View
65
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
islam
Citation preview
TUGAS AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
Mata Kuliah : Al Islam
Dosen : Drs. Didi Sunardi
DISUSUN OLEH :
Nama : Akhmad Asrofudin
Jurusan : Teknik Elektro (P2K)
NIM : 2012427019
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
1
Soal :
1. Jelaskan bagaimana konsep KELUARGA SAKINAH MENURUT ISLAM (pengertian sakinah mawaddah
warahmah memilih calaon pendamping, tujuan perkawinan, dan dan kewajiban suami dan istri)
2. Jelaskan bagimana pandangan islam terhadap perkawinan beda agama (pengertian, hokum
perkawinan beda agama)
3. Jelaskan bagaiaman pandangan islam tentang konsep GENDER MENURUT ISLAM (Kedudukan
laki-laki dan perempuan, relevansi tanggung jawab, pembagia tugas dan kepemimpinan)
4. Jelaskan konsep MAWARIS DALAM ISLAM (Harta waris, sebab waris mewaris, ahli waris dan
hak haknya)
5. Jelaskan bagaiama konsep SOSOAL POLITIK DAN BUDAYA DALAM ISLAM (Demokrasi dan
musyawarah, hak asasi manusia)
6. Jelaskan apa yang dimaksud WASIAT DAN HIBAH (Aturan wasiat dan hibah serta himahnya)
7. Jelaskan konsep JUAL BELI DAN UTANG PIUTANG (pengertian, syarat dan rukun, riba dan
bunga bank)
8. Jelaskan konsep MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT ISLAM (makanan dan munuman yang
halal dan haram)
9. Jelaskan apa yang dimaksud EKONOMI ISLAM (pengertian, tujuan dan manfaat ekonomi islam,
cirri dan ruang lingkup ekonomi islam, etos kerja islami)
10. Jelaskan bagimana konsep penciptaan manusia menurut al quran (pengertian, isyarat al
quran, bayi tabung, cloning)
2
JAWABAN DAN URAIAN
1) KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT ISLAM
Pengertian Sakinah Mawaddah Warahmah
Kata sakinah itu sendiri menurut bahasa berarti tenang atau tenteram.[1]) Dengan demikian, keluarga
sakinah berarti keluarga yang tenang atau keluarga yang tenteram. Secara historis-filologis, kalimat
hasil rangkaian tiga kata utama:
Sakiinah artinya tenang, tentram
Mawaddah artinya cinta, harapan
Rahmah artinya kasih sayang
Pengertian umum dari kalimat sakinah, mawadah wa rahmah yakni damai, tenang dan tentram dalam
rajut cinta dan kasih sayang nan sejuk dan abadi. Tiga kata utama tersebut sejatinya merupakan istilah
khas Arab-Islam yang dirujuk dari QS. Ar-Rum ayat 21. “Di antara tanda-tanda (kemahaan-Nya) adalah
Dia telah menciptakan dari jenismu (manusia) pasangan-pasangan agar kamu memperoleh sakiinah
disisinya, dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kemahaan-Nya) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum:21)
[1] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, cet. I ( Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 334.
Sumber : http://ilmukuilmumu.wordpress.com
Memilih Calon Pendamping
a. Kriteria Memilih Calon Istri
1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang
mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.”
(Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan,
bahkan kecantikan sekalipun.
3
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita
musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah
bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah
perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui
hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang
mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak
anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban
mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.
b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya
mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu
pun akan seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah
nikah. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki
yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda,
kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya
karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan. Hal ini dimaksudkan untuk
keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara
hereditas. Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat
ikatan-ikatan sosial.
4
b. Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab
dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka
kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka
bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al
Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya
maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan
mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si
calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga,
sahabat, atau saudara dekatnya.
Sumber : http://gugundesign.wordpress.com/2009/03/18/kriteria-memilih-pasangan-hidup-menurut-islam/
http://pembinaanpribadi.blogspot.com
5
c. Tujuan Pernikahan Menurut Islam
a. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia. Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah
untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan). Bukan
dengan cara yang berbeda seperti sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
b. Membentengi Ahlak Manusia. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga
sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi
masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka
nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya”.
c. Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami.
d. Meningkatkan Ibadah Kepada Allah. Rumah tangga adalah salah satu peribadatan dan amal
shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain. Bahkan hubungan / bersetubuh
termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda
Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami yang
memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?” Nabi shallallahu alaihi
wa sallam menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh
dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau
bersabda lagi : “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal),
mereka akan memperoleh pahala !”.
e. Mencari Keturunan Yang Shalih. Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh
melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Allah berfirman :
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu
dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”.
d. Kewajiban dan Hak Suami Istri
Kewajiban Suami (Hak Istri)
1. Bergaul dengan istri dengan cara yang ma’ruf (baik)
Yang dimaksud di sini adalah bergaul dengan baik, tidak menyakiti, tidak menangguhkan hak
istri padahal mampu, serta menampakkan wajah manis dan ceria di hadapan istri.
6
Allah Ta’ala berfirman,
وه�ن� ر� وعاش�
وف� مع ر� �ال ب
“Dan bergaullah dengan mereka dengan baik.” (QS. An Nisa’: 19).
ه�ن� ل� ول �ذ�ي م�ث ه�ن� ال ي وف� عل مع ر� �ال ب
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf.” (QS. Al Baqarah: 228).
2. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik
Yang dimaksud nafkah adalah harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan anak-anaknya
berupa makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah seperti ini adalah
kewajiban suami berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits, ijma’ dan logika.
Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
اها ت آ ما �ال� إ ا ف س� ن �ه� الل ل%ف� �ك ي ال �ه� الل اه� ت آ م�م�ا ف�ق �ن ي فل ق�ه� ر�ز ه� ي عل ق�د�ر ومن �ه� عت س م�ن عة2 س ذ�و ف�ق �ن �ي ل
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).
وف� مع ر� �ال ب �ه�ن� وت وك�س ق�ه�ن� ر�ز ه� ل �ود� مو ل ال وعلى
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf” (QS.
Al Baqarah: 233).
3. Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istri tercinta
Inilah yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang
diceritakan oleh istri beliau, ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha,
- حمل ت� - م�ا فل ر�ج لى� على �ه� ق ت ب فس �ه� ق ت اب فس قالت فر2 س ف�ى وسلم عليه الله صلى �ى% �ب الن مع ت ان ك �ها ن أ
قة� » ب الس� �ل ك �ت ب هذ�ه� فقال �ى قن ب فس �ه� ق ت اب س .» الل�ح م
Ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safar. ‘Aisyah lantas berlomba lari
bersama beliau dan ia mengalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala ‘Aisyah sudah
bertambah gemuk, ia berlomba lari lagi bersama Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam, namun
kala itu ia kalah. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini balasan untuk
kekalahanku dahulu.” (HR. Abu Daud no. 2578 dan Ahmad 6: 264. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih). Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam masih menyempatkan diri untuk
bermain dan bersenda gurau dengan istrinya tercinta.
4. Menyempatkan waktu untuk mendengar curhatan istri7
5. Mengajarkan istri masalah agama
Adh Dhohak dan Maqotil berkata,
عنه الله نهاهم وما عليهم، الله فرض ما وعبيده، وإمائه قرابته من أهله، يعلم أن المسلم على حق
“Kewajiban bagi seorang muslim adalah mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-
laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan
larangan yang Allah larang.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 59)
6. Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ين ن س� ر� عش اء� ن ب أ وه�م ها ي عل �وه�م واض ر�ب �ين ن س� ع� ب س اء� ن ب
أ وه�م ة� �الص�ال ب �م دك و ال أ وا م�ر�
“Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun.
Jika mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka.” (HR. Abu Daud
no. 495. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwaul Gholil 298).
ح�م � الله� ر ال ج� ل� م�ن قام ر �ي قظ فصل�ى الل ي ه� وأ ت أ ، ام ر �ن فصل�ت ت فإ ب
ضح أ ه�ها ف�ي ن ماء، وج ح�م ال الله� ور
ة� أ ل� م�ن قامت ام ر �ي قظت فصل�ت الل ي ها وأ و ج �ن فصل�ى ز بى فإ ضحت أ ه�ه� ف�ي ن ماء وج ال
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan
shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan
untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita
yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si
suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah
suaminya.” (HR. Abu Daud no. 1450, An Nasai no. 1610, dan Ahmad 2: 250. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits hasan sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 625).
7. Tidak mempersoalkan kesalahan kecil istri
Inilah petunjuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ر آخ ها م�ن ض�ى ر �ق�ا ل خ� ها م�ن ر�ه ك �ن إ ة� م�ؤ م�ن Xم�ن م�ؤ ك ف ر ي ال
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu
akhlak pada si wanita, maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhoi” (HR. Muslim no.
1469). Karena istri tentu saja dalam bersikap dan kelakuan tidak bisa seratus persen perfect
sebagaimana yang suami inginkan. Bersabarlah dan tetap terus menasehati istri dengan cara
yang baik.8
8. Tidak memukul istri di wajah dan tidak menjelek-jelekkan istri
Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ت� – – ي ب ال �ف�ى �ال إ ه ج�ر ت وال %ح �قب ت وال وج ه ال ض ر�ب� ت وال ت ب س ت اك و� أ ت ي س ت اك �ذا إ وها س� ك وت طع�م ت �ذا إ �ط ع�مها ت ن
أ
“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian
sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu
di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka
nasehat) selain di rumah” (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan shahih).
9. Tidak meng-hajr (pisah ranjang) dalam rangka mendidik selain di dalam rumah
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam ayat dan hadits sebelumnya di atas. Mengenai makna
hajr di ranjang pada ayat,
�وه�ن� واض ر�ب مضاج�ع� ال ف�ي وه�ن� واه ج�ر�
“Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka”, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
rahimahullah mengatakan bahwa maknanya adalah tidak satu ranjang dengannya dan tidak
berhubungan intim dengan istri sampai ia sadar dari kesalahannya (Lihat Taisir Al Karimir
Rahman, 177).
Ibnul Jauzi menerangkan mengenai makna hajr di ranjang ada beberapa pendapat di kalangan
pakar tafsir:
1. Tidak berhubungan intim
2. Tidak mengajak berbicara, namun masih tetap berhubungan intim
3. Mengeluarkan kata-kata yang menyakiti istri ketika diranjang
4. Pisah ranjang (Lihat Zaadul Masiir, 2: 76).
Dan hajr boleh dilakukan di luar rumah jika ada maslahat sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah meng-hajr istri-istrinya selama sebulan di luar rumah mereka.
10. Memberikan hak istri dalam hubungan intim
�ى آخى �ب ن – وسلم عليه الله صلى – الن ي مان ب ل ب�ى ، س داء� وأ ار ، الد�ر مان� فز ل ا س ب داء� أ ى ، الد�ر أ �م� فر أ
9
داء� ة� الد�ر ذ%ل ب ها فقال . م�ت �ك� ما ل ن أ خ�وك قالت ش �و أ ب داء� أ س الد�ر ي ه� ل ةX ل ا ف�ى حاج ي اء . الدن �و فج ب داء� أ الد�ر
، ع ه� فصن �ل فقال . طعام�ا ل �ن%ى قال . ك �مX فإ ا ما قال . صائ ن �ل2 أ �آك �ل حت�ى ب ك أ ل قال . ت ك م�ا . فأ ان فل ل� ك �ي الل
�و ذهب ب داء� أ ق�وم� الد�ر م قال . ي ام . ن �م� ، فن ق�وم� ذهب ث م فقال . ي م�ا . ن ان فل ر� م�ن ك ل� آخ� �ي مان� قال الل ل س
� . اآلن ق�م ا �ي ه� فقال ، فصل مان� ل ل �ن� س %ك إ ب �ر ك ل ي قgا عل ك ، ح ف س� �ن ك ول ي قgا عل �ك ، ح ه ل ك وأل ي قgا عل ، ح
ع ط� �ل� فأ ق�ه� حقj ذ�ى ك تى . ح �ى� فأ �ب ر – وسلم عليه الله صلى – الن �ك فذك ه� ذل �ى فقال ، ل �ب الله صلى – الن
مان� صدق – » وسلم عليه ل س «
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’. Suatu
saat Salman mengunjungi –saudaranya- Abu Darda’. Ketika itu Salman melihat istrinya, Ummu
Darda’, dalam keadaan tidak mengenakkan. Salman pun berkata kepada Ummu Darda’,
“Kenapa keadaanmu seperti ini?” “Saudaramu, Abu Darda’, seakan-akan ia tidak lagi
mempedulikan dunia”, jawab wanita tersebut. Abu Darda’ kemudian datang. Salman pun
membuatkan makanan untuk Abu Darda’. Salman berkata, “Makanlah”. “Maaf, saya sedang
puasa”, jawab Abu Darda’. Salman pun berkata, “Aku pun tidak akan makan sampai engkau
makan.” Lantas Abu Darda’ menyantap makanan tersebut.
Ketika malam hari tiba, Abu Darda’ pergi melaksanakan shalat malam. Salman malah berkata
pada Abu Darda’, “Tidurlah”. Abu Darda’ pun tidur. Namun kemudian ia pergi lagi untuk shalat.
Kemudian Salman berkata lagi yang sama, “Tidurlah”. Ketika sudah sampai akhir malam,
Salman berkata, “Mari kita berdua shalat.” Lantas Salman berkata lagi pada Abu Darda’,
“Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban kepada Rabbmu. Engkau juga memiliki kewajiban
terhadap dirimu sendiri (yaitu memberi supply makanan dan mengistirahatkan badan, pen),
dan engkau pun punya kewajiban pada keluargamu (yaitu melayani istri, pen) . Maka berilah
porsi yang pas untuk masing-masing kewajiban tadi.” Abu Darda’ lantas mengadukan Salman
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Salman itu benar” (HR.
Bukhari no. 968).
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
suami itu wajib menyetubuhi istrinya sesuai dengan kemampuan suami dan kecukupan istri.
Inilah pendapat yang tepat, berbeda dengan pendapat sebagian ulama yang mengharuskan
suami harus menyetubuhi istrinya minimal empat bulan sekali. Namun yang tepat adalah
pendapat pertama.
11. Memberikan istri kesempatan untuk menghadiri shalat jama’ah selama keluar dengan hijab
yang sempurna dan juga memberi izin bagi istri untuk mengunjungi kerabatnya
Tidak menyebar rahasia dan aib istri
12.Berhias diri di hadapan istri sebagaimana suami menginginkan demikian pada istri
Allah Ta’ala berfirman,
10
ه�ن� ل� ول �ذ�ي م�ث ه�ن� ال ي وف� عل مع ر� �ال ب
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf.” (QS. Al Baqarah: 228).
13.Selalu berprasangka baik dengan istri
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata,
هى و ل� ن س� ن وسلم عليه الله صلى الله� ر ق أ ط ر� ج�ل� ي ه� الر� ه ل � أ ال ي �ه�م ل و�ن خ ت و ي
م�س� أ ت ل �ه�م ي ات ر عث
“Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam melarang seseorang mendatangi istrinya di malam hari
untuk mencari-cari tahu apakah istrinya berkhianat kepadanya atau untuk mencari-cari
kesalahannya” (HR. Muslim no. 715).
Referensi:
1. ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Al ‘Azhim Abadi Abu Ath Thoyyib, terbitan Darul Kutub
Al ‘Ilmiyyah, Beirut, cetakan kedua, tahun 1415 H
2. Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, terbitan Al Maktabah At Taufiqiyah,
3: 213-215
3. Syarh Al Bukhari li Ibni Battol, Asy Syamilah
4. Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar
Risalah , cetakan pertama, tahun 1423 H
5. Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, terbitan Al Maktab AIslami, cetakan ketiga, 1404 H
Kewajiban Istri (Hak Suami)
1. Mentaati perintah suami
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
ول� ق�يل س� �ر �ه� ل �ه� صل�ى الل ه� الل ي �م عل ل ي^ وس اء� أ %س رX الن ي �ت�ي قال خ ره� ال س� �ذا ت ظر إ �ط�يع�ه� ن �ذا وت مر إ
�ف�ه� وال أ ال �خ ف�ي ت
ها ف س� �ها ن �ما ومال ه� ب ر ك ي
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang
paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati
11
suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat
suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih)
2. Berdiam di rumah dan tidaklah keluar kecuali dengan izin suami
�ولى األ �ة� �ي اه�ل ج ال رج ب ت ج ن ر� ب ت وال �ن� �ك �وت �ي ب ف�ي ن وقر
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
3. Taat pada suami ketika diajak ke ranjang
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ذا ج�ل� دعا إ ه� الر� ت أ �لى ام ر ه� إ اش� ت ف�ر ب
ن فأ ج�ىء أ ها ت ت عن ة� ل �ك ئ مال �ح حت�ى ال �ص ب ت
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka
malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari no. 5193 dan Muslim no.
1436).
4. Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami
Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada haji Wada’,
“Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian), karena sesungguhnya kalian
mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka
dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan
seorang pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian” (HR. Muslim no.
1218)
5. Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami
Para fuqoha telah sepakat bahwa seorang wanita tidak diperkenankan untuk melaksanakan
puasa sunnah melainkan dengan izin suaminya (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 28: 99). Dalam
hadits yang muttafaqun ‘alaih, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ح�ل ال ة� ي أ مر �ل ن ل ص�وم أ ها ت و ج� اه�دX وز � ش �ال �ه� إ �ذ ن �إ ب
“Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak
bepergian) kecuali dengan izin suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
6. Tidak menginfakkan harta suami kecuali dengan izinnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
12
ها و ج� ز �ذ ن� �إ ب � �ال إ ها و ج� ز ت� ي ب م�ن �ا ئ ي ش Xة أ ام ر ف�ق� �ن ت ال
“Janganlah seorang wanita menginfakkan sesuatu dari rumah suaminya kecuali dengan izin
suaminya” (HR. Tirmidzi no. 670. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
7. Berkhidmat pada suami dan anak-anaknya
8. Menjaga kehormatan, anak dan harta suami
Allah Ta’ala berfirman,
�ه� الل حف�ظ �ما ب ب� غي �ل ل Xاتحاف�ظ Xات �ت قان �حات� فالص�ال
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34). Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6:
692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan
dan harta suami. Di samping itu, iawajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”
9. Bersyukur dengan pemberian suami
Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah
diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka
Allah Ta’ala.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,
ت� ي أ �ار ور م الن ر فل
� أ و م ي ال ا ك ظر� ت� قط من ي أ ر ور ث ك
�ها أ ه ل : أ .�م ل �وا قال اء %س ا الن و ل ي س� : الله�؟ ر قال
: .ن ف�ر ك ي ل ق�ي �ف ر�ه�ن� �ك �الله�؟ ب ن: ب ف�ر ك ي ر قال ي عش� ن ال ف�ر ك ، وي ان �ح س إل و ا ت ل ن ح س �لى أ �ح داه�ن� إ ، إ الد�ه ر
�م� ت ث أ ك ر �ا م�ن ئ ي ما: ش ت� قالت ي
أ ك ر ا م�ن ر� ي قط خ
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari
ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya,
“Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu
kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan
mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri
kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak
berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat
kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran
si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya
yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau sehari.
10. Berdandan cantik dan berhias diri di hadapan suami
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
13
ول� ق�يل س� �ر �ه� ل �ه� صل�ى الل ه� الل ي �م عل ل ي^ وس اء� أ %س رX الن ي �ت�ي قال خ ره� ال س� �ذا ت ظر إ �ط�يع�ه� ن �ذا وت مر إ
وال أ
�ف�ه� ال �خ ها ف�ي ت ف س� �ها ن �ما ومال ه� ب ر ك ي
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang
paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati
suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat
suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih)
11. Tidak mengungkit-ngungkit pemberian yang diinfakkan kepada suami dan anak-anaknya dari
hartanya
Allah Ta’ala berfirman,
ذى واأل من% �ال ب �م �ك صدقات ط�ل�وا �ب ت ال �وا من آ �ذ�ين ال يها
أ ا ي
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Al Baqarah: 264).
12. Ridho dengan yang sedikit, memiliki sifat qona’ah (merasa cukup) dan tidak membebani
suami lebih dari kemampuannya
Allah Ta’ala berfirman,
ع د ب �ه� الل ج عل� ي س اها ت آ ما �ال� إ ا ف س� ن �ه� الل ل%ف� �ك ي ال �ه� الل اه� ت آ م�م�ا ف�ق �ن ي فل ق�ه� ر�ز ه� ي عل ق�د�ر ومن �ه� عت س م�ن عة2 س ذ�و ف�ق �ن �ي ل
ا ر� �س ي ر2 ع�س
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq:
7)
13. Ketigabelas: Tidak menyakiti suami dan tidak membuatnya marah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ؤ ذ�ي ال ةX ت أ ها ام ر و ج ا ف�ي ز ي � الدن �ال �ه� قالت إ ت و ج ح�و ر� م�ن ز ن� ال ع�ي : ال ه� ال �ؤ ذ�ي ك�, ت ل �ما, الله� قات �ن ه�و فإ
دك ن لX ع� ي ك� دخ� �و ش� ن ي �فار�قك� أ ا ي ن ي �ل إ
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya dari kalangan bidadari
akan berkata, “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang
suami) hanyalah tamu di sisimu; hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami”.
14
(HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ahmad 5: 242. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
14. Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat suami
15. Terus ingin hidup bersama suami dan tidak meminta untuk ditalak kecuali jika ada alasan yang
benar
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ة� . ن الج �حة� ائ ر ها ي عل Xام فحر س2 أ ب ما ر� غي ف�ي ق الط�ال ها و ج ز لت
أ س ة2 أ ام ر يما
أ
“Wanita mana saja yang meminta talak kepada suaminya tanpa ada alasan (yang dibenarkan
oleh syar’i), maka haram baginya mencium wangi surga.” (HR. Tirmidzi no. 1199, Abu Daud
no. 2209, Ibnu Majah no. 2055. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
16. Berkabung ketika meninggalnya suami selama 4 bulan 10 hari
Allah Ta’ala berfirman,
ر�ا وعش ه�ر2 ش أ عة ر ب
أ ه�ن� نف�س� �أ ب �ص ن رب ت ي ا واج� ز
أ ذر�ون وي �م م�نك وف�و ن �ت ي �ذ�ين �م وال ك ي عل اح ن ج� فال ه�ن� ل ج أ غ ن ل ب �ذا فإ
مع ر�وف� �ال ب ه�ن� نف�س� أ ف�ي فعل ن �يرX ف�يما ب خ ع مل�ون ت �ما ب ه� ـ� والل
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan
mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.” (QS. Al Baqarah: 234)
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ا ر� وعش ه�ر2 ش أ عة ب ر
أ و ج2 ز على � �ال إ ، ال2 ي ل ث� ال ث فو ق %ت2 مي على �ح�د� ت ن أ اآلخ�ر� � و م ي وال �ه� �الل ب �ؤ م�ن� ت ة2
أ �م ر ال ح�ل ي ال
“Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk
berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya,
yaitu (selama) empat bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari no. 5334 dan Muslim no. 1491)[2]
Sumber : www.muslim .or.id
2) PERKAWINAN BEDA AGAMA
Pengertian
15
Yang dimaksud pernikahan beda agama dalam islam adalah apabila dalam suatu pernikahan yang
mana salah satu dari pihak pria atau wanita beragama islam, sedangkan pihak yang lain bukan
beragama selain islam.
Hukum
a. Pernikahan Wanita Muslimah dan Pria Non Muslim – Hukumnya Haram
Tentang status pernikahan wanita muslimah dan pria non muslim disebutkan dalam firman Allah
Ta’ala,
ا يها ي �ذ�ين أ �وا ال من �ذا آ �م� إ اءك ات� ج م�ؤ م�ن ات2 ال �وه�ن� م�هاج�ر ن ح� �ه� فام ت م� الل ع ل
�ه�ن� أ �يمان �إ �ن ب �م�وه�ن� فإ �م ت ات2 عل م�ؤ م�ن
ج�ع�وه�ن� فال ر �لى ت �ف�ار� إ ك ه�م ح�لy ه�ن� ال ال ح�لون ه�م وال ل ه�ن� ي ل
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka. Jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu
kembalikan mereka (wanita mukmin) kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
(wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula
bagi mereka.” (QS. Al Mumtahanah: 10)
b. Pernikahan Pria Muslim dengan Wanita Ahli Kitab – Haram
Dalam memutuskan fatwanya, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai dasar hukum. "Dan
janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber iman (masuk Islam). Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu menikahkan wanita orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia
menarik hatimu..." (QS: al-Baqarah:221).
Selain itu, MUI juga menggunakan Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at Tahrim ayat 6 sebagai dalil.
Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani:
"Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia
takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang lain."
Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama. Fatwa itu
ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989. Ulama NU dalam
fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya
tidak sah.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa tentang penikahan beda
agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan bahwa seorang wanita Muslim dilarang 16
menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 221, seperti yang telah
disebutkan di atas. "Berdasarkan ayat tersebut, laki-laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita
non-Muslim dan wanita Muslim dilarang walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-Muslim,"
ungkap ulama Muhammadiyah dalam fatwanya.
Ulama Muhammadiyah pun menyatakan kawin beda agama juga dilarang dalam agama Nasrani.
Dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga dilarang untuk menikah dengan yang
berbeda agama. "Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 juga disebutkan bahwa: "Pernikahan
adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu."
"Jadi, kriteria sahnya perkawinan adalah hukum masing-masing agama yang dianut oleh kedua
mempelai," papar ulama Muhammadiyah dalam fatwanya. Ulama Muhammadiyah menilai pernikahan
beda agama yang dicatatkan di kantor catatan sipil tetap tak sah nikahnya secara Islam. Hal itu dinilai
sebagai sebuah perjanjian yang bersifat administratif.
Ulama Muhammadiyah memang mengakui adanya perbedaan pendapat tentang bolehnya pria
Muslim menikahi wanita nonMuslim berdasarkan surat al-Maidah ayat 5. "Namun, hendaknya pula
dilihat surat Ali Imran ayat 113, sehingga dapat direnungkan ahli kitab yang bagaimana yang dapat
dinikahi laki-laki Muslim," tutur ulama Muhammadiyah.
Dalam banyak hal, kata ulama Muhammadiyah, pernikahan wanita ahli kitab dengan pria Muslim
banyak membawa kemadharatan. "Maka, pernikahan yang demikian juga dilarang." Abdullah ibnu
Umar RA pun melarang pria Muslim menikahi wanita non-Muslim.
www.republika.co.id
3) KONSEP GENDER MENURUT ISLAM
Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama, tanpa ada
perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan tanggungjawab
melaksanakan ibadah kepada-Nya, menunaikan titah-titah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya.
Dalam kacamata islam, konsep gender adalah suatu tatanan untuk menghormati, melindungi,
bahkan memuliakan wanita. Ajaran Islam yang menggambarkan konsep gender antara lain:
17
a. Kesetaraan dalam Kewajiban Beribadah dan Pahalanya
Hampir seluruh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk kaum Adam dan kaum
Hawa secara seimbang. Begitu pun dengan janji pahala dan ancaman siksaan. Tidak
dibedakan satu dengan yang lainnya. Masing-masing dari mereka memiliki kewajiban dan
hak yang sama dihadapan Allah sebagai hamba-hamba-Nya. Berikut adalah petikan ayat-
ayat al Qur`an yang menjelaskan tentang pandangan Islam dalam hal ini:
ق ت� وما ل ج�ن� خ س ال �ن �ال� واإل �د�ون� إ ع ب �ي ل
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS.
Adz-Dzariyat [51]: 56)
ع مل ومن �حات� م�ن ي ر2 م�ن الص�ال و ذك ثى أ �ن �ك م�ؤ م�نX وه�و أ ئ �ول ل�ون فأ د خ� �ة ي ن ج م�ون وال ال �ظ ل ا ي ق�ير� ن
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya
walau sedikitpun.” (QS. An Nisa [4]: 124)
b. Perbedaan Kodrat
Namun demikian, bukan berarti kaum laki-laki dan wanita menjadi sama dan setara dalam
segala hal. Menyetarakan keduanya dalam semua peran, kedudukan, status sosial,
pekerjaan, jenis kewajiban dan hak sama dengan melanggar kodrat. Karena, kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri bahwa antara laki-laki dan wanita terdapat perbedaan-
perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat keduanya dengan kasat mata sekalipun.
Secara biologis dan kemampuan fisik, laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun
dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga
berbeda.
Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi, mengandung, melahirkan,
menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak. Adalah tidak adil jika kita kemudian
memaksakan suatu peran yang tidak sesuai dengan tabiat dan kecenderungan dasar dari
masing-masing jenis tersebut.
Allah berfirman menghiyakatkan perkataan istri Imran,
س ي ر� ول ثى الذ�ك �ن األ ك
18
“Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (QS. Ali Imran [3]: 36)
c. Hukum Syariat antara Laki-laki dan Wanita
Di antara ketetapan syariat yang Allah khususkan bagi laki-laki adalah soal kepemimpinan.
Allah berfirman,
جال� اء� على قو�ام�ون الر% %س �ما الن �ه� فض�ل ب ع ضه�م الل ع ض2 على ب �ما ب فق�وا وب ن �ه�م م�ن أ م وال أ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa` [4]: 34)
Posisi strategis ini Allah berikan kepada laki-laki karena ia sesuai dengan tabiat dan kodrat
penciptaannya, sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam rumah tangga, laki-laki adalah
pemimpin yang bertanggungjawab menjaga dan memelihara urusan orang-orang yang
berada dibawah kepemimpinannya dari para istri dan anak-anak, termasuk menjamin
pakaian, makanan dan rumah mereka.
Dengan catatan, kepemimpinan atau kekuasaan seorang laki-laki atas wanita itu bermakna
penjagaan, perhatian dan pengaturan, bukan dalam arti kesewenang-wenangan,
otoritarian dan tekanan.
Begitu pula dalam kepemimpinan pada ranah-ranah publik seperti jabatan kepala negara,
kehakiman, menejerial, atau perwalian seperti wali nikah dan yang lainnya, semua itu juga
hanya diberikan kepada laki-laki dan tidak kepada wanita.
Dalam ibadah dan ketaatan, laki-laki secara khusus dibebani kewajiban jihad, shalat jum’at
dan berjamah di masjid, disyariatkan bagi mereka adzan dan iqamah. Syariat juga
menetapkan perceraian berada di tangan laki-laki, dan bagian waris dua bagi laki-laki dan
satu untuk wanita.
Adapun hukum-hukum yang khusus untuk kaum wanita juga banyak. Baik dalam ibadat,
muamalat dan lain-lain. Bahkan sebagian para ulama menulis secara khusus buku-buku
yang berkaitan dengan hukum-hukum wanita. (Lihat Hirâsah al Fadhîlah, hal. 22)
19
d. Sikap Seorang Mukmin dan Mukminah
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah menyimpulkan, dari perbedaan-perbedaan
hukum yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut, maka ada tiga sikap yang harus kita
ambil:
Pertama, beriman dan menerima perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan wanita baik
secara fisik, psikis, atau hukum syar’i, serta hendaknya masing-masing merasa ridha
dengan kodrat Allah dan ketetapan-ketetapan hukum-Nya.
Kedua, tidak boleh bagi masing-masing dari laki-laki atau wanita menginginkan sesuatu
yang telah Allah khususkan bagi salah satunya dalam perbedaan-perbedaan hukum
tersebut dan mengembangkan perasaan iri satu sama lain disebabkan perbedaan-
perbedaan tersebut. Oleh karena itu Allah melarang hal itu dengan firman-Nya,
�و ا وال من ت �ه� فض�ل ما ت �ه� الل �م ب ع ضك ع ض2 على ب جال� ب �لر% ص�يبX ل �وا م�م�ا ن ب س ت اء� اك %س �لن ول
Xص�يب ن م�م�ا ن ب س ت �وا اك ل أ �ه واس �ه� م�ن الل �ن� فض ل �ه إ ان الل �ل% ك �ك ء2 ب ي �يم�ا ش عل
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisa` [4]: 32)
Tentang sebab turunnya ayat ini, Mujahid menuturkan, “Ummu Salamah berkata, “Wahai
Rasulullah, mengapa laki-laki berperang sementara kami tidak? Dan mengapa kami hanya
mendapatkan setengah dari harta waris? Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh al
Thabari, Imam Ahmad, Hakim dan yang lainnya)
Ketika, jika al Qur`an dengan jelas melarang untuk sekedar iri, maka apalagi mengingkari
dan menentang perbedaan-perbedaan syar’i antara laki-laki dan wanita ini dengan cara
memropagandakan isu kesetaraan gender. Hal ini tidak boleh bahkan termasuk kekufuran.
Karena ia merupakan bentuk penentangan terhadap kehendak Allah yang bersifat kauni
yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan perbedaan-perbedaan tabiat tadi,
sekaligus bentuk pengingkaran terhadap teks-teks syar’i yang bersifat qath’i dalam
pembedaan-pembedaan hukum antara keduanya. 20
4) Bab Waris Terlampir
5) KONSEP SOSIAL POLITIK DAN BUDAYA DALAM ISLAM
Demokrasi Dalam Islam
Demokrasi dapat dikatakan lahir dari ajaran Islam dan merupakan system politik islam yang kemudian
dipelajari dan dikembangkan oleh peradaban barat.
Pengertian Sistem Politik Islam Dalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi:
(Acep Djazuli, 2000:15)
a. Siasah dusturiyah (Tata Negara Dalam Islam)
b. Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam dengan
negara Islam yang lain atau dengan Negara sekuler lainnya)
c. Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Prinsip-Prinsip Dasar Siasah (Politik) Dalam Islam (Siasah Dusturiyah)
a. Musyawarah
b. Pembahasan bersama
c. Tujuan bersama yakni untuk mencapai suatu keputusan
d. Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi bersama
e. Keadilan,
f. Al-Musaawah atau persamaan
g. Al-Hurriyah (kemerdekaan/kebebasan)
h. Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat
Prinsip-Prinsip Politik Luar Negeri Dalam Islam (Siasah Dauliyyah)
Menurut Ali Anwar, ada beberapa prinsip politik luar negeri dalam Islam, yakni: (Ali Anwar, 2002: 195).
a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat (Q.S. 8:58; 9:4,7; 16:91; 17:34)
b. Kehormatan dan integrasi nasional (Q.S. 16:92)
c. Keadilan Universal (Internasional) (Q.S. 5:8)
d. Menjaga perdamaian abadi (Q.S. 5:61)
e. Menjaga kenetralan negara-negara lain (Q.S. 4:89,90)
f. Larangan terhadap eksploitasi para imperalis (Q.S.6:92)
g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di negara lain(Q.S.
8:72)
21
h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral (Q.S 60:8,9)
i. Kehormatan dalam hubungan international (Q.S.55:60)
j. Persamaan keadilan untuk para penyerang (Q.S.2:195; 16:126; 42:40).
Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD 45 setidak-tidaknya atas dua
pertimbangan:
a. Nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islam
b. Fungsinya sebagai kesepakatan antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan
politikbersama.
http://abi-aslam.blogspot.com
HAM Menurut Konsep Islam
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab
seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah
saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR.
Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada
perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan
itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Dari sinilah kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat.
Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Sebab
pemerintah mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap
memerintah. Allah berfirman:
"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka
menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar.
Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS. 22: 4)
Jaminan Hak Pribadi
Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-Qur’an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS. 24: 27-28)
Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam Ahmad menjelaskan
bahwa orang yang melihat melalui celah-celah ointu atau melalui lubang tembok atau sejenisnya
22
selain membuka pintu, lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga mencederai matanya, maka
tidak ada hukuman apapun baginya, walaupun ia mampu membayar denda.
Nash Qur’an dan Sunnah tentang HAM
Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-
Qur’an dan As-Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain. Nash-
nash ini sangat banyak, antara lain:
a. Dalam al-Qur’an terdapat sekitar empat puluh ayat yang berbicara mengenai paksaan dan
kebencian. Lebih dari sepuluh ayat bicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir,
berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu,
barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia
kafir." (QS. 18: 29)
b. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kedzaliman dan orang-orang yang berbuat
dzalim dalam sekitar tiga ratus dua puluh ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam lima puluh
empat ayat yang diungkapkan dengan kata-kata: ‘adl, qisth dan qishas.
c. Al-Qur’an mengajukan sekitar delapan puluh ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana hidup. Misalnya: "Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya." (QS. 5: 32). Juga Qur’an bicara
kehormatan dalam sekitar dua puluh ayat.
d. Al-Qur’an menjelaskan sekitar seratus lima puluh ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta
tentang persamaan dalam penciptaan. Misalnya: "... Orang yang paling mulia diantara kamu
adalah yang paling bertawa diantara kamu." (QS. 49: 13)
Rumusan HAM dalam Islam
Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan
(dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim
mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams,
dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari’ah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan
dan harta benda manusia.
Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh
diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu
pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain.
Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).
23
1. Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk yang
diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).
a. Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas
pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya
hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani
dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka
telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).
b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum ayat "Tidak ada
paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).
Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah) bagi mereka diatur
syari’at Islam dengan syarat mereka bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman
Allah: "Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan
antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak akan
mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan hukum, hendaklah
engkau putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang adil." (QS. 5:
42). J
c. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja
merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang
lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya
sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist:
"Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).
2. Hak Hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari’atkan oleh Allah. Diantara hak-hak
ini adalah :
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan
janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian
harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 24
188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia.
Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan
selama antara penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka
mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-
Khamsah)
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali
untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal bagi
pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah,
maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak
umum lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap
masyarakat secara keseluruhan.
b. Hak Berkeluarga Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah
memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya
(QS. 24: 32). Aallah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan
pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.
c. Hak Keamanan Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan
keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy:
3-4).
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada warga tertindas
yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib
memberi suaka dan jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah:
"Dan jika seorang dari kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia
supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman
baginya." (QS. 9: 6).
d. Hak Keadilan Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan diberi putusan hukum
sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk membela diri dari
tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang
diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).
25
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang
dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan.
Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang
cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung
dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
e. Hak Saling Membela dan Mendukung Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya
sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman.
Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan
saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila
bersin." (HR. Bukhari).
f. Hak Keadilan dan Persamaan Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan
persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-A’raf: 157 dan
An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah
anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
http://www.angelfire.com
Musyawarah Dalam Islam
Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntuntan stabilitas suatu
masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, tetapi disyariatkan dalam agama Islam untuk
mewujudkan keadilan diantara manusia, dan juga untuk memilih perkara yang paling baik bagi
mereka, sebagai perwujudan tujuan-tujuan syari’at dan hukum-hukumnya, oleh karena itu
musyawarah adalah salah satu cabang dari cabang-cabang syari’at agama, mengikuti serta tunduk
pada dasar-dasar syari’at agama.
Ayat ayat tentang musyawarah
Pertama : Tentang Kewajiban Kepala Pemerintahan Untuk Bermusyawarah
“Artinya : Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepadaNya” [Ali-Imran : 159]
26
Kedua : Dalam Mensifati Berbagai Kondisi Kaum Muslimin Secara Umum Yang Senantiasa
Bermusyawarah
“Artinya : Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” [Asy-Syuura : 38]
Bahwasanya syariat Islam telah datang dengan menetapkan asas musyawarah ini. Allah berfirman.
“Artinya : Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” [Ali-Imran : 158]
http://almanhaj.or.id
6) WASIAT DAN HIBAH DALAM ISLAM
Wasiat
Terkadang seorang mempunyai kewajiban yang wajib dia tunaikan kepada orang lain, sementara dia
tidak tahu kapan dia akan meninggal. Karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan
untuk menuliskan wasiat dan memberikan batasan-batasan yang harus diperhatikan oleh setiap orang
yang berwasiat.
Pelaksanaan wasiat dianggap syah bila memenuhi syarat wasiat berikut :
a. Bagi orang yang mewasiatkan harus baligh, berakal sehat dan atas kehendak sendiri
b. Bagi orang yang menerima wasiat secara hukum jelas ada, orang diberi wasiat menerima (tidak
menolak), dan bukan merupakan ahli waris yang berhak menerima warisan dari orang yang
berwasiat kecuali memperoleh persetujuan yang lain.
c. bagi harta atau sesuatu yang diwasiatkan tidak lebih dari sepertiga dari seluruh harta yang
ditinggalkan
d. dapat berpindah milik dari seseorang kepada orang lain
e. jelas keberadaannya ketika wasiat diucapkan
f. dapat memberi manfaat secara hakiki
g. tidak bertentangan dengan hukum syara, misalnya wasiat agar membuat bangunan megah diatas
kuburannya
h. Sighat wasiat harus dapat dimengerti atau dipahami, baik dengan lisan maupun tulisan. Selain itu
penerimaan wasiat diucapkan setelah orang yang berwasiat meninggal dunia.
Dalil Dalil Tentang Wasiat
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ا ق� م� رئ� ح� لم� ام� ء� ل�ه� م�س� ي� يه ي�وصي ش� ال ل�ي�ل�ت�ي�ن ي�بيت� ف ي ت�ه� إ ك�ت�وب�ة� و�و�ص ن�د�ه� م� ع
27
“Tidaklah seseorang mewasiatkan suatu hak untuk seorang muslim, lalu wasiatnya belum ditunaikan
hingga dua malam, kecuali wasiatnya itu diwajibkan di sisinya”. (HR. Al-Bukhari no. 2738 dan Muslim
no. 1627)
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dia berkata:
ل�ت� ول� ي�ا ق� س� ال� ك�ل1ه بم�الي أ�وصي الل ه ر� ل�ت� ال� ق� ط�ر� ق� الش ال� ف� ل�ت� ال� ق� ال� الث�ل�ث� ق� الث�ل�ث� ق� ف�
الث�ل�ث� ن ك� ك�ثير� و� ث�ت�ك� ت�د�ع� أ�ن� إ ر� ي�ر� أ�غ�ني�اء� و� م� أ�ن� من� خ� ون� ع�ال�ة@ ت�د�ع�ه� ف� م� في الن اس� ي�ت�ك�ف ي�ديه� أ
“Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku (kepada
putrid tunggalku, pent.)”. Beliau bersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau setengahnya?” Beliau
bersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau sepertiganya?” Beliau bersabda: “Ia sepertiganya dan
sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya
itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada
manusia dengan menengadahkan tangan-tangan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 2742 dan Muslim no.
1628)
Abu Umamah Al Bahili radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda pada saat khutbah haji wada’:
د� الل ه� إن قG ذي ك�ل أ�ع�ط�ى ق� ه� ح� ق ال� ح� ي ة� ف� ارث� و�ص لو�
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberi masing-masing orang haknya, karenanya tidak ada wasiat
bagi ahli waris.” (HR. Abu Daud no. 3565, At-Tirmizi no. 2120, Ibnu Majah no. 2704, dan dinyatakan
shahih oleh Al-Albani dalam Irwa` Al-Ghalil no. 1655) Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa ada seorang
laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
ال@ أ�ن ج� ال� ر� ل ى للن بي1 ق� ل م� ع�ل�ي�ه الل ه� ص� م1ي إن و�س�ت�لت�ت� أ� ا اف� ه� س� ا ن�ف� ظ�ن�ه�
أ� د ق�ت� ت�ك�ل م�ت� ل�و� و� ت�ص�
ل� ه� ا ف� ر� ل�ه� ج�د ق�ت� إن� أ� ا ت�ص� ال� ع�ن�ه� ن�ع�م� ق�
“Ibuku meninggal dunia secara mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara maka
dia akan bersedekah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bersedekah untuknya (atas
namanya)?”. Beliau menjawab, “Ya”. (HR. Al-Bukhari no. 2960 dan Muslim no. 1004)
http://al-atsariyyah.com
http://kitab-fiqih.blogspot.com
Hibah
Hibah, huruf haa’ dikasrah dan baa’ difathah, adalah pemberian seseorang akan hartanya kepada
orang lain di masa hidupnya dengan cuma-cuma, tanpa imbalan.
Rukun dan Syarat Hibah
a. Pemberi hibah (wahib)
b. Penerima hibah (mauhub lahu)28
c. Barang yang dihibahkan (mauhub)
d. Akad (ijab kabul)
Macam – Macam Hibah
a. Hibah Barang adalah memberi harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup materi dan nilai
manfaat harta atau barang tersebut yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun.
b. Hibah manfaat yaitu memberi harta atau barang kepada pihak lain agar dimanfaatkan harta atau
barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.
Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri)
Mencabut Hibah
Hibah yang dicabut, di antaranya sebagai berikut.
a. Hibah orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut hibahnya itu
demi menjaga kemaslahatan anaknya.
b. Dirasakan ada unsur ketidakadilan di antara anak-anak yang menerima hibah
c. Apabial dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan fitnah dari pihak lain.
Beberapa Masalah Mengenai Hibah
a. Pemberian Orang Sakit yang Hampir Meninggal
Hukumnya adalah seperti wasiat, yaitu penerima harus bukan ahli warisnya dan dan jumlahnya
tidak lebih dari sepertiga harta. Jika penerima itu ahli waris maka hibah itu tidak sah. Jika hibah itu
lebih dari sepertiga harta maka yang dapat diberikan kepada penerima hibah (harus bukan ahli
waris) hanya sepertiga harta.
b. Penguasaan Orang Tua atas Hibah Anaknya
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai barang yang dihibahkan
kepada anaknya yang masih kacil dan berada dalam perwakilannya atau kepada anak yang sudah
dewasa, tetapi lemah akalnya. Pendapat ini di dasarkan pada kebolehan meminta kembali hibah
seseorang kepada anaknya.
c. Dorongan Melakukan Hibah
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Wahai para wanita muslim, janganlah sekali-
kali seorang tetangga perempuan merasa hina memberikan kepada tetangganya yang perempuan,
walaupun sekedar ujung kuku kambing.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari V: 197 no: 2566 dan
Muslim II: 714 no: 1030).
29
Juga darinya (Abu Hurairah ra), bahwa Nabi saw bersabda, “Saling memberi hadiahlah di antara
kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (Hasan: Shahibul Jami’us Shaghir no: 3004 dan Irwa-ul
Ghalil 1601, Baihaqi VI: 169).
d. Menerima Hibah (Pemberian) Yang Sedikit
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Kalau aku diundang untuk menghadiri
jamuan satu lengan (kambing), niscaya kuterima.” (Shahih: Shahihul Jami’ no: 5268 dan Fathul Bari
V: 199 no: 2568).
e. Hadiah Yang Tidak Boleh Ditolak
Dari ‘Azrah bin Tsabit al-Anshari, ia berkata, ”Saya pernah datang menemui Tsumamah bin
Abdullah, lalu ia memberi minyak wangi kepadaku. Ia berkata, “Adalah Anas ra tidak pernah
menolak (hadiah) minyak wangi dan dari Anas bahwa Nabi saw tidak pernah menolak (hadiah)
minyak wangi.” (Shahih: Shahihul Tirmidzi no: 2240, Fathul Bari V: 209 no: 2582 dan Tirmidzi IV: 195
no: 2941).
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga hal yang pemberiannya tidak boleh
ditolak: (pertama) sandaran (bantal), (kedua) minyak wangi, dan (ketiga) susu.” (Hasan: Shahih
Tirmidzi no: 2241, dan Tirmidzi IV: 199 no: 2942).
f. Membalas Hibah
Dari Aisyah ra, ia berkata, “Rasulullah saw menerima hadiah dan biasa membalasnya.” (Shahih:
Fathul Bari V: 210 no: 2585, ’Aunul Ma’bud IX: 451 no: 3519 dan Tirmidzi III: 227 no: 2019).
g. Orang Yang Paling Utama Menerima Hadiah
Dari Aisyah ra, ia berkata: Saya pernah bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai
dua tetangga, lalu yang manakah yang kuberikan hadiah?” Jawab Beliau, “Yang pintunya lebih
dekat kepadamu di antara mereka berdua.” (Shahih: Fathul Bari V: 219 no: 2595 dan ’Aunul Ma’bud
XIV: 63 no: 5133).
Dari Kuraib, mantan budak Ibnu Abbas, bahwa Maimunah binti al-Harits menginformasikan
kepadanya bahwa ia (Maimunah) pernah memerdekakan seorang budak perempuan yang dihamili
tuannya tanpa seizin Nabi saw. Kemudian tatkala tiba hari yang menjadi gilirannya (Maimunah bin
al-Harits) maka ia berkata, ”Ya Rasulullah, tidaklah engkau tahu bahwa saya telah memerdekakan
budak perempuanku.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kalau engkau berikan ia kepada
paman-pamanmu, niscaya pahalamu lebih besar.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari V: 217 no: 2592,
Muslim II: 694 no: 999, ‘Aunul Ma’bud V: 109 no: 1674).
h. Pengharaman Sikap Mengutamakan Sebagian Anak Dalam Hal Hibah
30
Dari Nu’man bin Basyir ia berkata: Ayahku pernah menshadaqahkan sebagian hartanya kepadaku.
Kemudian Ibuku, ’Amrah binti Rawahah ra menyatakan, ”Aku tidak ridha (terhadap shadaqah ini)
hingga engkau mempersaksikan kepada Rasulullah saw.” Kemudian ayahku berangkat menemui
Rasulullah saw untuk mempersaksikan shadaqah yang kuterima ini kepadanya. Maka, Rasulullah
bertanya kepada ayahku: “Apakah engkau lakukan hal ini terhadap seluruh anakmu?”
Jawabnya, “Tidak.” Maka Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah
terhadap anak-anakmu.” Kemudian ayahku kembali (pulang), lalu dia membatalkan shadaqah itu.
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah bersabda, “Maka kalau begitu janganlah engkau menjadikan
diriku sebagai saksi; karena sesungguhnya aku tidak mau menjadi saksi atas perbuatan yang
sewenang-wenang.” Dalam riwayat yang lain (lagi) disebutkan bahwa Beliau bertanya, “Apakah
kamu merasa senang apabila mereka (anak-anakmu) itu sama-sama bakti kepadamu?” Dijawab,
“Ya, tentu.” Maka Rasulullah bersabda, “Maka kalau begitu, janganlah (kamu bersikap pilih kasih).”
(Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari V: 211 no: 2587, Muslim III: 1241 1623, ’Aunul Ma’bud IX: 457 no:
3525).
i. Tidak Halal Seseorang Mengambil Kembali Pemberiannya Dan Tidak Pula Membelinya
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw bersabda, “Bagi kita tidak ada perumpamaan yang lebih buruk
(lagi) daripada orang yang mengambil kembali pemberiannya, seperti anjing yang menelan kembali
muntahnya.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari V: 234 no: 2622 dan ini lafadz bagi Imam Bukhari,
Muslim III: 1240 no: 1622, ’Aunul Ma’bud IX: 454 no: 3521, Tirmidzi II: 383 no: 1316 dan Nasa’i VI:
265).
Dari Zaid bin Aslam dari bapaknya, ia bercerita: Saya pernah mendengar Umar bin Khattab ra
berkata, “Saya pernah membelikan (seseorang) perbekalan untuk jihad di jalan Allah yang
diletakkan di atas punggung kuda, lalu perbekalan tersebut dihilangkan kemudian saya bermaksud
hendak membelinya darinya, dan saya menduga ia akan menjualnya dengan harga murah.
Kemudian kutanyakan hal itu kepada Nabi saw, maka Rasulullah menjawab, “Janganlah engkau beli
barang itu, walaupun ia memberi kepadamu dengan (harga) satu dirham, maka sesungguhnya
orang yang menarik kembali shadaqahnya laksana anjing menelan muntahnya.” (Muttafaqun
’alaih: Fathul Bari III: 353 no: 1490, Muslim III: 1239 no: 1620, Nasa’i V: 108, Tirmidzi meriwayatkan
secara ringkas II: 89 no: 663 dan ’Aunul Ma’bud IV: 483 no: 1578).
Pengecualian dari ketentuan di atas adalah pemberian seorang ayah yang memberi kepada
anaknya.
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas ra, keduanya mengatakan hadits ini dari Nabi saw, Beliau bersabda,
“Tidak halal bagi seorang laki-laki yang memberi sesuatu kemudian memintanya kembali,
melainkan seorang ayah menarik kembali pemberian yang ia berikan kepada anaknya.” (Shahih:
Shahihul Jami’us Shaghir no: 7655, ’Aunul Ma’bud IX: 455 no: 3522, Tirmidzi II: 383 no: 1316, Nasa’i
VI: 265 dan Ibnu Majah II: 795 no: 2377).
31
Jika pihak diberi hadiah mengembalikannya, maka tidak mengapa pihak pemberi hadiah
mengambilnya kembali. Dari Aisyah ra, bahwa Nabi saw pernah shalat pada sehelai kain yang
bergaris-garis, lalu sekejap Beliau melihat pada garis-garisnya. Tatkala usai shalat, Beliau bersabda,
“Bawalah kain ini kepada Abi Jahm dan datangkanlah untukku kain tebal yang polos dari Abi Jahm;
karena sesungguhnya ia tadi (sempat) membuatku lalai dari shalatku.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul
Bari I: 482 no: 373, Muslim I: 391 no: 556, ’Aunul Ma’bud III: 182 no: 901 dan Nasa’i II: 72).
Dari Sha’b bin Jatsamah al-Laitsi -ia adalah salah seorang sahabat Nabi saw-, bahwa ia pernah
memberi hadiah kepada Rasulullah saw berupa keledai liar di daerah Abwaa’ -atau di Waddan-.
Kala itu Beliau sedang berihram, lalu Beliau menolaknya. Sha’b berkata, “Ketika Beliau melihat (rasa
kesal) di wajahku karena Beliau mengembalikan hadiahku kepadaku,” maka Beliau bersabda, “Kami
benar-benar tidak layak menolak hadiahmu, namun kami dalam keadaan berihram.” (Muttafaqun
’alaih: Fathul Bari IV: 31 no: 1825, Muslim II: 850 no: 1193, Tirmidzi II: 170 no: 851, Ibnu Majah II:
1032 no: 3090 dan Nasa’i V: 183).
Hikmah Hibah
Adapaun hikmah dari perbuatan hibah adalah :
a. menumbuhkan rasa kasih sayang di antara sesame
b. menumbuhkan sikap saling tolong-menolong
c. dapat mempererat tali silahturahmi
d. menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
http://alislamu.com
www.pondokg$ul.blogspot.com
7) JUAL BELI DAN HUTANG PIUTANG DALAM ISLAM
Jual Beli
Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu.
Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.
Rukun Jual Beli
a. Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauan sendiri, dewasa/baligh
dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros.
b. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan barang penukar seperti uang, dinar emas, dirham
perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak terlihat karena mungkin di tempat lain namanya
salam.
32
c. Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara yang menjual dan yang membeli (penjual dan
pembeli).
Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual Beli
a. Membeli barang di atas harga pasaran
b. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain.
c. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong).
d. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat.
e. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya.
f. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi.
g. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.
h. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan.
i. Menjual atau membeli barang haram.
j. Jual beli tujuan buruk seperti untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan pasar,
mencelakai para pesaing, dan lain-lain.
Hukum-Hukum Jual Beli
a. Haram
Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual
beli.
b. Mubah
Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah.
c. Wajib
Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak
yatim dalam keadaaan terpaksa.
Kesempatan Meneruskan/Membatalkan Jual Beli (Khiyar)
Arti definisi/pengertian Khiyar adalah kesempatan baik penjual maupun pembeli untuk memilih
melanjutkan atau menghentikan jual beli. Jenis atau macam-macam khiyar yaitu :
a. Khiyar majlis adalah pilihan menghantikan atau melanjutkan jual beli ketika penjual maupun
pembeli masih di tempat yang sama.
b. Khiyar syarat adalah syarat tertentu untuk melanjutkan jual beli seperti pembeli mensyaratkan
garansi.
c. Khiyar aibi adalah pembeli boleh membatalkan transaksi yang telah disepakati jika terdapat cacat
pada barang yang dibeli.
33
Jual Beli Barang Tidak Terlihat (Salam)
Arti definisi/pengertian Salam adalah penjual menjual sesuatu yang tidal terlihat / tidak di tempat,
hanya ditentukan dengan sifat danbarang dalam tanggungan penjual.
Rukun Salam sama seperti jual beli pada umumnya.
1. Pembayaran dilakukan di muka pada majelis akad.
2. Penjual hutang barang pada si pembeli sesuai dengan kesepakatan.
3. Brang yang disalam jelas spesifikasinya baik bentuk, takaran, jumlah, dan sebagainya.
http://organisasi.org
Hutang Piutang
Hutang piutang (Arab, الدين او القرض )adalah suatu transaksi di mana seseorang meminjam harta
benda kepada orang lain dengan janji akan dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan. Hutang
termasuk muamalah (transaksi) antara manusia yang cukup mendapat perhatian dalam Islam karena
ada unsur ekonomi dan hak individu yang dalam Islam sangat dihormati
Pengertian hutang adalah memberikan sesuatu--yang memiliki nilai-- yang menjadi hak milik pemberi
pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah
yang sama. Contoh, A meminjam emas 10 gram pada B. Maka B wajib mengembalikan utang tersebut
pada A sebanyak 10 gram emas atau uang senilai itu pada waktu yang telah ditentukan.
Dalil Seputar Hutang Piutang
a. Quran Surat Al-Baqarah 2:282
ن أ Xب� ات ك ب أ ي وال عد ل� �ال ب Xب� ات ك �م ك ن ي ب �ب ت ك ي ول �وه� �ب ت مgىفاك م�س جل2
أ ى} �ل إ ن2 �دي ب �م ت ن داي ت �ذا إ �وا آمن �ذ�ين ال يها أ ا �ي �
�ذ�ي ال ان ك �ن فإ �ا ئ ي ه�ش م�ن خس ب ي وال �ه� ب ر �ه الل �ق� ت ي ول حق^ ال ه� ي عل �ذ�ي ال �م ل�ل� ي ول �ب ت ك ي فل �ه� �مه�الل عل ما ك �ب ت ك �ي �
م�ن ضو ن ر ت م�م�ن ان� ت أ وام ر Xج�ل فر ن� ي ل ج� ر ا �ون ك ي م ل �ن فإ �م �ك ال م�ن ر�ج ن� ه�يدي ش ه�د�وا ش ت واس عد ل� �ال �يه�ب ول �م ل�ل ي فل ه�و �م�ل� ي ن
أ ط�يع� ت س ي ال و أ ضع�يف�ا و
أ ف�يه�ا س حق^ ال ه� ي �عل �
�وه� �ب ت ك ت ن أ م�وا
أ س ت وال ماد�ع�وا �ذا إ الشهداء� ب أ ي وال ى} خ ر
� �ح داه�مااأل إ %ر �ذك فت �ح داه�ما إ ض�ل� ت ن أ �الشهداء� �
ة� ر� را ت ر� ك�و ر ن� ر�� ر��ا ت�� � ك�و� را ن� ر ر��ا ر�� ى� ر� �ن ر�� �ر ت� �ر ر�ا ر�� ت!ل ك" رو ن# ر�� �ر ت$ �ل ر !� ر% ن& ت' ك) ر( ن# ر�� ن* ك� ت! ىر+ � ت$ تل ر, ر�� ى� ر! ت�� ة�� ت.ي ر/ �ن ر�� ة�� ت0ي ر1
�ن وإ Xه�يد ش وال Xب� ات ك �ضار� ي وال �م ع ت اي ب �ذات إ ه�د�وا ش وأ �وها �ب ت ك ت ال�
أ Xاح ن ج� �م ك ي عل س ي فل �م ك ن ي ب ها ون �د�ير� ت ة� �حاض�ر � �
Xيم� عل ي ء2 ش �ل% �ك ب �ه� والل �ه� �م�الل %م�ك �عل وي �ه �ق�واالل وات �م �ك فس�وقXب �ه� �ن فإ �وا ف عل �ت � � Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
34
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian
dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika
mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
b. Hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi
Artinya: Nasib seorang mukmin tergantung pada hutangnya sampai ia melunasinya.
c. Hadits riwayat Muslim
Artinya: Mati di jalan Allah (mati syahid) menebus segala sesuatu kecuali hutang.
d. Hadits riwayat Bukhari
Artinya: Aku adalah paling utamanya orang beriman. Barang siapa yang mati dan punya hutang
maka wajib melunasi. Barangsiapa yang meninggalkan harta maka hutang itu dikenakan pada ahli
warisnya.
Wajib Membayar Hutang
Dari dalil Quran dan hadis seputar hutang di atas, jelaslah bahwa membayar atau melunasi hutang
wajib hukumnya. Bahkan setelah yang punya hutang mati tetap wajib membayar hutang dan
kewajiban itu menjadi kewajiban ahli warisnya.
Keutamaan (Fadhilah) Memberi Hutang
a. Hadits riwayat Muslim
ر2 م�ع س� على ر س� ي ومن امة� ق�ي ال � و م ي ب� �ر ك م�ن ة� ب �ر ك ه� عن �ه� الل ف�س ن ا ي الدن ب� �ر ك م�ن ة� ب �ر ك م�ؤ م�ن2 عن ف�س ن من
ما د� عب ال عو ن� ف�ى �ه� والل ة� واآلخ�ر ا ي الدن ف�ى �ه� الل ه� ر ت س �م�ا ل م�س ر ت س ومن ة� واآلخ�ر ا ي الدن ف�ى ه� ي عل �ه� الل ر س� ي
يه� خ� أ عو ن� ف�ى د� عب ال ان ك
Artinya: Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah
akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang
35
yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa
menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan
senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebtu menolong saudaranya.
Sabar Dalam Menagih Hutang
Orang yang menghutangi hendaknya berhati-hati dalam memberi pinjaman agar tidak kecewa di
kemudian hari. Pertama, harus dilihat dulu rekam jejak (track record) orang yang hendak berhutang.
Kedua, lakukan transaksi hutang piutang secara tertulis seperti perintah dalam QS Al-Baqarah 2:282.
Apabila dua hal di atas sudah dipenuhi dan ternyata yang berhutang tidak melunasi hutang sesuai
janjinya, maka penghutang hendaknya bersabar dan memberi perpanjangan masa pembayaran
hutang.
a. Berdasarkan QS Al-Baqarah 2:280
�ن ان وإ ة2 ذ�و ك ر ةX ع�س ظ�ر �لى فن ة2 إ ر س ن مي صد�ق�وا وأ رX ت ي �م خ ك �ن ل �م إ ت �ن م�ون ك ع ل تArtinya:Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
b. Hadits Riwayat Muslim
ظر من ن ا أ ر� و م�ع س�
ه� وضع أ �ه� عن ظل �ه� أ %ه� ف�ى الل ظ�ل
Artinya: Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk
melunasi hutang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah.
c. Hadits Riwayat Bukhari
ان رX ك اج� �ن� ت �داي �اس ي �ذا ، الن ى فإ أ ا ر ر� �ه قال م�ع س� ان ي �ف�ت وا ل اوز� ج ه� ت عل� ، عن �ه ل ن الل اوز أ ج ت �ا ي اوز ، عن ج �ه� فت ه� الل عنArtinya: Dulu ada seorang pedagang biasa memberikan pinjaman kepada orang-orang. Ketika
melihat ada yang kesulitan, dia berkata pada budaknya: Maafkanlah dia (artinya bebaskan
utangnya). Semoga Allah memberi ampunan pada kita. Semoga Allah pun memberi ampunan
padanya.
Hutang Untuk Keperluan Mendesak (Darurat)
Walaupun berhutang itu boleh (mubah), namun hendaknya dilakukan untuk kebutuhan yang penting
dan mendesak karena ada bahaya apabila tidak mampu membayar hutang. Jangan hutang untuk
kebutuhan konsumtif seperti memperbarui mobil atau mengganti perabot rumah yang masih cukup
baik, dll.
36
Nabi memerintahkan agar kita hidup penuh syukur dengan cara melihat ke bawah bukan ke atas:
�م ك ي عل �ه� الل �ع مة ن وا در� ز ت ال ن أ ج در�
أ فه�و ، �م فو قك ه�و من �لى إ وا ظ�ر� ن ت وال �م ك م�ن فل س أ من �لى إ وا ظ�ر� ان
Artinya: Lihatlah kepada orang yang lebih rendah darimu (taraf ekonominya). Jangan melihat orang
yang lebih tinggi darimu. Hal itu lebih baik agar kamu tidak melupakan nikmat (anugerah) Allah
padamu.
http://www.alkhoirot.net
Keutamaan Pedagang yang Menghutangkan Dagangannya.
Islam memuji pedagang yang menjual barang kepada pembeli yang tidak mampu membayar tunai, lalu
memberi tempo, membolehkan pembelinya berhutang. Islam menjanjikan pedagang itu berpotensi
masuk surga, sebagaimana hadits Rasulullah saw: “Bahwasanya ada seseorang yang meninggal dunia
lalu dia masuk surga, dan ditanyakanlah kepadanya, ‘amal apakah yang dahulu kamu kerjakan?’ Ia
menjawab, ‘Sesungguhnya dahulu saya berjualan. Saya memberi tempo (piutang) kepada orang yang
dalam kesulitan, dan saya memaafkan terhadap mata uang atau uang.” (HR. Muslim)
Menurut ulama pensyarah hadits, kata-kata “memaafkan terhadap mata uang atau uang” di situ
adalah, bahwa yang bersangkutan memberikan kemurahan kepada pengutang dalam membayar
hutangnya. Bila terdapat sedikit kekurangan pembayaran dari yang semestinya, kekurangan itu di
abaikan dengan hati lapang.
Keutamaan Bagi Pemberi Pinjaman
“Siapa yang memberi pinjaman atas kesusahan orang lain, maka dia ditempatkan di bawah naungan
singgasana Allah pada hari kiamat.” (HR. Thabrani, Ibnu Majah, Baihaqi)
“Siapa meminjamkan (harta) kepada orang lain, maka pahala shadaqah akan terus mengalir kepadanya
setiap hari dengan jumlah sebanyak yang dipinjamkan, sampai pinjaman tersebut dikembalikan.” (HR.
Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).
"Dua kali memberikan pinjaman, sama derajatnya dengan sekali memberi shadaqah." (HR. Bukhari,
Muslim, Thabrani, Baihaqi).
37
“Siapa yang ingin diselamatkan oleh Allah dari kesulitan-kesulitan hari kiamat, maka hendaklah ia
mempermudah urusan seseorang atau hendaklah ia membebaskan hutangnya.” (HR. Muslim)
Hutang dapat Membahayakan Akhlaq
Sebaliknya, Islam menyuruh pembeli menghindari hutang semaksimal mungkin jika ia mampu membeli
dengan tunai. Karena hutang, menurut sabda Rasulullah SAW, " Berhati-hatilah kamu dalam
berhutang, sesungguhya hutang itu mendatangkan kerisauan di malam hari dan kehinaan di siang
hari." (HR. Al-Baihaqi). Hutang juga dapat membahayakan akhlaq seseorang, sabda Rasulullah,
“Sesungguhnya seseorang apabila berhutang, maka dia sering berkata lantas berdusta, dan berjanji
lantas memungkiri.” (HR. Bukhari).
Ancaman bagi Peminjam yang Lalai
Ruh seorang mukmin yang meninggal dunia akan terus menggantung selama hutangnnya belum
dilunasi. ( HR.Turmudzi ). Bila ada orang yang masuk surga karena piutang, kelak akan ada juga orang
yang kehabisan amal baik dan akan masuk neraka karena lalai membayar hutang. Sabda Rasulullah
SAW: “Barangsiapa (yang berhutang) di dalam hatinya tidak ada niat untuk membayar hutangnya,
maka pahala kebaikannya akan dialihkan kepada yang memberi piutang. Jika masih belum terpenuhi,
maka dosa-dosa yang memberi piutang akan dialihkan kepada orang yang berhutang.” (HR. Baihaqi,
Thabrani, Hakim).
Rasulullah pernah menolak menshalatkan jenazah seseorang yang diketahui masih meninggalkan
hutang dan tidak meninggalkan harta untuk membayarnya. Sabda Rasulullah, “Akan diampuni orang
yang mati syahid semua dosanya, kecuali hutangnya.” (HR. Muslim).
Adab Hutang Piutang dalam Islam
a. Hutang piutang ditujukan untuk kebaikan.
b. Agama Islam membolehkan adanya hutang-piutang, untuk tujuan kebaikan. Tidak dibenarkan
meminjam atau memberi pinjaman untuk keperluan maksiat. (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah,
Hakim)
c. Pentingnya Bukti Tertulis dalam Hutang Piutang
Firman Allah SWT
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (jual-beli, hutang piutang, sewa
menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan / membacakan (apa yang akan ditulis itu), dan
38
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur… " (Al-
Baqarah:282)
d. Hadirkan Saksi
"..Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada
dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu
ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di
antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli…" (Al-Baqarah:282)
e. Jangan Saling Menyulitkan
Islam melarang kita saling menyulitkan muamalah hutang piutang atau pun berbuat kecurangan
"…dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian),
maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah;
Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Baqarah:282)
f. Pengembalian Hutang Tidak Boleh Diakadkan Lebih dari Dana Pinjaman.
Pembayaran hutang tidak boleh melebihi jumlah pinjaman. Selisih pembayaran dari pinjaman dan
pengembalian adalah riba. Jika pinjam uang sejuta, kembalinya pun sejuta, tidak boleh lebih.
Apabila si peminjam melebihkan uang pengembalian (tanpa perjanjian sebelumnya atau paksaan)
maka kelebihannya itu menjadi hadiah sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Boleh ada kelebihan
pembayaran, berubah menjadi hadiah, asal tidak diakadkan sebelumnya." (HR. Bukhari, Muslim,
Abdur Razak). Selain itu, kita pun dilarang memberikan syarat macam-macam kepada peminjam,
"Jangan ada syarat lain dalam utang-piutang kecuali (waktu) pembayarannya." (HR. Ahmad, Nasa’i).
g. Pemberi Pinjaman Dibolehkan Untuk Meminta Jaminan
" Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah:283)
39
h. Sebaiknya memberi tempo pembayaran kepada yang meminjam agar ada kemudahan untuk
membayar. (HR. Muslim, Ahmad).
"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan.." (Al-Baqarah:280)
i. Jangan menagih sebelum waktu pembayaran yang sudah ditentukan. (HR. Ahmad)
j. Hendaknya menagih dengan sikap yang lembut penuh maaf. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi). Boleh
menyuruh orang lain untuk menagih utang, tetapi terlebih dahulu diberi nasihat agar bersikap baik,
lembut dan penuh pemaaf kepada orang yang akan ditagih. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Hakim).
Alloh akan memberikan kasih sayangnya kepada orang yang bermurah hati ketika menagih utang.
(HR. Bukhori).
k. Sebaiknya memaafkan orang yang berutang apabila ditagih belum mampu membayar karena Alloh
akan memaafkan si piutang di hadapan-Nya nanti. (HR. Bukhori dan Muslim)
l. Menyedekahkan hutang terhadap orang yang menemui kesulitan / kesukaran mengembalikannya,
itu lebih baik.
"… Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui." (Al-Baqarah:280)
Adab bagi Peminjam
a. Sebaik-baik orang adalah yang mudah dalam membayar hutang (tidak menunda-nunda). (HR.
Bukhari, Nasa’i, Ibnu Majah, Tirmidzi).
b. Yang berhutang hendaknya berniat sungguh-sungguh untuk membayar. (HR. Bukhari, Muslim)
c. Menunda-nunda hutang padahal mampu adalah kezaliman. (HR. Thabrani, Abu Dawud).
d. Barangsiapa menunda-nunda pembayaran hutang, padahal ia mampu membayarnya, maka
bertambah satu dosa baginya setiap hari. (HR. Baihaqi).
e. Bagi yang memiliki hutang dan ia belum mampu membayarnya, dianjurkan banyak-banyak berdoa
kepada Allah agar dibebaskan dari utang, serta banyak-banyak membaca surat Ali Imran ayat 26.
(HR. Baihaqi)
f. Disunnahkan agar segera mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) setelah dapat membayar utang. (HR
Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad).
- (Ali Athwa/SHW) – Majalah Suara Hidayatullah edisi 10/XV/Dzulqa’dah-Dzulhijjah 1423.
http://cahayailmu.info
40
Riba
Di bidang transaksi ekonomi, Islam melarang keras praktik riba. Secara etimologis (lughawi) riba (الربا)
adalah isim maqshur, berasal dari rabaa yarbuu. Asal arti kata riba adalah ziyadah yakni tambahan atau
kelebihan.
Secara terminologis (istilah) riba adalah setiap kelebihan antara nilai barang yang diberikan dengan
nilai-tandingnya (nilai barang yang diterimakan). (Lihat Ibnul Arabi dalam القرأن أحكام ).
Macam-Macam Riba Dalam Islam
Ada dua macam jenis riba yaitu riba al-fadhl ( الفضل ربا ) dan riba al-nasi'ah ( النسيئة ربا ).
Riba al-Fadhl disebut juga dengan riba jual beli adalah penambahan dalam jual-beli barang yang
sejenis. Riba ini terjadi apabila seseorang menjual sesuatu dengan sejenisnya dengan tambahan,
seperti menjual emas dengan emas, mata uang dirham dengan dirham, gandum dengan gandum dan
seterusnya.
hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut:
Bilal datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa korma kualitas Barni (baik). Lalu Rasulullah
SAW bertanya kepadanya, "Dari mana kurma itu ?". Ia menjawab , "Kami punya kurma yang buruk lalu
kami tukar bdli dua liter dengan satu liter". Maka Rasulullah bersabda: "Masya Allah, itu juga adalah
perbuatan riba. Jangan kau lakukan. Jika kamu mau membeli, juallah dahulu kurmamu itu kemudian
kamu beli kurma yang kamu inginkan.
Riba an-Nasi'ah disebut juga riba hutang piutang adalah kelebihan (bunga) yang dikenakan pada orang
yang berhutang oleh yang menghutangi pada awal transaksi atau karena penundaan pembayaran
hutang.
Riba nasi'ah ada dua jenis sebagai berikut:
1. A meminjamkan/menghutangkan uang atau benda berharga lain pada B. Bentuknya ada dua:
(a) A menetapkan tambahan (bunga) pada awal transaksi.
(b) A tidak menetapkan bunga di awal transaksi, akan tetap saat B tidak mampu melunasi hutang
pada saat yang ditentukan, maka A membolehkan pembayaran ditunda asal dengan bunga.
2. A membeli emas atau perak pada B dengan menunda penerimaannya/tidak langsung saling
terima.
Perbedaan khasnya, riba nasi'ah adalah jual beli barang yang sama jenisnya tapi tidak secara kontan.
Sedangkan riba fadhl adalah jual beli barang dengan kelebihan atau hutang piutang dengan bunga.41
Ulama sepakat atas keharaman riba nasi'ah. Sementara terjadi ikhtilaf (beda pendapat) atas
keharaman riba fadhl, tapi mayoritas mengharamkannya.
Hukum Riba Dalam Islam
Hukum riba adalah haram dan termasuk dari dosa besar karena akan menyebabkan kesengsaraan
kaum dhuafa, menzalimi orang miskin, eksploitasi si kaya pada si miskin, menutup pintu sedekah dan
kebajikan serta membunuh rasa empati antar manusia yang berbeda strata sosial ekonominya.
Dalil Haramnya Riba
a. Al-Baqarah 2:278
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
b. Al-Baqarah 2:279
Artinya: Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
c. Hadits sahih riwayat Muslim:
Artinya: Nabi Muhammad Rasulullah melaknat pemakan, wakil, penulis dan dua saksi transaksi
riba.
d. Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim (mutafaq alaih):
Artinya: Jauhilah tujuh dosa besar. Apa itu ya Rasulullah. Nabi menjawab: syirik, sihir, membunuh,
memakan riba, makan harta anak yatim, lari saat perang, menuduh zina pada perempuan
muslimah bersuami.
Pendapat Yang Mengharamkan Bank Konvensional
Jumhur (mayoritas) ulama mengharamkan bank konvensional karena adanya praktek bunga bank yang
secara prinsip sama persis dengan riba. Baik itu bunga pinjaman, bunga tabungan atau bunga deposito.
Praktik Perbankan Yang Diharamkan
Praktik perbankan konvensional yang haram adalah
a. menerima tabungan dengan imbalan bunga, yang kemudian dipakai untuk dana kredit perbankan
dengan bunga berlipat.
b. memberikan kredit dengan bunga yang ditentukan
c. segala praktik hutang piutang yang mensyaratkan bunga.
d. Bagi ulama yang mengharamkan sistem perbankan nasional, bunga bank adalah riba. Dan karena
itu haram.
42
Praktik Bank Konvensional Yang Halal
Namun demikian, pendapat yang mengharamkan tidak menafikan adanya sejumlah layanan
perbankan yang halal seperti:
a. layanan transfer uang dari satu tempat ke tempat lain dengan ongkos pengiriman;
b. menerbitkan kartu ATM;
c. menyewakan lemari besi;
d. mempermudah hubungan antarnegara.
Ulama Dan Lembaga Yang Mengharamkan Bank Konvensional
a. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H,
atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas
berbagai macam pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank.
b. Majma’al Fiqh al-Islamy, Negara-negara OKI yang diselenggarakan di Jeddah pada tanggal 10-16
Rabi’ul Awal 1406 H/22 Desember 1985;
c. Majma’ Fiqh Rabithah al’Alam al-Islamy, Keputusan 6 Sidang IX yang diselenggarakan di Makkah,
12-19 Rajab 1406
d. Keputusan Dar It-Itfa, Kerajaan Saudi Arabia, 1979;
e. Keputusan Supreme Shariah Court, Pakistan, 22 Desember 1999;
f. Majma’ul Buhuts al-Islamyyah, di Al-Azhar, Mesir, 1965.
g. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2000 yang menyatakan
bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syari’ah.
h. Keputusan Sidang Lajnah Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 di Sidoarjo menyatakan bahwa sistem
perbankan konvensional tidak sesuai dengan kaidah Islam.
i. Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar Lampung.
j. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tentang Fatwa Bunga (interest/fa’idah), tanggal
22 Syawal 1424/16 Desember 2003.
k. Keputusan Rapat Komisi Fatwa MUI, tanggal 11 Dzulqa’idah 1424/03 Januari 2004, 28 Dzulqa’idah
1424/17 Januari 2004, dan 05 Dzulhijah 1424/24 Januari 2004.
Pendapat Halalnya Bank Konvensional
Beberapa alasan para ulama ahli fiqih yang menghalalkan bank konvensional adalah
a. bunga bank bukanlah riba yang dilarang seperti yang disebut dalam Quran dan hadits
b. riba adalah bunga yang berlipat ganda; sedang bunga pinjaman bank tidaklah demikian.
43
Ulama Dan Lembaga Yang Menghalalkan Bank Konvensional
a. Syekh Al-Azhar Sayyid Muhammad Thanthawi menilai bunga bank bukan riba dan halal.
b. Ibrahim Abdullah an-Nashir. dalam buku Sikap Syariah Islam terhadap Perbankan
c. Keputusan Majma al-Buhust al-Islamiyah 2002 membahas soal bank konvensional.
d. A.Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal.
e. Dr.Alwi Shihab dalam wawancaranya dengan Metro TV berpendapat bunga bank bukanlah riba
dan karena itu halal.
Alsan Ulama Dan Lembaga Yang Menghalalkan Bank Konvensional
a. Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi bank konvensional/deposito itu halal dalam berbagai
bentuknya walau dengan penentuan bunga terlebih dahulu. Menurutnya, di samping penentuan
tersebut menghalangi adanya perselisihan atau penipuan di kemudian hari, juga karena penetuan
bunga dilakukan setelah perhitungan yang teliti, dan terlaksana antara nasabah dengan bank atas
dasar kerelaan mereka.
b. Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak mungkin ada
kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak ada kekuatan
perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbankan tanpa riba. Ia juga
mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan yang jelas dengan amal-amal
ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia. Karena bunga bank adalah muamalah baru, yang
hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang
pengharaman riba.”
c. Isi keputusan Majma al-Buhust al-Islamiyah 2002:
"Mereka yang bertransaksi dengan atau bank-bank konvensional dan menyerahkan harta dan
tabungan mereka kepada bank agar menjadi wakil mereka dalam menginvestasikannya dalam
berbagai kegiatan yang dibenarkan, dengan imbalan keuntungan yang diberikan kepada mereka
serta ditetapkan terlebih dahulu pada waktu-waktu yang disepakati bersama orang-orang yang
bertransaksi dengannya atas harta-harta itu, maka transaksi dalam bentuk ini adalah halal tanpa
syubhat (kesamaran), karena tidak ada teks keagamaan di dalam Alquran atau dari Sunnah Nabi
yang melarang transaksi di mana ditetapkan keuntungan atau bunga terlebih dahulu, selama
kedua belah pihak rela dengan bentuk transaksi tersebut."
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta di antara kamu
dengan jalan yang batil. Tetapi (hendaklah) dengan perniagaan yang berdasar kerelaan di antara
kamu. (QS. an-Nisa': 29).
44
Kesimpulannya, penetapan keuntungan terlebih dahulu bagi mereka yang menginvestasikan harta
mereka melalui bank-bank atau selain bank adalah halal dan tanpa syubhat dalam transaksi itu. Ini
termasuk dalam persoalan "Al-Mashalih Al-Mursalah", bukannya termasuk persoalan aqidah atau
ibadat-ibadat yang tidak boleh dilakukan atas perubahan atau penggantian.
d. Kata A. Hasan Bangil bunga bank itu halal. karena tidak ada unsur lipat gandanya.
Kesimpulan Hukum Bank Konvensional Dalam Islam
Mayoritas ulama (jumhur) sepakat bahwa praktik bunga yang ada di perbankan konvensional adalah
sama dengan riba dan karena itu haram. Walaupun ada sejumlah layanan perbankan yang tidak
mengandung unsur bunga dan karena itu halal. Namun demikian, ada sejumlah ulama yang
menganggap bahwa bunga bank bukanlah riba dan karena itu halal hukumnya.
Bagi seorang muslim yang taat dan berada dalam kondisi yang ideal dan berada dalam posisi yang
dapat memilih, tentunya akan lebih baik kalau berusaha menjauhi praktik bank konvensional yang
diharamkan. Namun, apabila terpaksa, Anda dapat memanfaatkan segala layanan bank konvensional
karena ada sebagian ulama yang menghalalkannya.
http://www.alkhoirot.net
8) MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT ISLAM
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal semua untuk dimakan dan
diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam
hadist Nabi Muhammad SAW.
Makanan Yang Dihalalkan Allah SWT
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan kecuali ada larangan dari Allah
SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan. Agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya
untuk memakan makanan yang halal dan baik. Makanan “halal” maksudnya makanan yang diperoleh
dari usaha yang diridhai Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh,
atau makanan bergizi.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga :
a. Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi, burung,
ikan.
b. Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.
c. Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
45
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :
a. Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti bekerja sebagai buruh,
petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
b. Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu halal , tetapi
dibenci Allah seperti pengamen.
c. Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah, warisan, wasiat, dll.
d. Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam peperangan (ghoniyah).
Minuman Yang Dihalalkan
Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal untuk diminum kecuali ada larangan yang
mengharamkan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu :
a. Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi, madu, minyak samin, dll.
b. Halal minuman yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti jice wortel, juice jeruk, juice anggur, juice
tomat, juice avokad, dll.
Manfaat Makanan Dan Minuman Dihalalkan
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
a. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
b. dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
c. Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
d. Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
e. Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
f. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
Pengertian Makanan dan Minuman Haram
Banyak terjadi salah sangka dari masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram saja sulit, apalagi yang
halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman tentang halal dan haram suatu rezeki. Akhirnya,
banyak masyarakat menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita
sebagai orang bertaqwa hendaknya menghindari hal itu dengan banyak mempelajari Al Qur’an dan
Hadist tentang pengertian halal dan haram.
Makanan Yang Diharamkan
Makanan yang diharamkan agama, yaitu makanan dan minuman yang diharamkan di dalam Al Qur’an
dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang melarang, berarti halal.
46
Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam :
a. Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai. Haram karena sifat
tersebut, ada tiga :
Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan seperti daging babi,
anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.
Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari tumbuhan seperti
kecubung, ganja, buah, serta daun beracun. Minuman buah aren, candu, morfin, air tape yang
telah bertuak berasalkan ubi, anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak
kerugiannya.
Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan mati atau
membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar, bensin, minyak tanah, dan lainnya.
b. Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram sababi
banyak macamnya, yaitu :
Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti mencuri,
korupsi, menipu, merampok, dll.
Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan, menang togel,
dll.
Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging babi, , miras,
kemudian dibelikan makanan dan minuman.
Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan uang.
Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
Minuman Yang Diharamkan
Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak ada ayat Al
Qur”an dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih dikonsumsi dan
dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit di badan.
Minuman yang haram secara garis besar, yakni :
a. Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi, darah
kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan lain-lain.
b. Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air tape bertuak
dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.
47
c. Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin, spiritus, dan
lainnya yang membahayakan.
Mudlarat Makanan dan Minuman Haram
Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :
a. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak mustajabah
(maqbul).
b. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya
kepada kemaksiatan dengan uang itu.
c. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
d. Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
e. Berdosa, karena telaha malanggar aturan Allah
f. Merusak secara jasmani dan rohani kita.
http://firmanazka.blogspot.com
9) EKONOMI ISLAM
Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur
berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun
iman dan rukun Islam.
Tujuan Ekonomi Islam
Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
a. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.
b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di
bidang hukum dan muamalah.
c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang
menjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:
keselamatan keyakinan agama ( al din)
kesalamatan jiwa (al nafs)
keselamatan akal (al aql)
keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
keselamatan harta benda (al mal)48
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:
a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.
b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
d. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.
e. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
f. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
g. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
h. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Sumber: Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.
http://islampeace.clubdiscussion.net
Ruang Lingkup Dan Ideologi Ekonomi Islam
Terdapat kesamaan antara sistem Ekonomi Islam dengan sistem Ekonomi Konvensional, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Sama-sama memiliki anggapan yang sama bahwa “Ekonomi” di dalam suatu negara itu
merupakan hal yang sangat penting.
b. Sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera.
Namun karena kedua sistem ekonomi tersebut berasal dari ideologi yang berbeda, maka terdapat
perbedaan diantara keduanya. Perbedaan itu dapat dipaparkan sebagai berikut :
Sistem Ekonomi Konvensional memandang manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk
sosial yang dalam menjalankan kegiatan ekonomi bertujuan untuk mencari keuntungan, meskipun
dalam pelaksanakannya menggunakan niat, komoditas serta cara yang salah, tetap sah asalkan tidak
melanggar Undang-Undang.
Sedangakan Sistem Ekonomi Islam memandang manusia sebagai makhluk individu, sosial dan religius,
sehingga dalam pelaksanaannya baik dalam hal niat, komoditas dan caranya harus memperhatikan
kaidah-kaidah dan sesuai/ bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah.
Menurut Syaikh Yusuf Qordawi, ada 4 karakteristik dalam Ekonomi Islam. Antara lain :
49
a. Ciri Berketuhanan
Maksud dari ciri berketuhanan adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa manusia diciptakan
oleh Allah untuk menjadi khalifah dengan bekerja dan beraktivitas sesuai dengan AturanNya. Dan
untuk menjalankan itu semua manusia diberi akal, qalbu, panca indera. Dan dalam pelaksanaannya
manusia kelak akan dimintai pertanggungjawabannya pada yaumul hisab.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang ciri ketuhanan antara lain sebagai berikut :
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 30 :
ح ن� ون الد%ماء ف�ك� س وي ف�يها د� �ف س� ي من ف�يها ج عل� ت أ �وا قال �يفة� ل خ ر ض�
األ ف�ي Xاع�لج %ي �ن إ ة� �ك ئ مال �ل ل بك ر قال �ذ وإ
قال لك �قد%س� ون �حم د�ك ب %ح� ب �س م�ون ن ع ل ت ال ما م� ع ل أ %ي �ن إ
Artinya :
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30)
b. Ciri Kemanusiaan
Maksud dari ciri Kemanusiaan adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa manusia diciptakan
oleh Allah sebagai khalifah di bertindak sebagai subyek dan obyek.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang ciri kemanusiaan, adalah sebagai berikut:
Q.S Al Baqaraah ayat 22
�ذ�ي �م� جعل ال ك ض ل ر � األ اشا ماء ف�ر اء والس� �ن ل ب نز ماء� م�ن وأ ج ماء� الس� خ ر
�ه� فأ ات� م�ن ب �مر � الث قا �م ر�ز �ك ل فال
�وا ج عل {ه� ت �ل � ل ندادا �م أ نت م�ون وأ ع ل ت
Artinya :
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.” (QS. 2:22)
c. Ciri Etika
Maksud dari ciri Etika adalah bahwa Ekonomi Islam meyakini bahwa untuk menciptakan
kesejahteraan manusia mempunyai cara atau aturan yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits
serta tidak boleh melanggar kedua sumber tersebut.
Al A’raf ayat 85.
50
�لى ن وإ اه�م مد ي خ � أ با عي ا قال ش� � ي قو م �د�وا {ه اع ب ك�م ما الل ه2 م%ن ل ـ �ل ه� إ ر� ك�م قد غي اءت ةX ج %ن ي �م م%ن ب %ك ب ر� و ف�وا
فأ
ل ي ك ان ال م�يز وال وال وا خس� ب �اس ت اءه�م الن ي ش أ وال د�وا �ف س� ض� ف�ي ت ر
ع د األ ها ب ح� �ص ال �م إ �ك رX ذل ي �م خ �ك �ن ل �م إ �نت ك
�ين مؤ م�ن
Artinya :
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti yang nyata dari Rabbmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. 7:85)
d. Ciri Sikap Pertengahan
Maksud dari ciri sikap pertengahan adalah bahwa dalam dalam menjalankan kegiatan ekonomi
tidak boleh berlebih-lebihan dahn tidak menghendaki kekurangan.
Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Q.S Al Qasas ayat 77.
غ� ت اك ف�يما واب �ه� آت ة الد�ار الل خ�ر نس وال اآل ك ت ص�يب ا م�ن ن ي ح س�ن الدن ما وأ ن ك ح س �ه� أ ك الل ي �ل غ� وال إ ب اد ت فس ف�ي ال
ض� ر �ن� األ �ه إ �ح�ب ال الل د�ين ي م�ف س� ال
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenimatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. 28:77)
Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari ekonomi islam adalah
masyarakt muslim dan Negara muslim itu sendiri. Ruang lingkup ekonomi islam yang tampaknya
menjadi administrasi kekurangan sumber sumber daya manusia dipandang dari konsepsi etik
kesejahteraan dalam islam. Oleh karena itu, ekonomi islam tidak hanya hal hal non material yang
tunduk kepada larangan islam tentang konsumsi dan produksi
http://almaratusshalihah.wordpress.com
http://putracenter.net/2009/01/22/definisi-ekonomi-dalam-islam-menurut-para-ahli/http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/pengertian-ekonomi-syariah/http://www.masbied.com/search/pengertian-dan-ruang-lingkup-ekonomi-syariahhttp://kjksmadani.wordpress.com/2009/01/30/pengertian-tujuan-dan-prinsip-ekonomi-islam/
Etos Kerja Muslim
Nilai-nilai etos dan etika kerja seorang muslim itulah yang kemudian perlu kita bicarakan.51
1. Selalu Melakukan Perhitungan dan Perencanaan.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt juga menegaskan keharusan melakukan perencanaan yang matang,
Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS
59:18).
2. Menghargai Waktu.
Manakala perputaran waktu terabaikan dari aktivitas kerja yang shaleh, maka kerugian akan
dialami seseorang, Allah berfirman yang artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-
benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS 103:1-3).
3. Selalu Ingin Yang Terbaik.
Seorang muslim selalu dituntut untuk meraih yang terbaik, ilmu yang banyak harus terus
diperbanyak, prestasi yang tinggi harus disempurnakan dan begitulah seterusnya. Allah berfirman
yang artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh urusan yang lain (QS 94:7).
4. Hemat.
etos kerja seorang muslim membuat dia sangat efisien dan jauh dari prilaku boros, tidak hanya
dalam masalah harta, tapi juga waktu, tenaga, sumber daya, fasilitas dan sebagainya, Allah
berfirman: Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya (QS
17:26-27).
5. Fastabikul Khairat.
Keharusan kita berlomba-lomba dalam kebajikan dikemukakan Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:
Dan tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu (dalam berbuat) kebajikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (QS 2:148).
6. Bersikap Mandiri.
Kemandirian sikap kadangkala harus dimulai dari kemandirian ekonomi, hal ini apabila seseorang
kehidupan ekonomi ditunjang oleh pihak lain, maka dia tidak bisa leluasa menunjukkan sikapnya,
apalagi bila sikap itu bertentangan dengan keinginan yang memberikan tunjangan ekonomi.
Kemandirian ekonomi ini dicontohkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf yang tidak mau diberi
setengah harta dari Sa’ad bin Rabi di Madinah.
http://www.mindemangan.sch.id
52
Aspek Pekerjaan dalam Islam
Aspek pekerjaan dalam Islam meliputi empat hal yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan sendiri
Islam sangat menekankan kemandirian bagi pengikutnya. Seorang muslim harus mampu hidup dari
hasil keringatnya sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Hal ini diantaranya tercermin dalah
hadist berikut :
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Niscayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu
ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan
kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah
menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik
baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang, baik mereka itu suka memberinya
atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari)
b. Memenuhi kebutuhan keluarga
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya adalah kewajian bagi
seorang muslim, hal ini bisa dilihat dari hadist berikut :
Rasulullah saw bersabada, “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menelantarkan orang-
orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan al-Hakim)
Menginfaqkan harta bagi keluarga adalah hal yang harus diutamakan, baru kemudian pada
lingkungan terdekat, dan kemudian lingkungan yang lebih luas.
c. Kepentingan seluruh makhluk
Pekerjaan yang dilakukan seseorang bisa menjadi sebuah amal jariyah baginya, sebagaimana
disebutkan dalam hadist berikut :
Dari Anas, Rasulullah saw bersabda, “tidaklah seorang mukmin menanam tanaman, atau menabur
benih, lalu burung atau manusia atau hewan pun makan darinya kecuali pasti bernilai sedekah
baginya. (HR Bukhari)
d. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri
Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya kiamat sudah dekat dan kita yakin tidak
akan pernah menikmati hasil dari pekerjaan kita, kita tetap diperintahkan untuk bekerja sebagai
wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari hadist berikut :
Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Jika hari kiamat terjadi, sedang di tanganmu
terdapat bibit tanaman, jika ia bisa duduk hingga dapat menanamnya, maka tanamlah. (HR
Bukhari / Kitab Adab al-Mufrad)
53
e. Larangan Meminta-Minta
Hadits Abdullah bin Umar, ia mengatakan : Rasulullah saw bersabda, “Senantiasa seseorang
meminta-minta hingga ia datang pada ghari kiamat, sedang di hidungnya tidak terdapat daging
sedikit pun. (HR Bukhari).
Sungguh, meminta-minta tidaklah dibenarkan kecuali bagi 3 orang, orang miskin yang sangat
membutuhkan atau orang yang berutang banyak atau orang yang terbebani oleh kewajiban diat.
Kualitas Etik Kerja
Berikut ini adalah kualitas etik kerja yang terpenting untuk dihayati :
a. Ash Sholah (baik dan bermanfaat)
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi
kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat
manusia baik secara individu maupun kelompok. “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-
derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.” (al-An’am: 132)
b. Al Itqon (Kemantapan atau perfectness)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian
menjadi kualitas pekerjaan yang islami (an-Naml: 88). Rahmat Allah telah dijanjikan bagi setiap
orang yang bekerja secara itqan, yakni mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan
dukungan pengetahuan dan skill yang optimal.
c. Al Ihsan (Melakukan yang terbaik atau lebih baik lagi)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu sebagai berikut.
Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan. Dengan makna pertama ini, maka
pengertian ihsan sama dengan ‘itqan’. Pesan yang dikandungnya ialah agar setiap muslim
mempunyai komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia
kerjakan.
Kedua ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya.
Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus-menerus, seiring dengan bertambahnya
pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi
kerja hari ini menurun dari hari kemarin, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi saw.
Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang muslim membalas jasa atau
kebaikan orang lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat yang lebih baik, hatta ketika membalas
keburukan orang lain (Fusshilat :34, dan an Naml: 125)
d. Al Mujahadah (Kerja keras dan optimal)
54
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an meletakkan kulaitas mujahadah dalam bekerja pada konteks
manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri, dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin
bertambah. (Ali Imran: 142, al-Maidah: 35, al-Hajj: 77, al-Furqan: 25, dan al-Ankabut: 69).
Mujahadah dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma
fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap
pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab,
sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan melalui
hukum ‘taskhir’, yakni menundukkan seluruh isi langit dan bumi untuk manusia (Ibrahim: 32-33).
Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad (ruhul jihad) menjadi kewajiban setiap muslim
dalam rangka tawakkal sebelum menyerahkan (tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah (Ali
Imran: 159, Hud: 133).
e. Tanafus dan Ta’awun (Kompetisi dan tolong menolong)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal solih. Pesan
persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah.
Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan) (al-
Baqarah: 108).
f. Mencermati Nilai Waktu
Jika kita melihat mengenai kaitan waktu dan prestasi kerja, maka ada baiknya dikutip petikan surat
Khalifah Umar bin Khatthab kepada Gubernur Abu Musa al-Asy’ari ra, sebagaimana dituturkan
oleh Abu Ubaid, ”Amma ba’du. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu terletak pada prestasi kerja.
Oleh karena itu, janganlah engkau tangguhkan pekerjaan hari ini hingga esok, karena pekerjaanmu
akan menumpuk, sehingga kamu tidak tahu lagi mana yang harus dikerjakan, dan akhirnya semua
terbengkalai.” (Kitab al-Amwal, 10)
http://www.masjidalamanah.com
10) PROSES KEJADIAN MANUSIA MENURUT AL-QURAN
Al quran sebagai kitab yang ilmiah dan dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan dalam isinya juga
menjelaskan bagamana proses terbentuknya manusia di dalam rahim wanita. Yang mana keterangan
al quran ini telah dibuktikan kebenaranya oleh dunia medis.
Berikut rangkuman proses pembentukan manusia menurut al quran
1. NUTFAH
iaitu peringkat pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu pertama. Ianya bermula
setelah berlakunya percampuran air mani
Maksud firman Allah dalam surah al-Insan : 2
55
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setitis air mani yang bercampur yang
Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), kerana itu Kami jadikan dia mendengar
dan melihat "
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf ertinya air yang sedikit yang terdapat
di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj
berasal daripada perkataan masyj yang bererti percampuran
2. ALAQAH : Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu pertama / hari ketujuh. Pada
hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim (qarar
makin). Selepas itu Kami mengubah nutfah menjadi alaqah.
Firman Allah yang bermaksud "Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah" al-Mukminun :
14
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini mungkin dibuat
berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda yang amat seni yang diliputi
oleh darah. Selain itu alaqah mempunyai beberapa maksud :
sesuatu yang bergantung atau melekat
pacat atau lintah
suatu buku atau ketulan darah
Peringkat alaqah adalah peringkat pada minggu pertama hingga minggu ketiga did alam rahim.
3. MUDGHAH
Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu keempat. Perkataan mudghah disebut
sebanyak dua kali di dalam al-Quran iaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14
Firman Allah yang bermaksud "lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging" al-
Mukminun : 14
Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang
lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu
kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan
seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan
pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi
sendiri.
4. IZAM DAN LAHM
Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh ialah peringkat pembentukan tulang
yang mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan
56
membungkus rangka tersebut. Firman Allah yang bermaksud : "Lalu Kami mengubahkan pula
mudghah itu menjadi izam da kemudiannya Kami membalutkan Izam dengan daging"al-Mukminun
: 14
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut
dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula terbentuk. Serentak dengan itu sistem
pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan.
Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lain-lain
terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata,
telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan
lengkap.
5. NASY'AH KHALQAN AKHAR
Pada peringkat ini iaitu menjelang minggu kelapan , beberapa perubahan lagi berlaku. Perubahan
pada tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.Pada bulan ketiga, semua
tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-kukunya pun mula tumbuh. Pada bulan
keempat, pembentukan uri menjadi cukup lengkap menyebabkan baki pranatel bayi dalam
kandungan hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah wujud. Walaupun
perubahan tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi sahaja.
6. NAFKHUR-RUH
Iaitu peringkat peniupan roh. Para ulamak Islam menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad
yang sedang berkembang? Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas
empat puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai
kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim perkembangan
mereka bukanlah proses perkembangan fizikal semata-mata tetapi telahpun mempunyai
hubungan dengan Allah s.w.t melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di
dalam al-Quran surah al-A'raf : 172. Dengan ini entiti roh dan jasad saling bantu membantu untuk
meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah s.w.t
http://lailizah.tripod.com
Bayi Tabung Dalam Islam
Teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan
yang kesulitan memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung.
Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in
vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Bayi
57
tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak
berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Lalu bagaimanakah hukum bayi
tabung dalam pandangan Islam? Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air
telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan
ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal?
Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam
kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram.
Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar penikahan yang sah
alias zina.
Hukum Bayi Tabung
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim
Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi
tabung:
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya."
58
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara'," papar ulama NU dalam fatwa itu.
Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul
Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani)
dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana
yang diperbolehkan untuk bersenang-senang." Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri
dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka
hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Meski tak secara khusus membahas bayi tabung, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga
telah menetapkan fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua.
Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengung kapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan
para ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Mu
hammadiyah, hukum inseminasi buat an seperti itu termasuk yang dilarang.
"Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy
dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung)," papar fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Rumusannya, "cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-istri,
kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami itu) ... hal itu dilarang menurut hukum
Syara'." Sebagai ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai masalah yang terjadi
di dunia modern saat ini.
http://www.republika.co.id
Kloning Dalam Perspektif Hukum Islam
Definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya. Istilah loning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona,
yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru yang
persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari
suatu pertemuan tanaman jantan dan betina.
Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat
penampangan potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak adanya
keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara
59
perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam
ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus
yang identik.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia. Kloning adalah
teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu organisme. Klon adalah keturunan
aseksual dari individu tunggal.
Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif
(seperti sel telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke
dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik
genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus
listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai
membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang
ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika
orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.
Manfaat Kloning
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang medis.
Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut:
a. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.
b. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi
pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
c. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak,
misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti
jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari
akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
d. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan mematikan sel-sel.
Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada
sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita
pelajari dari kloning.
e. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit
keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat
kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau
60
tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah
kecantikan.
Dampak Kloning
Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus terjadi, bahkan dalam hal kloning
binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia. Kelompok kontra kloning diwakili oleh George
Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas Boston) dan pdt. Russel E. Saltzman (pendeta
gereja lutheran). menurut George Annos, kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara
lain :
Merusak peradaban manusia.
Memperlakukan manusia sebagai objek.
Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak semaunya oleh
pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil
kloning.
Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap kelompok
lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki keistimewaan dibidang
tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan.
Misalnya kloning Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan
menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga bukan suatu
kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah menguasai manusia sebenarnya karena
keunggulan mereka dalam berbagai bidang.
Hukum Kloning dalam perspektif hukum Islam
Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan atau hewan asalkan memiliki daya guna (bermanfaat) bagi
kehidupan manusia maka hukumnya mubah/halal. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa segala
sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan untuk kesejahteraan manusia, kloning terhadap hewan atau
tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan manusia maka hukumnya mubah/boleh dalilnya :
Q.S. Al-Baqoroh:29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.
Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama’ dapat di ketahui mafsadat dari kloning
lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karna itu, praktek kloning manusia bertentangan dengan
hukum islam dengan demikian kloning manusia dalam islam hukumnya haram. Dalil-dalil keharaman.:
Q.S. An-Najm:45-46.
45. Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.
61
46. Dari air mani, apabila dipancarkan.
Disini menyatakan bahwa logika syari’at Islam dengan nash-nashnya yang mutlak, kaidah-kaidahnya
yang menyeluruh, dan berbagai tujuan umumnya, melarang praktik kloning pada manusia. Karena jika
kloning ini dilakukan pada manusia, maka akan mengakibatkan berbagai kerusakan sebagai berikut.
a. Hilangnya hukum variasi di alam raya.
b. Kerancuan hubungan antara orang yang di kloning dengan orang hasil kloningannya.
c. Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.
d. Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.
Pertimbangan Teologi
Dalam hal ini al-Qur’an megisyaratkan adanya intervensi manusia didalam proses produksi
manusia.Sebagaimana termaktub dalam firmanNya Q.S.al-Mukminun ayat 13-14 :
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat ini mengisyaratkan unsur manusia ada tiga yaitu; unsur jasad (jasadiyah), unsur nyawa (nafs), dan
Unsur ruh (ruh). Bahwa asal penciptaan Manusia (Adam) dari Tanah. Pada manusia biasa melalui
proses reproduksi yaitu memerlukan laki-laki dan perempuan, namun jika dilihat kembali proses
kloning yang tidak lagi membutuhkan laki-laki dan perempuan untuk menciptakan suatu generasi baru,
maka hal ini sangat bertentangan dengan ayat tersbut diatas.
Pertimbangan Etika
Dari sudut pertimbangan moral bahwa berbagai macam riset atau penelitian hendaknya selalu
dikaitkan dengan Tuhan, karena riset dengan tujuan apapun tanpa dikaitkan dengan Tuhan tentu akan
menimbulkan resiko, meskipun manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah, namun dalam
mengekpresikan dan mengaktualisasikan kebesaran kreatifitasnya tersebut seyogyanya tetap mengacu
pada pertimbangan moral dalam agama.
Pertimbangan Hukum
62
Dari beragam pertimbangan mungkin pertimbangan hokum inilah yang secara tegas memberikan
putusan, khususnya dari para ulama’ fiqh yang akan menolak mengenai praktek kloning manusia selain
memakai dua landasan pertimbangan di atas. Larangan ini muncul karena alasan adanya kekhawatiran
tingginya frekuensi mutasi pada gen produk kloning sehingga akan menimbulkan efek buruk pada
kemudian hari dari segi pembiayaan yang sangat mahal dan juga dari sudut pandang ushul fiqh bahwa
jika sesuatu itu lebih banyak madharat-nya dari pada manfaatnya maka sesuatu itu perlu ditolak.
Dalam masalah ini terdapat beberapa pendapat ulama tentang kloning manusia diantaranya;
Muhammad Quraish Shihab mengatakan, tidak pernah memisahkan ketetapan-ketetapan hukumnya
dari moral sehingga dalam kasus kloning walaupun dalam segi aqidah tidak melanggar wilayah qodrat
Illahi, namun karena dari moral teknologi kloning dapat mengantar kepada perpecahan manusia
karena larangan lahir dari aspek ini. Munawar Ahmad Anas mengatakan bahwa paradigma al-Qur’an
menolak kloning seluruh siklus kehidupan mulai dari kehidupan hingga kematian, adalah tindakan
Illahiyah. Manusia adalah agen yang diberi amanah oleh Tuhan, karena itu penggandaan manusia
semata-mata tak diperlukan (suatu tindakan yang mubadzir).
DR. Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Gema Insani, Jakarta, 2002
Ahmad Ta’rifin, M.A, Ilmu Alamiah Dasar, STAIN Press, Pekalongan, 2010
http://dolite.blogspot.com/2009/11/hukum-kloning-dalam-perspektif-agama.html
http://blog.uin-malang.ac.id/rizkialfajri/2010/08/27/kloning-dalam-perspektif-islam/
http://adehumaidi.com/knowledge/teknologi-kloning
63
Recommended