View
240
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=219587642&escape=false&metadata={%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22}
Citation preview
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH ALAI PARAK KOPI
BIDANG KEGIATAN:
PKM – ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan oleh:
WANDA SYAPUTRA 1210015311017 (Angkatan 2012)
ANDIKA PRAMANA PUTRA 1210015311014 (Angkatan 2012)
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2015
PENGESAHAN PROPOSAL PKM ARTIKEL ILMIAH1. Judul Kegiatan : Identifikasi Permukiman Kumuh Alai Parak Kopi2. Bidang Kegiatan : PKM-AI3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Wanda Syafutrab. NIM : 1210015311017c. Jurusan : Perencanaan Wilayah & Kotad. Universitas : Bung Hattae. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Handayani III, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan
Nanggalo Kota Padang / 087895355345f. Alamat email : Wandasyaputra77 @ gmail .com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama : Ir. Haryani, M.T b. NIDN : 1002036501 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sumatera Ulak Karang Padang
Padang, 14 – Maret - 2015Menyetujui,
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan
(Fidel Miro,SE,MSTr) (Wanda Syafutra) NIP. 196106131983031002 NIM. 1210015311017
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping
(Drs. Suparman Khan, M.Hum) (Ir. Haryani, M.T) NIP. 195607121984031004 NIK. 940200248
IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH ALAI PARAK KOPI RW IX(1) Wanda Syafutra (2) Andika Pramana putra
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bung Hatta, Wandasyaputra77 @ gmail .com
ABSTRAK
Di kota Padang permukiman kumuh juga permasalahan yang sangat pelik, dilihat dari data tahun 2012 hasilnya adalah angka rumah tangga miskin sebanyak 101.170 jiwa (19.845 KK). Atau 11,98 persen dari penduduk kota Padang tahun 2011, (844.316 jiwa). Dengan jumlah penduduk miskin yang ada merupakan salah satu faktor berkembangnya permukiman kumuh diberbagai kawasan di kota Padang salah satu kawasan yaitu di Kelurahan Alai Parak Kopi yang terletak di Kecamatan Padang Utara. Pada artikel ilmiah ini ruang lingkup yang diambil yaitu salah satu kawasan yaitu RW IX dengan jumlah penduduk sekitar 235 KK. Adapun permasalahan yang ada seperti yang terjadi pada daerah permukiman kumuh lainya, sebagian rumah pada kawasan ini terletak di sempadan sungai ini masih banyak masalah seperti tidak lengkapnya sarana dan prasarana,pencemaran lingkungan dan penduduk yang tidak terlayani air bersih.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “Metode Penelitian deskriptif” merupakan penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran tentang keadaan dan kondisi fisik perumahan dan permukiman berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang tampak atau sebagaimana adanya di lokasi penelitian. Pada penelitian ini populasi obyek penelitian adalah perumahan dan permukiman di Kelurahan Alai Parak Kopi. Sebagai subyek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah permukiman kumuh berbasis kawasan di Kota Padang di Kelurahan Alai Parak Kopi terletak pada RW IX.
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena permukiman kumuh telah menjamur di berbagai tempat, salah satunya di kawasan
kumuh yang banyak dijumpai diperkotaan. Berbagai dampak negatif ditimbulkan oleh fenomena
permukiman kumuh.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%.
Pemerintah bukan tidak memiliki solusi dalam mengatasi fenomena tersebut, namun
realisasinya pemerintah kebingungan untuk mengatasi masalah tersebut. Kompleksitas
pembenahan permukiman kumuh adalah dari segi sosial masyarakat dan meningkatnya
kebutuhan akan perumahan yang menjadi penghambat penanganan fenomena permukiman
kumuh milik penduduk yang kini sudah dibilang tidak mengindahkan lagi.
Meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan telah menimbulkan dampak pada
peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir di perkotaan, meningkatnya potensi
kerawanan dan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas
pelayanan prasarana dan sarana permukiman, dll.
Di kota Padang permukiman kumuh juga permasalahan yang sangat pelik, dilihat dari data tahun
2012 hasilnya adalah angka rumah tangga miskin sebanyak 101.170 jiwa (19.845 KK). Atau
11,98 persen dari penduduk kota Padang tahun 2011, (844.316 jiwa). Dengan jumlah penduduk
miskin yang ada merupakan salah satu faktor berkembangnya permukiman kumuh diberbagai
kawasan di kota Padang salah satu kawasan yaitu di Kelurahan Alai Parak Kopi yang terletak di
Kecamatan Padang Utara. Pada artikel ilmiah ini ruang lingkup yang diambil yaitu salah satu
kawasan yaitu RW IX dengan jumlah penduduk sekitar 235 KK. Adapun permasalahan yang
ada seperti yang terjadi pada daerah permukiman kumuh lainya, sebagian rumah pada kawasan
ini terletak di sempadan sungai ini masih banyak masalah seperti tidak lengkapnya sarana dan
prasarana,pencemaran lingkungan dan penduduk yang tidak terlayani air bersih.
Dengan kondisi permukiman yang seperti ini tentunya harus perlu penanangan dari berbagai
pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan
permukiman layak huni.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk penanganan lingkungan kumuh di Kelurahan
Alai Parak Kopi
Lingkup Studi dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di kawasan studi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Permukiman Kumuh
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat
merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor
atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru
kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang
pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan
perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio
permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara
geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang
menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Masrun (2009) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan
hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan
permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik, sosial
ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak bagi
penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam
lingkungan yang sangat membahanyakan kehidupannya. Pada umumnya permukiman kumuh
memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk yang sangat rendah, tidak memadainya kondisi
sarana dan prasarana dasar, seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas
pendidikan, ruang terbuka / rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbelanjaan.
2.2 Sempadan sungai
Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai
Pasal 9
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan:
a. paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m
(tiga meter);
b. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai
dengan 20 m (dua puluh meter); dan
c. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh
meter).
2.3 Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m2/orang.
Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun
karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak
sulit mendapatkannya.
2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah
(opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau
menyewa. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah
adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat
yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat
diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.
Kriteria Umum Permukiman Kumuh:
1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu dibenahi.
2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun masih
dapat ditingkatkan.
3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian tidak
tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah
4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling bawah,
meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk
mendorong mobilitas tersebut.
5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program pembangunan
kota pada umumnya.
6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi tidak
semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:
1. Berada di lokasi tidak legal
2. Berada di sempadan sungai atau kawasan rawan
3. Akses jalan buruk tidak menjangkau seluruh permukiman
4. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah (miskin)
5. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota
6. Pelayanan sanitasi dan air bersih buruk
7. Tingkat keamanan suatu kawasan
8. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada sistem
angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak selalu murah.
Aturan - aturan penerima BLT :
No Variasi Kemiskinan Karakteristik Kemiskinan
1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 m2 per orang
2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah, bambu, kayu murahan
3 Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu, rumbai, kayu kualitas rendah, tembok tanpa
plester
4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak ada, menumpang rumah lain
5 Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik
6 Sumber air minum Sumur, mata air tidak terlindungi, sungai, air hujan
7 Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar, arang, minyak tanah
8 Konsumsi daging,ayam,susu,per minggu Satu kali atau dua kali dalam seminggu
9 Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah
tangga setiap tahun
Tidak pernah membeli, satu stel
10 Frekuensi makan dalam satu hari Satu kali, dua kali sehari
11 Kemampuan membayar untuk berobat ke
puskesmas atau dokter
Tidak mampu membayar
12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah
tangga
Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha, buruh
tani, nelayan, buruh bangunan, pekerjaan lainya
dengan pendapatan rumah tangga di bawah Rp
600.000,00 per bulan
13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Tidak sekolah, tidak tamat SD atau hanya tamat SD
saja.
14 Pemilikan aset, harta bergerak maupun tidak
bergerak
Tidak punya tabungan, barang yang mudah dijual
dengan nilai minimal Rp 500.000,00 sepert sepeda
motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan,
perahu motor dan barang modal lainya
Berdasarkan aturan minimal penerima BLT harus memenuhi 8 dari 14 aspek kriteria BLT.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah “Metode Penelitian deskriptif” merupakan
penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran tentang keadaan dan kondisi fisik
perumahan dan permukiman berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang tampak atau
sebagaimana adanya di lokasi penelitian. Pada penelitian ini populasi obyek penelitian adalah
perumahan dan permukiman di Kelurahan Alai Parak Kopi. Sebagai subyek penelitian, populasi
dalam penelitian ini adalah permukiman kumuh berbasis kawasan di Kota Padang di Kelurahan
Alai Parak Kopi terletak pada RW IX.
Penelitian ini merupakan tahap eksplorasi, dengan teknik meta analisis, untuk mengidentifikasi
profil penghuni pemukiman kumuh, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, dan identifikasi
kebutuhan yang perlu diakomodasi dalam perencanaan program dan kegiatan pembangunan
kota. Analisis data dilakukan berdasarkan , yaitu memandang perilaku manusia—apa yang
mereka katakan, dan lakukan sebagai suatu produk dari orang yang menafsirkan dunia mereka
sendiri. Metode ini berusaha memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia
dalam situasinya yang khusus. Penelitian ini juga berorientasi pada sejumlah kasus dengan
karakteristik spesifik sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mendapatkan kedalaman makna.
Berdasar karakteristik dan isu penelitian ini, pendekatan penelitian yang dipilih adalah deskriftif.
BAB IVPEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Gambaran Umum Kawasan
Kawasan studi pada artikel ilmiah ini yaitu terletak Kelurahan Alai Parak Kopi, adapun deliniasi kawasannya yaitu pada RW IX dengan luas lahan yaitu 3,5 Ha. Jumlah penduduk yang ada pada RW IX yakni 235 KK.
A. Lokasi Permukiman Adanya permukiman yang berdiri disepanjang sempadan sungai, dengan sungai yang
kedalamnya kurang dari 3 meter seharusnya tidak ada bangunan berdiri diri sisi kiri maupun kanan sungai dengan jarak 10 meter.
Lokasi permukiman berbatasan atau dekat dengan pasar tradisional (pasar Alai) kurang lebih 50 meter.Berdasarkan kriteria permukiman kumuh yaitu lokasi permukiman kumuh berada di sempadan sungai dan berbatasan dengan kawasan pasar alai. Dengan demikian dapat masuk salah satu kriteria permukiman kumuh.
B. Kebijakan
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Padang tahun 2012 di nyatakan bahwa kawasan
Alai Parak Kopi merupakan kawasan kumuh.
Jadi berdasarakan aspek kebijakan kawasan ini juga digolongkan sebagai kawasan
permukiman kumuh.
C. Tinjauan terhadap Kondisi Bangunan
Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek kondisi bangunan mencakup 4
kriteria, yaitu tingkat kualitas dan kelayakan bangunan, kepadatan bangunan dan tingkat
penggunaan luas lantai.
a. Tingkat Kualitas dan Kelayakan Bangunan
Sebagian besar rumah penduduk berbentuk rumah biasa Umumnya merupakan bangunan
sederhana, semi permanen, dan tidak layak huni. Berdasarkan pengamatan di lokasi
terdapat ±60% rumah tidak layak huni, terutama rumah-rumah yang berada di tepi sungai,
dengan kondisi material konstruksi yang mudah rusak dan berkesan darurat.
Gambar : Rumah non permanen Gambar: salah satu kondisi rumah
D. Tinjauan terhadap Kondisi Prasarana dan Sarana Lingkungan
Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek prasarana dan sarana lingkungan mencakup 4 kriteria, yaitu: tingkat pelayanan air bersih, drainase, persampahan, jalan.
a) Tingkat Pelayanan Air Bersih
Di RW IX Kelurahan Lamokato sebagian besar penduduk telah memperoleh air bersih
dari saluran PAM (70%) panjang pipa besar (840m) dilihat dari aliran pipa yang
berada dipinggir jalan (panjang jalan yang melayani 1200m ) yang ada di kawasan
studi. Sisanya berdasarkan wawancara dengan warga yang tidak terlayani saluran
PAM menggunakan air sumur untuk pemenuhan kebutuhan air. Dengan demikian
dapat dikatakan kawasan ini kumuh rendah dari segi pelayanan air bersih.
b) Kondisi Persampahan
Umumnya penduduk di RW IX Kelurahan Lamokato membuang sampah dengan cara
dibakar di pekarangan atau di tempat-tempat terbuka. Tidak adanya armada angkutan
sampah dan tempat pembuangan sampah sementara yang memadai menyebabkan
penduduk lebih memilih cara yang mudah dilakukan dan tempat yang mudah
dijangkau. Dari cara membuang sampah penduduk, kondisi ini dapat dikategorikan
kumuh.
c) Saluran Drainase
Saluran drainase yang terdapat pada RW IX tidak menjangkau seluruh kawasan, dilihat
disepanjang jalan tidak seluruhnya terlayani oleh saluran drainase, untuk permukiman
pembuangan air limbah bagi yang termasuk dalam jangkauan drainase membuang air
limbah ke drainase sedangkan untuk permukiman yang tidak terjangkau yakni
membuang limbahnya ke sungai.
Peta Saluran Drainase
d) Kondisi Jalan
Panjang jalan yang melayani kawasan ini yaitu sepanjang 1,3 km. Dengan rincian yaitu
900 meter jalan beton dan 400 meter jalan tanah. Dengan masih adanya permukiman
yang masih belum memiliki akses hanya jalan setapak dan jalan tanah. Termasuk salah
satu indikator permukiman kumuh yakni akses jalan belum melayani permukiman.
E. Tinjauan terhadap Aspek Sosial Ekonomi Penduduk
a) Tingkat Kemiskinan
Penilaian terhadap perumahan dan permukiman dari aspek sosial ekonomi penduduk, dalam
aspek ini penilaian dilakukan dengan menggunakan indikator penerima BLT (bantuan langsung
tunai). Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua RW IX yaitu jumlah
KK penerima BLT sebanyak 153 KK dari 235 KK atau dengan persentase 65% merupakan
penerima BLT. Dengan lebih dari 50% penduduk di permukiman RW IX dapat di katakan
kawasan kumuh.
b) Tingkat Keamanan
Umumnya kondisi lingkungan relatif aman dari pencurian dan tindak kejahatan lainnya.
Penduduk tidak mengalami gangguan keamanan dalam 6 bulan terakhir. Demikian pula dengan
konflik antar warga cenderung tidak terjadi, karena adanya hubungan kekerabatan yang erat
antar warga atau berasal dari daerah yang sama. Hal ini juga disebabkan oleh persamaan latar
belakang sosial budaya dan ekonomi antar penduduk, sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial
di masyarakat (wawancara dengan RW IX).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Alai Parak Kopi , khususnya diwilayah studi
yaitu RW IX :
(1) Dari segi lokasi dapat dikategorikan kumuh yakni berada disempadan sungai dan berbatasan
langsung dengan pasar tradisional.
sarana & prasarana air bersih belum terdistribusi merata, pembuangan air kotor dan pembuangan
sampah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
(2) kualitas lingkungan yang rendah
(3) masih banyaknya bangunan dengan kualitas bangunan yang rendah dan tidak layak huni
(4) tingkat kemiskinan yang tinggi.
Dari aspek sarana dan prasarana dapat disimpulkan sebagian besar kondisi yang ada
termasuk kategori kumuh, yaitu: sanitasi lingkungan, jalan, persampahan dan saluran air hujan.
Kebiasaan penduduk membuang sampah, air kotor dan jamban di sungai, menjadikan sungai
tercemar. Akibat kurangnya kesadaran penduduk terhadap kesehatan lingkungan, sehingga
berimplikasi pada kualitas lingkungan yang rawan bencana banjir dan kualitas hidup penduduk
yang rentan terhadap wabah penyakit. Kondisi sosial ekonomi penduduk yang umumnya
berpenghasilan rendah, menyebabkan rendahnya motivasi penduduk untuk memiliki rumah yang
layak & sehat dilihat dari jumlah KK penerima BLT (
bantuan langsung tunai) .
DAFTAR PUSTAKA
Johan Silas, 2014 “Karakteristik Permukiman Kumuh” http://dawnfairies.blogspot.com/2014/07/makalah-
pengetahuan-lingkungan_8727.html di akses pada 30 Mei 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai
Masrun, 2009 “Permukiman kumuh “https://1janumuhammad.wordpress.com/2013/01/20/geografi-sosial-
munculnya-perkampungan-kumuh-di-tengah-kota/ diakses 29 juni 2015
Peraturan Pemerintah, 2011. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai http://www.sanitasi.net/peraturan-pemerintah-no-38-tahun-2011-tentang-sungai.html diakses 30 Mei 2015.
Recommended