29
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat yang positif bagi kehidupan manusia, untuk memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Perkembangan Teknologi Informasi yang selanjutnya disingkat (TI) yang salah satunya layanan internet di era globalisasi bukanlah sesuatu yang fiktif, melainkan sudah menjadi kenyataan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk. Perkembangan teknologi ini telah menjadi alat yang sangat penting. Kemajuan teknologi telah mengubah segalanya menjadi efisien dan efektif serta didalam melaksanakan aktivitas dapat dilakukan sebebas mungkin. Pemanfaatan layanan internet juga telah mendorong pertumbuhan disegala bidang, termasuk dalam dunia bisnis. Transaksi dalam dunia bisnis kini tidak lagi mengharuskan adanya pertemuan face to face, cukup dengan menggunakan peralatan komputer dan telekomunikasi transaksi dapat terealisasi. Melalui penggunaan layanan internet sebagai sarana pertukaran informasi di bidang komunikasi, maka waktu dan tempat bukanlah menjadi penghalang untuk melakukan transaksi bisnis. Sektor perbankan merupakan salah satu usaha jasa di bidang keuangan yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan 1

KONSEP RAKSAM DAN TANGGUNG JAWAB SPIRITUAL SEBAGAI DASAR PENGGUNAAN INTERNET BANKING

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi semakin berkembang pesat

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap

inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat yang

positif bagi kehidupan manusia, untuk memberikan banyak

kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan

aktivitas manusia. Perkembangan Teknologi Informasi

yang selanjutnya disingkat (TI) yang salah satunya

layanan internet di era globalisasi bukanlah sesuatu

yang fiktif, melainkan sudah menjadi kenyataan yang

diwujudkan dalam berbagai bentuk. Perkembangan

teknologi ini telah menjadi alat yang sangat penting.

Kemajuan teknologi telah mengubah segalanya menjadi

efisien dan efektif serta didalam melaksanakan

aktivitas dapat dilakukan sebebas mungkin.

Pemanfaatan layanan internet juga telah mendorong

pertumbuhan disegala bidang, termasuk dalam dunia

bisnis. Transaksi dalam dunia bisnis kini tidak lagi

mengharuskan adanya pertemuan face to face, cukup dengan

menggunakan peralatan komputer dan telekomunikasi

transaksi dapat terealisasi. Melalui penggunaan layanan

internet sebagai sarana pertukaran informasi di bidang

komunikasi, maka waktu dan tempat bukanlah menjadi

penghalang untuk melakukan transaksi bisnis. Sektor

perbankan merupakan salah satu usaha jasa di bidang

keuangan yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan

1

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Sebagai

lembaga kepercayaan masyarakat, bank dalam menjalankan

kegiatannya diharapkan dapat memberikan pelayanan yang

dapat memberikan kepuasan kepada nasabahnya, terlebih

lagi dalam persaingan industri perbankan yang semakin

ketat.

Bank selalu dituntut untuk bersikap profesional

agar dapat berfungsi secara efisien, sehat di dalam

menghadapi persaingan baik ditingkat nasional maupun

global. Persaingan dalam memenuhi tuntutan nasabah akan

kemudahan dan kecepatan dalam pelayanan inilah yang

memaksa pihak perbankan mau tidak mau  terpengaruh

untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi yang dikenal

dengan Internet-banking. Fasilitas internet-banking

memungkinkan bank melakukan lompatan dalam menghadapi

persaingan di dunia perbankan. Pemanfaatan teknologi

secara cerdas dan sehat dianggap jaminan keunggulan

untuk mendukung produk dan layanannya sehingga tujuan

memenangkan persaingan terwujud.

Internet-banking bukanlah layanan perbankan

konvensional, karena yang dilayani adalah nasabah yang

telah hidup di dalam budaya online yang berbeda

paradigma dengan dunia offline. Kehadiran layanan internet-

banking dalam melakukan aktivitas di dunia perbankan,

memungkinkan pihak bank dan nasabah bank dapat

melakukan berbagai jenis transaksi perbankan melalui

sarana internet. Lewat sarana yang disediakan pihak

2

bank berupa internet-banking atau yang umumnya dikenal

dengan internet banking, seseorang dapat melakukan

pengecekan saldo tabungan, transfer dana atau bisa

disebut dengan Electronic Fund Transfer (EFT), Anjungan Tunai

Mandiri (ATM)1. Salah satu perkembangan layanan

perbankan yang memanjakan nasabah sesuai dengan gaya

hidup masyarakat global yakni dengan berkembangnya

penggunaan kartu kredit dan kartu debit. Menggunakan

fasilitas kartu kredit dan kartu debit ditangan, semua

jadi mudah, gampang, dan cepat. Nasabah tidak perlu

lagi membawa uang tunai dalam jumlah yang besar. Cukup

dengan “gesek”, semua transaksi dapat diselesaikan

dengan mudah.

Internet banking memberikan kemudahan bagi nasabah

untuk dapat melakukan pembayaran-pembayaran secara

online, serta mengakomodasi kegiatan perbankan melalui

jaringan komputer kapan saja dan dimana saja dengan

cepat, mudah, aman dan efisien.   Penyediaan sarana

layanan internet banking, pihak bank akan semakin

meningkatkan kecepatan layanan dan jangkauan dalam

aktivitas perbankan. Penyediaan layanan perbankan

berupa pemanfaatan kecanggihan teknologi seperti internet

banking, merupakan pelayanan yang memiliki resiko tinggi

dalam hal keamanan sistem informasi bisnis. Terdapat

sedikitnya 8 macam resiko utama yang berkaitan dengan

aktivitas perbankan, yaitu: strategi, reputasi,1 Dikutip dari http://www.fdic.gov.html/,Diakses tanggal 14 Agustus 2010

3

operasional (termasuk yang disebut resiko transaksi dan

legal), kredit, harga, kurs, tingkat bunga, dan

likuiditas. Disamping itu, penggunaan Teknologi Sistem

Informasi (TSI) terdapat resiko yang bersifat teknis

dan khusus, yang berbeda dengan penggunaan sistem

manual. Resiko yang dimaksud antara lain resiko

kekeliruan pada tahap pengoperasian, resiko akses oleh

pihak yang tidak berwenang, resiko kehilangan atau

kerusakan data.2

Perkembangan teknologi internet menimbulkan

kejahatan-kejahatan baru di dunia maya yang mengglobal

atau lebih dikenal dengan istilah kejahatan mayantara

atau cyber crime. Kejahatan mayantara atau cyber crime

adalah tindak pidana yang dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi informasi. Masalah cyber crime dewasa ini

sepatutnya mendapat perhatian semua pihak secara

seksama pada perkembangan teknologi informasi masa

depan, karena kejahatan ini termasuk salah satu

kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) bahkan dirasakan

pula sebagai kejahatan serius (serious crime) dan kejahatan

antarnegara (transnasional crime) yang selalu mengancam

kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara

berdaulat.3

2 Khairil Aswan Harahap, Perlindungan Hukum Nasabah Bank dalam Cyber Crime,2009:7

3 Komunitas Pelopor Perubahan Peradaban, (Law Study Forum (LSF)), Cyber Crime In Cyber Law Era, <http : // Saufidiendjsh. Blogspot.com> diakses tanggal 21 Juli 2010

4

Berkaitan dengan kejahatan mayantara/cyber crime di

dunia perbankan yang menggunakan fasilitas internet-

banking untuk meningkatkan kepuasan nasabah dan

pelayanan jasa perbankan, akan semakin meningkatkan

terjadinya tindak pidana dibidang perbankan, karena

dengan adanya internet-banking jaringan tersebut dapat

dikatakan terbuka serta dapat diakses oleh siapa saja.

Kejahatan mayantara/cyber crime perbankan yang bermotif

ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni

dengan menyembunyikan asal usul dana atau dikenal

dengan modus pencucian uang/Money Laundering, kejahatan

dengan menggunakan sarana kartu kredit dikenal dengan

istilah carding atau card fraud, serta pembobolan uang

nasabah melalui Anjungan tunai Mandiri (ATM) atau

cracking sistem mesin ATM untuk membobol dananya.

Meningkatnya penggunaan layanan internet banking oleh

pihak perbankan di Indonesia, pihak Pemerintah dalam

hal ini Bank Indonesia mengeluarkan regulasinya pada

tahun 1995. Regulasi itu dituangkan dalam Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/164/KEP/DIR dan

Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/9/UPPB tentang

Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Perbankan

keduanya tertanggal 31 Maret 1995. Bersama dengan itu,

Bank Indonesia juga mengeluarkan buku pedoman

Pengamanan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Oleh

Bank sebagai lampiran dari SKDBI dan SEBI tersebut,

juga dikeluarkannya PBI No. 9/15/PBI/2007 tentang

5

Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi

Informasi oleh Bank Umum, Pedoman Penyelsaian Pengaduan

Nasabah.

Dari regulasi yang telah dikeluarkan oleh pihak

pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bentuk

pengawasan terhadap pihak perbankan yang memanfaatkan

teknologi berupa penyediakan layanan internet banking,

diyakini hukum sangat berperan strategis. Bagaimanapun

hukum memiliki fungsi untuk mengatur kehidupan

masyarakat, sehingga membawa kearah suatu kondisi yang

tertib, aman dan penuh dengan keteraturan. Akan tetapi,

harus disadari hukum juga akan senantiasa mengikuti

dinamika perkembangan yang ada dalam masyarakat.

Penyesuaian hukum dapat berupa penerapan hukum itu

sendiri atau lebih dari itu dapat juga berupa upaya

melakukan pembentukan hukum baru atau dalam bahasa

hukum dikenal dengan istilah legislasi hukum.

Pemerintah tergerak untuk memberikan pengaturan hukum

terhadap cyber crime, yaitu dengan memberlakukan cyber law

melalui pengesahan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yang

disahkan pada tanggal 25 maret 2008.

Cyber crime yang merupakan suatu kejahatan yang

dilakukan tidak secara fisik melainkan dalam ruang

dunia maya (cyber space), yang dapat menimbulkan kerugian

secara materi maupun non materi dan mengganggu

kehidupan pribadi orang lain. Hindu menghormati hak

6

milik pribadi, tapi hak milik itu bersifat sosial,

karena hak milik pribadi pada hakekatnya adalah hak

milik Brahman (Tuhan menurut Hindu) yang diamanatkan

atau diberikan kepada orang yang kebetulan memilikinya.

Hindu juga menekankan hak-hak yang dimiliki manusia

salah satunya jaminan terhadap pribadi seseorang.

Apabila ada seseorang yang melakukan tindak pidana cyber

crime maka perbuatan itu dalam Hindu dimasukkan dalam

golongan perbuatan pidana yakni pencuri (adharmika), dan

perampokan (Sahasa/sahasikam).

Adharmika atau pencurian dalam Hindu yang tertuang

dalam dalam sastra suci Hindu yang merupakan hukum

positif Hindu yakni, Manawa Dharmasastra VIII.310:

“Adharmikam tribhir nyanyair nigrhniyat prayatnatah,nirodhanena bandhena vividhena vadhena ca”.

 “Hendaklah ia selalu mengendalikan orang yangjahat dengan tiga cara, yaitu denganmemenjarakannya, dengan mengikatnya, dan denganberbagai cara hukuman badan”.

 Berkaitan dengan pasal/sloka diatas dapat

diartikan yaitu yang jahat (adharmika), yaitu orang-

orang yang tak mematuhi peraturan (dharma/hukum)

seperti pencuri, yakni mengambil barang-barang yang

bukan miliknya.

Manawa Dharmasastra VIII.344:

 “Aidram sthanam abhi prepsur yasac caksayam avyayam nopeksetaksanam api raja saha sikam naram”.

7

“Raja yang berkehendak memperoleh tahta dewa indradan kemasyuran yang kekal abadi, hendaknyasedikitpun tidak lali menghukum orang-orang berbuatsalah”.

Kutipan pasal/sloka diatas memberikan makna

terhadap Sahasa atau Sahasikam yakni orang-orang yang

melakukan kekerasan seperti perampokan. Sloka dalam

Manawa Dharmasastra VIII.344 berkaitan dengan sloka

VIII.332:

 “Syat sahasam tvanvayavat prasabham karma yat krtam,niranvayam bhavet steyam hrtva pahnu yate ca yat”

 “Kesalahan seperti dilukiskan yang dikerjakan dalamhal ada pemiliknya dan dengan kekerasan disebutperampokan, tetapi bila dilakukan selaki pemiliknyatidak ada adalah pencurian, demikian pula harta yanghak miliknya ditolak setelah diambil”.

Upaya perlindungan hukum yang telah dikeluarkan

pemerintah seperti UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

terhadap kegiatan yang dilakukan dengan penyediaan

layanan internet banking, diyakini hukum sangat

berperan strategis. Bagaimanapun hukum memiliki fungsi

untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga membawa

kearah suatu kondisi yang tertib, aman dan penuh dengan

keteraturan. Penerapan konsep Raksam dan tanggung jawab

Spiritual dapat digunakan sebagai dasar perlindungan bagi

nasabah bank baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) yang sudah memberikan layanan berupa

internet banking.

8

Konsep Raksam yang menurut Hindu yang berarti

memberikan kebaikan untuk semua atau memberikan

manfaat. Filososi dari Raksam yang ingin memberikan

kesejahteraan, kenyamanan, keamanan bagi semua pihak

tanpa ada benturan kepentingan. Penerapan tanggung

jawab Spiritual dalam kaitannya dengan perlindungan

nasabah karena makna spiritual sangat universal, yang

secara etimologinya Spiritual berarti sesuatu yang

mendasar, penting dan mampu menggerakkan serta memimpin

cara berpikir dan bertingkah laku seseorang agar lebih

baik. Tanggung jawab spiritual merupakan energi Brahman

(Tuhan menurut Hindu) yang menuntunaktivitas

kehidupanyang lebih bermoral dengan berdoa, bekerja

keras, belajar dan bersyukur. Penerapan konsep Raksam

dan tanggung jawab spiritual diharapkan membawa energi

di dalam pengelolaan perbankan yang dapat melindungan

nasabah bank.

 

1.2. Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang diatas yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah esensi dari konsep Raksam dan

Tanggung jawab Spiritual dalam penggunaan internet

banking?

2. Bagaimanakah implementasi dari konsep Raksam dan

Tanggung jawab Spiritual di Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Bali?

9

 

1.3. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis esensi dari konsep Raksam dan

Tanggung jawab Spiritual agar dapat diterapkan

dalam penggunaan internet banking?

2. Menganalisis implementasi dari konsep Raksam dan

Tanggung jawab Spiritual di Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Bali?

 

1.4. Urgensi Penelitian

            Berkaitan dengan konsep Raksam dan tanggung

jawab spiritual menurut nilai-nilai Hindu, bahwa dalam

agama Hindu mengatur juga mengenai perlindungan

konsumen dalam hal ini nasabah BPR yang berlandaskan

Dharma yang dapat menciptakan keharmonisan tanpa ada

benturan yang dapat merugikan semua pihak, sehingga

kepentingan para pihak akan terlindungi. Berkaitan

dengan perlindungan dan tanggung jawab hukum menurut

Hindu dasar hukumnya dapat dilihat dalam Manawa

Dharmasastra, Bhagawad Gita, dan Atharwaveda, yang

menyebutkan:

Manawa Dharmasastra VIII.306:

“Raksan dharmena bhutani raja vadhyams ca ghatayan, yajatehararharyajnaih sahasra sata daksinaih”.

10

“Raja yang melindungi segala mahluk sesuai menuruthukumnya dan menghukum mereka yang patut dihukum,sebagai perbuatan yajna yang setiap harinyaratusan ribu dipersembahkan sebagai bayaran”.

 Istilah “Raksam” yang artinya memberi perlindungan

demi kepentingan semua mahluk hidup (bhutani), membela

kepentingan dharmena yang memiliki arti bertindak

sesuai dengan dharma yaitu sesuai dengan kebenaran.

 Bhagawad Gita III.4:

“Tanpa kerja orang tidak akan mencapai kebebasan,demikian juga ia tidak akan mencapai kesempurnaan,karena menghindari kegiatan kerja” Atharwaveda XX.18.3:

“Tuhan hanya menyayangi orang yang bekerja kerasdan tidak menyukai orang yang malas bekerja. Orangyang senantiasa bekerja berdasarkan kesadaranmemperoleh kebahagiaan yang tertinggi”.

Makna kutipan sloka diatas memberi energi bagi

pengelola BPR, konsep tanggung jawab Spiritual dalam

mengelola BPR bermakna: Berdoa, Bekerja, Belajar, dan

Bersyukur akan memberikan kekuatan dalam

pengelolaannya, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

nasabah terhadap BPR bahwa dana yang dipercayakan akan

dikelola dan dijaga secara baik, benar, jujur dengan

penuh rasa tanggung jawab.

11

 1.5 Temuan Yang Ditargetkan Objek

Penelitian

SegiPenelitian

Temuan yangDitargetkan

Antisipasi yangDikontribusikanpada Bidang Ilmu

BPR Kajian konsep Perlindungan hukum dan Tanggungjawab spiritual berdasarkan nilai-nilai Hindu di BPR diBali

Model Perlindungan Hukum dan Tanggungjawab spiritual BPR

Konsep Perlindungan Hukum dan Tanggungjawab spiritual berdasarkan nilai-nilai Hindu di BPR di Bali

Model Perlindungan Hukum dan Tanggungjawab spiritual BPR

Tersusunnya modelPerlindungan Hukum dan Tanggungjawab spiritual berdasarkan nilai-nilai Hindudi BPR di Bali

Terbentuknya model Perlindungan Hukum dan Tanggungjawab piritual BPR

Masalah sosial masyarakat

Implementasi dan penambahan modal perlindungan hukum dan tanggungjawab spiritual pengguna internet bangking berdasarkan nilai-nilai hindu dengan kondisi dan daerah masyarakat

Kajian model diimplementasik

Implementasi konsep perlindungan hukum bagi pengguna internet banking

Diterapkan pada BPR di Bali

Tersusunnya manual pelaksanaan modelpenggunaan internet banking

Tersusunnya struktur kelembagaan, job description, kewenangan dan SOP dalam pengelolaan lembaga

12

an dengan pemerintah daerah stakeholder dengan masyarakat

 1.6. Luaran Penelitian

1. Database tentang konsep perlindungan hukum dan

tanggung jawab spiritual berdasarkan nilai-nilai

Hindu dan indikator sosial, ekonomi dan budaya

dalam pembentukan pengusaha sosial yang bermoral di

BPR Bali.

2.Menjadi bahan pertimbangan dalam upaya

mengembangkan model perlindungan hukum dan tanggung

jawab spiritual berdasarkan nilai-nailai Hindu dan

pengusaha sosial yang bermoral di lingkungan BPR.

3. Hasil ditemukannya konsep perlindungan hukum

(Raksam) dan tanggung jawab Spiritual dalam

pengunaan internet banking berlandaskan nilai-nilai

Hindu ini diharapkan dapat sebagai dasar

tersusunnya manual pelaksanaan model.

4. Publikasi pada jurnal Ilmiah dan Procceding

Ilmiah.

 

1.7. Roadmap Penelitian

a. Kegiatan penelitian yang telah dilakukan pengusul

beberapa tahun sebelumnya dalam topik ini adalah:

13

Perlindungan Nasabah Bank Yang Dirugikan Akibat

Pembobolan ATM

b. Penelitian selanjutnya dengan topik adalah:

Relevansi Konsep Wrddhi Grhiyad Sebagai Dasar

Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Pada Lembaga

Perkreditan Desa Pakraman Di Bali

c. Penelitian yang direncanakan dalam usulan ini

adalah: Konsep Raksam Dan Tanggung Jawab

Spiritual Sebagai Dasar   Penggunaan Internet

Banking

d. Rencana arah penelitian setelah kegiatan yang

diusulkan adalah: Agar Dibuatkan Dan Disusun

Peraturan Pemerintah Provinsi Bali Agar Nilai-

Nilai Hindu Dapat Diterapkan Di Dalam Operasional

Perbankan Khususnya BPR Di Bali.

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perlindungan Hukum

            Secara etimologis perlindungan diartikan

sebagai tempat berlindung, perbuatan

melindungi4.   Dalam menganalisa perlindungan hukum

bagi rakyat di Indonesia, Philipus M.Hadjon

mengatakan : “Bahwa ada dua macam perlindungan hukum

bagi rakyat yaitu perlindungan hukum yang preventif dan

perlindungan hukum yang represif”5 Lebih lanjut4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Ce.ke Delapan, Balai

Pustaka,1996,hlm.5955 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,

Percetakan M Print , Edisi Khusus, Surabaya ,2007:214

Philipus M. Hardjon mengemukakan, dimana perlindungan

hukum dapat dilakukan dalam wujud perlindungan hukum

preventif. Artinya ketentuan hukum dapat dihadirkan

sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran

hukum. Upaya pencegahan diimplementasikan dengan

membentuk aturan-aturan hukum yang sifatnya normatif.

Dalam hubungannya dengan perlindungan hukum

preventif atas data pribadi nasabah dalam

penyelenggaraan layanan internet banking dapat diuraikan

dari dua pendekatan, yakni :6

1. Perlindungan hukum dengan pendekatan self regulation.

Perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam

penyelenggaraan layanan internet banking dengan self

regulation pada dasarnya dilihat dari aspek

pendekatan pengaturan hukum secara internal dari

penyelenggara layanan internet banking itu sendiri.

2. Perlindungan hukum dengan pendekatan goverment

regulation.

Perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam

penyelenggaraan internet banking dengan pendekatan

goverment regulation menitikberatkan pada sekumpulan

peraturan yang dibentuk oleh pihak pemerintah yang

memiliki otoritas untuk membentuk peraturan

tersebut.

Dalam beberapa peraturan perundang-undangan dapat

ditemukan konsep perlindungan, seperti dalam Undang-6 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking,PT Raja Grafindo

Persada,Yogyakarta, 200515

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Pasal 1 butir 1 menyebutkan : “Perlindungan Konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

Teori perlindungan hukum dalam penelitian ini

berdasarkan perlindungan hukum menurut Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menegaskan

bahwa bank didalam menjalankan usahanya dengan baik

agar dapat memberikan perlindungan hukum terhadap

kepentingan masyarakat, terutama kepentingan nasabah

dari yang bersangkutan dengan memegang prinsip kehati-

hatian. Menurut ketentuan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998

dikemukakan, bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan

usahanya berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip

kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan bahwa

prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting

yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh bank di

dalam menjalankan usahanya, dalam arti harus selalu

konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-

undangan di bidang perbankan berdasarkan

profesionalisme dan itikad baik.

2.2. Konsep Perlindungan Hukum menurut Hindu atau

Raksam

Konsep perlindungan hukum menurut hindu atau

Raksam menurut nilai-nilai Hindu, bahwa dalam agama

Hindu mengatur juga mengenai perlindungan konsumen

dalam hal ini nasabah BPR yang berlandaskan Dharma

16

yang dapat menciptakan keharmonisan tanpa ada benturan

yang dapat merugikan semua pihak, sehingga kepentingan

para pihak akan terlindungi. Berkaitan dengan

perlindungan hukum menurut Hindu dasar hukumnya dapat

dilihat dalam Manawa Dharmasastra.

Manawa Dharmasastra VIII.306:

“Raksan dharmena bhutani raja vadhyams ca ghatayan, yajatehararharyajnaih sahasra sata daksinaih”.

“Raja yang melindungi segala mahluk sesuai menuruthukumnya dan menghukum mereka yang patut dihukum,sebagai perbuatan yajna yang setiap harinyaratusan ribu dipersembahkan sebagai bayaran”.

Istilah “Raksam” yang artinya memberi perlindungan

demi kepentingan semua mahluk hidup (bhutani), membela

kepentingan dharmena yang memiliki arti bertindak

sesuai dengan dharma yaitu sesuai dengan kebenaran.

 

2.3. Konsep Tanggung Jawab Spiritual menurut Hindu atau

Sadhana

          Agama adalah hukum moral dengan disiplin

spiritual (Sadhana) yang menuntun kehidupan ini dan

secara sederhana kehidupan beragama adalah bagaimana

mengaktualisasikan cinta kasih dan mengabdian. Sikap

dan perilaku bermoral dengan diikuti disiplin spiritual

(Sadhana) merupakan energi Brahman/Tuhan yang menuntun

aktivitas kehidupan BPR yang sehat.  Artinya manusia

dalam hal ini para pengelola BPR agar tumbuh dan

berkembang keyakinan bahwa BPR dapat menjalankan17

operasionalnya dengan baik dan berhati-hati sehingga

dapat mengelola BPR yang sehat, selebihnya diserahkan

kepada kehendak Tuhan. Keputusan tentang hasil (phala)

dari pengelolaan usaha (karma) yang dilaksanakan oleh

BPR, diyakini dan dimaknai sebagai karunia terbaik dari

Tuhan.

            Pembinaan disiplin spiritual (Sadhana)

adalah menggugah pikiran dan hati para pengelola BPR

agar memiliki persepsi, memiliki keyakinan bahwa

meletakkan harapan, kerja keras dan doa akan

mengantarkan BPR untuk mencapai kesuksesan. Semangat

ini dapat dilihat dalam Sloka Bhagawad Gita dan

Atharwaveda, sebagai berikut:

Bhagawad Gita.III.4

Tanpa kerja orang tidak akan mencapai kebebasan,demikian juga ia tidak akan mencapai kesempurnaan,karena menghindari kegiatan kerja.

 Atharwaveda, XX. 18.3Tuhan hanya menyayangi orang yang bekerja kerasdan tidak menyukai orang yang  malas bekerja.Orang yang senantiasa bekerja berdasarkankesadaran memperoleh kebahagiaan yangtertinggi.     

            Kutipan Sloka ini memberikan energi untuk

mengelola BPR dengan  disiplin spirituan (Sadhana) agar

melahirkan BPR-BPR yang sehat. Konsep Sadhana yang

diterapkan dalam operasional BPR yakni: Berdoa,

Bekerja, Belajar, dan Bersyukur akan dapat memberikan

kekuatan dalam menjalankan swadharma masing-masing,18

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah

terhadap BPR bahwa dana yang dipercayakan pada lembaga

tersebut akan dikelola secara baik, benar dan jujur,

yang pada akhirnya akan melahirkan BPR yang

menguntungkan dan sehat. Wujud dari konsep Sadhana ini

sesuai dengan Rgveda II.5.7 yang menyatakan:

”Svah svaya dhayase krnutam rtvig rtvijam, stomam yajnam cadaram vanema rarima vayam”.

(Kuatkanlah tubuhmu, percaya diri danberdisiplinlah kamu. Lakukan pemujaan pada Tuhandengan teratur. Aku akan menganugrahkan uang untukengkau dana puniakan. Akhirnya engkau akanmemperoleh penghargaan dan kemakmuran).

2.4. Teori Bank

            Pengertian bank secara otentik telah

dirumuskan di dalam Undang-Undang Perbankan  Nomor 10

tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa : “bank

adalah  Badan Usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”7. Lebih lanjut dalam perpustakaan hukum

perbankan terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai

definisi bank, antara lain :

            Bank merupakan salah satu badan usaha

lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan

jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

7 Kasmir, Manajemen Perbankan, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta2008:23

19

dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang

dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan

memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang

giral8.

            Bank adalah suatu badan yang bertujuan

untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat

pembayarannya sendiri atau dengan uang yang

diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan

mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral9

 Dari beberapa pengertian tersebut, jelasnya bahwa bank

berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta

memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran. Dua fungsi itu tidak dapat dipisahkan.

Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha

yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga

keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga

kestabilitas nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi,

dan perluasan kesempatan kerja.

 Jenis-Jenis Bank

            Dalam ketentuan UU No. 10 tahun 1998

tentang Perbankan, pada pasal 5 ayat (1) menyebutkan :

bank menurut jenisnya dibagi 2 yakni :

a. Bank Umum8 O.P Simorangkir dalam Sentosa Sembiring,Hukum Perbankan, Mandar

Maju 2000:19 G.M Verry Stuart dalam Hermansyah, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta 2005:5820

            Hal ini dijabarkan dalam pasal 1 angka 3 UU

Perbankan yang mengemukakan bank umum adalah “bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran”.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

            Hal ini dijabarkan dalam pasal 1 angka 4 UU

Perbankan yang mengemukakan, bank Perkreditan Rakyat

adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran”.

2.5. Teori Cyber Crime dan Internet

            Cyber crime merupakan suatu kejahatan yang

menggunakan teknologi tinggi melalui sarana internet

yang dapat dilakukan dengan media komputer, dan tidak

terbatas pada suatu wilayah tertentu. Kejahatan dunia

maya atau cyber crime adalah kejahatan yang berkaitan

dengan pemanfaatan sebuah teknologi informasi tanpa

batas serta memiliki karakteristik yang kuat dengan

sebuah rekayasa teknologi yang mengandalkan pada

tingkat keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari

sebuah informasi yang disampaikan dan diakses oleh

pengguna internet.

            Cyber crime adalah upaya memasuki/menggunakan

fasilitas komputer/jaringan komputer tanpa ijin dan

21

melawan hukum atau tanpa menyebabkan perubahan atau

kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau

digunakan tersebut10. Menurut Andi Hamzah mengartikan

cyber crime sebagai kejahatan di bidang komputer secara

umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara

illegal11. Lebih lanjut pengertian kejahatan komputer

di definisikan oleh 3 ahli komputer yakni12: (a)

menurut Forester & Morrison (1994) mendefinisikan

kejahatan komputer sebagai aksi kriminal dimana

komputer digunakan sebagai senjata utama; (b) menurut

Girasa (2002), mendefinisiskan cyber crime sebagai aksi

kejahatan yang menggunakan teknologi komputer sebagai

komponen utama; (c)  menurut Tavani (2000) memberikan

definisi cyber crime yang lebih menarik, yaitu kejahatan

dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan

menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.

            Definisi kejahatan perbankan berdasarkan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak

memberikan definisi tertentu tentang kejahatan

perbankan. Meski tidak memberikan definisi tentang

kejahatan perbankan, UU perbankan menetapkan 13

definisi dari Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A. Ketiga

belas kejahatan perbankan tersebut dapat digolongkan

10 http : // Saefudiendjsh.blogspot.com, Cyber Crime In Cyber Law Era, 200711 Andi Hamzah, Aspek – Aspek Pidana Dibidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta 1989: hal.12 Dikutip dari Goegle.com, Kejahatan Dunia maya (Cyber Crime), diakses tanggal 23 Januari 2010

22

kepada 4 macam yaitu : (a) Kejahatan yang berkaitan

dengan perizinan, (b) Kejahatan yang berkaitan dengan

rahasia bank, (c) Kejahatan yang berkaitan dengan

administrasi, pengawasan dan pembinaan, (d) Kejahatan

yang berkaitan dengan usaha bank.

            Dalam kamus teknologi informasi disebutkan

bahwa cyberspace adalah ruang maya tempat bertemunya

jutaan pikiran manusia di jalan raya informasi yang

menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia. Pada

cyberspace ini dapat diakses berbagai macam informasi

dan bertukar informasi melalui jaringan yang terhubung

ke seluruh dunia. Bahkan dapat dilakukan transaksi

(teleshopping), diskusi (teleconference), tanya jawab dalam

sebuah mailing list community, atau sekedar bercakap-cakap

(chating).

            Internet adalah sistem informasi global

yang menghubungkan berbagai jaringan komputer secara

bersama-sama dalam suatu ruang global berbasis internet

protokol. Internet merupakan jaringan luas dari

komputer yang lazim disebut dengan worldwide network, juga

merupakan jaringan komputer yang terhubung satu sama

lain melalui media komunikasi, seperti kabel telepon,

serat optik, satelit ataupun gelombang frekuensi.

Jaringan komputer ini dapat berukuran kecil13.

            Internet banking merupakan salah satu produk

perbankan elektronik yang ditawarkan untuk memberikan13 Balian Zahab, Bandung, 2009, dikutip dari institute Komputer Indonesia, 1981:hal.1.

23

kemudahan bagi nasabah dalam melakukan transaksi

perbankan non tunai melalui komputer dan jaringan

internet.

  

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Fishbone

Diagram ”Tulang Ikan” atau Fishbone diagram

sering pula disebut Ishikawa diagram sehubungan dengan

perangkat diagram sebab akibat ini pertama kali

diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang.

Gasversz (1997: 112) mengungkapkan bahwa ”Diagram sebab

akibat ini merupakan pendekatan terstruktur yang

memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci

dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah,

ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada. Selanjutnya

diungkapkan bahwa diagram ini bisa digunakan dalam

situasi: 1) terdapat pertemuan diskusi dengan

menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi

mengapa suatu masalah terjadi, 2) diperlukan analisis

lebih terperinci terhadap suatu masalah, dan 3)

terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dan

akibat. Berikut disarikan dari Gasversz (1997, 112:114)

tentang langkah-langkah penggunaan diagram Fishbone.

1) Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi

dan diungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan

masalah (problem question).

24

2) Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan

menggunakan teknik brainstorming atau membentuk

anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan

masalah yang sedang dihadapi.

3) Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah

ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan)

dan kategori utama seperti: material, metode,

manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan

ditempatkan pada cabang-cabang utama (membentuk

tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama ini

bisa diubah sesuai dengan kebutuhan.

4) Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang

sesuai dengan menempatkan pada cabang yang sesusai.

5) Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan

”mengapa?” untuk menemukan akar penyebab, kemudian

daftarkan akar-akar penyebab masalah itu pada

cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama

(membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk

menemukan akar penyebab, kita adapat menggunakan

teknik bertanya mengapa lima kali (Five Why).

6) Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan

melihat penyebab-penyebab yang muncul secara

berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui

konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan

perhatian pada penyebab yang dipilih melalui

konsensus itu.

25

7) Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram

sebab-akibat itu dengan cara mengembangkan dan

mengimplementasikan tindakan korektif, serta

memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan

korektif yang dilakukan itu efektif karena telah

menghilangkan akar penyebab dari masalah yang

dihadapi.

Pada gambar diperlihatkan gambaran umum tentang

model tulang ikan

Gambar 3.3. Model Tulang Ikan

3.2. Metode Penelitian Tahun 1

3.2.1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : (1)

Menghasilkan model perlindungan hukum dan

26

- Target : Menggali konsepperlindungan hukum dantanggung jawab spiritualsebagai dasar penggunaaninternet bangking.

- Kegiatan : mengkaji konsepperlindungan hukum dantanggungjawab spiritualsebagai dasar penggunaaninternet banking berlandaskannilai-nilai Hindu di BPR diBali.

- Indikator keberhasilan :ditemukan-nya konsepperlindungan hukum (raksam) dan

- Target : uji konsepbunga perlindungan hukumdan tanggung jawabspiritual.

- Kegiatan : penerapankonsep perlindunganhukum (raksam) dantanggungjawab spiritualpada penggunaan internetbangking yangberlandaskan nilai-nilaihindu

- Indikatorkeberhasilan : Konsepperlindungan hukum

Tahun I

Tahun II

Tahun I

Tahun II

tanggungjawab spiritual yang sesuai dengan

kondisi masyarakat setempat, (2) Menghasilkan

pola kemitraan antara pemerintah, stakeholder

dan masyarakat meliputi: struktur kelembagaan,

pembagian tugas, fungsi dan kewenangan

3.2.2. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

: (1) Action Research, (2) Tehnik Participatory Rural

Apraisal, (3) Focus Group Discussion (FGD) dan (4)

Triangulasi. Penelitian ini akan berlangsung selama

satu tahun (tahun kedua), Proses implementasi

didampingi oleh suatu tim fasilitator yang

bersifat multidisiplin. Tim pendamping sebaiknya

terdiri dari laki-laki dan perempuan. Peran

utama Tim pendamping adalah mendampingi

mahasiswa sebagai calon pengusaha sosial dan

masyarakat sebagai mitra dalam melaksanakan

sosial kewiusahaan dari perguruan tinggi. Peran

tim pendamping pada awal proses sangat aktif

tetapi akan berkurang selama proses berjalan

sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan

kegiatannya secara mandiri. (Chambers, 2001;

DitjenNak, 2000; Ndraha, T. 1982)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, 1989, Aspek-Aspek Pidana Dibidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta

27

Balian Zahab, Bandung, 2009, dikutip dari institute Komputer Indonesia, 1981

Budi Agus Riswandi, 2005, Aspek Hukum Internet Banking, PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta.

Dikutip dari http://www.fdic.gov.html/,Diakses tanggal 14 Agustus 2010

Dikutip dari Goegle.com, Kejahatan Dunia maya (Cyber Crime), diakses tanggal 23 Januari 2010

G.M Verry Stuart dalam Hermansyah, 2005, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

http : // Saefudiendjsh.blogspot.com, Cyber Crime In Cyber Law Era, 2007

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Ce.ke Delapan, Balai Pustaka,1996

Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta

Khairil Aswan Harahap, 2009, Perlindungan Hukum Nasabah Bank dalam Cyber Crime

Komunitas Pelopor Perubahan Peradaban, (Law Study Forum(LSF)), Cyber Crime In Cyber Law Era, <http : //Saufidiendjsh. Blogspot.com> diakses tanggal 21Juli 2010

O.P Simorangkir dalam Sentosa Sembiring, 2000, HukumPerbankan, Mandar Maju

Philipus M.Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi RakyatIndonesia, Percetakan M Print , Edisi Khusus,Surabaya

Kitab Suci:

28

Manawa DharmasastraBhagawad GitaSarasamuscaya

 Undang-Undang:Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang PerbankanUndang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi ElektronikUndang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen  

29