Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PEMBACAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI ZIKIR
MANAKIB SAMMAN DI DESA KUBU KANDANG
KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI
JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Dalam Jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh :
NOPA MUSTAKIMAH
NIM. 301171159
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2021
ii
Ermawati, M.A Jambi, 14 Juli 2021
Sajida Putri, S.Ud., M.Hum
Alamat: Fak. Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth.
UIN STS Jambi Bapak Dekan
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak. Ushuluddin
Simp. Sungai Duren di-
Muaro Jambi JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persayaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudara Nopa Mustakimah dengan judul “Pembacaan
Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman di Desa Kubu
Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi (Studi Living
Qur’an)” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan (Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir) pada fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa, atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Ermawati, M.A Sajida Putri, S.Ud., M.Hum
NIP. 197612162005012004 NIP. 2028019101
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nopa Mustakimah
NIM : 301171159
TTL : Sridadi, 10 November 1999
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas : Ushuluddin Dan Studi Agama
Alamat : Desa Mendalo Darat
Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini dengan judul
“Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman di Desa
Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi (Studi
Living Qur’an)” adalah merupakan karya tulis saya sendiri kecuali semua kutipan
dan semua sumber yang telah disebutkan dalam karya ini.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya
sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia
dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi,
termasuk pencabutan Gelar yang saya peroleh melalui skripsi ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
v
MOTTO
سلا أنباءا منا عليكا نقص ا وكلا ذها فى وجاءكا فؤادكا بهۦ نثب تا ما ٱلر ٱلحق ا ه
للمؤمنينا وذكرىا وموعظة ا
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar
dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan
kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang
beriman.”(Q.S. Hud 11:120)1
1Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 235.
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan awal kesuksesan ku ini kepada :
Ayahanda tercinta Hipni Rohim (Abdul Rahim Pulungan), ayah terhebat
dengan segala ketegasannya, tipikal pria yang pendiam namun amat sayang
dengan keluarganya, aku banyak belajar dari engkau Ayah!.
Ibunda tersayang Salnida, Ibu terhebat dengan seluruh celoteh renyahnya, ibu
yang amat tanggap terhadap segala urusan anaknya, ibu yang bersedia
mengorbankan segalanya, sungguh terimakasih banyak Tuhan atas berkah kedua
orang tua seperti ini. Akan ku usahakan dengan selalu berjuang dan bersungguh
sungguh untuk menjadi anak yang selalu membuat mereka tersenyum dan
bangga…
Teruntuk abang-abang ku, Idwan Syah Dani, Reno Akta Putra dan Muslim,
semenyebalkan apapun kalian, kalian tetaplah keluargaku, terimakasih untuk
telah bersedia menjadi salah satu bagian hidup ku. Dan terakhir terimakasih
telah menjadi “Malaikat Kecil ku” aku bahagia memilikinya.
Teruntuk Almamaterku tercinta UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Dan terakhir teruntuk semua teman yang mempunyai peran selama aku kuliah,
maaaf tak dapat menyebutkan kalian satu persatu, tapi terimakasih selalu ada
dalam suka maupun duka, yang selalu memberiku kekuatan ketika aku patah
semangat dalam menuntut ilmu. Doakan, semoga kita dapat bertemu di titik
tertinggi cita-cita kita, karena mimpi ini baru saja dimulai bukan???
Semoga kesuksesan ini adalah awal dari langkahku untuk menapak masa
depan yamg masih panjang dalam mewujudkan Cita-citaku menjadi
manusia yang berguna bagi Keluarga, Agama dan Bangsa Aamiin.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini adalah studi tentang Living Qur’an pada pembacaan ayat Al-
Qur’an dalam tradisi zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang, Kec.
Pemayung, Kab. Batanghari, Jambi. penelitian ini dilatar belakangi oleh
perbedaan bentuk penyelenggaraan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat, yang
mana dalam hal ini adalah tradisi pembacaan Manakib Samman. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan pemaknaan tradisi rutin keagamaan
masyarakat, yang mana masyarakat menjadikan tradisi pembacaan Manakib
Samman di Desa Kubu Kandang ini sebagai berbagai macam bentuk sarana dalam
melakukan kegiatan keagamaan baik berupa niat maupun perbuatannya. Tradisi
pembacaan Manakib ini mendapat perhatian khusus dan menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat Desa Kubu Kandang sebagai motif dan pandangan
mereka dengan latar sosial keagamaan serta budaya yang memiliki pemaknaan
dan pemahaman tertentu.
Penelitian ini berfokus pada perspektif masyarakat terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an yang digunakan dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa Kubu
Kandang Kec. Pemayung Kab. Batanghari. Penelitian ini bersifat kualitatif
deskriptif, objek penelitiannya adalah tradisi pembacaan Manakib Samman Desa
Kubu Kandang, metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tiga macam
yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil dari keseluruhan penelitian yang telah penulis lakukan
maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai berikut: masyarakat Desa Kubu
Kandang mengamalkan tradisi pembacaan Manakib ini sebagai bentuk untuk
meningkatkan ketaatan terhadap Allah SWT. dan Rasulullah SAW. dengan
menjadikan Syaikh Samman sebagai perantara ibadahnya, hal itu juga ditunjang
dengan adanya pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam prosesi pelaksanaan
tradisi Manakiban ini yang memiliki makna tertentu dan khusus bagi para
individual yang melaksanakannya. Selain untuk meningkatkan ketaatan,
masyarakat juga menjadikannya sebagai sarana pelepas berbagai hajat duniawi
yang dipercaya dapat mempermudah urusan-urusan masyarakat. Akhirnya penulis
merekomendasikan kepada warga Desa Kubu Kandang untuk dapat memahami
makna mendalam dari tradisi pembacaan Manakib Samman dan makna bacaan
ayat Al-Qur’an yang terdapat pada prosesi tradisi ini.
Key word: Living Qur’an, Tradisi, Manakib Samman
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
berjudul “Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Zikir Manakib Samman
di Desa Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi
(Studi Living Qur’an)”
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Agama pada Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
bahwa di dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan,
baik penyajian maupun isinya. Hal ini disebabkan masih terbatasnya
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifat membangun dan mengarah pada
peningkatan mutu penulisan skripsi ini di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, baik itu
berupa dorongan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Ermawati, M.A. dan Ibu Sajida Putri, S.Ud., M.Hum. selaku
pembimbing I dan pembimbing II penulis yang dengan ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal
hingga akhir.
2. Bapak Bambang Husni Nugroho, S. Th., I. M.H.I dan Ibu
Ermawati, S.Ag., M.Ag selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Ilmu Hadist bersama sekretarisnya atas segala ilmu, petunjuk dan
arahannya selama menempuh jenjang perkuliahan di Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama.
3. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M,Ag Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama, Bapak Dr. Masiyan, M. Ag,
Bapak Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil, dan Bapak Dr. M. Ied Al-
Munir, S.Ag., M.Ag., M.Hum selaku wakil Dekan I, II, dan III
yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh
perkuliahan.
4. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor
UIN STS Jambi yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menimba ilmu di kampus ini. Ibu Dr. Rofiqoh
Ferawati, SE.,M.EI, Bapak Dr As’ad Isma, M.Pd. dan Bapak
Bahrul Ulum, S. Ag., MA. Selaku wakil Rektor I, II, dan III
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi yang telah berjasa mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di UIN STS Jambi
ix
serta Staf Akademik yang dengan sabarnya melayani penulis
dalam menyelesaikan prosedur akademik yang harus dijalani
hingga ketahap penyelesaian.
6. Bapak dan Ibu kepala Perpustakaan UIN STS Jambi beserta Staf-
stafnya yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Harun sebagai Kepala Desa Kubu Kandang, serta
masyarakat Desa Kubu Kandang yang banyak memberikan
bimbingan dan telah membatu dalam pengumpulan data saat
bimbingan skripsi.
8. Kanda Dinda seperjuangan, Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir khusus teman-teman sekelas dan seangkatan yang
senantiasa memotivasi, memberikan kritik dan semangat kepada
penulis yang senantiasa menemani penulis baik dalam keadaan
suka maupun duka.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga, semoga Allah SWT.
membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Jambi, 14 Juli 2021
Penulis
Nopa Mustakimah
301171159
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
NOTA DINAS ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iii
PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
PEDOMAN TRANSLITERASI xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 3
C. Batasan Masalah 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4
E. Kerangka Teori 4
F. Metode Penelitian 8
G. Studi Relevan 12
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Kubu Kandang 15
B. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kubu Kandang
17
BAB III PELAKSANAAN TRADISI PEMBACAAN MANAKIB SAMMAN
A. Pengertian Manakib Secara Umum 23
B. Sejarah Masuk dan Perkembangan Manakib 25
xi
C. Jenis-jenis Manakib yang Berkembang di Indonesia 28
D. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi 35
E. Waktu Pelaksanaan 38
F. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan 39
G. Tempat Pelaksanaan 39
H. Ayat yang Digunakan dalam Pelaksanaan 41
BAB IV PEMAHAMAN MASYARAKAT
A. Landasan Tradisi Manakib 48
B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Tradisi Manakib 52
C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Bacaan Ayat dalam Tradisi Manakib 57
1. Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah 57
2. Qur’an Surah Al-Ikhla>s 59
3. Qur’an Surah Al-Falaq 61
4. Qur’an Surah An-Na>s 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 64
B. Saran 66
DATAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ` ا
ẓ ظ B ب
‘ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ه Z ز
W و S س
, ء Sh ش
Y ي ṣ ص
ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indone
sia
ا A اا Ī اى ā ا
Aw او ả اى U اا
Ay اى ū او I اا
C. Tā’ Marbūṭah
Transliterasi untuk ta’ marbuthah ini ada tiga macam, yaitu:
1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah: /h/.
xiii
Arab Indonesia
Ṣalāh صلة
Mir’āh مراة
2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah,
dhammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزارةاالتربية
Mir’āt al-zaman مراةاالزمن
3. Tā’ Marbūṭah yang berharakat tanwin transliterasinya adalah
/tan/tin/tun/.
Arab Indonesia
Rauḍatun روضةا
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya ajaran Islam tanpa sadar banyak yang tercampur
dengan kebudayaan masyarakat setempat, alhasil terdapat beberapa kegiatan
masyarakat yang merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun namun
dianggap juga sebagai ritual keagamaan karena dikaitkan atau digabungkan
dengan beberapa aspek yang ada dalam kitab suci umat Islam itu sendiri, yaitu Al-
Qur’an. Teori persepsian Al-Qur’an dalam kajian Living Qur’an berhubungan
dengan suatu kegiatan atau tradisi yang berkembang dalam sebuah kegiatan
masyarakat, tradisi sendiri merupakan segala sesuatu yang seperti adat,
kepercayaan, kebiasaan.2
Secara garis besar tradisi memiliki makna keterkaitan antara masa lalu
dengan masa kini berupa pengetahuan, doktrin dan bentuk praktik yang
ditransmisikan dari generasi kegenarasi. Secara terminologis tradisi dapat
dimaknai sesuatu yang diciptakan, dipraktikkan atau diyakini.3 Salah satu tradisi
yang sering dilakukan oleh umat Islam ialah zikir. Tujuan utama dari zikir itu
sendiri adalah untuk mengingat Allah SWT. hingga tercapai perasaan akan
kehadiran Tuhan secara lebih langsung di dalam hati.4 Zikir Manakib merupakan
salah satu wujud kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Muslim,5 dan
dalam hal ini zikir merupakan suatu kegiatan yang juga amat disarankan untuk
dikerjakan, seperti yang tertuang pula didalam Al-Qur'an yaitu dalam Q.S. Al-
Ahzab ayat 41:
ثي نوا اذكروا اللا ذكرا كا ا الذينا آما اايا أاي ها
2M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:
Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 465. 3 Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan Tradisi Zikir
Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa Bungah Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya: Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 61 4Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi, (Jambi: Sulthan Thaha Press), 170. 5Fahmi Achmad Al Ahwani, "Manajemen Dakwah: Penyelenggaraan Kegiatan Manakib
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di Pondok Pesantren Nuururrohman di Desa Sirau Kecamatan
Kemranjen Kabupaten Banyumas",Skripsi (Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo, 2018), 2.
2
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”6
Islam sendiri memiliki berbagai tradisi atau upacara keagamaan yang
sering dilakukan oleh para penganutnya. Biasanya, upacara ini dilakukan untuk
memperingati seseorang yang dikultuskan atau dianggap keramat. Seiring
bergeraknya waktu, upacara-upacara keagamaan yang dilakukan, pada akhirnya
menjadi sebuah rutinitas ritual pada momen-momen tertentu yang merupakan
proses akulturasi antara budaya lokal dengan Islam. Hal inilah yang terlihat pada
upacara Manakiban di berbagai pelosok negeri ini. Dengan demikian, upacara
Manakib yang berkembang di berbagai daerah, yang sampai detik ini masih
dilestarikan oleh masyarakat Muslim di wilayah-wilayah tertentu negeri
merupakan produk dari akulturasi budaya tersebut.
Manakib adalah kisah kekeramatan para wali, seperti Manakib Syaikh
Abdul Qadir Jailani.7 Sementara menurut istilah, kata “Manakib” diartikan
sebagai cerita-cerita mengenai kekeramatan para wali yang biasanya dapat
didengar para juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca dalam
sejarah-sejarah hidupnya. Kegiatan Manakiban merupakan kegiatan membaca
kitab Manakib secara berjama’ah dan dilagukan seperti membaca sya’ir.8
Berbeda dengan prosesi upacara Manakiban pada umumnya (sebagaimana
dipaparkan di atas), prosesi pembacaan Manakib Samman yang dilaksanakan di
Desa Kubu Kandang ini terlihat amat berbeda, karena Manakib yang dibacakan
tidak seperti Manakib pada umumnya yang menggunakan bahasa Arab seperti
Manakib Syaikh Abdul Qadir Jailani, karena bentuk dari Manakib Saman ini
bertuliskan arab melayu dengan menggunakan bahasa daerah atau lebih tepatnya
menggunakan bahasa Jambi lama.
6Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakara:
Departemen Agama RI., 2011), 337. 7M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:
Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 295. 8Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani dalam
Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-Fithrah Meteseh", Skripsi,
(Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo Semarang, 2018), 3- 4.
3
Prosesi pembacaan Manakib Samman ini diawali dengan pembacaan
tawasul atau wasilah9 yang disertakan dengan Salawat Nabi sebagai bentuk
tersambungnya doa kepada Allah dan diharapkan agar langsung diijabah, setelah
itu dilanjutkan dengan pembacaan Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s
Kemudian sebagai inti penggenapan prosesi tradisi barulah dilanjutkan dengan
pembacaan Manakib Samman dan ditutup dengan doa.
Dalam tradisi ini terdapat penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai awal dari
prosesi tradisi pembacaan Manakib seperti Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan
An-Na>s. Surah-surah ini dipercaya bisa menjadi keberkahan, menjadi salah satu
bentuk ungkapan rasa syukur, sebagai bentuk hajat yang tersampaikan dan dirasa
dapat membuat doa-doa yang dipanjatkan bisa diijabah oleh Allah SWT. Dilihat
dari permasalahan di atas di mana peneliti melihat adanya perbedaan bentuk
pelaksanaan tradisi inilah maka penulis merasa tertarik untuk mengambil tradisi
ini sebagai bahan penelitian Living Qur’an tentang bagaimana bentuk pemahaman
masyarakat terhadap pembacaan ayat Al-Qur’an dalam tradisi pembacaan
Manakib Samman yang hidup di lingkungan masyrakat di atas dalam karya ilmiah
berbentuk skripsi yang berjudul (Pembacaan Ayat Al-Qur’an dalam Tradisi
Zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batanghari Jambi).
B. Permasalahan.
1. Bagaimana bentuk penyelenggaraan lengkap kegiatan pembacaan
Manakib Samman di Desa Kubu Kandang ?
2. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap tradisi pembacaan Manakib
Samman?
3. Bagaimana bentuk pemahaman masyarakat terhadap pembacaan ayat Al-
Qur’an yang terdapat dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa
Kubu Kandang?
9 Tawasul atau Wasilah adalah sebuah aktivitas untuk mengambil sarana atau wasilah
agar doa atau ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT.
4
C. Batasan Masalah.
Agar penelitian ini lebih fokus kepada permasalahan yang dibahas dan
untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan dalam penyelesaian masalah, serta
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas
pada penelitian di Desa Kubu Kandang, dan objek penelitiannya terfokus pada
pemahaman masyarakat terhadap penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an yang di pakai
dalam prosesi tradisi pembacaan Manakib Samman, yaitu pembacaan Surah Al-
Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s. Dan dalam hal ini penulis memberikan
batasan-batasan secara tegas terhadap permasalahan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitan.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana bentuk dari prosesi lengkap penyelenggaraan
tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa Kubu Kandang.
b. Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap tradisi pembacaan
Manakib Samman.
c. Mengetahui bentuk pemahaman masyarakat terhadap pembacaan ayat
Al-Quran yang terdapat dalam tradisi pembacaan Manakib Samman.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khasanah
keilmuan Islam tentang I'jaz Al-Qur'an dalam segi sedekah bagi dunia
akademik.
b. Menjadikan kontribusi keilmuan penulisan terhadap UIN STS Jambi
yang tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan
global dalam bentuk Universitas Islam.
E. Kerangka Teori.
Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat abstrak
tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai,
norma-norma, pranata-pranata sosial, peristiwa-peristiwa dan perilaku manusia.
5
1. Living Qur’an
Istilah Living Qur’an adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keilmuan tentang penggunaan dan pengamalan Al-Qur’an.10
Ada beberapa sisi Al-Qur’an yang diresepsi yakni, tulisannya, bacaannya,
dan sisi bahasanya. Selama ini memang orientasi kajian Al-Qur’an banyak
diarahkan kepada kajian teks. Ranah kajian Al-Qur’an ini tidak lagi
terfokus pada dua hal yakni ma fi Al-Qur’an dan ma haula Al-Qur’an saja,
akan tetapi sudah berkembang pada wilayah hubungan antara Al-Qur’an
dan masyarakat Islam serta bagaimana Al-Qur’an itu disikapi secara
teoristik maupun dipraktekkan secara memadai dalam kehidupan sehari-
hari (Living Qur’an).
Dengan kata lain, kajian ini tidak lagi berangkat dari eksistensi
tekstualnya, melainkan pada fenomena sosial yang berkembang dalam
merespon kehadiran Al-Qur’an dalam wilayah geografis tertentu dan
waktu tertentu pula.11 Kemudian belakangan ini mulai berkembang kajian
yang lebih menekankan pada aspek respon masyarakat terhadap kehadiran
Al-Qur’an yang kemudian disebut living Qur’an (Al-Qur’an al hayy) atau
Al-Qur’an every day life.12
Living Qur’an yang sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an Every
Day Life, yakni makna dan fungsi Al-Qur’an yang Real dipahami dan
dialami masyarakat Muslim belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu Al-
Qur’an yang konvensional (klasik). Tampaknya studi Qur’an yang lahir
dari latar belakang paradigma ilmiah murni, diawali oleh para pemerhati
studi Qur’an non-Muslim. Bagi mereka banyak hal yang menarik di sekitar
Qur’an di tengah kaum Muslim yang berwujud berbagai fenomena sosial.
Misalnya fenomena sosial terkait dengan pelajaran membaca Al-Qur’an di
lokasi tertentu, fenomena penulisan bagian-bagian tertentu dari Al-Qur’an
10Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi, (Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019), 20. 11Muhammad yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Pendekatan living Qur’an: dalam
Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 39. 12Ibid, 106.
6
yang kemudian menjadi formula pengobatan, doa-doa dan sebagainya
yang ada dalam masyarakat Muslim tertentu tapi tidak masyarakat Muslim
lainnya.
Dalam beberapa kajian teoritis beberapa pakar mengungkapkan
tentang kajian teori Living Qur’an dan Hadis, dimana kajian ini
didefinisikan sebagai sebuah ilmu yang mengkaji tentang praktik Al-
Qur’an dan Hadis, atau mengkaji tentang Al-Qur’an dan Hadis dari sebuah
realita bukan dari idea yang muncul dari penafsiran teks Al-Qur’an dan
Hadis. Kajiannya bersifat dari praktis ke teks, bukan sebaliknya dari teks
ke praktik. Pada saat yang sama, ilmu ini juga dapat didefinisikan sebagai
cabang ilmu Al-Qur’an atau ilmu Hadis yang mengkaji gejala-gejala Al-
Qur’an atau Hadis, bukan teks Al-Qur’an atau teks Hadis. Ia tetap
mengkaji Al-Qur’an dan Hadis, namun dari sisi gejalanya, bukan teksnya.
Gejala tersebut dapat berupa benda, perilaku, nilai, budaya, tradisi, dan
rasa. Dengan demikian, kajian Living Qur’an dan Hadis dapat diartikan
sebagai suattu upaya untuk memperoleh pengetahuan yang kokoh dan
meyakinkan dari suatu budaya, praktik, tradisi, ritual, pemikiran, atau
perilaku hidup masyarakatyang diinspirasi dari sebuah ayat Al-Qur’an atau
Hadis Nabi. Kajian Living Qur’an dan Hadis memang seringkali diartikan
sebagai kajian tentang budaya yang disarikan dari Al-Qur’an dan Hadis.13
Model studi yang menjadikan fenomena yang hidup di tengah
masyarakat Muslim terkait dengan Al-Qur’an ini sebagai objek studinya,
pada dasarnya tidak lebih dari studi sosial dengan keragamannya. Hanya
karena fenomena sosial ini muncul disebabkan oleh Al-Qur’an, maka
kemudian di inisiasikan kedalam wilayah studi Qur’an. Pada
perkembangannya, kajian ini dikenal dengan istilah studi Living Qur’an.14
13 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi, (Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019), 22-23. 14Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH-press, 2007), 6-7.
7
2. Antropologi
Dalam penelitian living Qur’an yaitu pembacaan ayat Al-Qur’an
dalam tradisi pembacaan Manakib Samman, penulis menggunakan teori
yang di tawarkan oleh Geertz mengenai Antropologi Interpretatif yaitu
merupakan cara untuk melihat sistem makna dan nilai dalam masyarakat
yang di pakai dalam menjalani hidupnya, maka Antropologi Interpretatfif
ini ketika menelaah kebudayaan manapun akan selalu tertarik pada
masalah agama.15
Dengan memandang kajian Living Qur’an secara antropologis sama
halnya dengan memandang fenomena ini sebagai fenomena sosial budaya.
Dalam artian fenomena tersebut sebagai contoh gejala yang berupa pola-
pola perilaku individu atau kelompok orang yang muncul dari dasar
pemahaman mereka yang terkait dengan Al-Qur’an. Antropologi berasal
dari bahasa Yunani anthropos (manusia) dan logos (ilmu), Sehingga secara
sederhana antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia,
baik dari sisi manusia sebagai makhluk biologis maupun manusia sebagai
makhluk sosial.16
Budaya merupakan sebuah sistem yang mempunyai koherensi bentuk-
bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan,
nyanyian, musik, dan lain sebagainya. Kepercayaan mempunyai kaitan
erat dengan konsep-konsep epistimologis dari sistem pengetahuan
masyarakat. Kebudayaan dapat dipahami sebagai keseluruhan aktivitas
manusia dalam sebuah struktur sosial, baik yang terjadi pada masa lampau,
kini, maupun masa depan. Adapun Sulasman dalam bukunya yang
berjudul teori-teori kebudayaan berpendapat bahwa secara teoritis,
kebudayaan, sebagai objek pengamatan dan penelitian, memiliki
karakteristik berikut17:
15Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir dan M. Syukri
(Yogyakarta: IRCIS, 2011), 437. 16Nur Falikhah, “Santet dan Antropologi Agama”, Jurnal Ilmu Dakwah, XI, No.22
(2012), 130. 17Bani Sudardi dan Afiliasi Ilafi, “Hegemoni Budaya dalam Tradisi Manakiban”, Jurnal
Madaniyah, XII, Vol.1 (2017), 193.
9
1. Dapat dipelajari dan diperoleh melalui belajar,
2. Berasal dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen
sejarah eksistensi manusia,
3. Berstruktur, bersistem, dan bersifat simbolis,
4. Sebagai struktur, kebudayaan mempunyai variable yang dapat
dipercaya menyatu ke dalam berbagai aspek,
5. Bersifat relatif dan universal,
6. Bersifat dinamis, adaptif dan adakalanya maladaptif,18
7. Memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode
ilmiah,
8. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk
mengatur keadaan totalnya dan menambah arti kesan kreatif.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian yang
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan masuk kedalam kategori
penelitian lapangan(field research).19 Penelitian deskriptif adalah suatu
prosedur pemecahan terhadap masalah dengan mendeskripsikan keadaaan
dari objek yang diteliti dengan menggunakan fakta-fakta yang tampak atau
gejala-gejala yang terjadi sesuai dengan realitanya,20 sedangkan penelitian
kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori
substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dalam
penelitian kualitatif peneliti merasa “tidak tahu apa yang diketahui”, sehingga
desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang
18 Maladaptif adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis, atau simpelnya masih bersifat kekanak-kanakan meski sudah dewasa. 19Winarno Surakhmad, Pengantar penelitian ilmiah: Dasar dan Metode tehnik,
(Bandung: Tarsio, 1990), 182. 20Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: University Press,
1998), 63.
10
terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi
yang ada di lapangan pengamatannya.21
Selain menggunakan metode deskriptif kualitatif penelitian ini juga
menggunakan pendekatan Fenomenologis untuk mendeskripsikan
pengalaman masyarakat Kubu Kandang dalam kontek tradisi pembacaan
Manakib Samman yang berhubungan dengan kehidupan.22 Fenomenologi
berasal dari bahasa Yunani, Phaenesthai, berarti menunjukkan dirinya
sendiri, menampilkan. Atau dengan kata lain ilmu tentang sesuatu yang
tampak. Dalam hal ini, Fenomenologi merupakan suatu pendekatan filsafat
yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran
manusia.
Fenomenologi juga berupaya mengungkapkan tentang makna dari
pengalaman seseorang, makna tentang sesuatu yang dialami seseorang akan
sangat tergantung bagaimana orang berhubungan dengan sesuatu tersebut.
Fenomenologi berkaitan dengan penampakan suatu objek, peristiwa, atau
suatu kondisi dalam persepsi kita. Pengetahuan berasal dari pengalaman yang
disadari, dalam persepsi kita. Dalam hal ini, Fenomenologi berarti
membiarkan sesuatu datang mewujudkan dirinya sebagaimana adanya.
Dengan demikian, di satu sisi, makna itu muncul dengan cara membiarkan
realitas/fenomena/pegalaman itu membuka dirinya. Di sisi lain, makna itu
muncul sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang
dialaminya.23
Dengan berbagai keterangan di atas, diharapkan penelitian ini mampu
memahami makna dari sebuah pengalaman atau peristwa tradisi yang
dilakukan dari perspektif subjek itu sendiri.
21Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2009), 91 22 Moh Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (yogyakarta:
SUKA-press UIN Sunan Kalijaga, 2012 ), 121. 23 O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, IX, No.1 (2008), 166.
10
2. Setting dan Subjek Penelitian.
Setting penelitian ini dilakukan di Desa Kubu Kandang. Pemilihan
setting didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa masyarakat Desa Kubu
Kandang mayoritas mengimplementasikan tradisi pembacaan Manakib
Samman dalam kehidupan mereka. Subjek penelitian berpusat pada
pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an yaitu pada surah Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-
Falaq,} serta An-Na>s dalam prosesi lengkap tradisi pembacaan Manakib
Samman yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat Desa Kubu Kandang.
3. Sumber dan Jenis Data.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat
diambil yaitu dua jenis, yaitu data primer dan sekunder.
a. Data Primer merupakan hasil data yang diperoleh dari sumber-sumber
asli dari hasil penelitian lapangan dan data lain yang memiliki keterkaitan
dengan topik pembahasan penelitian. Data tersebut merupakan
dokumentasi serta peristiwa yang berbicara tentang implementasi ayat-
ayat Al-Qur’an dalam tradisi Manakiban baik lisan ataupun tulisan.
b. Data sekunder merupakan data yang memiliki keterkaitan dengan pokok
bahasan dalam penelitian,24 data tersebut umumnya merupakan karya-
karya yang berbicara tentang problematika agama, terutama persoalan
universalisme Islam dan relevansinya terhadap kosmopiolisme
kebudayaan.
Dari kedua sumber di atas, penulis juga menyandarkan data Qur’ani
dalam membangun penelitian ini, sehingga hasilnya diharapkan relative
dapat diterima oleh semua kalangan, yaitu kalangan akademik dan kalangan
umum pemerhati masalah keislaman dan sejarah tokoh.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi yaitu penulis terjun langsung ke lokasi penelitian yang
mana hal tersebut dilakukan sebagai penjajakan awal dalam
24Tim penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Sultan Thaha Saipuddin Jambi,(Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 45.
11
di wilayah Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten
Batanghari, Jambi.
b. Wawancara yaitu penulis langsung meninjau lokasi yang akan diteliti
dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisis penelitian yang akan
diteliti lebih lanjut yaitu di Desa Kubu Kandang, wawancara sebagai
cara pengumpulan data yang cukup efektif serta efisien bagi penelitian
dan kualitas sumbernya termasuk dalam data primer. Agar data-data
yang diperoleh oleh peneliti tersebut jawabannya valid dan akurat,
maka diharapkan peneliti menetukan key person (tokoh-tokoh kunci)
seperti tokoh-tokoh agama yang ada di Desa Kubu Kandang yaitu pak
da’i, atau pak imam, serta beberapa warga yang akan dimintai
keterangan sesuai interview guide, sehingga data yang diperoleh
seorang peneliti bisa didapat secara reliable dan orisinal.25
c. Dokumentasi yaitu yang bisa didapat dari rutinitas suatu kelompok
dengan dilengkapi dokumentasi dengan baik dalam bentuk foto,
rekaman atau bahkan cetakan. Dengan metode ini seorang peneliti
leluasa bisa mendeskripsikan seluruh rekaman aktivitas sehari-hari,
hingga bisa ditafsirkan dan dianalisis secara hati-hati dan mendalam26.
5. Metode Analisis Data
Dalam hal ini, penulis menganalisis data dengan beberapa teknik yaitu.
a. Reduksi data (data reduction), merupakan analisa yang melalui proses
pemilihan, dan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan data mentah atau data dasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis dari lapangan.27
b. Penyajian data (Data display), merupakan penyusunan informasi yang
kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya, yang paling sering digunakan
25Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH- press, 2007), 60. 26Ibid. 60-61. 27Ibid. 60.
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.28 Sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana
serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data
dan pengambilan tindakan.
c. Kesimpulan (conclusion drawing), merupakan sebuah gagasan yang
tercapai pada akhir pembahasan, kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible.29
G. Studi Relevan
Berdasarkan studi relevan yang telah penulis lakukan penulis menentukan
tema kajian yang sama dengan tema yang akan penulis bahas antaranya sebagai
berikut:
1. Skripsi yang disusun oleh Eka Rahayuni membahas tentang pemaknaan
dari pada tradisi pembacaan wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul
Ibad yang berkeyakinan bahwa santri yang mengamalkan wirid tersebut
dengan tujuan agar santrinnya merasa aman dari gangguan jin dan
manusia yang ingin berbuat jahat kepadanya. Skripsi tersebut berjudul
“Tradisi Pembacaan Wirid Sakran: Kajian Living Qur’an di Pondok
Pesantren Irsyadul ‘Ibad Pemayung Batanghari Jambi.
Meski tak membahas Manakib, penelitian di atas sama-sama membahas
tentang zikir dan dengan tujuan pengaplikasian yang sama. Penelitian ini
lebih berfokus kepada bentuk pemahaman masyarakat terhadap ayat Al-
Qur’an yang digunakan masyarakat dalam tradisi pembacaan Manakib.
2. Rizem Aizid dalam skripsi berjudul “Tanda-Tanda dalam Dzikir
Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Pondok Pesantren al-Qadiri
28Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2013), 95. 29Ibid, 99
Jember” dalam penelitiannya menekankan pada tinjauan semiotik, yaitu
dengan terjadinya akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal sehingga
menghasilkan makna dari tanda-tanda dan simbol apa saja yang
digunakan dalam perayaan upacara Manakib. Hal ini membuat para
pelakunya secara khusus, dan masyarakat luas secara umum, semakin
khusyuk dan mengerti tentang maksud dan tujan dari upacara yang
dipraktekkannya.
Sedangkan penelitian ini lebih kepada bentuk pemahaman masyarakat
terhadap ayat Al-Qur’an dalam Manakib, meski sama-sama meneliti
tentang Manakib namun penelitian di atas meneliti tentang Manakib
Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani dan penulis meneliti tentang Manakib
Syaikh Samman.
3. Arif Budianto, dalam skripsi yang berjudul “Resepsi Terhadap Ayat-Ayat
Al-Qur’an pada Manakib Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani dalam Kitab
Al-Nur al-Burhani fi Tarjamati al-Lujjani al-Dani” penelitian ini
membahas tentang pemahaman masyarakat terhadap fadhilah ayat-ayat
yang dibaca pada saat amalan Manakib Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah pembahasan tentang pemahaman masyarakat terhadap
ayat Al-Qur’an dalam Manakib, namun bedanya penulis menggunakan
Manakib Samman sebagai bahan peneitian, serta perbedaan lokasi
penelitiannya.
4. Fahmi Achmad Alwani, dalam skripsi yang berjudul “Penyelenggaraan
Kegiatan Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di Pondok Pesantren
Nuurrohman di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas” poin masalah penelitian ini adalah menjelaskan tentang
faktor pendukung dan penghambat tradisi pembacaan Manakib di pondok
pesantren Nurorrohman Desa Sirau. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Meski menggunakan metode penelitian yang sama, tapi fokus
penelitiannya berbeda karena penelitian ini membahas tentang
pemahaman ayat Al-Qur’an dalam tadisi oleh masyarakat setempat.
5. Saiful Amri, dalam skripsi yang berjudul “Peran Manakib Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani Dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok
Pesantren Assalafi al-Fitrah Meteseh” poin masalah penelitian ini adalah
bagaimana bentuk penyelenggaraan pembacaan Manakib serta
mengungkapkan dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh Manakib
atas tingkat spiritualisasi para santri, dengan menggunakan jenis
penelitian kualitatif dimana penelitian tidak melalui prosedur statistik.
Meski sama-sama membahas tentang bentuk penyelenggaraan serta
seberapa besar pengaruh Manakib yang dibacakan, namun penelitian di
atas hanya terbatas sampai disana. Sedangkan penelitian ini dilengkapi
informasi tambahan yakni lebih menekankan pada pemahaman ayat Al-
Qur’an oleh masyarakat(Living Qur’an) dalam pelaksanaan tradisi
Manakib.
15
BAB II
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Desa Kubu Kandang adalah salah satu dusun yang masih mempertahankan
berbagai nilai-nilai budaya leluhur tanpa mengabaikan perubahan-perubahan
untuk mencapai kemajuan. Seperti sektor budaya, pertanian dan tanpa terkecuali
keagamaan. Berbagai kegiatan diadakan dalam mempertahankan nilai-nilai
budaya maupun keagamaan. Kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan sosial,
tradisi budaya maupun keagamaan. Kegiatan yang masih melekat di Desa Kubu
Kandang adalah upacara perkawinan, selamatan, kendurian dan lain sebagainya,
sedangkan kegitan keagamaan seperti yasinan, tahlilan, pengajian dan lain
sebagainya. Desa Kubu Kandang juga tidak ketinggalan dalam sektor pertanian
dan sebagian besar masyarakat di desa itu adalah petani.30
A. Sejarah Desa Kubu Kandang.
Sebelum menjadi desa yang dedikatif Desa Kubu Kandang adalah desa
tertua dari Simp. Kubu Kandang sebelum dimekarkan dan disahkan, desa ini
dahulu Bernama Muaro Sebo terus hilang berubah Menjadi Desa Tanjung dan
dikokohkan adat pada masanya, nama Desa Tanjung kembali mendapat
perubahan karena pergeseran budaya dan lingkungan kehidupan, sehingga
Desa Tanjung berubah menjadi Desa Kubu Kandang pada tahun 1987 dan
pemekaran menjadi 2 (dua), yaitu Desa Kubu Kandang dan Simp. Kubu
Kandang.31
Penamaan menjadi desa Kubu Kandang dikarenakan alkisah, pada masa
kerajaan hiduplah seorang Putri kerajaan yang terkenal karena kecantikan
parasnya, oleh karena itu banyak orang yang berebut untuk meminang putri
itu. Maka alkisahnya, seorang Raja ketua Kubu yang buruk rupa namun
memiliki kekuatan yang besar juga jatuh cinta terhadap sang Putri, maka
datanglah lamaran terhadap sang Putri dari si Raja Kubu tadi, namun karena
terkenal kasar dan prilaku buruknya maka Raja menolaknya dengan berkata
30 Hasil observasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021 31 Harun, Kepala Desa Kubu Kandang periode 2019-2024, Wawancara dengan penulis,
24 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
16
bahwa ia akan menikahkan putrinya jika Raja Kubu tersebut dapat
memenangkan pertarungan dengan tentara dan panglima Raja. Maka
bertarunglah para tentara dan pasukan kubu, namun karena Raja tahu bahwa
Raja Kubu tersebut punya banyak ilmu maka sebelumya Raja telah mencari
tahu lebih dulu tentang kelemahan Raja Kubu tersebut. Maka dengan
kecerdasan Raja itu, dapat dikalahkanlah sang Raja Kubu tersebut. Oleh
sebab kisah inilah, maka desa tempat kejadian itu terjadi dimana sang Kepala
Suku Kubu mati yang memperebutkan seorang Putri Raja sehingga karena
kejadian pada masa itu jugalah Desa yang bernama Tanjung diresmikan
menjadi Desa Kubu Kandang.32
Awal mula pemerintahan Desa Kubu Kandang dipimpin oleh Penghulu
Usman Saman pada masa era Belanda Tahun 1952 – 1987 sampai masa
Jabatan beliau berakhir Usman Saman terkenal dengan kedermawanannya
dengan masyarakat yang ada. Seterusnya habis masa jabatan beliau Desa
Kubu Kandang Kembali Memiliki Penghulu Baru yang dipimpin oleh Ismail
B. yang merupakan sosok seorang nan gagah berani penuh kewibawaan pada
masa Ismail B. beliau Juga disegani masyarakat karena kehalusan bahasa dan
kepribadiannya, beliau memimpin Desa Kubu Kandang Pada Tahun 1987 –
1995, bahkan hingga beliau wafat pun masih terkenal dengan kepribadiannya
yang dekat dengan masyarakat. Di tahun 1995 - 2003 Desa Kubu Kandang
yang dahulunya di pimpin oleh penghulu menjadi kepala desa, kepala desa
pertama kali bernama Anang Hamzah, watak dan sifat beliau tidak ubah
seperti para penghulu-penghulu yang telah lalu namun dibalik sikap dan
prilaku dermawan beliau, selalu ada sikap relegius yang mengarahkan para
tokoh masyarakat untuk ingat akan Masjid, sampai pada saat ini Desa Kubu
Kandang dikenal dengan adat dan istiadat yang kental.
Sepeninggal beliau masa kepemimpinan Desa Kubu Kandang di pimpin
oleh PJS. Ansori dengan masa kepemimpinan dari tahun 2003 – 2005
disinilah letak dimana berkembangnya Desa Kubu Kandang dengan keadaan
32Ami Bawi, Pak Imam dan Ketua Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis,
21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
17
penduduk yang buta huruf berkurang, dengan pendidikan yang mulai
membaik kerukunan, ekonomi dan lain-lain yang mulai berkembang seiring
dengan perubahan zaman dan teknologi yang ada. Sepanjang masa
kepemimpinan beliau masyarakat Kubu Kandang terkenal dengan keramahan
dan sifat gotong royong serta solidaritas terhadap sesama baik dengan
Muslim maupun non-Muslim.
Selanjutnya Desa Kubu Kandang beralih kepemimpinan oleh kepala
desa Musa yang memimpin Desa Kubu Kandang dari tahun 2006 - 2012
kemudian dilanjutkan periode ke-2 dari tahun 2012 - 2018 melanjuti
perjuangan dari penghulu dan kepemimpinan desa masa sebelumnya dengan
arahan dan bimbingan beliau dengan sangat penuh rasa tanggung jawab dan
membimbing baik perangkat desa dan masyarakat pada umumnya kepala desa
Musa dapat membawa Desa Kubu Kandang menjadi desa yang lebih di kenal
oleh orang banyak dengan visi misi serta program yang beliau kerjakan
terbukti telah nampak hasil yang dapat di nikmati sampai saat sekarang ini
perubahan demi perubahan dapat di lihat dengan sarana prasarana yang ada,
sampai pada saat ini.33
B. Gambaran Umum Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kubu Kandang.
1. Jumlah Penduduk Desa Tahun 2016-2018.
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Tahun 2016-2018
No Desa
Jumlah Penduduk
2016 2017 2018
P L JL P L JL P L JL
1 Kubu
Kandang 355 378 733 354 379 733 359 405 764
Jumlah 733 733 764
Jumlah penduduk yang banyak biasa menjadi modal dasar
pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah
penduduk Desa Kubu Kandang tahun 2018 adalah 764 jiwa dengan
33 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) desa Kubu Kandang, 7-8
18
jumlah kepala keluarga 218 agar dapat menjadi dasar pembangunan
maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas SDM yang
tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang
dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan, khususnya
pembangunan Desa Kubu Kandang berkaitan dengan kependudukan,
aspek yang penting antara lain perkembangan jumlah penduduk,
kepadatan dan persebaran serta strukturnya.
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan
sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia, sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu
pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada
saat ini SDM di Desa Kubu Kandang cukup baik dibandingkan pada
masa-masa sebelumnya.34
a. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Desa Kubu Kandang Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari. Sesuai dengan kodratnya, manusia
diciptakan hidup bersama dengan orang lain yang berbeda agama, warna
kulit, bahasa dan lain sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak
bisa hidup sendiri dalam melaksanakan aktifitasnya. Selain berada di
antara orang lain, seorang manusia juga berada diantara makhluk lain
dalam makrokosmos35, ia merasakan dirinya hanyalah sebagai suatu
unsur kecil saja yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta.
Tradisi hubungan sosial antara individu, tercermin lewat gotong
royong yang masih terjalin kuat.36 Sifat gotong royong merupakan ciri
khas kehidupan warga desa. Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat desa
secara umum adalah masyarakat berhubungan langsung dengan alam.
34 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 9-11. 35Makrokosmos dan Mikrokosmos adalah skema neo-platonik Yunani kuno yang melihat
pengulangan pola yang sama di setiap tingkatan kosmos, mulai dari ukuran terbesar sampai ukuran
terecil. 36 Hasil Obervasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021
19
Alam adalah karunia Tuhan dan berkaitan dengan mata pencaharian
mayoritas warga. Tingkat kependudukan rendah, masyarakat bersifat
homogen, lapisan sosialnya tidak begitu nampak, kontrol sosialnya cukup
tinggi. Sebagai masyarakat desa, warga Kubu kandang masih terikat
antara satu dengan lainnya. Mereka beranggapan bahwa seseorang tidak
mungkin hidup sendiri tanpa kerjasama dengan orang lain. Kehidupan di
Desa Kubu Kandang terlihat rukun dan harmonis. Keharmonisan tersebut
tergambar dari budaya tolong menolong dan kepedulian yang tinggi
antara satu dengan yang lain.
Kegiatan-kegiatan gotong royong dalam berbagai kesempatan
kerap kali diadakan oleh masyarakat setempat. Terlihat dari kehidupan
masyarakatnya yang religus, hal inilah yang membuat rasa solidaritasnya
tinggi, berbagai kegiatan-kegiatan bersifat gotong royong, maupun
berorganisasi merupakan bagian dalam kehidupan masyarakat. Karena
mayoritas penduduknya beragama Muslim, maka wajar apabila budaya
dan tradisi yang ada banyak yang bercorak Islam.
Masyarakat Desa Kubu Kandang adalah masyarakat beretnis
Melayu yang masih sangat kental akan segala macam bentuk budayanya,
hal ini menjadikan adanya akulturasi budaya anatara Islam dan budaya
Melayu. Tampak dari kegiatan-kegiatan ritual masih membudaya dan
masih dilestarikan di tengah masyarakat desa seperti upacara perkawinan
adalah upacara ijab kabul sebagai pengikat janji pernikahan. Tujuannya
adalah untuk meresmikan ikatan perkawinan dua orang, laki-laki dan
perempuan secara norma agama, norma hukum dan norma sosial.
Sebelum upacara perkawinan berlangsung terlebh dahulu diadakan
upacara pinangan. Acara ini merupakan permintaan dari utusan calon
mempelai laki-laki atau orang tuanya sendiri terhadap calon mempelai
perempuan. 37
b. Pendidikan
37 Hasil Obsevsi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021
20
Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya,
dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat
kecakapan. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah
untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran.
Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir
atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih
maju. Pada tahun 90-an pendidikan formal yang ditempuh oleh
masyarakat Desa Kubu Kandang masih sangat kurang, hal ini terjadi
dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa pendidikan hanya
diperuntukkan bagi orang kaya, hal tersebut berdampak pada banyaknya
dari anak-anak muda yang tidak melanjutkan jenjang pendidikannya ke
tingat yang lebih tinggi atau bahkan tidak bersekolah sama sekali. Saat
tahun 2015 mulai banyak pendatang yang berdatangan dan menetap di
Desa Kubu Kandang, hal ini berpengaruh besar terhadap beberapa hal
salah satunya dalam pendidikan. Mulai meningkatnya kesadaran para
masyarakat terhadap pentingnya mengenyam pendidikan formal dan
menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dalam mencari bekal
kehidupan. Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat pendidikan
warga Desa Kubu Kandang.
Tabel 3.4 Jumlah Tingkat Pendidikan dan Presentase38
NO TINGKAT
PENDIDIKAN
JUMLAH
PENDUDUK PERSENTASE KETERANGAN
1 Belum Sekolah 19,20
2 Paud/TK 25 1,91
3 SD 76 5,80
4 SLTP 54 4,10
5 SLTA 131 10,00
38 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 11
21
6 D.II - -
7 D.III 4 0,3
8 S-1 9 0,6
9 S-2 1
JUMLAH 764 100
c. Agama
Kehidupan Beragama penduduk Desa Kubu Kandang adalah kehidupan
yang masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Dalam kehidupan
beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama
Islam sangat berkembang dengan baik. Meski belum terbilang sempurna
(tahap berkembang), tapi masyarakat sekitar merespon dengan baik segala
kegiatan pengajian yang diadakan baik dalam lingkupan desa maupun per-
RT. Kegiatan ini banyak macamnya, ada yang berupa pengajian Majelis
Taklim, peringatan hari-hari besar Islam, sampai rutinitas-rutinitas tradisi
yang amat lekat dalam kehidupan warga Desa Kubu Kandang.
d. Pekerjaan
Kehidupan di desa dengan segala kekayaan alamnya menjadikan para
masyarakat desa kebanyakan bekerja sebagai peani. Sistem pertanian
dengan hasil melimpah menjadi suatu alasan kenapa praktik tradisi zikir
Mankib dibacakan, sistem pertanian dengan hasil melimpah menjadi alasan
masyarakat untuk membacakan Manakib sebagai ungkapan rasa syukur atas
rezeki berlimpah yang telah diberikan Allah SWT.
Tabel 2.5 Pekerjaan39
NO. PEKERJAAN JUMLAH
PENDUDUK PERSENTASE KETERANGAN
1 TANI 102
2 BURUH 7
3 PEDAGANG 13
4 PNS 4
39 Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang, 12
22
6 KARYAWAN 49
7 TNI/POLRI -
8 PETERNAK 9
JUMLAH 184
e. Kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Kubu Kandang
antara lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola penyakit. Status
kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator
kesehatan seperti meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka
kematian bayi, angka dan status anak gizi buruk. Seperti halnya tradisi
Manakiban yang melatar belakang tingkat kesehatan penduduk, karena
Manakib ini sendiri membawa sugesti akan adanya keberkahan berupa
kesehatan kepada masyarakat yang menggunakannya.
f. Budaya.
Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Kubu Kandang menjaga dan
menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para leluhur,
hal ini terbukti dengan masih berlakunya tatanan budaya serta kearifan lokal
pada setiap prosesi pernikahan, khitanan, prosesi cuci kampung jika salah
seorang dari warga masyarakat melanggar ketentuan hukum adat dan lain
sebagainya. Lembaga yang paling berperan dalam melestarikan dan
menjaga tatanan adat istiadat dan budaya lokal ini adalah Lembaga Adat
Desa Kubu Kandang, lembaga ini baru dibentuk setelah menjadi Desa Kubu
Kandang, baik dalam kepengurusan maupun dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
23
BAB III
PELAKSANAAN TRADISI PEMBACAAN MANAKIB SAMMAN
Pembacaan Manakib adalah fenomena sosial yang keberadaannya sudah
menjadi tradisi berabad-abad lamanya. Keberadaan tradisi ini tentunya tidak ada
dengan sendirinya, akan tetapi bersinggungan erat dengan konsepsi-konsepsi
khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan menuju kepada
perubahan yang melalui proses-proses diantaranya: internalisasi, sosialisasi,
akulturasi, evolusi, difusi, asimilasi, hingga pembaruan atau inovasi. Tradisi
pembacaan Manakib juga keberadaannya menyejarah dengan budaya dan
psikologi masyarakat dari waktu ke waktu yang kemudian keberadaanya tentunya
berpengaruh pada perubahan tingkah laku masyarakat disebagian atau disemua
aspek kehidupan masyarakat pelakunya. Selain merupakan aspek seremonial,
Manakiban juga memiliki aspek mistikal.40
A. Pengertian Manakib Secara Umum
Kata Manakib sinonim dengan sejarah, tarikh, hikayah, kisah, dan biografi.
Semuanya mempunyai pengertian yang sama meski lafadz dan ungkapannya
berbeda.41 Pengertian Manakib menurut bahasa adalah kisah kekeramatan para
wali, seperti Manakib Syaikh Abdul Qadir Jailani,42 dan Manakib dalam bahasa
Arab, berasal dari lafadz “naqaba, naqabu, naqban”, yang berarti menyelidiki,
melubangi, memeriksa, dan menggali.43 Sementara menurut istilah, kata Manakib
diartikan sebagai cerita-cerita mengenai kekeramatan para wali yang biasanya
dapat didengar para juru kunci makam, pada keluarga dan muridnya, atau dibaca
dalam sejarah-sejarah hidupnya.44
40 Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut
Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya, XVIII, No.1 (2020), 16. 41 M. Musyafa’ bin Mudzakir, Apakah Manakib itu? (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,
2010), 9. 42 M.B Rahimsyah dan Satyo Adhie, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta Timur:
Pustaka Dwipar Jakarta, 2013), 295. 43 H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah,
2015), 464. 44 Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani
dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-Fithrah Meteseh", Skripsi,
(Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo Semarang, 2018), 3-4.
Manakib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang
berupa perilaku dan perbuatan yang terpuji di sisi Allah SWT. sifat-sifat yang
manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang baik lagi indah, kepribadian yang
bersih, suci lagi luhur, kesempurnaan yang tinggi lagi agung, serta karomah-
karomah yang agung di sisi Allah SWT. Banyak dan besar sekali manfaat,
keberkahan dan hikmah serta kebaikan-kebaikan yang terdapat di dalamnya.
Bahkan Manakib akan menarik perhatian orang yang mendengarkannya,
menguatkan dan mengokohkan hati para Murid45 serta akan membangkitkan
semangat orang yang telah sampai dan disampaikan bersimpuh kehadirat Allah
SWT.46 Kegiatan Manakiban merupakan kegiatan membaca kitab Manakib
secara berjamaah dan dilagukan seperti membaca syair.47
Dzikir Manakib pada esensinya untuk menggali dan meneliti sejarah
kehidupan seseorang dengan tujuan untuk di teladani dan berdo’a untuk
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Dzikir Manakib sebagai sistem latihan
jiwa, membersihkannya dari sifat-sifat madzumamah dan mengisinya dengan
sifat-sifat yang mahmudah dengan cara memperbanyak membaca kalimat yang
baik-baik melalui tawassul (perantara) orang-orang yang diyakini sebagai
waliyullah (kekasih Allah).48
Isi kandungan kitab Manakib itu meliputi silsilah nasab, sejarah hidupnya,
akhlak dan karomah-karomahnya, disamping itu juga doa-doa bersajak (Nadham)
yang bermuatan pujian dan tawassul (berdoa kepada Allah SWT. melalui
perantara). Harapan para pengamal Manakib untuk mendapat keberkahan dari
pembacaan Manakib ini didasarkan atas adanya keyakinan bahwa para Auliya’
yang dituju memiiki keistimewaan yang banyak, yang dapat mendatangkan
berkah dalam kehidupan seseorang. Jadi dengan mengikuti pembacaan Manakib
45Murid adalah orang yang ingin sampai dan disampaikan bersimpuh kehadiran Allah
SWT. di bawah bimbingan dan tuntunan seorang Guru Mursyid. 46 M. Musyafa’ bin Mudzakir, Apakah Manakib itu? (Surabaya: Al-Wafa Surabaya, 2010),
9. 47 Ibid.4 48 Musa Al-Kadzim, Memahami Kecendrungan Sufi Kota (Bandung: Topika Jaya Press,
2004), 16.
diharapkan menjadi salah satu jalan tempuh untu memperoleh rahmat dan karunia
Allah dengan cepat. Karena dengan Manakib kita dapat mengenal, memahami,
serta menyelami karakter serta sifat-sifat Wali Allah yang tujuan akhirnya adalah
untuk diteladani. Diantara para pembaca Manakib ada yang mengamalkan
pembacaan Manakib ini secara berkala atau mingguan, bulanan, tahunan, atau
kapan saja jika dikehendaki, atau dalam momen-momen berkumpul seperti dalam
acara syukuran lahir anak atau acara walimah. Tentu saja harapannya adalah agar
memperoleh keberkahan dalam kehidupan jasmani dan rohani, dunia dan
akhirat.49
Manakib Samman bermula dari lahirnya Tarekat Sammaniyah yang
didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim, semula Syaikh Samman
belajar Tarekat Khalwathiyyah di Damaskus. Lama-kelamaan beliau mulai
membuka pengajian yang berisi teknik zkir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya.50
Sebagai sebuah ajaran tarekat atau agama yang dianut oleh masyarakatnya (yang
mana agama adalah merupakan sumber moral penganutnya) Manakib Samman
tentunya mempunyai peranan dalam membentuk moralitas atau akhlak
masyarakat atau umat Islam.51 Dalam perkembangannya seorang penganut
amalan tarekat diperbolehkan tanpa adanya baiatan, dengan kata lain tidak ada
persyaratan secara ketat dalam menerima suatu ajaran tarekat. Seperti halnya
Tarekat Sammaniyah yang tersiar luas di Aceh, awal mulanya dalam bentuk
tarekat yang murni dan zikirnya terkenal dengan Ratib Samman. Ratib Samman
sendiri merupakan suatu amalan yang lazim diwiridkan oleh para ulama shaleh,
waliyullah, jemaah majelis zikir dan juga bagi kaum muslimin pada umumnya,
karena Ratib ini selain menadi adat juga memiliki keistimewaan yang luar biasa.52
49 Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla Raudlatut
Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya, XVIII, No.1 (2020), 16-17. 50 Helmina, “Eksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal dalam Mempengaruhi
Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanung Pauh Pada Era Modern”, Jurnal Islamika, XVI,
No.1 (2016), 5. 51 Ibid. 25 52 Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan Tradisi
Zikir Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa Bungah Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya: Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 45.
B. Sejarah Masuk dan Perkembangan Manakib
1. Munculnya Manakib di Indonesia.
Munculnya Manakib di Indonesia erat sekali kaitannya dengan sejarah
tersebarnya tasawuf di Indonesia.53 Setelah abad ke-2 Hijriyah muncullah
golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian
jiwa untuk taqarrub kepada Allah, atau dengan kata lain suatu cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin bahkan menyatu dengan
Allah (Tasawuf)54. Para sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian
syariah, tarekat, hakikat, dan makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk
memperbaiki amalan-amalan lahir, tarekat untuk memperbaiki amalan-
amalan batin (hati), hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang gaib,
sedang makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat,
sifat maupun perbuatan-Nya.55 Sebab ajaran-ajaran tasawuf inilah muncul
berbagai macam amalan dalam Islam. Ajaran Islam berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran penganutnya. Perkembangan
ini mengarah pada keluasan dan kerincian substansi ajarannya, sehingga
terasa lebih spesifik dan lebih mudah diterima serta diamalkan. Hal ini terjadi
hampir pada semua aspek ajarannya, termasuk dalam kehidupan kerohanian
yang terkenal dengan tarekat. Jalan kerohanian dalam dunia tarekat meliputi
zikir yang terus menerus dan menghindarkan diri dari sesuatu yang
melupakan Tuhan.
Berbicara mengenai perkembangan tarekat di Indonesia, maka hal
tersebut tidak bisa dilepaskan dari persoalan tasawuf yang telah lebih dulu
hadir di bumi Nusantara-Indonesia. Ketika orang pribumi Nusantara mulai
menganut Islam, corak pemikiran Islam diwarnai oleh tasawuf, pemikiran
para sufi besar seperti Ibn Al-‘Arabi dan Abu al-Hamid Al-Ghazali sangat
53 Siti Rochman dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di
Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri” Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,
(2020), 36. 54 Awaliah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam (Makassar: Alauddin University
Press, 2013), 10. 55 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di Indonesia
(Jakarta: Prenada Media, 2015), 6.
berpengaruh terhadap pengamalan-pengamalan umat Islam pada waktu itu.
Justru karena tasawuf itulah penduduk Nusantara mudah memeluk agama
Islam, apalagi ulama tersebut mengikuti sebuah tarekat atau lebih. Secara
relatif corak pemikiran Islam yang pernah dipengaruhi oleh tasawuf
selanjutnya berkembang menjadi tarekat. Justru ketika abad ke-13 Masehi
ketika masyarakat Nusantara mulai memantapkan diri memeluk Islam, corak
pemikiran Islam sedang dalam puncak kejayaan tarekat.56
Tarekat adalah bukti kepatuhan manusia kepada-Nya. Tarekat
merupakan jalan spiritual bagi seseorang yang di dalamnya berisi amalan
ibadah dan lainya dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya disertai
dengan penghayatan yang mendalam. Ketika berbicara tentang tarekat maka
persoalan mengenai tasawuf akan ikut dibahas, hal ini dikarenakan antara
tarekat dan tasawuf saling berhubungan satu sama lain secara substansial dan
fungsional. Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan
tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah yang melembaga dan inilah yang
menghubungkan antara tarekat dan tasawuf.57
Seperti Tarekat yang mana dalam bahasa berarti jalan menuju
kebenaran(dalam tasawuf)58 kemudian berkembang menjadi amalan yang lain
seperti halnya Manakib. Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia tercatat
sejak masuknya ajaran Islam di negeri ini. Ketika para pedagang muslim
mengislamkan orang-orang indonesia, tidak hanya dengan menggunakan
pendekatan bisnis akan tetapi juga menggunakan pendekatan tasawuf, karena
tasawuf mempunyai sifat spesifik yang sudah diterima oleh masyarakat yang
bukan Islam kepada lingkungannya, dan memang terbukti bahwa tersebarnya
ajaran Islam di seluruh Indonesia sebagian besar disebabkan oleh jasa para
sufi, baik yang tergabung dalam tarekat maupun yang lepas dari tarekat.
56 Ibid , 8 57 Zulkarnain Yani, “Tarekat Sammaniyah di Palembang”, Artikel (Jakarta), 20-21. 58 Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasoinal
Jakarta, [2008]), 1632.
Demikian halnya dengan munculnya Manakib yang sudah menjadi
tradisi yang terus berkembang di tengah-tengah masyarakat Islam di
Indonesia. Dalam permulaan awal penyebaran Islam terutama di jawa, para
ulama Islam yang dipimpin oleh Wali Songo telah mengajarkan kepada
masyarakat Islam tentang ilmu tarekat, Manakib, dan amalan-amalan lain
yang selaras dengan itu. Praktek-praktek tersebut ternyata berjalan dan
berkembang terus sampai sekarang, bahkan oleh masyarakat Islam hal itu
dijadikan sebagai sarana dakwah Islamiyah, sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa timbulnya Manakib di Indonesia ini adalah sejak para
ulama Islam yang dipimpin oleh para sufi mengajarkan Islam di Indonesia.59
2. Manakib di Desa Kubu Kandang
Kubu Kandang menjadi salah satu desa yang masih memegang ajaran
para sufi dengan kental, dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah
Manakib, meski dalam pengamalannya tradisi ini telah terlepas dari tarekat
yang biasanya beriringan dengan pelaksanaan zikir ini (Tarekat
Sammaniyyah). Tradisi zikir yang telah dilakukan sejak zaman dulu ini telah
dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat, tradisi ini seperti
telah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Kubu
Kandang, karena masyarakatnya merasakan dampak kerohanian serta sebagai
sarana peningkatan religiositas.60 Tak ada informasi yang jelas tentang
sejarah awal kedatangan atau penggunaan tradisi ini, hanya saja tradisi ini
merupakan tradisi yang disinyalir berasal dari Palembang dan dibawa oleh
orang tua terdahulu yang diperkirakan tradisi ini sudah ada sejak tahun 60-an
atau saat para leluhur mulai menempati desa ini.61
Meski tradisi ini merupakan tradisi yang sama yang digunakan di
Palembang, namun tradisi ini tidaklah berkaitan dengan Tarekat Sammaniyah
yang dianut oleh mayoritas masyarakat Palembang sebagaimana tempat
59 Siti Rochman dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di
Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri” Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,
(2020), 36-37. 60 Religiositas : Pengabdian terhadap agama, atau kesalehan. 61 Ami Bawi, Imam dan Ketua Adat Desa Kubu Kandang, Hasil wawancara dengan
penulis, 21 Maret 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
tradisi ini berasal, tarekat tersebut digunakan sebagai bentuk mengagungkan
Syaikh Muhammad Ibn ‘Abd Al-Karim Al-Samman karena karomah beliau
yang amat luar biasa. Masyarakat Desa Kubu Kandang hanya menjadikan
tradisi ini sebagai suatu kegiatan amalan atau kegiatan ibadah yang dijadikan
sebagai rutinitas zikir dalam meningkatkan spiritualitas masyarakat serta
perwujudan atas rasa syukur dan sarana penebus nazar yang telah diucapkan
atas nama Allah SWT, masyarakat Desa Kubu Kandang hanya memahami ini
sebagai tradisi turun temurun dan telah menjadi suatu kebiasaan yang melekat
dalam keseharian masyarakat setempat.
C. Jenis-Jenis Manakib Yang Berkembang di Indonesia.
Abad-abad pertama islamisasi berbarengan dengan masa merebaknya
tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat. Dalam abad-abad ini
bermunculan tokoh-tokoh sufi yang terkenal seperti Abu Hamid Al-Ghazali
dengan konsep tasawuf yang diterima oleh para fuqaha, Ibnu Al-Arabi yang
memengaruhi hampir semua sufi yang muncul belakangan, Abdul Qadir Al-
Jaelani yang ajarannya menjadi dasar tarekat Qadiriyyah, dan masih banyak
lagi yang lainnya. Sejarawan mengemukakan bahwa karena faktor tasawuf
dan tarekatlah islamisasi Asia Tenggara, termasuk Indonesia dapat
berlangsung dengan damai. Di antara naskah-naskah Islam paling tua dari
Jawa dan Sumatera yang masih ada sampai sekarang terdapat risalah-risalah
tasawuf dan cerita-cerita keajaiban yang berasal dari Persia dan India. Di
dalam tulisan-tulisan Jawa masa belakangan dapat ditemukan adanya ajaran
tasawuf yang lebih kental sedangkan perihal tarekat mendapatkan banyak
pengikut sekitr abad ke-18 dan 19 Masehi.62
Sekitar abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah lahirlah kelompok-kelompok
(umumnya terdiri dari golongan fuqara wal masakin) dengan metode latihan
(riyadhoh), berintikan ajaran Dzikrullah. Sumber pegangan tidak lepas dari
ajaran Rasulullah SAW kelompok-kelompok ini menamakan dirinya dengan
62 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2015), 12-13.
nama tarekat yang berpredikat masing-masing sesuai dengan nama pembawa
ajaran itu. Ada beberapa nama antara lain :
- Thariqat Qodiriyah, Pembawa ajarannya Syekh Abdul Qadir Jaelani
Qs (Qaddassallahu Sirrahu) (471-561 H.).
- Thariqat Syadziliyah, Pembawa ajarannya Syekh Abu Hasan As-
Syadzili Qs (591-615 H).
- Thariqat Naqsyabandiyah, Pembawa ajarannya Syekh Baha’uddin
An-Naqsyabandi Qs (717-791 H).
- Thariqat Rifa’iyah, Pembawa ajaran: Syekh Ahmad bin Abil-Hasan
Ar-Rifa’i Qs (W.578 H).
- Thariqat Sammaniyah, Pembawa ajarannya Muhammad Samman
Qs (W. 1720 M.).63
Berikut akan dibahas mengenai beberapa jenis tarekat yang berkembang
di Indonesia :
1. Tarekat Qadiriyyah.
Qadiriyyah adalah nama tarekat yaang diambil dari nama pendirinya,
yaitu Abdul Qadir Al-Jaelani yang terkenal dengan sebutan Syaikh Abdul
Qadir Al-Jaelani Al-Ghawsts atau Qutub Al-Aliya’. Tarekat ini menempati
posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja
sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal
munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kendati sruktur
organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya, semasa
hidup sang Syaikh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada
pemikiran dan sikap umat Islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam
keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun generasi selanjutnya
mengembangkan sekian banyak legenda yang berkisar pada aktivitas
spiritualnya, sehingga muncul berbagai kisah ajaib tentang dirinya.
Qadiriyyah adalah tarekat pertama yang disebut dalam sumber-sumber
pribumi. Di Jawa juga terdapat pengaruh tarekat Qadiriyyah, terutama di
Cirebon dan Banten. Menurut tradisi masyarakat setempat, Syaikh Abdul
63Badrudin, “Akhlak tasawuf” (Serang: Iaib Press, 2015), 96-98.
Qadir Jaelani pernah datang ke Jawa, bahkan mereka masih dapat
menunjukkan kuburannya. Indikasi lain mengenai pengaruh Qadiriyyah di
Banten adalah pembacaan kitab Manakib Abdul Qadir Al-Jaelani pada
kesempatan tertentu di kehidupan beragama di sana.64
Syaikh Abdul Qadir lahir di desa Naif kota Gilan tahun 470/1077,
yaitu wilayah yang terletak 150 KM Timur Baghdad. Ia meninggal di
Baghdad pada tahun 561/1166. Makamnya sejak dulu hingga sekrang tetap
diziarahi khalayak ramai, dari segala penjuru dunia Islam. Di kalangan
kaum sufi Syaikh Abdul Qadir diakui sebagai sosok yang menempati
hierarki mistik yang tertinggi yang menduduki tingkat kewalian yang
tertinggi. Dalam kepercayaan rakyat, Syaikh Abdul Qadir adalah wali
terbesar, yang diberikan wewenang untuk menolong manusia lain dalam
bahaya. Lebih dari pada itu semua wali lain, Syaikh Abdul Qadir dikagumi
dan dicintai rakyat, dimana-mana orang tua menceritakan riwayat tentang
kekeramatannya kepada anak-anak mereka dan hampir setiap upacara
keagamaan tradisional orang menghadiahkan pembacaan Al-Fa>tih}ah
kepadanya.
Memang cukup sulit untuk membedakan antara fakta sejarah dengan
legenda dalam mengkaji Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani karena sejarah dan
ajarannya ditulis beberapa puluh tahun setelah dia wafat dan yang
menulisnya adalah para pengikut yang amat setia. Disamping itu,
penghormatan yang sangat tinggi kepadanya menimbulkan cerita-cerita
tentang kekeramatn yang luar biasa. Karena itu ketika membaca riwayat
hidup beliau, perlu pemahaman yang menyeluruh tentang cerita-cerita
tersebut. Sebab dalam perspektif tarekat kehebatan yang adi kodrati adalah
suatu yang wajar, terutama untuk memperkuat keyakinan dan loyalitas para
pengikut para pengikut tarekat dan mempererat hubungan antara murid
dengan sang guru.65
64 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2015), 14-26. 65 Ibid, 26-33.
2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepas hubungannya dengan pendirinya
yakni Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat ini dinisbahkan
kepada namanya Syadziliyah yang mempunya ciri khusus yang berbeda
dengan tarekat-tarekat yang lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah
Ali bin Abdullah bin Abdul Al-Jabbar Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Dia
dilahirkan di desa Ghumara, dekat Ceuta saat ini di utara Maroko pada
tahun 573 H. Tarekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir,
Aljazair, Sudan, Suriah dan Semenanjung Arabia, Juga di Indonesia
khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hampir semua sufi
Maghrib terpengaruh olehnya dan mempunyai jalur silsilah kepadanya.
Tarekat syadziliyah adalah salah satu tarekat yang besar disamping Tarekat
Qadiriyah, dan layak disejajarkan dengan Tarekat Qadiriyah dalam hal
penyebarannya. Ibn At-Thaillah mengemukakan bahwa As-Syadzili adalah
orang yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pewaris Nabi Muhammad
SAW. Allah Telah menjelaskan peranan As-Syadzili melalui karamah-
karamahnya yang selanjutnya akan menunjukkan posisinya sebagai poros
spiritul alam semesta.
Namun demikin Al-Syadzili tidak menuliskan ajaran-ajarannya dalam
sebuah kitab karya tulis, diantara sebab-sebabnya adalah karena
kesibukannya melakukan pengajaran-pengajaran terhadap murid-muridnya
yang sangat banyak dan sesungguhnya ilmu-ilmu tarekat itu adalah ilmu
hakikat, oleh karena itulah akal manusia tidak mampu menerimanya.
Adapun pemikiran-pemikiran tarekat Al-Syadziliyah adalah tidak
menganjurkan murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka,
tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam, zuhud, tidak ada
larangan bagi kaum salik untuk menjadi kaya raya, berusaha merespon apa
yang sedang mengancam kehidupan umat, kedalaman tasawuf, dan
pengamalan makrifah.66
3. Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf
terkenal yakni Muhammad bin Muhammad Baha’ Al-Din Al-Uwaisi Al-
Bukhari Naqsyabandi (717 H/1318 M – 791 H/1389 M) dilahirkan di Desa
Qashrul Arfah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari.
Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki,
Suriah, Afganistan, dan India. Penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah
kemudian memasuki wilayah India yang kemudian berpengaruh ke wilayah
Indonesia, sektar abad 10/16 M atau tepatnya pada tahun1526.
Ciri menonjol tarekat Naqsyabandiyah adalah pertama diikutinya
syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan
penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam
hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan
pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan negara pada agama.
Berbeda dengan tarekat lainnya tarekat Naqsyabandiyah tidak menganut
kebijaksanaan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan yang sedang
berkuasa saat itu. Dilihat dari aspek spiritual, hal yang menonjol dari tarekat
Naqsyabandiyah adalah mampu membentuk alam perkembangan spiritual
dengan menunjukkan berbagai tahapan dan kedudukan yang harus dilalui
oleh seorang sufi. Berdasarkan pengalaman dan petualangan spiritual. Ciri
khas lain yang tidak boleh dilupakan adalah para Syaikh Naqsyabandiyah
memiliki kesadaran akan misi. Mereka meyakini bahwa mereka ditakdirkan
untuk memainkan peranan dalam sejarah.
Terdapat keunikan lain dari Tarekat Naqsyabandiyah Mazhariyah di
Madura, yang tidak dijumpai di antara penganut Naqsyabandiyah di
Indonesia dan negeri-negeri lain, yakni beberapa mursyidnya adalah
66 Ibid, 57-75.
perempuan. Mereka tidak hanya bertindak sebagai asisten dari para suami
yang lebih dominan, tetapi mereka benar-benar mandiri.67
4. Tarekat Sammaniyah
Tarekat Sammaniyah adalah tarekat pertama yang mendapat pengikut
massal di Nusantara. Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad bin
Abdul Al-Karim Al-Madani Al-Syafi’i Al-Samman (1130-1189/1718-
1775). Ia lahir di Madinah, dari keluarga Quraisy. Syaikh Samman
meninggal pada hari Rabu, 2 Zulhijjah 1189 H/ 1775 M dalam usia 57
Tahun setelah sakit selama 17 hari. Ia dimakamkan di Baqi, Madinah,
tempat istri-istri Nabi Muhammad dan para sahabatnya dimakamkan.
Syaikh Samman terkenal sebagai tokoh tarekat yang zuhud, saleh, keramat,
dan dengan segala keanehan yang dimilikinya. Kepribadian yang luar biasa
itu dapat ditelusuri sejak ia belum baligh. Dengan kata lain, sejak masa
anak-anak, Syaikh Samman sudah memperlihatkan hal-hal yang ganjil
dalam perilakunya.
Dari ajaran berbagai tarekat, Samman lalu menggabungkannya dengan
memadukan teknik-teknik zikir, bacaan-bacaan lain, dan ajaran mistis
semua tarekat tersebut dengan tambahan seperti qashidah dan bacaan lain
yang ia susun sendiri. Racikan berbagai tarekat ini lalu menjadi satu nama,
yaitu Tarekat Sammaniyah.68 Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Syaikh
Samman, antara lain, adalah: memperbanyak salat dan zikir, berlemah-
lembut kepada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukarkan akal
bashariah dengan akal rabbaniyah, dan tauhid kepada Allah dalam zat, sifat
dan af’al-Nya.
Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu tarekat yang mu’tabarah
di Indonesia. Tarekat ini mempunyai sanad (mata rantai) yang tidak terputus
atau bersambung kepada Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk
diamalkan. Tarekat Sammaniyah mulai menyebar ke Indonesia pada
penghujung abad ke-18. Tarekat ini sangat merakyat di daerah Sumatera
67 Ibid, 89-100. 68 Ibid, 181-184.
Selatan dan Kalimantan Selatan serta telah berperan dalam perlawanan anti
penjajah di sana. Di Indonesia, Tarekat Sammaniyah pertama kali tersebar
dan memberikan pengaruh yang luas di Aceh, Kalimantan serta mempunyai
pengaruh yang dalam di Palembang dan daerah lainnya di Sumatera.
Demikian pula di Jakarta, tarekat ini berpengaruh besar di kalangan
penduduk dan daerah-daerah sekitar ibukota.
Di Palembang, tarekat Sammaniyah juga mendapat tempat tersendiri.
Diketahui bahwa tiga orang Indonesia asal Palembang pernah belajar
Tarekat Sammaniyah yang sebagiannya langsung menjadi murid Syaikh
Samman. Ketiga orang itu adalah Syaikh Abd Al-Shamad, Tuan Haji
Ahmad, dan Muhyidin bin Syihabudin. Dari literatur yang ada, tampaknya
di antara ketiganya yang paling berpengaruh adalah Syaikh Abd Al-Shamad
Al-Palembani. Ritual pembacaan Ratib Samman sesungguhnya telah
menjadi bagian yang lazim setiap ada hajatan di daerah Palembang dan
Manakib Samman (yang dipopulerkan oleh Abd Shamad) sering dibacakan
dengan tujuan istighatsah, memohon pertolongan kepada Syekh Samman.
Ajaran inilah yang kemudian menyebar luas hingga kemudian dibawa
para leluhur masuk ke Desa Kubu Kandang, ajaran ini kemudian diadopsi
sesuai dengan keadaan kultur dan keadaan budaya masyarakat setempat
sehingga ajaran ini memiliki versi yang baru dari ajaran yang diamalkan
oleh masyarakat di daerah Palembang.
Kegiatan pengamalan pembacaan zikir Manakib ini merupakan buah dari
adanya ajaran tarekat-tarekat yang telah dijelaskan sebelumnya, tarekat ini
berkembang luas dan menyatu dengan kebudayan setempat. Hal ini menjadikan
adanya berbagai bentuk pengamalan yang berbeda terhadap pelaksanaan dan hal
ini juga dipengaruhi oleh ajaran yang dibawa oleh para penganut suatu tarekat
tersebut, seperti yang dilakukan di Desa Kubu Kandang, masyarakatnya hanya
mengamalkan pembacaan Manakibnya saja tanpa diiringi degan Ratib yang
biasanya selalu dilakukan atau dibacakan bersamaan saat pembacaan Manakib
Samman.
Dari keterangan beberapa tarekat yang telah dijelaskan sebelumnya,
diketahui bahwa ajaran inti dari semua tarekat itu adalah mendekatkan diri kepada
Allah dengan ketentuan untuk meningkatkan tingkat keimanan seseorang. Namun,
pengamalannya jelas tidak semua sama, karena pembacaan Manakib ini hanya
berlaku pada Tarekat Qadiriyyah dan Tarekat Sammaniyah. Sedangkan tarekat-
tarekat yang lainnya hanya terfokus kepada ajaran-ajaran seperti Zikrullah dan
amalan-amalan tertentu lainnya.
D. Tata cara pelaksanaan Tradisi.
Seperti yang telah dijelaskan, masyarakat Desa Kubu Kandang seluruhnya
menganut agama Islam, sehingga kegiatan masyarakat sehari-hari mengacu pada
nilai ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Masyarakat Desa Kubu Kandang
juga masih kental akan tradisi-tradisi warisan dari nenek moyang, yang dianggap
sakral dan harus dilestarikan oleh budaya-budaya yang ada tersebut. Adapun
beberapa macam tradisi yang dilakukan masyarakat Desa Kubu Kandang seperti :
Maulidan, Isra’ Mi’raj, Rajaban, Yasinan, dan Manakiban.
Tradisi pembacaan Manakib ini dilaksanakan oleh seluruh warga Desa
Kubu Kandang Khususnya para remaja dan orang tua yang laki-laki, Adapun
kehadiran anak-anak, perempuan atau ibu-ibu mereka ada yang terlibat langsung
dalam prosesi dan ada juga sebagai peserta yang ikut memeriahkan tradisi
tersebut. Keterlibatan anak-anak tidak hanya sebagai penggembira saja, tetapi
secara tidak langsung anak-anak diperkenalkan dengan tradisi yang sudah ada
sejak dulu yakni Manakiban. Dalam tradisi pembacaan Manakib Samman di Desa
Kubu Kandang ini memerlukan beberapa tahap atau proses yang biasanya
dilakukan saat pelaksanaan tradisi pembacaan Manakib, adapun proses
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan.
Adapun rangkaian kegiatan acara pembacaan Manakib di Desa Kubu
Kandang antara lain:
a. Mengundang orang
Kegiatan ini dimulai dengan mengundang atau mengajak orang,
yaitu mengajak warga atau masyarakat sekitar, tetangga dekat rumah
dan juga keluarga untuk menghadiri proses pelaksanaan tradisi yang
akan dilaksanaan di rumah warga yang memiliki hajat.
b. Kata Sambutan
Sebelum dimulainya acara, biasanya tuan rumah memiliki
permintaan kepada Imam atau orang yang akan memimpin pembacaan
(orang yang telah ditunjuk atau dipercaya) dan do’a nanti agar
dibacakan dan dihadiahi pahalanya kepada orang-orang tertentu. Tuan
rumah biasanya meminta agar “hadiah” dikirimkan kepada para
leluhur atau tetua kampung yang telah meninggal dan diyakini
mempunyai kekuatan suprnatural yang dapat menjaga ketentraman
dan keamanan serta kenyamanan penduduk daerah setempat,
kemudian akan disebutkan alasan tuan rumah mengadakan hajat atau
lain sebagainya tergantungan kebutuhan tuan rumah yang menjadikan
pembacaan Manakib sebagai perantaranya.
c. Pembacaan Tawashul
Prosesi dimulai dengan pembacaan tawashul kepada Nabi
Muhammad SAW. kepada para sahabat, kepada para Ahlul bait,
kepada Syaikh Samman, dan Syaikh Abd Shamad. Selanjutnya
biasanya tuan rumah juga meminta untuk “menghadiahkan” kepada
para orang tua atau keluarga tuan rumah yang telah mendahului, serta
tak lupa pula untuk kesejahteraan umat Islam seluruh diseluruh dunia.
Setelah beberapa permintaan yang telah disebutkan, maka tibalah
permintaan tuan rumah kepada niat utama mengadakan zikir ini, yaitu
biasanya berupa ungkapan rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT,
penunaian nazar atau janji, meminta kelancaran atas segala urusan,
penolak bala, dan berbagai macam do’a baik lainnya
d. Pembacaan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Setelah selesai bertawashul maka akan dibacakan ayat-ayat Al-
Quran seperti Al-Fa>tih}ah, Al-Ikhla>s, Al-Falaq,} dan An-Na>s
Pembacaan ayat Al-Qur’an ini dilakukan secara bersama-sama yang
menjadi awal prosesi inti pelaksanaan pembacaan zikir Manakib
Samman.
e. Pembacaan Manakib Samman
Setelah selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur’ana maka
kemudian masyarakat akan diam khusyuk mendengarkan pembacaan
Manakib Samman yang mana berisi tentang riwayat kehidupan,
karomah atau keutamaan-keutamaan Syaikh Samman, serta kejadian-
kejadian mistik dan keanehan yang terjadi saat beliau masih hidup.
Bacaan ini dibacakan oleh tetua kampung (biasanya dibacakan oleh
Pak Imam) yang membawa kitab khusus69 yang di dalamnya tertulis
segala sesuatu mulai dari biografi Syaikh Samman hingga wafatnya
serta kisah-kisah menarik kehidupannya, semua itu tertuang secara
ringkas dan jelas dalam kitab Manakib Samman.
f. Pembacaan Do’a
Setelah pembacaan Manakib selesai maka prosesi akan ditutup
dengan pembacaan do’a khusus Manakib yang dibacakan oleh ketua
adat atau orang-orang tertentu yang telah ditentukan dan dipercaya
seperti tetua kampung yang dianggap mampu dan benar dalam
memimpin pembacaan do’a tersebut. Setelah usainya pembacaan do’a
tadi, maka secara tidak lansung berarakhir pulalah prosesi pembacaan
zikir Manakib tadi.
Keterangan tentang bentuk pelaksanaan juga penulis dapatkan
dalam bentuk informasi wawancara penulis dengan ketua Syara’ Desa
Kubu Kandang yang mengatakan bahwa:
“Sebelum mengadakan acara Manakiban orang-orang harus
diundang terlebih dahulu, kemudian saat pelaksanaannya diawali
dengan pembacaan tawashul, pembacaan Al-Fa>tih}ah dan Qulhu
69 Bentuk Kitab Manakib Samman terlampir di lampiran sebagai keterangan tambahan.
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manakib, dan diakhiri
dengan do’a. Setelah itu barulah boleh hidangan dikeluarkan.”70
g. Menyiapkan Sajian
Setelah itu warga yang mempunyai hajat akan menyiapkan suatu
hidangan atau sajian yang nantinya akan menjadi santapan para warga
setelah prosesi tradisi usai, hidangan ini biasanya dikeluarkan setelah
prosesi pembacaan usai (dikeluarkan belakangan). Hidangan yang
disajikan bisa berupa beragam makanan, atau dengan kata lain
makananya tidak dipatok harus menyajikan sesuatu yang khusus atau
tertentu, Makanan yang disajikan tergantung dengan kondisi ekonomi
warga yang melaksakannya. Hidangan tersebut juga merupakan suatu
lambang dimana dimaksudkan oleh masyarakat setempat sebagai
ungkapan rasa syukur atas nikmat dan rezeki yang melimpah yang
telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.
Penulis memperhatikan bahwa proses pelaksanaan pembacaan zikir
Manakib Samman ini tidak memberatkan bagi masyarakat yang
melaksanakannya karena tradisi ini telah menjadi kebiasaan karena telah ada
sejak dahulu dan dibawa oleh para nenek moyang masyarakat setempat,
pelaksanaanya pun sama seperti yang diajarkan oleh orang tua dahulu mulai dari
beberapa proses tahapan awal hingga akhir dan tidak berjalan asal-asalan.
Tradisi ini juga menjadi sarana peningkatan spiritualitas masyarakat.
E. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan membaca Manakib ini merupakan kegiatan yang sering
dilakukan masyarakat, terutama jika masyarakat itu memiliki hajat. Pelaksanaan
tradisi ini biasanya dilakukan di malam hari, hal ini berhubungan dengan alasan
sosial karena masyarakat biasanya ada di kebun atau sedang bekerja pada siang
harinya.
Tradisi ini terbilang tidak memiliki aturan yang jelas kapan biasanya
dilaksanakan, tidak menuntut dalam satu bulan harus dilaksanakan, hal itu
dikarenakan tergantung dengan ada atau tidaknya hajat, nazar, atau niat-niat
70 Sufyan, Tokoh Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 15 Maret 2021,
Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
masyarakat setempat untuk mengadakan kendurian dalam bentuk pembacaan
Manakib Samman. Namun Tradisi pembacaan Zikir Manakib Samman tidak
hanya dilakukan sebagai bentuk tradisi keagamaan, namun juga menjadi
rutinitas berbagai kegiatan yang ada di Desa Kubu Kandang contohnya
dibacakan sebagai pendamping (dibacakan sebelum) acara yasinan rutin warga.
“Upacara adat zikir Manakib Samman ini dilakukan tidak hanya terpaku jika
ada nadzar ataupun hajat, namun juga menjadi kegiatan rutinitas misalnya,
dibawakan bersamaan dengan acara rutin yasinan mingguan kecuali
peringatan kematian.”71
F. Tempat Pelaksanaan
Adapun tempat pelaksanaan tradisi pembacaan zikir Manakib ini biasanya
di rumah masing-masing warga yang mempunyai hajat. Namun tidak selamanya
dilakukan di rumah, kadangkala tradisi ini juga dilakukan di rumah orang tua
mereka, karena masyarakat menganggap hal itu lebih baik karena diharapkan
“hadiah”nya bisa tersampaikan secara langsung. Kemudian tradisi ini juga bisa
dilakukan di Masjid, biasanya hal ini terjadi jika ada nazar atau hajat yang
berhubungan dengan desa yang artinya mencakup seluruh masyarakat Desa
Kubu Kandang.
G. Ayat Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan
a. Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah
ااااا حيم ناالر حم ااااااالر لمين االع ارب حيمااااااالحمدالله ناالر حم االر بسماللاه
راطاالمستقيما اااااهدنااالص ينا اياكانعبداواياكانستعين لكايوماالد م
ال يناا غيراالمغضوباعليهماولاالض صراطاالذيناانعمتاعليهماا
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha penyayang. Pemilik
hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.”(Q.S Al-Fa>tih}ah /1:1-7)72
71 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang . Wawancara dengan
penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 72 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 1
b. Qur’an Surah Al-Ikhla>s
حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل
ااحد ا مد اااااقلاهواللاه االص ولمايكنالهاكفواااحد ااااااااالمايلداولمايولداااااللاه
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Katakanlah
(Muhammad)”Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala
sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia” (Q.S. Al-Ikhla>s/112:1-4)73
c. Qur’an Surah Al-Falaq
حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل
اغاسقااذااوقبا امااخلقا ومناشر االفلقا مناشر قلااعوذابرب
احاسدااذااحسدا تافىاا ومناشر االنفهث لعقداومناشر
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh
(fajar). Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, Dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan
(perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul
(talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia
dengki.”(Q.S. Al-Falaq/113:1-5)74
d. Qur’an Surah An-Na>s
حيما ناالر حم االر بسماللاه
االوسواساالخنا امناشر اس ا هاالناس اال ا ا ملكاالناس االناس قلااعوذابرب
ا مناالجنةاوالناسا الذيايوسوسافياصدوراالناس
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang
bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
Dari (golongan) jin dan manusia.”(Q.S. An-Na>s /114:1-6)75
H. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan
73 Ibid, 604. 74 Ibid, 604. 75 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604.
Secara umum, Manakib dapat melestarikan budaya dari para leluhur
selama tidak bertentangan dengan Nash al-Qur’an dan Hadits, masyarakat
mengharapkan limpahan berkah dari ulama’ tertentu yang mereka percayai.
Masyarakat sering bertawasul melalui pembacaan Manakib, misalnya ketika
mereka hendak berangkat ketanah suci, khitanan, pernikahan, serta hajat-hajat
yang lainnya. Hal itu dilakukan karena tergolong orang-orang yang cinta
kepada waliyullah. Manakib mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak
karena pada acara Manakib juga diceritakan tentang kesalehan,
spiritualitasnya, dan keluhuran akhlaknya, sehingga diharapkan para jama’ah
meneladani dalam kehidupan sehari-hari
a. Tujuan Pelaksanaan Tradisi.
Masyarakat Desa Kubu Kandang mengenali berbagai macam upacara
tradisional, tradisi leluhur ini dilestarikan dan menjadi rutinitas keagamaan.
Tradisi ini merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dari
leluhur masyarakat yang kemudian mendarah daging atau dengan kata lain
berada dalam alam bawah sadar pikiran sederhana yang berpengaruh pada
perilaku berpikirnya. Adapun tujuan dari pelaksanaan pembacaan Manakib
di Desa Kubu Kandang ialah antara lain :
1. Pengubah Sudut Pandang masyarakat.
Berbagai aktifitas manusia sejak zaman dahulu sering kali
didahului oleh situs-situs tertentu dengan beragam cara dan tujuan agar
aktifitas lancar daan kehidupan mereka penuh berkah dan selamat.
Dalam berbagai fase atau siklus kehidupan manusia misalnya, dalam
beberapa catatan antropolog76 dan para pelancong77, sering kita dapati
bahwa manusia-manusia primitif hampir selalu meakukan ritual-ritual
sakral dalam setiap melakukan aktifitas mereka, baik itu aktifitas
ekonomi maupun aktifitas sosial keagamaan lainnya.78
76 Antropologi: Ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, perkembangan, adat
istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. (KBBI, 78). 77Pelancong adalah orang yang pergi berwisata, turis, perjalanan untuk bersenang-senang,
melihat-lihat, wisatawan. (KBBI online) 78Ayatullah Humami, “Ritul Magi dalam Budaya Masyarakat Muslim Banten”
Kebudayaan Islam, Jurnal Penelitian, XIII, No.2 (2015), 223.
Upacara merupakan suatu adat atau kebiasaan yang diadakan
secara tepat menurut waktu dan tempat, peristiwa atau keperluan
tertentu.79 Selanjutnya, upacara merupakan bentuk kegiatan simbolis
yang memulihkan tata alam dengan menempatkan manusia dalam tata
alam tersebut.80
Upacara tradisional adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
perbuatan yang bersifat turun-temurun, antara lain pandangan hidup,
kepercayaan, kesenian, upacara yang semuanya dilakukan menurut adat
atau aturan agama dan keyakinan yang dianut manusia pendukungnnya.
Upacara itu juga merupakan kegiatan sosial yang meliputi warga
masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama dan
menjadi bagian integral dari kebudayaan masyarakat. Tradisi
memperingati atau merayakan peristiwa penting dalam perjalanan hidup
manusia dengan melaksanakan upacara merupakan bagian dari
kebudayaan masyarakat sekaligus upaya manusia untuk mendapatkan
ketenangan rohani, yang masih kuat berakar sampai sekarang.81
2. Upaya Dalam Pembentuan Akhlak.
Praktik Manakib menjadi salah satu bagian penting dari budaya
masyarakat Indonesia secara umum, tidak terkecuali masyarakat Desa
Kubu Kandang. Dalam berbagai dimensi kehidupan, hampir selalu
muncul praktek Manakiban dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Selamatan yang menjadi wahana perantara praktik Manakib. Melalui
sistem selamatan, ritual adat ini mendapatkan jalan lurus menuju
sasarannya yaitu, Tuhan. Selamatan menjadi sebuah permohonan
simbolik.
Maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembacaan Manakib di
Desa Kubu Kandang ini adalah sebagai upaya dalam pembentukan
79Clifford Geertz, Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1983), 23. 80Rahmat Subagya, Kepercayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 9. 81 Isce Veralidiana, "Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah: Implementasi Tradisi "Sedekah Bumi",
Skripsi (Malang: Program Strata-1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010), 68.
akhlak mulia masyarakat dengan menjadikan pengagungan terhadap
guru (Wali) sebagai sarana perwujudan penghormatan kepadanya, maka
diharapkan dengan pembacaan karomah-karomah tersebut dapat
dijadikan sebagai contoh atau pedoman dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari saat bermasyarakat.
3. Penyelesai Permasalahan
Manakib juga menjadi penyelesaian dalam setiap persoalan
kehidupan masyarakat seperti perasaan hina karena merasa banyak
dosa, masyarakat merasa bahwa dirinya tidak suci sehingga dengan
pembacaan Manakib diharapkan dapat menggugurkan dosa-dosa. dan
menjadikan kisah mereka sebagai penguat tingkat keimanan dan
ketakwaan para penganutnya.
4. Sebagai Bentuk Penghormatan.
Penyelenggaraan kegiatan Manakib juga bertujuan untuk mencintai
dan menghormati keluarga dan keturunan Nabi SAW. mencintai para
orang sholeh dan auliya, mencari keberkahan atas karomah para
Waliyullah tersebut, dalam hal ini yaitu Syaikh Samman.82
Hal di atas juga sesuai seperti firman Allah SWT. yang
memerintahkan manusia untuk menjadikan kisah para waliyullah
sebagai pedoman dalam menjalankan aktifitas sehari hari, Berikut
firman Allah SWT:
باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه
ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)83
5. Sarana Pengabul Do’a Atau Hajat
82 Ami Bawi, Ketua Adat dan Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21
Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 83Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 235.
Masyarakat percaya dengan menyertakan seorang waliyullah
sebagai perantara dalam do’a atau hajat, dalam hal ini masyarakat
menggunakan perantara Syaikh Samman dengan segala karomah dan
keutamaan beliau agar mudahnya terkabul segala doa yang diharapkan.
Maka dengan hal itu segala urusan itu diharapkan akan dipermudah dan
dikabulkan oleh Allah SWT. dimana yang menjadi tujuan utama dari
pelaksanaan tradisi ini ialah sebagai pelancar segala urusan kehidupn
yang tengah dijalani manusia.
b. Manfaat Pelaksanaan Tradisi
Adapun manfaat dari proses pembacaan Manakib bagi masyarakat desa
Kubu Kandang adalah sebagai berikut :
1. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
tradisi ini juga sering dimanfaatkan sebagai bentuk syukur masyarakat
atas nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Seperti ungkapan
syukur atas penempatan rumah baru, dan lain sebagainya.
2. Kegiatan ini juga berpengaruh besar terhadap ketenangan jiwa, terutama
saat upacara pembacaan sedang berlangsung, dengan perasaan lega
setelah usainya prosesi acara. Karena secara tidak langsung kegiatan ini
berdampak pada meningkatnya rasa spiritualisme masyarakat serta
konsistensi keyakinan masyarakat.
3. Merasakan keamanan dan ketentraman hati, hal ini biasa dirasakan
masyarakat setelah tradisi dilaksanakan karna sugesti yang terbentuk
begitu dalam oleh kebiasaan serta ajaran orang tua dahulu. Ketenteraman
Rohaniah ini biasanya didapatkan karena telah lepasnya hajat atau doa
yang dipanjatkan.
4. Sarana pengenalan adat dan budaya bagi para kaum muda, kaum muda
merupakan tonggak penerus semua hal yang dapat diwariskan dan
ditinggalkan, tak terkecuali dengan adat istiadat zaman dulu yang dibawa
para leluhur dan dilestrikan hingga saat ini. Itu sebabnya hal ini menjadi
sebuah keharusan bagi generasi muda untuk mengenali dan terus
melestarikan berbagai tradisi yang dilakukan oleh warga biasanya.
5. Menjadi tempat mempererat tali silaturahmi, pengadaan tradisi
pembacaan Manakib adalah untuk menumbuhkan kuatnya tali
persaudaraan sesama masyarakat dan umumnya dengan seluruh umat
Islam, karena tradisi mengundang banyak orang, tradisi ini dilakukan
secara bersama-sama yang menyebabkan terjalinnya silatrahmi antar
masyarakat. Dalam hal ini, penyajian hidangan secara tidak langsung
menjadi penghubung tali silaturahmi warga, karena saat menyantap
hidangan itu, sesama warga akan berbincang atau bersenda gurau
bertukar cerita tentang kegiatan sehari-hari.
48
BAB IV
PEMAHAMAN MASYARAKAT
A. Landasan Tradisi Manakib
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau adat kebiasaan turun-
temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat,84 dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu
tradisi dapat punah.
Secara terminologi perkataan tradisi mengandung suatu pengertian
tersembunyi tentang adanya kaitan antara manusia masa lalu dan masa kini. Ia
menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud
dan berfungsi pada masa sekarang. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota
masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun
terhadap hal-hal yang bersifat ghaib atau keagamaan. Di dalam tradisi diatur
bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain atau satu kelompok
manusia dengan kelompok manusia yang lain, bagaimana manusia bertindak
terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang
lain. Ia berkembang menjadi satu sistem, memiliki pola dan norma yang sekaligus
juga mengatur penggunaan saksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan
penyimpangan.85
Selain itu Islam juga merupakan Agama Allah Swt, dengan
mengesakannnya dalam beribadah mensyukuri nikmat-nikmatNya dengan
melakukan amal saleh serta beriman kepada hari ke bangkitan, hisab, dan balasan
atas amal, setelah kehidupan di dunia ini. Melalui risalah-risalah para rasul, serta,
84 Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasoinal
Jakarta, [2008]), 1727. 85 Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa
Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2019), 3.
49
tradisi, budaya, serta tingkatan kemajuannya, maka terjadilah banyak agama dan
syari’at, yang merupakan jalan petunjuk serta metode yang ditempuh oleh seluruh
pemilik risalah dan pemeluknya.86
Pada era modern ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara
turun temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat.87
Demikian juga yang terjadi di Desa Kubu Kandang kecamatan Pemayung
kabupaten Batanghari. Di antara tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat
Desa Kubu Kandang adalah Tradisi Manakiban. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa Manakib merupakan salah satu tradisi keagamaan yang telah mengakar
kuat dalam diri masyarakat Indonesia, dalam hal ini masyarakat Desa Kubu
Kandang. Tradisi ini secara keseluruhan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. dengan menjadikan para waliyullah sebagai perantara dan
menumbuhkan sikap mencintai dan meneladani orang-orang shalih seperti
waliyullah. Adapun Allah SWT telah berfirman dalam kitab-Nya :
باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه
ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)88
Meskipun ayat ini secara tekstual hanya menyebutkan kisah teladan para
Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. namun bukan berarti Al-Qur’an hanya
memuat kisah para Rasul saja akan tetapi Al-Qur’an juga memuat kisah para
Mukminin dan Shalihin seperti kisah Maryam yang melahirkan Nabi Isa a.s. tanpa
seorang ayah. Manakiban mengandung kebenaran, pengingat yang bermanfaat
bagi orang yang beriman selaras dengan semangat ayat tersebut.
86 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas perbedaan dan Kemajuan dalam Bingkai
Persatuan (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 73. 87 Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa
Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2019), 4. 88Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul dan
Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 235.
50
Menjelang hari kiamat tiba Allah SWT. akan mengangkat ilmu dengan
mencabut nyawa para ulama’ Al-Arif billah, sedangkan karya-karya mereka yang
muktabar (dianggap sah/autentik), mu’tamad (dijadikan pegangan), dan yang
mutawatir (akurat) masih tetap terjaga. Allah akan menghilangkan orang-orang
shalih secara bertahap, sedangkan yang tersisa dan bertambah adalah orang-orang
yang hina dan rendah sebagaimana gandum dan kurma yang hina, dan Allah
SWT. tidak akan memperdulikan mereka, sebagaimana penjelasan dalam Hadis
Shohih.
Asy-Syaikh Abu Ali Al-Jurjanjy berkata “Walli Allah adalah orang yang
sirna sifat kemanusiaannya dan senantiasa menyaksikan Allah yang Maha
Haq. Dan Allah selalu mengatur siasat Wali-Nya, sehingga nur-cahaya
kewalian terus menerus terpancar darinya. Ia tidak pernah memberitakan
dirinya sebagai wali Allah, dan hanya kepada Allah-lah ia tunduk, patuh,
pasrah, tenang , dan sejuk.”
Maka Wali Allah bisa diketahui dengan tiga kriteria:
1. Mendahulukan Allah SWT Yang Maha Haq
2. Berpaling dari makhluk
3. Selalu berpegang teguh pada sunnah Rasul secara sempurna.
Hakikat setiap keutamaan, keagungan dan kemuliaan yang diraih oleh
seseorang dari umat Muhammad adalah diisap dan diambil dari keutamaan,
keagungan dan kemuliaan serta mukjizat Baginda Nabi Muhammad.89
Ayat ini menujukkan bahwa sesungguhnya Allah SWT. mencintai
hambanya dengan kecintaan yang sangat luhur dengan perantara Wali-Nya.
Dengan lantaran wali tersebut manusia sungguh-sungguh mendekatkan diri taat
kepada Allah SWT. dan mengikuti ajaran Rasulullah.
Hal itu juga dikuatkan dengan pernyataan Sholih bin Fauzan bahwa :
“Seburuk-buruk manusia adalah yang menyakiti Rasulullah, sahabat-
sahabatnya, dan kaum Rasulullah.90
89 M. Musyafa’ bin Mudzakir “Apakah Manakib itu?” (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,
2010), 42-44.
51
Melihat hal tersebut sangat diutamakan bagi kaum Muslim untuk selalu
mencintai dan meneladani wali-wali Allah karena dengan mencintai wali
menambah ketaatan kepada Allah SWT.
Landasan tradisi ini juga diperjelas dalam firman Allah SWT :
ضىااو نار جريناوٱلنصاراوٱلذيناٱتبعوهمابإحس لونامناٱلمه بقوناٱلو ٱلس
تاتجا اعنهماورضوااعنهاوأعدالهماجن لدينافيهااأبداا اٱلل راخ رىاتحتهااٱلنه
لكاٱلفوزاٱلعظيما اذ
"Dan orang-orang yang terdahuu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan
mereka pun ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-
surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”
(Q.S. T-Taubah 9:100)91
Allah SWT. memberitahukan keridhaan-Nya terhadap tingkat paling tinggi
bagi kaum Muslimin dan keutamaan mereka dibandingkan yang lainnya. Mereka
adalah orang-orang yang terdahulu dan yang pertama masuk Islam. Allah ridha
kepada mereka dengan menerima ketaatan mereka dan Allah ridha dengan
perbuatan mereka. Mereka pun ridha kepada-Nya dengan apa yang mereka terima
dan rasakan dari nikmat diniyah maupun duniawiyah. Dia pun menyelamatkan
mereka dari kemusyrikan dari kesesatan, menuntun mereka ke jalan yang baik,
dan menunjukkan kepada mereka kebenaran. Allah memuliakan dan mengangkat
derajat mereka, memuliakan mereka dengan Islam, dan menyiapkan untuk mereka
surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai. Mereka akan kekal selamanya
di dalamnya, itulah kemenangan yang besar yang tidak ada kemenangan lain yang
90 Siti Rochmah dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan Manakib di
Pondok Pesantren Darul Qur’an Sumbersari Kediri”, Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3,
(2020), 38. 91 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul
dan Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 203.
52
dapat menandinginya dan merupakan kemenangan yang komprehensif
sebagaimana kenikmatan surga yang mencakup jiwa dan badan.92
B. Pemahaman Masyarakat Terhadap Tradisi Manakib
Adapun tanggapan masyarakat tentang tradisi pembacaan Manakib dalam
berbagai aspek pandangan sebagai berikut:
1. Subjek Spiritualisasi
Berkaitan dengan tradisi pembacaan Manakib Samman ini lekat
dengan faktor sosial-keagamaan, karena tujuan kegiatan ini adalah untuk
peneladanan nilai kehidupan dalam karomah para wali dan menumbuhkan
iman dan takwa dalam hati masyarakat yang mengaplikasikannya. Dimensi
ini berisi pengharapan-pengharapan dimana individu yang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran
doktrin-doktrin yang meliputi isi dan cakupan keimanan, tipe keimanan tata
nilai serta dalil yang membuat individu setia terhadap agama. Bagian ini
menjadi bagian dasar dalam aspek keagamaan yang meliputi keyakinan
ajaran agama yang berkenaan dengan pandangan hidup muslim.
Seperti firman Allah swt :
باءا منا عليكا نقص ا وكلا سلا ان ذها فيا وجاءكا فؤادكا به ا نثب تا ما الر الحق ا ه
ى وموعظة ا ذكر للمؤمنينا و
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman.”(Q.S. Hud 11:120)93
Hikayat tentang keagunggan dan kemuliaan yang dianugerahkan
Allah SWT serta ilmu-ilmu makrifat ketuhanan dan membangkitkan
Hhimmah (keinginan kuat atau obsesi) untuk mecapai dan meraih martabat
kedudukan mulia lagi tinggi disisi Allah dan akan mengangkat dari
kehinaan serta kenistaan yan memaku seseorang dalam lembah kemaksiatan
92Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 6”, (Jakarta:
Gema Insani, 2013), 44-45. 93Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan Asbabun Nuzul
dan Hadist Shahih , Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010, 235
53
menuju martabat kesucian yang dijangkau dan diraih oleh para ulama
salafus shalih pada masa silam.
Ketika seseorang mendengarkan suatu ilmu hakikat berupa sesuatu
yang tidak bisa terjangkau oleh akal, lalu ia percaya, memperhatikan,
menerima dan mau mengambil dengan kedua belah tangannya, sehingga ia
menemukan ketenangan dan kesejukan sebagaimana orang yang
menerimanya secara langsung dari Allah SWT. niscaya tidak ada perbedaan
antara keduanya di sisi Allah, yakni sama-sama disaksikan dan diakui si
sisi-Nya. Hanya saja seorang ahli hakikat itu menerima langsung dari Allah
SWT. dengan tanpa perantara, adapun dia menerimanya dari Allah dengan
perantara ahli hakikat dalam masalah tersebut, dengan catatan dia paham
sebagaimana kepahaman ahli hakikat. Jika tidak maka keduanya akan
sama.94
Ayat ini juga dimaksudkan menjadi cakupan dari tingkatan sejauh
mana individu mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agama, perilaku
pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan individu untuk menunjukkan
komitmen individu terhadap agama yang dianutnya, seperti pengamalan
rutin terhadap pembacaan Manakib Samman.
“Pembacaan Manakib ini merupakan suatu perantara, saat
pelaksanaannya tidak boleh hanya bernadzar kepada Syaikh Samman
langsung, melainkan harus menyebutkan atas nama Allah kemudian
Rasulullah setelah itu barulah disebutkan nama Syaikh Samman.
Karena Syaikh Samman itu sendiri tidak ubahnya juga merupakan
seorang manusia biasa”.95
Dalam agama Islam dimensi ritualistik ini menyangkut ibadah dalam
arti sempit yang berarti hubungan ritual langsung antara hamba dengan
tuhannya seperti shalat, puasa, zakat, zikir dan lain sebagainya. Dimensi ini
berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dan dirasakan individu selama
menjalankan ajaran agama yang diyakini, pengalaman spiritual akan
94M. Musyafa’ bin Mudzakir “Apakah Manakib itu?” (Surabaya: Al-Wafa Surabaya,
2010), 18-19. 95Ami Bawi, Ketua Adat dan Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21
Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
54
memperkaya batin seseorang sehingga mampu menguatkan diri ketika
menghadapi berbagai macam cobaan kehidupan.
Jadi, dari keterangan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan tradisi zikir Manakib Samman ini hanya merupakan perantara
atau subjek dari kegiatan pengamalan suatu bentuk ibadah yang menjadi
tradisi turun-temurun masyarakat Desa Kubu Kandang, yang mana tujuan
utama dari pelaksanaannya adalah kepada Allah SWT. dan Rasulullah
SAW. penyebab adanya perantara itu sendiri adalah karena kepercayaan
masyarakat terhadap karomah Syaikh Samman yang terkenal luar biasa.
2. Melestarikan Tradisi
Sebelum Islam masuk di kepulauan Nusantara telah hidup
berkembang agama Hindu dan Budha, supaya agama Islam mudah diterima
masyarakat, maka Wali Songo membiarkan tradisi-tradisi itu tetap
dilaksanakan akan tetapi tradisi-tradisi ini dimasuki nilai-nilai keislaman.
Hal inilah kemudian yang membuat banyak berkembangnya tradisi yang
masih kental nuansa animisme namun beriringan dengan bacaan ayat Al-
Qur’an yang menjadi landasan atau malah dibacakan langsung dalam
pelaksanaan tradisi. Dari berbagai teori yang menjelaskan mengenai awal
masuknya Islam di Indonesia tercapai kata sepakat jika penyebarannya
banyak dilakukan oleh para pemimpin tarekat. Sehingga tidak dapat
disangkal bahwa Islam di Indonesia adalah Islam versi sufisme atau
tasawuf.96
Begitu juga di Desa Kubu Kandang, masyarakat menjalankan
berbagai macam bentuk tradisi keagamaan yang salah satunya adalah
Manakib. Manakib sendiri memang bukan suatu tradisi yang berasal dari
adat atau kebudayaan Hindu-Budha, karena Manakib sendiri berisi sejarah
dan karomah para Waliyullah yang merupakan para penyebar ajaran Islam
di Indonesia. Namun, sebagian besar warga meyakini efek supranatural
96 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Islam di Indonesia abad ke-19 (Jakarta, Bulan
Bintang. 1984), 173
55
yang besar dari pelaksanaan pembacaan Manakib ini, terutama amat
berpengaruh dalam hal kerohanian masyarakat.
“Kami melaksanakan tradisi ini karena hal itu sudah ada sejak zaman
dahulu dan dibawa oleh para tetua dahulu, kami juga merasa dampak
dari pelaksanaan tradisi ini amat mengena di hati kami. Makanya kami
rutin menggunakannya”97
“Tradisi ini merupakan tradisi bawaan dari orang tua terdahulu, jadi
kami sebagai anak cucu penerusnya terbiasa melakukan ini sebagai
tradisi rutin turun temurun masyarakat desa setempat. Karena rata-rata
masyarakat sini pun menggunakan tradisi ini.”98
Dari hasil wawancara, hal inilah yang membuat tradisi ini masih
langgeng sampai sekarang karena dilaksanakan secara dominan dan
terbilang menjadi suatu tradisi keagamaan rutin para masyarakat, lantaran
masyarakat Kubu Kandang cenderung melakukan tradisi ini dalam
peringatan-peringatan tertentu yang dilakukan. Faktor lainnya adalah karena
warga Desa Kubu Kandang amat menghargai berbagai bentuk warisan
nenek moyang mereka, mulai dari benda (kuburan, pepohonan dll) sampai
segala macam bentuk tradisi yang telah diamalkan sejak dahulu, tak
terkecuali dengan Manakib. Oleh karena itu, pengaplikasiannya dalam
kegiatan keagamaan harian masyarakat masih amat sering digunakan, itu
adalah bentuk atau cara masyarakat menghargai warisan leluhur yang telah
ada dan diwariskan secara turun-temurun.
3. Bentuk Rasa Syukur
Zikir upacara pembacaan Manakib yang dilakukan masyaraka Desa
Kubu Kandang juga merupakan suatu bentuk dalam menunjukkan rasa
syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan Allah. Karena,
masyarakat telah dilimpahkan begitu banyak rezeki, dari rezeki
kesejahteraan atau kenyamanan, rezeki kesehatan, hingga rezeki harta yang
mencukupi kebutuhan keseharian masyarakat.
“Tradisi ini biasa kami jadikan sebagai bentuk dari ungkapan rasa
syukur kami atas rezeki yang berlimpah dari Allah SWT, karena tradisi
97 Haliyah, Warga desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21 Mei 2021,
Pemayung 98 Haliyah, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21 April
2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
56
ini sering menjadi suatu bentuk acara selamatan yang dilakukan para
orang tua zaman dahulu juga. Kalau kami pribadi, biasanya sering
menggunakannya saat acara selamatan rumah baru, nazar terlepas dari
sakit, nazar akan terlepasnya hajat dan masih banyak lagi bentuk niat
yang lainnya.”99
Dari wawancara di atas diketahui bahwa warga Desa Kubu Kandang
amat lekat dengan penggunaan tradisi ini, mereka percaya bahwa tradisi ini
dapat menjadi suatu perantara yang mumpuni terhadap keinginan mereka
agar lebih mudah tersampaikan kepada Allah SWT. salah satunya adalah
sebagai bentuk rasa syukur mereka terhadap banyaknya rezeki yang
diberikan tuhan dari segi apapun.
4. Wawasan Baru
Adapun segala bentuk kegiatan yang kita lakukan pasti akan
menyebabkan bertambahnya wawasan dan pengalaman baru yang didapat
baik itu dalam bentuk sosial maupun keagamaan. Dimensi ini menunjukkan
tingkat pengetahuan dan pemahaman individu akan agama yang dianutnya.
Serta adanya keinginan untuk menambah pemahamannya dalam hal
keagamaan yang berkaitan dengan agamanya. Karena pasti disetiap daerah
memiliki keberagaman adat tradisi dan kebudayaan yang dipraktekkan
dengan cara yang berbeda pula.
Adapun Pak Bawi, Imam sekaligus ketua adat Desa Kubu Kandang
menjelaskan:
“Banyak ilmu yang bisa diambil dari kegiatan ini, mulai dari
pengeahuan tentang waliyullah dalam hal ini terkhusus kepada Syaikh
Samman, pengetahuan dalam peningkatan pemahaman spiritual
terhadap penggunaan tradisi, hingga pemahaman pengetahuan baru
terutama untuk kaum muda dalam bentuk kebiasaan atau adat istiadat
masyarakat tempat mereka tinggal.”100
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak ilmu atau
pelajaran yang bisa diambil dari pengamalan pembacaan Manakib ini
terutama bagi kaum muda yang merupakan penerus generasi. Tradisi ini
baik juga dipelajari karena mempelajari kehidupan dan karomah para wali
99 Yanti, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21 April
2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 100 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung
dengan penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
57
yang dapat menimbulkan perasaan dekat kepada Allah selaku Tuhan
semesta alam.
C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Bacaan Ayat dalam Tradisi
Manakib
Wahyu adalah pernyataan seluruh nilai-nilai kehidupan, ia mengandung
pranata nilai-nilai dan prinsip-prinsip pengenalan, kedudukannya satu sama lain
atau tingkatan-tingkatannya, dan hubungan deontologisnya101 terhadap
kemanusiaan.102 Masyarakat Kubu kandang dari dulu sampai saat ini masih
meyakini bahwa amalan-amalan yang diwarisi oleh orang tua mereka dahulu
sangat berarti dan mempunyai nilai-nilai yang besar. Mereka sangat yakin bahwa
semua itu mempunyai tujuan yang baik untuk kehidupan mereka. Berikut penulis
paparkan mengenai pemaknaan dari ayat-ayat yang dibacakan pada tradisi
pembacaan Manakib Samman Desa Kubu Kandang:
1. Al-Qur’an Surah Al-Fa>tih}ah
Surah Al-Fa>tih}ah memang banyak memiliki kelebihan dan
keistimewaan, surah Al-Fa>tih}ah adalah surat yang berisi tujuh ayat yang
diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW. hijrah yang disebut juga
dengan Ummul Qur'an atau induk Al-Qur’an. Disebut Ummul Qur'an
karena ketujuh ayat tersebut kandungannya merupakan intisari dari Al-
Qur’an secara keseluruhan. Dalam wawancara dengan penulis, Sufyan
selaku pegawai syara’ Desa Kubu Kandang mengatakan:
“Surah Al-Fa>tih}ah merupakan surah yang wajib dibaca didalam tiap
pelaksanaan tradisi, karena kita percaya bahwa Al-Fa>tih}ah mempunyai
banyak kelebihan dan manfaat. Karena Al-Fa>tih}ah merupakan surah
pembuka, diharapkan hal itu juga berlaku dalam membuka pintu rezeki
dan berkah dari Allah SWT.”103
101 Etika deontologis atau deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai
moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan kepada peraturan. Etika ini kadang-kadang
disebut etika berbasis kewajiban atau obligasi karena peraturan memberikan kewajiban kepada
seseorang. 102 Ismail R. Al-Faruqi, Islam dan Kebudayaan, diterjemakan dari buku Islam dan Culture
(Bandung: Penerbit Mizan, 1993), 39. 103 Sufyan, Tokoh Adat Desa Kubu Kandang, Wawancara dengan Penulis, 15 Maret
2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
58
Dari wawancara diatas, dapat dilihat bahwa penggunaan surah Al-
Fa>tih}ah sangat penting untuk dibaca sebagai awal mula suatu tradisi
berlangsung. Surah ini mempunyai banyak nama, Surah Al-Fa>tih}ah
diturunkan di Mekah, jumlah ayatnya ada tujuh berikut basmallah, menurut
pendapat yang menganggapnya sebagai salah satu ayat daripadanya,
sedangkan ayat yang ketujuh menurutnya ialah mulai dari siratal lazina
sampai dengan akhir surah.
لما االع ارب حيمااااااالحمدالله ناالر حم االر ااااابسماللاه حيم ناالر حم ااااااالر ين
راطاالمستقيماا اااااهدنااالص ينا اياكانعبداواياكانستعين لكايوماالد م
ال يناا غيراالمغضوباعليهماولاالض صراطاالذيناانعمتاعليهماا
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha
penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(Q.S Al-Fatihah/1:1-7)104
Salah satu surat yang terdapat keistimewaan yang dijelaskan di dalam
banyak hadis adalah surat Al-Fa>tih}ah, hadis-hadis fadha’il yang berkenaan
dengan surat Al-Fa>tih}ah adalah Hanya Kepada Muhammad SAW.
Diturunkan seperti berikut:
اا اس و اج ن اب د م ح أ او يع ب االر ن اب ن س ااح ن ث د بوااح ااأ ن ث د اح ال اق ي ف ن ح ال
اا ن ب ا يد ع س ا ن ع ىا يس ع ا ن ب ا للا ا د ب ع ا ن ع ا ق ي ز ر ا ن ب ا ار م ع ا ن ع صا و ح ال
اا للا لىا ص ا ي ب الن ا د ن ع د ا اع ق ا يل ر ب ج اا م ن ي ب ا ال ق ا اس ب ع ا ن اب ا ن ع ا ر ي ب ج
يضا ق ن ا ع م س ا م ل س و ا ه ي ل ااع ن م ا اب ب اا ذ ه ا ال ق ف ا ه س أ ر ا ع ف ر ف ا ه ق و ف ا ن م اا
اا لك اام ذ اه ال ق اف لك هام ن ام ل ز ن اف م و ي اال ل اإ اقط ح ت ف اي م ال م و ي ل اا ح ت اف اء م الس
با ا ر ش ب أ ا ال ق و ا م ل س ف ا م و ي ال ا ل إ ا قط ا ل ز ن ي ا م ل ضا ر ال لىا إ ا ل ز اان ن ي نور
104Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 1.
59
اا ة ر ق ب ال ا ة ور س ا يم ات و خ و ا اب ت ك ال ا ة ح ات ف ا ك ل ب ق ا ي ب ن اا م ه ت ؤ ي ا م ل اا م ه يت وت أ
نا ا ل ل ااإ م ه ن ام ف ر ح اب أ ر ق هت يت ط ع أ
“Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Rabi' dan Ahmad bin
Jawwas Al Hanfi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami
Abul Ahwash dari Ammar bin Ruzaiq dari Abdullah bin Isa dari Sa'id
bin Jubair dari Ibnu Abbas ia berkata; Ketika malaikat Jibril sedang
duduk di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba ia
mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu malaikat
Jibril berkata: "Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka,
sebelumnya ia belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini."
Lalu keluarlah dari padanya malaikat Jibril berkata: "Ini adalah
malaikat yang hendak turun ke bumi, sebelumnya ia belum pernah
turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja." Lalu ia memberi
salam dan berkata: "Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan
kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun
sebelummu, yaitu pembuka Al Kitab (surat Al-Fa>tih}ah) dan penutup
surat Al Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua surat
itu kecuali pasti akan diberikan kepadamu."105
2. Al-Qur’an Surah Al-Ikhla>s} Surah ini mempunyai banyak nama, yang paling masyhur adalah surah
Al-Ikhlas karena ia berbicara tentang tauhid murni hanya kepada Allah
SWT, yang mensucikan-Nya dari segala kekurangan dan membebaskan-Nya
dari segala kesyirikan, atau dari neraka. Penyesuaian surah ini dengan surah
sebelumnya sangat jelas, surah Al-Kafirun bertujuan untuk membebaskan
hamba dari segala macam kekufuran dan kesyirikan, sedangkan surah ini
untuk menetapkan tauhid kepada Allah SWT. yang memiliki sifat-sifat
sempurna dan senantiasa menjadi tujuan serta tidak mempunyai sekutu dan
tandingan. Oleh karena itu, kedua surah sering dibaca bersamaan dalam
beberapa shalat fajar dan thawaf, dhuha, sunnah maghrib, dan shalat
musafir.
Surah ini berisi rukun-rukun aqidah dan syari’at Islam yang paling
penting, yaitu mentauhidkan dan menyucikan Allah serta menyifati Allah
dengan sifat-sifat sempurna dan menafikan sekutu bagi-Nya. Ini merupakan
105Abi Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisabury, Shahih Muslim Juz I,
(“Darul Fikr, Beirut), 357.
60
bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang berkeyakinan trinitas dan
terhadap kaum musyirikin yang menyembah banyak Tuhan selain Allah.
Pahala membaca surah ini sama dengan pahala membaca sepertiga Al-
Qur’an karena seluruh isi kandungan Al-Qur’an adalah penjelasan
keterangan global dalam surah ini dan karena pokok-pokok syari’at secara
umum ada tiga: tauhid, pengikraran had106 dan hukum, serta penjelasan
amalan. Surah ini telah menjelaskan tauhid dan taqdis (pensucian). Surah
pendek ini mengandung penetapan dan penafian sekaligus. Surah ini telah
menjelaskan bahwa Allah Maha Esa dalam zat dan hakikatnya, terbebas dari
segala bentuk rangkaian atau susunan.
حيما ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل
ااحد ا مد اااااقلاهواللاه االص ولمايكنالهاكفواااحد ااااااااالمايلداولمايولداااااللاه
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Katakanlah (Muhammad)”Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”(Q.S.
Al-Ikhla>s}/112:1-4)107
“Surah Al-Ikhlas ini merupakan surah yang memiliki banyak
keutamaan karena kandungannya berisi pentauhidan terhadap Allah
yang merupakan Tuhan seru sekalian alam, penggunaannya
dimaksudkan sebagai cara untuk meningkatkan kualitas keimanan
masyarakat terhadap kegiatan beribadah, seperti dalam pembacaan
Manakib kali ini.”108
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, surah ini
berkesinambungan dengan tujuan tradisi yang mana sebagai suatu
pengagungan terhadap Allah sebagi bentuk pentauhidan atas keEsaan-Nya.
Surah inilah yang menjadi bentuk peningkatan dari tingkat spiritualitas dan
ketaatan masyarakat setempat.
106 Hukuman Had adalah hukuman yang diancamkan kepada pelaku jarimh hudud, dalam
Islam pidana yang tergolong ke dalam jarimah hudud adalah zina, menuduh orang bak-baik
berbuat zina, minuman keras, mencuri, pembegalan atau perampokan, dan gangguan keamanan,
murtad serta pemberontakan. 107Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604. 108 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam desa Kubu Kandang, Wawancara dengan
penulis, 21 Mei 2021.
61
3. Al-Qur’an Surah Al-Falaq
Nama Al-Falaq diambil dari ayat pertama surat ini yang berarti Subuh.
Surat Al-Falaq termasuk golongan surat Makkiyah karena diturunkan
sebelum Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah. Dalam surat ini dijelaskan
bahwa manusia hendaklah selalu berlindung kepada Allah dari segala
kejahatan. Mulai dari kejahatan tukang sihir, orang-orang yang dengki,
berbohong, maupun orang yang saling memecah belah.
Surah ini dan surah sesudahnya diturunkan ketika Lubaid seorang
Yahudi menyihir Nabi SAW. dengan memakai pintalan kain yang di
dalamnya terdapat sebelas bundelan. Kemudian Allah memberitahukan
kepada Nabi SAW. tempat pintalan itu dan didatangkan di hadapannya.
Lalu Nabi SAW. diperintahkan supaya meminta perlindungan kepada Allah
dengan membaca dua surah. Setiap kali Nabi SAW. membacakan satu ayat
dari dua surah itu terlepaslah satu ikatan lalu merasakan keringanan pada
tubuhnya, sehingga semua ikatan pintalan sihir itu terlepas, dan beliau dapat
berdiri tegak seakan-akan baru terlepas dari ikatan yang
mengungkungnya.109
حيماا ناٱلر ـ حم اٱلر بسماٱلل
اغاسقااذااوقبا امااخلقا ومناشر االفلقا مناشر قلااعوذابرب
احاسدااذااحسداومنا شر تافىاالعقدا االنفهث ومناشر
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh
(fajar). Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, Dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan
(perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul
(talinya). Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia
dengki.”(Q.S. Al-Falaq/113:1-5)110
109 Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Syayuti, “Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Ayat. Juz.2” (Jakarta: Sinar Baru Algensindo), 1403. 110 Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604.
62
Surah ini berisi tentang isti’adzah dari kejahatan seluruh makhluk,
khususnya kegelapan malam, para penyihir, tukang adu domba, dan para
pendengki. Itu merupakan pelajaran agung dan bermanfaat untuk menjaga
sebagian manusia dari lainnya sebab adanya penyakit dalam diri mereka.
Surah ini juga menjaga mereka darin kejahatan sesuatu yang mempunyai
racun dan kejahatan malam jika gelap karena banyak mengandung rasa takut
dan hal-hal yang mengagetkan, khususnya di daratan dan hutan.
“Sesuai dengan artinya, surah ini berfungsi sebagai penolak balak
atau penolak kejahatan baik dari hal yang jelas maupun kejahatan
yang berasal dari Alam Ghaib.”111
Terlepas dari itu pahala membaca Surah Al-Falaq dapat dikirimkan
kepada keluarga yan mendahului agar dapat meringankan beban mereka di
alam kubur, dan semoga memberikan ketenangan atau syafaat.
“Seperti yang lumrah diketahui bahwa surah Al-Falaq ini
merupakan surah penolak balak, penghindar malapetaka. Surah ini
dimaksudkan sebagai permohonan perlindungan dari pengaruh jahat
makhluk tak kasat mata yang bebas berkeliaran di dunia. Oleh karena
itu pembacaanya sangat penting sebagai benteng perlindungan diri
khususnya untuk umat Islam.”112
Dari keterangan beberapa wawancara di atas, jelas sekali bahwa surah
ini menjadi bentuk penghindar dari segala macam gangguan makhluk-
makhluk yang hidup di Bumi ini. Selain sebagai bentuk penolak kejahatan
surah ini juga sebagai bentuk permohonan perlindungan langsung seorang
hamba terhadap Rab-Nya sebagai satu-satunya tempat untuk meminta
pertolongan.
4. Al-Qur’an Surah An-Na>s
Surah ini turun bersamaan dengan surah sebelumnya, dan merupakan
surah Makkiyah menurut kebanyakan ulama. Surah ini adalah surah terakhir
dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dimulai dengan surah Al-Fa>tih}ah yang
111 Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung
dengan penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio. 112 Sufyan, Pegawai Syarak Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis,
23 April 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
63
merupakan permintaan pertolongan kepada Allah dan memuji-Nya. Dan Al-
Qur’an diakhiri dengan 2 surah Al-Mu’awwidzatain yang bertujuan untuk
meminta pertolongan kepada Allah juga.Surah ini mengandung isti’adzah
(permintaan perlindungan) kepada Allah SWT Tuhan seluruh manusia, dari
segala kejahatan iblis dan bala tentaranya yang dapat melalaikan manusia
dengan berbagai cara, seperti menebarkan rasa was-was pada diri mereka.
حيما ناالر حم االر بسماللاه
ا االوسواساەاالخناس ا مناشر هاالناس اال ا ااقلا ملكاالناس االناس اعوذابرب
ا مناالجنةاوالناسا الذيايوسوسافياصدوراالناس
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja
manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang
bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
Dari (golongan) jin dan manusia.” (Q.S. An-Na>s /114:1-6)113
“Sama seperti halnya Al-Falaq, An-Nas juga merupakan surah yang
berisi permohonan perlidungan kepada Allah dari gangguan makhluk
jahat baik berupa makhluk yan nampa maupun yang tidak. Apalagi di
Desa Kubu Kandang sendiri masyarakatnya masih amat mempercayai
banyak takhayul dan sejenis keguatan alam ghaib seperti itu.”114
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, karena besarnya
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai mistis inilah yang
menyebabkan wajibnya pembacaan ayat tolak balak dalam setiap kegiatan
atau tradisi yang dilakukan. Hal ini juga bertujuan untuk membuka pintu
rahmat Allah atas segala bentuk rezeki, segala kemudahan urusan, menjadi
bentuk secara tidak langsung penghambaan dimana seorang hamba yang
memohon perlindungan kepada sang Khaliknya, sarana penggugur dosa dan
ketentraman spiritual pribadi masyarakat sekitar.
113Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya dengan
Asbabun Nuzul dan Hadis Shahih (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2011), 604. 114Ami Bawi, Ketua Adat dan Pak Imam, Wawancara langsung dengan penulis, 21 Mei
2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
64
Pada surah An-Nas ini berisi mengenai perlindungan terhadap bisikan-
bisikan Syaitan yang selalu mengajak manusia untuk melakukan kekejian.
Bisikan yang diberikan sangatlah halus dan bisikan ini tidak dapat dihindari
oleh manusia. Oleh karena tak berdayanya manusia dalam menghadapi
bisikan-bisikan ini, maka Allah mengajarkan manusia agar meminta
pertolongan kepada Allah dari bisikan-bisikan tersebut. Bisikan-bisikan
yang dibisikkan oleh Syaitan ini adalah berupa rasa was-was dan
memunculkan rasa keraguan terhadap kekuasaan dan kehendak Allah yang
mutlak. Bisikan yang dilakukan sangatlah halus dan tanpa disadari oleh
manusia, kemudian jika telah ada manusia yang terkena oleh bisikan ini dia
akan menjadi orang yang dikendalikan Syaitan, yang pada akhirnya keluar
dari bibirnya apa-apa yang dibisikkan oleh Syaitan kepadanya terhadap
keraguan tentang kekuasaan Allah. Dan hal ini juga dapat mempengaruhi
orang lain agar dapat mempunyai pendapat yang sama dengan orang yang
dikendalikan Syaitan tersebut. Oleh karena itu Allah mengajarkan manusia
agar meminta perlindugan kepada Allah terhadap bisikan yang dihembuskan
oleh Syaitan serta dari bisikan manusia lainnya.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian secara langsung dan mengadakan
wawancara dengan beberapa masyarakat yang terkait, yaitu perangkat
Desa, tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat umum, dengan penelitian
yang ada terlebih khusus terkait dengan tradisi pembacaan zikir Manakib
Samman di desa Kubu Kandang. Maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tradisi pembacaan zikir Manakib Samman dalam
pelaksanaanya mempunyai landasan dari Al-Qur’an yaitu Q.S. Hud
ayat 120. Ayat tersebut menjadi landasan atas pembacaan Manakib
Samman yang dilakukan oleh masyarakat mayoritas Desa Kubu
Kandang, dimana Manakib itu berisi sejarah kehidupan serta karomah
dan keanehan para waliyullah, dalam hal ini terkhusus kepada Syekh
Samman. Ayat ini menujukkan bahwa sesungguhnya Allah SWT.
mencintai hambanya dengan kecintaan yang sangat luhur dengan
perantara Wali-Nya. Dengan adanya perantara wali tersebut manusia
sungguh-sungguh mendekatkan diri dan menjadikannya sebagai sarana
peningkatan terhadap ketaatan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
dan mengikuti ajaran Rasulullah. Tradisi ini juga merupakan suatu
perbuatan yang sangat baik dan patut untuk dilestarikan sampai
kapanpun. Tradisi pembacaan zikir Manakib Samman dilaksanakan
dengan dimulai dari proses tertentu, yakni dimulai dari prosesi
mempersiapkan kegiatan agar acara berjalan lancar, penentuan waktu,
hingga prosesi inti dari pembacaan zikir Manakib itu sendiri.
2. Tradisi pembacaan zikir Manakib menggunakan surah-surah yang
dalam Al-Qur’an yang biasanya menjadi pilihan sebagai alat berdzikir
serta keutamaan surah tersebut yang dipercaya menjadi tombak utama
atas keefektifannya dalam pelaksanaan tradisi ini, karena surah
65
tersebut dipercaya memberikan perlindungan, keselamatan, terhindar
dari segala macam bentuk kejahatan dan menambahkan rasa keimanan
kepada sang pencipta, sesuai dengan pemaknaan surah yang dibaca.
Cara penggunaan ayat Al-Qur’an pada tradisi pembacaan zikir
Manakib Samman di desa Kubu Kandang ialah dibacakan setelah
pembacaan washilah terhadap Nabi SAW. para sahabat, para Auliya
dan penghadiahan “pahala” terhadap orang yang telah meninggal atau
sebelum pembacaan Manakib Samman.
3. Masyarakat memiliki pemahaman tentang tradisi Manakib ang
merupakan tradisi turun-temurun yang dibawa oleh para orang tua
terdahulu. Mereka meakini bahwa amalan-amalan yang diwarisi oleh
orang tua mereka dahulu sangat berarti dan mempunyai nilai-nilai ang
besar. Mereka sangat yakin bahwa semua itu mempunyai tujuan yang
baik untuk kehidupan mereka. Tradisi ini digunakan oleh masyarakat
untuk berbagai hal, seperti peningkatan spiritual, pelepas hajat, dan
lain sebagainya.
66
B. Saran
Dalam penelitian ini penulis tentunya menyadari kekurangan yang
terdapatdalam karya tulis. Setelah penulis melakukan penelitian tentang kajian
Living Qur’an atas pemahaman masyarakat terhadap “Pembacaan Ayat Al-Qur’an
dalam Tradisi pembacaan Zikir Manakib Samman di Desa Kubu Kandang
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Jambi”, maka penulis akan
memberikan beberapa masukan:
1. Kepada masyarakat Desa Kubu Kandang agar senantiasa melestarikan
tradisi dan budaya nenek moyang terkhusus tradisi pembacaan Manakib.
Sedikit merubah demi kepentingan bersama perlu dilakukan supaya
masyarakat semakin mengikuti perkembangan zaman dan yang pasti tidak
menyalahi tujuan awal diadakannya dan tidak melanggar norma-norma
agama.
2. Kepada para peneliti selanjutnya, di dalam skripsi ini masih masih banyak
kekurangan oleh karena itu saran dan kritik dari peneliti berikutnya hendaklah
lebih memperdalam terkait teori pengetahuan sosial sebagai pelengkap dari
penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta:
Departemen Agama RI, 2011.
Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya
dengan Asbabun Nuzul dan Hadist Shahih, Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2011.
Buku
Al-Faruqi, Ismail R. Islam dan Kebudayaan, diterjemakan dari buku Islam dan
Culture, Bandung: Penerbit Mizan, 1993.
Ali, H.A Mukti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan,
1991.
Al-Kaaf, Habib Aabdullah Zaqy. Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani :
Perjalanan Spiritual Sulthonul Auliya’, Bandung : Pustaka Setia, 2004
An-Naisabury, Abi Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi. Shahih Muslim Juz
I, “Darul Fikr, Beirut.
Az-Zuhaili, Wahbah. “Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 6”, Jakarta:
Gema Insani, 2013.
Badrudin, “Akhlak tasawuf” , Serang: Iaib Press, 2015.
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta:
Pustaka Jaya, 1983.
Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas perbedaan dan Kemajuan dalam
Bingkai Persatuan, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasoinal Jakarta, 2008.
L. Pals, Daniel. Seven Theories of Religion, terj. Inyiak Ridwan Muzir dan M.
Syukri, Yogyakarta: IRCIS, 2011.
Mudzakir, M. Musyafa’ bin. Apakah Manakib itu?, Surabaya: Al-Wafa Surabaya,
2010.
Muhammad, Ahsin Sakho. Keberkahan Al-Qur’An, Qaf Media Kreatif, 2017.
Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat yang Muktabarah di
Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2015.
Musgami, Awaliah. Tarekat dan Mistisme dalam Islam, Makassar: Alauddin
University Press, 2013.
Muzakir, Ali. Pemikiran Islam di Jambi, Jambi: Sulthan Thaha Press.
Nawawi, Hadawi. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: University
Press, 1998.
Rahimsyah, M.B dan Satyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta
Timur: Pustaka Dwipar Jakarta, 2013.
Soehada, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,
yogyakarta: SUKA-press UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Subagya, Rahmat. Kepercayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2013.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Dan Metode Tehnik,
Bandung: Tarsio, 1990.
Syamsuddin, Sahiron. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
Yogyakarta: TH-press, 2007.
Tim penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sultan Thaha Saipuddin Jambi, Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN
STS Jambi, 2016.
Ubaydi Hasbillah, Ahmad. Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi, Banten: Yayasan Darus-Sunnah, 2019.
Yunus, H. Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Mahmud Yunus wa
Dzurriyah, 2015.
Yusuf, Muhammad. Pendekatan Sosiologi dalam Pendekatan living Qur’an:
dalam Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: Teras,
2007.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Sinar
Grafika Offset.
Karya Ilmiah
Ahmad Ta’rifin, “Tafsir Budaya Atas Tradisi Barzanji dan Manakib”, Jurnal
Penelitian, e-Journal, VII, No.2, (2012), 1.
Ayatullah Humami, “Ritul Magi dalam Budaya Masyarakat Muslim Banten”
Kebudayaan Islam, Jurnal Penelitian, XIII, No.2 (2015), 223.
Bani Sudardi dan Afiliasi Ilafi, “Hegemoni Budaya dalam Tradisi Manakiban”,
Jurnal Madaniyah, XII, Vol.1 (2017), 193.
Data RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) Desa Kubu Kandang.
Fahmi Achmad Al Ahwani, "Manajemen Dakwah: Penyelenggaraan Kegiatan
Manakib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di Pondok Pesantren Nuururrohman
di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas",Skripsi,
Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo, 2018.
Helmina, “Eksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal dalam
Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanung Pauh Pada
Era Modern”, Jurnal Islamika, XVI, No.1 (2016), 5
Isce Veralidiana, "Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah: Implementasi Tradisi "Sedekah
Bumi", Skripsi (Malang: Program Strata-1 UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2010), 68
Muhammad Arsyad Mubarok, “Sejarah Peradabadan Islam: Perkembangan
Tradisi Zikir Samman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Desa
Bungah Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik”, Skripsi, (Surabaya:
Program Strata-1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 45.
Nur Falikhah, “Santet dan Antropologi Agama”, Jurnal Ilmu Dakwah, XI, No.22
(2012), 130.
O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam
Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Jurnal Mediator, IX, No.1 (2008), 166.
Rizky Subagia, "Studi Agama-Agama: Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat
Desa Paciran Kecamatan Paciran", Skripsi (Jakarta: Program Strata-1 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), 3.
Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani
dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-
Fithrah Meteseh", Skripsi, Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo
Semarang, 2018.
Saiful Amri, "Aqidah Filsafat Islam: Peran Manakib Syaikh Abdul Qadir Aljailani
dalam Meningkatkan Spiritualitas Santri Pondok Pesantren Assalafi al-
Fithrah Meteseh", Skripsi, (Semarang: Program Strata-1 UIN Walisongo
Semarang, 2018), 3-4.
Siti Rohmah dan Abd Majid Abror, “Living Sunnah Tradisi Pembacaan
Manakib”, Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, I, No.3 (2020), 36-37.
Slamet Yahya, “Tradisi Manakib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di Mushalla
Raudlatut Thalibin Kembaran Kebumen”, Jurnal Kajian Islam dan Budaya,
XVIII, No.1 (2020), 16.
Zulkarnain Yani, “Tarekat Sammaniyah di Palembang”, Artikel Jakarta.
Wawancara
Ami Bawi, Pak Imam dan Ketua Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan
penulis, 21 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
Hasil observasi Desa Kubu Kandang pada 05 April 2021
Harun, Kepala Desa Kubu Kandang periode 2019-2024, Wawancara dengan
penulis, 24 Mei 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
Haliyah, Warga desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 21 Mei 2021,
Pemayung.
Sufyan, Tokoh Adat desa Kubu Kandang, Wawancara dengan penulis, 15 Maret
2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
Yanti, Warga Desa Kubu Kandang, Wawancara langsung dengan penulis, 21
April 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.
63
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
“PEMBAACAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM TRADISI ZIKIR
MANAKIB SAMAN KHATIB DI DESA KUBU KANDANG
KEC. PEMAYUNG KAB. BATANGHARI JAMBI
(STUDI LIVING QUR’AN)”
No Jenis Data Metode Sumber Data
1 - Profil Desa Kubu Kandan
Kec.Pemayung
Kab.Batanghari Jambi
- Dokumen
- Wawancara
- Dokumen
Profil Desa
- Aparat Desa
2 - Visi, Misi, Dan Tujuan Desa
Kubu Kandang
- Wawancara
- Dokumen
- Kepala Desa
- Data Pribadi
Desa
3 - Struktur Organisasi dan
kepengurusan Desa Kubu
Kandang
- Dokumen - Dokumen
Pribadi Desa
Kubu Kandang
4 - Jumlah Masyarakat Desa
Kubu Kandang
- Dokumen - Buku Induk
Desa
5 - Pemahaman Pembacaan
Ayat-ayat al-Qur’an dalam
Tradisi Manakib
- Wawancara
- Dokumentasi
- Foto Kegiatan
6 - Pelaksanaan kegiatan
pembacaan Manakib
- Wawancara
- Dokumentasi
- Tokoh Ulama (2
Orang)
- Masyarakat (2
Orang)
CURICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Nopa Mustakimah
Tempat, Tanggal Lahir : Sridadi, 10 November 1999
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : RT. 02 Desa Kubu Kandang
Email : [email protected]
No. HP : 089699006154
B. Riwayat Pendidikan
TK Harapan Bunda Kec. Telanai Pura : 2004 - 2005
SD N 122/1 Kubu Kandang : 2005 - 2011
SMP N 17 Batanghari : 2011 - 2014
SMA S Zulhijjah Ma. Bulian : 2014 - 2017
S1 UIN STS Jambi : 2017 - 2021
C. Riwayat Organisasi
Kabid Eksternal KOHATI Korkom UIN STS Jambi - HMI