23
DIABETES MELLITUS I. SEJARAH DIABETES MELITUS Kata “diabetes” berasal dari kata “diabere” yang berarti siphon atau tabung yang berfungsi untuk mengalirkan atau memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Disebut dengan penyakit diabetes karena salah satu gejala atau ciri pengidap penyakit diabetes adalah sering buang air kecil. Penyakit diabetes sudah dikenal jauh sebelum abad masehi. Kira-kira pada 1500 tahun SM, di Mesir, pada Papyrus Ebers ditemukan sebuah penyakit dengan gejala banyak kencing (Alamsyah. 2013). Setelah itu berabad-abad kemudian sekitar 30 tahun SM, Celsus atau Paracelsus juga menemukan penyakit yang gejalanya mirip dengan yang ditemukan di Mesir jauh sebelumnya. Namun pada saat itu belum ada penamaan untuk gejala penyakit tersebut, hanya saja digunakan istilah “penyakit aneh” untuk menamakannya. Baru sekitar 200 tahun kemudian-lah, Areteaus menamakan penyakit aneh tersebut dengan nama diabetes. Areteaus menggambarkan penyakit diabetes sebagai meleleh atau larutnya daging dan tungkai ke dalam cairan urine (Alamsyah. 2013). I.1 Sejarah dibetes di Asia Lalu pada abad ke-3 sampai dengan abad ke-6, di India dan China, para ilmuwan serta dokter menemukan penyakit diabetes dan menyatakan bahwa cairan urine para penderita diabetes

DIABETES MELLITUS fix

Embed Size (px)

Citation preview

DIABETES MELLITUS

I. SEJARAH DIABETES MELITUS

Kata “diabetes” berasal dari kata “diabere” yang berarti

siphon atau tabung yang berfungsi untuk mengalirkan atau

memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Disebut

dengan penyakit diabetes karena salah satu gejala atau ciri

pengidap penyakit diabetes adalah sering buang air kecil.

Penyakit diabetes sudah dikenal jauh sebelum abad masehi.

Kira-kira pada 1500 tahun SM, di Mesir, pada Papyrus Ebers

ditemukan sebuah penyakit dengan gejala banyak kencing

(Alamsyah. 2013).

Setelah itu berabad-abad kemudian sekitar 30 tahun SM,

Celsus atau Paracelsus juga menemukan penyakit yang

gejalanya mirip dengan yang ditemukan di Mesir jauh

sebelumnya. Namun pada saat itu belum ada penamaan untuk

gejala penyakit tersebut, hanya saja digunakan istilah

“penyakit aneh” untuk menamakannya. Baru sekitar 200 tahun

kemudian-lah, Areteaus menamakan penyakit aneh tersebut

dengan nama diabetes. Areteaus menggambarkan penyakit

diabetes sebagai meleleh atau larutnya daging dan tungkai ke

dalam cairan urine (Alamsyah. 2013).

I.1 Sejarah dibetes di Asia

Lalu pada abad ke-3 sampai dengan abad ke-6, di India dan

China, para ilmuwan serta dokter menemukan penyakit diabetes

dan menyatakan bahwa cairan urine para penderita diabetes

berasa manis. Dan sekitar tahun 1000, Ibnu Sina, seorang

dokter yang juga ilmuwan muslim ( di dunia barat ia dikenal

dengan Avicena ) menuliskan gangren diabetik untuk pertama

kalinya. Kemudian pada sekitar tahun 1674, seorang ilmuwan

bernama Willis melukiskan kondisi urine penderita diabetes

yang dinyatakan berasa manis oleh para ilmuwan India dan

China tersebut sebagai “urin yang digenangi madu” (Alamsyah.

2013).

Sejak saat itulah nama penyakit diabetes ditambahkan kata

“mellitus” di belakangnya sehingga menjadi “diabetes

mellitus” atau “diabetes melitus”. Kata mellitus sendiri

berarti madu. Sampai saat itu belum berhasil ditemukan

penyakit diabetes yang menjangkiti hewan, hingga pada 1889

dua orang ilmuwan medis Von Mehring dan Minkowski mendapati

adanya gejala diabetes pada anjing yang diambil pankreas-nya

(Alamsyah. 2013).

I.2 Penemuan Insulin Sebagai Bagian Dari Sejarah

Diabetes

Kemudian akhirnya dunia dikejutkan dengan penemuan insulin

oleh seorang ahli bedah yang masih muda bernama Frederick

Grant Banting dan seorang asistennya bernama Charles Herbert

yang saat itu masih mahasiswa pada abad ke-20, tepatnya

tahun 1921. Atas temuan mereka itu, hadiah nobel pada tahun

1923 dihadiahkan kepada mereka berdua. Dengan ditemukannya

hormon insulin tersebut, maka perkembangan penyakit diabetes

selanjutnya mengarah kepada perkembangan pengobatan diabetes

(Alamsyah. 2013).

Pada 1954 – 1956 ditemukan sebuah tablet sejenis

sulfonilurea yang dapat meningkatkan kadar hormon insulin.

Lalu pada 1969 ditemukan tablet sulfonilurea generasi kedua

yang dikenal dengan glibenklamid. Seiring berkembangnya ilmu

pengobatan diabetes dengan diketemukannya berbagai jenis

obat diabetes, maka komplikasi akut diabetes menjadi relatif

lebih bisa diatasi. Hal ini membuat usia harapan hidup

pengidap diabetes menjadi lebih baik dan panjang (Alamsyah.

2013).

Namun persoalan diabetes tidak berhenti sampai disitu

dengan munculnya kondisi komplikasi jangka panjang diabetes

yang sebelumnya tidak dikenal. Begitulah, sejarah diabetes

dan pengobatannya masih terus berlanjut sampai sekarang. Dan

manusia masih terus berusaha menemukan metode dan obat untuk

mengatasinya. Maka menerapkan pola dan gaya hidup sehat

adalah cara terbaik dan termurah yang bisa kita, manusia,

lakukan untuk berdamai dengan “diabetes mellitus” (Alamsyah.

2013).

II. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS

Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau ketika

tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkan. Hiperglikemia, atau gula darah yang meningkat,

merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan

dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada

banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah.

Diabetes Melitus (atau diabetes) adalah sebuah kondisi

kronis dimana tubuh tidak dapat menggunakan sumber energi

(glukosa) yang terdapat dalam darah sebab tubuh tidak dapat

melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kondisi

tersebut mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat.

Insulin merupakan hormon yang dilepaskan oleh pankreas,

merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam

mempertahankan kadar gula darah tetap stabil. Insulin

menyebabkan gula (glukosa) berpindah ke dalam sel sehingga

bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan

energi dalam bentuk glikogen. Peningkatan kadar gula darah

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula

merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga

mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada

saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa

menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi

(Anonim, 2008).

Dalam kondisi normal, karbohidrat dan gula yang

dikonsumsi akan diubah menjadi sumber energi yang disebut

glukosa. Sel-sel tubuh membutuhkan glukosa sebagai energi

untuk menjalankan fungsinya. Akan tetapi, tubuh membutuhkan

hormon insulin untuk menyerap glukosa dari aliran darah dan

mensirkulasikannya ke berbagai sel-sel tubuh. Dalam keadaan

diabetes, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa,

baik karena tubuh tidak memproduksi hormon insulin yang

cukup, sel tubuh tidak merespon insulin secara normal, atau

kombinasi keduanya.

Keadaan itu mengakibatkan glukosa tetap berada dalam

darah dan akan terus bertambah seiring dengan makanan yang

masuk ke dalam tubuh. Tingginya level glukosa dalam darah

dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pembuluh darah di

jantung, hati, ginjal, mata dan juga sistem saraf. Jika

tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menyebabkan

serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan lain

sebagainya.

III. PENYEBAB & GEJALA DIABETES MELLITUS

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

terkena diabetes diantaranya:

1.Faktor keturunan

2.Kegemukan/Obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun

3.Tekanan darah tinggi

4.Angka trigliserida (salah satu jenis molekul lemak) yang

tinggi

5.Level kolesterol yang tinggi

6.Gaya hidup moderen yang cenderung mengkonsumsi makanan

instan

7.Merokok dan stress

8.Terlalu banyak konsumsi karbohidrat

9.Kerusakan pada sel pankreas

Gangguan metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh

kekurangan energi, itu sebabnya penderita diabetes

melitus umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar.

Adapun gejala umum yang dirasakan oleh penderita diabetes

adalah:

1.Sering buang air kecil

2.Sering merasa sangat haus

3.Sering lapar karena tidak mendapat cukup energi sehingga

tubuh memberi sinyal lapar

4.Penurunan berat badan secara tiba-tiba meski tidak ada

usaha menurunkan berat badan. Hal ini karena sewaktu

tubuh tidak dapat menyalurkan gula ke dalam sel-selnya,

tubuh membakar lemak dan proteinnya sendiri untuk

mendapatkan energi.

5.Sering kesemutan pada kaki atau tangan.

6.Mengalami masalah pada kulit seperti gatal atau borok.

7.Jika mengalami luka, butuh waktu lama untuk dapat sembuh.

8.Perubahan perilaku seperti mudah tersinggung. Penyebabnya

karena penderita diabetes tipe 1 sering terbangun pada

malam hari untuk buang air kecil sehingga tidak dapat

tidur nyenyak.

9.Mudah merasa lelah.

Gejala tersebut merupakan efek dari pada kadar gula

darah yang tinggi, yang akan mempengaruhi ginjal

menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk

mengencerkan glukosa sehingga penderita sering buang air

kecil dalam jumlah yang banyak. Dari akibat ini penderita

merasa haus yang berlebihan sehinggabanyak minum. Sejumlah

besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita

mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkonsumsikan hal

ini, penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa

sehingga banyak makan (Anonim, 2012).

IV. TIPE-TIPE DIABETES MELLITUS

IV.1 Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 sering juga disebut dengan

ketergantungan terhadap insulin atau insulin dependent

diabetes mellitus (IDDM). Penyakit ini dapat terjadi pada

semua umur, namun perkembangannya lebih sering dimulai pada

masa anak-anak. Diabetes tipe 1 merupakan kelainan pada

sistem kekebalan tubuh (immune system). Antibodi yang

seharunya membentengi tubuh dari bakteri dan virus malah

menyerang pangkreas dan menghancurkan sel penghasil hormon

insulin (sel beta). Akibatnya pankreas tidak dapat lagi

memproduksi insulin bagi tubuh.

Pengobatan terhadap diabetes tipe 1 berupa injeksi

insulin secara rutin, karena penderitanya tidak lagi dapat

memproduksi insulin. Secara garis besar, pengobatan

diabetes tipe 1 membutuhkan perubahan pola hidup, seperti:

o Mengecek kadar gula darah secara teratur

o Mengatur pola makan/diet

o Olahraga teratur

o Terapi insulin atau mengkonsumsi obat-obatan yang

dibutuhkan

Perawatan Diabetes Tipe 1

Karena pankreas kesulitan menghasilkan insulin, maka insulin

harus ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara suntikan

insulin. Apakah bisa dengan perawatan secara oral? Tidak

bisa, karena insulin dapat hancur dalam lambung bila

dimasukkan lewat mulut.

Cara lain adalah dengan memperbaiki fungsi kerja pankreas.

Jika pankreas bisa kembali berfungsi dengan normal, maka

pankreas bisa memenuhi kebutuhan insulin yang dibutuhkan

tubuh.

IV.2 Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang paling banyak

terjadi, yaitu sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Pada

diabetes tipe 2, pankreas tetap memproduksi hormon insulin

seperti biasanya. Namun jumlah yang diproduksi tidak dapat

memenuhi kebutuhan tubuh atau karena sel-sel tubuh tidak

merespon insulin sebagaimana mestinya (resistensi insulin).

Resistensi insulin merupakan penyebab paling umum diabetes

tipe 2.

Orang yang kelebihan berat badan memiliki resiko yang

lebih besar mengalami diabetes tipe 2, karena kegemukan

bisa menyebabkan kondisi resisten terhadap insulin.

Resistensi insulin menyebabkan kadar gula darah (glukosa)

meningkat, karena walaupun pankreas bekerja keras

memproduksi hormon insulin tetap tidak mampu menjaga gula

darah berada dalam level normal.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor

genetik dan lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2

memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe

2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan

diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan

darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras

Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih

tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor

lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe

2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang

untuk menderita diabetes tipe 2.

Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang

tua atau kakak atau adik)

Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang

tinggi (>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl

Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa

Darah Puasa Terganggu (GDPT)

Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat

melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram

Makanan tinggi lemak, tinggi kalori

Gaya hidup tidak aktif (sedentary)

Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari

berat badan ideal)

Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara

signifikan pada usia 45 tahun

Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi

juga resistensi insulin

(Regina. Tt)

Walaupun diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi

penderita diabetes tetap dapat hidup sehat dan normal jika

ditangani dengan tepat. Begitu pula dengan diabetes tipe 2,

dapat dikontrol dengan menjaga berat badan tetap normal,

olahraga rutin, menjaga pola makan sehat, dan mengkonsumsi

obat-obatan untuk diabetes.

o Perawatan Diabetes Tipe 2

Perawatan diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi

kerja pankreas sehingga dapat menghasilkan insulin lebih

banyak. Jika pankreas bisa menghasilkan insulin yang

dibutuhkan tubuh, maka kadar gula dalam darah akan menurun

karena dapat diubah menjadi energi. Dalam banyak kasus,

dapat diobati dengan minum pil, paling tidak pada awalnya,

untuk merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak

insulin. Pil itu sendiri bukan insulin.

Namun pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika

terus menerus dipaksa. Cara terbaik untuk mengatasi

diabetes tipe 2 adalah dengan diet yang baik untuk

mengurangi berat badan dan kadar gula, disertai dengan

gerak badan yang sesuai.

IV.3 Diabetes Gestasional

Diabetes yang terjadi selama masa kehamilan disebut

diabetes gestasional. Diabetes tipe ini sering kali sulit

dideteksi karena faktor aktivitas hormonal yang tinggi pada

wanita hamil. Tingginya level glukosa pada wanita hamil

akan mempengaruhi kondisi janin karena glukosa juga akan

disirkulasikan melewati placenta dan bayi dalam kandungan.

Konsultasi teratur dengan dokter diperlukan agar diabetes

bisa dideteksi lebih dini.

Diabetes gestasional biasanya akan sembuh setelah

melahirkan. Namun memiliki diabetes gestasional selama masa

kehamilan membuat wanita tersebut memiliki resiko tinggi

mengembangkan diabetes tipe 2 di masa yang akan datang.

Selain itu, diabetes gestasional dapat mengganggu kesehatan

ibu dan kandungannya. Resiko pada bayi antara lain:

Berat badan berlebihan (obesitas)

Kesulitan bernapas saat kelahiran

Memiliki resiko mengalami diabetes

Penanganan terhadap diabetes gestasional bertujuan

untuk menjaga level glukosa dalam darah tetap normal, yang

meliputi pengaturan pola makan/diet yang baik untuk masa

kehamilan dan rendah kalori dan lemak, olahraga rutin

(senam kehamilan), dan mengecek kondisi kandungan secara

teratur termasuk berat badan janin.

V.KECENDERUNGAN PENINGKATAN JUMLAH PENYANDANG DIABETES

Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di

beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran

di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.

Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya

hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan

peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti

Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan

lain-lain. Tetapi data epidemiologi di negara berkembang

memang masih belum banyak. Hal ini disebabkan penelitian

epideemiologik sangat mahal biayanya. Oleh karena itu

angka prevalensi yang dapat itelusuri terutama berasal

dari negara maju.

Prevalensi Diabetes Melitus Tipe I

Di Indonesia penyandang diabetes mellitus (DM) tipe

I sangat jarang. Demikian pula di negara tropis lain. Hal ini

rupanya ada hubungan dengannya dengan letak geografis

Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa. Dari angka

prevalensi berbagai negara tampak bahwa makin jauh letaknya

suatu negara dari khatulistiwa makin tinggi prevalensinya DM

tipe-nya. Ini bisa dilihat pada prevalensi DM tipe I di Eropa.

Di bagian utara Eropa,misalnya di negara-negara Skandinavia

prevalensi tipe 1-nya merupakan yang tertinggi di dunia,

sedangkan di daerah bagian selatan Eropa misalnya di Malta

sangat jarang. Di samping itu juga tampak bahwa insidens DM

tipe 1 di Eropa Utara meningkat dalam 2-3 dekade terakhir. Ini

menunjukkan bahwa barangkali pada DM tipe 1 faktor

lingkungannya juga berperan di samping yang sudah diketahui

yaitu faktor genetik.

Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2

Lain halnya pada DM tipe 2 yang meliputi lebih 90%

dari semua populasi diabetes, faktor lingkungan diabetes,

faktor lingkungan sangat berperan. Prevalensi DM tipe 2

pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari orang

dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk

membandingkan prevalensi diabetes antar berbagai kelompok

etnik di seluruh dunia.

Tentang baku emas yang tadi dibicarakan, sebenarnya

juga ada keistimewaannya, misalnya suatu penelitian di

Wadena Amerika Serikat, mendapatkan bahwa prevalensi pada

orang kulit putih sangat tinggi dibandingkan dengan baku

emas tadi (Eropa) yaitu sebesar 23,2% untuk semua

gangguan toleransi glukosa, terdiri dari 15,1% Toleransi

Glukosa Terganggu (TGT) dan 8,1% DM tipe 2. Dengan kenyataan

ini dapat diambil kesimpulan bahwa factor lingkungan

sangat berperan. Hal ini dapat dilihat pada studi Wadena

tadi bahwa secara genetic mereka sama-sama kulit putih,

tetapi di Eropa prevalensinya lebih rendah. Di sini jelas

karena orang-orang di Wadena lebih gemuk dan hidupnya

lebih santai. Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa

lain, terutama di negara yang tergolong sangat berkembang

seperti Singapura, Korea, dan barangkali Indonesia.

Dapatlah disimpulkan bahwa faktor lingkungan teutama

peningkatan kemakmuran suatu bangsa akan meningkatkan

prevalensi diabetes. Bahwa kekerapan akan menjadi dua

kali lebih tinggi dalam waktu 10 tahun bukanlah suatu hal

yang mustahil terutama di Negara berkembang yang

pertumbuhan ekonominya sudah mapan. Keadaan ini tentu

saja harus diantisipasi oleh pembuat kebijaksanaan di

tiap Negara bekembang supaya dalam menentukan rencana

jangka panjang kebijakan pelayanan kesehatan di

negaranya, masalah ini harus dipertimbangkan.

VI.KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

VI.1 Komplikasi Jangka Pendek

Penyakit diabetes melitus bisa diikuti dengan berbagai

komplikasi. Dalam jangka pendek, diabetes dapat

menyebabkan:

o Hiperglikemia (Hyperglycemia)

Hiperglikemia atau gula darah tinggi dalam waktu yang

panjang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ

tubuh. Komplikasi ini dapat terjadi jika pasien tidak

mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi level glukosa

dalam darah seperti injeksi insulin, atau karena disebabkan

pola makan dan hidup yang tidak berorientasi pada

penanganan penyakit diabetes. Hiperglikemia adalah kondisi

yang serius dan membutuhkan tindakan medis secepatnya.

o Hipoglikemia (Hypoglycemia)

Dalam beberapa kasus, penderita diabetes melakukan

penanganan yang salah dan berlebihan sehingga level glukosa

dalam darah menjadi terlalu rendah. Melewatkan jam makan

dan olahraga serta mengkonsumsi obat diabetes (memperkecil

kadar glukosa) atau melakukan injeksi insulin bisa

menyebabkan hipoglikemia. Selalu mengontrol level glukosa

dalam darah dan konsultasikan dengan dokter mengenani

penanganan diabetes yang tepat, agar pasien tidak jatuh

dalam kondisi hipoglikemia ini.

o Ketoacidosis

Ketoacidosis adalah komplikasi penyakit diabetes yang

terjadi saat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa/gula

darah sebagai energi karena kekurangan insulin. Saat sel-

sel tubuh kekurangan energi, mereka akan menggunakan

cadangan lemak sebagai energi. Saat jaringan lemak

terganggu, terbentuklah zat keton (racun) dalam tubuh.

Kondisi ini bisa mengakibatkan kesulitan bernapas, sakit

perut parah, dan juga dehidrasi.

VI.2 Komplikasi Jangka Panjang

Semakin lama seseorang menderita penyakit diabetes,

maka semakin tinggi pula resikonya mengalami komplikasi

akibat problem glukosa dalam darah ini. Penanganan yang

baik bisa mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi ini,

atau semakin baik pasien mengontrol level glukosa tetap

normal maka semakin kecil resikonya.

Komplikasi akibat diabetes umumnya berhubungan dengan

kerusakan pembuluh darah. Diabetes dalam jangka panjang

dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengurangi

volume aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti mata,

ginjal, jaringan saraf, dan lain sebagainya. Akibatnya

bagian-bagian tubuh tersebut akan mengalami kerusakan

fungsi yang serius, bahkan mengancam nyawa.

o Kerusakan mata

Penyakit diabetes dapat merusak pembuluh darah di mata,

yang bisa menyebabkan berbagai seperti katarak, glaukoma,

kerusakan retina, hingga kebutaan.

o Masalah pada kulit dan kaki

Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah pada

kaki. Rusaknya jaringan saraf dan pembuluh darah akan

membatasi aliran darah ke tempat tersebut. Luka gores kecil

di kaki atau kulit dengan mudah berubah menjadi luka

infeksi yang sangat parah. Tanpa perhatian yang serius,

luka tersebut akan semakin menyebar dan merusak. Pada

kondisi terparah, bagian tersebut harus diamputasi agar

infeksi tidak terus menyebar.

o Masalah jantung

Seseorang dengan diabetes beresiko tinggi terkena masalah

jantung. Peneliti mengatakan bahwa resiko serangan jantung

pada penderita diabetes sama dengan orang yang pernah

terkena serangan jantung sebelumnya.

Beberapa masalah pada jantung dan penyempitan pembuluh

darah yang berhubungan dengan diabetes antara lain:

Stroke

Kerusakan pembuluh arteri

Tekanan darah tinggi

Kolesterol tinggi

o Neuropathy

Gula yang berlebih pada tubuh dapat merusak saraf dan

jaringan pembuluh di kaki dan tangan, menyebabkan

kesemutan, mati rasa, sakit atau sensasi seperti terbakar.

Pada kondisi mati rasa yang parah, penderita diabetes

bahkan tidak dapat merasakan rasa sakit jika tergores,

hingga akhirnya sadar saat luka tersebut melebar dan

terinfeksi. Selain beberapa komplikasi di atas, penyakit-

penyakit berikut juga memiliki potensi terjadi pada

penderita diabetes dalam jangka panjang:

Infeksi kulit

Infeksi saluran kemih

Gagal ginjal

Disfungsi ereksi

(Anonim, Tt)

VII. PEMERIKSAAN DIABETES MELLITUS

Berikut ini beberapa alternatif yang bisa Anda lakukan

baik secara pribadi atau tes di klinik.

VII.1 Tes darah

Biasa dilakukan di laboratorium, yang dites adalah

darah saat puasa dan postprandial. Sebelum melakukan

tes, Anda harus berpuasa selama 12 jam. Kadar gula

yang normal selama berpuasa adalah di bawah 100 mg/dl.

Setelah itu, pengambilan darah akan dilakukan kembali

2 jam setelah makan, bila hasilnya diatas 140 mg/dl

dapat berarti Anda menderita diabetes.

VII.2 Tes UrineUrine atau air kencing diperiksa kadar albumin, gula

dan mikroalbuminurea untuk mengetahu apakah seseorang

menderita penyakit ini atau tidak. Tes ini juga dilakukan

di laboratorium atau klinik.

6.3. Glukometer

Tes ini dapat dilakukan sendiri di rumah bila

memiliki alatnya. Caranya adalah dengan menusukkan

jarum pada jari untuk mengambil sampel darah.

Kemudian sampel darah diletakkan ke dalam celah yang

tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya tidak

terlalu akurat, tetapi dapat digunakan untuk

memantau gula bagi penderita agar apabila ada

indikasi gula tinggi dapat segera melakukan

pengecekan di laboratorium dan menghubungi dokter.

Alat glukometer terkini sudah dirancang begitu mudah

digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit saat

mengambil sampel darah.

VIII. PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS

Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama

ditujukan kepada orang-orang yang memiliki risiko untuk

menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat

timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin

di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya

gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM

tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan

faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan

dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya

ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia

>45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir

bayi>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional

(DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang

dari 2,5 kg.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat

badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (>

140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35

mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat

tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga harus

dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang

mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko

tinggi mederita DM tipe 2.

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko

pada prinsipnya adalah dengan mengubah gaya hidup yang

meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan

pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang

dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes

paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut

penelitian, penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau

memperlambat munculnya DM tipe 2. Dianjurkan pula melakukan

pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat

kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat

larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan

ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga

rutin, minimal 150 menit perminggu, dibagi 3-4 kali

seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin

yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar

HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan

ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat

beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan memilih

menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke

pasar daripada menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.

Daftar Pustaka

Alamsyah. 2013. Sejarah Diabetes Melitus dari Zaman Mesir Hingga Sekarang.

Online. http://www.artikelkesehatan.info/sejarah-

diabetes/. (diakses pada 3 September 2014)

Anonim, Tt. Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus. Available on:

http://webkesehatan.com/komplikasi-diabetes-melitus/#

(diakses pada 2 September 2014)

Anonim, Tt. Tipe – Tipe Diabetes Melitus. Available on:

http://webkesehatan.com/tipe-diabetes/ (diakses pada 2

September 2014)

Anonim, Tt. Diabetes Si Penyakit Gula Madu. Available on:

http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/271-diabetes-

penyakit-gula.html (diakses 3 September 2014)

Anonim, 2008. Diabetes Melitus Ngapain Mesti Ditakuki. Available on:

http://firgus.wordpress.com/about/ (diakses pada 2

September 2014)

Anonim, 2012. Penyakit Diabetes Melitus. Available on:

http://infokesehatan101.blogspot.com/2012/04/diabetes-

melitus.html (diakses pada 2 September 2014)

Armaidi. 2010. Epidemiologi Diabetes mellitus.

http://armaididarmawan.

blogspot.com/2010/06/epidemiologi-dm.html. (diakses

tanggal 3 September 2014)

Regina. Tt. Definisi Tipe Diabetes (online), available on:

http://diabetesmelitus.org/penyebab-diabetes-melitus/

(diakses 3 September 2014)

Slamet Suyono. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Available

On :

http://pojoksehat.wordpress.com/2009/12/14/kecenderungan-

peningkatan-jumlah-penyandang-diabetes/#more-90. (diakses

pada 3 September 2014)

TUGAS EPIDEMIOLOGI

ARTIKEL PENYAKIT TIDAK MENULAR

DIABETES MELLITUS

OLEH

KELOMPOK V

I DEWA AYU MEGARANI (P07134012003)

YULISTYA RANDI PUTRI (P07134012015)

KOMANG RISKA DAMARA PRANITA (P07134012020)

NI KOMANG MIRA YANTI (P07134012031)

I GUSTI NYOMAN TRIADI (P07134012036)

GUSTI NGURAH DAHANA DINATA (P07134012047)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2014/2015