24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentangan hutan yang cukup luas. Hutan sangat berperan bagi manusia yang hidup di bumi. selain sebagai sumber daya alam yang menyediakan kebutuhan harian manusia, hutan juga mempunyai sebagai paru-paru dunia, tempat penyimpanan air (hidrology regime reguler), dan sebagainya. Tetapi karena semakin besarnya kebutuhan manusia, maka manusia pada akhirnya justru mengeksploitasi hutan yang ada. Adapun akibat yang didapat dari pengeksploitasian hutan adalah bencana alam berupa Banjir Bandang. Tidak sedikit daerah yang mengalami Banjir Bandang karena penggundulan hutan yang terjadi di sekitarnya. hal inilah yang pada akhirnya haru di tangani oleh kita yang mendiami daerah tersebut. (Gultom, AB. 2012). Banjir yang terjadi belakangan ini sudah merupakan hal yang tiap waktu terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Seperti banjir di Ibu Kota Jakarta yang tiap tahun terjadi ketika musim penghujan tiba, khususnya di bulan Januari sampai bulan Februari. Masih hangat dalam ingatan kita kejadian banjir besar pada tahun 2002 yang menenggelamkan 40 % wilayah Jakarta dan tahun 2007 yang menenggelamkan 60 persen wilayahnya. Hujan yang turun di wilayah Jabodetabek serta di wilayah hulu (misalnya daerah Cibodas) dengan curah yang tinggi sejak 1 Februari 2007 selama tiga hari berturut–turut, bahkan berlanjut

Disaster (banjir bandang)

  • Upload
    untan

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentangan hutan yang

cukup luas. Hutan sangat berperan bagi manusia yang hidup di

bumi. selain sebagai sumber daya alam yang menyediakan kebutuhan

harian manusia, hutan juga mempunyai sebagai paru-paru dunia,

tempat penyimpanan air (hidrology regime reguler), dan sebagainya.

Tetapi karena semakin besarnya kebutuhan manusia, maka manusia

pada akhirnya justru mengeksploitasi hutan yang ada. Adapun

akibat yang didapat dari pengeksploitasian hutan adalah bencana

alam berupa Banjir Bandang.

Tidak sedikit daerah yang mengalami Banjir Bandang karena

penggundulan hutan yang terjadi di sekitarnya. hal inilah yang

pada akhirnya haru di tangani oleh kita yang mendiami daerah

tersebut. (Gultom, AB. 2012). Banjir yang terjadi belakangan ini

sudah merupakan hal yang tiap waktu terjadi di berbagai daerah di

Indonesia. Seperti banjir di Ibu Kota Jakarta yang tiap tahun

terjadi ketika musim penghujan tiba, khususnya di bulan Januari

sampai bulan Februari. Masih hangat dalam ingatan kita kejadian

banjir besar pada tahun 2002 yang menenggelamkan 40 % wilayah

Jakarta dan tahun 2007 yang menenggelamkan 60 persen wilayahnya.

Hujan yang turun di wilayah Jabodetabek serta di wilayah hulu

(misalnya daerah Cibodas) dengan curah yang tinggi sejak 1

Februari 2007 selama tiga hari berturut–turut, bahkan berlanjut

hingga satu minggu, telah menyebabkan bencana banjir yang melanda

sebagian besar wilayah Jabodetabek.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Banjir Bandang adalah banjir yang terjadi di daerah di

permukaan rendah yang terjadi akibat hujan yang turun terus-

menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat

penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung

dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang

tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah

dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Tinggi

permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 – 6 meter,

Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air

dengan tiba-tiba. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah

hujan berintensitas tinggi dengan durasi pendek yang menyebabkan

debit sungai naik secara cepat. Dari sekian banyak kejadian,

sebagian besar diawali oleh adanya longsoran, kemudian menyumbat

sungai dan menimbulkan bendung- bendung alami.

Di sisi lain banjir bandang merupakan suatu proses aliran air

yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-

bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-

batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda

dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut,

banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab,

dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-

tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.

Gbr. 1.1 Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan

kondisi bukit diatasnya.

2. Penyebab Banjir Bandang

Perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini ternyata

berdampak pada terjadinya akumulasi curah hujan tinggi dalam

waktu yang singkat. Dengan curah hujan tahunan yang relatif sama,

namun dengan durasi yang singkat akan berdampak pada meningkatnya

intensitas  banjir yang terjadi. Apalagi kalau curah hujannya

menyimpang jauh lebih tinggi (hujan eksepsional) dibandingkan

normalnya, maka banjir yang terjadi akan sangat besar. Lebih

parah lagi manakala kejadian hujan tersebut berlangsung selama

beberapa hari berturut-turut, maka  banjir di hilir dan

meningkatnya genangan tidak dapat dihindarkan lagi (Irianto,

2002)

.

Gbr 1.2 Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu

longsoran dan banjir bandang.

Pada umumnya banjir bandang disebabkan oleh dua katagori

yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia.

Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,

erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan

pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia

disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan  perubahan-

perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran

Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya

drainase lahan, kerusakan bangunan  pengendali banjir, rusaknya

hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir

yang tidak tepat (Cit Sebastian, 2008)

Secara Alami

a. Curah Hujan

Oleh karena beriklim tropis, Indonesia mempunyai dua musim

sepanjang tahun, yakni musim penghujan umumnya terjadi antara

bulan Oktober – Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan

April- September. Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi

berakibat banjir di sungai dan bila melebihi tebing sungai

maka akan timbul banjir atau genangan.  b.

b. Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi

dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai,

geometric hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,

potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan

lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya

banjir.

c. Erosi dan Sedimentasi

Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas

penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai

di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas

saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.

Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada sungai-sungai di

Indonesia. Menurut Rahim (2000) erosi tanah longsor

(landslide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion)

memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di

sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut

d. Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada

sungai dapat disebabkan oleh pengendapan  berasal dari erosi

DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi

sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya

penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan

terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini

dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai.

Akibat Aktivitas Manusia

a. Perubahan kondisi DAS

Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha

pertanian yang kurang tepat,  perluasan kota, dan perubahan

tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena

meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang

ada, perubahan tata guna lahan berkontribusi besar terhadap

naiknya kuantitas dan kualitas banjir.  b.

b.  Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)

Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar

( Illegal logging ), tani  berpindah-pindah dan permainan

rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah

satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan

terjadinya banjir

3. Dampak yang Muncul

 Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur

yang disebabkan oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya

kikis genangan air, longsornya tanah di seputar/di  bawah

pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan dengan benda-benda

berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih besar

bila letak bangunan dilembah-lembah pegunungan dibanding di

dataran rendah terbuka. Banjir dadakan akan menghantam apa saja

yang dilaluinya (Sebastian, 2008)

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak banjir :

1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai

fungsi lahan.

2. Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada

bagian sungai yang sering menimbulkan banjir

3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta

daerah banjir

4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.

5. Mengadakan program pengerukan sungai

6. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari

permukaan laut

7. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu

dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai

rawan banjir,

4. Tanda-Tanda Terjadinya Banjir Bandang

Tanda-tanda sebelum terjadinya banjir bandang menurut survey

YPM dan JICA (2011) adalah sebagai berikut:

Hujan lebat

Angin kencang dan Banyak pohon tumbang

Debit air lebih tinggi

Air keruh

Penyusutan muka air sungai

Berdasarkan tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang

tersebut maka dapat diterangkan

bahwa adanya hujan lebat mengakibatkan debit air sungai

meningkat, proses longsoran menyebabkan terbawanya kayu dan

keruhnya air sungai hingga tersumbatnya aliran sungai. Proses

tersumbatnya saluran sungai menyebabkan muka air menyusut

karena air terbendung. Sedangkan suara gemuruh merupakan

indikasi gerakan air yang sangat cepat dengan membawa material

kayu dan batu sebagai akibat jebolnya sumbatan sungai. Daerah

yang merupakan kawasan rawan banjir bandang dapat

diidentifikasi sebagai berikut.

- Terdapat bentang lahan yang kontras antara perbukitan

dengan kemiringan lereng yang curam menjadi dataran rendah.

- Dataran rendah yang merupakan zona endapan yang membentuk

bentang lahan berupa aluvial fan (kipas aluvial) yaitu zona

akumulasi sedimen banjir yang membentuk morfologi seperti

kipas.

- Daerah hulu terdiri dari batuan lapuk pada zona gempa,

sehingga adanya gempa bumi akan memicu terjadinya longsor pada

tebing sungai dengan kelerengan tinggi.

Peringatan akan terjadinya banjir bandang

Ada dua jenis peringatan bagi banjir bandang :

a. Peringatan dini berdasarkan kearifan lokal dalam menandai

kapan akan terjadi banjir bandang pada suatu daerah

misalnya surutnya debit sungai di luar keadaan sehari-

hari

b. Peringatan banjir bandang lain adalah ketika terjadi

bencana atau akan terjadi bencana . Peringatan banjir

bandang dikeluarkan bila ada ramalan curah hujan lebat

yang akan terjadi di daerah yang cenderung menimbulkan

banjir bandang di daerah tersebut dan bila perlu

dilakukan tindakan evakuasi dari daerah rendah. Jangann

berkendara di daerah yang mengalami banjir bandang.

c. Beberapa hal yang perlu diwaspadai bila berada di daerah

yang terancam banjir :

i. Waspada terhadap tanda-tanda turunnya hujan lebat

mendadak.

ii. Waspadai terhadap tanda-tanda kenaikan muka air

sungai yang sangat cepat

iii. Banjir bandang dapat terjadi oleh bobolnya tanggul

atau bendungan atau tercurahnya air yang terbendung

secara tiba-tiba

(jurnal Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang,

2012.http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800040/

materials/pdf/outputs_15.pdf )

5. Efek dan penatalaksanaan dari banjir bandang

Efek buruk yang ditimbulkan banjir adalah kondisi lingkungan

yang kumuh, akibat hujan dan banjir meningkatkan risiko

kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dan orang lanjut

usia. Turunnya daya tahan tubuh akibat perubahan pola hidup

dan stres bisa memicu munculnya berbagai penyakit fisik dan

psikis. Kewaspadaan terhadap ancaman penyakit akibat terutama

bagi warga di daerah yang tergenang, sebaiknya

ditingkatkan.apabila Musim hujan masih berlangsung dan

menimbulkan banjir di berbagai wilayah menimbulkan risiko

penularan penyakit. Yang terpenting dalam keadaan banjir

adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam

masyarakat dari semua golongan . Hal ini dikarenakan banyaknya

sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu

dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap

ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-

mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga

mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir : diare, DBD,

leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta

lain. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh

& daya tahan terhadap stress.

Akibat dari kondisi lingkungan yang buruk tersebut adalah

munculnya berbagai penyakit seperti:

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang

membawa salah satu jenis virus dengue. Saat banjir

perkembangan nyamuk ini meningkat karena semakin banyak

lokasi genangan air, dimana nyamuk ini bisa berkembang biak.

4-10 hari setelah gigitan (masa inkubasi) barulah penyakit

DBD menunjukkan gejala berupa lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu

hati, demam, mual, munculnya ruam (purpura), pusing, dan

rasa nyeri pada otot, tulang, dan sendi. (Depkes RI

Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, 1999).

Hingga saat ini, belum ditemukan obat spesifik untuk

penyakit DBD, pengobatan medis yang dilakukan umumnya hanya

menanggulangi gejala yang dimunculkan penyakit ini, seperti

memberikan obat penurun demam dan pemasukan cairan tubuh

(infus). Pertolongan dini adalah mengatasi presyok/ syok

yang terjadi dengan memberikan minum sebanyaknya,bila perlu

beri cairan melalui infus, kompres , berikan obat penurun

panas ,Segera rujuk ke Rumah sakit terdekat.

Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan gerakan 3M, yaitu mengubur sampah, dan

menguras serta selalu menutup tempat penampungan air

b. Penyemprotan (Fogging) dan juga menjaga kebersihan

lingkungan

c. penyediaan kelambu dan Penyediaan obat pencegah yang

aman untuk anak kecil, ibu hamil dan lansia.

2. Diare

Adalah keluarnya BAB yang sering dan mengandung banyak air,

encer dalam satu hari disertai rasa mulas, biasanya terjadi

karena hasil rangsangan atau radang pelapis usus yang

mengakibatkan buangan dalam usus besar tidak mempunyai waktu

untuk diserap airnya. Diare kebanyakan disebabkan oleh

beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari

racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan

makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat

biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari

dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit

atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang

parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan. Untuk

Diare minumlah satu atau dua gelas air putih atau air

mineral yang bersih dan sudah dimasak. Minumlah oralit yang

merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan

energi dan menahan diare / berak setelah habis BAB. Hindari

minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang

asam lambung. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan

rendah sera dan istirahat yang cukup.

Penanganan dan Pencegahannya :

a. Pendidikan mengenai Kesehatan

b. Untuk sementara, menghindari penggunaan air keran dan

air sumur

c. Identifikasi daerah bersih dan daerah terkontaminasi

sekitar

d. Membersihkan perabotan yang masih ingin digunakan

dengan disinfektan/ dengan mencuci menggunakan air

bersih.

e. Membagikan sabun pembersih

f. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.

g. Pertolongan Pertama Pada Diare, Memberikan cairan gula

dan garam agar dapat mengatasi dehidrasi

h. Memberikan suplemen makanan yang dapat membantu stamina

dan mengembalikan fungsi organ-organ tubuh secara

maksimal

i. Penyediaan air bersih dan makanan yang cukup

j. Memberikan obat anti diare yang dapat membantu

k. obat yang biasa digunakan, misalnyha immudium, dan

antibiotik.

3. Psikosomatik

Kondisi lingkungan yang berubah tiba-tiba dan merasakan

kecemasan orangtua. Demikian pula trauma karena kehilangan

orang yang dicintai, atau harta benda yang diperjuangkan

dengan susa payah, meyebabkan perasaan pilu yang luar biasa.

Selanjutnya kondisi kecemsan itu akan menekan alam bawah

sadar maryakat, sehingga senantiasa merasa banjir akan

datang lagi, dan berbagai kondisi psikologis sebagai

pencetus penyakit ini. Pencegahan dan pengobatan gangguan

ini dapat diatasi dengan pemberian makanan dan minuman sehat

yang cukup, serta istrihat yang cukup. Demikian pula dapat

diberikan obat anticemas, misalnya: Valium, Diazepam, dan

berbagai suplemen lainnya.

ISPA

Infeksi saluran nafas atas adalah penyakit infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring,

atau laring. Yang termasuk gejala dari ISPA adalah badan

pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit

kepala, sakit pada tengorokan. Penyebab terjadinya ISPA

adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus.

Terapi yangdiberikan pada penyakit ini biasanya pemberian

antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus

yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat

obatan. selain itu dengan pemberian antibiotik dapat

mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial,

pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus

diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi

kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA

yangsudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang sudah

menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan

karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri

yangterlibat

Penanganan dan Pencegahan :

a. Makan-makanan yang banyak mengandung energy

b. kolaborasi pemberian obat : Parasetamol,

Antihistamin, dan antibiotik jika terjadi infeksi

bakteri

c. Menyediakan area yang cukup

d. Perlindungan yang cukup seperti pakaian yang layak

dan selimut yang memadai

e. Memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk

4. Leptosiprosis

Salah satu penyakit yang mengintai warga di sekitar lokasi

banjir adalah Leptospirosis. Ini adalah salah satu penyakit

menular yang berasal dari hewan dan menjangkiti manusia dan

termasuk penyakit zoonosis paling sering di dunia.

Leptospirosis disebabkan bakteri patogen berbentuk spiral

genus Leptospira, famili leptospiraceae dan ordo Spirochaetales.

Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi dengan

angka 5-40 persen.

Infeksi ringan diperkirakan pada 90 persen kasus. Anak

balita, orang usia lanjut, dan penderita yang mempunyai daya

tahan tubuh rendah punya risiko kematian tinggi akibat

penyakit ini. Pada usia di atas 50 tahun, risiko kematiannya

bisa mencapai 56 persen. Pada penderita ikterus yang sudah

mengalami kerusakan hati, risiko kematiannya lebih tinggi.

Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi,

kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar,

dan tupai. Bakteri Leptospira terbawa air seni tikus atau

air seni hewan lain yang tercampur dalam genangan air hujan

atau banjir. Penyakit ini dapat menyerang semua usia,

mayoritas berusia 10-39 tahun, sehingga bisa jadi usia

adalah sebuah faktor risiko. Cara menghindari atau

mengurangi risiko terkena leptospirosis adalah dengan

menghindari atau mengurangi kontak dengan air yang tercemar

dan binatang di wilayah banjir. Pakailah sepatu yang beralas

keras, sarung tangan, baju dan kacamata pelindung, untuk

menghindari kemungkinan luka yang memicu risiko infeksi.

Perhatikan pula kebersihan lingkungan dengan selalu menjaga

kemungkinan kontaminasi. Pengobatan penyakit Leptospirosis

dengan pemberian antibiotik, misalya: doksisiklin,

cephalosporin, dan obat-obat antibiotik turunan quinolon.

Demikian pula dapat diberikan penisilin, ampisilin atau

antibiotik lainnya yang serupa. Pemberian antibiotik

sebaiknya secara intrevena (infus).

5. Penyakit kulit dan saluran cerna

Penyakit kulit yang dapat berupa infeksi, alergi, atau

bentuk lain. Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah

kebersihan yang tidak terjaga baik. Tempat berkumpulnya

banyak orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir,

juga berperan dalam penularan infeksi kulit.Penyakit saluran

cerna lain, misalnya demam tifoid. Faktor kebersihan makanan

memegang peranan penting, karena itu selalu perhatikan

kebersihan makanan yang akan dikonsumsi. Pencegahannya dapat

dilakukan dengan: Seminimal mungkin menghindari kontak

langsung dengan air dengan menggunakan sepatu boot. Jagalah

kebersihan dan selalu gunakan pakaian yang kering.

6. Peran perawat

Menurut Thompson 2000 :

1. Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra

bencana ini, antara lain:

a. Mengenali instruksi ancaman bahaya

b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency

(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta

tenda)

c. Melatih penanganan pertama korban bencana, dan

d. Merkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi

lingkungan,  palang merah nasional maupun lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi

persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat

tersebut).

b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti

menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur

tulang , perdarahan, dan  pertolongan pertama luka bakar.

c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat

seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.

d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat

dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter,

baterai).

e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan

atau  posko-posko bencana.

2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan

tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil,

masing-masing  bidang tim survey mulai melakukan pengkajian

cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat

sebagai bagian dari tim kesehatan.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk

memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana

‖seleksi‖ pasien untuk penanganan segera (emergency) akan

lebih efektif. (Triase). TRIASE :

a. Merah —  paling penting, prioritas utama. keadaan yang

mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami

hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma

kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-

II.

b. Kuning —  penting, prioritas kedua. Prioritas kedua

meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke

keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien

masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut

antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka,

cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II

c. Hijau  — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini

adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor

laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.

d. Hitam —  meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak

dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan

meninggal.

3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek

kesehatan sehari-hari.

b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan

harian.

c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang

memerlukan  penanganan kesehatan di RS.

d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan

khusus bayi, peralatan kesehatan.

f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit

menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan

diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.

g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada

korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan

seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi

psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual

muntah, dan kelemahan otot).

h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak,

dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal

dengan terapi  bermain.

i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh

para  psikolog dan psikiater.

j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai

pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak

mengungsi

4. Peran perawat dalam fase postimpact Bencana tentu memberikan

bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan  psikologis

korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat

untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan

kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama

untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana

kecacatan terjadi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan

Terdapat dua katagori penyebab banjir, yaitu akibat alami

dan akibat aktivitas manusia. Dalam kaitannya terjadinya

banjir, maka terdapat metode pengendalian banjir, yaitu

metode struktural dan non-struktural. Metode

strukturaladadua jenis yaitu Perbaikan dan pengaturan sistem

sungai yang meliputi sistem jaringan sungai, normalisasi

sungai, perlindungan tanggul, tanggul banjir, sudetan (short

cut) dan floodway;dan Pembangunan pengendali banjir yang

meliputi bendungan (dam), kolam retensi, pembuatan check dam

(penangkap sedimen), bangunan pengurang kemiringan sungai,

groundsill, retarding basin dan pembuatan polder. Sedangkan

metode non struktural adalah pengelolaan DAS,

yaitupengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi,

peramalan banjir, partisipasi masyarakat, law enforcement,

dsb. Pengelolan DAS berhubungan erat dengan peraturan,

pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan

dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi

tanah.

DAFTAR PUSTAKA

(BakornasPB, 2007:http://www.bakomaspb.go.id/new/id/index.php?

option=comcontent&task=view&id=27&itemid=64)

Bethke, L., J. Good and P. Thompson. 2000. Building Capacities

for Risk Reducation, Edisi 1. Module Disaster Management Trining

Programme.

Gultom, AB. 2012. Penananganan Bencana Banjir. Universitas

Sumatra Utara.

Irianto,G. 2002. Banjir Bandang: Penyebab Utama dan Upaya

Antisipasinya. Tabloid “Sinar Tani” edisi 30 Januari - 5 Februari

2002

Sebastian, L. 2008. Pendekatan Pencegahan Dan Penanggulangan

Banjir. Dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 2