Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAK
Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Pada Bin Nawawi Grup)
A. Latar Belakang
Dalam dunia yang diwarnai kompetisi global,
khususnya dalam aspek bisnis dan ekonomi,
perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja tinggi
dari semua karyawannya. Menurut pandangan Amtrong
dalam Mawarsyah, tujuan umum manajemen kinerja
adalah mengembangkan kapasitas manusia agar dapat
memenuhi dan melampui harapan dan mewujudkan potensi
mereka sepenuhnya, sehingga bermanfaat bagi diri
mereka sendiri dan organisasi.1 Suatu perusahaan
dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tujuan adalah sesuatu yang diharapakan organisasi
dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan
pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar,
peningkatan kualitas produk atau jasa, dan
meningkatkan kinerja organisasi. 2
Dalam kenyataannya memang banyak manajemen
kinerja yang dapat berjalan dengan baik, namun tidak
1 Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010) hlm 2292 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers,2013) hlm 9
kurang pula yanng mengalami kegagalan. Kegagalan
menjalankan manajemen kinerja dapat berakibat pada
timbulnya citra buruk organisasi. Permasalah tentang
kinerja merupakan permasalahan yang selalu dihadapi
oleh pihak manajemen perusahaan. Karena itu
manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut akan
membuat manajemen perusahaan dapat meningkatkan
kinerja karyawannya agar sesusai dengan harapan
perusahaan.
Namun kinerja memerlukan dukungan sarana,
kompetensi,peluang, standar, dan umpan balik.3
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam
kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan
yang diberikan kepadanya dengan baik. Orang harus
melakukan lebih dari sekadar belajar sesuatu, orang
harus dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kompetensi memungkinkan seseorang memujudkan tugas
berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.4
3 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers,2013) hlm 1024 Ibid, 104
Badan Nasional Sertifikat Profesi (BNSP) telah
menyatakan SDM unggul adalah yang memiliki tiga
kompetensi, yaitu : kompetensi teknis, kompetensi
spiritual dan kompetensi sosial. Kompetensi teknis
adalah kompetensi yang harus dimiliki karyawan
sesuai dengan tugas pekerjaannya secara teknis.
Kompetensi spiritual akan mewujudkan disiplin,
dedikasi, integritas dan loyalitas, etos kerja,
motivasi kerja. Sedangkan dengan kompetensi sosial
akan mewujudkan kemampuan bekerja sama, kemampuan
bergaul dan berkomunikas, kemampuan berkordinasi,
kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain serta
kemampuan kerja sama dalam tim. Adapun manfaat
kompetensi spiritual dan sosial untuk memimpin diri
dalam meningkatkan keseimbangan moralitas dalam
bekerja untuk memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya bagi perusahaan dan masyarakat atau disebut
sebagai kompetensi spiritual (spiritual competency).
Esensi dari kompetensi spiritual menurut
Mujiman (2008), yaitu:5
1. Bersumber dari dan terkait dengan nilai-
nilai spiritual keagamaan dan kepercayaan
5 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada) Hlm 71
dalam kaitan dengan pengabdian terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Membentuk sikap mental bahwa bekerja
adalah bagian dari amal dan ibadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam memenuhi kompetensi spiritual setiap
karyawan harus memiliki kecerdasan spiritual yang cukup
baik. Agar karyawan mendapat predikat Sumber Daya
Manusia yang unggul menurut BNSP.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai,
yaitu kercerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. Kecerdasan spiritual adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
secara efektif. Bahkan kecerdasan spiritual
merupakan kecerdasan tertinggi kita.6
Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo,
menyadari bahwa kemandirian dalam bidang
perekonomian akan menduduki peran strategis dalam6 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007) hlm 4
setiap aktivitas maupun keputusan yang ditetapkan.
Dalam kaitan itu, maka dikembangkan pola hidup ber-
koperasi di kalangan santri. Kebijakan ini secara
bertahap diharapkan akan menjadi Badan Usaha Milik
Pesantren (BUMP), Sehingga akan mampu menopang
kebutuhan operasinal pondok pesantren. Pendirian
lembaga perekonomian yang saat ini mengelola
beberapa unit usaha, seperti; Swalayan Bin Nawawi,
Air Minum Dalam Kemasan Bin Nawawi Water, Shoutuna
FM, Toko Busana Muslim Griya Bin Nawawi, Toko
Sembako Bin Nawawi, Toko Kitab, dan Baitul Mal wa-
Tanwil (BMT).
Dengan menyadari permintaan pasar yang semakin
berkembang Kapontren Bin Nawawi harus menyiapkan
karyawan-karyawan dengan kinerja yang unggul dan
mampu bersaing. Karyawan Kapontren Bin Nawawi
sebagian besar dari kalangan santri dan sebagian
dari warga setempat. Dengan menyandang predikat
santri dan itu pilihan tidak memungkinkan bahwa
santri tersebut mempunyai kecerdasan spiritual yang
cukup yang dapat menghasilkan kinerja yang unggul.
Santri yang bekerja di Kapontren An Nawawi sama
sekali tidak mendapat reward, ini yang membuktikan ada
pengaruh kecerdasan spiritual yang dimiliki santri dalam
bekerja dapat mempengaruhi kinerja. Tetapi dalam
kenyataan lain ada beberapa santri yang memang
kinerja tidak memuaskan.
Dari semua uraian di atas kami peneliti akan
melakukan penelitian dengan tema “Pengaruh Kecerdasan
Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Bin Nawawi Grup”.
Sebagai mahasiswa Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Penelitian ini diharapkan bisa mempunyai
yang positif untuk jurusan dan mahasiswa Manajemen
Dakwah khususnya konsentasi MSDM. Dalam penilitian
nantinya akan menunjukan seperti apa kecerdasan
spiritual berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dan
juga diharapkan penelitian ini dapat memberi
kontribusi positif terhadap mahasiswa dan dosen
dalam penelitian berikutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Seberapa besar kecerdasan spiritual mempengarui
kinerja karyawan Bin Nawawi Grup?
C. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu kercerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan
spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional secara efektif. Bahkan kecerdasan
spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita.7
SQ adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan
yang dapat membantu kita menyembuhkan dan
membangun diri kita secara utuh. SQ adalah
kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau
pikiran sadar. SQ adalah kesadaran yang dengannya
kita tidak hanya mengaku nilai-nilai yang ada,
tetapi kita juga secara kreatif menemukan nilai-
nilai bari. SQ tidak bergantung pada pada budaya
maupun nilai. Ia tidak mengikuti nilai-nilai yang
ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki
nilai-nilai itu sendiri.8
Sedangkan Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan
kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk
7 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007) hlm 48 Ibid, hlm 9
memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya
(hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhidi
(integralistik), serta berprinsip “hanya karena
Allah”.9
Kecerdasan spiritual memberi kita rasa moral,
kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi
dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara
untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai
batasanya. Kita menggunakan kecerdasan spiritual
untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, serta
untuk membayangkan kemungkinan yang belumterwujud
untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri
dari kerendahan.10
Dalam istilah evolusioner, karya neurobiologis
tentang bahasa dan representasi simbolis Deacon
menunjukkan bahwa kita telah menggunakan
kecerdasan spiritual secara harfiah untuk
menumbuhkan otak manusia kita. Kecerdasan
Spiritual telah “menyalakan” kita untuk menjadi
manusia seperti adanya sekarang dan memberi
9 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta : Arga 2001) hlm 5710 Ibid, hlm 10
potensi untuk “menyala lagi” untuk tumbuh dan
berubah serta menjalani lebih lanjut evolusi
potensi kita, yaitu:11
a. Kita menggunakan kecerdasan spiritual kita
untuk menjadi kreatif
b. Kita menggunakan kecerdasan spiritual kita
untuk berhadapan dengan masalah exsistensial
c. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk
menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam
beragama
d. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk
mencapai perkembangan diri yang lebih utuh
karena kita memiliki potensi untuk itu.
e. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk
berhadapan dengan masalah baik dan jahat,
hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari
penderitaan dan keputusasaan manusia.
Sedangkan tanda-tanda SQ yang telah berkembang
dengan baik mencakup berikut:12
a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara
spontan dan aktif)
11 Ibid, hlm 1212 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung : Mizan 2007). hlm14
b. Tingkat kesadaran yang tinggi
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan
d. Kemampuan dan untuk melampaui rasa sakit
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
nilai
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugiaan yang
tidak perlu
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan
antara berbagai hal (berpandangan holistik)
h. Kencenderungan nyata bertanya
i. Mandiri
2. Pengertian Kinerja
Arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata
job perfomance dan disebut juga actual performance atau
prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
telah dicapai oleh seseorang karyawan. Menurut
Oxfrord Dictionary, kinerja (perfomance) merupakan
suatu tindakan atau proses atau cara bertindak
atau melakukan fungsi organisasi. Sedangkan
kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary
berasal dari kata “to perform” dengan beberapa
entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan,
melaksanakan (to do or carry of a execute), (2) memenuhi
atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar
(to discharge of fulfil as vow), (3) melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete
an understaking), (4) melakukan sesuatu yang
diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is
expected of a person machine).13
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja
adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakanya.14
Mawarsyah mendefinisikan kinerja adalah
pencapaian atau prestasi seseorang berkenan dengan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja
dapat pula dipandang sebagai perpaduan dari hasil
kerja (apa yang harus dicapai oleh seseorang) dan
kopetensi (bagaimana seseorang mencapainya). 15
13 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi,(Jakarta : Rajawali Pers 2012) Hlm 9614 Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013) hlm 715 Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010)hlm 228
Kinerja, menurut Maier (1965) yang dikutip oleh
Asad (1991) adalah kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankan.
Gilbert (1977) mendifinisikan kinerja adalah apa
yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Dari batasan-batasan yang ada
dapat dirumuskan bahwa kinerja (performance) adalah
hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan
kerja seseorang karyawan. Dengan demikian kinerja
seseorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja,
hasil tugas, atau hasil kegiatan dalam kurun waktu
tertentu.
Kinerja seorang tenaga kerja atau karyawan
dalam suatu organisasi atau institusi kerja,
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari
dalam karyawan itu sendiri maupun faktor
lingkungan atau organisasi itu sendiri. Menurut
Gibson (1977) faktor-faktor yang menentukan
kinerja seseorang, dikelompokan menjadi 3 faktor
utama, yakni:
a) Variabel individu, yang terdiri dari:
pemahaman terhadap pekerjaan, pengamanan
kerja, latar belakang keluarga, tingkat
sosial ekonomi, dan faktor demografi.
b) Variabel organisasi, yang antara lain terdiri
dari: kepemimpinan, desaign pekerjaan, sumber
daya yang lain, struktur organisasi, dan
sebagainya.
c) Variabel psikologis, yang terdiri dari:
persepsi terhadap pekerjaan sikap, sikap
terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian,
dan sebagainya.
Sedangkan menurut Stoner (1981) kinerja
seseorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi
oleh: motivasi, kemampuan, faktor persepsi. Baik
Gibson maupun Stoner berpendapat bahwa motivasi
adalah merupakan faktor yang berpengaruh dalam
kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja.16
Menurut model lawyer kinerja individu pada dasarnya
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:17
a) Harapan mengenai imbalan
b) Dorongan
c) Kemampuan
d) Kebutuhan presepsi terhadap tugas
16 Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta 2009) Hlm 124-12517 Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja Berbasis Kompetensi,(Jakarta : Rajawali Pers 2012) Hlm 96
e) Imbalan internal
f) External
g) Persepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja
D. METODE PENELITIAN DAN UJI ANALISIS DATA
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif yang
menggambarkan dan menjelaskan variabel independen
yaitu kecerdasan Spiritual dengan kinerja
karyawan.
Metode deskriptif memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada
pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang
bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-
fakta tentang masalah yang diselidiki serta di
iringi dengan interpretasi rasional yang akurat.
Di mana penelitian ini menjelaskan keadaan dari
objek penelitian dan mencoba menganalisa untuk
memberi kebenarannya berdasarkan data-data yang
diperoleh. Sedangkan pendekatan kuantitatif
diterapkan menggunakan rumus statistik untuk
membantu menganalisa data dan fakta yang
diperoleh18
2. Teknik Pengambilan sampel
Teknik sempling menggunakan Sampling Jenuh teknik
ini digunakan apabila semua populasi digunakan
sebagai sampel.19
3. Variabel penelitian
Variabel independen : Kecerdasan Spiritual
(X)
Variabel dependen : Kinerja Karyawan
(Y)
4. Metode pengumpulan data
1) Metode Quisioner/ angket
2) Wawancara
3) Observasi20
5. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini skala yang di gunakan adalah
skala linkert yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok18Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press 1990) hlm. 6419Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm85.20Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm145.
orang tentang fenomena sosial.21 Dengan skala linkert
maka variabel yang dijabarkan menjadi indikator
variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Pengukuran ini menggunakan 5 skala
linkert yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
6. Uji validitas dan reliabilitas
a. Uji validitas : Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah instrument yang digunakan
benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur baik menurut pertimbangan sendiri
maupun setelah bertukar fikiran
(berkonsultasi) dengan orang lain atau bahkan
ahli-ahli dibidang pengetahuan yang
bersangkutan, instumen tersebut bisa
dinyatakan telah memiliki content
validity.22Biasanya harga validitas ditunjukkan
dengan besarnya harga korelasi. Umumnya satu
item dinyatakan valid jika memiliki harga
diatas 0,3. Meskipun demikian, ada juga pakar
21Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(bandung : alfabeta 2013) hlm, 93.22Muhammad idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Hlm 123.
yang menyatakan bahwa harga validitas item
dapat sebesar 0,25. Kedua harga ini dapat saja
di gunakan sebagai patokan untuk menyatakan
valid atau tidaknya satu item tertentu.
b. Uji reliabilitas : Uji reliabilitas digunakan
untuk mengetahui tingkat keajekan instrument
saat digunakan kapan dan oleh siapa saja
sehingga akan cenderung menghasilkan data yang
sama atau hampir sama dengan sebelumnya.23
7. Uji analisis Data
a. Uji normalitas
Dalam penelitian ini alat uji normalitas
datanya dengan menggunakan chi Square (x), maka
dasar pengambilan keputusannya adalah Ichi Square
hitung < dari pada harga chi Square tabel maka
distribusi data tersebut dapat dinyatakan
berdistribusi normal.24
b. Uji Linieritas
Uji ini dilakukan dengan mencari persamaan
garis regresi variabel bebas X terhadap
variabel Y. Berdasarkan garis regresi yang
23Ibid 12324Erna Kusumawati, Uji Komparasi Jenis Kelamin dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Study do Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi (tidak diterbitkan), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, Hlm.. 26
telah dibuat, selanjutnya di uji keberartian
koefisien garis regresi serta linearitasnya.25
Uji linearitas digunakan untuk mencari
persamaan garis regresi variabel kualitas
pelayanan, citra lembaga, dan religiusitas
terhadap minat muzakki.
Uji linearitas menggunakan Compare Means (Test
of Linearity) denganSPSS versi 21.0 for windows.Suatu
variabel yang terdapat model regresi linear
jika nilai signifikansi > 0, 05.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya
hubungan linear antar variabel independen dalam
model regresi.Prasyarat yang harus terpenuhi
dalam model regresi adalah tidak adanya
multikolinearitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu
: 1) dengan melihat nilai inflation factor
(VIF) pada model regresi, 2) dengan
membandingkan nilai koefisien determinasi
25 Hand Out Short Course Komputer Statistika Laboratorium ManajemenDakwah 2013.
individual (r2) dengan nilai determinasi secara
serentak (R2), dan 3) dengan melihat nilai
eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan
ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan
melihat nilai inflation factor (VIF) pada model
regresi dan membandingkan nilai koefisien
determinasi individual (r2) dengan nilai
determinasi secara serentak (R2). Pada umumnya
jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel
tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas
dengan variabel bebas lainnya.
d. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan model regresi berganda.Model
regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data
variabel independen yang sudah diketahui
besarnya. Model regresi berganda umumnya
digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih
variabel independen terhadap variabel dependen
dengan skala pengukuran interval atau rasio
dalam suatu persamaan linier. Variabel
independen adalah kecerdasan spiritual
sedangkan variabel dependennya adalah kinerja
karyawan. Untuk menguji hipotesis tersebut,
maka rumus persamaan regresi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + e
Dimana:
Y : Kinerja Karyawan
A : konstanta
b1 : koefisien regresi
X1 : Kecerdasan Spiritual
e : eror
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Uji determenasi R2
Dalam uji regresi linier koefisien
determinasi digunakan untuk mengetahui
presentase sumbangan pengaruh serentak
variabel-variabel bebas terhadap variabel
terkait untuk itu dibutuhkan angka-angka pada
tabel model summery.
Cara menggunakan koefisien determinasi
dengan melihat kolom R2, hasil dari analisa
data SPSS
b. Uji Statistik (t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05.
e. Uji Statistik (F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui
pengaruh semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05.26
Daftar Pustaka
Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta,2010)
26duwiconsultant.blogspot.com, tanggal 01 Mei 2014
Prof. Dr. Wibowo, S.E., M Phil. Manajemen Kinerja, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013)
Prof. Dr. Moeheriono, M.Si.,Pengkuran Kinerja
Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada)
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Kecerdasan
Spiritual, (Bandung : Mizan 2007)
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber
Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta 2009)
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:
UGM Press 1990)
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,
(bandung : alfabeta 2013)
Muhammad idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial
duwiconsultant.blogspot.com, tanggal 01 Mei 2014
Erna Kusumawati, Uji Komparasi Jenis Kelamin dan Masa KerjaTerhadap Produktivitas Kerja Karyawan Study do KantorWilayah Departemen Agama Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta, Skripsi (tidak diterbitkan), UniversitasIslam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,
(Jakarta : Arga 2001)