Upload
dkp
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FNPKSI - IV
KSI-PI 37
KAJIAN RISIKO KEBERADAAN IKAN-IKAN INTRODUKSI
DI DANAU BERATAN, BALI
Agus Arifin Sentosa, Danu Wijaya, dan Didik Wahju Hendro Tjahjo
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Purwakarta
ABSTRAK
Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terdapat beberapa jenis ikan asing yang
terintroduksi secara sengaja maupun tidak disengaja. Keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut perlu
dikaji untuk mengetahui dampak ekologinya di danau tersebut. Makalah ini bertujuan untuk menilai
dampak risiko ekologis keberadaan ikan-ikan introduksidi Danau Beratan. Penelitian dilakukan pada
bulan Mei, Juli dan Oktober 2011 di Danau Beratan. Contoh ikan diperoleh menggunakan jaring
insang percobaan (mesh size: 0,5; 1,0; 1,5 & 2,0 inchi) serta melalui catatan enumerator. Analisis
risiko keberadaan ikan asing menggunakan metode skoring Freshwater Fish Risk Assessment
Model/FRAM. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 17 spesies ikan di Danau Beratan dimana 70 %
merupakan jenis ikan introduksi. Beberapa jenis ikan introduksi tersebut telah memiliki karakter
sebagai ikan asing invasif. Analisis menggunakan FRAM menunjukkan nilai potensi dan dampak
risiko keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan relatif tinggi. Pengelompokkan potensi risiko
ekologis cenderung menyebar dengan korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa seluruh ikan introduksidi Danau Beratan walaupun potensi risikonya
rendah bisa jadi memiliki dampak risiko yang tinggi kaitannya dengan karakteristik danau dan
endemisitas ikan di danau tersebut.
Kata kunci: danau Beratan, ikan introduksi, kajian risiko
PENDAHULUAN
Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terletak di kawasan
Bedugul, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau dengan luas genangan 3,85
km2, panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,0 km, kedalaman maksimum sekitar 20 m serta
berada di ketinggian 1231 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki karakteristik
berupa danau kaldera dengan sistem perairan yang tertutup (Hehanussa & Haryani, 2009;
BPS Provinsi Bali, 2010). Lingkungan sekitar Danau Beratan lebih didominasi oleh
keberadaan kawasan wisata, terutama kawasan Bedugul dan Pura Ulun Danu Beratan, serta
beberapa tempat penginapan, lokasi pertanian dan pemukiman penduduk. Arthana et al.,
(2009) menyebutkan bahwa perubahan alih fungsi lahan dan perlakuan yang kurang
bijaksana dalam eksploitasi sumber daya di Danau Beratan telah menyebabkan penurunan
daya dukung danau tersebut.
Introduksi ikan merupakan suatu kegiatan memasukkan ikan spesies baru ke dalam
suatu perairan dimana spesies tersebut sebelumnya tidak terdapat (Rahardjo, 2008).
Wargasasmita (2005); Helfman (2007) menyebutkan beberapa istilah untuk ikan introduksi,
antara lain ikan eksotik, nonnative, nonindigenous, allochthonous, translocated, transplanted
dan allien spesies atau spesies asing. Ikan asing yang terintroduksi ke dalam suatu badan
perairan dapat terjadi secara sengaja atau tidak disengaja.
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
Keberadaan ikan introduksi memiliki dampak positif dan negatif, namun berdasarkan
pengalaman di beberapa negara diketahui dampaknya cenderung bersifat merugikan atau
catastrophic (Wargasasmita, 2005), terutama terkait dengan keanekaragaman spesies ikan.
Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam keberadaan
ikan asli yang ada berdasarkan adanya fenomena hibridisasi dengan ikan endemik, perusakan
habitat, kompetisi pakan dan habitat, pemangsaan dan parasit atau penyakit (Courtenay &
Stauffer, 1984 dalam Rachmatika & Wahyudewantoro, 2006).
Danau Beratan telah terindikasi introduksi ikan asing sebagaimanaWhitten et al.,
(1999) menyatakan bahwa Danau Beratan memiliki lebih dari sembilan jenis ikan yang baik
secara sengaja maupun tidak sengaja telah diintroduksikan sejak tahun 1945. Keberadaan
ikan introduksi di Danau Beratan diduga akan berdampak terhadap komunitas ikan asli dan
kegiatan perikanan setempat. Danau Beratan diketahui terdapat spesies endemik Rasbora
baliensis yang hanya ditemukan di danau tersebut saja (Kottelat et al., 1993) sehingga
keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut sangat mendesak terhadap spesies endemik di
Danau Beratan (Whitten et al., 1999). Keberadaan ikan asing zebra cichlid (Amatitlania
nigrofasciata) yang cenderung bersifat invasif juga telah merugikan kegiatan perikanan
tangkap di Danau Beratan (Rahman et al., 2012).
Kajian risiko merupakan salah satu komponen untuk menilai dampak dari introduksi
ikan asing dalam suatu perairan, terutama perairan umum daratan (Copp et al., 2005;
Johnson, 2009). Kajian risiko secara ekologi adalah proses untuk menduga atau
memperkirakan kemungkinan dan tingkat dampak ekologi yang bersifat merugikan yang
disebabkan oleh aktivitas manusia terhadap spesies, komunitas alami, atau proses-proses
ekosistem (Webb, 2006). Keberadaan ikan asing di perairan umumnya terjadi melalui
introduksi yang dilakukan oleh manusia sehingga definisi kajian risiko tersebut dapat
dilakukan untuk kasus ikan introduksi. Kajian risiko bermanfaat untuk mengidentifikasi
spesies yang cenderung menjadi invasif dan menimbulkan dampak negatif yang signifikan
(Verbrugge et al., 2011).
Dampak keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan selama ini belum banyak
dikaji. Keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut perlu dikaji untuk mengetahui dampak
ekologinya di danau tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai kajian risiko introduksi
ikan di Danau Batur dan Beratan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
ikan introduksi yang terdapat di kedua danau tersebut terhadap lingkungannya. Kegiatan
tersebut dilakukan dalam rangka mendukung konservasi dan rehabilitasi sumber daya ikan di
Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali. Makalah ini bertujuan untuk menilai dampak risiko
ekologis keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan Danau Beratan, kawasan Bedugul, Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pengamatan dilakukan pada lima
stasiun (Gambar 1) dengan metode survei lapangan yang dilakukan pada bulan Mei, Juli, dan
Oktober 2011.
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
Sampel ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan menggunakan jaring
insang pada berbagai ukuran mata jaring, yaitu 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inchi yang dipasang
pada siang dan malam hari. Beberapa sampel ikan diawetkan dalam formalin 10% untuk
keperluan identifikasi di laboratorium. Identifikasi ikan yang tertangkap dilakukan
berdasarkan Kottelat et al., (1993) dan khusus untuk identifikasi ikan zebra (A. nigrofasciata)
mengacu kepada Schmitter-Soto (2007). Informasi mengenai hasil tangkapan ikan di Danau
Beratan juga diperoleh dari data enumerator untuk mengakomodasi informasi di luar survei
lapangan.
Gambar 1. Stasiun pengamatan di Danau Beratan, Bali
Analisis Data
Kajian risiko keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan dilakukan menggunakan
metode Freshwater Fish Risk Assessment Model (FRAM) yang meliputi penilaian terhadap
kemungkinan keberadaan suatu spesies ikan di lingkungan perairan dan evaluasi terhadap
ukuran risiko potensi invasif dan risiko dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh ikan
asing/introduksi yang dilakukan dengan sistem skoring (Wilding & Rowe, 2008). Kajian
secara deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui risiko keberadaan ikan introduksi di
Danau Batur dan Beratan. Beberapa karakteristik biologi ikan introduksi diperoleh dari hasil
penelitian sendiri pada tahun 2011 dan berdasarkan data yang terdapat dalam
http://www.fishbase.org (Froese & Pauly, 2011).
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Freshwater Fish Risk Assessment Risk Model (FRAM) merupakan suatu konsep
kajian risiko yang dikembangkan oleh Copp et al., (2005) dan Bomford & Glover (2004)
yang spesifik digunakan untuk ikan air tawar. Penggunaannya telah dimodifikasi dalam
kajian risiko di New Zealand yang dilakukan oleh National Institute of Water &
Atmospheric Research / NIWA. Analisis FRAM dilakukan menggunakan sistem skoring
dengan kelompok pertanyan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A yang mengkaji
potensi risiko kemungkinan spesies ikan dapat hidup di luar habitat aslinya dan bagian B
yang mengkaji dampak risiko yang merupakan ukuran dan potensi risiko bahaya dari dampak
lingkungan yang kemungkinan disebabkan oleh ikan asing yang telah mampu hidup di luar
habitat aslinya. Bagian B tersebut juga meliputi penilaian potensi invasif ikan asing dalam
skala geografis tertentu, sehingga potensi invasif analog dengan potensi penyebaran spesies
asing setelah spesies asing tersebut mampu hidup di luar habitat alaminya (Wilding & Rowe,
2008). Contoh daftar pertanyaan dan skoring FRAM disajikan pada Lampiran 1.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat 17 spesies ikan di Danau Beratan dimana 70%
merupakan jenis ikan introduksi. Beberapa jenis ikan introduksi tersebut telah memiliki
karakter sebagai ikan asing invasif seperti ikan zebra cichlid (A. nigrofasciata). Hasil skoring
FRAM untuk ikan-ikan introduksi di Danau Beratan disajikan pada Tabel 1. Keberadaan
spesies ikan endemik Rasbora baliensis di Danau Beratan (Kottelat et al., 1993) dan
Whitten et al,. (1999)) memiliki pengaruh dalam pembobotan skoring FRAM menjadi lebih
besar karena pengaruh endemisitas tersebut.
Tabel 1. Hasil skoring kajian risiko introduksi ikan (FRAM) di Danau Beratan
No. Nama Spesies Nama Lokal
Skor FRAM Potensi
Risiko
(maks. 16)
Dampak
Risiko
(maks. 61)
Risiko
Ekologis
(maks. 77)
1 Amatitlania nigrofasciata Zebra 14 43 57
2 Oreochromis niloticus Nila 13 41 54
3 Clarias sp. Lele 12 42 54
4 Anabas testudineus Betok 11 40 51
5 Osphronemus gouramy Gurami 11 40 51
6 Cyprinus carpio Karper 12 34 46
7 Colossoma macropomum Bawal 12 33 45
8 Osteochilus vittatus Nilem 12 32 44
9 Hypostomus sp. Sapu-sapu 13 28 41
10 Amphilophus citrinellus Red devil 6 34 40
11 Ctenopharingodon idella Mas 3 34 37
12 Xiphophorus hellerii Nyalian Cendol/ Platy 13 20 33
13 Poecilia reticulata Cendol 10 21 31
14 Puntius binotatus Pudah 13 17 30
15 Barbonymus gonionotus Tawes 8 21 29
16 Rasbora lateristriata Nyalian Buluh 12 16 28
17 Rasbora argyrotaenia Nyalian 7 17 24
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
Secara umum, ikan-ikan introduksi di Danau Beratan memiliki dampak risiko
ekologis yang cenderung tinggi, terutama untuk ikan zebra, nila, lele, betok, gurami, karper,
bawal, nilem, sapu-sapu, red devil dan mas. Ikan-ikan kecil seperti ikan nyalian cendol/ platy,
cendol, pudah, tawes, nyalian buluh dan rasbora cenderung hanya memiliki risiko ekologis
yang relatif kecil di Danau Beratan. Khusus di Danau Beratan, ikan-ikan introduksi dapat
dikatakan memiliki risiko ekologis yang berarti, yang membedakan hanyalah tingkat
risikonya saja. Whitten et al., (1999) menyatakan bahwa introduksi ikan di Danau Beratan
yang merupakan satu-satunya habitat bagi ikan wader bali R. baliensis yang endemik
umumnya dilakukan secara tidak hati-hati dan umumnya bersifat tidak disengaja sehingga
dampaknya cukup nyata terlihat.
Danau Beratan tidak mempunyai sungai-sungai yang menjadi outlet atau saluran
keluarnya, kecuali mungkin melalui mata air yang terdapat di lereng-lereng bagian luarnya
sehingga sistem perairannya yang bersifat tertutup (Lukman, 2005). Oleh karena itu, apabila
terjadi tekanan lingkungan di Danau Beratan, maka risikonya akan menjadi lebih besar.
Gambar 2. Hubungan antara potensi dan dampak risiko ikan introduksi di Danau Beratan
Hubungan antara potensi risiko dan dampak risiko ikan introduksi di Danau Beratan
yang menyebabkan risiko ekologis disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 terlihat
pengelompokkan potensi risiko ekologis ikan introduksi di Danau Beratan cenderung
menyebar dengan korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa seluruh ikan introduksi walaupun potensi risikonya rendah bisa jadi
memiliki dampak risiko yang tinggi sehingga dapat dikatakan semua ikan yang
diintroduksikan di Danau Beratan memiliki risiko ekologis. Ikan-ikan berukuran kecil di
Danau Beratan pun memiliki potensi risiko untuk mendesak habitat ikan endemik R. baliensis
yang hanya memiliki panjang maksimum sekitar 3,5 cm (Froese & Pauly, 2011). Bahkan bisa
Zebra Nila
Lele Betok Gurami
Karper Bawal Nilem
Sapu-sapu
Red Devil Mas
Platy Cendol
Pudah
Tawes
Nyalian buluh Nyalian
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Sk
or
Dam
pak
Ris
iko
Skor Potensi Risiko
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
jadi ikan-ikan introduksi tersebut justru dapat menjadi pemangsa bagi ikan endemik.
Kehadiran ikan introduksi, secara sengaja ataupun tidak, diduga merupakan salah satu
ancaman dan penyebab hilangnya keanekaragaman hayati di perairan tawar (Saunders et al.,
2002; Clavero & García-Berthou 2005; Dudgeon et al., 2006). Spesies asing dapat menjadi
ancaman penting bagi populasi ikan asli (Pino-del-Carpio et al., 2010).
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 diketahui bahwa ikan zebra (A. nigrofasciata)
merupakan ikan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi di Danau Beratan. Selama survei
lapangan diketahui bahwa ikan zebra memiliki prevalensi penangkapan yang relatif cukup
tinggi (42,86%) dengan biomassa tangkapan sebesar 29,27%. Ikan zebra memiliki luas relung
yang tinggi sehingga merupakan ikan generalis yang mampu beradaptasi dengan kondisi
keterbatasan sumber daya makanan alami di Danau Beratan. Oleh karena itu, peluang
terjadinya kompetisi makanan oleh ikan zebra dengan ikan lainnya di Danau Beratan relatif
tinggi. Ikan zebra diduga dapat menjadi predator bagi ikan-ikan kecil di Danau Beratan
(termasuk R. baliensis juga) mengingat komposisi makanan ikan zebra terdiri dari jenis ikan,
cacing-cacingan, krustasea, serangga, dan tumbuhan air, termasuk plankton (Froese & Pauly,
2011).
Selama survei lapangan di Danau Beratan, ikan zebra selalu tertangkap dengan jaring
insang percobaan dengan jumlah yang cukup banyak. Ikan zebra di Danau Beratan jumlahnya
relatif melimpah, namun ikan tersebut tidak memiliki arti secara ekonomis karena harganya
sangat rendah. Bahkan oleh masyarakat setempat ikan tersebut sudah dianggap sebagai hama
atau organisme pengganggu. Hal tersebut dikarenakan keberadaan ikan zebra akan
mengurangi peluang ikan target tangkapan seperti nila, nilem dan lain-lain yang dapat dijual.
Selain itu, ikan zebra yang tersangkut di jaring insang juga relatif sulit untuk melepaskannya
karena adanya duri-duri keras pada sirip punggungnya sehingga ikan tersebut akan terpuntal
atau terbelit pada badan jaring insang. Berdasarkan karakteristik tersebut, ikan zebra
merupakan ikan invasif di Danau Beratan yang risiko ekologis yang tinggi. Perubahan ikan
zebra yang awalnya hanya berupa ikan asing yang kini mulai memperlihatkan karakter
sebagai ikan invasif perlu diwaspadai. Oktaviani (2008) menyatakan bahwa beberapa studi
kasus menunjukkan akibat suatu spesies eksotik yang berubah menjadi spesies invasif dapat
mengarahkan spesies asli, terutama yang endemik kepada kepunahan. Oleh karena itu,
beberapa upaya perlu dilakukan agar ikan zebra yang invasif tersebut tidak sampai
menyebabkan kepunahan terhadap ikan R. baliensis yang endemik di Danau Beratan.
Primack (2002) menyatakan bahwa spesies asing dapat menjadi spesies invasif
apabila: 1) tidak ada predator bagi spesies eksotik di tempat baru, 2) tidak ada penyakit dan
parasit spesies eksotik di tempat baru, 3) kemampuan adaptasi spesies asing di tempat baru,
dan 4) sifat agresif spesies asing yang mampu merebut relung dari spesies asli. Meffe et al.,
(1997); Helfman (2007) juga menambahkan bahwa selain karakter dari spesies asing sendiri,
potensi suatu spesies asing untuk menjadi invasif juga didukung oleh sifat komunitas yang
dapat diinvasi (invasible communities). Tabel 2 menyebutkan beberapa karakteristik umum
dari spesies invasif dan invadable communities yang apabila kedua karakter tersebut saling
berkolaborasi, maka spesies invasif dapat mengancam eksistensi spesies asli perairan umum
daratan. Oktaviani (2008) telah menjelaskan diagram alir spesies ikan eksotik yang menjadi
spesies ikan invasif yang disajikan pada Gambar 3.
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
Gambar 3. Diagram alir spesies ikan asing menjadi spesies ikan invasif (Oktaviani, 2008)
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Meffe et al., (1997) dan Helfman
(2007) pada Tabel 2 diketahui bahwa ikan zebra (Amatitlania nigrofasciata) berpotensi
sebagai spesies ikan invasif atau invader sebagaimana tercermin pula dari hasil skoring
FRAM yang menunjukkan ikan tersebut memiliki risiko ekologis yang tinggi. Namun,
berdasarkan karakteristik ikan invasif menurut Meffe et al., (1997); Helfman (2007), ikan
zebra cenderung berisiko untuk bersifat invasif di Danau Beratan.
Hasil kajian menggunakan FRAM menunjukkan bahwa introduksi ikan di Danau
Beratan memiliki risiko ekologis sehingga perlu kehati-hatian dalam hal penebaran ikan.
Selain itu, berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Meffe et al. (1997) dan Helfman
(2007) juga menunjukkan potensi suatu ikan introduksi menjadi ikan asing yang bersifat
invasif di Danau Beratan juga lebih besar sebagaimana terjadi pada ikan zebra (Amatitlania
nigrofasciata) yang awalnya merupakan ikan hias yang terintroduksi secara tidak sengaja
namun kini telah menjadi ikan pengganggu dan invasif di Danau Beratan.
Keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan yang sebagian besar telah mengalami
naturalisasi atau telah mantab di luar habitat alaminya perlu dikelola agar dampak ekologinya
tidak semakin besar. Menurut Wargasasmita (2005), ikan asing banyak menimbulkan dampak
negatif terhadap komunitas ikan danau yang terisolasi, seperti Danau Beratan yang
merupakan cekungan terkungkung karena tidak adanya outlet. Salah satu dampak introduksi
ikan antara lain adanya penurunan populasi ikan asli merupakan proses awal menuju
kepunahan spesies tertentu yang mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan
berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan yang homogen didominasi oleh ikan asing.
Kondisi tersebut telah nampak di Danau Beratan yang didominasi oleh ikan zebra yang
merupakan ikan asing.
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
Tabel 2. Karakteristik umum invader sukses dan komunitas/habitat yang dapat diinvasi oleh spesies
(Meffe et al., 1997;Helfman, 2007)
Karakteristik invader sukses:
- Laju reproduksi tinggi, termasuk fekunditas tinggi dan interval pemijahan yang pendek
- Waktu generasi pendek, dengan kematangan gonad yang cepat, khususnya jika ikan
membentuk populasi yang padat dengan ukuran tubuh yang kecil
- Berumur panjang dengan kematangan gonad yang cepat (pada ikan kadang disertai dengan
waktu generasi yang panjang dan kematangan gonad yang terlambat
- Rata-rata kemampuan penyebaran tinggi
- Merupakan spesies pionir dengan koloni yang baik
- Tidak membutuhkan perlindungan induk
- Rentang habitat asli yang luas
- Melimpah dalam rentang habitat aslinya
- Variabilitas genetik dan adaptasi fenotip tinggi
- Toleran pada kisaran kualitas air yang lebar
- Bersifat generalis secara ekologis, tidak bergantung pada habitat dan makanan tertentu
(piscivora, detritivora, dan herbivora memiliki peluang berhasil dibandingkan
zooplanktivora)
- Memiliki sejarah sukses sebelumnya dalam menginvasi habitat oleh dirinya sendiri atau
kerabat dekatnya
- Suka hidup berkelompok.
- Memiliki kemampuan untuk bernafas dengan mengambil udara langsung
- Ukuran tubuh medium (ukuran yang besar cenderung disukai oleh predator)
- Interaksi komensalisme dengan manusia
Karakteristik habitat dan komunitas yang mendukung keberadaan spesies invasif:
- Iklim yang sesuai dengan habitat invader
- Suksesi tahap awal
- Keanekaragaman spesies asli rendah
- Ketidakhadiran predator bagi spesies pendatang
- Ketidakhadiran spesies asli yang menyerupai spesies pendatang baik secara morfologi
maupun ekologi
- Hubungan jaring-jaring makanan rendah
- Adanya modifikasi habitat oleh manusia
- Adanya penurunan variasi habitat alami secara hidrologi atau geomorfologi
- Habitat secara fisik dan kimia relatif stabil
- Terdapat relung trofik yang kosong seperti beberapa atau tidak ada predator dan
zooplanktivora
- Merupakan danau dan sungai di dataran tinggi di daerah tropis
- Komunitas sederhana
- Komunitas yang terganggu secara antropogenik
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
Introduksi ikan pada beberapa kasus bisa jadi tidak bersifat membahayakan dan
pengaruhnya hanya sedikit terhadap komunitas ikan asli, namun menurut pengalaman yang
terdapat di seluruh dunia, introduksi ikan sering bersifat sangat merugikan. Dampak yang
ditimbulkan dapat berupa penurunan kualitas lingkungan ikan alami, gangguan terhadap
komunitas ikan, penurunan sifat-sifat genetika asli, masuknya penyakit dan parasit serta
kesulitan sosial ekonomi bagi nelayan di daerah sekitarnya. Risiko yang paling berat
misalnya karena jenis yang diintroduksikan dapat berkembang biak dengan sangat cepat dan
bersaing dengan jenis yang sudah ada apalagi jika bersifat predator. Oleh karena itu,
introduksi jenis baru tidak boleh dilakukan tanpa didahului oleh penelitian mendalam
mengenai potensi dampaknya (Welcomme, 1988).
Pengaruh introduksi ikan-ikan di perairan Indonesia belum diteliti secara mendalam
tetapi nampaknya terdapat pengaruh negatif terhadap komunitas ikan asli (Kottelat et al.,
1993). Hal tersebut sebagaimana terjadi di Danau Beratan dimana keberadaan ikan introduksi
menyebabkan ikan asli R. baliensis sudah sangat sulit ditemukan. Kurangnya data dan
informasi biologi dan ekologi ikan-ikan introduksi seperti karakteristik sejarah hidupnya,
adaptasi fisiologis dan dampaknya terhadap komunitas ikan asli tentu saja merupakan
permasalahan tersendiri dalam kajian risiko ikan introduksi (Webb, 2006). Oleh karena itu,
penelitian terhadap aspek bioekologi ikan introduksi perlu ditingkatkan agar diperoleh data
dan informasi yang dapat digunakan dalam kajian risiko yang lebih komprehensif.
Elvira (2000) menyatakan bahwa pengelolaan perlu dilakukan bagi ikan-ikan
introduksi dan gangguan ikan invasif. Upaya yang dilakukan cukup bervariasi, mulai dari
upaya pengendalian atau pemusnahan ikan asing hingga pencegahan dan peningkatan
kesadaran masyarakat terhadap keberadaan ikan introduksi. Helfman (2007) menambahkan
bahwa pengelolaan tersebut harus mencakup pengurangan dampak ikan asing,
meminimalisasi kemungkinan adanya introduksi yang tidak disengaja, melakukan analisis
biaya manfaat terhadap rencana introduksi atau penebaran ikan yang disengaja dan juga
melalui pemahaman terhadap risiko introduksi ikan. Secara umum, upaya pencegahan
terhadap dampak negatif introduksi lebih mudah dan murah dibandingkan upaya
pengendalian atau pemberantasan ikan invasif yang menjadi spesies hama atau pengganggu.
KESIMPULAN
Berdasarkan nilai potensi dan dampak risiko keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau
Beratan relatif tinggi. Pengelompokkan potensi risiko ekologis cenderung menyebar dengan
korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
seluruh ikan introduksi di Danau Beratan walaupun potensi risikonya rendah bisa jadi
memiliki dampak risiko yang tinggi kaitannya dengan karakteristik danau dan endemisitas
ikan di danau tersebut.
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
PERSANTUNAN
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Kajian Risiko Introduksi
Ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali”, Tahun Anggaran 2011 di Balai Penelitian
Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arthana, I.W., I.W. Suarna & I.W.S. Adnyana. 2009. Kondisi Ekosistem Danau-Danau di
Provinsi Bali. Prosiding Konferensi Nasional Danau Indonesia I Jilid 2, Bali 13-15
Agustus 2009. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 268-283.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2010. Bali dalam Angka. Katalog BPS No. 1102001.51.
465 p.
Bomford, M. & J. Glover. 2004. Risk Assessment Model for the Import and Keeping of Exotic
Freshwater and Estuarine Finfish. Bureau of Rural Sciences, Canberra, Australia.
125 p.
Clavero, M. & E. García-Berthou. 2005. Invasive Species are a Leading Cause of Animal
Extinctions. Trends in Ecology and Evolution 20. 110 p.
Copp, G.H.. R. Garthwaite & R.E. Gozlan. 2005. Risk Identification and Assessment of Non-
Native Freshwater Fishes: Concepts and Perspectives on Protocols for the UK.
Science Series Technical Report No.129. 32p.
Dudgeon, D., A.H. Arthington, M.O. Gessner, Z.I. Kawabata, D.J. Knowler, C. Leveque, R.J.
Naiman, A.H. Prieur-Richards, D. Soto, M.L.J. Stiassny, & C.A. Sullivan. 2006.
Freshwater Biodiversity: Importance, Threats, Status and Conservation Challenges.
Biological Review 81. 163 – 182.
Elvira, B. 2000. Identification of Non-Native Freshwater Fishes Established in Europe and
Assessment of Their Potential Threats to the Biological Diversity. Document of
Convention on the Conservation of European Wildlife and Natural Habitats.
Standing Committee. 21st meeting. Strasbourg, 26-30 November 2001. 35 p.
Froese, R. & D. Pauly (eds). 2011. FishBase. World Wide Web electronic publication.
www.fishbase.org, version (12/2011).
Hehanussa, P.E. & G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi Morfogenesis Danau di Indonesia untuk
Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. In Konferensi Nasional Danau Indonesia I, Bali.
13-15 Agustus 2009. (eds). Kementerian Lingkungan Hidup. Prosiding Konferensi
Nasional Danau Indonesia I Jilid 2: Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan
Iklim. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 298-310.
Helfman, G.S. 2007. Fish Conservation: A Guide to Understanding and Restoring Global
Aquatic Biodiversity and Fishery Resources. Island Press. Washington. United States
of America. 584 p.
Johnson, E.E. 2009. A Quantitative Risk Assessment Model for the Management Of Invasive
Yellow Perch in Shuswap Lake. British Columbia. Research Project Submitted in
Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Resource
Management in the School of Resource and Environmental Management Simon
Fraser University. Project No. 475. 105 p.
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan
Sulawesi). Periplus Editions Ltd. Indonesia. 293 p.
Lukman. 2005. Konsep Limnologis dalam Manajemen Danau untuk Mendukung
Pengembangan Pariwisata (Studi Kasus Danau Beratan, Bali). Dalam Hehanussa et
al. (eds). Prosiding Simposium Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber
Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan. UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali LIPI bekerja sama dengan
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
Meffe, G.K., C.R. Caroll & Contributors. 1997. Principles of Conservation Biology. 2nd
Edition. Sinauer Associates, Inc. Sunderland, 729 p.
Oktaviani, D. 2008. Kehati-Hatian terhadap Introduksi Spesies Ikan Eksotik di Perairan
Umum Daratan Indonesia. Dalam Rahardjo et al. (eds). Prosiding Forum Nasional
Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat Riset Perikanan Tangkap bekerjasama dengan
Departemen MSP-IPB. Pusat Penelitian Biologi LIPI. dan Masyarakat Iktiologi
Indonesia: 63 – 74.
Pino-del-Carpio, A., R. Miranda, & J. Puig. 2010. Non-Native Freshwater Fish Management
in Biosphere Reserves. Management of Biological Invasions (1): 13 – 33.
Primack, R. B. 2002. Essential of Conservation Biology. 3rd Edition. Sinauer Associates, Inc.
Sunderland. 698 p.
Rachmatika, I. & G. Wahyudewantoro. 2006. Jenis-Jenis Ikan Introduksi di Perairan Tawar
Jawa Barat dan Banten: Catatan tentang Taksonomi dan Distribusinya. Jurnal
Iktiologi Indonesia Volume 6 No. 2: 93 – 98.
Rahardjo, M.F. 2008. Perkembangan IPTEK dalam Pemacuan Sumberdaya Ikan. Dalam
Rahardjo et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat
Riset Perikanan Tangkap bekerjasama dengan Departemen MSP-IPB. Pusat
Penelitian Biologi LIPI. dan Masyarakat Iktiologi Indonesia: 45 – 49.
Rahman, A., A.A. Sentosa & D. Wijaya. 2012. Sebaran ukuran dan kondisi ikan zebra
Amatitlania nigrofasciata (Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 12 (2): 135-145.
Saunders, D.L., J.J. Meeuwig, &A.C.J. Vincent. 2002. Freshwater Protected Areas:
Strategies for Conservation. Conservation Biology 16: 30–41.
Schmitter-Soto JJ. 2007. A systematic revision of the genus Archocentrus (Perciformes:
Cichlidae), with the description of two new genera and six new species. Zootaxa,
1603: 1-78.
Verbrugge, L.N.H.. G. vd. Velde. A. J. Hendriks. H. Verreycken & R.S.E.W. Leuven. 2011.
Risk Classifications of Aquatic Non-Native Species: Application of Contemporary
European Assessment Protocols in Different Biogeographical Settings. Aquatic
Invasions Volume 7: 5 p.
Wargasasmita, S. 2005. Ancaman Invasi Ikan Asing Terhadap Keanekaragaman Ikan Asli.
Jurnal Iktiologi Indonesia Volume 5 No. 1: 5 – 10.
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
Webb, A.C. 2006. Risk Assessment Screening for Potentially Invasive Freshwater Fishes
within the Wet Tropics Bioregion: A Review of Assessment Approaches.
Identification Of Knowledge Gaps and Future Recommendations. Australian Centre
for Tropical Freshwater Research Report No. 06/26: 24 p.
Welcomme, R.L. 1988. International Introductions of Inland Aquatic Species. FAO Fisheries
Technical Paper (294): 384 p.
Whitten, T., R.E. Soeriaatmatdja & S. A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Seri Ekologi
Indonesia Jilid II. Prenhallindo: 972p.
Wilding, T.K. & D.K. Rowe. 2008. FRAM: A Fish Risk Assessment Model for the
Importation and Management of Alien Freshwater Fish in New Zealand. NIWA
Client Report: HAM2008-029 May 2008-NIWA Project: BSPF082. National
Institute of Water & Atmospheric Research Ltd, Hamilton, New Zealand. 30 p.
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
La
mp
ira
n 1
. S
ko
rin
g F
RA
M i
ka
n-i
ka
n i
ntr
od
uk
si d
i D
an
au
Ber
ata
n
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV
KSI-PI 37
La
nju
tan
La
mp
ira
n .
1
Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 37
La
nju
tan
La
mp
ira
n .
1