Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada beberapa kasus keputusan financing lebih kompleks
dibandingkan dengan keputusan investasi. Ditambah lagi
pada era kompetitif seperti ini institusi finansial
menyajikan berbagai macam produk financing dan beragam
variasi surat berharga yang dapat diterbitkan. Pada
saat ini juga ditemukan bahwa keputusan financing lebih
mudah di bandingkan dengan investment decision. Pertama,
financing decisions tidak memiliki degree of finality seperti
keputusan investasi pada umumnya. Financing dengan mudah
berbalik, sebagai contoh, Ford Motor Company dapat
menerbitkan bonds dan membeli kembali utang tersebut
kemudian setelah nilai utang itu naik. Jika
dibandingkan dengan Ford harus menjual auto factory yang
tidak lagi produktif. (Myers 2003)
Kompetisi pada pasar keuangan lebih intense
dibandingkan dengan pasar sektor riil (product markets).
Dalam product markets, perusahaan biasanya menemukan
keunggulan kompetitif yang di representasikan dengan
angka positif dari Net Present Value (NPV) Investments.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin hanya
memiliki beberapa kompetitor yang spesialisasinya sama
pada lini bisnis dan juga area geografis. Atau mungkin
untuk mengkapitalisasi pada hak paten dan tekonologi,
Universitas Indonesia
2
atau pada loyalitas konsumen. Semua ini membuuka
peluang untuk mendapatkan abnormal returns dan menemukan
proyek dengan NPV yang positif. (Bradley 2003)
Tetapi ada beberapa protected niches pada pasar
finansial. Perusahaan tidak bisa mematenkan desain
dari sekuritas yang baru. Ditambah lagi, perusahaan
harus menghadapai fast-moving competition, termasuk semua
perusahaan lain yang sedang mencari dana, negara,
pemerintahan lokal, pemerintahan pusat, institusi
keuangan, individu, dan perusahaan luar negeri semua
berbondong-bondong datang ke Bursa Efek untuk financing.
Investor yang men-supply dana adalah orang-orang
terbaik, mereka mempunyai mindset smart-money di dalam
otak investor. Lebih mengejutkan lagi, investor dapat
Universitas Indonesia
3
melakukan valuasi aset dengan baik setidaknya
sebaik apa yang dilakukan manajer keuangan. (Huang
2005)
Sebuah keputusan financing yang smart dapat membuat
investor lebih kaya. Contohnya, perusahaan mungkin
berharap untuk menjual sekuritas lebih dari nilai
intrinsiknya. Tetapi jika penjualan tersebut termasuk
good deal untuk shareholders, harusnya itu akan menjadi bad
deal untuk buyers. Pada umumnya, perusahaan harus
berasumsi bahwa sekuritas yang mereka terbitkan adalah
nilai intrinsik dari surat berharga tersebut. (Guney
2010)
Perusahaan berinvestasi pada aset jangka panjang
(property, plant, and equipment) dan juga net working capital.
Pemegang saham lebih menyukai perusahaan untuk
mengolah lagi uang tersebut ke perencanaan keuangan
perusahaan, tujuannya agar dapat membuahkan proyek
investasi dengan NPV yang positif. Setiap investasi
yang nilai NPV-nya lebih dari nol, maka secara tidak
langsung akan membuat harga saham naik. (Brealay dan
Myers 2003)
Menurut Baker dan Wurgler (2002) mengembangkan
teori struktur modal market timing theory yaitu struktur
modal merupakan hasil kumulatif dari upaya perusahaan
untuk melakukan market timing di masa lalu. Equity market
timing adalah praktik perusahaan untuk menerbitkan saham
pada saat valuasi harga saham perusahaan di pasar
Universitas Indonesia
4
sedang tinggi serta membeli kembali saham pada saat
valuasi pasarnya sedang rendah. Tujuan perusahaan
melakukan market timing adalah untuk mengeksploitasi
fluktuasi temporer biaya saham terhadap komponen biaya
modal lainnya. Eksploitasi ini dapat dilakukan karena
fluktuasi biaya saham bukan disebabkan oleh fluktuasi
risiko perusahaan.
Komponen-komponen harga saham di pasar efisien
terdiri dari nilai asset in place ditambah nillai growth
opportunity (Myers, 1977; Kester, 1984; Reuer dan Tong,
2007). Pada pasar tidak efisien, variabel yang juga
turut membentuk harga pasar saham adalah sentimen
investor, yaitu keyakinan investor terhadap arus kas
harapan perusahaan di masa depan yang tidak didukung
oleh informasi fundamental (Morck, Shleifer, dan
Vishny, 1990 dan Baker dan Wurgler, 2002). Apabila
sentimen investor diikuti oleh perubahan permintaan
yang cukup besar terhadap saham perusahaan maka
terjadi mispricing. Oleh karena itu, sebenarnya terdapat
tiga kemungkinan pemicu market timing yaitu : (1) growth
opportunity, (2) informasi asimetris, dan (3) sentimen
investor. (Saad dan Siagian 2010)
Dalam membeli dan menjual saham dengan
memperhatikan situasi pasar dikenal apa yang disebut
market timing. Market timing dapat didefinisikan sebagai
melakukan investasi dengan membuat keputusan membeli
atau menjual instrumen investasi dengan menggunakan
Universitas Indonesia
5
strategi perdagangan mekanis yang mana keputusan
tersebut menggunakan satu atau dua indikator yang
strategis dan tepat. Telah diketahui bersama bahwa
struktur modal yang optimal merupakan salah satu isu
penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam
sebuah perusahaan. (Dahlan 2004)
Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan pembelanjaan
perusahaan dengan cara menggunakan hutang, ekuitas,
atau dengan menerbitkan saham. Masalah penentuan
struktur modal optimal berhubungan dengan bagaimana
cara membiayai kegiatan perusahaan, cara perolehan
dana dengan (cost of capital) minimal, serta cara penentuan
komposisi penentuan sumber pembiayaan yang paling
optimal. Untuk itulah setiap tahunnya para manajer
dihadapkan oleh berbagai macam pilihan sumber
pembiayaan dan setiap tahunnya para manajer sering
dihadapkan dengan perubahan struktur modal
perusahaannya. Perubahan ini dapat berasal dari
perubahan komposisi jumlah saham, laba ditahan maupun
hutang. (Roni dan Budi 2012)
Di keuangan Perusahaan, equity market timing mengacu
pada praktek mengeluarkan (issuing) saham pada harga
yang tinggi, dan repurchasing pada harga yang rendah.
Tujuan dari mengeksploitasi pergerakan sementara pada
cost of equity relatif untuk cost of other forms of capital. Dalam
efisiensi dan integrasi studi pasar modal oleh
Universitas Indonesia
6
Modigliani Miller (1958), cost of different forms of capital
tidak berbeda, jadi disini tidak ada keuntungan dari
kesempatan untuk merubah modal dan utang. Dalam pasar
modal yang inefisien, market timing memberikan keuntungan
pada pemegang saham dari timing yang tepat dalam
memilih waktu kapan saat masuk dan kapan saatnya
keluar. (Alti 2006)
Bagi sejumlah trader maupun investor yang sudah
familiar dengan instrumen investasi, seperti emas,
komoditas berjangka, bonds, mutual fund, forex, strategi ini
mungkin sudah tidak asing lagi di telinga investor.
Namun, sepertinya fluktuasi harga saham adalah yang
paling cocok untuk menerapkan strategi seperti ini
dibandingkan dengan instrumen investasi lain, terutama
dalam periode jangka panjang. Market timing juga dapat
digunakan oleh investor dan trader untuk mendapatkan
laba, yaitu dana yang dimiliki sudah terinvestasi
penuh ketika pasar mulai naik atau melakukan short selling
ketika pasar sedang mulai mengalami penurunan atau
menyiapkan dana sebanyak-banyaknya ketika pasar sedang
mengalami penurunan. (Dahlan 2004)
Dengan kata lain, strategi ini disebut juga sebagai
membeli saham tepat pada waktunya dan menjual juga
pada waktu yang tepat pula. Jika seorang manajer
keuangan mempunyai pikiran bahwa saham perusahaan
tersebut sedang mengalami kenaikan dan akhirnya
overprice, manajer tersebut akan berpikir untuk
Universitas Indonesia
7
secepatnya menerbitkan ekuitas yang baru. Dalam hal
ini, manajer memberikan nilai untuk pemegang saham
karena mereka menjual saham melebihi harga yang
sebenarnya. Manajer juga akan berpikir sebaliknya,
jika underpriced, langkah wait and see dengan harapan bahwa
harga saham tersebut akan rebound ke posisi yang
sebenarnya akan diambil. (Alti 2006)
Dalam keuangan perusahaan, Equity Market Timing yang
mengenai penerbitan saham pada harga yang tinggi dan
buyback ketika harga sedang dibawah rata-rata. Dengan
tujuan mengeksploitasi fluktuasi pada cost of equity
relatif terhadap biaya modal yang lain juga. Teori
Modligiani dan Miller (1958) menyatakan bahwa di pasar
yang efisien dan terintegrasi, biaya dari beberapa
sumber modal tidak berbeda secara independent sehingga
tidak ada gain dari kesempatan menukar antara debt dan
equity. Sedangkan di pasar yang tidak efisien dan tidak
tersegmentasi, market timing menguntungkan shareholders pada
biaya dari memasuki dan keluar suatu pasar. (Wurgler
2002)
Market timing dari saham merupakan salah satu faktor
utama yang membentuk keputusan-keputusan pendanaan
perusahaan. Dalam beberapa penelitian sebelumnya
diperoleh bukti-bukti yang cukup meyakinkan. Ada
beberapa cara atau proksi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya usaha market timing tersebut, antara
lain berdasarkan performance atau tingkat return saham dan
Universitas Indonesia
8
berdasarkan rasio market to book. Kedua cara ini adalah
yang paling banyak digunakan dalam penelitian-
penelitian terdahulu. (Alti 2006)
Market timing mempunyai tujuan menjaga modal yang
dimiliki oleh investor, menghindari kerugian yang
lebih besar dengan cara dengan informasi regional
telah mengalami penurunan, maka investor harus menjual
saham sebelum orang lain menjual dan menjual harga
kemarin. Market timing membuat tingkat pengembalian
investasi investor lebih tinggi dari strategi buy-and-
hold. Karena investor membeli dan menjual selama periode
tertentu, maka investor akan memperoleh keuntungan
dibandingkan dengan investor yang membeli saat ini dan
menjual akhir periode yang ditentukan. (Ritter 2005)
Dengan mengamati berdasarkan return sahamnya, dalam
penelitian yang dilakukan oleh Taggart (1977),
ditentukan bahwa terdapat kecenderungan perusahaan
untuk menerbitkan saham daripada utang ketika harga
pasarnya relatif lebih tinggi dibandingkan harga buku
atau harga pasar historis. Juga dengan melihat pada
return sahamnya, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Marsh (1982), Koprajczyk, Lucas dan McDonald (1991),
serta beberapa penelitian terbaru yang menggunakan
proksi market-to-book ratio seperti pada Jung, Kim, dan
Stultz (1994), dan Hovakimian, Opler, dan Titman
(2001) ditemukan bahwa penerbitan saham seasonal terjadi
bersamaan dengan tingginya harga pasar saham (market
Universitas Indonesia
9
value). Loughran, Ritter, (1994) dan Pagano, Panetta,
dan Zingales (1998) juga menemukan bahwa penawaran
saham perdana (IPO) terjadi ketika harga pasar saham
tinggi.
Penelitian terhadap market value disekitar saat
penerbitan saham juga diikuti oleh penemuan lainnya
seperti underperformance jangka panjang dari issuer.
Ritter (1991) dan Loughran dan Ritter (1995) menemukan
bahwa IPO dan penerbitan saham seasonal underperform
terhadap benchmark-nya dalam jangka panjang. Hasil
survei terhadap manajer yang dilakukan oleh Graham dan
Harvey menyatakan market timing menjadi perhatian
utama eksekutif perusahaan. Para CFO mengakui bahwa
pertimbangan market timing memainkan peranan sangat
penting dalam keputusan-keputusan pendanan yang mereka
lakukan. Dalam survei tersebut secara keseluruhan
harga pasar saham dianggap sebagai faktor yang lebih
penting dari 10 faktor lainnya yang dipertimbangkan
dalam keputusan menerbitkan saham, dan lebih penting
dari 4 faktor lainnya yang diipertimbangkan dalam
keputusan menerbitkan hutang. (Alti 2006)
Dalam penelitiannya, Baker dan Wurgler (2002)
mengidentifikasikan market timers sebagai perusahaan-
perusahaan yang secara historis mengeluarkan modal
pada saat rasio markert to book tinggi. Mereka mendapatkan
bukti yang menyatakan bahwa kecenderungan perusahaan
untuk menentukan timing pasar saham mempunyai pengaruh
Universitas Indonesia
10
yang lama dan signifikan terhadap rasio leverage. Secara
spesifik, bukti yang diperoleh Baker dan Wurgler
(2002) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
mengeluarkan sejumlah besar modal ketika harga saham
relatif lebih tinggi dari BV cenderung mempunyai
leverage yang lebih sedikit dan hubungan tersebut
persisten selama setidaknya 10 tahun.
Secara umum penelitian yang dilakukan Baker dan
Wurgler (2002) tersebut bertujuan untuk melihat apakah
market timing dari saham mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal perusahaan. Hal ini menjadi suatu
pertanyaan yang banyak mendapatkan perhatian saat ini
dan menjadi objek ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian lebih lanjut karena melihat masih
sedikitnya penelitian tentang market timing di Indonesia.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan usaha
mendeteksi market timing dari saham berdasarkan rasiio
market to book.
1.2 Perumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas maka
penelitian ini berusaha untuk menjawab beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah market timing yang diproksikan oleh market to
book mempengaruhi struktur modal di perusahaan
Indonesia ?
Universitas Indonesia
11
2. Apakah pengaruh market to book ratio terhadap
perubahan dalam tingkat leverage terutama disebabkan oleh
penerbitan saham, penerbitan utang, ataukah laba
ditahan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan market timing yang diproksikan
oleh rasio market to book dengan struktur modal
perusahaan di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh market to book terhadap
perubahan tingkat leverage terutama disebabkan oleh
penerbitan saham, penerbitan utang, atau laba
ditahan.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah :
Bab I. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup
penelitian dan metodologi penelitian. Dalam
pendahuluan akan dijelaskan penelitian secara garis
besar.
Universitas Indonesia
12
Bab II. Tinjauan Teori
Bab ini berisi tinjauan dari teori-teori yang
berhubungan dengan bidang keuangan, terutama teori
keuangan yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
Bab III. Metodologi Penelitian
Bab ini berisi mengenai data dan metoode yang
digunakan dalam pengolahan data untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Bab IV. Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi analisis dari penelitian serta
menjelaskan temuan yang didapatkan dari hasil
penelitian tersebut.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari
hasil penelitian. Selain itu, juga akan disertakan
saran-saran yangg terkait dengan penelititan sehingga
berguna untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Bukti dari market timing berasal dari berbagai
sumber. Dimulai dengan Penelitian Taggart (1977),
beberapa jurnal mendemonstrasikan kecenderungan
perusahaan untuk menerbitkan ekuitas ketika penilaian
pasar sedang tinggi relatif pada book values atau
penilaian pasar periode sebelumnya. Garis besar
penelitian ini menggunakan metode forward-looking untuk
mengukur market timing. Sebuah pendekatan alternatif untuk
mendeteksi penjualan saham yang overvalue adalah untuk
menganalisis keberlanjutan performa return saham emiten
tersebut. IPO itu dan penerbitan saham yang underperform
menjadi tolak ukur pada jangka panjang (Ritter 1995).
Saham-saham yang diterbitkan oleh perusahaan hot-market
lebih jelas terlihat Underperformance (Ritter 1991) dan
IPO perusahaan untuk yang diperkirakan analis pada
awalnya memiliki pertumbuhan yang tinggi (Rajan dan
Servaes 1997). Penelitian ini menyajikan lebih jauh
dasar pembenaran untuk memfokuskan pada perbedaan hot-
cold market untuk meng-capture efek dari market timing. Pada
akhirnya, market timing merupakan perhatian utama para
eksekutif perusahaan, direktur keuangan mengakui bahwa
pertimbangan timing memegang peranan yang sangat penting
Universitas Indonesia
9
dalam kepputusan financing mereka. (Graham dan Harvey
2001).
Ritter (1984) menemukan bahwa IPO hot-market
mempunyai volume IPO yang lebih besar dan lebih
disenangi oleh kondisi pasar daripada IPO cold-markets.
Jad perusahaan dapat go public dengan PER yang lebih
tinggi dan market-to-book ratio pada hot market dan perusahaan
menerbitkan jumlah saham yang lebih banyak. Ibbotson,
et al. (1994) dimana harga saham dari perusahaan bahwa
go public pada hot market relatif underperform selama lima
tahun setelah penawaran. Mereka juga menunjukkan bahwa
pertumbuhan EPS lebih cepat pada tahun terdahulu
sebelum IPO tetapi penurunan drastis selama periode
IPO dan tahun-tahun selanjutnya Alti (2006)
menggunakan klasifikasi hot-cold market sebagai pengukuran
equity market timing (EMT) dan menemukan bahwa
Universitas Indonesia
10
hot-market dianggap sebagai market timers menerbitkan
ekuitas lebih signifikan dibanding perusahaan cold-
market, dan hot market memiliki rasio leverage yang lebih
rendah daripada cold-firms. Tetapi, persistensi efek
market timing pada leverage hanya dapat dibilang sangat
rendah. Bukti empiris penelitian Alti bahwa dampak
negatif dari market timing pada leverage akan berakhir
terbalik pada dua tahun setelah penerbitan IPO. Guney
dan Hussian (2010) menemukan bahwa level leverage pada
saat pra-IPO hampir tidak berbeda untuk hot dan cold
firms. Hot-market firms meningkatkan ekuitas lebih tinggi
dibandingkan cold-market firms. Hot-market firms akan segera
menambah level leverage mereka pada saat dua tahun
setelah IPO. Li dan Feng (2011), menginvestigasi
dampak market timing IPO pada struktur modal perusahaan
real estate untuk jangka waktu 1992 sampai dengan 2009 di
Hongkong. Mereka menggunakan market-to-book ratio dan non-
debt tax shields sebagai pengukuran market timing dan
pertumbuhan, size dan likuiditas aset sebagai variabel
kontrol. Mereka menemukan bahwa market timing tidak
mempunyai dampak jangka pendek pada struktur modal,
tetapi ada sebuah korelasi negatif lemah antara
evaluasi historical dengan struktur modal.
Doukas et al. (2010) menguji dampak dari
determinan penerbitan debt pada hot-debt market firms dan
dampak dari penerbitan hot-debt pada struktur modal.
Penelitian mereka menunjukkan bahwa hot-debt market firms
Universitas Indonesia
11
meningkatkan rasio leverage lebih besar pada tahun
penerbitan debt. Kesimpulan dari penelitian Doukas
adalah inkonsisten dengan teori trade-off pada struktur
modal. Dong et al. (2010) menginvestigasi MTT
menggunakan sampel penerbitan saham dan debt dan juga
repurchase saham pada perusahaan Kanada untuk periode
1998-2007. Penelitian mereka konsisten dengan teori
market timing.
Welch (2004) menyimpulkan bahwa struktur modal
(pada market values) dipengaruhi kuat oleh harga saham
sebelumnya dan perubahan pada leverage bukan disebabkan
ooleh market timing dan harga saham juga memiliki
persistensi efek pada struktur modal. Huang dan Ritter
(2005) menemukan bahwa penerbitan saham berhubungan
negatif signifikan dengan equity risk premium, dan
penerbitan debt berhubungan kuat dengan real interest rate.
Dibawah teori market timing, penerbitan saham tidak
sehabrusnya lebih mahal dibanding penerbitan debt
ketika risiko premium sedang negatif.
Pada jurnal ini, Alti berfokus pada satu event
finansial, IPO, usaha untuk meng-capture market timing
dan dampak tersebut pada struktur modal. Pertama, go
public dapat dijelaskan sebagai financing event paling
penting dalam aktivitas perusahaan publik. Oleh karena
itu, hasil dari timing yang tepat pada saat IPO.
No Peneliti Variabel Tujuan Hasil
Universitas Indonesia
12
. an Penelitia
n1 Baker
and
Wurgler,
2002.
Market
Timing
and
Capital
Structur
e
Dependen :
perubahan leverage,
net equity
issues, net equity
debt, retained
earnings. Independen
: Market-to-boook
pada hot-market.
Kontrol :M/Bt,
EBITDA/A, SIZE,
PPE/A, R&D/A,
RDD, D/At-1
Menguji
teori
market
timing
terhadap
saham
yang IPO
pada
tahun
1968-
1999,
selama t-
1 sampai
dengan
IPO+10.
Persisten
si
leverage
bertahan
hingga 10
tahun.
2 Sibel
Celik
dan
Akarim,
2013.
Does
Market
Timing
Drive
Dependen :
perubahan leverage,
net equity
issues, perubahan
cash, retained earnings.
Independen :
Market-to-book pada
hot-market. Kontrol
:M/Bt, EBITDA/A,
Menguji
efek
market
timing
terhadap
struktur
modal
pada ISE
(Istanbul
Tidak
menemukan
bukti
dampak
market
timing
terhadap
struktur
modal di
Universitas Indonesia
13
Capital
Structure ?
Empirical
Evidence
from an
Emerging
Market
SIZE, PPE/A, D/At-1 Stock
Exchange)
Turki.
Karena
variabel
HOT tidak
signifika
n
terhadap
semua
variabel
dependen.3 Yilmaz
dan
Iqbal
Hussein,
2010.
Capital
Structure
and IPO
Market
Timing in
the UK
Dependen :
perubahan leverage,
net equity
issues, perubahan
cash, perubahan
other asset, retained
earnings. Independen
: Market-to-boook
pada hot-market.
Kontrol :M/Bt,
EBITDA/A, SIZE,
PPE/A, R&D/A,
RDD, D/At-1
Menguji
teori
Alti
(2006)
tentang
persisten
si efek
MT jangka
panjang
(IPO+7)
di United
Kingdom
(UK).
IPO market
timing
tidak
memiliki
efek
jangka
panjang
pada
struktur
modal.
2.2 Teori-teori struktur modal
2.2.1 Teori trade off
Universitas Indonesia
14
Dalam pasar yang efisien dan sempurna, Modigliani
dan Miller (1958) menunjukkan bahwa struktur modal
tidak relevan. Teori trade-off menetapkan suatu struktur
modal yang optimal dengan menambah berbagai
ketidaksempurnaan, yang meliputi pajak, biaya financial
distress, dan biaya agency, tetapi memgang asumsi efisiensi
pasar dan informasi simetris. Beberapa
ketidaksempurnaan yang mengarah pada suatu trade-off yang
optimal adalah sebagai berikut. Pajak yang lebih
tinggi terhadap dividen mengindikasikan utang yang
lebih banyak (Modigliani dan Miller 1963) dan Miller
dan Schole (1978). Biaya financial distress yang lebih
tinggi mengindikasikan jumlah saham yang lebih banyak.
Kata lain dari kebangkrutan, senior debt dapat memaksa
manajer untuk melepas investment opportunities yang
menguntungkan (Myers 1977). Masalah-masalah agency dapat
menimbulkan utang yang lebih banyak ataupun lebih
sedikit. Jumlah saham yang terlalu banyak dapat
menyebabkan free cash flow dan konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham (Jensen 1986). Jumlah utang
yang terlalu banyak dapat menyebabkan substitusi aset
dan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang
utang (Fama dan Miller 1972) dan Jensen dan Meckling
(1976). Harris dan Raviv (1991) meneliti kemungkinan
pengaruh-pengaruh tersebut dan pengaruh lainnya
terhadap struktur modal yang optimal.
Universitas Indonesia
15
Market to book ratio (performance) dapat dihubungakan
dengan beberapa elemen teori trade-off. Pada umumnya
terkait dengan mahalnya biaya financial distress seperti
pada Myers (1977), Rajan dan Zingales (1995), Smith
dan Watts (1992).
Menurut hipotesis teori trade-off performance suatu
perusahaan mempengaruhi rasio target leverage-nya, yang
kemudian tercermin pada pemilihan perusahaan terhadap
surat-surat berharga yang dikeluarkan dan pada rasio
leverage.
Sebagai contoh, market performance yang tinggi,
seringkali berhubungan dengan adanya growth opportunities
yang baik (Hovakimian, Oppler, dan Titman 2001).
Seperti yang diperlihatkan oleh Myers (1977), salah
satu biaya dari leverage keuangan adalah perusahaan-
perusahaan yang mempunyai leverage terlalu banyak dapat
melepas beberapa proyek investasi yang menguntungkan.
Untuk mengurangi biaya ekspektasi dan underinvestment di
masa yang akan datang, maka perusahaan-perusahaan
dengan growth opportunities yang baik harus mempunyai rasio
target leverage yang reltif rendah. Hal ini secara tidak
langsung menyatakan bahwa pengaruh market performance
terhadap kemungkinan pemilihan dikeluarkannya utang
dengan saham dan rasio leverage seharusnya negatif.
Teori-teori target leverage juga memberikan kesan
bahwa profitabilitas yang tinggi dapat dihubungkan
denga rasio target leverage yang tinggi. Hubungan seperti
Universitas Indonesia
16
ini dapat timbul karena beberapa alasan. Sebagai
contoh, faktor lain dianggap konstan, profitabilitas
yang lebih tinggi secara tidak langsung menyatakan
lebih tingginya potensi tax saving darii leverage,
kemungkinan kebangkrutan yang lebih rendah, dan
potensi overinvestment yang lebih tinggi, dimana semuanya
itu secara tidak langsung menyatakan rasio target
leverage yang lebih tinggi. Apabila target leverage
penting, maka perusahaan dengan profitabilitas yang
tinggi akan mengeluarkan utang daripada saham dan akan
memiliki rasio leverage observasi yang lebih tinggi.
Sebagai tambahan, versi dinamik dari teori trade-off
(Fischer, Heinkel, dan Zechner 1989) secara tidak
langsung menyatakan bahwa perusahaan secara pasif
mengakumulasi rugi dan laba dan membiarkan rasio
leverage berdeviasi dari targetnya selama biaya adjustment
dari rasio leverage tersebut melebihi biaya-biaya untuk
memiliki suatu struktur modal yang suboptimal. Apabila
begitu, perusahaan yang mempunyai profit yang tinggi
dimasa lalu cenderung menjadi overlevered. Hal ini secara
tidak langsung menyatakan bahwa profitabilitas akan
berhubungan secara negatif terhadap rasio leverage dalam
sampel-sampel yang didominasi oleh perusahaan yang
tidak mengeluarkan issue, tetapi akan mempunyai pengaruh
yang positif terhadap kemungkinan mengeluarkan utang
ataupun saham.
Universitas Indonesia
17
Perlu diperhatikan bahwa, dibawah teori dynamic trade-
off, hubungan yang negatif antara profitabilitas dan
leverage timbul tidak dikarenakan profitabilitas
mempengaruhi leverage, tetapi karena mempengaruhi
deviasinya dari target. Karena itu, hubungan negatif
seharusnya tidak berlaku untuk perusahaan yang
mengimbangi deviasi dari target dengan me-reset kembali
struktur modalnya.
2.2.2. Teori pecking order
Dalam teori pecking order yang dijelaskan oleh Myers
(1984), tidak terdapat struktur modal yang optimal.
Untuk lebih tepatnya, jika memang terdapat struktur
modal yang optimum, biaya deviasi dari optimum
tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan
biaya melakukakan pendanaan eksternal. Melakukan
pembiayaan eksternal itu mahal karena manajer
mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek
perusahaan dibandingkan investor luar, dan investor
mengetahui hal tersebut. Dalam penelitian Myers dan
Majluf (1984), investor luar dengan rasional memotong
harga saham perusahaan ketika manajer menerbitkan
saham daripada utang yang berisiko. Untuk menghindari
pemotongan harga ini, manajer berusaha sedapat mungkin
menghindari menerbitkan saham.
Menurut hipotesis pecking order oleh Myers dan Majluf
(1984), biaya-biaya dan keuntungan yang dapat mengarah
Universitas Indonesia
18
pada munculnya suatu rasio target leverage berada pada
urutan kedua. Pilihan pendanaan perusahaan digerakkan
oleh biaya-biaya adverse selection yang timbul sebagai
hasil informasi asimetrik antara manajer yang lebih
mendapatkan informasi dan investor yang kurang
mendapatkan informasi. Biaya-biaya ini hanya dapat
muncul ketika perusahaan mengeluarkan surat-surat
berharga. Lebih jauh, biaya tersebut lebih rendah
untuk utang dibandingkan saham. Sebagai hasilnya,
perusahaan lebih menyukai pendanaan internal dan lebih
menyukai utang daripada saham ketika mereka harus
mengeluarkan dana eksternal. Hal ini secara tidak
langsung menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang
profit akan menahan laba dan mempunyai utang yang
lebih sedikit, sementara perusahaan-perusahaan yang
tidak profit akan melakukan pinjaman dan mempunyai
utang yang lebih banyak, sehingga menyebabkan hubungan
yang negatif antara profitabilitas dan leverage dan
antara profitabilitas dengan kemungkinan
dikeluarkannya pendanaan eksternal. Pengaruh
profitabiilitas terhadap kemungkinan pemilihan utang
maupun saham belum cukup jelas.
Dalam model pecking order yang orisinal oleh Myers dan
Majluf (1984), perusahaan tidak pernah mengeluarkan
saham. Versi dinamis dari hipotesis pecking order (Lucas
dan McDonald 1990) menyatakan bahwa manajer
mengeluarkan saham, setelah periode-periode market
Universitas Indonesia
19
performance tinggi. Karena itu, baik kemungkinan
penerbitan utang maupun saham dan rasio leverage
diharapkan menurun dengan market performance.
2.2.3. Teori market timing
Suatu alasan mengapa rasio leverage observasi dapat
berdeviasi dari targetnya baru-baru ini telah mengarah
pada apa yang dinamakan sebagai pengaruh market timing,
yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung menerbitkan
saham ketika manajer percaya bahwa saham yang mereka
miliki overvalued dan membeli kembali saham ketika
manajer percaya bahwa saham yang mereka miliki
undervalued. Pada dasarnya market timing merupakan ide lama,
seperti yang dibahas oleh model Myers dan Majluf
(1984), yang menyatakan bahwa manajer dengan private
information yang tidak menguntungkan akan mengeluarkan
saham. Cerita market timing juga termotivasi oleh bukti-
bukti empiris yang mengindikasikan bahwa perusahaan
cenderung mengeluarkan (membeli kembali) saham ketika
harga sahamnya relatif lebih tinggi (rendah) dari book
value of asset-nya dan bahwa harga saham cenderung
underperform (outperform) terhadap benchmark-nya setelah
terjadinya penerbitan (pembelian kembali) saham.
Konsisten dengan perilaku market timing, Hovakimian,
Opler, dan Titman (2001) menunjukkan bahwa perusahaan
cenderung mengeluarkan saham setelah nilai sahamnya
meningkat. Lucas dan McDonald (1990) menganalisis
Universitas Indonesia
20
suatu model adverse selection yang dinamis yang
mengkombinasikan elemen dari pecking order dengan teori
market timing.
Baker dan Wurgler (2002) menyatakan bahwa corporate
finance paling mudah dipahami sebagai efek kumulatif
dari usaha masa lalu untuk menentukan timing pasar.
Pemikiran dasarnya adalah manajer melihat kondisi
saat ini baik pada pasar utang maupun pasar saham.
Jika mereka membutuhkan pendanaan, mereka akan
menggunakan pada pasar yang mana terlihat lebih
menguntungkan. Jika tidak satupun terlihat
menguntungkan, dana akan dikeluarkan meskipun tidak
dibutuhkan saat ini.
Hipotesis market timing secara empiris memotivasi dan
menyatakan bahwa perusahaan melakukan timing penerbitan
saham pada periode-periode market performance tinggi.
Alasan yang mendasari perilaku ini dapat berhubungan
dengan biaya-biaya adverse selection seperti dalam pecking
order atau dengan fenomena lainnya (Baker dan Wurgler
2002). Prediksi hipotesis market timing tidak membuat
prediksi mengenai pengaruh profitabilitas.
2.3 Faktor-faktor determinan dari leverage
Beberapa alternatif definisi leverage telah digunakan
dalam berbagai literatur. Sebagian besar penelitian
mempergunakan suatu bentuk rasio dari leverage. Hal ini
bervariasi apakah menggunakan pengukuran nilai buku
Universitas Indonesia
21
maupun nilai pasar. Pengukuran leverage ini juga berbeda
apakah menggunakan total utang atau hanya utang jangka
panjang saja. Penelitian ini menggunakan suatu rasio
dari total utang yang diukur berdasarkan nilai buku.
Book ratio secara konseptual berbeda dari market ratio.
Market value dibentuk untuk melihat kondisi saat ini atau
ke depan. Sedangkan book value adalah pengukuran
akuntansi berdasarkan nilai historis. Dengan kata lain
book value pada umumnya adalah pengukuran untuk melihat
ke belakang. Seperti yang diutarakan Barclay,
Morellec, Smith (2001) tidak ada suatu alasan mendasar
kenapa suatu pengukuran yang forward-looking harus sama
dengan suatu pengukuran yang backward-looking.
Penelitian ini menggunakan beberapa determinan
leverage yang pernah digunakan dalam penelitian empiris
sebelumnya. Beberapa faktor yang digunakan yakni Book
Leverage (D/A), market-to-book ratio (M/B), net debt issues (d/A),
net equity issues (e/A), Retained Earnings (RE/A),
Profitabilitas (EBITDA), Size, Property. Plant, and Equipment,
Investment atau Capital Expenditure, Dividen, Cash. Faktor-faktor
ini mempunyai korelasi yang paling konsisten dengan
leverage dalam beberapa penelitian yang dilakukan
sebelumnya (Alti 2006) untuk mengetahui seberapa besar
persistensi efek yang ditimbulkan market timing terhadap
struktur modal.
Universitas Indonesia
22
Berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor yang
digunakan sebagai determinan leverage perusahaan dalam
penelitian ini :
2.3.1. Market-to-Book ratio (M/B)
Market-to-book ratio dapat berhubungan dengan investment
opportunities dan market mispricing, namun dalam penelitian ini
digunakan sebagai proksi terhadap market timing seperti
pada ppenelitian-penelitian sebelumnya yakni Rajan dan
Zingales (1995), Jung, Kim, dan Stultz (1996), Pagano,
Panetta, dan Zingales (1998), dan Hovakimian, Opler,
dan Titman (2001).
Rajan dan Zingales (1995) berpendapat bahwa
dikarenakan adanya masalah underinvestment (Myers dan
Majluf, 1984), “perusahaan dengan future growth (market to
book ratio) yang tinggi seharusnya menggunakan jumlah
saham yang lebih besar”, sehingga diharapkan adanya
hubungan negatif antara expected growth dengan leverage.
Alasan lain yang mungkin dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan negatif antara market to book ratio
dengan leverage adalah timing penerbitan saham. Ada
kecenderungan perusahaan untuk melakukan penerbitan
saham baru pada saat harga saham relatif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan earning atau book value (saat
market to book ratio tinggi). Bila demikian, hubungan
negatif ini seharusnya sebagian besar didorong oleh
Universitas Indonesia
23
perusahaan-perusahaan yang menerbitkan saham dalam
jumlah besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Pandey I M (2003)
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara
market to book ratio dengan debt di Malaysia yang merupakan
emerging market. Kayhan dan Titman (2003) menemukan
hubungan positif antara market to book ratio dengan market
leverage. Baker dan Wurgler (2002) menemukan hubungan
negatif antara market to book ratio dengan book leverage maupun
market leverage.
Dari penelitian sebelumnya, ditemukan korelasi
negatif antara market to book ratio dengan total leverage
(Titman dan Wessel, 1998; Rajan dan Zingales, 1995).
Dari hasil studi yang dilakukan Demirguc-Kunt dan
Maksimovic (1996) ditemukan korelasi positif antara
market to book ratio dengan utang jangka ppendek di 7 negara
dari sembilan negaraberkembang yang menjadi sampel,
tetapi dari 7 negara tersebut hanya 2 negara (Turki
dan Pakistan) yang signifikan. Bevan dan Danbold
(2001) menemukan hasil yang berbeda, yakni hubungan
negatif antara market to book ratio dengan utang jangka
pendek ppada perusahaan-perusahaan di Inggris.
2.3.2. Profitabilitas (EBITDA)
Profitabilitas secara teoritis diprediksi mempunyai
hubungan negarif terhadap leverage. Myers dan Majluf
(1984) memprediksi adanya hubungan yang negatif antara
Universitas Indonesia
24
profitabilitas dengan leverage, karena perusahaan lebih
suka pendanaan internal daripada utang. Bila dalam
jangka pendek dividen dan investasi tetap, dan jika
debt financing merupakan model dominan dari pembiayaan
eksternal, maka perubahan profitabilitas akan
berkorelasi negatif dengan leverage. Seperti dijelaskan
sebelumnya, perusahaan besar cenderung mempunyai lebih
banyak utang, sedikit saham, sehingga pengaruh negatif
profitabilitas terhadap leverage menjadi semakin kuat.
Penelitian sebelumnya (Rajan dan Zingales, 1995)
menyebutkan beberap temuan yang bertentangan, misalnya
di Inggris, terdapat hubungan positif antara
profitabilitas dengan leverage, sementara itu di Jepang,
Itali, dan Kanada, hubungan itu negatif, dan di Jerman
tidak terdapat hubungan antara profitabilitas dengan
leverage. Penjelasan yang mungkin dari temuan ini menurut
mereka adalah bahwa di setiap negara tersebut ada
semacam pola pendanaan yang dominan berkaitan dengan
faktor institusional (capital market oriented vs banking
oriented).
2.3.3. Size
Size diharapkan dapat menjadi proksi kemungkinan
perusahaan mengalami default atau sebaliknya (Titman dan
Wessel, 1998). Karena, pertama, biaya kebangkrutan itu
tetap dan merupakan fungsi yang menurun terhadap nilai
perusahaan (Titman dan Wessel, 1988). Kedua,
Universitas Indonesia
25
perusahaan yang besar biasanya lebih terdiversifikasi
sehingga menurunkan kemungkinannya untuk bangkrut,
maka semakin besar perusahaan akan membuat kapasitas
optimal utang perusahaan itu meningkat. Jika demikian
size diperkirakan mempuunyai hubungan yang positif
dengan leverage, terutama untuk negara-negara atau
industri yang cost of bankruppptcy-nya tinggi.
Biasanya informasi asimetris antara insider dengan
pasar lebih kecil untuk perusahaan-perusahaan besar,
sehingga perusahaan besar seharusnya lebih mampu untuk
menerbitkan sekuritas yang sensitif terhadap informasi
(seperti saham), dan seharusnya mempunyai utang yang
lebih kecil (Rajan dan Zingales, 1995); Demirguc-Kunt
dan Maksimovic, 1996). Hal ini mengakibatkan hubungan
antara size dengan leverage menjadi negatif.
Dampak ukuran perusahaan (size) terhadapp
keseimbangan leverage masih sulit untuk ditentukan dan
masih membingungkan. Banyak pertentangan hasil
penelitian mengenai korelasi antara size dengan leverage.
Rajan dan Zingales (1995) menemukan korelasi positif
antara size dan leverage. Demirguc-Kunt dan Maksimovic
(1996) menemukan bahwa maturity utang berkorelasi
positif dengan size perusahaan. Ia juga menemukan bahwa
rasio total utang mempupnyai korelasi yang bervariasi
dengan size. Bevan dan Danbold (2001) menemukan hubungan
antara size dengan leverage secara signifikan bergantung
pada jenis utang yang dianalisis, perusahaan besar
Universitas Indonesia
26
cenderuung menggunakan lebih banyak long-term debt, trade
credit dan short-term securitized debt, tetapi lebih sedikit
short-term bank financing daripada perusahaan yang lebih
kecil. Perbedaan hasil studi empiris tersebut mungkin
sekali disebabkan oleh perbedaan faktor institusional
maupun perbedaan estimasi yang digunakan.
Universitas Indonesia
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Data dan Metode
3.1 Data
Penlitian ini menggunakan populasi perusahaan-
perusahaan yang telah go public di Bursa Efek Indonesia
dimana tanggal penawaran saham perdana (IPO)
diketahui. Pemilihan sampel ini bertujuan supaya
dengan mengetahui tanggal IPO, maka dapat diuji
perilaku leverage sekitar IPO dimana hal tersebut
merupakan suatu keputusan financial penting yang
diketahui berhubungan dengan market to book ratio. Dengan
diketahuinya tanggal IPO juga dapat dipelajari
perubahan leverage dari suatu titik permulaan tertentu.
Sampel dibatasi dengan mengeluarkan perusahaan-
perusahaan di sektor keuangan, karena perusahaan
keuangan mempunyai karakteristik leverage yang tidak
dapat dibandingkan dengan leverage yang dikeluarkan oleh
perusahaan-perusahaan nonkeuangan. Dan juga dengan
adanya regulasi seperti persyaratan modal minimum
dapat mempengaruhi struktur modal secara langsung.
Emiten dengan nilai total aset kurang dari USD 10 juta
(kurs USD/IDR pada akhir tahun 2010) juga akan di
eliminasi, bersama dengan emiten yang mempunyai nilai
market to book ratio lebih dari 10.
Berdasarkan direktori BEI, pada tahun 2006-2010
terdapat 109 emiten baru. Dari 109 perusahaan
Universitas Indonesia
21
tersebut, perusahaan yang dikategorikan termasuk dalam
industri keuangan serta perusahaan yang tidak
mempunyai data keuangan yang lengkap dikeluarkan dari
sampel, sehingga total sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 90 perusahaan. Analisis dilakukan pada
IPO time. Tahun IPO di definisikan sebagai tahun fiskal
dimana IPO dilakukan. Tahun IPO + k kemudian adalah
tahun fiskal ke “k” setelah IPO, dimana k dimulai 1
tahun setelah IPO.
3.2. Metode
3.2.1. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian secara rinci akan dijelaskan sebagai
berikut :
Universitas Indonesia
22
dengan ratio market to book ratio, profitabilitas, size, asset
tangibility, dan lag book leverage.
Menggunakan ratio market to book historis sebagai
proksi market timing dikarenakan ratio market to book
historis merupakan alat untuk memvaluasi nilai pasar
historis perusahaan sehingga terdapat hubungan negatif
antara ratio market to book dengan leverage yang dapat
dijelaskan melalui penerbitan saham. Terdapat
kecenderungan bagi perusahaan untuk menerbitkan saham
pada harga saham relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan earning dan book value dan hal tersebut dapat
dijelaskan melalui ratio market to book.
Perusahaan dengan ratio market to book yang tinggi
biasanya memiliki growth yang cukup pesat dan dapat
mengeluarkan utang dengan jumlah yang sama dengan
saham. Dilakukan regresi untuk melihat apakah ada
pengaruh total dari rasio market to book terhadap
perubahan leverage. Selain itu ditambahkan
Universitas Indonesia
23
beberapa variabel kontrol yang berhubungan dengan
perubahan dalam leverage yaitu asset tangibility, profitability,
size, dan ditambah lag book leverage. Maksud dimasukannya lag
dari book leverage dikarenakan nilai leverage dibatasi
antara 0 dan 1. Jika leverage telah mendekati salah satu
dari batas ini, maka perubahan dalam leverage hanya dapat
menghadap satu arah, dan mengabaikan pengaruh dari
variabel-variabel lain.
Semua variabel bebas dihitung pada t-1.
(D/A)t - (D/A)t-1 = a + b(M/B)t-1 + c(PPE/A)t-1 +
d(Ebit/A)t-1 + e log (S)t-1 +
f(D/A)t-1 + ut
(1)
Dimana :
(D/A)t-(D/A)t-1 = digunakan untuk mengukur perubahan
leverage dari tahun t-1 ke tahun t.
(D/A)t adalah book leverage tahun t
dan (D/A)t-1 adalah book leverage
tahun t-1. Merupakan variabel terikat
dalam regresi
a = intercept
b-f = koefisien regresi, merupakan
besarnya perubahan variabel dependen
akibat perubahan tiap-tiap unit
variabel bebas.
Universitas Indonesia
24
(M/B)t = variabel bebas market to book ratio
perusahaan i pada tahun t-1.
Merupakan proksi dari market timing
historis.
(EBITDA/A)t-1 = variabel bebas (independent
variable) profitabilitas perusahaan i
pada tahun t-1. Dihitung melalui
ebitda to asset. Merupakan proksi
dari profitabilitas historis
perusahaan.
Log(S)t-1 = variabel dependen size perusahaan
dari perusahaan i pada tahun t-1.
Dihitung melalui log dari penjualan
bersih perusahaan. Merupakan proksi
dari size historis perusahaan.
(PPE/A)t-1 = variabel dependen asset tangibility
perusahaan i pada tahun t-1. Dihitung
atas sum dari plant, property, dan equipment
dibagi dengan total aset. Merupakan
proksi dari asset tangibility historis.
(D/A)t-1 = variabel bebas (independent
variable) lag book leverage perusahaan
i pada tahun t-1. Dihitung melalui
debt to asset.
ut = error
Universitas Indonesia
25
Dari persamaan regresi diatas terfokus pada ratio
market to book, namun untuk membatasinya digunakan
variabel kontrol yang berkaitan dengan leverage yang
dijelaskan oleh Rajan dan Zingales (1995) yaitu:
1. Asset tangibility : diproksikan melalui fixed asset
to total asset. Digunakan sebagai
jaminan dan dapat diasosiasikan dengan
high leverage. Karena dalam mengajukan
hutang biasanya pihak pemberi hutang
akan melihat asset pihak peminjam guna
mengantisipasi default, dengan demikian
hal ini mengurangi biaya agensi (Harris
dan Raviv, 1990). Dan dengan
adanya asset tersebut maka dapat
dijadikan jaminan apabila terjadi
default. Sehingga high asset
tangibility berhubungan positif dengan
high leverage. Untuk mengukur asset
tangibility melalui
Asset Tangibility = (Net Plant +
Equipment + Property) /
TotalAsset.
2. Profitability : diproksikan melalui ebitda-to-total
aset. Profitabilitas berkaitan dengan
ketersediaan dana internal suatu
Universitas Indonesia
26
perusahaan. Dengan tingkat profitability
yang tinggi, hal ini mendorong
perusahaan untuk menggunakakan dana
internal untuk membiayai perusahaannya.
Hal ini sesuai dengan teori Pecking
Order yang dijelaskan oleh Myers (1984)
yang menyatakan bahwa perusahaan
perusahaan lebih suka pendanaan
internal dibandingkan dengan hutang.
Dengan demikian perusahaan dengan laba
yang tinggi akan menahan labanya dan
mempunyai hutang yang lebih sedikit
dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki profit lebih sedikit. Sehingga
profitabilitas berhubungan negatif
dengan leverage. Diukur melalui:
EBITDA / Total Asset
3. Size : size perusahaan diproksikan oleh log
penjualan bersih perusahaan.
Diasosiasikan dengan tingkat kemapanan
suatu perusahaan yang berkaitan dengan
resiko default. Karena perusahaan besar
biasanya telah terdiversifikasi dengan
baik sehingga potensi mengalami
kegagalan atau kebangkrutan lebih kecil
Universitas Indonesia
27
dengan perusahaan kecil yang belum atau
kurang terdiversifikasi. Dengan demikian
perusahaan besar akan memanfaatkan
kapasitas optimal utang. Dengan demikian
size diperkirakan memiliki hubungan yang
positif dengan leverage.
3.2.2.2 Model 2. Faktor-faktor pendorong leverage
Adapun perubahan dalam book leverage dapat disebabkan
oleh tiga (3) komponen aktivitas pembiayaan yaitu :
penerbitan saham, penerbitan utang, dan dari laba
ditahan. Perubahan pada leverage di dekomposisikan untuk
mengetahui kekuatan variabel yang mempengaruhinya.
(D/A)t - (D/A)t-1 = -[(E/A)t - (E/A)t-1]
= -(e/A)t - (RE/A)t - [Et-(1/At - 1/At-
1)]
Dimana :
(D/A)t : book leverage perusahaan i pada tahun t.
(D/A)t-1 : book leverage perusahaan i pada tahun t-1.
(E/A)t : equity perusahaan i pada tahun t.
(E/A)t-1 : equity perusahaan pada tahun t-1
(e/A)t : net equity issues perusahaan i pada tahun t.
(▲RE/A)t : Retained Earning yang baru perusahaan I
pada tahun t.
Universitas Indonesia
28
A : Total Asset
Pada model (2) diatas (-(e/A)t) adalah untuk
mengukur penerbitan saham. Tanda negatif
mengindikasikan jika semua modal saham yang baru
digunakan untuk membayar utang, maka perubahan leverage
yang disebabkan oleh penerbitan saham akan sama dengan
nilai negatif dari jumlah penerbitan saham tersebut.
Variabel (-(▲RE/A)t) mengukur perubahan dari laba
ditahan (retained earnings), adanya laba ditahan baru akan
menambah modal sehingga mengurangi tingkat leverage.
Variabel terakhir mendefinisikan dampak pertumbuhan
aset atau jumlah penerbitan utang terhadap perubahan
leverage perusahaan.
Ketiga variabel yang diregresikan tersebut adalah
pengeluaran saham bersih, laba ditahan yang baru dan
perubahan residual pada aset. Ketiga variabel tersebut
bergantung pada pertumbuhan total aset. Lalu masing-
masing komponen tersebut diregresikan pada rasio
market to book dan variabel bebas lainnya untuk
mengetahui apakah dampak rasio market to book terhadap
leverage berasal dari pengeluaran saham baru, yang
mengindikasikan adanya market timing.
3.2.2.3. Model 3. Hubungan antara penerbitan saham
bersih dengan market-to-book ratio, profitabilitas
historis, size historis, asset tangibility historis, dan lag
Universitas Indonesia
29
book leverage.
(e/A)t = a + b(M/B)t-1 + c(PPE/A)t-1 +
d(Ebit/A)t-1 + e log (S)t-1
+ f(D/A)t-1 + ut
(3)
Dependent Variable Independent Variable
Penerbitan saham bersih
(e/A)t
Rasio market to book historis
(M/B)t-1Asset Tangibility historis
(PPE/A)t-1Profitabilitas historis
(Ebit/A)t-1Size historis perusahaan log
(S)t-1Lag Book Leverage (D/A)t-1
3.2.2.4. Model 4. Hubungan antara penerbitan utang
bersih dengan market-to-book ratio, profitabilitas
historis, size historis, asset tangibility historis, R&D
historis, dan lag book leverage.
Universitas Indonesia
30
[Et-1(1/At - 1/At-1)] = a + b(M/B)t-1 + c(PPE/A)t-
1 + d(Ebit/A)t-1 +
e log (S)t-1 + f(D/A)t-1 + ut
(4)
Dependent Variable Independent Variable
Penerbitan utang bersih
[Et-1(1/At - 1/At-1)]
Rasio market to book historis
(M/B)t-1Asset Tangibility historis
(PPE/A)t-1Profitabilitas historis
(Ebit/A)t-1Size historis perusahaan log
(S)t-1Lag Book Leverage (D/A)t-1
3.2.2.5. Model 5. Hubungan antara laba ditahan baru
dengan market-to-book ratio, profitabilitas historis, size
historis, asset tangibility historis, R&D historis, dan lag
book leverage.
(▲RE/A)t = a + b(M/B)t-1 + c(PPE/A)t-1 +
d(EBIT/A)t-1 +
e log (S)t-1 + f(D/A)t-1 + ut
(5)
Dependent Variable Independent Variable
Universitas Indonesia
31
Laba ditahan baru (▲RE/A)t
Rasio market to book historis
(M/B)t-1Asset Tangibility historis
(PPE/A)t-1Profitabilitas historis
(Ebit/A)t-1Size historis perusahaan log
(S)t-1Lag Book Leverage (D/A)t-1
3.2.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian kali ini berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Baker dan
Wurgler (2002) dalam “Market Timing and Capital Structure”
3.2.3.1. Hipotesis Model (1)
3.2.3.1.1 Hubungan antara rasio market to book ratio
historis dengan perubahan leverage
Hipotesis : rasio market to book historis berhubungan
negatif dengan perubahan leverage
Secara statistik :
H0A : rasio market to book historis tidak berhubungan
dengan perubahan leverage
H1A: rasio market to book historis berhubungan dengan
Universitas Indonesia
32
perubahan leverage
3.2.3.1.2. Hubungan antara asset tangibility dengan
perubahan leverage
Hipotesis : asset tangibility historis berhubungan positif
dengan perubahan leverage
Secara statistik :
H0B : asset tangibility tidak berhubungan dengan perubahan
leverage
H1B : asset tangibility berhubungan dengan perubahan leverage
3.2.1.3. Hubungan antara profitabilitas dengan
perubahan leverage
Hipotesis : profitabilitas historis berhubungan
negatif dengan perubahan leverage
Secara statistik :
H0C : profitabilitas tidak berhubungan dengan
perubahan leverage
H1C : profitabilitas berhubungan dengan perubahan
leverage
3.2.3.1.4. Hubungan antara size dengan perubahan leverage
Hipotesis : size berhubungan positif dengan perubahan
leverage
Secara statistik
H0D : size tidak berhubungan dengan perubahan leverage
H1D : size berhubungan dengan perubahan leverage
Universitas Indonesia
33
3.2.3.1.5. Hubungan antara book leverage dengan perubahan
leverage
Hipotesis : BL berhubungan negatif dengan perubahan
leverage
Secara statistik :
H0E : BL tidak berhubungan dengan perubahan leverage
H1E : BL berhubungan dengan perubahan leverage
3.2.3.2. Hipotesis Model (3)
3.2.3.2.1 Hubungan antara rasio market to book ratio
historis dengan penerbitan saham bersih
Hipotesis : rasio market to book berhubungan positif
dengan penerbitan saham
Secara statistik :
H0F : rasio market to book historis tidak berhubungan
dengan penerbitan saham bersih
H1F : rasio market to book historis berhubungan dengan
penerbitan saham
3.2.3.2.2. Hubungan antara asset tangibility dengan
penerbitan saham
Hipotesis : asset tangibility historis berhubungan negatif
dengan penerbitan saham
Secara statistik :
H0G : asset tangibility tidak berhubungan dengan penerbitan
Universitas Indonesia
34
saham
H1G : asset tangibility berhubungan dengan penerbitan saham
3.2.3.2.3. Hubungan antara profitabilitas dengan
penerbitan saham
Hipotesis : profitabilitas historis berhubungan
negatif dengan penerbitan saham
Secara statistik :
H0H : profitabilitas tidak berhubungan dengan
penerbitan saham
H1H : profitabilitas berhubungan dengan penerbitan
saham
3.2.3.2.4. Hubungan antara size dengan penerbitan saham
Hipotesis : size berhubungan negatif dengan penerbitan
saham
Secara statistik
H0I : size tidak berhubungan dengan penerbitan saham
H1I : size berhubungan dengan penerbitan saham
3.2.3.2.5. Hubungan antara book leverage dengan
penerbitan saham
Hipotesis : BL berhubungan negatif dengan penerbitan
saham
Secara statistik :
H0J : BL tidak berhubungan dengan penerbitan saham
H1J : BL berhubungan dengan penerbitan saham
Universitas Indonesia
35
3.2.3.3. Hipotesis Model (4)
3.2.3.3.1. Hubungan antara rasio market to book historis
dengan penerbitan utang
Hipotesis : rasio market to book berhubungan negatif
dengan penerbitan utang
Secara statistik :
H0K : rasio market to book historis tidak berhubungan
dengan penerbitan utang
H1K : rasio market to book historis berhubungan dengan
penerbitan utang
3.2.3.3.2. Hubungan antara asset tangibility dengan
penerbitan utang
Hipotesis : asset tangibility historis berhubungan positif
dengan penerbitan utang
Secara statistik :
H0L : asset tangibility tidak berhubungan dengan penerbitan
utang
H1L : asset tangibility berhubungan dengan penerbitan utang
3.2.3.3.3. Hubungan antara profitabilitas dengan
penerbitan utang
Hipotesis : profitabilitas historis berhubungan
negatif dengan penerbitan utang
Secara statistik :
H0M : profitabilitas tidak berhubungan dengan
Universitas Indonesia
36
penerbitan utang
H1M : profitabilitas berhubungan dengan penerbitan
utang
3.2.3.3.4. Hubungan antara size dengan penerbitan utang
Hipotesis : size berhubungan positif dengan penerbitan
utang
Secara statistik
H0IN: size tidak berhubungan dengan penerbitan utang
H1N : size berhubungan dengan penerbitan utang
3.2.3.3.5. Hubungan antara book leverage dengan
penerbitan utang
Hipotesis : BL berhubungan negatif dengan penerbitan
utang
Secara statistik :
H0O : BL tidak berhubungan dengan penerbitan utang
H1O : BL berhubungan dengan penerbitan utang
3.2.3.4. Hipotesis Model (5)
3.2.3.4.1 Hubungan antara rasio market to book historis
dengan laba ditahan
Hipotesis : rasio market to book berhubungan negatif
dengan laba ditahan
Universitas Indonesia
37
Secara statistik :
H0P : rasio market to book historis tidak berhubungan
dengan laba ditahan
H1P : rasio market to book historis berhubungan dengan
laba ditahan
3.2.3.4.2. Hubungan antara asset tangibility dengan laba
ditahan
Hipotesis : asset tangibility historis berhubungan negatif
dengan laba ditahan
Secara statistik :
H0Q : asset tangibility tidak berhubungan dengan laba
ditahan
H1Q : asset tangibility berhubungan dengan laba ditahan
3.2.3.4.3. Hubungan antara profitabilitas dengan laba
ditahan
Hipotesis : profitabilitas historis berhubungan
positif dengan laba ditahan
Secara statistik :
H0R : profitabilitas tidak berhubungan dengan laba
ditahan
H1R : profitabilitas berhubungan dengan laba ditahan
3.2.3.4.4. Hubungan antara size dengan laba ditahan
Hipotesis : size berhubungan positif dengan laba ditahan
Secara statistik
H0IS: size tidak berhubungan dengan laba ditahan
Universitas Indonesia
38
H1S : size berhubungan dengan laba ditahan
3.2.3.4.5. Hubungan antara book leverage dengan laba
ditahan
Hipotesis : BL berhubungan positif dengan laba ditahan
Secara statistik :
H0T : BL tidak berhubungan dengan laba ditahan
H1T : BL berhubungan dengan laba ditahan
Pengujian statistik akan dilakukan pada tingkat
keyakinan 95%
Tolak H0 jika p value < 0,05
Terima H0 jika p value > 0,05
Praktik market timing terjadi dengan asumsi :
1. Tolak H0A dari model (1)
2. Tolak H0F dari model (3) dengan hubungan positif
dan slope koefisien lebih kuat dari tolak H0K dari
model (4) dan tolak H0P dari model (5).
3.2.4. Pengolahan Data
Setelah diperoleh data yang cukup mengenai leverage,
market to book ratio serta variabel-variabel lain yang akan
Universitas Indonesia
39
diteliti, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data.
Data yang akan digunakan adalah data panel karena
menggabuungkan data cross-section dan time series.
Ada beberapa kelebihan menggunakan data
panel, yaitu :
Dapat lebih mengontrol masalah individual
heterogenity dan time variant heterogenity.
Data panel mengurangi masalah yang berkaitan
dengan omitted variables.
Data panel memberikan data yang lebih
informatif, mengurangi masalah
multikolinearitas antar variabel, serta
memberikan tingkat degree of freedom dan
efisiensi yang lebih besar.
Data panel dapat lebih baik mengidentifikasi
dan mengukur pengaruh-pengaruh yang tidak
dengan mudah terdeteksi dalam data cross-section
atau data time series.
Penggunaan data panel memungkinkan dinamika
perbedaan antar perusahaan (firm effect) maupun variasinya
antar waktu dapat dikontrol secara lebih efisien. Di
dalam data panel mungkin sekali terjadi korelasi antar
disturbance dari berbagai persamaan yang berbeda pada
waktu tertentu yang dikenal sebagai contemporaneous
correlation. Judge (1991,p.443) menyatakan bila korelasi
sementara tersebut ada, akan lebih efisien untuk
Universitas Indonesia
40
mengestimasi semua persamaan secara bersama-sama
daripada mengestimasi setiap persamaan satu persatu
secara terpisah menggunakan least squares.
Dalam data panel terdapat 3 bentuk model
dalam menganalisa data panel yaitu Least Square
(LS), Fixed Effect (FE) serta Random Effect
(RE). Berikut karakteristik dari model-model
tersebut :
1. untuk Fixed Effect dimana terdapat variasi
pada intersept yang dimanifestasikan dalam
bentuk dummy variable atau biasa disebut
Least Square Dummy Variable (LSDV)
2. untuk Random Effect dimana variasi pada
intersept dimanifestasikan dalam komponen galat
(error component model)
3. untuk Pooled Least Square dimana untuk
setiap cross section memiliki prilaku yang
sama yang ditunjukkan dengan paramater intersept
dan slope yang sama.
Dikarenakan masing-masing model memiliki
karakteristik sendiri maka dalam memilih model
yang tepat harus dilakukan pertimbangan atau pengujian
statistik.
Universitas Indonesia
41
3.2.4.1. Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data
Panel
1) Chow Test atau beberapa buku menyebutnya
adalah pengujian F Statistics adalah pengujian
untuk memilih apakah model yang digunakan Least
Square atau Fixed Effect. Seperti yang kita
ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit
cross section memiliki perilaku yang sama
cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan
bagi setiap unit cross section memiliki perilaku
yang berbeda. Dalam melakukan pengujian Chow, hal
yang harus dilakukan melakukan estimasi dengan
menggunakan model least square dan model fixed
effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0: Model PLS (Restricted)
H1: Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah
dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan
oleh Chow:
Dimana:
RRSS = Restricted Residual Sum Square atau sum square
dari model least square
Universitas Indonesia
42
URSS = Unrestricted Residual Sum Square atau sum
square dari model fixed effect
N= Jumlah data cross section
T= Jumlah data time series
K=Jumlah variabel penjelas
Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F statistik
yaitu FN-1, NT-N-K
Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil
pengujian lebih besar dari F Tabel, maka cukup
bukti bagi kita untuk melakukan penolakan
terhadap hipotesis nol sehingga model yang kita
gunakan adalah model fixed effect, begitu juga
sebaliknya. Pengujian ini disebut sebagai Chow
Test karena kemiripannya dengan Chow Test yang
digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter
(stability test)
2) Hausman Test adalah pengujian statistik
sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih
apakah menggunakan model fixed effect atau model
random effect. Seperti yang kita ketahui bahwa
penggunaan model fixed effect mengandung suatu
unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan
dengan memasukkan variabel dummy. Namun,
penggunaan metode random effect pun harus
memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari
setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
Universitas Indonesia
43
H0: Random Effects Model
H1: Fixed Effects Model
Sebagai dasar penolakan Hipotesis nol tersebut
digunakan dengan menggunakan pertimbangan statistik
chi square.
3) LM Test atau lengkapnya The Breusch – Pagan
LM Test digunakan sebagai pertimbangan statistik
dalam memilih model Random Effect versus Pooled
Least Square.
LM Test :
Ho: PLS
H1: Random Effect
Maka dasar penolakan terhadap H0 dengan
menggunakan statistik LM yang mengikuti distribusi
dari Chi Squre. Jika nilai LM statistik lebih
besar dari nilai kritis statistik chisquares
maka estimasi yang tepat untuk metode regresi
data panel adalah metode Random Effect dari pada
metode OLS; dan sebaliknya. Dalam melakukan pengujian
strategi yang dapat dipilih adalah sebagai berikut:
a) RE vs FE (Hausman Test)
b) PLS vs FE (Chow Test)
Jika (b) tidak signifikan maka menggunakan Pooled
Least Square
Jika (b) signifikan namun (a) tidak signifikan maka
kita menggunakan Random Effect Model
Jika keduanya signifikan, maka menggunakan Fixed
Universitas Indonesia
44
Effect Model
3.2.4.2. Uji Ekonometri
3.2.4.2.1. Pengujian Otokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
dugaan adanya suatu korelasi antara error dalam
suatu observasi. Adanya korelasi ini dapat
membuat hasil persamaan menjadi tidak efisien dan
kurang tepat. Untuk mendeteksi adanya otokorelasi
dalam suatu model terdapat beberapa cara. Salah
satu cara adalah dengan menggunakan Durbin-Watson
test. Tahap pertama dalam Durbin Watson test ini
adalah dengan melakukan persamaan regresi,
kemudian tentukanlah nilai d serta batas atas
(upper limit) dan batas bawah (lower limit).
Setelah itu dilakukan pengujian ada tidaknya
suatu otokorelasi dengan menggunakan hipotesis. H0
adalah hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
otokorelasi. Nilai DW berkisar antara 0-4.
Pengujian dengan Durbin Watson test menyatakan
bahwa bila 1,65 < DW < 2,35 menunjukkan tidak
terjadi otokorelasi. Sehingga keputusan yang
diambil adalah tolak H0. Jika 1,21 < DW < 1,65
atau 2,35 < DW < 2,79, maka otokorelasi tidak
dapat disimpulkan. Sedangkan bila DW < 1,21
atau DW > 2,79, maka keputusan yang diambil
adalah menerima H0 yang berarti terdapat otokorelasi.
Universitas Indonesia
45
Ada cara lain yang lebih formal dalam menguji
adanya dugaan otokorelasi yaitu Breusch-Godfrey
Serial Correlation test. Cara ini melakukan
pengujian terhadap H0 yang menyatakan bahwa tidak
ada serial correlation. Sedangkan H1 menyatakan
adanya serial correlation. Apabila obs*R-squared >
F-stat yang ada pada Breusch-Godfrey Serial
Correlation test atau apabila probability (P-
value) < sehingga tingkat kepercayaan sebesar
95% atau = 5%, maka terima H0 yang berarti
tidak ada serial correlation. Dan sebaliknya bila
obs*R-squared < F-stat yang ada pada Breusch-Godfrey
Serial Correlation test atau apabila probability (P-
value) > , maka tolak H0.
3.2.4.2.2. Pengujian Multikolinearitas
Multikolinearitas didefinisikan sebagai dugaan
adanya korelasi (linear relationship) antar variabel
bebas dalam persamaan regresi. Adanya
multikolinearitas dapat menyebabkan setiap kali
perubahan pada variabel observasi dan variabel
bebas lainnya yang berkorelasi tinggi pasti akan
berubah. Hal ini akan berakibat menjadi sulitnya
untuk memisahkan pengaruh satu variabel bebas
terhadap variabel bebas dari pengaruh
variabelvariabel bebas lainnya. Cara untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan
Universitas Indonesia
46
melihat correlations matrix. Correlations matrix
dapat menunjukkan korelasi antar variabelvariabel
bebas yang terdapat di dalam model. Apabila
korelasi antar variabel-variabel bebas tersebut
kurang dari 0,8 (rule of thumbs 0,8) maka H0
diterima, dimana H0 menyatakan tidak ada
multikolinearitas. Sehingga berarti tidak terdapat
multikolinearitas dalam persamaan regresi. Salah satu
cara untuk mengatasi multikolinearitas adalah
dengan menghilangkan variabel bebas yang memiliki
nilai kolinearitas yang tinggi. Sehingga nilai
signifikansi sebuah model akan semakin tinggi.
3.2.4.2.3. Pengujian Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan suatu gejala
dimana di dalam suatu persamaan regresi berganda,
model tidak memiliki varians yang konstan.
Sedangkan sebuah model persamaan regresi berganda
harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) dengan bentuk varians yang konstan. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi adanya
heterokedastisitas. Salah satu cara adalah dengan
menggunakan White’s Heterocedasticity Consistent
Variance and Standar Error. Cara ini sudah
terbukti validitasnya dan dapat dibuat dengan
parameter value yang benar. Dalam White’s
Heterocedasticity Consistent Variance and Standar
Universitas Indonesia
47
Error, sebuah standar error dianggap lebih besar
daripada OLS standar error, sehingga t-value
menjadi lebih kecil dibandingkan dengan yang diteliti
dalam OLS. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan R2 weighted. Jika R2 weighted > R2
unweighted, maka keputusan yang diambil adalah
terima H0 (model bersifat Homokedastis). Hal ini
berarti model tidak bersifat heterokedastis.
Universitas Indonesia
48
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif
Sebelum menganalisis hasi dari data panel,
berikut disajikan mean dan standar deviasi variabel-
variabel yang akan diteliti. Dari hasil tersebut
terdapat gambaran mengenai pergerakan variabel-
variabel tersebut dari tahun ke tahun sehingga
memudahkan dalam menganalisis hasil dari data panel.
4.1.1. Ekuitas, Utang, dan Laba Ditahan
Tabel 4-1. Mean dari Ekuitas, Utang, dan Laba DitahanTahun Ekuitas Utang Laba Ditahan E D RE
Mean St.De
v
Mean St.De
v
Mean St.De
v
%mean %mean %mean
PRE
IPO 761 1080 1780 2860 123 537
IPO 2160 3410 1780 2900 196 575 183.84%
-0.18%
58.77%
IPO+1 2520 3840 2410 3670 451 929 16.64%
35.81%
130.47%
IPO+2 2720 3940 2960 4370 454 1420 7.89% 22.99% 0.64%
IPO+3 3130 4560 3950 5700 620 2380 15.22%
33.30%
36.60%
Sampe
l
325
Tabel 4-1 diatas menggambarkan mean sumber
pembiayaan dan juga laba ditahan perusahaan. Terlihat
Universitas Indonesia
49
mean dari ekuitas meningkat drastis dari tahun pre IPO
ke tahun IPO yang rata-ratanya naik sebesar 183,84%
4.1.2. Market to book, asset tangibility, Profitability, Size, Book
Leverage
Universitas Indonesia
50
Tabel 4-2. Mean dari market to book, asset tangibility, profitability,
size, book leverage
TahunMarket-to-Book
Asset
Tangibility
Profitabilita
sSize Book Leverage
Mean St.Dev Mean St.Dev Mean St.Dev Mean St.Dev Mean St.Dev
PRE-IPO188.83
8
109.46
49
39.047
531.073
10.395
8
10.322
1
8.73741
5
0.81643
6
59.681
4
22.121
2
IPO188.83
8
109.46
49
33.838
1
26.582
88.7273 8.5231 8.90564
0.73291
143.181
17.595
3
IPO+1175.37
71
132.15
06
34.974
8
26.272
2
11.520
99.6612 9.02914
0.75108
6
46.037
4
19.142
7
IPO+2171.47
28
112.68
04
36.901
4
26.562
58.7764
11.684
29.09718
0.75266
5
46.252
9
22.564
2
IPO+3179.50
59
136.50
45
37.724
6
26.792
67.9504 8.9938
9.15214
90.78403
48.562
8
24.337
6Sampel 65
(dalam presentase, kecuali size).
Tabel 4-2 diatas menggambarkan mean dan standar
deviasi dari 4 variabel bebas dalam penelitian yaitu
market to book, asset tangibility, dan profitabilitas yang
dihitung melalui EBIT to asset ratio, dan size perusahaan yang
dihitung melalui log penjualan bersih. Semua variabel
dihitung pada saat t-1 kecuali rasio MB yang pada
tahun IPO tetap menggunakan rasio MB pada tahun IPO
sehingga nilai t-1 IPO nya sama dengan nilai IPO
(Baker dan Wurgler, 2002).
Universitas Indonesia
51
Mean rasio MB sebesar 188,83% merupakan mean
terbesar dibandingkan dengan mean tahun-tahun
berikutnya, hal ini membuktikan asumsi bahwa
perusahaan menerapkan market timing dengan mengeluarkan
saham ketika rasio MB nya relatif tinggi. Lalu pada
waktu IPO+1 menurun menjadi 175,37% dan pada tahun-
tahun selanjutnya bergerak konstan dan cenderung
menurun, tetapi pada tahun IPO+3 kembali naik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh perusahaan cenderung untuk
tidak mengeluarkan saham kembali dalam tahun-tahun
setelah IPO dikarenakan perusahaan ingin mencapai
target rasio leverage nya sehingga rasio MB menjadi
relatif konstan. Hal lain yang mungkin menyebabkan
pergerakan yang relatif konstan adalah mayoritas
pergerakan yang juga relatif konstan dari tahun ke
tahun.
Hasil lain dari tabel diatas adalah mean dari
asset tangiility yang menurun dari nilai pre-IPO ke IPO
yaitu dari 39,04% menjadi 33,83%, hal ini dapat
disebabkan oleh perusahaan belum melakukan investasi
pada fixed asset sehingga nilainya berkurang karena
depresiasi atau dikarenakan kenaikan ekuitas dari
penjualan saham perusahaan sehingga menambah total
aset, tetapi tidak diinvestasikan pada fixed asset.
Setelah itu asset tangibility memiliki kecenderungan untuk
naik setelah IPO walaupun kenaikannya dalam proporsi
yang tidak terlalu besar. Penjelasan dalam hal ini
Universitas Indonesia
52
dikarenakan berambahnya usia perusahaan dan semakin
beragamnya kegiatan perusahaan maka porsi investasi
pada harta tetap semakin menngkat walaupun tidak
terlalu besar dibandingkan dengan perubahan dari total
aset. Hasil ini juga masih berhubungan dengan
penjelasan mengenai MB diatas, yaitu perusahaan ingin
mencapai target rasio leverage nya dan asset tangibility dapat
dijadikan menjadi jaminan untuk memperoleh pinjaman
utang. Dengan demikian nilainya relatif meningkat
setelah IPO.
Profitabilitas perusahaan pada pre-IPO sebesar
10,4% bukanlah merupakan nilai tertinggi dibandingkan
dengan tahun-tahun selanjutnya, Hal ini tidak sesuai
dengan teori bahwa profitabilitas perusahaan meningkat
bersamaan dengan meningkatnya umur perusahaan atau hal
ini disebabkan juga oleh kenaikan proporsi
profitabilitas tidak sebesar kenaikan total aset
perusahaan. Nilai profitabilitas yang tinggi tidak
sesuai dengan teori pecking order, karena seharusnya
dengan nilai profitabilitas yang relatif besar
perusahaan tidak akan menggunakan pendanaan eksternal
dari saham pada tahun berikutnya dan lebih menggunakan
dana internal perusahaan yang salah satunya berasal
dari profitabilitas. Penjelasan yang mungkin akan hal
ini adalah, pertama, biaya bunga dan pajak cukup
tinggi sehingga dana yang benar-benar tersedia menjadi
lebih kecil dan alasan kedua adalah dengan tingkat
Universitas Indonesia
53
profitabilitas relatif tinggi maka manajer berharap
value perusahaan di mata calon investor relatif lebih
tinggi sehingga manajer berpikir inilah saatnya untuk
mengeluarkan saham perdana kepada publik.
Size perusahaan yang dihitung melalui log dari
penjualan bersih memiliki mean yang relatif konstan
dan cenderung meningkat bersamaan dengan umur
perusahaan dan yang membedakannya dengan
profitabilitas yang cenderung menurun mungkin
dikarenakan biaya-biaya yag timbul juga meningkat.
Book Leverage perusahaan pada pre IPO merupakan
nilai tertinggi dibandingkan tahun-tahun berikutnya.
Hal ini dikarenakan pada saat tersebut komposisi
struktur modal perusahaan didominasi oleh utang dan
perusahaan belum mengeluarkan saham kepada publik.
4.I.3. Perubahan Leverage, Penerbitan Saham Baru,
Penerbitan Utang Bersih, dan Laba Ditahan Baru
Tabel 4.3. Mean dan Standar Deviasi dari Perubahan
Leverage, Penerbitan Saham Baru, Penerbitan Utang
Bersih, dan Laba Ditahan Baru
(dalam presentase)
TahunPerubahan
Leverage
Penerbitan
Saham
Pengeluaran
Utang
Laba Ditahan
BaruMean St.Dev Mean St.Dev Mean St.Dev Mean St.Dev
Universitas Indonesia
54
PRE-
IPO
IPO-
16.5004
22.374
1
28.750
5
20.329
2
-
14.310517.153 2.0604 8.5557
IPO+1 2.856410.452
72.5537 9.3138
-
10.3336
12.744
74.9234 6.3965
IPO+2 0.215511.289
93.5318
11.772
4-5.8114
10.228
52.0641
11.551
9
IPO+3 2.3098 10.498 2.8395 6.5642 -8.49713.209
43.1282
12.636
5
Hasil dari tabel 4-3 menggambarkan variabel-
variabel yang menjadi variabel terikat dalam
penelitian. Tabel tersebut juga menunjukan bahwa
perubahan pada leerage berasal dari 3 variabel terikat
lain yaitu penerbitan saham bersih, penerbitan utang
bersih, dan laba ditahan yang baru. Perubahan leverage
pada IPO menunjukkan nilai negatif sebesar -16,5%,
penyebab utamanya adalah perusahaan mengeluarkan
pembiayaan dalam bentuk saham sebesar 26,75%. Hal ini
tentu saja beralasan karena pada IPO perusahaan
mengeluarkan sahamnya pertama kali kepada publik.
Sedangkan variabel lain juga memberikan kontribusi
terhadap perubahan leverage pada IPO namun presentasenya
tidak sebesar variabel pengeluaran saham bersih yakni
14,31% untuk pengeluaran utang bersih dan 2,06% untuk
laba ditahan yang baru, ini terlihat pada grafik 4-
Universitas Indonesia
55
iii. Dimana saat IPO titik antara perubahan leverage
dengan pengeluaran saham bersih saling berlawanan.
Hasil kumulatif dari ketiga faktor tersebut adalah
perubahan leverage sebesar -16,5%. Selanjutnya setelah
IPO atau IPO+1 dan IPO+3 perubahan leverage meningkat,
hal ini sesuai dengan hipotesis dari teori trade off yang
menyatakan bahwa perusahaan dengan cepat menyesuaikan
rasio leverage nya, dalam hal ini ketika rasio MB
nilainya turun dibandingkan ketika IPO maka hal ini
menunjukkan market performance perusahaan relatif turun
sehingga mengeluarkan saham untuk pembiayaan adalah
pilihan yang tidak tepat, oleh karena itu penerbitan
saham bersih juga menurun. Hal ini terlihat pada tabel
4-3. Dan grafik 4-iii diatas, terlihat bahwa terdapat
penurunan drastis dari penerbitan saham bersih dari
tahun IPO ke tahun IPO+1.
Pengeluaran utang baru pada tahun IPO merupakan
mean terbesar dibandingkan dengan mean tahun-tahun
selanjutnya yaitu sebesar 14,31%. Hal ini dapat
diseabkan oleh 2 hal, yaitu yang pertama bahwa ketika
perusahaan menawarkan saham kepada publik yang
didasari oleh relatif tingginya rasio MB hal ini dapat
mengindikasikan bagi kreditor bahwa value of the firm juga
sedang baik sehingga para kreditor memberikan pinjaman
kepada debitor dalam hal ini perusahaan. Yang kedua
adalah ketika IPO perusahaan mengeluarkan saham dan
hasil dari penjualan saham tersebut digunakan untuk
Universitas Indonesia
56
membayar utang yang sudah ada dengan demikian
perusahaan dapat melakukan pinjaman lain karena
kapasitas utang masih tersedia. Setelah IPO mean dari
penerbitan utang bersih turun, hal ini dapat
dikarenakan oleh perusahaan ingin mencapai target
rasio leverage yang optimal dengan demikian mereka
hanya mengeluarkan utang yang cukup kecil.
Demikian pula dengan laba ditahan yang baru,
yang mean nya turun dibandingkan dengan mean ketika
IPO. Penjelasan teoritis akan hal ini adalah
perusahaan menggunakan dananya untuk berinvestasi atau
digunakan untuk membayar deviden kepada para pemegang
sahamnya. Sedangkan nilai mean terbesar adalah pada
saat IPO+1, hal ini dapat disebabkan oleh perusahaan
semakin berkembang dan sumber pendanaan yang relatif
sudah mapan sehingga laba dari kegiatan operasi banyak
yang masuk ke dalam pos laba ditahan dan mungkin
dikarenakan oleh pengurangan investasi atau kebijakan
mengurangi dividen.
Dari hasil-hasil tersebut belum mampu menjelaskan
secara statistik bahwa apa yang menyebabkan perubahan
dalam leverage, oleh karena itu harus dilakukan regresi
model berganda untuk mengetahuinya.
4.2. Analisis Uji Ekonometri
4.2.1. Pengujian Autokorelasi
Universitas Indonesia
57
Pengujian ini menggunakan Durbin Watson test, hasil
Durbin-Watson stat dilihat dari hasil regresi dengan
menggunakan regresi berganda metode Generalized Least Square
(GLS) dengan model data panel dengan dimana hasilnya
adalah :
Tabel 4-4. Pengujian Autokorelasi Positif
Tabe
l
Nilai Durbin Watson
Test
Keterangan Peraturan
4-8. 2.2904 No-positive
autocorrelation
Jika d > dU
4-
11.
2.322 No-positive
autocorrelation
Jika d > dU
4-
14.
2.4067 No-positive
autocorrelation
Jika d > dU
4-17 2.1739 No-positive
autocorrelation
Jika d > dU
Tabel Nilai (4 - nilai
DW test)
Keterangan Peraturan
4-8. 1.7096 No-negative
autocorrelation
Jika 4-d .>
dU 4-11. 1.678 Negative autocorrelation Jika 4-d .>
dU 4-14. 1.5933 Negative autocorrelation Jika 4-d .>
dU 4-17 1.8261 No-negative
autocorrelation
Jika 4-d .>
dU
Universitas Indonesia
58
Tabel 4-5. Pengujian autokorelasi negatif
Dari hasil tabel 4-4 dan 4-5 Diatas terlihat
dalam regresi model berganda masing-masing persamaan
(disajikan dalam analisis hasil regresi) ada 2
persamaan yang terdapat autokorelasi negatif antar
variabel, karena nilai Durbin Watson Test berada dalam
batas atas durbin atau nilai durbin uppper sebesar1.6960.
4.2.2. Pengujian Multikolinearitas
Berikut adalah tabel korelasi antar variabel
bebas untuk mendeteksi adanya multikolinearitas antar
variabel bebas. Kemudian ditampilkan tabel mengenai R
square hubungan antar 2 variabel yang memiliki korelasi.
Apabila korelasi antara variabel-variabel bebas
tersebut kurang dari 0,8 (rule of thumbs 0,8) maka H0
diterima, dimana H0 menyatakan tidak ada
multikolinearitas. Sehingga berarti tidak terdapat
multikolinearitas dalam persamaan regresi.
Tabel 4-6. Korelasi antar Variabel Bebas
Correlations
MB PROFIT
TANGIBL
E SIZE LAGBL
MB Pearson
Correlation1 .388** -.011 .090 -.118*
Sig. (2-
tailed)
.000 .837 .106 .033
Universitas Indonesia
59
N 325 325 325 324 325PROFIT Pearson
Correlation.388** 1 -.143** .301** -.139*
Sig. (2-
tailed).000 .010 .000 .012
N 325 325 325 324 325TANGIBL
E
Pearson
Correlation-.011 -.143** 1 -.252** -.189**
Sig. (2-
tailed).837 .010 .000 .001
N 325 325 325 324 325SIZE Pearson
Correlation.090 .301** -.252** 1 .358**
Sig. (2-
tailed).106 .000 .000 .000
N 324 324 324 324 324LAGBL Pearson
Correlation-.118* -.139* -.189** .358** 1
Sig. (2-
tailed).033 .012 .001 .000
N 325 325 325 324 325
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
Universitas Indonesia
60
Dari hasil tabel korelasi diatas terlihat, variabel
bebas yang memiliki korelasi kuat ditandai oleh 2
bintang, variabel-variabel tersebut antara lain MB
dengan profit, MB dengan Book Leverage, profit dengan
tangibility asset, profit dengan size, profit dengan Book
Leverage, Tangibility dengan Size, Tangibility dengan Book
Leverage, Size dengan Book Leverage.
Untuk melihat adanya bahaya korelasi tersebut,
selanjutnya akan dilakukan regresi antara variabel
bebas yang memiliki korelasi kuat, R squared hasil
regresi tersebut dapat terihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4-7. R Square huubungan Variabel Bebas
Dengan demikian R
Squared regresi
masing-masing
variabel bebas
Universitas Indonesia
Variabel Bebas R
SquareMB vs
Profit
0.5127
MB vs BL 0.5252Profit vs
PPE
0.453
Profit vs
size
0.442
Profit vs
BL
0.25
PPE vs
Size
0.0713
PPE vs BL 0.48
61
menunjukan nilai yang lebih rendah dari 0.8 maka dapat
dikatakan bahwa multikolinearitas yang terjad antar
variabel tidak membahayakan sehingga tidak akan
mempengaruhi R Squared model.
4.2.3. Pengujian Heteroskedastisitas
Pengujian ini dengan menggunakan R2 weighted. Jika R2
weighted > R2 unweighted, maka keputusan yang diambil adalah
terima H0 (model bersifat Homokedastis). Hal ini
berarti model tidak bersifat heterokedastis.
Tabel 4-8. Pengujian Heterokedastis
Tabel R2 Weighted R2 unweighted Keterangan4-9 0,6375 0,4199 homoscedastic
4-12 0.614579 0,3320 homoscedastic
4-15 0.736851 0,3997 homoscedastic
4-18 0.884066 0,5454 homoscedastic
Dari hasil tabel 4-8. Diatas terlihat dalam regresi
model berganda masing-masing persamaan (disajikan
dalam analisis hasil regresi) tidak bersifat
heterocedastis hal ini dikarenakan nilai R2 weighted > R2
unweighted.
Dari 3 uji ekonometri diatas terlihat ada 2 model
yang diregresikan telah memenuhi syarat sebuah model
dikatakan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yaitu tidak
ada korelasi serial antara error (no-autocorrelations),
tidak terjadi hubungan antara variabel bebas
Universitas Indonesia
62
(multicolinearity), dan memiliki varians yang tetap
(homoskedasticity). Sehingga dapat dilanjutkan dengan
analisis hasil regresi atas model-model tersebut.
4.3. Analisis Hasil Regresi
Setelah melihat hasil analisis berdasarkan
analisis deskriptif, kini akan diperkuat dan
diperjelas lagi mengenai hasil penelitian berdasarkan
hasil regresi dengan menggunakan regresi berganda
metode Pooled Estimated Generalized Least Square (EGLS Cross-
section weights).
4.3.1. Hubungan antara Perubahan Leverage dengan rasio
MB, Asset Tangibility, Profitabilitas, Size, dan Lag
book Leverage
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengaruh
dari variabel bebas yaitu rasio MB, asset tangibility,
profitabilitas, size, dan lag book leverage perusahaan
terhadap variabel terikat perubahan leverage perusahaan.
Dimana variabel bebas dihitung pada t-1 untuk
menghitung dampaknya terhadap perubahan leverage
perusahaan dari tahun t-1 ke tahun t.
Universitas Indonesia
63
Tabel 4-9. Hasil Data Panel dengan GLS Hubungan
Perubahan Leverage dengan Faktor-faktor yang
memengaruhi Perubahan Leverage
Variabel TerikatPerubahan Leverage
Variabel Coefficient T-Statistic ProbabilityC -1.196775 -7.288982 0.0000MB -0.013578 -2.282865 0.0235AssetTangibility 0.111384 2.273307 0.0241Profitabilitas 0.062431 1.176147 0.2410Size 0.083498 4.264370 0.0000Lag BookLeverage 0.852491 14.05633 0.0000WeightedStatisticR-Squared 0.637510Adjusted R-Squared 0.505869Durbin-WatsonStat 2.290940UnweightedStatisticR-Squared 0.419997
Tabel 4-10 Chow Test Model (1)
Uji Chow untuk menentukanCommon Intercept atau FixedEffectH0 : Common InterceptH1 : Fix Effect
F hitung df1(64) df2(190) (6,2861-4,107) / 64 :
Universitas Indonesia
64
(4,107/190)
Nilai Chow Statistic = 1,5785Tolak H0 Jika Chow stat >
Tabel F
Tabel 4-11 LM Test Model (1)Nilai LM Statistik Nilai kritis Chi Square
223.160*Nilai LM stat < chi Square, maka terima H0 : LeastSquare*hasil lengkap dalam lampiran
Tabel 4-12 Hausman Test Model (1)Effect Test Prob. Keputusan
Cross-section
random
0.0000 H0 tidak
ditolak
Jika p-value lebih kecil dari 0.05, maka H0 tidak
ditolak yang berarti model sebaiknya menggunakan model
FEM. Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0.05,
maka H0 ditolak yang berarti sebaiknya menggunakan
random effect model (REM). Berdasarkan hasil uji Hausman
yang terlihat pada Tabel 4.11 p-value adalah sebesar
0.0000, dengan demikian model pengujian yang digunakan
dalam penelitian ini untuk model (1) adalah fixed effect
model (FEM).
Dengan menggunakan model GLS diatas terlihat
bahwa hubungan perubahan leverage dengan rasso MB negatif
dan signifikan dengan tingkat signifikansi sebesar
0.0235 dan slope koefisien sebesar 0.533. Dengan
demikian pada penelitian ini dengan meningkatnya rasio
Universitas Indonesia
65
MB maka perubahan leverage mengalami penurunan. Atau
dengan kata lain peningkatan nilai MB di masa lalu
mengakibatkan penurunan dalam leverage pada saat ini.
Hubungan negatif antara rasio MB dengan leverage yang
diperoleh dalam penelitian ini konsisten dengan hasil
yang diperoleh dalam teori-teori yang telah dibahas
seelumnya yaitu hipotesis market timing, hipotesis pecking
order maupun hipotesis trade-off. Namun, penemuan ini
terlalu dini untuk menyimpulkan teori mana yang lebih
sesuai untuk menggambarkan hasil yang diperoleh. Oleh
karena itu perlu diteliti lebih lanjut faktor dominan
yang menyebabkan hubungan tersebut dengan cara
meregresikan rasio MB terhadap masing-masing jenis
pendanaan pada bagian selanjutnya dalam penelitian
ini. Ketiga jenis pendanaan tersebut yaitu penerbitan
saham, penerbitan utang, dan laba ditahan, merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dalam leverage.
Dari tabel 4-9 terlihat bahwa fixed asset historis
mempunyai hubungan yang positif terhadap perubahan
dalam leverage signifikan dengan nilai slope koefisien
sebesar 0.1113. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa fixed
asset mempunyai korelasi yang positif terhadap leverage
dimana dengan semakin besarnya proporsi fixed asset maka
perusahaan mempunyai jaminan yang lebih besar,
sehingga semakin besar kemauan peminjam untuk
memberikan supply pinjaman.
Universitas Indonesia
66
Hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas
historis mempunyai hubungan yang positif dan tidak
signifikan pada tingkat keyakinan 5% dan dengan nilai
slope keofisien sebesar 0,0624. Hasil yang diperoleh
tidak konsisten dengan teori karena perusahaan lebih
sering menggunakan pendanaan internal daripada utang
ketika profit dan sebaliknya lebih sering melakukan
pendanaan dengan utang daripada pendanaan internal
ketika tidak profit.
Size perusahaan mempunyai hubungan yang positif
terhadap perubahan dalam leverage dan hasilnya signifikan
pada tingkat keyakinan 1% dengan nilai t-statistik
sebesar 4. Artinya pengaruh nilai masa lalu dari size
perusahaan sangat berpengaruh terhadap leverage
perusahaan saat ini. Hasil yang diperoleh konsisten
dengan teori. Seperti yang terlihat dalam tabel 4.2.
Size perusahaan meningkat dengan bertambahnya usia
perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya lebih
terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko untuk
financial distress, maka semakin besar perusahaan akan
membuat kapasitas untuk pengeluaran utang perusahaan
meningkat.
Hasil lain dari tabel diatas adalah hubungan
antara perubahan leverage dengan book leverage bersifat
positif dan signifikan. Hal ini wajar karena perubahan
leverage menghitung perubahan pada leverage tahun t-1
sampai dengan tahun t.
Universitas Indonesia
67
Hasil diatas menghasilkan R Squared untuk
persamaan (1) sebesar 0.637510 yang artinya sebesar
63,75% variabel independen dapat menjalaskan persamaan
ini. Nilai F statistik adalah sebesar 4.8427. Dalam
penelitian Baker dan Wurgler (2002) memperoleh nilai R2
yang bervariasi antara 0.06 dan 0.42 untuk persamaan
ini dengan menggunakan metode pooled EGLS. Jika
diperhatikan lebih seksama nilai R2 yang diperoleh
dengan menggunakan common PLS adalah sebesar 0.15
(lampiran). Beberapa variabel dalam penelitian tidak
signifikan apabila menggunakan PLS. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan regresi fixed effect
dapat lebih menjelaskan hasil dan mengurangi masalah-
masalah.
4.3.2. Hubungan antara Penerbitan Saham dengan MB,
Asset Tangibility, Profitabilitas, Size, dan Lag Book
Leverage.
Setelah mengetahui hubungan antara perubahan
leverage dengan variabel-variabel bebas dalam penelitian,
selanjutnya dilakukan regresi untuk mengetahui
hubungan antara faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan leverage yang salah satunya adalah dari
penerbitan saham bersih dengan variabel bebas
penelitian untuk mengetahui apakah hubungan variabel
bebas penelitian dengan perubahan leverage berasal dari
penerbitan saham bersih.
Universitas Indonesia
68
Tabel 4-13. Hasil Regresi Berganda Pooled EGLS
Hubungan antara Penerbitan Saham dengan Faktor-
Faktor yang mempengauhi Perubahan Leverage.
Variabel TerikatPenerbitan Saham
Variabel Coefficient T-Statistic ProbabilityC 3.043662 8.659166 0.0000MB 0.044639 9.526464 0.0000AssetTangibility -0.026963 -0.478714 0.6327Profitabilitas -0.558517 -4.933856 0.0000Size -0.297344 -7.537488 0.0000Lag BookLeverage -0.604692 -9.035963 0.0000WeightedStatisticR-Squared 0.614579Adjusted R-Squared 0.47461
Durbin-WatsonStat 2.322061
UnweightedStatisticR-Squared 0.332044
Dengan menggunakan model GLS hasil diatas
terlihat bahwa penerbitan saham bersih memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap rasio
MB, hal ini terlihat dengan slope koefisien sebesar
0.044639 dan tingkat signifikansi sebesar 0.0000. Hal
ini sesuai dengan teori market timing yang menyatakan
bahwa market to book yang dapat mengindikasikan market
performance suatu perusahaan berhubungan dengan
Universitas Indonesia
69
penerbitan saham. Jika rasio MB naik maka perusahaan
cenderung untuk lebih mengeluarkan saham sebagai
sumber pembiayaan karena mereka bisa mendapatkan dana
lebih besar daripada ketika rasio MB rendah. Hal ini
terlihat pada tbel 4-2- dan 4-3 dimana. Khusunya
ketika pengeluaran saham bersih pada tahun IPO dan MB
pre IPO, ketika rasio MB sedang tingi pengeluaran
saham bersih menunjukkan angka yang tinggi yaitu
sebesar 28.75%. Hal ini dapat menjelaskan hasil
regresi tersebut. Nilai slope koefisien sebesar 0.044
dapat dikarenakan oleh setelah IPO rata-rata
perusahaan sampel tidak mengeluarkan banyak saham
(tabel 4-3).
Sedangkan hubungan antara penerbitan saham bersih
dengan asset tangibility adalah negatif dan tidak
signifikan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan dengan
menurunnya asset maka perusahaan juga memilih untuk
memilih untuk menerbitkan saham daripada utang.
Hasil lain yang dapat dilihat adalah penerbitan
saham bersih berhubungan negatif dan signifikan dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.0000 terhadap
profitabilitas perusahaan, hal ini terlihat dari slope
koefisien yang sebesar -0.558517. Hubungan ini sesuai
dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa
perusahaan yang profit lebih sering mengeluarkan
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal
seperti ekuitas. Menurut teori tersebut dengan
Universitas Indonesia
70
kenaikan tingkat profitabilitas perusahaan maka
tingkat pengeluaran ekuitas seharusnya menurun.
Sedangkan hubungan antara penerbitan saham dengan
size perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.0000. Hal ini berarti secara statistik kedua
variabel tersebut signifikan. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa size perusahaan dapat
menggambarkan tingkat kemapanan perusahaan sehingga
dapat memaksimalkan kapasitas utangnya sehingga
berhubungan negatif dengan pengeluaran saham bersih.
Hal serupa juga terjadi terhadap hubungan antara
penerbitan saham bersih dengan lag book leverage negatif
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000 yang
artinya secara statistik kedua variabel tersebut
berhubungan. Hasil ini sesuai dengan teori tradeoff yang
menyatakan bahwa terdapat struktur modal yang optimal.
Dengan demikian tingkat leverage pada t-1 dapat
menentukan apakah perusahaan akan mengeluarkan saham
atau utang untuk mengeluarkan saham atau utang untuk
membiayai kegiatan perusahaan.
Hasil diatas menghasilkan R squared sebesar
0.614579 atau 61,45%. Yang artinya 26,81% dari variasi
variabel penerbitan saham bersih bisa dijelaskan oleh
variabel-variabel bebas. Sedangkan sisanya dijelaskan
oleh faktor lain.
Universitas Indonesia
71
4.3.3. Hubungan antara Penerbitan Utang dengan MB,
Asset Tangibility, Profitabilitas, Size, dan Lag Book
Leverage.
Pada bagian ini akan diliht hubungan antara
penerbitan utang bersih dengan rasio MB untuk
mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan leverage yang salah satunya adalah
dari penerbitan utang bersih dengan variabel bebas
penelitian untuk mengetahui apakah hubungan variabel
bebas penelitian dengan perubahan leverage berasal dari
penerbitan utang bersih
Tabel 4-17. Hasil Regresi Berganda Pooled EGLS
Hubungan antara Penerbitan Utang dengan Faktor-Faktor
yang mempengauhi Perubahan Leverage.
Variabel TerikatPenerbitan Utang
Variabel Coefficient T-Statistic ProbabilityC -0.918921 -4.761695 0.0000MB -0.034047 -5.597809 0.0000AssetTangibility 0.066656 1.575341 0.1168
Profitabilitas -0.150266 -2.417437 0.0166
Size 0.10814 4.881983 0.0000Lag BookLeverage -0.228847 -4.966972 0.0000
WeightedStatisticR-Squared 0.736851Adjusted R-Squared 0.641286
Durbin-WatsonStat 2.406724
Universitas Indonesia
72
UnweightedStatisticR-Squared 0.399769
Dengan menggunakan model GLS hasil diatas
terlihat bahwa penerbitan utang bersih berhubungan
negatif dan signifikan dengan rasio MB dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.0000 dan slope koefisien
sebesar -0.034047. Hubungan negatif ini sesuai dengan
teori market timing yaitu ketika rasio MB tinggi maka
perusahaan cenderung untuk mengeluarkan saham sehingga
perusahaan cendering untuk tidak menggunakan utang
sebagai alternatif financing sehingga hubungan antara
penerbitan utang bersih dengan rasio MB adalah
negatif. Hasil slope koefisien sebesar -0.034047
menandakan pengaruh negatif rasio MB terhadap
penerbitan utang sangat kecil. Hal ini dapat
disebabkan oleh hubungan keduanya bersifat tidak
langsung karena bergantung terhadap hubungan antara MB
dengan penerbitan saham bersih.
Hasil lainnya adalah hubungan antara penerbitan
utang bersih dengan profitabilitas adalah negatif dan
signifikan dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Hal
ini sesuai dengan teori pecking order yaitu semakin
profit sebuah perusahan maka semakin sedikit utang
yang diterbitkan karena perusahaan lebih menyukai
pendanaan internal daripada eksternal dari utang.
Universitas Indonesia
73
Begitu juga dengan size, secara statistik
berhubungan dengan tingkat signifikan 0.0000 dan slope
koefisien sebesar 0.10814. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa size perusahaan menggambarkan
tingkat kemapanan perusahaan sehingga dapat mencapai
kapasitas utang dengan mengeluarkan utang baru.
Hasil diatas menghasilkan R Squared 0.736851 atau
73,68%. R Squared adalah koefisien determinasi yang
artinya 73,68% dari variasi variabel penerbitan saham
bersih bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.
Sedangkan sisanya sebesar 26,32% dijelaskan oleh
faktor atau variabel lain.
4.3.4. Hubungan antara Penerbitan Saham dengan MB,
Asset Tangibility, Profitabilitas, Size, dan Lag Book
Leverage.
Pada bagian ini akan dilihat hubungan antara
laba ditahan baru dengan rasio MB, asset tangibility,
profitabilitas, size, dan lag book leverage. Dilakukan
regresi untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan leverage yang salah satunya
adalah dari laba ditahan baru dengan variabel bebas
penelitian untuk mengetahui apakah hubungan variabel
bebas penelitian dengan perubahan leverage berasal dari
laba ditahan baru.
Universitas Indonesia
74
Tabel 4-21. Hasil Regresi Berganda Pooled EGLS
Hubungan antara Penerbitan Utang dengan Faktor-Faktor
yang mempengauhi Perubahan Leverage.
Variabel TerikatLaba Ditahan Baru
Variabel Coefficient T-Statistic ProbabilityC -0.490767 -4.605527 0.0000MB -0.000529 -0.244707 0.8069AssetTangibility -0.030556 -1.766494 0.0789
Profitabilitas 0.620803 16.19277 0.0000
Size 0.057953 4.676219 0.0000Lag BookLeverage -0.105465 -4.447005 0.0000
WeightedStatisticR-Squared 0.884066Adjusted R-Squared 0.841964
Durbin-WatsonStat 2.17391
UnweightedStatisticR-Squared 0.545472
Dengan menggunakan model GLS hasil diatas
terlihat bahwa hubungan antara laba ditahan yang baru
dengan profitabilitas mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan pada tingkat keyakinan 1% terhadap laba
ditahan dan dengan nilai koefisien sebesar 0.620803.
Penjelasan teoritis untuk hasil ini adalah dengan
bertambahnya profit, perusahaan cenderung melakukan
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal
Universitas Indonesia
75
sehingga laba ditahan bertambah. Hal ini sesuai dengan
teori pecking order yang mengatakan bahwa perusahaan-
perusahaan yang profit akan menahan laba dan mempunyai
utang yang lebih sedikit, sementara perusahaan-
perusahaan yang tidak profit akan melakukan pinjaman
dan menyebabkan hubungan yang positif antara
profitabilitas dan laba ditahan.
Hubungan laba ditahan yang baru dengan size
perusahaan bersifat positif dan signifikan sebesar
0.0000 dan slope koefisien sebesar 0.057953. Hubungan
positif ini masih sesuai dengan penjelasan diatas
yaitu huugnan antara laba ditahan yang baru dengan
profitabilitas, karena secara matematis penjualan
berhubungan positif terhadap profitabilitas dengan
tingkat biaya dianggap konstan dan akhirnya
berhubungan positif terhadap laba ditahan yang baru.
Hubungan antara laba ditahan yang baru dengan lag
book leverage bersifat negatif dan signifikan dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.0000 dan slope
koefisien sebesar -0.105465. Ketika perusahaan
menambah utang nya maka perusahaan cenderung untuk
tidak menahan sebagian porsi labanya untuk akrivitas
pembiayaannya dan mungkin membagikannya dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham atau untuk investing
proyek lainnya.
Hasil diatas menghasilkan R Squared sebesar
0.884066 atau 88,4%. R Squared adalah koefisien
Universitas Indonesia
76
diterminasi yang artinya 88,4% dari variasi variabel
laba ditahan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
bebas. Sedangkan sisanya sebesar 10,6% dijelaskan oleh
faktor atau variabel lain.
Tabel 4-9 memperlihatkan adanya hubungan antara
perubahan leverage dengan rasio MB yang menjadi proksi
indikasi adanya praktek market timing. Namun hal ini
belum bisa menjawab adanya hubungan antara market timing
dengan struktur modal perusahaan dikarenakan perubahan
struktur modal dapat disebabkan oleh penerbitan saham,
utang, dan laba ditahan. Tabel 4-13, 4-17, 4-21
menggambarkan hubungan antara ketiga faktor terbut
dengan rasio MB dan variabel bebas lainnya. Hasil yang
terlihat adalah terdapat hubungan antara rasio MB
dengan penerbitan saham bersih, hal ini
mengeindikasikan adanya hubungan antara market timing
dengan penerbitan saham yang artinya terdapat hubungan
antara market timing dengan struktur modal. Dengan slope
koefisien sebesar 0.044639 menandakan pengaruh rasio
MB terhadap perubahan leverage sedikit lebih besar
daripada hubungan antara rasio MB terhadap perubahan
leverage sedikit lebih besar daripada hubungan antara
rasio MB dengan penerbitan utang bersih dengan slope
koefisien sebesar -0.034047 dan hubungan antara rasio
MB dengan laba ditahan yang baru dengan slope
koefisien sebesar -0.000529.
Universitas Indonesia
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Market timing didefiniskan sebagai melakukan investasi
dengan membuat keputusan membeli atau menjual
instrumen investasi dengan menggunakan strategi
perdagangan mekanis dimana keputusan tersebut
menggunakan satu atau dua indikator yang strategis dan
tepat. Salah satu indikator tersebut adalah rasio MB.
Rasio MB menggambarkan market performance dari perusahaan.
Dengan demikian perusahaan cenderung untuk
mengeluarkan saham ketika rasio MB relatif tinggi dan
demikian pula sebaliknya.
Tingkat struktur modal perusahaan optimal
berhubungan dengan bagaimana cara membiayai kegiatan
perusahaan, cara perolehan dana dengan biaya minimal,
serta cara penentuan komposisi sumber pembiayaan yang
paling optimal. Untuk mengukur struktur modal
perusahaan digunakan rasio leverage, dan yang digunakan
sebagai variabel terikat pada penelitian kali ini
adalah perubahan leverage dari tahun ke tahun. Penyebab
perubahan leverage dapat berasal dari penerbitan saham,
utang, dan laba ditahan yang baru. Sehingga ketiga
faktor tersebut juga akan diregresikan untuk
mengetahui penyebab perubahan leverage.
Universitas Indonesia
54
Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui
apakah market timing berhubungan dengan struktur modal.
Hubungan ini dapat dilihat dari adanya hubungan antara
rasio MB dengan perubahan rasio leverage, namun perlu
dilakukan pengujian apakah pengaruh terhadap perubahan
leverage tersebut berasal dari penerbitan saham, utang,
atau laba ditahan.
Sampel penelitian berjumlah 65 perusahaan di
Indonesia dan bukan merupakan perusahaan dari sektor
keuangan, karena sektor keuangan memiliki
karakteristik leverage yang berbeda dan adanya regulasi
yang mensyaratkan adanya modal minimum. Data diambil
dari laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan
sampel yang dapat diperoleh dari Bursa Efek
Universitas Indonesia
55
Indonesia, dari situs www.idx.co.id. Data juga
diperoleh dari www.duniainvestasi.com untuk harga
penutupan saham di setiap perusahaan. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan regresi berganda metode
Generalized Least Square (GLS) dengan model data pool,
dikarenakan data merupakan gabungan dari data time series
dan juga cross section. Keuntungan dengan menggunakan data
panel diantaranya adalah memungkinkan dinamika
perbedaan antar perusahaan maupun variasi antar waktu
dapat dikontrol secara lebih efisien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa :
1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara
rasio MB dengan perubahan leverage dengan slope koefisien
sebesar -0.013578 (tabel 4-9). Hasil ini didukung oleh
data mean dari tabel 4-2 dan 4-3 dimana pada tabel
tersebut terlihat ketika rasio MB mencapai nilai
tertinggi (pada pre IPO) dan mean perubahan leverage dari
pre IPO ke IPO sebesar 16,5% merupakan mean tertinggi
daripada tahun-tahun selanjutnya.
2. Mean perubahan leverage sebesar 16,5% didapat dari
akumulasi dari penerbitan saham, utang, dan laba
ditahan baru yang dilihat pada tabel 4-3. Jika dilihat
dari mean pembentuk leverage pada IPO, terlihat bahwa
penerbitan saham adalah faktor yang paling dominan
karena memiliki mean paling tinggi diantara dua
variabel lainnya yaitu penerbitan utang dan laba
ditahan baru dengan masing-masing mean sebesar 28,75%;
Universitas Indonesia
56
14,31; 2,06%. Namun pada tahun-tahun berikutnya justru
variabel utang yang lebih mendominasi dibandingkan
penerbitan saham bersih dan laba ditahan. Dengan
demikian belum dapat dipastikan variabel yang paling
menentukan perubahan leverage apakah saham, utang, atau
laba ditahan.
3. Pengujian selanjutnya ketiga variabel tersebut
terhadap variabel-variabel bebas penelitian, yang
hasilnya adalah hubungan antara rasio MB dengan
penerbitan saham bersih memiliki slope koefisien
terbesar dan signifikan (tabel4-13) dibandingkan
dengan hubungan antara rasio MB dengan penerbitan
utang bersih dan laba ditahan dengan slope koefisien
sebesar (tabel4-17) dan (tabel 4-21) yang tidak
signifikan.
4. Hasil ini membuktikan bahwa hubungan antara rasio
MB dengan perubahan leverage lebih berasal dari
penerbitan saham bersih yang menandakan adanya
hubungan antara market timing dengan struktur modal yang
bersifat negatif dan signifikan. Hasil ini sesuai
dengan teori market timing yang menyatakan ketika harga
saham relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
buku dan earning atau dengan kata lain market performance
bagus maka perusahaan cenderung untuk menerbitkan
saham dan hal ini tentu mempengaruhi struktur modal
suatu perusahaan. Dengan demikian tujuan penelitian
telah tercapai dan terjawab.
Universitas Indonesia
57
5. Kelemahan atas penelitian kali ini antara lain
adalah, jumlah sampel perusahaan hanya berjumlah 65,
dikarenakan kesulitan dalam masalah ketersediaan data
yang memadai sehingga tidak bisa memenuhi populasi
yang seharusnya adalah 90 perusahaan, rentang waktu
yang diteliti juga kurang panjang (hanya IPO+3),
berbeda dengan penelitian Baker dan Wurgler yang
memiliki sampel diatas 2000 perusahaan dan rentang
waktu hingga IPO+10.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya :
1. Jumlah sampel diperbanyak, sehingga dapat lebih
mewakilkan keseluruhan populasi. Rentang waktu juga
dapat ditambah hingga IPO+10
2. Menggunakan proksi hot-cold market sebagai proksi
dari market timing, karena proksi lain yaitu return saham
memiliki karakteristik yang hampir serupa dengan rasio
MB dan proksi dengan menggunakan survey terhadap manajer
hanya dapat menghasilkan analisis kualitatif sehingga
mengurangi tingkat validitas penelitian karena tidak
didukung oleh data kuantitatif.
3. Agar dalam pemilihan sampel penelitian
perusahaan berasal dari satu sektor/segmen industri
yang sesuai dengan topik penelitian kali ini.
Universitas Indonesia
59
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Alti, Aydogan. 2006. How Persistent Is the Impact of
Market Timing on Capital Structure? Department of
Finance University of Texas at Austin.
Baker, Malcolm, and Jeffrey Wurgler, 2002. Maket
Timing and Capital Structure, The Journal Finance,
Volume 57.1-32.
Bernstein, L., and J.J. Wild, 1998. Financial
Statement Analysis: Theory, Applications, and
Intreperation, 6th Edition. New York: Irwin McGraw-
Hill.
Brounen, Dirk and Piet M.A. Eichholtz, 2001. Capital
Structure Theory: Evidence from European Property
Companies Capital Offerings, Real Estate Economics,
21.
Dahlan, I.O. (2004), Market Timing dan Struktur Modal:
Studi pada Perusahaan Non Keuangan Tercatat di BEI,
Tesis S2 PSIM UI.
Universitas Indonesia
60
DeAngelo, Harry, and Ronald A. Masulis, 1980. Optimal
Capital Structure Under Corporate and Personal
Taxation, Journal of Financial Economics 8. 3-29.
Fama, Eugene F., and Merton H. Miller, 1972. The
Theory of Finance (Holt, Rinehart and Winston, New
York).
Fama, Eugene and French R. Kenneth, 2000. Testing
Tradeoff and Pecking Order Predictions About
Dividens and Debt. Working Paper. University of
Chicago.
Graham, Jhon R., and Campbell R. Harvey, 2001. The
Theory and Practice of Corporate Finance: Evidence
from th Field, Journal of Finance 60.
Gujarati, Damodar. Basic Econometrics. 4th ed. New
York: McGraw-Hill companies.1995.
Harris, Milton, and Arthur Raviv, 1991. The Theory of
Capital Structure, Journal of Finance 39, 127-145.
Hilary, Giles. Shih, Mei Chia. Tam. Lewis H.K. Xin,
Chang. 2006. Excess Financing and Market Timing.
Hovakimian, Armen, Tim Opler, and Sheridan Titman,
Universitas Indonesia
61
2001. The Debt-Equity Choice, Journal of Financial
and Quantitative Analysis 36, 1-24.
Saad, M.D.P (2010), Pengaruh Sentimen Investordan
Kendala Keuangan Terhadap Equity Market Timing,
Disertasi PPIM FE-UI, bab I.
Working Paper :
Ammann, Oesch, dan Schmid. (2011). “Cash Holdings and
Corporate Governance Around the World”. Working Paper.
Anand, Thenmozhi, dan Varaiya. (2012). “Corporate
Governance and Firm’s Cash Holdings: Evidence From India”,
Working Paper, Indian Institute of Technology and San
Diego State University.
Becht, M., Bolton, P., Roell, A. (2002). “Corporate
Governance and Control”. ECGI Working Paper Series in France
No. 02/2002.
Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann.
(2003). “Is Board Size An Independent Corporate Governance
Mechanisms?”. Working Paper No.89.
Benjamin E. Hermalin & Michael S. Weisbach. (2001).
"Boards of Directors as an Endogenously Determined Institution: A
Survey of the Economic Literature" NBER Working Papers 8161,
National Bureau of Economic Research, Inc.
Universitas Indonesia
62
Kin Wai Lee dan Cheng-Few Lee, (2010). “Cash Holdings,
Corporate Governance Structure and Firm Valuation”. Working
Paper, Nanyang Technological University.
Lukviarman, Niki., Nowak, Margaret., dan Evans,
Robert. (2008). “Ownership Structure, Governance and
Corporate Performance: Theories and Issues”. Working Paper,
Graduate School of Business.
Mikkelson, W., Partch, M. (2003). “The Effect of Cash
Reserves on Corporate Investment and Performance in Industry
Downturns”. Working Paper, Univ. of Oregon.
Weir, Charlie, David Laing, dan Phillip J. McKnight.
(2000). “An Empirical Analysis of The Impact of Corporate
Governance Mechanisms on The Performance of UK Firm”. Working
Paper.
Buku :
Berle, A.A., and G.C. Means. (1932). “The Modern
Corporation and Private Property”. New Brunswick:
Transaction Publisher.
Brigham, Eugene F. dan I.C. Gapenski. (1996).
“Intermediate Financial Management”. Fifth Edition. New York:
The Dryden Press.
Universitas Indonesia
63
Ghozali, Imam. (2005). “Aplikasi Analisis Multivariate
dengan program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Nachrowi. D dan Usman, Hardius. (2006). “Pendekatan
Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan”. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Neuman, LW. (1997). “Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches”. London: Allyn and Bacon.
Sugiyono. (2006). “Metode Penelitian Administrasi”.
Bandung: ALFABETA.
Solihin, Ismail. (2009). “Corporate Social Responsibility: From
Charity to Sustainability”. Jakarta: Salemba Empat.
Sumber Lain :
Claessens, S. (2003). “Corporate Governance and
Development”. Washington DC: The International Bank for
Reconstruction and Development.
Herwidayatmo. (2000). “Implementasi Good Corporate
Governance untuk Perusahaan Publik Indonesia”.
Majalah Usahawan, No. 10, Th.XXIX, Oktober.
Universitas Indonesia
64
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NO. KEP-
86/PM/1996 TENTANG PENAWARAN TENDER, PERATURAN
BAPEPAM NO. IX.F.1.
Khairani, Ira. (2012). “Analisis Pengaruh Board
Governance dan Cash Holdings Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Krismatono, dkk. (2004). “Internalisasi Good Corporate
Governance dalam Proses Bisnis : Laporan Corporate
Governance Perception Index 2004”.
Niati, Fitri. (2012). “Pengaruh Corporate Governance,
Kepemilikan Manajerial, dan Cash Holding Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Pemegang Saham”.
Nuryanah, S. (2004). “Analisis Ketaatan Emiten
terhadap Aturan Board Governance: Studi Kasus Tahun
2002”.
OECD. (2004). OECD “Principles of Corporate Governance”.
Praveen Kumar and K. Sivaramakrishnan (2008). Who
Monitors the Monitor: The Effect of Board
Independence on Executive Compensation and Firm
Value. Review of Financial Studies, 21: 1371-1401.
Universitas Indonesia
65
Pudjiastuti dan Mardiyah. (2007). “The Influence of Board
Structure on Firm Performance” Simposium Nasional
Akuntansi X, Malang.
Putri, Rizka Kharisma. (2011). “Analisis Pengaruh
Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Cash
Holdings Terhadap Nilai Perusahaan”.
Rachmandy, Galih. (2012). “Analisa Penerapan Prinsip
Good Corporate Governance (GCG) pada PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk.”.
Siallagan, Hamonangan, dan Mas’ud Machfoedz. (2006).
“Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba, dan
Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Sudiyatno, Bambang, dan Puspitasi, Elen. (2010).
“Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai Indikator
Pengukuran Kinerja Perusahaan”. Kajian Akuntansi
Vol.2. No.1
Tjager, I N., F.A.Alijoyo, R.D.Humphery, dan B.
Sembodo. (2003). “Corporate Governance: Tantangan dan
Kesempatan bagi Komunitas Bisnis di Indonesia”.
Jakarta: PT Prenhallindo.
Universitas Indonesia
66
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS.
Vinola Herawaty. (2008). “Peran Praktek Corporate
Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh
Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan”.
Makalah Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Hexana Sri Lastanti. (2004). “Hubungan Struktur
Corporate Governance dengan
Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar”, Konferensi
Nasional Akuntansi:
Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate
Governance.
Sumber Internet :
www.idx.co.id
www.businessdictionary.comwww.duniainvestasi.com
www.sciencedirect.com
www.emeraldinsight.co.id
www.lontar.ui.ac.id
www.ssrn.com
www.eprints.undip.ac.id
www.bapepam.go.id
www.mitrariset.com
www.investopedia.com
www.financeformulas.net
Universitas Indonesia
69
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan
No
.
Kode Nama Perusahaan
1 BTEL PT Bakrie Telecom Tbk
2 FREN PT Smartfren Telecom Tbk (Sebelumnya: PT Mobile-8 Telecom Tbk)
3 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk4 RAJA PT Rukun Raharja Tbk5 RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk6 TOTL PT Total Bangun Persada Tbk7 TRUB PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk8 ACES PT Ace Hardware Indonesia Tbk9 ASRI PT Alam Sutera Realty Tbk10 BISI PT Bisi International Tbk11 COWL PT Cowell Development Tbk12 CSAP PT Catur Sentosa Adiprana Tbk13 CTRP PT Ciputra Property Tbk14 DEWA PT Darma Henwa Tbk15 GPRA PT Perdana Gapuraprima Tbk16 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk17 JKON PT Jaya Kontruksi Manggala Pratama Tbk18 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk19 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk20 PTSN PT Sat Nusapersada Tbk21 SCBD PT Danayasa Arthatama Tbk22 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk23 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk24 ADRO PT Adaro Energy Tbk25 BAPA PT Bekasi Asri Pemula Tbk26 BYAN PT Bayan Resources Tbk27 ELSA PT Elnusa Tbk28 GZCO PT Gozco Plantations Tbk29 HOME PT Hotel Mandarine Regency Tbk
Universitas Indonesia
70
30 INDY PT Indika Energy Tbk31 KBRI PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk32 KOIN PT Kokoh Inti Arebama Tbk33 PDES PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
34 TPIA PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Sebelumnya: PT Tri Polyta Indonesia Tbk)
35 TRAM PT Trada Maritime Tbk36 AMRT PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk37 BCIP PT Bumi Citra Permai Tbk38 BWPT PT BW Plantation Tbk39 GDST PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk40 GTBO PT Garda Tujuh Buana Tbk41 INVS PT Inovisi Infracom Tbk42 MKPI PT Metropolitan Kentjana Tbk43 NIKL PT Pelat Timah Nusantara Tbk44 TRIO PT Trikomsel Oke Tbk45 APLN PT Agung Podomoro Land Tbk46 BIPI PT Benakat Petroleum Energy Tbk47 BORN PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk48 BRMS PT Bumi Resources Mineral Tbk49 BRAU PT Berau Coal Energy Tbk50 BUVA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk51 EMTK PT Elang Mahkota Teknologi Tbk52 GOLD PT Golden Retailindo Tbk53 GREN PT Evergreen Invesco Tbk54 HRUM PT Harum Energy Tbk55 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk56 IPOL PT Indopoly Swakarsa Utama Industry Tbk57 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk58 MFMI PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk59 MIDI PT Midi Utama Indonesia Tbk60 PTPP PT PP (Persero) Tbk61 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk62 SKYB PT Skybee Tbk63 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk64 TOWR PT Sarana Menara Nusantara Tbk65 WINS PT Wintermar Offshore Marine Tbk
Universitas Indonesia
71
Lampiran 2
Hasil Regresi dengan pool estimation model
Dependent Variable: CBLEV?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 10:44Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceWhite diagonal standard errors & covariance(d.f. corrected)Estimation settings: tol= 0.00010Convergence achieved after 21 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
MB?
-0.01609
0 0.005270-
3.052965 0.0025
TANGIBLE?0.02458
2 0.015944 1.541791 0.1244
PROFIT?0.17796
2 0.075305 2.363217 0.0189
SIZE?
-0.01098
9 0.002835-
3.876657 0.0001
LAGBL?0.17732
0 0.031814 5.573706 0.0000
WeightedStatistics
Universitas Indonesia
72
R-squared0.15341
8 Meandependent var
-0.0346
82Adjusted R-squared
0.140139 S.D.dependent var
0.167410
S.E. ofregression
0.157008 Akaike infocriterion
2.900516
Sum squaredresid
6.286166 Schwarzcriterion
2.968991
Log likelihood
-372.067
1 Hannan-Quinncriter.
2.928044
Durbin-Watsonstat
1.892567
UnweightedStatistics
R-squared0.11225
1 Meandependent var
-0.0277
97Sum squaredresid
6.286181 Durbin-Watson stat
1.857072
Universitas Indonesia
73
Dependent Variable: EQUITY?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 15:53Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceConvergence achieved after 13 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C0.04452
2 0.080079 0.555980 0.5787
MB?0.02872
9 0.007243 3.966269 0.0001
TANGIBLE?
-0.02684
4 0.022079-
1.215830 0.2252
PROFIT?
-0.25360
5 0.070805-
3.581716 0.0004
SIZE?0.00935
5 0.009905 0.944446 0.3458
LAGBL?
-0.15921
7 0.034113-
4.667289 0.0000
WeightedStatistics
R-squared0.18386
9 Meandependent var
0.110415
Universitas Indonesia
74
Adjusted R-squared
0.167803 S.D.dependent var
0.167197
S.E. ofregression
0.164423 Akaike infocriterion
2.910442
Sum squaredresid
6.866906 Schwarzcriterion
2.992612
Log likelihood
-372.357
5 Hannan-Quinncriter.
2.943475
F-statistic11.4448
8 Durbin-Watson stat
1.894714
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.09705
4 Meandependent var
0.094189
Sum squaredresid
6.866922 Durbin-Watson stat
1.826352
Universitas Indonesia
75
Dependent Variable: DEBT?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 16:07Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceConvergence achieved after 49 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C0.00697
6 0.049756 0.140213 0.8886
MB?
-0.01937
9 0.004082-
4.747601 0.0000
TANGIBLE?0.01650
7 0.010655 1.549173 0.1226
PROFIT?0.04094
1 0.053359 0.767266 0.4436
SIZE?
-0.01037
6 0.005667-
1.830818 0.0683
LAGBL?0.08532
1 0.020010 4.263905 0.0000
WeightedStatistics
R-squared0.20435
2 Meandependent var
-0.1715
07
Universitas Indonesia
76
Adjusted R-squared
0.188689 S.D.dependent var
0.183241
S.E. ofregression
0.137795 Akaike infocriterion
2.902580
Sum squaredresid
4.822826 Schwarzcriterion
2.984750
Log likelihood
-371.335
4 Hannan-Quinncriter.
2.935614
F-statistic13.0473
2 Durbin-Watson stat
1.679389
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.02837
7 Meandependent var
-0.0968
33Sum squaredresid
4.822830 Durbin-Watson stat
1.476828
Universitas Indonesia
77
Dependent Variable: RE?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 16:13Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceConvergence achieved after 25 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C
-0.02557
7 0.011114-
2.301338 0.0222
MB?0.00415
5 0.000573 7.250917 0.0000
TANGIBLE?
-0.00071
3 0.001716-
0.415334 0.6782
PROFIT?0.56365
1 0.013731 41.05035 0.0000
SIZE?0.00198
3 0.001403 1.413740 0.1587
LAGBL?
-0.01727
1 0.003819-
4.522160 0.0000
WeightedStatistics
R-squared0.90797
5 Meandependent var
0.217676
Universitas Indonesia
78
Adjusted R-squared
0.906163 S.D.dependent var
0.552221
S.E. ofregression
0.085256 Akaike infocriterion
2.891132
Sum squaredresid
1.846218 Schwarzcriterion
2.973301
Log likelihood
-369.847
1 Hannan-Quinncriter.
2.924165
F-statistic501.222
8 Durbin-Watson stat
1.499214
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.30117
5 Meandependent var
0.030440
Sum squaredresid
1.846221 Durbin-Watson stat
1.471332
Universitas Indonesia
79
Lampiran 3
Hasil Regresi Fixed Effect Estimation GLS
Dependent Variable: CBLEV?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 10:43Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceWhite diagonal standard errors & covariance(d.f. corrected)Estimation settings: tol= 0.00010Convergence achieved after 15 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C
-1.19677
5 0.164190-
7.288982 0.0000
MB?
-0.01357
8 0.005948-
2.282865 0.0235
TANGIBLE?0.11138
4 0.048996 2.273307 0.0241
PROFIT?0.06243
1 0.053081 1.176147 0.2410
SIZE?0.08349
8 0.019580 4.264370 0.0000
LAGBL?0.85249
1 0.060648 14.05633 0.0000Fixed Effects
Universitas Indonesia
80
(Cross)
_BTEL--C
-0.01014
6
_FREN--C
-0.15875
5
_MAIN--C
-0.18029
2
_RAJA--C0.40524
4
_RUIS--C
-0.07000
0
_TOTL--C
-0.09587
7
_TRUB--C
-0.12214
3
_ACES--C0.20583
7
_ASRI--C0.08019
5
_BISI--C0.13006
8
_COWL--C0.08097
1
_CSAP--C
-0.16954
7
_CTRP--C0.32764
8
_DEWA--C
-0.10065
9
_GPRA--C
-0.08284
3
Universitas Indonesia
81
_ITMG--C
-0.05687
1
_JKON--C
-0.11689
3
_JSMR--C
-0.15453
2
_MNCN--C
-0.00607
3
_PTSN--C
-0.03973
2
_SCBD--C0.02733
3
_SGRO--C0.13322
6
_WIKA--C
-0.24995
1
_ADRO--C
-0.18789
5
_BAPA--C0.07482
9
_BYAN--C
-0.27628
6
_ELSA--C
-0.07778
3
_GZCO--C0.10438
6
_HOME--C0.11685
8
_INDY--C
-0.05348
1
Universitas Indonesia
82
_KBRI--C0.05543
4
_KOIN--C
-0.18067
0
_PDES--C0.13863
0
_TPIA--C0.04737
3
_TRAM--C0.09088
0
_AMRT--C
-0.27848
0
_BCIP--C0.28398
8
_BWPT--C
-0.10557
8
_GDST--C
-0.06987
8
_GTBO--C0.24221
1
_INVS--C0.28115
8
_MKPI--C0.07143
2
_NIKL--C0.01109
0
_TRIO--C
-0.18049
1
_APLN--C
-0.11133
7
_BIPI--C0.35754
3_BORN--C -
0.10905
Universitas Indonesia
83
5
_BRMS--C0.11503
8
_BRAU--C
-0.30234
5
_BUVA--C0.04532
8
_EMTK--C0.16374
7
_GOLD--C0.33498
8
_GREN--C0.26354
2
_HRUM--C0.06172
1
_ICBP--C
-0.01793
6
_IPOL--C
-0.14879
8
_KRAS--C
-0.12769
8
_MFMI--C0.34301
5
_MIDI--C
-0.14414
6
_PTPP--C
-0.30530
8
_ROTI--C0.12904
2
_SKYB--C
-0.01821
6_TBIG--C -
0.08448
Universitas Indonesia
84
4
_TOWR--C
-0.30601
2
_WINS--C
-0.02256
1
EffectsSpecification
Cross-section fixed (dummy variables)
WeightedStatistics
R-squared0.63751
0 Meandependent var
-0.0277
05Adjusted R-squared
0.505869 S.D.dependent var
0.207352
S.E. ofregression
0.147023 Akaike infocriterion
3.392135
Sum squaredresid
4.107015 Schwarzcriterion
4.350780
Log likelihood
-370.977
5 Hannan-Quinncriter.
3.777523
F-statistic4.84279
6 Durbin-Watson stat
2.290940
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.41999
7 Meandependent var
-0.0277
97Sum squaredresid
4.107018 Durbin-Watson stat
2.127243
Universitas Indonesia
85
Dependent Variable: EQUITY?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 15:54Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Iterate weights to convergenceConvergence achieved after 23 weightiterations
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C3.04366
2 0.351496 8.659166 0.0000
MB?0.04463
9 0.004686 9.526464 0.0000
TANGIBLE?
-0.02696
3 0.056324-
0.478714 0.6327
PROFIT?
-0.55851
7 0.113201-
4.933856 0.0000
SIZE?
-0.29734
4 0.039449-
7.537488 0.0000
LAGBL?
-0.60469
2 0.066921-
9.035963 0.0000Fixed Effects
(Cross)
_BTEL--C0.14039
8
Universitas Indonesia
86
_FREN--C0.02738
4
_MAIN--C0.14105
5
_RAJA--C
-0.91596
7
_RUIS--C0.04443
2
_TOTL--C0.06515
6
_TRUB--C0.20491
9
_ACES--C
-0.09429
4
_ASRI--C
-0.17748
9
_BISI--C
-0.19578
4
_COWL--C
-0.35769
1
_CSAP--C0.21521
7
_CTRP--C
-0.31507
9
_DEWA--C0.08088
3
_GPRA--C
-0.11529
7
_ITMG--C0.28906
4
_JKON--C0.13083
0_JSMR--C 0.21663
Universitas Indonesia
87
3
_MNCN--C0.15471
6
_PTSN--C0.03701
8
_SCBD--C
-0.09430
5
_SGRO--C0.03234
7
_WIKA--C0.33381
9
_ADRO--C0.47476
7
_BAPA--C
-0.41451
5
_BYAN--C0.30610
0
_ELSA--C0.12060
5
_GZCO--C
-0.17323
9
_HOME--C
-0.54914
3
_INDY--C0.16738
7
_KBRI--C
-0.37607
9
_KOIN--C0.11034
7
_PDES--C
-0.24632
5
_TPIA--C0.24964
4_TRAM--C -
Universitas Indonesia
88
0.132105
_AMRT--C0.40934
9
_BCIP--C
-0.45980
2
_BWPT--C0.03261
7
_GDST--C0.03579
5
_GTBO--C
-0.41457
0
_INVS--C
-0.24360
1
_MKPI--C
-0.12997
7
_NIKL--C
-0.04516
7
_TRIO--C0.34182
4
_APLN--C0.23449
8
_BIPI--C
-0.16959
3
_BORN--C0.32207
5
_BRMS--C
-0.26779
9
_BRAU--C0.49653
3
_BUVA--C
-0.23264
6
Universitas Indonesia
89
_EMTK--C0.08732
3
_GOLD--C
-0.48136
1
_GREN--C
-0.38978
6
_HRUM--C0.18939
9
_ICBP--C0.30022
9
_IPOL--C0.13465
2
_KRAS--C0.41711
4
_MFMI--C
-0.45694
8
_MIDI--C0.18803
1
_PTPP--C0.37865
7
_ROTI--C
-0.14368
4
_SKYB--C0.15172
9
_TBIG--C0.08901
8
_TOWR--C0.18641
3
_WINS--C0.05426
7
EffectsSpecification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted
Universitas Indonesia
90
Statistics
R-squared0.61457
9 Meandependent var
0.124457
Adjusted R-squared
0.474610 S.D.dependent var
0.214503
S.E. ofregression
0.163511 Akaike infocriterion
3.395876
Sum squaredresid
5.079797 Schwarzcriterion
4.354521
Log likelihood
-371.463
9 Hannan-Quinncriter.
3.781264
F-statistic4.39082
5 Durbin-Watson stat
2.322061
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.33204
4 Meandependent var
0.094189
Sum squaredresid
5.079815 Durbin-Watson stat
2.127747
Dependent Variable: DEBT?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 16:09Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Linear estimation after one-step weightingmatrix
Universitas Indonesia
91
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C
-0.91892
1 0.192982-
4.761695 0.0000
MB?
-0.03404
7 0.006082-
5.597809 0.0000
TANGIBLE?0.06665
6 0.042312 1.575341 0.1168
PROFIT?
-0.15026
6 0.062159-
2.417437 0.0166
SIZE?0.10814
0 0.022151 4.881983 0.0000
LAGBL?
-0.22884
7 0.046074-
4.966972 0.0000Fixed Effects
(Cross)
_BTEL--C
-0.18358
2
_FREN--C0.09564
0
_MAIN--C0.05828
5
_RAJA--C0.27740
6
_RUIS--C0.04152
6
_TOTL--C0.08440
0
_TRUB--C
-0.04869
1
_ACES--C
-0.08215
8
Universitas Indonesia
92
_ASRI--C0.02898
6
_BISI--C0.07165
1
_COWL--C0.20800
8
_CSAP--C0.02439
1
_CTRP--C
-0.12106
1
_DEWA--C0.04736
3
_GPRA--C0.18044
9
_ITMG--C
-0.01206
0
_JKON--C0.04846
6
_JSMR--C
-0.03115
8
_MNCN--C
-0.04899
0
_PTSN--C
-0.01088
5
_SCBD--C0.07536
8
_SGRO--C
-0.13547
3
_WIKA--C0.02747
8
_ADRO--C
-0.12724
8_BAPA--C 0.24241
Universitas Indonesia
93
6
_BYAN--C0.05513
5
_ELSA--C
-0.04151
8
_GZCO--C
-0.05773
8
_HOME--C0.17271
8
_INDY--C
-0.05413
3
_KBRI--C0.18488
3
_KOIN--C0.21074
8
_PDES--C0.02158
9
_TPIA--C
-0.20314
9
_TRAM--C
-0.03489
8
_AMRT--C
-0.02524
4
_BCIP--C0.00932
2
_BWPT--C
-0.00358
8
_GDST--C0.04258
1
_GTBO--C
-0.13856
6_INVS--C -
Universitas Indonesia
94
0.119141
_MKPI--C
-0.01326
9
_NIKL--C0.03708
0
_TRIO--C
-0.02495
7
_APLN--C
-0.09107
7
_BIPI--C
-0.19045
1
_BORN--C
-0.07549
8
_BRMS--C0.06989
9
_BRAU--C0.03464
7
_BUVA--C0.04588
5
_EMTK--C
-0.15518
1
_GOLD--C0.04813
8
_GREN--C
-0.01419
4
_HRUM--C
-0.04872
3
_ICBP--C
-0.11490
0_IPOL--C -
Universitas Indonesia
95
0.038010
_KRAS--C
-0.13132
4
_MFMI--C0.03997
8
_MIDI--C
-0.00033
9
_PTPP--C0.04745
8
_ROTI--C
-0.03417
0
_SKYB--C
-0.10739
5
_TBIG--C0.04026
8
_TOWR--C0.07877
1
_WINS--C
-0.13216
2
EffectsSpecification
Cross-section fixed (dummy variables)
WeightedStatistics
R-squared0.73685
1 Meandependent var
-0.1845
38Adjusted R-squared
0.641286 S.D.dependent var
0.227142
S.E. ofregression
0.123982 Sum squaredresid
2.920593
Universitas Indonesia
96
F-statistic7.71049
9 Durbin-Watson stat
2.406724
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.39976
9 Meandependent var
-0.0968
33Sum squaredresid
2.979355 Durbin-Watson stat
2.168005
Dependent Variable: RE?Method: Pooled EGLS (Cross-sectionweights)Date: 11/28/14 Time: 16:19Sample (adjusted): 2 5Included observations: 4 afteradjustmentsCross-sections included: 65Total pool (balanced) observations:260Linear estimation after one-step weightingmatrix
VariableCoeffic
ientStd.
Error
t-Statisti
cProb.
C
-0.49076
7 0.106560-
4.605527 0.0000
MB?
-0.00052
9 0.002163-
0.244707 0.8069TANGIBLE? -
0.030550.017297 -
1.7664940.0789
Universitas Indonesia
97
6
PROFIT?0.62080
3 0.038338 16.19277 0.0000
SIZE?0.05795
3 0.012393 4.676219 0.0000
LAGBL?
-0.10546
5 0.023716-
4.447005 0.0000Fixed Effects
(Cross)
_BTEL--C0.01444
3
_FREN--C0.00688
0
_MAIN--C0.00679
0
_RAJA--C0.09336
4
_RUIS--C0.01135
3
_TOTL--C
-0.00054
9
_TRUB--C0.01014
5
_ACES--C
-0.01964
7
_ASRI--C0.04915
2
_BISI--C0.00824
7
_COWL--C0.05653
5
_CSAP--C
-0.01898
9
_CTRP--C0.02304
0_DEWA--C -
Universitas Indonesia
98
0.019285
_GPRA--C0.03855
3
_ITMG--C
-0.16712
6
_JKON--C
-0.00567
9
_JSMR--C
-0.04494
5
_MNCN--C
-0.05510
6
_PTSN--C0.00448
7
_SCBD--C
-0.01148
1
_SGRO--C
-0.05863
6
_WIKA--C
-0.02336
6
_ADRO--C
-0.10165
0
_BAPA--C0.07572
6
_BYAN--C
-0.01848
3
_ELSA--C0.02784
3
_GZCO--C0.06570
6_HOME--C 0.10776
Universitas Indonesia
99
2
_INDY--C
-0.00937
5
_KBRI--C
-0.00987
2
_KOIN--C
-0.08362
7
_PDES--C0.04727
0
_TPIA--C
-0.07671
8
_TRAM--C0.02134
8
_AMRT--C
-0.02571
3
_BCIP--C0.07468
5
_BWPT--C0.04207
6
_GDST--C0.00417
4
_GTBO--C0.23303
3
_INVS--C0.07659
9
_MKPI--C
-0.01160
7
_NIKL--C0.02476
1
_TRIO--C
-0.04068
1_APLN--C -
0.00129
Universitas Indonesia
100
6
_BIPI--C
-0.00188
0
_BORN--C
-0.10886
0
_BRMS--C0.03883
0
_BRAU--C
-0.12422
1
_BUVA--C0.07342
5
_EMTK--C
-0.05523
9
_GOLD--C0.02364
4
_GREN--C0.03918
2
_HRUM--C
-0.15955
4
_ICBP--C
-0.09642
4
_IPOL--C0.02681
7
_KRAS--C
-0.08945
2
_MFMI--C
-0.03384
8
_MIDI--C0.01079
6
_PTPP--C
-0.01286
2
Universitas Indonesia
101
_ROTI--C0.01064
2
_SKYB--C0.03577
7
_TBIG--C0.01902
5
_TOWR--C0.02794
3
_WINS--C0.05611
5
EffectsSpecification
Cross-section fixed (dummy variables)
WeightedStatistics
R-squared0.88406
6 Meandependent var
0.100501
Adjusted R-squared
0.841964 S.D.dependent var
0.176718
S.E. ofregression
0.068774 Sum squaredresid
0.898662
F-statistic20.9980
9 Durbin-Watson stat
2.173910
Prob(F-statistic)
0.000000
UnweightedStatistics
R-squared0.54547
2 Meandependent var
0.030440
Sum squaredresid
1.200814 Durbin-Watson stat
2.204670
Universitas Indonesia