Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
KINERJA PENYULUH KELUARGA BERENCANA PADA
DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA
BERENCANA KOTA MAKASSAR
Rima Melati Haris
2015.236.00.045
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2019
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmani rohim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarkatuh
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana Pada Dinas Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kota Makassar” ini dapat diselesaikan.
Selain itu merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana
strata satu (S1) di Program Studi Ilmu Administrasi Publik konsentrasi
Manajemen Sumber Daya Manusia, di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Makassar. Penyusunan dan
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak lainnya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan Jazakumullahu Khairan (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan) dan Terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, M.DA., Ph.D, selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Makassar
2. Bapak Dr. Alam Tauhid Syukur, S.Sos., M.Si, selaku Ketua
Program Studi Ilmu Administrasi Publik tingkat Strata Satu.
3. Bapak Dr. Muttaqin, MBA selaku Penasehat Akademik.
v
4. Ibu Dr. Rohana Thahier, M.Pd selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
5. Ibu Dr. Andi Rasdiyanti, S.S., M.Pd selaku dosen STIA LAN
Makassar yang telah memberikan dukungan dan saran kepada
penulis.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen STIA LAN Makssar, yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selam
proses perkuliahan.
7. Segenap Civitas Akademik STIA LAN Makassar, atas pelayanan
yang diberikan selama proses registrasi awal, perkuliahan hingga
proses penyusunan skripsi.
8. Segenap Pegawai Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar yang telah memberikan izin penelitian
dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Untuk keluarga tercinta Babe Haris dan Mama Uni untuk semua
do’a dan dukungannya dalam penyelesaian studi akhir penulis
semoga gelar ini bisa menjadi berkah dan kado terindah untuk
mereka. Untuk kakak-kakak tersayang Zaldy, Risma, Kiky dan
Rian atas bantuannya yang tak terhingga, untuk keponakan
tersayang Kao, Kimi, Al, El dan Agni semoga Allah selalu menjaga
kalian dan mengumpulkan kita semua hinggah ke Jannah-Nya.
Aamiin Allahumma Aamiin.
vi
10. Segenap rekan-rekan Mahasiswa STIA LAN Makassar Angkatan
2015, serta sahabat-sahabat bureng yang tercinta (Elsa, Nadya,
Rara, Jepot, Eni, Wira, Pewe, Lisa, Bunda, Indah, Tiva, Mia, Ime,
Dewi, Adel, Ismi) terimakasih atas kebersamaan, bantuan dan
kerjasama selama proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi
ini.
11. Untuk sahabat-sahabat tercinta Aliya, Tita, Muthia, Dwi, Caca,
Ikke, Pipi terimakasih atas bantuan, dukungan, dan motivasinya
atas penyusunan skripsi ini.
12. Dan kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang senantiasa membantu dalam penyelesaian studi
penulis.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan,
semua ini didasarkan atas keterbatasan yang dimiliki penulis. Demi
perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah Subhanahu
Wata’ala penulis serahkan segalanya, semoga dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 29 November 2018
Rima Melati Haris
vii
INTISARI
KINERJA PENYULUH KELUARGA BERENCANA PADA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MAKASSAR
Penulis : Rima Melati Haris Pembimbing : Rohana Thahier
Penyuluh keluarga berencana merupakan faktor penting didalam menjalankan program keluarga berencana akan tetapi kinerja penyuluh keluarga berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar masih belum optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja penyuluh keluarga berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar.
Penelitan ini menggunakan metode kualitaf yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, telaah dokumen, dan observasi. Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan yaitu pedoman wawancara, pedoman telaah dokumen dan pedoman observasi serta teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan verifikasi. Setelah itu menguji keabsahan data dengan Teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja penyuluh keluarga berencana secara keseluruhan berada dalam kategori baik namun masih ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan kinerja penyuluh keluarga berencana. Kata kunci : Kinerja, Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana, Keluarga Berencana
viii
ABSTRACT
THE PERFORMANCE OF FAMILY PLANNING COUNSELORS TOWARDS DEPARTMENT OF POPULATION CONTROL AND FAMILY PLANNING IN MAKASSAR CITY
Author : Rima Melati Haris Supervisor : Rohana Thahier
Family planning counselors are an important factor in carrying out family planning programs, but the performance of family planning counselors towards Department of Control of Population and Family Planning in Makassar City are still not optimal. Based on these problems, this research aims to determine and analyze the performance of family planning counselors at the Department of Control of Population and Family Planning in Makassar.
The research method used in this research is descriptive quality method. Data collection methods used in this research are interviews, document review and observation. Meanwhile, data collection instruments used in this research are interview guidelines, guidelines for reviewing documents and observation guidelines. Moreover, data analysis techniques used in this research are conducted by means of data reduction, data presentation, conclusions drawing and verification. After that, the validity of the data is tested by using the triangulation technique.
The results of this research indicated that the overall performance of family planning counselors was in a good category but there were still several indicators that need to be improved to maximize the performance of family planning counselors.
Keywords : Performance, Performance of Family Planning Counselors, Family Planning
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 12
A. Tinjauan Teori ................................................................... 12
1. Konsep Manajemen .................................................... 12
2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia ............... 17
3. Konsep Manajemen Kinerja ........................................ 22
4. Konsep Kinerja ............................................................ 25
5. Konsep Penyuluh Keluarga Berencana ....................... 32
B. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................... 43
C. Kerangka Konsep ............................................................. 47
D. Pertanyaan Penelitian ....................................................... 49
BAB III DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN ......................... 50
A. Pendekatan Penelitian ...................................................... 50
B. Desain Penelitian .............................................................. 50
x
x
C. Sumber Data..................................................................... 51
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................ 52
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................. 54
F. Keabsahan Data ............................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITAN .......................................................... 57
A. Deskripsi Singkat Lokus/Objek Penelitan ......................... 57
B. Karakteristik Sumber Data ................................................ 65
C. Hasil Analisis Data ............................................................ 67
BAB V PEMBAHASAN .................................................................. 90
BAB VI PENUTUP .................................................................... 101
A. Kesimpulan .................................................................. 101
B. Saran ........................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 10 Negara Dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia
2018….................................................................................................. 2
Tabel 2 Jumlah Pegawai Penyuluh Keluarga
Berencana……………………………………………….……….............. 7
Tabel 3 Realisasi Indikator
Kinerja…………………………...……………………..………………….. 8
Tabel 4 Rekapitulasi Daftar Hadir Penyuluh Keluarga
Berencana…….................................................................................... 9
Tabel 5 Rencana Kegiatan
Penelitian………………………………………………….………............. 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi .............................................................. 63
Gambar 2 Laporan Kegiatan PKB melalui E-Visum ............................. 70
Gambar 3 Daftar Rekapitulasi PKB Yang Mengikuti LDU .................... 72
Gambar 4 Kegiatan Penyuluhan .......................................................... 75
Gambar 5 Rapat Koordinasi ................................................................. 78
Gambar 6 Pelatihan Sub PPKBD dan Kader KB .................................. 81
Gambar 7 Capian Peserta KB Aktif ...................................................... 84
Gambar 8 Data Pencapaian Peserta KB .............................................. 85
Gambar 9 Rapat Staf ........................................................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya di negara berkembang, masalah utama yang terjadi
adalah masalah tingginya laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan
penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah
tertentu setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
semakin hari semakin meningkat. Di Indonesia sendiri dalam empat tahun
terakhir telah mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup meningkat.
Berdasarkan data dari sensus penduduk yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik Nasional pada tahun 2015 jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 255.500.500 jiwa, tahun 2016 sebanyak 258.700.000
jiwa, tahun 2017 sebanyak 262.000.000 jiwa. Sedangkan untuk tahun
2018 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 266.927.712 jiwa
(Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN DESA), 2018,
Population, https://www.un.org/development/desa/en/key-
issues/population.html, diakses pada tanggal 12 September 2018).
Dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat
membuat negara Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk
tertinggi ke empat di dunia setelah negara China, India dan Amerika
Serikat. Berikut terlampir sepuluh negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia selama tahun 2018.
2
Tabel 1 10 Negara Dengan Jumlah Penduduk Terbanyak Di Dunia 2018
Sumber : Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN DESA) 2018
Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, angka kelahiran yang terus meningkat.
Kemajuan di bidang kedokteran dapat menyebabkan tingkat kelahiran
rata-rata naik. Hal ini dikarenakan berbagai perawatan kesuburan sudah
tersedia dan adanya solusi yang efektif untuk masalah infertilitas yang
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan. Penduduk yang
menikah dini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang
meningkatkan kemungkinan memiliki banyak anak.
Kedua, angka kematian yang menurun adalah salah satu faktor
utama kelebihan penduduk. Perawatan medis yang semakin maju dan
canggih, tentunya peluang penyakit-penyakit dapat disembuhkan semakin
besar. Hal ini tentunya membuat angka kematian berkurang dan harapan
hidup manusia semakin meningkat. Ketiga, pendidikan yang kurang.
Faktor pendidikan juga dapat menyebabkan pertumbuhan jumlah
NO NEGARA POPULASI
1 China 1.296.166.707
2 India 1.257.902.871
3 Amerika Serikat 328.618.174
4 Indonesia 266.927.712
5 Brazil 213.219.775
6 Pakistan 200.234.439
7 Nigeria 213.219.775
8 Bangladesh 196.107.056
9 Rusia 146.467.279
10 Jepang 126.193.271
3
penduduk yang tinggi. Penduduk yang kurang pendidikan gagal untuk
memahami kebutuhan dalam mengekang pertumbuhan penduduk.
Metode pengendalian kelahiran dan keluarga berencana tidak mencapai
dalam bagian buta huruf masyarakat. Penduduk yang berpendidikan
strata dapat membuat keputusan yang lebih bertanggung jawab tentang
pernikahan dan melahirkan. Oleh karena itu, pendidikan adalah alat yang
efektif untuk mengekang pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan kondisi
dimana penduduk dalam suatu daerah akan menjadi sangat padat. Jika
jumlah penduduk menjadi sangat padat dan tidak diimbangi dengan
beberapa aspek mobilitas yang baik seperti aspek kesehatan, aspek
ekonomi, bahkan jumlah lapangan kerja yang terbatas, tentunya akan
mengakibatkan meningkatnya tingkat kemiskinan dan masyarakat akan
hidup dengan kondisi yang tidak kondusif untuk kedepannya.
Berdasarkan data yang telah di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kota
Makassar tahun 2018, laju pertumbuhan penduduk yang tidak di imbangi
dengan aspek kesehatan dapat dilihat pada tahun 2017 angka kelahiran
bayi mencapai 20.018 jiwa adapun bayi yang baru lahir dan menderita gizi
buruk mencapai 6738 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak
diimbangi dengan aspek ekonomi dapat dilihat pada tahun 2017 tingkat
kemiskinan telah mencapai angka 366.430 KK. Laju pertumbuhan
penduduk yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah pengangguran setiap tahunnya, pada
tahun 2017 jumlah pengangguran sudah mencapai angka 224.885 orang.
4
Untuk dapat mengatasi beberapa masalah penyebab terjadinya laju
pertumbuhan penduduk sebagaimana telah penulis paparkan diatas,
maka pemerintah melakukan berbagai upaya dengan membuat kebijakan
agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat terlaksana dengan baik dan harus dapat diimbangi dengan
peraturan pertumbuhan jumlah penduduk melalui keberhasilan program
keluarga berencana yang harus dilaksanakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana adalah proses, cara, dan tindakan untuk melaksanakan program Keluarga Berencana oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Dimana keluarga berencana merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga).
Program Keluarga Berencana harus dilaksanakan karena jika
program keluarga berencana tersebut tidak terlaksana sebagaimana
mestinya akan berakibat pada laju pertumbuhan penduduk yang tidak
seimbang dan membawa tantangan besar seperti dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menciptakan kesempatan kerja, menghilangkan
5
1.430.000
1.440.000
1.450.000
1.460.000
1.470.000
1.480.000
1.490.000
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
kemiskinan, meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan, meningkatkan
infrastruktur dan pelayanan publik.
Program Keluarga Berencana Nasional (PKBN) merupakan salah
satu program sosial dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan
suatu bangsa. Program ini memberikan kontribusi yang besar bagi
pembangunan sumber daya manusia pada masa kini dan masa yang
akan datang, dan menjadi sumber daya yang menjadi prasyarat bagi
kemajuan dan kemandirian bangsa.
Kota Makassar merupakan salah satu kota yang laju pertumbuhan
penduduknya meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang telah dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik Kota Makassar pada tahun 2017, jumlah penduduk
di Kota Makassar meningkat sebanyak 1,32% dari tahun 2016.
Diagram 1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Makassar 2015-2017
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
6
Dapat dilihat pada diagram diatas, pada tahun 2015 jumlah
penduduk di Kota Makassar mencapai 1.449.401 jiwa. Tahun 2016 jumlah
penduduk meningkat sebesar 1,39% menjadi 1.469.601 jiwa, dan di tahun
2017 meningkat lagi sebesar 1,32% menjadi 1.489.011 jiwa. Dengan
demikian perbandingan laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar
setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Makassar merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana yang menjadi
kewenangan daerah. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana
yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang
ditugaskan kepada daerah.
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana juga
memiliki tugas untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana (Peraturan Walikota
Makassar Nomor 95 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana).
Penyuluh KB ini memegang tugas yang sangat penting dalam
melaksanakan Program KB di lapangan. Penyuluh KB atau yang biasa
disingkat PKB, berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat
7
dengan mengajak, mengayomi dan memotivasi setiap keluarga untuk
mengikuti program KB sesuai dengan visi BKKBN Kota Makassar yaitu
menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas 2018 (bkkbn.go.id).
Keberhasilan pelaksanaan program KB Nasional selama ini tidak
terlepas dari petugas penyuluh KB. Keberhasilan PKB dalam
melaksanakan tugasnya harus didukung oleh kemampuan mereka dalam
penguasaan program KB terutama dalam menghadapi lingkungan yang
terus berubah (BKKBN, 2004). Untuk itu PKB harus meningkatkan
kinerjanya guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Berikut jumlah penyuluh keluarga berencana yang bertugas di Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana:
Tabel 2 Jumlah Pegawai Penyuluh Keluarga Berencana pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar 2018
Penyuluh Keluarga
Berencana
Laki-laki Perempuan Jumlah
22 92 114
Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar 2018
Dapat dilihat pada tabel diatas, jumlah penyuluh keluarga
berencana yang sebanyak 114 orang, jika dibandingkan dengan jumlah
cakupan wilayah kelurahan di Kota Makassar yang sebanyak 153, secara
langsung akan menghambat kinerja penyuluh keluarga berencana. Hal ini
disebabkan karena satu penyuluh keluarga berencana menangani dua
wilayah kerja. Sedangkan, idealnya satu wilayah ditangani oleh satu
sampai dua penyuluh keluarga berencana.
8
Penyebab diatas tentunya dapat mengurangi kinerja para penyuluh
KB, dikarenakan tidak adanya kesesuaian antara jumlah penyuluh
keluarga berencana dengan jumlah cakupan wilayah kerja, sehingga ada
beberapa penyuluh yang tidak dapat mencapai target sasaran kinerjanya.
Tabel 3 Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Meningkatnya Pasangan Usia
Subur Menjadi Peserta KB Bulan Juli, Agustus, September Tahun 2018
No Indikator Kinerja Satuan Juli Agustus September
1
Cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif 65%.
PUS Aktif 69,29% 69,34% 69,40%
2
Cakupan PUS yang ingin ber KB tidak terpenuhi (unmet need) 5%.
PUS Tidak ber KB
7,16% 7,19% 7,18%
Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar 2018
Berdasarkan wawancara awal dengan Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana diperoleh kesimpulan bahwa Kinerja
Penyuluh Keluarga Berencana masih belum optimal dimana capaian
setiap bulannya hanya meningkat sangat sedikit karena ada beberapa
penyuluh keluarga berencana yang menangani dua wilayah sekaligus
karena masih kurangnya jumlah penyuluh keluarga berencana untuk
menangani beberapa wilayah kelurahan di Kota Makassar hal ini
menyebabkan beban kerja penyuluh menjadi lebih banyak lagi, adapun
kurangnya tingkat kehadiran penyuluh di wilayah kerjanya yang
disebabkan beberapa hal seperti dinas luar dan tanpa keterangan.
Dimana semua itu tentunya akan menyebabkan kinerja penyuluh keluarga
9
berencana menjadi terhambat karena pada saat penyuluh tidak hadir
diwilayah kerjanya maka proses penyuluhan diwilayah tersebut akan
tertunda.
Maka dari itu, salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja
penyuluh KB, maka penyuluh KB tersebut harus memperhatikan
kehadiran di wilayah kerjanya. Karena jika penyuluh KB tidak masuk
kantor maka penyuluhan yang akan dilakukan di wilayahnya menjadi
terhambat. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini rekapitulasi daftar hadir
penyuluh KB bulan Juni-Agustus 2018.
Tabel 4
Rekapitulasi Daftar Hadir Penyuluh Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
bulan Juni-Agustus 2018
Bulan Jumlah
Hari Kerja Jumlah
Penyuluh KB Jumlah Hadir
%
Juli 22 114 93,90%
Agustus 22 114 92,40%
September 22 114 92,60% Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar 2018
Berdasarkan pada tabel diatas, tercatat dari daftar hadir selama tiga
bulan terakhir, masih ada beberapa penyuluh keluarga berencana yang
kehadirannya tidak full setiap bulannya yang disebabkan izin, dinas luar
maupun tanpa keterangan hal ini mengakibatkan tanggung jawab
penyuluh keluarga berencana untuk melakukan pekerjaannya dilapangan
menjadi terhambat. Jadi dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat
kehadiran penyuluh menyebabkan terhambatnya penyuluh melaksanakan
kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan Program
Keluarga Berencana Nasional.
10
Berdasarkan masalah-masalah yang telah penulis paparkan
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka fokus permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah Kinerja Penyuluh Keluarga
Berencana Pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini ialah untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan fokus permasalahan yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya terkait
masalah kinerja. Dan bagi para pembaca dapat dijadikan
sebagai tambahan pengetahuan.
11
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan Kinerja Penyuluh Keluarga
Berencana Pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Manajemen
Sesungguhnya tidak ada bidang yang lebih utama dari kegiatan
manusia selain bermanajemen karena dengan manajemen maka tujuan
kerjasama organisasi dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien.
a. Pengertian Manajemen
Berbicara masalah kinerja tidak terlepas dari manajemen jadi
sebelum membahas mengenai kinerja terlebih dahulu dibahas masalah
manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur.
Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use human being and other resources. Artinya
manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya (Terry, 2010: 16).
13
Hasibuan (2006: 1) “Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Berdasarkan teori yang telah di kemukakan oleh Hasibuan, ilmu
yang dimaksud disini merupakan sekumpulan pengetahuan tentang suatu
objek yang disusun secara sistematik oleh para ahli sebagai hasil dari
penelitian yang pernah mereka lakukan. Lalu, seni berkaitan dengan gaya
atau cara untuk melakukan suatu kegiatan, karena seorang manajer
mempunyai gaya kepemimpinannya sendiri yang berbeda dengan
manajer lainnya dalam mengelola suatu organisasi. Jadi dalam mengelola
manajemen sangat dibutuhkan ilmu dan seni untuk memanfaatkan segala
sumber daya yang ada secara lebih efektif dan efisien guna mencapai
tujuan organisasi.
Handoko (2011: 10) “Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan”.
Safroni (2012: 44) “Manajemen merupakan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen selalu menjalankan fungsi-fungsinya guna mencapai tujuan
sebuah organisasi. Hal ini harus sesuai dengan proses yang dimulai
dengan perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan.
Manajemen merupakan seluruh kegiatan di dalam suatu organisasi
yang melibatkan penyusunan dan pencapaian tujuan, penilaian prestasi
14
dan pengembangan suatu filosofi organisasi dalam melaksanakan
kegiatan yang memberi keyakinan terhadap keberadaan organisasi di
tengah suatu sistem sosial dimana organisasi itu berada (Harahap 2004:
4). Selain itu, manajemen juga merupakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian usaha-usaha dari para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi
tersebut, guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sihotang,
2007: 1).
Manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif
dan efisien melalu orang lain. Efektif disini berarti semua unsur sumber
daya yang dimiliki oleh suatu organisasi dapat diberdayakan sesuai
dengan fungsinya masing-masing, sementara efisien berarti pekerjaan
yang telah ditentukan manajer dapat dilakukan dan diselesaikan oleh para
pekerja sesuai dengan anggaran. Kondisi tersebut akan dicapai apabila
organisasi melakukan kegiatan koordinasi (Budiono dalam Karyoto, 2015:
2).
b. Unsur-Unsur Manajemen
Hasibuan (1995: 21) mengemukakan bahwa unsur manajemen
terdiri dari 6M yaitu man, money, methode, machines, materials, dan
market:
1) Man Tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif.
15
2) Money Uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Method Cara-cara yang digunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan.
4) Materials Bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
5) Machines Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
6) Market Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalm perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh Hasibuan
mengenai unsur manajemen, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
manajemen sangat penting, karena segala sesuatu yang terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan suatu produksi sangat bergantung kepada
manusia, lalu pengelolaan uang yang baik akan sangat berpengaruh pada
sukses tidaknya manajemen yang dilakukan dan dalam proses
manajemen terdapat metode yang digunakan agar proses manajemen
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu, organisasi harus
mampu mengelola, mengontrol dan memanfaatkan bahan-bahan yang
ada dengan sebaik mungkin agar tujuan organisasi bisa tercapai, mesin
juga dibutuhkan untuk mengelola bahan-bahan tersebut dan yang terakhir
penguasaan pasar di butuhkan suatu pelaku usaha harus mengikuti
16
perkembangan pasar yang ada pada masyarakat seperti menyesuaikan
kualitas dan harga barang sesuai dengan selera konsumen.
c. Fungsi-Fungsi Manajemen
Terry (2010: 9) mengemukakan bahwa fungsi manajemen dapat
dibagi menjadi empat bagian, yakni planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling
(pengawasan):
1) Planning (Perencanaan) Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
2) Organizing (Pengorganisasian) Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakandengan berhasil.
3) Actuating (Pelaksanaan) Pelaksanaan adalah usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama.
4) Controlling (Pengawasan) Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
17
2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu bagian yang
integral dari setiap organisasi baik pemerintahan maupun sektor swasta.
Istilah manajemen sumber daya manusia di sisi lain merujuk pada setiap
departemen yang ada dalam organisasi yang menaungi kerja sistem
hubungan antar pekerja.
Hasibuan (2006: 10) “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar lebih efektif dan efisien serta membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hasibuan, manajemen
sumber daya manusia sangat berperan untuk mengatur hubungan dan
suatu peranan tenaga kerja untuk mencapai tujuan suatu perusahaan
dengan baik dan tepat sasaran.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu kegiatan
pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa untuk manusia sebagai individu anggota organisasi
atau perusahaan bisnis (Samsudin, 2006: 22).
Mondy (2008: 4) “Manajemen sumber daya manusia merupakan pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan konsekuensinya, para manajer disetiap tingkat harus selalu melibatkan diri mereka dengan MSDM”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mondy, seorang manajer
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi harus melibatkan sejumlah
pegawainya. Dengan melalui berbagai kegiatan dalam upaya peningkatan
18
kemampuan para pegawai agar hasil yang diharapkan bisa berjalan lebih
efektif dan efisien.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam
rangka mencapai tujuan suatu organisasi (Mangkunegara, 2001: 2).
Human resources management is the development and utilization of
personnel for the effective achievement of individual, organizational,
community, national, and international goals and objectives. Artinya
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan
pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran
individu, organisasi, masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif.
(Kiggundu dalam Sulistyani dan Rosidah, 2003: 11).
Armstrong (1990: 1) “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pendekatan terhadap manajemen manusia yang berdasarkan empat prinsip dasar. Pertama, sumber daya manusia adalah harta paling penting yang dimiliki oleh suatu organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut. Kedua, keberhasilan ini sangat mungkin dicapai jika peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan tersebut saling berhubungan, dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan perencanaan strategis. Ketiga, kultur dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Serta yang terakhir atau yang keempat adalah manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi yakni semua anggota organisasi anggota tersebut terlibat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
19
Rivai (2004: 1) “Manejemen sumber daya manusia merupakan salah
satu bidang dari manajemen yang meliputi segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian”.
Sihotang (2007: 1) “Manajemen sumber daya manusia (MSDM adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap pengadaan seleksi, tes penyaringan, pelatihan, penempatan, penerimaan kompensasi, pengembangan, dan pemeliharaan”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sihotang, bahwa didalam
manajemen sumber daya manusia ada beberapa proses yang dilakukan
agar pengolahan sumber daya manusia bisa berjalan lebih efisien.
Human resources management is the process of developing,
applying and evaluated policies, procedures, methodes and programs
relating to the individual in the organizations. Artinya manajemen sumber
daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan
individu, suatu organisasi dan masyarakat (Rachmawati, 2007: 3).
Yani (2012: 1) “Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan organisasi atau perusahaan”.
Manajemen sumber daya manusia atau MSDM dapat juga diartikan
sebagai suatu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi,
integrasi pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber
20
daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan
masyarakat (Flippo dalam Yani 2012: 3).
b. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2012: 21) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia ialah sebagai berikut:
1) Perencanaan 2) Pengorganisasian 3) Pengarahan 4) Pengendalian 5) Pengadaan 6) Pengembangan 7) Kompensasi 8) Pengintegrasian 9) Pemeliharaan 10) Kedisiplinan 11) Pemberhentian
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh Hasibuan
mengenai fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia dapat
disimpulkan bahwa fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia
sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran,
kegiatan didalam sebuah organisasi.
c. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Sedarmayanti (2011: 13) mengemukakn secara khusus bahwa
manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk :
1) Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi, seperti yang diperlukan.
21
2) Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia seperti kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.
3) Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur perekrutan dan seleksi “yang teliti”, sistem kompensasi dan insentif yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait mengenai “kebutuhan bisnis.”
4) Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa karyawan adalah pihak terkait dalam suatu organisasi yang bernilai dan membantu mengembangkan iklim kerja sama dan kepercayaan bersama.
5) Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan.
6) Mengembangkan lingkungan, dimana kerjasama tim dan fleksibilitas dapat berkembang.
7) Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikan kebutuhan pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah, manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).
8) Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai berdasarkan apa yang telah mereka lakukan dan mereka capai.
9) Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.
10) Memastikan bahwa kesamaan kesempatan tersedia untuk semua.
11) Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang didasarkan pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan transportasi.
12) Memperhatikan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental karyawannya.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Sedarmayanti, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan manajemen sumber daya
manusia adalah untuk mewujudkan tujuan sebuah organisasi atas kinerja
positif yang dihasilkan oleh sumber daya manusia yang mempunyai
kemampuan dan daya saing yang tinggi.
22
3. Konsep Manajemen Kinerja
a. Pengertian Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja merupakan manajemen tentang bagaimana
menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif dengan
memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer, dan
pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja juga mengatur tentang
bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh sukses (Wibowo, 2007: 7).
Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan
mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar
dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan demikian
manajemen kinerja merupakan sebuah proses untuk menetapkan apa
yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan
pengembangan manusia melalui suatu cara yang meningkatkan
kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka
waktu tertentu baik pendek maupun panjang (Dharma, 2010: 25).
Mondy (2008: 256) “Manajemen kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan produktivitas pada karyawan, tim, dan akhirnya organiasasi”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mondy, jika manajemen
kinerja diterapkan didalam suatu organisasi maka dipastikan bahwa
semua telah teratur pada tempatnya sehingga produktivitas karyawan, tim,
bahkan organisasi bisa meningkat karena manajemen kinerja membantu
23
mengkomunikasikan sasaran dan mengedepankan nilai-nilai didalam
organisasi.
Manajemen kinerja merupakan suatu ilmu yang memadukan seni
didalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang memiliki
tingkat fleksibelitas yang representative dan aspiratif guna mewujudkan
visi dan misi suatu organisasi dengan cara mempergunakan orang yang
ada dalam organisasi tersebut secara maksimal (Fahmi, 2011: 3).
Armstrong (2004: 29) “Manajemen kinerja merupakan sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan persyaratan-persyaratan atribut/kompetensi terencana yang telah disepakati”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Armstrong, untuk
mendapatkan hasil kerja yang lebih baik dari suatu organisasi, tim,
maupun individu perlu diadakan manajemen kinerja guna menjadi
pengkajian ulang terhadap kinerja secara berkesinambungan agar segala
urusan organisasi berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati.
b. Tujuan Manajemen Kinerja
Dharma (2010: 29) mengemukakan secara khusus dan spesifik
bahwa manajemen kinerja bertujuan untuk:
1) Memperoleh peningkatan kinerja yang berkelanjutan. 2) Bertindak sebagai daya dongkrak untuk perubahan yang lebih
berorientasi kinerja. 3) Meningkatkan motivasi dan komitmen para pegawai. 4) Memungkinkan bagi individu untuk mengembangkan
kemampuan, meningkatkan kepuasan kerja dan mencapai potensi pribadi yang bermanfaat bagi individu dan organisasi.
5) Mengembangkan hubungan yang terbuka dan konstruktif antara individu dan manajer dalam suatu proses dialog yang
24
berkesinambungan terkait dengan pekerjaan yang dilakukan sepanjang tahun.
6) Menyediakan suatu kerangka kerja bagi keesepakatan sasaran yang dinyatakan dalam bentuk target dan standar kinerja sehingga suatu pemahaman bersama mengenai sasaran dan peranan yang harus dimainkan baik oleh manajer dan individu untuk meningkatkan pencapaian sasaran.
7) Memfokuskan perhatian kepada atribut dan kompetensi yang diperlukan sehingga dapat menunjukkan kinerja yang efektif dan kepada usaha pengembangan selanjutnya.
8) Menyediakan kriteria untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian yang akurat dan objektif sehubungan dengan target dan standar yang telah disepakati, sehingga pegawai secara individu dapat menerima umpan-balik dari manajer mengenai seberapa baik kinerja mereka.
9) Berdasarkan penilaian ini memungkinkan individu dan manajer mencapai kesepakatan tentang rencana pengembangan dan metode pelaksanaannya, serta secara bersama mengkaji kebutuhan di bidang pelatihan dan pengembangan.
10) Menyediakan suatu landasan bagi pemberian imbalan yang bersifat finansial dan atau non-finansial bagi pegawai sesuai dengan kontribusi mereka. Pertama dengan pembayaran gaji/upah berdasarkan kinerja. Kedua memberikan penghargaan terhadap pencapaian dan berbagai kesempatan untuk memperoleh tanggung-jawab yang lebih besar dan untuk meningkatkan pengetahuan serta keahlian.
11) Mendemonstrasikan kepada semua orang bahwa organisasi menghargai mereka sebagai individu.
12) Membantu dalam memberdayakan pegawai seperti memberikan ruang yang lebih luas kepada pegawai untuk mengambil alih tanggung-jawab dan memegang kendali atas pekerjaan mereka.
13) Membantu sebuah organisasi untuk mempertahankan pegawai yang dinilai berkualitas.
14) Mendukung inisiatif manajemen yang berkualitas secara keseluruhan.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Dharma, dapat
disimpulkan bahwa manajemen kinerja sangatlah penting diterapkan
dalam sebuah organisasi. Karena manejemen kinerja dapat mengelola
kinerja sumber daya manusia sesuai dengan target yang telah
direncanakan/ditetapkan.
25
4. Konsep Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang
memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi
kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas,
bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung (Wibowo, 2007: 7).
Hasibuan (2006: 94) “Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”.
Adapun yang berpendapat bahwa kinerja adalah hasil yang diperoleh
oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan
non profit oriented maksudnya adalah organisasi yang berorientasi pada
keuntungan maupun organisasi pemerintah yang berorientasi pada
pelayanan, pada dasarnya memiliki kesamaan dalam mengukur hasil kerja
pegawai yaitu dengan cara mengacu pada satu periode waktu tertentu
(Fahmi, 2011: 2).
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999: 54).
Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya
sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan,
26
berarti kinerja pegawai itu dapat dilihat dari kemampuan serta motivasinya
untuk melaksanakan pekerjaan (Supriyono, 2006: 78).
Sulistiyani (2003: 223) “Kinerja seseorang merupakan sebuah
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai
dari hasil kerjanya”. Pendapat Sulistiyani menjelaskan bahwa
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai berdasarkan hasil kerja
merupakan suatu kinerja.
Selanjutnya, Wirawan (2009: 5) juga mengatakan: “kinerja adalah
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. Dalam hal ini
pekerjaan yang dimaksud merupakan kegiatan yang digunakan untuk
menyelesaikan atau mencapai sesuatu yang hanya membutuhan tenaga
dan keterampilan. Kinerja merupakan catatan keluar yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu
tertentu (Gomes, 2003: 76).
Mangkunegara (2011: 67) “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Mangkunegara, suatu kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan secara kualitas
dan kuantitas yang membantu suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya.
27
b. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu cara dalam melakukan evaluasi
terhadap kerja pegawai dengan tolak ukur tertentu yang obektif dan
berkaitan langsung dengan tugas seseorang yang dilakukan secara
berkala. Objek penilaian sebagai kemampuan pegawai dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan yang diberikan, perilaku dalam
melaksanakan tugas, sikap dalam melaksanakan tugas dan sebagainya.
Penilaian kinerja merupakan proses penilaian yang dilakukan oleh
penilai dengan mengumpulkan informasi mengenai hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai, kemudian membuat dokumen pendukung yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan pembanding standar kinerja
secara periodic dalam pengambilan keputusan manajemen sumber daya
manusia (Wirawan, 2009: 11).
Siagian (2005: 223) “Penilaian kinerja adalah penilaian prestasi kinerja yang rasional dan diterapkan secara objektif terlihat pada paling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan karyawan yang bersangkutan dan kepentingan organisasi”.
Dharma (2003: 367) “Penilaian kinerja merupakan proses
pengambilan keputusan tentang hasil yang dicapai karyawan dalam
periode waktu tertentu”. Mangkunegara (2005: 10) juga menjelaskan:
“penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan secara sistematis
untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi”.
Berdasarkan tiga teori yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas,
ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja adalah sesuatu yang sangat
penting dilakukan guna mengetahui hasil yang telah dikerjakan oleh
28
pegawai apakah sudah sesuai dengan standar kinerja dalam suatu
organisasi.
c. Indikator Kinerja
Mangkunegara (2011: 67) mengemukakan ada beberapa indikator
pengukuran kinerja yakni sebagai berikut:
1) Kuantitas Kerja Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai.
2) Kualitas dari Hasil Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang pegawai mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
3) Kerja Sama Kerja sama adalah sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama atau pekerjaan yang dilakukan dengan bantuan orang lain.
4) Tanggung Jawab Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh organisasi.
5) Inisiatif Inisiatif merupakan kemampuan untuk memutuskan dan melakukan sesuatu yang benar tanpa harus diberi tahu, mampu menemukan apa yang seharusnya dikerjakan terhadap sesuatu yang ada di sekitar, berusaha untuk terus bergerak untuk melakukan beberapa hal walau keadaan terasa semakin sulit.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Mangkunegara
mengenai indikator pengukuran kinerja pegawai, ada beberapa aspek
yang harus diperhatikan seperti kuantitas kerja, kualitas dari hasil kerja,
kerja sama, tanggung jawab, dan inisiatif tujuannya agar hasil pekerjaan
pegawai dapat diketahui, selain itu juga dapat berguna bagi pegawai agar
pegawai tersebut dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik lagi dari
sebelumnya.
29
Selain itu, adapula pendapat lain menyebutkan indikator kinerja,
seperti yang dikemukakan oleh Fadel (2009: 159):
1) Pemahaman Atas Tupoksi Dalam menjalankan tupoksi, pegawai harus tahu dan paham mengenai tugas pokok dan fungsi masing-masing sehingga dalam mengerjakan tugas akan sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Inovasi Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan serta mendiskusikannya pada rekan kerja tentang pekerjaan.
3) Kecepatan Kerja Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikan dengan menggunakan metode kerja yang ada.
4) Keakuratan Kerja Tidak hanya cepat, namun dalam menyelesaikan tugas pegawai juga harus disiplin dalam mengerjakan tugas dengan teliti dalam bekerja dan melakukan pengecekan ulang.
5) Kerjasama Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja lainnya seperti bisa menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Fadel, indikator
kinerja dapat diukur dengan pemahaman atas tupoksi, inovasi, kecepatan
kerja, keakuratan kerja, dan kerjasama yang harus saling berkaitan satu
sama lain untuk menghasilkan kinerja pegawai yang baik dalam suatu
organisasi.
Selain pendapat para ahli, pemerintah juga memiliki indikator kinerja
pegawai yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS, berikut uraiannya:
1) Kesetiaan, yaitu tekat dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggungjawab.
2) Prestasi kerja, yaitu hasil kerja yang dicapai pegawai dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
3) Tanggungjawab, yaitu kesanggupan pegawai dalam melakukan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani dalam menanggung resiko atas keputusan yang telah diambil.
30
4) Ketaatan, yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang belaku.
5) Kejujuran, yaitu ketulusan hati pegawai dalam melaksanakan dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diembannya.
6) Kerjasama, yaitu kemampuan pegawai untuk bekerjasama dengan orang lain dalam melakukan tugasnya,
7) Prakarsa, yaitu kemampuan pegawai untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan semua tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu dari perintah atasan.
8) Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat diarahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas.
Berdasarkan teori yang telah tertuang dalam Undang-undang No
43 tahun 1999 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS, dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa indikator yang digunakan dalam
mengukur kinerja pegawai yang dilihat dari bermacam-macam aspek
penting yang harus dijadikan pertimbangan agar kinerja dapat tercapai
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah menjadi komitmen dalam
suatu organisasi.
d. Tujuan Penilaian Kinerja
Adapun tujuan diadakannya penilaian kinerja menurut Sunyoto
dalam Mangkunegara (2010: 10) adalah sebagi berikut:
1) Meningkatkan saling pengertian antara pegawai tentang penilaian kinerja.
2) Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang pegawai, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi.
3) Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya serta meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
31
4) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga pegawai termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robbins (Pasolong, 2007: 186) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah:
1) Kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjan. Kemampuan dapat dilihat dari dua segi, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental dan kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.
2) Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robbins, kemampuan dan
motivasi sangat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Kemampuannya
dilihat dari bagaimana kemampuan pegawai tersebut dalam melakukan
tugasnya. Sedangkan motivasi dilihat dari bagaimana semangat dia dalam
melakukan pekerjaannya guna mencapai tujuan organisasi menjadi lebih
baik lagi.
Adapun pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pegawai seperti yang dikemukakan oleh Prawirosentono (1999:
27) diantaranya:
1) Efektifitas dan Efisiensi Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila
32
akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien.
2) Otoritas (Wewenang) Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan konstribusinya. Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh didalam organisasi tersebut.
3) Disiplin Disiplin adalah sikap taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi disiplin pegawai merupakan kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
4) Inisiatif Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
5. Konsep Penyuluh Keluarga Berencana
a. Pengertian Penyuluh Keluarga Berencana
Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya disingkat PKB
adalah Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan fungsional yang diberi
tugas tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan Penyuluhan,
pelayanan, evaluasi dan pengembangan program KB Nasional.
(Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana).
b. Tugas Penyuluh Keluarga Berencana
Adapun beberapa tugas penyuluh keluarga berencana, yakni
sebagai berikut:
33
1) Perencanaan
Penyuluh keluarga berencana dalam bidang perencanaan
bertugas untuk penguasaan potensi wilayah kerja sejak
pengumpulan data, analisa penentuan, masalah prioritas,
penyusunan terencana kerja dan memfasilitasi penyusunan jadwal
kegiatan tingkat RT, RW dan Desa/Kelurahan.
2) Pengorganisasian
Penyuluh keluarga berencana dibidang pengorganisasian
meliputi memperluas pengetahuan dan wawasan program,
rekruitmen kader, mengembangkan kemampuan dan memerankan
kader/IMP dan mitra kerja lainnya dalam Program Pengendalian
Penduduk, KB-KR dan KS-PK. Bila di wilayah kerjanya tidak ada
kader diharapkan dapat merekrut kader baru.
3) Pelaksana dan Pengelola Program
Penyuluh Keluarga Berencana sebagai pelaksana dan
pengelola melakukan berbagai kegiatan dimulai dari penyiapan atau
memfasilitasi peran IMP dan mitra kerja lainnya serta dukungan
untuk pelayanan KIE/Konseling dan Advokasi program KKB.
4) Pengembangan
Penyuluh Keluarga Berencana melaksanakan pengembangan
kemampuan teknik IMP dan mitra kerja lainnya dengan
34
melaksanakan mekanisme optional secara rutin dan berkelanjutan
dalam penyelenggaraan program KKB di tingkat desa/kelurahan.
5) Evaluasi dan Pelaporan
Penyuluh Keluarga Berencana melaksanakan evaluasi dan
pelaporan program KKB sesuai dengan system pelaporan yang telah
ditentukan dan dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (BKKBN,
2015: 6).
c. Fungsi Penyuluh Keluarga Berencana
Penyuluh Keluarga Berencana mempunyai fungsi
merencanakan, mengorganisasikan, mengembangkan, melaporkan
dan mengevaluasi program Kependudukan dan KB Nasional dan
pembangunan lainnya di tingkat Desa/Kelurahan (BKKBN, 2015: 8).
d. Langkah Kerja Penyuluh Keluarga Berencana
Langkah kerja Penyuluh Keluarga Berencana dalam
pelaksanaan program Kependudukan dan KB merupakan acuan dan
prosedur kerja dalam melaksanakan berbagai kegiatan operasional
di tingkat lini lapangan, langkah kerja Penyuluh Keluarga Berencana
ini sebagai pedoman bagi Kabupaten/Kota dan Provinsi terkait dalam
melaksanakan pembinaan dan orientasi serta penilaian dalam
pelaksanaan tugas Penyuluh Keluarga Berencana.
Langkah kerja Penyuluh Keluarga berencana adalah sebagai
berikut:
35
1) Pendekatan tokoh formal
2) Pendataan dan pemetaan
3) Pendekatan tokoh informal
4) Pembentukan kesepakatan
5) Penegasan kesepakatan
6) Advokasi dan KIE
7) Penteladanan/Pembentukan Grup Pelopor
8) Pelayanan KB dan KS
9) Pembinaan
10) Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi (BKKBN, 2015: 10).
Sepuluh langkah kerja Penyuluh Keluarga Berencana diatas
akan diklasifikasikan menjadi empat tahapan sesuai dengan proses
manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling).
Berikut ini akan diuraikan Langkah kerja Penyuluh Keluarga
Berencana mengikuti tahapan pada proses manajemen POAC
tersebut:
a) Planning
1. Pendekatan Tokoh Formal
Pendekatan tokoh formal merupakan kunjungan atau
silaturahmi kepada wilayah dalam rangka meminta dukungan secara
formal tentang pelaksanaan operasional program KKB di wilayahnya.
Hal yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
36
(a) Tumbuhnya keakraban antara Penyuluh Keluarga
Berencana dan tokoh formal yang bersangkutan.
(b) Dipahaminya maksud, tujuan dan rencana kerja yang
disusun.
(c) Kesediaan tokoh formal untuk berperan sesuai dengan yang
diharapkan, seperti memimpin rapat, menjadi pembicara,
atau menggerakkan tokoh, formal dan informal untuk
mendukung kegiatan operasional KKB di wilayahnya.
(d) Adanya dukungan baik berupa petunjuk, tenaga, dana dan
sarana.
(e) Adanya pengesahan rencana yang telah disusun oleh
Penyuluh Keluarga Berencana. Tempat pendekatan tokoh
formal dapat dilakukan di mana saja sesuai kebutuhan,
misalnya di kantor, di rumah, pada waktu pertemuan, baik
waktu pagi, sore hari ataupun malam (BKKBN, 2015: 11).
2. Pendataan dan Pemetaan
Untuk mengenali wilayah kerjanya, Penyuluh Keluarga
Berencana melakukan pengenalan wilayah yang mencakup batas
wilayah, data demografi, data tahapan keluarga serta data individu,
yang ditindaklanjuti dengan analisa data. Hasil yang diharapkan:
(a) Dimilikinya peta KS, tabel, grafik mengenai kondisi wilayah
tersebut.
37
(b) Data pada tabel, grafik tersebut harus selalu dalam keadaan
dinamis sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
(c) Data klasifikasi tahapan keluarga sejahtera.
(d) Tersedianya data individu di wilayahnya (BKKBN, 2015: 11).
3. Pendekatan Tokoh Informal
Pendekatan tokoh informal merupakan kunjungan atau
silaturahmi kepada tokoh informal seperti tokoh masyarakat, tokoh
Agama/Adat atau tokoh ekonomi dan mitra kerja lainnya dalam
rangka kerjasama secara informal tentang pelaksanaan operasional
program KKB di wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini
adalah:
(a) Tumbuhnya keakraban antara Penyuluh Keluarga
Berencana dan tokoh informal yang bersangkutan.
(b) Dipahaminya maksud, tujuan dan rencana kegiatan yang
akan dilakukan.
(c) Dipahaminya program KKB sehingga tidak menentang, tidak
ragu-ragu serta mendukungnya.
(d) Bersedia menghadiri rakot Desa/Kelurahan dan menjadi
motivator.
(e) Diperolehnya dukungan, baik berupa petunjuk, tenaga
maupun sarana dan biaya (BKKBN, 2015: 12).
38
b) Organizing
1. Pembentukan Kesepakatan
Kegiatan ini dilakukan pada setiap forum mekanisme
operasional yang di dukung oleh keberadaan tokoh formal dan
informal sehingga bersedia menjadi motivator pelaksanaan program
di wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
(a) Diperolehnya pemahaman yang sama tentang permasalahan
pencapaian program bulan lalu.
(b) Kesepakatan di dukung dengan adanya bukti rencana
operasional kegiatan bulan ini (BKKBN, 2015: 12).
2. Penegasan Kesepakatan
Penegasan kesepakatan ini merupakan proses untuk
memantapkan tokoh formal dan informal agar berperan aktif sesuai
dengan hasil kesepakatan dan rencana yang telah disepakati dalam
rakor forum mekanisme operasional. Bukti penegasan kesepakatan
adalah:
(a) Adanya bukti kesepakatan secara tertulis melalui surat dan
catatan hasil kesepakatan serta rencana operasional
kegiatan.
(b) Penegasan ini disampaikan oleh kepala wilayah/tokoh
formal.
(c) Memantapkan kembali isi pesan disampaikan oleh tokoh
formal kepada masyarakat (BKKBN, 2015: 13).
39
3) Actuating
1. Advokasi dan KIE
Komunikasi Informasi Edukasi atau yang biasa disebut dengan
KIE merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengelola
program KB di wilayah kerjanya dengan tujuan menjelaskan tentang
pentingnya pelaksanaan program yang akan dicapai apabila
dilakukan bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan pihak
swasta, sehingga menjadi tanggung jawab bersama. Maksud dan
tujuan kegiatan ini adalah:
(a) Meningkatnya pengetahuan tentang program KKB.
(b) Adanya perubahan sikap positif tentang pentingnya program
KKB.
(c) Adanya perubahan perilaku dalam mendukung kegiatan
program KKB (BKKBN, 2015: 13).
2. Pembentukan Grup Pelapor
Pembentukan grup pelapor adalah langkah untuk mengajak
dan mempersiapkan seseorang atau kelompok untuk
menarik/menggerakkan anggota masyarakat lainnya, untuk menjadi
peserta KB dalam memilih alat kontrasepsi (khususnya yang lebih
efektif) maupun menjadi peserta pengelola program. Maksud dan
tujuan kegiatan ini:
(a) Menjadi teladan bagi keluarga di lingkungannya.
40
(b) Meningkatnya jumlah dan kualitas institusi masyarakat,
pengelola program KKB.
(c) Meningkatnya keteladanan dalam pemakaian kontrasepsi
efektif (BKKBN, 2015: 14).
3. Pelayanan KB dan KS
Pelayanan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
oleh Penyuluh Keluarga Berencana dan pengelola program KKB
dalam mempersiapkan pelayanan teknis kepada sasaran sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan, misalnya pelayanan KIE/KIP
konseling kontrasepsi kepada calon peserta KB, analisa data
kependudukan dan pembentukan, pembinaan serta pengembangan
kelompok kegiatan BKB, BKR, dan UPPKS. Maksud dan tujuan
kegiatan ini adalah:
(a) Meningkatnya mutu pelayanan secara mudah, murah, cepat
dan aman.
(b) Meningkatnya jumlah peserta KB aktif terutama kontrasepsi
jangka panjang.
(c) Meningkatnya kuantitas dan kualitas program BKB, BKR,
dan UPPKS.
(d) Pembina akseptor KB (BKKBN, 2015: 14).
41
4. Bidang Keluarga Sejahtera
(a) Menumbuhkan, membina, mengembangkan kelompok
UPPKS, bina keluarga (Bina Keluarga Balita, Remaja dan
Lansia)
(b) Memotivasi dan menggali potensi yang ada, baik individual
maupun kelompok untuk membantu keluarga pra KS dan KS
I, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
(c) Mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan kelompok,
mencari pelatih, membantu mencarikan pemasaran kegiatan
kelompok UPPKS.
(d) Meningkatkan peran pria dalam ber KB/pembinaan
kesertaan ber KB.
(e) Kegiatan lain yang diperlukan dalam rangka mencukupi
kebutuhan dalam melaksanakan delapan fungsi keluarga
(BKKBN, 2015: 14).
4) Controlling
1. Pembinaan Kesertaan KB, PPKBD/Sub PPKBD dan
Kader
Pembinaan bisa dilaksanakan baik langsung oleh petugas
maupun oleh pengelola program lainnya dalam rangka emantapkan
dan melestarikan baik akseptor maupun institusi yang ada di wilayah
kerja yang berangkutan, dengan jalan memberikan penyuluhan,
42
bimbingan serta memberikan keterampilan lainnya secara bertahap.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
(a) Menjadi peserta KB aktif dan lestari sehingga angka drop out
semakin kecil.
(b) Para pengelola program KB/KS semakin terampil dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya.
(c) PPKBD, Sub PPKBD dan kelompok KB/KS semakin aktif
dan mampu melakukan kegiatan KB/KS (BKKBN, 2015: 15).
2. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi
Pencatatan adalah suatu kegiatan mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan masukan, proses maupun hasil kagiatan yang
telah dilakukan, pencatatan ini bersifat kualitatif dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan. Pelaporan adalah
suatu proses kegiatan melaporkan hal-hal yang telah dicatat. Data
yang bersifat kualitatif dapat dilaporkan secara tulisan melalui forum
mekanisme operasional yang ada. Evaluasi adalah kegiatan
penilaian dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan sebagai bahan
penyusunan rencana kegiatan selanjutnya. Maksud dan tujuan
kegiatan ini:
(a) Agar diketahui sejauhmana hasil yang dicapai berdasarkan
rencana yang telah ditentukan, kendala yang dihadapi, serta
solusi.
43
(b) Menyampaikan informasi kepada tokoh formal untuk
menentukan kebijakan/petunjuk dalam penyusunan rencana
kegiatan selanjutnya.
(c) Untuk memudahkan dalam penentuan langkah kerja
selanjutnya (BKKBN, 2015: 16).
Sasaran kegiatan ini adalah:
(a) Input meliputi dana, sarana dan tenaga
(b) Proses meliputi perencanaan, pelaksanaan, hambatan yang
ditemui.
(c) Output meliputi hasil yang dicapai baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif (BKKBN, 2015: 17).
B. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dibahas diatas, maka untuk
kepentingan penelitian ditetapkan deskripsi fokus penelitian sebagai
berikut: Fokus Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana.
1. Kuantitas Kerja
Dalam penelitian ini, kuantitas kerja merupakan seberapa lama
seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini
dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing.
Kuantitas kerja penyuluh keluarga berencana juga dapat diukur
dengan menggunakan dua indikator yaitu dilihat dari kecepatan dan
44
kemampuan penyuluh dalam melakukan pekerjaan. Diuraikan
sebagai berikut:
a. Kecepatan
Kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Kecepatan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah seberapa cepat penyuluh keluarga
berencana dalam menyelesaikan tugasnya setiap harinya.
b. Kemampuan
Kemampuan merupakan kapasitas yang dimiliki oleh individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
kemampuan seorang penyuluh keluarga berencana dalam
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kewajibannya.
2. Kualitas dari Hasil
Dalam penelitian ini, kualitas dari hasil kerja merupakan
bagaimana seorang penyuluh mengerjakan apa yang seharusnya
dikerjakan dengan hasil yang baik. Kualitas dari hasil kerja penyuluh
keluarga berencana dapat diukur dengan menggunakan dua
indikator yaitu dilihat dari kerapihan dan ketelitian dalam melakukan
suatu pekerjaan yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kerapian
Kerapihan merupakan sesuatu yang dilakukan secara baik,
teratur, dan tertib. Kerapihan yang dimaksud dalam penelitian
45
ini adalah kerapihan penyuluh dalam melakukan pekerjaannya
seperti dalam menyimpan dokumen atau arsip dan SKP
tahunan berjalan.
b. Ketelitian
Ketelitian merupakan kemampuan seorang individu untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan teliti dan tidak ada
kesalahan. Ketelitian yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ketelitian dalam mengerjakan tugas dilapangan dan
penginputan data jumlah pasangan usia subur, peserta
program kb aktif dan program kb baru.
3. Kerja Sama
Dalam penelitian ini, kerja sama merupakan pekerjaan yang
dilakukan seorang penyuluh yang dibantu oleh mitra kerja untuk
mencapai tujuan organisasi. Kerja sama dapat diukur dengan
menggunakan dua indikator yaitu dilihat dari jalinan kerja sama dan
kekompakan, akan diuraikan sebagai berikut:
a. Jalinan Kerja Sama
Jalinan kerjasama merupakan hubungan timbal balik, saling
menguntungkan yang terjalin berdasarkan kepedulian,
kesetaraan dan kebersamaan yang sinergis antara pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha dalam pembangunan
kesejahteraan sosial. Jalinan kerja sama yang dimaksud pada
penelitian ini adalah cara penyuluh keluarga berencana
mencari mitra kerja yang akan membantunya dalam
46
mendukung kelancaran kegiatan program keluarga berencana
di wilayah kerjanya.
b. Kekompakan
Kekompakan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara
bersama secara teratur dan rapi untuk mencapai suatu tujuan.
Kekompakan yang dimaksud pada penelitian ini adalah cara
penyuluh keluarga berencana dalam bekerja sama dengan
mitra kerja, dan masyarakat secara teratur dan rapi guna
mencapai tujuan organisasi untuk merealisasikan program
keluarga berencana.
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab terhadap pekerjaan merupakan kesadaran
akan kewajiban penyuluh keluarga berencana untuk melaksanakan
pekerjaan yang diberikan oleh organisasi. Tanggung jawab dapat
diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu hasil kerja dan
pengambilan keputusan, yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Hasil Kerja
Hasil kerja merupakan keluaran kerja bisa berupa barang
ataupun jasa yang dapat dihitung atau diukur. Hasil kerja yang
dimaksud pada penelitian ini adalah keluaran kerja yang
dihasilkan oleh penyuluh keluarga berencana seperti hasil
capaian peserta PUS, peserta program KB baru dan KB aktif.
47
b. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan upaya yang dilakukan oleh
seseorang untuk memecahkan masalah dan mencari solusi.
Pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah upaya seorang penyuluh keluarga berencana dalam
memecahkan suatu masalah yang terjadi dilapangan, seperti
dalam hal memecahkan keluhan yang datang dari masyarakat
dan memberikan solusi yang terbaik.
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan paparan latar belakang dan tinjauan pustaka yang
disusun oleh penulis mengenai Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana,
maka penulis memilih menggunakan teori Mangkunegara yaitu “Kinerja
adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya”
48
Sumber: Mangkunegara, 2011: 67
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kinerja penyuluh keluarga berencana ditinjau dari
aspek kuantitas kerja pada Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar?
2. Bagaimana kinerja penyuluh keluarga berencana ditinjau dari
aspek kualitas dari hasil pada Dinas Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kota Makassar?
KUANTITAS KERJA
- Kecepatan
- Kemampuan
KINERJA PENYULUH
KELUARGA
BERENCANA
TANGGUNG JAWAB
- Hasil Kerja
- Pengambilan Keputusan
KERJA SAMA
- Jalinan kerja sama
- Kekompakan
KUALITAS DARI HASIL
- Kerapihan
- Ketelitian
49
3. Bagaimana kinerja penyuluh keluarga berencana ditinjau dari
aspek kerja sama pada Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar?
4. Bagaimana kinerja penyuluh keluarga berencana ditinjau dari
aspek tanggung jawab pada Dinas Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kota Makassar?
50
50
BAB III
DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana kinerja
penyuluh keluarga berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif, dimana penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif,
yaitu menggambarkan sebuah fenomena atau kejadian dengan apa yang
sebenarnya terjadi dan apa adanya.
Penelitian kualitatif ini mampu memberikan gambaran kinerja
penyuluh keluarga berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar serta mendeskripsikan kondisi yang
sesuai dengan pengematan pada saat penelitian itu berlangsung dan
membandingkan dengan data primer serta sekunder yang ada.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini peneliti akan menentukan lokasi fokus penelitian
pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Makassar serta yang menjadi fokus penelitian adalah Kinerja Penyuluh
Keluarga Berencana. Adapun rencana kegiatan penyusunan penelitian
sebagai berikut:
51
Tabel 5 Rencana Kegiatan Penelitian
NO TAHAPAN KEGIATAN
PENELITIAN
Bulan
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Penyusunan Proposal Kegiatan (BAB I-III), Instrument Penelitian dan Pembimbingan
2 Pelaksanaan Seminar Proposal
3 Perbaikan Hasil Seminar Proposal
4 Penelitian
5 Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
6 Pelaksanaan Ujian Skripsi
7 Perbaikan Hasil Ujian Skripsi
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dilakukan pada lingkup Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar dengan
menggunakan metode observasi, metode wawancara dan telaah
dokumen.
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dipercaya
dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi di lokasi fokus
penelitian mengenai bagaimana kinerja penyuluh keluarga berencana
pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar.
Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah:
1. Kepala Dinas 1 Orang
2. KA UPT Kec. Biringkanaya 1 Orang
3. Sub PPKBD Kel. Pai 1 Orang
4. Penyuluh Keluarga Berencana 1 Orang
5. Masyarakat (PUS yang ber KB) 2 Orang
Jumlah 6 Orang
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
keterangan yang ingin diketahui lebih mendalam oleh peneliti. Wawancara
tersebut dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dan mendalam.
Wawancara terstruktur dan mendalam dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang dapat memberikan penjelasan yang memadai dan lebih rinci.
Adapun beberapa informan yang akan diwawancarai sesuai dengan yang
terdapat pada sumber data.
53
b. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data pokok dengan cara
pengamatan langsung pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar. Observasi dilakukan dengan pengamatan
yang jelas, rinci, lengkap, dan sadar tentang perilaku individu sebenarnya
didalam suatu keadaan tertentu. Observasi juga sangat berguna untuk
mengungkap gambaran realistis yang bersifat fakta dan kebenaran untuk
menjawab pertanyaan yang masih dianggap belum mendukung jika hanya
menggunakan metode wawancara ataupun dokumentasi.
c. Telaah dokumen
Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data sekunder
atau digunakan untuk mencari keterangan atau mengambil data-data atau
informasi pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kota Makassar. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dokumen yang berupa buku, arsip, non buku, laporan, profil kantor,
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan fokus
penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara terstruktur dan mendalam karena menyangkut obyek yang
sangat spesifik sehingga arah pembicaraannya dituntut oleh sejumlah
54
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dan dilakukan dengan
bertanya langsung kepada informan.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dilakukan dengan kegiatan pengamatan
langsung terhadap objek kajian yang sedang berlangsung dalam keadaan
tertentu untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai data yang
akurat tentang hal-hal yang diteliti agar sesuai antara jawaban informan
dengan kegiatan yang mengenai fokus penelitian.
c. Pedoman Telaah Dokumen
Pedoman telaah dokumen dilakukan dengan menelaah dokumen-
dokumen dan data sekunder yang telah diperoleh yang sesuai dengan
fokus penelitian.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data kualitatif diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan data hasil penelitian (wawancara, observasi dan
telaah dokumen).
b. Pemeriksaan data lapangan (wawancara, observasi, telaah
dokumen).
55
c. Pengelompokan data hasil penelitian (wawancara, observasi,
telaah dokumen).
d. Pengolahan data berdasarkan keterkaitan antar komponen.
e. Hasil pengolahan data yaitu dengan cara mendeskripsikan
secara keseluruhan dan secara sistematik mengenai
keterkaitan antar satuan-satuan data penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah dokumen
data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi,
telaah dokumen dan lain sebagainya sampai dengan penarikan
kesimpulan.
Maka analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui
tahapan pengelolaan data sebagai berikut:
a) Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penyempurnaan data, baik
pengurangan terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak
relevan, maupun penambahan data yang dirasa masih kurang.
Reduksi data akan berlangsung secara terus-menerus selama
penelitian berlangsung.
b) Penyajian Data
Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi selama penelitian berlangsung. Penyajian data berbentuk
56
uraian naratif dari informasi yang telah didapat. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah dalam membaca data informasi yang diperoleh
dari penelitian.
c) Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk pengambilan keputusan dari
pengumpulan data dengan menganalisis secara kualitatif untuk
menyusun kesimpulan.
F. Keabsahan Data
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu
teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapat data dari sumber
yang sama. Peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan telaah
dokumen untuk sumber data yang sama secara serempak, juga untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang
sama.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Singkat Lokus/Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar
Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tantang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada Pasal 53
ayat (2) menyebutkan bahwa Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang
berkedudukan di bawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden
yang memiliki tugas melaksanakan pengendalian penduduk dan
menyelenggarakan keluarga berencana. Di Kota Makassar Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengalami
perubahan nama serta beberapa tugas dan fungsi yang sedikit berbeda.
Sekarang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota
Makassar (BKKBN) telah berubah nama menjadi Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar dimana instansi ini
mempunyai tugas untuk membantu walikota melaksanakan Urusan
Pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana yang
menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan
kepada Daerah.
58
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani No. 2, Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia 90000. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kota Makassar dibawah kepemimpinan Plt. Kepala Dinas Andi Zulkifly.,
S.S.T.P., M.Si. Beliau baru menjabat sebagai Plt. Kepala Dinas selama satu
bulan, sebelumnya dijabat oleh bapak Drs. Daniel Pakambanan M.Si, namun
beliau sudah memasuki masa pensiun. Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar didukung oleh sumber daya aparatur
yang terdistribusi menurut bidang dan kesekretariatan. Jumlah pegawai
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
adalah sebanyak 209 Pegawai dimana terdiri dari 35 orang Pejabat
Struktural, 114 orang Tenaga Fungsional (Penyuluh KB), 13 orang Staf, 45
orang Tenaga Honorer dan dua orang Tenaga Sukarela.
2. Visi Misi, Strategi dan Sasaran
a. Visi Misi
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan, maka Visi Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar, yaitu “Mewujudkan
Kehidupan Keluarga Terencana yang Sehat dan Nyaman” dan dalam
59
mewujudkan Visi tersebut, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar memiliki empat Misi, yaitu:
1) Menyiapkan dan melaksanakan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi secara sistematis.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya pengelola program
keluarga berencana.
3) Mendorong stakeholder dan mitra kerja dalam penyiapan
kehidupan berkeluarga, pemenuhan hak-hak reproduksi,
peningkatan ketahanan keluarga dan pelayanan keluarga
berencana.
4) Peningkatkan kualitas penyediaan sarana dan analisis data
dan informasi program keluarga berencana.
b. Strategi
Dalam mencapai Visi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar menetapkan beberapa strategi, antara lain:
1) Pembinaan sumber daya manusia (pengelola dan pelaksana)
program serta institusi masyarakat di tingkat lini lapangan;
2) Peningkatan akses pelayanan berkualitas, baik yang dikelola
oleh institusi pemerintah maupun non-pemerintah, termasuk
bagi keluarga miskin melalui program askeskin (asuransi
kesehatan bagi masyarakat miskin);
60
3) Jaminan ketersediaan pelayanan dengan standard mutu
yang berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan;
4) Pengembangan program yang berorientasi pada masalah
kemiskinan, hak-hak reproduksi, kesetaraan gender, dan
kerentanan social;
5) Penentuan prioritas program dengan melibatkan berbagai
komponen masyarakat;
6) Peningkatan kualitas data dan informasi serta metode
analisis untuk penetapan prioritas program;
7) Penggerakan sumber daya masyarakat untuk mendukung
penyelenggaraan program KB;
8) Pembinaan akses dan pelayanan informasi bagi kelompok
masyarakat yang membutuhkan secara transparan;
9) Pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak, baik
pemerintah dan non-pemerintah, dalam lingkup Kota
Makassar.
c. Sasaran
Sasaran Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kota Makassar, adalah:
1) Meningkatnya pasangan usia subur menjadi peserta KB Baru
dan Aktif serta peningkatan pemahaman Kesehatan
Reproduksi Remaja;
2) Meningkatnya peran serta institusi masyarakat;
61
3) Meningkatnya pasangan usia subur yang ikut serta dalam
kelompok kegiatan (POKTAN) bina keluarga balita, bina
keluarga remaja, bina keluarga lansia (TRIBINA) dan
kelompok UPPKS;
4) Tersedianya data dan informasi program keluarga
berencana;
5) Meningkatnya kualitas layanan kelembagaan dan SDM untuk
mendukung layanan standard dunia.
3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, Struktur
Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana,
terdiri atas :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri atas :
1) Sub Bagian Keuangan dan Sarana;
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
3) Sub Bagian Perencanaan.
c. Bidang Keluarga Berencana, terdiri atas:
1) Seksi Pengendalian dan Pendistribusian Alat Kontrasepsi;
2) Seksi Jaminan Pelayanan Keluarga Berencana;
62
3) Seksi Pembinaan dan Peningkatan Kesetaraan Keluarga
Berencana.
d. Bidang Penyuluhan dan Penggerakan, terdiri atas:
1) Seksi Penyuluhan dan KIE;
2) Seksi Advokasi dan Penggerakan;
3) Seksi Pendayagunaan PKB/PLKB
e. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, terdiri atas :
1) Seksi Pemberdayaan Keluarga Sejahtera;
2) Seksi Bina Ketahanan Keluarga Balita, Anak dan Lansia;
3) Seksi Bina Ketahanan Remaja.
f. Bidang Pengendalian Penduduk, terdiri atas:
1) Seksi Pemanduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian
Penduduk;
2) Seksi Pemetaan Perkiraan Pengendalian Penduduk;
3) Seksi Data dan Informasi.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
h. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.
63
Gambar 1
Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
Plt. Kepala Dinas
Sekertaris
Kepala Sub
Bagian
Perencanaan
dan
Pelaporan
Kepala
Sub
Bagian
Keuangan
Kepala Sub
Bagian
Tata Usaha
& Sarana
Kepala Bidang
Ketahanan dan
Kesejahteraan
Keluarga
Kepala Bidang
Pengendalian
Penduduk
Kepala Bidang
Penyuluhan
dan
Penggerakan
Kepala Sub
Bagian
Perencanaan
dan Pelaporan
Kepala Bidang
Keluarga
Berencana
Kasi
Pemberdayaan
Keluarga
Sejahtera
Kasi Jaminan
Pelayanan KB Kasi Advokasi
dan
Penggerakan
Kasi
Pemanduan &
Sinkronisasi
Kebijakan
Kependudukan
Kasi Bina
Ketahanan
Keluarga
Balita, Anak
dan Lansia
Kasi Data dan
Informasi
Kasi
Penyuluhan
Kasi
Pembinaan
Kesertaan KB
Kasi Bina
Ketahanan
Remaja
Kasi
Perencanaan &
Perkiraan
Pengendalian
Penduduk
Kasi
Pendayagunaan
PKB, PLKB,
dan Kader KB
Kasi Distributor
Alkon
UPTD
Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
64
4. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun
2009 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makasssar
mempunyai tugas pokok membantu Walikota merumuskan, membina,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan dibidang keluarga
berencana meliputi bidang jaminan dan pelayanan keluarga berencana,
pengendalian keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga,
pergerakan masyarakat dan pengolahan data.
Selain menjalankan tugas pokok sebagaimana diatas, Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar juga
menyelenggarakan fungsi sebagai perumusan kebijakan pengendalian
program jaminan dan pelayanan keluarga berencana:
a. Penyusunan kebijakan pelaksanaan kegiatan pengendalian
keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga;
b. Penyusunan rumusan kebijakan dan fasilitasi kerjasama
terhadap pergerakan dan peran serta masyarakat dalam
program keluarga berencana;
c. Penyusunan rumusan kebijakan pelaksanaan bidang
pengolahan data program keluarga berencana;
65
d. Penyusunan bimbingan dan pengendalian pelaksanaan
koordinasi antar satuan kerja perangkat daerah dan
penyusunan program keluarga berencana, kesehatan
reproduksi, pemberdayaan keluarga sejahtera;
e. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian unit pelaksana
teknis dan tenaga fungsional.
B. Karakteristik Sumber Data
1. Kepala Dinas
Sumber pertama dalam penelitian ini adalah Andi. Zulkifli Nanda,
S.STP., M.Si. Lahir di Ujung Pandang, 30 Juni 1980, beralamat di
Kompleks Azalea Golden Park Hollywood No. 26 Kota Makassar. Beliau
menempuh pendidikan Strata Satu (S1) pada Sekolah Tinggi
Pendidikan Dalam Negeri, dan Strata Dua (S2) pada Universitas
Hasanuddin.
2. KA UPT Kecamatan Biringkanaya
Sumber kedua dalam penelitian ini adalah Hj. Musliah Yusuf. Lahir
tanggal 28 Januari 1962, beralamat di Bumi Tamalanrea Permai Jalan
Kerukunan barat 11 Blok J No. 270. Beliau menempuh pendidikan
Strata Satu (S1) pada Universitas Vetran Republik Indonesia jurusan
Sosial Politik.
66
3. Penyuluh Keluarga Berencana
Sumber ketiga dalam penelitian ini adalah Ir. Sarlina Parerung.
Lahir di Makale, tanggal 20 Oktober 1968, beralamat di Bumi
Tamalanrea Permai Blok C No. 193. Beliau menempuh pendidikan
Strata Satu (S1) pada Universitas Hasanudin jurusan Peternakan.
4. Sub PPKBD (Peran Pembantu Pembina Keluarga
Berencana Desa)
Sumber keempat dalam penelitian ini adalah Darmi. Lahir di Ujung
Pandang, 17 Juli 1988. Beralamat di Jalan Kampung Balangtanga
Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya. Pendidikan terakhir beliau
adalah Sekolah Menengah Atas. Beliau seorang Sub PPKBD pada
Kelurahan Pai Kecamatan Biringkaya
5. Masyarakat PUS yang Ber KB
Sumber kelima dalam penelitian ini adalah Andi Riani. Lahir di
Watampone, 08 Oktober 1986. Beralamat di Jalan Batara Bira
Kompleks PU No. 8 Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya Baddoka.
Beliau menempuh pendidikan Strata Satu (S1) pada Universitas
Hasanuddin Makassar, jurusan Kesehatan Masyarakat. Beliau seorang
Pegawai Negeri Sipil dengan 2 orang anak.
Sumber keenam dalam penelitian ini adalah Irmawati. Lahir di
Maros, 24 April 1993. Beralamat di Jalan Kampung Balangtanga N0. 18
Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya. Pendidikan terakhir beliau
67
adalah Sekolah Menengah Atas. Beliau seorang Ibu Rumah Tangga
dengan 2 orang anak.
C. Hasil Analisis Data
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja
pegawai didalam suatu organisasi merupakan suatu aspek yang sangat
penting karena dengan bagusnya kinerja pegawai didalam suatu
organisasi bisa membuktikan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan
pegawai itu sudah berhasil dan tercapai.
Pada penelitian ini yang akan ditinjau adalah mengenai tentang
kinerja penyuluh keluarga berencana. Hasil dari penelitian ini
merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti kepada informan. Adapun sub fokus terdiri dari kuantitas kerja,
kualitas dari hasil, kerja sama, dan tanggung jawab.
Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara,
observasi dan telaah dokumen guna menggali informasi lebih
mendalam lagi dengan informan yang berasal dari Kepala Dinas,
Kepala UPT Kecamatan Biringkayana, Sub PPKBD Kecamatan
Biringkanaya, Penyuluh Keluarga Berencana, Masyarakat Pasangan
Usia Subur yang menggunakan KB.
68
Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebagai berikut:
1. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja adalah ukuran seberapa lama seorang pegawai
bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja sangat diperlukan didalam
organisasi untuk mengukur kinerja pegawainya. Kuantitas kerja dapat
dilihat dari kecepatan dan kemampuan seorang pegawai. Kecepatan
dapat dilihat dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan suatu pekerjaan, sedangkan kemampuan dapat dilihat dari
kapasitas yang dimiliki oleh seorang individu dalam mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
a. Kecepatan
Kecepatan kerja merupakan kemampuan seorang individu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan dengan batas waktu tertentu. Pentingnya
kecepatan kerja bagi pegawai agar pegawai bisa lebih mengatur
rencana kerjanya dengan baik, agar target-target yang telah ditetapkan
bisa dicapai. Kecepatan kerja penyuluh keluarga berencana juga
menjadi salah satu indikator penunjang kinerja pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Selasa, 30
69
Oktober 2018. Ibu Hj. Musliah Yusuf selaku Kepala UPT Kecamatan
Biringkanaya, mengatakan bahwa:
“Kalau para penyuluh keluarga berencana pada kecamatan biringkanaya sudah bekerja dengan cepat karena mereka dikejar oleh target untuk mencapai angka kredit, karena mereka kan penyuluh mereka bekerja karena ada nilai angka kredit, semakin cepat mereka bekerja dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan akan menambah banyak nilai angka kredit yang mereka dapatkan akan menunjang mereka untuk kenaikan pangkat.”
Lebih jelas disampaikan oleh Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku
Penyuluh Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai pada hari Selasa, 30
Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Kalau soal kecepatan pada saat kami bekerja itu sudah termasuk cepat, karena ada laporan kegiatan yang setiap dua jam sekali itu kita harus memasukan di E-Visum, jadi dari E-Visum itu kita memang langsung dipantau oleh pusat, jadi misalkan seperti saya dari pagi jam 08:00 itu saya sudah harus cepat memasukan laporan kegiatan saya dilapangan apa yang saya lakukan pada jam itu misalnya saya sedang menyuluh kerumah warga, kegiatan posyandu itu semua harus dimasukkan berserta foto bukti kita sedang menyuluh atau mengadakan kegiatan posyandu. Kalau kita terlambat memasukan kita tidak dapat nilai angka kredit.”
Hal ini diperkuat dengan hasil telaah dokumen salah satu laporan
kegiatan penyuluh pada aplikasi E-Visum yang terurai mengenai uraian
kegiatan, sasaran kerja, estimasi angka kredit, hasil, dan tindak lanjut
kegiatan.
70
Gambar 2 Laporan Kegiatan Penyuluh Melalui Aplikasi E-Visum
Sumber : Hasil Telaah Dokumen Pada Aplikasi E-Visum
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen di atas dapat
disimpulkan bahwa kecepatan kerja penyuluh keluarga berencana
sudah cepat karena penyuluh langsung dipantau oleh pusat
menggunakan aplikasi E-Visumn dan ada target yang harus mereka
kejar untuk mencapai nilai angka kredit yang bisa digunakan untuk
menunjang kenaikan pangkat.
b. Kemampuan
Kemampuan merupakan kapasitas yang dimiliki oleh seorang
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan kerja juga menjadi salah satu faktor pendukung kinerja
penyuluh keluarga berencana. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada hari Kamis, 01 November 2018. Bapak Andi Zulkifli
71
Nanda S.STP., M.Si selaku kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar, mengatakan bahwa:
“Menurut saya, sebagian besar sudah bisa dikatakan mampu mengerjakan tugasnya melihat target-target yang sudah tercapai saya sudah cukup puas karena mereka sudah paham. Tapi, mereka masih harus meningkatkan terus keahliannya dengan selalu belajar, dengan mempelajari tupoksinya kembali masing-masing agar capaian kinerjanya terus meningkat.”
Lebih jelas di tambahkan oleh Ibu Hj. Musliah Yusuf selaku Kepala
UPT Kecamatan Biringkanaya, pada hari Selasa, 30 Oktober 2018,
mengatakan bahwa:
“Kalau kemampuannya mereka sudah tergolong mampu karena mereka semua sebelum turun kelapangan menjadi seorang penyuluh mereka harus dibekali pengetahuan dan wawasan dalam pelatihan dasar umum.”
Hal ini diperkuat dengan hasil telaah dokumen pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
mengenai daftar rekapitulasi Penyuluh Keluarga Berencana Kota
Makassar yang telah mengikuti Latihan Dasar Umum sebelum turun
kelapagan menjadi seorang penyuluh keluarga berencana
72
Gambar 3 Daftar Rekapitulasi Penyuluh KB Kota Makassar Yang Telah
Mengikuti Latihan Dasar Umum (LDU)
Sumber : Telaah Dokumen pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga berencana Kota Makassar
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa 114 orang
penyuluh keluarga berencana yang terdiri dari 14 Kecamatan yang ada
di Kota Makassar sudah mengikuti latihan dasar umum sebelum
menjadi penyuluh.
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen diatas dapat
disimpulkan bahwa penyuluh keluarga berencana sudah tergolong
mampu dalam tugasnya karena sebelum turun kelapangan sudah
dibekali pengetahuan dan wawasan dalam pelatihan dasar umum,
namun masih ada penyuluh keluarga berencana yang mungkin masih
harus selalu meningkatkan keahliannya lagi dengan mempelajari
tupoksinya masing-masing agar lebih paham dengan pekerjaannya.
73
2. Kualitas dari Hasil
Kualitas dari hasil merupakan seberapa baik seorang pegawai
dalam mengerjakan yang seharusnya mereka kerjakan. Kualitas dari
hasil sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi karena itu bisa menjadi
sasaran ukuran berhasil tidaknya kinerja pegawai didalamnya. Kualitas
dari hasil dapat dilihat dari kerapihan dan ketelitian. Kerapihan dapat
dilihat dari seberapa baik, teratur, bersih dan tertib seorang penyuluh
dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan ketelitian dapat dilihat dari
kemampuan penyuluh dalam melakukan suatu pekerjaan dengan tidak
adanya kesalahan.
a. Kerapihan
Kerapihan merupakan sesuatu yang dilakukan secara baik, teratur,
dan tertib. Kerapihan juga sangat menunjang kualitas dari hasil kerja
penyuluh keluarga berencana. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada hari Kamis, 01 November 2018 dengan Bapak Andi
Zulkifli Nanda S.STP., M.Si selaku kepala Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar, mengatakan
bahwa:
“Kerapihan penyuluh keluarga berencana itu sangat penting apalagi ketika turun kelapangan melakukan penyuluhan dan konseling kemasyarakat mereka harus berpakaian rapih menggunakan seragam, karena kalau mereka berpakaian acak-acakan masyarakat pasti tidak akan tertarik untuk melihatnya pada saat menyuluh maupun konseling hal ini pasti akan berpengaruh pada kualitas hasil kerjanya.”
74
Lebih lanjut disampaikan oleh Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku
Penyuluh Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai pada hari Selasa, 30
Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Kalau saya didalam bekerja itu menganggap kerapihan itu
sangat penting, pertama dalam hal pakaian karena kita ini
kan seorang penyuluh yang langsung bertemu dengan
masyarakat dan yang kedua dalam hal menyimpan dokumen-
dokumen kita juga harus rapih karena kalau tidak dokumen
tersebut bisa saja hilang sehingga kita tidak punya lagi
dokumen laporan kegiatan.”
Hal ini didukung dengan hasil wawancara bersama Ibu Andi Riani
selaku Masyarakat yang BerKB pada Kelurahan Pai, Kecamatan
Biringkanaya pada hari Senin, 05 November 2018, mengatakan bahwa:
“Saya melihat penyuluh keluarga berencana pada saat mengadakan penyuluhan di Puskesmas sewaktu posyandu, dia menggunakan seragam kantor yang rapih.”
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Irmawati pada hari Senin, 05
November 2018, mengatakan bahwa :
“Menurut saya, penyuluh sudah berpakaian rapih ketika bekerja seperti pada saat konseling dan penyuluhan”
Selanjutnya diperkuat dengan hasil Observasi peneliti pada hari
Senin, 12 November 2018 di Rumah Kader KB saat kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat:
75
Gambar 4 Kegiatan Penyuluhan
Sumber : Hasil Observasi pada Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada saat
penyuluhan dengan masyarakat, penyuluh keluarga berencana
menggunakan pakaian seragam kantor dengan sangat rapih.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung dapat
dikatakan bahwa penyuluh keluarga berencana sudah sangat rapih
dalam berpakaian ketika melakukan kegiatan penyuluhan, maupun
konseling. Selain rapih dalam berpakaian, penyuluh juga sudah
bersikap rapih dalam melakukan pekerjaannya seperti dalam mendata,
menginput maupun menyimpan dokumen-dokumen pendukung
kegiatannya.
76
b. Ketelitian
Ketelitian merupakan kemampuan seseorang individu untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan teliti dengan tidak ada kesalahan.
Didalam bekerja penyuluh keluarga berencana dituntut untuk
memperhatikan ketelitian dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan pada hari Kamis, 01 November 2018. Bapak Andi Zulkifli
Nanda S.STP., M.Si selaku kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar, mengatakan bahwa:
“Penyuluh diwajibkan teliti dalam melakukan pekerjaannya terlebih lagi saat mereka mendata, menginput jumlah pus, akseptor baru, peserta kb aktif dan sebagainya, sejauh ini penyuluh sudah cukup teliti karena dilihat dari hasil kerjanya sudah sangat minim kesalahan”
Hal ini diperkuat oleh Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku Penyuluh
Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai pada hari Selasa, 30 Oktober
2018, mengatakan bahwa:
“Saya sudah bekerja dengan cukup teliti apalagi ketika menginput data atau kegiatan kedalam aplikasi, kita harus betul-betul teliti karena kalau salah dan tidak sesuai maka tidak ada nilai angka kredit yang didapatkan”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
penyuluh keluarga berencana sudah bekerja dengan sangat teliti
melihat hasil kerjanya yang minim keselahan.
77
3. Kerja Sama
Kerja sama adalah sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara
bersama atau pekerjaan yang dilakukan dengan bantuan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat dilihat dari jalinan
kerja sama dan kekompakan. Jalinan kerja sama dapat dilihat dari
bagaimana hubungan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan
kepedulian guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan kekompakan
dilihat dari pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dengan
teratur, dan rapih.
a. Jalinan Kerja Sama
Jalinan kerja sama merupakan hubungan timbal balik, saling
menguntungkan yang terjain berdasarkan kepedulian, kesetaraan, dan
kebersamaan yang sinergis. Jalinan kerja sama juga menjadi salah satu
faktor penunjang kinerja penyuluh keluarga berencana karena penyuluh
keluarga berencana tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan dari
masyarakat sekitar yang diangkat menjadi sub PPKBD dan para Kader
KB. Berdasarkan hasil wawancara pada hari Senin, 05 November 2018,
Ibu Darmi selaku Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
atau PPKBD Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya, mengatakan
bahwa:
“Awalnya saya dipilih oleh penyuluh untuk membantunya
dalam bekerja, saya dipilih menjadi sub PPKBD karena
78
dianggap sangat berpengaruh dan dipercayai oleh
masyarakat diwilayah ini. Sikap penyuluh juga sangat baik
dia sangat peduli dengan masyarakat disini jadi terjalin lah
kerja sama yang baik kami di wilayah ini.”
Selanjutnya disampaikan oleh Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku
Penyuluh Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai pada hari Selasa, 30
Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Saya dibantu dengan sub PPKBD dan kader KB diwilayah ini
dalam hal mengumpulkan masyarakat, melaksanakan
kegiatan posyandu, penyuluhan, konseling. Sekarang sudah
tidak sulit mencari orang yang ingin menjadi kader KB karena
mereka sudah mendapatkan kompensasi langsung dari
pusat, tetapi kita juga tidak asal memilih kader, yang kita pilih
juga harus yang betul-betul berpengaruh kepada masyarakat”
Hal ini diperkuat dengan hasil Observasi langsung peneliti pada
hari Jumat, 09 November 2018 saat rapat koordinasi Sub PPKBD dan
para Kader KB pada:
Gambar 5 Rapat Koordinasi Sub PPKBD dan Para Kader KB
Sumber : Hasil Observasi pada Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya
79
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa adanya jalinan
kerja sama yang baik antar penyuluh keluarga berencana dengan sub
PPKBD dan para kader KB.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung dapat
disimpulkan bahwa guna membantu memperlancar proses kerja
penyuluh keluarga berencana pada suatu wilayah dibutuhkan jalinan
kerja sama antara penyuluh dengan sub PPKBD dan kader KB yang
dipilih secara langsung oleh penyuluh keluarga berencana karena tanpa
bantuan sub PPKBD dan Kader KB penyuluh tidak mampu mengerjakan
pekerjaannya karena susahnya berkomunikasi, bertemu dan
mengumpulkan masyarakat pada suatu wilayah tertentu. Jalinan kerja
sama ini sama-sama menguntungkan karena penyuluh dapat terbantu
kerjanya, sub PPKBD dan Kader KB pun mendapat kompensasi
langsung dari pusat.
b. Kekompakan
Kekompakan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara
bersama, teratur dan rapih untuk mencapai suatu tujuan. Kekompakan
juga berpengaruh dalam menjalin kerja sama penyuluh keluarga
berencana dengan sub PPKBD dan Kader KB dilapangan karena jika
penyuluh dengan sub PPKBD dan Kader KB tidak kompak maka
masyarakat akan sulit menerima dan menyerap informasi yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Selasa, 30 Oktober 2018, Ibu
80
Ir. Sarlina Parerung selaku Penyuluh Keluarga Berencana pada
Kelurahan Pai, mengatakan bahwa:
“Cara menjaga kekompakan dengan sub PPKBD dan kader KB itu saya selalu adakan pelatihan untuk kader-kader saya agar para kader kb tersebut mengerti dan paham dengan tugasnya jadi ketika saya tidak bisa turun kelapangan untuk menyuluh karena ada panggilan dipusat ada kader kb yang menggantikan saya, selain itu saya juga selalu menjaga komunikasi dengan kader untuk mengontrol mereka dilapangan juga seperti apa.”
Lebih lanjut disampaikan oleh Ibu Darmi selaku Peran Pembantu
Pembina Keluarga Berencana Desa atau PPKBD Kelurahan Pai
Kecamatan Biringkanaya pada hari Senin, 05 November 2018,
mengatakan bahwa:
“Penyuluh keluarga berencana disini selalu mengontrol kita lewat telepon maupun whatsapp untuk mengetahui perkembangan program KB diwilayah ini, penyuluh juga selalu memfasilitasi kami pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan kami mengenai program kb sebagai bekal untuk turun dilapangan pada saat berhadapan dengan masyarakat.”
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi langsung peneliti pada
hari Selasa, 13 November 2018, saat kegiatan pelatihan para sub
PPKBD dan Kader KB:
81
Gambar 6 Pelatihan Sub PPKBD dan Kader KB
Sumber : Hasil Observasi pada Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung dapat
disimpulkan bahwa penyuluh keluarga berencana dengan sub PPKBD
dan para Kader KB sudah kompak dalam bekerja sama, terlebih lagi
penyuluh keluarga berencana selalu memfasilitasi pelatihan-pelatihan
kecil untuk sub PPKBD dan para Kader KB nya agar pada saat diturun
kelapangan sub PPKBD dan para Kader KB sudah paham apa
tugasnya dan bisa satu tujuan dengan penyuluh keluarga berencana.
82
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan
kewajiban pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh
organisasi. Pegawai tidak bisa lepas dari tanggung jawab karena ada
tugas pokok dan fungsi yang harus mereka jalani. Tanggung jawab bisa
dilihat dari hasil kerja dan pengambilan keputusan. Hasil kerja dapat
dilihat dari seberapa besar capaian target dalam bekerja. Sedangkan
pengambilan keputusan dapat dilihat dari cara seorang penyuluh dalam
memecahkan masalah atau memberi solusi jika ada keluhan atau
complain dari masyarakat.
a. Hasil Kerja
Hasil kerja merupakan keluaran kerja yang bisa di ukur. Hasil kerja
penyuluh keluarga berencana sangat berpengaruh terhadap tanggung
jawabnya dalam melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil
wawancara pada hari Kamis, 01 November 2018. Bapak Andi Zulkifli
Nanda S.STP., M.Si selaku kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar, mengatakan bahwa:
“Sejauh ini hasil kerja penyuluh sudah cukup memuaskan namun memang belum terlalu optimal dikarenakan kurangnya sumber daya penyuluh kb, dan kami masih sangat membutuhkan banyak tenaga fungsional penyuluh terutama yang sifatnya pns agar sasaran kerja organisasi bisa terus tercapai setiap tahunnya.”
83
Hal ini diperkuat oleh Telaah Dokumen pada Dinas Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar mengenai jumlah
penyuluh keluarga berencana:
Tabel 6 Jumlah Pegawai Penyuluh Keluarga Berencana pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar 2018
Penyuluh Keluarga
Berencana
Laki-laki Perempuan Jumlah
22 92 114
Sumber: Hasil Telaah Dokumen pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh
keluarga berencana di Kota Makassar masih sangat kurang dan tidak
sebanding dengan jumlah cakupan wilayah kelurahan yang ada di kota
Makassar yaitu sebanyak 153 kelurahan, hal ini menyebabkan ada nya
penyuluh yang menangani 2 wilayah kelurahan sekaligus.
Selanjutnya didukung oleh telaah dokumen pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
mengenai presentase capaian peserta KB Aktif terhadap PUS
Lapangan Kota Makassar bulan September 2018
84
Gambar 7 Capaian Peserta KB Aktif Kota Makassar bulan September
2018
Sumber : Hasil Telaah Dokumen Pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pencapaian
peserta KB aktif tingkat Kota Makassar jumlah peserta KB Aktif sampai
dengan bulan September 2018 sebesar 133.192 peserta atau 69,40%
terhadap PUS Lapangan 191.929 PUS. Dapat dilihat juga dari masing-
masing kecamatan yang ada di Kota Makassar, masih ada beberapa
kecamatan di kota Makassar yang hasil capaian peserta KB aktifnya
masih tergolong rendah.
85
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen diatas dapat
disimpulkan bahwa rendahnya hasil kerja penyuluh keluarga berencana
disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah cakupan wilayah kerja
dengan jumlah sumber daya penyuluh yang ada.
Selain pendapat diatas selanjutnya adapun pendapat yang
disampaikan oleh Ibu Hj. Musliah Yusuf selaku Kepala UPT Kecamatan
Biringkanaya, pada hari Selasa, 30 Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Hasil kerja penyuluh keluarga berencana pada Kecamatan Biringkanaya memang masih ada yang belum mencapai target untuk akhir tahun, tapi sejauh ini tiap bulannya selalu ada peningkatan capaian peserta KB Aktif diusahakan agar ketika akhir tahun semua target bisa tercapai.”
Hal ini didukung oleh hasil telaah dokumen pada Kantor UPT
Kecamatan Biringkanaya mengenai data capaian peserta KB Aktif tahun
2018
Gambar 8 Data Pencapaian Peserta KB Aktif Tahun 2018
Sumber : Hasil Telaah Dokumen Pada Kantor UPT Kecamatan Biringkanaya
86
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa hasil capaian
peserta KB Aktif di Kecamatan Biringkanaya belum memenuhi target
PPM yang ada dilapangan namun selalu ada peningkatan capaian
peserta KB Aktif pada Kecamatan Biringkanaya setiap bulannya.
Lebih lengkap ditambahkan oleh Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku
Penyuluh Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai pada hari Selasa, 30
Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Kalau hasil kerja rata-rata sih kalau akhir tahun capai target. Biasanya yang tidak capai target perbulan itu karena biasa ada masyarakat misalnya dia tinggal disudiang, tetapi dia memasang kb di rumah sakit siloam jadi otomatis dia tidak terdaftar sebagai peserta kb aktif di wilayah sudiang hal itu yang membuat hasil kerja kita menurun karena dia tidak terdaftar sebagai peserta kb aktif diwilayah tempat tinggalnya.”
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara bersama Ibu Andi Riani
selaku Masyarakat yang BerKB pada Kelurahan Pai, Kecamatan
Biringkanaya pada hari Senin, 05 November 2018, mengatakan bahwa:
“Kalau hasil kerja penyuluh kb didaerah ini saya kurang tahu, karena saya belum merasakan hasil kerjanya dan saya memasang kb tidak melalui penyuluh kb didaerah ini. Saya memasang kb karena inisiatif saya sendiri dan saya memasangnya dirumah sakit dibantu dengan dokter kandungan saya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa,
sebenarnya pasangan usia subur yang peserta KB Aktif dikecamatan
Biringkanaya sudah banyak, namun ada beberapa masyarakat yang
87
memasang alat KB diluar wilayah tempat tinggalnya, hal ini
menyebabkan masyarakat tersebut tidak terdaftar sebagai peserta KB
Aktif diwilayah tempat tinggalnya, sehingga jika dilihat dari data yang
ada menunjukkan bahwa masih kurang peserta KB Aktif diwilayah
tersebut karena masyarakat tersebut terdaftar sebagai peserta KB Aktif
diwilayah tempat mereka memasang alat KB tersebut.
b. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan upaya yang dilakukan untuk
memecahkan masalah, mencari jalan tengah, dan mencari solusi. Sikap
dalam pengambilan keputusan juga sangat berpengaruh terhadap
tanggung jawab penyuluh keluarga berencana atas pekerjaannya.
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Senin, 05 November 2018, Ibu
Irmawati selaku Masyarakat yang BerKB pada Kelurahan Pai,
Kecamatan Biringkanaya , mengatakan bahwa:
“Penyuluh keluarga berencana sangat bijak dalam mengambil keputusan terlebih saat kita menyampaikan keluhan, beliau dengan cepat menanggapi keluhan kami dan memberikan kami solusi yang terbaik.”
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ir. Sarlina
Parerung selaku Penyuluh Keluarga Berencana pada Kelurahan Pai
pada hari Selasa, 30 Oktober 2018, mengatakan bahwa:
“Biasanya kalau ada keluhan ringan dari masyarakat saya langsung dengan cepat menanggapi, namun jika ada permasalahan yang cukup rumit dan membutuhkan solusi dari berbagai pihak, saya beserta penyuluh kb yang lainnya
88
dan kepala UPT mendiskusikannya pada saat meeting yang setiap hari Senin diadakan di kantor UPT Kecamatan Biringkanaya”
Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Hj. Musliah Yusuf selaku
Kepala UPT Kecamatan Biringkanaya, pada hari Selasa, 30 Oktober
2018, mengatakan bahwa:
“Penyuluh itu jika mengambil keputusan untuk memecahkan keluhan yang ringan dari masyarakat pasti mereka merespon dengan cepat, namun jika keluhannya atau masalahnya terbilang rumit para penyuluh selalu mendiskusikan pada saat meeting guna untuk bertukar pikiran dan mengumpulkan saran-saran dari para penyuluh yang lainnya juga agar tidak salah dalam mengambil keputusan.”
Hal ini diperkuat lagi oleh hasil observasi langsung peneliti pada
hari Senin, 12 November 2018 pada Kantor UPT Kecamatan
Biringkanaya:
Gambar 9 Rapat Staf Pada Kantor UPT Kecamatan Biringkanaya
Sumber : Hasil Observasi pada Kantor UPT Kecamatan Biringkanaya
89
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa para penyuluh dan
Kepala UPT Kecamatan Biringkanaya sedang melakukan rapat, dimana
didalam rapat diadakan evaluasi kegiatan, pembahasan mengenai
permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan, saling bertukar
pendapat, memberi solusi, saran, masukan dan pemberian motivasi
oleh kepala UPT untuk para penyuluh agar meningkatkan hasil
kerjanya.
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi dapat disimpulkan
bahwa penyuluh keluarga berencana sudah bijak dalam mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang ada agar
tidak salah dalam mengambil keputusan.
90
`BAB V
PEMBAHASAN
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Makassar merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana yang menjadi kewenangan
daerah. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai
tugas membantu walikota melaksanakan urusan pemerintahan bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana yang menjadi kewenangan
daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah. Seperti yang
kita ketahui bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu unsur inti
yang menjadi penggerak dalam menjalankan sebuah tujuan organisasi, jadi
dalam menjalankan tugasnya Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar dibantu oleh tenaga fungsional yaitu Penyuluh
Keluarga Berencana, tanpa adanya bantuan penyuluh keluarga berencana
tentu saja program keluarga berencana tidak akan terlaksana dengan baik.
Dalam penelitian ini penulis berlandaskan kepada teori yang dikemukakan
oleh Mangkunegara terkait kinerja pegawai yang dapat diukur melalui empat
indikator yaitu kuantitas kerja, kualitas dari hasil, kerja sama dan tanggung
jawab. Pada penelitian ini penulis juga menemukan beberapa hal dari hasil
analisa terkait dengan masalah kinerja penyuluh keluarga berencana pada
91
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
yang berikut akan diuraikan setiap indikator:
1. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja merupakan ukuran seberapa banyak waktu yang
diperlukan oleh seorang penyuluh keluarga berencana bekerja untuk
menyelesaikan jumlah beban kerja yang telah diberikan dalam satu harinya.
Kuantitas kerja dapat dillihat dari dua aspek yaitu kecepatan dan
kemampuan. Dimana seorang penyuluh keluarga berencana diharapkan
memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang telah
diberikan seperti mengadakan kegiatan penyuluhan, konseling maupun
wawanmuka dalam target waktu yang telah ditentukan.
a. Kecepatan
Kecepatan kerja merupakan kemampuan seorang pegawai untuk
mengerjakan suatu pekerjaan dengan batas waktu tertentu. Kecepatan kerja
merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
penyuluh keluarga berencana, karena setiap penyuluh keluarga berencana
diberikan tenggat waktu untuk dapat menyelesaikan tugas pokoknya. Apabila
penyuluh keluarga berencana dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
cepat dan mencapai target maka penyuluh keluarga berencana tersebut
memiliki capaian kinerja yang bagus. Berdasarkan hasil penelitian mengenai
kecepatan kerja penyuluh keluarga berencana, penyuluh keluarga berencana
telah bekerja dengan cepat hal ini didukung dengan laporan penyelesain
92
kegiatan yang setiap dua jam sekali penyuluh keluarga berencana harus
laksanakan dan laporkan langsung melalui aplikasi e-visum yang dimana
didalam aplikasi tersebut terdapat target yang telah penyuluh keluarga
berencana capai dan perolehan nilai angka kredit yang penyuluh keluarga
berencana dapatkan karena telah bekerja dengan cepat, nilai angka kredit
bisa digunakan sebagai penunjang kenaikan pangkat untuk penyuluh
keluarga berencana dan adapun bukti bahwa sudah ada beberapa penyuluh
yang mengalami kenaikan pangkat dikarenakan perolehan nilai angka
kreditnya jadi penyuluh keluarga berencan sudah termasuk cepat dalam
bekerja. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fadel (2009:
159) bahwa kecepatan kerja harus sangat diperhatikan dengan
menggunakan metode, tahapan kerja, maupun target yang telah ditetapkan.
b. Kemampuan
Kemampuan merupakan kapasitas yang dimiliki oleh seorang pegawai
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Berdasarkan hasil
analisis data mengenai Kemampuan kerja penyuluh keluarga berencana,
penyuluh keluarga berencana sudah mampu dalam mengerjakan
pekerjaannya karena penyuluh keluarga berencana sebelumnya sudah
mengikuti latihan dasar umum yang didalamnya dijelaskan dan diajarkan
mengenai pengetahuan, advokasi, dan tata cara penyuluhan yang nanti akan
penyuluh keluarga berencana gunakan untuk turun kelapangan melakukan
kegiatan penyuluhan, konseling maupun wawanmuka (tatap muka) kepada
93
masyarakat. Latihan dasar umum ini telah diikuti oleh seluruh penyuluh
keluarga berencana sebelum turun kelapangan. Penyuluh keluarga
berencana juga sudah mengerti akan tugas pokok dan fungsinya dalm
melakukan pekerjaannya sehingga penyuluh keluarga berencana sudah
dianggap mampu dan paham untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan,
konseling maupun wawanmuka. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Robbins dalam Pasolong (2007: 186) bahwa Kemampuan
dapat dilihat dari dua segi yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik,
kemampuan intelektual dilihat dari cara seseorang untuk melakukan berbagai
aktivitas mental seperti berpikir, melanar, dan memecahkan masalah
sedangkan kemampuan fisik dilihat dari cara seseorang melakukan tugasnya
dengan kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
2. Kualitas dari Hasil
Kualitas dari hasil merupakan ukuran seberapa baik seorang penyuluh
keluarga berencana dalam mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang telah diberikan. Kualitas dari
hasil dapat dilihat dari kerapihan dan ketelitiannya, dimana seorang penyuluh
keluarga berencana diharapkan teliti dalam melaksanakan pekerjaannya
seperti dalam hal mendata masyarakat yang berKB, akseptor KB baru, dan
menginput hasil kegiatan mereka agar tidak terjadi kesalahan, selain itu
penyuluh keluarga berencana juga diharapkan rapih dalam bekerja seperti
94
dari cara berpakaian, dalam mengarsip data, dan menyimpan dokumen-
dokumen penunjang kegiatannya agar hasil kerjanya bias berkualitas.
a. Kerapihan
Kerapihan merupakan sesuatu yang dilakukan secara baik, teratur dan
tertib. Setiap penyuluh keluarga berencana tentunya diharapkan dalam
menjalankan tugasnya dengan berpakaian yang rapih dan sopan agar
masyarakat yang melihat penyuluh keluarga berencana pada saat
penyuluhan pun bisa tertarik untuk menyimak arahan dari penyuluh
mengenai program KB. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan
mengenai kerapihan penyuluh keluarga berencana dapat dikatakan bahwa
dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, konseling, maupun wawanmuka
(tatap muka) penyuluh keluarga berencana telah menggunakan pakaian
dinas hariannya seperti pakaian dinas harian warna khaki, linmas, korpri
kemeja putih dan celana/rok hitam, dan batik, selain dalam berpakaian
penyuluh keluarga berencana juga sudah bersikap rapih dalam melakukan
pekerjaannya seperti dalam hal menyimpan dokumen-dokumen pendukung
kegiatannya pada saat turun dilapangan. Hal ini sejalan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas Pegawai
Negeri Sipil Di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah yang didalamnya membahas mengenai kerapihan dalam berpakaian
pegawai negeri sipil yang tertuang dalam pasal 12A ayat satu dikatakan
bahwa penggunaan pakaian dinas dilingkungan kementerian dalam negeri,
95
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sebagimana dimaksud
pada pasal dua yaitu hari senin dan selasa pegawai menggunakan pakaian
dinas harian warna khaki, pada hari rabu pegawai menggunakan pakaian
dinas harian kemeja warna putih, celana/rok hitam atau gelap, pada hari
kamis dan jumat pegawai menggunakan pakaian dinas harian
batik/tenun/pakaian khas daerah, adapun pakaian linmas digunakan sesuai
dengan pada saat peringatan hari linmas, pakaian korpri digunakan pada
saat peringatan hari korpri atau sesuai acara.
b. Ketelitian
Ketelitian merupakan sesuatu yang dilakukan secara baik, teratur dan
tertib. Didalam melakukan pekerjaan penyuluh keluarga berencana
diharapkan dapat bekerja dengan teliti agar pekerjaan yang dilakukan minim
kesalahan dan akan mendapat hasil yang berkualitas. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan penyuluh keluarga berencana telah bekerja
dengan teliti melihat hasil kerja yang telah dilakukan oleh penyuluh keluarga
berencana sudah minim akan kesalahan karena pada saat penyuluh keluarga
berencana melakukan kegiatan penyuluhan, konseling maupun wawanmuka
dan harus mendata serta menginput laporan kegiatannya sebelum itu
penyuluh keluarga berencana selalu melakukan pengecekan ulang sebelum
menginput hasil kegiatannya pada aplikasi yang telah disediakan maupun
pada dokumen-dokumen yang terlampir yang harus dikumpulkan. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fadel (2009: 159) didalam
96
melakukan tugasnya pegawai bukan hanya dituntut untuk bekerja dengan
cepat, namun dalam menyelesaikan tugasnya pegawai juga dituntut untuk
teliti dalam bekerja dan selalu melakukan pengecekan ulang agar tidak ada
terjadi kesalahan.
3. Kerja Sama
Kerja sama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
penyuluh keluarga berencana yang dilakukan dengan bantuan mitra kerja
seperti Sub PPKBD dan Kader KB. Kerja sama dapat dilihat dari jalinan kerja
sama dan kekompakannya dimana didalam pekerjaannya penyuluh keluarga
berencana diharapkan bisa menjalin kerja sama yang baik dengan Sub
PPKBD dan Kader KB guna membantu pekerjaannya dilapangan agar bisa
berjalan dengan lancar dan kompak.
a. Jalinan Kerja Sama
Kemitraan merupakan jalinan kerja sama dari dua belah pihak atau lebih
yang melibatkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan yang
terjalin berdasarkan kepedulian dan kebersamaan yang sinergis. Jalinan
kerja sama untuk penyuluh keluarga berencana juga merupakan salah satu
faktor penting dalam terwujudnya suatu tujuan yang diinginkan yaitu
terlaksananya tugas pokok dan fungsi dalam organisasi agar berjalan dengan
sistematis serta mengurangi beban pekerjaan dari pegawai juga untuk
mengoptimalkan hasil kerja yang dinginkan. Berdasarkan hasil analisis data
97
mengenai jalinan kerja sama penyuluh keluarga berencana, penyuluh
keluarga berencana sudah menjalin kerja sama yang baik dengan mitra
kerjanya seperti sub PPKBD dan Kader KB yang dipilih secara langsung oleh
penyuluh keluarga berencana untuk membantu melaksanakan tugasnya
dilapangan seperti dalam hal penyuluhan, konseling maupun pendampingan
saat wawanmuka bersama masyarakat. Adapun hasil penelitian terdahulu
oleh Afniyanty (2016: 7) yang sejalan dengan penelitian ini mengatakan
bahwa Penyuluh keluarga berencana pada Desa Pakawa sudah memiliki
jalinan kerja sama yang baik dengan mitra kerja dilapangan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
b. Kekompakan
Kekompakan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara bersama,
senada, dan rapih untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan hasil
analisis data mengenai kekompakan penyuluh keluarga berencana, penyuluh
keluarga berencana sudah bekerja dengan sangat kompak dengan mitra
kerjanya seperti sub PPKBD dan Kader KB hal ini dibuktikan dengan adanya
hubungan saling ketergantungan antara penyuluh keluarga berencana, sub
PPKBD dan Kader KB. Telebih lagi dalam hal menjaga kekompakannya
penyuluh keluarga berencana selalu memfasilitasi pelatihan-pelatihan kecil
untuk sub PPKBD dan Kader KB guna memberikan wawasan dan
pengetahuan agar pada saat turun kelapangan penyuluh keluarga
berencana, sub PPKBD dan Kader KB bisa kompak dan bersatu padu dalam
98
perkataan dan tindakan jika menganggapi suatu perkara, masalah maupun
keluhan yang datang dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Dewi (2007: 46) bahwa Kekompakan merupakan
pekerjaan yang dilakukan secara teratur, rapih dan bersatu dalam
menghadapi atau mengerjakan suatu pekerjaan yang ditandai dengan
adanya sikap saling ketergantungan.
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan penyuluh keluarga
berencana dalam melakukan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani dalam menanggung resiko atas
keputusan yang telah diambil. Tanggung jawab bisa dilihat dari hasil kerja
dan cara dalam mengambil keputusan, dimana penyuluh keluarga berencana
diharapkan dapat bijak dalam mengambil keputusan seperti jika mendapat
keluhan dari masyarakat agar masyarakat merasa puas sehingga hasil kerja
penyuluh bisa terus meningkat.
a. Hasil Kerja
Hasil kerja merupakan capaian yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan hasil
analisis data mengenai hasil kerja penyuluh keluarga berencana, dimana
hasil kerja penyuluh keluarga berencana belum terlalu optimal karena masih
kurangnya tenaga fungsional penyuluh keluarga berencana, hal ini
99
menyebabkan adanya penyuluh keluarga berencana yang menangani dua
wilayah sekaligus, namun hal ini tidak membuat turun semangat penyuluh
keluarga berencana dalam melalukan pekerjaannya melainkan membuat
penyuluh keluarga berencana lebih termotivasi untuk selalu meningkatkan
capaian hasil kerjanya seperti capaian peserta KB Baru, KB Aktif dan KB
MKJP agar target pertahun yang ditentukan bisa dicapai dan nilai angka
kreditnya bisa meningkat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Mangkunegara (2010: 10) bahwa Tujuan penelian hasil kerja seorang
pegawai untuk mengevaluasi, mencatat dan mengakui hasil kerja seorang
pegawai sehingga mereka termotivasi untuk berbuat lebih baik lagi atau
sekurang-kurangnya bisa mendapatkan prestasi.
b. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
memecahkan masalah, mencari jalan tengah dan mencari solusi.
Berdasarkan hasil analisis data mengenai cara pengambilan keputusan
penyuluh keluarga berencana, penyuluh keluarga berencana sudah bersikap
bijak dalam mengambil keputusan yang sebelumnya telah melalui berbagai
pertimbangan-pertimbangan. Selain itu penyuluh keluarga berencana juga
melibatkan lingkungan organisasi seperti Kepala UPT dan teman-teman
penyuluh keluarga berencana lainnya untuk mengambil keputusan yang tepat
jika mendapat keluhan atau complain dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Gibson et.all (1997: 103) bahwa Pengambilan
100
keputusan sebagai proses pemikiran dan pertimbangan mendalam yang
dihasilkan dalam sebuah keputusan, pengambilan keputusan merupakan
sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh bentuk kekuatan termasuk
lingkungan organisasi, pengetahuan, kecakapan, dan motivasi.
101
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan terkait Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar, yang
ditinjau dari aspek Kuantitas Kerja, Kualitas dari Hasil, Kerja Sama, dan
Tanggung Jawab dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja penyuluh keluarga berencana sudah baik dilihat
dari kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas seperti
penyuluhan, konseling, maupun wawanmuka sudah berjalan
dengan cepat sesuai dengan target wakti yang telah ditentukan.
2. Kualitas dari Hasil
Kualitas dari hasil kerja penyuluh keluarga berencana sudah baik
dilihat dari ketelitian penyuluh keluarga berencana dalam mendata
dan menginput hasil kegiatan dilapangan sudah minim akan
kesalahan serta kerapihannya dalam berpakaian dan dalam hal
mengarsip data-data penunjang kegiatannya yang membuat hasil
kerjanya bisa berkualitas.
102
3. Kerja Sama
Kerja sama penyuluh keluarga berencana dengan sub PPKBD dan
Kader KB sudah terjalin dengan baik dan kompak dilihat pada saat
proses penyuluhan dan konseling ada kader KB yang senantiasa
membantu penyuluh mengumpulkan masyarakat dan pada saat
wawanmuka ada sub PPKBD yang membantu mendampingi
penyuluh untuk kerumah-rumah masyarakat.
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab penyuluh keluarga berencana jika dilihat dari
hasil kerjanya belum optimal namun penyuluh keluarga berencana
tetap akan terus meningkatkan hasil kerjanya agar bisa maksimal,
dalam hal pengambilan keputusan penyuluh sudah bertindak
dengan bijak dengan mempertimbangkan berbagai hal sebelum
memutuskan.
B. SARAN
1. Diharapkan agar penyuluh keluarga berencana lebih
meningkatkan lagi kuantitas kerjanya seperti kecepatan kerja dan
kemampuannya agar terus diasah dan ditingkatkan sehingga pada
proses penyuluhan, konseling dan wawanmuka membuat
masyarakat lebih paham, yakin dan mau untuk menggunakan
program KB.
103
2. Diharapkan agar penyuluh keluarga berencana dapat
meningkatkan tingkat ketelitian dalam bekerja agar tidak ada
kesalahan yang terjadi lagi sehingga kualitas dari hasil bisa lebih
baik lagi
3. Diharapkan agar penyuluh keluarga berencana bisa lebih kuat
dalam menjalin hubungan kerja sama agar dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi yang telah dibebankan kepadanya bisa
berjalan dengan sistematis dan mengurangi beban pekerjaannya
jika dikerjakan bersama-sama dengan mitra kerjanya.
4. Diharapkan agara penyuluh keluarga berencana bisa bertanggung
jawab dalam melakukan pekerjaan yang telah dilimpahkan
kepadanya dengan sebaik-baiknya agar hasil kerja bisa meningkat
dan penyuluh diharapkan bijak dalam mengambil keputusan.
Untuk pemerintah diharapkan agar bisa menambah tenaga
fungsional khususnya penyuluh keluarga berencana agar hasil
kerja penyuluh keluarga berencana ditiap-tiap wilayah bisa lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Armstrong, Michael. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Transito Asri Media
________________. 2004. Performance Management. Yogyakarta: Tugu Publisher
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN
______. 2015. Tugas dan Fungsi PLKB/PKB (Pedoman Kerja Tenaga Lini Lapangan Program KKBPK). Jakarta: BKKBN
BPS. 2017. Kota Makassar dalam Angka. Makassar: BPS Kota Makassar
___. 2018. Kota Makassar dalam Angka. Makassar: BPS Kota Makassar
Dharma, Agus Surya. 2003. Manajemen Supervisi (Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor). Jakarta: Raja Grafindo Persada
_________________. 2010. Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fadel, Muhammad. 2009. Reinventing Government (Pengalaman dari Daerah). Jakarta: Elex Media Komputindo
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Gibson, James L et al. 1997. Organisasi (Perilaku Struktur dan Proses. Alih Bahasa: Nanuk Adiarni. Jakarta: Binarupa Aksara
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Andi Offset
Handoko, T. Hani. 2011. Manajemen, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE
Harahap, Sofyan. 2004. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Pustaka Quantum
Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kunci Keberhasilan. Jakarta: Gunung Agung
___________________. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
__________________. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Karyoto. 2015. Dasar-dasar Manajemen (Teori, Definisi dan Konsep Manajemen). Yogyakarta: Andi
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya
________________________. 2005. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya
________________________. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya
_______________________. 2011. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Cetakan Ketiga. Bandung: Refika Aditama
Mondy, R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Grafindo Persada
Safroni, Ladzi. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks Birokrasi Indonesia. Surabaya: Aditya Media Publishing
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama
Siagian, P. Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sihotang, A. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pradnya Paramita
Sulistyani, Ambar Teguh. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia (Konsep Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik). Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulistyani, Ambar Teguh dan Rosdiah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Supriyono. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Terry, George R. 2010. Asas-asas Manajemen (Diterjemahkan oleh Dr. Winardi, SE. Bandung: Bumi Aksara
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat
Yani, M. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: SIE YKPN
B. Jurnal Elektronik
Afniyanty. 2016. Kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Desa Pakawa Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal Katalogis.
C. Skripsi
Dewi, Andayani. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja di Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara
D. Peraturan
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Pekerjaan PNS
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
Republik Indonesia. Peraturan Walikota Makassar Nomor 95 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Republik Indonesia. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana
. E. Sumber Lain
BKKBN. 2018. Visi Misi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. http://www.bkkbn.go.id/pages/visi-dan-misi
Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN DESA). 2018.
Population. https://www.un.org/development/desa/en/key-issues/population.html
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar. 2017
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Waktu Wawancara :
B. Tanggapan Informan (Kepala Dinas)
1. Berapa jumlah penyuluh keluarga yang ada pada Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Makassar?
2. Bagaimana kemampuan kerja penyuluh keluarga berencana
dalam mengerjakan tugasnya dilapangan?
3. Apakah penyuluh keluarga berencana sudah memenuhi aspek
kerapihan dan ketelitian dalam bekerja?
4. Adakah yang membantu proses kerja penyuluh keluarga
berencana dilapangan?
5. Apakah ada sarana dan prasarana pendukung penyuluh keluarga
berencana dalam melakukan tugasnya?
6. Sejauh ini bagaimana hasil kerja penyuluh keluarga berencana
menurut anda?
7. Langkah apa saja yang Anda kiatkan ke penyuluh keluarga
berencana guna meningkatkan hasil kerjanya?
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Waktu Wawancara :
B. Tanggapan Informan (KA UPT Kec. Biringkanaya)
1. Langkah apa saja yang sudah dilakukan oleh penyuluh keluarga
berencana pada Kecamatan Biringkanaya?
2. Apakah penyuluh keluarga berencana sudah bekerja dengan cepat?
3. Bagaimana kemampuan kerja penyuluh keluarga berencana dalam
mengerjakan tugasnya dilapangan?
4. Sejauh mana penyuluh keluarga berencana sudah memberikan
pemahaman mengenai program KB pada masyarakat di Kecamatan
Biringkanaya?
5. Dalam hal kerja sama, adakah yang membantu penyuluh dalam
bekerja dilapangan?
6. Sejauh ini bagaimana hasil kerja penyuluh keluarga berencana pada
kecamatan biringkanaya menurut anda?
7. Bagaimana cara Anda dalam memotivasi penyuluh keluarga
berencana pada Kecamatan Biringkayana ini untuk meningkatkan
hasil kerjanya?
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Waktu Wawancara :
B. Tanggapan Informan (Penyuluh Keluarga Berencana)
1. Bagaimana cara Anda dalam mengelola program KB di wilayah ini?
2. Apakah anda sudah bekerja dengan cepat?
3. Bagaimana cara anda melakukan pendekatan kemasyarakat dalam
upaya meningkatkan peserta program kb aktif?
4. Bagaimana cara Anda menjalin kerja sama di wilayah ini?
5. Bagaimana cara anda menjalin kekompakan dengan kader di wilayah
ini?
6. Apakah menurut anda aspek kerapihan itu penting dalam bekerja?
7. Mengenai hasil kerja, apakah menurut anda hasil kerja anda sudah
mencapai target setiap bulannya?
8. Hambatan apa saja yang biasa anda temui ketika menyuluh?
9. Bagaimana cara anda dalam mengambil keputusan ketika mendapat
keluhan/masalah masyarakat?
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Waktu Wawancara :
B. Tanggapan Informan (Masyarakat yang berKB)
1. Apa tanggapan Anda mengenai program KB?
2. Apakah Anda pernah bertemu dengan Penyuluh Keluarga
Berencana?
3. Menurut anda, bagaimana kecepatan penyuluh keluarga
berencana dalam melaksanakan pekerjaannya?
4. Apakah penyuluh keluarga berencana sudah terbilang
mampu dalam pekerjaannya?
5. Bagaimana penampilan penyuluh pada saat penyuluhan,
konseling, maupun wawanmuka?
6. Bagaimana pendapat anda mengenai jalinan kerja sama dan
kekompakan antara penyuluh dengan kader kb yang
berperan?
7. Sejauh ini, bagaimana menurut anda hasil kerja penyuluh
keluarga berencana? Apakah sudah memenuhi harapan
anda?
MATRIKS WAWANCARA
No Fokus Masalah Indikator Sumber/Waktu Pertanyaan Jawaban
1
Variabel Kuantitas
Kecepatan
Ibu Hj. Musliah Yusuf (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 10:00 WITA)
Bagaimana menurut Anda, apakah seorang penyuluh keluarga berencana sudah
bekerja dengan cepat?
“Kalau para penyuluh keluarga berencana pada kecamatan biringkanaya sudah bekerja dengan cepat karena mereka dikejar oleh target untuk mencapai angka kredit, karena mereka kan penyuluh mereka bekerja karena ada nilai angka kredit, semakin cepat mereka bekerja dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan akan menambah banyak nilai angka kredit yang mereka dapatkan akan menunjang mereka untuk kenaikan pangkat.”
2 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Menurut Anda, apakah dalam bekerja Anda sudah
termasuk cepat?
“Kalau soal kecepatan pada saat kami bekerja itu sudah termasuk cepat, karena ada laporan kegiatan yang setiap dua jam sekali itu kita harus memasukan di E-Visum, jadi dari E-Visum itu kita memang langsung dipantau oleh pusat, jadi misalkan seperti saya dari pagi jam 08:00 itu saya sudah harus cepat memasukan laporan kegiatan saya dilapangan apa yang saya lakukan pada jam itu misalnya saya sedang menyuluh kerumah warga, kegiatan posyandu itu semua harus dimasukkan berserta foto bukti kita sedang menyuluh atau
mengadakan kegiatan posyandu. Kalau kita terlambat memasukan kita tidak dapat nilai angka kredit.”
3 Ibu Irmawati (Senin, 05 Oktober 2018, pukul 10:30 WITA)
Bagaimana Menurut Anda kecepatan kerja penyuluh
keluarga berencana di wilayah ini?
“menurut saya, penyuluh kb itu sudah bekerja dengan cepat”
4 Ibu Andi Riani (Senin, 05 November 2018 pukul 13:00 WITA)
“sudah cepat“
5
Kemampuan
Bapak Andi Zulkifli Nanda S.STP., M.Si (Kamis, 01 November 2018, pukul 14:30 WITA)
Bagaimana menurut Anda kemampuan kerja penyuluh
keluarga berencana?
“Menurut saya, sebagian besar sudah bisa dikatakan mampu mengerjakan tugasnya melihat target-target yang sudah tercapai saya sudah cukup puas karena mereka sudah paham. Tapi, mereka masih harus meningkatkan terus keahliannya dengan selalu belajar, dengan mempelajari tupoksinya kembali masing-masing agar capaian kinerjanya terus meningkat.”
6 Ibu Hj. Musliah Yusuf (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 10:00 WITA)
“Kalau kemampuannya mereka sudah tergolong mampu karena mereka semua sebelum turun kelapangan menjadi seorang penyuluh mereka harus dibekali pengetahuan dan wawasan dalam pelatihan dasar umum.”
7 Ibu Irmawati (Senin, 05 Oktober 2018, pukul 10:30 WITA)
Apakah penyuluh keluarga berencana pada wilayah ini
sudah terbilang mampu dalam mengerjakan
tugasnya?
“menurut saya, penyuluh kb disini sudah mampu karena dia betul-betul bisa memberikan kami pemahaman yang dapat kami mengerti mengenai pentingnya berkb.”
8 Ibu Andi Riani (Senin, 05 November 2018 pukul 13:00 WITA)
”menurut saya, sejauh ini sih sudah mampu ya karena penyuluh tersebut pada saat mengadakan penyuluhan di
posyandu itu sepertinya sudah betul-betul mengerti apa tugasnya.”
9
Variabel Kualitas dari Hasil
Kerapihan
Bapak Andi Zulkifli Nanda S.STP., M.Si (Kamis, 01 November 2018, pukul 14:30 WITA)
Menurut Anda, apakah penyuluh dituntut rapih
dalam bekerja?
“Kerapihan penyuluh keluarga berencana itu sangat penting apalagi ketika turun kelapangan melakukan penyuluhan dan konseling kemasyarakat mereka harus berpakaian rapih menggunakan seragam, karena kalau mereka berpakaian acak-acakan masyarakat pasti tidak akan tertarik untuk melihatnya pada saat menyuluh maupun konseling hal ini pasti akan berpengaruh pada kualitas hasil kerjanya.”
10 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Menurut Anda, apakah kerapihan dalam bekerja itu
penting?
“Kalau saya didalam bekerja itu menganggap kerapihan itu sangat penting, pertama dalam hal pakaian karena kita ini kan seorang penyuluh yang langsung bertemu dengan masyarakat dan yang kedua dalam hal menyimpan dokumen-dokumen kita juga harus rapih karena kalau tidak dokumen tersebut bisa saja hilang sehingga kita tidak punya lagi dokumen laporan kegiatan.”
11 Ibu Andi Riani (Senin, 05 November 2018 pukul 13:00 WITA)
Apakah penyuluh berpakaian rapih pada saat penyuluhan,
konseling maupun wawanmuka?
“Saya melihat penyuluh keluarga berencana pada saat mengadakan penyuluhan di Puskesmas sewaktu posyandu, dia menggunakan seragam kantor yang rapih.”
12 Ibu Irmawati (Senin, 05 Oktober 2018, pukul 10:30 WITA)
“menurut saya, penyuluh sudah berpakaian rapih ketika bekerja
seperti pada saat konseling maupun pada saat penyuluhan”
13
Ketelitian
Bapak Andi Zulkifli Nanda S.STP., M.Si (Kamis, 01 November 2018, pukul 14:30 WITA)
Menurut Anda apakah penyuluh dituntut teliti dalam
bekerja?
“Penyuluh diwajibkan teliti dalam melakukan pekerjaannya terlebih lagi saat mereka mendata, menginput jumlah pus, akseptor baru, peserta kb aktif dan sebagainya, sejauh ini penyuluh sudah cukup teliti karena dilihat dari hasil kerjanya sudah sangat minim kesalahan”
14 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Apakah Anda sudah bekerja dengan cukup teliti?
“Saya sudah bekerja dengan cukup teliti apalagi ketika menginput data atau kegiatan kedalam aplikasi, kita harus betul-betul teliti karena kalau salah dan tidak sesuai maka tidak ada nilai angka kredit yang didapatkan”
15
Variabel Kerja Sama
Jalinan Kerja Sama
Bapak Andi Zulkifli Nanda S.STP., M.Si (Kamis, 01 November 2018, pukul 14:30 WITA)
Apakah ada pihak yang membantu penyuluh dalam
bekerja dilapangan?
“iya ada, penyuluh dibantu dengan sub PPKBD dan Kader KB”
16 Ibu Hj. Musliah Yusuf (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 10:00 WITA)
“penyuluh dibantu dengan sub PPKBD dan Kader KB yang ada ditiap-tiap RW”
17 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Apakah ada pihak yang membantu dalam pekerjaan
Anda?
“Saya dibantu dengan sub PPKBD dan kader KB diwilayah ini dalam hal mengumpulkan masyarakat, melaksanakan kegiatan posyandu, penyuluhan, konseling. Sekarang sudah tidak sulit mencari orang yang ingin menjadi kader KB karena mereka sudah mendapatkan kompensasi langsung dari pusat, tetapi kita juga tidak asal memilih kader, yang kita pilih juga harus yang
betul-betul berpengaruh kepada masyarakat”
18 Ibu Darmi (Senin, 05 November 2018, pukul 09:00 WITA)
Kenapa Anda ingin terlibat dalam membantu pekerjaan
penyuluh keluarga berencana?
“Awalnya saya dipilih oleh penyuluh untuk membantunya dalam bekerja, saya dipilih menjadi sub PPKBD karena dianggap sangat berpengaruh dan dipercayai oleh masyarakat diwilayah ini. Sikap penyuluh juga sangat baik dia sangat peduli dengan masyarakat disini jadi terjalin lah kerja sama yang baik kami di wilayah ini.”
19
Kekompakan
Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Bagaimana cara Anda menjalin kekompakan
dengan pihak yang membantu dalam pekerjaan
Anda?
“Cara menjaga kekompakan dengan sub PPKBD dan kader KB itu saya selalu adakan pelatihan untuk kader-kader saya agar para kader kb tersebut mengerti dan paham dengan tugasnya jadi ketika saya tidak bisa turun kelapangan untuk menyuluh karena ada panggilan dipusat ada kader kb yang menggantikan saya, selain itu saya juga selalu menjaga komunikasi dengan kader untuk mengontrol mereka dilapangan juga seperti apa.”
20 Ibu Darmi (Senin, 05 November 2018, pukul 09:00 WITA)
Bagaimana cara penyuluh dalam menjalin kekompakan dalam bekerja dengan Anda?
“Penyuluh keluarga berencana disini selalu mengontrol kita lewat telepon maupun whatsapp untuk mengetahui perkembangan program KB diwilayah ini, penyuluh juga selalu memfasilitasi kami pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan kami
mengenai program kb sebagai bekal untuk turun dilapangan pada saat berhadapan dengan masyarakat.”
21
Variabel Tanggung Jawab
Hasil Kerja
Bapak Andi Zulkifli Nanda S.STP., M.Si (Kamis, 01 November 2018, pukul 14:30 WITA)
Bagaimana hasil kerja penyuluh keluarga
berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Makassar?
“Sejauh ini hasil kerja penyuluh sudah cukup memuaskan namun memang belum terlalu optimal dikarenakan kurangnya sumber daya penyuluh kb, dan kami masih sangat membutuhkan banyak tenaga fungsional penyuluh terutama yang sifatnya pns agar sasaran kerja organisasi bisa terus tercapai setiap tahunnya.”
22 Ibu Hj. Musliah Yusuf (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 10:00 WITA)
Bagaimana hasil kerja penyuluh keluarga
berencana pada Kecamatan Biringkanaya?
“Hasil kerja penyuluh keluarga berencana pada Kecamatan Biringkanaya memang masih ada yang belum mencapai target untuk akhir tahun, tapi sejauh ini tiap bulannya selalu ada peningkatan capaian peserta KB Aktif diusahakan agar ketika akhir tahun semua target bisa tercapai.”
23 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Sejauh ini, bagaimana hasil kerja Anda? Apakah sudah
memenuhi target?
“Kalau hasil kerja rata-rata sih kalau akhir tahun capai target. Biasanya yang tidak capai target perbulan itu karena biasa ada masyarakat misalnya dia tinggal disudiang, tetapi dia memasang kb di rumah sakit siloam jadi otomatis dia tidak terdaftar
sebagai peserta kb aktif di wilayah sudiang hal itu yang membuat hasil kerja kita menurun karena dia tidak terdaftar sebagai peserta kb aktif diwilayah tempat tinggalnya.”
24 Ibu Andi Riani (Senin, 05 November 2018 pukul 13:00 WITA)
Bagaimana hasil kerja penyuluh keluarga
berencana yang Anda rasakan?
“Kalau hasil kerja penyuluh kb didaerah ini saya kurang tahu, karena saya belum merasakan hasil kerjanya dan saya memasang kb tidak melalui penyuluh kb didaerah ini. Saya memasang kb karena inisiatif saya sendiri dan saya memasangnya dirumah sakit dibantu dengan dokter kandungan saya.”
25 Ibu Irmawati (Senin, 05 Oktober 2018, pukul 10:30 WITA)
“yang saya rasa itu hasil kerja penyuluh sudah baik”
26
Pengambilan Keputusan
Ibu Hj. Musliah Yusuf (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 10:00 WITA)
Menurut Anda, bagaimana cara penyuluh dalam
mengambil keputusan?
“Penyuluh itu jika mengambil keputusan untuk memecahkan keluhan yang ringan dari masyarakat pasti mereka merespon dengan cepat, namun jika keluhannya atau masalahnya terbilang rumit para penyuluh selalu mendiskusikan pada saat meeting guna untuk bertukar pikiran dan mengumpulkan saran-saran dari para penyuluh yang lainnya juga agar tidak salah dalam mengambil keputusan.”
27 Ibu Ir. Sarlina Parerung (Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 11:30 WITA)
Bagaimana cara Anda dalam mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah “Biasanya kalau ada keluhan ringan dari masyarakat saya
misalnya seperti ada keluhan dari masyarakat?
langsung dengan cepat menanggapi, namun jika ada permasalahan yang cukup rumit dan membutuhkan solusi dari berbagai pihak, saya beserta penyuluh kb yang lainnya dan kepala UPT mendiskusikannya pada saat meeting yang setiap hari Senin diadakan di kantor UPT Kecamatan Biringkanaya”
28 Ibu Irmawati (Senin, 05 Oktober 2018, pukul 10:30 WITA)
Bagaimana sikap penyuluh keluarga berencana dalam
mengambil keputusan?
“Penyuluh keluarga berencana sangat bijak dalam mengambil keputusan terlebih saat kita menyampaikan keluhan, beliau dengan cepat menanggapi keluhan kami dan memberikan kami solusi yang terbaik.”
PEDOMAN OBSERVASI
A. Identitas Tempat Observasi
1. Nama Tempat : _________________________________
2. Alamat : _________________________________
3. Waktu Observasi : _________________________________
B. Hal-hal Yang Diobservasi
1. Kondisi lingkungan kerja
__________________________________________________
2. Sarana/fasilitas pendukung dalam melaksanakan tugas
penyuluhan
__________________________________________________
3. Perilaku penyuluh keluarga berencana
__________________________________________________
4. Dan lain-lain yang dianggap perlu dan kemungkinan muncul dalam
pengumpulan data ini
__________________________________________________
MATRIKS HASIL OBSERVASI
No Fokus Masalah Indikator Observasi Kesimpulan
1 Kerapihan penyuluh keluarga berencana
Cara berpakaian
Hasil observasi menunjukkan Penyuluh keluarga berencana telah berpakaian rapih pada saat melakukan kegiatan penyuluhan, konseling, dan wawanmuka (tatap muka langsung kepada masyarakat).
2
Hubungan jalinan kerja sama penyuluh keluarga berencana dengan mitra kerja
Jalinan kerja sama
Hasil observasi menunjukkan Penyuluh keluarga berecana telah menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan mitra kerjanya seperti sub PPKBD dan para Kader KB, dengan cara selalu mengadakan rapat koordinasi dan memfasilitasi kegiatan pelatihan untuk para mitra.
3 Sikap dalam mengambil keputusan
Sikap penyuluh keluarga berencana
Hasil observasi menunjukkan Penyuluh keluarga berencana sudah bersikap bijak dalam hal pengambilan keputusan.
OBSERVASI
Kerapihan Penyuluh KB saat melakukan kegitan Penyuluhan Kepada
Masyarakat
Hubungan kerja sama Sub PPKBD dan Kader KB pada saat Rapat
Koordinasi
Pelatihan Sub PPKBD dan Kader KB yang di fasilitasi oleh Penyuluh
Keluarga Berencana
PEDOMAN TELAAH DOKUMEN
A. Identitas Tempat Pengambilan Dokumen
1. Nama Tempat : ______________________
2. Alamat : ______________________
3. Waktu Pengambilan Dokumen : ______________________
B. Dokumen Umum
1. Struktur Organisasi
Tersedia Tidak Tersedia
2. Visi dan Misi
Tersedia Tidak Tersedia
3. Daftar Rekapitulasi Penyuluh KB yang telah mengikuti Latihan
Dasar Umum (LDU)
Tersedia Tidak Tersedia
4. Capaian Peserta KB Aktif
Tersedia Tidak Tersedia
VISI DAN MISI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA
BERENCANA KOTA MAKASSAR
VISI
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana Kota Makassar dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan, maka Visi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Makassar, yaitu “Mewujudkan Kehidupan Keluarga
Terencana yang Sehat dan Nyaman”
MISI
1) Menyiapkan dan melaksanakan pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi secara sistematis.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya pengelola program keluarga
berencana.
3) Mendorong stakeholder dan mitra kerja dalam penyiapan kehidupan
berkeluarga, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan ketahanan
keluarga dan pelayanan keluarga berencana.
4) Peningkatkan kualitas penyediaan sarana dan analisis data dan
informasi program keluarga berencana.
Daftar rekapitulasi Penyuluh KB yang telah mengikuti Latihan Dasar
Umum (LDU)
Capaian Peserta KB Aktif Kota Makassar
Contoh aplikasi E-Visum yang digunakan oleh penyuluh keluarga
berencana dalam memasukkan laporan kegiatan
Contoh laporan kegiatan yang dimasukkan oleh penyuluh keluarga
berencana kedalam aplikasi E-Visum
DOKUMENTASI
Wawancara bersama Bapak Andi Zulkifly., S.S.T.P., M.Si selaku Plt. Kepala
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Makassar
Wawancara bersama Ibu Ir. Sarlina Parerung selaku Penyuluh Keluarga
Berencana Kota Makassar
Wawancara bersama Ibu Hj. Musliah Yusuf selaku Kepala UPT Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar
Wawancara bersama Ibu Darmi selaku sub PPKBD (Peran Pembantu
Pembina Keluarga Berencana Desa)
Wawancara bersama Ibu Irmawaty Selaku Masyarakat yang
menggunakan program KB
Wawancara bersama Ibu Andi Riani selaku masyarakat yang
menggunakan program KB
Kegiatan fasilitasi kader posyandu dan KB
Kegiatan pelatihan Kader KB dalam membuat Mapping Peserta KB
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DATA PRIBADI
Nama : Rima Melati Haris
Tempat dan Tanggal Lahir : Makassar, 31 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Lajang / Belum menikah
Alamat : Jl. Faisal Raya II No. 8
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Angkasa Makassar
2. SD Negeri Mangkura II Makassar
3. SMP Negeri 05 Makassar
4. SMA Negeri 12 Makassar
5. STIA LAN Makassar