View
158
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
Struktur dan Perkembangan Hewan 1
BAB I. STRUKTUR SEL DAN JARINGAN
1.1. STRUKTUR SEL
Sel hewan terdiri dari membran plasma yang melindungi isi sel. Struktur
dasarnya terdiri atas dua lapisan lipida. Bagian hidrofilik dari fosfolipida terarah ke
lingkungan luar dan lingkungan dalam, sedang bagian hidrofobiknya berhadap-hadapan.
Di dalam membran plasma terdapat pula protein yang dapat menduduki seluruh tebal
membran plasma atau sebagian saja. Membran plasma berfungsi sebagai suatu barier
permiabilitas yang selektif, yang mengatur keluar masuknya substansi, mengandung
reseptor-reseptor untuk hormone, mengenal molekul-molekul di lingkungan sel seperti
antigen, dan berinteraksi secara spesifik dengan sel-sel lain.
Retikulum endoplasmik merupakan sistem membran yang sangat luas
penyebarannya. Organel ini mempunyai fungsi sebagai berikut: berperan sebagai
penyokong, dalam sel otot berfungsi menghantar impuls saraf intraseluler, memudahkan
pertukaran intraseluler bahan dengan sitoplasma, merupakan suatu permukaan tempat
terjadinya reaksi kimia, merupakan jalur transportasi senyawa kimia, bertindak sebagai
tempat penimbunan, bersama-sama dengan alat golgi mensintesa dan mengemas molekul
untuk diekspor.
Nukleus dibatasi oleh membran nukleus yang berpori. Nukleus mengandung
kromosom yang terdiri dari DNA dan protein (histon). DNA mengandung gen yang
merupakan pusat pengendali kegiatan sel.
Nukleolus berperan dalam sintesa berbagai macam molekul RNA yang digunakan
dalam perakitan ribosom.
Mitokondria dibatasi oleh membran ganda. Pada sel hewan, mitokondria
berukuran 0.2-5 µm. Organel ini berperan mengubah energi potensial berbagai makanan
menjadi energi kinetik yang disimpan di dalam ATP.
Ribosom terdapat bebas di dalam sitoplasma, sendiri-sendiri atau membentuk
kelompok-kelompok kecil yang disebut polisom. Ribosom bebas ini terdapat mencolok
dalam sel-sel yang mensintesa protein guna keperluan intraseluler, sedangkan ribosom
Struktur dan Perkembangan Hewan 2
yang terikat pada retikulum endoplasmik berfungsi untuk mensintesis protein guna
diekspor.
Alat golgi merupakan struktur membran yang berfungsi mengemas protein untuk
sekresi, membuat lisosom, mensekresikan lipida, mensintesis karbohidrat,
mengkombinasikan karbohidrat dengan protein membentuk glikoprotein yang kemudian
disekresikan.
Lisosom berisikan enzim hidrolitik untuk polisakarida, lipida, fosfolipida, asam
nukleat dan protein mikroba. Organel ini mempunyai diameter 0.05-1.5 µm dan dibatasi
oleh membran. Lisosom dihasilkan oleh alat golgi. Peroksisom mirip lisosom, karena
berisi enzim seperti katalase yang mengkatalisis perombakan peroksida. Peroksisom
berbentuk agak bulat dan berukuran 0.3-1.5 µm.
Mikrofilamen membangun sitoskelet (rangka sel). Mikrofilamen ini berupa
serabut halus yang berdiameter 5-6 nm yang dibangun oleh protein aktin. Organel ini
berperan dalam kontraksi sel otot, berfungsi sebagai penunjang dan pemberi bentuk,
membantu pergerakan seluler dan intraseluler, serta berperan dalam kontriksi sel.
Mikrotubul membentuk sitoskelet bersama-sama dengan mikrofilamen. Selain itu
mikrotubul dibangun oleh protein tubulin. Mikrotubul berfungsi sebagai penunjang dan
pemberi bentuk, membantu pergerakan sel, membangun struktur flagela, silia, sentriol,
dan benang kumparan pada pembelahan sel. Organel ini berdiameter kira-kira 25 nm
dengan diameter lumen sekitar 15 nm, sedangkan panjangnya bervariasi dan tidak jarang
ada yang berukuran sampai 25 µm.
Sentriol merupakan tabung dengan panjang 400 nm dan diameter 200 nm.
Organel ini terdiri atas 9 serabut sejajar dimana setiap serabut terdiri atas 3 serabut yang
lebih halus. Flagela dan silia memungkinkan sel bergerak (flagela) atau untuk
menggerakkan partikel di permukaan sel (silia).
1.2. JARINGAN DASAR
Pada vertebrata terdapat beberapa jaringan dasar. Berbagai jenis jaringan dasar tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.
Struktur dan Perkembangan Hewan 3
Gambar 1. Berbagai jenis jaringan dasar pada vertebrata
1.2.1. JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel membatasi permukaan bebas di dalam tubuh dan menutupi
permukaan tubuh. Misalnya kulit, ditutupi oleh epitelium yang dikenal sebagai
epidermis; saluran pencernaan makanan berikut turunannya, lumennya dibatasi oleh
epitelium.
Jaingan ini dibangun oleh sel-sel yang sejenis, tersusun selapis atau berlapis-lapis
dengan adhesi yang kuat antar sel, sehingga membangun lembaran-lembaran sel. Epitel
mempunyai permukaan bebas atau apeks yang membatasi lumen atau lingkungan dan
permukaan yang bertumpu pada membran basal yang disebut permukaan basal.
Membran basal terdiri dari lamina basal yang amorf, yang berbatasan dengan epitelium
dan suatu lamina retikular yang terdiri dari serabut kolagen tipe IV. Pembuluh darah
tidak menembus membran basal. Epitel mendapat makanannya melalui proses difusi.
Struktur dan Perkembangan Hewan 4
Hubungan antar sel di bagian apeks dilengkapi dengan struktur adhesif yang
disebut kompleks hubungan. Kompleks hubungan ini memisahkan lingkungan dalam
organisma dari lingkungan luar yang mungkin merusak, toksik dan dapat menyebabkan
infeksi. Juga menyebabkan hubungan yang kuat antar sel. Kompleks hubungan dapat
dijumpai sebagai:
Zonula occludens atau “tight junction” merupakan suatu sabuk yang mengelilingi
apeks sel epitel. Bagian ini dibangun oleh anyaman tanggul-tanggul yang beranastomose
yang membangun hambatan (barrier) bagi pergerakan molekul-molekul dari lumen ke
kompartemen lateral ekstrasel.
Zonula adherens atau “intermediate junction” terdapat tepat di bawah zonula
occludens, berfungsi sebagai struktur adhesif antar sel. Macula adherens atau
“desmosom” berfungsi mengikat sel. “Gap junction” atau nexus berfungsi melalukan ion-
ion dan molekul-molekul kecil antar sel epitel yang berbatasan.
Struktur histologis berbagai jenis sel epitel dapat dilihat pada Gambar 2.
a b
c d
Gambar 2. Jaringan epitel: a. kubus selapis; b. kolumner selapis; c. pipih berlapis; d. kolumner berlapis semu bersilia
Struktur dan Perkembangan Hewan 5
Pada hewan terdapat 3 jenis sel epitel. Epitel selapis terdiri dari 1 lapisan sel dan
semua sel melekat pada lamina basal. Epitel berlapis banyak terdiri dari beberapa
lapisan sel. Sel basal melekat pada lamina basal dan sel yang terdapat di permukaan
apikal membatasi rongga. Epitel berlapis banyak palsu tampak seperti epitel berlapis
banyak karena inti sel epitel terletak pada ketinggian yang berbeda-beda, tetapi semua sel
melekat pada lamina basal.
Penamaan suatu epitel ditentukan oleh jumlah lapisan sel dan bentuk sel epitel
yang membatasi rongga atau lingkungan, misalnya: epitel selapis silindris, epitel berlapis
banyak pipih, epitel kolumner berlapis semu bersilia.
1.2.2. JARINGAN IKAT
Jaringan ikat terdiri dari berbagai jenis sel, serabut dan substansi dasar yang
amorf. Terdapat 2 jenis jaringan ikat utama yaitu: jaringan ikat kendur, seperti di
mesenterium dan lamina propria; jaringan ikat padat, ada yang teratur dan ada yang tak
teratur. Yang teratur misalnya urat dan ligament, yang tidak teratur misalnya dermis dan
periosteum atau perikondrium.
Sel jaringan ikat
Sel-sel jaringan ikat meliputi:
Fibroblast. Sel ini mempunyai juluran-juluran sitoplasma atau berbentuk
kumparan. Struktur halus fibroblast menggambarkan sel yang berperan dalam sekresi
protein ekstraseluler, yaitu mempunyai sitoplasma yang kaya akan retikulum endoplasmik
kasar, alat golgi dan mitokondria yang menyolok. Fibroblas dapat dijumpai pada semua
jenis jaringan ikat dan mempunyai fungsi mensintesa dan mensekresikan protein seperti
kolagen, elastin dan berbagai macam proteoglikan.
Makrofag . Sel ini bila sedang aktif mempunyai juluran-juluran yang diperlukan
untuk pergerakan. Makrofag kaya akan lisosom dan fagosom. Makrofag ini merupakan
komponen penting dari sistem imun, oleh karena itu banyak dijumpai di nodus limf,
limpa, dan sumsum tulang.
“ Mast cells”. Sel ini mengandung butir-butir heparin yang bertindak sebagai
antikoagulan dan mengikat Ig E. Mast cell terlibat dalam reaksi-reaksi peradangan dan
Struktur dan Perkembangan Hewan 6
alergi. Sel ini mudah dijumpai pada lamina propria sistem pernafasan dan sistem
pencernaan makanan.
Serabut jaringan ikat
Komponen serabut jaringan ikat terdiri atas:
Serabut kolagen. Bagian ini dengan EM memperlihatkan pita-pita melintang
gelap terang secara berurutan dengan periodesitas 67 nm. Serabut kolagen dibangun oleh
serabut-serabut yang lebih halus terdiri dari subunit tropokolagen. Ada 4 jenis
tropokolagen, oleh karena itu terdapat 4 macam serabut kolagen yaitu kolagen tipe I,
terutama dapat dijumpai di tulang, urat, ligamen dermis, dan dentin gigi; kolagen tipe II,
terdapat di rawan; kolagen tipe III, terdapat berasosiasi dengan otot polos, saluran
pencernaan makanan dan uterus; kolagen tipe IV terdapat pada membran basal. Kolagen
merupakan protein yang paling luas penyebarannya.
Serabut elastin. Bagian ini dibangun oleh protein elastin dan bersifat sangat
elastis, oleh karena itu terdapat di wilayah-wilayah yang dapat meregang, mengembang,
dan mengendur kembali. Substansi dasar serabut elatin terdiri dari glikosaminoglikan.
Ada 5 kelas serabut elastin yaitu: kondroitin sulfat, terdapat di rawan, tulang, kulit, dan
kornea; hialuronik asid, terdapat di rawan, tali pusat, dan cairan bola mata; dermatan
sulfat, terdapat di kulit, pembuluh darah, katup jantung dan paru-paru; keratan sulfat
terdapat di kornea, rawan, dan nukleus pulposes; heparan sulfat dan heparin terdapat di
aorta, hati, paru-paru dan granula mast cells. Komponen protein serabut elastin disebut
proteoglikan.
Jaringan ikat dengan fungsi khusus
Jaringan ini meliputi jaringan lemak dan jaringan retikuler. Jaringan lemak
terutama dibangun oleh sel lemak, serabut kolagen, fibroblas, leukosit, makrofag, dan
kaya akan pembuluh darah. Jaringan lemak berfungsi sebagai penyimpan cadangan
makanan, bantal pelindung, dan berperan dalam termoregulasi.
Jaringan retikuler terdiri dari anyaman serabut-serabut retikulin yang argirofilik
dan sel retikuler yang mirip fibroblas. Sel retikuler ada yang fagositik dan berfungsi
sebagai penyaring. Jaringan retikuler dapat dijumpai di sekeliling pembuluh darah yang
kecil di hati, limpa, nodus limpa, dan sumsum tulang.
Struktur dan Perkembangan Hewan 7
1.2.3. JARINGAN RAWAN
Fungsi jaringan rawan adalah sebagai jaringan penyokong yang lentur. Sama
seperti jaringan ikat, jaringan rawan terdiri dari kondrosit (sel rawan), serabut, dan
substansi dasar yang kaya akan proteoglikan dan glikoprotein. Substansi intersel yang
banyak jumlahnya disebut matriks rawan, sedangkan rongga-rongga tempat sel rawan
disebut lakuna. Rawan tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf. Rawan memperoleh
makanan secara difusi dari kapiler dalam jaringan ikat di sekelilingnya. Struktur
histologis kartilago dan jaringan rawan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kartilago dan jaringan rawan
Ada 3 jenis rawan yaitu: rawan hialin, rawan elastin, dan rawan serabut.
Rawan hialin. Jenis ini paling banyak dijumpai, terutama pada saluran
pernafasan (larink, trakhea, bronkus), ujung ventral rusuk, dan pada permukaan
persendian tulang. Dalam keadaan segar, rawan hialin berwarna kebiru-biruan dan
tembus cahaya atau hialin. Rawan ini diselaputi oleh jaringan ikat yang disebut
perikondrium. Bagian yang dekat pada rawan mengandung banyak kondroblas yang
berperan dalam pertumbuhan aposisi dari rawan. Rawan hialin tumbuh sebagai hasil
pembelahan kondrosit di bagian tengah rawan yang disebut tumbuh interstitial.
Kondroblas dan kondrosit dari rawan yang sedang tumbuh memperlihatkan nukleolus
yang jelas, sitoplasma yang basofilik dengan retikulum endoplasmik kasar yang banyak,
dan alat golgi yang menonjol. Komponen utama matriks yang amorf pada rawan hialin
adalah glikosaminoglikan, terdiri dari 2 golongan utama: asam hialuronat dan sejenis
proteoglikan. Komponen serabut dari matriksnya adalah serabut kolagen yang
membangun 40% dari berat kering rawan hialin.
Struktur dan Perkembangan Hewan 8
Rawan elastin. Rawan ini dapat dijumpai di daun telinga dan epiglottis, yang
dalam keadaan segar berwarna kekuning-kuningan. Matriksnya selain mengandung
serabut kolagen, juga mengandung banyak sekali serabut elastin. Rawan elastin
mempunyai perikondrium.
Rawan serabut. Jenis ini dapat ditemukan di diskus intervertebralis, simfisis
pubis, dan pada perlekatan ligamen dengan tulang. Dibandingkan dengan dua jenis rawan
lainnya, rawan serabut relatif mempunyai matriks yang banyak sekali jumlahnya dan
mengandung banyak sekali serabut kolagen jenis I. Rawan ini tidak mempunyai
perikondrium.
1.2.4. JARINGAN TULANG
Jaringan tulang merupakan struktur penunjang utama tubuh. Jaringan tulang
berfungsi sebagai tempat perlekatan otot, dan bersama-sama otot membangun alat gerak
tubuh, melindungi organ-organ vital di tengkorak dan rongga dada, menyimpan kalsium
yang dapat dimobilisasi bila diperlukan oleh tubuh, dan merupakan tempat
berlangsungnya hematopoiesis.
Jaringan tulang dibangun oleh sel tulang (osteosit), serabut kolagen, dan substansi
dasar yang amorf dengan matriks yang termineralisasi. Di samping osteosit, pada
jaringan tulang dijumpai pula osteoblas yang berfungsi mensintesa komponen organik
matriks, dan osteoklas yang merupakan sel raksasa berinti banyak dengan fungsi sebagai
perombak tulang. Karena matriks tulang mengalami kalsifikasi, maka pertukaran
metabolit antara osteosit dan kapiler darah berlangsung melalui juluran-juluran osteosit
yang terdapat dalam kanal-kanal halus yang menembus matriks tulang. Kanal halus ini
disebut kanalikuli.
Matriks tulang terdiri dari keping-keping atau pelat-pelat matriks yang disebut
lamela tulang. Bahan anorganik merupakan sekitar 50% dari berat kering matriks tulang,
sementara dalam matriks tulang juga banyak terdapat kalsium dan fosfor. Selain itu
terdapat pula bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium, dan natrium. Kalsium dan fosfor
membentuk kristal hidroksiapatit Ca10(PO4)6(HO)2, panjang dengan ukuran 40X25X3
nm. Bahan organik yang terdapat pada matriks tulang terdiri dari serabut kolagen (95%)
dan substansi dasar yang amorf yang terdiri dari glikoprotein dan glikosaminoglikan,
seperti keratin sulfat, kondroitin sulfat, dan asam hialuronat.
Struktur dan Perkembangan Hewan 9
Pada hewan terdapat 2 jenis tulang, yaitu tulang kompak dan tulang bunga karang
(tulang spongiosa). Tulang kompak diselaputi oleh jaringan ikat yang disebut periosteum
yang dekat matriks tulang dan bersifat lebih seluler dan vaskuler. Permukaan tulang yang
membatasi rongga sumsum dilapisi oleh endosteum yang lebih tipis daripada periosteum.
Periosteum maupun endosteum mempunyai kemampuan untuk membentuk tulang baru.
Gambar 4. Struktur tulang kompak
Terdapat 2 jenis penulangan. Penulangan intramembran dan penulangan
endokondral. Penulangan intramembran terjadi langsung di dalam jaringan ikat
(mesenkim), seperti pada pembentukan tulang dermal tengkorak, yaitu tulang parietal,
frontal, dan sebagian oksipital. Penulangan endokondral merupakan penulangan yang
mengganti model rawan tulang tersebut. Misalnya penulangan yang membentuk tulang
femur atau humerus.
1.2.5. JARINGAN OTOT
Jaringan otot berfungsi untuk melakukan gerakan. Terdapat 3 jenis jaringan otot
berdasarkan sifat morfologi dan fungsinya, yaitu:
Otot polos. Otot ini tersebar luas pada sistem kardiovaskuler, pencernaan
makanan, urogenital, dan pernafasan. Otot polos berkontraksi lambat dan tidak di bawah
kemauan, sebagian besar berada di bawah pengawasan sistem saraf otonom. Jaringan
otot terdiri dari sel otot berbentuk kumparan panjang berukuran 30-200 µm. Otot polos
mengandung miofilamen aktin dan miosin, tetapi tidak teratur seperti pada otot rangka,
Struktur dan Perkembangan Hewan 10
oleh karena itu tidak menggambarkan seran-lintang. Struktur histologis otot polos dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur otot polos
Otot rangka. Otot rangka dibangun oleh berkas-berkas serabut otot yang berinti
banyak dimana serabut otot tersebut menggambarkan garis-garis melintang sebagaimana
terdapat pada Gambar 6. Kontraksi otot rangka sangat cepat dan kuat di bawah kemauan/
kesadaran (voluntary). Serabut otot rangka dibangun sebagai hasil fusi mioblas yang
membentuk sinsitium. Serabut otot rangka berinti banyak dan terletak di bagian tepi
serabut otot. Serabut otot rangka terdiri dari miofibril-miofibril. Miofibril dibangun oleh
berkas-berkas filamen aktin dan miosin dengan susunan yang teratur. Serabut otot ini
diselaputi oleh jaringan ikat kendur yang terdiri dari fibroblas dan serabut kolagen yang
disebut endomisium.
Gambar 6. Struktur otot rangka/ lurik
Struktur dan Perkembangan Hewan 11
Serabut otot rangka membentuk berkas serabut otot yang disebut fasikulum otot
dan diselaputi oleh jaringan ikat yang disebut perimisium. Sejumlah fasikulum otot
membangun otot rangka, misalnya otot bisep, yang diselaputi oleh jaringan ikat yang
disebut epimisium.
Membran plasma serabut otot disebut sarkolema dan retikulum endoplasmiknya
disebut retikulum sarkoplasmik. Miofibril terdiri dari subunit struktural yang disebut
sarkomer dan merupakan unit kontraksi otot. Di dalam sarkomer dapat dijumpai susunan
yang teratur dari filamen-filamen tebal (miosin) dan filamen-filamen tipis (aktin).
Sarkomer memperlihatkan gambaran pola pita gelap dan terang. Pita utama adalah yang
gelap disebut pita A, sedangkan yang terang disebut pita I. Pita A ditempati oleh filamen
tebal secara utuh dan oleh sebagian filamen tipis, sedang pita I hanya berisikan filamen
tipis. Filamen-filamen tersebut tersusun sejajar menurut kepanjangan sarkomer. Filamen
tipis satu ujungnya melekat kepada garis Z. Di tengah-tengah pita A terdapat pita H yang
hanya berisikan bagian dari filamen tebal. Bila otot mengkerut, maka filamen-filamen
tersebut akan “sliding past one another”.
Retikulum sarkoplasmik adalah modifikasi dari retikulum endoplasmik,
merupakan bagian integral dari mekanisme yang mengatur konsentrasi kalsium di
sekeliling miofibril. Retikulum sarkoplasmik merupakan anyaman yang beranastomose
dari sistern yang saling berhubungan langsung dengan sistern terminal. Retikulum
sarkoplasmik terdapat mengelilingi berkas-berkas miofibril.
Di samping retikulum sarkoplasmik, terdapat pula sistem tubulus transversal.
Sistem ini merupakan invaginasi seperti jari dari sarkolema pada ketinggian pertemuan
pita I dengan pita A dalam suatu sarkomer, untuk selanjutnya membentuk sistem tubulus
yang bercabang-cabang dan beranastomose. Dengan demikian satu sarkomer dilayani
oleh dua sistem tubulus (T tubult). Satu tubulus T akan berhubungan dengan 2 sisterna
terminal membangun suatu triad.
Otot jantung. Sel otot jantung berbentuk serabut yang bercabang dan
beranastomose membentuk anyaman yang rapat. Selnya mempunyai satu inti dalam satu
serabut otot jantung. Seperti halnya serabut otot rangka, serabut otot jantung juga
memperlihatkan gambaran seran-lintang. Pertemuan antara cabang-cabang serabut otot
jantung membangun suatu hubungan yang kompleks, disebut keping interkalar. Pada
serabut otot ini terdapat tiga jenis hubungan utama: fasia adherens (desmosom) dan gap
Struktur dan Perkembangan Hewan 12
junction. Mengandung banyak mitokondria dan endomisiumnya kaya akan pembuluh
darah. Otot jantung, seperti halnya otot rangka mempunyai sel-sel yang panjang seperti
serabut memperlihatkan garis-garis melintang. Pada tempat pertemuan sel jantung
dijumpai keping interkalar, suatu struktur yang khas bagi otot jantung. Otot jantung
berontraksi kuat, berirama, dan tidak di bawah kemauan (involuntary).
Gambar 7. Struktur otot jantung
1.2.6. JARINGAN SARAF
Elemen seluler dasar dari sistem saraf adalah sel saraf (neuron) dengan struktur
yang sangat bervariasi. Fungsi jaringan saraf adalah menghantar impuls saraf. Selain itu
terdapat pula beberapa jenis sel glia (neuroglia) yang berfungsi menyokong dan
melindungi neuron dan juga memberi nutrisi.
Ada tiga tipe neuron yaitu neuron sensoris, neuron motoris, dan neuron asosiasi
sebagaimana terlihat pada Gambar 8.
Struktur dan Perkembangan Hewan 13
Gambar 8. Tiga tipe neuron: neuron sensoris, neuron motoris, neuron asosiasi
Sel saraf. Sel saraf merupakan saluran anatomis dan fungsional yang terdiri dari
badan sel (perikaryon) dan juluran-juluran sel yang disebut akson dan dendrit. Akson
biasanya tunggal, sedang dendrit banyak jumlahnya. Dendrit berfungsi menerima impuls
dan menghantarkannya ke badan sel, sedang akson berfungsi menghantar impuls dari
badan sel ke sel lain (sel saraf, otot, dan kelenjar). Bagian distal akson biasanya
bercabang-cabang membentuk pohon akhir (terminal arboration).
Badan neuron. Badan neuron mengandung nukleus dan sitoplasma. Pada badan
neuron juga terdapat RE kasar, ribosom bebas, mitokondria yang sangat banyak
jumlahnya, alat golgi, neurofilamen, dan mikrotubul. RE kasar dan ribosom bebas dapat
membentuk kelompok-kelompok yang terwarna kuat oleh pewarna basa, yang dengan
perantaraan mikroskop cahaya disebut badan Nissl. Dendrit tidak mengandung alat golgi,
mengandung RE kasar, ribosom, badan Nissl, mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul
yang lebih banyak ditemukan daripada di akson.
Akson. Akson diawali oleh suatu bagian berbentuk piramid yang disebut axon
hillock. RE kasar dan ribosom yang ditemukan di badan sel dan dendrit, tidak terdapat
dalam akson Hillock. Mikrotubul terdapat dalam berkas-berkas. Aksoplasma (sitoplasma
akson) terutama mengandung mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul. Akson
Struktur dan Perkembangan Hewan 14
diselaputi oleh mielin. Di dalam sistem saraf pusat, mielin dihasilkan oleh
oligodendrosit, sedang di sistem saraf periferi dihasilkan oleh sel Schwann.
Gambar 9. Neuron dengan selubung mielin
Sinapsis. Sinapsis merupakan tempat interaksi secara anatomis dan fungsional
antara neuron. Tidak terdapat kesinambungan sitoplasmik antara neuron pada sinapsis,
tetapi terdapat segregasi neuron oleh neurolemma. Ujung akson menggelembung, disebut
boutons, bagian ini kaya akan mitokondria dan vesikula sinaptik yang berdiameter 40-65
nm. Di antara membran presinapsis dan post sinapsis terdapat celah selebar 20 nm yang
disebut celah sinapsis. Vesikula sinaptik mengandung substansi yang disebut
neurotransmitter yang bertanggungjawab terhadap penghantaran impuls saraf melintasi
celah sinapsis.
1.2.7. DARAH
Darah merupakan modifikasi jaringan ikat, terdiri dari sel dan plasma darah.
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke sel-sel di tubuh dan
mengangkut sampah metabolisme ke ginjal dan paru-paru. Darah juga mengangkut
elemen-elemen seluler dari sistem imun dan berperan dalam homeostatis tubuh.
Struktur dan Perkembangan Hewan 15
Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit berdiameter 7-8
µm dengan tebal tepi 2 µm dan bikonkaf. Jumlah eritrosit adalah 5 juta per µl darah pada
pria dan 4,5-5 juta per µl darah pada wanita. Eritrosit kaya akan hemoglobin, suatu
protein yang mengandung haem yaitu derivat porfirin yang mengandung besi dan
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat oksigen. Eritrosit berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida.
Leukosit digolongkan dalam 2 kelompok yaitu granulosit dan agranulosit. Yang
tergolong dalam granulosit adalah neutrofil, eosinofil, basofil. Inti granulosit berbentuk
tidak teratur dan sitoplasmanya mengandung granula yang mempunyai afinitas terhadap
zat warna yang spesifik yang menandai ketiga jenis granulosit. Agranulosit terdiri dari
limfosit dan monosit, intinya mempunyai bentuk yang teratur dan sitoplasmanya tidak
mengandung granula yang spesifik.
Granulosit
Neutrofil . Sel ini membangun 40-60% leukosit yang beredar. Dalam 1 mm3
darah jumlah neutrofil kira-kira 4500 sel. Sel neutrofil berdiameter 12-15 µm dan intinya
terdiri dari 3-5 lobus. Sel ini berperan dalam fagositosis dan menghancurkan jasad renik.
Granula azurofilik yang membangun 20% dari granula neutrofil merupakan modifikasi
lisosom dan mengandung enzim-enzim hidrolitik.
Eosinofil. Eosinofil membangun 5 % leukosit dalam darah. Sel ini berjumlah
200 sel dalam 1 mm3 darah. Eosinofil berdiameter 9 µm dengan inti yang biasanya
berlobus 2. Sel ini mengandung granula yang eosinofilik yang ukurannya lebih besar dari
granula neutrofil (diameter 0,1-6 µm), dan mampu melakukan fagositosis walaupun lebih
lambat dari neutrofil.
Basofil. Basofil berjumlah hanya 0-1% dari leukosit darah. Dalam 1 mm3 darah
kira-kira hanya terdapat 5 sel basofil. Sel ini berdiameter sekitar 12 µm dengan inti yang
mempunyai 2 atau 3 lobus. Granula sel ini berdiameter 0,5 µm, basofilik, dan berwarna
metakromatik. Granula mengandung histamin yang berpotensi sebagai vasodilator dan
heparin yang merupakan glikosaminoglikan dengan aktivitas antikoagulan. Bila antigen
tertentu masuk ke dalam tubuh, akan merangsang dibentuknya IgE yang selanjutnya
terikat pada permukaan sel basofil. Basofil merupakan sel utama pada tempat
peradangan.
Struktur dan Perkembangan Hewan 16
Agranulosit
Limfosit merupakan agranulosit yang paling banyak jumlahnya yaitu 20-40% dari
leukosit. Dalam 1 mm3 darah terdapat kira-kira 2500 sel limfosit. Diameter limfosit
sangat bervariasi, berkisar antara 5-8 µm hingga 15 µm. Sel ini berinti bulat, besar, dan
hampir mengisi seluruh sel. Limfosit berperan dalam sistem kekebalan, karena dapat
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi terhadap antigen spesifik.
Limfosit tidak terbatas pada darah, tetapi tersebar luas di jaringan ikat dan terdapat di
nodus limf, limpa, tonsil, dan sumsum tulang.
Monosit jumlahnya 7% dari leukosit dan terdapat 300 sel dalam 1 mm3 darah.
Merupakan leukosit yang paling besar dengan diameter 12-18 µm. Sel ini berinti bulat
dengan indentasi di salah satu sisi. Monosom mengandung banyak lisosom dan
mempunyai alat golgi yang berkembang baik. Selain itu sel ini juga merupakan prekursor
makrofag. Selain di darah, monosit dapat ditemukan di jaringan ikat sebagai histiosit dan
di paru-paru sebagai makrofag alveolus.
Trombosit atau keping darah
Keping darah tidak berinti, berdiameter 2-4 µm dan jumlahnya mencapai sekitar
200.000-400.000 per mm3 darah. Bagian ini berasal dari pertunasan sel sumsum tulang
yang besar dan berinti banyak yang disebut megakaryosit. Sel trombosit mempunyai
granula yang mungkin mengandung serotonin. Fungsi utama trombosit adalah memulai
pembekuan darah untuk menghentikan pendarahan. Keping darah mempunyai enzim-
enzim permukaan yang dapat mengenali kolagen dalam matriks ekstra sel. Hal ini
merangsang suatu rangkaian proses dalam membuat bekuan darah.
1.3. SISTEM INTEGUMEN
Karena seluruh kehidupan menyangkut penyesuaian yang terus menerus antara
proses-proses di dalam organisme terhadap kondisi luar, maka kulit dengan turunannya
yang menjadi perantara dalam hubungan tersebut merupakan organ yang penting. Kulit
dapat berfungsi melindungi tubuh dari gangguan mekanis, misalnya kulit dapat diperkuat
oleh adanya sisik, lendir, bulu, atau rambut. Kulit dapat juga berfungsi sebagai isolator
dengan perantaraan bulu atau kulit yang berambut (fur). Adanya pigmen pada kulit
digunakan untuk efisiensi absorbsi panas atau radiasi panas, melindungi diri dari sinar
ultraviolet, untuk peringatan, mimikri, dan pengenalan jenis lain sesama spesies.
Struktur dan Perkembangan Hewan 17
Kulit merupakan tempat bagi banyak macam organ sensoris, seperti untuk merasa.
Kulit juga dapat digunakan untuk komunikasi, untuk mempertahankan diri dengan
perantaraan tanduk, taji, cakar, atau kelenjar bisa. Selain itu kulit dapat juga berfungsi
untuk menjaga keseimbangan air dan elektrolit.
Kulit yang benar-benar multiseluler baru terdapat pada porifera dan coelenterate,
contohnya pada hydra. Meskipun terdiri atas satu lapisan sel, tetapi pada kulit sudah
dapat dibedakan antara sel yang berfungsi sebagai penutup tubuh dan sel yang berfungsi
sebagai sel kelenjar. Pada invertebrata lainnya ada sel yang bersilia untuk pergerakan,
ada pula sel yang menggetahkan kutikula, dan ada yang kutikulanya mengapur.
Suatu penutup tubuh yang terdiri atas epitel berlapis banyak terdapat pada
vertebrata. Dalam epitel semacam itu, lapisan sel yang luar mempunyai fungsi
melindungi lapisan sel yang dalam. Pada hewan yang hidup di lingkungan kering, lapisan
sel yang paling luar mati dan menanduk. Lapisan yang menanduk ini dijumpai pada
amphibi dan selanjutnya pada semua hewan yang hidup di darat. Struktur histologis
jaringan kulit dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Struktur jaringan kulit pada manusia.
Struktur dan Perkembangan Hewan 18
Kulit sejati hanya terdapat pada hewan vertebrata dan terdiri atas suatu lapisan
luar yang disebut epidermis, berupa suatu epitel dan berasal dari lapisan lembaga
ektoderm. Selain itu kulit juga dibangun oleh suatu lapisan jaringan ikat yang disebut
dermis dan berasal dari lapisan lembaga mesoderm.
Epidermis
Epidermis merupakan suatu epitel berlapis banyak. Pada hewan akuatis, di dalam
epidermis terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir. Kelenjar tersebut dapat
berupa kelenjar bersel tunggal atau bersel banyak (multiseluler). Lendir menyebabkan
kulit tetap basah dan licin.
Kulit hewan yang hidup terestrial memperlihatkan lapisan epidermis luar yang
menanduk, disebut stratum korneum. Lapisan epidermis yang terdiri atas sel-sel yang
masih hidup disebut stratum germinativum. Lapisan sel yang paling dalam dari stratum
germinativum yang berbatasan dengan dermis disebut stratum basale dan berperan dalam
regenerasi kulit. Sel-sel yang mebangun lapisan ini selalu membelah diri dan sel-sel baru
akan mendorong lapisan-lapisan sel yang lebih luar ke arah permukaan. Dengan
demikian lapisan tanduk yang ditanggalkan selalu dapat diganti oleh yang baru.
Dermis
Dermis dibangun oleh jaringan ikat. Serabut kolagen paling banyak terdapat
dengan fibril-fibrilnya yang tersusun sebagai anyaman secara tiga dimensional. Dermis
umumnya terdiri atas suatu lapisan luar yang sangat kaya akan pembuluh darah, disebut
stratum spongiosum dan suatu lapisan dalam yang lebih tebal dan padat yang disebut
stratum kompaktum. Selain itu di dalam dermis dapat pula kita jumpai kelenjar yang
merupakan turunan epidermis, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Warna kulit sering disebabkan oleh adanya pigmen khusus yang terdapat sebagai
butir-butir pigmen tersebar di dalam lapisan-lapisan epidermis (mammalia) atau terdapat
sebagai sel-sel pigmen yang letaknya terutama di dalam dermis pada perbatasan
epidermis-dermis (pisces dan amphibi). Di dalam kulit vertebrata terdapat 5 macam
kromatofora, yakni melanofora (hitam), eritrofora (merah), xantofora (kuning), dan
guanofora atau iridofora (iridescent dan memantulkan). Kebanyakan kromatofora disarafi
oleh serabut saraf simpatis (untuk pemusatan) dan parasimpatis (untuk dispersi), tetapi
Struktur dan Perkembangan Hewan 19
hormon juga turut berperan. Pada amphibi misalnya, kromatofora juga diatur oleh
hormon epinefrin untuk pemusatan butir-butir melanin dan MSH atau ACTH untuk
dispersi. Pada reptilian, berperan hormon atau saraf atau kedua-duanya dalam pengaturan
kromatofora. Aves dan mammalia tidak mempunyai kromatofora sejati, tetapi
mempunyai melanosit-melanosit di dalam epidermisnya. Penyuntikan MSH akan
menyebabkan warna kulit menjadi lebih gelap.
1.3.1. TURUNAN KULIT (DERIVAT KULIT)
Kelenjar kulit
1. Kelenjar lendir (mukus)
Kelenjar lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi. Kebanyakan kelenjar
lendir pada ikan bersel tunggal. Lendir membuat suatu lapisan pelindung di permukaan
tubuh yang berperan untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air, serta menghalau
mikroorganisme oleh karena itu lendir selalu ditanggalkan dan dibuat baru.
Kelenjar lendir pada amphibia bersifat multiseluler dengan bagian sekretorinya
terbenam di dalam dermis. Selain itu terdapat pula kelenjar bisa yang disebut kelenjar
serous. Kelenjar ini menghasilkan zat-zat toksik untuk menghalau lawannya.
2. Kelenjar bau
Kelenjar ini terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora. Pada
sigung (skunk) terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat di dekat
kloaka. Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi intraspesies, seperti membatasi
teritori, untuk menarik pasangan, atau untuk pertahanan.
3. Kelenjar minyak
Kelenjar ini terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya berhubungan dengan
rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum yang berguna untuk
melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi kelenjar minyak berupa kelenjar
serumen yang terdapat pada telinga luar mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal pada
kelopak mata sebelah dalam dan kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga
merupakan modifikasi kelenjar minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan minyak
yang menutupi kornea dan berfungsi sebagai pelumas.
4. Kelenjar keringat
Struktur dan Perkembangan Hewan 20
Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia. Pada manusia, kelenjar keringat
tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia lainnya penyebarannya
lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir, kepala, punggung, jari kaki, telapak kaki,
sekitar anus, dan kelenjar susu. Sekret kelenjar keringat bersifat seperti air serta
mengandung garam-garam dan urea. Komposisi secret tersebut berubah-ubah menurut
keadaan metabolik hewannya. Evaporasi keringat menyebabkan penyejukan, sehingga
membantu memelihara suhu tubuh yang konstan.
5. Kelenjar susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini
merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentu sepanjang garis susu,
yang terentang dari ketiak sampai lipat paha. Berdasarkan wilayah-wilayah di mana
kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada),
abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).
Rangka luar
Pada pisces dapat dijumpai macam-macam jenis sisik yang merupakan rangka luar
dermal. Sisik elasmoid hanya terdapat pada Teleostei. Lapisan basal sisik terbentuk dari
isopedin, suatu substansi yang lunak dan lentur, mengandung serabut kolagen dalam
berbagai arah. Di sebelah permukaan sisik ini terdapat lapisan tipis mengkilat yang
berasal dari organ enamel.
Sisik plakoid hanya dijumpai pada Elasmobranchii dengan pelat basal yang
terdapat sendiri-sendiri. Rongga pulpa terdapat di tengah sisik dan diliputi dentin berupa
taju. Taju dentin ini ditudungi lapis enamel.
Kulit reptilia menunjukkan adaptasi untuk membuat kulit menjadi kedap air
dengan terbentuknya penutup tubuh berupa sisik tanduk. Hubungan antara sisik berupa
daerah-daerah dimana bahan tanduk tipis dan dapat melipat. Pada lepidosauria seluruh
generasi epidermis menyilih menjadi satu unit. Dalam stadium istirahat, epidermis terdiri
atas stratum germinativum dan suatu generasi epidermis luar yang khas terdiri atas 5
lapisan. Lapisan ini dari luar ke dalam mula-mula tebal dengan sel-sel yang menanduk
oleh B-keratin. Lapisan permukaan mempunyai duri-duri yang mikroskopis. Lapisan ini
disebut oberhautchen. Di bawah lapisan B-keratin terdapat lapisan tengah, kemudian
diikuti suatu lapisan yang cukup tebal dari bahan yang lepas-lepas, mati, tidak berinti,
Struktur dan Perkembangan Hewan 21
serta mengandung a-keratin. Di bawah lapisan ini terdapat 2 lapisan sel hidup, yaitu
suatu lapisan yang nantinya akan termasuk a-keratin dan suatu lapisan dalam yang
nantinya menjadi jernih dan menyebabkan pemisahan dengan lapisan yang akan
menyilih. Pada akhir stadium istirahat, epitel germinal secara cepat berproliferasi untuk
membuat lapisan-lapisan generasi epidermis dalam. Bila generasi epidermis dalam ini
menjadi dewasa, lapisan tersebut akan memisahkan diri dari lapisan yang paling dalam
dari generasi epidermis luar dan penyilihan dapat berlangsung.
Lempeng keratin pada permukaan luar suatu sisik datar yang besar disebut skutum
(scute). Skutum buaya dan kura-kura tidak pernah ditanggalkan. Pertumbuhan skutum
berlangsung dengan menambah bahan keratin pada seluruh permukaan dalam skutum.
Setiap gelombang pertumbuhan terentang hingga di luar batas skutum yang lama,
membentuk cincin konsentris pada batok kura-kura (turtle shell).
Modifikasi-modifikasi lapisan tanduk lainnya pada reptilia adalah cakar, tanduk,
duri, dan paruh. Pada aves, sisik tanduk masih terdapat di kaki dan dasar paruh. Selain
itu pada aves terdapat pula paruh tanduk, cakar, dan taji. Struktur yang khas pada aves
adalah bulu. Terdapat tiga jenis dasar bulu yaitu pluma, plumula, dan filopluma. Pluma
adalah bulu yang menutupi tubuh, misalnya bulu untuk terbang (remiges dan rectrices).
Tangkai pluma terdiri atas kalamus yang terbenam di dalam folikel bulu, serta rakhis
yang menunjang vesikulum. Vesikulum dibentuk oleh rakhis, rami, radii, dan radioli.
Plumula terdapat di antara plumae terutama di daerah dada dan abdomen. Jenis bulu ini
terdiri atas kalamus dan beberapa rami, serta terpancar radii yang tidak mempunyai
kaitan-kaitan. Filopluma terdiri atas kalamus yang tipis dan panjang. Pada ujung bulu ini
terdapat beberapa rami. Traktus bulu disebut pterila, yakni tempat bulu tumbuh. Ada
wilayah tertentu di kulit yang ditumbuhi bulu. Wilayah kulit yang tidak ditumbuhi bulu
disebut apterila.
Rambut
Rambut merupakan struktur yang khas pada mammalia. Berfungsi sebagai
insulator terhadap dingin, emlindungi terhadap hujan dan gangguan mekanis dari
lingkungan. Batang rambut tersembul dari permukaan epidermis, sedang akarnya
terbenam dalam folikel rambut yang terentang di dalam dermis. Kelenjar minyak
membuka ke dalam folikel rambut dan pada dasar folikel terdapat papila rambut yang
Struktur dan Perkembangan Hewan 22
berperan dalam tumbuh panjangnya rambut. Suatu otot, arrectores pilorum, terentang
dari membran dasar epidermis ke bagian dalam folikel rambut. Bila otot ini mengkerut
menyebabkan rambut terangkat dan tegak.
Modifikasi rambut adalah sisik tanduk pada Manis javanica dan cula badak. Sisik
tanduk tersebut sebenarnya adalah rambut yang menjadi pipih yang kemudian dilekatkan
satu dengan lainnya oleh perekat. Cula badak juga terdiri atas berkas rambut yang
dilekatkan oleh perekat.
Turunan kulit lainnya adalah tanduk, cakar, kuk, dan telapok (hoof). Dikenal 3
jenis tanduk, yaitu cula pada Rhinoceros, tanduk sejati pada bangsa Bovidae (ternak, biri-
biri dan kambing), dan ranggah. Ranggah terdiri atas sumbu tulang yang diselubungi
oleh selongsong dari zat tanduk, biasanya terdapat pada kelompok rusa (artiodactyla).
Bagian ini terdiri atas tulang yang bercabang dan menempel pada tulang frontal, oleh
karena itu, ranggah sebenarnya bukan turunan kulit.
Cakar, kuku, dan telapok pada hewan tumbuh hampir seumur hidup. Cakar pada
mammalia identik dengan cakar pada reptilia dan aves. Cakar merupakan modifikasi
stratum korneum. Cakar terdiri atas lempeng dorsal yang disebut unguis dan lempeng
ventral yang disebut subunguis dan meliputi ujung jari. Kuku adalah karakteristik untuk
Primata, meliputi bagian dorsal ujung jari. Biasanya kuku terdiri atas unguis yang lebar
dan datar, sedangkan subunguisnya lebih lunak dari subunguis cakar. Telapok adalah
modifikasi cakar dan karakteristik untuk ungulata. Unguisnya berbentuk U atau V dan
subunguisnya berbentuk U serta sangat tebal. Di antara kaki-kaki subunguis terdapat
substansi tanduk yang lebih lunak, disebut kuneus. Bagian ini sama dengan bantalan-
bantalan kalus yang terdapat dipermukaan untuk berjalan pada kaki mammalia lainnya.
REFERENSI
1. Hamwan, M. 1988. Histology. 8th ed. London. Philadelphia. Med. Publ. Co. Ltd.
Hal 5-48.
2. Suripto. 1997. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Jurusan Biologi. Institut Teknologi
Bandung. Hal 2-52.
3. Weichert, C.K. 1989. Anatomy of the Chordates. 5th Ed. Mc Graw-Hill Book
Company, New York. Hal 94-142.
Struktur dan Perkembangan Hewan 23
BAB II. SISTEM RANGKA DAN OTOT
2.1. SISTEM RANGKA
Rangka selain berfungsi sebagai penunjang tubuh dan pelindung organ-organ
vital, bersama-sama dengan otot membangun alat gerak. Selain itu, rangka juga
merupakan sumber kalsium. Secara anatomi, sistem rangka pada hewan, khususnya
vertebrata, dibedakan menjadi rangka sumbu dan rangka anggota, di mana masing-masing
terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci sesuai posisinya di dalam tubuh.
Struktur anatomi sistem rangka
I. Rangka sumbu (rangka aksial).
Tulang-tulang yang tergolong di dalam rangka aksial ini adalah tulang tengkorak,
tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang dada.
A. Tulang tengkorak (kranium), terdiri atas:
1. Tulang-tulang kotak otak (barin case)
Tulang kotak terdiri atas tulang-tulang frontal, parietal (sepasang), oksipetal,
temporal (sepasang), stenoid (sepasang), dan etmoid;
2. Tulang-tulang muka
Yang termasuk tulang muka adalah tulang lakrimal (sepasang) dan maksila,
zigomatik (sepasang), lakrimal (sepasang), dan molar.
B. Tulang belakang (kolumna vertebralis)
Tulang belakang terdiri atas: tulang servikalis (7 ruas), torakalis (12 ruas),
lumbalis (5 ruas), sakralis (5 ruas), kaudalis (4 ruas).
C. Tulang rusuk (kosta).
D. Tulang dada (sternum).
II. Rangka anggota (rangka apendikular).
Tulang-tulang yang tergolong ke dalam rangka anggota ialah tulang gelang bahu
dengan rangka anggota depan, tulang gelang panggul dengan rangka anggota belakang.
Struktur dan Perkembangan Hewan 24
A. Tulang gelang bahu (gelang pektoral) dengan rangka anggota depan.
Segmen anggota depan meliputi brakium, antebrakium, karpus, metakarpus dan
digit (manus). Rangka anggota depan terdiri atas lima segmen dengan
komponennya, yaitu:
1. Segmen propodium: komponennya tulang humerus.
2. Segmen epipodium: komponennya tulang radius ulna.
3. Segmen mesopodium: komponennya tulang karpal.
4. Segmen metapodium: komponennya tulang metakarpal.
5. Segmen falanga: komponennya tulang-tulang falanga
B. Tulang gelang panggul (gelang pelvik) dengan rangka anggota belakang.
Segmen anggota belakang meliputi femur, krus, tarsus, metatarsus, dan digit (pes).
Rangka anggota belakang terdiri atas lima segmen dengan komponennya, yaitu:
1. Segmen propodium, komponennya tulang femur.
2. Segmen epipodium, komponennya tulang femur.
3. Segmen mesopodium, komponennya tulang forsal.
4. Segmen metapodium, komponennya tulang metatarsal.
5. Segmen falanga, komponennya tulang-tulang falanga.
2.1.1. STRUKTUR HISTOLOGI JARINGAN RAWAN DAN TULANG
Rawan dan tulang terdiri atas sel, serabut dan kondrosit. Sel yang terdapat pada
rawan disebut kondroblas dan kondrosit, sedangkan sel yang terdapat pada tulang adalah
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Serabut kolagen merupakan serabut utama pada rawan.
Substansi dasar pada tulang tereliminasi sehingga tulang menjadi keras.
A. Rawan
Rawan tidak memiliki pembuluh darah dan saraf tersendiri. Berdasarkan jenis dan
jumlah serabut jaringan ikat yang terdapat di dalam matriksnya, terdapat tiga jenis
rawan, yaitu: rawan hialin, rawan elastin, rawan serabut.
B. Tulang
Tulang mempunyai pembuluh darah dan saraf tersendiri. Secara histologis
terdapat dua macam tulang, yaitu: tulang kompak dan tulang bunga karang. Struktur
tulang secara histologis dapat dilihat pada Gambar 11.
Struktur dan Perkembangan Hewan 25
Gambar 11. Struktur jaringan tulang pada vertebrata
2.2. SISTEM OTOT
Yang dimaksud sistem otot dalam bab ini terbatas pada otot rangka. Jaringan otot
mempunyai satu fungsi, yaitu mengkerut bila dirangsang. Otot rangka melekat pada
tulang, tergolong kepada otot bergaris melintang, dan berkontraksi menurut kehendak
(voluntary).
Klasifikasi otot berdasarkan fungsi
Berdasar fungsinya, otot rangka dapat dikelompokkan menjadi ;
• Fleksor, yang kontraksinya menyebabkan suatu struktur menekuk atau ekstensor
yang menyebabkannya lurus kembali.
• Aduktor, yang membawa suatu struktur ke arah sumbu tubuh dan abduktor yang
menyebabkannya menjauhi sumbu tubuh.
• Protraktor, yang menyebabkan suatu struktur dapat dijulurkan ke luar (misalnya
lidah) dan retraktor yang menarik kembali.
Struktur dan Perkembangan Hewan 26
• Levator, yang dapat mengangkat suatu struktur dan depresor yang
mengembalikannya ke posisi semula.
• Rotator, menyebabkan gerakan memutar pada sumbunya.
• Supinator, yang menyebabkan telapak tangan dapat diputar menghadap ke atas
dan pronator untuk gerakan sebaliknya. Konstriktor menyebabkan pemampatan
visera.
• Sfinkter, menyebabkan suatu lubang menyempit dan dilator untuk membukanya
kembali. Otot sfinkter dan dilator tidak termasuk otot rangka.
Jenis otot
Otot rangka mempunyai origo, yaitu tempat melekatnya otot yang tidak bergerak
bila otot berkontraksi, dan insertio yaitu tempat melekatnya otot yang bergerak/berpindah
posisi bila otot berkontraksi.
Pemberian nama kepada otot rangka dapat berdasarkan arah serabut otot (oblique,
rectus), lokasi atau posisi (thoracic, supraspinatus, superficial), jumlah kepala (biceps,
triceps), bentuk (deltoid, teres, serratus), origo dan/atau insertio (xiphihumeralis,
stapedius), tindakan (levator scapulae), ukuran (major, longissimus).
2.2.1. STRUKTUR HISTOLOGI JARINGAN OTOT
Secara histologis otot terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Otot polos. Sel otot polos berinti lonjong, sel yang sedang mengkerut intinya tampak
melingkar, miofibrilnya homogen sehingga tidak menampakkan keping gelap terang
2. Otot bergaris melintang
a. Otot rangka. Serabut ototnya pada penampang memanjang tampak sebagai pita-
pita panjang yang tersusun sejajar satu sama lain. Sel otot rangka berinti oval,
jumlahnya banyak, dan terdapat di tepi serabut. Miofibril serabut otot
mengandung keping-keping gelap dan terang secara berurutan dan pada tiap
miofibril terletak pada ketinggian yang sama. Di antara serabut otot terdapat
jaringan ikat kendur yang disebut endomesium.
b. Otot jantung. Sel otot jantung berbentuk panjang, bercabang-cabang, dan
bergabung satu sama lain dengan perantaraan cabang-cabangnya. Sel ini berinti
oval dan berwarna pucat, terletak di tengah serabut. Serabut otot jantung bergaris
Struktur dan Perkembangan Hewan 27
melintang, tetapi tidak sejelas pada otot rangka, pada tempat tertentu terdapat
keping-keping interkalar.
REFERENSI
1. Hamwan, M. 1988. Histology. 8th ed. London. Philadelphia. Med. Publ. Co. Ltd.
Hal 50-71.
2. Suripto. 1997. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Jurusan Biologi. Institut Teknologi
Bandung. Hal 53-68.
3. Weichert, C.K. 1989. Anatomy of the chordates. 5th Ed. Mc Graw-Hill Book
Company, New York. Hal 380-428, 474-488.
Struktur dan Perkembangan Hewan 28
BAB III. SISTEM PENCERNAAN, PERNAFASAN, DAN PEREDA RAN
3.1. SISTEM PENCERNAAN
Bagian pokok sistem pencernaan makanan adalah saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 12. Fungsi system pencernaan
adalah untuk memasukkan makanan ke dalam tubuh, mencerna, mengabsorbsi, dan
membuang sisa makanan yang tidak tercerna. Makanan diperlukan karena merupakan
sumber energi, sumber bahan pembangun untuk tumbuh, memperbaiki jaringan yang
rusak, hasil sekresi, sumber vitamin dan mineral.
Gambar 12. Organ-organ penyusun sistem pencernaan pada manusia
Struktur dan Perkembangan Hewan 29
Saluran pencernaan merupakan suatu tabung yang jarang lurus, tetapi berkelok-
kelok atau melingkar-lingkar, dimulai dengan mulut dan berakhir di anus atau kloaka.
Bagian utama dari saluran pencernaan adalah: mulut, farink, esofagus, lambung, dan usus.
Berhubungan dengan saluran pencernaan terdapat kelenjar pencernaan. Ada
kelenjar yang terdapat di dalam dinding saluran pencernaan dan ada yang terdapat di luar
saluran pencernaan, seperti kelenjar ludah, hati, dan pancreas.
3.1.1. SALURAN PENCERNAAN
Mulut
Bibir dan pipi yang berotot terdapat pada kebanyakan mammalia dan merupakan
adaptasi untuk aktivitas mengisap. Di dalam mulut terdapat struktur tambahan, seperti
gigi dan lidah. Pada pisces, gigi tersebar luas, melekat pada tulang rahang, palatinum dan
lengkung insang. Pada amphibi dan reptil terdapat pada tulang vomer, palatinum,
pterigoid dan kadang-kadang pada tulang parasfenoid di samping pada tulang rahang.
Pada buaya gigi terbatas pada rahang-rahangnya saja, seperti pada mammalia. Hanya
pada mammalia terdapat gigi yang tertentu untuk suatu spesies.
Hewan vertebrata sampai reptilia mengalami pergantian gigi yang berulangkali,
disebut gigi poliphyodont. Mammalia mempunyai 2 set geligi, disebut geligi diphyodont,
yaitu gigi susu dan gigi permanen.
Cara perlekatan gigi
Gigi melekat pada tulang rahang dengan bermacam cara. Gigi dapat melekat pada
puncak tulang rahang, seperti pada katak, disebut acrodont. Gigi dapat melekat pada sisi
median tulang rahang, disebut pleurodont. Gigi dapat melekat dengan perantaraan akar
gigi pada sebuah atau beberapa lekukan tulang rahang (alveoli), disebut thecodont. Jenis
gigi ini terdapat pada bangsa buaya dan mammalia.
Morfologi gigi
Bila semua gigi mempunyai bentuk yang sama, kecuali ukurannya, tipe gigi
seperti ini disebut homodont. Hanya pada mammalian, gigi memperlihatkan perbedaan
morfologis sesuai dengan fungsinya, disebut heterodont. Pada hewan terdapat berbagai
jenis gigi seperti gigi seri (incisivum), gigi taring (caninus), gigi geraham (premolaris),
dan gigi geraham sejati (molaris) sebagaimana terdapat pada Gambar 13.
Struktur dan Perkembangan Hewan 30
Gambar 13. Jenis gigi mamalia: gigi seri, taring, geraham depan, dan geraham belakang.
Gigi seri (incisivum)
Gigi seri berfungsi untuk memotong. Pada rodentia, gigi seri terus tumbuh
seumur hidupnya dengan enamel yang hanya dibentuk di bagian anterior. Karena enamel
lebih keras dari dentin maka akan lebih lambat aus. Akibatnya gigi berbentuk seperti
tatah. Gading gajah merupakan modifikasi gigi seri.
Gigi taring (caninus)
Gigi taring sangat baik pertumbuhannya pada bangsa karnivora yang berfungsi
untuk mengoyak mangsanya. Gading walrus adalah modifikasi gigi taring. Pada
rodentia, gigi taring tidak terdapat, karena itu terbentuk suatu rongga antara gigi seri
dengan gigi (geraham premolaris) yang disebut diastema.
Gigi geraham dan geraham sejati (premolaris dan molaris)
Gigi geraham berfungsi untuk melumatkan makanan. Pertumbuhan gGigi molar
tidak pernah didahului oleh gigi susu.
Karena jumlah gigi tertentu untuk masing-masing spesies mammalia, maka untuk
setiap spesies terdapat rumus gigi. Rumus gigi dibuat berdasarkan jumlah jenis gigi yang
terdapat pada setengah rahang atas dan setengah rahang bawah. Misalnya pada kucing,
setengah rahang atasnya mengandung 3 buah gigi incisivum, 1 buah caninus, 3 buah
premolaris dan 1 buah molaris, sedang setengah rahang bawahnya mengandung 3 buah
incisivum, 1 buah caninus, 2 buah premolaris, dan 1 buah molaris. Dengan demikian
rumus gigi kucing adalah:
I;C;Pm;M atau 3;1;3;1
3;1;2;1
Struktur dan Perkembangan Hewan 31
Lidah
Pada ikan dan amphibi (perennibranchiata), lidah merupakan peninggian dasar
farink dan disebut lidah primer. Lidah sejati merupakan kantung mukosa yang berisikan
otot. Lidah berfungsi untuk menangkap atau menghimpun makanan, membantu dalam
proses menelan, dan pada manusia untuk berbicara. Pada mammalia lidah dilekatkan
pada dasar rongga mulut oleh suatu ligamen yang disebut frenulum.
Permukaan lidah pada banyak amniota, termasuk burung dan mamalia,
mempunyai papila berbentuk seperti rambut, sisik, tombol, atau seperti duri-duri yang
menanduk. Puting pengecap juga terdapat pada lidah kebanyakan mammalia. Di dalam
mukosa lidah dapat dijumpai pula reseptor lain, seperti untuk meraba berupa akhiran saraf
berkapsula. Struktur lidah secara anatomi dan histologi tampak pada Gambar 14.
Gambar 14. Struktur anatomi dan histologi lidah
Struktur dan Perkembangan Hewan 32
Kelenjar mulut
Tetrapoda mempunyai kelenjar mulut yang multiseluler. Mensekresikan sekret
yang berair atau pekat karena mengandung lendir, enzim ptialin, toksin atau substansi
lainnya. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar oral disebut saliva (ludah).
Kelenjar mulut biasanya diberi nama menurut lokasinya. Kelenjar labia terdapat
di bibir, bermuara di vestibulum mulut di dasar bibir. Kelenjar intermaksila atau
internasal terdapat dekat premaksila; pada katak merupakan agregasi dari kelenjar kecil-
kecil, berjumlah sampai 25 buah, dan masing-masing bermuara di rongga mulut.
Sekretnya seperti perekat, menyebabkan serangga dapat melekat di lidah katak. Kelenjar
sublingua terdapat di bawah lidah. Pada heloderma kelenjar ini menggetahkan toksin.
Kelenjar bisa pada ular adalah kelenjar palatinum yang bermuara di dasar gigi maksila
yang mempunyai alur atau saluran. Kelenjar submaksila atau submandibula bermuara di
belakang gigi incisivum yang bawah. Kelenjar parotid pada mammalia merupakan
kelenjar yang terbesar dan menghasilkan ptialin.
Farink
Pada ikan, farinks berfungsi sebagai organ respirasi. Pada amniota farinks
merupakan bagian usus depan yang terletak langsung anterior dari esofagus. Dapat
dijumpai adanya glotis, lubang saluran eustachius dan lubang yang membuka ke
esofagus. Atas adanya langit-langit lunak, pada mammalia farinks terdiri atas orofarinks,
ventral dari langit-langit lunak; nasofarinks, dorsal dari langit-langit lunak; dan
laringofarinks, bagian farinks yang dekat kepada larinks dan esofagus.
Mulai dari reptilia, suatu katup rawan yang disebut epiglotis terdapat menutupi
glotis. Pada waktu menelan larinks didorong ke muka agar menempel pada epiglotis,
dengan demikian makanan atau cairan tidak masuk ke jalan pernafasan.
Esofagus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak antara farink dan lambung
dan sangat berotot. Bagian kranialnya terdiri atas otot bergaris melintang, makin ke arah
posterior jumlah sel otot polosnya makin banyak untuk kemudian terdiri spenuhnya dari
otot polos. Walaupun demikian, otot bergaris melintang dapat dijumpai hingga dinding
lambung, terutama pada hewan yang memamah biak.
Struktur dan Perkembangan Hewan 33
Struktur halus saluran pencernaan
Pada dasarnya struktur sepanjang saluran pencernaan adalah sama, di mana
strukturnya secara lengkap terdapat pada Gambar 15.
Gambar 15. Struktur histologi saluran pencernaan
Semua bagian saluran pencernaan makanan mempunyai struktur yang dari dalam
keluar terdiri atas lapisan sebagai berikut:
Mukosa, merupakan lapisan pokok yang paling dalam. Lapisan ini terdiri atas
suatu epitelium, lamina propria (jaringan ikat), dan muskularis mukosa (otot polos).
Epitelnya dapat berlapis banyak pipih atau berlapis tunggal silindris, dengan sel-sel gada
yang menghasilkan lendir. Tergantung kepada wilayah saluran pencernaan, terdapat
kelenjar multiseluler yang mensekresikan getah pencernaan. Juluran-juluran mukosa
yang disebut vili sering tampak, demikian pula mikrovili pada apeks sel epitel yang
berfungsi untuk memperluas permukaan.
Struktur dan Perkembangan Hewan 34
Submukosa, merupakan lapisan jaringan ikat kendur atau padat, dalam lapisan ini
dapat dijumpai saraf, saluran darah dan saluran limf yang besar-besar, noduli limf serta
ganglia dari sistem saraf parasimpatis. Bagian sekretoris kelenjar pencernaan juga dapat
mencapai lapisan ini.
Muskularis eksterna, terdiri atas otot polos yang susunannya melingkar (sebelah
dalam) dan memanjang di sebelah luar. Penyelarasan kerja antara ke dua lapisan ini
menghasilkan gerakan peristaltik.
Serosa, merupakan lapisan yang paling luar yang terdiri atas suatu jaringan ikat di
sebelah dalam dan suatu epitelium selapis pipih di sebelah luar.
Lambung
Lambung terletak antara esofagus dan intestinum, juga sangat berotot. Organ ini
berfungsi untuk menampung makanan dan melumatkannya, serta menghasilkan enzim-
enzim pencernaan tertentu. Lambung berakhir pada suatu sfinkter pilorus.
Pada burung pemakan biji-bijian, lambung dibagi dalam 2 wilayah, yakni
proventrikulus yang menghasilkan enzim pencernaan dan ventrikulus (gizzard) yang
merupakan lambung otot dan berfungsi untuk memaserasi makanan. Pembagian tersebut
tidak nyata pada burung pemakan daging.
Lambung mammalia dapat juga terdiri dari beberapa kamar, seperti pada
ruminansia. Sesudah rumput dikunyah dengan singkat di mulut, kemudian ditelan dan
rumput masuk ke bagian lambung yang disebut rumen. Di bagian ini terjadi pencernaan
dengan perantaraan bakteri. Dari rumen makanan masuk ke dalam retikulum dan dibuat
bulatan-bulatan (bolus), untuk kemudian dikembalikan ke mulut dan dikunyah kembali.
Sesudah makanan lumat, ditelan kembali dan makanan masuk ke omassum untuk
selanjutnya ke abomasum dan dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.
Secara anatomis dan histologis, struktur lambung dapat dilihat dengan jelas dan
terperinci pada Gambar 16.
Struktur dan Perkembangan Hewan 35
Gambar 16. Struktur histologi lambung
Intestinum
Intestinum merupakan bagian saluran pencernaan yang terdapat antara lambung
dan kloaka atau anus. Pada ikan, organ ini relatif lurus, sedangkan pada tetrapoda
panjang dan berkelok-kelok yang berfungsi untuk memperluas permukaan absorbsi.
Duodenum merupakan bagian pertama intestinum. Bagian ini menerima saluran
pembuangan dari hati dan pankreas. Pada duodenum manusia terdapat kelenjar yang
khas yaitu kelenjar brunner. Di bagian selebihnya dari usus halus yaitu jejenum dan
ileum berlangsung proses pencernaan dan absorbsi.
Kelenjar uniseluler dan multiseluler tubuler banyak terdapat di dalam dinding
intestinum. Pada mammalia, bagian usus halus sesudah duodenum dibagi dalam wilayah
jejenum dan ileum berdasarkan bentuk vilinya. Vili berfungsi untuk memperluas
permukaan absorbsi. Struktur intestinum, baik anatomi maupun histology, digambarkan
pada Gambar 17.
Struktur dan Perkembangan Hewan 36
Gambar 17. Struktur anatomi dan histologi intestinum
Batas antara usus halus dan usus besar hanya jelas pada tetrapoda, karena adanya
sfinkter ileokolik. Pada amphibi usus besarnya lurus dan pendek. Pada beberapa reptilia
dan burung, serta mammalia, usus besar dapat dibagi menjadi kolon dan rektus.
3.1.2. KELENJAR PENCERNAAN
Hati
Hati berkembang dari suatu divertikulum dinding ventral bakal duodenum. Organ
ini terdiri atas belahan-belahan hati (lobes) dan sekretnya diangkut oleh duktus hepatikus
ke pembuluh empedu bersama common bile duct yang bermuara di duodenum.
Hati terdiri atas unit-unit struktural yang disebut lobulus hati berbentuk prisma
poligonal. Pusatnya ditempati oleh vena sentralis. Batas-batas lobulus hati sering tidak
jelas, karena diisi oleh jaringan ikat yang tipis, kecuali pada babi. Pada sudut pertemuan
lobuli yang berbatasan jaringan ikatnya lebih banyak, pada penampang melintang tampak
Struktur dan Perkembangan Hewan 37
seperti suatu wilayah segitiga dan didalamnya dapat dijumpai cabang dari arteri hepatika,
cabang dari vena hepatika, pembuluh limfa dan pembuluh empedu yang menampung
empedu dari lobulus hati. Di dalam lobulus hati, sel-sel hati tersusun menjadi pita-pita sel
hati yang bercabang-cabang dan beranastomose dan diantara pita-pita sel hati terdapat
sinusoid darah.
Dalam dinding sinusoid dapat dijumpai adanya sel Kupffer yang termasuk sistem
retikuloendotelial dan dapat berfagositose. Empedu ditampung dalam kantung empedu
dan dihubungkan dalam pembuluh empedu bersama common bile duct/ duct koledokus
oleh duktus sistikus. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan
memekatkannya.
Fungsi hati yaitu mensekresikan empedu, mensintesa protein plasma darah seperti:
albumin, globulin dan fibrinogen, menimbun lemak dan glikogen, juga vitamin B12 dan
vitamin A, transformasi dan konjugasi: hepatosit mampu mengubah protein menjadi
glikogen atau lemak menjadi lipoprotein, deaminasi asam amino menjadi urea, dan
detoksifikasi.
Pankreas
Pankeas terdiri atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin menghasilkan
enzim pencernaan seperti: lipase, tripsin, dan amilase, sedangkan bagian endokrin
menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Jumlah saluran pembuangan pada pankreas
dapat bervariasi, sebuah atau dua buah berhubungan dengan duktus koledokus atau
duodenum. Pankreas merupakan kelenjar asiner bercabang majemuk.
3.2. SISTEM PERNAFASAN
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara organisme dengan lingkungan hidupnya. Organ pernafasan utama pada vertebrata
dewasa adalah insang dalam dan insang luar, mukosa bucchopharynk, paru-paru, dan
kulit.
3.2.1. INSANG
Sebuah lengkung insang yang terdiri atas dua baris filamen insang, anterior dan
posterior, disebut holobranch. Bila lengkung insang hanya mengandung filamen pada
Struktur dan Perkembangan Hewan 38
satu permukaan saja disebut hemibranch. Holobranch membangun suatu pemisah antara
ruangan-ruangan insang yang berbatasan.
Filamen insang mempunyai, pada permukaan yang berlawanan, lamellae insang
yang sejajar. Lamellae dari filamen yang berbatasan akan bersentuhan atau interdigitate
dan air harus melewati celah-celah yang terbentuk.
Arteri branchialis afferent memasuki setiap lengkung insang dari ventral. Sambil
melanjutkan penyebarannya ke arah dorsal, pembuluh darah tersebut membentuk
pembuluh-pembuluh filamen yang selanjutnya membentuk gelung pada apeks filamen
dan kembali untuk mengalirkan darah ke dalam suatu arteri branchialis efferent yang
berjalan terus ke arah dorsal dan keluar insang.
Di antara gelungan pembuluh filamen terdapat anyaman kapiler yang meluas ke
dalam lamellae insang. Epitel yang menutupi lamellae insang tebalnya hanya satu lapisan
sel.
3.2.2. PARU-PARU DAN SALURAN UDARA
Paru-paru tetrapoda berasal dari suatu evaginasi tunggal dasar farinks, sebelah
caudal dan medio-ventral. Evaginasi tersebut tumbuh memanjang untuk selanjutnya
bercabang dua membentuk bronchi dan kuncup paru-paru. Lubang evaginasi di dasar
farink menjadi suatu celah yang disebut glottis, dan bagian antara glottis dan kuncup
paru-paru menjadi larink, trakea, dan bronkhi. Sistem pernafasan pada manusia dapat
dilihat pada Gambar 18.
Larink
Pada tetrapoda sebelum mammalia, larink biasanya disokong oleh dua pasang
rawan, yaitu aritenoid dan krekoid. Pada mammalia larink disokong oleh sepasang rawan
aritenoid, krikoid berbentuk cincin dan sebuah rawan tiroid.
Terentang melintang rongga larink terdapat tali suara pada amphibi, beberapa
lacertilia dan kebanyakan mammalia. Pada dasar farink oral, anterior dari glottis, terdapat
suatu katup rawan serabut yang disebut epiglottis. Katup ini berfungsi menutup glottis
pada waktu menelan.
Struktur dan Perkembangan Hewan 39
Gambar 18. Sistem respirasi pada manusia dan struktur paru-paru pada mamalia
Trakea dan bronki
Trakea berukuran pendek pada amphibi dan berukuran panjang pada amniota
biasanya terdapat sepanjang lehernya. Organ ini disokong oleh cincin-cincin rawan atau
tulang yang membuka di sebelah dorsal. Ujung-ujung trakea dihubungkan oleh berkas
otot polos yang memungkinkan pengaturan diameter trakea. Pada bangsa buaya dan
burung, rawan trakea berbentuk cincin utuh.
Trakea kemudian bercabang dua membentuk bronki primer, kecuali pada amphibi.
Selanjutnya bronki primer bercabang-cabang membentuk bronkioli, menuju ruangan-
ruangan udara atau alveoli di paru-paru.
Paru-paru
Paru-paru amphibi merupakan sepasang kantung yang sederhana, berbentuk
memanjang pada urodela dan membulat pada anura. Paru-paru terletak dalam rongga
pleuroperitonium bersama-sama dengan visera lainnya. Permukaan dalam organ ini licin,
Struktur dan Perkembangan Hewan 40
memperlihatkan kantung-kantung di bagian proksimalnya atau di seluruh permukaan
dalam.
Pada Sphenodon dan ular, paru-paru masih merupakan kantung yang sederhana.
Pada lacertilia, buaya, dan kura-kura sekat-sekatnya (septa) sedemikian konstruksinya,
sehingga paru-paru terdiri atas kamar-kamar besar yang masing-masing dibagi lagi
menjadi ruangan yang lebih kecil. Oleh karena itu paru-paru tampak “spongy”. Paru-
paru reptilia juga menempati ruang pleuroperitonium.
Sistem pernafasan burung mengalami modifikasi pada saluran udara dan paru-
parunya. Terbentuk divertikula dari paru-paru berupa kantung udara. Kebanyakan burung
mempunyai 5-6 pasang kantung udara: servikalis di dasar leher; interklavikula; dorsal
dari furkula; thorax anterior, lateral dari jantung; thorax posterior, di dalam oblique
septum; abdomen, diantara visera abdomen; dan kantung udara aksila, terdapat di antara
lapisan otot pektoralis.
Paru-paru relatif kecil dan kompak, terletak di bagian dorsal thorak. Udara yang
masuk melalui bronkus primer melewati paru-paru: nonstop menuju kantung udara.
Selanjutnya kantung udara bertindak sebagai embusan (bellow) dan recurrent bronchi
akan membawa udara pernafasan ke paru-paru. Di dalam paru-paru bronki sekunder
(dorsobronki dan ventrobronki) dihubungkan oleh sebuah parabronki. Parabronki
dibangun oleh sebuah divertikula yang berhubungan dengan kapiler-kapiler udara yang
berdindingkan epitel respiratori tempat berlangsungnya pertukaran gas.
Kantung udara dan sistem saluran udara yang terbuka di dalam paru-paru telah
memungkinkan terjadinya penggantian udara di paru-paru dengan tuntas untuk setiap
siklus pengembangan pengempisan kantung udara. Akibatnya, tidak terdapat residu udara
dalam paru-paru.
Paru-paru mammalia berkamar banyak dan terdiri atas belahan-belahan paru-paru
(lobi), kecuali pada ikan paus, gajah, sirenia, perissodactyla, dan hyrax. Paru-paru kiri
dan kanan masing-masing menempati rongga pleura. Tiap bronkus primer memasuki
paru-paru, kemudian bercabang-cabang membentuk bronkus sekunder dan tertier, yang
selanjutnya bercabang-cabang lagi membentuk bronkioli. Bronki dan bronkioli diperkuat
dindingnya oleh keping-keping rawan yang selanjutnya hilang pada bronkioli respiratori.
Bronkiolus terminal akhirnya berhubungan dengan duktus alveolus yang dindingnya
Struktur dan Perkembangan Hewan 41
berevaginasi membentuk kelompok-kelompok alveoli. Di dalam alveolus tersebut
berlangsung pertukaran gas.
3.3. SISTEM PEREDARAN
Sistem peredaran hewan vertebrata terdiri atas jantung, pembuluh arteri,
pembuluh vena, kapiler darah serta pembuluh limf (Gambar 19).
Gambar 19. Berbagai saluran peredaran darah pada hewan a. Arteri b. Vena c. Kapiler
Darah berfungsi membawa: oksigen yang didapatnya dari organ pernafasan, zat
makanan di dapat dari saluran pencernaan makanan, hormon dari sistem endokrin,
substansi-substansi lain yang diperlukan untuk memelihara homeostatis dan kekebalan
terhadap penyakit-penyakit, serta sampah metabolisme untuk dibuang oleh organ
ekskresi.
Pembuluh limf menampung cairan jaringan yang tidak diambil oleh pembuluh
darah dan lemak yang diserap oleh intestinum halus. Pembuluh limf berakhir di
pembuluh vena.
Arteri membawa darah menjauhi jantung. Pembuluh arteri dindingnya berotot
dan elastis, oleh karena itu berkemampuan untuk mengambang dengan datangnya darah.
Arteri yang paling kecil disebut arteriol, berfungsi mengatur tekanan darah di kapiler.
Arteriol berakhir di kapiler. Vena dimulai di kapiler dan berfungsi mengangkut darah
kembali ke jantung. Pembuluh vena kurang berotot dan kurang mengandung jaringan
Struktur dan Perkembangan Hewan 42
elastis; lebih banyak mengandung serabut kolagen, oleh karena itu relatif kurang dapat
mengembang dan menyempit. Vena terkecil yang dimulai di kapiler disebut venul.
Walaupun semua pembuluh vena akhirnya berakhir di jantung, namun ada vena
yang disebut vena porta yang berakhirkan anyaman kapiler di suatu organ. Dengan
demikian suatu sistem porta adalah suatu sistem vena yang bermula dengan kapiler darah
pada sebuah atau beberapa buah organ dan berakhir dengan anyaman kapiler di organ
lain. Pada vertebrata dikenal misalnya sistem porta hepatika atau sistem porta renalis.
3.3.1. JANTUNG
Jantung merupakan modifikasi pembuluh darah. Dinding jantung terdiri atas 3
lapisan, berturut-turut dimulai dari dalam adalah endokardium, dibangun oleh endotelium
dan jaringan elastin; miokardium, merupakan lapisan otot jantung yang tebal terutama di
ventrikulus; epikardium, terdiri atas jaringan ikat dan mesotelium. Jantung mendapat
suplai darah dari arteri koronaria dan darah ditampung oleh vena koronaria.
Jantung ikan terdiri atas sinus venosus (1), atrium (1), ventrikulus (1) dan konus
arteriosus. Sinus venosus berdinding tipis, menerima darah dari sepasang vena kardinalis
komunis dan sepasang sinus hepatikus. Bagian ini juga menerima vena koronaria. Darah
masuk ke atrium melalui lubang sinoatrial. Dari atrium darah masuk ke ventrikulus
melalui lubang atrioventrikular. Lubang sinoatrial maupun lubang atrioventrikular dijaga
oleh katup-katup yang mencegah darah kembali ke ruang asal. Ventrikulus dindingnya
berotot tebal, berfungsi memompa darah ke arteri brankialis aferen. Ujung anterior
ventrikulus berlanjutkan sustu tabung yang pendek dan berotot serta berkatup, disebut
konus arteriosus. Konus arteriosus berlanjutkan aorta ventral.
Jantung ikan berparu-paru (lungfishes) dan amphibi mengalami modifikasi
sehubungan dengan terbentuknya paru-paru dan dimungkinkannya darah yang kaya akan
oksigen, yang kembali dari paru-paru, dipisahkan sama sekali dari darah yang miskin
oksigen. Perubahan yang terjadi adalah terbentuknya sekat di dalam atrium dengan
demikian terdapat atrium kanan dan kiri. Sekat tersebut sempurna pada anura dan
beberapa jenis urodela. Vena pulmonalis bermuara di atrium kiri, dengan demikian
bagian jantung ini mengandung darah yang kaya akan oksigen. Sinus venosus bermuara
di atrium kanan, dengan demikian mengandung darah yang miskin akan oksigen.
Struktur dan Perkembangan Hewan 43
Modifikasi lainnya adalah terbentuknya katup spiral yang berfungsi mengarahkan
darah yang miskin akan oksigen dan kaya akan oksigen ke pembuluh-pembuluh darah
yang sesuai. Katup spiral ini dibentuk dalam konus arteriosus atau bulbus kordis. Pada
anura misalnya, fungsi katup spiral adalah mengalirkan darah yang miskin akan oksigen
ke lengkung pulmonalis. Aorta ventral juga menjadi pendek yang memungkinkan darah
yang kaya dan yang miskin oksigen langsung masuk ke pembuluh darah yang sesuai.
Jantung amniota memperlihatkan dua buah atrium dan dua buah ventrikulus.
Kedua ventrikulus terpisah sempurna pada aves dan mamalia. Sinus venosus masih
terdapat pada reptilia dewasa, sedang pada aves dan mammalia hanya dijumpai waktu
embrio saja. Karena itu pada aves dan mammalia, pembuluh darah yang biasanya
bermuara di sinus venosus akan bermuara langsung di atrium kanan. Tempat semula dari
sinus venosus pada hewan dewasa ditandai oleh adanya nodus sinoatrial, suatu jaringan
neuromuskuleryang berperan dalam mengatur denyut jantung.
Atrium kanan menerima darah dari sinus venosus pada reptilia atau dari vena kava
anterior dan posterior pada aves dan mammalia. Selain itu juga menerima vena
koronaria. Atrium kiri menerima darah dari vena pulmonalis. Pada mammalia, setiap
atrium mempunyai evaginasi semacam telinga yang disebut aurikulum. Atrium kanan
dan kiri dipisahkan oleh sekat interatrial.
Ventrikulus yang terpisah sempurna oleh sekat interventrikular menjadi
ventrikulus kanan dan kiri, dijumpai pada buaya, aves dan mammalia. Pada amniota
lainnya sekat interventrikular tidak sempurna.
Katup-katup terdapat menjaga jalan dari atrium ke ventrikulus. Katup-katup
tersebut dihubungkan oleh korda tendinae ke otot-otot pappilaris yang mencuat dari
dinding ventrikulus. Katup-katup juga terdapat menjaga jalan menuju pembuluh-
pembuluh darah besar yang keluar dari ventrikulus agar darah tidak kembali ke
ventrikulus.
3.3.2. PEMBULUH ARTERI DAN VENA
Pembuluh arteri
Pembuluh arteri membekali (mensuplai) kebanyakan organ dengan darah yang
kaya akan oksigen, meskipun demikian membawa darah yang miskin akan oksigen ke
organ pernafasan. Pola dasar terdiri atas pembuluh arteri pokok sebagai berikut: 1) aorta
Struktur dan Perkembangan Hewan 44
ventral, keluar dari jantung melintas kraniad di bawah farink; 2) aorta dorsal, berpasangan
di atas wilayah farink dan berjalan kaudad di sebelah dorsal tubuh; 3) enam pasang
lengkung aorta menghubungkan aorta ventral dengan aorta dorsal. Cabang dari pembuluh
darah utama tersebut mensuplai seluruh tubuh. Modifikasi terutama dialami oleh
lengkung-lengkung aorta, sehubungan dengan pernafasan melalui insang atau paru-paru.
Modifikasi lengkung aorta dapat dipelajari pada beberapa buku. Pada teleostei
lengkung aorta I dan II hilang. Lengkung aorta III sampai VI terputus di wilayah insang,
bagian yang ventral menjadi arteri brankialis aferen dan yang dorsal menjadi arteri
brankialis eferen, sedangkan di antara keduanya terbentuk anyaman pembuluh darah di
insang.
Embrio tetrapoda, seperti halnya ikan, mempunyai 6 pasang lengkung aorta. Pada
yang dewasa, lengkung aorta I dan II tidak terdapat. Lengkung aorta III berikut pasangan
aorta dorsal anterior dari lengkung aorta III, disebut arteri karotid interna. Lengkung
aorta V pada tetrapoda juga hilang pada masa embrionya, kecuali untuk beberapa jenis
urodela. Arteri pulmonalis tumbuh dari lengkung aorta VI.
Pembuluh vena
Pembuluh vena dasar terdiri atas:
Aliran kardinalis:
Sinus venosus menerima darah yang kembali ke jantung melalui sepasang vena
kardinalis komunis.
Aliran porta renalis:
Waktu vena kardinalis posterior yang lama di anterior ginjal hilang, maka
darah dari ekor harus melewati ginjal dan masuk ke vena kardinalis posterior yang
baru. Karena itu vena renalis yang tadinya berhubungan dengan vena kardinalis
posterior yang lama membentuk anyaman kapiler di ginjal, terbentuklah vena
porta renalis.
Aliran abdominalis lateral:
Pada ketinggian sirip pelvik, aliran abdominal menerima vena iliaka, dan berjalan
cranial di dalam dinding lateral tubuh sebagai vena abdominalis lateral. Pada
ketinggian sirip pektoralis, vena abdominalis menerima vena brakhialis.
Kemudian pembuluh darah membelok tajam ke arah jantung dan masuk ke
Struktur dan Perkembangan Hewan 45
venakardinalis komunis, bagian pembuluh darah ini disebut vena subklavia.
Aliran abdominalis juga menerima vena kloaka dan suatu seri vena parietalis dari
dinding lateral tubuh.
Vena porta hepatica dan sinus hepatica:
Membawa darah dari organ pencernaan di selom dan limfa ke hati. Dari hati
darah dibawa oleh sinus hepatica ke sinus venosus.
Vena pulmonalis
Mengalirkan darah dari paru-paru ke atrium kiri.
3.3.3. SISTEM LIMFA
Semua vertebrata mempunyai sistem ini. Sistem limfa terdiri atas pembuluh limf,
cairan limf, nodus limf, dan pada beberapa spesies terdapat jantung limf. Sistem limf
hanya mengalir ke satu arah yaitu ke jantung.
Pembuluh limf menyusup hampir ke semua jaringan lunak dan bermula sebagai
kapiler limf yang buntu yang mengumpulkan cairan interstitial. Pembuluh limf di villi
mengumpulkan butir-butir lemak yang diabsorbsi oleh intestinum. Pembuluh limf ini
disebut lacteals dan cairan limfnya disebut chyle.
REFERENSI
1. Hamwan, M. 1988. Histology. 8th ed. London. Philadelphia. Med. Publ. Co. Ltd.
Hal 73-92, 102-130, 132-168.
2. Suripto. 1997. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Jurusan Biologi. Institut Teknologi
Bandung. Hal 69-111.
3. Weichert, C.K. 1989. Anatomy of the Chordates. 5th Ed. Mc Graw-Hill Book
Company, New York. Hal 143-169, 191-258, 506-538.
Struktur dan Perkembangan Hewan 46
BAB IV. SISTEM UROGENITAL, ENDOKRIN, DAN SARAF
4.1. SISTEM UROGENITAL
Meskipun fungsi ginjal berbeda dari gonad, namun saluran-salurannya sangat
berkerabat baik dalam perkembangan maupun fungsinya, terutama pada hewan jantan.
4.1.1. GINJAL DAN SALURAN-SALURANNYA
Pada tetrapoda, ginjal berfungsi untuk mengekskresikan sampah nitrogen, sedang
pada ikan sampah tersebut diekskresikan melalui insang. Pada teleostei air tawar dan
amphibia akuatik, nitrogen diekskresikan sebagai ammonia; pada mamalia sebagai urea
dan pada reptilia serta burung sebagai asam urat. Gambar 20 menunjukkan 4 fungsi
ginjal.
Gambar 20. Struktur yang menunjukkan empat fungsi ginjal
Struktur dan Perkembangan Hewan 47
Ginjal dibangun oleh 3 komponen dasar, yaitu: glomeruli, tubuli ginjal dan
sepasang duktus longitudinal. Variasi ginjal dari ikan hingga manusia terletak pada
jumlah dan susunan glomeruli, serta panjang relatif tubuli ginjal.
Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman kapiler arteri dimana terjadi penyaringan air,
garam-garam (ion-ion) dan substansi lainnya dari darah. Glomerulus merupakan tempat
utama untuk pembuangan air. Pada beberapa spesies ukurannya besar sekali, hingga
dapat dilihat dengan mata telanjang atau menggunakan kaca pembesar; sedang pada
spesies yang lain, mikroskopis kecil. Glomerulus yang primitif menggantung di selom,
karena itu disebut glomerulus eksterna; sedang glomerulus interna adalah glomerulus
yang diliputi oleh suatu bagian tubulus ginjal yang membangun kapsula. Glomerulus
berikut kapsula disebut badan ren. Masuk ke dalam glomerulus terdapat arteriol
glomerulus afferent dan keluar dari glomerulus sebagai arteriol glomerulus efferent yang
selanjutnya membangun anyaman kapiler peritubular. Venul selanjutnya mengalirkan
darah dari kapiler peritubular menuju vena renalis.
Tubulus Ginjal
Bagian ini berfungsi menampung filtrat glomerulus dan meneruskannya ke duktus
longitudinal. Filtrat glomerulus dalam perjalanannya di dalam tubulus ginjal, subseansi
yang diperlukan oleh tubuh akan diabsorbsi kembali. Oleh karena itu tubulus ginjal
mempunyai peranan mengatur jumlah air, garam-garam dan substansi lain yang akan
mencapai duktus longitudinalis. Dalam pembentukannya, tubulus ginjal terdiferensiasi
dari mesoderm intermedier yang disebut nefrotom.
Duktus longitudinal
Duktus longitudinal tumbuh dari hasil fusi ujung-ujung tubulus ginjal, yang
selanjutnya tumbuh kaudal dan bermuara di kloaka. Gambar 21 menunjukkan struktur
anatomi dan histologi ginjal manusia, sedangkan struktur nefron pada mammalian dapat
dilihat pada Gambar 22.
Struktur dan Perkembangan Hewan 48
Gambar 21. Struktur anatomi dan histologi ginjal pada manusia
Gambar 22. Struktur nefron pada mamalia
Struktur dan Perkembangan Hewan 49
Pada vertebrata terdapat 3 jenis ginjal, yaitu: pronefros, mesonefros, dan
metanefros.
Pronefros
Bagian ini disebut pronefros karena tubuli ginjal tumbuh dari bagian anterior
nefrotom (jaringan nefrogenik). Tubuli ginjal pronefros disebut tubuli pronefros,
jumlahnya tidak banyak, misalnya 3 pasang pada larva katak dan 7 pasang pada embrio
manusia. Duktus longitudinalnya disebut duktus pronefros. Pronefros bersifat temporer,
bila ginjal berikutnya mulai berfungsi (mesonefros) maka pronefros mulai luruh, kecuali
duktus pronefros yang akan berfungsi sebagai duktus longitudinal mesonefros.
Mesonefros
Di bawah pengaruh duktus pronefros yang bertindak sebagai induktor, tubuli
ginjal baru terdiferensiasi dari bagian tengah nefrotom, posterior dari pronefros. Tubuli
ginjal ini mengadakan hubungan dengan duktus pronefros, dan tubuli yang anterior masih
tersusun segmental. Posterior dari wilayah ini, terbentuk tubuli sekunder dan tersier,
sehingga metamerisme hilang. Tubuli lebih panjang dan lebih berliku-liku dibandingkan
dengan tubuli pronefros dan tidak mempunyai nefrostom. Jenis glomerulinya adalah
glomeruli interna. Tubuli ginjal baru ini disebut tubuli mesonefros, duktus
longitudinalnya disebut duktus mesonefros (duktus pronefros yang lama), dan ginjalnya
disebut mesonefros. Mesonefros adalah ginjal yang fungsional pada ikan dan amphibi
dewasa, serta pada embrio amniota.
Pada pisces dan amphibia jantan, tubuli ginjal mesonefros yang anterior berubah
fungsi menjadi saluran-saluran untuk mengangkut spermatozoa dari testis ke duktus
mesonefros. Duktus mesonefros di wilayah ini berliku-liku jalannya dan disebut duktus
epididimis.
Metanefros
Pada amniota, sementara mesonefros berfungsi, suatu ginjal baru terbentuk
posterior dari mesonefros yaitu metanefros. Selanjutnya metanefros menjadi ginjal yang
fungsional, sementara itu mesonefros berdegenerasi dan hanya tinggal sisa-sisanya. Pada
mamalia sisa mesonefros terdapat sebagai: tubuli ginjal yang buntu dan dikenal sebagai
para didimis dan apendiks dari epididimis yang terdapat dekat epididimis; sebagai
epooforon dan parooforon dekat ovarium; duktus mesonefros tetap berfungsi sebagai
saluran pembuangan untuk spermatozoa, sedang pada yang betina berdegenerasi dan
Struktur dan Perkembangan Hewan 50
tinggal sebagai saluran pendek dan buntu yang disebut duktus Gartner, terdapat dalam
mesenterium oviduk. Vasa efferentia merupakan tubuli mesonefros yang berubah fungsi,
mengalirkan spermatozoa dari testis ke duktus epididimis.
Metanefros tumbuh dari ujung kaudal mesoderm nefrogenik, yang selama
perkembangannya pindah posisi sefalad dan laterad. Jumlah tubuli metanefrosnya sangat
besar, diduga sampai 4.5 juta buah, dan sangat bergelung. Pada perkembangnnya,
metanefros tumbuh sebagai kuncup metanefros pada ujung kaudal duktus mesonefros.
Kuncup ini diselubungi oleh mesoderm nefrogenik yang akan membentuk tubuli
mesonefros. Kuncup metanefros tumbuh terus ke arah sefalad dan laterad, sambil
membawa mesoderm nefrogenik. Bagian proksimal kuncup metanefros akan menjadi
ureter, sedang bagian distalnya menggelembung membentuk bakal pelvis. Tonjolan-
tonjolan seperti jari tumbuh dari pelvis menyusup ke jaringan nefrogenik untuk
membentuk kaliks dan pembuluh penampung. Sementara itu jaringan nefrogenik
membentuk tubuli metanefros. Tubulus metanefros terdiri atas: kapsula Bowman, tubulus
kontortus proksimal, gelung Henle dan tubulus kontortus distal.
Tubulus kontortus proksimal mengabsorbsi glukosa, klorida, natrium, asam amini,
dan protein dari filtrat. Gelung Henle berperan dalam mengabsorbsi air, ion natrium dan
klorida. Tubulus kontortus distal mengabsorbsi ion-ion.
Ginjal terdiri atas korteks yang mengandung badan renalis (badan Malphigi terdiri
atas kapsula Bowman dan glomerulus) dan tubulus kontortus, serta medula yang
mengandung gelung Henle dan pembuluh penampung yang besar. Medula dibangun oleh
piramid-piramid ginjal yang ujungnya ditampung oleh kaliks.
4.1.2. GONAD DAN SALURAN-SALURANNYA
Gonad
Gonad embrio tumbuh dari sepasang pematang genital (gonad) pada dinding
dorsal tubuh, median dari mesonefros. Gonad jantan disebut testis dengan mesenterium
dorsalnya mesorkium dan gonad betina disebut ovarium dengan mesenterium dorsalnya
mesovarium. Meskipun pematang genital berpasangan, mungkin saja hanya ditemui
sebuah gonad, disebabkan karena terjadinya fusi antara kedua gonad atau karena bakal
gonad gagal berdiferensiasi atau mengalami involusi.
Struktur dan Perkembangan Hewan 51
Testis dewasa biasanya lebih kecil dari ovarium, karena spermatozoa meskipum
lebih banyak ukurannya jauh lebih kecil daripada telur. Testis mamalia sebaliknya lebih
besar daripada ovarium, karena telur mamalia tidak mengandung yolk (kecuali
monotremata) dan pada suatu waktu hanya beberapa saja yang masak, serta mikroskopis
kecil. Struktur anatomi organ reproduksi jantan pada manusia terdapat pada Gambar 23.
Gambar 23. Struktur anatomi organ reproduksi jantan pada manusia
Proses spermatogenesis berlangsung di dalam tubulus seminiferus. Epitel tubulus
dibangun oleh spermatogonia, spermatosit, spermatid dan spermatozoa, yang merupakan
sel-sel spermatogenik. Di samping itu terdapat pula sel Sertoli yang ukurannya setebal
epitel tubulus, dan berfungsi memberi nutrisi kepada sel spermatogenik, dapat
berfagositose dang menghasilkan androgen-binding protein. Di antara tubulus
seminiferus terdapat jaringan interstitial yang mengandung sel-sel Leydig. Sel ini
mengandung kolesterol yang digunakan untuk mensintesa testosteron. Produksi
testosteron berada di bawah rangsangan hormon LH dan ICSH. Struktur histologi testis
dan proses spermatogenesis dapat dilihat pada Gambar 24.
Struktur dan Perkembangan Hewan 52
Gambar 24. Struktur histologi testis dan proses spermatogenesis
Pada vertebrata terdapat 3 jenis ovarium. Kebanyakan hewan vertebrata
mempunyai ovarium yang padat, bila masak maka telur diovulasikan ke rongga selom.
Hal ini dijumpai pada mamalia, aves, dan reptilia. Pada teleostei, ovariumnya berbentuk
kantung dan rongga ovarium langsung berhubungan dengan lumen oviduk. Telur yang
masak diovulasikan ke dalam rongga ovarium. Pada amphibia, ovariumnya juga
berongga, tetapi telur yang masak diovulasikan ke selom. Gambar 25
menunjukkanSruktur anatomi organ reproduksi betina pada manusia.
Struktur dan Perkembangan Hewan 53
Gambar 25. Sruktur anatomi organ reproduksi betina pada manusia
Ovarium terdiri atas medula dan korteks. Medula mengandung pembuluh darah
dan jaringan ikat, sedang korteks mengandung folikel telur dan seroma ovarium. Pada
mamalia folikel primer atau folikel primordium terdiri atas sel telur dengan satu lapis sel
folikel. Di bawah pengaruh FSH dan LH sel telur akan menjalani proses oogenesis. Sel
folikel akan berploriferasi dan selanjutnya menghasilkan estrogen. Stroma ovarium akan
berkondensasi meliputi folikel telur sebagai teka interna dan teka eksterna. Sesudah
ovulasi, sel-sel folikel berikut sel dari teka interna menjalani luteinisasi untuk
membangun suatu korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron.
Proses oogenesis dan perkembangan folikel dalam ovarium dapat dilihat pada
Gambar 26.
Struktur dan Perkembangan Hewan 54
Gambar 26. Proses oogenesis dan perkembangan folikel dalam ovarium
Saluran genital jantan
Duktus mesonefros pada vertebrata jantan berperan untuk mengangkut
spermatozoa. Hubungan antara testis dengan mesonefros terbentuk pada perkembangan
awal embrio. Beberapa tubulus mesonefros yang anterior mengadakan hubungan dengan
testis di rete testis, menjadi vasa efferentia. Akibatnya, duktus mesonefros menjadi
saluran yang juga mengangkut spermatozoa. Bila duktus mesonefros hanya berfungsi
sebagai saluran pengangkut spermatozoa saja, maka disebut duktus deferens atau vasa
deferens. Pada amphibi, reptil, dan aves, duktus mesonefros bermuara di kloaka,
sedangkan pada mamalia vas deferens di uretra.
Saluran genital betina
Saluran genital betina berasal dari sepasang duktus Mueller yang dimiliki oleh
embrio betina maupun jantan. Pada yang jantan duktus Mueller tetap rudimenter atau
hilang, sedangkan pada yang betina tumbuh dan berkembang menjadi saluran
reproduksinya yang membuka ke selom melalui ostium. Pada hewan betina dewasa
Struktur dan Perkembangan Hewan 55
saluran reproduksi berfungsi untuk mengangkut telur, melengkapi telur dengan selaput
pelindung atau nutrisi, memelihara telur atau embrio hingga saatnya untuk dikeluarkan
dari tubuh induk, menerima organ kopulasi, dan menyimpan spermatozoa hingga telur
siap untuk dibuahi.
Pada amphibia, duktus Mueller berkembang menjadi sepasang oviduk yang
berliku-liku. Bagian kaudalnya membesar membentuk oviduk (kantung telur), tempat
menyimpan telur untuk sementara waktu sebelum dioviposisikan. Dinding oviduk kaya
akan kelenjar-kelenjar lendir dan sekretnya akan menyelaputi sel telur sebagai lapisan
lendir. Oviduk bermuara di kloaka.
Pada reptilia dan aves, duktus Mueller berkembang menjadi sepasang oviduk yang
berliku-liku. Meskipum demikian, pada buaya, beberapa jenis kadal dan kebanyakan
burung hanya dijumpai sebuah oviduk. Pada amniota yang ovipar terdapat bagian oviduk
yang mensekresikan albumin dan bagian yang menghasilkan cangkang. Pada burung,
bagian yang mensekresikan albumin disebut magnum.
Pada mamalia, duktus Mueller membentuk oviduk, uterus dan vagina. Uterus
merupakan bagian saluran reproduksi tempat tumbuh dan berkembangnya embrio. Ujung
kaudal duktus Mueller mengalami fusi membentuk sebuah vagina (kecuali marsupialia).
Oviduk relatif pendek dan berliku-liku. Selain vagina, uteruspun bagian kaudalnya dapat
mengalami fusi, sehingga terbentuk sebuah badan uterus dengan 2 tanduk uterus. Bila
terdapat dua ruangan di dalam badan uterus, disebut uterus bipartit. Bila terdapat sebuah
ruangan saja, disebut uterus bikornuatus. Pada primata, manusia, beberapa jenis
kelelawar dan armadillo, kedua uterus seluruhnya mengalami fusi dan oviduk langsung
membuka di badan uterus. Uterus jenis ini disebut uterus simpleks.
4.2. SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran pembuangan, oleh
karena itu sekretnya yang disebut hormon dilepas ke dalam pembuluh darah. Hanya
jaringan atau organ tertentu responsif terhadap suatu jenis hormon, ini yang disebut
jaringan atau organ target. Sistem endokrin bersama-sama dengan sistem saraf berperan
mengkoordinasi dan mengintegrasi fungsi-fungsi tubuh. Gambar 27 menunjukkan
macam-macam kelenjar endokrin pada manusia dan lokasinya di dalam tubuh manusia.
Struktur dan Perkembangan Hewan 56
Gambar 27. Kelenjar endokrin pada manusia dan lokasinya
Kelenjar hipofisa/ pituitari
Hipofisa terletak ventral dari diensefalon dalam suatu lekukan dari tulang sfenoid
yang disebut sella tursica. Kelenjar tersebut terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu
adenohipofisa yang berasal dari atap stomodeum dan neurohipofisa yang berasal dari
dasar diensefalon. Adenohipofisa terdiri dari: pars distalis, yang membangun sebagian
besar adenohipofisa; pars intermedia, terletak antara pars distalis dan neurohipofisa; pars
tuberalis, menyelubungi tangkai neurohipofisa. Neurohipofisa terdiri atas: pars nervosa,
bagian yang berbatasab dengan pars intermedia; tangkai infundibulum, yang
menghubungkan pars nervoasa dengan dasar diensefalon dan median eminence yang
merupakan dasar diensefalon. Hormon utama yang dihasilkan kelenjar hipofisa anterior
dan hipofisa posterior dapat dilihat pada Gambar 28.
Struktur dan Perkembangan Hewan 57
Gambar 28. Hormon utama kelenjar hipofisa anterior dan hipofisa posterior
Pars tuberalis dan pars intermedia
Pars tuberalis pada manusia tidak begitu berkembang dan fungsi sel-selnya belum
diketahui. Pars intermedia mengandung sel-sel yang dapat menghasilkan hormon
(polipeptida) yang disebut MSH atau intermedin. Pada amphibia bekerja terhadap
melanophora yang menyebabkan melanin menyebar dan berakibat warna kulit menjadi
gelap. Fungsi pars intermedia pada manusia belum diketahui dengan pasti.
Pars distalis
Bagian ini dibangun oleh 2 macam sel, yaitu: sel kromofob dan sel kromofil. Sel
kromofob dan sel kromofil mempunyai afinitas terhadap beberapa zat warna. Disebut
asidofil atau basofil menurut afinitas granulanya terhadap zat warna asam atau basa.
Hormon yang dihasilkan oleh pars distalis adalah hormon kortikotropik ACTH. ACTH
merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan oleh sel basofil. Merangsang pembentukan
hormon-hormon kortikosteroid dan hormon seks dari korteks kelenjar adrenal.
Struktur dan Perkembangan Hewan 58
Hormon gonadotropik
FSH dan LH dihasilkan oleh sel basofil dan merupakan glikoprotein. FSH
merangsang pertumbuhan folikel telur dan merangsang spermatogenesis. LH diperlukan
untuk ovulasi dan merangsang sekresi androgen oleh sel Leydig. Oleh karena itu disebut
juga sebagai ICSH. LH berperan pula dalam pembentukan korpus luteum.
Hormon mammotropik
Hormon ini dihasilkan oleh sel asidofil yang menghasilkan prolaktin, suatu
polopeptida, yang merangsang perkembangan kelenjar susu dan sekresinya, merangsang
sifat-sifat maternal seperti membuat sarang, memutar telur pada waktu inkubasi dan
melindungi anaknya.
Hormon somatotropik
Somatotropik dihasilkan oleh sel asidofil yang disebut somatotrop. Somatotropik
menghasilkan Growth Hormon (GH), somatotropin, STH, suatu protein. Hormon ini
berperan mempengaruhi pertumbuhan berbagai macam bagian tubuh. Efek yang paling
nyata dari peran hrmon somatotropik adalah merangsang pertumbuhan tulang panjang
pada rawan epifisisnya. Kekurangan sekresi GH selama anak-anak menyebabkan
kekerdilan (dwarfism) hipofisa, sedangkan sekresi yang berlebihan pada masa anak-anak
menyebabkan gigantisme. Pada orang dewasa, hipersekresi GH menyebabkan
akromegali, suatu keadaan menjadi besarnya beberapa tulang muka, tangan, dan kaki.
Hormon tirotropik (Tirotropin atau TSH/Thyroid Stim ulating Hormon)
Hormon ini disekresikan oleh sel basofil. Tirotropin merupakan suatu
glikoprotein, merangsang sintesis dan pelepasan hormon-hormon tiroid.
“Releasing Hormone” dan pars distalis
Terdapat suatu interaksi fungsional antara pars distalis dan hipotalamus sehingga
hipotalamus menghasilkan “releasing hormone”. Hormon-hormon tersebut diangkut oleh
sistem porta hipofisa dari hipotalamus (median eminence) ke pars distalis. Sel-sel
neurosekretoris, badan selnya membangun nukleisupraoptik dan paraventrikular dengan
aksonnya yang berakhir di sistem kapiler di median eminence.
Releasing Hormones yang telah diidentifikasi kimiawinya adalah TRH/Thyroid
Releasing Hormon, Gn-RH/Gonadotropin Releasing Hormon, LH-RH/Luteinizing
Hormon Releasing Hormon, dan suatu inhibitor GH yang disebut somatostatin.
Struktur dan Perkembangan Hewan 59
Misalnya sistem feedback (umpan balik) tiroksin-TRH-TSH: kadar tiroksin yang tinggi
dalam darah akan menghambat produksi TRH oleh hipotalamus.
Kadar TRH yang rendah menyebabkan produksi TSH rendah. Bila kadar tiroksin
rendah akan merangsang produksi TRH. Hal ini akan menyebabkan produksi TSH, yang
akan merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin. Selanjutnya kadar tiroksin
yang tinggi akan kembali menghambat produksi TRH.
Neurohipofisa
Neurohipofisa merupakan evaginasi dasar diensefalon. Bagian ini terdiri atas pars
nervosa, tangkai infundibulum, serta suatu pembengkakan neurohipofisa di belakang
kiasma optik yang disebut “median eminence”.
Sebagian besar pars nerfosa terdiri dari axon-axon sel neurosekretoris dengan
badan-badan selnya yang terletak di hipotalamus. Sel neurosekretoris tersebut yang
menghasilkan hormon-hormon pars nervosa. Di samping itu, pada pars nervosa terdapat
pula sel-sel yang non neuron dan disebut pituisit. Sel ini diduga homolog dengan
neuroglia.
Hormon yang dihasilkan pars nervosa adalah vassopressin atau ADH/Anti
Diuretic Hormon dan oksitosin. Vasopressin berperan meningkatkan permeabilitas
terhadap air pada tbulus ginjal dan tubulus penampung, akibatnya, air diresorbsi oleh
tubulus tersebut dan menyebabkan urin menjadi hipertonik. Vasopressin juga
meningkatkan permeabilitas terhadap air pada kantung air seni katak dan kulit kodok.
Oksitosin meningkatkan kontraksi otot polos di uterus selama melahirkan dan
kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan duktus alveolaris kelenjar susu.
Kelenjar tiroid dan paratiroid
Kelenjar tiroid pada semua hewan vertebrata tinggi, epitelnya berasal dari
evaginasi tunggal endoderm di bagian medio-ventral dasar farink, kira-kira pada
ketinggian kantung farink yang kedua. Evaginasi bakal tiroid akan tumbuh terus hingga
mencapai posisi seperti pada hewan dewasanya. Selanjutnya epitel tiroid akan membuat
folikel-folikel yang terdiri atas epitel kubus selapis mengelilingi suatu reservoir sentral.
Reservoir ini berisi koloid yang mengandung hormon. Setelah bakal kelenjar tiroid
mencapai posisi yang seharusnya, biasanya hubungan dengan dasar farink hilang.
Struktur dan Perkembangan Hewan 60
Selain sel epitel yang berasal dari endoderm, kelenjar tiroid juga mengandung sel-
sel parafolikel yang berasal dari pial neural, melalui badan ultimobranchial. Pada
amphibi kedua kelenjar tiroid terletak di dasar farink terlindungi oleh otot mylohioid.
Pada amniota kelenjar tiroid bermigrasi kaudad dan mengambil posisi dekat pada trakea
atau arteri karotid komunis. Kelenjar diberi nama kelenjar tiroid, karena letaknya dekat
kepada rawan tiroid larink mamalia.
Kelenjar tiroid terdiri atas folikel-folikel tiroid yang mengandung koloid yang
berisi hormon tiroglobulin. Seluruh kelenjar diselaputi oleh suatu kapsula jaringan ikat.
Dari kapsula tersebut terpancar trabekula jaringan ikat yang membagi kelenjar tiroid
dalam lobulus-lobulus. Epitel folikel merupakan epitel selapis, kubus rendah atau
silindris tergantung dari aktivitas sel epitelnya. Sekeliling folikel terdapat anyaman
kapiler darah. Epitel dibangun oleh 2 jenis sel, yang menghasilkan hormon tiroksin atau
triiodotironin dan disimpan di dalam koloid sebagai tiroglobulin. Bila diperlukan, maka
tiroglobulin diurai menjadi hormon aktifnya untuk selanjutnya oleh epitel diteruskan
kekapiler darah. Sel kedua adalah sel parafolikel atau sel C yang mensekresikan
kalsitonin. Kalsitonin berperan menghambat resorbsi kalsium tulang oleh osteosit dan
osteoklas.
Kandungan tiroksin yang rendah dalam darah merangsang disekresikannya TRH
oleh hipotalamus yang selanjutnya merangsang adenohipofisa untuk mensekresikan TSH.
TSH merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormonnya. Bila tiroksin
kandungannya tinggi di dalam darah, produksi TRH dan TSH menurun, yang kembali
menyebabkan penurunan kadar tiroksin.
Kelenjar paratiroid
Berasal dari kantung farink dan disebut kelenjar paratiroid karena biasanya
terdapat dekat kelenjar tiroid atau terbenam didalamnya. Beberapa reptilia mempunyai 3
pasang kelenjar paratiroid yang berasal dari kantung farink ke II, III, dan IV. Kebanyakan
tetrapoda mempunyai dua pasang kelenjar yang berasal dari kantung farink III dan IV.
Kelenjar paratiroid diselaputi oleh seludang jaringan ikat yang tipis. Pada
manusia, mulai pubertas, bagian tengah kelenjar mulai disusupi oleh sel lemak. Kelenjar
paratiroid dibangun oleh 2 jenis sel, yaitu sel utama atau “chief cells” dan sel oksifil. Sel
utama intinya besar, dengan beberapa buah nukleoli, mitokondria jumlahnya banyak,
Struktur dan Perkembangan Hewan 61
mempunyai RER dan butir-butir glikogen. Diduga sel utama ini yang menghasilkan
parathormon (PTH), suatu polipeptida, yang berperan mengatur konsentrasi ion kalsium
dan fosfat dalam darah. PTH menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang oleh osteoklas
dan mengurangi ekskresi kalsium pada tubulus ginjal. Produksi PTH dipengaruhi
langsung oleh konsentrasi kalsium dalam darah. Bila konsentrasi kalsium darh rendah,
akan merangsang disekresikannya PTH dan produksi PTH menurun bila konsentrasi
kalsium darah tinggi. PTH juga menghambat resorpsi ion fosfat pada tubulus ginjal, oleh
karena itu PTH mengatur konsentrasi fosfat dalam darah.
Kelenjar adrenal (suprarenalis)
Kelenjar adrenal pada mamalia terdiri atas 2 komponen: suatu korteks yang
berasal dari mesoderm dan suatu medula yang berasal dari pial neural. Jaringan korteks
dan medula pada vertebrata lainnya dapat tersusun sendiri-sendiri seperti pada ikan atau
tercampur secara acak. Struktur anatomi dan histology kelenjar adrenal dapat dilihat pada
Gambar 29.
Gambar 29. Struktur anatomi dan histologi kelenjar adrenal
Struktur dan Perkembangan Hewan 62
Sel-sel kelenjar adrenal yang berasal dari ectoderm, disebut sel kromafin terdapat
pada medulla (mamalia), mensintesa katekolamin epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin
meningkatkan denyut jantung dan kardiak output, meningkatkan laju metabolisme dasar
dan merangsang glycogenolisis dalam hati, juga merangsang produksi ACTH dari
adenohipofisa yang selanjutnya menyebabkan sekresi glukokortikoid dari korteks kelenjar
adrenal. Norepinefrin meningkatkan tekanan darah melalui kerja vasokonstriksinya.
Sel kelenjar adrenal yang berasal dari mesoderm disebut sel interrena. Sel ini
terdapat pada korteks (mammalia). Korteks kelenjar adrenal terdiri atas 3 lapisan/zona
yaitu:
• Zona glomerulosa: pita sel bergelung, 15% tebal korteks
• Zona fasikulata: pita sel sejajar dan radier, 75% tebal korteks
• Zona retikularis: pita sel bercabang dan beranastomosa
Korteks kelenjar adrenal mensekresikan hormone steroid yaitu: glukokortikoid
(kortisol, cortisone, kortikosteron) yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan
kadar gula darah, mineralokortikoid (aldosteron) yang mempengaruhi fungsi tubulus
ginjal sehingga berperan mengatur komposisi kadar ion darah seperti ion Na, dan
androgen yaitu steroid seks yang mempengaruhi karakteristik seks sekunder dan fungsi
gonad.
Pulau Langerhans
Pulau Langerhans merupakan bagian endokrin pankreas, dibangun oleh pita-pita sel
dengan kapiler darah di antar pita tersebut. Di bagian ini terdapat 3 jenis sel yaitu:
• Sel alpha: mensintesis dan menimbun polipeptida yang mengakibatkan
hiperglikemia, karena merangsang perubahan glikogen menjadi glukosa, yang
disebut glukagon. Sitoplasma bergranula, sifat asam.
• Sel beta: menghasilkan insulin, suatu polipeptida yang berperan mengubah
glukosa menjadi glikogen. Sel ini paling banyak terdapat yaitu 60-80% dari sel di
pulau Langerhans, ukuran kecil, sitoplasma bergranula, sifat basa.
• Sel lamda: jumlahnya paling sedikit, ukuran kecil, tidak terwarnai dengan kuat,
diduga sebagai turunan sel alpha dan sel beta.
Struktur dan Perkembangan Hewan 63
4.3. SISTEM SARAF
Sistem saraf pada hewan vertebrata memegang tiga peranan dasar. Sistem
tersebut membuat organisme terbiasa terhadap lingkungan dan merangsang organisme
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Selain itu, sistem ini juga mengatur lingkungan
dalam dan menjadi tempat penimbunan informasi. Fungsi tersebut terlaksana melalui
saraf tunjang, dan otak yang berasosiasi dengan reseptor dan efektor.
Sistem saraf dibangun oleh sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan saraf tunjang. Sistem saraf perifer terdiri atas saraf
cranial, saraf spinal, saraf otonom dan cabangnya, dan ganglia otonom serta pleksus-
pleksus. Komponen otonom mensarafi efektor visceral.
4.3.1. SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER
Saraf tunjang (sumsum tulang belakang)
Saraf tunjang menempati kanalis vertebralis dan diliputi oleh seludang-seludang
pelindung, serta dilindungi oleh lengkung neural dan badan vertebra. Bermula pada
foramen magnum, tetapi tidak ada batas yang jelas dengan otak.
Saraf tunjang dewasa mencapai ujung kaudal kolumna vertebralis hanya pada
vertebrata dengan perototan ekor yang kuat. Pada vertebrata lainnya, kolumna vertebralis
embrionik tumbuh memanjang lebih cepat daripada saraf tunjang, akibatnya pada waktu
lahir saraf tunjang lebih pendek daripada kolumna vertebralis. Pada manusia misalnya,
saraf tunjang berakhir pada ketinggalan vertebra lumbar ke tiga.
Bila saraf tunjang panjangnya sepanjang kolumna vertebralis, maka setiap pasang
saraf spinal akan keluar melalui foramen intervertebralisnya. Tetapi bila kolumna
vertebralis terdapat lebih panjang daripada saraf tunjang, maka saraf spinal akan berjalan
kaudad di dalam kolumna vertebralis untuk mencapai foramina. Akibatnya, saraf spinal
yang lebih kaudal akan membangun seberkas saraf yang sejajar di dalam kolumna
vertebralis dan disebut cauda equina (buntut kuda). Elemen-elemen non saraf (ependim
dan meninges), melanjutkan diri kaudad sebagai suatu benang yang halus, dinamakan
filamen terminale (filamen akhir).
Saraf tunjang memperlihatkan pembengkakan di daereh leher dan lumbar pada
ketinggian anggota depan dan belakang. Pembengkakan disebabkan karena jumlah yang
besar dari badan neuron dan saraf yang mensarafi anggota badan.
Struktur dan Perkembangan Hewan 64
Saraf spinal
Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral
yang kemudian bersatu membangun saraf spinal. Pada akar dorsal terdapat ganglion
spinal dan akar dorsal ini terutama sensoris, sedang akar ventral motoris. Pada banyak
teleostei akar dorsal mengandung serabut saraf motoris visceral, sedang pada
chondrichtyes dan tetrapoda sudah murni sensoris. Badan sel neuron sensoris terdapat
dalam ganglion spinal (ganglion akar dorsal). Akar ventral mengandung serabut saraf
motoris (somatik dan viseral) dengan badan neuron yang terletak dalam saraf tunjang.
Gambar 30 menggambarkan tentang refleks yang diakibatkan aktivitas saraf spinal.
Gambar 30. Refleks akibat aktivitas saraf spinal
Rami dan pleksus
Tidak jauh sesudah muncul dari kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-
kurangnya akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai otot epaksial
dan kulit punggung. Sebuah ramus ventral yang lebih besar menuju dinding lateral tubuh
dan mensuplai otot hypaksial dan kulit tubuh lateral dan abdominal. Di daerah toraks dan
lumbar terdapat percabangan tambahan, rami communicantes, yang menuju ganglia
trunkus simpatis, ramus putih dan ramus kelabu. Rami communicantes membawa serabut
saraf viseral.
Struktur dan Perkembangan Hewan 65
Rami ventral dari saraf spinal yang berurutan sering bersatu membentuk suatu
pleksus darimana kemudian muncul batang saraf yang besar-besar. Pleksus pokok adalah
pleksus brakhialis dan pleksus pelvic yang mensuplai saraf ke anggota depan dan anggota
belakang.
Komponen serabut saraf spinal
Serabut saraf di dalam saraf spinal yang khas terdiri atas empat macam fungsi.
Tiga daripadanya disebut sebagai serabut umum untuk membedakannya dari jenis khusus
yang hanya terdapat pada saraf kranial.
Otak
Ketika bumbung neural embrio untuk pertama kali terbentuk, bagian anterior telah
menggelembung dan memperlihatkan gelembung otak primer, yaitu otak depan, otak
tengah, dan otak belakang. Otak depan (prosensefalon) pada hewan dewasa terbagi
menjadi telensefalon dan diensefalon. Otak tengah (mesensefalon) tumbuh tanpa ada
pembagian. Otak belakang (rhombensefalon) terbagi menjadi metensefalon dan
myelensefalon. Diferensiasi otak menyangkut ketebalan dinding otak lateral dan dasar
otak di tempat-tempat tertentu, dan evaginasi dorsal, lateral atau ventral di tempat
lainnya, hingga otak yang definitive terbentuk. Penampang otak manusia secara
terperinci dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Penampang otak manusia
Struktur dan Perkembangan Hewan 66
Metensefalon dan myelensefalon
Myelensefalon diwakili terutama oleh medulla oblongata. Struktur dorsal dari
otak belakang yang paling menyolok adalah serebelum. Suatu evaginasi dorsal dari
metensefalon. Berfungsi untuk mengkoordinasi kerja otot rangka dalam menanggapi
impuls yang dating dari membrane labyrinth, saluran gais lateral, proprioreseptor otot,
sendi, dan urat, serta dari refleks dan pusat motoris yang voluntary di otak depan
(serebrum).
Serebelum berkembang dengan baik pada aves dan mamalia karena diperlukan
pusat saraf yang mengkoordinasi kerja otot di kepala, tengkuk, tubuh, dan anggota untuk
dapat melakukan kegiatan seperti terbang, lari, meloncat, memanjat, keseimbangan tubuh
(balancing).
Rongga otak (ventrikel) yang terdapat di myelensefalon adalah ventrikel yang ke
empat. Atapnya membangun membrane tela choroidea yang menggantung ke dalam
ventrikel ke 4 sebagai pleksus koroid posterior.
Mesensefalon
Atap (tektum) mesensefalon memperlihatkan adanya sepasang lobus optikus yang
nyata pada semua vertebrata. Sebagian berfungsi sebagai pusat refleks optic yang
menerima serabut saraf dari retina dan otot kepala. Lobus optikus sangat baik
pertumbuhannya pada aves, yang mengandalkan rangsangan visual untuk sebagian besar
informasi mengenai lingkungan. Sepasang lobus auditori terdapat di kaudal dari lobus
optikus di dalam tektum, yang mulai terdapat pada reptilian. Keempat lobus membangun
korpora kuadrigemina. Lobus auditori menerima impuls dari bagian membrane labyrinth
yang peka terhadap getran, yakni lagena dengan homolognya kohlea (pusat refleks
auditori). Ventrikel mesensefalon besar pada ikan dan amphibian, serta menyebar ke
dalam lobus optikus. Pada vertebrata tinggi, ventrikel menyempit menjadi suatu saluran
yang disebut aquaductus sylvius.
Diensefalon
Merupakan bagian posterior otak depan. Bagian dorsal dan lateral diensefalon
membangun thalamus, sedang bagian ventralnya membangun hipotalamus. Di sebelah
dorsal tumbuh pineal body dan di sebelah ventral tumbuh kelenjar hipofisa yang termasuk
sistem endokrin.
Struktur dan Perkembangan Hewan 67
Talamus bertindak sebagai pusat untuk memproses, mengintegrasi, dan merelay
informasi sensoris. Mayoritas neuron sensoris yang membawa impuls ke telensefalon
(korteks serebrum) mengadakan sinapsis di talamus dengan neuron yang menuju
telensefalon. Anterior dari thalamus etrdapat pleksus koroid anterior.
Hipotalamus merupakan pusat koordinasi dan control utama bagi system saraf
otonom. Menerima saraf sensoris dari reseptor visera, reseptor pengecap, dan reseptor
penciuman. Informasi direlay di hipotalamus ke efektor melalui medulla oblongata dan
saraf tunjang, dan digunakan untuk mengatur dan mengontrol denyutan jantung, tekanan
darah, laju pernafasan, dan gerakan peristaltic. Hipotalamus juga mengandung pusat
pusat untuk memprakarsai makan (feeding), tidur, minum, dan aktivitas perilaku yang
berkaitan dengan menyerang dan reproduksi. Hipotalamus juga memantau (memonitor)
kadar metabolit dan hormone di dalam darah dan juga suhu. Dengan informasi tersebut,
bersama dengan hipofisa, hipotalamus mengarahkan dan mengontrol disekresikannya
sebagian besar hormon di tubuh, dan memelihara komposisi steady state darah dan
jaringan (homeostasis). Ventrikel otak ke 3 terdapat di diensefalon.
Telensefalon
Telensefalon merupakan bagian anterior otak depan dan terdiri atas rhinensefalon,
serebrum, serta ganglia basal. Serebrum membangun atap dan dinding telensefalon,
tumbuh menjadi besar membangun hemisfer serebrum kiri dan kanan, yang menutupi
sebagian besar otak pada burung dan mamalia. Ganglia basal menempati dasar
telensefalon. Rhinensefalon terdiri atas bulbus olfaktori, traktus olfaktori, dan lobus
olfaktori.
Serebrum
Hemisfer serebrum terdiri atas suatu lapisan tipis sebelah luar yang padat dengan
neuron, membangun daerah kelabu yang dikenal sebgai korteks serebrum. Setiap
hemisfer serebrum dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus
oksipital, dan lobus temporal.
Perhubungan antara ke 4 lobus menyebabkan korteks serebrum mendominasi dan
mengkoordinasi seluruh kegiatan voluntary dan sebagian kegiatan involuntary tubuh,
termasuk fungsi canggih seperti daya ingat, belajar, menalar, perasaan, dan kepribadian.
Struktur dan Perkembangan Hewan 68
Di dalam hemisfer serebrum terdapat ventrikel otak ke 1 dan ke 2 yang berisi
cairan serebrospinal yang sebagian digetahkan oleh pleksus koroid yang menggantung ke
dalam ventrikel otak ke 3 dan ke 4
Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang
mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan
jantung, gerakan peristaltik, dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju
otot polos di organ-organ interna.
Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang meninggalkan sistem saraf
pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan
neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Gambar 32 menunjukkan terjadinya
gerak refleks pada sistem saraf otonom.
Gambar 32. Gerak refleks pada sistem saraf otonom
Struktur dan Perkembangan Hewan 69
Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu: sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis. Ke dua sistem tersebut terutama berbeda dalam organisasi struktural
neuronnya.
Dalam sistem saraf simpatis, sinapsis dan badan sel dari neuron postganglionic di
wilayah tubuh terletak dalam ganglia dekat pada saraf tunjang. Setiap ganglion simpatis
dihubungkan kepada saraf tunjang oleh suatu ramus komunikans putih dan kepada saraf
spinal oleh ramus komunikans kelabu.
Ganglia simpatis segmental yang berdekatan, dihubungkan oleh traktus saraf
simpatis, membangun rantai ganglia simpatis yang terdapat di kiri dan kanan saraf
tunjang. Ganglia sistem saraf parasimpatis terletak dekat atau di dalam organ efektor.
Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis bekerja secara berlawanan
terhadap organ yang dirangsangnya. Hal ini memungkinkan tubuh membuat penyesuaian
yang cepat dan tepat bagi aktivitas viseral, agar dapat mempertahankan steady state.
REFERENSI
1. Hamwan, M. 1988. Histology. 8th ed. London. Philadelphia. Med. Publ. Co. Ltd.
Hal 131-202.
2. Suripto. 1997. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Jurusan Biologi. Institut Teknologi
Bandung. Hal 110-159.
3. Weichert, C.K. 1989. Anatomy of the Chordates. 5th Ed. Mc Graw-Hill Book
Company, New York. Hal 263-358.
Struktur dan Perkembangan Hewan 70
DAFTAR PUSTAKA
1. Hamwan, M. 1988. Histology. 8th edition. London. Philadelphia. Med. Publ. Co.
Ltd. Pp. 245.
2. Suripto. 1997. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Jurusan Biologi. Institut Teknologi
Bandung. 200 halaman.
3. Weichert, C.K. 1989. Anatomy of the Chordates. 5th Ed. Mc Graw-Hill Book
Company, New York. 442 halaman.
Struktur dan Perkembangan Hewan 71
SENARAI
Alantois. Membran ekstraembrionik pada reptil, aves, dan mammalia yang membentuk
kantung yang tumbuh dari bagian posterior saluran pencernaan.
Amnion. Membran ekstraembrionik pada reptil, aves, dan mammalia yang membungkus
embrio di dalam kantung berisi cairan.
Androgen. Satu di antara sekelompok hormon seks pada vertebrata jantan yang
memajukan perkembangan sifat-sifat seks sekunder.
Chitin/kitin . Polisakarida berisi nitrogen, yang membentuk eksoskeleton pada jenis
hewan tertentu dan dinsing selny banyak fungsi.
Chorion/korion . Membran ekstraembrionik pada reptil, aves, dan mammalia yang
meliputi embrio dan pada mammalia berperan dalam pembentukan plasenta.
Cloaca/kloaka. Bagian belakang saluran pencernaan, tempat bermuaranya saluran urin
dan saluran reproduksi, terdapat pada reptil, aves, dan mammalia.
Coelom/selom. Rongga tubuh utama pada hewan, dilapisi oleh epitelium yang diturunkan
dari mesoderm.
Diferensiasi. Modifikasi struktural dan fungsional suatu sel dari yang belum
terspesialisasi menjadi terspesialisasi.
Digesti/pencernaan. Perombakan makromolekul pada makanan secara hidrolisis.
Endotherm. Hewan yang dapat memelihara suhu tubuh dengan panas yang dibangkitkan
oleh metabolismenya.
Estrogen. Salah satu hormon seks betina yang, selain efek-efek lain, memajukan
perkembangan sifat seks sekunder.
Ekskresi. Pembuangan limbah metabolik oleh organisme.
Ekstensor. Otot yang memperluas anggota tubuh.
Fleksor. Otot yang membengkokkan anggota tubuh.
Hemoglobin. Protein darah merah mengandung besi yang mentransfer O2 dan CO2
dalam darah vertebrata dan beberapa avertebrata.
Struktur dan Perkembangan Hewan 72
Limfa. Cairan yang terdapat dalam pembuluh sistem limfatik. Limfa diturunkan dari
cairan pencernaan dan mengandung banyak limfosit.
Ovulasi. Pembebasan satu atau lebih telur dari ovarium.
Serum. Cairan bening yang dapat disaring dari gumpalan darah; karena itu plasma darah
yang telah dikeluarkan adalah fibrinogen dan faktor gumpal lainnya.
Sinsitium. Massa sitoplasma yang berisikan banyak nukleus, terbentuk karena peleburan
sel-sel.
Vertebrata. Semua hewan bertulang belakang, mulai ikan, amphibi, reptil, aves, dan
mammalia.
Struktur dan Perkembangan Hewan 73
RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Penulis, Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., dilahirkan di Magetan-Jawa Timur pada tanggal
5 Maret 1966. Menyelesaikan studi S1 dalam bidang Biologi/ Zoologi di Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1989. Mulai bertugas sebagai dosen di
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung pada tahun 1991. Pada tahun 1997,
Penulis mendapat kesempatan studi lanjut S2 dalam bidang Biologi/ Developmental
Biology di Biology Department, Mississippi State University, USA. Tahun 1999 Penulis
menyelesaikan studi S2 dan kembali mengabdikan diri di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung. Mulai tahun 2000 – sekarang, Penulis menjabat sebagai Sekretaris
Jurusan, dan juga aktif mengajar di beberapa Perguruan Tinggi swasta di Bandar
Lampung.
Struktur dan Perkembangan Hewan 74
Recommended