22
i Analisa Ekonomi Syariah dalam Produktifitas Petani Beras di Indonesia R. Bambang Budhijana Ab st ra ct : The Research Paper analyzed the influence of government role on rice productivity po li cy in In do ne si a. Th e Re se ar ch us ed se co nd ar y an d pr im ar y da ta th at ca me fr om va ri ou s in di vi du al , gr ou p an d na ti on al ag en ci es so ur ce s. The Research ap pl ied the Structural Equation Model (SEM) using LISREL Student Version 8.8 and SPSS version 14. In this Model, pr im ar y da ta wa s sc al ed on Li ke rt fo rm and compiled as direct interview to economists, key farmer and his group. Several interconnectedness independent variables on farmer skil and unskill are ap pl ie d. Those var ia bl es are agr icu ltu re facility (SA PR ODI ), go ver nm ent ro les (PM RNT H), ri ce eco no my env ir on men t (EK ON OMI ) and rice cul tu re (BU DAY A) in Indonesia. The research shows that the changes in technology, economy, government, institutional andsharia cultural affect the relative price of rice to the increasing in rice production. Reductionin production subsidy gradually should be supported by improving rice price support at farmer level. This can maintain the rice real value. This price support can maintain the value of land and rice fields to reduce the likelihood of land conversion to other business. Research productivity of rice farmers still need to be improved in the future to get better and more credible the statistics test. Ke yw or ds : Structural Equation Model, syariah economics, farmer productivity I. PENDAHULUAN 1. Permasalahan yang melatarbelakangi riset ini. 1.1. Produksi Beras di Indonesia Kepulauan Indonesia membentang sekitar 5.110 kilometer dari barat ke timur dan 1.888 kilometer dari utara ke selatan yang meliputi lebih dari 17000 pulau. Jumlah penduduk saat ini lebih dari 220 juta orang yang 60 persen menetap di pulau Jawa.

Analisa Ekonomi Syariah dalam Produktifitas Petani Beras di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

i

Analisa Ekonomi Syariah dalam Produktifitas PetaniBeras di Indonesia

R. Bambang Budhijana

Ab st ra ct : Th e Re se ar ch Pa pe r an al yz ed th e in fl ue nc e of go ve rn me ntro le on ri ce pr od uc ti vi ty po li cy in In do ne si a. Th e Re se ar ch us edse co nd ar y an d pr im ar y da ta th at ca me fr om va ri ou s in di vi du al ,gr ou p an d na ti on al ag en ci es so ur ce s.The Research appl ied the St ructural Equation Model (SE M) us in gLI SR EL St ud en t Ve rs io n 8. 8 an d SP SS ve rs io n 14 . In th is Mo de l,pr im ar y da ta wa s sc al ed on Li ke rt form and compil ed as di rectin terv iew to economis ts , key farmer and hi s group. Seve ra lin te rc onne ct edne ss inde pe nd en t vari ab le s on fa rm er sk il and unsk il lare appl ie d. Th os e var iables are agr icu ltu re facil ity (SA PRODI ),gover nment ro les (PM RNT H), rice eco nomy env ironmen t (EK ONOMI )and rice cul ture (BUDAY A) in Indonesia. The research shows that thechanges in technology, economy, government, institutional andsharia culturalaffect the relative price of rice to the increasing in rice production. Reductioninproduction subsidy gradually should be supported by improving rice pricesupport at farmer level. This can maintain the rice real value. This pricesupport can maintain the value of land and rice fields to reduce the likelihood ofland conversion to other business. Research productivity of rice farmers stillneed to be improved in the future to get better and more credible the statisticstest.

Ke yw or ds : St ru ct ur al Eq ua ti on Mo de l, syar ia h ec on om ic s , fa rm er pr od uc ti vi ty

I. PENDAHULUAN

1. Permasalahan yang melatarbelakangi riset ini.

1.1. Produksi Beras di Indonesia

Kepulauan Indonesia membentang sekitar 5.110 kilometer dari barat ke timur

dan 1.888 kilometer dari utara ke selatan yang meliputi lebih dari 17000 pulau.

Jumlah penduduk saat ini lebih dari 220 juta orang yang 60 persen menetap di

pulau Jawa.

i

Padi sebagai penghasil beras yang ditanam mencapai 51 persen dari total areal

tanam tanaman pangan di Indonesia. 77 persen diantaranya diproduksi di pulau

Jawa dan Madura.

Beras merupakan kebutuhan pangan pokok bagi lebih dari 90% penduduk

Indonesia. Konsumsi beras per kapita mempunyai kecenderungan mengalami

penurunan yakni dari 116,58 kg/kapita/tahun pada tahun 1987 menjadi 96,15

kg/kapita/tahun pada tahun 2005 (Susenas, 1987 dan 2005, BPS).

Produksi beras dalam negeri dari tahun ke tahun terus meningkat, walaupun

mempunyai kecenderungan laju pertumbuhannya melandai. Di sisi lain,

pertumbuhan penduduk Indonesia melaju dengan cepat, yakni 1,35 % per tahun

pada periode tahun 1990-2000 (Statistik Indonesia 2000, BPS). Kenyataan ini

menyebabkan produksi dalam negeri hanya cukup untuk pemenuhan konsumsi

beras domestik, bahkan untuk cadangan nasional setiap tahun selalu ada

realisasi impor beras dari luar negeri.

Berdasarkan table 1.1, perkembangan luas panen padi di Indonesia pada periode

tahun 1969-2007 cenderung terus mengalami peningkatan dari 8,01 juta ha pada

tahun 1969 menjadi 11,86 juta ha pada tahun 2007. Peningkatan luas panen padi

yang cukup tinggi terjadi pada periode tahun 1983 - 1999 dengan rata- rata

pertumbuhan sebesar 1,71 persen. Setelah periode tersebut, peningkatan luas

panen padi cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,16

persen. Sementara itu penurunan luas panen padi di Indonesia hanya terjadi

pada tahun-tahun tertentu dan pada umumnya disebabkan oleh kemarau panjang

seperti yang terjadi pada tahun 1991, 1994 dan 1997.

i

Tabel 1.1PerkembanganLuasPanenPadi(ha)diJawadanLuarJawa,1969-2007

Tahun (ha) Pertumbuhan

area

No. Pulau

1969 1993 1996 2007 1969-

2007

(ha)

(%)

1

2

Jawa

Luar Jawa

4.294.091

53,58

3.719.532

46,42

5.514.744

50,08

5.498.032

49,92

5.488.947

47,44

6.080.782

52,56

5.713.447

48,18

6.146.053

51.82

1.419.356

2.426.521

33,05

65,24

Indonesia 8.013.623 11.012.776 11.569.729 11.859.500 3.845.877

Pertumbuhan LuasPanen Padi di Indonesia (%)

1983-1999

1988-2007

1,71

0.16

Berdasarkan perkembangan luas panen padi di Jawa dan Luar Jawa pada

periode tahun 1969 — 2007, luas panen padi di Luar Jawa tahun 1996 mencapai

6,o8 juta ha lebih besar dari luas panen padi di Jawa yang mencapai 5,49 juta

ha. Sejak tahun 1996 luas panen padi di Jawa terus mengalami peningkatan,

namun masih tetap berada di bawah luas panen padi di Luar Jawa.

Peningkatan luas panen padi di Jawa sejak tahun 1969 hingga 2007 adalah

sebesar 1,42 juta ha atau sebesar 33,05 persen. Sedangkan di Luar Jawa, pada

periode yang sama, luas panen padi meningkat sebesar 2,43 juta ha atau 65,24

persen. Peningkatan luas panen padi di luar Jawa yang cukup signifikan ini

i

antara lain disebabkan oleh perluasan areal tanam melalui program

ekstensifikasi (Tabel 1.1)

Berdasarkan table 1.2, Perkembangan produktivitas padi nasional pada

periode tahun 1969 — 2007 secara umum terus mengalami peningkatan kecuali

pada tahun 1973 dan 1998 mengalami penurunan akibat terjadinya bencana

alam El-Nino yang menyebabkan banyak pertanaman padi mengalami

kekeringan. Laju pertumbuhan produktivitas padi nasional dari tahun 1973

hingga 1987 adalah sebesar 2,35 persen. Setelah periode tersebut sampai dengan

tahun 2007, laju pertumbuhan produktivitas padi mengalami penurunan sebesar

0,47 persen (Tabel 1.2)

Tabel 1.2 Perkembangan produktivitas padi di Jawa dan Luar Jawa pada

periode tahun 1969 — 2007

Tahun (kuintal/ha)No. Pulau

1969 1979 1989 1996 2007

Pertumbuhan

1969-2007 (%)

1

2

Jawa

Luar Jawa

25,70

100,00

18,76

100,00

32,60

126,85

21,34

113,75

48,22

187,63

31,34

167,06

51,77

201,44

37,31

198,88

52,52

204,36

40,21

214,34

32,15

31,29

Indonesia 22,23 29,85 43,75 44,17 46,14 34,08

Pertumbuhan Produktifitas Padi di Indonesia

1973-1987

1988-2007

2,35

0,47

i

Produktivitas padi baik di Jawa maupun di Luar Jawa terus mengalami

peningkatan, dengan laju peningkatan yang hampir sama. Produktivitas padi di

Jawa selalu lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Jawa, hal ini

berhubungan dengan tingkat keseuaian lahan bagi pertanaman padi yang lebih

cocok di Jawa.

Selama periode tahun 1969 - 1996, produktivitas padi di Jawa meningkat lebih

dari 2 kali lipat, yaitu dari 18,76 ku/ha menjadi 40,21 ku/ha, begitupula

produktivitas di Jawa meningkat hampir 2 kali lipat dari 25,70 ku/ha menjadi

37,31 ku/ha (Tabel 1.2). Perkembangan produktivitas yang menggembirakan ini

merupakan keberhasilan pencapaian program pemerintah yaitu intensifikasi

pertanian yang dikemas dalam bentuk program BIMAS dari tahun 1968/1969,

yang diikuti oleh program INSUS (Intensifikasi Khusus), Supra Insus dan

Inmum mulai tahun 1979/1980.

Perkembangan produksi padi di Indonesia pada periode tahun 1969 - 2007 terus

mengalami peningkatan yaitu dari 18,01 juta ton GKG menjadi 57,06 juta ton

GKG seiring pola peningkatan luas panennya. Peningkatan yang cukup

significant terjadi pada tahun 1984, dan pada saat itupun Indonesia untuk

pertama kali mencapai swasembada beras. Namun setelah tahun 1998, pola

peningkatan produksi padi melandai.

Seperti halnya produksi padi nasional, perkembangan produksii Jawa dan Luar

Jawa dari tahun 1969 ke tahun 2006 terus mengalami peningkatan, meskipun

sejak tahun 1996, luas panen padi di Luar Jawa lebih besar dibandingkan

dengan luas panen padi di Jawa, namun produksi padi di Jawa selalu lebih

tinggi dibandingkan dengan produksi padi di Luar Jawa. Hal ini disebabkan

i

tingkat produktivitas padi di Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

produktivitas padi di Luar Jawa.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas petani beras

di Indonesia

2. Menganalisa kebijakan produksi beras di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ajaran AlQuran merupakan sumber ilmu (termasuk bidang pertanian) yang

bersifat global dan selalu membawa orang yang membacanya dengan sungguh-

sungguh untuk mengamalkan perintah Allah SWT bagi kepentingan seluruh

umat manusia (Qardhawi, 1977)

Muthohhari (1989) Epistemology islam dimulai dengan menyebut nama Allah

SWT dan menyertakan sholawat bagi Rasullullaah SAW. Berdasarkan ini, Al

Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan selalu valid pada setiap perkembangan

zaman.

Pengembangan bidang pertanian yang mulai melemah dan tidak diminati perlu

segera didukung dan diperkuat hal ini sejalan dengan Al Quran surat Al Maidah

ayat 2 sebagai berikut:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah amat berat siksa-

Nya”.

i

Sabarudin Amrullah ( 2003) menyatakan bahwa dalam ekonomi konvensional

untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa, produsen dianggap

mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor-faktor produksi yang akan

diproses menjadi output. Keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh

anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi, dalam penggunaan

faktor produksi berlaku hukum The Law of Deminishing Return. Petani beras

dianggap memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor

produksi yang dibelinya. Produsen berupaya mencapai tingkat produksi

maksimum. Ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital)

dan tenaga kerja (labour). Secara matematis penggunaan faktor produksi beras

yang menghasilkan output maksimum adalah Q = f (K,L) Dimana Q = tingkat

output, K = barang modal dan L = tenaga kerja/ buruh. Produksi total (total

product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total

faktor produksi yang tergantung pada harga beras.

Peran pangan, khususnya beras adalah diantaranya menghasilkan non-food

services. Itu menyangkut stabilitas ekonomi, distribusi pendapatan, dan

penyerapan tenaga kerja. Harga beras yang berlaku di pasar belum

memperhitungkan non-food services yang diberikan ke publik (Dillon et al.,

1999). Konsumen seharusnya perlu membayar harga beras lebih tinggi dari

tingkat harga pasar, sekiranya non-food services itu diperhitungkan.

Sehingga menurut Husen Sawit (2007), harga merupakan salah satu insentif

buat pelaku usaha, namun itu bukanlah satu satunya insentif buat mereka.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi, merupakan insentif lain yang tidak

i

boleh diabaikan, itu terkait dengan non-price incentive. Insentif harga dan

nonharga akan saling memperkuat, bukan saling menggantikan. Oleh karena itu,

insentif nonharga tidak ampuh manakala harga gabah/beras terlalu rendah, tidak

mampu menutupi ongkos produksi

Menurut Amang dan Sawit (2001); Sabarudin (2003) dan Anonimous (2001),

produksi beras dipengaruhi antara lain: (i) kondisi iklim, (ii) hama penyakit, (iii)

ketersedian tenaga kerja, (iv) konversi lahan, dan (v) penurunan rendemen

(Konversi padi ke beras).

Realitas menunjukkan bahwa selama periode akhir tahun 1960-an hingga

pertengahan tahun 1980-an Indonesia telah berhasil meningkatkan produksi

beras yang terbukti dengan dicapainya swasembada beras pada tahun 1984.

Namun sejak saat itu, laju pertumbuhan beras nasional cenderung turun dan

semakin tidak stabil sehingga setelah tahun 1984 Indonesia sudah tidak lagi

berswasembada beras (Sapuan, 1999). Bahkan pada tahun 1998 Indonesia

mengalami krisis beras yang ditandai dengan terjadinya kekacauan beras

(market chaos) seperti terjadinya pembelian panik (panic buying) penjarahan

(lootings) dan kelangkaan artifisial (artificial shortage) sehingga harga beras

membumbung tinggi (Simatupang, 2000).

Menurut Gumbira-Said (2005) Zakat sebagai suatu tuntutan fardlu kifayah

hendaknya dapat dilaksanakan secara besar -besaran dan melibatkan peranan

semua umat Islam dalam sektor Agribisnis. Dalam sektor agribisnis, zakat

merupakan suatu motivasi untuk meningkatkan produktivitas sektor tersebut.

i

Tingkat pengeluaran zakat sebanding dengan tingkat produktivitas sektor

agribisnis. Artinya, semakin tinggi produktivitas sektor agribisnis semakin

tinggi pula zakat yang dikeluarkan. Hal tersebut secara nyata berdampak positif

bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan umat. Sektor agibisnis dapat

dianggap sebagai salah satu sektor perekonomian umat yang sangat istimewa

karena terdapat unsur ibadah yang menghasilkan pahala berlipat-lipat dari Allah

SWT. Pelaksanaan dan pengembangan sektor agribisnis merupakan suatu

ibadah umum (ibadah mahdhah), sedangkan zakat merupakan ibadah khusus

(ibadah ghairu mahdhah). Keutamaan zakat dapat menyucikan harta dan

menyempurnakan iman serta menghindarkan dari Api neraka (Lubabul Hadist

dalam Khoiron,1992)

Dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang mengungkapkan tentang kewajiban

mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang memenuhi syarat. Firman Allah

SWT dalam Al Quran antara lain dijelaskan berikut ini.

"Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam rasanya, zaitun,

dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Makanlah dari buahnya bila

berbuah dan bayarlah haknya pada hari memetiknya. Dan janganlah kamu

berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan." (Al An'am: 141)

"Dan dirikanlah salat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kamu kerjakan

dari kebaikan untuk dirimu, pasti kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." (Al

Baqarah: 110)

i

"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan pada jalan Allah adalah

sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi

seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan

Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah: 261)

"Dan Kami turunkan air dari langit yang membawa berkah lalu Kami

tumbuhkan dengan kebun-kebun dan biji-bijian untuk diketam. ……." (Qaaf: 9-

11)

"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia seperti air hujan yang Kami

turunkan dari langit, lalu bercampur (diserap) oleh tumbuh-tumbuhan di bumi,

……" (Yunus: 20)

"Dan Dialah yang mengirimkan angin sebagai kegembiraan mendahului

rahmat-Nya sehingga apabila angin itu telah membawa awan tebal, Kami halau

ke suatu negeri yang tandus, maka Kami turunkan hujan di negeri itu, lalu

Kami hasilkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan…" (Al A'Raf:

57)

III. METODE RISET

3.1 Model pendugaan produksi yang telah digunakan

Berdasarkan hasil permodelan yang dilakukan oleh Syafaat, et.all. (2005),

dalam melakukan perencanaan produksi (penawaran), seorang produsen dapat

menempuh dua tahapan pengambilan keputusan, yaitu: (i) Luas areal yang akan

ditanami dan (2) Perolehan hasil (produktivitas) per satuan luas tanaman yang

diusahakan. Fungsi Penawaran Komoditas Pangan, dalam analisis ini, model

penawaran komoditas pangan menggunakan pendekatan dua tahap, yaitu

melalui pendugaan fungsi areal tanam dan fungsi produktivitas. Model umum

yang digunakan cukup sederhana, dimana areal tanam merupakan fungsi dari

i

harga sendiri komoditas tersebut, harga komoditas pesaing dan dummy krisis.

Bentuk fungsi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas (logaritma ganda),

dimana koefisien regresi sekaligus merupakan elastisitas dari peubah tidak

bebas terhadap peubah bebas.

3.2 Model Syariah untuk Produktifitas Petani Beras Indonesia

Beras di Indonesia merupakan kebutuhan pangan pokok yang memiliki sifat

yang strategis dalam pembangunan nasional. Ekonomi beras dipengaruhi oleh

kegiatan-kegiatan produksi, dalam hal ini memiliki keterkaitan yang erat dalam

ketersediaan dan ketahanan pangan

Membedakan pendekatan analisa ekonomi syariah dengan ekonomi

konvensional pada riset ini adalah menggunakan pendekatan riset yang islami

dengan menggunakan landasan dasar mulai dari Al Quran (Ω) sebagai petunjuk

Allah SWT (sebagai Yang Maha Menguasai/Memiliki alam semesta ini dan

merupakan sumber ilmu pengetahuan) dan Sunnah Rasulullaah (s). Landasan

dasar ini menjadi dasar pijakan pemikiran yang telah diamanahkan dan

dipesankan oleh Rasulullaah SAW kepada umat manusia agar tidak salah jalan.

Inilah awal ilmu pengetahuan yang syariah memiliki proses pijakan awal

keilmuannya yang dikenal sebagai epistemology.

Proses epistemology diturunkan Yang Maha Kuasa sebagai sumber ilmu

pengetahuan (dapat dilihat pada Al Quran AnNahl 16:48-50 dan ArRuum 30:

11) dan dikenal sebagai hidayah/ilmu pengetahuan {θ}. Hidayah atas izin Yang

Maha Kuasa tersebar dari manusia kepada manusia lainnya sebagai rahmatan

nil allamin. Penyebaran pengetahuan dari orang ke orang, dari majelis ke

majelis sering dikenal sebagai Shuratul Process dan disimbolkan sebagai {θ}

i

θ. Shuratul Process adalah suatu proses yang padat dengan tukar menukar

pemikiran dan pertimbangan, memiliki pendekatan, bersyukur nikmat dan

menghasilkan suatu kesepakatan sebagai suatu hasil proses pengambilan

keputusan manajerial. Kesepakatandilambangkan sebagai [θ].

Setiap individu memiliki ketidaksempurnaan dan keterbatasan dalam

memahami ilmu pengetahuan. Kondisi ini dilambangkan sebagai Lim {[θi]}.

Dengan melalui sesuatu proses diskusi maupun wacana yang kemudian

menghasilkan kesepakatan, ketidaksempurnaan, keterbatasan dan kelangkaan

sedikit demi sedikit dapat teratasi. Ini berarti Rahmatan nil Alamiin juga hadir

pada tahapan ini. Tahapan ini dapat di lambangkan sebagai Lim {[θi]} [θ].

Menurut Choudhury, dalam Tahapan ini suatu ilmu akan mengarah kepada

pemahaman materi antara semua yang terlibat meliputi sistim (system) dan

pelakunya (Agency). Keterlibatan System and Agency secara keseluruhan

merupakan pasangan-pasangan variable (bundle of the pair ness). Dalam

bundle of the pair ness dan antar bundle of the pair ness memiliki learning

process yang mencakup interaction, integration and evolutionary (IIE) process.

Beras sebagai bahan pangan pokok memiliki sifat strategis dalam pembangunan

nasional. Penawaran Beras (Q) dalam perekonomian diperkirakan dipengaruhi

oleh faktor-faktor sebagai berikut : Sarana Produksi Padi (SAPRODI),

Kebijakan Pemerintah (PMRNTH), Perekonomian Beras (EKONOMI) dan

Budaya Masyarakat Setempat (BUDAYA). Secara matematis Produktifitas

Petani Beras dapat diformulasikan sebagai :

Q = f { (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]

Simulasikan Q = f{ (SAPRODI), (PMRNTH),(EKONOMI), (BUDAYA)}[θ]

i

Terhadap proses saling keterkaitan sebab musabab (Subject to circular

causation)

(SAPRODI) = f{ (Q), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]

(PMRNTH) = f{ (SAPRODI), (Q), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]

( EKONOMI)= f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( Q), (BUDAYA)}[ θ ]

(BUDAYA) = f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (Q)}[ θ ]

[ θ ] = f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA), (Q)}

Menurut Choudhury (2000) fungsi [ θ] merupakan perwujudan fungsi

produktifitas petani itu sendiri.

Riset ini menggunakan data primer berskala likert dengan metode Structural

Equation Model (SEM). Analisa data dilakukan dengan memanfaatkan

software Lisrel 8.8 Student Version dan SPSS versi 14.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisa estimasi SEM menggunakan print- out LISREL versi 8.8

(student) didapat solusi Maximum Likelihood dalam model adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Hasil analisa estimasi fungsi produktifitas petani beras.

Structural Equations

TRMPL = 0.097*SAPRODI - 0.020*PMRNTH + 0.13*EKONOMI + 0.099*BUDAYA,Errorvar.= 1.09 , R² = 0.031

(0.14) (0.13) (0.14) (0.100) (0.19)0.72 -0.16 0.97 0.99 5.61

NONTRMPL = - 0.0051*SAPRODI - 0.056*PMRNTH + 0.31*EKONOMI -0.0047*BUDAYA,Errorvar.= 1.33 , R² = 0.067

(0.15) (0.14) (0.15) (0.11) (0.24)-0.034 -0.41 2.07 -0.043 5.61

i

Pada tabel 4.1 menggunakan jumlah sampel n = 64 dengan taraf signifikansi 5

persen nilai t adalah sama dengan 2, sehingga dapat dikatakan bahwa petani

yang terampil (TRMPL) dan yang tidak memiliki keterampilan (NONTRMPL)

dipengaruhi oleh budaya masyarakat tani. Petani yang terampil berupaya untuk

dekat dengan perbaikan teknologi, pengetahuan bercocok tanam padi, belajar

dari pengalaman sendiri, kelompok dan petani lainnya yang lebih tua,

mengamati musim, dan mengeluarkan zakat. Bagi mereka yang mengeluarkan

zakat umumnya memiliki jiwa yang lebih bersemangat. Mereka lebih bergairah

untuk selalu tampil menolong petani lainnya yang kurang beruntung. Kejadian

ini selalu mereka rasakan berulang dan menjadikan mereka lebih kokoh dalam

memperbaiki produktifitasnya. Budaya menanam padi lebih berpengaruh pada

petani yang memiliki keterampilan yakni 9.9 persen dibandingkan 0.47 persen

bagi yang tidak terampil.

Petani yang terampil umumnya lebih menyukai menggunakan sarana produksi

(SAPRODI) disbanding petani yang tidak memiliki keterampilan, seperti benih

padi varietas unggul, melakukan pemupukan, menerapkan dan memelihara

pengairan sawah/irigasi, pemanen hasil produksi yang tepat menggunakan sabit

bergerigi dan mesin perontok padi. Pengaruh saprodi berdasarkan model ini

tidak signifikan, namun ketersediaan saprodi akan meningkatkan keterampilan

petani sebesar 9,7 persen. Penerapan teknologi, aplikasi saprodi bagi petani

yang tidak memiliki keterampilan tanpa bimbingan penyuluhan pertanian dari

pemerintah (PMRNTH) akan menyebabkan kontra produktif. Bantuan dan

kebijakan pemerintah (PMRNTH) secara statistic tidak signifikan. Berdasarkan

analisa model dapat dikatakan bahwa bantuan pemerintah seperti pemberian

saprodi gratis, akan berpengaruh dan membuat petani yang terampil menjadi

i

memiliki penurunan keterampilan, malas, dan manja. Bantuan pemerintah akan

mempengaruhi keterampilan petani sebesar 2 persen. Bisa jadi hal ini akan

mengancam produktifitas petani, produksi padi dan ketahanan pangan nasional,

Faktor ekonomi (EKONOMI) secara statistic tidak signifikan namun perbaikan

ekonomi semasa krisis justru dapat mendorong petani lebih bersemangat dan

kreatif untuk meningkatkan keterampilan. Dukungan harga (Price support)

sebaiknya dilakukan oleh BULOG secara baik, dukungan penyuluhan pertanian

perlu ditingkatkan, dan dukungan pengairan dan ketersedian pupuk N, P, K

perlu mendapat jaminan dari institusi terkait dan instansi pemerintah. Faktor ini

juga menyangkut pada impor beras yang bila tidak terkendali dapat berpengaruh

pada kinerja/keterampilan petani. Petani perlu diberi insentif harga (price

incentives) dan jaminan regulasi pembatasan impor.

Kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi untuk mengurangi subsidi pupuk

dapat mengurangi beban pemerintah. Namun dipihak lain pengurangan subsidi

pupuk tanpa dimbangi oleh perbaikan harga beras mungkin akan memberikan

dampak yang berarti terhadap penurunan produksi beras. Sudah barang tentu

pengurangan produksi ini akan menggeser kurva penawaran kekiri yang pada

akhirnya akan meningkatkan harga beras. Akan tetapi, dampak kemungkinan

terjadinya hal tersebut terhadap performance sistem pangan dan pertanian

secara keseluruhan perlu diperhitungkan. Penurunan produksi dapat berarti

sebagai pergeseran pemanfaatan sumberdaya, kapital dan teknologi yang

semakin berkurang. Selanjutnya, bisa saja terjadi disinvestasi sebagai akibat

peningkatan biaya produksi yang tidak diimbangi oleh peningkatan harga

i

output. Karenanya nilai salvage kapital ini rendah maka kerugian akan terjadi

bukan hanya disebabkan oleh berkurangnya produksi beras, melainkan yang

lebih penting lagi akan terjadi kemungkinan penurunan dalam kapasitas

produksi dalam bentuk konversi lahan, kerusakan jaringan irigasi dan lain-lain

(Al An'am: 141 dan Al Maidah ayat 2). Oleh karena itu peningkatan harga

beras petani perlu dilakukan apabila subsidi pupuk dikurangi.

Perubahan-perubahan dalam teknologi, ekonomi, pemerintahan, kelembagaan

dan budaya selama ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan tersebut

mempengaruhi harga relatif padi dengan faktor produksi dalam meningkatkan

produksi padi. Hasil produksi per hektar dan luas panen telah mengalami

peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Demikian juga total produksi padi

terus meningkat, meski dirasakan peningkatan luas panen relative lebih lambat.

Menurut Peter Timmer et. al. (1989) rasio harga merupakan olah kebijakan

yang sangat penting dalam meningkatkan produksi padi selama ini. Oleh

karenan itu, pengurangan subsidi pupuk secara perlahan tidak akan mengganggu

produksi beras apabila diikuti oleh peningkatan harga padi yang dapat

mempertahankan nilai riil dari pengurangan subsidi pupuk urea tersebut.

Dengan demikian, kebijakan price support untuk mempertahankan nilai riil padi

terhadap perubahan harga pupuk urea menjadi sangat penting. Price support

juga akan mempertahankan nilai lahan sawah, hal ini dapat mengurangi

kecenderungan terjadinya konversi lahan kebentuk usaha lainnya.

i

Tabel 4.2. Kovariance Matriks yang dihasilkan dari Lisrel

Covariance Matrix of Independent Variables

SAPRODI PMRNTH EKONOMI BUDAYA------- -------- -------- --------

SAPRODI 1.09(0.19)5.61

PMRNTH -0.43 1.41(0.17) (0.25)-2.61 5.61

EKONOMI -0.28 0.33 1.05(0.14) (0.16) (0.19)-2.00 2.10 5.61

BUDAYA -0.38 0.55 -0.18 1.94(0.19) (0.21) (0.18) (0.34)-2.00 2.64 -0.99 5.61

Berdasarkan tabel 4.2 output covariance matrix antar variable–variabel yang

independen hampir keseluruhan memiliki signifikansi pada level 5 persen.

Kecuali bagi kovarian ekonomi-budaya yang memiliki nilai t lebih rendah dari

2.00 yakni 0.99. ini menunjukan secara statistik kovarians ini tidak signifikan

pada level 5 persen.

Gambar 4.1. Standardized Solution Path Diagram hasil olahan Lisrel

Dari gambar 4.1 Path Diagram output Lisrel dapat menjelaskan hubungan

standard antar parameter. Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai

i

standardized pengaruh sarana produksi padi (SAPRODI) terhadap petani yang

terampil (TRMPL) adalah 10 persen. Hubungan SAPRODI menjadi sia-sia

terhadap petani yang tidak memiliki keterampilan apabila tidak disertai

bimbingan dan penyuluhan pertanian. Oleh karenanya Instansi pertanian pusat

hingga daerah perlu kembali membantu petani dalam rangka meningkatkan

produksi beras dengan cara meningkatkan peran kerja penyuluh pertanian,

lapangan(PPL), madya (PPM) dan spesialis (PPS) di bidang tanaman pangan

secara serius. Tunjangan fungsional bagi penyuluhan pertanian perlu diperbaiki

dan ditingkatkan, hal ini mengingat banyak petugas penyuluhan yang

meninggalkan profesinya karena tidak ada jaminan yang layak bahkan banyak

yang belum pernah menerima tunjangan tersebut. Penyuluhan yang melemah

juga telah menyebabkan pemuda tani menjadi tidak bersemangat sehingga

banyak pemuda tani tidak lagi berminat disektor pertanian mereka memilih

menjadi buruh pembuatan batu bata/ genteng, pabrik dan buruh bangunan.

Pelemahan ini perlu diungkap dan diperbaiki sebagaimana tercantum pada surat

Al Maidah ayat 2. Hubungan yang terbesar adalah peranan kegiatan ekonomi

(EKONOMI) terhadap petani yang tidak memiliki keterampilan (NONTRMPL)

yakni 27 persen. Hal ini relevan sekali dimana perekonomian adalah untuk

masyarakat yang lemah. Mayoritas kemiskinan adalah pada pedesaan yang

hidup dari sector pertanian. Yang termiskin dari mereka adalah petani yang

tidak memiliki keahlian dan keterampilan. Oleh karenanya, memerangi

kemiskinan dapat dengan cara meningkatkan produktifitas kaum tani. Dari hasil

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.84 dapat dikatakan bahwa model ini

berkatagori marginal fit (berada antara 0.80 - 0.90), oleh karenannya perlu

i

diperbaiki (respesifikasi) agar memiliki GFI lebih besar dari 0.90. Berdasarkan

nilai t muatan faktornya (loading factors) rata-rata lebih besar dari dan sama

dengan 2 menurut Hair et. al. (1995) dapat dinyatakan sebagai relative

importance and significant of the factor loading of each items atau singkatnya

berada pada nilai kritis.

V. KESIMPULAN

Perubahan-perubahan dalam teknologi, ekonomi, pemerintahan, kelembagaan

syariah dan budaya selama ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan

tersebut mempengaruhi harga relatif padi dengan faktor produksi dalam

meningkatkan produksi padi. Pengurangan subsidi faktor produksi secara

bertahap dan perbaikan harga padi (price support) tingkat petani dapat

mempertahankan nilai riil. Price support dapat mempertahankan nilai lahan

sawah dan mengurangi kecenderungan terjadinya konversi lahan kebentuk

usaha lainnya.

Instansi pertanian pusat hingga daerah perlu kembali membantu petani dalam

rangka meningkatkan produksi beras dengan cara meningkatkan peran kerja

penyuluh pertanian, lapangan(PPL), madya (PPM) dan spesialis (PPS) di bidang

tanaman pangan secara serius.

Riset produktifitas petani beras masih perlu dperbaiki dan dilakukan secara

komprehensif dimasa mendatang untuk mendapatkan nilai uji statistik yang

lebih baik dan kredibel.

i

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Abu Hamid (2003). Kerancuan Filsafat (Tahafut al Falasfiyah).Terjemahan Achmad Maimun. Islamika. Jakarta.

Amrul lah, Sabaruddin . 2003. Kebi jakan Ekonomi Beras Indonesi a.Pusa t Pene li ti an dan Pengembangan BULOG. Jakart a.

Annonimous . 2002. Pe rgulatan Dalam Pemantapan Peranan danPenyesua ian Kelembagaan. IPB Press. Bogor.

Anonimous .2003. Prospek perum BULOG Sebagai Peny anggaKetahanan Pangan dan Pe laku Bisn is yan g BerdayaSaing.Tim Pros id ing PP -LPNU dan BULOG. Jakarta.

Anonimous.2006 . Pros id ing: Peningkaan Daya Sa ing Beras Nasionalmela lu i Perbaikan Ku al it as . Kerj asama an tara Pe rumBULOG dan Ins ti tu t Pert anian Bogor.

Amang, Beddu. M. Husen Sawi t. 1999 . Kebi jakan Beras danPangan Nasional : Pe la ja ran dari Orde Baru dan OrdeReformasi. Inst itut Pe rt anian Bogor/ IPB. Bogor.

Annonimous . 2006 . Si stem Ne raca Sosi al Ekonomi Ind ones ia 2000.Badan Pusa t St at is tik. Jakarta

Al temeie r,K. S.R.Tabor and B Adinugroho , 1989 . Supply Paramete rfor Indonesi an Agricu ltural Po li cy Anal ysis . Ekonomidan Keuangan Ind ones ia . 36 ( Ma y 19 89 ) : 111-121.

AARD. 1997 . Five Years of Agricultural Research: ItsCont ribu tu ion to Agricultural Development inIndonesi a. Jakart a: Agency for Agricu ltural Rese archand Development, MO A

Bambang,R Budhij ana. 2007 . Economics Anal ysi s on Impact of th eEx is ting Shar iah Bank and Esta t e Crop s Export inIndonesi a: as a Pa rt of Real Econom y. Ju rnal Ekonomi.Universi ta s Tarumane gara . Jakart a.

Bi la s, Ri chard A. 1972. Microe conomic Theory . 2 nd Ed. McGrawHi ll Book Comp an y.

Blonigen, Bruce A., Joseph E. Flynn, and Kenneth A. Reinert. 1997. Sector-focused general equilibrium modeling. In Applied methods for

i

trade policy analysis: A handbook, ed. J. F. Francois and K. A.Reinert. New York: Cambridge University Press.

Brooke, A., D. Kendrick, A. Meeraus, and R. Raman. 1998. GAMS: Auserís guide. Washington, D.C.: GAMS DevelopmentCorporation.

Ch iang , Alpha. 1989 . Fundamenta l Math emat ical Economic , Mc GrawHi ll Book Comp an y.

Choudhury, M.A. 2000. The Islamic Worldview Socio-Scientific Perspectives,London: Kegan Paul International.

Choudhury, M.A. Mohammed Ziaul Haque 2004. An Advanced Exposition ofIslamic Economics and Finance. Mellon Studies in EconomicsVol 25. The Edwin Mellon Press. Lewiston, Queenston,Lampeter.

Choudhury , Masudul Alam and Mohammad Hadji Alias.2003 PoliticalEconomy of Structural Transformation (Comparative IslamicPerspective). Wisdom House

Dillon H.S., Sawit M.H., Simatupang P., and Tabor S.R., (1999), "Rice Policy: AFrame Work for the Next Millenium. Refort for Internal Review Only PreparedUnder Contract to Bulog. November 23, 1999". Jakarta.

Ha ir ,J .F ., R.F.Ande rs on , R.L. Ta th am da n W. C.Blac k (1 995) Mu lt iv ar ia teDa ta Anal ys is wi th Re ad in gs , 4 t h Edit io n, Pr en ti ce Ha ll ,Englew ood Cl ff s, Ne w Je rs ey .

Houck, J. P and M. Er yan .1972. Supply Anal ys is fo r co rn in theun it ed St ates : The Impact of Ch anging gov ernmen trprog rams . Amer ican Jo urna l Agricu lture Economics 54(Augus t 1972 ): 184-191.

MOA. 20 04. Pr ice and Qual it y of Food Crops Agri cu ltur e inIndonesi a. Jaka rt a, MOA-DGFC.

Mubyar to and Fle tche r. 1975 . The Marketab le Su rp lus of Rice inIndonesi a, A Stud y in Java Madura : Pr ac ti ce in As ianSe tt in g. Repr in ted in Mi croe conomi cs and EconomicsTheory Jo urna l , Ne w Delh i, India

Nerlove, M. 1956 . Es timate s of th e Elas ti ci ti es of Supply ofSe lected Agricu ltural Commodit ies. Jo urna l of FarmEconomics. 38 (O ct 1956) : 496-509.

Nerlove, M. 1958 . The Dynami c of Supply . Ba lt imor e: Jo hnHopkin s Pr es s.

i

Prabowo, D. 1989 . Produc tion and Supply of Agri cu lt ra lCommodit ie s. MOA, Jaka rta

Qardhawi, Y.1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Gema Insani Press.Jakarta.

Samuel son, Paul A. and Wi ll iam D. Nordhaus .1985. Economics. 12 th

Ed. McGaw Hi ll , Inc.

Sa lvatore, Domi nick . 1992 . Theory of Pr ob lems of Mi croe conomicTheory . 3rd Ed . Schaum Seri es . New York : Mc GrawHi ll Inc.

Suki rno, Sado no . 20 01 . Peng anta r Teor i Mi kroeko nomi . PTRajaGraf indo Pe rsada. Jaka rta.

Syafa'at, N., H.P. Saliem, dan Saktyanu, K.D. (1995), "Faktor-faktor yangMem pen garuhi Kon ver si Lahan Saw ah di Tin gka t Pet ani ".Makalah Disampaikan pada Seminar Pengembangan Penelitian. PusatPenelitian Sosial Ekonomi Pcrtanian. Bogor.

Tabor, S.R. (1989), "Price and Quality of Rice in Java". Dissertation. Free Univ.Press. Amsterdam. 242 P. dalam Damardjati (1997) halaman 25 `Upayapeningkatan kualitas beras dalam Silitonga C., Rahman A., Geni P.L.,Subroto B., Ahmad A., Haryandi A., Ali A.m., (1997), "Pasta PanenPeningkatan Kualitas dan Pelayanan Masyarakat". Proseding Seminar.Badan Urusan logistik. Jakarta

Timmer , C.P. (1989) , "I ndones ia 's Experience wi th Rice MarketIntervention". Indonesia Food Journal, No. Vol. 1, 1989.

Timmer , C.P. (1991), "Agriculture And Economic DevelopmentRevised".Walt er s, A.A and P. R.G. Layard . 1988 .Microeconomic Theory . Int erna ti onal Edit ion.NewYork: Mc Graw Hi ll Inc.

Wi janto, Se ti o Hari . (2008) . St ructural Equation Mo de ll in g de nganLisr el 8.8. Graha Ilm u. Yogyak ar ta .