View
236
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
EWE
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Digestif dalam Kandungan
1. Mesentrium
Suatu lapisan ganda peritoneum yang membungkus suatu organ dan
menghubungkannya dengan dinding tubuh. Ligamentum peritoneum merupakan
lapisan peritoneum (mesenterium) dua lapisan yang berjalan dari satu organ ke organ
lain atau dari satu organ ke dinding tubuh.
Mula-mula usus depan, usus tengah, dan usus belakang menempel secara luas
pada mesenkim dinding abdomen posterior. Tetapi pada minggu ke-5 jembatan
jaringan penghubung tersebut menjadi semakin sempit, dan bagian kaudal usus depan,
usus tengah, dan sebagian besar usus belakang digantung dari dinding abdomen oleh
mesenterium dorsal. Mesenterium dorsal berjalan dari ujung bawah esofagus ke
daerah kloaka usus belakang.
Mesenterium ventral hanya terdapat didaerah esofagus bagian terminal,
lambung, dan bagian atas duodenum dan berasl dari septum transversum.
Pertumbuhan hati kedalam mesenkim septum transversum membagi mesenterium
vetral ini menjadi Omentum minus, yang berjalan dari bagian bawah esofagus,
lambung, dan bagian atas duodenum ke hati, dan ligamentum falsiformis, yang
berjalan dari hati ke dinding ventral tubuh.
2. Usus Depan
a. Esofagus
Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum
respiratorium (tunas paru) nampak di dinding ventral usus depan, diperbatasan
dengan faring. Divertikulum ini atau berangsur-agsur terpisah dari bagian dorsal
usus depan melalui sebuah pembatas, yang dikenal sebagai septum
esofagotrakealis. Dengan cara ini, usus depan terbagi menjadi bagian ventral,
yaitu primordium pernapasan.
Pada mulanya esofagus tersebut berukuran pendek, tetapi karena jantung dan
paru=paru bergerak turun, bagian ini memanjang dengan cepat. Lapisan otot yang
dibentuk oleh mesenkim di sekitarnya, bercorak seran lintang pada dua pertiga
bagian atasnya dan dipersarafi oleh nervus vagus. Lapisan otot di bagian sepertiga
bawah adalah otot polos dan dipersarafi oleh pleksus splangnikus.
b. Lambung
Tampak sebagai suatu pelebaran usus depan berbentuk fusiformis pada
perkembangan minggu ke-4. Pada minggu berikutnya, bentuk dan kedudukannya
banyak berubah akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan pada berbagai bagian
dindingnya, dan perubahan kedudukan alat-alat disekitarnya. Pada sumbu
memanjangnya, lambung melakukan putaran 90 derajat dengan jarum jam,
sehingga sisi kirinya menghadap ke belakang. Oleh karena itu, nervus vagus kiri,
yang semula mempersarafi sisi kiri lambung, sekarang mempersarafi dinding
depan, demikian pula nervus vagus kanan mempersarafi dinding belakang.
Selama perputaran ini, bagian dinding lambung yang aslinya di belakang,
tumbuh lebih cepat daripada bagian depan, dan hal ini menghasilkan pembentukan
kurvatura mayor dan minor.
Ujung sefalik dan kaudal lambung pada mulanyaterletak di garis tengah, tetapi
pada pertumbuhan selanjutnya lambung berputar mengelilingi sumbu
anteroposterior, sehingga bagiankaudal atau bagian pilorus bergerak ke kanan dan
ke atas, dan bagian sefalik atau bagian kardia ke kiri dan sedikit ke bawah.
Dengan demikian, lambung mencapai kedudukannya yang terakhir, dan sumbu
panjangnya berjalan dari kiri atas ke kanan bawah.
Karena lambung menempel di dinding tubuh dorsal melalui mesogatrium
dorsal dan ke dinding ventral tubuh melalui mesogastrium ventral, rotasi serta
pertumbuhannya yang tidak proporsional mengubah kedudukan mesentrium-
mesentrium ini. Dengan demikian, rotasi mengelilingi sumbu longitudinal
menarik mesogastrum dorsal ke kiri, sehinggan menciptakan sebuah ruang yang
disebut dengan bursa omentalis (sakus peritonealis minor) di belakang lambung.
Rotasi ini juga menarik mesogastrium ventral ke kanan. Ketika proses ini
berlanjut pada minggu ke-5 perkembangan, primodium limpa terbentuk sebagai
poliferasi mesoderm si antara dua lembaran mesogastrium dorsal. Dengan
berlanjutnya rotasi lambung, mesogastrium dorsal memanjang, dan bagian yang
berada di antara limpa dan garis tenagha bagian dorsal membelok ke kiri dan
menyatu dengan peritoneum dindig abdomen posterior. Lembaran posterior
mesogastrium dorsal dan peritoneum di sepanjang garis penyatuan ini
berdegenerasi. Limpa yang selalu mempertahankan kedudukannya intraperitoneal,
kemudian dihubungkan dengan dinding tubuh di daerah ginjal kiri oleh
ligamentum lienorenalis dan ke lambung oleh ligamentum gastrolinealis.
Pemanjangan dan bersatunya mesogastrium dorsal ke dinding posterior tubuh juga
menentukan posisi akhir pankreas. Mula-mula, organ ini tumbuh ke dalam
mesoduodenum dorsal, tetapi akhirnya kaudanya memanjang ke mesogastrium
dorsal. Karena bagian mesogastrium dorsal ini menyatu dengan dinding tubuh
dorsal, kauda pankreas terletak di daerah ini. Begitu lembaran posterior
mesogastrium dorsal dan peritoneum dinding tubuh posterior berdegenerasi di
sepanjang garis penyatuan ini , kauda pankreas dibungkus oleh peritoneum hanya
pada permukaan anteriornya dan karena itu terletak di posisi retroperitoneal.
( Organ-organ, semacam pankreas, yang mula-mula dibungkus oleh peritoneum
tetapi kemudian menyatu dengan dinding tubuh posterior sehingga menjadi
retroperitoneal disebut sebagai retroperitoneal sekunder.)
Hasil dari rotasi lambung di sekeliling aksis anteroposteriornya, mesogastrium
dorsal menonjol ke arah bawah. Kemudian pertumbuhannya terus berlanjut ke
arah bawah dan membentuk sakus berlapis ganda, memanjang sampai kolon
transversum dan gelang usus kecil, seperti suatu celemek, Celemek berdaun dua
ini adalah momentum mayus, dan kemudian lapisan-lapisannya menyatu
membentuk lembaran tunggal yang tergantung dari kurvatura mayor lambung.
Lapisan posterior dari omentum mayus juga bersatu dengan mesenterium kolon
transversum.
Omentum minus dan ligamentum falsiformis terbentuk dari meseogastrium
ventral, dimana meseogastrium ini berasal dari mesoderm septum transversum.
Jika korda hepatik tumbih ke dalam septum, maka korda ini menjadi menipis
untuk membentuk peritoneum hati, ligamentum falsiformis, dan omentum
minus. Tepi bebas dari ligamentum falsiformis berisi vena umbilikalis, yang
setelah lahir, berobliterasi untuk membentuk ligamentum rotundumdari hati
(Iigamentum teres hepatis). Tepi bebas dari omentum minus yang
menghubungkan duodenum dengan hati (ligamentum hepatoduodenalis ) berisi
duktus biliaris, vena porta, dan arteri hepatika (triad porta). Tepi bebas ini juga
membentuk atap dari foramen epiploika Winslowi, yang merupakan muara yang
menghubungkan bursa omentalis (sakus minor) dengan sisa kavum
peritonealis(sakus mayor).
c. Duodenum
Bagian saluran usus ini dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian
sefalik usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah
distal pangkal tunas hati. Ketika lambung berputar, duodenum mengambil bentuk
melengkung seperti huruf C dan memutar ke kanan. Perputaran ini, bersama-sama
dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan duodeum membelok dari posisi
tengahnya yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen. Duodenum dan kaput
pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan mesoduodenum
dorsal menyatu dengan peritoneum yang ada di dekatnya. Kedua lapisan tersebut
selanjutnya menghilang, dan duodenum serta kaput pankreas menjadi terfiksasi di
posisi retroperitoneal. Dengan demikian seluruh pankreas menjadi terletak
retroperitoneal. Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali di daerah
pilorus lambung, dimana sebagian kecil duodenum (tutup duodenum) tetap
intraperitoneal.
Selama bulan kedua, lumen duodenum tersumbat oleh proliferasi sel di
dindingnya. Akan tetapi, lumen ini mengalami rekanalisasi segera sesudahnya.
Oleh karena usus depan diperdarahi oleh arteri seliaka dan usus tengah oleh
arteri mesenterika superior, duodenum diperdarahi oleh cabang-cabang dari
kedua arteri tersebut.
d. Hati Dan Kandungan Empedu
Primordium hati tampak pada pertengahan minggu ke-3 sebagai pertumbuhan
epitel endoderm pada ujung distal usus depan. Pertumbuhan ini, yang dikenal
sebagai divertikulum hepatis atau tunas hati, terbentuk dari sel-sel yang
berproliferasi dengan cepat dan menembus septum transversum, yaitu lempeng
mesoderm antara rongga perikardium dan tangkai kantung kuning telur.
Sementara sel hati terus menembus septum transversum, hubungan antara
divertikulum hepatis dan usus depan (duodenum) menyempit, sehingga
membentuk saluran empedu. Sebuah tonjolan kecil ke arah ventral terbentuk dari
saluran empedu ini, dan pertumbuhan ini menghasilkan kantung empedu dan
duktus sistikus, pada perkembangan selanjutnya, epitel korda hati saling berbelit
dengan vena vitellina dan vena umbilikalis, membentuk sinusoid-sinusoid hati.
Korda hati berdiferensiasi menjadi parenkim dan membentuk jaringan yang
melapisi duktus biliaris. Sel-sel homopoetik , sel Kuppfer, dan sel-sel jaringan
penyambung berasal dari mesoderm septum transversum.
Ketika sel hati sudah menginvasi seluruh septum transversum sehingga organ
ini menonjol ke arah kaudal ke dalam rongga abdomen, mesoderm septum
transversum yang terletak di antara hati dan usus depan, serta hati dan dinding
ventral perut menjadimembran, sehingga masing-masing membentuk omentum
minus dan ligamentum falsiformis. Bersama-sama, mereka membentuk
hubungan peritoneal antara usus depan dan dinding abdomen ventral dan dikenal
sebagai mesogastrium vetral.
Mesoderm pada permukaan hati berdiferensiasi menjadi peritoneum viseral
kecuali pada permukaan kranialnya. Di daerah ini, hati tetap berhubungan dengan
sisa septum transversum asli. Bagian sekat ini terdidri atas gumpalan mesoderm
yang padat dan akan membentuk pars tendinosa diafragma. Permukaan hati yang
berhubungan dengan diafragma definitif tidak pernah diliputi peritoneum dan
dikenal sebagai pars afiksa hepatis.
Pada perkembangn minggu ke-10bart hati kurang lebih 10% dari berat badan
seluruhnya. Sekalipun hal ini, sebagian mungkin disebabkan oleh adanya banyak
sinusoid, faktor penting lainnya adalah fungsi hemopoietik-nya. Sarang-sarang
besar sel yang sedang giat berproliferasi, yang menghasilkan sel darah merah dan
putih, ditemukan diantara sel-sel hati dan pada dinding pembuluh darah. Kegiatan
ini berangsur-angsur berkurang pada dua bulan terakhir kehidupan dalam rahim,
dan hanya tersisa pulau-pulau kecil pembentuk darah pada saat lahir. Berat hati
pada saat itu hanya 5% dari berat badan seluruhnya.
Fungsi hati lain yang penting, dimulai kurang lebih pada minggu ke-12. Pada saat
ini, empedu dibentuk oleh sel-sel hati. Sementara itu, oleh karena kandung
empedu dan duktus sistikus telah berkembang dan duktus sistikus telah bersatu
dengan duktus hepatikus membentuk duktus koledokus, empedu dapat
memasuki saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, isinya menjadi berwarna hijau
gelap. Karena perubahan kedudukan duodenum, muara duktus koledokus
berangsur-angsur bergeser dari posisinya semula di depan menjadi di belakang,
dan sebagai akibatnya, duktus koledokus didapati berjalan menyilang di belakang
duodenum.
e. Pankreas
Pankreas dibentuk oleh dua tunas yang berasal dari lapusan endoderm
duodenum. Tunas pankreas dorsal terletak di dalam mesentrium dorsal, tunas
pankreas ventral terletak di dekat duktus koledokus. Ketika duodenum berputar
ke kanan dan membentuk huruf C, tunas pankreas ventral berimigrasi ke dorsal
dengan cara yang serupa dengan bergesernya muara duktus koledokus. Akhirnya,
tunas pankreas ventral berada tepat di bawah dan di belakang tunas pankreas
dorsal. Kemudian parenkim maupun susunan saluran dalam tunas pankreas
ventral dan dorsal bersatu. Tunas ventral membentuk prosesus unsinatus dan
bgian bawa kaput pankreas. Bagain kelenjar l;ainnya berasal dari tunas dorsal.
Duktus pankreatikus mayor (Wirsungi) terbentuk dari bagian distal saluran
pankreas dorsal dan seluruh saluran pankreas ventral. Bagian proksimal saluran
pankreas dorsal menutup atau tetap dipertahankan sebagai saluran kecil, yaitu
duktus pankreatikus asesorius(Santorini). Duktus pankreatikus mayor, bersama
dengan duktus koledokus, bermuara dalam duodenum di papilla mayor, muara
duktus asesorius (bila ada) terletak pada papilla minor. Pada sekitar 10% dari
semua kasus, susunan saluran gagal bersatu, dan susunan ganda yang asli tetap
dipertahankan.
Pulau-pulau pankreas atau pulau Langerhans berkembang dari jaringan
parenkrim pankreas pada bulan ke-3 kehidupan janin dan tersebar di seluruh
kelenjar tersebut. Sekresi insulin dimulai kurang lebih pada bulan ke-5. Sel-sel
yang mengeluarkan glukagon dan somatostatin juga berkembang dari sel
parenkim. Mesoderamsplangnik yang mengelilingi tunas pankreas membentuk
jaringan penyambung kelenjar tersebut.
3. Usus Tengah
Pada mudigah berumur 5 minggu, usus tengah menggantung pada dinding
dorsal perut oleh suatu mesentrium pendek dan berhubungan dengan kantung kuning
telur melalui duktus vitellinus atau tangkai kuning telur. Pada orang dewasa, usus
tengah mulai tepat di sebelah distal muara saluran empedu ke duodenum dan berakhir
di perbatasan antara dua pertiga proksimal dan sepertiga distal kolon transversum.
Seluruh usus panjang tengah diperdarahi oleh arteri mesenterika superior..
Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan usus yang cepat dan
mesenteriumnya, sehingga terbentuk gelung usus primer.
Pada bagian puncaknya ,saluran usus itu tetap berhubungan langsung dengan
kantung kuning telur melalui duktus vitellinus yang sempit ( gambar 14.22 ) .
bangian cranial saluran usus ini berkembang menjadi bagian distal duodenum,
jejunum, dan bagian ileum. Bangian kaudal menjadi bagian bawah ileum , sekum ,
apendiks, kolon asendens, dan pertiga bagian proksimal kolon transversum.
a. Herniasi Fisiologi
Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pertambahan panjang yang
cepat terutama di cranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang cepat ini dan
membesarnya hati yang yang terjadi serentak , rongga perut untuk sementara
menjadi terlamapau kecil untuk menmpung semua usus, dan gelung-gelung ini
masuk ke rongga selom ekstraembrional di dalam tali pusat selama perkembangan
minggu ke-6 ( hernia umbilikalisfisiologis )
b. Rotasi Usus Tengah
Serentak dangan pertumbuhan panjangnya, gelung usus primer berputar
mengelilingi sebuah poros yang dibentuk oleh arteri mesenterikal superior
( gambar 14.23). Apabila dilihat dari depan,perputaran ini berlawanana arah
dengan arah jarum jam dan perputarannya kurang lebih 2700 bila sesudah selesai
seluruhnya ( gambar 14.22 dan 14.23 ). Bahkan selama rotasi , permanjangan
gelung usus halus terus berlangsung dan jejunum serta ileum membentuk
sejumlah gelung yang memutar ( gambar 14.24 ) . Demikian pula usus besar juga
sangat memeanjang , tetapi tidak ikut berputar, rotasi terjadi selama herniasi
( kira-kira 900) maupun pada waktu kembali gelung usus ke rongga perut (1800
sisinya).
c. Retraksi Gelung Yang Mengalami Herniasi
Pada minggu ke-10 gelung usus yang mengalami herniasi mulai kembali
kedalam rongga mulut. Sekalipun faktor-faktor yang bertanggung jawab atas
pengembalian ini tidak diketahui dengan pasti, diduga bahwa menghilangnya
mesonefros, berkurangnya pertumbuhan hati , dan bertambah luasnya rongga
perut memainkan peranan penting .
Bagian proksimal jejunum merupakan bagian pertama yang masuk kembali ke
rongga perut dan mengambil tempat di sisi kiri . Letak gelung yang masuk
berikutnya makin kesisi kanan. Tunas sektum, yang tampak kira-kira pada
minggu ke-6 sebagai pelebaran kecil berbentuk kerucut dari bagian kaudal
gelung usus primer, adalah bagian usus terakhir yang masuk kembali ke dalam
rongga perut. Untuk sementara , sekum masih terletak di kuadran kanan atas tepat
dibawah lobus kanan hati. Dari sisi , usus ini bergerak turun menuju ke dalam
fossa iliaka kanan, sehingga kolon asendens dan fleksura hepatica menjadi
terletak disebelah kanan rongga abdomen. Selama proses ini, ujung distal tunas
sekum membentuk sebuah divertikulum yang sempit, yakni appendiks primitif
karena appendiks berkembang pada saat penurunan kolon , dapatlah dimengrti
bahwa kedudukan akhirnya kerapkali di belakang sekum atau kolon . kedudukan
appendiks ini masing-masing disebut retrosekalis atau retrokolika.
d. Mesenterium Usus
Mesenterium pada gelung usus primer. Mesenterium proprius, mengalami
perubahan yang banyak sekali bersama dengan peristiwa rotasi dan pemutarn
gelumng usus. Ketika bagian kaudal usus tersebutbergerak ke sisi kanan rongga
perut, mesenter dorsal melilit di sekitar pangkal arteri mesenterika superior
kemudian, ketika bagian asendens dan desendens kolom sudah mendapat
kedudukan yang sebenarnya, mesenteriumnya didesak menempel ke peritoneum
di dinding abdomen posterior. Setelah penyatuan lapisan-lapisan ini, kolom
asendens dan desendens tertambat permanen di posisi retroperitoneum.
Appendiks, ujung bawah sekum, dan kolom siagmoideum tetap mempertahankan
mesenterium bebasnya.
Nasib mesokolom transversum berbeda lagi. Selaput ini menyatu dengan
dinding poior omentum mayus tetapi tetap mempertahankan mobilitasnya.Garis
pelekatnya membentang dari fleksura hepatica kolom asendens sampai ke fleksura
lienalis kolom desendens. Meseterium gelung usus jejunoileal mula-mula
bersambungan dengan mesenterium kolom asendens. ketika mesenterium
mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdom en posterior, Mesenterium
gelung jejunoileal mendapatkan garis perlekatan yang baru yang berjalan dari
daerah dimana duodenum terletak intraperitoneum sampai ke persambungan
ileosekalis.
Duplikasi gelung usus dan Kista dapat terjadi dimana saja sepanjang saluran
usus.Paling sering kelainan ini terjadi di daerah ileum, yang dapat bervariasi
mulai dari sebuah segmen usus yang panjang hingga suatu diverticulum kecil.
Gejala biasanya terjadi pada awal kehidupan , dan 33% berkaitan dengan cacat-
cacat lain, seperti atresia usus, anus impervorata, gastroskisis, dan omfalokel.
Penyebabnya tidak di ketahui, walaupun mungkin di sebabkanoleh prolierasi
abnormal parenkim usus.
4. Usus belakang
Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum, kolon
desendens,sigmoid, rectum, bagian atas kanalis ani. Endodernm usus belakang ini
juga membentuk lapisan alam kandung kemih dan uretra.
Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam kloaka, suatu rongga yang di
lapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan ectoderm permukaan.
Daerah pertmuan antara endoderm dan ectoderm membentuk membran kloaka.
Pada perkembangan selanjutnya, timbu suatu rigi melintag, yaitu septum
urorektal, pada sudut antara allantois dan usus belakang. Sekat ini tumbuh kea
rah kaudal, karena itu membagi kloaka enjadi bagian depan, yaitu sinus
urogenitalis primitive, dan bagian posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika
mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal mencapai membrane kloaka, dan di
daerah ini terbentuklah korpus perinealis.Membrana kloakolis kemudian terbagi
menjadi membrane analis di belakang, dan membrane urogenitalis di depan.
Sementara itu membrane analis di kelilingi oleh tonjol-tonjol mesenkim, dan
minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ectoderm, yang di kenal
sebagai celah anus atau proktodeum. Pada minggu ke-9, membrane kanalis
koya, dn terbukalah jalan antara rectum dan dunia luar. Bagian atas kanalis analis
berasal dari endoder dan di perdarahi oleh pembuluh nadi usus belakang, yaitu
arteri mesenterika inferior.Akan tetapi sepertiga bagian bawah kanalis analis
berasal dari endoderm dn di pendarahi oleh aa. Raktales, yang merupakan cabang
dari arteri pudenda interna. Tempat persambungan antara bagian endoderm dan
ektodem d[ bentuk oleh lena pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna
analis. Pada garis ini, epitel berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis
gepeng.
Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu.
Gerakan menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai diproduksi
sejak akhir trimester pertama, diikuti denga seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya.
Proses pencernaan belum terjadi secara aktif (inaktif). Kebutukan janin akan nutrisi tidak
dipenuhi dengan sistem pencernaannya tetapi diperoleh dari plasenta. Refleks makan
pada janin didalam kandungan sudah mulai terlihat dari kegiatan menelan amnion dan
menghisap. Mekonium, isi yang utama terutama pada saluran pencernaan janin, tampak
mulai usia 16 minngu, mekonium tidak dikeluarkan selama janin berada didalam uterus
(tidak terjadi proses defekasi) hanya urin mekonium karena peristaltik belum aktif kecuali
pada fetal distres. Pada janin yang mengalami fetal distres, terjadi penekanan pada
abdomen dan spingter anal mengalami relaksasi sehingga mekonium yang tersimpan
dalam usus keluar dan bercampur air ketuban. Enzim-enzim penting untuk mencerna
karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi sudah
mulai dibentuk untuk mempersiapkan kelahiran (kehidupan janin ekstrauterin).
Oksigenasi janin utama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal melalui plasenta dan tali
pusat.
Selama periode intrauterine janin “diberimakan” melalui sirkulasi plasenta
memindahkan semua nutrient dari darah ibu langsung masuk kesirkulasi janin, berupa
bahan makanan yang siap untuk langsung digunakan. Sehinga janin tidak perlu mencerna
dan mengabsorbsinya, begitu pula dengan sytem pembuangan belum diperlukan kerena
bahan sisa yang terbentuk, semua akan kembali kedalam sirkulasi darah ibu.
Menjelang bayi dilahirkan, fungsi – funsi saluran cerna dan ginjal berkembang
sangat cepat. Pada masa akhir kehamilan janin menunjukan gerakan – gerekan menelan
dan meminum cairan amonion begitupula untuk kemampuan memproduksi dan
mengkekskresi urine, walaupun ginjal janin masih berkembang dan belum memainkan
peran vital.
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Digestif Setelah Lahir
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan,
mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir. Saat lahir kapasitas lambung BBL
sekitar 6 ml/kg BB,atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar
90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam
untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Spingter cardiac
antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur, mengalami relaksasi
sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan. Regurgitasi
juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna. BBL
mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk
absorbsi lebih luas. Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran
abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan
sistem saraf simpatis merangsang peristaltik. Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi
terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna.
Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan sehingga
meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur
dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin
K. Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada
pada minggu ke 36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan,mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana sertamengemulsi
lemak. Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir.
Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang
terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak
yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak
yang terdapat pada susu formula.
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat menghisap dari puting payudara,
menyalurkan air susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit
sambil bernafas normal. Terdapat program reflek dan perilaku bawaan, yang menjadi
semakin jelas dalam sekitar satu jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak
dari perut ibu ke payudara, aktifitas tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting
payudara, melekat ke payudara, dan makan secara rakus sebelum bayi tidur.
Sentuhan pada langit-langit memicu reflek menghisap. Neonatus
memperlihatkan kerja rahang ritmik, yang memicu tekanan negatif dan kerja peristaltik
lidah dan rahang memeras air susu dari payudara dan memindahkannya ke kerongkongan
yang kemudian memicu reflek menelan. Pada neonatus normal, refleks menyusu ini kuat
saat lahir dan sudah tampak pada bayi premature sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar
1200g). Bayi yang sangat prematur dan mereka yang beresiko sakit atau berat lahirnya
sangat rendah memperlihatkan penurunan yang mencolok atau tidak adanya refleks. Bayi
lain yang mengalami masalah makan misalnya mereka mengidap gangguan fisik
misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau analgesia
obstetrik atau stres berat saat persalinan.
Reflek menghisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut
neonatus yang khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang.
Neonatus juga memiliki refleks ekstrusi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau
setengah padat didalam mulutnya. Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh
suatu pola gerakan menggigit ritmik yang bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama
pada usia 7-9 bulan.
Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap,
hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket.
Pengeluaran mekonium, suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigmen
empedu (yang menyebabkan warna khas hitam kehijauan).
Mekonium berasal dari:
1. Sel-sel mukosa dinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan rontok.
2. Cairan atau enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna, mulai dari saliva
sampai enzim-enzim pencernaan.
3. Cairan amnion yang diminum janin, yang kadang juga mengandung lanugo dan
sel-sel dari kulit janin atau membran amnion yang rontok.
4. Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising
usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi.
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional,
bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium.
Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya
sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi.
Kolon pada bayi baru lahir kurang efisien menyimpan cairan dari pada kolon
orang dewasa sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan
cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi
muda.
Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum
dan setelah lahir.
Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran
Aspek Intrauteri Ekstrauteri
Sistem Gastrointestinal Relatif Inaktif (tidak
ada makanan yang
diterima melalui
organ
gastrointestinal)
Aktif (ada makanan yang
masuk melalui organ
gastrointestinal)
Reflek makan Sudah ada, bayi Ada dan semakin
Menelan cairan
amnion dan
memperlihatkan
gerakan menghisap
baik, Bayi sudah
mampu mencerna dan
mengeliminasi ASI
atau susu formula
Refleks peristaltik
dan Defekasi
Pada bagian bawah
abdomen refleks
peristaltik tidak aktif
sehingga tidak terjadi
pengeluaran
mekonium. Kecuali
pada fetal distres (air
ketuban bercampur
mekonium)
Pada bagian bawah
abdomen peristaltik
sudak aktif, sehingga
bayi mengeluarkan
feses. Tidak adanya
feses dalam 48 jam
pertama
mengidikasikan
obstruksi isi usus
Setelah bayi lahir, bayi harus memasukan makanan dari mulut, mencerna dan
mengabsorbasinya, memfunsikan ginjal untuk mengeluarkan limbah metabolic,
mempertahankan air dan hemeostatis elektrolit. Namun karena alat pencernaan dan sytem
ekskresi belum berkembang sempurna, sehingga batas toleransi terhadap air, mineral
keseluruhan dan spesifik sangat sempit dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua,
karena pada saat lahir sampai dengan beberapa bulan ginjal belum mampu
mengkonsentersikan urine untuk mengeluarkan mineral yang memadai.
Pada saat bayi yang normal sanggup menghisap ASI. Bayi dapat menempatkan
ASI di mulut bagian belakang dan kemudian menelannya. Fungsi menghisap dan
menelan merupakan kemampuan yang vital bagi neonatus dan bayi selama bulan – bulan
pertama kehidupannya. Jika makanan padat atau semi padat dimasukan kedalam mulut
bayi biasanya secara sepontan akan ditolak. Sampai usia 4 -6 bulan gerakan lidah yang
mendorong atau efleks menjulurkan lidah telah hilang dan bayi sudah dapat mengatur
makanan semi padat. Selanjutnya usia 7 -9 bulan, gerakan gigitan yang ritmis mulai
terlihat dan pada sat bersamaan dengan pertubuhan gigi pertama shehingga perkemangan
kemampuan mengunyah dimulai.
Jadi, usia 4 -6 bulan pertama dalam kehidupan bayi normal merupakan tingkat
perkembangan fungsional yang memberikan kesempatan pada bayi untuk dapat
menerima diet yang esensial yang berbentuk cair, yang merupakan priode transisi dari
diet janin dalam kandungan menuju makanan dewasa.
Pencernaan Hidrat Arang. Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut ;
selama mengunyah makanan bercampur dengan saliva yang memberikan kesempatan
Amilase untuk mencerna pati. Meskipun amilase ditemukan pada saliva bayi. Tetapi tidak
ada proses pencernaan hidrat arang dalam mulut atau esophagus selama bulan –bulan
kehidupan.
Diperkirakan bayi yang lahir cukup bulan mempuyai aktivitas amilase 10%
amilase orang dewasa, dan agaknya ini adalah aktivitas utama glukoamilase. Informasi
sampai saat ini mengatakan bahwa amilase dari pangkereas tidak disekresi selama 3
bulan pertama usia bayi ; juga ditemukan hanya dalam kadar sangat rendah atau tidak ada
sama sekali, sampai bayi berusia enam bulan.
Namun terdap bukti bahwa bayi dapat mencerna pati sebelum usia 3 bulan, ini
mungkin disebabkan oleh glukomilase, yang pada saat itu tidak aktif, namu dapat
diaktifasikan oleh keberadaan dan sifat bahan makanan atau cairan enzim yang bekerja
padanya. Walaupun belum terdapat bukti pencernaan pati dimungkinkan oleh amilase
dari pancreas dari diproduksi karena adanya pati dalam usus halus.
Bayi muda membutuhkan suatu proses adaptasi untuk dapat mencerna pati, dan
ini dapat berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu dan proses tersebut mungin
dapat menjelaskan mengapa terjadi gangguan pencernaan yang sering timbul terutama
diare yang sering diderita oleh bayi muda yang diberimakan yang mengandung pati.
Diid pati dalam proporsi besar menyebabkan adanya pati yang tidak dapat
dicerna, yang dapat mengakibatkan gangguan nutrient – nutrient lainya dan kemudain
menghasilkan bayi mengalami gangguan pertumbuhan.
Pada saat bayi lahir aktivitas disakaridase telah berkembang penuh. Ada 2
disakaridase, yaitu Delta Glukosidase yang menghidrolisis sukrosa dan maltosa dan Beta
Glukosidase yang menghidrolisis laktosa yang pada saat lahir mempunyai kadar aktvitas
yang sama dengan kadar pada bayi yang berusia lebih tua. Dengan demikian, pada usia
itu tidak ada masalah bagi bayi dalam pencernaan dan pemanfaatan gula yang terkandung
dalam susu.
Protein. Sekresi asam hidroklorat dan pepsin lambung berkembang baik pada
neonatus cukup bulan, tetapi konsenterasi masih rendah dan akan cepat meningkat pada
bulan - bulan pertama kehidupannya.
Pencernaan utama protein adalah berlangsung di usus halus, tetapi karena bayi
muda mempunyai beberapa kesulitan dalam mencerna protein, seperti kasien, aktivitas
lambung bisa menjadi sangat penting sebagai sarana untuk memulai pencernaan karena
kapasitas bayi untuk mencerna protein, sebenarnya telah berkembang sempurna sejak
lahir. Sekalipun demikian masukan protein tinggi harus dihindari terutama bayi
premature dan yang masih sangat muda, karena beban ginjal terhadap kepekatan cairan
(Renal Solute Lood) yang sangat berlebihan akan menyebabkan gangguan keseimbangan
asam – basa dan menyebabkan Asidoses Metabolic.
Lemak. Selama priode intrauterine, glukosa merupakan sumber utama untuk
perkembanggan janin. Tetapi setelah lahir lemak menjadi sumber energy utama yang
sangat penting, dekitar 40 – 50 % energy yang terkandung dalam ASI terbentuk sebagai
lemak.
Pada bayi baru lahir yang cukup bulan fungsi pangkreas dan fungsi hati belum
berkembang dengan sempurna. Oleh kerena itu konsenterasi lipase pancreas dan garam
empedu masih sangat rendah. Namun bayi muda sanggup mengasorbsi lemak cukup
adekwat, terutama dari ASI. Pencernaan dan penyerapan lemak pada bayi muda ini
dipacu oleh adanya aktivitas lipase lingual dan aktivitas lipase yang terdapat dalam ASI.
Lipase lingual disekresi oleh papil – papil pada bagian posterior lidah yang mulai bekerja
jika sudah dilambung dan produk lipopisisnya (asam lemak dan monogliserida) akan
berperan dalam emulsifikasi campuran lemak tersebut sehingga bayi dapat mengimbangi
keadaan garam empedu yang tersedian masih rendah. Lipopisis praduodenal pada bayi
muda akan dilengkapi oleh lipase yang terdapat dalam ASI. Lipsse dalam ASI juga
mempunyai aktivitas esterase, hal ini sangat vital untuk memanfaatkan viatamin A yang
berupa ester – ester retinol, yang terdapat dalam ASI.
Jadi meskipun fungsi hati dan pangkereas belum matang, bayi muda telah
dilengkapi dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI,
maupun komponen – komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak
akan kurang efisien jika susu sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi
muda.
Vitamin dan Mineral. Dalam kehidupan awal bayi tampaknya tidak ada
masalah yang besar dalam pemanfaatan vitamin dan mineral. Absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berhubungan erat dengan absorbsi lemak.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang
dewasa. Ini berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal
kehidupan. Nilai biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi
yang ditambahkan dalam makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun
dengan drastis apabila makanan pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur –
sayuran diberikan pada bayi yang mendapat ASI.
Pada saat lahir, tidak semua komponen sistem saluran cerna telah mencapai
kematangannya. Kelanjutan pematangan sistem pencernaan akan tampak oleh
adanya perubahan pola fungsi selama masa pertumbuhan anak. Esofagus merupakan
saluran yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Sepertiga atas esofagus merupakan otot serat lintang yang berhubungan dengan otot-otot
faring, sedangkan 2/3 bagian bawah adalah otot polos. Esofagus menyempit pada 3
tempat, yaitu setinggi tulang rawan krikoid yang merupakan sfingter, rongga dada bagian
tengah akibat penekanan oleh arkus aorta dan bronkus utama kiri (tidak bersifat sfingter),
dan pada hiatus esofagus diafragma (otot polos bagian ini bersifat sfingter). Pembuluh
vena esofagus bagian bawah berhubungan langsung dengan sirkulasi vena porta. Di
sebelah dorsal kanan esofagus terdapat duktus torasikus, lambung merupakan bagian
sistem gastrointestinal yang terletak antara esofagus dan duodenum. Lambung terbagi
menjadi 2 bagian, ¾ proksimal terdiri dari fundus dan korpus, sedangkan bagian distalnya
adalah antrum. Ciri yang menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya
yang sangat kaya dengan pembuluh nadi besar di depan kurvatura mayor dan minor serta
dalam dinding lambung.
Pada bagian distal lambung terdapat selaput lingkar yang disebut pilorus
yang berfungsi sebagai sfingter untuk mencegah kebocoran isi lambung. Pilorus ini
diperkuat oleh serabut otot lingkar yang kuat dan terbuka melalui pengaturan saraf.
Duodenum mulai pada pilorus dan berakhir pada batas duodenoyeyunal, pada cekungan
duodenum setinggi vertebra l2 terdapat kepala pankreas. Sekum pada anak
berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian apek kiri. Selama masa anak-anak
dinding lateral sekum membesar, sehingga apendiks terletak pada bagian posterior
dinding medial. Mukosa apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anak-anak dan
akan berkurang setelah dewasa.
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia dan memiliki
dua permukaan yaitu permukaan diafragma da viseral. Pada waktu lahir ukuran hati
relatif dua kali lebih besar dibandingkan hati pada dewasa dan batas inferiornya dapat
dipalpasi dibawah iga. Waktu lahir berat hati sekitar 120– 160 g. Kemudian berat
ini bertambah sesuai pertumbuhan anak. Pada umur 2 tahun berat hati bertambah 2
kalilipat, pada usia 3 tahun beratnya menjadi 3 kali lipat, sedangkan pada umur 9 tahun
danmasa pubertas mencapai masing-masing 6 dan 10 kali berat hati waktu lahir.
Hati berada di rongga dada bawah dengan bagian atas memotong garis mid klavikula
kanan pada sela iga 5-6 dan memotong garis aksilaris kanan pada sela iga ke-7. Batas
bawah berada 1 cm di bawah garis lengkung iga bawah. Pankreas terletak melintang
dibagianatas abdomen, di belakang gaster, di dalam ruang retroperitoneal. Pankreas
terbagi menjadi bagian kepala atau kaput, korpus, dan ekor. Di sebelah ekor kiri ekor
pankreas terdapat hilus limpa di arah kraniodorsal. Saluran pankreas wirsung dimulai dari
ekor pankreas sampai kaput pankreas, bergabung dengan saluran empedu di ampulah
epatiko-pankreatika untuk selanjutnya bermuara pada papila vater. Saluran pankreas
minor santorini atau duktus pankreatikus asesorius bermuara di papila minor yang
terletak proksimal dari papila mayor.
MAKALAH IDK 107
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DIGESTIF DOSEN PEMBIMBING :
SUPRILIYAH P, S.Kep, Ns
DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:
1. ASTRI PUTRI PRATIWI
2. AYU WIDY LESTARI
3. DINA ROICHATUL
4. GIGIK AGUSTIAN
5. RIZKI EMIL LINDA
6. RIZKY MULYAWATI
7. SELLA ENIZAR
8. SITI INDAH NUR HAVIVAH
STIKES PEMKAB JOMBANGJalan Dr. Soetomo 75-77 Jombang
TAHUN 2013/2014KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan tugas penyusunan makalah ilmu dasar keperawatan 1.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jombang, 26 Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................... 1
1.4. Manfaat.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pertumbu
han dan Perkembangan Digestif dalam Kandungan............................ 2
2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Digestif Setelah Lahir.................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 21
3.2. Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Coad & Dunstall. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006.
Penulis : Dosen Keperawatan Maternitas PSIK FK USU.
T.W.Sadler Ph.D. Embriologi Kedokteran Langman.
Recommended