Teori Longsor by SIG

Preview:

Citation preview

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    1/10

    JURNAL ILMU TANAH DAN LlNGKUNGAN, APRIL 1999, h. 7-USJoumal of Soil Sciences and Envtonment, Apr I l 1999, p. 7-16VOL 2, No.1ISSN 141()'7333

    PEMETAANBAHAYALONGSORANBERDASARKANKLASIFIKASI STATISTIK PEUBAH TUNGGAL MENGGUNAKAN SIG:STUDI KASUS DAERAH CIAWI-PUNCAK-PACET, JAWA-BARAT

    Landslide Hazard Mapping based on GIS Univariate Statistical Classification:Case Study of Ciawi-Puncak-Pacet Regions,West JavaBaba Barus

    Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi,Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian BogorJI. Raya Pajajaran 1, Bogor 16144

    ABSTRACTRegarding environmental degradation in Puncak and its surrounding area due to the rapidlanduse changes during 1981-1994, some mitigation schemes for soil erosion have beenimplemented but landslides. Data on landslide and its causative factors (Ianduse, soil, geology, slope,

    climate, and terrain mapping unit) and their relationships in the area are still not available. Theobjective of this research is to develop method and procedure to map landslide hazard by using GIS(Geographical Information System) univariate-statistical analysis applied on the area as a case study.For this purpose, three methods to classify and to map landslide hazard were evaluated. They wererespectively developed by considering: (a) unweighted density total number of landslide, Method#1,(b) density total number, weighting value, and age of landslide, Method#2, and (c) density totalnumber, weighting value, age, and activity level of landslide, Method#3. The density number iscounted by overlying' each of the landslide maps and each of the causative factors maps used, and

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    2/10

    SalliS, B. 1999. J . II . Tan .Ungk . 2 (1) :7 -16

    Kegiatan studi longsoran selama ini lebihban yak ditangani oleh kelompok insinyurmekanika tanah. Studi yang dilakukan terutamaditujukan sebagai dasar tindakan kuratif setelahmuncul kejadian longsoran dan kajiannyasangat bersifat lokal. Kajian yang bersifatkewilayahan (pemetaan) telah mulai dilakukanoleh kelompok geologi lingkungan yangmencoba menyusun zonasi wilayah berpotensilongsor. Tetapi, secara umum kajiannya jugamasih lebih banyak menekankan penggunaanpendekatan geologi dan belum melibatkan ahlivegetasi atau tanah dalam memahaminya.Longsoran di wilayah Puncak dan sekitarnyaumumnya bersifat dangkal (2-5 meter), bertipedebris ava/ance dan/atau rotational slump. Tipedebris biasanya terjadi di daerah curam,sedangkan tipe slump di daerah lebih landaidan lebih dipengaruhi oleh perkembangansifattanah dan pola penggunaan lahan di atasnya.Dari hasil penelitian longsoran di daerah tropis,Varnes (1984) dan Gupta (1993) menemukanhubungan antara longsoran dan tingkatperkembangan tanah. Mereka menyimpulkanbahwa sebagian besar bidang luncur longsorandijumpai di horizon atau lapisan B, selain diantara lapisan C dan R (roc), Di Amerika,Sidle, Pearce dan O'Loughlin (1985) serta

    dapat dianalisis secara kuantitatif. Analisis iniantara lain dapat dilakukan dengan pende-katan: geomorfologik, deterministik, penyebar-an longsoran, mUltivariate dll. Analisis peubahtunggal (univariate analysis) merupakan salahsatu pendekatan secara statistik dalampemetaan bahaya lon.gsoran yang didasarkanpada kerapatan jumlah atau aktivitas longsoranper satuan peta.Penelitian ini bertujuan mengembangkan danmengevaluasi tiga metode klasifikasi penentuankelas bahaya longsoran dan pemetaannyaberdasarkan pendekatan statistik univariateanalysis dalam SIG dengan modifikasi para-meter peta longsoran dan parameter pemben-tuknya, yang dimulai dari sistem penentuanbobot unit kelas hingga penentuan batasklasifikasi.

    BAHAN DAN METODEDaerah Penetltien, Bahan dan Alat

    Daerah penelitian meliputi wilayah Ciawi-Puncak-Pacet, Jawa Barat, sekitar 70 km dariJakarta, yang merupakan bagian hulu DASCiliwung (Gb. 1). Bahan yang digunakan terdiridari: foto udara 1981 dan 1993 (skala1:50.000), peta topografi (1 :50.000), peta

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    3/10

    JURNAL ILMU TANAH DAN LlNGKUNGAN. APRIL 1999. h. 7-16Joumal of Soil Sciences and Environment. Apd 1898. p. 7-16 VOL 2. No.1ISSN 1410-7333

    Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

    Dalam pengamatan lapang dilakukanpengukuran kedalaman, umur, panjang danbidang luncur longsoran serta aspek lain yangberkaitan dengan penggunaan lahan.Pemetaan diawali dengan pendigitasian petalongsoran (Iongsoran lama pra-1981. longsoranbaru pra-1981 dan longsoran baru pra-1993),peta bentuk lahan, peta tanah, peta geologi,

    kelas Xi; Jumlah (Sxi) = jumlah longsorandalam peubah kelas Xi; Nilai 106 dipakai untukmengkonversi nilai m 2 ke km2 Pemetaan dilakukan dengan 3 cara yangdibedakan dari cara pengelompokan umur danaktivitas longsoran serta pembobotan untuksetiap kelompok longsoran. Cara1 tidakmemperhitungkan tingkat aktivitas dan hanya

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    4/10

    BaIU$, S. 1999. J .l I. Tan .Ungk. 2 (1) :7 -16

    Cara1Peta InventarisLor!soran10

    o001 1-"- ~----.--.-------"-'. -~

    "Cross"

    PETAFAKTOR

    Bobot Nilai =Kerapatan unit per faktor - Kerapatan per petaTambahan bobot nilai diberikan pada peta utatlla pada Cara#2 &Cara#3

    Peta Akhir =penjwnlahan nilai terbobot dari semua peta faktor

    Cara2

    Peta Penggunaan Lahan1981 r-t- ______l__-,

    Peta Penggunaan Lahan1994 [

    I P ~ ~ t u~;e-;--llPeta Tanah l

    Peta Drainase - 1- Peta Litologi

    Cara3

    LI--- __l

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    5/10

    JURNAL ILMU TANAH DAN LlNGKUNGAN, APRIL 1999, h. 7-16Joumal of Soil Sciences and Environment, Apri/1999, p. 7-16VOL 2, No.1ISSN 1410-7333

    dengan lebih detil dan terkontrol. Terrain yangpaling tinggi kerapatan longsornya adalah kaki-lereng bergelombang yang tertoreh moderatdan yang tertoreh kuat, dataran volkan padalereng atas, serta sisi lereng lembah danpunggung vulkanik. Longsoran tipe debrisava/ance umumnya terjadi di lereng euram,sedangkan tipe rotationaVslump umumnyamuneuldi lereng landai-euram.Hubungan longsoran dengan litologi terlihatjelas. Bahan sedimen tersier dari kombinasipasir dan liat memberikan intensitas longsoranpaling tinggi, diikuti dleh bahan pir~klastiklepas. Di daerah penelitian, kerentanan batuanshale-clay terhadap longsoran tidak terbukti.Hal In! diduga dipengaruhi oleh earapengelolaan lahan. Longsoran pada tanahdengan batuan induk marl-clay dijumpai relatitsedikit. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataanyang banyak terjadi dan diduga berkaitandengan pola penggunaan lahan di atasnyayang didominasi oleh hutan.Tingkat perkembangan tanah berpengaruhnyata terhadap longsoran. Tanah sudahberkembang atau berkembanq seperti Typic

    bidang luncur yang dapat melemahkankestabilan lereng. Seringnya terjadi longsoranpada lahan yang tertutup belukar dan hutansekunder belum dipahami sepenuhnya, dandiduga berkaitandengan faktor lain yang lebihberperan.Terjadinya longsoran pada perkebunan tehberkaitan dengan kurang kuatnya akar tanamanmenahan secara total daya dorong tubuhtanah. Dari pengamatan lapang diketahuikedalaman perakaran tanaman teh umumnya 50-70 em, dimana di bawahnya terdapatlaplsan B atau dekat ke lapisan C. Fenomenaini juga dijumpai pada kejadian kemuneulanlongsoran 'baru' pada tahun 1981 dan 1994dengan nilai kerapatan longsoran yangmeningkat secara nyata, masing-masing dari1.05 menjadi 4.04.Perubahan penggunaan lahan juga berpe-ngaruh nyata terhadap kejadian longsoran.Longsoran pada periode 1981-1994 terutamaterjadi akibat perubahan penutupan lahan darihutan primer dan.semak belukar menjadi kebunteh yang tidak dikelola secara baik serta darisemak belukar, sawah dan hutan primer

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    6/10

    Baros, B. 1999. J.II. Tan.Ungk. 2(1):7-16

    100 100~ ....:.t':::~-;.i ';/ eras-epkelaS4 :I:fi ;- -a _=;' ..c:!! i ..IIIEi -",-)IS 50 . . 50_ ; ; : 2. ,j ~-~-Cala 1 ikelas-2 -ara 2 I ,Car. 3

    '010

    Nu.lbobotPerbandlngan nilal kumulatlf jumlah pikseldengan nilai bobot bahaya longsor tahun1981 dengan 3 cara; Betas keles untukketiga cara sama

    7.::;-':!r"~"'''.'.kel~s-)./

    oa. 2 1-+ . i f~~I"' ' ' ' '..'_~

    eara 1Cara2

    . CBfa 3

    10 15Nu.lbobotPerbandlngan nllal kumulatlf Jumlahpikseldengen nllal bobot beheye longsor tahun1994 dangen 3 care; batas kalas untuksetlap care berbeda

    Gambar 3. Grafik kumulatif nilai hasil pemetaan dengan cara dan tahun berbeda

    Analisis Grafik Kumu/atifuntuk K/asifikasi Pemetaan

    Gambar 3 memperlihatkan grafik kumulatifkejadian longsoran menggunakan ketiga carapemetaan pada tahun yang berbeda (1981 dan1994).

    sarna pada kelas bahaya moderat dan berbedapada kelas bahaya rendah dan tinggi. Kelasbahaya tinggipaling nyata terlihat padapenggunaan caraz di setiap tahun yangberbeda. Kelas bahaya tinggi teridentifikasi diperkebunan teh Ciliwung dan Ciseureuh sertadaerah Pasirangin dan Cikalongkulon.

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    7/10

    JURNAL ILMU TANAH DAN LlNGKUNGAN, APRIL 1999, h. 7-16Journal of Soil Sciences and Env ir onmen t, April 1999, p. 7-16 VOL 2, No.1ISSN 1410-7333

    Dengan pengujian yang sarna, Cara2 diketahuimemberikan hasil terburuk karenamenghasilkan kelas bahaya yang tinggi padakerapatan longsoran terendah, disusul olehCara1 dan Cara3. Meskipun demikian,kecualiCara1 untuk kondisi1981, seluruh carapemetaan yang diteliti, menunjukkan hasil yangrelatif benar. Dalam hal ini, kelas bahayarendah diperoteh pada nilai kerapatanlongsoran yang rendah dansebaliknya.Kehandalan cara pemetaan dan prosedurpenarikan bataskelas yang diteliti juga diujidalam hat keakuratannya memprediksi kejadian

    1--- - - - - 'o .: d k ' - . . . ~ . ba~ I;'g~~berdasarkan batas otomatlslstandar

    longsor. Dalam hal ini, cara dan prosedur yangmenghasilkan peta bahaya longsoran terbaikpada kondisi 1981 diharapkan akanmemberikan prediksi kejadian longsoran padakondisi 1994 yang akurat pula. Artinya, daridaerah dengan kelas bahaya rendah pad a1981 diharapkan akan diperoleh prediksikejadianlongsoran yang tergolong -rendah pulapada 1994: Dengan cara ini, Cara2 danCara3dengan prosedur penarikan batas kelasbahayalongsoran menurut pola data atau kurva grafikkumulatif secara alami diketahui memberikanhasil paling akurat (Gambar 5).

    r - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1I Oraflk pete densHas bahaya longsoranI berdasarkan batas alami

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    8/10

    B ar os , B . 1999. J .I I. Tan.Ungk . 2 (1 ): 7- 16

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

    1. Penggunaan prosedur alami yangmempertimbangan kemiringan kurva padagrafik kumulatif dalam penentuan batasklasifikasi kelas bahaya longsoranmenghasilkan peta yang lebih relevandengan fakta di lapangan dibandingkanprosedur standar.2. Pertimbangan terhadap unsur umur danaktivitas longsoran dalam pemetaan danklasifikasi bahaya longsoran sangatmenentukan keakuratan hasH akhir petayang diperoleh. Dengan hanyamempertimbangkan umur longsoran, Cara2menunjukkan kehandalan tertinggi dalamhal pemetaan, klasifikasi maupun prediksikejadian longsoran pada periodeberikutnya. Dengan Cara2 diperoleh petabahaya longsoran tahun 1981 yangberhubungan kuat dengan peta tahun1994. Cara1 menunjukkan hasil yang palingtidak relevan dengan fakta di lapangan.3. Jika didukung bank data atribut yang baik,Cara3 yang memasukkan unsur umur danaktivitas longsoran sebagai pertimbangandiduga akan memberikan hasil yang lebih

    Saran1. Untuk tujuan pengamatan, pemetaan dan

    pemantauan fenomena longsoran,penggunaan fotoudara yang berkualitassarna untuk kondisi tahun berbeda perluterus dikembangkan karena dari penelitianini diketahui sangat berperan dalammenentukan kualitas hasil klasifikasi,pemetaan dan prediksi.2. Pengaruh kombinasi berbagai faktor

    penyebab longsoran seperti tipe tanah,penggunaan lahan (vegetasi), bahan indukdll perlu diteliti lebih lanjut.DAFTAR PUSTAKA

    Aronoff, S. 1993. Geographic InformationSystem: A Management PerspectiveWDL Publi. Ottawa, Canada.Lillesand, T.M. and RW. Kiefer. 1994. RemoteSensing and Image Interpretation. 3rdEd. John Wiley and Sons, Madison,Wisconsin, USA.Rengers, N. and R Soeters. 1993. SatelliteRemote Sensing and GIS for LandslideHazard. Proc. Int. Symp. Operational-ization of RS. Vol 9. ITC Enschede.

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    9/10

    PERBANDINGAN HASIL PETA BAHAYA LONGSORAN 1981 DAN 1994 DARI TIGA CARADENGAN BAlAS KELAS MENURUT PROSEDUR STANDAR

    1981 (1c)

    Cara #1 Cara #2 Cara #3

    1994(2c) 1994(3c)1994(1c) "-'r--~--~-~~---------~----i ,,~:_)I L eg en da : I '

    I I 9 B a h a ya sa .n g a t r e nd a h II 'D B a h a ya r en da hfi! B a ha y a c uk u p r en da h IIU l B a h a ya c u ku p t in gg i[)Jj B a h a ya t in g gi I~ B ah ay a s an ga t tin gg i II

    uTGambar Lampiran 1, Berbagai sketsa peta bahaya longsoran dimana batas 'kelas bahaya ditentukan berdasarkan prosedur standar

    - YO ymai

  • 5/9/2018 Teori Longsor by SIG

    10/10

    . . . .en PERBANDINGAN HASIL PETA BAHAYA LONGSORAN 1981 DAN 1994 DARI TIGA CARADENGAN BATAS KELAS MENURUT PROSEDUR ALAMI

    1981 (1c) 1981 (3p)

    Cara #1 Cara #2 cara #3

    1994(1c)r----~----------"-------I Legenda: II" [J Bahaya sangat rendah IQ Bahaya rendah I[ ] Bahaya cukup rendahi 91 Bahaya cukup tinggi ii ~ Bahaya tinggi II I i 1 l l 1 Bahaya sangat tinggi I

    I 'I i__j

    1994(2p)

    Gambar Lampiran 2. Berbagai sketsa peta bahaya longsoran dimana batas kelas bahaya ditentukan berdasarkan prosedur alami