View
310
Download
22
Category
Preview:
DESCRIPTION
resensi novel
Citation preview
A. Identitas Novel Daun - Daun Rindu
1) Judul : Daun - Daun Rindu
2) Penulis : Dul Abdul Rahman
3) Penerbit : Diva Perss ( Anggota IKAPI)
4) Kota Tempat Terbit : Jl.Wonosri,Baturetno
Banguntapan Jogjakarta
5) Tahun Terbit : Cetakan I, Juni 2010
6) Tebal Halaman : 308
7) Harga :Rp.40.000,0
B. Tujuan Meresensi Novel
Banyak teman yang mengatakan bahwa buku ini
bagus kepada saya, maka dari itu saya menjadi penasaran
dan ingin membacanya. Setelah saya baca ternyata buku ini
tidak hanya sekedar bagus tetapi sangat bagus. Karena di
dalamnya banya terdapat pelajaran yang dapat kita ambil
tentang keagamaan, persahabatan yang luar biasa, cinta
pertama yang indah, ketegaran hidup, pentingnya rasa
nasionalisme, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa
kita tebak.
C. Unsur Instrinsik Novel
1. Tema
Menurut Stanton (1965:4), tema merupakan ide sentral
atau pokok dalam karya . Dan menurut Holmon (1981:443),
tema merupakan gagasan sentral yang mencakup
permasalahan dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan
untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra. Dari
berberapa pernyatan tentang tema menurut para ahli, maka
dapat disimpulkan tema adalah idea dasar yang dituangkan
oleh pengarang untuk memberikan arah dan tujuan dalam
penulisan sebuah karya sastra. Berdasarkan hasil bacaan maka
tema untuk novel ini adalah seorang pemuda yang memiliki
jiwa nasionalisme yang tinggi.
Bukti pendukung :
Air mataku tak bisa kubendung, terbayang lagi
nasehat kakek ketika melepas keberangkatanku dulu ke
Malasysia, “ Arringngerrko, Nak! To Ogi’ko, to Indonesia
tokko”.Maksud ucapan kakek kala itu supaya aku tak menikah
dan tinggal di Malaysia. Aku harus pulang ke tanah air dan
mengabdi pada bangsa dan Negara. (Halaman 268)
Pesawat Garuda terus mengangkasa menuju Jakarta.
Mungkin sudah tepat berada di Selat Malaka. Entah di wilayah
Indonesia atau Malaysia, aku tak peduli. Sebab, aku tetap
merasakan kerinduan yang sama. Di Indonesia dan Malaysia
sama saja. Tapi, aku harus pulang ke Indonesia. ( Halaman
291).
2. Penokohan
Penokohan adalah panduan antara tokoh lengkap
dengan perwatakan yang melekat pada diri tokoh.
Pengertian tokoh menurut para ahli:
a. Menurut Panuti Sudjiman(1988:16), Tokoh
merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat
juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
b. Stanto(1965:17), yang dimaksud dengan tokoh utama
ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan
tokoh utama dalam peristiwa tertentu . Jadi
kesimpulannya, tokoh adalah individu yang berperan
dalam suatu cerita.
Tokoh Watak Bukti
Pendukung
Beddu Mudah
pesimis,
pintar,
bertangg
ung
jawab
Spontan aku
menjawab,”m
ana mungkin
anak seperti
kita bisa naik
pesawat.
Dengan
menggunakan
motto satu
tetap satu
yang enatah
dari mana aku
mendapatkany
a, aku selalu
menjadi juara
kelas. Di
asrama aku
adalah seorang
kepala
keluarga,
sehingga
segala
keperluan
berbelanja aku
yang
mengurusnya.
Bijak Justru karena
aku teramat
mencintaimu
dan
menyayangim
u, maka aku
tak mau egois
untuk
memiliki
ragamu.
Ingatkah
engkau akan
pantunmu
dulu, hati ini
satu walau
jauh dimata.
Ingatlah
kekasihku,
orang tuamu
juga
mencintamu,
dan mereka
tak
mengikhlaska
nmu hidup
bersamaku.
Sebaliknya
aku ikhlas dan
rela engkau
bersama orang
tuamu. Dan
tentu saja,
engkau harus
rela mengikuti
kehendakanya.
( Halaman
284)
Kakek Nasional
is
Aku sangat
memahami
maksud
kakek. Kakek
mewanti-
wanti agar aku
tak menikah
dengan
perempuan
Malaysia.
Kekhawatiran
kakek sangat
beralasan
karena
pamanku
menikah
dengan
seorang gadis
melayu lantas
dia menjadi
warga negara
Malaysia.
Ayah
Beddu
Setia
kawan
dan
pembera
ni
“Bahkan
ayahmu tidak
segan
memukuli
anak yang
telah
mengejekku,
padahal anak
tersebut dalah
kakak kelas
kami.Dan
ayahmu sejak
kecil sudah
pintar
mabbaruga
(pencak
silat)”. Kata
pak Musaffar
Ibu Lemah
lembut
dan
penyaya
ng
Setiba di
rumah,
akulangsung
mengadu
kepada ibuku
bahwa teman
–temanku
mengolok-
olok celanaku
yang
kebesaran.
Aku minta
kepada ibuku
untuk
menjahitnya
kembali
dengan ukuran
yang lebih
kecil dan pas
di badanku.
Ibuku hanya
tersenyum
mendengar
penjelasanku.
Kemudian dia
menciumku
dengan penuh
kasih sayang
dan menepuk -
nepuk
celanaku.
Mappas
oro
baik Dia selalu
memberiku
motivasi dan
menghiburku
dengn
suaranya yang
merdu
Pak
Musaffa
r
dermawa
n
Semua biaya
penginapan
hotelku di
bayar oleh Pak
Musaffar.
Puan
Noorza
nita
perhatian Sebelum aku
meninggalkan
rumah Pak
Musffar, Puan
Noorzanita
keluar dari
ruang tamu,
lalu beliau
membelai –
bealai
rambutku
sambil
berujar,”saala
h Nak, Insya
Allah kamu
akan
mendaptakan
jodoh yang
lebih baik
daripada
Mayzah”.
Budion
o
Santai,
cuek,
suka
becanda
dan
pandai
bercerita
Aku sudah
mengenal baik
sahabatku,
Budiono
orangya
santai, cuek,
suka becanda
dan pandai
bercerita.
(tersurat)
Saleh Pendiam,
alim,Pint
ar dan
lugu
Sementara itu
Saleh
orangnya agak
pendiam dan
alim. Dan asal
tahu saja
Saleh adalah
pemuda lugu
yang kutemi
di pesawat
rute Jakarta -
Kula Lumpur
yang memang
teman satu
kamar di
asrama UUM.
Saleh juga
sangat jago
matematika.
Paturusi Cerdas
dan Ulet
Paturusi
termasuk
siswa yang
cerdas dan
ulet. Dari kecil
sehabis pualng
sekolah, ia
bekerja
membanting
tulang dengan
menjadi
penjaja
makanan
ringan di
pelabuahan
Tanjung
Priok.
Mayzah Sopan
dan
lembut
Pemandangan
yang indah
menarik
buatku
hanyalah
beberapa
permpuan
berbaju
kurung
bermotif
bunga-bunga
yang tamapk
lembut nan
ayu.
Perhatian Ketika aku
akan brpisah
dengan
Mayzah, tiba –
tiba ia
berujar,”Tadik
an Abang buat
janji untuk
memebeli
ayam goring
buat kawan-
kawanya, tak
ada penjual
dekat sini
Bang, jadi
Abang pulang
sahaja, nanti
aku yang
belikan dan
hatarkan ke
rumah”.
Tengku
Abdul
Talib
dan Ku
Faizah
egois “Ia lah Nak,
semestinya
anak juga
diberi tahu
bila ia
Ku
Faizal
dijodohkan.
Supaya Mayza
tidak
menjalani
hubungan
khusus dengan
lelaki lain
yang hanya
akan
menimbulkan
luka”.”Pak
Musffar
seperti
membela
diriku.
(Halamn
255)
Peter
dan
Onoda
Agak
sombong
Peter bercerita
kepada kami
pada suatu
ketika saat
istiraht
perkuliahan
umum di
Auditorium
Mu’adzam
Shah. Peter
benar – benar
mewakili
negara
Jerman. Peter
sanggat
bangga dan
terkesan
menyombonka
n diri.
(Halamn 223)
Kami bangsa
Jepamg
memiliki etos
kerja yang
tinggi. Kami
ingin
membuktikan
kepada negara
yang
mengebom
kami bahwa
kami belum
habis. Dan
hasilnya
sekarang,
sama halnya
dengan
Jerman.
Jepang saat ini
menguasi
industri.
Onoda
menatapku
sambil
tersenyum,
lalu berujar,”
Oh ya, kami,
bangsa
Jepang, sangat
berterimakasih
kepada bangsa
Indonesia
karena paling
setia
menggunakan
produk kami”.
3. Sudut Pandang
Cara pengarang menampilkan para pelaku
dalam cerita yang dipaparkannya disebut sudut
pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of
view (Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut
dipertegas oleh Atar Semi (1988:51) yang
menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of
view dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi
dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau
darimana pengarang melihat peristiwa-peristiwa
yang terdapat dalam cerita itu. Lebih lanjut Atar
Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam
ceritanya. Ia membedakan titik kisah menjadi empat
jenis yang meliputi :
a. pengarang sebagai tokoh
b. pengarang sebagai tokoh sampingan,
c. pengarang sebagai orang ketiga,
d. pengarang sebagai pemain dan narrator.
Dalam Novel ini menggunakan sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama atau pengarang sebagai tokoh
utama. Ini dibuktikan dengan dalam penceritan novel
menggunakan kata aku. Dari pengertian di atas,Sudut Pandang
adalah penempatan pengarang dalam sebuah cerita.
Bukti Pendukung:
Malam itu begitu mengasyikan Aku di hibur oleh music
gambus Mappsoro dan teman- temannya. Pagi – pagi sekali aku
sudah berada di Bandara Hasanuddin, Makassar kawasan Suding
Maros.
Aku terus membatin mengingat ucapan Mayzah. Dan saat
itu, aku benar – benar rindu kepadanya, padahal baru setengah jam
kami berpisah. ( Halaman 290 )
4. Alur/ Plot
Plot adalah sambung sinambungnya peristiwa berdasarkan
hukum sebab akibat. Plot/alur tidak hanya mengemukakan apa
yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan hal itu
terjadi. Plot merupakan unsure instrinsik yang penting dalam
pembuatan karya sastra.
Menurt beberapa ahli, (Aminuddin, 1987:83), plot adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa,
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku
dalam suatu cerita. Menurut Virgil Scoh ( 1966 : 2) plot adalah
prinsip yang isensial dalam cerita.
Dan Menurut Dick Hartoko plot sebagai alur cerita yang
dibuat oleh pembaca yang berupa deretan peristiwa secara
kronologis, saling berkaitan dan bersifat kausalitas sesuai dengan
apa yang dialami pelaku cerita (1948:149).
Berdasarkan pendapat dari kedua ahli sastra tersebut, dapat
disimpulkan bahwa plot adalah cerita yang di bentuk secara
bertahap melalui rangakaian peristiwa-peristiwa dan bersifat
isensial. Berdasarkan hasil bacaan maka , dalam novel ini
menggunakan alur/ plot maju mundur atau flashback.
Bukti pendukung :
Soal cita –citaku yang ingin jadi penulis, aku punya
pengalaman yang lucu, dahulu ketika aku masih
sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Buludatu . Kami
berkunjung kerumah kepala desa dan kami diatanya
satu persatu tentang cita –cita kami. Teman –
temanku rata-rata menjawab ingin jadi dokter, polisi
tentara, pilot atau presiden. Tiba ketika giliranku
dengan percaya dirinya aku menjawab ingin jadi
penulis. Semua yang hadir tertwa mendengar
ceritaku, bahkan seorang sekertaris desa bekata
kepadaku bahwa pekerjaan penulis itu tidak ada
dalam pembuatan KTP. Pada saat itu sebagi anak-
anak yang dipermalukan didepan umum langsung
meneteskan air mata.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahsa dalam novel ini banyak
menggunakan gaya bahasa perbanding atau
anologi. Dalam novel ini banyak
menggunakan bahasa daerah sehingga
pembaca cukup sulit untuk menerjemahkan
dan ada beberapa kata tidak disertai dengan
catatan kaki. Dalam novel ini, ada beberapa
cuplikan yang menggunakan bahasa
Malaysia dan jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia memiliki makna ambigu.
6. Seting / Lattar
Latar adalah waktu dan tempat terjadinya cerita.
Dalam arti luas latar atau setting meliputi latar
tempat,waktu dan suasana kejadian atau peristiwa
terjadi.
a. Latar tempat : Latar tempat mengacu pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar waktu : Latar waktu berhubungan
dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu.
c. Latar suasana : merupakan suasana
sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi
pengiring atau latar belakang kejadian penting.
Pengertian Latar/setting menurut para ahli :
a. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu
dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
b. Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud
dengan setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi
baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta
memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah
tempat ,waktu dan suasana yang melatar belakangi peristiwa suatu
cerita.
Latar Bukti Pendukung
waktu Pagi Pagi-pagi sekali aku sudah
berada di Bandara
Hasanuddin, Makassar di
kawasan Suding Maros.
Sore Sore itu aku benar-benar
sial karena terpesona dan
terbius dengan pesawat
terbang.
tempat Bandara Hasanuddin,
Makassar, Bandara
Soekarno – Hatta,
Pagi-pagi sekali aku sudah
berada di Bandara
Hasanuddin, Makassar di
kawasan Suding Maros.
Pada pukul 08.0 WIB
pesawatku mendarat
dengan selamat di Bandara
Soekarno – Hatta,
Cengkareng
Perpustakaan Sultanah
Bahiyah , UUM
Hari itu, aku
meninggalkan
Perpustakaan Sultanah
Bahiyah dengan perasaan
bedebar debar dengan
perasaan bedebar –debar.
Hospital Tengku
Ampun Rahimah
Akhrinya, taksi limusin
yang kutumpangi tiba di
Klang, Selangor. Sopir
langsung mengatarku ke
Hospital Tengku Ampun
Rahimah.
Sintok Jam 12.30 pak Musaffar
langsung mengantarku ke
asrama mahasiswa di
lokasi kampus UUM.
suasana Bahagia dan
menegangkan
Hatiku penuh bunga
manakala Mayzah
merelakan tangannya.Aku
berbisik lembut . Mayzah
akau sangat
mencintaimu.Siluet
senyum dibibirnya.
Perasaanku kacau
menafsirakan kalau itu
senyum penolakan. Aku
seolah ingin menanggis
dan segera kabur dari
hadapanya. Tetapi,
perasaan rinduku seolah
menahanku untuk tetap
duduk di tempat itu.
“Burung berkicau di tanda
pagi hari. Kau dan akau
tak bias dipisahkan lagi”.
Kata Mayzah berpantun.
Sedih Innilillahi wa inna Ilaihi
raji’unSektika tampak di mataku,
daun –daun dari pepohon
an yang menghampar di
tanah Sinjai dan Kedah
berguguran. Seperti hujan,
air mataku pun berlinang
seperti daun - daun yang
berguguran. Seluruh
keluarga Mayzah pun tak
kalah sedihnya. Semuanya
menagis. Semuanay teriris.
Benar sebuah ungkapan ,
tersenyum orang yang
pergi menangis darah
orang yang di tinggalkan
7. Amanat
Amanat yang terdapat dalam karya sastra
tertuang secara implisit. Secara implisit yaitu jika
jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam
tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir,
Sudjiman (1986:35). Amanat secara eksplisit yaitu
jika pengarang pada tengah atau akhir cerita
menyampaikan seruan,saran, peringatan, nasihat,
anjuran, larangan dan sebagainya, berkenan dengan
gagasan yang mendasari cerita itu. Ada juga tokoh
yang mengatakan bahwa amanat adalah segala
sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang
ingin ditanamkanya secara tidak langsung ke dalam
benak para penonton dramanya, Akhmad Saliman
(1996 : 67)
Dari beberapa pernyatan tokoh diatas, dapat
disimpulkan amanat adalh pesan yang ingin
disamapaikan kepada pra pembaca karya sastra.
Berdasrkan dari isi novel salah satu amant yang
terkandung didalam novel Daun- Daun Rindu
adalah dimanapu kita berada kita harus memiliki
rasa cinta tanah air yang tingg dan selalu menjaga
etika berbangsa dan bernegara. Seprti yang
terkandung dalam kutipan novel di bawah ini.
Kalaupu aku membawamu lari hanya karena
persaan cinta semata, maka etiskah itu? Dan, bila
aku membawamu lari hanya karena perasan cinta
semata , maka etiskah itu kulakukan sebagai orang
Indonesia ? Bukankah kita sudah mendefinisikan
bersama bahwa cinta adalah sebuah penghormatan?
Cinta kita terlalu besar untuk untuk mengorbankan
egoism kita sendiri. Cinta kita melambangkan dan
menghubungkan dua negara.
Aku menatap Mayzah dalam-dalam. Aku
benar –benar menampakan bahwa aku adalah orang
Indonesia yang bisa memutuskan perkara secara
jantana dan dewasa. (Halaman 274)
Jadi, rasio harus lebih diatas sedikt daripada
perasaan. Apalagi kisah kasihku dengan Mayzah
adalah kisah kasih antar dua negara, sehingga
bagaimanapun akau membawa bendera Indonesia.
D. Keunggulan Novel
a. Isi
Dari segi isi, novel ini bannyak
menceritakan tentang perjuangan seorang
pemuda suku Bugis yang memiliki
keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu.
Bahkan demi untuk mengejar cita-citanya
dia rela meninggalkan tanah kelahirannya.
Dan kemiskinan bukan penghalang untuk
mengejar cita –cita. Selain itu dalam novel
ini juga, menceritakan tentang pelajar yang
memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Terbukti dengan pada saat Beddu di suruh
memilih antar cinta dengan tanah air, dia
lebih memilih untuk kembali ke kampong
halaman. Selain itu, novel ini juga
menceritakan tentang hubungan Malaysia
dengan Indonesia, dan silisila para raja
Malaysia yang mayoritasnya berasal dari
suku Bugis. Jadi novel ini sangat dianjurkan
untuk kalangan pelajar dan umum. Karena
syarat akan informasi sejarah dan member
motivasi tentang penitngnya tekad, tujuan
dan jiwa nasionalisme.
b. Gaya Bahasa
Keunikan dari novel ini adalah dari
segi gaya bahasa yang digunakan. Dalam
novel ini banyak menggunakan sajak- sajak
para penyair zaman dahulu seperti Arena
Wati atau Muhammad Dahlan bin Abdul
Biang dan puisi lama suku bugis. Walapun
mengguankan jenis puisi lama yang
kebanykan orang berpikir sulit untuk
diterjemahkan tetapi dalam novel ini
memberikan kemudahn bagi pembaca
kalangan awam untuk lebih muda
memahaminya karean dari cara penyampain
penulis yang tidak berbelit belit, sehingga
pembaca mudah untuk memahaminya.
Walaupun ada beberapa kata yang tidak
diketahui maknanya, dikarenakan bahasa
cerita menyesuaikan tempat. Dan dapat
membuat pembaca penasaran.
Sinopsis
Novel Daun-daun Rindu menceritakan tentang keteguhan
jiwa nasionalisme seorang pemuda keturunan suku Bugis
Makassar yang bernama Beddu Kamase. Melalui upacara adat
suku bugis, pada malam hari di rumahnya yang ramai karena
dihadiri hampir seluruh warga desa ia dilepas sebagai seorang
pasompe yaitu ritual adat untuk melepas keberangkatan seseorang
untuk pergi jauh menyebrangi lautan, meskipun Beddu Kamase
pergi bukan untuk berlayar melainkan untuk menempuh
pendidikan kuliah di Negara Malaysia. Dalam upacara adat itu
Beddu Kamase mendapatkan nasihat dari kakeknya bahwa hidup
harus seperti air. Dimana tempat kamu berada kamu harus
menyesuaikan diri dengan tempat itu.
Dalam perjalanan menuju Malaysia Keddu Kamase teringat
dengan teman-temannya di desa. Ia teringat dengan temannya yang
bernama Mappasoro. ia teringat temannya itu karena dulu Beddu
Kamase pernah didoakan Mappasoro dapat naik pesawat terbang.
Beddu Kamase teringat juga bagaimana Mappasoro mengiringi
keberangkatannya dengan memainkan musik gambus. Meskipun
kedua mata Mappasoro buta tetapi ia sangat trampil memainkan
alat musik gitar. Selain itu meskipun ia buta tetapi mata hatinya
tidak buta. Ia juga sering memotifasi Beddu Kamase dan teman-
temannya yang lain. Beddu Kamase juga teringat dengan Pak
Rabang yang temperamental, yang pernah memarahi dan
menendangnya hingga tersungkur.
Kehidupan Beddu Bamase sebagai seorang mahasiswa di
Negara Malaysia mendapatkan bantuan yang cukup banyak dari
Pak Musaffar, ialah adalah sabahat dari ayah Beddu Kamase
semasa kecil. Pak Musaffar memiliki istri yang bernama Puan
Noorzanita yang sama-sama bekerja sebagai dosen di universitas
tempat Beddu Kamase akan kuliah. Perjalanan dari Indonesia
menuju Malaysia semua yang mengatur adalah Pak Musaffar. Pak
Musaffar juga menyempatkan diri bersama supir di lingkungan
kampus yang bernama Pak Usman untuk secara langsung
menjemput Beddu Kamase di bandara. Tidak hanya itu Dua hotel
berbintang yang ditempati Beddu Kamase menginap semua
didanai oleh Pak Musaffar.
Hidup di negeri orang rupanya menumbuhkan jiwa
nasionalisme Beddu Kamase. Dia memandang Negara Malaysia
memang sedikit lebih maju dari Indonesia tetapi ia lebih bangga
dengan negaranya sendiri, negara yang kaya sumber daya alam. Ia
melihat banyak buruh di Malaysia, yang terbayang ialah wajah-
wajah Indonesia di sana. Dalam perjalanan ia melihat menara
Petronas dan ia bangga. Ia bukan bangga dengan bangunannya
tetapi bangga dengan buruh TKI yang berhasil membangun menara
itu.
Selama menempuh pendidikan di Malaysia ia berteman
dengan mahasiswa dari Indonesia lainnya seperti Saleh, Paturusi,
dan Budiono. Budiono adalah orang yang santai, cuek, dan suka
bercanda sama seperti Paturusi. Sedangkan Saleh bersifat alim,
pendiam, dan lugu. Selain rekan senegara, Beddu Kamase juga
mengenal beberapa teman dari negara lain. Mereka ialah Peter,
Sakae Onoda, dan Minthu yang semuanya memiliki sifat yang
hampir mirip. Suatu ketika Beddu Kamase terlibat dalam
perbincangan bersama Peter, Sakae Onoda, dan Minthu. Ketiga
temannya itu saling membanggakan dan menyombongkan dirinya
dengan menceritakan kehebatan masing-masing negaranya. Beddu
Kamase juga mengenal Ryan J. Pickard mahasiswa dari Australia
yang dikenalnya saat Beddu di terminal KLIA dan satu hotel
dengannya. Dan Ryan yang member tahu caranya membuka pintu
kamar hotel.
Selain memiliki sahabat-sahabat yang baik. Beddu Kamase
juga memiliki seorang kekasih. Seorang wanita alim, taat pada
agamanya yang dulu pernah dijumpainya di terminal Puddu Raya
Malaysia. Dia bernama Mayzah. Mayzah adalah anak dari Tuan
Abdul Talib salah satu dosen di Universiti Utara Malaysia (UUM)
tempat Beddu Kamase kuliah. Mereka berdua menganggap kisah
percintaannya seperti kisah cinta antara Indonesia dan Malaysia.
Negara serumpun yang bersaudara yang seharusnnya tiada silang
ataupun selisih. Seperti keinginan mereka berdua tiada perselisihan
antara Indonesia dan Malaysia. Mereka berfikir perdamaian adalah
segala-galanya. Hidup tenang tentram damai tentunya sangatlah
indah.
Kisah percintaan Mayzah dengan Beddu Kamase adalah
percintaan dan kasih sayang yang tumbuhnya dari hati bukan dari
nafsu. Tidak pernah sekalipun mereka berbuat yang dilarang oleh
aturan agama. Mereka sama-sama menjaga diri dan menjauh dari
dosa. Perpustakaan adalah tempat yang selalu mereka gunakan
untuk bertemu. Sampai-sampai petugas penjaga perpustakaanpun
tahu bahwa ada cinta antara dua negara di dalam perpustakaan itu.
Hampir setiap hari pagi dan siang mereka berdua bertemu di
perpustakaan.
Kisah cinta antara Beddu Kamase dengan Mayzah rupanya
tidak semulus jalan-jalan yang ada di Malaysia. Kisah mereka
mengalami permasalahan besar ketika Beddu Kamase mengetahui
bahwa Mayzah ternyata sudah dijodohkan oleh orang tuanya.
Meskipun perasaan cinta yang dimiliki Beddu Kamase sangatlah
besar, tetapi ia sadar diri. Beddu kamase mencoba meyakinkan
Mayzah bahwa meskipun mereka berpisah tetapi cinta kasih
sayang yang mereka miliki tidak akan pernah terpisah
Recommended