31
STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG PERIODE JULI-DESEMBER TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung Disusun Oleh : HANNY FITRIANI NIM : CK.1.11.111 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANDUNG 2014

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RUPTUR

PERINEUM SPONTAN DI BPM BIDAN “N” KOTA BANDUNG

PERIODE JULI-DESEMBER TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi D III Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

Disusun Oleh :

HANNY FITRIANI

NIM : CK.1.11.111

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

BANDUNG

2014

Page 2: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 2

ABSTRAK

Laserasi perineum terjadi selama persalinan dan dapat menyebabkan

perdarahan postpartum hingga kematian apabila tidak segera ditangani. Umur ibu,

paritas, dan berat badan bayi yang lahir termasuk faktor penyebab laserasi.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N” kota Bandung periode bulan

Juli-Desember tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan

melihat rekam medik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 155 orang dan

sampel yang diambil secara total sampling sebanyak 155 orang.

Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengahnya (59.4%) mengalami

ruptur perineum spontan. Sebagian besar (77.4%) adalah ibu yang berumur 20-35

tahun, lebih dari setengahnya (60%) adalah multipara, dan sebagian besar (81.3%)

ibu melahirkan bayi dengan berat badan < 3500 gram. Semua terjadi pada

persalinan normal di BPM bidan “N”. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu

dengan kejadian ruptur perineum spontan, terdapat hubungan antara paritas dan

berat badan bayi dengan kejadian ruptur perineum spontan di BPM bidan “N”

kota Bandung periode Juli-Desember 2013.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu primipara dan ibu yang

melahirkan bayi dengan berat >3500 gram dapat menyebabkan terjadinya ruptur

perineum.

Disarankan kepada bidan yang bekerja di institusi maupun bidan praktek

mandiri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan

persalinan terutama yang berkaitan dengan ruptur perineum seperti memberikan

motivasi psikologis pada ibu agar ibu dapat tenang, memposisikan ibu dengan

tepat dan nyaman, tepat dalam menginstruksikan waktu untuk mengejan, dan

meningkatkan keterampilan menahan perineum sehingga dapat mengurangi angka

kejadian ruptur perineum di lapangan.

Kata kunci : Umur, Paritas, Berat badan bayi, Laserasi perineum

Kepustakaan : 18 buku, 3 jurnal (2001-2013)

Page 3: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu di

Indonesia sampai saat ini masih

cukup tinggi, menurut Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 sebesar 359 per

100.000 kelahiran hidup, sedangkan

target Millennium Development

Goals (MDGs) pada tahun 2015

adalah 102 per 100.000 kelahiran

hidup (BPPKB, 2013).

Upaya yang dilakukan untuk

menurunkan angka kesakitan dan

kematian maternal, serta neonatal

dengan Making Pregnancy Safer

(MPS) yang mengemukakan visi

bahwa kehamilan dan persalinan di

Indonesia berlangsung aman, serta

yang dilahirkan hidup dan sehat

(Saiffudin, 2008).

Menurut hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2001, penyebab kematian

maternal di Indonesia didominasi

oleh perdarahan (27%), eklampsia

(23%), diikuti infeksi (11 %),

komplikasi purpurium (8%), abortus

(5%), partus lama / macet (5%),

emboli obstetrik (5%), trauma

obstetrik (5%), dan penyebab lain

(11%) (Awi Muliadi Wijaya, 2012).

Pada tahun 2007 di kota Bandung

tercatat penyebab utama kematian

ibu adalah karena perdarahan yaitu

sebesar 45% (Dinas Kesehatan Kota

Bandung, 2007).

Hilangnya darah lebih dari 500

ml selama 24 jam pertama

merupakan perdarahan postpartum.

Setelah 24 jam, keadaan ini

dinamakan perdarahan postpartum

lanjut atau late postpartum

hemorrhage. Sebab-sebab

Page 4: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 4

perdarahan postpartum dibagi

menjadi empat kelompok utama

yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi,

retensio plasenta, dan kelainan

perdarahan. (Oxorn, 2010)

Penyebab perdarahan utama

adalah atonia uteri sedangkan ruptur

perineum merupakan penyebab

kedua yang hampir terjadi pada

setiap persalinan pervaginam

(Wiknjosastro, 2005).

Robekan perineum dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor

maternal, faktor janin dan faktor

penolong. Faktor maternal meliputi

partus presipitatus yang tidak

dikendalikan dan tidak ditolong,

pasien tidak mampu berhenti

mengejan, partus diselesaikan secara

tergesa-gesa dengan dorongan

fundus yang berlebihan, edema dan

kerapuhan pada perineum,

varikositas vulva yang melemahkan

jaringan perineum, arcus pubis

sempit dengan pintu bawah panggul

yang sempit pula sehingga menekan

kepala bayi ke arah posterior,

perluasan episiotomi. Faktor janin

antara lain bayi yang besar, posisi

kepala yang abnormal (misalnya

presentasi muka dan

occipitoposterior), kelahiran bokong,

ekstraksi forceps yang sukar, distosia

bahu, anomali congenital, seperti

hydrocephalus. (Oxorn, 2010)

Selain itu, umur ibu juga dapat

menjadi faktor penyebab ruptur

perineum. Pada usia di bawah 20

tahun, fungsi reproduksi seorang

wanita belum berkembang dengan

sempurna. Sedangkan pada usia di

atas 35 tahun fungsi reproduksi

seorang wanita sudah mengalami

penurunan dibandingkan fungsi

reproduksi normal sehingga

kemungkinan untuk terjadinya

Page 5: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 5

komplikasi pasca persalinan terutama

perdarahan seperti ruptur perineum

akan lebih besar. (Depkes RI, 2001)

Faktor penolong meliputi cara

memimpin mengejan (Mochtar,

2000), cara berkomunikasi dengan

ibu, ketrampilan menahan perineum

pada saat ekspulsi kepala, anjuran

posisi meneran (JNPK-KR, 2007)

juga menjadi faktor penyebab

terjadinya ruptur perineum.

Sebuah kajian deskriptif

tentang profil kematian persalinan

dan evaluasi kasus ruptur di RS

Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit

jejaringnya pada periode 1999-2003.

Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS

Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074).

Insiden di rumah sakit jejaring

sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1:

996). Di RSHS tidak didapatkan

kematian ibu, sedangkan di 3 rumah

sakit jejaring didapatkan sebesar

0,4%. Maka dari itu dapat

disimpulkan, kasus ruptur perineum

memberi dampak yang negatif baik

pada ibu maupun bayi (Farmacia,

2007).

Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Saras Ayu Mustika

dan Evi Sri Suryani di kabupaten

Banyumas pada tahun 2010. Wanita

yang melahirkan anak pada usia

dibawah 20 tahun atau diatas 35

tahun juga merupakan faktor risiko

terjadinya perdarahan pasca

persalinan yang dapat

mengakibatkan kematian maternal.

Hal ini dikarenakan pada usia

dibawah 20 tahun fungsi reproduksi

seorang wanita belum berkembang

dengan sempurna, sedangkan pada

usia diatas 35 tahun fungsi

reproduksi seorang wanita sudah

mengalami penurunan dibandingkan

fungsi reproduksi normal sehingga

Page 6: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 6

kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi pasca persalinan terutama

perdarahan akan lebih besar.

Pada primipara atau orang

yang baru pertama kali melahirkan

biasanya perineum tidak dapat

menahan tegangan yang kuat

sehingga robek pada pinggir

depannya. Luka-luka biasanya ringan

tetapi kadang-kadang terjadi juga

luka yang luas dan berbahaya.

Sebagai akibat persalinan terutama

pada seorang primipara, biasa timbul

luka pada vulva disekitar introitus

vagina yang biasanya tidak dalam

akan tetapi kadang-kadang bisa

timbul perdarahan banyak.

(Prawirohardjo, 2002)

Semakin besar berat badan

bayi yang dilahirkan akan

meningkatkan risiko terjadinya

ruptur perineum karena perineum

tidak cukup kuat menahan regangan

kepala bayi dengan berat badan bayi

yang besar, sehingga pada proses

kelahiran bayi dengan berat badan

bayi lahir yang besar sering terjadi

ruptur (Saifuddin, 2002).

Persalinan dengan ruptur

perineum apabila tidak ditangani

secara efektif menyebabkan

perdarahan dan infeksi menjadi lebih

berat, serta pada jangka waktu

panjang dapat mengganggu

ketidaknyamanan ibu dalam hal

hubungan seksual (Mochtar, 2000).

Puskesmas Riung Bandung

mempunyai wilayah kerja di desa

Cisaranten Kidul dan desa

Rancabolang. Terdapat 8 BPM yang

menyerahkan laporannya setiap

bulan ke Puskesmas Riung Bandung.

Berdasarkan data hasil prasurvey,

BPM bidan “N” merupakan BPM

dengan jumlah persalinan terbanyak

setiap bulannya.

Page 7: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 7

Hasil studi pendahuluan di

BPM bidan “N” didapatkan data

jumlah persalinan bulan Juli hingga

Desember tahun 2013 sebanyak 155

persalinan. Hasil pemeriksaan rekam

medik menunjukkan 59.4 %

mengalami ruptur perineum.

Berdasarkan fenomena tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “FAKTOR-

FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEJADIAN

RUPTUR PERINEUM SPONTAN

DI BPM BIDAN “N” KOTA

BANDUNG PERIODE JULI-

DESEMBER TAHUN 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

yang penulis paparkan, maka penulis

merumuskan masalah “Faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan “N”

kota Bandung periode bulan Juli

hingga Desember tahun 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” kota Bandung periode

bulan Juli hingga Desember tahun

2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran umur ibu

yang melahirkan dengan kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” periode Juli hingga

Desember 2013.

2. Mengetahui gambaran paritas ibu

yang melahirkan dengan kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” periode Juli hingga

Desember 2013.

Page 8: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 8

3. Mengetahui gambaran berat

badan bayi yang dilahirkan dari

ibu yang mengalami kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” periode Juli hingga

Desember 2013.

4. Menganalisis hubungan antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” kota Bandung periode bulan

Juli hingga Desember tahun 2013.

5. Menganalisis hubungan antara

paritas dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” kota Bandung periode bulan

Juli hingga Desember tahun 2013.

6. Menganalisis hubungan antara

berat badan bayi dengan kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” kota Bandung periode

bulan Juli hingga Desember tahun

2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat memberikan

pengalaman yang nyata dalam

bidang penelitian dan meningkatkan

pengetahuan tentang ruptur perineum.

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya

bidan dapat lebih meningkatkan

keterampilan dan kewaspadaan

dalam melakukan pertolongan

persalinan sehingga tidak terjadi

ruptur perineum.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan

wawasan tentang ruptur perineum.

Page 9: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode survey analitik

dengan menggunakan pendekatan

Cross Sectional dan dokumentasi.

Survey Analitik yaitu survey atau

penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi, dengan

pendekatan Cross Sectional dimana

data yang menyangkut variable

bebas atau resiko (variabel

independen) dan variabel terikat

atau variabel akibat (variabel

dependen) dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

2010).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan

objek yang di teliti (Notoatmodjo,

2010). Populasi merupakan

keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang

bersalin secara normal di BPM bidan

N Kota Bandung selama periode

bulan Juli hingga Desember 2013

sebanyak 155 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang

diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010). Sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini teknik

pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik total sampling, yaitu

Page 10: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 10

teknik penentuan sampel dengan

mengambil seluruh anggota populasi

sebagai responden atau sampel

(Sugiyono, 2009). Dengan demikian,

maka peneliti mengambil sampel

dari seluruh ibu yang bersalin secara

normal di BPM bidan N Kota

Bandung selama periode bulan Juli

hingga Desember tahun 2013.

Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 155 orang.

3.3 Kerangka Penelitian

3.3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka konsep adalah suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap

konsep lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain

dari masalah yang ingin diteliti.

(Notoatmodjo, 2010)

Robekan perineum adalah

salah satu robekan jalan lahir yang

merupakan penyebab kedua tersering

dari perdarahan pasca persalinan

yang berakibat terhadap kematian

ibu post partum (Saifuddin, 2008).

Robekan perineum dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor

maternal, faktor janin dan faktor

penolong. Faktor maternal meliputi

partus presipitatus yang tidak

dikendalikan dan tidak ditolong,

pasien tidak mampu berhenti

mengejan, partus diselesaikan secara

tergesa-gesa dengan dorongan

fundus yang berlebihan, edema dan

kerapuhan pada perineum,

varikositas vulva yang melemahkan

jaringan perineum, arcus pubis

sempit dengan pintu bawah panggul

yang sempit pula sehingga menekan

kepala bayi ke arah posterior,

perluasan episiotomi. Faktor janin

antara lain bayi yang besar, posisi

kepala yang abnormal (misalnya

Page 11: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 11

presentasi muka dan

occipitoposterior), kelahiran bokong,

ekstraksi forceps yang sukar, distosia

bahu, anomali congenital, seperti

hydrocephalus. (Oxorn, 2010)

Selain itu, umur ibu juga dapat

menjadi faktor penyebab ruptur

perineum. Pada usia di bawah 20

tahun, fungsi reproduksi seorang

wanita belum berkembang dengan

sempurna. Sedangkan pada usia di

atas 35 tahun fungsi reproduksi

seorang wanita sudah mengalami

penurunan dibandingkan fungsi

reproduksi normal sehingga

kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi pasca persalinan terutama

perdarahan seperti ruptur perineum

akan lebih besar. (Depkes RI, 2001)

Faktor penolong meliputi cara

memimpin mengejan (Mochtar,

2000), cara berkomunikasi dengan

ibu, ketrampilan menahan perineum

pada saat ekspulsi kepala, anjuran

posisi meneran (JNPK-KR, 2007)

juga menjadi faktor penyebab

terjadinya ruptur perineum.

3.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban

sementara penelitian, patokan duga,

atau dalil sementara yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian. Setelah melaui

pembuktian dari hasil penelitian

maka hipotesis ini dapat benar atau

salah, dapat diterima atau ditolak.

Bila diterima atau terbukti maka

hipotesis tersebut menjadi tesis.

(Notoadmodjo, 2010)

3.4.1 Hipotesis Nol (H0)

1. Tidak terdapat hubungan antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” periode Juli-Desember 2013.

Page 12: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 12

2. Tidak terdapat hubungan antara

paritas dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” periode Juli-Desember 2013.

3. Tidak terdapat hubungan antara

berat badan bayi dengan

kejadian ruptur perineum spontan

di BPM bidan “N” periode Juli-

Desember 2013.

3.4.2 Hipotesis Alternative (Ha)

1. Terdapat hubungan antara umur

ibu dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” periode Juli-Desember 2013.

2. Terdapat hubungan antara paritas

dengan kejadian ruptur perineum

spontan di BPM bidan “N”

periode Juli-Desember 2013.

3. Terdapat hubungan antara berat

badan bayi dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N” periode Juli-Desember 2013.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

3.5.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul

merupakan data yang mentah. Oleh

karena itu untuk memperoleh data

yang diinginkan diperlukan

pengolahan dan analisis.

Dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Editing

Editing data merupakan

kegiatan menyeleksi dan

memeriksa semua data yang

sudah terkumpul, apakah sesuai

dengan petunjuk, dan mudah

digunakan atau tidak.

2. Coding Data

Dilakukan dengan

mengubah data yang dikumpulkan

ke bentuk yang lebih ringkas.

Memberikan kode pada semua

variabel untuk mempermudah

Page 13: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 13

pengolahan terutama data

klasifikasi. (Budiarto, 2006)

Dalam penelitian ini, coding yang

dilakukan terdiri dari :

a. Umur ibu diberi kode 1 untuk

20-35 tahun, dan 2 untuk < 20

tahun dan > 35 tahun.

b. Paritas diberi kode 1 untuk

primipara, dan 2 untuk

multipara.

c. Berat badan bayi diberi kode 1

untuk berat badan bayi yang

dilahirkan ≥ 3500 gram, dan 2

untuk berat badan bayi yang

dilahirkan < 3500 gram.

d. Ruptur perineum diberi kode 1

untuk terjadi ruptur dan 2

untuk tidak terjadi ruptur.

3. Entry Data

Setelah data lengkap

kemudian dilakukan tabulasi

dengan cara disusun sesuai

dengan variabel yang dibutuhkan

diubah kedalam bentuk prosentase,

lalu dimasukkan kedalam

komputer dengan menggunakan

program SPSS (Statistics

Program of Social Science).

4. Tabulasi

Merupakan

pengorganisasian data sedemikian

rupa agar dengan mudah dapat

dijumlah, disusun, dan ditata

untuk disajikan dan dianalisis.

(Budiarto, 2006)

3.5.2 Analisis Data

Analisis diawali dari yang

sederhana kemudian baru mendalam

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

penelitian.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan

untuk mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel

penelitian. Pada umumnya dalam

Page 14: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 14

analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2010).

Analisis distribusi frekuensi

selanjutnya diinterpretasikan

dengan menggunakan criteria

sebagai berikut :

0 % : Tidak satupun

1-25 % : Sebagian kecil

26-49 % : Kurang dari

setengahnya

50 % : Setengahnya

51-75 % : lebih dari

setengahnya

76-99 % : Sebagian besar

100 % : Seluruhnya

(Arikunto, 2002)

2. Analisis Bivariat

Untuk menguji hipotesis

menggunakan teknik analisis

statistik, yaitu analisis bivariat

dengan rumus Chi-kuadrat.

Peneliti menggunakan analisis

bivariat ini untuk mengetahui

hubungan antara variabel

independent (umur ibu, paritas,

dan berat badan bayi) dengan

variabel dependent (kejadian

rupture perineum spontan). Hasil

yang diperoleh tabel kontingensi

diterapkan dengan menggunakan

perhitungan rumus Chi-kuadrat,

yaitu :

²

Keterangan :

X² : Nilai Chi-kuadrat

O : Frekuensi observasi

E : Frekuensi harapan

Uji Chi-kuadrat dilakukan

menggunakan komputer dengan

tingkat kepercayaan 95% atau

nilai alpha (α) 0,05. Pengambilan

kesimpulan dilakukan

berdasarkan perbandingan -value

Page 15: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 15

dengan taraf signifikan. Taraf

signifikan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 5%.

Misalnya :

a. Jika value ≤ 0,05 maka Ha

diterima dan Ho ditolak.

Berarti ada hubungan antara

umur ibu dengan kejadian

rupture perineum spontan.

b. Jika value > 0,05 maka Ha

ditolak dan Ho diterima.

Berarti tidak ada hubungan

antara umur ibu dengan

kejadian rupture perineum

spontan.

3.6 Jenis dan Rancangan

Penelitian

Penelitian ini menggunakan

studi kolerasional yaitu penelitian

yang melihat hubungan antara dua

variabel atau lebih dengan mengkaji

apakah ada hubungan yang terjadi

antara faktor-faktor (umur ibu,

paritas, dan berat badan bayi) dengan

kejadian ruptur perineum spontan di

BPM bidan “N” periode Juli-

Desember 2013.

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang

digunakan adalah BPM bidan “N”

kota Bandung, dikarenakan di BPM

tersebut terdapat kebijakan bahwa

ibu yang melahirkan tidak diberikan

tindakan episiotomi sehingga dapat

dipastikan seluruh ibu yang

mengalami ruptur perineum berjenis

ruptur perineum spontan. Waktu

penelitian ini berlangsung pada bulan

Januari-Mei 2014.

Page 16: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab IV ini disajikan hasil

penelitian dan pembahasan faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian

ruptur perineum spontan di BPM

bidan “N” Kota Bandung periode

Juli-Desember 2013. Hasil penelitian

ini diperoleh dari pengumpulan data

melalui buku register ibu bersalin

sebanyak 155 orang yang ada di

BPM bidan “N” selama bulan Juli

hingga Desember tahun 2013.

4.1.1 Hasil Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan

untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi responden berdasarkan

variabel yang diteliti yaitu umur ibu,

paritas, dan berat badan bayi di BPM

bidan “N” Kota Bandung periode

Juli hingga Desember tahun 2013.

4.1.1.1 Kejadian Ruptur Perineum

Spontan

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin

Berdasarkan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan di BPM Bidan

“N” Kota Bandung Periode Juli –

Desember 2013

Kejadian

Ruptur

Perineum

Spontan

Frekuensi Presentase

Ruptur 92 59.4

Tidak

Ruptur

63 40.6

Total 155 100

Dari hasil penelitian diketahui

bahwa lebih dari setengahnya (59.4%)

ibu yang melahirkan di BPM bidan

“N” mengalami ruptur perineum

spontan.

Page 17: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 17

4.1.1.2 Faktor Umur Ibu

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin

Berdasarkan Umur Ibu

di BPM Bidan “N” Kota Bandung

Periode Juli – Desember 2013

Umur

Ibu Frekuensi Presentase

20-35

tahun 120 77.4

< 20

tahun

dan >

35

tahun

35 22.6

Total 155 100

Dari hasil penelitian diketahui

bahwa sebagian besar (77.4%) ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

berumur 20-35 tahun.

4.1.1.3 Faktor Paritas

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin

Berdasarkan Paritas

di BPM Bidan “N” Kota Bandung

Periode Juli – Desember 2013

Paritas Frekuensi Presentase

Primipara 62 40

Multipara 93 60

Total 155 100

Berdasarkan penelitian diatas

menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya (60%) ibu multipara

yang melahirkan di BPM bidan “N”.

4.1.1.4 Faktor Berat Badan Bayi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin

Berdasarkan Berat Badan Bayi

di BPM Bidan “N” Kota Bandung

Periode Juli – Desember 2013

Berat

Badan

Bayi

Frekuensi Presentase

≥ 3500

gram 30 19.4

< 3500

gram 125 80.6

Total 155 100

Dari hasil penelitian diketahui

bahwa sebagian besar (80.6%) ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

melahirkan bayi dengan berat badan

< 3500 gram.

4.1.2 Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan

untuk melihat hubungan antara

Page 18: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 18

variabel independen yaitu umur ibu,

paritas, dan berat badan bayi dengan

variabel dependen yaitu kejadian

ruptur perineum spontan. Dengan

menggunakan uji statistic Chi-

Kuadrat dengan derajat kesalahan (α)

sebesar 0,05.

4.1.2.1 Hubungan Faktor Umur

Ibu dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan

Tabel 4.5

Analisis Hubungan Umur Ibu

dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan

di BPM Bidan “N” Kota Bandung

Periode Juli – Desember 2013

Umur Ibu

Ruptur Perineum Total

value (α) Ya Tidak

F % F % F %

20-35 tahun 69 57.5 51 42.5 120 100

0.5 0.05

< 20 tahun

dan

> 35 tahun

23 65.7 12 34.3 35 100

Total 92 59.4 63 40.6 155 100

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkan bahwa pada ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N” yang

berumur 20-35 tahun lebih dari

setengahnya (57.5%) mengalami

ruptur perineum.

Dari tabel diatas, -value

menunjukkan 0.5 < α (0.05). H0

diterima yang berarti tidak terdapat

hubungan antara umur ibu dengan

kejadian ruptur perineum spontan di

BPM bidan “N” kota Bandung

periode Juli – Desember 2013.

4.1.2.2 Hubungan Faktor Paritas

dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan

Tabel 4.6

Analisis Hubungan Paritas dengan

Kejadian Ruptur Perineum

Spontan

di BPM Bidan “N” Kota Bandung

Periode Juli – Desember 2013

Paritas Ruptur Perineum

Total

valu

e

OR (α) Ya Tidak

F % F % F %

Primipara 54 87.1 8 12.9 62 100

0.00

0

9.77

0

0.0

5 Multipara 38 40.9 55 59.1 93 100

Total 92 59.4 63 40.6 155 100

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkan bahwa pada ibu

primipara yang melahirkan di BPM

Page 19: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 19

bidan “N” sebagian besar (87.1%)

mengalami ruptur perineum.

Dari tabel diatas, -value

menunjukkan 0.000 < α (0.05). H0

ditolak yang berarti terdapat

hubungan antara paritas dengan

kejadian ruptur perineum spontan di

BPM bidan “N” kota Bandung

periode Juli – Desember 2013.

4.1.2.3 Hubungan Faktor Berat

Badan Bayi dengan Kejadian

Ruptur Perineum Spontan

Tabel 4.7

Analisis Hubungan Berat Badan

Bayi dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan di BPM Bidan

“N” Kota Bandung Periode Juli –

Desember 2013

Berat

Badan Bayi

Ruptur Perineum

Total

valu

e

O

R (α) Ya Tidak

F % F % F %

≥ 3500 gram 24 80 6 20 30 100 0.01

8

3.35

3

0.

05 < 3500 gram 68 54.4 57 45.6 125 100

Total 92 59.4 63 40.6 155 100

Berdasarkan tabel diatas

menunjukkan bahwa pada ibu yang

melahirkan bayi di BPM bidan “N”

dengan berat < 3500 gram lebih dari

setengahnya (54.4%) mengalami

ruptur perineum.

Dari tabel diatas, -value

menunjukkan 0.018 < α (0.05). H0

ditolak yang berarti terdapat

hubungan antara berat badan bayi

dengan kejadian ruptur perineum

spontan di BPM bidan “N” kota

Bandung periode Juli – Desember

2013.

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan analisa data

dan melihat hasil yang diperoleh,

beberapa hal yang akan dibahas

adalah sebagai berikut :

4.2.1 Kejadian Ruptur Perineum

Spontan

Hilangnya darah lebih dari 500

ml selama 24 jam pertama

merupakan perdarahan postpartum.

Page 20: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 20

Setelah 24 jam, keadaan ini

dinamakan perdarahan postpartum

lanjut atau late postpartum

hemorrhage. Sebab-sebab

perdarahan postpartum dibagi

menjadi empat kelompok utama

yaitu atonia uteri, trauma dan laserasi,

retensio plasenta, dan kelainan

perdarahan. (Oxorn, 2010)

Ruptur perineum adalah

perlukaan jalan lahir yang terjadi

pada saat kelahiran bayi baik

menggunakan alat maupun tidak

menggunakan alat (Nasution, 2010).

Penyebab perdarahan utama adalah

atonia uteri sedangkan ruptur

perineum merupakan penyebab

kedua yang hampir terjadi pada

setiap persalinan pervaginam

(Wiknjosastro, 2005).

Sebuah kajian deskriptif

tentang profil kematian persalinan

dan evaluasi kasus ruptur di RS

Hasan Sadikin dan 3 rumah sakit

jejaringnya pada periode 1999-2003.

Hasilnya, insiden kasus ruptur di RS

Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074).

Insiden di rumah sakit jejaring

sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1:

996). Di RSHS tidak didapatkan

kematian ibu, sedangkan di 3 rumah

sakit jejaring didapatkan sebesar

0,4%. Maka dari itu dapat

disimpulkan, kasus ruptur perineum

memberi dampak yang negatif baik

pada ibu maupun bayi (Farmacia,

2007).

Distribusi frekuensi pada tabel

4.1 didapatkan hasil dari 155 ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

pada bulan Juli hingga Desember

2013 terdapat 92 (59.4%) ibu yang

mengalami ruptur perineum spontan,

sedangkan sebanyak 63 (40.6%) ibu

tidak mengalami ruptur perineum.

Page 21: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 21

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa lebih dari

setengahnya ibu yang melahirkan di

BPM bidan “N” mengalami ruptur

perineum spontan. Hal ini sesuai

dengan teori Wiknjosastro (2005)

bahwa ruptur perineum hampir

terjadi pada setiap persalinan

pervaginam yang disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya umur ibu,

paritas, dan berat badan bayi yang

lahir.

4.2.2 Faktor Umur Ibu

Umur adalah jumlah hari,

bulan, tahun yang telah dilalui sejak

lahir sampai dengan waktu tertentu.

Pada usia reproduktif (20-30 tahun)

terjadi kesiapan respon maksimal

baik dalam hal mempelajari sesuatu

atau dalam menyesuaikan hal-hal

tertentu dan setelah itu sedikit demi

sedikit menurun seiring dengan

bertambahnya umur. Selain itu pada

usia reproduktif mereka lebih

terbuka terhadap orang lain dan

biasanya mereka akan saling

bertukar pengalaman tentang hal

yang sama yang pernah mereka

alami. (Hurlock, E.B, 2002)

Pemerintah menganjurkan

bahwa pasangan usia subur (PUS)

sebaiknya melahirkan pada periode

umur 20-35 tahun, pada kelompok

usia tersebut angka kesakitan

(morbiditas) dan kematian

(mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi

akibat kehamilan dan persalinan

paling rendah dibanding dengan

kelompok usia lainnya (BKKBN,

2008).

Distribusi frekuensi pada tabel

4.2 didapatkan hasil dari 155 ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

pada bulan Juli hingga Desember

2013 terdapat 120 (77.4%) ibu

Page 22: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 22

berumur 20-35 tahun, sedangkan

sebanyak 35 (22.6%) ibu berumur <

20 tahun dan > 35 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa sebagian besar ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

masuk dalam kelompok umur 20-35

tahun. Ini berarti sebagian besar

pasangan usia subur (PUS) di sekitar

lingkungan BPM bidan “N” sudah

menggunakan hak reproduksi sesuai

dengan anjuran pemerintah

sebagaimana disebutkan oleh

BKKBN.

Umur ibu yang bersalin di

BPM bidan “N” dapat dibagi

menjadi dua kategori, yakni umur

beresiko dan umur yang kurang

beresiko. Yang dimaksud dengan

beresiko yaitu umur yang rentan

untuk mengalami ruptur perineum

spontan (< 20 tahun dan > 35 tahun),

sedangkan umur yang kurang

beresiko yaitu umur yang dapat

terhindar dari kejadian ruptur

perineum spontan (20-35 tahun).

4.2.3 Faktor Paritas

Paritas menunjukkan jumlah

kehamilan terdahulu yang telah

mencapai viabilitas dan telah

dilahirkan tanpa melihat jumlah anak.

Paritas merupakan frekuensi ibu

pernah melahirkan anak, hidup atau

mati tetapi bukan aborsi. Primipara

adalah ibu yang pernah melahirkan

satu kali, sedangkan multipara adalah

ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali.

Tingkat paritas telah banyak

menarik perhatian para peneliti

dalam hubungan kesehatan ibu dan

anak. Dikatakan demikian karena

terdapat kecenderungan kesehatan

ibu yang berparitas rendah lebih baik

dari pada yang berparitas tinggi.

(Notoatmodjo, 2003)

Page 23: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 23

Distribusi frekuensi pada tabel

4.3 didapatkan hasil dari 155 ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

pada bulan Juli hingga Desember

2013 terdapat 62 (40%) ibu

primipara, sedangkan sebanyak 93

(60%) ibu multipara. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa

lebih dari setengahnya ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N”

merupakan multipara.

Paritas ibu yang bersalin di

BPM bidan “N” dapat dibagi

menjadi dua kategori, yakni paritas

beresiko dan paritas yang kurang

beresiko. Yang dimaksud dengan

paritas beresiko yaitu paritas yang

rentan untuk mengalami ruptur

perineum spontan (primipara),

sedangkan paritas yang kurang

beresiko yaitu paritas yang dapat

terhindar dari kejadian ruptur

perineum spontan (multipara).

4.2.4 Faktor Berat Badan Bayi

Berat badan lahir adalah berat

badan bayi yang ditimbang 24 jam

pertama kelahiran (Oxorn, 2003).

Banyak faktor yang mempengaruhi

berat badan lahir pada saat masih

berada dalam kandungan, terdiri dari

tiga faktor yang mempengaruhi yaitu

faktor maternal, fetal dan plasental.

Dengan memperhatikan hal di atas

ternyata keadaan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin

banyak sekali dan sangat kompleks.

Berat badan lahir pada janin

yang berat badannya melebihi 4000

gram pada umumnya tidak akan

menimbulkan kesukaran persalinan,

akan tetapi apabila dijumpai pada

kepala yang besar atau kepala yang

lebih keras (pada postmaturitas)

dapat menyebabkan distosia

sehingga seringkali akan

Page 24: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 24

menyebabkan ruptur perineum

(Wiknjosastro, 2007).

Distribusi frekuensi pada tabel

4.4 didapatkan hasil dari 155 ibu

yang melahirkan di BPM bidan “N”

pada bulan Juli-Desember 2013

terdapat 30 (19.4%) ibu yang

melahirkan bayi dengan berat ≥ 3500

gram, sedangkan sebanyak 125

(80.6 %) ibu yang melahirkan bayi

dengan berat < 3500 gram.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa sebagian besar bayi

yang dilahirkan di BPM bidan “N”

masuk dalam kelompok berat badan

lahir < 3500 gram.

Berat badan bayi yang

dilahirkan di BPM bidan “N” dapat

dibagi menjadi dua kategori, yakni

berat badan bayi beresiko dan berat

badan bayi yang kurang beresiko.

Yang dimaksud dengan berat badan

bayi beresiko yaitu paritas yang

rentan untuk mengalami ruptur

perineum spontan (≥ 3500 gram),

sedangkan berat badan bayi yang

kurang beresiko yaitu paritas yang

dapat terhindar dari kejadian ruptur

perineum spontan (< 3500 gram).

4.2.5 Hubungan Faktor Umur Ibu

dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan

Wanita melahirkan anak pada

Umur < 20 tahun atau > 35 tahun

merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan pasca persalinan yang

dapat mengakibatkan kematian

maternal. Hal ini dikarenakan pada

Umur di bawah 20 tahun, fungsi

reproduksi seorang wanita belum

berkembang dengan sempurna.

Sedangkan pada Umur di atas 35

tahun fungsi reproduksi seorang

wanita sudah mengalami penurunan

dibandingkan fungsi reproduksi

Page 25: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 25

normal sehingga kemungkinan untuk

terjadinya komplikasi pasca

persalinan terutama perdarahan akan

lebih besar. (Depkes RI, 2001)

Berdasarkan hasil analisis tabel

4.5 diperoleh bahwa proporsi

tertinggi dari ibu yang mengalami

ruptur perineum berumur 20-35

tahun yaitu sebanyak 69 orang

(57.5%), dan dari hasil analisis

menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum, dengan nilai -value 0.5 <

α (0.05).

Tidak adanya hubungan antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum bisa dikarenakan perineum

seseorang berbeda keelastisitasannya

dengan orang lain, selain itu posisi

ibu saat bersalin, kondisi psikologis

ibu, dan pimpinan meneran yang

baik oleh bidan atau tenaga

kesehatan berperan dalam kejadian

ruptur perineum.

4.2.6 Hubungan Faktor Paritas

dengan Kejadian Ruptur

Perineum Spontan

Pada primigravida,

pemeriksaan ditemukan tanda-tanda

perineum utuh, vulva tertutup, himen

pervoratus, vagina sempit dengan

rugae. Pada persalinan akan terjadi

penekanan pada jalan lahir lunak

oleh kepala janin. Dengan perineum

yang masih utuh pada primi akan

mudah terjadi ruptur perineum

(Mochtar, 2000).

Ruptur perineum terjadi

hampir semua persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Ruptur perineum pada

umumnya terjadi di garis tengah dan

menjadi luas apabila kepala janin

lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis

Page 26: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 26

lebih kecil daripada normalnya

sehingga kepala janin terpaksa lahir

lebih ke belakang, kepala janin

melewati pintu bawah panggul

dengan ukuran yang lebih besar

daripada sirkumferensia suboksipito-

bregmatika, atau anak lahir dengan

pembedahan vaginal. (Prawirohardjo,

2006)

Berdasarkan hasil analisis tabel

4.6 diperoleh bahwa proporsi

tertinggi dari ibu yang mengalami

ruptur perineum merupakan ibu

primipara yaitu sebanyak 54 orang

(87.1%), dan dari hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum, dengan nilai -value 0.000

< α (0.05). Nilai OR (odds ratio)

sebesar 9.770 yang berarti ibu

primipara berpeluang mengalami

kejadian ruptur perineum 9.7 kali

lebih besar dibandingkan dengan ibu

multipara.

Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan teori Mochtar (2000) dan

Prawiroharjo (2008). Jalan lahir yang

belum pernah dilalui oleh kepala

bayi membuat otot-otot perineum

belum meregang dan masih kaku.

Saat kepala bayi menekan perineum,

perineum yang kaku tidak dapat

menyesuaikan regangan yang terjadi

sehingga resiko terjadi ruptur akan

semakin besar. Nilai odds ratio

tersebut membuktikan peluang

terjadinya ruptur perineum pada

primipara lebih besar dibandingkan

dengan multipara.

Dengan perineum yang masih

utuh pada primipara akan mudah

terjadi ruptur perineum, karena

perineum pada sebagian wanita

kurang mampu dalam menahan

regangan saat persalinan.

Page 27: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 27

4.2.7 Hubungan Faktor Berat

Badan Bayi dengan Kejadian

Ruptur Perineum Spontan

Salah satu faktor yang

mempengaruhi ruptur perineum pada

ibu bersalin adalah berat badan janin.

Berat badan janin dapat

mengakibatkan terjadinya ruptur

perineum yaitu berat badan janin

lebih dari 3500 gram, karena resiko

trauma partus melalui vagina seperti

distosia dan kerusakan jaringan

lunak pada ibu. Perkiraan berat

badan janin tergantung pada

pemeriksaan klinik atau

ultrasonografi (USG). Pada masa

kehamilan hendaknya terlebih dahulu

mengukur tafsiran berat badan janin.

(Depkes, 2001)

Berdasarkan hasil analisis tabel

4.7 diperoleh bahwa proporsi

tertinggi dari ibu yang mengalami

ruptur perineum merupakan ibu yang

melahirkan bayi dengan berat < 3500

gram yaitu sebanyak 68 orang

(54.4%), dan dari hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum, dengan nilai -value 0.018

< α (0.05). Nilai OR (odds ratio)

sebesar 3.353 yang berarti berat

badan bayi ≥ 3500 gram berpeluang

mengalami kejadian ruptur perineum

3.35 kali lebih besar dibandingkan

dengan berat badan bayi < 3500

gram.

Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan teori Depkes RI (2001).

Robekan perineum sering terjadi

pada kelahiran dengan berat badan

bayi yang besar. Semakin besar berat

badan bayi yang dilahirkan akan

meningkatkan resiko terjadinya

laserasi perineum, hal ini karena

perineum tidak cukup kuat menahan

Page 28: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 28

regangan kepala bayi dengan berat

badan bayi lahir yang besar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

terhadap 155 ibu bersalin, hasil

analisis data dan pembahasan

mengenai Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Ruptur

Perineum Spontan di BPM Bidan “N”

Kota Bandung Periode Bulan Juli

hingga Desember Tahun 2013, maka

didapatkan beberapa kesimpulan

antara lain :

1. Lebih dari setengahnya ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N”

mengalami ruptur perineum

spontan.

2. Sebagian besar ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N”

berumur 20-35 tahun.

3. Lebih dari setengahnya ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N”

adalah ibu multipara.

4. Sebagian besar ibu yang

melahirkan di BPM bidan “N”

melahirkan bayi dengan berat

badan < 3500 gram.

5. Tidak terdapat hubungan antara

umur ibu dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N”.

6. Terdapat hubungan antara paritas

dengan kejadian ruptur perineum

spontan di BPM bidan “N”.

7. Terdapat hubungan antara berat

badan bayi dengan kejadian ruptur

perineum spontan di BPM bidan

“N”.

Page 29: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 29

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Bidan

Bagi bidan yang bekerja di

institusi maupun bidan praktek

mandiri untuk lebih meningkatkan

keterampilan dalam memberikan

asuhan persalinan terutama yang

berkaitan dengan ruptur perineum

seperti memberikan motivasi

psikologis pada ibu agar ibu dapat

tenang, memposisikan ibu dengan

tepat dan nyaman, tepat dalam

menginstruksikan waktu untuk

mengejan, dan meningkatkan

keterampilan menahan perineum

(steneng) sehingga dapat mengurangi

angka kejadian ruptur perineum di

lapangan.

5.2.2 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini agar dapat

digunakan sebagai salah satu

gambaran awal bagi penelitian-

penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan kejadian ruptur

perineum akibat persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Ai Nurasiah, dkk. 2012. Asuhan

Persalinan Normal Bagi Bidan.

Bandung: Refika Aditama

Ai Yeyeh, dkk. 2009. Asuhan

Kebidanan II (Persalinan).

Jakarta: TIM

Arikunto, S. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

__________. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarto, 2006. Biostatistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. EGC, Jakarta

Depkes RI. 2001. Modul safe

motherhood. Jakarta: FKMUI

Page 30: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 30

_________. 2007. Buku Acuan

Asuhan Persalinan Normal.

Jakarta: JHPIEGO

_________. 2008. Buku Acuan

Asuhan Persalinan Normal.

Jakarta: JHPIEGO

Jurnal: Bhinekas, G. S. 2008. Profil

Kesehatan Kota Bandung

Tahun 2007. Bandung

Jurnal: Endriani, Siti Dwi, dkk. 2013.

Hubungan Umur, Paritas, dan

Berat Bayi Lahir dengan

Kejadian Laserasi Perineum di

Bidan Praktek Swasta Hj. Sri

Wahyuni, S.SiT Semarang

Tahun 2012. Semarang:

Universitas Muhammadiyah

Semarang

Jurnal: Saras Ayu Mustika, Evi Sri

Suryani. 2011. Hubungan

Umur Ibu dan Lama

Persalinan dengan Kejadian

Ruptur Perineum pada Ibu

Primipara di BPS Ny. Ida

Farida Desa Pancasan

Kecamatan Ajibarang

Kabupaten Banyumas Tahun

2010. Banyumas: Akademi

kebidanan YLPP Purwokerto

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan,

Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran,

EGC.

Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis

Obstetri I. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Oxorn, Harry. 2010. Fisiologi dan

Patologi Persalinan. Jakarta:

Yayasan Essentia Medica

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu

Kandungan Edisi Ketiga.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Page 31: Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ruptur Perineum Spontan di BPM bidan "N" Kota Bandung Periode Juli - Desember Tahun 2013

STIKes BHAKTI KENCANA BANDUNG 2014 Page 31

Saifuddin, A.B. 2008. Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

____________. 2010. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

STIKes Bhakti Kencana. 2014.

Pedoman Penulisan Karya

Tulis Ilmiah. Bandung :

Yayasan Adhi Guna Kencana

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Wiknjosasro, H. 2007. Ilmu

Kebidanan. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

http://www.bascommetro.com/2011/

12/seputar-rupture-perineum.html

(diakses pada tanggal 24 Januari

2014)

http://www.bkkbn.go.id/pasangan-

usia-subur (diakses pada tanggal 16

Maret 2014)

http://www.infodokterku.com/compo

nent/content/article/16-

data/data/200-indikator-angka-

kematian-maternal-mmr-atau-aki-

dan-penyebab.html (diakses pada

tanggal 24 Januari 2014)

http://www.jdih.net/web_bppkb/berit

a/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi-

demi-capai-target-mdgs-2015

(diakses pada tanggal 24 Januari

2014)