View
25
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PERAN ORGANISASI SOLIDARITAS KEROHANIAN
ISLAM (SKI) AR-ROYYAN DALAM MEMBENTUK
KARAKTER SISWA DI SMA N 1 SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Najmul Laili
NIM 11113037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
ORANG CERDAS ADALAH ORANG YANG TAHU BAHWA DIRINYA
TIDAK TAHU DAN MAU BELAJAR UNTUK MENCARI TAHU
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Keluargaku tercinta, yang tane mereka penulis bukanlah apa-apa. Kepada
orang tuaku, Bapak Zuhroni, Ibu Siti Syarifah, serta kedua adikku Hikmah
Nur‟aini dan Zahida Alya Rahma.
2. Teman-teman se-angkatan, yaitu PAI 2013 yang senantiasa menghiasi
rutinitas di kampus menjadi menyenangkan, terutama kepada sahabat-
sahabatku Dek Bella, Mbak Azizah, Kang Sayyid, dan Kak Yudha yang
senantiasa memberikan semangat kepadaku.
3. Seluruh keluarga besar HMI Cabang Salatiga, khususnya kepada HMI
Cabang Salatiga Komisariat Walisongo. Terima kasih untuk dukungan Kanda
dan Yunda semuanya.
4. SMA N 1 Salatiga, kepala sekolah beserta jajarannya, adik-adik siswa-siswi
yang baik sekali kepada kakak-kakak PPL IAIN Salatiga 2016, terutama adik-
adik dari SKI Ar-Royyan. Dan juga teman-teman penulis selama PPL, Mas
Munif, Mas Ekky, Mas Ikhsan, Mas Fiqqi, Mas Aji, Mbak Faiq, Mbak Umi,
Mbak Sirril, Mbak Tina, Mbak Alfin, Mbak Novita, dan Mbak Sunna.
5. Seluruh warga Dusun Suruhan, Desa Rogomulyo, Kecamatan Kaliwungu,
Kabuaten Semarang dan seluruh teman-teman penulis selama KKN di sana,
Bang Ridwan, Mas Aris, Mas Adit, Pak Sutrisno, Mbak Novita, Mbak Alfi,
Mbak Silvi, dan Mbak Kurnia.
vii
KATA PENGANTAR
Atas berkat Allah Swt. yang tercurahkan kepada seluruh makhluk yag
telah Ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur serta selalu
meningat akan kuasa Allah yang begitu luas akan segala sesuatu, yang atas ridlo-
Nya, penulis telah dimudahkan segala urusannya untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Peran Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)
Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017”.
Selain sebagai tugas wajib untuk memeperoleh gelar sarjana, skripsi
ini dibuat dengan tujuan dapat menjadi jalan alternatif untuk menanamkan sebuah
karakter terpuji kepada peserta didik sebagai jawaban atas krisis moral, serta
degradasi mental yang sedang melanda bangsa Indonesia sekarng ini. Harapan
penulis dengan adanya kegiatan kerohanian Islam di sekolah dapat berperan
dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkarakter dan berbudi luhur.
Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan FTIK.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Bapak Drs. Badwan, M. Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
viii
ix
ABSTRAK
Laili, Najmul. 2017. Peran Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-
Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Mufiq, S. Ag., M. Phil.
Kata kunci: membentuk karakter, organisasi solidaritas kerohanian Islam
Penelitian ini membahas tentang peran organisasi solidaritas kerohanian
islam Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa di SMA N 1 Salatiga tahun
pelajaran 2016/2017. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaimana bentuk kegiatan SKI Ar-Royyan, bagaimana peran SKI Ar-Royyan
dalam membentuk karakter siswa, dan apa faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan kegiatan SKI Ar-Royyan. Pendekatan dari penelitan ini bersifat
kualitatif dan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yang mana penelitian ini metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu
melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data
dari hasil observasi yang mendalam. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari
para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain
data tersebut berupa keterangan para key informan, sedangkan data tambahan
berupa catatan lapangan. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh melalui
wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data,
penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah
mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamat
triangulasi.
Dari penelitian yang dilaksanakan, diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut: bentuk kegiatan SKI Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga yaitu pembacaan
Asma‟ul Husna, pengadaan infaq, rebana, shalat jum‟at berjamaah, kajian rutin,
khotmil Qur‟an, Gerakan Sayang Masjid (GSM), buletin, mading, perayan idul
adha, ziarah, pawai ta‟aruf, idul yatama, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK),
maulid Nabi, evaluasi tengah tahun, isra‟ mi‟raj, mujahadah, Festival Lomba
Islami (FLI), Gelar Aktifitas Ramadhan (Gatra), Reorganisasi, dan Forum
Silaturahmi SKI (FS SKI). Sedangkan peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk
karakter siswa yaitu melalui kegiatan-kegiatannya dan delapan belas karakter
siswa semuanya dibentuk oleh SKI Ar-Royyan. Karakter peserta didik yang
tergabung menjadi anggota SKI Ar-Royyan sudah baik yaitu siswanya tertata dan
minimnya pelanggaran. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk karakter siswa
dimulai dari tergabungnya siswa menjadi anggota SKI Ar-Royyan sampai
menjadi pengurus yaitu dalam waktu satu tahun. Untuk faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan kegiatan SKI Ar-Royyan berasal dari banyak hal. Faktor
pendukung berasal dari pihak sekolah, alumni, guru, dan banyaknya jumlah
pengurus. Sedangkan penghambatnya karena kurangnya koordinasi dan ketidak
sesuaian jadwal.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 21
A. Organisasi ............................................................................................... 21
xi
B. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) ....................................................... 24
C. Karakter .................................................................................................. 35
D. Peran Organisasi Kerohanian Islam dalam Pembentukan karakter ....... 44
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................... 46
A. Gambaran Umum Sekolah .................................................................... 46
B. Gambaran Umum Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)
Ar-Royyan ............................................................................................... 56
C. Penyajian Data ........................................................................................ 59
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 104
A. Analisis Data ........................................................................................ 104
B. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................ 110
BAB V PENUTUP .................................................................................... 117
A. Kesimpulan .......................................................................................... 117
B. Saran ..................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 124
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Sekolah ....................................................... 54
Tabel 2. Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah .................................... 55
Tabel 3. Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017 ........................................ 56
Tabel 4. Indikator Pembentukan Karakter Siswa ......................................... 67
Tabel 5. Penyajian Data Pembentukan Karakter ......................................... 73
Tabel 6. Catatan Lapangan Wakasekbid Kesiswaaan ............................... 111
Tabel 7. Catatan Lapangan Pembina ......................................................... 111
Tabel 8. Catatan Lapangan Peserta Didik ................................................. 112
Tabel 9. Catatan Lapangan Observasi ....................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah syariat Allah yang diturunkan kepada umat
manusia di muka bumi agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman
keyakinan terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan
baik di rumah, sekolah maupun lingkungan. Pendidikan Islam merupakan
kebutuhan manusia, karena sebagai makhuluk pedagogis, manusia
dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga
mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang
kebudayaan (Majid, 2005: 130).
Perilaku keagamaan merupakan aturan-aturan mengenai
tingkah laku atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan (hablumminallah) dan sesama manusia (hablumminannas). Perilaku
keagamaan merupakan ekspresi dari rasa agama yang dimiliki oleh
manusia. Rasa agama merupakan dorongan dari dalam jiwa yang
membentuk rasa percaya kepada Tuhan dan dorongan taat aturan-Nya.
Masa remaja merupakan suatu rangkaian perubahan-
perubahan yang dialami oleh remaja. Tidak saja perubahan di dalam
dirinya, tetapi perubahan sikap orangtua, anggota keluarga lain, dan guru-
guru di sekolah, serta cara dan metode mengajar guru yang berbeda serta
kurikulum yang berubah. Selain itu, terjadi perubahan dalam hubungan
2
dengan orang lain. Lepas dari ikatan keluarga kemudian bergabung dengan
teman-teman sebaya. Penggabungan dengan teman-teman sebaya berarti
perkenalan dengan nilai, norma, tata cara, dan adat istiadat yang baru
(Gunarsa, 2012: 86). Keadaan jiwa remaja yang demikian itu nampak pula
dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan,
kerisauan dan konflik batin (Ahyadi, 2001: 43).
Usia remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan
manusia, di mana awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas
tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun (Hurlock, 1996: 206).
Masa ini adalah masa paling kritis karena merupakan tahap transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa dan juga dalam pembentukan
kepribadiannya. Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi
dari masa anak-anak menuju kedewasaan maka kesadaran beragama pada
masa remaja berada dalam peralihan dari kehidupan beragama anak-anak
menuju kemantapan beragama.
Pada era ini, arus globalisasi membawa pengaruh yang cukup
besar di negeri ini. Budaya barat mulai semakin marak terutama di
kalangan remaja yang mengakibatkan mulai tergoyahnya budaya
ketimuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan
semakin maraknya perbuatan-perbuatan negatif seperti minum-minuman
keras, penggunaan obat-obat terlarang dan free sex. Hal-hal tersebut sudah
hampir menjadi sesuatu yang tidak tabu lagi, ditambah lagi dengan dunia
perfilman yang semakin vulgar dengan menghadirkan tontonan dan
3
tuntunan pergaulan bebas tanpa batas. Filterisasipun semakin terlihat
mengendur sehingga budaya-budaya tersebut semakin mudah masuk ke
negeri ini.
Dampak dari globalisasi membawa dekadensi moral yang
berakibat pada perilaku-perilaku menyimpang. Nilai-nilai Islam seperti,
kejujuran, toleransi, tolong-menolong, keadilan, mental positif yang
unggul mulai tergantikan dengan penipuan, penindasan, penyelewengan,
aksi anarki, dan rasa dendam. Sehingga, lambat laun sikap egoisme
masyarakat semakin terlihat. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Apalagi
sasaran dari bangsa barat yang semakin menggencarkan nilai-nilai negatif
melalui budayanya ditujukan kepada generasi penerus bangsa yang tidak
lain adalah para remaja. Kondisi faktual bangsa yang hampir “sempurna”
kehancurannya, harus disiasati bersama.
Selain itu, perilaku keagamaan remaja juga dipengaruhi oleh
lingkungan dan teman sebayanya. Salah satu contohnya, apabila seorang
remaja berteman dengan teman yang suka mengikuti kajian kerohanian,
maka ia juga akan ikut terlibat, namun berbeda apabila bergaul dengan
teman yang acuh tak acuh terhadap agama, maka ia juga akan menjadi
acuh tak acuh terhadap agamanya.
Kondisi riil mengenai perilaku moral siswa di SMA N 1
Salatiga yang saat ini masih banyak didapati perilaku yang belum sesuai
dengan nilai-nilai keislaman. Hal ini terbukti dengan masih adanya siswa
muslim yang berpacaran, menggunakan handphone ketika sedang
4
melakukan aktivitas pembelajaran, tidak jujur pada saat ulangan, berkata
kotor, belum adanya konsistensi dalam berbusana yang sesuai dengan
ajaran Islam, selain itu masih ada siswa yang belum melaksanakan salat
jama‟ah dzuhur berjama‟ah dan tidak sedikit pula yang masih sering
menunda-nunda kewajiban ibadah salat.
Perilaku dan akhlak yang belum sesuai harus segera
ditangani, karena akhlak merupakan dasar sebuah karakter diri. Pribadi
yang berakhlak baik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat yang
baik pula. Akhlaklah yang membedakan karakter manusia dengan makhluk
lainnya (Syafri, 2014: 68).
Peran pendidikan moral (moral education) atau pendidikan
karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda bangsa ini, terutama
untuk menyelamatkan moral generasi muda.
Karakter bangsa yang semakin ironi dapat diatasi dengan
adanya pembinaan dalam membangun karakter melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang dilakukan secara berkesinambungan. Sebagaimana
dikatakan Aminudin: “Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan Al-Ghazali, sepakat
bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan
dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh” (Aminudin, 2002: 155).
Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan
karakter. Dalam konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha
sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah (dan
5
seluruh warga sekolah) melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk
akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan
(virtues) yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama Islam,
mereka senantiasa menjadikan Al-Qur‟an dan sunnah sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Salahudin, 2013:
45).
Dalam lingkup sekolah umum pembentukan karakter dapat
dilakukan melalui pengajaran pendidikan agama Islam (PAI). Namun,
pendidikan agama yang diperoleh dari sekolah dengan alokasi waktu hanya
tiga jam dalam satu minggu dinilai belum sepenuhnya dapat diandalkan
untuk membentuk perilaku dan pengamalan ajaran agama sebagaimana
yang diharapkan. Waktu yang diberikan tentu sangat terbatas jika
dibandingkan dengan materi yang hendak disampaikan, belum lagi jika
peserta didik ingin berdiskusi seputar permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pendidikan
agama Islam merupakan pedoman yang akan mereka aktualisasikan dalam
kehidupan nyata. Padahal seharusnya, sekolah menjadi lembaga
pendidikan formal yang mengarahkan peserta didik cerdas akademik,
intelektual dan emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Oleh karena itu,
diperlukan suatu wadah bagi peserta didik untuk lebih mendalami dan
memahami nilai-nilai agama Islam sebagai pendukung pendidikan agama
Islam di luar jam pelajaran.
6
Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, penulis
berkeinginan untuk mengadakan penelitian skripsi yang berjudul “Peran
Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan dalam
Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2016/2017”. Oleh karena itu, penulis ingin mendalami dan menggali
informasi dari SMA N 1 Salatiga, tentang bagaimana peran SKI Ar-
Royyan dalam membentuk kararakter siswa di sekolah tersebut.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan, di antaranya:
1. Bagaimana kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga
tahun pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana peran SKI Ar-Royyan membentuk karakter siswa di SMA
N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran
2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik
mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa
keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan
7
penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1
Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui peran SKI Ar-Royyan membentuk karakter siswa di
SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga tahun
pelajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah
terhadap referensi ilmu pendidikan, khususnya dalam pendidikan
karakter dalam kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler maupun organisasi
kerohanian Islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada pembina SKI pada khususnya dan
pembina dari organisasi lain pada umumnya, serta guru-guru yang
berusaha membangun karakter peserta didiknya dalam setiap mata
pelajaran.
8
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul
penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa arti kata yang terdapat dalam
judul penelitian.
1. Peran Organisasi
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, istilah peran
menurut bahasa adalah fungsi, kedudukan, sebagai kedudukan.
Sedangkan menurut istilah diartikan dengan sesuatu yang diharapkan
oleh seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat (Salim,
1995:1132).
Sedangkan istilah organisasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-
bagian (orang dsb) diperkumpulan dsb untuk tujuan tertentu, kelompok
kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan
bersama (Depdikbud, 1985: 803).
Di dalam sumber buku lain, dituliskan bahwa pengertian
organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang
mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu (Muhammad, 2005: 24).
Secara sederhana, organisasi diartikan sebagai suatu wadah
atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
9
Organisasi tidak sekedar berarti wadah kelompok yang
bekerja sama untuk untuk mencapai suatu tujuan, akan tetap juga
merupakan mekanisme yang berlangsung dalam proses kerja sama itu.
Jadi, peran organisasi yang dimaksud di sini adalah peran
organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan di SMA N 1
Salatiga dalam membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter.
1. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)
Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) biasa dikenal dengan
istilah Kerohanian Islam (Rohis).
Kerohanian berasal dari kata dasar (rohani) yang mendapat
awalan ke- dan akhiran -an yang berarti hal-hal tentang rohani
(Depdikbud, 1985: 752). Sedangkan Islam adalah pengikraran dengan
lidah dan membenarkan dengan hati serta mengerjakan dengan
sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri pada Allah Swt.
dalam segala qadha dan qadar-Nya (Al-Shiddieqy, 1977: 34).
Kata “kerohanian Islam” ini disebut juga dengan istilah
“Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh
siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Koesmarwanti,
2000:124).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) adalah kegiatan tambahan yang
mendorong siswa untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatan
beragama Islam.
10
Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) yang dimaksud di sini
adalah suatu unit kerja bidang keagamaan, khususnya agama Islam
dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA N 1
Salatiga. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) adalah salah satu
organisasi keagamaaan di bawah naungan OSIS SMA N 1 Salatiga
yang memiliki tujuan untuk pembinaan diri dan pengembangan potensi
diri yang berkenaan dengan kerohanian Islam.
2. Membentuk Karakter
Asal karakter berasal dari bahas Latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia
“karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat
tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter
diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari
jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku,
kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan,
potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran (Majid, 2013: 11).
Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah “ciri
khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah “asli” dan mengakar kepada kepribadian benda atau individu
tersebut dan merupakan „mesin‟ pendorong bagaimana seorang
bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu (Majid, 2013: 11).
11
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang
khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan
baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri
dan terwujud dalam perilaku (Salahudin, 2013: 42).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak
atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus sebagai
pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain.
Dalam membentuk peserta didik berkarakter dapat
dilaksanakan melalui pendidikan akhlak. Tujuan puncak pendidikan
akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku peserta
didik.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6).
Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan
12
di lapangan. Lapangan dalam hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian,
yaitu di SMA N 1 Salatiga.
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap
sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode
untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa
peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan
tentang suatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟
(Moleong, 2011: 26).
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti pada awalnya adalah sebagai mahasiswa
PPP (Praktikum Pengembangan Profesi). Dalam penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Dan dalam
penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengamat partisipan dan
kehadiran peneliti diketahui statusnya oleh informan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan
dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi SMA N 1
Salatiga, Jalan Kemiri No. 1, Kota Salatiga.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut S. Nasution, data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan
13
menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2011: 157).
Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
bersifat up to date. Untuk mendapatkannya, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data primer
ini untuk mendapatkan berbagai informasi langsung mengenai
peran organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga yaitu dengan
cara wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan,
pembina SKI Ar-Royyan, pengurus SKI Ar-Royyan dan yang
berterkaitan dengan penelitian tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber
bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-
surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai
dokumen-dokumen SKI. Selain itu, data sekunder juga dapat berupa
majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-
lampiran, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis, dan
sebagainya (Setiawan, 2014: 10).
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan.
14
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat
penting dalam melakukan penelitian, oleh karena itu seorang peneliti
harus terampil dalam mengumpulkan data untuk mendapatkan data
yang valid.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002:110)
a. Metode Observasi Partisipasi (participant observation)
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti
luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan
yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Hadi,
1995: 136). Objek observasi dalam penelitian kualitatif terdapat tiga
komponen, yakni place (tempat), actor (pelaku), dan activities
(aktivitas) (Sugiyono, 2010: 314).
Tempat penelitian ini berlokasikan di SMA N 1 Salatiga,
Jalan Kemiri No. 1, Kota Salatiga. Sedangkan pelaku dalam
penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
Adapun aktivitas yang diobservasi adalah kegiatan dalam organisasi
SKI Ar-Royyan tersebut.
15
b. Metode Wawancara Mendalam (indepth interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2011: 186).
Metode wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data yang terpenting sehingga tanpa wawancara
peneliti akan kehilangan informan yang hanya dapat diperoleh
dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data yang
semacam itu adalah tulang punggung suatu penelitian
(Singarimbun, 1983: 145).
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (indepth interview) dengan subjek yang
terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan
mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili
lembaga tempat penelitian dan menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan fokus penelitian (Iskandar, 2008: 253).
Wawancara mendalam merupakan bentuk komunikasi antara
peneliti dengan subjek yang dapat dilakukan secara formal maupun
informal, di tempat resmi maupun di tempat umum. Teknik ini
peneliti gunakan untuk mendapatan data dan informasi yang akurat
tentang peran SKI Ar-Royyan dalam membangun karakter siswa di
16
SMA N 1 Salatiga dengan segala bentuk kegiatan yang dilakukan.
Adapun subjek yang diwawancarai adalah wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, pembina SKI Ar-Royyan, pengurus SKI Ar-
Royyan serta anggota SKI Ar-Royyan.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2010: 274). Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi
dilaksanakan untuk memperoleh data tambahan. Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti profil
sekolah terutama kegiatan organisasi SKI, arsip-arsip, gambar, serta
dokumen yang relevan untuk membantu menganalisis data.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Moleong, 2011: 248).
Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010)
analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
17
kesimpulan atau verifikasi.
Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai
berikut (Sugiyono, 2010: 336-337):
a. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data pada hal-
hal yang penting dari sekian banyak data yang diperoleh dari data
hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak
terpola. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian data (data display)
Setelah data reduksi maka data yang diperoleh didisplay,
yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang
sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah
kesimpulan.
a. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data
informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian
data.
Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat dan
menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian
karena penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran
yang utuh dari objek penelitian.
18
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi
agar data yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2011: 330). Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: pembina, siswa, dan wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk
menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian ini di mana peneliti menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber
dengan data permasalahan yang sama.
c. Triangulasi waktu
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
19
melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang
berbeda.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini memuat
5 (lima) bab, yang antara bab satu dengan bab berikutnya memiliki
keterkaitan yang saling mengisi terhadap substansi yang ada. Adapun
rincian sistematis penulisan ini sebagai berikut:
Bab I, berisi tentang pendahuluan, yaitu uraian umum latar
belakang penelitan, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, berisi tentang landasan teori dari penelitian, pada
bagian ini dikemukakan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang
berkaitan dengan objek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi
maka pembahasan pada bab ini berisi: definisi organisasi, definisi
kerohanian Islam, dan definisi karakter.
Bab III, berisi penyajian hasil penelitian tentang temuan
penelitian, yaitu gambaran umum SMA N 1 Salatiga, Organisasi
Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan dan penyajian data.
Bab IV, peneliti akan memaparkan analisis data dan
pengecekan keabsahan data dari Peran Organisasi Solidaritas Kerohanian
Islam (SKI) Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1
Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
20
Bab V, berisi penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah dan saran dari peneliti
sendiri.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, istilah peran
menurut bahasa adalah fungsi, kedudukan, sebagai kedudukan.
Sedangkan menurut istilah diartikan dengan sesuatu yang diharapkan
oleh seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat (Salim,
1995:1132).
Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani
“Organon” yang berarti alat atau instrumen. Karena memang
sebenarnya organisasi digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan
dengan ikut menjadi anggota organisasi (Siswanto, 2008: 54).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah
kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) di
perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu, kelompok kerja sama antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama
(Depdiknas, 2007: 803).
Organisasi menjadi sarana/alat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Gibson dkk dalam Siswanto (2008:54) berpendapat bahwa
organisasi merupakan wadah yang memungkinkan masyarakat
22
mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu-individu
secara sendiri.
Sedangkan menurut Boone dan Kurtz dalam Herlambang
(2014: 111), organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang-
orangnya berinteraksi untuk mecapai tujuan. Dalam pengertian tersebut
ada tiga elemen pokok sebuah organisasi, yaitu:
a. Adanya interaksi manusia
b. Kegiatan yang mengarah kepada tujuan
c. Adanya struktur yang jelas.
2. Hakikat Organisasi
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
para ahli, dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi merupakan:
a. Kumpulan individu-individu
Organisasi merupakan kumpulan orang yang berserikat dan
bekerja sama.
b. Memiliki tujuan
Kriteria kedua terbentunya organisasi adalah memiliki tujuan.
Walaupun terdapat sekumpulan orang, namun mereka tidak
memiliki tujuan yang sama, maka tidak dapat dikatakan sebagai
organisasi.
c. Koordinasi
Setelah terdapat dua kriteria di atas, agar mempermudah
dalam pencapaian tujuan, maka perlu ada pengkoordinasian.
23
Pengkoordinasian ini merupakan kegiatan penting agar organisasi
tersebut dapat terarah (Siswanto, 2008: 56).
3. Tujuan Organisasi
Afzalurahman berpendapat bahwa tujuan organisasi berupa
efektivitas organisasi dengan tercapai tujuan yang bersifat meterial dan
spiritual. Pengertian ini memiliki konsekuensi bahwa pada dasarnya
manusia memiliki kebutuhan material dan non-materi yang
membutuhkan pemenuhan (Siswanto, 2008: 59).
4. Fungsi/peran organisasi
Organisasi memiliki beberapa fungsi/peran, di antaranya:
a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi
Setiap organisasi memiliki kebutuhan pokok masing-masing
dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya
semua organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat
beroperasinya organisasi, biaya, fasilitas, tenaga kerja yang rajin
dan terampil, dan yang lainnya.
b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
Organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana
organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi.
24
c. Memproduksi barang atau orang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang
atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi
memiliki produk masing-masing. Misalnya organisasi pendidikan
guru produksinya adalah calon-calon guru.
d. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang
membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan
pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru,
program baru, dan arah yang baru.
Bentuk dari pengaruh organisasi misalnya organisasi surat
kabar mempengaruhi kita terhadap apa yang kita baca, perusahaan
mobil mempengaruhi kita terhadap apa kendaraan yang kita
kendarai. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi oleh orang.
Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan
kualitas anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi.
B. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)
1. Pengertian Solidaritas Kerohanian Islam
Kerohanian berasal dari kata dasar (rohani) yang mendapat
awalan ke- dan akhiran -an yang berarti hal-hal tentang rohani
(Depdiknas, 2007: 752). Sedangkan Islam adalah pengikraran dengan
lidah dan membenarkan dengan hati serta mengerjakan dengan
25
sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri pada Allah Swt.
dalam segala qadha dan qadar-Nya (Al-Shiddieqy, 1977: 34).
Kata “kerohanian Islam” ini disebut juga dengan istilah
“Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh
siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Koesmarwanti,
2000:124).
Rohis merupakan sebuah organisasi memperdalam dan
memperkuat ajaran Islam. Rohis sering disebut juga Dewan Keluarga
Masjid (DKM). Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakulikuler
di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. (Wikipedia,
Rohani Islam, (Online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rohani_Islam,
diakses 31 Maret 2017).
Organisasi Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau
kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan dan
cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang
tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep
nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian. (Henry,
2010, Ekstrakulikuler Rohani Islam (ROHIS), (Online),
(http://hendrifirmansyah.blogspot.co.id/2010/07/ekstrakulikuler-rohani-
islam-rohis.html, diakses 30 Maret 2017).
Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) seringkali dipandang
memiliki strata tertinggi oleh siswa dibandingkan dengan organisasi-
organisasi lainnya di sekolah. Anggapan dasar yang muncul pada siswa
26
bahwa mereka yang aktif di organisasi ini haruslah orang-orang yang
tingkat religiusitasnya tinggi, ahli di bidang baca tulis Al-Qur‟an atau
setidaknya memiliki kemampuan lebih di bidang yang berkenaan
dengan kerohanian Islam. Padahal, untuk menjadi anggota SKI tidak
serumit yang siswa bayangkan. Siapapun dapat menjadi anggota
lembaga khusus ini.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) termasuk di dalamnya
SKI, disediakan bukan hanya untuk menyalurkan bakat dan minat
siswa agar dapat berkembang sesuai keinginannya, tetapi juga sebagai
sarana untuk belajar berorganisasi, bekerja sama serta mengembangkan
karakter dan sikap atau kepribadian agar menjadi siswa yang berbasis
Islam. Anggota yang aktif dalam organisasi SKI kelak akan menjadi
agent of change dan merupakan harapan bagi masyarakat muslim yang
mampu mengembangkan watak-watak akhlakul karimah dan berjiwa
Qur‟ani dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan kegiatan organisasi kerohanian Islam
Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara
anggota pria (ikhwan) dan wanita (akhwat). Tetapi tidak selalu. Hal ini
dikarenakan perbedaan mahram di antara anggota ikhwan dan akhwat
tersebut. Apabila kajian di tempat terbuka, seperti masjid, aula, dan
lapangan, maka kegiatan dapat digabung antara pria dan wanita dengan
catatan harus ada pembatasnya. Kebersamaan dapat juga terjalin antara
anggota dengan rapat kegiatan serta kajian-kajian di luar ruangan.
27
Tujuan utama Rohis adalah mendidik siswa menjadi lebih
Islami dan mengenal dengan baik ajaran dan segala hal tentang Islam.
Dalam pelaksanaannya, anggota Rohis memiliki kelebihan dalam
penyampaian dakwah dan cara mengenal Allah lebih dekat melalui
alam dengan cara pembelajaran Islam di alam terbuka (rihlah).
(Wikipedia, Rohani Islam, (Online),
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rohani_Islam, diakses 31 Maret 2017).
3. Peran organisasi solidaritas kerohanian Islam
Sebuah organisasi pasti memiliki perannya masing-masing,
tidak terkecuali dengan organisasi kerohanian Islam. Berikut ini
merupakan peran pada pokonya dapat dijelaskan menjadi 4, yaitu:
a. Lembaga keagamaan
Kerohanian Islam identik dengan agama Islam, hal ini
disebabkan kerohanian Islam memiliki motif, tujuan serta usaha
yang bersumber pada agama Islam. Dan semua kegiatan yang
dilaksanakan tidak lepas dari kerangka ajaran Islam. Kerohanian
Islam juga dipandang sebagai pusat kegiatan remaja yang
bernafaskan Islam, sehingga diharapkan dapat menjadi wadah yang
mampu menghasilkan kader-kader bangsa yang berkarakter.
b. Lembaga dakwah
Kerohanian Islam memiliki tugas yang cukup serius, yaitu
sebagai lembaga dakwah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-
kegiatan seperti pengajian hari besar agama Islam, mentoring, dan
28
sebagainya yang tidak hanya diikuti oleh anggotanya saja
melainkan semua jajaran yang ada di sekolah. Dakwah secara
kelembagaan yang dilakukan oleh Rohis adalah dakwah aktual yaitu
telibatnya Rohis secara langsung dengan objek dakwah melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial keagamaan (Oepen, 1987:
92).
c. Lembaga perjuangan
Kalau kita membaca kembali buku-buku sejarah tentang
bagaimana perjuangan Rasulullah Saw. dalam menegakkan Islam,
maka akan ditemui nama-nama pahlawan yang sebagian besar
masih berusia muda. Ini menunjukkan bahwa bendera Islam tidak
akan berkibar tinggi membentang luas kekuasaannya di permukaan
bumi dan tidak akan tersebar dakwahnya di penjuru alam kecuali
melalui tangan sekelompok orang-orang beriman dari kalangan
generasi muda („Ulwan, 2003: 15)
d. Lembaga kemasyarakatan
Remaja adalah harapan masa depan bangsa, oleh karena itu
pembinaan yang matang perlu diberikan kepada mereka. Peran
Rohis sebagai lembaga kemasyarakatan tidak lepas dari keberadaan
masyarakat dalam menilai kaum remaja. Artinya bahwa kaum
remaja bagaimanapun juga akan tetap dipersiapkan supaya dapat
bersosialisasi dengan masyarakat.
29
4. Bentuk kegiatan organisasi solidaritas kerohanian Islam
Rohis memiliki tugas yang cukup serius yaitu sebagai lembaga
dakwah. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam al-Qur‟an surat Ali
„Imran ayat 104:
ة يدعىى إلى الخير ويأهروى ببلوعروف وينهىى عي الونكر ولتكي هنكن أه
وأولئك هن الوفلحىى
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (El Ishaq, 2016: 12).
Dakwah tersebut dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
yang tidak hanya diikuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran
yang ada di sekolah.
Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan adalah dakwah yang
dibagi menjadi dua macam, yaitu bersifat ammah (umum) dan bersifat
khashah (khusus).
a. Dakwah ammah (umum)
Dakwah ammah dalam sekolah adalah proses penyebaran
fitrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih
dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian,
dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga
memunculkan objek untuk mengikutinya. Dakwah ammah meliputi
(Buku Panduan Dakwah Sekolah.pdf):
1) Penyambutan siswa baru
30
Program ini diadakan khusus untuk penyambutan adik-adik
yang menjadi siswa baru. Target program ini adalah
mengenalkan siswa baru dengan berbagai kegiatan dakwah
sekolah, para pengurus, dan alumninya.
2) Ceramah umum/tabligh
Ceramah umum adalah salah satu program yang populer bagi
penyebaran fikrah Islamiyah secara masal dikalangan siswa,
guru-guru dan karyawan. Biasanya diadakan dalam rangka
menyambut momen tertentu seperti PHBI (Peringatan Hari
Besar Islam).
3) Penyuluhan problem remaja
Progaram penyuluhan program remaja seperti narkoba,
tawuran, dan seks bebas. Program seperti ini juga menarik minat
para siswa karena permasalahan seperti ini sangat dekat dengan
kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka
secara positif.
4) Studi dasar Islam
Studi dasar Islam atau lebih sering dikenal sebagai dauroh
atau pesantren kilat adalah program kajian dasar Islam dalam
jangka waktu tertentu antara 2-5 hari tergantung situasi dan
kondisi. Materinya antara lain tentang akidah, makna
syahadatain, mengenal Allah, mengenal Rasul, mengenal Islam,
dan mengenal al-Qur‟an, peranan pemuda dalam mengemban
31
risalah, ukhuwah urgensi tarbiyah Islamiyah, dan sebagainya.
5) Rihlah/tafakur alam
Rihlah bertujuan untuk menyegarkan kembali jiwa yang
penat sambil menghayati kebesaran ciptaan Allah Swt. dan
menguatkan ukhuwah.
6) Olahraga
Olahraga dapat menjadi program rutin informal bagi para
anggota dakwah sekolah dan simpatisannya dengan tujuan
sebagai tarbiyah jasadiyah sekaligus menggalang ukhuwah dan
solidaritas pengurus.
7) Bazar dan pameran
Bazar yang dimaksud adalah bazar buku, majalah, kaset,
VCD, stationary, busana dan berbagai produk Islami lainnya.
Pameran yang Islami seperti: pameran foto-foto perkembangan
dunia Islam dari berbagai zaman dan penjuru dunia, software
komputer/program multimedia Islam, dan sebagainya.
8) Perlombaan
Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program
utama PHBI merupakan wahana menjaring bakat dan minat para
siswa di bidang keagamaan, ajang perkenalan (ta’aruf)
silaturahmi antar kelas yang berbeda, dan syiar Islam.
9) Majalah dinding
Majalah dinding memeliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai
32
wahana informasi keislaman dan pusat informasi kegiatan
Islam, baik internal sekolah maupun eksternal.
10) Buletin dakwah
Program ini dimaksudkan agar obyek dakwah sekolah
senantiasa mendapat suplai fikroh atau informasi keislaman
secara kontinu dan berkala.
11) Kursus membaca al-Qur‟an
Progaram ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan
pihak guru agama Islam di sekolah, sehingga mereka turut
mendukung dan menjadikan sebagai bagian dari penilaian mata
pelajaran agama Islam.
12) Perpustakaan Islam
Perpustakaan Islam sangat penting peranannya bagi dakwah
sekolah. Inilah sumber ilmu dan pengetahuan, dan mempercepat
kematangan keislaman siswa.
13) Shalat jum‟at berjamaah
Apabila sekolah memiliki fasilitas untuk shalat Jum‟at
berjamaah di dalam lingkungan sekolah (masjid sekolah), maka
jangan sia-siakan untuk mengelolanya dengan penceramah yang
berkualitas dan berfikroh baik. Selain itu, apabila
memungkinkan hendaknya penceramah digilir antara kepala
sekolah, kalangan guru, dan siswa sebagai media latihan tabligh
dan peningkatan partisipasi dan afiliasi pihak birokrasi dan
33
guru.
14) VCD Islam rental
Saat ini telah berkembang pula puluhan item VCD film-film,
nasyid, dokumenter terkait dengan dunia Islam dengan format
dan kualitas gambar yang tidak kalah dengan film konvensional.
15) Informasi perguruan tinggi
Kegiatan ini sangat menarik minat kelas III dan bernilai
efektif bagi tumbuhnya simpati dan kesan yang baik bagi para
aktifis dakwah sekolah dan alumninya di mata masyarakat,
siswa, guru, dan kepala sekolah.
16) Try out SPMB
Program pelayanan ini juga efektif dengan dua tujuan
sekaligus, yaitu membantu persiapan SPMB khususnya para
siswa muslim serta menggalang simpati, silaturahmi, dan
ukhuwah.
17) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan meliputi individu dan keterampilan
komunal yang sangat dibutuhkan oleh para anggota dakwah
sekolah. Keterampilan individu adalah keterampilan yang
memungkinkannya melaksanakan dakwahnya dengan baik di
semua medan dan lingkungan tempat ia berada. Sedangkan
pelatihan komunal adalah keterampilan yang memungkinkan
sekelompok anggota dakwah sekolah melakukan komunikasi
34
yang baik, bertukar pengalaman dan penghimpunan potensi.
18) Pengajian guru
Pengajian guru dapat diadakan dengan pendekatan siswa,
alumni, dan guru aktifis dakwah sekolah, termasuk guru agama
Islam. Diharapkan lama kelamaan kegiatan ini memiliki
manajemen yang terpisah dan dikelola oleh internal guru sendiri
sehingga lebih alamiah dan permanen.
19) Mudzaharah dunia Islam
Informasi muzhaharah dunia Islam hendaknya selalu
disampaikan kepada segenap siswa dan khususnya bagi para
aktifis dan simpatisannya. Kegiatan ini sangat baik bagi
percepatan kematangan fikroh, hamasah (semangat) dan
kematangan pribadi.
b. Dakwah khashah (khusus)
Dakwah khashah adalah proses pembinaan dalam rangka
pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah
khashah bersifat selektif dan terbatas dan lebih berorientasi pada
proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian, objek dakwah
ini memiliki karakter yang khashah (khusus), harus diperoleh
melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah ini meliputi
(Koesmarwanti, 2000: 159-161):
1) Mabit
Mabit yaitu bermalam bersama, diawali dari maghrib atau
35
isya‟ dan diakhiri dengan shalat subuh.
2) Diskusi atau bedah buku (mujaadalah)
Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang
bernuansa pemikiran (fikriyah) dan wawasan (tsaqaafiyah).
Kegiatan ini berjutuan untuk mempertajam pemahaman,
memeperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta
tarbiyah.
3) Daurah/pelatihan
Daurah atau pelatihan merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada siswa, misalnya
daurah al-Qur‟an (bertujuan untuk membenarkan bacaan al-
Qur‟an), daurah bahasa arab (bertujuan untuk penguasaan
bahasa arab), dan sebagainya.
4) Penugasan
Penugasan yaitu suatu bentuk tugas mandiri yang diberikan
kepada peserta halaqah. Penugasan tersebut dapat berupa
hafalan al-Qur‟an, hadis, atau penugasan dakwah.
C. Karakter
1. Pengertian karakter dan pembentukan karakter
Asal karakter berasal dari bahas Latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia
“karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat
36
tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter
diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari
jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku,
kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan,
potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran (Majid, 2013: 11).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari oang lain; tabiat; watak. Dengan demikian,
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia
perbuat (Damayanti, 2014: 11).
Sedangkan pengertian pembentukan karakter menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yaitu pembentukan bermakna proses, cara,
membuat membentuk (Depdiknas, 2007: 136). Dalam hal ini,
pembentukan dapat diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan
membentuk yang dilakukan dengan cara membimbing, mengarahkan,
dan mendidik.
2. Tujuan pendidikan karakter
37
Pembentukan dan pembinaan karakter melalui pendidikan
karakter menjadi kebutuhan mendesak mengingat demoralisasi dan
degradasi pengetahuan dan moral sudah sedemikian akut menjangkiti
bangsa ini di semua lapisan masyarakat.
Menurut Ratna Megawangi dalam Asmani (2013: 48)
pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses
knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses
pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik sehingga
berakhlak mulia)
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari (Muslich, 2011: 81).
Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter
pribadi Rasulullah Saw. bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan
mulia (Majid, 2013: 59). Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat
Al Ahzab ayat 21:
واليىم الآخر وذكر الل أسىة حسنة لوي كبى يرجى الل لقد كبى لكن في رسىل الل
كثيرا
38
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(Majid, 2013: 59).
Kegiatan ekstrakulikuler maupun organisasi yang selama ini
diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu media yang potensial
untuk pembinaan karekter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan pendidikan di luar mata
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
keutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Melalui ekstrakulikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik
(Muslich, 2011: 86-86).
Dalam literatur Islam ditemukan bahwa faktor gen atau
keturunan diakui sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter. Namun, akhir-akhir ini ditemukan bahwa yang
paling berdampak pada karakter seseorang selain gen yaitu makanan,
teman, orangtua, dan tujuan merupakan faktor terkuat dalam mewarnai
karakter seseorang. Dengan demikian, jelaslah bahwa karakter dapat
dibentuk.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa
membangun karakter menggambarkan (Majid, 2005: 20):
39
a. Suatu proses terus-menerus dilakukan untuk membentuk tabiat,
watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang berlandaskan pada semangat
pengabdian dan kebersamaan.
b. Menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter
yang diharapkan.
c. Membina nilai/karakter sehingga menampilkan karakter yang
kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang dilandasi nilai-nilai dan falsafah hidup.
3. Nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional
Nilai-nilai karakter merupakan nilai yang dapat membantu
interaksi bersama orang lain secara lebih baik. Berikut ini merupakan
delapan belas nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional
(Salahudin, 2013: 54-56):
a. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
40
d. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang ingin selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.
j. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
41
l. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
o. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan manfaat bagai dirinya.
p. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang berupaya
mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karekter
dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Tahap pembentukan karakter
42
Pembentukan karakter akan terjadi sepanjang masa sejak
manusia itu dilahirkan hingga manusia itu meninggal dunia.
Pembentukan karakter itu sendiri adalah suatu proses yang dialami oleh
semua manusia sejak lahir hingga meninggal dunia yang berupa
perubahan sikap, sifat, watak yang dihasilkan oleh proses kehidupan
yang dialami seseorang melalui berbagai tahapan kehidupan.
Ada banyak pendapat yang berkaitan tentang proses
pembentukan karakter ini. Namun, secara sederhana terbagi menjadi
empat tahap. Tahap pertama, pada usia dini disebut tahap pembentukan
karakter. Kedua, pada usia remaja disebut tahap pengembangan.
Ketiga, pada usia dewasa disebut tahap pemantapan. Keempat, pada
usia tua disebut tahap pembijaksanaan. (Naim, 2012: 57)
Namun demikian, tidak semua orang setuju dengan pembagian
tersebut, sebab dalam realitanya tidak sedikit orang yang sudah dewasa
ternyata karakternya belum terbentuk. Hal ini menunjukkan
bahwasanya pembentukan karakter tidak selalu terpengaruh pada
umum seseorang. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang
dalam perilaku dan segala hal yang brekaitan aktivitas hidupnya sarat
dengan nilai-nilai kebaikan. (Naim, 2012: 60).
5. Pilar-pilar pendidikan karakter
a. Moral Knowing
Menurut William Kilpatrick dalam Muslich (2011: 133),
salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku
43
baik, walaupun secara kognitif ia mengetahuinya (moral knowing),
yaitu karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau
moral action.
Moral knowing ini terdiri dari enam hal, yaitu: (1) moral
awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral values
(mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspectiv taking (penentuan
sudut pandang), (4) moral reasoning (logika moral), (5) decision
making (keberanian mengambil menentukan sikap), dan (6) self
knowledge (pengenalan diri).
Keenam hal tersebut adalah komponen-komponen yang
harus diajarkan kepada siswa untuk mengisi ranah pengetahuan
mereka.
b. Moral Feeling
Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan
kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia
untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat
enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu
dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter,
yaitu: (1) conscience (nurani), (2) self esteem (percaya diri), (3)
empathy (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good
(mencintai kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri),
dan humility (kerendahan hati).
c. Moral Action
44
Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan
moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata.
D. Peran Organisasi Kerohanian Islam dalam Pembentukan karakter
Kelompok atau organisasi memiliki pengaruh yang kuat
bagi pengembangan diri anggotanya. Seseorang yang masuk dalam
organisasi sosial yang santun, maka ia akan berupaya untuk bersikap
santun sebagaimana identitas kelompoknya.
Mengingat organisasi atau kelompok memiliki pengaruh
yang besar terhadap anggotanya, maka menempatkan organisasi (apapun
bentuknya) sebagai media untuk membangun karakter anggota kelompok
menjadi penting (El Ishaq, 2016: 136).
Organisasi SKI yang bernafaskan al-Qur‟an dan Sunnah
merupakan salah satu sarana dalam membentuk kualitas anggotanya yaitu
peserta didik agar menjadi muslim yang seutuhnya serta mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki agar senantiasa berhubungan dengan Allah
Swt., manusia, dan alam semesta.
Peran organisasi SKI dalam membentuk karakter peserta
didik terwujud dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh SKI itu
sendiri sebagai suatu dakwah Islamiyah yang diperuntukkan kepada
anggota, pengurus, maupun warga sekolah.
Kegiatan kerohanian Islam dalam hal ini di antaranya
kegiatan rutin seperti kajian rutin, pengajian hari-hari besar, pesantren
45
ramadhan, tafakur alam, dan lain sebagainya yang bertujuan
memperdalam iman dan takwa peserta didik.
Siswa yang aktif dalam organisasi SKI dan sering
berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan SKI cenderung memiliki
karakter yang baik karena cenderung mendasarkan sikap dan perilakunya
dengan dalil-dalil al-Qur‟an dan Sunnah-sunnah yang telah dikajinya
dalam organisasi. Mereka akan lebih matang dan mantap dalam
menjalankan aktifitasnya sebagai hamba Allah karena ketentuan yang
ditetapkan Allah telah tersimpan dalam memori pikiran masing-masing
peserta didik.
46
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
E. Gambaran Umum Sekolah
5. Sejarah Berdirinya SMA N 1 Salatiga
SMA N 1 Salatiga berdiri sejak tahun 1954, di antara
pertimbangan pendiriannya adalah sebagai berikut:
a. Membantu warga Salatiga yang ingin melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinngi (SLTA Negeri)
b. Di Kota Salatiga belum terdapat SLTA negeri, sehinga warga
Salatiga yang ingin melanjutkan pendidikannya ke SMA negeri
harus keluar kota (Semarang, Solo, dll)
c. Di Salatiga sudah ada tiga SMA swasta yang apabila menempuh
ujian harus didaftarkan dan dilaksanakan di Semarang
Dengan latar belakang tersebut di atas, maka beberapa tokoh
masyarakat dan cendekiawan, khususnya yang mempunyai kedudukan
di DPRD berembuk (musyawarah). Dari hasil berembuk tersebut, maka
pada tanggal 01 Juli 1954 didirikanlah SMA B di Salatiga.
Untuk mendirikan SMA negeri yang pada waktu itu sudah
sangat mendesak, maka dilakukan langkah menghubungi kator wilayah
Semarang dan kantor Inspeksi di Jakarta. Dalam hal ini, persetujuan
yayasan SMA B Salatiga menjadi SMA B untuk proses lebih lanjut.
47
Setelah diperoleh persetujuan dan perijinan dari Inspektorat
SMA di Jakarta, langkah selanjutnya adalah:
a. Usaha mencari gedung
Atas usaha Bapak M. Soedijono (Walikota Kepala Daerah
Kotapraja Salatiga) yang juga pengurus yayasan SMA B Salatiga,
dilakukan persetujuan dengan jawatan sosial. Jawatan sosial
menyerahkan gedung di Jl. Diponegoro No. 39 yang semula
digunakan untuk penampungan orang jompo warga Belanda, oleh
Bapak Soemardi (Kepala Kantor Perumahan Kotapraja Salatiga)
penampungan orang jompo di pindah ke tempat lain.
b. Usaha mencari perabot
Setelah diperoleh gedung, maka langkah berikutnya adalah
mencari perabotan utuk kelengkapan sebuah sekolah. Untuk
membeli perabotan sekolah, atas persetujuan DPRD, Walikotapraja
mengeluarkan dana.
c. Menyiapkan tenaga pengajar
Untuk sementara tenaga pengajar diambil dari cendekiawan
yang mau atau rela berjuang serta guru-guru SMA swasta dan guru
dari luar kota Salatiga.
Setelah ketiga persiapan itu terpenuhi, pada tanggal 01
Agustus 1954 berdirilah SMA B sebagai SMA Swasta, dengan
pimpinan Bapak Djokosoetotro. SMA B Swasta berjalan selama satu
tahun, kemudian diusulkan ke kantor wilayah dan Departemen untuk
48
dijadikan SMA Negeri. Dengan pertimbangan Salatiga sebagai
Kotapraja sudah memiliki beberapa SMP Negeri dan Swasta, maka
Salatiga diberikan satu SMA Negeri.
Usaha ini mulanya bertepatan dengan kunjungan Bapak
Moch. Yamin, S. H. ke Salatiga dan selanjutnya diajukan pada saat
Bapak Sarino Mangunsarkoro (Mantan menteri PP dan K, anggota
DPR) berkunjung ke Salatiga. Usaha tersebut membuahkan hasil, dan
sejak 01 Agustus 1954 SMA B Salatiga diresmikan sebagai SMA
Negeri Salatiga, dengan alamat Jl. Dionegoro No. 39 sebagai rumah
sekolah.
Karena kekurangan lokal kelas, meskipun sudah menjadi
sekolah negeri, SMA Negeri Salatiga hanya memiliki satu jurusan,
yaitu SMA bagian B (Pasti Alam). Setelah keadaan stabil, baik
ketenangan maupun administrasi, maka tahun 1958/1959 SMA Negeri
Salatiga membuka SMA bagian A (Jurusan Sastra). Sehubungan
dengan hal tersebut, sekolah memperoleh otoritasi (terlegalisir tanggal
25 Agustus 1959) untuk memperbaiki gedung induk. Pada tahun
196/1961 membuka SMA bagian C (Jurusan Sosial), dengn demikian
SMA Negeri Salatiga sudah lengkap menjadi jurusan A, B, dan C.
Untuk mengatasi kekurangan lokal dengan bertambahnya
jurusan, sekolah meminjam dengan SGTK di Jl. Kartini No. 2 Salatiga,
sehingga SMA Negeri Salatiga menempati dua lokasi belajar yang
terpisah, dan hal ini berlangsung sampai tahun 1961/1962.
49
Mengingat semakin bertambahnya siswa, pada tahun
1962/1963 lokal pinjaman bertambah yaitu di SMP 2 pada tahun
1963/1964 menambah lokal lagi di SMP 1 Salatiga. Pada tahun
1964/1965 pinjaman gedung di SMP 2 dan SMP 1 dikembalikan.
Hanya menggunakan gedung SGTK, dan pelajaran terpaksa
dilaksanakan pada sore hari. Karena SMA Negeri diberi tempat di
CHKM (Sekolah Rakyat Cina) di JL. Ksatrian (sekarang JL. Ahmad
Yani) terhitung sejak 27 Mei 1966.
Berkat usaha keras Bapak Soedijono (Walikota) pada tahun
1967 SMA Negeri Salatiga menempati gedung baru di Jl. Kemiri No. 1.
Sejak ini secara berangsur-angsur kelas-demi kelas dapat dipindahkan.
Sampai dengan tahun ajaran 1980/1981 ruang kelas yang ada
di gedung jalan Diponegoro masih dimanfaatkan sebagai kelas IPS.
Dengan demikian pembelajaran masih dilakukan di dua tempat. Di
jalan Diponegoro 39 untuk kelas IPS dan di jalan Kemiri 1 untuk kelas
IPA.
Mulai tahun ajaran 1981/1982 semua kegiatan pembelajaran
intrakulikuler sudah dilakukan di gedung yang yang ada di jalan Kemiri
1 Salatiga. Artinya, semua kelas telah dioperasikan di satu atap.
Sedangkan gedung yang ada di jalan Diponegoro 39 digunakan untuk
kegiatan keterampilan dan kesenian.
Pada 6 April 1984 gedung di Jalan Diponegoro 39 oleh
Pemerintahan Kota Madya Salatiga diserahkan ke Yayasan Pendidikan
50
Salatiga untuk digunakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMA.
Dengan demikian semua aktifitas operasional SMA N 1 Salatiga
dipusatkan di Gedung Jalan Kemiri 1 Salatiga.
6. Profil Sekolah
a. Identitas sekolah
1) Nama sekolah : SMA N 1 Salatiga
2) NPSN : 20328447
3) Akreditasi : A
4) Jenjang : SMA
5) Status : Negeri
b. Lokasi sekolah
1) Alamat : Jl. Kemiri No. 1 Salatiga
2) Kelurahan : Sidorejo Lor
3) Kecamatan : Sidorejo
4) Kota : Salatiga
5) Provinsi : Jawa Tengah
6) Kodepos : 50711
c. Data pelengkap sekolah
1) SK Pendirian Sekolah : 3142/6/111
2) Tanggal SK Pendirian : 1901-01-01
3) Status Kepemilikan : Kepemilikan Daerah
4) SK Izin Operasional :
5) Tgl SK Izin Oprasional : 1900-01-01
51
6) Nomor Rekening : 297517111
7) Nama Bank : BNI
8) Cabang KCP/Unit : Salatiga
9) Rekening Atas Nama : SMA N 1 Salatiga
10) MBS : Tidak
11) Luas Tanah Milik (m2) : 2020
12) Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 900
13) Nama Wajib Pajak :
14) NPWP : 2.91969E+12
d. Kontak Sekolah
1) No telepon : 0298-326867
2) Fax : 0298-326867
3) Email : sma1sltg@yahoo.com
4) Website : http://www.sman1salatiga.sch.id
5) Kepala Sekolah : Drs. Suyitno, M. Pd.
7. Visi, Misi, dan Tujuan SMA N 1 Salatiga
a. Visi
“Beriman, berkarakter, berbudaya, berdaya saing, dan berwawasan
lingkungan”.
b. Misi
1) Mewujudkan insan yang bertaqwa melalui pendidikan dengan
melaksanakan ajaran agama
2) Mewujudkan insan berakhlak mulia melalui keteladanan
52
3) Mewujudkan insan berkarakter melalui kegiatan intrakulikuler,
ekstarkulikuler, dan kegiatan organisasi sekolah
4) Mewujudkan insan yang gemar meneliti dan cinta lingkungan
5) Mewujudkan insa yang cinta menjunjung tinggi kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotong royongan
6) Mewujudkan insan yang aktif, kretif, inovatif, dan kompetitif
secara nasional dan internasional
7) Mewujudkan insan yang berperilaku hidup bersih dan sehat
8) Mewujudkan insan yang perduli dan berupaya dalam
pengelolaan lingkungan hidup
c. Tujuan
1) Mampu melaksanakan Kurikulum 2013 dan Program Cerdas
Istimewa Bakat Istimewa (CIBI)
2) Mampu memperoleh medali dalam olimpiade Matematika,
Sains, dan prestasi non akademik tingkat Nasional dan
Internasional
3) Mampu melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan inovatif untuk semua mata pelajaran
4) Mampu memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang
profesional
5) Mampu memiliki sarana prasarana pembelajaran yang memadai
serta berbasis Information Communication Technology (ICT)
53
6) Mampu memiliki layanan manajemen berbasis Information
Communication Technology (ICT) dan manajemen mutu ISO
9001 tahun 2008
7) Mampu menjalin kerjasama dengan stakeholder untuk menggali
dana yang memadai, wajar, dan berkeadilan untuk
meningkatkan kemajuan sekolah
8) Mampu memiliki perangkat penilaian yang relevan
9) Mampu mewujudkan nilai-nilai keagamaan dan mampu
beradaptasi dengan perkembangan budaya global sesuai jati diri
bangsa
10) Mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
11) Mampu mengelola lingkungan dan mengendalikan pencemaran
lingkungan
12) Mampu memiliki lingkungan yang hijau, bersih, indah, dan
nyaman
8. Data Sarana dan Prasarana Sekolah
Secara umum, SMA N 1 Salatiga memiliki 4 gedung utama
yaitu gedung A, B, C, dan D. Selain keempat gedung tersebut, terdapat
gedung yang terpisah yaitu Gedung Laboratorium, Gedung Serba Guna,
Kantin Sehat, dan Masjid.
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran, ekstrakulikuler
serta kegiatan peserta didik lainnya, SMA N 1 Salatiga memiliki
beberapa ruang tertutup dan terbuka sebagai berikut:
54
Tabel 1: Sarana dan Prasarana Sekolah
No Fasilitas No Fasilitas
1 39 Ruang kelas 21 Koperasi peserta didik
2 Ruang kepala sekolah 22 Ruang tamu
3 Ruang wakil kepala sekolah 23 Ruang seni
4 Ruang guru 24 Ruang OSIS
5 Ruang guru BK 25 Ruang gamelan
6 Ruang konseling 26 Ruang pramuka
7 Ruang kantor dan TU 27 Ruang Display Karya peserta
didik
8 4 ruang laboratorium
komputer
28 3 unit kamar mandi dan WC guru
9 2 ruang raboratorium
fisika
29 3 unit kamar mandi karyawan
10 2 ruang laboratorium
kimia
30 1 unit kaman mandi dan WC
kepala sekolah
11 Ruang laboratorium
astronomi
31 20 unit kamar mandi dan WC
peserta didik
12 2 ruang laboratorium biologi 32 Ruang SKI
13 3 laboratorium bahasa 33 Ruang fotocoy
14 Perpustakaan 34 Lorong piala
15 Ruang agama Kristen 35 Pos satpam
55
16 Ruang agama Katolik 36 Dapur
17 Ruang rapat 37 Kantin sehat
18 Lapangan sepak bola 38 Kantin kejujuran
19 Lapangan basket 39 Lahan parkir kendaraan roda 2 dan
roda 4
20 UKS
9. Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah
Tabel 2: Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah
Guru/
Staf
Laki-
Laki
Perem-
puan Jumlah Keterangan
Guru Tetap (PNS) 25 45 70
Guru Tidak Tetap (Non
PNS)
3 11 14
Guru PNS Dipekerjakan - 1 1 Mengajar di Sekolah
Indonesia di
Moskow, Rusia
Tenaga Kependidikan
(PNS)
2 3 5
Tenaga Kependidikan
(Non PNS)
13 6 19
Jumlah 44 67 109
56
10. Data Siswa
Tabel 3: Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelas X 120 189 309
Kelas XI 108 207 315
Kelas XII 128 194 322
Jumlah 356 590 946
11. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013.
Sistem pembelajaran menggunakan pendekatan scientific.
Tempat pembelajarannya indoor dan outdoor.
F. Gambaran Umum Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-
Royyan
1. Sejarah Organisasi SKI Ar-Royyan
SKI Ar-Royyan adalah organisasi siswa yang berasaskan
Islam yang didirikan oleh pelajar muslim SMA N 1 Salatiga.
Organisasi ini termasuk organisasi terbesar kedua setelah OSIS.
Organisasi ini bernama SKI Ar-Royyan yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu SKI Ar-Rijal (kaum laki-laki) dan SKI An-Nisa‟
(kaum perempuan).
57
SKI ini dibagi menjadi dua, yaitu SKI pasif (umum) untuk
semua anggota SKI, dan SKI aktif untuk semua pengurus. Jumlah
untuk seluruh anggota SKI yaitu 178 siwa. Organisasi ini juga termasuk
lembaga dakwah di sekolah.
Selain itu, organisasi ini juga menjadi team penasehat yang
selalu mengajak anggotanya maupun pengurusnya untuk amar ma’ruf
nahi munkar. Sebagaimana dalam anggaran dasar SKI Ar-Royyan,
didirikan dengan tujuan mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada
Allah Swt. dengan cara mendorong dan mengembangkan dakwah
Islam. Firman Allah dalam QS. Ali-„Imran: 104:
ة يدعىى إلى الخير ويأهروى ببلوعروف وينهىى عي الونكر ولتكي هنكن أه
وأولئك هن الوفلحىى
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (El Ishaq, 2016: 12).
Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri
kepada Allah, dan Munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan
diri pada Allah.
2. Visi, Misi dan Tujuan SKI Ar-Royyan
a. Visi
“Menghidupkan syiar Islam dalam lingkup sekolah”
b. Misi
1) Menjadi pelopor pelaksanaan dakwah di lingkungan sekolah
58
2) Melaksanakan program kerja
3) Menjadi teladan bagi sesama
c. Tujuan
Menjadi wadah aspirasi bagi siswa dan siswi SMA N 1
Salatiga dalam rangka mewujudkan generasi yang bertaqwa dan
berakhlak mulia.
3. Struktur Pengurus Organisasi SKI Ar-Royyan
Ketua Umum : Defasta Abid P
Ketua I : Rafi Ramadhani
Ketua II : Syafaat Mahrus A
Sekretaris Umum : Ani Fitriyani
Sekretaris I : Almas Putri M
Bendahara Umum : Lutfiah Ayu K
Bendahara I : Alisa Qothrunnada
Departemen Takmir: Naufan Hermawan
1. GSM : Winar Wahyu W. dan Johansyah Fahar B.
2. Jum‟atan : Alfian Muzadi
Departemen Dakwah: Bagas Putra P.
1. Khotmil : Najib dan Syafia
2. Rebana : Rizal Adam S.
3. Infaq : Alvin dan Azmi
4. Kajian : Dimas, Ahsani, Hadad, dan Faiz
5. Asmaul Husna : Faiz dan Alfian
59
Departemen Informasi: Fatia Zahra I. dan Ardyta Alni S.
1. Perupustakaan : Sholy, Mirna, dan Amal N.
2. Mading : Agil, Ukik, dan Nisrina
Departemen Buletin: Fita Agustina, M. Ghulam P., dan Amal D.
G. Penyajian Data
1. Kegiatan Organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga
Kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan sekaligus menjadi
program kerja organisasi ini. Dalam pelaksanaannya, program kerja ini
dibagi menjadi empat bagian, yaitu program kerja harian, mingguan,
bulanan, dan monumental.
a. Program Kerja Harian
Program kerja harian merupakan program kerja yang
dilakukan pada setiap harinya. Wujud dari kegiatannya adalah
pembacaan Asmaul Husna.
Asmaul husna ini dibacakan oleh salah seorang petugas yang
juga merupakan pengurus SKI Ar-Royyan pada setiap harinya
dimulai dari pukul 06.30 WIB – 06.50 WIB.
b. Program Kerja Mingguan
Program kerja harian merupakan program kerja yang
dilakukan satu kali dalam satu minggu. Wujud dari kegiatannya
adalah:
60
1) Pengadaan Infaq
Infaq ini merupakan pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh
warga sekolah SMA N 1 Salatiga. Infaq ini disediakan tempat
berupa kotak amal infaq yang setiap harinya diletakkan di
masjid sekolah dan untuk penghitungannya dilakukan oleh
pengurus SKI dibantu pembina.
2) Rebana
Pelatihan rebana SKI Ar-Royyan dilakukan pada hari jum‟at
seminggu sekali oleh para anggota maupun pengurus yang ingin
belajar lebih dalam mengenai kesenian Islam. Rebana juga
merupakan salah satu media dakwah yang digerakkan oleh SKI
Ar-Royyan.
3) Shalat jum‟at berjama‟ah
Masjid yang didirikan oleh sekolah keberadaannya selalu
dimaksimalkan oleh SKI Ar-Royyan. Selain digunakan sebagai
tempat shalat atau beribadah, banyak kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di masjid. Salah satunya adalah dengan
menjadikan masjid sekolah sebagai tempat ibadah rutin shalat
jum‟at berjamaah bagi warga sekolah.
4) Kajian
Kajian rutin adalah kajian yang sifatnya rutin, diadakan oleh
SKI Ar-Royyan pada hari jum‟at di setiap minggunya dengan
61
pemateri alumni ataupun guru pembina. Adapun materi kajian
berupa materi-materi keislaman dan materi kontemporer.
c. Program Kerja Bulanan
1) Khotmil Qur‟an
Khotmil Qur‟an yang diadakan oleh SKI Ar-Royyan biasanya
juga terdapat tausiah di dalamnya yang bertempat di Masjid
sekolah. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk wujud
kecintaan para siswa kepada kitab suci Al-Qur‟an.
2) GSM (Gerakan Sayang Masjid)
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang berupa pembersihan dan
perawatan masjid sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
anggota dan pengurus SKI Ar-Royyan yang dibantu oleh
pembina pada hari sabtu setiap dua minggu sekali.
3) Buletin
Buletin merupakan salah satu wadah dalam rangka menyiarkan
Islam. Selain itu, buletin juga merupakan wadah untuk
menyalurkan bakat siswa dalam menulis. Setiap hasil karya atau
kreatifitas dapat dipublikasikan dalam buletin walaupun harus
melalui penjaringan terlebih dahulu. Sehingga, dengan adanya
buletin ini, selain menambah wawasan bagi siswa, juga dapat
memberikan semangat dalam memunculkan kreatifitas
berbentuk tulisan.
62
4) Mading (Majalah Dinding)
Madinng merupakan salah satu sarana dari sekolah dalam
rangka untuk memberikan layanan kepada siswa yang berbentuk
informasi, pengetahuan maupun info terkini. SKI Ar-Royyan
memanfaatkan mading untuk memberikan informasi keislaman,
pengerathuan maupun informasi dunia Islam. Jadi, mading
selain untuk sosialisasi keberadaan SKI juga memberikan opini
yang positif bagi siswa dalam kreatifitas dan pewacanaan
keislaman.
d. Program Kerja Monumental
1) Perayaan Idul Adha
Perayaan Idul Adha yang ditandai dengan shalat sunnah Idul
Adha dan penyembelihan hewan kurban selalu dilaksanakan
oleh warga muslim SMA N 1 Salatiga dengan dipanitiai oleh
anggota dan pengurus SKI Ar-Royyan. Seusai shalat, dilakukan
penyembelihan hewan kurban yang nantinya dagingnya akan
dibagikan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.
2) Ziarah
Pada tahun 2016, SKI Ar-Royyan mengadakan kegiatan ziarah
ke makam wali di Demak, Kudus, dan Semarang.
3) Pawai Ta‟aruf
63
Dalam rangka menyambut tahun baru Islam, SKI Ar-Royyan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan pawai ta‟aruf tingkat kota
Salatiga yang pesertanya dari sekolah-sekolah di Salatiga.
4) Idul Yatama
Kegiatan ini berupa memberikan santunan kepada anak yatim di
panti asuhan di Salatiga dalam rangka idul yatama.
5) LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan)
Kegiatan LDK yang diadakan oleh SKI Ar-Royyan dengan
tujuan untuk menanamkan, mengajarkan, dan melatih nilai-nilai
kepemimpinan kepada anggota SKI sekaligus menerapkannya
dalam organisasi maupun dalam kegiatan sehari-hari.
6) Maulid Nabi
Dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad
Saw., SKI Ar-Royyan mengadakan kegiatan maulid Nabi yang
di dalamnya terdapat tausiah serta shalawat-shalawat atas Nabi.
7) Evaluasi Tengah Tahun
Evaluasi tengah tahun merupakan program evaluasi kegiatan-
kegiatan SKI Ar-Royyan selama kurun waktu setengah tahun.
8) Isra‟ Mi‟raj
Isra‟ mi‟raj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad
dimana Beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian
naik ke Sidratul Muntaha. Dari peristiwa ini, Nabi Muhammad
64
mendapatkan perintah langsung dari Allah untuk mengerjakan
shalat lima waktu.
Momentum ini selalu diperingati oleh orang-orang muslim
termasuk warga muslim SMA N 1 Salatiga yang diadakan oleh
SKI Ar-Royyan.
9) Mujahadah
Kegiatan mujahadah yang diadakan oleh SKI AR-Royyan
merupakan program kerja SKI yang diperuntukkan bagi siswa
kelas sepuluh muslim untuk bermuhasabah diri bersama dan
menghidupkan kembali rasa iman dan takwa kepada Allah Swt.
bermuhasabah diri baik sebagai seorang anak maupun sebagai
seorang siswa. Kegiatan ini diadakan selama satu hari satu
malam. Peserta diajak untuk berdzikir, mendengarkan kajian,
shalat malam, dan beberapa kegiatan lainnya.
10) FLI (Festival Lomba Islami)
Festival lomba Islami diakadan oleh SKI Ar-Royyan yang
diperuntukkan untuk siswa siswi SMP dan MTs se-kota Salatiga
dan sekitarnya dengan berbagai cabang lomba yang
diselengggarakan.
11) Gatra (Gelar Aktivitas Ramadhan)
Gatra merupakan kegiatan SKI Ar-Royyan yang diadakan di
bulan suci ramadhan, seerti pesantren kilat dalam rangka
memperkenalkan SKI kepada peserta didik baru.
65
12) Reorganisasi
Reorganisasi SKI AR-Royyan seperti reorganisasi yang lain,
yaitu pergantian dan pelantikan pengurus SKI Ar-Royyan yang
baru.
13) FS SKI (Forum Silatirahmi SKI)
Kegiatan ini menjadi momentum bagi SKI se-kota Salatiga
untuk melakukan silaturahmi, bertukar pikiran, ataupun yang
lainnya.
2. Peran Kegiatan Organisasi SKI Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter
Siswa di SMA N 1 Salatiga
Bentuk peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter
siswa terwujud dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
SKI itu sendiri dengan adanya departemen-departemen yang telah
dibentuk berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang.
“SKI menurut saya adalah organisasi yang menjadi wadah
bagi siswa-siswa muslim SMA N 1 Salatiga. SKI tidak
membeda-bedakan dan tidak memilih-milih siswa untuk
dapat bergabung di dalamnya. Berbeda dengan organisasi
lain yang adanya seleksi untuk masuk atau bergabung.
Seperti yang telah disampaikan oleh pembina kami, bahwa
SKI adalah organisasi yang mau menerima semua siswa
tanpa pandang siapa atau bagaimana siswa tersebut,
meskipun siswa tersebut memiliki perilaku yang kurang baik.
Salah satu alasan SKI karena apabila siswa yang tertolak di
organisasi lain dan mereka masih juga tertolak di organisasi
SKI, lantas mereka akan kemana. Justru bedanya SKI itu
karena SKI ingin menjadikan seorang siswa yang kurang baik
menjadi lebih baik terutama pada akhlak atau karakternya.
Hal ini selaras dengan tujuan SKI itu sendiri. Melalui
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh SKI, perbedaan
karakter siswa mulai terlihat antara sebelum mengikuti SKI
dengan sesudah masuk di SKI. Jadi, menurut saya, SKI
66
sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa menjadi
lebih baik” (Wawancara dengan DAP, 26 Mei 2017)
Pembentukan karakter tersebut dapat terbentuk melalui
semua kegiatan yang dilaksanakan oleh SKI. Setiap anggota dan
pengurus merasakan pengaruhnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Waktu yang dibutuhkan SKI Ar-Royyan untuk dapat
membentuk karaker siswa dengan baik yaitu kurang lebih dalam kurun
waktu satu tahun. Dimulai dari siswa masuk dan tergabung dalam
keanggotaan SKI Ar-Royyan sampai menjadi pengurus.
“Saya ikut bergabung dengan organisasi SKI sejak saya di
kelas X. Alasan saya bergabung dengan SKI karena saya
ingin memperbaiki diri. Sejak saya bergabung dengan SKI,
saya banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh SKI yang membuat saya menjadi
merasa ada hal yang berubah dari dalam diri saya. Perubahan
ini seperti cara pandang saya, sikap, cara berfikir, perasaan
dan saya paling terasa adalah saya mulai rajin beribadah
daripada sebelumnya. Contoh kecil, saya selalu berusaha
untuk shalat tepat waktu, mengerjakan shalat sunah dhuha
setiap pagi, dan selalu ingin mengerti agama lebih jauh lagi.
Perubahan ini saya rasakan setelah saya sering mengikuti
kajian-kajian yang diadakan oleh SKI. Selain itu, sejak saya
dipilih menjadi pengurus, saya mulai lebih aktif dalam
berbagai kegiatan SKI, ini mengajarkan saya menjadi orang
yang lebih bertanggung jawab, kerja keras, dan juga disiplin”
(Wawancara dengan RR, 30 Mei 2017)
Seperti halnya apa yang telah disampaikan oleh Pak Hanif
selaku pembina SKI Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga:
“Jika ditanya SKI berperan dalam pembentukan karakter
siswa atau tidak, menurut saya jelas SKI sangat berperan. Tidak hanya
beberapa karakter saja. Melainkan delapan belas karakter semuanya
masuk. Baik itu dari tutur kata maupun perbuatan mereka dan terlihat
di kegiatan-kegitan mereka juga. Setiap selesai kegiatan tidak lupa
untuk bersih-bersih, kerjasama, dan lain sebagainya. Masalah yang
berkaitan dengan bangsa tidak ada indikasi menyimpang dari mereka
67
juga. Insyaa Allah SKI akan menjadikan siswa yang semula kurang
terarah akan menjadi lebih terarah” (Wawancara dengan Bapak Hanif,
23 Mei 2017).
Berikut ini merupakan karakter yang dibentuk dalam
organisasi SKI Ar-Royyan dan juga merupakan 18 karakter yang
ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan indikator
pencapaian karakter diambil dan disesuaikan dengan indikator yang
terdapat pada indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterbitkan oleh
Kemendiknas tahun 2010. Keberhasilan SKI Ar-Royyan dalam
membentuk karakter siswa dapat dilihat melalui indikator berikut ini:
Tabel 4: Indikator Pembentukan Karakter Siswa
No Nilai-Nilai
Karakter Indikator Pertanyaan
1 Religius 1. Melaksanakan syari‟at
Islam
2. Menghormati agama lain
3. Bergaul dengan teman
yang beda agama
1. Apakah kamu
melaksanakan ajaran
agamamu?
2. Apakah kamu menghormati
agama lain?
3. Apakah kamu mau
berteman dengan orang non
muslim?
2 Jujur 1. Menjawab pertanyaan
sesuai kebenarannya.
2. Melaksanakan tugas
sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku
di sekolah.
1. Apakah kamu menjawab
pertanyaan dari guru,
pembina SKI, dan teman-
teman dengan jujur?
2. Apakah kamu mencontek
saat ulangan maupun ujian?
68
3. Membayar barang yang
dibeli dengan jujur.
4. Mengembalikan barang
yang dipinjam atau
ditemukan di tempat
umum.
3. Apakah kamu jujur saat
membayar barang
dimanapun termasuk di
kantin kejujuran?
4. Apakah kamu
mengembalikan barang
yang bukan milikmu?
3 Toleransi 1. Memberi kesempatan
kepada teman untuk
berbeda pendapat.
2. Bersahabat dengan
teman lain tanpa
membedakan agama,
suku, dan etnis
3. Mau menerima pendapat
yang berbeda dari teman
sekelas
1. Apakah kamu memberi
kesempatan kepada teman
untuk pendapat?
2. Apakah kamu memilih-
milih teman berdasarkan
status sosial maupun ras?
3. Apakah kamu dapat
menerima pendapat yang
berbeda?
4 Disiplin 1. Selalu teliti dan tertib
dalam mengerjakan
tugas.
2. Mematuhi dan
melaksanakan tata tertib
sekolah
3. Tidak datang terlambat
ketika sekolah
4. Selalu mengerjakan dan
mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru
1. Apakah kamu mengerjakan
tugas dengan teliti dan
tertib?
2. Apakah kamu mematuhi
tata tertib sekolah?
3. Apakah kamu datang
terlambat ketika sekolah?
4. Apakah kamu
mengumpulkan tugas yang
diberikan oleh guru?
5 Kerja keras 1. Menggunakan waktu 1. Apakah kamu
69
secara efektif untuk
menyelesaikan tugas-
tugas di kelas dan luar
kelas.
2. Selalu berusaha untuk
mencari informasi
tentang materi pelajaran
dari berbagai sumber
3. Pantang menyerah
4. Bersungguh-sungguh
saat belajar di sekolah
menggunakan waktu secara
efektif untuk menyelesaikan
tugas-tugas
2. Apakah kamu berusaha
untuk mencari informasi
tentang materi pelajaran
dari berbagai sumber?
3. Apakah kamu termasuk
orang yang pantang
menyerah?
4. Apakah kamu bersikap
serius saat mengikuti
pelajaran di kelas dan saat
mengikuti kegiatan sekolah
yang lain?
6 Kreatif 1. Mengajukan suatu
pikiran baru tentang
suatu pokok bahasan.
2. Menerapkan
hukum/teori/prinsip yang
sedang dipelajari dalam
aspek kehidupan
masyarakat.
3. Membuat karya
baru/inovasi baru
1. Apakah kamu
menyampaikan
idemu/pemikiran baru pada
saat membahasan suatu
pokok bahasan?
2. Apakah kamu menerapkan
ilmu yang kamu dapatkan
untuk kehidupan
masyarakat?
3. Apakah kamu berusaha
membuat suatu karya yang
dapat bermanfaat bagi
orang lain?
7 Mandiri 1. Mencari sumber di
perpustakaan untuk
1. Apakah kamu mencari buku
sendiri di perpustakaan
70
menyelesaikan tugas
sekolah tanpa bantuan
pustakawan
2. Mengerjakan tugas
sendiri, kecuali tugas
kelompok
3. Menyelesaikan masalah
tanpa bantuan orang lain
tanpa bantuan pustakawan?
2. Apakah kamu mengerjakan
tugas mandirimu sendiri?
3. Jika kamu mendapatkan
masalah, apakah kamu akan
meminta bantuan orang lain
untuk memecahkannya?
8 Demokratis 1. Membiasakan diri
bermusyawarah dengan
teman-teman.
2. Memberi kesempatan
kepada teman yang
menjadi pemimpinnya
untuk bekerja.
3. Tidak memaksakan
kehendak sendiri kepada
orang lain
1. Apakah kamu membiasakan
diri bermusyawarah dengan
teman-teman?
2. Apakah kamu menghormati
teman yang menjadi
pemimpin?
3. Apakah kamu memaksakan
kehendakmu kepada orang
lain?
9 Rasa ingin
tahu
1. Bertanya atau membaca
sumber di luar buku teks
tentang materi yang
terkait dengan pelajaran.
2. Membaca atau
mendiskusikan beberapa
peristiwa alam, sosial,
budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi
yang baru didengar.
1. Apakah kamu menanyakan
jawaban hal-hal yang belum
kamu tahu/pahami kepada
guru atau pembina?
2. Apakah kamu melakukan
diskusi membahas tentang
isu-isu yang sedang terjadi?
10
Semangat
kebangsaan
1. Turut serta dalam panitia
peringatan hari pahlawan
1. Apakah kamu ikut
berpartisipasi dalam
71
dan proklamasi
kemerdekaan
2. Mengemukakan sikap
dan tindakan mengenai
hubungan Indonesia
dengan negara-negara
lain dalam masalah
politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
perayaan hari besar
nasional?
2. Apakah kamu rutin
mengikuti upacara bendera?
3. Apakah kamu ikut
menyikapi hubungan
Indonesia dengan negara-
negara lain dalam masalah
politik, ekonomi, sosial, dan
budaya dengan cara kamu
sendiri?
11 Cinta tanah
air
1. Mengemukakan sikap
dan kepedulian terhadap
keberagaman budaya dan
seni di Indonesia
2. Menggunakan bahasa
daerah dan bahasa
Indonesia dengan baik
dan benar
3. Rasa bangga dan peduli
terhadap berbagai
unggulan produk
Indonesia
1. Apakah berpartisipasi
dalam melestarikan budaya
dan kesenian daerah?
2. Apakah kamu
menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa
daerah dengan baik saat
berkomunikasi?
3. Apakah kamu bangga dan
menggunakan produk
Indonesia?
12 Menghargai
prestasi
1. Rajin belajar untuk
berprestasi tinggi.
2. Berlatih keras untuk
menjadi pemenang
dalam berbagai kegiatan
di sekolah maupun di
luar sekolah.
1. Apakah kamu rajin belajar
untuk berprestasi tinggi?
2. Apakah kamu berlatih keras
untuk menjadi pemenang
dalam berbagai kegiatan
lomba?
3. Apakah kamu menghargai
72
3. Menghargai kerja keras
orang lain
4. Memberi penghargaan
kepada siswa lain yang
telah berprestasi
kerja keras orang lain?
4. Apakah kamu memberikan
selamat kepada temanmu
yang berprestasi?
13 Bersahabat/
komunikatif
1. Memberikan pendapat
dalam kerja kelompok di
kelas.
2. Memberi dan
mendengarkan pendapat
dalam diskusi kelas.
3. Aktif dalam kegiatan
sosial.
4. Aktif dalam kegiatan
organisasi di sekolah.
5. Berbicara dengan guru,
kepala sekolah, dan
personalia sekolah
lainnya
1. Apakah kamu memberikan
pendapat dalam kerja
kelompok?
2. Apakah kamu memberikan
tanggapan saat diskusi?
3. Apakah kamu aktif dalam
kegiatan sosial?
4. Apakah kamu aktif dalam
kegiatan organisasi?
5. Apakah kamu melakukan
komunikasi yang baik
dengan guru, kepala
sekolah, dan personalia
sekolah lainnya?
14 Cinta damai 1. Ikut serta dalam berbagai
kegiatan cinta damai.
2. Membangun kerukunan
antar warga sekolah
3. Ikut berpartisipasi dalam
menjaga keamanan
sekolah.
1. Apakah kamu ikut
berpartisipasi dalam
menjaga kedamaian sekolah
dan masyarakat?
2. Apakah kamu menjalin
kerukunan dengan warga
sekolah?
3. Apakah kamu ikut menjaga
ketentraman di sekolah?
15 Gemar
membaca
1. Membaca buku atau
tulisan berbagai bidang
1. Apakah kamu gemar
membaca buku atau sumber
73
keilmuan.
2. Gemar membaca buku
yang telah disediakan di
perpustakaan sekolah
3. Menyempatkan
membaca buku di sela-
sela waktu senggang
ilmu pengetahuan lainnya?
2. Apakah kamu sering
mengunjungi perustakaan
dan membaca buku di sana?
16 Peduli
lingkungan
1. Merencanakan dan
melaksanakan berbagai
kegiatan pencegahan
kerusakan lingkungan.
1. Apakah kamu ikut
berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan dan
keindahan lingkungan
tempat kamu berada?
2. Apakah kamu ikut merawat
tanaman kelas?
17 Peduli
sosial
1. Merancang dan
melaksanakan berbagai
kegiatan sosial.
2. Menghormati petugas-
petugas sekolah.
3. Membantu teman yang
sedang memerlukan
bantuan.
4. Menyumbang darah.
1. Apakah kamu berpartisipasi
dalam kegiatan aksi sosial?
2. Apakah kamu menghormati
petugas-petugas sekolah?
3. Apakah kamu akan
membantu temanmu yang
sedang dalam kesusahan?
4. Apakah kamu pernah
melakukan donor darah?
18 Tanggung
jawab
1. Melaksanakan tugas
yang diemban sesuai
perintah yang diberikan
oleh guru
2. Bertanggung jawab atas
segala perbuatan yang
telah dilakukan
1. Apakah kamu salah satu
siswa yang amanah?
2. Apakah kamu bertanggung
jawab terhadap kagiatan-
kegiatan yang kamu
lakukan?
74
Tabel 5: Penyajian Data Pembentukan Karakter
No Pertanyaan Selalu/
Sering
Ter-
kadang
Tidak
Pernah
Jumlah Key
Informant
Religius
1 Apakah kamu melaksanakan ajaran
agamamu?
18 18
2 Apakah kamu menghormati agama
lain?
14 4 18
3 Apakah kamu mau berteman dengan
orang non muslim?
18 18
Jujur
1 Apakah kamu menjawab pertanyaan
dari guru, pembina SKI, dan teman-
teman dengan jujur?
14 4 18
2 Apakah kamu mencontek saat
ulangan maupun ujian?
4 14 18
3 Apakah kamu jujur saat membayar
barang dimanapun termasuk di
kantin kejujuran?
18 18
4 Apakah kamu mengembalikan
barang yang bukan milikmu?
13 5 18
Toleransi
1 Apakah kamu memberi kesempatan
kepada teman untuk pendapat?
17 1 18
2 Apakah kamu memilih-milih teman
berdasarkan status sosial maupun
ras?
18 18
3 Apakah kamu dapat menerima
pendapat yang berbeda?
16 2 18
75
Disiplin
1 Apakah kamu mengerjakan tugas
dengan teliti dan tertib?
11 7 18
2 Apakah kamu mematuhi tata tertib
sekolah?
16 2 18
3 Apakah kamu datang terlambat
ketika sekolah?
1 2 15 18
4 Apakah kamu mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru?
16 2 18
Kerja keras
1 Apakah kamu menggunakan waktu
secara efektif untuk menyelesaikan
tugas-tugas
7 11 18
2 Apakah kamu berusaha untuk
mencari informasi tentang materi
pelajaran dari berbagai sumber?
13 5 18
3 Apakah kamu termasuk orang yang
pantang menyerah?
13 5 18
4 Apakah kamu bersikap serius saat
mengikuti pelajaran di kelas dan saat
mengikuti kegiatan sekolah yang
lain?
13 5 18
Kreatif
1 Apakah kamu menyampaikan
idemu/pemikiran baru pada saat
membahasan suatu pokok bahasan?
11 7 18
2 Apakah kamu menerapkan ilmu
yang kamu dapatkan untuk
kehidupan masyarakat?
11 6 1 18
76
3 Apakah kamu berusaha membuat
suatu karya yang dapat bermanfaat
bagi orang lain?
15 3 18
Mandiri
1 Apakah kamu mencari buku sendiri
di perpustakaan tanpa bantuan
pustakawan?
13 5 18
2 Apakah kamu mengerjakan tugas
mandirimu sendiri?
9 9 18
3 Jika kamu mendapatkan masalah,
apakah kamu akan meminta bantuan
orang lain untuk memecahkannya?
5 8 5 18
Demokratis
1 Apakah kamu membiasakan diri
bermusyawarah dengan teman-
teman?
14 4 18
2 Apakah kamu menghormati teman
yang menjadi pemimpin?
17 1 18
3 Apakah kamu memaksakan
kehendakmu kepada orang lain?
1 17 18
Rasa ingin tahu
1 Apakah kamu menanyakan jawaban
hal-hal yang belum kamu
tahu/pahami kepada guru atau
pembina?
12 5 1 18
2 Apakah kamu melakukan diskusi
membahas tentang isu-isu yang
sedang terjadi?
9 8 1 18
Semangat kebangsaan
77
1 Apakah kamu ikut berpartisipasi
dalam perayaan hari besar nasional?
13 4 1 18
2 Apakah kamu rutin mengikuti
upacara bendera?
18 18
3 Apakah kamu ikut menyikapi
hubungan Indonesia dengan negara-
negara lain dalam masalah politik,
ekonomi, sosial, dan budaya dengan
cara kamu sendiri?
9 9 18
Cinta tanah air
1 Apakah berpartisipasi dalam
melestarikan budaya dan kesenian
daerah?
13 5 18
2 Apakah kamu menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa daerah dengan
baik saat berkomunikasi?
14 4 18
3 Apakah kamu bangga dan
menggunakan produk Indonesia?
16 2 18
Menghargai prestasi
1 Apakah kamu rajin belajar untuk
berprestasi tinggi?
15 3 18
2 Apakah kamu berlatih keras untuk
menjadi pemenang dalam berbagai
kegiatan lomba?
13 4 1 18
3 Apakah kamu menghargai kerja
keras orang lain?
17 1 18
4 Apakah kamu memberikan selamat
kepada temanmu yang berprestasi?
16 2 18
Bersahabat/komunikatif
78
1 Apakah kamu memberikan pendapat
dalam kerja kelompok?
13 5 18
2 Apakah kamu memberikan
tanggapan saat diskusi?
13 5 18
3 Apakah kamu aktif dalam kegiatan
sosial?
11 7 18
4 Apakah kamu aktif dalam kegiatan
organisasi?
14 4 18
5 Apakah kamu melakukan
komunikasi yang baik dengan guru,
kepala sekolah, dan personalia
sekolah lainnya?
14 4 18
Cinta damai
1 Apakah kamu ikut berpartisipasi
dalam menjaga kedamaian sekolah
dan masyarakat?
17 1 18
2 Apakah kamu menjalin kerukunan
dengan warga sekolah?
18 18
3 Apakah kamu ikut menjaga
ketentraman di sekolah?
18 18
Gemar membaca
1 Apakah kamu gemar membaca buku
atau sumber ilmu pengetahuan
lainnya?
12 6 18
2 Apakah kamu sering mengunjungi
perustakaan dan membaca buku di
sana?
7 10 18
Peduli lingkungan
1 Apakah kamu ikut berpartisipasi
dalam menjaga kebersihan dan
16 2 18
79
keindahan lingkungan tempat kamu
berada?
2 Apakah kamu ikut merawat tanaman
kelas?
7 8 3 18
Peduli sosial
1 Apakah kamu berpartisipasi dalam
kegiatan aksi sosial?
9 9 18
2 Apakah kamu menghormati petugas-
petugas sekolah?
18 18
3 Apakah kamu akan membantu
temanmu yang sedang dalam
kesusahan?
17 1 18
4 Apakah kamu pernah melakukan
donor darah?
2 16 18
Tanggung jawab
1 Apakah kamu salah satu siswa yang
amanah?
18 18
2 Apakah kamu bertanggung jawab
terhadap kagiatan-kegiatan yang
kamu lakukan?
16 2 18
Penarikan kesimpulan atas pembentukan karakter siswa
menurut indikator pembentukan karakter di atas akan dibahas dalam
proses analisis data dalam bab berikutnya.
Berikut ini merupakan niai-nilai karakter yang berusaha
dibentuk dalam setiap kegiatan SKI. Keterangan di bawah ini
didapatkan dari hasil wawancara dengan pembina dan pengurus SKI
Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga.
80
Seperti yang dikatakan oleh pembina SKI Ar-Royyan Bapak
Hanif bahwa:
“Mengenai karakter yang SKI coba bentuk dalam setiap
kegiatan, tidak hanya satu atau dua karakter saja dalam
masing-masing kegiatan. Bisa lebih dari itu. Melihat banyak
sekali kegiatan yang ada di dalam SKI, sangat
memungkinkan jika delapan belas karakter dapat dibentuk
hampir secara merata”. (Wawancara dengan Bapak Hanif,
23 Mei 2017).
a. Asmaul Husna
Kegiatan yang rutin dilaksanakan di setiap paginya ini dapat
membentuk karakter religius, disiplin, dan cinta damai.
“Asmaul husna yang diselenggarakan di masjid sekolah SKI
setiap paginya sebelum jam masuk sekolah mengajarkan
kepada siswa untuk menjadi pribadi yang religius, disiplin
dengan waktunya, dan mencintai kedamaian dengan
lantunan-lantunan asmaul husna yang diharapkan dapat
terinternalisasi dalam diri mereka”. (Wawancara dengan
Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Kegiatan pembacaan Asmaul husna dapat menjadikan
seorang siswa memiliki jiwa yang Islami dan diharapkan melalui
kegiatan rutin ini, siswa dapat memahami nilai-nilai yang
terkandung di dalam asmaul husna itu sendiri dan dapat
memperoleh hikmahnya. Selain itu, juga berpengaruh terhadap
sikap kedisiplinan siswa terutama anggota SKI yang diharuskan
sampai di sekolah sebelum kegitan dimulai pada jam 06.30 WIB.
Karakter cinta damai juga dibentuk dalam kegiatan ini. Lantunan
kedamaian dari pembacaan asmaul husna diharapkan dapat
81
terinternalisasi dalam diri siswa sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
“Kegiatan asmaul husna dalam membentuk karakter siswa.
Siswa jadi bisa hafal asmaul husna, karena setiap paginya
dibaca. Lebih siap dalam menerima pembelajaran, disiplin
tidak telat masuk kelas dan lebih terlihat tenang dan damai,
gitu Mbak”. (Wawancara dengan RR, 30 Mei 2017).
“Asmaul husna yang kita jalankan setiap itu pagi-pagi,
Mbak. Banyak anggota SKI yang ikut. Mereka terlihat lebih
tenang, damai, disiplin, dan tawadhu. Ya pokoknya terlihat
lebih siap dari yang lainnya”. (Wawancara dengan BPP, 26
Mei 2017).
b. Infaq
Kegiatan infaq membentuk karakter religius dan jujur.
Seperti yang disampaikan oleh pembina SKI:
“Sebagai seorang muslim hendaknya kita memperbanyak
shodaqoh jariyah, salah satunya dengan membiasakan diri
berinfaq. Selain itu, tugas SKI di sini adalah menghitung
jumlah uang yang terkumpul dalam kotak infaq tersebut
setiap minggunya dibantu oleh pembina. Karakter religius
gemar bershodaqoh dan karakter jujur yang berusaha
dibentuk di sini”. (Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei
2017).
Dikuatkan dengan pendapat dari pengurus SKI:
“Adanya kotak infaq membuat kita selalu ingat dengan
shodaqoh, Mbak. Yang sebelumnya tidak pernah
bershodaqoh, bisa diingatkan melalui kotak infaq juga. Bagi
yang setiap minggu membuka dan menghitung infaq, bisa
dilatih jujur juga”. (Wawancara dengan LAK, 26 Mei 2017).
“Kalau saya memang tidak setiap hari berinfaq. Menurut
saya, infaq sama juga dengan shodaqoh. Bisa lebih
membentuk karakter religius. Saya juga sering menghitung
jumlah uang di kotak infaq dengan teman yang lain. Ini tidak
mudah, dibutuhkan juga kejujuran”. (Wawancara dengan
AF, 30 Mei 2017).
82
Berinfaq merupakan hal yang baik dalam agama. Dengan
membiasakan diri berinfaq dengan ikhlas, selain mendapatkan
pahala dari Allah Swt.
c. Rabana
Rebana merupakan kesenian yang bernafaskan Islam yaitu
dengan melantunkan shalawat Nabi iringi tabuhan dengan alat
tertentu. Kegiatan rebana membentuk karakter kreatif dan kerja
keras. Seperti pendapat dari pembina berikut ini:
“Tentu saja untuk tidak mudah untuk membuat musik Islam
enak didengar, harus bekerja keras, rajin berlatih, dan
diperlukan juga kreatifitas dari para pemainnya”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Dengan adanya kegiatan rebana berarti mendidik siswa untuk
mencintai agama dan mencintai nabinya. Selain itu, diperlukan juga
kreatifitas dari para anggotanya untuk membuat lagu-lagu enak di
dengar melalui agenda latihan.
“Rebana SKI itu mengajarkan banyak hal, Mbak. Mulai dari
kreatifitas, kerja keras, kesungguhan, disiplin dan tanggung
jawab ketika latihan dan juga menigkatkan kesolidan”.
(Wawancara dengan BPP, 26 Mei 2017).
“Yang saya lihat dari teman-teman yang ikut berlatih
rebana, saya lihat mereka sangat bersemangat dan penuh
kerja keras untuk mengompakkan iramanya, mereka juga
kreatif dalam mengolah musik rebana”. (Wawancara dengan
AF, 30 Mei 2017).
d. Shalat jum‟at
Selain menjadi kewajiban, shalat jum‟at berjama‟ah juga
dapat membentuk karakter religius, disiplin, dan tanggung jawab.
83
“Sebenarnya tidak hanya sholat jum’at saja yang diharuskan
untuk berjama’ah, sholat jama’ah dzuhur juga diharuskan
bagi anggota SKI untuk membentuk karakter religiusnya dan
untuk melatih siswa agar disiplin waktu terutama waktu
sholat yang kebanyakan orang sering menundanya, selain itu
agar lebih merasa memiliki bertanggung jawab terhadap
dirinya dan agamanya”. (Wawancara dengan Bapak Hanif,
23 Mei 2017).
Ibadah shalat jum‟at merupakan kewajiban bagi muslim laki-
laki yang sudah baligh. Salah satu program SKI adalah pengadaan
shalat jum‟at bersama siswa-siswa SMA N 1 Salatiga di masjid
sekolah.
“Kalau kegiatan sholat jum’at bejamaah di sekolah itu
membentuk karakter disiplin, tanggung jawab, dan religius,
karena kalau sholat jum’at di rumah itu mungkin tidak akan
efisien waktunya, kadang telat juga. Kalau di sekalah kan
tidak”. (Wawancara dengan RR, 30 Mei 2017).
“Sholat jum’at yang diagendakan di sekolah itu mengajarkan
kita untuk disiplin dan tidak meremehkan tanggung jawab
serta kewajiban sebagai seorng muslim yang taat”.
(Wawancara dengan FA, 06 Juni 2017).
e. Kajian
Kajian di sini dibagi menjadi dua, yaitu Ar-Rijal untuk
anggota SKI yang laki-laki dan An-Nisa‟ untuk yang perempuan.
Karakter yang dibentuk melalui kegiatan kajian ini adalah religius,
rasa ingin tahu, dan bersahabat/komunikatif.
“Adanya kajian rutin yang diselenggarakan di setiap
jum’atnya. Untuk laki-laki setelah shalat jum’at dan untuk
perempuan pada saat setelah pembelajaran selesai. Banyak
sekali pokok bahasan yang dibahas, terkadang mengenai isu-
isu terkini, masalah keagamaan, bahkan terkadang juga
materinya sesuai dengan permintaan siswa. Hal ini
menunjukkan rasa ingin tahu mereka terhadap banyak hal.
Pokok bahasan keagamaan membuat mereka menjadi pribadi
84
yang lebih religius, karena lebih memahami agama. Dan
dengan adanya kajian ini akan menumbuhkan karakter
komunikatif di antara mereka, karena sering dipancing
dengan tanya jawab maupun diskusi”. (Wawancara dengan
Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Banyak hal yang dibahas di dalam kegiatan rutin kajian ini,
tidak hanya tentang keislaman, tetapi juga mebahas tentang isu-isu
kontemporer. Karena siswa selalu memiliki rasa ingin tahu terhadap
ilmu-ilmu baru yang didapatkan melalui kajian ini dan juga
membuat mereka semakin memahami ilmu agama, selain itu kajian
diikuti oleh banyak siswa semakin membuat mereka akrab dan
bersahabat antara satu dengan yang lain. Berikut ini merupakan
beberapa pendapat mereka:
“Kajian keislaman sering dan hampir selalu kita adakan
setiap jum’atnya. Laki-laki dan perempuan dipisah. Untuk
materinya sendiri kadang ditentukan oleh pembina, kadang
juga kita yang minta. Dengan mengikuti kajian, kita lebih
paham agama, lebih banyak ilmu yang didapat. Rasa ingin
tahu dan penasaran juga terjawab dan kita bisa lebih akrab
dengan teman yang bukan dari anggota SKI, karena ini
sifatnya umum”. (Wawancara dengan AF, 30 Mei 2017).
“Adanya kajian rutin di setiap jum’atnya baik yang laki-laki
maupun perempuan, semua membentuk karakter religius,
menumbuhkan rasa ingin tahu kita dan juga lebih dapat
mempererat kekompakan antar anggota SKI, Mbak”.
(Wawancara dengan DAP, 26 Mei 2017).
f. Khotmil Qur‟an
Khotmil Qur‟an merupakan salah satu kegiatan
pengkhataman al-Qur‟an yang diagendakan oleh SKI. Kegiatan ini
membentuk karakter religius dan gemar membaca.
85
“Kegiatan khotmil qur’an untuk menanamkan karakter
religius kepada siswa agar mereka semakin memahami al-
Qur’an dan benar-benar menjadikannya sebagai pedoman
hidup dan juga karakter gemar membaca”. (Wawancara
dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Al-Qur‟an merupakan pedoman umat muslim, membacanya
merupakan ibadah. Jadi, dengan kegiatan ini, SKI juga bermaksud
untuk menanamkan karakter religius kepada siswa agar mereka
semakin memahami al-Qur‟an dan benar-benar menjadikannya
sebagai pedoman hidup. Selain itu, karakter gemar membaca dan
tanggung jawab juga ditanamkan di sini, karena anggota SKI
diharuskan untuk membaca SKI di setiap harinya. Bahkan ada yang
mengikuti program one day one juz.
“Alhamdulillah sekali, Mbak. Di sini SKI mengadakan acara
khotmil Qur’an tidak hanya sekali dalam setahun. Pernah
juga 2 sampai 3 kali. Alhamdulillah juga saya bisa ikut terus.
Menurut saya, kegiatan ini bisa membentuk karakter religius
dan gemar membaca”. (Wawancara dengan DAP, 26 Mei
2017).
g. Gerakan Sayang Masjid (GSM)
Kegiatan ini mengajarkan siswa untuk memiliki karakter
peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
“Adanya kegiatan ini karena untuk menjaga agar masjid
tetap terjaga kebersihannya dan kerapiannya. Apalagi
masjid sekolah sudah seperti rumah bagi anak-anak SKI,
banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan di masjid. Bahkan,
masjid sudah dipandang sekolah menjadi tanggung jawab
SKI. Dengan adanya kegiatan bersih-bersih atau perawatan
masjid mengajarkan siswa untuk peduli lingkungan dan
memiliki rasa tanggung jawab”. (Wawancara dengan Bapak
Hanif, 23 Mei 2017).
86
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam, jadi masjid
harus selalu dalam keadaan bersih dan suci. Melalui kegiatan GSM
ini, pengurus serta anggota SKI melakukan pembersihan masjid
sekolah sebagai salah satu bukti tanggung jawab mereka dan
kepedulian mereka dengan masjid yang juga menjadi simbol
agama.
“GSM sama seperti kegiatan kegiatan bersih-bersih masjid
lainnya, Mbak. Bisa mengajarkan kita bagaiamana menjadi
muslim yang baik, bertanggung jawab sama rumah
ibadahnya. Peduli lingkungan juga”. (Wawancara dengan
BPP, 26 Mei 2017).
“Kita sebagai anggota SKI sekaligus saya sendiri juga
merupakan pengurus SKI sudah sewajarnya kalau menjaga
kebersihan masjid, apalagi kantor masjid SKI juga satu
bangunan sama masjid, Mbak. Ya kita harus peduli dengan
keadaan masjid. Jangan sampai masjid yang bisa dibilang
identitas kita tidak terawat. Membersihkan masjid juga
merupakan tanggung jawab kita”. (Wawancara dengan AF,
30 Mei 2017).
h. Buletin
Buletin ditulis oleh pengurus maupun anggota SKI Ar-
Royyan. Karakter yang dibentuk adalah rasa ingin tahu dan gemar
membaca.
“Adanya buletin dimaksudkan agar siswa menjadi anak yang
gemar membaca dan memiliki rasa ingin tahu lebih”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Dalam pembuatannya pastilah dibutuhkan kretifitas dari
penulisnya sendiri. Buletin juga memunculkan rasa ingin tahu bagi
penulisnya, karena ketika dia ingin menulis sesuatu pastilah dia
mencari tahu terlebih dahulu mengenai hal-hal yang akan menjadi
87
bahan tulisannya. Selain itu, tulisan yang sudah diterbitkan akan
memunculkan rasa ingin tahu dari pembaca dan secara tidak
langsung karakter gemar membaca juga dibentuk di sini.
“Dengan adanya buletin bisa memancing rasa ingin tahu
siswa, kreatifitas siswa, dan rasa gemar membaca, karena
membuat buletin juga tidak mudah. Butuh keuletan, Mbak”.
(Wawancara dengan LAK, 26 Mei 2017).
i. Majalah Dinding (Mading)
Majalah dinding merupakan salah satu sarana untuk
memberikan informasi kepada siswa. Mading SKI Ar-Royyan
teletak di bagian teras masjid sekolah yang sangat memungkinkan
bagi siswa untuk membaca informasi yang tertera di sana. Dengan
menempelkan beberapa tulisan atau informasi di mading akan
memunculkan rasa ingin tahu siswa dan budaya gemar membaca
pada siswa.
“Pengadaan mading SKI yang dapat menjadi tempat
menempelkan informasi. Sama seperti adanya buletin,
adanya mading juga dimaksudkan untuk membuat siswa
rajin membaca dan memancing rasa ingin tahu mereka”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Hal ini diperkuat juga dengan pendapat dari pengurus:
“Kalau mading kan memang tempatnya informasi ya, Mbak.
Itu saya kira bisa membentuk karakter gemar membaca
sekaligus memancing rasa ingin tahu teman-teman”.
(Wawancara dengan DAP, 26 Mei 2017).
.
j. Perayaan Idul Adha
Idul Adha merupakan salah satu hari besar umat Islam.
Kegiatan ini juga menjadi salah satu cara untuk menanamkan
88
karakter religius, kerja keras, mandiri, peduli sosial, dan tanggung
jawab.
“Hari raya idul adha meupakan hari raya umat Islam selain
hari raya idul fitri. Terdapat kisah dibalik itu semua untuk
menambah keimanan para siswa. Penyelenggaraannya pun
hampir semua dipersiapkan oleh SKI, mulai dari tempatnya
maupun mencari hewan yang akan dijadikan kurban. Oleh
karena itulah diperlukan kerja keras, kemandirian, dan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Pembagian hewan kurban juga
mengajarkan siswa untuk memiliki rasa peduli kepada
sesama/kepedulian sosial”. (Wawancara dengan Bapak
Hanif, 23 Mei 2017).
Persiapan dilakukan oleh panitia perayaan idul adha yang
tidak lain adalah para pengurus dan anggota SKI. Mulai dari
tanggung jawab mencari hewan kurban yang akan melatih mereka
menjadi pribadi yang mandiri serta bertanggung jawab sampai
pembagian daging hewan kurban tersebut.
“Perayaan idul adha di sekolah seperti perayaan pada
umumnya di desa, Mbak. Ya diawali shalat dulu bersama-
sama, setelah itu baru menyembelih kurban. Banyak yang
diajarkan di sini. Mulai dari bagaimana sejarahnya yang
bisa menambah keimanan kepada kita, menumbuhkan sikap
sosial kita lewat pembagian daging kurban. Dalam
pelaksanaannya yang jadi panitia dituntut untuk siap kerja,
disiplin, dan tanggung jawab, Mbak. Soalnya lumayan ribet
juga acaranya”. (Wawancara dengan LAK, 26 Mei 2017).
“Pelaksanaan idul adha itu lumayan berat, Mbak untuk
panitianya. Harus menyiapkan tempat, mencari hewannya,
sampai membagikannnya. Tapi ini harus kita lakukan dengan
ikhlas dan melatih kita untuk bisa mandiri, kerja keras,
tanggung jawab, dan punya rasa peduli ke orang lain”.
(Wawancara dengan AF, 23 Mei 2017).
89
Dalam pelaksanaan shalat sunnah idul adha, selalu diberikan
khutbah yang akan meningkatkan keimanan para siswa. Selain itu,
pada saat pembagian daging kurban, karakter peduli sosial juga
ditanamkan pada diri mereka.
k. Ziarah
Melalui kegiatan ini, siswa ditanamkan karakter religius dan
menghargai prestasi.
“Tahun lalu kita mengunjungi makam walisongo di Demak
dan Kudus. Kegiatan ini mengajarkan kepada siswa agar
dapat menghargai prestasi dan belajar dari apa yang telah
para wali perjuangkan untuk perkembangan dan kemajun
Islam supaya menambah keimanan mereka kepada Allah”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Ziarah diadakan oleh SKI dalam rangka untuk mengingatkan
kembali dan meneguhkah iman anggota SKI.
“Ziarah membentuk karakter religius dan menghargai
prestasi, karena yang kita ziarahi juga orang-orang yang
punya kontribusi besar untuk Islam, seperti para wali yang
kita ziarahi pada waktu itu, Mbak”. (Wawancara dengan
DAP, 26 Mei 2017).
“Ziarah membentuk karakter menghargai prestasi dan
religius, Mbak. Itu kan kalau kita ziarah, kita tahu apa yang
sudah almarhum perbuat selama hidup atau kebaikan apa
yang sudah diberikan. Bisa menambah ilmu pengetahuan dan
bisa menambah keimanan juga”. (Wawancara dengan RR, 30
Mei 2017).
Pada tahun 2016, SKI mengadakan ziarah ke makam wali di
Demak dan Kudus untuk mendoakan wali yang sudah meninggal
sekaligus untuk mengenang dan belajar mengenai cara dakwah
mereka.
90
l. Pawai Ta‟aruf
Pawai ta‟aruf diadakan dalam rangka menyambut bulan suci
ramadhan. Kegiatan ini menjadikan siswa memiliki karakter kerja
kreatif, bersahabat, cinta tanah air, dan memiliki semangat
kebangsaan.
“Kita hampir selalu terlibat dalam acara pawai ta’aruf yang
diadakan oleh Kota Salatiga. Yang lumayan melelahkan
adalah menyiapkan kostumnya. Dibutuhkan kreatifitas untuk
dapat membuat kostum semenarik mungkin dan sesuai sesuai
dengan acaranya. Dalam kegiatan ini juga menanamkan
karakter komunikatif dan semangat kebangsaan, karena
mereka bisa berkomunikasi dan menjalin persahabatan
dengan siswa sekolah lain serta memunculkan rasa kesatuan
dab cinta tanah air untuk memperkokoh persatuan di
kalangan para pemuda bangsa”. (Wawancara dengan Bapak
Hanif, 23 Mei 2017).
Kegiatan ini menjadi salah satu program kerja SKI, namun
untuk pelaksanaannya ikut bergabung dengan sekolah-sekolah lain
se-Salatiga.
“Kegiatan pawai ta’aruf itu bikin kita jadi kreatif, Mbak,
karena banyak yang harus kita persiapkan. Kerja keras dan
komunikatif atau persahabatan juga, karena bisa banyak
bertemu dengan teman dari sekolah lain”. (Wawancara
dengan RR, 30 Mei 2017).
“Kalau pawai kan pasti butuh atribut, itu yang kita
persiapkan. Otomatis butuh kreatifitas dan juga saat
kegiatan pawai bisa memunculkan rasa cinta tanah air dan
semangat kebangsaan, Mbak, karena kalau ngumpul bareng
seperti ada kekuatan”. (Wawancara dengan LAK, 26 Mei
2017).
Pawai ta‟aruf yang diikuti oleh banyak peserta tentu saja akan
memunculkan karakter cinta tanah air dan semangat kebangsaan di
antara mereka untuk tetap bersatu padu.
91
m. Idul Yatama
Kegiatan ini dapat membentuk karakter peduli sosial dan
persahabatan atau komunikatif.
“Kegiatan idul yatama dimaksudkan untuk memunculkan
rasa simpati kepada teman-teman yang telah ditinggal oleh
orang tuanya, mengajarkan untuk menyayangi anak yatim
sesuai dengan perintah Rasulullah. Dalam memperingati idul
yatama, SKI mengadakan santunan kepada anak-anak yatim
di salah satu panti asuhan di Salatiga. Tentu saja dengan
adanya kegiatan ini, siswa dapat menunjukkan rasa
kepeduliannya dan dapat menjalin persahabatan dengan
mereka”. (Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Dengan adanya kegiatan ini, akan membentuk karakter
bersahabat/komunikatif anggota SKI akan lebih menyayangi anak-
anak yatim. Selain itu juga dapat membentuk karakter peduli sosial,
karena mereka diajarkan untuk peduli kepada orang lain yang
mungkin tidak seberuntung mereka.
“Idul yatama identik dengan memberi santunan. Kita dari
SKI juga seperti itu. Kemarin di salah satu panti asuhan
dekat sini. Berkomunikasi dan bercengkrama juga dengan
anak-anak panti”. (Wawancara dengan FI, 08 Juni 2017).
“Idul yatama itu acara peringatan untuk anak-anak yatim,
Mbak. Kemarin itu tempatnya disalah satu pantiasuhan dekat
sini. Selain berbagi, kita juga mengobrol menghibur mereka
dan memotivasi mereka. Jadi, karakter yang ditanamkan itu
peduli sosial dan persahabatan”. (Wawancara dengan DAP,
26 Mei 2017).
n. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
LDK diadakan untuk memberikan bekal kepemimpinan
kepada anggota SKI yang baru. Banyak karekter yang dibentuk
92
melalui kegiatan LDK, di antaranya yaitu jujur, disiplin, mandiri,
bersahabat, cinta damai, dan tanggung jawab.
“Kegiatan LDK yang diadakan untuk memberikan bekal
kepemimpinan kepada anggota SKI yang baru. Banyak
karakter yang dibentuk melalui kegiatan LDK, di antaranya
yaitu jujur, disiplin, mandiri, bersahabat, cinta damai, dan
tanggung jawab”. (Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei
2017).
“LDKnya SKI itu lebih ke membentuk calon-calon pemimpin
yang tidak hanya sukses di dunia, tapi juga sukses di akhirat.
Karena benar-benar ditanamkan karakter religius, jujur,
tanggung jawab, disiplin, komunikatif, punya rasa
kebangsaan, cinta tanah air, pekerja keras, dan pantang
menyerah”. (Wawancara dengan RR, 30 Mei 2017).
“LDK itu anggota SKI dilatih dan dididik biar nantinya jadi
orang yang benar, orang yang berguna, orang yang jika
nanti jadi pemimpin maka jadi pemimpin yang sholih.
Karena yang ditanamkan di sini adalah karakter religius,
tanggung jawab, amanah, jujur, cerdas, pekerja keras, dan
yang lainnya. Pokoknya yang berkarakter”. (Wawancara
dengan RAS, 30 Mei 2017).
o. Maulid Nabi
Hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. diperingati dengan
cara mengadakan kegiatan pengajian bersama. Kegitan ini dapat
membentuk karakter religius dan toleransi.
“Sebagai organisasi keislaman, hampir seluruh momen
keislaman kita peringati. Salah satunya ya maulid nabi ini.
Banyak sekali pelajaran yang dapat siswa ambil dari acara
ini untuk memperdalam ilmu agama dan sikap religius.
Untuk pelaksanaannya, ketika SKI mengadakan acara
maulid nabi yang juga melibatkan seluruh siswa muslim di
sekolah, SKI meminta izin kepada pihak sekolah untuk
diberikan waktu. Dan ketika seluruh siswa muslim bersama
guru melaksanakan kegiatan ini, siswa lain yang non muslim
juga mengadakan kegiatan lain di ruang yang berbeda, dan
Alhamdulillah sekali tidak ada yang merasa terganggu di
antara kedua belah pihak. Inilah yang selalu dijaga oleh SKI,
93
menjunjung sikap toleransi”. (Wawancara dengan Bapak
Hanif, 23 Mei 2017).
“Maulid nabi saya rasa membentuk karakter religius dan
toleransi. Toleransinya karena setiap SKI megadakan
maulidan, organisasi non Islam yang ada di sekolah juga
mengadakan acara sendiri semacam puji-pujian atau kajian
kitab mereka sendiri. Jadi, walaupun acaranya bersamaan
tetapi Alhamdulillah tidak saling mengganggu”. (Wawancara
dengan DAP, 26 Mei 2017).
“Maulid nabi kita isi dengan shalawatan bersama teman-
teman muslim di sekolah supaya mendapat syafaat dari Nabi
Muhammad. Kalau SKI bikin acara seperti ini, teman non
muslim juga ada acara sendiri. Tetapi tetap menjaga
kerukunan dan toleransi”. (Wawancara dengan NH, 08 Juni
2017).
p. Evaluasi Tengah Tahun
Kegiatan ini membentuk karakter tanggung jawab, kerja
keras, dan jujur.
“Kegiatan evaluasi tengah tahun yang bertujuan untuk
mngevaluasi hasil kerja pada setiap bidangnya ini
mengajarkan siswa untuk bersikap jujur dalam pelaporan
program kerja, melatih bertanggung jawab dan juga kerja
keras untuk program-program kerja yang telah dibagi”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat para pengurus
berikut ini:
“Evaluasi tengah tahun untuk mengevaluasi sejauh mana
keberhasilan dari kegiatan-kegiatan SKI yang sudah
terselenggara dalam kurun waktu setengah tahun. Pastinya
butuh pertanggung jawaban dari para pengurus”.
(Wawancara dengan FI, 08 Juni 2017).
“Kegiatan evaluasi tengah tahun untuk mengevaluasi
program kerja anak SKI. Seperti dimintai pertanggung
jawaban dalam kurun waktu setengah periode kepengurusan.
Harus disiplin dalam menjalankan proker dan jujur dalam
94
menyampaikan laporannya”. (Wawancara dengan BPP, 26
Mei 2017).
q. Isra‟ Mi‟raj
Isra‟ mi‟raj diperingati dengan SKI mengadakan pengajian
bersama di masjid sekolah. Kegiatan ini membentuk karakter
religius siswa.
“Sama seperti kegiatan maulid nabi, siswa selain
mendapatkan tambahan ilmu untuk meningkatkan
keimanannya, juga diajarkan untuk toleransi”. (Wawancara
dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
Kegiatan ini tidak hanya dikhususkan untuk SKI saja
melainkan untuk seluruh siswa SMA N 1 Salatiga.
“Bagi saya, kegiatan isra’ mi’raj sangat menarik.
Bagaimana kita diceritakan perjalanan spiritual Rasulullah
yang sangat menarik. Ini bisa menumbuhkan karakter
religius siswa”. (Wawancara dengan AR, 06 Juni 2017).
“Kegiatan isra’ mi’raj dalam pelaksanaannya juga seperti
isra’ mi’raj pada umumnya. Karakter yang dibentuk itu juga
sama dengna maulid nabi. Religius dan toleransi, Mbak”.
(Wawancara dengan DAP, 26 Mei 2017).
r. Mujahadah
Melalui kegiatan mujahadah, SKI berusaha membentuk
karakter religius, bersahabat/komunikatif, dan cinta damai.
“Mujahadah ini sebenarnya diselenggarakan bagi siswa
kelas sepuluh yang baru. Selain untuk mengenalkan SKI
kepada mereka, juga sebagai ajang silaturahmi antara para
anggota dan pengurus SKI dengan siswa baru. Namun,
realitanya banyak dari siswa kelas sebelas, dua belas,
maupun alumni yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Melalui kegiatan mujahadah, SKI berusaha membentuk
karakter religius, bersahabat/komunikatif dan cinta damai”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
95
“Mujahadah kita isi dengan shalat dan doa bersama.
Sebenarnya kita khususkan untuk anak kelas sepuluh, tetapi
Alhamdulillah ternyata banyak dari teman kelas sebelas dan
dua belas yang ikut. Karakter yang dibentuk di sini adalah
religius dan mencintai kedamaian”. (Wawancara dengan AF,
23 Mei 2017).
Kegiatan mujahadah sebenarnya diselenggarakan bagi siswa
kelas sepuluh yang baru. Selain untuk mengenalkan SKI kepada
mereka, juga sebagai ajang silaturahmi antara para anggota dan
pengurus SKI dengan siswa baru. Namun, realitanya banyak dari
siswa kelas sebelas, dua belas, maupun alumni yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan ini.
s. Festival Lomba Islami (FLI)
FLI yang diselenggarakan untuk siswa-siswi tingkat SMP
dan MTs se-Kota Salatiga dan sekitarnya. Selain sebagai ajang
perlombaan juga sebagai salah satu cara SKI Ar-Royyan untuk
memperkenalkan diri dan bersilaturahmi dengan sekolah lain.
Kegiatan ini membentuk karakter kerja keras, disiplin, kreatif, dan
tanggung jawab.
“FLI atau Festival Lomba Islami yang diselenggarakan
untuk siswa-siswi tingkat SMP dan MTs se-Kota Salatiga dan
sekitarnya. Selain sebagai ajang perlombaan juga sebagai
salah satu cara SKI Ar-Royyan untuk memperkenalkan diri
dan bersilaturahmi dengan sekolah lain. kegiatan inilah
merupakan yang terbesar, karena melibatkan banyak sekolah
lain dan membawa nama SMA N 1 Salatiga. Tentu saja
mereka harus lebih disiplin, bekerja keras, kreatif, dan
bertanggung jawab”. (Wawancara dengan Bapak Hanif, 23
Mei 2017).
96
Kegiatan inilah yang paling besar untuk mereka karena
melibatkan banyak sekolah lain dan membawa nama SMA N 1
Salatiga.
“Lomba Islami kita ini melibatkan sekolah SMP dan MTs di
Salatiga, Mbak. Selain untuk mencari bibit juara, kita juga
sambil mengenalkan SKI SMA N 1 Salatiga. Dalam
pelaksanaannya tentunya tanggung jawab kita, kerja keras
kita dan kreatifitas kita dibutuhkan untuk membuat sukses
acara FLI”. (Wawancara dengan NH, 08 Juni 2017).
t. Gelar Aktivitas Ramadhan (Gatra)
Di setiap bulan ramadhan, SKI meyelenggarakan gelar
aktivitas ramadhan (Gatra). Dalam kegiatan ini, siswa diajak untuk
membaca al-Qur‟an bersama dan mengikuti pesantren kilat. Nilai
karakter yang dibentuk melalui kegiatan ini adalah religius.
“Kegiatan ini diadakan pada bulan suci ramadhan. Siswa
diajak untuk membaca al-Qur’an bersama dan mengikuti
pesantren kilat. Nilai karakter yang dibentuk melalui
kegiatan ini adalah religius”. (Wawancara dengan Bapak
Hanif, 23 Mei 2017).
“Kegiatan Gatra yang merupakan pesantren kilatnya
SMANSSA ini mengajarkan dan membentu karakter
religius”. (Wawancara dengan RAS, 30 Mei 2017).
“Kegiatan pesantren kilat kalau kita menyebutnya dengan
gatra, Mbak. Ya ada mengaji bersama, shalat bersama, dan
isian tausiah. Yang jelas bisa membentuk karakter religius”.
(Wawancara dengan FA, 06 Juni 2017).
u. Reorganisasi
Puncak dari program kerja SKI adalah reorganisasi.
Penyampaian laporan pertanggung jawaban progam kerja selama
satu tahun atau satu periode dan pemilihan pengurus baru
97
dilaksanakan pada saat reorganisasi. Adanya re-organiasi
mengajarkan siswa untuk jujur, disiplin, kerja keras, demokrasi, dan
tanggung jawab.
“Reorganisasi yang merupakan Puncak dari program kerja
SKI. Penyampaian laporan pertanggung jawaban progam
kerja selama satu tahun atau satu periode dan pemilihan
pengurus baru dilaksanakan pada saat reorganisasi.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada tengah semester
awal. Adanya re-organiasi mengajarkan siswa untuk jujur,
disiplin, kerja keras, demokrasi, dan tanggung jawab”.
(Wawancara dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
“Kalau untuk reorganisasi kan penyusunan kembali ya,
Mbak. Jadi, kita bentuk lagi pengurus-pengurus SKI yang
baru. Tapi sebelumnya ada laporan pertanggung jawaban
dari masing-masing departemen. Jadi, melalui reorganisasi
bisa dibentuk karakter tanggung jawab, jujur, disiplin sama
prokernya dan karakter demokrasi bisa dibentuk ketika
pemilihan ketua baru”. (Wawancara dengan AR, 06 Juni
2017).
v. Forum Silaturahmi SKI (FS SKI)
FS SKI diselenggarakan oleh SKI Kota Salatiga, dimana
semua SKI dari sekolah se-Kota Salatiga berkumpul di sini.
Kegiatan ini dapat membentuk karakter bersahabat/komunikatif.
“Forum Silaturahmi SKI (FS SKI), acara ini sebenarnya di
luar program kerja SKI Ar-Royyan, melainkan dari SKI Kota
Salatiga. Hanya saja SKI Ar-Royyan ikut berpartisipasi
bersama semua SKI dari sekolah se-Kota Salatiga. Mereka
bisa bertemu dengan banyak teman dan bertukar pikiran
serta menjalin komunikasi atau persahabatan”. (Wawancara
dengan Bapak Hanif, 23 Mei 2017).
SKI Ar-Royyan dari SMA N 1 Salatiga juga ikut
berpartisipasi. Jadi kegiatan ini di luar progam kerja SKI Ar-
Royyan, tetapi beberapa dari pengurus selalu terlibat.
98
”FS SKI kota itu kesempatan kita untuk bertemu dengan
anggta SKI dari sekolah lain se-Salatiga. Jadi, bisa menambah
teman, menambah sahabat, dan menambah ilmu baru”.
(Wawancara dengan AR, 06 Juni 2017).
“FS SKI itu acaranya SKI kota, Mbak. Kita hanya ikut
menghadiri saja. Bisa membentuk karakter komunikatif atau
persahabatan”. (Wawancara dengan DAP, 26 Mei 2017).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Organisasi
SKI Ar-Royyan
Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat pelaksanaan kegiatan SKI Ar-Royyan dalah sebagai
berikut:
a. Faktor Pendukung
1) Resmi menjadi bagian dari OSIS
Organisasi SKI Ar-Royyan merupakan wadah untuk
mengasah dan memperdalam ilmu agama pelajar muslim.
Organisasi ini merupakan bagian dari bidang ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa OSIS SMA N 1 Salatiga.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kesiswaan SMA N 1 Salatiga:
“SKI menjadi organsasi terbesar kedua setelah OSIS dan
SKI merupakan bagian dari OSIS di SMA N 1 Salatiga, yaitu
dari bidang ketakwaan terhadap Tuhan YME. Dengan
menjadi bagian seperti ini, berarti adanya organisasi SKI
resmi diakui oleh sekolah dan juga selalu mendapat
dukungan dari OSIS sehingga memudahkan SKI AR-Royyan
dalam bergerak dan mewujudkan visi-misi serta tujuannya
melalui kegiatan-kegitan yang telah menjadi program
kerjanya” (Wawancara dengan Bapak Amrih Wiyono, 23
Mei 2017).
99
2) Dukungan dari guru dalam setiap kegiatan
Guru merupakan faktor yang sangat mendukung gerak dan
langkah SKI Ar-Royyan, karena guru memiliki peran yang
besar dalam dakwah ini. Dengan kehadiran guru sebagai
pembina SKI sangat mendukung setiap kegiatan yang
diselenggarakan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang
pengurus SKI:
“Guru-guru sangat mendukung kegiatan-kegiatan SKI,
terutama guru-guru PAI. Tidak hanya sekedar memberikan
masukan, tetapi mereka juga sering terjun langsung
membantu pelaksanaan kegiatan. Bahkan pembina SKI,
Bapak Hanif, yang juga guru PAI selalu ada setiap SKI
mengadakan kegiatan. Beliau tidak henti-hentinya
memberikan arahan kepada kita, selalu membimbing teman-
teman di SKI, dan yang selalu ada untuk SKI”. (Wawancara
dengan LA, 26 Mei 2017).
3) Eksistensi pengurus SKI Ar-Royyan diakui sebagai kekuatan
dakwah sekolah
Adanya SKI Ar-Royyan yang mensosialisasikan nilai-nilai
Islam kepada seluruh elemen sekolah dalam bentuk kegiatan-
kegiatan yang riil, diantaranya memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah seperti mading untuk sarana informasi
sebagai corong dakwah dan pembentukan opini keislaman.
Eksistensi pengurus SKI juga memiliki pengaruh terhadap
suksesnya kegiatan SKI dikarenakan pengurus SKI pada
umumnya memiliki karakter yang dipandang baik oleh siswa-
siswa lain dan diharapkan dapat menjadi teladan baik. Hal ini
100
menjadikan siswa yang lain ingin ikut dan bergabung dengan
SKI dan belajar memperbaiki diri di SKI melalui kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh SKI. Seperti yang
dikatakan oleh pengurus bagian departemen dakwah:
“Menurut saya, pengurus yang cakap dan berakhlak mulia
menjadi satu poin tersendiri untuk organisasi SKI Ar-
Royyan. Dulu saya pernah mendengar cerita dari adik kelas
saya yang baru awal masuk di SMA N 1 Salatiga, beberapa
orang di antara mereka kagum dengan sikap teman-teman
SKI. Mereka melihat anak SKI itu rajin, punya sopan santun,
pintar ilmu agama, dan lain sebagainya. Akhirnya banyak di
antara mereka yang ikut bergabung dengan SKI dan
mengikuti kegiatan-kegitan yang diselenggarakan SKI”.
(Wawancara dengan BPP, 26 Mei 2017)
4) Adanya alumni yang memberikan kontribusi kucup tinggi
Adanya alumni yang masih aktif mendorong dan membantu
eksistensi SKI memberikan kontribusi yang cukup tinggi.
Keberadaan alumni adalah sumber daya yang vital bagi
perkembangan dakwah sekolah. Selain diandalkan sebagai
pembina, mereka juga bisa menjadi konsultan dan narasumber
dari berbagai kegitan seiring dengan meluasnya pengalaman
mereka.
Dengan kontribusi dari alumni ini, diharapkan dapat
memberikan semangat bagi aktifitas dakwah dan penyebaran
nilai-nilai Islam melalui kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan SKI Ar-Royyan. Seperti yang dikatakan oleh
salah seorang pengurus SKI Ar-Royyan:
101
“Alumni masih sering melakukan komunikasi dengan SKI Ar-
Royyan. Mereka sering menanyakan mengenai
perkembangan SKI beserta kegiatan-kegiatannya. Kami
pengurus SKI juga selalu memberikan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Jadi, mereka
masih sering memberikan masukan bahkan banyak yang
datang dan ikut berpartisipasi, karena mereka masih merasa
memiliki SKI. Selain itu, kami juga sering bertukar pikiran
dengan alumni demi menjadikan SKI menjadi lebih baik. Hal
itu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan
kegiatan SKI”. (Wawancara dengan AF, 30 Mei 2017).
5) Fasilitas tercukupi
Fasilitas merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan
dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Seperti halnya SKI
Ar-Royyan yang memiliki fasilitas yang tercukupi sebagai
penunjang kegiatan-kegiatan SKI dalam mewujudkan visi dan
misi SKI. Salah satu contohnya adalah adanya kantor SKI yang
menjadi tempat berkumpul dan tempat penyimpanan aset serta
dokumen-dokumen SKI.
6) Adanya masjid sekolah
Dengan adanya masjid sekolah, banyak sekali manfaatnya
dalam proses dakwah, adapun manfaatnya yaitu sebagai pusat
koordinasi dan konsolidasi bagi pengurus SKI Ar-Royyan.
Selain itu, masjid dapat digunakan sebagai tempat
berkumpulnya orang muslim untuk menyembah Allah dengan
cara beribadah kepada Allah. Dengan adanya rutinitas shalat
berjamaah yang dilaksanakan setiap hari akan berdampak
positif bagi guru dan siswa, karena dapat meningkatkan
102
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. selain itu, masjid
juga menjadi salah satu tempat bagi para pegurus untuk
menyusun rencana kegiatan dan menjadi tempat terlaksananya
beberapa kegiatan.
b. Faktor Penghambat
1) Kurangnya koordinasi antara pengurus SKI Ar-Royyan dengan
anggota.
Kurangnya koordinasi menyebabkan kurangnya kekompakan
di antara mereka. Terkadang pada saat menyelenggarakan
kegiatan hanya beberapa dari anggota dan pengurus yang
terlibat. Kerepotan sering meraka alami karena hal ini.
2) Hanya siswa tertentu yang berperan aktif dalam setiap kegiatan
Sering ditemui dalam berbagai even atau kegitan dimana
hanya beberapa orang saja dan dengan orang yang sama “itu-itu
saja” yang terlibat dalam penyelenggaraan beberapa kegiatan.
Ini juga terjadi di SKI Ar-Royaan, SKI sering mengadakan
kegiatan tetapi yang terlihat sibuk mengurusi kegiatannya hanya
siswa-siswa yang sama dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.
Hal ini dikarenakan banyak anggota SKI yang mengikuti
kegiatan lain seperti mengikuti ekstrakulikuler yang lain dan
banyak juga yang mengikuti tambahan pelajaran di luar jam
sekolah. Jadi, dapat dikatakan bahwa waktu untuk SKI sangat
terbatas.
103
3) Terjadinya ketidaksesuaian jadwal kegiatan SKI Ar-Royyan
dengan jadwal kegiatan sekolah
Beberapa kegiatan SKI menjadi terhambat karena waktu
pelaksanaan kegitan yang telah tersusun pada saat rapat
program kerja tiba-tiba bertabrakan dengan agenda sekolah.
Dalam hal ini tentu saja SKI harus menata ulang jadwal kegitan
mereka yang menyebabkan pelaksanaan kegitan menjadi sedikit
terhambat.
104
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data pada hal-
hal yang penting dari sekian banyak data yang diperoleh dari data hasil
observasi, wawancara, dan catatan lapangan.
a. Kegiatan Organisasi SKI Ar-Royyan
Kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan, penulis merujuk pada
keterangan key informant yaitu pembina dan pengurus organisasi SKI
Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga.
b. Bentuk Peran Organisasi SKI Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter
Peran SKI dalam membentuk karakter, penulis merujuk pada
keterangan yang penulis dapat dari key informant yaitu pembina SKI
Ar-Royyan dan pengurus SKI Ar-Royyan melalui kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan SKI Ar-Royyan. Sebagai sebuah organisasi
keislaman sekolah, peran SKI sudah sesuai dengan yang seharusnya
bahwa sebuah organisasi kerohanian Islam berperan sebagai lembaga
keagamaan, lembaga dakwah, lembaga perjuangan, dan lembaga
kemasyarakatan. Melalui semua kegiatannya, karakter siswa dapat
dibentuk.
105
Untuk hasil pembentukan karakter, penulis merujuk pada
keterangan yang penulis dapat dari beberapa anggota SKI Ar-Royyan
secara umum dengan tetap berpedoman pada indikator pembentukan
karakter menurut Kemendiknas.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan
Faktor pendukung dan penghambat ini pada awalnya penulis
mengumpulkan data melalui wawancara yang penulis lakukan
terhadap key informant yaitu, wakil kepala bidang kesiswaan,
pembina, dan pengurus SKI Ar-Royyan.
2. Display Data
Setelah data direduksi, maka data yang diperoleh didisplay,
yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang sudah
tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.
a. Kegiatan Organisasi SKI Ar-Royyan
Kegiatan yang menjadi program kerja organisasi SKI Ar-
Royyan SMA N 1 Salatiga terbagi menjadi empat macam, yaitu
pertama, program kerja harian berisi pembacaan Asma‟ul Husna.
Kedua, program kerja mingguan, terdiri dari pengadaan infaq, rebana,
shalat jum‟at berjamaah, dan kajian. Ketiga, program kerja bulanan,
terdiri dari khotmil Qur‟an, Gerakan Sayang Masjid (GSM), buletin,
dan mading. Keempat, yaitu program kerja monumental, terdiri dari
perayan idul adha, ziarah, pawai ta‟aruf, idul yatama, Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK), maulid Nabi, evaluasi tengah tahun, isra‟
106
mi‟raj, mujahadah, Festival Lomba Islami (FLI), Gelar Aktifitas
Ramadhan (Gatra), Re-Organisasi, Forum Silaturahmi SKI (FS SKI).
Bentuk kegiatannya di atas merujuk pada teori dari Koesmarwanti dan
Buku Panduan Dakwah Sekolah dari Nugroho Widiyanto
b. Peran Kegiatan SKI Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa
Peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa
tertuang dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menjadi program
kerja SKI itu sendiri. Semua kegiatan SKI berperan dalam
membangun delapan belas karakter. Indikator pencapaian karakter
diambil dan disesuaikan dengan indikator keberhasilan sekolah dan
kelas dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterbitkan
oleh Kemendiknas tahun 2010. Kemudian, untuk pencapaian
pembentukan karakter penulis sajikan berdasarkan hasil wawancara
dengan key informant yang kemudian penulis analisis lebih mendalam
mengenai keterangan yang key informant berikan ketika wawancara
berlangsung.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan SKI Ar-
Royyan
Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan SKI
Ar-Royyan, penulis sajikan berdasarkan hasil wawancara dengan key
informant.
107
3. Penarikan Kesimpulan
Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data
informasi yang tersusun pada penyajian data.
a. Kegiatan Organisasi SKI Ar-Royyan
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh organisasi SKI Ar-
Royyan SMA N 1 Salatiga dibagi menjadi empat macam. Yaitu
pertama, program kerja harian. Kedua, program kerja mingguan.
Ketiga, program kerja bulanan. Keempat, yaitu program kerja
monumental. Kegiatan tersebut dibagi sesuai dengan departemennya
masing-masing.
b. Peran Kegiatan SKI Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa
Peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa
terwujud melalui kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan.
Masing-masing kegiatan SKI Ar-Royyan dapat membentuk karakter
yang berbeda. Kegiatan asmaul husna membentuk karakter religius,
disiplin, dan cinta damai. Kegiatan infaq membentuk karakter religius
dan jujur. Kegiatan rebana membentuk karakter religius,kerja keras,
dan kreatif. Shalat jum‟at berjamaah membentuk karakter religius,
disiplin, dan tanggung jawab. Kajian rutin membentuk karakter
religius, rasa ingin tahu, dan bersahabat/komunikatif. Khotmil qur‟an
membentuk karakter religius dan gemar membaca. GSM membentuk
karakter peduli lingkungan dan tanggung jawab. Buletin membentuk
karakter rasa ingin tahu dan gemar membaca. Mading membentuk
108
karakter rasa ingin tahu dan gemar membaca. Perayaan idul adha
membentuk karakter kerja keras, mandiri, peduli sosial, dan tanggung
jawab. Ziarah membentuk karakter religius dan menghargai prestasi.
Pawai ta‟aruf membentuk karakter kreatif, semangat kebangsaan, dan
bersahabat/komunikatif. Idul yatama membentuk karakter
bersahabat/komunikatif dan peduli sosial. LDK membentuk karakter
jujur, disiplin, mandiri, bersahabat, cinta damai, dan tanggung jawab.
Maulid nabi membentuk karakter religius dan toleransi. Evaluasi
Tengah Tahun membentuk karakter jujur, kerja keras, dan tanggung
jawab. Kegiatan isra‟ mi‟raj membentuk karakter religius dan toleransi.
Kegiatan mujahadah membentuk karakter religius,
bersahabat/komunikatif, dan cinta damai. FLI membentuk karakter
disiplin, bekerja keras, kreatif, dan bertanggung jawab. Gelar aktivitas
ramadhan membentuk karakter religius. Re-organisasi membentuk
karakter jujur, disiplin, kerja keras, demokrasi, dan tanggung jawab.
Dan forum silaturahmi SKI kota membentuk karakter
bersahabat/komunikatif.
Berdasarkan analisis penulis terhadap hasil wawancara
dengan anggota SKI Ar-Royyan mengenai pembentukan karakter
peserta didik yang telah bergabung dan mengikuti berbagai kegiatan
SKI Ar-Royyan, penulis sampaikan bahwa karakter anggotanya rata-
rata sudah terbentuk. Hanya saja, masih ada beberapa key informant
yang mengindikasikan “terkadang” untuk jawaban-jawabannya.
109
Berdasarkan alasan-alasan yang mereka berikan, rata-rata alasannya
karena malas dan kurang tertarik untuk beberapa hal. Pembentukan
karakter yang paling terlihat adalah karakter religius.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan SKI Ar-
Royyan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SKI Ar-
Royyan dan dengan pembina SKI Ar-Royyan, didapatkan bahwa yang
menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan SKI
adalah:
1. Faktor Faktor Pendukung
Yang pertama, SKI Ar-Royyan menjadi bagian dari OSIS
SMA N 1 Salatiga, yang menjadikan pergerakan SKI menjadi lebih
leluasa. Kedua, dukungan dari guru dalam setiap kegiatan menjadi
salah satu hal penting yang dibutuhkan SKI. Ketiga, eksistensi
pengurus SKI diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah. Pengurus
yang rata-rata berkelakuan baik menjadikan siswa yang lain merasa
simpatik dan mengikutinya. Keempat, adanya alumni yang
memberikan kontribusi cukup tinggi. Banyak di antara alumni-
alumni SMA N 1 Salatiga yang juga merupakan alumni SKI Ar-
Royyan masih sering ikut telibat dalam berbagai kegiatan SKI dan
memberikan kontribusi baik berupa pikiran maupun yang lain.
Kelima, fasilitas tercukupi. Dengan tercukupinya fasilitas yang
dibutuhkan SKI, kegiatan-kegiatan SKI akan berjalan semakin
110
baik. Keenam, adanya masjid sekolah. masjid selain difungsikan
sebagai tempat ibadah juga difungsikan menjadi tempat
terselenggaranya beberapa aktivitas keaagamaan oleh SKI.
2. Faktor Faktor Penghambat
Pertama, kurangnya koordinasi antara pengurus dan anggota
SKI Ar-Royyan, hal ini menyebabkan beberapa kegiatan menjadi
kurang lancar. Kedua, hanya siswa tertentu yang berperan aktif
dalam setiap kegiatan. Banyaknya siswa yang menjadi pengurus
maupun anggota SKI yang memiliki aktivitas lain atau kegiatan
lain menjadikan beberapa penyelenggaraan kegiatan SKI menjadi
kurang berjalan dengan efektif karena hanya sebagian siswa yang
benar-benar berperan aktif. Ketiga, terjadinya ketidak sesuaian
jadwal kegiatan SKI dengan jadwal kegiatan sekolah. Jadwal
kegiatan SKI pernah hampir bertabrakan dengan agenda sekolah
yang menjadikan SKI harus menunda kegiatan terlebih dahulu.
B. Pengecekan Keabsahan Data
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembina, dan
siswa.
111
a. Sudut pandang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
Tabel 6: Catatan Lapangan Wakasekbid Kesiswaaan
No Topik Pembicaraan Waktu Tempat
1 Karakter peserta didik yang
tergabung dalam organisasi
SKI Ar-Royyan SMA N 1
Salatiga
23 Mei 2017 SMA N 1
Salatiga
2 Peran SKI Ar-Royyan dalam
membentuk karakter siswa
SMA N 1 Salatiga
23 Mei 2017 SMA N 1
Salatiga
Jawaban key informant adalah siswa-siswa yang tergabung dalam
organisasi SKI Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga saya lihat mereka
tergolong siswa yang baik dan disiliplin. Tidak ada penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh anggota SKI. Untuk karakter
mereka sendiri jika merujuk pada nilai karakter menurut
Kemendiknas, sudah hampir semuanya terbentuk, namun porsinya
saja yang berbeda. SKI Ar-Royyan sangat membentuk karakter
siswa. Siswa yang sudah memiliki karakter baik bisa dibentuk
lebih baik lagi di sini melalui kegiatan-kegiatan yang ada di SKI
Ar-Royyan.
Tanggapan peneliti adalah karakter siswa yang menjadi anggota
SKI Ar-Royyan memang terlihat tidak ada yang berperilaku buruk
dan itu memang sudah sewajarnya dimiliki oleh anggota SKI,
karena bagaimanapun mereka menjadi contoh juga untuk siswa
yang lain.
b. Sudut pandang pembina
Tabel 7: Catatan Lapangan Pembina
No Topik Pembicaraan Waktu Tempat
1 Karakter peserta didik yang
tergabung dalam organisasi
SKI Ar-Royyan SMA N 1
Salatiga
23 Mei 2017 SMA N 1
Salatiga
2 Peran SKI Ar-Royyan dalam
membentuk karakter siswa
SMA N 1 Salatiga
23 Mei 2017 SMA N 1
Salatiga
Jawaban key informant adalah siswa yang tergabung dalam
keanggotaan SKI Ar-Royyan bisa dikatakan baik dan tidak
menyimpang. Mengenai peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk
karakter siswa terwujud melalui kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan dan delapan belas karakter tercakup semuanya.
112
Cukup terlihat juga perbedaan siswa antara sebelum dan sesudah
masuk di SKI, siswa terlihat semakin terarah dalam bersikap.
Tanggapan peneliti adalah siswa memang memiliki kepribadian
yang baik terlihat pada saat peneliti melakukan observasi yaitu
rata-rata anggota SKI lebih terlihat sopan dan ramah dengan warga
sekolah lain seperti guru ataupun dengan yang lainnya.
c. Sudut pandang peserta didik
Tabel 8: Catatan Lapangan Peserta Didik
No Topik Pembicaraan Waktu Tempat
1 Karakter peserta didik yang
tergabung dalam organisasi
SKI Ar-Royyan SMA N 1
Salatiga
23 Mei - 9
Juni 2017
SMA N 1
Salatiga
2 Peran SKI Ar-Royyan dalam
membentuk karakter siswa
SMA N 1 Salatiga
23 Mei - 9
Juni 2017
SMA N 1
Salatiga
Jawaban key informant adalah siswa yang menjadi anggota SKI
bisa dikatakan akhlaknya baik, mereka sopan, tidak urakan, dan
sering terlihat rajin ke masjid untuk beribadah seperti
melaksanakan shalat sunah dhuha. Untuk perannya, SKI sangat
berperan dalam membentuk karakter siswa. Banyak sekali
perbedaannya terutama di akhlak atau karakternya antara sebelum
masuk di SKI dan sesudahnya. Dari kedelapan belas karakter yang
ditetapkan oleh Kemendiknas, semua masuk di SKI karena
banyaknya kegiatan SKI yang per kegiatan membentuk karakter
yang berbeda.
Tanggapan peneliti tidak begitu jauh berbeda dengan pendapat
peserta didik bahwa anggota SKI rata-rata berakhlak baik terlebih
lagi siswa yang menjadi aggota SKI merupakan teladan bagi siswa
yang lain.
Dari ketiga sudut pandang sumber yang peneliti sajikan, tidak
ada suatu sangkalan satu sama lain yang membuat data menjadi
bertentangan, namun saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya.
113
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik pengumpulan data untuk menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian ini di mana peneliti menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber dengan
data permasalahan yang sama.
a. Observasi
Penulis menyajikan dalam bentuk catatan lapangan seperti
berikut ini:
Tabel 9: Catatan Lapangan Observasi
Waktu dan Tempat Kegiatan Rekonstruksi Suasana
23 Mei-9 Juni 2017 di SMA N
1 Salatiga
Suasana ketika anggota SKI
sedang melaksanakan kegiatan
rutin berupa kajian rutin dan
kegiatan monumental berupa
khotmil qur‟an di SMA N 1
Salatiga
Tanggapan peneliti yaitu dari segi peserta didik yang mengikuti
kegiatan SKI ini bahwa mereka benar-benar antusias dan
memperhatikan terhadap apa yang disampaikan oleh pemateri
dalam kajian tersebut dan peserta didik sangat antusias dalam acara
khotmil qur‟an yang sedang berlangsung.
Kegiatan observasi ini, peneliti sebagai pengamat partisipan,
yaitu peneliti ikut serta dalam kegiatan tersebut yaitu sebagai
peserta kegiatan.
114
b. Wawancara
Penulis menggunakan wawancara terhadap peserta didik
guna mengumpulkan data yang diperlukan dan hasil
wawancaranya terlampir.
c. Dokumentasi
Dokumentasi penulis kumpulkan selama penelitian guna
mendukung hasil penelitian.
Gambar 1. Wawancara dengan ketua umum SKI Ar-Royyan
SMA N 1 Salatiga
115
Gambar 2. Kegiatan kajian rutin an-Nisa‟ SKI Ar-Royyan
Gambar 3. Kegitan Khotmil Qur‟an dan tausiyah yang diadakan
oleh SKI Ar-Royyan.
Dari ketiga teknik tersebut penulis mendapati bahwa
kredibilitas data dari key informant yaitu peserta didik melalui
pendekatan observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat penulis
anggap tidak ada suatu kecacatan.
116
3. Triangulasi Waktu
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi dalam waktu yang berbeda. Terdapat delapan belas
peserta didik yang penulis jadikan key informant.
a. Hari Selasa
Yaitu key informant RR, AF, AZW, RAS penulis lakukan pada
hari Selasa, 30 Mei 2017. Selanjutnya, key informant VAS, AR,
RKS, EE, RMQ, dan FA penulis lakukan pada hari Selasa tanggal
6 Juni 2017.
b. Hari Jum‟at
Yaiu key informant DAP, BPP, AD, dan LA penulis lakukan pada
hari Jum‟at tanggal 26 Mei 2017. Selanjutnya, key informant NH,
SMA, dan FI penulis lakukan pada hari Jum‟at tanggal 8 Juni
2017.
Dari triangulasi waktu yaitu hari Selasa dan hari Jum‟at,
penulis menyimpulkan tidak ada sesuatu yang menjadikan data yang
penulis peroleh tidak sesuai dengan harapan atau dalam artian
melenceng dari objek penelitian.
117
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis teliti dari bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang menjadi program kerja organisasi SKI Ar-Royyan SMA N
1 Salatiga terbagi menjadi empat macam, yaitu pertama, program kerja
harian berisi pembacaan Asma‟ul Husna. Kedua, program kerja
mingguan, terdiri dari pengadaan infaq, rebana, shalat jum‟at berjamaah,
dan kajian. Ketiga, program kerja bulanan, terdiri dari khotmil Qur‟an,
Gerakan Sayang Masjid (GSM), buletin, dan mading. Keempat, yaitu
program kerja monumental, terdiri dari perayan idul adha, ziarah, pawai
ta‟aruf, idul yatama, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), maulid Nabi,
evaluasi tengah tahun, isra‟ mi‟raj, mujahadah, Festival Lomba Islami
(FLI), Gelar Aktifitas Ramadhan (Gatra), Reorganisasi, dan Forum
Silaturahmi SKI (FS SKI).
2. Peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa terwujud melalui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menjadi program kerja SKI Ar-
Royyan. Semua kegiatan SKI berperan dalam membentuk delapan belas
karakter. Masing-masing kegiatan SKI Ar-Royyan dapat membentuk
karakter yang berbeda. Karakter yang paling ditonjolkan oleh SKI Ar-
118
Royyan adalah karakter religius. Dibutuhkan waktu selama kurang lebih
satu tahun untuk SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa.
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan SKI Ar-Royyan
yaitu; Pertama, faktor pendukungnya adalah, SKI Ar-Royyan menjadi
bagian dari OSIS SMA N 1 Salatiga, dukungan dari guru dalam setiap
kegiatan SKI Ar-Royyan, eksistensi pengurus SKI Ar-Royyan diakui
sebagai kekuatan dakwah sekolah, adanya alumni yang memberikan
kontribusi cukup tinggi, fasilitas tercukupi, serta adanya masjid sekolah.
Kedua, faktor penghambatnya adalah, kurangnya koordinasi antara
pengurus SKI Ar-Royyan dengan anggota, hanya siswa tertentu yang
berperan aktif dalam setiap kegiatan, serta terjadinya ketidaksesuaian
jadwal kegiatan SKI dengan jadwal kegiatan sekolah.
D. Saran
Pada akhir penulisan, penulis memberikan saran yang mungkin
dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan orang
lain:
1. Untuk Tenaga Pendidik
Penulis memberikan saran agar kegiatan organisasi maupun
ekstrakulikuler dapat dimaksimalkan oleh pendidik untuk dapat
membentuk karakter peserta didik agar lebih baik sebagai alternatif solusi
yang dapat diandalkan dalam menghadapi degradasi moral yang sedang
119
terjadi di masyarakat. Selain itu, sebagai pendidik tentu saja harus
memberikan tauladan yang baik bagi peserta didiknya.
2. Untuk Pengurus SKI Ar-Royyan
Penulis memberikan saran supaya kesolidan antara pengurus
lebih ditingkatkan agar terciptanya stabilitas dalam proses pelaksanaan
program kerja SKI Ar-Royyan. Mengingat pengurus sebagai teladan bagi
semua anggota dan siswa lain pada umumnya, alangkah lebih baiknya
jika komunikasi antar pengurus lebih ditingkatkan lagi dan selalu
melakukan kominikasi juga dengan anggota SKI Ar-Royyan agar lebih
tumbuh rasa kekeluargaan. Pengurus juga diharapkan untuk lebih
memperhatikan dalam pembuatan jadwal program kerja atau kegiatan
dengan teliti agar semua program kerja atau kegiatan dapat berjalan
dengan maksimal. Selain itu, pengurus juga diharapkan untuk lebih
menghargai waktu di setiap kegiatan.
3. Untuk Anggota SKI Ar-Royyan
Saran penulis untuk seluruh siswa yang menjadi anggota SKI
Ar-Royyan, yaitu agar selalu semangat dan antusias dalam mengikuti
kegiatan-kagiatan yang diselenggarakan oleh SKI Ar-Royyan dan
berusaha menerapkan karakter baik yang yang telah dibentuk ke dalam
kehidupan sehari-hari baik itu saat di rumah, di sekolah, maupun di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
„Ulwan, Abdullah Nashih. 2003. Aktivis Islam Menghadapi Tantangan Global.
Solo: Pustaka Al-„Alaq.
Ahyadi, Abdul Aziz. 2001. Psikologi Agama Kebribadian Muslim Pancasila.
Bandung: Sinar Baru algensindo.
Al-Shiddieqy, Hasbi. 1977. Al-Islam Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang.
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Aminudin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
El Ishaq, Ropingi. 2016: Pengantar Ilmu Dakwah: Studi Komprehensif Dakwah
dari Teori ke Praktik. Malang: Madani.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Gunarsa, Yulia Singgih D, & Singgih D. Gunarsa. 2012. Psikologi Remaja.
Jakarta: Libri
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research cetakan kedua puluh empat.
Yogyakarta: Andi Offset.
Henry, 2010, Ekstrakulikuler Rohani Islam (ROHIS), (Online),
(http://hendrifirmansyah.blogspot.co.id/2010/07/ekstrakulikuler-
rohani-islam-rohis.html, diakses 30 Maret 2017).
Herlambang, Susantyo. 2014. Perilaku Organisasi: Cara Mudah Mempelajari
Perilaku Manusia dalam Sebuah Organisasi. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Hurlock, Elizabeth B. 1996. Psikologi Perkambangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan cetakan kelima. Jakarta: Erlangga.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Galang Persada Pers.
Koesmarwanti, & Nugroho Widiyantoro. 2000. Dakwah Sekolah di Era Baru.
Solo: Era Inter Media.
Majid, Abdul, & Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep Implementasi Kurikulum 2004 cetakan kedua.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul, & Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam
cetakan ketiga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi penelitian Kualitatif cetakan kedua puluh
sembilan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi cetakan ketujuh. Jakarta: Bumi
Aksara.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Oepen, Manfred, & Walfgang Karcher. 1987. Dinamika Pesantren: Dampak
Pesantren dalam Pendidikan. Jakarta: P3M.
Salahudin, Anas, & Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter:
Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa cetakan kesatu.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Salim, Peter, & Yenni Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Balai Pustaka.
Setiawan, Soleh. 2014. Strategi Dakwah Rohis dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Agama di SMA 1 Leuwiliang Bogor. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi. 1983. Metodologi Penelitian Survai
cetakan ketiga. Jakarta: LP3ES.
Siswanto, & Agus Sucipto. 2008. Teori & Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan
Integratif. Malang: UIN-Malang Press.
STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga:
STAIN Salatiga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syafri, Ulil Amri. 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an cetakan kedua.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Buku Panduan Dakwah Sekolah.pdf
Wikipedia, Rohani Islam, (Online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rohani_Islam
diakses 31 Maret 2017).
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara dengan pengurus SKI Ar-Royyan SMA N 1 Salatiga
Nama : Rizal Adam S.
Jabatan : Koordinator Rabana
1. Teman-teman di SKI itu baik semua mbak akhlaknya atau karakternya, Cuma
mungkin tingkatannya saja yang berbeda-beda
2. Melalui kegiatan yang menjadi proker SKI
3. Asmaul husna yang kita baca itu bisa bikin hati dan pikiran jadi tenang dan
dama. Selain itu juga bisa belajar disiplin dan meningkatkan religius kita
4. Kalau pengadaan infak membentuknya religius, kejujuran juga bagi yang ikut
menghitung jumlah infaknya
5. Latihan dan juga pentas rebana kita itu banyak mengajarkan kerja keras,
keseriusan, kreatifitas pula. Soalnya tidak gampang, mbak
6. Kalau sholat jama‟ah ya jelas membentuk karakter religius, disiplin, dan
tanggung jawab dengan kewajiban
7. Kajian bisa memperdalam ilmu agama dan menambah keakraban dengan
semua anggota SKI
8. Khotmil Qur‟an membentuk karakter religius dan gemar membaca
9. GSM dalam bentuk bersih-bersih masjid mengajarkan untuk peduli
lingkungan
10. Kalau untuk buletin membentuk karakter rasa ingin tahu dan gemar membaca
juga
11. Adanya mading juga sama seperti buletin. Untuk menumbuhkan karakter
ingin tahu dan gemar membaca
12. Perayaan idul adha merupakan hari besar umat Islam ditandai dengan
penyembelihan hewan kurban. Acara kurban kemarin itu kita dibikin mandiri
loh, mbak.kita disuruh mencari sapi sendiri. Tanggung jawab, kerja keras,
dan peduli sosial ditanamkan di sini.
13. Ziarah bagi saya membentuk karakter religius, mbak. Soalnya banyak yang
dibaca.
14. Pawai ta‟aruf membuat kita memiliki teman baru, jadi bisa membentuk
karakter persahabatan. Dengan banyak orang tanpa ada saling membanding-
bandingkan. Ini juga membentuk karakter cinta damai.
15. Idul yatama itu dapat membentuk karakter peduli sosial dan persahabatan
16. LDK itu anggota SKI dilatih dan dididik agar nantinya jadi orang yang benar,
orang yang berguna, orang yang nanti jika jadi pemimpin maka jadi
pemimpin yang sholih. Karakter yang ditanamkan di sini adalah karakter
religius, tanggung jawab, amanah, jujur, cerdas, pekerja keras, dan yang
lainnya. Pokoknya yang berkarakter.
17. Peringatan maulidan dapat membentuk karakter religius dan cinta damai
18. Evaluasi tengah tahun itu tujuannya untuk mengevaluasi semua kinerja atau
beberapa proker yang sudah dijalankan selama kurang lebih setengah tahun.
Karakter yang bisa dibentuk di sini adalah karakter disiplin, kerja keras,
tanggung jawab, dan kejujuran.
19. Isra‟ mi‟raj itu peringatan perjalanan spiritual Nabi Muhammad. Kita bisa
belajar dari itu semuabisa menambahkan keimanan kita juga. Itu juga salah
satu kebesaran dan keagungan Allah dan salah satu keistimewaan Nabi
Muhammad
20. Mujahadah itu ya kita beribadah bersama. Sholat bersama dan dzikir bersama.
Bisa membentuk karakter religius
21. FLI isinya tentang lomba-lomba Islam. Ini mrlath kekompakan dan kerja
keras kita untuk mensukseskan acara. Melatih kita untuk bisa menghargai
prestasi orang lain juga.
22. Kegiatan gatra yang merupakan pesantren kilatnya SMANSSA. Ini
mengajarkan dan membentuk karakter religius.
23. Kegiatan re-organisasi kita banyak mengajarkan kerja keras, kejujuran, dan
tanggung jawab
24. Kegiatan FS SKI itu temu kangen atau merekatkan silaturahmi dengan
anggota SKI sekolah lain dan bisa membentuk karakter persahabatan
Nama : Naufan H.
Jabatan : Departemen Takmir
1. Karakternya baik. Terkondisikan
2. Perannya itu lewat kegiatannya
3. Karena pembacaan asmaul husna dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai,
jadi membuat siswa berangkat pagi, tidak takut, displin. Membuat hati terasa
damai setelah membacanya
4. Untuk kegiatan infaq itu kalau suruh mengisi kotak infaq ya tergantung
vribadi masing-masing. Tavi saya sering melihat anak SKI memasukkan uang
atau berinfaq terutama ketika jum‟atan. Ya intinya mulai dibiasakan
5. Saya sendiri ikut rebana. Ya butuh kerja keras, kreatifitas, kekompakan juga
dalam menjadikan lantunan musik yang indah
6. Bagi SKI, mengikuti sholat jum‟at berjamaah di sekolah sudah menjadi
keharusan, karena untuk mengantisipasi juga kalau waktunya tidak cukup jika
harus pulang ke rumah. Ini jadi sebuah tanggung jawab masing-masing,
melatih kejujuran dan kedisiplinan juga.
7. Kajian ar-rijal untuk yang laki-laki dan an-nisa‟ untuk yang perempuan. Kita
yang laki-laki dilaksanakan setelah shalat jum‟at. Materi bisa dari pembina
atau kita juga bisa mengusulkan. Banyak ilmu agama yang di dapat di sini
8. Khotmil qur‟an itu semua siswa terlibat. Ya biar kita lebih sayang Al-Qur‟an,
lebih rajin baca al-Qur‟an.
9. Kita bersih-bersih masjid setiap dua minggu sekali. Sebagai bukti kita juga
kalau kigta peduli dengan masjid sekolah. Ciri khas SKI juga masid.
10. Kalau untuk bisa buagt buletin harus rajin baca, harus kritis juga dengan
situasi dan kondisi. Adanya buletin di SKI untuk menampung teman-teman
yang suka menulis juga.
11. Mading tentunya untuk menempel info kalau kihta pas lagi pasang kertas
baru atau info baru pasti banyak yang penasaran ingin tahu dan membacanya.
12. Peringatan idul adha termasuk acara yang besar dan melelahkan. Panitianya
anak-anak SKI. Kita juga harus bisa mandiri cari sapi, menata tempat.
Pokoknya dibutuhkan kerja keras, kerjasama, dan komitmen dengan tanggung
jawab.
13. Ziarah bagi saya belajar tentang ziarah dan tidak hanya melulu tentang tahlil.
Bagaimana kita bisa menghargai jasa dan perjuangan para leluhur.
14. Pawai ta‟aruf kita lakukan dengan sekolah lain. Butuh persiapan yang matang
dan sudah pasti dengan penampilan yang bagus dan sekreatif mungkin,
karena kita juga harus tampil maksimal.
15. Idul yatama biasa diperingati dengan mendatangi panti dan memberi
santunan. Karakter peduli sosial jelas ditanamkan dan dibentuk di acara ini.
16. LDK, namanya juga latihan dasar kepemimpinan. Ya bagaimana seorang
anggota SKI bisa menjadi calon pemimpin yang baik, religius, jujur, disiplin,
cinta damai, tanggung jawab, dan amanah.
17. Maulid nabi kita isi dengan shalawatan bersama teman-teman muslim di
sekolah. supaya mendapat syafa;at dari Nabi Muhammad. Kalau SKI bikin
acara seperti ini, teman non muslim juga aada acara sendiri. Tetapi tetap
menjaga kerukunan dan toleransi.
18. Kegiatan atau proker yang sebagian sudah berjalan dievaluasi, dinilai sukses
tidaknya. Jadi untuk masing-masing departemen harus menyiapkan
laporannya dengan jujur. Adanya evaluasi ini juga untuk melihat tanggung
jawab teman-teman, Mbak.
19. Kalau menurut saya, isra‟ mi‟raj ya membentuk karakter religius. Kan
kaitannya dengan agama.
20. Mujahadah yang kita lakukan juga membentuk sikap religius siswa. Mereka
bisa terlatih beribadah sunnah.
21. Lomba islami kita ini melibatkan sekolah SMP dan MTs di Salatiga, Mbak.
Selain untuk mencari bibit juara, kita juga sambil mengenalkan SKI SMA N
1 Salatiga. Dalam pelaksanaannya tentunya tanggung jawab kita, kerja keras
kita dan kreatifitas kita dibutuhkan untuk membuat sukses acara FLI.
22. Gatra bisa dibilang seperti kegiatan pesantren kilat, Mbak. Megajarkan
keikhlasan, keridhoan juga.
23. Re-organisasi ini ibarat akhir perjalanan kepengurusan, Mbak. Tentu saja
diminta pertanggung jawaban atas kerja kerasnya dari masing-masing
departemen. Dalam acara ini juga memilih ketua baru, Mbak. Jadi harus
demokratis.
24. Kalau FS SKI kita Cuma jadi partisipan aja, Mbak. Yang menyelenggarakan
SKI Kota. Ya di sini bisa menambah teman dan bisa sharing dengan yang
lain.
Nama : Luthfiah Ayu K.
Jabatan : Bendahara Umum
1. Karakternya baik, rajin sih kalau dibandingin dengan yang lain. Apalagi kalau
jam istirahat, banyak yang shalat dhuha, Mbak.
2. Bentuk perannya ya mungkin dari kegiatan-kegiatannya. Soalnya banyak sifat
tean-teman juga yang berubah setelah ikut dan masuk di berbagai kegiatan
SKI.
3. Asmaul husna setiap paginya itu membuat kita jadi hafal asmaul husna,
membuat kita lebih cepat dalam menghafal. Karena waktunya sebelum KBM,
jadi kita bisa berangkat lebih awal dan tidak telat masuk kelas. Intinya, lebih
disiplin.
4. Adanya kotak infaq membuat kita selalu ingat dengan shadaqoh, Mbak. Yang
sebelumnya tidak pernah bershadaqoh, bisa dingatkan lewat kotak infaq juga.
Bagi ang setiap minggunya membuka dan menghitung infaq, bisa dilatih jujur
juga.
5. Rebana itu banyak mengajarkan kesabaran, kerja keras, ketelitian juga.
Soalnya susah itu, Mbak.
6. Anak-anak SKI itu diwajibkan ikut shalat berjam‟ah di masjid sekolah, Mbak.
Biar mereka itu lebih disiplin. Soalnya kadang kalau sampai rumah juga
sudah ketinggalan. Jadi, kalau di sekolah kan mereka tidak melepaskan
tanggung jawabnya.
7. Kajian itu bisa menambah ilmu banyak. Soalnya apa yang kita dapat di
kajian, belum tentu diajari sama guru-guru di kelas, Mbak. Kalau kajian itu
lebih intensif dan mendalam. Jadi, kita bisa tahu apa yang sebelumnya belum
pernah diketahui. Bisa sharing sama teman-teman, lebih akrab sama pembina
juga. Ya mungkin karakter yang dibentuk di sini religius, rasa ingin tahu, dan
persahabatan.
8. Kalau khotmil qur‟an sudah pasti membentuk karakter religius karena bisa
bikin tambah pahalanya. Tapi juga bisa membentuk karakter cinta damai,
soalnya dengan lantunan ayat suci al-Qur‟an bisa menciptakan kedamaian.
9. GSM menunjukkan kalau kita peduli lingkungan masjid. Kita anak SKI yag
sering menggunakn masjid sebagai tempat kegiatan merasa memiliki
tanggung jawab untuk senantiasa merawat masjid baik kebersihannya,
maupun yang lain.
10. Dengan adanya buletin bisa memancing rasa inin tahu siswa, kreatifitas siswa
dan rasa gemar membaca, karena membuat buletin juga tidak mudah. Butuh
keuletan, Mbak.
11. Mading sebagi tempat informasi membuat siswa semakin penasaran dengan
infonya dan ingin membacanya. Info di mading juga selalu kita ganti seara
teratur.
12. Perayaan idul adha di sekolah seperti perayaan pada umumnya di desa, Mbak.
Ya diawali shalat dulu bersama-sama, setelah itu baru menyembelih kurban.
Banyak yang diajarkan di sini. Mulai dari bagaimana sejarahnya yang bisa
menambah keimanan kepada kita, menumbuhkan sikap sosial kita lewat
pembagian daging kurban. Dalam pelaksanaannya yang jadi panitia dituntut
untuk siap kerja, disiplin, dan tanggung jawab, Mbak. Soalnya lumayan ribet
juga acaranya.
13. Ziarah itu ya seperti wisata religi, Mbak. Tambah pengetahuan karena dapat
cerita dan bisa menumbuhkan kekaguman.
14. Kalau pawai kan pasti butuh atribut, itu yang kita persiapkan. Otomatis butuh
kreatifitas dan juga saat kegiatan pawai bisa memunculkan rasa cinta tanah air
dan semangat kebangsaan, Mbak, karena kalau ngumpul bareng seperti ada
kekuatan.
15. Idul yatama kita adakan di panti dan kita seperti memberi santunan, gitu
Mbak. Lewat itu kan bisa membentuk karakter peduli sosial dan
persahabatan.
16. LDK itu biasanya yang ditekankan adalah karakter disiplin, tanggung jawab,
kejujuran, cinta damai, cinta tanah air dan berakhlak mulia.
17. Maulid nabi mengajarkan bagaimana perjalanan Rasulullah, kisah hidup
asulullah jadi kita bisa meneladaninya dan membuat kita semakin mencintai
Rasulullah. Untuk karakter yang dibentuk menurut saya kaakter religius,
Mbak.
18. Evaluasi tengah tahun diadakan untuk mengevaluasi program kerja selama
setengah tahun berjalan. Bagi pengurus, ini membentuk karakter disiplin,
jujur, tanggung jawab sama program kerjanya.
19. Isra‟ mi‟raj menurit saya adalah perjalanan yang menarik untuk diceritakan.
Jadi, sudah sepantasnya selama ini isra‟ mi‟raj selalu kita peringati. Selain
membuat itu membuat kita semakin beriman kepada Allah.
20. Mujahadah yang kita adakan itu khususnya untuk siswa kelas sepuluh, Mbak.
Tetapi ternyata ketika hari H banyak sekali yang ikut. Ada dari kakak tingkat,
terkadang alumni SKI juga ikut. Jadi, selain bisa membentuk karakter
religius, juga bisa sebagai ajang silaturahmi dan sharing.
21. FLI memiliki cabang lomba Islami yang pesertanya SMP-MTs se-Salatiga.
Karakter yang dibentuk yaitu kerja keras, menghargai prestasi, disiplin, dan
tanggung jawab, Mbak.
22. Gatra sama dengan pesantern kilat, Mbak. Yang pasti karakter religis
ditanamkan di sini.
23. Re-organsasi acaranya seperti re-orgaisasi organisasi lain, ya ada laporan dan
pemilihan untuk kepengurusan baru. Adanya kegiatan ini bisa membentuk
karakter tanggung jawab, jujur, kerja keras, dan demokrasi.
24. FS SKI jadi forum silaturahmi untu SKI se-Salatiga. Bisa melancarkan
komunikasi dan merekatkan persahabatan.
Nama : Alfian R.
Jabatan: Koordinator Jum‟atan
1. Karakternya baik, tidak macam-macam.
2. Lewat kegiatan-kegiatan SKI.
3. Dengan pembacaan asmaul husna setiap hari, membuat siswa semakin
disiplin untuk berangkat pagi.
4. Kalau yang sadar akan adanya infak pasti tergugah hatinya untuk bersedekah,
Mbak. Dari itu bisa membentuk karakter religius.
5. Kalau rebana pasti mengajarkan ketekunan, kerja keras, dan kreatifitas karena
itu tidak mudah.
6. Bagi kami yang laki-laki pasti shalat jum‟at di sekolah membuatkita disiplin
waktu, tidak meremehkan tanggung jawab karena itu juga tanggung jawab.
7. Kajian untuk laki-laki di masjid setelah shalat jum‟at, kalau yang perempuan
di masjid lama sekolah. banyak ilmu baru yang kita dapat, lebih bisa mengerti
tentang Islam. Pertanyaan-pertanyaan kita atau rasa penasaran kita terjawab.
8. Khatmil qur‟an atau khataman qur‟an bisa membuat kita gemar membaca
terutama membaca al-qur‟an. Sikap religius kita juga bertambah.
9. Kegiatan GSM yang kita lakukan sebagai bukti kita bahwa kita peduli dengan
masjid.
10. Membuat buletin itu tidak mudah, Mbak. Butuh pemahaman, kreatifitas, dan
ketekunan.
11. Adanya anjing SKI bisa memancing rasa ingin tahu siswa dan karakter gemar
membaca siswa.
12. Perayaan idul adha kita yang jadi panitianya. Yang paling susah itu mencari
hewan yang mau dijadikan kurban. Itu kita mencari sendiri. Ya itulah yang
ditanamkan, ada karaker mandiri, kerja keras, tanggung jawab, peduli sosial,
dan religius juga.
13. Tahun kemarin kia adakan ziarah ke makam wali. Karakter yang ditanamkan
ya religius.
14. Kalau pawai ta‟aruf itu kan bersama-sama ya Mbak. Bisa membentu rasa
kebersamaan. Kalau saya kira, pawai ta‟aruf juga memunculkan karaketr
kebangsaan.
15. Peringatan idul yatama menanakan rasa peduli sosial kepada sesama dan
memunculkan persahabatan di antara kita dengan teman-teman yatim.
16. Di SKI, LDK tidak seperti gemblengan yang menakutkan. Tetapi di LDKnya
SKI kita dilatih jadi calon pemimpin muslim yang religius, jujur, disiplin,
bertanggung jawab, dan cinta damai.
17. Maulid nabi selalu kita peringati. Semua siswa muslin SMA N 1 Salatiga kita
libatkan. Yang sudah pasti membentuk karakter religius dan menghargai
prestasi.
18. Di dalam kegiatan ealuasi tengah tahun, kita dituntut tanggung jawabnya,
kedisiplinannya, kerja kerasnya juga dari para pengurus.
19. Bagi saya, kegiatan isra‟ mi‟raj sangat menarik. Bagaimana kita diceritakan
perjalanan spiritual Rasulullah yang sangat menarik. Ini bisa menumbuhkan
karakter religius siswa.
20. Mujahadah kita diisi dengan shalat sunnah, shalawatan, dzikir, dan lainnya.
Ini secara otomatis bisa mnumbuhkan karakter religius dan cinta damai nagi
siswa.
21. Lomba Islami atau FLI bisa membentuk karakter kerja keras, solidaritas,
kereatif, dan tanggung jawab, karena kita harus menyiapkan dengan sebaik-
baiknya.
22. Kalau saya menyebut gatra sama dengan pesantren kilat. Karakter religius
sudah pasti ditanamkan, cinta damai juga, Mbak.
23. Kalau untuk re-organisasi kan penyusunan kembali ya, Mbak. Jadi, kita
bentuk lagi pengurus-pengurus SKI yang baru. Tapi sebelumnya ada laporan
pertanggung jawaban dari masing-masing departemen. Jadi, melalui re-
organisasi bisa dibentuk karakter tanggung jawab, jujur, disiplin sama
prokernya dan karakter demokrasi bisa dibentuk ketika pemilihan ketua baru.
24. FS SKI kota itu kesempatan kita untuk bertemu dengan anggta SKI dari
sekolah lain se-Salatiga. Jadi, bisa menambah teman, menambah sahabat, dan
menambah ilmu baru.
Nama : Ani Fitriyani
Jabatan : Sekretaris Umum
1. Kalau menurut saya, karakter teman-teman di SKI itu sudah bagus. Yang
saya tahu dari mereka tidak pernah ada yang bermasalah sampai dipanggil ke
BP.
2. Perannya mungkin dari kegiatannya itu sendiri, Mbak.
3. Asmaul huna itu melatih siswa biar bisa hafal, biar bisa dipraktekkan juga
asmaul husnanya. Karena asmaul husna juga yang diadakan setiap pagi, saya
jadi berangkat pagi, tidak telat masuk ke kelas. Intinya lebih disiplin.
4. Kalau saya memang tidak setiap hari berinfaq. Menurut saya, infaq sama juga
dengan shodaqoh. Bisa lebih membentuk karakter religius. Saya juga sering
menghitung jumlah uang di kotak infaq dengan teman yang lain. Ini tidak
mudah, dibutuhkan juga kejujuran.
5. Yang saya lihat dari teman-teman yang ikut berlatih rebana, saya lihat mereka
sangat bersemangat dan penuh kerja keras untuk mengompakkan iramanya,
mereka juga kreatif dalam mengolah musik rebana.
6. Mugkin kalau shalat jum‟at untuk teman-teman yang laki-laki saja, ya Mbak.
Dengan SKI menjadikan shalat jum‟at berjama‟ah sebagai keharusan, saya
rasa mereka bisa lebih menjadi anak yang disiplin dan bertanggung jawab
untuk meninggalkan kewajibannya.
7. Kajian keislaman sering dan hampir selalu kita adakan setiap jum‟atnya.
Laki-laki dan perempuan dipisah. Untuk materinya sendiri kadang ditentukan
oleh pembina, kadang juga kita yang minta. Dengan mengikuti kajian, kita
lebih paham agama, lebih banyak ilmu yang didapat. Rasa ingin tahu dan
penasaran juga terjawab dan kita bisa lebih akrab dengan teman yang bukan
dari anggota SKI, karena ini sifatnya umum.
8. Khotmil qur‟an itu kita laksanakan bersama siswa lain yang bukan dari SKI
juga. Semua bleh ikut. Dalam acara itu ada pembacaan al-Qur‟an dan
tausiahnya juga. Jadi, kita bisa ikut membaca dan menyimak dan dapat
pelajaran dari tausiahnya juga.
9. Kita sebagai anggota SKI sekaligus saya sendiri juga merupakan pengurus
SKI sudah sewajarnya kalau menjaga kebersihan masjid, apalagi kantor
masjid SKI juga satu bangunan sama masjid, Mbak. Ya kita harus peduli
dengan keadaan masjid. Jangan sampai masjid yang bisa dibilang identitas
kita tidak terawat. Membersihkan masjid juga merupakan tanggung jawab
kita.
10. Membuat buletin memang susah-susah gampang, Mbak. Perlu ketekunan,
kritis dalam suatu hal. Menulis buletin juga harus diimbangi dengan rajin
membaca berbagai referensi. Ini bisa membuat karakter gemar membaca.
11. Mading itu tempat informasi. Berbagai tulisan atau karya siswa tau
pengumuman bisa ditempe di sini. Ini bisa memancing penasaran dan rasa
ingin tahu siswa kalau ada yang ditempel di sana.
12. Pelaksanaan idul adha itu lumayan berat, Mbak untuk panitianya. Harus
menyiapkan tempat, mencari hewannya, sampai membagikannnya. Tapi ini
harus kita lakukan dengan ikhlas dan melatih kita untuk bisa mandiri, kerja
keras, tanggung jawab, dan punya rasa peduli ke orang lain.
13. Tahun lalu kita ziarah ke makam wali. Tidak hanya berdoa saja, tapi kita juga
diceritakan mengenai perjalanan wali semasa hidupnya dalam berdakwah.
Kita disuruh untuk meneladani dan juga menghargai apa yang telah mereka
usahakan.
14. Pawai ta‟aruf itu mengajarkan kreatifitas, karena kita memilih seragam atau
kostum yang tidak biasa. Saat acara, kita bertemu dengan banyak teman, bisa
menambah teman dari luar sekolah juga.
15. Idul yatama biasanya kita peringati dengan memberi santunan kepada adik-
adik yang telah ditinggal orang tuanya. Kita selipkan tausiah, kita hibur
mereka di panti asuhan dan menjalin persahabatan dengan mereka. Ini juga
mengajarkan kita untuk lebih peduli kepada sesama.
16. Dalam kegiatan LDK banyak yang diajarkan, di antaranya tanggung jawab,
mandiri, cinta damai, disiplin, jujur, dan lainnya.
17. Kalau kita mengadakan maulid nabi di sekolah, siswa lain yang non muslim
juga mengadakan acara sendiri, tetapi tidak saling mengganggu. Toleransi
sangat kita junjung.
18. Evaluasi tengah tahun kita adakan untuk melihat dan mengevaluasi setengah
dari program kerja kita. Jadi, masing-masing departemen harus melaporkan
dan bertanggung jawab dengan program kerjanya.
19. Kita tahu bahwa isra‟ mi‟raj merupakan perjalanan luar biasa Rasulullah,
dengan memperingati ini kita bisa mengingat kembali dan menambah
keimanan.
20. Mujahadah kita isi dengan shalat dan doa bersama. Sebenarnya kita
khususkan untuk anak kelas sepuluh, tetapi Alhamdulillah ternyata banyak
dari teman kelas sebelas dan dua belas yang ikut. Karakter yang dibentuk di
sini adalah religius dan mencintai kedamaian.
21. FLI itu acara kita yang tersibuk. Ini menuntut kedisiplinan waktu, kerja keras,
dan rasa tanggung jawab kita.
22. Gatra di bulan ramadhan mengajarkan kita semua untuk mendekatkan diri
kepaada Allah.
23. Re-organisasi adalah akhir dari proker kita. Semua dilaporkan di acara ini.
Jadi, kita pengurus harus jujur, bertanggung jawab, dan demokrasi dalam
memilih ketua baru.
24. FS SKI Kota Salatiga membuat kita memiliki banyak teman dan bisa banyak
bertukar pengalaman.
Nama : Bagas Putra P.
Jabatan : Departemen Dakwah
1. Karakternya menurut saya tertata, Mbak. Rajin, jujur, senang bergaul dengan
yang lainnya.
2. Bentuk peran SKI itu lewat kegiatannya.
3. Asmaul husna yang kita jalankan setiap itu pagi-pagi, Mbak. Banyak anggota
SKI yang ikut. Mereka terlihat lebih tenang, damai, disiplin, dan tawadhu. Ya
pokoknya terlihat lebih siap dari yang lainnya.
4. Adanya infaq pasti bertujuan biar siswa bershadaqoh. Karakter yang dibentuk
ya religius. Tetapi kejujuran juga bisa karena SKI juga bertugas menghitung
jumlah infaq yang didapat.
5. Rebana SKI itu mengajarkan banyak hal, Mbak. Mulai dari kreatifitas, kerja
keras, kesungguhan, disiplin dan tanggung jawab ketika latihan dan juga
menigkatkan kesolidan.
6. Alhamdulillah ita bisa shalat jum‟at berjamaah di masjid sekolah. soalnya
kalau di rumah pasti telat. Inilah yang kita dapat, yaitu bisa disiplin waktu,
tidak meremehkan tanggung jawb kita sebagai laki-laki muslim juga.
7. Kajian kita di masjid sekolah setelah selesai shalat jum‟at. Kajiannya seru,
tetapi kita bisa benar-benar paham. Ada diskusinya juga. Lebih banyak ilmu
yang kita dapatkan lewat kajian ini, Mbak. Kalau misalnya ada pertanyaan
yang mengganjal bisa ditanyakan langsung.
8. Khotmil qur‟an ya seperti biasanya, Mbak. Ada simakan bareng. Jelas ini
membentuk karakter religius dan gemar membaca.
9. GSM sama seperti kegiatan kegiatan bersih-bersih masjid lainnya, Mbak.
Bisa mengajarkan kita bagaiamana menjadi muslim yang baik, bertanggung
jawab sama rumah ibadahnya. Peduli lingkungan juga.
10. Kalau buletin itu membuat tulisan ya, Mbak. Jadi yang harus punya pikiran
kritis, suka membaca sumber-sumber ilmu pengetahuan serta kreatif.
11. Adanya mading SKI untuk menempel informasi. Biar siswa leluasa untuk
membaca, makanya kita letakkan di depan masjid.
12. Idul adha itu butuh persiapan yang baik, Mbak. Apalagi kita anak-anak SKI
yang jadi panitianya. Harus kerja keras cari tikar, car sapi, nyiapin tempat.
Pokoknya harus bertanggung jawab banget. Kita juga dilatih mandiri dan
peduli sosial.
13. Ziarah tidak hanya membentuk karakter religius, tetapi juga menghargai
prestasi. Ya prestasinya para wali yang kita ziarahi dalam berdakwah
tentunya.
14. Karakter yang dibentk dalam pawai ta‟aruf itu kerja keras, kreatifitas, dan
persahabatan.
15. Idul yatama kemarin itu dilaksanakan di salah satu panti asuhan di Salatiga,
selain untuk menghibur teman-teman panti, ya sambil kita memberikan
sedikat hadiah untuk mereka yang berupa santunan. Jadi, bisa dikatakan itu
membentuk karakter persahabatan dan peduli sosial.
16. Dalam kegiatan LDK kita dilatih bagaimana menjadi seorang pemimpin yang
baik. Mulai dari ibadahnya, akhlaknya, kedisiplinannya, kerja kerasnya,
kejujurannya, dan lain-lain.
17. Maulid nabi ya ada shalawatan gitu, Mbak. Membentuk karakter religius.
18. Kegiatan evaluasi tengah tahun untuk mengevaluasi program kerja anak SKI.
Seperti dimintai pertanggung jawaban dalam kurun waktu setengah periode
kepengurusan. Harus disiplin dalam menjalankan proker dan jujur dalam
menyampaikan laporannya.
19. Dalam isra‟ mi‟raj membentuk karakter religius.
20. Mujahadah isinya doa bersama, shalat bersama. Membentuk karakter religius
dan komunikatif.
21. FLI itu kegiatan yang paling besar yang diselenggarakan SKI. Karena
lingkupnya sekolah menengah pertama se-Salatiga. Dalam persiapan harus
disiplin, kerja keras, tanggung jawab, dan solidaritas.
22. Gatra itu ya pesantren kilat, Mbak. Tentunya karakter religius paling
ditanamkan di sini. Selain itu, karakter cinta damai juga dibentuk.
23. Re-organisasi membentuk karakter tenggung jawab, jujur, demokrasi, dan
kerja keras.
24. Dalam kegiatan FS SKI, kita hanya sebagai partisipan saja. Tapi,
keuntungannya kita bisa tambah teman dan tambah pengalaman.
Nama : Fita Agustina
Jabatan : Departemen Buletin
1. Karakternya berbeda-beda, Mbak. Tapi rata-rata baik kok. Tidak ada yang
bermasalah.
2. Perannya sangat banyak, Mbak. Lewat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
3. Asmaul husna karena pelaksanaannya pagi. Jadi, bikin kita tidak telat masuk
kelas, Mbak. Rasanya juga damai kalu sudah baca asmaul husna.
4. Infaq itu membentuk karakter religius, karena membiasakan bersedekah.
5. Rebana itu membentuk karakter kerja keras, kreatifitas, dan kedisiplinan,
Mbak. Bisa dilihat dari waktu latihan.
6. Sholat jum‟at yang diagendakan di sekolah itu mengajarkan kita untuk
disiplin dan tidak meremehkan tanggung jawab serta kewajiban sebagai
seorng muslim yang taat.
7. Kajian itu kan sering sekali dibahas tentang kagamaan, Mbak. Jadi, kalau
misalnya kita ada hal-hal yang belum kita pahami, bisa kita tanyakan. Kalau
menurut saya, kajian membentuk karakter rasa ingin tahu dan religius.
8. Kegiatan khotmil qur‟an jelas membentuk karakter religius dan gemar
membaca.
9. GSM kan isinya bersih-bersih masjid. Karakter yang ditanamkan yaitu
karakter peduli lingkungan.
10. Jujur saya belum pernah membuat buletin, Mbak. Tapi sepertinya bagi
teman-teman yang sering membuat buletin mengajarkan mereka sikap
pantang menhyerah, kretif, dan kritis dalam pemikiran.
11. Kalau untuk mading, mengajarkan untuk gemar membaca dan memancing
rasa ingin tahu.
12. Idul adha kemarin itu, Masyaa Allah skali kita dibikin benar-benar jadi anak
yang mandiri, tanggung jawab, dan kerja keras, Mbak.
13. Ziarah itu sama seperti wisata religi. Ada senangnya, selain itu juga bisa
belajar menghargai usaha orang lain.
14. Kegiatan pawai ta‟aruf itu membentuk karakter komunikatif atau
persahabatan, kreatifitas, rasa cinta tanah air, dan juga semagat kebangsaan,
Mbak.
15. Idul yatama terakhir kita peringati di salah satu panti asuhan daerah sini.
Acaranya ya ada pembagian sedikit santunan dan juga menjalin keakraban
dengan mereka.
16. LDK itu melatih supaya anggota SKI kelak menjadi pemimpin yang baik,
disiplin, cinta tanah air, memiliki rasa kebangsann, jujur, dan tanggung
jawab.
17. Kalau dari kegiatan maulid nabi dapat membentuk karakter religius siswa.
18. Evaluasi tengah tahun itu pengurus diminta laporan kegiatan-kegiatanna
kemudian dievaluasi. Secara otomantis dimintai pertanggung jawaban dalam
bukti kerja kerasnya.
19. Isra‟ mi‟raj membentuk karakter religius siswa.
20. Kegiatan mujahadah juga membentuk karakter religius siswa.
21. FLI itu kita mengadakan lomba untuk adik-adik SMP dan MTs se-Salatiga.
Nah, itu mengajarkan sikap menghargai prestasi, kerja keras, tanggung jawab,
dan kedisiplinan.
22. Kegiatan pesantren kilat kalau kita menyebutnya dengan gatra, Mbak. Ya ada
mengaji bersama, shalat bersama, dan isian tausiah. Yang jelas bisa
membentuk karakter religius.
23. Re-organisasi membentuk karakter disiplin, jujur, tanggung jawab, dan
demokratis.
24. FS SKI membentuk karakter persahabatan dan cinta damai, karena bisa
menjalin silaturahmi dengan anggota SKI dari sekolah lainnya.
Nama : Rafi Ramadhani
Jabatan : Ketua I SKI Ar-Royyan
1. Karakter teman-teman SKI baik, Mbak. Rajin, aktif juga kalau di kelas.
2. Bentuk perannya melalui kegiatan di SKI. Soalnya kalau sya lihat, mereka
sikapnya berbeda antara sebelum masuk di SkI dengan sesudahnya. Bisa
dilihat lebih baik.
3. Kegiatan asmaul husna dalam membentuk karakter siswa. Siswa jadi bisa
hafal asmaul husna, karena setiap paginya dibaca. Lebih siap dalam
menerima pembelajaran, disiplin tidak telat masuk kelas dan lebih terlihat
tenang dan damai, gitu Mbak.
4. Kegiatan vengadaan infaq itu bikin siswa jadi lebih sering sedekah. Berarti itu
menanamkan karakter religius, Mbak. Ada lagi untuk yang dapat tugas
menghitung infaq, jadi melatih kejujuran.
5. Kegiatan rebana membentuk karakter kerja keras, kretif, disiplin waktu,
pantang menyerah juga kelihatan pada saat latihan.
6. Kalau kegiatan sholat jum‟at bejamaah di sekolah itu membentuk karakter
disiplin, tanggung jawab, dan religius, karena kalau sholat jum‟at di rumah itu
mungkin tidak akan efisien waktunya, kadang telat juga. Kalau di sekalah kan
tidak.
7. Yang namanya kajian itu kan membahas atau mengkaji suatu pokok kan,
Mbak. Jadi, kadang severti ada diskusi, yang di kelas kadang malu bertanya,
pada saat kajian bisa ditanyakan. Intinya membangun komunikasi. Selain itu
juga membentuk karakter religius dan rasa ingin tahu.
8. Khotmil qur‟an itu jelas sangat membentuk karakter religius. Juga karakter
gemar membaca, terutama membaca al-qur‟an.
9. GSM mambentuknya karakter kerja keras, tanggung jawab, dan peduli
lingkungan. Karena membersihkan masjid dan merapikan buku atau mukena
juga ribet, Mbak. Benar-benar orang yang punya tanggung jawab dan rasa
peduli yang besar yang mau membersihkan, soalnya waktunya juga ketika
libuh sekolah.
10. Buletin itu membentuk karakter gemar membaca, rasa ingin tahu, dan kreatif.
11. Mading itu membentuk karakter rasa ingin tahu dan gemar membaca, Mbak.
12. Perayaan idul adha bagi saya sendiri yang kebetulan kemarin itu ikut jadi
panitia dan saya merasakan sendiri bagaimana kemndirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, dan rasa sosial kita dibentuk.
13. Ziarah membentuk karakter menghargai prestasi dan religius, Mbak. Itu kan
kalau kita ziarah, kita tahu apa yang sudah almarhum perbuat selama hidup
atau kebaikan apa yang sudah diberikan. Bisa menambah ilmu pengetahuan
dan bisa menambah keimanan juga.
14. Kegiatan pawai ta‟aruf itu bikin kita jadi kreatif, Mbak, karena banyak yang
harus kita persiapkan. Kerja keras dan komunikatif atau persahabatan juga,
karena bisa banyak bertemu dengan teman dari sekolah lain.
15. Kalau idul yatama itu membentuk karakter peduli sosial dan persahabatan.
16. LDKnya SKI itu lebih ke membentuk calon-calon pemimpin yang tidak
hanya sukses di dunia, tapi juga sukses di akhirat. Karena benar-benar
ditanamkan karakter religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, komunikatif,
punya rasa kebangsaan, cinta tanah air, pekerja keras, dan pantang menyerah.
17. Maulid nabi itu membentuk karakter religius. Toleransi juga dibentuk karena
saat acara maulid nabi, siswa non Islam juga mengadakan acara lain, tetapi
saling menghormati dan tidak saling mengganggu.
18. Kegiatan ealuasi tengah tahun membentuk karakter tanggung jawab. Karena
semuanya harus laporan.
19. Kegiatan isra‟ mi‟raj membentuk karakter religius dan cinta damai.
20. Mujahadah jelas membentuk karakter religius, Mbak.
21. Kegiatan FLI itu banyak membentuk karakter di antaranya tanggung jawab,
kerja keras, dan menghargai prestasi.
22. Untuk FS SKI membentuk karakter persahabatan atau komunikatif.
Nama : Fatia Izzati
Jabatan : Departemen Informasi
1. Mereka baik kok. Lebih terlihat Islami.
2. Perannya dari acara atau kegiatan yang dibuat SKI pastinya, Mbak. Secara
tidak langsung kan itu juga mempengaruhi siswa, termasuk karakter siswa
sendiri.
3. Asamaul husna itu rutin dilafalkan setiap pagi sekitar jam setengah tujuh.
Nanti ada yang mimpin baca. Tempatnya di masjid. Karena teman-teman
SKI rutin ikut, jadi bisa lebih disiplin berangkat pagi ke sekolah.
4. Infaq itu bebas mau memberinya kapan. Yang jelas itu keikhlasan masing-
masing dan infak membentuk karakter religius.
5. Kegiatan rebana mengajarkan kekompakan, cinta damai, kerja keras,
kreatifitas.
6. Shalat jum‟at berjamaah di sekolah jelas itu membentuk karakter religius,
tanggung jawab dan kedisiplinan siswa karena itu kewajiban dan tidak boleh
ditinggalkan.
7. Kajian juga membentuk karakter religius, Mbak. Menjalin keakraban dengan
para anggota SKI juga.
8. Khotmil qur‟an un juga membentuk karakter religius siswa dan gemar
membaca.
9. GSM itu bentuk realisasinya berupa bersih-bersih masjid, Mbak. Ada yang
ngepel, menata buku, mukena, dan yang lainnya. GSM membentuk karakter
peduli lingkungan dan tanggung jawab.
10. Buletin sepertinya membentuk karakter kerja keras, rasa ingi tahu, kreatifitas,
dan gemar membaca.
11. Adanya mading bisa menstimulus rasa ingin tahu dan gemar membaca siswa.
12. Perayaan idul adha membentuk karakter peduli sosial, dibuktikan saat
pembagian daging kurban, tanggung jawab, mandiri, kerja keras, dan religius.
13. Kegiatan ziarah ya berkunjung ke makam wali atau ulama. Karakter yang
dibentuk adalah religius dan menghargai prestasi para almarhum.
14. Pawai ta‟aruf membentuk karakter kreatif karena membuat dan menyiapkan
apa yang akan dibawa saat pawai. Selain itu dibentuk juga karakter kerja
keras, komunikatif, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.
15. Idul yatama identik dengan memberi santunan. Kita dari SKI juga seperti itu.
Kemarin di salah satu panti asuhan dekat sini. Berkomunikasi dan
bercengkrama juga dengan anak-anak panti.
16. Dalam LDK, karakter banyak dibentuk, ada cinta tanah air, kejujuran,
kedisiplinan, tanggung jawab, mandiri, rasa kebangsann, kerja keras, dan
yang terpenting adalah religiusitas.
17. Maulid nabi kadang bebarengan dengan agenda anak lain yang non Islam.
Mungkin sudah direncanakan seperti itu agar jam sekolah digunakan oleh
semua siswa dengan bijak. Karena SKI bikin acara maulidan juga izin
meminta sebagian jam KBM. Karakter yang ditanamkan adalah religius dan
toleransi.
18. Evaluasi tengah tahun untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dari
kegiatan-kegiatan SKI yang sudah terselenggara dalam kurun waktu setengah
tahun. Pastinya butuh pertanggung jawaban dari para pengurus.
19. Isra‟ mi‟raj ya memperingati perjalanan spiritual Rasulullah. Sama seperti
maulid nabi, karakter yang dibentuk adalah toleransi dan religius.
20. Mujahadah SKI sama seperti mujahadah pada umumnya. Membentuk
karakter religius.
21. FLI itu pengadaan lomba Islami. Untuk pesertanya dari adik-adik SMP dan
MTs di Salatiga. Banyak juga karakter yang dibentuk, disiplin, kerja keras,
tanggung jawab, menghargai prestasi, dan pantang menyerah.
22. Gatra juga membentuk karakter religius.
23. Re-organisasi ya seperti pada umumnya. Membentuk karakter tanggung
jawab, disiplin, jujur, erja keras, dan menghargai prestasi.
24. FS SKI sepertinya hanya membentuk karakter komunikatif.
Nama : Defasta Abid P.
Jabatan : Ketua Umum SKI Ar-Royyan
1. Karakter teman-teman SKI yang saya lihat semuanya baik, cinta damai, dan
sopan.
2. Kalau untuk peran SKI sendiri jelas lewat kegiatannya. Semua kegiatannya
kan positif.
3. Asmaul husna kegiatannya pembacaan asmaul husna setiap pagi. Melatih
kedisiplinan, meminimalisir telat masuk sekolah, membentuk sikap cinta
damai, dan religius.
4. Adanya infaq untuk melatih siswa menyisihkan sebagian uang sakunya untuk
bersedekah atau menabung untuk urusan akhirat. Bisa membentuk karakter
religis. Bagi yang ikut menghitung hasilnya bisa membentuk karakter jujur.
5. Adanya rebana termasuk saat latihan mengajarkan kerja keras, disiplin, dan
kesolidan.
6. Shalat jamaah di masjid termasuk juga shalat jum‟at mengajarkan arti
tanggung jawab, religius, dan kedisiplinan. Mengajarkan kepada kita betapa
pentingnya ibadah. Apalagi ibadah wajib.
7. Adanya kajian rutin di setiap jum‟atnya baik yang laki-laki maupun
perempuan, semua membentuk karakter religius, menumbuhkan rasa ingin
tahu kita dan juga lebih dapat mempererat kekompakan antar anggota SKI,
Mbak.
8. Alhamdulillah sekali, Mbak. Di sini SKI mengadakan acara khotmil Qur‟an
tidak hanya sekali dalam setahun. Pernah juga 2 sampai 3 kali. Alhamdulillah
juga saya bisa ikut terus. Menurut saya, kegiatan ini bisa membentuk karakter
religius dan gemar membaca.
9. GSM itu salah satu cara SKI untuk membentuk karekter peduli lingkugan dan
tanggung jawab.
10. Buletin itu menurut saya membentuk karakter kerja keras, gemar membaca,
dan juga memancing ras ingin tahu siswa. Saya pernah sekali membuat
buletin, dan itu lumayan susah.
11. Kalau mading kan memang tempatnya informasi ya, Mbak. Itu saya kira bisa
membentuk karakter gemar membaca sekaligus memancing rasa ingin tahu
teman-teman.
12. Acara idul adha kemarin itu sangat-sangat membentuk karakter mandiri, kerja
keras, tanggung jawab, dan peduli sosial. Itu sangat saya rasakan sendri,
Mbak.
13. Ziarah membentuk karakter religius dan menghargai prestasi, karena yang
kita ziarahi juga orang-orang yang punya kontribusi besar untuk Islam,
seperti para wali yang kita ziarahi pada waktu itu, Mbak.
14. Pawai ta‟aruf membentuk karakter persahabatan dan cinta daai, Mbak.
15. Idul yatama itu acara peringatan untuk anak-anak yatim, Mbak. Kemarin itu
tempatnya disalah satu pantiasuhan dekat sini. Selain berbagi, kita juga
mengobrol menghibur mereka dan memotivasi mereka. Jadi, karakter yang
ditanamkan itu peduli sosial dan persahabatan.
16. Kalau LDK membentuk karakter pemimpin yang religius, tanggung jawab,
disiplin, kerja keras, jujur, cinta damai, dan punya kewibawaan.
17. Maulid nabi saya rasa membentuk karakter religius dan toleransi.
Toleransinya karena setiap SKI megadakan maulidan, organisasi non Islam
yang ada di sekolah juga mengadakan acara sendiri semacam puji-pujian atau
kajian kitab mereka sendiri. Jadi, walaupun acaranya bersamaan tetapi
Alhamdulillah tidak saling mengganggu.
18. Evaluasi tengah tahun membahas dan mengevaluasi kinerja dan proker yang
sudah berjalan selam setengah tahun. Pasti kehgiatan ini membentuk karakter
kerja keras, tanggung jawab, dan kedisiplinan.
19. Kegiatan isra‟ mi‟raj dalam pelaksanaannya juga seperti isra‟ mi‟raj pada
umumnya. Karakter yang dibentuk itu juga sama dengna maulid nabi.
Religius dan toleransi, Mbak.
20. Acara mujahadah membentuk karakter religius.
21. FLI itu lomba Islami. Pelaksanaannya di SMANSSA dan pesertanya dari
adik-adik MTs dan SMP di Salatiga. Pelaksanaan acara ini bisa membentuk
karakter kerja keras, tanggung jawab, kedisiplinan, dan juga menghargai
prestasi.
22. Gatra ini kalau di sekolah lain mungkin disebutnya pesantren kilat, Mbak.
Banyak kegiatan keagamaan saat pelaksanaan gatra. Karakter yang dibentuk
yaitu religius.
23. Kegiatan re-organisasi membentuk karakter tanggung jawab dan demokrasi,
Mbak.
24. FS SKI itu acaranya SKI Kota, Mbak. Kita hanya ikut menghadiri saja. Bisa
membentuk karakter komunikatif atau persahabatan.
DOKUMENTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Najmul Laili
NIM : 111 13 037
Temat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 19 Februari 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Tlawongan RT 02/RW 07, Ds. Sidoharjo, Kec.
Susukan, Kab. Semarang.
Riwayat Pendidikan : MI Karangasem, Lulus Tahun 2007
MTsN Susukan, Lulus Tahun 2010
MAN Tengaran, Lulus Tahun 2013
Riwayat Organisasi : Pengurus HMJ PAI tahun 2015-2016
Panitia KPUM IAIN Salatiga tahun 2016-2017
Pengurus HMI Komisariat Walisongo Cabang Salatiga
tahun 2015-2016 sebagai Wakil Bendahara Umum
Pengurus HMI Komisariat Walisongo Cabang Salatiga
tahun 2016-2017 sebagai Wakil Bendahara Umum
Pengurus Remaja Masjid Tlawongan sebagai Wakil Ketua
tahun 2016-sekarang
Pengajar di MI Karangasem Tahun Pelajaran 2017/2018
sebagai Guru Mapel
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Najmul Laili Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
NIM : 111-13-037 Jurusan : Pendidikan Agama
Islam
Dosen P.A. : Drs. Badwan
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 OPAK STAIN Salatiga 2013 oleh
DEMA
26-27 Agustus
2013 Peserta 3
2 OPAK Tarbiyah 2013 oleh HMJ
Tarbiyah
29 Agustus
2013 Peserta 3
3 Library User Education oleh UPT
Perpustakaan
16 September
2013 Peserta 2
4 Training Pembuatan Makalah oleh
LDK Darul Amal STAIN Salatiga
18 September
2013 Peserta 2
5 Seminar Nasional Bahasa Arab oleh
ITTAQO
09 Oktober
2013 Peserta 8
6 MTQ Mahasiswa V oleh JQH STAIN
Salatiga
23 Oktober
2013 Peserta 2
7 Training Jurnalistik oleh KAMMI
Komsat Umar bin Khattab
27 Oktober
2013 Peserta 2
8 Training SIBA-SIBI oleh CEC dan
ITTAQO STAIN Salatiga
08-09
November 2013 Peserta 2
9 Gerbang Masuk (GEMA) ITTAQO
2013 oleh ITTAQO STAIN Salatiga
16-17
November 2013 Peserta 2
10 Training SIBA-SIBI oleh CEC dan
ITTAQO STAIN Salatiga
10-11 Januari
2014 Peserta 2
11 SK Panitia Pelaksana RAK Ke-XXIV 2014 Panitia 3
HMI Cabang Salatiga Komisariat
Walisongo
12
SIBA-SIBI Training UTS Semester
Genap Tahun 2014 oleh CEC dan
ITTAQO STAIN Salatiga
02-03 Mei 2014 Peserta 2
13
Kajian Intensif Mahasiswa (KISMIS)
oleh LDK Darul Amal STAIN
Salatiga
27 Juni 2014 Peserta 2
14 Ibtida‟ 2014 oleh LDK Darul Amal
STAIN Salatiga
18-19 Oktober
2014 Peserta 2
15
Gebyar Seni Qur‟aniyy (GSQ) Umum
Ke-VI Se-Jawa Tengah oleh JQH Al-
Furqon STAIN Salatiga
05 November
2014 Peserta 2
16 Diklat Microteaching oleh HMPS PAI
STAIN Salatiga
08 November
2014 Peserta 2
17 Seminar Pendidikan oleh HMI Cabang
Salatiga Komsat Walisongo
19 November
2014 Peserta 2
18 Kajian Intensif Mahasiswa oleh LDK
STAIN Salatiga
28 November
2014 Peserta 2
19 PAB (Penerimaan Anggota Baru) oleh
JQH Al-Furqon STAIN Salatiga
13-14 Desember
2014 Peserta 2
20 Workshop Nasional oleh HMPS PAI 16 Desember
2014 Peserta 8
21 SK Pengurus HMI Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo 2015-2016 Pengurus 4
22 Seminar Bedah Buku oleh LDK Fathir
Ar Rasyid IAIN Salatiga 05 Mei 2015 Peserta 2
23 SK Panitia LK 1 HMI Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo 18 Mei 2015 Panitia 3
24 Workshop Tilawah Nasional oleh JQH 30 Mei 2015 Peserta 8
Al-Furqan IAIN Salatiga
25 Seminar Nasional Kewirausahaan oleh
Mahasiswa PAI
30 Oktober
2015 Peserta 8
26 Seminar Nasional oleh HMJ TH IAIN
Jember
05-08
November 2015 Peserta 8
27
SK Komisi Pemilihan Umum
Mahasiswa dan Badan Pengawas
Umum Mahasiswa IAIN Salatiga
20 Januari 2016 Panitia
KPUM 3
28 SK Pengurus HMI Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo 2016-2017 Pengurus 4
29 Pelantikan dan Dialog Interaktif oleh
LDMI Cabang Salatiga
21 September
2016 Peserta 8
30 Seminar Nasional oleh HMI Cabang
Salatiga 28 Mei 2016 Peserta 2
31 Dialog Interaktif oleh HMI Cabang
Salatiga 29 Juni 2016 Peserta 2
32 Seminar Nasional oleh HMI Cabang
Salatiga Komisariat Walisongo
10 Desember
2016 Peserta 8
33 Public Lecture oleh IAIN Salatiga 20 Juni 2017 Peserta 2
34 SK MI Karangasem 2017/2018 Guru Mapel 8
35 Focus Group Discussion oleh Badko
HMI Jateng DIY
01 Agustus
2017 Peserta 2
Total 127
Recommended