Ppt Bronkiolitis Baru

Preview:

Citation preview

1

BRONKIOLITIS

Presentator : Adeline Leo (070100142)Tina Reisa (070100150)

Supervisor: Prof. dr. H. Iskandar Lubis, Sp.A(K)

2

TEORI

3

Bronkiolitis

• penyakit infeksi dan inflamasi akut dari saluran nafas bawah obstruksi pada saluran nafas kecil

Etiologi• penyebab utama hampir 95%

kasus anak < 2 tahun dengan bronkiolitis RSV

Klinis• gejala nasofaringitis, susah

makan, demam yang tidak terlalu tinggi, batuk, takipnea dan episode pertama wheezing

4

ETIOLOGI

virus RNA yang memiliki selimut, famili

Paramiksoviridae genus Pnemuvirus

- Tipe A- Tipe B

5

EPIDEMIOLOGI

• 80% < 6 bulan. • bayi cukup bulan,tahun I

kehidupan 80 %; 1-3 bulan50%

Epidemiologi

• 0,2-7%. • >> negara berkembang rendahnya

status gizi dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di negara berkembang.

Mortalitas

6

Risiko yang memperberat dan menyebabkan terjadinya komplikasi• riwayat atopik (asma) di keluarga,• prematuritas (• terinfeksi pada umur < 3 bulan,• penyakit paru kronik• penyakit jantung bawaan,• imunodefisiensi kongenital• penyakit neuromuskular berat,• frekuensi pernapasan > 70 x/menit• adanya gambaran atelektasis atau pneumonitis

pada foto toraks,• saturasi O2 < 95%

7

PATOFISIOLOGI

8

9

10

RSV nasofaring

Epitel saluran nafas bwh

Kolonisasi & replikasi

Nekrosis sel epitel silia

11

Proliferasi sel goblet

Produksi mukus >>

Regenerasi epitel sel-sel nonsilia & gerakan mukosilier terganggu

Eliminasi ↓

12

13

Respon paru

Kapasitas

fungsi residu↑

compliance↓

tahanan↑

Dead space & shunt↑

14

Diagnosis

Anamnesis• Umur<2thn• MIrewel, susah makan,

gejala respiratori atas• Batuk, sesak nafas,

wheezing, nafsu makan↓• PCH• Retraksi• Iritabilitas• sianosis

Pemeriksaan fisik• takipnea• Takikardia• Demam (38-39°C)• Ronki halus• Retraksi• Wheezing

15

Pemeriksaan penunjang

hematologiSO 2

AGDAFoto toraks

Tes virologi/bakteriolo

gibiokimia

16

hyperaerated

Patchy atelectasis

Patchy infiltrate

17

Skor RDAISKOR Skor

Maksimal0 1 2 3 4

422

Wheezing- Ekspirasi- Inspirasi- Lokasi

(-)(-)(-)

AkhirSebagian≤ 2 dari 4

LP

½Semua

≥ 3 dari 4 LP

¾ all

Retraksi- Supklav- Interkos.- Subkos.

(-)(-)(-)

RinganRinganRingan

SedangSedangSedang

BrtBrtBrt

333

TOTAL 17

18

Diferensial DiagnosisASMA BRONKIOLITIS

Penyebab Hiperreaktivitas bronkus

Virus

Umur >2tahun 6 bulan-2 tahun

Sesak berulang + -

Onset sesak akut insidous

ISPA atas +/- Selalu +

Atopi keluarga sering jarang

Alergi lain sering -

Respon bronkodilator cepat Lambat

Eosinofil ↑ Normal

19

Diferensial Diagnosis

bronkitis CHF

pneumonia edema paru

20

Penatalaksanaan

Tatalaksana

Minimal

handliing

cairan

suhu

O2

nutrisi

Tunjangan

respirasi

21

Terapi berdasarkan rekomendasi dari Agency for Healthcare

Research and Quality (AHRQ):

22

Subcommittee on Diagnosis & Management of Bronchiolitis, AAP 2006

• Diagnosis bronkiolitis dan menilai beratnya penyakit berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Rutintidak diperlukan pemeriksaan radiologi dan laboratorium.

• faktor risiko beratnya penyakitumur < 12 minggu, riwayat prematuritas, penyakit jantung paru yang mendasari, atau immunodefisiensi.

• Bronkodilator tidak rutin digunakan

23

• α-adrenergik /β-adrenergik dengan pengawasan ketat. Bronkodilator inhalasi sebaiknya dilanjutkan hanya jika terdapat respon klinis positif nyata dengan menggunakan alat evaluasi yang objektif.

• kortikosteroid seharusnya tidak rutin digunakan.• Ribavirin tidak rutin digunakan.• Antibakteri hanya digunakan khusus pada anak

dengan bronkiolitis bersamaan dengan infeksi sekunder.

• Bila diberikan Palivizumab profilaksis harus diberikan setiap bulan sampai 5 kali 15 mg/kg per kali secara intramuskular mulai bulan November atau Desember.

24

• Harus dinilai hidrasi dan kemampuan minum per oral.

• Fisioterapi dada seharusnya tidak rutin digunakan.

• Indikasi pemberian oksigen SpO₂ selalu < 90% pada bayi yang sebelumnya sehat

• Ketika terjadi perbaikan klinis anak, SpO2 tidak rutin diperlukan dinilai terus menerus.

• Bayi prematur atau yang mempunyai riwayat penyakit jantung paru yang mengganggu hemodinamik monitoring ketat saat oksigen dihentikan.

25

• Dianjurkan pemberian ASI pada bayi mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran nafas bawah.

• harus dihindarkan dari asap rokok.• edukasi tentang kebersihan tangan dan cara

desinfeksinya pada petugas kesehatan dan keluarga pasien dengan alkohol atau sabun antiseptik.

26

Pencegahan

Hindari paparan asap rokok & polusi udara

Biasakan cuci tangan

sarung tangan

27

masker Isolasi penderita Hindarkan kontak dgn Penderita

ISPA

28

Hindarkan bayi/anak kecil dr

tmpt umum

ASI Hindarkan kontak dgn Penderita

ISPA

29

Prognosis

40-50% bronkiolitis

mengi

30

LAPORAN KASUS

Objektif • Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah

untuk melaporkan sebuah kasus Bronkiolitis pada seorang bayi perempuan dengan usia 4 bulan.

31

32

LAPORAN KASUS

• ST, perempuan, usia 4 bulan, BB 5,6 kg dan PB 54 cm, masuk ke Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tanggal 11 Februari 2011 pukul 13.00 WIB, dengan keluhan utama sesak nafas. Hal ini dialami os dalam 2 minggu ini dan semakin memberat dalam 4 hari ini. Sesak napas tidak berhubungan dengan akitivitas dan cuaca. Biru (-). Batuk dialami os sudah 3 minggu ini. Batuk berdahak dijumpai. Pilek dialami os 3 minggu ini. Riwayat tersedak (+) 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu, sesak nafas os menghebat. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (+), yaitu nenek os . Demam (-), riwayat demam sebelumnya (+), bersifat hilang timbul, turun dengan obat penurun panas. Menggigil dan kejang (-). Muntah dialami os bila os batuk, volume 10-15cc/x muntah. Mencret (-).

33

• Riwayat kehamilan: demam (-), DM (-), minum obat-obatan & jamu-jamuan (-).

• Riwayat kelahiran : anak ketiga, lahir spontan, ditolong oleh bidan. BBL 3600 gram, PBL tidak diketahui, dan apgar score tidak diketahui. Os tidak mengalami biru.

• Riwayat penyakit keluarga: asma (-), alergi (-), rhinitis (-), atopi lain (-).

• Riwayat imunisasi : polio (+), BCG (-) kesan tidak lengkap.

• Riwayat pemberian makan : ASI + MP-ASI (bubur susu) dengan frekuensi pemberian 2x/ hari

34

Pemeriksaan FisikSTATUS PRESENSSens: Compos Mentis, Temp : 36,8ºC, BB=5,6kg, PB=54 cm, BB/PB: 133.3% Anemia : (-) Sianosis : (-) Ikterus : (-) Dyspnoe : (+) Oedema : (-)STATUS LOKALISATAKepala : Mata : RC +/+, Pupil isokor, Conjungtiva Palpebra Inferior Pucat

(-/-)T/M : dalam batas normal H : PCH (+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris fusiformis, retraksi (+) epigastrialHR: 158 x/i, regular, desah (-)RR: 48 x/i, regular, ronkhi basah (+) pd lapangan paru kiri dan kanan

Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N , H/L : tidak teraba

Ekstremitas : Pols 158 x/i, regular, T/V cukup, akral hangatTD: 100/60 mmHg

35

Diagnosa Banding : BronkiolitisBronkopneumonia

Diagnosa Kerja : BronkiolitisPengobatan : O2 ½ - 1 L/I

IVFD D5% NaCl 0,225% 15 gtt/i (restriksi 20%)

Rencana Pemeriksaan :

Darah Lengkap AGDAKGD Foto thorax AP

36

Pemeriksaan Laboratoriumtanggal 11/02/11

Darah Lengkap (CBC)

- Hemoglobin 9,99 g%

- Eritrosit 3,84. x 106/mm3

- Leukosit 13,30 x 103/mm3

- Hematokrit 30,40 %

- Trombosit 650 x 103/mm3

- MCV 79,00 fL

- MCH 26,00 pg

- MCHC 32,90 g%

- RDW 13,00%

- MPV 6,94fL

- PCT 0,451%

- PDW 015,9

37

Hitung Jenis

- Neutrofil 38,80 %

- Limfosit 43,50 %

- Monosit 11,60%

- Eosinofil 4,03%

- Basofil 2,070%

- Neutrofil Absolut 05,17 x 103/µL

- Limfosit Absolut 05,80 x 103/µL

- Monosit Absolut 01,54 x 103/µL

- Eosinofil Absolut 0,536 x 103/µL

- Basofil Absolut 0,276 x 103/µL

Analisa Gas Darah

- pH 7,354

- pCO2 48,6 mmHg

- pO2 49,4 mmHg

- Bikarbonat (HCO3) 26,4 mmol/L

- Total CO2 27,6 mmol/L

- Kelebihan Basa (BE) 0,5 mmol/L

- Saturasi O2 78,4%

Metabolisme Karbohidrat

Glukosa Sewaktu

- Glukosa Darah 80,00 mg/dL

38

Follow up (Tanggal 12 Februari 2011)

S : sesak nafas (+), demam (+)

O : sens : CM Temp: 37,9ºC BB: 5,7 kg PB: 54 cm Kepala : Mata : RC +/+, Pupil isokor, Conj. Palpebra Inferior Pucat (-/-)

T/M : dBN H : PCH (+) Leher : Pembesaran KGB (-) Thoraks: Simetris fusiformis, retraksi (+) epigastrial HR: 128 x/i, regular, desah (-)

RR: 48 x/i, regular, ronkhi basah (+) lapangan paru kiri dan kanan Abdomen: Soepel, peristaltik (+) N , H/L : tidak teraba Ekstremitas: Pols 128 x/i, regular, T/V cukup, Akral hangat

TD : 100/60 mmHg Anogenital : , anus (+) dBN♀

A : Bronkiolitis

P : O2 ½ - 1 L/I nasal kanul IVFD D5% NaCl 0,225% 15 gtt/i (restriksi 20%) Inj. Ampicillin 150 mg/6 jam/iv (H1) Inj. Gentamicin 30 mg/12 jam/iv (H1) Inj. Dexamethason 2 mg/12 jam/iv (H1) PCT syr 3 x cth ½ (k/p)

Nebulizer NaCl 0,9% 2,5 cc/8 jam (11.00- 19.00-03.00) Suction regular Diet ASI/PASI via NGT

39

Follow up (Tanggal 13 Februari 2011)

S : sesak nafas (+), demam (-)

O : sens : CM Temp: 36,9ºC BB: 5,7 kg PB: 54 cm Kepala : Mata : RC +/+, Pupil isokor, Conj. Palpebra Inferior Pucat (-/-)

T/M : dBN H : PCH (+) Leher : Pembesaran KGB (-) Thoraks: Simetris fusiformis, retraksi (+) epigastrial HR: 112 x/i, regular, desah (-)

RR: 40 x/i, regular, ronkhi basah (+) lapangan paru kiri dan kanan Abdomen: Soepel, peristaltik (+) N , H/L : tidak teraba Ekstremitas: Pols 112 x/i, regular, T/V cukup, Akral hangat

TD : 100/70 mmHg Anogenital : , anus (+) dBN♀

A : Bronkiolitis

P : O2 ½ - 1 L/I nasal kanul IVFD D5% NaCl 0,225% 15 gtt/i (restriksi 20%) Inj. Ampicillin 150 mg/6 jam/iv (H1) Inj. Gentamicin 30 mg/12 jam/iv (H1) Inj. Dexamethason 2 mg/12 jam/iv (H1) PCT syr 3 x cth ½

Nebulizer NaCl 0,9% 2,5 cc/8 jam (11.00- 19.00-03.00) Suction regular Diet ASI/PASI via NGT

Follow up (Tanggal 14 Februari 2011)

S : sesak nafas (+), demam (+)

O : sens : CM Temp: 37,8ºC BB: 5,7 kg PB: 54 cm Kepala : Mata : RC +/+, Pupil isokor, Conj. Palpebra Inferior Pucat (-/-)

T/M : dBN H : PCH (+) Leher : Pembesaran KGB (-) Thoraks: Simetris fusiformis, retraksi (+) epigastrial HR: 95 x/i, regular, desah (-)

RR: 38 x/i, regular, ronkhi (+) Abdomen: Soepel, peristaltik (+) N , H/L : tidak teraba Ekstremitas: Pols 128 x/i, regular, T/V cukup, Akral hangat

TD : 100/60 mmHg Anogenital : , anus (+) dBN♀

A : Bronkiolitis

P : O2 ½ - 1 L/I nasal kanul IVFD D5% NaCl 0,225% 15 gtt/i (restriksi 20%) Inj. Ampicillin 150 mg/6 jam/iv (H1) Inj. Gentamicin 30 mg/12 jam/iv (H1) Inj. Dexamethason 2 mg/12 jam/iv (H1) PCT syr 3 x cth ½

Nebulizer NaCl 0,9% 2,5 cc/8 jam (11.00- 19.00-03.00) Suction regular Diet ASI/PASI via NGT

Pasien PAPS40

DiskusiTeori Kasus

Bronkiolitis adalah penyakit infeksi dan inflamasi akut dari saluran nafas bawah yang mengakibatkan obstruksi pada saluran nafas kecil. Banyak terjadi pada bayi usia kurang dari dua tahundisebabkan oleh Respiratory Sinctial Virus (RSV

Os adalah bayi berumur 4 bulan.

Faktor risiko terinfeksi RSV pada anak, yaitu seringnya menitipkan anak di penitipan anak, memiliki saudara yg sudah sekolah, tinggal di daerah padat penduduk, status sosial-ekonomi yang rendah, seringnya terpapar dengan polusi (terutama asap rokok), kelahiran kembar, dan kurangnya asupan ASI dalam 6 bulan pertama kehidupan

Os merupakan anak ketiga, memiliki saudara yang sudah sekolah, sosioekonomi orangtua os rendah, dan asupan ASI os tidak adekuat

41

Theory Case

Replacement of fluid and electrolytes is the most important to treat diarrhea.

This patient, general supportive care should include IVFD RL 75cc/kgBB/4jam

The children usual diet should be continued during diarrhea and increased afterwards. Food should never be withheld and the child's usual foods should not be diluted. Breastfeeding should always be continued.

The patient continued to has breastfeeding addition with porridge diet of 700 ccal with 96 gram of protein

By giving zinc as soon as diarrhea starts, the duration and severity of the episode as well as the risk of dehydration will be reduced

On February 15th 2011, the patient got zinc for the first time.

42

SummaryIt has been reported that a case of a 7-months-old girl diagnosed as gastroenteritis with mild-moderate dehydration. The diagnosis was established based on history taking, clinical manifestation, and laboratory finding. The treatment of this patient are IVFD D5% NaCl 0.225%, Paracetamol, Zink, Oralit, and diet (porridge) 700 ccal with 14 gram of protein. The patient has been recovered after get medication for 4 days in Adam Malik General Hospital and was controlled at Adam Malik General Hospital gastroentererology polyclinic.

43

44

45

46