Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Analisa Ekonomi Syariah dalam Produktifitas PetaniBeras di Indonesia
R. Bambang Budhijana
Ab st ra ct : Th e Re se ar ch Pa pe r an al yz ed th e in fl ue nc e of go ve rn me ntro le on ri ce pr od uc ti vi ty po li cy in In do ne si a. Th e Re se ar ch us edse co nd ar y an d pr im ar y da ta th at ca me fr om va ri ou s in di vi du al ,gr ou p an d na ti on al ag en ci es so ur ce s.The Research appl ied the St ructural Equation Model (SE M) us in gLI SR EL St ud en t Ve rs io n 8. 8 an d SP SS ve rs io n 14 . In th is Mo de l,pr im ar y da ta wa s sc al ed on Li ke rt form and compil ed as di rectin terv iew to economis ts , key farmer and hi s group. Seve ra lin te rc onne ct edne ss inde pe nd en t vari ab le s on fa rm er sk il and unsk il lare appl ie d. Th os e var iables are agr icu ltu re facil ity (SA PRODI ),gover nment ro les (PM RNT H), rice eco nomy env ironmen t (EK ONOMI )and rice cul ture (BUDAY A) in Indonesia. The research shows that thechanges in technology, economy, government, institutional andsharia culturalaffect the relative price of rice to the increasing in rice production. Reductioninproduction subsidy gradually should be supported by improving rice pricesupport at farmer level. This can maintain the rice real value. This pricesupport can maintain the value of land and rice fields to reduce the likelihood ofland conversion to other business. Research productivity of rice farmers stillneed to be improved in the future to get better and more credible the statisticstest.
Ke yw or ds : St ru ct ur al Eq ua ti on Mo de l, syar ia h ec on om ic s , fa rm er pr od uc ti vi ty
I. PENDAHULUAN
1. Permasalahan yang melatarbelakangi riset ini.
1.1. Produksi Beras di Indonesia
Kepulauan Indonesia membentang sekitar 5.110 kilometer dari barat ke timur
dan 1.888 kilometer dari utara ke selatan yang meliputi lebih dari 17000 pulau.
Jumlah penduduk saat ini lebih dari 220 juta orang yang 60 persen menetap di
pulau Jawa.
i
Padi sebagai penghasil beras yang ditanam mencapai 51 persen dari total areal
tanam tanaman pangan di Indonesia. 77 persen diantaranya diproduksi di pulau
Jawa dan Madura.
Beras merupakan kebutuhan pangan pokok bagi lebih dari 90% penduduk
Indonesia. Konsumsi beras per kapita mempunyai kecenderungan mengalami
penurunan yakni dari 116,58 kg/kapita/tahun pada tahun 1987 menjadi 96,15
kg/kapita/tahun pada tahun 2005 (Susenas, 1987 dan 2005, BPS).
Produksi beras dalam negeri dari tahun ke tahun terus meningkat, walaupun
mempunyai kecenderungan laju pertumbuhannya melandai. Di sisi lain,
pertumbuhan penduduk Indonesia melaju dengan cepat, yakni 1,35 % per tahun
pada periode tahun 1990-2000 (Statistik Indonesia 2000, BPS). Kenyataan ini
menyebabkan produksi dalam negeri hanya cukup untuk pemenuhan konsumsi
beras domestik, bahkan untuk cadangan nasional setiap tahun selalu ada
realisasi impor beras dari luar negeri.
Berdasarkan table 1.1, perkembangan luas panen padi di Indonesia pada periode
tahun 1969-2007 cenderung terus mengalami peningkatan dari 8,01 juta ha pada
tahun 1969 menjadi 11,86 juta ha pada tahun 2007. Peningkatan luas panen padi
yang cukup tinggi terjadi pada periode tahun 1983 - 1999 dengan rata- rata
pertumbuhan sebesar 1,71 persen. Setelah periode tersebut, peningkatan luas
panen padi cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,16
persen. Sementara itu penurunan luas panen padi di Indonesia hanya terjadi
pada tahun-tahun tertentu dan pada umumnya disebabkan oleh kemarau panjang
seperti yang terjadi pada tahun 1991, 1994 dan 1997.
i
Tabel 1.1PerkembanganLuasPanenPadi(ha)diJawadanLuarJawa,1969-2007
Tahun (ha) Pertumbuhan
area
No. Pulau
1969 1993 1996 2007 1969-
2007
(ha)
(%)
1
2
Jawa
Luar Jawa
4.294.091
53,58
3.719.532
46,42
5.514.744
50,08
5.498.032
49,92
5.488.947
47,44
6.080.782
52,56
5.713.447
48,18
6.146.053
51.82
1.419.356
2.426.521
33,05
65,24
Indonesia 8.013.623 11.012.776 11.569.729 11.859.500 3.845.877
Pertumbuhan LuasPanen Padi di Indonesia (%)
1983-1999
1988-2007
1,71
0.16
Berdasarkan perkembangan luas panen padi di Jawa dan Luar Jawa pada
periode tahun 1969 — 2007, luas panen padi di Luar Jawa tahun 1996 mencapai
6,o8 juta ha lebih besar dari luas panen padi di Jawa yang mencapai 5,49 juta
ha. Sejak tahun 1996 luas panen padi di Jawa terus mengalami peningkatan,
namun masih tetap berada di bawah luas panen padi di Luar Jawa.
Peningkatan luas panen padi di Jawa sejak tahun 1969 hingga 2007 adalah
sebesar 1,42 juta ha atau sebesar 33,05 persen. Sedangkan di Luar Jawa, pada
periode yang sama, luas panen padi meningkat sebesar 2,43 juta ha atau 65,24
persen. Peningkatan luas panen padi di luar Jawa yang cukup signifikan ini
i
antara lain disebabkan oleh perluasan areal tanam melalui program
ekstensifikasi (Tabel 1.1)
Berdasarkan table 1.2, Perkembangan produktivitas padi nasional pada
periode tahun 1969 — 2007 secara umum terus mengalami peningkatan kecuali
pada tahun 1973 dan 1998 mengalami penurunan akibat terjadinya bencana
alam El-Nino yang menyebabkan banyak pertanaman padi mengalami
kekeringan. Laju pertumbuhan produktivitas padi nasional dari tahun 1973
hingga 1987 adalah sebesar 2,35 persen. Setelah periode tersebut sampai dengan
tahun 2007, laju pertumbuhan produktivitas padi mengalami penurunan sebesar
0,47 persen (Tabel 1.2)
Tabel 1.2 Perkembangan produktivitas padi di Jawa dan Luar Jawa pada
periode tahun 1969 — 2007
Tahun (kuintal/ha)No. Pulau
1969 1979 1989 1996 2007
Pertumbuhan
1969-2007 (%)
1
2
Jawa
Luar Jawa
25,70
100,00
18,76
100,00
32,60
126,85
21,34
113,75
48,22
187,63
31,34
167,06
51,77
201,44
37,31
198,88
52,52
204,36
40,21
214,34
32,15
31,29
Indonesia 22,23 29,85 43,75 44,17 46,14 34,08
Pertumbuhan Produktifitas Padi di Indonesia
1973-1987
1988-2007
2,35
0,47
i
Produktivitas padi baik di Jawa maupun di Luar Jawa terus mengalami
peningkatan, dengan laju peningkatan yang hampir sama. Produktivitas padi di
Jawa selalu lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Jawa, hal ini
berhubungan dengan tingkat keseuaian lahan bagi pertanaman padi yang lebih
cocok di Jawa.
Selama periode tahun 1969 - 1996, produktivitas padi di Jawa meningkat lebih
dari 2 kali lipat, yaitu dari 18,76 ku/ha menjadi 40,21 ku/ha, begitupula
produktivitas di Jawa meningkat hampir 2 kali lipat dari 25,70 ku/ha menjadi
37,31 ku/ha (Tabel 1.2). Perkembangan produktivitas yang menggembirakan ini
merupakan keberhasilan pencapaian program pemerintah yaitu intensifikasi
pertanian yang dikemas dalam bentuk program BIMAS dari tahun 1968/1969,
yang diikuti oleh program INSUS (Intensifikasi Khusus), Supra Insus dan
Inmum mulai tahun 1979/1980.
Perkembangan produksi padi di Indonesia pada periode tahun 1969 - 2007 terus
mengalami peningkatan yaitu dari 18,01 juta ton GKG menjadi 57,06 juta ton
GKG seiring pola peningkatan luas panennya. Peningkatan yang cukup
significant terjadi pada tahun 1984, dan pada saat itupun Indonesia untuk
pertama kali mencapai swasembada beras. Namun setelah tahun 1998, pola
peningkatan produksi padi melandai.
Seperti halnya produksi padi nasional, perkembangan produksii Jawa dan Luar
Jawa dari tahun 1969 ke tahun 2006 terus mengalami peningkatan, meskipun
sejak tahun 1996, luas panen padi di Luar Jawa lebih besar dibandingkan
dengan luas panen padi di Jawa, namun produksi padi di Jawa selalu lebih
tinggi dibandingkan dengan produksi padi di Luar Jawa. Hal ini disebabkan
i
tingkat produktivitas padi di Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
produktivitas padi di Luar Jawa.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas petani beras
di Indonesia
2. Menganalisa kebijakan produksi beras di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ajaran AlQuran merupakan sumber ilmu (termasuk bidang pertanian) yang
bersifat global dan selalu membawa orang yang membacanya dengan sungguh-
sungguh untuk mengamalkan perintah Allah SWT bagi kepentingan seluruh
umat manusia (Qardhawi, 1977)
Muthohhari (1989) Epistemology islam dimulai dengan menyebut nama Allah
SWT dan menyertakan sholawat bagi Rasullullaah SAW. Berdasarkan ini, Al
Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan selalu valid pada setiap perkembangan
zaman.
Pengembangan bidang pertanian yang mulai melemah dan tidak diminati perlu
segera didukung dan diperkuat hal ini sejalan dengan Al Quran surat Al Maidah
ayat 2 sebagai berikut:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya”.
i
Sabarudin Amrullah ( 2003) menyatakan bahwa dalam ekonomi konvensional
untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa, produsen dianggap
mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor-faktor produksi yang akan
diproses menjadi output. Keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh
anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi, dalam penggunaan
faktor produksi berlaku hukum The Law of Deminishing Return. Petani beras
dianggap memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor
produksi yang dibelinya. Produsen berupaya mencapai tingkat produksi
maksimum. Ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital)
dan tenaga kerja (labour). Secara matematis penggunaan faktor produksi beras
yang menghasilkan output maksimum adalah Q = f (K,L) Dimana Q = tingkat
output, K = barang modal dan L = tenaga kerja/ buruh. Produksi total (total
product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total
faktor produksi yang tergantung pada harga beras.
Peran pangan, khususnya beras adalah diantaranya menghasilkan non-food
services. Itu menyangkut stabilitas ekonomi, distribusi pendapatan, dan
penyerapan tenaga kerja. Harga beras yang berlaku di pasar belum
memperhitungkan non-food services yang diberikan ke publik (Dillon et al.,
1999). Konsumen seharusnya perlu membayar harga beras lebih tinggi dari
tingkat harga pasar, sekiranya non-food services itu diperhitungkan.
Sehingga menurut Husen Sawit (2007), harga merupakan salah satu insentif
buat pelaku usaha, namun itu bukanlah satu satunya insentif buat mereka.
Peningkatan produktivitas dan efisiensi, merupakan insentif lain yang tidak
i
boleh diabaikan, itu terkait dengan non-price incentive. Insentif harga dan
nonharga akan saling memperkuat, bukan saling menggantikan. Oleh karena itu,
insentif nonharga tidak ampuh manakala harga gabah/beras terlalu rendah, tidak
mampu menutupi ongkos produksi
Menurut Amang dan Sawit (2001); Sabarudin (2003) dan Anonimous (2001),
produksi beras dipengaruhi antara lain: (i) kondisi iklim, (ii) hama penyakit, (iii)
ketersedian tenaga kerja, (iv) konversi lahan, dan (v) penurunan rendemen
(Konversi padi ke beras).
Realitas menunjukkan bahwa selama periode akhir tahun 1960-an hingga
pertengahan tahun 1980-an Indonesia telah berhasil meningkatkan produksi
beras yang terbukti dengan dicapainya swasembada beras pada tahun 1984.
Namun sejak saat itu, laju pertumbuhan beras nasional cenderung turun dan
semakin tidak stabil sehingga setelah tahun 1984 Indonesia sudah tidak lagi
berswasembada beras (Sapuan, 1999). Bahkan pada tahun 1998 Indonesia
mengalami krisis beras yang ditandai dengan terjadinya kekacauan beras
(market chaos) seperti terjadinya pembelian panik (panic buying) penjarahan
(lootings) dan kelangkaan artifisial (artificial shortage) sehingga harga beras
membumbung tinggi (Simatupang, 2000).
Menurut Gumbira-Said (2005) Zakat sebagai suatu tuntutan fardlu kifayah
hendaknya dapat dilaksanakan secara besar -besaran dan melibatkan peranan
semua umat Islam dalam sektor Agribisnis. Dalam sektor agribisnis, zakat
merupakan suatu motivasi untuk meningkatkan produktivitas sektor tersebut.
i
Tingkat pengeluaran zakat sebanding dengan tingkat produktivitas sektor
agribisnis. Artinya, semakin tinggi produktivitas sektor agribisnis semakin
tinggi pula zakat yang dikeluarkan. Hal tersebut secara nyata berdampak positif
bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan umat. Sektor agibisnis dapat
dianggap sebagai salah satu sektor perekonomian umat yang sangat istimewa
karena terdapat unsur ibadah yang menghasilkan pahala berlipat-lipat dari Allah
SWT. Pelaksanaan dan pengembangan sektor agribisnis merupakan suatu
ibadah umum (ibadah mahdhah), sedangkan zakat merupakan ibadah khusus
(ibadah ghairu mahdhah). Keutamaan zakat dapat menyucikan harta dan
menyempurnakan iman serta menghindarkan dari Api neraka (Lubabul Hadist
dalam Khoiron,1992)
Dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang mengungkapkan tentang kewajiban
mengeluarkan zakat bagi orang-orang yang memenuhi syarat. Firman Allah
SWT dalam Al Quran antara lain dijelaskan berikut ini.
"Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam rasanya, zaitun,
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Makanlah dari buahnya bila
berbuah dan bayarlah haknya pada hari memetiknya. Dan janganlah kamu
berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan." (Al An'am: 141)
"Dan dirikanlah salat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kamu kerjakan
dari kebaikan untuk dirimu, pasti kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." (Al
Baqarah: 110)
i
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan pada jalan Allah adalah
sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi
seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah: 261)
"Dan Kami turunkan air dari langit yang membawa berkah lalu Kami
tumbuhkan dengan kebun-kebun dan biji-bijian untuk diketam. ……." (Qaaf: 9-
11)
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia seperti air hujan yang Kami
turunkan dari langit, lalu bercampur (diserap) oleh tumbuh-tumbuhan di bumi,
……" (Yunus: 20)
"Dan Dialah yang mengirimkan angin sebagai kegembiraan mendahului
rahmat-Nya sehingga apabila angin itu telah membawa awan tebal, Kami halau
ke suatu negeri yang tandus, maka Kami turunkan hujan di negeri itu, lalu
Kami hasilkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan…" (Al A'Raf:
57)
III. METODE RISET
3.1 Model pendugaan produksi yang telah digunakan
Berdasarkan hasil permodelan yang dilakukan oleh Syafaat, et.all. (2005),
dalam melakukan perencanaan produksi (penawaran), seorang produsen dapat
menempuh dua tahapan pengambilan keputusan, yaitu: (i) Luas areal yang akan
ditanami dan (2) Perolehan hasil (produktivitas) per satuan luas tanaman yang
diusahakan. Fungsi Penawaran Komoditas Pangan, dalam analisis ini, model
penawaran komoditas pangan menggunakan pendekatan dua tahap, yaitu
melalui pendugaan fungsi areal tanam dan fungsi produktivitas. Model umum
yang digunakan cukup sederhana, dimana areal tanam merupakan fungsi dari
i
harga sendiri komoditas tersebut, harga komoditas pesaing dan dummy krisis.
Bentuk fungsi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas (logaritma ganda),
dimana koefisien regresi sekaligus merupakan elastisitas dari peubah tidak
bebas terhadap peubah bebas.
3.2 Model Syariah untuk Produktifitas Petani Beras Indonesia
Beras di Indonesia merupakan kebutuhan pangan pokok yang memiliki sifat
yang strategis dalam pembangunan nasional. Ekonomi beras dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan produksi, dalam hal ini memiliki keterkaitan yang erat dalam
ketersediaan dan ketahanan pangan
Membedakan pendekatan analisa ekonomi syariah dengan ekonomi
konvensional pada riset ini adalah menggunakan pendekatan riset yang islami
dengan menggunakan landasan dasar mulai dari Al Quran (Ω) sebagai petunjuk
Allah SWT (sebagai Yang Maha Menguasai/Memiliki alam semesta ini dan
merupakan sumber ilmu pengetahuan) dan Sunnah Rasulullaah (s). Landasan
dasar ini menjadi dasar pijakan pemikiran yang telah diamanahkan dan
dipesankan oleh Rasulullaah SAW kepada umat manusia agar tidak salah jalan.
Inilah awal ilmu pengetahuan yang syariah memiliki proses pijakan awal
keilmuannya yang dikenal sebagai epistemology.
Proses epistemology diturunkan Yang Maha Kuasa sebagai sumber ilmu
pengetahuan (dapat dilihat pada Al Quran AnNahl 16:48-50 dan ArRuum 30:
11) dan dikenal sebagai hidayah/ilmu pengetahuan {θ}. Hidayah atas izin Yang
Maha Kuasa tersebar dari manusia kepada manusia lainnya sebagai rahmatan
nil allamin. Penyebaran pengetahuan dari orang ke orang, dari majelis ke
majelis sering dikenal sebagai Shuratul Process dan disimbolkan sebagai {θ}
i
θ. Shuratul Process adalah suatu proses yang padat dengan tukar menukar
pemikiran dan pertimbangan, memiliki pendekatan, bersyukur nikmat dan
menghasilkan suatu kesepakatan sebagai suatu hasil proses pengambilan
keputusan manajerial. Kesepakatandilambangkan sebagai [θ].
Setiap individu memiliki ketidaksempurnaan dan keterbatasan dalam
memahami ilmu pengetahuan. Kondisi ini dilambangkan sebagai Lim {[θi]}.
Dengan melalui sesuatu proses diskusi maupun wacana yang kemudian
menghasilkan kesepakatan, ketidaksempurnaan, keterbatasan dan kelangkaan
sedikit demi sedikit dapat teratasi. Ini berarti Rahmatan nil Alamiin juga hadir
pada tahapan ini. Tahapan ini dapat di lambangkan sebagai Lim {[θi]} [θ].
Menurut Choudhury, dalam Tahapan ini suatu ilmu akan mengarah kepada
pemahaman materi antara semua yang terlibat meliputi sistim (system) dan
pelakunya (Agency). Keterlibatan System and Agency secara keseluruhan
merupakan pasangan-pasangan variable (bundle of the pair ness). Dalam
bundle of the pair ness dan antar bundle of the pair ness memiliki learning
process yang mencakup interaction, integration and evolutionary (IIE) process.
Beras sebagai bahan pangan pokok memiliki sifat strategis dalam pembangunan
nasional. Penawaran Beras (Q) dalam perekonomian diperkirakan dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut : Sarana Produksi Padi (SAPRODI),
Kebijakan Pemerintah (PMRNTH), Perekonomian Beras (EKONOMI) dan
Budaya Masyarakat Setempat (BUDAYA). Secara matematis Produktifitas
Petani Beras dapat diformulasikan sebagai :
Q = f { (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]
Simulasikan Q = f{ (SAPRODI), (PMRNTH),(EKONOMI), (BUDAYA)}[θ]
i
Terhadap proses saling keterkaitan sebab musabab (Subject to circular
causation)
(SAPRODI) = f{ (Q), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]
(PMRNTH) = f{ (SAPRODI), (Q), ( EKONOMI), (BUDAYA)}[ θ ]
( EKONOMI)= f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( Q), (BUDAYA)}[ θ ]
(BUDAYA) = f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (Q)}[ θ ]
[ θ ] = f{ (SAPRODI), (PMRNTH), ( EKONOMI), (BUDAYA), (Q)}
Menurut Choudhury (2000) fungsi [ θ] merupakan perwujudan fungsi
produktifitas petani itu sendiri.
Riset ini menggunakan data primer berskala likert dengan metode Structural
Equation Model (SEM). Analisa data dilakukan dengan memanfaatkan
software Lisrel 8.8 Student Version dan SPSS versi 14.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa estimasi SEM menggunakan print- out LISREL versi 8.8
(student) didapat solusi Maximum Likelihood dalam model adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Hasil analisa estimasi fungsi produktifitas petani beras.
Structural Equations
TRMPL = 0.097*SAPRODI - 0.020*PMRNTH + 0.13*EKONOMI + 0.099*BUDAYA,Errorvar.= 1.09 , R² = 0.031
(0.14) (0.13) (0.14) (0.100) (0.19)0.72 -0.16 0.97 0.99 5.61
NONTRMPL = - 0.0051*SAPRODI - 0.056*PMRNTH + 0.31*EKONOMI -0.0047*BUDAYA,Errorvar.= 1.33 , R² = 0.067
(0.15) (0.14) (0.15) (0.11) (0.24)-0.034 -0.41 2.07 -0.043 5.61
i
Pada tabel 4.1 menggunakan jumlah sampel n = 64 dengan taraf signifikansi 5
persen nilai t adalah sama dengan 2, sehingga dapat dikatakan bahwa petani
yang terampil (TRMPL) dan yang tidak memiliki keterampilan (NONTRMPL)
dipengaruhi oleh budaya masyarakat tani. Petani yang terampil berupaya untuk
dekat dengan perbaikan teknologi, pengetahuan bercocok tanam padi, belajar
dari pengalaman sendiri, kelompok dan petani lainnya yang lebih tua,
mengamati musim, dan mengeluarkan zakat. Bagi mereka yang mengeluarkan
zakat umumnya memiliki jiwa yang lebih bersemangat. Mereka lebih bergairah
untuk selalu tampil menolong petani lainnya yang kurang beruntung. Kejadian
ini selalu mereka rasakan berulang dan menjadikan mereka lebih kokoh dalam
memperbaiki produktifitasnya. Budaya menanam padi lebih berpengaruh pada
petani yang memiliki keterampilan yakni 9.9 persen dibandingkan 0.47 persen
bagi yang tidak terampil.
Petani yang terampil umumnya lebih menyukai menggunakan sarana produksi
(SAPRODI) disbanding petani yang tidak memiliki keterampilan, seperti benih
padi varietas unggul, melakukan pemupukan, menerapkan dan memelihara
pengairan sawah/irigasi, pemanen hasil produksi yang tepat menggunakan sabit
bergerigi dan mesin perontok padi. Pengaruh saprodi berdasarkan model ini
tidak signifikan, namun ketersediaan saprodi akan meningkatkan keterampilan
petani sebesar 9,7 persen. Penerapan teknologi, aplikasi saprodi bagi petani
yang tidak memiliki keterampilan tanpa bimbingan penyuluhan pertanian dari
pemerintah (PMRNTH) akan menyebabkan kontra produktif. Bantuan dan
kebijakan pemerintah (PMRNTH) secara statistic tidak signifikan. Berdasarkan
analisa model dapat dikatakan bahwa bantuan pemerintah seperti pemberian
saprodi gratis, akan berpengaruh dan membuat petani yang terampil menjadi
i
memiliki penurunan keterampilan, malas, dan manja. Bantuan pemerintah akan
mempengaruhi keterampilan petani sebesar 2 persen. Bisa jadi hal ini akan
mengancam produktifitas petani, produksi padi dan ketahanan pangan nasional,
Faktor ekonomi (EKONOMI) secara statistic tidak signifikan namun perbaikan
ekonomi semasa krisis justru dapat mendorong petani lebih bersemangat dan
kreatif untuk meningkatkan keterampilan. Dukungan harga (Price support)
sebaiknya dilakukan oleh BULOG secara baik, dukungan penyuluhan pertanian
perlu ditingkatkan, dan dukungan pengairan dan ketersedian pupuk N, P, K
perlu mendapat jaminan dari institusi terkait dan instansi pemerintah. Faktor ini
juga menyangkut pada impor beras yang bila tidak terkendali dapat berpengaruh
pada kinerja/keterampilan petani. Petani perlu diberi insentif harga (price
incentives) dan jaminan regulasi pembatasan impor.
Kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi untuk mengurangi subsidi pupuk
dapat mengurangi beban pemerintah. Namun dipihak lain pengurangan subsidi
pupuk tanpa dimbangi oleh perbaikan harga beras mungkin akan memberikan
dampak yang berarti terhadap penurunan produksi beras. Sudah barang tentu
pengurangan produksi ini akan menggeser kurva penawaran kekiri yang pada
akhirnya akan meningkatkan harga beras. Akan tetapi, dampak kemungkinan
terjadinya hal tersebut terhadap performance sistem pangan dan pertanian
secara keseluruhan perlu diperhitungkan. Penurunan produksi dapat berarti
sebagai pergeseran pemanfaatan sumberdaya, kapital dan teknologi yang
semakin berkurang. Selanjutnya, bisa saja terjadi disinvestasi sebagai akibat
peningkatan biaya produksi yang tidak diimbangi oleh peningkatan harga
i
output. Karenanya nilai salvage kapital ini rendah maka kerugian akan terjadi
bukan hanya disebabkan oleh berkurangnya produksi beras, melainkan yang
lebih penting lagi akan terjadi kemungkinan penurunan dalam kapasitas
produksi dalam bentuk konversi lahan, kerusakan jaringan irigasi dan lain-lain
(Al An'am: 141 dan Al Maidah ayat 2). Oleh karena itu peningkatan harga
beras petani perlu dilakukan apabila subsidi pupuk dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam teknologi, ekonomi, pemerintahan, kelembagaan
dan budaya selama ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan tersebut
mempengaruhi harga relatif padi dengan faktor produksi dalam meningkatkan
produksi padi. Hasil produksi per hektar dan luas panen telah mengalami
peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. Demikian juga total produksi padi
terus meningkat, meski dirasakan peningkatan luas panen relative lebih lambat.
Menurut Peter Timmer et. al. (1989) rasio harga merupakan olah kebijakan
yang sangat penting dalam meningkatkan produksi padi selama ini. Oleh
karenan itu, pengurangan subsidi pupuk secara perlahan tidak akan mengganggu
produksi beras apabila diikuti oleh peningkatan harga padi yang dapat
mempertahankan nilai riil dari pengurangan subsidi pupuk urea tersebut.
Dengan demikian, kebijakan price support untuk mempertahankan nilai riil padi
terhadap perubahan harga pupuk urea menjadi sangat penting. Price support
juga akan mempertahankan nilai lahan sawah, hal ini dapat mengurangi
kecenderungan terjadinya konversi lahan kebentuk usaha lainnya.
i
Tabel 4.2. Kovariance Matriks yang dihasilkan dari Lisrel
Covariance Matrix of Independent Variables
SAPRODI PMRNTH EKONOMI BUDAYA------- -------- -------- --------
SAPRODI 1.09(0.19)5.61
PMRNTH -0.43 1.41(0.17) (0.25)-2.61 5.61
EKONOMI -0.28 0.33 1.05(0.14) (0.16) (0.19)-2.00 2.10 5.61
BUDAYA -0.38 0.55 -0.18 1.94(0.19) (0.21) (0.18) (0.34)-2.00 2.64 -0.99 5.61
Berdasarkan tabel 4.2 output covariance matrix antar variable–variabel yang
independen hampir keseluruhan memiliki signifikansi pada level 5 persen.
Kecuali bagi kovarian ekonomi-budaya yang memiliki nilai t lebih rendah dari
2.00 yakni 0.99. ini menunjukan secara statistik kovarians ini tidak signifikan
pada level 5 persen.
Gambar 4.1. Standardized Solution Path Diagram hasil olahan Lisrel
Dari gambar 4.1 Path Diagram output Lisrel dapat menjelaskan hubungan
standard antar parameter. Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai
i
standardized pengaruh sarana produksi padi (SAPRODI) terhadap petani yang
terampil (TRMPL) adalah 10 persen. Hubungan SAPRODI menjadi sia-sia
terhadap petani yang tidak memiliki keterampilan apabila tidak disertai
bimbingan dan penyuluhan pertanian. Oleh karenanya Instansi pertanian pusat
hingga daerah perlu kembali membantu petani dalam rangka meningkatkan
produksi beras dengan cara meningkatkan peran kerja penyuluh pertanian,
lapangan(PPL), madya (PPM) dan spesialis (PPS) di bidang tanaman pangan
secara serius. Tunjangan fungsional bagi penyuluhan pertanian perlu diperbaiki
dan ditingkatkan, hal ini mengingat banyak petugas penyuluhan yang
meninggalkan profesinya karena tidak ada jaminan yang layak bahkan banyak
yang belum pernah menerima tunjangan tersebut. Penyuluhan yang melemah
juga telah menyebabkan pemuda tani menjadi tidak bersemangat sehingga
banyak pemuda tani tidak lagi berminat disektor pertanian mereka memilih
menjadi buruh pembuatan batu bata/ genteng, pabrik dan buruh bangunan.
Pelemahan ini perlu diungkap dan diperbaiki sebagaimana tercantum pada surat
Al Maidah ayat 2. Hubungan yang terbesar adalah peranan kegiatan ekonomi
(EKONOMI) terhadap petani yang tidak memiliki keterampilan (NONTRMPL)
yakni 27 persen. Hal ini relevan sekali dimana perekonomian adalah untuk
masyarakat yang lemah. Mayoritas kemiskinan adalah pada pedesaan yang
hidup dari sector pertanian. Yang termiskin dari mereka adalah petani yang
tidak memiliki keahlian dan keterampilan. Oleh karenanya, memerangi
kemiskinan dapat dengan cara meningkatkan produktifitas kaum tani. Dari hasil
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.84 dapat dikatakan bahwa model ini
berkatagori marginal fit (berada antara 0.80 - 0.90), oleh karenannya perlu
i
diperbaiki (respesifikasi) agar memiliki GFI lebih besar dari 0.90. Berdasarkan
nilai t muatan faktornya (loading factors) rata-rata lebih besar dari dan sama
dengan 2 menurut Hair et. al. (1995) dapat dinyatakan sebagai relative
importance and significant of the factor loading of each items atau singkatnya
berada pada nilai kritis.
V. KESIMPULAN
Perubahan-perubahan dalam teknologi, ekonomi, pemerintahan, kelembagaan
syariah dan budaya selama ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan
tersebut mempengaruhi harga relatif padi dengan faktor produksi dalam
meningkatkan produksi padi. Pengurangan subsidi faktor produksi secara
bertahap dan perbaikan harga padi (price support) tingkat petani dapat
mempertahankan nilai riil. Price support dapat mempertahankan nilai lahan
sawah dan mengurangi kecenderungan terjadinya konversi lahan kebentuk
usaha lainnya.
Instansi pertanian pusat hingga daerah perlu kembali membantu petani dalam
rangka meningkatkan produksi beras dengan cara meningkatkan peran kerja
penyuluh pertanian, lapangan(PPL), madya (PPM) dan spesialis (PPS) di bidang
tanaman pangan secara serius.
Riset produktifitas petani beras masih perlu dperbaiki dan dilakukan secara
komprehensif dimasa mendatang untuk mendapatkan nilai uji statistik yang
lebih baik dan kredibel.
i
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Abu Hamid (2003). Kerancuan Filsafat (Tahafut al Falasfiyah).Terjemahan Achmad Maimun. Islamika. Jakarta.
Amrul lah, Sabaruddin . 2003. Kebi jakan Ekonomi Beras Indonesi a.Pusa t Pene li ti an dan Pengembangan BULOG. Jakart a.
Annonimous . 2002. Pe rgulatan Dalam Pemantapan Peranan danPenyesua ian Kelembagaan. IPB Press. Bogor.
Anonimous .2003. Prospek perum BULOG Sebagai Peny anggaKetahanan Pangan dan Pe laku Bisn is yan g BerdayaSaing.Tim Pros id ing PP -LPNU dan BULOG. Jakarta.
Anonimous.2006 . Pros id ing: Peningkaan Daya Sa ing Beras Nasionalmela lu i Perbaikan Ku al it as . Kerj asama an tara Pe rumBULOG dan Ins ti tu t Pert anian Bogor.
Amang, Beddu. M. Husen Sawi t. 1999 . Kebi jakan Beras danPangan Nasional : Pe la ja ran dari Orde Baru dan OrdeReformasi. Inst itut Pe rt anian Bogor/ IPB. Bogor.
Annonimous . 2006 . Si stem Ne raca Sosi al Ekonomi Ind ones ia 2000.Badan Pusa t St at is tik. Jakarta
Al temeie r,K. S.R.Tabor and B Adinugroho , 1989 . Supply Paramete rfor Indonesi an Agricu ltural Po li cy Anal ysis . Ekonomidan Keuangan Ind ones ia . 36 ( Ma y 19 89 ) : 111-121.
AARD. 1997 . Five Years of Agricultural Research: ItsCont ribu tu ion to Agricultural Development inIndonesi a. Jakart a: Agency for Agricu ltural Rese archand Development, MO A
Bambang,R Budhij ana. 2007 . Economics Anal ysi s on Impact of th eEx is ting Shar iah Bank and Esta t e Crop s Export inIndonesi a: as a Pa rt of Real Econom y. Ju rnal Ekonomi.Universi ta s Tarumane gara . Jakart a.
Bi la s, Ri chard A. 1972. Microe conomic Theory . 2 nd Ed. McGrawHi ll Book Comp an y.
Blonigen, Bruce A., Joseph E. Flynn, and Kenneth A. Reinert. 1997. Sector-focused general equilibrium modeling. In Applied methods for
i
trade policy analysis: A handbook, ed. J. F. Francois and K. A.Reinert. New York: Cambridge University Press.
Brooke, A., D. Kendrick, A. Meeraus, and R. Raman. 1998. GAMS: Auserís guide. Washington, D.C.: GAMS DevelopmentCorporation.
Ch iang , Alpha. 1989 . Fundamenta l Math emat ical Economic , Mc GrawHi ll Book Comp an y.
Choudhury, M.A. 2000. The Islamic Worldview Socio-Scientific Perspectives,London: Kegan Paul International.
Choudhury, M.A. Mohammed Ziaul Haque 2004. An Advanced Exposition ofIslamic Economics and Finance. Mellon Studies in EconomicsVol 25. The Edwin Mellon Press. Lewiston, Queenston,Lampeter.
Choudhury , Masudul Alam and Mohammad Hadji Alias.2003 PoliticalEconomy of Structural Transformation (Comparative IslamicPerspective). Wisdom House
Dillon H.S., Sawit M.H., Simatupang P., and Tabor S.R., (1999), "Rice Policy: AFrame Work for the Next Millenium. Refort for Internal Review Only PreparedUnder Contract to Bulog. November 23, 1999". Jakarta.
Ha ir ,J .F ., R.F.Ande rs on , R.L. Ta th am da n W. C.Blac k (1 995) Mu lt iv ar ia teDa ta Anal ys is wi th Re ad in gs , 4 t h Edit io n, Pr en ti ce Ha ll ,Englew ood Cl ff s, Ne w Je rs ey .
Houck, J. P and M. Er yan .1972. Supply Anal ys is fo r co rn in theun it ed St ates : The Impact of Ch anging gov ernmen trprog rams . Amer ican Jo urna l Agricu lture Economics 54(Augus t 1972 ): 184-191.
MOA. 20 04. Pr ice and Qual it y of Food Crops Agri cu ltur e inIndonesi a. Jaka rt a, MOA-DGFC.
Mubyar to and Fle tche r. 1975 . The Marketab le Su rp lus of Rice inIndonesi a, A Stud y in Java Madura : Pr ac ti ce in As ianSe tt in g. Repr in ted in Mi croe conomi cs and EconomicsTheory Jo urna l , Ne w Delh i, India
Nerlove, M. 1956 . Es timate s of th e Elas ti ci ti es of Supply ofSe lected Agricu ltural Commodit ies. Jo urna l of FarmEconomics. 38 (O ct 1956) : 496-509.
Nerlove, M. 1958 . The Dynami c of Supply . Ba lt imor e: Jo hnHopkin s Pr es s.
i
Prabowo, D. 1989 . Produc tion and Supply of Agri cu lt ra lCommodit ie s. MOA, Jaka rta
Qardhawi, Y.1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Gema Insani Press.Jakarta.
Samuel son, Paul A. and Wi ll iam D. Nordhaus .1985. Economics. 12 th
Ed. McGaw Hi ll , Inc.
Sa lvatore, Domi nick . 1992 . Theory of Pr ob lems of Mi croe conomicTheory . 3rd Ed . Schaum Seri es . New York : Mc GrawHi ll Inc.
Suki rno, Sado no . 20 01 . Peng anta r Teor i Mi kroeko nomi . PTRajaGraf indo Pe rsada. Jaka rta.
Syafa'at, N., H.P. Saliem, dan Saktyanu, K.D. (1995), "Faktor-faktor yangMem pen garuhi Kon ver si Lahan Saw ah di Tin gka t Pet ani ".Makalah Disampaikan pada Seminar Pengembangan Penelitian. PusatPenelitian Sosial Ekonomi Pcrtanian. Bogor.
Tabor, S.R. (1989), "Price and Quality of Rice in Java". Dissertation. Free Univ.Press. Amsterdam. 242 P. dalam Damardjati (1997) halaman 25 `Upayapeningkatan kualitas beras dalam Silitonga C., Rahman A., Geni P.L.,Subroto B., Ahmad A., Haryandi A., Ali A.m., (1997), "Pasta PanenPeningkatan Kualitas dan Pelayanan Masyarakat". Proseding Seminar.Badan Urusan logistik. Jakarta
Timmer , C.P. (1989) , "I ndones ia 's Experience wi th Rice MarketIntervention". Indonesia Food Journal, No. Vol. 1, 1989.
Timmer , C.P. (1991), "Agriculture And Economic DevelopmentRevised".Walt er s, A.A and P. R.G. Layard . 1988 .Microeconomic Theory . Int erna ti onal Edit ion.NewYork: Mc Graw Hi ll Inc.
Wi janto, Se ti o Hari . (2008) . St ructural Equation Mo de ll in g de nganLisr el 8.8. Graha Ilm u. Yogyak ar ta .