View
22
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERBEDAAN INTENSI BERALIH MENGGUNAKAN ROKOK
ELEKTRIK DITINJAU DARI PENGETAHUAN TENTANG
INFORMASI BAHAYA MEROKOK PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Alex Syadzali
1511414072
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
i
PERBEDAAN INTENSI BERALIH MENGGUNAKAN ROKOK
ELEKTRIK DITINJAU DARI PENGETAHUAN TENTANG
INFORMASI BAHAYA MEROKOK PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Alex Syadzali
1511414072
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto:
- Sehat itu berkah, sakit itu musibah.
- Jika kau benar menginginkan sesuatu, kau akan menemukan caranya. Namun
jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan (Jim Rohn).
- Tiada orang yang gagal selama kau tidak berhenti. Selama kau masih mau
berusaha dan mencoba, maka keberhasilan adalah sebuah kemungkinan
(Anonim).
- Tetaplah berpikiran positif, optimis, jangan pesimis. Karena apa yang kita
pikirkan akan menjadi cerminan dari diri kita yang sebenarnya (Penulis).
Peruntukan:
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ibu, ayah, kakak dan adik tercinta
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabil‟alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang telah diberikan selama menjalani proses
pembuatan skripsi yang berjudul “Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok Pada
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang” sampai dengan selesai.
Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Dosen Wali Rombel 2 Jurusan Psikologi
Angkatan 2014.
4. Nuke Martiarini, S.Psi., M.A. Dosen Pembimbing dengan sabar memberikan
bimbingan untuk terselesaikannya skripsi ini.
5. Luthfi Fathan Dahriyanto, S.Psi., M.A. Dosen Penguji I, yang telah
memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi penulis.
6. Sugiariyanti, S.Psi., M.A. Dosen Penguji II, yang telah memberikan masukan
dan penilaian terhadap skripsi penulis.
vi
7. Kedua orang tua, kakak dan adek saya tercinta yang selalu memberikan doa,
nasihat, cinta, kasih sayang, dan semangat yang tidak pernah putus kepada
penulis.
8. Semua dosen Psikologi FIP UNNES, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis hingga saat ini.
9. Teman-temanku Faisol, Zulfikar, Erpin, Aan, Robani, Fany, Adel, Dhika,
Niken, Eka, Reni, Erna, Monica dan seluruh teman-teman Psikologi Angkatan
2014, yang selalu saling mengingatkan, memberikan semangat, mendukung,
dan mengingatkan arti sebuah perjuangan.
10. Para responden smoker Unnes yang telah bersedia membantu peneliti dalam
penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat
Allah SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat.
Semarang, 14 Januari 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Syadzali, A. 2019. Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok Pada Mahasiswa
Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Nuke Martiarini, S.Psi.,
M.A.
Kata Kunci : Intensi, rokok elektrik, bahaya merokok
Intensi beralih menggunakan rokok elektrik adalah niat yang dimiliki
individu untuk beralih dari perokok tembakau menjadi pengguna rokok elektrik.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan intensi beralih menggunakan rokok
elektrik adalah pengetahuan tentang informasi bahaya merokok. Pengetahuan
tentang informasi bahaya merokok adalah sejauhmana individu mengetahui
informasi mengenai bahaya maupun penyakit yang dapat ditimbulkan dari rokok
tembakau yang di dalamnya mengandung bahan-bahan berbahaya bagi tubuh
mereka. Pengelompokkan pengetahuan tentang informasi bahaya merokok
berdasarkan kelompok yang mengetahui informasi bahaya merokok dan
kelompok yang kurang mengetahui informasi bahaya merokok. Penelitian ini
bertujuan untuk 1) mengetahui gambaran intensi beralih menggunakan rokok
elektrik, 2) mengetahui gambaran pengetahuan tentang informasi bahaya
merokok, dan 3) mengetahui perbedaan intensi beralih menggunakan rokok
elektrik ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya merokok.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan komparatif. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas Negeri Semarang yang menggunakan rokok tembakau dan
mengetahui rokok elektrik sejumlah 118 responden. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampling insidental. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah
skala intensi beralih menggunakan rokok elektrik sebanyak 32 aitem dan tes
pengetahuan tentang informasi bahaya merokok sebanyak 30 aitem.
Hasil penelitian ini adalah 1) gambaran intensi beralih menggunakan
rokok elektrik berada pada kategori sedang dan komponen yang paling
berkontribusi tinggi adalah attitude toward behavior (sikap terhadap perilaku), 2)
gambaran pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada kelompok
mahasiswa yang mengetahui informasi bahaya merokok lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang kurang mengetahui informasi
bahaya merokok, dan 3) Ada perbedaan intensi beralih menggunakan rokok
elektrik yang signifikan ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya
merokok pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN .................................................................................................. ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
BAB
1. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 15
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 16
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 16
2. LANDASAN TEORI ...................................................................................... 17
2.1 Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .............................................. 17
2.1.1 Pengertian Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik......................... 17
2.1.2 Komponen-Komponen Pembentuk Intensi ................................................ 20
2.1.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Intensi.......................... 23
2.1.4 Keterkaitan Intensi dan Perilaku ................................................................ 24
ix
2.2 Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ....................................... 26
2.2.1 Pengertian Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok .................. 26
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ................... 30
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang Informasi
Bahaya Merokok ........................................................................................ 32
2.3 Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Ditinjau dari
Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ....................................... 32
2.4 Hipotesis ........................................................................................................ 34
3. METODE PENELITIAN ................................................................................ 35
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 35
3.2 Desain Penelitian ........................................................................................... 35
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................................ 36
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 36
3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 37
3.3.2.1 Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik ........................................ 37
3.3.2.2 Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok................................. 37
3.3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian ..................................................... 38
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 38
3.4.1 Populasi ...................................................................................................... 38
3.4.2 Sampel ........................................................................................................ 38
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 39
3.5.1 Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik ................................. 39
3.5.2 Tes Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ............................. 41
3.6 Uji Coba Penelitian ....................................................................................... 42
x
3.7 Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 42
3.7.1 Validitas ..................................................................................................... 42
3.7.2 Reliabilitas.................................................................................................. 45
3.8 Metode Analisis Data .................................................................................... 46
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 48
4.1 Persiapan Penelitan ....................................................................................... 48
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ....................................................................... 48
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian ...................................................................... 49
4.2 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 50
4.2.1 Penyusunan Instrumen ............................................................................... 50
4.2.2 Pengumpulan Data ..................................................................................... 52
4.2.3 Tabulasi Data ............................................................................................. 53
4.2.4 Pemberian Skoring ..................................................................................... 53
4.2.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 54
4.2.5.1 Validitas .................................................................................................. 54
4.2.5.2 Reliabilitas............................................................................................... 55
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................................. 55
4.3.1 Data Demografi .......................................................................................... 56
4.3.2 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 57
4.3.2.1 Gambaran Umum Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .......... 57
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Berdasarkan Komponen Intensi Beralih
Menggunakan Rokok Elektrik ................................................................. 59
4.3.2.2.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Attitude Toward Behavior ............................ 59
xi
4.3.2.2.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Subjective Norm ........................................... 62
4.3.2.2.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Perceived Behavioral Control...................... 64
4.3.2.3 Gambaran Umum Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok................................................................................................... 68
4.3.2.4 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ........... 71
4.3.2.4.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Pada Kelompok Mahasiswa yang Mengetahui Informasi Bahaya
Merokok................................................................................................ 71
4.3.2.4.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Pada Kelompok Mahasiswa yang Kurang Mengetahui Informasi
Bahaya Merokok .................................................................................. 74
4.3.2.5 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................................... 77
4.3.2.5.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Pada Jenis Kelamin Laki-Laki ............................................................. 77
4.3.2.5.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Pada Jenis Kelamin Perempuan .......................................................... 79
4.3.2.6 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok ............................................................ 82
4.3.2.6.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Setiap Hari ..................................... 82
4.3.2.6.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Pada Saat Tertentu ......................... 85
4.3.2.7 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok ....................................................... 88
4.3.2.7.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak TK..................................... 88
4.3.2.7.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SD..................................... 90
xii
4.3.2.7.3 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMP .................................. 93
4.3.2.7.4 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMA .................................. 95
4.3.2.7.5 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak Kuliah............................... 98
4.3.2.8 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok ...................................................................... 102
4.3.2.8.1 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sangat Berat (Lebih dari 31
Batang/Hari) ........................................................................................ 102
4.3.2.8.2 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Berat (21- 30 Batang/Hari)...................... 104
4.3.2.8.3 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sedang (11- 21 Batang/Hari) ................... 106
4.3.2.8.4 Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Ringan (Kurang dari 10 Batang/Hari) .... 108
4.3.3 Analisis Inferensial..................................................................................... 111
4.3.3.1 Uji Hipotesis............................................................................................ 112
4.4 Pembahasan ................................................................................................... 114
4.4.1 Pembahasan Analisis Deskriptif ................................................................ 114
4.4.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik .................................................................................................... 114
4.4.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Pengetahuan Tentang Informasi
Bahaya Merokok ..................................................................................... 115
4.4.1.3 Pembahasan Analisis Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................................... 117
4.4.1.4 Pembahasan Analisis Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Frekuensi Merokok .............................................. 117
xiii
4.4.1.5 Pembahasan Analisis Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Waktu Mulai Merokok ......................................... 118
4.4.1.6 Pembahasan Analisis Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Tipe Perokok ........................................................ 118
4.4.2 Pembahasan Analisis Inferensial Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok ..................................................................................................... 119
4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 126
5. PENUTUP ....................................................................................................... 128
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 128
5.1 Saran .............................................................................................................. 128
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 131
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Studi Pendahuluan Pengguna Rokok Elektrik ...................................... 7
1.2 Data Studi Pendahuluan Pengguna Rokok Tembakau .................................. 8
3.1 Blue Print Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .................. 40
3.2 Skoring Aitem Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik ........... 41
3.3 Blue Print Tes Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ............... 41
3.4 Skoring Aitem Tes Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok........ 42
3.5 Hasil Uji Coba Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik ........... 44
3.6 Sebaran Baru Aitem Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .. 45
3.7 Reliability Statistic Skala Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .... 46
4.1 Jumlah Subjek Berdasarkan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok ........................................................................................................ 56
4.2 Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................. 56
4.3 Jumlah Subjek Berdasarkan Frekuensi Merokok .......................................... 56
4.4 Jumlah Subjek Berdasarkan Waktu Mulai Merokok .................................... 57
4.5 Jumlah Subjek Berdasarkan Tipe Perokok ................................................... 57
4.6 Statistik Deskriptif Gambaran Umum Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik .............................................................................................. 58
4.7 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik ................... 59
4.8 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Attitude Toward Behavior ..................................... 60
4.9 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Attitude Toward Behavior ..................................... 61
xv
4.10 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Subjective Norm ................................................. 62
4.11 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Subjective Norm ................................................. 63
4.12 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Perceived Behavioral Control ............................ 65
4.13 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Komponen Perceived Behavioral Control ............................ 66
4.14 Ringkasan Gambaran Spesifik Berdasarkan Komponen Intensi Beralih
Menggunakan Rokok Elektrik ................................................................... 67
4.15 Statistik Deskriptif Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ..... 68
4.16 Kriteria Interval Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok .......... 69
4.17 Pengelompokan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok .......... 70
4.18 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Kelompok Mahasiswa yang Mengetahui Informasi Bahaya Merokok ...... 72
4.19 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Kelompok Mahasiswa yang Mengetahui Informasi Bahaya Merokok ...... 73
4.20 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Kelompok Mahasiswa yang Kurang Mengetahui Informasi Bahaya
Merokok ..................................................................................................... 74
4.21 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Kelompok Mahasiswa yang Kurang Mengetahui Informasi Bahaya
Merokok ..................................................................................................... 75
4.22 Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok ..................................................................................................... 76
4.23 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Laki-Laki ............................................................................ 77
4.24 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Laki-Laki ............................................................................ 78
xvi
4.25 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Perempuan .......................................................................... 80
4.26 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Perempuan .......................................................................... 81
4.27 Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................... 82
4.28 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Setiap Hari ............................................ 83
4.29 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Setiap Hari ............................................ 84
4.30 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Pada Saat Tertentu ................................ 85
4.31 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Frekuensi Merokok Pada Saat Tertentu ................................ 86
4.32 Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Frekuensi Merokok ................................................. 87
4.33 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak TK .......................................... 88
4.34 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak TK .......................................... 89
4.35 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SD .......................................... 91
4.36 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SD .......................................... 92
4.37 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMP ....................................... 93
4.38 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMP ....................................... 94
4.39 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMA ...................................... 96
xvii
4.40 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMA ...................................... 97
4.41 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak Kuliah .................................... 98
4.42 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak Kuliah .................................... 99
4.43 Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Waktu Mulai Merokok ............................................ 101
4.44 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sangat Berat.................................................... 102
4.45 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sangat Berat.................................................... 103
4.46 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Berat ............................................................... 104
4.47 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Berat ............................................................... 105
4.48 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sedang ............................................................ 106
4.49 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sedang ............................................................ 107
4.50 Statistik Deskriptif Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Ringan............................................................. 109
4.51 Kriteria Interval Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Ringan............................................................. 110
4.52 Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Tipe Perokok ........................................................... 111
4.53 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 113
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Theory Planned Behavior Ajzen ................................................................... 21
2.2 Proses Terbentuknya Intensi ......................................................................... 24
2.3 Kerangka Berfikir Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok .... 34
3.1 Hubungan antar Variabel Penelitian ............................................................. 38
4.1 Diagram Gambaran Umum Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik .......................................................................................................... 59
4.2 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Komponen Attitude Toward Behavior ....................... 62
4.3 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Komponen Subjective Norm....................................... 64
4.4 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Komponen Perceived Behavioral Control ................. 66
4.5 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Berdasarkan Komponen
Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik .............................................. 67
4.6 Diagram Kategori Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok ......... 70
4.7 Diagram Gambaran Umum Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok ....................................................................................................... 71
4.8 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Pada Kelompok Mahasiswa yang Mengetahui Informasi
Bahaya Merokok ........................................................................................... 73
4.9 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Pada Kelompok Mahasiswa yang Kurang Mengetahui Informasi
Bahaya Merokok ........................................................................................... 76
4.10 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik Berdasarkan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya
Merokok Merokok ..................................................................................... 77
xix
4.11 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Laki-Laki ............................................................................ 79
4.12 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Pada
Jenis Kelamin Perempuan .......................................................................... 81
4.13 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................. 82
4.14 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Frekuensi Merokok Setiap Hari .............................. 85
4.15 Diagram Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Berdasarkan Frekuensi Merokok Pada Saat Tertentu .................. 87
4.16 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik Berdasarkan Frekuensi Merokok ...................................... 88
4.17 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak TK .......................................... 90
4.18 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SD .......................................... 93
4.19 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMP ....................................... 95
4.20 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak SMA ...................................... 98
4.21 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Waktu Mulai Merokok Sejak Kuliah .................................... 100
4.22 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik Berdasarkan Waktu Mulai Merokok ................................ 101
4.23 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sangat Berat.................................................... 104
4.24 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Berat ............................................................... 106
4.25 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Sedang ............................................................ 108
xx
4.26 Diagram Gambaran Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Berdasarkan Tipe Perokok Ringan............................................................. 110
4.27 Diagram Ringkasan Gambaran Spesifik Intensi Beralih Menggunakan
Rokok Elektrik Berdasarkan Tipe Perokok................................................ 111
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Studi Pendahuluan ......................................................................... 136
2. Instrumen Penelitian........................................................................................ 140
3. Data Demografi ............................................................................................... 155
4. Tabulasi Data Skala......................................................................................... 158
5. Tabulasi Data Tes ............................................................................................ 170
6. Tabulasi Data Penelitian ................................................................................. 177
7. Hasil Statistika Perhitungan ............................................................................ 181
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui orang merokok dimana-
mana, baik di kantor, di kampus, di pasar ataupun di tempat umum lainnya atau
bahkan di kalangan rumah tangga sendiri. Merokok merupakan perilaku yang telah
umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok
umur yang berbeda. Merokok merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan
hingga saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah
dipublikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok masyarakat masih
sulit untuk dihentikan. Bahaya merokok bukan saja pada perokok tetapi juga
berdampak pada orang-orang di sekelilingnya.
Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu
27 % (Susenas 1995), 31,5 % (SKRT 2001), 34,4% (Susenas 2004), 34,7%
(Riskesdas 2007), dan 36,3% (Riskesdas 2013). Walaupun proporsi perokok wanita
lebih rendah dibandingkan pria, namun terjadi juga peningkatan sebanyak 5 kali
lipat dari 1,7% pada Tahun 1995 menjadi 6,7% pada Tahun 2013
(www.depkes.go.id diunduh pada 29 April 2018).
Tiap tahunnya jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat.
Berdasarkan riset Atlas Tobacco, Indonesia menduduki rangking satu dengan
jumlah perokok tertinggi di dunia. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 90 juta
2
jiwa. Indonesia sendiri menempati urutan tertinggi prevalensi merokok bagi laki-
laki di ASEAN yakni sebesar 67,4%. Di Indonesia, merokok merenggut nyawa
setidaknya 244.000 jiwa setiap tahunnya. Merokok menyebabkan sekitar 21%
kematian laki-laki dewasa dan 8% kematian perempuan dewasa setiap tahunnya.
Sehingga dapat dikatakan 50% dari orang yang terkena akibat rokok mengalami
kematian dini. Kemudian di Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan
jumlah kematian penyakit kardiovaskular tertinggi. Sedangkan menurut World
Health Organization, rokok menjadi penyebab utama tingginya angka kematian
penyakit kardiovaskular setelah tekanan darah tinggi (www.cnnindonesia.com
diunduh pada 29 April 2018).
Banyak perokok yang merasakan manfaat atau efek psikologis dari rokok.
Perokok merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar,
mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah saat
menghisap sebatang rokok. Perasaan positif tersebut akhirnya membuat perokok
terus memiliki keinginan untuk merokok (Sukendro, 2007:88).
Walaupun rokok mampu memberikan efek ketenangan, rokok juga
memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh seseorang. Dalam asap rokok
terdapat 4000 zat kimia, diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida dan hydrogen
sianida. Rokok dapat menyebabkan impotensi, kanker, gangguan jantung, serta
gangguan kehamilan pada wanita (Sukendro, 2007:80).
Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
seperti kanker paru-paru, penyakit tenggorokan, jantung, emfisema, pendarahan
otak, termasuk impotensi akibat buntunya arteri pada penis (Hutapea, 2013:58).
3
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok pada remaja
yaitu, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, lingkungan
teman sebaya, dan kepuasan psikologis (Komasari, 2000). Sedangkan menurut
Alamsyah (dalam Indra, Hasneli & Utami, 2015), faktor yang mempengaruhi
seseorang merokok antara lain zat nikotin yang membuat seseorang ketagihan,
faktor teman, dan faktor psikologis yang merasa lebih fokus dalam mengerjakan
hal atau suka memainkan asap.
Kemudian terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang
merokok seperti merokok karena coba-coba, merokok di saat stress, merokok saat
ingin bersantai, merokok karena membantu melepaskan dari masalah, merokok
karena memberikan kepercayaan diri (Kadar, Respati & Irasanti, 2017).
Berdasarkan manfaat atau efek psikologis dan faktor-faktor tersebut
diketahui bahwa berhenti merokok bukan hal yang mudah. Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam usaha berhenti merokok, seperti berkomitmen, menggantikan
rokok dengan permen, mengalihkan rokok dengan beraktivitas dan menghindari
rokok (Wulandari & Santoso, 2012).
Seperti diketahui, rokok elektrik atau biasa dikenal dengan Electronic
Nicotine Delivery System (ENDS), vape, vaporizer atau e-cigarette tengah
digandrungi oleh sebagian besar masyarakat. Saat ini, menggunakan rokok elektrik
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai pengganti rokok,
karena rokok ini mengandung nikotin, propylene glycol, glycerol dan perasa
(Garner & Stevens, 2014).
4
Hasil survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco di Indonesia pada
tahun 2011 menyebutkan bahwa kesadaran terhadap keberadaan rokok elektrik
mencapai 10,9%, tetapi hanya 0,3% yang telah menggunakan rokok elektrik. Laki-
laki lebih banyak mendengar tentang rokok elektrik yaitu 16,8% dibandingkan
dengan perempuan yaitu 5,1%, lalu berdasarkan usia kesadaran tentang keberadaan
rokok elektrik pada usia 15-24 tahun lebih besar yaitu 14,4% dibandingkan dengan
pada usia 25-44 tahun yaitu 12,4%. Kesadaran tentang keberadaan rokok elektrik
pada masyarakat Indonesia lebih banyak pada masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan yaitu sebesar 15,3%. Selain itu, kesadaran tentang keberadaan rokok
elektrik pada masyarakat Indonesia lebih banyak pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan perguruan tinggi yaitu sebesar 29,4%. (Bam, et al., 2014).
Berdasarkan penelitian terkait Kajian Keamanan dan Resiko Rokok Elektrik
di Indonesia oleh Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP Indonesia) bersama
tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, menyimpulkan
bahwa rokok elektrik merupakan alternatif pengganti rokok yang memiliki resiko
jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan rokok konvensional
(www.jpnn.com diunduh pada 10 Desember 2017).
Rokok elektrik jauh lebih tidak berbahaya daripada rokok, karena rokok
elektrik tidak mengandung tembakau, yang menyebabkan kerusakan akibat
merokok. Namun, biasanya mengandung nikotin, yang membuat kecanduan tetapi
tidak menyebabkan kanker. Bagi sebagian orang, rokok elektrik bisa menjadi
pilihan untuk membantu berhenti merokok tembakau (www.cancerresearchuk.org
diunduh pada 16 Januari 2019).
5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Foulds, Veldheer & Berg pada Tahun
2011 dengan judul “Electronic Cigarettes (E-Cigs): Views of Aficionados and
Clinical⁄Public Health Perspectives” menyebutkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian tersebut menggunakan rokok elektrik sebagai cara
untuk berhenti merokok dan karena mereka memiliki anggapan bahwa rokok
elektrik jauh lebih tidak berbahaya bagi kesehatan mereka daripada rokok
tembakau.
Lalu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Biener & Hargraves pada
Tahun 2015 dengan judul ”A Longitudinal Study of Electronic Cigarette Use
Among a Population-Based Sample of Adult Smokers: Association With Smoking
Cessation and Motivation to Quit” menyimpulkan bahwa penggunaan rokok
elektrik setiap hari selama satu bulan mempunyai tingkat asosiasi yang tinggi pada
keberhasilan berhenti menggunakan rokok tembakau.
Kemudian penelitian yang telah dilakukan oleh Etter pada Tahun 2010
dengan judul “Electronic Cigarettes: a Survey of Users” menyebutkan bahwa para
responden merasakan efek positif ketika menggunakan rokok elektrik yaitu batuk
berkurang, pernapasan menjadi lebih baik, kebugaran fisik menjadi lebih baik,
racun yang terkandung dalam rokok elektrik lebih sedikit dibandingkan dengan
rokok tembakau, responden juga lebih bisa menikmati cita rasa rokok dan sensasi
inhalasi. Sedangkan efek samping yang dirasakan yaitu kekeringan pada rongga
mulut dan tenggorokan setelah menggunakan rokok elektrik tersebut. Para
responden menggunakan rokok elektrik terutama untuk berhenti merokok, dan
mungkin membantu untuk mengurangi konsumsi rokok tembakau, namun beberapa
6
responden khawatir tentang potensi toksisitas yang ada pada cairan rokok elektrik
karena belum banyaknya penelitian yang dipublikasikan tentang rokok elektrik,
terutama pada khasiat dan toksisitas atau tingkat racun yang terkandung dalam
perangkat rokok elektrik. Meskipun mereka merasakan lebih banyak efek positif
ketika menggunakan rokok elektrik dibandingkan dengan rokok tembakau.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lorensia, Yudiarso, &
Herwansyah (2017) menunjukkan hasil bahwa partisipan menganggap rokok
elektrik efektif membantu dalam proses smoking cessation. Rokok eletrik terbukti
mengurangi frekuensi penggunaan rokok tembakau dan menyebabkan berhenti
merokok. Sedangkan sebagian besar responden tidak mengalami efek samping dan
efek yang dilaporkan adalah tenggorokan terasa kering dan batuk.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Atmojo (2017) menunjukkan hasil
bahwa secara umum pengambilan keputusan perokok tembakau yang beralih ke
rokok elektrik dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu persepsi dan pengetahuan mengenai rokok tembakau, sedangkan
faktor eksternal yaitu lingkungan, terutama teman.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Indra, Hasneli & Utami (2015)
menyimpulkan bahwa perokok tembakau yang telah beralih menggunakan rokok
elektrik memperoleh suatu kepuasan psikologis selama menggunakan vape, yang
disebabkan oleh banyaknya rasa yang dapat dihasilkan liquid dan faktor kognitif,
yang menganggap bahwa vape lebih aman dibanding rokok tembakau, dan juga
faktor emosi, yang merasa senang dan nyaman selama menggunakan vape
dikarenakan bertambahnya teman sosialisasi sesama pengguna vape.
7
Sampai saat ini, memang belum ada kajian lebih lanjut tentang efek samping
atau dampak negatif dari rokok elektrik bagi kesehatan manusia dalam jangka
panjang. Namun hal ini tidak membuat beberapa perokok tembakau merasa tidak
tertarik dengan adanya rokok elektrik tersebut. Karena mereka merasa bahwa rokok
elektrik lebih aman digunakan daripada rokok tembakau yang jelas-jelas telah
diketahui dampak negatifnya bagi kesehatan manusia, baik itu perokok aktif
maupun perokok pasif atau orang yang berada di sekitar perokok aktif.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada 18 pengguna rokok elektrik
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Studi Pendahuluan Pengguna Rokok Elektrik
Keterangan Jumlah
Riwayat
Penggunaan
Rokok Tembakau
Sebelumnya tidak pernah
menggunakan rokok tembakau
27,8%
Sebelumnya pernah
menggunakan rokok tembakau
72,2%
Usia 18-19 Tahun 11,1%
20-21 Tahun 44,4%
22-23 Tahun 27,8%
24-25 Tahun 5,6%
>25 Tahun 11,1%
Jenis Kelamin Pria 88,9%
Wanita 11,1%
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 72,7% para pengguna
rokok elektrik pernah menggunakan rokok tembakau, artinya mereka telah dapat
beralih dari menggunakan rokok tembakau menjadi menggunakan rokok elektrik.
Kemudian pengguna rokok elektrik mayoritas berada pada usia 20-21 tahun dengan
presentase 44,4% dan didominasi oleh kaum laki-laki dengan persentase 88,9%.
Seluruh pengguna rokok elektrik tersebut mengetahui bahaya dari rokok tembakau
dan sebanyak 88,9% merasa bahwa rokok elektrik lebih baik daripada rokok
8
tembakau. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa rokok elektrik lebih
aman digunakan bagi kesehatan, lebih hemat dalam pengeluaran bulanan, lebih
enak digunakan karena ada berbagai varian rasanya, dan sebagai alternatif untuk
berhenti mengkonsumsi rokok tembakau.
Sedangkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 18 pengguna rokok
tembakau didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1.2 Data Studi Pendahuluan Pengguna Rokok Tembakau
Keterangan Jumlah
Riwayat
Penggunaan
Rokok Tembakau
Hanya menggunakan rokok
tembakau
72,2%
Menggunakan rokok tembakau
sekaligus rokok elektrik
27,8%
Usia 18-19 Tahun 27,8%
20-21 Tahun 50%
22-23 Tahun 16,7%
24-25 Tahun 5,5%
>25 Tahun 0%
Jenis Kelamin Laki-laki 100%
Perempuan 0%
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 72,2% pengguna rokok
tembakau dan 27,8% menggunakan rokok tembakau sekaligus rokok elektrik.
Seluruhnya merupakan berjenis kelamin laki-laki dan mayoritas berusia 20-21
tahun dengan persentase 50%. Seluruh responden mengetahui bahaya dari rokok
tembakau dan mengetahui tentang rokok elektrik. Namun hanya sebesar 66,7%
yang merasa bahwa rokok elektrik lebih baik dari rokok tembakau. Lalu seluruh
responden memiliki keinginan untuk mengurangi maupun berhenti untuk
mengkonsumsi rokok tembakau dan sebanyak 55,6% memiliki keinginan untuk
beralih menggunakan rokok elektrik. Hal ini dikarenakan mereka memiliki
9
keinginan untuk hidup sehat dan berhemat dengan cara mengurangi ataupun
berhenti mengkonsumsi rokok tembakau.
Dari hasil temuan studi pendahuluan tersebut, ditemukan perokok tembakau
yang memiliki keinginan dan niatan untuk mengurangi maupun berhenti
mengkonsumsi rokok tembakau dengan cara beralih menggunakan rokok elektrik
atau e-cigarette sebagai alternatif pengganti rokok tembakau. Keinginan atau niatan
yang dimiliki oleh para perokok tembakau ini dalam istilah psikologi disebut
dengan intensi. Keinginan dan niatan untuk beralih menggunakan rokok elektrik
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan tentang bahaya
merokok tembakau dan sikap terhadap rokok. Apabila keinginan dan niatan tersebut
juga diperkuat oleh adanya norma subjektif, yaitu keyakinan mengenai apa yang
orang lain inginkan terhadap perbuatan untuk beralih menggunakan rokok elektrik,
maka individu tersebut bukan hanya sekedar memiliki keinginan atau niatan saja
tetapi juga individu tersebut akan berbuat untuk beralih menggunakan rokok
elektrik.
Menurut Muchtar (dalam Sandek & Astuti, 2007) keberhasilan seseorang
dalam mengurangi maupun berhenti mengkonsumsi rokok tembakau dengan cara
beralih menggunakan rokok elektrik ditentukan oleh besarnya niat (intensi) yang
dimilikinya, jadi tanpa adanya intensi yang besar, sebesar apapun usaha yang
dilakukannya maka akan sia-sia.
Fishbein & Ajzen (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa intensi
merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk
melakukan tingkah laku tertentu, intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas
10
subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Banyak teori dari health
behavior yang menyebutkan bahwa intensi memiliki kemampuan yang paling baik
dalam meramalkan perbuatan yang akan dilakukan oleh individu (Setiawan &
Setyorini, 2015).
Menurut Fishbein & Ajzen (dalam Wijaya, Nurhadi & Kuncoro, 2015),
terbentuknya intensi dapat diterangkan dengan teori perilaku terencana yang
mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku. Teori
perilaku terencana atau biasa dikenal dengan theory of planned behavior (TPB)
adalah teori yang digunakan untuk mengukur behavioral intention dengan predictor
behavior yang menggambarkan hubungan antara keyakinan (beliefs), sikap
(attitudes), perilaku (behavior) dan perceived behavior control (Riyanti, 2015).
Perceived behavior control atau persepsi terhadap kontrol perilaku merupakan
penilaian terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan
perilaku, atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit
untuk menampilkan perilaku (Meilinda, 2013).
Dalam teori perilaku terencana Ajzen (dalam Indrawani, Mailani &
Nilawati, 2014), intensi untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku
dibentuk oleh tiga fungsi determinan, yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward
a behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi terhadap kontrol
perilaku (perceived behavior control).
Ajzen menjelaskan bahwa intensitas intensi dipengaruhi oleh adanya
evaluasi terhadap konsekuensi atribut yang diharapkan atau konsekuensi atribut
yang tidak diharapkan. Adanya evaluasi positif bahwa rokok elektrik dapat
11
membantu berhenti atau mengurangi konsumsi rokok tembakau dan lebih aman
digunakan daripada rokok tembakau maka individu tersebut akan lebih berani untuk
mencoba mewujudkan niatnya beralih menggunakan rokok elektrik. Sebaliknya
apabila individu tersebut mempunyai evaluasi penilaian negatif terhadap rokok
elektrik seperti adanya prasangka akan efek negatif pemakaian rokok elektrik akibat
ketidakjelasan informasi di masyarakat mengenai rokok elektrik maka individu
tersebut kurang berani mencoba untuk mewujudkan niatnya beralih menggunakan
rokok elektrik (Siwi & Meiyanto, 2002).
Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan observasi dan wawancara
terhadap mahasiswa yang pernah merokok dan kemudian dapat beralih
menggunakan rokok elektrik sampai sekarang. Peneliti melakukan wawancara awal
dan memperoleh gambaran bagaimana perokok tembakau dapat beralih menjadi
pengguna rokok elektrik sebagai berikut :
Jadi dulu itu saya itu perokok berat mas, sehari bisa sampai habis
sebungkus rokok. Saya kenal rokok mulai sejak SD. Nah kuliah ini
dengan pergaulan yang semakin luas, saya mulai kenal dengan
namanya vape mas. Dari situ saya mulai tanya-tanya ke teman tentang
vape. dan saya tau dari media bahwa vape itu digunakan sebagai
alternatif bagi perokok. Setau saya kan rokok itu berbahaya to mas, bisa
menyebabkan serangan jantung kanker dan lain-lain. Jadi kenapa saya
nggak menggunakan vape aja ya? Yang jelas lebih aman dan
menyehatkan daripada rokok tembakau. Hingga saya mulai benar-
benar berniat untuk berhenti merokok. Saya terlalu candu dengan rokok
mas dan saya makin khawatir akan kesehatan saya apabila terus-
terusan merokok. Kemudian saya tertarik untuk menggunakan vape,
jadi saya mencoba menggunakan vape untuk selingan rokok. Tapi
setelah saya sering ngevape itu ngerokok tembakau seperti ampang
mas, gaada rasanya gitu. dari situ saya mulai menggunakan vape terus
tanpa mengkonsumsi rokok tembakau. Sampai saat ini pun saya tidak
merokok tembakau mas dan saya mulai merasakan manfaatnya.
(Subjek 1. Laki-laki. 21 Tahun. 09-12-2017)
12
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa intensi atau keinginan
untuk beralih menggunakan rokok elektrik juga diprediksi terkait dengan
pengetahuan bahwa rokok tembakau lebih berbahaya daripada rokok elektrik, atau
dalam hal ini pengetahuan tentang informasi bahaya merokok. Pengetahuan tentang
informasi bahaya merokok merupakan sejauhmana seseorang mampu mengetahui
tentang informasi bahaya yang dapat diakibatkan dari merokok. Pengetahuan yang
memadai tentang bahaya merokok diharapkan membuat orang yang belum
merokok tetap tidak merokok dan para perokok yang sudah terlanjur bisa
mengurangi maupun menghentikan kebiasaan merokoknya dengan cara beralih
menggunakan rokok elektrik sebagai alternatif penganti rokok tembakau (Putri
dalam Nuradita & Mariyam, 2013).
Menurut Pakaya (2013), pengetahuan tentang bahaya merokok juga dapat
diartikan sebagai sejauhmana seseorang mampu memahami bahaya yang dapat
diakibatkan oleh rokok yang dihasilkan oleh tumbuhan tembakau yang didalamnya
mengandung bahan-bahan berbahaya seperti zat nikotin, tar, karbon monoksida,
dan nikotin yang berbahaya bagi tubuh mereka.
Menurut Notoatmodjo (dalam Muniroh, Martini, Soedirham, & Andrias,
2006), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
menjadikan seseorang memiliki kesadaran sehingga seseorang akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, perubahan perilaku yang dilandasi
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif bersifat langgeng karena didasari
oleh kesadaran mereka sendiri bukan paksaan (Dirgahayu, 2015).
13
Suatu pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, banyaknya
informasi yang diperoleh, keadaan lingkungan, pengalaman, usia, dan status
ekonomi seseorang (Agusta, Ismail & Firdausy, 2015). Sedangkan menurut
Afriyani (dalam Zuliyani, 2016), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu usia, jenis kelamin, sumber informasi, paparan informasi dan lingkungan.
Menurut Rosid (dalam Ma’ruf, 2015), pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1) Pengalaman, diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat
memperluas pengetahuan seseorang; 2) Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh
secara turun-temurun dan tanpa ada pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini
biasanya mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik yang sifatnya positif maupun
negatif; 3) Fasilitas, sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, TV, majalah, buku, dan lain-lain; 4) Sosial
budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental secara langsung atau
tidak langsung turut memperkaya kehidupan seseorang, setiap pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa atau ontologi, bagaimana atau
epistologi, dan untuk apa atau aksiologi (Rajaratenam, Martini & Lipoeto, 2014).
Pengetahuan dapat memberikan pengaruh yang sejalan dengan perilaku yang
ditimbulkan. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki maka perilaku yang
ditimbulkan juga semakin baik, begitu pula sebaliknya semakin kurang
14
pengetahuan yang dimiliki maka perilaku yang ditimbulkan juga mengarah ke
negatif (Wijaya, Agustini & Tisna, 2014).
Anderson, et al., (dalam Widodo, 2006) menjelaskan bahwa pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan dari proses kognitif
yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks, yaitu menghafal
(remember), memahami (understand), mengaplikasikan (applying), menganalisis
(analyzing), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya
perilaku seseorang dan intensi merupakan predisposisi dari perilaku. Dalam
pengelompokannya, pengetahuan tentang informasi bahaya merokok dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang mengetahui
informasi bahaya merokok dan kelompok yang kurang mengetahui informasi
bahaya merokok.
Kelompok yang mengetahui informasi bahaya merokok adalah mereka yang
telah memiliki pengetahuan tentang informasi mengenai kandungan racun dan
bahaya maupun penyakit yang dapat ditimbulkan dari rokok tembakau. Perokok
tembakau yang berada pada kelompok yang mengetahui informasi bahaya merokok
kemungkinan memiliki intensi untuk beralih menggunakan rokok elektrik
cenderung sedang hingga tinggi.
Sedangkan kelompok yang kurang mengetahui informasi bahaya merokok
adalah mereka yang belum sepenuhnya memiliki pengetahuan tentang informasi
mengenai kandungan racun dan bahaya maupun penyakit yang dapat ditimbulkan
dari rokok tembakau. Perokok tembakau yang berada pada kelompok yang kurang
15
mengetahui informasi bahaya merokok kemungkinan memiliki intensi untuk
beralih menggunakan rokok elektrik cenderung rendah.
Berdasarkan peristiwa atau fenomena tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa ini merupakan suatu fenomena yang baru dan membuat peneliti semakin
tertarik dan merasa penting untuk meneliti apakah ada perbedaan intensi beralih
menggunakan rokok elektrik ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya
merokok. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan dan pemahaman mengenai perbedaan intensi beralih
menggunakan rokok elektrik ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya
merokok. Sehingga, berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok Pada Mahasiswa
Universitas Negeri Semarang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi dari latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana gambaran intensi beralih menggunakan rokok elektrik pada
mahasiswa Universitas Negeri Semarang ?
1.2.2 Bagaimana gambaran pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada
mahasiswa Universitas Negeri Semarang ?
1.2.3 Apakah ada perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik ditinjau
dari pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada mahasiswa
Universitas Negeri Semarang ?
16
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran intensi beralih menggunakan rokok elektrik
pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang
1.3.2 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang informasi bahaya
merokok pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang
1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik
ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada
mahasiswa Universitas Negeri Semarang
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pemikiran mengenai perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik ditinjau
dari pengetahuan tentang informasi bahaya merokok.
Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberi masukan mengenai
bagaimana perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik ditinjau dari
pengetahuan tentang informasi bahaya merokok dan intervensi yang dapat
dilakukan dalam upaya pengurangan maupun upaya untuk berhenti mengkonsumsi
rokok tembakau. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai bahaya merokok serta masukan
untuk Pemerintah agar memberikan regulasi yang jelas untuk rokok elektrik
sehingga dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi tingkat perokok di Indonesia.
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
2.1.1 Pengertian Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik
Intensi berasal dari bahasa latin “intention” yang berarti usaha, upaya,
perhatian, kehendak, jadi intensi secara sederhana adalah niat seseorang untuk
melakukan perilaku tertentu. Menurut Djamaludin Ancok (dalam Indrawani,
Mailani & Nilawati, 2014), intensi merupakan niat individu untuk melakukan
perilaku tertentu. Niat untuk melakukan perilaku berkaitan dengan pengetahuan
(belief) tentang perilaku yang akan dilakukan dan sikap (attitude) terhadap perilaku
tersebut, serta perilaku itu sendiri sebagai wujud nyata dari niatnya.
Bandura (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu
kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu
keadaan tertentu di masa depan. Menurut Setyani (dalam Riyanti, 2015), intensi
adalah niat atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu perilaku demi
tercapainya suatu tujuan yang didasarkan pada sikap dan keyakinannya maupun
keyakinan dan sikap orang lain untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Ajzen dan Fishbein (dalam Indrawani, Mailani & Nilawati, 2014)
berpendapat bahwa intensi untuk berperilaku merupakan determinan terdekat
dengan perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal terbaik bagi
perilaku yang akan dilakukan. Kemudian mereka menyebutkan dalam teori perilaku
beralasan bahwa intensi memiliki dua fungsi determinan, yaitu sikap terhadap
perilaku dan norma subjektif. Lalu teori ini mengalami perkembangan menjadi teori
18
perilaku terencana, dengan membentuk tiga fungsi determinan yaitu sikap terhadap
perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi adalah niat
seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.
Rokok elektrik pertama kali dikenalkan oleh perusahaan Cina Ruyan pada
tahun 2004. Rokok elektrik adalah cara menghirup uap nikotin, berpotensi
menghilangkan kebutuhan untuk menggunakan tembakau asap.
Sedangkan rokok elektrik atau vape atau e-cigarette adalah alat sederhana
yang dapat menyalurkan nikotin melalui sistem kerja baterai ke dalam tubuh
manusia, nikotin dalam berbagai macam dosis dihisap oleh pengguna melalui
tabung, kebanyakan rokok elektrik terdiri dari beberapa konten seperti, sebuah
baterai lithium yang dapat diisi ulang, sebuah atomizer yang memanaskan cairan
atau liquid sehingga tercipta uap, dan sebuah tabung (Salmon, 2009).
Rokok elektrik generasi pertama mirip dengan rokok kecil dengan baterai
berkapasitas rendah dan elemen pemanas yang dikelilingi oleh busa-direndam
cairan (cartomizer). Sedangkan rokok elektrik generasi kedua biasanya memiliki
baterai berkapasitas lebih tinggi, atomizers lebih besar, pengaturan tangki isi ulang
(clearomizer), dan biasanya menghasilkan uap yang lebih banyak, lebih tebal dan
juga lebih konsisten (Adriaens, Gucht, Declerck & Baeyens, 2014).
Rokok elektrik (e-cigarette) adalah suatu alat yang termasuk kedalam salah
satu tipe rokok yang diciptakan untuk mengubah nikotin menjadi asap bukan
berbentuk rokok seperti rokok pada umumnya. World Health Organization (WHO)
mengistilahkan rokok elektrik sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS)
19
karena menghasilkan nikotin kedalam bentuk uap yang dihirup oleh penggunanya
(BPOM, 2015).
Rokok elektrik adalah sebuah perangkat yang dirancang untuk
menghantarkan nikotin tanpa asap tembakau dengan cara memanaskan larutan
nikotin, perasa, propylene glycol dan vegetable glycerine (Hajek, Etter, Benowitz,
Eissenberg & McRobbie, 2014). Garner (dalam Indra, Hasneli & Utami, 2015)
menyebutkan bahwa rokok elektrik atau lebih terkenal dengan nama vaporizer
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti rokok
tembakau, karena rokok elektrik ini tidak mengandung tar dan karbon monoksida
seperti yang terkandung di rokok tembakau, tetapi tetap mengandung senyawa
nikotin yang dapat diturunkan dosisnya hingga dosis 0 miligram.
Rokok elektrik digunakan dengan cara menghirup uap yang dihasilkan dari
pembakaran nikotin, propylene glycol dan glycerin (Dockrell, Morrison, Bauld &
McNeill, 2013). Sedangkan menurut Tanuwihardja & Susanto (2012), cara
penggunaan rokok elektrik seperti merokok biasa, saat dihisap lampu indikator
merah pada ujung rokok elektrik akan menyala layaknya api pada ujung rokok, lalu
hisapan tersebut membuat chip dalam rokok elektrik mengaktifkan baterai yang
akan memanaskan larutan nikotin dan menghasilkan uap yang akan dihisap oleh
pengguna.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rokok elektrik adalah
suatu alat pengganti rokok tembakau yang dapat memanaskan larutan nikotin yang
dapat disesuaikan dosisnya (tidak mengandung tar dan karbon monoksida) menjadi
uap yang dapat dihisap oleh penggunanya.
20
Berdasarkan pengertian intensi dan pengertian rokok elektrik di atas, dapat
disimpulkan bahwa intensi beralih menggunakan rokok elektrik adalah niat yang
dimiliki individu untuk beralih dari perokok tembakau menjadi pengguna rokok
elektrik yang merupakan suatu alat pengganti rokok tembakau yang dapat
memanaskan larutan nikotin yang dapat disesuaikan dosisnya (tidak mengandung
tar dan karbon monoksida) menjadi uap yang dapat dihisap oleh penggunanya.
2.1.2 Komponen-komponen Pembentuk Intensi
Theory of reasoned action oleh Fishbein dan Ajzen menyebutkan bahwa
komponen terbentuknya intensi ada dua, yaitu attitude toward behavior (sikap
terhadap perilaku) dan subjective norm (norma subjektif) yang merupakan sumber
motivasi bagi individu dalam menampilkan suatu perilaku, sudah cukup untuk
meramalkan suatu perilaku. Kemudian Ajzen menyempurnakan teori tindakan
beralasan (theory of reasoned action) menjadi teori perilaku berencana (theory of
planned behavior) dengan menambahkan variabel baru yang memberi perhatian
pada konsep kontrol berperilaku yang dirasakan seseorang dalam situasi
pengambilan keputusan berperilaku seperti apakah individu akan mampu untuk
melakukan suatu perbuatan atau adakah faktor eksternal yang dapat menghambat
individu dalam melakukan suatu perbuatan (Setiawan & Setyorini, 2015).
Pada dasarnya theory of planned behavior tidak berlawanan dengan theory
of reasoned action. Keduanya mempunyai persamaan mendasar yaitu menjadikan
intensi sebagai faktor sentral dalam teori pembentukan perilaku. Theory of planned
behavior merupakan pengembangan dari theory of reasoned action. Menurut Ajzen
(dalam Semin & Fiedler, 1996:23) theory of planned behavior menjelaskan bahwa
21
terdapat tiga komponen pembentuk intensi yaitu attitude toward behavior (sikap
terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral
control (persepsi terhadap kontrol perilaku). Ketiga komponen tersebut akan saling
mempengaruhi satu sama lain yang kemudian akan membentuk intensi. Ketiga
komponen tersebut antara lain:
Gambar 2.1 Theory Planned Behavior Ajzen
2.1.2.1 Attitude toward behavior (sikap terhadap perilaku)
Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu
objek dalam bentuk kesukaan atau ketidaksukaan. Sedangkan, sikap terhadap
perilaku adalah evaluasi positif atau negatif individu dalam melakukan suatu
perilaku yang diinginkan (Setiawan & Setyorini, 2015).
Attitude toward behavior dibentuk oleh dua hal yang mendasar, yaitu
behavioral beliefs dan outcome evaluation pada individu. Behavioral beliefs adalah
Attitude
toward
behavior
Subjective
norm
Perceived
behavioral
control
Intensi Perilaku
22
keyakinan tentang akibat atau konsekuensi positif dan/atau negatif dari perilaku
yang dimunculkan oleh individu yang bersangkutan. Sedangkan outcome
evaluation adalah hasil evaluasi individu terhadap masing-masing akibat atau
konsekuensi yang ditimbulkan dari perilakunya tersebut.
2.1.2.2 Subjective norm (norma subjektif)
Subjective norm merupakan kepercayaan individu mengenai tuntutan dan
keinginan dari orang-orang yang dianggap penting oleh individu (significant
others), tuntutan tersebut berupa perilaku yang sebaiknya dilakukan dan tidak
dilakukan oleh individu (Setiawan & Setyorini, 2015).
Subjective norm mengacu pada kepercayaan individu untuk memunculkan
perilakunya atau tidak menurut pandangan dari orang lain. Norma ini
mencerminkan tingkatan penerimaan sosial atas perilaku individu yang akan
dimunculkan atau tidak.
Subjective norm dibentuk oleh dua hal yang mendasar, yaitu normatives
beliefs dan motivation to comply pada diri individu. Normatives beliefs merupakan
keyakinan individu bahwa orang lain mengharapkan seorang individu untuk
berperilaku tertentu. Sedangkan motivations to comply adalah kecenderungan
individu untuk menampilkan apa yang menjadi keinginan dan pengharapan orang
lain.
2.1.2.3 Perceived behavioral control (persepsi terhadap kontrol perilaku)
Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah persepsi individu mengenai
mudah atau sulitnya dalam menampilkan suatu perilaku dan merupakan refleksi
23
dari pengalaman masa lalu dan bentuk antisipasi dari suatu hambatan (Setiawan &
Setyorini, 2015).
Menurut Ajzen (dalam Indrawani, Mailani & Nilawati, 2014), perceived
behavioral control dibentuk oleh dua faktor, yaitu control belief dan perceived
power control. Control belief adalah faktor pendukung atau penghambat untuk
melakukan suatu perilaku. Sedangkan perceived power control adalah kekuatan
perasaan akan setiap faktor pendukung atau penghambat dalam melakukan suatu
perilaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi terbagi menjadi
tiga komponen utama, yaitu attitude toward behavior (sikap terhadap perilaku),
subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (persepsi
terhadap kontrol perilaku).
2.1.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Intensi
Faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya intensi dibagi menjadi 3
katagori yaitu individu, sosial, dan informasi (Iskandar, 2017).
a) Individu, yaitu meliputi kepribadian, kecerdasan, mood, emosi, stereotip, sikap
secara umum, dan pengalaman.
b) Sosial, yaitu meliputi pendidikan, umur, jenis kelamin, pendapatan, agama,
ras, etnik, dan budaya.
c) Informasi, yaitu meliputi pengetahuan, media, dan intervensi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemunculan intensi
dilatarbelakangi oleh 3 kategori faktor, yaitu faktor individu, faktor sosial, dan
faktor informasi.
24
2.1.4 Keterkaitan Intensi dan Perilaku
Sebagaimana diketahui bahwa intensi merupakan prediktor bagi perilaku
seseorang yang akan dilakukan. Intensi tidak dapat muncul dengan sendirinya,
tetapi melalui proses dari ketiga aspek intensi yang secara berkesinambungan
membentuk intensi dalam diri individu. Proses terbentuknya intensi dapat dilihat
melalui gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Intensi
Niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga hal, yaitu sikap terhadap
perilaku (attitude toward behavior) itu sendiri, norma subjektif (subjective norm)
tentang perilaku tersebut dan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived
Attitude toward
behavior
Subjective
norm
Perceived
behavioral
control.
Behavioral intention
Behavioral
belief
Outcomes evaluation
Normative
belief
Motivations
to comply
Control
beliefs
Perceived
power control
Faktor-faktor yang
melatarbelakangi
munculnya intensi
Individu yaitu
kepribadian,
kecerdasan, mood,
emosi, stereotip,
sikap secara
umum,
pengalaman
Sosial yaitu
pendidikan, umur,
jenis kelamin,
pendapatan,
agama, ras, etnik,
budaya
Informasi yaitu
pengetahuan,
media, intervensi
25
behavioral control). Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh dua hal, yaitu
kepercayaan tentang akibat atau konsekuensi dari perilaku (behavioral belief) dan
evaluasi terhadap akibat atau konsekuensi tersebut (outcome evaluation). Norma
subjektif juga ditentukan oleh dua hal, yaitu kepercayaan bahwa orang lain berharap
untuk melakukan suatu perilaku (normative belief) dan kecenderungan untuk
menampilkan pengharapan orang lain tersebut (motivation to comply).
Intensi untuk berperilaku tidak dengan sendirinya menjadi perilaku, karena
masih tergantung pada faktor lain, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsikan oleh
orang yang bersangkutan mengenai mudah atau sulitnya menampilkan perilakunya.
Persepsi terhadap kontrol perilaku ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor pendukung
atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control belief) dan kekuatan
perasaan akan setiap faktor tersebut (perceived power control).
Orang yang berniat mengurangi atau berhenti untuk mengkonsumsi rokok
dengan beralih menggunakan rokok elektrik bisa jadi berperilaku atau tidak
berperilaku karena adanya pengaruh sugesti, pengetahuan, dukungan dari orang
lain, biaya dan sebagainya. Maka Ajzen dalam theory of reasoned action diperbarui
menjadi theory of planned behavior dengan menambah satu faktor yaitu persepsi
terhadap kontrol perilaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi memiliki kaitan
dengan perilaku, dimana intensi menjadi prediktor bagi perilaku yang akan
dilakukan oleh seseorang, yang mana intensi ini terbentuk melalui tiga komponen
yang saling berkesinambungan yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan
persepsi terhadap kontrol perilaku.
26
2.2 Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok
2.2.1 Pengertian Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, indera pendengaran, indera
penciuman, indra perasa, dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau overt behavior
(Notoatmodjo, 2010:50). Pengetahuan dapat menjadikan seseorang memiliki
kesadaran sehingga seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki, perubahan perilaku yang dilandasi pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri bukan
paksaan (Dirgahayu, 2015).
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan dapat
menimbulkan kanker (karsinogen). Sukendro (2007:82) menyatakan bahwa
kandungan pada rokok antara lain :
1) Tar
Tar merupakan kumpulan dari berbagai zat kimia yang berasal dari daun
tembakau maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan industri rokok.
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang terbentuk selama pemanasan
tembakau, zat ini terdapat dalam asap rokok dan tergolong dalam zat karsinogen.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan
risiko timbulnya kanker. Kholasoh (2007:25) mengungkapkan bahwa zat
27
karsinogen ini disimpan di tenggorokan dalam selaput lendir, yang biasa digunakan
untuk mengaspal jalan.
2) Nikotin
Nikotin merupakan zat alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau. Dalam
sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap melalui paru-paru
dan masuk ke dalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat
melewati barrier di otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak, kemudian beredar
ke seluruh bagian tubuh. Setelah dalam waktu kurang lebih 15-20 menit pada waktu
penghisapan terakhir, efek bifasik dari nikotin pada dosis rendah menyebabkan
rangsangan ganglionik yang eksitasi. Tetapi pada dosis yang tinggi dapat
menyebabkan blokade ganglionik setelah eksitasi sepintas. Kholasoh (2007:24)
mengungkapkan bahwa nikotin dapat menimbulkan efek kecanduan, menimbulkan
perasaan senang, mengurangi rasa cemas, tegang, dan sakit. Namun di sisi lain,
nikotin merupakan racun yang dapat menagkal atau menghilangkan pengaruh
berbagai macam obat, seperti antibiotic, kuinin (obat malaria), teofilin (obat pereda
sesak napas), benzodiazepine (sejenis obat tidur yang berdosis sangat tinggi).
Nikotin juga menghasilkan hormon adrenalin yang membuat denyut jantung
bekerja lebih cepat karena membutuhkan lebih banyak oksigen. Selain itu, nikotin
juga dapat mempercepat pembekuan darah sehingga beresiko tinggi terhadap
serangan jantung.
3) Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna. Dalam
asap biasanya rokok mengandung 2-6% karbon monoksida. Karbon monoksida
28
yang ada pada paru-paru dapat menyebabkan sel darah merah kekurangan oksigen
sehingga sel tubuh kekurangan oksigen, karena karbon monoksida mempunyai
daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin sekitar 200 kali lebih kuat dari pada
daya ikat oksigen, dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari hemoglobin dapat
terisi oleh karbon monoksida dalam bentuk COHb (Carboly Hemoglobin).
Pengurangan oksigen dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan
pembuluh darah akan terganggu karena menyempit dan mengeras. Apabila
menyerang pembuluh darah jantung maka akan terjadi serangan jantung. Kholasoh
(2007:25) mengungkapkan bahwa kadar gas karbon monoksida (CO) dalam darah
seorang bukan perokok adalah kurang dari 1% sedangkan dalam darah seorang
perokok bisa mencapai 4-15%.
Dalam setiap bungkus rokok sudah tertera beberapa penyakit yang dapat
diakibatkan oleh rokok, seperti kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan
kehamilan dan janin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh United State Surgeon
General, AS, menunjukkan ada 10 tipe kanker yang disebabkan oleh rokok. Selain
itu wanita perokok akan meninggal 14,5 tahun lebih muda dibandingkan wanita
yang tidak merokok, sedangkan pria perokok akan meninggal 13,2 tahun lebih
muda dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Sukendro (2007:84)
mengklasifikasikan penyakit yang mengancam perokok antara lain :
1) Mata; perokok beresiko tiga kali lebih tinggi menderita katarak yang dapat
menyebabkan kebutaan daripada orang yang tidak merokok.
29
2) Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus; Rokok dapat mengakibatkan
kanker mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus. Selain itu juga dapat
mengakibatkan penyakit gusi, pilek, dan kerongkongan kering.
3) Gigi; perokok beresiko sepuluh kali lebih tinggi menderita periodontitis (gusi
terbakar yang mengarah ke infeksi) yang nantinya akan merusak jaringan halus
dan tulang pada gigi daripada orang yang tidak merokok.
4) Paru-paru; wanita perokok tiga belas kali lebih besar kemungkinan terkena
kanker paru-paru, sedangkan pria dua puluh tiga kali lebih besar daripada orang
yang tidak merokok. Selain itu juga dapat menyebabkan pneumonia, bronchitis,
asma, batuk kronis dan bengek.
5) Jantung; merokok dapat mengakibatkan gagal jantung, serangan jantung,
hipertensi, dan stroke.
6) Perut; merokok dapat mengakibatkan kanker perut dan kanker lambung.
7) Ginjal; merokok dapat mengakibatkan gangguan maupun kanker pada ginjal.
8) Pankreas; merokok dapat mengakibatkan kanker maupun gangguan pada
pankreas.
9) Kantung kemih; merokok dapat mengakibatkan kanker kantung kemih.
10) Leher rahim; merokok dapat mengakibatkan gangguan maupun kanker pada
leher rahim.
11) Kehamilan; merokok dapat mengakibatkan kemandulan, bobot tubuh
berkurang, kelahiran bayi secara premature hingga keguguran.
12) Tulang; merokok dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang.
13) Darah; merokok dapat mengakibatkan leukemia atau kanker darah.
30
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang
informasi bahaya merokok adalah sejauhmana individu mengetahui informasi
mengenai bahaya maupun penyakit yang dapat ditimbulkan dari rokok tembakau
yang di dalamnya mengandung bahan-bahan berbahaya bagi tubuh mereka.
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok
Anderson, et al., (dalam Widodo, 2005) menjelaskan bahwa pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan dari proses kognitif
yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks antara lain :
1). Menghafal (remember)
Menghafal (remember) yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan
dari memori jangka panjang. Tingkatan ini merupakan proses kognitif yang paling
sederhana. Pada tingkatan ini, perokok tembakau dapat mengenali dan mengingat
kandungan racun dan bahayanya bagi kesehatannya.
2). Memahami (understand)
Memahami (understand), yaitu mengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan
yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran individu. Pada tingkatan
ini, perokok tembakau dapat menafsirkan, memberikan contoh,
mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan, dan
menjelaskan mengenai kandungan dan bahaya dari rokok tembakau.
3). Mengaplikasikan (applying)
Mengaplikasikan (applying), yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur
guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Pada tingkatan ini, perokok
31
tembakau dapat menjalankan dan mengimplementasikan mengenai kandungan dan
bahaya dari rokok tembakau.
4). Menganalisis (analyzing)
Menganalisis (analyzing), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau
obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar
unsur-unsur tersebut. Pada tingkatan ini, perokok tembakau dapat menguraikan,
mengorganisir dan menemukan pesan tersirat dari kandungan dan bahaya rokok
tembakau.
5). Mengevaluasi (evaluate)
Mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Pada tingkatan ini, perokok tembakau dapat
memeriksa dan mengkritik atas kandungan dan bahaya dari rokok tembakau.
6). Membuat (create)
Membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu
bentuk kesatuan. Tingkatan ini merupakan proses kognitif yang paling kompleks.
Pada tingkatan ini, perokok tembakau dapat menghipotesiskan, merencanakan, dan
menghasilkan atau menjalankan sesuatu yang baru dari hasil proses kognitif
sebelumnya, yaitu mengenai pengetahuannya tentang informasi bahaya merokok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan pengetahuan
tentang informasi bahaya merokok meliputi menghafal (remember), memahami
(understand), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluate), dan membuat (create).
32
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang Informasi
Bahaya Merokok
Menurut Agusta, Ismail & Firdausy (2015), suatu pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal berikut, antara lain: a).
Tingkat pendidikan; b). Banyaknya informasi yang diperoleh; c). Keadaan
lingkungan; d). Pengalaman; e). Usia; dan f). Status ekonomi.
Sedangkan menurut Afriyani (dalam Zuliyani, 2016), pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a). Usia; b). Jenis
kelamin; c). Sumber informasi; d). Paparan informasi; dan e). Lingkungan.
Kemudian menurut Wawan (dalam Dirgahayu, 2015), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang adalah sebagai berikut:
a). Pendidikan; b). Umur; c). Lingkungan; dan d). Sosial budaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang
bahaya merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, sumber informasi, paparan dan banyaknya informasi yang diperoleh,
keadaan lingkungan, pengalaman, status ekonomi, dan sosial budaya.
2.3 Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok Elektrik Ditinjau dari
Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok
Intensi beralih menggunakan rokok elektrik adalah niat yang dimiliki
individu untuk beralih dari perokok tembakau menjadi pengguna rokok elektrik
yang merupakan suatu alat pengganti rokok tembakau yang dapat memanaskan
larutan nikotin yang dapat disesuaikan dosisnya (tidak mengandung tar dan karbon
monoksida) menjadi uap yang dapat dihisap oleh penggunanya.
33
Niat yang dimiliki individu untuk beralih menggunakan rokok elektrik
berkaitan dengan pengetahuan tentang informasi bahaya merokok yang
dimilikinya. Pengetahuan tentang informasi bahaya merokok adalah sejauhmana
individu mengetahui informasi mengenai bahaya maupun penyakit yang dapat
ditimbulkan dari rokok tembakau yang di dalamnya mengandung bahan-bahan
berbahaya bagi tubuh mereka. Pengelompokkan berdasarkan kelompok yang
mengetahui informasi bahaya merokok dan kelompok yang kurang mengetahui
informasi bahaya merokok.
Pengetahuan tentang informasi bahaya merokok yang dimiliki oleh individu
berbeda-beda dan hal tersebut diperkirakan berkaitan dengan tinggi rendahnya
intensi untuk beralih menggunakan rokok elektrik. Mahasiswa perokok tembakau
yang berada pada kelompok yang mengetahui informasi bahaya merokok,
cenderung memiliki intensi untuk beralih menggunakan rokok elektrik sedang
hingga tinggi. Sedangkan mahasiswa perokok tembakau yang berada pada
kelompok yang kurang mengetahui informasi bahaya merokok, cenderung
memiliki intensi untuk beralih menggunakan rokok elektrik rendah. Berikut ini
adalah gambarannya :
34
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Perbedaan Intensi Beralih Menggunakan Rokok
Elektrik Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Merokok
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah adanya
perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik ditinjau dari pengetahuan
tentang informasi bahaya merokok pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Pengetahuan Tentang Informasi Bahaya Rokok Tembakau
1. Kanker 7. Pneumonia
2. Serangan jantung 8. Bronchitis
3. Impotensi 9. Asma
4. Gangguan kehamilan dan janin 10. Batuk Kronis
5. Katarak 11. Hipertensi
6. Periodontitis (gusi terbakar) 12. Stroke
Perokok mencari informasi tentang bahaya
rokok tembakau dalam jangka panjang
Intensi
Tinggi
Intensi
Sedang
Intensi
Rendah
Kurang
Mengetahui
hu
Keuntungan Rokok Elektrik
1. Lebih aman
2. Batuk berkurang
3. Racun lebih sedikit
4. Lebih hemat
5. Lebih sehat
6. Lebih enak karena banyak
varian rasanya
7. Efek samping lebih sedikit
Mengetahui
128
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran intensi beralih menggunakan rokok elektrik pada mahasiswa
Universitas Negeri Semarang berada pada kategori sedang dan komponen yang
paling berkontribusi tinggi adalah attitude toward behavior (sikap terhadap
perilaku).
2. Gambaran pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada kelompok
mahasiswa yang mengetahui informasi bahaya merokok lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang kurang mengetahui informasi
bahaya merokok.
3. Ada perbedaan intensi beralih menggunakan rokok elektrik yang signifikan
ditinjau dari pengetahuan tentang informasi bahaya merokok pada mahasiswa
Universitas Negeri Semarang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan, peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi beralih menggunakan rokok
elektrik berada pada kategori sedang dan komponen tertingginya yaitu attitude
toward behavior (sikap terhadap perilaku). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
yang merokok tembakau telah menyetujui bahwa rokok elektrik merupakan
129
alternatif pengganti rokok tembakau yang relatif lebih aman digunakan dengan
tingkat resiko bahaya atau penyakit yang lebih rendah, memiliki berbagai pilihan
rasa dan asap yang berbau lebih enak daripada rokok tembakau. Untuk itu, peneliti
berharap agar subjek dapat meningkatkan intensinya untuk beralih dari
menggunakan rokok tembakau ke rokok elektrik.
2. Bagi Instansi
Saran bagi instansi atau dalam hal ini pihak kampus Universitas Negeri
Semarang diharapkan hasil penelitian dapat memberikan saran dan pertimbangan
untuk tindakan pencegahan dan penindakan bagi mahasiswa yang merokok di
lingkungan kampus. Selain itu diharapkan agar membuat kampanye tentang bahaya
merokok secara terus menerus dan up to date. Tidak hanya memaparkan bahaya
merokok kepada perokok aktif, tetapi memberikan kampanye kepada lingkungan
sekitar yaitu perokok pasif agar mendukung mahasiswa perokok aktif berhenti
merokok atau jika belum mampu berhenti merokok bisa beralih menggunakan
rokok elektrik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan
menggali faktor lain sebagai variabel. Memodifikasi alat ukur yang lebih bisa
menggali sehingga subjek dapat memberikan jawaban sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya, serta menggali lebih dalam lagi mengenai fenomena baru yang peneliti
temukan yaitu terdapat beberapa perokok aktif yang tidak merokok setiap hari atau
merokok hanya pada saat tertentu saja, namun sekali merokok bisa menghabiskan
130
banyak batang rokok pada saat tertentu tersebut, atau dalam istilah psikologi disebut
dengan social smoking.
131
DAFTAR PUSTAKA
Adriaens, K., Gucht, D. V., Declerck, P., & Baeyens, F. (2014). Effectiveness of
The Electronic Cigarette: An Eight-Weeks Flemish Study With Six-Month
Follow-Up on Smoking Reduction, Craving and Experienced Benefits and
Complaints. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 11220-11248.
Agusta, M. V., Ismail, A., & Firdausy, M. D. (2015). Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Gigi dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia
Sekolah (Studi Pada Anak Tunarungu Usia 7-12 Tahun di SLB Kota
Semarang). Medali Jurnal, 64-68.
Akmal, D., Widjanarko, B., & Nugraha, P. (2017). Sikap Mempengaruhi Niat
Berhenti Merokok Pada Remaja SMA di Kota Bima. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 78-91.
Aldino, A. P. (2017, Maret 06). Rokok: Jerat Kematian dan Kemiskinan. Retrieved
from CNN Indonesia: http://www.cnnindonesia.com
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Atmojo, W. S. (2017). Pengambilan Keputusan Perokok Tembakau yang Beralih
ke Rokok Elektrik. Skripsi, Universitas Negeri Surakarta.
Azwar, S. (2015). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bam, T. S., Bellew, W., Berezhnova, I., Jackson-Morris, A., Jones, A., Latif, E., . .
. Wisotzky, M. (2014). Position Statement on Electronic Cigarette or
Electronic Nicotine Delivery Systems. The International journal of
Tuberculosis and Lung Disease, 5-7.
Berry, K. M., Reynolds, L. M., Collins, J. M., Siegel, M. B., Fetterman, J. L.,
Hamburg, N. M., . . . Stokes, A. (2018). E-Cigarette Initiation and
Associated Changes in Smoking Cessation and Reduction: The Population
Assessment of Tobacco and Health Study, 2013–2015. Tobacco Control, 1-
7.
132
Biener, L., & Hargraves, J. L. (2015). A Longitudinal Study of Electronic Cigarette
Use Among a Population-Based Sample of Adult Smokers: Association
With Smoking Cessation and Motivation to Quit. Nicotine & Tobacco
Research, 127-133.
BPOM. (2015). Bahaya Rokok Elektronik. InfoPOM, 1-11.
Dirgahayu, N. P. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Gonilan Kartasura Sukoharjo. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Dockrell, M., Morrison, R., Bauld, L., & McNeill, A. (2013). E-Cigarettes:
Prevalence and Attitudes in Great Britain. Nicotine & Tobacco Research,
1737-1744.
Etter, J.-F. (2010). Electronic Cigarettes: a Survey of Users. BMC Public Health,
1-7.
Foulds, J., Veldheer, S., & Berg, A. (2011). Electronic Cigarette (E-Cigs): Views
of Aficionados and Clinical/Public Health Perspective. The International
Journal of Clinical Practice, 1037-1042.
Garner, C., & Stevens, R. (2014). A Brief Description of History, Operation and
Regulation. E-Cigarette Task Force, 1-12.
Hajek, P., Etter, J.-F., Benowitz, N., Eissenberg, T., & McRobbie, H. (2014).
Electronic Cigarettes: Review of Use, Content, Safety, Effects on Smokers
and Potential for Harm and Benefit. Society for the Study of Addiction,
1801-1810.
Hutagalung, I. (2016). Disonansi Kognitif Pada Perilaku Seks Pranikah. Jurnal
Komunikasi, 71-80.
Hutapea, R. (2013). Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta: Bee
Media Indonesia.
Indartik. (2009). Perilaku Merokok Pada Santri di Pesantren Roudlotul Falah di
Desa Sidorejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang. INTUISI, 1-5.
Indonesia, K. K. (2015, Juni 08). Rokok Illegal Merugikan Bangsa dan Negara.
Retrieved from Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
http://www.depkes.go.id
Indra, M. F., Hasneli, Y., & Utami, S. (2015). Gambaran Psikologis Perokok
Tembakau yang Beralih Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer). JOM
Vol 2 No 2, 1285-1291.
133
Indrawani, S. N., Mailani, L., & Nilawati, N. (2014). Intensi Berhenti Merokok:
Peran Sikap Terhadap Peringatan Pada Bungkus Rokok dan Perceived
Behavioral Control. Psikologia, 65-73.
Iskandar, L. (2017). Hubungan antara Kepuasan Hubungan Romantis dengan
Intensi Berselingkuh Pada Mahasiswa. Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Jpnn.com. (2016, November 15). Hasil Penelitian Indonesia Simpulkan Rokok
Elektrik Aman Digunakan. Retrieved from JPNN.COM:
http://www.jpnn.com
Kadar, J. T., Respati, T., & Irasanti, S. N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok Mahasiswa Laki-Laki di
Fakultas Kedokteran. Bandung Meeting on Global Medicine & Health, 60-
67.
Kholasoh, S. (2007). Terima Kasih untuk Rokokmu. Surakarta: CV. Mediatama.
Komasari, D. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.
Jurnal Psikologi, 37-47.
Kumalasari, I. (2014). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intensi Berhenti Merokok
Pada Santri Putra di Kabupaten Kudus. Laporan Penelitian, Universitas
Padjajaran.
Lorensia, A., Yudiarso, A., & Herwansyah, F. R. (2017). Persepsi, Efektifitas dan
Keamanan Penggunaan Rokok Elektrik (E-Cigarette) oleh Perokok Aktif
Sebagai Terapi Dalam Smoking Cessation: Mixed Methods dengan
Pendekatan Studi Kuantitatif dan Kualitatif . Journal of Tropical Pharmacy
and Chemistry, 66-78.
Ma’ruf, A. (2015). Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Pucung Lor 02 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap
Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
McNeill, A., Brose, L. S., Calder, R., Bauld, L., & Robson, D. (2018). Evidence
Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018. Public Health
England, 1-243.
Meilinda, E. (2013). Hubungan antara Penerimaan Diri dan Konformitas Terhadap
Intensi Merokok Pada Remaja di SMK Istiqomah Muhammadiyah 4
Samarinda. E-Journal Psikologi, 9-22.
Muniroh, L., Martini, S., Soedirham, O., & Andrias, D. R. (2006). Analisis
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Negeri di Surabaya
Tentang Masalah Kecacingan. The Indonesian Journal of Public Health,
66-72.
134
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nuradita, E., & Mariyam. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja di SMP Negeri 3
Kendal. Jurnal Keperawatan Anak, 44-48.
Pakaya, S. (2013). Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok dengan
Perilaku Merokok Pada Siswa SMP Negeri 1 Bulawa. Skripsi, Universitas
Negeri Gorontalo.
Rahmah, L., Sabrian, F., & Karim, D. (2015). Faktor Pendukung dan Penghambat
Intensi Remaja Berhenti Merokok. JOM Vol 2 No 2, 1195-1204.
Rahmawati, A. (2016). Hubungan Perceived Risk dan Intensi Berhenti Merokok
Pada Mahasiswa. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Rajaratenam, S. G., Martini, R. D., & Lipoeto, N. I. (2014). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis Pada
Wanita Usila di Kelurahan Jati. Jurnal Kesehatan Andalas, 225-228.
Riyanti. (2015). Intensi Mencontek Ditinjau dari Theory of Planned Behavior.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 249-267.
Salmon, M. (2009). The Facts About Electronic Cigarettes. Washington D.C:
Electronic Cigarette Association.
Sandek, R., & Astuti, K. (2007). Hubungan antara Sikap Terhadap Perilaku
Merokok dan Kontrol Diri dengan Intensi Berhenti Merokok. Jurnal
Insight, 1-8.
Semin, G. R., & Fiedler, K. (1996). Applied Social Psychology. London: SAGE
Publication Ltd.
Setiawan, Y., & Setyorini, R. (2015). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan
Perceived Behavior Control (PBC) Terhadap Intensi Membeli Produk
Makanan Berlabel Halal Pada Masyarakat Desa Cipeujeuh Kabupaten
Bandung. E-Proceeding of Management, 2088-2095.
Siwi, A. A., & Meiyanto, S. (2002). Intensi Membeli Kosmetika Pemutih Kulit
Ditinjau dari Kelengkapan Informasi Produk Pada Label Kemasan. Jurnal
Psikologi, 61-72.
Stephens, W. E. (2018). Comparing The Cancer Potencies of Emissions From
Vapourised Nicotine Products Including E-Cigarettes With Those of
Tobacco Smoke. Tobacco Control, 10-17.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
135
Sukendro, S. (2007). Filosofi Rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Tanuwihardja, R. K., & Susanto, A. D. (2012). Rokok Elektronik (Electronic
Cigarette). Jurnal Respir Indo, 53-61.
UK, C. R. (2018, Desember 28). Cancer Research UK. Retrieved from Cancer
Research UK: www.cancerresearchuk.org
Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 61-69.
Widodo, A. (2006). Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.
Buletin Puspendik, 18-29.
Wijaya, I. M., Agustini, N. N., & Tisna, G. D. (2014). Pengetahuan, Sikap dan
Aktivitas Remaja SMA dalam Kesehatan Reproduksi di Kecamatan
Buleleng. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 33-42.
Wijaya, T. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha
(Studi Empiris Pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta). Jurnal Managemen dan
Kewirausahaan, 117-127.
Wijaya, T., Nurhadi, & Kuncoro, A. M. (2015). Intensi Berwirausaha Mahasiswa:
Perspektif Pengambilan Risiko. Jurnal Siasat Bisnis, 109-123.
Wulandari, C. I., & Santoso, A. (2012). Pengalaman Menghentikan Kebiasaan
Merokok Pada Mantan Perokok. Jurnal Nursing Studies, 36-42.
Zuliyani. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Rokok
di SMP 2 Sanden Bantul Yogyakarta. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Recommended