiga Al-

Qur’an karena seluruh isi kandungan Al-Qur’an adalah penjelasan

keterangan global dalam surah ini dan karena pokok-pokok syari’at secara

umum ada tiga: tauhid, pengikraran had106 dan hukum, serta penjelasan

amalan. Surah ini telah menjelaskan tauhid dan taqdis (pensucian). Surah

pendek ini mengandung penetapan dan penafian sekaligus. Surah ini telah

menjelaskan bahwa Allah Maha Esa dalam zat dan hakikatnya, terbebas dari

segala bentuk rangkaian atau susunan.

حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل

ااحد ا مد اااااقلاهواللاه االص ولمايكنالهاكفواااحد ااااااااالمايلداولمايولداااااللاه

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Katakanlah (Muhammad)”Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat

meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula

diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”(Q.S.

Al-Ikhla>s}/112:1-4)107

“Surah Al-Ikhlas ini merupakan surah yang memiliki banyak

keutamaan karena kandungannya berisi pentauhidan terhadap Allah

yang merupakan Tuhan seru sekalian alam, penggunaannya

dimaksudkan sebagai cara untuk meningkatkan kualitas keimanan

masyarakat terhadap kegiatan beribadah, seperti dalam pembacaan

Manakib kali ini.”108

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, surah ini

berkesinambungan dengan tujuan tradisi yang mana sebagai suatu

pengagungan terhadap Allah sebagi bentuk pentauhidan atas keEsaan-Nya.

Surah inilah yang menjadi bentuk peningkatan dari tingkat spiritualitas dan

ketaatan masyarakat setempat.

106 Hukuman Had adalah hukuman yang diancamkan kepada pelaku jarimh hudud, dalam

Islam pidana yang tergolong ke dalam jarimah hudud adalah zina, menuduh orang bak-baik

berbuat zina, minuman keras, mencuri, pembegalan atau perampokan, dan gangguan keamanan,

murtad serta pemberontakan. 107Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604. 108 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam desa Kubu Kandang, Wawancara dengan

penulis, 21 Mei 2021.

61

3. Al-Qur’an Surah Al-Falaq

Nama Al-Falaq diambil dari ayat pertama surat ini yang berarti Subuh.

Surat Al-Falaq termasuk golongan surat Makkiyah karena diturunkan

sebelum Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah. Dalam surat ini dijelaskan

bahwa manusia hendaklah selalu berlindung kepada Allah dari segala

kejahatan. Mulai dari kejahatan tukang sihir, orang-orang yang dengki,

berbohong, maupun orang yang saling memecah belah.

Surah ini dan surah sesudahnya diturunkan ketika Lubaid seorang

Yahudi menyihir Nabi SAW. dengan memakai pintalan kain yang di

dalamnya terdapat sebelas bundelan. Kemudian Allah memberitahukan

kepada Nabi SAW. tempat pintalan itu dan didatangkan di hadapannya.

Lalu Nabi SAW. diperintahkan supaya meminta perlindungan kepada Allah

dengan membaca dua surah. Setiap kali Nabi SAW. membacakan satu ayat

dari dua surah itu terlepaslah satu ikatan lalu merasakan keringanan pada

tubuhnya, sehingga semua ikatan pintalan sihir itu terlepas, dan beliau dapat

berdiri tegak seakan-akan baru terlepas dari ikatan yang

mengungkungnya.109

حيماا ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل

اغاسقااذااوقبا امااخلقا ومناشر االفلقا مناشر قلااعوذابرب

احاسدااذااحسداومنا شر تافىاالعقدا االنفهث ومناشر

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh

(fajar). Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, Dan dari

kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan

(perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul

(talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia

dengki.”(Q.S. Al-Falaq/113:1-5)110

109 Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Syayuti, “Tafsir Jalalain Berikut

Asbabun Nuzul Ayat. Juz.2” (Jakarta: Sinar Baru Algensindo), 1403. 110 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604.

62

Surah ini berisi tentang isti’adzah dari kejahatan seluruh makhluk,

khususnya kegelapan malam, para penyihir, tukang adu domba, dan para

pendengki. Itu merupakan pelajaran agung dan bermanfaat untuk menjaga

sebagian manusia dari lainnya sebab adanya penyakit dalam diri mereka.

Surah ini juga menjaga mereka darin kejahatan sesuatu yang mempunyai

racun dan kejahatan malam jika gelap karena banyak mengandung rasa takut

dan hal-hal yang mengagetkan, khususnya di daratan dan hutan.

“Sesuai dengan artinya, surah ini berfungsi sebagai penolak balak

atau penolak kejahatan baik dari hal yang jelas maupun kejahatan

yang berasal dari Alam Ghaib.”111

Terlepas dari itu pahala membaca Surah Al-Falaq dapat dikirimkan

kepada keluarga yan mendahului agar dapat meringankan beban mereka di

alam kubur, dan semoga memberikan ketenangan atau syafaat.

“Seperti yang lumrah diketahui bahwa surah Al-Falaq ini

merupakan surah penolak balak, penghindar malapetaka. Surah ini

dimaksudkan sebagai permohonan perlindungan dari pengaruh jahat

makhluk tak kasat mata yang bebas berkeliaran di dunia. Oleh karena

itu pembacaanya sangat penting sebagai benteng perlindungan diri

khususnya untuk umat Islam.”112

Dari keterangan beberapa wawancara di atas, jelas sekali bahwa surah

ini menjadi bentuk penghindar dari segala macam gangguan makhluk-

makhluk yang hidup di Bumi ini. Selain sebagai bentuk penolak kejahatan

surah ini juga sebagai bentuk permohonan perlindungan langsung seorang

hamba terhadap Rab-Nya sebagai satu-satunya tempat untuk meminta

pertolongan.

4. Al-Qur’an Surah An-Na>s

Surah ini turun bersamaan dengan surah sebelumnya, dan merupakan

surah Makkiyah menurut kebanyakan ulama. Surah ini adalah surah terakhir

dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dimulai dengan surah Al-Fa>tih}ah yang

111 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung

dengan penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 112 Sufyan, Pegawai Syarak Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis,

23 April 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

63

merupakan permintaan pertolongan kepada Allah dan memuji-Nya. Dan Al-

Qur’an diakhiri dengan 2 surah Al-Mu’awwidzatain yang bertujuan untuk

meminta pertolongan kepada Allah juga.Surah ini mengandung isti’adzah

(permintaan perlindungan) kepada Allah SWT Tuhan seluruh manusia, dari

segala kejahatan iblis dan bala tentaranya yang dapat melalaikan manusia

dengan berbagai cara, seperti menebarkan rasa was-was pada diri mereka.

حيما ناالر حم االر بسماللاه

ا االوسواساەاالخناس ا مناشر هاالناس اال ا ااقلا ملكاالناس االناس اعوذابرب

ا مناالجنةاوالناسا الذيايوسوسافياصدوراالناس

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja

manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang

bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

Dari (golongan) jin dan manusia.” (Q.S. An-Na>s /114:1-6)113

“Sama seperti halnya Al-Falaq, An-Nas juga merupakan surah yang

berisi permohonan perlidungan kepada Allah dari gangguan makhluk

jahat baik berupa makhluk yan nampa maupun yang tidak. Apalagi di

Desa Kubu Kandang sendiri masyarakatnya masih amat mempercayai

banyak takhayul dan sejenis keguatan alam ghaib seperti itu.”114

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, karena besarnya

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai mistis inilah yang

menyebabkan wajibnya pembacaan ayat tolak balak dalam setiap kegiatan

atau tradisi yang dilakukan. Hal ini juga bertujuan untuk membuka pintu

rahmat Allah atas segala bentuk rezeki, segala kemudahan urusan, menjadi

bentuk secara tidak langsung penghambaan dimana seorang hamba yang

memohon perlindungan kepada sang Khaliknya, sarana penggugur dosa dan

ketentraman spiritual pribadi masyarakat sekitar.

113Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan

Asbabun Nuzul dan Hadis Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604. 114Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam, Wawancara langsung dengan penulis, 21 Mei

2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

64

Pada surah An-Nas ini berisi mengenai perlindungan terhadap bisikan-

bisikan Syaitan yang selalu mengajak manusia untuk melakukan kekejian.

Bisikan yang diberikan sangatlah halus dan bisikan ini tidak dapat dihindari

oleh manusia. Oleh karena tak berdayanya manusia dalam menghadapi

bisikan-bisikan ini, maka Allah mengajarkan manusia agar meminta

pertolongan kepada Allah dari bisikan-bisikan tersebut. Bisikan-bisikan

yang dibisikkan oleh Syaitan ini adalah berupa rasa was-was dan

memunculkan rasa keraguan terhadap kekuasaan dan kehendak Allah yang

mutlak. Bisikan yang dilakukan sangatlah halus dan tanpa disadari oleh

manusia, kemudian jika telah ada manusia yang terkena oleh bisikan ini dia

akan menjadi orang yang dikendalikan Syaitan, yang pada akhirnya keluar

dari bibirnya apa-apa yang dibisikkan oleh Syaitan kepadanya terhadap

keraguan tentang kekuasaan Allah. Dan hal ini juga dapat mempengaruhi

orang lain agar dapat mempunyai pendapat yang sama dengan orang yang

dikendalikan Syaitan tersebut. Oleh karena itu Allah mengajarkan manusia

agar meminta perlindugan kepada Allah terhadap bisikan yang dihembuskan

oleh Syaitan serta dari bisikan manusia lainnya.

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian secara langsung dan mengadakan

wawancara dengan beberapa masyarakat yang terkait, yaitu perangkat

Desa, tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat umum, dengan penelitian

yang ada terlebih khusus terkait dengan tradisi pembacaan zikir Manakib

Samman di desa Kubu Kandang. Maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tradisi pembacaan zikir Manakib Samman dalam

pelaksanaanya mempunyai landasan dari Al-Qur’an yaitu Q.S. Hud

ayat 120. Ayat tersebut menjadi landasan atas pembacaan Manakib

Samman yang dilakukan oleh masyarakat mayoritas Desa Kubu

Kandang, dimana Manakib itu berisi sejarah kehidupan serta karomah

dan keanehan para waliyullah, dalam hal ini terkhusus kepada Syekh

Samman. Ayat ini menujukkan bahwa sesungguhnya Allah SWT.

mencintai hambanya dengan kecintaan yang sangat luhur dengan

perantara Wali-Nya. Dengan adanya perantara wali tersebut manusia

sungguh-sungguh mendekatkan diri dan menjadikannya sebagai sarana

peningkatan terhadap ketaatan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.

dan mengikuti ajaran Rasulullah. Tradisi ini juga merupakan suatu

perbuatan yang sangat baik dan patut untuk dilestarikan sampai

kapanpun. Tradisi pembacaan zikir Manakib Samman dilaksanakan

dengan dimulai dari proses tertentu, yakni dimulai dari prosesi

mempersiapkan kegiatan agar acara berjalan lancar, penentuan waktu,

hingga prosesi inti dari pembacaan zikir Manakib itu sendiri.

2. Tradisi pembacaan zikir Manakib menggunakan surah-surah yang

dalam Al-Qur’an yang biasanya menjadi pilihan sebagai alat berdzikir

serta keutamaan surah tersebut yang dipercaya menjadi tombak utama

atas keefektifannya dalam pelaksanaan tradisi ini, karena surah

65

tersebut dipercaya memberikan perlindungan, keselamatan, terhindar

dari segala macam bentuk kejahatan dan menambahkan rasa keimanan

kepada sang pencipta, sesuai dengan pemaknaan surah yang dibaca.

Cara penggunaan ayat Al-Qur’an pada tradisi pembacaan zikir

Manakib Samman di desa Kubu Kandang ialah dibacakan setelah

pembacaan washilah terhadap Nabi SAW. para sahabat, para Auliya

dan penghadiahan “pahala” terhadap orang yang telah meninggal atau

sebelum pembacaan Manakib Samman.

3. Masyarakat memiliki pemahaman tentang tradisi Manakib ang

merupakan tradisi turun-temurun yang dibawa oleh para orang tua

terdahulu. Mereka meakini bahwa amalan-amalan yang diwarisi oleh

orang tua mereka dahulu sangat berarti dan mempunyai nilai-nilai ang

besar. Mereka sangat yakin bahwa semua itu mempunyai tujuan yang

baik untuk kehidupan mereka. Tradisi ini digunakan oleh masyarakat

untuk berbagai hal, seperti peningkatan spiritual, pelepas hajat, dan

lain sebagainya.

66

B. Saran

Dalam penelitian ini penulis tentunya menyadari kekurangan yang

terdapatdalam karya tulis. Setelah penulis melakukan penelitian tentang kajian

Living Qur’an atas pemahaman masyarakat terhadap “Pembacaan Ayat Al-Qur’an

dalam Tradisi pembacaan Zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi”, maka penulis akan

memberikan beberapa masukan:

1. Kepada masyarakat Desa Kubu Kandang agar senantiasa melestarikan

tradisi dan budaya nenek moyang terkhusus tradisi pembacaan Manakib.

Sedikit merubah demi kepentingan bersama perlu dilakukan supaya

masyarakat semakin mengikuti perkembangan zaman dan yang pasti tidak

menyalahi tujuan awal diadakannya dan tidak melanggar norma-norma

agama.

2. Kepada para peneliti selanjutnya, di dalam skripsi ini masih masih banyak

kekurangan oleh karena itu saran dan kritik dari peneliti berikutnya hendaklah

lebih memperdalam terkait teori pengetahuan sosial sebagai pelengkap dari

penelitian sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta:

Departemen Agama RI, 2011.

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya

dengan Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih, Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2011.

Buku

Al-Faruqi, Ismail R. Islam dan Kebudayaan, diterjemakan dari buku Islam dan

Culture, Bandung: Penerbit Mizan, 1993.

Ali, H.A Mukti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan,

1991.

Al-Kaaf, Habib Aabdullah Zaqy. Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani :

Perjalanan Spiritual Sulthonul Auliya’, Bandung : Pustaka Setia, 2004

An-Naisabury, Abi Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi. Shahih Muslim Juz

I, “Darul Fikr, Beirut.

Az-Zuhaili, Wahbah. “Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 6”, Jakarta:

Gema Insani, 2013.

Badrudin, “Akhlak tasawuf” , Serang: Iaib Press, 2015.

Geertz, Clifford. Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta:

Pustaka Jaya, 1983.

Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas perbedaan dan Kemajuan dalam

Bingkai Persatuan, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasoinal Jakarta, 2008.

L. Pals, Daniel. Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir dan M.

Syukri, Yogyakarta: IRCIS, 2011.

Mudzakir, M. Musyafa’ bin. Apakah Manakib itu?, Surabaya: Al-Wafa Surabaya,

2010.

Muhammad, Ahsin Sakho. Keberkahan Al-Qur’An, Qaf Media Kreatif, 2017.

Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di

Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2015.

Musgami, Awaliah. Tarekat dan Mistisme dalam Islam, Makassar: Alauddin

University Press, 2013.

Muzakir, Ali. Pemikiran Islam di Jambi, Jambi: Sulthan Thaha Press.

Nawawi, Hadawi. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: University

Press, 1998.

Rahimsyah, M.B dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta

Timur: Pustaka Dwipar Jakarta, 2013.

Soehada, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,

yogyakarta: SUKA-press UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Subagya, Rahmat. Kepercayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1987.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2013.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Dan Metode Tehnik,

Bandung: Tarsio, 1990.

Syamsuddin, Sahiron. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,

Yogyakarta: TH-press, 2007.

Tim penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

IAIN Sultan Thaha Saipuddin Jambi, Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN

STS Jambi, 2016.

Ubaydi Hasbillah, Ahmad. Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi,

dan Aksiologi, Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019.

Yunus, H. Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Mahmud Yunus wa

Dzurriyah, 2015.

Yusuf, Muhammad. Pendekatan Sosiologi dalam Pendekatan living Qur’an:

dalam Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: Teras,

2007.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Sinar

Grafika Offset.

Karya Ilmiah

Ahmad Ta’rifin, “Tafsir Budaya Atas Tradisi Barzanji dan Manakib”, Jurnal

Penelitian, e-Journal, VII, No.2, (2012), 1.

Ayatullah Humami, “Ritul Magi dalam Budaya Masyarakat Muslim Banten”

Kebudayaan Islam, Jurnal Penelitian, XIII, No.2 (2015), 223.

Bani Sudardi dan Afiliasi Ilafi, “Hegemoni Budaya dalam Tradisi Manakiban”,

Jurnal Madaniyah, XII, Vol.1 (2017), 193.

Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang.

Fahmi Achmad Al Ahwani, "Manajemen Dakwah: Penyelenggaraan Kegiatan

Manakib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di Pondok Pesantren Nuururrohman

di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas",Skripsi,

Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo, 2018.

Helmina, “Eksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal dalam

Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanung Pauh Pada

Era Modern”, Jurnal Islamika, XVI, No.1 (2016), 5

Isce Veralidiana, "Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah: Implementasi Tradisi "Sedekah

Bumi", Skripsi (Malang: Program Strata-1 UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang, 2010), 68

Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan

Tradisi Zikir Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa

Bungah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya:

Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 45.

Nur Falikhah, “Santet dan Antropologi Agama”, Jurnal Ilmu Dakwah, XI, No.22

(2012), 130.

O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam

Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, IX, No.1 (2008), 166.

Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat

Desa Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), 3.

Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani

dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-

Fithrah Meteseh", Skripsi, Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo

Semarang, 2018.

Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani

dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-

Fithrah Meteseh", Skripsi, (Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo

Semarang, 2018), 3-4.

Siti Rohmah dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan

Manakib”, Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3 (2020), 36-37.

Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla

Raudlatut Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya,

XVIII, No.1 (2020), 16.

Zulkarnain Yani, “Tarekat Sammaniyah di Palembang”, Artikel Jakarta.

Wawancara

Ami Bawi, Pak Imam dan Ketua Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan

penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

Hasil observasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021

Harun, Kepala Desa Kubu Kandang periode 2019-2024, Wawancara dengan

penulis, 24 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

Haliyah, Warga desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21 Mei 2021,

Pemayung.

Sufyan, Tokoh Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 15 Maret

2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

Yanti, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21

April 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

63

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

“PEMBAACAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI ZIKIR

MANAKIB SAMAN KHATIB DI DESA KUBU KANDANG

KEC. PEMAYUNG KAB. BATANGHARI JAMBI

(STUDI LIVING QUR’AN)”

No Jenis Data Metode Sumber Data

1 - Profil Desa Kubu Kandan

Kec.Pemayung

Kab.Batanghari Jambi

- Dokumen

- Wawancara

- Dokumen

Profil Desa

- Aparat Desa

2 - Visi, Misi, Dan Tujuan Desa

Kubu Kandang

- Wawancara

- Dokumen

- Kepala Desa

- Data Pribadi

Desa

3 - Struktur Organisasi dan

kepengurusan Desa Kubu

Kandang

- Dokumen - Dokumen

Pribadi Desa

Kubu Kandang

4 - Jumlah Masyarakat Desa

Kubu Kandang

- Dokumen - Buku Induk

Desa

5 - Pemahaman Pembacaan

Ayat-ayat al-Qur’an dalam

Tradisi Manakib

- Wawancara

- Dokumentasi

- Foto Kegiatan

6 - Pelaksanaan kegiatan

pembacaan Manakib

- Wawancara

- Dokumentasi

- Tokoh Ulama (2

Orang)

- Masyarakat (2

Orang)

LAMPIRAN

Kitab Manakib Syaikh Samman

Wawancara dengan pak Ami Bawi Wawancara dengan pak Sufyan

Wawancara dengan ibu Haliyah Datuk Kades Desa Kubu Kandang

Dokumentasi Prosesi Upacara Manakiban

CURICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Nopa Mustakimah

Tempat, Tanggal Lahir : Sridadi, 10 November 1999

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : RT. 02 Desa Kubu Kandang

Email : [email protected]

No. HP : 089699006154

B. Riwayat Pendidikan

TK Harapan Bunda Kec. Telanai Pura : 2004 - 2005

SD N 122/1 Kubu Kandang : 2005 - 2011

SMP N 17 Batanghari : 2011 - 2014

SMA S Zulhijjah Ma. Bulian : 2014 - 2017

S1 UIN STS Jambi : 2017 - 2021

C. Riwayat Organisasi

Kabid Eksternal KOHATI Korkom UIN STS Jambi - HMI