117
ii

Asli Straight News

Embed Size (px)

Citation preview

ii

PawaiPaskahNaikKelas

Kupang, Fisip – Pawaipaskahke 19 di Kota Kupangtahuninimembaik.

Pawaiinijugadianggapsudah ‘naikkelas’. Jikadibandingkandengantahunsebelumnya,

pawaipaskahtahuninilebihmeriah.

Bagaimanatidak, pawaikemenanganpaskah yang berlangsungpadaSenin (6/4)

tidakhanyadiikutiolehpemuda GMIT tetapijugamelibatkanpemudalintas agama yang ada di

Kota KupangsepertiGerakanPemudaAnshor, PemudaBudhadanPemuda Hindu Darma.

Selainitu,

pawaipaskahtahuninidihadiriolehMenteriPemberdayaanPerempuandanAna

k,YohanaYambisedandilepasolehGubernur NTT FransLebu Raya yang

ditandaidenganpelepasanburungmerpati.

Pesertapawaimenempuhjarakkuranglebih 5 km. Rute yang

merekalewatidimulaidarijalanEltari, JalanSoeharto, JalanSudirmanlalumenujukeJalan

Mohammad Hatta, UripSumoharjo, Ahmad Yanidanberakhir di GerejaTalitakumi, jalan

Timor Raya KelurahanPasirPanjang.

“Pesertaberjumlah 118 danterdiridari 64 jemaat BP GMITdanklasis GMIT Kupang,

TTS, TTU, danjugarombonganlintas agama,”ungkap Irving

Mollesalahseorangpanitiapawaipaskahtahun 2015. Irving menambahkan,

pawaipaskahtahuninimengalamisedikitketerlambatanwaktupelepasanpeserta. Menurutnya,

haltersebutterjadikarenapawaipaskahtahuninidihadiriolehseorangmenterisehinggapesertahar

usdiaturlebihbaiklagi.

Pawaipaskah yang diikutiolehkuranglebih 3000 orang

inijugamenampilkankelompokbudayasepertireogponorogo yang

dibawakankelompoketnisJawa yang berdomisili di Kupang. Pesertapawai kali

inimemerankanprosesifasekejadiansampaifasekebangkitan. Para peserta menggunakan

kendaraan yang dihiasi berbagai pernak-pernik seperti gardus, kain, tumbuh-tumbuhan,

binatang dan juga gabus yang dibuat menyerupai salib dan juga sesuaikan dengan tema

masing-masing. Sepanjangjalanpesertajugamenyanyikankidung-

kidungrohanidiiringialatmusik.

ii

Pawaimengakibatkanlalulintasmacetkarenajalan yang

dilewatipesertatelahditutupsejakpukul 10.00 WITA. Sesudahsemuapesertadilepas,

puluhanpetugaskebersihandaridinaskebersihanlangsungmembersihkansampah-sampah di

jalanEltari. Setelahitu, timkebersihanmelanjutkankerjamerekasesuaidenganrute yang

dilewatipeserta.

“Dengankeberhasilanpawaipaskahtahunini, kitaberharap agar

pawaipaskahakanlebihbaiksetiaptahunnya,” kata Irving. Diamenambahkan,

lewatkegiatansepertiini,

hubunganantarumatberagamaakanterjalinlebihharmonisdanbersahabat.

Yuliana A. S. Ndopo

ii

Uskup Atambua Ajak Umat Maknai Paskah

Perayaan Misa Kamis Putih

Atambua, FISIPNEWS—Perayaan misa Kamis Putih di Gereja Katedral St.

Immaculata Keuskupan Atambua berlangsung meriah, Kamis (2/4). Misa dipimpin langsung

oleh Uskup Agung Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Perayaan misa dimulai tepat pada pukul 18.00 WITA. Umat telah memadati gereja

sejak pukul 17.00 hingga memenuhi halaman gereja. Sebagian umat tampak mengenakan

pakaian serba putih. Dalam perayaan ekaristi tersebut, uskup Atambua dibantu oleh pastor

paroki katedral.

Dalam khotbahnya, Uskup Dominikus mengajak seluruh umat untuk memaknai

Paskah sebagai tindakan kasih Yesus terhadap umat manusia. Pertama, Paskah dimaknai

sebagai Paskah Yahudi yaitu pengorbanan darah anak domba dan yang kedua, Paskah

dimaknai sebagai perayaan jemaat perdana atau jemaat pertama.

“Tindakan Yesus membasuh kaki murid-muridNya adalah tindakan kasih.

Marilah kita sebagai umat katolik memaknai Paskah Tuhan sebagai tindakan kasih,” ungkap,

uskup Domi.

(Rosiana N. Sarman)

ii

Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Prapaskah Ala Pemuda Bethesda

KUPANG, FISIP – Untuk menyambut hari raya paskah, pemuda jemaat gereja Bethesda

menggelar berbagai jenis kegiatan dan perlombaan, seperti, lomba mewarnai, lomba melukis

telur paskah dan lomba cerdas cermat Alkitab ( CCA ). Perlombaan yang diikuti oleh anak

usia 4 sampai 15 tahun itu digelar pada, Rabu, 2 April sampai dengan Jumat, 4 April 2015.

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan itu diprakarsai oleh para pemuda gereja

Bethesda, Jln. Timor Raya, kilometer 14, kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh 35 orang anak yang berasal dari

18 rayon yang berbeda. Tidak dibutuhkan biaya sepeser pun untuk bisa mengikuti

perlombaan yang dibuat oleh pemuda jemaat Bethesda ini. Seluruh biaya yang dibutuhkan

panitia dalam menyelenggarakan perlombaan ini sudah dipersiapkan sejak dua bulan

sebelumnya. Dana yang diperoleh panitia penyelenggara perlombaan didapat dari kegiatan

menjual rantangan berjalan.

Jenis perlombaan yang pertama digelar adalah adalah lomba mewarnai yang diikuti

oleh anak-anak usia 4-6 tahun. Hari kedua perlombaan, tepatnya pada Kamis, 3 April 2015

dilangsungkan perlombaan menghias telur paskah yang diikuti oleh anak-anak berusia 7-12

tahun. Sedangkan anak-anak yang berusia 13-15 tahun mengikuti lomba cerdas cermat

Alkitab yang digelar pada hari terakhir perlombaan. Semua anak-anak peserta lomba tidak

perlu lagi membawa peralatan apapun untuk mengikuti perlombaan karena semua fasilitas

dalam perlombaan sudah disiapkan oleh panitia perlombaan yakni para pemuda jemaat

gereja Bethesda itu sendiri.

Ivhan Tahik (23), selaku ketua panitia penyelenggara perlombaan, menuturkan,

kegiatan untuk menyambut paskah yang mereka selenggarakan kali ini, memang sengaja

ditujukan pada adik-adik mereka yang juga adalah jemaat gereja Bethesda, agar semua anak-

anak usia dini yang menjadi jemaat gereja Bethesda lebih terbiasa untuk aktiv dan terlibat

dalam kegiatan-kegiatan gereja yang lebih bermanfaat. Selain itu, Ivhan juga menambahkan,

lewat kegiatan dan perlombaan yang dibuat ini, anak-anak jemaat gereja Bethesda dapat

juga dikenalkan dan diajarkan tentang makna dan arti paskah itu secara lebih sederhana

lewat kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti ini.

ii

Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Yanti (38), orang tua dari

seorang anak peserta lomba cerdas cermat Alkitab. Menurutnya, sebagai orang tua, ia

merasa sangat senang dengan diadakannya kegiatan ini karena melalui kegiatan dan

perlombaan seperti ini, anak-anak kami dapat dilatih dan diperbiasakan untuk lebih aktiv

dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja. Ibu Yanti juga mengharapkan agar para pemuda

jemaat gereja Bethesda dapat mempertahankan dan bahkan mengembangkan kegiatan-

kegiatan yang lebih bermanfaat lagi ke depannya. Bukan hanya saat hari raya paskah saja,

tetapi juga di hari raya-hari raya besar lainnya yang dirayakan gereja.

(David R. Mbete Putra)

ii

JEMAAT PETRA BALFAI GELAR PAWAI OBOR

Jemaat Petra Balfai dengan lilin bernyala di tangan

Pawai obor menyambut pesta Paskah kembali digelar. Minggu 5 april 2015 pukul

03.00 Wita, sekitar dua ratus lebih jemaat Petra Balfai mengikuti pawai obor Paskah.

Kegiatan ini diawali dengan doa pelepasan oleh pendeta Maktelda Takalapeta

Sadukh, kemudian jemaat yang sudah terbagi dalam delapan Rayon berdiri menurut

rayonnya masing-masing, siap untuk mengikuti pawai. Uniknya semua jemaat berpakaian

putih dan dipadukan dengan pakaian adat dari daerah tertentu seperti Rote dll.

Pawai ini dimulai dari Gereja Petra Balfai menuju kearah Lanudal belok kiri

kemudian kembali lagi ke Gereja. Jemaat yang masing –masing memegang obor terlihat

sangat antusias mengikuti pawai tahunan ini. “ pawai obor ini memang selalu menarik tiap

tahunnya, “ kata Wulan salah satu jemaat dengan wajah sumringah. Setiap Rayon

mempunyai cara tersendiri untuk meramaikan jalannya pawai seperti bernyanyi, bermain

gitar dan tamborin. Panitia juga menyiapkan beberapa pos yang dijaga sendiri oleh panitia.

Setiap Rayon akan diberi pertanyaan mengenai isi kitab suci maupun judul lagu-lagu

kebaktian.

Dibawah pengawasan panitia pawai berjalan dengan tertib dan lancar. Pawai yang

berlangsung tiga jam ini ditutup dengan kebaktian minggu Paskah pertama yang dipimpin

langsung oleh pendeta.

(Yustina T.M. Hera)

ii

100 Lampion Puncak Perayaan Sabtu Haleluya

Kupang, FISIP – 100 lampion yang diterbangkan oleh Orang Muda Katolik paroki Stu.

Mathias Rasul Tofa, Sabtu (4/4), menandai puncak perayaan Sabtu Haleluya.

Setelah misa Sabtu Haleluya berakhir, ratusan orang muda katolik paroki Stu. Mathias

Rasul Tofa menerbangkan 100 lampion tepat di halaman gereja. Kegiatan ini dipimpin

langsung oleh ketua OMK paroki, Yulianus Nahak dan didampingi Pastor Paroki, Rm.

Yustinus Pao, serta disaksikan oleh ratusan umat yang hadir.

Kegiatan menerbangkan lampion ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan di paroki

Stu. Mathias Rasul Tofa. “Menerbangkan lampion merupakan kegiatan rutin yang dilakukan

orang muda katolik setiap tahun pada perayaan sabtu haleluya,” jelas Yulianus.

Berbeda dengan tahun lalu, kali ini jumlah lampion yang diterbangkan berjumlah lebih

banyak. Tahun lalu, lampion yang diterbangkan berjumlah 50 buah.

Selain itu, yang membedakannya dengan tahun lalu yaitu terdapat doa dan harapan yang

ditulis oleh seluruh umat yang diikatkan pada lampion.

Ratusan umat yang menyaksikan langsung bersorak sorai ketika lampion mulai

diterbangkan. Suasana hikmat dan gembira mewarnai kegiatan malam itu. “Kami sangat

gembira dengan kegiatan adanya kegiatan ini,” ungkap Esti, salah seorang umat.

Menurut Rm. Yustinus Pao, Kegiatan ini juga adalah salah satu cara membangun

persaudaraan dan kasih sayang sesama umat dalam merayakan Paskah.

Kegiatan ini diakhiri dengan makan bubur kacang ijo bersama seluruh umat di Rumah

Pastoran.

(Gabriel J. Anin)

ii

Pesan Paskah Dari Pendeta Marlis

FISIP - Minggu (5/4), Pdt. Marlis Riry memimpin kebaktian paskah ke dua di Gereja Ora Et

Labora kota kupang.

Kebaktian paskah dihadiri oleh lebih dari dua ratusan umat protestan mulai dari anak-anak,

orang muda, dan juga orang tua. Kebaktian itu berlangsung dari pukul 06.00 WITA sampai

07.30 WITA.

Berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, Kebaktian dilakukan di alun-alun gereja.

Meskipun demikian, Suasana kebaktian tetap berlangsung hikmat dari awal hingga akhir

kebaktian.

Dengan tema kebaktian paskah adalah “kamu adalah murid-muridku jikalau kamu saling

mengasihi.” (Yoh 13: 31-35)

Dalam kebaktian itu, pendeta marlis memberi pesan pada umatnya untuk menjadi pribadi

yang mengasihi sesama, pribadi yang rendah hati, pribadi yang tabah dan tetap menjaga

solidaritas. agar diakui sebagai murid Yesus sang penebus.

Menurutnya dizaman ini sensitifitas orang-orang mulai berkurang, karena beberapa hal.

Karena itu, Pendeta menghimbau pada seluruh jemaatnya mulai saat ini sesibuk apapun, kita

wajib menyisihkan waktu untuk orang lain.

Selain itu, paduan suara angelorum menyanyikan dua buah lagu sebagai puji-pujian.

(Dimas S. Lay)

ii

“Cinta, Karena Kau Aku Rela”

Atambua- Fisip News- Jumat 4 April 2015

Kecintaan yang utuh kepada manusia, Ia rela menderita hingga wafat di salib.

Kerelaan-Nya menanggung penderitaan dengan memanggul palang penghinaan

menuju puncak Golgota adalah bukti konkrit, Ia sangat mencintai manusia.

Perayaan ibadat Jumat Agung dihadiri ribuan umat Paroki St. Theodorus weluli di

gereja St. Theodorus Weluli. Ibadat Jumat Agung dipimpin Rm. Agustinus Lake,Pr. Ibadat

Jumat Agung dilangsungkan dengan penuh hikmat. Koor lingkungan St. Agustinus

mengiringi ibadat tersebut dengan sangat meriah.

Dalam kotbahnya, Romo Agustinus Lake, Pr menyampaikan, kerelaan

mengorbankan nyawa dengan mengalami penderitaan hingga wafat di salib adalah bentuk

pengorbanan yang utuh kepada manusia. Manusia yang penuh dengan dosa dan kehinaan

karena kerakusan, keegoisan, kesombongan, keserakahan, kemunafikan, kelalaian membuat

Yesus harus menderita dan wafat di palang penghinaan.

“Pengorbanan Yesus demi menyelamatkan manusia dari lumpur dosa, dan

keterpurukan tidak bisa dibersihkan dengan air tetapi dengan darah. Pengorbanan yang suci

dan mulia demi menyelamatkan manusia adalah bentuk kecintaan-Nya kepada manusia. Ia

rela menderita kepada semua orang tanpa memandang dia miskin, kaya, hitam, putih, tinggi,

pendek dan perbedaan lainnya,” kata, Lake, pastor paroki St. Theodorus Weluli, Jumat, 4/4.

Panutan Yesus dalam bentuk pelayanan kasih adalah bukti cinta total kepada

manusia. Dengan memberikan segalanya termasuk nyawa, Ia sungguh-sungguh mencintai

manusia dan mengorbankan segalanya tanpa pamrih. Ia inginmemulihkan manusia dari

keterpurukan dan kedosaan manusia yang memenjarakan umat-Nya dalam kegelapan maut.

Maut harus dikalahkan dan manusia lama harus ditinggalkan.

Pengorbanan Yesus mengubah manusia dari manusia lama yang penuh dengan

kedosaan dan membawanya kepada hidup baru. Hidup penuh cinta dan pelayanan kepada

sesama menjadi prioritas dalam pergaulan hidup.

ii

Lake menegaskan, untuk memberikan perhatian kepada sesama secara tulus dan

iklas, hal pertama dan utama yang perlu dilakukan secara sadar yakni, membuka hati kepada

sesama, menerima apa adanya dan dedikasi.

Usai memberikan renungan kepada umat Paroki St. Theodorus Weluli, umat yang

hadir memberikan penghormatan kepada Salib Kristus dengan mencium corpus. Tubuh

Kristus yang tersalib, dihormati dengan mencium kaki Yesus. Upacara penghormatan

kepada salib Kristus berlangsung hikmat dan penuh keheningan. Perayaan keselamatan

berlangsung dengan lancar dan aman hingga selesaiupacara penghormatan salib Kristus.

(Robertus Tula)

ii

Soft News

Sambut Paskah Dengan Berburu Telur

FISIP - Sambut hari Paskah, anak-anak Sekolah Minggu di gereja ora et labora

kota kupang. merayakannya dengan mencari telur Paskah. kegiatan dimulai sepulang dari

pawai obor.

Ratusan anak berusia 6 hingga 13 tahun berkumpul di halaman gereja. Minggu

(5/4/2015) sejak pukul 04.00 WITA. Kegiatan dibuka dengan ibadah pagi dan dipimpin

seorang guru sekolah minggu.

Setelah ibadah selesai, ditemani beberapa guru sekolah minggu. Anak-anak

diarahkan keliling kompleks sembari memegang obor yang menyala. Pawai obor itu

berlangsung kurang dari 30 menit. Ketika kembali ke gereja, anak-anak langsung diarahkan

untuk mencari telur paskah yang telah di sembunyikan di sekitaran gereja. Inilah puncak

moment perayaan paskah.

Dengan instingnya masing-masing, anak-anak secara individual maupun

berkelompok, berlomba-lomba mencari telur sebanyak mungkin. Dan semakin bersemangat

ketika anak-anak tahu ada 12 telur istimewa yang berhadiah.

Menurut Megi detak (20) salah seorang guru Sekolah Minggu di gejera itu, dari 300

telur ada 12 telur yang bertuliskan nama murid Tuhan Yesus. "Anak-anak harus

mengumpulkan telur sebanyak-banyaknya. jika dapat menemukan telur bertuliskan nama

murid, maka berhak mendapatkan hadiah," ujar megi menjelaskan.

“kegiatan mencari telur ini sudah dilakukan sejak belasan tahun yang lalu. Jadi kegiatan ini

memang rutin dilakukan setahun sekali pada saat paskah” ungkap Megi. Menurutnya dengan

mencari telur, mampu meningkatkan daya agresitifitas anak-anak dan kekompakan antar

teman. “Selain melambangkan kebangkitan Yesus Kristus, telur juga memiliki makna

kesuburan”. Jelas Megi.

Kegiatan paskah, berburu telur akhirnya selesai dan ditutup dengan makan bersama di

halaman gereja ora et labora. (Dimas S. Lay)

ii

Kebersamaan Di Saat Suka Maupun Duka

Warga menurunkan peti jenazah ke liang lahat sebagai tempat pembaringan terakhir

ibu Martina Lilo.

Atambua, 1 April 2015

Gotong royong dan kerja sama masyarakat Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen tetap

terlestarikan dan berkesinambungan.

Realita menggambarkan bahwa, tidak ada satu manusia yang hidup sendirian. Sebagai

makluk sosial, manusia yang satu selalu membutuhkan sesama untuk mempertahankan

hidup dan mengembangkan diri dari beranekaragam aspek hidup.

Situasi kedukaan yang menyelimuti keluarga duka dirasa ringan. Hal tersebut dilihat

dari perhatian warga setempat dengan memberi bantuan moril maupun material. Inilah bukti

kepedulian masyarakat yang cinta akan kebersamaan.

Markus Mau, kepala Dusun Bosoklolo, menyampaikan bahwa, kebersamaan, kerja sama

yang ada di masyarakat tetap dilestarikan setiap saat. Kebersamaan ditandai dengan

kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersama. Semangat gotong royong

inilah yang mendorong masing-masing individu untuk bergerak dan meluangkan waktu,

memberikan tenaga dan sumbangan pendapat dalam menjalani kegiatan di tempat tersebut.

ii

Kegiatan apa pun yang dilangsungkan dalam lingkungan tersebut, tanpa memberitahukan,

masyarakat sudah mengetahuinya dan secara inisiatif memberikan sumbangan apa adanya,

tambah Mau, usai menurunkan jenazah di pekuburan umum, Kamis 1 April di Weluli.

Ludofikus Loi, ketua Suku Simu, mengatakan, kebersamaan yang telah dirajut tidak hanya

saat situasi duka tetapi semua kegiatan di antaranya; musim olah tanah, musim tanam dan

musim panen. Selain itu, upacara-upacara adat, syukuran dan kegiatan rohani bisa

dilaksanakan secara bersama-sama.

Hasil gotong royong tersebut, tidak hanya menghasilkan sesuatu yang baik tetapi

kerukunan dan keramaian dapat tercipta di antara masyarakat di Dusun Bosoklolo. Hal

menarik dan positif inilah mendorong pihak luar untuk datang dan tinggal di daerah tersebut.

( Robertus Tula)

ii

MendidikAnakLewat Film

Kupang, Fisip – PerayaanPaskahtelahberlalunamunsukacitamasihterasabagi orang

Kristen. Banyakkegiatan yang orang-orang lakukandalamperayaanbesaritu. Salah

satunyaseperti yang dilakukanAgus (42). Agusmelakukanpemutaran film rohani pada hari

Kamis sampai Minggu.

Pemutaran film inimendapatresponpositifdariwarga yang tinggal di

sekitarrumahnya. Baikanak-anak, pemudadanjuga orang tua. Pemutaran film iniberlangsung

di kediamanIbumertuanya Jl. Kali Sembunyi, Kuanino (belakangpitoby travel) yang

kebetulandekatdenganrumahnya. TerhitungmulaidariKamis 2 April hinggaMinggu 5 April,

Agusmemutarempat film rohanidiantaranya;film Nabi Musa, Adam danHawa,

KaindanHabel, dan The Passion Of The Crhist.

“Sayamelakukanhalinikarenainginmanambahpengetahuananak-anaksayadalamhal

agama danjugamengajarkanpadamerekabagaimanacaraYesusmenebusdosamanusia,” kata

Agus yang ditemui di kediamannya. Agusjugamenambahkan,sebetulnyadiamelakukanini

agar ditontonolehanak-anakdansemuasaudaranya,

namundiatidakmenyangkaakanmendapatrespondanantusias yang sangatbaikdaritetangga.

“Sayasenangdenganadanyapemutaran film sepertiini. karena kami

anakmudatidakpunyakegiatanapa-apaselamaliburpaskah,” kata Andisalahsatupemuda yang

ikutmenontonpemutaran film. Andimengaku, sudahdaritahunlaludiadanteman-

temanselalumenontonpemutaran film yang diadakanolehAgus.

MenurutAgus, memberikanpendidikan agama bagianak-anakmerupakanhalwajib

yang harusdilakukanoleh para orang tua agar anak-anakdapattumbuhdengannilai agama

yang sudahtertanamdalamdirinya. Tidakhanya kali ini, Agussudahmelakukanhalinisebanyak

dua kali. “Tahunlalusayasudahmelakukanhalini, danini kali yang kedua,” kata Agus.

Film yang diaputartahunlalu, lanjutAgus, bukanlah film yang sama yang

diaputartahunini. Sudahduatahun, bilamemasukimasapuasa,Agusakanberkelilingketeman-

temannyauntukmendapatkan film rohani yang akandiaputar. Selaindariteman-teman,

diajugapergikewarnet-warnetuntukmendapatkan film.

ii

Bermodalkan laptop, LCD danspandukputihbekas, Agusmemutar film di

halamanrumahmertuanya. Tepatpukul 19.30 WITA, banyakanakkecil, pemudabahkan orang

tua yang sudahberkumpuluntuk ‘nontonbareng’.

Agusmengatakanhaliniakanterusdialakukansetiaptahun, karenaselainmenambahpengetahuan

agama anak-anak. Tetapi,biladilihat-

lihathalinijugadapatmenambahhubunganbaikantartetangga.

(Juliana A.S. Ndopo)

ii

Salib Yesus Adalah Dosa-Dosa Kita

Memaknai Jalan Salib Tuhan

Jalan salib hidup merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang kembali masa-

masa penderitaan Yesus ketika Ia dihukum mati sampai wafat di kayu salib.

Hal ini dilakukan pula oleh Orang Muda Katolik (OMK) Katedral/THS-THM St.

Immaculata Keuskupan Atambua, pada hari Jumad (3/4). Ratusan umat berbondong-

bondong memenuhi halaman Gua Toro, Atambua. OMK yang membawakan jalan salib

hidup begitu mendalami peran yang dimainkannya. Mereka memaknai betapa besarnya

pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat manusia.

Di tengah jalan salib yang berlangsung hikmad itu, seorang gadis terlihat sangat

mendalami betapa besarnya pengorbanan Yesus. Tanty (21) selalu menyempatkan diri untuk

mengikuti jalan salib hidup ketika kembali berlibur ke rumah. “Saya selalu mengikuti jalan

salib hidup ini ketika pulang liburan di Atambua,” ungkap Tanty.

Tanty ditemani ibu dan kakaknya mengikuti jalan salib hidup di Gua Toro. Beberapa

tahun sebelumnya, jalan salib hidup ini dimulai (pembukaan) di Gua Toro dan berakhir di

gereja. Tetapi setelah diangkatnya Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, jalan

salib dilakukan di Gua Toro. “Biasanya, jalan salib ini dimulai dari Gua Toro dan berarak

menuju gereja. Tetapi setelah Uskup Dominikus diangkat menjadi uskup Atambua waktu

itu, jalan salib ini dilakukan di Gua Toro, ” tandasnya.

Sebagai seorang khatolik, Tanty menyadari dan ikut merasakan penderitaan Yesus

memanggul salibNya yang adalah dosa-dosa kita sendiri. “Jalan salib ini mengingatkan saya

betapa besarnya pengorbanan Yesus untuk kita manusia. Dengan Yesus memikul salib,

berarti Dia memikul dosa-dosa kita.

(Rosiana N. Sarman)

ii

Aksi Pemuda JNOT

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh umat kristen di damana pun mereka berada

untuk menyambut hari raya paskah. Berbagai macam kegiatan dipersiapkan secara matang

oleh gereja bersama umat dan jemaatnya sejak masa prapaskah. Mulai dari dekorasi gereja

yang bernuansa paskah, persiapan kegiatan, sampai kesiapan hati para umat atau jemaat

gereja sangatlah diperhatikan dengan baik. Seluruh gereja-gereja yang ada di kota Kupang

melakukan persiapannya masing-masing untuk menyambut kebangkitan Yesus Kristus yang

dirayakan dalam hari raya paskah.

Persiapan menyambut paskah juga dipersiapkan dengan matang oleh para pemuda

jemaat Nazaret Oesapa Timur atau yang biasa disebut pemuda JNOT. Banyak rangkaian

kegiatan yang mereka persiapkan bersama di gereja. Bertempat di gereja Nazaret, kilometer

10, Oesapa timur, para pemuda JNOT di bawah pimpinan Patrick Anin yang merupakan

ketua pemuda JNOT, menggelar persiapan berupa latihan dan pematangan acara yang akan

mereka pentaskan saat hari raya paskah di gereja.

Kegiatan awal pemuda JNOT sudah dilangsungkan sejak masa prapaskah atau

sebelum paskah dirayakan. Kegiatan prapaskah yang dipentaskan oleh para pemuda JNOT

berupa perlombaan menghias salib paskah antar rayon. Sebanyak 30 rayon yang ada di

wilayah gereja Nazaret, ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini. Setiap rayon saling

berlomba untuk menampilkan salib yang telah mereka hias. Selain perlombaan menghias

salib paskah, kegiatan prapaskah yang mereka lakukan adalah penyalaan obor atau lampu

pelita saat malam hari, di sepanjang jalan sekitar wilayah gereja Nazaret. Selain itu, pihak

gereja Nazaret juga mengadakan pawai obor khusus gereja mereka. Semua jemaat gereja

Nazaret berkeliling seluruh willayah jemaat mereka menggunakan obor pada pukul 04.00 –

07.00, sementara bagi anak-anak di wilayah gereja Nazaret diadakan perlombaan mencari

telur paskah.

Persiapan lain yang juga tidak lupa dipersiapkan secara matang oleh pemuda JNOT

adalah persiapan latihan drama visualisasi tentang kisah sengsara Yesus Kristus yang akan

mereka tampilkan bersama saat kebaktian Jumat Agung yang akan dimulai pada pukul 07.00

nanti. Latihan yang memakan waktu selama satu minggu itu diikuti oleh 18 orang pemain

ii

yang akan memerankan karakter mereka masing-masing sesuai kisah sengsara Yesus Kristus

dalam Alkitab. Setiap sore, pada pukul 16.00, mereka semua berkumpul di gereja untuk

berlatih dengan giat. Kebersamaan dan kekompakan yang solid ditunjuka oleh pemuda

JNOT. Mereka berlatih keras agar dapat memberikan penampilan yang baik saat pentas

nanti di depan orang tua dan seluruh jemaat gereja Nazaret. Drama visualisasi kisah

sengsara Yesus yang akan mereka tampilkan pada saat kebaktian Jumat Agung, berdurasi

sekitar kurang lebih 30 menit. Tak mau tampil buruk saat pentas nanti, para pemuda JNOT

terus berlatih dengan sangat giat setiap sorenya. Mereka juga tidak lupa untuk terus berlatih

menyanyi sebagai persiapan pawai malam puji-pujian untuk menyambut hari raya paskah.

Bukan hanya kegiatan internal gereja saja yang diikuti oleh pemuda JNOT. Para

pemuda JNOT juga sering terlibat dalam semua kegiatan gereja di tingkat kota Kupang. Para

pemuda JNOT juga dikenal sebagai pemuda gereja yang aktif dan sering berpartisipasi

dalam kegiatan gereja yang ada di kota Kupang. Untuk merayakan pesta paskah, para

pemuda JNOT juga mendapat undangan dari gabungan para pemuda GMIT sekota Kupang

untuk bisa berpartisipasi dalam pawai paskah yang sudah menjadi ajang tahunan di kota

Kupang untuk merayakan pesta paskah bersama seluruh warga kota Kupang. Hal ini

tentunya sangat disambut dengan baik oleh Patrick Anin dan teman-teman pemuda JNOT

lainnya.

Untuk bisa menampilkan tontonan yang baik dan menarik saat pawai paskah nanti,

tentunya, kembali dibutuhkan lagi sejumlah persiapan yang cukup matang. Apapun akan

dilakukan oleh pemuda JNOT untuk bisa menampilkan yang terbaik saat pawai nanti

sebagai bagian dari perayaan pesta paskah. Bersama para orang tua dan semua jemaat gereja

Nazaret, pemuda JNOT di bawah komando sang ketua, Patrick, kembali melakukan

persiapan. Kali ini cukup singkat waktunya. Mereka hanya punya waktu sebanyak satu hari

untuk bisa mempersiapkan acara mereka saat pawai paskah nanti.

Agar mereka bisa menampilkan beberapa acara sekaligus saat pawai nanti, jemaat

gereja Nazaret menyewa sebuah truk tronton milik salah seorang jemaat mereka untuk

dihiasi dan didekorasi sesuai dengan tema yang telah diberikan oleh panitia pawai paskah,

yaitu “Yusuf Jadi Gubernur”. Kreatifitas dan kekompakan para pemuda JNOT terlihat saat

mereka bekerja sama untuk mendekorasi truk tronton yang mereka sulap menjadi sebuah

ii

panggung pertunjukan. Selain menampilkan drama “Yusuf Jadi Gubernur”, ternyata para

pemuda JNOT juga akan menampilkan band yang membawakan lagu-lagu paskah saat

pawai nanti.

Inilah gambaran tentang persiapan para pemuda JNOT dalam rangka memeriahkan

pesta paskah di tahun 2015 ini dengan berbagai macam jenis kegiatan dan perlombaan-

perlombaan yang bisa dibilang cukup kreatif dan bermanfaat. Kekompakan, kepekaan dan

antusias yang tinggi terhadap kegiatan-kegiatan gereja yang ditunjukan oleh para pemuda

JNOT patut untuk dijadikan contoh dan pembelajaran yang baik bagi kita semua.

(David R. Mbete Putra)

ii

JALAN SALIB UNTUK KORBAN HUMAN TRAFFICKING

“ Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia, “ umat menjawab

serentak.

Jalan salib dalam minggu paskah terakhir, 3 April 2015 di Gereja Santu Mikhael

Penfui hadir dengan wajah berbeda. Kali ini para frater mengangkat tema Human

Trafficking atau yang disebut dengan perdagangan manusia. Ratusan umat memadati

halaman gua Maria yang terletak tidak jauh dari gereja Santu Mikhael.

Pemimpin jalan salib yang terdiri dari tiga orang frater berjubah putih dengan dua

pembawa lilin membacakan tiap naskah dengan tegas dan penuh penghayatan. Tema ini

diangkat dengan melihat kasus human trafficking yang semakin merajalela. Penderitaan

Tuhan Yesus dalam setiap perhentian selalu dikaitkan dengan faktor perdagangan manusia.

Dalam naskah jalan salib terdapat beberapa foto korban kekerasan dalam perdagangan

manusia, Tenaga Kerja Wanita ( TKW ), dan juga kekerasan terhadap pekerja di sarang

burung Walet. Dan masih banyak lagi foto mengenai korban kekerasan itu.

Semua umat mengikuti jalan salib ini dengan penuh perhatian hingga selesai.

(Yustina T. M. Hera)

ii

Limpahan Berkah Pawai Paskah

Kupang, FISIP – Perayaan pawai paskah tahun ini membawa berkah bagi Rini (56)

yang sehari-harinya menggantungkan hidupnya dari gelas plastik air mineral bekas.

Ibu dua anak ini setiap hari bekerja sebagai pemulung limbah gelas plastik dari air

mineral, selain itu Rini juga menjual makanan ringan di sekolah dasar Inpres Maulafa.

Untuk mendapatkan limbah gelas plastik rini setiap harinya harus berjalan kaki sampai

5 kilometer. Tempat umum seperti sekolah dan Gedung Olahraga (GOR) menjadi

sasarannya. Terkadang jika ada pesta di kompleks dekat rumahnya, Rini selalu

memanfaatkannya. Bagi Rini pesta yang diadakan orang adalah sebuah berkah tersendiri

baginya. “setiap kali ada pesta, saya selalu senang karena pasti akan ada banyak gelas

plastik di san,” cerita Rini.

Untuk dapat makan 3 kali sehari rini selalu berharap dari berkah dan keberuntungannya

setiap harinya. “uang yang saya dapat setiap harinya tidak pasti, kadang-kadang saya tidak

dapat apa-apa,” jelas Rini.

Kali ini Rini sedang dilimpahkan berkah, keramaian dan sorak-sorai pawai paskah

menyisihkan berkah yang berlimpah baginya. Banyaknya limbah gelas plastik yang

berserakan di sepanjang rute pawai paskah membuat Rini emakin bersemangat mengayu

langkah kakinya lebih cepat untuk memungutnya.

Hari biasa rini hanya dapat membawa pulang satu sampai dua karung yang dipenuhi

limbah gelas plastik air mineral, tetapi saat pawai paskah Rini membawa pulang 7 sampai 8

karung.

Sejak ditinggal pergi suaminya, Rini harus membesarkan kedua anaknya yang masing-

masing berumur 7 dan 12 tahun seorang diri. Rini harus bekerja keras untuk dapat

membiayai sekolah anak pertamanya yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah dasar.

(Gabriel J. Anin).

ii

Feature

Mendramakan Proses Penyaliban Yesus

Bulan april adalah bulan

kemenangan bagi sejumlah

umat kristiani di seluruh

dunia. Karena, bulan ini

dikenal sebagai bulan

kebangkitan Yesus, sang juru

selamat. Untuk

merayakannya, sejumlah

kegiatan dibuat. Salah

satunya, adegan penyaliban

yesus yang dibuat oleh

pemuda gereja Ora Et Labora di kompleks RSS Oesapa, (02/04/2015).

Pemuda Ora Et Labora membuat gebrakan baru, inilah kalimat yang terlontar dari

mulut Mone fatu selaku ketua pemuda Ora Et Labora. “Gabrakan itu sebenarnya sudah

pernah dibuat orang lain. Namun ini pertama kalinya jemaat ora et labora melakukan

kegiatan adegan penyaliban yesus.” tambah mone menjelaskan.

Ketua pemuda yang baru dilantik sebulan yang lalu ini membeberkan, ide awal

terciptanya kegiatan drama, berasal dari musyawarah bersama antar badan pengurus

pemuda. Musyarah yang panjang itu menghasikan sebuah ide tentang merayakan paskah

dengan drama penyaliban yesus.

Tersisa dua minggu persiapan. Naskah ditulis, rute jalannya drama ditentukan, setiap

rayon mendapat satu adegan. Kebetulan ora et labora memiliki sepuluh rayon. Sepuluh

adegan pun dipilih dengan cermat. Pembuatan kostum, perlengkapan, dan pencarian serta

pelatihan pelaku drama dikerjakan dengan baik.

ii

Yesus memasuki bait Allah. Yesus tengah, Petrus kiri, Yudas kanan.

Waktu berlalu dengan cepat, semua persiapan dan latihan sudah 100 persen. Tibalah

hari dimana adegan harus diperankan.

Setelah gereja sedia selesai, semua coordinator dan tim kerja berkumpul di halaman

gereja ora et labora dan siap berangkat. Tepat 20.30 WITA. Tim eksekutor bergerak ke

adegan pertama – YESUS MEMASUKI KOTA YERUSALEM DAN MENYUCIKAN

BAIT ALLAH. Kesempatan ini diperankan oleh rayon 10.

Sepanjang bahu jalan, lilin-lilin kecil ditata dengan rapi. Lautan manusia telah

menunggu kedatangan yesus dengan murid-mudridnya. Backsound dari komponis terkenal

diputar menambah efek meneggangkan. Narator berbicara, adegan dimulai. Yesus mulai

marah dengan membanting meja karena melihat bait Allah dipenuhi para penyamun.

Adeganpun selesai dan berakhir dengan tepuk tangan. Adegan petama sukses.

Berlanjut ke adegan berikut – PERJAMUAN PASKAH YESUS DAN MURID-

MURIDNYA, di rayon tujuh. Meja perjamuan ditata sekelas restoran, Musik komponis yang

berbeda di putar. Lampu sorot diarahkan ke meja perjamuan. Semakin banyak partisipasi

yang datang. Di situ yesus mengadakan perjamuan kudus, makan roti tak beragi dan minum

anggur. Lalu membasu kaki murid-muridnya. Adegan kedua sukses. Tepuk tangan kembali

terdengar.

Perjalanan dilanjutkan, rayon 8 telah menanti – YESUS DAN MURID-MURIDNYA

DI TAMAN GETSEMANI. Arak-arakan semakin mengular, dari jauh musik komponis lain

dikumandangkan. Narator bicara, semua mengambil posisi. Yesus berdoa di taman dan

muridnya yang lain tebaring lelap. Lampu blits diarahkan ke yesus. Member kesan angker.

Di sini yesus di jual oleh yudas dengan 30 keping perak. Yesus ditangkap oleh pengawal

Pilatus. Orang-orang mulai masuk dalam cerita. Mulai tegang dan ikut marah melihat yudas.

Tepuk tangan dan adegan selesai.

Tak jauh dari lokasi, rayon enam yang mendapat adegan ke empat – YESUS DI

TAHAN DAN PETRUS MENYANGKALI YESUS. Telah menunggu. Yesus ditahan dan

petrus menyangkali yesus setelah ayam berkokok tiga kali. Dan adegan selesai dengan tepuk

tangan. Tapi kali ini kurang bersemangat. Mungkin karena dekorasi yang kurang matang,

terkesan terlalu sederhana. Ada sedikit rasa kecewa. Tapi pertunjukan harus dilanjutkan.

ii

Putar balik arah menuju adegan 5 – YESUS DIHADAPKAN DI MAKAMAH

AGAMA, dekor rayon lima lebih baik. Semangat kembali berapi. Semakin malam dan

semakin banyak pemuda yang datang. Yesus diadili dan diputuskan untuk menghadap

Pilatus. Pemeran mulai fleksibel, mengalir bak cerita sungguhan. Tepuk meriah mangakhiri

adegan.

YESUS DIHADAPAN PILATUS YANG PERTAMA, adegan enam di rayon dua.

Nada komposer menyala. suasana kerajaan muncul. Yesus dibawa para pengawal ke Pilatus.

Orang meminta hukuman mati, tapi Pilatus menolaknya dan memberikan hukuman cambuk.

Dan suara riuh serta tepuk tangan menutup adegan. Rasa lelah mulai memuncak. Napas

terengah-engah. Tapi dukungan yang begitu besar. Mendorong rombongan tim tetap

bergerak.

Tibalah tim di rayon empat. Adegan tujuh- YESUS DICAMBUK. Waktu

menunjukan pukul 23.30. Berdiri tegak dua pengawal sambil memegang cambuk. Narator

membaca naskah, nada komposer menjadi backsound membuat siapapun yang

menyaksikannya merinding. Yesus dicambuk sebanyak 50 kali. Yesus berteriak kesakitan.

Dan penonton terjebak dalam suasana.” STOP... kasihan yesus su badarah,” teriak seorang

ibu. Teriakan histeris menunjukan betapa suskses adegan kali ini. dekorasi yang luar biasa,

pemilihan tempat yang pas, dan lighting yang sempurna menambah totalitas adegan. Salut

untuk rayon empat. Kompak. Dan tepukan tangan bergema hingga beberapa menit lamanya,

adegan selesai.

Tim kembali bergerak, kali ini dengan senyum kepuasan. Rayon 1 telah menanti

dengan sabar. Tiba di lokasi adegan delapan - YESUS DIHADAPAN HERODES. Dekorasi

bak dancing hall, ada pesta pora. Herodes sedang berpesta. Yesus tiba degan tubuh penuh

luka lengkap mahkota duri menghiasi kepalanya. Namun herodes menolak yesus dan

memerintahkan pengawal agar membawa yesus kembali ke Pilatus. Adegan selesai.

Sisa dua rayon, semakin panas dimalam yang dingin. Tim menuju lokasi adegan

Sembilan di rayon satu – YESUS DIHADAPAN PILATUS KEDUA. Yesus yang sudah

kehilangan banyak darah masih terus menerima kesengsaraan. Akhirnya Pilatus

ii

mengabulkan permintaan rakyatnya. Di sinilah barabas sang penjahat dibebaskan. Yesus

memikul salib menuju golgota. Adegan berakhir tepuk tangan menghiasi.

Sisa-sisa tenaga, setelah empat jam berjalan kaki. Akhirnya tim tiba di rayon

Sembilan yang mendapatkan kesempatan adegan kesepuluh- YESUS DISALIBKAN DAN

MATI. Tersiksa karena memikul salib, Yesus disalibkan dibukit golgota. Lampu blits

diarahkan ke yesus. Nada komposer membuat orang sedih. “kedalam tanganmu kuserahkan

nyawaku”. Kata yesus mengakhiri adegan. Narator dengan suara sedih “Yesus telah mati...

Yesus telah mati”.. dan air mata penonton akhirnya jatuh. Isak tangispun pecah. Adegan

berakhir dengan sangat baik bahkan melampaui ekspektasi.

Rencana yang dipersiapkan berhasil. kebanggaan tersendiri buat para koordinator.

Kerja keras dan optimisme mangantarkan pada hasil yang lebih daripada baik.

(Dimas Sebastianus Lay)

ii

Hati Pilu Mengiringi Jenazah Ke Pemakaman

Keluarga Suku Simu mengarak jenazah menuju tempat pemakaman

Atambua, 1 April 2015

Isak tangis mengiringi jenazah menuju pemakaman umum katolik di Weluli.

Tangisan bersahutan satu demi satu mengikuti peti jenazah menuju pemakaman. Derap

langkah kaki mengikuti para pemikul peti jenazah. Delapan orang pria tanpa alas bahu

meletakkan peti jenazah pada bahu mereka. Berat atau ringan tidak mereka pikirkan. Bagi

mereka, jenazah bisa dimakamkan secara baik dan benar mengikuti tata cara pemakaman

orang katolik,sudah cukup.

Ayo angkat!!! Kata seorang pemikul peti jenazah. Peti jenazah sebagai simbol kematian.

Fisik yang kokoh, terbaring kaku. Terbaring kaku dalam peti jenazah. Setelah

menghembuskan nafas terakhir, manusia yang mampu melakukan sesuatu dengan

kemampuannya akan berhenti saat itu. Mati berarti pengalihan dari dunia yang fana menuju

tempat keabadian.

Tangisan bersama iringan peti jenazah oleh keluarga berduka, handaitaulan, sahabat,

kenalan dan tetangga membuat warga yang lain berempati. Kesedihan yang dialami keluarga

berduka dialami juga warga yang lain. Keluarga berduka kehilangan satu anggota keluarga.

Mereka masih ingin ada bersama Mama Martina Lilo. Namun, kehendak Tuhan

ii

berseberangan dengan kehendak manusia. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang

mengambilnya.

Peti jenazah berukuran 1.75 cm dan 45 cm menjadi tempat yang aman bagi jenazah.

Jenazah dibaringkan dalam peti tersebut sebagai tempat terakhir untuk membaringkan

tubuh. Tubuh kaku tidak berdaya. Berhiaskan bunga-bunga ungu dan kain satin menyelimuti

tubuh tak bernyawa. Peti berselimutkan selembar kain tenun sebagai lambang penghormatan

kepada orang yang telah meninggal. Meninggal berarti pergi dan tidak akan kembali secara

fisik.

Iringan doa mengikuti arakan peti jenazah menuju pemakaman. Semoga arwahnya diterima

di sisi kanan Allah. Itulah intensi keluarga bagi arwah yang telah meninggal dan berharap

suatu kelak nanti, dia menjadi pendoa bagi anggota keluarga yang masih berziarah di bumi.

Wajah anggota keluarga yang mengikuti arakan peti jenazah, kelihatan tidak cerah.

Wajah pucat. Pucat karena sedih dan juga kurang tidur. Kesedihan terpancar pada wajah

mereka. Ampunilah salah dan dosanya dan bebaskan dia dari mulut singa, sebuah lantunan

lagu kematian dalam perarakan peti jenazah menuju pemakaman. Doa dan nyanyian

mengiringi perjalanan arwah Martina Lilo menuju tempat keabadian. Bebaskan dia dari

mulut singa. Bebaskan dia dari mulut singa. Sebuah harapan akan keselamatan arwah dan

mendapat tempat yang layak sesuai amal bakti di bumi. Harapan terbesar keluarga berduka

adalah, arwah keluarga yang meninggal bisa masuk surga.

Kematian adalah hal yang pasti bagi setiap individu. Hidup di dunia hanya sementara

saja. Ketika mendapat giliran untuk beralih dari dunia ini, tidak seorang pun mengelaknya.

Tidak ada tolerir, pengganti atau bisa disogok kepada empunya Sang kehidupan. Jika dipilih,

entah saat ada persiapan batin atau tidak pribadi bersangkutan harus pergi meninggalkan

bumi ini. Perpisahan adalah hal yang menyakitkan, terlebih berpisah untuk selama-lamanya.

Inilah realita yang tidak bisa dihindarkan oleh manusia dalam hidup ini. ini nyata, ini

realitas.

Pandangan banyak orang pada peti jenazah. Peti jenazah identik dengan kematian. Di

sana tidak ada kehidupan. Di sana hanya ada manusia tak bernyawa. Isak tangis terus

menyentuh gendang telingaku. Saya sadar suatu waktu nanti, saya pun akan dibawa ke

ii

tempat pembaringan. “Dulu aku seperti kamu yang hidup saat ini dan nantinya kamu akan

seperti aku sekarang ini”. Teringat akan sepenggal kalimat yang terpancang pada sebuah

papan di pintu masuk pekuburan di Biara Bruder Konradus Ende.

“Tidak ada yang abadi. Suatu waktu, kita yang sehat, kuat akan digiring menuju

tempat pemakaman ketika Tuhan mengambil nyawa kita. Ketika kematian menghampiri

kita, sebagai makluk yang rapuh, kita tidak akan berdaya. Kita hanya pasrah akan kehendak

Tuhan. Manusia menginginkan hidup lebih lama, tetapi kehendak Tuhan bisa mengubah

segala yang diinginkan manusia. Manusia boleh merencanakan tetapi Tuhanlah yang

mengaturnya,” demikian kata Kornelius, pemimpin doa perpisahan sebelum jenazah

diturunkan ke dalam liang lahat.

Kesedihan tampak jelas, ketika detik-detik penutupan kuburan. Tangisan keluarga

semakin menjadi-jadi. Histeris. Ada keluarga yang pingsan. Ada yang bersikap pasrah

namun ada pula yang menolak kematian atau tidak menerima kenyataan. Ketidakpasrahan

dilihat dari bahasa tubuh yang memberontak dan kata-kata protes, kenapa cepat pergi. Tidak

kasihan kami ka?

Kematian tidak ada negosiasi. Tidak ada tawar menawar. Soal kematian tidak bisa

dihindarkan tetapi harus dijalani.

Penghormatan terakhir, memilukan hati keluarga serta warga yang mengikuti

penguburan jenazah Martina Lilo. Tidak menahan kesedihan, banyak keluarga meneteskan

air mata. Air mata kesedihan karena orang yang dicintai, disayangi sudah pergi

meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Usai menutup kubur, lilin simbol penerang

dinyalakan pada pinggir-pinggir kuburan. Penghormatan kepada orang yang meninggal

sungguh dilakukan keluarga berduka.

Melepaspergikan satu anggota keluarga ke tempat pembaringan terakhir dan

memohon belaskasihan Tuhan menjadi intensi utama dalam momen perpisahan. Perpisahan

adalah hal yang menyedihkan. Di satu sisi, menyerahkan arwahnya kepada Tuhan dan

mengubur jenazah ke dalam tanah adalah tradisi masyarakat setempat. Dengan keyakinan,

bahwa setelah tiga hari, ia akan bangkit bersama Kristus sang sumber kehidupan. “Biarlah

ii

dia pergi meninggalkan kita untuk selamanya dan berharap akan doa-doanya ketika ia

berada bersama para kudus di sorga,” ujar Jemi, usai membakar lilin di kuburan.

(Robertus Tula)

ii

PaskahMembawaSukaCita

Kicauanburungdanpecahanombakmemanjakantelinga.

SemuakebaikanTuhanterwujuddalamkeindahansetiaptetesan air yang

takpernahhentimemanjakanalatindera. Mata yang harusbekerjalebihdaribiasanya agar

dapatmemahamianugerahTuhan.

Mata sayamasihterbukalebarwalausudahtengahmalam. Kegembiraan yang

belumterjadisudahterbayangnyatadanberkisahdalamhati.

Takhentisenyumlebarmunculdisetiaphelaannafaskarenasayatahuhariiniadalahhari yang

panjangdanakansangatmelelahkan. Jerihpayahsayabukanuntukhalkonyol yang orang

bodohlakukannamunsatuhalkecil yang bermaknabagianak-anakTuhan.

Waktuberlalutanpapermisi. Takterasamentarisinggahlagidibelahanbumilainnya.

Tepatpukul 06.30 sayamembukamata, mengawalihari yang baru.

Lelahkarenasemalamterjaga. Selesaimandidansarapan, banyakanakkecilsudahpenuh di

pekaranganrumahsaya. Ya, merekaitu yang memenuhipikiransayasejaksemalam.

“Baikanak-anak, semuanya diam. Karenasemuasudahdatang,

kitaakanmenghadapTuhandalamdoa,” kata Bapakketuawilayah XIX

ParokiSt.YosephNaikoten yang tidak lain adalah ayah saya.

Merekasemuatertundukdanlarutdalam diam. Namunsedikitmembingungkan, ada yang

membukasebelahmata, mencubittemandisebelahnya, adajuga yang

berdoasambilberpegangantangan. Lucu. Tapiitulahmereka, anak-anakTuhan yang

tergabungdalam SEKAMI wilayah XIX. Takhanyamereka, kami OMK wilayah XIX

jugaberdoa.

Kami berangkat menggunakanduaangkotdantujuhkendaraanrodadua.

Sayadanrombonganmenempuhsetengah jam perjalananuntukbisasampai di PantaiLasiana.

Deruombakmenyambutkedatangan kami. Terlihatlopo-lopomasihsepidaripengunjung.

Nyiurmelambaiseakanmemberisalam, menghargaikedatangan kami.

Kicauanburungdanpecahanombakmemanjakantelinga.

SemuakebaikanTuhanterwujuddalamKeindahansetiaptetesan air yang

ii

takpernahhentimemanjakanalatindera. Mata yang harusbekerjalebihdaribiasanya agar

dapatmemahamianugerahTuhan.

Puluhanpohon yang besardanrimbundihiasiburung-

burungkecilpadasetiaptangkaimemberiudarasegarbagi kami.

Denganmembanggakankeindahanalamnya, pantaiinimasihmenjadipilihanbanyak orang

sebagaitempatwisata.Ditambahsuarapecahdarianak-anak yang girangsetelahmelihatlaut.

Setelahsemuatasdisimpan di sebuahlopo, kami

semuaberkumpuldanmenaikanpujisyukurbagiTuhan.

Kegiatanberlanjut. Anak-

anakdibagidalamempatkelompokdandidampingiolehduakakakpembina.

Merekadiberikanpelajarantentang agama, tentangAlkitab,

kebiasaanbaikdanburukjugatentang Allah yang merekayakini. Bagianak-anaksatu jam sudah

cukup agar bisamengertidanmemahamiisipelajarandanmembuatyel-yelsetiapkelompok.

Setelahsatu jam duduk di atasterpalsambilmelipat kaki,

merekaberdiridenganpenuhsukacitadanmenampilkanyel-yelkebanggaanmasing-masing

kelompok.

Satukegiatantelahusai.

Merekalalumenyiapkandiriuntukmasukkeperlombaanmakankerupuk.

Dibagiberdasarkanumur, anak-anakterkumpuldalamempatkelompoklagi. Merekatakbisa

diam. Salingmelemparpasir, berlaritaktentuarah, berteriakmelawanombak. Akhirnya,

tangandan kaki merekadipenuhipasirputih. Namun,itu yang merekainginkan.

Lombadimulai. Para peserta lomba yang terdiri anak-anak SMP, SD danjuga TK

beraksi. Teriakanpenyemangatdarimasing-masingpendukungmenemanijalannyalomba.

Begituramai, pecahdengancandatawabahagia. Kakak-kakak OMK yang

menggerakantalinyanaikturun, semakin menambahtantanganbagianak-anak.

Suasanabegituriang. Sambilmengambilekspresimerekamenggunakankamera,

sayamengertibahwasuasanasepertiinitidakpernahterjadi di lingkunganrumah kami. Hanya di

sini, di tempatini kami Orang MudaKatolikdanSerikatKepausanAnak-

ii

anakMisionerdapatberbagisukatanpamemikirkanbebandantanggungjawabmasing-masing di

luarsana.

Setelahmelewatibeberapa kali penyaringan, pemenangsudahdidapat. Namun yang

kalahtidakberkecilhati, justrumerekamemberikanselamatkepada yang beruntung. Taksampai

disitu, karenakerupukmasihadamaka kami OMK jugaunjukgigi. Namun,

inibukanuntukmencari sang juara, inihanyasekedarbasabasiuntukmenjalinkerjasama.

Setelahusai, kami masukdalampuncakperlombaan. Mencaritelurpaskah. Anak-

anakmelompatgirangsatusama lain.

“Dalamwaktusatu jam, siapa yang mengumpulkantelur paling banyakdialah yang

menang,” kata Desi, ketua OMK. Lombapun dimulai. Panasmatahari yang

membakarkulittidakmenjadigangguanbagimerekauntukmenjadipemenang. Ada yang

menggalipasir, mengobrakabrikdaunkelapa yang telahjatuh di pasir, membukatumbuhan

yang menghalangipandanganmerekadanadajuga yang mencari disetiaptasmilikkakak OMK.

Konyol,tapiitulahusahamerekauntukmenjadi yang utama.

Satu jam berlaludanlombaselesai.

Pemenangtelahdidapatdanjuaraumumjugasudahdidapat. Siapa yang menemukansatutelur

yang bertulis happy easter day, dialah sang juaraumum. Semuanyaterlihatlelah. Namunanak-

anaktetapsemangat. Ada yang masihmerayukakak OMK

untukmelanjutkanpencariantelurPaskahkarenadiabelummendapatsatupuntelur.

Kami melanjutkankegiatandenganmakansiang. Setelahdoamakan, anak-

anakmembukabekalnyamasing-masinglalumelahapmakanandenganbegitusemangat.

Setelahmakan, merekadiberikansedikitwaktuuntukistirahat. Setengah jam berlalu,

danwaktuistirahatselesai. Inisaat yang merekatunggu, pembagianhadiahuntukanak-anak

yang beruntung. Mulaidarijuarasatu,

duadantigabaiklombamakankerupukdanlombamencaritelurpaskah. Taklupa sang

juaraumum.

Usaimembagihadiah, kakak-kakak OMK

memberisedikittanyajawabuntukmenyegarkankembalipengetahuanmerekatentangmateri

yang tadisudahmerekaterima di dalamkelompok. Merekasangatbersemangatkarenasiapa

ii

yang bisamenjawabakanmendapattigapermen. Tangan-

tanganmungilterangkatmenandakanmerekatahujawabandaripertanyaan.

Begituramaiwalaukadang-kadangmerekasalingmelihatkarenatidakada yang

mengangkattangan.

Kegiatanberakhirtepatpukul 13.00 WITA. Kami kembalikerumahmasing-

masingdanmenjalanikehidupan kami sebagaimanabiasanya. Namun, satuhal yang kami

semuapelajaribersama. Duaorganisasiiniharustetapberjalan.

BukanuntukpamermelainkanuntukdapatselalumemujiTuhanlewatkelompokkecil yang kami

bentuk. Kami tahuduakelompokinimasihsangatmudakarenabaruterbentuk. Tapi kami yakin,

Tuhanpunyamaksuddibalikterbentuknyaduakelompokini, OMK danSekami. Karena kami

percaya, Tuhansayang kami danadik-adik kami.

( Juliana Ndopo )

ii

Sengsara Berujung Kemenangan Abadi

Mentari pagi di hari Jumat cukup menyengat kulit. Orang-orang berdatangan

dengan sebagian mengenakan pakaian hitam. Konon, warna hitam selalu dimaknai sebagai

lambang kedukaan atau kesedihan. Seperti biasa, setiap tahun selalu ada peringatan untuk

mengenang kembali kisah sengsara Tuhan Yesus. Jalan salib hidup merupakan salah satu

kegiatan yang menghadirkan sosok Yesus pada orang yang bersedia untuk memerankan

tokoh Yesus.

Di bawah naungan pohon-pohon, orang banyak dengan antusias menunggu untuk

bersama Yesus mengikuti jalan salibNya. Sementara itu, sekelompok serdadu sedang

menghakimi Yesus di depan raja. Meskipun tidak menemukan kesalahan padaNya, raja tetap

menyerahkan Yesus kepada para serdadu. Mahkota duri dipakainya di kepala Yesus.

Penderitaan pun dimulai. Tangan-tangan yang seharusnya tidak menambah banyak

dosa justru dengan bebas mengayunkan cambuk pada tubuh tak berdosa itu. Yesus rebah di

tanah dan dicambuki berulang kali oleh para serdadu itu. Hanya raungan kesakitan yang

didengar. “Aahhhh...aahhhh. ” Tak ada belaskasihan dari para serdadu-serdadu itu. Mereka

tetap saja mengayunkan cambuk seraya mencaci maki Yesus. “Jika Engkau Anak Allah,

selamatkanlah diriMu. Dasar pembohong! ”

Yesus ditarik, ditendang dan dicambuki berulang kali. Sekali lagi Yesus hanya bisa

meraung kesakitan. Wajah dan tubuh yang berlumuran darah tidak dipedulikan oleh

siapapun. Mereka menarikNya dan memberikan kepadaNya sebuah salib untuk dipikulNya.

Tidak ada keluhan atau bantahan yang keluar dari mulut Yesus. Kesiapan dan kekuatan

untuk memikulnya yang dilakukan Yesus. Dengan langkah terseret-seret, Yesus memikul

salib itu. Salib dosa manusia yang begitu berat.

Sambil memikul salibNya, para serdadu tiada hentinya memukul, menendang dan

mencaci maki Yesus. Yesus jatuh pertama kali, bahkan kedua dan ketiga kalinya di bawah

salib dosa manusia yang begitu berat. Tanggungan dosa manusia tidak membuatNya

menyerah. Bangun dan melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak kemenangan yang

dilakukanNya.

Air mata menetes di wajah Bunda Maria yang mengiring penderitaan Yesus.

Pemeran sosok Bunda Maria menghadirkan kembali betapa sedihnya hati Bunda Maria

ii

melihat penderitaan putranya. Di kiri-kanan jalan setapak itu, orang-orang pun tidak bisa

menahan air mata. Menyekah dan terus menyekah. Terutama para ibu yang ikut merasakan

betapa sakitnya hati Bunda Maria melihat penderitaan anaknya.

Mentari kembali menyemburkan hawa panasnya. Yesus masih terus berjalan

memikul salibNya. Hingga akhirnya bertemu Simon yang membantu memikul salibNya, dan

juga Veronika yang mengusap wajah Yesus dengan kainnya. Teriakan-teriakan para serdadu

dan juga pengikutnya yang lain membawa kesan kekejaman. Suara mereka yang keras dan

lantang. Yesus tidak mengeluh sekalipun dan terus berjalan memikul salibnya.

Sampailah mereka di bukit Golgota. Bukit yang menjadi perhentian terakhir Yesus

atas penderitaan yang dialamiNya. Para serdadu menanggalkan pakaian Yesus di depan

umum dan bahkan mereka membuang undi untuk jubah itu. Dengan kasar mereka

merebahkan Yesus di atas salib yang dipikulNya dan memakuNya di sana. Yesus disalibkan

bersama dua orang penjahat, di kiri dan kanannya.

Tidak ada yang membantu meringankan penderitaan Yesus, bahkan sampai Ia wafat

di kayu salib. Bunda Maria hanya meratapi kematian Yesus di bawah salibNya. Penderitaan

dan sakit hati yang tidak pernah bisa dibayar oleh kata-kata. Di salibNya pun Yesus

meminta kepada bapa-Nya di surga untuk mengampuni kesalahan orang-orang yang

menghukumNya. “Bapa,ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka

perbuat. ” Setelah itu, jenazah Yesus diturunkan untuk dikuburkan. Sebuah akhir dari

penderitaan yang akan menjadi kemenangan abadi bagi Yesus.

Sebuah cerita hanya bisa dikisahkan kembali. Zaman sekarang hanya bisa

menampilkan peran-peran penderitaan Yesus tanpa harus merasakan betapa menderitanya

Yesus pada zaman dahulu. Terkadang pengorbanan dipandang sebelah mata. Orang tidak

mau mendengarkan dan melihat kesalahan apa yang ada pada orang lain. Menghakimi

menjadi pilihan terbaik mereka.

Penderitaan Yesus sampai wafat di kayu salib merupakan sebuah pengorbanan untuk

menebus dosa umat manusia. Teladan penderitaan Yesus menjadi tolok ukur kehidupan

kristiani untuk memandang penderitaan sebagai salib yang harus diterima dan ditanggung

untuk mencapai kemenangan abadi. Kemenangan yang bebas dari segala macam penderitaan

yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. (Rosiana N.

Sarman)

ii

Di Balik Pawai Paskah

Hari raya paskah yang dirayakan oleh seluruh umat kristen di dunia memang sudah

lewat beberapa hari yang lalu. Namun, euforia dan kemeriahannya masih juga terasa sampai

saat ini. Di kota Kupang misalnya, banyak cara yang bisa dilakukan oleh umat kristen kota

Kupang untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus. Setiap umat atau pun jemaat gereja

punya cara masing-masing untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut.

Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa yang memeluk agama kristen protestan dan

katolik di kota Kupang ikut merayakan hari raya paskah dengan cara mereka masing-

masing.

Salah satu cara yang biasa dilakukan warga kota Kupang khususnya warga kristen

untuk merayakan hari raya paskah adalah dengan menggelar pawai paskah. Pawai paskah ini

telah menjadi kegiatan yang setiap tahunnya diadakan di kota Kupang. Pawai yang

mayoritasnya diikuti oleh gereja kristen protestan ini memiliki rute awal dari depan rumah

jabatan gubernur di El tari dan biasanya berakhir di jalan Pasir Panjang, depan gereja GMIT

Talitakumi, kota Kupang. Pawai paskah yang sudah menjadi ajang wajib setiap kali

merayakan pesta paskah di kota Kupang ini awalnya dibuat oleh gabungan dari para pemuda

gereja GMIT kota Kupang. Setiap jemaat dari gereja kristen protestan, baik itu gereja

GMIT, Pentekosta ataupun Bethel yang ada di kota Kupang, saling berlomba untuk

memamerkan hasil karya mereka yang bertemakan paskah untuk diikutsertakan dan

dipamerkan dalam pawai paskah. Biasanya, jemaat gereja yang mengikuti pawai paskah di

kota Kupang, menampilkan sesuatu yang bertemakan tentang paskah. Misalnya, drama

tentang kisah sengsara Yesus Kristus, menghiasi mobil atau truk agar menyerupai gereja,

serta ada juga yang menyertakan alat band lengkap untuk bisa bernyanyi lagu-lagu

bertemakan paskah dan memuji Tuhan. Setiap gereja yang mengikuti pawai paskah di kota

Kupang memiliki ciri khas mereka masing-masing.

(David R. Mbete Putra)

ii

OBOR KEMENANGAN

Kami berarak-arak dengan cahaya obor di tangan

Membangunkan jangkrik-jangkrik lelap

Di tengah lelap orang,

Kami terus melangkah.

Mengantuk. Bangun jam dua pagi bukan kebiasaanku bahkan tidak sama sekali. Aku

hanya menemani seorang teman untuk pawai obor paskah hari ini. Hal seperti ini memang

belum pernah kutonton. Kata orang ramai. Aku dan Susan mengenakan baju putih. Sesuai

dengan kesepakatan harus seragam semuanya. Putih. Tiba di Gereja Petra Balfai, sebagian

orang mulai memadati lapangan gereja. Setiap orang dengan aktifitas berbeda. Mengisi

minyak tanah dalam obor, bermain gitar, menyanyi, beberapa anak kecil terlihat murung.

Mungkin mereka bernasib sama sepertiku. Mengantuk.

Jemaat Petra Balfai dibagi dalam delapan Rayon atau kelompok dalam gereja. Setiap

rayon mempunyai ciri khas masing-masing. Misalnya rayon lima mengenakan ikat kepala

putih. Atau rayon satu yang datang dengan tarian daerah lengkap dengan pakaian daerah

ii

yang tak kutahu asalnya. Menarik. Atau pembedaan lainnya ialah setiap rayon punya lagu

masing-masing.

Pukul tiga, kantukku belum juga hilang padahal pawai hampir dimulai. Setiap orang

berdiri menurut rayonnya masing-masing. Aku berada dalam barisan rayon lima dengan ikat

kepala putih. Sambutan ketua panitia beserta beberapa pesan menjadi pembuka acara.

Disusul doa dari pendeta sebelum pawai dimulai. Setelah itu obor diizinkan untuk

dinyalakan. Lapangan gereja seketika berubah cerah seperti taman dengan selaksa lampu.

Aku merasa benar-benar takjub. Mengagumkan. Rasa kantukku perlahan-lahan hilang.

Setelah berdoa, setiap rayon siap untuk pawai. Pawai obor ini tidak menggunakan

kendaraan apapun. Hanya dua kaki yang dipakai untuk menempuh rute yang telah

ditentukkan. Semua jemaat bernyanyi sepanjang jalan yang teramat dingin. Di pagi yang

masih perawan tanpa asam kendaraan. Ataupun suara sumbang knalpot resing. Semangat

yang aku lihat dan rasakan saat ini mungkin tidak pernah bisa terbayar oleh satu rupiahpun.

Cahaya obor terlihat seperti kunang-kunang cantik di malam hari.

Panitia menyiapkan beberapa pos untuk menguji pengetahuan jemaat tentang alkitab

dan lagu-lagu pujian. Setiap rayon yang menjawab dengan benar akan diberi nilai tambahan.

Permainan yang cukup menarik untuk menghilangkan kantuk. Mungkin.

Anak-anak kecil yang sedari tadi diam saat di gereja kini terlihat antusias. Kaki-kaki

kecil mereka melangkah dengan pasti. Aku melirik ke arah mereka sesekali dan tertawa

kecil. Mungkin mereka tidak mengerti untuk apa kita berjalan sepagi ini dengan obor di

tangan. Seharusnya kita sedang bermimpi indah. Namun mereka tidak bertanya. Yang

mereka tahu hari ini Paskah. Bahkan mungkin mereka tidak mengerti juga. Apa sebenarnya

paskah itu. Mereka terlalu gembira dengan sebuah obor bernyala di tangan.

Aku semakin larut bersama nyanyian-nyanyian pagi. Tak peduli lagi seberapa dingin

udara masuk ke pori-pori tubuh, seberapa berat kantuk datang bergelayut, yang terpenting

adalah hari ini hari kemenangan. Hari yang sudah dinanti dengan persiapan-persiapan

penuh. Baju, sepatu, kue, dan berbagai pernak-pernik lainnya yang menguras isi

kantong.yang terpenting adalah persiapan batin. Ya hari ini Paskah.

“ minggir dong, minggir dong, minggir dong, kelompok rayon lima mau lewat,

jangan di tengah jalan, nanti diinjak-injak, minggir dong, minggir dong, minggir dong. Lagu

ii

itu terus diulang di setiap langkah sebagai ciri-khas rayon lima. Tentunya dinyanyikan

dengan semangat.

Jarak yang cukup jauh tidak menyurutkan langkah setiap orang untuk tetap menjaga

semangat selama pawai, dengan obor bernyala tetap di tangan. Setelah berjalan tiga jam

sesuai rute, kami akhirnya kembali ke gereja dengan masih tetap pada barisan rayon masing-

masing.

Acara puncaknya yakni setiap rayon diberi kesempatan mempertontonkan drama

sengsara Yesus yang sudah dipersiapkan sejak lama. Beberapa orang terlihat tak berkedip.

Bahkan meneteskan air mata. Tokoh Yesus memainkan perannya dengan amat cantik.

Didorong dan dipukul. Pertunjukkan ini ditutup oleh rayon satu dengan penampilan yang tak

kalah menarik dari tujuh rayon lainnya.

Semua acara telah selesai. Namun perjalanan ini masih tetap membekas. Nyala obor

yang mengiringi langkah di pagi buta. Saat orang tak peduli lagi seberapa jauh, seberapa

dinginnya pagi yang masih lengkap dengan embun itu dan beginilah cara orang

mengangungkan Tuhannya. Teramat cantik.

(Yustina T.M. Hera)

ii

Abdi Lelaki Tua

Bunyi lonceng gereja terdengar, pertanda waktu menunjukkan pukul 05.00

WITA.Lelaki tua itu mengayu kedua kakinya terburu-buru, sambil memegang sebuah sapu

dan alat pembersih debu menuju ke dalam gereja. Pagi ini lelaki tua itu terlambat beberapa

menit, terlihat dari langkah kakinya yang tergesa-gesa. Dia akan berlomba dengan waktu.

Hari ini, tanggal 3 April 2015, seluruh umat kristen katolik memperingati dan

mengenang putra Allah Yesus Kristus yang wafat di kayu salib. Lelaki tua itu harus segera

menyingkirkan segala kotoran, debu dan merapikan semua bangku yang keluar dari

barisnya.Jam 9 pagi nanti, Gereja Stu. Mathias Rasul Tofa akan meerayakan misa Jumat

Agung. Seluruh ruangan dan halaman gereja harus sudah tampak bersih sebelum waktunya

tiba, pikirnya.

Lelaki tua itu bernama Thomas. Dua hari yang lalu Thomas genap berusia 68 tahun,

tepatnya pada tanggal 2 april kemarin. Hidup sendiri tanpa memiliki keluarga, istri dan anak

menjadikannya seorang pribadi yang....... oleh karena itu Thomas memilih menjalani sisa

hidupnya untuk mengabdi pada gereja. Sudah 32 tahun lamanya ia bekerja sebagai penjaga

dan perawat gereja Stu. Mathias Rasul Tofa, sejak sebelum gereja ini berdiri dan masih

menjadi kapela. Sebelumnya dia bekerja sebagai supir bis antar kota di pulau Timor, tetapi

ketika mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kirinya patah memaksa dirinya

untuk berhenti bekerja sebagai supir bis. Dua tahun setelah kecelakaan, Thomas akhirnya

memilih untuk mengabdi pada gereja.

Menjaga dan membersihkan gereja adalah pekerjaaannya setiap hari. Setiap pagi

Thomas, lelaki tua itu harus berlombah bersama sang surya, tak ada kata kalah baginya.

Sebelum jam 5 pagi, Thomas sudah harus membuka matanya. Walaupun begitu, Thomas

terkadang harus mengakui Sang Surya yang berhasil mengalahkannya.

Sudah 20 menit lamanya sejak Thomas masuk ke Gereja, setengah dari pekerjaannya

sudah diselesaikan. Debu-debu telah dibersihkan dan bangku-bangku telah dirapihkannya.

Thomas cuma harus menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi dan tugasnya pagi ini akan

segera berakhir.

ii

Selama 32 tahun bekerja menjaga dan merawat gereja, Thomas tidak pernah

berharap untuk diberi upah. Thomas dengan ikhlas dan sukarela dalam melakukan

pekerjaannya ini. Baginya, ini adalah bagian dari pengabdian tugasnya sebagai umat katolik

dan kepada Tuhan. Walaupun pihak gereja tetap memberinya beberapa rupiah sebagai tanda

jasanya. Uang yang didapatnya, digunakannya untuk makan setiap hari. Baginya uang yang

didapatnya sudah sangat cukup baginya untuk dapat makan setiap harinya. “Saya selama

bekerja di gereja ini tidak pernah sekalipun berharap untuk mendapatkan upah. Saya ingin

agar pekerjaan ini orang tidak melihatnya sebagai upaya unutk mendapatkan gaji. Saya ingin

agar ini dilihat sebagai tanggung jawab dan tugas saya sebagai umat katolik kepada Tuhan,”

cerita Thomas.

Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 06.45 WITA. Thomas telah selesai

melakukan pekerjaannya. Gereja tampak bersih dan layak untuk siap memperingati

wafatnya Yesus Kristus Putera Allah di kayu salib.

(Gabriel J. Anin)

ii

STRAIGHT NEWS

ii

Pesan Paskah Dari Pendeta Marlis

FISIP - Minggu (5/4), Pdt. Marlis Riry memimpin kebaktian paskah kedua di Gereja

Ora Et Labora kota kupang.

Kebaktian paskah dihadiri oleh lebih dari dua ratusan umat protestan mulai dari

anak-anak, orang muda, dan juga orang tua. Kebaktian itu berlangsung dari pukul 06.00

WITA sampai 07.30 WITA.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Kebaktian dilakukan di alun-alun

gereja. Meskipun demikian, Suasana kebaktian tetap berlangsung hikmat dari awal hingga

akhir kebaktian. Paduan suara Angelorum menyanyikan dua buah lagu sebagai puji-pujian.

Tema kebaktian paskah adalah “kamu adalah murid-muridku jikalau kamu saling

mengasihi.” (Yoh 13: 31-35)

Dalam kebaktian itu, pendeta Marlis memberi pesan pada umatnya untuk menjadi

pribadi yang mengasihi sesama, pribadi yang rendah hati, pribadi yang tabah dan tetap

menjaga solidaritas agar diakui sebagai murid Yesus sang penebus.

Menurutnya di zaman ini sensitifitas orang-orang mulai berkurang, karena beberapa

hal. Karena itu, Pendeta menghimbau pada seluruh jemaatnya mulai saat ini sesibuk apapun,

kita wajib menyisihkan waktu untuk orang lain. (Dimas S. Lay)

(Editor: Yustina T. M. Hera)

“Cinta, Karena Kau Aku Rela”

ii

Kecintaan yang utuh kepada manusia, Ia rela menderita hingga wafat di salib.

Kerelaan-Nya menanggung penderitaan dengan memanggul palang penghinaan

menuju puncak Golgota adalah bukti konkrit, Ia sangat mencintai manusia.

Perayaan ibadat Jumat Agung yang berlangsung pada Jumat (4/4) dihadiri ribuan

umat di gereja St. Theodorus Weluli, Atambua. Ibadat Jumat Agung dipimpin Rm.

Agustinus Lake,Pr. Perayaan itu berlangsung dengan penuh hikmat. Koor lingkungan St.

Agustinus mengiringi ibadat dengan sangat meriah.

Dalam kotbahnya, Romo Agustinus Lake, Pr menyampaikan, kerelaan

mengorbankan nyawa dengan mengalami penderitaan hingga wafat di salib adalah bentuk

pengorbanan yang utuh kepada manusia. Manusia yang penuh dengan dosa dan kehinaan

karena kerakusan, keegoisan, kesombongan, keserakahan, kemunafikan dan kelalaian

membuat Yesus harus menderita hingga wafat di palang penghinaan.

“Pengorbanan Yesus demi menyelamatkan manusia dari lumpur dosa dan

keterpurukan, tidak bisa dibersihkan dengan air tetapi dengan darah. Pengorbanan yang suci

dan mulia demi menyelamatkan manusia adalah bentuk kecintaan-Nya kepada manusia. Ia

rela menderita bagi semua orang tanpa memandang dia miskin, kaya, hitam, putih, tinggi,

pendek dan perbedaan lainnya,” kata Lake, pastor paroki St. Theodorus Weluli, Jumat, 4/4.

Panutan Yesus dalam bentuk pelayanan kasih adalah bukti cinta total kepada

manusia. Dengan memberikan segalanya termasuk nyawa, Ia sungguh-sungguh mencintai

manusia dan mengorbankan segalanya tanpa pamrih. Ia ingin memulihkan manusia dari

keterpurukan dan dosa yang memenjarakan umat-Nya dalam kegelapan maut. Maut harus

dikalahkan dan manusia lama harus ditinggalkan.

Pengorbanan Yesus mengubah manusia dari manusia lama yang penuh dengan dosa

dan membawanya kepada hidup baru. Hidup penuh cinta dan pelayanan kepada sesama

menjadi prioritas dalam pergaulan hidup.

ii

Lake menegaskan, untuk memberikan perhatian kepada sesama secara tulus dan

iklas, hal pertama dan utama yang perlu dilakukan secara sadar yakni membuka hati kepada

sesama, menerima apa adanya dan dedikasi.

Usai memberikan renungan, umat yang hadir memberikan penghormatan kepada

Salib Kristus dengan mencium corpus pada bagian kaki Yesus. Perayaan keselamatan

berlangsung dengan lancar dan aman hingga selesai upacara penghormatan salib Kristus.

(Robertus Tula).

(Editor: Yuliana A. S. Ndopo)

ii

Pawai Paskah Naik Kelas

Kupang, Fisip – Pawai paskah ke 19 di Kota Kupang tahun ini membaik. Pawai ini

juga dianggap sudah ‘naik kelas’. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pawai

paskah tahun ini lebih meriah.

Bagaimana tidak, pawai kemenangan paskah yang berlangsung pada Senin (6/4)

tidak hanya diikuti oleh pemuda GMIT tetapi juga melibatkan pemuda lintas agama yang

ada di Kota Kupang seperti Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Budha dan Pemuda Hindu

Darma. Selain itu, pawai paskah tahun ini dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Anak Yohana Yambise dan dilepas oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang ditandai

dengan pelepasan burung merpati.

Peserta pawai menempuh jarak kurang lebih 5 km. Rute yang mereka lewati dimulai

dari jalan Eltari, Jalan Soeharto, Jalan Sudirman lalu menuju ke Jalan Mohammad Hatta,

Urip Sumoharjo, Ahmad Yani dan berakhir di Gereja Talitakumi, jalan Timor Raya

Kelurahan Pasir Panjang.

“Peserta berjumlah 118 dan terdiri dari 64 jemaat BP GMITdan klasis GMIT

Kupang, TTS, TTU, dan juga rombongan lintas agama”, ungkap Irving Molle salah seorang

panitia pawai paskah tahun 2015. Irving menambahkan, pawai paskah tahun ini mengalami

sedikit keterlambatan waktu pelepasan peserta. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena

pawai paskah tahun ini dihadiri oleh seorang menteri sehingga peserta harus diatur lebih

baik lagi.

Pawai paskah yang diikuti oleh kurang lebih 3000 orang ini juga menampilkan

kelompok budaya seperti reog ponorogo yang dibawakan kelompok etnis Jawa yang

berdomisili di kupang. Dan peserta pawai kali ini memerankan prosesi fase kejadian sampai

fase kebangkitan. Mereka menampilkan setiap tema yang mereka dapat menggunakan

kendaraan yang sudah dihiasi berbagai pernak-pernik seperti gardus, kain, tumbuh-

tumbuhan, binatang dan juga gabus yang dibuat menyerupai salib. Sepanjang jalan peserta

juga menyanyikan kidung-kidung rohani diiringi alat musik.

Pawai mengakibatkan lalu lintas macet karena jalan yang dilewati peserta telah

ditutup sejak pukul 10.00 WITA. Sesudah semua peserta dilepas, puluhan petugas

kebersihan dari dinas kebersihan langsung membersihkan sampah-sampah di jalan Eltari.

ii

Setelah itu, tim kebersihan melanjutkan kerja mereka sesuai dengan rute yang dilewati

peserta.

“Dengan keberhasilan pawai paskah tahun ini, kita berharap agar pawai paskah akan

lebih baik setiap tahunnya”, kata Irving. Dia menambahkan, lewat kegiatan seperti ini,

hubungan antar umat beragama akan terjalin lebih harmonis dan bersahabat. (Juliana A.

S. Ndopo)

Editor: Gabriel J. Anin

ii

Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Uskup Atambua Ajak Umat Maknai Paskah

Perayaan Misa Kamis Putih

ATAMBUA, FISIP NEWS — Misa Kamis Putih di

Gereja Katedral St. Immaculata Keuskupan Atambua

berlangsung hikmat, Kamis (2/4). Misa dipimpin langsung oleh

uskup agung atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Misa dimulai pada pukul 18.00 WITA. Tapi umat telah

memadati gereja sejak pukul 17.00 WITA hingga memenuhi

halaman gereja. Sebagian umat tampak mengenakan pakaian

serba putih. Dalam perayaan ekaristi tersebut, uskup atambua

dibantu oleh pastor paroki katedral.

Dalam khotbahnya, uskup Dominikus mengajak seluruh umat untuk memaknai

paskah sebagai tindakan kasih Yesus terhadap umat manusia. Pertama, paskah dimaknai

sebagai paskah yahudi yaitu pengorbanan darah anak domba. kedua, Paskah dimaknai

sebagai perayaan jemaat perdana atau jemaat pertama.

“Tindakan Yesus membasuh kaki murid-muridNya adalah tindakan kasih. Marilah

kita sebagai umat katolik memaknai Paskah Tuhan sebagai tindakan kasih,” ungkapnya.

(Rosiana N. Sarman)

Editor: Dimas S. Lay

ii

Prapaskah Ala Pemuda Bethesda

KUPANG, FISIP – Dalam rangka menyambut hari raya Paskah, pemuda jemaat gereja

Bethesda menggelar berbagai jenis kegiatan dan perlombaan, seperti, lomba mewarnai,

lomba melukis telur paskah dan lomba Cerdas Cermat Alkitab ( CCA ). Perlombaan yang

diikuti oleh anak usia 4 sampai 15 tahun itu digelar pada, Rabu (2/4) sampai dengan Jumat

(4/4/2015).

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan itu diprakarsai oleh para pemuda

gereja Bethesda, Jln. Timor Raya, kilometer 14, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten

Kupang. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh 35 orang anak yang

berasal dari 18 rayon yang berbeda. Tidak dibutuhkan biaya sepeser pun untuk bisa

mengikuti perlombaan yang dibuat oleh pemuda jemaat Bethesda ini. Seluruh biaya yang

dibutuhkan panitia dalam menyelenggarakan perlombaan ini sudah dipersiapkan sejak dua

bulan sebelumnya. Dana yang diperoleh panitia penyelenggara perlombaan didapat dari

kegiatan menjual rantangan berjalan.

Pada hari pertama, digelar lomba mewarnai yang diikuti oleh anak-anak usia

4-6 tahun. Hari kedua, Kamis (3/4) dilangsungkan perlombaan menghias telur paskah yang

diikuti oleh anak-anak berusia 7-12 tahun. Sedangkan anak-anak yang berusia 13-15 tahun

mengikuti lomba cerdas cermat Alkitab yang digelar pada hari terakhir. Semua anak-anak

peserta lomba tidak perlu lagi membawa peralatan apapun untuk mengikuti perlombaan

karena semua fasilitas dalam perlombaan sudah disiapkan oleh panitia perlombaan yakni

para pemuda jemaat gereja Bethesda itu sendiri.

Ivhan Tahik (23), selaku ketua panitia penyelenggara perlombaan,

menuturkan, kegiatan untuk menyambut paskah yang mereka selenggarakan kali ini,

memang sengaja ditujukan pada adik-adik mereka yang juga adalah jemaat gereja Bethesda,

agar semua anak-anak usia dini yang menjadi jemaat gereja Bethesda lebih terbiasa untuk

aktif dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja yang lebih bermanfaat. Selain itu, Ivhan

juga menambahkan, lewat kegiatan dan perlombaan yang dibuat ini, anak-anak jemaat

gereja Bethesda dapat juga dikenalkan dan diajarkan tentang makna dan arti paskah itu

secara lebih sederhana lewat kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti ini.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Yanti (38), orang

tua dari seorang anak peserta lomba cerdas cermat Alkitab. Menurutnya, sebagai orang tua,

ii

ia merasa sangat senang dengan diadakannya kegiatan ini karena melalui kegiatan dan

perlombaan seperti ini, anak-anak kami dapat dilatih dan diperbiasakan untuk lebih aktif dan

terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja. Ibu Yanti juga mengharapkan agar para pemuda

jemaat gereja Bethesda dapat mempertahankan dan bahkan mengembangkan kegiatan-

kegiatan yang lebih bermanfaat lagi ke depannya. Bukan hanya saat hari raya paskah saja,

tetapi juga di hari raya-hari raya besar lainnya yang dirayakan gereja. (David R. Mbete

Putra)

Editor Rosiana N. Sarman

ii

BALFAI GELAR PAWAI OBOR

Jemaat Petra Balfai melakukan pawai obor, mengikuti rute yang ditentukan

panitia

Pawai obor menyambut pesta Paskah kembali digelar. Minggu 5 april 2015 pukul

03.00 Wita, sekitar dua ratusan jemaat Petra Balfai mengikuti pawai obor Paskah.

Kegiatan ini diawali dengan doa pelepasan oleh pendeta Maktelda Takalapeta

Sadukh. Jemaat dibagi dalam delapan rayon. Masing-masing berdiri sesuai dengan rayonnya

dan siap mengikuti pawai obor. Semua jemaat berpakaian putih dan dipadukan dengan

pakaian adat dari daerah tertentu seperti Rote.

Rute perjalanan dimulai dari Gereja Petra Balfai menuju ke arah Lanudal kemudian

kembali lagi ke Gereja. Jemaat yang memegang obor terlihat sangat antusias mengikuti

pawai tahunan ini. “ pawai obor ini memang selalu menarik tiap tahunnya, “ kata Wulan

salah satu jemaat dengan wajah sumringah. Setiap Rayon mempunyai cara tersendiri untuk

meramaikan jalannya pawai seperti bernyanyi, bermain gitar dan tamborin. Panitia juga

menyiapkan beberapa pos yang dijaga sendiri oleh panitia. Setiap Rayon diberi pertanyaan

mengenai isi kitab suci maupun judul lagu-lagu kebaktian.

Dibawah pengawasan panitia, pawai berjalan dengan tertib dan lancar. Pawai yang

berlangsung tiga jam ini ditutup dengan kebaktian minggu Paskah pertama yang dipimpin

langsung oleh pendeta. (Yustina T. M. Hera)

Editor; Robertus Tula

ii

100 Lampion, Puncak Perayaan Sabtu Haleluya

(Gabriel J. Anin)

Kupang, FISIP – 100 lampion yang diterbangkan oleh Orang Muda Katolik (OMK)

paroki Stu. Mathias Rasul Tofa, Sabtu (4/4), menandai puncak perayaan Sabtu Haleluya.

Setelah misa Sabtu Haleluya berakhir, ratusan orang muda katolik (OMK) paroki Stu.

Mathias Rasul Tofa menerbangkan 100 lampion tepat di halaman gereja. Kegiatan ini

dipimpin langsung oleh ketua OMK paroki, Yulianus Nahak dan didampingi oleh Pastor

Paroki, Rm. Yustinus Pao, serta disaksikan oleh ratusan umat yang hadir.

Kegiatan menerbangkan lampion ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan di paroki

Stu. Mathias Rasul Tofa. “Menerbangkan lampion merupakan kegiatan rutin yang

dilakukan orang muda katolik (OMK) setiap tahun pada perayaan sabtu haleluya,” jelas

Yulianus.

Berbeda dengan tahun lalu, kali ini jumlah lampion yang diterbangkan berjumlah lebih

banyak. Tahun lalu, lampion yang diterbangkan hanyalah berjumlah 50 buah.

Selain itu, yang membedakannya dengan tahun lalu yaitu terdapat doa dan harapan yang

ditulis oleh seluruh umat yang kemudian diikatkan pada lampion sebelum diterbangkan.

Ratusan umat yang menyaksikan, langsung bersorak sorai ketika lampion mulai

diterbangkan. Suasana hikmat dan gembira mewarnai kegiatan malam itu. “Kami sangat

gembira dengan adanya kegiatan ini,” ungkap Esti, salah seorang umat.

Menurut Rm. Yustinus Pao, Kegiatan ini juga adalah salah satu cara untuk membangun

persaudaraan dan kasih sayang sesama umat dalam merayakan hari raya Paskah.

Kegiatan ini diakhiri dengan makan bubur kacang hijau bersama seluruh umat di Rumah

Pastoran yang terletak tepat di belakang gereja Stu. Matias Rasul, Tofa. (Gabriel J. Anin)

Editor : David R. Mbete Putra

ii

SOFT NEWS

Sambut Paskah Dengan Berburu Telur

FISIP - Sambut hari Paskah, anak-anak Sekolah Minggu di gereja ora et labora

kota kupang. merayakannya dengan mencari telur Paskah. kegiatan dimulai sepulang dari

pawai obor.

Ratusan anak berusia 6 hingga 13 tahun berkumpul di halaman gereja. Minggu

(5/4/2015) sejak pukul 04.00 WITA. Kegiatan dibuka dengan ibadah pagi dan dipimpin

seorang guru sekolah minggu.

Setelah ibadah selesai, ditemani beberapa guru sekolah minggu. Anak-anak

diarahkan keliling kompleks sembari memegang obor yang menyala. Pawai obor itu

berlangsung kurang dari 30 menit. Ketika kembali ke gereja, anak-anak langsung diarahkan

untuk mencari telur paskah yang telah di sembunyikan di sekitaran gereja. Inilah puncak

moment perayaan paskah.

Dengan instingnya masing-masing, anak-anak secara individual maupun

berkelompok, berlomba-lomba mencari telur sebanyak mungkin. Dan semakin bersemangat

ketika anak-anak tahu ada 12 telur istimewa yang berhadiah.

Menurut Megi detak (20) salah seorang guru Sekolah Minggu di gejera itu, dari 300 telur

ada 12 telur yang bertuliskan nama murid Tuhan Yesus. "Anak-anak harus mengumpulkan

telur sebanyak-banyaknya. jika dapat menemukan telur bertuliskan nama murid, maka

berhak mendapatkan hadiah," ujar megi menjelaskan.

“kegiatan mencari telur ini sudah dilakukan sejak belasan tahun yang lalu. Jadi

kegiatan ini memang rutin dilakukan setahun sekali pada saat paskah” ungkap Megi.

Menurutnya dengan mencari telur, mampu meningkatkan daya agresitifitas anak-anak dan

kekompakan antar teman.

“Selain melambangkan kebangkitan Yesus Kristus, telur juga memiliki makna

kesuburan”. Jelas Megi.

Kegiatan paskah, berburu telur akhirnya selesai dan ditutup dengan makan bersama

di halaman gereja ora et labora. (Dimas S. Lay)

Editor: Rosiana N. Sarman

ii

Kebersamaan Di Saat Suka Maupun Duka

Warga menurunkan peti jenazah ke liang lahat sebagai tempat pembaringan terakhir

ibu Martina Lilo.

Gotong royong dan kerja sama masyarakat Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, tetap

lestari dan berkesinambungan.

Realita menggambarkan, tidak ada satu manusia yang hidup sendiri. Sebagai makluk

sosial, manusia yang satu selalu membutuhkan sesama untuk mempertahankan hidup dan

mengembangkan diri dari beranekaragam aspek hidup.

Kedukaan yang menyelimuti keluarga duka dirasa ringan. Hal tersebut dilihat dari

perhatian warga setempat dengan memberi bantuan moril maupun material. Inilah bukti

kepedulian masyarakat yang cinta akan kebersamaan.

Markus Mau, kepala Dusun Bosoklolo, menyampaikan bahwa kebersamaan dan

kerja sama yang ada di masyarakat tetap dilestarikan setiap saat. Kebersamaan ditandai

dengan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersama. Semangat gotong

royong inilah yang mendorong masing-masing individu untuk bergerak dan meluangkan

waktu, memberikan tenaga dan sumbangan pendapat dalam menjalani kegiatan di tempat

tersebut.

ii

Kegiatan apa pun yang dilangsungkan dalam lingkungan tersebut, sekalipun tanpa

pemberitahuan masyarakat sudah mengetahuinya dan secara inisiatif memberikan

sumbangan apa adanya, tambah Mau, usai menurunkan jenazah di pekuburan umum, Kamis

1 April di Weluli.

Ludofikus Loi, ketua Suku Simu, mengatakan, kebersamaan yang telah dirajut tidak

hanya saat situasi duka tetapi dalam semua kegiatan. Di antaranya; musim olah tanah,

musim tanam dan musim panen. Selain itu, upacara-upacara adat, syukuran dan kegiatan

rohani bisa dilaksanakan secara bersama-sama.

Hasil gotong royong tersebut, tidak hanya menghasilkan sesuatu yang baik tetapi

kerukunan dan keramaian dapat tercipta di antara masyarakat Dusun Bosoklolo. Hal

menarik dan positif inilah yang mendorong pihak luar untuk datang dan tinggal di daerah

tersebut. (Robertus Tula).

Editor: Yuliana A. S. Ndopo

ii

Mendidik Anak Lewat Film

Kupang, Fisip – Perayaan Paskah telah berlalu namun suka cita masih terasa bagi

orang Kristen. Banyak kegiatan yang orang-orang lakukan dalam perayaan besar itu. Salah

satunya seperti yang dilakukan Agus (42). Sejak hari Kamis sampai Minggu, Agus

melakukan pemutaran film rohani.

Pemutaran film ini mendapat respon positiv dari warga yang tinggal di sekitar

rumahnya. Baik anak-anak, pemuda dan juga orang tua. Pemutaran film ini berlangsung di

kediaman Ibu mertuanya Jl. Kali Sembunyi, Kuanino (belakang pitoby travel) yang

kebetulan tinggal dekat dengan rumahnya. Terhitung mulai dari Kamis 2 April hingga

Minggu 5 April, Agus memutar empat film rohani diantaranya film Nabi Musa, Adam dan

Hawa, Kain dan Habel, dan The Passion Of The Crhist.

“Saya melakukan hal ini karena ingin manambah pengetahuan anak-anak saya dalam

hal agama dan juga mengajarkan pada mereka bagaimana cara Yesus menebus dosa

manusia”, kata Agus yang ditemui di kediamannya. Agus juga menambahkan sebetulnya dia

melakukan ini agar ditonton oleh anak-anak dan semua saudaranya, namun dia tidak

menyangka akan mendapat respon dan antusias yang sangat baik dari tetangga.

“Saya senang dengan adanya pemutaran film seperti ini. karena kami anak muda

tidak punya kegiatan apa-apa selama libur paskah”, kata Andi salah satu pemuda yang ikut

menonton pemutaran film. Andi mengaku, sudah dari tahun lalu dia dan teman-teman selalu

menonton pemutaran film yang dilakukan Agus.

Menurut Agus, memberikan pendidikan agama bagi anak-anak merupakan hal wajib

yang harus dilakukan oleh para orang tua agar anak-anak dapat tumbuh dengan nilai agama

yang sudah tertanam dalam dirinya. Dan tidak hanya kali ini, Agus sudah melakukan hal ini

dua kali. “Tahun lalu saya sudah melakukan hal ini, dan ini kali yang kedua”, kata Agus.

Film yang dia putar tahun lalu, lanjut Agus, bukanlah film yang sama yang dia putar

tahun ini. Sudah dua tahun, bila memasuki massa puasa Agus akan berkeliling ke teman-

temannya untuk mendapatkan film rohani yang akan dia putar. Selain dari teman-teman, dia

juga pergi ke warnet-warnet untuk mendapatkan film.

ii

Bermodalkan laptop, LCD dan spanduk putih bekas yang digunakan sebagai layar

besar, Agus memutar film di halaman rumah mertuanya. Tepat pukul 19.30 WITA, banyak

anak kecil, pemuda bahkan orang tua yang sudah berkumpul di halaman untuk ‘nonton

bareng’. Agus mengatakan hal ini akan terus dia lakukan setiap tahun. Karena selain

menambah pengetahuan agama anak-anak, tetapi bila dilihat-lihat hal ini juga dapat

menambah hubungan baik antar tetangga. (Yuliana A. S. Ndopo)

Editor: Gabriel J. Anin

ii

Salib Yesus Dimata Tanty

Jalan salib hidup merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang kembali

penderitaan Yesus yang mati di kayu salib.

Hal ini dilakukan pula oleh Orang Muda Katolik (OMK) Katedral/THS-THM St.

Immaculata Keuskupan Atambua, pada hari Jumad (3/4). Ratusan umat berbondong-

bondong memenuhi halaman Gua Toro, Atambua. OMK yang membawakan jalan salib

hidup begitu mendalami peran yang dimainkannya. Mereka memaknai betapa besarnya

pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat manusia.

Di tengah jalan salib yang berlangsung hikmat itu, Nampak seorang gadis sangat

mengahayati pengorbanan Yesus yang sedang diperankan. Tanty (21) selalu menyempatkan

diri untuk mengikuti jalan salib hidup ketika kembali berlibur ke rumah. “Saya selalu

mengikuti jalan salib hidup ini ketika pulang liburan di Atambua,” ungkap Tanty.

Tanty ditemani ibu dan kakaknya mengikuti jalan salib hidup di Gua Toro. Beberapa

tahun sebelumnya, jalan salib hidup ini dimulai (pembukaan) di Gua Toro dan berakhir di

gereja. Tetapi setelah diangkatnya Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, jalan

salib dilakukan di Gua Toro. “Biasanya, jalan salib ini dimulai dari Gua Toro dan berarak

menuju gereja. Tetapi setelah Uskup Dominikus diangkat menjadi uskup Atambua waktu

itu, jalan salib ini dilakukan di Gua Toro, ” tandasnya.

Sebagai seorang khatolik, Tanty menyadari dan ikut merasakan penderitaan Yesus

memikul salibNya. “Jalan salib ini mengingatkan saya betapa besarnya pengorbanan Yesus

untuk kita manusia. Dengan Yesus memikul salib, berarti Dia memikul dosa-dosa kita.

(Rosiana N. sarman)

Editor:Dimas S. Lay

ii

Aksi Pemuda JNOT

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh umat kristen di mana pun mereka berada

untuk menyambut hari raya Paskah. Berbagai macam kegiatan dipersiapkan secara matang

oleh gereja bersama umat dan jemaatnya sejak masa prapaskah. Mulai dari dekorasi gereja

yang bernuansa Paskah, persiapan kegiatan, sampai kesiapan hati para umat atau jemaat

gereja sangat diperhatikan dengan baik. Seluruh gereja yang ada di Kota Kupang masing-

masing melakukan persiapan untuk menyambut kebangkitan Yesus Kristus

Persiapan menyambut Paskah juga dipersiapkan dengan matang oleh para pemuda

Jemaat Nazaret Oesapa Timur (JNOT). Banyak rangkaian kegiatan yang mereka persiapkan

bersama di gereja. Bertempat di gereja Nazaret, kilometer 10, Oesap Timur, para pemuda

JNOT di bawah pimpinan Patrick Anin selaku ketua pemuda JNOT, menggelar persiapan

berupa latihan dan pematangan acara yang akan mereka pentaskan saat hari raya Paskah di

gereja.

Kegiatan awal pemuda JNOT sudah dilangsungkan sejak masa prapaskah atau

sebelum perayaan Paskah. Kegiatan prapaskah yang dipentaskan oleh para pemuda JNOT

berupa perlombaan menghias salib paskah antar rayon. Sebanyak 30 rayon yang ada di

wilayah gereja Nazaret, ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini. Setiap rayon saling

berlomba untuk menampilkan salib yang telah mereka hias. Selain perlombaan menghias

salib paskah, kegiatan prapaskah yang mereka lakukan adalah penyalaan obor atau lampu

pelita saat malam hari, di sepanjang jalan sekitar wilayah gereja Nazaret. Selain itu, pihak

gereja Nazaret juga mengadakan pawai obor khusus gereja mereka. Semua jemaat dewasa di

gereja Nazaret berkeliling seluruh wilayah jemaat mereka menggunakan obor pada pukul

16.00 –19.00 WITA, sementara bagi anak-anak diadakan perlombaan mencari telur paskah

di gereja.

Persiapan lain yang juga dipersiapkan secara matang oleh pemuda JNOT adalah

latihan drama visualisasi tentang kisah sengsara Yesus Kristus yang akan mereka tampilkan

bersama saat kebaktian Jumat Agung pada pukul 07.00 nanti. Latihan yang memakan waktu

selama satu minggu itu diikuti oleh 18 orang tokoh yang akan memerankan karakter mereka

masing-masing sesuai kisah sengsara Yesus Kristus dalam Kitab Suci. Setiap sore, pada

pukul 16.00, mereka semua berkumpul di gereja untuk latihan. Kebersamaan dan

kekompakan yang solid ditunjukan oleh pemuda JNOT. Mereka giat berlatih agar dapat

ii

memberikan penampilan yang baik saat pentas nanti di depan orang tua dan seluruh jemaat

gereja Nazaret. Drama visualisasi kisah sengsara Yesus yang akan mereka tampilkan

berdurasi sekitar kurang lebih 30 menit. Mereka juga tidak lupa untuk terus berlatih

menyanyi sebagai persiapan pawai malam puji-pujian untuk menyambut hari raya paskah.

Selain mengikuti kegiatan internal gerejanya, pemuda JNOT juga sangat aktif dan

sering berpartisipasi dalam kegiatan gereja yang diadakan oleh gereja lain di Kota Kupang.

Para pemuda JNOT juga mendapat undangan dari gabungan para pemuda GMIT sekota

Kupang untuk bisa berpartisipasi dalam pawai Paskah yang sudah menjadi ajang tahunan

seluruh warga Kota Kupang. Hal ini tentu disambut dengan baik oleh Patrick Anin dan

teman-teman pemuda JNOT lainnya.

Untuk bisa menampilkan tontonan yang baik dan menarik saat pawai paskah nanti,

tentu dibutuhkan lagi sejumlah persiapan yang cukup matang. Bersama para orang tua dan

semua jemaat gereja Nazaret, pemuda JNOT di bawah komando sang ketua, Patrick,

kembali melakukan persiapan. Kali ini waktunya cukup singkat. Mereka hanya memiliki

waktu satu hari untuk bisa mempersiapkan acara mereka saat pawai paskah nanti.

Agar mereka bisa menampilkan beberapa acara sekaligus saat pawai nanti, jemaat

gereja Nazaret menyewa sebuah truk tronton milik salah seorang jemaat mereka untuk

dihiasi dan didekorasi sesuai dengan tema yang telah diberikan oleh panitia pawai Paskah,

yaitu “Yusuf Jadi Gubernur”. Kreatifitas dan kekompakan para pemuda JNOT terlihat saat

mereka bekerja sama untuk mendekorasi truk tronton yang mereka sulap menjadi sebuah

panggung pertunjukan. Selain menampilkan drama “Yusuf Jadi Gubernur”, para pemuda

JNOT juga akan menampilkan band yang membawakan lagu-lagu Paskah saat pawai nanti.

Inilah gambaran tentang persiapan para pemuda JNOT dalam rangka memeriahkan

pesta paskah di tahun 2015, dengan berbagai macam kegiatan dan perlombaan-perlombaan

yang bisa dibilang cukup kreatif dan bermanfaat. Kekompakan, kepekaan dan antusias yang

tinggi terhadap kegiatan-kegiatan gereja yang ditunjukan oleh para pemuda JNOT patut

untuk dijadikan contoh dan pembelajaran yang baik bagi kita semua. (David R. Mbete

Putra)

Editor: Rosiana N. Sarman

ii

SALIB SIMBOL PENDERITAAN DAN KEMENANGAN

“ Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. “

Salib sebagai simbol penderitaan sekaligus kemenangan. Penderitaan identik dengan

keterbatasan, kesusahan, kesulitan, ketidakberdayaan. Titik batas manusia untuk berlangkah

dan belum mendapat solusi dari persoalan hidup yang menyelimuti manusia secara personal

maupun kolektif. Kemenangan ditandai dengan kesuksesan, kegembiraan, mendapat solusi

atas persoalan hidup.

Drama kehidupan yang sulit, susah dan menderita dilakoni para frater pada jalan

salib minggu ke enam pra paskah, 3 April 2015 di Gereja Santu Mikhael. Tampilan berbeda

dari jalan salib sebelumnya. Tema yang diangkat, yakni Human Trafficking atau yang

disebut dengan perdagangan manusia.

Partisipasi ratusan umat menhadiri jalan salib dengan penuh hikmad di halaman gua

Maria yang letaknya tidak jauh dari gereja Santu Mikhael.

Pemimpin jalan salib terdiri dari tiga frater berjubah putih dengan dua pembawa lilin.

Naskah jalan salib dibacakan dengan penuh penghayatan dan menggugah umat yang hadir

dalam ibadat jalan salib tersebut. Tema human trafficking diangkat ke permukaan dengan

melihat realita di Indonesia umumnya dan NTT khususnya yang menelan korban dan

merugikan masyarakat kecil yang tidak berdaya.

Penderitaan Tuhan Yesus dalam setiap perhentian selalu dikaitkan dengan faktor

perdagangan manusia. Dalam naskah jalan salib terdapat beberapa foto korban kekerasan

dalam perdagangan manusia, Tenaga Kerja Wanita ( TKW ), dan juga kekerasan terhadap

pekerja di sarang burung walet.

Ibadat jalan salib yang dilangsungkan di seminari tinggi St. Michael Penfui diikuti

oleh umat dengan penuh perhatian dari awal hingga selesai. (Yustina T. M. Hera)

Editor: Robertus Tula

ii

Limpahan Berkah Pawai Paskah

Kupang, FISIP – Perayaan pawai paskah tahun ini membawa berkah bagi Rini (56),

seorang pemulung, yang sehari-harinya menggantungkan hidup pada sampah plastik bekas

kemasan air mineral.

Ibu dua anak ini setiap harinya bekerja sebagai seorang pemulung sampah bekas plastik

kemasan air mineral. Selain itu, Rini juga menjual makanan ringan di sekolah dasar Inpres,

kecamatan Maulafa, kota Kupang.

Untuk bisa mendapatkan sampah plastik bekas air mineral, Rini setiap harinya harus

berjalan kaki sejauh 5 kilometer. Tempat-tempat umum seperti di lingkungan sekolah dan

Gedung Olahraga (GOR) merupakan tempat yang biasa dia kunjungi. Terkadang jika ada

pesta di kompleks dekat rumahnya, Rini selalu memanfaatkannya. Bagi Rini, pesta yang

diadakan orang adalah sebuah berkah tersendiri baginya. “Setiap kali ada pesta, saya selalu

senang karena pasti akan ada banyak sampah gelas plastik di sana,” cerita Rini.

Untuk dapat makan tiga kali sehari, Rini selalu berharap dari berkah dan

keberuntungannya setiap harinya. “Yang yang saya dapat setiap harinya tidak pasti, kadang-

kadang saya tidak dapat apa-apa,” jelas Rini.

Kali ini Rini sedang dilimpahkan berkah, keramaian dan sorak-sorai pawai paskah

menyisihkan berkah yang berlimpah baginya. Banyaknya sampah bekas gelas plastik air

mineral yang berserakan di sepanjang rute pawai paskah membuat Rini semakin

bersemangat mengayu langkah kakinya lebih cepat untuk memungutnya.

Di hari biasa, Rini hanya dapat membawa pulang satu sampai dua karung yang dipenuhi

sampah bekas gelas plastik air mineral, tetapi saat pawai paskah seperti saat ini, Rini bisa

membawa pulang tujuh sampai delapan karung yang terisi penuh oleh sampah bekas plastik

air mineral.

Sejak ditinggal pergi suaminya, Rini harus membesarkan kedua anaknya yang masing-

masing berumur 7 dan 12 tahun seorang diri. Rini harus bekerja keras untuk dapat

membiayai sekolah anak pertamanya yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah dasar.

Gabriel J. Anin) Editor: David Roman Mbete Putra

ii

Mendramakan Proses Penyaliban Yesus

Bulan April adalah bulan

kemenangan bagi umat

kristiani di seluruh dunia.

Karena bulan ini dikenal

sebagai bulan kebangkitan

Yesus, sang juru selamat.

Untuk merayakannya,

sejumlah kegiatan dibuat.

Salah satunya, adegan

penyaliban Yesus yang dibuat

oleh pemuda gereja Ora Et

Labora di kompleks RSS Oesapa, (02/04/2015).

Pemuda Ora Et Labora membuat gebrakan baru, inilah kalimat yang terlontar dari

mulut Mone Fatu selaku ketua pemuda Ora Et Labora. “Gebrakan itu sebenarnya sudah

pernah dibuat orang lain. Namun ini pertama kalinya jemaat ora et labora melakukan

adegan penyaliban yesus.” tambah Mone menjelaskan.

Ketua pemuda yang baru dilantik sebulan yang lalu ini membeberkan, ide

awal terciptanya kegiatan drama berasal dari musyawarah bersama antar badan pengurus

ii

Yesus memasuki bait Allah. Yesus (tengah), Petrus (kiri), Yudas (kanan)

pemuda. Musyarah yang panjang itu menghasikan sebuah ide tentang merayakan paskah

dengan drama penyaliban yesus.

Tersisa dua minggu persiapan. Naskah ditulis, rute jalannya drama ditentukan, setiap

rayon mendapat satu adegan. Kebetulan Ora Et Labora memiliki sepuluh rayon. Sepuluh

adegan pun dipilih dengan cermat. Pembuatan kostum, perlengkapan, dan pencarian serta

pelatihan pelaku drama dikerjakan dengan baik.

Waktu berlalu dengan cepat, semua persiapan dan latihan sudah seratus

persen. Tibalah hari dimana adegan harus diperankan.

Setelah gereja sedia selesai, semua koordinator dan tim kerja berkumpul di halaman

gereja ora et labora dan siap berangkat. Tepat 20.30 WITA. Tim eksekutor bergerak ke

adegan pertama – YESUS MEMASUKI KOTA YERUSALEM DAN MENYUCIKAN

BAIT ALLAH. Kesempatan ini diperankan oleh rayon 10.

Sepanjang bahu jalan, lilin-lilin kecil ditata dengan rapi. Lautan manusia telah

menunggu kedatangan yesus dengan murid-muridnya. Backsound dari komponis terkenal

diputar menambah efek meneggangkan. Narator berbicara, adegan dimulai. Yesus mulai

marah dengan membanting meja karena melihat bait Allah dipenuhi para penyamun.

Adegan pertama selesai dan berakhir dengan tepuk tangan. sukses.

Berlanjut ke adegan berikut – PERJAMUAN PASKAH YESUS DAN MURID-

MURIDNYA, di rayon tujuh. Meja perjamuan ditata sekelas restoran, Musik komponis yang

berbeda di putar. Lampu sorot diarahkan ke meja perjamuan. Semakin banyak partisipan

yang datang. Di situ yesus mengadakan perjamuan kudus, makan roti tak beragi dan minum

anggur. Lalu membasuh kaki murid-muridnya. Adegan kedua sukses. Tepuk tangan kembali

terdengar.

Perjalanan dilanjutkan, rayon 8 telah menanti – YESUS DAN MURID-MURIDNYA

DI TAMAN GETSEMANI. Arak-arakan semakin mengular, dari jauh musik komponis lain

dikumandangkan. Narator bicara, semua mengambil posisi. Yesus berdoa di taman dan

muridnya yang lain tebaring lelap. Lampu blits diarahkan ke yesus. Memberi kesan angker.

Di sini Yesus di jual oleh Yudas dengan 30 keping perak. Yesus ditangkap oleh pengawal

Pilatus. Orang-orang mulai masuk dalam cerita. Mulai tegang dan ikut marah melihat

Yudas. Tepuk tangan dan adegan selesai.

ii

Tak jauh dari lokasi, rayon enam yang mendapat adegan ke empat – YESUS DI

TAHAN DAN PETRUS MENYANGKALI YESUS. Telah menunggu. Yesus ditahan dan

Petrus menyangkali Yesus setelah ayam berkokok tiga kali. Dan adegan selesai dengan

tepuk tangan. Tapi kali ini kurang bersemangat. Mungkin karena dekorasi yang kurang

matang, terkesan terlalu sederhana. Ada sedikit rasa kecewa. Tapi pertunjukan harus

dilanjutkan.

Putar balik arah menuju adegan 5 – YESUS DIHADAPKAN DI MAKAMAH

AGAMA, dekor rayon lima lebih baik. Semangat kembali berapi. Semakin malam dan

semakin banyak pemuda yang datang. Yesus diadili dan diputuskan untuk menghadap

Pilatus. Pemeran mulai fleksibel, mengalir bak cerita sungguhan. Tepuk meriah mengakhiri

adegan.

YESUS DIHADAPAN PILATUS YANG PERTAMA, adegan enam di rayon dua.

Nada komposer menyala. suasana kerajaan muncul. Yesus dibawa para pengawal ke Pilatus.

Orang meminta hukuman mati, tapi Pilatus menolaknya dan memberikan hukuman cambuk.

Dan suara riuh serta tepuk tangan menutup adegan. Rasa lelah mulai memuncak. Napas

terengah-engah. Tapi dukungan yang begitu besar. Mendorong rombongan tim tetap

bergerak.

Tibalah tim di rayon empat. Adegan tujuh- YESUS DICAMBUK. Waktu

menunjukan pukul 23.30. Berdiri tegak dua pengawal sambil memegang cambuk. Narator

membaca naskah, nada komposer menjadi backsound membuat siapapun yang

menyaksikannya merinding. Yesus dicambuk sebanyak 50 kali. Yesus berteriak kesakitan.

Dan penonton terjebak dalam suasana.” STOP... kasihan yesus su badarah,” teriak seorang

ibu. Teriakan histeris menunjukan betapa suskses adegan kali ini. dekorasi yang luar biasa,

pemilihan tempat yang pas, dan lighting yang sempurna menambah totalitas adegan. Salut

untuk rayon empat. Kompak. Dan tepukan tangan bergema hingga beberapa menit lamanya,

adegan selesai.

Tim kembali bergerak, kali ini dengan senyum kepuasan. Rayon 1 telah menanti

dengan sabar. Tiba di lokasi adegan delapan - YESUS DIHADAPAN HERODES. Dekorasi

bak dancing hall, ada pesta pora. Herodes sedang berpesta. Yesus tiba degan tubuh penuh

luka lengkap mahkota duri menghiasi kepalanya. Namun Herodes menolak yesus dan

memerintahkan pengawal agar membawa Yesus kembali ke Pilatus. Adegan selesai.

ii

Sisa dua rayon, semakin panas dimalam yang dingin. Tim menuju lokasi adegan

Sembilan di rayon satu – YESUS DIHADAPAN PILATUS KEDUA. Yesus yang sudah

kehilangan banyak darah masih terus menerima kesengsaraan. Akhirnya Pilatus

mengabulkan permintaan rakyatnya. Di sinilah Barabas sang penjahat dibebaskan. Yesus

memikul salib menuju golgota. Adegan berakhir tepuk tangan menghiasi.

Sisa-sisa tenaga, setelah empat jam berjalan kaki. Akhirnya tim tiba di rayon

Sembilan yang mendapatkan kesempatan adegan kesepuluh- YESUS DISALIBKAN DAN

MATI. Tersiksa karena memikul salib, Yesus disalibkan dibukit golgota. Lampu blits

diarahkan ke yesus. Nada komposer membuat orang sedih. “kedalam tanganmu kuserahkan

nyawaku”. Kata yesus mengakhiri adegan. Narator dengan suara sedih “Yesus telah mati...

Yesus telah mati”.. dan air mata penonton akhirnya jatuh. Isak tangispun pecah. Adegan

berakhir dengan sangat baik bahkan melampaui ekspektasi.

Rencana yang dipersiapkan berhasil. kebanggaan tersendiri buat para koordinator.

Kerja keras dan optimisme mangantarkan pada hasil yang lebih daripada baik. (Dimas S.

Lay)

Editor: Yustina T. M. Hera

ii

Hati Pilu Mengiringi Jenazah Ke Pemakaman

Keluarga Suku Simu mengarak jenazah menuju tempat pemakaman

Oleh: Robertus Tula

Atambua, 1 April 2015

Isak tangis mengiringi jenazah menuju pemakaman umum katolik di Weluli.

Tangisan bersahutan satu demi satu mengikuti peti jenazah. Derap langkah kaki mengikuti

para pemikul peti jenazah. Delapan orang pria tanpa alas bahu meletakkan peti jenazah pada

bahu mereka. Berat atau ringan tidak mereka pikirkan. Bagi mereka, jenazah bisa

dimakamkan secara baik dan benar mengikuti tata cara pemakaman orang katolik, sudah

cukup.

“Ayo angkat!” Kata seorang pemikul peti jenazah. Peti jenazah sebagai simbol

kematian. Fisik yang kokoh, terbaring kaku dalam peti jenazah. Setelah menghembuskan

nafas terakhir, manusia yang mampu melakukan sesuatu dengan kemampuannya akan

berhenti saat itu. Mati berarti pengalihan dari dunia yang fana menuju tempat keabadian.

Tangisan bersama iringan peti jenazah oleh keluarga yang berduka, handaitaulan,

sahabat, kenalan dan tetangga membuat warga yang lain berempati. Kesedihan yang dialami

keluarga dialami juga warga yang lain. Keluarga kehilangan satu anggota keluarga. Mereka

ii

masih ingin ada bersama Mama Martina Lilo. Namun, kehendak Tuhan berseberangan

dengan kehendak manusia. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambilnya.

Peti jenazah berukuran 1.75 cm dan 45 cm menjadi tempat yang aman bagi jenazah.

Jenazah dibaringkan dalam peti sebagai tempat terakhir untuk membaringkan tubuh. Tubuh

kaku tidak berdaya. Berhiaskan bunga-bunga ungu dan kain satin menyelimuti tubuh tak

bernyawa. Peti berselimutkan selembar kain tenun sebagai lambang penghormatan kepada

orang yang telah meninggal. Meninggal berarti pergi dan tidak akan kembali secara fisik.

Iringan doa mengikuti arakan peti jenazah menuju pemakaman. Semoga arwahnya

diterima di sisi kanan Allah. Itulah intensi keluarga bagi arwah yang telah meninggal dan

berharap suatu kelak nanti, dia menjadi pendoa bagi anggota keluarga yang masih berziarah

di bumi.

Wajah anggota keluarga yang mengikuti arakan peti jenazah, kelihatan tidak cerah.

Pucat. Pucat karena sedih dan juga kurang tidur. Ampunilah salah dan dosanya dan

bebaskan dia dari mulut singa, sebuah lantunan lagu kematian dalam perarakan peti jenazah

menuju pemakaman. Doa dan nyanyian mengiringi perjalanan arwah Martina Lilo menuju

tempat keabadian. Bebaskan dia dari mulut singa.. Bebaskan dia dari mulut singa.. Sebuah

harapan akan keselamatan arwah dan mendapat tempat yang layak sesuai amal bakti di

bumi. Harapan terbesar keluarga berduka adalah arwah keluarga yang meninggal bisa masuk

surga.

Kematian adalah hal yang pasti bagi setiap individu. Hidup di dunia hanya sementara

saja. Ketika mendapat giliran untuk beralih dari dunia ini, tidak seorang pun mengelaknya.

Tidak ada tolerir, pengganti atau bisa disogok kepada empunya Sang Kehidupan. Jika

dipilih, entah saat ada persiapan batin atau tidak pribadi bersangkutan harus pergi

meninggalkan bumi ini. Perpisahan adalah hal yang menyakitkan, terlebih berpisah untuk

selama-lamanya. Inilah realita yang tidak bisa dihindari oleh manusia dalam hidup ini. Ini

nyata, ini realitas.

Pandangan banyak orang tertuju pada peti jenazah. Peti jenazah identik dengan

kematian. Di sana tidak ada kehidupan. Di sana hanya ada manusia tak bernyawa. Isak

tangis terus menyentuh gendang telinga saya. Saya sadar suatu waktu nanti, saya pun akan

ii

dibawa ke tempat pembaringan. “Dulu aku seperti kamu yang hidup saat ini dan nantinya

kamu akan seperti aku sekarang ini”. Teringat akan sepenggal kalimat yang terpancang pada

sebuah papan di pintu masuk pekuburan di Biara Bruder Konradus Ende.

“Tidak ada yang abadi. Suatu waktu kita yang sehat, kuat akan digiring menuju

tempat pemakaman ketika Tuhan mengambil nyawa kita. Ketika kematian menghampiri,

sebagai makluk yang rapuh, kita tidak akan berdaya. Kita hanya pasrah akan kehendak

Tuhan. Manusia menginginkan hidup lebih lama, tetapi kehendak Tuhan bisa mengubah

segala yang diinginkan manusia. Manusia boleh merencanakan tetapi Tuhanlah yang

mengaturnya,” demikian kata Kornelius, pemimpin doa perpisahan sebelum jenazah

diturunkan ke dalam liang lahat.

Kesedihan tampak jelas ketika detik-detik penutupan kuburan. Tangisan keluarga

semakin menjadi-jadi. Histeris. Ada anggota keluarga yang pingsan. Ada yang bersikap

pasrah namun ada pula yang menolak kematian atau tidak menerima kenyataan.

Ketidakpasrahan dilihat dari bahasa tubuh yang memberontak dan kata-kata protes, kenapa

cepat pergi. Tidak kasihan kami ka?

Kematian tidak ada negosiasi. Tidak ada tawar menawar. Soal kematian tidak bisa

dihindarkan tetapi harus dijalani.

Penghormatan terakhir, memilukan hati keluarga serta warga yang mengikuti

penguburan jenazah Martina Lilo. Tidak menahan kesedihan, banyak keluarga meneteskan

air mata. Air mata kesedihan karena orang yang dicintai, disayangi sudah pergi

meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Usai menutup kubur, lilin simbol penerang

dinyalakan pada pinggir-pinggir kuburan. Penghormatan kepada orang yang meninggal

sungguh dilakukan keluarga duka.

Melepas kepergian satu anggota keluarga ke tempat pembaringan terakhir dan

memohon belaskasihan Tuhan menjadi intensi utama dalam momen perpisahan. Perpisahan

adalah hal yang menyedihkan. Di satu sisi, menyerahkan arwahnya kepada Tuhan dan

mengubur jenazah adalah tradisi masyarakat setempat. Dengan keyakinan bahwa setelah tiga

hari, ia akan bangkit bersama Kristus sang sumber kehidupan. “Biarlah dia pergi

ii

meninggalkan kita untuk selamanya dan berharap akan doa-doanya ketika ia berada bersama

para kudus di sorga,” ujar Jemi, usai membakar lilin di kuburan. (Robertus Tula)

Editor: Yuliana A. S Ndopo

Paskah Membawa Suka Cita

ii

Kicauan burung dan pecahan ombak memanjakan telinga. Semua kebaikan Tuhan terwujud

dalam keindahan setiap tetesan air yang tak pernah henti memanjakan alat indera. Mata

yang harus bekerja lebih dari biasanya agar dapat memahami anugerah Tuhan.

Mata saya masih terbuka lebar walau sudah tengah malam. Kegembiraan yang belum

terjadi sudah terbayang nyata dan berkisah dalam hati. Tak henti senyum lebar muncul

disetiap helaan nafas karena saya tahu, hari ini adalah hari yang panjang dan akan sangat

melelahkan. Jerih payah saya bukan untuk hal konyol yang orang bodoh lakukan namun

satu hal kecil yang bermakna bagi anak-anak Tuhan.

Waktu berlalu tanpa permisi. Tak terasa mentari singgah lagi dibelahan bumi

lainnya. Tepat pukul 06.30 saya membuka mata, mengawali hari yang baru. Lelah karena

semalam terjaga. Selesai mandi dan sarapan, banyak anak kecil sudah penuh di pekarangan

rumah saya. Ya, mereka itu yang memenuhi pikiran saya sejak semalam.

“Baik anak-anak, semuanya diam. Karena semua sudah datang, kita akan menghadap

Tuhan dalam doa”, kata Bapak ketua wilayah XIX Paroki St.Yoseph Naikoten yang tidak

lain adalah ayah saya. Mereka semua tertunduk dan larut dalam diam. Namun sedikit

membingungkan, ada yang membuka sebelah mata, mencubit teman disebelahnya, ada juga

yang berdoa sambil berpegangan tangan. Lucu. Tapi itulah mereka, anak-anak Tuhan yang

tergabung dalam SEKAMI wilayah XIX. Tak hanya mereka, kami OMK wilayah XIX juga

berdoa.

Menggunakan dua angkot dan tujuh kendaraan roda dua kami berangkat. Saya dan

rombongan menempuh setengah jam perjalanan untuk bisa sampai di Pantai Lasiana. Deru

ombak menyambut kedatangan kami. Terlihat lopo-lopo masih sepi dari pengunjung. Nyiur

melambai seakan memberi salam, menghargai kedatangan kami. Kicauan burung dan

pecahan ombak memanjakan telinga. Semua kebaikan Tuhan terwujud dalam Keindahan

setiap tetesan air yang tak pernah henti memanjakan alat indera. Mata yang harus bekerja

lebih dari biasanya agar dapat memahami anugerah Tuhan.

ii

Puluhan pohon yang besar dan rimbun dihiasi burung-burung kecil pada setiap

tangkai memberi udara nyaman bagi kami. Dengan membanggakan keindahan alamnya,

pantai ini masih menjadi pilihan banyak orang sebagai tempat wisata. Ditambah suara pecah

dari anak-anak yang girang setelah melihat laut. Setelah semua tas disimpan disatu lopo,

kami semua berkumpul dan menaikan puji syukur bagi Tuhan.

Kegiatan berlanjut. Anak-anak dibagi dalam empat kelompok dan didampingi oleh

dua kakak pembina. Mereka diberikan pelajaran tentang agama, tentang Alkitab, kebiasaan

baik dan buruk dan juga tentang Allah yang mereka yakini. Satu jam dirasa cukup bagi

anak-anak agar bisa mengerti dan memahami isi pelajaran dan membuat yel-yel setiap

kelompok. Setelah satu jam duduk di atas terpal sambil melipat kaki, mereka berdiri dengan

penuh sukacita dan menampilkan yel-yel kebanggaan masing-masing.

Satu kegiatan telah usai. Mereka lalu menyiapkan diri untuk masuk ke perlombaan

makan kerupuk. Dengan dibagi berdasarkan umur, anak-anak terkumpul dalam empat

kelompok lagi. Mereka tak bisa diam. Saling melempar pasir, berlari tak tentu arah,

berteriak melawan ombak. Dan akhirnya, tangan dan kaki mereka dipenuhi pasir putih.

Namun itu yang mereka inginkan.

Lomba dimulai. Dari anak-anak yang sudah SMP, SD dan juga TK. Teriakan

penyemangat dari masing-masing pendukung menemani jalannya lomba. Begitu ramai,

pecah dengan canda tawa bahagia. Ditambah kakak-kakak OMK yang menggerakan talinya

naik turun, menambah tantangan bagi anak-anak. Suasana begitu riang. Sambil mengambil

ekspresi mereka menggunakan kamera, saya mengerti bahwa suasana seperti ini tidak

pernah terjadi di lingkungan rumah kami. Hanya di sini, di tempat ini kami Orang Muda

Katolik dan Serikat Kepausan Anak-anak Misioner dapat berbagi suka tanpa memikirkan

beban dan tanggung jawab masing-masing di luar sana.

Setelah melewati beberapa kali penyaringan, pemenang sudah didapat. Namun yang

kalah tidak berkecil hati, justru mereka memberikan selamat kepada yang beruntung. Tak

sampai disitu, karena kerupuk masih ada maka kami OMK juga unjuk gigi. Namun, ini

bukan untuk mencari sang juara, ini hanya sekedar basa basi untuk menambah kerja sama.

ii

Setelah usai, kami masuk dalam lomba puncaknya. Mencari telur paskah. Anak-anak

melompat girang satu sama lain.

“Dalam waktu satu jam, siapa yang mengumpulkan telur paling banyak dialah yang

menang”, kata Desi, ketua OMK. Lombapun dimulai. Panas matahari yang membakar kulit

tidak menjadi gangguan bagi mereka untuk menjadi pemenang. Ada yang menggali pasir,

mengobrak abrik daun kelapa yang telah jatuh di pasir, membuka tumbuhan yang

menghalangi pandangan mereka dan ada juga yang mencari disetiap tas milik kakak OMK.

Konyol tapi itulah usaha mereka untuk menjadi yang utama.

Satu jam berlalu dan lomba selesai. Pemenang telah didapat dan juara umum juga

sudah didapat. Siapa yang menemukan satu telur yang bertulis happy easter day, dialah sang

juara umum. Semuanya terlihat lelah. Namun anak-anak tetap semangat. Ada yang masih

merayu kakak OMK untuk melanjutkan pencarian telur Paskah karena dia belum mendapat

satupun telur.

Kami melanjutkan kegiatan dengan makan siang. Setelah doa makan, anak-anak

membuka bekalnya masing-masing lalu melahap makanan dengan begitu semangat. Setelah

makan, mereka diberikan sedikit waktu untuk istirahat. Setengah jam berlalu, dan waktu

istirahat selesai. Ini saat yang mereka tunggu, pembagian hadiah untuk anak-anak yang

beruntung. Mulai dari juara satu, dua dan tiga baik lomba makan kerupuk dan lomba

mencari telur paskah. Tak lupa sang juara umum.

Usai membagi hadiah, kakak-kakak OMK memberi sedikit tanya jawab untuk

menyegarkan kembali pengetahuan mereka tentang materi yang tadi sudah mereka terima di

dalam kelompok. Mereka sangat bersemangat karena siapa yang bisa menjawab akan

mendapat tiga permen. Tangan-tangan mungil terangkat menandakan mereka tahu jawaban

dari pertanyaan. Begitu ramai walau kadang-kadang mereka saling melihat karena tidak ada

yang mengangkat tangan.

Kegiatan berakhir tepat pukul 13.00 WITA. Kami kembali ke rumah masing-masing

dan menjalani kehidupan kami sebagaimana biasanya. Namun, satu hal yang kami semua

ii

pelajari bersama. Dua organisasi ini harus tetap berjalan. Bukan untuk pamer melainkan

untuk dapat selalu memuji Tuhan lewat kelompok kecil yang kami bentuk. Kami tahu dua

kelompok ini masih sangat muda karena baru terbentuk. Tapi kami yakin, Tuhan punya

maksud dibalik terbentuknya dua kelompok ini, OMK dan Sekami. Karena kami percaya,

Tuhan sayang kami dan adik-adik kami.

Juliana Ndopo

431 12 039

Editor: Gabriel J. Anin

ii

Mengenang Kesengsaraan Yesus

Mentari pagi dihari Jumat cukup menyengat kulit. Orang-orang berdatangan,

sebagian mengenakan pakaian hitam. Konon, warna hitam dimaknai sebagai lambang

kedukaan. Seperti biasa, setiap tahun selalu ada peringatan untuk mengenang kembali kisah

sengsara Tuhan Yesus.

Di bawah naungan pohon-pohon, banyak orang antusias menunggu untuk mengikuti

jalan salib bersama Yesus. Di sisi lain, sekelompok serdadu sedang menghakimi Yesus di

depan raja. Meskipun tidak ditemukan kesalahanNya. Raja tetap menyerahkan Yesus kepada

para serdadu. Mahkota duri dipakaikanya di kepala Yesus.

Penderitaan pun dimulai. Tangan-tangan yang seharusnya tidak menambah banyak

dosa justru dengan bebas mengayunkan cambuk pada tubuh tak berdosa itu. Yesus rebah di

tanah dan dicambuki berulang kali oleh para serdadu itu. Hanya raungan kesakitan yang

didengar. “Aahhhh...aahhhh. ” Tak ada belaskasihan dari para serdadu-serdadu itu. Mereka

tetap saja mengayunkan cambuk seraya mencaci maki Yesus. “Jika Engkau Anak Allah,

selamatkanlah diriMu. Dasar pembohong! ”

Yesus ditarik, ditendang dan dicambuki berulang kali. Sekali lagi Yesus hanya bisa

meraung kesakitan. Wajah dan tubuh yang berlumuran darah tidak dipedulikan oleh

siapapun. Mereka menarik Dia dan memberikan sebuah salib untuk dipikulNya. Tidak ada

keluhan atau bantahan yang keluar dari mulut Yesus. Yesus memikul “dosa manusia”

dengan langkah terseret-seret.

Sambil memikul salib, para serdadu tiada hentinya memukul, menendang dan

mencaci maki Yesus. Yesus jatuh berulang kali. Tanggungan dosa manusia tidak

membuatNya menyerah. Bangun dan melanjutkan perjalanan mencapai puncak kemenangan

dilakukanNya.

Bunda maria meneteskan air mata mengiringi penderitaan Yesus. Di kiri-kanan jalan

setapak itu, orang-orang pun tidak bisa menahan air mata. Menyekah dan terus menyekah.

Terutama para ibu yang ikut merasakan sakitnya Bunda Maria melihat penderitaan anaknya.

Mentari kembali menyemburkan hawa panasnya. Yesus masih terus berjalan

memikul kayu salib. Hingga akhirnya bertemu Simon yang membantu memikul salibNya,

dan juga Veronika yang mengusap wajah Yesus dengan kainnya. Teriakan-teriakan para

ii

serdadu dan juga pengikutnya yang lain memberikan kesan kekejaman. Suara mereka keras

dan lantang. Yesus tidak mengeluh sekalipun dan terus berjalan memikul salibnya.

Sampailah mereka di bukit Golgota. Bukit yang menjadi perhentian terakhir Yesus

atas penderitaan yang dialamiNya. Para serdadu menanggalkan pakaian Yesus di depan

umum dan bahkan mereka membuang undi untuk jubah itu. Dengan kasar mereka

merebahkan Yesus di atas salib yang dipikulNya dan memakuNya di sana. Yesus disalibkan

bersama dua orang penjahat, di kiri dan kanannya.

Tidak ada yang membantu meringankan penderitaan Yesus, bahkan sampai Ia wafat

di kayu salib. Bunda Maria hanya meratapi kematian Yesus di bawah salibNya. Penderitaan

dan sakit hati yang tidak pernah bisa dibayar oleh apapun. Di salibNya pun Yesus meminta

kepada bapa-Nya di surga untuk mengampuni kesalahan orang-orang yang menghukumNya.

“Bapa,ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. ” Setelah itu,

jenazah Yesus diturunkan untuk dikuburkan. Sebuah akhir dari penderitaan yang akan

menjadi kemenangan abadi bagi Yesus.

Sebuah cerita hanya bisa dikisahkan kembali. Zaman sekarang hanya bisa

menampilkan peran-peran penderitaan Yesus tanpa harus merasakan betapa menderitanya

Yesus pada zaman dahulu. Terkadang pengorbanan dipandang sebelah mata. Orang tidak

mau mendengarkan dan melihat kesalahan apa yang ada pada orang lain. Menghakimi

menjadi pilihan terbaik mereka.

Penderitaan Yesus sampai wafat di kayu salib merupakan sebuah pengorbanan untuk

menebus dosa umat manusia. Teladan penderitaan Yesus menjadi tolak ukur kehidupan

kristiani untuk memandang penderitaan sebagai salib yang harus diterima dan ditanggung

untuk mencapai kemenangan abadi. Kemenangan yang bebas dari segala macam penderitaan

yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. (Rosiana N. Sarman)

Editor: Dimas S. Lay

ii

Di Balik Pawai Paskah

Hari raya Paskah yang dirayakan oleh seluruh umat kristen di dunia memang sudah

lewat. Namun, euforia dan kemeriahannya masih juga terasa sampai saat ini. Di Kota

Kupang misalnya, banyak cara yang biasa dilakukan oleh umat Kristen untuk merayakan

kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut. Setiap umat atau pun jemaat gereja punya cara

masing-masing untuk merayakannya, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa yang

memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik.

Salah satu cara yang biasa dilakukan warga Kota Kupang khususnya warga Kristen

adalah dengan menggelar pawai Paskah. Pawai Paskah ini telah menjadi kegiatan yang

setiap tahun diadakan di Kota Kupang. Pawai yang mayoritasnya diikuti oleh gereja Kristen

Protestan ini memiliki rute awal dari depan rumah jabatan gubernur di El tari, dan biasanya

berakhir di Jalan Pasir Panjang, depan gereja GMIT Talitakumi, Kota Kupang. Pawai

Paskah yang sudah menjadi ajang wajib setiap kali merayakan pesta Paskah ini awalnya

dibuat oleh gabungan dari para pemuda gereja GMIT Kota Kupang. Setiap jemaat dari

gereja Kristen Protestan, baik itu gereja GMIT, Pentekosta ataupun Bethel yang ada di

Kota Kupang, saling berlomba untuk memamerkan hasil karya mereka yang bertemakan

Paskah untuk diikutsertakan dan dipamerkan dalam pawai Paskah. Misalnya, drama tentang

kisah sengsara Yesus Kristus, menghiasi mobil atau truk agar menyerupai gereja, serta ada

juga yang menyertakan alat band lengkap untuk menyanyikan lagu-lagu bertemakan paskah

untuk memuji Tuhan. Setiap gereja yang mengikuti pawai Paskah di Kota Kupang memiliki

ciri khas mereka masing-masing.

Euforia pawai Paskah ini ternyata tidak hanya diikuti dan dirasakan oleh warga Kota

Kupang yang beragama Kristen saja. Warga Kota Kupang serta teman-teman dan saudara

kita yang beragama lain pun bisa juga ikut merasakan dan menyaksikan kemeriahan pawai

paskah ini. Setiap tahunnya, pawai paskah di Kota Kupang tidak pernah sepi dari

pengunjung. Pada saat itu, sebagian besar warga dari berbagai kalangan berbondong-

bondong untuk bisa menyaksikan pawai Paskah. Untuk bisa menonton pawai Paskah,

mereka semua memadati setiap pinggiran jalan, mulai dari depan rumah jabatan gubernur di

Jalan El tari, daerah Kuanino, Jalan Merdeka sampai dengan Jalan Pasir Panjang yang

menjadi akhir dari perjalanan pawai Paskah.

ii

Selain digelar untuk merayakan pesta Paskah, pawai Paskah ini juga dapat menjadi

ajang untuk mempererat tali persaudaraan di antara umat beragama di Kota Kupang. Tidak

hanya antar umat beragama Kristen saja, melainkan juga saudara-saudara kita yang

beragama lain, karena mereka juga dapat menyaksikan kemeriahan pawai Paskah ini. Bukan

hanya itu, lewat pawai Paskah ini juga kreativitas para pemuda Kristen Kota Kupang dapat

lebih tersalurkan ke arah yang lebih baik. Kreativitas mereka tidak hanya tersalurkan kepada

hobi mereka semata tetapi kreativitas itu dapat berguna serta menjadi pemersatu antar umat

beragama di Kota Kupang.

Setelah pawai Paskah yang meriah itu berakhir, biasanya jalanan yang menjadi rute

peserta pawai Paskah akan dipenuhi dengan sampah. Sampah-sampah bekas kemasan air

mineral dan makanan ringan yang dibuang oleh warga saat menonton pawai Paskah sangat

mengotori beberapa sektor jalan di Kota Kupang. Tetapi di balik itu, ternyata sampah-

sampah yang tidak berguna bagi sebagian besar warga Kota Kupang, memiliki manfaat yang

sangat besar bagi Lius dan teman-temannya. Lius, remaja berusia 21 tahun, yang sehari-hari

bekerja sebagai seorang pemulung di Kota Kupang. Bagi Lius dan teman-temannya,

sampah-sampah itu adalah barang yang sangat berharga. Berbeda dengan kebanyakan orang

pada umumnya yang melihat sampah sebagai sesuatu yang kotor dan tak berguna sama

sekali.

Bagi Lius dan teman-temannya, sampah yang berserakan dan mengotori jalan

tersebut dapat menghasilkan uang. Tanpa menunggu lama, Lius bersama beberapa orang

temannya yang juga seorang pemulung memungut sampah-sampah bekas kemasan air

mineral dengan penuh semangat. Dengan mengintari setiap sudut jalan di pinggiran Kota

Kupang, perlahan, karung putih lusuh yang dipikul Lius di pundaknya terisi dengan sampah

plastik bekas air mineral. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku, sudah menjalani

profesinya ini selama kurang lebih lima tahun, tepatnya sejak dia berusia 16 tahun. Lius

bekerja setiap harinya memungut sampah plastik untuk ditimbang sehingga menghasilkan

sedikit uang untuk bisa membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarganya. Lius dan

ibunya yang hanya seorang penjual sayur di pasar ini setiap harinya bekerja keras agar bisa

memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Lius adalah seorang Kristen. Selama hari raya Paskah kemarin, Lius dan ibunya tetap

bekerja. Mereka tidak mengenal kata libur seperti orang lain pada umumnya. Jika tidak terus

ii

bekerja maka kebutuhan mereka sehari-hari tidak akan dapat terpenuhi. Selama masa Paskah

kemarin, Lius dan ibunya hanya berhenti bekerja saat pergi ke gereja saja. Setelah itu

langsung kembali bekerja. Cara Lius dan keluarganya merayakan pesta Paskah sangatlah

berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya. Jika kebanyakan orang dapat pergi

menonton pawai Paskah bersama keluarga dan kerabat mereka, Lius hanya bisa ditemani

oleh karung lusuhnya yang setiap hari dia pikul kemanapun dia pergi. Lius memang bisa

juga menonton pawai Paskah yang kemarin dilangsungkan di Kota Kupang, tetapi

konsentrasi dan matanya tetaplah harus mencari sampah plastik bekas air mineral di antara

kerumunan banyak orang yang menonton pawai. Lius dan teman-temannya baru bisa pulang

ke rumah jika karung-karung lusuh mereka sudah terisi penuh.

Bagi Lius, hal ini bukanlah sebuah beban yang harus dikeluhkan. Walaupun berat, tetapi

Lius tetap menjalaninya dengan semangat dan senang hati. Momen Paskah baginya adalah

sebuah acuan yang dapat menjadi motivasinya untuk lebih giat lagi bekerja membantu

ibunya. Lius tetap menikmati Paskah kali ini, walaupun dia harus tetap bekerja keras seperti

biasanya.

David R. Mbete Putra

Editor: Rosiana N. Sarman

ii

OBOR KEMENANGAN

Pawai obor cahaya, membangunkan jengkrik-jengkrik di tengah keheningan malam

Mengantuk. Bangun jam dua pagi bukan kebiasaanku bahkan tidak sama sekali. Aku

hanya menemani seorang teman untuk pawai obor paskah hari ini. Hal seperti ini memang

belum pernah kutonton. Ramai pawai obor. Sesuai kesepakatan, aku dan Susan mengenakan

kaos putih. Pakaian putih menghiasi tubuh malam itu.

Ketika tiba di Gereja Petra Balfai, banyak orang sudah memadati lapangan gereja.

Setiap orang dengan aktivitas berbeda. Mengisi minyak tanah dalam obor, bermain gitar dan

menyanyi. Beberapa anak kecil terlihat murung. Mungkin mereka bernasib sama sepertiku.

Mengantuk.

Jemaat Petra Balfai dibagi dalam delapan rayon atau kelompok dalam gereja. Setiap

rayon mempunyai ciri khas masing-masing. Misalnya rayon lima mengenakan ikat kepala

putih, rayon satu dengan tarian daerah lengkap dengan pakaian daerah yang tak kutahu

asalnya. Menarik. perbedaan lainnya ialah setiap rayon punya lagu masing-masing.

Pukul tiga, kantukku belum juga hilang padahal pawai hampir dimulai. Setiap orang

berdiri menurut rayonnya masing-masing. Aku berada dalam barisan rayon lima dengan ikat

kepala putih. Panitia memberi beberapa pesan pada acara pembuka. Pendeta mengawali

pawai dengan doa pembuka. Setelah itu, obor diizinkan untuk dinyalakan. Hiasan cahaya

obor di tangan jemaat mengubah situasi lapangan gereja Petra. Aku merasa benar-benar

takjub. Mengagumkan. Saat itu, rasa kantukku perlahan-lahan hilang.

ii

Setelah berdoa, setiap rayon siap untuk pawai. Pawai obor ini tidak menggunakan

kendaraan apa pun. Hanya dua kaki yang dipakai untuk menempuh rute yang telah

ditentukkan. Semua jemaat bernyanyi sepanjang perjalanan. Suasana pagi yang tenang,

tanpa ada polusi udara dan bisingnya kendaraan. Antusiasme penikmat fenomena obor

cahaya memberi nilai dan harga yang tidak tergantikan kendati dibayar dengan uang.

Cahaya obor terlihat seperti kunang-kunang cantik di malam hari.

Panitia menyiapkan beberapa pos untuk menguji pengetahuan jemaat tentang alkitab

dan lagu-lagu pujian. Setiap rayon yang menjawab dengan benar diberi nilai tambahan.

Kreativitas yang menakjubkan dan menarik perhatian jemaat.

Anak-anak kecil yang sedari tadi diam saat di gereja kini terlihat antusias. Kaki-kaki

kecil mereka melangkah dengan pasti. sesekali aku melirik ke arah mereka dan tertawa

kecil. Mungkin mereka tidak mengerti untuk apa kita berjalan sepagi ini dengan obor di

tangan. Seharusnya kita sedang bermimpi indah. Namun mereka tidak bertanya. Yang

mereka tahu hari ini ‘paskah’. Bahkan mungkin mereka tidak mengerti juga. Apa

sebenarnya paskah itu? Pertanyaan yang hanya dimengerti pada permukaan saja terkhusus

bagi anak-anak. Kegembiraan tampak pada wajah dengan obor di tangan.

Aku semakin larut bersama nyanyian-nyanyian pagi. Tak peduli lagi seberapa dingin

udara masuk ke pori-pori tubuh, seberapa berat kantuk datang bergelayut? Yang terpenting

adalah hari ini hari kemenangan. Hari yang sudah dinanti dengan persiapan-persiapan

penuh. Baju, sepatu, kue, dan berbagai pernak-pernik lainnya yang menguras isi kantong.

Yang terpenting adalah persiapan batin. Ya hari ini Paskah.

“Minggir dong, minggir dong, minggir dong, kelompok rayon lima mau lewat,

jangan di tengah jalan, nanti diinjak-injak, minggir dong, minggir dong, minggir dong.”

Lagu itu terus diulang di setiap langkah sebagai ciri-khas rayon lima. Tentunya dinyanyikan

dengan semangat.

Jarak yang cukup jauh tidak menyurutkan langkah setiap orang untuk tetap menjaga

semangat selama pawai dengan obor bernyala tetap di tangan. Setelah berjalan tiga jam

sesuai rute, kami kembali ke gereja dengan masih tetap pada barisan rayon masing-masing.

Acara puncaknya yakni setiap rayon diberi kesempatan mempertontonkan drama

sengsara Yesus yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Beberapa orang terlihat tak berkedip.

Bahkan meneteskan air mata. Tokoh Yesus memainkan perannya dengan amat cantik.

ii

Didorong dan dipukul. Pertunjukkan ini ditutup oleh rayon satu dengan penampilan yang tak

kalah menarik dari tujuh rayon lainnya.

Semua acara telah selesai. Namun perjalanan ini masih tetap membekas. Nyala obor

yang mengiringi langkah di pagi buta. Saat orang tak peduli lagi seberapa jauh, seberapa

dinginnya pagi yang masih lengkap dengan embun itu dan beginilah cara orang

mengangungkan Tuhannya. Teramat cantik. (Yustina T. M. Hera )

Editor: RObertus Tula

ii

Abdi Lelaki Tua

Bunyi lonceng gereja terdengar, pertanda waktu menunjukkan pukul 05.00 WITA.

Lelaki tua itu mengayu langkah kedua kakinya terburu-buru, sambil memegang sebuah sapu

dan alat pembersih debu menuju ke dalam gereja. Pagi ini, lelaki tua itu terlambat beberapa

menit. Terlihat dari langkah kakinya yang tergesa-gesa. Dia akan berlomba dengan waktu.

Hari ini, tanggal 3 April 2015, seluruh umat kristen katolik memperingati dan

mengenang putra Allah, Yesus Kristus yang wafat di kayu salib. Lelaki tua itu harus segera

menyingkirkan segala kotoran, debu dan merapikan semua bangku yang keluar dari

barisnya. Pukul 09.00 pagi nanti, Gereja Stu. Mathias Rasul Tofa akan merayakan misa

Jumat Agung. Seluruh ruangan dan halaman gereja harus sudah tampak bersih sebelum

waktunya tiba, pikirnya.

Lelaki tua itu bernama Thomas. Dua hari yang lalu Thomas genap berusia 68 tahun,

tepatnya pada tanggal 2 April kemarin. Hidup sendiri tanpa memiliki keluarga, apa lagi istri

dan anak, menjadikannya seorang pribadi yang mandiri dan bisa dibilang sedikit tertutup.

Oleh karena itu Thomas memilih menjalani sisa hidupnya untuk mengabdi pada gereja.

Sudah 32 tahun lamanya ia bekerja sebagai penjaga dan perawat gereja Stu. Mathias Rasul

Tofa. Sejak gereja ini pertama kali didirikan dan masih menjadi kapela. Sebelumnya, dia

bekerja sebagai seorang supir bis antar kota di pulau Timor. Tetapi ketika mengalami

kecelakaan yang mengakibatkan kaki kirinya patah, terpaksa ia harus berhenti bekerja dan

meninggalkan profesinya sebagai seorang supir bis. Dua tahun setelah kecelakaan, Thomas

akhirnya memilih untuk mengabdi pada gereja.

Menjaga dan membersihkan gereja adalah pekerjaan yang menjadi rutinitasnya

setiap hari. Setiap pagi, Thomas, lelaki paruh baya itu harus berlomba bersama sang surya,

tak ada kata kalah baginya. Sebelum jam 5 pagi, Thomas sudah harus segera membuka

matanya. Sebagai seorang manusia biasa, terkadang Thomas harus juga mengakui Sang

Surya yang berhasil mengalahkannya.

Sudah kurang lebih 20 menit lamanya sejak Thomas masuk ke Gereja, setengah dari

pekerjaannya sudah diselesaikan. Debu-debu telah dibersihkan dan bangku-bangku telah

ii

dirapihkannya. Thomas cuma harus menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi dan tugasnya

pagi ini akan segera berakhir.

Selama 32 tahun bekerja, menjaga dan merawat gereja, Thomas tidak pernah

berharap untuk diberi upah. Thomas dengan ikhlas dan sukarela melakukan pekerjaannya

ini. Baginya, ini adalah bagian dari pengabdian tugasnya sebagai umat katolik dan kepada

Tuhan. Walaupun pihak gereja tetap memberinya beberapa helai rupiah sebagai tanda

jasanya. Uang yang didapatnya, digunakannya untuk makan setiap hari. Baginya uang yang

didapatnya itu sudah sangat cukup baginya untuk dapat makan setiap harinya. “Saya selama

bekerja di gereja ini tidak pernah sekalipun berharap untuk mendapatkan upah. Saya ingin

agar pekerjaan ini orang tidak melihatnya sebagai upaya unutk mendapatkan gaji. Saya ingin

agar ini dilihat sebagai tanggung jawab dan tugas saya sebagai umat katolik kepada Tuhan,”

cerita Thomas.

Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 06.45 WITA. Thomas telah selesai

melakukan pekerjaannya. Gereja sudah tampak lebih bersih dari sebelumnya dan telah layak

untuk digunakan. Seluruh umat dapat memperingati wafatnya Yesus Kristus Putera Allah di

kayu salib dalam misa Jumat Agung dengan lebih hikmat. (Gabriel J. Anin)

Editor: David R. Mbete Putra

ii

Berita Dimas S. Lay– Korektor: Yustina T. M. Hera

I. Koreksi soft news

Secara umum penepatan huruf besar kecil dan tanda baca.

Kalimat kurang dari 30 menit kira-kira berapa menit?

II. Straight News

“Meskipun demikian”, tidak seharusnya berada diawal kalimat.

Kalau kalimat diawali “dengan tema” berarti ada sambungan kalimat berikutnya.

Kalimat pada paragraf terakir digabungkan ke paragraf tiga.

Penempatan tanda baca dibelakang kalimat langsung harus diperhatikan.

III. Feature News

Kalimat “sejumlah umat” pada lead dihapus dan tidak mengurangi maksud dan isi berita.

Caption Foto, Posisi tokoh dalam foto diberi tanda kurung.

Kata ”kegiatan” pada alinea satu dihapus.

Angka dalam berita ditulis menggunakan huruf.

Kata”partisipasi” diganti dengan “partisipan”.

Perhatikan penggunaan huruf kapital diawal kalimat.

Penyuntingan Berita: Robertus Tula – Editor: Yuliana A. S. Ndopo

1. Nama wartawan sebaiknya di tulis pada akhir berita. Jadi nama Robertus Tula dipindahkan

ke akhir berita.

2. Tempat dan tanggal sebaiknya dimasukan dalam berita, tidak berdiri sendiri karena ini

adalah straight news. Jadinya “Perayaan ibadat Jumat Agung yang berlangsung pada Jumat

ii

(4/4) dihadiri ribuan umat Paroki St. Theodorus weluli di gereja St. Theodorus Weluli,

Atambua”.

3. Pada paragraf 3 kalimat “Paroki St. Theodorus weluli” agar tidak ada pendobelan kalimat

tersebut maka kalimat tersebut dihilangkan saja dan kalimatnya menjadi “Perayaan ibadat

Jumat Agung dihadiri ribuan umat di gereja St. Theodorus Weluli”.

4. Kalimat “ibadat Jumat Agung “ mengalami pendobelan pada paragraf 3 kalimat pembuka 2

dan 3. Pada kalimat pembuka 3 bisa diganti dengan “Perayaan itu dilangsungkan dengan

penuh hikmat”.

5. Kata “dilangsungkan” pada paragraf ke 3 kalimat ke 3 sebaiknya diganti dengan

“berlangsung”. Jika menggunakan kata dilangsungkan maka terkesan dari pihak gereja yang

membuat keadaan menjadi hikmat, sedangkan di dalam ibadat umat juga memiliki peran

dalam berlangsungnya ibadat.

6. Kata “tersebut” pada paragraf 3 kalimat terakhir dapat digunakan dan tidak digunakan. Bila

dihilangkan, tidak akan merubah arti dari berita.

7. Sebelum kata kelalaian pada paragraf 4 kalimat ke 2 harus ditambah kata “dan”. Lalu kata

“dan wafat di palang penghinaan” diganti dengan “hingga wafat di palang penghinaan”.

8. Koma pada kata “lumpur dosa” pada paragraf 5 dihapus dan ditaruh sesudah kata

“keterpurukan”.

9. Kata “kepada” pada paragraf 5 kalimat ke 2 diganti dengan kata “bagi”. Dan koma diantara

kata “kata Lake” paragraf 5 kalimat ke 2 tidak dipakai. Koma dipakai sesudah kata “kata

Lake”.

ii

10. Kata kedosaan pada paragraf 6 kalimat ke 3 diganti dengan kata dosa. Dan kata manusia

pada paragraf 6 kalimat ke 3 dihilangkan.

11. Kata kedosaan pada paragraf 7 kalimat pertama diganti dengan kata dosa.

12. Tanda koma sesudah kata “yakni” pada paragraf 8 dapat dihilangkan.

13. Kalimat “kepada umat Paroki St. Theodorus Weluli” paragraf 9 kalimat pertama dihapus

saja. Dan kalimat “Tubuh Kristus yang tersalib, dihormati dengan mencium” pada paragraf

9 kalimat ke 2 dihilangkan saja dan kata “kaki Yesus” digabung dengan kalimat

sebelumnya, menjadi “Usai memberikan renungan kepada umat Paroki St. Theodorus

Weluli, umat yang hadir memberikan penghormatan kepada Salib Kristus dengan mencium

corpus pada bagian kaki Yesus.” Ditambah kata “pada bagian”.

14. kalimat “Upacara penghormatan kepada salib Kristus berlangsung hikmat dan penuh

keheningan” pada paragraf terakhir dihilangkan saja karena jika dihilangkan tetap tidak

merubah arti berita.

Beritita Yuliana A. S. Ndopo – Editor: Gabriel J. Anin

Judul: Pawai Paskah Naik Kelas (Straight News)

Paragraph 2

Kalimat ke-1: kata “kota” tidak menggunakan huruf capital, jadi digantikan dengan “Kota”

Kalimat ke-2: setelah kata “anak” diberi tanda baca koma (,).

paragraf 5

kalimat ke-1: kata “kupang” huruf pertama diberi capital, menjadi “Kupang”.

ii

Kalimat ke-2: menggunakan kata penghubung “dan” pada awal kalimat, jadi dihilangkan

Kalimat ke-3 struktur kalimat rancu dan tidak tepat, digantika dengan “Para peserta

menggunakan kendaraan yang dihiasi berbagai pernak-pernik seperti gardus, kain, tumbuh-

tumbuhan, binatang dan juga gabus yang dibuat menyerupai salib dan juga sesuaikan dengan

tema masing-masing”.

RINCIAN EDITING SOFT NEWS

Judul: Mendidik Anak Lewat Film

Paragraf 1

Kalimat ke-4: struktur kalimat tidak rancu dan tepat. Digantikan dengan “Agus melakukan

pemutaran film rohani pada hari Kamis sampai Minggu”.

Paragraf 2

Kalimat ke-1: kata “positiv” tidak sesuai dengan ejaan bahasa indonesia. Digantikan dengan

“positif”.

Kalimat ke-3: kata “tinggal” dihilangkan karena tidak tepat dan juga tidak menghilangkan

makna.

Kalimat ke-4: setelah kata “diantaranya” diberi tanda baca titik koma (,) karena

menyatakan .....

Paragraf 3

Kalimat ke-1: setelah kata “manusia” pada kutipan langsung diberi tanda baca koma (,)

setelah itu disusul dengan tanda baca petik dua penutup (”).

Kalimat ke-2: setelah kata “menambahkan” diberi tanda baca koma (,).

Paragraf 4

Kalimat ke-1: setelah kata “paskah” pada kutipan langsung diberi tanda baca koma (,)

setelah itu disusul dengan tanda baca petik dua penutup (”).

ii

Kalimat ke-2: kata “dilakukan” diganti dengan “diadakan oleh” karena lebih tepat (rasa

bahasa).

Paragraf 5

Kalimat ke-2: kata “Dan” pada awal kalimat dihilangkan karena tidak mengurangi makna.

Kalimat ke-3: setelah kata “ini” disisipkan kata “sebanyak”.

Kalimat ke-4: setelah kata “kedua” pada kutipan langsung diberi tanda baca koma (,) setelah

itu disusul dengan tanda baca petik dua penutup (”).

Paragraf 6

Kalimat ke-2: kata “massa” tidak baku dan bukan ejaan bahasa Indonesia yang tepat serta

beda makna. Jadi digantikan dengan“masa”. setelah kata “puasa” diberi tanda baca koma (,).

Paragraf 7

Kalimat ke-1: setelah kata “bekas” dihilangkan semua karena lebih tepat makna.

Kalimat ke-2: kata “di halaman” dihilangkan karena pendobelan serta tidak mengurangi

makna.

Kalimat ke-3: setelah kata “tahun” diberi tanda baca koma (,) bukan tanda baca titik (.)

karena merupakan kalimat sambungan.

RINCIAN EDITING FEATURE

Judul: Paskah Membawa Suka Cita

Paragraf 3

Kalimat ke-1: tanda baca koma (,) dalam kutipan langsung seharusnya berada sebelum tanda

baca petik dua penutup (”).

Paragraf 4

ii

Kalimat ke-1: struktur kalimat tidak sesuai dengan standar atau kaidah penulisan bahasa

indonesia (SPOK). Jadi, digantikan dengan “Kami berangkat menggunakan dua angkot dan

tujuh kendaraan roda dua”.

Paragraf 5

Kalimat ke-1: kata “segar” tidak tepat dan sesuai dengan kalimat, digantikan dengan kata

“nyaman”.

Kalimat ke-3: kata “di satu” tidak tepat dengan (rasa bahasa), digantikan dengan “di

sebuah”. Kata “dinaikan” digantikan dengan “dinaikkan”.

Paragraf 6

Kalimat ke-2: kata “dan”, dihilangkan karena tidak mengurangi makna.

Kalimat ke-3: struktur kalimat tidak sesuai dengan standar atau kaidah penulisan bahasa

indonesia (SPOK). Jadi, digantikan dengan ”Bagi anak-anak satu jam sudah cukup agar bisa

mengerti dan memahami isi pelajaran dan membuat yel-yel setiap kelompok”.

Kalimat ke-4: setelah kata “masing-masing” ditambah dengan kata “kelompok” agar

maknanya jelas.

Paragraf 7

Kalimat ke-2: kata “dengan” dihapus, tidak mengurangi makna kalimat.

Kalimat ke-5: kata “dan” di awal kalimat dihilangkan, pemborosan kata dan tidak

mengurangi makna kalimat.

Kalimat ke-6: setelah kata “namun” diberi tanda baca koma (,).

Paragraf 8

Kalimat ke-2: struktur kalimat tidak tepat dan rancu, digantikan dengan “Para peserta lomba

yang terdiri dari anak-anak SMP, SD dan juga TK beraksi”.

ii

Kalimat ke-5: kata “ditambah” dihilangkan karena pemborosan kata dan kata “menambah”

digantikan dengan “semakin menambahkan”.

Paragraf 9

Kalimat ke-4: kata “menambah” diganti dengan “menjalin” karena lebih tepat makna.

Kalimat ke-5: struktur kalimat tidak rancu dan tepat, digantikan dengan “Setelah usai, kami

masuk dalam puncak perlombaan”.

Paragraf 10

Kalimat ke-3: kata “menjadi gangguan” tidak tepat, digantikan dengan “menjadi gangguan

bagi”.

Kalimat ke-4: kata “disetiap” tidak tepat, digantikan dengan “di setiap”.

Kalimat ke-2: kata “lombapun” tidak tepat, digantikan dengan “lomba pun”.

Salib Yesus Dimata Tanty

Jalan salib hidup merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang kembali

penderitaan Yesus yang mati di kayu salib.

Hal ini dilakukan pula oleh Orang Muda Katolik (OMK) Katedral/THS-THM St.

Immaculata Keuskupan Atambua, pada hari Jumad (3/4). Ratusan umat berbondong-

bondong memenuhi halaman Gua Toro, Atambua. OMK yang membawakan jalan salib

hidup begitu mendalami peran yang dimainkannya. Mereka memaknai betapa besarnya

pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat manusia.

Di tengah jalan salib yang berlangsung hikmat itu, Nampak seorang gadis sangat

mengahayati pengorbanan Yesus yang sedang diperankan. Tanty (21) selalu menyempatkan

diri untuk mengikuti jalan salib hidup ketika kembali berlibur ke rumah. “Saya selalu

mengikuti jalan salib hidup ini ketika pulang liburan di Atambua,” ungkap Tanty.

ii

Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Tanty ditemani ibu dan kakaknya mengikuti jalan salib hidup di Gua Toro. Beberapa

tahun sebelumnya, jalan salib hidup ini dimulai (pembukaan) di Gua Toro dan berakhir di

gereja. Tetapi setelah diangkatnya Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, jalan

salib dilakukan di Gua Toro. “Biasanya, jalan salib ini dimulai dari Gua Toro dan berarak

menuju gereja. Tetapi setelah Uskup Dominikus diangkat menjadi uskup Atambua waktu

itu, jalan salib ini dilakukan di Gua Toro, ” tandasnya.

Sebagai seorang khatolik, Tanty menyadari dan ikut merasakan penderitaan Yesus

memikul salibNya. “Jalan salib ini mengingatkan saya betapa besarnya pengorbanan Yesus

untuk kita manusia. Dengan Yesus memikul salib, berarti Dia memikul dosa-dosa kita.

Proses Penyuntingan Berita Rosiana Nindi Sarman- Editor: Dimas S. Lay

Uskup Atambua Ajak Umat Maknai Paskah

Perayaan Misa Kamis Putih

ATAMBUA, FISIP NEWS — Misa Kamis Putih di

Gereja Katedral St. Immaculata Keuskupan Atambua

berlangsung hikmat, Kamis (2/4). Misa dipimpin langsung oleh

uskup agung atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr.

Misa dimulai pada pukul 18.00 WITA. Tapi umat telah

memadati gereja sejak pukul 17.00 WITA hingga memenuhi

halaman gereja. Sebagian umat tampak mengenakan pakaian

serba putih. Dalam perayaan ekaristi tersebut, uskup atambua

dibantu oleh pastor paroki katedral.

ii

Dalam khotbahnya, uskup Dominikus mengajak seluruh umat untuk memaknai

paskah sebagai tindakan kasih Yesus terhadap umat manusia. Pertama, paskah dimaknai

sebagai paskah yahudi yaitu pengorbanan darah anak domba. kedua, Paskah dimaknai

sebagai perayaan jemaat perdana atau jemaat pertama.

“Tindakan Yesus membasuh kaki murid-muridNya adalah tindakan kasih. Marilah

kita sebagai umat katolik memaknai Paskah Tuhan sebagai tindakan kasih,” ungkapnya.

Proses Penyuntingan

Judul : Uskup Atambua Ajak Umat Maknai Paskah.

Sub Judul : Perayaan Misa Ekaristi.

Paragraph pertama :

kalimat “Atambua” harusnya huruf besar. diperbaiki menjadi ATAMBUA.

kata “perayaan” dihapus. Dan langsung pada kata misa.

kata “meriah“ diganti menjadi hikmat.

Paragraph kedua :

kalimat “Misa dimulai tepat pada pukul 18.00 WITA. Umat telah memadati gereja sejak

pukul 17.00” kata tepat dihilangkan dan sebelum kata umat ditambah kata tapi.

Pada pukul 17.00 ditambah WITA.

Paragraph ketiga :

Kalimat “Dan yang kedua” diedit menjadi kata kedua

Soft News

Judul : Salib Yesus Adalah Dosa-Dosa Kita diganti dengan salib yesus dimata tanty. Judul

diganti karena tidak menjelaskan isi.

Sub judul : Memaknai Jalan Salib Tuhan. Sub judul dihapus. Karena judulnya sudah pas.

Jadi tidak perlu ditambah sub judul

Paragraph pertama :

ii

Kalimat “Jalan salib hidup merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang kembali

masa-masa penderitaan Yesus ketika Ia dihukum mati sampai wafat di kayu salib”.

Diperbaiki menjadi Jalan salib hidup merupakan tradisi yang dilakukan untuk mengenang

kembali penderitaan Yesus yang mati di kayu salib.

Paragraph kedua :

Kalimat “Mereka memaknai betapa besarnya pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat

manusia”. Dihapus karena rasa bahasa.

Mengenang Kesengsaraan Yesus

Mentari pagi dihari Jumat cukup menyengat kulit. Orang-orang berdatangan,

sebagian mengenakan pakaian hitam. Konon, warna hitam dimaknai sebagai lambang

kedukaan. Seperti biasa, setiap tahun selalu ada peringatan untuk mengenang kembali kisah

sengsara Tuhan Yesus.

Di bawah naungan pohon-pohon, banyak orang antusias menunggu untuk mengikuti

jalan salib bersama Yesus. Di sisi lain, sekelompok serdadu sedang menghakimi Yesus di

depan raja. Meskipun tidak ditemukan kesalahanNya. Raja tetap menyerahkan Yesus kepada

para serdadu. Mahkota duri dipakaikanya di kepala Yesus.

Penderitaan pun dimulai. Tangan-tangan yang seharusnya tidak menambah banyak

dosa justru dengan bebas mengayunkan cambuk pada tubuh tak berdosa itu. Yesus rebah di

tanah dan dicambuki berulang kali oleh para serdadu itu. Hanya raungan kesakitan yang

didengar. “Aahhhh...aahhhh. ” Tak ada belaskasihan dari para serdadu-serdadu itu. Mereka

tetap saja mengayunkan cambuk seraya mencaci maki Yesus. “Jika Engkau Anak Allah,

selamatkanlah diriMu. Dasar pembohong! ”

Yesus ditarik, ditendang dan dicambuki berulang kali. Sekali lagi Yesus hanya bisa

meraung kesakitan. Wajah dan tubuh yang berlumuran darah tidak dipedulikan oleh

siapapun. Mereka menarik Dia dan memberikan sebuah salib untuk dipikulNya. Tidak ada

ii

keluhan atau bantahan yang keluar dari mulut Yesus. Yesus memikul “dosa manusia”

dengan langkah terseret-seret.

Sambil memikul salib, para serdadu tiada hentinya memukul, menendang dan

mencaci maki Yesus. Yesus jatuh berulang kali. Tanggungan dosa manusia tidak

membuatNya menyerah. Bangun dan melanjutkan perjalanan mencapai puncak kemenangan

dilakukanNya.

Bunda maria meneteskan air mata mengiringi penderitaan Yesus. Di kiri-kanan jalan

setapak itu, orang-orang pun tidak bisa menahan air mata. Menyekah dan terus menyekah.

Terutama para ibu yang ikut merasakan sakitnya Bunda Maria melihat penderitaan anaknya.

Mentari kembali menyemburkan hawa panasnya. Yesus masih terus berjalan

memikul kayu salib. Hingga akhirnya bertemu Simon yang membantu memikul salibNya,

dan juga Veronika yang mengusap wajah Yesus dengan kainnya. Teriakan-teriakan para

serdadu dan juga pengikutnya yang lain memberikan kesan kekejaman. Suara mereka keras

dan lantang. Yesus tidak mengeluh sekalipun dan terus berjalan memikul salibnya.

Sampailah mereka di bukit Golgota. Bukit yang menjadi perhentian terakhir Yesus

atas penderitaan yang dialamiNya. Para serdadu menanggalkan pakaian Yesus di depan

umum dan bahkan mereka membuang undi untuk jubah itu. Dengan kasar mereka

merebahkan Yesus di atas salib yang dipikulNya dan memakuNya di sana. Yesus disalibkan

bersama dua orang penjahat, di kiri dan kanannya.

Tidak ada yang membantu meringankan penderitaan Yesus, bahkan sampai Ia wafat

di kayu salib. Bunda Maria hanya meratapi kematian Yesus di bawah salibNya. Penderitaan

dan sakit hati yang tidak pernah bisa dibayar oleh apapun. Di salibNya pun Yesus meminta

kepada bapa-Nya di surga untuk mengampuni kesalahan orang-orang yang menghukumNya.

“Bapa,ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. ” Setelah itu,

jenazah Yesus diturunkan untuk dikuburkan. Sebuah akhir dari penderitaan yang akan

menjadi kemenangan abadi bagi Yesus.

Sebuah cerita hanya bisa dikisahkan kembali. Zaman sekarang hanya bisa

menampilkan peran-peran penderitaan Yesus tanpa harus merasakan betapa menderitanya

Yesus pada zaman dahulu. Terkadang pengorbanan dipandang sebelah mata. Orang tidak

mau mendengarkan dan melihat kesalahan apa yang ada pada orang lain. Menghakimi

menjadi pilihan terbaik mereka.

ii

Penderitaan Yesus sampai wafat di kayu salib merupakan sebuah pengorbanan untuk

menebus dosa umat manusia. Teladan penderitaan Yesus menjadi tolak ukur kehidupan

kristiani untuk memandang penderitaan sebagai salib yang harus diterima dan ditanggung

untuk mencapai kemenangan abadi. Kemenangan yang bebas dari segala macam penderitaan

yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Penyuntingan

Judul : Sengsara Berujung Kemenangan Abadi diganti menjadi Mengenang Kesengsaraan

Yesus

Lead :

Kalimat orang-orang berdatangan “dengan” sebagian mengenakan. Kata dengan diganti

dengan tanda baca koma (,)

Kalimat Konon, warna hitam dimaknai sebagai lambang kedukaan “dan kesedihan” kalimat

“dan kesedihan” di hapus. Dan diganti tanda baca titik.

Kalimat “jalan salib merupakan salah satu kegiatan yang menghadirkan sosok yesus pada

orang yang bersedia memerankan tokoh yesus”. Di hapus. Karena rancu.

Paragraph pertama :

Kalimat “orang banyak dengan antusias” diganti menjadi banyak orang antusias menunggu.

Kalimat “untuk bersama yesus mengikuti jalan salibnya” diganti untuk mengikuti jalan salib

bersama yesus.

Kalimat “sementara itu” diganti dengan kalimat di sisi lain.

Kalimat “meskipun tidak menemukan kesalahan padanya” diganti meskipun tidak

ditemukan kesalahannya.

Kata “dipakainya” diganti dengan dipakaikannya.

Paragraph ketiga :

ii

Kalimat “mereka menariknya dan memberikan kepadanya sebuah salib untuk dipikulnya”

terlalu banyak kata nya. Diganti dengan mereka menarik dia dan memberikan sebuah salib

untuk dipikulnya.

Kalimat “Kesiapan dan kekuatan untuk memikulnya yang dilakukan Yesus. Dengan langkah

terseret-seret” diganti dengan yesus memikul dosa manusia dengan langkah terseret-seret.

Sehingga kalimat selanjutnya “Yesus memikul salib itu. Salib dosa manusia yang begitu

berat”. Dihilangkan.

Paragraph keempat :

Kalimat “Yesus jatuh pertama kali, bahkan kedua dan ketiga kalinya di bawah salib dosa

manusia yang begitu berat” diganti yeus jatuh berulang kali.

Kalimat Bangun dan melanjutkan perjalanan “untuk” mencapai puncak kemenangan “yang”

dilakukanNya. Kata untuk dan yang dihapus.

Paragraph kelima :

Kalimat “Air mata menetes di wajah Bunda Maria yang mengiring penderitaan Yesus”

diganti menjadi bunda maria meneteskan air mata mengiringi pendertaan Yesus.

Kalimat “Pemeran sosok Bunda Maria menghadirkan kembali, betapa sedihnya hati Bunda

Maria melihat penderitaan putranya”. Dihapus.

Kalimat “merasakan betapa sedihnya” kata betapa dihapus.

Paragraph keenam :

Kalimat “Suara mereka yang keras dan lantang” kata yang dihapus.

Paragaraf kedelapan :

Kalimat sakit hati yang tidak pernah bisa terbayar oleh “kata-kata”. Kata (kata-kata) diganti

dengan kata “apapun”.

ii

Berita David Roman Mbete Putra – Editor: Rosiana Nindi Sarman

KOREKSI

STRAIGTH NEWS

Judul oke..

Kata ‘untuk’ diganti dengan kata ‘dalam rangka’, kata ‘cerdas cermat’ harus ditulis dengan

huruf kapital pada awal kalimat karena ada singkatan yang mengikuti.

Penulisan tanggal (2/4) & (4/4)

Kata ‘kecamatan’ harus diawali huruf kapital karena diikuti oleh nama tempat

Struktur kalimat pertama ‘jenis perlombaan yang pertama digelar adalah’ diubah ‘pada hari

pertama, digelar,.... dst.’

Kalimat ‘perlombaan, tepatnya pada’ dihapus dan langsung pada ‘kamis(3/4)’

Kata ‘perlombaan’ dihapus karena kalimat sebelumnya cukup menjelaskan.

Kata ‘aktiv’ ditulis ‘aktif’

SOFTNEWS

Ketelitian dalam menulis dan penggunaan huruf kapital di awal kalimat

Pengulangan makna kali

Kalimat ‘seluruh gereja-gereja..’ salah satu kata gereja dihapus karena kata seluruh

bermakna banyak.

struktur kalimat pada ‘seluruh gereja-gereja....dst.’ dierbaiki dan kalimat ‘yang dirayakan

dalam hari raya paskah’ dihapus karena sudah dijelaskan di kalimat sebelumnya.

Kalimat ‘atau yang disebut pemuda’ dihapus dan langsung ke (JNOT)

‘Yang merupakan’ diganti ‘selaku’

‘paskah dirayakan’ menjadi ‘perayaan paskah’

Keterangan waktu

Kata ‘berlatih keras’ diubah ‘giat berlatih’ , kalimat ‘berlatih dengan giat’ diganti dengan

‘latihan’

Struktur kalimat ‘bukan hanya kegiatan internal...’ diubah ‘selain mengikuti kegiatan

internal gerejanya,.......’

ii

Kalimat ‘apapapun...dst. bagian dari perayaan paskah’ dihapus

Kalimat ‘cukup singkat waktunya’ diubah ‘waktunya cukup singkat’, ‘punya waktu

sebanyak’ diubah ‘memiliki waktu’

Kata ‘ternyata’ dan ‘jenis’ dihapus

FEATURE

Penggunaan huruf kapital di awal kata

‘kota kupang’ setelah kata ‘umat kristen’ ditiadakan karena sudah dijelaskan sebelumnya

Kata ‘bisa bernyanyi’ diganti ‘menyanyikan’ dan kata ‘dan’ diganti ‘untuk’ (kata

penghubung)

Kalimat ‘sebenarnya adalah salah satu ajang yang juga dapat’ diganti ‘juga dapatmenjadi

ajang untuk...’

Tambahan kata pada ‘bukan hanya itu,.... paskah ini juga...’ dan juga kata depan ‘di’ kota

kupang

Kata ‘banyak’, ‘kota kupang’, ‘memang’, dihapus

Kata ‘setelah’ diganti ‘saat’, ‘adalah’ diganti ‘sebagai’

Struktur kalimat ‘di kota kupang, setelah pawai tadi dinilai sebagai sesuatu yang berharga

dan karena...’ diubah ‘bagi Liusdan teman-temannya, sampah yang berserakan dan

mengotori jalan tersebut dapat menghasilkan uang’

Kata ‘agar bisa’ diganti ‘untuk’, ‘dan’diganti ‘sehingga’

Kata ‘kebanyakan’ dihapus dan setelah kata ‘orang’ ditambah ‘lain’

Kata ‘mereka’ yang pertama dihapus

Berita Yustina T. M. Hera – Editor: Robertus Tula

Straight News

ii

Berita straight memenuhi unsur-unsur berita dan layak untuk dipublikasikan. Judul dan isi

koheren, sesuai konteks, aktual.

Judul tulisan dipersingkat, dengan alasan memacu pembaca untuk mengetahui lebih jelas

Balfai dan kegiatan pawai obor.

Captionnya diganti.

Redaksi kalimat diubah tanpa menghilangruskan substansi penulis.

Pada paragraph dua, kata (Rayon), huruf R-nya capital yang seharusnya huruf kecil karena

kata tersebut di tengah kalimat dan rayon tidak diikuti nama atau instansi tertentu.

Soft News:

Judul tulisan tidak menarik sehingga diganti

Captionnya sangat kaku

Untuk menarik pembaca, leadnya ditambahkan sesuai dengan tema yang diangkat.

Tidak adanya koherensi antara judul dan isi sehingga ditambahkan kalimat-kalimat

pendukung sesuai dengan tema tulisan.

Penulisan kata bahasa asing (human trafficking) yang ditulis tegak, seharusnya ditulis

dengan huruf miring.

Pada paragraf kedua redaksi kalimatnya tidak koheren sehingga harus dirubah.

Feature Judulnya singkat dan jelas.

Redaksi kalimat caption diubah untuk menunjukkan koherensi antara gambar dan teks.

Paragraf kedua, kata aktifitas, huruf diganti dengan huruf v. Penulisan yang benar aktivitas.

Paragraf ketiga, kata pembedaan mengacu pada subyek tertentu sehingga kata pembedaan

diganti dengan perbedaan.

Redaksi kalimat paragraph keempat dirubah untuk menambah nilai rasa yang baik dan

menarik perhatian pembaca.

Redaksi kalimat paragraph kelima dan enam dirubah sesuai untuk menambah keindahan

bahasa.

Berita Gabriel J. Anin – Editor:: David R. Mbete Putra

ii

Jenis berita : Straight News

Judul berita : 100 Lampion, Puncak Perayaan Sabtu Haleluya

Pada awalnya tidak terdapat tanda koma (,) pada judul berita setelah kata 100 Lampion.

Penambahan tanda koma (,) dimaksudkan agar pembaca dapat membedakan konteks kalimat

pada judul berita tersebut.

Paragraf I :

Setelah kalimat orang muda katolik ditambahkan dengan (OMK) agar terkesan lebih

lengkap.

Paragraf II :

Ditengah kata didampingi pastor ditambahkan kata oleh sehingga menjadi didampingi oleh

pastor. Alasan ditambahkan kata oleh sebenarnya hanya pada rasa bahasanya saja.

Paragraf IV :

Kalimat, Berbeda dengan tahun lalu, kali ini jumlah lampion yang diterbangkan berjumlah

lebih banyak. Tahun lalu, lampion yang diterbangkan berjumlah 50 buah. Diganti menjadi,

Berbeda dengan tahun lalu, kali ini jumlah lampion yang diterbangkan berjumlah lebih

banyak. Tahun lalu, lampion yang diterbangkan hanyalah berjumlah 50 buah.

Paragraf V :

Kalimat, Selain itu, yang membedakannya dengan tahun lalu yaitu terdapat doa dan harapan

yang ditulis oleh seluruh umat yang diikatkan pada lampion. Dirubah menjadi, Selain itu,

yang membedakannya dengan tahun lalu yaitu terdapat doa dan harapan yang ditulis oleh

seluruh umat yang kemudian diikatkan pada lampion sebelum diterbangkan.

Paragraf VI :

Setelah kata menyaksikan ditambahkan tanda koma (,).

Paragraf VII :

Kalimat dalam merayakan paskah ditambah dengan kata hari raya sehingga menjadi,

merayakan hari raya paskah.

Paragraf VIII :

ii

Kalimat, Kegiatan ini diakhiri dengan makan bubur kacang ijo bersama seluruh umat di

Rumah Pastoran. Ditambahkan menjadi, Kegiatan ini diakhiri dengan makan bubur kacang

hijau bersama seluruh umat di Rumah Pastoran yang terletak tepat di belakang gereja Stu.

Matias Rasul, Tofa.

Soft News

Jenis berita : Soft News

Judul : Limpahan Berkah Pawai Paskah

Paragraf I :

- Setelah kalimat membawa berkah bagi Rini (56) ditambahkan tanda koma (,)

- Kalimat menggantungkan hidupnya dari gelas plastik air mineral bekas digantikan menjadi

menggantungkan hidupnya pada sampah plastik bekas kemasan air mineral.

Paragraf II :

- Kalimat Ibu dua anak ini setiap hari bekerja sebagai pemulung limbah gelas plastik dari air

mineral, selain itu Rini juga menjual makanan ringan di sekolah dasar Inpres Maulafa.

Digantikan menjadi Ibu dua anak ini setiap harinya bekerja sebagai seorang pemulung

sampah bekas plastik kemasan air mineral. Selain itu, Rini juga menjual makanan ringan di

sekolah dasar Inpres, kecamatan Maulafa, kota Kupang.

Paragraf III :

- Kalimat Untuk mendapatkan limbah gelas plastik rini setiap harinya harus berjalan

kaki sampai 5 kilometer. Tempat umum seperti sekolah dan Gedung Olahraga (GOR)

menjadi sasarannya. Terkadang jika ada pesta di kompleks dekat rumahnya, Rini

selalu memanfaatkannya. Bagi Rini pesta yang diadakan orang adalah sebuah berkah

tersendiri baginya. “setiap kali ada pesta, saya selalu senang karena pasti akan ada

banyak gelas plastik di san,” cerita Rini. Diganti menjadi Untuk bisa mendapatkan

sampah plastik bekas air mineral, Rini setiap harinya harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer.

Tempat-tempat umum seperti di lingkungan sekolah dan Gedung Olahraga (GOR)

merupakan tempat yang biasa dia kunjungi. Terkadang jika ada pesta di kompleks dekat

rumahnya, Rini selalu memanfaatkannya. Bagi Rini, pesta yang diadakan orang adalah

ii

sebuah berkah tersendiri baginya. “Setiap kali ada pesta, saya selalu senang karena pasti

akan ada banyak sampah gelas plastik di sana,” cerita Rini.

Paragraf IV :

- Kalimat Untuk dapat makan 3 kali sehari rini selalu berharap dari berkah dan

keberuntungannya setiap harinya. “uang yang saya dapat setiap harinya tidak pasti,

kadang-kadang saya tidak dapat apa-apa,” jelas Rini. Dirubah menjadi Untuk dapat

makan tiga kali sehari, Rini selalu berharap dari berkah dan keberuntungannya setiap

harinya. “Yang yang saya dapat setiap harinya tidak pasti, kadang-kadang saya tidak dapat

apa-apa,” jelas Rini.

Paragraf V :

- Kalimat Kali ini Rini sedang dilimpahkan berkah, keramaian dan sorak-sorai pawai

paskah menyisihkan berkah yang berlimpah baginya. Banyaknya limbah gelas plastik

yang berserakan di sepanjang rute pawai paskah membuat Rini emakin bersemangat

mengayu langkah kakinya lebih cepat untuk memungutnya. Dirubah menjadi Kali ini

Rini sedang dilimpahkan berkah, keramaian dan sorak-sorai pawai paskah menyisihkan

berkah yang berlimpah baginya. Banyaknya sampah bekas gelas plastik air mineral yang

berserakan di sepanjang rute pawai paskah membuat Rini semakin bersemangat mengayu

langkah kakinya lebih cepat untuk memungutnya.

Paragraf VI :

- Kalimat, Hari biasa rini hanya dapat membawa pulang satu sampai dua karung yang

dipenuhi limbah gelas plastik air mineral, tetapi saat pawai paskah Rini membawa

pulang 7 sampai 8 karung. Dirubah menjadi Di hari biasa, Rini hanya dapat membawa

pulang satu sampai dua karung yang dipenuhi sampah bekas gelas plastik air mineral, tetapi

saat pawai paskah seperti saat ini, Rini bisa membawa pulang tujuh sampai delapan karung

yang terisi penuh oleh sampah bekas plastik air mineral.

Paragraf VII :

- Kalimat, Sejak ditinggal pergi suaminya, Rini harus membesarkan kedua anaknya

yang masing-masing berumur 7 dan 12 tahun seorang diri. Rini harus bekerja keras

untuk dapat membiayai sekolah anak pertamanya yang saat ini sedang duduk di

bangku sekolah dasar. Dirubah redaksinya menjadi Sejak ditinggal pergi suaminya, Rini

ii

harus membesarkan kedua anaknya yang masing-masing berumur 7 dan 12 tahun seorang

diri. Rini harus bekerja keras untuk dapat membiayai sekolah anak pertamanya yang saat ini

sedang duduk di bangku sekolah dasar.

- Jenis Berita : Feature News

- Judul Berita : Abdi Lelaki Tua- Paragraf I :

- Kalimat, Pagi ini lelaki tua itu terlambat beberapa menit, terlihat dari langkah kakinya yang

tergesa-gesa. Dia akan berlomba dengan waktu. Dirubah menjadi, Pagi ini, lelaki tua itu

terlambat beberapa menit. Terlihat dari langkah kakinya yang tergesa-gesa. Dia akan

berlomba dengan waktu.

- Paragraf II :

- Kalimat jam 9 pagi diganti menjadi pukul 09.00 pagi.

DAFTAR HADIR

NO TGL NAMA KETERANGAN

1 8/4/1

5

ROBERTUS TULA HADIR

2 DAVID R. MBETE PUTRA HADIR

ii

3 DIMAS S. LAY HADIR

4 ROSIANA N. SARMAN HADIR

5 JULIANA A. S. NDOPO HADIR

6 YUSTINA T.M. HERA HADIR

7 GABRIEL J. ANIN HADIR

(TERLAMBAT)

8 SONIA ABSENT

9 IKA ABSENT

10 GREGORI T. ALIPUTRA ABSENT

NO TGL NAMA KETERANGAN

1 10/4/15 ROBERTUS TULA HADIR

2 DAVID R. MBETE PUTRA HADIR

3 DIMAS S. LAY HADIR

4 ROSIANA N. SARMAN HADIR

5 JULIANA A. S. NDOPO HADIR

6 YUSTINA T.M. HERA HADIR

7 GABRIEL J. ANIN HADIR

8 SONIA ABSENT

9 IKA ABSENT

10 GREGORI T. ALIPUTRA ABSENT

PENGANTAR

Memiliki jiwa optimistis dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan

tidak pernah puas terhadap ilmu yang diterima di lembaga pendidikan formal adalah satu

prinsip yang ada dalam sanubari putera-puteri jurnalistik semester enam.

ii

Langkah tertatih-tatih menepah dalamnya ilmu, dahi berkerut lantaran kesulitan

bertubi-tubi menghampiri diri, mata terkadang sulit terpejamkan, peluh menetes tubuh tidak

dihiraukan demi menatap dan menuai keberhasilan di hari esok.

Kegembiraan, canda, tawaria, stress, tekanan batin dan persoalan lainnya berdiri dan

beriringan melewati tahap-tahap perjuangan yang sedang dan akan dilalui. Terkadang

impian melampaui batas potensi diri, menharuskan kami untuk menenangkan diri untuk

melihat dan merefleksikan perjalanan studi yang telah dilalui.

Waktu terus berjalan. Di penghujung masa studi di Universitas Katolik Widya

Mandira Kupang – Fisip Komunikasi, kami ingin mengaplikasikasikan ilmu yang telah

diajarkan para dosen tercinta. Aplikasi yang dijalankan bukanlah tendensi semata untuk

mendapatkan pujian atau reputasi. Hal esensial yang terlintas di benak kami adalah bidang

komunikasi yang digeluti dan nantinya akan dihidupi pada tataran komunikasi mampu

diaplikasikan secara intensif.

Melalui ramuan sederhana dalam bentuk tulisan straight news, soft news dan

feature, yang dikerjakan oleh: Nindi, Ja, Yustin, Roman, Ela, Dimas, Obet, Ika, Sonia dan

Dede, mungkin banyak ditemukan kesalahan. Kami yakin inilah proses pendewasaan diri

menuju tahap kefasihan ketika berkecimpung di bidang jurnalistik.

Momen indah dan kerja sama yang sudah dibangun menjadi dasar pijakan untuk

bangun relasi dengan semua orang. Potensi diri, kreativitas serta input-input konstruktif

yang pernah kami terima di Lembaga Unwira – Kupang akan kami hidupi dan kembangkan

di hari yang akan datang. Kiranya perjumpaan yang telah menulis “sesuatu” di setiap kanvas

hidup kami akan menjadi satu sandaran untuk menghidupi diri secara personal maupun

kolektif.

Kupang, April 2015

ii

STRUKTUR KEPENGURUSAN TULISAN STRAIGHT NEWS, SOFT NEWS DAN

FEATURE

Untuk mewujudkan hal-hal luar biasa, tak cukup hanya dengan tindakan, kita harus berani bermimpi. . .

ii

PEMRED

ROBERTUS TULA

TIM SELEKSI:

DAVID R.M. PUTRA

YUSTINA T.M.HERA

ROSIANA N. SARMAN

GREGORY T. ALIPUTRA

EDITOR:

o DIMAS S. LAYo ROBERTUS TULAo SONIAo IKAo GABRIEL J. ANINo YULIANA A.S. NDOPO

Tak cukup hanya dengan rencana, kita juga harus percaya. . . . .

Dimas Lay,

Nindi Sarman,

Gregory T. Aliputra,

Yuliana A. S. Ndopo,

David R. M. Putra,

Yustina T. M. Hera,

Robertus Tula

Untuk mewujudkan hal-hal luar biasa, tak cukup hanya dengan tindakan, kita harus berani bermimpi. . .

ii

Tak cukup hanya dengan rencana, kita juga harus percaya. . . . .

Dimas Lay,

Nindi Sarman,

Gregory T. Aliputra,

Yuliana A. S. Ndopo,

David R. M. Putra,

Yustina T. M. Hera,

Robertus Tula

ii

ii

KUMPULAN TULISAN-TULISAN STRAIGHT NEWS, SOFT NEWS DAN FEATURE

Aku yakin, aku selalu menulis,

setidaknya sampai aku kehilangan akal sehatku . . . .

ii

ii

ii

ii

ii

ii