20
ARSITEKTUR VERNAKULER KEPULAUAN MENTAWAI

Kepulauan Mentawai

Embed Size (px)

Citation preview

ARSITEKTUR VERNAKULERKEPULAUAN MENTAWAI

LETAK KEP. MENTAWAI

ASAL-USUL

Asal-UsulSuku Mentawai mirip dengan Suku Sakai di Malaysia. Sekalipun ada perbedaan, tetapi dalam banyak hal ada persamaannya. Seperti adat istiadat dan cara hidup hampir serupa. Seperti contoh, dua suku ini memakan sagu dan tidak mengenal beras, sama-sama memakan monyet. Perbedaannya terletak pada cara berburu. Suku Mentawai menggunakan panah beracun sedangkan Suku Sakai menggunakan sumpitan untuk melepaskan damak beracun.Rokokpun mereka kenal. Suku Mentawai menyulut tembakau, sedangkan Suku Sakai mengunyah seperti menyugi. Menyirih saja yang tidak ada di Mentawai.Menurut Orang Mentawai sendiri, mereka berasal dari Nias. Keyakinan ini dilandasi oleh dongeng yang menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala seorang Nias bernama Ama Tawe pergi memancing ke laut. Sedang terapung-apung di tengah laut, turunlah badai dahsyat yang menyeret Ama Tawe terdampar ke Pulau Mentawai di tepi pantai barat Pulau Siberut. Ama Tawe naik ke darat dan ia melihat tanah yang amat subur. Pohon keladi dan sagu tumbuh sendiri tanpa ada orang yang menanam dan merawatnya. Ama Tawe kembali ke Nias untuk mengambil anak dan istrinya. Dia bermaksud pindah dari Nias dan akan menetap di Mentawai. Keberangkatannya ke tempat baru itu diikuti oleh banyak penduduk Nias lainnya yang ingin merantau ke Mentawai. Akhirnya, merekalah yang mendiami daerah itu.

RUMAH TRADISIONAL

RUMAH TRADISIONAL

RUMAH TRADISIONAL

AGAMA/KEPERCAYAAN

Agama / KepercayaanKepercayaan Mentawai termasuk ke dalam Arat. Kumpulan dan himpunan dari upacara-upacara disebut dengan "Arat Sabulungan". Sabulungan berasal dari kata bulu yang berarti daun. Bahan-bahan untuk perangkat upacara keagamaan itu banyak menggunakan dedaunan dan ranting-ranting pepohonan.Macam-macam sabulungan:Taikamanuaroh yang hidup di udara dan langitTaikapolakroh yang bertempat tinggal di bumiTaikabagaroh yang hidup di bawah tanah

Roh-roh yang khusus menjaga binatanga. Taikaleleu    - Samajuju, sebagai pelindung rusa    - Taikatengaloina, pelindung binatang yang ada di atas pohonb. Taikbagakoat    Pelindung bintanag di laut

PAKAIAN

PakaianPakaian laki-laki adalah kabit (cawat). Yang perempuan memakai rok yang terbuat dari daun atau kulit kayu. Sisa dari keratan-keratan pakaian biasanya diambil sebagai hiasan. Gigi sengaja diasah dan diruncing supaya tajam.Seiring dengan perkembangan, sekarang masyarakat Mentawai sudah mengenal pakaian dari kain. Walaupun begitu, biasanya Kerei (dukun) jarang atau tidak pernah memakai pakaian dari kain.

TARIAN

Turuk Mentawai

Turuk atau tarian bagi masyarakat Mentawai bukan sekedar tarian yang bersifat hiburan tetapi juga gerakan-gerakan melingkar oleh beberapa Sikerei ketika mencari roh atau simaggere orang sakit pada suatu upacara pengobatan.

Pada umumnya turuk diiringi oleh musik perkusi 'tuddukat' yang berupa tiga atau empat kentongan berdiameter satu hingga tiga meter yang disebut sebagai 'ina', 'katengan', 'tatoga 'dan 'tetektek tuddukat'. Tarian di Mentawai biasanya dilakukan dengan sikap tubuh penari yang hampir sama yaitu sedikit membungkuk dan kepala cenderung kaku menghadap ke depan mengarah ke bawah, mendatar dan ke atas sementara itu kaki penari dihentakkan ke lantai papan atau 'puturukat'.

Suatu fenomena khas yang hampir selalu ada pada turuk ritual Mentawai adalah peristiwa 'igobok' atau 'irorok', yaitu ketika sang penari mengalami kesurupan. Tarian-tarian yang berhubungan dengan makhluk gaib hanya boleh ditarikan oleh para Sikerei atau istri Sikerei.

SENI LUKIS TATO

Tato Mentawai adalah tradisi seni lukis tubuh bagi suku terasing di kepulauan Mentawai. Tato Mentawai dikenal dengan istilah titi. Tato ini merupakan tato yang sangat unik danluar biasa karena memenuhi seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki. Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup. Selain itu, tato ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, yaitu untuk menunjukkan jati diri dan untuk perbedaan status sosial dalam masyarakat

SENI LUKIS TATOAdy Rosa dalam laporan hasil penelitiannya berjudul ‘Fungsi dan Makna Tato Mentawai’ (2000) menyimpulkan, ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai .Pertama, sebagai tanda kenal wilayah dan kesukuan yang tergambar lewat tato utama. Ini semacam kartu tanda penduduk (KTP).Kedua, sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan apa profesi si pemakai, misalnya sikerei (tabib dan dukun), pemburu binatang, atau orang awam. Ketiga, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato (disebut ‘sipatiti’) melalui gambar-gambar yang indah.

Membuat tato di Mentawai dilakukan tiga tahap. Tahap pertama pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan pentatoan di bagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato bagian paha. Tahap ketiga setelah dewasa.

RUMAH TRADISONAL

Di Mentawai terdapat tiga macam rumah, yaitu:UmaRumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama serta tempat menyimpan warisan pusaka. Juga menjadi tempat suci untuk persembahan, penyimpanan tengkorak binatang buruan.Setiap kampung mempunyai Uma sendiri. Kepala Uma disebut Rimata, perlambang pemimpin kehormatan, orang yang lebih arif mengenai hal-hal yang penting buat Uma, seseorang yang berbakat pemimpin.Uma adalah rumah besar yang berfungsi sebagai balai pertemuan semua kerabat dan upacara-upacara bersama bagi semua anggotanya.LalepTempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Biasanya lalep terletak di dalam Uma.RusukSuatu pemondokan khusus, tempat penginapan bagi anak-anak muda, para janda dan mereka yang diusir dari kampung.

Uma biasanya dihuni oleh 5 hingga 7 kepala keluarga dari keturunan yang sama. Satu diantaranya anggota yang tinggal dalam sebuah rumah disebut Sikerei. Sikerei itulah yang oleh suku Mentawai dianggap sebagai tetua. Uma menjadi pusat kehidupan bagi suku Mentawai. Di dalam Uma itulah, suku Mentawai tinggal, menyelenggarakan pertemuan dan melaksanakan berbagai macam acara adat, seperti penikahan. Uma juga menjadi tempat untuk menyembuhkan anggota keluarga jika ada yang sakit.

RUMAH TRADISONAL

RUMAH TRADISONAL

KONSTRUKSILuas rumah persatuan kepala keluarga dengan rata-rata panjang : 31 m, lebar : 10 m, dan tinggi = 7 m. Pembagian ruangannya cukup sederhana, di bagian depan adalah serambi terbuka yang merupakan tempat untuk menerima tamu. Sedang pada bagian dalam digunakan untuk ruang tidur keluarga. Di ruangan ini terdapat pula perapian yang digunakan untuk memasak suatu keadaan yang wajar mengingat kegiatan siang hari bagi laki-laki dihabiskan di ladang atau di hutan, sementara istrinya bertugas di kebun halaman dan memasak.

Sisi depan rumah ditutup dengan dinding atap rumbia yang terbentang kebawah sampai batas 1 m (ditengah (tempat masuk) 1,5 m) dari lantai. Rumbia atau disebut juga (pohon) sagu adalah nama sejenis palma penghasil pati sagu.

KolongTerdapat dibawah rumah tempat tinggal dan tidak memiliki dinding. Kolong ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk berternak babi.

Kerangka bangunan, terdiri dari lima perangkat konstruksi dari tonggak-tonggak, balok-balok, dan tiang-tiang penopang atap. Kerangka bangunan ini dibangun berjejer melintang ke belakang dan saling berhubungan dengan balok memanjang.

Kekuatan struktur Uma dihasilkan oleh teknik ikat, tusuk dan sambung sedemikian rupa. Bahan Uma diambil dari alam sekitar dan dipilih yang bermutu baik.

INTERIOR

RUSUK

ORIENTASIRumah panjang Mentawai tidak berpatokan menurut orientasi mata angin, uma dianggap hanya akan makmur di tempat yang disetujui oleh leluhur atau roh setempat (Tjahjono, 2002 : 28).

• Bentuk Ruang TerbukaBentuk ruang terbuka pada permukiman di Kepulauan Mentawai, khususnya di Kampung Sibaibai, Pulau Pagai Utara, Sumatera Barat, berbentuk persegi yang memanjang ke arah utara yang nantinya akan berkembang sejalan dengan pertambahan jumlah kepala keluarga pada permukiman tersebut. 

• Fungsi Ruang TerbukaRuang terbuka di permukiman ini lebih berfungsi sebagai tempat berinteraksi antar penduduk dan tidak dipengaruhi oleh arah mata angin dan sistem kepercayaan yang ada karena kepercayaan di daerah ini lebih beroroentasi pada sungai yang berada di sebelah timur dari permukiman tersebut (Jayadinata, 1999 : 102).

KESIMPULAN

•KESIMPULANSuku Mentawai merupakan kelompok masyarakat yang hidup dan menetap di kepulauan Mentawai, propinsi Sumatra Barat. Turun temurun suku Mentawai tinggal di empat pulau besar di kepulauan Mentawai yakni Sibora, Siberut, Pagai Utara serta Pagai Selatan. Secara geografis, letak kepulauan Mentawai berhadapan dengan Samudra Hindia. Untuk menuju ke Kepulauan Mentawai anda harus menyebrang ke laut dengan mengguakan perahu motor. Jarak dari kepuluan Mentawai ke Pantai Padang lebih kurang 100 meter.Secara turun temurun, suku Mentawai hidup sederhana di dalam sebuah Uma. Uma merupakan rumah yang terbuat dari kayu pohon. Arsitektur bangunan rumah Mentawai berbentuk panggung. Seni khas suku Mentawai yaitu tato yang merupakan busana abadi yang dipakai sampai mati.