97
i MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD PERNIKAHAN (STUDI DI DESA MUARA SIAU KECAMATAN MUARA SIAU KABUPATEN MERANGIN) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh TOYIBAH NIM: UA.160273 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

makna filosofis tradisi mandi balimau sebelum akad

Embed Size (px)

Citation preview

i

MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM

AKAD PERNIKAHAN (STUDI DI DESA MUARA

SIAU KECAMATAN MUARA SIAU

KABUPATEN MERANGIN)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh

TOYIBAH

NIM: UA.160273

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020

ii

iii

iv

v

MOTTO

الجبهلين عن وأعزض ببلعزف وأمز العفو خذ

“Jadilah engkau pamaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‟ruf (tradisi

yang baik), serta berpalinglah daripada ornag-orang yang bodoh.”

(QS. Al-A‟raf : 199) 1

1Tim Penterjemah dan Pentafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:

Dapertemen Agama RI, 1985), 159.

vi

ABSTRAK

Penelitian ini menceritakan Masyarakat Desa Muara Siau yang merupakan

masyarakat yang masih banyak berpegang dengan adat istiadat, dan tradisi,

banyak sekali tradisi-tradisi yang ada di Desa Muara Siau yang sampai saat ini

masih dilestarikan dan dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya yaitu tradisi

mandi balimau sebelum akad pernikahan. Tradisi ini merupakan suatu tradisi

warisan nenek moyang Desa Muara Siau terdahulu. Dan ada sebagian masyarakat

yang hanya mengikuti tradisi ini tanpa megetahui apa makna dan tujuan di

lakukannya tradisi tersebut.

Metode ini berjenis penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif

yang sifat penelitiannya deskriptif. Peneliti dalam mengumpulkan data dengan

menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk mencapai

penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode filsafat seperti metode

Interpretasi, Heuristik, dan kesinambungan historis dan analisis, yang mana

metode tersebut digunakan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan sebuah

objek yang berhubungan dengan penelitian serta bertujuan untuk mencari dan

menemukan proses dan nilai filosofi yang ada dalam tradisi mandi balimau

sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau. Dengan metode ini diharapkan

seseorang dapat memberikan proses dan nilai filosofi terhadap sesuatu yang

diyakini dan mendapat hikmah serta ajaran yang terkadung dalam sebuah tradisi

yang ada, khususnya pada tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di

Desa Muara Siau.

Hasil penulis menemukan bahwa Prosesi tradisi mandi balimau sebelum

akad pernikahan di Desa Muara Siau dilakukan oleh sang calon pengantin yaitu

tiga hari sebelum akad pernikahan dilansungkan, dan dilakukan ditempat yang

tertutup. Tradisi mandi balimau ini mempunyai makna dan nilai yang positif.

Proses tradisi ini dilakukan sebelum orang melakukan akad pernikahan. Dan alat

atau bahan yang diperlukan hanya, jeruk (limau), air, mangkuk, dan pisau. Yang

mana setiap bahan tersebut mempunyai makna. Adapun tujuan dilakukannya

tradisi mandi balimau ini merupakan tradisi sebagai pembersihan diri, dan

penolak bala bagi sang calon pengantin. Tradisi ini dianggap baik oleh msayarakat

Desa Muara Siau, karena dengan melakukan tradisi ini dapat melancarkan acara

selama proses akad pernikahan, dan menjauhkan segala marabahaya dan bala.

Akhirnya penulis merekomendasikan kepada masyarakat setempat agar lebih

memahami tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan, agar tidak ada yang

salah dalam memahami arti, maksud, serta tujuan dari pelestarian tradisi tersebut.

vii

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggengam langit dan bumi,

dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat

yang menganugerahkan kedamain bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan

kemahabesarnya. Lantunan sholawat beiring salam penggugah hati dan jiwa,

menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner islam,

pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana

Muhammad SAW…...

Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

waktu , bila meminjam pepatah lama „‟Tak ada gading yang tak retak‟‟ maka

sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini

merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna

kesempurnaan dengan tanpa berharap melapaui kemaha sempurnaan sang maha

sempurna. Dengan hanya mengharap rhido-MU semata,.

Aku persembahkan karya ini untuk yang terkasih untuk kedua orang tuaku

tercinta. Ayahanda Khamisi dan Ibunda Dahniar yang tak pernah lelah

memberikan semangat, doa dan kasih sayang serta pengorbanannya, kakak ku

tersayang Fiddia Wati, S.h dan adikku tercinta Siti Rahmah yang selalu

menyemangatiku demi terselesaikannya skripsi ini

Ya Allah

Jadikanlah Iman,Ilmu dan Amal ku

sebagai lentera jalan hidupku keluarga dan saudara seimamku.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Makna

Filosofis Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan (Studi di Desa

Muara Siau, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin)” ini dengan baik

dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

program Studi Strata I Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk

itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-

tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Djunaidi, M.Pd I dan ibu Nurhasanah, M.Hum selaku pembimbing

I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan konstribusi dan waktu

demi terselesaikannya penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Nilyati, S.Ag M.Fil.I selaku ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Dan

bapak Drs. H. Nazari, M.Pd.I selaku sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam.

3. Bapak Dr.Abdul Halim, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi.

4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. selaku Wakil Dekan bidang akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi

Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag M.Phil selaku Wakil Dekan bidang administrasi

umum perencanaan dan keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN

STS Jambi. Serta Bapak Dr. M. Ied Al Munir, S.Ag., M.Hum selaku Wakil

Dekan bidang kemahasiswaan dan bidang kerja sama luar Fakultas

Ushuludddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

5. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA. Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi dan

selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa selalu memberikan saran,

semangat, dan waktunya demi terselesaikannya Skripsi ini.

6. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati. Bapak Dr. As‟ad Isma, Bapak Bahrul Ulum Selaku

Wakil Rektor I,II,III UIN STS Jambi.

7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dan Khususnya dosen

Aqidah dan Filasafat Islam yang telah memberikan ilmunya dengan penuh

kesabaran. Serta seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.

8. Kepala Perpustakaan dan staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama.

9. Teman-teman AFI yang telah memberikan arti persahabatan yang indah

beserta pegalaman-pengalaman yang berharga.

10. Kepala Desa Muara Siau dan masyarakat yang senantiasa telah meluangkan

waktunya untuk membantumemberikan dukungan dan memberi sumber

informasi demi kelancaran penuisan skripsi ini

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan dalam skripsi ini, yang turut

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini

ix

x

PEDOMAN TRANSLITERASI2

A. Alfabet

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

ḭ اى ā ىب A ا

Aw او à اى I ا

Ay اى Ū او U ا

C. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:

1. Tā’ Marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

adalah /h/.

2 Tim Penyusun, PanduanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswaFakultasUshuluddin IAIN STS

Jambi (Jambi:Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 194-105.

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ‟ ا

ẓ ظ B ة

„ ع T ت

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dh ذ

N ن R ر

H ه Z س

W و S ص

, ء Sh ش

Y ي ṣ ص

ḍ ض

xi

Arab Indonesia

Ṣalāh صالة

Mir‟āh مزاة

2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,

maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

Wizārat al-Tarbiyah وسارالتزبيه

Mir‟āt al-zaman مزاةالشمن

3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

فجئة

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

NOTA DINAS ...................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................ iii

PENGESAHAN.................................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3

C. Batasan Masalah .............................................................................. 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4

E. KerangkaTeori ................................................................................. 4

F. Metode Penelitian ............................................................................ 5

G. Pemekrisaan Keabsahan Data ........................................................... 11

H. Study Relevan .................................................................................. 13

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA SIAU KECAMATAN

MUARA SIAU

A. Sejarah Desa Muara Siau.................................................................. 16

B. Visi, dan Misi Desa Muara Siau ....................................................... 20

C. Kondisi Sosial Budaya, Pendidikan dan Agama ............................... 21

D. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Muara Siau ......................... 26

E. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 33

BAB III DESKRIPSI PROSESI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD

PERNIKAHAN

A. Pengertian dan sejarah tradisi balimau ............................................. 37

B. Prosesi pelaksanaan mandi balimau sebelum akad pernikahan ......... 41

C. Perlengkapan dan bahan yang digunakan......................................... 42

D. Fungsi dan tujuan pelaksanaan mandi balimau ................................ 44

E. Pandangan masyarakat terhadap tradisi mandi balimau.................... 48

BAB IV MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM

AKAD PERNIKAHAN.

A. Makna proses rangkaian ................................................................... 53

B. Makna perlengkapan ....................................................................... 57

C. Makna mandi balimau sebagai tolak balak ....................................... 63

xiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 66

B. Saran ................................................................................................... 67

C. Kata Penutup ....................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xiv

DAFTAR TABEL

1. TABEL JUMLAH PENDUDUK…………………………………………..23

2. PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN………….…..23

3. TABEL PENDUDUK BERDASARKAN UMUR ………………………..24

4. TABEL SARANA PENDIDIKAN FORMAL……………………..…….. 25

5. TABEL SARANA PENDIDIKAN NON FORMAL……………...............25

6. STURKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA MUARA

SIAU……………………………………………………….………………..28

7. STRUKTUR ORGANISASI BPD DESA MUARA SIAU………………..29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam

yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan yang dimiliki oleh

masyarakat Indonesia tersebut bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja,

tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan

kebudayaan suku bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.3

Salah satu kekayaan tradisi yang ada di Indonesia yaitu berada di desa Muara

Siau, yaitu tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan, yang telah ada sejak

lama, yang turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu dan sampai saat

ini masyarakat terus mempertahankan dan melakukan tradisi tersebut.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pernikahan dimaknai

sebagai peristiwa maupun hasil dari suatu peristiwa. Peristiwa dimana dua orang

mengikat janji untuk hidup bersama. pernikahan yang merupakan ikatan lahir dan

batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam suatu hubungan

suami isteri ini diberikan kekuatan sanksi sosial.4 Dalam kehidupan manusia,

pernikahan merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki nilai yang

sangat sakral. Melalui pernikahan, seseorang akan melepaskan dirinya dari

lingkungan keluarganya untuk mulai membentuk keluarga yang baru. Begitu

pentingnya momen sebuah pernikahan, sehingga setiap orang umumnya

menginginkan merayakan momen itu dalam sebuah upacara yang sakral dan

meriah, dengan melibatkan para kerabat dan unsur masyarakat lainnya.

Desa Muara Siau sebelum orang melakukan pernikahan mereka harus

melakukan hal-hal yang telah ditentukan. Salah satunya adalah tradisi mandi

balimau, balimau ini dilakukan oleh calon pengantin. Tujuan dilakukannya tradisi

3 Fakhtur Rahman “Makna Filosofi Tradisi Upacara Perkawinan Adat Jawa Kraton

Surakarta Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo

Semarang 4 Indriyani, Sri Sutanti, Sosiologi Suatu Kajian Hidup Bermasyarakat (Sukoharjo: Ghalia

Indonesia, 2007), 44.

2

mandi balimau ini adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama

proses pernikahan berlangsung.

Desa Muara Siau merupakan suatu daerah yang masih kental akan adat

istiadat mereka, meski banyak adat luar yang masuk ke Indonesia dan mereka

juga mengadopsinya namun adat asli mereka tidak mereka tinggalkan. Mandi

balimau merupakan salah satu tradisi yang turun temurun dari nenek moyang

masyarakat Desa Muara Siau, yang mana tradisi ini masih bertahan sampai

sekarang sebelum melakukan pernikahan. Tradisi mandi balimau di Desa Muara

Siau ini telah berlangsung lama. Mandi Balimau adalah sebuah upacara

tradisional yang istimewa bagi masyarakat Desa Muara Siau sebelum melakukan

pernikahan. Acara ini biasanya dilakukan tiga hari sebelum acara pernikahan

dilaksanakan. Balimau ini dilakukan agar calon pengantin tidak diganggu oleh

mahluk halus, atau diserang oleh penyakit, dan lain sebagainya. Balimau sendiri

memiliki makna yaitu mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk nipis

(limau). Yang kemudian di usapkan ke wajah, tangan, kaki, atau seperti luluran.

Masyarakat Desa Muara Siau sangat menjunjung tinggi tradisi yang

diwariskan oleh nenek moyang mereka hingga saat ini tradisi-tradisi yang

diwariskan dari generasi kegenerasi masih tetap di lestarikan seperti tradisi

Balimau. Tradisi ini masih tetap di laksanakan di Desa Muara Siau. Meskipun

tetap dilaksanakan namun tidak semua masyarakat di sana masih

melaksanakannya. Ada pula sebagian masyarakat yang telah meninggalkan tradisi

ini yang disebabkan pergeseran budaya yang sudah sedikit berbeda dari daerah

asalnya.5

Banyak orang yang melihat dan melakukan tradisi balimau ketika akan

ada proses pernikahan, tetapi banyak juga yang tidak tahu makna, arti dan

tujuannya, padahal di dalamnya sarat dengan simbol yang perlu difahami. Masing

masing simbol dalam alur rentetan pelaksanaan dan peralatannya penuh makna

yang harus di lakukan sebuah kajian agar makna dan simbol menjadi jelas, arti

maksud, dan tujuannya. Saat ini, masyarakat hanya menjalankan tradisi-tradisi

5 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Wawancara dengan

penulis, 17 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

3

lama, yang turun temurun dari nenek moyang mereka, tanpa mengetahui apa

makna yang terkandung didalam setiap prosesi-prosesi yang dilakukan tersebut.

Padahal disetiap prosesi-prosesi yang dilakukan terdapat makna yang sangat

penting untuk difahami. Oleh sebab itu, masyarakat harus mengetahui dan

memahami apa makna yang terkandung dalam setiap prosesi tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk

dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang Makna Filosofi Tradisi Mandi

Balimau Sebelum Akad Pernikahan (Studi di Desa Muara Siau, Kec Muara Siau,

Kab Merangin).

B. Permasalahan

Dengan melihat latar belakang masalah sebagaimana yang telah

di terangkan sebelumnya, maka yang menjadi pokok masalah adalah: Bagaimana

Makna Filosofis Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan di Desa

Muara Siau. Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa butir

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana deskripsi prosesi tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan

di Desa Muara Siau?

2. Apa fungsi dan tujuan pelaksanaan tradisi Mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau?

3. Apa makna filosofis yang terkandung dalam prosesi mandi balimau sebelum

akad pernikahan di Desa Muara Siau?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada dasarnya berfungsi untuk memberikan batasan yang

tegas terhadap permasalahan penelitian sehingga peneliti menjadi terfokus pada

suatu masalah dan tidak melebar pada masalah lainnya. Agar permasalahan

dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi

permasalahan yang akan dibahas yaitu makna filosofi tradisi mandi balimau

sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau, Kecamatan Muara Siau. Karena

istilah balimau ini juga digunakan dalam budaya lain seperti Minangkabau. Jadi

4

penulis disini hanya meneliti tentang tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau saja.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mengetahui makna filosofi

tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau, Kecamatan

Muara Siau, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Lebih khusus penelitian ini

diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai,

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui deskripsi prosesi tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau.

b. Mengetahui apa fungsi dan tujuan dari tradisi mandi balimau sebelum

akad pernikahan di Desa Muara Siau.

c. Mengetahui apa makna filosofis yang terkandung dalam tradisi mandi

balimau sebelum pernikahan di Desa Muara Siau.

2. Kegunaan Penelitian

Lebih jauh, penelitian ini juga diharapkan dapat mencapai kegunaan yang

bersifat teoritis dan praktis:

a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam

rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan

budaya mengenai kebudayaan Jambi terutama makna filosofi tradisi mandi

balimau sebelum akad pernikahan khususnya di Desa Muara siau,

Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin.

b. Sacara praktis, dapat dijadikan bahan informasi kepada peminat

kebudayaan yang ingin mengetahui pelaksanaan tradisi mandi balimau

sebelum akad pernikahan khususnya di Desa Muara Siau, Kecamatan

Muara Siau Kabupaten Merangin

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

5

dalam menjawab pertanyaan penelitian.6 Agar penelitian ini lebih terarah dan

tepat, maka penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai landasan berfikir

guna mendapatkan konsep yang benar dan tepat.

Penelitian ini menggunakan Teori Interpretasi Paul Ricoeur. Ia

mengatakan bahwa pada dasarnya keseluruhan filsafat itu adalah Interpretasi. Bila

mana terdapat pluralitas makna, maka disitu interpretasi di butuhkan. Apalagi jika

simbol-simbol di libatkan, interpretasi menjadi penting, sebab disini terdapat

makna yang mempunyai multi lapisan. Setiap Interpretasi adalah usaha untuk

membongkar makna-makna yang terselubung atau usaha membuka lipatan-lipatan

dari tingkat-tingkat makna yang terkandung dalam makna kesusastraan.

Ricoeur mendefinisikan interpretasi sebagai usaha akal budi untuk menguak

makna tersembunyi dibalik makna yang lansung tampak. Sebuah pemahaman

membutuhkan perantara atau mediasi. Ricoeur sendiri yakin bahwa tidak ada pemahaman

diri tanpa mediasi melalui tanda, simbol, dan teks. Kata-kata adalah simbol-simbol juga

karena menggambarkan makna lain yang sifatnya tidak lansung dan hanya dapat

dimengerti melalui simbol-simbol tersebut. Jadi simbol-simbol dan interpretasi

merupakan konsep-konsep yang mempunyai pluralitas makna yang terkandung didalam

simbol-simbol atau kata-kata.

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna

dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa

di hubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak

bisa memperoleh makna kata itu.7

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-

langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya

dicarikan cara pemecahannya.8 Versi lain merumuskan, metode penelitian adalah

6 Sugiyono, Methode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung

Alfabeta, 2010), 308. 7 Diakses melalui alamat http://id.mwikipedia.org/wiki/makna, tanggal 28 oktober 2019 8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997) , 1.

6

cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah alat

bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data itu.9

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field Research) yang bersifat kualitatif. Dalam mengadakan

penelitian dan pengamatan penulis menggunakan pendekatan penelitian ilmu

pengetahuan sosial yang bergantung pada pengamatan manusia, dengan alasan

memiliki latar alami, bersifat deskriftif, lebih memperhatikan proses dari pada

hasil, menganalisa dan secara induktif.

Penulis mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengadakan pemeriksaan

dan pengukuran terhadap gejala tertentu, untuk memecahkan masalah secara

sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan

menguraikan masalah dan fakta-fakta tersebut. Pendekatan yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan salah satu

jenis metode penelitian kualitatif yang di aplikasikan untuk mengungkap

kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu konsep atau fenomena yang

secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok individu dalam hidupnya.

Metode fenomenologi merupakan pendekatan filosofis untuk meyelidiki

pegalaman manusia. Feomomenologi bermakna metode pemikiran untuk

memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembagkan pengetahuan yang ada

dengan langkah-langkah yang logis, sistematis kritis, atau berdasarkan prasangka

dan tidak dogmatis. Feomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam

filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Konsep penting dalam

metode fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul

dari pengalaman kesadaran manusia.10

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002), 194. 10 O Hasbiyasyah “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu

Sosial dan Komunikasi”, Jurnal pendidikan, Vol. 9, No. 1 (2008), 163-166

7

2. Setting dan Subjek Penelitian

Setting penelitian adalah di Desa Muara Siau, Kecematan Muara Siau,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas

pertimbangan rasional bahwa di Desa Muara Siau mempunyai ciri khas tradisi

mandi balimau sebelum akad pernikahan.

Subjek dalam penelitian ini berpusat pada pemerintahan desa, pemuka

adat, dan masyarakat yang bersangkutan yang akan menggunakan mandi balimau.

Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui,

memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas yang akan diteliti, serta

memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar.

3. Sumber dan jenis data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari

manusia, situasi atau peristiwa, dan dokumentasi yang terdapat di Desa Muara

Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Sumber data yang merespon

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis ataupun

lisan. Suasana atau peristiwa sebagai sumber data yang menyajikan tampilan

berupa suasana yang bergerak ataupun diam, meliputi ruangan, suasana, dan

proses, dokumentasi, sebagai sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa

huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.

Jika dilihat dari sumber datanya. Maka pengumpulan datanya, data dapat

dilakukan dengan menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Sumber data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh

dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.11

adalah sumber data yang secara lansung memberikan data kepada

pengumpul data melaui observasi dan wawancara. Dalam hal ini, data

yang diinginkan adalah data-data yang berkaitan lansung dengan

masalah tradisi mandi Balimau di Desa muara Siau kecamatan muara

siau kabupaten merangin.

11 Rah madi, Pengantar Metodologi Penelitian, .64.

8

b. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak

lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau lewat dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan

dan tertulis terkait dengan tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten

Merangin.

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber dan berbagai cara.12

Untuk mendapatkan data yang optimal yang

relevan perlu memperhatikan sumber data yang akan diperoleh dan metode

pengumpulan data yang tepat. Metode prngumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi

Metode observasi menurut Sutrisno Hadi adalah pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik atas fenomena fenomena yang diselidiki. Dalam arti

luas, observasi merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk

melengkapi data-data yang diperoleh dari hasil wawancara. Observasi menjadi

bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-

ilmu sosial. Observasi dapat berlansung dalam konteks laboratorium

(experimental) maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah observasi biasa

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki

secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas

kepada pegamatan yang dilakukan, baik secara lansung maupun tidak lansung.13

Kegiatan dan kegunaan metode observasi menjadi amat peting dalam

tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi di kenali berbagai kejadian,

peristiwa, keadaan, tindakan, yang mempola dari hari kehari ditengah masyarakat.

Kegiatan observasi tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang

terlihat, tetapi juga terhadap yang didengar. Berbagai macam ungkapan atau

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 233. 13Puput Rahmadaniah “Observasi”, diakses melalui alamat

http://daniaactivity.blogspot.com/2014/makalah.html, tanggal 17 Oktober 2019.

9

pertanyaan yang terlontar dalam percakapan sehari-hari juga termasuk bagian dari

kenyataan yang bisa diobservasi, observasinya melalui indera pendengaran.14

Melalui metode observasi penulis ingin mendapatkan data tentang:

- Deskripsi tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan

- Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan Tradisi Mandi Balimau

- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi informasi atau keterangan-keterangan. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data dan informasi yang diperlakukan berkaitan dengan penelitian.

Dengan kata lain merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara

mengajukan pernyataan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula antara

pencari informasi dan sumber informasi.15

Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara secara mendalam tentang berbagai informasi yang terkait dengan

persoalan yang sedang diteliti, diantaranya ialah tentang latar belakang sejarah

tradisi mandi balimau, prosesi pelaksanaanya, serta makna filosofi dari prosesi

tradisi mandi balimau tersebut.

Melalui metode wawancara penulus ingin mendapatkan data tentang:

- Latar belakang sejarah tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan

- Prosesi tradisi mandi balimau

- Makna yang terkandung dalam prosesi tradisi mandi balimau

- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau

- Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Muara Siau

- Kondisi sosial budaya, pendidikan dan agama Desa Muara Siau

- Sarana dan Prasarana Desa Muara Siau

- Tujuan dan Manfaat Tradisi mandi balimau

- Pandangan Masyarakat terhadap prosesi tradisi mandi balimau

c. Dokumentasi

14 Burhan Bungin, Analisis data penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003), 65-66 15 Hadari Azwar, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).

10

Dokumentasi yaitu asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi. Peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, transkip, majalah, dokumen, notulen rapat,

catatan harian, agenda, ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang

objek yang diteliti.16

Melalui data dokumentasi penulis ingin mendapatkan data tentang:

- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau

- Lokasi dan letak geografis Desa Muara Siau

- Kondisi sosial budaya Desa Muara Siau

5. Metode/Teknik Analilis Data

Analisis data merupakan upaya untuk menata dan mendeskripsikan data

secara sistematis guna mempermudah peneliti dalam meningkatkan pemahaman

terhadap objek yang sedang diteliti. Dalam menganalisis data yang telah diperoleh

peneliti menggunakan beberapa macam metode analisa, diantaranya sebagai

berikut.

a. Metode Interpretasi

Metode Interpretasi adalah menafsirkan, tetapi tidak bersifat subjektif

untuk mencapai kebenaran otentik. Peneliti menafsirkan data-data objektif yang

telah difahami, sehingga dengan demikian peneliti dapat mendapatkan hasil

penelitian dengan pemahaman yang obyektif mengenai materi yang diteliti yaitu

Makna Filosofi Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan.

b. Metode Heuristik

Metode Heuristik adalah metode untuk menemukan dan mendapatkan

metode baru dalam suatu ilmu pengetahuan. Hal ini dapat menunjukkan pada

proses pencarian internal, dimana peneliti berusaha untuk memahami hakikat dari

pengalaman, sehingga diperoleh arti yang mendalam.17

Dalam penelitian makna filosofi tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan metode ini dapat membantu menemukan dan mengembangkan tradisi

yang ada di Desa Muara Siau.

16 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT

Rineka Cipta), 102. 17 Neong Muhajir, Metodologi Peneelitian, (Yogyakarta: Rekarasin) hal 183-186

11

c. Metode Kesinambungan Historis

Diperhatikan garis perkembangan historis yang mungkin dapat ditemukan

dalam jalan kebudayaan seluruhnya, fenomena-fenomena khusus dan pandangan

hidup yang mendasarinya. Ditetapkan pada fase-fase dan tingkatan-tingkatan

didalamnya. Diselidiki pengaruh-pengaruh ideologis yang diterimanya dari

kebudayaan-kebudayaan lain dan cara pengolahan terhadap pertemuan pertemuan

itu. Pandangan yang unik itu dihubungkan dengan dunia aktual peneliti sendiri,

diterjemahkan dengan terminologi dan pemahaman yang sesuai dengan cara

berfikirnya, sehingga kedua macam konsepsi tentang manusia itu saling memberi

pemahaman.18

Kaitannya dengan penelitian tentang makna filosofi tradisi mandi balimau

sebelum akad pernikahan, peneliti menggunakan metode ini untuk menggali

sejarah tentang tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan. Hal pertama

yang akan peneliti lakukan adalah membaca, mempelajari, dan menelaah data

yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi yang terkumpul

serta data-data lainnya. Langkah kedua, mereduksi data secara keseluruhan dari

data yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat dikategorikan sesuai

tipe masing-masing data. Dan selanjutnya akan ditulis dalam bentuk laporan dari

hasil yang diperoleh secara deskriptif analisa, yaitu penyajian dalam bentuk

tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan yang diperoleh dari peneliti.

G.Pemeriksaan Kabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya (trusthworthiness) dan dapat

dipercaya (reliable), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya

pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:

b. Perpanjangan Keikutsertaan

Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan

peneliti dilokasi secara lansung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan

memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,

18 Anton Bakker, Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,( Yogyakarta:

kanisius, 1990), hal 95

12

karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,

disengaja atau tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena

adanya nilai-nilai bawaan dari peniliti atau adanya keterasingan peneliti dari

lapangan yang diteliti sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara

tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul

dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat

menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan

peneliti dilapangan yang dapat diharapkan dapat menjadi data yang diperoleh

memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan

peneliti pada akhirnya akan juga menjadi semacam motivasi untuk menjalin

hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek

penelitian dengan peneliti.

c. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol

dalam penelitian, faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti

dapat mengalami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam

upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada

objek penelitian, permasalahan dan fokus penelitian, atau distorsi data yang

timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar,

misalnya berdusta, menipu, dan berpura-pura.

d. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keprluan pengecekan reabilitas

data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang

diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang

akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan

sumber, metode, penyidik dan teori.

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

13

berbeda dalam metode kulitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai sebagai berikut:

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (public) dengan apa

yang dikatakan diruang pribadi (privat); membandingkan apa yang dikatakan

sepanjang waktu penelitian; membandingkan keadaan dan perspektif seorang

informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti

dosen, mahasiswa atau pimpinan Prodi; membandingkan hasil wawancara dengan

hasildokumen terkait.

Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan

data dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh

melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat

dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data;

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Trianggulasi dalam penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui

perbandingan hasil data yang diperoleh dari satu pegamat dengan hasil penyidikan

pengamat lainnya. Triaanggulasi dalam teori, yaitu pengecekan keabsahan data

melalui perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,

dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang satu hal yang

diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukan teri

pembanding untuk memprkaya dan membandingkan penjelasan pada teori utama

yang digunakan dalam penelitian.

e. Diskusi dengan teman sejawat

Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti melakukan diskusi

dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar

real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara

tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, daan saran

yang berharga daan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.

14

H. Studi Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat karya yang membahas tentang

tradisi balimau, diantaranya yaitu:

Dona kahfi, Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN:

2528-756 „‟Tradisi Mandi Balimau di Masyarakat Kuntu: Living Hadis Sebagai

Bukti Sejarah‟‟. Jurnal ini menjelaskan tentang tradisi mandi balimau di

masyarakat kuntu, yang dilakukan sebelum ramadhan sebagai salah satu bentuk

penyucian diri dari rasa dengki iri hati, dan lain sebagainya.19

Gina Novia Utami, (2018) Skripsi dengan judul “Tradisi Balimau Pada

Masyarakat Minang di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar lampung” skripsi ini

berisi tentang pelaksanaan tradisi balimau yang dilakukan masyarakat sebelum

puasa ramadhan.20

Dalam jurnal Jom Fisip Vol 2, No 2 Oktober 2015 yang berjudul

“Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai di Desa Kuapan

Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.” 21

jurnal ini menjelaskan tentang

prosesi dan keistimewaan dari tradisi balimau kasai, yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar, dalam rangka untuk penyambutan bulan suci ramadhan. Akan

tetapi seiring berjalan nya waktu tradisi mandi balimau kasai berubah menjadi

ajang pencarian jodoh dan mandi bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau

kasai dijadikan sebagai hari terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada

keesokan harinya.

Dalam Skripsi Mardian Saputra (2018) yang berjudul Makna Tradisi

Pelimawan Besar di Desa Jambu Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo (suatu

Tinjauan Fenomenologis). Skripsi ini menjelaskan tentang pelaksanaan tradisi

mandi pelimawan besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghidari

serangan wabah penyakit yang dianggap sebagai balak kampung sehingga perlu

19 Dona Kahfi. Tradisi Mandi Balimau di Masyarakat Kuntu: Living Hadis Sebagai

Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756. 20 Gina Novia Utami, Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang di Kecamatan Rajabasa

Kota Bandar Lampung, Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Lampung,

2018. 21 Fajri Arman “Persepsi Masyrakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai di Desa Kuapan

Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume 2 No 2-Oktober 2015.

15

adanya pemeliharaan kampung, yaitu dengan melaksanakan tradisi mandi

pelimawan besar.22

Dari hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan

oleh penyusun memiliki ciri khas perbedaan sendiri, meski memiliki objek

penelitian yang sama yaitu tradisi mandi balimau. Namun penelitian yang penulis

lakukan berbeda pada lokasi dan pokok kajian yang berbeda. Penelitian

sebelumnya menjelaskan tentang tradisi mandi balimau yang dilakukan oleh

masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan. Sedangkan penelitian

ini, penulis berusaha menjelaskan tentang tradisi balimau yang dilakukan calon

pengantin sebelum pernikahahn di Desa Muara Siau.

22 Mardian Saputra, Tradisi Mandi Pelimawan Besar di Desa Jambu Kecamatan Tebo Ulu

Kabupaten Tebo (suatu timjauan fenomenologis), Skripsi: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

UIN STS Jambi, 2018

16

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA MUARA SIAU KECAMATAN MUARA SIAU

KABUPATEN MERANGIN

A. Sejarah Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

1. Sejarah Desa Muara Siau

Desa Muara Siau merupakan desa tertua di kecamatan Muara Siau. Pada

mulanya desa ini bernama Muara Silau. Karena pada zaman dahulu banyaknya

emas emas yang menempel di bebatuan dan dibawah air yang jernih sehingga

menimbulkan kesilauan. Sehingga orang-orang dahulu menyebutnya dengan

sebutan Muara Silau. Namun seiring berjalannya waktu lama kelamaan orang sulit

untuk menyebutkan Muara Silau, sehingga orang menyebutnya dengan nama

Muara Siau sampai sekarang. Sarpawi selaku tokoh adat menyatakan bahwa:

“[D]ahulu di desa muara siau, banyak terdapat emas, tepatnya di air

tembesi dan di ujung tanjung, kilauan emas itulah yang menyebabkan

kesilauan jika terpancar sinar matahari. Dan orang mulai menyebutnya

dengan Muara Silau. Namun seiring berjalannya waktu lama kelamaan

masyarakat setempat menyebutnya dengan Muara Siau”23

Kisah ini semuanya bermula ketika Rajo Ingah seorang pemuda kesatria

dari Kerajaan Mataram yang pergi berlayar ke negeri Jambi, niat awalnya

hanyalah ingin melihat-lihat negeri Jambi yang terkenal akan kekayaan dan

suburnya negeri yang dipimpin oleh Putri Pinang Masak itu. Maka berangkatlah

Rajo Ingah seorang diri dengan membawa topi bundar khasnya yang terbuat dari

bambu, bersama rakit saktinya dan sebuah batu putih sebagai tempat tinggal jin

yang selalu patuh pada perintahnya dan setia kemanapun Rajo Ingah pergi.

Namun, bukannya langsung menuju ke pusat kerajaan. Rajo Ingah malah

melanjutkan berlayar ke sebelah barat negeri Jambi sehingga sampailah Rajo

Ingah di sebuah negeri yang begitu indah dan subur, Rajo Ingah pun melanjutkan

23 Sarpawi, Tokoh Adat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis,

13 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

17

perjalanannya mencari tanda akan adanya keberadaan manusia di tempat tersebut.

Rajo Ingah mengalami kesulitan untuk menemukan pemukiman penduduk karena

ini baru pertama kalinya dia datang ke negeri itu. Setelah berjalan selama

berminggu-minggu, maka sampailah Rajo Ingah di tempat bermukimnya

penduduk. Tidak terlalu ramai, namun Rajo Ingah bisa melihat bahwa penduduk

di negeri itu sangat ramah dan mau bekerja sama dengan baik dengan sesama

temannya.

Rajo Ingah bertemu dengan datuk paduko berhalo yang merupakan paman

dari putri Sri Ratu Agung, karena tidak mempunyai tempat tinggal maka

tinggallah Rajo Ingah di rumah Putri Sri Ratu Agung. Supaya tidak terjadi fitnah

antara mereka maka Rajo Ingah disuruh untuk menikahi putri Sri Ratu Agung.

Maka menikahlah Rajo Ingah dengan putri Sri Ratu Agung. Dari hasil pernikahan

mereka berdua dikarunai empat orang anak. Anak pertama mereka adalah seorang

laki-laki yang diberi nama Rajo Pasu Jala dengan sebutan Datuk Pedukuh

Berhalo, anak kedua mereka adalah seorang puteri yang diberi nama Ratu Benas,

anak ketiga Ratu Adum, dan anak terakhir mereka diberi nama Ratu Mas. Setelah

keempat anak-anaknya besar, rajo ingah membagikan kekuasaan kepada keempat

anaknya.

“Anak-anakku, kalian semua sekarang sudah besar dan beranjak dewasa.

Untuk itu aku akan memberikan kalian tugas. Kepada kalian semua, masing-

masing akan kubagikan tanah yang harus kalian urus untuk kehidupan kalian dan

keturunan kalian, agar kalian dan keturunan kalian tidak mendapat kesulitan untuk

menjalani kehidupan nanti.” Jelas Rajo Ingah kepada anak-anaknya.

“Kepada Rajo Pasu Jala, kau akan menggantikanku nanti sebagai Raja,

penguasa dari tempat ini, dan menjalankan pemerintahan dengan bijak dan adil.

Kepada Ratu Benas, kau akan mendapatkan tanah di wilayah hilir sungai ini yang

nanti kau sebut Kalbu Hilir. Kepada Ratu Adum, kau adalah anakku yang penurut

dan tidak pernah membantah perintahku maka, kau akan mendapatkan tanah di

18

wilayah tengah kerajaan yang nanti kau sebut Kalbu Tengah. Dan kepada Ratu

Mas, kau akan mendapatkan tanah di wilayah di wilayah mudik yang nanti kau

sebut Kalbu Mudik.” Rajo Ingah menjelaskan lagi pembagiannya kepada anak-

anaknya.

Pada suatu sore hari Rajo Ingah dan istrinya pergi menyusuri sungai

tembesi dan duduk ditepi sungai, lalu mereka dikejutkan dengan banyaknya

pantulan cahaya dari sungai, setelah mereka melihat dari dekat ternyata yang

berkilauan itu adalah biji-biji emas yang menempel pada satang dan pada

bebatuan. Yang menyebabkan kesilauan jika terkena sinar matahari. Maka rajo

ingah berfikir untuk membuat nama daerah yang ditempatinya itu dengan nama

Muara Silau. Kemudian Rajo Ingah mengumpulkan semua rakyatnya dan

membuat pengumuman, bahwa dia telah menemukan nama yang cocok untuk

daerah tempat tinggal mereka. Yaitu dengan nama Muara Silau. Karena sulit

untuk menyebutnya dengan muara Silau, maka kemudian lama kelamaan diganti

menjadi Muara Siau. Begitulah asal usul kenapa daerah itu sampai sekarang

disebut Muara Siau.24

Setiap hari besar, seperti saat lebaran. Selalu diadakan

upacara penyucian dan pemindahan barang pusaka peninggalan Rajo Ingah,

seperti topi bundar khasnya yang terbuat dari bambu dan batu putih yang konon

katanya merupakan tempat tinggal jin dari Rajo Ingah, alat itu dijaga oleh

penunggu desa Muara Siau bahkan sampai sekarang ini.

Masyarakat Desa Muara Siau sendiri berasal dari suku batin dalam

hitungan sejarah diperkirakan berasal dari suku kerinci. Hal ini sama seperti orang

kerinci dalam sistem budaya minangkabau. Tatanan sosial dan sikap kehidupan

mereka serupa Adat Minangkabau. Dengan kata lain, adat suku Batin berorientasi

pada Minangkabau, tetapi para pemimpinnya tunduk pada Kesultanan Jambi.

Dalam sejarahnya, terdapat dua pendapat mengungkapkan asal-usul suku Batin,

24 Nur atiqah https://www.wattpad.com/story/69226774-puteri-sri-ratu-agung-dan-

legenda-muara-siau Diakses pada tanggal 29 oktober 2019

19

yaitu bahwa beberapa mengatakan mereka termasuk suku Kerinci. Pendapat

pertama didasarkan pada cerita rakyat setempat, nenek moyang orang Batin

adalah suku Kerinci yang berpindah dari kaki Gunung Kerinci ke tempat tinggal

mereka. saat ini. Pendapat lain dari suku Minangkabau didasarkan pada beberapa

elemen, termasuk aksen, aksen dan kesamaan kata-kata dalam bahasa ketiga suku.

Masyarakat batin termasuk dalam kategori Proto-Malaya. Budaya Minangkabau

sangat mempengaruhi suku Kerinci di daerah tempat mereka tinggal. Budaya

Minangkabau yang sangat mempengaruhi suku Kerinci, juga terlihat dalam

kehidupan orang suku ini.

Suku Batin tinggal di beberapa wilayah di Provinsi Jambi, seperti:

wilayah Jangkat, Pauh, Muara Siau, Bangko, Tabir dan Muaro Bungo. Selain itu,

Suku Batin juga banyak tinggal di Tebo Ulu dan Tebo Ilir. Koloni mereka

biasanya terletak di dekat sungai seperti Sungai Tembesi, Batang Merangin,

Batang Bungo dan Batang Masumai. Penduduk hidup berkelompok di desa-desa

yang mereka sebut dusun. Setiap dusun dijalankan oleh kepala dusun yang dipilih

oleh rakyat. Di masa lalu, beberapa dusun dimasukkan ke dalam satu marga yang

dipimpin oleh seorang Depati, yaitu seorang pemimpin yang ditunjuk oleh Sultan

Jambi.

2. Letak Geografis Desa Muara Siau

Desa Muara Siau merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Muara Siau

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Secara geografis, Desa Muara Siau

merupakan daerah perbukitan dan dataran tinggi. Adapun batas wilayah

kecamatan Muara Siau adalah sebagai berikut:

1. Batas wilayah : Sumatera Selatan

2. Sebelah barat : Desa Sungai Ulas

3. Sebelah Timur : Desa Pasar Muara Siau

4. Sebelah Utara : Desa Teluk Sikumbang

5. Sebelah Selatan : Desa Air Lago

20

B. Visi, dan Misi Desa Muara Siau

Visi dan misi Desa Muara Siau disamping merupakan visi dan misi kepala

desa terpilih, juga terintegrasikan dengan keinginan bersama masyarakat desa

dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif mulai dari tingkat

Dusun/Rw sampai tingkat desa. Adapun visi Desa Muara Siau adalah

Terbangunnya tata kelola pemerintahan desa yang baik dan bersih guna

mewujudkan kehidupan masyarakat desa yang adil makmur dan sejahtera.

Sedangkan misi dari Desa Muara Siau adalah:

a. Membangun kreatifitas masyarakat.

b. Meningkatkan kemajuan dari segi ilmu pengetahuan.

c. Meningkatkan pelayanan masyarakat.

d. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana.

e. Menciptakan masyarakat yang hebat.25

Visi dan misi yang telah dibentuk dan ditetapkan ini tentu telah

mendapatkan persetujuan dan dukungan dari seluruh masyarakat setempat.

Melalui visi dan misi tersebut terdapat harapan yang penuh yang ingin dicapai

oleh masyarakat setempat, baik dari kepala desanya maupun anggota-anggotanya.

Didalam visi dan misi yang sampai saat ini masih dipertahankan di Desa

Muara Siau ini, mendapat dukungan yang positif dari seluruh masyarakatnya.

Masyarakat setempat terus melakukan gotong royong untuk membersihkan

kampung mereka yang diadakan seminggu sekali yaitu pada hari jum‟at. Kegiatan

ini menjadi rutinitas masyarakat Desa Muara Siau guna menjaga desa mereka agar

tetap terjaga keasriannya. Selain dalam bidang kebersihan, masyarakat Desa

Muara Siau juga aktif dalam bidang PKK terutama untuk kalangan ibu-ibu rumah

tangga. Di samping mengurus rumah tangga, mereka para ibu-ibu desa bersama

ibu kepala desanya terus meningkatkan kreatifitasnya melalui program PKK guna

25 M.andoni, Sekretaris Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 14 oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

21

mengembangkan bakat dan minat dari ibu-ibu desa misalnya mengikuti lomba

menyanyi, membentuk kelompok yasinan, belajar rebana, dan membuat kue-kue

serta makanan lainnya yang akan dijual belikan untuk mengisi koperasi desa.

Marhayanis selaku ketua PKK menyatakan :

“[S]aya selaku ketua PKK sangat senang dengan ibu-ibu anggota PKK,

karena semangat mereka yang mau ikut dalam semua kegiatan-kegiatan

yang ada di desa. Para ibu PKK juga rajin memasak aneka kue-kue dan

kemudian dijual uang nya dikumpulkan, dan dibelikan alat-alat seperti

piring, kuali, sendok, dan lain-lain, yang kemudian bisa dipakai oleh

warga yang akan mengadakan acara, hajatan, nikahan dan lain-lain.26

Di dalam visi misi Desa Muara Siau ini terdapat harapan penuh dari kepala

desa muara siau. Zarkani selaku kepala desa menyatakan:

“yang diharapkan melalui visi dan misi desa ini masyarakat lebih

meningkatkan kerja sama sebagai warga, dan tetap menjalin silaturrahmi

antar warga. Meningkatkan kedisiplinan, menjaga dan melestarikan

keindahan desa.”27

Kepala desa Muara Siau sangat mengharapkan agar warganya hidup rukun

dan saling membantu satu sama lain, meningkatkan kedisiplinan, menolong

sesama warga, dan masyarakat juga diharapkan dapat menyumbangkan

pemikirannya guna untuk perkembangan desa.

C. Kondisi Sosial, Budaya, Pendidikan, dan Agama.

1. Sosial

Masyarakat Desa Muara Siau yang mayoritas suku melayu, masih sangat

menjunjung tinggi adat istiadat nenek moyang mereka baik dalam hal budaya

maupun bahasa sehari-hari. Bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai pengantar

dalam dunia pendidikan, maupun forum-forum formal seperti rapat atau

26 Marhayanis, Ketua PKK Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

Penulis, 15 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio 27 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis, 16

Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

22

musyawarah. Jiwa kegotong royongan dalam masyarakat Desa juga masih sangat

tinggi dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam bermasyarakat.

2. Budaya

Setiap masyarakat memiliki kehidupan sosial yang berbeda antara

masyarakat satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adat istiadat yang

berlaku dalam masyarakat tersebut. Adat istiadat merupakan bagian dari

kebudayaan yang biasanya berfungsi sebagai pengatur, pengendali, pemberi arah

kepada perlakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.28

Dalam kehidupan

sehari-hari, masyarakat Desa Muara Siau menggunakan bahasa melayu sebagai

bahasa pengantar. Dalam hidup ada konsep tatanan hierarki yang bermasyarakat,

yaitu orang yang lebih muda menghormati orang yang tua.29

Di dalam kehidupan

bermasyarakat, adanya interaksi yang kuat antar warga, tingkah laku antar

anggota masyarakat dan hidup bergotong royong masyarakat Desa Muara Siau

tercermin dalam kebiasaan mereka yang disebut dalam upacara keagamaan.

Manusia merupakan makhluk sosial, mereka tidak bisa hidup tanpa

bantuan dari manusia lain. dalam kehidupan bermasyarakat, mereka menciptakan

kelompok sosial. Kelompok sosial adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa

orang yang saling berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan bersama. Umumnya,

kelompok sosial yang diciptakan tersebut adalah berdasarkan pada mata

pencaharian atau pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.30

Mereka saling

membutuhkan dalam berbagai aspek, dalam kaitannya dengan adanya rasa saling

bantu membantu. Semakin baik hubungan sosial mereka maka semakin sejahtera

dan tentram dalam kehidupan mereka. Maka jelaslah hubungan ini wajib dibina

karena hal ini merupakan sangat penting bagi kelansungan hidup bermasyarakat. .

28 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia,

1982), 2 29 Niels Mulder, Agama. Hidup sehari-hari dan Perubahan Jawa Muagthai dan Filifina,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), 61 30 Jabal Tarih Ibrahim, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2003), 45

23

3. Kondisi Penduduk

Penduduk yang ada di Desa Muara Siau kecamatan Muara Siau,

merupakan penduduk asli melayu, namun ada juga beberapa pendatang baru dari

berbagai daerah. Desa Muara Siau merupakan salah satu sentra perkebunan di

Kabupaten Merangin. Komoditi penting yang dihasilkan melalui perkebunan

adalah karet, ada juga sebagian kopi, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Selain itu

penduduk Desa Muara Siau ini juga memanfaatkan sebagian lahan mereka untuk

bercocok tanam dan berdagang guna memenuhi tambahan perekonomian mereka.

Selain dari hasil pertanian, para penduduk Desa Muara Siau juga aktif

dalam pengembangan bidang peternakan. Binatang ternak yang dikembangkan

pada umumnya adalah ikan, kambing, dan ayam. Namun dalam bidang

peternakan ini tidak memiliki persentase yang tinggi , karena pada dasarnya

Masyarakat Desa Muara Siau memilih untuk bertani.

a. Tabel jumlah penduduk

No Data Penduduk Jumlah Penduduk

1 Jenis Kelamin 850 (Laki-laki) dan 950 (perempuan)

2 Kewarganegaraan 1.800 WNI

Sumber: Kantor Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

b. Tabel penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 385 orang

2 Wiraswasta 4 orang

3 Pertukangan 7 orang

4 Pegawai Negeri Sipil 4 orang

5 Peternak 10 orang

6 Penjahit 5 orang

7 Jasa 3 orang

24

8 Buruh 10 orang

9 Bengkel 6 orang

10 Sopir 3 orang

Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan bahwasanya dilihat dari segi

mata pencaharian, masyarakat Desa Muara Siau banyak yang bekerja sebagai

petani yaitu sebanyak 385 orang.

c. Tabel penduduk kerja berdasarkan umur

No Umur Jumlah

1 Kelompok tenaga kerja

usia 20-26 tahun

85 orang

2 Kelompok tenaga kerja

usia 27-40 tahun

268 orang

Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

4. Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat

untuk mencapai tujuan mencerdaskan bangsa dan untuk mengembangkan

wilayahnya. Dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat

menuntut ilmu, maka perlu didirikan berbagai sarana dan prasarana, baik yang

formal maupun non formal.

Mengenai pendidikan yang ada di Desa Muara Siau ini rata-rata penduduk

tidaklah tinggi. Mereka mengenyam jenjang pendidikan formal hanya selesai

Sekolah Dasar (SD) dan ada juga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan

masyarakat tidak hanya dibatasi dengan pendidikan formal, tetapi juga ditambah

dengan pendidikan non-formal terutama di tempat-tempat ibadah atau pengajian.

Karena penduduk Desa Muara Siau mayoritas beragama islam, para orang tua

juga menanamkan pendidikan non-formal dengan mengajarkan anak-anak mereka

25

ke tempat pengajian seperti Madrasah untuk menyeimbangkan antara ilmu

pengetahuan dan ilmu agama. Tidak hanya bagi anak-anak saja yang belajar untuk

mengaji, tetapi kaum orang dewasa dan orang tua pun ikut mengaji. Tidak sedikit

bagi penduduk desa Muara Siau menghadiri majelis-majelis guna mendapatkan

ilmu agama. Karena bagi mereka ilmu agamalah yang sangat penting bagi mereka

ilmu agama sebagai penuntun hidup.

Sarana Pendidikan Formal

Desa Muara Siau

No Lembaga Pendidikan Jumlah

1 PAUD 3

2 TK 3

3 SD 2

Jumlah 7

Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Tabel Pendidikan Non Formal

Desa Muara Siau

No Lembaga Pendidikan Jumlah

1 Madrasa Ibtidaiyyah 1

2 Pesantren Al-Aziziah 1

Jumlah 2

Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

5. Kondisi Keagamaan

Agama bagi masyarakat merupakan keyakinan dan mempunyai peran yang

penting bagi kehidupan. Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

99% penduduknya beragama Islam. Dengan demikian, Islam sangat berpengaruh

terhadap kebudayaan masyarakat di Desa Muara Siau. Kesadaran akan pentingnya

26

ilmu agama membuat para orang tua untuk lebih menekankan anak-anak mereka

belajar agama, seperti memasukkan ke sekolah Madrasah, mengajarkan ilmu

tajwid, pergi kepengajian dan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu

agamapun sudah sudah semakin maju. Penduduk desa Muara Siau tidak lagi

memakai sistem kepercayaan nenek moyang yang masih diterapkan oleh orang-

orang terdahulu. Mereka lebih mengutamakan mengikuti Syari‟at islam sebagai

pedoman hidup mereka. Mukhlis selaku ketua karang taruna mengatakan:

“karang taruna sangatlah mendukung masyarakat untuk mengisi aktivitas

yang positif mulai dari anak-anak muda, dewasa, dan dari kalangan orang

tua juga mengikuti aktivitas karang taruna. Contohnya kelompok rebana

yang kini masih berjalan dan dikembangkan.”31

Selain berperan aktif dalam hal majelis-majelis pengajian, penduduk Desa

Muara Siau membentuk sebuah kelompok karang taruna yaitu rebana yang diikuti

oleh penduduk setempat mulai dari anak-anak kecil, kaum remaja, maupun orang-

orang dewasa.

D. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Muara Siau

1. Struktur Desa

Sebagaimana halnya suatu badan organisasi, baik dibawah naungan

pemerintah ataupun swasta, kecil maupun besar tidak lepas dari suatu badan yang

disebut organisasi. Pengurus organisasi mempunyai tanggung jawab terhadap

maju-mundurnya suatu organisasi yang dipimpinnya. Demikan pula halnya

dengan Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin, dalam

penyelenggaraan pemerintah Desa Muara Siau, dipimpin oleh seorang kepala desa

yang merupakan penanggung jawab dalam pemerintahan untuk melaksanakan

program pembangunan baik yang berasal dari pemerintahan pusat maupun

pemerintahan daerah.

31 Mukhlis, Ketua Karang Taruna Desa Muara Siau Keecamatan Muara Siau, Wawancara

dengan penulis, 17 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

27

Desa Muara Siau selain dipimpin oleh kepala desa yang didampingi oleh

sekretaris desa dalam menjalankan tugasnya, juga dibantu oleh lembaga

fungsional, BPD, Kaur Umum, kaur keuangan, kaur pemerintahan, kaur

pembangunan, kemudian kadus I, kadus II, kadus III, kadus IV, dan Kadus V.

Dalam menjalankan program, masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam

proses tersebut, karena sangat berpegaruh terhadap efektivitas program yang

digagas oleh pemerintah.

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola

tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi

maupun orang-orang yang meunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Strategi organisasi

dibuat sebagai upaya penyampaian tujuan organsasi. Oleh karena itu, jika struktur

organisasi dibentuk sebagai jalan untuk mencapai tujuan, maka struktur

organisasipun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi yag akan berdampak

pula pada perubahan struktur organisasi.

Pembagian struktur kerja pada masing-masing bidang bertujuan untuk

memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas dan kewajiba serta dilaksanakan

dengan penuh tanggung jawab untuk menjalin kerja sama yang efektif. Tata kerja

adalah aturan melaksaakan tugas dan tanggung jawab yang diemban sedangkan

sistematika hubungan kerja adalah cara pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

yang saling terkait dari jajaran tinggi sampai jajaran redah yang berperan sebagai

penggerak jalannya kegiatan di Desa tersbut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada struktur organisasi sebagai berikut:

28

Struktur Pemerintahan Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Sumber: Kantor Desa Muara Siau

BPD

Muslim, S.Ag

Dr.

Rafi

dah,

SE.

Kepala Desa

Zarkani

Sekretaris Desa

M. Andoni

Ketua RT 02

Zulyadi

PSMF

Kaur Pemerintahan

Khairul Amin

Kaur Umum

Yuspar

Kaur Keuangan

Vivi Elza, S.Pd

Kaur Pembangunan

Zulfikar

Kadus 1

Yuherman

Kadus II

Ruslam

Kadus III

Junaidi

Ketua RT 01

Amrizal

Ketua RT 03

Haidin

Ketua RT 04

Supriadi

A

Ketua RT 05

Ahmadi

29

Tabel pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

KETUA

MUSLIM, S.Ag

WAKIL KETUA

AZWANDI, SE

SEKRETARIS

WAHYU ARGANDI

ANGGOTA

1. AMRIZAL

2. ZAINAL ABIDIN

3. VOVI IRIANTI

4. MURNIATI Sumber : Kantor Desa Desa Muara Siau

30

Tugas dan fungsi pengelola Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Kbupaten Merangin Provinsi Jambi

1. Kepala Desa

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, memlihara keutuhan

kesatuan Negara RI.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

d. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

e. Menjalin hubungan dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

f. Menyelenggarakan administrasi desa dengan baik.

g. Melaksanakan usulan yang menjadi kewenangan desa.32

2. Sekretaris Desa

a. Memberikan saran dan pendapat kepala desa.

b. Memimpin, mengkoordinir, mengendalikan serta mengawasi semua

unsur atau kegiatan sekretaris desa.

c. Merumuskan program kegiatan kepada kepala desa.

d. Melaksanakan unsur surat menyurat kearsipan dan laporan.

e. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan hasil rapat.

f. Menyusun rancangan anggaran penerimaan dan belanja desa.

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

3. Kaur pemerintahan

a. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk di desa.

b. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam

hal kartu penduduk (KTP).

c. Melaksanakan kegiatan administrasi pemerintah.

32 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara

Siau, 13 Oktober 2019, Kbupaten Merangin, Dokumetasi

31

d. Melaksanakan kegiatan masyarakat, antara lain RT, RW, dan kegiatan

ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil.

e. Melaksanakan, mengawasi serta membina extapol dan kegiatan social

politik lainnya.

f. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan berdasarkan

ketentuan yang berlaku.

4. Kaur Umum

a. Melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat menyurat desa,

mempunyai tugas keluar serta melaksanakan tata kearsipan.

b. Melaksanakan penyediaan dan pendistribusi alat-alat kantor,

pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

c. Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket.

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.

5. Kaur Pembangunan.

a. Melaksanakan kegiatan administrasi pembngunan desa.

b. Melakukan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan

desa.

c. Menghimpun data potensi desa serta menganalisa dan memeliharanya

untuk dikembangkan.

d. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan

daftar usulan serta mencatat daftar isisan proyek atau isian kegiatan.

6. Kaur Keuangan

a. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa dan

perangkat desa sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang

masih berlaku.

b. Mengumpulkan dan menganalisis data sumber penghasilan desa baru

untuk perkembangan.

c. Melakukan kegiatan administrasi, pajak yang dikelola oleh desa.

32

d. Merencanakan penyusunan APBDES untuk dikonsultasikan dengan

BPD.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa.33

Fungsi, wewenang dan hak BPD

1. Fungsi BPD

BPD berfugsi menetapka peraturan desa bersama kepala desa, menampug

dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

2. Wewenang BPD

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa

dan peraturan kepala desa.

c. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.

d. Mengusulkan pengangkatan dan dan pemberhentian kepala desa.

e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat.

f. Menyusun tata tertib BPD.

3. Hak BPD

a. Meminta keterangan kepada kepala desa.

b. Menyatakan pendapat.

4. Hak anggota BPD

a. Mengajukan rancangan peraturan desa.

b. Mengajukan pertanyaan.

c. Menyampaikan usul dan pendapat.

d. Memilih dan dipilih.

e. Memperoleh tunjangan.

5. Kewajiban anggota BPD

33 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara

Siau, 16 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Dokumetasi

33

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 45 dan mentaati

segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam peyelenggaraan

pemerintahan desa.

c. Mempertahankan dan memelihara hokum nasional serta keutuhan

NKRI.

d. Menyerap, meampung, menghimpun, dan menidak lanjuti aspirasi

masyarakat.

e. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan.

f. Memproses pemilihan kepala desa.

g. Menghormati nilai-nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat

setempat.

h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.34

E. Sarana dan Prasarana

Desa Muara Siau memiliki potensi yang mungkin hampir sama dalam hal

ketersediaan sarana dan prasarana seperti desa lain pada umumnya. Adapun

sarana dan prasarana desa dapat kita lihat sebagai berikut.

1. Kantor Pemerintahan Desa

Desa Muara Siau memliki sebuah kantor pemerintahan desa sesuai dengan

data yang kami dapatkan dari pendataan Profil desa muara siau, walaupunn

sederhana, jkantor ini memiliki dua ruangan, yang mana ruangan satu digunakan

untuk mengadakan pertemuan jika ada orang luar yang dating, dan ruagan yang

satuya lagi digunakan untuk membuat surat menyurat oleh sekretaris desa. Selain

itu juga telah dilengkapi dengan seperangkat sound system. Listrik dan air bersih

34 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara

Siau, 16 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Dokumetasi

34

juga tersedia walaupun fasilitas telepon belum tersedia di kantor desa ini. Kantor

Desa juga telah dilengkapi denga dengan satu buah mesin ketik, satu buah laptop,

satu buah computer dan berbagai fasilitas standard kantor lainnyaa. Informasi

mengenai perangkat desa, struktur organiasasi, juga terdapat di dalam kantor Desa

ini.

2. Posyandu

Di Desa Muara Siau terdapat satu posyandu yang terletak di tengah-tengah

desa dan bersebelahan dengan kantor desa Muara Siau. Adapun yang menunggu

posyandu ini adalah bidan desa (bides), yang akan memberi pengobatan kepada

masyarakat yang lagi sakit. Fasilitasnya juga telah memadai dan dirasa telah

cukup untuk kebutuhan masyarakat di Desa Muara Siau.

3. Sarana Air Bersih

Dalam hal sumber air bersih, masyarakat mendapatkan air bersih melalui

sumur gali, danj juga air sugai yang di Dam, kemudian dialirkan kesetiap rumah-

rumah warga. Sumber air bersih tersebut dapat digologkan secara umum dalam

kodisi yang baik. Jika musim kemarau dating warga mengambil air dari air

sungai.

4. Sarana Pendidikan

Di Desa Muara Siau memiliki sarana untuk pembelajaran bagi anak-anak

desa. Mulai dari PAUD, TK, SD, PON-PES, MI Tersedia di Desa. Hal ini bisa

mendongkrak mutu belajar anak-anak desa Muara Siau yang dahulu kurang akan

ilmu pengetahua. Amun sekarang sudah mulai mempunyai pola fikir yang lebih

baik. Dari data yang didapat oleh peulis dari dokumen desa tahun 2019, perbedaan

anak-anak yang mau menimba ilmu pengetahuan sudah mulai bertambah dari

sebelumnya.

5. Sarana Ibadah

Desa Muara Siau memiliki Masjid dan Musholla di setiap RT nya. Masjid

dan Mushola ini menjadi tempat dimana masyarakat Desa Muara Siau melakukan

35

aktivitas keagamaan, seperti sholat berjamaah, pengajian, dan acara-acara

keagamaan lainnya. Akan tetapi, di Desa Muara Siau tidak memiliki fasilitas

keagamaan bagi masyarakat beragama non islam.

36

BAB III

DESKRIPSI PROSESI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD

PERNIKAHAN

Kebudayaan adalah totalitas latar belakang sistem nilai, lembaga dan

perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Itu

merupakan seluruh gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi

kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan

masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi identitas masyarakat yang

bersangkutan sehingga dalam kenyataannya tidak ada dua masyarakat yang

kebudayaannya seluruhnya sama. Melihat demikian beragamnya kebudayaan,

seperti beragamnya lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu

merupakan suatu respon terhadap lingkungan sekitar. Baik lingkungan manusia

maupun lingkungan alam. Respon itu tidak akan sama dari suatu masyarakat ke

masyarakat lain, karena manusia mempunyai kemampuan kreatif.

Begitu juga dengan masyarakat di Desa Muara Siau banyak sekali budaya

serta adat yang sampai sekarang oleh sebagian orang masih dipertahankan dan

dilakukan. Dengan tujuan untuk mempertahankan adat, juga sebagian orang ada

yang berpendapat apabila tidak dilakukan takut akan terjadi hal-hal yang mungkin

tidak diinginkan, dan berharap akan ada berkah apabila melaksanakannya.

Upacara adat ini erat kaitannya dengan suatu doa atau amalan, mantra yang konon

berguna atau bermanfaat untuk mewujudkan tujuan sesorang yang

mengamalkannya dengan tujuan antara lain, supaya dilihat orang lebih rupawan,

supaya dilihat orang awet muda, dan supaya kebal atau tahan senjata tajam serta

mempunyai kekuatan yang luar biasa. Dan lain sebagainya.35

Budaya telah lahir sejak manusia pertama diciptakan. Kebudayaan adalah

totalitas latar belakang sistem nilai, lembaga dan prilaku hidup serta perwujudan

nya yang khas pada suatu masyarakat. Itu merupakan seluruh gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang

semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi

35 https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya Diakses pada tanggal 3 November 2019

37

identitas masyarakat yang bersangkutan sehingga dalam kenyataannya tidak ada

dua masyarakat yang kebudayaannya seluruhnya sama.

Menikah adalah satu langkah penting menuju tahapan baru dalam

rangkaian kehidupan anak manusia. Oleh karena nya, tak heran bila dalam

menyambut hari istimewa tersebut, pasangan calon pengantin di anjurkan bahkan

di wajibkan untuk menyucikan diri terlebih dahulu. Dengan tujuan, agar calon

pengantin dalam kondisi bersih suci lahir dan batin dalam memasuki mahligai

rumah tangga. Disetiap daerah pasti mempunyai cara-cara atau tradisi yang

berbeda-beda dalam melakukan ritual atau tradisi sebelum pernikahan.

A. Pengertian dan Sejarah Tradisi Mandi Balimau

Upaya untuk meringankan kehidupan manusia, dapat dikatakan tradisi,

yang merupakan bagian dari kebudayaan. Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan

ajaran turun temurun dari nenek moyang. Tradisi adalah adat-istiadat atau

kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Di Desa

Muara Siau mempunyai suatu tradisi yang unik yaitu tradisi mandi balimau yang

dilakukan sebelum akad pernikahan. Balimau merupakan tradisi tola bala bagi

masyarakat Desa Muara Siau. tradisi ini menjadi sarana untuk membentengi diri

dari masalah-maslah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari

luar maupun dari dalam. Dengan kata lain balimau merupakan sarana untuk

menangkal penyakit, baik penyakit lahir maupun batin.36

Menurut Anton M. Moeliono tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun

(dari nenek moyang dahulu) yang masih dijalankan masyarakat. Tradisi

didefenisikan sebagai cara mewariskan fikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian

dari leluhur ke anak cucunya. Tradisi juga merupakan warisan masa lalu yang

dilestarikan terus hingga sekarang, baik berupa nilai, norma sosial, maupun adat

kebiasaan yang merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan. Pada dasarnya

36 Hamidi, dukun kampung desa muara siau kecamatan muara siau, Wawancara dengan

penulis 20 Oktober 2019, Rekaman Audio

38

tradisi merupakan bagian dari kebudayaan. Hasil karya yang dilakukan secara

berulang- ulang. Tradisi pada masyarakat Indonesia masih banyak yang dilakukan

dengan baik hingga saat ini tradisi-tradisi tersebut tentu saja memiliki tujuan yang

baik untuk menciptakan masyarakat yang berperadaban. Masyarakat di Desa

Muara Siau masih menjaga tradisi-tradisi lama dari nenek moyang nya dan

menjaga kelestarian tradisi tersebut. Contoh nya Tradisi Mandi Balimau ini, dan

masih banyak tradisi-tradisi lainnya yang masih dilakukan dan dipertahankan oleh

masyarakat.37

Tradisi mandi balimau adalah sebuah tradisi mandi yang menggunakan air

yang dicampur jeruk nipis yang dilakukan oleh orang sebelum melakukan akad

pernikahan yang turun temurun dari nenek moyang masyarakat di Desa Muara

Siau. Tradisi ini dilakukan sebelum orang melakukan akad pernikahan yang

dilakukan oleh calon pengantin. Sepasang pengantin akan melangsungkan ijab

qabul tiga hari sebelum ijab qobul dilansungkan harus melakukan tradisi balimau

ini. Mandi dalam kehidupan sehari-hari dilakukan agar orang menjadi bersih

badannya, segala kotoran yang melekat di badan akan hilang tersapu air dan

sabun. Akan tetapi hakikat dari mandi balimau ini tidak hanya sekedar

membersihkan wadag badan tetapi juga membersihkan jiwa. Membersihkan diri

dari noda dan dosa serta sifat-sifat yang kurang baik. Membersihkan segala

gangguan agar supaya pada saat prosesi ijab qabul tidak lagi ada aral yang

melintang. Pengantin agar dapat memulai hidup baru dengan keadaan yang bersih

dan suci. Adapun limau yang digunakan yaitu limau kapas (Jeruk Nipis), limau

kunci, limau sundai, tetapi yang sering digunakan oleh masyarakat desa Muara

Siau adalah limau kapas (jeruk nipis) yang dilakukan tiga hari sebelum akad

pernikahan dilaksanakan. Yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore hari.

Latar belakang dari adanya tradisi balimau adalah untuk membersihkan

diri secara lahir dan batin, dan juga balimau dilakukan untuk menghindari hal-hal

37 Gina Novia Utami Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang Di Kecamatan Rajabasa

Kota Bandar Lampung Skripsi Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Bandar

Lampung 2018

39

yang tidak diinginkan sebelum pernikahan. Masyarakat Desa Muara Siau percaya

bahwa jika mereka melakukan tradisi balimau ini maka proses akad

pernikahannya akan berjalan dengan lancar. Jika mereka tidak melakukan tradisi

ini mereka khawatir akan terjadi sesuatu terhadap calon pengantin.

Hamidi selaku dukun kampung mengatakan bahwa:

“[T]radisi mandi balimau ini, bagus untuk dilakukan selain dari

manfaatnya untuk sang calon pengantin tradisi ini juga merupakan

warisan peninggalan dari nenek moyang kita zaman dahulu, tradisi ini

juga harus kita jaga dan kita pertahankan karena tradisi ini tidak semua

daerah memilikinya. Maka dari itu kita sebagai masyarakat Desa Muara

Siau harus melestarikannya. Dan juga tradisi ini sangat bermanfaat untuk

melancarkan dalam prosesi acara pernikahan seseorang.”38

Tradisi mandi balimau ini tidak terdeteksi kapan dimulainya, tapi sudah

menjadi tradisi turun temurun, dari dulu-dulu sudah ada tradisi balimau ini,

diperkirakan penyebab awal adanya tradisi balimau di Desa Muara Siau ini

muncul yaitu, akibat dahulu sebelum orang melakukan pernikahan banyak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan, dikarenakan dugaan bahwa orang-orang zaman

dulu banyak main dukun, dan guna-guna sehingga orang mencari cara agar

kejadian yang tidak diinginkan ini terjadi. Balimau ini telah dilakukan oleh nenek

moyang pada zaman dahulu, karena limau ini dipercaya banyak mengandung

khasiat dan bisa digunakan sebagai obat. Limau juga dipercaya dapat mengusir

hal-hal yang berbau mistis.

Secara khusus, balimau bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda-

beda, meski dengan tujuan yang kurang lebih sama. Pertama, pelaksanaan

balimau untuk peralihan status calon pengantin dalam rangkaian upacara tradisi

mandi balimau. Dan balimau juga bisa digunakan sebagai obat. Limau dipercaya

bisa dijadikan obat bagi orang yang sedang mengidap penyakit yang berbau

mistis, seprti kesurupan dan lain sebaginya.

Darahit, selaku dukun kampung mengatakan:

38 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio

40

“[D]iperkirakan bahwa, Pertama kali munculnya tradisi ini yaitu, dilatar

belakangi oleh banyaknya gangguan-gangguan yang menimpa calon

pengantin sebelum acara akad pernikahan, bisa jadi disebabkan oleh

orang yang memililki dendam terhadap calon pengantin tersebut, Karena

dahulu di Desa Muara Siau ini orang-orang masih banyak mempuyai

ilmu- ilmu yang berbau mistis. Dan sering sekali mereka

mempraktekkan ilmunya pada saat acara sedang berlansung. Maka dari itu

dibuatlah semacam penangkal nya, yang dipercaya bisa mengatasai

masalah tersebut."39

Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya, antara lain berupa upacara

tradisional dan adat istiadat yang perlu dilestarikan karena didalamnya terkandung

makna nilai-nilai yang luhur yang tinggi yang dapat mempengaruhi

pendukungnya untuk berinteraksi secara aktif dan efektif sehingga mampu

membina budi pekerti luhur.40

Menurut Parsudi Suparlan, agama itu sendiri

merupakan sistem keyakinan yang dipunyai secara individual yang melibatkan

emosi-emosi dan pemikiran-pemikiran yang sifatnya pribadi dan diwujudkan

dalam tindakan-tindakan keagamaan yang sifatnya individual ataupun kelompok

dan melibatkan sebagian atau seluruh masyarakat, agama merupakan seperangkat

aturan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan dan tuhannya.

Aturan-aturan ini lebih menekankan pada hal-hal yang normatif atau seharusnya

untuk dilakukan.41

Tradisi merupakan kebiasaan turun temurun yang masih dilakukan oleh

masyarakat pendukungnya dan sebagai suatu konsep sejarah maka suatu tradisi

dapat difahami sebagai suatu kenyataan. Hal ini Karena proses pembentukan

tradisi sesungguhnya merupakan proses seleksi, maka tradisi dapat dilihat sebagai

perangkat nilai dan sistem pengetahuan yang menentukan sikap dan corak

komunitas kognitif. Tradisilah yang memberikan kesadaran identitas serta rasa

39 Darahit, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis 17 Oktober 2019, Rekaman Audio 40 Purwadi, Ensiklopedi Adat Istiadat Budaya Jawa, (Yogyakarta: SHAIDA, 2007), 3 41Roland Roberston, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta:

Rajawali Pers, 1998), 8

41

ketertarikan dengan sesuatu yang dianggap lebih awal.42

Kegiatan tradisi juga merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan

nilai-nilai dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan

biasanya adalah nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukung tradisi dianggap baik.

Dengan demikian, timbullah masalah bagaimanakah caranya agar nilai-nilai

budaya yang terkandung dalam unsur-unsur kebudayaan lama, termasuk pula

yang berupa upacara tradisional (dalam hal ini mandi balimau) itu tidak

mengalami kepunahan, sehingga masih tetap memiliki kegunaan sebagai

pegangan hidup bagi masyarakatnya.

B. Prosesi pelaksanaan Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan

Salah satu rangkaian kegiatan sebelum pelaksanaan akad nikah, di Desa

Muara Siau yaitu dikenal dengan tradisi mandi balimau. Kegiatan mandi balimau

juga bisa dikatakan sebagai mandi tola bala, ini adalah mandi dengan

menggunakan limau yang ditujukan untuk melindungi, mengharapkan

keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya atau bala. Baik dalam upaya

pelaksanaan akad nikah maupun dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.

Sebelum melakukan tradisi mandi balimau, kita harus mempersiapkan

segala sesuatu yang dibutuhkan, setelah semua perlengkapan telah disiapkan

seperti jeruk, air, pisau, mangkuk. Maka semua perlengkapan itu dibawa ke dukun

kampung untuk di jampi dan dibuat. Setelah semuanya selesai dipersiapkan

barulah sang calon pengantin menggunakan air limau tersebut, ditempat yang

tertutup atau dikamar mandi dengan cara meminum airnya sedikit dan diusapkan

keseluruh badan. Pada hakikatnya balimau adalah suatu kegiatan dimana

seseorang yang hendak menikah harus melakukan tradisi tersebut.43

Musa dukun kampung menyatakan:

42 Taufiq Abdullah dan Sharon Shiddique, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1918), 61 43 Hamidi, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

dengan penulis , 20 Oktober 2019, Rekaman Audio

42

“ sebelum kita melakukan prosesi mandi balimau ini, tentu kita harus

mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari bahan dan

perlengkapannya. kemudian di buat dan di jampi oleh dukun kampung,

Setelah itu barulah diberi ke calon pengantin untuk digunakannya.”

Ketika kita hendak memetik limau, limau tidak boleh dalam keadaan

telanjang dalam artian limau yang kita ambil itu harus ada tangkai dan daunnya.

Dan juga kita dilarang memetik limau pada waktu senja, karena itu tidak baik

untuk dilakukan. Adapun pantangan bagi orang yang menggunakan limau ini

adalah tidak boleh keluar rumah pada waktu senja, karena dipercaya dapat

membahayakan dirinya.44

Pada rangkaian pelaksanaan tradisi mandi balimau

dilakukan atau juga bisa disebut sebagai mandi pengantin, Maksudnya supaya

nanti kedua mempelai tidak kesurupan saat bersanding di pelaminan dan rumah

tangga mereka kelak tidak goyah . Sebab, siapa tahu ada pihak tertentu yang tak

suka pasangan itu hidup rukun, lalu melancarkan gangguan sejenis sihir atau

guna-guna.

Masyarakat Desa Muara Siau percaya jika tradisi balimau ini dilakukan

maka dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama acara pernikahan

berlansung. Hampir semua masyarakat di Desa Muara Siau melakukan tradisi

mandi balimau ini, guna untuk dapat memperoleh kelancaran selama proses acara

pernikahan berlansung. Masayarakat Desa Muara Siau percaya bahwa jika mereka

melakukan tradisi mandi balimau ini, maka akan dijauhkan dari segala bala dan

marabahaya yang bisa menimpa sang calon pengantin.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan,

sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Kebudayaan memiliki makna

yang luar biasa pentingnya bagi masyarakat dan kebudayaan hampir menyentuh

44 Siti Soleha, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

dengan penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio

43

semua dari segi kehidupan masyarakat. Tradisi mandi balimau yang dilakukan

oleh orang sebelum akad pernikahan, yaitu tiga hari sebelum akad pernikahan

dilaksanakan. Pada hari-hari tersebut calon pengantin yang akan melakukan

tradisi mandi balimau dilarang untuk keluar rumah, atau melakukan sesuatu yang

dapat membahayakan dirinya. Mereka hanya menunggu sampai waktu

menggunakan mandi balimau tersebut.

Musa sebagai dukun kampung menyatakan:

“[D]ulu tradisi balimau ini dilakukan oleh orang yang hendak menikah di

sungai dan ditemani oleh satu orang, ibunya atau yang lain. namun

sekarang orang-orang melakukannya hanya dirumah saja. Karena zaman

dahulu masyarakat di Desa Muara Siau belum mempunyai kamar mandi

maka dari itu tradisi mandi balimau dilakukan di sungai.”45

Pertama balimau dilakukan oleh calon pengantin, dirumah tiga kali sehari,

balimau hanya dilakukan sepeti luluran, yaitu diusap ke wajah, tangan, dan kaki.

Tradisi mandi balimau ini dilakukan ditempat yang telah ditentukan, dahulu

orang-orang yang hendak melakukan balimau, mereka melakukannya di sungai.

Karena pada zaman dahulu dirumah mereka belum mempunyai kamar mandi jadi

balimau ini dilakukan disungai. Tetapi sekarang seiring berjalannya waktu, tradisi

balimau dilakukan dirumah saja, dikamar mandi, tetapi air bekasnya dibuang

kesungai, dan tidak boleh di buang sembarangan.

Balimau ini harus dilakukan ditempat yang tertutup dan tidak boleh

disaksikan oleh orang banyak. Dalam proses balimau ini tidak banyak langkah-

langkah yang harus dilakukan, cukup si pengantin menggunakan limau itu sendiri

dan jika ada boleh ditemani oleh ibu atau saudara-saudaranya. Tradisi balimau

dilakukan pada tiga hari sebelum acara akad pernikahan berlansung. Waktu

pelaksanaan balimau adalah pada waktu pagi, siang, dan sore hari, selama tiga

hari berturut-turut. Tradisi balimau dilakukan oleh kedua calon pengantin jika

45 Musa, Dukun kampung, Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 25 Oktober 2019, Rekaman Audio

44

kedua calonnya berdekatan. Namun jika jauh balimau boleh dilakukan oleh salah

satu dari calon pengantin tersebut.

Yang melaksanakan tradisi mandi balimau ini, tidak hanya orang-orang

yang akan melakukan pernikahan. Tetapi balimau ini juga bisa digunakan sebagai

obat untuk orang yang sakit. Seperti orang yang kerasukan makhluk halus, dan

berbagai macam penyakit lainnya, limau dapat dipercaya untuk bisa mengobati

penyakit tersebut. Tentu dengan diiringi mantra atau jampian dari dukun atau

orang pintar. Adapun perlengkapan dan bahan yang akan digunakan itu tidaklah

banyak dan bisa didapatkan dengan mudah. Adapun perlengkapan dan bahan yang

digunakan adalah sebagai berikut.

1. Jeruk

2. Air

3. Mangkok

4. Pisau

Setelah semuanya terkumpul, langkah selanjutnya adalah, membawa alat

dan bahan kepada dukun kampung untuk diberikan bacaan dan doa doa. Dahulu

orang juga menggunakan kemenyan sebagai bahan dari balimau tersebut tetapi

sekarang tidak menggunakan kemeyan lagi cukup dengan membaca mantra-

mantranya saja. Karena pada zaman sekarang kemenyan sulit untuk ditemukan.

Jadi orang tidak lagi menggunakan nya.

D. Fungsi dan tujuan pelaksanaan tradisi mandi balimau.

Tradisi mandi balimau adalah tradisi atau kebiasaan turun temurun. Setiap

tradisi yang dilakukan oleh suatu masyarakat biasanya memiliki makna, fungsi

dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat pelaku. Tradisi tersebut juga

mendorong masyarakat semakin melakukan dan mentaati tatanan sosial tertentu.

Tradisi-tradisi ini memberikan motivasi dan nilai-nilai yang paling dalam. Untuk

itulah tradisi mandi balimau dilaksanakan dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan

diadakannya tradisi mandi balimau ini yaitu dalam rangka memohon berkah dan

45

rahmat Tuhan Yang Maha Esa agar calon pengantin dibersihkan dari segala

godaan dan pengaruh buruk, sehingga dapat melaksanakan akad pernikahan

hingga selesai dengan lancar dan selamat. Selain itu, calon pengantin juga selamat

dalam membangun rumah tangga dan dapat mencapai tujuan pekawinan.

Adapun maksud dari dilaksanakannya tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan adalah sebagai tradisi yang kepercayaan yang dianggap dapat menolak

suatu bencana dan agar sang calon pengantin nya tidak diganggu oleh makhluk

halus. Warga masyarakat Desa Muara Siau masih memegang teguh adat kebiasaan

salah satunya yaitu tradisi mandi balimau. Mereka masih melestarikan tradisi

yang telah diturunkan bagi masyarakat pendukungnya. Adapun Fungsi dan tujuan

dari pelaksanaan tradisi balimau sebelum akad pernikahan yaitu, Fungsinya

untuk kita ketahui bahwa sebelum orang melakukan pernikahan pasti ada sesuatu

hal yang bisa mencelakainya, karena dahulu banyak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan selama proses pernikahan baerlansung, jadi diperlukan suatu

penangkal atau pelindung yang bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

terjadi.

Hamidi menyatakan;

“Adapun Fungsi dan tujuan dari pelaksanaan tradisi mandi balimau ini

adalah tidak lain dan tidak bukan untuk melindungi diri sang calon

pengantin dari berbagai macam gangguan baik dari luar maupun dari

dalam.”46

Tujuan pelaksanaan tradisi balimau adalah untuk membentengi pengantin

dari berbagai gangguan yang tidak diinginkan. Jika tidak dipersiapkan

penangkalnya, dikhawatirkan kedua mempelai yang hendak melansungkan

pernikahan akan terserang penyakit atau bisa kesurupan pada saat mau melakukan

ijab qobul, dan kehidupan rumah tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai

macam rintangan. Jadi, masyarakat Desa Muara Siau percaya bahwa jika

46 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio

46

melaukukan tradisi balimau ini semuanya akan berjalan dengan lancar, tanpa ada

halangan dan rintangan.

Mandi Balimau di Desa Muara Siau, tidak hanya dilakukan oleh orang-

orang yang hendak menikah saja, tetapi balimau juga bisa digunakan oleh orang

yang terkena penyakit, atau lain sebagainya. Karena limau ini dipercaya dapat

mengobati berbagai macam penyakit. Karena limau ini banyak mengandung

vitamin dan juga dipercaya bahwa bisa digunakan untuk mengusir hal-hal yang

berbau mistis. Maka masyarakat Desa Muara Siau percaya dengan khasiat dari

buah limau tersebut. Dan mereka juga telah membuktikannya sendiri. Tradisi

mandi balimau dipandang sebagai hasil budi daya yang dianggap sakral. tradisi

mandi balimau bila dilihat dari tujuan pelaksanaanya dapat digolongkan dalam

suatu bentuk tradisi yang religious dan kental dengan unsur keislaman. Dilihat

dari sejarahnya, dalam tradisi mandi balimau terdapat beberapa tujuan diadakan

tradisi ini karena beberapa sebab seperti adanya gangguan dari makhlu halus

terhadap calon pengantin, adanya serangan wabah penyakit, dan lain-lain sehingga

perlu dilakukan tradisi ini. Di samping itu tradisi tersebut mempunyai makna yang

mendalam mengenai prosesi tradisi tersebut.47

Mandi balimau menurut kepercayaan masyarakat Desa Muara Siau apabila

tradisi ini tidak dilakukan maka calon pengantin besar kemungkinan akan

mendapatkan musibah atau gangguan oleh makluk-makhluk halus, atau bisa juga

terkena serangan penyakit atau di guna guna oleh orang yang tidak

menyukainya.48

Mandi balimau dalam pandangan mayoritas Desa Muara Siau

adalah tradisi yang patut utuk dilestarikan. Karena tradisi ini dianggap tidak

menyimpang dari ajaran islam. Dan juga tradisi ini telah dilakukan oleh orang-

orang terdahulu di Desa Muara Siau ini. Maka dari itu masyarakat Desa Muara

Siau sangat menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Mereka berangaapan

47 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Sia, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio 48 Musa, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 25 Oktober 2019, Rekaman Audio

47

bahwa selama tradisi mandi balimau ini tidak menyimpang dari ajaran agama

maka mereka terus melakukan dan melestarikan tradisi tersebut. Disamping itu

tradisi mandi balimau juga dimaksudkan untuk menyegarkan badan, selain segar

secara fisik, juga mengandung harapan segar secara psikologis, artinya

menyiapkan dan menyegarkan jiwa untuk melangkah pada kehidupan yang baru

harus ada proses penyelasaran diri, masing-masing berusaha untuk menyesuaikan

dengan pasangannya.

Selain dari fungsi diatas dalam tradisi mandi balimau ini terdapat fungsi

dan tujuan yang lain diantara yaitu sebagai berikut:

1. Pengobatan

Mandi Balimau juga sebagai sarana pengobatan agar terhindar dari

berbagai penyakit yang bisa mengancam keselamatan seseorang. Pengobatan ini

dilakukan dengan cara meminum air nya sedikit sebelum digunakan keseluruh

tubuh, agar terhindar dari gangguan kerasukan jin, serta meningkatkan daya tahan

tubuh terhadap penyakit lainnya. Dan limau ini juga bisa mengobati penyakit-

penyakit yang bisa terbilang agak aneh, seperti kerasukan jin dan lain sebagainya.

Karena limau ini dipercaya bisa mengusir hal-hal yang berbau mistis. Masyarakat

Desa Muara Siau percaya dan telah membuktikan khasiat dari buah limau

tersebut.49

2. Rasa Aman

Setelah pelaksanaan Mandi Balimau dilakukan ada perasaan aman dan

tenang di dalam diri sang calon pengantin. Masyarakat beranggapan bahwa

dengan melaksanakan Mandi Balimau ini maka secara otomatis mereka terhindar

dari penyakit dan bahaya yang mengancam. Jadi masyarakat Desa Muara Siau

percaya bahwa setelah melakukan tradisi balimau ini mereka akan dapat

memperoleh rasa aman dan nyaman. Masyarakat Desa Muara Siau percaya bahwa

49 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamata Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

48

adanya tradisi mandi balimau ini memberi banyak manfaat kepada mereka.50

Dari penjelasan diatas masyarakat sangat meyakini bahwa setelah

melakukan mandi balimau memberikan dampak yang positif dalam kehidupan

mereka, seperti memberikan rasa aman dalam kehidupan mereka. Tradisi mandi

balimau ini memberikan banyak manfaat kepada msayarakat di Desa Muara Siau.

Mereka terus melaksanakan tradisi mandi balimau ini dari dulu sampai sekarang.

E. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Mandi Balimau

Pandangan merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi kedalam fikiran manusia. Menurut Tonny dan Barry Buzan, pandangan

atau persepsi seseorang merupakan stimulus yang diindra oleh individu, tersebut

dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diindrakannya.51

Sedangkan

dalam perpektif psikologi, persepsi diartikan sebagai sejenis aktivitas pengelolaan

informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Persepsi sosial

individu, merupakan proses pencapaian pengetahuan proses berfikir tentang orang

lain, misal berdasarkan ciri-ciri fisik, kuakitas, bahkan pada kepribaiannya.

Individu membangun gambaran tentang orang lain dalam upaya menetapkan,

memungkinkan, dan mampu mengelola dunia sosialnya.52

Dalam kamus bahasa

Indonesia masyarakat berarti sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam

suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu, orang banyak khalayak

ramai.53

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam

istilah sosiologisnya adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat

50 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamata Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio 51 Tony dan Barry Buzan, memahami peta fikiran (the Mind Map Book), Edisi Milenium.

(Jakarta: interaktasara 2004) 125 52 Fatah Hanurawan, Psikologi Soaial Suartu Terapan, (bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), 34 53 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), 276

49

mempunyai prasarana melalui saling interaksi diantara warganya. Beberapa pakar

juga memberikan definisi tentang masyarakat atau society ini diantaranya:54

Maclver dan Page mengatakan bahwa: “Masyarakat ialah suatu sistem dari

kebiasaan dan tata cara, wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan

penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat

merupakan jalinan hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah.” Menurut

Ralph Linton; masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup

dan bekerja bersama cukup lama sehinggan mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas

yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Selo Soermardjan menyatakan bahwa

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

kebudayaan.

Dari pengertian pandangan dan masyarakat diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pandangan masyarakat adalah cara pandang seseorang dalam

menilai suatu objek tertentu menyangkut apa saja yang diindranya. Dalam

kehidupan sosial, cara pandang akan selalu timbul dari individu sesuai dengan

fenomena sosial yang mereka alami. Pandangan masyarakat Desa Muara Siau

tentang tradisi mandi balimau yang merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan

oleh seseorang yang akan menikah. Tradisi ini berada di Desa Muara Siau

Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Tradisi ini dipercaya oleh

masyarakat dapat menghindarkan segala macam gangguan dari makhluk halus

yang akan menyerang calon pengantin. Dan dapat menghindari dari berbagai

macam penyakit. Terkait dengan tradisi mandi balimau semua masyarakat di Desa

Muara Siau merespon dengan baik tentang tradisi ini, karena dengan

dilaksanakannya tradisi ini dapat menghindarkan dari hal-hal yang dapat

membahayakan. Ahmad selaku warga desa Muara Siau menyatakan bahwa.

54 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jkarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012), 22

50

Tradisi mandi balimau sangat bagus untuk dilakukan karena ini merupakan hal

yang positif. Dan juga untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang telah

diwariskan oleh nenek moyang kita dahulu.55

Tradisi mandi balimau merupakan warisan budaya nenek moyang. Karena

selain ada aspek mistis, juga merupakan kebutuhaan psikologis yang

menunjukkan identitas diri. Misalnya ada orang yang merantau dan ingin

melakukan pernikahan pasti mereka melakukan tradisi yang yang berasal dari

daerah asal nya. Seperti mandi pengantin dan lain-lain. dan itu menunjukkan

identitas diri mereka, atau dari daerah mana mereka berasal. Dan juga

Mempertahankan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam tradisi tersebut.

Masyarakat Desa Muara Siau masih mempertahankan tradisi tersebut. Adapun

tujuan dilaksanakannya tradisi mandi balimau ini adalah untuk melindungi sang

calon pengantin dari gangguan makhluk halus, dari serangan penyakit, dan lain-

lain yang bisa menganggu acara pernikahan tersebut. Bapak Ridwan mengatakan

selagi tradisi mandi balimau ini tidak menyimpang dengan ajaran agama islam

menurut saya sah-sah aja dilaksanakan selama tidak menganggu dan menyulitkan

kepada orang yang mau melakukan teradisi balimau tersebut.56

Menurut beberapa argument masyarakat diatas dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa mayoritas masyarakat Desa Muara siau sangat setuju dengan

adanya tradisi mandi balimau ini yang dilakukan oleh calon pengantin sebelum

akad pernikahan. Karena dengan adanya tradisi ini dapat menghalangi sesuatu

yang bisa menyebabkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Berdasarkan hasil

wawacara penulis dengan bapak Ridwan bahwa tradisi ini jika ditinggalkan tidak

apa-apa dan jika dilaksanakan lebih baik karena untuk menghindari hal yang tidak

diinginkan terjadi. Aturan dan norma yang ada dimasyarakat tentu dipengaruhi

oleh tradisi yang ada dan berkembang dimasyarakat. Setiap daerah memiliki

55 Ahmad, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara degan

penulis, 27 Oktober 2019, Rekaman Audio 56 Ridwan, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 27 Oktober 2019, Rekaman Audio

51

tradisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat juga akan

mengembangkan suatu aturan dan norma yang sesuai dengan tradisi mereka.

Sementara itu, ada satu cabang ilmu yang khusus mempelajari mengenai tradisi

atau kebudayaan masyarakat, namanya antropologi. Ilmu ini pada dasarnya

mempelajari manusia faham akan perbedaan yang ada diantara kita. Mereka

percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan

karena sebelumnya semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada.

Tradisi mandi balimau ini merupakan hasil dari akulturasi islam dan

budaya. Namun tradisi mandi balimau ini dianggap tidak menyimpang dari ajaran

islam, meski tradisi mandi balimau ini tidak disebutkan dalam al-quran dan

hadisth. Adapun Tinjauan hukum Islam terhadap mandi balimau boleh dilakukan

karena merupakan suatu adat istiadat atau tradisi dalam suatu pernikahan, sebab

tidak bertentangan dengan hukum Islam.Tetapi tatacara pelaksanaan harus sesuai

dengan syariat islam yaitu tidak boleh dilakukan di tempat yang terbuka atau

ditempat yang ramai, tradisi ini harus dilakukan ditempat yang tertutup.57

Berkenaan dengan prosesi dari tradisi mandi balimau ini pada dasarnya

tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal boleh atau tidaknya mandi

balimau (mandi pengantin) dalam pandangan Islam. Secara eksplisit tidak ada

dinyatakan dalam al-Quran dan hadist tentang hal tersebut. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwasanya masyarakat Desa Muara Siau yang mayoritas muslim,

tetap berpegang kepada adat yang bersifat kaku. Dan yang harus kita pegang di

sini, apabila adat bertentangan dengan agama maka kita harus memenangkan

agama. Menurut hemat kami, mandi pengantin itu tidak ada salahnya, asal tidak

ada unsur kemusyrikan di dalamnya dan tidak melanggar syariat. Mandi balimau

hendaknya dilaksanakan di tempat yang tertutup. Selain itu, segala yang dilakukan

dalam upacara tersebut diawali dan diakhiri dengan doa yang dipanjatkan hanya

57http://digilib.uin-suka.ac.id/29073/1/12350015_BAB-1_IV-atau V_DAFTAR_pustaka.pdf

di akses tanggal 8 November 2019

52

kepada Allah.58

Sejatinya, tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan tidak

lain ialah simbol dari pembersihan diri secara lahir maupun batin. Pembersihan

lahir yaitu dengan cara mandi, dan pembersihan batin dengan adanya harapan baik

dan do‟a dari sang calon pengantin. Dengan demikian, secara garis besar bisa kita

ambil kesimpulan bahwa melakukan tradisi mandi balimau (mandi pengantin)

hukumnya boleh. Hanya saja perlu diingat bahawa hukum antara satu dengan

yang lainnya tidak bisa dipisahkan. Hanya saja disaat melakukan acara tradisi

tersebut harus dalam ruangan yang tertutup dan tidak boleh disaksikan oleh orang

banyak dan orang yang bukan muhrim. Hal itu tentu saja tidak diperbolehkan

dalam islam.59

58 https://www.msn.com/id-id/travel/other/mandi-safar-ritual-tolak-bala-di-mataram/ar-

AAJgTbR di akses tanggal 8 November 2019 59 https://islami.co/bolehkah-melakukan-tradisi-siraman-sebelum-pernikahan/ diakses,

tanggal 28 Oktober 2019

53

BAB IV

MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD

PERNIKAHAN

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari satu kata, jadi makna

dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa

di hubungkan dengan benda nya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak

bisa memperoleh makna dari kata itu. Filosofi adalah proses berfikir dalam

mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh, mendasar dan metodis,

guna untuk mendapatkan pengetahuan sampai keakarnya atau sampai kedasar

segala dasar.60

Jadi makna filosofi yang dimaksud di sini adalah mencari makna

filosofi terhadap tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa Muara

Siau.

Masyarakat Desa Muara Siau memandang bahwa tradisi mandi balimau

sebagai salah satu tradisi dan kebudayaan yang di wariskan oleh nenek moyang

nya yang terdahulu. Tradisi ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun dan

bahkan sejak kapan di mulai nya tradisi mandi balimau ini belum diketahui secara

jelas karena terlampau lama. Masyarakat percaya bahwa melalui tradisi mandi

balimau ini akan diberi perlindungan dan ketentraman bagi sang calon pengantin

yang mau melakukan akad pernikahan.

A. Makna Proses Rangkaian.

Budaya merupakan salah satu sarana komunikasi, di mana di dalam

budaya terdapat banyak komunikasi nonverbal. Kegiatan-kegiatan adat dari

budaya tertua terkadang banyak menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol

sebagai media komunikasi yang butuh pemaknaan secara mendalam terhadap

60 Kamus besar bahasa Indonesia, dapertemen pendidikan nasiona, (balai pustaka Jakarta,

2007,) Cet Ke-3, hal 783

54

simbol-simbol dan tanda tersebut, secara tidak lansung telah terjadi komunikasi

nonverbal diantara para penganut dan pengikut sebuah budaya tersebut.

Oleh karena itu penting untuk mengetahui makna dari simbol dan tanda

tertentu untuk memudahkan komunikasi. Simbol merupakan suatu yang lepas dari

apa yang disimbolkan karena komunikasi manusia tidak terbatas pada ruang,

penampilan atau sosok fisik, dan waktu dimana pengalaman indrawi berlansung.

Sebaliknya manusia dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar

batas waktu dan ruang. Namun yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua

makna dari suatu simbol bersifat universal atau berlaku sama di setiap situasi dan

daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung pada orang-orang atau

kelompok tertentu yang menggunakan simbol tersebut dan hal itulah yang sering

kita temui dalam kebudayaan suatu daerah tertentu.61

Dalam memahami suatu fenomena Ricoeur mengatakan bahwa semua

yang ada ini harus dilihat atau di wakili oleh simbol-simbol. Dalam bukunya

mengenai Filsafat Kehendak, Ia menerangkan tentang simbol-simbol kejahatan

yang di tulis dalam bagian kedua yang berjudul Keberhinggaan dan Kebersalahan

dalam suatu bagian yang berjudul Simbol-simbol tentang kejahatan. Dalam buku

ini ia menerangkan bahwa bagimana manusia mengalami kejahatan atau lebih

tepat lagi bagaimana manusia ”mengakui” kejahatan. Ada 3 macam simbol dalam

mengungkapkan pengalamannya tentang kejahatan, diantaranya: Noda, dosa, dan

kebersalahan.

Tradisi mandi balimau sebelum akad perniakah di Desa Muara Siau ini

banyak mempunyai makna, dapat kita ketahui bahwasanya apa saja makna yang

terkandung dalam tradisi ini, maka lebih lanjut tradisi mandi balimau mempunyai

beberapa simbol (perlengkapan) dan tahapan dalam melaksanakannya, dimana

61 Putra Suwira. “Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat

Pernikahan Melayu Riau Di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan

Hilir Provinsi Riau. “ Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.

1, No. 2 (2014)

55

setiap perlengkapan dan tahapan ini mempunyai makna masing-masing. Yang

mana masyarakat Desa Muara Siau percaya akan hal tersebut. Secara Harfiah,

Mengenai tradisi mandi balimau yang ada di Desa Muara Siau ini mempunyai

makna yang positif. Yaitu untuk melancarkan semua acara akad pernikahan yang

sedang berlansung. Secara filosofi Disini melihat makna filosofi dari tradisi ini,

yaitu dengan menggunakan teori bahasa Interpretasi filosofi Paul Ricour, dalam

teorinya Paul Ricour ada yang namanya bahasa interpretasi filosofi mengenai

kejahatan yang pada dasarnya bersifat spekulatif.

Bentuk kejahatan menurut Ricoeur terhubung dengan noda, kotor, dan

cemar yang dilakukan manusia. Hal itu dilakukan manusia ketika dia terhubung

dengan kejahatan. Berasal dari luar dan menular. Disini kejahatan digambarkan

dalam skema ekterioritas. Kejahatan adalah pelanggaran tertib sakral yang

berdampak pada kebutuhan untuk menghilangkanya. Sebab kejahatan, identik

dengan bernoda kotor dan cemar. Semasa kita remaja pasti banyak sekali dosa-

dosa yang pernah kita lakukan baik disengaja maupun tidak. Maka sebelum kita

melakukan proses akad pernikahan kita harus membersihkan dosa-dosa tersebut

dari diri kita. Salah satunya yaitu yang ada di masyarakat desa Muara Siau yaitu

tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan. Dengan melacak apa yang

dibalik simbol, seseorang yang merasa bernoda, berdosa, dihadapan yang

transenden pasti akan merasa bersalah. Maka manusia mencari kemurnian

sehingga manusia kembali pada dirinya sendiri di dalam apa yang ditemukannya.

Sebelum kita melakukan akad pernikahan, kita pasti ingin acara kita

berjalan dengan semestinya. Maka dari itu kita perlu memperhatikan dan

melaksanakan traidisi-tradisi terdahulu yang telah turun temurun dari nenek

moyang kita zaman dahulu. Tentu dengan tujuan untuk membersihkan diri kita

dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan dahulu. Secara khusus, Balimau

bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda, meski dengan tujuan yang kurang

lebih sama. Pertama, pelaksanaan Balimau untuk peralihan status calon pengantin

56

dalam rangkaian upacara pernikahan adat melayu yang ada di Desa Muara Siau

atau yang sering disebut oleh masyarakat lain seperti jawa, sunda dan lain-lain

dengan istilah Mandi Pengantin. Tujuan pelaksanaan tradisi Mandi Balimau

adalah untuk membentengi pengantin dari berbagai gangguan yang tidak

diinginkan. Jika tidak dipersiapkan penangkalnya, dikhawatirkan kedua mempelai

yang hendak melangsungkan akad pernikahan akan terserang penyakit dan

kehidupan rumah-tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai macam

rintangan.62

Kedua balimau juga bisa dijadikan sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit yang berbau mistis, contohnya seperti kerasukan jin,

melihat binatang buas, dan lain-lain.

Mengenai tradisi mandi balimau yang ada di Desa Muara Siau Kec Muara

Siau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi mempunyai makna yang positif. Prosesi

dalam tradisi mandi balimau dilaksanakan tiga hari sebelum akad pernikahan.

Pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin yang sakral (suci) yang kokoh mengikat

kedua belah pihak suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia

berlansung kekal sama di dunia, dan abadi di akhirat. Tradisi mandi balimau ini

dilaksanakan tiga hari sebelum pernikahan. Tujuannya agar si calon pengantin

tidak diganggu oleh makhluk halus atau diserang oleh penyakit-penyakit dan lain

sebagainya yang bisa merusak acara selama proses akad pernikahan.

Pada hakikatnya setiap tradisi yang dilakukan oleh masyarakat merupakan

hasil dari suatu kebudayaan yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu budaya

yang ritual. Termasuk juga Mandi balimau yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Muara Siau yang merupakan suatu acara yang mempunyai makna untuk

melindungi diri dari berbagai macam gangguan serta membuang segala penyakit,

bala, dan bencana kepada si calon pengantin. Tradisi dan kebudayaan ini lebih

dekat kepada pertimbangan nilai-nilai agama Islam. Adat melayu telah

62 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio

57

mengadopsi seluruh nilai-nilai Islam. “orang melayu identik dengan orang

muslim” baik dalam berfikir, berprilaku, maupun bertindak.63

Setiap kegiatan

upacara tradisional atau tradisi mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan

melalui simbol-simbol atau lambang yang digunakan dalam setiap upacara atau

tradisi. Benda-benda tersebut melambangkan latar belakang maksud dan tujuan

upacara atau tradisi tersebut.

Tradisi balimau ini merupakan warisan nenek moyang serta tradisi maka

tradisi balimau ini sudah melekat dalam diri setiap warga Desa Muara Siau.

Pelestarian budaya ini bisa dilihat dengan perspektif teori tindakan sosial

tradisional, yaitu tindakan sosial yang disorong dan berorientasi pada tradisi masa

lampau. Teori tindakan adalah teori yang mengacu pada tindakan yang selalu

mengerjakan sesuatu sehingga sesuatu itu terjadi di dunia ini. Di dalam teori

tindakan terdapat motivasi dan kausalitas, serta intervensi tindakan di dalam

dunia. Hingga saat ini tradisi mandi balimau masih hidup, terjaga, terpelihara, dan

dimanfaatkan oleh para pewarisnya. Bentuk pusaka budaya ini senyatanya

memiliki dampak positif bagi kehidupan pelaku dan pesertanya, terutama yang

terkait dengan kerukunan dan kedamaian hidup.

B. Makna Perlengkapan Tradisi

Untuk melihat makna filosofi dari tradisi tersebut kita menggunakan teori

interpretasi Paul Ricour. Bagi Ricoeur hidup ini merupakan interpretasi, terutama

jika terdapat pluralitas makna, disaat itulah interpretasi dibutuhkan. Apalagi jika

simbol-simbol dilibatkan, intepretasi menjadi penting, sebab disini terdapat makna

yang mempunyai multi-lapisan. Menurutnya interpretasi adalah usaha untuk

“membongkar” makna-makna yang masih terselubung atau usaha untuk membuka

lipatan-lipatan dari tingkat-tingkat makna yang terkandung dalam makna

kesusastraan.

63 Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2002). 133

58

Kata-kata adalah simbol yang menggambarkan makna lain yang sifatnya

“tidak langsung, tidak begitu penting serta figurative (berupa kiasan) dan hanya

dapat dimengerti melalui simbol-simbol tersebut”. Begitu pun simbol atau alat

yang digunakan dalam tradisi mandi balimau ini, mempunyai arti yang sangat

penting dibalik simbol-simbol tersebut. Dalam tradisi mandi balimau yang penuh

dengan simbol. Setiap bahan dan atau perlengkapan memiliki makna dan

fungsinya sendiri. Dalam upacara tradisi mandi balimau terdapat beberapa

persyaratan yang harus dilengkapi sebelum tradisi tersebut dilaksanakan, dan

dalam setiap perlengkapan nya tersebut masing-masing mempunyai makna

tersendiri, yaitu:

a. Limau (Jeruk)

Limau (jeruk) yang biasa digunakan adalah limau kapas (jeruk nipis),

limau kunci limau sundai, tetapi masyarakat di Desa Muara Siau sering

menggunakan jeruk nipis. Bagi masyarakat Desa Muara Siau limau juga bisa

dikatakan sebagai pengharum badan, pengharum badan ini dipercayai dapat

mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam pikiran seseorang. Sejak

dahulu jeruk nipis dipercaya masyarakat untuk dapat mengusir makhluk-makhluk

halus, dan disamping itu diiringi dengan bacaan-bacaan atau mantra dari orang

pintar atau dukun. Jeruk juga mempunyai fungsi bisa mencegah berbagai macam

penyakit karena jeruk dipercaya mempunyai khasiat yang luar biasa.

Limau adalah jeruk, jeruk adalah buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C. Dalam tradisi ini jeruk yang digunakan yaitu jeruk nipis. Jeruk dalam

tradisi ini dimaknakan sebagai suatu pengobatan yang banyak mengandug khasiat.

Dan jeruk nipis juga dipercaya bahwa dapat menangkal dari segala hal-hal yang

bersifat mistis. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Muara Siau, Limau

dianggap tanaman yang bisa membersihkan diri dari kotoran najis yang melekat

pada diri. Dan baunya yang menyengat dianggap dapat mengusir setan-setan dan

membersihkan diri dari dosa-dosa yang dilakukan sehari-hari.

59

b. Air

Salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada

mahluknya adalah air. Semua mahluk yang ada di dunia ini tidak dapat hidup

tanpa air. Dengan air, Allah SWT menegakkan kehidupan dan memberikan rejeki

bagi kita semua, dan dengan air pulalah Allah SWT menciptakan manusia sebagai

salah satu unsur yang terdapat dalam tubuh. Jadi, air merupakan salah satu bagian

penting bagi kehidupan mahluk hidup, termasuk manusia. Air menjadi sumber

kehidupan paling penting.. Air juga dapat berfungsi sebagai sarana pengobatan

yaitu air yang higienis, air suci dan bersih dari kuman dan najis. Disamping air

dijadikan sebagai obat, ada silang pendapat bahwa air dapat menjadi sumber gizi

bagi mahluk hidup. Pada hakikatnya, air senantiasa memberi faedah bagi

pengobatan lahiriyah dan dapat memberi manfaat penyembuhan dengan cara

diminum. Sebagaimana diketahui, di sejumlah negara Eropa, Mesir, dan lainnya,

air dipergunakan sebagai media penyembuhan untuk penyakit kulit dan juga

penyakit batiniyah. Bahkan, pengobatan air ini kini telah menjalar ke seluruh

pejuru dunia.

Menurut masyarakat Desa Muara Siau Air merupakan lambang kesucian

dan kejernihan hati. Yang diharapkan agar bisa membersihkan hatinya dari segala

sifat iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lain nya. Pada hakikatnya, air

senantiasa memberi faedah bagi pengobatan lahiriyah dan dapat memberi manfaat

penyembuhan dengan cara diminum. Pengertian air di sini, yaitu, menunjukkan

bahwa air mempunyai khasiat dan juga mengandung unsur medis sehingga

menjadi penyembuhan penyakit tersebut. Dalam tradisi mandi balimau ini air

diminum sedikit, melambangkan kebersihan hati. Dan kemudian diguyur

keseluruh badan, melambangkan kebersihan jiwa dan raga. Air disini bukan hanya

berfungsi untuk membersihkan kotoran tetapi bisa untuk membersihkan hati dari

berbagai macam penyakit hati.

60

Dalam memahami suatu fenomena Ricoeur mengatakan bahwa semua

yang ada ini harus dilihat atau di wakili oleh simbol-simbol. Air adalah simbol

keberuntungan dan rezeki. Kita ketahui bahwa air merupakan suatu yang

melambangkan kesucian, pada saat kita akan mencuci sesuatu, kita juga harus

bersih, agar dapat menghilangkan sebuah kotoran dan noda tersebut. Dengan

menggunkan air dalam proses tradisi mandi balimau ini dimana sang calon

pengantin harus mulai sadar atas perbuatan-perbuatannya yang berdosa dan

diharapkan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan buruk yang

mereka lakukan sebelum menikah. Jadi dengan menggunakan air ini diharapkan

dapat membersihkan hati dan fikiran nya dari dosa yang telah dilakukan atau di

buat selama ini. Dan membuat mereka sadar bahwa yang mereka lakukan selama

ini adalah perbuatan yang tidak sepantasnya. Air ini juga melambangkan sebuah

kerendahan hati, kita ketahui bahwa air selalu mengalir dari tempat tinggi ke

tempat yang rendah. Itu megajarkan kita untuk rendah hati. Diharapkan agar sang

calon pengantin selalu mempunyai sifat yang rendah hati. Dan juga air

melambangkan sebuah kegigihan. Mengajarkan sang calon pengantin agar tidak

mudah menyerah dan selalu gigih dalam mencapai sesuatu yang diinginkan di

dalam rumah tangga nya kelak.

Apabila dilihat dari sifat air itu sendiri, pada dasarnya air akan

memberikan respon terhadap kata-kata yang bersifat positif, hal tersebut telah

dibuktikan oleh seorang peneliti yang berasal dari jepang yaitu Masaru Emoto.

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa ketika air diberi kata-kata baik (baik secara

lisan maupun tulisan) yang bersifat positif maka secara alami air juga akan

memberikan respon positif serta mengeluarkan energi positif yang dapat

digunakan sebagai media olah jiwa termasuk didalamnya sebagai media

penyembuhan berbagai macam penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia.

61

c. Pisau

Adapun fungsi dari pisau disini adalah untuk mengiris limau, Pisau yang

tajam dan berhulu padat, melambangkan citra yang wibawa dan kharismatik dan

berpegang pada keyakinan yang teguh. Diharapkan agar sang calon pengantin ini

mempunyai sifat yang tangguh dan tidak mudah putus asa atau goyah

pendiriannya. Dulu terdapat pisau khusus untuk membuat ramuan dari balimau

ini, tetapi sekarang pisau yang digunakan hanya pisau biasa. Sisi tajam yang ada

pada pisau merupakan lambang ketajaman. Sebuah pisau yang digunakan

diharapkan adalah tajam. Tajam berhubungan dengan kekerasan dan keuletan.

Disini diharapkan sang calon pengantin memiliki keuletan dalam membina rumah

tangga kelak.

Untuk memperoleh pisau yang tajam tentu kita harus mengasahnya

berulang-ulang ini penting untuk menjadikan pisau itu berubah dari semula yang

hanya mencakupkan diri dengan ketumpulan nya dan tentu tidak berguna sebagai

mana mestinya. Seperti itu juga manusia perlu mengasah dirinya untuk bisa

menemukan ketajaman dalam menyusun strategi hidup. Dari semua ini pisau

mempunyai cita-cita untuk menemukan dirinya. Belajar hidup dengan filosofi

pisau. Dimana untuk mencapai sebuah kesuksesan yang sempurna kita harus

melewati tahapan perlakuan. Jangan menyerah jika perlakuan kadang-kadang

berat yang kita terima. Tapi sabar dan tetap berjuang akan menjadikan kita seperti

pisau yang akan selalu tajam dan berguna untuk semua. Jadi setelah menikah

nanti diarapkan agar pengantin dapat dengan mudah menerima saran dan nasehat

dari orang tua. Pantang menyerah dan tidak gampang putus asa, diharapkan

supaya rumah tangga mereka kelak tidak ada hambatan dan rintangan.

d. Mangkuk

Mangkuk kaca, untuk wadah bahan balimau. Pada zaman dulu, mangkuk

yang digunakan masyarakat yaitu mangkuk belantan. Tetapi sekarang hanya

62

menggunakan mangkuk biasa. Karena sekarang mangkuk tersebut sulit untuk

ditemukan. Biasanya masyarakat menggunakan mangkuk kaca. Fungsi mangkuk

disini yaitu untuk wadah penampungan dari ramuan balimau yang dibuat.

Makngkuk yang cekung mempunyai makna, yaitu agar besok sang calon

pengantin menerima nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua untuk

pernikahannya dan juga didalam rumah tangganya kelak. Manusia dilahirkan ke

dunia dengan membawa sebuah mangkuk tiap mangkuk isinya beda-beda begitu

juga dengan manusia setiap orang mempunyai watak dan kebiasaan yang

berbeda-beda. Di harapkan agar kelak mereka dapat saling menerima dan

mengerti terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasangan nya.

Tradisi mandi balimau adalah salah satu tradisi masyarakat Desa Muara

Siau yang dilakukan secara turun temurun. Dan pada hakikatnya acara-acara

seperti ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membersihkan fisik dan

mental manusia dan juga menghindari dari gangguan makhluk-makhluk halus

yang dapat membahayakan seseorang, baik lahir maupun bathin. yang perlu kita

perhatikan bersama bahwa acara seperti ini jangan sampai melanggar atau keluar

dari syari‟at islam yang diajarkan Rosulullah SAW. Secara umum, nilai nilai

yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi mandi balimau adalah kebersihan jiwa

dan raga dari segala penyakit, baik lahir maupun batin. Yang bisa menganggu

sang calon pengantin. Maka dari itu perlu dilaksanakan tradisi balimau tersebut.

Setiap kegiatan mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan melalui simbol-

simbol atau lambing-lambang yang digunakan pada saat proses tradisi itu

dilaksanakann. Benda-benda tersebut melambangkan latar belakang, maksud, dan

tujuan nya.

Setiap kegiatan tradisi mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan

melalui simbol-simbol atau lambang yang digunakan dalam tradisi. Benda-benda

tersebut melambangkan latar belakang maksud dan tujuan tradisi. Simbol-simbol

63

dalam tradisi yang diselenggarakan berperan sebagai media untuk menunjukkan

secara tidak lansung maksud dan tujuan dari tradisi tersebut.

C.Makna Mandi Balimau Sebagai Tolak Bala

Menurut istilahnya „tolak bala‟ yang terdiri dari dua kata yaitu „tolak‟ dan

„bala‟. „Tolak‟ berarti penolakan; usaha untuk menghindari, menangkal,

sedangkan „bala‟ berarti bahaya yang datang tiba-tiba. Jadi „tolak bala‟ berarti

usaha untuk menghindari bahaya yang datangnya bukan dari manusia melainkan

makhluk gaib dan kekuatan-kekuatan alam yang membahayakan keselamatan

sesorang.64

Tolak bala merupakan serangkaian kegiatan untuk mencegah dan

menghindari dari berbagai macam bala serta gangguan-gangguan dari makhluk

gaib seperti makhluk halus, jin, okuan dan sebagainya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tradisi mandi balimau ini

adalah agar sang calon pengantin selamat dari segala bala‟ serta musibah yang

dipercaya akan datang kepada pengantin tersebut, yang juga berdampak pada

keluarganya, menghindari dari kesulitan atau kendala serta agar setelah menikah

kelak bisa melalui segala kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya.

Kita ketahui tolak bala adalah suatu ritual untuk menolak bala atau

musibah. Dalam acara adat pernikahan di Desa Muara Siau juga dilaksanakan

ritual mandi balimau yaitu pengantin mandi dengan menggunakan air jeruk.

Kegiatan ini dilakukan oleh calon pengantin sebelum melakukan akad pernikahan

selama tiga hari berturut-turut sebelum akad pernikahan dilansungkan. Kita

ketahui bahwa selama proses pernikahan berlansung kita tidak bisa memastikan

apakah acara kita akan berjalan lancar atau tidak. Bisa saja sesuatu yang tidak kita

inginkan terjadi. Maka dari itu kita harus mempersiapkan segala sesuatu yang

bisa menghalangi kejadian tersebut. Tradisi mandi balimau disini juga kita

64 Azmi Fitrisia, Upacara “Tolak Bala” Refleksi Kearifan Lokal Masyarkat Nelayan

Kenagarian Painan Kabupaten Pesisir Selatan Provisi Sumatera Brat Terhadap Laut” Jurnal

Humanus Vol. XIII No.1 Th. 2014

64

katakan sebagai mandi tola bala karena manfaat yang kita peroleh dari tradisi ini

salah satunya yaitu dapat menolak bala yang akan menimpa sang calon pengantin.

Maka dari itu tradisi ini juga disebut sebagai tradisi tolak bala pengantin sebelum

melakukan akad pernikahan.65

Tradisi balimau sebagai tolak bala, masyarakat Desa Muara Siau percaya

bahwa jika melakukan tradisi ini maka segala marabahaya yang bisa menimpa

calon pengantin bisa diealakkan. Dan membuat acara tersebut dapat berjalan

dengan lancar. Zaman dahulu orang-orang banyak menggunakan ilmu sihir,

santet, atau guna-guna yang ditujukan untuk calon pengantin. Maka dengan

adanya tradisi mandi balimau ini akan dapat mencegah hal-hal buruk yang akan

terjadi selama acara pernikahan berlansung.66

Kita sebagai manusia biasa pasti

mempunyai sifat yang iri, dengki, dan lain sebagainya kepada manusia yang lain.

Hal itu tidak bisa kita pungkiri, ada beberapa orang yang melakukan apa saja demi

mewujudkan keinginannya. Mereka rela melakukan apa saja tanpa memikirkan

dampak yang akan dihadapi. Di Desa Muara Siau pada zaman dahulu orang-orang

banyak mempunyai ilmu sihir, atau mistis lainnya. Salah satu kejahatan yang

dilakukan orang-orang tersebut yaitu degan cara menyihir, atau menggunakan

guna-guna dan lain sebagainya, apa lagi jika seseorang yang disukainya akan

menikah dengan orang lain. disinilah orang tersebut memainkan ilmuya untuk

mengacaukan acara pernikahan seseorang tadi.

Tradisi mandi balimau merupakan tradisi tolak bala masyarakat Desa

Muara Siau. Balimau menjadi sarana untuk membentengi diri dari masalah-

masalah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun

dari dalam. Dengan kata lain balimau merupakan sarana untuk menangkal

penyakit, baik penyakit lahir ataupun penyakit bathin. Tujuan mandi ini adalah

65 Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio 66 Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio

65

menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan menjauhkan dari segala

bencana dan juga gangguan dari makhluk halus.67

67 http://wartasejarah.blogspot.com/2015/05/ritual-kebudayaan-melayu.html, diakses

tanggal 26 Oktober 2019

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan yang telah penulis

paparkan di atas, tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan yang di lakukan

oleh masyarakat Desa Muara Siau, merupakan suatu tradisi yang boleh dilakukan

dan tidak mengandung unsur syirik. Tradisi mandi balimau ini memiliki makna

filosofi dari setiap prosesinya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan

dengan meggunakan metode wawancaraa secara mendalam, observasi, dan

dikumentasi. Maka penulis menarik kesimpulan:

1. Deskripsi dan sejarah muncul nya tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau, awal mula munculnya tradisi ini di latar

belakangi oleh banyak nya hal-hal yang tidak di inginkan terjadi selama

proses akad pernikahan, maka dari itu, orang dahulu mencari jalan keluar

supaya selama acara pernikahan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. dan

akhirnya mereka membuat tradisi mandi balimau ini. Tentu dengan meminta

bantuan dari orang-orang yang pintar. Tidak terdeteksi kapan awal mula

muncul nya tradisi ini, tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan sampai sekarang

masyarakat terus menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Secara khusus

tradisi mandi balimau ini bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda-beda

meski dengan tujuan yang kurang lebih sama. Pertama pelaksanaan balimau

untuk peralihan status calon pengantin, dan balimau juga bisa di jadikan

sebagai obat bagi orang-orang yang kersukan jin, dan lain sebagai nya.

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan tradisi mandi balimau ini adalah pada

waktu pagi siang dan sore hari selama tiga hari berturut-turut sebelum acara

akad pernikahan dilansungkan.

2. Fungsi dan tujuan dilaksanakan tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau ini, yaitu untuk menghindari hal-hal yang

67

tidak diinginkan terjadi selama proses akad pernikahan berlansung, juga

untuk membentengi diri pengantin dari berbagai gangguan yang tidak di

inginkan. Dan balimau juga bisa dikatakan sebagai acara tolak bala sebelum

akad pernikahan. Selain itu balimau juga memiliki fungsi dan kegunaan yaitu

sebagai pengobatan, agar terhindar dari berbagai macam penyakit, yang bisa

mengancam keselamatan seseorang seperti kerasukan jin dan lain sebagai

nya. Kemudian dengan dilaksanakan nya tradisi balimau ini juga bisa

memberi rasa aman dan tenang di dalam diri sang calon pengantin.

3. Makna filosofis tradisi mandi balimau yaitu, supaya pengantin selamat dari

marabahaya yang bisa menimpa pengantin. Dimana dalam tradisi mandi

balimau ini terdapat beberapa perlengkapan yang masing-masing mempunyai

makna tersendiri yaitu; jeruk (limau), air, pisau, dan mangkuk. Limau disini

mempunyai makna yaitu dipercaya dapat mengusir makhluk-makhluk halus

karena aroma nya yang menyengat. Dan limau ini di maknakan sebagai suatu

pengobatann yang banyak mengandung khasiat. Limau juga dianggap

tanaman yang bisa membersihkan diri dari kotoran dan najis yang melekat

pada diri. Kemudian air, air disini memiliki makna melambangkan kesucian

dan kejernihan hati. Di harapkan agar sang calon pengantin memiliki hati

yang suci dan hati nya juga bersih dari segala sifat iri dan dengki, dan

penyakit-penyakit hati lain nya. Kemudian pisau, pisau disini berfungsi untuk

mengiris limau, pisau yang digunakan harus tajam dan berhulu padat, ini

melambangkan citra yang wibawa dan kharismatik, berpegang pada

keyakinan yang teguh. Dan yang terakhir yaitu mangkuk, mangkuk

digunakan untuk wadah dari limau tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis, saran-saran yang dapat penulis

sampaikan ialah sebagai berikut

68

1. Untuk Prodi Aqidah dan Filsafat Islam

Kepada mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, kiranya dapat

melakukan penelitian yang lebih konfrensif tentang Aqidah dan Filsafat Islam,

terutama di bidang kebudayaan, tradisi, karena menurut penulis masih banyak

cakupan masalah yang bermanfaat bagi pengembangan sejarah dan kebudayaan

Islam belum tersentuh dalam wilayah garapan akademik

Penelitian tentang tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa

Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin ini merupakan tradisi

yang perlu kita luruskan apabila seseorang memaknainya berbeda atau

meyakininya akan mitos atau sejenisnya akan menjadi syirik terhadap keyakinan

kita. Kita perlu memperhatikan tradisi-tradisi lama yanga ada di masyarakat dan

menggali setiap makna yang terdapat dalam tradisi tersebut.

2. Untuk Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Kabupaten Merangin

Seperti yang kita ketahui, bahwa tidak semua tradisi yang dimilki oleh

masyarakat itu bertentangan dengan syariat islam. Tradisi bisa terus

diaktualisasikan dengan catatan tidak menjadikan tradisi itu menjadi sebuah

agama atau meyakini hal-hal yang tidak semestinya. Jadi diharapkan bagi

masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin

khususnya. Untuk terus melestarikaan tradisi-tradisi yang memiliki makna yang

baik dan berdampak positif bagi warga masyarakat Desa Muara Siau khususnya

dan bagi kehidupan sehari-hari.

3. Para Pembaca

Kepada para pembaca, kiranya skripsi ini dapat dijadikan salah satu

sumber referensi untuk menggali ilmu pengetahuan dan wawasan kita dalam

mempelajari tentang makna filosofi tradisi mandi balimau sebelum akad

pernikahan di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupten Merangin.

Selanjutnya penelitian ini atas segala keterbatasan dan kekurangan diharapkam

69

dapat memberi bantuan data dan informasi terhadap para peneliti selanjutnya yang

berkaitan meneliti tentang penelitian ini.

C. Kata Penutup

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena

dengan rahmat taufiq dan hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.

Kesempurnaan adalah milik Allah. Begitu juga skripsi ini masih belum sempurna

baik dari segi bahasa, sistematika, maupun analisisnya. Namun setidaknya, tulisan

ini dapat ikut mewarnai kegiatan intelektual sebagai karya yang dapat ikut serta

dalam memberikan kontribusi penggalian makna kearifan lokal dalam

melestarikan kebudayaan tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa

Muara Siau. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga dapat

memberi manfaat khususnya bagi penulis, akademisi dan bagi pembaca pada

umumnya.

Harapan penulis, semoga karya yang jauh dari sempurna ini mampu

memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya dan manfaat bagi

masyarakat desa Muara Siau khususnya. Akhirnya hanya kepada Allah lah

seorang hamba mengenbalikan segalanya, dan dengan keimanan yang kuat akan

menjadi manusia yang memiliki prilaku yang baik kedepannya. Akhir kata

peneliti menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak

yang telah membantu terselesaikannya pembuatan skripsi ini, semoga menjadi

amal yang mendapat ridha dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Taufiq. dan Shiddique. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,

Jakarta: LP3ES, 1918.

Anwar, desy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2003.

Azwar, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Bakker, Anton. Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta:

kanisius, 1990.

Burhan, Bungin. Analisis data penelitian Kualitatif Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003.

Hanurawan, Fatah. Psikologi Soaial Suartu Terapan, bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Ibrahim, Jabal, Tarih. Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, 2003.

Indriyani, Sri Sutanti, Sosiologi Suatu Kajian Hidup Bermasyarakat (Sukoharjo:

Ghalia Indonesia, 2007.

Kamus besar bahasa Indonesia, dapertemen pendidikan nasional, balai pustaka

Jakarta, 2007.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia,

1982.

Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, Pekanbaru: Daulat Riau, 2002.

Mujahir, Neong. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Rekarasin

Mulder, Niels. Agama. Hidup sehari-hari dan perubahan jawa Muagthai dan

Filifina, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Purwadi, Ensiklopedi Adat Istiadat Budaya Jawa, Yogyakarta: SHAIDA, 2007.

Rah madi, Pengantar Metodologi Penelitian,

Roberston, Roland. Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta:

Rajawali Pers, 1998.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012.

Sugiyono, methode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung

Alfabeta, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002

Tony dan Burzan, Barry, memahami peta fikiran (the Mind Map Book), Edisi

Milenium. Jakarta: interaktasara 2004.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997.

Jurnal

Arman, Fajri. “Persepsi Masyrakat terhadap tradisi balimau kasai di desa kuapan

kecamatan tambang kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume

2 No 2-Oktober 2015.

Fitrisia, Azmi. Upacara “Tolak Bala” Refleksi Kearifan Lokal Masyarkat Nelayan

Kenagarian Painan Kabupaten Pesisir Selatan Provisi Sumatera Brat Terhadap

Laut” Jurnal Humanus Vol. XIII No.1 Th. 2014

Kahfi, Dona. Tradisi mandi balimau di masyarakat kuntu: Living Hadis Sebagai

Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016;

ISSN: 2528-756.

Novia, Utami, Gina. Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang Di Kecamatan

Rajabasa Kota Bandar Lampung Skripsi Fakultas keguruan dan ilmu

pendidikan Universitas Bandar Lampung 2018

O Hasbiyasyah “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu

Sosial dan Komunikasi”, Jurnal pendidikan, Vol. 9, No. 1 2008

Rahman, Fakhtur . “Makna filosofi tradisi upacara perkawinan adat jawa Kraton

Surakarta Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin

UIN Walisongo Semarang

Saputra, Mardian. Tradisi mandi pelimawan besar didesa jambu kecamatan tebo ulu

kabupaten tebo (suatu timjauan fenomenologis), Skripsi: Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama UIN STS Jambi, 2018

Suwira, Putra. “Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat

Pernikahan Melayu Riau Di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba

Melintang Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. “ Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 1, No. 2 (2014)

Utami Gina Novia. Tradisi balimau pada masyarakat minang di kecamatan rajabasa

kota Bandar lampung, Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universita Lampung, 2018.

Web-site

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya Diakses pada tanggal 3 November 2019

http://wartasejarah.blogspot.com/2015/05/ritual-kebudayaan-melayu.html, diakses

tanggal 26 Oktober 2019

http://digilib.uin-suka.ac.id/29073/1/12350015_BAB-1_IV-atau

V_DAFTAR_pustaka.pdf di akses tanggal 8 November 2019

https://www.msn.com/id-id/travel/other/mandi-safar-ritual-tolak-bala-di-mataram/ar-

AAJgTbR di akses tanggal 8 November 2019

https://islami.co/bolehkah-melakukan-tradisi-siraman-sebelum-pernikahan/ diakses,

tanggal 28 Oktober 2019

Puput Rahmadaniah “Observasi”, diakses melalui alamat

http://daniaactivity.blogspot.com/2014/makalah.html, tanggal 17 Oktober

2019

Atiqah, Nur. https://www.wattpad.com/story/69226774-puteri-sri-ratu-agung-dan-

legenda-muara-siau Diakses pada tanggal 29 oktober 2019

Diakses melalui alamat http://id.mwikipedia.org/wiki/makna, tanggal 28 oktober

2019

Wawancara

Ahmad, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara degan

penulis, 27 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio

Darahit, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

dengan penulis 28 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio

Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

dengan penulis, 26 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio

M.andoni, Sekretaris Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 14 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.

Marhayanis, Ketua PKK Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara

Penulis, 15 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

Mukhlis, Ketua Karang Taruna Desa Muara Siau Keecamatan Muara Siau,

Wawancara dengan penulis, 17 Oktober 2019, Kabupaten Merangin,

Rekaman Audio

Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, 25 Oktober 2019 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio

Siti Soleha, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau,

Wawancara dengan penulis, 22 Oktober 2019, Kabupaten Merangin

Rekaman Audio

Ridwan, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan

penulis, Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio

Sarpawi, Tokoh Adat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis,

13 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio

Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara

Siau, 16 Oktober 2019, Kbupaten Merangin, Dokumetasi

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

“ MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD

PERNIKAHAN (Studi di Desa Muara Siau Kec, Muara siau Kab, Merangin prov

jambi)”

No Jenis Data Metode Sumber Data

1 -Sejarah Dan Perkembangan

Desa Muara Siau Kecamatan

Muara Siau

-Observasi

-Wawancara

-Dokumentasi

-Setting

-Wawancara kepala desa,

tokoh adat, dan tokoh

Masyarakat.

-Data-data dan Dokumen

Desa Muara Siau.

2

-Lokasi dan Letak Geografis

Desa Muara Siau, Kecamatan

Muara Siau

-Dokumentasi

-Wawancara

-Dokumen dan File Desa

Muara Siau

-Kepala Desa, Dan Aparat

Desa.

3.

-Kondisi Sosial Budaya Desa

Muara Siau

-Wawancara

-Dokumentasi

-Wawancara Kepala Desa,

Tokoh Agama, Aparat Desa

-Dokumen Desa Muara

Siau.

4.

-Pengertian dan Sejarah

Tradisi Mandi Balimau

-Wawancara -Tokoh Adat dan

Masyarakat.

5.

Prosesi, Perlengkapan dan

Tujuan Tradisi Mandi Balimau

-Wawancara

-Observasi

-Dokumentasi

-Tokoh Adat Dan

Masyarakat

-Setting,

-Dokumentasi Tradisi

Mandi Balimau

6. -Makna Filosofi Tradisi Mandi

Balimau

-Wawancara -Tokoh Adat, Dan

Masyarakat.

7 Pandangan Masyarakat, dan

Agama Terhadap Tradisi

Mandi Balimau di Desa Muara

Siau

-Wawancara - Tokoh Masyarakat.

- Tokoh Agama

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi

1 - Sejarah Dan Perkembangan Desa

Muara Siau Kecamatan Muara Siau

-Visi dan misi Desa Muara Siau

-Sejarah Desa Muara Siau

-Perkembangan Desa Muara Siau

2. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan

Tradisi Mandi Balimau

-Bagaimana prosesi dari tradisi

Mandi Balimau

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumen

1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa

Muara Siau Kecamatan Muara Siau

-Profil Desa Muara Siau Kecamatan

Muara Siau

-Visi dan misi Desa Muara Siau

2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa

Muara Siau, Kecamatan Muara Siau

-Data Dokumentasi Letak Geografis

Tradisi Mandi Balimau

-Keadaan Tofografi Desa Muara Siau

3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara

Siau

-Data dokumentasi tentang kondisi

sosial budaya Desa Muara Siau

-Potensi sumber daya manusia Desa

Muara Siau

-Kependudukan Desa Muara Siau

4. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan

Tradisi Mandi Balimau

-Data dokumentasi, tentang prosesi,

dan perlengkapan tradisi mandi

balimau

C. Butir-Butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Subtansi

Wawancara

1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa

Muara Siau Kecamatan Muara Siau

-Bagaimana sejarah munculnya

Desa Muara Siau Kecamatan

Muara Siau?

-Bagaimana Perkembangan Desa

Muara Siau Dari awal sampai

sekarang?

2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa

Muara Siau, Kecamatan Muara Siau

-bisa dijelaskan letak geografis

desa Muara Siau.?

3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara

Siau

-Bagaimana Kondisi sosial budaya

Desa Muara Siau ?

4 --Pengertian dan Sejarah Tradisi Mandi

Balimau

-Apa yang dimaksud dengan tradisi

Mandi Balimau?

-Bagaimana Sejarah tradisi Mandi

Balimau?

5 Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan

Tradisi Mandi Balimau

-Bagaimana Prosesi pelaksanaan

tradisi Mandi Balimau?

-Apa saja perlengkapan yang harus

di penuhi ketika akan

melaksanakan tradisi Mandi

Balimau?

-Siapa Saja yang melaksanakan

tradisi Mandi Balimau?

-Apa tujuan dilaksanakannya

tradisi mandi balimau?

6 -Makna Filosofi Tradisi Mandi

Balimau

-Apa makna filosofi dari setiap

proses pelaksanaan tradisi mandi

Balimau.?

-Apa yang Menyebabkan tradisi

mandi balimau harus dilakukan?

7 Pandangan Masyarakat Terhadap

Tradisi Mandi Balimau di Desa Muara

Siau

-Bagaimana pandangan masyarakat

terhadap tradisi mandi balimau di

Desa Muara Siau.?

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Dokumentasi Desa

Gambar A.I Struktur Organisasi Desa

Gambar A.2 Struktur Organisasi BPD

Gambar A.3 Fungsi, wewenang, dan hak BPD

Wawancara dengan bapak Musa dukun kampung

Wawancara dengan ibu marhayanis

Wawancara dengan sarpawi

Wawancara dengan Ibu siti soleha

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Toyibah

Tempat & Tanggal lahir : Ds Muara Siau 16 Juli 1998

Nim : UA 160273

Fakultas/Jursan : FUSA/AFI

Nama Ayah : Khamisi

Nama Ibu : Dahniar

Alamat : Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.

B. Riwayat Pendidikan

SD N 231/VI Muara Siau IV : 2004-2010

Mts Zuhratussa‟adah : 2010-2013

SMA N 10 Merangin : 2013-2016

SI UIN STS Jambi : 2016 - Sekarang