Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat
yang hanya kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya
kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya,
siapa saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya
petunjuk.
Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad
SAW yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam.
Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-
orang yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman.
Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikanmakalah kesehatan
masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit
kendala yang penulis hadapi.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa
diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan
terima kasih .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh
karena itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang............................................................................................1
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat.....................................................6
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................6
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
a. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia
mengajarkan kepada pengikutnya ddalam pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup
seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi
(baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih
menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
daripada dengan pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran
atau pendekatan dalam menangani masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran
pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut
pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter
gigi, psikiater, praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit seperti halnya
pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua
kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care). Kedua
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat
perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan
kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran
(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani
pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif artinya pada kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang berarti tidak ada masalah
maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan
kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya
masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu
pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat
mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia
terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang
lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai mahluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.
Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan partia, tetapi harus secara
menyeluruh atau holistik.
b. Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan
adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu
itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di
Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah
Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu
pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi
pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga
pelatih kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para
dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952
pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepalan pelayanan
kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan
nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan
dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah
menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad
Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar
ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan
menggunakan hasil-hasil seminar tersebut. Departemen Kesehahtan menyiapkan rencana
induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan) menjadi
pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu
unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan dikota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
1) Kesehatan ibu dan anak
2) Keluarga berencana
3) Gizi
4) Kesehatan lingkungan
5) Pencegahan penyakit menular
6) Penyuluhan kesehatan masyarakat
7) Pengobatan
8) Perawatan kesehatan masyarakat
9) Usaha kesehatan gizi
10) Usaha kesehatan sekolah
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Laboratorium
13) Pencatatan dan pelaporan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masayarakat. Secara
kronologis batasan-batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan
masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi
lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-18
dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi,
kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh
sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai
ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu
bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan
ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang.
Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat
antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu
lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau
sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a) Epidemiologi
b) Biostatistik/statistik kesehatan
c) Kesehatan lingkungan
d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
e) Administrasi kesehatan masyarakat
f) Gizi masyarakat
g) Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi
disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai
bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,
mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental,
sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan
air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehahtan masyarakat antara lain:
a) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b) Perbaikan sanitasi lingkungan.
c) Perbaikan lingkungan pemukiman.
d) Pemberantasan vektor.
e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g) Pembinaan gizi masyarakat.
h) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak ahli kesehatan
membuat batasan kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan
masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit samapi batasan yang luas seperti yang
kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa
kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu
kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni.
DAFTAR PUSTAKA
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di Indonesia. Jakarta: UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan. Depok: FKM-UI.
Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2562).
Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI Jakarta Setelah Otonomi
Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan
harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu
komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan
gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang
dan umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per
1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334
(1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup
meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat
dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang
(underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen
(2004).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat
10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40% yaitu
di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa
penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di
wilayah perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat. Angka
kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat
morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas
Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan
kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya
dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan
dengan optimal.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Rendahnya Kesehatan Lingkungan di Masyarakat Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan
pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan
pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari
pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak
langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya
permukiman kumuh dimana-mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara
dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain
memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air
selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit
menular.
3. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya
mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat
terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal
terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap
tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat
pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang
langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan
kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air
sungai menurun dan apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6. Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia
mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan
kesehatan lingkungan.
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru
bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau tempat
industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi
kesehatan berupa :
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap
menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus
ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan di Indonesia
1. Faktor lingkungan
a) Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah-masalah
kesehatan).
b) Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
a) Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan dan
membahayakan kesehatan mereka.
b) Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
3. Factor social ekonomi
a) Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.
b) Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat belum merata ke
sebagian penduduk Indonesia.
c) Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan memprihatinkan.
4. Factor pelayanan kesehatan
a) Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi di indonsia
yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal dan belum merata.
b) Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.
c) Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.
C. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
1. Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki makna
tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda
dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974 terjadi
diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan
metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama
(1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit
ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a) Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula disebabkan
oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
b) Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.
c) Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.
2. Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka
panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk
menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang
lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan
(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun
mendatang.
b) Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c) Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif
dengan pendekatan pro-aktif.
d) Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e) Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara
penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.
f) Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g) Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan
masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
h) Penggerakan peran serta masyarakat.
i) Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara
sehat.
j) Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k) Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan
masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
3. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik
balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program
kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar
penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu
didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang
lama.
4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang
cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit,
maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya
promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan
masyarakat, maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan
penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat
penyuluhan kesehatan.
5. Indikator Kesehatan
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada
empat hal sebagai berikut :
a) Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b) Mengukur kemampuan fisik
c) Penilaian atas kesehatan sendiri
d) Indeks massa tubuh
6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan
penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan
bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan
dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individu.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana
mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas
kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
8. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa
adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap
pembangunan sosial ekonomi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
v Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
1. Urbanisasi penduduk
2. Tempat pembuangan sampah
3. Penyediaan sarana air bersih
4. Pencemaran udara
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
6. Bencana alam/pengungsian
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
v Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan di Indonesia
1. Faktor lingkungan
2. Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
3. Faktor social ekonomi
4. Faktor pelayanan kesehatan
- Latar belakang
Kesehatan lingkungan adalah factor mutlak didalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
apalagi adalah di antara unsur penentu atau determinan didalam kesejahteraan masyarakat.
Dimana lingkungan yang sehat amat diperlukan tidak cuma untuk menambah derajat
kesehatan penduduk, namun juga untuk kenyamanan hidup serta menambah efisiensi kerja
serta studi.
Hasil penelitian tunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada satu tempat
dikarenakan dikarenakan factor tingkah laku ( tingkah laku perawatan pada waktu hamil serta
perawatan bayi, dan tingkah laku kesehatan lingkungan ) serta factor kesehatan lingkungan.
Pada saat yang datang pemerintah lebih konsentrasi pada proses pembangunan yang
berkepanjangan serta pengembangan lokasi yang berkesadaran lingkungan, sesaat pihak
pengguna infrastruktur didalam perihal ini penduduk dengan total mesti disediakan dengan
kesadaran lingkungan yang tambah baik ( tahu suatu hal atau tahu berlaku yang tentunya )
periode datang kita dihadapkan dengan pemakaian iptek yang semakin maju serta lebih
kompleks yang membutuhkan profesionalisme yang tambah baik dengan jenjang pendidikan
yang cukup.
Di samping itu didalam sistem pembangunan periode datang, dibutuhkan ada teknologi
kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur efek
kesehatan dari pencemaran yang diakibatkan oleh ada pembangunan, indikator ini mesti
mudah, murah untuk diukur juga peka tunjukkan ada pergantian mutu lingkungan.
- Rumusan masalah
v Pengertian kesehatan lingkungan
v Kriteria lingkungan yang sehat
v Langkah-cara pemeliharaan kesehatan lingkungan
v Tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan
v Area lingkup kesehatan lingkungan
- Tujuan makalah
Mahasiswa bisa tahu maksud, kriteria, tata langkah dan area lingkup daripada kesehatang
lingkungan
- Isi/ pembahasan
Kesehatan lingkungan yaitu kesehatan yang amat mutlak untuk kelancaran kehidupan
dibumi, dikarenakan lingkungan yaitu area di mana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang
sehat bisa dikatakan sehat apabila telah mencukupi kriteria lingkungan yang sehat.
Kesehatan lingkungnan yakni sisi integral pengetahuan kesehatan penduduk yang spesial
mengatasi serta pelajari jalinan manusia dengan lingkungan didalam keseimbangan ekologis.
Lantas kesehatan lingkungan adalah sisi dari pengetahuan kesehatan mayarakat
1. Situasi air
Air yang sehat yaitu air yang tidak berbau, tidak tercemar serta bisa dipandang kejernihan air
tersebut, bila pastinya kebersihannya dimasak dengan suhu 1000c, hingga bakteri yang
didalam air tersebut mati.
2. Situasi udara
Udara yang sehat yaitu udara yang didalamnya ada yang dibutuhkan, perumpamaannya
oksigen serta didalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang mengakibatkan kerusakan tubuh,
perumpamaannya zat co2 ( zat carbondioksida ).
3. Situasi tanah
Tanah yang sehat yaitu tamah yamh baik untuk penanaman satu tumbuhan, serta tidak
tercemar oleh zat-zat logam berat.
1. Kurangi pemanasan globaldengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada tempat
kosong, maka kita juga turut dan kurangi pemanasan global, karbon, zat o2 ( okseigen ) yang
dihasilkan tumbuh-tumbuhan serta zat tidak segera zat co2 ( carbon ) yang mengakibatkan
atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan serta dengan segera zat o2 yang
dihasilkan tersebut bisa di nikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
2. Melindungi kebersihan lingkungandengan lingkungan yang sehat maka kita mesti
melindungi kebersihannya, dikarenakan lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang bersih
dari semua penyakit serta sampah. Sampah yaitu mush kebersihan yang sangat utama.
Sampah bisa dibersihkan dengan langkah-cara seperti berikut ;
Tujuan pemeliharaan lingkungan diantaranya :
A. Bersihkan sampah organiksampah organik yaitu sampah yang bisa dimakan oleh zat-zat
organik didalam tanah, maka sampah organik bisa dibersihkan ubur dalam-dalam sampah
organik tersebut, perumpamaan sampah organik :
ü Daun-daun tumbuhan
ü Ranting-ranting tumbuhan
ü Akar-akar tumbuhan
B. Bersihkan sampah non organik sampah non organik yaitu sampah yang tidak bisa hancur
( dimakan oleh zat organik ) dengan sendirinya, maka sampah non organik bisa dibersihkan
membakar sampah tersebut serta lantas menguburnya.
- Penutup
Kesehatan lingkungnan yakni sisi integral pengetahuan kesehatan penduduk yang spesial
mengatasi serta pelajari jalinan manusia dengan lingkungan didalam keseimbangan ekologis.
Langkah-cara pemeliharaan kesehatan lingkungan
ü Tidak mencemari air membuang sampah disungai
ü Kurangi pemakaian kendaraan bermotor
ü Memproses tanah sebagaimana mestinya
ü Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
Kontribusi lingkungan saat mewujudkan derajat kesehatan adalah perihal yang essensial di
samping problem tingkah laku penduduk, service kesehatan serta factor keturunan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang
untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atauperusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan,
seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah
mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah
ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait
beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu
sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASPEK KESLING
1. DEFINISI
—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan (Kesling):
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan (Kesling) adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.1
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan
(Kesling) adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.2
—-
2. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan
(Kesling), yaitu :
Penyediaan Air Minum
Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
Pembuangan Sampah Padat
Pengendalian Vektor
Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesling dan transportasi udara
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
Rekreasi umum dan pariwisata
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
—-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
Penyehatan Air dan Udara
Pengamanan Limbah padat/sampah
Pengamanan Limbah cair
Pengamanan limbah gas
Pengamanan radiasi
Pengamanan kebisingan
Pengamanan vektor penyakit
Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
3. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING)
—-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
4. ASPEK DAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
—-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan
lingkungan antara lain :
A. Air Bersih
—-Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
—-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
B. Pembuangan Kotoran/Tinja
—-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
C. Kesehatan Pemukiman
—-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi
yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
D. Pembuangan Sampah
—-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor
/unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini
secara efisien.
E. Serangga dan Binatang Pengganggu
—-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat
proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
—-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis
dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
F. Makanan dan Minuman
—-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga
dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
—-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :6
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
—-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air
pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada
mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
Transportasi Udara
Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu
sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector)
[Abubakar, 2000]. Peran transportasi udara sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari
kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan.
Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan
transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai-
maskapai baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang
sangat kompetitif. Malahan apabila dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul bisa
sebaliknya. Hal ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu
memberikan nilai tambah berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang
lebih cepat dan tentunya hal ini berarti penekanan biaya produksi.
Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi
jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-
daerah dan pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah
pelosok termasuk yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk
setempat, sehingga akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya
juga pendapatan pemerintah.
Perkembangan pembangunan di daerah perbatasan secara tidak langsung akan menciptakan
mutiplier effect yang positif, seperti pemerataan penduduk, penciptaan lapangan kerja baru
serta stabilitas dan keutuhan wilayah. Kita seharusnya dapat belajar dari pengalaman pahit
lepasnya P. Sipadan dan P. Ligitan ke tangan Malaysia. Dari penjelasan media diketahui
bahwa ICJ/MI dalam mengambil keputusan akhir mengenai status kedua pulau tersebut
ternyata tidak menggunakan materi hukum umum yang diajukan oleh Indonesia maupun
Malaysia. Kaidah yang digunakan adalah dengan menggunakan kriteria pembuktian lain,
yaitu continuous presence, effective occupation, maintenance and ecology preservation.
Kemenangan Malaysia dikarenakan kedua pulau tersebut secara lokasi memang tidak begitu
jauh dari Malaysia dan ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa Malaysia telah membangun
beberapa prasarana pariwisata di kedua pulau tersebut [Djalal, 2003]
Adapun peran langsung transportasi udara dalam masalah pertahanan dan keamanan juga
sangat banyak. Salah satunya adalah digunakannya radar penerbangan sipil untuk membantu
radar militer yang saat ini belum mampu mengawasi seluruh wilayah udara Indonesia. Selain
itu, walaupun masih diperdebatkan tetapi secara teori memungkinkan pesawat sipil untuk
memiliki fungsi ganda sebagai alat transportasi biasa dan sekaligus sebagai pesawat pengintai
atau patroli tidak tetap. Frekuensi penerbangan pesawat sipil yang sangat tinggi dapat
dimamfaatkan untuk melaporkan keadaan udara, bahkan darat dan laut.
Upaya Memaksimalkan Peran Transportasi Udara
Peran transportasi udara yang sangat besar ini tentu saja hanya dapat diperoleh dengan
dukungan berbagai pihak. Sudah saatnya transportasi udara menjadi prioritas utama dalam
upaya meningkatkan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi di daerah-daerah
perbatasan. Penulis yakin bahwa banyak investor yang dalam hal ini pengusaha transportasi
udara yang berminat membuka jalur penerbangannya ke daerah-daerah perbatasan apabila
faktor kebutuhannya juga tersedia.
Faktor kebutuhan yang dimaksud disini sudah pasti adalah tersedianya lapangan terbang yang
memadai serta berjalannya kegiatan ekonomi atau lainnya seperti pariwisata yang
memungkinkan adanya kebutuhan transportasi dari dan ke daerah tersebut. Dan yang tidak
kalah penting adalah kemauan pemerintah sebagai pengambil keputusan untuk mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang tepat menyangkut transportasi udara. Seluruh potensi high cost
economy di sektor transportasi udara harus dievaluasi dan dibenahi. Karena kalau tidak, maka
percuma saja langkah efisiensi yang mati-matian dilakukan oleh pelaku usaha (Pikiran
Rakyat, 28 Juli 2003).
Selain itu perlu juga dikaji dan diteliti kemungkinan lain berupa inovasi-inovasi dalam
transportasi udara. Inovasi disini tidak hanya menyangkut pembuatan pesawat sebagaimana
yang dilakukan oleh IPTN, namun lebih luas dari itu termasuk juga didalamnya adalah
pembuatan roadmap penerbangan dalam negeri yang dapat menciptakan efisiensi dan
keteraturan penerbangan nasional. Dalam hubungannya dengan daerah-daerah perbatasan
dapat juga dilakukan pengkajian secara ekonomi untuk menggunakan sarana transportasi
udara alternatif seperti misalnya seaplane atau yang lebih dikenal dengan pesawat amphibi
untuk transportasi dari dan ke pulau-pulau
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan (Kesling):
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan (Kesling) adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan
(Kesling) adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Aspek Dan Masalah Kesehatan Lingkungan
Air Bersih
Pembuangan Kotoran/Tinja
Kesehatan Pemukiman
Pembuangan Sampah
Serangga dan Binatang Pengganggu
Makanan dan Minuman