Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERADABAN ISLAM DI JAWA TENGAH
Makalah
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam
Dosen Pengampu : Dr. Darori Amin, M.Ag.
Disusun Oleh:
AKHMAD NADIRIN
NIM. 1400028001
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
1
PERADABAN ISLAM DI JAWA TENGAH
A. PENDAHULUAN
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memegang peranan penting dalam
penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini tidak tidak terlepas dari berdirinya Kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa sehingga proses penyebaran islam ke daerah-
daerah semakin mudah. Selain itu penyebaran agama Islam di tanah Jawa juga tidak lepas
dari kontribusi tokoh ulama yang lebih dikenal dengan nama walisongo atau wali sembilan.
Para wali inilah yang menyebarkan Islam di tanah Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Keterikatan antara Kerajaan Demak dan walisongo sangatlah erat. Walisongo
disamping menyiarkan agama islam, mereka juga bertindak sebagai penasehat kerajaan
sehingga kerajaan bisa mengambil kebijakan yang bisa mendorong tersebarnya islam di pulau
jawa kususnya dan kepulauan nusantara umumnya. Dalam rangka mendukung peyebaran
islam di nusantara, para walisongo juga tidak lupa membangun masjid sebagaimana yang
dulu pernah dilkakukan oleh nabi Muhammad saw sesampainya di kota Madinah. Hal ini
dikarenakan, masjid memilki peranan yang sangat penting dalam islam.
Di bagian selatan Jawa, ada salah satu kerajaan islam yang sangat besar pengaruhnya
dalam penyebaran islam yaitu Kerajaan Mataram Islam. Secara tidak langsung, kerjaan
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Hal ini dikarenakan setelah kehancuran Demak,
pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang. Kemudian dipindahkan ke Mataram.
Banyak peninggalan-peninggalan yang ditinggalakan oleh islam pada masa
penyebaran. Peninggalan tersebut anatar lain adalah bagunan masjid yang masih kokoh
berdiri sampai dengan seperti masjid agung demak, masjid menara kudus, dan masjid kauman
semarang. Di samping itu measih berdiri pula keraton seperti keraton Surakarta dan keraton
Yogyakarta yang merupakan peninggalan kerajaan mataram.
Peninggalan-peninggalan tersebut masih kokoh berdiri sampai dengan sekarang.
Bangunan tersebut melambangkan pesatnya perkembangan isalam pada masa lalu dan
sebagai saksi penyebaran islam di pulau Jawa khususnya jawa tengah sehingga islam dinaut
oleh banyak orang hingga sekarang ini.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembahasan dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosesnya masuknya islam di Jawa Tengah?
2. Apa saja Kerajaan dan Pusat Penyebaran Islam di Jawa Tengah?
3. Apa saja peninggalan-peninggalan Islam di Jawa Tengah?
C. PEMBAHASAN
1. Proses masuknya Islam di Jawa Tengah
Ahli-ahli sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebar Islam di Jawa adalah
para Wali Songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga
dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru sah
sebagai raja kalau ia sudah diakui dan diberikan oleh Wali Songo. Islam telah tersebar di
pulau jawa,paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh
Awal Al-islam diutus sebagai juru dakwah oleh Raja Samudera, Sultan Zainal Abidin
Bahiyah Syah (1349-1406 M), seorang raja pertama yang benar-benar muslim.1
Menurut Taufik Abdullah, sampai dengan abad ke-7 atau 8 M, islam sudah masuk
ke Indonesia, tetapi hanya dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan –
pelabuhan. Baru pada abad ke-13 H / 14 M, sekitar tahun 1524-1546 M penduduk
pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk
Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu
kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. yaitu ditandai dengan
berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.2
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu maupun Budha di Nusantara
seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam
mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa
1 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peadaban Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2005, hal.26
2 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peadaban Islam di Indonesia…. hal. 9
3
Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan
pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik.
2. Kerajaan dan Pusat Penyebaran Islam Di Jawa Tengah
Terdapat beberapa kerajaan-kerajaan islam di jawa tengah dan kota pusat penyebaran
agama. Kerajaan tersebut anatar lain Kerajaan Demak, kerjaan Pajang, Kerajaan Jipang,
Kerajaan Mataram Islam. Adapaun salah satu kota pusat penyebaran adalah kota kudus.
a. Kerajaan Demak
Sebagai pusat penyebaran agama islam di tanah Jawa, Kerajaan Demak atau
Kesultanan Demak merupakan kerajaan berbasis Islam pertama di pulau Jawa.
Perkembangan islam dipulau Jawa tidak lain berawal dari sebuah kerajaan di daerah
Demak. Secara geografis, kerajaan Demak terletak di pesisir utara pantai Jawa. Oleh
masyarakat sekitar, Demak juga dikenal dengan sebutan Bintoro atau Glagah wangi. Awal
Kerajaan Demak merupakan sebuah kadipaten di bawah dari kerjaan Majapahit. Jika
dibandingkan dengan umur, kerajaan Demak jauh lebih muda dari kerajaan Majapahit.
Namun, berbicara sejarah, kerajaan Demak tidak pernah lepas dari pengaruh kerajaan
Majapahit. Tentu saja, karena raja dari kerajaan Demak, Raden Fatah adalah seorang
Adipati dari kerajaan Majapahit berpindah kepercayaan menjadi Islam. Pada saat
kerajaan Majapahit mengalami kehancuran karena perang paregreg (perang saudara),
kadipaten Bintoro/Glagah Wangi menyatakan sebuah daerah yang merdeka dan kemudian
menjadi Kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagi raja yang pertama.
Masa kejayaan Demak terjadi pada masa Raden Patah. Dimana pada masa
kepemimpinannya, kerajaan Demak berkembang dengan cepat karena pengaruh dari Wali
Songo. Kerajaan Demak pun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi
kerajaan islam yang besar. Kejayaan Raden Patah dalam memimpin kerajaan Demak
terjadi pada tahun 1511. Daerah kekuasaannya pun meluas hingga daerah pesisir Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Setelah Raden Patah wafat pada tahu 1518 M, beliau digantikan
oleh anaknya Pati Unus yang lebih dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor.3 Pangeran Pati
Unus memerintah selama tiga tahun yaitu dari taun 1518-1521 M.4
3 Ismail Jakub, Sedjarah Islam di Indonesia, Djakarta: Widjaya, 1972, hal 33
4 Slamet Mujana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara islam di Nusantara,
Yogyakarta: LKiS, 2009, hal. 261
4
Setelah Pati Unus wafat, kepemimpinan diteruskan oleh Sultan Trenggono. Sultan
Trenggono Adik dari Pati Unus, Ia memerintah dengan baik selama 25 tahun yaitu sejak
1521-1546 M. Kerajaan Demak kembali mencapai masa kejayaannya. Daerah kekuasaan
Kerajaan Demak kini sudah menyentuh wilayah Jawa Barat. Itu semua berkat
kepemimpinan Pangeran Trenggono yang bijaksana,gagah, dan berani. Tahun 1524-1546
M, Islam mengalami persoalan yang sangat cepat ke seluruh Jawa bahkan sampai
Kalimantan.5 Penaklukan Demak selanjutnya ,meliputi Madiun, Blora, Surabaya,
Pasuruan, Lamongan. Pengakuan kekuasaan Demak oleh Banjarmasin dan Palembang
semakin memperluas persebaran Islam itu sendiri. Dibantu oleh Syekh Siti Jenar dan
Sunan Tembayat, daerah pedalaman sekitar gunung Merapi, Penggin, dan Pajang juga
menyatakan tunduk pada Demak.
b. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Demak. Kerajaan
Pajang didirikian oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan
Trenggono yang diberi kekuasaan dari tangan Arya Penangsang pada tahun 1546 M,
seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke Pajang dan ia sendiri bergelar merupakan raja
pertama yang bergelar Sultan Hadiwijaya.6
Pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, ia berusaha memeperluas wilayah
kekuasaan ke pedalaman kea rah timur sampai ke Madiun, setelah itu beliau menaklukan
Blora pada tahun 1554 M dan Kediri pada tahun 1577 M. Pada tahun 1581 M, ia
mendapat pengakuan dari para raja di Jawa sebagai raja Islam. Pada masa
pemerintahannya , kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan
jepara lambat laun dikenaldi pedalaman Jawa. Demikian pula pengaruh Islam semakain
kuat di pedalaman Jawa.7
c. Kerajaan Mataram Islam
Kerajan islam Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati. Setelah permohonan
Senopati Mataram atas penguasa pajang berupa pusaka kerajaan dikabulkan, keinginan
untuk menjadi raja sebenarnya telah terpenuhi. Sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan
seperti itu berarti penyerahan kekuasaan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.
5 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336
6 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336
7 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 337
5
sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang terkenal
dengan Sultan Seda Ing Krapyak kemudian digantikan oleh Sultan Agung yang bergelar
Sultan Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama Khalifatullah ing Tanah Jawi
(1613-1646).8
Pada masa pemerintahan Sultan AGung inilah kontak senjata aatara kerjaan
Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M, Sultan Agung digantikan oleh
putranya, Amangkurat I. pada masanya, terjadi perang saudara dengan pangeran Alit yang
mendapat dukungan dari para ulama. Akibanya anatar pendukungnya dibantai pada tahun
1647 M. pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden kajoran 1677 dan 1678 M.
pemberontakan seperti itulah yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Islam Mataram.9
d. Kudus
Kudus (dalam bahasa jawa untuk al-Quds yaitu baitul makdis) ialah nama yang
diberikan kepada tempat waktu dinyatkan sebagai tempat suci oleh Sunan Kudus pertama,
yang sebelumnya di Demak sebagai imam jama’ah. Menurut legenda, Mbah Kiai
Telingsinglah yang mula-mula menggarap tempat yang kemudia menjadi kota Kudus.
Beberapa orang menyebut dia seorang cina islam, nama semula The Lin Sing. Adanya
cerita yang demikian menunjukan temapt itu sudah agak berate, sebelum dijadikan kota
suci oleh Sunan Kudus.10
Kota suci Kudus /baitul makdis sudah terkenal di jawa dan bahkan Nusantara
sebagai pusat agama. Masjid rayanya diberi nama al-manar atau al-aqsha, seperti masjid
suci di baitulmakdis. Menurut Antonio Hurdt ( dalam bukunya HJ. De Graaf dan TH.
Pigeaud) mengatakan bahwa Para pengunjung barat sudah sejak abad XVII mengagumi
menara raksasanya, suatu bangunan yang kukuh tampan dan yang arsitekturnya jelas-jelas
diilhami oleh candi-candi pra Islam. Penduduk kota suci merasa tidak perlu
memusnahkan segala sesuatu yang mengingatkan kepada kekafiran dan melupakannya
sama sekali. 11
8 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 337
9 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 338
10 H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah Politik
abad ke-15 dan ke-16, cet V. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 2003, hal. 111 11
H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam …Hal. 112
6
3. Peninggalan-peninggalan Islam
Penyebaran islam di tanah Jawa terutama Jawa tengah telah banyak peninggalan
bersejarah. Ada diantara peninggalan-peninggalan tersebut yang ada dan utuh sampai
sekarang ada pula yang sudah tidak terlacak lagi jejaknya. Keraton Kerajaan Demak salah
satu peninggalan yang tidak terlacak keberadaaanya sampai dengan sekarang. Adapun
peninggalan-peninggalan Islam yang masih ada hingga sekarang antara lain:
a. Masjid Agung Demak
Masjid agung Demak yang terletak di tengah-tengah kota Demak oleh masyarakat
Indonesia, khususnya kaum muslimin dikenal dengan nama “ Masjid Wali”. Menurut
cerita sejarah Jawa, bahwa bangunan masjid yang didirikan oleh para wali
berlangsung selama tiga tahap.12
Yaitu tahap pembangunan pertama yang dilakukan
oleh para wali yang konon hanya dilakukan dalam waktu satu malam (berdasarkan
candra sengkolo sekitar tahun 1466 M). Tahap kedua adalah tahap perluasan dan
pemugaran yang di lakukan oleh Raden Patah yang menjabat sebagai adipati
Glagahwangi dari tahun 1475-1477 M.13
. tahap ketiga adalah mengalihfungsikan
bekas pendopo dan dampar kencana menjadi serambi masjid dan mimbar khutbah
(sekitar tahun 1479 M). Ini dilakukan setelah Raden Patah memproklamirkan
berdirinya Kerajaan Demak pada tahun 1478 M.14
b. Masjid Menara Kudus
Berdasarkan pembacaan prasasti (batu tulis) berbahasa arab yang telah aus dinyatakan
bahwa masjid tersebut didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. ukuran prasati adalah
46 cm dan lebar 30 cm. konon kabarnya batu prasati tersebut berasal dari kota Baitul
Maqdis (al-Quds) di Jerussalem Palestina (sekarang masuk wilayah Israel).
Berdasarkan kata baitul Maqdis (al-Quds) itulah maka terjadinya nama kudus yang
berar ti suci dan merupakan keistimewaan dan satu-satunya kota yang memilki nama
dalam bahasa Arab di seluruh tanah Jawa.15
12 Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah Abad XV-XVIII M, Semarang: Disdikbud
Jateng, 2007, Hal.12 13
Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam …2007, hal 14 14
Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam …2007, hal 15 15
Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam …2007, hal.49
7
c. Masjid Besar Kauman Semarang
Perintis pendirian Masjida Kauman Semarang adalah Sunan pandan Arang. Pada awal
mulanya, masjid ini berdiri di Pulau Tirang (sekarang Mugas Atas).16
Harus diakui
bahwa Mugas Atas dimana Pandan Arang tinggal sangat kondusif untuk padepokan,
namun kawasan ini sangat tidak layak untuk menjadi pusat pemerintahan.17
Karena
kondisi yang demikian, Pandan Arang memutuskan untuk berpindah ke daerah yang
sekarang dinamakan Bubakan. Dissinilah Pandan Arang mendirikan pusat
pemerintahan dan mendirikan masjid. Namun masjid ini terbakar dalam peristiwa
pemberontakan Cina melawan kongsi dagang Belanda, VOC.18
Perang Semarang yang terjadi pada tahun 1741 M telah menyebabkan masjid di
Bubakan hangus terbakar. Dengan sisa kekuatan yang ada Bupati Suro Hadimenggolo
II bersama masyarakat membangun masjid baru di lokasi yang di pandang lebih
strategis yakni di sebelah barta alun-alun arah ke depan yaitu kawasan Kanjengan
yang sekatang disebut dengan Kauman.19
d. Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta
Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677
ibukotanya oleh Sunan Amral dipindahkan di Kartasura. Pada masa Sunan
Pakubuwana II memegang tampuk pemerintahan keraton Mataram mendapat serbuan
dari pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat dukungan dari orang-orang
Jawa anti VOC tahun 1742. Kerajaan Mataram yang berpusat di Kartasura itu
mengalami keruntuhannya. Kota Kartasura berhasil direbut kembali berkat bantuan
Adipati Cakraningrat IV penguasa Madura barat yang merupakan sekutu VOC, namun
keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo,
kemudian memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala sebagai ibukota
kerajaan Mataram yang baru.
Bangunan Keraton Kartasura yang sudah hancur dan dianggap "tercemar". Sunan
Pakubuwono II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso (bernama kecil
Joko Sangrib atau Kentol Surawijaya, kelak diberi gelar Tumenggung Arungbinang I),
16 Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang : MAJT
Press,2008, hal. 46 17
Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman … hal. 48 18
Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman …hal. 51 19
Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman hal. 61
8
bersama Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van
Hohendorff, untuk mencari lokasi ibu kota/keraton yang baru. Untuk itu dibangunlah
keraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala
di tepi Bengawan Solo. Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi
pusat pemerintahan baru ini. Pembangunan keraton ini menurut catatan[siapa?]
menggunakan bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri dan
kayunya dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati
tanggal 17 Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku
Landep, Windu Sancaya).20
Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta
menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Pakubuwana III.
Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya
Sultan Hamengkubuwana I. Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755,
dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun.
Perjanjian Salatiga 1757 memperkecil wilayah Kasunanan, dengan diberikannya
wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara
I) 21
Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut
sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram,
yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah
Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah
sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang
menjadi bagian Pangeran Mangkubumi.
Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan
Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan
Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram
Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo
bermula.
20
http://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta diakse stanggal 2 Desember 2014 pukul 12.30 21
http://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta diakse stanggal 2 Desember 2014 pukul 12.30
9
Meski keduanya terpisah secara administratif pasca berdirinya Republik
Indonesia, namun Yogyakarta dan Surakarta tak bisa menghilangkan DNA Jawanya
sebagai saudara kandung yang kini bertetangga. Sama-sama mewarisi darah budaya,
filosofi dan pemikiran Jawa, Yogyakarta dan Surakarta tumbuh seperti si kembar yang
memiliki sejumlah kemiripan di banyak sudut dan rupa kotanya
Selain berupa bangunan dan tersebut, di Kerajaan Pajang juga telah berkembang
kegiatan sastra, tasawuf, agama dan seni bangunan yang mula-mula timbul di daerah
sepanjang utara jawa dan di Jawa Timur. Tetapi pengaruh kebudayaan Pajang
kelihatannya tidak begitu terasadi Keraton penguasa pertama Mataram, mungkin
karena perhatian mereka sepenuhnya tercurah kepada pada soal-soal materiil,
pengolahan tanah dan penggarapan dearah yang tandus, di samping penanaman
kekuasana politik.22
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, mka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ahli-ahli sejarah tampaknya sependapat bahwa penyebar Islam di Jawa adalah para
Wali Songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga
dalam hal pemerintahan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru
sah sebagai raja kalau ia sudah diakui dan diberikan oleh Wali Songo
2. Terdapat beberapa kerajaan-kerajaan islam di jawa tengah dan kota pusat penyebaran
agama. Kerajaan tersebut anatar lain Kerajaan Demak, kerjaan Pajang, Kerajaan
Jipang, Kerajaan Mataram Islam. Adapaun salah satu kota pusat penyebaran adalah
kota kudus.
3. Penyebaran islam di tanah Jawa terutama Jawa tengah telah banyak peninggalan
bersejarah. Ada diantara peninggalan-peninggalan tersebut yang ada dan utuh sampai
sekarang ada pula yang sudah tidak terlacak lagi jejaknya. Keraton Kerajaan Demak
salah satu peninggalan yang tidak terlacak keberadaaanya sampai dengan sekarang.
Adapun peninggalan-peninggalan Islam yang masih ada hingga sekarang
22 H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah Politik
abad ke-15 dan ke-16. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1986, hal. 295
10
E. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat. Sebagai manusia yang merupakan makhluk tempat
salah, khilaf, dan lupa, kami menyadari tak ada gading yang retak, tak ada yang sempurna
kecuali Allah Swt. Dan pasti dalam makalah ini yang kami buat terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan. Kami mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua
pihak untuk perbaikan bagi yang selanjutnya. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat
yang sebesar-besarnya dan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
Swt.
11
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hal. 336
H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah
Politik abad ke-15 dan ke-16, cet V. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 2003
H.J. De Graaf dan Th. G. Pegeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: kajian Sejarah
Politik abad ke-15 dan ke-16. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1986
Hermawan dkk, Peninggalan Masa Islam di Jawa Tengah Abad XV-XVIII M, Semarang:
Disdikbud Jateng
Jakub, Ismail Sedjarah Islam di Indonesia, Djakarta: Widjaya, 1972
Muljana, Slamet, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara islam di
Nusantara, Yogyakarta: LKiS, 2009
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peadaban Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2005
Tim Peneliti MAJT, Sejarah Masjid Besar Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang :
MAJT Press,2008
http://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta diakses stanggal 2 Desember 2014 pukul 12.30