Upload
klikrafa
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
MAKALAH SEJARAH BUDAYA ISLAM“IDENTITAS WAHYU, ISLAM, PERADABAN,
DAN PERTAUTANNYA”
Oleh:
Kelompok I
Ahsan Wahyudin (20600111003)
Azrar Mubarak (20600111017)
2
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah
menciptakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga
dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat
ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nyalah sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan
untuk dapat menyelesaikan makalah Sejarah Budaya Islam
ini dengan judul “Identitas Wahyu, Islam, Peradaban,
dan Pertautannya” yang merupakan tugas kami dalam mata
kuliah Sejarah Buadaya Islam di semester tujuh ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini
menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke
puncak peradaban seperti sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan
makalah ini tidak lepas dari tantangan dan hambatan.
Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar
jalannya penyusunan makalah ini sehingga makalah ini
3
dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu,
secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga Penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami
menyadari bahwa hanya kepada ALLAH SWT jugalah kita
menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi
referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita
semua, Aamiin Yaa Robb.
Makassar, 23 September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................i
DAFTAR ISI........................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................1-2A. Latar Belakang Masalah.......................1B. Rumusan Masalah..............................2C. Tujuan Penulisan.............................2
4
BAB II PEMBAHASAN............................3-A. Identitas dan Lingkup Peradaban Islam........3-6B. Islam; Wahyu dan Tradisi Budaya (Religiocultural)
.............................................6-13C. Budaya Islam vs Budaya Arab .................13-
15D. Islam Normatif dan Islam Historis ...........15-
17 E. Babakan Sejarah Peradaban Islam .............17-
23F. Nilai Tawar dan Signifikansi (Pentingnya) Mengkaji
Peradaban Islam.............................................23-25
BAB III PENUTUP..............................26A. Kesimpulan...................................26-
27B. Saran........................................27
DAFTAR PUSTAKA................................28
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan satu-satunya makhluk Allah
yang diberikan karunia dengan akal, maka dengan
memiliki kekhususan tersebut manusiapun diberikan
kemampuan dalam menganalisis suatu hal dalam
kehidupannya. Maka dari itu pada kaitannya manusia
tidak mungkin terlepas dari yang namanya sejarah,
karena dengan sejarah tersebut manusia dapat belajar
dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi pada
masa lalu. Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan
masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan
instropeksi diri. Begitu pula dengan sejarah
peradaban Islam yang merupakan alat untuk mempelajari
kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun sebagai
6
acuan untuk lebih dapat memajukan Islam daripada
sebelumnya.
Peradaban Islam merupakan kajian yang memiliki
ruang lingkup yang luas termasuk identitas peradaban
itu sendiri, identitas wahyu, Islam, serta pertautan
antara identitas-identitas tersebut.
Oleh karena itulah, kami menyusun makalah ini
untuk mengetahui identitas dan lingkup peradaban
Islam, Islam; wahyu dan tradisi budaya (religiocultural),
budaya Islam vs budaya Arab, Islam normatif dan Islam
Historis, babakan sejarah peradaban Islam, dan nilai
tawar dan signifikansi (pentingnya) mengkaji
peradaban Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah ini,
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa identitas dan lingkup peradaban Islam ?
7
2. Apa konsep Islam; wahyu dan tradisi budaya
(religiocultural) ?
3. Bagaimana budaya Islam vs budaya Arab ?
4. Apa konsep Islam normatif dan Islam Historis ?
5. Bagaimana babakan sejarah peradaban Islam ?
6. Bagaimana nilai tawar dan signifikansi
(pentingnya) mengkaji peradaban Islam ?
C. Tujuan Penulisan
Pada makalah ini penulis menguraikan bentuk
makalah dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui identitas dan lingkup peradaban
Islam.
2. Untuk mengetahui konsep Islam; wahyu dan tradisi
budaya (religiocultural).
3. Untuk mengetahui bagaimana budaya Islam vs budaya
Arab.
4. Untuk mengetahui konsep Islam normatif dan Islam
Historis.
5. Untuk mengetahui babakan sejarah peradaban Islam.
8
6. Untuk mengetahui nilai tawar dan signifikansi
(pentingnya) mengkaji peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas dan Lingkup Peradaban IslamI. Identitas Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata
“Arab al-hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini sering
juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab
adalah ats-tsaqafah.
Landasan peradaban islam adalah kebudayaan
islam terutama wujud idealnya, sementara landasan
kebudaan islam adalah agama. Dalam islam tidak
seperti masyarakat penganut agama yang lainnya,
agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan
kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta,
rasa dan karsa manusia, maka agama islam adalah
wahyu dari peradaban.
Sejarah peradaban islam diartikan sebagai
perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam
9
perspektif sejarahnya, dan peradaban islam
mempunyai berbagai macam pengetian lain diantaranya
:
Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan dan
tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam
satu periode kekuasaan islam mulai dari periode
nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan
islam sekarang.
Sejarah Peradaban Islam merupakan hasil hasil
yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan
kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan
politik atau kekuasaan islam yang berperan
melindungi pandangan hidup islam terutama dalam
hubungannya dengan ibadah ibadah, penggunaan
bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Dunia intelaktual sebagai deskripsi dari identias peradaban.
Pemikiran dalam arti luas adalah sebuah
peraturan yang digunakan untuk mengetahui
masyarakat yang memiliki unsur-unsur normatis
tertentu di dunia kebudayaan yang orisinil. Artinya
bahwa aktifitas pemikiran harus mendiskripsikan
loyalitas kepada identitas tertentu yang memiliki
landasan dasar dan faktor pendukung tertentu pula.
Semakin dekat seseorang dengan model yang
10
ditentukan oleh identitas budaya dan loyalitas
peradabannya sendiri, ia semakin mampu berinteraksi
dengan aktifitas pemikiran dalam manyarakat dan
bangsanya.
Karena tiap sejarah memiliki budaya
tersendiri, dan tidak mungkin mendiskripsikan
sejarah tanpa budaya, maka masyarakat yang
kehilangan budayanya sudah pasti akan kehilangan
sejarahnya. Budaya, termasuk juga pemikiran
keberagamaan yang menyatu dengan manusia sepanjang
sejarah dari zaman Adam AS, bukan untuk
mendiskripsikan ilmu yang dipelajari manusia,
karena sesungguhnya ia adalah inti dari peradaban.
Ialah yang memberi makan janin peradaban dimasa
perkembangannya. Ia adalah perantara yang membantu
dalam pembentukan karakteristik masyarakat yang
berperadaban. Ia adalah perantara yang membentuk
bagian-bagian peradaban sesuai dengan tujuan mulia
yang digariskan masyarakat untuk dirinya. Dan
demikianlah tersusun sejarah.
Dalam merealisasikan pemikiran kontemporer
selayaknya kita menyadari bahwa fungsi peradaban
akan lebih aktif dari pada hanya sekedar menjadi
paham pemikiran dan kebudayaan. Maksudnya bukan
hanya sekedar menyatukan kesadaran individu
terhadap landasan dasar Islam, namun yang
11
selayaknya kita lakukan adalah menyadarkan
masyarakat bahwa fungsi budaya yang memiliki
korelasi dengan peradaban dapat menjadi pengikat
antar golongan, generasi dan perbedaan status
sosial. Fungis peradaban ini secara otomatis akan
menggiring kita pada satu aktifitas lintas masa
sehingga mampu menghapuskan batas-batas antara masa
lampau, masa kini dan masa mendatang. Dengan
demikian fungsi kebudayaan peradaban bagi identitas
seorang muslim akan menjadi kenyataan dalam rangka
berdialog dengan budaya lain, sehingga dakwah Islam
dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia. Fungsi
budaya adalah memberikan bekal dengan suatu
idealisme yang dapat menguatkan pondasi banguan
peradaban sehingga dapat berinteraksi dengan
peradaban yang berbeda. "Dialah Yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk yang benar dan
agama Islam agar dimenangkan-Nya atas semua agama.
Dan cukuplah Allah sebagai saksinya." (Q.S Al-
Fath:28).. Dari sini budaya akan menjadi sebuah
kumpulan dari perasaan yang saling mengikat yang
memungkinkan aktifitas peran budaya agar sesuai
dengan pemahaman Islam mengenai perdadaban. Dengan
demikian, peradaban akan berinteraksi dengan
situasi yang dalam satu waktu dapat menjadi alat
sekaligus praktek, karena sesungguhnya budaya
12
adalah identitas dari suatu peradaban. Dengan
demikian budaya menjadi perantara yang dapat
mengikat idealisme dan paham Islam terhadap
struktur dan perjalanan peradaban sepanjang
sejarah.
Dunia intelektual dan dunia kebudayaan semakin
nampak urgen -sebagai deskripsi mengenai identitas
peradaban- dalam dua bentuk; bisa jadi ia dapat
menjadi faktor pembangkit peradaban dan juga dapat
memberikan implikasi pada kebangkitan peradaban,
atau sebaliknya, ia dapat menjadi faktor penghalang
perjalanan aktifitas peradaban. Dalam struktur
peradaban, hal terpenting tidak terletak pada akal
pemikiran, namun bagaimana kita mampu mengarahkan
akal pemikiran agar semaksimal mungkin dapat aktif,
dimana Ia tetap memiliki karakteristik ideologi dan
pemikirannya. Dakwah Islam yang berperadaban dapat
melepaskan manusia dari sikap lemah serta
memberikan dorongan semaksimal mungkin agar dapat
aktif sesuai dengan aqidah Islam.
II. Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam
Karena Islam lahir di Arab, maka is dari
sejarah peradaban Islam membahas tentang riwayat
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa wahyu Tuhan.
13
1. Sebelum Nabi dilahirakn yakni apa saja yang
berkembang menjelang Rasulullah lahir yang
dipengaruhi oleh budaya bangsa-bangsa
disekitarnya yang lebih awal maju daripada
kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut
melalui beberapa jalur :
a. Hubungan dagang dengan bangsa lain, seperti
bangsa Syiria,Persia, Mesir dan Romawi yang
telah mendapat pengaruh Hellenisme ( kebudayaan
Yunani dulu yang mempengaruhi perkembangan
fikir ).
b. Melalui kerajaan protektorat, seperti kerajaan
Hirah dibawah perlindungan Persia dan kerajaan
Ghassa dibawah perlindungan Romawi.
c. Masuknya misi Yahudi dan Kristen, tapi meski
agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke Arab,
bangsa Arab kebanyakan masi menganut agama asli
mereka yakni menyembah berhala.
2. Riwayat Rasulullah dilahirkan sampai beliau
wafat, yakni sebelum masa kerasulan Nabi Muhammad
dari kelahirannya dalam keadaan yatim menjadi
yatim piatu sampai beliau mendapat wahyu dari
Tuhan dan berdakwah menyebarkannya hingga beliau
wafat.
14
3. Kemajuan Islam yang diteruskan oleh para sahabat
seperti masa khulafaurrasyidin, bani Umayyah, dan
bani Abbasiyah.
4. Masa disentrigasi yakni adanya dinasti-dinasti
yang memerdekakan diri dari kekuasaan bani
Abbasiyah.
5. Masa kemunduran yakni masa dimana adanya
persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi,
koflik keagaman dan lain-lain.
6. Penyebaran Islam di belahan dunia barat dan
lainnya, seperti Islam di Spanyol dan pengaruhnya
di Eropa, di Asia dan lainnya.
B. Islam; Wahyu dan Tradisi Budaya
(Religiocultural)I. Pendahuluan
Din al-Islam, sering diterjemahkan sebagai “agama
Islam”. Mnerjemahkan “din” dengan “agama”
sebenarnya kurang tepat, mengingat bahwa secara
historis istilah ‘agama’ melekat pada ajaran Hindu
dan Buddha.
Lazimnya, setiap agama diberi nama sesudah
berlalu masa orang yang mengembangkannya. Nama-nama
agama tersebut biasanya dinisbahkan kepada nama
pendiri agama tersebut, atau kepada suku bangsa
agama tersebut lahir. Berbeda dengan Islam, Islam
adalah agama yang
15
namanya diambil dari hakikat atau substansi
ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika agama-
agama yang lain namanya baru ada setelah pembawa
ajarannya telah tiada, maka nama “Islam” sudah ada
sejak awal kelahirannya. Uniknya Allah SWT sendiri
yang memberikan nama risalah yang dibawakan oleh
Nabi Muhammad SAW tersebut. Banyak ayat Al Qur’an
yang menyebut risalah tersebut, seperti Q.S. Ali
‘Imran (3) : 19 yaitu :
Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di
sisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al_Kitab
kecuali sesudah dating pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada)
diantara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya (Q.S. Ali
Imran : 19).
Masyarakat Arab sebelum Nabi Muhammad telah
mempercayai adanya Tuhan. Mereka sering mengadakan
upacara penyembahan sebagai sarana berhubungan
16
dengan Tuhan mereka, termasuk penyembahan terhadap
berhala. Sejak masa Ibrahim, kepercayaan terhadap
Tuhan telah menjadi kebutuhan setiap manusia,
melalui penyembahan berhala.
Agama sebagai sistem sosialpun tidak asing
lagi bagi bangsa Arab pra-Islam. Sebelum Islam,
kota Mekkah telah menjadi pusat umat beragama saat
itu yang melaksanakan ibadah haji, meski tidak
dapat dilepaskan dari kegiatan perdagangan.
Keberadaan Kabah sejak masa Ibrahim telah
menjadikan kota itu dianggap sebagai tempat suci
yang sangat tepat bagi manusia untuk menghadapkan
dirinya kepada Tuhan. Dengan kondisi seperti itu
para pemimpin kota Mekkah-pun tidak dapat terlepas
dari kepemimpinan dalam kegiatan keagamaan
masyarakat saat itu. Para pendahulu yang menjadi
nenek moyang Nabi Muhammad adalah para tokoh yang
berperan dalam berbagai kegiatan di kota ini.
II. Wahyu
Pengertian Wahyu
Wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari
Allah, yang diturunkan kepada seorang nabi atau
rasul dengan perantara malaikat ataupun tidak.
Berdasarkan salah satu ayat dalam Al-Qur'an,
17
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu
kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub,
Yunus, Harun dan Sulayman. Dan Kami berikan Zabur
kepada Daud” (QS. Al-Baqarah 4:163).
Prosesnya bisa melalui suara berupa firman
atau melalui visi/mimpi. Etimologinya berasal dari
kata kerja bahasa Arab (waḥā) َوَحى yang berartimemberi wangsit, mengungkap, atau memberi
inspirasi.
Wahyu Sebagai Dasar Pandangan Hidup Islam
Pandangan hidup Islam bersumberkan kepada
wahyu yang diperkuat oleh agama (din) dan didukung
oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan
hidup Islam telah sempurna sejak awal dan tidak
memerlukan kajian ulang atau tinjauan kesejarahan
untuk menentukan posisi dan peranan historisnya.
Substansi agama seperti: nama, keimanan dan
pengamalannya, ritus-ritusnya, doktrin-doktrin
serta sistim teologisnya telah ada dalam wahyu dan
diterangkan serta dicontohkan oleh Nabi. Ketika ia
muncul dalam pentas sejarah, Islam telah “dewasa”
sebagai sebuah sistim dan tidak memerlukan
18
pengembangan. Ia hanya memerlukan penafsiran dan
elaborasi yang merujuk kepada sumber yang permanen
itu.
Maka ciri pandangan hidup Islam adalah
otentisitas dan finalitas. Maka apa yang di Barat
disebut sebagai klasifikasi dan periodesiasi
pemikiran, seperti periode klasik, pertengahan,
modern dan postmodern tidak dikenal dalam pandangan
hidup Islam; periodesasi itu sejatinya
menggambarkan perubahan elemen-elemen mendasar
dalam pandangan hidup dan sistim nilai mereka.
Elemen-elemen pandangan hidup Islam terdiri
utamanya dari konsep Tuhan, konsep wahyu, konsep
penciptaan-Nya, konsep psikologi manusia, konsep
ilmu, konsep agama, konsep kebebasan, konsep nilai
dan kebajikan, konsep kebahagiaan. Elemen-elemen
mendasar yang konseptual inilah yang menentukan
bentuk perubahan (change), perkembangan
(development) dan kemajuan (progess) dalam Islam.
Elemen-elemen dasar ini berperan sebagai tiang
pemersatu yang meletakkan sistem makna, standar
tata kehidupan dan nilai dalam suatu kesatuan
sistim yang koheren dalam bentuk worldview.
Pandangan hidup Islam dicanangkan oleh Nabi
di Makkah melalui penyampaian wahyu Allah dengan
cara-cara yang khas. Setiap kali Nabi menerima
19
wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur’an, beliau
menjelaskan dan menyebarkannya ke masyarakat. Cara-
cara seperti ini tidak sama dengan cara-cara yang
ada pada scientific worldview, dan oleh sebab itu
Prof.Alparslan menamakan worldview Islam sebaai
“quasi-scientific worldview”.
Wahyu Allah Pada Periode Makkah dan Madinah
Periode Makkah merupakan periode yang sangat
penting dalam kelahiran pandangan hidup Islam.
Karena banyaknya surah-surah al-Qur’an diturunkan
di Makkah (yakni 85 surah dari 114 surah al-Qur’an
diturunkan di Makkah), maka periode Makkah dibagi
menjadi dua periode: Makkah period awal dan periode
akhir. Pada periode awal wahyu yang diturunkan
umumnya mengandung konsep-konsep tentang Tuhan dan
keimanan kepadaNya, hari kebangkitan, penciptaan,
akhirat, surga dan neraka, hari pembalasan, baik
dan buruk, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu
merupakan elemen penting dalam struktur worldview
Islam. Pada periode akhir Makkah, wahyu
memperkenalkan konsep-konsep yang lebih luas dan
abstrak, seperti konsep ‘ilm, nubuwwah, din,
ibadah, dan lain-lain. Dua periode Makkah ini
penting bukan hanya karena sepertiga dari al-Qur’an
diturunkan di sini, akan tetapi kandungan wahyu dan
20
penjelasan Nabi serta partisipasi masyarakat muslim
dalam memahami wahyu itu telah membentuk struktur
konsep tentang dunia (world-structure) baru yang
merupakan elemen penting dalam pandangan hidup
Islam. Karena sebelum Islam datang struktur konsep
tentang dunia telah dimiliki oleh pandangan hidup
masyarakat pra-Islam (jahiliyyah), maka struktur
konsep tentang dunia yang dibawa Islam menggantikan
struktur konsep yang ada sebelumnya. Konsep karam,
misalnya, yang pada masa jahiliyya berarti
kemuliaan karena harta dan banyaknya anak, dalam
Islam diganti menjadi berarti kemuliaan karena
ketaqawaan.
Pada periode Madinah, wahyu yang diturunkan
lebih banyak mengandung tema-tema umum yang
merupakan penyempurnaan ritual peribadatan, rukun
Islam, sistem hukum yang mengatur hubungan
individu, keluarga dan masyarakat; termasuk hukum-
hukum tentang jihad, pernikahan, waris, hubungan
muslim dengan ummat beragama lain, dan sebagainya.
Secara umum dapat dikatakan sebagai tema-tema yang
berkaitan dengan kehidupan komunitas muslim.
Meskipun begitu, tema-tema ini tidak terlepas dari
tema-tema wahyu yang diturunkan sebelumnya di
Makkah, dan bahkan tema-tema wahyu di Makkah masih
terus didiskusikan.
21
Ringkasnya, periode Makkah menekankan pada
beberapa prinsip dasar aqidah atau teologi yang
bersifat metafisis, yang intinya adalah konsep
Tuhan, sedangkan periode Madinah mengembangkan
prinsip-prinsip itu kedalam konsep-konsep yang
secara sosial lebih aplikatif. Dalam konteks
kelahiran pandangan hidup, pembentukan struktur
konsep dunia terjadi pada periode Makkah, sedangkan
konfigurasi struktur ilmu pengetahuan, yang
berperan penting dalam menghasilkan kerangka konsep
keilmuan, scientific conceptual scheme dalam
pandangan hidup Islam terjadi pada periode Madinah.
III. Budaya
Pengertian Budaya
Menurut Koentjaningrat, yang dimaksud dengan
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar. Kebudayaan lahir
sebagai hasil buah usaha budinya seseorang atau
kelompok masyarakat. Kebudayaan adalah segala hasil
karya dari proses cipta, rasa dan karsa manusia
belaka, yang kemudian diwariskan secara turun
temurun dan menjadi sebuah karya budaya yang
melekat dalam masyarakat sekitar. Berdasarkan
22
definisi ini kebudayaan dibedakan atas 3 bentuk
budaya: (1) kebudayaan dalam bentuk ide, gagasan,
dan konsep (ada yang menyebutnya sistem nilai); (2)
kebudayaan yang berupa tingkah laku manusia; dan
(3) kebudayaan yang berupa benda karya manusia.
Ketiga bentuk kebudayaan itu berjalan saling
bertautan. Ide manusia akan melahirkan pola tingkah
laku, dan selanjutnya ide dan tingkah laku itu
menghasilkan sesuatu karya dalam bentuk benda.
Benda karya budaya itu akan berbalik mempengaruhi
tingkah laku dan ide, dan dari rangsangan itu
lahirlah ide baru. Dari ide baru akan lahir pola
tingkah laku baru dan selanjutnya lahir benda baru.
Demikian seterusnya saling bertautan dan saling
merangsang tumbuhnya temuan-temuan baru itu
berjalan terus menerus, dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Dari ketiga bentuk kebudayaan itu sering
dikelompokkan menjadi 2 sifat kebudayaan, yakni:
(1) kebudayaan yang bersifat non-benda, tak-benda,
tak teraba atau intangible culture aspect; dan (2)
kebudayaan dalam bentuk benda atau tangible culture
aspect. Bila dilihat dari dari sisi bentuk
kebudayaan, maka agama berhubungungan erat dengan
masalah ide, gagasan dan konsep, yang selanjutnya
berhubungan pula dengan pola tingkah laku (non-
23
benda) dan benda sebagai karya budaya keagamaan
(benda).
Titik Temu dan Titik Pisah Agama dan Budaya
Ada dua pandangan tentang hubungan antara
keduanya. Pandangan pertama menempatkan agama
sebagai bagian dari kebudayaan, yang berarti antara
keduanya pada hakikatnya ada kesamaan. Pandangan
kedua menempatkan agama bukan bagian dari
kebudayaan, dan dengan demikian agama berbeda
dengan budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata agama berarti ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan tata pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Ajaran dan
sistem yang mengatur tata keimanan itu hadir karena
datangnya wahyu atau firman dari Tuhan Yang Maha
Pencipta yang diturunkan melalui utusannya untuk
disebarkan kepada masyarakat. Agama merupakan suatu
keyakinan akan keberadaan Tuhan yang menjadikan
sumber ketenteraman dan semangat hidup serta
kepada-Nya manusia akan kembali. Pemahaman tentang
agama seperti ini menjadi dasar bagi pihak yang
tidak setuju jika agama disebut merupakan bagian
dari kebudayaan.
24
Untuk mencari titik temu antara agama dan budaya
dapat pula dilihat dari sisi unsur yang terkandung
dalam kebudayaan. Bila antara arti agama dan budaya
disandingkan, maka keduanya memiliki persamaan isi.
Agama dan kebudayaan adalah sistem nilai dan
simbol-simbol yang berisi kaidah, ajaran, aturan,
meskipun sumbernya berbeda. Sistem nilai dan
simbol-simbol yang lahir dari rahim kebudayaan
dihasilkan oleh kemampuan manusia dalam menghadapi
segala tantangan hidup di lingkungan hidupnya
dengan cara belajar dan belajar. Sementara kaidah,
ajaran, aturan dalam agama diyakini sebagai wahyu.
atau firman yang datang dari Tuhan Yang Maha
Pencipta yang diturunkan melalui utusannya. Dengan
pemahaman tentang isi agama di atas, maka agama
dipandang sebagai dogma yang tidak akan pernah
berubah dan tidak boleh berubah untuk menyesuaikan
diri sesuai dengan tuntutan jaman. Sebagai dogma
diyakini oleh para penganut agama bahwa agama
diturunkan oleh Tuhan sudah disesuaikan dengan
kondisi jaman hingga sampai pada akhir jaman.
Meskipun doktrin yang digunakan untuk bidang
kebudayaan adalah melestarikan kebudayaan bangsa
atau suku bangsa (yang berarti menjaga agar tidak
berubah), namun dalam kenyataan kebudayaan
mendapatkan peluang untuk berubah atau berkembang
25
menyesuaikan diri dengan perkembangan
lingkungannya. Tuntutan perubahan itu sulit
dicegah, karena manusia yang dibekali kemampuan
untuk mengembangkan ide, gagasan dan konsep dalam
menghadapi tantangan lingkungannya. Kebudayaan
selalu berkembang sejalan dengan tingkat kepekaan
manusia dalam menanggapi perkembangan
lingkungannya.
C. Budaya Islam vs Budaya ArabI. Makna Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Arab
Budaya Arab, budaya jawa, budaya ras atau
suku apapun itu berbeda dengan budaya yang
disebabkan oleh ajaran Islam. Namun tolong
dibedakan dengan perilaku sebagian umat Islam yang
disebabkan oleh kesalahpahaman dalam memahami Al
Qur’an dan sunnah Nabi.
Intinya untuk membedakan mana budaya Islam
dan budaya Arab adalah dengan cara membandingkannya
dengan Al Qur’an. Jika ada dinyatakan didalam Al
Qur’an maka itu pastilah budaya yang diturunkan
dari ajaran Islam. Sebaliknya, jika tidak ada
rujukannya dalam Al Qur’an ya itu pasti bukan
budaya yang disebabkan oleh ajaran agama Islam.
Menggunakan kefayah, semacam selendang
bercorak kotak-kotak yang basa digunakan oleh
26
Yasser Arafat, itu adalah budaya Arab, mungkin
tepatnya budaya arab palestina dan pastinya bukan
budaya Islam.
Islam tidak identik dengan Arab, karena tidak
semua bangsa Arab pasti beragama Islam, banyak pula
anggota masyarakat yang berasal dari bangsa Arab
namun tidak beragama Islam. Karena itu, jika ada
suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
wilayah Arab, maka kebudayaan tersebut dinamakan
Kebudayaan Arab, walaupun ada juga yang menyebutnya
Kebudayaan Islam. Terhadap pernyataan ini muncul
dua pendapat :
a. Pertama, bahwa kebudayaan itu disebut sebagai
kebudayaan Arab, karena kebudayaaan ini tumbuh
dan besar di tanah Arab. Sering juga disebut
kebudayaan Timur Tengah, atau budaya padang
pasir.
b. Kedua, disebut sebagai Kebudayaan Islam. Sebab,
meskipun kebudayaan ini lahir di tanah Arab,
tetapi selanjutnya, Islam sangat berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan ini.
Dengan demikian, anggapan bahwa kebudayaan
itu adalah Kebudayaan Islam, karena Islam adalah
agama yang telah membesarkan kebudayaan tersebut.
II. Ciri-Ciri dan Struktur Kebudayaan Islam
27
Ada pemahaman bahwa kebudayaan yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW adalah Kebudayaan Islam, dan
bukan kebudayaan Arab, maka dalam hal ini ada dua
cara pandang yang berbeda:
a. Pertama, Kebudayaan Islam adalah semua hasil
cipta dan karya yang dihasilkan dalam
pemerintahan Islam, atau komunitas yang mayoritas
muslim, dengan Islam sebagai agama individu, atau
komunitas pencetusnya.
b. Kedua, Kebudayaan Islami adalah suatu cipta dan
karya yang bersumber dari dasar ajaran Islam, apa
pun agama individu, atau komunitas pencetusnya
meskipun berada dibawah pemerintahan non muslim.
Dalam hal ini Penulis lebih cenderung
berpendapat bahwa Kebudayaan Islam adalah
kebudayaan yang mutlak berasal dari ajaran Islam,
dicetuskan dan dilakukan oleh umat Islam.
Kebudayaan Islam secara khusus adalah sesuatu yang
dihasilkan umat Islam baik dalam bentuk konkret
maupun abstrak, yang secara prinsip bersumber pada
ajaran Islam. Misalnya model baju penutup aurat,
bersekolah, hidup bersih, dan sebagainya.
D. Islam Normatif dan Islam HistorisI. Pengertian Islam Normatif dan Islam Historis
28
Kata Normatif berasal dari bahasa Inggris norm
yang berarti norma ajaran, acuan, ketentuan tentang
masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan menurut istilah, Islam Normatif
adalah islam pada dimensi sakral yang di akui
adanya realitas transendetal yang bersifat mutlak
dan universal melampaui ruang dan waktu atau sering
disebut realitas ke-Tuhan-an.
Sementara kata Historis, Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, historis yaitu berkenaan dengan
sejarah, bertalian atau ada hubunganya dengan masa
lampau. Sedangkan historisitas yaitu segala sesuatu
yang berhubungan dengan sejarah, kesejarahan.
Sedangkan menurut istilah, Islam Historis
adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari
kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam
ruang dan waktu.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah
peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan ajaran
Islam diantara cakupannya itu ada yang berkaitan
dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan
penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan
pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut,
29
sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat
Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang
pengetauan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur,
politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan,
ekonomi dan lain sebagainya.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa islam secara Normativitas adalah Islam
ditinjau dari Wahyu Allah Swt yaitu Al-Quran dan
Hadist Nabi, sementara islam secara historitas
adalah islam ditinjau dari segi sejarah, mulai
sejak abad Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.
II. Pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis
Ketika melakukan studi atau penelitian Islam,
perlu lebih dahulu ada kejelasan islam mana yang
diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan
Islam normatif dan islam Historis adalah salahsatu
dari penyebutan level tersebut. Istilah yang hampir
sama dengan islam Normatif dan Islam Historis
adalah Islam sebagai wahyu dan Islam sebagai produk
sejarah.
Adapun Pengelompokkan Islam normatif dan Islam
historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan
menjadi tiga wilayah (domain) :
30
1. Wilayah teks asli Islam (the original text of
Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad
yang otentik.
2. Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan
terhadap teks asli Islam (Al-qur’an dan sunnah
nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil
ijtihad terhadap teks asli Islam, seperti tafsir
dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan,
sebab ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan
sebagian masih bersifat global yang membutuhkan
penjabaran lebih lanjut. Di samping permasalahan
kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan
secara tegas permasalahan yang timbul itu
belum/tidak disinggung. Karena itulah
diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap
bersandar kepada kedua sumber utamanya dan sejauh
dapat memenuhi persyaratan. Dalam kelompok ini
dapat di temukan empat pokok cabang : (1)
hukum/fikih, (2) teologi, (3) filsafat, (4)
tasawuf. Hasil ijtihad dalam bidang hukum muncul
dalam bentuk : (1) fikih, (2) fatwa, (3)
yurisprudensi (kumpulan putusan hakim), (4)
kodifikasi/unifikasi, yang muncul dalam bentuk
Undang-Undang dan komplikasi.
31
3. Praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek
ini muncul dalam berbagai macam dan bentuk sesuai
dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya
: praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak
meletakkan tangan di dada. Contohnya lainnya
praktek duduk miring ketika tahiyat akhir bagi
muslim Indonesia, sementara muslim di tempat/
negara lain tidak melakukannya.
Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga
tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang
berbeda sebagai berikut :
1. Nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal
dan institusi-institusi.
2. Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut,
agar nilai-nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/dipraktekkan.
3. Manifestasi atau pratek berdasarkan pada
nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara
satu negara dengan negara lain, bahkan antara
satu wilayah dengan wilayah lain. Perbedaan
tejadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan
konteks dan budaya.
E. Babakan Sejarah Peradaban Islam
32
Sejarah berjalan dari masa lalu ke masa kini
dan melanjutkan perjalanannya ke masa depan.
Perjalanan sejarah selalu mengalami pasang surut
dalam intenval-interval yang berbeda- beda. Disamping
itu, mempelajari sejarah yang cukup panjang akan
mengalami kesulitan-kesulitan jika tidak dibagi-bagi
dalam babakan-babakan yang setiap babakan itu
merupakan satu komponen yang memiliki ciri khusus
dan dari babakan sejarah yang termuat dalam satu
kerangka inilah yang disebut priodisasi sejarah. Maka
priodisasi bukanlah hanya penempatan waktu babakan
semata, melainkan lebih merupakan bentuk pemberian
kepada waktu dan ciri-ciri khususnya, sehingga waktu
juga merupakan struktur.priodisasi ini berfungsi
untuk mempermudah dalam menelaahdan memahami sejarah,
termasuk sejarah peradaban islam.
Apa yang dijadikan cirri khusus untuk
menetapkan satu babakan sejarah para ahli sejarah
terpecah dalam beberapa aliran, yaitu:
1. Aliran yang menganggap cirri khusus tersebut ialah
pada bentuk Negara atau pada system politik yang di
anut oleh pemerintah Negara,
2. Aliran yang menganggap bahwa tingkat kemajuan
ekonomilahyang menjadi cirri khususnya dengan
alasan factor ekonomi sanagt dominan dalam
mendorong terjadinya proses integrasi suatu
33
masyarakat, ekonomi merupaan faktor penting pula
yang mempegaruhi integrasi social, politik,
budaya, dan sebagainya,
3. Aliran yang menganggap bahwa tingkt kemajuan
peradaban (civilization) sebagai cirri khusus,
4. Aliran yang menganggap tingkat kemajuan kebudayaan
(culture) sebagai ciri khusus,
5. Aliran yang menganggap masuk dan berkembangnya
agama sebagai cirri khasnya.
Di samping terdapat perbedaan penetapan
ciri khas dalam babakan sejarah, yang selanjutnya
menimbulkan perbedaan pembagian periodisasi sejarah
islam , para ahli sejarah juga berbeda pendapat
tentang kapan di mulainya sejarah islam yang telah
berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu
pihak menyatakan bahwa sejarah islam itu di mulai
sejak Muhammad saw diangkat sebagai Rasul yang pada
waktu itu beliau masih berada di Makkah, tegasnya 13
tahun sebelum hijrah ke Madinah. Di pihak lain
mengatakan bahwa sejarah islam itu di mulai sejak
lahirnya Negara madinah yng di peroleh Nabi Muhammad
saw atau tegasnya setelah nabi hijrah ke madinah yang
sebelumnya bernama Yatsrib.
Para ahli mempunyai argumentasi tersendiri,
pihak pertama ber argumentasi bahwa sejak nabi berada
di Makkah, telah lahir masyarakat muslimmeskipun
34
belum berdaulat. Dan 13 tahun periode Makkah tersebut
harus di pandang sebagai masa penggemblengan dan
lahirnya masyarakat pendukung Negara Madinah baik
mereka berasal dari penduduk Makkah sendiripun maupun
dari Madinah. Di samping itu masyarakat berdaulat di
Madinah tidak akan terbentuk tanpa di awali periode
Makkah, karena itulah periode Makkah dan periode
Madinah tidak bisa di pisahkan. Argumentasi pihak ke
dua, mengatakan bahwa masyarakat yang mandiri dan
berdaulat baru terbentuk di Madinah , diman beliau
berperan sebagai Rasul ALLAH sekaligus sebagai kepala
Negara berdasarkan piagam Madinah. Pada saat it Nabi
saw dan pra kaum muslimin (para sahabat) tidak lagi
di kejar-kejar dan dianiayah, dan atau menjadi objek
penghinaan,tetapi justru mereka menjadi orang-orang
yang di harapkan mampu memberikan perlindungan
terhadap siapapun, baik muslim maupun non-muslim,
sejak itulah kaum muslim berperan sebagai pembawa
perubahan dalam masyarakat dan karena itu sejarah
Islam mulai terbentuk .
Pendapat para ahli tentang periodesasi sejarah
peradaban islam antara lain yaitu:
1. Hasjmy menyatakan bahwa para ahli sejarah ke
budayaan telah membagi sejarah kebudayan islam
menjadi 9 periode sesuai dengan perubahan-
perubahan politik, ekonomi, social dalam masyrakat
35
islam. Kesembilan periodesasi adalah sebagai
berikut:
a. Masa permulaan islam : dimulai sejak
lahirnya islam pada tanggal 17 Ramadhan, 12 tahun
sebelum hijriah sampai tahun 41 hijriyah, atau 6
agustus tahun 610 sampai 661 Masehi
b. Masa Daulah Amawiyah: mulai tahun 41-32
hijriyah (651-750 M)
c. Masa Daulah Abbasiyah I : mulai tahun 132-
232 Hijriyah (750-847 M)
d. MASA Daulah Abbasiyah II : mulai tahun 232-
334 Hijriyah (847-946 M)
e. Masa Daulah Abbasiyah III: mulai tahun 334-
467 Hijriyah (946-1075 M)
f. Masa Daulah Abbasiyah IV : mulai tahun 467-
656 Hijriyah (1075-1261 M)
g. Masa Daulah Mungoliyah : mulai tahun 656-
925 Hijriyah (1261-1520 M)
h. Masa Daulah Usmaniyah : mulai tahun 925-1213
Hijriyah (1520-1801 M)
i. Masa Kebangkitan Baru: mulai tahun 1213
Hijriyah (1801 M) sampai awal abad 20.
Dari pendapat tersebut dapat di pahami bahwa
periode sejarah peradaban islam dimulai sejak
Muhammad diangkat sebagai Rasul, yaitu 12 atau 13
36
sebelum Hijriyah. Hal ini berarti mendukung
pendapat pihak pertama sebagai uraian terdahulu.
2. Pendapat senada juga dikemukakan Nourouzzaman
Shiddiqie yang menyatakan bahwa sejarawan cenderung
mengambil masyarakat sebagai unit sejarah. Sebeb
jike unit sejarah itu adalah Negara maka ia
mangandung kelemahan, yaitu bahwa batas Negara
tidak selalu tepat. Dia telah membagi perjalanan
sejarah Islam kedalam 3 bagian besar cirri-cirinya
sebagai berikut:
1. Periode klasik, yang di muli sejak Rasulullah
saw menyampaikan seruannya sampai masa runtuhnya
Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/ 1258 M.
cirri-cirinya adalah tanpa menutup mata terhadap
adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti Umaiyah
barat yang berkedudukan di Andalusia dan
interegnum (masa peralihan dari pemerintahan).
Dinasti Fatimah di mesir, terdapat satu kekuatan
politik yang masi kuat dan disagni. Dalam periode
klasik inilah umat islam mencapai prestasi –
prestasi puncak di bidang peradaban.
2. Periode pertengahan di mulai sejak runtuhny
Dinasti Abbasiyah sampai abad ke 11 H/ 17 M.
ciri-cirinya ialah kekuasaan poitik terpecah-
pecah dan saling memusuhi. Usmaniyah, Mamluk
Mesir, Umaiyah di Barat (Andalusia), Mamluk India
37
dan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim yang
berdaulat sendiri-sendiri.
3. Periode modern, yaitu sejak abad 12 H/18 M
sampai sekarang. Dala periode ini ummat islam
sudah tidak memilikih kekuasaan pilitikyang di
segani. Dinasti Turki Osmani yang perna menggedor
pintu kota Wina sudah mendapat julukan The sick
man of Europe. Bukan saja Turki sudah tidak mampu
memperluas wilayah kekuasaan pilitiknya, bahkan
wilayah yang telah dikuasainya dibagi-bagi antara
Inggri, Perancis, dan Rusia.wilayah Turki Osmani
ibarat sepotong kue yangmenjadi rebutan antara
kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan
setiap Negara-negara baru setelah Perang Dunia
ke II.
Perkembangan periode sejarah islam ke dalam 3
periode tersebut memang merupakan pembagian secara
garis besar. Bila di kaitkan dengan pendapat A
Hasjmy, maka periode pertama ( periode klasik) di
mulai sejak masa permulaan islam sampai menjelang
berakhirnya masa Daulah Abbasiyah IV ( nomor 1 s/d
6) , Mongoliyah dan masa Dinasti Usmaniyah ( nomor
7 dan 8), sedangkan nomor 9 sebagai periode ke tiga
(periode modern).
3. Selanjutnya, Harun Nasution membagi sejarah
pradaban islam ke 3 periode besar, yaitu:
38
1. Periode Klasik (650-1280 M)merupakan zaman ke
majuan dan dibagi kedalam dua fase. Pertama, fase
ekspansi, integrasi dan puncak kemajuaan (650-
1000 M). Di zaman inilah daerah islam meluas
melalui: Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat
dan melalui Persia sampai ke India di Timur.
Daerah-daerah ini tunduk pada kekuasaan khalifah
yang pada mulanya berkedudukan di Madinah,
kemudian di Damsyik dan tertarik di Bagdad. Di
masa ini pulalah berkembang dan memuncak ilmu
pengetahuaan, baik dalam bidang agama maupun
dalam bidang non-agama, dan peradaban islam..
zaman inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar
seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii
dan Imam Ibnu Hanbal dalam bidang hokum, Imam
Asy’ari, Imam al-Maturidi , pembuka Mu’tazilah
seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al- Nassam
dan al-Juba’I dalam bidang teologi, Zunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami dan Hallaj dalam
mistisme atau tasawuf , al-Kindi, al- Frabi, Ibn
Sina dan Ibn Miskawah dalam falsafaht, dan al-
Hasyam, ibn Hayyan, al- Khawarizmi, al-Mas’ud dan
al-Rasi dalam bidang ilmu pengetahuan.
Kedua, fase disintegrasi (1000-1250 M). di masa
ini keutuhan ummat islam dalam bidang politik
mulai pecah , kekuasaan khalifah menurun dan
39
akhirnya Bagdad dapat di rampas dan di hancurkan
oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. khalifah ,
sebagai lambing kesatuan politik ummat islam ,
hilang.
2. Periode Pertengahan (1250-1800 M) juga
dibagi kedalam dua fase. Pertama, fase kemunduran
(1250-1500 M). di zaman ini disentrlisasi dan
disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan
antara sunni dan syi’ah dan demikian juga antara
arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Dunia
islam terbagi dua, yaitu bagian arab terdiri atas
Arabia, Irak, Suria, palestina, mesir, afrika
utara, dengan mesir sebagai pusat. Kebudayaan
Persia mengambil bentuk internasional dan makin
meluas di kalangan ummat islam. Demikian juga
tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian
pada ilmu-pengetahuan kurang sekali. Ummat islam
di spanyol di paksa masuk Kristen atau keluar
dari daerah itu. Kedua, fase tiga kerajaan besar
(1500-1800 M) yang dimulai sejak zaman kemajuan
(1500-1700 M) dan zaman ke munduran (1700-1800
M). tiga kerajaan besar yang di maksud adalah
kerajaan usmani (Otoriter Empire) di turki,
kerajaan safawi di Persia, dan kerajaan Mughal
di India. Di masa kemajuaan,ketiga kerajaan
besar ini mempunyai kejayaan masing-masing
40
terutama dalam bentuk literature dan arsitek
mesjid-mesjid dan gedung-gedung indah yang
didirikan di zaman ini masih dapat di lihat di
Istambul, di tibriz, Isfahan serta kota-kota lain
iran dan di Delhi, kemajuaan ummat islam pada
saat ini, lebih merupai kemajuaan di periode
klasik , dengan di buktikan kurangnya perhatiaan
terhadap ilmu pengetahuaan.
Di zaman ke munduran, kerajaan usmani
terpukul di Eropakerajaan safawi di hanjurkan
oleh serangan- serangan suku bangsa afghan sedang
daerah kekuasaan kerajaan Mughaldi perkecil oleh
pukulan-pukulanraja-raja India. Kekuatan militer
dan kekuatan pilotik ummat islam menurun.ummat
island an keadaan mundur dan statis.dalam pada
itu, Eropa dan kekayaan-kekayaan yang di angkut
dari Amerika dan Timur jauh, bertambah kaya dan
maju. penetrasi barat yang kekuatannya
meningkat , ke dunia islam, yang kekuatannya
menurun, kian mendalam dan kian meluas. Akhirnya
Napoleon di tahun 1798 M berhasil menduduki Mesir
sebagai salah satu pusat islam yang terpenting.
3. Periode Modern ( 1800 M – sampai sekarang)
merupakan zaman kebangkitan ummat islam.
Jatuhnya mesir ketangan Barat menginsafkan dunia
islam akan kelemahannya dan menyadarkan ummat
41
islam dibarat telah timbul peradaban baru yang
lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi islam.
Pada raja dan pemuka-pemuka islam mulai
memikirkanbagaimana meningkatkan mutu dan
kekuatan ummat islam kembali. Pada masa ini,
mulai muncil ide-ide pembaruan dalam islam.
F. Nilai Tawar dan Signifikansi (Pentingnya)
Mengkaji Peradaban IslamSejarah mencatat kondisi kebesaran Islam berkat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana pada
waktu itu dunia Islam menjadi kiblat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Namun, sangat
memilukan bahwa masyarakat Indonesia yang religius
dewasa ini terpuruk dalam himpitan krisis dan
terbelakang dalam berbagai aspek kehidupan. Laporan
pengamatan asing satu dekade yang lalu tentang
Indonesia yang memiliki etos kerja yang buruk dan
korupsi yang sangat serius (the Lousy work ethics and serious
corruption) ternyata kini tidak dapat diganggu gugat
lagi. Bahkan sekarang terbalik, negara Barat menjadi
model bagi negara-negara yang berkembang termasuk
Indonesia.
Oleh karena itu, hendaknya perlu ada upaya
rekonstruksi untuk menata kehidupan, baik ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Ilmu pengetahuan dan
42
teknologi merupakan unsur penting bagi terbentuknya
suatu peradaban, bukan menjadi monopoli hanya pada
satu agama tertentu. Sebagai umat Islam dianjurkan
untuk mencari ilmu ke seluruh pelosok dunia walaupun
berbeda keyakinan sebagaimana dianjurkan oleh
Rasulullah agar menuntut ilmu walaupun sampai ke
negeri Cina (walau hadits ini menurut beberapa pendapat
tergolong maudhu’(palsu)).
Sejarah yang membahas berbagai peristiwa masa
lalu, jangan diremehkan dan dibiarkan seiring dengan
berlalunya waktu, sebab begitu besar makna sejarah
bagi kehidupan manusia. ”Belajarlah dari sejarah”,
demikian kata-kata mutiara yang dapat mengingatkan
kita akan makna sejarah. Bahkan Presiden Pertama RI,
Sukarno telah menitipkan sesuatu yang sangat
berharga, berupa ”Jasmerah” sebagai akronim dari
”Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Sejarah
memiliki nilai dari arti penting yang bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia. Hal tersebut dikarenakan
sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat
menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru
bagi perkembangan kehidupan manusia. Pentingnya
memahami sejarah peradaban Islam tidak semata-mata
untuk mengetahui tanggal, bulan, tahun, dan abad
suatu peristiwa peradaban Islam di masa lampau. Namun
43
juga memahami realitas muslim untuk mengetahui suatu
peristiwa Islam.
Dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh
informasi tentang aktivitas peradaban Islam dari
zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali peradaban Islam. Dari sejarah
dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam
peradaban Islam dengan segala ide, konsep, institusi,
sistem, dan operasionalnya yang terjadi dari waktu ke
waktu. Jadi, sejarah pada dasarnya tidak hanya
sekadar memberikan romantisme, tetapi lebih dari itu
merupakan refleksi histori.
Dengan demikian, mempelajari sejarah peradaban
Islam dapat memberikan semangat back projecting theory
untuk membuka lembaran dan mengukir kejayaan atau
kemajuan peradaban Islam yang baru dan lebih baik.
Sejarah peradaban Islam sebagai studi tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah
peradaban sudah tentu akan sangat bermanfaat terutama
dalam rangka memberikan sumbangan bagi pertumbuhan
atau perkembangan peradaban.
Dengan mempelajari sejarah peradaban Islam
diharapkan seseorang dapat mengetahui dan memahami
pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam, sejak
zaman lahirnya sampai masa sekarang. Sejarah
44
peradaban Islam tidak hanya memiliki manfaat yang
sangat besar dalam pembangunan dan pengembangan
peradaban Islam, namun dapat pula menyelesaikan
problematika peradaban Islam pada masa kini.
Disamping itu, dapat memunculkan peradaban Islam pada
masa kini. Di samping itu, dapat memunculkan sikap
positif terhadap bebagai perubahan sistem peradaban
Islam.
45
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanKesimpulan pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Identitas peradaban terdeskripsi sebagai dunia
intelektual dan ruang lingkup peradaban yaitu
membahas tentang riwayat Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa wahyu Tuhan karena Islam turun di negeri
Arab.
2. Ada dua pandangan tentang hubungan antara wahyu
(agama) dengan kebudayaan. Pandangan pertama
menempatkan agama sebagai bagian dari kebudayaan,
yang berarti antara keduanya pada hakikatnya ada
kesamaan. Pandangan kedua menempatkan agama bukan
bagian dari kebudayaan, dan dengan demikian agama
berbeda dengan budaya.
46
3. Untuk membedakan mana budaya Islam dan budaya Arab
adalah dengan cara membandingkannya dengan Al Qur’an.
Jika ada dinyatakan didalam Al Qur’an maka itu pastilah
budaya yang diturunkan dari ajaran Islam. Sebaliknya,
jika tidak ada rujukannya dalam Al Qur’an ya itu pasti
bukan budaya yang disebabkan oleh ajaran agama Islam.
4. Islam secara Normativitas adalah Islam ditinjau
dari Wahyu Allah Swt yaitu Al-Quran dan Hadist
Nabi, sementara islam secara historitas adalah
islam ditinjau dari segi sejarah, mulai sejak abad
Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.
5. Maka priodisasi bukanlah hanya penempatan waktu
babakan semata, melainkan lebih merupakan bentuk
pemberian kepada waktu dan ciri-ciri khususnya,
sehingga waktu juga merupakan struktur.priodisasi
ini berfungsi untuk mempermudah dalam menelaahdan
memahami sejarah, termasuk sejarah peradaban islam.
6. mempelajari sejarah peradaban Islam dapat
memberikan semangat back projecting theory untuk
membuka lembaran dan mengukir kejayaan atau
kemajuan peradaban Islam yang baru dan lebih
baik. Sejarah peradaban Islam sebagai studi
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan
sejarah peradaban sudah tentu akan sangat
bermanfaat terutama dalam rangka memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan
peradaban.
47
B. Saran Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan dan kesalahan olehnya itu :
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan
perbaikan yang semestinya demi kesempuranaan
makalah ini.
2. Diharapkan agar pembaca memberikan koreksi
terhadap materi-materi IDENTITAS WAHYU,
ISLAM,PERADABAN, DAN PERTAUTANNYA yang sekiranya
ada tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
3. Diharapkan kepada para pembaca untuk mencari
referensi lain agar dapat menambah wawasan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Supadie, Didiek Ahmad, dkk. 2011. Pengantar Studi Islam.
Jakarta : Rajawali Pers.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung :
Pustaka Setia.
Sumber Online:
http://bdkjakarta.kemenag.go.id
http://begawan tarbiyah.blogspot.com
http://filsafat.kompasiana.com
http://luthfi94.faa.im
http://pandidikan.blogspot.com
http://sejarah peradaban.blogspot.com