Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM
AKAD PERNIKAHAN (STUDI DI DESA MUARA
SIAU KECAMATAN MUARA SIAU
KABUPATEN MERANGIN)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
TOYIBAH
NIM: UA.160273
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
v
MOTTO
الجبهلين عن وأعزض ببلعزف وأمز العفو خذ
“Jadilah engkau pamaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‟ruf (tradisi
yang baik), serta berpalinglah daripada ornag-orang yang bodoh.”
(QS. Al-A‟raf : 199) 1
1Tim Penterjemah dan Pentafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta:
Dapertemen Agama RI, 1985), 159.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini menceritakan Masyarakat Desa Muara Siau yang merupakan
masyarakat yang masih banyak berpegang dengan adat istiadat, dan tradisi,
banyak sekali tradisi-tradisi yang ada di Desa Muara Siau yang sampai saat ini
masih dilestarikan dan dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya yaitu tradisi
mandi balimau sebelum akad pernikahan. Tradisi ini merupakan suatu tradisi
warisan nenek moyang Desa Muara Siau terdahulu. Dan ada sebagian masyarakat
yang hanya mengikuti tradisi ini tanpa megetahui apa makna dan tujuan di
lakukannya tradisi tersebut.
Metode ini berjenis penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif
yang sifat penelitiannya deskriptif. Peneliti dalam mengumpulkan data dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk mencapai
penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode filsafat seperti metode
Interpretasi, Heuristik, dan kesinambungan historis dan analisis, yang mana
metode tersebut digunakan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan sebuah
objek yang berhubungan dengan penelitian serta bertujuan untuk mencari dan
menemukan proses dan nilai filosofi yang ada dalam tradisi mandi balimau
sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau. Dengan metode ini diharapkan
seseorang dapat memberikan proses dan nilai filosofi terhadap sesuatu yang
diyakini dan mendapat hikmah serta ajaran yang terkadung dalam sebuah tradisi
yang ada, khususnya pada tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di
Desa Muara Siau.
Hasil penulis menemukan bahwa Prosesi tradisi mandi balimau sebelum
akad pernikahan di Desa Muara Siau dilakukan oleh sang calon pengantin yaitu
tiga hari sebelum akad pernikahan dilansungkan, dan dilakukan ditempat yang
tertutup. Tradisi mandi balimau ini mempunyai makna dan nilai yang positif.
Proses tradisi ini dilakukan sebelum orang melakukan akad pernikahan. Dan alat
atau bahan yang diperlukan hanya, jeruk (limau), air, mangkuk, dan pisau. Yang
mana setiap bahan tersebut mempunyai makna. Adapun tujuan dilakukannya
tradisi mandi balimau ini merupakan tradisi sebagai pembersihan diri, dan
penolak bala bagi sang calon pengantin. Tradisi ini dianggap baik oleh msayarakat
Desa Muara Siau, karena dengan melakukan tradisi ini dapat melancarkan acara
selama proses akad pernikahan, dan menjauhkan segala marabahaya dan bala.
Akhirnya penulis merekomendasikan kepada masyarakat setempat agar lebih
memahami tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan, agar tidak ada yang
salah dalam memahami arti, maksud, serta tujuan dari pelestarian tradisi tersebut.
vii
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggengam langit dan bumi,
dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat
yang menganugerahkan kedamain bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan
kemahabesarnya. Lantunan sholawat beiring salam penggugah hati dan jiwa,
menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner islam,
pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana
Muhammad SAW…...
Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu , bila meminjam pepatah lama „‟Tak ada gading yang tak retak‟‟ maka
sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini
merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna
kesempurnaan dengan tanpa berharap melapaui kemaha sempurnaan sang maha
sempurna. Dengan hanya mengharap rhido-MU semata,.
Aku persembahkan karya ini untuk yang terkasih untuk kedua orang tuaku
tercinta. Ayahanda Khamisi dan Ibunda Dahniar yang tak pernah lelah
memberikan semangat, doa dan kasih sayang serta pengorbanannya, kakak ku
tersayang Fiddia Wati, S.h dan adikku tercinta Siti Rahmah yang selalu
menyemangatiku demi terselesaikannya skripsi ini
Ya Allah
Jadikanlah Iman,Ilmu dan Amal ku
sebagai lentera jalan hidupku keluarga dan saudara seimamku.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Makna
Filosofis Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan (Studi di Desa
Muara Siau, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin)” ini dengan baik
dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
program Studi Strata I Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Djunaidi, M.Pd I dan ibu Nurhasanah, M.Hum selaku pembimbing
I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan konstribusi dan waktu
demi terselesaikannya penulisan Skripsi ini.
2. Ibu Nilyati, S.Ag M.Fil.I selaku ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Dan
bapak Drs. H. Nazari, M.Pd.I selaku sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat
Islam.
3. Bapak Dr.Abdul Halim, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. selaku Wakil Dekan bidang akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi
Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag M.Phil selaku Wakil Dekan bidang administrasi
umum perencanaan dan keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN
STS Jambi. Serta Bapak Dr. M. Ied Al Munir, S.Ag., M.Hum selaku Wakil
Dekan bidang kemahasiswaan dan bidang kerja sama luar Fakultas
Ushuludddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
5. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA. Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi dan
selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa selalu memberikan saran,
semangat, dan waktunya demi terselesaikannya Skripsi ini.
6. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati. Bapak Dr. As‟ad Isma, Bapak Bahrul Ulum Selaku
Wakil Rektor I,II,III UIN STS Jambi.
7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dan Khususnya dosen
Aqidah dan Filasafat Islam yang telah memberikan ilmunya dengan penuh
kesabaran. Serta seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.
8. Kepala Perpustakaan dan staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama.
9. Teman-teman AFI yang telah memberikan arti persahabatan yang indah
beserta pegalaman-pengalaman yang berharga.
10. Kepala Desa Muara Siau dan masyarakat yang senantiasa telah meluangkan
waktunya untuk membantumemberikan dukungan dan memberi sumber
informasi demi kelancaran penuisan skripsi ini
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan dalam skripsi ini, yang turut
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
x
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Alfabet
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ḭ اى ā ىب A ا
Aw او à اى I ا
Ay اى Ū او U ا
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tā’ Marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.
2 Tim Penyusun, PanduanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswaFakultasUshuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi:Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 194-105.
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط ‟ ا
ẓ ظ B ة
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ه Z س
W و S ص
, ء Sh ش
Y ي ṣ ص
ḍ ض
xi
Arab Indonesia
Ṣalāh صالة
Mir‟āh مزاة
2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وسارالتزبيه
Mir‟āt al-zaman مزاةالشمن
3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
فجئة
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
NOTA DINAS ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................ iii
PENGESAHAN.................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Batasan Masalah .............................................................................. 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4
E. KerangkaTeori ................................................................................. 4
F. Metode Penelitian ............................................................................ 5
G. Pemekrisaan Keabsahan Data ........................................................... 11
H. Study Relevan .................................................................................. 13
BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA SIAU KECAMATAN
MUARA SIAU
A. Sejarah Desa Muara Siau.................................................................. 16
B. Visi, dan Misi Desa Muara Siau ....................................................... 20
C. Kondisi Sosial Budaya, Pendidikan dan Agama ............................... 21
D. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Muara Siau ......................... 26
E. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 33
BAB III DESKRIPSI PROSESI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD
PERNIKAHAN
A. Pengertian dan sejarah tradisi balimau ............................................. 37
B. Prosesi pelaksanaan mandi balimau sebelum akad pernikahan ......... 41
C. Perlengkapan dan bahan yang digunakan......................................... 42
D. Fungsi dan tujuan pelaksanaan mandi balimau ................................ 44
E. Pandangan masyarakat terhadap tradisi mandi balimau.................... 48
BAB IV MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM
AKAD PERNIKAHAN.
A. Makna proses rangkaian ................................................................... 53
B. Makna perlengkapan ....................................................................... 57
C. Makna mandi balimau sebagai tolak balak ....................................... 63
xiii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................... 67
C. Kata Penutup ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xiv
DAFTAR TABEL
1. TABEL JUMLAH PENDUDUK…………………………………………..23
2. PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN………….…..23
3. TABEL PENDUDUK BERDASARKAN UMUR ………………………..24
4. TABEL SARANA PENDIDIKAN FORMAL……………………..…….. 25
5. TABEL SARANA PENDIDIKAN NON FORMAL……………...............25
6. STURKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA MUARA
SIAU……………………………………………………….………………..28
7. STRUKTUR ORGANISASI BPD DESA MUARA SIAU………………..29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam
yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia tersebut bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja,
tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan
kebudayaan suku bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.3
Salah satu kekayaan tradisi yang ada di Indonesia yaitu berada di desa Muara
Siau, yaitu tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan, yang telah ada sejak
lama, yang turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu dan sampai saat
ini masyarakat terus mempertahankan dan melakukan tradisi tersebut.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pernikahan dimaknai
sebagai peristiwa maupun hasil dari suatu peristiwa. Peristiwa dimana dua orang
mengikat janji untuk hidup bersama. pernikahan yang merupakan ikatan lahir dan
batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam suatu hubungan
suami isteri ini diberikan kekuatan sanksi sosial.4 Dalam kehidupan manusia,
pernikahan merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki nilai yang
sangat sakral. Melalui pernikahan, seseorang akan melepaskan dirinya dari
lingkungan keluarganya untuk mulai membentuk keluarga yang baru. Begitu
pentingnya momen sebuah pernikahan, sehingga setiap orang umumnya
menginginkan merayakan momen itu dalam sebuah upacara yang sakral dan
meriah, dengan melibatkan para kerabat dan unsur masyarakat lainnya.
Desa Muara Siau sebelum orang melakukan pernikahan mereka harus
melakukan hal-hal yang telah ditentukan. Salah satunya adalah tradisi mandi
balimau, balimau ini dilakukan oleh calon pengantin. Tujuan dilakukannya tradisi
3 Fakhtur Rahman “Makna Filosofi Tradisi Upacara Perkawinan Adat Jawa Kraton
Surakarta Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo
Semarang 4 Indriyani, Sri Sutanti, Sosiologi Suatu Kajian Hidup Bermasyarakat (Sukoharjo: Ghalia
Indonesia, 2007), 44.
2
mandi balimau ini adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama
proses pernikahan berlangsung.
Desa Muara Siau merupakan suatu daerah yang masih kental akan adat
istiadat mereka, meski banyak adat luar yang masuk ke Indonesia dan mereka
juga mengadopsinya namun adat asli mereka tidak mereka tinggalkan. Mandi
balimau merupakan salah satu tradisi yang turun temurun dari nenek moyang
masyarakat Desa Muara Siau, yang mana tradisi ini masih bertahan sampai
sekarang sebelum melakukan pernikahan. Tradisi mandi balimau di Desa Muara
Siau ini telah berlangsung lama. Mandi Balimau adalah sebuah upacara
tradisional yang istimewa bagi masyarakat Desa Muara Siau sebelum melakukan
pernikahan. Acara ini biasanya dilakukan tiga hari sebelum acara pernikahan
dilaksanakan. Balimau ini dilakukan agar calon pengantin tidak diganggu oleh
mahluk halus, atau diserang oleh penyakit, dan lain sebagainya. Balimau sendiri
memiliki makna yaitu mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk nipis
(limau). Yang kemudian di usapkan ke wajah, tangan, kaki, atau seperti luluran.
Masyarakat Desa Muara Siau sangat menjunjung tinggi tradisi yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka hingga saat ini tradisi-tradisi yang
diwariskan dari generasi kegenerasi masih tetap di lestarikan seperti tradisi
Balimau. Tradisi ini masih tetap di laksanakan di Desa Muara Siau. Meskipun
tetap dilaksanakan namun tidak semua masyarakat di sana masih
melaksanakannya. Ada pula sebagian masyarakat yang telah meninggalkan tradisi
ini yang disebabkan pergeseran budaya yang sudah sedikit berbeda dari daerah
asalnya.5
Banyak orang yang melihat dan melakukan tradisi balimau ketika akan
ada proses pernikahan, tetapi banyak juga yang tidak tahu makna, arti dan
tujuannya, padahal di dalamnya sarat dengan simbol yang perlu difahami. Masing
masing simbol dalam alur rentetan pelaksanaan dan peralatannya penuh makna
yang harus di lakukan sebuah kajian agar makna dan simbol menjadi jelas, arti
maksud, dan tujuannya. Saat ini, masyarakat hanya menjalankan tradisi-tradisi
5 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Wawancara dengan
penulis, 17 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
3
lama, yang turun temurun dari nenek moyang mereka, tanpa mengetahui apa
makna yang terkandung didalam setiap prosesi-prosesi yang dilakukan tersebut.
Padahal disetiap prosesi-prosesi yang dilakukan terdapat makna yang sangat
penting untuk difahami. Oleh sebab itu, masyarakat harus mengetahui dan
memahami apa makna yang terkandung dalam setiap prosesi tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk
dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang Makna Filosofi Tradisi Mandi
Balimau Sebelum Akad Pernikahan (Studi di Desa Muara Siau, Kec Muara Siau,
Kab Merangin).
B. Permasalahan
Dengan melihat latar belakang masalah sebagaimana yang telah
di terangkan sebelumnya, maka yang menjadi pokok masalah adalah: Bagaimana
Makna Filosofis Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan di Desa
Muara Siau. Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa butir
pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana deskripsi prosesi tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan
di Desa Muara Siau?
2. Apa fungsi dan tujuan pelaksanaan tradisi Mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau?
3. Apa makna filosofis yang terkandung dalam prosesi mandi balimau sebelum
akad pernikahan di Desa Muara Siau?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada dasarnya berfungsi untuk memberikan batasan yang
tegas terhadap permasalahan penelitian sehingga peneliti menjadi terfokus pada
suatu masalah dan tidak melebar pada masalah lainnya. Agar permasalahan
dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi
permasalahan yang akan dibahas yaitu makna filosofi tradisi mandi balimau
sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau, Kecamatan Muara Siau. Karena
istilah balimau ini juga digunakan dalam budaya lain seperti Minangkabau. Jadi
4
penulis disini hanya meneliti tentang tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau saja.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mengetahui makna filosofi
tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa Muara Siau, Kecamatan
Muara Siau, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Lebih khusus penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai,
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui deskripsi prosesi tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau.
b. Mengetahui apa fungsi dan tujuan dari tradisi mandi balimau sebelum
akad pernikahan di Desa Muara Siau.
c. Mengetahui apa makna filosofis yang terkandung dalam tradisi mandi
balimau sebelum pernikahan di Desa Muara Siau.
2. Kegunaan Penelitian
Lebih jauh, penelitian ini juga diharapkan dapat mencapai kegunaan yang
bersifat teoritis dan praktis:
a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan
budaya mengenai kebudayaan Jambi terutama makna filosofi tradisi mandi
balimau sebelum akad pernikahan khususnya di Desa Muara siau,
Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin.
b. Sacara praktis, dapat dijadikan bahan informasi kepada peminat
kebudayaan yang ingin mengetahui pelaksanaan tradisi mandi balimau
sebelum akad pernikahan khususnya di Desa Muara Siau, Kecamatan
Muara Siau Kabupaten Merangin
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan
5
dalam menjawab pertanyaan penelitian.6 Agar penelitian ini lebih terarah dan
tepat, maka penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai landasan berfikir
guna mendapatkan konsep yang benar dan tepat.
Penelitian ini menggunakan Teori Interpretasi Paul Ricoeur. Ia
mengatakan bahwa pada dasarnya keseluruhan filsafat itu adalah Interpretasi. Bila
mana terdapat pluralitas makna, maka disitu interpretasi di butuhkan. Apalagi jika
simbol-simbol di libatkan, interpretasi menjadi penting, sebab disini terdapat
makna yang mempunyai multi lapisan. Setiap Interpretasi adalah usaha untuk
membongkar makna-makna yang terselubung atau usaha membuka lipatan-lipatan
dari tingkat-tingkat makna yang terkandung dalam makna kesusastraan.
Ricoeur mendefinisikan interpretasi sebagai usaha akal budi untuk menguak
makna tersembunyi dibalik makna yang lansung tampak. Sebuah pemahaman
membutuhkan perantara atau mediasi. Ricoeur sendiri yakin bahwa tidak ada pemahaman
diri tanpa mediasi melalui tanda, simbol, dan teks. Kata-kata adalah simbol-simbol juga
karena menggambarkan makna lain yang sifatnya tidak lansung dan hanya dapat
dimengerti melalui simbol-simbol tersebut. Jadi simbol-simbol dan interpretasi
merupakan konsep-konsep yang mempunyai pluralitas makna yang terkandung didalam
simbol-simbol atau kata-kata.
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna
dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
di hubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak
bisa memperoleh makna kata itu.7
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-
langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan cara pemecahannya.8 Versi lain merumuskan, metode penelitian adalah
6 Sugiyono, Methode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung
Alfabeta, 2010), 308. 7 Diakses melalui alamat http://id.mwikipedia.org/wiki/makna, tanggal 28 oktober 2019 8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) , 1.
6
cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah alat
bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data itu.9
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field Research) yang bersifat kualitatif. Dalam mengadakan
penelitian dan pengamatan penulis menggunakan pendekatan penelitian ilmu
pengetahuan sosial yang bergantung pada pengamatan manusia, dengan alasan
memiliki latar alami, bersifat deskriftif, lebih memperhatikan proses dari pada
hasil, menganalisa dan secara induktif.
Penulis mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengadakan pemeriksaan
dan pengukuran terhadap gejala tertentu, untuk memecahkan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan
menguraikan masalah dan fakta-fakta tersebut. Pendekatan yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan salah satu
jenis metode penelitian kualitatif yang di aplikasikan untuk mengungkap
kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu konsep atau fenomena yang
secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok individu dalam hidupnya.
Metode fenomenologi merupakan pendekatan filosofis untuk meyelidiki
pegalaman manusia. Feomomenologi bermakna metode pemikiran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembagkan pengetahuan yang ada
dengan langkah-langkah yang logis, sistematis kritis, atau berdasarkan prasangka
dan tidak dogmatis. Feomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam
filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Konsep penting dalam
metode fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul
dari pengalaman kesadaran manusia.10
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), 194. 10 O Hasbiyasyah “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi”, Jurnal pendidikan, Vol. 9, No. 1 (2008), 163-166
7
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian adalah di Desa Muara Siau, Kecematan Muara Siau,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas
pertimbangan rasional bahwa di Desa Muara Siau mempunyai ciri khas tradisi
mandi balimau sebelum akad pernikahan.
Subjek dalam penelitian ini berpusat pada pemerintahan desa, pemuka
adat, dan masyarakat yang bersangkutan yang akan menggunakan mandi balimau.
Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui,
memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas yang akan diteliti, serta
memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar.
3. Sumber dan jenis data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari
manusia, situasi atau peristiwa, dan dokumentasi yang terdapat di Desa Muara
Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Sumber data yang merespon
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis ataupun
lisan. Suasana atau peristiwa sebagai sumber data yang menyajikan tampilan
berupa suasana yang bergerak ataupun diam, meliputi ruangan, suasana, dan
proses, dokumentasi, sebagai sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain.
Jika dilihat dari sumber datanya. Maka pengumpulan datanya, data dapat
dilakukan dengan menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Sumber data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh
dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.11
adalah sumber data yang secara lansung memberikan data kepada
pengumpul data melaui observasi dan wawancara. Dalam hal ini, data
yang diinginkan adalah data-data yang berkaitan lansung dengan
masalah tradisi mandi Balimau di Desa muara Siau kecamatan muara
siau kabupaten merangin.
11 Rah madi, Pengantar Metodologi Penelitian, .64.
8
b. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak
lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan
dan tertulis terkait dengan tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten
Merangin.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara.12
Untuk mendapatkan data yang optimal yang
relevan perlu memperhatikan sumber data yang akan diperoleh dan metode
pengumpulan data yang tepat. Metode prngumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Metode observasi menurut Sutrisno Hadi adalah pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik atas fenomena fenomena yang diselidiki. Dalam arti
luas, observasi merupakan pengamatan yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk
melengkapi data-data yang diperoleh dari hasil wawancara. Observasi menjadi
bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-
ilmu sosial. Observasi dapat berlansung dalam konteks laboratorium
(experimental) maupun konteks alamiah. Sebagai metode ilmiah observasi biasa
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki
secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
kepada pegamatan yang dilakukan, baik secara lansung maupun tidak lansung.13
Kegiatan dan kegunaan metode observasi menjadi amat peting dalam
tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi di kenali berbagai kejadian,
peristiwa, keadaan, tindakan, yang mempola dari hari kehari ditengah masyarakat.
Kegiatan observasi tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang
terlihat, tetapi juga terhadap yang didengar. Berbagai macam ungkapan atau
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 233. 13Puput Rahmadaniah “Observasi”, diakses melalui alamat
http://daniaactivity.blogspot.com/2014/makalah.html, tanggal 17 Oktober 2019.
9
pertanyaan yang terlontar dalam percakapan sehari-hari juga termasuk bagian dari
kenyataan yang bisa diobservasi, observasinya melalui indera pendengaran.14
Melalui metode observasi penulis ingin mendapatkan data tentang:
- Deskripsi tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan
- Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan Tradisi Mandi Balimau
- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi informasi atau keterangan-keterangan. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi yang diperlakukan berkaitan dengan penelitian.
Dengan kata lain merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan pernyataan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula antara
pencari informasi dan sumber informasi.15
Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara secara mendalam tentang berbagai informasi yang terkait dengan
persoalan yang sedang diteliti, diantaranya ialah tentang latar belakang sejarah
tradisi mandi balimau, prosesi pelaksanaanya, serta makna filosofi dari prosesi
tradisi mandi balimau tersebut.
Melalui metode wawancara penulus ingin mendapatkan data tentang:
- Latar belakang sejarah tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan
- Prosesi tradisi mandi balimau
- Makna yang terkandung dalam prosesi tradisi mandi balimau
- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau
- Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Muara Siau
- Kondisi sosial budaya, pendidikan dan agama Desa Muara Siau
- Sarana dan Prasarana Desa Muara Siau
- Tujuan dan Manfaat Tradisi mandi balimau
- Pandangan Masyarakat terhadap prosesi tradisi mandi balimau
c. Dokumentasi
14 Burhan Bungin, Analisis data penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), 65-66 15 Hadari Azwar, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
10
Dokumentasi yaitu asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi. Peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, transkip, majalah, dokumen, notulen rapat,
catatan harian, agenda, ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang
objek yang diteliti.16
Melalui data dokumentasi penulis ingin mendapatkan data tentang:
- Sejarah dan perkembangan Desa Muara Siau
- Lokasi dan letak geografis Desa Muara Siau
- Kondisi sosial budaya Desa Muara Siau
5. Metode/Teknik Analilis Data
Analisis data merupakan upaya untuk menata dan mendeskripsikan data
secara sistematis guna mempermudah peneliti dalam meningkatkan pemahaman
terhadap objek yang sedang diteliti. Dalam menganalisis data yang telah diperoleh
peneliti menggunakan beberapa macam metode analisa, diantaranya sebagai
berikut.
a. Metode Interpretasi
Metode Interpretasi adalah menafsirkan, tetapi tidak bersifat subjektif
untuk mencapai kebenaran otentik. Peneliti menafsirkan data-data objektif yang
telah difahami, sehingga dengan demikian peneliti dapat mendapatkan hasil
penelitian dengan pemahaman yang obyektif mengenai materi yang diteliti yaitu
Makna Filosofi Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan.
b. Metode Heuristik
Metode Heuristik adalah metode untuk menemukan dan mendapatkan
metode baru dalam suatu ilmu pengetahuan. Hal ini dapat menunjukkan pada
proses pencarian internal, dimana peneliti berusaha untuk memahami hakikat dari
pengalaman, sehingga diperoleh arti yang mendalam.17
Dalam penelitian makna filosofi tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan metode ini dapat membantu menemukan dan mengembangkan tradisi
yang ada di Desa Muara Siau.
16 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT
Rineka Cipta), 102. 17 Neong Muhajir, Metodologi Peneelitian, (Yogyakarta: Rekarasin) hal 183-186
11
c. Metode Kesinambungan Historis
Diperhatikan garis perkembangan historis yang mungkin dapat ditemukan
dalam jalan kebudayaan seluruhnya, fenomena-fenomena khusus dan pandangan
hidup yang mendasarinya. Ditetapkan pada fase-fase dan tingkatan-tingkatan
didalamnya. Diselidiki pengaruh-pengaruh ideologis yang diterimanya dari
kebudayaan-kebudayaan lain dan cara pengolahan terhadap pertemuan pertemuan
itu. Pandangan yang unik itu dihubungkan dengan dunia aktual peneliti sendiri,
diterjemahkan dengan terminologi dan pemahaman yang sesuai dengan cara
berfikirnya, sehingga kedua macam konsepsi tentang manusia itu saling memberi
pemahaman.18
Kaitannya dengan penelitian tentang makna filosofi tradisi mandi balimau
sebelum akad pernikahan, peneliti menggunakan metode ini untuk menggali
sejarah tentang tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan. Hal pertama
yang akan peneliti lakukan adalah membaca, mempelajari, dan menelaah data
yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi yang terkumpul
serta data-data lainnya. Langkah kedua, mereduksi data secara keseluruhan dari
data yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat dikategorikan sesuai
tipe masing-masing data. Dan selanjutnya akan ditulis dalam bentuk laporan dari
hasil yang diperoleh secara deskriptif analisa, yaitu penyajian dalam bentuk
tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan yang diperoleh dari peneliti.
G.Pemeriksaan Kabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trusthworthiness) dan dapat
dipercaya (reliable), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
b. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi secara lansung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
18 Anton Bakker, Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,( Yogyakarta:
kanisius, 1990), hal 95
12
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena
adanya nilai-nilai bawaan dari peniliti atau adanya keterasingan peneliti dari
lapangan yang diteliti sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara
tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul
dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat
menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti dilapangan yang dapat diharapkan dapat menjadi data yang diperoleh
memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada akhirnya akan juga menjadi semacam motivasi untuk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek
penelitian dengan peneliti.
c. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian, faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat mengalami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam
upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada
objek penelitian, permasalahan dan fokus penelitian, atau distorsi data yang
timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar,
misalnya berdusta, menipu, dan berpura-pura.
d. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keprluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan
sumber, metode, penyidik dan teori.
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
13
berbeda dalam metode kulitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai sebagai berikut:
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (public) dengan apa
yang dikatakan diruang pribadi (privat); membandingkan apa yang dikatakan
sepanjang waktu penelitian; membandingkan keadaan dan perspektif seorang
informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti
dosen, mahasiswa atau pimpinan Prodi; membandingkan hasil wawancara dengan
hasildokumen terkait.
Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan
data dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh
melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat
dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data;
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Trianggulasi dalam penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil data yang diperoleh dari satu pegamat dengan hasil penyidikan
pengamat lainnya. Triaanggulasi dalam teori, yaitu pengecekan keabsahan data
melalui perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,
dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang satu hal yang
diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukan teri
pembanding untuk memprkaya dan membandingkan penjelasan pada teori utama
yang digunakan dalam penelitian.
e. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti melakukan diskusi
dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar
real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara
tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, daan saran
yang berharga daan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
14
H. Studi Relevan
Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat karya yang membahas tentang
tradisi balimau, diantaranya yaitu:
Dona kahfi, Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN:
2528-756 „‟Tradisi Mandi Balimau di Masyarakat Kuntu: Living Hadis Sebagai
Bukti Sejarah‟‟. Jurnal ini menjelaskan tentang tradisi mandi balimau di
masyarakat kuntu, yang dilakukan sebelum ramadhan sebagai salah satu bentuk
penyucian diri dari rasa dengki iri hati, dan lain sebagainya.19
Gina Novia Utami, (2018) Skripsi dengan judul “Tradisi Balimau Pada
Masyarakat Minang di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar lampung” skripsi ini
berisi tentang pelaksanaan tradisi balimau yang dilakukan masyarakat sebelum
puasa ramadhan.20
Dalam jurnal Jom Fisip Vol 2, No 2 Oktober 2015 yang berjudul
“Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai di Desa Kuapan
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.” 21
jurnal ini menjelaskan tentang
prosesi dan keistimewaan dari tradisi balimau kasai, yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar, dalam rangka untuk penyambutan bulan suci ramadhan. Akan
tetapi seiring berjalan nya waktu tradisi mandi balimau kasai berubah menjadi
ajang pencarian jodoh dan mandi bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau
kasai dijadikan sebagai hari terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada
keesokan harinya.
Dalam Skripsi Mardian Saputra (2018) yang berjudul Makna Tradisi
Pelimawan Besar di Desa Jambu Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo (suatu
Tinjauan Fenomenologis). Skripsi ini menjelaskan tentang pelaksanaan tradisi
mandi pelimawan besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghidari
serangan wabah penyakit yang dianggap sebagai balak kampung sehingga perlu
19 Dona Kahfi. Tradisi Mandi Balimau di Masyarakat Kuntu: Living Hadis Sebagai
Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756. 20 Gina Novia Utami, Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang di Kecamatan Rajabasa
Kota Bandar Lampung, Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Lampung,
2018. 21 Fajri Arman “Persepsi Masyrakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai di Desa Kuapan
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume 2 No 2-Oktober 2015.
15
adanya pemeliharaan kampung, yaitu dengan melaksanakan tradisi mandi
pelimawan besar.22
Dari hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan
oleh penyusun memiliki ciri khas perbedaan sendiri, meski memiliki objek
penelitian yang sama yaitu tradisi mandi balimau. Namun penelitian yang penulis
lakukan berbeda pada lokasi dan pokok kajian yang berbeda. Penelitian
sebelumnya menjelaskan tentang tradisi mandi balimau yang dilakukan oleh
masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan. Sedangkan penelitian
ini, penulis berusaha menjelaskan tentang tradisi balimau yang dilakukan calon
pengantin sebelum pernikahahn di Desa Muara Siau.
22 Mardian Saputra, Tradisi Mandi Pelimawan Besar di Desa Jambu Kecamatan Tebo Ulu
Kabupaten Tebo (suatu timjauan fenomenologis), Skripsi: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi, 2018
16
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA MUARA SIAU KECAMATAN MUARA SIAU
KABUPATEN MERANGIN
A. Sejarah Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
1. Sejarah Desa Muara Siau
Desa Muara Siau merupakan desa tertua di kecamatan Muara Siau. Pada
mulanya desa ini bernama Muara Silau. Karena pada zaman dahulu banyaknya
emas emas yang menempel di bebatuan dan dibawah air yang jernih sehingga
menimbulkan kesilauan. Sehingga orang-orang dahulu menyebutnya dengan
sebutan Muara Silau. Namun seiring berjalannya waktu lama kelamaan orang sulit
untuk menyebutkan Muara Silau, sehingga orang menyebutnya dengan nama
Muara Siau sampai sekarang. Sarpawi selaku tokoh adat menyatakan bahwa:
“[D]ahulu di desa muara siau, banyak terdapat emas, tepatnya di air
tembesi dan di ujung tanjung, kilauan emas itulah yang menyebabkan
kesilauan jika terpancar sinar matahari. Dan orang mulai menyebutnya
dengan Muara Silau. Namun seiring berjalannya waktu lama kelamaan
masyarakat setempat menyebutnya dengan Muara Siau”23
Kisah ini semuanya bermula ketika Rajo Ingah seorang pemuda kesatria
dari Kerajaan Mataram yang pergi berlayar ke negeri Jambi, niat awalnya
hanyalah ingin melihat-lihat negeri Jambi yang terkenal akan kekayaan dan
suburnya negeri yang dipimpin oleh Putri Pinang Masak itu. Maka berangkatlah
Rajo Ingah seorang diri dengan membawa topi bundar khasnya yang terbuat dari
bambu, bersama rakit saktinya dan sebuah batu putih sebagai tempat tinggal jin
yang selalu patuh pada perintahnya dan setia kemanapun Rajo Ingah pergi.
Namun, bukannya langsung menuju ke pusat kerajaan. Rajo Ingah malah
melanjutkan berlayar ke sebelah barat negeri Jambi sehingga sampailah Rajo
Ingah di sebuah negeri yang begitu indah dan subur, Rajo Ingah pun melanjutkan
23 Sarpawi, Tokoh Adat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis,
13 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
17
perjalanannya mencari tanda akan adanya keberadaan manusia di tempat tersebut.
Rajo Ingah mengalami kesulitan untuk menemukan pemukiman penduduk karena
ini baru pertama kalinya dia datang ke negeri itu. Setelah berjalan selama
berminggu-minggu, maka sampailah Rajo Ingah di tempat bermukimnya
penduduk. Tidak terlalu ramai, namun Rajo Ingah bisa melihat bahwa penduduk
di negeri itu sangat ramah dan mau bekerja sama dengan baik dengan sesama
temannya.
Rajo Ingah bertemu dengan datuk paduko berhalo yang merupakan paman
dari putri Sri Ratu Agung, karena tidak mempunyai tempat tinggal maka
tinggallah Rajo Ingah di rumah Putri Sri Ratu Agung. Supaya tidak terjadi fitnah
antara mereka maka Rajo Ingah disuruh untuk menikahi putri Sri Ratu Agung.
Maka menikahlah Rajo Ingah dengan putri Sri Ratu Agung. Dari hasil pernikahan
mereka berdua dikarunai empat orang anak. Anak pertama mereka adalah seorang
laki-laki yang diberi nama Rajo Pasu Jala dengan sebutan Datuk Pedukuh
Berhalo, anak kedua mereka adalah seorang puteri yang diberi nama Ratu Benas,
anak ketiga Ratu Adum, dan anak terakhir mereka diberi nama Ratu Mas. Setelah
keempat anak-anaknya besar, rajo ingah membagikan kekuasaan kepada keempat
anaknya.
“Anak-anakku, kalian semua sekarang sudah besar dan beranjak dewasa.
Untuk itu aku akan memberikan kalian tugas. Kepada kalian semua, masing-
masing akan kubagikan tanah yang harus kalian urus untuk kehidupan kalian dan
keturunan kalian, agar kalian dan keturunan kalian tidak mendapat kesulitan untuk
menjalani kehidupan nanti.” Jelas Rajo Ingah kepada anak-anaknya.
“Kepada Rajo Pasu Jala, kau akan menggantikanku nanti sebagai Raja,
penguasa dari tempat ini, dan menjalankan pemerintahan dengan bijak dan adil.
Kepada Ratu Benas, kau akan mendapatkan tanah di wilayah hilir sungai ini yang
nanti kau sebut Kalbu Hilir. Kepada Ratu Adum, kau adalah anakku yang penurut
dan tidak pernah membantah perintahku maka, kau akan mendapatkan tanah di
18
wilayah tengah kerajaan yang nanti kau sebut Kalbu Tengah. Dan kepada Ratu
Mas, kau akan mendapatkan tanah di wilayah di wilayah mudik yang nanti kau
sebut Kalbu Mudik.” Rajo Ingah menjelaskan lagi pembagiannya kepada anak-
anaknya.
Pada suatu sore hari Rajo Ingah dan istrinya pergi menyusuri sungai
tembesi dan duduk ditepi sungai, lalu mereka dikejutkan dengan banyaknya
pantulan cahaya dari sungai, setelah mereka melihat dari dekat ternyata yang
berkilauan itu adalah biji-biji emas yang menempel pada satang dan pada
bebatuan. Yang menyebabkan kesilauan jika terkena sinar matahari. Maka rajo
ingah berfikir untuk membuat nama daerah yang ditempatinya itu dengan nama
Muara Silau. Kemudian Rajo Ingah mengumpulkan semua rakyatnya dan
membuat pengumuman, bahwa dia telah menemukan nama yang cocok untuk
daerah tempat tinggal mereka. Yaitu dengan nama Muara Silau. Karena sulit
untuk menyebutnya dengan muara Silau, maka kemudian lama kelamaan diganti
menjadi Muara Siau. Begitulah asal usul kenapa daerah itu sampai sekarang
disebut Muara Siau.24
Setiap hari besar, seperti saat lebaran. Selalu diadakan
upacara penyucian dan pemindahan barang pusaka peninggalan Rajo Ingah,
seperti topi bundar khasnya yang terbuat dari bambu dan batu putih yang konon
katanya merupakan tempat tinggal jin dari Rajo Ingah, alat itu dijaga oleh
penunggu desa Muara Siau bahkan sampai sekarang ini.
Masyarakat Desa Muara Siau sendiri berasal dari suku batin dalam
hitungan sejarah diperkirakan berasal dari suku kerinci. Hal ini sama seperti orang
kerinci dalam sistem budaya minangkabau. Tatanan sosial dan sikap kehidupan
mereka serupa Adat Minangkabau. Dengan kata lain, adat suku Batin berorientasi
pada Minangkabau, tetapi para pemimpinnya tunduk pada Kesultanan Jambi.
Dalam sejarahnya, terdapat dua pendapat mengungkapkan asal-usul suku Batin,
24 Nur atiqah https://www.wattpad.com/story/69226774-puteri-sri-ratu-agung-dan-
legenda-muara-siau Diakses pada tanggal 29 oktober 2019
19
yaitu bahwa beberapa mengatakan mereka termasuk suku Kerinci. Pendapat
pertama didasarkan pada cerita rakyat setempat, nenek moyang orang Batin
adalah suku Kerinci yang berpindah dari kaki Gunung Kerinci ke tempat tinggal
mereka. saat ini. Pendapat lain dari suku Minangkabau didasarkan pada beberapa
elemen, termasuk aksen, aksen dan kesamaan kata-kata dalam bahasa ketiga suku.
Masyarakat batin termasuk dalam kategori Proto-Malaya. Budaya Minangkabau
sangat mempengaruhi suku Kerinci di daerah tempat mereka tinggal. Budaya
Minangkabau yang sangat mempengaruhi suku Kerinci, juga terlihat dalam
kehidupan orang suku ini.
Suku Batin tinggal di beberapa wilayah di Provinsi Jambi, seperti:
wilayah Jangkat, Pauh, Muara Siau, Bangko, Tabir dan Muaro Bungo. Selain itu,
Suku Batin juga banyak tinggal di Tebo Ulu dan Tebo Ilir. Koloni mereka
biasanya terletak di dekat sungai seperti Sungai Tembesi, Batang Merangin,
Batang Bungo dan Batang Masumai. Penduduk hidup berkelompok di desa-desa
yang mereka sebut dusun. Setiap dusun dijalankan oleh kepala dusun yang dipilih
oleh rakyat. Di masa lalu, beberapa dusun dimasukkan ke dalam satu marga yang
dipimpin oleh seorang Depati, yaitu seorang pemimpin yang ditunjuk oleh Sultan
Jambi.
2. Letak Geografis Desa Muara Siau
Desa Muara Siau merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Muara Siau
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Secara geografis, Desa Muara Siau
merupakan daerah perbukitan dan dataran tinggi. Adapun batas wilayah
kecamatan Muara Siau adalah sebagai berikut:
1. Batas wilayah : Sumatera Selatan
2. Sebelah barat : Desa Sungai Ulas
3. Sebelah Timur : Desa Pasar Muara Siau
4. Sebelah Utara : Desa Teluk Sikumbang
5. Sebelah Selatan : Desa Air Lago
20
B. Visi, dan Misi Desa Muara Siau
Visi dan misi Desa Muara Siau disamping merupakan visi dan misi kepala
desa terpilih, juga terintegrasikan dengan keinginan bersama masyarakat desa
dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif mulai dari tingkat
Dusun/Rw sampai tingkat desa. Adapun visi Desa Muara Siau adalah
Terbangunnya tata kelola pemerintahan desa yang baik dan bersih guna
mewujudkan kehidupan masyarakat desa yang adil makmur dan sejahtera.
Sedangkan misi dari Desa Muara Siau adalah:
a. Membangun kreatifitas masyarakat.
b. Meningkatkan kemajuan dari segi ilmu pengetahuan.
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat.
d. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana.
e. Menciptakan masyarakat yang hebat.25
Visi dan misi yang telah dibentuk dan ditetapkan ini tentu telah
mendapatkan persetujuan dan dukungan dari seluruh masyarakat setempat.
Melalui visi dan misi tersebut terdapat harapan yang penuh yang ingin dicapai
oleh masyarakat setempat, baik dari kepala desanya maupun anggota-anggotanya.
Didalam visi dan misi yang sampai saat ini masih dipertahankan di Desa
Muara Siau ini, mendapat dukungan yang positif dari seluruh masyarakatnya.
Masyarakat setempat terus melakukan gotong royong untuk membersihkan
kampung mereka yang diadakan seminggu sekali yaitu pada hari jum‟at. Kegiatan
ini menjadi rutinitas masyarakat Desa Muara Siau guna menjaga desa mereka agar
tetap terjaga keasriannya. Selain dalam bidang kebersihan, masyarakat Desa
Muara Siau juga aktif dalam bidang PKK terutama untuk kalangan ibu-ibu rumah
tangga. Di samping mengurus rumah tangga, mereka para ibu-ibu desa bersama
ibu kepala desanya terus meningkatkan kreatifitasnya melalui program PKK guna
25 M.andoni, Sekretaris Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 14 oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
21
mengembangkan bakat dan minat dari ibu-ibu desa misalnya mengikuti lomba
menyanyi, membentuk kelompok yasinan, belajar rebana, dan membuat kue-kue
serta makanan lainnya yang akan dijual belikan untuk mengisi koperasi desa.
Marhayanis selaku ketua PKK menyatakan :
“[S]aya selaku ketua PKK sangat senang dengan ibu-ibu anggota PKK,
karena semangat mereka yang mau ikut dalam semua kegiatan-kegiatan
yang ada di desa. Para ibu PKK juga rajin memasak aneka kue-kue dan
kemudian dijual uang nya dikumpulkan, dan dibelikan alat-alat seperti
piring, kuali, sendok, dan lain-lain, yang kemudian bisa dipakai oleh
warga yang akan mengadakan acara, hajatan, nikahan dan lain-lain.26
Di dalam visi misi Desa Muara Siau ini terdapat harapan penuh dari kepala
desa muara siau. Zarkani selaku kepala desa menyatakan:
“yang diharapkan melalui visi dan misi desa ini masyarakat lebih
meningkatkan kerja sama sebagai warga, dan tetap menjalin silaturrahmi
antar warga. Meningkatkan kedisiplinan, menjaga dan melestarikan
keindahan desa.”27
Kepala desa Muara Siau sangat mengharapkan agar warganya hidup rukun
dan saling membantu satu sama lain, meningkatkan kedisiplinan, menolong
sesama warga, dan masyarakat juga diharapkan dapat menyumbangkan
pemikirannya guna untuk perkembangan desa.
C. Kondisi Sosial, Budaya, Pendidikan, dan Agama.
1. Sosial
Masyarakat Desa Muara Siau yang mayoritas suku melayu, masih sangat
menjunjung tinggi adat istiadat nenek moyang mereka baik dalam hal budaya
maupun bahasa sehari-hari. Bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai pengantar
dalam dunia pendidikan, maupun forum-forum formal seperti rapat atau
26 Marhayanis, Ketua PKK Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
Penulis, 15 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio 27 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis, 16
Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
22
musyawarah. Jiwa kegotong royongan dalam masyarakat Desa juga masih sangat
tinggi dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam bermasyarakat.
2. Budaya
Setiap masyarakat memiliki kehidupan sosial yang berbeda antara
masyarakat satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adat istiadat yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Adat istiadat merupakan bagian dari
kebudayaan yang biasanya berfungsi sebagai pengatur, pengendali, pemberi arah
kepada perlakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.28
Dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat Desa Muara Siau menggunakan bahasa melayu sebagai
bahasa pengantar. Dalam hidup ada konsep tatanan hierarki yang bermasyarakat,
yaitu orang yang lebih muda menghormati orang yang tua.29
Di dalam kehidupan
bermasyarakat, adanya interaksi yang kuat antar warga, tingkah laku antar
anggota masyarakat dan hidup bergotong royong masyarakat Desa Muara Siau
tercermin dalam kebiasaan mereka yang disebut dalam upacara keagamaan.
Manusia merupakan makhluk sosial, mereka tidak bisa hidup tanpa
bantuan dari manusia lain. dalam kehidupan bermasyarakat, mereka menciptakan
kelompok sosial. Kelompok sosial adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa
orang yang saling berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan bersama. Umumnya,
kelompok sosial yang diciptakan tersebut adalah berdasarkan pada mata
pencaharian atau pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.30
Mereka saling
membutuhkan dalam berbagai aspek, dalam kaitannya dengan adanya rasa saling
bantu membantu. Semakin baik hubungan sosial mereka maka semakin sejahtera
dan tentram dalam kehidupan mereka. Maka jelaslah hubungan ini wajib dibina
karena hal ini merupakan sangat penting bagi kelansungan hidup bermasyarakat. .
28 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia,
1982), 2 29 Niels Mulder, Agama. Hidup sehari-hari dan Perubahan Jawa Muagthai dan Filifina,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), 61 30 Jabal Tarih Ibrahim, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2003), 45
23
3. Kondisi Penduduk
Penduduk yang ada di Desa Muara Siau kecamatan Muara Siau,
merupakan penduduk asli melayu, namun ada juga beberapa pendatang baru dari
berbagai daerah. Desa Muara Siau merupakan salah satu sentra perkebunan di
Kabupaten Merangin. Komoditi penting yang dihasilkan melalui perkebunan
adalah karet, ada juga sebagian kopi, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Selain itu
penduduk Desa Muara Siau ini juga memanfaatkan sebagian lahan mereka untuk
bercocok tanam dan berdagang guna memenuhi tambahan perekonomian mereka.
Selain dari hasil pertanian, para penduduk Desa Muara Siau juga aktif
dalam pengembangan bidang peternakan. Binatang ternak yang dikembangkan
pada umumnya adalah ikan, kambing, dan ayam. Namun dalam bidang
peternakan ini tidak memiliki persentase yang tinggi , karena pada dasarnya
Masyarakat Desa Muara Siau memilih untuk bertani.
a. Tabel jumlah penduduk
No Data Penduduk Jumlah Penduduk
1 Jenis Kelamin 850 (Laki-laki) dan 950 (perempuan)
2 Kewarganegaraan 1.800 WNI
Sumber: Kantor Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
b. Tabel penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Petani 385 orang
2 Wiraswasta 4 orang
3 Pertukangan 7 orang
4 Pegawai Negeri Sipil 4 orang
5 Peternak 10 orang
6 Penjahit 5 orang
7 Jasa 3 orang
24
8 Buruh 10 orang
9 Bengkel 6 orang
10 Sopir 3 orang
Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Berdasarkan tabel diatas, dapat diuraikan bahwasanya dilihat dari segi
mata pencaharian, masyarakat Desa Muara Siau banyak yang bekerja sebagai
petani yaitu sebanyak 385 orang.
c. Tabel penduduk kerja berdasarkan umur
No Umur Jumlah
1 Kelompok tenaga kerja
usia 20-26 tahun
85 orang
2 Kelompok tenaga kerja
usia 27-40 tahun
268 orang
Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
4. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat
untuk mencapai tujuan mencerdaskan bangsa dan untuk mengembangkan
wilayahnya. Dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat
menuntut ilmu, maka perlu didirikan berbagai sarana dan prasarana, baik yang
formal maupun non formal.
Mengenai pendidikan yang ada di Desa Muara Siau ini rata-rata penduduk
tidaklah tinggi. Mereka mengenyam jenjang pendidikan formal hanya selesai
Sekolah Dasar (SD) dan ada juga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan
masyarakat tidak hanya dibatasi dengan pendidikan formal, tetapi juga ditambah
dengan pendidikan non-formal terutama di tempat-tempat ibadah atau pengajian.
Karena penduduk Desa Muara Siau mayoritas beragama islam, para orang tua
juga menanamkan pendidikan non-formal dengan mengajarkan anak-anak mereka
25
ke tempat pengajian seperti Madrasah untuk menyeimbangkan antara ilmu
pengetahuan dan ilmu agama. Tidak hanya bagi anak-anak saja yang belajar untuk
mengaji, tetapi kaum orang dewasa dan orang tua pun ikut mengaji. Tidak sedikit
bagi penduduk desa Muara Siau menghadiri majelis-majelis guna mendapatkan
ilmu agama. Karena bagi mereka ilmu agamalah yang sangat penting bagi mereka
ilmu agama sebagai penuntun hidup.
Sarana Pendidikan Formal
Desa Muara Siau
No Lembaga Pendidikan Jumlah
1 PAUD 3
2 TK 3
3 SD 2
Jumlah 7
Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Tabel Pendidikan Non Formal
Desa Muara Siau
No Lembaga Pendidikan Jumlah
1 Madrasa Ibtidaiyyah 1
2 Pesantren Al-Aziziah 1
Jumlah 2
Sumber : Monografi Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
5. Kondisi Keagamaan
Agama bagi masyarakat merupakan keyakinan dan mempunyai peran yang
penting bagi kehidupan. Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
99% penduduknya beragama Islam. Dengan demikian, Islam sangat berpengaruh
terhadap kebudayaan masyarakat di Desa Muara Siau. Kesadaran akan pentingnya
26
ilmu agama membuat para orang tua untuk lebih menekankan anak-anak mereka
belajar agama, seperti memasukkan ke sekolah Madrasah, mengajarkan ilmu
tajwid, pergi kepengajian dan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu
agamapun sudah sudah semakin maju. Penduduk desa Muara Siau tidak lagi
memakai sistem kepercayaan nenek moyang yang masih diterapkan oleh orang-
orang terdahulu. Mereka lebih mengutamakan mengikuti Syari‟at islam sebagai
pedoman hidup mereka. Mukhlis selaku ketua karang taruna mengatakan:
“karang taruna sangatlah mendukung masyarakat untuk mengisi aktivitas
yang positif mulai dari anak-anak muda, dewasa, dan dari kalangan orang
tua juga mengikuti aktivitas karang taruna. Contohnya kelompok rebana
yang kini masih berjalan dan dikembangkan.”31
Selain berperan aktif dalam hal majelis-majelis pengajian, penduduk Desa
Muara Siau membentuk sebuah kelompok karang taruna yaitu rebana yang diikuti
oleh penduduk setempat mulai dari anak-anak kecil, kaum remaja, maupun orang-
orang dewasa.
D. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Muara Siau
1. Struktur Desa
Sebagaimana halnya suatu badan organisasi, baik dibawah naungan
pemerintah ataupun swasta, kecil maupun besar tidak lepas dari suatu badan yang
disebut organisasi. Pengurus organisasi mempunyai tanggung jawab terhadap
maju-mundurnya suatu organisasi yang dipimpinnya. Demikan pula halnya
dengan Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin, dalam
penyelenggaraan pemerintah Desa Muara Siau, dipimpin oleh seorang kepala desa
yang merupakan penanggung jawab dalam pemerintahan untuk melaksanakan
program pembangunan baik yang berasal dari pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah.
31 Mukhlis, Ketua Karang Taruna Desa Muara Siau Keecamatan Muara Siau, Wawancara
dengan penulis, 17 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
27
Desa Muara Siau selain dipimpin oleh kepala desa yang didampingi oleh
sekretaris desa dalam menjalankan tugasnya, juga dibantu oleh lembaga
fungsional, BPD, Kaur Umum, kaur keuangan, kaur pemerintahan, kaur
pembangunan, kemudian kadus I, kadus II, kadus III, kadus IV, dan Kadus V.
Dalam menjalankan program, masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam
proses tersebut, karena sangat berpegaruh terhadap efektivitas program yang
digagas oleh pemerintah.
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi
maupun orang-orang yang meunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Strategi organisasi
dibuat sebagai upaya penyampaian tujuan organsasi. Oleh karena itu, jika struktur
organisasi dibentuk sebagai jalan untuk mencapai tujuan, maka struktur
organisasipun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi yag akan berdampak
pula pada perubahan struktur organisasi.
Pembagian struktur kerja pada masing-masing bidang bertujuan untuk
memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas dan kewajiba serta dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab untuk menjalin kerja sama yang efektif. Tata kerja
adalah aturan melaksaakan tugas dan tanggung jawab yang diemban sedangkan
sistematika hubungan kerja adalah cara pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
yang saling terkait dari jajaran tinggi sampai jajaran redah yang berperan sebagai
penggerak jalannya kegiatan di Desa tersbut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada struktur organisasi sebagai berikut:
28
Struktur Pemerintahan Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Sumber: Kantor Desa Muara Siau
BPD
Muslim, S.Ag
Dr.
Rafi
dah,
SE.
Kepala Desa
Zarkani
Sekretaris Desa
M. Andoni
Ketua RT 02
Zulyadi
PSMF
Kaur Pemerintahan
Khairul Amin
Kaur Umum
Yuspar
Kaur Keuangan
Vivi Elza, S.Pd
Kaur Pembangunan
Zulfikar
Kadus 1
Yuherman
Kadus II
Ruslam
Kadus III
Junaidi
Ketua RT 01
Amrizal
Ketua RT 03
Haidin
Ketua RT 04
Supriadi
A
Ketua RT 05
Ahmadi
29
Tabel pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
KETUA
MUSLIM, S.Ag
WAKIL KETUA
AZWANDI, SE
SEKRETARIS
WAHYU ARGANDI
ANGGOTA
1. AMRIZAL
2. ZAINAL ABIDIN
3. VOVI IRIANTI
4. MURNIATI Sumber : Kantor Desa Desa Muara Siau
30
Tugas dan fungsi pengelola Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Kbupaten Merangin Provinsi Jambi
1. Kepala Desa
a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, memlihara keutuhan
kesatuan Negara RI.
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Melaksanakan kehidupan demokrasi.
d. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
e. Menjalin hubungan dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.
f. Menyelenggarakan administrasi desa dengan baik.
g. Melaksanakan usulan yang menjadi kewenangan desa.32
2. Sekretaris Desa
a. Memberikan saran dan pendapat kepala desa.
b. Memimpin, mengkoordinir, mengendalikan serta mengawasi semua
unsur atau kegiatan sekretaris desa.
c. Merumuskan program kegiatan kepada kepala desa.
d. Melaksanakan unsur surat menyurat kearsipan dan laporan.
e. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan hasil rapat.
f. Menyusun rancangan anggaran penerimaan dan belanja desa.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
3. Kaur pemerintahan
a. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk di desa.
b. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam
hal kartu penduduk (KTP).
c. Melaksanakan kegiatan administrasi pemerintah.
32 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara
Siau, 13 Oktober 2019, Kbupaten Merangin, Dokumetasi
31
d. Melaksanakan kegiatan masyarakat, antara lain RT, RW, dan kegiatan
ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil.
e. Melaksanakan, mengawasi serta membina extapol dan kegiatan social
politik lainnya.
f. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
4. Kaur Umum
a. Melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat menyurat desa,
mempunyai tugas keluar serta melaksanakan tata kearsipan.
b. Melaksanakan penyediaan dan pendistribusi alat-alat kantor,
pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.
c. Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket.
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.
5. Kaur Pembangunan.
a. Melaksanakan kegiatan administrasi pembngunan desa.
b. Melakukan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan
desa.
c. Menghimpun data potensi desa serta menganalisa dan memeliharanya
untuk dikembangkan.
d. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan
daftar usulan serta mencatat daftar isisan proyek atau isian kegiatan.
6. Kaur Keuangan
a. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa dan
perangkat desa sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang
masih berlaku.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data sumber penghasilan desa baru
untuk perkembangan.
c. Melakukan kegiatan administrasi, pajak yang dikelola oleh desa.
32
d. Merencanakan penyusunan APBDES untuk dikonsultasikan dengan
BPD.
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa.33
Fungsi, wewenang dan hak BPD
1. Fungsi BPD
BPD berfugsi menetapka peraturan desa bersama kepala desa, menampug
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
2. Wewenang BPD
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa
dan peraturan kepala desa.
c. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.
d. Mengusulkan pengangkatan dan dan pemberhentian kepala desa.
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
f. Menyusun tata tertib BPD.
3. Hak BPD
a. Meminta keterangan kepada kepala desa.
b. Menyatakan pendapat.
4. Hak anggota BPD
a. Mengajukan rancangan peraturan desa.
b. Mengajukan pertanyaan.
c. Menyampaikan usul dan pendapat.
d. Memilih dan dipilih.
e. Memperoleh tunjangan.
5. Kewajiban anggota BPD
33 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara
Siau, 16 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Dokumetasi
33
a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD 45 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan.
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam peyelenggaraan
pemerintahan desa.
c. Mempertahankan dan memelihara hokum nasional serta keutuhan
NKRI.
d. Menyerap, meampung, menghimpun, dan menidak lanjuti aspirasi
masyarakat.
e. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan.
f. Memproses pemilihan kepala desa.
g. Menghormati nilai-nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat
setempat.
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.34
E. Sarana dan Prasarana
Desa Muara Siau memiliki potensi yang mungkin hampir sama dalam hal
ketersediaan sarana dan prasarana seperti desa lain pada umumnya. Adapun
sarana dan prasarana desa dapat kita lihat sebagai berikut.
1. Kantor Pemerintahan Desa
Desa Muara Siau memliki sebuah kantor pemerintahan desa sesuai dengan
data yang kami dapatkan dari pendataan Profil desa muara siau, walaupunn
sederhana, jkantor ini memiliki dua ruangan, yang mana ruangan satu digunakan
untuk mengadakan pertemuan jika ada orang luar yang dating, dan ruagan yang
satuya lagi digunakan untuk membuat surat menyurat oleh sekretaris desa. Selain
itu juga telah dilengkapi dengan seperangkat sound system. Listrik dan air bersih
34 Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara
Siau, 16 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Dokumetasi
34
juga tersedia walaupun fasilitas telepon belum tersedia di kantor desa ini. Kantor
Desa juga telah dilengkapi denga dengan satu buah mesin ketik, satu buah laptop,
satu buah computer dan berbagai fasilitas standard kantor lainnyaa. Informasi
mengenai perangkat desa, struktur organiasasi, juga terdapat di dalam kantor Desa
ini.
2. Posyandu
Di Desa Muara Siau terdapat satu posyandu yang terletak di tengah-tengah
desa dan bersebelahan dengan kantor desa Muara Siau. Adapun yang menunggu
posyandu ini adalah bidan desa (bides), yang akan memberi pengobatan kepada
masyarakat yang lagi sakit. Fasilitasnya juga telah memadai dan dirasa telah
cukup untuk kebutuhan masyarakat di Desa Muara Siau.
3. Sarana Air Bersih
Dalam hal sumber air bersih, masyarakat mendapatkan air bersih melalui
sumur gali, danj juga air sugai yang di Dam, kemudian dialirkan kesetiap rumah-
rumah warga. Sumber air bersih tersebut dapat digologkan secara umum dalam
kodisi yang baik. Jika musim kemarau dating warga mengambil air dari air
sungai.
4. Sarana Pendidikan
Di Desa Muara Siau memiliki sarana untuk pembelajaran bagi anak-anak
desa. Mulai dari PAUD, TK, SD, PON-PES, MI Tersedia di Desa. Hal ini bisa
mendongkrak mutu belajar anak-anak desa Muara Siau yang dahulu kurang akan
ilmu pengetahua. Amun sekarang sudah mulai mempunyai pola fikir yang lebih
baik. Dari data yang didapat oleh peulis dari dokumen desa tahun 2019, perbedaan
anak-anak yang mau menimba ilmu pengetahuan sudah mulai bertambah dari
sebelumnya.
5. Sarana Ibadah
Desa Muara Siau memiliki Masjid dan Musholla di setiap RT nya. Masjid
dan Mushola ini menjadi tempat dimana masyarakat Desa Muara Siau melakukan
35
aktivitas keagamaan, seperti sholat berjamaah, pengajian, dan acara-acara
keagamaan lainnya. Akan tetapi, di Desa Muara Siau tidak memiliki fasilitas
keagamaan bagi masyarakat beragama non islam.
36
BAB III
DESKRIPSI PROSESI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD
PERNIKAHAN
Kebudayaan adalah totalitas latar belakang sistem nilai, lembaga dan
perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Itu
merupakan seluruh gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi identitas masyarakat yang
bersangkutan sehingga dalam kenyataannya tidak ada dua masyarakat yang
kebudayaannya seluruhnya sama. Melihat demikian beragamnya kebudayaan,
seperti beragamnya lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu
merupakan suatu respon terhadap lingkungan sekitar. Baik lingkungan manusia
maupun lingkungan alam. Respon itu tidak akan sama dari suatu masyarakat ke
masyarakat lain, karena manusia mempunyai kemampuan kreatif.
Begitu juga dengan masyarakat di Desa Muara Siau banyak sekali budaya
serta adat yang sampai sekarang oleh sebagian orang masih dipertahankan dan
dilakukan. Dengan tujuan untuk mempertahankan adat, juga sebagian orang ada
yang berpendapat apabila tidak dilakukan takut akan terjadi hal-hal yang mungkin
tidak diinginkan, dan berharap akan ada berkah apabila melaksanakannya.
Upacara adat ini erat kaitannya dengan suatu doa atau amalan, mantra yang konon
berguna atau bermanfaat untuk mewujudkan tujuan sesorang yang
mengamalkannya dengan tujuan antara lain, supaya dilihat orang lebih rupawan,
supaya dilihat orang awet muda, dan supaya kebal atau tahan senjata tajam serta
mempunyai kekuatan yang luar biasa. Dan lain sebagainya.35
Budaya telah lahir sejak manusia pertama diciptakan. Kebudayaan adalah
totalitas latar belakang sistem nilai, lembaga dan prilaku hidup serta perwujudan
nya yang khas pada suatu masyarakat. Itu merupakan seluruh gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi
35 https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya Diakses pada tanggal 3 November 2019
37
identitas masyarakat yang bersangkutan sehingga dalam kenyataannya tidak ada
dua masyarakat yang kebudayaannya seluruhnya sama.
Menikah adalah satu langkah penting menuju tahapan baru dalam
rangkaian kehidupan anak manusia. Oleh karena nya, tak heran bila dalam
menyambut hari istimewa tersebut, pasangan calon pengantin di anjurkan bahkan
di wajibkan untuk menyucikan diri terlebih dahulu. Dengan tujuan, agar calon
pengantin dalam kondisi bersih suci lahir dan batin dalam memasuki mahligai
rumah tangga. Disetiap daerah pasti mempunyai cara-cara atau tradisi yang
berbeda-beda dalam melakukan ritual atau tradisi sebelum pernikahan.
A. Pengertian dan Sejarah Tradisi Mandi Balimau
Upaya untuk meringankan kehidupan manusia, dapat dikatakan tradisi,
yang merupakan bagian dari kebudayaan. Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan
ajaran turun temurun dari nenek moyang. Tradisi adalah adat-istiadat atau
kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Di Desa
Muara Siau mempunyai suatu tradisi yang unik yaitu tradisi mandi balimau yang
dilakukan sebelum akad pernikahan. Balimau merupakan tradisi tola bala bagi
masyarakat Desa Muara Siau. tradisi ini menjadi sarana untuk membentengi diri
dari masalah-maslah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari
luar maupun dari dalam. Dengan kata lain balimau merupakan sarana untuk
menangkal penyakit, baik penyakit lahir maupun batin.36
Menurut Anton M. Moeliono tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun
(dari nenek moyang dahulu) yang masih dijalankan masyarakat. Tradisi
didefenisikan sebagai cara mewariskan fikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian
dari leluhur ke anak cucunya. Tradisi juga merupakan warisan masa lalu yang
dilestarikan terus hingga sekarang, baik berupa nilai, norma sosial, maupun adat
kebiasaan yang merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan. Pada dasarnya
36 Hamidi, dukun kampung desa muara siau kecamatan muara siau, Wawancara dengan
penulis 20 Oktober 2019, Rekaman Audio
38
tradisi merupakan bagian dari kebudayaan. Hasil karya yang dilakukan secara
berulang- ulang. Tradisi pada masyarakat Indonesia masih banyak yang dilakukan
dengan baik hingga saat ini tradisi-tradisi tersebut tentu saja memiliki tujuan yang
baik untuk menciptakan masyarakat yang berperadaban. Masyarakat di Desa
Muara Siau masih menjaga tradisi-tradisi lama dari nenek moyang nya dan
menjaga kelestarian tradisi tersebut. Contoh nya Tradisi Mandi Balimau ini, dan
masih banyak tradisi-tradisi lainnya yang masih dilakukan dan dipertahankan oleh
masyarakat.37
Tradisi mandi balimau adalah sebuah tradisi mandi yang menggunakan air
yang dicampur jeruk nipis yang dilakukan oleh orang sebelum melakukan akad
pernikahan yang turun temurun dari nenek moyang masyarakat di Desa Muara
Siau. Tradisi ini dilakukan sebelum orang melakukan akad pernikahan yang
dilakukan oleh calon pengantin. Sepasang pengantin akan melangsungkan ijab
qabul tiga hari sebelum ijab qobul dilansungkan harus melakukan tradisi balimau
ini. Mandi dalam kehidupan sehari-hari dilakukan agar orang menjadi bersih
badannya, segala kotoran yang melekat di badan akan hilang tersapu air dan
sabun. Akan tetapi hakikat dari mandi balimau ini tidak hanya sekedar
membersihkan wadag badan tetapi juga membersihkan jiwa. Membersihkan diri
dari noda dan dosa serta sifat-sifat yang kurang baik. Membersihkan segala
gangguan agar supaya pada saat prosesi ijab qabul tidak lagi ada aral yang
melintang. Pengantin agar dapat memulai hidup baru dengan keadaan yang bersih
dan suci. Adapun limau yang digunakan yaitu limau kapas (Jeruk Nipis), limau
kunci, limau sundai, tetapi yang sering digunakan oleh masyarakat desa Muara
Siau adalah limau kapas (jeruk nipis) yang dilakukan tiga hari sebelum akad
pernikahan dilaksanakan. Yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore hari.
Latar belakang dari adanya tradisi balimau adalah untuk membersihkan
diri secara lahir dan batin, dan juga balimau dilakukan untuk menghindari hal-hal
37 Gina Novia Utami Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang Di Kecamatan Rajabasa
Kota Bandar Lampung Skripsi Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Bandar
Lampung 2018
39
yang tidak diinginkan sebelum pernikahan. Masyarakat Desa Muara Siau percaya
bahwa jika mereka melakukan tradisi balimau ini maka proses akad
pernikahannya akan berjalan dengan lancar. Jika mereka tidak melakukan tradisi
ini mereka khawatir akan terjadi sesuatu terhadap calon pengantin.
Hamidi selaku dukun kampung mengatakan bahwa:
“[T]radisi mandi balimau ini, bagus untuk dilakukan selain dari
manfaatnya untuk sang calon pengantin tradisi ini juga merupakan
warisan peninggalan dari nenek moyang kita zaman dahulu, tradisi ini
juga harus kita jaga dan kita pertahankan karena tradisi ini tidak semua
daerah memilikinya. Maka dari itu kita sebagai masyarakat Desa Muara
Siau harus melestarikannya. Dan juga tradisi ini sangat bermanfaat untuk
melancarkan dalam prosesi acara pernikahan seseorang.”38
Tradisi mandi balimau ini tidak terdeteksi kapan dimulainya, tapi sudah
menjadi tradisi turun temurun, dari dulu-dulu sudah ada tradisi balimau ini,
diperkirakan penyebab awal adanya tradisi balimau di Desa Muara Siau ini
muncul yaitu, akibat dahulu sebelum orang melakukan pernikahan banyak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, dikarenakan dugaan bahwa orang-orang zaman
dulu banyak main dukun, dan guna-guna sehingga orang mencari cara agar
kejadian yang tidak diinginkan ini terjadi. Balimau ini telah dilakukan oleh nenek
moyang pada zaman dahulu, karena limau ini dipercaya banyak mengandung
khasiat dan bisa digunakan sebagai obat. Limau juga dipercaya dapat mengusir
hal-hal yang berbau mistis.
Secara khusus, balimau bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda-
beda, meski dengan tujuan yang kurang lebih sama. Pertama, pelaksanaan
balimau untuk peralihan status calon pengantin dalam rangkaian upacara tradisi
mandi balimau. Dan balimau juga bisa digunakan sebagai obat. Limau dipercaya
bisa dijadikan obat bagi orang yang sedang mengidap penyakit yang berbau
mistis, seprti kesurupan dan lain sebaginya.
Darahit, selaku dukun kampung mengatakan:
38 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio
40
“[D]iperkirakan bahwa, Pertama kali munculnya tradisi ini yaitu, dilatar
belakangi oleh banyaknya gangguan-gangguan yang menimpa calon
pengantin sebelum acara akad pernikahan, bisa jadi disebabkan oleh
orang yang memililki dendam terhadap calon pengantin tersebut, Karena
dahulu di Desa Muara Siau ini orang-orang masih banyak mempuyai
ilmu- ilmu yang berbau mistis. Dan sering sekali mereka
mempraktekkan ilmunya pada saat acara sedang berlansung. Maka dari itu
dibuatlah semacam penangkal nya, yang dipercaya bisa mengatasai
masalah tersebut."39
Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya, antara lain berupa upacara
tradisional dan adat istiadat yang perlu dilestarikan karena didalamnya terkandung
makna nilai-nilai yang luhur yang tinggi yang dapat mempengaruhi
pendukungnya untuk berinteraksi secara aktif dan efektif sehingga mampu
membina budi pekerti luhur.40
Menurut Parsudi Suparlan, agama itu sendiri
merupakan sistem keyakinan yang dipunyai secara individual yang melibatkan
emosi-emosi dan pemikiran-pemikiran yang sifatnya pribadi dan diwujudkan
dalam tindakan-tindakan keagamaan yang sifatnya individual ataupun kelompok
dan melibatkan sebagian atau seluruh masyarakat, agama merupakan seperangkat
aturan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan dan tuhannya.
Aturan-aturan ini lebih menekankan pada hal-hal yang normatif atau seharusnya
untuk dilakukan.41
Tradisi merupakan kebiasaan turun temurun yang masih dilakukan oleh
masyarakat pendukungnya dan sebagai suatu konsep sejarah maka suatu tradisi
dapat difahami sebagai suatu kenyataan. Hal ini Karena proses pembentukan
tradisi sesungguhnya merupakan proses seleksi, maka tradisi dapat dilihat sebagai
perangkat nilai dan sistem pengetahuan yang menentukan sikap dan corak
komunitas kognitif. Tradisilah yang memberikan kesadaran identitas serta rasa
39 Darahit, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis 17 Oktober 2019, Rekaman Audio 40 Purwadi, Ensiklopedi Adat Istiadat Budaya Jawa, (Yogyakarta: SHAIDA, 2007), 3 41Roland Roberston, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1998), 8
41
ketertarikan dengan sesuatu yang dianggap lebih awal.42
Kegiatan tradisi juga merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan
nilai-nilai dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan
biasanya adalah nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukung tradisi dianggap baik.
Dengan demikian, timbullah masalah bagaimanakah caranya agar nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam unsur-unsur kebudayaan lama, termasuk pula
yang berupa upacara tradisional (dalam hal ini mandi balimau) itu tidak
mengalami kepunahan, sehingga masih tetap memiliki kegunaan sebagai
pegangan hidup bagi masyarakatnya.
B. Prosesi pelaksanaan Tradisi Mandi Balimau Sebelum Akad Pernikahan
Salah satu rangkaian kegiatan sebelum pelaksanaan akad nikah, di Desa
Muara Siau yaitu dikenal dengan tradisi mandi balimau. Kegiatan mandi balimau
juga bisa dikatakan sebagai mandi tola bala, ini adalah mandi dengan
menggunakan limau yang ditujukan untuk melindungi, mengharapkan
keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya atau bala. Baik dalam upaya
pelaksanaan akad nikah maupun dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
Sebelum melakukan tradisi mandi balimau, kita harus mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan, setelah semua perlengkapan telah disiapkan
seperti jeruk, air, pisau, mangkuk. Maka semua perlengkapan itu dibawa ke dukun
kampung untuk di jampi dan dibuat. Setelah semuanya selesai dipersiapkan
barulah sang calon pengantin menggunakan air limau tersebut, ditempat yang
tertutup atau dikamar mandi dengan cara meminum airnya sedikit dan diusapkan
keseluruh badan. Pada hakikatnya balimau adalah suatu kegiatan dimana
seseorang yang hendak menikah harus melakukan tradisi tersebut.43
Musa dukun kampung menyatakan:
42 Taufiq Abdullah dan Sharon Shiddique, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1918), 61 43 Hamidi, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
dengan penulis , 20 Oktober 2019, Rekaman Audio
42
“ sebelum kita melakukan prosesi mandi balimau ini, tentu kita harus
mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari bahan dan
perlengkapannya. kemudian di buat dan di jampi oleh dukun kampung,
Setelah itu barulah diberi ke calon pengantin untuk digunakannya.”
Ketika kita hendak memetik limau, limau tidak boleh dalam keadaan
telanjang dalam artian limau yang kita ambil itu harus ada tangkai dan daunnya.
Dan juga kita dilarang memetik limau pada waktu senja, karena itu tidak baik
untuk dilakukan. Adapun pantangan bagi orang yang menggunakan limau ini
adalah tidak boleh keluar rumah pada waktu senja, karena dipercaya dapat
membahayakan dirinya.44
Pada rangkaian pelaksanaan tradisi mandi balimau
dilakukan atau juga bisa disebut sebagai mandi pengantin, Maksudnya supaya
nanti kedua mempelai tidak kesurupan saat bersanding di pelaminan dan rumah
tangga mereka kelak tidak goyah . Sebab, siapa tahu ada pihak tertentu yang tak
suka pasangan itu hidup rukun, lalu melancarkan gangguan sejenis sihir atau
guna-guna.
Masyarakat Desa Muara Siau percaya jika tradisi balimau ini dilakukan
maka dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama acara pernikahan
berlansung. Hampir semua masyarakat di Desa Muara Siau melakukan tradisi
mandi balimau ini, guna untuk dapat memperoleh kelancaran selama proses acara
pernikahan berlansung. Masayarakat Desa Muara Siau percaya bahwa jika mereka
melakukan tradisi mandi balimau ini, maka akan dijauhkan dari segala bala dan
marabahaya yang bisa menimpa sang calon pengantin.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan,
sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Kebudayaan memiliki makna
yang luar biasa pentingnya bagi masyarakat dan kebudayaan hampir menyentuh
44 Siti Soleha, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
dengan penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio
43
semua dari segi kehidupan masyarakat. Tradisi mandi balimau yang dilakukan
oleh orang sebelum akad pernikahan, yaitu tiga hari sebelum akad pernikahan
dilaksanakan. Pada hari-hari tersebut calon pengantin yang akan melakukan
tradisi mandi balimau dilarang untuk keluar rumah, atau melakukan sesuatu yang
dapat membahayakan dirinya. Mereka hanya menunggu sampai waktu
menggunakan mandi balimau tersebut.
Musa sebagai dukun kampung menyatakan:
“[D]ulu tradisi balimau ini dilakukan oleh orang yang hendak menikah di
sungai dan ditemani oleh satu orang, ibunya atau yang lain. namun
sekarang orang-orang melakukannya hanya dirumah saja. Karena zaman
dahulu masyarakat di Desa Muara Siau belum mempunyai kamar mandi
maka dari itu tradisi mandi balimau dilakukan di sungai.”45
Pertama balimau dilakukan oleh calon pengantin, dirumah tiga kali sehari,
balimau hanya dilakukan sepeti luluran, yaitu diusap ke wajah, tangan, dan kaki.
Tradisi mandi balimau ini dilakukan ditempat yang telah ditentukan, dahulu
orang-orang yang hendak melakukan balimau, mereka melakukannya di sungai.
Karena pada zaman dahulu dirumah mereka belum mempunyai kamar mandi jadi
balimau ini dilakukan disungai. Tetapi sekarang seiring berjalannya waktu, tradisi
balimau dilakukan dirumah saja, dikamar mandi, tetapi air bekasnya dibuang
kesungai, dan tidak boleh di buang sembarangan.
Balimau ini harus dilakukan ditempat yang tertutup dan tidak boleh
disaksikan oleh orang banyak. Dalam proses balimau ini tidak banyak langkah-
langkah yang harus dilakukan, cukup si pengantin menggunakan limau itu sendiri
dan jika ada boleh ditemani oleh ibu atau saudara-saudaranya. Tradisi balimau
dilakukan pada tiga hari sebelum acara akad pernikahan berlansung. Waktu
pelaksanaan balimau adalah pada waktu pagi, siang, dan sore hari, selama tiga
hari berturut-turut. Tradisi balimau dilakukan oleh kedua calon pengantin jika
45 Musa, Dukun kampung, Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 25 Oktober 2019, Rekaman Audio
44
kedua calonnya berdekatan. Namun jika jauh balimau boleh dilakukan oleh salah
satu dari calon pengantin tersebut.
Yang melaksanakan tradisi mandi balimau ini, tidak hanya orang-orang
yang akan melakukan pernikahan. Tetapi balimau ini juga bisa digunakan sebagai
obat untuk orang yang sakit. Seperti orang yang kerasukan makhluk halus, dan
berbagai macam penyakit lainnya, limau dapat dipercaya untuk bisa mengobati
penyakit tersebut. Tentu dengan diiringi mantra atau jampian dari dukun atau
orang pintar. Adapun perlengkapan dan bahan yang akan digunakan itu tidaklah
banyak dan bisa didapatkan dengan mudah. Adapun perlengkapan dan bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut.
1. Jeruk
2. Air
3. Mangkok
4. Pisau
Setelah semuanya terkumpul, langkah selanjutnya adalah, membawa alat
dan bahan kepada dukun kampung untuk diberikan bacaan dan doa doa. Dahulu
orang juga menggunakan kemenyan sebagai bahan dari balimau tersebut tetapi
sekarang tidak menggunakan kemeyan lagi cukup dengan membaca mantra-
mantranya saja. Karena pada zaman sekarang kemenyan sulit untuk ditemukan.
Jadi orang tidak lagi menggunakan nya.
D. Fungsi dan tujuan pelaksanaan tradisi mandi balimau.
Tradisi mandi balimau adalah tradisi atau kebiasaan turun temurun. Setiap
tradisi yang dilakukan oleh suatu masyarakat biasanya memiliki makna, fungsi
dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat pelaku. Tradisi tersebut juga
mendorong masyarakat semakin melakukan dan mentaati tatanan sosial tertentu.
Tradisi-tradisi ini memberikan motivasi dan nilai-nilai yang paling dalam. Untuk
itulah tradisi mandi balimau dilaksanakan dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan
diadakannya tradisi mandi balimau ini yaitu dalam rangka memohon berkah dan
45
rahmat Tuhan Yang Maha Esa agar calon pengantin dibersihkan dari segala
godaan dan pengaruh buruk, sehingga dapat melaksanakan akad pernikahan
hingga selesai dengan lancar dan selamat. Selain itu, calon pengantin juga selamat
dalam membangun rumah tangga dan dapat mencapai tujuan pekawinan.
Adapun maksud dari dilaksanakannya tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan adalah sebagai tradisi yang kepercayaan yang dianggap dapat menolak
suatu bencana dan agar sang calon pengantin nya tidak diganggu oleh makhluk
halus. Warga masyarakat Desa Muara Siau masih memegang teguh adat kebiasaan
salah satunya yaitu tradisi mandi balimau. Mereka masih melestarikan tradisi
yang telah diturunkan bagi masyarakat pendukungnya. Adapun Fungsi dan tujuan
dari pelaksanaan tradisi balimau sebelum akad pernikahan yaitu, Fungsinya
untuk kita ketahui bahwa sebelum orang melakukan pernikahan pasti ada sesuatu
hal yang bisa mencelakainya, karena dahulu banyak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan selama proses pernikahan baerlansung, jadi diperlukan suatu
penangkal atau pelindung yang bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi.
Hamidi menyatakan;
“Adapun Fungsi dan tujuan dari pelaksanaan tradisi mandi balimau ini
adalah tidak lain dan tidak bukan untuk melindungi diri sang calon
pengantin dari berbagai macam gangguan baik dari luar maupun dari
dalam.”46
Tujuan pelaksanaan tradisi balimau adalah untuk membentengi pengantin
dari berbagai gangguan yang tidak diinginkan. Jika tidak dipersiapkan
penangkalnya, dikhawatirkan kedua mempelai yang hendak melansungkan
pernikahan akan terserang penyakit atau bisa kesurupan pada saat mau melakukan
ijab qobul, dan kehidupan rumah tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai
macam rintangan. Jadi, masyarakat Desa Muara Siau percaya bahwa jika
46 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio
46
melaukukan tradisi balimau ini semuanya akan berjalan dengan lancar, tanpa ada
halangan dan rintangan.
Mandi Balimau di Desa Muara Siau, tidak hanya dilakukan oleh orang-
orang yang hendak menikah saja, tetapi balimau juga bisa digunakan oleh orang
yang terkena penyakit, atau lain sebagainya. Karena limau ini dipercaya dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Karena limau ini banyak mengandung
vitamin dan juga dipercaya bahwa bisa digunakan untuk mengusir hal-hal yang
berbau mistis. Maka masyarakat Desa Muara Siau percaya dengan khasiat dari
buah limau tersebut. Dan mereka juga telah membuktikannya sendiri. Tradisi
mandi balimau dipandang sebagai hasil budi daya yang dianggap sakral. tradisi
mandi balimau bila dilihat dari tujuan pelaksanaanya dapat digolongkan dalam
suatu bentuk tradisi yang religious dan kental dengan unsur keislaman. Dilihat
dari sejarahnya, dalam tradisi mandi balimau terdapat beberapa tujuan diadakan
tradisi ini karena beberapa sebab seperti adanya gangguan dari makhlu halus
terhadap calon pengantin, adanya serangan wabah penyakit, dan lain-lain sehingga
perlu dilakukan tradisi ini. Di samping itu tradisi tersebut mempunyai makna yang
mendalam mengenai prosesi tradisi tersebut.47
Mandi balimau menurut kepercayaan masyarakat Desa Muara Siau apabila
tradisi ini tidak dilakukan maka calon pengantin besar kemungkinan akan
mendapatkan musibah atau gangguan oleh makluk-makhluk halus, atau bisa juga
terkena serangan penyakit atau di guna guna oleh orang yang tidak
menyukainya.48
Mandi balimau dalam pandangan mayoritas Desa Muara Siau
adalah tradisi yang patut utuk dilestarikan. Karena tradisi ini dianggap tidak
menyimpang dari ajaran islam. Dan juga tradisi ini telah dilakukan oleh orang-
orang terdahulu di Desa Muara Siau ini. Maka dari itu masyarakat Desa Muara
Siau sangat menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Mereka berangaapan
47 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Sia, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio 48 Musa, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 25 Oktober 2019, Rekaman Audio
47
bahwa selama tradisi mandi balimau ini tidak menyimpang dari ajaran agama
maka mereka terus melakukan dan melestarikan tradisi tersebut. Disamping itu
tradisi mandi balimau juga dimaksudkan untuk menyegarkan badan, selain segar
secara fisik, juga mengandung harapan segar secara psikologis, artinya
menyiapkan dan menyegarkan jiwa untuk melangkah pada kehidupan yang baru
harus ada proses penyelasaran diri, masing-masing berusaha untuk menyesuaikan
dengan pasangannya.
Selain dari fungsi diatas dalam tradisi mandi balimau ini terdapat fungsi
dan tujuan yang lain diantara yaitu sebagai berikut:
1. Pengobatan
Mandi Balimau juga sebagai sarana pengobatan agar terhindar dari
berbagai penyakit yang bisa mengancam keselamatan seseorang. Pengobatan ini
dilakukan dengan cara meminum air nya sedikit sebelum digunakan keseluruh
tubuh, agar terhindar dari gangguan kerasukan jin, serta meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit lainnya. Dan limau ini juga bisa mengobati penyakit-
penyakit yang bisa terbilang agak aneh, seperti kerasukan jin dan lain sebagainya.
Karena limau ini dipercaya bisa mengusir hal-hal yang berbau mistis. Masyarakat
Desa Muara Siau percaya dan telah membuktikan khasiat dari buah limau
tersebut.49
2. Rasa Aman
Setelah pelaksanaan Mandi Balimau dilakukan ada perasaan aman dan
tenang di dalam diri sang calon pengantin. Masyarakat beranggapan bahwa
dengan melaksanakan Mandi Balimau ini maka secara otomatis mereka terhindar
dari penyakit dan bahaya yang mengancam. Jadi masyarakat Desa Muara Siau
percaya bahwa setelah melakukan tradisi balimau ini mereka akan dapat
memperoleh rasa aman dan nyaman. Masyarakat Desa Muara Siau percaya bahwa
49 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamata Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
48
adanya tradisi mandi balimau ini memberi banyak manfaat kepada mereka.50
Dari penjelasan diatas masyarakat sangat meyakini bahwa setelah
melakukan mandi balimau memberikan dampak yang positif dalam kehidupan
mereka, seperti memberikan rasa aman dalam kehidupan mereka. Tradisi mandi
balimau ini memberikan banyak manfaat kepada msayarakat di Desa Muara Siau.
Mereka terus melaksanakan tradisi mandi balimau ini dari dulu sampai sekarang.
E. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Mandi Balimau
Pandangan merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam fikiran manusia. Menurut Tonny dan Barry Buzan, pandangan
atau persepsi seseorang merupakan stimulus yang diindra oleh individu, tersebut
dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diindrakannya.51
Sedangkan
dalam perpektif psikologi, persepsi diartikan sebagai sejenis aktivitas pengelolaan
informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya. Persepsi sosial
individu, merupakan proses pencapaian pengetahuan proses berfikir tentang orang
lain, misal berdasarkan ciri-ciri fisik, kuakitas, bahkan pada kepribaiannya.
Individu membangun gambaran tentang orang lain dalam upaya menetapkan,
memungkinkan, dan mampu mengelola dunia sosialnya.52
Dalam kamus bahasa
Indonesia masyarakat berarti sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam
suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu, orang banyak khalayak
ramai.53
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam
istilah sosiologisnya adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
50 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamata Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio 51 Tony dan Barry Buzan, memahami peta fikiran (the Mind Map Book), Edisi Milenium.
(Jakarta: interaktasara 2004) 125 52 Fatah Hanurawan, Psikologi Soaial Suartu Terapan, (bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), 34 53 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), 276
49
mempunyai prasarana melalui saling interaksi diantara warganya. Beberapa pakar
juga memberikan definisi tentang masyarakat atau society ini diantaranya:54
Maclver dan Page mengatakan bahwa: “Masyarakat ialah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat
merupakan jalinan hubungan sosial. Dan masyarakat selalu berubah.” Menurut
Ralph Linton; masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehinggan mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Selo Soermardjan menyatakan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan.
Dari pengertian pandangan dan masyarakat diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pandangan masyarakat adalah cara pandang seseorang dalam
menilai suatu objek tertentu menyangkut apa saja yang diindranya. Dalam
kehidupan sosial, cara pandang akan selalu timbul dari individu sesuai dengan
fenomena sosial yang mereka alami. Pandangan masyarakat Desa Muara Siau
tentang tradisi mandi balimau yang merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan
oleh seseorang yang akan menikah. Tradisi ini berada di Desa Muara Siau
Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin. Tradisi ini dipercaya oleh
masyarakat dapat menghindarkan segala macam gangguan dari makhluk halus
yang akan menyerang calon pengantin. Dan dapat menghindari dari berbagai
macam penyakit. Terkait dengan tradisi mandi balimau semua masyarakat di Desa
Muara Siau merespon dengan baik tentang tradisi ini, karena dengan
dilaksanakannya tradisi ini dapat menghindarkan dari hal-hal yang dapat
membahayakan. Ahmad selaku warga desa Muara Siau menyatakan bahwa.
54 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jkarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), 22
50
Tradisi mandi balimau sangat bagus untuk dilakukan karena ini merupakan hal
yang positif. Dan juga untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang telah
diwariskan oleh nenek moyang kita dahulu.55
Tradisi mandi balimau merupakan warisan budaya nenek moyang. Karena
selain ada aspek mistis, juga merupakan kebutuhaan psikologis yang
menunjukkan identitas diri. Misalnya ada orang yang merantau dan ingin
melakukan pernikahan pasti mereka melakukan tradisi yang yang berasal dari
daerah asal nya. Seperti mandi pengantin dan lain-lain. dan itu menunjukkan
identitas diri mereka, atau dari daerah mana mereka berasal. Dan juga
Mempertahankan norma dan nilai-nilai yang ada di dalam tradisi tersebut.
Masyarakat Desa Muara Siau masih mempertahankan tradisi tersebut. Adapun
tujuan dilaksanakannya tradisi mandi balimau ini adalah untuk melindungi sang
calon pengantin dari gangguan makhluk halus, dari serangan penyakit, dan lain-
lain yang bisa menganggu acara pernikahan tersebut. Bapak Ridwan mengatakan
selagi tradisi mandi balimau ini tidak menyimpang dengan ajaran agama islam
menurut saya sah-sah aja dilaksanakan selama tidak menganggu dan menyulitkan
kepada orang yang mau melakukan teradisi balimau tersebut.56
Menurut beberapa argument masyarakat diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa mayoritas masyarakat Desa Muara siau sangat setuju dengan
adanya tradisi mandi balimau ini yang dilakukan oleh calon pengantin sebelum
akad pernikahan. Karena dengan adanya tradisi ini dapat menghalangi sesuatu
yang bisa menyebabkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Berdasarkan hasil
wawacara penulis dengan bapak Ridwan bahwa tradisi ini jika ditinggalkan tidak
apa-apa dan jika dilaksanakan lebih baik karena untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan terjadi. Aturan dan norma yang ada dimasyarakat tentu dipengaruhi
oleh tradisi yang ada dan berkembang dimasyarakat. Setiap daerah memiliki
55 Ahmad, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara degan
penulis, 27 Oktober 2019, Rekaman Audio 56 Ridwan, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 27 Oktober 2019, Rekaman Audio
51
tradisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat juga akan
mengembangkan suatu aturan dan norma yang sesuai dengan tradisi mereka.
Sementara itu, ada satu cabang ilmu yang khusus mempelajari mengenai tradisi
atau kebudayaan masyarakat, namanya antropologi. Ilmu ini pada dasarnya
mempelajari manusia faham akan perbedaan yang ada diantara kita. Mereka
percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan
karena sebelumnya semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada.
Tradisi mandi balimau ini merupakan hasil dari akulturasi islam dan
budaya. Namun tradisi mandi balimau ini dianggap tidak menyimpang dari ajaran
islam, meski tradisi mandi balimau ini tidak disebutkan dalam al-quran dan
hadisth. Adapun Tinjauan hukum Islam terhadap mandi balimau boleh dilakukan
karena merupakan suatu adat istiadat atau tradisi dalam suatu pernikahan, sebab
tidak bertentangan dengan hukum Islam.Tetapi tatacara pelaksanaan harus sesuai
dengan syariat islam yaitu tidak boleh dilakukan di tempat yang terbuka atau
ditempat yang ramai, tradisi ini harus dilakukan ditempat yang tertutup.57
Berkenaan dengan prosesi dari tradisi mandi balimau ini pada dasarnya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal boleh atau tidaknya mandi
balimau (mandi pengantin) dalam pandangan Islam. Secara eksplisit tidak ada
dinyatakan dalam al-Quran dan hadist tentang hal tersebut. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwasanya masyarakat Desa Muara Siau yang mayoritas muslim,
tetap berpegang kepada adat yang bersifat kaku. Dan yang harus kita pegang di
sini, apabila adat bertentangan dengan agama maka kita harus memenangkan
agama. Menurut hemat kami, mandi pengantin itu tidak ada salahnya, asal tidak
ada unsur kemusyrikan di dalamnya dan tidak melanggar syariat. Mandi balimau
hendaknya dilaksanakan di tempat yang tertutup. Selain itu, segala yang dilakukan
dalam upacara tersebut diawali dan diakhiri dengan doa yang dipanjatkan hanya
57http://digilib.uin-suka.ac.id/29073/1/12350015_BAB-1_IV-atau V_DAFTAR_pustaka.pdf
di akses tanggal 8 November 2019
52
kepada Allah.58
Sejatinya, tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan tidak
lain ialah simbol dari pembersihan diri secara lahir maupun batin. Pembersihan
lahir yaitu dengan cara mandi, dan pembersihan batin dengan adanya harapan baik
dan do‟a dari sang calon pengantin. Dengan demikian, secara garis besar bisa kita
ambil kesimpulan bahwa melakukan tradisi mandi balimau (mandi pengantin)
hukumnya boleh. Hanya saja perlu diingat bahawa hukum antara satu dengan
yang lainnya tidak bisa dipisahkan. Hanya saja disaat melakukan acara tradisi
tersebut harus dalam ruangan yang tertutup dan tidak boleh disaksikan oleh orang
banyak dan orang yang bukan muhrim. Hal itu tentu saja tidak diperbolehkan
dalam islam.59
58 https://www.msn.com/id-id/travel/other/mandi-safar-ritual-tolak-bala-di-mataram/ar-
AAJgTbR di akses tanggal 8 November 2019 59 https://islami.co/bolehkah-melakukan-tradisi-siraman-sebelum-pernikahan/ diakses,
tanggal 28 Oktober 2019
53
BAB IV
MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD
PERNIKAHAN
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari satu kata, jadi makna
dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
di hubungkan dengan benda nya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak
bisa memperoleh makna dari kata itu. Filosofi adalah proses berfikir dalam
mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh, mendasar dan metodis,
guna untuk mendapatkan pengetahuan sampai keakarnya atau sampai kedasar
segala dasar.60
Jadi makna filosofi yang dimaksud di sini adalah mencari makna
filosofi terhadap tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa Muara
Siau.
Masyarakat Desa Muara Siau memandang bahwa tradisi mandi balimau
sebagai salah satu tradisi dan kebudayaan yang di wariskan oleh nenek moyang
nya yang terdahulu. Tradisi ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun dan
bahkan sejak kapan di mulai nya tradisi mandi balimau ini belum diketahui secara
jelas karena terlampau lama. Masyarakat percaya bahwa melalui tradisi mandi
balimau ini akan diberi perlindungan dan ketentraman bagi sang calon pengantin
yang mau melakukan akad pernikahan.
A. Makna Proses Rangkaian.
Budaya merupakan salah satu sarana komunikasi, di mana di dalam
budaya terdapat banyak komunikasi nonverbal. Kegiatan-kegiatan adat dari
budaya tertua terkadang banyak menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol
sebagai media komunikasi yang butuh pemaknaan secara mendalam terhadap
60 Kamus besar bahasa Indonesia, dapertemen pendidikan nasiona, (balai pustaka Jakarta,
2007,) Cet Ke-3, hal 783
54
simbol-simbol dan tanda tersebut, secara tidak lansung telah terjadi komunikasi
nonverbal diantara para penganut dan pengikut sebuah budaya tersebut.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui makna dari simbol dan tanda
tertentu untuk memudahkan komunikasi. Simbol merupakan suatu yang lepas dari
apa yang disimbolkan karena komunikasi manusia tidak terbatas pada ruang,
penampilan atau sosok fisik, dan waktu dimana pengalaman indrawi berlansung.
Sebaliknya manusia dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar
batas waktu dan ruang. Namun yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua
makna dari suatu simbol bersifat universal atau berlaku sama di setiap situasi dan
daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung pada orang-orang atau
kelompok tertentu yang menggunakan simbol tersebut dan hal itulah yang sering
kita temui dalam kebudayaan suatu daerah tertentu.61
Dalam memahami suatu fenomena Ricoeur mengatakan bahwa semua
yang ada ini harus dilihat atau di wakili oleh simbol-simbol. Dalam bukunya
mengenai Filsafat Kehendak, Ia menerangkan tentang simbol-simbol kejahatan
yang di tulis dalam bagian kedua yang berjudul Keberhinggaan dan Kebersalahan
dalam suatu bagian yang berjudul Simbol-simbol tentang kejahatan. Dalam buku
ini ia menerangkan bahwa bagimana manusia mengalami kejahatan atau lebih
tepat lagi bagaimana manusia ”mengakui” kejahatan. Ada 3 macam simbol dalam
mengungkapkan pengalamannya tentang kejahatan, diantaranya: Noda, dosa, dan
kebersalahan.
Tradisi mandi balimau sebelum akad perniakah di Desa Muara Siau ini
banyak mempunyai makna, dapat kita ketahui bahwasanya apa saja makna yang
terkandung dalam tradisi ini, maka lebih lanjut tradisi mandi balimau mempunyai
beberapa simbol (perlengkapan) dan tahapan dalam melaksanakannya, dimana
61 Putra Suwira. “Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat
Pernikahan Melayu Riau Di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan
Hilir Provinsi Riau. “ Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.
1, No. 2 (2014)
55
setiap perlengkapan dan tahapan ini mempunyai makna masing-masing. Yang
mana masyarakat Desa Muara Siau percaya akan hal tersebut. Secara Harfiah,
Mengenai tradisi mandi balimau yang ada di Desa Muara Siau ini mempunyai
makna yang positif. Yaitu untuk melancarkan semua acara akad pernikahan yang
sedang berlansung. Secara filosofi Disini melihat makna filosofi dari tradisi ini,
yaitu dengan menggunakan teori bahasa Interpretasi filosofi Paul Ricour, dalam
teorinya Paul Ricour ada yang namanya bahasa interpretasi filosofi mengenai
kejahatan yang pada dasarnya bersifat spekulatif.
Bentuk kejahatan menurut Ricoeur terhubung dengan noda, kotor, dan
cemar yang dilakukan manusia. Hal itu dilakukan manusia ketika dia terhubung
dengan kejahatan. Berasal dari luar dan menular. Disini kejahatan digambarkan
dalam skema ekterioritas. Kejahatan adalah pelanggaran tertib sakral yang
berdampak pada kebutuhan untuk menghilangkanya. Sebab kejahatan, identik
dengan bernoda kotor dan cemar. Semasa kita remaja pasti banyak sekali dosa-
dosa yang pernah kita lakukan baik disengaja maupun tidak. Maka sebelum kita
melakukan proses akad pernikahan kita harus membersihkan dosa-dosa tersebut
dari diri kita. Salah satunya yaitu yang ada di masyarakat desa Muara Siau yaitu
tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan. Dengan melacak apa yang
dibalik simbol, seseorang yang merasa bernoda, berdosa, dihadapan yang
transenden pasti akan merasa bersalah. Maka manusia mencari kemurnian
sehingga manusia kembali pada dirinya sendiri di dalam apa yang ditemukannya.
Sebelum kita melakukan akad pernikahan, kita pasti ingin acara kita
berjalan dengan semestinya. Maka dari itu kita perlu memperhatikan dan
melaksanakan traidisi-tradisi terdahulu yang telah turun temurun dari nenek
moyang kita zaman dahulu. Tentu dengan tujuan untuk membersihkan diri kita
dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan dahulu. Secara khusus, Balimau
bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda, meski dengan tujuan yang kurang
lebih sama. Pertama, pelaksanaan Balimau untuk peralihan status calon pengantin
56
dalam rangkaian upacara pernikahan adat melayu yang ada di Desa Muara Siau
atau yang sering disebut oleh masyarakat lain seperti jawa, sunda dan lain-lain
dengan istilah Mandi Pengantin. Tujuan pelaksanaan tradisi Mandi Balimau
adalah untuk membentengi pengantin dari berbagai gangguan yang tidak
diinginkan. Jika tidak dipersiapkan penangkalnya, dikhawatirkan kedua mempelai
yang hendak melangsungkan akad pernikahan akan terserang penyakit dan
kehidupan rumah-tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai macam
rintangan.62
Kedua balimau juga bisa dijadikan sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit yang berbau mistis, contohnya seperti kerasukan jin,
melihat binatang buas, dan lain-lain.
Mengenai tradisi mandi balimau yang ada di Desa Muara Siau Kec Muara
Siau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi mempunyai makna yang positif. Prosesi
dalam tradisi mandi balimau dilaksanakan tiga hari sebelum akad pernikahan.
Pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin yang sakral (suci) yang kokoh mengikat
kedua belah pihak suami istri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia
berlansung kekal sama di dunia, dan abadi di akhirat. Tradisi mandi balimau ini
dilaksanakan tiga hari sebelum pernikahan. Tujuannya agar si calon pengantin
tidak diganggu oleh makhluk halus atau diserang oleh penyakit-penyakit dan lain
sebagainya yang bisa merusak acara selama proses akad pernikahan.
Pada hakikatnya setiap tradisi yang dilakukan oleh masyarakat merupakan
hasil dari suatu kebudayaan yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu budaya
yang ritual. Termasuk juga Mandi balimau yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Muara Siau yang merupakan suatu acara yang mempunyai makna untuk
melindungi diri dari berbagai macam gangguan serta membuang segala penyakit,
bala, dan bencana kepada si calon pengantin. Tradisi dan kebudayaan ini lebih
dekat kepada pertimbangan nilai-nilai agama Islam. Adat melayu telah
62 Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 20 Oktober 2019, Rekaman Audio
57
mengadopsi seluruh nilai-nilai Islam. “orang melayu identik dengan orang
muslim” baik dalam berfikir, berprilaku, maupun bertindak.63
Setiap kegiatan
upacara tradisional atau tradisi mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan
melalui simbol-simbol atau lambang yang digunakan dalam setiap upacara atau
tradisi. Benda-benda tersebut melambangkan latar belakang maksud dan tujuan
upacara atau tradisi tersebut.
Tradisi balimau ini merupakan warisan nenek moyang serta tradisi maka
tradisi balimau ini sudah melekat dalam diri setiap warga Desa Muara Siau.
Pelestarian budaya ini bisa dilihat dengan perspektif teori tindakan sosial
tradisional, yaitu tindakan sosial yang disorong dan berorientasi pada tradisi masa
lampau. Teori tindakan adalah teori yang mengacu pada tindakan yang selalu
mengerjakan sesuatu sehingga sesuatu itu terjadi di dunia ini. Di dalam teori
tindakan terdapat motivasi dan kausalitas, serta intervensi tindakan di dalam
dunia. Hingga saat ini tradisi mandi balimau masih hidup, terjaga, terpelihara, dan
dimanfaatkan oleh para pewarisnya. Bentuk pusaka budaya ini senyatanya
memiliki dampak positif bagi kehidupan pelaku dan pesertanya, terutama yang
terkait dengan kerukunan dan kedamaian hidup.
B. Makna Perlengkapan Tradisi
Untuk melihat makna filosofi dari tradisi tersebut kita menggunakan teori
interpretasi Paul Ricour. Bagi Ricoeur hidup ini merupakan interpretasi, terutama
jika terdapat pluralitas makna, disaat itulah interpretasi dibutuhkan. Apalagi jika
simbol-simbol dilibatkan, intepretasi menjadi penting, sebab disini terdapat makna
yang mempunyai multi-lapisan. Menurutnya interpretasi adalah usaha untuk
“membongkar” makna-makna yang masih terselubung atau usaha untuk membuka
lipatan-lipatan dari tingkat-tingkat makna yang terkandung dalam makna
kesusastraan.
63 Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2002). 133
58
Kata-kata adalah simbol yang menggambarkan makna lain yang sifatnya
“tidak langsung, tidak begitu penting serta figurative (berupa kiasan) dan hanya
dapat dimengerti melalui simbol-simbol tersebut”. Begitu pun simbol atau alat
yang digunakan dalam tradisi mandi balimau ini, mempunyai arti yang sangat
penting dibalik simbol-simbol tersebut. Dalam tradisi mandi balimau yang penuh
dengan simbol. Setiap bahan dan atau perlengkapan memiliki makna dan
fungsinya sendiri. Dalam upacara tradisi mandi balimau terdapat beberapa
persyaratan yang harus dilengkapi sebelum tradisi tersebut dilaksanakan, dan
dalam setiap perlengkapan nya tersebut masing-masing mempunyai makna
tersendiri, yaitu:
a. Limau (Jeruk)
Limau (jeruk) yang biasa digunakan adalah limau kapas (jeruk nipis),
limau kunci limau sundai, tetapi masyarakat di Desa Muara Siau sering
menggunakan jeruk nipis. Bagi masyarakat Desa Muara Siau limau juga bisa
dikatakan sebagai pengharum badan, pengharum badan ini dipercayai dapat
mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam pikiran seseorang. Sejak
dahulu jeruk nipis dipercaya masyarakat untuk dapat mengusir makhluk-makhluk
halus, dan disamping itu diiringi dengan bacaan-bacaan atau mantra dari orang
pintar atau dukun. Jeruk juga mempunyai fungsi bisa mencegah berbagai macam
penyakit karena jeruk dipercaya mempunyai khasiat yang luar biasa.
Limau adalah jeruk, jeruk adalah buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C. Dalam tradisi ini jeruk yang digunakan yaitu jeruk nipis. Jeruk dalam
tradisi ini dimaknakan sebagai suatu pengobatan yang banyak mengandug khasiat.
Dan jeruk nipis juga dipercaya bahwa dapat menangkal dari segala hal-hal yang
bersifat mistis. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Muara Siau, Limau
dianggap tanaman yang bisa membersihkan diri dari kotoran najis yang melekat
pada diri. Dan baunya yang menyengat dianggap dapat mengusir setan-setan dan
membersihkan diri dari dosa-dosa yang dilakukan sehari-hari.
59
b. Air
Salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada
mahluknya adalah air. Semua mahluk yang ada di dunia ini tidak dapat hidup
tanpa air. Dengan air, Allah SWT menegakkan kehidupan dan memberikan rejeki
bagi kita semua, dan dengan air pulalah Allah SWT menciptakan manusia sebagai
salah satu unsur yang terdapat dalam tubuh. Jadi, air merupakan salah satu bagian
penting bagi kehidupan mahluk hidup, termasuk manusia. Air menjadi sumber
kehidupan paling penting.. Air juga dapat berfungsi sebagai sarana pengobatan
yaitu air yang higienis, air suci dan bersih dari kuman dan najis. Disamping air
dijadikan sebagai obat, ada silang pendapat bahwa air dapat menjadi sumber gizi
bagi mahluk hidup. Pada hakikatnya, air senantiasa memberi faedah bagi
pengobatan lahiriyah dan dapat memberi manfaat penyembuhan dengan cara
diminum. Sebagaimana diketahui, di sejumlah negara Eropa, Mesir, dan lainnya,
air dipergunakan sebagai media penyembuhan untuk penyakit kulit dan juga
penyakit batiniyah. Bahkan, pengobatan air ini kini telah menjalar ke seluruh
pejuru dunia.
Menurut masyarakat Desa Muara Siau Air merupakan lambang kesucian
dan kejernihan hati. Yang diharapkan agar bisa membersihkan hatinya dari segala
sifat iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lain nya. Pada hakikatnya, air
senantiasa memberi faedah bagi pengobatan lahiriyah dan dapat memberi manfaat
penyembuhan dengan cara diminum. Pengertian air di sini, yaitu, menunjukkan
bahwa air mempunyai khasiat dan juga mengandung unsur medis sehingga
menjadi penyembuhan penyakit tersebut. Dalam tradisi mandi balimau ini air
diminum sedikit, melambangkan kebersihan hati. Dan kemudian diguyur
keseluruh badan, melambangkan kebersihan jiwa dan raga. Air disini bukan hanya
berfungsi untuk membersihkan kotoran tetapi bisa untuk membersihkan hati dari
berbagai macam penyakit hati.
60
Dalam memahami suatu fenomena Ricoeur mengatakan bahwa semua
yang ada ini harus dilihat atau di wakili oleh simbol-simbol. Air adalah simbol
keberuntungan dan rezeki. Kita ketahui bahwa air merupakan suatu yang
melambangkan kesucian, pada saat kita akan mencuci sesuatu, kita juga harus
bersih, agar dapat menghilangkan sebuah kotoran dan noda tersebut. Dengan
menggunkan air dalam proses tradisi mandi balimau ini dimana sang calon
pengantin harus mulai sadar atas perbuatan-perbuatannya yang berdosa dan
diharapkan agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan buruk yang
mereka lakukan sebelum menikah. Jadi dengan menggunakan air ini diharapkan
dapat membersihkan hati dan fikiran nya dari dosa yang telah dilakukan atau di
buat selama ini. Dan membuat mereka sadar bahwa yang mereka lakukan selama
ini adalah perbuatan yang tidak sepantasnya. Air ini juga melambangkan sebuah
kerendahan hati, kita ketahui bahwa air selalu mengalir dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Itu megajarkan kita untuk rendah hati. Diharapkan agar sang
calon pengantin selalu mempunyai sifat yang rendah hati. Dan juga air
melambangkan sebuah kegigihan. Mengajarkan sang calon pengantin agar tidak
mudah menyerah dan selalu gigih dalam mencapai sesuatu yang diinginkan di
dalam rumah tangga nya kelak.
Apabila dilihat dari sifat air itu sendiri, pada dasarnya air akan
memberikan respon terhadap kata-kata yang bersifat positif, hal tersebut telah
dibuktikan oleh seorang peneliti yang berasal dari jepang yaitu Masaru Emoto.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa ketika air diberi kata-kata baik (baik secara
lisan maupun tulisan) yang bersifat positif maka secara alami air juga akan
memberikan respon positif serta mengeluarkan energi positif yang dapat
digunakan sebagai media olah jiwa termasuk didalamnya sebagai media
penyembuhan berbagai macam penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia.
61
c. Pisau
Adapun fungsi dari pisau disini adalah untuk mengiris limau, Pisau yang
tajam dan berhulu padat, melambangkan citra yang wibawa dan kharismatik dan
berpegang pada keyakinan yang teguh. Diharapkan agar sang calon pengantin ini
mempunyai sifat yang tangguh dan tidak mudah putus asa atau goyah
pendiriannya. Dulu terdapat pisau khusus untuk membuat ramuan dari balimau
ini, tetapi sekarang pisau yang digunakan hanya pisau biasa. Sisi tajam yang ada
pada pisau merupakan lambang ketajaman. Sebuah pisau yang digunakan
diharapkan adalah tajam. Tajam berhubungan dengan kekerasan dan keuletan.
Disini diharapkan sang calon pengantin memiliki keuletan dalam membina rumah
tangga kelak.
Untuk memperoleh pisau yang tajam tentu kita harus mengasahnya
berulang-ulang ini penting untuk menjadikan pisau itu berubah dari semula yang
hanya mencakupkan diri dengan ketumpulan nya dan tentu tidak berguna sebagai
mana mestinya. Seperti itu juga manusia perlu mengasah dirinya untuk bisa
menemukan ketajaman dalam menyusun strategi hidup. Dari semua ini pisau
mempunyai cita-cita untuk menemukan dirinya. Belajar hidup dengan filosofi
pisau. Dimana untuk mencapai sebuah kesuksesan yang sempurna kita harus
melewati tahapan perlakuan. Jangan menyerah jika perlakuan kadang-kadang
berat yang kita terima. Tapi sabar dan tetap berjuang akan menjadikan kita seperti
pisau yang akan selalu tajam dan berguna untuk semua. Jadi setelah menikah
nanti diarapkan agar pengantin dapat dengan mudah menerima saran dan nasehat
dari orang tua. Pantang menyerah dan tidak gampang putus asa, diharapkan
supaya rumah tangga mereka kelak tidak ada hambatan dan rintangan.
d. Mangkuk
Mangkuk kaca, untuk wadah bahan balimau. Pada zaman dulu, mangkuk
yang digunakan masyarakat yaitu mangkuk belantan. Tetapi sekarang hanya
62
menggunakan mangkuk biasa. Karena sekarang mangkuk tersebut sulit untuk
ditemukan. Biasanya masyarakat menggunakan mangkuk kaca. Fungsi mangkuk
disini yaitu untuk wadah penampungan dari ramuan balimau yang dibuat.
Makngkuk yang cekung mempunyai makna, yaitu agar besok sang calon
pengantin menerima nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua untuk
pernikahannya dan juga didalam rumah tangganya kelak. Manusia dilahirkan ke
dunia dengan membawa sebuah mangkuk tiap mangkuk isinya beda-beda begitu
juga dengan manusia setiap orang mempunyai watak dan kebiasaan yang
berbeda-beda. Di harapkan agar kelak mereka dapat saling menerima dan
mengerti terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasangan nya.
Tradisi mandi balimau adalah salah satu tradisi masyarakat Desa Muara
Siau yang dilakukan secara turun temurun. Dan pada hakikatnya acara-acara
seperti ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membersihkan fisik dan
mental manusia dan juga menghindari dari gangguan makhluk-makhluk halus
yang dapat membahayakan seseorang, baik lahir maupun bathin. yang perlu kita
perhatikan bersama bahwa acara seperti ini jangan sampai melanggar atau keluar
dari syari‟at islam yang diajarkan Rosulullah SAW. Secara umum, nilai nilai
yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi mandi balimau adalah kebersihan jiwa
dan raga dari segala penyakit, baik lahir maupun batin. Yang bisa menganggu
sang calon pengantin. Maka dari itu perlu dilaksanakan tradisi balimau tersebut.
Setiap kegiatan mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan melalui simbol-
simbol atau lambing-lambang yang digunakan pada saat proses tradisi itu
dilaksanakann. Benda-benda tersebut melambangkan latar belakang, maksud, dan
tujuan nya.
Setiap kegiatan tradisi mempunyai makna dan tujuan yang diwujudkan
melalui simbol-simbol atau lambang yang digunakan dalam tradisi. Benda-benda
tersebut melambangkan latar belakang maksud dan tujuan tradisi. Simbol-simbol
63
dalam tradisi yang diselenggarakan berperan sebagai media untuk menunjukkan
secara tidak lansung maksud dan tujuan dari tradisi tersebut.
C.Makna Mandi Balimau Sebagai Tolak Bala
Menurut istilahnya „tolak bala‟ yang terdiri dari dua kata yaitu „tolak‟ dan
„bala‟. „Tolak‟ berarti penolakan; usaha untuk menghindari, menangkal,
sedangkan „bala‟ berarti bahaya yang datang tiba-tiba. Jadi „tolak bala‟ berarti
usaha untuk menghindari bahaya yang datangnya bukan dari manusia melainkan
makhluk gaib dan kekuatan-kekuatan alam yang membahayakan keselamatan
sesorang.64
Tolak bala merupakan serangkaian kegiatan untuk mencegah dan
menghindari dari berbagai macam bala serta gangguan-gangguan dari makhluk
gaib seperti makhluk halus, jin, okuan dan sebagainya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tradisi mandi balimau ini
adalah agar sang calon pengantin selamat dari segala bala‟ serta musibah yang
dipercaya akan datang kepada pengantin tersebut, yang juga berdampak pada
keluarganya, menghindari dari kesulitan atau kendala serta agar setelah menikah
kelak bisa melalui segala kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya.
Kita ketahui tolak bala adalah suatu ritual untuk menolak bala atau
musibah. Dalam acara adat pernikahan di Desa Muara Siau juga dilaksanakan
ritual mandi balimau yaitu pengantin mandi dengan menggunakan air jeruk.
Kegiatan ini dilakukan oleh calon pengantin sebelum melakukan akad pernikahan
selama tiga hari berturut-turut sebelum akad pernikahan dilansungkan. Kita
ketahui bahwa selama proses pernikahan berlansung kita tidak bisa memastikan
apakah acara kita akan berjalan lancar atau tidak. Bisa saja sesuatu yang tidak kita
inginkan terjadi. Maka dari itu kita harus mempersiapkan segala sesuatu yang
bisa menghalangi kejadian tersebut. Tradisi mandi balimau disini juga kita
64 Azmi Fitrisia, Upacara “Tolak Bala” Refleksi Kearifan Lokal Masyarkat Nelayan
Kenagarian Painan Kabupaten Pesisir Selatan Provisi Sumatera Brat Terhadap Laut” Jurnal
Humanus Vol. XIII No.1 Th. 2014
64
katakan sebagai mandi tola bala karena manfaat yang kita peroleh dari tradisi ini
salah satunya yaitu dapat menolak bala yang akan menimpa sang calon pengantin.
Maka dari itu tradisi ini juga disebut sebagai tradisi tolak bala pengantin sebelum
melakukan akad pernikahan.65
Tradisi balimau sebagai tolak bala, masyarakat Desa Muara Siau percaya
bahwa jika melakukan tradisi ini maka segala marabahaya yang bisa menimpa
calon pengantin bisa diealakkan. Dan membuat acara tersebut dapat berjalan
dengan lancar. Zaman dahulu orang-orang banyak menggunakan ilmu sihir,
santet, atau guna-guna yang ditujukan untuk calon pengantin. Maka dengan
adanya tradisi mandi balimau ini akan dapat mencegah hal-hal buruk yang akan
terjadi selama acara pernikahan berlansung.66
Kita sebagai manusia biasa pasti
mempunyai sifat yang iri, dengki, dan lain sebagainya kepada manusia yang lain.
Hal itu tidak bisa kita pungkiri, ada beberapa orang yang melakukan apa saja demi
mewujudkan keinginannya. Mereka rela melakukan apa saja tanpa memikirkan
dampak yang akan dihadapi. Di Desa Muara Siau pada zaman dahulu orang-orang
banyak mempunyai ilmu sihir, atau mistis lainnya. Salah satu kejahatan yang
dilakukan orang-orang tersebut yaitu degan cara menyihir, atau menggunakan
guna-guna dan lain sebagainya, apa lagi jika seseorang yang disukainya akan
menikah dengan orang lain. disinilah orang tersebut memainkan ilmuya untuk
mengacaukan acara pernikahan seseorang tadi.
Tradisi mandi balimau merupakan tradisi tolak bala masyarakat Desa
Muara Siau. Balimau menjadi sarana untuk membentengi diri dari masalah-
masalah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam. Dengan kata lain balimau merupakan sarana untuk menangkal
penyakit, baik penyakit lahir ataupun penyakit bathin. Tujuan mandi ini adalah
65 Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio 66 Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 22 Oktober 2019, Rekaman Audio
65
menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan menjauhkan dari segala
bencana dan juga gangguan dari makhluk halus.67
67 http://wartasejarah.blogspot.com/2015/05/ritual-kebudayaan-melayu.html, diakses
tanggal 26 Oktober 2019
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan yang telah penulis
paparkan di atas, tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan yang di lakukan
oleh masyarakat Desa Muara Siau, merupakan suatu tradisi yang boleh dilakukan
dan tidak mengandung unsur syirik. Tradisi mandi balimau ini memiliki makna
filosofi dari setiap prosesinya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan
dengan meggunakan metode wawancaraa secara mendalam, observasi, dan
dikumentasi. Maka penulis menarik kesimpulan:
1. Deskripsi dan sejarah muncul nya tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau, awal mula munculnya tradisi ini di latar
belakangi oleh banyak nya hal-hal yang tidak di inginkan terjadi selama
proses akad pernikahan, maka dari itu, orang dahulu mencari jalan keluar
supaya selama acara pernikahan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. dan
akhirnya mereka membuat tradisi mandi balimau ini. Tentu dengan meminta
bantuan dari orang-orang yang pintar. Tidak terdeteksi kapan awal mula
muncul nya tradisi ini, tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan sampai sekarang
masyarakat terus menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Secara khusus
tradisi mandi balimau ini bisa dilaksanakan untuk subjek yang berbeda-beda
meski dengan tujuan yang kurang lebih sama. Pertama pelaksanaan balimau
untuk peralihan status calon pengantin, dan balimau juga bisa di jadikan
sebagai obat bagi orang-orang yang kersukan jin, dan lain sebagai nya.
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan tradisi mandi balimau ini adalah pada
waktu pagi siang dan sore hari selama tiga hari berturut-turut sebelum acara
akad pernikahan dilansungkan.
2. Fungsi dan tujuan dilaksanakan tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau ini, yaitu untuk menghindari hal-hal yang
67
tidak diinginkan terjadi selama proses akad pernikahan berlansung, juga
untuk membentengi diri pengantin dari berbagai gangguan yang tidak di
inginkan. Dan balimau juga bisa dikatakan sebagai acara tolak bala sebelum
akad pernikahan. Selain itu balimau juga memiliki fungsi dan kegunaan yaitu
sebagai pengobatan, agar terhindar dari berbagai macam penyakit, yang bisa
mengancam keselamatan seseorang seperti kerasukan jin dan lain sebagai
nya. Kemudian dengan dilaksanakan nya tradisi balimau ini juga bisa
memberi rasa aman dan tenang di dalam diri sang calon pengantin.
3. Makna filosofis tradisi mandi balimau yaitu, supaya pengantin selamat dari
marabahaya yang bisa menimpa pengantin. Dimana dalam tradisi mandi
balimau ini terdapat beberapa perlengkapan yang masing-masing mempunyai
makna tersendiri yaitu; jeruk (limau), air, pisau, dan mangkuk. Limau disini
mempunyai makna yaitu dipercaya dapat mengusir makhluk-makhluk halus
karena aroma nya yang menyengat. Dan limau ini di maknakan sebagai suatu
pengobatann yang banyak mengandung khasiat. Limau juga dianggap
tanaman yang bisa membersihkan diri dari kotoran dan najis yang melekat
pada diri. Kemudian air, air disini memiliki makna melambangkan kesucian
dan kejernihan hati. Di harapkan agar sang calon pengantin memiliki hati
yang suci dan hati nya juga bersih dari segala sifat iri dan dengki, dan
penyakit-penyakit hati lain nya. Kemudian pisau, pisau disini berfungsi untuk
mengiris limau, pisau yang digunakan harus tajam dan berhulu padat, ini
melambangkan citra yang wibawa dan kharismatik, berpegang pada
keyakinan yang teguh. Dan yang terakhir yaitu mangkuk, mangkuk
digunakan untuk wadah dari limau tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis, saran-saran yang dapat penulis
sampaikan ialah sebagai berikut
68
1. Untuk Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Kepada mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, kiranya dapat
melakukan penelitian yang lebih konfrensif tentang Aqidah dan Filsafat Islam,
terutama di bidang kebudayaan, tradisi, karena menurut penulis masih banyak
cakupan masalah yang bermanfaat bagi pengembangan sejarah dan kebudayaan
Islam belum tersentuh dalam wilayah garapan akademik
Penelitian tentang tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa
Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin ini merupakan tradisi
yang perlu kita luruskan apabila seseorang memaknainya berbeda atau
meyakininya akan mitos atau sejenisnya akan menjadi syirik terhadap keyakinan
kita. Kita perlu memperhatikan tradisi-tradisi lama yanga ada di masyarakat dan
menggali setiap makna yang terdapat dalam tradisi tersebut.
2. Untuk Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Kabupaten Merangin
Seperti yang kita ketahui, bahwa tidak semua tradisi yang dimilki oleh
masyarakat itu bertentangan dengan syariat islam. Tradisi bisa terus
diaktualisasikan dengan catatan tidak menjadikan tradisi itu menjadi sebuah
agama atau meyakini hal-hal yang tidak semestinya. Jadi diharapkan bagi
masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin
khususnya. Untuk terus melestarikaan tradisi-tradisi yang memiliki makna yang
baik dan berdampak positif bagi warga masyarakat Desa Muara Siau khususnya
dan bagi kehidupan sehari-hari.
3. Para Pembaca
Kepada para pembaca, kiranya skripsi ini dapat dijadikan salah satu
sumber referensi untuk menggali ilmu pengetahuan dan wawasan kita dalam
mempelajari tentang makna filosofi tradisi mandi balimau sebelum akad
pernikahan di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau Kabupten Merangin.
Selanjutnya penelitian ini atas segala keterbatasan dan kekurangan diharapkam
69
dapat memberi bantuan data dan informasi terhadap para peneliti selanjutnya yang
berkaitan meneliti tentang penelitian ini.
C. Kata Penutup
Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena
dengan rahmat taufiq dan hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kesempurnaan adalah milik Allah. Begitu juga skripsi ini masih belum sempurna
baik dari segi bahasa, sistematika, maupun analisisnya. Namun setidaknya, tulisan
ini dapat ikut mewarnai kegiatan intelektual sebagai karya yang dapat ikut serta
dalam memberikan kontribusi penggalian makna kearifan lokal dalam
melestarikan kebudayaan tradisi mandi balimau sebelum akad pernikahan di Desa
Muara Siau. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga dapat
memberi manfaat khususnya bagi penulis, akademisi dan bagi pembaca pada
umumnya.
Harapan penulis, semoga karya yang jauh dari sempurna ini mampu
memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya dan manfaat bagi
masyarakat desa Muara Siau khususnya. Akhirnya hanya kepada Allah lah
seorang hamba mengenbalikan segalanya, dan dengan keimanan yang kuat akan
menjadi manusia yang memiliki prilaku yang baik kedepannya. Akhir kata
peneliti menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya pembuatan skripsi ini, semoga menjadi
amal yang mendapat ridha dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Taufiq. dan Shiddique. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
Jakarta: LP3ES, 1918.
Anwar, desy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2003.
Azwar, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Bakker, Anton. Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta:
kanisius, 1990.
Burhan, Bungin. Analisis data penelitian Kualitatif Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Hanurawan, Fatah. Psikologi Soaial Suartu Terapan, bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Ibrahim, Jabal, Tarih. Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, 2003.
Indriyani, Sri Sutanti, Sosiologi Suatu Kajian Hidup Bermasyarakat (Sukoharjo:
Ghalia Indonesia, 2007.
Kamus besar bahasa Indonesia, dapertemen pendidikan nasional, balai pustaka
Jakarta, 2007.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia,
1982.
Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, Pekanbaru: Daulat Riau, 2002.
Mujahir, Neong. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Rekarasin
Mulder, Niels. Agama. Hidup sehari-hari dan perubahan jawa Muagthai dan
Filifina, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Purwadi, Ensiklopedi Adat Istiadat Budaya Jawa, Yogyakarta: SHAIDA, 2007.
Rah madi, Pengantar Metodologi Penelitian,
Roberston, Roland. Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta:
Rajawali Pers, 1998.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012.
Sugiyono, methode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung
Alfabeta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002
Tony dan Burzan, Barry, memahami peta fikiran (the Mind Map Book), Edisi
Milenium. Jakarta: interaktasara 2004.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997.
Jurnal
Arman, Fajri. “Persepsi Masyrakat terhadap tradisi balimau kasai di desa kuapan
kecamatan tambang kabupaten Kampar” dalam jurnal Jom FISIP Volume
2 No 2-Oktober 2015.
Fitrisia, Azmi. Upacara “Tolak Bala” Refleksi Kearifan Lokal Masyarkat Nelayan
Kenagarian Painan Kabupaten Pesisir Selatan Provisi Sumatera Brat Terhadap
Laut” Jurnal Humanus Vol. XIII No.1 Th. 2014
Kahfi, Dona. Tradisi mandi balimau di masyarakat kuntu: Living Hadis Sebagai
Bukti Sejarah dalam Jurnal Living Hadtsh Vol I, Nomor 2, Oktober 2016;
ISSN: 2528-756.
Novia, Utami, Gina. Tradisi Balimau Pada Masyarakat Minang Di Kecamatan
Rajabasa Kota Bandar Lampung Skripsi Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Bandar Lampung 2018
O Hasbiyasyah “Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi”, Jurnal pendidikan, Vol. 9, No. 1 2008
Rahman, Fakhtur . “Makna filosofi tradisi upacara perkawinan adat jawa Kraton
Surakarta Dan Yogyakarta (Studi Komparasi) Skripsi Fakultas Ushuluddin
UIN Walisongo Semarang
Saputra, Mardian. Tradisi mandi pelimawan besar didesa jambu kecamatan tebo ulu
kabupaten tebo (suatu timjauan fenomenologis), Skripsi: Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi, 2018
Suwira, Putra. “Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat
Pernikahan Melayu Riau Di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba
Melintang Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. “ Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 1, No. 2 (2014)
Utami Gina Novia. Tradisi balimau pada masyarakat minang di kecamatan rajabasa
kota Bandar lampung, Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universita Lampung, 2018.
Web-site
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya Diakses pada tanggal 3 November 2019
http://wartasejarah.blogspot.com/2015/05/ritual-kebudayaan-melayu.html, diakses
tanggal 26 Oktober 2019
http://digilib.uin-suka.ac.id/29073/1/12350015_BAB-1_IV-atau
V_DAFTAR_pustaka.pdf di akses tanggal 8 November 2019
https://www.msn.com/id-id/travel/other/mandi-safar-ritual-tolak-bala-di-mataram/ar-
AAJgTbR di akses tanggal 8 November 2019
https://islami.co/bolehkah-melakukan-tradisi-siraman-sebelum-pernikahan/ diakses,
tanggal 28 Oktober 2019
Puput Rahmadaniah “Observasi”, diakses melalui alamat
http://daniaactivity.blogspot.com/2014/makalah.html, tanggal 17 Oktober
2019
Atiqah, Nur. https://www.wattpad.com/story/69226774-puteri-sri-ratu-agung-dan-
legenda-muara-siau Diakses pada tanggal 29 oktober 2019
Diakses melalui alamat http://id.mwikipedia.org/wiki/makna, tanggal 28 oktober
2019
Wawancara
Ahmad, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara degan
penulis, 27 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio
Darahit, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
dengan penulis 28 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio
Hamidi, dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
dengan penulis, 26 Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio
M.andoni, Sekretaris Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 14 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Marhayanis, Ketua PKK Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara
Penulis, 15 Oktober 2019 Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
Mukhlis, Ketua Karang Taruna Desa Muara Siau Keecamatan Muara Siau,
Wawancara dengan penulis, 17 Oktober 2019, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Musa dukun kampung Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, 25 Oktober 2019 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio
Siti Soleha, dukun kampung, di Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau,
Wawancara dengan penulis, 22 Oktober 2019, Kabupaten Merangin
Rekaman Audio
Ridwan, Masyarakat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara dengan
penulis, Oktober 2019, Kabupaten Merangin Rekaman Audio
Sarpawi, Tokoh Adat Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Wawancara Penulis,
13 Oktober 2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
Zarkani, Kepala Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Dokumentasi Desa Muara
Siau, 16 Oktober 2019, Kbupaten Merangin, Dokumetasi
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“ MAKNA FILOSOFIS TRADISI MANDI BALIMAU SEBELUM AKAD
PERNIKAHAN (Studi di Desa Muara Siau Kec, Muara siau Kab, Merangin prov
jambi)”
No Jenis Data Metode Sumber Data
1 -Sejarah Dan Perkembangan
Desa Muara Siau Kecamatan
Muara Siau
-Observasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Setting
-Wawancara kepala desa,
tokoh adat, dan tokoh
Masyarakat.
-Data-data dan Dokumen
Desa Muara Siau.
2
-Lokasi dan Letak Geografis
Desa Muara Siau, Kecamatan
Muara Siau
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumen dan File Desa
Muara Siau
-Kepala Desa, Dan Aparat
Desa.
3.
-Kondisi Sosial Budaya Desa
Muara Siau
-Wawancara
-Dokumentasi
-Wawancara Kepala Desa,
Tokoh Agama, Aparat Desa
-Dokumen Desa Muara
Siau.
4.
-Pengertian dan Sejarah
Tradisi Mandi Balimau
-Wawancara -Tokoh Adat dan
Masyarakat.
5.
Prosesi, Perlengkapan dan
Tujuan Tradisi Mandi Balimau
-Wawancara
-Observasi
-Dokumentasi
-Tokoh Adat Dan
Masyarakat
-Setting,
-Dokumentasi Tradisi
Mandi Balimau
6. -Makna Filosofi Tradisi Mandi
Balimau
-Wawancara -Tokoh Adat, Dan
Masyarakat.
7 Pandangan Masyarakat, dan
Agama Terhadap Tradisi
Mandi Balimau di Desa Muara
Siau
-Wawancara - Tokoh Masyarakat.
- Tokoh Agama
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1 - Sejarah Dan Perkembangan Desa
Muara Siau Kecamatan Muara Siau
-Visi dan misi Desa Muara Siau
-Sejarah Desa Muara Siau
-Perkembangan Desa Muara Siau
2. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan
Tradisi Mandi Balimau
-Bagaimana prosesi dari tradisi
Mandi Balimau
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumen
1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa
Muara Siau Kecamatan Muara Siau
-Profil Desa Muara Siau Kecamatan
Muara Siau
-Visi dan misi Desa Muara Siau
2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa
Muara Siau, Kecamatan Muara Siau
-Data Dokumentasi Letak Geografis
Tradisi Mandi Balimau
-Keadaan Tofografi Desa Muara Siau
3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara
Siau
-Data dokumentasi tentang kondisi
sosial budaya Desa Muara Siau
-Potensi sumber daya manusia Desa
Muara Siau
-Kependudukan Desa Muara Siau
4. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan
Tradisi Mandi Balimau
-Data dokumentasi, tentang prosesi,
dan perlengkapan tradisi mandi
balimau
C. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Subtansi
Wawancara
1 -Sejarah Dan Perkembangan Desa
Muara Siau Kecamatan Muara Siau
-Bagaimana sejarah munculnya
Desa Muara Siau Kecamatan
Muara Siau?
-Bagaimana Perkembangan Desa
Muara Siau Dari awal sampai
sekarang?
2 -Lokasi dan Letak Geografis Desa
Muara Siau, Kecamatan Muara Siau
-bisa dijelaskan letak geografis
desa Muara Siau.?
3 -Kondisi Sosial Budaya Desa Muara
Siau
-Bagaimana Kondisi sosial budaya
Desa Muara Siau ?
4 --Pengertian dan Sejarah Tradisi Mandi
Balimau
-Apa yang dimaksud dengan tradisi
Mandi Balimau?
-Bagaimana Sejarah tradisi Mandi
Balimau?
5 Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan
Tradisi Mandi Balimau
-Bagaimana Prosesi pelaksanaan
tradisi Mandi Balimau?
-Apa saja perlengkapan yang harus
di penuhi ketika akan
melaksanakan tradisi Mandi
Balimau?
-Siapa Saja yang melaksanakan
tradisi Mandi Balimau?
-Apa tujuan dilaksanakannya
tradisi mandi balimau?
6 -Makna Filosofi Tradisi Mandi
Balimau
-Apa makna filosofi dari setiap
proses pelaksanaan tradisi mandi
Balimau.?
-Apa yang Menyebabkan tradisi
mandi balimau harus dilakukan?
7 Pandangan Masyarakat Terhadap
Tradisi Mandi Balimau di Desa Muara
Siau
-Bagaimana pandangan masyarakat
terhadap tradisi mandi balimau di
Desa Muara Siau.?
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Toyibah
Tempat & Tanggal lahir : Ds Muara Siau 16 Juli 1998
Nim : UA 160273
Fakultas/Jursan : FUSA/AFI
Nama Ayah : Khamisi
Nama Ibu : Dahniar
Alamat : Desa Muara Siau Kecamatan Muara Siau
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
B. Riwayat Pendidikan
SD N 231/VI Muara Siau IV : 2004-2010
Mts Zuhratussa‟adah : 2010-2013
SMA N 10 Merangin : 2013-2016
SI UIN STS Jambi : 2016 - Sekarang