10
BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335 MANAJEMEN SPIRITUAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Misna Budiyawanto Email: [email protected] Dosen FKIP Universitas Subang Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai salah instrumen manusia untuk mewujudkan fungsinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi (khalifatullahfil-ardh). Pembentukan kesadaran spiritual untuk membentuk anak yang berkualitas dan berakhlakul karimah harus dibentuk sejak dini. Karena usia dini merupakan masa kritis dalam pembentukan akhlak seseorang.Manajemen spiritual dalam pendidikan anak usia dini perlu adanya pengistiqomahan dengan tetap menempatkan guru sebagi mitra, tidak ada pembatas antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan pengawas sekolah dan antara kepala sekolah dengan pengawas sekolah dengan rasa kekeluargaan yang kental dan motivasi sehingga akan menjadikan guru merasa bahagia dengan pekerjaan mereka lakukan yang dapat diekspresikan dengan senyum sapa dan salam dalam bekerja. Kata Kunci : Pendidikan anak usia dini, manajemen spiritual A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pilar utama kemajuan sebuah bangsa.Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk memajukan sebuah bangsa. Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia (Muhaimin, 2004:27). Manusia adalah mahluk istimewa yang Allah ciptakan dengan dibekali berbagai potensi, dan potensi-potensi tersebut dapat dikembangkannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Dalam artian bahwa bilamana manusia tidak mendapatkan pendidikan, maka mereka tidak akan menjadi manusia sesungguhnya, dalam artian tidak sempurna hidupnya dan tidak akan dapat memenuhi fungsinya sebagai manusia yang berguna dalam hidup dan kehidupannya. Hanya pendidikanlah yang dapat memanusiakan dan membudayakan manusia (Zuhairini, dkk 1995:92-95).Lebih lanjut (Kurniasih 2010:105) menyatakan bahwa dengan pendidikan, setiap potensi yang dianugerahkan oleh Allah SWT.dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sedangkan menurut Suderajat (2005:8) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia denga mengakuatilsasikan seluruh potensi manusia menjadi kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan merupakan proses pemberdayaan siswa (student empowerment), sehingga mereka memiliki kemampuan fisik manual, inteletual, dan emosional. Tujuan pendidikan nasional pendidikan Indonesia adalah seperti yang digambarkan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional bahwa:Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

MANAJEMEN SPIRITUAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Embed Size (px)

Citation preview

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

MANAJEMEN SPIRITUAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Misna Budiyawanto

Email: [email protected] Dosen FKIP Universitas Subang

Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai salah instrumen manusia untuk

mewujudkan fungsinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi (khalifatullahfil-ardh). Pembentukan kesadaran spiritual untuk membentuk anak yang berkualitas dan berakhlakul karimah harus dibentuk sejak dini. Karena usia dini merupakan masa kritis dalam pembentukan akhlak seseorang.Manajemen spiritual dalam pendidikan anak usia dini perlu adanya pengistiqomahan dengan tetap menempatkan guru sebagi mitra, tidak ada pembatas antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan pengawas sekolah dan antara kepala sekolah dengan pengawas sekolah dengan rasa kekeluargaan yang kental dan motivasi sehingga akan menjadikan guru merasa bahagia dengan pekerjaan mereka lakukan yang dapat diekspresikan dengan senyum sapa dan salam dalam bekerja. Kata Kunci : Pendidikan anak usia dini, manajemen spiritual A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pilar utama kemajuan sebuah bangsa.Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk memajukan sebuah bangsa. Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia (Muhaimin, 2004:27). Manusia adalah mahluk istimewa yang Allah ciptakan dengan dibekali berbagai potensi, dan potensi-potensi tersebut dapat dikembangkannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Dalam artian bahwa bilamana manusia tidak mendapatkan pendidikan, maka mereka tidak akan menjadi manusia sesungguhnya, dalam artian tidak sempurna hidupnya dan tidak akan dapat memenuhi fungsinya sebagai manusia yang berguna dalam hidup dan kehidupannya. Hanya pendidikanlah yang dapat memanusiakan dan membudayakan manusia (Zuhairini, dkk 1995:92-95).Lebih lanjut (Kurniasih 2010:105) menyatakan bahwa dengan pendidikan, setiap potensi yang dianugerahkan oleh Allah SWT.dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi.

Sedangkan menurut Suderajat (2005:8) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia denga mengakuatilsasikan seluruh potensi manusia menjadi kemampuan yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan merupakan proses pemberdayaan siswa (student empowerment), sehingga mereka memiliki kemampuan fisik manual, inteletual, dan emosional. Tujuan pendidikan nasional pendidikan Indonesia adalah seperti yang digambarkan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional bahwa:Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003)

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa karena selalu aktif, dinamis, antusias dan terhadap apa yang dilihat, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.

Pemahaman yang benar tentang hakikat dan landasan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini hendaknya dimiliki oleh setiap orang yang setara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan anak usia dini.Dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini adalah orang tua dan atau pihak yang terdekat dengan anak, pendidik diberbagai lembaga pendidikan yang memberikan layanan pada anak usia dini, masyarakat dan juga para pemegang kebijakan mulai dari pemerintah pusat sampai daerah. Melalui pemahaman yang benar, para pihak akan dapat memberikan layanan yang seoptimal mungkin bagi anak usia dini.Anak usia dini adalah sosok individu yang seorang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), Sosial emosional (sikap berprilaku serta beragama), bahasa dan komonikasi sesuai dengan keunian dan tahap–tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan) contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – anak (TK) atau Lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap–tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan hanya dari pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaanya PAUD dilakuan secara terpadu dan komperehensif (Depdinas,. Panduan Mengajar di TK/RA, 2002:5).

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakuan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang di perolehnya dari lingkungan melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang–ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memberikan keunikan anak–anak dan disesuaian dengan tahap perkembangan kepribadian anak.Contoh: Jika anak dibesarkan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik dirumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak. Sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua ataupun guru mereka.

Usia dini sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentuan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi perkembangan inteligensi permanen dirinya dan mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia dini sudah banyak terdapat pada media massa dan media elektronik. Pemikir utama pendidikan anak usia dini adalah Nabi Muhammad S.A.W. Beliau merupakan tokoh pendidikan yang menganjurkan pendidikan harus dimulai sejak kecil. Beliaulah yang menganjurkan pendidikan sebagai proses “life long of educaton”. Rasulullah S.A.W. bersabda: “Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”, (tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat). Sabda ini memberikan petunjuk yang tegas tentang pendidikan semenjak usia dini. Sabda ini menekankan bahwa pendidikan merupakan proses yang kuntinuitas mulai anak dalam gendongan orangtua sampai manusia meninggal duni. Sabda ini memberi makna bahwa pendidikan itu penting dan tidak ada kata berhenti untuk belajar untuk memperoleh ilmu.(pustakamateri.web.id›Info Pendidikan).

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya peserta didik belajar di sekolah.Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah, sebagaimana Gardner (1993) mengatakan bahwa pada hakekatnya setiap anak adalah anak yang cerdas. Kecerdasan bukan hanya dipandang dari factor IQ saja, tetapi juga ada kecerdasan-kecerdasan lain yang akan mengantarkan anak pada kesuksesan.

Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya dalam pancasila (Hidayat, 2007 : 7-9)

Melihat perkembangan dan potensi semacam ini, perlu terus mendorong dan mengangkat isu seputar manajemen spiritual tidak saja sebagai upaya mengembangkan basis akademiknya, tapi juga gaung motivasi untuk mengimplementasikannya dalam dunia pendidikan anak usia dini.

Ilmu Manajemen diperlukan agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan efisien serta efektif. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran :

Artinya:

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. As-Shof: 3)

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah SWT akan memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan pengawasan terhadap perbuatannya. Selanjutnya Allah berfirman dalam Surat Al-Sajdah, ayat:

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS.Al-Sajdah:5)

Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pengatur alam. Keteraturan alam raya ini, merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Sejalan dengan kandungan ayat tersebut, manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif. Fungsi manajemen adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Sejalan dengan ayat di atas, Allah SWT memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al Hasyr ayat 18:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al Hasyr:18)

Perkembangan dunia global yang semain tidak mengenal ruang dan waktu,

menjadikan adanya tantangan hidup semua orang. Manusia semakin berfikir untuk dapat bersaing dan bertahan dalam derasnya arus global. Penyimpangan dalam manajemen seringkali menjadi alternatif untuk memuaskan pada satu pihak yang berkepentingan. Padahal secara naluri manusia mempunyai rasa keadilan, kolektifitas, keseimbangan hidup pengembangan manusia yang menjaga ekosistem kehidupannya. (Mikriani, 2006: 571-572).

Uraian tersebut diatas menggambarkan sikap penyelewengan manajemen di berbagai bidang adanya indikator persoalan etika menunjukan adanya indikator persoalan etika dan tidak baiknya tata kelola perusahaan (Muyassatussolichah, 2003:291-292). Sehingga secara keseluruhan merupakan persoalan lemahnya spiritualitas dalam organisasi persekolahan atau lembaga pendidikan, selain itu kasus ekonomi global yang mengubah kecenderungan dunia, hal inilah yang

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

menjadi latar belakang timbulnya kesadaran spiritual di berbagai tingkat kehidupan, baik pribadi keluarga, organisasi bisnis maupun masyarakat.

Manajemen spiritual sebagai alternatif jawaban atas berbagai kondisi yang terjadi didalam praktek pendidikan. Menurut Mikriani (2004:563-574) menyatakan bahwa perilaku-perilaku manajemen pada hakekatnya adalah menumbuhkan kesadran kebersamaan dan mengoptimalkan potensi manusia didalam menjaga martabat dan cara unik dirinya bertahan menjalani kehidupan didunia ini, sedangkan menurut Hendrawan S. (2009:11) menyatakan bahwa perlunya orientasi terhadap lingkungan dan kehidupan dalam mengatasi efek destruktif yang ditimbulkan oleh organisasi.

B. Konsep Dasar Manajemen Spriritual

1. Pengertian Manajemen Spriritual Menurut Munir dan Wahyu, (2006: 9). Secara etimologis berasal dari

bahasa Inggris (management), yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Artinya, manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya dalam bahasa Arab, istilah manajemen Munir dan Wahyu. (2006: 10). diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Di samping itu terdapat pengertian lain dari kata manajemen yaitu, kekuatan yang mengerakkan suatu usaha yang bertanggung jawab atas sukses dan kegagalannya suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu Fattah, N. (2009:1) melihat manajemen sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem. Dari beberapa definisi tentang manajemen yang telah disebutkan diatas, dapat dirumuskan satu pengertian umum bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan menggerakan seluruh sumber daya organisasi agar secara sinergik menuju pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Selanjutnya pengertian spiritual, menurut perspektif bahasa istilah “sipiritual” dapat didefinisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas,Charles H. Zastrow, (1999: 317).Sementara itu menurut Hendrawan S. (2009:18 )spiritual mengandung arti yang berhubungan dengan spirit atau yang berhubungan dengan yang suci. Menurut sebagian ahli tasawuf ‘jiwa’ adalah ‘ruh’ setelah bersatu dengan jasad penyatuan ruh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap ruh. Sebab dari pengaruh-pengaruh ini muncullah kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun oleh ruh, (Sa’id Hawa, 1995: 63) Oleh karenaitu, bisa dikatakan bahwa jiwa merupakan subjek dari kegiatan “spiritual”. Penyatuan dari jiwa dan ruh itulah untuk mencapai kebutuhan akan Tuhan.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

Selanjutnya Amin R. (2010: 62-63) mengartikan spiritualisme sebagai bagian dari aspek ilahiah yang dianugrahkan kepada manusia, dalam hal ini pengertian spiritualisme adalah pengalaman atau keinginan mengenal Tuhan yang dilakukan secara pribadi. Spiritualisme melihat sesuatu secara lebih dalam, substansial dan mencari pemahaman yang sesunggunya tidak hanya melihat dari sudut permukaan dan jangka pendek.

Kesadaran spiritual hanya merupakan upaya menyadari kebenaran spiritual. Dimana kita tidak harus terobsesi untuk menyadari mereka kebenaran ini. Juga tidak ada kebutuhan untuk selalu melibatkan diri dalam pemikiran yang mendalam untuk menerobos dan "melihat (spiritual) cahaya." Kesadaran spiritual bukanlah sesuatu yang dapat kita peroleh dengan kekerasan. Kita tidak bisa memaksa diri untuk menyadari kebenaran spiritual, Kita hanya terbuka dengan apa yang sudah ada dalam diri kita. Kebenaran spiritual dapat membangkitkan perasaan yang baik. Kebenaran ini berdiri sendiri, tanpa hiasan dengan justifikasi atau keinginan yang mendasari.

Kesadaran spiritual biasanya terkait dengan perasaan internal tertentu dan pandangan eksternal dari dunia oleh orang yang mencapai itu. Internal, kesadaran biasanya membawa serta rasa tenang dan batin perdamaian. Hal ini biasanya melampaui ketenangan dibawa melalui meditasi karena berlangsung baik di luar waktu di mana seseorang bermeditasi dan tetap dalam orang itu sepanjang hari. Perasaan dapat digambarkan sebagai rasa memiliki, penerimaan yang seseorang, dan datang untuk memahami diri sendiri.

Manajemen spiritual merupakan pola manajemen yang mampu mengaplikasikan kecerdasan spiritual didalamnya. Menurut Agustin A.G., (2009:14) kecerdasan spiritual merupakan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat memahami (meaning) dan nilai (value) tertinggi dalam kehidupan serta tujuan (vision) fundamental kehidupannya. Sementara itu Abdullah Gymnastiar (AA Gym) 2002:1 konsep Manajemen spiritual diperkenalkan dengan istilah Manajemen Qalbu,dimana konsep ini bertumpu pada religious mind-set yang meletakkan hubungan antar manusia dalam proses bisnis atau kerja, tidak lepas kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Implementasinya/kualitas hubungan antara manusia dalam setiap transaksi yang dilakukan, tidak terlepas dari transaksinya atau perniagaan manusia dengan Tuhan-nya. Outcome yang diharapkan dari implementasi konsep ini adalah, bahwa manusia siapapun yang terlibat dalam proses bisnis, harus memiliki kesadaran/ apapun yang mereka perbuat harusberlandaskan pada keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan.

2. Tujuan Manajemen Spiritual Menurut Hendrawan S. (2009:24) tujuan yang ingin dicapai melalui

manajemen spiritual yaitu: a. Pembangunan diri (self) individu yang untegral yang dimaknai sebagai usaha-

usaha untuk merai, memperkuat, serta mengembangkan pengetahuan dan kesadaran atas rencana kehendak Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam kehidupan korporat sebagai proses belajar yang mengandung nilai amal sholeh.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

b. Penguatan lembaga/organisasi sehingga berdaya saing dipasar dimaknai sebagaipeningkatan mutu struktur, proses, danperaturan yang memfasilitas berfungsi secara efektif peran-peran individu dan kelompok didalam suatu organisasi.

Selanjutnya menurut Kreitner R dan Angelo k. (dalam Erly Suandi 2003:80) menyatakan bahwa inti manajemen spiritual terletak pada aspek nilai yang mendasari prilaku, nilai adalah keyakinan yang dipegang teguh dan tampil dalam tingkah laku. Lebih lanjut Kreitner R dan Angelo k. (dalam Erly Suandi 2003:183) Keyakinan adalah representasi mentl relevaan, lengkap dengan hubungan sebab akibat yang mungkin ada, keyakinan mempengaruhi sikap yang didasarkan pada keyakinan yang menonjol atau penting yang dapat berubah bersamaan dengan diterimanya informasi yang relevan sikap berpengaruh pada prilaku.

3. Manfaat manajemen Spriritual Menurut Abdillah M.,(2007:107-109), menyatakan bahwa islam

memandang manajemen spiritual sebagai landasan konsep yang mempunyai nilai tambah untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas secara sesungguhnya. Dengan penalaran tersebut menjadikan kehidupan berkualitas bersifat universal dan tidak ditawar oleh siapapun sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 97

Artinya Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-Nahl ayat 97)

Sehingga dengan manajemen spiritual ini, melalaui kesadaran nilai yang menjadi spirit dari manajer puncak, diterapkan dalam pola manajemen sehingga karyawan dalam proses bekerja menerima melalui pengalaman yang dibangun untuk dapat menghasilkan goal (tujuan) dalam sebuah organisasi. Anak mempunyai masa peka(sensitive periods).Masa peka dapat digambarkan sebagai situasi atau waktusiap berkembangnya pembawaan atau potensi yang dimiliki anak. Potensi ini akanmati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untukberkembang tepat pada waktunya.

Fitrah adalah sesuatu yang telahditanamkan oleh Allah sejak lahir, seperti apa yang dijelaskan dalam hadis nabibahwa, “Semua anak yang lahir dilahirkan atas dasar fitrah, kemudian keduaorang tuanya menjadikannya menganut agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sepertihalnya binatang yang lahir sempurna, apakah kamu menemukan anggota badannyayang terpotong, kecuali jika kamu memotongnya? (tentu tidak!)” (HR. Bukhari,Muslim, Ahmad, dan lain-lain melalui Abu Hurairah).(juarabaca.blogspot.com/2014/.../smile-system-5-lima-pilar-kesuksesan.ht...)Unsur tersebut mencakup jasmani,rohani, nafs, dan iman.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

Fitrah yang pertama harus dikembangkan dalam anak usiadini adalah fitrah iman. Karena, dasar dari segala hasil dan upaya semua aspekkehidupan anak di tahap selanjutnya adalah fitrah iman. Jika iman anak semenjakkecil sudah diabaikan, tidak heran kelak dewasa akan membuahkan anak yang tidakbermoral (http://batampos.co.id/read/2014/04/03/12548/Pendidikan-Berbasis-Spiritual-bagi-AUD).

C. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal, (https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14, yang menyatakan bahwa : “Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembanagan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20/2003 BAB II Pasal 3). Sementara itu menurut Risaldy, Sabil dan Meity H. I. (2014:17-18) menjelaskan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini yaitu: 1. Fungsi adaptasi/sosial yang berperan dalam membantu anak menyesuaikan

diri dengan keadaan dan situasi di sekitarnya kemudian ia sesuaikan dengan kondisi dan situasi dirinya sendiri sebagai pengenaan berbagai pola sikap, perilaku, kebiasaan, dan sifat orang di sekitar yang akan membantu anak untuk memahami aspek-aspek psikologis dari lingkungan sosial anak.

2. Fungsi pengembangan yang berperan dalam menumbuhkembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak dengan memberi suatu situasi atau lingkangan edukatif sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang optimal dan bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkungannya.

3. Fungsi bermain, karena bermain merupakan hak anak sepanjang rentang hidupnya, melalui bermain anak dapat memperoleh banyak pengetahuan dan melalui kegiatan bermain neuron-neuron otak anak berkembang dengan sangat pesat.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

Lebih lanjut Risaldy, Sabil dan Meity H. I. (2014:17-18) menjelaskan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah:

1. Sebagai kerangka dasar (fondasi) bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

2. Untuk mengintervensi sejak dini dengan memberikan rangsangan edukasi sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi tersembunyi yang terdapat pada anak.

3. Mengembangkan potensi-potensi yang sudah tampak pada anak tersebut. 4. Agar dapat melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya

gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak usia dini.(www.asikbelajar.com › belajar dan pembelajaran)

D. SIMPULAN DAN SARAN

Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai salah instrumen manusia untuk mewujudkan fungsinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi (khalifatullahfil-ardh). Pembentukankesadaran spiritual untuk membentuk anak yang berkualitas dan berakhlakul karimah harus dibentuk sejak dini. Karena usia dinimerupakan masa kritis dalam pembentukan akhlak seseorang. Manajemen spiritual dalam pendidikan anak usia dini perlu adanya pengistiqomahan dengan tetap menempatkan guru sebagi mitra, tidak ada pembatas antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan pengawas sekolah dan antara kepala sekolah dengan pengawas sekolah dengan rasa kekeluargaan yang kental dan motivasi sehingga akan menjadikan guru merasa bahagia dengan pekerjaan mereka lakukan yang dapat diekspresikan dengan senyum sapa dan salam dalam bekerja. E. DAFTAR PUSTAKA Abdillah, M.,(2007), Teologi pembangunan islam dalam spriritualitas lingkungan

dan ekonomi industry, Yogyakarta: CRSD ed. Agustian A.G, (2000), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ESQ, Jakarta: Arga Amin R. (2010)The Celestial Management, Jakarta: Senayan Abadi Publishin Goleman, D. (2003). Kecerdasan Emosional. Terjemahan oleh T. Hermaya,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Gymnastiar, A.A., (2002). Meraih bening hati dengan Manajemen Qolbu.

Jakarta:Gema Insani Press Fattah, N. (2009) Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya Hendrawan, S. (2009). Spiritualitas Management: Bandung : From Personal

Enlightenment Towards God Corporate Governance, Mizan. Kreitner, R dan Angelo, K., (2003).Prilaku Organisasi(terjemahan oleh Erly

Suandi).Jakarta: Salemba. Mikriani.(2006).Manajemen fads dan critical management studies.jurnal ekonomi

dan bisnis, vol 21:1.2006

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) 2461-3961 (e) 2580-6335

Muhaimin.(2004).Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munir dan wahyu, (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media Hawa, S.(1995),Jalan Ruhani, Bimbingan Tasawuf Untuk Para Aktivitas Islam,

Terj. Khairul Rafie’, Tarbiyatunar-Ruhiyah, Bandung: Mizan Suderajat, H. (2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

Bandung: CV.Cipta Cekas Grafika Risaldy, S. dan Meity H. I. (2014).Panduan Mengatasi Permasalahan Anak Usia

Dini. Jakarta: PT. Luxima Metro Media Muyassatussolichah,Riyanta,(2003), Potret Indonesia Dewasa Ini: Etika Bsnis

Dalam Islam, Jurnal Penelitian Agama : Vol XII:2, Mei –Agustus. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Zuhairini, dkk. (1995).Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Sumber internet: https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini (diakses senin, 08

Pebruari 2016 Pkl. 20.00WIB) http://batampos.co.id/read/2014/04/03/12548/Pendidikan-Berbasis-Spiritual-bagi-

AUD (diakses Rabu, 10 Pebruari 2016 Pkl. 21.00WIB) http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan) (diakses senin, 08 Pebruari 2016 Pkl.

20.30WIB) http://multazam-einstein.blogspot.com/.../mengembangkan-aspek-moral-dan-n...

(diakses Rabu, 10 Pebruari 2016 Pkl. 21.15 WIB) http://pustakamateri.web.id › Info Pendidikan (diakses Rabu, 10 Pebruari 2016

Pkl. 22.00WIB) www.asikbelajar.com › belajar dan pembelajaran (diakses Rabu, 10 Pebruari 2016

Pkl. 21.30WIB)