View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS FAKTOR YANG ...
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
ROSDIYANTI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA
2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
ii
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
iii
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh:
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA 2016
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
iv
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
pada tanggal 25 Juli 2016
Mengesahkan
Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S NIP. 19560303 198701 2 001
Tim Penguji:
Ketua
Anggota
:
:
Dr. RR. Soenarnatalina M, Ir., M.Kes
1. Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH 2. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes 3. Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM 4. Priyo Santoso, S.KM., M.Kes
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
v
PERSETUJUAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)
Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh:
ROSDIYANTI NIM. 101414553022
Menyetujui,
Surabaya, 25 Juli 2016
Pembimbing Ketua,
Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH NIP. 19540916 198303 2 001
Pembimbing,
Dr. Santi Martini, dr., M.Kes NIP. 19660927 199702 2 001
Mengetahui, Koordinator Program Studi Epidemiologi
Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH NIP. 19540916 198303 2 001
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
vi
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Rosdiyanti NIM : 101414553022 Program Studi : Epidemiologi Minat Studi : Epidemiologi Angkatan : 2014 Jenjang : Magister
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya yang berjudul:
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 25 Juli 2016
Rosdiyanti NIM. 101414553022
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya penyusunan tesis dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016” ini dapat terselesaikan. Tesis ini berisikan mengenai kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak dalam upaya meningkatkan kualitas diagnosis tuberkulosis di puskesmas Kota Surabaya tahun 2016.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Prof. Dr.Chartarina U.W, dr., M.S., M.PH selaku pembimbing ketua dan Dr. Santi Martini, dr., M.Kes selaku pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran serta motivasi demi kesempurnaan tesis ini. Ayahanda Kamarudin HB, Ibunda Rosuli S serta Ananda tersayang Quinsha C Arsyanda Al-Hayyu yang berkorban materil maupun spiritual dan menanti kesuksesanku..
Dengan terselesainya tesis ini, perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1 Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku rektor Universitas
Airlangga Surabaya yang telah berkenan menerima penulis untuk belajar di Program Studi Magister Epidemiologi
2 Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Epidemiologi
3 Prof. Dr. Chartarina U.W., dr., M.S.,M.PH selaku Koordinator Program Studi Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
4 Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM, Dr. RR.Soenarnatalina M, Ir., M.Kes, Priyo Santoso, SKM., M.Kes selaku anggota penguji proposal tesis atas kesediannya menguji dan membimbing dalam perbaikan tesis
5 drg. Febria Rachmanita selaku Kepala Dinas kesehatan Kota Surabaya yang telah mengizinkan melakukan penelitian di Puskesmas yang ada di wilayah kerja Kota Surabaya
6 Sri Astuti, S.Si., MM, selaku kepala UPT Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Surabaya beserta Staff
7 Teman Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang telah memberikan dorongan dan bantuan nya dalam penyusunan teris ini
8 Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu hingga tesis ini dapat terselesaikan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
viii
Demikian, semoga tesis ini bisa membari manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
Surabaya, Juli 2016
Rosdiyanti
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
ix
SUMMARY
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly infectious diseases in the world. Indonesia, in 2014 was ranked second with the highest burden of TB in the world, just after India. The most common method for diagnosing TB is sputum microscopic examination. Error laboratory tests will result in errors in diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that needs to be fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
Tuberculosis (TB) remains one of the most deadly infectious diseases in the world. In 2013, an estimated 9.0 million people suffered TB and for about 1.5 million people died with 360,000 of whom were HIV positive. Indonesia was ranked second with the highest burden of TB in the world after India. The number of TB patients in Indonesia is about 5.8% of the total number of TB patients worldwide. Each year there are 429,730 new cases and about of 62,246 people death from the disease. Incident cases of smear positive (based on the presence of at least one acid fast bacilli (AFB+) is around 102/ 100,000 population. East Java ranks second after West Java with the burden of tuberculosis and the City of Surabaya is one contributor to TB in the province.
Quality assessment of microscopic laboratory performance for TB is carried out through the implementation of TB External Quality Consolidation (Indonesian: PME; Pemantapan Mutu Eksternal) to carry out cross test for sputum samples with smear positive. Up to today, cross test is done with a conventional 100% positive preparations supplemented with 10% negative preparations with an error rate of <5%. In 2015 there were 49.733 samples inspected by various health institutions in the working area of Surabaya City Health Office. As many as 4,651 samples were being examined and were known to be positive while as many as 878 samples were scanty and the remaining 44,249 samples were negative. Several factors can affect the quality of the samples, namely the quality, picking and coloring of the samples (sputum), quality of the reagents, the reading of samples, as well as in recording and reporting, maintenance and storage both of samples and microscope.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the performance of staffs in laboratory with individual characteristics (age, sex, education), employment, training, working environment, motivation, incentives, workload, attitudes, and supervision in the preparation of sputum samples in the City of Surabaya in 2016. This study applied observational study with cross sectional design. The population under study consisted of as many as 63 laboratory staffs in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with a sample size of 50 laboratory staffs, obtained using simple random sampling.
Data analysis was carried out using Chi-square and multiple logistic regression. The results indicated that there was no influence of age (p value = 0.887), gender (p value = 0.331), education (p value = 0.332), tenure (p value =
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
x
0.329), training (p value = 0.832), supervision (p value = 0.443) with the performance of laboratory staff in the preparation of sputum. While working environment (p value = 0.001), motivation (p value = 0.013), incentives (p value = 0.005), workload (p value = 0.004), attitude (p value = 0.155) indicated P value <0.05 which means that the working environment, motivation, incentives, workload and attitudes had influence on the performance of the laboratory staff in preparing samples. The results of multiple logistic regression also indicated that there was a significant correlation between the working environment (p value = 0.001), workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the performance of staff in the laboratory in the preparing the sputum samples in the City of Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the performance of the laboratory staff in preparing the samples of sputum in the City of Surabaya were the working environment, workload and incentives, and therefore it is expected that the City of Surabaya Health Office to develop physical environment, to raise incentives and to increase the number of laboratory personnel to reduce the workload.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xi
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by the bacteria
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly infectious diseases in the world. The most common method for diagnosing TB is sputum microscopic examination. Error laboratory tests will result in errors in diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that needs to be fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the performance of staffs in laboratory in preparing sputum samples in the City of Surabaya in 2016. This study applied observational study design with cross sectional approach. The population under this study consisted of 63 laboratory personnel in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with a sample size of 50 laboratory staff obtaines by simple random sampling.
Data analysis was carried out using Logistic regression test revealed that there was a significant correlation between working environment (p = 0.001), workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the performance of the laboratory staff in preparing sputum samples in Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the performance of the laboratory staff in the preparaing sputum samples were working environment, workload and incentives. Therefore it is expected that the City of Surabaya Health Office to develop physical environment, to raise incentives and to increase the number of laboratory personnel to reduce the workload.
Keywords: Attitude, motivation, working environment, incentives
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii HALAMAN PRASYARAT GELAR .............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii SUMMARY ....................................................................................................... ix ABSTRACT ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................... xxii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah .................................. 1 1.2 Kajian Masalah .......................................................................... 8 1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 9 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9 1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 9 1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 10 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 11 1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 11 1.5.2 Manfaat Praktisi ................................................................ 12 1.5.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya ............... 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13 2.1 Tuberkulosis (TB) ..................................................................... 13 2.2 Epidemiologi Tuberkulosis ....................................................... 13 2.2.1 Etiologi ............................................................................ 14 2.4.2 Patogenesis ....................................................................... 15 2.4.3 Gejala Tuberkulosis ......................................................... 16 2.3 Diagnosis Tuberkulosis ............................................................. 17 2.4 Penemuan Penderita TB Paru ................................................... 17 2.5 Klasifikasi Penyakit TB dan Tipe Pasien .................................. 17 2.6 Pengobatan ................................................................................ 20 2.7 Puskesmas ................................................................................. 20 2.7.1 Pengertian Puskesmas ..................................................... 20 2.7.2 Fungsi Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 21 2.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 22 2.7.4 Asas Pertanggungjawaban Wilayah ................................ 23 2.7.5 Jejaring Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis .......... 24
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xiii
2.8 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis .................................. 26 2.9 Pengumpulan Dahak ................................................................. 27 2.10 Uji Silang Metode LQS ............................................................. 31 2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang ................................. 34 2.10.2 Klasifikasi Kesalahan Uji Silang Metode LQAS .......... 34 2.11 Penyimpanan Sediaan ............................................................... 36 2.12 Kinerja ....................................................................................... 36 2.12.1 Pengertian Kerja dan Kinerja ........................................ 36 2.12.2 Penilaian Kinerja ........................................................... 38 2.12.3 Tujuan Penilaian Kinerja ............................................... 38 2.12.4 Kegunaan Penilaian Kinerja .......................................... 40 2.12.5 Manfaat Penilaian Kinerja ............................................. 41 2.12.6 Indikator Kinerja ........................................................... 41 2.12.7 Fungsi Indikator Kinerja ............................................... 41 2.13 Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja ............................... 42 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .......................... 53 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 53 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................... 56 BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................... 58 4.1 Jenis Penelitian............................................................................ 58 4.2 Rancang Bangun Penelitian ....................................................... 58 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 58 4.4 Populasi dan Sampel ................................................................... 59 4.4.1 Populasi .............................................................................. 59 4.4.2 Sampel................................................................................ 59 4.4.3 Besar Sampel .................................................................... 59 4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 59 4.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 60 4.5.1 Variabel Terikat ................................................................ 60 4.5.2 Variabel Bebas .................................................................. 60 4.6 Kerangka Operasional ................................................................. 61 4.7 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel ................ 62 4.8 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 66 4.9 Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 66 4.10 Uji Validasi dan Reliabilitas ...................................................... 67 4.10.1 Uji Validitas .................................................................... 67 4.10.2 Uji Reliablilitas .............................................................. 71 BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA ...................................................... 73 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 73 5.1.1 Kondisi Geografis ............................................................ 73 5.1.2 Kondisi Demografis ......................................................... 74 5.2 Sumber Daya Kesehatan ............................................................ 75 5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan ...................................... 75 5.2.2 Tenaga Kesehatan ............................................................ 75
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xiv
5.3 Analisis Deskriptif ..................................................................... 76 5.3.1 Gambaran Umur Responden ........................................... 77 5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden .............................. 77 5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden .................................. 77 5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden .................................. 78 5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden ..................................... 78 5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden ....................... 78 5.3.7 Gambaran Motivasi Responden ...................................... 79 5.3.8 Gambaran Insentif Responden ........................................ 79 5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden ................................ 79 5.3.10 Gambaran Sikap Responden ........................................... 80 5.3.11 Gambaran Supervisi Responden ..................................... 80 5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum) .......................... 81 5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan ............................................. 81 5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan ........................................... 81 5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan ......................................... 82 5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan ....................................... 82 5.3.17 Gambaran Kinerja Petugas Laboratorium ....................... 82 5.4 Analisis Bivariabel ..................................................................... 83 5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 83 5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ....................................... 83
5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 84 5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 85 5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86 5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86 5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 87 5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88 5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88 5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 89
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xv
5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ..................................... 94
5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 94 5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 95 5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 96 5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 97 5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas ................................................... 97 5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel ............................. 98
5.4 Analisis Multivariabel ................................................................. 99 BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 100 6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 100 6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 101 6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 102 6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 104 6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 105 6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .......................... 107 6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 109 6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 110
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xvi
6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 113 6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114 6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114 BAB 7 PENUTUP.......................................................................................... 116 7.1 Kesimpulan .................................................................................. 116 7.2 Saran ............................................................................................. 117 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119 LAMPIRAN .................................................................................................... 124
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xvii
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel Hal
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1
Perbedaan Uji Silang Metode Konvensional dengan LQAS Cara Penilaian Hasil Cross Check Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
32 34 62
Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi 69 Tabel 4.3 Hasil uji validitas Instrumen Imbalan 69 Tabel 4.4 Hasil uji validitas Instrumen Beban Kerja 70 Tabel 4.5 Hasil uji validitas Instrumen Sikap 70 Tabel 4.6 Hasil uji validitas Instrumen Supervisi 71 Tabel 4.7 Hasil uji reliabelitas Instrumen Penelitian 72 Tabel 5.1 Jumlah Sarana pelayanan kesehatan di Kota Surabaya 75 Tabel 5.2 Jumlah tenaga kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Surabaya tahun 2016
76 Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016
77 Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium Kota Surabaya
tahun 2016
77 Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016
77 Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 78 Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas
Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 78 Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 78 Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79 Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79 Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80 Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016 80 Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80 Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016
81
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xviii
Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya 82 Tabel 5.20 Distribusi Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016 83
Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak Yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 84
Tabel 5.22 Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.24 Distribusi Kualitas spesimen berdasarkan masa kerja petugas Laboratorium Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Surabaya 86
Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 88
Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) terhadap Masa Kerja Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.32 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
91
Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 92
Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
92
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xix
Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) terhadap Pelatihan Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 94
Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 96
Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkauliats di Kota Surabaya tahun 2016 97
Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square Variabel Penelitian terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.44 Hasil analisis multivariat Uji Regresi Logistik Ganda 99
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xx
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 5.1
Judul Tabel Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya Tahun 2014 ............................................... Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III Di Kota Surabaya Tahun 2015 .............................................. Morfologi M.Tuberculosis dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen ......................................................................... Jejaring Laboratorium TB di Indonesia ................................ Pot Dahak .............................................................................. Alur Uji Silang ..................................................................... Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .................................... Kerangka Konseptual Penelitian ........................................... Kerangka Operasional Penelitian .......................................... Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya ..............................
Halaman 4 5 15 24 28 33 42 53 61 73
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Sebelum Penelitian ..................... 124 Lampiran 2 Informed Consent ...................................................... Lampiran 3 Panduan Observasi ..................................................... Lampiran 4 Lembar Kuesioner ..................................................... Lampiran 5 Kaji Etik .................................................................... Lampiran 6 Analisis Data ............................................................. Lamipran 7 Dokumentasi Penelitian ............................................ Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ..................................................
125 126 128 133 134 163 165
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xxii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang > : Lebih besar ≥ : Lebih besar atau sama dengan ≤ : lebih Kecil atau sama dengan = : Sama dengan < : Lebih kecil & : Dan % : Persen ° : Derajat 0C : Derajat Celcius Daftar Singkatan BATRA : Pengobatan Tradisional BTA : Basil Tahan Asam CDR : Case Detection Rate CNR : Case Notification Rate DEPKES : Departemen Kesehatan DKK : Dinas Kesehatan Kota DOTS : Directly Observed Treatment Short-course ER : Error Rate HIV : Human imunodefisiensi Virus Ha : Hektar KEMENKES : Kementrian Kesehatan KH : Kesalahan Hitung Km2 : Kilometer LQAS : Lot Quality Assurance Sampling M.Tb : Mycobacterium Tuberkolosis NPR : Negatif Palsu Rendah NPT : Negatif Palsu Tinggi OAT : Obat Anti Tuberkolosis P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2TB : Program Pengendalian Tuberkolosis PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PME : Pemanatapan Mutu Eksternal PMI : Pemantapan Mutu Internal PMS : Penyakit Menular Seksual PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPR : Positif Palsu Rendah PPT : Positif Palsu Tinggi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
xxiii
PRM : Puskesmas Rujukan mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RAN : Rencana Aksi Nasional RUS : Rujukan Uji Silang SDK : Sumber Daya Kesehatan SK : Surat Keputusan SPR : Slide Positive Rate SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu TB : Tuberkulosis UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat WHO : Wold Health Organization ZN : Ziehl Neelsen
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dan menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama (Soedarto, 2009).
Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu penyakit menular paling
mematikan di dunia. Tahun 2013, diperkirakan 9,0 juta orang menderita TB dan
1,5 juta orang meninggal dunia, 360 000 di antaranya adalah HIV positif (WHO,
2014).
Indonesia berada pada ranking ke dua dengan beban TB tertinggi di dunia
setelah India. Jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien
TB di dunia. Setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian 62.246 orang.
Insiden kasus TB BTA (Basil Tahan Asam) positif sekitar 102/100.000 penduduk.
Strategi nasional pengendalian TB dengan visi “Menuju Masyarakat Bebas
Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan”. Strategi tersebut bertujuan
mempertahankan kesinambungan pengendalian TB periode sebelumnya (Depkes
RI, 2011). Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke dua setelah Jawa Barat
dengan beban tuberkulosis tertinggi di Indonesia. Kota Surabaya merupakan salah
satu penyumbang TB di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kota Surabaya, 2014).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
2
Pelaksanaan upaya penanggulangan TB di Indonesia secara administratif
berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan P2PL (Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan). Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen Bina
Upaya Kesehatan dan merupakan tulang punggung layanan TB dengan arahan
dari Subdit Tuberkulosis. Indonesia telah menerapkan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) sejak tahun 1995 sebagai strategi nasional
penanggulangan TB di seluruh Indonesia. Menemukan dan menyembuhkan
pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes
RI, 2011).
Strategi DOTS terdiri 5 komponen kunci yaitu komitmen politis:
pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang terjamin mutunya: pengobatan
jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang
tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan OAT
(Obat Anti Tuberkulosis) yang bermutu serta sistem pencatatan dan pelaporan
yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja
program secara keseluruhan. Fokus utama penanggulangan TB dengan strategi
DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita TB. Target nasional untuk
Case detection rate (CDR) 70% dengan angka kesembuhan (cure rate) minimal
85% (Depkes RI, 2008).
Upaya mencapai target yang ditetapkan dalam strategi nasional program
penanggulangan TB, disusun 8 Rencana Aksi Nasional (RAN) yang salah
satunya adalah penguatan laboratorium yang dijabarkan menjadi penguatan
jejaring, pemantapan mutu dan pengembangan laboratorium, baik untuk
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
3
pemeriksaan mikroskopis, biakan maupun uji kepekaan (Kemenkes RI, 2013).
Metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis TB di Indonesia
bahkan seluruh dunia adalah pemeriksaan dahak secara mikroskopis, bakteri
diamati pada sampel dahak kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Sedangkan
di negara maju, TB juga diagnosis melalui metode kultur (WHO, 2014).
Kemampuan laboratorium TB di setiap jenjang berbeda karena fungsi rujukan
laboratorium TB dalam program pengendalian TB (P2TB) sangat penting agar
rujukan bisa berjalan, maka harus ada jejaring laboratorium yang berfungsi
dengan baik. Setiap laboratorium tuberkulosis memiliki fungsi, peran, tugas dan
tanggung jawab yang saling berkaitan, sesuai kemampuan dan kedudukan
dalam jejaring laboratorium TB. Kegiatan jejaring laboratorium TB mencakup
standar mutu pelayanan dan pemantapan mutu (Kemenkes RI, 2013).
Penilaian mutu kinerja laboratorium mikroskopis TB dilakukan melalui
pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dengan melakukan uji silang
sediaan BTA. Selama ini uji silang BTA dilakukan secara konvensional yaitu
100% sediaan positif ditambah dengan 10% sediaan negatif dengan error rate
<5%. Tahun 2009 Ditjen P2ML Kemenkes RI telah menerapkan metode LQAS
(Lot Quality Assurance Sampling) dimana penilaian dimulai dari kualitas
spesimen, pewarnaan, kebersihan, ketebalan, ukuran dan kerataan (Kemenkes RI,
2013).
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk menetapkan klasifikasi
penderita tuberkulosis, keputusan untuk memulai pengobatan, memantau hasil
pengobatan dan menyatakan kesembuhan penderita. Mutu hasil pemeriksaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
4
laboratorium merupakan inti keberhasilan pengendalian tuberkulosis. Kesalahan
hasil pemeriksaan laboratorium akan berdampak pada kesalahan dalam
mendiagnosis pasien, pasien menerima pengobatan yang salah. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan biaya kesehatan, faktor psikologis, sosial serta akan
berakibat fatal. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis
tuberkulosis diperlukan spesimen yang berupa dahak. Tetapi tidak semua
spesimen yang memenuhi standar, sehingga petugas laboratorium harus dapat
memilih spesimen yang bagus yaitu bagian dahak yang kental/purulen (Kemenkes
RI, 2013).
Menurut Depkes RI (2012) menyebutkan bahwa salah satu indikator dan
target laboratorium tuberkulosis yang akan dicapai adalah kualitas sediaan untuk
uji silang harus baik yaitu 90%. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, masih terdapat kinerja petugas mikroskopis yang
masih kurang baik dalam hal pembuatan sediaan dahak seperti pada gambar 1.1.
Sumber Data: Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2015 Gambar 1.1 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya
Tahun 2014.
0102030405060708090
I II III
61 64
87
39 36
13
Baik Jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
5
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 periode triwulan I
terdapat 61% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis
dengan kategori kinerja baik dan 39% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja
jelek. Periode triwulan II terdapat 64% fasilitas kesehatan dengan ketegori kinerja
kinerja baik dan 36% dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III
terdapat 87% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 13% dengan
ketegori kinerja kurang baik, pada periode ini terjadi peningkatan kinerja petugas
yang baik dikarenakan pada akhir periode ke II telah diadakan on job training
(OJT) mikroskopis pada petugas laboratorium.
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016 Gambar 1.2 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya Tahun 2015.
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 periode triwulan I
terdapat 74% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis
dengan kategori kinerja baik dan 26% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja
kurang baik. Periode triwulan II terdapat 56% fasilitas kesehatan dengan ketegori
74
56 61
26
44 39
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III
Baik Jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
6
kinerja kinerja baik dan 44 dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III
terdapat 61% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 39% dengan
ketegori kinerja kurang baik.
Pada tahun 2015 terdapat 49.733 sediaan yang diperiksa oleh fasilitas
kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dari sediaan yang
diperiksa tersebut diketahui sediaan yang positif berjumlah 4.651 sediaan, scanty
878 sediaan dan yang negatif sebanyak 44.249 sediaan. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas sediaan adalah kualitas spesimen (sputum),
pembuatan sediaan, pewarnaan sediaan, kualitas reagen, pembacaan sediaan,
pencatatan dan pelaporan, pemeliharaan mikroskop dan penyimpanan sediaan.
(Dinkes Kota Surabaya, 2014).
Banyak faktor yang mempengaruhi pemeriksaan dahak secara mikroskopis
yang terdiri dari faktor dari dalam laboratorium yang dimulai dari kualitas
spesimen, pembuatan sediaan, pembacaan sediaan, pencatatan dan pelaporan.
Faktor di luar laboratorium yang terdiri dari pasien, petugas kesehatan,
pengambilan sampel, pengadaan logistik, pengelola program (Depkes RI, 2012).
Menurut Gibson (1996) ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan
kinerja individu yaitu: 1. variabel individu yang terdiri dari: keterampilan,
kemampuan, latar belakang dan demografis, 2. variabel organisasi terdiri dari:
sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, dan desain pekerjaan, dan 3. variabel
fsikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2015 bahwa terdapat 75
orang petugas laboratorium TB yang tersebar di puskesmas dengan jenis kelamin
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
7
70% perempuan dan 30% laki laki, dengan umur di atas 23 tahun, dengan latar
belakang pendidikan analis kesehatan dan bukan analis kesehatan, dengan beban
kerja yang hampir sama (Dinkes Kota Surabaya, 2015).
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Lestari (2011) tentang hubungan
kinerja petugas dengan Case detection rate (CDR) di Puskesmas Kota Makassar
diketahui bahwa ada hubungan pelatihan, motivasi dengan kinerja petugas.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2012) di Pekalongan
menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas tentang supervisi
dengan kinerja petugas puskesmas dalam pengelolaan pengobatan TB mangkir di
Kota Pekalongan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Badri (2006) menyebutkan
ada hubungan yang bermakna antara pelatihan, persepsi, motivasi, sumber daya
dan insentif terhadap kinerja petugas laboratorium dalam penemuan pendetita TB
paru di Kota Jambi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pradytia (2010) menyebutkan bahwa
terdapat persamaan karakteristik petugas pada puskesmas dengan error rate (ER)
tinggi dan puskesmas error rate rendah yaitu: jenis kelamin, masa kerja, pelatihan
pemeriksaan TB, pengetahuan mikroskopis TB, kebiasaan dan penggunaan alat
pelindung diri serta mematuhi prosedur kerja di Kabupaten Situbondo. Begitu
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2005) tentang kualitas tenaga
mikroskopis untuk program DOTS di Nusa Tenggara Barat menyebutkan bahwa
tenaga mikroskopis tidak pernah melakukan tahap pra analitik terhadap kualitas
spesimen sehingga berpengaruh terhadap kualitas sediaan apusan dahak.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
8
1.2 Kajian Masalah
Laboratorium mikroskopis merupakan penunjang utama untuk tata laksana
pasien TB. Ketersediaan perangkat laboratorium mikroskopis tidak dapat
dipisahkan dalam memberikan pelayanan tata laksana pasien TB selain obat anti
tuberkulosis (OAT). Laboratorium mikroskopis sebagai manisfestasi dari
komponen kedua dari strategi DOTS akan berperan dan berfungsi maksimal
apabila dilaksanakan oleh sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan
mempunyai kompetensi yang standar. Semua institusi fasilitas pelayanan
kesehatan yang melakukan pemeriksaan mikroskopis harus dikelola dan
dilaksanakan oleh SDM yang terlatih dan terakreditasi.
Secara nasional kondisi di Kota Surabaya hampir semua tenaga
laboratorium di Fasyankes pelaksana DOTS telah terlatih pemeriksaan
mikoroskopis TB, tetapi dengan adanya mutasi dan pengembangan/pemekaran
daerah yang diikuti oleh penambahan fasyankes, dan kemajuan di bidang teknis
Pengendalian TB, maka diperlukan pelatihan secara berkesinambungan, baik
untuk pelatihan awal (initial) maupun pelatihan ulang (refreshing).
Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga teknis laboratorium yang terampil
sesuai kebutuhan program, diperlukan pelatihan dengan kurikulum yang
terakreditasi serta dilengkapi dengan materi pembelajaran yang konsisten dan
sistematis. Pelatihan Pemeriksaan mikroskopis TB ini adalah untuk petugas teknis
laboratorium fasyankes dengan filosofi peningkatan keterampilan teknis.
Penelitian mengenai kinerja khususnya petugas laboratorium masih sedikit
terutama di Kota Surabaya dan diketahui bahwa petugas laboratorium TB
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
9
mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam program pemberantasan TB.
Mutu hasil pemeriksaan yang baik dihasilkan oleh laboratorium yang memiliki
kinerja yang baik. Adanya kinerja petugas laboratorium yang masih rendah di
Kota Surabaya memberi gambaran masih tingginya potensi kesalahan yang
ditimbulkan dari hasil pemeriksaan dahak. Memperhatikan data tersebut diatas
disimpulkan permasalahan penelitian bahwa masih rendahnya kinerja petugas
mikroskopis tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak, hal inilah yang
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor
yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan yang berkualitas dahak di Kota Surabaya tahun 2016”.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
diajukan peneliti adalah: Faktor apakah yang mempengaruhi kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas (kuaitas spesimen,
ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
10
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,
pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap, supervisi,
kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan dan ketebalan sediaan.
2. Menganalisis pengaruh karakteristik responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan) terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen, ketebalan sediaan,
kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan) laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
3. Menganalisis pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas (kualitas
spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran
sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang
berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
4. Menganalisis pengaruh pelatihan mikroskopis TB terhadap kinerja petugas
(kualitas spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan
dan ukuran sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
5. Menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja petugas (kualitas
spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran
sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang
berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
6. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,
ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
11
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
7. Menganalisis pengaruh insentif terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,
ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
8. Menganalisis pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas (kualitas
spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran
sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang
berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
9. Menganalisis pengaruh sikap terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,
ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
10. Menganalisis pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,
ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dalam kelaboratoriuman. Selain itu juga dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan dan rujukan bagi penelitian di masa yang akan datang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
12
mengenai upaya peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium tuberkulosis
berdasarkan penerapan ilmu dalam bidang kesehatan masyarakat.
1.5.2 Manfaat Praktisi
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi kerja untuk
meningkatkan kualitas pelayanan laboratorium dalam hal pembuatan sediaan
dahak untuk pemeriksaan tuberkulosis di Kota Surabaya.
1.5.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam membuat
dan penetapkan kebijakan bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam
meningkatkan kualitas dan pengembangan Sumber Daya Kesehatan khususnya
petugas laboratorium Tuberkulosis dalam permasalahan pemeriksaan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada dasarnya kuman penyebab TB
paru dapat menyerang organ tubuh lain misalnya kulit akan tetapi sebagian besar
menyerang paru-paru. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru kemudian kuman tersebut menyebar
dari paru-paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau langsung menyebar ke
bagian tubuh lainnya (Erlien, 2008).
2.2 Epidemiologi Tuberkulosis (TB)
Indonesia berada pada ranking kedua setelah India dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000
dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus per tahun. Jumlah kematian akibat
TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (WHO, 2015). Meskipun
memiliki beban penyakit TB tertinggi, Indonesia merupakan negara di wilayah
Asia Tenggara yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan
keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah
294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati, lebih dari 169.213 diantaranya
terdeteksi BTA positif. Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama
4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
14
Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian program
pengendalian TB nasional yang utama (Depkes RI, 2011).
2.2.1 Etiologi
Tuberkulosis termasuk penyakit zoonosis, karena penyakit ini dapat
ditularkan dari hewan ke manusia misalnya sapi. Mycobacterium tuberculosis
termasuk dalam ordo Actinomycetales, famili Mycobacteriaceae, dan genus
Mycobacterium. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing atau
bengkok yang mempunyai panjang 1-4μm dan lebar 0,2–0,5 μm. Pada perbenihan
berbentuk kokoid dan berfilamen, koloni cembung, kering dan warna kuning
gading, bersifat aerob obligat dengan suhu optimum 37⁰C, tidak berspora, dan
pada pewarnaan Ziehl Neelsen kuman berwarna merah dengan latar belakang biru
(Widoyono, 2011).
Kuman tuberkulosis umumnya ditularkan dari penderita manusia ke orang
lain melalui udara pernafasan. Selain itu tuberkulosis usus dapat terjadi jika
tertular kuman TB melalui air susu sapi penderita tuberkulosis. Kuman ini dapat
menular melalui inokulasi kulit. Setelah masuk kedalam tubuh, kuman akan
menyebar ke paru-paru, lalu bersama darah dan limfe menyebar ke berbagai organ
viseral lainnya (Soedarto, 2009).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan
asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga
tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri
tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100 derajat celcius selama 5-10 menit atau
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
15
pada pemanasan 60 derajat celcius selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-90%
selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat
yang lembab dan gelap (bisa berbulan bulan), namun tidak tahan terhadap sinar
dan aliran udara (Widoyono, 2011).
Gambar 2.1 Morfologi M. Tuberculosis dengan pewarnaan Ziehl Neelsen Sumber : Depkes RI, 2006.
Gambar 2.1 menunjukkan hasil dari pewarnaan BTA dengan
menggunakan pewarnaan Ziehl Neelsen. Pada pewarnaan tahan asam ini akan
terlihat kuman M.tuberculosis berwarna merah dan latar belakang berwarna biru
(Depkes RI, 2006).
2.2.2 Patogenesis
Infeksi terjadi biasanya melalui debu atau titik cairan (droplet) yang
mengandung kuman tuberkulosis bicara saat berhadapan dengan orang lain, basil
tuberkulosis tersembut dan terhisap kedalam paru-paru orang sehat. Masa
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
16
inkubasinya selama 3-6 bulan. Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan
kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor
genetik dan faktor penjamu lainnya. Penyakit timbul setelah kuman menetap dan
berkembang biak dalam paru–paru atau kelenjar getah bening.
Perkembangan penyakit tergantung pada jumlah kuman yang masuk dan
daya tahan. Perjalanan kuman tuberkulosis dapat langsung melalui aliran limfe,
aliran darah, melalui bronkus dan traktus digestivus. Pada mulanya kuman
menjalar melalui saluran limfe ke kelenjar getah bening. Selanjutnya melalui
ductus thoracicus masuk ke dalam aliran darah dan terus ke organ tubuh. Dapat
pula langsung dari proses perkejuan pecah ke bronkus, disebar ke seluruh paru–
paru atau tertelan digestivus (Widoyono, 2011).
2.2.3 Gejala Tuberkulosis
Mengetahui penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan
gejalanya. Gajala klinis yang terjadi tergantung pada jenis organ yang terinfeksi
kuman ini. Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak selama 2–3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiekstasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru
(Depkes RI, 2008).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
17
Tuberkulosis milier adalah tuberkulosis yang menyerang berbagai organ
tubuh, yang dijumpai pada bayi atau penderita berusia lanjut yang daya tahan
tubuhnya rendah (Soedarto, 2009).
2.3 Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis TB paru dalam program penanggulangan tuberkulosis,
ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk menemukan
BTA positif, yaitu dengan pengambilan 3 spesimen dahak sewaktu-pagi-sewaktu
(SPS). Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis
merupakan cara diagnosis utama di Indonesia. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sesuai dengan indikasinya (Depkes RI, 2011).
2.4 Penemuan Penderita TB Paru
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan cara promosi secara
aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan,
didukung penyuluhan secara aktif oleh petugas kesehatan maupun masyarakat
untuk meningkatkan penemuan pasien TB. Pemeriksaan dahak juga dilakukan
terhadap orang yang kontak dengan pasien TB, terutama keluarga penderita TB
yang menunjukan gejala yang sama (Irianto, 2002).
2.5 Klasifikasi Penyakit TB dan Tipe Pasien
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah untuk
menentukan paduan pengobatan yang sesuai, registrasi kasus secara benar,
menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif, analisis kohort hasil
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
18
pengobatan. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis
memerlukan suatu definisis kasus yang meliputi empat hal yaitu:
1. Klasifikasikan berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena
Berdasarkan organ tubuh yang terkena tuberkulosis terbagi atas dua macam
yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru
menyerang jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung,
kelenjar limpe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin dan lain lain.
2. Klasifikasi berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis
Tuberkulosis paru BTA positif jika pada pemeriksaan dahak mikroskopis TB
paru BTA positif apabila ditemukan sekurangnya 2 atau 3 spesimen (sputum)
yang diperiksa hasilnya positif atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
dan foto toraks menunjukkan gambaran tuberkulosis serta biakan kuman TB
hasilnya juga positif. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Tuberkulosis paru BTA negatif, jika kasus tidak memenuhi definisi BTA paru
positif dengan kriteria: paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasil BTA negatif, foto
toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis, tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT, ditentukan dengan petimbangan dokter yang
memberi pengobatan (Depkes RI, 2011).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
19
3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit
TB paru BTA negatif fhoto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya yaitu berat dan ringan. Berat bila gambaran fhoto toraks
memperlihatkan gembaran kerusakan paru yang luas atau keadaan umum pasien
buruk.TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya
yaitu TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limpe, pleuritis eksudantiva
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. TB ekstra
paru berat misalnya maninggitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudatival bilateral, TB tulang belakang, Tb usus, TB saluran kemih dan alat
kelamin.
4. Klasifikasi berdasarkan Riwayat Pengobatan
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi 5 tipe
pasien yaitu:
a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh adalah perderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pengobatan dahak BTA positif
c. Kasus setelah putus berobat adalah kasus setelah gagal
d. Kasus pindahan adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan disuatu
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut membawa surat rujukan/pindahan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
20
e. Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) (Irianto, 2002).
2.6 Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Prinsif
pengobatan adalah membunuh kuman. Pengobatan tuberkulosis mengunakan
kombinasi lebih dari satu obat menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
dengan metode Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), dan diberikan
dalam jangka panjang secara terus menerus, tidak terputus ditengah pengobatan
(Somantri, 2008).
2.7 Puskesmas
2.7.1 Pengertian Puskesmas
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Repoblik Indonesia nomor 75
tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, puskesmas adalah fasilitas
layanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan yang tinggi diwilayah kerjanya.
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan pada
suatu masyarakat yang tinggal pada wilayah tersebut (Azwar, 1996).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
21
2.7.2 Fungsi Penyelenggaraan Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan fungsi dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) tingkat pertama, yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat diwilayahnya yang
meliputi 10 fungsi (Kemenkes RI, 2014) yaitu:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat: menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang mengutamakan keamanan dan keselamatan penderita, petugas dan
pengunjung
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prisif koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi
6. Melaksanakan rekam medis
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
9. Mengkoordinasi dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama diwilayah kerjanya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
22
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
2.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 meliputi:
1. Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan berkomitmen dalam mencegah dan mengurangi risiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan
dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
3. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di
wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,
agama, budaya dan kepercayaan.
5. Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak
buruk bagi lingkungan.
6. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
23
lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas (Kemenkes RI, 2014).
2.7.4 Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip
dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud diantaranya adalah azas
pertanggungjawaban wilayah. Hal ini dimaksudkan Puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya (Kemenkes RI, 2014).
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2014).
1. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan, sehingga
berwawasan kesehatan
2. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
3. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
4. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
24
2.7.5 Jejaring Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis
Jejaring laboratorium mikroskopis Tuberkulosis di Indonesia terlihat pada
gambar 2.2.
Keterangan :
:Pembinaan dan Pengawasan Mutu : Mekanisme Rujukan
Gambar 2.2 Jejaring Laboratorium TB di Indonesia
Laboratorium mikroskopis TB minimal terdiri dari :
1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
Ruang ini harus memiliki fentilasi yang cukup melalui pengaturan sirkulasi
udara yang baik
LAB. RUJUKAN NASIONAL
LAB. RUJUKAN PROVINSI/
LAB. RUJUKAN UJI SILANG II
LAB. RUJUKAN UJI SILANG I
FASYANKES MIKROSKOPIS TB
1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 3. Laboratorium Swasta
FASYANKES SATELIT (LS)
1. Puskesmas (PS) 2. Rumah Sakit 3. Laboratorium Swasta
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
25
2. Lokasi pengumpulan dahak
Lokasi harus memiliki ventilasi yang baik dan terkena paparan sinar matahari
langsung untuk menghindari infeksi. Sebaiknya tidak berada di dekat
kumpulan orang banyak, agar memberikan rasa nyaman kepada pasien untuk
berdahak dengan bebas. Prosedur tetap pengumpulan dahak harus dipasang di
lokasi pengumpulan dahak agar pasien dapat membacanya terlebih dahulu.
Harus tersedia sarana cuci tangan: air mengalir dan sabun cair agar pasien
mencuci tangannya setelah pengumpulan dahak.
3. Ruang kerja laboratorium
Akses ke ruang ini hanya terbatas untuk petugas laboratorium, pintu harus
selalu tertutup untuk mencegah turbulensi udara yang dapat mencemari
lingkungan. Pencahayaan harus cukup terang baik bersumber dari sinar
matahari maupun aliran listrik. Letak meja kerja harus dipertimbangkan agar
aliran udara tidak mengarah kepada petugas. Sebaiknya udara mengalir dari
arah belakang petugas laboratorium.
4. Ruang administrasi
Dalam keadaan keterbatasan ruang, ruangan administrasi dapat bersatu
dengan ruang kerja laboratoium tetapi harus memiliki meja terpisah (Depkes
RI, 2007).
Peralatan dan Fasilitas di Laboratorium Mikroskopik TB
1. Baju laboratorium. Terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan kuat, tertutup
di bagian depan dengan panjang melewati lutut, lengan sepanjang
pergelangan tangan dengan ujung berkaret. Baju ini wajib dipakai pada saat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
26
bekerja dan ditanggalkan apabila petugas meninggalkan ruang kerja
laboratorium. Pencucian baju laboratorium dilakukan di tempat kerja dengan
terlebih dahulu didekontaminasi. Baju kerja yang kotor tidak boleh dibawa
pulang.
2. Wadah penampung alat bekas pakai (lidi, pot dahak dan alat tercemar lain)
harus cukup kuat, tidak mudah bocor dan tertutup. Sebaiknya wadah diberi
alas plastik sehingga mudah dipindahkan. Larutan desinfektan dalam wadah
harus cukup untuk merendam limbah.
3. Otoklaf (kalau tersedia) harus diletakkan di dalam ruang kerja laboratorium
sehingga memastikan seluruh bahan yang terkontaminasi tidak lagi infeksius
ketika keluar dari ruang kerja laboratoium.
4. Bahan habis pakai : Sabun cair yang mengandung desinfektan untuk cuci
tangan, Towell Tissue/ Lap untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan.
Larutan desinfektan : Lysol, larutan hypoclorite 1-5 % (Misnadiarly, 2006).
2.8 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis
Tujuan pemeriksaan dahak adalah menegakkan diagnosis, menilai kemajuan
pengobatan, menentukan tingkat penularan.Daftar tersangka penderita TB yang
akan diambil dahaknya harus dicatat dalam formulir TB 06. Harus mencantumkan
nomor urut, nomer identitas sediaan dahak, nama tersangka, umur dan jenis
kelamin, alamat lengkap, tanggal dan hasil pemeriksaan dahak, serta nomor
registrasi laboratorium. Pencatatan tersebut mempunyai tujuan yaitu:
a. Mengetahui jumlah suspek yang diperiksa
b. Mengetahui proposri BTA positif diantara suspek yang diperiksa
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
27
c. Memudahkan pelacakan bila hasil pemeriksaan dahak positif dan penderita
tersebut tidak kembali (Depkes RI, 2007).
2.9 Pengumpulan Dahak
1. Persiapan pasien
Pasien diberitahu bahwa uji dahak sangat bernilai untuk menentukan status
penyakitnya, karena itu anjuran pemeriksaan SPS untuk pasien baru dan SP untuk
pasien dalam pemantauan pengobatan harus dipenuhi. Dahak yang baik adalah
yang berasal dari saluran nafas bagian bawah, berupa lendir yang berwarna
kuning kehijauan (mukopurulen).
Pasien berdahak dalam keadaan perut kosong, sebelum makan/minum dan
membersihkan rongga mulut terlebih dahulu dengan berkumur air bersih. Bila ada
kesulitan berdahak pasien harus diberi obat ekspektoran yang dapat merangsang
pengeluaran dahak dan diminum pada malam sebelum mengeluarkan dahak.
Olahraga ringan sebelum berdahak juga dapat merangsang dahak keluar. Dahak
adalah bahan infeksius sehingga pasien harus berhati-hati saat berdahak dan
mencuci tangan. Pasien dianjurkan membaca prosedur tetap pengumpulan dahak
yang tersedia di tempat/ lokasi berdahak.
2. Persiapan Alat
Pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot ≥3,5 cm, transparan,
berwarna bening, dapat menutup dengan erat, bertutup ulir minimal 3 ulir, pot
kuat, tidak mudah bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien, pot dahak harus
sudah diberi identitas sesuai identitas/nomor register pada form TB05. Pot dahak
yang ideal terlihat pada Gambar 2.2.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
28
Sumber: Depkes RI, 2011. Gambar 2.3. Pot dahak
3. Cara Pengeluaran Dahak yang Baik
a. Waktu Pengambilan Dahak: S (Sewaktu, pertama): Dahak dikumpulkan
saat datang pada kunjungan pertama ke laboratorium fasyankes. P
(Pagi): Dahak dikumpulkan pagi segera setelah bangun tidur pada hari
ke-2, dibawa langsung oleh pasien ke laboratorium fasyankes. S
(Sewaktu, kedua): Dahak dikumpulkan di laboratorium fasyankes pada
hari ke-2 saat menyerahkan dahak pagi.
b. Tempat Pengumpulan Dahak: pengumpulan dahak harus dilakukan di
ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan
dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan penularan
akibat percikan dahak yang infeksius. Dahak adalah bahan yang
infeksius, pada saat berdahak aerosol/percikan dapat menulari orang
yang ada di sekitarnya, karena itu tempat berdahak harus berada di
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
29
tempat yang jauh dari kerumunan orang, misalnya di depan ruang
pendaftaran, ruang pemeriksaan, ruang obat dll. Harus diperhatikan
pula arah angin pada saat berdahak. Maka jangan mengambil dahak di
ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misal : kamar kecil,ruang
kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium),
ruang tunggu dan ruang umum lainnya.
c. Cara Berdahak: beri petunjuk pada pasien untuk kumur dengan air
bersih sebelum mengeluarkan dahak, Bila memakai gigi palsu, lepaskan
sebelum berkumur, tarik nafas dalam (2-3 kali) dan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat letakkan pot yang sudah dibuka dekat
dengan mulut dan keluarkan dahak ke dalam pot, batukkan dengan
keras dari dalam dada, tutup pot dengan rapat dengan cara memutar
tutupnya, setelah mengeluarkan dahak bersihkan mulut dengan tisue,
buang tisue di tempat sampah yang tertutup kemudian cuci tangan
(Widoyono, 2011).
d. Bila dahak sulit dikeluarkan, lakukan olah raga ringan kemudian
menarik nafas dalam beberapa kali. Bila terasa akan batuk, nafas
ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk. Malam hari sebelum tidur,
perbanyak minum air ( Depkes RI, 2011).
e. Pengumpulan Dahak: Pot berisi dahak diserahkan kepada petugas
laboratorium, denganmenempatkan pot dahak di tempat yang telah
disediakan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
30
f. Penilaian Kualitas Dahak Secara Makroskopis
Petugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap dahak pasien.
Tanpa membuka tutup pot, petugas laboratorium melihat dahak melalui
dinding pot yang transparan. Hal-hal yang perlu diamati adalah: Vol 3,5
- 5 ml, Kekentalan : mukoid, Warna : Hijau kekuningan (purulen) Bila
ternyata air liur, petugas harus meminta pasien berdahak kembali,
sebaiknya dengan pendampingan. Perhatian : pada saat mendampingi
pasien berdahak, petugas harus berada dibelakang pasien dan hindari
arah angin menuju petugas.
4. Pemberian Identitas Sediaan Dahak: Aturan pemberian identitas uji dan
sediaan dahak.
5. Pembuatan dan penyimpanan sediaan apus dahak
Cara pembuatan sediaan dahak: Ambil dahak pada bagian yang purulen
dengan lidi, sebarkan diatas kaca sediaan dengan bentuk oval ukuran 2x3
kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil. Jangan membuat gerakan spiral
bila sediaan dahak sudah kering karena akan menyebabkan aerosol. Keringkan
pada suhu kamar, masukkan lidi bekas ke dalamwadah berisi desinfektan.
6. Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan memegangkaca sediaan dengan pinset,
pastikankaca sediaan menghadap ke atas.Lewatkan sediaan di atas api bunsenyang
berwarna biru 2- 3 kali selama1-2 detik.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
31
7. Penilaian Ketebalan Sediaan Apus
Untuk menilai ketebalan sediaan sebelum dilakukan pewarnaan dapat
dilakukan dengan meletakkan sediaan yg kering 4-5 cm di atas kertas koran.
Sediaan yang baik apabila kita masih dapat melihat tulisan secara samar. sediaan
yang benar, tulisan di koran masih terbaca secara samar. Sediaan yang terlalu
tebal, tulisan di koran tidak terbaca. Sediaan yang terlalu tipis, tulisan di koran
terbaca dengan mudah (Kemenkes RI, 2012).
2.10 Uji Silang Metode Lot Quality Assurance System (LQAS)
Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh
laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium
sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Pemeriksaan ulang
sediaan BTA sputum dari laboratorium mikroskopis TB di fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4 dan Laboratorium Swasta).
Tujuan dariuji silang adalah untuk mengevaluasi laboratorium dalam
jejaring TB serta mengetahui kinerja dari laboratorium mikroskopis TB. Manfaat
dari kegiatan uji silang untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium
mikroskopis. Metode pengambilan sediaan selama ini mengunakan konvensional
yaitu 10% sediaan BTA negatif dan seluruh sediaan BTA positif. Namun pada
tahun 2007 telah diterapkan uji silang dengan metode LQAS (Lot Quality
Assurance sampling) (Depkes RI, 2011).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
32
Tabel 2.1 Perbedaan uji silang metode Konvensional dengan LQAS
Konvensional LQAS Sampling : 100% slide positif ditambah 10% slide negatif
Sampling : semua slide mendapat kesempatan yang sama
Pemilihan slide tergantung dari minat petugas
Pemilihan secara acak dengan menggunakan statistika sederhana
Formulir TB05, TB04 dan TB12 Formulir TB05, TB04 dan TB12 yang disempurnakan
Penyimpanan dipisahkan antara slide positif dan slide negatif
Penyimpanan slide digabung sesuai dengan TB04
Analisis uji silang adalah Error Rate Berdasarkan derajat kesalahan Errir Rate >5%= jelek Satu kesalahan besar atau tiga
kesalahan kecil = jelek Kualitas : sediaan dan pewarnaan Kualitas : spesimen, kebersihan,
ukuran, ketebalan dan rata rata.
Dengan adanya LQAS ini tidak mengubah sistem uji silang tetapi hanya
memutakhirkan metode uji silang, menilai kinerja laboratorium secara
menyeluruh, tidak untuk konfirmasi diagnosis, sediaan disimpan berdasarkan
TB04, setiap sediaan memiliki kesempatan yang sama untuk di uji silang,
penilaian kinerja petugas berdasarkan jumlah dan tipe kesalahan bukan
prosentase dan kemungkinan penyebab kesalahan lebih mudah diketahui.
Langkah dalam melakukan uji silang LQAS adalah (Depkes RI, 2011):
1. Tentukan jumlah seluruh sediaan: jumlah seluruh sediaan yang positif dan
yang negatif yang diperiksa pada tahun lalu.
2. Hitung Slide Positif Rate (SPR) = proporsi sediaan positif diantara seluruh
sediaan
3. Tentukan sensitifitas, spesifisitas dan jumlah kesalahan yang masih dapat
diterima
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
33
Gambar 2.4 Alur Uji Silang
LAB UJI SILANG (II)
LAB UJI SILANG (I)
DINKES PROV
DINKES KAB/KOTA (WASOR)
UPK
(1)
(4)
(4)
(5) (4) (6)
(2)
(3)
1) Pengambilan sampel oleh wasor 2) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded) 3) Hasil pembacaan lab uji silang 4) Umpan balik hasil uji silang 5) Sediaan yang di “screpancy” ke pembaca II 6) Hasil pembacaan ulang oleh lab II
LAB UJI SILANG (II)
LAB UJI SILANG (I)
DINKES PROV
DINKES KAB/KOTA (WASOR)
(d)
(c) (d)
(d)
(b)
(a)
a) Pengambilan sampel oleh wasor b) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded) c) Hasil pembacaan sediaan oleh kontroler d) Umpan balik hasil uji silang
Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk UPK )
Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk Lab Intermediate )
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
34
2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang
1. Cakupan 90% : Jumlah laboratorium yang mengikuti uji silang dibanding
seluruh laboratorium pemeriksa mikroskopis TB.
2. Rutini tas 90% : Jumlah laboratorium peserta uji silang dengan frekuensi
partisipasi 4 (empat) kali per tahun dibanding seluruh laboratorium pemeriksa
mikroskopis TB.
3. Kinerja Baik 80% : Jumlah peserta uji silang dengan hasil pembacaan
baik.Pembacaan baik ialah pembacaan tanpa kesalahan besar dan atau
kesalahan kecil kurang dari 3.
4. Kualitas Sediaan Baik 80% : Jumlah laboratorium peserta uji silang
dengan 6 unsur kualitas sediaan dahak yang baik yaitu : Ukuran, kerataan,
ketebalan, pewarnaan, kebersihan dan kualitas dahak (Depkes RI, 2011).
2.10.2 Klasifikasi Kesalahan pada uji silang dengan metode LQAS
Perhitungan angka kesalahan laboratorium metode yang digunakan
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Cara Penilaian Hasil Cross Check
Hasil dari Lab Hasil Lab Uji Silang Peserta Negatif Scanty 1+ 2+ 3+ Negatif Betul NPR NPT NPT NPT Scanty PPR Betul Betul KH KH
1+ PPT Betul Betul Betul KH 2+ PPT KH Betul Betul Betul 3+ PPT KH KH Betul Betul
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
35
Keterangan:
Betul : Tidak ada kesalahan
KH ( Kesalahan Hitung) : Kesalahan kecil
NPR (Negatif Palsu Rendah) : Kesalahan kecil
PPR (Positif Palsu Rendah) : Kesalahan kecil
NPT ( Negatif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar
PPT ( Positif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar
Kinerja petugas laboratorium bukan hanya dilihat dari pembacaan sediaan,
kualitas laboratorium juga dilihat dengan menilai 6 unsur kualitas sediaan
mikroskopis, yaitu: kualitas dahak, ukuran, ketebalan, kerataan, pewarnaan dan
kebersihan. Interpretasi dari suatu laboratorium berdasarkan hasil uji silang
dinyatakan terdapat kesalahan apabila: (Kemenkes RI, 2014).
1. Terdapat PPT atau NPT
2. Laboratorium tersebut menunjukkan tren peningkatan kesalahan kecil
dibanding periode sebelumnya atau kesalahannya lebih tinggi dari rata – rata
semua fasyankes di kabupaten/kota tersebut, atau bila kesalahan kecil terjadi
beberapa kali dalam jumlah yang signifikan.
3. Bila terdapat 3 NPR
Penampilan setiap laboratorium harus terus dimonitor sampai ditemukan
penyebab kesalahan. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah
Sakit, BP4 dan Laboratorium Swasta) agar dapat menilai dirinya sendiri dengan
memantau tren hasil interpretasi setiap triwulan dan meningkatkan kualitas
pemeriksaan laboratorium (Kemenkes RI, 2014).
BTA yang ditemukan menegakkan diagnosis TB dan jumlah yang ditemukan
menunjukkan beratnya penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk mencatat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
36
dengan benar apa yang dilihat. Kemudian dalam pencatatan harus diperiksa
nomor register laboratorium dan dicocokkan dengan formulir permohonan
(TB05).Hasil dicatat pada formulir permohonan Laboratorium (TB05) dan diberi
tanggal dan tandatangan. Kemudian hasil pemeriksaan dicatatpada register
laboratorium (TB04). Dan formulir Permohonan Laboratorium (TB05)
dikembalikan kepada dokter atau UPK yang mengirim (Depkes RI, 2006).
2.11 Penyimpanan Sediaan
Sediaan yang telah diperiksa dibersihkan minyak imersi dengan hati-hati
menggunakan ujung kertas tissue yang bersih. Untuk setiap sediaan digunakan
satu kertas tissue. Kemudiaan sediaan disimpan dalam kotak sediaan secara
berurutan menurut nomor register laboratorium untuk keperluan pemantapan
mutu/uji silang (Depkes RI, 2006).
2.12 Kinerja
2.12.1 Pengertian Kerja dan Kinerja
Menurut Gomez (1997) kinerja (Job performance) sering diartikan sebagai
penampilan kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan kombinasi antara
kemampuan dan usaha untuk apa yang dikerjakan menghasilkan kerja yang baik.
Seseorang harus mempunyai kemampuan, kemauan, usaha serta kegiatan yang
dilaksanakan tidak mengalami hambatan yang berat dalam lingkungannya.
Kemauan dan usaha dapat menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada motivasi
dapat menimbulkan kegiatan.
Menurut Moeheriyono (2012) kinerja atau performance merupakan
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
37
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang
dituangkan melalui perencanan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui
dan di ukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria
atau standart keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan
dan target yang telah ditetapkan maka kinerja pada seseorang tidak dapat
diketahui keberhasilannya.
Menurut Gomes (1997) kenerja adalah hasil yang dicapai atau prestasi
yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu kerja dalam suatu organisasi.
untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
melalui usaha-usaha yang sistematis dan meningkatkan kemampuan organisasi
secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.
Menurut Notoatmodjo (1992) kinerja adalah status kemampuan seseorang
yang diukur berdasarkan kesesuaian tugas dengan uraian tugas yang diberikan.
Guilbert (1977) berpendapat bahwa kinerja adalah sesuatu yang dapat diselesaikan
oleh seseorang seuai dengan bidang dan fungsinya yang dipengaruhi oleh sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja
adalah sebagian hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku
kerjanya dalam melaksanakan aktifitas kerja. Informasi tantang prestasi kerja
diperoleh berdasarkan penilaian prestasi kerja (performence appraisal). Kinerja
dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan kepuasan kerja dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat sifat individu. Kinerja
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
38
individu pada dasarnya di pengaruhi oleh : harapan mengenai imbalan, dorongan
(motivasi), kemampuan, kebutuhan, persepsi terhadap tugas (Moeheriyono, 2012).
2.12.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan tekhnik paling tua yang digunakan
menajement untuk meningkatkan kinerja. Kinerja masalalu dapat dipakai sebagai
unpan balik untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, pengembangan
kemampuan diri dan meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Penilaian
kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi dalam mengevaluasi kerja para
karyawan dalam waktu tertentu. Pemberian gaji, promosi, pemberhentian dan
pelatihan merupakan pengaruh dari penilaian kinerja (Simamora, 2004).
Menurut Stoner (1982) penilaian kinerja adalah serangkaian proses untuk
mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan
memberi penghargaan terhadap kinerja karyawan yang dipekerjakan.Dalam
melakukan identifikasi dan mengukur kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh karyawan yang dilihat dari kualitas
output, kuantitas output, waktu, kehadiran ditempat kerja dan sikap, untuk itu
diperlukan indikator dan deskripsi terhadap pekerjaan.
2.12.3 Tujuan Penilaian Kinerja
Evaluasi dan pengembangan adalah tujuan utama dari sistem penilaian
kinerja. Bila ditinjau dari segi waktu, metoda, peran atasan dan bawahan maka
kedua tujuan ini tidaklah sama (Simamora, 2004).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
39
1. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan tujuan mengukur kinerja seseorang berdasarkan standar
atau target yang dirunding secara perorangan agar memiliki fleksibilitas yang
mencerminkan tingkat perkembangan serta kemampuan setiap karyawan. Sasaran
serta standar yang ditetapkan saat perencanaan kinerja ditulis atau di ukur secara
objektif.Kelebihan teknik ini adalah mempermudah hubungan antara tujuan
perorangan dan tujuan unit kerja, mengurangi kemungkinan terjadinya
ketidaksepakatan selama pertemuan evaluasi (kalau standart dan sasaran ditulis
dengan baik selama proses perencanaan kinerja).
Kekurangan tekhnik ini adalah memakan waktu yang lama. Tujuan berbasis
evaluasi reguler terhadap kinerja anggota organisasi penting dilakukan untuk
menilai apakah seseorang kompeten atau tidak, efektif atau tidak, dipromosi atau
tidak dan seterusnya berpijak pada informasi yang diperoleh dari penilaian
kinerja. Eveluasi juga dapat mempengaruhi motivasi kerja, imbalan dan kinerja
dimasa akan datang dari anggota organisasi (Simamora, 2004).
2. Pengembangan
Informasi hasil penilaian dimanfaatkan untuk mempermudah pengembangan
pribadi anggota organisasi. Kelebihan dan kekurangan karyawan dapat dilihat dari
sistem penilaian yang sehat. Informasi ini juga dipergunakan untuk umpan balik
sebagai koreksi diri untuk semua unsur, sehingga diharapkan kedepan terjadi
perubahan kearah yang lebih baik. Informasi tantang kelemahan dapat digunakan
untuk perencanaan sarana dan prasarana, program pelatihan dan pengembangan
karier (Simamora, 2004).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
40
Tujuan penilaian kinerja menurut pendapat Ilyas (2001) adalah penilaian
kemampuan personel yaitu untuk menilai efektifitas menagemen dari sumber
daya manusia dan pengembangan personal maksudnya adalah informasi yang
didapat dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam
pengembangan personel seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan
penyesuaian konpensasi.
2.12.4 Kegunaan Penilaian Kinerja
1. Sebagai dasar mengambil keputusan untuk:
a. Mempromosikan pekerjaan yang berprestasi
b. Menindak pekerja yang kurang atau tidak berprestasi
c. Melatih, memutasi atau mendisiplinkan pekerja
d. Memberi, menunda kenaikan imbalan atau balas jasa
e. Penerapan sistem penghargaan dan pemberian hukuman.
2. Sebagai kriteria untuk validasi suatu alat test. Caranya, hasil test
dikorelasikan dengan hasil penilaian kinerja untuk menguji hipotesis yang
menyatakan bahwa skor test dapat meramal kinerja. Meskipun demikian, jika
penilaian kinerja tidak dilakukan dengan benar, atau ada pertimbangan lain
yang digunakan secara sah untuk tujuan apapun.
3. Memberikan umpan balik pada karyawan, sehingga penilaian kinerja
berfungsi sebagai wahana pengembangan diri dan pengembangan karier.
4. Bila kebutuhan pengembangan pekerjaan dapat diidentifikasikan, maka
penilaian kinerja dapat membantu dalam menentukan tujuan program
pelatihan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
41
5. Mendiagnosis masalah dalam organisasi (Suardiana, 2006).
2.12.5 Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat penilaian kinerja adalah meningkatkan prestasi kerja, memberi
kesempatan kerja yang adil, kebutuhan pelatihan, penyesuaian kompensasi,
keputusan promosi, mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan, menilai proses
rekrutmen dan seleksi, terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan
dan bawahan, bermanfaat untuk penelitian dan pengembangan sumber daya
manusia (Suardiana, 2006).
2.12.6 Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kualitatif dan atau kuantitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa
indikator sulit umtuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan)
kebijakan program atau kegiatan dari suatu organisasi. Kinerja dapat di ukur
berdasarkan ciri dari individual karyawan seperti kepribadian yang
menyenangkan, inisiatif, kreatifitas, dan pengaruh terhadap pekerjaan tertentu
termasuk daya adaptasi. Tingkah laku yang dinilai adalah perilaku spesifik ke arah
pekerjaan termasuk kemampuan dan keterampilan. Hasil pencapaian bagaimana
hasil akhir yang diperoleh apakah sudah mencapai target atau belum
(Sukamawati, 2008).
2.12.7 Fungsi Indikator Kinerja
Indikator kinerja berfungsi untuk memperjelas tentang apa,
bagaimana,berapa, dan kapan kegiatan dilakukan, menciptakan konsensus yang di
bangun oleh berbagai pihak untuk menghindari kesalahan interpretasi selama
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
42
pelaksanaan dan dalam menilai kinerja, membangun dasar bagi pengukuran,
analisis dan evaluasi kinerja (Sukmawati, 2008). Indikator kinerja harus spesifik
dan jelas , dapat diukur baik kualitatif dan atau kuantitaif, relevan dan dapat
dicapai (Sukmawati, 2008).
2.13 Faktor Yang Berhubungan dengan Kinerja
Menurut Gibson (2000) faktor yang mempengaruhi perilaku kerja yang
pada akhirnya berpengaruh pada kinerja pegawai/karyawan terdiri dari tiga
variabel yaitu: variabel individu, variabel psikologi, dan variabel organisasi
seperti yang terlihat dalam bagan 2.5.
Gambar 2.5 Faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Gibson (2000).
Variabel individu Kemampuan: 1. Pengetahuan 2. Keterampilan
Latar belakang:
1. Keluarga 2. Pengalaman
Demografis:
1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan
Kinerja Individu
Variabel psikologi 1. Persepsi 2. Sikap 3. Keperibadian 4. Motivasi
Variabel organisasi: 1. Sumber daya (sarana) 2. Kepemimpinan (supervisi) 3. Imbalan 4. Struktur (Lingkungan
Kerja) 5. Desain Pekerjaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
43
Menurut Stoner (1982) rendahnya penampilan kerja seseorang dalam suatu
organisasi disebabkan oleh rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang
motivasi, dan kurangnya dukungan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan suatu
organisasi. Selanjutnya mengemukakan bahwa selain dipengaruhi oleh motivasi,
persepsi, kemampuan kerja individu juga mempengaruhi penampilan dan kinerja
seseorang.
Kemampuan kerja adalah kapasitas individu dalam menyelesaikan
berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan. Kemampuan menyeluruh seseorang
pegawai meliputi kemampuan intektual dan kemampuan fisik.Kemampuan
intektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan-
kegiatan mental, misalnya pemahaman verbal, deduksi, persepsual, visualisasi
ruang lingkup dan ingatan. Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kekuatan dan
keterampilan. Kemampuan dan keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan,
pelatihan, maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur
dan pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.
Menurut Moeheriono (2012) faktor yang mempengaruhi kinerja yang
berasal dari dalam individu adalah :
1. Umur
Produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena menyangkut
perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan pengalaman maupun
perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga nampak dalam aktifitas
sehari hari. Menurut Sastrohardiwiryo (2003) untuk menghindari rendahnya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
44
produktifitas umur dari pekerja tersebut haruslah dipertimbangkan. Dikarenakan
perkerjaan seseorang dipengaruhi oleh umur, yang berpengaruh terhadap kondisi
fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Klasifikasi umur
dibagi dua yaitu umur dibawah 40 tahun dan diatas atau sama dengan 40 tahun,
karena pada kedua umur tersebut orang dengan produktivitas tinggi atau
sebaliknya.
2. Jenis kelamin
Dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot berbeda antara pria dan
wanita. Menurut Depnaker (1993) bahwa jenis kelamin wanita tidak
mempengaruhi kemampuan fisik dan kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan
berdasarkan sifat pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan peraturan dalam
lingkungan kerja. Muchlas (1997) mengatakan dalam berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
produktivitas maupun kepuasan kerja
3. Masa kerja/pengalaman
Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana
pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan
kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap
mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan (Ahmad,
2006). Banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula
keterampilan yang pernah diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya
diri dan akan mempunyai sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau
persoalan, sehingga kualitas kinerja akan lebih baik. Robbins (2003) menyatakan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
45
bahwa ada hubungan positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan,
senioritas berhubungan negatif terhadap kemangkiran.
4. Pendidikan
Definisi Pendidikan secara umum ialah semua usaha yang direncanakan
untuk merubah orang lain baik individu, grup, atau penduduk hingga mereka
lakukan apa yang diinginkan oleh pelaku pendidikan. Definisi Pendidikan yaitu
sistem pengubahan sikap serta tatalaku seseorang atau grup orang didalam usaha
mendewasakan manusia melewati usaha pengajaran serta kursus, sistem, langkah,
perbuatan mendidik (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200, petugas
laboratorium adalah seorang yang berpendidikan analis kesehatan. Analis
Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
46
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat
(Pakpahan, 2013). Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi,
histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam
pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis terhadap
bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang
tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan kesehatan perorangan atau masyarakat. Peran Analis Kesehatan
a. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan
b. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan
c. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan (Pakpahan, 2013).
5. Motivasi
Motivasi menurut Notoatmodjo (2014) adalah keinginan yang terdapat dalam
diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. Menurut Stoner (1982) motivasi
adalah suatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tidakan atau perilaku
seseorangyang merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
47
eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme
dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan
organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi
kebutuhan individual tertentu. Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang akan
melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan
kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi
hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal ia bekerja, konsep motivasi
merupakan sebuah konsep yang cukup penting dalam studi tentang kinerja
individu (Payaman, 2011).
Sutrisno (2010) faktor yang mendorong seseorang untuk beraktifitas.
Kekuatan dari motivasi seseorang untuk berprestasi tergantung pada seberapa
kuatnya kepercayaan bahwa ia akan dapat mencapai target (prestasi kerja), apakah
ia akan memperoleh penghargaan yang memadai dan jika penghargaan itu
diberikan oleh organisasi, penghargaan ini dapat memuaskan tujuan individu.
Lubis (2008), menyebutkan bahwa ada pengaruh motivasi kerja dengan
kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. Hal
senada disampaikan oleh Ariyani (2006) yang menyatakan bahwa motivasi,
pendidikan pelatihan sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas di puskesmas.
6. Sikap
Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang
atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat sakit dan faktor
yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. Sikap merupakan suatu yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
48
komplek, dapat didefinisikan sebagai pernyataan evaluatif, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai
objek, manusia atau peristiwa. Sikap yang kompleks ini dapat lebih mudah
dimengerti dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam setiap
sikap tertentu, yaitu komponen kognitif, afektif dan kecenderungan perilaku.
Ketiga komponen ini menggambarkan kepercayaan, perasaan, dan rencana
tindakan dalam berhubungan dengan orang lain.
Faktor yang mempengaruhi kinerja yang berasal dari luar individu adalah
(Suparyanto, 2005):
a. Pelatihan
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.
Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang
pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja
yang merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan
kemampuanya diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah. Hal
tersebut sesuai dengan Simanjutak (2011) bahwa untuk meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan kinerja karyawan perlu dilakukan sebuah
pelatihan melalui program pengalaman pengalaman kerja, supervisi,
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
49
penyediaan pedoman kerja, pelatihan pemagangan, dan berbagai latihan kerja
lainnya.
b. Sumber daya/alat
Kinerja juga dipengaruhi oleh sumber daya, kemampuan, dan kondisi dimana
seseorang bekerja.
c. Insentif
Insentif adalah pemberian kepada pegawai dengan pembayaran finansial
sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator
untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Bagi
organisasi/perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi
mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan pegawainya. Secara umum pemberian manajemen kompensasi
adalah untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan keberhasilan
strategi dan menjamin terciptanya keadilan baik keadilan internal maupun
keadilan eksternal.
Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun
nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat
untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi
produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya. Imbalan yang diterima
karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan berhubungan
langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan ekonomi
sekarang maupun yang akan datang. Jika kebutuhan pokok terpenuhi maka
seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
50
d. Lingkungan kerja
Menurut Sutrisno (2010) Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan
prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melalukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Definisi lain
lingkungan kerja menurut Sukmawati (2008) lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja,
fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, dan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan (Sutrisno, 2010)
e. Beban kerja
Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang
tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk
mengkerjakan suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari
pengukuran kinerja adalah pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan
waktu tertentu. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang
telah dipakai untuk mengerjakan suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia
hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas, sebagai akibatnya jika
seseorang harus mengerjakan beberapa tugas dalam waktu yang sama maka
akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas itu guna memperebutkan
energi yang terbatas. Beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada
seseorang pekerja dan hal ini merupakan tanggungjawab dari pekerjaan yang
bersangkutan. Beban kerja setiap puskesmas yang tinggi akan menimbulkan
keluhan, tingginya beban kerja karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
51
berefek penurunan terhadap prestasi kerja. Tingkat beban kerja
diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada waktu yang sama.
Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas berarti semakin
berat beban kerja yang disandangnya (Moeheriono, 2012).
Gibson (1996) variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada
perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari sub variabel
persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi
oleh keluarga, dan pengalaman kerja. Standar beban kerja untuk suatu
kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun.
Beban kerja analis kesehatan meliputi kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh Analis Kesehatan, misalnya: sampling, preparasi sampel, memeriksa
sampel, mencatat hasil pemeriksaan, kalibrasi alat, memeriksa sampel
kontrol, membuat reagen, dll (Kurniati, 2003).
f. Supervisi
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar
memperoleh kondisi yang lebih baik dengan tujuan belajar. Supervisi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja, dikarenakan
supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin dilakukan
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan mempertahankan
kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung. Kegiatan
yang dilakukan selama supervisi adalah observasi, bantuan tekhnis, diskusi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
52
bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari solusi pemecahan
masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran perbaikan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
`
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian (Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016) berdasarkan teori Gibson yang telah dimodifikasi.
Faktor Individu Karakteristik responden
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan
Logistik Laboratorium
Kepemimpinan
Pelatihan mikroskopis TB
Sikap
Motivasi
Lingkungan kerja
Beban kerja
Insentif
Supervisi
Masa kerja
Kinerja Petugas Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan Dahak Yang meliputi:
1. Kualitas spesimen 2. Ukuran sediaan 3. Kerataan sediaan 4. Ketebalan sediaan 5. Kebersihan sediaan
6. Pewarnaan sediaan 7. Pembacaan sediaan 8. Pencatatan sediaan 9. Penyimpanan sediaan
53
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
54
Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dijelaskan bahwa kinerja dapat diketahui
dan di ukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria
atau standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan
dan target yang telah ditetapkan maka kinerja pada seseorang tidak dapat
diketahui keberhasilannya. Variabel yang akan diteliti yaitu: karakteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan), masa kerja, pelatihan, lingkungan
kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.
Penampilan kerja seseorang dalam suatu organisasi disebabkan oleh
rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang motivasi, dan kurangnya
dukungan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan suatu organisasi. Selanjutnya
mengemukakan bahwa selain dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, kemampuan
kerja individu juga mempengaruhi penampilan dan kinerja seseorang.
Kemampuan dan keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan,
maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur dan
pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.
Produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena menyangkut
perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan pengalaman maupun
perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga nampak dalam aktifitas
sehari hari. Dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot berbeda antara
pria dan wanita. Jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik dan
kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat pekerjaan, waktu
mengerjakan dan peraturan peraturan dalam lingkungan kerja.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
55
Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana
pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan
kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap
mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan.
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Imbalan
akan mempengaruhi produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.
Imbalan yang diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium
akan berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan.
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Beban kerja setiap
puskesmas yang tinggi akan menimbulkan keluhan, tingginya beban kerja
karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat berefek penurunan terhadap prestasi
kerja. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada
waktu yang sama. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas
berarti semakin berat beban kerja yang disandangnya.
Supervisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja,
dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin
dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan
mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara
langsung.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
56
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
1. Ada pengaruh karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan)
terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
2. Ada pengaruh faktor masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
3. Ada pengaruh pelatihan mikroskopis TB terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas
di Kota Surabaya tahun 2016.
4. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
5. Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
6. Ada pengaruh insentif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
57
7. Ada pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
8. Ada pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
9. Ada pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
58
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yang bertujuan
menjelaskan hubungan kausal beberapa variabel dengan cara menguji hipotesis.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap faktor risiko
yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.2 Rancang Bangun Penelitian
Rancang bangun dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu untuk
memperoleh gambaran kinerja petugas laboratorium tuberkulosis pada populasi
sasaran untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara
mengamati status paparan penyakit secara serentak pada individu dari populasi
tunggal pada suatu saat atau waktu tertentu (Murti, 1997).
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan
kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian bulan Februari sampai
bulan Juli 2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
59
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi seluruh petugas laboratorium tuberkulosis disetiap puskesmas
adalah 63 petugas laboratorium diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya
2016.
4.4.2 Sampel
Besar total sampel pada penelitian ini adalah 50 petugas laboratorium yang
besar sampelnya dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi (63 petugas laboratorium)
: 1,96 dengan α = 0,05 dan 1-α = CI 95%
P : Proporsi populasi 0,85
d : Absolut presisi (0,05)
4.4.3 Tehnik Pengambilan Sampel
Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Simple random sampling dengan cara undian/lotre untuk memperoleh
sampel dari subpopulasi petugas laboratorium yang berada di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Surabaya.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
60
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.5.2 Variabel Bebas
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Masa kerja
5. Pelatihan
6. Lingkungan kerja
7. Motivasi
8. Insentif
9. Beban kerja
10. Sikap
11. Supervisi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
61
4.6 Kerangka Operasional
Wawancara dengan Kuesioner
Observasi dengan lembar ceklis
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Analisis Faktor yang mempengaruh Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Menentukan populasi yaitu 63 petugas laboratorium di puskesmas Kota Surabaya
Menentukan sampel yaitu 50 petugas laboratorium tuberkulosis di puskesmas
Kota Surabaya
Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
Analisis data
Menarik kesimpulan dan saran
Observasi Kinerja petugas dalam pembuatan sediaan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
62
4.7 Definisi Operasional dan Cara pengukuran Variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Kinerja 1. Kualitas
spesimen
2. Ketebalan sediaan
Hasil kerja dalam pembuatan sediaan dahak yang dibuat oleh responden. Penilaian meliputi:
1. Kualitas specimen 2. Ketebalan sediaan 3. Kerataan sediaan 4. Kebersihan sediaan 5. Ukuran sediaan
1. Kualita sspesimen adalah
sampel yang dikeluarkanolehpenderita adalah dahakdanbukan air liur yang memenuhisyaratuntukdiperiksa, yaitu : Mukoid, warna : Hijaukekuningan(purulen) dan bukan air liur
2. Ketebalan yang di
maksud dalam penelitian ini adalah apabilasediaan apusan dahak yang belum di warnai di letakan diatas tulisan cetakan dikatakan baik bila huruf tulisan masih bisa terbaca
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik: Jika skor ≥75% 1. Kurang baik : Jika skor
<75% Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : Jika mukoid, hijau
purulen dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : Jika spesimen adalah air liur dan responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : Jika huruf tulisan
masih dapat terbaca jika sediaan diletakkan diatas tulisan cetakan, responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : Jika huruf tulisan tidak dapat terbaca jika sediaan diletakkan diatas tulisan cetakan, responden mendapat nilai<1 pada lembar observasi
Ordinal
Nominal
Nominal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
63
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
3. Kerataan sediaan
4. Kebersihan
sediaan
5. Ukuran
sediaan
3. Kerataan sediaan yang di maksud dalam penelitian ini adalah apusan sediaan terlihat merata, tidak terdapat daerah yang kosong pada kaca sediaan
4. Kebersihan sediaan yang
di maksud dalam penelitian ini adalah tidak terdapat kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan
5. Ukuran sediaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran apusan dahak pada kaca sediaan tidak lebih atau kurang dari 2x3cm
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : jika tidak terdapat
daerah yang kosong pada kaca sediaan, dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik: jika terdapat daerah yang kosong pada kaca sediaan, responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Bersih : Jika tidak terdapat
kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan dan responden mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kotor : Jika terdapat kotoran, debu atau sisa tisue pada sediaan dan responden mendapat nilai <1 pada lembar observasi
Observasi dengan lembar ceklis Kategori : 0. Baik : jika ukuran apusan
dahak pada kaca sediaan yaitu 2x3cm dan mendapat nilai 1 pada lembar observasi
1. Kurang baik : jika ukuran apusan dahak pada kaca sediaan lebih besar atau lebih kecil dari 2x3cm dan mendapat nilai<1 pada lembar observasi
Nominal
Nominal
Nominal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
64
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Umur Usia responden yang dihitung dari tanggal kelahiran sampai saat dilakukannya penelitian.
Wawancara menggunakan Kuesioner Dalam Tahun/Bulan Kategori : 0. Umur ≤ 40 tahun 1. Umur > 40 tahun
Ordinal
Jenis kelamin Pembeda karakter dari individu berdasarkan KTP saat dilakukannya penelitian (laki-laki, perempuan).
Observasi Kategori : 0. Perempuan 1. Laki-laki
Nominal
Pendidikan Pendidikan terakhir analis laboratorium yang telah di tempuh responden.
Wawancara menggunakan Kuesioner Katagori : 0. Analis Kesehatan 1. Non Analis Kesehatan
Nominal
Pelatihan Pelatihan mikroskopis TB yang diikuti oleh responden dalam 3 tahun terakhir.
Wawancara menggunakan Kuesioner Katagori : 0. Baik : Jika skor ≥75% 1. Kurang baik : Jika skor
<75%
Ordinal
Masa kerja Lama waktu responden bekerja sebagai petugas laboratorium sampai dilaksanakan penelitian ini
Wawancara menggunakan Kuesioner. Dinyatakan dalam tahun 0. Lama : ≥6 tahun 1. Baru : ≤6 tahun
Ordinal
Lingkungan kerja
Penilaian kenyamanan lingkungan kerja dalam pemeriksaan tuberkulosis yang meliputi :
a. Memiliki ventilasi b. Terdapat kran air yang
mengalir c. Ruangan laboratorium
yang luas d. Pencahayaan di ruangan
laboratorium cukup e. Tersedia ruangan khusus
untuk pembuatan sediaan dahak
f. Tersedia ruangan khusus tempat pasian mengeluarkan dahak
g. Ruangan laboratorium bersih
Observasi menggunakan lembar chek list Katagori : 0. Nyaman : Jika skor ≥75% 1. Tidak nyaman : Jika skor
<75%
Ordinal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
65
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel Skala Data
Motivasi Pernyataan responden mengenai hal yang mendorong responden dalam melakukan pembuatan sediaan dahak
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Motivasi tinggi : Jika skor
≥62,5% 1. Motivasi rendah : Jika
skor <62,5%
Ordinal
Insentif Pemberian upah atas kerja responden dalam pembuatan sediaan dahak berupa honor atau gaji
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Ya : jika skor ≥62,5% 1. Tidak: jika skor <62,5%
Ordinal
Beban Kerja Pendapat responden tentang kesesuaian waktu dan tugas sebagai petugas laboratorium
Wawancara dengan Kuisioner 5 pertanyaan Kategori : 0. Sesuai : jika skor
≥62,5% 1. Tidak sesuai : jika skor
<62,5%
Ordinal
Sikap Pendapat subjektif responden dalam pembuatan sediaan dahak
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Mendukung : jika skor
≥62,5% 1. Tidak mendukung : jika
skor <62,5%
Ordinal
Supervisi Kunjungan dan pembinaan oleh wasor TB atau pemegang program ke laboratorium
Wawancara dengan Kuisioner 10 pertanyaan Kategori : 0. Perlu : jika skor ≥62,5% 1. Tidak perlu : jika skor
<62,5%
Ordinal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
66
4.8 Teknik Pengambilan Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan sekunder.
1. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan paduan
kuesioner dan lembaran cheklist. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada
calon responden mengenai tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Calon
responden memahami dan menyetujui sebagai responden dengan
menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya akan dilakukan observasi
dan wawancara. Kuesioner tersebut bertujuan untuk mengukur variabel yang
akan diteliti yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan),
masa kerja, pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja sikap
dan supervisi berdasarkan item pertanyaan yang telah disediakan.
2. Data Sekunder di peroleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya dan profil kesehatan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Surabaya.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan statistik. Tahap
pengolahan data berupa penyuntingan data (editing), pengkodean data (coding)
dan memasukkan data (entri data). Data dianalisis diinterpretasikan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan program komputer dengan
tahapan sebagai berikut:
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
67
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi setiap
variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.
2. Analisis bivariabel
Analisis bivariabel menggunakan Chi-Square. Tujuan menngunakan Chi-
Square untuk menyeleksi variabel kandidat yang akan dilanjutkan ke analisis
uji regresi ganda. Dalam menyeleksi variabel kandidat, yaitu bila hasil Chi-
Square menunjukkan p value < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan
untuk dianalisis secara simultan.
3. Analisis multivariabel
Menggunakan regresi logistik ganda yang bertujuan untuk mengetahui
variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja petugas laboratorium
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya.
4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen atau alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
digunakan harus memenuhi dua syarat utama yaitu validitas dan reliabilitas.
Instrumen ini harus diuji coba dulu sebelum diberikan kepada seluruh sampel.
Ada dua uji coba yang dilakukan terhadap instrumen, yaitu:
4.10.1 Uji Validitas
Menurut (Arikunto, 2003), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
memiliki validitas rendah. Untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
68
tersebut mampu mengukur yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan
korelasi antara skor (nilai) setiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner
tersebut. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item
(pertanyaan) dalam kuesioner itu dapat mengukur konsep yang kita ukur.
Validitas menunjukkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi total item.
Jika pearson correlation > nilai r tabel maka instrument tes yang diujicobakan
tersebut dapat dinyatakan valid. Digunakan Software SPSS dalam menguji
validitas pada penelitian ini. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai
Correlated Item–Total Correlation dengan hasil perhitungan r-tabel. Jika r hitung
lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid. Pengujian taraf signifikan korelasi dilakukan sebagai
berikut:
r hitung ≥ r tabel, maka pertanyaan valid
r hitung ≤ r tabel, maka pertanyaan tidak valid
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan untuk uji coba validitas
instrument adalah 10 responden, sehingga nilai r tabel yang akan digunakan
sebagai standar minimal adalah sebesar 0,497.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
69
Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. Motivasi 1 0,790
>0,497
Pertanyaan Valid 2. Motivasi 2 0,908 Pertanyaan Valid 3. Motivasi 3 0,866 Pertanyaan Valid 4. Motivasi 4 0,617 Pertanyaan Valid 5. Motivasi 5 0,779 Pertanyaan Valid 6. Motivasi 6 0,908 Pertanyaan Valid 7. Motivasi 7 0,908 Pertanyaan Valid 8. Motivasi 8 0,690 Pertanyaan Valid 9. Motivasi 9 0,806 Pertanyaan Valid 10. Motivasi 10 0,699 Pertanyaan Valid
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
motivasi yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar
dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk
mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.
Tabel 4.3 Hasil uji validitas Instrumen Imbalan No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. Imbalan 1 0,518
>0,4973
Pertanyaan Valid 2. Imbalan 2 0,607 Pertanyaan Valid 3. Imbalan 3 0,651 Pertanyaan Valid 4. Imbalan 4 0,570 Pertanyaan Valid 5. Imbalan 5 0,584 Pertanyaan Valid 6. Imbalan 6 0,651 Pertanyaan Valid 7. Imbalan 7 0,500 Pertanyaan Valid
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
imbalan yang terdiri dari 7 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar dari
r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk mengukur
motivasi memenuhi syarat validitas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
70
Tabel 4.4 Hasil uji validitas Instrumen Beban Kerja No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. Beban kerja 1 0,894
>0,4973
Pertanyaan Valid 2. Beban kerja 2 0,620 Pertanyaan Valid 3. Beban kerja 3 0,566 Pertanyaan Valid 4. Beban kerja 4 0,516 Pertanyaan Valid 5. Beban kerja 5 0,516 Pertanyaan Valid
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
beban kerja yang terdiri dari 5 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar
dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang digunakan untuk
mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.
Tabel 4.5 Hasil uji validitas Instrumen Sikap No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. sikap 1 0,976
>0,4973
Pertanyaan Valid 2. sikap 2 0,752 Pertanyaan Valid 3. sikap 3 0,631 Pertanyaan Valid 4. sikap 4 0,694 Pertanyaan Valid 5. sikap 5 0,976 Pertanyaan Valid 6. sikap 6 0,976 Pertanyaan Valid 7. sikap 7 0,752 Pertanyaan Valid 8. Sikap 8 0,547 Pertanyaan Valid 9. Sikap 9 0,813 Pertanyaan Valid 10. Sikap 10 0,976 Pertanyaan Valid
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa instrumen untuk mengukur sikap
yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar dari r tabel
yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk mengukur motivasi
memenuhi syarat validitas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
71
Tabel 4.6 Hasil uji validitas Instrumen Supervisi No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan 1. Supervisi 1 0,890
>0,4973
Pertanyaan Valid 2. Supervisi 2 0,914 Pertanyaan Valid 3. Supervisi 3 0,914 Pertanyaan Valid 4. Supervisi 4 0,582 Pertanyaan Valid 5. Supervisi 5 0,890 Pertanyaan Valid 6. Supervisi 6 0,738 Pertanyaan Valid 7. Supervisi 7 0,738 Pertanyaan Valid 8. Supervisi 8 0,600 Pertanyaan Valid 9. Supervisi 9 0.738 Pertanyaan Valid 10. Supervisi 10 0.561 Pertanyaan Valid
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
supervisi yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar
dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk
mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.
4.10.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hasil dengan r tabel (cronbach’s alpha) (Riyanto, 2009).
Hasil reliabilitas didapatkan dari sebagian kecil dari responden valid, seluruhnya
telah reliabel bahwa r hitung ≥ r tabel sebesar (0,4973) sehingga dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian.
Berikut merupakan hasil pengujian reliabilitas instrument yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai kelengkapan dalam pemenuhan syarat sebuah
instrument penelitian disamping uji validitas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
72
Tabel 4.7 Hasil uji reliabel instrumen penelitian
No. Jenis instrumen Cronbach’salpha R Tabel Keterangan 1. Motivasi 0,941
>0,4973
Instrumen reliabel 2. Imbalan 0,810 Instrumen reliabel 3. Beban kerja 0,804 Instrumen reliabel 4. Sikap 0,957 Instrumen reliabel 5. Supervisi 0,907 Instrumen reliabel
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur
motivasi, imbalan, beban kerja, sikap dan supervisi menunjukan nilai cronbach
alpha lebih besar dari nilai yang di tentukan, ini berarti instrumen yang di
gunakan untuk mengukur motivasi memenuhi syarat reliabilitas
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
73
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis kota Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang Selatan dan
112° 36’–112° 57’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52.087 Ha,
dengan luas daratan 33.048 Ha yang terdiri dari 31 kecamatan dan 160 kelurahan
atau 63,45% dan selebihnya sekitar 19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah
laut.
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur 2015 Gambar 5.1 Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
74
Berikut adalah daftar kecamatan di Kota Surabaya yang saat ini terbagi
dalam 5 wilayah :
Surabaya Pusat : Tegalsari, Simokerto, Genteng, dan Bubutan
Surabaya Timur : Gubeng, Gununganyar, Sukolilo, Tambaksari,
Mulyorejo, Rungkut dan Tenggilis Mejoyo
Surabaya Barat : Benowo, Pakal, Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes,
Sambikerep dan Lakarsantri
Surabaya Utara : Bulak, Kenjeran, Semampir, Pabean Cantikan, dan
Krembangan
Surabaya Selatan : Wonokromo, Wonocolo, Wiyung, Karang Pilang,
Jambangan, Gayungan, Dukuh Pakis dan Sawahan.
Kota Surabaya terletak di daerah yang strategis sehingga Kota Surabaya dapat
dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Batas Kota Surabaya
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Sebelah Timur : Selat Madura
5.1.2 Kondisi Demografis
Data kependudukan mempunyai arti yang penting dalam
pembangunan, khususnya pada bidang kesehatan. Sebab masyarakat atau
penduduk merupakan salah satu sasaran dalam kegiatan pembangunan
kesehatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
75
Pencatatan Sipil Kota Surabaya diketahui bahwa Kota Surabaya pada tahun
2015 memiliki penduduk sebanyak 2.891.774 jiwa. Kepadatan penduduk pada
luas wilayah 333,063 km2 adalah 8.683 jiwa per km2
Berdasarkan perbandingan antar jenis kelamin distribusi penduduk sebagai
berikut : pada kelompok umur 1-4 tahun jumlah laki-laki 93.111 jiwa dan
perempuan 88.152 jiwa; pada kelompok umur 15-19 tahun jumlah laki-laki
112.733 jiwa dan perempuan 118.686 jiwa; pada kelompok usia produktif (15-44
tahun) penduduk laki-laki berjumlah 724.549 jiwa dan perempuan berjumlah
751.075 jiwa. Kelompok umur usia lanjut (>65 tahun) dari jenis kelamin
perempuan menempati jumlah terbesar dibanding dengan usia laki-laki yaitu
74.239 jiwa sedangkan usia laki-laki sejumlah 59.373 jiwa.
5.2 Sumber Daya Kesehatan
5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan di Kota Surabaya pada
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya tahun 2016 No. Sarana kesehatan Jumlah 1. Rumah Sakit Umum 37 2. Rumah Sakit khusus 21 3. Balai pengobatan/klinik 187 4. Apotik 869 5. Laboratorium 199 6. Spesialis dasar 37 7. Puskesmas 63
5.2.2 Tenaga Kesehatan
Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan membutuhkan tenaga
kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Tenaga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
76
kesehatan yang ada di sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Surabaya
meliputi tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi), tenaga
perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga gizi, sanitasi, teknisi medis serta tenaga
kesehatan masyarakat. Persebaran tenaga kesehatan di 63 Puskesmas, Rumah
Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta sarana kesehatan lainnya.
Frekuensi tenaga kesehatan di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Surabaya
terlihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2016
No. Jenis Tenaga Jumlah 1. Medis 3.845 2. Keperawatan 5.192 3. Bidan 1.397 4. Kefarmasian 2.601 5. Gizi 187 6. Kesehatan masyarakat 269 7. Teknisi Medis 693 8. Analis medis 75 9. Fisioterapis 185
5.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing
varibel independen dan dependen. Untuk variabel dependen adalah kinerja
petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak (kualitas spesimen, ukuran
sediaan, kerataan sediaan, ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) sedangkan
variabel independen adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,
pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
77
5.3.1 Gambaran Umur Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berumur ≤40 tahun
lebih banyak dari pada responden yang berumur >40 tahun. Frekuensi umur
responden pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Umur Frekuensi Persentase (%)
≤40 tahun 40 80 >40 tahun 10 20 Total 50 100
5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden jenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki. Frekuensi jenis kelamin responden
pada penelitian ini terlihat pada Tabel. 5.4.
Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Perempuan 41 82 Laki-Laki 9 18 Total 50 100
5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan analis
kesehatan lebih banyak dari pada yang bukan berpendidikan analis kesehatan.
Frekuensi pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Analis Kesehatan 49 98 Bukan Analis Kesehatan 1 2 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
78
5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja
≤6 tahun lebih banyak dari pada yang memiliki masa kerja >6 tahun. Frekuensi
masa kerja pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
≤ 6 tahun 44 88 > 6 tahun 6 12 Total 50 100
5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang baik mengikuti
pelatihan lebih banyak dari pada responden yang baik dalam mengikuti pelatihan.
Frekuensi pelatihan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Frekuensi Persentase (%) Baik 18 36 Kurang Baik 32 64 Total 50 100
5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang merasa lingkungan
kerjanya nyaman lebih banyak dari pada yang tidak nyaman. Frekuensi
lingkungan kerja pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Lingkungan Kerja Frekuensi Persentase (%) Nyaman 32 64 Tidak Nyaman 18 36 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
79
5.3.7 Gambaran Motivasi Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki motivasi
tinggi sebagai petugas mikroskopis lebih banyak dari pada responden yang
memiliki motivasi rendah. Frekuensi motivasi responden dalam pembuatan
sediaan dahak pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Motivasi Frekuensi Persentase (%)
Motivasi Tinggi 33 66 Motivasi Rendah 17 34 Total 50 100
5.3.8 Gambaran Insentif Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapatkan
insentif lebih banyak dari pada yang mendapatkan insentif. Frekuensi insentif
yang diterima oleh petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Insentif Frekuensi Persentase (%)
Ya 12 24 Tidak 38 76 Total 50 100
5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki beban kerja
yang tidak sesuai lebih banyak dari pada yang sesuai. Frekuensi beban kerja
petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.11.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
80
Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Beban Kerja Frekuensi Persentase (%) Sesuai 17 34 Tidak Sesuai 33 66 Total 50 100
5.3.10 Gambaran Sikap Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap
mendukung lebih banyak dari pada yang tidak mendukung. Frekuensi sikap
petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Sikap Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 42 84 Tidak Mendukung 8 16 Total 50 100
5.3.11 Gambaran Supervisi Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menilai supervisi perlu
dilaksanakan dalam pembuatan sediaan dahak lebih banyak dari pada yang tidak
perlu. Frekuensi supervisi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Supervisi Frekuensi Persentase (%) Perlu 44 88 Tidak Perlu 6 12 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
81
5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum)
Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas spesimen kurang baik lebih
banyak dari pada kualitas spesimen yang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan
kualitas spesimen dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kualitas Spesimen Frekuensi Persentase (%) Baik 22 44 Kurang Baik 28 66 Total 50 100
5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa ukuran sediaan yang baik lebih banyak
dari pada ukuran sediaan yang kurang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan ukuran
sediaan dahak dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Ukuran Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 27 54 Kurang Baik 23 36 Total 50 100
5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa kerataan sediaan kurang baik lebih
banyak dari pada kerataan sediaan yang baik. Frekuensi kerataan sediaan dahak
terlihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kerataan Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 12 24 Kurang Baik 38 76 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
82
5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa ketebalan sediaan yang kurang baik
lebih banyak dari pada ketebalan sediaan dahak yang baik. Frekuensi ketebalan
sediaan dahak terlihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Ketebalan Sediaan Frekuensi Persentase (%) Baik 23 46 Kurang Baik 27 54 Total 50 100
5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan
Penelitian ini menunjukan bahwa kebersihaan sediaan dahak yang bersih
lebih banyak dari pada yang kotor. Frekuensi kebersihaan sediaan dahak dapat
dilihat pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kebersihan sediaan Frekuensi Persentase (%) Bersih 41 82 Kotor 9 18 Total 50 100
5.3.17 Gambaran Kinerja Petugas Laboratorium
Penelitian ini menunjukan bahwa kinerja petugas laboratorium kurang
baik lebih banyak dari pada yang baik. Frekuensi kinerja petugas laboratorium
dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 Kinerja Petugas Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 26 52 Baik 24 48 Total 50 100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
83
5.4 Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel menggunakan uji statistik chi-square.
5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada umur ≤40 tahun yaitu 52,5% dibandingkan pada
umur >40 tahun yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh umur terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.20 Distribusi Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Umur Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Umur ≤40 tahun 21 52,5 19 47,5 40 100,0 Umur >40 Tahun 5 50,0 5 50,0 10 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.20 diperoleh nilai p value =
0,887 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh umur terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur tidak menjadi variabel kandidat
yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 66,7% dibandingkan
pada jenis kelamin perempuan yaitu 48,8 %. Distribusi pengaruh jenis kelamin
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
84
terhadap kinerja responden di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.21.
Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Jenis Kelamin Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laki-Laki 6 66,7 3 33,3 9 100,0 Perempuan 20 48,8 21 51,2 41 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.21 diperoleh nilai p value =
0,331 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada pendidikan yang bukan analis kesehatan yaitu
100,0% dibandingkan pada responden yang berpendidikan analis kesehatan yaitu
51,0%. Distribusi pengaruh pendidikan responden terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya
tahun 2016 dilihat pada Tabel 5.22
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
85
Tabel 5.22 Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Pendidikan Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Bukan Analis 1 100,0 0 0 1 100,0 Analis 25 51,0 24 49,0 49 100,0 Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.22 diperoleh nilai p value =
0,332 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh pendidikan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
kurang baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun
yaitu 54,0% dibandingkan masa kerja >6 tahun yaitu 33,0%. Distribusi pengaruh
masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 24 54,0 20 46,0 44 100,0 >6 Tahun 2 33,0 4 67,0 6 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.23 diperoleh nilai p value =
0,329 sehingga secara statistik tidak signifikan ( p> 0,05) artinya tidak terdapat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
86
pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel masa kerja tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu
56,8% dibandingkan masa kerja ≤6 tahun yaitu 50,0%. Distribusi kualitas
spesimen berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota
Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kualitas Spesimen
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 3 50,0 3 50,0 6 100,0 >6 Tahun 25 56,8 19 43,2 44 100,0
Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.24 diperoleh nilai p value =
0,752. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.
5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik lebih
banyak pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun yaitu 83,3%
dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu 40,9%.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
87
Distribusi ukuran sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium
tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Ukuran Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 5 83,3 1 16,7 6 100,0 >6 Tahun 18 40,9 26 59,1 44 100,0
Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.25 diperoleh nilai p value =
0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak mempengaruhi ukuran sediaan.
5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kerataan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 yaitu 77,3%
dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja ≤6 tahun yaitu 66,7%.
Distribusi kerataan sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium
tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.26.
Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kerataan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 4 66,7 2 33,3 6 100,0 >6 Tahun 34 77,3 10 22,7 44 100,0
Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
88
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.26 diperoleh nilai p value =
0,568. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.
5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden dengan masa kerja >6 tahun yaitu 59,1%
dibandingkan pada masa kerja ≤6 tahun yaitu 16,7%. Distribusi ketebalan sediaan
berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dilihat pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Ketebalan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0 >6 Tahun 26 59,1 18 40,9 44 100,0
Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.27 diperoleh nilai p value =
0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak mempengaruhi ketebalan sediaan
5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan yang bersih
lebih banyak pada masa kerja ≤6 tahun yaitu 83,3% dibandingkan masa kerja >6
tahun yaitu 81,8%. Distribusi kebersihan sediaan berdasarkan masa kerja petugas
laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.28.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
89
Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Masa Kerja Kebersihan Sediaan
Kotor Bersih Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
≤6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0 >6 Tahun 8 18,2 36 81,8 44 100,0
Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.28 diperoleh nilai p value =
0,928. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.
Hasil akhir kinerja (kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan,
ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) berdasarkan masa kerja petugas
laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 pada tabel 5.29.
Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) berdasarkan Masa Kerja Petugas Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value 1. Kualitas spesimen 0,752 2. Ukuran sediaan 0,050 3. Kerataan sediaan 0,568 4. Ketebalan sediaan 0,050 5. Kebersihan sediaan 0,928
5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis Dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti kegiatan pelatihan baik yaitu 50,0%
dibandingkan pada resonden yang mengikuti kegiatan pelatihan kurang baik yaitu
40,0%. Distribusi pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
90
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada
Tabel 5.30.
Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 35,7 17 40,0 32 100,0 Baik 9 50,0 9 50,0 18 100,0 Total 24 48,0 26 52,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.30 diperoleh nilai p value =
0,832 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.10.1 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang
baik lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu
68,8% dibandingkan yang mengikuti pelatihan baik yaitu 33,3%. Distribusi
kualitas spesimen berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di
Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.31.
Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kualitas Spesimen
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0 Baik 6 33,3 12 66,7 18 100,0 Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
91
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.31 diperoleh nilai p value =
0,015. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.
5.4.10.2 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 56,6%
dibandingkan yang kurang baik baik yaitu 40,6%. Distribusi ukuran sediaan
berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 5.32.
Tabel 5.32 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Ukuran Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 13 40,6 19 59,4 32 100,0 Baik 10 56,6 8 44,4 18 100,0 Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.32 diperoleh nilai p value =
0,309. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ukuran sediaan.
5.4.10.3 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kertaan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9%
dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 68,8%. Distribusi
kerataan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota
Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.33.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
92
Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kerataan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0 Baik 16 88,9 2 11,1 18 100,0 Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.33 diperoleh nilai p value =
0,109. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.
5.4.10.4 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik
lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 66,7%
dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 46,9%. Distribusi
ketebalan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di
Kota Surabaya tahun 2016 dilihat pada tabel 5.34.
Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Ketebalan Sediaan
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 46,9 17 53,1 32 100,0 Baik 12 66,7 6 33,3 18 100,0 Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.34 diperoleh nilai p value =
0,179. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ketebalan sediaan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
93
5.4.10.5 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan bersih lebih
banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9% dibandingkan
yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 78,1%. Distribusi kebersihan sediaan
berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 5.35.
Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Kebersihan Sediaan
Kotor Bersih Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 7 21,9 25 78,1 32 100,0 Baik 2 11,1 16 88,9 18 100,0 Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.35 diperoleh nilai p value =
0,342. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.
Hasil akhir kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan, ketebalan
sediaan dan kebersihan sediaan berdasarkan pelatihan terdapat pada Tabel 5.36
Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) berdasarkan Pelatihan Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value 1. Kualitas spesimen 0,015 2. Ukuran sediaan 0,309 3. Kerataan sediaan 0,109 4. Ketebalan sediaan 0,179 5. Kebersihan sediaan 0,432
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
94
5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
kurang baik lebih banyak pada responden yang merasa lingkungan kerja kurang
nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh
lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.37.
Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Lingkungan Kerja Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Nyaman 15 83,3 3 16,7 18 100,0 Nyaman 11 33,3 21 63,7 33 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.37 diperoleh nilai p value =
0,001 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja menjadi variabel
kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki motivasi tinggi yaitu 60,6%
dibandingkan pada motivasi rendah yaitu 23,5%. merasa lingkungan kerja kurang
nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh
motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
95
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.38.
Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Motivasi Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Motivasi Rendah 13 76,5 4 23,5 17 100,0 Motivasi Tinggi 13 39,4 20 60,6 33 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.38 diperoleh nilai p value =
0,013 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel motivasi menjadi variabel kandidat yang
akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang diberikan insentif yaitu 83,3%
dibandingkan yang tidak diberikan insentif yaitu 36,9%. Distribusi pengaruh
insintif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.39.
Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Insentif Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak 24 63,1 14 36,9 38 100,0 Ya 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
96
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.39 diperoleh nilai p value =
0,005 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
insentif terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel insentif menjadi variabel kandidat yang akan
dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
yang baik lebih banyak pada responden yang beban kerja yang sesuai yaitu 76,5%
dibandingkan yang kurang kerja tidak sesuai yaitu 66,7%. Distribusi pengaruh
beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.40.
Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Beban Kerja Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Sesuai 11 33,3 22 66,7 33 100,0 Sesuai 4 24,5 13 76,5 17 100,0 Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.40 diperoleh nilai p value =
0,004 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan
dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beban kerja menjadi variabel
kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
97
5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang
baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap mendukung yaitu 52,4%
dibandingkan yang memiliki sifat yang tidak mendukung yaitu 25,0%. Distribusi
pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel
5.41.
Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Sikap Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Mendukung 6 75,0 2 25,0 8 100,0 Mendukung 20 47,6 22 52,4 42 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0 Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.41 diperoleh nilai p value =
0,155 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh
sikap terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel sikap menjadi variabel kandidat yang akan
dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).
5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium
kurang baik pada responden yang menyatakan perlu dan tidak perlu supervisi
sama yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
98
tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.42
Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Supervisi Kinerja Petugas
Kurang Baik Baik Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Perlu 4 50,0 4 50,0 6 100,0 Perlu 22 50,0 22 50,0 44 100,0 Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.42 diperoleh nilai p value =
0,443 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat
pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel supervisi tidak menjadi
variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).
5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel
Adapun rangkuman hasil uji Chi-square pada penelitian ini dapat terlihat
pada tabel 5.43.
Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square (Analisis Bivariabel) variabel penelitian terhadap Kinerja Petugas Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value Kesimpulan 1. Umur 0,443 Bukan kandidat 2. Jenis kelamin 0,887 Bukan kandidat 3. Pendidikan 0,332 Bukan kandidat 4. Masa kerja 0,329 Bukan kandidat 5. Pelatihan 0,832 Bukan kandidat 6. Lingkungan kerja 0,001 Kandidat 7. Motivasi 0,013 Kandidat 8. Insentif 0,005 Kandidat 9. Beban kerja 0,004 Kandidat 10. Sikap 0,155 Kandidat 11. Supervisi 0,443 Bukan kandidat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
99
Tabel 5.43 menunjukkan bahwa variabel yang akan dimasukkan dalam uji
regresi logistik ganda adalah lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja dan
sikap.
5.4 Analisis Multivariabel
Berdasarkan hasil regresi logistik sederhana diperoleh variabel yang
memenihi syarat untuk masuk analisis multivariabel adalah lingkungan kerja,
motivasi, insentif, beban kerja dan sikap. Sedangkan variabel yang tidak masuk
dalam analisis multivariabel adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,
pelatihan dan supervisi.
Tabel 5.44 Hasil Analisis Multivariabel Uji Regresi Logistik Ganda
No. Variabel Kategori β p OR 95% CI Lower Upper
1. Lingkungan Kerja Nyaman Tidak Nyaman
2,274
0,001
Pembanding 9,720
1,703
55,492
2. Insentif Ya Tidak
2,340
0,024
Pembanding 10,379
1,364
78,490
3. Beban Kerja Sesuai Tidak Sesuai
1,530
0,054
Pembanding 4,640
0,976
21,868
Constant -4,076 0,000 0,030 Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada tabel 5.44 diketahui bahwa
lingkungan kerja dan beban kerja dan insentif merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
100
BAB 6
PEMBAHASAN
Kinerja tenaga kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk
dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kesehatan.
Kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja personel (Ilyas, 1999). Pembahasan dalam penelitian ini mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan dan berdasarkan hasil analisis penelitian.
Pembahasan hasil penelitian ini disusun berdasarkan variabel yang diteliti
meliputi variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, lingkungan
kerja, pelatihan, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi) dan variabel
terikat (kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak) sebagai berikut:
6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Menurut Sastrohardiwiryo (2003) untuk menghindari rendahnya
produktifitas umur dari pekerja tersebut haruslah dipertimbangkan. Dikarenakan
perkerjaan seseorang dipengaruhi oleh umur, yang berpengaruh terhadap kondisi
fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Deva (2005)
klasifikasi umur dibagi dua yaitu umur dibawah 40 tahun dan diatas atau sama
dengan 40 tahun, karena pada kedua umur tersebut orang dengan produktivitas
tinggi atau sebaliknya.
100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
101
Variabel umur tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam
pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh
petugas laboratorium tuberkulosis di setiap Puskesmas baik semua mengikuti
kegiatan pelatihan sehingga baik petugas laborotorium tuberkulosis yang lama
maupun baru memiliki keahlian yang sama dalam melakukan pemeriksaan
sediaan dahak. Selain itu hal ini terjadi kemungkinan disebabkan sebaran data
yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab
hipotesis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh War (1994) menyatakan
bahwa usia tidak berpengaruh dengan kinerja, dikarenakan setiap kategori usia
memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing maka dibutuhkan pengaturan
kerja oleh kepala puskesmas agar kinerja lebih baik.
Hal ini tidak sejalan pada penelitian Sastrohardiwiryo (2003) yang
menyatakan bahwa produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena
menyangkut perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan
pengalaman maupun perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga
nampak dalam aktifitas sehari hari. Hal senada juga pada penelitian Robbins
(2003) bahwa usia berpengaruh pada tingkat produktivitas terutama dikaitkan
dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan dan kekuatan individu.
6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Menurut Depnaker (1993) bahwa jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi
kemampuan fisik dan kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat
pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan dalam lingkungan kerja. Variabel
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
102
jenis kelamin tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan
sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh distribusi
responden yang berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang tidak merata pada
penelitian ini, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab pertanyaan
hipotesis.
Muchlas (1997) mengatakan bahwa dalam berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
produktivitas maupun kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan Perbedaan jenis
kelamin hanyalah perbedaan fisik dan psikologis. Hal yang sama juga di
ungkapkan oleh Sulistyiorini (2010) dalam hasil penelitian tentang faktor yang
mempengaruhi kenerja petugas laboratorium dalam pemeriksaan tuberkulosis di
Bantul.
6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Dalam bekerja individu memerlukan ketrampilan dan kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaaannya dengan baik dan efisien. Keterampilan dan
kemampuan ini dapat diperoleh dengan pendidikan formal dalam bentuk
pendidikan terlembaga maupun informal dalam bentuk bimbingan dalam bekerja.
Keterampilan dan kemampuan petugas puskesmas tidak ditentukan oleh
pendidikan terlembaga saja, tetapi memerlukan pendidikan informal seperti
pelatihan P2 TB strategi DOTS atau bimbingan kerja di lapangan.
Berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,
petugas laboratorium adalah seorang yang berpendidikan analis kesehatan. Analis
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
103
Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya.
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-
faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat
(Patelki, 2012).
Variabel pendidikan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016
disebabkan hampir semua responden berpendidikan analis kesehatan, hal ini
memenuhi standar kualifikasi tenaga laboratorium berpendidikan analis kesehatan
(Kepmenkes, 2001). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Arif
(2007) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan dengan
kinerja petugas mikroskopis malaria dalam pemeriksaan sediaan darah di Ogan
Komering Ulu. Namun Penelitian yang di lakukan oleh Pakpahan (2013)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi kinerja yang dihasilkan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
104
6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya Tahun 2016
Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana
pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan
kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap
mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan. Banyak
pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula keterampilan yang pernah
diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya diri dan akan mempunyai
sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan, sehingga kualitas kinerja
akan lebih baik.
Variabel masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini disebabkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis baik yang sudah
lama bekerja sebagai laboran maupun belum lama, semua diikutsertakan dalam
kegiatan pelatihan mikroskopis dalam pembuatan sediaan dahak. Sehingga
memiliki pemahaman dan keterampilan yang sama. Selain itu kemungkinan hal
ini terjadi karena sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Supardi (2004) di
Kabupaten Kendal yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh masa kerja
terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam penemuan kasus suspek
penderita tuberkulosis.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
105
Penelitian yang dilakukan oleh Rye dkk (2009) di Kota Palu provinsi
Sulawesi Tengah juga menyatakan hal yang sama bahwa tidak terdapat pengaruh
masa kerja terhadap penemuan kasus tuberkulosis. Pada penelitian Arianti (2005)
di Kabupaten Buleleng juga sejalan. Hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2011) yang menyebutkan bahwa tidak
ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja petugas, petugas dengan masa
kerja baru atau lama memberikan kontribusi yang sama bagi keberhasilan
program P2TB di Kota Pekalongan. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khoirudin (2013) yang menyebutkan bahwa lama nya masa kerja
tidak berpengeruh secara statistika antara masa kerja dengan kinerja tenaga
kesehatan dalam upaya peningkatan penemuan suspek TB paru di Kediri.
6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Kemapaman pegawai dalam bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi/instansi dipengaruhi oleh berbagai faktor secara internal, salah satunya
adalah melalui pelatihan, dimana melalui program tersebut diharapkan
organisasi/instansi dapat mempertahankan pegawai yang berpotensi dan
berkualitas. Pelatihan (training) merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan
dan keahlian seseorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
Dengan adanya peningkatan keahlian, pengetahuan, wawasan, dan sikap
karyawan pada tugas-tugasnya melalui program pelatihan yang sudah
dilaksanakan dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja pegawai organisasi
tersebut (Pakpahan dkk, 2013).
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
106
Menurut Sastrohadiwiryo (2003) pelatihan kerja diselenggarakan dan
diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
atau keahlian kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program
pelatihan yang mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang
pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja yang
merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan kemampuanya
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah.
Variabel pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu hal ini terjadi karena semua petugas
laboratorium tuberkulosis semua diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan dalam
pembuatan sediaan dahak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dkk
(2009) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pelatihan dan kinerja petugas TB di Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian yang
dilakukan oleh Devisa (2010) di Kabupaten Bengkulu menyatakan hal yang sama
bahwa tidak terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas mikroskopis TB
paru di Puskesmas.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
107
6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di
dalam karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan
kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan
motivasi karyawan untuk bekerja, maka dapat membawa pengaruh terhadap
semangat kerja karyawan. Pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan. Disini yang dimaksud dengan lingkungan kerja
adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja ada
dua macam yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
(Rahmawanti dkk, 2014).
Menurut Sedamaryanti (2001) lingkungan kerja fisik merupakan semua
keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan
lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan
sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.Terciptanya lingkungan
kerja yang nyaman, aman dan menyenangkan merupakan salah satu cara
perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja para karyawan.
Variabel lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
108
ini dikarenakan pada saat penelitian banyak Puskesmas yang berada di Kota
Surabaya melakukan kegiatan renovasi sehingga tempat melakukan pemeriksaan
sediaan dahak sempit dan kurang nyaman.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati dkk (2014) di Malang
menyatakan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas. Menurut
Sutrisno (2010) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana
dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedamg melalukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini
meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan,
pencahayaan, dan dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sukmawati
(2008) yang menyebutkan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Keberadaan sarana dalam organisasi merupakan hal yang pokok sekaligus
modal untuk berfungsinya suatu organisasai. Alat kerja yang canggih disertai
dengan pelatihan penggunaannya secara lengkap dan sempurna akan banyak
berpengaruh terhadap produktifitas kerja dan kualitas kerja. Menurut Lewa dan
Subono (2005) bahwa lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat
tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungan. Lingkungan
kerja yang menyenangkan dapat membuat para karyawan merasa betah dalam
menyelesaikan pekerjaannya serta mampu mencapai suatu hasil yang optimal.
Sebaliknya apabila kondisi lingkungan kerja tersebut tidak memadai akan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
109
menimbulkan dampak negatif dalam penurunan tingkat produktifitas kinerja
karyawan.
6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016 Motivasi seseorang tersebut memberikan dorongan atau semangat untuk
bekerja guna memenuhi kebutuhan. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai
inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena
motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka
keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu
untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan.
Motivasi dapat sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara
optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan
dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan
kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai
seseorang dapat sebagai alasan seseorang untuk berperilaku guna mencapai
tujuan, dalam hal ini adalah kinerja seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia sesuai dengan hirarki Maslow.
Menurut Stoner (1982) motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan dan
yang mendukung tidakan atau perilaku seseorang yang merupakan hasil sejumlah
proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
110
Variabel motivasi mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan
oleh hampir semua responden memiliki motivasi yang tinggi dalam pembuatan
sediaan dahak. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Suardiana (2006) yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi petugas kesehatan
terhadap kinerja nya dalam menemukan kasus pneumonia di Kabupaten Bangli.
Namun hasil ini berbeda dengan Melayu (2003) dan As’at (2004) yang
menyatakan motivasi berkaitan erat dengan kinerja.
Gibson dkk (1996) mengatakan bahwa motivasi sebagai semua kondisi
yang memberikan dorongan dari dalam seseorang yang digambarkan sebagai
keinginan, kemauan, dorongan atau keadaan dalam diri seseorang yang
mengaktifkan atau menggerakkan. Dengan motivasi yang tepat diharapkan setiap
petugas mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi.
6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 Menurut Sunyoto (2012) menyatakan kompensasi merupakan suatu jaringan
berbagai subproses untuk memebrikan balas jasa kepada karyawan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tingkat
prestasi yang diinginkan. Hasibuan (2009) mengatakan bahwa kompensasi adalah
semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
111
kompensasi dengan kinerja. Dengan kompensasi kepada pekerja diberikan
penghargaan berdasarkan kinerja dan berdasarkan senioritas atau jumlah jam kerja
(Wibowo, 2007).
Variabel insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hasil ini sesuai
dengan Stoner (2000) yang menyatakan bahwa insentif atau imbalan yang
diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan
berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan
ekonomi sekarang maupun yang akan datang, jika kebutuhan pokok terpenuhi
maka seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Akhmadi (2011) yang menilai
kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatan TB di Makassar menunjukkan
bahwa insentif untuk meningkatkan organisasi perawatan dan praktik manajemen,
dapat berkontribusi terhadap kinerja yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan
dalam pengobatan TB. Dalam penelitian tersebut, pentingnya kompensasi bagi
petugas TB. Hal ini ditunjukkan dimana insentif yang diberikan dapat mendorong
pada kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatanTB. Hal yang sama juga
dihasilkan pada penelitian Widyatmini dan Hakim (2009) menunjukkan bahwa
insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja PNS. Tambahan
penghasilan dan apresiasi kinerja yang diberikan oleh pemerintah diharapkan
dapat meningkatkan semangat kerja.
Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun
nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
112
untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi
produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.
Hubungan antara kompensasi dengan kinerja adalah positif, artinya semakin
baik kompensasi yang diterima oleh pegawai, maka kinerja pegawai juga semakin
baik. Semakin tinggi kompetensi seorang pegawai maka akan berpengaruh
meningkatkan kinerja pegawai dan semakin baik kompensasi yang diberikan
kepada para pegawai maka mereka akan lebih semangat lagi dalam melakukan
pekerjaan dan menghasilkan kinerja yang baik juga. Begitu juga dengan
kepemimpinan, semakin baik kepemimpinan maka akan berpengaruh
meningkatkan kinerja pegawai.
Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Kompensasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompensasi yang
akan diberikan kepada para pegawai harus sesuai dengan kinerja yang mereka
hasilkan agar mereka bisa termotivasi dan bisa lebih semangat lagi dalam bekerja.
Hal ini harus lebih ditingkatkan lagi agar kinerja karyawan tidak akan menurun
melainkan bisa lebih meningkat lagi.
Mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yang ada untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yaitu ditunjang dengan beberapa
faktor seperti keahlian dalam bekerja, keahlian seseorang dalam bekerja harus
terus-menerus ditingkatkan, peningkatan keahlian seorang pegawai dapat dilihat
dari pengalaman-pengalaman mereka dalam bekerja. Dengan hasil pekerjaan yang
mereka lakukan sesuai dengan keahlian maka kompensasi yang diberikan kepada
mereka juga sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Dengan itu juga mereka
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
113
akan termotivasi dalam bekerja dan mereka bisa mendapatkan prestasi kerja
sesuai apa yang diharapkan (Dharma, 2008).
6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang
tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk mengkerjakan
suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari pengukuran kinerja adalah
pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan waktu tertentu. Tingkat beban
kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang telah dipakai untuk mengerjakan
suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia hanya memiliki kapasitas energi yang
terbatas, sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas
dalam waktu yang sama maka akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas
itu guna memperebutkan energi yang terbatas (Sugianto, 1993).
Variabel beban kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya tenaga laboratorium sehingga semua pemeriksaan
(darah, urin, feses) dikerjakan sendiri tanpa bantuan petugas lain, Selain itu
tingginya angka kunjungan pasien sehinnga menambah beban kerja petugas
laboratorium. Selain karena kurangnya tenaga laboratorium beratnya beban kerja
yang dirasakan oleh responden juga disebabkan pada saat dilakukannya penelitian
ini sebagian besar petugas laboratorium juga sedang melakukan pemeriksaan
General Check up. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ilyas (2001) yang
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
114
menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berat dapat menurunkan kinerja
karyawan.
6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Robbins (2003) menyebutkan bahwa sikap itu penting karena
mempengaruhi perilaku, sedangkan perilaku berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas karyawan. Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat
atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,
sehat sakit dan faktor yang terkait dengan faktor resiko kesehatan.
Variabel sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
Dikarenakan hampir semua responden bersikap mendukung dalam pemeriksaan
dahak dikarenakan responden berpendapat pembuatan sediaan dahak adalah tugas
dan kompetensi seorang analis kesehatan yang bertugas di Puskesmas. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawati dkk (2014) di Pekalongan
yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh sikap terhadap kinerja petugas
laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak penderita tuberkulosis.
6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016
Sedarmayanti (2007) supervisi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja, dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan
evaluasi kerja yang rutin dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
petugas dan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
115
secara langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah observasi,
bantuan tekhnis, diskusi bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari
solusi pemecahan masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran
perbaikan.
Variabel supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal
ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak
sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu supervisi yang dilakukan tidak
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2012)
yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas tentang supervisi
dengan kinerja petugas puskesmas dalam pengelolaan pengobatan TB mangkir di
Kota Pekalongan. Begitu pula dengan Ilyas (2002) menyatakan bahwa supervisi
merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi positif.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
116
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan) tidak
mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan
sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
2. Masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
3. Pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
4. Lingkungan kerja tidak nyaman mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
5. Motivasi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
6. Insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.
116
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
117
7. Beban kerja tidak sesuai mempengaruhi kinerja petugas laboratorium
tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota
Surabaya tahun 2016.
8. Sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam
pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
9. Supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis
dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun
2016.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya
1. Diharapkan adanyan pengembangan lingkungan fisik laboratorium agar
terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dalam pembuatan sediaan dahak.
2. Pemberian insentif kepada petugas laboratorium dimana dapat mendorong
kinerja yang baik dalam pembuatan sediaan dahak.
3. Penambahan petugas laboratorium untuk mengurangi beban kerja di
laboratorium setiap puskesmas.
4. Memberikan pelatihan kepada petugas laboratorium tentang kualitas
spesimen, ketebalan sediaan dan kerataan sediaan dahak yang baik.
7.2.2 Bagi Petugas Laboratorium
1. Meningkatkan kualitas spesimen berupa dahak
2. Meningkatkan kerataan sedian dan ketebalan sediaan dahak
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
118
7.2.3 Peneliti Selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian dengan metode dan teori yang berbeda
serta penambahan variabel lain.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
119
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad B. (2006). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Petugas Laboratorium dalam Penemuan Kasus TB paru di Puskesmas Kerinci, Tesis, Pascasarjana Unand.
Arikunto S. (2003). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Edisi Revisi V. Jakarta:
Rineka Cipta. As’sad M. (2004). Psikologi Industri, Edisi 9, Yogyakarta. Azwar A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta: Gerdunas TB Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2011). Rencana Aksi Nasional Penguatan
Laboratorium Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional Pengendalian TB di
Indonesia. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI. Dharma P. (2008). Pengaruh Kepemimpinan dan KompensasiTerhadap Semangat
Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan Pada PT.United Indo Bali, Jurnal JAB.
Dian A.L. (2011). Hubungan Kinerja Petugas Dengan Case Detection Rate di
Puskesmas Kota Makasar, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2014). Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun
2014. Kota Surabaya.
119
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
120
Erlien T.H. (2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
Gibson J.L., Ivancevich J.H., Donnelly J.R. (1996). Organizations:behavior,
stucture, proses, Eight Edition, Illiois Ricard D. Irwan inc. Guilbert J.J. (1977). Educational Hand Book for Health Personal. WHO.
Terjemahan W.F Maramis. Gomes,F.C.,(1997). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Hariadi E., Iswanto., Ahmad R.A. (2009). Hubungan Faktor Petugas Puskesmas
dengan Cakupan Penderita Tuberculosis Paru BTA Positif. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol 25, no 4.
Hasibuan P.S. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
PT.Bumi Aksara. Ilyas Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Irianto K. (2002). Mengguak dunia mikro Organisme. Bandung: Sarana Mandiri
Prestasi. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman jejaring dan pemantapan mutu
pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis.Ditjen Bina dan Upaya Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Khoiruddin A. (2013). Jurnal . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga
Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Penemuan Suspek TB Paru di Kediri. Jurnal Ilmu Menajemen, Vol 5, no 3.
Kurniawati I. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas
Puskesmas dalam Pengelolaan pasien TB Paru Mangkir di Pekalongan. Universitas Dipenegoro semarang, Jurnal JITK, Vol 5, no 1.
Kurniati., Rhina W. (2003). Menghitung Kebutuhan Tenaga Analis Laboratorium
di Sub Unit Penyakit Infeksi Instalasi Patologi Klinik RS Dr. Sardjito, Laporan Manajemen, Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lemeshow S., David W.H., Jennelle K., Stephen K.L. (1997). Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
121
Lewa., Subono (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Lubis K.A. (2008). Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT.Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. Tesis, Universitas Sumatra Utara.
Mangkunegara A.A., Anwar P. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama. Malayu H.H. (2003). Produktitivas dan motivasi. Jakarta: Fajar Utama. Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Misnadiarly. (2006). Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik. Jakarta: Dian
Rakyat. Murti B. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Notoatmojo S. (2003). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Payaman J. (2011). Menajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: Lembaga penerbit
Fakultas ekonomi UI. Praditya P. (2010). Menajemen Mutu laboratorium TB pada Puskesmas Rujukan
Mikroskopis dan Pelaksana Mandiri di Kabupaten Situbondo. Fakultas kesehatan Universitas Jember.
Siswidiyanto., Sukanto (2013). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap
Kinerja Pegawai. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 2 no 1 hal 116-121.
Program Pasca Sarjana. (2004). Pedoman penulisan tesis dan desertasi, program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Purwanti S. (2010). Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas, Supervisi,
Dan Motivasi Terhadap Kinerja Petugas Pelaksana Pelayanan Rogram Mtbs (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Di Kabupaten Banyumas.
Rindjaswati. (2001). Karakteristik Petugas Laboratorium Tb Paru di Puskesmas
Rujukan Mikroskopis Kota Surakarta, Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
122
Rahmawanti., Bambang S.A.P. (2014). Pengaruh lingkungan kerja terhadap karyawan, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 8 no 2.
Robbins S.P. (2003). Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Indeks. Rye A., Yusrizal D.S., Hadiwijoyo Y. (2009). Faktor yang Mempengaruhi
Penemuan Penderita TB paru di Kota Palu. Berita kedokteran Masyarakat, Vol 25, no 2.
Sedarmayanti. (2009). Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar
Maju. Seodarto. (2009). Penyakit menular di Indonesia. Segung Seto: Surabaya. Somantri I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Simamora H. (2004). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN. Stoner J.A.F. (1982). Menagement: two edition, Prentice-Hall international Inc
Englewood Cliff, New York. Suardiana. (2006). Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan
dalam diagnosis pneumonia pada balita pada sistem survailens pneumonia dikabupaten Bangli tahun 2006. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukmawati. (2008). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan fisik, dan konpensasi
terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina Pekalongan. Tesis. Universitas Dipenegoro.
Sunyoto D. (2012). Teori, Kuesioner, dan Anlisis Data Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: CAPS. Suparyanto. (2005). Upaya peningkatan penemuan suspek TB paru melalui
analisis kinerja tenaga kesehatan puskesmas, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Sutanto P.H. (2013). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sutrisno E. (2010). Menajemen Sumber Daya Manusia Edisi I. Cetakan kedua.
Jakarta: Prenda Media Grup.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
123
Sutrisno. (2010). Analisis Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas tuberkulosis puskesmas di kabupaten jember. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
Warr P. (1994). A conceptualframework for the study of work and mental health,
Work and stress. WHO. (2014). Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB). (Sitasi 02 Maret
2016). WHO. (2015). Global Tiberculosis Report Editon. Geneva: WHO Press. Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Prasada. Widoyono. (2011). Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
124
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rosdiyanti, SST Nim : 101414553022 Status : Mahasiswa Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Airlangga Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016” Penelitian ini melibatkan 50 orang petugas laboratorium tuberkulosis sebagai responden. Bacalah informasi ini baik baik sebelum memutuskan untuk ikut dalam penelitian ini. Apabila belum mengerti atau belum jelas mengenai informasi ini, janganlah ragu untuk bertanya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini hanya berupa wawancara dan observasi cara kerja responden dalam pembuatan sediaan dahak. Wawancara akan dilakukan di laboratorium, Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 jam untuk setiap responden. Manfaat Sebagai evaluasi kerja bagi responden dalam pembuatan sediaan dahak di kota Surabaya. Bahaya potensial Penelitian ini tidak mengakibatkan bahaya terhadap responden dikarenakan tidak ada perlakuan, namun hanya dilakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terkait penelitian. Kerahasiaan Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab peneliti. Hak untuk mengundurkan diri Responden ikut dalam penelitian ini atas dasar suka rela, Tidak ada paksaan sehingga responden berhak untuk ikut atau tidak ikut serta. Insentif untuk Responden Responden yang ikut dalam penelitian ini tidak mendapatkan insentif berupa uang, namun peneliti akan memberikan souvenir berupa flashdisk. Kontak yang dapat dihubungi Nama : Rosdiyanti Alamat : Jl. Mulyorejo Utara No 149, Surabaya No HP : 081231436777 e-mail : rosdiyanti1@gmail.com
Lampiran 1
124
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
125
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Unit Kerja :
Telah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas mengenai :
1. Judul penelitian
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek penelitian
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya potensial yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dalam prosedur penelitian mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu, maka saya nyatakan bersedia/tidak bersedia* ikut serta sebagai responden
dalam penelitian yang berjudul “Analisis faktor yang mempengaruhi Kinerja Petugas
Laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016”.
Demikin pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya, 2016
Responden
( )
Peneliti
(Rosdiyanti, S.ST)
* Coret salah satu
Saksi
( )
Lampiran 2
125
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
126
PANDUAN OBSERVASI
PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN DAHAK OLEH PETUGAS LABORATORIUM
DI KOTA SURABAYA
BIODATA RESPONDEN
Nama
Umur ...... Tahun
Jenis Kelamin 1. Pria 2. Wanita
Pendidikan 1. Analis Kes 2. Non Analis Kes
Lama masa kerja ......Tahun
PETUNJUK PENGISIAN OBSERVASI
Peneliti memberi tanda check list (√ ) sesuai data obyektif yang dilakukan oleh responden.
Ya : 2
Tidak : 1
No. Pernyataan Ya Tidak
A. Kualitas spesimen (Sputum)
Dahak yang diperiksa mukopurulen/ kental kuning kehijauan.
B. Ukuran sediaan
Sediaan apusan dahak 2x3cm
C Kerataan sediaan
Apusan dahak terlihat merata, tidak terlihat daerah yang
kosong pada kaca objek
D Ketebalan sediaan
Sediaan apusan dahak yang belum dicat diletakan diatas surat
kabar, atau tulisan cetakan. Ketebalan sediaan apus dianggap
baik bila hurup hurup tulisannya masih dapat terbaca
E Kebersihan sediaan
Tidak terdapat kotoran,atau sisa tisue pada sediaan.
Lampiran 3
126
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
127
1. Pernyataan Mengukur lingkungan kerja fisik
No Pernyataan Ya Tidak
1 Ruang kerja laboratorium memiliki
ventilasi
2 Di laboratorium terdapat kran air
yang mengalir.
3 Ruang laboratorium tidak sempit
4 Pencahayaan di laboratorium cukup
5 Tersedia ruangan khusus
laboratorium untuk pembuatan
sediaan dahak
6. Tersedia ruangan khusus tempat
pasien mengeluarkan dahak dan
SOP pengumpulan dahak
7 Sirkulasi udara baik
2. Pernyataan untuk mengukur pelatihan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya pernah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB
2 Saya sudah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB >3kali dalam 3
tahun terakhir
3 Pelatihan mikroskopis TB sangat
berguna untuk menambah
keterampilan saya dalam
pembuatan sediaan
4 Pelatihan mikroskopis TB
dilakukan 2 kali dalam 1 tahun
5 Pelatihan hanya dilakukan bila
kinerja dalam pembuatan sediaan
jelek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
128
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk pengisian :
Pilih salah satu jawaban menurut keyakinan saudara/i yang sesuai dengan situasi dan kondisi
saat ini, dengan cara memberi tanda silang (√ ) pada kolom yang sesuai untuk pertanyaan
berikut :
Keterangan
Skor 4 : Bila responden menjawab “sangat setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 3 : Bila responden menjawab “setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 2 : Bila responden menjawab “tidak setuju” pada daftar pertanyaan
Skor 1 : Bila responden menjawab “sangat tidak setuju” pada daftar pertanyaan
3. Pernyataan untuk mengukur motivasi
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya selalu menjelaskan cara
mengeluarkan spesimen yang
baik kepada pasien
2 Saya berusaha membuat sediaan
yang rata dan tidak ada bagian
yang kosong
3 Sediaan yang saya buat tidak
pernah tebal
4 Saya membuat sediaan dengan
ukuran besar
5 Saya menjaga kebersihan kaca
sediaan sebelum digunakan
6 Saya merasa senang jika sediaan
yang dibuat baik
Lampiran 4
128
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
129
7 Saya merasa ilmu saya
bermanfaat dalam melakukan
pembuatan sediaan apusan
dahak
8
Saya mengerjakan tugas saya
sebagai mikroskopis TB dengan
baik dan benar
9 Saya merasa tenang bekerja
sebagai petugas laboratoriun TB
10 Pekerjaan membuat sediaan
apusan dahak masuk kedalam
penilaian prestasi kerja
4. Pernyataan Mengukur Imbalan/insentif
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya merasa puas dengan insentif
yang diberikan dari pembuatan
sediaan dahak
2 Pembagian insentif dari pembuatan
sediaan sesuai dengan keputusan
atasan
3 Pemberian insentif memotivasi
saya dalam pembuatan sediaan
dahak
4 Insentif yang diberikan sesuai
dengan risiko pekerjaan saya dalam
pembuatan sediaan dahak
5 Saya mendapat imbalan jika
membuat sediaan dahak yang baik
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
130
6 Pemberian insentif memotivasi
saya dalam pembuatan sediaan
dahak
5. Pernyataan : Mengukur beban kerja
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Beban kerja saya tidak sesuai
dengan kemampuan saya
2 Mempunyai tugas lain Selain
tugas pokok sebagai petugas
laboratorium
3 Waktu yang cukup dalam
pembuatan sediaan dahak
4 Saya merasa jijik saat membuat
sediaan dahak
5 Memiliki tugas selain tugas
pokok sebagai tenaga
laboratorium merupakan beban
bagi saya
6. Pernyataan : Mengukur sikap
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Saya mendukung jika spesimen
dahak bukan air liur
2 Saya mendukung diagnosis TB
secara mikroskopis
3 Saya bersikap sopan ketika
pasien mengantarkan dahak
4 Saya membuat sediaan apusan
dahak sesuai prosedur
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
131
5 Saya membuat sediaan dengan
penuh tanggung jawab
6 Saya menjelaskan kepada pasien
cara mengeluarkan dahak yang
baik
7 Saya bertanggung jawab
membuat sediaan yang rata
8 Saya melaporkan permasalahan
dilaboratorium
9 Saya mengunakan alat pelindung
diri saat berkerja dilaboratorium
10 Membersihkan laboratorium
setelah selesai bekerja
8. Pernyataan : Mengukur supervisi
No Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1 Ada pemberitahuan terlebih
dahulu sebelum Supervisi
2 Ketika supervisi saya merasa
diperhatikan prosedur kerja saya
3 Supervisi untuk evaluasi
kesalahan saya dalam pembuatan
sediaan dahak
4 Saat supervisi selalu diberikan
pengarahan tentang cara
pembuatan sediaan apusan dahak
5 Saya senang supervisi rutin
dilakukan
6 Supervisi membantu menemukan
masalah tekhis dan masalah
operasional di laboratorium
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
132
7 Supervisi membantu
menyelesaikan masalah yang ada
di laboratorium
8 Hasil supervisi dikirim (umpan
balik) ke puskesmas
9 Supervisi dilaksanakan oleh dinas
kesehatan
10 Semakin sering supervisi semakin
baik
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
133
KAJI ETIK
Lampiran 5
133
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
134
ANALISIS DATA
1. Frekuensi Umur Responden Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Umur ≤ 40 Tahun 40 80,0 80,0 80,0 Umur > 40 10 20,0 20,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
2. Frekuensi Jenis Kelamin
jenis_kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid perempuan 41 82,0 82,0 82,0 lakilaki 9 18,0 18,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
3. Frekuensi Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Analis Kesehatan 49 98,0 98,0 98,0 Non Analis Kesehatan 1 2,0 2,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
4. Frekuensi Masa Kerja
Masa Kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ≥ 6 Tahun 44 88,0 88,0 88,0 < 6 Tahun 6 12,0 12,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
5. Frekuensi Lingkungan Kerja LingkungaKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Nyaman 32 64,0 64,0 64,0 Tidak Nyaman 18 36,0 36,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
Lampiran 6
134
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
135
6. Frekuensi Pelatihan Pelatihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 18 36,0 36,0 36,0 Kurang Baik 32 64,0 64,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
7. Frekuensi Motivasi Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Motivasi Tinggi 33 66,0 66,0 66,0 Motivasi Rendah 17 34,0 34,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
8. Frekuensi Insentif Insentif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 12 24,0 24,0 24,0 Tidak 38 76,0 76,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
9. Frekuensi Beban Kerja Beban Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sesuai 17 34.0 34.0 34.0 tidak sesuai 33 66.0 66.0 100.0 Total 50 100.0 100.0
10. Frekuensi Sikap Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Mendukung 42 84,0 84,0 84,0 Tidak Mendukung 8 16,0 16,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
11. Frekuensi Supervisi Supervisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 44 88,0 88,0 88,0 Kurang Baik 6 12,0 12,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
136
12. Kinerja
kinerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid baik 24 48,0 48,0 48,0 Buruk 26 52,0 52,0 100,0 Total 50 100,0 100,0
1. Crosstabs Umur terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Umur * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Umur * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Umur
Umur ≤ 40 Tahun Count 19 21 40 % within Umur
47,5% 52,5% 100,0%
Umur > 40 Count 5 5 10 % within Umur
50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Umur
48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp.
Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,020a 1 ,887 Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,020 1 ,887 Fisher's Exact Test 1,000 ,582 Linear-by-Linear Association
,020 1 ,889
N of Valid Cases 50 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
137
b. Computed only for a 2x2 table
2. Crosstab Jenis kelamin terhadap kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
jenis_kelamin * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
jenis_kelamin * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
jenis_kelamin
perempuan Count 21 20 41 % within jenis_kelamin 51,2% 48,8% 100,0%
lakilaki Count 3 6 9 % within jenis_kelamin 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within jenis_kelamin 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,946a 1 ,331
Continuity Correctionb ,365 1 ,546
Likelihood Ratio ,964 1 ,326
Fisher's Exact Test ,467 ,275 Linear-by-Linear Association
,927 1 ,336
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.32. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
138
3. Crosstab pendidikan terhadap Kinerja
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Tingkat Pendidikan * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Tingkat Pendidikan * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Tingkat Pendidikan
Analis Kesehatan Count 24 25 49 % within Tingkat Pendidikan 49,0% 51,0% 100,0%
Non Analis Kesehatan
Count 0 1 1 % within Tingkat Pendidikan 0,0% 100,0% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Tingkat Pendidikan 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,942a 1 ,332 Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio 1,327 1 ,249 Fisher's Exact Test 1,000 ,520 Linear-by-Linear Association
,923 1 ,337
N of Valid Cases 50 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
139
4. Crosstab Masa Kerja terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Masa Kerja * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Masa Kerja ≥ 6 Tahun
Count 20 24 44 % within Masa Kerja 45,5% 54,5% 100,0%
< 6 Tahun Count 4 2 6 % within Masa Kerja 66,7% 33,3% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Masa Kerja 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,952a 1 ,329 Continuity Correctionb ,292 1 ,589 Likelihood Ratio ,964 1 ,326 Fisher's Exact Test ,409 ,295 Linear-by-Linear Association
,933 1 ,334
N of Valid Cases 50 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
140
5. Crosstab Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
LingkungaKerja * kinerja
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
LingkungaKerja * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
LingkungaKerja
Nyaman Count 21 11 32 % within LingkungaKerja
65,6% 34,4% 100,0%
Tidak Nyaman Count 3 15 18 % within LingkungaKerja
16,7% 83,3% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within LingkungaKerja
48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11,063a 1 ,001 Continuity Correctionb 9,188 1 ,002 Likelihood Ratio 11,831 1 ,001 Fisher's Exact Test ,001 ,001 Linear-by-Linear Association
10,841 1 ,001
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
141
6. Crosstab Pelatihan terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Pelatihan * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Pelatihan Baik Count 9 9 18
% within Pelatihan 50,0% 50,0% 100,0%
Kurang Baik Count 15 17 32 % within Pelatihan 46,9% 53,1% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Pelatihan 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,045a 1 ,832 Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,045 1 ,832 Fisher's Exact Test 1,000 ,532 Linear-by-Linear Association
,044 1 ,834
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
142
7. Crosstab Motivasi terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Motivasi * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Motivasi * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Motivasi Motivasi Tinggi
Count 20 13 33 % within Motivasi 60,6% 39,4% 100,0%
Motivasi Rendah Count 4 13 17 % within Motivasi 23,5% 76,5% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Motivasi 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6,179a 1 ,013
Continuity Correctionb 4,783 1 ,029
Likelihood Ratio 6,433 1 ,011
Fisher's Exact Test ,018 ,013 Linear-by-Linear Association
6,056 1 ,014
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.16. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
143
8. Crosstab Insentif terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Insentif * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Insentif * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Insentif Ya
Count 10 2 12 % within Insentif 83,3% 16,7% 100,0%
Tidak Count 14 24 38 % within Insentif 36,8% 63,2% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Insentif 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,898a 1 ,005 Continuity Correctionb 6,145 1 ,013 Likelihood Ratio 8,405 1 ,004 Fisher's Exact Test ,007 ,006 Linear-by-Linear Association
7,740 1 ,005
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.76. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
144
9. Crosstab Beban kerja terhadap kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Beban Kerja * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Beban Kerja * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Beban Kerja Tidak
Count 13 4 17 % within Beban Kerja 76,5% 23,5% 100,0%
Ya Count 11 22 33 % within Beban Kerja 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Beban Kerja 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,365a 1 ,004 Continuity Correctionb 6,726 1 ,010 Likelihood Ratio 8,675 1 ,003 Fisher's Exact Test ,007 ,004 Linear-by-Linear Association
8,197 1 ,004
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.16. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
145
10. Crosstab sikap terhadap kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Sikap * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sikap * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Sikap
Mendukung Count 22 20 42
% within Sikap 52,4%
47,6% 100,0%
Tidak Mendukung Count 2 6 8
% within Sikap 25,0%
75,0% 100,0%
Total Count 24 26 50
% within Sikap 48,0%
52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,018a 1 ,155
Continuity Correctionb 1,071 1 ,301
Likelihood Ratio 2,108 1 ,147
Fisher's Exact Test ,250 ,151 Linear-by-Linear Association 1,978 1 ,160
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.84. b. Computed only for a 2x2 table
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
146
11. Crosstab Supervisi terhadap Kinerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Supervisi * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Supervisi * kinerja Crosstabulation kinerja Total
baik Buruk
Supervisi Baik
Count 22 22 44 % within Supervisi 50,0% 50,0% 100,0%
Kurang Baik Count 2 4 6 % within Supervisi 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 24 26 50 % within Supervisi 48,0% 52,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,588a 1 ,443 Continuity Correctionb ,110 1 ,741
Likelihood Ratio ,600 1 ,439 Fisher's Exact Test ,669 ,373
Linear-by-Linear Association ,576 1 ,448 N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Masa Kerja * Kualitas Spesimen
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
147
Masa Kerja * Kualitas Spesimen Crosstabulation Kualitas Spesimen Total
Dahak Air Liur
Masa Kerja
≥ 6 Tahun
Count 19 25 44 % within Masa Kerja 43,2% 56,8% 100,0% % within Kualitas Spesimen
86,4% 89,3% 88,0%
< 6 Tahun
Count 3 3 6 % within Masa Kerja 50,0% 50,0% 100,0% % within Kualitas Spesimen
13,6% 10,7% 12,0%
Total
Count 22 28 50 % within Masa Kerja 44,0% 56,0% 100,0% % within Kualitas Spesimen
100,0% 100,0% 100,0%
Kualitas Spesimen * Masa Kerja
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,100a 1 ,752 Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,099 1 ,753 Fisher's Exact Test 1,000 ,543 Linear-by-Linear Association
,098 1 ,755
N of Valid Cases 50 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,64. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Ukuran Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
148
Masa Kerja * Ukuran Sediaan Crosstabulation Ukuran Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Masa Kerja
≥ 6 Tahun
Count 26 18 44 % within Masa Kerja 59,1% 40,9% 100,0% % within Ukuran Sediaan
96,3% 78,3% 88,0%
< 6 Tahun
Count 1 5 6 % within Masa Kerja 16,7% 83,3% 100,0% % within Ukuran Sediaan
3,7% 21,7% 12,0%
Total
Count 27 23 50 % within Masa Kerja 54,0% 46,0% 100,0% % within Ukuran Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,826a 1 ,050 Continuity Correctionb 2,308 1 ,129 Likelihood Ratio 4,053 1 ,044 Fisher's Exact Test ,082 ,064 Linear-by-Linear Association
3,749 1 ,053
N of Valid Cases 50 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Masa Kerja * Kerataan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
149
Masa Kerja * Kerataan Sediaan Crosstabulation Kerataan Sediaan Total
Rata Tidak Rata
Masa Kerja
≥ 6 Tahun
Count 10 34 44 % within Masa Kerja 22,7% 77,3% 100,0% % within Kerataan Sediaan
83,3% 89,5% 88,0%
< 6 Tahun
Count 2 4 6 % within Masa Kerja 33,3% 66,7% 100,0% % within Kerataan Sediaan
16,7% 10,5% 12,0%
Total
Count 12 38 50 % within Masa Kerja 24,0% 76,0% 100,0% % within Kerataan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square ,326a 1 ,568
Continuity Correctionb ,004 1 ,951
Likelihood Ratio ,305 1 ,581
Fisher's Exact Test ,621 ,447 Linear-by-Linear Association
,319 1 ,572
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,44. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Masa Kerja * Ketebalan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
150
Masa Kerja * Ketebalan Sediaan Crosstabulation Ketebalan Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Masa Kerja
≥ 6 Tahun
Count 18 26 44 % within Masa Kerja 40,9% 59,1% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
78,3% 96,3% 88,0%
< 6 Tahun
Count 5 1 6 % within Masa Kerja 83,3% 16,7% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
21,7% 3,7% 12,0%
Total
Count 23 27 50 % within Masa Kerja 46,0% 54,0% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square 3,826a 1 ,050
Continuity Correctionb 2,308 1 ,129
Likelihood Ratio 4,053 1 ,044
Fisher's Exact Test ,082 ,064 Linear-by-Linear Association
3,749 1 ,053
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Kebersihan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
151
Masa Kerja * Kebersihan Sediaan Crosstabulation
Kebersihan Sediaan Total Bersih Kotor
Masa Kerja
≥ 6 Tahun
Count 36 8 44 % within Masa Kerja 81,8% 18,2% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
87,8% 88,9% 88,0%
< 6 Tahun
Count 5 1 6 % within Masa Kerja 83,3% 16,7% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
12,2% 11,1% 12,0%
Total
Count 41 9 50 % within Masa Kerja 82,0% 18,0% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square ,008a 1 ,928
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,008 1 ,927
Fisher's Exact Test 1,000 ,707 Linear-by-Linear Association
,008 1 ,929
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,08. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Kualitas Spesimen
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
152
Pelatihan * Kualitas Spesimen Crosstabulation Kualitas Spesimen Total
Dahak Air Liur
Pelatihan
Baik
Count 12 6 18 % within Pelatihan 66,7% 33,3% 100,0% % within Kualitas Spesimen
54,5% 21,4% 36,0%
Kurang Baik
Count 10 22 32 % within Pelatihan 31,3% 68,8% 100,0% % within Kualitas Spesimen
45,5% 78,6% 64,0%
Total
Count 22 28 50 % within Pelatihan 44,0% 56,0% 100,0% % within Kualitas Spesimen
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square 5,864a 1 ,015 Continuity Correctionb 4,515 1 ,034 Likelihood Ratio 5,929 1 ,015 Fisher's Exact Test ,020 ,017 Linear-by-Linear Association
5,747 1 ,017
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,92. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pelatihan * Ukuran Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
153
Pelatihan * Ukuran Sediaan Crosstabulation Ukuran Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Pelatihan
Baik
Count 8 10 18 % within Pelatihan 44,4% 55,6% 100,0% % within Ukuran Sediaan
29,6% 43,5% 36,0%
Kurang Baik
Count 19 13 32 % within Pelatihan 59,4% 40,6% 100,0% % within Ukuran Sediaan
70,4% 56,5% 64,0%
Total
Count 27 23 50 % within Pelatihan 54,0% 46,0% 100,0% % within Ukuran Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square 1,034a 1 ,309 Continuity Correctionb ,520 1 ,471 Likelihood Ratio 1,034 1 ,309 Fisher's Exact Test ,382 ,235 Linear-by-Linear Association
1,013 1 ,314
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pelatihan * Kerataan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
154
Pelatihan * Kerataan Sediaan Crosstabulation Kerataan Sediaan Total
Rata Tidak Rata
Pelatihan
Baik
Count 2 16 18 % within Pelatihan 11,1% 88,9% 100,0% % within Kerataan Sediaan
16,7% 42,1% 36,0%
Kurang Baik
Count 10 22 32 % within Pelatihan 31,3% 68,8% 100,0% % within Kerataan Sediaan
83,3% 57,9% 64,0%
Total
Count 12 38 50 % within Pelatihan 24,0% 76,0% 100,0% % within Kerataan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided) Pearson Chi-Square 2,562a 1 ,109 Continuity Correctionb 1,576 1 ,209 Likelihood Ratio 2,801 1 ,094 Fisher's Exact Test ,170 ,102 Linear-by-Linear Association
2,510 1 ,113
N of Valid Cases 50 a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,32. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pelatihan * Ketebalan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
155
Pelatihan * Ketebalan Sediaan Crosstabulation Ketebalan Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Pelatihan
Baik
Count 6 12 18 % within Pelatihan 33,3% 66,7% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
26,1% 44,4% 36,0%
Kurang Baik
Count 17 15 32 % within Pelatihan 53,1% 46,9% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
73,9% 55,6% 64,0%
Total
Count 23 27 50 % within Pelatihan 46,0% 54,0% 100,0% % within Ketebalan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,817a 1 ,178 Continuity Correctionb 1,107 1 ,293 Likelihood Ratio 1,844 1 ,175 Fisher's Exact Test ,241 ,146 Linear-by-Linear Association
1,780 1 ,182
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28. b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Kebersihan Sediaan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
156
Pelatihan * Kebersihan Sediaan Crosstabulation Kebersihan Sediaan Total
Bersih Kotor
Pelatihan
Baik
Count 16 2 18 % within Pelatihan 88,9% 11,1% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
39,0% 22,2% 36,0%
Kurang Baik
Count 25 7 32 % within Pelatihan 78,1% 21,9% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
61,0% 77,8% 64,0%
Total
Count 41 9 50 % within Pelatihan 82,0% 18,0% 100,0% % within Kebersihan Sediaan
100,0% 100,0% 100,0%
Logistic Regression
Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis
50 100,0
Missing Cases 0 ,0 Total 50 100,0
Unselected Cases 0 ,0 Total 50 100,0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
baik 0 Buruk 1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
157
Categorical Variables Codings Frequenc
y Parameter
coding (1)
Sikap Mendukung 42 ,000 Tidak Mendukung
8 1,000
Motivasi Motivasi Tinggi 33 ,000 Motivasi Rendah
17 1,000
Insentif Ya 12 ,000 Tidak 38 1,000
Beban Kerja Tidak 17 ,000 Ya 33 1,000
LingkungaKerja
Nyaman 32 ,000 Tidak Nyaman 18 1,000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b Observed Predicted kinerja Percentage
Correct baik Buruk
Step 0 kinerja
baik 0 24 ,0 Buruk 0 26 100,0
Overall Percentage
52,0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,080 ,283 ,080 1 ,777 1,083
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
158
Variables not in the Equation Score df Sig.
Step 0 Variables
LingkunganKerja(1)
11,063 1 ,001
Motivasi(1) 6,179 1 ,013 Insentif(1) 7,898 1 ,005 BebanKerja(1) 8,365 1 ,004 Sikap(1) 2,018 1 ,155
Overall Statistics 22,833 5 ,000
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 28,421 5 ,000 Block 28,421 5 ,000 Model 28,421 5 ,000
Step 2a Step -2,008 1 ,156 Block 26,413 4 ,000 Model 26,413 4 ,000
Step 3a Step -2,694 1 ,101 Block 23,719 3 ,000 Model 23,719 3 ,000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Model Summary Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 40,814a ,434 ,578 2 42,822b ,410 ,547 3 45,516b ,378 ,504 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. b. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
159
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 10,410 7 ,167 2 5,057 6 ,536 3 3,645 5 ,602
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
kinerja = baik kinerja = Buruk Total
Observed Expected
Observed Expected
Step 1
1 4 3,941 0 ,059 4
2 5 4,660 0 ,340 5
3 3 5,110 3 ,890 6
4 6 5,012 2 2,988 8
5 4 2,345 1 2,655 5
6 1 1,095 3 2,905 4
7 0 ,816 4 3,184 4
8 1 ,759 5 5,241 6
9 0 ,262 8 7,738 8
Step 2
1 5 4,842 0 ,158 5
2 4 3,605 0 ,395 4
3 4 5,662 3 1,338 7
4 3 2,341 1 1,659 4
5 6 5,117 4 4,883 10
6 1 1,704 6 5,296 7
7 1 ,508 4 4,492 5
8 0 ,221 8 7,779 8
Step 3 1 5 4,855 0 ,145 5
2 5 4,290 0 ,710 5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
160
3 6 6,871 3 2,129 9
4 0 ,855 2 1,145 2
5 6 5,758 8 8,242 14
6 1 ,499 1 1,501 2
7 1 ,872 12 12,128 13
Classification Tablea Observed Predicted kinerja Percentage
Correct baik Buruk
Step 1 kinerja
baik 19 5 79,2 Buruk 5 21 80,8
Overall Percentage
80,0
Step 2 kinerja
baik 22 2 91,7 Buruk 8 18 69,2
Overall Percentage
80,0
Step 3 kinerja
baik 16 8 66,7 Buruk 3 23 88,5
Overall Percentage
78,0
a. The cut value is .500
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
161
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B) Lower Upper
Step 1a
LingkunganKerja(1)
2,023 ,936 4,671 1 ,031 7,561 1,207 47,357
Motivasi(1) 1,805 ,929 3,773 1 ,052 6,079 ,984 37,561 Insentif(1) 2,460 1,154 4,542 1 ,033 11,710 1,219 112,525 BebanKerja(1) 1,304 ,841 2,406 1 ,121 3,686 ,709 19,159 Sikap(1) 1,435 1,045 1,886 1 ,170 4,200 ,542 32,557 Constant -4,208 1,396 9,082 1 ,003 ,015
Step 2a
LingkunganKerja(1)
2,226 ,925 5,785 1 ,016 9,259 1,510 56,784
Motivasi(1) 1,382 ,873 2,507 1 ,113 3,983 ,720 22,037 Insentif(1) 2,427 1,087 4,986 1 ,026 11,320 1,345 95,253 BebanKerja(1) 1,396 ,808 2,984 1 ,084 4,040 ,829 19,694 Constant -3,870 1,276 9,202 1 ,002 ,021
Step 3a
LingkunganKerja(1)
2,274 ,889 6,547 1 ,011 9,720 1,703 55,492
Insentif(1) 2,340 1,035 5,106 1 ,024 10,379 1,364 78,990 BebanKerja(1) 1,530 ,793 3,722 1 ,054 4,620 ,976 21,868 Constant -3,512 1,179 8,877 1 ,003 ,030
a. Variable(s) entered on step 1: LingkunganKerja, Motivasi, Insentif, BebanKerja, Sikap.
Model if Term Removed Variable Model Log
Likelihood Change in -2
Log Likelihood
df Sig. of the Change
Step 1
LingkunganKerja
-23,170 5,527 1 ,019
Motivasi -22,465 4,117 1 ,042 Insentif -23,365 5,915 1 ,015 BebanKerja -21,658 2,503 1 ,114 Sikap -21,411 2,008 1 ,156
Step 2
LingkunganKerja
-25,007 7,192 1 ,007
Motivasi -22,758 2,694 1 ,101 Insentif -24,730 6,637 1 ,010 BebanKerja -22,996 3,170 1 ,075
Step 3
LingkunganKerja
-26,925 8,335 1 ,004
Insentif -26,084 6,653 1 ,010 BebanKerja -24,767 4,018 1 ,045
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
162
Variables not in the Equation Score df Sig.
Step 2a Variables Sikap(1) 2,000 1 ,157 Overall Statistics 2,000 1 ,157
Step 3b Variables Motivasi(1)
2,685 1 ,101
Sikap(1) ,572 1 ,450 Overall Statistics 4,843 2 ,089
a. Variable(s) removed on step 2: Sikap. b. Variable(s) removed on step 3: Motivasi.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
163
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 7
163
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
164
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
ANALISIS FAKTOR YANG ...
165
SURAT IZIN PENELITIAN
Lampiran 8
165
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ROSDIYANTI
Recommended