Upload
umimakassar
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kromatografi LapisTipis
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam
arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk
merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang
tidak dibutuhkan fungsi normal tubuh, tapi memiliki
efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki
peran aktif bagai pencegahan (Abraham, 2010).
Kromatografi lapis tipis adalah teknik analisa
sederhana untuk memisahkan komponen secara cepat dan
tepat berdasarkan prinsip absorbsi dan partisi.
Kromatografi lapis tipis terbuat dari gelas atau logam
yang tahan karat atau lempengan besi yang cocok
sebagai penyangga (Sudjadi, 1988).
1
Kromatografi LapisTipis
2013
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponennya,
misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada tahu,
tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.
Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial
bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai
antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol,
antivirus, antialergi, dan dapat mencegah
osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja
berdasarkan metode kromatografi.
Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang
bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang
diserapkan pada suatu pendukung; dalam kromatografi
kertas pendukung itu adalah kertas atau kertas
terolah, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis
adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran
plastic. Hanya akan dibahas aspek-aspek yang dipilih
2
Kromatografi LapisTipis
2013
dari kromatografi partisi pada selulosa dengan rujukan
khusus ke analisis anorganik.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk
melakukan pemisahan komponen kimia secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada ekstrak daun
Awar-awar (Ficus septica Burm. F).
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
memperoleh komponen kimia ekstrak daun Awar-awar
(Ficus septica Burm. F) dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
BAB II
3
Kromatografi LapisTipis
2013
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman Awar-awar (Ficus septica Burm. F)
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Clas : Magnoliopsida
Order : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus septica Burm. F (www.ITIS.gov)
2. Morfologi Tanaman
Jenis perdu atau pohon kecil, tinggi antara
100-150 cm. Kulit batang berwarna abu-abu putih.
Kedudukan daun berseling, bentuknya menjorong-
melonjong-membulat telur. Permukaan daun atas
mengkilat. Ukuran daun 8-30 x 6-20 cm. Buah semu di
ketiak daun yang luruh, bentuk buah membulat
4
Kromatografi LapisTipis
2013
gepeng, warna buah hijau muda atau hijau keabu-
abuan. Habitat hutan primer, hutan sekunder dan
semak belukar (Harada, 2006).
3. Aktivitas Biologi
Manfaat daun Awar-awar untuk terapi, antara
lain sebagai obat penyakit kulit, radang usus
buntu, mengatasi bisul, mengatasi gigitan ular
berbisa dan sesak nafas. Sedangkan akar digunakan
sebagai penawar racun (ikan), penanggulangan asma.
Getahnya bisa dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-
bengkak dan kepala pusing. Buahnya biasa digunakan
sebagai pencahar (Kinho, 2011).
4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia pada daun, buah, dan akar Ficus
septica adalah saponin dan flavonoid, disamping itu
buahnya, mengandung alkaloid dan tanin, sedangkan
akarnya mengandung senyawa polifenol (Kinho, 2011).
5
Kromatografi LapisTipis
2013
B. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah teknik analisa
sederhana untuk memisahkan komponen secara cepat dan
tepat berdasarkan prinsip absorbsi dan partisi.
Kromatografi lapis tipis terbuat dari gelas atau logam
yang tahan karat atau lempengan besi yang cocok
sebagai penyangga (Sudjadi, 1988).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk
pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan zat
penjerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba
rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat
dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan
pemisahan dapat didasarkan pada penjerapan, pembagian,
atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penjerap
dan cara pembuatan lapisan zat penjerap dan jenis
pelarut (Dirjen POM, 1979).
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi
yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen
6
Kromatografi LapisTipis
2013
dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana
adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di dalam gas
chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau
tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography
adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan
yang lain, suatu padat, atau suatu 'gel' agar.
Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi,
daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran, atau
mekanisme lain (David, 2001).
Kromatogarfi lapis tipis dengan penjerap penukar
ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Harga Rf yang diperoleh pada Kromatografi Lapis Tipis
tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh
pada kromatografi kertas (Dirjen POM, 1979).
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis melibatkan
dua peubah yaitu sfat fase diam dan sifat fase
bergerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam
dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
7
Kromatografi LapisTipis
2013
permukaan penyerap pada kromatografi lapis tipis,
yaitu silika gel, alumina, kieselgur, dan selulosa.
Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut
atau campruran pelarut (Sudjadi, 1988).
Pada fase diam salah satu cairan biasanya diserap
oleh zat penjerap padat, karena itu memberikan daerah
permukaan yang sangat luas kepada pelarut yang
mengalir pada fase gerak, dan menghasilkan pemisahan
yang baik, yang tidak dapat dicapai dengan cara
penyarian cairan-cairan yang biasa (Dirjen POM, 1979).
Dalam KLT, identifikasi adanya senyawa dalam
ekstrak menggunakan senyawa referensi hanya valid jika
dijumpai kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1979) :
1. Bahan dan senyawa referensi menunjukkan nilai Rf
yang identik dalam setiap pengujian sistem KLT.
2. Beberapa perbedaan metode pendeteksi digunakan dan
bahan memberikan reaksi identik pada bahan
8
Kromatografi LapisTipis
2013
referensi dengan seluruh metode deteksi yang
digunakan.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum,
yaitu: cawan porselin, chamber, cutter, gelas kimia,
9
Kromatografi LapisTipis
2013
lampu UV254 dan UV366, mistar, pipet tetes, pipa kapiler,
pinset, pensil, sendok tanduk, dan vial.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum,
yaitu: aquadest aluminium foil, etil asetat, ekstrak
daun Awar-awar (Ficus septica Burm. F), kloroform, label,
metanol, n-heksan, dan tissue.
C. Cara Kerja
1. Penyiapan lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber
a. Penyiapan lempeng silika gel
1) Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran
7 cm x 1 cm menggunakan mistar dan dibuat
seperti dibawah ini :
10
0,5 cm
5,5 cm
1 cm
Kromatografi LapisTipis
2013
2) Lempeng silika gel dipotong dengan cutter
yang sebelumnya telah diukur.
b. Penjenuhan chamber
1) Disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan
penutupnya.
2) Chamber diisi eluen n-heksan : etil asetat
dengan perbandingan 8 : 2 dan eluen kloroform
: metanol dengan perbandingan 6 : 4.
3) Kemudian dimasukkan potongan kertas saring
yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan
kemudian ditutup.
4) Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas
saring hingga melewati penutup kaca yang
artinya penjenuhan telah selesai.
2. Penotolan sampel pada lempeng
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
11
1 cm
Kromatografi LapisTipis
2013
2) Ekstrak n-heksan (dilarutkan dalam n-heksan) dan
ekstrak metanol (dilarutkan dalam metanol).
3) Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler,
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan.
4) Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan ke dalam chamber yang telah
dijenuhkan.
5) Bila eluen telah mencapai batas atas dari
lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat
dikeluarkan.
6) Diamati secara langsung dan dengan menggunakan
penampak bercak UV254, UV366, dan disemprot lempeng
dengan menggunakan pereaksi Dragendroff,
ditetesi dengan pereaksi Sitroborat, AlCl3,
FeCl3, dan vanilin asam sulfat.
12
Kromatografi LapisTipis
2013
a. Eluen kloroform : metanol (6 : 4)
EkstrakBerca
kNoda
UV254 UV366
Rf Warna RfWarna
Metanol 1 0,27 Pink 0,2
7 Pink
2 0,51 Pink 0,5
1 Pink
3 0,62
Hijaukekuningan
0,62
Hijau
4 0,69 Biru 0,6
9 Biru
5 0,78 Pink 0,7
8 Pink
6 0,85 Biru 0,8
5 Pink
7 0,93 Pink 0,9
3 Pink
N-heksan 1 0,2
5 Pink 0,25 Pink
2 0,51 Pink 0,5
1 Pink
3 0,6 Hijaukekuningan 0,6 Hija
u
4 0,69 Biru 0,6
9 Biru
5 0,78 Pink 0,7
8 Pink
6 0,87 Pink 0,8
7 Pink
7 0,96 Pink 0,9
6 Pink
14
Kromatografi LapisTipis
2013
b. Eluen n-heksan : etil asetat (8 : 2)
EkstrakBerca
kNoda
UV254 UV366
Rf Warna RfWarna
Metanol 1 0,13 Hijau 0,1
3 Pink
2 0,16 Hijau 0,1
6 Pink
3 0,25 Pink 0,2
5 Pink
4 0,51 Pink 0,5
1 Biru
5 0,73 Pink 0,7
3 Biru
N-heksan 1 0,2
4 Hijau 0,24
Hijau
2 0,31 Pink 0,3
1 Biru
3 0,42 Pink 0,4
2 Pink
4 0,69 Pink 0,6
9 Pink
2. Perhitungan
15
Kromatografi LapisTipis
2013
Rf = JarakyangditempuhsenyawaterlarutJarakyangditempulolehpelarut
a. Kloroform : Metanol (6 : 4)
1) Ekstrak Metanol
Rf1 ¿ 1,55,5
=¿ 0,27
Rf2 ¿ 2,85,5
=¿ 0,51
Rf3 ¿ 3,45,5
=¿ 0,62
Rf4 ¿ 3,85,5
=¿ 0,69
Rf5 ¿ 4,35,5
=¿ 0,78
Rf6 ¿ 4,75,5
=¿ 0,85
Rf7 ¿ 5,15,5
=¿ 0,93
2) Ekstrak N-heksan
Rf1 ¿ 1,45,5
=¿ 0,25
Rf2 ¿ 2,85,5
=¿ 0,51
16
Kromatografi LapisTipis
2013
Rf3 ¿ 3,35,5
=¿ 0,6
Rf4 ¿ 3,85,5
=¿ 0,69
Rf5 ¿ 4,35,5
=¿ 0,78
Rf6 ¿ 4,85,5
=¿ 0,87
Rf7 ¿ 5,35,5
=¿ 0,96
b. N-heksan : Etil asetat (8 : 2)
1) Ekstrak Metanol
Rf1 ¿ 0,75,5
=¿ 0,13
Rf2 ¿ 0,95,5
=¿ 0,16
Rf3 ¿ 1,45,5
=¿ 0,25
Rf4 ¿ 2,85,5
=¿ 0,51
Rf5 ¿ 45,5
=¿ 0,73
2) Ekstrak N-heksan
17
Kromatografi LapisTipis
2013
Rf1 ¿ 1,35,5
=¿ 0,24
Rf2 ¿ 1,75,5
=¿ 0,31
Rf3 ¿ 2,35,5
=¿ 0,42
Rf4 ¿ 3,85,5
=¿ 0,69
B. Pembahasan
18
Kromatografi LapisTipis
2013
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan peramabatan komponen
dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu
fase diam dan fase gerak.
Pemisahan KLT, tekniknya menggunakan penyokong
fase diam berupa lapisan tipis sepreti lempeng kaca,
aluminium atau plat inert. Derajat retensi pada
kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai
factor resensi, Rf.
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan,
fase diam dikelompokkan :
a. Kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina,
keiselguhr)
b. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika
gel)
c. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa,
resina penukat ion)
19
Kromatografi LapisTipis
2013
d. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
Pada fase gerak, pada proses serapan, yang
terjadi jika menggunakan silika gel, alumina dan fase
diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan
kromatografi kolom serapan. System tak berair paling
banyak digunakan dan contoh pelarut organik dalam seri
pelarut mikroskop diberikan dalam Tabel 25, yang
meliputi (sifat hidrofob menaik) methanol, asam
asetat, etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform
(perlu diperhatikan pada kloroform yang distabilkan
dengan etanol) benzene, sikloheksana, dan eter
petroleum.
KLT mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1. Waktu pemisahan lebih cepat
2. Sensitive, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit
masih dapat dideteksi.
3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih
sempurna.
20
Kromatografi LapisTipis
2013
Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis
tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis
(aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya
adsorbens sehingga proses migrasi analit oleh
solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang
membedakan antara kromatografi kertas dengan
kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT
menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan
kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya
lebih lama (kira – kira 10 – 20 menit lebih lama dari
KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi
tersebut adalah pembentukan noda pada adsorbensnya
dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam
dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini
disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens berupa
selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika
dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda
yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat
21
Kromatografi LapisTipis
2013
terdapatnya gugus –OH dalam adsorbens yang masih
tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan
nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak
bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang digunakan
berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul
air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan
tajam.
Adapun tahapan dari praktikum kali ini adalah
dimulai dari penyiapan lempeng silika gel yaitu dibuat
lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x 1 cm,
kemudian lempeng silika gel dipotong dengan yang
sebelumnya telah diukur. Kemudian penjenuhan chamber
yaitu chamber diisi dengan eluen n-heksan : etil
dengan perbandingan 8 : 2 dan eluen kloroform :
metanol dengan perbandingan 6:4 dengan kepolaran yang
berbeda, dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian
ditutup dan dibiarkan hingga eluen naik pada kertas
22
Kromatografi LapisTipis
2013
saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah
jenuh) dimana dilakukan penjenuhan ini bertujuan untuk
menyeimbangkan tekanan atmosfer di dalam dan di luar
chamber agar noda berjalan lurus (tidak berkelok-
kelok).
Selanjutnya dilakukan Penotolan sampel pada
lempeng yaitu ekstrak n-heksan (dilarutkan dalam n-
heksan), ekstrak metanol (dilarutkan dalam metanol),
lalu ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler,
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan.
Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sejenak
untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam
chamber yang telah dijenuhkan. Bila eluen telah
mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka
lempeng tersebut dikeluarkan. Selanjutnya diamati
secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak
UV254, UV366, disemprot lempeng dengan pereaksi
23
Kromatografi LapisTipis
2013
dragendroff dan ditetesi lempeng dengan menggunakan
sitroborat, AlCl3, FeCl3, dan vanilin asam sulfat.
Berdasarkan cara kerja yang dilakukan didapatkan
hasil yaitu untuk ekstrak daun Awar-awar (Ficus septica
Burm. F) pada lampu UV254 dan UV366, untuk ekstrak metanol
dengan eluen kloroform : metanol (6 : 4) yaitu Rf1 =
0,27, Rf2 = 0,51, Rf3 = 0,62, Rf4 = 0,69, Rf5 = 0,78,
Rf6 = 0,85, dan Rf7 = 0,93, sedangkan dengan
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (8 : 2) yaitu
Rf1 = 0,13, Rf2 = 0,16, Rf3 = 0,25, Rf4 = 0,51, dan Rf5
= 0,73. Untuk ekstrak n-heksan dengan eluen
kloroform : metanol (6 : 4) yaitu Rf1 = 0,25, Rf2 =
0,51, Rf3 = 0,6, Rf4 = 0,69, Rf5 = 0,78, Rf6 = 0,87, dan
Rf7 = 0,96, sedangkan dengan menggunakan eluen n-
heksan : etil asetat (8 : 2) yaitu Rf1 = 0,24, Rf2 =
0,31, Rf3 = 0,42, dan Rf4 = 0,69.
24
Kromatografi LapisTipis
2013
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa untuk ekstrak daun Awar-awar
(Ficus septica Burm. F) pada lampu UV254 dan UV366, untuk
ekstrak metanol dengan eluen kloroform : metanol (6 :
4) adalah Rf1 = 0,27, Rf2 = 0,51, Rf3 = 0,62, Rf4 =
0,69, Rf5 = 0,78, Rf6 = 0,85, dan Rf7 = 0,93, sedangkan
dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (8 :
2) adalah Rf1 = 0,13, Rf2 = 0,16, Rf3 = 0,25, Rf4 =
25
Kromatografi LapisTipis
2013
0,51, dan Rf5 = 0,73. Untuk ekstrak n-heksan dengan
eluen kloroform : metanol (6 : 4) adalah Rf1 = 0,25,
Rf2 = 0,51, Rf3 = 0,6, Rf4 = 0,69, Rf5 = 0,78, Rf6 =
0,87, dan Rf7 = 0,96, sedangkan dengan menggunakan
eluen n-heksan : etil asetat (8 : 2) adalah Rf1 =
0,24, Rf2 = 0,31, Rf3 = 0,42, dan Rf4 = 0,69.
B. Saran
Diharapkan kepada para asisten agar kiranya terus
mendampingi praktikannya sehingga praktikum dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I.Universitas Muslim Indonesia : Makassar
26
Kromatografi LapisTipis
2013
Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI :Jakarta.
Harada, K., Rahayu, M., dan Muzakkir.A. 2006. TumbuhanObat Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia.PALMedia creative pro: Bandung
Kinho, Julianus Dkk. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di SulawesiUtara Jilid II. Balai Penelitian Kehutanan : Manado
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. CopyrightCRC Press LLC
Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I.Universitas Hasanuddin : Makassar.
www.ITIS.gov
27
Kromatografi LapisTipis
2013
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Penyiapan lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber
a. Penyiapan lempeng silika gel
Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7
cm x 1 cm menggunakan mistar dan dibuat seperti
dibawah ini :
28
0,5 cm
5,5 cm
1 cm
1 cm
Kromatografi LapisTipis
2013
b. Penjenuhan chamber
Chamber
↓
Eluen n-heksan : etil asetat (8 : 2)
Eluen metanol : kloroform (6 : 4)
↓
Kertas saring
↓
Eluen ↑ melewati penutup kaca
↓
Chamber yang telah jenuh
29
Kromatografi LapisTipis
2013
2. Penotolan sampel pada lempeng
Ekstrak n-heksan (dilarutkan dalam n-heksan)
Ekstrak metanol (dilarutkan dalam metanol)
↓
Pipa kapiler
↓
Ditotolkan pada lempeng
↓
Chamber yang telah dijenuhkan
30
Kromatografi LapisTipis
2013
↓
Dielusi
↓
Diamati dibawah UV254 dan UV366
↓
Disemprot dengan pereaksi Dragendroff
↓
Ditetesi dengan pereaksi Sitroborat, AlCl3, FeCl3, dan
vanilin asam sulfat
↓
Diamati
B. Gambar Pengamatan
Sinar Tampak
31
Kromatografi LapisTipis
2013
Keterangan :
1. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (N-heksan : Etil asetat)
3. Ekstrak Metanol (Kloroform : Metanol)
4. Ekstrak Metanol (N-heksan : Etil asetat)
32
1 2 3 4
Kromatografi LapisTipis
2013
Sinar UV254
Keterangan :
1. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (N-heksan : Etil asetat)
3. Ekstrak Metanol (Kloroform : Metanol)
4. Ekstrak Metanol (N-heksan : Etil asetat)
33
1 2 3 4
Kromatografi LapisTipis
2013
Sinar UV366
Keterangan :
1. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (N-heksan : Etil asetat)
34
1 2 3 4
Kromatografi LapisTipis
2013
3. Ekstrak Metanol (Kloroform : Metanol)
4. Ekstrak Metanol (N-heksan : Etil asetat)
Pereaksi Dragendroff
35
1 2
Kromatografi LapisTipis
2013
Keterangan :
1. Estrak Metanol (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
Pereaksi FeCl3
36
Kromatografi LapisTipis
2013
Keterangan :
1. Estrak Metanol (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
37
1 2
Kromatografi LapisTipis
2013
Pereaksi Vanilin Asam Asetat
Keterangan :
1. Estrak Metanol (Kloroform : Metanol)
38
1 2
Kromatografi LapisTipis
2013
2. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
Pereaksi AlCl3
Keterangan :
1. Estrak Metanol (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
39
1
UV245 UV366
2 1 2
Kromatografi LapisTipis
2013
Pereaksi Sitroborat
Keterangan :
1. Estrak Metanol (Kloroform : Metanol)
2. Estrak N-heksan (Kloroform : Metanol)
40
1
UV245
2 1
UV366
2