View
249
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PRESTASI BULUTANGKIS ATLET REMAJA PUSDIKLAT
BULUTANGKIS PMS SURAKARTA DITINJAU DARI
KETERAMPILAN BULUTANGKIS DAN
MOTIVASI BERLATIH TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
WIDITYA NURWESTI
K5607063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Widitya Nurwesti
NIM : K 5607063
Jurusan/Program Studi : POK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PRESTASI BULUTANGKIS
ATLET REMAJA PUSDIKLAT BULUTANGKIS PMS SURAKARTA
DITINJAU DARI KETERAMPILAN BULUTANGKIS DAN MOTIVASI
BERLATIH TAHUN 2011” ini merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dalam kemudian hati terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, September 2012
Widitya Nurwesti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PRESTASI BULUTANGKIS ATLET REMAJA PUSDIKLAT
BULUTANGKIS PMS SURAKARTA DITINJAU DARI
KETERAMPILAN BULUTANGKIS DAN
MOTIVASI BERLATIH TAHUN 2011
Oleh :
WIDITYA NURWESTI
K5607063
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan guna memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Widitya Nurwesti. PRESTASI BULUTANGKIS ATLET REMAJA PUSDIKLAT BULUTANGKIS PMS SURAKARTA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BULUTANGKIS DAN MOTIVASI BERLATIH TAHUN 2011, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari.2012.
Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui hubungan keterampilan
bulutangkis atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS terhadap prestasi yang telah
diperoleh tahun 2011. (2) Mengetahui hubungan motivasi berlatih atlet remaja
Pusdiklat Bulutangkis PMS dalam berlatih bulutangkis terhadap prestasi yang
telah diperoleh. (3) Mengetahui hubungan antara keterampilan bulutangkis
dengan motivasi terhadap prestasi bulutangkis atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kuantitatif yang bersifat
expost facto. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS Surakarta yang berjumlah 16 orang. Yang terdiri dari 13 atlet
putra dan 3 atlet putri.
Data penelitian ini berupa hasil keterampilan bulutangkis yang diperoleh
dari uji keterampilan bulutangkis dengan empat item tes, tingkat motivasi berlatih
atlet yang diperoleh dengan angket, serta prestasi atlet yang diperoleh dari data
prestasi atlet tahun 2011. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi sederhana dan regresi ganda dengan 2 prediktor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada
hubungan yang signifikan antara keterampilan bulutangkis dengan prestasi
bulutangkis pada atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011. Dibuktikan
dengan hasil analisis r hitung 0,505 > r tabel 0,497 dengan taraf signifikasi sebesar
5% maka nilai korelasi signifikan. (2) Ada hubungan yang signifikan antara
motivasi berlatih dengan prestasi bulutangkis pada atlet remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS tahun 2011. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan,
diperoleh nilai r hitung o,509 > r tabel 0,497 dengan taraf signifikasi sebesar 5%
maka nilai korelasi signifikan. (3) Ada hubungan yang signifikan antara
keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih dengan prestasi bulutangkis pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011. Dari analisa regresi yang
dilakukan dapat diketahui bahwa nilai Fregresi yang diperoleh adalah 3,6382,
sedangkan db = 2 lawan 13 pada taraf signifikan 5%, maka nilai Fregresi dalam
tabel adalah 2,89 sehingga F Hitung = 3,6382> Ftabel = 2,89.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Widitya Nurwesti. THE BADMINTON ACHIEVEMENT OF TEENAGER ATHLETE OF PMS BADMINTON EDUCATION AND TRAINING CENTRE SURAKARTA VIEWED FROM BADMINTON SKILL AND TRAINING MOTIVATION, THESIS, Surakarta, : Teaching and Education Faculty, Sebelas Maret University. February 2012
The purposes of the research are (1) to find out the correlation between
badminton skill of teenager athlete in PMS Badminton Education and Training
Centre and the achievement gained during 2011, (2) to find out the correlation
training motivation of teenager athlete in PMS Badminton Education and Training
Centre when training badminton and the achievement gained. (3) to find out the
correlation between badminton skill and motivation toward the badminton
achievement of teenager athlete in PMS Badminton Education and Training
Centre in the year of 2011.
This research uses quantities descriptive method with ex-post facto
characteristic. The subjects of this research are teenager athletes in PMS
Badminton Education and Training Centre who are amount of 13 male teenager
athletes and 3 female teenager athletes.
The data of the research is the result of badminton skill gained from the
badminton skill test with four test item, the level of athlete’s training motivation
derived by using questionnaire, as well the athlete’s achievement concluded from
the athlete’s achievement on the year of 2011. The data analysis on this research
uses simple regression analysis and double regression with 2 predictors.
Based on the research result it can be concluded that: (1) There is a
significant correlation between badminton skill with the achievement of teenager
athlete in PMS Badminton Education and Training Centre on the year of 2011. It
is proven with the analysis that r count 0,505 > r table 0,497 with significance level of
5% meaning that the correlation value is significant. (2) There is a significant
correlation between the training motivation with teenager athlete in PMS
Badminton Education and Training Centre on the year of 2011. Based on the
research done, it is derived the value of r count 0,509 > r table 0,497 with significance
level of 5% meaning that the correlation value is significant. (3) There is a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
significant correlation between badminton skill and training motivation with the
achievement of teenager athlete in PMS Badminton Education and Training
Centre on the year of 2011. From the regression analysis done it can be found that
the value of Fregression derived is 3,6382, meanwhile db = 2 against 13 on
significance level of 5% meaning that Fregression in the table is 2,89 so that F count =
3,6382> Ftable = 2,89.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
MOTTO
\ Educating a brain or educating a mind without educating a heart is no
education \
\ When you wholeheartedly adopt a”with all your heart” attitude and go out with
the positive principle, you can do incredible things ( Norman Vincent Peale )\
\ The main purpose of life is to life rightly, think rightly, act rightly (Mahatma
Gandhi ) \
\ Defer no time, delays have dangerous ends ( William Shakespeare ) \
\ Bisa karena biasa, keyakinan yang tinggi diperoleh melalui proses. Latihan
yang intensif, istirahat yang cukup, bersikap profesional, dan total dalam
berkarir (Susi Susanti ) \
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan skripsi ini untuk :
© Pak Gie & Ibu Ning, sebagai orang tua yang selalu mendukung sang anak
berjumpalitan ke sana kemari.
© Kakak ku Sistha Fitri Pramuditha yang selalu, adek ku Nurul Laksmita dan
Farid Nur Fauzan.
© Novianna Leni, Prima Ardya & Wahyu Lestari sebagai sahabatku yang
selalu ada di saat suka maupun duka.. Begitulah sahabat seharusnya.
© Teman-teman Penkepor 2007 dengan berbagai keunikannya masing-
masing, kakak-kakak dan adik-adik tingkat JPOK UNS, keluarga
Pembinaan Prestasi Bulutangkis & Softball JPOK UNS, serta teman-
teman 905 dengan semua kenangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini yang disususn untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin penulisan skripsi.
2. Drs. Mulyono, M. M, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. H. Agustiyanta, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
5. Drs. H. Muh. Mariyanto, M. Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
6. Pimpinan, pelatih dan para atlet Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta yang
bersedia memberikan waktu untuk melaksanakan penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dan
peneliti berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... viii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
1. Bulutangkis ........................................................................ 5
a. Permainan Bulutangkis ................................................ 5
b. Teknik Dasar Keterampilan Bulutangkis ..................... 7
1. Teknik Memegang Raket......................................... 8
2. Sikap Berdiri (Stance).............................................. 11
3. Teknik Langkah Kaki (FootWork).......................... 12
4. Teknik Memukul Bola (Stroke)............................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Prestasi Atlet ...................................................................... 17
a. Faktor Fisik .................................................................. 17
b. Faktor Teknik ............................................................... 18
c. Faktor Psikologis.......................................................... 18
4. Psikologi............................................................................. 20
a. Psikologi Secara Umun ................................................ 20
b. Psikologi Motivasi ........................................................ 20
c. Psikologi Olahraga ....................................................... 21
5. Motivasi ............................................................................. 26
a. Motivasi Secara Umun ................................................. 26
b. Motivasi Atlet ............................................................... 26
c. Sumber Pembentuk Motivasi........................................ 28
d. Motivasi Berprestasi Atlet ............................................ 28
e. Ciri Atlet Bermotivasi Tinggi ....................................... 31
B. Kerangka Berfikir .................................................................... 32
C. Hipotesis................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 35
B. Subjek Penelitian...................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 35
D. Rancangan Penelitian ............................................................... 40
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 45
A. Deskripsi Data .......................................................................... 45
B. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................... 45
C. Pengujian Hipotesis.................................................................. 47
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .............................................. 49
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 51
A. Simpulan .................................................................................. 51
B. Implikasi................................................................................... 51
C. Saran......................................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 53
LAMPIRAN ..................................................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Lapangan Bulutangkis......................................................... 7
2 Raket .................................................................................. 7
3 Pegangan Gebuk Kasur ...................................................... 9
4 Pegangan Forehand Grip ................................................... 10
5 Pegangan Backhand ........................................................... 11
6 Servis Panjang..................................................................... 13
7 Servis Pendek Forehand .................................................... 13
8 Servis Pendek Backhhand................................................... 14
9 Alur Kerangka Berpikir....................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Deskripsi Data Hasil Tes Keterampilan Bulutangkis, Motivasi
Belajar dengan Prestasi Bulutangkis pada Atlet Remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS Tahun 2011........................................................
45
2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data.......................................... 46
3 Rangkuman Hasil Analisis Varians Untuk Uji Linieritas
Hubungan Antara Prediktor dengan Kriterium..............................
47
4 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Tiap Prediktor Dengan
Kriterium.........................................................................................
49
5 Ringkasan Hasil Analisis Regresi................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Evaluasi Keterampilan Pukulan Bulutangkis........................ 55
2 Angket Motivasi Berlatih...................................................... 63
3 Prestasi Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS Tahun
2011....................................................................................... 66
4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket 68
5 Tabulasi Angket Motivasi Berlatih Atlet Remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS Surakarta.................................................. 70
6 Data Hasil Wall Volley Test Atlet Remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS Surakarta.................................................. 71
7 Data Hasil Tes Service Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS Surakarta....................................................................... 72
8 Data Hasil Tes Smash Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS Surakarta....................................................................... 73
9 Data Hasil Tes Lob Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS Surakarta....................................................................... 74
10 Rekapitulasi Data Keterampilan Bulutangkis, Motivasi
Berlatih dan Prestasi Bulutangkis.......................................... 75
11 Data Induk Penelitian............................................................ 76
12 Uji Normalitas Data dengan Metode Chi Kuadrat................ 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
13 Uji Linieritas.......................................................................... 80
14 Analisis Korelasi Tiap Prediktor........................................... 84
15 Analisis Regresi Dua Prediktor dengan Metode Skor
Deviasi...................................................................................
87
16 Foto-foto Penelitian............................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena olahraga
berperan mengingatkan bahwa tubuh manusia adalah alat utama bagi kehidupan.
Hal tersebut telah disadari bersama, sehingga sekarang banyak terlihat manusia
yang melakukan aktifitas olahraga. Olahraga sudah menjadi kebutuhan yang
penting bagi setiap individu karena mereka merasakan manfaat dari aktifitas
olahraga. Pentingnya olahraga sebagai suatu media bagi perkembangan fisik,
motorik, mental, sosial, dan emosional.
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang sering
mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah dunia. Sudah banyak prestasi
yang telah ditorehkan anak bangsa pada cabang olahraga bergengsi ini sehingga
harkat dan martabat bangsa terangkat di tengah-tengah pembangunan bangsa dan
negara. Hal yang dapat menggambarkan betapa bulutangkis sangat populer di
Indonesia adalah sering dijumpainya lapangan-lapangan bulutangkis yang hampir
terdapat di setiap Rukun Warga (RW), baik yang indoor maupun outdoor.
Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat
keterampilan, dan dimainkan oleh pria maupun wanita untuk rekreasi juga sebagai
ajang kompetisi.
Banyak klub bulutangkis di daerah-daerah yang melahirkan bibit-bibit
pebulutangkis baru. Klub-klub tersebut memberikan pengetahuan bagaimana
melakukan teknik-teknik dasar keterampilan bulutangkis, melatih fisik, mental
serta taktik dan strategi kepada atlet-atletnya. Bermacam-macam hal yang
melatarbelakangi anak-anak tersebut dalam mengikuti latihan bulutangkis di klub
maupun secara privat. Misalnya karena anjuran orang tua, melihat atlet idola,
ingin mencoba, dan lain-lain. Walaupun dengan berbagai macam latar belakang
tersebut, motivasi anak-anak tersebut haruslah terus dipupuk karena mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempunyai satu tujuan, yaitu menjadi juara. Tanpa mental juara dan semangat
yang gigih, kecil kemungkinan seorang atlet dapat mencapai prestasi cemerlang.
Faktor psikologis adalah pilar utama prestasi. Dengan kondisi psikologis
yang baik dan unggul, seorang atlet dapat mengolah kemampuan fisik dan
tekniknya dalam bertanding untuk berprestasi. Seorang atlet Indonesia yang
berprestasi memiliki karakteristik, bermental juara, bertanggung jawab, pantang
menyerah, berbudi luhur, memegang teguh nilai-nilai budaya, dan berbakti kepada
negaranya.
Selain dibutuhkan pada atlet kelas dunia, faktor psikologis pun sangat
penting untuk membantu membina dan mencetak atlet. Bagi atlet pemula,
diharapkan mampu memperlihatkan prestsi-prestasi puncak dan bagi atlet yang
berbakat, diharapkan bakatnya bisa dikembangkan sebaik-baiknya tanpa
hambatan dari faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya.
Dalam setiap bidang, motivasi selalu dibutuhkan. Karena inilah yang
menjadi pendorong atau tenaga untuk bergerak. Begitupun dengan atlet. Motivasi
dibutuhkan agar atlet lebih giat dalam berlatih dan berprestasi dengan maksimal.
Hasil beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa pakar psikologi
olahraga menunjukkan bahwa motivasi merupakan energi psikologis yang sangat
penting, tidak hanya dalam bertanding, melainkan juga dalam memelihara serta
menyesuaikan kegiatan motorik selama proses latihan. Artinya, motivasi
mengarahkan keseluruhan daya penggerak di dalam diri atlet yang menjamin
kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.
Pusdiklat Bulutangkis PMS yang mempunyai atlet remaja, umumnya
sudah memperhatikan motivasi yang dimiliki oleh atletnya. Rendahnya motivasi
yang dimiliki atlet dapat dilihat dari keseriusan dan disiplin dalam berlatih.
Misalnya, atlet yang motivasinya rendah akan malas dalam berlatih, tidak
bersemangat, tidak tepat waktu dalam latihan, rendahnya konsentrasi dalam
latihan, tidak mempunyai inisiatif berlatih (hanya tergantung pelatih), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sebagainya. Di Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta belum pernah diadakan
penelitian mengenai motivasi atlet. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk
meneliti hal tersebut di Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta. Karena Pusdiklat
Bulutangkis PMS Surakarta merupakan salah satu pusdiklat yang sudah
mempunyai nama besar baik di dalam regional Jawa Tengah maupun nasional.
Sehingga para atlet sering dikirim untuk mengikuti events yang ada dan banyak
meraih prestasi.
Dalam latihan apabila atlet mencapai tingkat kelelahan yang timggi, sering
mengabaikan teknik ataupun keterampilan bulutangkis sehingga atlet tersebut
hanya menjalankan program latihan tanpa keterampilan yang dimilikinya.
Keterampilan dasar amatlah penting untuk dikuasai oleh atlet. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan atau sports science sekarang ini, atlet bisa
mempunyai keterampilan yang bisa ia modifikasi tanpa harus menghilangkan
keterampilan dasar. Misalnya, ia mempunyai teknik pukulan tipuan atau
mempunyai teknik-teknik gerakan yang efektif dan efisien. Tentunya dengan
keterampilan-keterampilan yang baik tersebut dan motivasi berlatih yang tinggi,
dapat menunjang atlet untuk meraih prestasi yang ia inginkan.
Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, melatarbelakangi judul
penelitian “Prestasi Bulutangkis Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS
Ditinjau Dari Keterampilan Bulutangkis Dan Motivasi Tahun 2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara keterampilan bulutangkis dengan prestasi bulutangkis
atlet remaja Pusdiklat bulutangkis PMS tahun 2011?
2. Adakah hubungan antara motivasi berlatih dengan prestasi bulutangkis atlet
remaja Pusdiklat bulutangkis PMS tahun 2011 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Adakah hubungan antara keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih
terhadap prestasi buluangkis atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun
2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirimuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk :
1. Mengetahui hubungan keterampilan bulutangkis terhadap prestasi atlet remaja
Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011.
2. Mengetahui hubungan motivasi berlatih terhadap prestasi atlet remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS tahun 2011s.
3. Mengetahui hubungan antara keterampilan bulutangkis dengan motivasi
berlatih terhadap prestasi bulutangkis atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS
tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain :
1. Mengetahui hubungan keterampilan bulutangkis dan motivasi atlet remaja
terhadap prestasi bulutangkis atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun
2011.
2. Sebagai bahan masukan bagi pelatih dalam melaksanakan program latihan.
3. Atlet dapat mengetahui kondisi prestasinya melalui keterampilan dan
motivasi.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya, khususnya peneliti di
bidang bulutangkis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bulutangkis
a. Permainan Bulutangkis
Bulutangkis telah ada sejak abad 12 di lapangan olahraga kerajaan Inggris.
Ada bukti menyatakan bahwa anggota-anggota kerajaan Polandia memainkan
olahraga ini pada akhir abad 17 atau awal abad 18. Di Inggris sejak zaman
pertengahan, permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks
sangat populer. Anak-anak pada waktu itu memakai dayung atau tongkat
(Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan
mencegahnya dari menyentuh tanah. Permainan ini cukup populer untuk menjadi
nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch
mempublikasikan kartun ini. Penduduk Inggris membawa permainan ini ke
Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) saat mereka
menjajah Asia. Permainan ini segera menjadi permainan anak-anak di wilayah
setempat mereka. Di India olahraga ini dimainkan di daerah yang bernama Poona
dan sampai tahun 1870 permainan ini terkenal dengan nama Poona.
Yang dapat dipastikan, nama “badminton” untuk bulutangkis berasal dari
nama kota yaitu Badminton, tempat kediaman Duke of Beaufort. Peraturan dari
olahraga ini ditegaskan pertama kali pada tahun 1877, diperbaharui tahun 1887
dan lagi tahun 1890. Tahun 1901, bentuk dan ukuran lapangan yang sekarang
sudah mulai dipakai.
Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan
oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling
berlawanan. Mirip dengan tennis, bulutangkis bertujuan memukul bola permainan
(kok atau shuttlecock) melewati jaring agar jauh di bidang permainan lawan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 yang sudah ditentukan dan berusaha mencegah lawan melakukan yang sama.
Peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk bermain bulutangkis antara lain :
1) “Lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 meter atau 44 feet dan lebar
6,10 meter atau 20 feet ( Tohar, 1992 : 27 ) .Net atau jaring direntangkan di
tengah-tengah lapangan sebagai bataspembagi dua lapangan. Tinggi net yang
ada di tengah 1,524 meter atau 5 feet Tinggi net dekat tiang net atau di pinggir
1,55 meter atau 5 feet, 1 inchi” ( Poole, James, 2005 : 10).
2) Raket : “Raket dipergunakan sebagai pemukul bola. Panjang raket sekitar 26
inchi beratnya antara 3¾ sampai 5½ ons” ( Poole, James, 2005 : 7 ). Secara
tradisonal raket dibuat dari kayu. Kemudian alumuniun atau logam lainnya
menjadi bahan yang dipilih. Kini, hampir semua raket bulutangkis profesional
berkompisisikan komposit serat karbon (plastik bertulang grafit). Serat karbon
memiliki kekuatan hebat terhadap perbandingan berat, kaku, dan memberi
perpinfahan energi kinetik yang hebat. Namun, sejumlah model rendahan
masih mengguunakan baja atau aluminium untuk sebagian atau keseluruhan
raket.
3) Shuttlecock : “Shuttlecock adalah bola yang dipergunakan dalam permainan.
Dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Pada umumnya
berat shuttlecock yang digunakan adalah 76 grain ( 1 grain = 0,0648 gram )” (
Poole, James, 2005 : 8 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Gambar 2. 2. Lapangan Bulu Tangkis Gambar 2. 2. Raket
( Wikipedia ) ( Tony Grice, 2004 : 10 )
Kejuaraan bulutangkis yang terkenal di Inggris pada waktu itu adalah
kejuaraan All England, yang hingga kini kejuaraan tersebut masih diadakan
tiap satu tahun sekali. Kejuaraan All England pertama kali diselenggarakan
pada tahun 1899. Karena keberhasilan diselenggarakan kejuaraan ini tiap
tahun, maka peran kejuaraan All England terhadap tersebarnya permainan
bulutangkis di Inggris sendiri dan negara-negara tetangganya, bahkan sampai
merambah ke benua lain. Sejak Mei 2006 pada kejuaraan resmi seluruh partai
menggunakan sistem perhitungan 3x21 reli poin. Pemenang adalah pemain
atau pasangan yang telah memenangkan dua set.
b. Teknik Dasar Keterampilan Bulutangkis
Faktor teknik berhubungan erat dengan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh atlet dan bisa ditingkatkan untuk menghasilkan prestasi yang
maksimal. Latihan yang teratur dan intensif dengan baik dan benar dapat
mengembangkan keterampilan khusus dan mengoptimalkan keterampilan atlet
tersebut. Seorang atlet harus menguasai teknik dasar permainan bulutangkis
dengan benar. Teknik dasar bermain bulutangkis meliputi teknik memegang
raket (grips), sikap berdiri (stance), teknik langkah kaki (footwork), dan teknik
memukul bola (strokes) seperti service, smash, dropshot, netting, drive, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
lob. Teknik atlet harus dikembangkan karena merupakan salah satu aspek yang
mempengaruhi prestasi atlet.
1) Teknik Memegang Raket
Teknik memegang raket merupakan dasar dalam melakukan berbagai
pukulan dan teknik yang dianggap baik adalah menerima dan mengembalikan
kok dengan mudah dan bebas. Pengenalan fungsi pegangan raket, sebaiknya
lebih dahulu dipelajari oleh pemain pemula seawal mungkin agar dapat
memilih jenis pegangan yang cocok baginya. Menururt Sapta Kunta Purnama
(2010:14) menyatakan bahwa “Cara memegang raket yang baik adalah
menggunakan jari-jari tangan bukan menggunakan telapak tangan. Dengan
menggunakan jari-jari tangan akan memudahkan pergelangan tangan untuk
menggerakkan raket secara leluasa”.
Pegangan raket bulutangkis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
atas dan bagian bawah. Pegangan raket di bagian atas akan menghasilkan
pukulan yang bersifat halus dan lambat. Sedangkan pegangan raket di bagian
bawah akan menghasilkan pukulan yang bersifat kuat dan keras. Kesalahn di
dalam cara memegang raket akan cenderung membentuk tipe permainannya
dan sulit pula diperbaiki untuk selanjutnya. Untuk itulah sejak awal belajar,
pengenalan memegang raket perlu mendapat perhatian.
Cara atau teknik memegang raket bulutangkis ada beberapa macam, yaitu
American Grip, Forehand Grip, Backhand Grip, dan Combination Grip.
a) Pegangan Gebuk Kasur (American Grip)
Gagang raket dipegang dengan bagian tangan antara ibu jari dan telunjuk
menempel pada bagian permukaan raket yang gepeng. Permukaan raket sejajar
dengan lantai. Pegangan raket dengan cara American Grip ini tamoaknya
menghasilkan gerakan yang sedikit kaku, namun cara ini sangat efektif untuk
pukulan smashdi depan net atau untuk mengambil bola di atas net dengan cara
mentip-kan ke bawah secara tajam. Dengan daun raket yang menghadap ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
muka membuat si pemukul dengan mudah mengarahkan bola ke kiri atau ke
kanan sehingga hasil pukulan yang selain keras juga sulit untuk diduga
arahnya.
Dari keuntungan yang telah dikemukakan di atas, American Grip ini juga
mempunyai kelemahan, antara lain grip ini kurang efektif untuk melakukan
pukulan backhand dan untuk permainan netting. Karena adanya kelemahan-
kelemahan tersebut, maka American Grip kurang diminati oleh para
pebulutangkis.
Gambar 2. 3. Pegangan Gebuk Kasur
( Tohar, 1992 : 34 )
b) Forehand Grip
Raket dalam posisi miring dan dipegang dengan cara, bagian antara ibu jari
dengan telunjuk menempel pada bagian permukaan tangkai yang sempit. Yang
perlu diperhatikan adalah letak ibu jari, bahwa ujung ibu jari tidak melebihi
dan tidak juga kurang dari jari telunjuk.
Cara Forehand Grip ini memberikan keuntungan dalam beberapa segi,
antara lain ( Drs. Soemarno, 1995 : 491 ) :
1. Terjaminnya rasa aman, karena raket dipegang dengan seluruh telapak tangan, pegangan terasa lebih kuat dan tidak mudah lepas.
2. Memudahkan pemain untuk melakukan gerakan pukulan terhadap bola yang datangnya ke sebelah kanan badan, sehingga pukulan forehand akan dapat dilakukan dengan cermat, baik kecepatan bola maupun sasarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Saat bermain, pemain tidak perlu memutar-mutar pegangan, sehingga kesalahan menempatkan posisi daun raket terhadap bola lebih kecil.
Selain kentungan yang diperoleh dari pegangan ini, perlu diketahui
kerugiannya yaitu ( Drs. Soemarno, 1995 : 491 ) :
1. Karena posisi tangan yang tidak berubah-ubah, maka untuk melakukan pukulan backhand jenis pegangan ini memerlukan kekuatan pergelangan tangan atau kekuatan sendi bahu yang luar biasa dan memerlukan latihan khusus.
2. Pegangan seperti ini juga lemah dalam menerkam bola di muka net. Dengsn pegangan ini, netting dari lawan selalu akan diambil dengan net play lagi atau malah dengan lob tetapi tanggung, sehingga lawan mudah mengantisipasi datangnya bola.
Gambar 4 : Pegangan Forehand Grip
( Tohar, 1992 : 36 )
c) Backhand Grip
Backhand grip merupakan lanjutan dari pegangan forehand, yaitu dengan
memutar raket seperempat putaran ke kiri namun posisi ibu jari tidak seperti
pada forehand grip melainkan agak dekat dengan daun raket. Atau cara
menempelkan penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar.
Keuntungan dengan pegangan ini adalah bahwa hasil pukulan sulit diterka,
karena selain bolanya bisa keras juga terkontrol. Sedangkan kelemahannya
adalah untuk mengembalikan bola smash yang datangnya ke arah kanan badan
(bola forehand), terlebih lagi bola smash yang menuju badan antara bahu dan
pinggang sebelah kanan ( Drs. Soemarno, 1995 : 492 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
gambar 2. 5. Pegangan Backhand
( Tohar, 1992 : 38 )
d) Combination Grip
Adalah suatu cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan raket
sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini
merupakan kombinasi antara forehand grip dan backhand grip. Dengan cara ini
pemain akan memiliki pukulan yang komplit dan sulit dianalisis
kelemahannya. Perubahan cara ini tidak sulit dilakukan, dari pegangan
backhand dengan menggeser ibu jari ke kiri ( Drs. Soemarno, 1995 : 492 ).
2) Sikap Berdiri ( Stance )
Menurut Poole James (2005: 25) bahwa “Posisi siap siaga memungkinkan
untuk bergerak dengan cepat setelah menentukan arah dari pengembalian bola
lawan. Berdiri dengan kaki yang sejajar, dalam posisi terbuka lebih lebar
sedikit dari bahu. Lutut ditekuk dan berat badan berada pada bagian telapak
kaki sebelah muka, dekat pangkal ibu jari. Raket dipegang mengarah ke atas
dan kepala raket sedikit berada pada sisi backhand dari tubuh”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Teknik Langkah Kaki ( Footwork )
Dalam permainan bulutangkis, kaki berfungsi sebagai penyangga tubuh
untuk menempatkan badan dalam posisi yang memungkinkan dalam
melakukan gerakan pukulan yang efektif.
Sapta Kunta Purnama ( 2010 : 26 ) berpendapat bahwa “Prinsip dasar
footwork dalam permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan
yang digunakan untuk memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai
arah tangan tersebut. Misalnya tangan memukul ke arah depan net, maka
langkah akhir kaki yang sesuai tangannya juga di depan; demikian pula saat
memukul bola di daerah belakang maka langkah akhir kaki yang sesuai
tangannya juga di belakang”.
4) Teknik Memukul Bola ( Strokes )
a) Pukulan Servis
Untuk mendapatkan servis yang legal, kontak dengan bola harus
dilakukan di bawah pinggang dan tangkai raket harus mengarah ke bawah.
Seluruh kepala raket harus dapat dilihat di bawah setiap bagian pegangan
raket sebelum memukul bola. Menurut Tony Grice (2002 : 25) ada tiga
macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah
servis, panjang, servis pendek dan servis tanggung.Servis panjang adalah
servis yang yang mengarahkan bola tinggi dan jauh. “Bola diusahakan jatuh
sedekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit
untuk diperkirakan dan dipukul, sehingga semua pengembalian lawan
kurang efektif” ( Tony Grice, 2004 : 25 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2. 6. Servis Panjang
( Tony Grice, 2004 : 26 )
Servis pendek dilakukan rendah adalah paling sering digunakan dalam
partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar
dari pada partai tunggal. “Servis ini dapat dilakukan baik dengan fore hand
ataupun dengan backhand.” ( Tony Grice, 2004 : 25 ).
Gambar 2. 7. Servis Pendek Fore Hand ( Tony Grice, 2004 : 27 )
Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2. 8. Servis Pendek Back Hand
(Tony Grice, 2004 : 28)
Dilakukan dengan drive dan flick. “Servis ini merupakan alternatif yang
baik dan membuat lawan hanya memiliki sedikit waktu untuk bertindak” (
Tony Grice, 2004 : 25 )
b) Smash
Menurut Drs. Soemarno, dkk ( 1995: 530 ) menyatakan bahwa “Pukulan
smash adalah pukulan yang dilakukan paling cepat dan sekeras-kerasnya ke
arah bawah lapangan lawan”. Beberapa macam pukulan smash yaitu :
(a) Smash Penuh
Dilakukan dengan daun raket seluruhnya dan memiliki kekuatan yang
penuh tetapi biasanya kok menjadi kurang terarah. Smash penuh dilakukan
denga sekuat tenaga, maka akan menggunaka posisi pen-smash. Oleh karena
itu smash ini harus dapat mematikan lawan.
(b) Smash Potong
Jika dibandingkan dengan smash penuh, smash potong kurang keras
namun lebih terarah dan tajam. Pada umumnya smash potong dilakukan
secara menyilang sebagai smash silang atau cross smash.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(c) Around the Head Smash
Men-smash di depan pundak kiri atau bahkan lebih ke kiri itulah yang
disebut around the head smash yaitu smash dengan lengan memutar
mengitari atas kepala. Smash jenis ini sangat memerlukan keterampilan
terutama keterampilan gerak pergelangan tangan dan keseimbangan badan
untuk menjaga posisi agar bisa tetap berdiri dengan tegak dan tidak
sempoyongan.
(d) Backhand Smash
Tidak setiap smash dilakukan dengan forehand, namun juga bisa
dilakukan dengan backhand smash, yaitu smash dari sebelah kiri. Backhand
smash mengutamakan keterampilan pergelangan tangan, sehingga
diperlukan pergelangan tangan yang kuat dan mantap serta dilatih secara
leluasa.
c) Dropshot
Dropshot adalah pukulan menyerang dengan menempatkan bola tipis
dekat jaring pada lapangan lawan. “Dropshot mengandalkan kemampuan
feeling dalam memukul bola sehingga arah dan ketajaman bola tipis di atas
net serta jatuh dekat net”. (Sapta Kunta Purnama, 2010: 22).
d) Netting
Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 24) menyatakan bahwa “Netting
adalah pukulan pendek yang dilakukan di depan net dengan tujuan untuk
mengarahkan bola setipis mungkin jaraknya dengan net di daerah lawan”.
Dalam permainan net sedikit melibatkan penggunaan otot besar atau
mengurangi kontraksi otot yang berlebihan dan dapat dilakukan dengan
forehand maupun backhand.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e) Drive
Merupakan jenis pukulan keras dan cepat yang arahnya mendatar. “Drive
biasanya digunakan untuk menyerang atau mengembalikan bola dengan
cepat secara lurus maupun menyilang ke daerah lawan, baik dengan
forehand maupun backhand” (Sapta Kunta Purnama, 2010: 23). Manfaat
drive adalah mempercepat tempo permainan dan berfungsi untuk
mengacaukan posisi lawan.
f) Lob(Clear)
Merupakan jenis pukulan yang paling sering digunakan oleh setiap
pemain bulutangkis. Sangat baik untuk mempersiapkan serangan atau untuk
membenahi posisi sulit saat mendapatkan tekanan dari lawan. Ada beberapa
jenis lob yaitu :
(a) Lob Serang (Attack Clear)
Bertujuan untuk menyerang lawan dengan memukul bola lebih cepat
dan melambungkannya agak rendah melewati lawan ke lapangan bagian
belakang.
(b) Lob Penangkis (High Defensive Clear)
Lob ini digunakan untuk mempertahankan serangan dan untuk
menangkis serangan karena hasil pukulannya adalah melambung tinggi dan
jauh sampai ke garis belakang. Makin tinggi bola (lob) dipukul, makin
lambat bola melayang di udara, maka makin banyaklah waktu yang
diperoleh untuk memperbaiki posisi dan makin menyulitkan serta
melelahkan lawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 2. PrestasiAtlet
Prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai atlet
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi atlet diukur
berdasarkan pencapaian akhir dalam suatu pertandingan yang diikuti, misalnya
seberapa sering menjadi juara. Selain itu dapat pula diukur dari perhitungan
ranking sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk dipersiapkan untuk terjun
di level yang lebih tinggi. Prestasi atlet sendiri merupakan aktualisasi dari
beberapa faktor. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi yang
optimal antara lain :
a. Faktor Fisik
Faktor fisik berhubungan dengan struktur morfologis dan antropometrik
atlet yang diaktualisasikan dalam prestasi. Struktur morfologis berkaitan erat
dengan bentuk tubuh atlet yang ideal. Sedangkan struktur antopometrik
berhubungan dengan kemampuan atlet dalam melakukan grakan-gerakan yang
berkaitan dengan cabang olahraga yang digelutinya. Fisik yang prima
merupakan salah satu aset penting yang harus dipertahankan oleh seorang atlet.
Selain berhubungan dengan postur tubuh yang ideal, faktor fisik ini juga
berkaitan erat dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi
gerak, dan kekuatan seorang atlet baik saat latihan maupun saat bertanding.
Atlet akan sulit berkembang apalagi berprestasi secara maksimal apabila
fisiknya tidak mendukung. Tinggi badan minimum untuk pemain bulutangkis
adalah 170 cm untuk atlet putra dan 165 cm untuk atlet putri, Semakin tinggi
badannya dengan berat badan yang proporsional, semakin tinggi potensinya
untuk berprestasi. Atlet juga harus menjaga stamina dengan hidup disiplin,
baik dalam asupan gizi, tidur, maupun tidak merokok. Atlet yang tidak
memperhatikan gizi akan berdampak buruk pada perkembangan otot dan
staminanya. Kelelahan fisik akan didapat jika atlet tidak mengatur mengatur
pola tidurnya. Sementara itu, bila seorang atlet merokok maka daya tahan
dalam pengaturan nafas pun akan berkurang sehingga akan berdampak pada
staminanya yang cepat turun. Dengan menurunnya stamina seorang atlet, maka
atlet tersebut tidak dapat tampil secara maksimal dan rentan terhadap cedera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Jadi untuk menjadi atlet yang unggul, seseorang atlet harus dapat menjaga
kondisi fisiknya dengan baik karena fisik yang baik merupakan salah satu
modal untuk berprestasi.
b. Faktor Teknik
Faktor teknik berkaitan erat dengan keterampilan khusus yang dimiliki
oleh atlet dan bisa ditingkatkan untuk menghasilkan prestasi yang maksimal.
Latihan yang teratur dan intensif dapat mengembangkan keterampilan khusus
dan mengoptimalkan keterampilan atlet tersebut. Penguasaan teknik akan
semakin baik jika atlet memiliki keterampilan khusus.
Keterampilan khusus bisa dipengaruhi oleh bakat atau bawaan, dapat juga
dilatih dan dikembangkan. Variasi-variasi pukulan yang berbeda membantu
atlet untuk meraih prestasi. Variasi pukulan diperoleh di dalam latihan yang
ketat guna memaksimalkan potensi atlet. Dengan berbagai macam variasi ini,
lawan akan mengalami kesulitan untuk menebak arah datangnya bola sehingga
permainan bisa menjadi menarik dan tidak monoton. Bila seorang atlet tidak
menguasai teknik keterampilan bermain dengan baik, maka prestasi yang
dicapai pun tidak akan maksimal.
c. Faktor Psikologis
Fungsi faktor psikologis adalah sebagai penggerak atau pengarah
penampilan atlet. Faktor psikologis merupakan struktur dan fungsi aspek
psikis, baik karakterologis (misalnya emosi, motivasi, self efficacy, dan
sebagainya) maupun kognitif (intelektual) yang bisa menunjang (atau
menghambat) aktualisasi sesuai potensi yang ada dan dilihat pada prestasi yang
dicapai. Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan
atlet pribadi terhadap diri sendiri, pelatih, maupun hal-hal lain di sekelilingnya.
Dalam olahraga kompetitif khususnya bulutangkis, yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana seorang atlet dapat mengedalikan emosinya agar tidak
merugikan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya untuk dapat dijadikan sebagai
motivator untuk berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pengendalian emosi sangat menentukan dalam pertandingan olahraga.
Para pelatih harus mengetahui bagaimana keadaan emosi atlet asuhannya baik
saat berlatih, bertanding bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja
keadaan emosi tiap atlet akan berbeda mengingat tiap individu berbeda satu
sama lain. Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis,
seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, keringat berlebihan, pusing, dan
sebagainya. Seringkali atlet mengalami ketegangan sesaat sebelum
pertandingan dimulai. Hal ini sangat mengganggu konsentrasi sehingga dia
tidak dapat memunculkan performa yang maksimal. Konsentrasi akan buyar,
strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu
harus berbuat apa dan semuanya berakhir dengan kekalahan. Oleh karena itu,
komunikasi yang baik antara pelatih dan atlet diperlukan sehingga bisa
ditemukan cara yang tepat dan efektif untuk mengatasi ketegangan tersebut.S
Sementara itu, aspek kognitif perlu mendapat perhatian juga karena
berkaitan dengan kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seorang atlet.
Kemampuan ini dibutuhkan dalam mengatasi masalah (problem solving),
menerapkan taktik dan strategi dalam latihan, dan menghadapi pertandingan.
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, seorang atlet dapat lebih mudah
memahami dan mencerna dengan baik instruksi yang diberikan oleh pelatih
dan dapat mengatasi masalah saat bertanding dengan teknik dan strategi yang
dimilikinya.
Jadi memang faktor psikologis memegang peranan penting pada
pencapaian prestasi yang tinggi. Pada penampilan atlet tingkat internasional,
khususnya bulutangkis, dibutuhkan setidaknya 50 % faktor fisik dan 50 %
faktor psikologis untuk menjadi juara. Bahkan seorang pakar psikologi
olahraga dunia mengatakan bahwa 80 % faktor kemenangan atlet profesional
ditentukan oleh faktor psikologis. Faktor psikologis pun juga berguna untuk
membina dan mencetak atlet ( Lilik Sudarwati Adisasmito, 2007 : 17 ). Bagi
atlet pemula diharapkan mampu memperlihatkan prestasinya dan
mengembangkan sebaik-baiknya tanpa hambatan dari faktor-faktor yang ada
dalam kepribadiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Apabila ketiga faktor di atas, yaitu fisik, teknik dan psikologis dimiliki
oleh atlet, maka atlet tersebut bisa menjadi atlet unggul dan memiliki modal
untuk meraih prestasi puncak. Karena faktor-faktor tersebut saling berkaitan
dalam memunculkan prestasi yang maksimal.
3. Psikologi
a. Psikologi secara Umum
Secara etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang
berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi psikologi berarti
“ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya”. Kejiwaan atau jiwa merupakan sesuatu yang
sifatnya abstrak, yang berarti tidak dapat dilihat dan belum dapat diungkapkan
secara jelas dan lengkap. Oleh karena itu, untuk mengungkapkannya para ahli
cenderung untuk mempelajari kejiwaan yang terjilma ke dalam jasmani
manusia dalam bentuk fisik, yaitu segalaaktivitas, perbuatan atau penampilan
manusia dalam hidupnya.
Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku
sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang tidak disadari, dan
perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari
dalam dirinya sendiri.
b. Psikologi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata “movere” yang berarti
bergerak. Dalam konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan sebagai
seluruh proses dari adanya kebutuhan yang menimbulkan dorongan untuk
dilakukannya perilaku tertentu, demi memenuhi kebutuhan yaitu tercapainya
tujuan. Pakar psikologi motivasi Abraham Maslow memaparkan teori hierarki
kebutuhan dari motivasi. Maslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah
sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Psikologi Merupakan kebutuhan dasar yang utama, antara lain kebutuhan akan makanan, minum, udara untuk bertahan hidup
b. Keamanan Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c. Cinta Keinginan untuk dicintai dan mencintai, mengandung kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki.
d. Penghargaan Kebutuhan akan reputasi, kebanggan, kepercayaan diri, kekuatan, dan pengakuan dari orang lain
e. Aktualisasi Diri Keinginan untuk menjadi apa yang ia inginkan, untuk menjadi yang terbaik adalah kesangupan dari menjadi apa.
Maslow juga membagi kebutuhan menjadi tiga jenis yaitu :
a. The Need for Achievement Menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan sangat mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi mencapai prestasi atau keinginan menyelesaikan suatu kesulitan
b. The Need for Affiliation Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam aktivitas serta hubungan sosial.
c. The Need of Power Merefleksikan keinginan individu untuk mempengaruhi, melatih, mengajar, atau mendorong seseorang untuk sukses.
c. Psikologi Olahraga
Pada awalnya psikologi hanya mengembangkan diri secara vertikal saja,
yang berarti berkembang hanya terbatas pada disiplin ilmunya sendiri, yaitu
tentang kejiwaan manusia sebagai individu. Sedangkan manusia bukan hanya
sebagai individu, namun juga sebagai makhluk sosial yang berhubungan
dengan lingkungannya. Dengan demikian para ahli psikologi tidak hanya
mengebangkan disiplin ilmunya secara vertikal saja namun juga secara
horizontal dengan mengembangkan diri memasuki disiplin ilmu yang lain.
Oleh karena olahraga juga merupakan salah satu bentuk perilaku manusia,
maka psikologi mulai memasuki bidang olahraga dan muncullah psikologi
olahraga.
Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan
pengalaman manusia berolahraga dalam interaksi dengan manusia lain dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam situasi sosial yang merangsangnya. Secara garis besar, ruang lingkup
psikologi olahraga meliputi dua hal, yaitu belajar ketangkasan gerak dan unjuk
laku.
Penampilan atlet dalam mencapai prestasi merupakan komulasi yang
dimilikinya, salah satunya adalah potensi mental. Mental yang tegar, sama
halnya dengan teknik dan fisik akan didapat melalui latihan yang terencana,
teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet,
pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara
individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Kontribusi atau sumbangan
ilmu psikologi dalam pencapaian prestasi menunjukkan bahwa semakin tinggi
level kejuaraan, semakin besar pula kontribusi aspek psikologisnya. Beberapa
masalah psikologis yang paling sering timbul di dalam olahraga, khususnya
dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan, antara lain :
1) Prestasi Atlet
Prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai
atlet dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi atlet
diukur berdasarkan pencapaian akhir dalam suatu pertandingan yang diikuti,
misalnya seberapa sering menjadi juara. Selain itu dapat pula diukur dari
perhitungan ranking sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
dipersiapkan untuk terjun di level yang lebih tinggi. Prestasi atlet sendiri
merupakan aktualisasi dari beberapa faktor. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian prestasi yang optimal antara lain fisik, teknik,
psikologis ( Lilik Sudarwati Adisasmito, 2007 : 8).
2) Keyakinan Diri Atlet ( Self-Efficacy )
Keyakinan diri (self-efficacy) adalah suatu kondisi di mana
seseorang memiliki keyakinan diri akan kemampuan yang dimilikinya. Self-
efficacy merupakan suatu proses kognitif di mana sesorang melakukan
penilaian yang subjektif terhadap kemampuannya dalam mengelola dan
menjalankan serangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tuntutan situasi tertentu. Keyakinan diri sangat diperlukan untuk
menampilkan tingkah laku yang optimal dalam menghasilkan suatu prestasi
tertentu.
3) Motivasi Atlet
Motivasi merupakan seluruh proses dari adanya kebutuhan yang
menimbulkan dorongan untuk dilakukannya perilaku tertentu, demi
memenuhi kebutuhan yaitu tercapainya tujuan. Jika motivasi merupakan
proses, maka yang disebut menjadi sumbernya adalah motif. Motivasi
sangat penting dalam peningkatan prestasi atlet, jika atlet tidak mempunyai
motivasi, strategi apapun dalam yang diterapkan dalam latihan tidak akan
menolong atlet meningkatkan kemampuannya.
4) Motivasi Berprestasi Atlet
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang bertujuan untuk
mendapatkan pengakuan atau menghindari celaan dari sendiri mauoun
orang lain dan berhubungan dengan performa dalam situasi yang
menerapkan standar keunggulan. Motivasi berprestasi merupakan keinginan
yang kuat untuk mencapai kesuksesan dengan cepat di mana kesuksesan itu
tergantung pada kemampuan atlet itu sendiri ( Lilik Sudarwati Adisasmito,
2007 : 38 ).
5) Stres pada Atlet
Bagaimana seorang atlet dapat mengatasi stres yang dialaminya
akan membantu atlet tersebut meraih prestasinya. Stres merupakan tekanan
atau sesuatu yang menekan dalam diri seseorang. Sumber stres berasal dari
dalam dan dari luar atlet. Pikiran negatif, masa persiapan menghadapi
pertandingan, dan tanggung jawab yang berlebihan merupakan sumber stres
yang berasal dari dalam diri atlet. Sedangkan stres yang bersumber dari luar
atlet antara lain target yang ingin dicapai, penonton, dan situasi
pertandingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6) Penetapan Sasaran ( Goal Setting )
Penetapan sasaran diaplikasikan sebagai teknik untuk mengatur
waktu dan sumber daya lain secara efisien. Didefinisikan sebagai sesuatu
yang akan coba diraih seseoran yang merupakan tujuan dari suatu aksi.
Penetapan sasaran dilakukan baik saat berlatih maupun saat bertandung dan
dimulai dari sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka
pendek yang lebih spesifik. Agar sasaran bermanfaat, maka ada syarat yang
harus dipenuhi yaitu sasaran harus menantang, sasaran harus dapat dicapai,
dan sasaran harus meningkat.
7) Emosi
Emosi merupakan keadaan internal subjektif yang sering disebut
“mood” dan “feeling”. Emosi juga merupakan perpaduan dari beberapa
perasaan yang mempunyai intensitas tinggi dan menimbulkan suatu gejolak
suasana batin ( Lilik Sudarwati Adisasmito, 2007 : 76 ). Emosi berkaitan
erat dengan motivasi berprestasi atlet karena keduanya merupakan
komponen psikologi dan fisiologi. Komponen psikologis merupakan faktor
kejiwaan yang menyebabkan suatu tindakan terjadi atau faktor yang
mendorong suatu kejadian. Komponen fisiologis merupakan perubahan
yang terjadi dan berhubungan dengan fisik kita,misalnya perubahan ekspresi
wajah, hormonal, pernapasan, denyut jantung, dan sebagainya. Emosi
memotivasi tingkah aku individu, misalnya bagaimanana emosi bisa
memotivasi individu berprestasi dalam suatu pertandingan dan latihan.
8) Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap objek atau keadaan
yang tidak memiliki cukup alasan untuk ditakuti dan tidak rasional ( Greist
dalam Gunarsa, Setiadarma, dan Soekasah, 1996 ). Pada dasarnya setiap
atlet ingin mencapai yang terbaik berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya. Hal ini dapat menimbulkan suatu kondisi di mana atlet merasa
cemas akan keberhasilan untuk pencapaian prestasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Lilik Sudarwati Adisasmito ( 2007 : 98 ) mengemukakan sumber-
sumber kecemasan, antara lain :
a) Keluhan somatis b) Takut gagal c) Merasa tidak komplet atau tidak lengkap d) Kehilangan kendali e) Rasa bersalah f) Cita-cita yang tinggi g) Diperhatikan orang lain h) Kegelisahan yang berlebihan i) Kegagalan dalam pertandingan yang lalu j) Cedera k) Usia l) Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa peningkatan sesaar yang sedang
atau rendah pada suatu tingkat tertentu dapat mengoptimalkan performa
yang ditampilkan atlet, sebaliknya tingkat kecemasan sesaat yang meningkat
terlalu tinggi dapat menurunkan performa atlet ( Lilik Sudarwati
Adisasmito, 2007 : 102 ).
9) Pembinaan Mental Atlet
Pembinaan mental atlet harus dimulai sejak dini, dapat dilakukan
ketika atlet masih berada di klub oleh seorang pelatih. Ketika mental ini
sudah terbentuk, maka perlu ditingkatkan dan dipertahankan pada pola yang
optimal. Pembinaan mental harus dilakukan secara sistematis dan terus-
menerus sejak dini.
4. Motivasi
a. Motivasi secara Umum
Motivasi yang pada umumnya diartikan sebagai suatu dorongan,
sebenarnya adalah merupakan proses. Motivasi merupakan seluruh proses dari
adanya kebutuhan yang menimbulkan dorongan untuk dilakukannya perilaku
tertentu, demi memenuhi kebutuhan yaitu tercapainya tujuan. Jika motivasi
merupakan proses, maka yang disebut menjadi sumbernya adalah motif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perbuatan atau perilaku seseorang selain ditentukan oleh faktor-faktor dari luar,
juga ditentukan oleh faktor dari dalam individu sendiri. Faktor dari dalam yang
dimaksud adalah kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang disebut motif.
Motif merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu movere,
yang artinya adalah menggerakkan atau mendorong untuk bergerak. Dengan
demikian motif dapat diartikan sebagai penggerak atau pendorong bagi
manusia ke arah tujuan tertentu. Selanjutnya setelah motif itu menjadi aktif,
kemudian menjadi apa yang disebut motivasi.
b. Motivasi Atlet
Motivasi sangat penting dalam peningkatan prestasi atlet, jika atlet
tidak mempunyai motivasi, strategi apapun yang diterapkan dalam latihan tidak
akan menolong atlet meningkatkan kemampuannya. Jika motivasi atlet rendah
ia tidak akan memaksimalkan latihannya sehingga tidak mampu berprestasi
maksimal. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh ingatan atau kejadian masa lalu
yang tidak begitu baik. Misalnya saat bertanding yang sering kalah atau
kemampuan diri yang terbatas membuat motivasi seorang atlet menjadi rendah.
Sebaliknya, jika ingatan atau kejadian masa lalu baik, misalnya ia sering
mendapat penghargaan berupa prestasi saat bertanding, maka dalam proses
selanjutnya ia akan semangat dan mempunyai motivasi yang lebih tinggi lagi
untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi juga.
Lilik Sudarwati Adisasmito ( 2007: 32 ) mengemukakan bahwa
“Motivasi merupakan energi psikologi olahraga yang sangat penting, tidak
hanya saat bertanding namun juga memelihara serta menyesuaikan kegiatan
motorik selama proses latihan”. Artinya motivasi mengarahkan keseluruhan
daya penggerak di dalam diri atlet yang menjamin lekangsungan latihan dan
memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Atlet yang bermotivasi rendah dapat dilihat keseriusan dan disiplin dalam
berlatih. Misalnya malas berlatih, tidak bersemangat, tidak tepat waktu,
rendahnya konsentrasi saat latihan, tidak mempunyai inisiatif berlatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(tergantung dengan pelatih), dan sebagainya. Motivasi dibagi menjad dua
bagian, yaitu :
1) Motivasi Intrinsik
Adalah dorongan dari dalam diri atlet untuk melakukan suatu tugas
atau perilaku tertentu. Atlet dengan motivasi intrinsik biasanya bertanggung
jawab, tekun, bekerja keras, teratur, dan disiplin dalam latihan, serta tidak
menggantungkan dirinya kepada orang lain. Kemenangan yang
diperolehnya merupakan suatu kepuasan dan selalu dievaluasi untuk lebih
ditingkatkan. Dan jika kekalahan yang didapat tidak akan membuatnya
terlalu kecewa, karena dapat diterima yang selanjutnya akan diperbaiki
melalui latihan-latihan.
Kekalahan-kekalahan yang dialami tidak akan membuat seorang
atlet menjadi putus asa, melainkan menjadi motivator untuk menjadi lebih
baik lagi di pertandingan-pertandingan berikutnya. Aktivitas yang dilandasi
oleh motivasi intrinsik cenderung bertahan lama daripada motivasi lainnya.
Oleh karena itu, motivasi intrinsik perlu ditumbuhkembangkan dalam diri
setiap atlet.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah motivasi yang ditimbulkan dari berbagai sumber dari luar
atau yang disebut motif sosial, yaitu menyangkut kebutuhan sosial seperti
hadiah yang dijanjikan, penghargaan, sertifikat, atau uang. Selain itu,
motivasi ekstrinsik bisa bersumber dari orang tua, pelatih, guru, dan atlet
idolanya. Atlet ini berprestasi hanya karena imbalan yang akan diterimanya,
bukan dari keinginannya untuk berprestasi yang lebih baik. Oleh karena itu,
apabila hadiah yang diterima berkurang atau tidak ada sama sekali,
prestasinya cenderung menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 c. Sumber Pembentuk Motivasi
Sumber-sumber pembentuk motivasi pada atlet antara lain sebagai berikut
( Lilik Sudarwati Adisasmito, 2007 : 36 ) :
1) Dalam Diri Atlet Sendiri Sumber pembentuk motivasi berasal dari dalam diri atlet itu
sendiri. Misalnya kemampuan fisik, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman sukses dan gagal, latar belakang sosial budaya, serta tingkat kedewasaan.Peran seorang pelatih sebagai motivator cukup penting dalam menumbuhkan motivasi atlet sesuai latar belakang yang dimilikinya dengan menggunakan pendekatan personal. Pelatih harus menumbuhkan dan membangkitkan motivasi intrinsik seorang atlet. Selain pelatih, peran orang tua juga tidak kalah pentingnya dalam menumbuhkan motivasi atlet, karena orang tua adalah sosok terdekat yang sangat mengenal kepribadian dan karakter anaknya.
2) Lingkungan Pembinaan, Latihan, dan Pertandingan Prasarana dan sarana sangat diperlukan untuk menunjang
pembinaan prestasi seorang atlet. Kelengkapan sarana latihan seperti gedung, jumlah lapangna yang cukup, penerangan yang baik, alat-alat fitness, dan asrama yang memenuhi persyaratan akan merangsang atlet untuk berlatih dengan nyaman, baik, dan bersemangat. Lingkungan hendaknya dapat menimbulkan rangsangan-rangsangan terhadap persepsi atlet, harapan, cita-cita dalam latihan dan pertandingan, serta rasa puas terhadap aktivitas olahraga yang ditekuninya. Dalam latihan dan pertandingan, perlu diciptakan suasana yang memungkinkan atlet menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan latihan, menerima petunjuk pelatih, serta metode latihan yang menimbulkan gairah.
d. Motivasi Berprestasi Atlet
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang bertujuan untuk mendapatkan
pengakuan atau menghindari celaan dari sendiri mauoun orang lain dan
berhubungan dengan performa dalam situasi yang menerapkan standar
keunggulan. Motivasi berprestasi merupakan keinginan yang kuat untuk
mencapai kesuksesan dengan cepat di mana kesuksesan itu tergantung pada
kemampuan atlet itu sendiri (Lilik Sudarwati Adisasmito, 2007 : 36). Atlet
yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi mempunyai sifat yang
positif, semangat, pantang menyerah, kerja keras, dan memiliki keyakinan
yang kuat untuk meraih sukses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seorang atlet antara
lain :
1) Orang Tua Atlet
Biasanya seorang anak mengikuti latihan yang intensif di klub atas
arahan orang tua, namun ada juga yang kemauan si anak sendiri. Sikap
orang tua terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan motivasi
berprestasi anak. Jika orang tua mengharapkan anaknya untuk berprestasi
maka mereka akan mendorong anaknya untuk berusaha keras dalam
mencapai kesuksesan. Orang tua yang mendukung kegiatan anaknya untuk
berprestasi biasanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Seperti
dengan memasukkan anaknya ke klub untuk mendapat pembinaan lebih
lanjut dari orang yang tepat dan mengikutsertakan anaknya ke kejuaraan-
kejuaraan, memberikan umpan balik atas penampilan anaknya dalam
bertanding, mengawasi asupan gizi anak, serta mengawasi pergaulannya
dengan siapa ia bergaul.
2) Pengalaman Atlet
Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang kuat untuk
mencapai prestasi dalam suatu tugas jika ia mempunyai pengalaman-
pengalaman berhasil di masa lalu. Bila atlet pernah mengalami sejumlah
keberhasilan, maka akan timbul suatu kebanggaan dari dalam dirinya dan
memandang dirinya sebagai orang yang sukses. Sebaliknya, jika atlet
berulangkali mengalami kegagalan, akan mendekati tugas baru dengan
reaksi yang tidak menentu. Namun jika ia berpikir positif, maka kegagalan
itu akan ia jadikan cambuk untuk menjadi yang lebih baik agar mendapat
prestasi yang ia inginkan di masa mendatang.
3) Pelatih
Pelatih merupakan sosok yang paling dekat setelah orang tua dan
berperan penting dalam memotivasi atletnya. Pelatih yang antusias dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
melatih cenderung meningkatkan motivasi atletnya untuk berlatih lebih giat
serta memberikan nasehat dan kritikan sehingga dapat meningkatkan
prestasi atlet tersebut.
4) Sehat Fisik dan Mental
Kesehatan fisik dan psikis merupakan kesatuan organis yang
memungkinkan motivasi berprestasi berkembang, yang meliputi kebugaran,
nutrisi, emosi, motivasi, dan sebagainya.
5) Lingkungan yang Sehat dan Menyenangkan
Udara yang bersih dan sehat, lingkungan yang bersih dan rapi, serta
keadaan sekitar yang menarik merupakan lingkungna yang dapat
mendorong atlet untuk berprestasi. Selain itu, lingkungan persaingna yang
sehat dapat memberikan rangsangan yang efektif untuk memacu prestasi
atlet.
6) Fasilitas Lapangan yang Lengkap dan Baik untuk Latihan
Kondisi lapangan yang baik serta peralatan yang baik dan lengkap
akan memperkuat motivasi berprestasi atlet.
7) Olahraga yang Sesuai dengan Bakat dan Naluri Atlet
Olahraga merupakan sarana untuk memperhalus dorongan-dorongan
negatif dari unsur-unsur bawaan ( naluri ) seperti ingin tahu, keberanian,
ketegasan, sifat memberontak, agresif, dan lain sebagainya. Olahraga yang
tepat dengan unsur-unsur naluri akan mengembangkan motivasi yang baik.
8) Pengaturan Aktivitas Latihan yang Menarik
Program latihan yang teratur dan sistematis serta dikemas dengan
menarik akan memberikan motivasi yang tinggi pada atlet.
9) Alat Bantu Audio-Visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tujuan menggunakan alat bantu audio-visual adalah untuk
meningkatkan kualitas latihan karena bulutangkis melibatkan koordinasi
dari penglihatan dan kecepatan reaksi. Sehingga dalam prosesnya, dapat
dilakukan evaluasi dalam latihan sehingga motivasi dari dalam diri atlet
dapat ditingkatkan. Misalnya, dengan memutar kembali video permainan
sendiri dan lawan untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan sendiri
dan lawan.
10) Metode Latihan
Dalam proses latihan, sebaiknya pelatih memulai dari hal yang
diketahui sampai yang tidak diketahui, dari yang sederhana menuju yang
lebih kompleks, dari yang nyata menuju yang abstrak, dari keseluruhan ke
bagian, dari yang pasti menuju ke yang tidak pasti. Prinsip ini merupakan
kunci latihan yang baik dan merupakan faktor yang dapat memotivasi atlet.
Metode latihan harus bervariasi agar atlet tidak merasa jenuh dan tetap
termotivasi untuk mengikuti latihan secara intensif.
e. Ciri Atlet Bermotivasi Tinggi
Menurut Lilik Sudarwati Adisasmito ( 2007 : 48 )atlet yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berani Mengambil Resiko Atlet dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih
aktivitas yang menantang, namun tidak berada di atas taraf kemampuan dan cenderung memilih aktivitas dengan derajat sedang yang memungkinkan berhasil. Mereka menghindari tugas yang dirasa terlalu mudah karena sedikitnya tantangan atau kepuasan yang didapat. Misalnya, seseorang yang belum bisa melakukan jumping smash akan berusaha keras agar berhasil walaupun dengan resiko bisa cedera.
2) Melakukan Evaluasi Atlet yang melakukan evaluasi baik saat berhasil maupun gagal dan
meminta umpan balik kepada pelatih adalah atlet yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Ia lebih suka bekerja dalam situasi di mana ia dapat memperoleh umpan balik yang konkret tentang apa yang sudah ia lakukan. Karena jika tidak, mereka tidak dapat mengetahui apakah mereka sudah melakukan sesuatu dengan baik dibandingkan yang lain atau belum. Umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan untuk memperbaiki prestasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3) Bertanggung Jawab dan Disiplin Atlet yang motivasi berprestasinya tinggi memiliki tanggung jawab
yang penuh dalam menjalankan program latihan yang diberikan kepadanya dengan bersungguh-sungguh dan disiplin tinggi. Tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dilihat dari tepat waktunya dalam latihan, tidur, menjaga asupan makanan, serta melakukan latihan dengan semangat dan bersungguh-sungguh.
4) Tekun Atlet yang motivasi berprestasinya tinggi lebih tekun dalam
menjalani latihan, walaupun latihan tersebut lebih sulit dan kompleks. Apabila ia merasakan kelemahan dalam tekniknya, maka ia akan mencari tahu dan berlatih untuk mengatasi kelemahannya tersebut. Dalam pertandingan, atlet yang mempunyai ketekunan akan terlihat sabar, ulet, semangat, dan pantang menyerah walaupun perolehan angkanya tertinggal.
5) Inovatif Atlet dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya sering melakukan
inovasi dalam bermain dengan melakukan cara atau sesuatu yang beda dari sebelumnya. Ia akan lebih sering mencari nformasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan suatu hal dan lebih inovatif sehingga dapat menemukan taktik dan strategi yang baik dalam mengatasi lawan-lawannya.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian landasan teori yang telah dikemukakan penulis di atas
maka dapat diuraikan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi bulutangkis
diantaranya adalah faktor keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih dari si
atlet. Keterampilan yang dimiliki atlet sangat menunjang untuk melaksanakan apa
yang harus ia laksanakan di dalam proses latihan. Apabila ia memiliki tingkat
keterampilan yang rendah sedangkan tingkat motivasinya tinggi, maka
keterampilan yang sulit pun dapat ia capai sehingga prestasi yang ia inginkan pun
juga dapat ia raih.
Pada prinsipnya keterampilan dan motivasi antara atlet satu dengan yang
lainnya berbeda. Sehingga penulis ingin mengetahui pengaruh positif antara
keterampilan bulutangkis serta motivasi berlatih terhadap prestasi bulutangkis
atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian sangatlah penting artinya karena
akan dapat memberikan gambaran yang jelas antar variabel yang akan diteliti.
Adapun kerangka pemikiran yang dikemukakan di sini adalah sebagai berikut :
Gambar 2. 9. Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Melalui kerangka pemikiran yang disusun sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis terhadap penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara keterampilan bulutangkis (X1) dengan prestasi
bulutangkis (Y) atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011 (X1Y).
2. Ada hubungan antara motivasi berlatih (X2) prestasi bulutangkis (Y) atlet
remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011 (X2Y).
3. Ada hubungan antara keterampilan bulutangkis (X1) dan motivasi berlatih (X2)
dengan prestasi buluangkis (Y) atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun
2011 (X1 X2 Y).
Keterampilan Bulutangkis (X1)
Prestasi Bulutangkis (Y)
Motivasi Berlatih (X2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di GOR PMS Surakarta sebagai tempat latihan
rutin Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2011.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS Surakarta yang berjumlah 16 orang. Yang terdiri dari 13 atlet remaja putra
dan 3 atlet remaja putri.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar objek pengamatan dan sebagai
faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel Bebas
Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah :
1) Keterampilan bulutangkis (X1)
2) Motivasi Berlatih (X2)
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi bulutangkis (Y) yang dapat
diketahui dari ranking atlet tersebut di dalam Pusdiklat Bulutangkis PMS
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Sumber Data
Metode yang digunakan dalam mencari sumber data penelitian adalah
dengan metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes evaluasi belajar
keterampilan pukulan bulutangkis.
a. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:206) “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang merupakan catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legenda, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:23) “Teknik dokumentasi
adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa
arsip-arsip termasuk juga buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum
dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”.
Dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang berupa data catatan penting atau dokumen-dokumen yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti dari orang-orang yang berperan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dipergunakan untuk
mendapatkan data tentang prestasi bulutangkis atlet remaja Pusdiklat
Bulutangkis PMS Surakarta.
b. Angket
Angket merupakan sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang harus
dilengkapi oleh responden. Angket ini digunakan untuk memperoleh data
tentang motivasi berlatih atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS Surakarta
untuk meraih prestasi.
Langkah-langkah penyusunan angket menurut Zainal Arifin (1990:30)
sebagai berikut :
1) Spesifikasi Angket
Spesifikasi data ditentukan pada penyusunan konsep yang menjadi
pusat perhatian dalam lingkup masalah dan ruang penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kemudian dijabarkan ke dalam aspek yang dapat diukur dan ditentukan
indikatornya serta sumber datanya.
2) Pembuatan Kisi-kisi
Dari variabel dalam indikator yang telah dirumuskan dapat dibuat
kisi-kisi angket sebagai pedoman penyusunan item pertanyaan maupun
pernyataan beserta jumlahnya sehingga seluruh aspek dapat terukur dan
terwakili.
3) Penyusunan Angket
Penyusunan angket meliputi pembuatan item-item pertanyaan atau
pernyataan, surat pengantar angket dan petunjuk pengisian angket.
Sedangkan skala untuk penilaian angket berdasarkan Rusaffendi
(1994:120) sebagai berikut :
a) Pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif
Nilai 4 untuk alternaif jawaban sangat setuju
Nilai 3 untuk alternatif jawaban setuju
Nilai 2 untuk alternatif jawaban tidak setuju
Nilai 1 untuk alternatif jawaban sangat tidak setuju
b) Pertanyaan atau pernyataan yang bersifat negatif
Nilai 4 untuk alternaif jawaban sangat tidak setuju
Nilai 3 untuk alternatif jawaban tidak setuju
Nilai 2 untuk alternatif jawaban setuju
Nilai 1 untuk alternatif jawaban sangat setuju
4) Perbaikan Angket
Untuk mendapatkan angket yang baik maka perlu dilakukan
pengujian pada responden. Uji coba dilakukan sebelum angket digunakan
pada subjek uji coba dari populasi penelitian. Uji coba angket
dimaksudkan untuk mendapatkan angket yang benar-benar baik dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dipertanggungjawabkan sebagai alat pengungkap data. Adapun tahap-
tahap pengujian angket sebagai berikut.
a) Uji Validitas Angket
Uji validitas angket ini digunakan untuk mengetahui apakah
instrumen tersebut sudah valid atau belum. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus product moment, sebagai berikut :
r xy = ~ ∑% 能(∑%)能(∑ )瞬走~ ∑铺潜能 纵∑%邹潜奏誓~∑ 潜能 (∑ )潜嗜
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
∑ X = Skor item
∑ Y = Skor total
N = Banyaknya subjek
Kriteria uji jika r xy > r tabel pada syarat signifikan 0,05 maka item
dinyatakan valid. (Suharsimi Arikunto, 2002:146)
b) Uji Relibialitas Angket
Suatu instrumen selain harus memnuhi syarat validitas juga harus
memenuhi syarat reliabilitas. Adapun untuk mengetahui kestabilan
instrumen pada penelitian ini digunakan rumus alpha, yaitu :
r 11 = 瓶(瓶能囊) ∑崎闰潜崎搔潜
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Keterangan :
r 11 = Koefisien reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan 2贫挠 = Jumlah varians skor tiap-tiap butir 2迫挠 = Varians total
Kriteria pengujian jika r 11 > r tabel , maka item dinyatakan reliabel.
(Suharsimi Arikunto, 2002:171)
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:245) bahwa untuk
menginterpretasikan r 11 yang diperoleh dari rumus alpha ini dilakukan
dengan cara mengartikan indeks korelasi sebagai berikut :
Rentang Nilai Reliabilitas
Besarnya Nilai r Interpretasi
0,800 – 1,000
0,600 – 0,800
0,400 – 0,600
0,200 – 0,400
0,000 – 0,200
Tinggi
Cukup
Agak rendah
Rendah
Sangat rendah
c. Tes Evaluasi Belajar Keterampilan Pukulan Bulutangkis
Di dalam penelitian ini, tes evaluasi keterampilan bulutangkis
menggunakan penilaian yaitu menyangkut masalah keterampilan pukulan yang
harus di kuasai menggunakan tes keterampilan bulutangkis . Namun didalam
penelitian ini tidak semua teknik keterampilan yang dijelaskan diukur, tapi
secara umum tes keterampilan yang akan diukur hanya terdiri dari empat
macam item.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Macam Item tes ini sebagai berikut :
1. Wall volley/ Drive
2. Servis Panjang
3. Clear Tes/ Lob
4. Smash
Tata cara tes evaluasi keterampilan bulutangkis dapat dilihat di lampiran.
D. Ranncangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
kuantitatif yang bersifat expost facto. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim
(2001:64) “Metode deskriptif adalah metode dalam penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian”. Sedangkan expost facto
menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:56) adalah “sesudah fakta”. Jadi,
expost facto sebagai metode penelitian yang menunjukkan kepada perlakuan atau
manipulasi variabel bebas yang telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak
perlu memberi perlakuan lagi tinggal melihat efeknya.
Dengan demikian penelitian deskripsi kuantitatif yang bersifat expost facto
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari masalah-masalah tertentu
pada saat sekarang serta mengungkapkan data yang telah berlangsung tanpa
melakukan perlakuan terhadap subjek yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penulisan ini analisis
regresi sederhana dan regresi ganda dengan 2 prediktor. Analisis regresi sederhana
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel bebas dengan satu
variabel terikat. Dalam hal ini untuk mengetahui pengaruh antara keterampilan
bulutangkis (X1) terhadap prestasi bulutangkis (Y) serta untuk mengetahui
pengaruh motivasi berlatih (X2) terhadap prestasi bulutangkis (Y). Sedangkan
teknik analisis regresi ganda atau multiple regression digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara dua dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh antara keterampilan
bulutangkis (X1) dan motivasi berlatih (X2) terhadap prestasi bulutangkis (Y).
Data dianalisis dengan teknik regresi menggunakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
1) Membuat tabel distribusi frekuensi
a. Menentukan rentang yaitu data terbesar dikurangi data terkecil
b. Menentukan banyak kelas interval
c. Menentukan panjang kelas interval
2) Menentukan rarta-rata data
3) Menghitung standar deviasi data
4) Melakukan uji chi kuadrat (果挠)
5) Mencari Xi
Me Xi tabel dengan α = 0,05
6) Kriteria penerimaan hipotesis
Normalitas distribusi diterima apabila X2 hit < X2 tab
b. Uji Linieritas digunakan untuk mencari hubungan antara variabel X dan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Langkah-langkah yang ditempuh :
1) Menentukan persamaan regresi linier sederhana
2) Pengujian hipotesis
3) Kriteria pengujian
Linieritas distribusi diterima apabila F hit > F tab
c. Uji Independensi digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas
(X1 dan X2) saling lepas atau tidak terjadi korelasi. Kaidah yang digunakan
apabila antara X1 dan X2 independen.
2. Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis I
1) Penentuan regresi linier sederhana antara variabel X1 terhadap Y
2) Pengujian keberartian regresi linier
a) Membuat tabel skor X1 yang diikuti Y guna menentukan banyak
kelompok K
b) Menghitung jumlah kuadrat (JK) untuk berbagai sumber variasi
c) Membuat rangkuman ANAVA Regresi Linier Sederhana X1 terhadap
Y
Rangkuman ANAVA Regresi Linier Sederhana X1 terhadap Y
Sumber Varians Dk JK KT = RJK F
Total N ∑ Y2 ∑ Y2
Koefisien (a)
Koefisien (a/b)
Sisa
J
1
n-2
JK (a)
JK (a/b)
JK (s)
JK (a)
S2reg = JK (b/a)
S2sis = �4 (魄)坡能挠
S2 reg / S2 sis
Tuna Cocok
Galat
k-2
k-2
JK ((TC)
JK (G) S2 =
�4 (飘披)瓶能挠 S2 TC / S2 G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
S2 = �4 (啤)瓶能挠
3) Prosedur
a. Hipotesis
b. Uji statistik
F = S2 reg / S2 sis
Keterangan :
F = Harga bilangan F untuk keberartian regresi
S2 reg = Varian regresi
S2 sis = Varian sisa
c. Daerah kritik
4) Uji keberartian koefisien korelasi linier sederhana
b. Pengujian Hipotesis II
1) Penentuan regresi linier sederhana antara variabel X2 terhadap Y
2) Pengujian keberartian regresi linier
a) Membuat tabel skor X2 yang diikuti Y guna menentukan banyak
kelompok K
b) Menghitung jumlah kuadrat (JK) untuk berbagai sumber variasi
c) Membuat rangkuman ANAVA Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y
Rangkuman ANAVA Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y
Sumber Varians Dk JK KT = RJK F
Total N ∑ Y2 ∑ Y2
Koefisien (a)
Koefisien (a/b)
Sisa
J
1
n-2
JK (a)
JK (a/b)
JK (s)
JK (a)
S2 reg = JK (b/a)
S2 sis = �4 (魄)坡能挠
S2 reg / S2 sis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tuna Cocok
Galat k-2
k-2
JK ((TC)
JK (G)
S2 = �4 (飘披)瓶能挠
S2 = �4 (啤)瓶能挠
S2 TC / S2 G
3) Prosedur
a) Hipotesis
b) Uji statistik
F = S2 reg / S2 sis
Keterangan :
F = Harga bilangan F untuk keberartian regresi
S2 reg = Varians regresi
S2 sis = Varians sisa
c) Daerah kritik
4) Uji keberartian koefisien korelasi linier sederhana
c. Pengujian Hipotesis III
1) Menentukan persamaan regresi linier ganda antara X1 dan X2 terhadap Y
2) Menentukan koefisien korelasi ganda
3) Menentukan besarnya sumbangan relatif (SR%) dan sumbangan efektif
(SE%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Hasil
penelitian yang disajikan adalah hasil dari analisis yang telah dilakukan terhadap data
dari tiap variabel. Data dari masing-masing variabel yang diambil dalam penelitian,
terdiri dari dua variabel bebas yaitu keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih,
dan satu variabel terikat yaitu prestasi bulutangkis. Berturut-turut dalam bab ini
disajikan mengenai deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, hasil analisis data
dan pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari tiap-tiap variabel tersebut kemudian dikelompokkan
dan dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Adapun rangkuman
deskripsi data secara keseluruhan akan disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Deskripsi Data Hasil Tes Keterampilan Bulutangkis, Motivasi Berlatih
dan Prestasi Bulutangkis pada Atlet Remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS Tahun 2011
Variabel N Mean SD Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Keterampilan Bulutangkis 16 206,81 15,03 233 182
Motivasi 16 46,63 5,28 56 38
Prestasi Bulutangkis 16 49,06 23,96 90 10
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum analisis data dilakukan uji persyaratan analisis. Untuk analisis regresi
diperlukan uji persyaratan analisis yaitu normalitas penyebaran nilai dan persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
linieritas hubungan antara prediktor dengan kriterium. Hasil pengujian persyaratan
analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat. Adapun
hasil uji normalitas yang dilakukan pada hasil tes keterampilan bulutangkis (X1),
motivasi berlatih (X2) dan prestasi bulutangkis (Y) pada penelitian ini adalah:
Tabel 4. 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Db M SD c2hitung c2
tabel 5% Simpulan
Keterampilan Bulutangkis 5 – 1 = 4 206,81 15,03 6,602 11,070
Berdistribusi normal
Motivasi 5 – 1 = 4 46,63 5,28 7,430 11,070 Berdistribusi
normal Prestasi Bulutangkis 5 – 1 = 4 49,06 23,96 6,602 11,070
Berdistribusi normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada tiap-tiap variabel tersebut dapat
diketahui bahwa nilai chi-kuadrat yang diperoleh (c2hitung) pada variabel keterampilan
bulutangkis (X1), motivasi (X2) dan prestasi bulutangkis (Y) lebih kecil dari nilai chi-
kuadrat dalam tabel (c2tabel 5%). Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti
bahwa data hasil tes keterampilan bulutangkis (X1), motivasi (X2) dan prestasi
bulutangkis (Y) termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan antara masing-masing prediktor yaitu keterampilan
bulutangkis (X1), motivasi berlatih (X2), dengan kriterium yaitu prestasi bulutangkis
(Y) dilakukan dengan analisis varians. Rangkuman hasil uji linieritas tersebut dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4. 3. Rangkuman Hasil Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Hubungan Antara Prediktor dengan Kriterium
Variabel db Fhitung Ftabel 5% Simpulan
X1Y 10:24 1,35 2,26 Model linier diterima
X2Y 1:15 0,11 4,54 Model linier diterima
Dari rangkuman hasil uji linieritas tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung
linieritas yang diperoleh dari tiap variabel lebih kecil dari harga Ftabel 5%. Dengan
demikian hipotesis nol linieritas kedua variabel tersebut diterima. Yang berarti
bahwa baik korelasi antara X1Y dan X2Y berbentuk linier.
C. Pengujian Hipotesis
1. Hubungan Antara Keterampilan Bulutangkis dengan Prestasi Bulutangkis
Dari hasil analisis korelasi pada data keterampilan bulutangkis dengan prestasi
bulutangkis, diperoleh nilai r sebesar 0,505, dimana nilai tersebut lebih besar dari
nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,497. Karena nilai rhitung > rtabel, maka nilai
korelasi signifikan. Hal ini berarti bahwa perubahan variansi prestasi bulutangkis
dipengaruhi oleh komponen variansi keterampilan bulutangkis.
Keterampilan bulutangkis merupakan komponen penting yang diperlukan pada
permainan bulutangkis. Keberhasilan dan pencapaian hasil prestasi bulutangkis
dipengaruhi oleh keterampilan bulutangkis yang dimiliki. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keterampilan bulutangkis memiliki hubungan dengan prestasi
bulutangkis. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa keterampilan bulutangkis
memiliki hubungan dengan prestasi bulutangkis dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Hubungan Antara Motivasi Berlatih dengan Prestasi Bulutangkis
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data motivasi berlatih
terhadap prestasi bulutangkis, diperoleh nilai r sebesar 0,509, dimana nilai tersebut
lebih besar dari nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,497. Karena nilai rhitung >
rtabel, maka nilai korelasi signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
motivasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi bulutangkis.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa motivasi berlatih
memiliki hubungan dengan prestasi bulutangkis. Hubungan motivasi berlatih
terhadap kemampuan prestasi bulutangkis cukup signifikan. Motivasi berlatih
diperlukan untuk menunjang keterampilan prestasi bulutangkis. Sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa motivasi berlatih memiliki hubungan dengan prestasi
bulutangkis dapat diterima kebenarannya.
3. Hubungan Keterampilan Bulutangkis dan Motivasi Berlatih dengan Prestasi
Bulutangkis
Untuk menguji hubungan antara keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih
dengan prestasi bulutangkis, dilakukan analisis regresi ganda dua prediktor. Dari
analisis regresi yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai Fregresi yang diperoleh
adalah 3,6382, sedangkan dengan db = 2 lawan 13 pada taraf signifikansi 5%, nilai
Fregresi dalam tabel adalah 2,89. Karena Fhitung = 3,6382 > Ftabel = 2,89. Besarnya nilai
hubungan keterampilan bulutangkis dan motivasi terhadap prestasi bulutangkis
adalah 0,599.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan
antara keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih dengan prestasi bulutangkis.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa keterampilan bulutangkis dan
motivasi berlatih memiliki hubungan dengan prestasi bulutangkis dapat diterima
kebenarannya. Besarnya nilai hubungan antara keterampilan bulutangkis (X1),
motivasi (X2) terhadap prestasi bulutangkis (Y) adalah 0,599. Hal ini berarti bahwa
variansi prestasi bulutangkis dipengaruhi oleh keterampilan bulutangkis dan motivasi
berlatih sebesar 35,886%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil analisis korelasi dan analisis regresi antara data tes keterampilan
bulutangkis (X1), motivasi berlatih (X2) dengan prestasi bulutangkis (Y) penelitian
ini adalah:
1. Analisis Korelasi Tiap Prediktor
Hasil analisis korelasi masing-masing prediktor dengan kriterium penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan analisis korelasi antara keterampilan bulutangkis (X1) dengan
prestasi bulutangkis (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,505. Dengan N =
16, nilai rtabel 5% = 0,497. Ternyata rhitung = 0,505 > rtabel 5% = 0,497. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan
bulutangkis (X1) dengan prestasi bulutangkis (Y).
b. Berdasarkan analisis korelasi antara motivasi berlatih (X2) dengan prestasi
bulutangkis (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,509. Dengan N = 16, nilai
rtabel 5% = 0,497. Ternyata rhitung = 0,509 > rtabel 5% = 0,497. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berlatih (X2) dengan
prestasi bulutangkis (Y).
Ringkasan hasil analisis korelasi masing-masing prediktor dengan kriterium
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 4. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Tiap Prediktor dengan Kriterium
Variabel rhitung rtabel Simpulan
X1Y 0,505 0,497 Korelasi signifikan
X2Y 0,509 0,497 Korelasi signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Analisis Regresi
Analisis regresi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis
regresi ganda dua prediktor. Hasil analisis regresi antara data tes keterampilan
bulutangkis (X1), motivasi berlatih (X2) dengan prestasi bulutangkis (Y) penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Persamaan garis regresinya adalah:
ŷ = 0,560 X1 + 1,621 X2 - 142,299
2. Koefisien korelasi dan determinasi antara prediktor dan kriterium:
Ry(1,2) = 0,599
R2y(1,2) = 0,359
3. Uji signifikansi analisis regresi.
Hasil uji signifikansi regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. 5. Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Sumber Variasi db JK RK Freg
Regresi (reg) 2 3090,1352 1545,0676 3,6382
Residu (res) 13 5520,8023 424,6771 -
Total 15 8610,9375 - -
Dari hasil analisis regresi tersebut dapat disimpulkan, dengan db = m lawan N -
m - 1 = 2 lawan 13, harga Ftabel 5% adalah 2,89. Sedangkan nilai F yang diperoleh
adalah 3,6382 ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesa nol. Dengan
demikian hipotesa nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara keterampilan bulutangkis (X1), motivasi berlatih (X2) dengan prestasi
bulutangkis (Y). Adapun besarnya nilai R2 antara keterampilan bulutangkis (X1),
motivasi berlatih (X2) dengan prestasi bulutangkis (Y) adalah 0,359.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis regresi dan korelasi product
moment yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan bulutangkis dengan
prestasi bulutangkis pada atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011,
rhitung = 0,505 > rtabel 5% = 0,497.
2. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berlatih dengan prestasi
bulutangkis pada atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011, rhitung =
0,509 > rtabel 5% = 0,497.
3. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan bulutangkis dan motivasi
berlatih dengan prestasi bulutangkis pada atlet remaja Pusdiklat Bulutangkis
PMS tahun 2011, Fhitung = 3,6382 > Ftabel = 2,89.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini adalah bahwa keterampilan bulutangkis dan motivasi
berlatih memiliki hubungan dengan prestasi bulutangkis pada atlet remaja
Pusdiklat Bulutangkis PMS tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih merupakan unsur yang
mendukung terhadap pencapaian prestasi bulutangkis. Dengan memiliki
keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih yang memadai, maka akan
menghasilkan prestasi bulutangkis yang tinggi pula.
2. Usaha meningkatkan keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih dapat
meningkatkan prestasi bulutangkis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52 3. Peranan keterampilan bulutangkis dan motivasi berlatih terhadap prestasi
bulutangkis sangat signifikan, sehingga unsur–unsur tersebut tidak boleh
diabaikan.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil, maka kepada pelatih
bulutangkis, khususnya di Pusdiklat Bulutangkis PMS, disarankan agar:
1. Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi bulutangkis hendaknya
memberikan variasi-variasi latihan sehingga si atlet tidak merasa jenuh dan
memberikan saran serta kritikan.
2. Seorang pelatih hendaknya dapat menciptakan suasana latihan yang aktif serta
mampu memupuk semangat atletnya untuk berlatih.
3. Seorang pelatih diharapkan mampu meningkatkan motivasi atletnya agar
dapat mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Dan bagi atlet bulutangkis di Pusdiklat Bulutangkis PMS, penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
a. Atlet hendaknya berlatih lebih giat untuk berlatih bulutangkis.
b. Atlet hendaknya bisa meningkatkan motivasi berlatih supaya mencapai
prestasi bulutangkis setinggi-tingginya.
c. Atlet hendaknya memperbanyak latihan atau menambah jam latihan yang
sesuai dengan aturan supaya mencapai prestasi bulutangkis secara maksimal.
Recommended