Upload
untan
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentangan hutan yang
cukup luas. Hutan sangat berperan bagi manusia yang hidup di
bumi. selain sebagai sumber daya alam yang menyediakan kebutuhan
harian manusia, hutan juga mempunyai sebagai paru-paru dunia,
tempat penyimpanan air (hidrology regime reguler), dan sebagainya.
Tetapi karena semakin besarnya kebutuhan manusia, maka manusia
pada akhirnya justru mengeksploitasi hutan yang ada. Adapun
akibat yang didapat dari pengeksploitasian hutan adalah bencana
alam berupa Banjir Bandang.
Tidak sedikit daerah yang mengalami Banjir Bandang karena
penggundulan hutan yang terjadi di sekitarnya. hal inilah yang
pada akhirnya haru di tangani oleh kita yang mendiami daerah
tersebut. (Gultom, AB. 2012). Banjir yang terjadi belakangan ini
sudah merupakan hal yang tiap waktu terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Seperti banjir di Ibu Kota Jakarta yang tiap tahun
terjadi ketika musim penghujan tiba, khususnya di bulan Januari
sampai bulan Februari. Masih hangat dalam ingatan kita kejadian
banjir besar pada tahun 2002 yang menenggelamkan 40 % wilayah
Jakarta dan tahun 2007 yang menenggelamkan 60 persen wilayahnya.
Hujan yang turun di wilayah Jabodetabek serta di wilayah hulu
(misalnya daerah Cibodas) dengan curah yang tinggi sejak 1
Februari 2007 selama tiga hari berturut–turut, bahkan berlanjut
hingga satu minggu, telah menyebabkan bencana banjir yang melanda
sebagian besar wilayah Jabodetabek.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Banjir Bandang adalah banjir yang terjadi di daerah di
permukaan rendah yang terjadi akibat hujan yang turun terus-
menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung
dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang
tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah
dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Tinggi
permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 – 6 meter,
Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air
dengan tiba-tiba. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah
hujan berintensitas tinggi dengan durasi pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Dari sekian banyak kejadian,
sebagian besar diawali oleh adanya longsoran, kemudian menyumbat
sungai dan menimbulkan bendung- bendung alami.
Di sisi lain banjir bandang merupakan suatu proses aliran air
yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-
bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-
batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda
dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut,
banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab,
dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-
tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.
Gbr. 1.1 Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan
kondisi bukit diatasnya.
2. Penyebab Banjir Bandang
Perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini ternyata
berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam
waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif sama,
namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya
intensitas banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya
menyimpang jauh lebih tinggi (hujan eksepsional) dibandingkan
normalnya, maka banjir yang terjadi akan sangat besar. Lebih
parah lagi manakala kejadian hujan tersebut berlangsung selama
beberapa hari berturut-turut, maka banjir di hilir dan
meningkatnya genangan tidak dapat dihindarkan lagi (Irianto,
2002)
.
Gbr 1.2 Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu
longsoran dan banjir bandang.
Pada umumnya banjir bandang disebabkan oleh dua katagori
yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia.
Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,
erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan
pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia
disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran
Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya
drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya
hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir
yang tidak tepat (Cit Sebastian, 2008)
Secara Alami
a. Curah Hujan
Oleh karena beriklim tropis, Indonesia mempunyai dua musim
sepanjang tahun, yakni musim penghujan umumnya terjadi antara
bulan Oktober – Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan
April- September. Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi
berakibat banjir di sungai dan bila melebihi tebing sungai
maka akan timbul banjir atau genangan. b.
b. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi
dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai,
geometric hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan
lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai
di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas
saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.
Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada sungai-sungai di
Indonesia. Menurut Rahim (2000) erosi tanah longsor
(landslide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion)
memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di
sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut
d. Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada
sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi
DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi
sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan
terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini
dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai.
Akibat Aktivitas Manusia
a. Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan
tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena
meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang
ada, perubahan tata guna lahan berkontribusi besar terhadap
naiknya kuantitas dan kualitas banjir. b.
b. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar
( Illegal logging ), tani berpindah-pindah dan permainan
rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah
satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan
terjadinya banjir
3. Dampak yang Muncul
Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur
yang disebabkan oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya
kikis genangan air, longsornya tanah di seputar/di bawah
pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan dengan benda-benda
berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih besar
bila letak bangunan dilembah-lembah pegunungan dibanding di
dataran rendah terbuka. Banjir dadakan akan menghantam apa saja
yang dilaluinya (Sebastian, 2008)
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak banjir :
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai
fungsi lahan.
2. Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada
bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta
daerah banjir
4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
5. Mengadakan program pengerukan sungai
6. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
permukaan laut
7. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai
rawan banjir,
4. Tanda-Tanda Terjadinya Banjir Bandang
Tanda-tanda sebelum terjadinya banjir bandang menurut survey
YPM dan JICA (2011) adalah sebagai berikut:
Hujan lebat
Angin kencang dan Banyak pohon tumbang
Debit air lebih tinggi
Air keruh
Penyusutan muka air sungai
Berdasarkan tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang
tersebut maka dapat diterangkan
bahwa adanya hujan lebat mengakibatkan debit air sungai
meningkat, proses longsoran menyebabkan terbawanya kayu dan
keruhnya air sungai hingga tersumbatnya aliran sungai. Proses
tersumbatnya saluran sungai menyebabkan muka air menyusut
karena air terbendung. Sedangkan suara gemuruh merupakan
indikasi gerakan air yang sangat cepat dengan membawa material
kayu dan batu sebagai akibat jebolnya sumbatan sungai. Daerah
yang merupakan kawasan rawan banjir bandang dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
- Terdapat bentang lahan yang kontras antara perbukitan
dengan kemiringan lereng yang curam menjadi dataran rendah.
- Dataran rendah yang merupakan zona endapan yang membentuk
bentang lahan berupa aluvial fan (kipas aluvial) yaitu zona
akumulasi sedimen banjir yang membentuk morfologi seperti
kipas.
- Daerah hulu terdiri dari batuan lapuk pada zona gempa,
sehingga adanya gempa bumi akan memicu terjadinya longsor pada
tebing sungai dengan kelerengan tinggi.
Peringatan akan terjadinya banjir bandang
Ada dua jenis peringatan bagi banjir bandang :
a. Peringatan dini berdasarkan kearifan lokal dalam menandai
kapan akan terjadi banjir bandang pada suatu daerah
misalnya surutnya debit sungai di luar keadaan sehari-
hari
b. Peringatan banjir bandang lain adalah ketika terjadi
bencana atau akan terjadi bencana . Peringatan banjir
bandang dikeluarkan bila ada ramalan curah hujan lebat
yang akan terjadi di daerah yang cenderung menimbulkan
banjir bandang di daerah tersebut dan bila perlu
dilakukan tindakan evakuasi dari daerah rendah. Jangann
berkendara di daerah yang mengalami banjir bandang.
c. Beberapa hal yang perlu diwaspadai bila berada di daerah
yang terancam banjir :
i. Waspada terhadap tanda-tanda turunnya hujan lebat
mendadak.
ii. Waspadai terhadap tanda-tanda kenaikan muka air
sungai yang sangat cepat
iii. Banjir bandang dapat terjadi oleh bobolnya tanggul
atau bendungan atau tercurahnya air yang terbendung
secara tiba-tiba
(jurnal Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang,
2012.http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800040/
materials/pdf/outputs_15.pdf )
5. Efek dan penatalaksanaan dari banjir bandang
Efek buruk yang ditimbulkan banjir adalah kondisi lingkungan
yang kumuh, akibat hujan dan banjir meningkatkan risiko
kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dan orang lanjut
usia. Turunnya daya tahan tubuh akibat perubahan pola hidup
dan stres bisa memicu munculnya berbagai penyakit fisik dan
psikis. Kewaspadaan terhadap ancaman penyakit akibat terutama
bagi warga di daerah yang tergenang, sebaiknya
ditingkatkan.apabila Musim hujan masih berlangsung dan
menimbulkan banjir di berbagai wilayah menimbulkan risiko
penularan penyakit. Yang terpenting dalam keadaan banjir
adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam
masyarakat dari semua golongan . Hal ini dikarenakan banyaknya
sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu
dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap
ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-
mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga
mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir : diare, DBD,
leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta
lain. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh
& daya tahan terhadap stress.
Akibat dari kondisi lingkungan yang buruk tersebut adalah
munculnya berbagai penyakit seperti:
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
membawa salah satu jenis virus dengue. Saat banjir
perkembangan nyamuk ini meningkat karena semakin banyak
lokasi genangan air, dimana nyamuk ini bisa berkembang biak.
4-10 hari setelah gigitan (masa inkubasi) barulah penyakit
DBD menunjukkan gejala berupa lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu
hati, demam, mual, munculnya ruam (purpura), pusing, dan
rasa nyeri pada otot, tulang, dan sendi. (Depkes RI
Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, 1999).
Hingga saat ini, belum ditemukan obat spesifik untuk
penyakit DBD, pengobatan medis yang dilakukan umumnya hanya
menanggulangi gejala yang dimunculkan penyakit ini, seperti
memberikan obat penurun demam dan pemasukan cairan tubuh
(infus). Pertolongan dini adalah mengatasi presyok/ syok
yang terjadi dengan memberikan minum sebanyaknya,bila perlu
beri cairan melalui infus, kompres , berikan obat penurun
panas ,Segera rujuk ke Rumah sakit terdekat.
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan gerakan 3M, yaitu mengubur sampah, dan
menguras serta selalu menutup tempat penampungan air
b. Penyemprotan (Fogging) dan juga menjaga kebersihan
lingkungan
c. penyediaan kelambu dan Penyediaan obat pencegah yang
aman untuk anak kecil, ibu hamil dan lansia.
2. Diare
Adalah keluarnya BAB yang sering dan mengandung banyak air,
encer dalam satu hari disertai rasa mulas, biasanya terjadi
karena hasil rangsangan atau radang pelapis usus yang
mengakibatkan buangan dalam usus besar tidak mempunyai waktu
untuk diserap airnya. Diare kebanyakan disebabkan oleh
beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari
racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat
biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari
dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit
atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang
parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan. Untuk
Diare minumlah satu atau dua gelas air putih atau air
mineral yang bersih dan sudah dimasak. Minumlah oralit yang
merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan
energi dan menahan diare / berak setelah habis BAB. Hindari
minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang
asam lambung. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan
rendah sera dan istirahat yang cukup.
Penanganan dan Pencegahannya :
a. Pendidikan mengenai Kesehatan
b. Untuk sementara, menghindari penggunaan air keran dan
air sumur
c. Identifikasi daerah bersih dan daerah terkontaminasi
sekitar
d. Membersihkan perabotan yang masih ingin digunakan
dengan disinfektan/ dengan mencuci menggunakan air
bersih.
e. Membagikan sabun pembersih
f. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
g. Pertolongan Pertama Pada Diare, Memberikan cairan gula
dan garam agar dapat mengatasi dehidrasi
h. Memberikan suplemen makanan yang dapat membantu stamina
dan mengembalikan fungsi organ-organ tubuh secara
maksimal
i. Penyediaan air bersih dan makanan yang cukup
j. Memberikan obat anti diare yang dapat membantu
k. obat yang biasa digunakan, misalnyha immudium, dan
antibiotik.
3. Psikosomatik
Kondisi lingkungan yang berubah tiba-tiba dan merasakan
kecemasan orangtua. Demikian pula trauma karena kehilangan
orang yang dicintai, atau harta benda yang diperjuangkan
dengan susa payah, meyebabkan perasaan pilu yang luar biasa.
Selanjutnya kondisi kecemsan itu akan menekan alam bawah
sadar maryakat, sehingga senantiasa merasa banjir akan
datang lagi, dan berbagai kondisi psikologis sebagai
pencetus penyakit ini. Pencegahan dan pengobatan gangguan
ini dapat diatasi dengan pemberian makanan dan minuman sehat
yang cukup, serta istrihat yang cukup. Demikian pula dapat
diberikan obat anticemas, misalnya: Valium, Diazepam, dan
berbagai suplemen lainnya.
ISPA
Infeksi saluran nafas atas adalah penyakit infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring,
atau laring. Yang termasuk gejala dari ISPA adalah badan
pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit
kepala, sakit pada tengorokan. Penyebab terjadinya ISPA
adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus.
Terapi yangdiberikan pada penyakit ini biasanya pemberian
antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus
yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat
obatan. selain itu dengan pemberian antibiotik dapat
mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial,
pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus
diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA
yangsudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan
karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri
yangterlibat
Penanganan dan Pencegahan :
a. Makan-makanan yang banyak mengandung energy
b. kolaborasi pemberian obat : Parasetamol,
Antihistamin, dan antibiotik jika terjadi infeksi
bakteri
c. Menyediakan area yang cukup
d. Perlindungan yang cukup seperti pakaian yang layak
dan selimut yang memadai
e. Memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk
4. Leptosiprosis
Salah satu penyakit yang mengintai warga di sekitar lokasi
banjir adalah Leptospirosis. Ini adalah salah satu penyakit
menular yang berasal dari hewan dan menjangkiti manusia dan
termasuk penyakit zoonosis paling sering di dunia.
Leptospirosis disebabkan bakteri patogen berbentuk spiral
genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo Spirochaetales.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi dengan
angka 5-40 persen.
Infeksi ringan diperkirakan pada 90 persen kasus. Anak
balita, orang usia lanjut, dan penderita yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah punya risiko kematian tinggi akibat
penyakit ini. Pada usia di atas 50 tahun, risiko kematiannya
bisa mencapai 56 persen. Pada penderita ikterus yang sudah
mengalami kerusakan hati, risiko kematiannya lebih tinggi.
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi,
kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar,
dan tupai. Bakteri Leptospira terbawa air seni tikus atau
air seni hewan lain yang tercampur dalam genangan air hujan
atau banjir. Penyakit ini dapat menyerang semua usia,
mayoritas berusia 10-39 tahun, sehingga bisa jadi usia
adalah sebuah faktor risiko. Cara menghindari atau
mengurangi risiko terkena leptospirosis adalah dengan
menghindari atau mengurangi kontak dengan air yang tercemar
dan binatang di wilayah banjir. Pakailah sepatu yang beralas
keras, sarung tangan, baju dan kacamata pelindung, untuk
menghindari kemungkinan luka yang memicu risiko infeksi.
Perhatikan pula kebersihan lingkungan dengan selalu menjaga
kemungkinan kontaminasi. Pengobatan penyakit Leptospirosis
dengan pemberian antibiotik, misalya: doksisiklin,
cephalosporin, dan obat-obat antibiotik turunan quinolon.
Demikian pula dapat diberikan penisilin, ampisilin atau
antibiotik lainnya yang serupa. Pemberian antibiotik
sebaiknya secara intrevena (infus).
5. Penyakit kulit dan saluran cerna
Penyakit kulit yang dapat berupa infeksi, alergi, atau
bentuk lain. Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah
kebersihan yang tidak terjaga baik. Tempat berkumpulnya
banyak orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir,
juga berperan dalam penularan infeksi kulit.Penyakit saluran
cerna lain, misalnya demam tifoid. Faktor kebersihan makanan
memegang peranan penting, karena itu selalu perhatikan
kebersihan makanan yang akan dikonsumsi. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan: Seminimal mungkin menghindari kontak
langsung dengan air dengan menggunakan sepatu boot. Jagalah
kebersihan dan selalu gunakan pakaian yang kering.
6. Peran perawat
Menurut Thompson 2000 :
1. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra
bencana ini, antara lain:
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta
tenda)
c. Melatih penanganan pertama korban bencana, dan
d. Merkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat
tersebut).
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur
tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar.
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter,
baterai).
e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan
atau posko-posko bencana.
2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan
tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil,
masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat
sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana
‖seleksi‖ pasien untuk penanganan segera (emergency) akan
lebih efektif. (Triase). TRIASE :
a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang
mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami
hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma
kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-
II.
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua
meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke
keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien
masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka,
cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini
adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor
laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak
dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan
meninggal.
3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
kesehatan sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan
khusus bayi, peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan
diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada
korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan
seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual
muntah, dan kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak,
dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal
dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh
para psikolog dan psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai
pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak
mengungsi
4. Peran perawat dalam fase postimpact Bencana tentu memberikan
bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan
kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu akibat alami
dan akibat aktivitas manusia. Dalam kaitannya terjadinya
banjir, maka terdapat metode pengendalian banjir, yaitu
metode struktural dan non-struktural. Metode
strukturaladadua jenis yaitu Perbaikan dan pengaturan sistem
sungai yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi
sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (short
cut) dan floodway;dan Pembangunan pengendali banjir yang
meliputi bendungan (dam), kolam retensi, pembuatan check dam
(penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai,
groundsill, retarding basin dan pembuatan polder. Sedangkan
metode non struktural adalah pengelolaan DAS,
yaitupengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi,
peramalan banjir, partisipasi masyarakat, law enforcement,
dsb. Pengelolan DAS berhubungan erat dengan peraturan,
pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan
dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi
tanah.
DAFTAR PUSTAKA
(BakornasPB, 2007:http://www.bakomaspb.go.id/new/id/index.php?
option=comcontent&task=view&id=27&itemid=64)
Bethke, L., J. Good and P. Thompson. 2000. Building Capacities
for Risk Reducation, Edisi 1. Module Disaster Management Trining
Programme.
Gultom, AB. 2012. Penananganan Bencana Banjir. Universitas
Sumatra Utara.
Irianto,G. 2002. Banjir Bandang: Penyebab Utama dan Upaya
Antisipasinya. Tabloid “Sinar Tani” edisi 30 Januari - 5 Februari
2002