40
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk. Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang- orang yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman. Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikanmakalah kesehatan masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih . Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Materi makalah penjas DEA

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat

yang hanya kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya

kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang

telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya,

siapa saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya

petunjuk.

Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad

SAW yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan

kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam.

Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-

orang yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman.

Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikanmakalah kesehatan

masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit

kendala yang penulis hadapi.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa

diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan

terima kasih .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh

karena itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

                                                                                     Semarang, April 2013

                                                                                               Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang............................................................................................1 

BAB II : TINJAUAN TEORI

    A.    Definisi Kesehatan Masyarakat.....................................................6

    B.     Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................6

BAB III : PENUTUP

A.  KESIMPULAN...................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................10

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

a.       Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani,

yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan

sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah

atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati

penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical

procedure) dengan baik.

Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah

melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam

pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan

pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia

mengajarkan kepada pengikutnya ddalam pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup

seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi

(baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih

menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya

tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,

daripada dengan pengobatan.pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran

atau pendekatan dalam menangani masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran

pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut

pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter

gigi, psikiater, praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit seperti halnya

pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan

meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini

termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan

masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua

kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care). Kedua

pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat

perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan

kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran

(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan

sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif,

sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani

pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah

individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat

kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif artinya pada kelompok ini pada

umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di

Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang berarti tidak ada masalah

maka selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan

kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya

masalah,  tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu

pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat

mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih

kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia

terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang

lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien  sebagai mahluk yang utuh, dengan

pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem

biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.

Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan partia, tetapi harus secara

menyeluruh atau holistik.

b.      Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan

Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan

adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu

itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di

Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai

berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah

Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu

pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik

persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi

pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga

pelatih kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para

dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952

pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.

Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepalan pelayanan

kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan

nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan

dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan

nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi

sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah

menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut

mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang

mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan

program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat

Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad

Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar

ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan

menggunakan hasil-hasil  seminar tersebut. Departemen Kesehahtan menyiapkan rencana

induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja

kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan

terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan) menjadi

pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu

unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,

menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian

kecamatan  dikota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:

1)      Kesehatan ibu dan anak

2)      Keluarga berencana

3)      Gizi

4)      Kesehatan lingkungan

5)      Pencegahan penyakit menular

6)      Penyuluhan kesehatan masyarakat

7)      Pengobatan

8)      Perawatan kesehatan masyarakat

9)      Usaha kesehatan gizi

10)  Usaha kesehatan sekolah

11)  Usaha kesehatan jiwa

12)  Laboratorium

13)  Pencatatan dan pelaporan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Definisi Kesehatan Masyarakat

Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masayarakat. Secara

kronologis batasan-batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat  sempit

sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.

Batasan yang paling tua,  dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi

masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan

masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan  sanitasi

lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-18

dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi,

kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat

melalui perbaikan  sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.

B.     Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh

sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai

ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu

bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan  tetapi sesuai dengan perkembangan

ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang.

Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat

antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu

lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.

Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau

sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:

a)    Epidemiologi

b)   Biostatistik/statistik kesehatan

c)    Kesehatan lingkungan

d)   Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku

e)    Administrasi kesehatan masyarakat

f)    Gizi masyarakat

g)   Kesehatan kerja.

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi

disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai

bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk

mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,

mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental,

sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan

air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan

masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi

tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu

kesehahtan masyarakat antara lain:

a)      Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

b)      Perbaikan sanitasi lingkungan.

c)      Perbaikan lingkungan pemukiman.

d)     Pemberantasan vektor.

e)      Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.

f)       Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g)      Pembinaan gizi masyarakat.

h)      Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

i)        Pengawasan obat dan minuman.

j)        Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

 BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak ahli kesehatan

membuat batasan kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan

masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit samapi batasan yang luas seperti yang

kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa

kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu

kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama   dengan  sanitasi. Kesehatan

masyarakat adalah ilmu dan seni.

DAFTAR PUSTAKA

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan. Depok: FKM-UI.

Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten

Lampung Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2562).

Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI Jakarta Setelah Otonomi

Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586).

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta

memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan

harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu

komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan

gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang

dan umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per

1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334

(1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup

meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat

dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang

(underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen

(2004).

Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat

10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40% yaitu

di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa

penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di

wilayah perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat. Angka

kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat

morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria.

Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor

yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan

kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen

kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah

Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas

Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan

kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya

dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.

Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua

kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan

dengan optimal.

B.     Tujuan

Untuk mengetahui tentang Rendahnya Kesehatan Lingkungan di Masyarakat Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia

1.      Urbanisasi penduduk

Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan

pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan

pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari

pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan

pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak

langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya

permukiman kumuh dimana-mana.

2.      Tempat pembuangan sampah

Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara

dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain

memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air

selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit

menular.

3.      Penyediaan sarana air bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia

mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya

mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat

terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.

4.      Pencemaran udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal

terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap

tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat

pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

5.      Pembuangan limbah industri dan rumah tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang

langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan

kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air

sungai menurun dan apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.

6.      Bencana alam/pengungsian

Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di Indonesia

mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak permasalahan

kesehatan lingkungan.

7.      Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah

Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah baru

bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau tempat

industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat

menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.

Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi

kesehatan berupa :

1.      Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang

meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap

menggantung.

2.      Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus

ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.

3.      Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

4.      Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern

yang cenderung membawa resiko.

B.     Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan di Indonesia

1.      Faktor lingkungan

a)      Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah-masalah

kesehatan).

b)      Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan.

2.      Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia

a)      Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan dan

membahayakan kesehatan mereka.

b)      Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.

3.      Factor social ekonomi

a)      Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih rendah.

b)      Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat belum merata ke

sebagian penduduk Indonesia.

c)      Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan memprihatinkan.

4.      Factor pelayanan kesehatan

a)      Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian propinsi di indonsia

yang belum mendapat pelayanan kesehatan maksimal dan belum merata.

b)      Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya kuratif.

c)      Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

C.     Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.

1.      Paradigma Baru Kesehatan

Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki makna

tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda

dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974 terjadi

diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan

metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan Saitama

(1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari orientasi sakit

ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :

a)      Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula disebabkan

oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.

b)      Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.

c)      Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

penduduk.

2.      Upaya Kesehatan

Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka

panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk

menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang

lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan

(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan

mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini menekankan pada upaya

kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a)      Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun

mendatang.

b)      Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.

c)      Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif

dengan pendekatan pro-aktif.

d)     Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

e)      Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara

penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap

penyakit.

f)       Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga

melindungi masyarakat dari pencemaran.

g)      Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan

masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)

h)      Penggerakan peran serta masyarakat.

i)        Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara

sehat.

j)        Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

k)      Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan

masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).

l)        Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

3.      Kebijakan Kesehatan Baru

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-

preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik

balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program

kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar

penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru perlu

didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir yang

lama.

4.      Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma

Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang

cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit,

maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi pada upaya

promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan

masyarakat, maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan

penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat

penyuluhan kesehatan.

5.      Indikator Kesehatan

WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada

empat hal sebagai berikut :

a)      Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang

b)      Mengukur kemampuan fisik

c)      Penilaian atas kesehatan sendiri

d)     Indeks massa tubuh

6.      Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan

penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan

bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan

dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individu.

7.      Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana

mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas

kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

8.      Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk

memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa

adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap

pembangunan sosial ekonomi.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

v  Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia

1.      Urbanisasi penduduk

2.      Tempat pembuangan sampah

3.      Penyediaan sarana air bersih

4.      Pencemaran udara

5.      Pembuangan limbah industri dan rumah tangga

6.      Bencana alam/pengungsian

7.      Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah

v  Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan di Indonesia

1.      Faktor lingkungan

2.      Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia

3.      Faktor social ekonomi

4.      Faktor pelayanan kesehatan

- Latar belakang

Kesehatan lingkungan adalah factor mutlak didalam kehidupan sosial kemasyarakatan,

apalagi adalah di antara unsur penentu atau determinan didalam kesejahteraan masyarakat.

Dimana lingkungan yang sehat amat diperlukan tidak cuma untuk menambah derajat

kesehatan penduduk, namun juga untuk kenyamanan hidup serta menambah efisiensi kerja

serta studi.

Hasil penelitian tunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada satu tempat

dikarenakan dikarenakan factor tingkah laku ( tingkah laku perawatan pada waktu hamil serta

perawatan bayi, dan tingkah laku kesehatan lingkungan ) serta factor kesehatan lingkungan.

Pada saat yang datang pemerintah lebih konsentrasi pada proses pembangunan yang

berkepanjangan serta pengembangan lokasi yang berkesadaran lingkungan, sesaat pihak

pengguna infrastruktur didalam perihal ini penduduk dengan total mesti disediakan dengan

kesadaran lingkungan yang tambah baik ( tahu suatu hal atau tahu berlaku yang tentunya )

periode datang kita dihadapkan dengan pemakaian iptek yang semakin maju serta lebih

kompleks yang membutuhkan profesionalisme yang tambah baik dengan jenjang pendidikan

yang cukup.

Di samping itu didalam sistem pembangunan periode datang, dibutuhkan ada teknologi

kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur efek

kesehatan dari pencemaran yang diakibatkan oleh ada pembangunan, indikator ini mesti

mudah, murah untuk diukur juga peka tunjukkan ada pergantian mutu lingkungan.

- Rumusan masalah

v  Pengertian kesehatan lingkungan

v  Kriteria lingkungan yang sehat

v  Langkah-cara pemeliharaan kesehatan lingkungan

v  Tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan

v  Area lingkup kesehatan lingkungan

 

- Tujuan makalah

Mahasiswa bisa tahu maksud, kriteria, tata langkah dan area lingkup daripada kesehatang

lingkungan

- Isi/ pembahasan

Kesehatan lingkungan yaitu kesehatan yang amat mutlak untuk kelancaran kehidupan

dibumi, dikarenakan lingkungan yaitu area di mana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang

sehat bisa dikatakan sehat apabila telah mencukupi kriteria lingkungan yang sehat.

Kesehatan lingkungnan yakni sisi integral pengetahuan kesehatan penduduk yang spesial

mengatasi serta pelajari jalinan manusia dengan lingkungan didalam keseimbangan ekologis.

Lantas kesehatan lingkungan adalah sisi dari pengetahuan kesehatan mayarakat

1. Situasi air

Air yang sehat yaitu air yang tidak berbau, tidak tercemar serta bisa dipandang kejernihan air

tersebut, bila pastinya kebersihannya dimasak dengan suhu 1000c, hingga bakteri yang

didalam air tersebut mati.

2. Situasi udara

Udara yang sehat yaitu udara yang didalamnya ada yang dibutuhkan, perumpamaannya

oksigen serta didalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang mengakibatkan kerusakan tubuh,

perumpamaannya zat co2 ( zat carbondioksida ).

3. Situasi tanah

Tanah yang sehat yaitu tamah yamh baik untuk penanaman satu tumbuhan, serta tidak

tercemar oleh zat-zat logam berat.

1. Kurangi pemanasan globaldengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada tempat

kosong, maka kita juga turut dan kurangi pemanasan global, karbon, zat o2 ( okseigen ) yang

dihasilkan tumbuh-tumbuhan serta zat tidak segera zat co2 ( carbon ) yang mengakibatkan

atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan serta dengan segera zat o2 yang

dihasilkan tersebut bisa di nikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.

2. Melindungi kebersihan lingkungandengan lingkungan yang sehat maka kita mesti

melindungi kebersihannya, dikarenakan lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang bersih

dari semua penyakit serta sampah. Sampah yaitu mush kebersihan yang sangat utama.

Sampah bisa dibersihkan dengan langkah-cara seperti berikut ;

Tujuan pemeliharaan lingkungan diantaranya :

A. Bersihkan sampah organiksampah organik yaitu sampah yang bisa dimakan oleh zat-zat

organik didalam tanah, maka sampah organik bisa dibersihkan ubur dalam-dalam sampah

organik tersebut, perumpamaan sampah organik :

ü  Daun-daun tumbuhan

ü  Ranting-ranting tumbuhan

ü  Akar-akar tumbuhan

B. Bersihkan sampah non organik sampah non organik yaitu sampah yang tidak bisa hancur

( dimakan oleh zat organik ) dengan sendirinya, maka sampah non organik bisa dibersihkan

membakar sampah tersebut serta lantas menguburnya.

- Penutup

Kesehatan lingkungnan yakni sisi integral pengetahuan kesehatan penduduk yang spesial

mengatasi serta pelajari jalinan manusia dengan lingkungan didalam keseimbangan ekologis.

Langkah-cara pemeliharaan kesehatan lingkungan

ü  Tidak mencemari air membuang sampah disungai

ü  Kurangi pemakaian kendaraan bermotor

ü  Memproses tanah sebagaimana mestinya

ü  Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

Kontribusi lingkungan saat mewujudkan derajat kesehatan adalah perihal yang essensial di

samping problem tingkah laku penduduk, service kesehatan serta factor keturunan.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya

penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan

adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun

secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang

menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang

untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.

Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu

mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atauperusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan,

seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.

Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah

mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah

ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait

beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu

sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ASPEK KESLING

1. DEFINISI

—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan (Kesling):

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan (Kesling) adalah suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia.1

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan

(Kesling)  adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi

yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.2

—-

2. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN

—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan

(Kesling), yaitu :

Penyediaan Air Minum

Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

Pembuangan Sampah Padat

Pengendalian Vektor

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

Higiene makanan, termasuk higiene susu

Pengendalian pencemaran udara

Pengendalian radiasi

Kesehatan kerja

Pengendalian kebisingan

Perumahan dan pemukiman

Aspek kesling dan transportasi udara

Perencanaan daerah dan perkotaan

Pencegahan kecelakaan

Rekreasi umum dan pariwisata

Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,

bencana alam dan perpindahan penduduk

Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

—-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)

UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :

Penyehatan Air dan Udara

Pengamanan Limbah padat/sampah

Pengamanan Limbah cair

Pengamanan limbah gas

Pengamanan radiasi

Pengamanan kebisingan

Pengamanan vektor penyakit

Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

3. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING)

—-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan

adalah sebagai berikut :

Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum

Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada

dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang

bersifat khusus.

4. ASPEK DAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

—-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya

dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan

lingkungan antara lain :

A.    Air Bersih

—-Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

—-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maks 500 mg/l)

Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

B.    Pembuangan Kotoran/Tinja

—-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau

sumur

Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang

Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

C.    Kesehatan Pemukiman

—-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak

yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan

tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya

makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi

yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya

jatuh tergelincir.

D.    Pembuangan Sampah

—-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor

/unsur, berikut:

Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah

jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak

geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi

Penyimpanan sampah

Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali

Pengangkutan

Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan

urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini

secara efisien.

E.    Serangga dan Binatang Pengganggu

—-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut

sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp

untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk

Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit

tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat

proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan

Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat

penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di

rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.

—-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan

penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit

penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis

dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

F.      Makanan dan Minuman

—-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga

dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan

sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah

makan/restoran, dan hotel).

—-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan

meliputi :6

Persyaratan lokasi dan bangunan

Persyaratan fasilitas sanitasi

Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan

Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi

Persyaratan pengolahan makanan

Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

Persyaratan peralatan yang digunakan

Pencemaran Lingkungan

—-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran

udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air

pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung

umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang

sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di

jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya

merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.

Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis

data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan

adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi

penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.

Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa

mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya

ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada

mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

Transportasi Udara

Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu

sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector)

[Abubakar, 2000]. Peran transportasi udara sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari

kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi

kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan.

Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan

transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai-

maskapai baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang

sangat kompetitif. Malahan apabila dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul bisa

sebaliknya. Hal ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu

memberikan nilai tambah berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang

lebih cepat dan tentunya hal ini berarti penekanan biaya produksi.

Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi

jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-

daerah dan pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah

pelosok termasuk yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk

setempat, sehingga akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya

juga pendapatan pemerintah.

Perkembangan pembangunan di daerah perbatasan secara tidak langsung akan menciptakan

mutiplier effect yang positif, seperti pemerataan penduduk, penciptaan lapangan kerja baru

serta stabilitas dan keutuhan wilayah. Kita seharusnya dapat belajar dari pengalaman pahit

lepasnya P. Sipadan dan P. Ligitan ke tangan Malaysia. Dari penjelasan media diketahui

bahwa ICJ/MI dalam mengambil keputusan akhir mengenai status kedua pulau tersebut

ternyata tidak menggunakan materi hukum umum yang diajukan oleh Indonesia maupun

Malaysia. Kaidah yang digunakan adalah dengan menggunakan kriteria pembuktian lain,

yaitu continuous presence, effective occupation, maintenance and ecology preservation.

Kemenangan Malaysia dikarenakan kedua pulau tersebut secara lokasi memang tidak begitu

jauh dari Malaysia dan ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa Malaysia telah membangun

beberapa prasarana pariwisata di kedua pulau tersebut [Djalal, 2003]

Adapun peran langsung transportasi udara dalam masalah pertahanan dan keamanan juga

sangat banyak. Salah satunya adalah digunakannya radar penerbangan sipil untuk membantu

radar militer yang saat ini belum mampu mengawasi seluruh wilayah udara Indonesia. Selain

itu, walaupun masih diperdebatkan tetapi secara teori memungkinkan pesawat sipil untuk

memiliki fungsi ganda sebagai alat transportasi biasa dan sekaligus sebagai pesawat pengintai

atau patroli tidak tetap. Frekuensi penerbangan pesawat sipil yang sangat tinggi dapat

dimamfaatkan untuk melaporkan keadaan udara, bahkan darat dan laut.

Upaya Memaksimalkan Peran Transportasi Udara

Peran transportasi udara yang sangat besar ini tentu saja hanya dapat diperoleh dengan

dukungan berbagai pihak. Sudah saatnya transportasi udara menjadi prioritas utama dalam

upaya meningkatkan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi di daerah-daerah

perbatasan. Penulis yakin bahwa banyak investor yang dalam hal ini pengusaha transportasi

udara yang berminat membuka jalur penerbangannya ke daerah-daerah perbatasan apabila

faktor kebutuhannya juga tersedia.

Faktor kebutuhan yang dimaksud disini sudah pasti adalah tersedianya lapangan terbang yang

memadai serta berjalannya kegiatan ekonomi atau lainnya seperti pariwisata yang

memungkinkan adanya kebutuhan transportasi dari dan ke daerah tersebut. Dan yang tidak

kalah penting adalah kemauan pemerintah sebagai pengambil keputusan untuk mengeluarkan

kebijakan-kebijakan yang tepat menyangkut transportasi udara. Seluruh potensi high cost

economy di sektor transportasi udara harus dievaluasi dan dibenahi. Karena kalau tidak, maka

percuma saja langkah efisiensi yang mati-matian dilakukan oleh pelaku usaha (Pikiran

Rakyat, 28 Juli 2003).

Selain itu perlu juga dikaji dan diteliti kemungkinan lain berupa inovasi-inovasi dalam

transportasi udara. Inovasi disini tidak hanya menyangkut pembuatan pesawat sebagaimana

yang dilakukan oleh IPTN, namun lebih luas dari itu termasuk juga didalamnya adalah

pembuatan roadmap penerbangan dalam negeri yang dapat menciptakan efisiensi dan

keteraturan penerbangan nasional. Dalam hubungannya dengan daerah-daerah perbatasan

dapat juga dilakukan pengkajian secara ekonomi untuk menggunakan sarana transportasi

udara alternatif seperti misalnya seaplane atau yang lebih dikenal dengan pesawat amphibi

untuk transportasi dari dan ke pulau-pulau 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya

penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan (Kesling):

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan (Kesling) adalah suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan

(Kesling)  adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi

yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Aspek Dan Masalah Kesehatan Lingkungan

Air Bersih

Pembuangan Kotoran/Tinja

Kesehatan Pemukiman

Pembuangan Sampah

Serangga dan Binatang Pengganggu

Makanan dan Minuman

Transpottasi Udara

Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu

sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector)

[Abubakar, 2000].