View
207
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pabrik pengolahan minyak kelapa sawit adanya perkembangan
bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan
penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati
yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal
ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak
sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3
ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
pengembangan perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi
cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian
agroklimat.
1
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen
pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan
lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga
golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat
mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS
berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini
merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan lingkungan,
sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi
pengolahan limbah (end of the pipe). Diantara upaya tersebut adalah
pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk
memproduksi biogas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait
dengan kimia?
2. Bagaimana dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap
lingkungan?
3. Bagaimana cara penanganan setiap dampak dari pabrik pengolahan
minyak kelapa sawit?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang
terkait dengan kimia.
2
2. Untuk mengetahui dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit
terhadap lingkungan.
3. Untuk mengetahui cara penanganan setiap dampak dari pabrik pengolahan
minyak kelapa sawit.
D. Mamfaat Pembahasan
1. Dapat mendeskripsikan proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit
yang terkait dengan kimia.
2. Dapat mengidentifikasi dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit
terhadap lingkungan.
3. Dapat mengidentifikasi cara penanganan setiap dampak dari pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan
kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang
pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka
industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha
mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu
sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat
dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan
basis ekonomi, budaya, dan politik.
Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah mata
pencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu,
dan nelayan di zaman purba, manusia tinggal menetap, membangun rumah,
dan mengolah tanah dengan bertani, dan berkebun serta beternak. Kebutuhan
mereka berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi,
alat berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk
menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga.
Para tukang, dan juru timbul sebagai sumber alat-alat, dan barang-barang yang
diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang kerajinan, dan pertukangan
yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin, dan
tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu
hasil kerajinan, dan pertukangan di Eropa dibentuk berbagai gilda
4
(perhimpunan tukang, dan juru sebagai cikal bakal berbagai asosiasi
sekarang).
Pertambangan besi, dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad
pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak
bumi, dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi
permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka
jalan pada pembuatan, dan perdagangan barang secara besar-besaran, dan
massal pada akhir abad 18, dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik
tekstil (Lille, dan Manchester) dan kereta api, lalu industri baja (Essen) dan
galangan kapal, pabrik mobil (Detroit), pabrik alumunium. Dari kebutuhan
akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang industri kimia, dan
farmasi.1
B. Pengertian Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang
perkembangannya demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang
tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Kelapa
sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan
negara penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di
Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur, Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia
dimana saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Industri
5
kedua setelah Malaysia. Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik
pemerintah maupun perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi
pertanian. Indonesia diprediksi menjadi negara penghasil CPO utama dunia
tahun 2010.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 –
500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat
mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil.
2000 – 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan
tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk
turunannya yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Guna
mendukung pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk
turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama antara daerah penghasil
bahan baku, industri pengolah dan daerah pemasaran.
Industri minyak kelapa sawil merupakan industri yang terpadu, dimana
beberapa pemegang kepentingan saling berkait. Keterkaitan dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok daerah penghasil bahan baku TBS dan daerah
produsen atau pemasar produk turunan minyak kelapa sawit.
6
C. Proses Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang Terkait dengan Kimia
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke
lokasi Pabrik Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan
ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang
terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu
diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi
oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses
pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan didalam
pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata tergantung dari TBS
yang masuk ke dalam Pabrik.
1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan
langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang
menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2.
Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang
dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar
7
buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang
dan inti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan
menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton
TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung
0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian
dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan
ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan
dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut
terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester.
Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat
yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan
yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB
(Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”.
Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch)
dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi
masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
8
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor
dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini
dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan
(Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar
stabil antara 80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan
selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press)
agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu
tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari
pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta
biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan
biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu
ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut.
Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna
memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan
masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak
dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan
padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian
dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.
9
4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer
untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya
dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas
standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit
dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti
sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi
minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Jembatan Timbang
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar sekarang menggunakan sel-
sel beban, dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi
pada sistem listrik yang diukur. Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan
timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk meliputi
berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal
sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk
kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang
diterima dipabrik.
b. Penyotiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis
Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor
10
penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS
(Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB
(Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1
c. Proses Perebusan (Sterilizer)
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan
menggunakan capstand. Tujuan perebusan :
a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
c) Menurunkan kadar air.
d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari
biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan
tercapai juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter
pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang
berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang
yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan
didalam sterilizer tetap seimbang.
11
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 70%. Dalam
melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan
sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,8
– C140,cmkg302 dan direbus selama 90 menit.
d. Proses Penebah (Thereser Process)
1. Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan
menuangkan isi lori ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang
diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
2. Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari
janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta
mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor. Proses
Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah
Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik
buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi
pengutipan minyak.
3. Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester
dengan cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang
fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya
untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang
kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester
tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau
12
diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada
bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar
atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di Press.
5. Menaikkan Temperatur.
6. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan
yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan
minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed
screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin
pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang
ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang
– lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji.
Selanjutnya minyak menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas
dan biji masuk kestasiun kernel.
Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar /
Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke
stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
1. Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
13
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak,
lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk
menampung pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95 0C.
2. Vibro Seperator / Vibrating Screen
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil
dari serabut – serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.
Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran –
getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul yang di ikat
pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak
efektif.
3. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan
kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang
lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis
= 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis
lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan
padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang
cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip
keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana
berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.
14
4. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum
diolah oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam
Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95o C.
Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.
5. Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam
minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses
diperlukan temperatur suhu 95oC.
6. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air
dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan
kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan
suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian
permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi
minyak kedalam bejana.
7. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian
dari minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah
oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem
injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95o C.
8. Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsidari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang
terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
15
9. Brush Strainer ( Saringan Berputar )
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang
terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator.
Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.
10. Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak
yang masih terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan
gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak
menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki
pisah.
11. Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara
minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus
dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus
dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam
Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO. Telah dijabarkan
bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan Fiber.
Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan proses
pengolahannya.
12. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan
memecahkan gumpalan Cake dari stasiun Press ke depericarper.
16
13. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan
nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi
kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan
(fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan
masuk ke Nut Polishing drum.
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
a. Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat.
b. Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.
c. Memisahkan nut dari sampah.
d. Memisahkan gradasi nut.
14. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut
sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan
menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem
pemanasan (Heater).
15. Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle
Mill terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang
diam. Nut masuk diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling
berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.
16. Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti
sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan
17
dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran
cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya
diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang
lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang
berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis
lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar
jenisnya lebih besar.
17. Hydro Cyclone
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :
a. Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang.
b. Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.
18. Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan
mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB
juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 derajat celcius,
tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang
menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan
bawah 70 derajat celcius.
19. Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti
produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada
umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar
uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak
18
menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya
menimbulkan jamur kelapa sawit.
20. Kerja Screw Press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan
lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yeng berputar
sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya
tekanan alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume
bahan yang di press. Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang
lubang didalam terdapat sebuah ulir yang berputar. Tekanan kempa diatur
oleh dua buah kerucut (conus) berada pada kedua ujung pengempa, yang
dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik. Tekanan hidrolik pada
komulator 50 – 70 kg / cm3 mengakibatkan ampas basah. Kehilangan
minyak pada ampas dan biji tidak sempurna karena akan mempengaruhi
pada proses stasiun selanjutnya, ampas yang basah akan mengakibatkan
pembakaran didalam dapur tidak sempurna.
Tekanan yang terlampau tinggi misalnya 70 kg / cm3 akan
mengakibatkan kehilangan inti yang begitu tinggi sehingga keseimbangan
dalam mesin ini sangat diperlukan. hal yang perlu deperhatikan adalah
ampas kempa yang keluar harus merata dalam arti tidak terlalu basah dan
tidak terlalu kering, bila terjadi gangguan / kerusakan, sehingga screw
press harus berhenti untuk waktu yang lama maka untuk mencegah hal –
hal yang tidak diiginkan screw press harus selalu di periksa, untuk
perbaikan pada screw press maka ampas yang tertinggal didalam mesin
pengempa harus dikosongkan, sehingga dapat diperbaiki.
19
Kecepatan putar mesin pengempa harus disesuaikan dengan
kapasitas Tanda Buah Segar yang akan dipress, dengan tujuan agar
efesinsi proses pressing lebih optimal, sehingga target yang diiginkan
perusahaan dapat tercapai sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang
diterapkan oleh perusahaan.
Screw Press dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging
buah yang telah dicabik dengan Oil Losses dan nut pecah menimum pada
ampas press. alat ini terdari sebuah selinder yang berlubang – lubang dan
di dalamnya terdapat 2 buah ulir yang berputar berlawanan arah. tekanan
Press diatur oleh 2 buah konus berda pada bagian ujung press, yang dapat
digerakan maju mundur secara hidrolic.
Masa yang keluar dari ketel adukan melalui, feeder Screw bagi
Press yang memakainya (sebahagian minyak keluar) masuk kedalam main
screw untuk di press lebih lanjut. Minyak yang keluar dari Feeder Screw
dan main Srew ditampung dalam talang minyak (oil getter). untuk
mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada Feeder Screw
dilakukan injeksi uap dan penambahan air panas.
Cara Kerja Mesi Screw Press
Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk
menggerakkan mesi double screw press. Screw press dihidupkan melalui
panel kendali sekaligus system hidrolikny,lalu dimasukkan air panas
dengan suhu 900C melalui pipa masuk (pipe inlet).Motor listrik hidup
memutar pulli melalui poros motor dengan daya 30 Kw dengan putaran
1475 rpm.Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran ke pulli yang
20
terpasang pada poros yang menghubungkan ke gear reduser,dan gear
reduser digerakkan poros utama yang dihubungkan dengan kopling.Poros
utama menggerakkan roda gigi perantara yang mengakibatkan kedua poros
berulir akan bergerak berlawanan arah dengan putaran yang sama.
Pada bagian akhir ulir terdapat dua buah konus yang digerakkan
dengan bantuan sistem hidrolik dengan gerakan maju mundur sesuai
dengan tekanan yang dibutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
pengepresan dan tekanannya sebesar 30-50 bar.
Minyak yang dihasilkan oleh mesin press dialirkan ke oil vibrating
screnn dan kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk diproses lebih
lanjut,sedangkan serabut dan biji buah sawit yang masih mengandung 4%
minyak dialirkan ke cake breaker conveyor untuk proses
selanjutnya.Motor listrik memutar poros screw press yang direduksi
(dikurangkan) putarannya dari 1475 menjadi 12 rpm melalui speed
reduser.
Kapasitas screw press yang direncanakan harus sesuaikan dengan
kapasitas olahan pabrik. Dalam menentukan kapasitas 12 ton TBS / jam
screw press yang dipergunakan maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Sebelum kelapa sawit masuk kedalam screw press masa awal buah
kelepa sawit telah berkurang. Hal ini disebabkan karena
berlangsungnya proses penebahan pada mesin thresher / stripper.
Massa sawit yang berkurang yang dimaksud adalah berupa tandan
kosong yang dipindahkan dengan konveyor.
21
2. Untuk memperoleh hasil pressing yang baik yakni minyak sawit keluar
semua maka perlu diperhatikan bahwah screw press harus dalam
keadaan selalu penuh. Kondisi ini dibutuhkan untuk memperoleh
efisiensi yang lebih baik dari penekanan yang dilakukan sebab jika
banyak ruang kosong pada saat penekanan maka tidak berlangsung
maksimal.
Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk
menggerakan mesin double screw press dihidupkan melalui panel
kendali sekaligus sistem hidroliknya, lalu dimasukkan air panas
dengan suhu 90C melalui pipa masuk (pipe inlet). Motor listrik
hidup memutar pulli melalui poros motor dengan daya 22 Kw dan
putaran 1465 rpm. Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran
ke pulli yang terpasang pada poros yang menghubungi ke gear reducer,
dari gear reducer digerakan poros utama yang dihubungkan dengan
kopling. Poros utama menggerakan roda gigi perantara yang
mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah
dangan putaran yang sama.
3. Dampak Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Terhadap
Lingkungan.
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit
secara langsung dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Pada proses produksi minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas
dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik. Setiap ton tandan buah
segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah
22
tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang
bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti
eco-efficient, pollution prevention, waste minimization, waste
minimization atau source reduction. United Nation Environment
Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau
produksi bersih sebagai upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan
secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Akhir-akhir ini permintaan akan minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil) yang digunakan sebagai minyak nabati dan biofuel telah mendorong
peningkatan pengembangan perkebunan kelapa sawit atau perluasan
wilyah perkebunan kelapa sawit terutama di Indonesia. Selain permintaan
akan CPO, faktor lain yang menyebabkan perkembangan perluasan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah adanya potensi yang sangat
besar seperti lahan yang sangat luas, ketersediaan tenaga kerja dan
kesesuaian agroklimat.
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor CPO terbesar di
kawasan Asia Tenggara yang diikuti oleh Malaysia. Luas perkebunan
kelapa sawit Indonesia mencapai 8 juta hektar (ha) lebih yang jika
dibandingkan dengan luas perkebunan kelapa sawit dunia yang hanya
mencapai 12 juta hektar (ha) lebih, berarti luas perkebunan kelapa sawit
Indonesia mencapai 66,67% dari luas perkebunan kelapa sawit dunia.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia yang mencapai 8 juta hektar tersebut
23
tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang dijadikan
sebagai daerah penghasil kelapa sawit dan CPO terbesar dan utama.
Salah satu provinsi penghasil kelapa sawit dan CPO terbesar di
pulau Sumatera adalah Riau, dimana menurut data dari Dinas Perkebunan
Propinsi (2009) luas perkebunan kelapa sawitnya lebih dari 2 juta hektar.
Selain itu, menurut data BPS Propinsi Riau (2010) total luas lahan
perkebunan sawit di Riau diperkirakan mencapai 2,06 juta hektar dari 1,7
juta ha pada tahun 2008. Luas ini diperkirakan setara dengan 35% luas
perkebunan sawit nasional yang saat ini mencapai 7,3 juta ha lebih. Salah
satu kabupaten yang memiliki perkebunan terluas adalah kabupaten
Pelalawan. Di Pelalawan perkebunan kelapa sawit adalah salah satu
komoditi unggulan selain perkebunan karet bagi masyarakatnya.
Peningkatan pengembangan perkebunan sawit sejalan dengan
peningkatan pembangunan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PKS).
Seperti halnya di Riau, Pembangunan perkebunan kelapa sawit pasti
membawa dampak terhadap masyarakat sektar. Dampak tersebut dapat
berupa dampak positif bagi ekonomi, sosial dan pendidikan, seperti
terbukanya lapangan kerja bagi warga sekitar pabrik, perbaikan dan
pembangunan infrastruktur penunjang bagi perusahaan dan masyarakat
seperti jalan dan fasilitas kesehatan, dan pabrik sebagai sarana penelitian.
Menurut Syahza (2009) pembangunan perkebunan kelapa sawit di Riau
dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat
dan mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota, dapat
menciptakan multiplier effect dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
24
pedesaan, dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi daerah Riau. Tingkat kesejahteraan
yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa dampak
berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit dan karet.
Pembangunan perkebunan ini sekarang lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat secara swadaya.
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah penurunan
kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran akibat limbah
yang dihasilkan dari PKS baik itu limbah padat, gas, maupun limbah cair
sering menjadi konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat yang
ada di sekitar kawasan PKS tersebut. Limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan buah sawit tersebut memberikan dampak yang tidak baik pada
lingkungan. Tingginya kadar BOD dan COD di perairan bisa
menyebabkan oksigen berkurang, Tingginya kadar minyak dan lemak
serta TSS dapat menghambat masuknya sinar matahari ke dalam perairan.
Jika hal tersebut terjadi, proses fotosintesis akan terhambat, kurangnya
aktifitas fotosintesis akan mengurangi oksigen terlarut yang dilepas oleh
tanaman air dan fitoplankton ke badan air, selain itu TSS juga bisa
menyebabkan gangguan pada insang ikan karena partikel-partikel yang
tidak larut tersebut akan menempel pada insang. Parameter kimia lain yang
bersifat toksik terhadap organisme budidaya adalah amonia. Amonia
bersifat toksik bagi biota perairan karena mengganggu proses pengikatan
oksigen oleh darah. Konsentrasi amonia yang bersifat toksik bagi sebagian
25
besar biota perairan berkisar antara 0,60 – 2,00 mg/l (The Europen Inland
Fisheries Advisory Commission, 1973).
4. Cara Penanganan Setiap Dampak dari Prabrik Pengolahan Minyak
Kelapa Sawit.
Menurut KEPMEN LH No 51 Tahun 1995, untuk menghindari
atau menangani dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah yang
dihasilkan dari proses pengolahan, maka setiap industri wajib membuat
instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Saluran pembuangan limbah cair
haruslah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke
lingkungan, memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan
melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut, tidak melakukan
pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas
pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair, memisahkan saluran
pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.
D. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
26
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang
sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak
sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan
kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan
minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik,
dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu
bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki
keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut
antara lain:
Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak
kelapa sawit ini tinggi;
Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai
produktivitas yang tinggi;
Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai
manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non
pangan;
Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak
nabati lainnya.
omoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat
menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu
menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti
minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan
bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait dengan kimia
ada dua tahap yaitu Pemurnian dan Fraksinasi.
b. Dampak prabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap lingkungan
adalah Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah penurunan
kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran.
c. Cara penanganan setiap dampak dari prabrik pengolahan minyak kelapa
sawit adalah dengan setiap industri wajib membuat instalasi pengolahan
air limbah (IPAL). Saluran pembuangan limbah cair haruslah yang kedap
air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan,
memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan
pencatatan debit harian limbah cair tersebut, tidak melakukan pengenceran
limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke
dalam aliran pembuangan limbah cair, memisahkan saluran pembuangan
limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.
B. Saran
Pabrik pengelolaan minyak kelapa sawit dalam hal ini harus mempunyai tugas
untuk membuat penampungan limbah sendiri agar tidak langsung masuk
lingkungan dan berdampak merusak pada lingkungan sekitar. Tetap menjaga
kebersihan lingkungan agar tidak mencemari air di lingkungan.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Bucman, H.. O. , 1982. Koloida tanah, sifat dan artinya dalam praktek,
dalam ilmu tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.( 86 – 97 ).
2. H, Van Olphen, 1963. Montmorilloni tes ( Expanding threeLayer Clays) in
clay colloid chemistry. New York: Interscience Publisher.( 66 – 69 ).
3. Ketaren, S. , 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta
: Universitas Indonesia, Jakarta: 1986, { 17 – 260 ).
4. Mark, ER, Jhon; J Mc. Ketto [and] Othmer, D. F., 1967. Bentonites in
Encyclopedia of Chemical Technology”, 2nd ed, (7), 1967, ( 339 -358 ).
5. Pitoyo, 1988. Kemungkinan ekstraksi beta-karotena dari tanab pemucat
limbah proses pemurnian minyak kelapa sawit. Yogyakarta : UGM.
6. Stanley, J,. L. , 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed,
American Institute Of Minning, Metalurgieal and Petroleum Enginners
Inc, New York, 1975, ( 519 – 575).
7. https://noviaekasaputrii.wordpress.com/2013/07/05/pabrik-pengolahan-
kelapa-sawit/
29
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PEDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2
D. Mamfaat Pembahasan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Pengertian Industri ............................................................................... 4
B. Pengertian Kelapa Sawit ...................................................................... 5
C. Proses Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang Terkait
dengan Kimia ....................................................................................... 6
D. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya ......................................... 26
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 28
A. Kesimpulan .......................................................................................... 28
B. Saran .................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
30
Recommended