23
ABSTRAK Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Bin Nawawi Grup) A. Latar Belakang Dalam dunia yang diwarnai kompetisi global, khususnya dalam aspek bisnis dan ekonomi, perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja tinggi dari semua karyawannya. Menurut pandangan Amtrong dalam Mawarsyah, tujuan umum manajemen kinerja adalah mengembangkan kapasitas manusia agar dapat memenuhi dan melampui harapan dan mewujudkan potensi mereka sepenuhnya, sehingga bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan organisasi. 1 Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan adalah sesuatu yang diharapakan organisasi dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas produk atau jasa, dan meningkatkan kinerja organisasi. 2 Dalam kenyataannya memang banyak manajemen kinerja yang dapat berjalan dengan baik, namun tidak 1 Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010) hlm 229 2 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013) hlm 9

ABSTRAK Spiritual Questions

Embed Size (px)

Citation preview

ABSTRAK

Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan

(Studi Pada Bin Nawawi Grup)

A. Latar Belakang

Dalam dunia yang diwarnai kompetisi global,

khususnya dalam aspek bisnis dan ekonomi,

perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja tinggi

dari semua karyawannya. Menurut pandangan Amtrong

dalam Mawarsyah, tujuan umum manajemen kinerja

adalah mengembangkan kapasitas manusia agar dapat

memenuhi dan melampui harapan dan mewujudkan potensi

mereka sepenuhnya, sehingga bermanfaat bagi diri

mereka sendiri dan organisasi.1 Suatu perusahaan

dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Tujuan adalah sesuatu yang diharapakan organisasi

dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan

pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar,

peningkatan kualitas produk atau jasa, dan

meningkatkan kinerja organisasi. 2

Dalam kenyataannya memang banyak manajemen

kinerja yang dapat berjalan dengan baik, namun tidak

1 Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010) hlm 2292 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers,2013) hlm 9

kurang pula yanng mengalami kegagalan. Kegagalan

menjalankan manajemen kinerja dapat berakibat pada

timbulnya citra buruk organisasi. Permasalah tentang

kinerja merupakan permasalahan yang selalu dihadapi

oleh pihak manajemen perusahaan. Karena itu

manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut akan

membuat manajemen perusahaan dapat meningkatkan

kinerja karyawannya agar sesusai dengan harapan

perusahaan.

Namun kinerja memerlukan dukungan sarana,

kompetensi,peluang, standar, dan umpan balik.3

Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam

kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan

yang diberikan kepadanya dengan baik. Orang harus

melakukan lebih dari sekadar belajar sesuatu, orang

harus dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Kompetensi memungkinkan seseorang memujudkan tugas

berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.4

3 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers,2013) hlm 1024 Ibid, 104

Badan Nasional Sertifikat Profesi (BNSP) telah

menyatakan SDM unggul adalah yang memiliki tiga

kompetensi, yaitu : kompetensi teknis, kompetensi

spiritual dan kompetensi sosial. Kompetensi teknis

adalah kompetensi yang harus dimiliki karyawan

sesuai dengan tugas pekerjaannya secara teknis.

Kompetensi spiritual akan mewujudkan disiplin,

dedikasi, integritas dan loyalitas, etos kerja,

motivasi kerja. Sedangkan dengan kompetensi sosial

akan mewujudkan kemampuan bekerja sama, kemampuan

bergaul dan berkomunikas, kemampuan berkordinasi,

kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain serta

kemampuan kerja sama dalam tim. Adapun manfaat

kompetensi spiritual dan sosial untuk memimpin diri

dalam meningkatkan keseimbangan moralitas dalam

bekerja untuk memberikan pelayanan yang sebaik-

baiknya bagi perusahaan dan masyarakat atau disebut

sebagai kompetensi spiritual (spiritual competency).

Esensi dari kompetensi spiritual menurut

Mujiman (2008), yaitu:5

1. Bersumber dari dan terkait dengan nilai-

nilai spiritual keagamaan dan kepercayaan

5 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada) Hlm 71

dalam kaitan dengan pengabdian terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Membentuk sikap mental bahwa bekerja

adalah bagian dari amal dan ibadah kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam memenuhi kompetensi spiritual setiap

karyawan harus memiliki kecerdasan spiritual yang cukup

baik. Agar karyawan mendapat predikat Sumber Daya

Manusia yang unggul menurut BNSP.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai,

yaitu kercerdasan untuk menempatkan perilaku dan

hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan

kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau

jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan yang lain. Kecerdasan spiritual adalah

landasan yang diperlukan untuk memfungsikan

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional

secara efektif. Bahkan kecerdasan spiritual

merupakan kecerdasan tertinggi kita.6

Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo,

menyadari bahwa kemandirian dalam bidang

perekonomian akan menduduki peran strategis dalam6 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007) hlm 4

setiap aktivitas maupun keputusan yang ditetapkan.

Dalam kaitan itu, maka dikembangkan pola hidup ber-

koperasi di kalangan santri. Kebijakan ini secara

bertahap diharapkan akan menjadi Badan Usaha Milik

Pesantren (BUMP), Sehingga akan mampu menopang

kebutuhan operasinal pondok pesantren. Pendirian

lembaga perekonomian yang saat ini mengelola

beberapa unit usaha, seperti; Swalayan Bin Nawawi,

Air Minum Dalam Kemasan Bin Nawawi Water, Shoutuna

FM, Toko Busana Muslim Griya Bin Nawawi, Toko

Sembako Bin Nawawi, Toko Kitab, dan Baitul Mal wa-

Tanwil (BMT).

Dengan menyadari permintaan pasar yang semakin

berkembang Kapontren Bin Nawawi harus menyiapkan

karyawan-karyawan dengan kinerja yang unggul dan

mampu bersaing. Karyawan Kapontren Bin Nawawi

sebagian besar dari kalangan santri dan sebagian

dari warga setempat. Dengan menyandang predikat

santri dan itu pilihan tidak memungkinkan bahwa

santri tersebut mempunyai kecerdasan spiritual yang

cukup yang dapat menghasilkan kinerja yang unggul.

Santri yang bekerja di Kapontren An Nawawi sama

sekali tidak mendapat reward, ini yang membuktikan ada

pengaruh kecerdasan spiritual yang dimiliki santri dalam

bekerja dapat mempengaruhi kinerja. Tetapi dalam

kenyataan lain ada beberapa santri yang memang

kinerja tidak memuaskan.

Dari semua uraian di atas kami peneliti akan

melakukan penelitian dengan tema “Pengaruh Kecerdasan

Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Bin Nawawi Grup”.

Sebagai mahasiswa Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah

dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga. Penelitian ini diharapkan bisa mempunyai

yang positif untuk jurusan dan mahasiswa Manajemen

Dakwah khususnya konsentasi MSDM. Dalam penilitian

nantinya akan menunjukan seperti apa kecerdasan

spiritual berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dan

juga diharapkan penelitian ini dapat memberi

kontribusi positif terhadap mahasiswa dan dosen

dalam penelitian berikutnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Seberapa besar kecerdasan spiritual mempengarui

kinerja karyawan Bin Nawawi Grup?

C. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan

nilai, yaitu kercerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang

lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan

spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan

emosional secara efektif. Bahkan kecerdasan

spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita.7

SQ adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan

yang dapat membantu kita menyembuhkan dan

membangun diri kita secara utuh. SQ adalah

kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam

berhubungan dengan kearifan di luar ego atau

pikiran sadar. SQ adalah kesadaran yang dengannya

kita tidak hanya mengaku nilai-nilai yang ada,

tetapi kita juga secara kreatif menemukan nilai-

nilai bari. SQ tidak bergantung pada pada budaya

maupun nilai. Ia tidak mengikuti nilai-nilai yang

ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki

nilai-nilai itu sendiri.8

Sedangkan Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan

kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk

7 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007) hlm 48 Ibid, hlm 9

memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran

yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya

(hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhidi

(integralistik), serta berprinsip “hanya karena

Allah”.9

Kecerdasan spiritual memberi kita rasa moral,

kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi

dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara

untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai

batasanya. Kita menggunakan kecerdasan spiritual

untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, serta

untuk membayangkan kemungkinan yang belumterwujud

untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri

dari kerendahan.10

Dalam istilah evolusioner, karya neurobiologis

tentang bahasa dan representasi simbolis Deacon

menunjukkan bahwa kita telah menggunakan

kecerdasan spiritual secara harfiah untuk

menumbuhkan otak manusia kita. Kecerdasan

Spiritual telah “menyalakan” kita untuk menjadi

manusia seperti adanya sekarang dan memberi

9 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta : Arga 2001) hlm 5710 Ibid, hlm 10

potensi untuk “menyala lagi” untuk tumbuh dan

berubah serta menjalani lebih lanjut evolusi

potensi kita, yaitu:11

a. Kita menggunakan kecerdasan spiritual kita

untuk menjadi kreatif

b. Kita menggunakan kecerdasan spiritual kita

untuk berhadapan dengan masalah exsistensial

c. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk

menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam

beragama

d. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk

mencapai perkembangan diri yang lebih utuh

karena kita memiliki potensi untuk itu.

e. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk

berhadapan dengan masalah baik dan jahat,

hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari

penderitaan dan keputusasaan manusia.

Sedangkan tanda-tanda SQ yang telah berkembang

dengan baik mencakup berikut:12

a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara

spontan dan aktif)

11 Ibid, hlm 1212 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007). hlm14

b. Tingkat kesadaran yang tinggi

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan

penderitaan

d. Kemampuan dan untuk melampaui rasa sakit

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan

nilai

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugiaan yang

tidak perlu

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan

antara berbagai hal (berpandangan holistik)

h. Kencenderungan nyata bertanya

i. Mandiri

2. Pengertian Kinerja

Arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata

job perfomance dan disebut juga actual performance atau

prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

telah dicapai oleh seseorang karyawan. Menurut

Oxfrord Dictionary, kinerja (perfomance) merupakan

suatu tindakan atau proses atau cara bertindak

atau melakukan fungsi organisasi. Sedangkan

kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary

berasal dari kata “to perform” dengan beberapa

entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan,

melaksanakan (to do or carry of a execute), (2) memenuhi

atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar

(to discharge of fulfil as vow), (3) melaksanakan atau

menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete

an understaking), (4) melakukan sesuatu yang

diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is

expected of a person machine).13

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis

organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan

kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja

adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang

dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah

apa yang dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakanya.14

Mawarsyah mendefinisikan kinerja adalah

pencapaian atau prestasi seseorang berkenan dengan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja

dapat pula dipandang sebagai perpaduan dari hasil

kerja (apa yang harus dicapai oleh seseorang) dan

kopetensi (bagaimana seseorang mencapainya). 15

13 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi,(Jakarta : Rajawali Pers 2012) Hlm 9614 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013) hlm 715 Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010)hlm 228

Kinerja, menurut Maier (1965) yang dikutip oleh

Asad (1991) adalah kesuksesan seseorang dalam

melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan.

Gilbert (1977) mendifinisikan kinerja adalah apa

yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan

tugas dan fungsinya. Dari batasan-batasan yang ada

dapat dirumuskan bahwa kinerja (performance) adalah

hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan

kerja seseorang karyawan. Dengan demikian kinerja

seseorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja,

hasil tugas, atau hasil kegiatan dalam kurun waktu

tertentu.

Kinerja seorang tenaga kerja atau karyawan

dalam suatu organisasi atau institusi kerja,

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari

dalam karyawan itu sendiri maupun faktor

lingkungan atau organisasi itu sendiri. Menurut

Gibson (1977) faktor-faktor yang menentukan

kinerja seseorang, dikelompokan menjadi 3 faktor

utama, yakni:

a) Variabel individu, yang terdiri dari:

pemahaman terhadap pekerjaan, pengamanan

kerja, latar belakang keluarga, tingkat

sosial ekonomi, dan faktor demografi.

b) Variabel organisasi, yang antara lain terdiri

dari: kepemimpinan, desaign pekerjaan, sumber

daya yang lain, struktur organisasi, dan

sebagainya.

c) Variabel psikologis, yang terdiri dari:

persepsi terhadap pekerjaan sikap, sikap

terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian,

dan sebagainya.

Sedangkan menurut Stoner (1981) kinerja

seseorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi

oleh: motivasi, kemampuan, faktor persepsi. Baik

Gibson maupun Stoner berpendapat bahwa motivasi

adalah merupakan faktor yang berpengaruh dalam

kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja.16

Menurut model lawyer kinerja individu pada dasarnya

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:17

a) Harapan mengenai imbalan

b) Dorongan

c) Kemampuan

d) Kebutuhan presepsi terhadap tugas

16 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta 2009) Hlm 124-12517 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi,(Jakarta : Rajawali Pers 2012) Hlm 96

e) Imbalan internal

f) External

g) Persepsi terhadap tingkat imbalan dan

kepuasan kerja

D. METODE PENELITIAN DAN UJI ANALISIS DATA

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif yang

menggambarkan dan menjelaskan variabel independen

yaitu kecerdasan Spiritual dengan kinerja

karyawan.

Metode deskriptif memusatkan perhatian pada

masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada

pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang

bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-

fakta tentang masalah yang diselidiki serta di

iringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

Di mana penelitian ini menjelaskan keadaan dari

objek penelitian dan mencoba menganalisa untuk

memberi kebenarannya berdasarkan data-data yang

diperoleh. Sedangkan pendekatan kuantitatif

diterapkan menggunakan rumus statistik untuk

membantu menganalisa data dan fakta yang

diperoleh18

2. Teknik Pengambilan sampel

Teknik sempling menggunakan Sampling Jenuh teknik

ini digunakan apabila semua populasi digunakan

sebagai sampel.19

3. Variabel penelitian

Variabel independen : Kecerdasan Spiritual

(X)

Variabel dependen : Kinerja Karyawan

(Y)

4. Metode pengumpulan data

1) Metode Quisioner/ angket

2) Wawancara

3) Observasi20

5. Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini skala yang di gunakan adalah

skala linkert yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok18Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press 1990) hlm. 6419Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm85.20Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm145.

orang tentang fenomena sosial.21 Dengan skala linkert

maka variabel yang dijabarkan menjadi indikator

variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Pengukuran ini menggunakan 5 skala

linkert yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak

setuju dan sangat tidak setuju.

6. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas : Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui apakah instrument yang digunakan

benar-benar mengukur apa yang seharusnya

diukur baik menurut pertimbangan sendiri

maupun setelah bertukar fikiran

(berkonsultasi) dengan orang lain atau bahkan

ahli-ahli dibidang pengetahuan yang

bersangkutan, instumen tersebut bisa

dinyatakan telah memiliki content

validity.22Biasanya harga validitas ditunjukkan

dengan besarnya harga korelasi. Umumnya satu

item dinyatakan valid jika memiliki harga

diatas 0,3. Meskipun demikian, ada juga pakar

21Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm, 93.22Muhammad idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Hlm 123.

yang menyatakan bahwa harga validitas item

dapat sebesar 0,25. Kedua harga ini dapat saja

di gunakan sebagai patokan untuk menyatakan

valid atau tidaknya satu item tertentu.

b. Uji reliabilitas : Uji reliabilitas digunakan

untuk mengetahui tingkat keajekan instrument

saat digunakan kapan dan oleh siapa saja

sehingga akan cenderung menghasilkan data yang

sama atau hampir sama dengan sebelumnya.23

7. Uji analisis Data

a. Uji normalitas

Dalam penelitian ini alat uji normalitas

datanya dengan menggunakan chi Square (x), maka

dasar pengambilan keputusannya adalah Ichi Square

hitung < dari pada harga chi Square tabel maka

distribusi data tersebut dapat dinyatakan

berdistribusi normal.24

b. Uji Linieritas

Uji ini dilakukan dengan mencari persamaan

garis regresi variabel bebas X terhadap

variabel Y. Berdasarkan garis regresi yang

23Ibid 12324Erna Kusumawati, Uji Komparasi Jenis Kelamin dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Study do Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi (tidak diterbitkan), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, Hlm.. 26

telah dibuat, selanjutnya di uji keberartian

koefisien garis regresi serta linearitasnya.25

Uji linearitas digunakan untuk mencari

persamaan garis regresi variabel kualitas

pelayanan, citra lembaga, dan religiusitas

terhadap minat muzakki.

Uji linearitas menggunakan Compare Means (Test

of Linearity) denganSPSS versi 21.0 for windows.Suatu

variabel yang terdapat model regresi linear

jika nilai signifikansi > 0, 05.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan

asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya

hubungan linear antar variabel independen dalam

model regresi.Prasyarat yang harus terpenuhi

dalam model regresi adalah tidak adanya

multikolinearitas. Ada beberapa metode

pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu

: 1) dengan melihat nilai inflation factor

(VIF) pada model regresi, 2) dengan

membandingkan nilai koefisien determinasi

25 Hand Out Short Course Komputer Statistika Laboratorium ManajemenDakwah 2013.

individual (r2) dengan nilai determinasi secara

serentak (R2), dan 3) dengan melihat nilai

eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan

ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan

melihat nilai inflation factor (VIF) pada model

regresi dan membandingkan nilai koefisien

determinasi individual (r2) dengan nilai

determinasi secara serentak (R2). Pada umumnya

jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel

tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas

dengan variabel bebas lainnya.

d. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan model regresi berganda.Model

regresi berganda bertujuan untuk memprediksi

besar variabel dependen dengan menggunakan data

variabel independen yang sudah diketahui

besarnya. Model regresi berganda umumnya

digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih

variabel independen terhadap variabel dependen

dengan skala pengukuran interval atau rasio

dalam suatu persamaan linier. Variabel

independen adalah kecerdasan spiritual

sedangkan variabel dependennya adalah kinerja

karyawan. Untuk menguji hipotesis tersebut,

maka rumus persamaan regresi yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + e

Dimana:

Y : Kinerja Karyawan

A : konstanta

b1 : koefisien regresi

X1 : Kecerdasan Spiritual

e : eror

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

a. Uji determenasi R2

Dalam uji regresi linier koefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui

presentase sumbangan pengaruh serentak

variabel-variabel bebas terhadap variabel

terkait untuk itu dibutuhkan angka-angka pada

tabel model summery.

Cara menggunakan koefisien determinasi

dengan melihat kolom R2, hasil dari analisa

data SPSS

b. Uji Statistik (t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas atau

independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen dan digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat signifikansi 0,05.

e. Uji Statistik (F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui

pengaruh semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model regresi secara bersama-

sama terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat signifikan 0,05.26

Daftar Pustaka

Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010)

26duwiconsultant.blogspot.com, tanggal 01 Mei 2014

Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013)

Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja

Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Raja Grafindo

Persada)

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan

Spiritual, (Bandung : Mizan 2007)

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber

Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta 2009)

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:

UGM Press 1990)

Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,

(bandung : alfabeta 2013)

Muhammad idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial

duwiconsultant.blogspot.com, tanggal 01 Mei 2014

Erna Kusumawati, Uji Komparasi Jenis Kelamin dan Masa KerjaTerhadap Produktivitas Kerja Karyawan Study do KantorWilayah Departemen Agama Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta, Skripsi (tidak diterbitkan), UniversitasIslam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ

Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,

(Jakarta : Arga 2001)

Hand Out Short Course Komputer Statistika Laboratorium

Manajemen Dakwah 2013