View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH
PADA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA
KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
Kukuh Imanda Sabrang
K5108073
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH
PADA POKOK BAHASAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA
KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
Kukuh Imanda Sabrang
K5108073
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Kukuh Imanda Sabrang. PENINGKATAN PRESTASI BELAJARMATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKANMEDIA ANIMASI FLASH PADA POKOK BAHASAN PECAHANSEDERHANA PADA SISWA KELAS III D SLB D YPAC SURAKARTATAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melaluipembelajaran yang menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahansederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pendekatan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan PenelitianTindakan Kelas (Classroom Action Research). Subyek dalam penelitian ini adalahanak kelas III D tuna daksa SLB YPAC Surakarta yang berjumlah lima siswa. Teknikpengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumen. Teknik analisis datamenggunakan deskriptif komparatif.
Penelitian ini diadakan dalam dua siklus dengan indikator keberhasilan adalahsemua siswa dapat memenuhi nilai KKM, yaitu 60. Hasil penelitian ini adalahmeningkatnya prestasi belajar matematika melalui pembelajaran menggunakan mediaanimasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana pada anak tuna daksa kelas IIID SLB D YPAC. Nilai tes prestasi belajar matematika semua siswa mengalamipeningkatan pada setiap siklus. Prosentase kenaikan siklus I ke siklus II yaitu 26%.Selain itu, siswa menjadi lebih aktif bertanya sehingga tercipta suatu kegiatanpembelajaran yang akrif dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan media animasiflash dapat meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran matematika pokokbahasan pecahan sederhana pada anak tuna daksa kelas III D SLB D YPAC TahunAjaran 2011/2012.
Kata Kunci : Prestasi Belajar Matematika, Animasi Flash, Tuna Daksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Kukuh Imanda Sabrang. THE INCREASING OF MATHEMATICSLEARNING ACHIEVEMENT THROUGH FLASH ANIMATION LEARNINGMEDIA ON THE SIMPLE FRACTION MATERIAL ON 3rd CLASSSTUDENTS OF SLB D YPAC SURAKARTA OF 2011/ 2012 SCHOOL YEAR.Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret UniversitySurakarta, June 2012.
The aim of this study is to increase the mathematics learning achievementthrough a learning that uses flash animation media on the simple fraction material on3rd grade students D of YPAC Surakarta of 2011/ 2012 school year.
The research approach used in this study is Classroom Action Research. Thesubject of this study is 3rd class disabled students of SLB D YPAC Surakarta, whichconsists of five students. The data collecting technique used in this study areobservation, testing, and documentation. The data analysis technique used iscomparative descriptive.
This study is administered in two cycles with a success indicator that everystudent is able to fulfill the Minimum Passing Criteria (KKM), which is 60. Theresult of this study is the increasing of mathematics learning achievement through alearning that uses flash animation media on the simple fraction material on 3rd gradeDisabled students of D SLB YPAC. The testing marks of mathematics learningachievement for each student increases on every cycle. The raise percentage fromCycle I to Cycle II is 26%. Besides that, the students become more active to ask somequestions, which results in the establishment of an active and enjoyable learningactivity.
Based on the result of this study, it can be concluded that the using of flashanimation media can improve the learning achievement on mathematics on the simplefraction material on 3rd class disabled students of SLB D YPAC on 2011/ 2012 schoolyear.
Keyword : Mathematics Learning Achievement, Flash Animation, Disabled Students.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Cacat atau tidak bukanlah ukurankemampuan seseorang
(Dikutip dari buku Prof.Dr.Soeharso tentang rehabilitasi anak
cacat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Seiring syukurku pada-Mu YA ALLAH, ku persembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibu tercinta
Beliau yang selalu memberikan segalanya,
mendoakanku tiada henti dan kasih sayang tiada batas untuk keberhasilanku.
Sahabatku Epik, Rully, Nia, Luthfi, Faiz, Budi, Luly, Riska, dan Mbak pita
tersayang. Canda kalian yang selalu berikan ku kecerian dan semangat disetiap aku
terpuruk.
Rekan-rekan PPL di SLB D YPAC: Ina, Rosida, Tia, Lina, Vitria, Dewi, Dian
dan wiwit
Teman-teman PLB angkatan 2008
Murud-muridku tercinta di SLB D YPAC Surakarta
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-
kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,
disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini.
4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS
Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
5. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan luar Biasa FKIP UNS
yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. Sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan.
6. Priyono, S. Pd, M. Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa.
7. Drs. Maryadi, M.Ag, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Sugini, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Dr. Tundjung Hanurdaya, M. Si, Ketua pengurus yayasan YPAC Surakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Drs. Mugiyono, Kepala SLB Tunadaksa YPAC Surakarta yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11. Dra. Khairunisyak, selaku Guru Kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang selalu
meluangkan waktu guna terselesaikannya penelitian.
12. Siswa-siswi kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang telah membantu pelaksanaan
penelitian dan menerima penulis dengan senang hati.
13. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
14. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan
penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta, 28 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT........................................................................ ....... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Daksa
a. Pengertian Anak Tuna Daksa ....................................... 6
b. Karakteristik Anak Tuna Daksa ................................... 7
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar ........................................... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak
Tuna Daksa ................................................................... 12
3. Tinjauan Tentang Pembalajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Matematika .......................... 16
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Untuk
Anak Tuna Daksa ......................................................... 16
c. Ruang Lingkup Matematika bagi Tuna daksa .............. 18
d. Prestasi Belajar Anak Tuna Daksa ............................... 18
4. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran ................................... 20
b. Fungsi Media Pembelajaran bagi Anak Tuna Daksa.... 20
c. Pengertian Media Animasi Flash.................................. 23
d. Kelebihan Media Animasi Flash .................................. 23
e. Media Animasi Flash Dalam Pembelajaran
Anak Tuna Daksa ......................................................... 24
B. Kerangka Berfikir ...................................................................... 26
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ..................................................................... 28
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 29
C. Pendekatan Penelitian ................................................................ 29
D. Data dan Sumber Data ............................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31
F. Validitas Data ............................................................................ 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 34
H. Indikator Kinerja......................................................................... 34
I. Prosedur Penelitian .................................................................... 34
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan .............................................................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Deskripsi Hasil Tindakan
1. Siklus I................................................................................... 41
2. Siklus II................................................................................. 45
3. Perbandingan Antar Siklus .................................................... 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 51
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 55
B. Implikasi .................................................................................... 55
C. Saran .......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian........................................... 27
Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian................................................................... 28
Tabel 3.3 Indikator kerja.................................................................................. 33
Tabel 4.1 Nilai Tes Awal................................................................................. 39
Tabel 4.2 Nilai Tes Siklus I.............................................................................. 48
Tabel 4.3 Nilai Tes Siklus II............................................................................. 49
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa
pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II............................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Skema 2.1 Alur kerangka berfikir................................................................... 25
Skema 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.............................................. 29
Grafik 4.1 Nilai Tes Awal............................................................................... 39
Grafik 4.2 Nilai Tes Siklus I............................................................................ 49
Grafik 4.3 Nilai Tes Siklus II.......................................................................... 50
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa
pada Tes awal, Siklus I dan Siklus II............................................ 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kisi-kisi Soal Tes Awal............................................................................. 61
2. Soal Tes Awal............................................................................................ 62
3. Kisi-kisi Soal Tes Akhir............................................................................. 65
4. Soal Tes Akhir............................................................................................ 66
5. Instrumen Observasi Siswa........................................................................ 69
6. Instrumen Observasi Peneliti..................................................................... 70
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran........................................................... 71
8. Daftar Presensi Siklus I.............................................................................. 82
9. Daftar Presensi Siklus II............................................................................. 83
10. Contoh Hasil Tes Siswa Siklus I................................................................. 84
11. Contoh Hasil Tes Siswa Siklus II................................................................ 85
12. Data Hasil Tes Siswa Siklus I...................................................................... 86
13. Data Hasil Tes Siswa Siklus II.................................................................... 87
14. Foto Pembelajaran Pratindakan................................................................... 88
15. Foto Pembelajaran Siklus I......................................................................... 89
16. Foto Pembelajaran Siklus II....................................................................... 90
17. Hasil Observasi Siswa Pada Kondisi Awal................................................ 91
18. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I.......................................................... 92
19. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II......................................................... 93
20. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi............................................... 94
21. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi................ 95
22. Surat Permohonan Izin Penelitian............................................................... 96
23. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian.................................................. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, secara jelas
dinyatakan bahwa: “Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan
untuk peserta didik yang berkelainan misalnya tuna netra, tuna rungu, tuna daksa
atau untuk peserta didik yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa.
Penyelenggaraan pendidikan khusus dilaksanakan secara berkelompok (inklusif)
atau berupa satu khusus pada tingkat dasar dan menengah.” Dan UU sisdiknas
tahun 2003 pasal 32, ayat 1 mengenali jenis anak berkebutuhan khusus dimana
anak Tunadaksa termasuk salah satu didalamnya. Muslim dan Sugiarmin (2007)
mengemukakan bahwa “salah satu kebutuhan tunadaksa adalah memperoleh
pendidikan baik ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha untuk
memenuhi kebutuhan akan pendidikannya”(hlm.7-9). Pendidikan luar biasa,
merupakan salah satu bentuk pendidikan yang khusus bagi tunadaksa.
Pengertian tuna daksa menurut Heward dan Orlansky
“Disabled children are children who have certain abnormalities in the bones,
muscles, joints or areas, either inborn or acquired later, resulting in disruption
of normal body functions”(1988: 38) yang berarti anak tuna daksa adalah anak
yang memiliki kelainan tertentu pada bagian tulang, otot, ataupun daerah
persendian, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian
sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal. “Pada
umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan perkembangan motorik dan
mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Salah
satu kendala yang dialami anak tunadaksa adalah hambatan fisik” (Somantri,
2007: 126). Hal ini didukung hasil survey Mackie yang diadakan tahun 1932-1942
di Amerika Serikat dan Hawaii, diketahui dari 16.696 anak tunadaksa yang
diteliti, 14.717 atau 82,2 % mempunyai kelainan/hambatan fisik.
Hambatan fisik bukan satu-satunya gangguan pada anak tuna daksa,
terdapat juga gangguan lain berupa gangguan persepsi. “Persepsi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
jembatan penghubung antara sensasi dengan proses berpikir” (Efendi, 2005: 129).
Berdasarkan kenyataan ketika PPL, proses pembelajaran anak tunadaksa di SLB
D YPAC Surakarta juga sering mengalami gangguan konsentrasi yang
menyebabkan prestasi belajar matematikanya kurang memuaskan, hal ini
dikarenakan proses belajar yang kurang menarik bagi anak, padahal menurut
Gagne “ada lima jenis belajar yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual,
pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, sikap” (Winkle, 2009: 111).
Sehingga dalam proses belajar harus terdapat lima komponen jenis belajar diatas
dalam penerapannya, dan prestasi belajar anak dapat meningkat melalui
pengetahuannya.
Pengetahuan diperoleh melalui beberapa proses yaitu : persepsi, memori,
pemunculan ide-ide, evaluasi, dan penalaran. Pada anak pada umumnya
dibutuhkan persepsi, memori dan penalaran dalam penguasaan matematika dalam
suatu pembelajaran. Matematika seperti yang tercantum dalam Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (2003) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan
jelas.
Matematika pada umumnya sangat dicemaskan oleh banyak anak
dikarenakan banyak berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus.
Padahal menurut penelitian Sherman dan Wither (1998) “Mathematics anxiety
does cause a deterioration of mathematical achievement” yang berarti kecemasan
matematika tidak menyebabkan kemerosotan prestasi matematika. Dalam
pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran
induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan
dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah
dimiliki oleh siswa.
Pengajaran matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan
baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam
proses pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Namun,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
fakta dilapangan membuktikan bahwa metode ceramah dari guru hanya berjalan
satu arah dan guru hanya menerapkan konsep saja. Suharta (2001) berpendapat
bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan
tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan belajar matematika
di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep
matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep
matematika yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang
lain sangat penting dilakukan.
Proses pembelajaran matematika di SLB D YPAC Surakarta pada
umumnya berjalan dengan lancar. Namun, Hasil belajar pada mata pelajaran
matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM yaitu berkisar 60
sampai 65 saja. Permasalahannya adalah proses penerapan konsep itu sendiri
kepada anak tuna daksa dan proses pengaplikasian matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana
di kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu pengaplikasian
konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi belajar
siswa yang rendah dan media yang kurang menarik bagi siswa.
Pembelajaran pada masing-masing bidang studi memerlukan media yang
sesuai, karena faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara
lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru
maupun oleh peserta didik (Mulyasa, 2005). Hal ini dibuktikan menurut penelitian
Sutjiono (2005) yang menyimpulkan bahwa semua guru sepakat bahwa media itu
perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum
menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam
memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-
masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada.
Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat
dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa.
Media Animasi flash merupakan salah satu media yang cocok dengan anak
tunadaksa. Karena berdasarkan kenyataannya, media animasi flash yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
audio visual ini dapat menarik minat anak dalam belajar. Anak pun semakin
antusias untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa “aplikasi flash dalam
pembelajaran matematika ini dapat dijadikan sarana untuk mempermudah guru
dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam proses belajar mengajar
karena cukup interaktif dan menarik siswa”. Sehingga melalui media Animasi
flash ini diharapkan anak lebih memahami materi dan berpengaruh terhadap
prestasi belajar matematika.
Berdasarkan pengamatan dan observasi peneliti di SLB D YPAC
Surakarta, prestasi belajar pada kompetensi dasar pecahan sederhana kurang
memuaskan karena guru masih menggunakan metode konvensional yaitu
ceramah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian dengan judul “ Peningkatan prestasi belajar matematika melalui
pembelajaran yang menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan
pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional
berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah “Apakah pembelajaran
yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012?”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran yang
menggunakan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana
pada siswa kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian upaya meningkatkan prestasi belajar matematika
pokok bahasan pecahan sederhana melalui media animasi flash, mampu
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi, termasuk dalam
menerapkan media animasi flash pada pokok bahasan pecahan sederhana
pada anak tuna daksa.
b. Memberikan alternatif pemilihan media serta cara menggunakannya
sesuai dengan kondisi atau karakteristik anak tuna daksa.
2. Bagi Siswa
a. Siswa tuna daksa lebih tertarik karena pembelajaran tersebut dikemas
sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan.
b. Dengan penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa yaitu siswa tuna
daksa mendapat pelayanan pendidikan yang efektif, aktif dan
menyenangkan sesuai dengan konsep PAIKEM dalam pembelajaran
yang menggunakan media animasi flash yang didemonstrasikan kepada
siswa melalui indra penglihatan dan indra pendengarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Daksa
a. Pengertian Anak Tuna Daksas
Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh,
cacat fisik, dan cacat ortopedi. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna”
yang berarti rugi atau kurang dan ”daksa” yang berarti tubuh. Tunadaksa
adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan
istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak
cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat indranya. Selanjutnya istilah
cacat ortopedi terjemahan dari bahasa Inggris orthopedically
handicapped. Orthopedic mempunyai arti yang berhubungan dengan
otot, tulang, dan persendian. Dengan demikian, cacat ortopedi
kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan persendian atau dapat
juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat pengatur
sistem otot, tulang dan persendian. Menurut Somantri (2007) “tuna daksa
adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan
bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan olah penyakit, kecelakaan, atau
dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir”(hlm.126).
Pendapat lain menyatakan bahwa “Disabled children are children
who have certain abnormalities in the bones, muscles, joint or areas,
either inborn or acquired later, resulting in disruption of normal body
functions” yang berarti anak tuna daksa adalah anak yang memiliki
kelainan tertentu pada bagian tulang, otot, ataupun daerah persendian,
baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian sehingga
mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal (Heward dan
Orlansky, 1988:38). Efendi (2006) juga menyatakan bahwa “anak tuna
daksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan
fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit atau
pertumbuhan yang tidak sempurna” (hlm.114).
Melalui pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau kecacatan
pada sistem otot, tulang, dan persendian karena kecelakaan, congenital,
dan atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan gangguan gerak,
kecerdasan, komunikasi, koordinasi, perilaku dan adaptasi, sehingga
mereka memerlukan pendidikan khusus.
b. Karakteristik Anak Tuna Daksa
Karakteristik Anak Tuna Daksa, mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.
Anak tuna daksa memiliki sedikit karakteristik yang berbeda dengan
anak pada umumnya Karakteristik anak tuna daksa menurut Smith (2006)
adalah
“The characteristics of students with physical or health disabilitiesare as unique to the individuals as the conditions that created theirspecial needs. The health care needs of some children are soconsuming that everything else becomes secondary. Other students,such as some with physical disabilities, require substantial alterationsto the physical environment, so that learning is accessible to them, butare quite similar to their typical classmates in many learningcharacteristics. For still others, their health situation requires intensespecial accommodations at some points in time, but less so at othertimes”(hlm.88).
Yang berarti karakteristik siswa penyandang hambatan fisik adalah
keadaan yang menyebabkan mereka memerlukan layanan kebutuhan
khusus. Beberapa anak sangat memerlukan perawatan kesehatan
sehingga segala sesuatu menjadi sekunder. Beberapa siswa yang
memiliki hambatan fisik memerlukan perubahan besar terhadap
lingkungan fisiknya, sehingga pembelajaran dapat diakses oleh siswa.
Karakteristik belajar anak yang memiliki hambatan fisik sebenarnya
cukup sama dengan prestasi belajar anak pada umumnya. Namun, ada
beberapa siswa yang mengalami hambatan fisik ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
membutuhkan akomodasi kesehatan khusus yang intens di beberapa
titik dalam waktu tertentu.
Menurut Astati (2009) karakteristik anak tuna daksa ada 3 yaitu:
1) Karakteristik akademik meliputi kecerdasan, kemampuan persepsi,
kognisi dan simbolisasi anak tunadaksa dengan kelainan pada sistem
otot dan rangka tidak mengalami gangguan sehingga mereka dapat
belajar bersama dengan normal. Anak tunadaksa yang mengalami
kelainan pada sistem cerebral, karakteristik akademiknya mengalami
gangguan sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menerima
pelajaran dan prestasi akademiknya rendah. Karakteristik akademik
anak tuna daksa dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Keadaan kecerdasan anak tuna daksa sangat erat kaitannya
dengan IQ mereka (Somantri, 2007). Berikut ini adalah keadaan
IQ anak tuna daksa yaitu :
(1) IQ mereka berkisar (range) antara 35-138
(2) Rata-rata (mean) IQ mereka adalah 84
(3) Rata-rata IQ untuk anak polio tertinggi yaitu 103
(4) Rata-rata IQ untuk anak TBC yaitu 88
(5) Rata-rata IQ untuk anak cacat conginental yaitu 61
(6) Rata-rata IQ untuk anak spastic yaitu 69
(7) Rata-rata IQ untuk anak cacat pada pusat syaraf yaitu 74
b) Kemampuan persepsi anak tuna daksa merupakan jembatan
yang menghubungkan antara sensasi dengan proses berpikir
(Efendi, 2006). Kelainan persepsi terjadi karena saraf
penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan
sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang
alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke
otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta
menganalisis) mengalami gangguan. Gangguan persepsi inilah
yang mengakibatkan performasi yang lemah sekali pada anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tuna daksa dalam merespons pada sebagian tugas-tugas
perceptual visual dan motorvisual.
c) Keadaan perkembangan kognitif anak tuna daksa mengalami
hambatan dalam berkomunikasi, persepsi maupun control
geraknya (Efendi, 2006). Hambatan dalam berkomunikasi,
persepsi maupun control geraknya ini berpengaruh terhadap
kegiatan eksplorasi lingkungan anak secara wajar, hal ini
mengurangi stimulus yang diterima oleh anak tuna daksa yang
berdampak pada perkembangan kognitifnya (Somantri, 2007).
Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan jaringan
saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi
yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke
otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak (yang bertugas
menerima dan menafsirkan, serta menganalisis) mengalami
gangguan. Kemampuan kognisi terbatas karena adanya
kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan,
penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan, dan bahasa, serta
akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan
lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi
dengan menggunakan media sensori (indra). Gangguan pada
simbolisasi disebabkan oleh adanya kesulitan dalam
menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat. Kelainan yang
kompleks ini akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
2) Karakteristik sosial/emosional anak tuna daksa bermula dari konsep
diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi
beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain
dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak yang tidak diterima
oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak
perkembangan pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat
dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya
problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi.
Problem emosi seperti itu, banyak ditemukan pada anak tunadaksa
dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari
mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Karakteristik
sosial/emosional meliputi komunikasi dengan lingkungannya,
pergaulan, penyesuaian diri dan kestabilan emosi anak tunadaksa
mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh konsep diri anak
tunadaksa yang negatif terhadap kecacatannya serta respons
masyarakat yang belum positif dan sikap orang tua yang cenderung
over protective sehingga mempengaruhi penyesuaian sosialnya
(Efendi, 2006). Sehingga ketergantungan dan rasa cemas dalam
menghadapi lingkungan yang tidak dikenalnya dipengaruhi oleh
sikap orang tua yang terlalu melindungi dan respons sosial
masyarakat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan
kehidupan emosi anak tuna daksa (Somantri, 2007).
3) Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain
mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan
lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan,
gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak
ditemukan pada anak tunadaksa sistem cerebral. Gangguan bicara
disebabkan oleh kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh),
seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu pembentukan
artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya tidak dapat dipahami
orang lain dan diucapkan dengan susah payah. Mereka juga
mengalami aphasia sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena
organ reseptor anak terganggu fungsinya, dan aphasia motorik, yaitu
mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui
indra pendengaran, tetapi tidak dapat mengemukakannya lagi secara
lisan. Hal ini berpengaruh pada usaha anak tuna daksa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mengaktualisasikan dirinya secara utuh terhadap berbagai aspek
dalam kehidupannya (Somantri, 2007).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik anak tuna daksa meliputi karakteristik akademik,
karakteristik fisik/kesehatan, dan karakteristik sosial/emosi.
Karakteristik anak tuna daksa diatas menimbulkan berbagai dampak
yang mempengaruhi kondisi prestasi belajarnya.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar, memiliki pengertian yang beda-beda. Winkel
mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”(2009:121). Menurut
Tirtonegoro (2001) “Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta
penilaian usaha belajar. Prestasi belajar di sini merupakan tingkat
keberhasilan tertinggi yang telah dicapai”(hlm.43). Sedangkan
Sukmadinata berpendapat bahwa “Prestasi belajar atau achivment
merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki
seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir
maupun kemampuan motorik” (2004 : 102-103).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan seseorang dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai tes atau
angka dalam setiap bidang yang dipelajarinya setelah mengalami proses
belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak Tuna Daksa
Belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor-faktor. Menurut Slameto (2010), faktor - faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu :
1) Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas
menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan
faktor kelelahan.
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah,
kurang darah ataupun gangguan – gangguan kelainan- kelainan
fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Yang termasuk faktor ini
antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan
sebagainya (Winkel,2009).
(2) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang
memiliki hambatan fisik, prestasi belajarnya juga terganggu.
Hal ini berpengaruh pada usaha anak tuna daksa untuk
mengaktualisasikan dirinya secara utuh dalam proses
pembelajarannya (Somantri, 2007). Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.
b) Faktor psikologis
(1) Inteligensi
Kecerdasan atau intelegensi merupakan aspek yang berperan
penting dalam proses belajar dan berperan besar dalam
menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
memiliki kecerdasan normal atau di atas normal, akan dengan
mudah memahami materi pelajaran. Siswa tersebut sangat
berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus dalam proses
belajar (Ahira, 2008). Faktor inteligensi pada subjek, meskipun
dalam tingkat rata-rata, ternyata tidak optimal jika tidak
didukung aspek kepribadian dan lingkungan. Siswa yang
mempunyai tingkat kecerdasan yang sedang namun
menunjukkan prestasi belajar yang buruk karena adanya
umpan balik yang tidak mendukung. Hal ini menunjukkan
perlunya kajian yang lebih mendalam terhadap aspek
kepribadian dan lingkungan agar siswa dapat memiliki prestasi
belajar sesuai dengan potensinya (Fahmi, 2003).
(2) Perhatian
Pengaruh perhatian keluarga dan masyarakat terhadap anak
tuna daksa memiliki pengaruh yang sangat besar karena sikap
keluarga dan masyarakat mempengaruhi perkembangan
prestasi belajarnya (Somantri, 2007)
(3) Minat
“Minat belajar anak tuna daksa sama seperti anak pada
umumnya” (Hamalik, 2002:36). Namun, “keadaan cacat tubuh
pada anak tuna daksa inilah yang berpengaruh pada minat anak
tuna daksa dalam proses pembelajarannya” (Somantri,
2007:126).
(4) Bakat
Bakat adalah potensi dasar yang dimiliki oleh manusia. Bakat
merupakan potensi bawaan yang sudah dimiliki manusia sejak
lahir. Ada juga yang mengartikannya dengan aptitute atau
kecakapan. Sebagai potensi dasar ia akan berkembang jika
diasah atau dilatih terus menerus. Seseorang yang memiliki
bakat besar dalam bidang tertentu akan lebih mudah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berprestasi dibidang tersebut dari pada seseorang yang
memiliki bakat terbatas (Ahira, 2008).
(5) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang kuat atau keinginan kuat untuk
terus melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang lahir dari
dalam diri peserta didik adalah modal besar untuk
meningkatkan prestasi belajar (Ahira, 2008). Pada anak tuna
daksa, motivasi dari keluarga dekat, teman, guru serta
masyarakat sangat penting agat timbul rasa semangat dalam
mengikuti proses pembelajarannya disekolah (Efendi, 2006).
c) Faktor kelelahan
Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari
jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Pada anak tuna
daksa, khususnya mereka yang mengalami epilepsy sangat dijaga
waktu dalam interaksi belajar agar ia tidak mengalami kelelahan
yang berakibat timbulnya gejala kejang-kejang pada anak (Efendi,
2006).
2) Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan
menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
a) Faktor Keluarga
Keluarga adalah lingkungan dimana anak pertama kali
memahami sebuah proses belajar. Ia menjadi sekolah pertama
bagi anak-anak. Rumah yang selalu dalam atmosfer belajar akan
memotivasi anak-anak untuk terus aktif belajar. Kemudian
keadaan rumah yang aman, tenang dan nyaman juga akan
memberikan dampak positif bagi prestasi belajar siswa.
Sebaliknya keadaan rumah yang jauh dari atmosfer belajar
cenderung akan membuat anak malas belajar dan ini akan
menurunkan prestasi belajarnya (Ahira, 2008). Demikian juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dengan keadaan rumah yang bising, tidak nyaman juga akan
berdampak terhadap turunnya prestasi belajar siswa tuna daksa.
b) Faktor Sekolah
Keadaan sekolah di sini termasuk tenaga pengajar, kurikulum,
fasilitas belajar dan lingkungan sekolah secara keseluruhan.
Sebagai lembaga pendidikan formal sekolah tentu memiliki
sistem belajar yang sudah terprogram. Sistem belajar yang
terlaksana dengan baik dan dilakukan secara sungguh-sungguh
tentu akan berdampak besar bagi kemajuan prestasi belajar
siswa tuna daksa (Ahira, 2008).
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat yang meliputi, kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media. teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat (Ahira, 2008). Lingkungan
masyarakat adalah lingkungan lain setelah keluarga yang banyak
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan mengajarkan
mereka banyak hal terutama kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain (mengasah kecerdasan interpersonal).
Lingkungan masyarakat mempengaruhi prestasi belajar anak
tuna daksa melalui proses interaksinya dengan teman-teman
sebaya dan sepermainan. Ketika di lingkungan masyarakat ia
berkumpul dengan anak-anak yang suka belajar, maka ia akan
ikut terpengaruh untuk belajar. Demikian pula sebaliknya
(Somantri, 2007).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulan
bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu berasal
dari faktor intern dan ekstern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick
(Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to
learning”. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan
sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti
belajar (berpikir) (Wikipedia,2009). Jadi berdasarkan etimologis,
perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang bernalar”
(Suherman, 2003:16). Menurut Abdurrahman, “matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memecahkan masalah”(2003: 254).
Berdasarkan pendapat atas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu terstruktur dan terorganisasikan yang mempelajari
tentang sifat, hubungan dan operasi dari suatu bilangan, ukuran, bentuk
dalam berbagai dimensi dan ruang.
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna
Daksa
Matematika, memiliki fungsi dalam pembelajaran yang berbeda
dengan mata pelajaran lainnya. Fungsi pembelajaran matematika
menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2003) adalah sebagai
berikut : Sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki
obyek dasar berlandaskan kebenaran konsisten dalam system proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari tujuan dan
fungsi matematika tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Matematika sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar karena
dipandang sebagai alat bantu yang dapat digunakan diberbagai
bidang ilmu dan kehidupan, sehingga diharapkan siswa SD siap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menghadapi keadaan dalam kehidupan sehari-hari, bekal untuk
mengikuti pendidikan di SLTP.
2) Untuk melatih siswa kearah pola pikir logis, rasional, cermat,
obyektif, kreatif, dan aktif, sehingga diharapkan siswa SD dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupannya sehari-hari secara tepat
dan cermat.
Tujuan pembelajaran matematika untuk anak tuna daksa yang
tercantum dalam BSNP (2006) adalah sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
dan tujuan pembelajaran matematika adalah membantu ketajaman
berpikir anak secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Untuk Anak Tuna Daksa
Matematika, memiliki rung lingkup yang berbeda dengan mata
pelajaran lainnya. Ruang lingkup materi atau bahan pelajaran matematika
di sekolah dasar menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003:)
adalah :
1) Aritmatika
2) Pengantar aljabar
3) Geometri
4) Pengukuran
5) Kajian data dan pengantar statistik
Sedangkan Abdurrahman menyatakan bahwa “bidang studi
matematika yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu
“1) Aritmatika (berhitung), 2) Aljabar, dan 3) Geometri”(2003 : 218).
Ruang lingkup Mata pelajaran matematika yang tercantum pada BSNP
(2006) Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1) Bilangan
2) Geometri dan Pengukuran
3) Pengolahan Data
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang
lingkup matematika bagi anak tuna daksa adalah berupa bilangan,
geometri dan pengukuran, dan pengolahan data.
d. Prestasi Belajar Matematika Anak Tuna daksa
Prestasi belajar khususnya matematika pada anak tuna daksa
dipengaruhi oleh berbagai karakteristik yang dimilikinya. Menurut
Magne “Studied mathematics achievement in children who have physical
impairments Strongly influenced by social conditions, the ability
of mathematics and Mathematics achievement. It is influenced
by various factors that influence both inside and outside of your
self physically impaired children”(2003: 134). Yang berarti pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
prestasi belajar matematika pada anak yang mengalami gangguan fisik
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, kemampuan matematika dan
prestasi matematika. Ini dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi baik dalam maupun luar dari diri anak gangguan fisik.
Berdasarkan kenyataan ketika PPL, proses pembelajaran anak
tunadaksa di SLB D YPAC Surakarta juga sering mengalami gangguan
pada konsentrasi yang menyebabkan prestasi belajar matematikanya
kurang memuaskan, hal ini dikarenakan proses belajar yang kurang
menarik bagi anak, padahal menurut Winkle “ada lima jenis belajar yaitu
informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
keterampilan motorik, sikap”(2009: 111). Sehingga dalam proses belajar
harus terdapat lima komponen jenis belajar diatas dalam penerapannya,
dan prestasi belajar anak dapat meningkat melalui pengetahuannya.
Muhammad menyatakan bahwa “prestasi belajar anak tuna daksa
disebabkan karena ketidakmampuan anak untuk menyatakan kebutuhan,
keinginan, dan perasaannya yang selanjutnya dapat menghambat proses
pembelajarannya”(2008:122).
Proses pembelajaran matematika di SLB D YPAC Surakarta pada
umumnya berjalan dengan lancar. Namun, Hasil belajar pada mata
pelajaran matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM
yaitu berkisar 60 sampai 65 saja. Permasalahannya adalah proses
penerapan konsep itu sendiri kepada anak tuna daksa dan proses
pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari (Suharta, 2001).
Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana di
kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu
pengaplikasian konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi belajar siswa yang rendah dan media yang kurang
menarik bagi siswa. Maka dari itu peneliti menggunakan media berupa
animasi flash dalam pembelajaran matematika, sehingga prestasi belajar
anak tuna daksa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Tinjauan Tentang Media pembelajaran
a. Pengertian Media pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu
perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Sadiman,
dkk 2007: 6). Menurut Susilana dan Riyana “media pembelajaran adalah
wadah dari pesan dan materi dalam pesan pembelajaran serta tujuan yang
ingin disampaikan dalam pesan pembelajaran”(2009:7). Sedangkan
menurut Arsyad (2003), bahwa media jika dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang
menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap.
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa proses
interaksi, komunikasi, dan pengetahuan antara guru (atau pembuat
media) dengan peserta didik.
b. Fungsi Media pembelajaran Untuk Anak Tuna Daksa
Penggunaan media pembelajaran itu sendiri tentunya memiliki
beberapa fungsi yang berdampak positif dalam proses belajar mengajar.
Beberapa fungsi media pembelajaran menurut Sudrajat (2008) yaitu:
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik
berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi
perbedaan tersebut. Jika peserta didik khususnya anak tuna daksa
tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka
obyek yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam
bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang
dapat disajikan secara audio visual(Susilana dan Riyana, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak
hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh
para peserta didik khususnya anak tuna daksa tentang suatu obyek,
yang disebabkan karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu
kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang
bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek
yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan
resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua
obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik (Fathurrohman dan
Sutikno, 2010).
3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Dengan bantuan
media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
diantara siswa tuna daksa dimanapun berada (Ahira, 2008).
4) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat
menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna,
baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru
untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak
monoton dan tidak membosankan (Fathurrohman dan Sutikno,
2010).
5) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan
terjadinya komukasi dua arah secara aktif antara siswa dengan guru ,
sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah” (Susilana
dan Riyana, 2009).
6) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan
lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin (Anitah, 2008). Guru tidak harus menjelaskan
materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian
menggunakan media siswa akan lebih mudah memahami pelajaran
(Fathurrohman dan Sutikno, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
7) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran
dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan
utuh (Fathurrohman dan Sutikno, 2010). Bila dengan mendengar
informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran,
tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh,
merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa
akan lebih baik (Winkel, 2009) .
8) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian
rupa sehingga siswa khususnya tuna daksa dapat melakukan kegiatan
belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa
tergantung seorang guru (Susilana dan Riyana, 2009). Perlu kita
sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak
justru di luar lingkungan sekolah (Winkel, 2009) .
9) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar
mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan (Winkel, 2009) .
10) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Guru
dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu
untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti
membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian,
memotivasi belajar, dan lain-lain (Susilana dan Riyana, 2009)
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
media pembelajaran pada umumnya adalah Menarik perhatian siswa,
membantu siswa untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif,
menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi
dan keaktifan belajar siswa, dan serta mengubah peran guru kearah yang
lebih posistif dan produktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Pengertian Animasi Flash
Animasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda-beda.
Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses penciptaan objek
gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu.
Dengan kata lain, Animasi adalah paparan visual yang berbentuk
dinamik. Menikmati animasi adalah menikmati gambar bergerak,
bercerita dan bersuara”(2009:53). Sedangkan, pengertian animasi flash
menurut Fernandes animasi definisikan sebagai berikut : “Animation is
the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve
the illusion of continues motion”(2002:13). Yang artinya kurang lebih
adalah “Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali
serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.”
Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan. Yaitu usaha
untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa animasi
flash adalah sebuah paparan serangkaian gambar statis yang dapat berupa
gambar bergerak, cerita, maupun suara.
d. Kelebihan Animasi Flash Untuk Anak Tuna Daksa
Masing-masing media, tentunya mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaanya. Menurut Fernandes (2002) kelebihan
media animasi flash adalah sebagai berikut :
1) Dapat memvisualisasikan ide-ide yang sulit diwujudkan. Dengan
media animasi ini, bahan materi ajar berupa teks, audio, grafis,
gambar diam, dan gambar hidup dapar dikombinasikan dalam satu
sistem sehingga mudah diterapkan pada anak tuna daksa (Anitah,
2008)
2) Menarik Perhatian dengan adanya pergerakan dan suara yang
selaras. Jadi media animasi melatih multisensory yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menggabungkan antara suara dan gambar bersama teks ke otak untuk
siswa salah satunya anak tuna daksa (Anitah, 2008)
3) Mempermudah penggambaran dari suatu materi kepada siswa. Suatu
materi, dapat melampaui batasan ruang kelas. Sehingga media ini
memiliki kelebihan untuk menyajikan materi dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat
disajikan secara audio visual dalam bentuk animasi (Susilana dan
Riyana, 2009).
4) Menarik perhatian. Media animasi flash sangat menarik perhatian
dan minat anak pada umumnya dan anak tuna daksa karena suatu
materi ajar yang dikemas dalam bentuk audio visual dalam bentuk
animasi (Anitah, 2008).
5) Membuat suasana tidak kaku sehingga berjalan secara interaktif.
Pada proses penerapan media harus melibatkan kontak antara
penyaji atau guru dengan pembelajar atau siswa, sehingga terjadi
kontak pembelajaran yang timbal balik antara penyaji dengan
pembelajar begitu pula sebaliknya (Anitah, 2008)
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
animasi dalam proses pembelajaran untuk anak tuna daksa adalah
mempermudah penggambaran suatu materi, menarik perhatian peserta
didik dan membuat suasana pembelajaran menjadi interaktif.
e. Media Animasi Flash dalam Pembelajaran Matematika Untuk Anak
Tuna Daksa
Dalam kegiatan pembelajaran anak tuna daksa, terdapat
karakteristik-karakteristik yang menyebabkan terganggunya proses
belajar mengejar pada anak tuna daksa. Fakta dilapangan membuktikan
bahwa dalam proses pembelajaran, anak tuna daksa sering mengalami
gangguan konsentrasi dalam kelas. Pada saat program pengalaman
lapangan di kelas III D ini, saya mencoba menggunakan media animasi
flash pada pelajaran IPA tentang lingkungan pada anak. Hal ini cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menarik minat dan motivasi anak dan proses pembelajaranpun berjalan
interaktif dan tidak monoton.
Animasi flash mempunyai kelebihan dalam membuat animasi,
baik animasi interaktif maupun non interaktif. Program animasi flash ini
sangat bermanfaat bagi para seniman design untuk menuangkan ide-
idenya ke dalam sebuah animasi gerak yang visual. Menurut Sutopo
(2003) jika menggunakan bersama-sama elemen multimedia seperti
gambar dan animasi yang dilengkapi dengan suara, video clip, dan
informasi dalam bentuk teks, maka akan dapat memberikan makna yang
jelas kepada orang yang memerlukannya. Multimedia interaktif dapat
membawa perubahan radikal dalam proses pembelajaran, yaitu dari
model pembelajaran siswa aktif.
Dalam proses pembelajaran matematika, media animasi flash ini
mempunyai kelebihan khusus. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian
Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa aplikasi flash dalam
pembelajaran matematika ini dapat dijadikan sarana untuk
mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam
proses belajar mengajar karena cukup interaktif dan menarik siswa.
Sehingga melalui media Animasi flash ini diharapkan anak lebih
memahami materi dan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran matematika perlu adanya pembelajaran yang
menyenangkan. Bagi seorang anak, kebutuhan belajar biasanya didasari kemauan
untuk memuaskan keingintahuannya dan didorong oleh faktor-faktor yang
menyenangkan yang diajarinya. Penyampaian materi yang kurang tepat di dalam
kelas dapat menimbulkan suatu permasalahan. Permasalahan itu salah satunya
dapat disebabkan karena salah dalam pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran. Agar pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan yang
maksimal, maka dalam pemilihan dan penggunaan media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemampuan serta karakteristik
anak sehingga media pembelajaran yang digunakan dapat bermanfaat membantu
anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Karakteristik anak tuna daksa yang mengalami Kelainan
perkembangan/intelektual, ganguan pendengaran, gangguan penglihatan,
gangguan taktik dan kinestetik, gangguan pesepsi, gangguan emosi perlu
dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat agar
prestasi belajar anak tunadaksa, khususnya mata pelajaran matematika dapat
meningkat.
Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan di atas maka disusun
kerangka berpikir dalam penelitian meningkatkan prestasi belajar matematika
melalui media animasi flash pada anak tuna daksa yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Skema 2.1. Alur kerangka berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut “pembelajaran yang
menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Kondisi
awal
Prestasi belajar matematika
2 siswa kurang dari KKM
yaitu 60
Tindakan
Guru menggunakan
media animasi flash
Kondisi
akhir
Prestasi belajar Matematika
siswa meningkat dengan nilai
diatas KKM atau lebih dari
60
Guru belum
menggunakan media
animasi flash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Waktu penelitian diambil pada akhir bulan april semester II tahun
ajaran 2011/2012. Faktor yang menjadi pertimbangan penulis melakukan
penelitian di tempat ini adalah karena penulis pernah melakukan praktik
pengalaman lapangan (PPL) di sekolah ini dan terdapat masalah yang belum
ditangani, yaitu guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses
pengajaran.
Tabel 3.1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian
KegiatanPenelitian
BulanJanuari2012
Februari2012
Maret2012
April2012
Mei2012
Juni2012
MingguKe
MingguKe
MingguKe
MingguKe
MingguKe
MingguKe
PengajuanJudulPenyusunanProposalPerizinan
Pengumpulandata:
a. PengambilandataPengolahandataAnalisis data
PenyusunanLaporanUjian danRevisi
B. Tempat PenelitianLokasi yang akan digunakan untuk penelitian adalah di SLB D YPACSurakarta yang beralamat di jalan Slamet Riyadi No.364 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah 5 siswa kelas III D YPAC Surakarta semester
genap Tahun Ajaran 2011/2012, yang berjumlah 5 siswa yang terdiri 3 laki-laki
dan 2 perempuan. Masing-masing siswa memiliki kelemahan dalam konsentrasi
sehingga seringkali kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan kompetensi dasar yang tertuang di dalam kurikulum pembelajaran.
Berikut ini daftar siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2011/
2012.
Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian
NoInisialNamaSiswa
Jeniskelamin
TTLJenis
Hambatan
1. K.M P Surakarta, 16 Juni 2001 C.P spastik
2. A.S L Surakarta, 04 Maret 1997 C.P spastik
3. M.I L Brebes, 30 Juni 2000 Polio
4. R.B L Surakarta, 9 September 2002 Polio
5. Y.B P Surakarta, 07 Januari 2002 Polio
D. Pendekatan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2007)
pengertian PTK, yaitu:
1. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek denganmenggunakan cara dan aturan metodologi untuk memperoleh data atauinformasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yangmenarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengantujuan tertentu yang dalm penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas merupakan sekelompok peserta didik yang sama dan menerimapelajaran yang sama dari seorang guru (hlm.15).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang terdiri atas
masalah, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hal ini disebabkan
masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam satu tindakan,
sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap masalah yang belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas cenderung dilakukan
lebih dari satu kali.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah itu dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Skema 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
E. Data dan Sumber Data1. Data
Data pada penelitian ini adalah hasil prestasi belajar matematika pada
Kompetensi Dasar Pecahan Sederhana yang berupa hasil tes siswa dan hasil
pengamatan/observasi aktivitas siswa di kelas.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah Informan yaitu Guru kelas dan siswa kelas
III D
Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Refleksi
?
??//
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting
karena data merupakan keterangan yang dipergunakan untuk membuktikan
hipotesis. Data tersebut adalah data variabel penelitian sesuai dengan
masalahnya. Teknik pengumpulan data tersebut adalah teknik dokumen,
tes dan observasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Teknik Dokumen
a. Pengertian Dokumen
Menurut Arikunto, teknik dokumen yaitu “mencari data mengenai
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya” (2007: 132).
Jadi, teknik dokumen adalah metode penelitian ilmiah yang
menggunakan dokumen- dokumen sebagai bahan acuan untuk
kepentingan penelitian.
b. Jenis Teknik Dokumen
Menurut Soehartono (2004), jenis teknik dokumen ada 2 yaitu :
1) Dokumen Primer
Dokumen yang berasal dari sumber primer yang ditulis oleh orang
yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalkan : autobiografi.
2) Dokumen Sekunder
Dokumen yang berasal dari sumber sekunder yang dilaporkan/ditulis
oleh orang lain. Bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan,
notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial,
dan dokumen lainnya.
Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah nilai
harian siswa pada kompetensi dasar pecahan sederhana.
2. Teknik pengamatan/observasi
a. Pengertian pengamatan/observasi
Sukmadinata (2009) menyatakan bahwa “Observasi atau
pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat secara langsung perilaku-perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siswa”(hlm.219). Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk proses refleksi
dalam penelitian tindakan kelas.
b. Macam-macam pengamatan/observasi
Teknik pengamatan/observasi ada bermacam-macam. Ada tiga
macam teknik observasi Menurut Sulystiorini (2009) yaitu:
1) Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan olehpengamat, tetapi pengamat memasuki dan mengikuti kegiatankelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakansepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok,bukan hanya pura-pura.
2) Observasi sistematik adalah observasi dimana faktor-faktor yangdiamati sudah didata secara sistematis dan sudah diatur menurutkategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalamobservasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok.
3) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasidalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsurpenting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapatdiatur sesuai dengan tujuan evaluasi (hlm.85)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi
partisipan. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan aktivitas belajar
mengajar guru dan siswa di kelas. Pengamatan terhadap siswa difokuskan
pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada
keaktifan siswa merespon pelajaran dari guru dan mengerjakan tugas yang
diberikan. Pengamatan dilakukan sebelum diberikan tindakan dan saat
pembelajaran siklus I dan II berlangsung. Hasil dari pengamatan yang
dilakukan dapat memberikan gambaran jelas tentang partisipasi dan aktivitas
siswa selama mengikuti proses pembelajaran sehingga akan membantu
peneliti untuk melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan kondisi kelas.
3. Teknik tes
a. Pengertian Tes
Sudijono berpendapat bahwa “tes adalah alat atau prosedur yang
dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian” (2005: 66).
Pendapat lain diungkapkan oleh Arikunto yang menyatakan bahwa “tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (2006:53).
b. Macam-macam Tes
Menurut Sudijono (2005), penggolongan tes dilihat dari segi cara
pengajuan pertanyaan dan cara memberi jawaban adalah sebagai berikut:
1) Tes tertulis yaitu tes dimana tester dalam mengajukan butir-butirpertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testeememberikan jawaban juga secara tertulis.
2) Tes lisan yaitu tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testeememberikan jawaban secara lisan pula.
3) Tes perbuatan yaitu tes yang digunakan untuk mengukur tarafkompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimanapenilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasilakhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugastersebut(hlm. 75)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis dan tes lisan
yang disesuaikan dengan indikator dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran matematika siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta.
Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian perilaku.
Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diadakan pembelajaran melalui media animasi flash. Langkah-
langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes
adalah dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya dan mengolah data
yang diperoleh. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu tes awal yang dilakukan
sebelum pemberian tindakan dan tes akhir yang dilaksanakan setelah
pemberian tindakan.
G. Validitas DataTeknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data. Teknik
triangulasi yang digunakan berupa triangulasi sumber data yaitu menggunakan
berbagai sumber data yaitu dokumen, hasil tes, dan hasil observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
H. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisi data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik
deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik stastistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil
antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada
akhir setiap siklus.
I. Indikator kerja
Indikator kerja merupakan suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan
acuan dalam menentukan keberhasilan peneliti sebagai tolak ukur keberhasilan
peneliti. Sedangkan indikator pencapaian yang dapat dirumuskan dalam penelitian
ini adalah keberhasilan hasil proses belajar mengajar yang ditandai adanya
peningkatan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana
adalah sebagai berikut :
Pada siklus terakhir sekurang-kuranganya siswa kelas III D SLB D YPAC
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat mencapai:
Tabel. 3.3. Indikator kerja
No Indikator Ketercapaian Keterangan
1 Ketuntasan belajar 4 dari 5 siswa Dihitung dari jumlah siswayang mampu mendapatkan nilaidi atas KKM yaitu 60 ke atas.
J. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut :
1) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi
pecahan sederhana
2) Menyiapkan media animasi flash.
3) Menyusun tes yang akan diberikan siswa pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun tindakan yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah
menerapkan media animasi flash pada pelajaran matematika. Langkah-
langkah pembelajaran matematika dengan media animasi flash dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
(a) Guru membuka pelajaran.
(b) Guru memberikan apersepsi.
(c) Guru melakukan tanya jawab seputar pecahan sederhana.
(d) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa.
2) Inti Pembelajaran
(a) Guru menjelaskan materi tentang pecahan sederhana.
(b) Guru menampilkan animasi mengenai pecahan sederhana.
(c) Guru memberikan lembar evaluasi siswa.
(d) Guru menyuruh siswa mengerjakan lembar evaluasi kelompok
siswa.
(e) Guru bersama siswa membahas lembar evaluasi siswa.
(f) Guru memberikan reward kepada siswa yang nilainya tinggi.
(g) Guru melaksanakan tes siklus satu.
3) Kegiatan akhir
(a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi.
(b) Guru menutup pelajaran.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan ketika tindakan dilakukan
yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan pada
proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi,
yaitu :
1) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
3) Hasil evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat
merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan
dalam siklus I. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh
peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data yang diperoleh
kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan bagaimana
hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui berbagai hal yang
perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan siklus II
berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian
yang ditetapkan.
2. Rancangan siklus II
Siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sama seperti pada
siklus I tetapi didahului perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang telah
diperoleh pada siklus I (tahap analisis dan refleksi) sehingga kelemahan atau
kekurangan yang terjadi di siklus I tidak terulang di siklus II yakni
penggunaan media animasi flash sesempurna mungkin untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut:
1) Merancang RPP materi pecahan sederhana.
2) Menyiapkan media animasi flash.
3) Menyiapkan lebih banyak animasi flash
4) Menyiapkan lembar tes individu untuk siswa yang dituliskan dalam
animasi flash
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika pada siklus II
dengan media animasi flash dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
(a) Guru membuka pelajaran.
(b) Guru melakukan tanya jawab seputar pecahan sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(c) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa.
2) Inti Pembelajaran
(a) Guru menjelaskan materi tentang pecahan sederhana.
(b) Guru menampilkan animasi flash.
(c) Guru menyelipkan pertanyaan ditiap animasi agar siswa lebih
memahami.
(d) Guru menyuruh siswa mengerjakan lembar evaluasi siswa
dengan media animasi flash.
(e) Guru bersama siswa membahas lembar evaluasi siswa.
(f) Guru memberikan reward kepada semua anak.
(g) Guru melaksanakan tes siklus dua.
3) Kegiatan Akhir
(a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi.
(b) Guru menutup pelajaran.
c. Tahap observasi
Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan ketika tindakan
dilakukan yaitu ketika tatap muka pembelajaran matematika. Pengamatan
pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang
terjadi, yaitu :
1) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan pertanyaan.
3) Pemanfaatan media atau alat peraga.
4) Hasil evaluasi.
d. Tahap refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan
refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat
merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan
dalam siklus II. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian dianalisis
oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data yang
diperoleh kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan
bagaimana hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
keberhasilan yang merupakan pemantapan dan perbaikan dari siklus I
yang ditandai adanya keberhasilan memenuhi indikator pencapaian yang
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Sekolah Luar Biasa YPAC Surakarta membagi kelas III Sekolah Dasar
menjadi dua kelas yaitu kelas III D dan kelas III D1/tuna daksa sedang.
Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada hambatan yang dialami oleh siswa.
Penelitian ini dilakukan di kelas III D SLB D YPAC Surakarta yang berjumlah 5
siswa dan terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Proses penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 April – 06 Mei 2012 dan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 10 - 13 Mei 2012.
Sebelum melaksanakan siklus I peneliti mengadakan observasi awal
pada tanggal 14 November 2011 dan tes awal pada tanggal 31 April 2012 untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Dari observasi
ini peneliti menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran matematika di kelas
III D khususnya pada materi pecahan sederhana. Hasil belajar pada mata
pelajaran matematika anak tuna daksa hanya mencapai rata-rata KKM yaitu
berkisar 60 sampai 65 saja.
Pembelajaran matematika pada kompetensi dasar pecahan sederhana di
kelas 3 D di SLB D YPAC Surakarta mempunyai kendala yaitu pengaplikasian
konsep pecahan terhadap siswa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi belajar
siswa yang rendah dan media yang kurang menarik bagi siswa. Maka dari itu
peneliti menggunakan media berupa animasi flash dalam pembelajaran
matematika, sehingga prestasi belajar anak tuna daksa dapat meningkat.
Pada kondisi tes awal, siswa masih menemui kesulitan dalam
mengerjakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tiga (3) siswa yang nilainya
belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 setelah
diadakan tes awal. Berdasarkan hasil tes awal kelas III D SLB YPAC Surakarta
dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4.1. Nilai Tes Awal
No.Nama siswa
(inisial)KKM Tes awal Keterangan
1. K.M 60 30 Tidak tuntas2. A.S 60 50 Tidak tuntas3. M.I 60 70 Tuntas4. R.B 60 70 Tuntas5. Y.B 60 20 Tidak tuntas
Keterangan : Soal pada Tes Awal berjumlah 10 soal. Dengan standar nilai 100,
maka setiap nomor betul diberikan nilai 10, dan jika salah diberikan
nilai 0.
Prestasi belajar tes awal atau sebelum perlakuan pada siswa tuna daksa
kelas III D SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dapat digambarkan
dalam histogram sebagai berikut :
Grafik 4.1. Nilai Prestasi Belajar Pada Tes Awal
Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari nilai yang diperoleh siswa
saja, tetapi juga pengamatan terhadap sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi untuk mengamati
sikap siswa dan kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
010203040506070
K.M
40
Tabel 4.1. Nilai Tes Awal
No.Nama siswa
(inisial)KKM Tes awal Keterangan
1. K.M 60 30 Tidak tuntas2. A.S 60 50 Tidak tuntas3. M.I 60 70 Tuntas4. R.B 60 70 Tuntas5. Y.B 60 20 Tidak tuntas
Keterangan : Soal pada Tes Awal berjumlah 10 soal. Dengan standar nilai 100,
maka setiap nomor betul diberikan nilai 10, dan jika salah diberikan
nilai 0.
Prestasi belajar tes awal atau sebelum perlakuan pada siswa tuna daksa
kelas III D SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dapat digambarkan
dalam histogram sebagai berikut :
Grafik 4.1. Nilai Prestasi Belajar Pada Tes Awal
Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari nilai yang diperoleh siswa
saja, tetapi juga pengamatan terhadap sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi untuk mengamati
sikap siswa dan kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
A.S M.I R.B Y.B
Kondisi Awal
Kondisi Awal
KKM
40
Tabel 4.1. Nilai Tes Awal
No.Nama siswa
(inisial)KKM Tes awal Keterangan
1. K.M 60 30 Tidak tuntas2. A.S 60 50 Tidak tuntas3. M.I 60 70 Tuntas4. R.B 60 70 Tuntas5. Y.B 60 20 Tidak tuntas
Keterangan : Soal pada Tes Awal berjumlah 10 soal. Dengan standar nilai 100,
maka setiap nomor betul diberikan nilai 10, dan jika salah diberikan
nilai 0.
Prestasi belajar tes awal atau sebelum perlakuan pada siswa tuna daksa
kelas III D SLB D YPAC Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dapat digambarkan
dalam histogram sebagai berikut :
Grafik 4.1. Nilai Prestasi Belajar Pada Tes Awal
Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari nilai yang diperoleh siswa
saja, tetapi juga pengamatan terhadap sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi untuk mengamati
sikap siswa dan kemampuan awal yang dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
Kondisi Awal
KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Deskripsi Hasil Tindakan
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran
yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa kelas III D YPAC
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus yang masing-masing terdiri atas 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi, (4) evaluasi dan refleksi.
1. Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April – 06 Mei
2012, Pada siklus I ini peneliti sudah menggunakan media animasi flash
dalam pembelajaran Matematika pada materi Mengenal Pecahan Sederhana.
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 03 Mei dalam satu pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Adapun pelaksanaan dan hasil penelitian
pada siklus I sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan tes awal yang dilakukan, diketahui ada
permasalahan yang menyebabkan tiga dari lima siswa belum dapat
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, permasalahan
tersebut adalah Prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah.
Bertolak dari hasil analisis yang ada, peneliti menarik kesimpulan bahwa
tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap
pertama dari siklus I adalah tahap perencanaan tindakan.
Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut :
1) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai
materi pecahan sederhana dengan alokasi waktu 2 x 30 menit
2) Menyiapkan media animasi flash.
3) Menyusun tes yang akan diberikan siswa pada siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I pada hari Kamis tanggal 03 Mei
2012. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan animasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
flash pada saat pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan
Mengenal Pecahan Sederhana. Adapun tindakan yang akan diterapkan
pada penelitian ini adalah menerapkan media animasi flash pada
pelajaran matematika.
Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media
animasi flash pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Berdoa
b) Presensi
c) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa “pernahkah kalian memotong roti?
Jika kalian punya 1 roti dan ingin membaginya dengan Adik.
Berapa bagian yang di dapat Adik? Selain roti benda apa yang
bisa kalian potong/bagi?”
(1) Mengenalkan pecahan sederhana menggunakan media
berbasis ICT dengan Macromedia Flash.
(2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan
sederhana melalui animasi.
(3) Siswa mengidentifikasi berbagai macam contoh pecahan
sederhana
b) Elaborasi
(1) Siswa mereview kembalai materi mengenal pecahan
sederhana
(2) Siswa membedakan 4 contoh pecahan sederhana
(3) Siswa mengerjakan soal
c) Konfirmasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran tadi.
3) Penutup
a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan
kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar
b) Guru memberi penguatan kepada siswa
Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media
animasi flash pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran
b) Guru memberi motivasi belajar kepada siswa
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu.
“ Siapa yang pernah membagi semangka? Jika 1 buah
semangka di bagi menjadi 4 bagian sama besarnya. Tiap
belahan disebut satu perempat. Bagaimana cara membaca
dan menulis lambangnya?”.
(2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan
sederhana melalui animasi
(3) Siswa menjelaskan cara membaca dan menulis pecahan
b) Elaborasi
(1) Siswa memberikan contoh cara membaca dan menulis
lambang bilangan pecahan
(2) Siswa membedakan cara membaca dan menulis lambang
pecahan
(3) Siswa membaca dan menulis lambang pecahan berdasarkan
soal yang diberikan melalui animasi.
c) Konfirmasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran tadi.
(3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
3) Penutup
a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan
kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar
b) Guru memberi penguatan kepada siswa
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan pada hari kamis
tanggal 03 Mei 2012 ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka
pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran
berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi yaitu : keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas.
Pada hasil pengamatan siklus I ini, ketertarikan siswa terhadap
media animasi flash cukup bagus, namun pemahaman materi melalui
penjelasan menggunakan media animasi flash masih kurang. Tiga dari
lima siswa aktif bertanya kepada guru, namun dua siswa dalam kondisi
pasif dah hanya mendengarkan penjelasan guru saja.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka
diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti
dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah
dilakukan dalam siklus I. Pada tahap ini data dikumpulkan kemudian
dianalisis oleh peneliti. Refleksi dilakukan dengan cara kuantitatif. Data
yang diperoleh kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar murid dan
bagaimana hasil pembelajaran guru. Tahap ini akan diketahui berbagai
hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan
siklus II berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator
pencapaian yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan siklus I maka dapat dikatakan proses pembelajaran
telah menunjukkan perubahan, baik pada kegiatan siswa maupun pada
Prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan walaupun hanya
sedikit. Meskipun terjadi peningkatan dalam prestasi belajar siswa, akan
tetapi masih terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang
perlu dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:
a) Siswa masih malu-malu dan belum berani mengungkapkan
pendapatnya.
b) Siswa masih ragu-ragu dalam menjawab soal.
c) Kondisi kelas yang berdekatan dan hanya bersekat triplek yang
menyebabkan penayangan animasi flash kurang maksimal.
d) Siswa kurang memperhatikan saat animasi flash ditayangkan.
e) Saat melakukan pengerjaan soal, siswa belum dapat mandiri dan
guru memberikan banyak bantuan kepada siswa.
Berdasarkan analisis di atas, maka pada siklus berikutnya guru
akan merancang tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
sebelumnya dan meningkatkan prestasi belajar siswa lebih maksimal lagi.
2. Siklus II
Proses penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei sampai 13 mei
2012, Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012 dalam satu
pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Tidak jauh berbeda dengan
siklus I pelaksanaan siklus II memiliki tahapan dan hasil penelitian sebagai
berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil Dari hasil pengamatan dan kekurangan pada
penerapan siklus I, maka peneliti memberikan solusi alternatif untuk
lebih memaksimalkan penerapan media animasi flash dan menjelaskan
materi pembelajaran secara pelan-pelan agar siswa dapat mengerti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran. Tahap pertama
dari siklus I adalah tahap perencanaan tindakan.
Kegiatan pada tahap ini, meliputi hal-hal berikut :
1) Menyiapkan media animasi flash semenarik mungkin.
2) Menggunakan alat bantu speaker sehingga suara pada animasi dapat
ditangkap dengan jelas oleh siswa.
3) Memotivasi siswa agar percaya diri dan semangat pasti bisa dalam
mengerjakan soal tanpa bantuan guru.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II pada hari Sabtu tanggal 13 Mei
2012. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan animasi
flash pada saat pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan
Mengenal Pecahan Sederhana. Adapun tindakan yang akan diterapkan
pada penelitian ini adalah menerapkan media animasi flash pada
pelajaran matematika.
Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media
animasi flash pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Berdoa
b) Presensi
c) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran
d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa “pernahkah kalian memotong roti?
Jika kalian punya 1 roti dan ingin membaginya dengan Adik.
Berapa bagian yang di dapat Adik? Selain roti benda apa yang
bisa kalian potong/bagi?”
(1) Mengenalkan pecahan sederhana menggunakan media
berbasis ICT dengan Macromedia Flash.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan
sederhana melalui animasi.
(3) Siswa mengidentifikasi berbagai macam contoh pecahan
sederhana
b) Elaborasi
(1) Siswa mereview kembalai materi mengenal pecahan
sederhana
(2) Siswa membedakan 4 contoh pecahan sederhana
(3) Siswa mengerjakan soal
c) Konfirmasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran tadi.
3) Penutup
a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan
kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar
b) Guru memberi penguatan kepada siswa
Langkah- langkah pembelajaran matematika dengan media
animasi flash pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru mempersiapkan materi ajar dan media pembelajaran
b) Guru memberi motivasi belajar kepada siswa
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu.
“ Siapa yang pernah membagi semangka? Jika 1 buah
semangka di bagi menjadi 4 bagian sama besarnya. Tiap
belahan disebut satu perempat. Bagaimana cara membaca dan
menulis lambangnya?”.
(2) Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan pecahan
sederhana melalui animasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(3) Siswa menjelaskan cara membaca dan menulis pecahan
b) Elaborasi
(1) Siswa memberikan contoh cara membaca dan menulis
lambang bilangan pecahan
(2) Siswa membedakan cara membaca dan menulis lambang
pecahan
(3) Siswa membaca dan menulis lambang pecahan berdasarkan
soal yang diberikan melalui animasi.
c) Konfirmasi
(1) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan acak dari guru
(2) Guru dan siswa membuat rangkuman dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran tadi.
(3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
3) Penutup
a) Guru memberi Reward kepada siswa atas keaktifan dan
kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar
b) Guru memberi penguatan kepada siswa
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dan monitoring dilakukan pada hari kamis
tanggal 03 Mei 2012 ketika tindakan dilakukan yaitu ketika tatap muka
pembelajaran matematika. Pengamatan pada proses pembelajaran
berlangsung peneliti mencatat hal-hal yang terjadi yaitu : keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas.
Pada hasil pengamatan siklus II ini, ketertarikan siswa terhadap
media animasi flash bagus, pemahaman materi melalui penjelasan
menggunakan media animasi flash cukup bagus. Empat dari lima siswa
sudah aktif bertanya kepada guru, dan masing-masing siswa sudah bisa
mengerjakan soal tanpa bantuan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II
dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan penelitian pada
siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai indikator ketercapaian
yang telah ditentukan. Siswa sudah mampu mengerjakan soal mengenai
pecahan sederhana. Masalah-masalah yang ditemui sudah dapat teratasi
walaupun masih terdapat kekurangan.
Pada siklus II ini terjadi peningkatan nilai prestasi belajar
individu maupun secara klasikal. Dari hasil pembelajaran matematika
dengan menggunakan media animasi flash yang dilakukan dalam tahapan
siklus I dan siklus II diperoleh hasil peningkatan yang nyata, sehingga
peneliti tidak lagi meneruskan tindakan dan menganggap penelitian ini
sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator
ketercapaian yang telah ditentukan.
3. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, dapat diperoleh hasil penelitian pada setiap siklus, sebagai
berikut:
a. Siklus I
Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D
SLB D YPAC Surakarta pada siklus I dapat ditunjukkan pada tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I
No.Nama siswa
(inisial)KKM Siklus I Keterangan
1. K.M 60 60 Tuntas2. A.S 60 70 Tuntas3. M.I 60 80 Tuntas4. R.B 60 70 Tuntas5. Y.B 60 50 Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
0
20
40
60
80
K.M
Pada tes siklus I, dari lima orang siswa terdapat satu siswa yang
kurang tuntas dan satu orang siswa hanya memenuhi standar KKM yaitu
60. Namun, prestasi belajar matematika anak telah mengalami peningkatan
walaupun belum maksimal. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.2 berikut :
Grafik 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I
b. Siklus II
Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D
SLB D YPAC Surakarta pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.6
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
No.Namasiswa(inisial)
KKMSiklus
IIKeterangan
1. K.M 60 90 Tuntas2. A.S 60 90 Tuntas3. M.I 60 100 Tuntas4. R.B 60 100 Tuntas5. Y.B 60 80 Tuntas
Pada tes siklus II, dari lima orang siswa semuanya mendapatkan
nilai yang diatas KKM yaitu 60. Prestasi belajar matematika siswa dari
siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 26%, dari rata-rata
50
K.M A.S M.I R.B Y.B
Siklus I
Siklus I
KKM
Pada tes siklus I, dari lima orang siswa terdapat satu siswa yang
kurang tuntas dan satu orang siswa hanya memenuhi standar KKM yaitu
60. Namun, prestasi belajar matematika anak telah mengalami peningkatan
walaupun belum maksimal. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.2 berikut :
Grafik 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I
b. Siklus II
Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D
SLB D YPAC Surakarta pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.6
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
No.Namasiswa(inisial)
KKMSiklus
IIKeterangan
1. K.M 60 90 Tuntas2. A.S 60 90 Tuntas3. M.I 60 100 Tuntas4. R.B 60 100 Tuntas5. Y.B 60 80 Tuntas
Pada tes siklus II, dari lima orang siswa semuanya mendapatkan
nilai yang diatas KKM yaitu 60. Prestasi belajar matematika siswa dari
siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 26%, dari rata-rata
50
Siklus I
Pada tes siklus I, dari lima orang siswa terdapat satu siswa yang
kurang tuntas dan satu orang siswa hanya memenuhi standar KKM yaitu
60. Namun, prestasi belajar matematika anak telah mengalami peningkatan
walaupun belum maksimal. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.2 berikut :
Grafik 4.2. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus I
b. Siklus II
Perbandingan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III D
SLB D YPAC Surakarta pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.6
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
No.Namasiswa(inisial)
KKMSiklus
IIKeterangan
1. K.M 60 90 Tuntas2. A.S 60 90 Tuntas3. M.I 60 100 Tuntas4. R.B 60 100 Tuntas5. Y.B 60 80 Tuntas
Pada tes siklus II, dari lima orang siswa semuanya mendapatkan
nilai yang diatas KKM yaitu 60. Prestasi belajar matematika siswa dari
siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 26%, dari rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
0
20
40
60
80
100
K.M
nilai kelas 66 menjadi 92. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.3 berikut :
Grafik 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
C. Pembahasan
Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil siswa dalam
pembelajaran matematika dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar
matematika melalui media animasi flash. Peningkatan terlihat dari nilai hasil
evaluasi prestasi belajar matematika siswa pada tes awal sebelum dilaksanakan
tindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini tampak jelas pada tabel perbandingan nilai
kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
NONAMA
(inisial) KKMTes
AwalSIKLUS
ISIKLUS
II1. K.M 60 30 60 902. A.S 60 50 70 903. M.I 60 70 80 1004. R.B 60 70 70 1005. Y.B 60 20 50 80
51
K.M A.S M.I R.B Y.B
Siklus II
Siklus II
KKM
nilai kelas 66 menjadi 92. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.3 berikut :
Grafik 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
C. Pembahasan
Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil siswa dalam
pembelajaran matematika dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar
matematika melalui media animasi flash. Peningkatan terlihat dari nilai hasil
evaluasi prestasi belajar matematika siswa pada tes awal sebelum dilaksanakan
tindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini tampak jelas pada tabel perbandingan nilai
kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
NONAMA
(inisial) KKMTes
AwalSIKLUS
ISIKLUS
II1. K.M 60 30 60 902. A.S 60 50 70 903. M.I 60 70 80 1004. R.B 60 70 70 1005. Y.B 60 20 50 80
51
nilai kelas 66 menjadi 92. Nilai Prestasi belajar matematika dapat
digambarkan dalam grafik 4.3 berikut :
Grafik 4.3. Nilai Prestasi Belajar matematika pada Siklus II
C. Pembahasan
Setelah mengadakan pengamatan dan penilaian hasil siswa dalam
pembelajaran matematika dapat diketahui adanya peningkatan prestasi belajar
matematika melalui media animasi flash. Peningkatan terlihat dari nilai hasil
evaluasi prestasi belajar matematika siswa pada tes awal sebelum dilaksanakan
tindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini tampak jelas pada tabel perbandingan nilai
kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
NONAMA
(inisial) KKMTes
AwalSIKLUS
ISIKLUS
II1. K.M 60 30 60 902. A.S 60 50 70 903. M.I 60 70 80 1004. R.B 60 70 70 1005. Y.B 60 20 50 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada tes awal terdapat tiga
siswa yang nilainya belum memenuhi KKM sehingga dinyatakan tidak tuntas.
Pada siklus I setelah menggunakan media animasi flash, masih ada satu siswa
yang nilai prestasi belajar matematikanya di bawah KKM jadi dinyatakan belum
tuntas. Pada siklus II semua siswa berhasil mendapatkan nilai diatas nilai KKM.
Dalam setiap siklusnya terjadi peningkatan dan perubahan pada nilai setiap siswa.
Data Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.4 yaitu grafik
peningkatan Prestasi Belajar matematika Pada pakok bahasan mengenal pecahan
sederhana siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada saat tes awal, siklus I,
dan siklus II:
Grafik 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah terjadi
peningkatan nilai Prestasi Belajar matematika baik individu maupun secara
klasikal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media animasi flash terbukti
dapat meningkatkan Prestasi Belajar matematika.
Media animasi flash merupakan salah satu media yang cocok digunakan
bagi anak tuna daksa. Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses
penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
K.M
52
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada tes awal terdapat tiga
siswa yang nilainya belum memenuhi KKM sehingga dinyatakan tidak tuntas.
Pada siklus I setelah menggunakan media animasi flash, masih ada satu siswa
yang nilai prestasi belajar matematikanya di bawah KKM jadi dinyatakan belum
tuntas. Pada siklus II semua siswa berhasil mendapatkan nilai diatas nilai KKM.
Dalam setiap siklusnya terjadi peningkatan dan perubahan pada nilai setiap siswa.
Data Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.4 yaitu grafik
peningkatan Prestasi Belajar matematika Pada pakok bahasan mengenal pecahan
sederhana siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada saat tes awal, siklus I,
dan siklus II:
Grafik 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah terjadi
peningkatan nilai Prestasi Belajar matematika baik individu maupun secara
klasikal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media animasi flash terbukti
dapat meningkatkan Prestasi Belajar matematika.
Media animasi flash merupakan salah satu media yang cocok digunakan
bagi anak tuna daksa. Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses
penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa
A.S M.I R.B Y.B
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
KKM
52
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada tes awal terdapat tiga
siswa yang nilainya belum memenuhi KKM sehingga dinyatakan tidak tuntas.
Pada siklus I setelah menggunakan media animasi flash, masih ada satu siswa
yang nilai prestasi belajar matematikanya di bawah KKM jadi dinyatakan belum
tuntas. Pada siklus II semua siswa berhasil mendapatkan nilai diatas nilai KKM.
Dalam setiap siklusnya terjadi peningkatan dan perubahan pada nilai setiap siswa.
Data Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.4 yaitu grafik
peningkatan Prestasi Belajar matematika Pada pakok bahasan mengenal pecahan
sederhana siswa kelas III D SLB D YPAC Surakarta pada saat tes awal, siklus I,
dan siklus II:
Grafik 4.4. Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Tes awal,
Siklus I dan Siklus II .
Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
penelitian ini telah dinyatakan berhasil pada siklus II karena telah terjadi
peningkatan nilai Prestasi Belajar matematika baik individu maupun secara
klasikal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media animasi flash terbukti
dapat meningkatkan Prestasi Belajar matematika.
Media animasi flash merupakan salah satu media yang cocok digunakan
bagi anak tuna daksa. Menurut Susilana dan Riyana “animasi adalah proses
penciptaan objek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
waktu. Dengan kata lain, Animasi adalah paparan visual yang berbentuk dinamik.
Menikmati animasi adalah menikmati gambar bergerak, bercerita dan
bersuara”(2009:53). Jadi dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
media animasi flash untuk kelas III D di SLB D YPAC surakarta ini dapat
mempermudah penggambaran dari suatu materi kepada siswa, sehingga media ini
memiliki kelebihan untuk menyajikan materi dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual
dalam bentuk animasi (Susilana dan Riyana, 2009).
Prestasi belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II mengalami
kenaikan sebanyak 26%. Ini disebabkan karena pembelajaran matematika yang
menerapkan media animasi flash membuat siswa merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga dapat menghilangkan stress dalam lingkungan belajar
serta meningkatkan proses belajar dan membangun kreativitas diri dikelas karena
siswa tidak takut lagi untuk berpendapat. Keuntungan dari penerapan media
animasi flash yang di paparkan di atas sesuai dengan pendapat Anitah (2008) yang
menyatakan bahwa media animasi dapat menarik perhatian dengan adanya
pergerakan dan suara yang selaras. Jadi media animasi melatih multisensory yang
menggabungkan antara suara dan gambar bersama teks ke otak untuk siswa.
Media animasi flash juga membuat suasana tidak kaku sehingga berjalan secara
interaktif, hal ini terbukti dengan aktifnya kondisi tanya jawab antara guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Pada proses penerapan media harus melibatkan
kontak antara penyaji atau guru dengan pembelajar atau siswa, sehingga terjadi
kontak pembelajaran yang timbal balik antara guru dengan siswa begitu pula
sebaliknya (Anitah, 2008).
Hasil penelitian dengan menggunakan media animasi flash ini sesuai hasil
penelitian Saputro (2010) yang menyimpulkan bahwa “aplikasi flash dalam
pembelajaran matematika dapat dijadikan sarana untuk mempermudah guru
dalam proses belajar mengajar dan pelengkap dalam proses belajar mengajar
karena cukup interaktif dan menarik siswa serta meningkatkan prestasi belajar
matematika anak”. Hal ini terbukti dengan terkontrolnya konsentrasi dan fokus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
siswa pada materi saat pembelajaran berlangsung dan meningkatnya prestasi
belajar matematika pada anak tuna daksa kelas III D di SLB D YPAC Surakarta.
Selain prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan, kualitas siswa
ketika belajar pun juga meningkat. Siswa menjadi berani untuk berpendapat atau
bertanya, berani untuk menjawab, dan adanya umpan balik (feedback) antara
peneliti dengan siswa. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Winkel yang
mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
bobot yang dicapainya”(2009:121). Jadi dengan adanya pembelajaran yang
menggunakan media animasi flash ini, membuat siswa merasa senang dan
membuat prestasi belajar matematika siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut guru dikatakan berhasil dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna daksa pada kelas III D di
SLB D YPAC Surakarta dengan menggunakan media animasi flash dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan mengenal pecahan sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana pada siswa
kelas III D YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka implikasi dari penelitian ini
adalah sebagai berikut : media animasi flash dapat digunakan oleh guru sebagai
media alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana serta kemampuan hitung
siswa dalam materi pecahan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Siswa yang prestasi belajarnya telah optimal dapat menggunakan media
animasi flash agar prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
pecahan sederhana dapat dipertahankan.
b. Bagi siswa yang prestasi belajar matematika pada pokok bahasan pecahan
sederhana belum optimal tetapi sudah memenuhi KKM, diharapkan bisa
mengintensifkan penggunaan media animasi flash dalam kegiatan
belajarnya agar diperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Bagi guru
Media animasi flash ini diharapkan menjadi media alternatif bagi guru dalam
proses pembelajaran matematika khususnya materi pecahan sederhana pada
anak tuna daksa.
3. Bagi sekolah
a. Pihak sekolah (dalam hal ini Kepala Sekolah) hendaknya dapat
mensosialisasikan media animasi flash kepada guru-guru di SLB D
YPAC Surakarta sebagai salah satu media yang dapat menunjang proses
pembelajaran matematika di dalam kelas sehingga prestasi belajar siswa
meningkat.
b. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan berbagai macam media
pembelajaran salah satunya adalah media animasi flash ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, M. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:PT. Rineka Cipta
Ahira, A. (2008a). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.Diakses 20 maret 2012. http://www.anneahira.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-siswa.htm.
Ahira, A. (2008b). Fungsi Media Pembelajaran bagi Peserta Didik. Diaksestanggal 1 April 2012. http://www.anneahira.com/fungsi-media-pembelajaran-bagi-peserta-didik.htm.
Anitah, S. (2008). Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2003). Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Astati. (2009). Pengantar pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud DirjenDikti PPTA.
Departemen pendidikan dan kebudayaan. (2003). Badan Standar NasionalPendidikan. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Departemen pendidikan dan kebudayaan. (2006). Badan Standar NasionalPendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa. Jakarta : PT. Balai Pustaka
Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Fahmi, A. (2003). Prestasi Belajar yang Rendah Ditinjau dari Intelegensi danAtribusi: Studi Kasus Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Fenomena: Vol. 1 No.2 September 2003.
Fathurrohman, P., & Sutikno, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar.bandung.PTRefika Aditama
Fernandez, I. (2002). Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creativeGuide.California : Hill Osborn
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo
Heward, W.L., & Orlansky,M.D. (1988). Exceptional children. Columbus : meriilpublishing company.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Magne, O. (2003). Literature on Special Educational Needs in Mathematics: Abibliography with some comments. (4th Ed.) (Educational andPsychological Interactions, 124). Malmö, Sweden: School of Education.
Muhammad, J.K.A. (2008). Special Education For Special Childreen. Jakarta:PT. Mizan Publika.
Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Muslim, A.T & Sugiarmin,M. (2007). Ortopedi dalam pendidikan Anak tunaDaksa. Jakarta : Depdikbud.
Sadiman, A.S., dkk. (2007). Media Pendidikan.Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Saputro, J.H. (2010). Aplikasi Flash untuk visualisasi pembelajaran matematikamenggunakan bahasa inggris berbasis multimedia untuk sekolah dasarkelas 6. Diakses tanggal 12 januari 2012. Http://www.mercubuana.ac.id
Sherman, B.F., & Wither, D.P. (1998). Mathematics Anxiety and MathematicsAchievement. Mathematics Education Research Journal. Tahun 2003,Vol. 15, No. 2, 138-150.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PTRineka Cipta
Smith, D.D. (2006). Introduction to Special Education: Making a Difference.Washington DC.
Soehartono, I. (2004). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT RemajaRosdakarya
Somantri, T. S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja. GrafindoPersada
Sudrajat, A. (2008). Konsep media pembelajaran. Diakses tanggal 21 maret 2012.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/
Suharta, I.G.P. (2001).Profil pembelajaran matematika pada jenjang pendidikandasar.Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Suherman, E., Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung :Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, N.S. (2007). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, N.S. (2009). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Sulystiorini. (2009). Evaluasi Pendidikan. Jakarta :TERAS
Susilana, R., & Riyana, C. (2009). Media pembelajaran. Bandung : Cv wacanaprima
Sutjiono, T.W.A. (2005). Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal PendidikanPenabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005.
Sutopo, A.H. (2003). Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Grahailmu.
Tirtonegoro, S. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta:Bumi Aksara
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional(SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.
Wikipedia. (2009). Pengertian Matematika. Diakses 20 maret 2012.http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Recommended