Upload
independent
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP DDST
1. Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)
DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes
IQ. (Soetjiningsih, 1998).
2. Fungsi DDST
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1
bulan sampai 6 tahun.
3. Aspek-aspek Perkembangan yang Dinilai
Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana
semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan
perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut
sektor perkembangan, yang meliputi :
A. Personal Social (Perilaku Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
seperti:
1) Menatap muka
2) Membalas senyum pemeriksa
3) Tersenyum spontan
4) Mengamati tangannya
5) Berusaha menggapai mainan
6) Makan sendiri
7) Tepuk tangan
8) Menyatakan keinginan
9) Daag-daag dengan tangan
10) Main bola dengan pemeriksa
11) Menirukan kegiatan
12) Minum dengan cangkir
13) Membantu di rumah
14) Menggunakan sendok dan garpu
15) Membuka pakaian
16) Menyuapi boneka
17) Memakai baju
18) Gosok gigi dengan bantuan
19) Cuci dan mengeringkan tangan
20) Menyebut nama teman
21) Memakai T-shirt
22) . Berpakaian tanpa bantuan
23) . Bermain ular tangga / kartu
24) . Gosok gigi tanpa bantuan
25) . Mengambil makan
B. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam:
1) Mengikuti ke garis tengah
2) Mengikuti lewat garis tengah
3) Memegang icik-icik
4) Mengikuti 1800
5) Mengamati manik-manik
6) Tangan bersentuhan
7) Meraih
8) Mencari benang
9) Menggaruk manik-manik
10) Memindahkan kubus
11) . Mengambil dua buah kubus
12) Memegang dengan ibu jari dan jari
13) . Membenturkan 2 kubus
14) . Menaruh kubus di cangkir
15) Mencoret-coret
16) . Ambil manik-manik ditunjukkan
17) . Menara dari 2 kubus
18) . Menara dari 4 kubus
19) . Menara dari 6 kubus
20) Meniru garis vertical
21) . Menara dari kubus
22) Menggoyangkan dari ibu jari
23) . Mencontoh O
24) . Menggambar dengan 3 bagian
25) . Mencontoh (titik)
26) . Memilih garis yang lebih panjang
27) . Mencontoh ð yang ditunjukkan
28) . Menggambar orang 6 bagian
29) . Mencontoh ð
C. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan yang
meliputi :
1) Bereaksi
2) Bersuara
3) Oooo ?Aaaah
4) Tertawa
5) Berteriak
6) Menoleh ke bunyi icik-icik
7) Menoleh ke arah suara
8) Satu silabel
9) Meniru bunyi kata-kata
10) . Papa/mama tidak spesifik
11) . Kombinasi silabel
12) . Mengoceh
13) . Papa/mama spesifik
14) 1 kata
15) 2 kata
16) . 3 kata
17) 6 kata
18) Menunjuk 2 gambar
19) . Kombinasi kata
20) . menyebut 1 gambar
21) . Menyebut bagian badan
22) . Menunjuk 4 gambar
23) . Bicara dengan dimengerti
24) Menyebut 4 gambar
25) . Mengetahui 2 kegiatan
26) . Mengerti 2 kata sifat
27) . Menyebut satu warna
28) . Kegunaan 2 benda
29) Mengetahui
30) Bicara semua dimengerti
31) . Mengerti 4 kata depan
32) Menyebut 4 warna
33) . Mengartikan 6 kata
34) Mengetahui 3 kata sifat
35) Menghitung 6 kubus
36) Berlawanan 2
37) . Mengartikan 7 kata
D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh, meliputi kemampuan dalam:
1) Gerakan seimbang
2) Mengangkat kepala
3) Kepala terangkat ke atas
4) Duduk kepala tegak
5) . Menumpu badan pada kaki
6) . Dada terangkat menumpu satu lengan
7) Membalik
8) Bangkit kepala tegak
9) Duduk tanpa pegangan
10) . Berdiri tanpa pegangan
11) Bangkit waktu berdiri
12) . Bangkit terus duduk
13) . Berdiri 2 detik
14) Berdiri sendiri
15) Membungkuk kemudian berdiri
16) Berjalan dengan baik
17) . Berjalan dengan mundur
18) . Lari
19) Berjalan naik tangga
20) Menendang bola ke depan
21) . Melompat
22) . Melempar bola, lengan ke atas
23) . Loncat
24) . Berdiri satu kaki 1 detik
25) Berdiri satu kaki 2 detik\
26) Melompat dengan satu kaki
27) Berdiri satu kaki 3 detik
28) Berdiri satu kaki 4 detik
29) Berjalan tumit ke jari kaki
30) . Berdiri satu kaki 6 detik
4. Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali
skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja,
sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit
saja
A. Alat yang Digunakan
1) Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-
manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru,
permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel
kecil, kertas, dan pensil.
2) Lembar formulir DDST
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan
cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.
B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada
semua anak yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12
bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2) Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang
dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap
pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
C. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F),
ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas
(No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis
berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa
yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal,
abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat
dites (Untestable). \
1) Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan,
pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2
atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau
lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
2) Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2
keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan
hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria
tersebut di atas.
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat
digunakan tahap pra skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil
3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang
ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal
atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu
dilanjutkan dengan DDST lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang
berpendidikan SLTA ke atas dapat diisi orang tua di rumah
atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan
pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian
dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan
pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.
(Soetjiningsih, 1998)
KONSEP IMUNISASI
A. Konsep dasar Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit (Depkes,2000).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit (IDAI,2001)
Imunisasi beasal dari kata imun, yang artinya kebal atu
resisten. Anak diimunisasi tentu anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit, tetapi belum kebal terhadap
penyakit lain (Notoatmodjo, 2005)
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu(Proverawati, 2010 ).
2. Jenis - Jenis Imunisasi
Pada dasarnya imunisasi ada 2 jenis:
a. Imunisasipasif (Passive Immunization)
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa
diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya
didapatkan dari luar.
Imunisasi pasif dibagi menjadi 2:
1) Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang
didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika berda
dalam kandungan.
2) Imunisasi pasif buatan
Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang
diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.
b. Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat
seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat
antibodi.
1) Imunisasi aktif alamiah penyakit
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh
setelah sembuh dari suatu penyakit.
2) Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi
yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari
suatu penyakit.
Jenis – jenis imunisasi yang diberikan untuk anak
yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di
indonesia adalah :
a. Imunisasi Hepatitis B PID
Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B adalah vaksin
virus recombinan yang telah diinaktifasikan dan bersifat
non infeksius, disuntikkan secara intra muskuler
sebaiknya pada anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml,
dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari.
b. Imunisasi BCG
Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap tuberkulosis. vaksin BCG
meupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan, dosis
pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali disuntikkan di lengan
kanan atas (insertio musculus deltoideus).
c. Imunisasi DPT-HB-Hib (pentavalen)
Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk pencegahan
terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, dan infeksi haemofilus influenza tipe b. vaksin DPT-
HB-Hib berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid
tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis inaktif,
antigen permukaan hapatitis B murni yang tidak infeksius
dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa
kapsul polisakarida haemofilus influenza tipe b tidak
infeksius yang dikonjugasikan kapada protein tetanus
toksoid, disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama
diberikan umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan
dengan interval paling cepat 4 minggu.
d. Imunisasi polio
Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap poliomielitis, vaksin oral
polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri
dari suspensi virus poliomielitis tipe 1, 2 dan 3(strain
sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa,
diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2
tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dengan interval
setiap dosis 4 minggu.
e. Imunisasi campak
Pemberian imunisasi ini ber tujuan untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Vaksin campak
merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan,
disuntikkan secara sub kutan pada lengan kiri atas
dengan dosis 0,5 ml diberikan pada usia 9–11 bulan.
3. Tujuan imunisasi
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan imunisasi adalah menurunkan
angka kesakitan, kematian serta kecacatan akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Kementrian
kesehatan, 2013)
b. Tujuan husus
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata
pada bayi diseluruh desa atau kelurahan pada tahun
2014
2) Tervalidasinya eliminasi tetanus maternal dan
neonatal (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup
dalam satu tahun).
3) Eradikasi polio pada tahun 2015.
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis.
4. Reaksi Dari Imunisasi
Jenis Imunisasi Reaksi yang ditimbulkanImunisasi BCG Terjadi Ulkus pada daerah
suntikan dan dapat terjadilimpa denitis regionalReaksi panas
Imunisasi DPT · Reaksi Ringan· Pembengkakan dan nyeri pada tempat injeksi.· Demam· Reaksi Berat· Pasien dapat menangis hebat karena kesakitan sealama 4 jam· Kesadaran menurun· Ensefalopati· Shock
Imunisasi Campak · Dapat terjadi ruampada tempat suntikan· Panas (febris)
Imunisasi Hepatitis Biasanya timbul seminggusetelah imunisasi, reaksiyang ditimbulkan berupa :· Demam· Diare· Keluar bintik-bintik merah di kulit.Namun, efek ini tergolongringan sehingga tak perluada yang dikhawartikan,sebab akan sembuh sendiri
Imunisasi Polio Umumnya tidak ada reaksi,namun pada beberapa anak
timbul perasaan pusingpada anak, diare ringandan sakit otot. Kasus inisangat jarang terjadi
5. Syarat - syarat imunisasi
Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus di
perhatikan yaitu:
a. Diberikan pada bayi atau anak yang sehat
b. vaksin yang di berikan harus baik ,di simpan di lemari
es dan belum lewat masa berlakunya.
c. Pemberian imunisasi dengan tehnik yang tepat.
d. Mengetahui jadwal imunisasidengan melihat umur dan
jenis imunisasi yang telah di terima.
e. meneliti jenis vaksin yang di berikan.
f. memberikan dosis yang akan di berikan.
g. mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu
imunisasi.
h. memberikaninformed consent kepada orang tua atau
keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang
sebelumnya telah di jelaskan kepada orang tuanya
tentang manfaat dan efek samping atau kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah
pemberian imunisasi (Lisnawati, 2011).
6. Kontraindikasi
BCG
a. Ujimontouk (+)
b. Immunodefisiensi
c. Giziburuk
d. Demamtinggi
e. Infeksikulit yang luas
f. Riwayat TB
g. Kehamilan
Hepatitis B
Ibuhamil
DPT
Ensefalofi
Polio
1. Demam
2. muntah / diare
3. konsumsi obati munosupresif
4. radiasi umum
5. keganasan
6. pend HIV
Campak
1. demam
2. TB tanpa pengobatan
3. munosupresi
7. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit.Mendorong pembentukan keluarga apabila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara (Proverawati,2010 )
B. Konsep Dasar Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
a. Pengertian
Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) adalah: suatu upaya
untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, infeksi haemofilus
influenza tipe B dengan cara memasukkan kuman difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, haemofilus influenza tipe B
yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga
tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit
tersebut. DPT-HB-Hib merupakan singkatan dari
Difteri,Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemofilus
influenza tipe B. (Direktorat survaelans, imunisasi,
karantina dan kesehatan matra, 2013)
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspensi homogen yang
berisikan difteri murni, toxoid tetanus, bakteri pertusis
inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HbsAG) murni yang
tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri
sub unit berupa kapsul polisakarida Haemofilus Influenzae
tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada
protein toksoid tetanus
b. Penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
DPT-HB-Hib (Pentavalen)
1) Dipteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat infeksius
disebabkan oleh bakteri Corynebacteriumdipthheriae. Ketika
bakteri menyerang sistem pernafasan akanmeneluarkan
toksin atau racun yan dapat menyebabkan kelemahan,
radang tengorokan, panas dan pembengkakan di leher.
Dalam waktu 2–3 hari terdapat selaput keras putih
keabuaan di tenggorokan atau hidung mengakibatkan sulit
bernafas dan sesak. Difteri juga menyebabkan
pembengkakan otot jantung dan kadang–kadang bisa terjadi
gagal jantung.
2) Pertusis
Pertusis biasanya dikenal dengan batuk rejan
merupakan penyakit yang sangat menular disebabkan oleh
bakteri Bordetellapertusis. Penyakit ini bisa serius pada
semua umur namun sangat mematikan pada usia bayi baru
lahir dan usia dibawah satu tahun. Gejala awal batuk
rejan seperti halnya flu, hidung berair, meriang dan
batuk. Hal ini bisa berkembang menjadi sulit bernafas
dan kadang–kadang membiru karena kurangnya udara. Pada
bayi, bukan saja batuk yang menyulitkan namun mereka
juga sulit bernafas dan nafas terhenti beberapa saat.
Sedangkan pada usia muda dan dewasa umumnya tidak
demikian, biasanya mengalami batuk lama sampai 10 minggu
3) Tetanus
Tetanus adalah penyakit karena bakteri clostridium tetani.
Bakteri masuk kedalam tubuh melalui luka kemudian
mengeluarkan toksin yang menyebabkan otot kaku dan
penderita mengalami kesakitan. Tetanus menyebabkan kaku
pada mulut dan rahang sehingga sukar membuka mulut dan
pada bayi mulutnya mencucu. Tetanus juga mengakibatkan
masalah pernafasan, spasme otot dan kejang, jika hal ini
tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal.
4) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B atau Virus Hepatitis B(VHB)didunia
sangat besar kejadianya. Penyakit ini sangat potensial
menyebabkan sedikitnya 1 juta kematian per tahun.
Diperkirakan pembawa virus/karier dari 78% diantaranya
di Asia, bila program Imunisasi Hepatitis B di dunia
berhasil tahun 2015 virus yang hanya dapat hidup di
manusia dan simpanse itu diharapkan tereradikasi, dan
tahun 2040 diharapkan tidak ditemukan lagi hepatitis
kronis.
5) Haemofilus Influenzae tipe b
Haemofilus Influenzae tipe b (Hib) adalah salah
satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi beberapa
organ seperti meningitis, epiglotis, pneumonia,
artritis, dan selulitis. Penularan penyakit secara
droplet melalui melalui nasofaring. Sebagian besar
bakteri bertahan sampai beberapa bulan di tubuh
(asymptomatis carier). Gejala yang ditimbulkan tergantung
organ mana yang diserang, pada organ selaput otak akan
timbul gejala meningitis (demam, kaku kuduk, kehilangan
kesadaran), pada organ paru akan menyebabkan
pneumonia(demam, sesak, retraksi otot pernafasan),
kadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat
pendengaran.
c. Tujuan dan mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
(Pentavalen)
1) Tujuan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
adalah untuk membuat anak kebal terhadap penyakit
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Infeksi
Haemofilus Influenza Tipe b.
2) Mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
a) Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang
bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis
(batuk rejan), tetanus, hepatitis B, infeksi
haemofilus influenza tipe B.
b) Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih
ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga
memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri
dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun
bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas,
bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya
teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa
ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun
bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih
baik dari pada pengobatan.
c) Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
mengurangi jumlah suntikan kepada bayi
d. Kontraindikasi pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
1) Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi
berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau
bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya, merupakan
kontra indikasi obsolut terhadap dosis berikutnya.
2) Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir
atau kelainan saraf serius lainnya merupakan
kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal
ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin
kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti vaksin DPT vaksin hepatitis B dan Hib
diberikan secara terpisah.
e. Efek samping pemberian vaksin DPT-HB-Hib (pentavalen)
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak
berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B
dan Hib yang diberikan secara terpisah.
Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak,
nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam
dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang
reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas(rewel)
dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24
jam setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive
pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dengan
angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian.
Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah
imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang
dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk United States
Institute of Medicine Advisory Commitee on Immunization Practices dan
asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Kanada,
inggris dan Amerika, menyimpulkan bahwa ternyata tidak
menunjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan
disfungsi sistim saraf kronis pada anak. Oleh karenanya,
tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai
dampak permanen pada anak.
Vaksin Hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik.
Dalam studi menggunakan plasebo sebagai kontrol selain
nyeri lokal, dilaporkan kejadian seperti myalgia dan
demam ringan tidal lebih sering dibandingkan dengan
kelompok plasebo. Laporan megenai reaksi anafilaksis
berat sangat jarang. Data yang da tidak menunjukkan
adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan
sindroma Guillin-Barre, atau kerusakan demyelinasi termasuk
gangguan sklerosis multipel, dan juga tidak ada data
epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara
vaksinasihepatitis B dan sindroma fatique kronis,
artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma kematian
mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal
dapat terjadi dalan 24 jam setelah vaksinasi dimana
penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan
sementara. Pada umumnya akan sembuh dengan sendirinya
dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan tindakan
medis lebih lanjut.
f. Jadwal Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak 3 dosis.
Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi dasar
No Umur Jenis imunisasi1. 0 Bulan Hepatitis B 02. 1 Bulan BCG, Polio 13. 2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 24. 3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 35. 4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 46. 9 Bulan CampakSumber : Direktorat survailens, imunisasi, karantina dan
kesehatan matra, 2013.
Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan
imunisasi lanjutan kepada anak batita sebanyak satu
dosis dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2.2 Jadwal pemberian imunisasi lanjutan
No UmurJenis
Imunisasi
Interval minimum
setelah imunisasi
dasar1. 1,5 tahun
(18 bulan)
DPT-HB-Hib 12 bulan dari
DPT-HB-Hib 32. 2 tahun
(24 bulan)
Campak 6 bulan dari
campak dosis
pertamaSumber : Direktorat survailens, imunisasi, karantina dan
kesehatan matra, 2013.
g. Langkah –langkah pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
1) Penyiapan logistik
Sebelum melakukan pelayanan imunisasi DPT-HB-
Hib perlu dilakukan beberapa persiapan sebagai
berikut :
a) Vaccine carier
Periksa vaksin carier yang akan digunakan
dan pastikan sesuai dengan standar, tidak tedapat
keretakan pada dindingnya, mempunyai spon penutup
dan dapat ditutup rapat.
b) Coolpack (kotak dingin cair)
Sediakan coolpack yang telah diisi dengan
air dan didinginkan dalam lemari es minimal selama
24 jam. Coolpack yang dibutuhkan sebayak 4 buah
dan diletakkan pada setiap sisi vaccine carier,
jangan menggunakan coldpack (kotak dingin beku)
atau es batu.
c) Vaksin
Siapkan vaksin sesuai dengan jumlah sasaran
yang akan diimunisasi
d) Auto Disable Syiringe (ADS)
ADS 0,5 ml yang dibutuhkan sama dengan
jumlah sasaran yang akan diimunisasi.
e) Safety box
Siapkan safety box 2,5 liter untuk 50 alat
suntik
f) Format pencatatan dan pelaporan
Persiapkan format pencatatan dan pelaporan.
2) Penyiapan sasaran
Setiap sasaran yang datang ke tempat pelayanan
imunisasi sebaiknya diperiksa sebelum diberikan
imunisasi, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi usia sasaran
b) Mengidentifikasi jenis dan jumlah dosis imunisasi
yang telah diterima
c) Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan
d) Kontraindikasi terhadap imunisasi
(1) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap
pemberian imunisasi kepada bayi yang sedang
sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu
untuk kembali lagi jika bayinya sudah sehat.
(2) Jika terdapat riwayat kejang demam pada
pemberian DPT-HB atau DPT-HB-Hib sebelumnya,
maka imunisasi selanjutnya agar diberikan
oleh dokter ahli.
3) Pemberian imunisasi
a) Pastikan vaksin masih berkualitas/poten
(1) VVM A atau B
(2) Belum kadaluarsa
(3) Lebel vaksin masih ada dan terbaca
(4) Vaksin DPT-HB-Hib belum pernah mengalami
pembekuan
(5) Belum melewati ketentuan masa pakai (vaksin
sisa pelayanan statis)
b) Gunakan alat suntik sekali pakai atau Auto Disable
Syiringe (ADS)
c) Dosis dan cara pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
(1) Dosis pemberian 0,5 ml
(2) Cara penyuntikan intramuskuler, disuntikkan
di paha anterolateral pada bayi dan dilengan
kanan atas pada batita saat imunisasi
lanjutan
(3) Bayi atau anak dipangku dengan posisi
menghadap kedepan. Pegang lokasi suntikan
dengan ibu jari dan jari telunjuk
(4) Suntikkan vaksin dengan posisi jarum suntik
90° terhadap permukaan kulit(5) Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa
sakit
d) Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah
pelayanan imunisasi. Materi yang diberikan tentang
alasan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, mamfaat dan
keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya.