23
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, baik flora maupun fauna. Kekayaan ini dapat memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat Indonesia. pengetahuan yang memadai dan pemanfaatan yang baik tentunya akan cukup sekali dalam memakmurkan bangsa ini. Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi, dan dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menjumpai hewan vertebrata dari pada avertebrata. Padahal sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan invertebrata (Jasin,1992). Invertebrata adalah termasuk ke dalam kingdom animalia, sebuah kingdom besar yang terdiri lebih dari satu juta spesies yang diketahui dengan baik (Meglitsch, 1972). Hewan invertebrata jumlahnya sangat banyak dibandingkan dengan hewan vertebrata. Diperkirakan jumlah jenis hewan ini lebih dari 1.150.000 spesies, sedangkan jumlah vertebrata 42.000 spesies (Kekurt,1961). Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata, dimensi tubuhnya kecil, sistem saraf dibawah saluran pencernaan, hidup bebas, herbivora, carnivora, parasit, predator, dan ada yang bersifat sebagai plankton, nekton, benthos diperairan. Hewan ini mulai dari bersel satu (protozoa) sampai bersel banyak (metazoa), (Djarubito, 1989). Hewan Invertebrata merupakan jenis hewan yang memiliki spesies paling banyak terdapat di muka bumi. Dengan jumlah kira – kira mencapai 1 juta spesies atau 95 % dari jenis hewan yang merupakan kelompok invertebrata, tentunya membutuhkan pengklasifikasian jenis hewan tersebut untuk memudahkan mempelajarinya. Hewan invertebrata terbanyak dari ordo Insecta. Klasifikasi juga bertujuan mengetahui kekerabatan satu organisme dengan organisme lainnya.

Laporan KL Invertebrata

Embed Size (px)

Citation preview

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang

melimpah, baik flora maupun fauna. Kekayaan ini dapat memberikan keuntungan

yang besar bagi masyarakat Indonesia. pengetahuan yang memadai dan

pemanfaatan yang baik tentunya akan cukup sekali dalam memakmurkan bangsa

ini. Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah

teridentifikasi, dan dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menjumpai

hewan vertebrata dari pada avertebrata. Padahal sebenarnya jumlah spesies

vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan invertebrata (Jasin,1992).

Invertebrata adalah termasuk ke dalam kingdom animalia, sebuah

kingdom besar yang terdiri lebih dari satu juta spesies yang diketahui dengan

baik (Meglitsch, 1972). Hewan invertebrata jumlahnya sangat banyak

dibandingkan dengan hewan vertebrata. Diperkirakan jumlah jenis hewan ini lebih

dari 1.150.000 spesies, sedangkan jumlah vertebrata 42.000 spesies

(Kekurt,1961).

Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta

memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan

kelompok hewan bertulang punggung belakang, juga sistem pencernaan,

pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan

invertebrata, dimensi tubuhnya kecil, sistem saraf dibawah saluran pencernaan,

hidup bebas, herbivora, carnivora, parasit, predator, dan ada yang bersifat sebagai

plankton, nekton, benthos diperairan. Hewan ini mulai dari bersel satu (protozoa)

sampai bersel banyak (metazoa), (Djarubito, 1989).

Hewan Invertebrata merupakan jenis hewan yang memiliki spesies paling

banyak terdapat di muka bumi. Dengan jumlah kira – kira mencapai 1 juta spesies

atau 95 % dari jenis hewan yang merupakan kelompok invertebrata, tentunya

membutuhkan pengklasifikasian jenis hewan tersebut untuk memudahkan

mempelajarinya. Hewan invertebrata terbanyak dari ordo Insecta. Klasifikasi juga

bertujuan mengetahui kekerabatan satu organisme dengan organisme lainnya.

2

Sehingga dapat menunjukkan tentang evolusi kekerabatannya. Pengorganisasian

sejumlah spesies menjadi kelompok-kelompok yang dapat dimengerti disebut

hirarki taksonomi. Ilmu taksonomi menjadi penemuan penting di dalam

pengelompokan jenis hewan berdasarkan tingkat / hirarki dan pemberian nama

(nomenklatur) (Campbell, 2000).

Invertebrata memiliki banyak manfaat bagi kehidupa manusia, diantaranya

sebagai bahan konsumsi, misalnya udang, kepiting, cumi-cumi, kerang dan

teripang. Usaha budidaya, misalnya pembudidayaan udang di tambak, tiram

mutiara dan oyster di laut (Suwigyo, 2005).

Kegiatan kuliah lapangan merupakan salah satu media pembelajaran untuk

lebih mengenal hewan invertebrata. Mengingat banyak jenis hewan invertebrata

yang ada di permukaan bumi ini dibandingkan yang lainnya maka dilakukanlah

kuliah lapangan ini sehingga mahasiwa dapat melihat di lapangan secara langsung

jenis hewan yang ditemukan berdasarkan filum yang ada.

Kuliah lapangan dilaksanakan di Taman Hutan Raya DR. Moh. Hatta atau

yang dikenal dengan Taman Hutan Raya Bung Hatta berada di Kecamatan

Lubuak Kilangan, Kelurahan Indarung. berjarak 20 Km sebelah timur dari pusat

Kota Padangdan jarak dari Minangkabau International Airport adalah sekitar 50

Km. Pantai Air Manis, merupakan salah satu pantai  yang terdapat di Kota

Padang yang menarik untuk dikunjungi. Lokasi Pantai Air Manis terletak di

Kecamatan  Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra  Barat, Indonesia (Dinas

pariwisata kota Padang, 2014).

1.2 Tujuan

Tujuan kuliah lapangan ini adalah untuk mengenal cara pengkoleksian di

lapangan, mengenal cara pensortiran, pengawetan dan identifikasi hewan

invertebrata di laboratorium.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang didapat dari kuliah lapangan adalah :

1. Dapat mengklasifikasikan hewan-hewan invertebrata

2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang hewan invertebrata

3

3. Mendapatkan keterampilan mengoleksi dan mengawetkan hewan invertebrata

II. TINJAUAN PUSTAKA

Invertebrata atau avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh

Chevalier de Lamark untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang

belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali vertebrata (pisces, reptil,

amfibi, aves, dan mammalia). Contoh hewan invertebrata adalah serangga, ubur –

ubur, hydra, cumi – cumi dann cacing. Invertebrata mencakup 97 persen dari 

seluruh anggota kingdom animalia (Kimball, 1992).

          Lamark membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu insecta

(serangga) dan vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke

dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organism yang simple seperti porifera dan

cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti molusca dan

anthropoda. Penelitian lebih lanjut dalam bidang taksonomi menunjukkan bahwa

bannyak hewan invertebrata yang berkerabat lebih dekat dengan  vertebrata dari

pada dengan sesame invertebrata (Campbell, 2000). Hewan invertebrata

digolongkan menjadi beberapa filum, yaitu porifera, coelenterate, platyhelmintes,

nemathelminthes, annelid, Anthropoda, molusca dan Echinodermata (Borror,

1992).

Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu

mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan

walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme yang

sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam

zoologi menamakan protozoa itu aselular tetapi keseluruhan organisme itu

dibungkus oleh plasma membran (Radiopoetro, 1996)

Protozoa bersifat eukariotik dengan berbagai tipe simetri tubuh. Struktur

tubuh di mulai dari yang paling sederhana sampai ke bentuk yang lebih kompleks.

Habitat protozoa umumnya di air tawar, laut dan tanah yang lembab. Hidupnya

soliter dan ada juga yang berkoloni. Cara mendapatka makanan dengn secara

komensal, mutualistik dan parasit. (Jutje, 2006).

4

          Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang berarti

membawa. Ia merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif , tidak

memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-masing sel

memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas tertentu. Umumnya hewan

porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit

sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar pada porifera yang hidup

dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada

bagian yang dalam (Pechenik,2000).

Coelenterata merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang

sesungguhnya, tetapi pemberian nama dengan istilah “ Hewan Berongga “  itupun

masih belum tepat, mengingat coelentrata adalah hewan yang tidak mempunyai

rongga tubuh yang sebenarnya ( coelom ), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga

sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenterata. Dalam kenyataan

coelenteron tersebut merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat

pencernan makanan dan sebagai alat pendengar sari-sari makanan keseluruh

bagian tubuh. Coelenterata hidup di air laut, hanya beberapa yang hidup di air

tawar (Jasin, 1992).

Coelenterata merupakan hewan yang memiliki  rongga. Termasuk hewan

diploblastik, tubuh simetri radial. Lapisan selnya terdiri dari ectoderm dan

endoderm. Antara ekstoderm dan endoderm terdapat mesoglea. Pada tubuh bagian

atas terdapat mulut, yang dikelilingi tentakel. Pada permukaan tentakel terdapat

knidoblas (sel penyengat/nematosis). Hidup di air tawar maupun air laut.

Tubuhhnya dapat melekat pada dasar perairan. Coelenterata memiliki dua bentuk ,

yaitu polip dan medusa. Polip, hidup soliter (menyendiri) tetapi ada yang

berkoloni, tidak dapat bergerak bebas mellekat pada dasar perairan. Sedangkan

Medusa dapat menghasilkan dua macam gamet  yaitu gamet jantan dan gamet

betina. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas didalam air.

Filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal

dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya

yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang

terdapat di sekitar mulutnya. (Robert, 1986).

5

Anthozoa merupakan jenis hewan Coelenterata yang sering dinamakan

binatanng bunga atau anemon laut, tubuh berbentuk polip, hidup diair laut yang

jernih. Dapat menghasilkan kerangka yang keras dari kapur. Kerangka inilah yang

merupakan batu/ terumbu karang. Ada juga yang kerangka luarnya dari zat

tanduk. Contoh Anemon, Euplexaura antipathies (akar bahar). Manfaat

Coelenterata  diantaranya Ubur-ubur dapat dimakan, anemon laut, mawar laut

dapat digunakan sebagai hiasan dalam aquarium. Dilaut hewan ini membentuk

terumbu karang, sebagai tempat berlindungnya ikan dan tempat wisata (Pratiwi,

2006).

Platyhelmintes (cacing pipih) merupakan filum untuk jenis cacing yang

tidak memiliki punggung dan perut serta tidak berbuku-buku. Tempat hidup

cacing ini adalah dilaut, disungai dan danau atau parasit pada tubuh organisme

lain. Trematoda termasuk kelas Platyhelminthes yang hidup parasit pada hewan

dan manusia. Memiliki alat penghisap yang dilengkapi dengan kait untuk

melekatkan diri pada tubuh inang. Contoh Fasciola sering disebut dengan cacing

hati, Fasciola hepatica hidup dihati domba, dan Fasciola gigantica  hidup dihati

sapi. Chlonorchis yaitu cacing hati yang hidup pada manusia. Banyak terdapat

didaerah Cina, Jepang, Vietnam. Cacing dewasa yang hidup disaluran empedu dan

keluar bersama feses (Campbell, 2000).

Nemathelmintes berasal dari kata nematos yang berarti benang dan

nelminthes yang berarti cacing. Jadi arti sebenarnya dari Nemathelmintes adalah

cacing benang kerena bentuknya yang bulat dan memanjang. Tubuh

Nemathelmintes tidak beruas-ruas. Pada bagian depan terdapat mulut, alat

pencernaanny adalah usus dan diakhiri dengan anus. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa alat pencernaannya sempurna (Thomas et al,1992).

Annelida merupakan avertebrata yang telah memiliki selom (rongga

tubuh) yang sempurna. Mereka memiliki mulut pada segmen pertamnya dan anus

pada segmen terakhirnya. Annelida laut biasanya adalah hewan karnivora yang

memangsa hewan atau bangkai, cacing tanah merupakan pemakan material

organik atau bisa juga dikatakan pemakan sampah, sedangkan lintah adalah

annelida yang menjadi parasit penghisap darah pada hewan lain. Saluran

pencernannya terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan berakhir di

6

anus. Annelida memiliki kumpulan saraf (otak) di ujung anterior badannya yang

digunakan sebagai pusat koordinasi tubuh. Annelida dari kelas polychaeta

memiliki mata sederhana yang digunakan untuk mendeteksi keadaan lingkungan

sekitar. Sedangkan cacing tanah, hanya memiliki saraf-saraf yang cukup peka

cahaya untuk mendeteksi daerah gelap dan daerah terang (Campbell, 2000).

          Molusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewamn

triploblastik, bilateral simetri, umummnya memiliki mantel yang dapat

mengahsilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat.  Cangkok tersebut

berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya

kerang, tiram, siput dan bekicot. Namun ada pula molusca yang tidak memiliki

cangkok seperti cumi-cumi sotong, gurita,. Molusca  memilki struktur berottot

yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasya.

Molllusca merupakan filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis,

serta 35 ribu jenis kedalam bentuk fosil. Mollusca hidup dilaut, air tawar, payau

dan darat (Goerge, 2009).

Molusca tersebar luas dalam habitat laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih

banyak terdapat dalam lautan. Umumnya molusa berselubung sebuah mantel yang

merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Secara internal, mantel itu bertaut

dengan tubuh. Semua molusca mempunyai massa muscular yang disebut kaki

yang bentuk dan fungsinya bervariasi menurut kelasnya. Molusca mempunyai

sistem digesti, respirasi, eksresi dan reproduksi yang kompleks. Beberapa jenis

molusca  mempunyai stadium larva trokofor serupa yang terdapat pada annelida.

Sitem sirkulasi terdiri dari jantung yang beruang-ruang. Sistem pembuluh darah

tertutup, menyangkut sistem kapiler spesial dalam organ-organ eksresi dan

respirasi. sistem sirkulasi pada molusca merupakan sistem yang paling majemuk

dari sistem sirkulasi pada invertebrata lainnya (Brotowidjoyo, 1989).

          Arthropoda merupakan filum yang sangat besar dari seluruh spesies hewan,

kira – kira ¾ berupa artnropoda. Tubuh bersegmen, alat gerak bersegmen, rangka

luar berupa kutikula. Hidup didarat, air tawar, air laut, pohon-pohon, menempel,

pada hewan piaraan. Arthropoda terdiri dari 4 kelas, yaitu Crustacea,

Arachnoidea, Myriapoda, dan Insecta atau Hexapoda. Pada jenis Insecta terbagi

lagi menjadi dua yaitu Apterygota serangga yang tidak bersayap, tidak

7

bermetamorfosis, kepala, dada, perut tidak jelas perbedaanya, mulut meenggigit

lalu yang kedua yaitu Pterygota serangga bersayap, gterdiri dari beberapa ordo

(Jutje, 2006).

          Echinodermata  merupakan hewan yang memiliki kulit berduri, kulit keras

terbuat dari zat kapur maupun kitin, tubuh simetri radial, memiliki lima lengan,

mulut dibawah dan anus diatas, hidup dilaut dengan air yang jernih dan tidak

bergelombang. Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea memiliki

bentuk seperti bintang,, organ-organ bercabang kelima lengan, warna hitam, biru

kecoklatan. Yang kedua Ophiuroidea lengan panjang menyerupai ular, sering

disebut dengan bintang air laut. Crinoidea mirip dengan tumbuihan, memiliki 5

lengan yang bercabang, melekat pada batu. Echinodea tubuh dipenuhi duri yang

terbuat dari zat kapur, ada yang pendek dan ada yang panjang. Holothuroidea

tubuh tidak berduri, kulit halus  dan lunak, bentuk tubuh seperti ketimun banyak

dijumpai di pantai (Campbell, 2000).

Echinodermata kebanyakan hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri

radial. Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimeter yang tersusun radial ,

dengan mulut ditengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan

sebagian besar mempunayi duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom. Sistem

digesti lengkap, walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lamban

dengan telapak tabung. Gerakannya diatur oleh sistem tekakanan hidrostatis, yang

disebut sistem vaskular air. Sistem saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf

radier. Pad echinodermata tidak terdapat sistem respirasi dan sistem eksresi secara

khusus. Fungsi dilakukan oleh proyeksi-proyeksi kulit yang disebut papula yang

terdapat di antara papan-papan kapur pada kulit. (Hala, 2007).

Gastropoda merupakan hewan jenis mollusca yang menggunakan perut,

tubuh memiliki cangkang yang melintir, kepala dibagian depan, pada bagian

kepala terdapat tentakel panjang yang terdapat bintik mata dan tentakel pendek

berfungsi untuk indera pembau dan peraba. Hidup didarat, air tawar, air laut.

Bersifat hermafrodit, perkawinan silanng. Pembuahan terjadi ditubuh betina.

Contoh Achatina fulica atau bekicot, Lymnea atau siput sawah, Melania atau

sumpil (Pechenik, 2000).

         

8

III. PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah lapangan Taksonomi Hewan Invertebrata dilaksanakan pada hari minggu

tanggal 22 November 2015 di Gunung Padang dan Pantai Air Manis, Padang,

Sumatera Barat. Selanjutnya pengidentifikasian dan pengoleksian sampel

dilaksanakan di Laboratorium pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah ember, saringan,

plastik 1 kg, plastik 5 kg, insect net, aspirator, botol koleksi, botol film, killing

bottle, kapas, label tempel, label gantung, buku catatan, alat tulis, kertas segitiga,

kotak segitiga, pinset, steroform, kotak sampel, jarum pentul, penggaris, tisu dan

kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah

kloroform, alkohol 70 %, formalin, dan kapur barus.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara Kerja di Lapangan

3.3.1.1 Hewan Invertebrata di Darat

Adapun hewan invertebrata yang umumnya ditemukan dan dikoleksi adalah dari

kelas Insekta khususnya sub kelas Arthropoda. Sampel darat ditangkap dengan

menggunakan insect net. Lepidoptera yang tertangkap, dibunuh di bagian thorax

dari lepidoptera tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam kertas segitiga, dan

disimpan di dalam kotak susu kemudian diberi label.

Kelompok Odonata yang tertangkap dibunuh dengan cara menekan bagian

thoraks dari capung, dimasukkan ke dalam kertas segitiga dan disimpan di dalam

kotak segitiga dan diberi label. Sedangkan untuk kumbang, belalang dan insekta

lainnya yang cukup besar dapat dilumpuhkan terlebih dahulu dengan

memasukkan ke dalam killing bottle untuk kemudian disimpan di dalam botol

koleksi, dan kemudian diberi label.

9

Pengambilan sampel hewan darat ini dilakukan secara langsung, hewan

ditangkap dengan menggunakan tangan ataupun pinset, disimpan di dalam botol

koleksi dan ditambahkan dengan alkohol 70%. Sedangkan hewan lainnya dapat

dikoleksi di dalam botol koleksi dengan penambahan alkohol, atau dapat juga

dilumpuhkan dengan killing bottle dan disimpan di dalam botol koleksi sesuai

dengan ukuran tubuh hewan.

3.3.1.2 Hewan Invertebrata di air

Hewan invertebrata air yang didapatkan pada saat kuliah lapangan yang

dilaksanakan di sekitar tepi pantai Air Manis sampai ke tepi pantai Pulau Pisang.

Pengambilan sampel laut dilakukan dengan mengumpulkan kerang-kerangan dan

hewan laut seperti Gastropoda, Porifera, Coelenterata, dan Echinodermata

kemudian memasukkannya kedalam botol koleksi untuk diawetkan nantinya

menggunakan Alkohol 70%.

3.3.2 Cara Kerja di Laboratorium

3.3.2.1 Hewan Invertebrata di Darat

Hewan yang dikoleksi dalam botol koleksi dengan penambahan Alkohol, diganti

dengan alkohol yang baru. Hewan-hewan tersebut diidentifikasi dan diberi label

koleksi.

Sedangkan untuk kupu-kupu dan capung diawetkan dengan cara

pengawetan kering. Pertama, disediakan steroform yang lebarnya sesuai dengan

lebar hewan tersebut. Kemudian di tengah-tengah steroform tersebut dibuat

cekukan memanjang. Kedua, hewan tersebut direntangkan sayapnya di atas

stereoform dengan posisi badan berada pada cekukan tadi. Setelah itu, sayapnya

ditutup dengan kertas minyak yang ditusuk dengan jarum pentul untuk menahan

sayapnya agar tetap terentang dengan baik. Kemudian spesimen tersebut dikering

anginkan atau dapat juga diinkubasi di dalam inkubator selama 2-3 hari. Terakhir

hewan tersebut diidentifikasi, diberi label koleksi dan disimpan di dalam kotak

kayu.

3.3.2.2 Hewan Invertebrata di Air

Hewan Invertebrata air yang didapatkan yang telah diawetkan dengan Alkohol

70%, diganti dengan alkohol baru kemudian diberi label tempel. Sedangkan,

sampel dari kelas Kerang-kerangan dan Porifera dicuci bersih, dikeringkan baru

10

kemudian diberi label. Sampel diidentifikasi dengan melihat dari sampel

sebelumnya yang ada di laboratorium dan buku Taksonomi Hewan Invertebrata.

Sampel juga diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci determinasi. Setelah

diidentifikasi sampel disimpan didalam baki.

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gunung Padang

NO Spesies LokasiWaktu

DeskripsiPengambilan

1 Eurema brigitta Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015Sayap dan

tubuh berw

arna kuning,

pinggiran

sayap

berwarna

coklat.

2 Nuerothermis Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015Kumbang

kecil dengan

sayap orange.

3 Gryllus sp Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015 Jangkrik

4 Capung Jarum Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015

Tubuh

ramping,

seperti

jarum

5 Melanoplus sanguinipes Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015Sayap seperti

selaput

Mengerik saat

akan ka

win

6 Valanga sp Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015Belalang

Kayu

7 Papilio memnon Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015Keseluruhan

sayap dan

tubuh

berwarna

hitam

8 Odontoponera denticulata Gunung Padang Minggu, 22 nov 2015 Semut hitam

12

besar

4.1.1 Eurema brigitta

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Pieridae

Genus : Eurema

Spesies : Eurema brigitta Moore, 1878

Berdasarkan pengamatan, Eurema brigitta memiliki dua pasang sayap kuning

polos, 3 pasang kaki, torak putih, abdomen putih, antena hitam panjang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Johnson (1992), yang menyatakan bahwa kupu-kupu ini

memiliki sayap dengan warna dasar kuning dengan tepi sayap berwarna coklat

tua. Ukuran kupu-kupu ini sedang dengan rentang sayap 12-24 mm. Memiliki

bentuk tubuh yang panjang dengan berwarna gelap.Sering ditemui beterbangan

disekitaran pemukiman warga.

Jantan dan betina, kedua sayapnya panjang dan lebar, bulat pada setiap

ujung sayap, dan terdapat garis pinggir disekelilingnya.Pada bagian sayap atas

berwarna kuning cerah dengan warna hitam kusam.Garis pinggir mengelilingi

sayap berwarna hitam dan kadang terbagi menjadi dua bagian, atas dan bercak

bawah.Subspesies ini tersebar dari timur hingga pusat dan beberapa bagian dari

Thailand, juga di Indo-China, China selatan, Hainan dan Taiwan. Juga terdapat

pada Jepang yang bermigrasi (Johnson,1992).

4.1.2 Nuerothermis sp.

Kingdom : Animalia

Fium : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Nymenoptera

Famili : CicadellidaeGambar 2. Nuerothermis sp.

Gambar 1. Eurema brigitta

13

Genus : Nuerothermis

Spesies : Nuerothermis sp.

Bentuk serangga ini, memiliki sayap tipis bewarna coklat terang, dengan garis

hitam pada tepinya. Pada bagian mata memiliki bintik hitam berjumlah 4.

Neurothermis merupakan jenis serangga yang berukuran sedang hingga

kecil, bisanya ditemukan pada daun yang berbulu halus, seperti daun mint. Bentuk

dan corak tubuhnya beragam, yang paling sering ditemukan adalah orange

kehitaman, memiliki bintik mata majemuk. Seranggga ini Ditemukan mulai dari

tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenisnya,

umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah

jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah

hidup yang sempit (Peggic, 2000).

4.1.3 Gryllus sp

Kingdom         : Animalia

Filum               : Arthropoda

Kelas               : Insecta

Ordo               : Orthoptera

Famili             : Grylludae

Genu              : Gryllus

Spesies           : Gryllus sp

jangkrik pada umumnya adalah badan berwarna cokelat gelap dan terdiri dari tiga

bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Memiliki kaki pelompat, getaran

sayapny menghasilkan suara yang khas.

Pada bagian kepala terdapat sepasang antena panjang. Pada bagian

anterior, terdapat sepasang mata majemuk. Pada bagian ventral terdapat mulut

yang terbagi menjadi labrum, mandibles, maxillae, dan labium. Pada bagian

toraks dibagi menjadi tiga, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Terdapat

dua pasang sayap yang terdapat pada mesotoraks dan metatoraks. Sayap depan

memiliki panjang yang bervariasi tetapi hal yang pasti adalah sayap depan

menutupi setidaknya setengah hingga seluruh bagian abdomen dan berbentuk

datar terhadap badan jangkrik kemudian sayap belakang lagi tertutupi oleh sayap

Gambar.3 Gryllus sp.

14

depan dan terlipat. Pada betina tampak ovipositor yang lebih panjang

dibandingkan jantan. Baik betina dan jantan memiliki cerci (Pechenik, 2000).

4.1.4 Odonata

Kingdom : Animalia

Fium : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata

Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum

(subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap

dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum

umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar),

memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-

sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Capung dan capung jarum

menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke

pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai

hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenisnya, umumnya jenis

capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa

jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit.

Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh

(Johnson,1992).

4.1.5 Melanoplus sanguinipes

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Orthoptera

Familia : Acrididae

Genus : Melanoplus

Spesies : Melanoplus sanguinipes Stal, 1873

Ordo Orthoptera termasuk dalam kelas Insekta (serangga). Serangga

merupakan hewan yang dominan di bumi ini, terdapat dimana-mana baik di darat

Gambar.5 Melanoplus sanguipiens

Gambar.4 Ordo Odonata

15

maupun dalam air. Dominasi dari serangga tersebut disebabkan karena serangga

mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Selain itu serangga

memiliki waktu generasi yang singkat dan berukuran kecil. Serangga terdiri atas

ratusan ribu jenis, bentuknya sangat bervariasi, ukurannya bermacam-macam

mulai mulai dari yang mikroskopis sampai yang makroskopis.

Ciri-ciri ordo Orthoptera, memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih

tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap

digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan

tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.Hewan jantan mengerik dengan

menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina

atau mengusir saingannya (Dwisang, 2008).

4.1.6 Valanga sp.

Kingdom: Animalia

Fium : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Croptera

Famili : Acrididae

Genus : Valanga

Spesies : Valanga sp.

Belalang ini berukuran saat dewasa mencapai 85 mm dengan warna coklat tua.

Saat muda (Nimfa) berwarna hijau dan terkadang terdapat pola coklat dan oranye,

kemudian berubah menjadi coklat sebelum kulitnya terkelupas (moulting). Selama

musim dingin, belalang ini berhibernasi.

Habitat belalang kayu di daun pada semak-semak dan di pohon dan

memakan daun-daunan. Masuk dalam klasifikasi famili Acrididae karena ciri khas

belalang kayu yaitu antena pendek, dan terdapat tympana (alat pendengaran pada

serangga) pada segmen pertama abdomen (Johnson, 1992).

4.1.7 Papilio memnon

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Gambar.6 Valanga sp.

16

Ordo : Lepidoptera

Famili : Papilionidae

Genus : Papilio

Spesies : Papilio memnon Stal, 1873

Berdasarkan pengamatan, Papilio memnon memiliki dua pasang sayap

berwarna hitam, antena panjang, terdapat satu bintik hitam pada sayap atas dan

lima bintik hitam pada sayap bawah.

Menurut Kanisius (1991), serangga ini memiliki tubuh yang berukuran

besar, rentang sayapnya antara 120 -150 mm. Pada jantan bagian atas tumbuh

berwarna hitam dengan helaian garis-garis kebiruan dan bagian bawah yang mirip

dengan bintik-bintik merah didasar sayap. Terdapat garis-garis tanda berwarna

putih pada sayap bagian bawah. Memiliki delapan bintik-bintik putih pada toraks

bagian atas.

Pada betina memiliki warna sayap dengan coklat tua, dengan garis putih

keabu-abuan. Bagian dasar ketiga berwarna merah dengan ujung bagian dalamnya

berwarna putih. Sayap belakang berwarna biru-hitam. Memiliki titik potongan

berwarna kuning atau putih sebanyak 5-7 (Peggic et. al. 2000).

4.1.8 Odontoponera denticulata

Kalsifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Formicidae

Genus : Odontoponera

Spesies : Odontopnera denticulata Smith, 1858

Berdasarkan pengamatan, Odontopnera denticulata memiliki sepasang

kaki, kepala dan toraks menyatu, memiliki antena yang pendek, mata besar. Hal

ini sesuai dengan pendapat Susetya (1994) yang menyatakan bahwa Odontopnera

denticulata memiliki scape antena (bagian pangkal antena yang tidak bersegmen)

yang pendek, ukuran mata besar. Pada bagian kepala (caput) memiliki bentuk

cekungan. Biasanya Odontopnera denticulata memiliki warna yang lebih gelap

Gambar 7. Papilio memnon

Gambar 8. Odontopnera denticulata

17

(terkadang hitam) dengan kaki yang berwarna agak kemerahan. Biasanya

Odontopnera denticulata banyak ditemukan pada daerah-daerah yang banyak

aktivitas manusianya seperti daerah pertanian, kebun dan pekarangan rumah dan

sulit ditemukan di hutan-hutan.

4.2 Taman Hutan Raya Bung Hatta

NO Spesies LokasiWaktu

DeskripsiPengambilan

1Xpthima kalelonda

Tahura Sabtu, 21 nov 2015Kupu-kupu hitam coklat

2 Apia sp. Tahura Sabtu, 21 nov 2015

Sayap dan tubuh bewarna coklat terang, dengan garis pada sayap bewarna krem

4.2.1 Xpthima kalelonda

Kingdom: Animalia

Fium : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Sattiridae

Genus : Xpthima

Spesies : Xpthima kalelonda Stal, 1873

Ciri umum kupu-kupu ini adalah keseluruhan sayap dan badannya

bewarna kecoklatan. Pada beberapa bagian sayapnya berwarna coklat terang

dengan pola bulat kehitaman.

Gambar .9 Xpthima kalelonda

18

Xpthima kalelonda merupakan salah satu jenis kupu-kupu dari kelas

insecta dan bewarna coklat. Hewan ini memiliki sepasang antena pada kepalanya,

dan memiliki mata majemuk. Kupu-kupu ini memiliki dua pasang sayang dan tiga

pasang kaki. Tipe mulut dari kupu-kupu ini adalah menghisap, yang digunakan

untuk menghisap nektar bunga. Pada bagian tepi dari sayap kupu-kupu ini

terdapat lingkaran lingkaran kecil dengan bulatan hitam di tengahnya. Lingkaran-

ligkaran ini merupakan ciri khas dari kupu-kupu ini (Kekurt, 1961).

4.2.2 Apia sp

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pieridae

Genus : Apia

Spesies : Apia sp.

Berdasarkan pengamatan, Apia sp. memiliki 2 pasang sayap, berwarna

putih dengan corak coklat, abdomen putih, antena panjang, 3 pasang kaki putih.

Menurut Hickman (1997), ordo Lepidoptera mempunyai dua pasang

sayap, sayap depan sebagian tebal dan sebagian lagi tipis seperti selaput.

Mempunyai tipe mulut menghisap dan menusuk. Pada stadia pradewasa disebut

larva atau pupa.

Gambar .10 Apia sp.

19

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan pada kuliah lapangan di Kawasan Taman Hutan Raya

Bung Hatta dan Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat dapat disimpulkan

bahwa :

1. Jenis hewan darat yang banyak didapatkan adalah jenis Lepidoptera

2. Ordo Orthoptera dan Croptera juga sering ditemukan karena kawasan yang

dilewati sangat mendukung untuk tempat hidupnya, merupakan ordo dari

belalang.

5.2 Saran

Agar mendapatkan sampel yang bagus, disarankan kepada praktikan agar ketika

proses pengawetan dan identifikasi harus mengefisiensikan waktu dan melakukan

prosedurnya dengan hati – hati. Di dalam proses identifikasi harus menggunakan

banyak literatur, agar hasilnya lebih akurat dan jeli memperhatikan morfologi dari

sampel yang didapatkan. Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada

asisten atau dosen sehingga tidak terjadi kesalahan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta

Borror, D. et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam.

Yogyakarta : UGM  press

Brower, Andrew V. Z. 2006. Neptis Fabricius Neptidomima Holland 1920.

Version 9 December 2006

Campbell, Neil. A. 2000. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta

Dinas Pariwisata Kota Padang, 2014.

Dwisang, E. L., 2008. Inti Sari Biologi. Scientific Press. Tangerang

Gay,Thomas; Kehimkar,Isaac & Punetha,J.C.(1992) Common Butterflies of India. WWF

India and Oxford University Press, Mumbai, India.

George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga.

Jakarta

Hala,Yusminah., 2007.  Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.

Hickman, Jr. C. P, L. S roberts and A. Larson. 1997. Integrated Principles of

Zoology. WCB Mc. Graw Hill : Boston

Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya . Sinar

Wijaya

Jutje  S Lahay. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri

Makassar.

Johnson, F. Norman. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Ke-VI. Gadjah

Mada University Press : Yogyakarta                                                                       

Kanisius, T. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisus

Kimball, J. W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.

Peggic, Djunijanti dan Mohammda Amir. 2000. Practical Guide to the

Butterfilies of Bogor Botanic Garden. Bogor : LIPI.

Putra Nugraha Susetya. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta : Kanisius

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta.

                         

21

Kekurt, G. A. 1961. The Invertebrate. A Manual for The Use of Students,

Cambridge University Press

Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebrates. Four Edition. Mc Graw Hill.

          Cambridge. University Press.

Pratiwi, W.D., 2006: Developing Appropriate Theories for Tropical Eco-

Settlement: Ecological Approach. Paper presented at the International

Seminar on Tropical Eco-Settlements, 14-16 November 2006, Bali,

Indonesia. ISBN 978 979-8954-34-4

Robert, D. Barnes. 1986. Invertebrata Zoologi. CBS College Publishing : USA

Suwigyo, Sugiarto., 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.Tim

22

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama

Gambar 2. Foto bersama di Pantai Air Manis

Gambar 3. Pengolahan Sampel

23