20
Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”( Ar-Ruum/31:41). Kita semua tentunya tahu dan mengerti, bahwa manusia sebenarnya dapat hidup secara harmonis dengan alam, seandainya manusia memperlakukan alam dengan baik, dan tidak memanfaatkan sumber daya alam yang dikandung tidak berlebihan. Usaha-usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan kwalitas lingkungan hidup yang seimbang dalam segala bentuk belumlah mencapai hasil yang memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia terus menurun akibat ulahnya sendiri. Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak peduli itu, adalah ketidaktahuannya mengenai peran keanekaragaman hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang kehidupan manusia. Melihat ayat diatas,kitasemakin menyadari bahwa iklim sudah tidak bisa diprediksi lagi. Dulu kita bisa memprediksi datangya musim hujan sekitar bulan September-Februari dan selebihnya musim kemarau,tapi sekarang benar2 sulit untuk diprediksi. Kini manusia telah menerima akibat dari ulahnya sendiri, karena telah mengabaikan sebuah konsep keseimbangan, demi untuk meningkatkan kesejahteraannya, manusia melakukan pemanfaatan yang berlebihan. Kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin meningkat seiring dengan terus berkembangnya peradaban manusia dan pemenuhan kebutuhan hidup. Belum lagi wabah penyakit yang menyerang, mulai dari flu, pusing, diare, penyakit kulit Dll. Dan saat ini bencana alam atau lebih pasnya lagi adalah bencana lingkungan, telah nampak. Bencana ini dipicu dari kerusakan lingkungan yang ada di sekitar kita. Hulu sungai mulai tidak dapat menampung lagi curah hujan yang tinggi, karena tidak ada pohon lagi yang dapat menahan air yang tumpah dari langit. Sementara masyarakat perkotaan, setiap tahunnya akan tertimpa dampaknya seperti banjir dan kekurangan air bersih. Lebih tragis lagi,banjir bandang yang dikirim dari daerah hulu, akan sangat menyengsarakan masyarakat di perkotaan yang tinggal di pesisir.Gelombang pasang saat ini, sudah memulai dirasakan dan menimpa kehidupan di pesisir Jakarta. Mungkinkah tanda-tanda kehancuran sudah ditampakkan oleh Sang Khalik, agar kita semua menyadari ? Yang jadi pertanyaan mungkinkah ini semua akibat dari ulah manusia atau Allah yang memang ingin

Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan persentasi qurdis^^kel.2~

Citation preview

Page 1: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”( Ar-Ruum/31:41).

Kita semua tentunya tahu dan mengerti, bahwa manusia sebenarnya dapat hidup secara harmonis dengan alam, seandainya manusia memperlakukan alam dengan baik, dan tidak memanfaatkan sumber daya alam yang dikandung tidak berlebihan. Usaha-usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan kwalitas lingkungan hidup yang seimbang dalam segala bentuk belumlah mencapai hasil yang memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia terus menurun akibat ulahnya sendiri.

Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak peduli itu, adalah ketidaktahuannya mengenai peran keanekaragaman hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang kehidupan manusia. Melihat ayat diatas,kitasemakin menyadari bahwa iklim sudah tidak bisa diprediksi lagi. Dulu kita bisa memprediksi datangya musim hujan sekitar bulan September-Februari dan selebihnya musim kemarau,tapi sekarang benar2 sulit untuk diprediksi.

Kini manusia telah menerima akibat dari ulahnya sendiri, karena telah mengabaikan sebuah konsep keseimbangan, demi untuk meningkatkan kesejahteraannya, manusia melakukan pemanfaatan yang berlebihan. Kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin meningkat seiring dengan terus berkembangnya peradaban manusia dan pemenuhan kebutuhan hidup. Belum lagi wabah penyakit yang menyerang, mulai dari flu, pusing, diare, penyakit kulit Dll.

Dan saat ini bencana alam atau lebih pasnya lagi adalah bencana lingkungan, telah nampak. Bencana ini dipicu dari kerusakan lingkungan yang ada di sekitar kita. Hulu sungai mulai tidak dapat menampung lagi curah hujan yang tinggi, karena tidak ada pohon lagi yang dapat menahan air yang tumpah dari langit. Sementara masyarakat perkotaan, setiap tahunnya akan tertimpa dampaknya seperti banjir dan kekurangan air bersih. Lebih tragis lagi,banjir bandang yang dikirim dari daerah hulu, akan sangat menyengsarakan masyarakat di perkotaan yang tinggal di pesisir.Gelombang pasang saat ini, sudah memulai dirasakan dan menimpa kehidupan di pesisir Jakarta.

Mungkinkah tanda-tanda kehancuran sudah ditampakkan oleh Sang Khalik, agar kita semua menyadari ? Yang jadi pertanyaan mungkinkah ini semua akibat dari ulah manusia atau Allah yang memang ingin menguji kesabaran umat manusia dimuka bumi ini ?,Yang jelas mengutip dari ayat alquran di atas, memang semua ini akibat dari ulah manusia & akan kembali ke manusia pula.

Isu global warming, pembalakan hutan yang ‘membabi-buta’ demi keuntungan pribadi semata, volume kendaraan yang tak terkendalikan, badai tsunami, bahkan explorasi sumber daya alam yang tidak memperhatikan untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk lingkungan. Selain kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.

Allah berfirman dalam QS Al A’raf : 56-58 , Yang artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami

Page 2: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.”

Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber penghidupan orang la ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumiin.

Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hamba-Nya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat-Nya. Angin yang membawa awan tebal, dihalau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu Dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menjadi subur kembali dan penuh berisi air.

Dengan demikian, Dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah. Allah memberikan pertanyaan pada kita manusia.

“Apakah sama orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah sama antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat ? “.

Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para hamba-Nya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat-Nya dengan segala keagungan-Nya, menganggap sama antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsu.

Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk kepentingan manusia. Manusia diciptakan-Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, sehingga wajib untuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT,tetapi manusia telah mengingkari keesaan Allah, kebenaran wahyu,dan terjadinya hari kebangkitan serta hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangan-Nya.Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap lingkungannya.

Sadarlah wahai para penghuni bumi,,berhentilah merusak apa yang telah Allah ciptakan dengan sebaik-baiknya untuk kita ,Khalifaah di bumi. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan

Page 3: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58) .

Sudah seharusnya musibah demi musibah yang terjadi dapat menjadi kebaikan,bagi orang-orang yang mengaku dirinya beriman pada ALLAH. Dengan demikian keburukan itu tidak disandarkan kepada Allah, akan tetapi disandarkan pada perbuatan mahluk(manusia). Ini bisa diartikan suatu keburukan dari satu sisi dan merupakan kebaikan di sisi yang lain. Kalau dilihat bencananya yang terjadi, maka itu suatu keburukan, namun jika dilihat dari akibatnya, maka itu sesuatu yang harus mendatangkan kebaikan bagi kita manusia,supaya kita kembali meng-ibadahi ALLAH dengan sebaik-baiknya,serta memurnikan ketaatan pada-NYA.

sebagaimana akhir ayat diatas(QSar-ruum Ayat : 41). “Agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali”<>.

Page 4: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Penyebab Terjadinya Bencana

Ketika terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullahdalamartigejalaalamatauhukum alam yang biasaterjadi. Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya. Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Maka ingatlah firman Allah:

  "Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkanorang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya".  (Al-Isra'[17]: 16)

Apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum Muslimin agar semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman Allah:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman', sedang mereka tidak diujilagi?"( Al-Ankabut [29:2).

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena bumi Nusantara memang berada di bagian bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SwT atas bumi ini dengan ber bagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan berbagai konsekuensinya.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak sebagaimana awanbergerak.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".( QS. Al-Naml [27]: 88).

Di samping harus tetap bersikap optimis dan berupaya mengenali hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan atas alam ini, adalah bijak untuk terus melakukan introspeksi terhadap keseriusan kita dalam menaati perintah-perintah Allah SwT dan menghitung-hitung kedurhakaan kita kepada-Nya.Sabda Rasulullah saw yang diriwayat kan Imam Tirmidzi di atas patut menjadi renungan bagi bangsa ini atas berbagai bencana yang menimpa secara bertubi tubi. Jika kita cermatt hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah saw dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini. Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu saja. Se bab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagirakyatnya, tetapi sebagal sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan bersenang-senang. Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, memilih pemimpin atau pejabat harus hatihati dan selektif, sebab mereka akan memanggul amanah yang sangat berat.

Page 5: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; "Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,"Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)". ( H R. Bukhari).

Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan social tdak bisa ditawar-tawarlagi, karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra': 16). Demikian intisari istinbathAmirul Mu'minin Umar bin Khathab ra yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta'ala.

Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama/cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut. Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat sebagai akibat terialu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya. Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi'in dantabi'tabi'in)sebagaigenerasiterbaik umat Muhammad saw menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.

Jika ketigapilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya, maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orangtua, suami yang manut pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr (narkoba) dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa. Pada saatitu"kemarahan" Tuhan dipastikan tidak bias dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka.*

Page 6: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

A.    Pendahuluan

Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia, untuk itu Allah S.w.t. menuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan terus harusber-syukur kepadanya. Akan tetapi pada kenyataannya lain, malahan terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan orang-orang munafiq.

Rosulullah S.a.w. menyuruh untuk menanam kembali apa yang rusak dari hutan yang telah ditebang dan dirusak. Rosulullah sendiri memuji perbuatan ini dengan salah satu perbuatan yang terpuji.

Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam dunia ini akan rusak disebabkan oleh tangan orang-orang yang munafiq. Mereka sangat seraka dalam mengeksploitasi kekayaan alam, mereka tidak mempedulikan tentang akibatnya. Sekarang sudah banyak kerusakan didarat, dilaut, dan diudara. Akibatnya banyak bencana yang terjadi sana-sini, seperti banjir, gempa, gunung meletus, angina putting beliung, dan ada lagi yang sangat mengkhawatirkan yaitu issu akan terjadinya pemanasan global.

Sekarang hutan banyak yang rusak karena banyaknya penebang liar dan tidak adanya lagi penghijauan kembali. Dalam hal ini Rosulullah S.a.w. sangat tidak menyukai, malahan Rosulullah S.a.w. melarang dengan haditsnya yang diriwayatkan oleh beberapa sahabatnya. Untuk itu didalam pembahasan yang sedikit ini saya akan mencoba menjelaskan apa yang telah disampaikan oleh hadits Rosulullah S.a.w.

B.  Pembahasan Hadits Rosulullah S.a.w. tentang LingkunganAdapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini banyak

sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut :1. Larangan Menelantarkan Lahan

, : , ه�ا �ؤ�اج�ر� ن �و�ا ف�ق�ال �ن� ض�ي �ر� ا ف�ض�و�ل� �ا م�ن �ر�ج�ال� ل �ت� �ان ك ق�ال� عنهما الله رضى الله� �د� ع�ب �ن� اب �ر� اب ج� �ث� ح�د�ي : . . , �ب�ى أ �ن� ف�إ �خ�اه� ا �ح�ه�ا �م�ن �ي �و�ل ا ع�ه�ا ر� �ز� �ي ف�ل �ر�ض1 ا �ه� ل �ت� �ان ك م�ن� م ص �ى5 �ب الن ف�ق�ال� 8ص�ف� و�الن �ع� ب و�الر5 5ل�ث� �الث ب

. ض�ه� ر�� أ �م�س�ك� �ي ف�ل

“ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)

Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd sebagai berikut :

: : ع�ه�ا ر� �ز� �ي ف�ل �ر�ض1 ا �ه� ل �ت� �ان ك م�ن� وسلم عليه الله رسول قال قال عنه الله رضى ة� �ر� ي ه�ر� �ى ب� أ �ث� ح�د�ي

( ). المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه ض�ه� ر�� أ �م�س�ك� �ي ف�ل �ى �ب أ �ن� ف�إ �خ�اه� ا �ح�ه�ا �م�ن �ي �و�ل ا

Antara kedua tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah.

Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk

Page 7: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya:

“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua.” (Qs. Al-Baqoroh : 29)

Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits diatas, yang intinya mengajak sahabat menanami sendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya.

Page 8: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan hadits Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al-Muzara’ah :

( ) . . . البخارى رواه ع� ار� �م�ز� ال اء� �ر� ك ع�ن� �ه�ى ن م ص �ب�ى الن �ن� ا“ Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori)

Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu. Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa memperoleh manfaat apapun daripadanya.

Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam kitabAl-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk dikerjakan kemudian memberikan sebagian hasilnya :

, . . , ع� ر� �و�ز� ا �م�ر� ث م�ن� �ه�ا م�ن ج� �خ�ر� م�اي ط� ر� �ش� ب �ر� �ب ي خ� ع�ام�ل� م ص �ى� �ب الن �ن� ا عنه الله رضى ع�م�ر� �ن� اب �ث� ح�د�ي : , : �ر� �ب ي خ� ع�م�ر� م� ف�ق�س� �ر� ع�ي ش� و�س�ق� و�ن� ر� و�ع�ش� �م�ر� ت و�س�ق� �و�ن� �م�ان ث و�س�ق� �ة� م�ائ و�اج�ه� �ز� ا �ع�ط�ى ي �ان� ف�ك

. . ض� �ر� اال �ار� ت اخ� م�ن� �ه�ن� ف�م�ن �ه�ن� ل �م�ض�ى� ي �و� ا �ر�ض� و�اال �م�اء� ال م�ن� �ه�ن� ل �ق�ط�ع� ي �ن� ا م ص �ى8 �ب الن و�اج� �ز� ا �ر� ي ف�خ�( ) . , البخارى اخرجه �ر�ض� اال ت� �ار� ت اخ� ة� �ش� ع�ائ �ت� �ان و�ك الو�س�ق� �ار� ت اخ� م�ن� �ه�ن� و�م�ن

“ Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di khaibar kepada penduduk Khaibar dengan menyerahkan separuh dari penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori)

2.      Penanaman Pohon (reboisasi) Langkah Terpuji : ان1 �س� �ن �و�ا ا �ر1 ط�ي �ه� م�ن �ل� �ك �أ ف�ي عXا ر� ز� ع� ر� �ز� �و�ي ا �غ�ر�س� ي � �م ل م�س� م�ام�ن� ق�ال� عنه الله رضى �ن�س� ا �ث� ح�د�ي

( ) . المزاعة كتاب فى البخارى اخرجه ص�د�ق�ة1 �ه� ب �ه� ل �ان� �ك �ال ا �م�ة1 �ه�ي �و�ب ا“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)

Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :

… ض� �ر� اال ف�ى د�و�ا �ف�س� �ت ال �ه�م� ل �ل� ق�ي �ذ�ا و�ا“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi “

Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205:

“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia,

Page 9: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan. Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatinya.

Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41-42 :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri.

Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am ayat 141-142 yang artinya:

“ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan, dan tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan program tersebut. Khusus Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan dengan tema "South Sulawesi Go Green" (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauanbukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda:

"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan

Page 10: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)]

Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.

Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". [Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)]

Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.

Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dariREBOISASI, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan menanaminya.

Page 11: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

BAB I

PENDAHULUAN

Secara ekologis, manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Komponen

yang ada di sekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak

kehidupannya merupakan lingkungan hidup manusia. Lingkungan hidup

inilah yang menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya

dukung bagi kehidupan manusia.

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang

berguna bagi manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk

masa kini maupun masa mendatang. Kelangsungan hidup manusia

tergantung dari keutuhan lingkungannya, sebaliknya keutuhan lingkungan

tergantung bagaimana kearifan manusia dalam mengelolanya. Oleh karena

itu, lingkungan hidup tidak semata mata dipandang sebagai penyedia

sumber daya alam serta sebagai daya dukung kehidupan yang harus

dieksploitasi, tetapi juga sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya

keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan

hidup.Masalah lingkungan hidup dapat muncul karena adanya pemanfaatan

sumber daya alam dan jasa jasa lingkungan yang berlebihan sehingga

meningkatkan berbagai tekanan terhadap lingkungan hidup, baik dalam

bentuk kelangkaan sumber daya dan pencemaran maupun kerusakan

lingkungan lainnya. Berbagai masalah lingkungan hidup, lingkungan yang

diajarkan oleh agama Islam kepada manusia dapat dirinci Melalui Kitab Suci

Al-Qur’an dan dari hadits, Allah telah memberikan informasi spiritual

kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Informasi

tersebut memberikan sinyalamen bahwa manusia harus selalu menjaga dan

melestarikan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan

menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia semata-mata

merupakan suatu amanah. Melalui Kitab Suci yang Agung ini (Al-Qur’an)

membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kepada

umatnya untuk bersikap ramah lngkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

�ن� ع�ن� �ر� ع�م�ر� اب �ن� ج�ر�ي �د� ب و�ل� ق�ال� : ق�ال� الله� ع�ب س� ن� م�ن�. م.ص الله� ر� � ف�ى س� �م ال �س� �ةX اال ن �ةX س� ن �ه� ح�س� ف�ل

ه�ا �ج�ر� �ج�ر� و� ا �ه�ا ع�م�ل� م�ن� ا �ع�د�ه� ب �ر� م�ن� ب �ن� غ�ي �ق�ص� ا �ن �ج�و�ر�ه�م� م�ن� ي Xا ا �ئ ي ن� م�ن� و� ش� � ف�ى س� �م ال �س� �ةX اال ن �ةX س� 8ئ ي س�

�ان� �ه� ك �ي ه�ا ع�ل ر� ر� و� و�ز� �ه�ا ع�م�ل� م�ن� و�ز� �ع�د�ه� ب �ر� م�ن� ب �ن� غ�ي �ق�ص� ا �ن ار�ه�م� م�ن� ي �و�ز� Xا ا �ئ ي مسلم رواه ش�

Hadits Riwayat Muslim. Dari Ibnu Jarir bin Abdillah, dia berkata : Telah

bersabda Rosulullah saw : “ Siapa yang memulai melakukan suatu

perbuatan yag baik di dalam Islam, maka dia akan mendapat pahalanya,

ditambah dengan pahala orang yang ikut mengerjakan sesudahnya tanpa

mengurangkan pahala orang yang mengikutinya. Dan (sebaliknya)

Page 12: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

barangsiapa yang memulai melakukan suatu perbuatan yang buruk, maka ia

akan menanggung dosanya ditambah dengan dosa-dosa orang yang

mengikuti sesudahnya, tanpa dikurangkan sedikitpun dosa orang yang

mengikutinya itu. (Hadits Riwayat Muslim)

Yang mula-mula dilakukan seseorang itu sering kali dicontoh oleh orang

lain, apakah perbuatan yang dilakukan itu perbuatan baik ataukah

perbuatan yang tidak baik.

Hadis ini menjelaskan, bahwa baik buruknya perbuatan tersebut dicontoh

dan ditiru orang lain. Apabila kita memulai melakukan suatu perbuatan yang

baik, yang sesuai dengan ajaran agama, baik itu perbuatan yang berkenaan

dengan ibadah atau muamalah. Ataupun yang berkaitan dengan lingkungan

hidup, seperti melakukan usaha-usaha untuk menjaga pelestarian alam yang

merupakan karunia Tuhan. Usaha seperti itu kemudian diikuti oleh orang

lain, maka kita akan memperoleh pahala, bukan saja karena perbuatan kita

sendiri, tetapi juga mendapat pahala tambahan dari pahala orang lain yang

mengikuti perbuatan kita.

Sebaliknya apabila kita memulai dengan sesuatu perbuatan yang tidak baik,

baik yang berkenaan dengan suatu perbuatan yang berkenaan dengan

ibadah atau mu’amalah. Ataupun yang berhubungan dengan masalah

lingkungan hidup, seperti melakukakn perbuatan yang dapat merusak

pelestarian hidup alam, maka apabila perbuatan kita itu di contoh oleh

orang lain, kita akan menanggung dosa yang berat. Sebab bukan saja kita

harus menanggung dosa akibat perbuatan kita sendiri, tetapi juga di tambah

dengan dosa orang lain yang menikuti perbuatan kita itu. Sedangkan dosa

yang mencontoh perbuatan kita itu sedikitpun tidak akan dikurangi oleh

Allah swt.

�ل�ى ع�اد� م�ن� : قال م.ص الله رسول انc هريرة ابى عن �ان� ه�دXى ا �ه� ك �ج�ر� م�ن� ل �ل� اال �ج�و�ر� م�ث �ع�ه� م�ن� ا �ب � ت ال

�ق�ص�ه� �ن �ك� ي �ج�و�ر�ه�م� م�ن� ذeل Xا ا �ئ ي �ل�ى د�ع�ا م�ن� و� ش� � ا �ة� ض�ال �ان� ل �ه� ك �ي � م�ن� ع�ل �م �ث �ل� اال � م�ث �ام eث �ع�ه� م�ن� ا �ب � ت �ق�ض� ال �ن �ك� ي ذeل

�ام�ه�م� م�ن� eث Xا ا �ئ ي مسلم رواه ش�

Dari Abi Hurairah bahwasanya Rosulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa

yang menyerukan petunjuk kebaikan, ia akan memperoleh pahala seperti

pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa sedikitpun mengurangi

pahala pengikut-pengikutnya itu. Barangsiapa yang mengajak kepada

kesesatan, maka kepadanya akan ditimpakan dosa seperti dosanya yang

mengikuti seruannya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa-dosa yang diderita

pengikut-pengikutnya itu”. ( H.R. Muslim)

Di dalam hadits ini memberikan pengertian bahwa orang yang menyerukan

kepada kebaikan ia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda, yakni

pahala dirinya melakukan perbuatan baiknya dan pahala seseorang

mengerjakan kebaikan atas seruannya. Begitu pula akan ditimpakan dosa

yang berlipat ganda bagi orang yang menyerukan perbuatan sesat, dosa

Page 13: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

bagi orang yang melakukan kesesatan itu sendiri dan dosa menganjurkan

seseorang berbuat sesat, dosanya orang yang mengikuti kesesatan.

Seperti halnya kebaikan untuk menyerukan keada sesama manusia untuk

menjaga pelestarian lingkungan yang telah diserukan kepada umat manusai

melalui kitab suci al-Quran. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah memberikan

informasi spiritual kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap

lingkungan. Informasi tersebut memberikan sinyalamen bahwa manusia

harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak menjadi

rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan

kepada manusia semata-mata merupakan suatu amanah. Melalui Kitab Suci

yang Agung ini (Al-Qur’an) membuktikan bahwa Islam adalah agama yang

mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap ramah lngkungan. Firman

Allah SWT Di dalam Al-Qur’an sangat jelas berbicara tentang hal tersebut.

Sikap ramah lingkungan yang diajarkan oleh agama Islam kepada

manusia dapat dirinci sebagai berikut :

1. Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta

melestarikannya

Perhatikan surat Ar Ruum: 9 dibawah ini

Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi

dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang

sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri)

dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari

apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-

rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-

kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku

zalim kepada diri sendiri.

Pesan yang disampaikan dalam surat Ar Ruum ayat 9 di atas

menggambarkan agar manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam

secara berlebihan yang dikwatirkan terjadinya kerusakan serta kepunahan

sumber daya alam, sehingga tidak memberikan sisa sedikitpun untuk

generasi mendatang. Untuk itu Islam mewajibkan agar manusia menjadi

pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta melestarikannya. Mengolah

serta melestarikan lingkungan tercermin secara sederhana dari tempat

tinggal (rumah) seorang muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah

Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :

”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu

kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip

kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih”

. (HR. Thabrani).

Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir

Page 14: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga

kebersihan agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.

Demikian pula, mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan

menanamkan pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan

kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita

hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran. Dalam sebuah Hadits

disebutkan :

”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan

pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang

rupawan (HR. Ahmad)

2. Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan

Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa

terjadinya kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia.

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar). Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut :

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.

Firman Allah SWT di dalam surat Ar Ruum ayat 41 dan surat Al Qashash

ayat 77 menekankan agar manusia berlaku ramah terhadap lingkungan

(environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Anas, dijelaskan bahwa :

”Rasulullah ketika berwudhu’ dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan

mandi (dengan takaran air sebanyak) satu sha’ sampai lima mud” (HR.

Muttafaq ’alaih).

Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut orang Hijaz dan 2 liter menurut

orang Irak (lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Padahal hasil penelitian yang

dilakukan oleh Syahputra (2003) membuktikan bahwa rata-rata orang

berwudhu’ sebanyak 5 liter. Hal ini membuktikan bahwa manusia sekarang

cenderung mengekploitasi sumber daya air secara berlebihan, atau dengan

kata lain, setiap manusia menghambur-hamburkan air sebanyak 3 sampai 3

2/3 liter setiap orangnya setiap kali mereka berwudhu’. Dalam Hadits lain

yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi pernah bersabda :”Hati-

hatilah terhadap dua macam kutukan; sahabat yang mendengar bertanya :

Apakah dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : yaitu orang yang

membuang hajat ditengah jalan atau di tempat orang yang berteduh”

Page 15: Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia

Di dalam Hadits lainnya ditambah dengan membuang hajat di tempat

sumber air. Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam

yang menganjurkan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua

larangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar tidak mencelakakan

orang lain, sehingga terhindar dari musibah

yang menimpahnya.Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa

sumber daya alam merupakan daya dukung bagi kehidupan manusia, sebab

fakta spritual menunjukkan bahwa terjadinya bencana alam seperti banjir,

longsor, serta bencana alam lainnya lebih banyak didominasi oleh aktifitas

manusia. Allah SWT Telah memberikan fasilitas daya dukung lingkungan

bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara yuridis fiqhiyah berpeluang

dinyatakan bahwa dalam perspektif hukum Islam status hukum pelestarian

lingkungan hukumnya adalah wajib (Abdillah, 2005 : 11-12).