View
18
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
SKRIPSI
ANALISIS KANDUNGAN KADMIUM (Cd) PADA AIR LAUT,
LAMUN E. acoroides DAN IKAN BELANAK DI PERAIRAN
TELUK AMBON BAGIAN DALAM
RAZIA LATUCONSINA
K 111 15 701
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Razia Latuconsina
Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Laut, Lamun E.acoroides dan
Ikan Belanak di Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam
(XI + 65 halaman + 3 Tabel + 5 gambar + 8 lampiran
Pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi, maupun biologis,
banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu dari bahan
pencemaran itu adalah logam berat Teluk Ambon bagian dalam merupakan
tempat yang dimanfaatkan warga untuk berbagai aktivitas. Teluk Ambon bagian
dalam juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari aktivitas manusia
dan juga dari industri sekitar. Limbah yang masuk ke badan perairan akan
mengakibatkan pencemaran air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan kadmium pada air laut, lamun E.acoroides dan ikan belanak di
perairan Teluk Ambon bagian dalam.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan
deskriptif. Jumlah lokasi pengambilan sampel air laut, lamun dan ikan adalah
sebanyak 4 titik. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah grab
sampel. Sampel diperiksa dengan Spektofotometer Serapan Atom Varian Spectra
50 di Laboratorium.
Hasil penelitian menunjukan kandungan kadmium pada air laut pada
keempat titik rata-rata < 0,0010 mg/l, sehingga dapat dinyatakan bahwa masih
memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota laut yaitu 0,01 mg/l. Pada
lamun, kandungan Cd berkisar antara tidak terdeteksi- 0,032 mg/kg, sehinnga
tidak memenuhi syarat sesuai dengan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut untuk biota laut yaitu 0,01 mg/l. Sedangkan pada ikan
berkisar antara tidak terdeteksi – 0,095 mg/kg, sehingga masih memenuhi syarat
berdasarkan BPOM RI No.HK.00.06.1.52.4011 tentang batas maksimum cemaran
mikroba dan kimia dalam makanan yaitu 0,1 mg/kg.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa
kandungan kadmium pada lamun ikan lebih tinggi daripada air laut. Disarankan
kepada masyarakat agar tidak membuang limbahnya langsung ke Teluk Ambon
untuk mengurangi tingkat pencemaran teluk.
Kata Kunci : Cd, air laut, lamun, ikan
Daftar Pustaka : 51 ( 1980 – 2016)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Kandungan
Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air Laut, Lamun E. Acoroides dan Ikan
Belanak di Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar tahun 2017. Selama proses penyusunan Skripsi ini, penulis banyak
mendapat dukungan moril, materil, tenaga dan pemikiran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu sepantasnya bilamana pada kesempatan ini dengan penuh
kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Anwar, SKM. MS.c Ph.D selaku penasehat akademik yang telah
banyak mendidik dan memberikan nasehat kepada penulis.
2. Bapak Prof.Dr. Anwar Daud, S.KM., M.Kes, selaku pembimbing 1 dan Bapak
Ruslan, SKM., MPH selaku pembimbing II yang senantiasa memberi arahan,
bimbingan serta meluangkan waktu hingga terselesaikannya Skripsi ini.
3. Bapak dr. Makmur Selomo, MS, Dr.dr. Masyitha Muis, MS, dan Dr. Masni,
Apt., MSPH selaku penguji yang telah memberikan masukan serta arahan
untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
vi
4. Bapak Anwar, SKM. MS.c Ph.D selaku ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
FKM Unhas.
5. Prof.Dr.drg. A Zulkifli, M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unhas Makassar.
6. Bapak dan ibu dosen pengajar beserta staf FKM Unhas, khususnya Jurusan
Kesehatan Lingkungan.
7. Bapak Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Maluku, Bapak
Walikota Ambon, Camat Teluk Ambon Baguala, dan Camat Teluk Ambon
yang telah mengizinkan Penulis untuk melakukan penelitian.
8. Bapak dan ibu pengelola Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pemberantasan Penyakit Menular kelas II Ambon.
9. Abg Mujahit, abg Dar, Resa, Lan, As, dan Ipin, yang telah membantu penulis
selama penelitian ini berlangsung.
10. Terkhusus untuk teman-teman seperjuangan Tugas belajar angkatan 2015
(Kak Arul, Ka Edha, Pa Jufry, Kikhi, Amma, Putra, Isti, Ridwan, dan Kak
Warda) terima kasih atas solidaritas yang telah terbina selama beberapa tahun
ini.
11. Teman-teman KKN angkatan 93, Kelurahan Tamanroya Kabupaten Jeneponto
(Santry, Nuri, Nita, Netli, Muhtar, Burhan dan Hery)
12. Abang A‟im Tuasikal, teman berbagi disaat senang dan susah, terimakasih
atas dukungan dan waktunya selama ini.
13. Teman-teman mahasiswa Jurusan Kesling angkatan 2013, yang tidak bisa
penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk kerja samanya.
vii
Akhirnya penulis mempersembahkan Skripsi ini dengan penuh hormat
kepada Ayahanda Hasyim Latuconsina dan Ibunda Bay Tuankotta yang selalu
mendoakan penulis di saat-saat senang dan susah, beserta seluruh keluarga besar
penulis yang tak henti memberikan dukungan dan doa. Kepada saudara-saudaraku
tercinta, Bang Saifudin Latuconsina, S.Pi, Kak Pokihaty Latuconsina, S.P,
Bang Rus’an Latuconsina, S.Hut, Bang Darman Latuconsina, Amd, Kak
Hauwa Latuconsina, AMAK, kembaranku Aliya Latuconsina, Amd.Kep dan
dinda Ruh Qaras Latuconsina, yang menjadi bagian hidup dan selalu
mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis. Semoga Allah SWT
meridhoi setiap amal kita dunia dan akhirat, amin.
Makassar, Mei 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------------- i
LEMBAR PENGESAHAN ----------------------------------------------------- ii
RINGKASAN --------------------------------------------------------------------- iii
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------- iv
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------- vii
DAFTAR GAMBAR ------------------------------------------------------------ ix
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------- x
DAFTAR LAMPIRAN ---------------------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang -------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------- 9
C. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------- 10
D. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------- 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air Laut ---------------- 12
B. Tinjauan Umum Tentang Logam Berat --------------------------- 15
C. Tinjauan Umum Tentang Kadmium------------------------------- 19
D. Efek Kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia------------ 22
E. Tinjauan Umum Tentang Ikan Belanak -------------------------- 24
F. Tinjaun Umum Tentang Lamun E. Axoroides ----------------- 28
G. Keangka Teori --------------------------------------------------------- 32
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ------------------------- 33
B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ---------------------------------- 34
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif --------------------- 34
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ------------------------------------------------------- 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ------------------------------------- 37
C. Populasi dan Sampel ----------------------------------------------- 38
D. Alat dan Bahan ------------------------------------------------------ 39
E. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel -------------- 41
F. Pengumpulan Data -------------------------------------------------- 47
ix
G. Prosedur Penelitian ------------------------------------------------- 47
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data -------------------------- 47
I. Penyajian Data ------------------------------------------------------- 48
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ----------------------------- 49
B. Hasil Penelitian------------------------------------------------------- 50
C. Pembahasan ----------------------------------------------------------- 53
D. Keterbatasan Penelitian --------------------------------------------- 63
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------- 64
B. Saran ------------------------------------------------------------------- 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Ikan Belanak Mugil cephalus -------------------------------- 26
Gambar 2.2. Enhalus acoroides------- -------------------------------------- 30
Gambar 2.3. Kerangka Teori------- ------------------------------------------ 32
Gambar 3.1. Pola pikir variabel penelitian ----------------------------------- 34
Gambar 4.1. Lokasi pengambilan sampel air laut, lamun, dan ikan ---- 39
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 5.1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium (Cd) pada Air Laut di
Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam ------------------------- ------. 51
Tabel 5.2. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadmium (Cd) pada Ikan di Perairan
Teluk Ambon Bagian Dalam ------------------------------------- ------- 52
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Laut
2. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam
Makanan.
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
4. Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas
5. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan bangsa dan politik Provinsi
Maluku
6. Surat izin Penelitian dari Pemerintah Kota Ambon
7. Surat keterangan telah melakukan penelitian
8. Dokumentasi Penelitan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi, maupun
biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu
dari bahan pencemaran itu adalah logam berat. Keberadaan logam berat
didalam laut dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain kegiatan
pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri. Dari
keempat jenis limbah tersebut, limbah yang umumnya paling banyak
mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan karena
senyawa logam berat sering digunakan dalam industri, baik sebagai bahan
baku, bahan tambahan maupun katalis. Peningkatan kadar logam dalam air
laut akan mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan untuk berbagai
proses metabolisme dapat berubah menjadi racun bagi organisme laut. Selain
bersifat racun, logam berat juga akan terakumulasi dalam sedimen dan biota
melalui proses gravitasi (Rochyatun, Kaisupy, & Rozak, 2007).
Logam berat dapat didefinisikan sebagai unsur unsur yang memiliki
nomor atom 22-92. Efek logam berat mempunyai efek racun terhadap manusia
dan makhluk hidup lainnya. Pada Tahun 2004, kasus di Teluk Jakarta mencuat
menyusul munculnya kasus merkuri yang berasal dari pembuangan limbah
tambang emas dari PT Newmont Minahasa Raya atau dikenal dengan kasus
Teluk Buyat, Sulawesi Utara dan masih banyak peristiwa yang terjadi. Maka
1
2
dari itu para peneliti seperti (Clark, 1992 & Kennish, 1997 dalam
Supriharyono, 2007), mengelompokkan logam berat menjadi dua yakni (1)
logam berat yang esensiil bagi metabolisme makhluk hidup misalnya
chromium (Cr), Cobalt (Co), Cooper (Cu), Iron (Fe), Managnese (Mn), dan
logam yang tidak banyak dibutuhkan makhluk hidup dan beracun seperti
arsenic (As), Cadmium (Cd), Lead (Pb), Mercury (Hg), selenium (Se).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat
yaitu sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai, dapat terakumulasi
dalam organisme termasuk kerang dan ikan, serta dapat membahayakan
kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut (Anggraini,
2007).
Keberadaan logam berat dalam perairan akan sulit mengalami
degradasi bahkan logam tersebut akan diabsorpsi dalam tubuh organisme
padahal logam berat seperti Cd ini termasuk golongan logam berat yang
berbahaya dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan
pencernaan (Darmono, 2001). Keracunan logam berat Cd dapat menyebabkan
keracunan yang akut dan kronis. efek kronis dari keracunan logam Cd,
biasanya mengakibatkan kerusakan ginjal, kerusakan sistem syaraf dan
kerusakan pada sebagian renal tubules. Penyerapan Cd dalam tubuh
cenderung terkonsentrasi di dalam hati dan ginjal.
3
Terjadinya peningkatan kandungan logam berat pada perairan dapat
membahayakan biota dan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya
adalah ikan. Ikan yang merupakan organisme air yang dapat bergerak dengan
cepat pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari
pengaruh pencemaran air. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam
habitat yang terbatas (seperti sungai, danau, dan teluk), ikan itu sulit melarikan
diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran
seperti logam berat akan masuk ke dalam tubuh ikan (Darmono, 2008).
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator tingkat pencemaran yang terjadi didalam perairan. Jika didalam
tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas
normal yang telah ditentukan, ikan dapat menjadi indikator terjadinya suatu
pencemaran dalam lingkungan (Supriyanto & Samin, 2007). Kandungan
logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri
disekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan laut.
Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung
pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme,
tekstrur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut
(Dewi, 2012).
Ikan Belanak atau yang dikenal masyarakat kota Ambon dengan nama
ikan bulana ini adalah ikan demersal yang terdapat di daerah dengan dasar
pasir atau dasar berlumpur dan memakan bahan-bahan organik (Adji, 2008).
Terjadinya penimbunan logam berat pada organ-organ tubuh ikan berakibat
4
lama-kelamaan konsentrasinya akan bertambah besar yang dapat
mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh ikan tersebut dan pada akhirnya
dapat menimbulkan kematian pada ikan. Apabila ikan tersebut kemudian
dikonsumsi oleh manusia, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia yang dapat menyebabkan keracunan yang bersifat kronis dan akut
karena sifat logam berat yang mudah terakumulasi.
Selain ikan yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran,
Lamun juga dapat dijadikan sebagai bioindikator di perairan karena lamun
dapat mengakumulasi bahan cemaran tanpa mengganggu atau merusak
tanaman itu sendiri (Astuti,2011). Lamun merupakan tumbuhan berbunga
yang mampu hidup di lingkungan laut. Habitat lamun di perairan dangkal
menyebabkan ekosistem ini di pengaruhi oleh aktivitas yang ada di pesisir.
Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang memiliki kemampuan daya
serap terhadap konsentrasi logam berat di perairan yang banyak ditemukan di
Teluk Ambon bagian dalam. Pada penelitian di Waai dan Galala Pulau Ambon
menunjukkan adanya kemampuan akumulasi lamun Enhalus acoroides
terhadap logam berat Pb dan Cd pada bagian akar dan daun lamun .
Rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang
lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi
(Gingsburg dan Lowestan, 1958 dalam Triadi, 2014).
Kasus toksisitas kadmium sejak tahun 1980 terus mengalami
peningkatan sampai sekarang seiring dengan perkembangan ilmu kimia,
5
bahkan sampai sekarang telah diketahui bahwa kadmium merupakan logam
berat yang paling banyak menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup.
Kadmium dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh kadmium (Darmono,
2001).
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius
untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus merkuri di Minamata Jepang pada tahun 1953, pencemaran logam
berat semakin sering terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Peristiwa yang
menonjol dan di publikasikan secara luas akibat pencemaran logam berat
adalah pencemaran merkuri (Hg) yang menyebabkan Minamata desease di
teluk Minamata, Jepang dan pencemaran kadmium (Cd) yang menyebabkan
Itai-itai disease di sepanjang sungai Jinzo di Pulau Honsyu, Jepang (Darmono,
2008).
Pencemaran logam berat di perairan Teluk Jakarta pertama kali
ditemukan oleh S. Yatim dkk, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kadar
logam berat dalam air di Teluk Jakarta sudah tergolong tinggi, bahkan di
beberapa lokasi seperti muara Angke kadar logam beratnya cenderung
meningkat. Sedangkan menurut hasil penelitian dari (H. Hutagalung & Razak,
1982) dan (H. P. Hutagalung, 1987) di perairan muara Angke menunjukkan
bahwa air laut, udang, kerang-kerangan dan beberapa jenis ikan yang hidup di
muara Angke telah tercemar oleh merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium
(Cd). Selanjutnya disebutkan bahwa sumber bahan cemaran tersebut berasal
6
dari kegiatan di darat, khususnya industri yang membuang limbahnya ke Kali
Angke.
Pencemaran logam berat Cadmium (Cd) yang terjadi di sungai
Surabaya, dimana pencemaran logam berat terjadi pada ikan keting dan bader
yang mencapai 0,5 ppm, yang melebihi ambang batas yang di tetapkan oleh
FAO yakni sebesar 0,1 ppm (Siregar & Murtini, 2008). Dampak pencemaran
logam berat Pb dan Cd salah satu contohnya yaitu kematian massal ikan di
Teluk Jakarta dengan konsentrasi logam berat Pb dan Cd masing-masing yaitu
0,55 dan 0,1 ppm. Selain itu, pada penelitiannya di Tanjung Emas, Semarang
menunjukkan hasil bahwa perairan tersebut telah tercemar logam berat Pb dan
Cd dengan nilai masing-masing 2,88-7,81 ppm dan 1,63-2,96 ppm yang
mengakibatkan penurunan hasil tangkapan dan budidaya ikan (Lestari, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asih (2013) di Perairan
Tanjung Lanjut Kota Tanjung pinang menunjukkan bahwa kandungan rata-
rata logam berat Pb pada lamun berkisar antara 0 ,1088 mg/L - 0,1915 mg/L
dan logam berat Cd pada lamun berkisar antara 0,3907 mg/L – 0,4536 mg/L,
sedangkan untuk air laut kandungan rata-rata untuk Pb berkisar antara 0,0274
mg/L - 0,0486 mg/L dan Cd yaitu 0,0926 mg/L - 0,1289 mg/L. Pada bagian
tumbuhan lamun penyerapan logam berat Pb dan Cd tertinggi terdapat pada
akar. Kandungan ini telah melewati ambang batas baku mutu yaitu 0,008
mg/L untuk logam Pb dan 0,001 mg/L untuk logam Cd.
Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa pencemaran logam berat
pada perairan masih sangat tinggi mengingat beberapa faktor yang menjadi
7
pendukung dari pencemaran tersebut, seperti aktifitas manusia itu sendiri pada
daerah sekitar, pertanian, industri, transportasi dan faktor pendukung lainnya.
Wilayah pesisir merupakan zona interaksi antara lautan dan daratan
yang luasnya mencapai 15 % dari daratan bumi. Wilayah pesisir di Indonesia
sangat potensial, karena merupakan lokasi perdagangan, transportasi,
perikanan tangkap, budidaya perairan, industri, pertambangan dan pariwisata.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan
pesisir diantaranya: pertumbuhan penduduk, kegiatan-kegiatan manusia,
sedimentasi, ketersediaan air bersih dan pencemaran (Nontji, 2002).
Wilayah pesisir kota Ambon sudah menjadi pusat aktifitas, baik
pemerintahan, perdagangan, pemukiman, pendidikan, pertahanan, keamanan,
pembangkit listrik, pelabuhan dan sebagainya. Teluk Ambon bagian dalam
memiliki berbagai fungsi, selain sebagai daerah perikanan ikan tangkap, ikan
umpan dan Keramba Jaring Apung (KJA), daerah ini juga berfungsi sebagai
pelabuhan pangkalan TNI angkatan Laut dan POLAIRUD, pelabuhan kapal
PT Pelni, kapal tradisional antar pulau dan ferry penyeberangan, dermaga
tempat perbaikan kapal, daerah konservasi hutan mangrove, tempat rekreasi
dan olahraga, serta tempat pendidikan dan penelitian.
Teluk Ambon bagian dalam dikhususkan untuk perikanan ikan
tangkap, ikan umpan serta ditambah dengan KJA. Berdasarkan fakta tersebut,
maka masyarakat pesisir pulau Ambon banyak menggantungkan hidupnya
pada sumberdaya alam yang ada di Teluk Ambon maupun pesisirnya.
8
Pada sisi lain, Kota Ambon saat ini tengah berbenah menuju kota
dengan konsep Water Front City. Water Front City adalah kota di tepi air,
baik sungai, pantai maupun danau. Suatu proses pembangunan yang memiliki
kontak visual dan fisik dengan air, pengembangan wilayah perkotaan yang
secara fisik alamnya berada dekat air dimana bentuk pengembangan
pembangunan wajah kota berorientasi ke perairan (Prabudiantoro, 1997).
Dengan demikian maka kebersihan laut menjadi prasyarat penting bagi
terwujudnya konsep Water Front City di Kota Ambon. Jika kondisi air laut
Teluk Ambon terus menerus tercemar sampah atau limbah maka fungsi
rekreasi dan aspek pemandangan yang dimiliki menjadi terdegradasi.
Kota Ambon Sebagai daerah perkotaan yang padat penduduk,
wilayah pesisir kota Ambon diperkirakan sudah tercemar oleh bahan
pencemar yang cukup tinggi. Kompleksnya aktifitas di perairan pantai dan
wilayah pesisir dan sekitarnya dapat memberikan masukan bahan pencemar
kadmium (Cd) didalam Teluk Ambon, yang umumnya berasal dari
sedimentasi laut akibat hujan, berbagai aktifitas yang dilakukan disekitar
lokasi penelitian yaitu beberapa kegiatan industri, perikanan, pelabuhan,
pertanian, pembuangan limbah galian C, hasil pembuangan oli bengkel dan
buangan limbah yang berasal dari kapal.
Pencemaran akibat adanya logam berat yang berbahaya didalam air
pada saat ini di khawatirkan telah terjadi di perairan Teluk Ambon bagian
dalam, berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Dominggus Rumahlatu, di
ketahui bahwa kandungan logam berat kadmium telah melmpaui batas yang
9
telah di tetapkan (Rumahlatu, 2011). Jika air yang terdapat di perairan teluk
Ambon bagian dalam telah tercemar oleh logam berat maka ada kemungkinan
lamun dan ikan yang terdapat di dalam perairan Teluk Ambon bagian dalam
juga ikut tercemar oleh logam berat tersebut. Hal ini akan berdampak terhadap
kesehatan jika ikan yang telah tercemar tersebut di konsumsi oleh masyarakat,
akan menimbulkan penyakit baik akut maupun kronis yang dapat
mengakibatkan kematian.
Kadmium dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh kadmium (Darmono,
2001). Keracunan yang diakibatkan oleh kadmium dapat menimbulkan efek
yang negatif terhadap tubuh manusia seperti kerusakan pada ginjal dan
jantung, selain itu kadmium juga dapat menyebabkan kanker paru-paru,
gangguan sistem reproduksi dan anemia (Palar, 2008).
Dengan melihat permasalahan diatas maka penulis mencoba untuk
melakukan penelitian tentang “Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air
Laut, Lamun E. acoroides dan Ikan Belanak di Perairan Teluk Ambon Bagian
Dalam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Berapakah kandungan kadmium (Cd)
pada air laut, Lamun E. acoroides dan ikan Belanak di Perairan Teluk Ambon
bagian dalam?
10
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) dalam air laut, lamun E.
acoroides dan ikan Belanak di Perairan Teluk Ambon bagian dalam.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada air laut di Teluk
Ambon bagian dalam.
b. Untuk mengetahui kandungan Kadmium (Cd) pada lamun E.
acoroides di Teluk Ambon bagian dalam.
c. Untuk mengetahui kandungan Kadmium (Cd) pada ikan belanak di
Teluk Ambon bagian dalam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi demi
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
lingkungan dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan bagi
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
masukan kepada Pemerintah Kota Ambon untuk meningkatkan upaya
pencegahan pencemaran air terutama pada Teluk Ambon.
11
3. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat tentang bahaya kesehatan
yang terjadi bila masyarakat menggunakan air dan mengkonsumsi biota
yang berada di Teluk Ambon.
4. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh selama kuliah.
Recommended