View
236
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA UNTUK SANTRI USIA
REMAJA BERMASALAH DI PONDOK PESANTREN KI SANTRI
DESA SUKOREJO KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Aida Yuliyanti
NIM. 3401412075
PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi fakultas ilmu sosial Unnes pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum
NIP. 197510162009121001 NIP. 197805272008122001
Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Kuncoro Bayu. P, S.Ant.,M.A
NIP. 197706132005011002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II Penguji III
Nurul Fatimah S.Pd,M.Si Asma Luthfi S.Th.I., M.Hum Moh.Yasir Alimi
S.Ag., M.A.,Ph.D
NIP.198304092006042006 NIP.197805272008122001
NIP.197510162009121001
Mengetahui:
Dekan,
Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A
NIP. 1963080221988031001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2014
Aida Yuliyanti
3401412075
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Keindahan sejati sebuah karya tulis (ilmiah) terletak pada proses, bukan
hasil,
Nikmati setiap prosesnya maka kan kau nikmati pula hasilnya,
Hasil yang nikmat adalah hasil yang bermanfaat. (Aida Yuliyanti)
PERSEMBAHAN :
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini penulis persembahkan
kepada :
Ayah dan Ibu, terima kasih atas kasih sayang dan doa yang diberikan
selama ini.
Mba Hendri Suci Fitrianti, Mas Ricky Setyono, dan Juntoro, terima
kasih atas segala dukungan dan pengertian yang diberikan.
Syifa Arkananta, Helga Mahardika, dan Bisma Raya Mahardika,
terima kasih untuk segala tingkah laku yang memberikan tawa.
Teman-teman jurusan Sosiologi dan Antropologi UNNES 2012,
khususnya rombel empat kesayangan, teman-teman KKN Desa
Munggangsari, Teman-teman PPL SMA N 01 Salatiga UNNES 2015
terima kasih untuk segala kenangan yang tak kan terlupakan.
Lestari Nurma Lailita, terima kasih telah menjadi teman berbagi yang
mengasyikkan.
Almamater Universitas Negeri Semarang, terima kasih telah menjadi
bagian hidup yang membanggakan.
Pondok Pesantren Ki Santri, terima kasih telah memberikan
kesempatan untuk belajar.
Teman-teman dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan
dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
vi
SARI
Yuliyanti, Aida. 2016. Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri Usia
Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten
Kendal. Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D
Pembimbing II: Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum.118 halaman.
Kata Kunci: Implementasi, pendidikan agama, pondok pesantren, santri
bermasalah, usia remaja
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan nonformal yang
memberikan pendidikan agama bagi santri. Istilah santri merujuk kepada orang
Islam yang memiliki kecenderungan agama yang kuat. Tidak semua santri
memiliki ajaran agama yang kuat, di Pondok Pesantren terdapat pula santri
bermasalah. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi pendidikan agama
untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal. Teori yang digunakan adalah teori institusi total, tindakan aksi
voluntaristik, dan konsep pengendalian sosial.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di
Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Informasi
pendukung diperoleh dari kyai, santri usia remaja bermasalah, ketua Pondok, dan
pengajar. Alat dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik validitas menggunakan triangulasi data.
Teknik analisis data mencakup pengumpulan, reduksi dan penyajian data, serta
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) implementasi
pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri bersumber pada al-Qur’an,
kitab, alam dan budaya. Terdapat pula pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan
formal melalui sekolah kejar paket dan pendidikan keterampilan yaitu bercocok
tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan desain. Segala macam pendidikan
agama yang ada merupakan bentuk nyata dari institusi total sebagai tempat
mengasingkan diri dari dunia luas dan tempat pelayanan serta pendidikan agama.
Setelah mengikuti pendidikan agama santri menjadi individu yang lebih baik. Hal
ini tak lepas dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan
berbagai macam pendidikan agama sebagai cara untuk memperbaiki moral santri
bermasalah;2) Respon santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai
tempat yang nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan
kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri adalah santri memiliki kontrol diri,
menjadi pribadi yang lebih baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat.
Pandangan serta manfaat yang diperoleh santri menunjukkan peran Pondok
Pesantren Ki Santri dalam melakukan pengendalian sosial. Cara pengendalian
sosial dilakukan melalui pendidikan juga agama dan bersifat represif serta
persuasif.
Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada1) Pondok Pesantren untuk
meningkatkan kuantitas pendidik dalam pendidikan formal;2) santri untuk
melaksanakan pendidikan agama dengan benar;3) masyarakat agar memberi
dukungan lembaga pendidikan yang berusaha mengentaskan masalah anak;4)
pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan terhadap lembaga pendidikan
nonformal yang memberikan pendidikan bagi anak.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat, rahmat pertolongan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Untuk
Santri Usia Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan di
waktu yang tepat berdasarkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi di waktu yang tepat.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M. A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant, M. A. Ketua jurusan Sosiologi dan
Antropologi yang telah memberikan saran, motivasi, dan memfasilitasi
konsultasi serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.
4. Nurul Fatimah, S.Pd, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan
banyak masukan terhadap perbaikan skripsi yang dibuat oleh penulis.
5. Moh. Yasir Alimi, S.Ag.,M.A.,Ph.D, Asma Luthfi, S.Th.I.,M.Hum, Dosen
Pembimbing penulis yang telah sabar dan ikhlas untuk memberikan,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen di jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah banyak memberikan bekal
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
viii
7. Bapak Gigik Kusiaji selaku kyai di Pondok Pesantren Ki Santri Desa
Sukorejo Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin untuk penulis
melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren.
8. Sumanto, selaku ketua Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh
data dan informasi penelitian.
9. Pengajar dan santri di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal yang telah memberikan kesempatan penulis untuk berada
di tengah-tengah mereka.
10. Semua pihak yang telah memberikan doa, ilmu, pencerahan, dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pengembangan
ilmu pengetahun di bidang sosial.
Semarang, Juni 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…....................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN……………......................................... iii
PERNYATAAN....................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... v
SARI......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI............................................................................................
DAFTAR TABEL………………………………………………………
vii
ix
xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 6
1.5 Batasan Istilah ........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................. 10
2.1 Deskripsi Teoritis.................................................................... 10
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan........................... 17
2.3 Kerangka Berfikir................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN............................................ 27
3.1 Latar Penelitian........................................................................ 27
3.2 Fokus Penelitian....................................................................... 28
3.3 Sumber Data............................................................................ 28
3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data........................................ 32
3.5 Keabsahan Data…................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................... 43
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................
4.1.1 Profil Pondok Pesantren Ki Santri…………………………..
4.1.2 Keadaan Santri dan Pengajar………………………………..
4.1.3 Model Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Ki Santri….
4.1.4 Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Ki Santri……….
4.1.5 Visi dan Misi Pondok Pesantren Ki Santri………………….
4.1.6 Profil Kyai Pondok Pesantren Ki Santri…………………….
43
43
46
47
48
49
52
x
4.1.7 Profil Santri Usia Remaja Bermasalah……………………… 59
4.2 Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri Usia
Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri…..
4.2.1 Pendidikan Agama Bersumber Pada Al-Qur’an…………….
4.2.2 Pendidikan Agama Bersumber Pada Kitab…………………
4.2.3 Pendidikan Agama Melalui Pada Alam…………………….
4.2.4 Pendidikan Agama Melalui Budaya………………………..
4.2.5 Pendidikan Jasmani………………………………………….
4.2.6 Pendidikan Rohani…………………………………………...
4.2.7 Pendidikan Pada Lembaga Formal…………………………..
4.2.8 Pendidikan Keterampilan…………………………………….
4.3 Respon Santri Usia Remaja Bermasalah Terhadap Proses
Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Ki Santri……..
4.3.1Pandangan Santri Terhadap Pondok Pesantren Ki Santri……
4.3.2 Manfaat Pendidikan Agama Bagi Santri …………………...
73
73
78
81
84
88
89
94
97
105
105
109
BAB V PENUTUP.................................................................... 115
5.1 Simpulan................................................................................. 115
5.2 Saran....................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel Informan..................................................................
Tabel Keadaan Santri dan Pengajar……………………..
29
46
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pondok Pesantren Ki Santri……………………………….. 44
Gambar 2 Suasana TPQ di Masjid Pondok Pesantren Ki Santri…....... 49
Gambar 3 Kyai Pondok Pesantren Ki Santri Beserta Keluarga……..... 53
Gambar 4 Santri Pondok Pesantren Ki Santri Bersama Pengajar…….. 60
Gambar 5 Suasana Santri Sedang Membaca Al-Qur’an……………… 74
Gambar 6 Suasana Santri Sedang Belajar Tajwid.................................. 76
Gambar 7 Suasana Santri Sedang Shalawatan dengan Rebana………. 84
Gambar 8
Gambar 9
Gambar10
Gambar11
Gambar12
Gambar13
Gambar14
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2015…..
Gambar Asmaul Husna…………………………………….
Santri Sedang Mengerjakan Latihan Soal Ujian Nasional…
Santri Sedang Beternak Kambing………………………….
Bengkel Las di Pondok Pesantren Ki Santri……………….
Lahan Garapan Santri………………………………………
Hasil Seni Santri……………………………………………
85
92
96
98
99
100
101
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1
Bagan 2
Kerangka Berfikir..................................................................
Alur Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif……………
26
41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi............................................................. 120
Lampiran 2 Pedoman Wawancara.......................................................... 121
Lampiran 3 Daftar Subjek Penelitian..................................................... 136
Lampiran 4 Daftar Informan Penelitian….............................................. 133
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Daftar Kyai dan Pengajar…………………………………
Daftar Santri………………………………………………
Surat Izin Penelitian………………………………………
137
139
140
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondok Pesantren Ki Santri adalah salah satu Pondok Pesantren yang
berada di wilayah Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Pondok Pesantren ini
merupakan tempat untuk membentuk individu agar berakhlak baik. Layaknya
Pondok Pesantren lainnya, dalam Pondok Pesantren ini pun memberikan materi-
materi keagamaan guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Pondok Pesantren Ki Santri memiliki unsur-unsur yang juga terdapat di Pondok
Pesantren pada umumnya. Unsur-unsur tersebut seperti adanya kyai, asrama atau
pondok, masjid, pengajaran kitab, dan santri.
Salah satu unsur penting yang ada di dalam Pondok Pesantren Ki Santri
adalah adanya santri. Perkataan santri digunakan untuk menunjuk pada golongan
orang-orang Islam di Jawa yang memiliki kecenderungan lebih kuat pada ajaran-
ajaran agamanya (Madjid,1997:19). Dalam Ghazali (2003:23), terdapat dua
kelompok santri, yaitu santri mukim dan santri kalong. Sederhananya, santri
mukim adalah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok
pesantren, sedangkan santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal di desa-
desa sekililing Pondok Pesantren dan biasanya tidak menetap dalam kelompok
pesantren. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa santri memiliki
kecenderungan agama yang kuat khususnya dalam agama Islam baik dari santri
mukim maupun santri kalong.
2
Namun pada kenyataannya, tidak semua santri memiliki kecenderungan
agama yang kuat. Justru di dalam Pondok Pesantren terdapat santri yang
bermasalah. Hal ini terbukti pada santri yang berada di Pondok Pesantren Ki
Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Dalam Skripsi Malikha (2014:1)
menyatakan bahwa terdapat keunikan berkaitan dengan santri yang ada di dalam
Pondok Pesantren Ki Santri. Pasalnya, santri yang ada di dalam Pondok Pesantren
Ki Santri adalah mereka yang memiliki latar belakang negatif. Negatif disini
adalah mereka yang dahulunya banyak melakukan penyimpangan, seperti menjadi
preman, pecandu narkoba, pemabuk, perampok, anak punk dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep santri yang semula bermakna
seseorang yang memiliki kecenderungan agama yang kuat tidak berlaku di dalam
Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.
Pondok Pesantren Ki Santri yang ada di Desa Sukorejo Kabupaten Kendal
dapat dikatakan sebagai bengkel moral bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan
perannya sebagai lembaga pendidikan yang menampung santri yang dahulunya
kerap melakukan penyimpangan. Berbicara mengenai penyimpangan seringkali
dilakukan oleh para remaja. Hal ini dikarenakan remaja berada pada masa ambang
dewasa, dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa,
yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat
dalam perbuatan seks (Rifa’i,2012:24). Oleh karena itu, santri yang terdapat di
dalam Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal juga
berisikan para remaja yang mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa,
yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan terlarang.
3
Kebanyakan masyarakat terutama orang tua merasa kesulitan dalam
menyikapi individu yang mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa.
Berbagai macam cara dilakukan agar individu dapat bertindak dan berperilaku
sebagaimana mestinya, yaitu yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan individu ke dalam
lembaga pendidikan formal. Jalur pendidikan formal diharapkan dapat mendidik
individu agar dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan norma melalui pendidikan
yang dilaksanakan. Namun kenyataannya, banyak individu yang tidak dapat
mengikuti pendidikan formal dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui sikap dan
perilaku individu yang masih banyak melakukan penyimpangan.
Selain melalui pendidikan formal, lembaga pendidikan nonformal pun
digunakan sebagai cara agar individu dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan
norma. Salah satu jalur pendidikan nonformal dapat dilakukan melalui Pondok
Pesantren. Dalam Pondok Pesanten diharapkan dapat mendidik individu agar
dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan norma melalui serangkaian kegiatan
keagamaan. Namun banyak individu yang justru berpandangan bahwa Pondok
Pesantren merupakan tempat yang menakutkan. Pandangan tersebut diantaranya
yaitu bahwa Pondok Pesantren sebagai tempat orang-orang yang memiliki
pengetahuan agama yang kuat, sebagai tempat yang terkungkung dimana semua
kegiatan dijadwal secara ketat, dan sebagai tempat yang membuat individu tidak
dapat bergerak secara bebas. Oleh karena itu, banyak individu yang tidak berminat
untuk masuk dan mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren.
4
Pondok Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki
sistem pendidikan tersendiri. Sistem pendidikan biasanya berbasis pada
keagamaan atau dapat disebut dengan pendidikan agama. Pendidikan agama
berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik
agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuharini, 1981:27). Dalam setiap
Pondok Pesantren memiliki model pendidikan agamanya masing-masing yang
disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Tujuan Pondok Pesantren pada
umumnya diarahkan pada proses improvisasi menurut perkembangan Pondok
Pesantren yang dipilih sendiri oleh kyai atau bersama-sama dengan pengasuh
yang lain, sehingga terjadi perbedaan antara Pondok Pesantren yang satu dengan
yang lainnya. Adapun tujuan dari Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal adalah memperbaiki moral santri bermasalah agar menjadi
santri yang soleh melalui pendidikan agama yang dilaksanakan.
Kondisi santri yang bermasalah dan berlatar belakang negatif sudah
tentunya penerapan model pendidikan memiliki strategi tertentu. Strategi
pendidikan tidak serta merta menerapkan pola pendidikan layaknya di Pondok
Pesantren lainnya. Hal ini dikarenakan santri di Pondok Pesantren Ki Santri pada
dasarnya memiliki latar belakang negatif. Dalam pelaksanaannya, strategi tersebut
digunakan untuk mendidik santri, sehingga diharapkan mampu memecahkan
segala permasalahan santri dan membina santri agar menjadi pribadi yang baik.
Dalam Pondok Pesantren Ki Santri juga memiliki model pendidikan
agama sendiri. Model pendidikan dalam Pondok Pesantren ini disesuaikan dengan
tujuannya yaitu untuk memperbaiki moral para santri bermasalah. Malikha
5
(2014:49) menyebutkan bahwa model pendidikan yang diterapkan di Pondok
Pesantren Ki Santri mengadopsi pendidikan model pesantren khalafi. Dalam
prosesnya, santri diberikan pendidikan agama, umum (formal), dan keterampilan.
Kontribusi yang luar biasa bagi Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal yang telah bersedia menerima individu yang memiliki latar
belakang negatif karena melakukan penyimpangan. Tentunya bukan menjadi hal
mudah bagi Pondok Pesantren ini dalam berupaya merubah santri bermasalah
menjadi santri yang soleh. Sudah terlihat jelas bahwa dalam Pondok Pesantren Ki
Santri memiliki dua model pendidikan agama yang berlangsung di dalamnya.
Kedua model pendidikan agama tersebut saling bersinergi membentuk santri agar
memiliki nilai maupun karakter islami, dan juga berupaya merubah moral santri
agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Menjadi perhatian tersendiri bagi peneliti untuk melakukan kajian lebih
lanjut mengenai implementasi pendidikan agama yang tentunya didasarkan
kepada model pendidikan agama di dalam Pondok Pesantren Ki Santri. Adapun
judul yang peneliti angkat adalah “Implementasi Pendidikan Agama Untuk Santri
Usia Remaja Bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
6
1. Bagaimana implementasi pendidikan agama untuk santri usia remaja
bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten
Kendal ?
2. Bagaimana respon santri usia remaja bermasalah terhadap pendidikan
agama di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana implementasi pendidikan agama untuk santri usia
remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal.
2. Mengetahui bagaimana respon santri usia remaja bermasalah terhadap
pendidikan di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten
Kendal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan terhadap bidang studi sosiologi dan antropologi,
khususnya dalam bidang studi sosiologi dan antropologi agama.
2. Dapat menambah pustaka pengetahuan mengenai pendidikan agama yang
ada di dalam masyarakat.
3. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian serupa di masa
yang akan datang.
7
4. Sebagai bahan referensi dalam pelajaran sosiologi di SMA kelas X pokok
bahasan sosialisasi dalam proses pembentukan kepribadian, penyimpangan
dan pengendalian sosial.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi
pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah dan respon santri
usia remaja bermasalah terhadap pendidikan agama yang berlangsung di
Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan bagi pemerintah dalam pertimbangan mengambil kebijakan
terhadap pendidikan masyarakat.
3. Bagi Pondok Pesantren Ki Santri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan agama yang telah
dijalankan.
1.5 Batasan Istilah
Suatu penelitian diperlukan gambaran yang jelas mengenai istilah dalam
judul penelitian. Oleh karena itu, perlu diberikan batasan-batasan istilah dengan
tujuan agar peneliti tetap berada dalam pengertian yang dimaksud dalam judul.
Adapun batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :
8
1.5.1 Implementasi
Implementasi bermuara pada aktivitas, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002:70). Implementasi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan agama untuk
santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal.
1.5.2 Pendidikan Agama
Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis
dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam
(Zuharini, 1981:27). Pendidikan agama yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pendidikan agama yang ditujukan untuk santri bermasalah di Pondok
Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal.
1.5.3 Santri
Perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari
kata cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana
guru ini pergi menetap (Madjid,1997:20). Berkaitan dengan penelitian ini santri
yang dimaksudkan adalah santri bermasalah, yaitu santri yang memiliki masalah
moral, berlatar belakang negatif, pernah melakukan penyimpangan dan yang
menetap di dalam lingkungan Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo
Kabupaten Kendal.
1.5.4 Remaja
9
Menurut WHO yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO
adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja termasuk ke dalam masa ambang dewasa,
dimana remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, yaitu
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks (Rifa’i,2012:24). Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah santri yang berada pada kisaran umur 12 sampai 24 tahun dan yang telah
bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa.
1.5.5 Pondok Pesantren
Pendapat Zarkasyi (dalam Ziemek,1986:56) secara definitif Pondok
Pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama,
dimana kyai sebagai figur sentralnya, mesjid sebagai pusat kegiatan yang
menjiwainya, dan pengajaran agama islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti
santri sebagai kegiatan utamanya. Pondok Pesantren yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten
Kendal.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teoritis
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis mengenai implementasi
pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren Ki
Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Teori yang digunakan adalah teori
institusi total, teori aksi voluntaristik, dan konsep pengendalian sosial. Berikut
penulis paparkan deskripsi teori yang akan digunakan:
2.1.1 Teori Institusi Total
Teori institusi total yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
institusi total yang dikembangkan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman
(dalam Ihromi,1999:33) yang dinamakan dengan institusi total adalah suatu
tempat tinggal dan bekerja di dalamnya sejumlah individu dalam situasi sama,
terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk jangka waktu tertentu, bersama-
sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal. Selain itu,
Goffman juga mengemukakan bahwa total institusion turut berperan
“memperbaharui” karakteristik-karakteristik pribadi yang unik dan beragam dari
tiap anggotanya sebagai ciri “home world” mereka sebelumnya. Sesuai dengan
tujuannya, mereka yang terekrut dalam total institution adalah untuk dibentuk,
dididik, dan dilatih agar memiliki kepribadian peran yang sesuai dengan peran
baru yang akan disandangnya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu proses belajar
kembali atau resosialisasi. Menurutnya total institution adalah tempat yang paling
efektif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam total institution keseluruhan
11
pengalaman subjektif anggota dikendalikan sehingga secara kontinyu dapat
dipersiapkan dan dibangun identitas baru sesuai perannya tanpa memberikan
perubahan berarti terhadap kepribadian aslinya.
Setiap institusi yang ada di masyarakat memiliki karakteristik tertentu.
Demikian pula halnya dengan total institution. Menurut Ihromi (1999) Goffman
menyimbolkan total institution sebagai tempat yang memberikan keterbatasan
dalam hubungan sosial atau berinteraksi sosial dengan dunia luar atau masyarakat
luar. Dalam masyarakat dapat dijumpai beberapa bentuk total institution, Pertama
institusi yang didirikan untuk mendidik anak dan membentuk individu di
dalamnya agar mahir dan memiliki keahlian lebih di dalam menyelesaikan tugas-
tugas rutinnya serta memiliki loyalitas tinggi terhadap almamaternya, kedua
institusi yang didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan
merupakan sarana pelayanan serta pendidikan agama (Ihromi,1999:66).
Dalam Ihromi (1999:66) menyebutkan pola yang berlaku dalam total
institution adalah sebagai berikut:
1. Seluruh aspek kehidupan dipimpin di suatu tempat yang sama dan berada di
bawah sumber yang sama.
2. Setiap tahap aktivitas sehari-hari tiap anggota dipimpin langsung oleh
lembaga dimana semuanya diperlakukan sama dan dituntut untuk melakukan
hal yang sama.
3. Setiap aktivitas sehari-hari terjadwal secara ketat dimana seluruh rangkaian
kegiatan ditentukan dari atas oleh suatu sistem dan aturan formal yang resmi.
12
4. Berbagai aktivitas yang dijalankan disatukan dalam satu rencana pokok yang
dirancang untuk memenuhi tujuan resmi dari institusi.
Keanggotaan di dalam sebuah total institution biasanya terbagi menjadi
dua kelompok. Pertama adalah kelompok besar yang dapat disebut “kelompok
penghuni” (inmates), yaitu mereka yang hidup di dalam institusi tersebut dan
mempunyai sedikit kontak dengan dunia luar. Kedua adalah kelompok kecil yang
dapat disebut sebagai “kelompok pengawas” (staff), yakni kelompok yang bekerja
di institusi tersebut dan terintegrasi secara sosial dengan dunia luar.
2.1.2 Teori Aksi Voluntaristik
Teori aksi voluntaristik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teori yang dikemukakan oleh Parsons. Teori aksi voluntaristik dari Parsons
menyajikan suatu sintesa asumsi-asumsi bermanfaat dan konsep-konsep
utilitarisme, positivisme, maupun idealisme. Hal yang penting adalah parsons
berhasil memilih berbagai konsep dari ketiga aliran tersebut yang kemudian
dijadikan teori aksi voluntaristik ( voluntaristic theory of action ). Hal ini
merupakan titik awal sesuai dengan strateginya untuk mengkonstruksikan teori
fungsional dari organisasi sosial. Beberapa asumsi fundamental teori aksi
dikemukakan oleh Hinkle (dalam Ritzer,2002:46) adalah sebagai berikut :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari
situasi eksternal dalam prosesnya sebagai subyek.
2. Sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Jadi, tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
13
3. Dalam bertindak manusia mengutamakan cara, teknik, prosedur, metode serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat
diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,
sedang dan yang telah dilakukannya.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul
pada saat pengambilan keputusan.
Dengan demikian Parsons (dalam Ritzer,2002:48) menyusun skema unit-
unit dasar tindakan sosial dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya individu sebagai aktor.
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tersebut.
3. Aktor memiliki alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuan.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi
tindakan dalam mencapai tujuan.
5. Aktor di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai ide
abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta
tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan
dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Norma-norma
tersebut tidak menentukan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan
oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan ini oleh Parsons disebut
14
dengan voluntarism, yaitu kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti
menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka
mencapai tujuan. Aktor menurut konsep voluntarism adalah perilaku aktif dan
kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan.
2.1.3 Konsep Pengendalian Sosial
Konsep pengendalian sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep pengendalian sosial yang dikembangkan oleh Roucek. Menurut Roucek,
pengendalian sosial merupakan proses terencana maupun tidak dimana individu
dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan
dan nilai hidup dalam suatu kelompok (Dhohiri,2007:108).
Terdapat beberapa sifat dari pengendalian sosial, yaitu preventif, represif,
gabungan, persuasif, dan koersif (Dhohiri,2007:110). Berikut penjelasan singkat
dari masing-masing sifat pengendalian sosial :
1. Pengendalian Sosial Preventif
Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
penyimpangan sosial. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk
mencegah agar penyimpangan sosial tidak terjadi.
2. Pengendalian Sosial Represif
Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan sesudah terjadinya
penyimpangan sosial. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk
memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi penyimpangan sosial.
15
3. Pengendalian Sosial Gabungan
Merupakan gabungan antara pengendalian sosial preventif dan
represif. Perpaduan antara kedua sifat pengendalian sosial ini ditujukan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan sekaligus memulihkan kembali
keadaan seperti semula setelah terjadi penyimpangan, sehingga suatu
perilaku yang menyimpang tidak sempat merugikan pelaku yang
bersangkutan maupun orang lain.
4. Pengendalian Sosial Persuasif
Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan melalui
pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma-norma yang
ada tanpa melalui kekerasan.
5. Pengendalian Sosial Koersif
Merupakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara
memaksa agar anggota masyarakat mematuhi norma-norma yang ada.
Pengendalian sosial memiliki beberapa cara diantaranya, yaitu cemoohan,
teguran, pendidikan, agama, gosip atau desas desus, ostrasisme, fraundulens,
intimidasi, hukum (Dhohiri,2007:111). Berikut penjelasan singkat mengenai cara
pengendalian sosial :
1. Cemooh
Cemooh dilakukan apabila seseorang dianggap menyimpang dari
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dengan tujuan agar tidak
melakukan perbuatan menyimpang lagi.
16
2. Teguran
Merupakan pengendalian sosial berupa peringatan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari pengendalian ini adalah agar
orang yang melakukan penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari
kesalahannya.
3. Pendidikan
Proses pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara mendidik,
membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggungjawab
bagi agama, nusa dan bangsanya. Proses pendidikan diawali sejak lahir,
berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial
yang efektif.
4. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat bagi penganutnya. Jika seseorang meyakini dan patuh pada
agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya akan terkendali dari
bentuk perilaku menyimpang.
5. Gosip atau Desas Desus
Merupakan pengendalian sosial dengan cara menyebar berita
secara cepat dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi kritik
sosial secara terbuka tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut
individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah
sehingga akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
17
6. Ostrasisme
Merupakan pengendalian sosial yang dapat diartikan sebagai
“pengucilan”. Tujuan ostrasisme ini adalah agar anggota masyarakat yang
bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran
terhadap nilai dan norma yang berlaku.
7. Fraundulens
Merupakan pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan
kepada pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah. Intimidasi
adalah salah satu bentuk pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara
menekan, memaksa, mengancam, atau menakut-nakuti.
8. Hukum
Merupakan cara pengendalian yang ditujukan untuk merangsang
para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang
berlaku. Cara pengendalian hukum berupa sanksi negatif diberikan kepada
seseorang yang melanggar peraturan tertulis maupun tidak tertulis.
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai pendidikan agama
Islam, khususnya yang berorientasi untuk individu bermasalah. Beberapa
penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Izfanna dan Hisyam
(2012), penelitian oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari (2008), penelitian
oleh Mansur (2012), penelitian oleh Muharom (2012), dan penelitian oleh
Tanshzil (2012).
18
Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Izfanna dan Hisyam (2012) dengan judul “A comprehensive approach in
developing akhlaq: A case study on the implementation of character education at
Pondok Pesantren Darunnajah”. Izfanna dan Hisyam menyebutkan bahwa
Pondok Pesantren Darunnajah mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-
nilai Islam dan diimplementasikan dalam berbagai cara melalui pendidikan
karakter. Pondok Pesantren Darunnajah mengadopsi pendekatan komprehensif
pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai islam sebagai filosofi, visi, misi, dan
prinsip-prinsip dasar karakter. Metode pelaksanaan pendidikan karakter di Pondok
Pesantren Darunnajah melibatkan subyek resmi yang berisi karakter (akhlaq).
Semua guru dan siswa sepakat bahwa kepribadian dan karakter kyai, guru, teman,
dan staf (administrasi), dengan siapa siswa tinggal dan berinteraksi adalah faktor
yang paling berpengaruh untuk mengembangkan karakter siswa. Mayoritas guru
dan siswa melaporkan bahwa Pondok Pesantren Darunnajah mendidik dan
mengembangkan karakter siswa dengan menanamkan pengetahuan, memberikan
kondisi atau lingkungan yang mendukung, kemudian memberikan kesempatan
untuk berlatih dan membentuk diri mereka.
Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Penelitian
sama-sama memberikan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai islam untuk
membentuk karakter. Penelitian oleh Izfanna dan Hisyam terfokus kepada
penggambaran bagaimana sistem pendidikan islam yang unik, yaitu Pondok
Pesantren melaksanakan dan memberikan kontribusinya terhadap pendidikan
karakter siswa. Penelitian ini memiliki fokus kepada implementasi pendidikan,
19
khususnya pendidikan agama yang diberikan kepada santri usia remaja
bermasalah agar santri memiliki karakter islami yang baik.
Penelitian selanjutnya yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Saripudin, Suwarta, dan Komalasari (2008) dengan judul “Re-socialization of
Street Children at Open House: A Case Study in the City of Bandung, Indonesia”.
Saripudin, Suwarta, dan Komalasari menyatakan bahwa upaya untuk
mengembalikan sikap dan perilaku anak jalanan agar sesuai dengan sistem nilai
dan norma dilakukan melalui aktivitas resosialisasi dalam bentuk Open House.
Aktivitas resosialisasi anak jalanan di dalam Open House dilakukan melalui 5
langkah, yaitu : 1) Menjangkau, langkah ini dimaksudkan untuk menjalin kontak
pengantar dan kepercayaan dari anak jalanan kepada agen sosial, dan juga untuk
mensosialisasikan alternatif semi-institutional pendidikan; 2) Penilaian, langkah
ini dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan belajar anak, juga untuk
mengetahui motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran; 3) Persiapan belajar,
langkah ini dilakukan berdasarkan hasil penilaian kebutuhan pembelajaran anak-
anak. Dalam hal ini, agen sosial seperti pekerja sosial, guru, dan kepala dari Open
House berpartisipasi merumuskan niat, waktu, materi, metode, strategi, fasilitas,
media, dan evaluasi pembelajaran yang didasarkan pada situasi menyenangkan; 4)
Pelaksanaan pembelajaran, dalam langkah ini agen sosial berfungsi sebagai
fasilitator anak dalam mencapai kebutahan mereka, baik kebutuhan pengetahuan
atau pencapaian kompetensi, dan memberikan bimbingan dalam memecahkan
kasus yang dialami anak sehingga potensi anak meningkat; 5) Penghentian,
langkah ini dilakukan setelah semua kebutuhan yang diharapkan telah tercapai.
20
Indikatornya anak menunjukkan sikap produktif dan mandiri, kembali ke keluarga
orang tua, keluarga atau orang tua pengganti, masuk ke sekolah maupun pesantren
atau anak-anak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Penelitian di atas memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini.
Kedua penelitian sama-sama menunjukkan adanya upaya resosialisasi atau
mengembalikan sikap dan perilaku anak agar dapat bertindak sesuai dengan
sistem nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Upaya resosialisasi
juga sama-sama dipusatkan ke dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari terpusat di dalam
lingkungan Open House, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan
terpusat di dalam lingkungan Pondok Pesantren. Dalam kedua penelitian ini juga
memiliki perbedaan. Perbedaan terdapat pada fokus penelitian. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Saripudin, Suwarta, dan Komalasari terfokus pada bagaimana
resosialisasi anak jalanan di dalam Open House yang dilakukan melalui
pendidikan atau pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan belajar anak,
sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada resosialisasi santri usia remaja
bermasalah di Pondok Pesantren Ki Santri yang dilakukan melalui pendidikan
agama.
Penelitian selanjutnya yang juga relevan adalah penelitian yang dilakukan
oleh Mansur (2012) dengan judul “Peranan Pendidikan Islam Di Pesantren
Dalam Mengantisipasi Dampak Negatif Era Globalisasi (Penelitian di Pondok
Pesantren Nurul Huda A1-Manshuriyyah Kampung Cimaragas Desa Karangsari
Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut)”. Mansur menyebutkan pendidikan
21
Islam di Pondok Pesantren Nurul Huda Al Mansyuriyyah dimulai dari perbaikan
akhlak para santri dan masyarakat sekitar. Baik sebagai pribadi muslim maupun
anggota masyarakat dan untuk menjadi penangkal perubahan jaman yang semakin
bebas, maka pesantren memberikan pendidikan islam melalui pengadaaan
pengajian di semua kalangan, baik untuk umum, ibu-ibu, bapak-bapak, maupun
para remaja. Hal ini dilakukan karena peran pesantren di tengah keterbatasan dan
dominasi negara menjadikan lembaga tersebut berkonsentrasi pada hal-hal
substansial kepesantrenan sebagai transformasi nilai-nilai dan pengajaran
keagamaan, serta mengambil peran pendidikan, sosial kemasyarakatan dan
lingkungan.
Penelitian oleh Mansur memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu
sama-sama memberikan pendidikan agama, yaitu agama islam guna memberi
individu kemampuan dalam bidang keagamaan agar individu menjadi pribadi
muslim yang baik. Penelitian oleh Mansur ini terfokus kepada peran pendidikan
agama islam yang diberikan oleh santri dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren
dalam mengantisipasi dampak negatif globalisasi melalui pengadaan pengajian,
sehingga santri memiliki pegangan dasar agama yang kuat. Dalam penelitian ini
fokus penelitian adalah implementasi pendidikan agama yang diberikan kepada
santri usia remaja bermasalah yang juga ditujukan agar santri memiliki pegangan
dasar agama yang kuat pula.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muharom (2012) dengan judul “Rehabilitasi Penghuni Rumah Tahanan
Surakarta Melalui Pendidikan Agama”. Muharom menunjukkan adanya
22
pendidikan Islam secara informal yang ditunjukkan dengan kegiatan membaca Al-
qur’an, menghafal dan menghayati surat dan ayat setelah salat Dzuhur, Asar, Isya
dan Tarawih. Selanjutnya, biasanya tadarus Al-Qur’an dilaksanakan setelah sholat
Tarawih. Faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan ini adalah adanya kerja
sama antara pihak lembaga pemasyarakatan dengan instansi terkait lainnya.
Meskipun demikian, program tersebut masih menyisakan masalah dalam hal
malasnya para nara pidana untuk ikut serta dan jadwal kegiatan mereka.
Terdapat kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian ini, yaitu sama-
sama memberikan pendidikan agama kepada individu yang memiliki latar
belakang negatif dan termarginalkan dari masyarakat. Namun terdapat perbedaan
diantara penelitian Muharom dengan penelitian ini. Dalam penelitian yang
dilakukan Muharom, fokus penelitiannya adalah implementasi pendidikan islam
yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan bagi narapidana. Untuk penelitian
ini berfokus pada implementasi pendidikan agama islam yang dilaksanakan untuk
santri usia remaja bermalasah di Pondok Pesantren.
Penelitian relevan terakhir dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Tanshzil (2012) dengan judul “Model Pembinaan Pendidikan
Karakter Pada Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian
Dan Disiplin Santri (Sebuah kajian pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan)”. Tanshzil menemukan bahwa unsur-unsur nilai karakter
yang dikembangkan dalam lingkungan Pondok Pesantren K.H.Zainal Mustofa
meliputi nilai fundamental, instrumental serta praksis yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadist serta nilai-niai luhur Pancasila. Proses pembinaan
23
pendidikan karkater dalam membangun kemandirian dan disiplin santri di
lingkungan Pondok Pesantren KH.Zainal Mustofa dilaksanakan dengan
pendekatan menyeluruh, melalui pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler,
pembiasaan, serta kerjasama dengan masyarakat dan keluarga. Metode yang
digunakan dalam membangun kemadirian serta kedisiplinan santri pada
lingkungan Pondok Pesantren KH.Zainal Mustofa dilaksanakan melalui metode
pembiasaan, pemberian pelajaran atau nasihat, metode pahala dan sanksi, serta
metode keteladanan dari para kyai serta pengajarnya.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode pembinaan karakter
dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan santri pada Pondok Pesantren
KH.Zainal Mustofa bersifat internal dan eksternal. Keunggulan hasil yang
dikembangkan dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan santri pada
Pondok Pesantren KH. Zainal Mustofa dibuktikan dengan adanya perubahan
sikap, tatakrama serta prilaku santri, munculnya kemandirian santri dalam berfikir
dan bertindak, munculnya kedisiplinan santri dalam mengelola waktu dan menaati
tata peraturan, serta lahirnya figur-figur panutan dalam lingkungan masyarakat,
baik dalam bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan serta organisasi
kemasyarakatan.
Kesamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Tanshzil dengan penelitian
ini adalah subyek penelitian, yaitu santri yang ada di Pondok Pesantren. Dimana
santri diberi pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter santri agar
menjadi pribadi yang baik. Hanya saja, pendidikan yang diberikan pada santri dari
penelitian Tanshzil berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam
24
penelitian Tanshzil untuk membentuk santri agar menjadi pribadi yang baik
menggunakan pendidikan karakter, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
pendidikan agama. Fokus penelitian dalam Tanshzil adalah model pendidikan
karakter pada lingkungan Pondok Pesantren dalam membangun kemandirian dan
disiplin santri saja, sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada implementasi
pendidikan agama untuk santri usia remaja bermasalah di Pondok Pesantren yang
berujung pada pengharapan agar santri dapat menjadi pribadi muslim yang
berkarakter tidak hanya dalam hal kedisiplinan dan kemandirian. Pengharapan
santri memiliki karakter atau budi pekerti yang luhur lebih diutamakan dalam
penelitian ini.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir adalah alur peneliti dalam melakukan penelitian.
Kerangka berfikir dibuat berdasarkan permasalahan dan fokus penelitan, serta
menggambarkan secara singkat alur penelitian yang dilakukan.
Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah bahwa Pondok
Pesantren Ki Santri merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang
ada di Desa Sukorejo Kapubaten Kendal. Terdapat keunikan tersendiri dari
Pondok Pesantren tersebut. Keunikan terletak pada unsur Pondok Pesantren yaitu
santri yang notabene bermasalah, termasuk santri bermasalah dalam usia remaja.
Dapat dikatakan sebagai santri bermasalah karena dahulunya para santri memiliki
latar belakang negatif, dan sering melakukan penyimpangan. Santri mulai
bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa yang merokok, minum minuman
keras, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
25
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan nonformal dijadikan
sebagai tempat bagi mereka yang ingin memperoleh pendidikan dan memperbaiki
diri. Dalam Pondok Pesantren tentunya memiliki sistem pendidikan agamanya
masing-masing. Pondok Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kendal pun memiliki
implementasi pendidikan agama sendiri. Berbagai macam pendidikan di berikan
seperti pendidikan yang bersumber pada al-Qur’an dan kitab, pendidikan melalui
alam dan budaya, pendidikan jasmani dan rohani, pendidikan pada lembaga
formal dan pendidikan keterampilan. Berbagai macam pendidikan agama di
Pondok Pesantren Ki Santri merupakan salah satu wujud nyata dari bentuk sebuah
institusi total yang didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan
merupakan sarana pelayanan pendidikan agama. Implementasi dari semua
pendidikan agama yang dijalankan ditujukan untuk memperbaiki moral santri agar
menjadi pribadi yang lebih baik. Setelah mengikuti pendidikan agama, nyatanya
santri memang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini tidak
terlepas dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan berbagai
macam pendidikan agama sebagai cara yang digunakan untuk memperbaiki moral
santri bermasalah.
Respon santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai tempat
yang nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan
kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri setelah mengikuti pendidikan
agama yaitu pengetahuan agama Islam, pengetahuan umum dan juga
keterampilan. Selain itu, santri memiliki kontrol diri, menjadi pribadi yang lebih
baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat. Pandangan serta manfaat
26
yang didapat santri mampu mencerminkan bagaimana peran Pondok Pesantren Ki
Santri dalam pengendalian sosial santri bermasalah. Cara pengendalian sosial
yang dilakukan di Pondok Pesantren Ki Santri melalui pendidikan juga agama dan
bersifat represif serta persuasif. Berikut disajikan bagan alur kerangka berpikir
dalam penelitian ini :
Bagan 01. Kerangka Berpikir
Sumber : Data Primer Peneliti
Santri Usia Remaja
Bermasalah
Pendidikan Agama Untuk Santri
Usia Remaja Bermasalah
Implementasi Pendidikan
Agama Untuk Santri Usia
Remaja Bermasalah
Respon Santri Usia Remaja
Bermasalah Terhadap
Pendidikan Agama
Pondok Pesantren Ki Santri Desa
Sukorejo Kabupaten Kendal
Teori Institusi Total
Teori Aksi Voluntaristik
Pengendalian Sosial
115
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Implementasi pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri bersumber
pada al-Qur’an, kitab, alam dan budaya. Selain itu, terdapat pula
pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan umum atau formal diberikan
melalui sekolah kejar paket. Untuk pendidikan keterampilan terdapat
keterampilan bercocok tanam, beternak, bengkel las, seni, menjahit dan
desain. Berbagai macam pendidikan agama di Pondok Pesantren Ki Santri
merupakan salah satu wujud nyata dari bentuk sebuah institusi total yang
didirikan sebagai tempat mengasingkan diri dari dunia luas dan merupakan
sarana pelayanan pendidikan agama. Setelah mengikuti pendidikan agama,
santri mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas
dari tindakan aksi voluntaristik kyai yang mampu menentukan berbagai
macam pendidikan agama sebagai cara yang digunakan untuk
memperbaiki moral santri bermasalah.
2) Santri memandang Pondok Pesantren Ki Santri sebagai tempat yang
nyaman, aturan bersifat longgar, dan proses pendidikan menekankan
kesadaran hati. Manfaat yang diperoleh santri setelah mengikuti
pendidikan agama yaitu pengetahuan agama Islam, pengetahuan umum
dan juga keterampilan. Selain itu, santri memiliki kontrol diri, menjadi
116
pribadi yang lebih baik, menemukan makna hidup dan guru yang tepat.
Pandangan serta manfaat yang didapat santri mampu mencerminkan
bagaimana peran Pondok Pesantren Ki Santri dalam pengendalian sosial
santri bermasalah. Cara pengendalian sosial yang dilakukan di Pondok
Pesantren Ki Santri melalui pendidikan juga agama dan bersifat represif
serta persuasif.
5.2 Saran
Berdasarakan hasil pembahasan serta simpulan, dapat disampaikan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut:
1) Pondok Pesantren Ki Santri
Pihak Pondok Pesantren diharapkan lebih dapat menyediakan tenaga
pengajar yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing, khususnya bagi
tenaga pengajar pendidikan formal.
2) Santri
Santri diharapkan dapat menumbuhkan rasa semangat dari dalam hati
untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Santri juga diharapkan dapat
menghargai setiap usaha yang dilakukan Pondok Pesantren guna memperbaiki
kepribadian mereka yang dapat dibuktikan dengan melaksanakan pendidikan
agama yang dijalankan dengan benar.
117
3) Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat membuka fikiran mereka bahwa
pendidikan berhak diberikan kepada siapa saja, termasuk kepada anak-anak
yang bermasalah. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari masyarakat
dalam mendidik anak bermasalah dan dukungan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan yang berusaha mengentaskan berbagai macam masalah yang
dimiliki anak.
4) Pemerintah
Pemerintah diharapkan tidak hanya mengambil kebijakan terhadap
lembaga pendidikan formal, namun pmerintah juga harus mengambil
kebijakan terhadap lembaga pendidikan nonformal yang turut memberikan
kontribusi dalam mendidik anak, utamanya bagi anak-anak yang bermasalah.
118
DAFTAR PUSTAKA
Dhohiri, Wartono. Wiraatmadja. Sosiologi 1 (Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat). 2007. Jakarta: Yudhistira
Ghazali, Bahri. Pesantren Berwawasan Lingkungan. 2003.Jakarta: CV Prasasti
Hisyam, Izfanna. 2012. “A Comprehensive Approach In Developing Akhlaq: A
Case Study on The Implementation of Character Education at Pondok
Pesantren Darunnajah”: Multicultural Education & Technology; Vol. 6.(2).
Hal.77-86
Ihromi, T.O. 1999. Sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.
Malikha. 2014. Model Pendidikan Agama Untuk Anak Bermasalah di Pondok
Pesantren Ki Santri Desa Sukorejo Kabupaten Kendal. Skripsi : IAIN
Walisongo
Mansur, Habib. C. 2012. “Peranan Pendidikan Islam di Pesantren Dalam
Mengantisipasi Dampak Negatif Era Globalisasi (Penelitian di Pondok
Pesantren Nurul Huda AL-Manshuriyyah Kampung Cimargas Desa
Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut)”: Jurnal Pendidikan
Universitas Garut. Vol. 6.(1). Hal. 52-64
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Muharom, Fauzi. 2012. “Rehabilitasi Penghuni Rumah Tahanan Surakarta
Melalui Pendidikan Agama”: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol.
6.(2). Hal. 371-392
Rifa’i, Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3 Unnes
Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Saripudin, Suwarta, Komalasari. 2008. “Re-Socializarion of Street Children at
Open House: A Case Study in the City of Bandung, Indonesia”:
International Journal of Educational Studies. Vol. 1.(1). Hal. 91-102
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tanshzil, Wahyuni. S. 2012. “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada
Lingkungan Pondok Pesantren dalam Membangun Kemandirian dan
119
Disiplin Santri (Sebuah Kajian Pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan)”:Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 1.(1). Hal. 1-17
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Ziemek, M. 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.
Zuharini, dkk. 1981. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usana
Offset Printing
Recommended