View
140
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
.
Citation preview
SKENARIO A BLOK 6
SENIN, 3 FEBRUARI 2014
Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola makan tidak
teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya Dodi sering mengalami
konstipasi. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai
demam. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar umbilicus. Beberapa hari
kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan muntah. Keadaan umum
Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurney’s (+), defans muscular (-). Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3. Dokter mendiagnosis Dodi
menderita Acute Appendicitis.
1. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Klarifikasi
1. Diet rendah serat Aturan makan khusus yang rendah akan jenis
makanan yang berguna untuk melancarkan
pencernaan.
2. Konstipasi Evakuasi feses yang jarang atau sulit
3. Defans Muskular The muscular tension and rigidity that accompanies
localize inflamtion.
4. Appendicitis Peradangan pada appendix veriformis yang ditandai
dengan nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri
lepas alih spasme otot yang ada diatasnya dan
hiperestesia kulit
5. Titik Mc Burney’s Titik di 1/3 lateral yang menghubungakan SIAS
kanan dengan Umbilicus
6. Umbilicus Pusat, jaringan paru yang menandai tempat
pelekatan tali pusar pada janin
7. Kanan bawah perut Regio inguinal dextra yang terletak diantara paha
kanan dengan abdomen.
Page | 1
2. Identifikasi Masalah
2.1. Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola
makan idak teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya
Dodi sering mengalami konstipasi. (****)
2.2. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai
demam. (***)
2.3. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar Umbilikus. (***)
2.4. Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan
muntah. (***)
2.5. Dodi kesakitan saat berjalan dan membungkuk (**)
2.6. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri pada titik Mc Burney’s (+), defans
muscular (-). (***)
2.7. Pemeriksaan Laboraturium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3 (***)
2.8. Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis (*****)
3. Analisis Masalah
3.1. Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola
makan tidak teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya
Dodi sering mengalami konstipasi.
3.1.1. Apa hubungan memiliki kebiasaan pola makan tidak teratur, diet rendah
serat serta tidak terlalu suka minum dengan terjadinya konstipasi?
Kekurangan cairan atau dehidrasi dan kekurangan serat pada
makanan menjadi factor yang dapat menyebabkan konstipasi karena pada
usus besar air dan garam diserap kembali karena penting bagi tubuh.
Tetapi ketika usus besar menyerap terlalu banyak air karena dehidrasi,
kontraksi otot usus besar lambat maka tinja akan menjadi keras dan
kering.
3.1.2. Apakah dampak konstipasi terhadap tubuh?
Jika serat dan air dalam tubuh kurang terpenuhi akan berdampak
pada keras nya feses yang disebut sebagai fekalit. Feses yang keras dapat
menyebabkan obstruksi lumen pada appendiks yang berujung pada
terjadinya infeksi, hal ini merupakan patogenesis utama terjadinya
appendisitis.
Page | 2
3.1.3. Bagaimana diet rendah serat?
Diet ini hanya mengonsumsi makanan yang rendah serat sehingga
hanya meninggalkan sedikit sisa. Diet ini bertujuan untuk memberikan
makanan sesuai gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses. Terdapat beberapa syarat diet ini yang
salah satunya tidak mengonsumsi makanan yang tinggi serat sehingga
asupan serat maksimal 8 g/hari.
3.1.4. Berapa liter air minum yang normal untuk dikonsumsi per hari?
Jumlah kebutuhan akan air minum yang dikonsumsi setiap orang
jelas berbeda. Namun secara umum setiap orang memerlukan setidaknya
1,5 L – 2 L per harinya.
3.2. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai
demam.
3.2.1. Bagaimana pembagian abdomen?
Terdapat 2 jenis pembagian region abdomen, yaitu:
a. 9 regio abdomen
- Hypocondrium dextra
- Epigastric
- Hypocondrium sinistra
- Lumbaris Dextra
- Umbilicalis
- Lumbaris sinistra
- Inguinalis Dextra
- Hypogastrium
- Inguinalis Sinistra
b. Kuadran abdomen
- Kuadran Kanan Atas
- Kuadran Kiri Atas
- Kuadran Kanan Bawah
- Kuadran Kiri Bawah
Page | 3
3.2.2. Organ apa saja yang terdapat pada bagian perut kanan bawah?
a. Jejunum
b. Ileum
c. Appendix
d. Caecum
e. Colon ascendens
f. Colon transversa
3.2.3. Apa yang menyebabkan nyeri pada perut kanan bawah?
Karena terjadinya inflamasi pada appendix vermifomis yang
mengakibatkan bertambah besarnya appendix yang lalu mengeritasi
peritoneum parietal yang menyebabkan rasa nyeri.
3.2.4. Mengapa nyeri pada perut kanan bawah dapat menyebabkan demam?
Nyeri yang terjadi pada kanan bawah perut merupakan suatu tanda
adanya iritasi pada bagian peritoneum parietal. Iritasi yang disebabkan
oleh infeksi yang terjadi pada appendix ini merangsang tubuh untuk
mengeluarkan respon imun yang berupa demam sebagai perlindungan diri
dari infeksi yang terus menyebar.
3.2.5. Syaraf apa yang berpengaruh pada nyeri perut kanan bawah?
Nyeri viscera appendix vermiformis yang ditimbulkan oleh karena
distensi lumen appendix atau spasme otot dindingnya, berjalan di dalam
serabut saraf yang mengikuti saraf simpatis plexus messentricus superior
dan nervus splanchnicus minor ke medulla spinalis.Nyeri alih yang tidak
jelas dirasakan diregio umbilicus.
3.3. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar Umbilikus.
3.3.1. Organ apa saja yang terdapat pada regio umbilicus?
Regio Umbilical terdiri dari omentum, intestinum tenue dan colon
transverses.
3.3.2. Mengapa nyeri terjadi disekitar umbilicus?
Karena otak salah menginterpretasikan rasa nyeri visceral di
apendiks. Hal ini di sebabkan karena saraf pada regio umbilicus dan saraf
pada apendiks masuk ke segmen yang sama yaitu T10 pada dermatome
sehingga nyeri ditunjukkan ke regio umbilicus.
3.3.3. Syaraf apa yang mempersarafi regio umbilicus?
Page | 4
Saraf simpatis plexus messentricus superior dan nervus splanchnicus
minor
3.4. Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan
muntah.
3.4.1. Mengapa nyeri dari region umbilicus berpindah ke region kanan bawah
perut?
Nyeri berpindah ke regio kanan bawah perut karena semakin hari
appendiks semakin membesar dan mengalami edema sehingga menyentuh
Peritoneum Parietal dan mengiritasinya. Hal ini mengakibatkan syaraf di
parietal menerima rangsangan nyeri yang tajam dan terlokalisisr di bagian
kuadran kanan bawah.
Pada awalnya rasa nyeri pada region umbilicus merasakan nyeri
akibat terjadinya nyeri alih dari syaraf di organ visceral appendix yang
menerima rangsang regangan appendix dan di salurkan ke medulla
spinalis T 10 yang juga merupakan pusat syaraf dermatome dari region
umbilicus.
3.4.2. Apakan hubungan nyeri di kanan bawah perut dengan mual dan muntah?
Appendix merupakan bagian dari tractus digestivus yang memiliki
akhiran syaraf eferen yang akan berjalan bersama syaraf simpatis ke
medulla spinalis.
Jika syaraf terkena rangsangan kimia yang bersifat patogenik akan
dihantarkan impuls dari syaraf aferen menuju ke pusat control yaitu otak.
Bila rangsang kimia ini langsung ke bagian ventrikel cerebrum keempat
dibagian area postrema, akan memberikan efek mual karena bagian ini
merupakan pusat pengaturan untuk mengatur aktivitas muntah.
3.5. Dodi tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk.
3.5.1. Apa saja otot yang berkontraksi saat membungkuk?
M. Rectus abdominis, M. obliquus eksternus abdominis, M.
obliquus internus abdominis, dan M. transversus abdominis.
3.5.2. Apa makna klinis dengan Dodi berjalan agak membungkuk?
Pada kasus ini, peradangan appendix vermiformis Dodi sudah
mencapai peritoneum parietal. Seluruh bagian peritoneum parietal
dipersarafi oleh persarafan yang menuju ke medulla spinalis segmen T7-
T12 dan L1. Begitu juga dengan otot-otot dinding anterior abdomen.
Page | 5
Maka dari itu, ketika terjadi peradangan di peritoneum parietal,
maka akan ditemukan gejala peningkatan tonus otot-otot abdomen (tonus
adalah kontrasi pada otot yang terjadi secara terus menerus). Peningkatan
tonus bertujuan untuk mengistirahatkan dan melokalisir proses
peradangan.
Akibat dari peningkatan tonus otot-otot abdomen itulah, otot-otot
dinding abdomen Dodi mengalami kontraksi secara terus menerus,
menyebabkan bungkuk.
3.6. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri pada titik Mc Burney’s (+), defans
muscular (-).
3.6.1. Bagaimana pemeriksaan abdomen?
a. Inspeksi
- Permukaan dinding perut : datar, cekung, cembung.
- Kulit dinding perut : erupsi, ikterus, spider angioma, venectasi
(kolateral), striae,pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar
atau menonjol.
- Bentuk perut : simetris/asimetris, perut bentuk perut katak (frog like
appearance).
b. Auskultasi
- Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : Normal, melemah sampai
menghilang, mengeras sampai terdengar suara logam (metallic
sound). Peristaltic normal kira-kir 5 –10 detik.
- Sucusion splash : Dapat ditemukan pada abdomen yang distensi
akibat adanya gas dan cairan di dalam suatu organ yang mengalami
obstruksi. Pemeriksaan meletakkan stetoskopnya di atas abdomen
sementara mengguncangkan dari sisi kesisi. Adanya bunyi percikan
biasanya menunjukkan distensi lambung atau kolon.
c. Perkusi :
- Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya distensi gas, cairan atau
massa padat.
- Timpani merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan
pada abdomen. Bunyi timpani ini disebabkan adanya gas dalam
lambung, usus halus dan kolon.
Page | 6
d. Palpasi
- Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan
palpasi dalam. Palpasi ringan digunakan untuk menentukan nyeri
tekan dan daerah spasme otot dan rigiditas. Pasien dengan peritonitis
memperlihatkan abdomen yang tegang dan nyeri (defence
muscular). Sedang perut papan didapatkan pada penderita tetanus.
3.6.2. Apa saja penyebab defans muscular?
Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) , ditimbulkan
karena rasa nyeri pada peritoneum parietal yang karena rangsangan
palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.
3.6.3. Bagian mana yang mengalami inflamasi yang menyebabkan defans
muscular?
Bagian dari M.rektus abdominis.
3.6.4. Bagaimana lapisan dinding abdomen?
a. Skin
b. Fascia Superficialis
c. Fascia Profunda / Deep Fascia
d. Muscle
e. Fascia Transversal / Subserous Fascia
f. Lemak ekstraperitoneal
g. Peritoneum Parietal
3.6.5. Apa penyebab titik McBurney’s positif?
Karena titik McBurney’s merupakan titik maksimal nyeri dari
apendisitis. Sehingga apabila titik ini ditekan dan mengahasilkan rasa
nyeri, hal ini menunjukkan bahwa te McBurney’s adalah positif.
3.6.6. Bagaimana histologi appendix vermiformis?
Appendix vermiformis terdiri atas beberapa lapisan, diantaranya;
a. Lapisan mukosa
b. Lapisan submukosa
c. Lapisan muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler)
d. Lapisan serosa.
3.6.7. Bagaimana topografi appendix vermiformis?
Appendix vermiformis seluruhnya diliputi oleh peritoneum, yang
melekat pada lapisan bawah messentrium instestinum tenue melalui
Page | 7
messentrimnya sendiri yang pendek, mesoappendix. Appendix vermforis
terletak di region iliaca dextra, dan pangkal diproyeksikan ke dinding
anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang menghubungkan
SIAS dan umbilicus (titik McBurney). Tempat-tempat ditemui ujung
appendix:
a. Tergantung ke bawah ke dalam pelvis berhadapan dengan
dindingpelvis dextra
b. Melengkung dibelakang caecum.
c. Menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum
d. Di depan atau di belakang pars terminalis ileum.
3.6.8. Bagaimana fisiologi appendix vermiformis?
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated
Limfoid Tissue (GALT) yang terletak di sepanjang saluran cerna termasuk
appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika di
bandingkan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
3.6.9. Bagaimana vaskularisasi appendix vermiformis?
Arteria
Arteria appendicularis, Cabang arteria caecalis posterior berjalan
menuju ujung appendix vermiformis di dalam meso-appendix
Venae
Vena appendicularismengalirkandarahnyake vena caecalis
posterior.
3.7. Pemeriksaan Laboraturium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3
3.7.1. Berapa kadar normal leukosit dalam darah?
4000-10.000/mm3
3.7.2. Apa yang menyebabkan jumlah leukosit meningkat?
Pada scenario ini leukositosis terjadi karena adanya penumpukan
flora normal yang tinggi sebagai akibat obstruksi apendiks yang
merupakan proses infeksi atau radang akut sehingga terjadi peradangan
pada appendix vermiformis.
Page | 8
3.8. Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis
3.8.1. Bagaimana etiologi acute appendicitis?
Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri dengan faktor
pencetusnya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Adanya
obstruksi mengakibatkan mucin atau cairan mucosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini akan semakin meningkatkan tekanan
intraluminal sehingga menyebabkan tekanan intra mucosa juga semakin
tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke
dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang
menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks.
3.8.2. Bagaimana patofisiologi acute appendicitis?
Patogenesis appendicitis akut terutama disebabkan oleh inflamasi
pada dinding apendiks yang menimbulkan obstruksi lumen apendiseal.
Pada sepertiga kasus appendicitis akut memperlihatkan disebabkan juga
oleh karena fekalit. Hal itu berdasarkan penelitian epidemiologi
menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya appendicitis akut.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora
normal kolon. Obstruksi mengakibatkan appendicitis akut oleh karena,
kapasitas lumen pada apendiks yang normal adalah 0,1 ml³. Sekresi
mucosa yang terus berlanjut sampai 0,5 saja sudah dapat meningkatkan
tekanan intralumen sampai 60 cmH2O yang menyebabkan distensi lumen
dan mempengaruhi aliran darah balik vena.
Apendiks menjadi bengkak, lembek, diliputi oleh eksudat fibrinosa.
Lumen apendiks terisi materi pus, mucosa menjadi hipoksia dan terjadi
ulserasi. Adanya infeksi bakteri berkaitan dengan cepatnya terjadi
Ganggren dan Perforasi. Organisme yang dominan terdapat pada
appendicitis akut adalah E. coli dan Bacteroides fragilis, walaupun tidak
tertutup kemungkinan bakteri lainnya dapat ditemukan pada Appendicitis
Akut
Page | 9
Diet Rendah Serat + Tidak Suka Minum
Konstipasi Membentuk Fekalit
Tekanan Intraluminal Meningkat Obstruksi Lumen Appendix Flora Normal Bertambah
Infeksi
Hiperplasia Jaringan Limfoid
Aliran Limfatik Terhambat
DemamAppendix Edema
Distensi Appendix
Respon Syaraf Visceral T 10 Mengiritasi Peritoneum Parietal Rangsang Nyeri Visceral
Nyeri Alih disekitar Umbilikus Nyeri pada Perut Kanan Bawah Otot Iliopsos Tidak Dapat Berkonstraksi Rangsang Cerebral ke-4
Mual Muntah
Jalan Membungkuk Appendix Berada di Retrocaecal
4. Kerangka Konsep
Page | 10
5. Keterbatasan Masalah dan Learning issues
Learning Issues What I know What I don’t know What I have to
prove
Anatomi dinding
abdomen
Pembagian region
abdomen, Batas-
batas abdomen
Urutan lapisan
dinding abdomen
Pemeriksaan
dinding Abdomen
Anatomi viscera
abdomen
Organ per regio Appendix Topografi,
fisiologi, jenis letak
Appendix
Histofisiologi
viscera abdomen
Jaringan epitel
appendix
Jaringan Appedicitis Jaringan Appendix
yang Normal
Inervasi dan
vaskularisasi
abdomen
- Perjalanan inervasi
dan vaskularisasi
Dermatome
Appendicitis Definisi Patofisiologi Etiologi
Konstipasi Definisi, Etiologi Hubungan dengan
Appendicitis
Patofisiologi
6. Sintesis masalah
6.1. Anatomi dinding abdomen
6.1.1. Batas dinding abdomen
a. Bagian atas (superior)
- Processus xiphoideus
- Cartilago costalis (ribs 7-10)
- Tips of ribs 11 and 12
- Vertebrae Lumbal (L1-L5 )
b. Bagian bawah (inferior)
- Crista iliaca
- Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS)
- Spina Iliaca Anterio Inferior
- Ligamen Inguinalis
- Symphisis pubis, crista pubicum, dan tubercularis pubis
Page | 11
- Tubercle of the crest
- Pubic tubercle
- Pubic crest
6.1.2. Bidang Dinding Abdomen
a. Planum transpyloricum
- Garis transversal antara incissura jugularis dan symphisis pubis.
- Setinggi cartilago costae IX (anterior) dan bagian bawah vertebrae
lumbalis I (posterior)
b. Planum transtubercular
- Garis transversal setinggi tuberculum iliaca (anterior) dan vertebrae
lumbalis V (posterior)
c. Linea alba
- Berada di garis tengah
- Terbentang dari proc. Xyphoideus sampai ke symphisi pubis
- Memisahkan m. rectus abdominus
d. Linea semilunaris
- Sepanjang lateral dari M. rectus abdominis.
e. Linea arcuata
- Bagian bawah dari lamina posterior, terletak di antara umbilicus dan
pubis
6.1.3. Pembagian Regio Abdomen
a. Kuadran
- Regio kanan atas
- Regio kanan bawah
- Regio kiri atas
- Regio kiri bawah.
b. 9 regio
- Right Hypochondriac
- Left Hypochondriac
- Epigastric
- Right Lumbar
- Left Lumbar
- Umbilical
- Right Inguinal
Page | 12
- Left Inguinal
- Hypogastric
6.1.4. Organ per regio
a. Hypochondrium dextra, yaitu regio kanan atas:
- Hepar
- Vesica fellea
b. Epigastrium, regio yang berada di ulu hati
- Gaster
- Hepar
- Colon transversum
c. Hypochondrium sinistra, regio yang berada di kiri atas:
- Gaster
- Hepar
- Colon Transversum
d. Lumbaris dextra, regio sebelah kanan tengah:
- Colon ascendens
e. Umbilicalis, regio tengah:
- Intestinum tenue
- Colon transversum
f. Lumbaris sinistra, regio sebelah kiri umbilikalis:
- Intestinum tenue
- Colon descendens
g. Inguinalis dextra, regio kanan bawah:
- Caecum
- Appendix vermiformis
h. Hypogastrium / Suprapubicum, regio di tengah bawah:
- Appendix vermiformis
- Intestinum tenue
- Vesica urinaria
i. Inguinalis sinistra, regio kiri bawah:
- Intestinum tenue
- Colon descendens
- Colon sigmoideum
6.1.5. Otot – Otot
Page | 13
a. M. Obliquus externus
b. M. Obliquus internus
c. M. Transversus abdominis
d. M. Rectus abdominis
e. M. Pyramidalis
f. M. Quadratus lumborum
g. M. Iliopsoas
6.1.6. Lapisan dinding abdomen
a. Skin
b. Fascia superficialis
c. Fascia profunda
d. Muscle
e. Fascia transversal
f. Lemak ekstraperitoneal
g. Peritoneum parietale
6.1.7. Pemeriksaan dinding abdomen
a. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak
ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat
pada massa atau abses appendiculer.
b. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda
peritonitis lokal yaitu:
- Nyeri tekan di Mc. Burney.
- Nyeri lepas.
- Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak
ada, yang ada nyeri pinggang.
c. Perkusi
Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung
dan usus (timpani atau redup). Untuk mendengarkan atau mendeteksi
Page | 14
adanya gas, cairan atau massa dalam perut. Bunyi perkusi pada perut yang
normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada keadaan-
keadaan tertentu misalnya apabila hepar danlimpa membesar, maka bunyi
perkusi akanmenjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus
kosta kanan dan kiri.
d. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus
paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata.
6.2. Anatomi viscera abdomen
6.2.1. Organ viscera abdomen
Cavitas abdominalis berisi organ-organ penting termasuk tractus
gastrointestinalis, hepar, ductus choledochus, pancreas, lien, dan bagian-
bagian system urinarium. Struktur-struktur ini tersusun didalam cavitas
abdominalis sehingga penyakit dari organ yang satu mudah menjalar ke
organ yang lainnya. Dinding cavitas abdominis dilapisi oleh suatu
membranan serosa tipis yang disebut peritoneum.
Didalam abdomen juga terdapat aorta dan cabang-cabang nya, vena
cava inferior dan cabang-cabangnya, dan vena porta yang penting. Berikut
susunan umum dari viscera abdomen.
Hepar (Hati)
Hepar merupakan organ besar yang terletak pada bagian atas cavitas
abdominalis. Hampir seluruh bagian hepar terletak dibawah costae dan
cartilagines costales, dan melintasi regio epigastrica.
Vesica Biliaris (Kandung Empedu)
Vesica biliaris merupakan kantong berbentuk buah pir yang melekat
pada permukaan bawah lobus hepatis dexter, ujungnya buntu, atau fundus,
menonjol dibawah margo inferior hepar.
Oesophagus
Oesophagus merupakan struktur berbentuk tubular yang
menghubungkan pharynx dengan gaster. Oesophagus menembus
Page | 15
diaphragma sedikit disebelah kiri garis tengah dan setelah berjalan sekitar
setengah inci masuk ke sisi kanan gaster. Oesophagus terletak dalam,
dibelakang lobus hepatis sinister.
Gaster (Lambung)
Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang berdilatasi
diantara oesophagus dan intestinum tenue. Gaster terletak didaerah
kuadran kiri atas, epigastrium, dan regio umbilicalis dan sebagian besar
ditutupi oleh costae. Sumbu panjang gaster berjalan ke bawah dan depan
kanan kemudian berjalan kebelakang dan sedikit ke atas.
Intestinum Tenue (Usus Halus)
Intestinum tenue dibagi menjadi tiga bagian :
a. Duodenum merupakan bagian pertama intestinum tenue. Duodenum
terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis. Kira-kira dipertengahan
panjang duodenum bermuara ductus choledocus dan ductus
pancreaticus.
b. Jejunum dan Ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter dengan dua
per limam bagian atas adalah jejunum. Jejunum menempati bagian kiri
atas cavitas abdominalis sedangkan ileum cenderung menempati
bagian kanan bawah cavitas abdominalis dan cavitas pelvis.
Intestinum Crasum (Usus Besar)
Intestinum crasum dibagi menjadi caecum, appendix vermiformis,
colon ascendens, colon transversum, colon descendens, colon
sigmoideum, rectum dan canalis analis.
a. Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol
kebawah pada regio iliaca kanan dibawah junctura iliocaecalis.
b. Appendix vermiformis adalah organ sempit , berbentuk tabung yang
mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid dan
merupakan sisa apex secum yang belum diketahui fungsinya pada
manusia. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13
cm). Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial caecum, sekitar
1 inci (2,5 cm) di bawah junctura ileocaecalis, bagian appendix
Page | 16
vermiformis lainnya bebas. Appendix vermiformis diliputi seluruhnya
oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan bawah mesenterium
intestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri yang pendek,
mesoappendix yang berisi arteri, vena appendicularis dan saraf-saraf.
Appendix vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan pangkal
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah
garis yang menghubungkan SIAS kanan dan umbilicus (titik
McBurney).
Ujung appendix vermiformis mudah bergerak dan mungkin
ditemukan pada tempat-tempat berikut ini : (1) tergantung kebawah
kedalam pelvis berhadapan dengan dinding pelvis dextra ; (2)
melengkung dibelakang caecum ; (3) menonjol ke atas sepanjang
pinggir lateral caecum ; (4) didepan atau di belakang pars terminalis
ileum. Posisi pertama dan kedua merupakan posisi yang sering
ditemukan.
c. Colon ascendens berjalan keatas dari caecum ke permukaan inferior
lobus hepatis dexter, menempati regio kanan bawah dan kuadran atas.
d. Colon transversum menyilang abdomen diregio umbilicalis dari
flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra.
e. Colon descendens menempati kuadran kiri atas dan bawah.
f. Colon sigmoideum tergantung ke bawah ke dalam cavitas pelvis
dalam bentuk sebuah lengkung , colon sigmoideum beralih menjadi
rectum didepan os sacrum.
g. Rectum menempati bagian posterior cavitas pelvis, lalu melanjutkan
diri menjadi canalis analis didalam perineum .
h. Canalis analis
Pancreas
Pancreas merupakan organ lunank berlobus , berjalan miring
menyilang dinding posterior abdomen pada regio epigastrica. Pancreas
terletak dibelakang gaster dan terbentang dari duodenum sampai lien.
Lien
Page | 17
Lien merupakan massa lunak jaringan limfatik yang terletak
dibagian kiri atas abdomen diantara gaster dan diaphragma. Lien terletak
disepanjang sumbu panjang costa X sinistra.
Ren (Ginjal)
Ren merupakan dua organ berwarna coklat kemerahan yang terletak
tinggi pada dinding posterior abdomen, masing-masing dikanan dan kiri
columna vertebralis.
Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan dua organ kekuningan yang
terletak di polus superior ginjal pada dinding posterior abdomen.
Tractus Gastrointestinalis
Organ dari tractus gastrointestinalis yaitu oesophagus, sphincteer
gastrooesophagea, gaster, intestinum tenue, intestinum crasum. Dan organ
accesoris dari tractus gastrointestinalis adalah hepar, ductus biliaris
hepatis, serta pancreas.
6.3. Histofisiologi appendix
6.3.1. Lapisan appendix
Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu:
a. Lapisan mukosa
Lapisan mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta
lieberkuhn. Dinding dalam (inner circular layer) berhubungan dengan
sekum dan dinding luar (outer longitudinal muscle) dilapisi oleh
pertemuan ketiga taenia coli pada pertemuan sekum dan apendiks. Taenia
anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari apendiks. diantara
mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes.
b. Lapisan submukosa
Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan
elastik yang membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan limfe (Pieter,
2005). Terdapat nervus yakni plexus meissner.
c. Lapisan muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler)
Page | 18
Tediri atas dua lapisan yakni lapisan sirkular di sebelah dalam, dan
lapisan longitudinal di sebelah luar. Diantara dua lapis otot ini terdapat
plexus myenterik atau plexus auerbach. Terdapat juga vasa limfa dan vasa
darah.
d. Lapisan serosa.
Diantara lapisan serosa dan lapisan mucularis externa terdapat
lapisan subserosa yang terdiri dari jaringan ikat longgar, vasa darah, lifa,
dan nervus. Lapisan serosa sendiri merupakan selapis sel mesothelial
kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis jaringan fibrosa.
6.3.2. Morfologi Apendisitis
Pada stadium awal, hanya sedikit eksudat neutrofil dapat ditemukan
disepanjang mukosa, submukosa, dan muskularis propria dari apendiks.
Vaskularisasi di lapisan serosa bertambah, dan sering terdapat infiltrasi
ringan neutrofil disekitar pembuluh darah. Reaksi inflamasi mengubah
serosa normal menjadi merah, kasar, dan bergranul. Perubahan ini
menandakan apendisitis akut awal. Pada stadium lanjut, eksudat
neutrofilik berubah menjadi reaksi fibrinopurulen di lapisan serosa. Ketika
proses inflamasi memburuk terbentuk abses pada dinding apendiks,
disertai ulserasi, dan fokus-fokus nekrosis supuratif di mukosa. Keadaan
ini menggambarkan apendisitis supuratif akut. Keterlibatan apendiks lebih
jauh mengakibatkan terjadinya area luas ulserasi hemoragik kehijauan dan
nekrosis gangrenosa hijau-kehitaman, disepanjang dinding apendiks
meluas ke serosa menghasilkan apendisitis ganrenosa akut, yang akan
secara cepat diikuti terjadinya ruptur apendiks (15-30%) dan peritonitis
supuratif. Kriteria histologik untuk diagnosis apendisitis akut adalah
infiltrasi neutrofilik pada muskularis propria. Biasanya neutrofil dan
ulserasi juga terdapat pada mukosa. Karena drainase eksudat dari saluran
cerna lain dapat pula masuk ke apendiks dan menginduksi infiltrasi
neutrofil pada mukosa, gambaran peradangan pada dinding muskular
diperlukan untuk diagnosis.
6.4. Inervasi dan Vaskularisasi Abdomen
6.4.1. Inervasi dan Vaskularisasi organ viscera
a. Oesophagus
Pendarahan
Page | 19
Arteriae
Cabang-cabang arteri gastrica sinistra
Venae
Venae dialirkan ke vena gastrica sinistra, cabang vena porta
Persarafan
Nervus gastrica anterior dan posterior (nervus vagus) dan cabang-
cabang simpatis pars thoracalis truncus symphaticus.
b. Gaster
Pendarahan
Arteriae
Arteria gastrica sinistra berasal dari truncus coeliacus.
Arteria gastrica dextra berasal dari arteria hepatica communis.
Arteriae gastricae breves berasal dari arteria lienalis.
Arteria gastroomentalis sinistra berasal dari arteria splenica.
Arteria gastroomentalis dextra berasal dari arteria gastroduodenalis.
Venae
Vena gastrica sinistra dan dextra, bermuara ke vena porta hepatis.
Vena gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra, bermuara ke
vena lienalis.
Vena gastroomentalis dextra, bermuara ke vena mesenterica superior.
Persarafan
Truncus vagalis anterior
Truncus vagalis posterior
c. Intestinum Tenue
Duodenum
Pendarahan
Arteriae
½ bagian atas : arteria pancreaticoduodenalis superior
½ bagian bawah : arteria pancreaticoduodenalis inferior
Venae
Vena pancreaticoduodenalis superior, bermuara ke vena porta hepatic.
Vena pancreaticoduodenalis inferior, bermuara ke vena mesenterica
superior
Persarafan
Page | 20
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus)
Jejunum dan ileum
Pendarahan
Arteria
Berasal dari cabang-cabang arteria mesenterica superior. Bagian paling
bawah ileum diperdarahi oleh arteri ileocolica.
Venae
Sesuai dengan cabang-cabang arteri mesenterica superior dan
mengalirkan darahnya ke vena mesenterica superior.
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
plexus mesentericus superior.
d. Intestinum Crassum
Caecum
Pendarahan
Arteriae
Arteria caecalis anterior dan posterior membentuk arteria ileocolica.
Venae
Mengalirkan daranya ke vena mesenterica superior
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
plexus mesentericus superior.
e. Appendix Vermiformis
Pendarahan
Arteria
Arteria appendicularis, cabang arteria caecalis posterior berjalan
menuju ujung appendix vermiformis di dalam meso-appendix.
Venae
Vena appendicularis mengalirkan darahnya ke vena caecalis posterior.
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
plexus mesentericus superior. Serabut aferen yang menghantarkan rasa
nyeri visceral dari appendix vermiformis berjalan bersama saraf
simpatis dan masuk ke medulla spinalis setinggi vertebra thoracica X.
Page | 21
f. Colon ascendens
Pendarahan
Arteriae
Arteria ileocolica dan arteria colica dextra
Venae
Bermuara ke vena mesenterica superior
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)
plexus mesentericus superior.
g. Colon transversum
Pendarahan
Arteriae
2/3 proximal : arteria colica media
1/3 distal : arteria colica sinistra
Venae
Bermuara ke vena mesenterica superior dan inferior.
Persarafan
2/3 proximal : saraf simpatis dan nervus vagus
1/3 distal : saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici.
h. Colon descendens
Pendarahan
Arteriae
Arteria colica sinistra dan arteria sigmoideae
Venae
Bermuara ke vena mesenterica inferior.
Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici
6.1.1. Inervasi abdomen
Semua organ dari struktur foregut, midgut dan hindgut mendapatkan
innervasi dari saraf simpatis dan parasimpatis serta serabut sensori
visceral yang menyusun sistem saraf usus. Sistem saraf usus terdapat pada
dinding struktur gastrointestinal sejak dari oesophagus hingga saluran
anus. Sistem syaraf usus terdiri atas:
a. Plexus mesentericus (plexus auerbach)
Page | 22
b. Plexus submucosal (plexus meissneri).
Sensasi nyeri yang dirasakan akibat kelainan atau gangguan organ
pencernaan akan menimbulkan persepsi nyeri permukaan kulit/dinding
abdomen(referred pain).
a. Nyeri dari organ yang berasal dari foregut ditunjukkan pada dermatom
thoracalis 5-9 di regio hipokondriaka dan epigastrium yang dibawa
nervus splanchnicus thoracalis inferior (n. splanichus major).
b. Nyeri dari organ yang berasal dari midgut juga melalui nervus tersebut.
Perbedaannya adalah, nyeri dari midgut akan ditunjukkan pada
dermatom thoracalis 5-10 pada regio epigastrium dan umbilicalis
apabila gangguan mengenai usus halus.
c. Nyeri dari cecum, appendix, colon ascenden dan colon transversum 2/3
proximal cenderung ditunjukan pada dermatom thoracalis 10-12 pada
regio umbilicalis, hipogastrium dan lumbalis. Adapun nyeri dari organ
hindgut dibawa oleh n. splanichus thoracalis inferior dan lumbalis.
d. Nyeri yang berasal dari colon transversum 1/3 distal hingga cana anal
ditunjukkan pada dermatom thoracalis-11 sampai lumbal-1 pada regio
hipogastrium dan inguinal.
Adanya gangguan pada organ dalam rongga abdomen, selain
ditandai munculnya gangguan pada sistem pencernaan juga dapat disertai
gejala/tanda pada sistem yang lain. Hal ini sangat wajar karena rongga
abdomen tidak hanya berisi organ pencernaan. Sebagai contoh, adanya
aneurysma arteri mesenterica superior akan menimbulkan mual dan nyeri
pasca makan serta varikokel funikulus spermatikus. Hal ini terjadi karena
aneurysma tersebut akan menekan sebagain duodenum dan kemungkinan
juga menekan v. renalis sinistra, dimana kedua bangunan ini menyilangi
aorta abdominalis.
6.1.2. Inervasi peritoneum
Persarafan kulit dinding anterior abdomen berasal dari rami
anteriores 6 nervi thoracici bagian bawah dan nervus lumbalis
a. Nervi thoracici : 5 nervi intercostales bagian bawah dan n. Subcostalis
b. Nervus lumbalis 1 : n. Iliohypogastricus dan n. Ilioinguinalis
c. Dermatom :
d. T7 : terletak pada epigastrium, proc. xyphoideus
Page | 23
e. T10 : umbilicus
f. L1 : lig. Inguinal dan symphisis pubis
6.1.3. Perbedaan rasa nyeri pada lapisan parietal dengan lapisan visceral
Perbedaan dari rasa nyeri pada lapisan parietal dan lapisan visceral adalah
Nyeri pada visceral karena robekan dengan tegangan, lalu tidak
terlokalisir, sedangkan Nyeri pada parietal karena sentuhan, suhu dan
tekanan, terlokalisir
6.2. Appendicitis
6.2.1. Pemeriksaan khusus untuk mendeteksi appendicitis
a. Psoas Sign
Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam
posisi terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita
disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di
abdomen kanan bawah.
b. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada
appendicular infiltrat, LED akan meningkat
6.2.2. Leukositosis
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan
adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-
paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu),
tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika
terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
6.2.3. Etiologi
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya
lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing
usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi
membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.
Kebanyakan kasus dari apendisitis akut merupakan akibat dari obstruksi.
Page | 24
6.2.4. Patolofisiogi
Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga
karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal
terjadinya appendicitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat
keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks.
Sirkulasi darah pada dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti
vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding appendiks.
Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di usus besar
memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi
proses irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.
Appendicitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub
mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti
disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan edema, warnanya
menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada
perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif
disertai nekrosis lokal disebut appendicitis akut supuratif. Edema dinding
appendiks menimbulkan gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi
ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat potensial
ruptur. Pada semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil,
dinding menebal karena edema dan pembuluh darah kongesti. Appendiks
yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat
kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat
organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi
6.2.5. Faktor pencetus apendisitis
Berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada
apendiks antara lain:
a. Batu (fecalith)
b. Makanan
c. Mukus (paling sering terjadi pada kistik fibrosis)
d. Apendiks yang terangulasi
Page | 25
e. Parasit (E.hystolitica)
f. Tumor pada apendiks atau sekum
g. Endometriosis
h. Benda asing
i. Hiperplasia limfoid (khususnya terjadi sekunder akibat infeksi virus)
6.3. Konstipasi
Konstipasi atau sembelit adalah masalah pencernaan yang umum terjadi.
Biasanya ditandai dengan susah buang air bear atau buang air besar tidak
teratur. Selain orang yang menderita konstipasi sering mengalami pergerakan di
usus, terasa melilit dan perut terasa sakit. Orang yang mengalami konstipasi
biasanya hanya buang air besar sebanyak 3 kali seminggu atau bahkan kurang.
Biasanya sembelit ini hanya bersifat sementara. Perubahan gaya hidup
disertai dengan pola makan yang benar, yang mengandung banyak serat dan
nutrisi mampu mengatasi hal ini. Untuk lebih mengenal mengenai sembelit atau
konstipasi, silahkan baca uraian berikut ini, mulai dari gejala, penyebab dan cara
pengobatannya.
6.3.1. Gejala Konstipasi, Sembelit, Susah Buang Air Besar
Tanda dan gejala konstipasi antara lain:
a. Buang air besar lebih sedikit dari tiga kali seminggu
b. Sulit buang air besar
c. Tekanan pada perut yang menyiksa saat terjadinya pergerakan pada
usus
d. Perasaan terjadi penyumbatan pada dubur
e. Perasaan tidak selesai setelah buang air besar
6.3.2. Penyebab & Faktor Risiko
Normalnya tinja di dalam usus didorong dengan kontraksi otot usus.
Pada usus besar air dan garam diserap kembali karena penting bagi tubuh.
Tetapi ketika usus besar menyerap terlalu banyak air, atau kontraksi otot
usus besar lambat maka tinja akan menjadi keras dan kering sehingga
pergerakan pada usus besar menjadi terlalu lambat.
Anda mungkin juga mengalami konstipasi jika otot yang digunakan
untuk menggerakkan usus tidak berfungsi secara benar. Masalah ini
disebut anismus.
Page | 26
Sejumlah faktor yang menyebabkan antara lain:
a. Kekurangan cairan atau dehidrasi
b. Kekurangan serat pada makanan
c. Kurangnya aktifitas fisik (khususnya pada orang tua)
d. Irritable bowel syndrome
e. Perubahan gaya hidup atau rutinitas, termasuk hamil, penuaan dan
perjalanan
f. Sakit (sedang mengalami suatu penyakit)
g. Sering menggunakan atau penyalahgunaan obat pencahar
h. Penyakit tertentu, seperti stroke, diabetes, thyroid disease dan
Parkinson's disease
i. Masalah pada usus besar dan dubur, seperti penyumbatan usus atau
diverticulosis
j. Obat-obatan tertentu
k. Gangguan hormon, seperti tidak aktifnya kelenjar tiroid
l. Kerusakan pada kulit dubur dan ambeien
m. Hilangnya kadar garam di dalam tubuh karena muntah atau diare
n. Cedera pada syaraf tulang belakang, yang dapat berefek pada usus
Pada kasus yang langka, konstipasi dapat menjadi tanda bahwa anda
mengalami kondisi medis yang serius, seperti kanker usus besar,
gangguan hormon atau gangguan pada autoimun. Pada anak-anak,
konstipasi dapat mengindikasikan hirschsprung disease – kondisi
hilangnya sel syaraf bawaan sejak lahir.
Anda lebih berpeluang mengalami konstipasi jika:
a. Orang tua
b. Posisi duduk secara terus-menerus
c. Tinggal di tempat tidur (ketika akan bersalin)
d. Makan makanan rendah serat
e. Kekurangan cairan
f. Menggunakan obat tertentu, termasuk sedatives, narkotik atau
pengobatan tertentu untuk menurunkan tekanan darah
g. Sedang menjalani chemotheraphy
Wanita lebih sering mengalami konstipasi daripada laki-laki dan
anak-anak lebih sering mengalami konstipasi daripada orang dewasa.
Page | 27
Jika anda sedang hamil, anda mungkin mengalami konstipasi karena
perubahan hormon. Setelah melahirkan, tekanan pada usus dari uterus
yang membesar juga dapat menyebabkan konstipasi.
6.3.3. Pencegahan
a. Jangan jajan di sembarang tempat.
b. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
c. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari
dan cairan lainnya setiap hari.[1]
d. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15
menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang
lebih berat.
e. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan
buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari
bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-
beda.
f. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-
buahan dan sayur-sayuran.
g. Tidur minimal 4 jam sehari.
h. Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.[2]
i. Diet secara tidak berlebihan.[2]
j. Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti alpukat, apel, dan
kelapa.[2]
k. Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan
mencegah sembelit.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan
pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut
dan punggung,[3] minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik
dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan
membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa
juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak
sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan
melancarkan buang air besar.
Page | 28
7. Kesimpulan
Dodi menderita appendicitis akut karena konstipasi dan obstruksi lumen appendix yang
disebabkan oleh fekalit akibat dari makan makanan rendah serat dan tidak suka minum.
Lampiran
APPENDIX NORMAL APPENDICITIS
Page | 29
Vaskularisasi Abdomen
http://cnx.org/content/m46646/latest/2132_Thoracic_Abdominal_Veins.jpg
Page | 30
Dinding Abdomen
Page | 31
APPENDIX LOCATION
Page | 32
Dermatome Thoracoabdominal
Pembagian Kuadran Abdomen
Page | 33
Pembagian 9 Regio Abdomen
Page | 34
8. Daftar Pustaka
Page | 35
Anatomi klinik, richard s. Snell. Egc
Anonim, Abdomen, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.
Moore, K.L., Agur, A.M.R., 2002, Anatomi Klinis Dasar, Penerbit EGC, Jakarta.
Halaman 80-144
.
Snell, R.C., 1997, Anatomi Klinik, EGC, Jakarta
Toy, E.C., Ross, L.M., et al., 2005, Cases FileTM: Gross Anatomy, The McGraw-Hill
Companies, Inc. Page 116-155.
White, J.. 2006, USMLE Road Map, Gross Anatomy, 2nd-ed., McGraw Hill. Page 64-
103
Eylin.2009.Karakteristik Pasien-Literatur . Pdf. Universitas Indonesia
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-Karakteristik+pasien-
Literatur.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2-babii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31374/4/Chapter%20II.pdf
http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/labskill/PemeriksaanAbdomen.pdf
http://antonmdscience.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
http://www.bimbingan.org/dinding-abdomen-manusia.htm
http://id.scribd.com/doc/96799523/Abdomen
http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf
http://id.scribd.com/mobile/doc/96799523?width=601#fullscreen
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23502/4/Chaper%20II.pdf. Diunduh
pada 4 Februari 2014
Page | 36
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-Karakteristik%20pasien-
Literatur.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014
http://jpck.zju.edu.cn/jcyxjp/files/ge/05/MT/0511.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novinurcah-5123-2-babii.pdf.
Diunduh pada 4 Februari 2014
https://tulane.edu/som/departments/surgery/medical-education/medical-students/
upload/Appendix-Dr-Jaffe.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014
http://education.surgery.ufl.edu/Lectures/AnatomyoftheAnteriorAbdominalWall(2).pdf.
Diunduh pada 4 Februari 2014
http://www.em.emory.edu/ultrasound/images/00013644-201106000-00002.pdf.
Diunduh pada 4 Februari 2014
Page | 37
Recommended