30
KONSEP DDST 1. Pengertian DDST (Denver Development Screening Test) DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998). 2. Fungsi DDST DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun. 3. Aspek-aspek Perkembangan yang Dinilai Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi : A. Personal Social (Perilaku Sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti: 1) Menatap muka 2) Membalas senyum pemeriksa 3) Tersenyum spontan 4) Mengamati tangannya 5) Berusaha menggapai mainan 6) Makan sendiri

KONSEP DDST

Embed Size (px)

Citation preview

KONSEP DDST

1. Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)

DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan

perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes

IQ. (Soetjiningsih, 1998).  

2. Fungsi DDST

DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial,

motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1

bulan sampai 6 tahun.

3. Aspek-aspek Perkembangan yang Dinilai

Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana

semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan

perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut

sektor perkembangan, yang meliputi :

A. Personal Social (Perilaku Sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,

seperti:

1) Menatap muka

2)  Membalas senyum pemeriksa

3) Tersenyum spontan

4) Mengamati tangannya

5)  Berusaha menggapai mainan

6) Makan sendiri

7) Tepuk tangan

8) Menyatakan keinginan

9) Daag-daag dengan tangan

10) Main bola dengan pemeriksa

11) Menirukan kegiatan

12) Minum dengan cangkir

13) Membantu di rumah

14)  Menggunakan sendok dan garpu

15)  Membuka pakaian

16) Menyuapi boneka

17) Memakai baju

18) Gosok gigi dengan bantuan

19) Cuci dan mengeringkan tangan

20)  Menyebut nama teman

21)  Memakai T-shirt

22) . Berpakaian tanpa bantuan

23) . Bermain ular tangga / kartu

24) . Gosok gigi tanpa bantuan

25) . Mengambil makan

B. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam:

1) Mengikuti ke garis tengah

2) Mengikuti lewat garis tengah

3) Memegang icik-icik

4) Mengikuti 1800

5)  Mengamati manik-manik

6) Tangan bersentuhan

7) Meraih

8)  Mencari benang

9)  Menggaruk manik-manik

10) Memindahkan kubus

11) . Mengambil dua buah kubus

12)  Memegang dengan ibu jari dan jari

13) . Membenturkan 2 kubus

14) . Menaruh kubus di cangkir

15) Mencoret-coret

16) . Ambil manik-manik ditunjukkan

17) . Menara dari 2 kubus

18) . Menara dari 4 kubus

19) . Menara dari 6 kubus

20)  Meniru garis vertical

21) . Menara dari kubus

22)  Menggoyangkan dari ibu jari

23) . Mencontoh O

24) . Menggambar dengan 3 bagian

25) . Mencontoh (titik)

26) . Memilih garis yang lebih panjang

27) . Mencontoh ð  yang ditunjukkan

28) . Menggambar orang 6 bagian

29) . Mencontoh ð 

C. Language (Bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan yang

meliputi :

1) Bereaksi

2)  Bersuara

3)  Oooo ?Aaaah

4)  Tertawa

5)  Berteriak

6)  Menoleh ke bunyi icik-icik

7)  Menoleh ke arah suara

8)  Satu silabel

9)  Meniru bunyi kata-kata

10) . Papa/mama tidak spesifik

11) . Kombinasi silabel

12) . Mengoceh

13) . Papa/mama spesifik

14)  1 kata

15)  2 kata

16) . 3 kata

17)  6 kata

18)  Menunjuk 2 gambar

19) . Kombinasi kata

20) .  menyebut 1 gambar

21) . Menyebut bagian badan

22) . Menunjuk 4 gambar

23) . Bicara dengan dimengerti

24)  Menyebut 4 gambar

25) . Mengetahui 2 kegiatan

26) . Mengerti 2 kata sifat

27) . Menyebut satu warna

28) . Kegunaan 2 benda

29)  Mengetahui

30)  Bicara semua dimengerti

31) . Mengerti 4 kata depan

32)  Menyebut 4 warna

33) . Mengartikan 6 kata

34)  Mengetahui 3 kata sifat

35)  Menghitung 6 kubus

36)  Berlawanan 2

37) . Mengartikan 7 kata

D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap

tubuh, meliputi kemampuan dalam:

1) Gerakan seimbang

2) Mengangkat kepala

3) Kepala terangkat ke atas

4) Duduk kepala tegak

5) . Menumpu badan pada kaki

6) . Dada terangkat menumpu satu lengan

7)  Membalik

8)  Bangkit kepala tegak

9)  Duduk tanpa pegangan

10) . Berdiri tanpa pegangan

11) Bangkit waktu berdiri

12) . Bangkit terus duduk

13) . Berdiri 2 detik

14)  Berdiri sendiri

15)  Membungkuk kemudian berdiri

16)  Berjalan dengan baik

17) . Berjalan dengan mundur

18) . Lari

19)  Berjalan naik tangga

20)  Menendang bola ke depan

21) . Melompat

22) . Melempar bola, lengan ke atas

23) . Loncat

24) . Berdiri satu kaki 1 detik

25)  Berdiri satu kaki 2 detik\

26)  Melompat dengan satu kaki

27)  Berdiri satu kaki 3 detik

28)  Berdiri satu kaki 4 detik

29)  Berjalan tumit ke jari kaki

30) . Berdiri satu kaki 6 detik

4. Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST

Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali

skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja,

sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit

saja

A. Alat yang Digunakan

1) Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-

manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru,

permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel

kecil, kertas, dan pensil.

2) Lembar formulir DDST

3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan

cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.

B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada

semua anak yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12

bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

2) Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang

dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap

pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi

diagnostik yang lengkap.

C. Penilaian 

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F),

ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas

(No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis

berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis

horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa

yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan

pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal,

abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat

dites (Untestable).  \

1) Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan,

pada 2 sektor atau lebih

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2

atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau

lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor

yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada

kotak yang berpotongan dengan garis vertikal

usia.

2) Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2

keterlambatan atau lebih.

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama

tidak ada yang lulus pada kotak yang

berpotongan dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites

- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan

hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria

tersebut di atas.

Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat

digunakan tahap pra skrining dengan menggunakan :

1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil

3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang

ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal

atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu

dilanjutkan dengan DDST lengkap.

2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)

Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang

berpendidikan SLTA ke atas dapat diisi orang tua di rumah

atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan

pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian

dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan

pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.

(Soetjiningsih, 1998)

KONSEP IMUNISASI

A. Konsep dasar Imunisasi

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak

sehingga terhindar dari penyakit (Depkes,2000).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,

sehingga bila kelak ia terpajan antigen yang serupa tidak

terjadi penyakit (IDAI,2001)

Imunisasi beasal dari kata imun, yang artinya kebal atu

resisten. Anak diimunisasi tentu anak kebal atau resisten

terhadap suatu penyakit, tetapi belum kebal terhadap

penyakit lain (Notoatmodjo, 2005)

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja

memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar

sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit

tertentu(Proverawati, 2010 ).

2. Jenis - Jenis Imunisasi

Pada dasarnya imunisasi ada 2 jenis:

a. Imunisasipasif (Passive Immunization)

Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa

diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya

didapatkan dari luar.

Imunisasi pasif dibagi menjadi 2:

1) Imunisasi pasif alamiah

Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang

didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang

merupakan orang tua kandung langsung ketika berda

dalam kandungan.

2) Imunisasi pasif buatan

Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang

diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah

penyakit tertentu.

b. Imunisasi Aktif (Active Immunization)

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat

seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat

antibodi.

1) Imunisasi aktif alamiah penyakit

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh

setelah sembuh dari suatu penyakit.

2) Imunisasi aktif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi

yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari

suatu penyakit.

Jenis – jenis imunisasi yang diberikan untuk anak

yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di

indonesia adalah :

a. Imunisasi Hepatitis B PID

Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan

kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh

virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B adalah vaksin

virus recombinan yang telah diinaktifasikan dan bersifat

non infeksius, disuntikkan secara intra muskuler

sebaiknya pada anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml,

dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari.

b. Imunisasi BCG

Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan

kekebalan aktif terhadap tuberkulosis. vaksin BCG

meupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan, dosis

pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali disuntikkan di lengan

kanan atas (insertio musculus deltoideus).

c. Imunisasi DPT-HB-Hib (pentavalen)

Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk pencegahan

terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus, hepatitis

B, dan infeksi haemofilus influenza tipe b. vaksin DPT-

HB-Hib berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid

tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis inaktif,

antigen permukaan hapatitis B murni yang tidak infeksius

dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa

kapsul polisakarida haemofilus influenza tipe b tidak

infeksius yang dikonjugasikan kapada protein tetanus

toksoid, disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis

pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama

diberikan umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan

dengan interval paling cepat 4 minggu.

d. Imunisasi polio

Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk memberikan

kekebalan aktif terhadap poliomielitis, vaksin oral

polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri

dari suspensi virus poliomielitis tipe 1, 2 dan 3(strain

sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan

jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa,

diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2

tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian dengan interval

setiap dosis 4 minggu.

e. Imunisasi campak

Pemberian imunisasi ini ber tujuan untuk pemberian

kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Vaksin campak

merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan,

disuntikkan secara sub kutan pada lengan kiri atas

dengan dosis 0,5 ml diberikan pada usia 9–11 bulan.

3. Tujuan imunisasi

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan imunisasi adalah menurunkan

angka kesakitan, kematian serta kecacatan akibat

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Kementrian

kesehatan, 2013)

b. Tujuan husus

1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu

cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata

pada bayi diseluruh desa atau kelurahan pada tahun

2014

2) Tervalidasinya eliminasi tetanus maternal dan

neonatal (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup

dalam satu tahun).

3) Eradikasi polio pada tahun 2015.

4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015

5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta

pengelolaan limbah medis.

4. Reaksi Dari Imunisasi

Jenis Imunisasi Reaksi yang ditimbulkanImunisasi BCG Terjadi Ulkus pada daerah

suntikan dan dapat terjadilimpa denitis regionalReaksi panas

Imunisasi DPT ·        Reaksi Ringan·        Pembengkakan dan nyeri pada tempat injeksi.·        Demam·        Reaksi Berat·        Pasien dapat menangis hebat karena kesakitan sealama 4 jam·        Kesadaran menurun·        Ensefalopati·       Shock

Imunisasi Campak ·      Dapat terjadi ruampada tempat suntikan·      Panas (febris)

Imunisasi Hepatitis Biasanya timbul seminggusetelah imunisasi, reaksiyang ditimbulkan berupa :·      Demam·      Diare·      Keluar bintik-bintik merah di kulit.Namun, efek ini tergolongringan sehingga tak perluada yang dikhawartikan,sebab akan sembuh sendiri

Imunisasi Polio Umumnya tidak ada reaksi,namun pada beberapa anak

timbul perasaan pusingpada anak, diare ringandan sakit otot. Kasus inisangat jarang terjadi

5. Syarat - syarat imunisasi

Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus di

perhatikan yaitu:

a. Diberikan pada bayi atau anak yang sehat

b. vaksin yang di berikan harus baik ,di simpan di lemari

es dan belum lewat masa berlakunya.

c. Pemberian imunisasi dengan tehnik yang tepat.

d. Mengetahui jadwal imunisasidengan melihat umur dan

jenis imunisasi yang telah di terima.

e. meneliti jenis vaksin yang di berikan.

f. memberikan dosis yang akan di berikan.

g. mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu

imunisasi.

h. memberikaninformed consent kepada orang tua atau

keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang

sebelumnya telah di jelaskan kepada orang tuanya

tentang manfaat dan efek samping atau kejadian ikutan

pasca imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah

pemberian imunisasi (Lisnawati, 2011).

6. Kontraindikasi

BCG

a.    Ujimontouk (+)

b.    Immunodefisiensi

c.    Giziburuk

d.   Demamtinggi

e.    Infeksikulit yang luas

f.     Riwayat TB

g.    Kehamilan

Hepatitis B

Ibuhamil

DPT

Ensefalofi

Polio

1.    Demam

2.    muntah / diare

3.    konsumsi obati munosupresif

4.    radiasi umum

5.    keganasan

6.    pend HIV

Campak

1.    demam

2.    TB tanpa pengobatan

3.    munosupresi

7. Manfaat Imunisasi

a. Untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan

bila anak sakit.Mendorong pembentukan keluarga apabila

orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-

kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

negara (Proverawati,2010 )

B. Konsep Dasar Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)

a. Pengertian

Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen) adalah: suatu upaya

untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,

Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, infeksi haemofilus

influenza tipe B dengan cara memasukkan kuman difteri,

pertusis, tetanus, hepatitis B, haemofilus influenza tipe B

yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga

tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti

digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit

tersebut. DPT-HB-Hib merupakan singkatan dari

Difteri,Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemofilus

influenza tipe B. (Direktorat survaelans, imunisasi,

karantina dan kesehatan matra, 2013)

Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspensi homogen yang

berisikan difteri murni, toxoid tetanus, bakteri pertusis

inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HbsAG) murni yang

tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri

sub unit berupa kapsul polisakarida Haemofilus Influenzae

tipe b (Hib) tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada

protein toksoid tetanus

b. Penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

DPT-HB-Hib (Pentavalen)

1) Dipteri

Difteri merupakan penyakit yang sangat infeksius

disebabkan oleh bakteri Corynebacteriumdipthheriae. Ketika

bakteri menyerang sistem pernafasan akanmeneluarkan

toksin atau racun yan dapat menyebabkan kelemahan,

radang tengorokan, panas dan pembengkakan di leher.

Dalam waktu 2–3 hari terdapat selaput keras putih

keabuaan di tenggorokan atau hidung mengakibatkan sulit

bernafas dan sesak. Difteri juga menyebabkan

pembengkakan otot jantung dan kadang–kadang bisa terjadi

gagal jantung.

2) Pertusis

Pertusis biasanya dikenal dengan batuk rejan

merupakan penyakit yang sangat menular disebabkan oleh

bakteri Bordetellapertusis. Penyakit ini bisa serius pada

semua umur namun sangat mematikan pada usia bayi baru

lahir dan usia dibawah satu tahun. Gejala awal batuk

rejan seperti halnya flu, hidung berair, meriang dan

batuk. Hal ini bisa berkembang menjadi sulit bernafas

dan kadang–kadang membiru karena kurangnya udara. Pada

bayi, bukan saja batuk yang menyulitkan namun mereka

juga sulit bernafas dan nafas terhenti beberapa saat.

Sedangkan pada usia muda dan dewasa umumnya tidak

demikian, biasanya mengalami batuk lama sampai 10 minggu

atau lebih sehingga penyakit ini disebut juga batuk 100

hari.

3) Tetanus

Tetanus adalah penyakit karena bakteri clostridium tetani.

Bakteri masuk kedalam tubuh melalui luka kemudian

mengeluarkan toksin yang menyebabkan otot kaku dan

penderita mengalami kesakitan. Tetanus menyebabkan kaku

pada mulut dan rahang sehingga sukar membuka mulut dan

pada bayi mulutnya mencucu. Tetanus juga mengakibatkan

masalah pernafasan, spasme otot dan kejang, jika hal ini

tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal.

4) Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B atau Virus Hepatitis B(VHB)didunia

sangat besar kejadianya. Penyakit ini sangat potensial

menyebabkan sedikitnya 1 juta kematian per tahun.

Diperkirakan pembawa virus/karier dari 78% diantaranya

di Asia, bila program Imunisasi Hepatitis B di dunia

berhasil tahun 2015 virus yang hanya dapat hidup di

manusia dan simpanse itu diharapkan tereradikasi, dan

tahun 2040 diharapkan tidak ditemukan lagi hepatitis

kronis.

5) Haemofilus Influenzae tipe b

Haemofilus Influenzae tipe b (Hib) adalah salah

satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi beberapa

organ seperti meningitis, epiglotis, pneumonia,

artritis, dan selulitis. Penularan penyakit secara

droplet melalui melalui nasofaring. Sebagian besar

bakteri bertahan sampai beberapa bulan di tubuh

(asymptomatis carier). Gejala yang ditimbulkan tergantung

organ mana yang diserang, pada organ selaput otak akan

timbul gejala meningitis (demam, kaku kuduk, kehilangan

kesadaran), pada organ paru akan menyebabkan

pneumonia(demam, sesak, retraksi otot pernafasan),

kadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat

pendengaran.

c. Tujuan dan mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib

(Pentavalen)

1) Tujuan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)

adalah untuk membuat anak kebal terhadap penyakit

Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Infeksi

Haemofilus Influenza Tipe b.

2) Mamfaat pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)

a) Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang

bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis

(batuk rejan), tetanus, hepatitis B, infeksi

haemofilus influenza tipe B.

b) Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih

ringan dibanding terkena penyakit secara alami.

Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga

memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri

dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun

bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas,

bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya

teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa

ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun

bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih

baik dari pada pengobatan.

c) Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)

mengurangi jumlah suntikan kepada bayi

d. Kontraindikasi pemberian imunisasi DPT-HB-Hib

1) Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi

berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau

bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya, merupakan

kontra indikasi obsolut terhadap dosis berikutnya.

2) Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir

atau kelainan saraf serius lainnya merupakan

kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal

ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin

kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai

pengganti vaksin DPT vaksin hepatitis B dan Hib

diberikan secara terpisah.

e. Efek samping pemberian vaksin DPT-HB-Hib (pentavalen)

Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak

berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B

dan Hib yang diberikan secara terpisah.

Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak,

nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam

dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang

reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas(rewel)

dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24

jam setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive

pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dengan

angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian.

Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah

imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang

dilakukan oleh sejumlah kelompok termasuk United States

Institute of Medicine Advisory Commitee on Immunization Practices dan

asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Kanada,

inggris dan Amerika, menyimpulkan bahwa ternyata tidak

menunjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan

disfungsi sistim saraf kronis pada anak. Oleh karenanya,

tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai

dampak permanen pada anak.

Vaksin Hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik.

Dalam studi menggunakan plasebo sebagai kontrol selain

nyeri lokal, dilaporkan kejadian seperti myalgia dan

demam ringan tidal lebih sering dibandingkan dengan

kelompok plasebo. Laporan megenai reaksi anafilaksis

berat sangat jarang. Data yang da tidak menunjukkan

adanya hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan

sindroma Guillin-Barre, atau kerusakan demyelinasi termasuk

gangguan sklerosis multipel, dan juga tidak ada data

epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara

vaksinasihepatitis B dan sindroma fatique kronis,

artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma kematian

mendadak pada bayi, atau diabetes.

Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal

dapat terjadi dalan 24 jam setelah vaksinasi dimana

penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi

penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan

sementara. Pada umumnya akan sembuh dengan sendirinya

dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan tindakan

medis lebih lanjut.

f. Jadwal Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentavalen)

Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib merupakan bagian dari

pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak 3 dosis.

Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi dasar

No Umur Jenis imunisasi1. 0 Bulan Hepatitis B 02. 1 Bulan BCG, Polio 13. 2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 24. 3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 35. 4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 46. 9 Bulan CampakSumber : Direktorat survailens, imunisasi, karantina dan

kesehatan matra, 2013.

Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan

imunisasi lanjutan kepada anak batita sebanyak satu

dosis dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 2.2 Jadwal pemberian imunisasi lanjutan

No UmurJenis

Imunisasi

Interval minimum

setelah imunisasi

dasar1. 1,5 tahun

(18 bulan)

DPT-HB-Hib 12 bulan dari

DPT-HB-Hib 32. 2 tahun

(24 bulan)

Campak 6 bulan dari

campak dosis

pertamaSumber : Direktorat survailens, imunisasi, karantina dan

kesehatan matra, 2013.

g. Langkah –langkah pemberian imunisasi DPT-HB-Hib

1) Penyiapan logistik

Sebelum melakukan pelayanan imunisasi DPT-HB-

Hib perlu dilakukan beberapa persiapan sebagai

berikut :

a) Vaccine carier

Periksa vaksin carier yang akan digunakan

dan pastikan sesuai dengan standar, tidak tedapat

keretakan pada dindingnya, mempunyai spon penutup

dan dapat ditutup rapat.

b) Coolpack (kotak dingin cair)

Sediakan coolpack yang telah diisi dengan

air dan didinginkan dalam lemari es minimal selama

24 jam. Coolpack yang dibutuhkan sebayak 4 buah

dan diletakkan pada setiap sisi vaccine carier,

jangan menggunakan coldpack (kotak dingin beku)

atau es batu.

c) Vaksin

Siapkan vaksin sesuai dengan jumlah sasaran

yang akan diimunisasi

d) Auto Disable Syiringe (ADS)

ADS 0,5 ml yang dibutuhkan sama dengan

jumlah sasaran yang akan diimunisasi.

e) Safety box

Siapkan safety box 2,5 liter untuk 50 alat

suntik

f) Format pencatatan dan pelaporan

Persiapkan format pencatatan dan pelaporan.

2) Penyiapan sasaran

Setiap sasaran yang datang ke tempat pelayanan

imunisasi sebaiknya diperiksa sebelum diberikan

imunisasi, meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi usia sasaran

b) Mengidentifikasi jenis dan jumlah dosis imunisasi

yang telah diterima

c) Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan

d) Kontraindikasi terhadap imunisasi

(1) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap

pemberian imunisasi kepada bayi yang sedang

sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu

untuk kembali lagi jika bayinya sudah sehat.

(2) Jika terdapat riwayat kejang demam pada

pemberian DPT-HB atau DPT-HB-Hib sebelumnya,

maka imunisasi selanjutnya agar diberikan

oleh dokter ahli.

3) Pemberian imunisasi

a) Pastikan vaksin masih berkualitas/poten

(1) VVM A atau B

(2) Belum kadaluarsa

(3) Lebel vaksin masih ada dan terbaca

(4) Vaksin DPT-HB-Hib belum pernah mengalami

pembekuan

(5) Belum melewati ketentuan masa pakai (vaksin

sisa pelayanan statis)

b) Gunakan alat suntik sekali pakai atau Auto Disable

Syiringe (ADS)

c) Dosis dan cara pemberian imunisasi DPT-HB-Hib

(1) Dosis pemberian 0,5 ml

(2) Cara penyuntikan intramuskuler, disuntikkan

di paha anterolateral pada bayi dan dilengan

kanan atas pada batita saat imunisasi

lanjutan

(3) Bayi atau anak dipangku dengan posisi

menghadap kedepan. Pegang lokasi suntikan

dengan ibu jari dan jari telunjuk

(4) Suntikkan vaksin dengan posisi jarum suntik

90° terhadap permukaan kulit(5) Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa

sakit

d) Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah

pelayanan imunisasi. Materi yang diberikan tentang

alasan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, mamfaat dan

keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan

cara penanggulangannya.