16
FNPKSI - IV KSI-PI 37 KAJIAN RISIKO KEBERADAAN IKAN-IKAN INTRODUKSI DI DANAU BERATAN, BALI Agus Arifin Sentosa, Danu Wijaya, dan Didik Wahju Hendro Tjahjo Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Purwakarta [email protected] ABSTRAK Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terdapat beberapa jenis ikan asing yang terintroduksi secara sengaja maupun tidak disengaja. Keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut perlu dikaji untuk mengetahui dampak ekologinya di danau tersebut. Makalah ini bertujuan untuk menilai dampak risiko ekologis keberadaan ikan-ikan introduksidi Danau Beratan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei, Juli dan Oktober 2011 di Danau Beratan. Contoh ikan diperoleh menggunakan jaring insang percobaan (mesh size: 0,5; 1,0; 1,5 & 2,0 inchi) serta melalui catatan enumerator. Analisis risiko keberadaan ikan asing menggunakan metode skoring Freshwater Fish Risk Assessment Model/FRAM. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 17 spesies ikan di Danau Beratan dimana 70 % merupakan jenis ikan introduksi. Beberapa jenis ikan introduksi tersebut telah memiliki karakter sebagai ikan asing invasif. Analisis menggunakan FRAM menunjukkan nilai potensi dan dampak risiko keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan relatif tinggi. Pengelompokkan potensi risiko ekologis cenderung menyebar dengan korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh ikan introduksidi Danau Beratan walaupun potensi risikonya rendah bisa jadi memiliki dampak risiko yang tinggi kaitannya dengan karakteristik danau dan endemisitas ikan di danau tersebut. Kata kunci: danau Beratan, ikan introduksi, kajian risiko PENDAHULUAN Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terletak di kawasan Bedugul, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau dengan luas genangan 3,85 km 2 , panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,0 km, kedalaman maksimum sekitar 20 m serta berada di ketinggian 1231 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki karakteristik berupa danau kaldera dengan sistem perairan yang tertutup (Hehanussa & Haryani, 2009; BPS Provinsi Bali, 2010). Lingkungan sekitar Danau Beratan lebih didominasi oleh keberadaan kawasan wisata, terutama kawasan Bedugul dan Pura Ulun Danu Beratan, serta beberapa tempat penginapan, lokasi pertanian dan pemukiman penduduk. Arthana et al., (2009) menyebutkan bahwa perubahan alih fungsi lahan dan perlakuan yang kurang bijaksana dalam eksploitasi sumber daya di Danau Beratan telah menyebabkan penurunan daya dukung danau tersebut. Introduksi ikan merupakan suatu kegiatan memasukkan ikan spesies baru ke dalam suatu perairan dimana spesies tersebut sebelumnya tidak terdapat (Rahardjo, 2008). Wargasasmita (2005); Helfman (2007) menyebutkan beberapa istilah untuk ikan introduksi, antara lain ikan eksotik, nonnative, nonindigenous, allochthonous, translocated, transplanted dan allien spesies atau spesies asing. Ikan asing yang terintroduksi ke dalam suatu badan perairan dapat terjadi secara sengaja atau tidak disengaja.

KAJIAN RISIKO KEBERADAAN IKAN-IKAN INTRODUKSI DI DANAU BERATAN, BALI

  • Upload
    dkp

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

FNPKSI - IV

KSI-PI 37

KAJIAN RISIKO KEBERADAAN IKAN-IKAN INTRODUKSI

DI DANAU BERATAN, BALI

Agus Arifin Sentosa, Danu Wijaya, dan Didik Wahju Hendro Tjahjo

Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Purwakarta

[email protected]

ABSTRAK

Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terdapat beberapa jenis ikan asing yang

terintroduksi secara sengaja maupun tidak disengaja. Keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut perlu

dikaji untuk mengetahui dampak ekologinya di danau tersebut. Makalah ini bertujuan untuk menilai

dampak risiko ekologis keberadaan ikan-ikan introduksidi Danau Beratan. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei, Juli dan Oktober 2011 di Danau Beratan. Contoh ikan diperoleh menggunakan jaring

insang percobaan (mesh size: 0,5; 1,0; 1,5 & 2,0 inchi) serta melalui catatan enumerator. Analisis

risiko keberadaan ikan asing menggunakan metode skoring Freshwater Fish Risk Assessment

Model/FRAM. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 17 spesies ikan di Danau Beratan dimana 70 %

merupakan jenis ikan introduksi. Beberapa jenis ikan introduksi tersebut telah memiliki karakter

sebagai ikan asing invasif. Analisis menggunakan FRAM menunjukkan nilai potensi dan dampak

risiko keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan relatif tinggi. Pengelompokkan potensi risiko

ekologis cenderung menyebar dengan korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal

tersebut menunjukkan bahwa seluruh ikan introduksidi Danau Beratan walaupun potensi risikonya

rendah bisa jadi memiliki dampak risiko yang tinggi kaitannya dengan karakteristik danau dan

endemisitas ikan di danau tersebut.

Kata kunci: danau Beratan, ikan introduksi, kajian risiko

PENDAHULUAN

Danau Beratan merupakan salah satu danau di Pulau Bali yang terletak di kawasan

Bedugul, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Danau dengan luas genangan 3,85

km2, panjang danau sekitar 7,5 km, lebar 2,0 km, kedalaman maksimum sekitar 20 m serta

berada di ketinggian 1231 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki karakteristik

berupa danau kaldera dengan sistem perairan yang tertutup (Hehanussa & Haryani, 2009;

BPS Provinsi Bali, 2010). Lingkungan sekitar Danau Beratan lebih didominasi oleh

keberadaan kawasan wisata, terutama kawasan Bedugul dan Pura Ulun Danu Beratan, serta

beberapa tempat penginapan, lokasi pertanian dan pemukiman penduduk. Arthana et al.,

(2009) menyebutkan bahwa perubahan alih fungsi lahan dan perlakuan yang kurang

bijaksana dalam eksploitasi sumber daya di Danau Beratan telah menyebabkan penurunan

daya dukung danau tersebut.

Introduksi ikan merupakan suatu kegiatan memasukkan ikan spesies baru ke dalam

suatu perairan dimana spesies tersebut sebelumnya tidak terdapat (Rahardjo, 2008).

Wargasasmita (2005); Helfman (2007) menyebutkan beberapa istilah untuk ikan introduksi,

antara lain ikan eksotik, nonnative, nonindigenous, allochthonous, translocated, transplanted

dan allien spesies atau spesies asing. Ikan asing yang terintroduksi ke dalam suatu badan

perairan dapat terjadi secara sengaja atau tidak disengaja.

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

Keberadaan ikan introduksi memiliki dampak positif dan negatif, namun berdasarkan

pengalaman di beberapa negara diketahui dampaknya cenderung bersifat merugikan atau

catastrophic (Wargasasmita, 2005), terutama terkait dengan keanekaragaman spesies ikan.

Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam keberadaan

ikan asli yang ada berdasarkan adanya fenomena hibridisasi dengan ikan endemik, perusakan

habitat, kompetisi pakan dan habitat, pemangsaan dan parasit atau penyakit (Courtenay &

Stauffer, 1984 dalam Rachmatika & Wahyudewantoro, 2006).

Danau Beratan telah terindikasi introduksi ikan asing sebagaimanaWhitten et al.,

(1999) menyatakan bahwa Danau Beratan memiliki lebih dari sembilan jenis ikan yang baik

secara sengaja maupun tidak sengaja telah diintroduksikan sejak tahun 1945. Keberadaan

ikan introduksi di Danau Beratan diduga akan berdampak terhadap komunitas ikan asli dan

kegiatan perikanan setempat. Danau Beratan diketahui terdapat spesies endemik Rasbora

baliensis yang hanya ditemukan di danau tersebut saja (Kottelat et al., 1993) sehingga

keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut sangat mendesak terhadap spesies endemik di

Danau Beratan (Whitten et al., 1999). Keberadaan ikan asing zebra cichlid (Amatitlania

nigrofasciata) yang cenderung bersifat invasif juga telah merugikan kegiatan perikanan

tangkap di Danau Beratan (Rahman et al., 2012).

Kajian risiko merupakan salah satu komponen untuk menilai dampak dari introduksi

ikan asing dalam suatu perairan, terutama perairan umum daratan (Copp et al., 2005;

Johnson, 2009). Kajian risiko secara ekologi adalah proses untuk menduga atau

memperkirakan kemungkinan dan tingkat dampak ekologi yang bersifat merugikan yang

disebabkan oleh aktivitas manusia terhadap spesies, komunitas alami, atau proses-proses

ekosistem (Webb, 2006). Keberadaan ikan asing di perairan umumnya terjadi melalui

introduksi yang dilakukan oleh manusia sehingga definisi kajian risiko tersebut dapat

dilakukan untuk kasus ikan introduksi. Kajian risiko bermanfaat untuk mengidentifikasi

spesies yang cenderung menjadi invasif dan menimbulkan dampak negatif yang signifikan

(Verbrugge et al., 2011).

Dampak keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan selama ini belum banyak

dikaji. Keberadaan ikan-ikan introduksi tersebut perlu dikaji untuk mengetahui dampak

ekologinya di danau tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai kajian risiko introduksi

ikan di Danau Batur dan Beratan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

ikan introduksi yang terdapat di kedua danau tersebut terhadap lingkungannya. Kegiatan

tersebut dilakukan dalam rangka mendukung konservasi dan rehabilitasi sumber daya ikan di

Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali. Makalah ini bertujuan untuk menilai dampak risiko

ekologis keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Danau Beratan, kawasan Bedugul, Desa

Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pengamatan dilakukan pada lima

stasiun (Gambar 1) dengan metode survei lapangan yang dilakukan pada bulan Mei, Juli, dan

Oktober 2011.

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

Sampel ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan menggunakan jaring

insang pada berbagai ukuran mata jaring, yaitu 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inchi yang dipasang

pada siang dan malam hari. Beberapa sampel ikan diawetkan dalam formalin 10% untuk

keperluan identifikasi di laboratorium. Identifikasi ikan yang tertangkap dilakukan

berdasarkan Kottelat et al., (1993) dan khusus untuk identifikasi ikan zebra (A. nigrofasciata)

mengacu kepada Schmitter-Soto (2007). Informasi mengenai hasil tangkapan ikan di Danau

Beratan juga diperoleh dari data enumerator untuk mengakomodasi informasi di luar survei

lapangan.

Gambar 1. Stasiun pengamatan di Danau Beratan, Bali

Analisis Data

Kajian risiko keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan dilakukan menggunakan

metode Freshwater Fish Risk Assessment Model (FRAM) yang meliputi penilaian terhadap

kemungkinan keberadaan suatu spesies ikan di lingkungan perairan dan evaluasi terhadap

ukuran risiko potensi invasif dan risiko dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh ikan

asing/introduksi yang dilakukan dengan sistem skoring (Wilding & Rowe, 2008). Kajian

secara deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui risiko keberadaan ikan introduksi di

Danau Batur dan Beratan. Beberapa karakteristik biologi ikan introduksi diperoleh dari hasil

penelitian sendiri pada tahun 2011 dan berdasarkan data yang terdapat dalam

http://www.fishbase.org (Froese & Pauly, 2011).

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Freshwater Fish Risk Assessment Risk Model (FRAM) merupakan suatu konsep

kajian risiko yang dikembangkan oleh Copp et al., (2005) dan Bomford & Glover (2004)

yang spesifik digunakan untuk ikan air tawar. Penggunaannya telah dimodifikasi dalam

kajian risiko di New Zealand yang dilakukan oleh National Institute of Water &

Atmospheric Research / NIWA. Analisis FRAM dilakukan menggunakan sistem skoring

dengan kelompok pertanyan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A yang mengkaji

potensi risiko kemungkinan spesies ikan dapat hidup di luar habitat aslinya dan bagian B

yang mengkaji dampak risiko yang merupakan ukuran dan potensi risiko bahaya dari dampak

lingkungan yang kemungkinan disebabkan oleh ikan asing yang telah mampu hidup di luar

habitat aslinya. Bagian B tersebut juga meliputi penilaian potensi invasif ikan asing dalam

skala geografis tertentu, sehingga potensi invasif analog dengan potensi penyebaran spesies

asing setelah spesies asing tersebut mampu hidup di luar habitat alaminya (Wilding & Rowe,

2008). Contoh daftar pertanyaan dan skoring FRAM disajikan pada Lampiran 1.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat 17 spesies ikan di Danau Beratan dimana 70%

merupakan jenis ikan introduksi. Beberapa jenis ikan introduksi tersebut telah memiliki

karakter sebagai ikan asing invasif seperti ikan zebra cichlid (A. nigrofasciata). Hasil skoring

FRAM untuk ikan-ikan introduksi di Danau Beratan disajikan pada Tabel 1. Keberadaan

spesies ikan endemik Rasbora baliensis di Danau Beratan (Kottelat et al., 1993) dan

Whitten et al,. (1999)) memiliki pengaruh dalam pembobotan skoring FRAM menjadi lebih

besar karena pengaruh endemisitas tersebut.

Tabel 1. Hasil skoring kajian risiko introduksi ikan (FRAM) di Danau Beratan

No. Nama Spesies Nama Lokal

Skor FRAM Potensi

Risiko

(maks. 16)

Dampak

Risiko

(maks. 61)

Risiko

Ekologis

(maks. 77)

1 Amatitlania nigrofasciata Zebra 14 43 57

2 Oreochromis niloticus Nila 13 41 54

3 Clarias sp. Lele 12 42 54

4 Anabas testudineus Betok 11 40 51

5 Osphronemus gouramy Gurami 11 40 51

6 Cyprinus carpio Karper 12 34 46

7 Colossoma macropomum Bawal 12 33 45

8 Osteochilus vittatus Nilem 12 32 44

9 Hypostomus sp. Sapu-sapu 13 28 41

10 Amphilophus citrinellus Red devil 6 34 40

11 Ctenopharingodon idella Mas 3 34 37

12 Xiphophorus hellerii Nyalian Cendol/ Platy 13 20 33

13 Poecilia reticulata Cendol 10 21 31

14 Puntius binotatus Pudah 13 17 30

15 Barbonymus gonionotus Tawes 8 21 29

16 Rasbora lateristriata Nyalian Buluh 12 16 28

17 Rasbora argyrotaenia Nyalian 7 17 24

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

Secara umum, ikan-ikan introduksi di Danau Beratan memiliki dampak risiko

ekologis yang cenderung tinggi, terutama untuk ikan zebra, nila, lele, betok, gurami, karper,

bawal, nilem, sapu-sapu, red devil dan mas. Ikan-ikan kecil seperti ikan nyalian cendol/ platy,

cendol, pudah, tawes, nyalian buluh dan rasbora cenderung hanya memiliki risiko ekologis

yang relatif kecil di Danau Beratan. Khusus di Danau Beratan, ikan-ikan introduksi dapat

dikatakan memiliki risiko ekologis yang berarti, yang membedakan hanyalah tingkat

risikonya saja. Whitten et al., (1999) menyatakan bahwa introduksi ikan di Danau Beratan

yang merupakan satu-satunya habitat bagi ikan wader bali R. baliensis yang endemik

umumnya dilakukan secara tidak hati-hati dan umumnya bersifat tidak disengaja sehingga

dampaknya cukup nyata terlihat.

Danau Beratan tidak mempunyai sungai-sungai yang menjadi outlet atau saluran

keluarnya, kecuali mungkin melalui mata air yang terdapat di lereng-lereng bagian luarnya

sehingga sistem perairannya yang bersifat tertutup (Lukman, 2005). Oleh karena itu, apabila

terjadi tekanan lingkungan di Danau Beratan, maka risikonya akan menjadi lebih besar.

Gambar 2. Hubungan antara potensi dan dampak risiko ikan introduksi di Danau Beratan

Hubungan antara potensi risiko dan dampak risiko ikan introduksi di Danau Beratan

yang menyebabkan risiko ekologis disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 terlihat

pengelompokkan potensi risiko ekologis ikan introduksi di Danau Beratan cenderung

menyebar dengan korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal tersebut

menunjukkan bahwa seluruh ikan introduksi walaupun potensi risikonya rendah bisa jadi

memiliki dampak risiko yang tinggi sehingga dapat dikatakan semua ikan yang

diintroduksikan di Danau Beratan memiliki risiko ekologis. Ikan-ikan berukuran kecil di

Danau Beratan pun memiliki potensi risiko untuk mendesak habitat ikan endemik R. baliensis

yang hanya memiliki panjang maksimum sekitar 3,5 cm (Froese & Pauly, 2011). Bahkan bisa

Zebra Nila

Lele Betok Gurami

Karper Bawal Nilem

Sapu-sapu

Red Devil Mas

Platy Cendol

Pudah

Tawes

Nyalian buluh Nyalian

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sk

or

Dam

pak

Ris

iko

Skor Potensi Risiko

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

jadi ikan-ikan introduksi tersebut justru dapat menjadi pemangsa bagi ikan endemik.

Kehadiran ikan introduksi, secara sengaja ataupun tidak, diduga merupakan salah satu

ancaman dan penyebab hilangnya keanekaragaman hayati di perairan tawar (Saunders et al.,

2002; Clavero & García-Berthou 2005; Dudgeon et al., 2006). Spesies asing dapat menjadi

ancaman penting bagi populasi ikan asli (Pino-del-Carpio et al., 2010).

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 diketahui bahwa ikan zebra (A. nigrofasciata)

merupakan ikan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi di Danau Beratan. Selama survei

lapangan diketahui bahwa ikan zebra memiliki prevalensi penangkapan yang relatif cukup

tinggi (42,86%) dengan biomassa tangkapan sebesar 29,27%. Ikan zebra memiliki luas relung

yang tinggi sehingga merupakan ikan generalis yang mampu beradaptasi dengan kondisi

keterbatasan sumber daya makanan alami di Danau Beratan. Oleh karena itu, peluang

terjadinya kompetisi makanan oleh ikan zebra dengan ikan lainnya di Danau Beratan relatif

tinggi. Ikan zebra diduga dapat menjadi predator bagi ikan-ikan kecil di Danau Beratan

(termasuk R. baliensis juga) mengingat komposisi makanan ikan zebra terdiri dari jenis ikan,

cacing-cacingan, krustasea, serangga, dan tumbuhan air, termasuk plankton (Froese & Pauly,

2011).

Selama survei lapangan di Danau Beratan, ikan zebra selalu tertangkap dengan jaring

insang percobaan dengan jumlah yang cukup banyak. Ikan zebra di Danau Beratan jumlahnya

relatif melimpah, namun ikan tersebut tidak memiliki arti secara ekonomis karena harganya

sangat rendah. Bahkan oleh masyarakat setempat ikan tersebut sudah dianggap sebagai hama

atau organisme pengganggu. Hal tersebut dikarenakan keberadaan ikan zebra akan

mengurangi peluang ikan target tangkapan seperti nila, nilem dan lain-lain yang dapat dijual.

Selain itu, ikan zebra yang tersangkut di jaring insang juga relatif sulit untuk melepaskannya

karena adanya duri-duri keras pada sirip punggungnya sehingga ikan tersebut akan terpuntal

atau terbelit pada badan jaring insang. Berdasarkan karakteristik tersebut, ikan zebra

merupakan ikan invasif di Danau Beratan yang risiko ekologis yang tinggi. Perubahan ikan

zebra yang awalnya hanya berupa ikan asing yang kini mulai memperlihatkan karakter

sebagai ikan invasif perlu diwaspadai. Oktaviani (2008) menyatakan bahwa beberapa studi

kasus menunjukkan akibat suatu spesies eksotik yang berubah menjadi spesies invasif dapat

mengarahkan spesies asli, terutama yang endemik kepada kepunahan. Oleh karena itu,

beberapa upaya perlu dilakukan agar ikan zebra yang invasif tersebut tidak sampai

menyebabkan kepunahan terhadap ikan R. baliensis yang endemik di Danau Beratan.

Primack (2002) menyatakan bahwa spesies asing dapat menjadi spesies invasif

apabila: 1) tidak ada predator bagi spesies eksotik di tempat baru, 2) tidak ada penyakit dan

parasit spesies eksotik di tempat baru, 3) kemampuan adaptasi spesies asing di tempat baru,

dan 4) sifat agresif spesies asing yang mampu merebut relung dari spesies asli. Meffe et al.,

(1997); Helfman (2007) juga menambahkan bahwa selain karakter dari spesies asing sendiri,

potensi suatu spesies asing untuk menjadi invasif juga didukung oleh sifat komunitas yang

dapat diinvasi (invasible communities). Tabel 2 menyebutkan beberapa karakteristik umum

dari spesies invasif dan invadable communities yang apabila kedua karakter tersebut saling

berkolaborasi, maka spesies invasif dapat mengancam eksistensi spesies asli perairan umum

daratan. Oktaviani (2008) telah menjelaskan diagram alir spesies ikan eksotik yang menjadi

spesies ikan invasif yang disajikan pada Gambar 3.

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

Gambar 3. Diagram alir spesies ikan asing menjadi spesies ikan invasif (Oktaviani, 2008)

Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Meffe et al., (1997) dan Helfman

(2007) pada Tabel 2 diketahui bahwa ikan zebra (Amatitlania nigrofasciata) berpotensi

sebagai spesies ikan invasif atau invader sebagaimana tercermin pula dari hasil skoring

FRAM yang menunjukkan ikan tersebut memiliki risiko ekologis yang tinggi. Namun,

berdasarkan karakteristik ikan invasif menurut Meffe et al., (1997); Helfman (2007), ikan

zebra cenderung berisiko untuk bersifat invasif di Danau Beratan.

Hasil kajian menggunakan FRAM menunjukkan bahwa introduksi ikan di Danau

Beratan memiliki risiko ekologis sehingga perlu kehati-hatian dalam hal penebaran ikan.

Selain itu, berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Meffe et al. (1997) dan Helfman

(2007) juga menunjukkan potensi suatu ikan introduksi menjadi ikan asing yang bersifat

invasif di Danau Beratan juga lebih besar sebagaimana terjadi pada ikan zebra (Amatitlania

nigrofasciata) yang awalnya merupakan ikan hias yang terintroduksi secara tidak sengaja

namun kini telah menjadi ikan pengganggu dan invasif di Danau Beratan.

Keberadaan ikan introduksi di Danau Beratan yang sebagian besar telah mengalami

naturalisasi atau telah mantab di luar habitat alaminya perlu dikelola agar dampak ekologinya

tidak semakin besar. Menurut Wargasasmita (2005), ikan asing banyak menimbulkan dampak

negatif terhadap komunitas ikan danau yang terisolasi, seperti Danau Beratan yang

merupakan cekungan terkungkung karena tidak adanya outlet. Salah satu dampak introduksi

ikan antara lain adanya penurunan populasi ikan asli merupakan proses awal menuju

kepunahan spesies tertentu yang mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan

berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan yang homogen didominasi oleh ikan asing.

Kondisi tersebut telah nampak di Danau Beratan yang didominasi oleh ikan zebra yang

merupakan ikan asing.

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

Tabel 2. Karakteristik umum invader sukses dan komunitas/habitat yang dapat diinvasi oleh spesies

(Meffe et al., 1997;Helfman, 2007)

Karakteristik invader sukses:

- Laju reproduksi tinggi, termasuk fekunditas tinggi dan interval pemijahan yang pendek

- Waktu generasi pendek, dengan kematangan gonad yang cepat, khususnya jika ikan

membentuk populasi yang padat dengan ukuran tubuh yang kecil

- Berumur panjang dengan kematangan gonad yang cepat (pada ikan kadang disertai dengan

waktu generasi yang panjang dan kematangan gonad yang terlambat

- Rata-rata kemampuan penyebaran tinggi

- Merupakan spesies pionir dengan koloni yang baik

- Tidak membutuhkan perlindungan induk

- Rentang habitat asli yang luas

- Melimpah dalam rentang habitat aslinya

- Variabilitas genetik dan adaptasi fenotip tinggi

- Toleran pada kisaran kualitas air yang lebar

- Bersifat generalis secara ekologis, tidak bergantung pada habitat dan makanan tertentu

(piscivora, detritivora, dan herbivora memiliki peluang berhasil dibandingkan

zooplanktivora)

- Memiliki sejarah sukses sebelumnya dalam menginvasi habitat oleh dirinya sendiri atau

kerabat dekatnya

- Suka hidup berkelompok.

- Memiliki kemampuan untuk bernafas dengan mengambil udara langsung

- Ukuran tubuh medium (ukuran yang besar cenderung disukai oleh predator)

- Interaksi komensalisme dengan manusia

Karakteristik habitat dan komunitas yang mendukung keberadaan spesies invasif:

- Iklim yang sesuai dengan habitat invader

- Suksesi tahap awal

- Keanekaragaman spesies asli rendah

- Ketidakhadiran predator bagi spesies pendatang

- Ketidakhadiran spesies asli yang menyerupai spesies pendatang baik secara morfologi

maupun ekologi

- Hubungan jaring-jaring makanan rendah

- Adanya modifikasi habitat oleh manusia

- Adanya penurunan variasi habitat alami secara hidrologi atau geomorfologi

- Habitat secara fisik dan kimia relatif stabil

- Terdapat relung trofik yang kosong seperti beberapa atau tidak ada predator dan

zooplanktivora

- Merupakan danau dan sungai di dataran tinggi di daerah tropis

- Komunitas sederhana

- Komunitas yang terganggu secara antropogenik

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

Introduksi ikan pada beberapa kasus bisa jadi tidak bersifat membahayakan dan

pengaruhnya hanya sedikit terhadap komunitas ikan asli, namun menurut pengalaman yang

terdapat di seluruh dunia, introduksi ikan sering bersifat sangat merugikan. Dampak yang

ditimbulkan dapat berupa penurunan kualitas lingkungan ikan alami, gangguan terhadap

komunitas ikan, penurunan sifat-sifat genetika asli, masuknya penyakit dan parasit serta

kesulitan sosial ekonomi bagi nelayan di daerah sekitarnya. Risiko yang paling berat

misalnya karena jenis yang diintroduksikan dapat berkembang biak dengan sangat cepat dan

bersaing dengan jenis yang sudah ada apalagi jika bersifat predator. Oleh karena itu,

introduksi jenis baru tidak boleh dilakukan tanpa didahului oleh penelitian mendalam

mengenai potensi dampaknya (Welcomme, 1988).

Pengaruh introduksi ikan-ikan di perairan Indonesia belum diteliti secara mendalam

tetapi nampaknya terdapat pengaruh negatif terhadap komunitas ikan asli (Kottelat et al.,

1993). Hal tersebut sebagaimana terjadi di Danau Beratan dimana keberadaan ikan introduksi

menyebabkan ikan asli R. baliensis sudah sangat sulit ditemukan. Kurangnya data dan

informasi biologi dan ekologi ikan-ikan introduksi seperti karakteristik sejarah hidupnya,

adaptasi fisiologis dan dampaknya terhadap komunitas ikan asli tentu saja merupakan

permasalahan tersendiri dalam kajian risiko ikan introduksi (Webb, 2006). Oleh karena itu,

penelitian terhadap aspek bioekologi ikan introduksi perlu ditingkatkan agar diperoleh data

dan informasi yang dapat digunakan dalam kajian risiko yang lebih komprehensif.

Elvira (2000) menyatakan bahwa pengelolaan perlu dilakukan bagi ikan-ikan

introduksi dan gangguan ikan invasif. Upaya yang dilakukan cukup bervariasi, mulai dari

upaya pengendalian atau pemusnahan ikan asing hingga pencegahan dan peningkatan

kesadaran masyarakat terhadap keberadaan ikan introduksi. Helfman (2007) menambahkan

bahwa pengelolaan tersebut harus mencakup pengurangan dampak ikan asing,

meminimalisasi kemungkinan adanya introduksi yang tidak disengaja, melakukan analisis

biaya manfaat terhadap rencana introduksi atau penebaran ikan yang disengaja dan juga

melalui pemahaman terhadap risiko introduksi ikan. Secara umum, upaya pencegahan

terhadap dampak negatif introduksi lebih mudah dan murah dibandingkan upaya

pengendalian atau pemberantasan ikan invasif yang menjadi spesies hama atau pengganggu.

KESIMPULAN

Berdasarkan nilai potensi dan dampak risiko keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau

Beratan relatif tinggi. Pengelompokkan potensi risiko ekologis cenderung menyebar dengan

korelasi yang cenderung tidak ada (r = 0,12, P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa

seluruh ikan introduksi di Danau Beratan walaupun potensi risikonya rendah bisa jadi

memiliki dampak risiko yang tinggi kaitannya dengan karakteristik danau dan endemisitas

ikan di danau tersebut.

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Kajian Risiko Introduksi

Ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali”, Tahun Anggaran 2011 di Balai Penelitian

Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arthana, I.W., I.W. Suarna & I.W.S. Adnyana. 2009. Kondisi Ekosistem Danau-Danau di

Provinsi Bali. Prosiding Konferensi Nasional Danau Indonesia I Jilid 2, Bali 13-15

Agustus 2009. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 268-283.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2010. Bali dalam Angka. Katalog BPS No. 1102001.51.

465 p.

Bomford, M. & J. Glover. 2004. Risk Assessment Model for the Import and Keeping of Exotic

Freshwater and Estuarine Finfish. Bureau of Rural Sciences, Canberra, Australia.

125 p.

Clavero, M. & E. García-Berthou. 2005. Invasive Species are a Leading Cause of Animal

Extinctions. Trends in Ecology and Evolution 20. 110 p.

Copp, G.H.. R. Garthwaite & R.E. Gozlan. 2005. Risk Identification and Assessment of Non-

Native Freshwater Fishes: Concepts and Perspectives on Protocols for the UK.

Science Series Technical Report No.129. 32p.

Dudgeon, D., A.H. Arthington, M.O. Gessner, Z.I. Kawabata, D.J. Knowler, C. Leveque, R.J.

Naiman, A.H. Prieur-Richards, D. Soto, M.L.J. Stiassny, & C.A. Sullivan. 2006.

Freshwater Biodiversity: Importance, Threats, Status and Conservation Challenges.

Biological Review 81. 163 – 182.

Elvira, B. 2000. Identification of Non-Native Freshwater Fishes Established in Europe and

Assessment of Their Potential Threats to the Biological Diversity. Document of

Convention on the Conservation of European Wildlife and Natural Habitats.

Standing Committee. 21st meeting. Strasbourg, 26-30 November 2001. 35 p.

Froese, R. & D. Pauly (eds). 2011. FishBase. World Wide Web electronic publication.

www.fishbase.org, version (12/2011).

Hehanussa, P.E. & G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi Morfogenesis Danau di Indonesia untuk

Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. In Konferensi Nasional Danau Indonesia I, Bali.

13-15 Agustus 2009. (eds). Kementerian Lingkungan Hidup. Prosiding Konferensi

Nasional Danau Indonesia I Jilid 2: Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan

Iklim. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 298-310.

Helfman, G.S. 2007. Fish Conservation: A Guide to Understanding and Restoring Global

Aquatic Biodiversity and Fishery Resources. Island Press. Washington. United States

of America. 584 p.

Johnson, E.E. 2009. A Quantitative Risk Assessment Model for the Management Of Invasive

Yellow Perch in Shuswap Lake. British Columbia. Research Project Submitted in

Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Resource

Management in the School of Resource and Environmental Management Simon

Fraser University. Project No. 475. 105 p.

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of

Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan

Sulawesi). Periplus Editions Ltd. Indonesia. 293 p.

Lukman. 2005. Konsep Limnologis dalam Manajemen Danau untuk Mendukung

Pengembangan Pariwisata (Studi Kasus Danau Beratan, Bali). Dalam Hehanussa et

al. (eds). Prosiding Simposium Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber

Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan. UPT Balai

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali LIPI bekerja sama dengan

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali.

Meffe, G.K., C.R. Caroll & Contributors. 1997. Principles of Conservation Biology. 2nd

Edition. Sinauer Associates, Inc. Sunderland, 729 p.

Oktaviani, D. 2008. Kehati-Hatian terhadap Introduksi Spesies Ikan Eksotik di Perairan

Umum Daratan Indonesia. Dalam Rahardjo et al. (eds). Prosiding Forum Nasional

Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat Riset Perikanan Tangkap bekerjasama dengan

Departemen MSP-IPB. Pusat Penelitian Biologi LIPI. dan Masyarakat Iktiologi

Indonesia: 63 – 74.

Pino-del-Carpio, A., R. Miranda, & J. Puig. 2010. Non-Native Freshwater Fish Management

in Biosphere Reserves. Management of Biological Invasions (1): 13 – 33.

Primack, R. B. 2002. Essential of Conservation Biology. 3rd Edition. Sinauer Associates, Inc.

Sunderland. 698 p.

Rachmatika, I. & G. Wahyudewantoro. 2006. Jenis-Jenis Ikan Introduksi di Perairan Tawar

Jawa Barat dan Banten: Catatan tentang Taksonomi dan Distribusinya. Jurnal

Iktiologi Indonesia Volume 6 No. 2: 93 – 98.

Rahardjo, M.F. 2008. Perkembangan IPTEK dalam Pemacuan Sumberdaya Ikan. Dalam

Rahardjo et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat

Riset Perikanan Tangkap bekerjasama dengan Departemen MSP-IPB. Pusat

Penelitian Biologi LIPI. dan Masyarakat Iktiologi Indonesia: 45 – 49.

Rahman, A., A.A. Sentosa & D. Wijaya. 2012. Sebaran ukuran dan kondisi ikan zebra

Amatitlania nigrofasciata (Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali. Jurnal Iktiologi

Indonesia, 12 (2): 135-145.

Saunders, D.L., J.J. Meeuwig, &A.C.J. Vincent. 2002. Freshwater Protected Areas:

Strategies for Conservation. Conservation Biology 16: 30–41.

Schmitter-Soto JJ. 2007. A systematic revision of the genus Archocentrus (Perciformes:

Cichlidae), with the description of two new genera and six new species. Zootaxa,

1603: 1-78.

Verbrugge, L.N.H.. G. vd. Velde. A. J. Hendriks. H. Verreycken & R.S.E.W. Leuven. 2011.

Risk Classifications of Aquatic Non-Native Species: Application of Contemporary

European Assessment Protocols in Different Biogeographical Settings. Aquatic

Invasions Volume 7: 5 p.

Wargasasmita, S. 2005. Ancaman Invasi Ikan Asing Terhadap Keanekaragaman Ikan Asli.

Jurnal Iktiologi Indonesia Volume 5 No. 1: 5 – 10.

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

Webb, A.C. 2006. Risk Assessment Screening for Potentially Invasive Freshwater Fishes

within the Wet Tropics Bioregion: A Review of Assessment Approaches.

Identification Of Knowledge Gaps and Future Recommendations. Australian Centre

for Tropical Freshwater Research Report No. 06/26: 24 p.

Welcomme, R.L. 1988. International Introductions of Inland Aquatic Species. FAO Fisheries

Technical Paper (294): 384 p.

Whitten, T., R.E. Soeriaatmatdja & S. A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Seri Ekologi

Indonesia Jilid II. Prenhallindo: 972p.

Wilding, T.K. & D.K. Rowe. 2008. FRAM: A Fish Risk Assessment Model for the

Importation and Management of Alien Freshwater Fish in New Zealand. NIWA

Client Report: HAM2008-029 May 2008-NIWA Project: BSPF082. National

Institute of Water & Atmospheric Research Ltd, Hamilton, New Zealand. 30 p.

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

La

mp

ira

n 1

. S

ko

rin

g F

RA

M i

ka

n-i

ka

n i

ntr

od

uk

si d

i D

an

au

Ber

ata

n

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

La

nju

tan

La

mp

ira

n .

1

Makalah Poster – Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

KSI-PI 37

La

nju

tan

La

mp

ira

n .

1

Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan – IV

KSI-PI 37

La

nju

tan

La

mp

ira

n .

1